Ringkasan Khotbah

advertisement
Ibr 4:12 Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh,
sendi–sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan
Ringkasan Khotbah
Jilid 1
G E R E J A R E F O R M E D I N JI LI I N D O N E S I A
S
SU
UR
RA
AB
BA
AY
YA
A--A
AN
ND
DH
HIIK
KA
A
Ringkasan Khotbah adalah penerbitan dari
Gereja Reformed Injili Indonesia Surabaya-Andhika
Andhika Plaza C/5-7, Jl. Simpang Dukuh 38-40, Surabaya 60275
Transkrip ringkasan-ringkasan ini dikerjakan oleh jumahat GRII-Surabaya dan belum diperiksa oleh pengkhotbahnya
Bentuk penerbitan Ringkasan Khotbah diusahakan oleh Pieter Kuiper (the Netherlands)
[email protected]
Copyright transkrip ada di pihak Gereja Reformed Injili Indonesia Surabaya-Andhika
www.imansejati.net
I
Daftar
Halaman
1
5
10
29
31
34
37
40
44
48
52
56
59
62
65
69
75
78
82
86
90
93
96
99
102
105
108
111
117
121
124
128
132
136
139
142
146
150
153
156
160
163
166
169
172
176
Isi
Ringkasan Khotbah
Judul
Kitab
Mengenal Kristus
Kepastian jaminan Kristen
Pertumbuhan Iman Kristen
Kepenuhan hidup dalam Kristus
Kebangkitan Kristus dan pengharapan kita
Tugas yang belum selesai
Kamu akan menjadi saksi-Ku
Penantian
Pentakosta
Mengerjakan keselamatan
Pergumulan mengerti realita
Tuhan Allah tak terduga
Pergumulan dan kemenangan
System tertutup dan system terbuka
Hidup oleh iman
Murka Allah atas dosa
Diam di hadapan Allah
Kedahsyatan murka Allah
Komitmen Habakuk
Melihat peluang di atas Peluang
Finalitas dan kuasa Penginjilan
Hidup bepaut pada Allah
Mati dalam dosa
Hukum kehidupan
Urgensi anugerah
Anugerah Kristus
Anugerah, iman dan keselamatan
Perjanjian kerja
Musa pemimpin pilihan Tuhan
Kebutuhan yang terbaik
Kesatuan di dalam Kristus
Posisi orang kafir
Bahaya sikap sektarian
Basis persatuan yang sejati
Sola Scriptura
Panggilan yan ajaib
Herodus yang malang
Terpenjara karena Kristus
Hamba Tuhan terpercaya
Penatalayan anugerah
Kekayaan Kristus, yang tidak terduga
Rencana kekal Allah
Iman dan keyakinan
Iman yang memberi keberanian dan akses
Pelayanan dengan lutut
Kemuliaan yang mutlak
Kolosse 1
Efesus 1
Efesus 1
Efesus 1
Matius 27
Kisah 1
Kisah 1
Kisah 1
Kisah 2
Filipi 2
Habakuk 1
Habakuk 1
Habakuk 1
Habakuk 2
Habakuk 2
Habakuk 2
Habakuk 2
Habakuk 3
Habakuk 3
Kisah 16
Kisah 1
Yosua 24
Efesus 2
Efesus 2
Efesus 2
Efesus 2
Efesus 2
Efesus 2
Keluaran 3
1 Korintus 1
Efesus 2
Efesus 2
Efesus 2
Efesus 2
Yohanes 1
Matius 2
Matius 2
Efesus 3
Efesus 3
Efesus 3
Efesus 3
Efesus 3
Efesus 3
Efesus 3
Efesus 3
Efesus 3
Ayat
15-23
12-14
15-23
11
62
1-3
4-8
12-26
1-36
12-18
1-4
5-11
12-17
1-5
4-5
6-20
20
1-16
17-19
19-40
8
14-15
1-10
2-3
4-5
4-7
8-9
9-10
1-10
18-22
11-22
11-13
13-17
19-22
1-5
1-2
3-12
1
3-4
2-7
7-9
10-12
12-13
12-13
13-17
13-16
Kitab
Jilid 1
Ayat
Matius 28
20
Kisah 4
12
Matius 2
Galatia 2
1 Petrus 3
16-18
20
15
Matius 6
Efesus 3
5-8
21
Kitab
Ayat
II
Daftar
Halaman
179
183
187
190
193
196
199
202
206
209
213
216
220
223
226
230
239
243
246
249
252
255
258
262
265
269
272
275
278
281
284
287
290
303
267
311
315
319
323
326
330
333
337
348
352
356
Isi
Ringkasan Khotbah
Judul
Kitab
Berdiam dan bertumbuh dalam Kristus
Tuntutan kasih
Kasih Kristus tidak terbatas
Segala kemuliaan bagi Allah - Soli Deo Gloria
Kehidupan paradoksal
Kebangkitkan, ini iman Kristen
Karakter-karakter esensial
Kesatuan tubuh Kristus
Kesatuan dalam bineka
Pertumbuhan tubuh Kristus
Karunia Rohani dan tujuannya
Paradoks ordo dan kesatuan
Manusia Lama
Hidup berbeda
Kekristenan yang dangkal
Agama yang benar
Tanggungjawab keluarga
Roh Kudus
Apa yang dilakukan Roh Kudus dan tujuannya
Rencana keselamatan
Kerjakan pemberitaan Injil dengan segera
Hidup tapi mati
Kehadiran Tuhan di mana-mana
Anugerah pengajaran di dalam Kristus
Ciri perubahan iman Kristen
Pembaruahan roh dan pikiran
Manusia baru di dalam Kristus
Kebenaran dan kekudusan yang sejati
Manusia baru, perhubungan baru
Padamlah amarahmu!
Jangan beri kesempatan pada iblis
Jangan mencuri
Etos kerja Kristen
Perkataan yang membangun
Jangan mendukakan Roh Kudus
Perhubungan positief
Iman sejati kepada Allah yang benar
Panggilan memberitakan Injil
Di hadapan tahun baru
Makna hidup
Kerinduhan akan Allah
Pelayanan: Keharusan atau alternatif
Iman yang sejati
Hanya yang siap menghadapi kematian, dapat
benar-benar hidup
Bersorak-sorai atas kemenangan
Dinamika Iman
Efesus 3
Efesus 3
Efesus 3
Efesus 3
Efesus 3
Yohanes 20
Efesus 4
Efesus 4
Efesus 4
Efesus 4
Efesus 4
Efesus 4
Efesus 4
Efesus 4
Matius 7
1 Petrus 1
Hakim-H 2
Kisah 1
Yohanes 16
Matius 1
Matius 9
Wahyu 3
Lukas 24
Efesus 4
Efesus 4
Efesus 4
Efesus 4
Efesus 4
Efesus 4
Efesus 4
Efesus 4
Efesus 4
Efesus 4
Efesus 4
Efesus 4
Efesus 4
Efesus 4
Kisah 28
Matius 28
Mazmur 90
Mazmur 42
Yohanes 4
Yohanes 8
Ibrani 9
1 Kor. 15
Amsal 1
Ayat
16-17
18-19
18-19
20-21
21
1-10
2
3-6
7-10
11-16
11-12
16-19
17-19
20-24
21-29
1-10
6-13
8
14
21-23
35-38
1-6
13-17
20-24
20-24
23
24
24
25
26-27
26-27
28
28
29
30-32
31-32
17-18
17-29
19-20
12-17
2-3
1-10
30-59
27-28
50-58
1-5
Kitab
Roma 8
Wahyu 2
Jilid 1
Ayat
Kitab
31-39 Kolose 2
4-5
Ayat
6-7
1
Efesus 4
31-35
Pengkhotbah 4
Yohanes 13
Lukas 24
25-35
Yohanes 8
43-45
2 Teselonika 3
9-12
1-15
Filipi 3
13-14 Filipi 3
18-21
Yohanes 6
26-27 Yohanes 2
2
27-34
15-17
Mazmur 63
Yohanes 4
III
Daftar
Halaman
Isi
Ringkasan Khotbah
Judul
Kitab
360
Dinamika Iman Yusuf
Kejadian 37
Kejadian 45
4, 8,11 Kejadian 40
8
Kejadian 50
15
20
Kejadian 41
50-52
364
Dinamika Iman Yefta
Kejadian 48
Hakim-H 11
13-19 Bilangan 13
29-35 Hakim-H 12
8
1-7
Hakim-H 11
1-11
369
Dinamika Iman Abraham
Kejadian 12
2-4
Kejadian 16
16
Kejadian 17
1
375
Pergumulan Iman Abraham,
Kejadian 12
378
Dinamika Iman Sara (1)
1-5
1
1-2
1-3
Kejadian 17
15-16
Dinamika Iman Sara (2)
Dinamika Iman Yunus
Ibrani 11
Ibrani 18
Ibrani 11
Yunus 1
Yunus 4
Daniel 1
Keluaran 6
Keluaran 1 15-16, 22
Keluaran 2 15-22
Roma 10
17
Lukas 23
44-47
Yesaya 7
1-17
1 Sam. 9
17
1 Sam. 12
13-14
Kejadian 4
1-11
Hakim-H. 4
1-21
1 Samuel 17 26-39
1 Samuel 17 26-39
Kejadian 16
Kejadian 21
382
10-20
1-33
11
11-15
11
1-10
9-11
1-8
16-20
385
390
394
399
402
405
408
412
417
421
426
430
434
438
442
446
451
456
460
465
469
473
477
480
483
487
491
495
499
503
506
509
512
Dinamika Iman Daniel
Dinamika Iman Yokhebed
Dinamika Iman Musa
Dinamika Iman Hawa
Dinamika Iman Kapala Pasukan
Dinamika Iman Ahas
Dinamika Iman Saul
Dinamika Iman Kain dan Habel
Dinamika Iman Barak dan Debora
Dinamika Iman Daud (1)
Dinamika Iman Daud (2)
Dinamika Iman Daud (3)
Dinamika Iman Eli
Dinamika Iman Gideon (1)
Dinamika Iman Gideon (2)
Dinamika Iman Ayub (1)
Dinamika Iman Ayub (2)
Dinamika Iman Simson
Kesia-siaan hidup secara ateis
Turutilah teladan Allah!
Hiduplah di dalam kasih!
Hiduplah suci!
Umat Kerajaan Surga
Kata-kata hampa
Murka Allah atas orang durhaka
Anak-anak terang
Terang yang aktif
Bangunlah dan bangkitlah!
Bangkitlah dan bercahayalah!
Bijaksanalah!
Tebuslah waktumu!
Bijaksana dan kehendak Allah
Ayat
Kitab
Jilid 1
Ibrani 12
Yunus 3
Daniel 1
Keluaran 2
Keluaran 2
Ayat
Kitab
Yunus 4
18-21
1-11
1-3 Keluaran 2
Ayat
1-4
7-12
Kejadian 3
1-6
Ibrani 12
1-2
1 Sam. 10
1 Sam. 13
Ibrani 11
Hakim-H. 5
Mazmur 32
Mazmur 32
1,8
1-14
4
8
1 Sam. 11
1 Sam. 15
1-2, 6
24
11-12
'14-17
Ajub 1
Ajub 42
19-22 Ajub 2
4-6
1 Yohanes 3
Hakim-H. 5
Mazmur 32
1 Samuel 3
1-18
Hakim-H. 6-8
Hakim-H. 6
Ayub 1
Ayub 1
1-24
1-9
6-12
Hakim 13-16
1 Petr. 3
Efesus 5
Efesus 5
Efesus 5
Efesus 5
Efesus 5
Efesus 5
Efesus 5
Efesus 5
Efesus 5
Efesus 5
Efesus 5
Efesus 5
Efesus 5
15
Mazmur 14
1-2
1-5
1-5
5
6-7
6-7
6-7
11-13
13-14
14-18
14-21
15-17
15-17
1-3
1-9
IV
Daftar
Halaman
515
519
523
527
531
536
540
547
551
555
559
Isi
Judul
Kitab
Penuhlah dengan Roh!
Hidup beribadah
Hidup mengucapkan syukur
Hidup takut akan Allah
Keluarga bahagia: Presuposisi dasar
Problematika presuposisi
Misteri besar
Kristus rendah hati
Watak lelaki
Watak wanita
Pria Lembut
Efesus 5
17-21
Efesus 5
19-21
Efesus 5
20
Efesus 5
21
Efesus 5
22-23 Matius 19
Karangan: Pdt. Sutjipto Subeno
Efesus 5
22-33
Efesus 5
21-24
Efesus 5
25-30
1 Petr. 3
1-7
Efesus 5
25-30
Efesus 5
15-17 Mazmur 90
Efesus 5
31-33 Kejadian 2
1 Kor. 7
10-16
Yohanes 6
41-48 Yohanes 6
Lukas 1
38
Lukas 1
Efesus 6
1-4
Efesus 6
1-3
Efesus 6
4
Kolose 3
Efesus 6
5-9
Efesus 6
5-9 Roma 12
Efesus 6
8-9
Efesus 6
10-13
Filipi 1
1-4
Filipi 3
7-8
Filipi 2
1-11
Filipi 2
12-18
Filipi 4
4-9
562 Waktu dan hidup yang berpusat kepada Kristus
566
569
573
577
580
583
586
589
592
596
599
602
606
611
616
621
Ringkasan Khotbah
Keluarga terkhusus
Penginkilan di dalam keluarga
Roti jasmani atau roti rohani
Nyanyian seorang hamba
Mematuhi orangtua
Kepatuhan di dalam Tuhan
Orangtua yang bertanggungjawab
Hak dan kewajiban
Keadilan Allah dan hak asasi manusia
Tuan dan hamba
Hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan!
Sukacita dalam Berita Injil
Sukacita Axiologis
Sukacita Altruistik
Sukacita Konsentrik
Sukacita Surgawi
Ayat
Kitab
Jilid 1
Ayat
Kitab
Ayat
1-12
Kejadian 2
18-25
24
Matius 19
5
60-61 Yohanes 6
46-55
66
21
17-21
Amsal 13
24
1
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
M
Me
en
ng
ge
en
na
all K
Krriis
sttu
us
s
Oleh: Pdt. Amin Tjung
Yoh 17:3
Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu–satunya Allah yang
benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.
Nats:
15
Kolose 1:15-23
Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang
diciptakan,
16
karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di
bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik
pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.
17
Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia.
18
Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara
orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu.
19
Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia,
20
dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri–Nya, baik yang ada di
bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib
Kristus.
21
Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi–Nya dalam hati dan
pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat,
22
sekarang diperdamaikan–Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian–Nya, untuk
menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan–Nya.
23
Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan
jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah
dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi
pelayannya.
Saudara, kalau kita melihat saat Kristus ada di dunia, kita baca mulai dari Injil Matius, Markus, Lukas dan
Yohanes serta dalam tulisan para rasul maka kita dapat melihat bahwa mereka mencoba menfokuskan
pada siapakah Kristus itu. Dalam Mat 8, tatkala Ia menenangkan angin ribut, menghentikan ombak yang
berderu maka orang-orang khususnya para murid-Nya bertanya, "Siapa gerangan orang ini sehingga angin
dan danaupun taat pada-Nya?" Sebelum Ia menyembuhkan orang lumpuh itu, Ia berkata, "Dosamu
diampuni." Sehingga Ahli Taurat dan orang Farisi berkata, "Siapakah orang yang berani mengampuni dosa
dan menghujat Allah ini?"
Banyak agama lain yang mengakui Kristus tetapi dengan konsep yang salah dan berbeda dimana mereka
menganggap bahwa Kristus adalah sebagai reinkarnasi dari orang yang mereka pandang dalam sejarah
2
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
tertentu akan datang. Bahkan ada yang pernah meramalkan tanggal kedatangan Yesus namun itu semua
tidak mungkin karena sebagai orang Kristen sadar akan dapat melihat Kristus yang akan datang jika kita
belum meninggal. Alkitab telah berbicara tentang hal ini, bahwa banyak nabi dan mesias palsu yang akan
muncul dan mereka akan mengaku diri sebagai Kristus yang datang kembali. Dalam buku tentang God
Incarnation and Atonement (by Roland Finstra and Alvin Platingga), dua tokoh filsafat dari Kalvin Seminari dan
Norterdam, mereka membahas tentang siapa Kristus itu. Mungkinkah Allah itu inkarnasi? Bagaimana
inkarnasinya? Dikatakannya pula bahwa setiap Kristologi yang mencoba keluar dari pengakuan Kalsedon
pasti menjadi sesat. Namun sekalipun tidak membaca rumusan Kalsedon kita seharusnya mengerti dengan
jelas siapa Kristus itu, kita perlu mengenal, mengasihi dan dapat melayani Dia dengan lebih sungguh.
Paulus mengatakan, "Kita yang berdosa, melawan dan menjadi musuh Tuhan telah diperdamaikan dengan
Allah, Kristus sudah membeli kita kembali dari kuasa dosa di mana Ia tebus dan bayar kepada Allah Bapa,
kasih-Nya begitu nyata melalui kematian-Nya di kayu salib, kebangkitan-Nya sudah menyelamatkan kita
maka seharusnya kita jauh mengenal Dia. Seharusnya kita mau renungkan kasih-Nya dan apa yang Ia
inginkan dalam hidup kita setiap hari.
Ada satu kerinduan mengenal Dia dengan benar dan hidup bagi Dia. Dalam Injil Yohanes Paulus
menegaskan kembali tentang konsep ini karena banyak orang mengajar hal yang salah di mana mereka
hanya melihat sebagai "orang penting" dan mereka mempunyai konsep latar belakang Yunani bercampur
agama Persia, suatu pendekatan genostik yang belum sepenuhnya jadi. Disitu ditekankan bahwa Kristus
hanya merupakan salah satu emanasi (pancaran yang mengalir dan mungkin paling jauh) dari oknum yang disebut
yang tertinggi Allah itu. Bahkan Arius, saksi Yehova pada jaman ini juga menggunakan ayat di atas untuk
mendukung argumen mereka bahwa Kristus adalah ciptaan yang pertama. Paulus dalam ayat 15
menegaskan, "Ia, (anaknya) … gambar Allah (ekon) wujud pernyataan yang ia bayangkan waktu Kristus
menyatakan diri kepadanya dan ini dihubungkan dengan ayat yang ke 19 yang menunjukkan seluruh
kepenuhan Allah ada di dalam Dia. Dia adalah Allah yang sejati dan kepenuhan Allah ada di dalam Dia.
Di sini kita perlu mendidik jemaat sehingga waktu mereka mendengar ajaran yang tidak benar mampu peka
dan menilai. Allah sepenuhnya ada dalam Kristus. Di sini orang seringkali bingung karena konsep yang ada
dalam pikirannya adalah konsep materi sehingga mereka sulit membayangkan yang non materi. Seperti
halnya kalau kita mendefinisikan Allah Tritunggal (tiga pribadi/oknum: Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus, tiga
oknum yang berbeda; tunggal: satu substansi). Definisi tritunggal sama secara status/ ontologisnya dan berbeda
dalam fungsi/ ekonominya. Seperti halnya waktu Kristus di baptis, di situ juga ada Allah Bapa yang bersuara
dari Surga dan Allah Roh Kudus yang menyerupai merpati di mana tiga oknum itu ada secara sekaligus.
Kalau substansi itu bersifat materi maka akan sulit sekali kita bayangkan, tiga oknum yaitu Allah Bapa, Allah
Anak dan Allah Roh Kudus itu sepenuhnya Allah.
Ini merupakan pengetahuan yang bersifat non materi atau bukan benda. Alkitab berkata, "Allah itu Roh,
barangsiapa menyembah Dia harus menyembah dalam Roh dan Kebenaran (Yoh 4:24). Dari sini kita
sepenuhnya dapat percaya bahwa Allah Bapa adalah sepenuhnya Allah, Allah oknum kedua sepenuhnya
Allah dan Allah oknum ketigapun sepenuhnya Allah meskipun nanti dalam fungsi berbeda. Bapa yang
mengutus dan melahirkan anak, Bapa bersama anak mengutus Roh Kudus, Roh Kudus keluar dari Bapa dan
Anak. Di sini kita dapat melihat bahwa Kristus adalah Allah sejati. Ditekankan oleh Paulus bahwa Ia adalah
wujud pernyataan Allah yang tidak kelihatan namun Ia adalah Allah yang sejati karena kepenuhan Allah
diam di dalam Dia.
3
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Selanjutnya di sini dikatakan bahwa Ia sulung, lebih utama dari segala sesuatu karena di dalam Dia telah
diciptakan. Ada orang yang mengatakan bahwa Ia adalah ciptaan yang pertama karena ada kata sulung.
Kata sulung dapat mempunyai dua pengertian, oleh sebab itu kita harus cermat melihat konteks katanya
supaya tidak salah mengambil kesimpulan atau sesat ekwivokasi (bunyinya sama tetapi arti dibelakangnya beda).
Sulung disini dalam bahasa aslinya adalah prototokos yang memang dapat diterjemahkan sebagai ‘anak
pertama dalam urutan keluarga’ tetapi dapat juga diartikan sebagai ‘Ia yang diutamakan bukan secara
kronologi. (Mzm 89:28; Kel 4:22-23) sehingga kita dapat melihat disini sulung sebagai yang diutamakan karena
Ia adalah sang Pencipta, Ia yang menciptakan segala sesuatu. Yoh 1:3 "Segala sesuatu dijadikan oleh dia dan
tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan."
Berarti Ia adalah penjadi dan bukan yang dijadikan. Kita lihat dalam hal demikian jelas bahwa Kristus
sungguh Allah sejati, Sang Pencipta yang menciptakan segala sesuatu yang ada maupun yang tidak
kelihatan dan waktu Ia menciptakan segala sesuatu, dikatakan Ia ada terlebih dahulu. Itu menunjukkan Ia
memang berbeda dengan ciptaan.
Kemudian kita lihat bahwa Ia bukan saja Sang Pencipta tetapi yang menjadikan segala sesuatu untuk Dia
yang berarti juga bahwa Ia adalah pemilik segala sesuatu. Sebagai contoh kalau saya membuat tabungan
uang dari tanah liat maka setelah barang itu terwujud maka saya mempunyai hak atas barang tersebut.
Berarti secara ciptaan, kitapun adalah milik Dia, seluruh kehidupan, potensi, waktu, tenaga, keuangan, otak
dan segala yang ada pada kita adalah milik-Nya secara sepenuhnya. Dan bukan hanya itu, Ia adalah
pengontrol dan pemelihara hidup kita, segala sesuatu ada di dalam Dia, Dia penopang, pengarah dan
pemelihara segala sesuatu menuju maksud dan tujuan-Nya. Dalam hal ini kita harus sadar bahwa tidak ada
satu hal bagi Tuhan merupakan kejadian yang mendadak, yang Ia tidak sadari. Segala sesuatu ada dalam
kontrol-Nya, termasuk manusia jatuh dalam dosa karena Ia tahu waktu Ia ciptakan manusia yang menurut
gambar dan rupa-Nya yang berarti juga mempunyai kebebasan maka mempunyai kemungkinan akan jatuh
dalam dosa. Sehingga Ia telah menyiapkan karya keselamatan dan Kristus dipilih sebelum dunia dijadikan.
Saya harap ini mendorong kita untuk belajar dengan teliti. Harus tetap kita sadari bahwa Allah tidak di
dalam waktu karena Allah melampaui waktu, Allah adalah kekal sedang manusia pasti berpikir dalam ruang
dan waktu karena kita dicipta demikian.
Kita harus sadar bahwa sejarah dalam dunia ini tetap dalam kontrol Dia untuk menggenapi maksud dan
rencananya. Dalam kasus kerusuhan, orang Kristen dianiaya dan dipaksa menyangkal Kristus, apakah itu
menunjukkan Allah kalah? Tidak! Kita percaya Allah kita adalah Allah yang maha kuasa dan segala kuasa
lain ada dalam kontrol-Nya. Tanpa sadar mereka yang melakukan tindakan tersebut menggenapkan
rencana Allah walaupun mereka harus dihukum karena mereka melawan Tuhan. Kalau ada martir
meninggal maka dapat dilihat bahwa waktu Tuhan datang makin dekat dan kita harus makin giat
menjalankan pekerjaan-Nya (Why 6:9-11). Seperti halnya dengan Kristus, mereka tidak mungkin
menyerahkan dan menyalibkan-Nya tetapi Allah Bapa dan diri-Nyalah yang menyerahkan. Kita lihat di
dalam providensia seperti ini bahwa Allah mengontrol sejarah.
Kristus mati mendamaikan kita dengan Allah, seharusnya kasihnya yang besar ini membuat kita sadar
bahwa Ia telah membeli kita ulang sehingga kita bukan milik kita sendiri tetapi milik Kristus, Kristus pun
menjadi milik kita bukan untuk sementara tetapi selamanya. Di dalam hidup kita biarlah kita mau sadari hal
ini. Dalam 1 Kor 6:19-20 dikatakan, "Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus …
Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!"
Kita harus sepenuhnya sadar bahwa diri kita sepenuhnya adalah milik Tuhan dan kita harus persembahkan
4
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
untuk Tuhan. Seperti seorang Baptis yang bernama Charles H. Spurgeon dan Pdt. Stephen Tong, mereka
coba terus gerak, kerjakan sehingga mereka merupakan orang yang Tuhan pakai menjadi bara yang terus
membawa banyak orang mengenal Tuhan, terus dikuatkan melayani karena siang malam yang menjadi
pikiran mereka hanya satu fokus bahwa hidupnya adalah milik Kristus dan seumur hidupnya segalanya
dipersembahkan pada Tuhan. Kalau kita perhatikan dalam Kitab PB, hanya dua orang yang sanggup berkata
sudah selesai yaitu Kristus (Yoh 17:3-4) dan Paulus (2 Tim). Seumur hidup menjadi milik Tuhan, mengerjakan
yang Tuhan percayakan dengan sungguh-sungguh (Kis 14:19-20).
Mengapa komunis dapat begitu cepat hingga pertengahan abad 20 ia hampir melanda seluruh dunia? John
White dan Billy Graham pernah mengkutip artikel tulisan surat seorang kader komunis kepada pacarnya
yang memutuskan untuk mengabdi sepenuhnya kepada komunis. Bahkan ia rela dipenjara dan digantung
asalkan komunis berkembang. Saudara bayangkan, kita menjadi orang Kristen seperti apa? Sungguhkah
cinta kita pada Kristus?
Saudara sebagai orang kristen harus pernah memikirkan, doakan dan gumulkan, apakah Tuhan panggil
saudara menjadi hambanya secara full time atau menjadi saksi Tuhan dalam bidang tertentu. Kalau Tuhan
panggil saudara dalam bidang tertentu, tetap Tuhan menjadikan saudara sebagai saksi dan garam di
lingkungan saudara. Satu hal yang penting adalah total penyerahan hidup. Biarlah saudara jelas, karena
hidup kita secara ciptaan dan tebusan milik Dia. Kita tidak perlu mengkhawatirkan masa depan karena
seluruh sejarah dikontrol oleh dia. Biarlah Tuhan menolong kita sekali lagi untuk mempersembahkan hidup
kita sepenuhnya kepada Tuhan.
Amin!
5
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
K
Ke
ep
pa
as
sttiia
an
n jja
am
miin
na
an
nk
krriis
stte
en
n
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
12
Efesus 1:12-14
Supaya kami, yang sebelumnya telah menaruh harapan pada Kristus, boleh menjadi puji–
pujian bagi kemuliaan–Nya.
13
Di dalam Dia kamu juga––karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil
keselamatanmu––di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh
Kudus, yang dijanjikan–Nya itu.
14
Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu
penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan–Nya.
Di tengah kehidupan yang tidak pasti, manusia sangat membutuhkan kepastian. Di dalam ketidakpastian
selalu terjadi kepanikan, kebingungan dan tidak memiliki pegangan yang pasti, sehingga kita mudah
diombang-ambingkan oleh berbagai macam angin pengajaran, permainan palsu manusia (bnd Ef 4:14).
Di tengah ketidakpastian ini, orang Kristen tidak seharusnya memiliki naturalitas yang sama seperti orang
yang tidak percaya. Paulus, ketika belum kembali kepada Kristus tidak memiliki pegangan yang kokoh.
Namun, setelah Paulus kembali kepada Kristus, dia memiliki pegangan dan arah yang jelas. Mengapa?
Karena Paulus mengerti secara mendalam Siapa yang dia percaya. Dalam 2 Tim 1:12 Paulus mengatakan,
"Aku tahu kepada Siapa aku percaya."
Hal ini juga dibuktikan oleh Paulus di dalam Efesus 1:12, "supaya kami yang sebelumnya menaruh harapan
kepada Kristus." Kata ‘yang sebelumnya telah menaruh harapan,’ menggunakan kata proelpizo. Di sini
seolah-olah memberikan urutan ‘yang sebelumnya telah menaruh harapan pada Kristus.’ Sebenarnya,
istilah ini berarti ‘pra-harapan-nya pada Kristus’. Istilah yang dipakai di sini hanya satu kata dan kata ini
(proelpizo) hanya dipakai satu kali di dalam seluruh Alkitab PB. F.F. Bruce seorang eksegeses yang sangat
ternama menyoroti kata ini. Dia mengatakan proelpizo ini bukan mengajarkan satu harapan yang ada
embel-embel-nya tetapi juga bukan merupakan suatu masalah lalu kita berharap. Pra-harapan ini
merupakan suatu presaposisi yaitu satu dasar harapan yang dipegang lebih dahulu. Jadi ini bisa
dikategorikan sebagai pegangan dasar, artinya apapun yang dibangun disana saya pegang ini dahulu. Jadi
kata proelpizo digunakan oleh Paulus berarti sudah memiliki pegangan pertama yaitu di dalam Kristus.
Kemudian di dalam ay. 13 ditambah lagi, "di dalam Dia kamu juga."
Paulus mengatakan, "aku tahu kepada siapa aku percaya (2 Tim 1:12)." Ini menjadi pra-harapan Kekristenan.
Ini bukan pengharapan yang mudah-mudahan dan tidak ada kepastian yang pasti. Pra-harapan ini
6
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
memberikan suatu kepastian yang tidak bisa diganggu gugat. Dasarnya dapat kita lihat di dalam Ef 1:12-14.
Dalam bagian ini Paulus menjelaskan mengapa jaminan kepastian tidak bisa diganggu gugat. Hal ini berbeda
dengan para futurologi-futurologi yang bisa keliru, karena seringkali banyak faktor "x" yang berada di luar
pertimbangan mereka.

Pertama, jaminan keselamatan. Di dalam Efesus 1:12, "supaya kami yang sebelumnya menaruh
pengharapan pada Kristus boleh menjadi puji-pujian bagi kemuliaan-Nya." Dan di dalam ayat 13 dikatakan,
"di dalam Dia kamu juga - karena kamu telah mendengar firman kebenaran yaitu Injil keselamatanmu - di
dalam dia kamu juga, ketika kamu percaya." Kekristenan dimulai dengan karya Yesus. Di sini oknum kedua
menjadi patokan jaminan pertama. Di sini seluruh pengharapan yang dijanjikan dipegang oleh oknum
kedua yaitu Kristus yang menjadi dasar Injil keselamatan dan menjadi dasar firman kebenaran yang kita
pegang. Ini adalah dasar epistemologi Kristen yang sangat kokoh. Epistemologi yang dimaksud di sini adalah
patokan, prinsip mengerti kebenaran yang paling benar.
Di dalam dunia kita tidak cukup hanya mengatakan ini benar. Ini harus dipertajam dengan kata yang
"benar-benar, benar". Mengapa ada yang "benar-benar, benar," karena ada yang "benar-benar tidak
benar". Dan juga ada yang "tidak benar-benar tidak benar." Mengapa bisa demikian? Jawabannya,\ karena
dunia kita penuh penipuan. Sehubungan dengan hal ini Alkitab menggunakan satu paralel dari firman
kebenaran dan Injil keselamatan. Jika kita mempelajari ay. 13 dikatakan, "di dalam Dia engkau sudah
mendengar firman kebenaran.’ Lalu ditambah lagi di dalam Dia yaitu Kristus engkau mendapat Injil
keselamatan. Di sini Injil keselamatan dan firman kebenaran diidentikan. Tanpa penebusan oleh darah
Kristus tidak ada Kekristenan sejati. (Ef 1:6-7 dan 14). Di sini kita mendapat jaminan yang paling kuat secara
epistemologi karena kebenaran didirikan di atas Kristus bukan di dalam diri manusia. Manusia tidak
mungkin menemukan kebenaran karena manusia bukan sumber kebenaran sehingga manusia tidak boleh
dijadikan patokan kebenaran. Inilah kesalahan Hawa ketika jatuh dalam dosa.
Oleh sebab itu manusia harus kembali kepada kebenaran sejati. Dan kebenaran sejati ini bukan hukum.
Kebenaran sejati ini hanya satu yaitu Kristus (Kis 4:12). Dan ketika Yesus ada di dalam dunia dia berkata,
"Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak
melalui aku." Kata yang dipakai untuk ‘kebenaran’ di sini tidak menggunakan kata righteousness tetapi
menggunakan kata aleiteia artinya Truth. The Truth artinya kebenaran asasi atau hakekat. Ini tidak bisa
diganggu gugat. Jadi, Kekristenan memiliki kekuatan epistemologi karena kebenaran Kekristenan di
dasarkan pada kebenaran di atas saya yang sudah dikerjakan melalui penebusan darah Kristus.
Kedua, melalui Roh Kudus. Dalam Efesus 1:13b dikatakan, "di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya,
dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu." Pada bagian kedua ini jaminan kepastian tidak
hanya berhenti pada titik tolaknya saja tetapi juga di dalam prosesnya. Roh kudus oknum ketiga dari Allah
Tritunggal tinggal di dalam diri manusia yang menjadi meterai yang menjamin. Kepastian kita di sini dijamin
oleh meterai yang sah.
Ketiga, Allah Bapa adalah jaminan kita (ay. 14). Kita di jamin oleh Allah tidak hanya berhenti pada titik awal
melainkan proses ini harus berhenti di dalam titik akhir yaitu pada waktu kembalinya kita kepada Allah
untuk memuji kemuliaan-Nya. Pada waktu itu jaminan ini dijamin kembali ke dalam kepenuhan total ketika
kita dipersatukan kembali di dalam Allah Bapa. Dalam ayat 14 ini Allah Tritunggal sendiri menjadi kepenuhan
bagi kita yang menjadi jaminan yang tidak bisa diganggu gugat.
7
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Adakah jaminan yang lebih besar dari hal di atas? Dapatkah manusia menjamin kita dengan jaminan yang
pasti. Tentu tidak ada. Karena banyak faktor "x" yang akan terjadi dan berada di luar kemampuan manusia.
Hanya di dalam Allah Tritunggal kita memiliki jaminan yang pasti, dari mulai titik pertama sampai dengan
titik akhir.
Semua jaminan di atas tidak dapat dilepaskan dari providensia Allah yaitu Allah yang memelihara,
menolong, menjamin, dan menopang anak-anak Tuhan untuk bisa mendapatkan kepastian yang paling
kokoh di tengah dunia yang berproses secara sejarah. Di tengah dunia yang tidak ada kepastian, anak-anak
Tuhan diberikan suatu jaminan yang tidak bisa diganggu gugat yaitu jaminan pemeliharaan Allah.
Providensia Allah dikembangkan begitu kuat di dalam teologi reformed.
Alkitab melihat Kekristenan dimulai dengan pengorbanan Allah demi untuk menyelamatkan manusia. Inilah
manifestasi kasih yang begitu besar yang bisa dirasakan dan dinikmati oleh manusia. Dengan cinta kasih
yang begitu besar Tuhan membimbing anak-anakNya untuk kembali kepada jalur yang seharusnya sesuai
dengan maksud Pencipta. Untuk hal inilah Allah Tritunggal berperan aktif di dalam memberikan jaminan
kepada anak-anak Tuhan. Ini merupakan anugerah yang begitu besar.
Namun seringkali anugerah atau cinta kasih yang begitu besar ini diresponi secara keliru oleh manusia.
Seharusnya, justru ketika Tuhan memberikan jaminan yang begitu besar, ketika Allah mengorbankan
Anaknya untuk menebus dosa kita, ketika Allah tritunggal di dalam penebusan menjamin kita mulai dari
titik awal sampai pada proses dan akhirnya, ini mendorong dan menjadikan kita lebih taat dan lebih setia.
Namun, Jika ada orang yang mengatakan telah menerima anugerah Tuhan yang begitu besar namun telah
menyalahgunakan anugerah tersebut dengan berbuat dosa sesukanya maka hal ini menunjukkan orang
tersebut belum diselamatkan. Dengan kata lain orang tersebut tidak berada di dalam jalur Allah. Marilah
kita sebagai anak-anak Tuhan di tengah krisis seperti ini Tuhan memberi kekuatan kepada kita untuk tetap
berjalan dalam jalur Tuhan.
Biarlah providensia Allah jaminan melalui Yesus Kristus melalui Roh Kudus dan melalui Bapa ketiganya
menjadi kekuatan yang membuat kita tidak menyimpang dari jalan Allah.
Hidup di tengah dunia membutuhkan jaminan yang pasti. Untuk ini kita membutuhkan landasan yang
kokoh dan mutlak, agar kita tidak diombang-ambingkan oleh badai kehidupan ini. Ketika kita menjadi orang
percaya kita tahu bahwa di dalam Kristus kita mendapat jaminan yang pasti dan kokoh. Keselamatan orang
Kristen dijamin bukan oleh manusia melainkan didasarkan pada kematian dan karya penebusan Kristus di
atas kayu salib. Jaminan ini tidak hanya berhenti pada satu titik. Allah memberikan jaminan yang bersifat
menyeluruh yang kita sebut sebagai total protection. Alkitab menjamin dari titik awal sampai kepada
penyempurnaan totalnya.
Jaminan pertama dijamin oleh Yesus Kristus, Allah oknum kedua. Namun proses ini tidak berhenti hanya
pada titik pertobatan saja. Hidup manusia adalah hidup yang terus diproses dan membutuhkan satu
jaminan yang pasti. Setiap orang yang ada di dalam Kristus berarti sudah dijamin oleh Injil Kristus. Di sini
kita sudah mendapatkan harapan pertama.
Jaminan kedua, orang yang percaya dijamin oleh Roh Kudus. Di dalam ayat 13 dikatakan, "Di dalam Dia
kamu juga - karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu - di dalam dia
kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan oleh Roh Kudus." Di dalam bagian kedua ini kita masuk
kepada jaminan dari Allah oknum ketiga dari Allah Tritunggal yang menjamin dan membuat kita berproses.
Juga di dalam Yoh 16:8-11, firman Allah mengatakan, "Aku akan pergi kepada Bapa dan Bapa akan
8
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
mengirimkan Roh Penghibur yaitu Roh Kudus untuk menyertai kamu selama-lamanya." Ayat ini
membicarakan prinsip kehadiran Roh Kudus di tengah dunia. Pada waktu Roh Kudus datang, Ia akan
menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman. Roh Kudus memeteraikan orang percaya
supaya kita boleh sadar akan dosa, kebenaran dan penghakiman. Tanpa Roh Kudus bekerja di dalam hidup
orang berdosa, maka orang tersebut tidak mungkin sadar akan dosa.
Namun orang yang insaf akan dosa belum berarti selesai dengan kebenaran. Tahu itu dosa maka harus tahu
juga apa itu kebenaran. Mengapa? Karena Roh kudus bekerja bukan hanya memberitahu dosa melainkan
juga menginsafkan orang tersebut akan kebenaran. Jadi seorang Kristen yang benar bukan hanya insaf akan
dosa melainkan memberikan solusi atas dosa. Di satu pihak kita mengerti yang salah, di lain pihak kita
mengerti bagaimana kita melangkah secara benar. Selanjutnya Roh Kudus menginsafkan kita akan
penghakiman. Dosa, kebenaran bukan tanpa resiko, di belakangnya ada penghakiman. Alkitab bukan hanya
memberitakan kasih Allah tetapi Alkitab juga dengan jelas memberitakan murka Allah baik dalam PL
maupun PB.
Jika kita dapat menangkap ketiga tugas dari Roh Kudus ini, barulah kita dapat menangkap fungsi dan tugas
Roh Kudus ketika Ia memeteraikan kita. Paulus menggunakan kata meterai di sini dengan bagus sekali. Pada
masa itu meterai memiliki dua pengertian besar.
a. Yang dimeteraikan, menjadi milik yang memeteraikan. Meterai yang dipakai tidak bisa diperjualbelikan
karena meterai ini ada di tangannya dan dipegang secara rahasia oleh pemilik meterai yang biasanya adalah
orang-orang berkedudukan. Meterai ini unik karena setiap pemilik memiliki materai yang berbeda. Maka
meterai yang dicap itu langsung menandai siapa yang memberi meterai. Dan materai yang sudah
dibubuhkan tidak bisa dicabut lagi. Dan apa yang dimeteraikan menjadi milik dari yang memeteraikan.
Waktu kita dimeteraikan kita tidak dimeteraikan oleh benda mati melainkan oleh Roh Kudus. Dengan
demikian jaminan kita adalah jaminan yang solid dan pasti yang tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun.
Meterai ini menjadikan kita milik Allah. Dalam bahasa Yunani ayat ini menggunakan bentuk aorist pasif
negatif. Bentuk pasif artinya dari sisi manusia tidak ada unsur sama sekali. Pemeteraian ini dikerjakan
sepenuhnya oleh Allah sehingga dalam kasus ini manusia dalam keadaan pasif total. Sedangkan tenses-nya
menggunakan bahasa Yunani aorist tense artinya suatu kejadian yang terjadi hanya satu kali dimasa lampau
namun berdampak kekal selamanya. Pemeteraian Roh Kudus juga menggunakan bentuk aorist pasif. Ini
menggambarkan jaminan sepenuhnya dilakukan oleh Tuhan. Pemeteraian ini terjadi hanya satu kali namun
terus berdampak selama-lamanya. Roh Kudus akan tinggal di dalam kita sampai selama-lamanya.
b. Waktu kita dimeteraikan Roh Kudus bukan oleh meterai yang mati. Ini berarti relasi antara satu pribadi
dengan pribadi lain. Pemeteraian Roh Kudus menunjukkan bahwa kita berada di dalam pemilikan yang total
dari Allah.
Hal ini menjadi kekuatan yang membuat kita berhak hidup secara kuat di tengah dunia ini. Kita
dimeteraikan oleh Allah sehingga tidak ada sesuatupun yang berani mengutak-atik, yang berani mengutakatik langsung berurusan dengan yang memberikan meterai. Paulus menggunakan gambaran ini sehingga
orang-orang Efesus mengerti apa artinya dimeteraikan oleh Roh Kudus. Berani mengutak-atik meterai Roh
Kudus berarti berurusan dengan Tuhan Allah. Setiap orang Kristen sejati berada di dalam meterai Allah ini
berarti kita diproteksi oleh Tuhan Allah. Jadi ketika kita dimateraikan oleh Roh Kudus kita adalah milik Allah
yang harus bertanggungjawab kepada pemiliknya. Tuhan menginginkan kita memuliakan Dia. Untuk ini
Tuhan menjamin kita dengan Allah Roh Kudus di dalam diri kita dan menginsafkan kita. Itu sebabnya sangat
tidak masuk akal kalau kita tidak bertumbuh dan memuliakan Tuhan. Orang yang dimeteraikan oleh Roh
9
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Kudus seharusnya insaf akan dosa, kebenaran dan penghakiman. Roh Kudus menjamin kita di dalam ayat 14
mengatakan, "Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu
penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya." Kalau Roh Kudus menjamin
kita, ini merupakan satu keterikatan untuk kita mendapatkan keseluruhannya. Ini sama seperti kita
membeli barang. Pada saat kita membayar uang muka maka barang tersebut sudah diikat dan tidak boleh
dijual kepada orang lain, sampai pembayaran sepenuhnya dilakukan. Demikian pula dengan meterai Roh
Kudus adalah meterai untuk proses menuju kepada konsumasi (penyempurnaan akhir). Uang muka yang
sudah dibayar tidak mungkin dilepas lagi dan ini terus diproses sampai kita mendapat keseluruhan
konsumasi yang digambarkan oleh Tuhan.
Pada waktu Roh Kudus memeteraikan kita ini bukan persoalan sehari atau dua hari melainkan persoalan
seumur hidup sampai kita mendapatkan keseluruhan. Alkitab mengatakan barang siapa setia sampai akhir,
dia akan mendapatkan mahkota kehidupan. Ini menjadi bukti seseorang itu dimeteraikan oleh Roh Kudus
atau tidak.
Waktu adalah ujian yang terindah. Tidak ada kesuksesan tanpa melalui ujian. Iman Kristen justru dibuktikan
ketika kita sedang krisis. Waktu kita hidup dalam beban yang berat, dalam kesulitan, ini merupakan satu
berkat. Di tengah-tengah kegelapan ini, kita bisa melihat siapa yang sejati, siapa yang palsu. Yang sejati
akan bertahan sampai akhir sedang yang palsu akan murtad. Yang benar-benar milik Tuhan, Roh Kudus
akan menjamin kita sampai mendapat keseluruhan bagian kita di dalam konsumasi. Di dalam Yoh 10:28-30 ini,
Yesus memberi jaminan kepada setiap orang percaya yang diberikan Bapa kepada-Nya tidak akan
kehilangan keselamatan melainkan akan mendapatkan hidup yang kekal selama-lamanya. Tidak ada
seorangpun yang dapat merebut orang percaya dari tangan Yesus Kristus.
