Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681

advertisement
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681
UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI
PENERAPAN METODE PENUGASAN PADA MATERI POKOK
MENULIS DI KELAS IV SD NEGERI 050649
SIMPANG PULAU RAMBUNG
Oleh :
Kenan, SP.d*)
*)
Guru kelas IV SD Negeri 050649 Simpang Pulau Rambung
Abstract
This study aims to look at student learning activities that include learning activities of students while
working in a group class on Indonesian subjects and student learning outcomes by applying the
learning method of assignment.
The subjects were class IV SD Negeri 050649 Simpang Pulau Rambung with student 20 people. KBM
done early achievement test (pretest), with average data 28 page, showed that on average students
seldom read books before school learning. Then proceed KBM, the end KBM II and IV to study the
results of tests conducted formative formative I and II show the results of average 72 and 85. Seeing
these data there is a change and the change due to the actions of teachers during a lecture on the
second cycle.
Data analysts student activity observed in the first cycle, among others, reading (38%), doing
worksheets (27%), asking fellow friends (6.5%), ask the teacher (15.5%), and are not relevant to the
teaching (13%). Student activity data observed in the second cycle include reading (25.5%), working
on worksheets (50%), asking fellow friends (16%), ask the teacher (3.5%), and are not relevant to the
KBM (5%). Application of the method for teaching assignments makes the students very happy, very
excited.
However, there are limitations to the study conducted at SD Negeri 050649 Simpang Pulau Rambung,
including; 1) the material studied in each cycle is different though on the same subject, namely
"Writing". This allows the students 'understanding of different material, perhaps in the first cycle
students' level of understanding is higher than the second cycle, or vice versa. This study was only
conducted in one class that is a class IV SD Negeri 050649 Simpang Pulau Rambung, because of
limited funds and time, this limits the final conclusion only applies to the subject class and need proof
for another class.
Keywords: Activity Learning, Learning Outcomes, Methods Assignment
I.
Pendahuluan
Perkembangan global saat ini menuntut
dunia pendidikan untuk selalu mengubah
konsep berpikirnya. Konsep lama mungkin
sudah tidak sesuai dengan perkembangan saat
ini, apalagi untuk yang akan datang. Untuk
itulah, perubahan selalu dilakukan sesuai
dengan perkembangan zaman.
Pendidikan formal saat ini ditandai dengan
adanya perubahan yang berkali-kali dalam
beberapa tahun terakhir ini ditandai dengan
adanya suatu perubahan (inovasi). Perubahan
pada hakekatnya adalah sesuatu hal yang wajar
karena perubahan itu adalah sesuatu yang
bersifat kodrati dan manusiawi. Hanya ada dua
alternatif pilihan yaitu menghadapi tantangan
yang ada di dalamnya atau mencoba
67
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681
menghindarinya. Jika perubahan direspon
positif akan menjadi peluang dan jika
perubahan direspon negatif akan menjadi arus
kuat yang menghempaskan dan mengalahkan
kita.
Dalam
proses
pembelajaran
yang
menyangkut materi, metode, media alat peraga
dan sebagainya harus juga mengalami
perubahan kearah pembaharuan (inovasi).
Dengan adanya inovasi tersebut di atas dituntut
seorang guru untuk lebih kreatif dan inovatif,
terutama dalam menentukan model dan
metode yang tepat akan sangat menentukan
keberhasilan siswa terutama pembentukan
kecakapan hidup (life skill) siswa yang
berpijak pada lingkungan sekitarnya.
Peneliti sebagai seorang guru juga
memiliki
masalah
tersendiri.
Peneliti
merupakan guru kelas IV. Kelas yang peneliti
ajar memiliki masalah pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia, dimana banyak siswa
peneliti yang tidak dapat menulis sesuai
dengan penulisan hurup yang sebenarnya dan
EYD. Banyak siswa peneliti yang tidak dapat
menuliskan hurup “ p” dan “g” dengan benar.
Mereka tidak menulis sesuai dengan
kaidahnya, dimana hurup “p” kakinya tidak di
tulis di bawah garis pembatas buku melainkan
sejajar dengan hurup lainya, begitu juga “g”.
Selain itu siswa juga sering menulis dengan
menggunakan hurup kapital di tengah kata,
contoh
“perwakilan”.
Guru
sudah
mengingatkan siswa berkali-kali tentang
penggunaan hurup kapital yang benar dan
penulisan “p” dan “g”, namun hal tersebut
terus berulang. Selain masalah di atas sering
pula guru menemukan siswa yang tidak
memiliki persiapan untuk mengikuti KBM
seperti tidak memiliki pulpen, dan buku tulis,
jika peneliti menanyai siswa tersebut, mereka
menjawab mereka tidak memiliki pensil atau
buku. Sering peneliti harus meminjamkan
pulpen kepada siswa dan membelikan buku
tulis. Jika tidak demikian siswa tersebut hanya
diam tanpa berusaha. Kendala lain yang
peneliti alami yakni perpustakaan sekolah
yang tidak memadai dan jorok. Hal tersebut
menyebabkan sulit bagi guru untuk
memotivasi siswa agar gemar membaca, agar
siswa dapat memahami penulisan dan
penggunaan EYD dengan baik dengan banyak
membaca sehingga, keterampilan menulis
siswa juga menjadi baik.
