Mengatasi Permasalahan Gender dalam Program Peningkatan dan

advertisement
Aktivitas Terbaru
Mengatasi Permasalahan Gender dalam Program
Peningkatan dan Pemeliharaan Jalan Provinsi di Lombok
Pendekatan
inklusif
dalam
pembangunan
berkelanjutan
membutuhkan tindakan untuk mengatasi hambatan sosial yang
menghalangi kelompok-kelompok rentan, seperti perempuan dan
penyandang disabilitas, untuk memperoleh akses dan kesempatan
yang setara. Terlepas dari konstruksi sosial terhadap identitas dan
peran mereka, perempuan dan penyandang disabilitas dapat menggali
potensi sebagai individu dan berpartisipasi sebagai anggota aktif dari
masyarakat.
Dalam program Peningkatan dan Pemeliharaan Jalan Provinsi (PRIM)
yang didukung IndII, lokakarya tentang gender dan disabilitas
diselenggarakan pada 27-28 April 2016 di Lombok, Nusa Tenggara
Barat (NTB). Lokakarya difasilitasi oleh dua konsultan Elly Mahmudah
dan Jaka Ahmad (tuna netra) beserta staf Gender IndII, Eko Utomo.
Empat puluh peserta dari pemerintah daerah, DFAT, konsultan,
kontraktor, anggota LSM lokal, dan Forum Lalu Lintas dan Jalan (FLLJ)
menghadiri lokakarya ini. Lokakarya dua hari ini bertujuan menambah
kapasitas program untuk mengintegrasikan dimensi gender dan
disabilitas ke dalam semua kegiatan. Gender dan disabilitas,
karenanya, bukan lagi konsep abstrak yang tidak dapat diterjemahkan
menjadi tindakan nyata.
Perspektif umum di daerah memperlakukan kelompok rentan,
termasuk penyandang disabilitas, lewat cara mengasihani (dianggap
'lemah', 'tidak boleh ditinggal sendirian dalam perjalanan', dll) dan
karenanya, tidak mendorong mereka mandiri atau berkontribusi lebih
bagi komunitasnya. Perspektif ini diperdebatkan selama lokakarya.
Salah satu pendekatan ampuh untuk meningkatkan kesadaran dan
menumbuhkan rasa keterlibatan adalah melalui sesi bermain peran
sebagai penyandang disabilitas. Toni, seorang peserta dari Asosiasi
Penyandang Disabilitas di Indonesia, menyampaikan rasa antusias
terhadap sesi ini. "Isu disabilitas tidak pernah dipertimbangkan secara
terbuka dan dibahas oleh pihak-pihak yang bergerak dalam
infrastruktur di NTB. Acara ini membawa tantangan besar sekaligus
kesempatan,” tuturnya.
Pada akhir lokakarya, semua peserta menghargai perubahan
perspektif mereka dalam mengintegrasikan gender dan disabilitas
sebagai upaya meningkatkan kegiatan sektor jalan di daerah masingmasing. Selanjutnya, lokakarya dilanjutkan dengan menulis rencana
aksi yang bisa diterapkan dengan mengikutsertakan dua aspek
tersebut. Tim PRIM akan berkoordinasi dengan para pemangku
kepentingan guna memastikan upaya konkrit dalam berbagai kegiatan
untuk meningkatkan partisipasi yang setara. Memastikan terbukanya
kesempatan setara dalam pekerjaan juga akan didorong. Selain itu,
PRIM akan mengubah kewajiban kontrak bagi kontraktor untuk
menyertakan penanganan khusus bagi perempuan dan penyandang
disabilitas.
AU 100
"Sesi gender di hari pertama mengangkat langkah
bagi perempuan dan laki-laki untuk berpartisipasi
dalam program perbaikan jalan, mengakses informasi,
dan menikmati manfaat yang sama."
- Perwakilan dari Annisa, LSM yang berfokus
pada isu perempuan.
Sesi bermain peran sebagai kelompok pengguna jalan
yang rentan (perempuan dan penyandang disabilitas)
dalam lokakarya di Lombok, NTB, 27-28 April, 2016.
Prakarsa Infrastruktur Indonesia
merupakan proyek yang didukung oleh
Pemerintah Australia untuk mendukung
pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui
peningkatan relevansi, kualitas dan
jumlah investasi infrastruktur.
Download