Ketiga, jaminan dari Allah Bapa. Seluruh sasaran dari jaminan ini bukan hanya berhenti pada titik
pembayaran tetapi akan berakhir di dalam jaminan Allah Bapa sampai kita mendapatkan keseluruhannya
untuk kita memuliakan Dia. Ini menjadi sasaran akhir yang harus terjadi. Semua progres dari perjalanan
sejarah harus sampai kepada tujuan akhir yang telah direncanakan oleh Allah. Allah Bapa yang memiliki
kedaulatan, yang telah merencanakan dan menggarap persoalan ini sampai menuju titik akhirnya yaitu
semua yang percaya akan mencapai satu tujuan yaitu kita akhirnya boleh menjadi puji-pujian untuk
kemuliaan-Nya (ay. 14). Seluruhnya ini tidak mungkin bisa digagalkan oleh siapapun. Allah adalah Allah yang
berdaulat.
Ini seharusnya menjadi kekuatan bagi kita untuk menjadi saksi yang kokoh di tengah dunia yang rapuh ini.
Dan Allah menghendaki anak-anak-Nya hidup di dalam jalur yang telah disediakan olehnya bagi kita agar
kita boleh menggenapkan rencana-Nya untuk memuji kemuliaan-Nya.
Amin!
10
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
P
Pe
errttu
um
mb
bu
uh
ha
an
n iim
ma
an
nk
krriis
stte
en
n
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
15
Efesus 1: 15-23
Karena itu, setelah aku mendengar tentang imanmu dalam Tuhan Yesus dan tentang
kasihmu terhadap semua orang kudus,
16
akupun tidak berhenti mengucap syukur karena kamu. Dan aku selalu mengingat kamu
dalam doaku,
17
dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia
memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar.
18
Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah
yang terkandung dalam panggilan–Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang
ditentukan–Nya bagi orang–orang kudus,
19
dan betapa hebat kuasa–Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa–Nya,
20
yang dikerjakan–Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati
dan mendudukkan Dia di sebelah kanan–Nya di sorga,
21
jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan
tiap–tiap nama yang dapat disebut, bukan hanya di dunia ini saja, melainkan juga di dunia
yang akan datang.
22
Dan segala sesuatu telah diletakkan–Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan–
Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada.
23
Jemaat yang adalah tubuh–Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala
sesuatu.
Prestasi Proses Pertumbuhan Iman Kristen
Di dalam Ef 1:3-14, Paulus membukakan visi, arah, inti, hakekat dan kondisi orang Kristen. Sedangkan di
dalam Ef 1:15-23 sampai pasal 6, Paulus membicarakan bagaimana proses itu bisa dijalankan dan bagaimana
kehidupan ini bisa digarap. Seringkali kita berada di dalam kesenjangan. Di satu sisi Alkitab mengajarkan
konsep yang begitu indah dan ideal. Namun di lain sisi realita kehidupan tidak sama dengan yang
digambarkan dalam Alkitab.
Tidak heran, dalam kondisi seperti ini banyak orang Kristen yang berada dalam dualisme. Mereka
mengatakan, "Teorinya bagus tapi sayang tidak bisa dijalankan. Tidak ada orang yang bisa melakukannya."
Di satu sisi kita memikirkan yang ideal namun tidak mendarat di bumi. Di sisi lain kita mendarat di bumi
tetapi membuang yang ideal. Di tengah-tengah kedua tegangan ini, Paulus mengajarkan bahwa kedua
elemen tersebut tidak bisa dilepaskan dari hidup manusia. Di satu pihak, ideal merupakan konsep dasar
yang harus menjadi arah bagi hidup manusia, sedangkan di lain pihak realita merupakan keberadaan dasar
11
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
di mana kita harus berproses sehingga kedua bagian ini tidak bisa dipisahkan. Hanya, bagaimana kita
mengharmoniskan kedua hal di atas.
Dalam Ef 1:3-23, kita melihat Paulus adalah orang realistis-idealis. Paulus tahu persis realita itu seperti apa.
Paulus realistis karena dia sendiri sadar bahwa dia sendiri tidak sempurna. Di dalam tulisan-tulisannya kita
melihat seringkali Paulus mengecam dirinya sendiri sebagai orang yang hina. Di sini kita melihat Paulus
realistis di dalam melihat dirinya. Namun Paulus tidak berhenti hanya di dalam kondisi realistis ini
melainkan dia juga melihat satu konsep ideal (ini sudah dibahas dalam Ef 1:3-14).
Di antara konsep realistis-idealis ini ada satu jembatan indah yaitu konsep pertumbuhan. Dalam Ef 1:15-23
ini, Paulus membicarakan konsep realistis. Paulus mengatakan, "Ketika aku mendengar tentang kamu,
mendengar tentang imanmu dalam Tuhan dan tentang kasihmu kepada semua orang kudus, aku
mengucap syukur karena kamu." Keadaanmu, situasimu, kondisimu, ini real. Kehidupan Kristen adalah
kehidupan yang konkrit. Kehidupan yang terus berjalan di tengah dunia yang nyata, di depan semua orang
dan disaksikan oleh siapapun. Pada waktu Paulus masuk ke dalam kondisi realita dia mulai melihat suatu
keindahan pertumbuhan iman Kristen.
Di dalam bagian ini kita akan melihat dan merenungkan satu konsep pertumbuhan. Mengapa pertumbuhan
ini kita sebut sebagai prestasi kehidupan? Di sini kita melihat beberapa hal.
Pertama, Paulus sangat menghargai pertumbuhan. Ketika Paulus mendengar kabar tentang iman jemaat
Efesus yang bertumbuh baik dalam iman dan kasih. Paulus bersyukur dan memuji Tuhan. Di dalam bagian
ini saya melihat pertumbuhan orang Kristen sebagai suatu prestasi, artinya suatu pertumbuhan perlu
dihargai, diperhatikan, dilihat dan dinilai oleh setiap orang di dalam kehidupan kita secara ideal.
Pertumbuhan orang Kristen adalah pertumbuhan yang berkaitan dengan orang lain. Itu sebabnya Paulus
bisa mengerti keadaan jemaat Efesus karena ada yang melaporkan karena orang itu mendengar, melihat,
menyaksikan dan memberikan laporan.

Pada waktu menjadi orang Kristen dia langsung mau menjadi sempurna. Akibatnya orang seperti ini
selalu menuntut orang lain sempurna. Celakanya kalau hal ini juga ditujukan kepada dirinya;
1.
Kekristenan hanya satu predikat yang ditempelkan yaitu saya orang Kristen. Orang seperti ini hidup
tidak menuntut perubahan. Jadi dulu begitu sekarangpun begitu. Kedua golongan ini tidak pernah
menghargai pertumbuhan.
2.
Paulus adalah orang yang sangat menghargai pertumbuhan rohani. Oleh sebab itu Paulus sangat
menghargai realita. Namun kondisi realita yang dimengerti Paulus bukan kondisi yang berhenti statis. Bagi
Paulus realistis tidak berarti statis melainkan suatu proses yang bertumbuh terus. Ketika seorang Kristen
tidak bertumbuh berarti dia sedang menuju kepada kematian. Pdt. Stephen Tong mengatakan, "Selama kita
hidup kita masih mempunyai kemungkinan untuk berubah." Hanya benda mati yang tidak berubah dan
bertumbuh. Pertumbuhan adalah tanda dari hidup.
Kedua, Paulus bukan hanya memuji jemaat Efesus. Paulus juga menyadarkan mereka dengan satu
permohonan yang tulus, "dan aku senantiasa mengingat kamu dalam doaku. Dan meminta kepada Bapa
yang mulia itu supaya memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu." Bentuk kalimat yang dipakai di sini
menggambarkan satu permohonan yang serius dengan sungguh-sungguh meminta agar Tuhan memberikan
kepada mereka Roh hikmat dan wahyu supaya mereka bisa bertumbuh.
12
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Pertumbuhan bukanlah hal yang sederhana. Pertumbuhan membutuhkan satu pergumulan dan
pertolongan dari Tuhan. Pertumbuhan membutuhkan hikmat, kuasa dan wahyu dari Tuhan Allah. Seorang
yang bertumbuh tidak bisa diam saja. Tuhan menuntut kita untuk kembali kepada firman, kembali kepada
wahyu dan bijaksana Tuhan. Untuk ini dibutuhkan dua kunci besar yaitu pertama bijaksana dan kedua
mengerti kebenaran. Kedua wahyu dari Tuhan ini merupakan patokan kebenaran dari arah pertumbuhan
rohani kita. Hanya melalui kedua hal ini kita baru bisa bertumbuh dengan baik. Proses pertumbuhan tidak
terjadi begitu saja. Dalam pertumbuhan dibutuhkan hikmat Tuhan. Alkitab mengatakan menjadi orang
Kristen bukan orang yang mimpi. Menjadi orang Kristen adalah menjadi orang Kristen sebagaimana
dikatakan oleh Roma 12:1-2, diperbaharui akal-budi-nya.
Konsep mind (pikirannya) harus diperbaharui, dibentuk, diajar, kembali kepada Tuhan, dan meminta kepada
Tuhan Roh bijaksana. Sama seperti Salomo minta bijaksana kepada Tuhan. Tuhan sangat menghargai
permintaan ini.
Bijaksana tidak bisa dilepaskan dari standar yang menjadi arah dan pegangan dari pada bijaksana. Standar
bijaksana ini bukan dunia tetapi wahyu dari Tuhan Allah. Inilah fungsi dan tugas Alkitab yang diberikan
kepada kita supaya kita mempunyai bijaksana. Wahyu dan bijaksana tidak bisa dipisahkan. Memiliki bijak
tetapi tidak memiliki wahyu tidak bisa berfungsi sama sekali. Demikian juga memiliki wahyu tapi tidak
mempunyai bijak tidak bisa apa-apa. Alkitab dengan hikmat dari Roh Kudus diberikan oleh Roh yang sama.
Roh Kudus menggunakan dua cara secara berpadu supaya orang Kristen bisa bertumbuh dengan baik di
dalam iman. Itu sebabnya Paulus berdoa agar Tuhan memberikan kepada jemaat Efesus Roh hikmat dan
wahyu (Ef 1:17), kalau tidak ada kedua unsur ini kerohanian kita pasti menurun (Bnd why 2).
Ketiga, Paulus juga tahu dibutuhkannya kuasa untuk bisa bertahan di dalam pertumbuhan hidup. Untuk
kita bisa bertumbuh dengan baik dibutuhkan kuasa yang besar yaitu kuasa yang membangkitkan Kristus
dari antara orang mati. Kuasa ini harus ada dalam hidup kita untuk bisa bertumbuh. Kuasa yang diberikan di
sini bukan hanya sekedar main kuasa. Kuasa yang diberikan di sini, di dalam Injil Yohanes diperjelas supaya
kita bisa menjadi anak-anak Allah (Yoh 1:12).
Supaya kita bisa menyatakan kepada dunia suatu kehidupan yang mencerminkan sifat Allah. Kuasa yang
tidak membuat kita jatuh dalam dosa. Kuasa yang bisa mempertahankan kita hidup dalam kebenaran dan
yang membuat kita bisa bertahan di dalam aniaya apapun dengan tidak meniadakan iman kita. Sebagai
manusia kita lemah dan tidak memiliki kekuatan kecuali Kristus hidup di dalam kita dan kita hidup di dalam
Kristus. Waktu kita berada di dalam Tuhan, kuasa itu justru membuat kita hidup beres dan menjadikan kita
bertumbuh terus semakin hari semakin suci. Hidup semakin hari semakin ketat dalam integritas hidup.
Hidup semakin hari semakin sanggup melihat lubang-lubang dan tipuan-tipuan dalam masyarakat yang
makin merusak kita. Waktu itulah pertumbuhan iman kita bisa lebih maju. Pengharapan kita bisa lebih
kokoh.
Melalui tiga konsep di atas, Tuhan menuntut kita untuk seperti Paulus belajar menjadi realistis-idealis,
menjadi orang yang mengerti realita, tetapi seorang yang mengarah secara ideal. Kiranya Tuhan memimpin
kita di tengah realita hidup yang sulit ini sehingga kita boleh menjadi benih yang baik dan mengalami proses
pertumbuhan yang baik. Dengan demikian kita dapat mengumandangkan berita yang harum.
13
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Elemen-elemen Pertumbuhan Iman Kristen
Seorang Kristen sejati bukan seorang yang statis dan juga bukan orang yang sempurna. Seorang Kristen
sejati adalah seorang yang terus berproses. Dari realita menuju ideal yang Tuhan inginkan. Memahami
proses antara realita di sini dengan ideal di sana kita perlu mengerti elemen-elemen pertumbuhan. Hal ini
dibicarakan oleh Paulus dalam Ef 1:15-23.
Di dalam Ef 1:15-23 ini, kita menemukan enam elemen yang menjadi dasar pertumbuhan.

Pertama, Iman di dalam Kristus (ay. 15); kedua, Kasih terhadap semua orang kudus (ay. 15); ketiga Roh
hikmat (ay. 17); keempat Wahyu (ay. 17); kelima Pengharapan di dalam panggilan Kristus (ay. 18); keenam
Kuasa Kebangkitan Kristus (ay. 19). Keenam hal ini harus berproses di dalam hidup kita. Jika keenam elemen
ini bertumbuh dengan baik, itu membuktikan Gereja tersebut sukses. Penilaian Allah tentang kriteria
kesuksesan Kristen berbeda dengan penilaian manusia. Kesuksesan Gereja menurut pandangan manusia
seringkali diukur secara mekanis dengan kriteria yang bisa diukur dan secara fenomena. Ini terjadi karena
kita seringkali dibentuk oleh format dunia.
Contoh, ketika Saul ditolak oleh Tuhan, maka Tuhan mengutus Samuel ke rumah Isai untuk mengurapi salah
satu anak Isai menjadi raja. Ketika Samuel melihat anak-anak Isai, kita melihat justru apa yang dinilai oleh
Samuel berbeda dengan penilaian Tuhan. Samuel melihat apa yang kelihatan sedangkan Tuhan melihat hati
manusia. Bagi Samuel Daud tidak cocok menjadi raja tetapi itulah yang Tuhan pilih.
Jadi prinsip kesuksesan Kristen adalah kembalinya seseorang di dalam proses yang Tuhan kehendaki.
Kesuksesan Kristen tergantung pada proses pertumbuhan dari keenam elemen yang Paulus bicarakan
dalam Ef 1:15-23. Bertumbuh dalam iman, kasih, hikmat, wahyu, pengharapan, dan di dalam kuasa
kebangkitan. Keenam elemen ini harus bertumbuh di dalam hati kita. Inilah tanda dari seorang Kristen
sejati. Oleh sebab itu Gereja wajib melakukan semua daya agar keenam elemen ini bisa bertumbuh. Hanya
dengan demikian orang-orang Kristen bisa menjadi contoh di tengah dunia.
Sekarang mari kita telusuri mulai dari poin pertama. Di dalam bagian pertama yang Paulus soroti adalah
iman di dalam Kristus. Hal ini penting karena prinsip pertumbuhan Kristen di mulai dari iman kepada
Kristus. Ini tidak bisa diganggu gugat. Iman merupakan basis dari semua cara berpikir kita dan kehidupan
kita. Di dalam bidang apapun kita memulainya dengan iman. Misalnya, seorang ilmuwan sejati dimulai
dengan iman bukan rasio. Ketika kita mempelajari baik ilmu pengetahuan maupun filsafat kita akan mulai
dengan paradigma. Paradigma di sini istilah lain untuk iman. Pengertian paradigma adalah satu set
kepercayaan yang dipegang pertama menjadi hipotesa untuk melakukan segala sesuatu. Hipotesa ini
sendiri belum dibuktikan kebenarannya. Tidak ada satu ilmu pengetahuan yang tidak mulai dengan iman.
Fakta membuktikan kita memulai sesuatu dengan iman. Sejak di bangku sekolah kita mulai dengan iman,
misalnya 2 + 2 = 4 kita percaya tanpa ragu. Apa yang guru kita katakan kita percaya tanpa kita menguji dan
membuktikan kebenarannya.
Celakanya di tengah dunia ini kita berdiri di atas iman yang diterpa oleh filsafat postmodern yang bersifat
relatif. Apa yang aku percaya dengan yang kamu percaya, dua hal yang berbeda. Iman ini bersifat subyektif.
Celakanya kondisi ini bukan hanya dialami oleh orang-orang di luar Kekristenan. Hal ini terjadi juga di dalam
Kekristenan. Itu sebabnya kita perlu mengerti iman dengan benar.
14
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Di dalam Ef 1:15, Paulus membicarakan konsep iman yang menyeluruh. Hari ini kita akan menelusuri sedikit
demi sedikit dalam kitab Efesus ini. Pertama, Paulus mengatakan, "iman sejati adalah iman yang harus
terkait dengan Kristus (ay. 15). Jika kita bandingkan dengan Ef 4:13, maka tujuan hidup kita adalah sampai
kita semua telah mencapai kepenuhan iman.
Iman di sini merupakan satu proses dari titik awal hingga titik akhir. Di sini Paulus menuntut kesatuan iman
dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah. Kaitan antara iman dengan pengertian yang benar
tentang Kristus merupakan dua hal yang tidak bisa dilepaskan. Pengertian iman jika tidak kembali kepada
Kristus yang sejati berarti bukan iman Kristen.
Di dalam Roma 1, membicarakan bahwa hidup Kristen dimulai dari iman menuju kepada iman (Rm 1:16-17).
Di sini prinsip kebenaran Allah dimulai dari iman menuju kepada iman. Di dalam Why. 2, jemaat Efesus dipuji
karena mereka tidak sembarangan mempermainkan dan menjual iman mereka ketika rasul-rasul palsu
mencoba mempengaruhi mereka. Hanya sayang kasih mereka kemudian luntur.
Kedua, iman bukan sekedar iman yang kembali kepada Kristus dan pengenalan yang sejati kepada Kristus.
Yang kedua, iman harus mencapai integritas iman. Iman yang sejati haruslah iman yang mempengaruhi
seluruh pikiran dan hidup kita. Ketika kita mendengar firman Tuhan seringkali timbul benturan. Benturan ini
merupakan benturan iman. Kita hanya melihat fenomena terbenturnya konsep tetapi sebenarnya
terbenturnya akar. Ketika hal ini terjadi kita mengalami konflik. Akibatnya Iman menjadi iman yang tidak
bersatu. Iman hanya bersifat permukaan dan iman tidak menggarap persatuan yang sejati. Padahal dalam
ayat ini, Yesus menuntut kesatuan iman. Iman sejati harus terimplementasi secara integritas dan inilah
yang dituntut dari kita setiap orang Kristen. Kita hidup di tengah-tengah situasi relatif dan subyektif. Dan ini
sangat berpengaruh di dalam Kekristenan sendiri. Jika imanku dengan imanmu berbeda, lalu bagaimana?
Tidak usah ribut-ribut yang penting kita bersatu. Di sini terjadi penggabungan namun bukan integrasi yang
sejati. Di sini kelihatannya bersatu namun belum mencapai kesatuan iman yang sesungguhnya. Belum
kembali kepada pengenalan Kristus yang sejati.
Paulus tegas sekali dalam hal ini. Pengetahuan iman tentang Kristus harus dibereskan. Masalahnya, siapa
yang melakukan? Di dalam Ef 4:11-12 jawabannya jelas bahwa setiap orang Kristen harus menggarap
imannya. Pendeta, penginjil, pengajar, semua Tuhan berikan untuk memperlengkapi jemaat Tuhan. Gereja
yang sejati adalah Gereja yang mendidik setiap jemaat untuk belajar firman Tuhan dengan baik. Gereja
yang tidak mendidik setiap jemaat untuk belajar firman dengan baik berarti Gereja itu lumpuh. Tugas
mengerti firman Tuhan dengan baik adalah tugas jemaat. Gereja Reformed Injili berdiri menegakkan firman
Tuhan dan kita tidak main-main.
Tuhan menugaskan kita untuk memperlengkapi diri supaya kita bisa menjadi alat Tuhan di dalam
pembangunan tubuh Kristus. Setiap orang Kristen harus mencapai kesatuan iman. Setiap orang Kristen
harus mendapatkan pengetahuan yang benar tentang anak Allah. Setiap orang Kristen harus mencapai
kedewasaan penuh dan mencapai kepenuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. Ini yang dituntut
dalam Efesus 4.
Ketiga, Iman sejati bukan sekedar diintegrasikan tetapi iman sejati harus bertahan di dalam penderitaan
dan kesengsaraan. Di tengah-tengah berbagai macam terpaan badai dan berbagai iming-iming kemanisan
dunia yang berdosa. Di sinilah Kekristenan diuji dalam dua hal.
Dengan penderitaan dan kerelaan kita untuk berkorban demi Kristus. Ini membuktikan seberapa
jauh kita mengenal Kristus (bnd II tim 1:12). Iman kita kepada Dia menyebabkan kita berani untuk menderita
1.
15
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
semuanya ini. 2 Tim 3:12 mengatakan, "Memang setiap orang yang mau beribadah di dalam Kristus Yesus
akan menderita aniaya. "Ajaran mengenai penderitaan ini berulang kali diajarkan dalam PB.
Barang siapa mempunyai pengetahuan iman yang sejati di dalam Kristus, dia tidak mudah
dijatuhkan di dalam berbagai-bagai pencobaan dan iming-iming dunia ini. Hari ini banyak orang Kristen
dijatuhkan oleh berbagai iming-iming dunia, misalnya oleh materialisme. Seberapa jauh pengenalan kita
kepada Kristus sejauh itu jugalah kita bisa melatih dan mendidik iman kita untuk tetap bertahan dan tidak
mudah dipancing dengan berbagai macam pancingan dunia ini.
Iman yang sejati adalah iman yang terbentuk menjadi satu keutuhan yang saling mengikat satu sama lain.
Dan ini dibuktikan di dalam praktika hidup kita di tengah pencobaan dan tipuan dunia baik melalui
kekerasan maupun melalui pancingan manis. Jika ini terjadi berarti iman kita sedang bertumbuh menuju
kesempurnaan yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman. Orang benar akan hidup oleh iman.
2.
Elemen Kedua Pertumbuhan Iman Kristen
Kehidupan Kristen berada dalam dua titik yang harus kita perhatikan. Pertama titik ideal yang menjadi
sasaran kesempurnaan yang Tuhan tetapkan berdasarkan Firman. Ini merupakan sesuatu yang agung dan
mulia. Kedua, Alkitab mengajarkan kepada kita adanya titik realita. Sebagai manusia kita sadar tidak ada
manusia yang sempurna. Oleh sebab itu kita masih terus menerus diproses dalam proses pengudusan.
Kekristenan melangkah dengan menggabungkan kedua titik tersebut yaitu titik realita dan titik ideal.
Betapa celaka kalau di tengah dunia yang berproses ini ternyata kita sudah sampai pada titik sempurna. Di
sini kita menghadapi dua konflik yang besar. Di satu sisi manusia harus berhenti di tengah proses. Di lain sisi
manusia harus terus berproses. Pertanyaannya, "Jika manusia sudah mencapai kesempurnaan lalu masih
harus berproses, maka manusia harus berproses ke mana?" Jawabannya hanya satu yaitu menuju
ketidaksempurnaan. Ini berarti manusia mengalami degradasi, kemerosotan dari proses.
Tuhan membiarkan kita terus berproses di tengah dunia yang berproses agar kita terus bertumbuh.
Sekarang yang menjadi masalah, apa yang harus bertumbuh? Dalam Ef 1:15-23, kita menemukan enam
elemen yang harus menjadi bagian dari proses pertumbuhan kita. Keenam elemen ini tidak boleh satupun
diabaikan. Seluruh elemen ini merupakan elemen yang saling terjalin satu sama lain. Keenam elemen ini
tidak bertumbuh secara otomatis, tetapi harus terus digarap di dalam hidup kita.
Minggu lalu kita telah membicarakan elemen pertama yaitu iman. Iman yang sejati adalah iman yang
kembali kepada Kristus. Namun Iman sejati ini harus diimbangi dengan elemen kedua yaitu kasih. Dua
elemen ini adalah pembentuk iman Kristen yang pertama. Ini penting agar kita tidak salah di dalam
mengerti cinta kasih. Kasih yang harus kita garap sebagai orang Kristen berbeda dengan kasih yang
diajarkan dunia. Kasih menurut Alkitab adalah kasih yang unik dan terjadi hanya di antara orang kudus atau
anak-anak Tuhan.
Konsep Kasih menurut iman Kristen sangat unik dan bersifat esensial, berbeda dengan apa yang dimengerti
oleh dunia.

Pertama, Kasih yang sejati dimulai dari diri Allah sendiri. Alkitab mengatakan Allah adalah kasih. Ini
berbeda secara kualitatif dibandingkan kalau kita mengatakan Allah bersifat kasih, Allah mempunyai kasih,
atau Allah memberi kasih. Kasih yang dimengerti oleh iman Kristen adalah kasih yang bersifat personal dan
16
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
kasih yang identik dengan Allah sendiri. Ini juga menunjukkan bahwa semua kasih turunan yang ada di
dalam dunia ini bersumber dari kasih Allah. Kalau ada kasih di luar Allah itu pasti bukan kasih yang sejati.
Maka ini menjadikan Allah menjadi sumber satu-satunya dari kasih. Dan semua kasih yang dimengerti oleh
manusia harus kembali kepada Allah. Kasih Allah inilah yang menjadi dasar orang Kristen bisa mengasihi
(Bnd Yoh 3:16; Roma 5:6-10).
Dalam Yoh 13:34-35, Yesus mengatakan supaya para murid saling mengasihi, seperti Yesus mengasihi kita.
Demikian pula kita harus mengasihi saudara seiman kita. Jadi kriteria kasih di sini adalah kasih Allah yang
mengasihi kita. Tujuannya agar semua orang tahu bahwa kita adalah murid-murid Yesus jika kita saling
mengasihi. Mengapa? Karena sifat kasih di sini berbeda dengan apa yang dimengerti oleh dunia dan
bersifat eksklusif. Ini disebut perintah baru karena perintah ini dijalankan dan baru dimengerti setelah
Kristus menjalankan secara total dan memberikannya kepada manusia. Oleh sebab itu manusia tidak
mungkin mengerti kasih sejati kecuali jika dia kembali kepada Yesus Kristus.
Kedua, waktu kita mau mengerti kasih dan menumbuhkan kasih ini, kita harus kembali kepada Allah.
Manusia hanyalah agen kasih. Hal ini disebabkan karena manusia dicipta oleh Allah menurut gambar dan
rupa Allah sehingga ada kemiripan namun juga ada perbedaan kualitatif. Allah adalah kasih maka manusia
juga bersifat kasih. Demikian pula Allah adalah adil maka manusia bersifat adil. Tidak heran di dalam hidup
manusia membutuhkan kasih, mencari kasih dan mengaplikasikan kasih. Tetapi kasih ini bukanlah kasih
yang asli dari manusia melainkan kasih yang menjadi fasilitator dari Allah. Ketika manusia berdosa maka
hubungan antara Allah sebagai sumber kasih dengan manusia sebagai agen kasih ini terputus. Sesudah
jatuh dalam dosa, manusia berusaha untuk mencari kasih tetapi tidak lagi berhubungan dengan Allah
sebagai sumber kasih. Manusia sudah kehilangan kasih yang asli.
Abraham Maslow, seorang humanis mengatakan manusia mempunyai kebutuhan yang tidak bisa ditolak.
Kebutuhan yang sangat mendasar sekali yaitu love and to be love. Manusia akan menjadi gila kalau
kekurangan cinta kasih. Akibatnya manusia mencari kasih, menginginkan kasih, menerapkan kasih akhirnya
manusia jatuh ke dalam kasih yang tidak kembali ke sumber kasih. Akibatnya, dunia tidak bisa menerapkan
kasih sejati dari Allah. Kasih yang dilakukan oleh dunia adalah kasih yang bersifat manipulatif. Dengan kata
lain siapa yang kita cintai akan menjadi korban kita. Kasih seperti ini lebih tepat dikatakan ‘aku mencintai
diriku sendiri.’ Di belakang kata kasih yang begitu indah ada suatu kejahatan yang didasarkan pada egoisme
yang ingin memiliki dan menguasai.
Kasih yang sejati terjadi jika kembali kepada sumber kasih yang sejati. Untuk menumbuhkan kasih sejati ini,
bukan dengan mempraktekkan apa yang dunia ajarkan melainkan kita bergumul kembali untuk memiliki
kasih Allah yang boleh kita praktekkan dalam hidup kita. Ini baru bisa terjadi jika kita kembali kepada
Kristus dan menerima Kristus. Maka orang tersebut harus bertobat.
Ketiga, cinta kasih ini bersifat memberi bukan menuntut. Kasih sejati adalah kasih yang mau berbagi, kasih
yang selalu keluar. Kasih yang sejati bersifat aktif bukan pasif sehingga menunggu supaya dikasihi. Kasih
yang kembali kepada Allah adalah kasih yang ekstensi, berinisiatif, bertindak dan bersifat proaktif. Inilah
prinsip kembalinya kasih yang sejati. Kasih yang keluar dan mengalir itulah ciri dari kasih Kristen yang sejati.
Makin besar kasih kita berarti semakin kita bertumbuh.
Kasih yang sejati seperti dalam Ef 1:15-17 dan Yoh 13 adalah kasih yang misioner. Kasih sejati membuat kasih
itu kuat dan menarik semua orang datang kepada Kristus. Kasih di tengah-tengah jemaat Efesus membuat
semua orang luar melihat cinta kasih itu, inilah yang dituntut oleh Tuhan.
17
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Di dalam PL, Allah membentuk Israel agar menjalankan kasih sejati, sehingga semua orang dapat melihat
dan mengenal Allah Israel. Tetapi Israel tidak menjalankan misi ini, maka Tuhan membuang Israel dan
memilih Israel baru yaitu Gereja. Gereja disebut Israel baru yang menjalankan fungsi imamat yang rajani.
Israel yang baru ini juga dituntut hal yang sama oleh Tuhan yaitu menjalankan kasih sehingga semua orang
melihat cinta kasih Kristus. Di luar cinta kasih Kristus kasih kita tidak ada harganya. Jika dengan gerakan
diakonia tidak membuat orang melihat cinta kasih Kristus berarti tidak ada gunanya pelayanan diakonia itu.
Jika Gereja tidak menjalankan cinta kasih sejati berarti Gereja gagal menjalankan misinya di dunia.
Untuk menjalankan cinta kasih ini, harus lahir dari ketulusan hati dan tidak ada semangat untuk merugikan
orang lain. Jika di tengah-tengah Kekristenan sendiri sudah tidak ada yang dipercayai lagi, lalu kepada siapa
kita harus percaya. Itu sebabnya di tengah-tengah Gereja harus ada cinta kasih sejati.

1.
cinta kasih sejati bersumber dari iman yang sejati;
2.
aplikasi di tengah-tengah jemaat:
a. Persekutuan wilayah bisa digarap dengan baik dan menjadikan anak-anak Tuhan lebih erat dalam
persekutuan satu sama lain. Gereja merupakan tempat di mana kita bertumbuh dalam iman dan juga cinta
kasih;
b. juga di dalam wadah perjamuan kasih menjadi tempat di mana kita melayani satu sama lain. Cinta kasih
seperti ini tidak mungkin terjadi jika seluruh unsurnya tidak betul-betul di dalam Tuhan. Karena itu di dalam
Alkitab dikatakan kasih yang di antara semua orang kudus. Bersifat eksklusif di antara anak-anak Tuhan,
harus muncul di tengah kesetiaan kepada Firman dan tidak pernah terjadi keluar dari kebenaran.
Marilah kita mulai mengembangkan kehidupan iman dan cinta kasih kita. Sehingga diharapkan boleh
mengajar kepada kita supaya kita terus bertumbuh di dalam cinta kasih. Mari kita berproses dan belajar
memperkembangkan dua elemen yang pertama yaitu iman dan kasih.
Elemen Ketiga Pertumbuhan Iman Kristen
Sebagai orang Kristen kita harus berproses dan bertumbuh baik secara fisik, mental maupun secara rohani.
Secara rohani menurut Ef 1:15-23 ada enam elemen yang harus berproses dan bertumbuh di dalam hidup
kita.

1.
iman kepada Kristus;
2.
cinta kasih pada saudara seiman;
3.
Roh hikmat;
4.
Roh wahyu untuk mengenal Kristus;
5.
pengharapan pada panggilan Kristus yang menjadi sasaran terakhir kehidupan kita;
kuasa kebangkitan Kristus yang menopang kita untuk melakukan perjalanan pertumbuhan. Keenam
elemen ini tidak boleh satupun berhenti di dalam hidup setiap orang percaya.
6.
Pada minggu yang lalu kita sudah membahas poin kedua. Berikut ini kita masuk pada poin ketiga yaitu
Hikmat. Alkitab mengatakan Roh hikmat dan wahyu sebenarnya adalah Roh hikmat dan Roh wahyu. Hikmat
18
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
yang dimaksud di sini berbeda dengan hikmat yang dimengerti oleh dunia ini. Untuk mengerti hikmat di sini
kita harus kembali kepada pengertian yang Alkitab katakan.
Di tengah hidup yang begitu sulit dan rumit ini kita membutuhkan hikmat yang khusus untuk bisa
menjalankan hidup kita dengan baik di dunia ini. Kekristenan mengajarkan satu prinsip yang tidak mudah.
Itu sebabnya di satu pihak orang Kristen harus tulus seperti merpati namun di lain pihak pada saat yang
sama kita harus cerdik seperti ular. Kita harus mempunyai ketajaman, kesungguhan, pengertian dan tidak
mudah dipermainkan oleh dunia tetapi pada saat yang sama harus mempertahankan integritas hidup kita.
Dalam situasi seperti ini kita membutuhkan bijaksana. Untuk memiliki bijaksana seperti ini kuncinya adalah
kita harus kembali kepada sumber bijaksana. Di sini kita akan menelusuri beberapa ayat mengenai
bijaksana.
Pertama, Ams 1-8, delapan pasal ini membicarakan hikmat yang sejati. Kita tidak akan membaca seluruhnya
namun hanya mengambil beberapa ayat. Pertama, Ams 2:6 "Karena TUHANlah yang memberikan hikmat,
dari mulut-Nya datang pegetahuan dan kepandaian." Ayat ini konsisten dengan Ef 1 yaitu sumber hikmat
satu-satunya adalah Tuhan sendiri. Di dalam Ams 8:1, hikmat ini dipersonifikasikan sehingga banyak penafsir
yang melihat ayat ini identik dengan Kristus. Kristus itulah bijaksana sejati sehingga hikmat di dalam Ams 1-8
dimengerti sebagai gambaran kita melihat Kristus sebagai hikmat, melihat Kristus sebagai bijaksana karena
di situlah sumber bijaksana. Pemikiran ini tidak salah, memang di dalam Ams 1-8 ini hikmat
dipersonifikasikan. Kata hikmat ini sendiri sebenarnya adalah kata sifat atau kata benda abstrak. Orang
berhikmat dimengerti sebagai mempunyai sifat hikmat. Tetapi di dalam Ams 1:20 dikatakan, "Hikmat
berseru nyaring dijalan-jalan, di lapangan-lapangan ia memperdengarkan suaranya." Di sini hikmat
digambarkan seperti satu makhluk atau seperti orang yang berseru di tengah-tengah lapangan. Di sini dan
banyak ayat lain menggambarkan hikmat seperti satu pribadi yang melakukan sesuatu. Jadi hikmat di sini
dipersonifikasikan. Gagasan ini di satu pihak membuat kita mengerti secara tepat yaitu Allah menjadi
sumber hikmat. Dengan kembali kepada Allah kita baru mendapatkan hikmat yang sejati. Namun ayat-ayat
di dalam Amsal ini juga sekaligus memberikan kemungkinan terjadinya penyelewengan penafsiran
hermeneutika.
Jadi prinsip pertama ini mengajarkan jika kita ingin bijaksana sejati maka kita tidak bisa mengandalkan otak
kita maupun realita, karena problemnya adalah di dalam interpretasi realita. Realita adalah realita, pada
saat realita masuk ke dalam diri kita realita ini mengalami satu tuntutan subyektif dari kita yang menjadi
subyeknya. Maka pada saat yang sama kita sedang masuk bukan lagi pada realita obyektif melainkan kita
sedang masuk ke dalam realita subyektif. Di sini kita membutuhkan kacamata tertentu untuk melihat
realita. Kacamata yang tepat untuk melihat secara tepat. Untuk memilikinya baru bisa terjadi jika kita
kembali memiliki hikmat Allah. Karena penafsiran yang tepat dan sejati harus muncul dari sumber hikmat.
Ini kunci di dalam Ams 2:6, "Karena TUHANlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang
pengetahuan dan kepandaian."
Dari sinilah kita mengerti bijaksana yang sejati. Setiap masalah harus ditelaah dari sudut pandang yang
tepat dengan cara yang tepat. Setelah itu baru kita bisa mendapat konklusi yang tepat. Inilah yang namanya
bijaksana. Bijaksana tidak sama dengan IQ, EQ dan WQ. Mungkin ada orang yang pintar luar biasa tetapi
kalau orang tersebut bersifat close system, maksudnya orang tersebut tetap berkukuh pada kemampuan
dan pandangan yang menurutnya paling benar. Orang tersebut tidak pernah tahu yang lain dan tidak
pernah mau terima yang lain. Jika orang bodoh tidak tahu bahwa dia bodoh dia rasa dia paling pintar. Ini
adalah bodohnya bodoh. Jika dia bodoh dia tahu bahwa dia bodoh berarti dia masih bisa diproses untuk
19
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
lebih baik. Ini tidak berarti kita menjadi orang yang terlalu terbuka sehingga kita menjadi relativisme. Di
tengah kedua ekstrim ini kita harus mengarahkan diri kepada sumber bijaksana. Dengan demikian kita bisa
bersifat terbuka di satu pihak tetapi di lain pihak di tengah proses kita tidak mengalami kejatuhan ke dalam
proses yang terlalu terbuka. Di sini Amsal mengatakan baliklah kepada Allah yang adalah sumber hikmat.
Dialah yang akan memberikan kepada kita hikmat.
Kedua, kita akan melihat dari Ams 4:7 yang mengatakan, "Permulaan hikmat ialah perolehlah hikmat dan
dengan segala yang engkau peroleh perolehlah pengertian." Ini adalah kalimat paradoks. Waktu saya
meminta hikmat itu menandakan saya berhikmat, karena saya sadar bahwa saya kurang berhikmat
sehingga saya membutuhkan hikmat. Tetapi pada waktu saya merasa sudah punya hikmat, saya tidak perlu
hikmat maka saya sebenarnya tidak berhikmat. Ini merupakan suatu paradoks yang membuat kita
berproses di dalam bijaksana. Orang bijaksana adalah orang yang mulai minta bijaksana. Itulah orang yang
sudah punya bijaksana dan membutuhkan bijaksana supaya dia bisa berproses di dalam bijaksana. Jadi
orang berhikmat seumur hidup akan menghadapi situasi paradoks. Situasi paradoks inilah yang membuat
kita bisa bertumbuh. Ams 4:7 inilah kunci dari hikmat.
Ketiga, dalam Ams 8:1 berbicara tentang hikmat yang bersumber dari Allah. Allah adalah hikmat, demikian
juga Kristus adalah hikmat. Ini merupakan gambaran yang luar biasa. Dalam Yoh 1 dikatakan hanya dengan
hikmat Kristus alam semesta ini tercipta. Namun bijaksana di dalam Alkitab tidak hanya dimengerti sebagai
bijaksana essensial di dalam diri Allah. Tetapi bijaksana juga harus dimengerti di dalam bijaksana turunan.
Bijaksana yang diberikan kepada manusia sebagai agen bijaksana. Pada waktu Allah memberikan bijaksana
ini tidak sama dengan Tuhan memberikan Kristus. Kristus adalah bijaksana itu sendiri, namun ketika Tuhan
memberikan bijaksana itu adalah bijaksana turunan.
Di dalam bagian ini, Kristus menggunakan bentuk maskulin sedangkan bijaksana memakai bentuk feminim.
Bijaksana di sini tidak identik dengan Allah. Bijaksana di sini merupakan bijaksana turunan yang diberikan
kepada manusia. Di dalam Yak 1:5, "Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah
dia memintakannya kepada Allah, - yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan
tidak membangkit-bangkit -, maka hal itu akan diberikannya kepadanya." Di sini kita melihat seperti apa
yang diungkapkan dalam Efesus. Hikmat di sini bersumber pada diri Allah. Hikmat ini kemudian diturunkan
kepada manusia menjadi agen hikmat.
Di sini Paulus berdoa dengan sungguh-sungguh minta kepada Bapa dari Tuhan Yesus yaitu Bapa yang mulia
supaya dia memberikan Roh hikmat. Tujuannya agar kita bisa bertumbuh dalam hikmat. Jadi dalam Yak 1:5
ini, bijaksana di sini harus dimengerti sebagai bijaksana yang bersumber dari Allah tetapi bukan Allah.
Hikmat perlu berproses dalam pertumbuhan iman kita. Menjadi orang Kristen harus bergumul aktif
sehingga menjadi orang yang berhikmat di hadapan Tuhan. Dan hanya melalui proses seperti ini kita bisa
memiliki ketajaman pengertian di tengah dunia yang makin lama makin sulit ini. Jika kita tidak memiliki
bijaksana kita akan menjadi permainan jaman. Itu sebabnya kita membutuhkan hikmat yang sejati untuk
mengantisipasi situasi ini. Kekristenan memiliki pandangan yang jauh lebih tinggi dari apa yang bisa kita
lihat. Inilah yang diperlukan oleh dunia ini. Saya harap kita mempunyai pertumbuhan bijaksana yang
menjadikan kita tidak hanya berhenti pada apa yang dunia mengerti. Mari kita meminta kepada Tuhan,
bukan minta kekayaan, bukan minta kekuasaan, melainkan meminta bijaksana dari Tuhan agar kita dapat
hidup dalam dunia ini untuk memuliakan Tuhan.
20
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Elemen Keempat Pertumbuhan Iman Kristen
Di dalam Ef 1:15-23 kita sedang mempelajari enam elemen proses pertumbuhan Kristen yang terdiri dari
iman, kasih, hikmat, wahyu, pengharapan, dan kuasa. Keenam poin ini harus kita proses dan kita hayati
dalam hidup kita sehingga kita bisa bertumbuh. Pada minggu yang lalu kita sudah membahas poin ketiga.
Pada hari ini kita akan memasuki poin yang keempat yaitu berkenaan dengan wahyu. Iman, kasih, hikmat
dan kuasa harus dibangun di atas wahyu.
Di sini Paulus berdoa meminta dengan sungguh-sungguh supaya jemaat boleh bertumbuh di dalam wahyu
untuk mengenal Kristus dengan benar. Hal ini penting agar seseorang mengerti kebenaran yang sejati.
Manusia dicipta sebagai ciptaan yang unik yang diberikan akal budi oleh Tuhan untuk mengerti kebenaran.
Setelah manusia jatuh dalam dosa, manusia telah kehilangan prinsip kebenaran. Akibatnya, dunia dewasa
ini menjadi bingung dan jatuh ke dalam berbagai tipuan dunia. Tidak heran kalau dewasa ini banyak orang
menjadi stress dan kecewa karena korban berbagai penipuan.
Tidak heran manusia sulit mencari yang benar. Akibatnya manusia bingung dan manusia tidak tahu lagi di
mana kebenaran itu, sehingga kita sering tertipu. Terlebih lagi kalau kita tertipu yang mengakibatkan pada
kebinasaan kekal. Ini merupakan malapetaka terbesar yang bersumber dari setan. Setan rela
mengorbankan apapun agar kita menjadi anak buahnya di dalam kematian yang kekal. Untuk ini setan
memakai dan menghalalkan berbagai cara agar manusia tertipu. Tidak heran kalau Alkitab menyebut setan
sebagai bapa penipu.
Oleh karena itu poin yang keempat ini menjadi aspek yang sangat penting dan mendasar. Hal ini
disebabkan karena manusia di dalam dunia mencoba melihat kebenaran dari empat aspek.
Pertama, manusia mencoba melihat kebenaran dari rasionalisme. Rasionalisme menganggap rasio dengan
sarana logika menjadi patokan kebenaran. Jadi yang masuk akal itulah yang benar. Fakta membuktikan
rasionalisme tidak mampu menyelesaikan kebenaran. Banyak kebenaran yang berada di luar rasio manusia
yang terbatas. Memang dalam aspek tertentu rasio bisa dipakai untuk mencari kebenaran, namun untuk
menjadi patokan kebenaran itu tidak mungkin.
Kedua, adalah empirisme, yaitu pengalaman, uji coba atau eksperimen itu menjadi dasar kebenaran. Jadi di
sini sesuatu itu dikatakan benar kalau sudah diuji berdasarkan pengalaman, uji coba atau eksperimen.
Tetapi inipun tidak bisa dijadikan patokan kebenaran karena pengalaman, uji coba ataupun eksperimen
manusia tetap terbatas.
Ketiga, subyektivisme yang menganggap kebenaran ditentukan oleh diri. Jadi penganut subyektivisme
menganggap bahwa dirinya adalah patokan kebenaran. Seluruh kebenaran tergantung pada dia.
Masalahnya, siapa di antara kita yang tidak pernah salah. Tidak ada. Keempat, otoritarianisme maksudnya
kalau saya tidak bisa menentukan kebenaran maka kebenaran ditentukan oleh yang di atasku. Ini
merupakan cara melempar kebenaran kepada yang lebih berotoritas. Masalahnya apakah yang lebih
berotoritas dari saya itu membuktikan dia pasti benar. Misalnya apakah Pendeta pasti benar. Jawabannya
tentu tidak. Jadi di sini baik rasionalisme, empirisme, subyektivisme, maupun otoritarianisme tidak dapat
dijadikan standar kemutlakan.