68
Pada penelitian ini peneliti akan
menerapkan metode penugasan, di mana
peneliti akan memberi tugas kepada siswa
untuk dikerjakan di rumah yang kemudian
tugas tersebut akan menjadi bahan ajar di
sekolah. Penerapan metode penugasan ini
merupakan salah satu bentuk inovasi
pembelajaran yang peneliti lakukan selaku
guru. Dengan menugaskan siswa menulis di
rumah, kemudian memeriksa tugas tersebut
secara berkelompok di sekolah.
Berangkat
dari
latar
belakang
permasalahan tersebut di atas, maka dalam
penyusunan karya ilmiah ini penulis
mengambil judul Upaya Peningkatan Aktivitas
Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode
Penugasan Pada Materi Pokok Menulis Di
Kelas IV SD Negeri 050649 Simpang Pulau
Rambung.
Bertitik tolak dari latar belakang diatas
maka penulis merumuskan permasalahannya
sebagai berikut:
1. Apakah penerapan metode penugasan
berpengaruh terhadap aktivitas belajar
Bahasa Indonesia siswa di Kelas IV SD
Negeri 050649 Simpang Pulau Rambung,
Tahun Pembelajaran 20012/2013?
2. Apakah prestasi belajar Bahasa Indonesia
siswa meningkat dengan diterapkannya
metode penugasan di Kelas IV SD Negeri
050649 Simpang Pulau Rambung, Tahun
Pelajaran 2012/2013?
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui pengaruh metode penugasan
terhadap aktivitas belajar
Bahasa
Indonesia siswa Kelas IV SD Negeri
050649 Simpang Pulau Rambung, Tahun
Pembelajaran 20012/2013.
2. Mengetahui peningkatan hasil belajar
Bahasa Indonesia setelah diterapkannya
metode penugasan pada siswa kelas IV SD
Negeri 050649 Simpang Pulau Rambung,
Tahun Pembelajaran 20012/2013.
II. Kajian Pustaka
1.
Pengertian Belajar
Belajar didefenisikan sebagai perubahan
perilaku yang diakibatkan oleh adanya
pengalaman. Pengalaman dalam hal ini berarti
suatu kegiatan yang pernah dilakukan seperti
membaca, mengamati, mendengarkan, meniru
atau juga suatu yang pernah dialaminya.
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681
Menurut Slameto (2003:2), “belajar ialah suatu
proses uasaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”.
2.
Aktivitas Belajar
Aktivitas merupakan prinsip atau asas
yang sangat penting dalam interaksi belajar
mengajar. Aktivitas belajar adalah suatu
aktivitas yang sadar akan tujuan, yaitu
terjadinya
perubahan
dalam
individu
seutuhnya. Menurut Paul B. Diedrich dalam
Sardiman (2006:101) mengelompokan jenisjenis aktivitas belajar sebagai berikut :
a. Visualactivities. Misalnya : membaca,
memperhatikan gambar demonstrasi,
percobaan dan pekerjaan orang lain.
b. Oralactivities. Misalnya : menyatakan,
merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan
wawancara, diskusi dan intruksi.
c. Listeningactivities.
Misalnya
:
mendengarkan,
uraian
percakapan,
diskusi, musik dan pidato.
d. Writingactivities. Misalnya : menulis
cerita, karangan, laporan, angket dan
menyalin.
e. Drawingactivities.
Misalnya
:
menggambar, membuat grafik, peta dan
diagram.
f. Motoractivities. Misalnya : melakukan
percobaan, membuat konstruksi, model
mereperasi, bermain, berkebun dan
beternak.
g. Mentalactivities. Misalnya : menganggap,
mengingat
memecahakan
soal,
menganalisis, melihat hubungan dan
mengambil keputusan.
h. Emotionalactivities. Misalnya : menaruh
minat,
merasa
bosan,
gembira,
bersemangat, bergairah, berani, tenang
dan gugup.
3.
Metode Penugasan
Metode pembelajaran merupakan bagian
dari
strategi
instruksional,
metode
pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk
menyajikan, menguraikan, memberi contoh,
dan memberikan latihan kepada siswa umtuk
mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap
metode pembelajaran sesuai digunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Metode pembelajaran pemberian tugas/
penugasan dapat diberikan kepada siswa di
luar proses pembelajaran. Tujuan pemberian
tugas adalah untuk menunjang pelaksanaan
program intrakurikuler. Tujuan tersebut juga
agar siswa dapat lebih menghayati bahanbahan pelajaran yang telah dipelajarinya serta
melatih siswa untuk melaksanakan tugas
secara bertanggung jawab.
Ruang
lingkup
kegiatan
metode
penugasan dapat dikelompokkan menjadi 4
(empat), sebagai berikut:
a. Guru memberikan tugas kepada siswa
untuk dikerjakan di luar jam pelajaran tatap
muka (di rumah).
b. Tugas diperkirakan dapat diselesaikan
dalam waktu separoh dari jam tatap muka
suatu pokok bahasan.
c. Siswa mengerjakan tugas tersebut secara
individu maupun kelompok.
d. Pengumpulan tugas sekaligus dilakukan
pemeriksaan, dan penilaian.
e. Azas Pelaksanaan
Kegiatan pembelajaran dengan metode
penugasan dapat dilaksanakan di rumah, di
perpustakaan atau di tempat lain. Bentuknya
juga dapat disesuaikan dengan materi pokok
bahasan yang sedang dipelajari. Misalnya
dapat berupa membuat laporan, mengarang,
mengerjakan soal-soal, membaca buku, dan
sebagainya.