Di sini prinsip Alkitab mengajarkan kita harus kembali kepada sumber kebenaran. Orang Kristen harus sadar
bahwa kita bukan patokan kebenaran. Epistemologi Kristen mengajarkan untuk mendapatkan kebenaran
kita perlu wahyu. Jadi patokan kebenaran yang kelima ini kita sebut sebagai revelationisme. Keempat
21
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
epistemologi yang lain harus melayani yang kelima ini. Kita harus kembali kepada sumber kebenaran
karena kebenaran yang sejati itu bukan bersumber dari saya. Melainkan bersumber dari sumber wahyu
yang berada di luar diri saya yang telah mewahyukan kebenaran kepada saya. Seberapa jauh Allah
mewahyukan kebenaran pada kita sejauh itu pulalah kita mengerti kebenaran.
Jadi Tuhan harus berfirman kepada kita sehingga kita dapat mengerti kebenaran. Ini konsep yang pertama.
Jika Allah tidak berfirman maka kita tidak mungkin tahu dan tidak perlu tahu. Jadi kita hanya perlu tahu
sejauh yang Allah nyatakan atau berikan. Alkitab menuntut kepada setiap kita untuk bertumbuh di dalam
wahyu kebenaran firman Tuhan. Waktu kita kembali kepada wahyu Tuhan dan mau mengerti wahyu Tuhan
maka Tuhan akan membuka kebenaran itu.
Hal yang kedua, Alkitab mengatakan bukan hanya sekedar wahyu tentang apa. Ini merupakan hal yang
sangat sentral di dalam iman Kristen. Berkali-kali di dalam Efesus ditegaskan secara cermat bahwa wahyu di
sini tentang wahyu untuk mengenal dia dengan benar. Iman Kristen menuntut pertumbuhan pengertian
kita mengerti wahyu tentang sumber kebenaran. Ini yang menjadi patokan di sepanjang alam semesta.
Hanya satu oknum di sepanjang sejarah yang berhak mengakui Akulah jalan kebenaran dan hidup. Tidak
ada seorangpun yang sampai kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Yesus Kristus satu-satunya kebenaran
itu. Inti mengenal adalah mengenal Yesus Kristus. Pengenalan iman harus kembali kepada pengenalan
tentang Yesus Kristus secara benar. Ini berarti ada potensi untuk mengenal Kristus secara salah.
Dalam Efesus pasal 4 di dalam Gereja ada rasul, nabi, gembala, pengajar, dan penginjil. Allah memberikan
semua karunia ini untuk memperlengkapi jemaat orang kudus untuk pembangunan tubuh Kristus. Di sini
dituntut setiap orang Kristen harus bertumbuh sampai kita semua mencapai kesatuan iman dan
pengetahuan yang benar tentang Anak Allah (Ef 4:13).
Seluruh ajaran iman Kristen titik pusatnya adalah mengerti siapa Yesus Kristus yang sebenarnya
sebagaimana yang Dia wahyukan. Di sini bukan berdasarkan spekulasi manusia, pengalaman manusia,
subyektivitas manusia melainkan berdasarkan apa yang diwahyukan dalam Alkitab. Dan waktu Alkitab
diwahyukan, titik pusatnya di dalam ajaran tentang Yesus Kristus. Salah di dalam doktrin ini dianggap sesat.
Ini kunci! Di sini kita melihat betapa signifikannya pengenalan akan Yesus Kristus yang benar. Di dalam II Kor
11:4, "Sebab kamu sabar saja jika ada seseorang yang datang memberitakan Yesus yang lain daripada yang
kami beritakan atau memberikan kepada kamu roh yang lain daripada yang kamu terima atau Injil yang
lain daripada yang kamu terima." Di sini Yesus-nya lain, rohnya lain dan Injil-nya lain. Satu salah, tigatiganya salah. Yesus-nya lain maka pasti roh-nya lain, kalau roh-nya lain Yesus-nya lain maka pasti Injilnya
lain bukan yang asli. Kalau Injilnya lain pasti membicarakan Yesus yang lain. Di sini dituntut pengenalan
Yesus yang sejati. Di dalam aspek yang kedua ini kita harus kembali kepda Yesus yang benar.
Keempat, proses untuk mengerti tentang Yesus Kristus yang benar yaitu kalau kita kembali kepada Alkitab
dari Kejadian sampai Wahyu. Di sini dibicarakan dari dunia ada, dunia berproses sampai kepada dunia
selesai. Seluruh proses ini baru mungkin jika Tuhan yang menyatakannya kepada kita. Alkitab sudah
lengkap seluruhnya sehingga tidak perlu ditambah. Sekarang Tuhan meminta kita bertumbuh di dalam
pengenalan akan firman Tuhan mulai dari Kejadian sampai Wahyu secara berurut agar kita bisa mengenal
Yesus Kristus. Sehingga kita tidak didikte oleh rationalisme, empirisme, subyektivisme, otoritarianisme.
Kelima, Tuhan menuntut kita menjadi orang yang terus bertumbuh di dalam pengenalan akan Kristus
dengan tepat berdasarkan wahyu yang Tuhan berikan. Namun kita sadar tidak ada satupun di antara kita
yang mengerti Kristus dengan sempurna. Tetapi inilah yang menuntut kita berproses dan belajar terus-
22
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
menerus. Dengan demikian kita tidak mudah ditipu. Bijaksana sejati dan wahyu sejati harus disatukan,
karena itu Paulus berdoa minta hikmat dan wahyu sekaligus. Barulah kita bisa berproses dan bertumbuh
dengan baik. Maukah saudara bertumbuh di dalam wahyu?
Elemen Kelima Pertumbuhan Iman Kristen
Kekristenan adalah satu agama yang menuntut proses bukan sekedar rutinitas ke gereja. Orang Kristen
tidak hanya berhenti ketika kita percaya dan memiliki hidup yang kekal. Menjadi orang Kristen berarti kita
harus berproses dan bertumbuh. Di sini kita dapat menggambarkan kekristenan bagaikan sebuah pohon
yang ditanam lalu berakar dan bertumbuh mulai keluar daun, ranting, lalu berbunga dan kemudian
berbuah. Itu sebabnya di dalam Matius 28, Tuhan Yesus memberikan perintah agar para murid pergi
menjadikan semua bangsa murid Tuhan, membaptis mereka di dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh
Kudus serta mengajar mereka melakukan segala yang Tuhan perintahkan kepada mereka.
Hari ini kita akan mempelajari poin kelima dari keenam proses pertumbuhan dalam surat Efesus 1:15-23,
yaitu mengenai pengharapan. Konsep kelima ini menjadi kekuatan yang begitu besar di dalam kekristenan.
Mengapa? Karena iman Kristen ditegakkan di dalam satu pondasi yang memberi pengharapan paling kokoh
yang tidak mungkin disaingi oleh siapapun. Hal ini disebabkan karena pengharapan Kristen ditegakkan di
atas pondasi kematian dan kebangkitan Kristus. Salib dan kebangkitan Kristus menjadi dua tonggak yang
ditegakkan di dalam sejarah oleh Tuhan, yang membuat kita memiliki pengharapan yang pasti. Kedua hal ini
ditegakkan oleh Tuhan di dalam sejarah melalui kematian-Nya, Kristus sudah mematikan kuasa kematian
dan melalui kebangkitan-Nya, Kristus telah mengalahkan segala kuasa dan melepaskan diri dari segala
kuasa. Fakta inilah yang menjadikan kekristenan memiliki pondasi yang tidak pernah mungkin digugurkan
oleh zaman.
Manusia tidak mungkin hidup tanpa pengharapan. Seseorang yang kehilangan pengharapan akan masa
depan maka orang seperti ini akan kehilangan gairah hidup, daya juang dan dia akan menjadi orang yang
skeptik. Itu sebabnya, manusia membutuhkan pengharapan. Yang menjadi masalah, pengharapan kepada
siapa? Jikalau kita berharap pada uang, pengetahuan, dan kedudukan, maka akan celaka sekali hidup kita.
Mengapa? Karena uang, kedudukan dan pengetahuan bukanlah dasar yang kokoh untuk meletakkan
pengharapan kita. Sayangnya, banyak orang dewasa ini telah meletakkan pengharapan mereka pada hal
yang keliru dan pada dasar yang rapuh.
mengatakan, ”Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan
apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi
orang-orang kudus.” Di sini Paulus berdoa agar Tuhan memberikan pada jemaat Efesus mata hati yang
terang sehingga jemaat bisa melihat pengharapan yang sejati. Hal ini penting karena banyak orang yang
hatinya buta dan gelap sehingga mereka tidak mampu keluar dari pengharapan yang keliru. Ingat iman
Kristen tidak bersandar pada uang, intelek, dan kekuasaan. Iman Kristen bersandar pada panggilan Kristus.
Hanya kepada Kristuslah kita meletakkan pengharapan kita. Hanya di dalam Kristuslah kita memiliki
pengharapan yang sejati, karena Kristus melampaui segala pemerintahan, segala kekayaan maupun segala
kekuasaan yang ada di dunia ini.
Ef 1:18
Pengharapan ini tidak otomatis terjadi. Itu sebabnya tidak heran banyak orang sudah puluhan tahun
menjadi orang Kristen tetapi belum sungguh-sungguh meletakkan pengharapan mereka kepada Kristus
yang mati dan bangkit. Di sinilah pentingnya pengharapan kita harus kembali kepada Kristus. Pada waktu
kita kembali kepada Kristus sebagai sumber pengharapan maka ada beberapa hal yang Kristus sediakan.
23
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Pertama, pengharapan ini menjanjikan masa depan yang paling final. Ini yang menjadi dasar mengapa kita
tidak meletakkan dasar pengharapan kita pada uang, intelek, maupun kekuasaan. Semua ini tidak final.
Tetapi jika kita meletakkan pengharapan kita pada Kristus berarti kita telah meletakkan diri kita pada dasar
yang kokoh dan final. Suatu pengharapan yang tidak berubah dan yang telah mengalahkan semua kekuatan
dan kekuasaan di dalam alam semesta. Kebangkitan Kristus meneguhkan bahwa Dia sudah menang. Tidak
heran, di dalam Fil 3:14 Paulus mengatakan, “Aku berlari-lari menuju tujuan untuk mendapatkan panggilan
surgawi yang telah disediakan Allah bagiku.” Inilah pengharapan Paulus. Di sini bukan berarti Paulus sudah
memperoleh pengharapan tersebut melainkan justru Paulus mengejar pengharapan tersebut. Di dalam
dunia ini tidak ada jaminan yang pasti kecuali kita kembali kepada Kristus. Dan sekarang kita sedang berlari
menuju pengharapan tersebut. Kita sedang melangkah kepada akhir yang tidak mungkin gagal, kepada final
yang telah mengalahkan finalitas palsu.
Kedua, pengharapan kita harus kembali kepada panggilan yang pasti. Panggilan yang pasti ini baru terjadi
jika kita kembali kepada sumber yang pasti. Jadi pengharapan yang sejati harus kembali kepada oknum di
luar diri saya yang menjadi penentu dan sumber dari semua keberadaan di dalam dunia. Itu sebabnya kita
perlu kembali kepada Kristus yang telah memanggil kita kepada pengharapan yang sejati. Oleh sebab itu
saudara, penentuan perjalanan hidup kita bukan berada di tangan kita melainkan di dalam satu pribadi
yang berada di atas kita. Pribadi yang lebih bijaksana dan lebih tahu. Dalam hal seperti ini, kita harus
kembali kepada Tuhan sebagai pemimpin arah hidup kita.
Hanya kembali kepada Tuhan sebagai pengharapan yang sejati dan tidak mungkin salah kita baru bisa
memiliki pegangan yang kokoh di dalam dunia ini. Jadi pada aspek kedua ini kita harus memindahkan
otoritas pengharapan kita bukan di tangan kita melainkan di tangan Tuhan. Dengan cara seperti ini kita
baru mempunyai kekuatan di dalam pengharapan kita. Kesulitan iman Kristen yang paling besar adalah
‘mengapa saya tidak bisa bertumbuh.’ Hal tersebut terjadi karena meskipun kita mengatakan kita
meletakkan pengharapan kita pada Kristus tetapi pada hakikatnya kita masih terus berpegang pada
pengharapan kita. Ini yang mengakibatkan kita tidak bertumbuh di dalam hidup rohani kita. Mari kita
menyerahkan pengharapan kita secara total kepada Tuhan dan biarlah Tuhan yang memimpin hidup kita.
Ketiga, pengharapan baru menjadi pengharapan pada waktu kita harus melewati kesulitan. Mengharap
pengharapan tanpa mau kesulitan ini satu hal yang keliru. Berharap kepada Tuhan tetapi semuanya mau
lancar, ini konsep yang salah. Justru pengharapan harus dinyatakan di dalam melewati lembah bayangbayang maut. Pengharapan sejati keluar pada waktu kita berada di tempat yang paling gelap. Di situlah
pengharapan kita keluar menerobos melihat sesuatu yang tidak kita lihat. Pengharapan ini menjadi
kekuatan kita menghadapi lembah kekelaman. Jika kita percaya Tuhan itu hidup seharusnya ini menjadi
pengharapan di tengah kita mengalami bayang-bayang maut maupun kesulitan hidup. Di tengah-tengah
kesulitan justru pengharapan harus bertumbuh di dalam hidup kita. Kita tidak berharap kepada sesuatu
yang mati melainkan kita berharap kepada Tuhan yang sudah mati dan bangkit bagi kita.
Dunia kita makin lama makin sulit. Alkitab mengatakan ada dua hal yang tidak akan pernah merosot dan
menjadi dua penyakit yang akan menghancurkan dunia. Pertama humanisme, manusia akan mementingkan
dirinya sendiri. Kedua, materialisme, manusia akan cinta uang (2 Tim 3:1-2). Dua penyakit ini tidak pernah
turun dalam sejarah umat manusia. Oleh sebab itu dunia ini makin lama makin menuju kepada kehancuran.
Dalam kondisi dunia yang makin merosot menuju kehancuran, justru anak-anak Tuhan akan makin baik.
Namun yang makin baik ini adalah minoritas sedangkan yang turun adalah mayoritas. Yang satu minoritas
24
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
naik ke surga sedangkan yang mayoritas turun ke neraka. Jika kita membuka mata kita lebar-lebar
seharusnya kita sadar di dalam berbagai bidang dunia ini sedang mengalami penurunan dan kehancuran.
Tetapi ini jangan membuat kita pesimis. Justru di dalam keadaan seperti ini kita perlu bertanya bagaimana
kita bisa menyelamatkan orang lain yang selama ini dalam kehancuran. Bagaimana kita bisa menyadarkan
mereka kembali kepada Kristus yang sudah menebus dosa mereka. Inilah panggilan kita! Untuk itu kita
sendiri harus memproses pengharapan kita dan melihat kepada Kristus dan buktikan kepada sejarah bahwa
kita berharap kepada Kristus. Hanya dengan demikian dapat membuat kita kuat. Maukah saudara?
Elemen Keenam Pertumbuhan Iman Kristen
Minggu ini kita membahas elemen terakhir dari keenam proses pertumbuhan rohani yaitu kuasa. Kuasa
penting untuk menjalankan pengharapan namun banyak orang salah mengerti ketika membicarakan
mengenai kuasa. Seringkali kuasa dimengerti sebagai kuasa yang dimiliki oleh manusia dan dipakai untuk
kepentingan manusia. Kuasa seperti ini bukan dari Allah dan tidak diajarkan oleh Tuhan karena bersifat
antroposentris. Kuasa ini mungkin dikerjakan oleh setan.
Itu sebabnya kita perlu membedakan antara kuasa Tuhan dan bukan kuasa Tuhan. Jika ini belum beres
maka kita akan bingung dan bisa disesatkan. Mengapa? Karena ketika kita berbicara mengenai kuasa
seringkali dimengerti secara duniawi dan lepas dari kebenaran firman Tuhan. Kuasa seperti ini bukanlah
kuasa dari Allah sekalipun kuasa ini besar dan bisa melakukan perbuatan-perbuatan yang bersifat
supranatural bahkan melakukan banyak tanda-tanda mujizat. Apalagi di tengah-tengah era gerakan zaman
baru dewasa ini. Kekuatan supranatural dan mujizat bukan lagi barang langka. Sejak awal, Alkitab
menyatakan bahwa kuasa seperti ini ada, bukan fiktif dan bisa dialami oleh manusia.
Alkitab mengatakan kuasa yang tertinggi adalah kuasa dari Tuhan. Untuk hal ini kita bisa melihat beberapa
contoh dalam Alkitab, misalnya antara Musa dengan tukang sihir Firaun; juga antara nabi Elia dengan nabinabi palsu di gunung Karmel. Ketika peristiwa ini terjadi kita melihat bahwa kuasa Tuhan lebih besar dari
kuasa setan. Jika demikian apakah kuasa Allah dengan kuasa setan hanya lebih besar secara kuantitatif?
Tidak, karena di dalamnya ada unsur-unsur tertentu yang secara tajam membedakan antara kuasa yang
sejati dari Tuhan dan bukan dari Tuhan. Ini yang pertama-tama harus kita bereskan, jika tidak pikiran kita
akan tersesat seperti yang dipikirkan oleh orang-orang gerakan zaman baru termasuk orang-orang Kristen
yang sudah tercemar oleh pikiran gerakan zaman baru ini.
Di dalam Matius 7:21-23, Tuhan Yesus menjelaskan kuasa yang muncul dari nabi palsu. Jika kita melihat
konteks dari ayat ini yaitu mulai dari ayat 15 mengatakan, "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang
datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang
buas." Kemudian di dalam konteks ayat 21-23, Tuhan Yesus memberikan peringatan. Di dalam bagian ini kita
melihat, apa yang membedakan antara kuasa Tuhan dan kuasa setan.
Pertama, kuasa Tuhan berjalan dengan satu integritas, terbuka, tidak main-main dan tidak ada penipuan
didalamnya. Di dalam ayat 21 dikatakan, "Bukan setiap orang yang berseru kepadaku Tuhan, Tuhan yang
akan diselamatkan, tetapi dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga." Banyak orang akan
berseru kepada Ku Tuhan, Tuhan bukankah kami bernubuat demi nama-Mu. Bukankah kami mengusir
setan demi nama-Mu dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu. Pada waktu itulah aku akan
berterus terang kepada mereka dan berkata, "Aku tidak mengenal kamu enyahlah daripada-Ku engkau yang
25
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
membuat kejahatan." Dalam ayat-ayat ini Tuhan Yesus memberikan atribut kepada nabi palsu sebagai
pembuat kejahatan, maksudnya memang profesinya pembuat kejahatan.
Namun orang itu sendiri tidak sadar bahwa ia berbuat jahat. Ini terlihat ketika ia mengatakan, "Bukankah
kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu dan mengadakan banyak mujizat demi
nama-Mu juga?" Disini kita melihat bahwa mereka juga memakai nama Yesus bahkan memiliki kuasa yang
kelihatannya begitu hebat, tetapi bukan dari Tuhan. Secara fenomena kita bisa terkecoh. Hari ini, jika kita
melihat orang yang dikategorikan Matius 7:21-23 mungkin kita akan menilai orang tersebut sebagai orang
Kristen bahkan seorang aktivis atau pelayan Tuhan. Mengapa? Karena orang tersebut mempunyai kuasa.
Orang tersebut bernubuat, melakukan mujizat dan mengusir setan demi nama Yesus. Celakanya orang itu
sendiri tidak sadar bahwa dia melakukan kuasa tersebut bukan dari Tuhan. Kuasa dapat menjadi
berbahaya, menipu dan juga bisa menjerumuskan. Itu sebabnya kita tidak boleh menganggap ringan kuasa
Setan. Kita perlu mengerti kuasa Tuhan yang sejati yang memiliki integritas kebenaran.
Kedua, bagaimana kita membedakan kuasa Tuhan dengan nabi palsu? Kuncinya adalah apakah dia
melakukan kehendak Bapa atau dia sedang melakukan kehendak manusia. Di dalam Matius 7:21 dikatakan
bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku Tuhan, Tuhan yang akan diselamatkan tetapi dia yang
melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga. Jadi ketika seseorang menjalankan kuasa Allah di dalamnya ada
unsur ketaatan mutlak kepada Allah. Itu sebabnya semua mujizat baik dari kitab Kejadian sampai Wahyu
mulai dari nabi-nabi PL sampai PB semuanya dilakukan karena Tuhan yang perintahkan untuk dia kerjakan.
Jadi semua yang dikerjakan harus kembali kepada ketaatan yaitu melakukan kehendak Bapa bukan untuk
kepentingan manusia.
Ketiga, kuasa dari Tuhan adalah kuasa yang menghidupkan sedang kuasa dari setan adalah kuasa yang
mematikan. Ketika seseorang menjalankan kuasa sesuai dengan kehendak Tuhan maka dia akan
memperoleh hidup kekal. Di dalam Injil Matius 7, orang tersebut melakukan kuasa memakai nama Tuhan
namun akhirnya masuk neraka. Ini membuktikan dia melakukan kuasa bukan dari Tuhan. Setan bisa
menawarkan apapun kecuali memberi hidup kekal, ini prinsip.
Setan sangat licik, dia bisa memberikan harta dan kedudukan bahkan Tuhan Yesus sendiri pernah dicobai.
Setan berjanji akan memberikan seluruh dunia ini dengan segala kekayaannya jika Tuhan Yesus mau
menyembah dia. Setan bisa memberi apapun kecuali hidup, karena inilah yang dia cari. Dia berikan apapun
untuk mendapatkan hidup seseorang. Itu sebabnya tawar-menawar dengan setan berarti mencari
keuntungan demi kematian. Kuasa dari Tuhan akan memberi kepada kita kehidupan. Dia akan membawa
kita kepada keselamatan dan membawa kita kepada ketaatan dan menjadikan kita makin hari makin taat
untuk melakukan kehendak Bapa di surga. Dan waktu kita kembali kepada Allah itulah kuasa yang harus
membawa kita kembali kepada kebenaran. Inilah kuasa sejati.
Keempat, kuasa Allah selalu terintegritas dengan kebenaran sedangkan yang bukan dari Allah selalu terkait
dengan ketidakbenaran. Kuasa yang sejati dari Tuhan tidak mungkin berlawanan dengan seluruh firman
Tuhan. Itu sebabnya untuk mengetahui kuasa itu dari Tuhan atau bukan, kita harus cek dengan firman
Tuhan. Tidak boleh keluar dan bertentangan dengan firman. Kebenaran yang sejati akan membawa kita
kepada seluruh ekstensi kebenaran yang sejati. Kebenaran yang sejati akan melahirkan turunan yang
mempunyai sifat yang sejati. Jadi tidak mungkin ada kepalsuan di dalamnya. Oleh sebab itu untuk mengerti
kuasa yang sejati kita harus mengerti firman Tuhan secara tepat. Itu sebabnya di dalam Efesus 1:15-23, kuasa
diletakkan di bagian terakhir. Bagian ini baru bisa dibicarakan setelah kelima bagian sebelumnya kita
26
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
bicarakan. Kuasa sejati tidak mungkin lepas dari iman sejati, kasih sejati, hikmat sejati, wahyu sejati, dan
pengharapan sejati. Tidak mungkin kita memiliki kelima elemen di atas benar tetapi kuasanya salah.
Saya harap kita menggumulkan kebenaran tentang kuasa ini di dalam hati kita. Tuhan memberikan kuasa
itu kepada kita karena itu diperlukan. Tetapi kuasa ini adalah kuasa yang perlu dibedakan dari kuasa yang
bukan dari Tuhan. Kuasa ini adalah kuasa yang unik yang hanya dari diri Tuhan sendiri. Kuasa inilah yang
boleh menjadikan kita seorang anak Allah yang sejati dan hanya dengan itu kita bisa diproses untuk
menjadi anak Allah yang sejati. Mari kita belajar kembali kepada Alkitab agar prinsip dan arah kita jelas dan
tidak dipermainkan oleh dunia. Khususnya di tengah-tengah krisis dewasa ini jika kita tidak mempunyai
kekuatan dari Tuhan, kita tidak mempunyai kuasa yang menyebabkan kita bisa berdiri tegak menjadi
seorang anak Allah. Ini akan menjadikan kita sebagai orang Kristen yang hancur dan akhirnya kembali
menjadi orang Kristen duniawi. Banyak orang Kristen yang hari ini runtuh imannya. Hanya dengan kembali
kepada kuasa Allah barulah kita bisa berdiri tegak di tengah dunia ini dan mampu menyatakan kebenaran
Tuhan di dalam dunia ini. Namun ketika kita kembali kepada kuasa Tuhan ini bukan hal yang instan dan satu
hari terjadi dalam hidup kita. Oleh sebab itu kita perlu menggarap dan memprosesnya.
Minggu lalu kita membicarakan empat hal yang membedakan kuasa dari Allah dengan yang bukan dari
Allah. Pertama, kuasa Tuhan yang sejati adalah kuasa yang terbuka, nyata dan tidak pernah gagal, karena
berdiri di atas kedaulatan dan kuasa tertinggi. Kedua, kuasa sejati adalah kuasa yang muncul dari
kebenaran Allah dan sinkron dengan kebenaran Allah. Ketiga, kuasa Allah adalah kuasa yang dari mati
menjadi hidup, sedangkan dari setan justru menuju kepada kematian. Keempat, kuasa ini dalam Ef 1
diletakkan di dalam segmen yang terakhir dari keenam aspek pertumbuhan kekristenan, sesudah iman,
kasih, hikmat, wahyu, dan pengharapan. Jadi kuasa tidak bisa lepas dari kelima elemen ini.


Pertama, faktor ketidakmampuan internal. Alkitab mengatakan bahwa di dalam kondisi impotensi manusia,
manusia tidak mungkin tidak berdosa. Agustinus mengatakan, "Salah satu problem serius yang dihadapi
manusia berdosa adalah kondisi yang disebut sebagai non posse non pecare (tidak mungkin tidak berdosa).
Inilah kondisi manusia yang sudah jatuh. Manusia senantiasa dijerat dan dibelenggu oleh dosa. Rm 3
mengatakan, "Tidak ada seorang pun yang benar. Tidak ada seorangpun yang baik." Kalimat ini telah
dibuktikan dalam sejarah bukan hanya oleh orang Kristen saja. Aristoteles di dalam teori kebajikan
tertingginya akhirnya membuktikan hampir seluruh kebajikan yang dikerjakan di dalam dunia ini bukan
kebajikan asli. ‘Baik’ yang ada di dunia ini hanya ‘baik’ yang relatif. ‘Baik’ di ukur menurut egoisme manusia,
sedangkan egoisme itu sendiri adalah kejahatan. Jadi ‘baik’ identik dengan ‘kejahatan’ yang sejati. Inilah
kebaikan manusia, dan Tuhan melihat ini sebagai kejahatan. Manusia tidak mampu dan tidak ada kekuatan
untuk lepas dari belenggu dosanya. Ini yang menjadikan dunia kita masuk ke dalam impotensi total.
Alkitab mengatakan, "Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu
hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu menaati penguasa kerajaan
angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang durhaka" (Ef 2:1-2). Itulah mati. Mati yaitu
hidup, hidup di dalam dosa dan terus berbuat dosa. Taat kepada penguasa kerajaan angkasa, menjadi
hamba dosa dan terus diikat oleh dosa. Di sini pentingnya kita mendapat kuasa untuk melepaskan kita dari
belenggu dosa. Secara manusiawi kita tidak mungkin keluar dari belenggu dosa. Hanya melalui kuasa Allah
yang mengangkat, menarik, dan menghancurkan kuasa kematian yang membelenggu kita. Ya, kuasa yang
27
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
membangkitkan Kristus itulah yang mengeluarkan kita dari kematian menuju kepada keselamatan yang
Tuhan berikan.
Kedua, karena faktor eksternal kita juga sangat menekan. Dunia kita adalah dunia yang berdosa. Kita
berada di tengah dunia ini bagaikan domba di tengah-tengah serigala. Di satu pihak kita dituntut untuk
tidak berdosa, di lain pihak kita begitu kecil, lemah dan tidak mampu. Dari dalam kita mengalami impotensi,
dari luar kita mengalami tekanan yang begitu berat, ini menjadikan kita betul-betul tidak berdaya, kecuali
ada kekuatan dari luar yang memampukan kita. Hanya kuasa kebangkitan Kristus, yaitu kekuatan dinamit
(dunamos) yang diberikan Kristus yang membuat kita keluar dan mampu mengatasi situasi yang paling sulit
seperti ini. Hidup di tengah dunia jika kita tidak memiliki kekuatan dari Tuhan, kita akan gagal, runtuh, dan
rapuh. Di sini kita perlu memikirkan kuasa Allah dan menumbuhkan kuasa Allah di dalam hidup kita.
Disamping itu ada juga kuasa yang mengharuskan kuasa Allah itu bertumbuh di dalam diri kita, yaitu
panggilan Allah atas diri kita. Ketika kita bertobat menjadi anak-anak Allah ini bukan hal yang sederhana.
Banyak orang memperdebatkan doktrin predestinasi, karena doktrin ini dianggap mencapai keegoisan
manusia. Padahal ketika Alkitab mengajarkan predestinasi, intinya bukan pada keselamatan melainkan
pada panggilan ilahi untuk menjadi saksi-Nya. Yoh 15:16 mengatakan, "Bukan kamu yang memilih Aku tetapi
Akulah yang memilih kamu supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu tetap. Tuhan memilih
dan menetapkan kita dari sejak awal supaya kita pergi dan menghasilkan buah. Kita dipanggil untuk
menjadi saksi Tuhan di tengah dunia ini.
Doktrin Reformed bukan hanya doktrin di kepala. Doktrin Reformed Injili mengajarkan agar dengan Teologi
Reformed dan semangat Injili kita memenangkan jiwa dan bersaksi bagi Tuhan. Tuhan memanggil anakanakNya supaya di tengah dunia yang gelap ini ada secercah terang. Kita dipanggil untuk menjadi garam
dunia, tetapi jika garam itu sudah menjadi tawar, tidak ada gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kita
ditebus dan dikeluarkan dari lumpur dosa supaya kita menyatakan kebenaran Allah di dalam dunia yang
gelap ini. Kekristenan bukan hanya teori melainkan suatu tuntutan untuk kita hidup benar. Itu sebabnya
ketika kita percaya, Tuhan sudah memberi kita kuasa untuk kita menjadi anak-anak Allah, agar kita bisa
mencerminkan kondisi sifat yang dimiliki oleh Bapa kita di sorga.
Pada jaman ini banyak orang Kristen yang kehilangan misi ini. Salah satu sebabnya adalah karena orang
Kristen menghindari satu pernyataan yang ditegaskan oleh Paulus di dalam 1 Kor 11:1, "Hendaklah engkau
menjadi pengikut-ku sama seperti aku menjadi pengikut Kristus." Dewasa ini banyak orang Kristen bahkan
hamba Tuhan seolah-olah hidup lebih rohani kelihatannya, dengan mengatakan, "Jangan lihat saya karena
saya lemah dan tidak sempurna, lihatlah Tuhan dan jangan ikuti saya." Di sini terlihat seperti rohani tetapi
dibalik itu sebetulnya ada satu penegasan yaitu tuntutan untuk kita terhindar dari keharusan menjalankan
misi sebagai anak Tuhan. Kita tidak berani menyatakan diri di hadapan orang bahwa saya harus menjadi
teladan bagimu. Ketika Paulus mengatakan kalimat tersebut sama sekali tidak bermaksud menyatakan diri
bahwa dia sudah sempurna. Tidak! Paulus tetap masih di dalam proses menuju kepada kesempurnaan.
Di dunia ini tidak ada orang sempurna kecuali Tuhan sendiri. Namun pada waktu Paulus mengatakan
kalimat tersebut berarti dia memperkenankan orang melihat dia untuk dipertimbangkan. Di dalam hal yang
kelihatannya sederhana kita bisa menjadi saksi. Memang untuk menjadi saksi Tuhan Alkitab mengatakan
tidak mudah. Hal ini perlu dikerjakan secara serius. Kita perlu bersandar kepada kuasa Tuhan sehingga kita
dimampukan untuk menjadi saksi Tuhan di tengah dunia yang gelap ini.
28
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Ketiga, kuasa yang memungkinkan saya untuk taat kepada Kristus. Kuasa kebangkitan Kristus adalah kuasa
yang mengeluarkan saya, dari jerat belenggu kuasa kegelapan menjadi hamba kebenaran. Hanya dengan
kembali kepada kebenaran kita dapat menjadi orang yang bahagia. Namun untuk keluar dari sini bukan hal
yang mudah. Kita perlu kuasa Tuhan untuk mengerjakan pekerjaan yang Tuhan tetapkan supaya kita boleh
kuat dan menjadi saksi Tuhan. Kuasa diberikan untuk membangkitkan kita keluar dari jerat dosa, hidup di
dalam ketaatan pada kebenaran, dan menjadi anak-anak Allah untuk menjalankan kehendak-Nya.
Namun untuk mengerti bertumbuhnya kuasa yang Tuhan sediakan, kita perlu mengerti dua hal; pertama
kuasa tersebut adalah kuasa yang bersumber dari Allah. Untuk menumbuhkan kuasa, kita memerlukan
kunci kedua yaitu ketaatan menjalankan kebenaran berdasarkan kuasa tersebut. Ketika kita menerima
kuasa sebagai anak Allah, Tuhan menuntut kita untuk berjalan dan melangkah dalam kebenaran itu. Waktu
kita melangkah di dalam kebenaran maka kita baru sadar bahwa Tuhan sedang membangun kita di dalam
kebenaran. Waktu kita taat, ketika itulah kuasa Tuhan akan bekerja di dalam diri kita. Jadi, kuasa dan
ketaatan adalah dua hal yang harus kita garap.
Kuasa mengakibatkan kita bisa taat, dan saat kita menjalankan ketaatan, kuasa itu semakin besar kita
rasakan. Semakin besar kuasa kita rasakan makin membuat kita lebih taat lagi. Ini menjadi putaran yang
makin hari makin bertambah besar. Dengan demikian makin hari makin membuat kita bertumbuh dalam
kuasa Kristus, bertumbuh dalam kuasa kebangkitan dan menjadikan kita makin hari makin taat.
Biarlah di tengah situasi dewasa ini kita boleh menjadi saksi Kristus. Kita tidak tahu esok seperti apa?
Mungkin krisis semakin sulit dan semakin menekan. Namun dalam situasi seperti ini saya berharap Saudara
tidak lari dan tidak menjual iman Saudara. Justru di tengah krisis ini saya berharap saudara memiliki
kekuatan untuk menjadi saksi dan bersandar kepada kuasa dan pemeliharaan-Nya. Tuhan menginginkan
kita taat kepada Dia. Biarlah ini boleh menumbuhkan iman kita dari sekarang dan sampai selama-lamanya.
Amin!
29
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
K
Ke
ep
pe
en
nu
ua
ah
ha
an
nh
hiid
du
up
pd
da
alla
am
mK
Krriis
sttu
us
s
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
11
Efesus 1:11
Aku katakan "di dalam Kristus," karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang
dijanjikan––kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan
maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak–Nya
merupakan satu kalimat utuh dengan koma, koma yang berbentuk participle-participle yang
tersusun begitu banyak dan rumit. Dalam bahasa Indonesia satu alinea tidak mungkin terus disambung
menjadi satu kalimat. Dalam situasi ini LAI juga memotong kalimat dengan memberi subyeknya. Ini tidak
menyalahi struktur kalimat hanya tekanannya pada "karena di dalam Dia."
Ef 1: 3-14
Mengapa harus di dalam Kristus? Karena di dalam Kristus kita mendapat bagian yang dijanjikan. Inilah yang
membentuk kepenuhan hidup kita. Hidup manusia baru kembali kepada aslinya jika manusia kembali
menjalankan fungsi sebagaimana ditetapkan oleh Tuhan di dalam Kristus sehingga manusia mendapatkan
apa yang dijanjikan Allah menjadi bagiannya. Inilah misi dari hidup manusia.
Setiap ciptaan dicipta oleh pencipta menurut rancangan pencipta dan hasil akhirnya untuk pencipta.
Hukum ini adalah hukum yang sah berlaku di mana saja dan kapan saja. Demikian pula, manusia dicipta
oleh Allah menurut rancangan Allah hasil akhirnya untuk Allah. Hukum ini tidak bisa dilanggar. Mengerti
hukum ini akan mengerti semua aspek.
Namun kepenuhan hidup manusia bisa menyeleweng. Sama seperti mike dicipta untuk menjadi pengeras
suara. Namun mike juga bisa disalahgunakan, misalnya untuk memukul kepala. Pada waktu itu mike
tersebut sudah gagal mencapai kepenuhan keberadaannya. Demikian pula dengan manusia bisa
menyalahgunakan fungsinya. Tidak heran, di dalam hidup manusia setelah kita berjuang pada satu titik kita
merasa kosong. Kita mulai bertanya, "Apa yang sedang saya lakukan? Sepertinya tidak ada artinya?
Hidupku kosong."
Namun pertanyaannya, "Apakah realitanya harus seperti ini? Kita harus membedakan realita dengan yang
seharusnya. Tidak cukup kita membangun teori di atas realita. Kita harus membangun teori di atas ide seharusnya seperti apa. Dari sini baru kita melihat realitanya seperti apa.
Paulus mengatakan, "di dalam Kristus", karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam
segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya."
Siapakah Paulus? Jika kita membaca Filipi 3, kita menemukan banyak hal yang Paulus bisa banggakan.
Berdasarkan keturunan Paulus orang Yahudi asli dari suku Benyamin di sunat hari ke 8. Secara intelektual,
Paulus orang yang brilliant. Umur 30 tahun sudah menjadi orang Farisi. Paulus mewarisi seluruh kebudayaan Ibrani mengerti Talmud, Midrash, dan hafal Taurat. Bahkan menjadi murid kesayangan Gamaliel.
Seorang profesor yang paling terkenal pada waktu itu. Paulus juga menguasai filsafat Graeco-Romans yang
30
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
pada waktu itu dianggap paling top pada zamannya dan dianggap sebagai ‘mbahnya’ filsafat dunia saat itu.
Di Athena Paulus berdialog dengan tokoh-tokoh filsafat disana. Dari segi kerja, Paulus seorang yang berani
berjuang. Dia adalah seorang penganiaya Kristen. Paulus bukan hanya pandai bicara tapi dia juga seorang
yang memiliki semangat bekerja. Singkatnya, Paulus memiliki kehebatan baik dari segi eksistensi,
intelektual, maupun dari segi kerja. Kurang apa lagi?!
Paulus pikir melalui semua itu dia sudah mencapai kepenuhan hidupnya. Namun setelah menemukan
Kristus semua yang tadinya dia anggap itulah yang dia kejar, ternyata sekarang hanya sampah yang perlu
dibuang." Inilah perbandingan hidup Paulus.
Dalam kitab Filipi Paulus sedang men-sharing-kan pengalamannya dari situasi yang lama kepada situasi
yang baru. Namun dalam surat Efesus Paulus sedang memberitakan prinsip dasar bagaimana sebetulnya
kita harus menggarap hidup kita berdasarkan teologi yang ketat.
Di dalam Ef 1:11 ini, Paulus mengatakan inilah bagian yang ditentukan untuk kita. ‘Kita’ di sini bukan
‘semua.’ Saya hanya mendapat bagian yang ditetapkan bagi kita sesuai dengan maksud Allah. Dalam ayat
ini digunakan kata ‘maksud Allah’ di bawah menurut keputusan kehendaknya (perhatikan Ef 1:11). Menerima
bagian ini sesuai dengan maksud Allah yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan
kehendaknya. Kalimat ini dalam bahasa Indonesia menggunakan sedikit permainan kata supaya ini tidak
terlalu mirip.
Dalam bahasa Indonesia kata maksud dan tujuan seringkali memiliki arti yang dekat. Namun dalam bagian
ini dipisah secara drastis. Ketika Paulus mengatakan kita mendapatkan bagian yang sesuai dengan maksud
Allah. Di sini Paulus menggunakan kata pronesis yang menggambarkan satu maksud yang bersifat spesifik.
Dalam kedokteran gigi ada satu istilah yang disebut protese. Protese ini adalah contoh gigi yang dibuat
seperti aslinya. Jadi kata ini bersifat spesifik sekali seperti aslinya. Jadi gigi graham harus dibuat seperti gigi
graham yang dicabut.
Jadi ‘kita’ di sini bukan semua hanya satu bagian yang harus kembali pada bagian itu. Nah pada waktu kita
kembali kepada bagian itu kita harus kembali ke maksud asli pencipta modelnya seperti apa dan di mana
tempatnya. Posisinya harus tepat. Di sini pentingnya kita mengembalikan diri kita ke posisi yang
seharusnya.
Tuhan menuntut kita kembali menurut maksud Allah. Ini baru bisa terjadi jika kita kembali kepada Kristus.
Disinilah rencana dan maksud itu bisa mencapai kepenuhannya. Jadi dengan kembali pronesis berarti kita
kembali menjalankan fungsi yang Tuhan tetapkan di dalam Kristus. Di situlah kita mendapatkan kepenuhan
maksud kita. Seperti Paulus mengejar pronesis. Dengan mengejar dan menjalankan maksud Allah ini dia
tidak pernah gagal karena itu akan dicatat dalam kekekalan. Karena untuk itulah kita dicipta untuk
menjalankan maksud yang dia mau yaitu kita boleh menjadi puji-pujian untuk kemuliaan Tuhan (ay. 12).
Sebelum kita sampai ke tujuan kita harus mengerti maksud Allah Pencipta kita. Setiap orang harus tahu di
mana bagiannya. Jika saudara ditetapkan jadi petani. Jadilah petani Kristen, pengusaha Kristen, dokter
Kristen, intelektual Kristen. Kita harus tahu di mana posisi kita masing-masing. Itu bukan kita yang mau tapi
Tuhan yang tuntut bukan demi kita melainkan demi rencana Allah bagi hidup kita agar Kerajaan Allah
digenapi. Sebaliknya jika kita tidak kembali kepada maksud Allah maka semua yang kita kerjakan akan siasia. Mengapa? Karena kita sedang menimbun kehancuran yang kita kejar bertahun-tahun ?
Amin!
31
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
K
Ke
eb
ba
an
ng
gk
kiitta
an
nK
Krriissttu
uss d
da
an
np
pe
en
ng
gh
ha
arra
ap
pa
an
nk
kiitta
a
Oleh: Pdt. Rusdi Tanuwidjaya
Nats:
62
Matius 27:62 Mt 28:20
Keesokan harinya, yaitu sesudah hari persiapan, datanglah imam–imam kepala dan
orang–orang Farisi bersama–sama menghadap Pilatus,
20
dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan
ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Pandangan kita terhadap Alkitab merupakan hal yang serius karena menentukan ke mana kita akan
melangkah dan bagaimana kita membaca, menilai, dan menafsirkan Alkitab. Sebagai seorang reformed Injili
kita percaya Alkitab adalah firman Tuhan. Kesulitannya, di dalam Alkitab kita menemukan banyak ucapan
iblis, manusia dan malaikat. Bagaimana kita bisa menjelaskan bahwa ucapan-ucapan tersebut juga adalah
firman Tuhan. Untuk menjelaskan hal ini saya mengambil contoh, seorang pengarang, anggap saja si A
menulis buku. Di dalam buku yang dia tulis banyak mengutip ucapan dari banyak tokoh. Tetapi hasil akhir
dari tulisan tersebut kita akui semuanya adalah karangan si A meskipun di dalam buku tersebut banyak
ucapan-ucapan dari banyak tokoh. Demikian pula dengan Alkitab, memang di dalam Alkitab banyak ucapan
yang bukan dari Tuhan. Tetapi pada waktu Allah menghendaki ucapan tersebut ditulis itu berarti ucapan
tersebut adalah firman Tuhan yang diilhamkan sebagaimana 2 Tim 3:16.
Dengan dasar presaposisi Alkitab adalah firman Tuhan, maka kita telah meletakkan dasar yang benar.
Seluruh ajaran dan hidup orang Kristen dibangun di atas dasar Alkitab. Ini juga sangat membantu kita
memahami rencana Allah khususnya berkenaan dengan keselamatan manusia. Mengapa? Ketika Allah ingin
menggenapi rencana-Nya seringkali berada di luar kemampuan rasio, pengalaman, dan pembuktian
manusia yang terbatas. Misalnya peristiwa kelahiran, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus ini sulit
dimengerti oleh manusia. Sebagai orang Kristen kita percaya bahwa Allah mewahyukannya di dalam
Alkitab. Sekalipun di dalam Alkitab kita melihat Allah bekerja melampaui akal, pengalaman dan pembuktian
manusia yang terbatas. Allah yang tidak terbatas sekarang datang ke dalam dunia yang terbatas menjadi
seorang bayi yang kecil dan lemah. Dia datang dengan satu tujuan yaitu mati di bukit Golgota untuk
menggenapkan kehendak Bapa. Siapa yang mengira bahwa untuk menyelamatkan manusia, Allah rela
datang ke dalam dunia dan mati di bukit Golgota. Di Golgota, kelihatannya Yesus Kristus gagal tetapi justru
di situlah kedaulatan Allah dinyatakan dan kemenangan diraih. Ya, salib adalah tempat yang penuh
paradoks dan sulit dimengerti oleh manusia. Tidak heran, bagi orang Yunani salib adalah kebodohan dan
bagi orang Yahudi salib adalah batu sandungan. Namun di dalam hikmat Allah salib adalah kekuatan Allah
yang menyelamatkan, karena melalui kematian-Nya Kristus sudah mematikan kuasa kematian.