Pelaksanaan
kegiatan
pembelajaran
dengan
metode
penugasan
harus
memperhatikan azas-azas sebagai berikut:
a. Menunjang
langsung
kegiatan
intrakurikuler.
b. Hubungannya jelas dengan pokok bahasan
yang diajarkan.
c. Menunjang
kebutuhan
siswa
memanfaatkan ilmunya untuk menghadapi
tantangan dalam kehidupannya.
d. Tidak menjadi beban yang berlebihan bagi
siswa yang dapat mengakibatkan gangguan
fisik ataupun psikologis.
e. Tidak menimbulkan beban pembiayaan
yang memberatkan siswa maupun orang
tua siswa.
f. Perlu pengadministrasian yang baik dan
teratur.
Jadi pemberian tugas/ penugasan yang
tidak berdasarkan azas-azas tersebut dapat
berakibat pada beban fisik maupun psikologis
pada siswa, oleh sebab itu guru harus
69
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681
mempertimbangkan pelaksanaannya secara
baik.
1. Bentuk Pelaksanaan pembelajaran dengan
metode penugasan.
Kegiatan penugasan dapat dilaksanakan
secara perorangan maupun kelompok. Kerja
kelompok mempunyai arti yang sangat penting
untuk mengembangkan sikap bergotongroyong, tenggang rasa, persaingan sehat,
kerjasama dalam kelompok dan kemampuan
memimpin. Jenis tugas hendaknya juga
disesuaikan dengan jumlah anggota kelompok,
sehingga tugas benar-benar dapat dilakukan
secara kelompok. Jadi tugas yang tidak
seharusnya diberikan secara kelompok dapat
menimbulkan kesulitan-kesulitan baru bagi
siswa,
sedangkan
tugas
perorangan
mempunyai makna untuk mengembangkan
sikap mandiri dan memungkinkan penyesuaian
kegiatan belajar dan minat serta kemampuan
siswa.
2. Langkah-langkah Pelaksanaan
Pelaksanaan tugas meliputi (3) tiga
kegiatan pokok, yaitu:
a. Fase pemberian tugas
Tugas yang diberikan kepada siswa
hendaknya mempertimbangkan:
- Tujuan yang akan dicapai.
- Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga
anak mengerti apa yang ditugaskan
tersebut.
- Sesuai dengan kemampuan siswa.
- Ada petunjuk/ sumber yang dapat
membantu pekerjaan siswa.
- Sediakan waktu yang cukup untuk
mengerjakan tugas tersebut.
b. Langkah pelaksanaan tugas
- Diberikan bimbingan/ pengawasan oleh
guru.
- Diberikan dorongan sehingga anak mau
bekerja.
- Diusahakan/ dikerjakan oleh siswa sendiri,
tidak menyuruh orang lain.
- Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil
yang ia peroleh dengan baik dan
sistematik.
c. Fase mempertanggungjawabkan tugas
- Laporan siswa baik lisan/ tertulis dari apa
yang dikerjakannya.
- Ada tanya-jawab diskusi kelas.
- Penilain hasil pekerjaan siswa baik dengan
tes maupun non tes atau cara lainnya.
(Sudjana 1989:81-82).
70
Metode
penugasan
mempunyai
beberapa kelebihan dan kekurangan, antara
lain:
a. Kelebihan
- Lebih merangsang siswa dalam
melakukan aktivitas belajar individual
ataupun kelompok.
- Dapat mengembangkan kemandirian
siswa di luar pengawasan guru.
- Dapat membina tanggung jawab dan
disiplin siswa.
- Dapat mengembangkan kreativitas
siswa.
b. Kekurangannya
- Siswa sulit dikontrol, apakah benar ia
yang mengerjakan tugas ataupun
orang lain.
- Khusus untuk tugas kelompok, tidak
jarang yang aktif mengerjakan dan
menyelesaikannya adalah anggota
tertentu saja, sedangkan anggota
lainnya tidak berpartisipasi dengan
baik.
- Tidak mudah memberikan tugas yang
sesuai dengan perbedaan individu
siswa.
- Sering memberikan tugas yang
monoton (tidak bervariasi) dapat
menimbulkan
kebosanan
siswa.
(Djamarah 2010:87).
III. Metodelogi Penelitian
A. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas
IV SD Negeri 050649 Simpang Pulau
Rambung tahun ajaran 2012/2013 yang
berjumlah 20 orang siswa. Adapun yang
bertindak sebagai observer dalam penelitian ini
adalah guru teman sejawat yaitu Semangat Br
Tarigan dan Mahniar Ama.Pd.
B. Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data dalam penelitian ini
adalah; 1) tes hasil belajar; 2) lembar
observasi aktivitas siswa.
C. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini berbentuk Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). PTK pertama kali
diperkenalkan oleh psikologi sosial Amerika
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681
yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946
(Aqib, 2006 :13).
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian
yang dilakukan oleh guru di kelas atau
disekolah
dengan
penekanan
pada
penyempurnaan atau peningkatan proses
pembelajaran. Menurut Lewin dalam Aqib
(2006 : 21) menyatakan bahwa dalam satu
Siklus terdiri atas empat langkah, yaitu
perencanaan (planning), tindakan (acting),
observasi (observing) dan refleksi (reflecting).
siklus I dan II dengan materi “Menulis”.
Berikut data pretes siswa kelas IV SD Negeri
050649 Simpang Pulau Rambung mata
pelajaran Bahasa Indonesia pada materi pokok
Menulis.
Tabel 1. Distribusi Hasil Pretes Siswa
Rata-rata
Nilai
Frekuensi
10
1
20
6
D. Teknik Analisis Data
30
10
Metode Analisis Data pada penelitian ini
digunakan
metode
deskriptif
dengan
membandingkan hasil belajar siswa sebelum
tindakan dengan hasil belajar siswa setelah
tindakan.
Langkah-langkah pengolahan data sebagai
berikut:
a. Merekapitulasi nilai pretes sebelum
tindakan dan nilai tes akhir Siklus I dan
Siklus II
b. Menghitung nilai rerata atau persentase
hasil belajar siswa sebelum dilakukan
tindakan dengan hasil belajar setelah
dilakukan tindakan pada Siklus I dan
Siklus II untuk mengetahui adanya
peningkatan hasil belajar.
40
2
50
1
Jumlah
20
F.
Kriteria Keberhasilan
Berkaitan dengan indikator kinerja
Suwandi dan Madyo Eko Susilo (2007:36)
menyatakan
bahwa
”Indikator
kinerja
merupakan rumusan kinerja yang akan
dijadikan dalam menentukan keberhasilan atau
keefektifan penelitian. Dalam penelitian ini
indikator pencapaian apabila nilai siswa secara
individu mencapai KKM Bahasa Indonesia
kelas IV yang ditetapkan sekolah sebesar 70
dan secara klasikal
≥85% siswa mencapai
KKM tersebut.
IV. Hasil Dan Pembahasan
1. Data Pretes
Sebelum melaksanakan siklus I terlebih
dahulu peneliti memberikan pretes kepada
siswa. Hal ini dilakukan untuk mengatahui
kondisi siswa sebelum tindakan siklus I
diberikan. Adapun soal pretes mencakup
semua indikator yang akan di ajarkan pada
2.
28
Data Siklus I
Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan
perangkat pembelajaran yang akan dilakukan
pada siklus I, yang terdiri dari RPP 1 dengan
materi “Menentukan Topik Karangan” dan 2
dengan materi “Penggunaan Tanda Baca
EYD”, soal tes formatif 1 yang mewakili
indikator
materi
“Menentukan
Topik
Karangan” dan “Penggunaan Tanda Baca
EYD”, dan alat-alat pengajaran yang
mendukung seperti LKS. Sebelum melakukan
tindakan, karena metode yang peneliti gunakan
adalah metode penugasan, maka peneliti
memberikan tugas kepada siswa untuk mencari
contoh karangan fabel tanpa menulis judul
karangan tersebut. Hal ini dilakukan karena
yang menjadi materi pada pertemuan
berikutnya (KBM I siklus I yakni
“Menentukan Topik Karangan”). Data yang
diambil siswa tersebut akan menjadi bahan
siswa dalam mengikuti KBM pada siklus 1.
Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 5 dan
8 Maret 2013 di Kelas IV SD Negeri 050649
Simpang Pulau Rambung dengan jumlah 20
siswa (100%). Dalam hal ini peneliti bertindak
sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar
mengacu pada rencana pelajaran yang telah
dipersiapkan.
Pengamatan
(observasi)
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
belajar mengajar.
71
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681
Setelah 2 KBM pada siklus 1 selesai
dilaksanakan maka peneliti melakukan analisis
terhadap data yang diperoleh pada siklus I.
Adapun hasil analisis peneliti sebagai berikut:
1). Data Aktivitas Pada Siklus I
Tabel 2 Skor Aktivitas Belajar diperoleh
dari lembar observasi aktivitas. Pengamatan
dilakukan oleh dua pengamat (Semangat Br
Tarigan dan Mahniar, Ama.Pd) selama 20
menit kerja kelompok dalam setiap KBM atau
40 menit dalam satu siklus. Dengan
pengamatan setiap 2 menit, maka nilai
maksimum yang mungkin teramati untuk satu
kategori aktivitas selama 40 menit adalah 20
kali.
Adapun data aktivitas yang diperoleh
selama 40 menit pada siklus I adalah sebagai
berikut:
Tabel 2. Skor Aktivitas Belajar Siswa
No
Aktivitas
Jumlah Persentase
1
Menulis,membaca
76
38%
2
Mengerjakan
54
27%
Bertanya pada
3
13
6,5%
teman
Bertanya pada
4
31
15,5%
guru
Yang tidak
5
26
13%
relevan
2). Data Hasil Belajar Siswa Siklus I
Akhir Pertemuan ke dua dilakukan (siklus
I) tes hasil belajar atau disebut formatif 1, data
hasil formatif 1 siswa dapat dilihat pada Tabel
4.3. Merujuk pada kesimpulan ini guru sebagai
peneliti berusaha memperbaiki proses dan
hasil belajar siswa melalui metode penugasan.