32
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Namun drama keselamatan ini tidak hanya berhenti pada titik kematian Kristus. Alkitab mengatakan Kristus
bangkit dari antara orang mati. Kebangkitan Kristus merupakan peristiwa penting dan sentral dalam
Kekristenan yang dicatat dalam alkitab. Andaikata Kristus tidak dibangkitkan, Paulus mengatakan sia-sialah
kepercayaan kamu dan kamu masih hidup di dalam dosamu. Dan lagi, bagaimana kita tahu bahwa dosadosa kita sudah diampuni dan kita sudah dibenarkan, jika Kristus tidak dibangkitkan. Jika Kristus tidak
dibangkitkan, kelahiran dan kematian-Nya tidak ada gunanya.
Sayangnya, banyak jemaat yang tidak sadar terhadap sentralitas dan pentingnya kebangkitan Kristus.
Ketidaksadaran akan pentingnya kebangkitan Kristus juga dialami oleh orang yang hidup sejaman dengan
Kristus. Misalnya, siapakah yang pertama ingat bahwa Kristus akan bangkit? Kita mungkin berpikir Maria
Magdalena. Jawabnya, bukan. Memang Maria Magdalena pergi pagi-pagi ke kubur Yesus tetapi bukan
karena dia ingat bahwa Yesus akan bangkit, melainkan karena dia ingin merempah-rempahi tubuh Yesus,
karena Maria sangat mengasihi Yesus. Tetapi ini tidak berarti dia memahami mengapa Kristus harus mati
dan juga dia tidak ingat bahwa Kristus akan bangkit.
Bagaimana dengan murid-murid? Jika kita membaca Alkitab secara teliti, maka kita tahu bahwa muridmurid juga tidak ingat bahwa Yesus akan bangkit. Seharusnya murid-muridlah yang tahu bahwa Yesus akan
bangkit karena sebelumnya Kristus berkali-kali memberitahukan akan kematian dan kebangkitan-Nya.
Tetapi ketika Maria Magdalena memberitahukan kebangkitan Yesus Kristus, mereka menganggap apa yang
dikatakan Maria hanyalah omong kosong (Luk 24:11). Mengapa? Karena para murid percaya kepada mesias
yang berbeda dengan apa yang diajarkan Kristus. Tidak heran jika perkataan Kristus tidak pernah mendapat
tempat di dalam hati para murid. Mesias yang mereka percaya bukanlah Mesias yang mati di kayu salib
melainkan mesias yang akan membebaskan bangsa Israel dari penjajahan bangsa lain. Itu sebabnya
kematian dan kebangkitan Kristus tidak pernah terpikirkan oleh mereka.
Kondisi para murid tidak banyak berbeda dengan kehidupan umat Kristen dewasa ini. Kita banyak
mendengar firman Tuhan. Namun berapa banyak firman Tuhan tersebut kita mengerti dengan hati kita
sehingga menjadi pergumulan di dalam hidup kita. Pengertian secara akali berbeda dengan pengertian di
dalam hati manusia. Seseorang bisa memiliki pemahaman secara akali namun pemahaman ini belum tentu
menjadi pemahaman di dalam hatinya. Itu sebabnya, banyak firman Tuhan yang kita dengar namun tidak
menjadi realita di dalam pergumulan hidup kita. Alhasil, hidup kita tidak pernah mengalami perubahan oleh
firman tersebut. Karena dalam hidup kita memiliki konsep yang sudah berakar dan bertentangan dengan
firman Tuhan.
Terakhir, imam-imam kepala dan orang-orang farisi. Merekalah yang sebenarnya ingat bahwa Tuhan Yesus
akan bangkit pada hari ketiga (Mat 27:62-66). Sangat ironis sekali justru yang pertama ingat akan kebangkitan
adalah para musuh Kristus. Merekalah yang sejak semula berusaha untuk membunuh Kristus dengan
menyuap Yudas. Mereka adalah tokoh-tokoh agama yang terkemuka dan terpandang. Tetapi jika mereka
tidak kembali kepada kebenaran, mereka akan menjadi penghambat, perusak, dan pembunuh. Bahkan
tidak heran mereka menghalalkan berbagai cara untuk mencapai maksud hati mereka yang jahat. Itu
sebabnya jika agama tidak kembali kepada kebenaran berarti agama tersebut sedang membuang diri jauh
dari Tuhan.
Bahkan imam-imam dan orang-orang farisi ini jugalah yang menyuap para pengawal untuk memberitakan
isu dusta yang menyatakan bahwa mayat Kristus dicuri oleh para murid. Informasi mengenai pencurian
mayat oleh para murid ini kelihatannya masuk akal. Tetapi jika kita telaah lebih dalam seringkali kita
temukan dibalik alasan yang logis justru terdapat ketidaklogisan. Pada waktu mereka menyuap untuk
33
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
menyebar dusta tentang pencurian mayat Yesus, di sini kita justru melihat ini semakin memperteguh
kebangkitan Tuhan Yesus. Jika mereka mengatakan bahwa para muridlah yang mencuri mayat tersebut,
masalahnya, dari mana mereka tahu bahwa mayat tersebut dicuri oleh para murid kecuali mereka
melihatnya sendiri. Juga, kekuatan apa yang mendorong para murid yang sedang mengalami kemunduran
rohani tersebut untuk mencuri mayat gurunya. Apalagi kubur tersebut sudah dimaterai dan dijaga oleh
para pengawal. Dan lagi untuk apa para murid mengambil mayat tersebut? Juga alasan bahwa mayat
tersebut dicuri ini tidak logis. Mengapa?
1.
Batu yang menutup kubur Yesus beratnya sekitar dua ton.
Kubur tersebut dijaga oleh para pengawal yang paling sedikit dijaga oleh lebih dari dua orang. Dan suatu
hal yang janggal jika semua pengawal tertidur. Lagi pula, andaikata benar para pengawal tertidur dengan
nyenyak, lalu dengan kekuatan apa ke-11 murid mendorong batu tersebut hingga tidak menimbulkan suara
yang membangunkan para pengawal.
2.
Alkitab mengatakan dengan tegas bahwa Kristus bangkit. Dan kebangkitan inilah yang mengubah
kehidupan para murid dari kondisi kerohanian mereka yang bangkrut kepada satu pengharapan yang pasti.
Di samping itu kebangkitan Kristus juga menjadi dorongan bagi mereka untuk menggenapi visi dan misi
yang Tuhan berikan kepada para murid untuk memberitakan Injil kepada semua bangsa dan menjadikan
semua bangsa murid Tuhan (Luk 24:44-49; Mat 28:16-20). Perintah dari Tuhan yang sudah bangkit ini juga
seharusnya menjadi visi dan misi Gereja. Gereja yang tidak menjalankan visi dan misi ini adalah Gereja yang
lumpuh. Kita dipanggil bukan hanya sekedar datang ke Gereja mendengar firman Tuhan, memuji nama
Tuhan, mempersembahkan persembahan kemudian bersalaman lalu pulang. Tidak! Allah menempatkan
Gereja di dalam dunia agar Gereja menjadi saksi Kristus dan menjalankan amanat agung yang Tuhan Yesus
berikan. Kiranya kuasa kebangkitan Kristus meneguhkan pengharapan kita dan mendorong kita untuk hidup
menjadi saksi-Nya di dalam dunia ini.
Amin!
34
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
T
Tu
ug
ga
as
sy
ya
an
ng
gb
be
ellu
um
ms
se
elle
es
sa
aii
Oleh: Pdt. Rusdi Tanuwidjaya
Nats:
1
Kis. 1:1-3
Hai Teofilus, dalam bukuku yang pertama aku menulis tentang segala sesuatu yang
dikerjakan dan diajarkan Yesus,
2
sampai pada hari Ia terangkat. Sebelum itu Ia telah memberi perintah–Nya oleh Roh Kudus
kepada rasul–rasul yang dipilih–Nya.
3
Kepada mereka Ia menunjukkan diri–Nya setelah penderitaan–Nya selesai, dan dengan
banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia
berulang–ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah.
Konteks dari Kis. pasal 1 ini merupakan kesimpulan dan transisi dari Injil Lukas ke Kisah Para Rasul. Itu
sebabnya dalam Kis 1:1 dikatakan, "Hai Teofilus, dalam bukuku yang pertama aku menulis tentang segala
sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus sampai pada hari Ia terangkat." Disini Lukas membuat suatu
hubungan antara Injilnya dan buku Kisah Para Rasul. Kelihatannya ditulis secara khusus untuk seorang yang
bernama Teofilus. Arti nama Teofilus ini sendiri merupakan kombinasi dari dua kata Yunani yang bisa
berarti ‘a friend of God’ atau ‘beloved of God.’ Dalam Injil Lukas disebut Teofilus yang mulia. Kata ‘yang
mulia’ dalam Kis. hanya ditujukan pada orang yang memiliki kedudukan tinggi di kerajaan Romawi, seperti
gubernur Romawi Felik dan Festus. Sehingga kita bisa menduga bahwa Teofilus pun adalah orang yang
memiliki kedudukan tinggi di dalam kerajaan Romawi.
Minggu ini kita akan membahas Kis 1:1-3. Dalam Kis 1:1-3 ini, kita temukan lima pelajaran rohani penting
berkenaan dengan Injil Lukas.
Pertama, berkenaan dengan pengajaran Kristus. Seperti dalam Injil Sinoptik, demikian juga dalam Injil
Lukas, Tuhan Yesus sering mengajar. Kis 1:1-2 menekankan bahwa Kristus telah mengajar Para Rasul sampai
pada waktu Ia naik ke sorga. Dalam seluruh pelayanan Kristus kita melihat pengajaran mendapat tempat
yang priotas. Mengapa? Karena pengajaran merupakan satu hal yang sangat penting dan serius. Pengajaran
yang Ia ingin sampaikan harus menjadi pegangan, prinsip dan arah bagi pelayanan para rasul di kemudian
hari. Itu sebabnya, jangan sampai kita memberitakan Injil Kerajaan Allah atau mengajar jika kita tidak
memiliki informasi pengajaran yang benar. Sayangnya, dewasa ini kita melihat banyak orang mau melayani
tanpa mau belajar Alkitab baik-baik. Jika Tuhan Yesus sendiri menempatkan pengajaran begitu penting
dalam pelayanan-Nya, hendaknya boleh menjadi teladan dan mendorong kita untuk belajar baik-baik.
Kedua, belajar dari perbuatan Kristus. Belajar pengetahuan firman Tuhan saja tidak cukup. Kita harus
bergumul untuk mengaplikasikan apa yang kita tahu dalam hidup kita setiap hari. Lukas dalam Kis 1:1
menulis, "Segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus." Di-sini kata ‘yang dikerjakan’ mendahului
kata ‘diajarkan.’ Sebab kita baru dapat mengajar dengan baik jika kita melakukan apa yang kita ajarkan dan
35
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
dibutuhkan pergumulan untuk mengindikasikan apa yang kita ajar. Ini memang tidak mudah. Pemimpinpemimpin agama Israel menduduki kursi Musa, mereka mengajar tetapi mereka tidak melakukan apa yang
mereka ajarkan. Tuhan berkata, "Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan
kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkan tetapi
tidak melakunya." Berbeda dengan Kristus. Dia bukan hanya mengajar tetapi juga melakukan apa yang dia
ajarkan. Lingkup dari yang Kristus ajarkan dan lakukan sangat luas namun secara khusus semua yang Yesus
kerjakan dan ajarkan berhubungan dengan keselamatan bagi umat-Nya. Penting untuk kita ingat, jika
pengenalan firman Allah tidak merubah hidup kita, sulit bagi kita untuk merubah orang lain.
Ketiga, Kristus mengajar melalui Roh Kudus. Ketika Kristus datang ke dunia, Dia datang untuk melayani dan
melakukan kehendak Bapa-Nya. Yesus berkata, Aku datang untuk melakukan kehendak Bapa (Yoh 4:34). Di
dalam pelayanan-Nya, kita melihat bagaimana Roh Kudus juga menyertai pelayanan Yesus. Ini dapat dilihat
ketika Yesus mengajar dan melakukan mujizat. Roh Kudus bekerja melalui itu semua (bnd Mat 12:31-32).
Teladan Kristus seharusnya menjadi pola bagi kita. Sebagai manusia kita lemah, itu sebabnya dalam
pelayanan kita membutuhkan kuasa yang memampukan kita untuk melayani dan memberitakan firman
Tuhan. Kita perlu bersandar pada Tuhan, memohon kepada Tuhan agar Roh Kudus bekerja melalui kita.
Ketika kita melayani dan memberitakan Injil Kerajaan Allah biarlah itu dilakukan di dalam kuasa Roh Kudus.
Keempat, Kristus mengajar mengenai Kerajaan Allah. Setelah Kristus bangkit dari antara orang mati Dia ada
dalam dunia selama 40 hari sebelum naik ke sorga. Selama itu Kristus berulang kali menampakkan diri
kepada murid-muridNya. Sebelum Kristus mati berulang kali Ia berbicara mengenai Kerajaan Allah (ay 3),
baik di dalam perumpamaan-perumpamaan-Nya, pengajaran-Nya maupun dalam melakukan mujizat tidak
lepas dari kerajaan Allah. Mengapa? Karena Kerajaan Allah merupakan tema yang sentral di dalam Alkitab.
Secara umum kita dapat mengatakan bahwa Allah adalah Raja atas alam semesta ini, jadi seluruh ciptaanNya harus takluk dibawah otoritas-Nya. Secara khusus dapat dikenakan kepada Kristus yang merupakan
Raja atas seluruh umat-Nya. Berbicara mengenai Kerajaan Allah kita harus memperhatikan tiga unsur yaitu
pertama, Kerajaan Allah harus ada Rajanya; kedua, Kerajaan Allah ada pemerintahan-Nya; ketiga, Kerajaan
ada umat-Nya. Yang pertama Raja dari Kerajaan Allah adalah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi;
kedua pemerintahan-Nya adalah bersifat rohani. Otoritas pemerintahan Allah haruslah menguasai hati dan
pikiran umat-Nya.
Ketiga umat Kerajaan Allah adalah orang-orang yang sudah percaya kepada Kristus atau umat pilihan Tuhan
yang sekarang masih berada dibawah tawanan belenggu setan. Itu sebabnya sebagai orang yang sudah
diselamatkan Tuhan memanggil kita juga dengan satu mandat untuk pergi memberitakan Injil kerajaan
Allah agar umat kerajaan Allah yang saat ini masih berada dibawah kuasa si jahat dapat dibebaskan dan
menerima penebusan darah Kristus. Untuk melakukan tugas ini kita memerlukan kuasa Roh Kudus yang
memampukan kita menjadi saksi-Nya. Dan kebangkitan Kristus sendiri dalam hal ini menjadi kekuatan dan
dorongan di dalam hidup kerohanian para rasul. Kristus bangkit itu mengakibatkan mereka tahu dengan
pasti bahwa janji Allah berkenaan dengan kerajaan-Nya suatu kali kelak pasti akan digenapi. Karena Kristus
bangkit mereka memiliki pengharapan akan terwujudnya kerajaan Allah pada masa yang akan datang. Jika
tidak dibangkitkan bagaimana mereka dapat bangkit dan memiliki keberanian untuk memberitakan
kerajaan Allah sedang pemimpin dari kerajaan Allah itu sendiri mati dan tidak bangkit. Kristus telah bangkit
dan merestorasi kerohanian para rasul yang memungkinkan mereka mengajar dengan yakin mengenai
kerajaan Allah sebagaimana yang telah Kristus ajarkan kepada mereka.
36
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Kelima, Kristus hanya mengajar para rasul yang dipilih. Di dalam Kis 1:2 mengatakan, "Ia telah memberikan
perintah-Nya oleh Roh Kudus kepada rasul-rasul yang dipilih-Nya." Kepada merekalah Kristus memberi misi
yang jelas, agar para murid pergi dan memberitakan Injil tentang pengampunan dosa ke seluruh dunia
mulai dari Yerusalem, Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi, supaya yang percaya diampuni dosanya.
Di dalam Amanat Agung Tuhan Yesus (Mat 28:16-20), kita melihat tiga hal yang Tuhan tegaskan. Pertama
Yesus menyatakan wewenang atau otoritas yang ada pada-Nya, yaitu segala kuasa di surga dan di bumi ada
pada-Nya; kedua, Kristus memberi perintah agar para murid pergi. Tujuannya agar mereka pergi dan
menjadikan semua bangsa murid-Nya; ketiga Kristus memberikan satu jaminan kepada para murid yang
dipilih-Nya bahwa Kristus menyertai mereka sampai kepada kesudahan jaman.

Jikalu Tuhan yang bangkit mengajar murid-murid-Nya dan memberi perintah kepada mereka untuk pergi
menjadikan semua bangsa murid-Nya. Perintah ini bukan hanya untuk para murid dalam arti kata hanya
para rasul tetapi ayat ini juga berbicara untuk kita, agar kita juga melanjutkan Amanat Agung ini, sehingga
Injil diberitakan kepada segala bangsa mulai dari Yerusalem kemudian Yudea, Samaria dan sampai ke ujung
bumi. Ini baru bisa terjadi jika perintah itu juga ditujukan kepada kita sebagai murid-murid Tuhan.
Kiranya kelima pelajaran rohani yang kita peroleh dari Kis 1:1-3 ini juga dapat menjadi pergumulan rohani
kita. Maukah kita belajar firman Tuhan dengan rajin dan juga kita bergumul untuk mengaplikasikan firman
itu dalam hidup kita? Demikian juga ketika kita memberitakan injil maupun melayani Tuhan kiranya Roh
Kudus boleh menyertai pelayanan kita dengan demikian setiap orang yang kita ajar boleh mengerti Injil
Kerajaan Allah dengan baik. Kiranya Tuhan Yesus yang telah bangkit memimpin hidup kita dan kuasa Roh
Kudus bekerja melalui hidup kita.
Amin!
37
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
K
Ka
am
mu
ua
ak
ka
an
nm
me
en
njja
ad
dii s
sa
ak
ks
sii--K
Ku
u
Oleh: Pdt. Rusdi Tanuwidjaya
Nats:
4
Kis. 1:4-8
Pada suatu hari ketika Ia makan bersama–sama dengan mereka, Ia melarang mereka
meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa,
yang––demikian kata–Nya––"telah kamu dengar dari pada–Ku.
5
Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan
Roh Kudus."
6
Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: "Tuhan, maukah Engkau pada masa ini
memulihkan kerajaan bagi Israel?"
7
Jawab–Nya: "Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa
8
Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan
sendiri menurut kuasa–Nya.
menjadi saksi–Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung
bumi."
Di dalam Kis 1:1-3 penulis Lukas mengintisarikan bukunya yang pertama yakni Injil Lukas di mana membahas
apa yang dilakukan dan dikerjakan oleh Kristus ketika Ia ada di dalam dunia ini. Pembahasan ini mencakup
dari kelahiran, pelayanan, penderitaan, kematian, kebangkitan dan penampakan Kristus kepada para
murid-Nya sampai pada saat Kristus terangkat ke sorga. Minggu ini kita akan membahas apa yang dikatakan
oleh Kristus sebelum Dia naik ke sorga.
Pada waktu terakhir kali Kristus berkumpul dengan para murid, Lukas mencatat dalam Kis 1:4 bahwa Kristus
sedang makan dengan para murid. Kata ‘makan’ di sini disatu sisi membuktikan bahwa Kristus bukan hantu
yang tidak memiliki darah dan daging. Di lain sisi ini menunjukkan bahwa kebangkitan Kristus bersifat
fisikal. Hanya, tubuh kebangkitan Kristus berbeda dengan tubuh sebelum kebangkitan-Nya, karena tubuhNya sudah dipermuliakan.
Sesudah bangkit, Kristus melarang mereka meninggalkan Yerusalem namun di lain sisi kita melihat Tuhan
Yesus juga memberi perintah agar para murid pergi memberitakan Injil dan menjadikan segala bangsa
murid Tuhan. Memang ini kelihatannya bertentangan namun sesungguhnya tidak, bahkan saling
melengkapi. Sesudah bangkit Tuhan memberikan Amanat Agung kepada para murid untuk pergi
memberitakan Injil dan menjadikan semua bangsa murid Tuhan, bahkan mengajar para murid mengenai
kerajaan Allah. Namun ini tidak cukup, para murid perlu memiliki kuasa agar mereka dapat menjadi saksi
Kristus di dalam dunia. Kuasa ini penting sekali bagi para murid untuk menjadi saksi Kristus di dalam dunia.
Ingat peperangan kita bukanlah melawan darah dan daging, melainkan melawan penghulu-penghulu
kerajaan angkasa yaitu roh-roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. Tanpa kuasa
38
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
dari Allah bagaimana kita dapat membebaskan umat kerajaan Allah yang sekarang masih berada di bawah
kuasa si jahat.
Itu sebabnya Tuhan Yesus menyuruh para murid untuk menunggu di Yerusalem sampai mereka menerima
janji Bapa yaitu berkenaan dengan Roh Kudus. Di dalam Alkitab kita menemukan ribuan janji, tapi hanya
satu janji tentang Roh Kudus yang disebut janji dari Bapa. Allah Bapa telah berjanji bahwa Ia akan
mencurahkan Roh-Nya ke atas semua manusia pada hari-hari terakhir (Yeh 36; Yoel 2). Dan Kristus sendiri
telah menjanjikan kepada murid-murid-Nya tentang karunia Roh Kudus yang datang dari Bapa (Yoh 7:37-39;
14:16; 15:26; 26:7). Di dalam ayat 5 janji Bapa ini dikaitkan dengan pelayanan Yohanes Pembaptis yang di
dalam pelayanannya memberitakan tentang pertobatan. Demikian pula dengan baptisan Yohanes
Pembaptis sebagai tanda pertobatan. Yohanes Pembaptis sendiri tidak membaptis dengan Roh namun
hanya meneguhkan bahwa yang datang kemudian dari padanya akan membaptis dengan Roh Kudus.
Setelah Kristus mengatakan bahwa para murid akan dibaptis dengan Roh kudus maka bertanyalah para
murid yang berkumpul di situ, "Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan Kerajaan bagi Israel?"
Bagian ini tidak mudah untuk dijawab. Mengapa? Karena ada dua pandangan. Pertama, mereka yang
percaya bahwa pertanyaan para murid di sini tidak menunjuk kepada pemulihan Kerajaan Israel secara fisik
di muka bumi ini. Mereka percaya para murid sudah berubah. Hanya, yang mereka pertanyakan, "Apakah
kerajaan yang Tuhan akan pulihkan itu pada masa kini?" Pandangan kedua mengatakan, sekalipun memang
para murid sudah percaya bahwa Kristus bangkit bahkan mereka sudah diajar oleh Tuhan mengenai
Kerajaan Allah. Tetapi, tidak berarti bahwa para murid sudah memiliki ajaran yang sempurna tanpa salah.
Menurut mereka pertanyaan tersebut masih menunjuk kepada keingintahuan tentang penggenapan dari
nubuatan mengenai Kerajaan Allah. Mereka masih belum memahami hakekat yang sesungguhnya dari
natur rohani Kerajaan Kristus. Saya pribadi percaya sekalipun para murid sudah percaya kepada Kristus dan
sudah diajar berulang kali sejak Kebangkitan Kristus sampai Kenaikan-Nya, namun para murid belum
memiliki pandangan yang utuh tentang natur dari Kerajaan Kristus. Lagipula kapan Kerajaan itu akan datang
mereka tidak perlu tahu berkenaan dengan hal ini. Banyak hal di bumi ini yang Allah tidak ingin kita tahu.
Juga berkenaan dengan kedatangan Kristus kembali untuk menegakkan Kerajaan-Nya, tidak ada
seorangpun yang tahu.
Tidak ada seorangpun yang tahu kapan dunia ini akan berakhir. Sesungguhnya di dalam dunia ini banyak hal
yang kita tidak tahu dan memang tidak seharusnya tahu. Firman Tuhan sendiri mengatakan, "Hal-hal yang
tersembunyi ialah bagi Tuhan Allah kita tetapi yang dinyatakan ialah bagi kita." (Ul 29:29).
Setelah Tuhan Yesus mengatakan, "Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa
sendiri menurut kuasa-Nya." (ay 7) Selanjutnya Tuhan mengalihkan pembicaraan bukan kepada kapan
Kerajaan itu akan datang melainkan apa yang harus kita kerjakan sebelum Kerajaan itu diteguhkan. Di
dalam ay 8 Tuhan Yesus berkata, "Tetapi kamu akan menerima kuasa kalau Roh Kudus turun ke atas kamu
dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem, di seluruh Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi." Kis
1:8 ini merupakan kunci untuk mengerti seluruh kitab Kisah Para Rasul. Inti kitab Kisah Para Rasul 1:8 ini adalah
menjadi saksi. Kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem, Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi, jikalau
kuasa Allah turun atas kamu. Setiap orang percaya adalah saksi-saksi Kristus. Kita adalah pemberitapemberita Injil Kerajaan Allah. Namun kita memerlukan kuasa agar kita dapat menjadi saksi Tuhan. Kita
tidak mungkin membawa orang berdosa yang berada di bawah belenggu setan kembali kepada Tuhan jika
kuasa Roh Kudus tidak menyertai pelayanan kita. Apabila kuasa pemberi hidup itu ada dalam hidup kita
maka kita akan menjadi saksi Kristus dalam dunia yang bengkok dan rusak ini. Kata saksi di sini juga berasal
39
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
dari kata ‘martures.’ Menjadi saksi-saksi Kristus berarti menjadi martir-martir-Nya. Saksi Kristus adalah
orang yang telah mempersembahkan hidupnya sebagai korban di hadapan Tuhan. Di kampus, sekolah,
keluarga, di tempat kerja, maupun dalam seluruh aspek hidup, kiranya kita boleh menjadi saksi Kristus.
Berani untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah, Injil tentang pertobatan di dalam Kristus kepada orangorang yang belum percaya. Itulah panggilan hidup kita. Saudara, di tengah situasi yang semakin sulit,
panggilan ini kiranya terus bergema di dalam hidup kita, dan kita rela taat pada panggilan tersebut. Dengan
demikian kita tidak menjadi pengikut Kristus yang bebal dan egois. Kiranya Tuhan memimpin, memelihara
dan memampukan kita menjadi saksi Tuhan di tengah dunia ini.
Amin! Soli Deo Gloria.
40
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
P
Pe
en
na
an
nttiia
an
n
Oleh: Pdt. Rusdi Tanuwidjaya
Nats:
12
Kis. 1:12-26
Maka kembalilah rasul–rasul itu ke Yerusalem dari bukit yang disebut Bukit Zaitun, yang
hanya seperjalanan Sabat jauhnya dari Yerusalem.
13
Setelah mereka tiba di kota, naiklah mereka ke ruang atas, tempat mereka menumpang.
Mereka itu ialah Petrus dan Yohanes, Yakobus dan Andreas, Filipus dan Tomas,
Bartolomeus dan Matius, Yakobus bin Alfeus, dan Simon orang Zelot dan Yudas bin
Yakobus.
14
Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama–sama, dengan beberapa
perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara–saudara Yesus.
15
Pada hari–hari itu berdirilah Petrus di tengah–tengah saudara–saudara yang sedang
berkumpul itu, kira–kira seratus dua puluh orang banyaknya, lalu berkata:
16
"Hai saudara–saudara, haruslah genap nas Kitab Suci, yang disampaikan Roh Kudus
dengan perantaraan Daud tentang Yudas, pemimpin orang–orang yang menangkap Yesus
itu.
17
Dahulu ia termasuk bilangan kami dan mengambil bagian di dalam pelayanan ini."
18
––Yudas ini telah membeli sebidang tanah dengan upah kejahatannya, lalu ia jatuh
tertelungkup, dan perutnya terbelah sehingga semua isi perutnya tertumpah ke luar.
19
Hal itu diketahui oleh semua penduduk Yerusalem, sehingga tanah itu mereka sebut
dalam bahasa mereka sendiri "Hakal–Dama," artinya Tanah Darah––.
20
"Sebab ada tertulis dalam kitab Mazmur: Biarlah perkemahannya menjadi sunyi, dan
biarlah tidak ada penghuni di dalamnya: dan: Biarlah jabatannya diambil orang lain.
21
Jadi harus ditambahkan kepada kami seorang dari mereka yang senantiasa datang
berkumpul dengan kami selama Tuhan Yesus bersama–sama dengan kami,
22
yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga meninggalkan
kami, untuk menjadi saksi dengan kami tentang kebangkitan–Nya."
23
Lalu mereka mengusulkan dua orang: Yusuf yang disebut Barsabas dan yang juga
bernama Yustus, dan Matias.
24
Mereka semua berdoa dan berkata: "Ya Tuhan, Engkaulah yang mengenal hati semua
orang, tunjukkanlah kiranya siapa yang Engkau pilih dari kedua orang ini,
25
untuk menerima jabatan pelayanan, yaitu kerasulan yang ditinggalkan Yudas yang telah
jatuh ke tempat yang wajar baginya."
26
Lalu mereka membuang undi bagi kedua orang itu dan yang kena undi adalah Matias dan
dengan demikian ia ditambahkan kepada bilangan kesebelas rasul itu.
41
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Empat puluh hari setelah Yesus bangkit, maka Dia harus naik ke sorga. Ini membuktikan bahwa Dia adalah
Tuhan dan Juru Selamat yang diutus oleh Bapa dan kembali kepada Bapa serta menjadi satu keunikan yang
tidak ada pada agama apapun. Yoh 16: 28 mengatakan, "Aku datang dari Bapa dan Aku datang ke dalam
dunia; Aku meninggalkan dunia pula dan pergi kepada Bapa." Dalam ayat yang singkat ini terkandung inti
kedatangan Kristus ke dunia. Dia datang dari kekekalan dan kembali pada kekekalan. Dari kekal Kristus
masuk ke dalam proses waktu. Melalui inkarnasi Kristus datang ke dalam dunia dengan tujuan untuk mati
menggantikan kita dan pengorbanannya diteguhkan di dalam kebangkitan-Nya. Setelah bangkit Kristus
menampakkan diri khususnya kepada kedua belas murid dan mengajar mereka tentang Kerajaan Allah.
Namun sebelum Yesus naik ke sorga, Dia menyuruh para murid untuk menunggu janji Bapa di Yerusalem
agar mereka siap menjadi saksi Kristus.
Di dalam ay. 12 kita melihat ketaatan para murid pada perintah Kristus, mereka kembali ke Yerusalem. Jarak
antara bukit Zaitun di mana Kristus naik ke sorga dengan Yerusalem tidak jauh. Lukas menulis jarak tersebut
sekitar ‘seperjalanan sabat jauhnya.’ Ungkapan hanya ‘seperjalanan sabat jauhnya’ diambil dari kebiasaan
rabi Yahudi (para ahli Taurat) yang menetapkan bahwa pada hari sabat orang hanya boleh berjalan menempuh
jarak 2000 hasta Yahudi yaitu sekitar 880 meter atau kurang lebih satu km. Setiba di Yerusalem, mereka
menuju suatu rumah yang seringkali mereka pakai untuk pertemuan. Di Yerusalem selain para murid juga
hadir para wanita, ibu Yesus serta saudara-saudara-Nya. Di tempat ini mereka bertekun dengan sehati
dalam doa bersama (ay 13-14). Penulis Lukas mencantumkan nama Maria, ini penting. Mengapa?
Pertama, di sinilah Maria terakhir kali namanya dicatat dalam Alkitab.
Kedua, Maria di sini disebutkan dalam konteks berdoa bersama dengan para rasul. Ini penting, karena
gereja Roma Katolik mereka berdoa melalui perantaraan Maria yang biasanya disebut doa Rosario. Di
dalam seluruh PB tidak pernah mengajarkan doa melalui perantara Maria. Kita percaya, Maria adalah
hamba Tuhan yang telah dipilih oleh Allah untuk menjadi alat di tangan Tuhan untuk melahirkan Kristus ke
dalam dunia. Namun ini tidak berarti dia memiliki kedudukan yang setara dengan Kristus dan menerima
penghormatan yang sama dengan Kristus. Bagaimanapun Maria tetap manusia biasa berbeda dengan
Kristus yang adalah Allah dan Manusia sejati. Doa dalam kehidupan jemaat mula-mula menjadi bagian yang
sangat penting. Bagian ini merupakan doa dalam rangka menunggu janji Bapa di antara kenaikan Tuhan
Yesus dan Pentakosta.
Pada suatu hari tampillah Petrus di tengah saudara-saudara yang kumpul sekitar 120 orang. Saat itu Petrus
mengambil inisiatif untuk mengajukan sebuah usul penting berkenaan dengan jumlah rasul setelah Yudas
berkhianat. Berkenaan dengan penghianatan Yudas dan juga kematian-nya sudah menggemparkan orangorang pada waktu itu. Petrus menguraikan bahwa kematian Yudas ini sudah diramalkan di dalam PL melalui
Daud (bnd. Maz 108:9). Yudas yang namanya bisa berarti ‘bersyukur’ atau ‘memuji.’ Yudas dipanggil oleh
Kristus agar menjadi alat ditangan Tuhan untuk memimpin domba-domba Allah. Namun justru berbalik
menjadi pemimpin musuh Kristus.
Petrus menyatakan bagaimana akhir hidup Yudas yaitu melalui bunuh diri. Jika kita perhatikan Kis 1:18
seakan-akan bertentangan dengan Mat 27:3-10. Dalam Injil Mat 27 dikatakan bahwa sebidang tanah telah
dibeli oleh Dewan Yahudi dengan uang Yudas hasil dari pengkhianatan-nya kepada Kristus. Sedang dalam
Kis 1:18 dikatakan Yudas yang membeli tanah tersebut. Penjelasannya sederhana. Memang tanah tersebut
dibeli oleh Dewan Yahudi, namun memakai uang Yudas hasil penghianatannya terhadap Kristus dan tanah
tersebut atas nama Yudas. Jadi tanah tersebut memang milik Yudas dan ini tidak bertentangan. Tanah itu
kemudian dipakai untuk memakamkan orang-orang yang terlalu najis untuk dimakamkan dalam
42
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
pemakaman Yahudi. Sesuai dengan perbuatan Yudas yang telah mencemarkan tanah dengan darahnya
sesudah bunuh diri, sehingga tempat kuburan ini dinamai ‘Tanah Darah (Hakal-Dama).’ Kita melihat bahwa
ayat ini kelihatannya bertentangan dengan Injil Mat 27:3-10, bagian ini mengatakan bahwa Yudas mati
karena gantung diri. Sedang dalam Kis 1:18 mengatakan bahwa Yudas mati jatuh tertelungkup sehingga
perutnya terbelah dan semua isi perutnya tertumpah keluar. Kedua bagian inipun tidak bertentangan.
Memang benar ketika Yudas sadar bahwa dia sudah menyerahkan orang yang tidak bersalah Yudas
menyesal kemudian menyerahkan uang tersebut kepada imam-imam tetapi imam-imam tersebut tidak
mau menerima sehingga Yudas membuang uang tersebut kemudian mati menggantung diri. Sesudah itu
mayat Yudas yang tergantung jatuh kemudian perutnya terkena benda keras sehingga terbelah dan isi
perut-nya tertumpah. Jadi kedua peristiwa ini tidak bertentangan tetapi saling melengkapi.
Setelah Yudas mati rasul Petrus dengan mengutip Maz 108:9 mengusulkan untuk memilih seorang yang lain
untuk menggantikan Yudas. Namun sebelumnya, Petrus telah memberikan kriteria bahwa orang tersebut
harus sudah bersama para murid sejak baptisan Yohanes sampai Yesus terangkat ke sorga untuk menjadi
saksi bersama mereka tentang kebangkitan Kristus. Jadi kriteria rasul yang dipilih haruslah orang dekat dan
juga telah melihat serta mendengar apa yang dilakukan Kristus khususnya menjadi saksi tentang
kebangkitan-Nya.
Usul Petrus ini diterima dan dipilih dua orang yaitu Yustus dan Mathias. Kedua orang ini memenuhi syarat
untuk menjabat sebagai rasul. Akhirnya dengan melalui undian maka terpilihlah Matias. Masalahnya?
Apakah memilih rasul dengan memakai undian diperbolehkan? Yang pasti di dalam PL undian sering
digunakan baik oleh bangsa-bangsa kafir juga oleh umat Israel. Dan Allah pun di dalam PL sering memakai
undian, hal ini dapat kita lihat ketika membagi suku-suku (Bil 26:52-56). Tapi yang penting sesungguhnya
mereka percaya bahwa Allah yang tahu hati manusia, Allah akan menunjukkan jalannya. Dalam hal ini Allah
bisa memakai undian. Allah mempergunakan undian berdasarkan doa yang sungguh-sungguh untuk
menyatakan kehendak-Nya. Ams 16:33 mengatakan, "Undi dibuang dipangkuan, tetapi setiap keputusan-nya
berasal daripada Tuhan." Dalam kasus ini kita harus menafsirkan Alkitab dengan membedakan mana yang
normatif dan mana yang tidak normatif.
Memang dalam Perjanjian Lama Allah bisa memakai undian untuk menyatakan kehendak-Nya. Allah bisa
memakai kebudayaan waktu itu seperti undian yang pada masa itu sering digunakan oleh masyarakat
umum, namun jawaban tetap di tangan Tuhan. Di sini yang normatif adalah kehendak Tuhan sedangkan
yang tidak normatif adalah undian. Di dalam PB sesudah Kisah Para Rasul pasal pertama kita tidak pernah
lagi menemukan undian digunakan di dalam sejarah gereja. Di dalam Kis 6 ketika jemaat mula-mula ingin
memilih para diakon mereka tidak menggunakan undian lagi.
Namun setelah Matias dipilih menjadi rasul tidak pernah namanya disebut di dalam di dalam kitab Kisah
Para Rasul. Namun ada yang berpendapat pemilihan Matias sebagai rasul sebenarnya hanya inisiatif dari
rasul Petrus dan bukan kehendak Allah. Memang tidak mudah untuk mengambil suatu keputusan yang
sesuai dengan kehendak Allah dalam konteks yang prinsipnya tidak jelas dinyatakan di dalam Alkitab.
Misalnya pergumulan menjadi hamba Tuhan penuh waktu; ditugaskan pindah kerja ditempat lain. Dalam
konteks seperti ini sulit untuk menemukan antara the will of God dan dicision making. Jadi, bagaimana
dengan usul Petrus. Apakah dari manusia atau dari Allah? Jika kita bandingkan dengan Kis pasal 6, secara
implisit penulis Lukas yang di ilhami oleh Roh Kudus menerima bahwa Matias adalah rasul ke dua belas.
Jangan lupa Kisah Para Rasul ditulis 30 tahun sesudah kebangkitan Kristus. Jadi kalau Matias bukan rasul
yang ditentukan oleh Allah pasti dalam tulisannya tidak dikatakan dua belas rasul. Lalu mengenai nama
43
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Matias tidak pernah muncul dalam kitab Kisah Para Rasul tidak menentukan bahwa karena namanya tidak
tertulis berarti dia bukan rasul. Itu bukan kriterianya. Mengapa? Karena di antara kesebelas rasul yang
dipilih langsung oleh Kristus pun di antara mereka banyak yang tidak tertulis namanya dalam Kisah Para
Rasul. Tapi ini tidak membuktikan mereka bukan rasul. Justru ini menunjukkan bahwa Tuhan memilih orang
dengan talenta dan karunia yang berbeda, jadi mereka tidak harus selalu tampil ke muka dan berbicara
seperti Petrus. Dari kesebelas rasul kita hanya menemukan tiga rasul yang namanya sering dikatakan dalam
Kis. selain rasul Paulus. Mereka adalah Petrus, Yohanes dan Yakobus. Minggu ini kita belajar dalam periode
penantian kedatangan Roh Kudus yang akan dicurahkan. Kita melihat bagaimana mereka mereka terus
bertekun dengan sehati dalam doa. Kiranya Tuhan juga memberi kepada kita hati yang senantiasa bertekun
dalam doa. Berharap dan berserah kepada Tuhan. Meskipun kita berada dalam konteks yang berbeda
dengan para rasul di mana mereka menantikan janji Bapa, namun kita sudah memiliki janji Bapa yaitu Roh
Kudus ketika kita percaya, hanya masalahnya sudahkah kita bertekun dalam doa dan memohon Roh Kudus
yang ada di dalam diri kita sehingga kita dapat menjadi saksi Kristus yang baik di dalam dunia ini.
Amin! Soli deo gloria.
44
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
P
Pe
en
ntta
ak
ko
os
stta
a
Oleh: Pdt. Rusdi Tanuwidjaya
Nats:
Kis. 2:1-36
1
Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat.
2
Tiba–tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi
seluruh rumah, di mana mereka duduk;
3
dan tampaklah kepada mereka lidah–lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap
pada mereka masing–masing.
4
Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata–kata dalam
bahasa–bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk
mengatakannya.
5
Waktu itu di Yerusalem diam orang–orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah
6
Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka
kolong langit.
masing–masing mendengar rasul–rasul itu berkata–kata dalam bahasa mereka sendiri.
7
Mereka semua tercengang–cengang dan heran, lalu berkata: "Bukankah mereka semua
8
Bagaimana mungkin kita masing–masing mendengar mereka berkata–kata dalam bahasa
yang berkata–kata itu orang Galilea?
kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita:
9
kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan
Asia,
10
Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah–daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene,
pendatang–pendatang dari Roma,
11
baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita
mendengar mereka berkata–kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan–perbuatan
besar yang dilakukan Allah."
12
Mereka semuanya tercengang–cengang dan sangat termangu–mangu sambil berkata
seorang kepada yang lain: "Apakah artinya ini?"
13
Tetapi orang lain menyindir: "Mereka sedang mabuk oleh anggur manis."
14
Maka bangkitlah Petrus berdiri dengan kesebelas rasul itu, dan dengan suara nyaring ia
berkata kepada mereka: "Hai kamu orang Yahudi dan kamu semua yang tinggal di
Yerusalem, ketahuilah dan camkanlah perkataanku ini.
15
Orang–orang ini tidak mabuk seperti yang kamu sangka, karena hari baru pukul sembilan,
16
tetapi itulah yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi Yoel:
17
Akan terjadi pada hari–hari terakhir––demikianlah firman Allah––bahwa Aku akan
mencurahkan Roh–Ku ke atas semua manusia; maka anak–anakmu laki–laki dan
perempuan akan bernubuat, dan teruna–terunamu akan mendapat penglihatan–
penglihatan, dan orang–orangmu yang tua akan mendapat mimpi.
18
Juga ke atas hamba–hamba–Ku laki–laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh–Ku pada
hari–hari itu dan mereka akan bernubuat.
45
19
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Dan Aku akan mengadakan mujizat–mujizat di atas, di langit dan tanda–tanda di bawah, di
bumi: darah dan api dan gumpalan–gumpalan asap.
20
Matahari akan berubah menjadi gelap gulita dan bulan menjadi darah sebelum datangnya
hari Tuhan, hari yang besar dan mulia itu.
21
Dan barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan.
22
Hai orang–orang Israel, dengarlah perkataan ini: Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari
Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan
kekuatan–kekuatan dan mujizat–mujizat dan tanda–tanda yang dilakukan oleh Allah
dengan perantaraan Dia di tengah–tengah kamu, seperti yang kamu tahu.
23
Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana–Nya, telah kamu salibkan dan
kamu bunuh oleh tangan bangsa–bangsa durhaka.
24
Tetapi Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak
mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu.
25
Sebab Daud berkata tentang Dia: Aku senantiasa memandang kepada Tuhan, karena Ia
berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.
26
Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak–sorak, bahkan tubuhku akan diam
dengan tenteram,
27
sebab Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati, dan tidak membiarkan
Orang Kudus–Mu melihat kebinasaan.
28
Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; Engkau akan melimpahi aku dengan
sukacita di hadapan–Mu.
29
Saudara–saudara, aku boleh berkata–kata dengan terus terang kepadamu tentang Daud,
bapa bangsa kita. Ia telah mati dan dikubur, dan kuburannya masih ada pada kita sampai
hari ini.
30
Tetapi ia adalah seorang nabi dan ia tahu, bahwa Allah telah berjanji kepadanya dengan
mengangkat sumpah, bahwa Ia akan mendudukkan seorang dari keturunan Daud sendiri
di atas takhtanya.
31
Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias,
ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa
daging–Nya tidak mengalami kebinasaan.
32
Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi.
33
Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang
dijanjikan itu, maka dicurahkan–Nya apa yang kamu lihat dan dengar di sini.
34
Sebab bukan Daud yang naik ke sorga, malahan Daud sendiri berkata: Tuhan telah
berfirman kepada Tuanku:
35
Duduklah di sebelah kanan–Ku, sampai Kubuat musuh–musuh–Mu menjadi tumpuan
kaki–Mu.
36
Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus,
yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus."
Pentakosta merupakan satu dari tiga hari raya orang Yahudi sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah (Im
23:4-21). Itu sebabnya pada hari Pentakosta kita melihat mengapa banyak orang hadir di Yerusalem.
Pentakosta adalah hari ke-50 sesudah Paskah dan juga disebut hari genap 7 Minggu (Im 23:15). Pada hari ini
roti yang pertama yang dibuat dari gandum hasil panen baru harus dipersembahkan kepada Tuhan sebagai
korban. Lalu apa hubungannya dengan janji Bapa? Di sini Roh Kudus menuai hasil pekerjaan Kristus,
46
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
menggunakannya serta menghidupkannya dalam hati manusia. Roh Kudus datang sebagaimana ditetapkan
oleh Bapa. Sepuluh hari lamanya para murid berkumpul setelah kenaikan Tuhan Yesus di tempat yang telah
diberitahukan oleh Tuhan Yesus untuk menunggu janji Bapa. Pada hari kelima puluh itulah Roh Kudus
dicurahkan.