Hasil belajar yang diperoleh pada siklus I
selama dua pertemuan disajikan dalam Tabel
3.berikut:
Tabel 3. Distribusi Hasil Formatif 1
Nilai
Frekuensi
Nilai rata-rata
40
3
60
7
80
5
100
5
Jumlah
20
72
72
Merujuk pada Tabel 3 tersebut, nilai
terendah formatif 1 adalah 40 dan tertinggi
adalah 100 dengan 10 orang mendapat nilai
dibawah kriteria ketuntasan atau ketuntasan
klasikal adalah sebesar 50 %. Nilai ini berada
di bawah kriteria keberhasilan sehingga dapat
dikatakan KBM siklus 1 kurang berhasil
memberi ketuntasan belajar dalam kelas. Nilai
rata-rata kelas adalah 72.
Tahap Refleksi
Meskipun pembelajaran siklus I telah
meningkatkan hasil belajar siswa dari 0%
(pretes) menjadi 50% (formatif 1) siswa secara
klasikal
mencapai
kriteria
ketuntasan
minimum, namun ketuntasan secara klasikal
belum tercapai karena masih di bawah 85%.
Rendahnya hasil belajar siswa juga
dipengaruhi oleh rendahnya aktivitas belajar
siswa, dimana aktivitas belajar siswa dominan
membaca dan menulis (individual) sebesar
38% dan tingginya aktivitas yang tidak relevan
dengan KBM sebesar 13%. Beberapa hal yang
teridentifikasi
sebagai
penyebabnya
diantaranya:
a. Masih ada siswa yang tidak peduli bahkan
tidak mau tau dengan tugas yang diberikan
untuk dikerjakan secara individu di luar
sekolah (di rumah) akibatnya tugas yang
dikerjakan oleh siswa tersebut asal jadi
tanpa mengikuti intruksi yang telah
diberikan guru bahkan ada beberapa siswa
yang tidak mengerjakannya.
b. Tidak banyak siswa yang bertanya dan
ataupun memberi pendapat pada sesi tanya
jawab sehingga kegiatan diskusi dan tanya
jawab sulit dilakukan dan kurang
menggairahkan siswa.
c. Guru belum menggunakan media pada
saat mengajar sehingga siswa kurang
semangat saat mengikuti pembelajaran.
d. Guru kurang memotivasi siswa agar siswa
lebih bersemangat belajar dan belajar
secara aktif di kelas.
Tahap Tindakan Perbaikan Pelaksanaan
Berdasarkan
pada
permasalahanpermasalahan yang ditemui pada siklus I maka
guru sebagai peneliti merencanakan tindakantindakan perbaikan pembelajaran. Peneliti
menganalisis dan berdiskusi dengan tutor
peneliti Drs. Ratelit, M.Pd serta nara sumber
dari LPMP dan juga teman sejawat peneliti
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681
untuk
merumuskan
tindakan-tindakan
perbaikan pelaksanaan siklus II. Adapun
tindakan yang akan dilakukan di siklus II
diantaranya:
a. Lebih memberikan motivasi kepada siswa
agar bersedia mengerjakan tugas di luar
jam pelajaran (luar sekolah) untuk
kemudian menjadi bahan diskusi di kelas
dengan memberikan permen bagi siswasiswa yang mengerjakan tugasnya dengan
baik.
b. Guru memaparkan dan mengembalikan
seluruh hasil kerja siswa baik kelompok
dan individu yang bertujuan untuk
memotivasi siswa agar lebih aktif dalam
pembelajaran.
c. Guru membuat media dengan menuliskan
contoh pengumuman dan pantun di karton
sebagai media ajar untuk KBM 3 dan
KBM 4.
d. Guru menginformasikan pada siswa
bahwa siswa yang aktif dalam diskusi
ataupun dalam sesi tanya jawab akan
mendapat
nilai
tambahan
untuk
memotivasi siswa agar lebih aktif dalam
pembelajaran.
3.
Data Siklus II
Tahap Perencanaan
Setelah data-data formatif I dan aktivitas
siklus I dianalisis untuk mendapat suatu
gambaran tentang keberhasilan siswa, peneliti
kemudian berdiskusi
untuk mengambil
tindakan berikutnya pada siklus II. Diskusi
peneliti lakukan dengan tutor dari LPMP dan
UNIMED, guru sejawat, pengamat peneliti dan
pendamping dari UNIMED. Adapun data yang
peneliti peroleh seperti yang telah dijelaskan
pada tahap revisi dan tindakan perbaikan
seperti di atas. Pada tahap perencanaan siklus
II ini peneliti mempersiapkan perangkat
pembelajaran yang terdiri dari rencana
pelajaran 3 dan 4 dengan materi “
Pengumuman” dan “Pantun”, soal tes formatif
II yang mencakup indikator pengumuman dan
pantun, dan alat-alat pengajaran yang
mendukung seperti buku yang mendukung,
media pantun dan puisi yang telah peneliti
tuliskan di karton.
Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 19
dan 22 Maret 2013 di kelas IV SD Negeri
050649 Simpang Pulau Rambung dengan
jumlah siswa 20 orang. Dalam hal ini peneliti
bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada revisi siklus I.
Selama KBM siklus II berlangsung,
adapun data yang diperoleh yakni data
aktivitas dan hasil belajar siswa. Data aktivitas
di diperoleh dari pengamatan observer pada
saat siswa melakukan diskusi dan data
aktivitas belajar siswa diperoleh dari tes di
akhir siklus II (KBM 4). Setelah seluruh data
dikumpulkan, peneliti kemudian menganalisis
data dan mendiskusikan hasil analisis tersebut
dengan tutor, teman sejawat, pengamat serta
pendamping peneliti. Penyajian data yang telah
di analisis sebagai berikut:
1) Data Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
Penilaian aktivitas diperoleh dari lembar
observasi aktivitas. Pengamatan dilakukan
oleh dua pengamat selama 20 menit kerja
kelompok dalam setiap KBM atau 40 menit
dalam satu siklus. Dengan pengamatan setiap 2
menit, maka nilai maksimum yang mungkin
teramati untuk satu kategori aktivitas selama
40 menit adalah 20 kali. Adapun data aktivitas
belajar siswa pada siklus II sebagai berikut:
Tabel 4. Skor Aktivitas Belajar Siswa II
No
1
2
3
4
5
Aktivitas
Jumlah
Persentase
Menulis,membaca
Mengerjakan
Bertanya pada
teman
Bertanya pada
guru
Yang tidak relevan
51
100
25,5%
50%
32
16%
7
10
3,5%
5%
2) Data Hasil Belajar Siswa
Pengamatan (observasi) dilaksanakan
bersamaan dengan pelaksanaan belajar
mengajar. Akhir KBM keempat dilakukan tes
hasil belajar atau disebut formatif II, datanya
dapat dilihat pada tabel berikut:
73
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681
Tabel 5. Distribusi Hasil Formatif II
Nilai rataNilai
Frekuensi
rata
60
2
80
11
100
7
Jumlah
20
85
Merujuk pada Tabel 5, nilai terendah
untuk formatif II adalah 60 dan tertinggi
adalah 100 dengan 2 orang mendapat nilai
dibawah kriteria ketuntasan atau ketuntasan
klasikal adalah sebesar 90%. Nilai ini berada
di atas kriteria keberhasilan sehingga dapat
dikatakan KBM siklus II telah berhasil
memberi ketuntasan belajar dalam kelas.
Keterampilan menulis siswa juga mengalami
peningkatan, hasil kerja siswa sudah mulai rapi
dan juga penulisan tanda baca sudah benar.
Beberapa siswa sudah menuliskan “p” dan “g”
dengan benar namun masih ada siswa yang
salah menuliskannya. Nilai rata-rata kelas
adalah 85.
Tahap Refleksi dan Tahap Tindakan
Perbaikan Pelaksanaan
Selama pengamatan terhadap kegiatan
siswa siklus II (ranah afektif), penilaian
terhadap tes hasil belajar (ranah kognitif), dan
pengamatan terhadap pelaksanaan penerapan
pembelajaran dengan metode penugasan pada
siklus II, sudah tidak terlihat hal-hal yang
cukup patal yang harus diadakan perbaikan,
siswa yang tidak peduli bahkan tidak mau tau
dengan tugas yang diberikan untuk dikerjakan
secara individu di luar sekolah (di rumah) telah
lebih aktif mengerjakan pekerjaan rumahnya di
lihat dari hasil pekerjaan rumahnya. Siswa
yang tidak mengerjakannya tugas kini telah
mengerjakan tugasnya. Siswa sudah mulai
aktif dalam sesi tanya jawab. Guru telah
menggunakan media pada saat mengajar
sehingga siswa menjadi lebih semangat saat
mengikuti pembelajaran.
Siklus II dapat diatasi oleh guru dengan
baik, hasil belajar siswa sudah menunjukkan
peningkatan dan semua siswa dikatakan tuntas.
Secara keseluruhan semua aspek dalam hasil
belajar mengalami peningkatan dari siklus I ke
siklus II. Karena proses pelaksanaan pada
siklus I dan siklus II telah dapat mencapai hasil
74
yang diharapkan dan telah dapat menjawab
rumusan masalah pada penelitian ini, maka
tidak diadakan siklus selanjutnya. Sedangkan
untuk revisi pelaksanaan, guru harus lebih
pintar memanajemen waktu pada saat
melakukan diskusi dan memberi sesi tanya
jawab. Guru juga harus mampu memotivasi
siswa agar siswa lebih aktif selama
pembelajaran baik pembelajaran di sekolah,
maupun pembelajaran di luar sekolah pada saat
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
III. Hasil Dan Pembahasan
Sebelum pembelajaran siklus I dilakukan,
telah disusun perangkat pembelajaran dan
instrument penelitian yang dihasilkan dari
diskusi bersama tutor dan pembimbing
penelitian. Kemudian dilakukan tes hasil
belajar sebagai pretes untuk mengetahui
kondisi awal siswa. Merujuk pada Tabel 1,
nilai rata-rata kelas adalah 28 nilai terendah
untuk pretes adalah 10 dan tertinggi adalah 50
dengan KKM sebesar 70 tidak seorang pun
mendapat nilai diatas ketuntasan atau
ketuntasan klasikal adalah 0% yang
mengindikasikan
bahwa
siswa
tidak
mempersiapkan diri dengan belajar di rumah
tentang materi yang akan dibahas sebelum
datang ke sekolah karena rendahnya minat dan
aktivitas belajar siswa di sekolah maupun di
rumah.