Roh Kudus dicurahkan memakai simbol yang kelihatan dan kedengaran. Simbol tersebut jangan kita artikan
atau samakan dengan pencurahan Roh Kudus itu sendiri. Tanda atau simbol ini hanya memberikan
gambaran peristiwa. Tanda atau simbol dari pencurahan Roh Kudus ini ada dua yaitu
Pertama, bunyi seperti tiupan angin yang keras. Angin di sini adalah gambaran dari keilahian dan seringkali
digunakan untuk menggambarkan kuasa dan kehadiran Allah, yang mana kuasa dari anugerah Allah
tersebut tidak dapat ditolak. Seperti angin, Allah tidak bisa dikontrol oleh manusia, Ia berdaulat, berkuasa
dan tidak dapat ditolak dalam semua pekerjaannya. Demikian juga yang kedua yaitu api. Api juga
melambangkan kehadiran Allah di tengah umat-Nya. Misalnya dengan Musa, Allah menyatakan diri dalam
semak yang menyala (Kel 3:1-6). Demikian juga simbol kehadiran Allah dengan umat Israel adalah tiang api
(Kel 13:21-22). Perlu kita perhatikan, api di dalam peristiwa Pantekosta di sini dinyatakan dalam bentuk
lidah. Lidah api di sini menunjuk pada hal berbicara dan bersaksi sebagai tugas para murid.
Akibat dari kehadiran Roh Kudus kita melihat mereka dipenuhi dengan Roh Kudus. Dipenuhi dengan Roh
berarti dikontrol oleh-Nya (Ef 5:18-20). Di samping dipenuhi dengan Roh Kudus para murid juga mulai
berbicara dengan bahasa-bahasa lain. Karunia bahasa lidah di sini merupakan kemampuan untuk berbicara
suatu bahasa tanpa dipelajari terlebih dahulu (Kis 2:6-11). Kata yang diterjemahkan ‘bahasa-bahasa lain’ (ay
4) sama dengan kata yang dipakai pada ayat 3 untuk menyatakan gejala api yang nampak di atas masingmasing kepala yaitu lidah. Jadi ayat 4 dapat diterjemahkan, ‘mereka mulai berbicara dengan lidah lain
sebagaimana yang diberikan Roh kepada mereka untuk berkata-kata.’
Di sini kita harus mencatat perbedaan konsep yang dimengerti oleh gereja Pantekosta dan Karismatik,
mereka menyamakan Kis 2 ini dengan 1 Kor 12 dan 14. Padahal kedua bagian Alkitab di atas merupakan dua
hal yang berbeda. Dalam Kisah Para Rasul karunia bahasa lidah dimengerti oleh orang banyak yang hadir
pada waktu itu. Sedangkan bahasa lidah di dalam 1 Kor 12 dan 14 tidak dapat dimengerti.
Kedua, di dalam Kisah Para Rasul bahasa lidah diberikan dalam konteks kesaksian. Sedangkan dalam 1 Kor
12 dan 14 bahasa lidah untuk membangun diri sendiri. Ketiga Dalam Kisah Para Rasul jelas tidak memerlukan
penerjemah sedangkan di dalam 1 Kor 12 dan 14 membutuhkan penerjemah. Apalagi kita belum tahu
dengan pasti apakah bahasa lidah di dalam 1 Kor 12 dan 14 ini identik dengan bahasa lidah yang ada saat ini.
Siapa yang berani memastikan bahwa bahasa lidah yang sekarang digunakan sama dengan bahasa lidah
dengan 1 Kor 12 dan 14.
Pada saat para rasul dan orang-orang percaya berbicara dalam bahasa lain maka beberapa orang menyindir
bahwa mereka mabuk oleh anggur. Mendengar kalimat tersebut maka berdirilah Petrus beserta sebelas
rasul yang lain. Kemudian Petrus mewakili para murid berkhotbah. Ini dapat dikatakan merupakan khotbah
sulung Petrus. Secara homiletika jika kita melihat ayat 14-36 kita menemukan garis besar khotbah yang baik
dalam arti ada pendahuluan (ay 14-21), ada isi (21-35) dan konklusi (36). Khotbah tersebut oleh Petrus diberi
judul Yesus adalah Kristus. Mengapa? Karena orang-orang Yahudi pada waktu itu masih tidak percaya
bahwa Yesus adalah Kristus atau Mesias yang diurapi.
Di dalam bagian pendahuluan, Petrus memperbaiki kekeliruan mereka yang menganggap para rasul dan
murid sedang mabuk. Petrus mengatakan bahwa mereka tidak mabuk karena hari baru pukul 9 pagi.
47
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Menurut kebiasaan orang Yahudi pada hari raya umat harus berdoa lebih dahulu baru setelah itu makan
dan minum. Jadi pada waktu itu masih pagi jadi tidak mungkin mereka mabuk anggur. Lalu apa yang terjadi
dengan mereka? Sehubungan dengan hal ini Petrus kemudian mengatakan bahwa hal itu terjadi karena
penggenapan nubuatan nabi Yoel 2:28-32 yang menerangkan bahwa Roh Kudus dicurahkan kepada semua
orang bukan hanya pada orang-orang tertentu saja sebagaimana pada masa Perjanjian Lama.
mengatakan, "Barang siapa berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan." Ini merupakan ayat
terakhir dari nubuatan Yoel yang dikutip oleh Petrus. Kata ‘barang siapa berseru kepada nama Tuhan akan
diselamatkan.’ Kata Tuhan di dalam kitab Yoel ditulis dengan huruf besar TUHAN. Kata TUHAN disini
menunjuk kepada nama Tuhan Pencipta langit dan bumi. Di sini kata TUHAN dikaitkan dengan Kristus. Jadi
Tuhan di dalam PL sama dengan Kristus di dalam PB. Ayat ini juga mau memberitahukan bahwa keselamatan
itu adalah anugerah bukan karena usaha manusia melainkan karena jasa-jasa Kristus.
Ayat 21
Di dalam ayat 22 juga kita ketahui bahwa keselamatan bukan hanya anugerah melainkan juga sudah
direncanakan dan ditentukan oleh Allah sejak kekal. Di dalam ayat 22 jelas bahwa Allahlah yang sudah
menentukan lebih dahulu. Sejak kekal, yang kemudian dinyatakan di dalam proses waktu di mana Kristus
datang ke dalam dunia dengan tanda-tanda. Akhirnya Kristus diserahkan sesuai dengan rencana dan
maksud Allah untuk menyerahkan hidup-Nya mati menggantikan kita yang berdosa (ay 23). Namun Kristus
tidak berada selamanya di dalam kubur maka pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati kemudian 40
hari menampakkan diri kepada para murid, para wanita dan para rasul. Akhirnya Kristus naik ke sorga. Pada
ayat 36 ini merupakan kesimpulan dari khotbah Petrus.
Setelah mendengar khotbah Petrus maka orang-orang yang hadir merasa terharu. Kemudian bertanya
kepada Petrus apa yang harus mereka perbuat. Petrus mengatakan bahwa mereka harus bertobat dan
dibaptis. Maka mereka akan menerima karunia Roh.
Dari kedatangan Roh Kudus ini kita menemukan tiga pelajaran penting.
Pertama, pada waktu Roh Kudus hadir mereka dipenuhi oleh Roh Kudus dan bersaksi dengan penuh kuasa.
Kedua, Roh Kudus akan membuka telinga yang tuli, mata yang buta, hati yang bebal sehingga mereka dapat
mendengar, melihat dan membuka hati mereka untuk Kristus.
Ketiga, pada saat Roh Kudus dicurahkan kita melihat adanya kuasa penghakiman yang menghidupkan atau
yang mematikan. Ketiga hal inilah yang kita lihat ketika Roh Kudus bekerja di dalam hidup anak-anak Tuhan.
Amin! Soli deo gloria.
48
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
M
Me
en
ng
ge
errjja
ak
ka
an
nk
ke
es
se
ella
am
ma
atta
an
n
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
12
Filipi 2:12-18
Hai saudara–saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan
keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi
terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir,
13
karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan
menurut kerelaan–Nya.
14
Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut–sungut dan berbantah–bantahan,
15
supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak–anak Allah yang tidak bercela
di tengah–tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu
bercahaya di antara mereka seperti bintang–bintang di dunia,
16
sambil berpegang pada firman kehidupan, agar aku dapat bermegah pada hari Kristus,
bahwa aku tidak percuma berlomba dan tidak percuma bersusah–susah.
17
Tetapi sekalipun darahku dicurahkan pada korban dan ibadah imanmu, aku bersukacita
dan aku bersukacita dengan kamu sekalian.
18
Dan kamu juga harus bersukacita demikian dan bersukacitalah dengan aku.
Pembahasan kita pada hari ini berkenaan dengan bagaimana kita mengerjakan keselamatan dengan takut
dan gentar. Istilah ‘mengerjakan keselamatan’ merupakan istilah yang penting di dalam teologi Kristen.
Banyak orang salah melihat doktrin ini, mereka hanya melihat pada waktu kita diselamatkan. Alkitab tidak
melihat keselamatan hanya pada titik pertobatan saja. Demikian pula, Teologi reformed tidak hanya
berbicara tentang predestinasi namun membicarakan keselamatan secara menyeluruh. Betapa keliru jika
kita melihat ajaran reformed hanya berhenti pada titik predestinasi.
Di dalam doktrin reformed kita berbicara tentang TULIP. TULIP hanya membahas doktrin keselamatan bukan
doktrin reformed secara keseluruhan. TULIP merupakan singkatan dari: Total of Depravity, Unconditional
Election, Limited Atonement, Irresistable Grace, dan Perseverence of the Saint. Total of Depravity adalah
kerusakan total. Setiap manusia yang sudah berdosa adalah rusak total. Tidak ada kemampuan bagi dia
untuk kembali pada Tuhan. Sedangkan Unconditional Election merupakan pilihan Allah tanpa syarat. Lalu
Limited Atonement berbicara penebusan yang terbatas hanya untuk umat pilihan saja, dan bukan untuk
semua orang. Sedangkan Irresistable Grace adalah anugerah Allah yang tidak dapat ditolak oleh manusia,
maksudnya anugerah yang sudah diberikan kepada seseorang itu tidak mungkin akan kembali sia-sia.
Sedang yang terakhir adalah Perseverence of The Saint adalah ketekunan orang-orang kudus sampai akhir
di dalam proses menggarap kehidupan Kristen. Poin kelima ini seringkali dilupakan karena seringkali kita
49
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
memperdebatkan keselamatan adalah pilihan Allah. Sekali selamat tetap selamat. Teologi Reformed tidak
hanya berhenti pada titik awal keselamatan.

Pertama, Paulus membicarakan ayat ini dengan sangat proporsional. Flp 2:12 mengatakan, "Hai saudarasaudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; …." Seharusnya kalimat ini dilanjutkan dalam bahasa
Indonesia yang diletakkan di bagian belakang, "Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat;
bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir," lalu
kemudian dibelakangnya, "karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar." Dalam
ayat ini, Paulus menggabungkan dua prinsip penting yaitu antara keselamatan dengan ketaatan. Dua hal ini
tidak bisa dipisahkan. Tidak ada pembicaraan keselamatan tanpa ketaatan dan tidak ada ketaatan tanpa
keselamatan. Sebelum berbicara tentang prinsip menggarap keselamatan maka pertama-tama Paulus
membicarakan prinsip ketaatan. Ketaatan di sini adalah ketaatan tanpa syarat (unconditional).
Ketaatan bukan karena Paulus ada di tengah-tengah jemaat tetapi juga pada saat Paulus tidak ada di
tengah-tengah mereka. Jadi saya taat kepada Tuhan bukan karena ada orang-orang yang mengawasi saya,
bukan karena ada ancaman yang mengancam saya. Namun saya taat karena sewajarnya saya taat. Taat di
sini bukan beban melainkan suatu sukacita yang besar. Ketaatan merupakan suatu respon yang wajar
terhadap penebusan Kristus. Jadi wajar kalau sekarang saya jadi hamba kebenaran. Ini menjadi ucapan
syukur sejati yang kita berikan kepada Tuhan dengan kita mencintai Tuhan dan kebenaranNya. Ucapan
syukur di sini jangan disederhanakan seperti memuji nama Tuhan atau menaikkan lagu pujian. Tidak!
Dengan kerelaan taat seperti itulah kita baru balik menjadi manusia yang sejati. Pada waktu manusia jatuh
ke dalam dosa manusia sudah tidak mirip manusia, bahkan lebih parah daripada binatang. Mengapa ini
terjadi? Karena manusia gagal menjadi manusia sejati dan tidak lagi memancarkan yang seharusnya.
Manusia sudah memberontak kepada Allah dan telah keluar dari maksud Allah. Hal ini baru bisa diperbaiki
jika manusia kembali pada posisi sebenarnya yaitu pada Pencipta-Nya, melalui ketaatan yang tanpa syarat
(unconditional). Memang, ada ketaatan yang dikunci oleh hukum. Hal ini terjadi seperti pada kondisi ketaatan
terhadap hukum Taurat. Hari ini juga banyak orang-orang pietisme menegakkan hal yang sama. Akibatnya
manusia tidak lagi mengembangkan kebebasan ketaatan relasional kepada Allah karena dikunci hukum
tertentu.
Ketaatan Kristen bukan seperti ini. Kristus berkata di dalam Yoh 8:31-32, "Jikalau kamu tetap dalam firmanKu … kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." Ketika kita
kembali kepada kebenaran, di situlah kita akan menikmati satu relasi. Demikian juga Paulus mengatakan,
kamu taat waktu aku ada di sini tetapi kamu juga harus taat pada waktu aku tidak ada di sini. Ingat ketaatan
kita jangan terkunci pada satu pribadi. Ketaatan kita adalah ketaatan pada kebenaran dan kembalinya kita
kepada kebenaran. Ketaatan seperti inilah yang harus muncul dalam semangat hidup jemaat Filipi. Dari
ketaatan seperti ini barulah kita bisa koneksikan dengan kalimat kedua yaitu mengerjakan keselamatanmu
dengan takut dan gentar.
Istilah ‘mengerjakan keselamatan’ ini unik luar biasa. Hendaklah engkau mengerjakan keselamatanmu
dengan takut dan gentar. Kalimat ini mempunyai beberapa implikasi yang perlu kita perhatikan secara
serius. Kata ‘mengerjakan’ merupakan suatu prefiks yang mengaitkan suatu keseriusan dalam mengerjakan
sesuatu. Ini menggambarkan satu keutuhan dalam penggarapan sesuatu. Jika kita bandingkan Flp 2:12
dengan Ef 6:13, kata Yunani yang dipakai untuk ‘mengerjakan’ juga dipakai di dalam Ef 6:13. Dalam Flp 2:12
50
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
dipakai kata ‘mengerjakan’ sedangkan di dalam Ef 6:13 dipakai kata ‘menyelesaikan.’ Jadi kata ini
mempunyai arti dua-duanya. Kata ini juga menunjukkan bahwa keselamatan bukan pada waktu kita
bertobat saja, melainkan keselamatan harus dilihat secara keseluruhan. Dari titik kita dipanggil sampai kita
disempurnakan Tuhan merupakan sesuatu yang harus kita garap terus-menerus sampai kita
menyelesaikannya. Jadi bagaimana kita memproses seluruh hidup sampai kita berubah dan sampai kita
menjadi saksi Tuhan di tengah dunia dan bahkan sampai Tuhan mempermuliakan kita. Alkitab tidak pernah
mendualismekan antara bagaimana saya bertobat dan bagaimana saya setia sampai akhir.
Kata ‘mengerjakan keselamatan’ disini dalam bentuk struktur middle present imperatif. Dalam bahasa
Yunani ada voice yang di dalam bahasa Indonesia atau Inggris tidak dikenal. Dalam bahasa Inggris ada
bentuk aktif tetapi juga ada bentuk pasif tetapi bentuk middle tidak ada. Bentuk pasif berkenaan orang lain
bertindak terhadap diri kita, sedangkan bentuk aktif, saya bertindak terhadap orang lain. Sedangkan bentuk
middle tidak ada dalam bahasa Inggris dan juga dalam bahasa Indonesia.
Dalam bentuk aktif, saya yang aktif tetapi orang lain yang jadi obyeknya; sedangkan di dalam bentuk pasif,
orang lain yang aktif saya menjadi obyeknya. Dalam bahasa Yunani ada bentuk middle, disini saya jadi
subyek sekaligus saya jadi obyek. Bentuk middle juga dipakai di dalam Ef 6. Jadi maksud dari bentuk middle
ini, waktu saya sedang mengerjakan keselamatan ada satu yang digarap, yaitu diri sendiri. Sehingga bukan
menuding orang lain atau orang lain menuding kita, tetapi kita menuding diri kita sendiri. Kita menggarap
diri kita sendiri. Tuhan mengajar bagaimana kita menggarap keselamatan kita sendiri dengan takut dan
gentar. Jadi keselamatan merupakan suatu keutuhan di mana saya dan saudara menggarap diri kita sendiri
supaya kita boleh belajar menyatakan keselamatan kepada orang lain dan memproses keselamatan itu
sampai pada akhirnya. Sekali lagi keselamatan seperti ini tidak lepas dengan ketaatan tanpa syarat.
Kedua, jika kita mengerti ketaatan sebagai suatu keutuhan secara menyeluruh berarti ketaatan juga pasti
bersifat proses yang terus-menerus. Di dalam bagian ini juga Paulus menggunakan bentuk present tense
dan middle present imperative. Present tense dalam bahasa Yunani setara dengan continuous tense dalam
bahasa Inggris. Jadi bentuk present continuous di dalam bahasa Inggris, di dalam bahasa Yunani cukup pakai
present tense yang artinya sama yaitu sedang dan terus menerus sedang. Jadi kalau dikatakan mengerjakan
keselamatan dengan takut dan gentar ini tidak berbicara hanya pada satu waktu tertentu melainkan
berbicara seluruh atau sepanjang hidup kita masing-masing harus terus berproses. Dengan kata lain di sini
Paulus menginginkan kita untuk terus-menerus memproses hidup kita. Itu berarti kalau kita sudah
diselamatkan, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak hidup taat dalam kebenaran.
Ketiga, di bagian ini Paulus menggunakan bentuk Imperatif menunjukkan bahwa persoalan menggarap
keselamatan bukan persoalan sederhana yang boleh atau tidak boleh. Tidak! Di dalam Ef 6:13 dikatakan,
"Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada
hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu." Pengertian ini juga
sejalan dengan Flp 2:12, "Karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, …." Takut
dan gentar di sini bukan ditujukan kepada seorang pribadi melainkan takut dan gentar di sini ditujukan
kepada diri sendiri. Jadi ketika kita menggarap hidup kita harus dengan takut dan gentar. Mengapa? Karena
kita tidak hidup dalam kondisi netral. Alkitab mengatakan hari-hari kita tidak netral. Itu sebabnya Alkitab
mengatakan tebuslah waktu-waktu ini karena hari-hari ini adalah jahat (Ef 5:15-17). Konsep hari-hari ini
adalah jahat tidak pernah kita dapatkan dalam agama maupun filsafat apapun di dunia ini kecuali di dalam
Kekristenan. Disini waktu Paulus mengatakan, "… kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, …."
menggunakan kalimat imperatif, karena hal ini bukan hal yang otomatis terjadi. Ini bukan kondisi suka atau
51
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
tidak suka melainkan suatu perintah yang harus. Jika kita gagal mengerjakan keselamatan ini maka kita
akan dimakan waktu. Waktu-waktu kita tidak netral jika kita gagal menebus waktu berarti waktu sedang
memakan kita.
Saat ini negara kita sedang membutuhkan Injil keselamatan. Tetapi dari mana mereka mendengar
keselamatan jika orang Kristen sendiri tutup mulut. Itu sebabnya mari kita berpikir sebelum mereka
mendengar Injil bagaimana dengan kita sendiri. Sudahkah saudara dan saya memproses keselamatan diri
kita sendiri. Di tengah krisis ekonomi, sosial, dan politik, jika iman kitapun krisis apa artinya krisis yang lain.
Kepercayaan merupakan hal yang paling utama dalam segala sesuatu. Mari di dalam seluruh hidup kita, kita
belajar memproses keselamatan dalam diri kita masing-masing. Bertumbuh di dalam keselamatan yang
Tuhan sudah berikan sampai pada kesempurnaan nanti. Dengan demikian kita bisa menjadi terang dan
garam dunia.
Amin!
52
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
P
Pe
errg
gu
um
mu
ulla
an
nm
me
en
ng
ge
errttii rre
ea
alliitta
a
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
Habakuk 1:1-4
1
Ucapan ilahi dalam penglihatan nabi Habakuk.
2
Berapa lama lagi, TUHAN, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar, aku berseru kepada–Mu:
"Penindasan!" tetapi tidak Kautolong?
3
Mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku kejahatan, sehingga aku memandang
kelaliman? Ya, aniaya dan kekerasan ada di depan mataku; perbantahan dan pertikaian
terjadi.
4
Itulah sebabnya hukum kehilangan kekuatannya dan tidak pernah muncul keadilan, sebab
orang fasik mengepung orang benar; itulah sebabnya keadilan muncul terbalik.
Berbagai peristiwa menakutkan terjadi di Jakarta beserta berbagai macam krisis nasional yang
menyusulnya, membuat saya bertanya kepada Tuhan: Seperti apakah bangsa yang mengalami
penghancuran moral selama 30 tahun ini? Kalau mayoritas sudah sangat rusak, benarlah yang dikatakan
oleh Habakuk dalam nats ini di mana orang-orang benar pun dikepung oleh orang-orang fasik dan hukum
tidak dapat berbicara lagi. Kalau kita melihat waktu itu, orang-orang Israel bukannya tidak mengenal
hukum, bahkan pada saat itu, jika dibandingkan dengan bangsa-bangsa yang ada di sekitarnya, orang Israel
memiliki hukum taurat yang paling ketat. Tapi justru terjadi penganiayaan, mengapa? Karena orang fasik
mengepung orang benar! Orang fasik seolah-olah berkata kepada Tuhan: "Kalau Engkau ada, mengapa
tidak bertindak?" Saat itu rupanya Tuhan diam, sehingga hukum menjadi hancur dan keadilan sudah
lenyap.
Itulah situasi Habakuk juga situasi kita saat ini. Habakuk hidup pada abad 6 SM sebelum hancurnya kerajaan
Yehuda. Habakuk hidup pada zaman tiga raja terakhir yang fasik semua, dimana raja terakhir, Yoyakhin, raja
boneka Babel di Yehuda, puncak dari semua kefasikan muncul seluruhnya. Pada saat itulah kita bisa melihat
situasi mengerikan yang dihadapi Habakuk. Ketika itulah Habakuk mengeluarkan uneg-unegnya yang bisa
kita lihat pada ayat-ayat yang kita baca.
Di dalam oracle yang pertama (1:1-4), Habakuk mempertanyakan situasi ini dengan teriakan yang
manusiawi sekali. Lalu dalam ayat 5 dst, Tuhan menjawab Habakuk dengan jawaban yang mengerikan.
"Kalau Saya memberitahu engkau cara penyelesaianKu, toh kamu tidak bisa mengerti dan sulit untuk
percaya." Setelah kalimat itu dijelaskan, memang Habakuk sulit untuk mengerti, maka dia mulai bertanya
dalam ayat 12 dst. kenapa Allah yang Mahasuci dan Mahaadil dapat berbuat seperti itu? Mungkin ini juga
menjadi teriakan kita yang sulit untuk menerima realita.
53
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Setelah itu Tuhan berbicara mengenai inti dari surat Habakuk di ps 2. Sepanjang ps. ini Tuhan memberikan
prinsip-prinsip penting, yaitu bagaimana sebagai orang Kristen, kita melihat realita dunia dan bagaimana
hidup dalam dunia seperti ini. Dalam pasal 2 ini juga keluar kalimat yang menjadi center point dari ajaran
Kristen yang dipegang habis oleh teologi Reformasi, yaitu ay 4: orang benar akan hidup oleh percayanya.
(dikutip dalam Rm dan Gal). Pada saat seperti itu orang-orang percaya hanya hidup oleh iman saja, sola fidei. Ini
menjadi prinsip penting dalam hidup iman Kristen kita dan prinsip ini pertama kali muncul dalam diri
Habakuk. Setelah itu Tuhan membukakan konsep menghadapi kondisi realita dunia dimulai dengan kata
celaka (2:6-20). Setelah Tuhan membuka semua prinsip-Nya, Habakuk berhenti bertanya dan mulai
mengerti realita, waktu itulah dia menutup kitab ini dengan satu doa di hadapan Tuhan (Ps. 3) dan dengan
komitmen yang luar biasa (ay. 16-19). Di sana dikatakan betapa ngerinya situasi seperti itu, tapi justru pada
puncaknya, dia berkata: "Sekalipun pohon ara tidak berbunga…tidak ada lembu sapi dalam kandang...aku
akan bersorak-sorak di dalam Tuhan". Kesimpulan ini tidak diambil secara membabi-buta tetapi keluar dari
hasil pergumulannya mengerti prinsip Tuhan. Saya ingin iman Kristen kita tidak membabi-buta, kita harus
mengerti realita dunia dan juga berespon secara tepat. Saya tidak ingin kita menganggap seolah tidak ada
masalah dan harus pasrah tanpa harapan di dunia ini, tetapi bagaimana kita bersikap harus kembali pada
firman dan bukan semau kita sendiri.
Mari kita kembali pada Hab 1. Ketika saya melihat situasi saat ini, saya merasa tidak rela menerima dan
mungkin akan bertanya seperti nabi Habakuk. Pada saat seperti ini, Habakuk melontarkan dua pertanyaan
yang saat ini juga menjadi pertanyaan kita. Yang pertama dalam ayat 2: Habakuk sudah tiga kali melihat
pergantian penguasa dan saat itu puncak keliaran sangat meningkat. Proses dimulai dari keadaan biasa
sampai keadaan yang mengerikan. Jika keadaan masih sedikit tak beres, kita mungkin dapat menerimanya.
Tetapi waktu intensitasnya meningkat dan bertahun-tahun, sampai begitu biadab, Habakuk tidak bisa
tahan. Ketika itu kita sepertinya tidak tahan dan berusaha melakukan penghakiman berdasarkan keinginan
kita dan menuntut Tuhan harus bertindak sekarang. Dari seruan ini saya bisa merasakan suatu keadaan
yang begitu putus asa, kecewa dan mengerikan.
Apakah pertanyaan ini sangat manusiawi? Ya! Saya rasa setiap orang pasti mempertanyakan hal ini. Kita
sebagai orang Kristen menginginkan segala hal berjalan dengan baik dan menuntut dengan konsep
moralitas yang tinggi. Ketika kita berhadapan pada situasi ini, kita berkata: Tuhan, cepat-cepatlah
bertindak! Kita tidak sadar hak kedaulatan Tuhan melampaui apa yang mesti kita kerjakan seolah-olah kita
dapat bertindak melampaui apa yang Tuhan inginkan. Memang normal kalau kita ingin Tuhan segera
bertindak, tetapi Tuhan bukanlah budak kita. Seperti yang dikatakan di ayat kelima, kalau Aku (Tuhan)
bertindak nanti, kamu tidak mungkin mengerti apa yang Aku kerjakan dan akan sulit percaya.
Sekarang negeri ini dilanda oleh krisis yang serius dan bila kita diperhadapkan pada situasi ini, kita dapat
bertanya seperti Habakuk: "Kalau Engkau Allah yang hidup dan ada, mengapa Engkau tidak bertindak dan
terus-menerus menunggu?" Mungkinkah kita juga berteriak: "Tuhan, berapa lama lagi?" Hari ini kita belajar
bahwa waktu Tuhan adalah waktu Tuhan, waktu kita adalah waktu kita. Kalau kita mau bertindak,
bergumullah dahulu dengan Tuhan, mengertilah kehendak Tuhan, sadarlah realitanya seperti apa,
bagaimana Tuhan adalah Tuhan yang berkuasa atas realita. Jangan mendahului Tuhan karena akan terlalu
parah nanti hasilnya. Saya harapkan kita belajar seperti Habakuk, yang kembali bergumul dengan Tuhan,
yang tahu posisi kita siapa, bagaimana kita bertindak dan taat kepada pimpinan-Nya. Baru kira-kira sekitar
12 tahun kemudian, Habakuk melihat apa yang Tuhan kerjakan. Th 597 SM Tuhan baru menjatuhkan tanganNya atas bangsa Israel, dan Habakuk pun terkena akibatnya. Inilah yang menjadi kesiapan hati Habakuk
pada saat-saat sebelumnya: "Aku akan tenang menyongsong datangnya hari kesusahan itu," Itulah sesuatu
54
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
yang muncul sebagai kesimpulan Habakuk nantinya. Kita mungkin jengkel, panik tetapi sebagai anak-anak
Tuhan, kita belajar meneduhkan diri, mengerti dan menyerahkan kedaulatan dalam tangan Tuhan, belajar
mendengar dan berjalan seperti yang Tuhan mau. Ini bukan berarti kita menjadi pasif, justru pada saat
itulah Tuhan menuntut kita untuk proaktif, bukan aktif yang membabi-buta, tetapi aktif yang tunduk di
bawah kedaulatan Allah.
Ini adalah bagian pertama. Setelah itu Habakuk melontarkan pertanyaan kedua di ay. 3 yang sangat
manusiawi: "Mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku kejahatan, sehingga aku memandang kelaliman?"
Kalimat ini muncul dari konsep teologi yang salah yang selalu dipegang orang-orang Kristen: "Seharusnya
sebagai anak Tuhan, saya tidak boleh mengalami kejahatan." Jangankan mengalami, melihatpun tidak
layak. Tetapi tidak ada jaminan untuk hal ini, Habakuk harus mengerti siapa dia dan realita yang ada,
Habakuk tahu bahwa dia adalah orang benar yang berada di tengah-tengah orang-orang fasik yang masih
lebih gila dari binatang.
Di tengah-tengah lingkungan seperti ini, kita ini seperti domba di tengah-tengah serigala yang siap
menerkam. Saat ini, Habakuk tidak rela untuk menerima realita, kenapa dia harus melihat dan mengalami
hal ini. Jangan mau ditipu oleh dunia kita, jangan pernah berpikir kalau dunia kita ini baik. Jangan berpikir
kalau dunia kita ini akan semakin maju, justru kita sedang melorot menuju kehancuran moral yang luar
biasa. Inilah dunia dan realita kita, kalau ada orang benar di dunia ini, mereka hanya minoritas di tengah
kefasikan dunia. Wajarkah jika orang Kristen sakit, kecopetan, diperkosa atau dianiaya? Jawaban dari
semua pertanyaan ini adalah ya. Kita telah mengerti realita kita, dan sekarang ada dua hal yang menjadi
respons kita. Kita harus bersyukur kalau sampai hari ini Tuhan masih memberikan kesehatan, keamanan,
pekerjaan dan makanan. Ingat!
Tuhan masih memelihara oleh sebab itu bersyukurlah baik-baik. Respons yang kedua: hal ini menjadikan
kita jauh lebih waspada di dalam menghadapi situasi, salah satu penyebab jatuhnya korban penganiayaan
dan pemerkosaan di Jakarta adalah ketidaksiapan mereka. Ketidaksiapan juga oleh karena konsep teologis
dan pengertian masyarakatnya berbalikan dari apa yang dikatakan oleh Alkitab. Pada saat seperti ini,
Habakuk bertanya: "Tuhan kenapa saya harus melihat hal seperti ini?’Tuhan mungkin dapat bertanya
kembali: "Mengapa tidak harus melihatnya?" Bukan saja melihat, tetapi mengalami!
Nanti pada akhir pasal yang ketiga, Habakuk tahu dia bukan cuma melihat, tetapi juga mengalaminya. Saat
itu dia mengatakan bahwa seluruh kehidupan sekalipun sudah hopeless, kalau seluruh hasil ladang sudah
habis, hasil untuk makanan tidak ada, lembu sapi untuk makanan juga telah terhalau semua, pada saat
seperti itu, kalau aku harus mengalaminya, kata Habakuk, aku akan siap bersorak-sorak di hadapan Tuhan.
Tetapi sebelum sampai di kalimat terakhir ini, ada pergumulan berat yang dihadapi oleh Habakuk bersama
dengan Tuhan. Saat ini kalau kitapun memiliki konsep yang salah akan realita, maka mungkin sekali kita
tidak akan siap menghadapi situasi. Akhirnya kita mungkin berteriak sama seperti Habakuk: "Tuhan,
mengapa aku harus mengalami ini?" Sampai hari ini banyak sekali orang Kristen, kalau berada dalam
keadaan senang dan lancar, tidak pernah bersyukur kepada Tuhan, tetapi jika mengalami kecelakaan,
kebangkrutan, mereka mengomel dengan tidak ada habisnya kepada Tuhan. Hal ini sangat manusiawi dan
sangat dapat dimengerti, tetapi konsep yang salah perlu diubah. Salah besar kalau menganggap orang
Kristen tidak mungkin mengalami apa-apa. Kalau demikian, reaksi apakah yang harus kita keluarkan?
Pertama, setiap kita harus memikirkan bagaimana relasi kita di hadapan Tuhan. Kedua, Tuhan meminta kita
untuk dapat menjadi alat Tuhan di tengah-tengah situasi seperti ini.
55
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Tidak ada cara lain kecuali Injil harus dinyatakan di tengah-tengah dunia. Ini adalah problematik moral dan
mental bangsa, kalau tidak ada peranan Kekristenan yang memberikan unsur kembalinya manusia kepada
ajaran yang sejati, pertobatan, maka tidak ada penyelesaian yang dapat terjadi di dunia ini. Yang ketiga,
punya kewaspadaan dan sikap strategis di dalam menghadapi dunia kita. Dengan demikian kita boleh
disiapkan oleh Tuhan, ketika kita harus berhadapan dengan situasi sulit dalam hidup kita, kita dapat
menjadi orang-orang Kristen yang menjadi berkat dan kekuatan bagi orang lain, yang menyadarkan mereka
akan kondisi dari realita manusia yang berdosa, membawa mereka kembali kepada Injil Tuhan dan
menyadarkan akan perlunya Kristus sebagai Juru Selamat mereka. Kalau belum bertobat, tidak ada
problematika moral yang dapat diselesaikan dalam dunia ini. Sehingga hanya dengan cara demikian seluruh
problematika moral dapat dipulihkan.
Amin!
56
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
T
Tu
uh
ha
an
nA
Alllla
ah
h tta
ak
k tte
errd
du
ug
ga
a
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Roma 11:33
O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak
terselidiki keputusan–keputusan–Nya dan sungguh tak terselami jalan–jalan–Nya!
Nats:
5
Habakuk 1:5-11
Lihatlah di antara bangsa–bangsa dan perhatikanlah, jadilah heran dan tercengang–
cengang, sebab Aku melakukan suatu pekerjaan dalam zamanmu yang tidak akan kamu
percayai, jika diceriterakan.
6
Sebab, sesungguhnya, Akulah yang membangkitkan orang Kasdim, bangsa yang garang
dan tangkas itu, yang melintasi lintang bujur bumi untuk menduduki tempat kediaman,
yang bukan kepunyaan mereka.
7
Bangsa itu dahsyat dan menakutkan; keadilannya dan keluhurannya berasal dari padanya
sendiri.
8
Kudanya lebih cepat dari pada macan tutul, dan lebih ganas dari pada serigala pada waktu
malam; pasukan berkudanya datang menderap, dari jauh mereka datang, terbang seperti
rajawali yang menyambar mangsa.
9
Seluruh bangsa itu datang untuk melakukan kekerasan, serbuan pasukan depannya
seperti angin timur, dan mereka mengumpulkan tawanan seperti banyaknya pasir.
10
Raja–raja dicemoohkannya dan penguasa–penguasa menjadi tertawaannya.
Ditertawakannya tiap tempat berkubu, ditimbunkannya tanah dan direbutnya tempat itu.
11
Maka berlarilah mereka, seperti angin dan bergerak terus; demikianlah mereka bersalah
dengan mendewakan kekuatannya.
Situasi Habakuk tahun 600 S.M. dengan situasi Indonesia tahun 2000 tetap memiliki kemiripan yang luar
biasa. Minggu lalu kita telah membahas pergumulan Habakuk di mana ia mempertanyakan dua pertanyaan.
Pertama Habakuk mempertanyakan kepada Tuhan berapa lama lagi ia harus mengalami hal seperti itu?
Mengapa Tuhan tidak bertindak secepatnya? Pertanyaan kedua, ia mempertanyakan mengapa ia harus
melihat kejahatan seperti ini dengan matanya sendiri. Bukankah Tuhan sudah berjanji memelihara umatNya?
Tuhan tidak menjawab kedua pertanyaan itu, namun Tuhan memberikan satu jawaban yang lebih prinsipil
untuk mendobrak konsep-konsep Habakuk yang salah. Hal ini dinyatakan di Hab 1:5-11. Jawaban Ini
membuat iman Habakuk goncang. Tuhan membuka sebuah rahasia konsep yang bagi Habakuk betul-betul
di luar pikirannya. Tuhan mengatakan bahwa Dia membangkitkan orang Kasdim yang akan menyapu semua
bangsa termasuk Israel.
Tuhan membukakan sesuatu yang jauh lebih mengerikan daripada apa yang bisa Habakuk bayangkan.
Tuhan membangkitkan bangsa Kasdim yang begitu jahat untuk menyapu Israel. Ini mengakibatkan
munculnya pertanyaan di ay. 12, "Tuhan bukankah…" Pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang sulit
57
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
dimengerti oleh akal manusia. Tuhan terlebih dahulu membukakan suatu gambaran bahwa Tuhan memang
memperkenankan munculnya bangsa Kasdim, yang luar biasa jahat sekaligus luar biasa kuat. Bahkan
sampai dikatakan keadilan dan keluhurannya tidak tergantung pada orang lain, semua diukur dari dirinya
sendiri. Tuhan membangkitkan bangsa yang liar dan jahat ini untuk menghancurkan bangsa Israel. Cara
kerja seperti ini sungguh berada di luar kemampuan otak manusia.
Tuhan tahu kesulitan Habakuk. Maka pada ay 5 Ia berkata, "Jika Saya beritahu apa yang Saya kerjakan,
kamu toh tidak bisa percaya…" Mengapa? Karena ini berada di luar pengertian manusia yang terbatas.
Dalam dunia teologi ini disebut Incomphrehensibleness of God (Allah yang sulit dimengerti). Namun kalimat ini
jangan kita salah tafsirkan. Istilah incomphrehensibleness of God adalah satu konsep yang menggambarkan
Allah yang begitu besar dan sulit diselami pikiran-pikiran-Nya, sehingga kita sulit mengerti apa yang Allah
kerjakan. Kalimat ini kemudian diselewengkan oleh pengajar-pengajar liberal yang dipelopori oleh
Schleiermacher, yang mengajarkan bahwa karena Allah sulit dimengerti maka Allah jauh di sana dan
merupakan satu-satunya yang sama sekali berbeda. Karena dia sama sekali berbeda maka kita sama sekali
tidak bisa mengerti Dia. Konsep ini disebut dengan The wholy other dan telah membuat gap secara rasional
antara Allah dengan kita. Jadi, tidak heran kalau hari ini banyak orang mengatakan tidak perlu memakai
rasio karena kita tidak bisa mengerti Allah, tidak bisa mengerti firman. Lalu, bagaimana kita bisa berelasi
dengan Allah? Schleiermacher menggeser wilayah pengertian menjadi wilayah perasaan. Maksudnya, kita
bisa berelasi dengan Allah tergantung perasaan. Jadi bagi Schleiermacher, agama itu perasaan. Jadi
beragama itu kalau saya merasa bergantung pada Tuhan. Ini yang oleh Schleiermacher disebut sebagai the
feeling of absolute depedency." Ini berarti masuk ke dalam wilayah subyektifitas yang tak ada batasnya.
Alkitab tidak memiliki konsep seperti ini. Jika Allah tidak bisa dimengerti buat apa Allah memberikan
wahyu-Nya. Waktu kita mendengar ataupun membaca Firman Tuhan maka kita mendengar dan
membacanya dengan rasio.
Ketika Allah berkata bahwa Habakuk tidak akan percaya apa yang dilakukan oleh-Nya, hal ini tidak berarti
Habakuk sama sekali tidak pernah akan mengerti dan tidak pernah akan bisa percaya. Dalam ay. 5, Tuhan
justru membongkar cara berpikir habakuk supaya kelak dia bisa mengerti. Di sini Tuhan sedang membuka
suatu rahasia supaya kelak Habakuk bisa percaya apa yang Tuhan kerjakan.
Hab 1 adalah kesempatan Tuhan membuka satu konsep yang selama ini tidak dimengerti oleh Habakuk dan
kesalahan ini membuat Habakuk tidak bisa percaya apa yang Tuhan katakan. Mengapa Habakuk tidak bisa
percaya? Karena ia sudah memegang konsep yang berbeda dengan konsep yang Tuhan kehendaki. Caranya
bekerja berbeda dengan cara kerja Allah. Di mana letak kesulitan Habakuk?
Hari ini kita mempelajari hal-hal yang menjadi letak kesulitan Habakuk.
Pertama, antara Tuhan dan Habakuk terjadi perbedaan cara kerja. Habakuk berpikir kalau ada bangsa yang
kurang baik, kurang jahat, jahat, lalu amat jahat, maka yang harus ditindak lebih dahulu adalah yang amat
jahat. Jadi, seharusnya orang Kasdim dihajar terlebih dahulu, baru kemudian Israel yang kurang jahat
dibandingkan dengan orang Kasdim. Sayangnya, cara kerja Habakuk berbeda dengan cara kerja Tuhan. Cara
kerja Habakuk bersifat parsial, sempit, sangat pendek dan secara historis. Cara kerja Tuhan jauh lebih bijak,
lebih utuh, lebih global dari apa yang dipikirkan manusia. Di dalam cara pandang Allah, orang Israel
memiliki posisi yang sangat menentukan. Seharusnya orang Israel tidak boleh berbuat kejahatan karena
mereka diberi hukum oleh Tuhan. Orang Israel adalah umat Tuhan yang seharusnya bertanggung-jawab
menjadi saksi buat seluruh dunia. Itu sebabnya kalau umat Israel berbuat kejahatan maka hukuman buat
orang Israel jauh lebih berat dari orang Kasdim yang memang kafir. Di sini kita melihat cara kerja Tuhan, Ia
58
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
memakai orang kasdim untuk menghancurkan umat Israel, sesudah itu orang Kasdim dihabiskan oleh
Tuhan. Cara kerja seperti ini merupakan cara kerja yang dunia, Habakuk dan kita bisa mengerti.
Kedua, adanya perbedaan lingkup dan interest antara Habakuk dengan Tuhan. Habakuk melihat umat Israel
begitu jahat dan ia ingin Tuhan menghantam umat Israel. Tetapi dalam konsep dia, perjuangan itu sangat
bersifat nasionalis. Waktu Habakuk melihat Tuhan akan membangkitkan orang Kasdim, dia shock luar biasa,
karena bukan itu yang Habakuk maksudkan. Setelah Hab 1:5 ini dibukakan, ia bisa membayangkan skenario
yang Tuhan mau kerjakan. Itu sebabnya pada ps. 3 ia berkata, "Aku tahu kedahsyatan-Mu. Aku tahu
pekerjaan-Mu…"
Habakuk tidak bisa percaya bahwa umat Israel yang tidak terlalu jahat harus disapu oleh bangsa yang
begitu jahat. Tuhan tidak melihat umat Israel sebagai suatu nasional melainkan sebagai wajah dan
representasi umat-Nya di tengah alam semesta. Tuhan melihat Israel bukan sebagai fanatisme
emosionalisme, tetapi sebagai representasi keadilan-Nya di tengah alam semesta. Di satu pihak Habakuk
ingin bangsanya dihukum, tetapi di lain pihak dia juga tidak rela kalau bangsanya sampai dihancurkan.
Konsep Habakuk sangat bersifat sempit. Ia hanya mau melihat bangsanya, semua bangsa yang lain
dianggap figuran. Sampai saat ini orang Israel memiliki nasionalisme yang amat kuat, tetapi Tuhan melihat
dalam format berbeda. Di sini terjadi konflik lingkup dan konflik interest. Jangan pernah pikir umat Tuhan
akan lolos dari keadilan Tuhan. Tuhan akan memberikan hukuman kepada umat-Nya. Ini prinsip yang Dia
mau tegakkan. Kitab Ibrani mengatakan bahwa Tuhan akan mengajar umat-Nya. PL dan PB memberi contoh
yang sangat konkrit. Petrus sulit mengerti ketika Tuhan Yesus mengatakan, "anak manusia harus pergi ke
Yerusalem menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala, dan ahli-ahli taurat,
lalu dibunuh mati hari ketiga. Petrus tidak bisa membayangkan hal ini. Mengapa? Karena Petrus melihat hal
itu dari kepentingannya sendiri. Tuhan datang ke dunia ini justru untuk pergi ke Yerusalem, untuk mati di
kayu salib. Itu demi untuk kepentingan seluruh umat pilihan Tuhan. Allah melihat ini secara global tetapi
Petrus melihat itu dari kepentingannya sendiri. Mari kita memikirkan kepentingan Kerajaan Allah secara
global bukan hanya kepentingan golongan atau pribadi.
Ketiga, kita sulit mengerti apa yang Tuhan kerjakan, karena sebetulnya kita tidak rela akan cara Tuhan
bekerja. Sebagai manusia kita seringkali sudah men-set up cara kerja kita. Di dalam keegoisan, kita sering
tidak rela kalau Tuhan mempunyai cara kerja yang berbeda daripada kita. Bukan masalah benar atau tidak
benar, namun masalah rela atau tidak rela. Kita mau cara kita yang dijalankan. Kita ada di bawah, Tuhan
ada di atas, kita harus kembali kepada apa yang Tuhan kerjakan lalu melihat bagaimana Tuhan menggarap
di dalam diri kita melalui diri kita. Hanya dengan cara kita melepaskan hak, kita bisa taat pada cara kerja
Allah. Bagaimana orang taat dapat menjalankan rencana Allah? Kuncinya adalah waktu saya taat saya
menyerahkan pikiran saya, sehingga cara kerja Tuhan bisa terjadi dalam diri kita. Kalau kita belajar seperti
ini, kita belajar mengerti cara Tuhan bekerja dan mulai rela menundukkan cara yang tadinya mau kita
paksakan. Biar hari ini kita belajar tunduk kepada Tuhan sehingga apa yang menjadi kehendak-Nya digenapi
dalam diri kita
Amin!
59
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
P
Pe
errg
gu
um
mu
ulla
an
nd
da
an
nk
ke
em
me
en
na
an
ng
ga
an
n
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
12
Habakuk 1:12-17
Bukankah Engkau, ya TUHAN, dari dahulu Allahku, Yang Mahakudus? Tidak akan mati
kami. Ya TUHAN, telah Kautetapkan dia untuk menghukumkan; ya Gunung Batu, telah
Kautentukan dia untuk menyiksa.
13
Mata–Mu terlalu suci untuk melihat kejahatan dan Engkau tidak dapat memandang
kelaliman. Mengapa Engkau memandangi orang–orang yang berbuat khianat itu dan
Engkau berdiam diri, apabila orang fasik menelan orang yang lebih benar dari dia?
14
Engkau menjadikan manusia itu seperti ikan di laut, seperti binatang–binatang melata
yang tidak ada pemerintahnya?
15
Semuanya mereka ditariknya ke atas dengan kail, ditangkap dengan pukatnya dan
dikumpulkan dengan payangnya; itulah sebabnya ia bersukaria dan bersorak–sorai.
16
Itulah sebabnya dipersembahkannya korban untuk pukatnya dan dibakarnya korban untuk
payangnya; sebab oleh karena alat–alat itu pendapatannya mewah dan rezekinya
berlimpah–limpah.
17
Sebab itukah ia selalu menghunus pedangnya dan membunuh bangsa–bangsa dengan
tidak kenal belas kasihan?
Minggu lalu kita sudah membicarakan pergumulan Habakuk. Habakuk mempertanyakan dua pertanyaan
dasar, yaitu mengapa ia harus melihat semua ini dan sampai kapan ia akan melihatnya. Ketika Tuhan
menjawab Habakuk, jawabanNya justru berbeda dari konsep yang disukai dan diharapkan oleh Habakuk.
Habakuk tidak bisa percaya bahwa Tuhan bertindak dengan cara yang sama sekali asing dan tidak masuk
akal. Tuhan menggambarkan bagaimana orang Kasdim akan menghantam semua bangsa. Pada saat seperti
ini Habakuk berkata bahwa ia sungguh tidak bisa mengerti dan dia melontarkan pergumulannya kepada
Tuhan. Habakuk bertanya: "Bukankah Engkau, ya Tuhan dari dahulu Allahku, Yang Mahakudus." Dengan
kata lain, Habakuk mau mengatakan bahwa kalau Tuhan adalah Allahnya Habakuk dan Tuhan adalah
Mahakudus, maka dia tidak akan mati. Dalam pengertian Habakuk, Tuhan adalah "AKU adalah AKU." Tuhan
adalah Tuhan yang mengikat perjanjian dan yang berkuasa. Tuhan yang cukup pada dirinya sendiri, yang
tidak bergantung pada siapapun, dan yang berdaulat. Oleh karena itu Habakuk sampai pada kesimpulan
bahwa ia tidak akan mati. Itu sebabnya Habakuk menjadi kaget mendengar jawaban Tuhan di ayat 5-11. Di
dalam pikiran Habakuk, kalau Tuhan berdaulat maka Tuhan juga mempunyai kekuatan pemeliharaan.
Pemeliharaan Tuhan ia identikkan dengan prinsip providensia, maksudnya kalau Tuhan yang berdaulat
adalah Tuhan yang kuat dan saya berlindung pada Tuhan yang kuat ini, maka seharusnya Tuhan yang kuat
itu menjaga saya tetapi ini bukan prinsip Tuhan, ini prinsip tukang pukul!
Di sini Habakuk sudah mencapai satu prinsip relasi yang linear, satu konsep teologis yang berpendapat
bahwa kalau ia percaya kepada Tuhan yang kuat, berdaulat dan Mahakudus, maka ia tidak akan mati.
Tuhan seharusnya memelihara, seharusnya ia hidup aman, tidak akan terjadi apapun karena ia berlindung
60
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
di belakang gunung batu yang besar. Celakanya, Tuhan yang adalah gunung batu yang besar itu sekarang
sudah menetapkan bangsa Kasdim untuk menghancurkan umat Israel. Konsep ini berada di luar pikiran
Habakuk. Demikian juga kita seringkali menjadi rusak karena doktrin-doktrin yang salah, yang sudah
ditanamkan secara tidak tepat dan berat sebelah. Apakah Tuhan kuat? Ya! Apakah Tuhan memelihara
umatnya? Ya! Namun, bagaimana merelasikan Tuhan yang kuat dengan pemeliharaan Tuhan. Ini bukan hal
yang sederhana! Di sini Habakuk salah di dalam konsep teologi. Seharusnya Habakuk mengerti bahwa kalau
Allah adalah Allah yang berdaulat dan Mahakudus, maka Ia bisa bertindak seperti apa yang Ia mau.
Ketika Habakuk mengatakan, "Tuhan, Engkau adalah Allahku," ia sudah mempersonifikasikan Allah menjadi
tukang pukulnya. Kalimat ini sebenarnya indah karena disini ada satu hubungan personal antara pribadi
Habakuk dengan Allah. Ada satu keintiman antara Habakuk dengan Allah. Tetapi keintiman ini menjadi
salah jika kemudian diartikan bahwa Allahku itu menjadi Allah milikku yang harus aku atur dan harus
memenuhi keinginanku. Di sini Habakuk telah menjadi pusat dan telah menggeser Allah dalam hidupnya.
Pertanyaannya sekarang: Apakah yang dimaksud dengan pemeliharaan Allah? Bagaimana Allah
menjalankan pemeliharaan-Nya? Jawabnya adalah Pemeliharaan Tuhan hanya berkait dengan bagaimana
Tuhan ingin menggenapkan rencana-Nya yang berdaulat di dalam diri kita.
Pertama, di ayat 13 Habakuk mulai bergumul kembali. Belum selesai pertanyaan pertama, Habakuk sudah
melempar kembali pertanyaan kedua. "Engkau tidak dapat memandang kelaliman." Ini pertanyaan teologis
dari Habakuk. Habakuk mengerti, Allah adalah Allah yang Mahasuci yang tidak mungkin melihat kejahatan.
Mata Tuhan terlalu suci untuk melihat kejahatan dan Ia tidak mungkin melihat kelaliman. Ini pengakuan
iman Habakuk. Namun, jika Allah adalah Allah yang Mahasuci, yang tidak mungkin melihat kejahatan, maka
mengapa ketika ada bangsa yang begitu jahat, Ia diam saja? Apalagi bangsa tersebut sedang menghantam
bangsa Israel yang tidak sejahat dia? Habakuk harus berhadapan dengan kondisi yang berbeda dengan
konsep teologi yang ia pegang. Dalam tahap yang kedua ini, Habakuk masuk dalam pergumulan antara
konsep teologi yang dia percaya dengan bagaimana itu direlasikan dengan fakta sejarah. Konsep teologi
yang dipegang oleh Habakuk sudah tepat, tetapi ketika konsep ini diterapkan dalam perjalanan sejarah,
maka terjadi gap yang Habakuk sulit mengerti.
Konsep kesucian Allah yang tidak memperkenankan adanya kejahatan itu benar. Berulang kali Alkitab
mengatakan kesucian Allah, Allah memang tidak mungkin membiarkan kejahatan. Tetapi kalau pemahaman
kita hanya berhenti sampai di sini, maka kita akan berdiri diawang-awang dan kita tidak akan mengerti
bagaimana konsep ini dijalankan dalam sejarah. Kesulitan inilah yang menjadi kesulitan Habakuk ketika dia
mau merelasikan konsep teologi yang dia mengerti, dengan perjalanan sejarah yang bersifat linear di dalam
dunia ini. Di sini Habakuk telah melokalisasikan Allah yang kekal dalam proses perjalanan sejarah. Apakah
Allah Mahasuci? Ya! Apakah Allah tidak bisa melihat kejahatan? Ya! Namun, apakah itu berarti Allah harus
langsung membersihkan kejahatan? Tidak! Kita juga seringkali salah merelasikan kesucian Allah sehingga
menjadi lebih kejam daripada Allah sendiri. Kita perlu mengerti, waktu pekerjaan Tuhan di dalam kekekalan
ditetapkan dalam perjalanan sejarah, itu berarti Tuhan sedang menggenapkan keseluruhan sejarah di
dalam proporsi yang Tuhan sudah rencanakan. Apa yang Tuhan tetapkan di dalam kekekalan tidak mungkin
gagal. Tapi kapan hal itu digenapkan digenapkan dalam sejarah, bukan urusan kita. Tuhan memang adalah
Tuhan yang Mahasuci. Tuhan memang tidak akan membiarkan kejahatan. Tuhan memang akan menindak
dan menghancurkannya. Tapi bukan Habakuk yang menentukan waktunya. Itu waktu Tuhan!
Di dalam kasus yang kedua ini Habakuk sudah mulai menuduh Tuhan dengan cara yang salah. Habakuk
menuntut Tuhan bertindak berdasarkan apa yang ia mau. Di sini Habakuk sudah menempatkan diri menjadi
Tuhan. Puji Tuhan! Tuhan begitu sabar dengan Habakuk. Pada Hab 2:1 dst. diberi tahu prinsip dari Tuhan. Di
sini Habakuk baru mengerti apa yang Tuhan mau kerjakan dan bagaimana Ia akan mengerjakan. Bukan kita
61
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
yang menjadi Tuhan. Bukan kita yang mengatur Tuhan. Karena kesalahan konsep ini Habakuk mengalami
kesulitan untuk bisa mengerti apa yang Tuhan bisa kerjakan.
Kedua, sampai ayat 14 dia mulai mengatakan, "Engkau menjadikan manusia seperti ikan di laut. Seperti
binatang-binatang melata yang tidak ada pemerintahannya? Sekarang Habakuk sudah betul-betul
mempersalahkan Tuhan. Bahkan Habakuk mengatakan Tuhan tidak berdaya. Habakuk sudah tidak
mempunyai pengharapan. Pada titik dimana Habakuk sudah tidak berpengharapan, seolah-olah ia mau
mengatakan: "Tuhan, kalau Engkau mau menghancurkan kami seperti ini, sebetulnya untuk apa kami harus
menyembah Engkau. Kalau Engkau memang adalah Tuhan, mengapa dalam situasi seperti ini Engkau
membiarkan kami menjadi korban, seperti binatang-binatang yang dipermainkan begitu rupa." Habakuk
telah sampai di titik tiada pengharapan, titik di mana dia merasa Tuhan sudah tidak menolong sama sekali,
sudah tidak bisa menjadi batu sandaran bagi dia. Dia merasa Tuhan sudah tidak bisa bertindak apa-apa lagi.
Bukan itu saja, di ayat ke 17 Habakuk mau mengatakan bahwa Tuhanlah yang merestui perbuatan
kejahatan mereka dan Tuhan berada dipihak mereka. Di sini Habakuk sudah sampai di titik pergumulan
yang paling bawah. Dia sudah sampai pada titik di mana imannya sudah goncang dan hampir kehilangan
pegangan sama sekali.
Namun dalam titik seperti ini, Habakuk tidak mengambil jalan pintas. Justru Habakuk kemudian
mengeluarkan kalimat di Hab 2 :1. Ayat ini menjadi titik balik dan menjadi kunci paling penting dalam
pergumulannya, yang membuka dua sisi pergumulan Habakuk, yaitu titik kelemahan dan titik
kemenangannya. Hab 2:1 menunjukkan apa yang menjadi kondisi dia saat dia hancur dan sekaligus
bagaimana dia bisa keluar dan menang. Dan di saat itu dia mengatakan, "Aku mau berdiri di tempat
pengintaianku dan berdiri tegak di menara…"
Di ayat ini kita mulai mengerti apa sebetulnya esensi hakekat kehancuran Habakuk dalam imannya, yaitu
mengapa Habakuk sampai harus jatuh ke dalam pergumulan di ps. 1. Jawabannya adalah karena dia sudah
tenggelam di bawah realita. Ini merupakan kesalahan fatal Habakuk. Waktu Habakuk menghadapi masalah,
ia justru tenggelam di dalam masalah itu, sehingga ia tidak mampu lagi menghadapi realita. Dia kalut dalam
realita itu, dan akhirnya penuh dengan pertanyaan "mengapa?". Ia tidak lagi bisa mengerti apa yang sedang
terjadi. Inilah saat Habakuk kehilangan pegangan dan ini juga waktu yang paling berbahaya.
Tenggelamnya Habakuk mengharuskan dia keluar, mulai berdiri di atas dan melihat ke bawah. Mengerti
realita sejati bukan dengan cara tenggelam di dalam realita melainkan dengan cara keluar, memandang
realita dari sudut pandang Allah. Keunggulan dan kemenangan Habakuk adalah ketika dia keluar dari semua
problematiknya dan mulai bertanya apa yang Tuhan akan firmankan dan apa jawaban-Nya. Pada saat
Habakuk keluar dan melihat realita dari sudut pandang Tuhan, di sinilah Tuhan membuka prinsip yang
penting bagi Habakuk, yaitu bukan membangun konsep iman kita diatas pengalaman. Hab 2. mengajar
bahwa sesungguhnya orang benar akan hidup oleh iman (ay 4). Kunci inilah yang menjadikan Habakuk
mampu melihat semua realita dan menang. Di sini Habakuk keluar dari pengalaman dan masuk ke dalam
satu pandangan baru. Pandangan itu belum dia alami tetapi sudah menjadi kunci untuk mengerti
pengalamannya. Sekarang Habakuk melihat bukan dengan pengalaman semu, melainkan melihat dari sudut
Tuhan yang memberikan iman kepada dia. Sepanjang ps. 2, Habakuk mengerti bagaimana Tuhan sekarang
akan bekerja. Pengertian ini akan menghasilkan komitmen di ps. 3, yang menjadi doa Habakuk. Doa
komitmen dia panjatkan setelah mengerti realita secara tepat.
Saya berdoa agar jemaat mengerti kunci ini secara tepat dan berharap kiranya kita semua juga sampai
kepada komitmen Habakuk.
Amin!
62
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
S
Sy
ys
stte
em
m tte
errttu
uttu
up
pd
da
an
ns
sy
ys
stte
em
m tte
errb
bu
uk
ka
a
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
1
Habakuk 2:1-5
Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara, aku mau meninjau
dan menantikan apa yang akan difirmankan–Nya kepadaku, dan apa yang akan dijawab–
Nya atas pengaduanku.
2
Lalu TUHAN menjawab aku, demikian: "Tuliskanlah penglihatan itu dan ukirkanlah itu
pada loh–loh, supaya orang sambil lalu dapat membacanya.
3
Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya
dengan tidak menipu; apabila berlambat–lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh–
sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh.
4
Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang
benar itu akan hidup oleh percayanya.
5
Orang sombong dan khianat dia yang melagak, tetapi ia tidak akan tetap ada; ia
mengangakan mulutnya seperti dunia orang mati dan tidak kenyang–kenyang seperti
maut, sehingga segala suku bangsa dikumpulkannya dan segala bangsa
dihimpunkannya."
Hari ini kita membahas bagian penting bagaimana Tuhan menjelaskan prinsip-prinsip kebenaran-Nya yang
selama ini menjadi pergumulan iman Habakuk. Kitab Habakuk ini mempunyai format yang sangat jelas.
Habakuk 1 dimulai dengan pergumulannya ketika melihat bangsanya yang begitu jahat pada waktu itu. Di sini
Habakuk mulai mempertanyakan mengapa dia harus melihat keadaan seperti itu. Dan ketika sampai di
akhir ps. 1, dia berada di dalam situasi yang sangat kecewa dan putus asa. Di sini imannya mulai goncang.
Namun, di saat seperti itu dia kemudian keluar dari titik paling bawah. Titik yang menunjukkan kelemahan
dia sekaligus juga menjadi titik kemenangannya. Di dalam Hab 2:1 dikatakan, "Aku mau berdiri di tempat
pengintaianku dan berdiri tegak di menara, aku mau meninjau dan menantikan apa yang akan difirmankanNya kepadaku, dan apa yang akan dijawab-Nya atas pengaduanku." Ayat ini menjadi titik balik bagi
Habakuk, dari kesulitan dan pergumulan iman menuju kepada kemenangannya.
Saat ini kita belajar bagaimana Tuhan menjawab pergumulan Habakuk. Dalam Hab 2:1 sampai jawaban
Tuhan di ayat 2 dan 3, kita memberi satu gagasan tentang apa yang disebut beralihnya sistem tertutup
kepada sistem terbuka. Peralihan ini tidak mudah dan seringkali menjadi kesulitan yang fatal dari setiap
orang yang hidup, yang membuatnya tidak bisa melihat kebenaran.
Ketika apa yang dia lihat mulai bertabrakan dengan pengertian dia waktu itu, Habakuk mulai bertanya:
"Mengapa? Berapa lama lagi?" Pertanyaan ini kelihatannya sangat manusiawi, tetapi justru disinilah
problema dasar dari pergumulan seseorang dan di sinilah kesulitan dasar daripada problematik iman kita.
63
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Waktu kita bertanya, "Mengapa Tuhan?" sebenarnya kita sudah memikirkan sesuatu dan sesuatu itu
sedang kita mau mutlakkan. Di sini kita sedang mengkukuhkan satu sistem yang disebut sebagai sisem
tertutup, yaitu satu pola pikir yang memutlakkan diri sendiri sebagai standar kemutlakan yang tidak bisa
diganggu oleh orang lain. Ketika kita mengukuhkan konsep yang kita pegang, di situ kita sudah masuk
dalam pola sistem tertutup. Waktu kita berada dalam pola sistem tertutup pertanyaan yang perlu
dipertanyakan adalah betulkah pikiran kita itu mutlak.

1.
posisi Habakuk,
2.
posisi orang Israel yang menindas kebenaran dengan kefasikan (Hab 1:4). Situasi bangsa Israel pada
saat itu begitu bejat. Mereka hidup fasik. Orang benar dikelilingi, dimanipulasi, dan dikuasai oleh orangorang yang jahat. Inilah kondisi dari golongan kedua, yang adalah umat Allah tetapi hidupnya tidak beres.
3.
Orang Kasdim. Bangsa ateis yang tidak mengenal Tuhan, penyembah berhala yang menggantikan
Allah yang sejati dengan "allah" ciptaan mereka. Mereka mau memutlakkan diri menjadi dasar dan patokan
kebenaran. Itulah sebabnya di dalam Hab 1:16 dikatakan, "dipersembahkannya korban untuk pukatnya dan
dibakarnya korban untuk payangnya sebab oleh karena alat-alat itu pendapatannya mewah dan rezekinya
berlimpah-limpah. Jadi, illah mereka adalah hasil yang didapat. Yang disembah adalah pukatnya karena
oleh karena alat itulah mereka menghasilkan sesuatu. Sekarang masalahnya, siapa yang menetapkan pukat
tersebut menjadi dasar dari illah dia? Jadi di sini kebenaran tergantung manusia. Ini dilakukan oleh orangorang Kasdim 2600 tahun yang lalu. Bagaimana dengan sekarang? Format seperti ini tetap sama. Dewasa ini
kita bisa mengganti pukat kita dengan berbagai macam jenis tetapi prinsipnya sama: aku adalah "allah".
Ketiga golongan ini masing-masing merepresentasikan sistem tertutup mereka. Dalam Hab 1, kita melihat
kondisi ini secara tegas.
Mula-mula justru bukan orang Kasdim yang Habakuk protes. Baru ketika Tuhan memberitahu Habakuk
bahwa Ia akan memakai orang Kasdim, Habakuk protes tentang orang Kasdim. Tetapi yang pertama kali
memicu Habakuk untuk protes adalah karena dia melihat kebejatan Israel. Jadi, yang pertama kali Habakuk
protes adalah umat Allah yang katanya menyembah Tuhan ternyata hidupnya seperti orang fasik. Memakai
sistem tertutup. Apakah pada saat itu umat Israel tidak lagi menjalankan ibadah? Tidak! Justru kalau kita
membaca kitab PL menjelang akhir dari pembuangan dari kerajaan Yehuda dan Israel, kita akan melihat
bahwa umat Israel pada saat itu tetap menjalankan ibadah. Mereka tetap mempersembahkan korban. Hari
Sabat mereka tidak bekerja dan pergi ke Bait allah. Sepertinya mereka begitu saleh tetapi ternyata
hidupnya begitu jahat, begitu liar, dan begitu memutlakkan diri. Bagi mereka, Allah hanya merupakan
simbol yang tidak ada artinya sama sekali. Tidak heran jika di dalam PL kita melihat Tuhan begitu marah,
bahkan dikatakan Tuhan muak melihat persembahan korban mereka. Akhirnya, Tuhan menjatuhkan
hukuman yang keras sekali dengan membuang umat Israel. Ia memutuskan hubungan perjanjian dan
setelah itu diserahkan kepada gereja. Jadi, di sini kita melihat bahwa sistem tertutup bukan hanya terjadi di
luar orang kristen melainkan juga terjadi di dalam kekristenan (umat tuhan). Setelah pembuangan, mereka
takluk dan jera. Setelah kembali dari pembuangan, mereka mencoba memutlakkan kedaulatan Allah tetapi
terlalu ekstrim juga, karena mereka tidak tahu jiwa dari prinsip kedaulatan Allah yang sejati. Dewasa ini kita
juga melihat banyak orang Kristen tetap berada dalam sistem tertutup. Banyak orang Kristen ketika
menjadi orang Kristen tidak kembali kepada Tuhan melainkan memutlakkan pandangannya sendiri. Mereka
memutlakkan konsep yang mereka pegang.
64
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Sekarang, mari kita melihat Habakuk. Habakuk bukan orang yang lolos dari cobaan untuk memutlakkan
konsepnya sendiri. Bahkan Habakuk sempat kecewa kepada Tuhan. Dalam kondisi seperti ini sebetulnya
Habakuk sendiri sedang mencoba memutlakkan konsepnya dan menolak apa yang Tuhan mau bukakan
padanya. Hab 2:1 menjadi kunci di mana Habakuk akhirnya beralih dari sistem tertutup menjadi sistem
terbuka. Di dalam kondisi seperti ini Habakuk tidak memutlakkan dirinya, ia membuka diri dan berkata,
"Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara, aku mau meninjau dan menantikan
apa yang akan difirmankan-Nya kepadaku, dan apa yang akan dijawab-Nya atas pengaduanku." Di dalam
Habakuk 2:20, ia berkata, "Tetapi Tuhan ada di dalam baitnya yang kudus. Berdiam dirilah dihadapan-Nya, ya
segenap bumi." Pada waktu Habakuk sampai pada pengakuan ini, maka dia tidak ribut lagi dengan
pertanyaan "mengapa". Ia berdiam di hadapan Allah dan mau melihat firman-Nya. Ini merupakan kunci
sistem terbuka yang tepat sekali.
Sayangnya, seringkali ketika kita mau membuka sistem tertutup kita kepada sistem terbuka. Kita
membukanya pada hal yang salah, akibatnya kita semakin terkonfirmasi untuk menutup diri. Kasihan sekali!
Banyak orang yang waktu mau membuka diri pada hal yang benar, tetapi ternyata bertanya kepda sumber
yang tidak benar. Mau mendapat masukan tetapi masukannya justru pada tempat yang tidak benar.
Akhirnya ia justru jatuh lebih dalam. Di sini berarti orang tersebut mati di dalam konfirmasi kesalahan.
Habakuk tidak demikian. Habakuk membuka diri secara tepat, yaitu kepada Sumber kebenaran. Habakuk
kembali kepada Tuhan. Ini prinsip! Sistem terbuka yang benar harus didasarkan kepada kembalinya kita
kepada wahyu yang sejati, yaitu kebenaran yang mutlak. Karena ini adalah kebenaran mutlak yang
bersumber dari Sumbernya kebenaran, berarti kebenaran itu tidak boleh dimonopoli oleh Habakuk. Allah
bukan saja sumber kebenaran tetapi Ia adalah dirinya kebenaran. Jika kebenaran itu bersumber dari Tuhan,
maka itu harus berlaku untuk setiap orang. Memang Habakuk yang bergumul, tetapi jawaban Tuhan bukan
hanya untuk Habakuk. Jawaban Tuhan adalah untuk setiap orang, setiap kondisi, setiap bahasa dan setiap
jaman. Itu sebabnya Tuhan mengatakan, "Tuliskanlah penglihatan itu dan ukirkanlah itu pada loh-loh,
supaya orang sambil lalu dapat membacanya" (Hab 2:2). Tuhan memberikan jawaban dan jawaban ini
merupakan prinsip kebenaran yang harus diterima oleh setiap manusia. Habakuk hanyalah salah seorang
dari semua orang yang harus menerima prinsip kebenaran yang sama. Jadi pewahyuan kebenaran Allah ini
menunjukkan prinsip kebenaran yang berlaku lintas ruang dan waktu.
Hari ini saya mau kita belajar firman baik-baik. Saya kecewa sekali, begitu banyak orang Kristen yang tidak
mau belajar Alkitab, maunya hanya mendengar pendeta bicara. Setiap manusia bisa salah tetapi firman
Tuhan tidak mungkin salah. Banyak orang Kristen yang maunya hanya terima matang. Itu cara dan sifat
yang salah total. Kalau kita disuruh belajar Alkitab tidak mau, kalau mau bacapun dipilih yang kita suka,
maka itu berarti kita sangat menetapkan sistem tertutup. Baca Alkitab secara keseluruhan dari Kejadian
sampai Wahyu, jangan dipilih atau membacanya terbalik dari Wahyu ke Kejadian. Alkitab sudah disusun
begitu rupa untuk menggambarkan totalitas dari apa yang Tuhan bicarakan kepada kita. Kalau kita sebagai
orang Kristen tidak mau belajar firman, menutup diri dan menegakkan konsep kita sendiri, mau ke mana
kita hidup? Mari kita belajar seperti Habakuk, waktu kita dalam kesulitan baliklah kepada firman. Kembali
pada apa yang Tuhan ingin bicarakan dengan kita. Ketika Tuhan mengoreksi kita, kita perlu belajar untuk
rela dibentuk, supaya sistem kita tidak tertutup tetapi boleh dibuka oleh Tuhan.
Amin!
65
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
H
Hiid
du
up
po
olle
eh
h iim
ma
an
n
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
1
Habakuk 2:4-5
Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara, aku mau meninjau
dan menantikan apa yang akan difirmankan–Nya kepadaku, dan apa yang akan dijawab–
Nya atas pengaduanku.
2
Lalu TUHAN menjawab aku, demikian: "Tuliskanlah penglihatan itu dan ukirkanlah itu
pada loh–loh, supaya orang sambil lalu dapat membacanya.
3
Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya
dengan tidak menipu; apabila berlambat–lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh–
sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh.
4
Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang
benar itu akan hidup oleh percayanya.
5
Orang sombong dan khianat dia yang melagak, tetapi ia tidak akan tetap ada; ia
mengangakan mulutnya seperti dunia orang mati dan tidak kenyang–kenyang seperti
maut, sehingga segala suku bangsa dikumpulkannya dan segala bangsa
dihimpunkannya."
Minggu lalu kita melihat prinsip dan keluarnya Habakuk dari sistem tertutup ke dalam sistem terbuka. Baru
setelah ini Tuhan membuka satu konsep penting yang menjadi inti dari iman Kristen dan dasar daripada
kehidupan kita. Inti ini pertama kali dibukakan di Hab 2:4, yaitu: "Orang yang benar akan hidup oleh karena
percayanya."
Prinsip inilah yang kemudian juga digunakan oleh Paulus: "Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh
dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertamatama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari
iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: ‘Orang benar akan hidup oleh iman" (Rm 1:17). "Dan
bahwa tidak ada orang yang dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat adalah jelas,
karena: ‘Orang yang benar akan hidup oleh iman" (Gal 3:11).
Ini menjadi titik tolak keluarnya Habakuk dari kesulitannya. Kalimat ini indah di mana Tuhan tidak
mengatakan: "Orang itu akan hidup oleh percayanya." Tetapi Tuhan berkata "Orang yang benar itu akan
hidup oleh percayanya." Ini berarti di dalamnya ada persoalan yang harus dibuka lagi. Mengapa? Karena
Tuhan tahu bahwa Habakuk bukan tidak mempunyai kepercayaan. Setiap orang tidak mungkin tidak
mempunyai kepercayaan. Yang menjadi persoalan adalah kepercayaan macam apa yang kita punyai. Setiap
kita harus mempunyai dasar kepercayaan. Tetapi, kepercayaan itu belum tentu kepercayaan orang benar.
Jadi ada dua masalah: orang benar dan iman yang dipegang oleh orang benar.
66
1.
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Apakah orang hidup harus membangun basis iman?
Rene Descartes mengatakan bahwa kita harus maju dan untuk maju kita harus meragukan segala sesuatu.
Hanya dengan meragukan kita dapat belajar. Kalau kita sudah memastikan maka kita tidak dapat belajar.
Hal ini memang benar, tetapi kalau segala sesuatu kita ragukan, maka itu sudah menjadi skeptik dan hal ini
tidak pernah dipikirkan olehnya. Sekarang, jika semua sudah diragukan, maka bolehkah diri sendiri juga
turut diragukan? Oleh karena itu Rene Descartes berkata bahwa karena kita meragukan, maka itu
membuktikan bahwa kita tidak perlu diragukan. Kalau saya dapat meragukan, maka saya pasti ada, karena
kalau saya tidak ada maka bagaimana saya dapat meragukan. Pertanyaannya sekarang adalah "Mengapa
diri saya tidak dapat diragukan?" Ia tidak dapat menjawab pertanyaan ini karena ia sudah memutlakkan
konsep bahwa yang meragukan pasti ada.
Saya tidak mau lebih jauh membicarakan rasionalisme, tetapi saya ingin menyatakan satu hal, yaitu bahkan
Rene Descartes dan filsuf-filsuf atesis pun sadar bahwa untuk membangun suatu keputusan, harus ada
dasar yang tidak dapat diganggu-gugat. Dasar ini tidak pernah dibuktikan tetapi langsung dianggap mutlak
ada. Hanya saja karena kita tidak mau menggunakan istilah iman, maka kita menggunakan istilah yang
setara dengan iman: paradigma (hipotesis), presaposisi (pra-asumsi) yang merupakan istilah lain daripada iman.
Jadi, kita melihat bahwa hidup kita sebenarnya berdasarkan iman. Namun, iman seperti ini bukanlah iman
Kristen. Masalahnya: "Apakah kepercayaan yang kita pegang itu benar atau salah?" Sehingga kalau saudara
mempercayai sesuatu maka kepercayaan saudara adalah kepercayaan yang masih mengandung tanda
tanya, betulkah yang saudara percaya itu adalah kebenaran sejati. Oleh sebab itu Alkitab berkata "Kembali
kepada kebenaran, firman itulah kebenaran." Hidupku adalah hidup oleh iman karena hidupku adalah saya
kembali kepada Injil yang di dalamnya kebenaran Allah. Inilah prinsip Roma 1:16,17.
Oleh sebab itu Tuhan mengajar Habakuk bahwa orang benar hidup oleh iman. Orang benar harus kembali
kepada Benar supaya ia dapat benar. Saya harus memakai istilah ini karena bahasa Indonesia tidak
mempunyai suka kata untuk menyebutkannya. Disini saya menggunakan tiga kata ‘benar’, namun di
dalamnya saya menggunakan dua kata ‘benar’ yang berbeda. Bahasa Yunani mengenal aletheia (Truth) dan
dikaeiosune (Rightheousness). Righteousness berarti kebenaran yang harus dibuktikan dan diproses
berdasarkan keadilan, sedangkan Truth berarti kebenaran hakiki karena berasal dari dirinya kebenaran
yang bersifat mewahyukan kebenaran. Ketika kita berkata bahwa firman adalah kebenaran, maka
kebenaran itu adalah kebenaran hakiki (Truth). Namun jika dikatakan "Orang yang benar itu akan hidup oleh
percayanya", maka yang dimaksudkan adalah righteousness, kebenaran yang harus diproses. Maka, ketika
kita berkata "Saya orang benar" maka itu berarti saya righteous people, orang benar yang masih harus diuji
kebenarannya.
Jadi, Apakah semua iman itu sama? Alkitab berkata tidak! Jika demikian, apakah yang dimaksudkan dengan
iman yang sejati itu? Iman sejati adalah kembalinya iman kepada aletheia. Sebelum melangkah ke ayat 4,
maka di ayat 3 Tuhan membuka bagaimana kita harus kembali dan percaya kepada firman, karena firman
tidak pernah menipu. Inilah bedanya nubuat firman dengan ramalan orang-orang Kristen yang sok tahu.
Saya heran sekali melihat begitu banyak orang yang sudah ditipu oleh berbagai macam nubuat, lalu nubuat
itu tidak terjadi, tetapi orang yang menubuatkan masih dipercaya. Betapa bodohnya orang-orang semacam
ini! Ramalan yang tidak terjadi itu membuktikan bahwa itu pasti dari setan. Kalau nubuat itu sungguh-
67
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
sungguh dari firman, maka nubuat itu tidak mungkin batal dan tidak mungkin gagal, harus terjadi dan tidak
mungkin salah.
Saya selalu mengajar agar kita jangan selalu bersandar kepada manusia. Saya menuntut setiap kita belajar
firman. Tidak ada seorang pun berhak menjadi patokan kebenaran, tidak ada seorangpun yang lepas dari
kesalahan. Setiap kita mempunyai cacat dan mungkin salah. Satu-satunya yang tidak mungkin salah adalah
"Truth". Semua righteous bisa salah, karena righteous masih harus dibuktikan dan masih harus berjalan di
dalam proses. Maka Alkitab berkata bahwa iman harus kembali kepada Aletheia. Iman sejati adalah iman
dari kebenaran dan harus kembali kepada kebenaran. Mari kita melihat 1 Tim 1:12-13 "Aku bersyukur
kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan
mempercayakan pelayanan ini kepadaku – aku yang tadinya seorang penghujat, seorang penganiaya dan
seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan,
yaitu di luar iman." Ini kalimat yang penting sekali! Apakah sebelum Paulus menjadi orang percaya, ia tidak
mempunyai iman? Punya! Paulus adalah orang yang disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, suku
Benyamin, orang Ibrani asli, orang Farisi, dan seorang penganiaya jemaat. (Flp 3:5-6). Tetapi Paulus melihat
bahwa iman yang sejati adalah iman yang kembali kepada kebenaran. Tidak kembali pada kebenaran
berarti tidak mengenal iman yang sejati dan berarti berada di luarnya iman.
Banyak orang yang gagal untuk mengerti karena mereka mencoba untuk menyamakan yang tidak sama.
Saya beberapa kali berbicara dengan orang yang berkata bahwa semua agama sama karena sama-sama
mengajarkan kebaikan. Semua agama memang mau mencoba untuk mengajarkan kebaikan tetapi iman itu
sendiri tidak sama. Janganlah kita menyamakan apa yang tidak sama. Orang yang benar kembali pada iman
dan percaya yang sejati.
2.
Masalah yang kedua adalah masalah kebenaran orang benar itu sendiri
Apakah Habakuk percaya kepada Allah? Ya! Tetapi mengapa hidupnya masih begitu penuh kebingungan?
Karena orang benar ini belum hidup berdasarkan percayanya yang sejati, tetapi masih berdasarkan
egoisnya sendiri. Ia beriman pada imannya sendiri dan yang ia percayai adalah dirinya sendiri. Pada hari ini
banyak orang Kristen yang mungkin berformat sama seperti Habakuk, yaitu lebih percaya pada diri sendiri
daripada percaya pada Kristus.
Di dalam gerakan dunia kita, banyak orang Kristen yang gagal untuk mengenal iman secara tepat dan
Habakuk tidak terkecuali. Habakuk tidak dapat rela kalau Tuhan membangkitkan orang Kasdim untuk
menghantam orang Israel. Saat itu ia ragu dan bertanya "Bukankah Engkau, ya Tuhan, dari dahulu Allahku,
Yang Mahakudus? Tidak akan mati kami." Sekarang giliran Tuhan bertanya, "Kalau engkau percaya kepadaKu, mengapa engkau bertanya seperti itu dan bukankah seharusnya engkau taat mutlak kepadaKu?"
Pergumulan Habakuk mengalami krisis karena terjadi pertentangan antara egoisme pribadi, keinginan
manusia duniawi, dengan istilah beriman kepada Tuhan.
Berapa banyak orang Kristen yang hari ini hidupnya seperti ini? Percaya Tuhan? Percaya! Apakah di dalam
bisnis juga percaya kepada Tuhan? Ia akan mulai ragu-ragu. Beriman hanya dianggap sebagai suatu slogan.
Banyak orang Kristen yang mau percaya Tuhan sejauh Tuhan menolong. Kalau Tuhan menguntungkan saya,
saya mau. Kalau Tuhan merugikan saya, saya tidak mau percaya. Saya bertanya-tanya, kalau Tuhan
mengatur apa yang buruk bagi saya, bisakah kita menerimanya? Apakah artinya saya percaya kepada
68
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Tuhan? Apa artinya saya menggarap pekerjaan Tuhan? Apa artinya saya orang benar yang hidup oleh
percaya saya bukan hidup berdasarkan percaya saya?
Di dalam pergumulan saya memilih di antara dua hal, ada pertanyaan yang saya ajukan pada diri saya
sendiri. Mana yang lebih menguntungkan bagi kerajaan Tuhan? Nama Tuhan yang dipermuliakan atau
keuntungan pribadi saya lebih besar? Ini pertanyaan yang harus kita pergumulkan. Sampai di sini Habakuk
sadar apa artinya hidup oleh iman. Dia akhirnya sanggup berkata: "Sekalipun pohon ara tidak berbunga,
pohon anggur tidak berbuah,…namun aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah
yang menyelamatkan aku." (Hab 3:17-18). Ini merupakan konklusi surat Habakuk. Hidup oleh iman! Bukan
teori oleh iman, namun merupakan satu kehidupan yang termanifestasi di dalam kenyataan. Banyak
pergumulan yang tidak dapat kita selesaikan, karena sebenarnya kita tidak hidup berdasarkan iman. Kita
penuh dengan pertanyaan, kekecewaan, kemarahan, karena Tuhan tidak bertindak seperti yang kita mau.
Akibatnya kita tidak dapat hidup tenang lagi. Hidup oleh iman bukan ditafsirkan secara pasif. Bukan berarti
kita tidak perlu berusaha apa-apa, tunggu Tuhan menyuruh apa. Itu berarti kita hidup seperti mekanik,
yang baru jalan setelah Tuhan menekan tombol-tombol tertentu. Tuhan mengajar kita untuk berinisiatif,
berjalan, tetapi berada di bawah kedaulatan dan pimpinan Tuhan. Itulah berarti hidup dan bukan mati. Kita
hidup dan menjadi orang benar. Kita memproses rigteousness sampai kembali pada aletheia. Kembalinya
saya kepada Firman, kebenaran mutlak itu. Itulah hidup oleh iman.
Amin!
69
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
M
Mu
urrk
ka
aA
Alllla
ah
ha
atta
as
sd
do
os
sa
a
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
6
Habakuk 2:6-20
Bukankah sekalian itu akan melontarkan peribahasa mengatai dia, dan nyanyian olok–
olok serta sindiran ini: Celakalah orang yang menggaruk bagi dirinya apa yang bukan
miliknya––berapa lama lagi? ––dan yang memuati dirinya dengan barang gadaian.
7
Bukankah akan bangkit dengan sekonyong–konyong mereka yang menggigit engkau, dan
akan terjaga mereka yang mengejutkan engkau, sehingga engkau menjadi barang
rampasan bagi mereka?
8
Karena engkau telah menjarah banyak suku bangsa, maka bangsa–bangsa yang
tertinggal akan menjarah engkau, karena darah manusia yang tertumpah itu dan karena
kekerasan terhadap negeri, kota dan seluruh penduduknya itu.
9
Celakalah orang yang mengambil laba yang tidak halal untuk keperluan rumahnya, untuk
menempatkan sarangnya di tempat yang tinggi, dengan maksud melepaskan dirinya dari
genggaman malapetaka!
10
Engkau telah merancangkan cela ke atas rumahmu, ketika engkau bermaksud untuk
menghabisi banyak bangsa; dengan demikian engkau telah berdosa terhadap dirimu
sendiri.
11
Sebab batu berseru–seru dari tembok, dan balok menjawabnya dari rangka rumah.
12
Celakalah orang yang mendirikan kota di atas darah dan meletakkan dasar benteng di atas
ketidakadilan.
13
Sesungguhnya, bukankah dari TUHAN semesta alam asalnya, bahwa bangsa–bangsa
bersusah–susah untuk api dan suku–suku bangsa berlelah untuk yang sia–sia?
14
Sebab bumi akan penuh dengan pengetahuan tentang kemuliaan TUHAN, seperti air yang
menutupi dasar laut.
15
Celakalah orang yang memberi minum sesamanya manusia bercampur amarah, bahkan
memabukkan dia untuk memandang auratnya.
16
Telah engkau kenyangkan dirimu dengan kehinaan ganti kehormatan. Minumlah juga
engkau dan terhuyung–huyunglah. Kepadamu akan beralih piala dari tangan kanan
TUHAN, dan cela besar akan meliputi kemuliaanmu.
17
Sebab kekerasan terhadap gunung Libanon akan menutupi engkau dan pemusnahan
binatang–binatang akan mengejutkan engkau, karena darah manusia yang tertumpah itu
dan karena kekerasan terhadap negeri, kota dan seluruh penduduknya itu.
18
Apakah gunanya patung pahatan, yang dipahat oleh pembuatnya? Apakah gunanya
patung tuangan, pengajar dusta itu? Karena pembuatnya percaya akan buatannya,
padahal berhala–berhala bisu belaka yang dibuatnya.
19
Celakalah orang yang berkata kepada sepotong kayu: "Terjagalah!" dan kepada sebuah
batu bisu: "Bangunlah!" Masakan dia itu mengajar? Memang ia bersalutkan emas dan
perak, tetapi roh tidak ada sama sekali di dalamnya.
20
Tetapi TUHAN ada di dalam bait–Nya yang kudus. Berdiam dirilah di hadapan–Nya, ya
segenap bumi!
70
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Bagian pertama
Pada hari ini kita akan belajar bagaimana Habakuk sulit mengerti tentang kedaulatan Allah, berkenaan
dengan mengapa orang benar justru mengalami kesulitan. Disatu sisi Habakuk melihat tindakan
ketidakadilan terjadi dengan merajalela, di lain sisi Habakuk melihat seolah-olah Tuhan tidak berdaulat.
Habakuk salah mengerti tentang kedaulatan Tuhan karena kedaulatan Tuhan memang tidak bisa
dimengerti dengan pengertian. Tindakan kedaulatan Tuhan juga bukan berarti memekaniskan dunia ini
tetapi kedaulatan Tuhan caranya ditetapkan oleh Tuhan, sesuai dengan waktu Tuhan dan berada dalam
tangan Tuhan yang berdaulat. Di sini Allah membongkar konsep kedaulatan Allah yang salah dalam
pemikiran Habakuk. Habakuk diajar untuk mengerti bagaimana Allah akan menegakkan kedaulatan-Nya.
Sejak jaman Musa, Tuhan mengajar mereka untuk tidak mempermainkan Allah yang hidup. Percaya kepada
Allah berarti percaya kepada kebenaran yang sejati. Alkitab mengkaitkan ini dengan Ulangan 28 yaitu kaitan
antara berkat dan kutuk, maksudnya barang siapa kembali kepada jalur iman yang sejati kepada Allah yang
sejati, dia akan dipimpin oleh Tuhan dan dia akan diberkati. Barang siapa keluar dari jalur itu dia sudah
berada dalam kutukan Tuhan. Konsep yang ditegakkan di sini akhirnya menjadi satu format seperti lagu
atau sindiran, muncul menjadi opini umum di tengah umat Israel yang sudah diajarkan berdasarkan
kebenaran Firman.
Di mana apa yang sudah ditegakkan oleh Tuhan untuk kita percaya dengan benar, dengan orang benar
kembali kepada iman yang benar. Permasalahannya, kalau tidak menjalankan, apa yang akan terjadi? Disini
Alkitab membukakan lima poin besar yang menunjukkan hal-hal yang Tuhan benci, yang terjadi di tengahtengah umat Israel pada waktu itu dan juga ancaman dari bangsa-bangsa lain di sekitar mereka yang tidak
mengenal Tuhan. Lima tindakan ini adalah tindakan manusia berdosa yang harus berhadapan dengan
murka Allah di mana dimulai dengan kata ‘Celaka.’
Pertama, "Celakalah orang yang menggaruk bagi dirinya apa yang bukan miliknya…" Celaka pertama ini,
menggambarkan sikap yang ada pada jaman itu dan dianggap sangat lumrah dan boleh dikerjakan. Pada
jaman Israel, konsep yang kuat yang menang telah menjadi konsep umum, setiap bangsa melakukannya.
Kalau satu bangsa menaklukkan bangsa lain maka seluruh harta di tempat itu menjadi milik si penjarah.