Berdasarkan hasil data yang dikumpulkan,
dapat dikemukakan dua hal pokok yang perlu
diatasi, yaitu menumbuhkan aktivitas yang
bermuara pada peningkatan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan
metode penugasan. Siklus I dilaksanakan
dalam dua kali pertemuan sesuai perencanaaan
yang ditetapkan. Dapat ditarik kesimpulan
bahwa kondisi pembelajaran siklus II yang
relatif sama dengan siklus I ini berimplikasi
pada hasil belajar kedua siklus yang tidak jauh
berbeda. Pada siklus I data aktivitas belajar
siswa yang diperoleh yakni aktivitas
membaca/menulis pada siklus I menjadi
aktivitas yang paling dominan yakni sebesar
38%, aktivitas mengerjakan sebesar 27%.
Siswa masih banyak memerlukan bimbingan
dalam pelaksanaan diskusi, hal tersebut terlihat
dari persentasi bertanya kepada guru yang
mencapai 15,5%. Siswa juga dalam
pelaksanaan diskusi bertanya kepada teman
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681
dalam kelompoknya, jika ada hal tidak ia
mengerti sehingga aktivitas bertanya pada
teman mencapai persentasi 6,5%. Di saat yang
sama usaha peneliti untuk mengalihkan
perhatian siswa pada proses pembelajaran
belum begitu berhasil yang mengakibatkan
munculnya aktivitas tidak relevan dengan
KBM sebesar 13%.
Setelah berakhirnya siklus I dilaksanakan
tes hasil belajar sebagai formatif I. Merujuk
pada Tabel 4.3, nilai rata-rata formatif I
adalah 72, nilai terendah formatif I adalah 40
dan tertinggi adalah 100. Kriteria ketuntasan
minimum yang ditetapkan adalah 70. Dari
formatif yang dilakukan 10 orang mendapat
nilai dibawah kriteria ketuntasan atau tidak
tuntas, dengan demikian ketuntasan klasikal
adalah sebesar 50%. Kriteria ketuntasan
klasikal yang ditetapkan adalah 85%. Sehingga
nilai ini tidak memenuhi kriteria keberhasilan
sehingga dapat dikatakan KBM siklus I tidak
berhasil memberi ketuntasan belajar dalam
kelas.
Beberapa hal yang teridentifikasi sebagai
penyebabnya diantaranya:
a. Masih ada siswa yang tidak peduli bahkan
tidak mau tau dengan tugas yang diberikan
untuk dikerjakan secara individu di luar
sekolah (di rumah) akibatnya tugas yang
dikerjakan oleh siswa tersebut asal jadi
tanpa mengikuti intruksi yang telah
diberikan guru bahkan ada beberapa siswa
yang tidak mengerjakannya.
b. Tidak banyak siswa yang bertanya dan
ataupun memberi pendapat pada sesi tanya
jawab sehingga kegiatan diskusi dan tanya
jawab sulit dilakukan dan kurang
menggairahkan siswa.
c. Guru belum menggunakan media pada
saat mengajar sehingga siswa kurang
semangat saat mengikuti pembelajaran.
d. Guru kurang memotivasi siswa agar siswa
lebih bersemangat belajar dan belajar
secara aktif di kelas.
Berdasar
pada
permasalahanpermasalahan yang ditemui pada siklus I maka
guru sebagai peneliti berdiskusi dengan tutor
peneliti dan juga teman sejawat, pengamat dan
pendamping peneliti dari UNIMED untuk
merencanakan tindakan-tindakan perbaikan
pembelajaran yang akan dilakukan di siklus II.
Adapun tindakan perbaikan hasil diskusi
peneliti dengan tutor, teman sejawat, pengamat
dan pendamping peneliti diantaranya:
a. Lebih memberikan motivasi kepada siswa
agar bersedia mengerjakan tugas di luar
jam pelajaran (luar sekolah) untuk
kemudian menjadi bahan diskusi di kelas
dengan memberikan permen bagi siswasiswa yang mengerjakan tugasnya dengan
baik.
b. Guru memaparkan dan mengembalikan
seluruh hasil kerja siswa baik kelompok
dan individu yang bertujuan untuk
memotivasi siswa agar lebih aktif dalam
pembelajaran.
c. Guru membuat media dengan menuliskan
contoh pengumuman dan pantun di karton
sebagai media ajar untuk KBM 3 dan KBM
4.
d. Guru menginformasikan pada siswa bahwa
siswa yang aktif dalam diskusi ataupun
dalam sesi tanya jawab akan mendapat
nilai tambahan untuk memotivasi siswa
agar lebih aktif dalam pembelajaran.
Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran
pada siklus II berdasarkan hasil refleksi dan
revisi siklus I maka pada siklus II
pembelajaran sudah kondusif. Adapun data
aktivitas belajar siswa pada siklus II sebagai
berikut: Aktivitas membaca dan menulis
mengalami penurunan yakni sebesar 25,5%.
Hal ini mengindikasikan bahwa siswa sudah
mempersiapkan diri di rumah untuk mengikuti
pembelajaran di sekolah. Siswa juga aktif
berdiskusi menyelesaikan tugas di rumah,
sehingga pada saat pembelajaran aktivitas yang
dominan dilakukan siswa adalah aktivitas
mengerjakan LKS yakni sebesar 50%.
Kemampuan berpikir siswa juga mengalami
peningkatan, hal ini terlihat dengan
menyusutnya ketergantungan siswa kepada
guru yang ditandai dengan menyusutnya
aktivitas bertanya pada guru (3,5%). Siswa
juga menunjukkan sikap koperatif dalam
pembelajaran, hal ini dapat dilihat dengan
meningkatnya aktivitas bertanya kepada teman
menjadi 16%. Pada pembelajaran siklus II
kegiatan pembelajaran lebih baik dari pada
siklus I, hal ini mengindikasikan bahwa
tindakan perbaikan yang diterapkan pada
siklus II membawa dampak yang positif. Hal
ini dibuktikan dengan menyusutnya aktivitas
yang tidak relevan dari 13% menjadi 5% pada
siklus II.
75
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681
Siklus II dilaksanakan dalam dua kali
pertemuan sesuai dengan perencanaan yang
dibuat. Setelah berakhirnya siklus II
dilaksanakan tes hasil belajar sebagai formatif
II. Instrumen formatif II adalah bagian dari
instrument pretes yang indikatornya diajarkan
pada siklus II. Merujuk pada Tabel 4.5, nilai
terendah untuk formatif II adalah 60 dan
tertinggi adalah 100 dengan kriteria ketuntasan
minimal 70. Nilai rata-rata yang diperoleh
sebesar 85 nilai ini meningkat dibandingkan
formatif I dan telah tuntas. Sebanyak 2 siswa
memperoleh nilai di bawah KKM atau
ketuntasan klasikal telah mencapai 90%.
Mengacu pada kriteria ketuntasan klasikal
minimum sebesar 85% maka nilai ini berada di
atas kriteria keberhasilan sehingga dapat
dikatakan KBM siklus II juga berhasil
memberi ketuntasan belajar dalam kelas meski
masih meninggalkan 2 siswa yang nilainya
belum tuntas.
Penting dalam catatan peneliti bahwa hasil
belajar dapat di perbaiki dengan lebih
menekankan pembimbingan. Bimbingan guru
yang dimaksud adalah memberikan bantuan
agar siswa dapat memahami tujuan kegiatan
yang dilakukan dan berupa arahan tentang
prosedur kerja yang perlu dilakukan dalam
kegiatan pembelajaran (Ratumanari, 2002).
2.
Dengan menggunakan metode penugasan
diperoleh hasil belajar siswa dari siklus ke
siklus berikutnya mengalami peningkatan.
Pada siklus I menunjukkan tuntas
individunya sebanyak 10 orang dengan
tuntas kelas sebesar 50%. Pada siklus II
menunjukkan tuntas individu 18 orang
dengan tuntas kelas sebesar 90%. Hasil
belajar siswa dengan menerapkan Metode
Penugasan formatif I dan formatif II
menunjukkan 72 dan 85 dari data tersebut
menunjukkan tuntas sesuai dengan KKM
Bahasa Indonesia kelas IV. Hal ini
menunjukan bahwa prestasi belajar siswa
mengalami peningkatan tiap siklusnya.
Daftar Pustaka
Ali, M. 1996. Guru Dalam Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindon.
Arikunto, S. 1999. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa
Cipta.
Combs. A. W. 1984. The Profesional
Education of Teachers. Allin and
Bacon, Inc. Boston.
IV. Kesimpulan
Djamarah, S.B. 2002. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan selama dua siklus, dan
berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis
yang telah dilakukan dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Data aktivitas siswa menurut pengamatan
pada siklus I antaralain menulis/membaca
(38%), mengerjakan LKS (27 %),
bertanya sesama teman (6,5%), bertanya
kepada guru (15,5%), dan yang tidak
relevan dengan KBM
(13%). Data
aktivitas siswa menurut pengamatan pada
siklus II antaralain menulis/membaca
(25,5%), mengerjakan LKS (50%),
bertanya sesama teman (16%), bertanya
kepada guru (3,5%), dan yang tidak
relevan dengan KBM (5%). Dengan
demikian dapat disimpulkan terjadi
peningkatan aktivitas belajar siswa dari
setiap siklus.
Hamalik, Oemar. 1999. Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
76
Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mukhlis, Abdul. (Ed). 2000. Penelitian
Tindakan Kelas. Makalah Penelitian
Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah untuk
Guru-guru se-Kabupaten Tuban.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk
Belajar. Surabaya. University Press.
Universitas Negeri Surabaya.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar. Jakarta: Bina
Aksara.
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681
Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan
Model Pembelajaran. Jakarta: PAUPPAI, Universitas Terbuka.
77
Download