Demikian juga setiap manusia yang berada di bawah penaklukkan mereka diperlakukan sesuka mereka. Jika
semua bangsa melakukan hal ini, mengapa kita tidak. Di sini Alkitab justru menyatakan ketidakberesan dari
sifat manusia berdosa dan Tuhan mengatakan satu kalimat tegas ‘Celakalah’ orang yang melakukan hal itu.
Kalimat ini menunjukkan mereka bukan sekedar berbuat sesuatu di tengah dunia ini melainkan mereka
sedang berhadapan dengan tuntutan keadilan Allah yang tidak bisa dipermainkan. Banyak orang dirugikan
karena keserakahan mereka tetapi jangan lupa Alkitab juga menyatakan, sebagaimana engkau menjarah
maka engkaupun akan dijarah seperti itu. Ini prinsip Alkitab. Keserakahan tidak akan pernah selesai.
Keserakahan akan menghasilkan dampak kehancuran bagi orang serakah tersebut. Seorang yang serakah,
untuk mendapatkan keuntungan memakai cara yang begitu liar dan mencari kekayaan dengan cara yang
tidak benar.
Dua ribu enam ratus tahun yang lalu, Habakuk mengalami situasi seperti ini dan kemudian peristiwa yang
sama tetap terjadi, manusia tidak berubah. Ini menunjukkan bahwa di tengah dunia manusia, keserakahan
masih tetap menjadi format manusia berdosa. Di sini seolah-olah Allah diam namun sesungguhnya suatu
saat kelak mereka akan berhadapan dengan keadilan Tuhan.
Kedua, di ayat 9 dikatakan, "Celakalah orang yang mengambil laba yang tidak halal …, dengan maksud
melepaskan dirinya dari genggaman malapetaka!" Konsep ini menunjukkan bahwa manusia yang sudah
71
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
serakah ini seringkali menjadi begitu egois. Mereka seringkali memikirkan bagaimana mereka memproteksi
kejahatan mereka. Semangat kesombongan seperti ini justru akan menghancurkan mereka sendiri. Mereka
mungkin berpikir sudah memiliki segala sesuatu, sudah memiliki back-up dan saya tidak kuatir. Mereka
mendirikan rumah di atas bukit. Mereka pikir dengan cara seperti itu mereka akan lolos dari serangan balik
yang harus mereka terima. Semua orang yang berbuat jahat selalu dibelakangnya mempunyai sifat proteksi
seperti ini. Masalahnya, di dunia ini tidak ada yang bisa langgeng. Jika sampai di dunia ini kejahatan mereka
tidak terbongkar, di hadapan Tuhan pasti mereka akan terbongkar. Sekalipun mereka memproteksi diri
begitu rapinya tetapi suatu saat kelak Tuhan akan membongkar kejahatan mereka karena tidak ada
satupun yang tersembunyi di hadapan Tuhan dan mereka harus berhadapan dengan keadilan Tuhan. Dalam
Hab 2:11 dikatakan sebab tidak mungkin itu lolos, "Batu berseru-seru dari tembok, dan balok menjawabnya
dari rangka rumah." Manusia tidak berhak untuk merasa dia bisa memproteksi. Ini justru menunjukkan
kesombongan dia di depan keadilan Allah. Kalau tidak ada yang bersuara, maka tembok, batu-batu dan
balok-balok kayu pun akan bersuara membongkar kesalahanmu. Demikian juga dengan Habakuk yang
harus berhadapan dengan penguasa-penguasa Israel yang sombong. Kota Yerusalem tepat berada di atas
bukit dengan bentengnya, mereka pikir tidak mungkin tembok Yerusalem bisa hancur. Namun kalau Allah
menghendaki pada akhirnya Yerusalem dihancurkan. Biarlah kita melihat bagaimana Tuhan yang hidup
menjalankan misinya baru demikian kita tahu bahwa kita sebagai orang benar harus hidup berdasarkan
iman. Itulah kekuatan kita hidup di tengah dunia ini sehingga kita tidak akan kehilangan pegangan.
Ketiga, dalam ay 12 dikatakan, "Celakalah orang yang mendirikan kota di atas darah dan meletakkan dasar
benteng di atas ketidakadilan, sesungguhnya, … untuk yang sia-sia?" Bagian ketiga ini menunjukkan bahwa
orang-orang fasik, semua kekuatan, keputusan, dan tindakan mereka berdiri di atas ketidakadilan. Di
tengah-tengah dunia berdosa kalau ada benteng yang ditegakkan di atas darah orang benar, itu tidak perlu
kaget. Alkitab mengatakan, "Semua itu berasal dari Tuhan." Apa maksud kalimat ini?
Apakah semua suku-suku bangsa akan menegakkan semua di atas api dan berdiri di atas kesia-siaan? Dalam
hal ini, yang akan berhadapan dengan keadilan Tuhan adalah ketidakadilan manusia. Berbicara
ketidakadilan di sini merupakan hal yang mengerikan. Hingga hari ini saya sangat super pesimis untuk
melihat keadilan terjadi di dunia. Sebab kalau keadilan tidak kembali kepada Tuhan yang merupakan
sumbernya keadilan omong kosong ada keadilan. Keadilan bukan hal yang sederhana, di dalamnya harus
ada unsur kebenaran Allah yang menjadi dasar. Banyak orang tidak mengerti esensi keadilan dan
menganggap keadilan adalah sesuatu yang bisa secara sederhana dimengerti dan dijalankan. Keadilan
bukan sama rata. Lalu keadilan itu apa? Keadilan adalah kembalinya kita pada kebenaran Allah. Keadilan
tidak tergantung manusia karena keadilan sejati tidak pernah bisa ditegakkan di atas dasar yang bersifat
relatif, selama ditegakkan di atas dasar yang relatif maka dasar yang ditegakkan tidak pernah mutlak. Di sini
kita melihat keadilan sejati tidak mungkin ditegakkan, yang bisa hanyalah keadilan semu. Pada jaman
Habakuk, keadilan ditegakkan di atas dasar kekuatan. Semua yang ditegakkan bangsa-bangsa berdiri di atas
api artinya apa yang mereka tegakkan, di bawahnya ada apinya yang tinggal menghancurkan mereka. Dan
semua yang mereka kerjakan akan habis sia-sia total tidak ada hasilnya. Mereka akan hancur dalam
ketidakdilan mereka dan keadilan Tuhan akan menghantam ketidakadilan mereka. Di sini saya harap kita
bisa mengerti mengapa orang benar harus hidup berdasarkan iman. Alkitab mengatakan sampai ay 14,
"Sebab bumi akan penuh dengan pengetahuan tentang kemuliaan Tuhan, seperti air yang menutupi dasar
laut." Ini gambaran bahwa keadilan Allah tidak bisa dipermainkan oleh manusia. Jangan pikir ketidakadilan
bisa ditegakkan, kita bisa berbuat serakah semaunya dan bisa memproteksi kejahatan kita. Ingat, pada
72
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
akhirnya keadilan Allah akan ditegakkan, pengetahuan tentang kemuliaan Allah akan nyata. Ini
menunjukkan bahwa Allah adalah Allah yang hidup.
Saudara, dua ribu enam ratus tahun kemudian, kondisi pada jaman Habakuk tetap sangat relevan untuk
masa kini. Mengapa? Karena problem keserakahan sampai hari ini tidak pernah selesai. Manusia semakin
modern justru menjadi manusia yang semakin hari semakin serakah dan tidak pernah puas. Hari ini
manusia bukan semakin canggih di dalam kebenaran melainkan semakin canggih dalam kejahatan. Satu hal
yang saya lihat ketika kita berhadapan dengan situasi ini seringkali kita ingin membalas, tetapi disini satu
prinsip yang Alkitab tegaskan di mana pembalasan merupakan hak Tuhan. Dan ingat pembalasan Tuhan
akan jauh lebih berat dari tindakannya. Mengapa? Karena Tuhan melihat selain pembalasan, hukum
keadilan ditegaskan yaitu kutukan yang harus memperberat. Jangan pernah berpikir bahwa orang Kristen
akan lolos dari penghakiman. Alkitab tidak pernah mengatakan orang yang berdosa, bertobat dilepaskan
dari hukuman. Keadilan Allah dan kasih Allah merupakan dua hal yang harus berjalan bersama-sama. Jika
kita berjalan dalam keadilan Allah kita akan berjalan juga dalam kasih Allah. Daud bertobat dari dosanya
dan Tuhan ampuni. Namun Daud tidak pernah lolos dari hukuman Allah karena dia berbuat dosa. Dosanya
diampuni tetapi efek dari dosanya harus dibayar.
Saudara saya harap kita mengerti, berdiri tegak di atas keadilan Allah dan jangan berpikir kita bisa bermainmain dengan keadilan Tuhan. Mau saudara.
Bagian kedua
Dalam Habakuk 2 ini kita melihat bagaimana Tuhan menegaskan prinsip yang Ia ingin bicarakan kepada
Habakuk yaitu bahwa penglihatan itu pasti akan terjadi (Hab 2:3). Mulai dari ay. 6-20, Tuhan menegaskan
kepada habakuk bahwa Ia tidak akan bermain-main dengan tingkah laku dosa. Tuhan menegaskan hal itu
dengan satu kata ‘Celakalah!’ Kata ini merupakan kata yang keras, yang dipakai menjadi satu kutukan yang
tegas terhadap kejahatan manusia. Di dalam bagian tersebut terdapat lima ‘celaka’ yang diurutkan dari
yang paling fenomena sampai yang paling hakiki.
Minggu lalu kita sudah membahas tiga kata ‘celaka.’ Yaitu: Pertama, Celaka kamu yang serakah; kedua,
celaka kamu yang sombong, yang menganggap bahwa dapat memproteksi kejahatanmu; ketiga
ketidakadilan akan mengikuti barang siapa yang berbuat jahat, fasik dan lalim. Setelah itu, kita melihat
kejahatan yang semakin parah. Hab 2:15 mencatat: "Celakalah orang yang memberi minum sesamanya
manusia bercampur amarah, bahkan memabukkan dia untuk memandang auratnya." Mereka jatuh dalam
kondisi sangat mengerikan, yang digambarkan sebagai satu kekejaman yang sudah melampaui batas.
Dalam kondisi seperti ini Tuhan mengatakan, "Celaka kamu!"
Peringatan ini sangat menguatkan Habakuk karena dia sangat mengetahui kondisi itu. Ia mengetahui
betapa kejamnya orang Kasdim dan tindakan kekejaman seperti itu bukan hal yang baru. Jika kita
menelusuri mulai dari PL hingga sekarang, kita akan melihat bahwa sikap kejam dari manusia berdosa
begitu mengerikan. Ini menggejala sepanjang masa dalam dunia, khususnya di jaman Habakuk hidup. Di
dalam Alkitab, kekejaman seperti ini sudah lumrah dan bahkan menjadi pemandangan sehari-hari.
Bangsa Kasdim adalah bangsa yang sangat kejam. Lebih mengerikan dibandingkan dengan kekejaman
bangsa lain. Itu sebabnya Habakuk ngeri sekali jika membayangkan Yehuda dihancurkan oleh
kekejamannya. Justru dalam situasi seperti ini Tuhan tidak melindungi bangsa Yehuda melainkan justru
mengkonfirmasi. Namun barang siapa berani berbuat kekejaman seperti itu, ia akan berhadapan dengan
keadilan Tuhan. Karena itu berarti ia dengan sengaja melawan sifat dan eksistensi keberadaan Tuhan. Jadi
bukan sekedar bertindak terhadap manusia. Peristiwa yang terjadi pada jaman Habakuk tidak berbeda
73
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
dengan apa yang terjadi dalam dunia modern. Misalnya seperti yang terjadi di Indonesia tanggal 13-14 Mei
yang lalu. Ini membuktikan dosa begitu dahsyat sedang merajalela di dunia. Pada saat manusia lepas dari
otoritas sejati, maka manusia hanya dikuasai oleh otoritas dosa. Otoritas dosa ini akan mendatangkan
kekejaman yang luar biasa, yang membuat manusia tidak tahu lagi di mana dia harus bertindak.
Ketika orang Kasdim dengan begitu kejam menghantam dan menghancurkan bangsa Yehuda, mereka justru
membanggakan perbuatan mereka itu. Itulah kehormatan mereka. Tetapi Alkitab mengatakan: "Celakalah
kamu!" Karena kehormatanmu itulah kehinaanmu dan kejayaanmu itulah kematianmu. Di dalam Habakuk
1:7 dikatakan: "Bangsa itu dahsyat dan menakutkan; keadilannya dan keluhurannya berasal daripadanya."
Semakin mereka menegakkan otoritasnya sendiri, mereka akan semakin kejam. Hanya satu cara untuk
membebaskan mereka, yaitu pertobatan. Mereka harus lepas dari ikatan belenggu dosa dan belenggu
feodalitas otoritas yang begitu mencengkram. Untuk lepas dari belenggu cengkeraman dosa tidaklah
mudah, kecuali ada kuasa yang lebih besar untuk mengeluarkannya. Ini baru bisa terjadi jika kita kembali
kepada kebenaran yang sejati. Lepas dari kebenaran sejati maka akumulasi kekejamannya akan berputar
terus di tengah dunia. Hanya kuasa Kristus yang dapat mencabut orang itu keluar dan menarik orang itu
kembali pada kebenaran sejati. Hanya kembali pada otoritas kebenaran sejati, baru ada pengharapan bagi
dunia.
merupakan satu tema yang merupakan kelanjutan ayat 15-17. Di ayat 18 dikatakan, "Apakah
gunanya patung pahatan, yang dipahat oleh pembuatnya? Apakah gunanya patung tuangan, pengajar
dusta itu? Karena pembuatnya percaya akan buatannya, padahal berhala-berhala bisu belaka yang
dibuatnya." Ayat 19 berkata: "Celakalah orang yang berkata kepada sepotong kayu: "Terjagalah!" dan
kepada sebuah batu bisu: "Bangunlah!" Masakan dia itu mengajar? Memang ia bersalutkan emas dan
perak, tetapi roh tidak ada sama sekali di dalamnya. Ini merupakan puncak daripada semua tindakan
kefasikan manusia. Ketika manusia berakumulasi di dalam kekejaman, maka ia cuma menjadi satu langkah
menuju pada esensi yang paling dasar tindakan kekejaman dari semua tindakan kejahatan. Di sini manusia
berdosa bukannya taat kepada Allah, tetapi justru melarikan diri daripada Allah yang sejati. Seorang filsuf
mengatakan "Agama adalah jalan melarikan diri dari Allah." Mengapa ada berhala? Alkitab mengatakan,
"Karena pembuatnya percaya kepada buatannya." Manusia mencipta berhala lalu menyembah berhala.
Yang ia percaya adalah yang ia buat sendiri. Ini merupakan sifat kefasikan yang langsung melawan Tuhan,
Sang Pencipta, melawan sumber kebenaran dan menjadikannya secara langsung berhadapan dengan
Tuhan. Tidak bisa tidak, ini mendatangkan hukuman yang keras sekali. Alkitab mengatakan "Celakalah."
Inilah esensi dasar dari seluruh dosa. Inilah inti dari semua pengertian dosa. Semua dosa yang lain hanya
menjadi ekses dari semua tindakan yang berakar daripada manusia yang mau memberhalakan semua
pikiran, keinginan dan keotoritasan dia. Tuhan menutup pasal dua ini dengan satu kalimat yang tegas,
ringkas, dan pendek. Tetapi justru di sinilah prinsip dari kehidupan iman Kristen. Habakuk 2:20 mengatakan,
"Tetapi Tuhan ada di baitNya yang kudus. Berdiam dirilah di hadapan-Nya, ya segenap bumi!" Hai manusia
berdiam dirilah di hadapan dia dan jangan bermain-main! Ini merupakan kesimpulan yang Tuhan nyatakan
kepada Habakuk.
Habakuk 2:18-19
Alkitab mengatakan ketika kita berhadapan dengan keadilan Allah, kita tidak pernah mungkin lari dari
kebenaran Allah. Di sini kita mempelajari satu konsep yang terpenting dalam hidup kita yang ditegaskan
oleh Alkitab mulai dari PL sampai PB, yaitu ketika kita melangkah baiklah kita melangkah dalam jalur Tuhan,
karena di situlah kita mendapat jaminan yang paling kokoh. Tuhan menjamin barang siapa berjalan di
dalam jalannya dia pasti melihat kebenaran dan suatu saat kebenaran itu akan ditegakkan karena keadilan
Allah tidak bisa dipermainkan. Yosua diingatkan oleh Tuhan "Jalanlah lurus di jalanku, jangan menyeleweng
74
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
ke kiri atau ke kanan, maka engkau akan diberkati." Dan konsep ini diulang berulang kali kepada Yosua.
Tuhan akan memimpin jika kita berjalan di jalan Allah. Jika kita keluar dari jalur Tuhan itu berarti kita
sedang beroposisi dengan Tuhan Allah dan kita sedang bunuh diri yang mengerikan sekali.
Ketika Habakuk belajar dari ayat ini, maka dia langsung mengeluarkan satu respon, satu konklusi dari
pengertian dia di pasal 3 dimulai dengan doa nabi Habakuk menurut nada ratapan. Kalau saudara membaca
Habakuk 3:1-10, kita akan melihat betapa dahsyatnya gambaran Habakuk ketika dia melihat murka Allah
yang begitu luar biasa. Habakuk mengatakan di ayat 2 yang terakhir dia sempat menyelibkan satu kalimat
"Tuhan, dalam murka ingatlah akan kasih sayang." Alkitab tidak mengatakan murka Allah hanya di PL. Di
dalam Roma 1 dikatakan, "Murka Allah akan turun dari sorga atas kefasikan dan kelaliman manusia." Ini
tidak main-main. Hanya kembali kepada jalur Tuhan kita akan mendapat kekuatan. Saudara, jika ditengahtengah hidup kita melihat ketidakadilan, kecemaran, kekejaman, kejahatan merajalela di sekeliling, kita
harus berjalan dalam jalur Tuhan maka kita akan mendapat kekuatan. Kita tidak perlu kecewa dan putus
asa. Tuhan tidak pernah berdiam diri, mungkin seolah-olah Tuhan itu beku. Sesungguhnya barang siapa
berani bermain-main, dia akan langsung berhadapan dengan murka Tuhan. Saudara, biarlah ini menjadi
kekuatan bagi kita. Di tengah situasi apapun mari kita tidak lengah dan tidak lepas dari integritas hidup.
Jangan kita keluar dari jalur Tuhan yang membuat kita akhirnya beroposisi dengan Tuhan. Biarlah ini juga
boleh mendorong kita secepat mungkin memberitakan Injil. Jika orang kristen tidak mau memberitakan
Injil, jangan pikir dia sedang selamat, tidak! Dia justru sedang membiarkan dirinya masuk ke dalam resiko
yang lebih besar.
Jika kita tidak memberitakan injil, kita sedang membiarkan dunia kita samakin hari semakin rusak. Itu
berarti menjadi bumerang bagi diri kita sendiri. Kita mengalami semua ini karena kita gagal memberitakan
Injil. Marilah kita kembali memikirkan, Tuhan mau memakai kita. Saya berharap sungguh-sungguh banyak
orang-orang yang boleh dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi hamba Tuhan untuk melayani Tuhan di abad
yang akan datang. Saya berharap sungguh-sungguh orang-orang kristen boleh menegakkan berita Injil
keluar dan menyatakan kebenaran Injil di luar. Jangan sampai orang kristen sendiri memberikan contoh
yang tidak baik. Tuhan meminta kita menjadi saksi. Maukah saudara?
Amin!
75
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
D
Diia
am
md
dii h
ha
ad
da
ap
pa
an
nA
Alllla
ah
h
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
20
Habakuk 2:20
Tetapi TUHAN ada di dalam bait–Nya yang kudus. Berdiam dirilah di hadapan–Nya, ya
segenap bumi!
Minggu ini kita memasuki bagian terakhir dari Habakuk 2:20. Dalam ayat 20 ini, Habakuk mendapat jaminan
yang paling penting dan paling serius. Ayat ini merupakan jawaban, sekaligus puncak permasalahan bagian
sebelumnya tentang penyembahan berhala.
Saat itu, Habakuk di dalam kondisi yang begitu panas dan jengkel karena melihat situasi negaranya, di mana
kefasikan dan ketidakadilan merajalela begitu luar biasa, manusia makin hari berjalan menurut maunya
sendiri. Ketika Tuhan menghukum mereka, mereka tidak bertobat bahkan mencari Allah lain yang mereka
rasa cocok dengan mereka. Mereka manifestasikan kedaulatan mereka dengan cara melarikan diri dari
Allah yang sejati lalu membentuk allah palsu yaitu allah yang mereka cipta menurut kreasi mereka sendiri.
Dalam keadaan seperti ini maka Tuhan mengeluarkan kalimat terakhir yang merupakan prinsip paling
tuntas yaitu "Tuhan ada di dalam bait-Nya yang kudus." Dari penyataan ini keluar tuntutan, "Berdiam
dirilah di hadapan-Nya, ya segenap bumi!"
terdiri dari dua unsur yaitu pernyataan Allah yang paling final dan tuntutan Allah yang paling final
juga. Hal ini merupakan klimaks dari pada penjelasan Tuhan mengenai apa yang dia akan kerjakan.
Mengapa pada detik terakhir Tuhan justru membicarakan, "Aku ada di dalam bait-Ku yang kudus."
Mengapa hal ini menjadi titik tolak atau menjadi pernyataan yang paling final yang diungkapkan oleh
Tuhan? Ini merupakan pertanyaan yang serius. Karena ketika Habakuk melihat keadaan yang luar biasa
fasik, dalam ps 1:4, Habakuk jengkel sekali dan berkata kepada Tuhan, "Tuhan, mengapa orang benar
dikelilingi oleh orang fasik dan tidak dapat berbuat apa-apa? Itulah sebabnya keadilan muncul terbalik.
Habakuk tidak bisa melihat keadaan seperti ini sehingga ia melontarkan pertanyaan, "Tuhan, berapa lama
lagi?"
Ayat 20
Saudara, bukan hanya di dalam jaman Habakuk tetapi di setiap jaman pada saat kita merasakan tekanan
seperti ini kita mulai merasakan tidak adilnya dunia ini, kita mulai melihat sedemikian jahatnya sekeliling
kita lalu kita bertanya, "Tuhan sebenarnya engkau ada atau tidak?" Pertanyaan ini sebenarnya
mempertanyakan keberadaan Allah itu sendiri. Pertanyaan ini merupakan pertanyaan sangat mendasar
sekali. Jika pertanyaan ini tidak mendapat jawaban yang tepat dan memuaskan maka akan fatal akibatnya.
Karena, jika pertanyaan ini tidak mendapat jawaban maka ia akan jatuh kepada ateisme. Pada waktu ia
mengatakan Tuhan tidak ada berarti ia sudah mentuhankan dirinya sendiri. Lebih ringan dari ateisme
mungkin ia akan berkata, "Tuhan mungkin Engkau ada, tetapi Engkau tidak mampu berbuat apa-apa."
Berarti dengan kata lain dia skeptik. Tuhan keberadaan-Nya dianggap jauh di sana dan tidak ada
76
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
hubungannya dengan dirinya. Jika seseorang sudah sampai dalam kondisi seperti ini, maka imannya akan
runtuh total dan dia akan kehilangan pegangan akan keberadaan Allah dan dia akan seperti layangan putus
dan tidak lagi tahu akan makna hidupnya.
Itu sebabnya penting sekali bagi Habakuk untuk menyelesaikan masalah mengenai kepastian keberadaan
Allah. Ini merupakan prinsip yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Mengapa? Karena pada waktu
seseorang bertanya, "Apakah Allah ada?" Maka jawabannya bisa ada atau tidak ada. Berarti ini sudah
mencapai satu titik di mana dia sudah kehilangan imannya. Pada saat seperti itu, maka akan timbul satu
kesimpulan dan satu akibat yaitu pada saat yang sama dia pasti akan mentuhankan dirinya sendiri, karena
dia yang menjadi penentu Allah ada atau tidak ada. Dengan demikian orang itu sudah kehilangan iman dan
mencurigai keberadaan Allah baik secara total ataupun secara skeptik.
Manusia tidak boleh mentuhankan dirinya sendiri. Apabila hal ini terjadi berarti kehancuran total bagi
dirinya. Mengapa di tengah dunia saat ini terjadi kekacauan? Sebab setiap orang ingin menjadi Tuhan,
hanya mau bertindak menurut apa yang dia mau dan dia suka. Manusia merasa paling pintar dan bijaksana.
Jika setiap orang berprinsip seperti itu, berarti akan terjadi pertempuran yang tidak akan berhenti sampai
kapanpun.
Kunci satu-satunya bagi orang yang sudah mencurigai keberadaan Allah yang sejati adalah memiliki
kepastian jaminan keberadaan Allah. Ini merupakan penyelesaian yang paling final yang dibutuhkan oleh
dunia. Ketika Habakuk mendapatkan situasi yang begitu sulit, Habakuk merasa, "Tuhan tidak bertindak,
bahkan tindakan Tuhan begitu mengacaukan dan membingungkan." Maka Tuhan menjawab, "Aku di sini,
Aku sedang berada di dalam bait-Ku yang kudus." Ini merupakan kepastian keberadaan Allah. Keberadaan
inilah yang menjadikan semua keberadaan bisa berada. Keberadaan Allah menjadi sumber semua
keberadaan yang dituntut, keberadaan yang tidak boleh tidak ada, menjadi keberadaan yang sangat hakiki
dan bersifat esensial. Jadi berbicara tentang eksistensi Allah merupakan satu hal yang sangat final dan
menjadi jawaban bagi seluruh manusia. Di dalam ayat 20 ini Tuhan tidak berbicara kapan tetapi dia
berbicara, "Aku ada di sini." Ini merupakan jawaban kekristenan yang sangat esensial. Keberadaan yang
tidak bisa diganggu gugat, mutlak dan menjadi sumber dari segala keberadaan. Di dalam situasi apapun dan
dalam segala macam ketidakadilan, jaminan Tuhan mengatakan, "Aku ada di sini," ini menunjukkan Ia tidak
main-main. Keberadaan Allah bukan keberadaan yang perlu dipertanyakan. Keberadaan Allah justru
merupakan kepastian yang menjadikan semua keberadaan jadi mungkin. Di dalam kesulitan jika kita
mempertanyakan keberadaan Allah ini tidak akan menjadi jawaban yang menyelesaikan permasalahan dan
kesulitan kita. Justru di dalam kesulitan jika kita percaya bahwa Allah ada inilah yang membuat kita bisa
bertahan di dalam kesulitan. Saudara, mari kita kembali sadar, di tengah-tengah dunia ini, di saat kita mau
mengambil keputusan, di saat kita melakukan sesuatu, kunci pertama yang harus diingat ialah Allah ada.
Kunci kedua, kepastian keberadaan Allah bukan hanya untuk dimengerti secara pasif. Ketika Allah berkata,
"Aku berdiam di dalam bait-Ku yang kudus," tidak berarti Allah tidak melakukan apa-apa. Banyak orang
salah mengerti Hab 2:20 ketika dikatakan Allah berdiam di dalam bait-Nya ini bukan gambaran pasif, bukan
berarti Allah tidak bertindak. Tetapi ayat ini mau menggambarkan bahwa Allah bertahta di kerajaan-Nya,
Allah berada di dalam bait-Nya yang kudus itu menggambarkan bahwa Dia sedang bertahta dan berdaulat
penuh menjalankan pemerintahanNya. Ini kunci yang menggambarkan bahwa Allah bukan sekedar Allah
tetapi Allah yang berinisiatif dan Allah yang berdaulat. Maka jika kita membaca di dalam Hab 2 dan 3 kita
akan mendapat kepastian. Di sini dikatakan bahwa Tuhan menjamin Habakuk bahwa setiap apa yang Allah
katakan pasti terjadi.
77
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Ayat 20 ini menggambarkan bahwa ketika Allah berada di dalam bait-Nya yang kudus ini bukan menggambarkan kepasifan melainkan justru menggambarkan pemerintahan yang paling berdaulat. Di mana sang
Raja akan diam di tahta-Nya dan semua yang harus hadir di hadapan Raja. Raja yang sejati akan duduk
ditahta-Nya lalu semua anak buahNya harus datang, semua raja-raja lain juga harus datang dan bersembah
sujud di hadapan Dia. Ini merupakan prinsip dari kedaulatan seorang Raja. Gambaran inilah yang
disodorkan oleh Allah kepada Habakuk dengan kalimat, "Berdiam dirilah di hadapan-Nya."
Ketika Habakuk hatinya sedang bergejolak melihat sitausi yang tidak beres dan dia ingin bertanya, "Tuhan,
kapan?" Tuhan berkata, "Aku ada di sini." Ini menggambarkan Tuhan tidak bisa diatur, kita yang harus
diatur oleh Tuhan. Tuhan berdiri dan diam berinisiatif, bukan kita yang berinisiatif. Disini kiti harus mengerti
siapa Tuhan dan siapa kita. Tuhan berdiri di dalam bait-Nya yang kudus dan Dia berada di sana dengan
kekuatan penuh. Dan saat itulah Dia tinggal menetapkan kapan Dia akan bertindak dan penetapan-Nya
tidak mungkin gagal. Kedaulatan Allah bersifat final. Saudara ini adalah kunci yang menjadi kekuatan bagi
kita untuk mengerti bahwa kita hidup ada di bawah perlindungan Tuhan. Tuhan yang diam di dalam baitNya yang kudus dan Dia bertindak dengan inisiatif-Nya.
Lalu respon apa yang harus kita berikan? Mungkin kelihatannya seperti pasif tetapi merupakan sikap proaktif yang penting sekali. Sikap aktif di dalam kepasifan, ini merupakan satu hal yang unik sekali. Ketika
Tuhan mengatakan, "Berdiam dirilah di hadapan-Ku." Kalimat ini bukan hanya untuk Habakuk tetapi juga
buat seluruh bumi. Kalimat ini bukan menggambarkan kepasifan manusia di hadapan Tuhan, melainkan
berdiam diri di hadapan Allah yang menuntut suatu semangat aktif yang sangat berat. Kalau kita melihat
konteks saat itu, di mana Habakuk sedang meluap-luap dengan kejengkelan dan ketidaksukaan terhadap
situasi bangsanya. Habakuk tahu bahwa bangsa ini harus ditindak dan dia sudah sampai dalam kondisi yang
tidak sabar lagi. Lalu bertanya, "Tuhan berapa lama lagi?" dengan kata lain Habakuk mau mengatakan mau
tunggu kapan lagi Tuhan? Habakuk sudah tidak sabar melihat situasi yang begitu mengerikan. Tetapi justru
dalam situasi seperti ini Tuhan berkata, "Berdiam dirilah di hadapan-Ku." Kalimat ini membutuhkan suatu
keaktifan yang luar biasa untuk kita bisa menjalankannya. Justru di dalam kondisi Habakuk yang sedang
bergejolak Tuhan justru menghendaki Habakuk diam.
Tuhan menginginkan kita berjalan bukan berdasarkan emosi, kemauan dan perasaan kita. Tetapi Tuhan
berkata pembalasan bukan wilayah kita tetapi adalah hak Tuhan. (Roma 12). Untuk menjalankan perintah ini
dibutuhkan keaktifan untuk pasif. Ini merupakan sifat pro-aktif. Satu sikap yang di mana kita aktif
berdasarkan kerangka yang Tuhan inginkan, tidak menyeleweng dari jalur yang tidak seharusnya. Keaktifan
kita bukan keaktifan yang menghancurkan tetapi keaktifan yang berada dalam rel yang tepat. Inilah yang
dituntut oleh Tuhan agar kita boleh berjalan secara benar. Cara satu-satunya kembali diam di hadapan
Tuhan dan berjalan hanya menurut apa yang Tuhan ingin kita kerjakan.
Seringkali kita terpancing untuk emosi, mau lebih cepat bertindak. Terpancing untuk melakukan hal-hal
yang justru diluar jalur yang Tuhan inginkan. Hati-hati! Tuhan mengajar kita untuk tidak menjadi inisiatorinisiator yang keluar dari jalur yang Tuhan inginkan. Tuhan menginginkan jika kita mau kreatif, mau aktif
kita harus berada di dalam jalur tuhan. Ini kunci yang tepat. Saudara biarlah ini menjadi kunci yang penting
dalam hidup kita sehingga kita tidak melangkahi kedaulatan Tuhan, tidak melangkahi bijaksana Allah dan
kita menganggap bahwa kita lebih pintar dari Allah. Biarlah kita mau diam di hadapan-Nya, taat kepada
Tuhan. Biarlah Tuhan yang memimpin kita dan Hab 2:20 itulah kunci yang Tuhan inginkan.
Amin!
78
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
K
Ke
ed
da
ah
hs
sy
ya
atta
an
nm
mu
urrk
ka
aA
Alllla
ah
h
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Habakuk 3:1-16
Doa nabi Habakuk. Menurut nada ratapan.
TUHAN, telah kudengar kabar tentang Engkau, dan pekerjaan–Mu, ya TUHAN, kutakuti!
Hidupkanlah itu dalam lintasan tahun, nyatakanlah itu dalam lintasan tahun; dalam murka
ingatlah akan kasih sayang!
Allah datang dari negeri Teman dan Yang Mahakudus dari pegunungan Paran. Sela.
Keagungan–Nya menutupi segenap langit, dan bumipun penuh dengan pujian kepada–
Nya.
Ada kilauan seperti cahaya, sinar cahaya dari sisi–Nya dan di situlah terselubung
kekuatan–Nya.
Mendahului–Nya berjalan penyakit sampar dan demam mengikuti jejak–Nya.
Ia berdiri, maka bumi dibuat–Nya bergoyang; Ia melihat berkeliling, maka bangsa–bangsa
dibuat–Nya melompat terkejut, hancur gunung–gunung yang ada sejak purba, merendah
bukit–bukit yang berabad–abad; itulah perjalanan–Nya berabad–abad.
Aku melihat kemah–kemah orang Kusyan tertekan, kain–kain tenda tanah Midian
menggetar.
Terhadap sungai–sungaikah, ya TUHAN, terhadap sungai–sungaikah murka–Mu bangkit?
Atau terhadap lautkah amarah–Mu sehingga Engkau mengendarai kuda dan kereta
kemenangan–Mu?
Busur–Mu telah Kaubuka, telah Kauisi dengan anak panah. Sela. Engkau membelah bumi
menjadi sungai–sungai;
melihat Engkau, gunung–gunung gemetar, air bah menderu lalu, samudera raya
memperdengarkan suaranya dan mengangkat tangannya.
Matahari, bulan berhenti di tempat kediamannya, karena cahaya anak–anak panah–Mu
yang melayang laju, karena kilauan tombak–Mu yang berkilat.
Dalam kegeraman Engkau melangkah melintasi bumi, dalam murka Engkau menggasak
bangsa–bangsa.
Engkau berjalan maju untuk menyelamatkan umat–Mu, untuk menyelamatkan orang yang
Kauurapi. Engkau meremukkan bagian atas rumah orang–orang fasik dan Kaubuka
dasarnya sampai batu yang penghabisan. Sela.
Engkau menusuk dengan anak panahnya sendiri kepala lasykarnya, yang mengamuk
untuk menyerakkan aku dengan sorak–sorai, seolah–olah mereka menelan orang
tertindas secara tersembunyi.
Dengan kuda–Mu, Engkau menginjak laut, timbunan air yang membuih.
Ketika aku mendengarnya, gemetarlah hatiku, mendengar bunyinya, menggigillah bibirku;
tulang–tulangku seakan–akan kemasukan sengal, dan aku gemetar di tempat aku berdiri;
namun dengan tenang akan kunantikan hari kesusahan, yang akan mendatangi bangsa
yang bergerombolan menyerang kami.
79
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Minggu lalu kita sudah melihat bagaimana Tuhan secara tegas dan final menyatakan prinsip dan tuntutanNya, "Tetapi Tuhan ada di dalam bait-Nya yang kudus. Berdiam dirilah di hadapan-Nya, ya segenap bumi!"
Sesudah kalimat ini diberikan, Habakuk memberikan respon kepada Tuhan, sebagaimana yang kita lihat
dalam Habakuk pasal tiga. Melalui respon tersebut kita melihat bagaimana Habakuk mengerti apa yang
menjadi ekspresi dari penyataan Tuhan, serta mengerti bagaimana seharusnya kita berespon kepada
Tuhan. Di dalam Alkitab, kita melihat ketika Allah berbicara dengan seseorang maka respon yang keluar dari
orang itu adalah kehancuran hati. Habakuk yang pada mulanya tidak mengerti namun setelah Allah
menyatakan diri maka responnya berubah total. Dalam ps 3 ini Habakuk memberikan respon melalui doa
dengan nada ratapan. Dia berdoa dengan keremukan hati, doa yang mengerti siapa Tuhan yang
sebenarnya. Ini bukan hanya terjadi pada Habakuk tetapi juga pada tokoh-tokoh Alkitab lain, misalnya
Abraham, Daud, Yeremia, Yesaya dsb. Semangat keremukan hati karena pengenalan akan Tuhan ini
menunjukkan seberapa jauh Habakuk mengenal Allah. Dia mengerti betapa hebat dan dahsyatnya Allah
yang dia temui. Ini menjadikan hatinya hancur, hatinya sadar bahwa manusia tidak ada apa-apanya.
Perubahan ini mengakibatkan perubahan dalam seluruh aspek hidup yang lain, di mana semakin hari
Habakuk semakin mengenal Tuhan.
Habakuk berubah ketika dia berhadapan dengan Firman dan ini tercermin di dalam doanya. Doa Habakuk
bukanlah doa yang memaksa Tuhan ikut dia tetapi merupakan satu cetusan bagaimana dia mengerti Tuhan
dan mau taat pada Tuhan. Tuhan adalah Tuhan yang konsisten dan tidak berubah. Di dalam kebenaran-Nya
tidak ada sesuatu yang tidak benar dan tidak ada ketidakadilan yang pernah Dia lakukan sehingga Dia harus
diubah menjadi lebih adil. Di dalam kondisi seperti ini, ketika kita berdoa bukan Tuhan yang berubah tetapi
kitalah yang berubah, itulah doa sejati.
Di dalam Hab 3 mulai ay 2-16, seolah-olah Habakuk mau mengeluarkan semua kalimat ratapan tetapi dia
tidak bisa lagi mengeluarkannya, dan yang keluar justru puisi yang menggambarkan bahwa gambaran itu
sangat besar. Lebih dari sekedar yang bisa diucapkan dengan semua ucapan yang biasa. Dalam ay 2-17 Ia
berkata, "Tuhan, telah kudengar kabar tentang Engkau, ... Hidupkanlah itu dalam lintasan tahun,
nyatakanlah itu dalam lintasan tahun; dalam murka ingatlah akan kasih sayang! (Hab 3:2-17). Disini
gambaran yang pertama muncul dalam benaknya adalah Who is my God? Who is the real God? Sesudah
konsep dan pengertiannya diperbaharui dia mulai mengungkapkan itu dengan pujian kepada Tuhan. Disini
doa yang baik harus dimulai dengan kesadaran mengerti siapa Allah, tahu siapa Allah maka kita akan tahu
siapa diri kita dan bagaimana kita berespon kepada Dia. Tetapi doa yang salah dimulai dengan mengenal
Allah secara salah sehingga berakibat respon kita juga salah. Cara kita melihat akan menentukan bagaimana
kita berespon. Jika saya melihat seorang manusia sebagai pribadi maka saya akan berespon kepada dia
secara pribadi. Seorang gembel ataupun raja merupakan suatu pribadi. Bagaimana orang berespon
terhadap satu masalah dapat menunjukkan apa yang ada dalam pengertiannya. Begitu juga seberapa jauh
kita mengenal Tuhan itu akan tercermin dalam respon kita. Respon yang paling jelas untuk mengerti
bagaimana respon kita kepada Tuhan adalah melalui doa. Kita bisa menggunakan kalimat yang paling bagus
dan puitis. Tetapi pengertian kita terhadap Tuhan tidak bisa ditipu dan itu keluar dari hakekat kita yang
paling dalam dan pasti akan tampak jelas dalam doa kita. Demikian juga respon Habakuk ketika berdoa di
hadapan Tuhan langsung dapat diketahui bagaimana pengenalan Habakuk terhadap Tuhan dan respon ini
sangat menentukan bagaimana dia akan bersikap.
Itu sebabnya ketika Habakuk berkata, "Tuhan Engkau adalah Allah yang begitu dahsyat. Engkau bertindak
sepanjang sejarah jaman. Di manapun tidak ada batasnya … (lihat Hab 3:2) ini gambaran yang luar biasa,
80
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
bagaimana dia mengerti Allah yang berbeda daripada Allah yang dimengerti pada jaman itu. Tuhan
membuka pikiran Habakuk sehingga dia terbuka dengan satu pikiran yang menerobos seluruh pemahaman
orang pada jaman itu. Hab 3 memberikan satu nuansa puisi yang sepertinya bagi kita tidak terlalu aneh
karena kita sekarang hidup di era global. Waktu dikatakan Tuhan adalah Allah yang berkuasa dari lintasan
tahun sampai lintasan tahun jika kita mengerti ayat itu berdasarkan konteks pada jaman itu, kita akan tahu
bahwa apa yang diungkap Habakuk mempunyai nilai kesulitan yang hari ini luar biasa besarnya. Pada jaman
itu semua orang di sekitar bangsa Israel mengerti Allah dalam format lokal. Mereka dikuasai oleh cara
penyembahan animisme dan berhala yang mereka tegakkan dan Allah mereka bersifat lokal. Mereka
menggambarkan Allah sebagai patung yang ada di sini dan patung ini hanya berkuasa di sini dan pada saat
ini. Keluar dari wilayah itu berarti allah tersebut sudah kehilangan kuasanya. Itu sebabnya untuk
menyadarkan mereka bahwa Allah itu melintasi ruang dan waktu tidak mudah. Hab 3 mengatakan, "Allah
datang dari negeri Teman dan Yang Mahakudus dari pegunungan paran. Negeri Teman itu negara paling
selatan dan pegunungan paran itu paling utara. Jadi Allah itu dari paling selatan sampai paling utara. Allah
adalah Allah yang menguasai alam semesta. Bagi mereka ini tidak masuk akal dan sulit untuk diterima,
konsep bahwa Allah itu bersifat global karena konsep Allah mereka adalah lokal.
Apa yang dimengerti Habakuk dalam ay 2-3 ini merupakan satu terobosan. Di sini dia bisa melihat Allah yang
sejati keluar dari ikatan jamannya. Habakuk mengerti Tuhan dari Firman. Allah mengatakan "Bangsa-bangsa
mau lari ke mana, ke manapun Aku akan bertindak. Seberapapun dahsyatnya mereka Aku akan hancurkan
mereka. Aku diam di bait-Ku yang kudus." Itulah gambaran Allah yang melintasi ruang dan waktu serta
merupakan gambaran yang begitu serius tentang kemahakuasaan Allah. Ke manapun kita lari Alkitab
mengatakan, "Engkau lari ke manapun akan hancur dan tidak mungkin lolos." Ini digambarkan mulai dari ay
4 hingga ay 11, ia mulai mengungkapkan dengan semua bahasa puisi untuk menggambarkan kedahsyatan
Allah. Melalui struktur bahasa puisi ia mau menggambarkan bahwa Tuhan itu dahsyat, besar dan
kedaulatan-Nya begitu hebat. Itu sebabnya ketika kita membaca Hab 3, jangan kita mengerti secara
hurufiah, sungai dan laut yang begitu dahsyat tunduk kepada Dia, tetapi itu menggambarkan dahsyatnya
Tuhan yang merupakan gambaran figuratif yang mau menggambarkan How great thou art. Kita bisa
mengerti secara konsep tetapi ketika kita diminta untuk mengungkapkan kita tidak bisa. Banyak orang
Kristen sudah mempelajari begitu banyak ternyata konsepnya begitu dangkal. Dia tidak mampu untuk
melihat berapa besar dan dahsyatnya Allah bagi hidup kita.
Setelah Habakuk menggambarkan murka Allah yang begitu dahsyat maka dalam ay 13-16 mencakup dua
wilayah besar yang dimulai dengan ay 12, "Dalam kegeraman Engkau melangkah melintasi bumi, dalam
murka Engkau menggasak bangsa-bangsa…" Di sini Alkitab menggambarkan Allah yang begitu dahsyat
bertindak terhadap seluruh umat manusia. Ketika Allah bertindak terhadap umat manusia maka kita akan
melihat (ay 13-15) menggambarkan bagimana Allah akan bertindak terhadap umat Israel sendiri yang jahat,
"Engkau berjalan maju untuk menyelamatkan umat-Mu. Untuk menyelamatkan orang yang Engkau
urapi,…." Konteks ini diungkapkan untuk menjawab pergumulan Habakuk yang semula. Habakuk yang
tadinya marah, jengkel melihat anak-anak Tuhan ditindas begitu luar biasa oleh orang-orang fasik di
sekelilingnya. Kekejaman, penindasan dan segala macam digambarkan di situ di mana kepala-kepala
pasukan yang seharusnya membela rakyat justru menjadi penindas rakyat. Dikatakan di dalam ay 14, kepala
laskarnya mengamuk dan berbuat sewenang-wenang. Mereka menganggap mereka bisa melakukan itu
dengan tersembunyi. Namun dalam ay 14 Habakuk mengatakan, "Engkau menusuk dengan anak panahnya
sendiri." Anak panah yang dipakai oleh si kepala pasukan untuk menghantam umat Tuhan itu akan
81
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
memukul balik kepada orang itu sendiri. Sekarang dia sadar bahwa Allah yang maha dahsyat tidak tinggal
diam ketika umat Allah ditindas.
Kalau dulu Habakuk muncul dengan kemarahan dan kejengkelan. Namun sekarang Habakuk muncul dengan
semangat iba. Kesedihan yang luar biasa melihat orang-orang yang selama ini menindas itu nanti harus
berhadapan dengan murka Allah. Mengingat ini Hab. ay 2 mengatakan: "Tuhan dalam murka-Mu ingatlah
akan kasih sayang." Kalau tadinya Habakuk merasa mengapa Tuhan tidak bertindak, sekarang dia menjadi
gemetar. Di dalam ay 16 diungkapkan, "Ketika aku mendengarnya, gemetarlah hatiku. mendengar bunyinya,
menggigillah bibirku." Habakuk membayangkan betapa dahsyatnya tindakan Tuhan terhadap bangsa yang
jahat ini, ia menjadi iba melihat realita yang sejati yang Tuhan buka kepada dunia dan kepada umat pilihan
Tuhan. Kalimat terakhir di ayat 16 mengatakan, "Namun dengan tenang akan kumenantikan hari kesusahan,
yang akan mendatangi bangsa yang bergerobolan menyerang kami." Dalam kalimat ini digambarkan bukan
cuma umat Israel yang fasik tetapi juga semua bangsa-bangsa lain yang menyerang Israel. Dan pada saat
seperti itu Habakuk menyadari dia ada di dalamnya (bnd ay 13-14). Di sini Habakuk tahu bahwa Tuhan tidak
membiarkan dunia ini berada dalam kejahatan
Kalau kita tahu keadilan itu bukan berhenti hanya dalam diri pengadilan dunia, itu adalah satu kekuatan
yang paling menghibur dan satu pengharapan yang tidak membuat kita sampai jatuh kepada skeptisisme
sampai keputusasaan. Tuhan Allah adalah Tuhan yang akan menjatuhkan pengadilan yang paling final,
penghakiman-Nya tidak bisa dipermainkan dan tidak bisa ditutupi oleh apapun.
Biarlah ini menjadi kekuatan bagi kita untuk dapat hidup benar dalam dunia. Dialah satu-satunya kekuatan
kita dan pengharapan kita. Hanya kembali kepada Tuhan kita akan mempunyai kekuatan sejati. Biarlah
pelajaran yang kita bisa dapatkan dari respon Habakuk boleh mulai masuk dalam hati kita dan bagaimana
kita belajar mengolah hidup kita bukan hanya menyerap firman tetapi pengertian firman membuat kita bisa
berespon kepada Tuhan secara tepat. Apa artinya tiap minggu kita mendengar dan belajar firman kalau
tidak berubah dan tidak berespon. Mari kita belajar berproses sehingga kita bisa seperti Habakuk, keluar
satu doa yang bisa mencetuskan pengertian kita yang tepat tentang Allah kita. Dan ini membuat kita tahu
siapa diri kita?
Amin!
82
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
K
Ko
om
miittm
me
en
nH
Ha
ab
ba
ak
ku
uk
k
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
17
Habakuk 3:17-19
Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun
mengecewakan, sekalipun ladang–ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing
domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang,
18
namun aku akan bersorak–sorak di dalam TUHAN, beria–ria di dalam Allah yang
menyelamatkan aku.
19
ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku
berjejak di bukit–bukitku. (Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi).
Pada minggu sebelumnya kita mempelajari bagaimana Habakuk marah melihat situasi hidupnya. Kesalahan
ini terjadi karena Habakuk salah menginterpretasi fakta. Menginterpretasi fakta merupakan masalah yang
serius karena fakta adalah fakta tetapi melihat fakta itu berbeda dari fakta. Fakta adalah fakta tetapi antara
saya dengan orang lain bisa terjadi dua kesimpulan yang berbeda ketika memandang dan mengerti fakta
itu. Itu sebabnya fakta harus dilihat secara tepat hingga dapat menghasilkan kesimpulan yang tepat. Banyak
manusia akhirnya hidup tidak siap menghadapi realita karena tidak mengerti hal ini dan salah satunya
adalah Habakuk. Habakuk berhadapan dengan situasi yang mirip kita saat ini dan dia begitu marah melihat
bangsanya yang hidup begitu fasik. Orang-orang benar ditekan habis supaya tunduk di bawah kefasikan
mereka. Dalam situasi seperti ini Habakuk begitu emosi, karena menafsirkan realita dengan kaca matanya
sendiri. Dia mengeluarkan pertanyaan ‘Mengapa’ berkali-kali kepada Tuhan karena dia tidak mengerti
realita yang sedang terjadi.
Namun saat Habakuk berjalan dan melihat kebenaran firman Tuhan sebagaimana kita baca dalam Hab 3, dia
justru mengeluarkan satu kalimat indah yang menjadi kalimat yang sulit dimengerti oleh manusia di dunia.
Jika kita membaca Hab 3:17-19 dalam pola berpikir interpretasi dunia akan timbul keheranan luar biasa.
Mengapa? Sebab bagaimana mungkin sekalipun pohon ara tidak berbunga, … dan tidak ada lembu sapi
dalam kandang namun Habakuk berkata, "Aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah
yang menyelamatkanku." Di sini ada satu perubahan di dalam hidup Habakuk yang mengakibatkan juga
perubahan dalam menafsirkan realita. Faktanya tidak berubah, apakah realitanya berubah? Tidak! Apakah
penindasan yang sudah terjadi menjadi hilang? Sekalipun keadaan bertambah parah namun Habakuk
memiliki reaksi yang berbeda sama sekali.
Gambaran ini digambarkan sebagai komitmen yang tidak bersyarat, komitmen yang mencapai titik di mana
satu kondisi yang sangat eksistensial yaitu berdiri di dalam dirinya sendiri dan berelasi secara tepat dengan
realita dan dengan Allah. Inilah juga yang seharusnya menjadi sasaran yang kita bisa capai dalam perjalanan
83
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
hidup kita. Jika seseorang sudah sampai kepada komitmen seperti Habakuk maka hidup dia akan melihat
segala sesuatu dengan cara yang berbeda.

Pertama, Ia tidak pernah marah lagi meskipun keadaan boleh tetap buruk. Alkitab mengatakan Habakuk
memulai ps 3 dengan doa menurut nada ratapan. Kalau sebelumnya Habakuk marah-marah sekarang justru
Habakuk penuh belas kasihan. Ketika Habakuk melihat bahwa Tuhan akan menjatuhkan murka, dia sempat
mensisipkan satu kalimat, "Tuhan dalam murka-Mu ingatlah akan kasih sayang!"
Perubahan Habakuk terjadi karena perubahan cara melihat dan mengerti realita, ini yang membuat
Habakuk memiliki jiwa besar dan menjadikan kita tidak hidup dalam ketegangan dan stres. Ini keuntungan
yang pertama.
Kedua, komitmen yang tanpa syarat membuat mata kita tidak ditipu oleh fenomena secara palsu. Orang
yang bisa mengerti realita dunia secara tepat tidak mudah dikecoh oleh berbagai situasi dunia dan tidak
mudah tertipu oleh penampilan luar melainkan dia akan menerobos melihat ke belakang realita. Ini penting
karena kalau kita gagal mengerti apa yang ada di belakang realita maka sebetulnya kita gagal
mengantisipasi bahaya yang lebih besar yang timbul di belakangnya. Kita berusaha menyelesaikan
fenomena luar padahal bukan itu penyakit yang sesungguhnya.
Itu sebabnya kita perlu mengerti apa sebenarnya permasalahan yang ada di belakang kita dan di sini
diperlukan hati dan pikiran yang tenang, tidak bereaksi secara emosional. Ini membuat kita jauh lebih
mudah untuk mengantisipasi sesuatu. Namun untuk memiliki hati yang tenang tidak mudah kecuali
berdasarkan satu pengertian yang tepat dari satu komitmen yang tidak berkondisi tetapi ini tidak berarti
kita pasrah total. Masalahnya, bagaimana kita bisa melatih diri kita untuk sampai kepada komitmen seperti
habakuk?
Saudara, pada jaman nabi Habakuk seluruh kehidupan bergantung pada agriculture seperti pohon ara,
anggur, pohon zaitun, hasil ladang, kambing domba dan lembu sapi. Singkatnya pada jaman itu mereka
hidup murni hanya dari tanaman dan dari hasil peternakan. Hab 3:17 sudah masuk dalam kondisi yang
hopeless total tetapi dalam kondisi seperti ini Habakuk bisa berkata, "Aku akan beria-ria di dalam Allah
yang menyelamatkan aku." Kalimat ini merupakan komitmen yang tidak bersyarat.
Masalahnya, mengapa seseorang sulit untuk mencapai komitmen seperti ini?

Pertama, manusia masih dikuasai oleh egosentrik yang sangat besar. Di satu pihak manusia pikir dengan
berorientsi pada dirinya dan pada kepentingannya itulah yang akan membuat dia selamat. Ini satu
kesimpulan yang ditegakkan oleh para psikolog humanis yang membuat dunia ini justru celaka. Mereka
mengajarkan self exsistence, menegakkan aktualisasi diri dan seluruh hak harus dicukupkan baru setelah
semuanya itu manusia baru dapat hidup dengan baik. Saya berulang kali mengatakan kalau kesimpulan
berpusat pada diri itu mencelakakan seluruh masyarakat. Satu-satunya manusia lepas dari semangat
egosentrik seperti ini dengan cara kembali kepada kemutlakan sejati. Ini kuncinya! Habakuk mengerti
konsep ini, ditengah situasi realita dia di dunia ini dia melihat di tengah kelompok yang masing-masing
mementingkan kepentingannya sendiri merupakan realita dosa. Jika kita bisa menggugurkan kesayaan saya
84
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
itulah jalan keluar terbaik untuk kita kembali kepada kebenaran mutlak. Ini hal pertama yang Habakuk
sudah rela lepaskan.
Kedua, mata yang sering kali melihat fenomena lebih daripada keberadaan dan tindakan Allah. Seringkali
kesulitan kita untuk kembali kepada komitmen yang tanpa syarat adalah karena kita masih punya mata.
Kita ingin lepas dari situasi yang menjepit kita hanya kita sulit karena mata kita masih bisa melihat, kuping
saya masih bisa mendengar dan ini membuat kita kadang-kadang terjebak. Saudara, komitmen Habakuk
tidak akan menjadi komitmen kita sejauh mata kita masih melihat ke bawah realita. Habakuk ketika dikunci
oleh berbagai realita yang ada di depan dia hatinya begitu emosi dihadapan Tuhan. Dalam kondisi seperti
ini Habakuk sulit sekali melihat apa yang Tuhan lihat. Ketika Habakuk mulai berhenti dan mulai berdiam
untuk melihat apa yang Tuhan kerjakan pada saat itulah wawasan dia mulai berubah. Dengan segala realita
yang dia lihat lalu dia mau tahu apa yang Tuhan kerjakan, itu membuat mata dia berubah arah melihat ke
atas. Dari sudut pandang Allah inilah Habakuk mulai melihat apa yang Tuhan kerjakan, bagaimana Tuhan
akan menegakkan keadilan dan bagaimana semua kejahatan ini akan ditindak (Hab 2).
Setelah itu kita melihat bagaimana doa Habakuk berbeda sekali (Hab 3:2), Allah adalah Allah yang berdaulat
atas alam yang melampaui ruang dan waktu. Di sini Habakuk sampai kepada komitmennya. Apa sifat
komitmen yang Habakuk munculkan?
Pertama, muncul komitmen Habakuk yang sungguh-sungguh bersandar mutlak kepada Tuhan, ini kunci
pertama. Komitmen yang sejati adalah kesungguhan mau taat dan setia. Mata yang kembali, hanya melihat
apa yang Tuhan inginkan. Dengan demikian komitmen kita tidak dikunci oleh apa yang terjadi di sekeliling
kita dan tidak bergantung apa yang dunia mau, ini kunci pertama yang harus menjadi tekad kita.
Komitmen Habakuk adalah komitmen yang rela berkorban, rela menghadapi situasi sulit. Saudara, ketika
Habakuk mengambil kesimpulan dalam Hab 3, apakah kemudian dengan demikian dia lolos daripada segala
sesuatu? Tidak! Sejak Habakuk berteriak-teriak sampai akhirnya Zedekia jatuh, bukan hanya Babel yang
mempunyai waktu yang cukup panjang kira-kira 8 sampai 12 tahun. Dalam kondisi seperti ini Habakuk sadar
jika dia mengambil komitmen di hadapan Tuhan itu komitmen yang tidak tergantung atau tidak terkondisi.
Ini membuktikan bahwa orang Kristen pun tidak akan lolos dari penderitaan. Mengapa kita mengambil
komitmen? Bukan karena saya tidak melihat masa depan tetapi justru karena saya sudah mendengar dan
mengerti firman, ini yang menjadi dasar saya mengambil komitmen. Komitmen sejati bukan komitmen yang
membabi buta berdasarkan egoisme atau bijaksana manusia melainkan didasarkan pada firman Tuhan.
Semakin kita mengerti firman semakin komitmen yang kita ambil semakin tepat dan semakin cocok dengan
kehendak Tuhan.
Kedua, komitmen harus diambil setelah kita mengerti firman dan ada semangat ketaatan untuk mau
tunduk kepada firman. Satu-satunya jika kita mau betul-betul ikut Tuhan maka semangat ketaatan itu yang
melatih kita mengambil komitmen. Ini kunci kedua agar kita bisa mengambil komitmen yang tepat.
Ketiga, bukan membabi buta tetapi melihat pada konsistensi perjalanan kehidupan dan sejarah (Hab 3:2).
Dia tahu itu dalam kehidupan pribadi saya. Habakuk belajar dari sejarah hidupnya, ini penting karena
banyak orang tidak belajar dari sejarah. Hegel mengatakan kita perlu belajar dari sejarah karena manusia
tidak pernah mau belajar dari sejarah. Ingat setiap kita berjalan keluar dari jalur Tuhan, keluar dari
kebenaran Tuhan berarti kita akan menghancurkan diri sendiri. Biarlah waktu kita mengambil keputusan
kita tidak mengambil secara membabi buta melainkan karena kita belajar dari sejarah.
85
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Lalu apa yang seharusnya menjadi kunci kita? Jawabannya adalah bertumbuh di dalam komitmen ketaatan
kita. Pada waktu kita mengambil komitmen, itu satu pergumulan yang besar. Itu membuat kita bertumbuh
di dalam iman. Proses pertumbuhan iman adalah melalui pergumulan maka Tuhan mengajar kita bergumul,
berkomitmen, maju selangkah demi selangkah. Prinsip ini berlaku baik di dalam dunia sekuler maupun
perjalanan kehidupan rohani kita.
Mari kita belajar bertumbuh seperti Habakuk. Pergumulan tidak salah. Tidak ada orang Kristen yang
bertumbuh tanpa pergumulan jadi wajar kalau sebagai orang Kristen kita banyak pergumulan. Hanya
masalahnya sesudah pergumulan ada kemajuan atau tidak! Saudara mari kita maju. Mari kita belajar di
dalam kesulitan, kita justru belajar bukan menjadi orang Kristen yang pasif, pragmatis, marah, menyesali
situasi tetapi justru kita bisa maju secara positif. Kiranya ini menjadi kekuatan bagi kita.
Amin!
86
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
M
Me
elliih
ha
att P
Pe
ellu
ua
an
ng
gd
dii a
atta
as
sP
Pe
ellu
ua
an
ng
g
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
19
Kis. 16:19-40
Ketika tuan–tuan perempuan itu melihat, bahwa harapan mereka akan mendapat
penghasilan lenyap, mereka menangkap Paulus dan Silas, lalu menyeret mereka ke pasar
untuk menghadap penguasa.
20
Setelah mereka membawa keduanya menghadap pembesar–pembesar kota itu, berkatalah
mereka, katanya: "Orang–orang ini mengacau kota kita ini, karena mereka orang Yahudi,
21
dan mereka mengajarkan adat istiadat, yang kita sebagai orang Rum tidak boleh
menerimanya atau menurutinya."
22
Juga orang banyak bangkit menentang mereka. Lalu pembesar–pembesar kota itu
menyuruh mengoyakkan pakaian dari tubuh mereka dan mendera mereka.
23
Setelah mereka berkali–kali didera, mereka dilemparkan ke dalam penjara. Kepala penjara
diperintahkan untuk menjaga mereka dengan sungguh–sungguh.
24
Sesuai dengan perintah itu, kepala penjara memasukkan mereka ke ruang penjara yang
25
Tetapi kira–kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji–pujian
paling tengah dan membelenggu kaki mereka dalam pasungan yang kuat.
kepada Allah dan orang–orang hukuman lain mendengarkan mereka.
26
Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi–sendi penjara itu goyah;
dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua.
27
Ketika kepala penjara itu terjaga dari tidurnya dan melihat pintu–pintu penjara terbuka, ia
menghunus pedangnya hendak membunuh diri, karena ia menyangka, bahwa orang–
orang hukuman itu telah melarikan diri.
28
Tetapi Paulus berseru dengan suara nyaring, katanya: "Jangan celakakan dirimu, sebab
kami semuanya masih ada di sini!"
29
Kepala penjara itu menyuruh membawa suluh, lalu berlari masuk dan dengan gemetar
tersungkurlah ia di depan Paulus dan Silas.
30
Ia mengantar mereka ke luar, sambil berkata: "Tuan–tuan, apakah yang harus aku perbuat,
supaya aku selamat?"
31
Jawab mereka: "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat,
engkau dan seisi rumahmu."
32
Lalu mereka memberitakan firman Tuhan kepadanya dan kepada semua orang yang ada di
rumahnya.
33
Pada jam itu juga kepala penjara itu membawa mereka dan membasuh bilur mereka.
Seketika itu juga ia dan keluarganya memberi diri dibaptis.
34
Lalu ia membawa mereka ke rumahnya dan menghidangkan makanan kepada mereka. Dan
ia sangat bergembira, bahwa ia dan seisi rumahnya telah menjadi percaya kepada Allah.
35
Setelah hari siang pembesar–pembesar kota menyuruh pejabat–pejabat kota pergi kepada
kepala penjara dengan pesan: "Lepaskanlah kedua orang itu!"
87
36
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Kepala penjara meneruskan pesan itu kepada Paulus, katanya: "Pembesar–pembesar kota
telah menyuruh melepaskan kamu; jadi keluarlah kamu sekarang dan pergilah dengan
selamat!"
37
Tetapi Paulus berkata kepada orang–orang itu: "Tanpa diadili mereka telah mendera kami,
warganegara–warganegara Roma, di muka umum, lalu melemparkan kami ke dalam
penjara. Sekarang mereka mau mengeluarkan kami dengan diam–diam? Tidak mungkin
demikian! Biarlah mereka datang sendiri dan membawa kami ke luar."
38
Pejabat–pejabat itu menyampaikan perkataan itu kepada pembesar–pembesar kota. Ketika
mereka mendengar, bahwa Paulus dan Silas adalah orang Rum, maka takutlah mereka.
39
Mereka datang minta maaf lalu membawa kedua rasul itu ke luar dan memohon, supaya
mereka meninggalkan kota itu.
40
Lalu mereka meninggalkan penjara itu dan pergi ke rumah Lidia; dan setelah bertemu
dengan saudara–saudara di situ dan menghiburkan mereka, berangkatlah kedua rasul itu
Kota Filipi pada waktu itu dikuasai oleh filsafat Yunani yang bersifat duniawi dan egoisme. Tidak heran,
dalam situasi seperti itu terjadilah apa yang sekarang kita sebut dengan KKN. Ketika pejabat-pejabat
tersebut mendengar laporan bahwa Paulus dan Silas telah mengganggu dan mengacau, maka tanpa melalui
proses pengadilan mereka langsung menangkap dan menganiaya Paulus dan Silas. Mereka tidak tahu
bahwa Paulus juga adalah warga negara Romawi. Sesudah Paulus ditangkap, didera kemudian dimasukkan
ke dalam penjara, maka para pejabat kota itu memerintahkan untuk menjaga mereka dengan sungguhsungguh. Kepala penjara tersebut menaruh Paulus dan Silas ditempat paling tengah dari penjara, sehingga
tidak mudah lolos. Bukan hanya itu Paulus dan Silas juga dipasung kakinya. Dalam kondisi seperti ini Paulus
tidak marah dan memaki-maki melainkan ia melihat peluang yang tidak bisa dilihat oleh manusia. Meskipun
Paulus berada di tengah-tengah tempat yang sangat sentrum, justru pada saat seperti itu Paulus dan Silas
berdoa dan memuji Tuhan. Secara tidak langsung ini merupakan cara komunikasi yang sangat indah dengan
para narapidana lain yang tidak bisa berkomunikasi dan salah satu cara bersaksi yang unik dirasakan oleh
para narapidana lain.
Ketika para narapidana mendengar doa dan pujian tersebut tiba-tiba terjadilah gempa besar. Ini bukan
sembarang gempa, karena gempa itu cukup untuk mendongkel semua pintu-pintu besi yang ada di sana.
Semua engsel pintu penjara terbuka seluruhnya. Demikian juga rantai-rantai yang membelenggu kaki lepas.
Namun, penjara tersebut tidak roboh. Berdasarkan teori, dengan gempa yang demikian besar seharusnya
penjara tersebut roboh. Kepala penjara begitu shock luar biasa, karena melihat semua pintu penjara sudah
terbuka semua. Menurut logika, kondisi seperti ini pasti semua narapidana sudah lari.
Melihat ini, kepala penjara tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi dengan dirinya. Kepala penjara
tahu resiko yang harus dia tanggung dan dia begitu putus asa. Dalam situasi seperti ini kepala penjara itu
ingin bunuh diri. Tetapi waktu itu, ia mendengar teriakan dari dalam penjara, "Jangan celakakan dirimu,
sebab kami semuanya masih ada di sini!" Di sini kita melihat dampak besar yang terjadi dari doa dan pujian
Paulus dan Silas. Semua narapidana tidak ada yang melarikan diri. Kesempatan untuk lari ada, namun saat
itu semua narapidana yang ada justru sangat terkesan dan percaya bahwa kejadian yang mereka alami
bukan kejadian sembarangan. Kejadian yang mereka alami tidak mungkin bisa mereka mengerti. Hal ini
mungkin bisa sebaliknya jika Paulus dan Silas melarikan diri. Secara peluang mata dan secara logika, Paulus
dan Silas melihat peluang untuk melarikan diri ada. Namun ia tidak berpikir seperti itu. Paulus melihat
logika di atas logika dan justru pada saat Paulus dan Silas tidak melarikan diri itulah saatnya kepala penjara
88
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
mau bunuh diri. Ketika kepala penjara melihat Paulus, Silas dan semua narapidana masih ada di sana,
dengan tersungkur di hadapan Paulus dan Silas kepala penjara itu bertanya, "Apa yang harus aku perbuat,
supaya aku selamat?" Permasalahannya, apa yang dimaksud dengan kata ‘selamat’ menurut kepala
penjara? Di sini ada beberapa pengertian:
Pertama, selamat di sini berarti selamat dari situasi dan tangan-tangan diktator yang akan menuntut dan
mengadili dia.
Kedua, selamat dalam pengertian keselamatan jiwa. Kepala penjara ini tahu bahwa Paulus dan Silas adalah
pemberita Injil. Hanya, dia takut karena tahu bahwa dia berada di bawah penguasa kota Filipi. Jadi
sebenarnya dia dalam situasi terjepit. Namun di saat seperti ini kepala penjara kemudian menanyakan, apa
yang sebetulnya Paulus dan Silas beritakan di luar. Dari kedua kemungkinan ini kita tidak tahu dengan jelas
yang mana.
Namun di saat seperti ini Paulus langsung memberitakan Injil kepada dia, "Percayalah kepada Tuhan Yesus
Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu." Ketika Paulus memberitakan Injil kepada
seisi rumah tersebut, mereka mendengarkan dengan sungguh-sungguh. Alkitab mencatat, mereka akhirnya
percaya kepada Tuhan Yesus. Yang artinya seluruh orang yang berada di dalam rumah tersebut menjadi
percaya dan menyerahkan diri untuk dibaptis (ay 34).
Di sini kita akan menyoroti dari dua sisi. Pertama, kita akan menyoroti dari sisi Paulus. Mengapa ketika
Paulus diberi peluang untuk lari justru mengambil langkah untuk tidak lari? Ini merupakan hal yang unik
sekali. Di sini Paulus tidak memakai logika manusia. Kacamata yang Paulus pakai bukan kacamata
manusiawi untuk kepentingan dirinya sendiri. Meskipun di dalam peristiwa ini terjadi mujizat yang bersifat
rohani tetapi konklusinya tidak boleh bersifat duniawi, meskipun sudah dilepaskan itu tidak berarti saya
harus menyelamatkan diri demi kepentingan saya. Tidak, justru dalam situasi seperti itu, Paulus
mempertimbangkan kepentingan keseluruhan. Apakah kalau saya diam nama Tuhan dipermuliakan? Jika
aku lari, apa yang terjadi dengan semua narapidana? Semua narapidana juga pasti lari. Paulus sekarang
dilihat oleh seluruh narapidana. Padahal semua narapidana itu adalah orang-orang jahat yang memang
patut dihukum oleh pemerintah. Mungkin hanya Paulus dan Silas orang yang tidak layak dihukum
sedangkan yang lain adalah penjahat-penjahat yang memang layak dihukum. Itu sebabnya, jikalau sampai
Paulus dan Silas lari, itu berarti mereka sedang merusak sistem keadilan pada saat itu. Dan lagi apakah
memang Tuhan menghendaki bahwa seluruh narapidana itu melarikan diri? Dalam situasi seperti ini Paulus
peka akan pimpinan Tuhan dan tidak mau mendukakan Tuhan dalam segala sesuatu dan dalam situasi
apapun. Titik dimana Paulus tidak lari ini justru titik di mana dia bisa menyelamatkan kepala penjara yang
harusnya tidak bisa bertobat. Disini Paulus menunjukkan bagaimana Tuhan bekerja yang paling maksimal.
Dalam situasi seperti ini Paulus melihat peluang tapi bukan peluang yang dilihat dari kacamata manusia
jasmaniah. Disini paulus melihat peluang untuk memenangkan jiwa seluruh keluarga kepala penjara.
Peluang ini tidak bisa kita lihat kalau kita egoisme. Akhirnya peristiwa ini menunjukkan kemuliaan Tuhan
yang indah sekali. Biarlah kita juga di dalam melangkah kita bertanya apa yang Tuhan mau kerjakan melalui
diri kita? Sehingga nama Tuhan dipermuliakan melalui hidup kita. Saya rasa langkah-langkah kita akan
berbeda, sikap hidup kita akan berbeda kalau kita memiliki kacamata seperti Paulus dan Silas.
Sisi kedua, mari kita melihat dari sisi kepala penjara. Kepala penjara ini mengalami proses yang unik sekali.
Dia berada di tengah-tengah situasi yang tidak berpengharapan. Sebagai orang Romawi yang ada dikota
Filipi dia sudah sangat terformat dengan cara berpikir dan cara hidup model orang-orang di kota Filipi. Bagi
kepala penjara, cara hidup yang bersifat antroposentris seperti korupsi, kolusi, dan segala macam diktator
89
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
itu pemandangan sehari-hari. Di dalam kebudayaan Romawi, meskipun mereka mempunyai aturan-aturan
hukum yang diakui oleh seluruh dunia menjadi sumber banyak inspirator hukum, dalam konteks ini justru
kita melihat sogok-menyogok untuk mendapatkan posisi itu paling banyak juga di Romawi. Kehidupan ini
menjadi format sehari-hari dari orang Filipi. Demikian juga pada waktu gempa terjadi dan kepala penjara
melihat semua pintu terbuka maka langsung timbul pemikiran bahwa semua narapidana pasti lari. Ini sudah
terformat dan menjadi satu asumsi sebelum realitanya dilihat atau dibuktikan. Format yang sudah
mendarah daging ini hampir mengambil resiko nyawanya. Jika kita berani memutlakkan apa yang kita
pikirkan tanpa kita mau kembali melihat pekerjaan Tuhan, cara Tuhan menerobos sesuatu mungkin sekali
apa yang kita mutlakkan itu nanti akan menjadi bumerang membunuh diri kita. Kepala penjara dalam
kondisi dia sudah terlalu terpaku dengan apa yang dia pikirkan saat itu, dia dibukakan oleh Tuhan untuk
melihat satu peluang yang selama ini belum pernah dia lihat, dia alami dan hari itu merupakan pengalaman
baru yang menerobos semua pengalaman selama ini dan yang menghancurkan semua bangunan
presaposisinya.
Namun, Tuhan masih mau memberikan kesempatan dia melihat kebenaran. Tuhan masih mau
menyelamatkan jiwanya melalui Yesus Kristus. Itu sebabnya ketika Paulus dan Silas berkhotbah maka
kepala penjara dan keluarganya bertobat dan dibaptis. Ini tidak berarti kepala penjara bertobat maka
seluruh keluarganya secara otomatis diselamatkan. Tidak! Mereka diselamatkan karena mereka mendengar
Injil dan bertobat. Ini merupakan pengalaman yang melampaui pikiran yang telah Tuhan berikan ke--pada
kepala penjara. Dari seorang yang putus asa dan tidak ada harapan sampai seluruh keluarga diselamatkan.
Ini bukan berarti kita menolak kebudayaan. Tidak. Tetapi kita harus melihat firman Tuhan dari perspektif
Allah melalui firman-Nya karena satu-satunya kemutlakan hanya di tangan Tuhan. Hanya kembali pada
Tuhan kita baru bisa melihat kemungkinan yang Tuhan buka. Inilah yang membuat kita bisa melihat sesuatu
lebih sekedar apa yang diformat oleh dunia.
Mari kita belajar dari pengalaman kepala penjara ini. Biarlah ini membuka wawasan kita sehingga di
tengah-tengah dunia yang makin sulit ini kita melihat realita yang sejati dan melihat bagaimana Tuhan
bekerja di tengah dunia ini. Biarlah kita belajar mengalihkan pola epistemologi, cara kita menentukan
kebenaran bukan menurut diri kita melainkan berdasarkan apa yang Tuhan mau. Melihat segala sesuatu
apa yang Tuhan inginkan dan kerjakan di dalam diriku dan melalui diriku. Dengan demikian nama Tuhan
dipermuliakan. Inilah yang kita rindukan dan menjadi seluruh pengharapan hidup kita.
Amin!
90
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
F
Fiin
na
alliitta
as
sd
da
an
nk
ku
ua
as
sa
aP
Pe
en
ng
giin
njjiilla
an
n
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
8
Kis. 1:8/ Kis. 4:12
Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan
menjadi saksi–Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung
bumi."
12
Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah
kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita
dapat diselamatkan."
Pada minggu ini kita membaca satu bagian ayat yang begitu tegas diucapkan oleh Tuhan Yesus ketika dia
akan naik ke surga. Dimana Dia melarang para murid meninggalkan Yerusalem dan menyuruh mereka
tinggal menantikan janji Bapa. Pada saat itu mereka akan menerima kuasa untuk menjadi saksi Kristus di
tengah dunia mulai dari Yerusalem, Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi. Ini merupakan berita yang
sangat penting dan sentral di dalam kita mengerti kebenaran Kekristenan. Roh kudus diutus agar kita hidup
berpusatkan Kristus dan ini adalah salah satu penugasan yang dituntut sebelum anak-anak Tuhan pergi
memberitakan Injil.
Dalam Kis 1:5 Kristus mengatakan, "Kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus." Pernyataan ini mengingatkan
kembali apa yang telah dikatakan oleh Yohanes Pembaptis ketika dia membaptis dengan air. Disini yang
membaptis adalah Yesus Kristus dan dibaptis dengan Roh Kudus. Berarti Roh Kudus di sini merupakan alat
bukan pelakunya. Apa artinya seorang yang dibaptis dengan Roh Kudus dikaitkan dengan "Kamu akan
menerima kuasa kalau Roh Kudus turun ke atasmu dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem, Yudea,
Samaria dan sampai ke ujung bumi." Di sini kita melihat konsep yang jelas sekali kalau Roh Kudus ada di
dalam diri seseorang maka yang terjadi orang itu akan mentuhankan Kristus dan menjadi saksi yang
memberitakan Kristus. Di dalam 1 Kor 12 Paulus kembali menegaskan bahwa tidak ada satu orangpun yang
mentuhankan Kristus kecuali oleh Roh Kudus.
Apakah artinya kita bertugas sebagai orang Kristen? Jawaban hanya satu mentuhankan Kristus dalam
seluruh aspek hidup kita. Dalam Kis 4, kita melihat bagaimana ketuhanan Kristus dibuktikan bukan sekedar
teori tetapi betul-betul menjadi tugas dan satu komitmen yang muncul dalam diri anak Tuhan. Di Kis 4:1112, Petrus ditekan untuk tidak berbicara tentang Kristus tetapi dalam kondisi yang tidak mudah, mereka
tidak takut. Pada saat seperti itu Petrus mengeluarkan kalimat yang sangat final. Inilah kunci finalistas
Kristus yang harus kita mengerti yaitu Kristuslah satu-satunya jawaban bagi persoalan dunia sebab di
bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang di dalamnya kita bisa diselamatkan kecuali di dalam Yesus
Kristus. Ini merupakan satu kemutlakan yang tidak bisa ditolak. Kristus yang menjadi batu yang dibuang
tetapi justru telah menjadi batu penjuru bagi seluruh sejarah. Saudara, ini merupakan pengakuan dan
91
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
jawaban yang tidak memungkinkan adanya jawaban lain untuk disodorkan pada manusia di dunia. Apalagi
kita di Indonesia yang khususnya mengalami krisis yang begitu serius.
Dosa yang terdiri dari empat huruf tidak mudah diselesaikan. Waktu kita menganggap tidak ada, dosa
semakin menyatakan diri dan merajalela. Itulah fakta dosa. Dosa tidak bisa diselesaikan dengan cara
apapun di dunia, ini suatu realita. Realita dosa tidak bisa diubah karena merupakan masalah internal.
Tekanan luar hanya pemicu tetapi bukan sumbernya. Manusia berdosa karena di dalam dirinya berdosa dan
penyelesaiannya harus disadari dari dalam. Dunia tidak mungkin melihat penyelesaian seperti ini, kecuali
sebagaimana yang disebutkan dalam Kis 4:12, "Sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang
diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." Dosa menyebabkan dunia ini celaka,
menuju pada kebinasaan dan tidak memberikan kesempatan manusia dapat diselamatkan kecuali ada
penyelesaian terhadap dosa. Untuk hal ini di seluruh dunia sejarah membuktikan tidak ada satu nama
diberikan kepada manusia yang bisa menjamin selesainya dosa. Hanya ada satu jawaban yaitu kehidupan
Kristus yang tidak berdosa dan kebangkitan-Nya yang mengalahkan kuasa dosa. Kebangkitan-Nya
membuktikan bahwa Dia sudah mematahkan kuasa dosa dan sudah menang atas segala belenggu dosa
yang membinasakan. Kedua, ketika Kristus bangkit dari kematian membuktikan bahwa Dia betul-betul tidak
berdosa sehingga dengan kekuatan kesucian dan kekuatan ilahi-Nya membuat Dia mampu bangkit. Ini
membuktikan kepada seluruh jaman bahwa Dia adalah kebenaran yang sah satu-satunya (bnd Yoh 14:6).
Dosa hanya bisa diselesaikan ketika keadilan Allah dan kasih Allah bisa dipertemukan di dalam satu pribadi
yaitu di dalam diri Anak tunggal Allah yang harus mati menebus manusia berdosa. Penebusan Kristus
menjadi penyelesaian daripada dosa manusia. Di satu pihak dosa manusia harus dihukum, di lain pihak
cinta Allah ingin menyelamatkan. Dua sifat ini harus berjalan bersama dan satu-satunya tempat yang dapat
menyelesaikan adalah di dalam kristus. Petrus bukan karena kehebatan dirinya ketika mengungkapkan ini
melainkan karena Roh Kudus yang ada di dalam dirinya. Roh Kudus yang memberi kuasa sehingga dia
menjadi orang yang mentuhankan, meninggikan, memberitakan dan menjadi saksi Kristus. Inilah kunci
satu-satunya yang dibutuhkan oleh dunia ini. Tidak ada pertobatan, orang semakin memikirkan
kepentingannya sendiri, semena-mena bertindak dan semakin liar maka negara akan hancur. Kristus adalah
berita final namun manusia tidak mudah bertobat. Itu sebabnya Kristus mengatakan jangan pergi. Tunggu
di Yerusalem sampai kuasa Roh Kudus akan menaungi kamu. Ini menunjukkan masalah yang serius. Kristus
juga memerintahkan untuk kita menunggu supaya para murid mempunyai dunamos (kekuatan kuasa) untuk
melakukan hal itu. Dengan kata lain untuk menjalankan tugas kesaksian ini tidak mudah oleh karenanya
diperlukan kuasa. Di satu pihak tugas ini sangat serius, di lain pihak tugas ini begitu sulit? Mengapa? Karena
tugas ini harus menerobos beberapa lapisan.
Lapisan pertama, tugas memberikan kesaksian. Tugas menjadi saksi dan meberikan kesaksian menerobos
lapisan yang pertama yaitu filsafat. Ketika kita mau memberitakan Kristus satu-satunya Juru Selamat,
manusia tidak mudah terima karena dunia sudah jatuh dalam dosa dan penuh dengan berbagai konsep
pemikiran dunia. Bukan hanya itu, ketika kita mau menjadi orang Kristen yang mau mentuhankan Kristus,
melihat Dia sebagai Tuhan itupun kita akan membentur filsafat-filsafat yang kita sering kali pelajari. Ketika
kita menjadi orang kristen pertanyaan berapa jauh kita sudah dikuasai oleh Kristus dan seberapa jauh saya
sudah mentuhankan Kristus. Ini pertanyaan serius! Sebab sekalipun kita menjadi orang Kristen kita sendiri
belum memiliki pola pikir kristiani yang sejati. Terlalu banyak pencemaran yang terjadi di dalam hidup kita
bahkan setiap hari kita beresiko tercemar oleh konsep-konsep yang melawan prinsip kebenaran Allah yang
berusaha menarik kita hidup di dalam dosa. Kita harus sadar bahwa dunia kita adalah dunia yang berdosa.
Saudara, berapa jauh kita sudah kembali kepada Tuhan? Jika kita berusaha untuk menyelesaikan dengan
92
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
kekuatan kita saya jamin tidak ada satu orangpun yang akan kuat menghadapinya. Kecuali ada kuasa
eksternal yang memberikan pertolongan kepada kita. Kristus sadar ketika kita menjadi anak Tuhan,
bertobat, tidak langsung saat itu juga kita balik ke surga. Tetapi Kristus justru berdoa, "Bapa sama seperti
Engkau mengutus Aku ke dalam dunia demikian Aku akan mengutus mereka juga ke dalam dunia. Artinya
kita sebagai orang kristen diletakkan di tengah-tengah dunia dengan berbagai pemikiran berdosa yang ada
di dalamnya. Untuk itu Tuhan memberikan kuasa Roh Kudus untuk memampukan dan menguatkan kita.
Kedua, penyelesaian problem dosa bukan sekedar penjelasan rasional melainkan kita perlu kuasa Roh
Kudus untuk mendobrak dan menghancurkan kuasa kegelapan yang ingin mencengkeram untuk mematikan
kita. Kuasa ini adalah kuasa dosa yang begitu mencengkeram manusia dan tidak akan melepaskan orang
untuk kembali kepada kebenaran. Dalam Ef 6 dikatakan kita harus mempunyai pertahanan yang kokoh
karena kita sedang berhadapan dengan kuasa kegelapan, kuasa setan yang sedang membelenggu manusia
dengan kuasa dosa dan itu yang tidak mudah.
Ketiga, bukan cuma kita berhadapan dengan filsafat-filsafat, dengan kuasa kegelapan yang sedang
mencengkeram kita, tetapi yang paling serius adalah kita sedang berhadapan dengan diri kita sendiri. Ketika
ada orang yang menuntut dia untuk bertobat, berubah, mengerti kebenaran dan berhenti dari hal yang
salah seringkali orang itu sulit berubah. Kondisi ini akan terus begini kecuali ada dobrakan yang keras.
Saudara, adanya khotbah, pemberitaan, supaya kita belajar, itu menunjukkan kita masih mungkin untuk
berubah. Kita percaya kuasa firman bisa merubah kita, kuasa firman bukan mengubah orang lain tetapi
mengubah diri kita dulu. Ini tuntutan yang penting bagi kita! Ketika Tuhan meminta kita menjadi saksi
Kristus, kita menuntut diri kita agar dapat menjadi contoh saksi. Karena saksi Kristus menyangkut dua hal
yaitu saksi secara pasif melalui kesaksian hidup dan saksi secara aktif ketika kita memberitakan firman
kepada orang lain. Dua bidang ini harus saling menunjang satu sama lain dan dikerjakan bersama-sama.
Seringkali saat memberitakan Injil kita takut dan tidak mau karena beresiko terhadap jiwa kita. Ini semangat
manusia berdosa. Seringkali sebagai orang Kristen kita tidak mempunyai kekuatan, cinta kasih dan
semangat untuk memberitakan injil, mengapa? Karena kita sendiri gagal untuk mengerti dan mempunyai
kekuatan mendobrak, mengalahkan egoisme kita sendiri. Itu sebabnya kita perlu kuasa untuk dapat
menjadi saksi Kristus. Seperti Petrus ketika berhadapan dengan Sanhedrin dia berani memberitakan
kebenaran karena Roh Kudus ada di dalam dia. Inilah bukti kalau seseorang sudah berada di dalam Kristus
dan dalam pimpinan Tuhan.
Biarlah ini menjadi kekuatan ketika kita sedang menikmati perjamuan kudus. Mari sekali lagi kita bertanya,
"Tuhan, sudah seberapa jauh saya mentuhankan Kristus di dalam hatiku?" Dunia sangat membutuhkan
berita tentang Kristus sebagai Tuhan. Tetapi sebelum kita menjadi saksi mari kita terlebih dahulu
menginstrospeksi diri kita. Dengan demikian di dalam hidup, kita menjadi saksi Tuhan yang nyata di tengah
dunia. Betapa celakanya kalau dunia yang seharusnya bisa melihat kebenaran melalui orang Kristen, justru
mereka sendiri gagal menyatakan penuhanan Kristus kepada orang lain. Betapa tidak ada pengharapan lagi
dunia ini! Saya mengharapkan setiap kita boleh memikirkan kembali sudahkah di dalam hidup saudara
selama ini betul-betul mentuhankan Kristus sehingga ketika berjalan, berbicara atau melakukan apapun
orang dapat melihat Tuhan yang ada di dalam hati saudara. Berapa besar kuasa itu muncul di dalam hidup
saudara dan berapa jauh saudara sudah bersaksi, menyaksikan Kristus sebagai Tuhan dan memberitakan
kepada setiap orang dari mulai Yerusalem, Yudea, Samaria dan sampai keujung bumi.
Amin!
93
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
H
Hiid
du
up
pb
be
errp
pa
au
utt p
pa
ad
da
aA
Alllla
ah
h
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
14
Yosua 24:14-15
Oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepada–Nya dengan tulus ikhlas
dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di
seberang sungai Efrat dan di Mesir, dan beribadahlah kepada TUHAN.
15
Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini
kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di
seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku
dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!"
Sejak Perjanjian Lama, Tuhan menempatkan umat Tuhan di antara bangsa-bangsa lain yang lebih kuat.
Tatkala mereka hidup tidak benar di hadapan Tuhan, maka Tuhan memakai bangsa-bangsa lain yang
memang mau menyerang mereka untuk menghajar dan memperingatkan mereka dan hal seperti ini terjadi
terus-menerus di dalam PL. Sedang di dalam PB, Alkitab mengatakan, orang-orang yang percaya kepada
Tuhan akan menderita aniaya karena Tuhan tidak pernah menjanjikan, jika kita percaya kepada Tuhan
maka kita akan mendapat hidup yang lancar dan enak. Masalahnya, seberapa jauh kita sudah menderita
bagi Tuhan. Pada waktu kita mau hidup benar dan menjalankan perintah-perintahNya, itu adalah suatu hal
yang tidak mudah bahkan mungkin kita akan menderita. Tuhan pernah berkata kepada murid-muridNya,
"Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala.." Tetapi di lain sisi, Tuhan menjanjikan
kekuatan dan kemenangan dan mengingatkan kita agar tidak takut kepada orang yang bisa membunuh
tubuh tapi tidak dapat membinasakan jiwa, Namun kita harus takut kepada Tuhan yg bisa membunuh
tubuh dan jiwa kita.
Di dalam PB, rasul Petrus dan Yohanes pernah dilarang untuk menyampaikan firman Tuhan, tetapi mereka
berkata, "Kita harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia:" dan hal itu mereka buktikan bukan
dengan terpaksa. Sehingga saat kita melihat dalam Kis 5, bagian terakhir setelah dipukul dan dianiaya,
mereka keluar dengan sukacita karena mereka dianggap layak menderita bagi Kristus.
Penderitaan apapun yang terjadi itu adalah anugerah Allah yang membuat kita lebih kuat untuk dipakai
melayani Tuhan. Paulus dalam Fil 3:10 mengatakan, "Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa
kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam
kematian-Nya." Di dalam bagian lain Paulus mengatakan, "Aku menggenapi apa yang kurang pada
penderitaan tubuh Kristus." Kita masing-masing diberi anugerah untuk mengambil bagian ini. Itu sebabnya
di dalam keadaan bagaimanapun kita harus memilih lebih takut kepada Allah daripada kepada manusia. Ini
prinsip! Jika kita tidak mempunyai sikap yang takut kepada Allah, kita tidak akan memberitakan Injil apalagi
di tengah ancaman dan larangan. Kita harus lebih takut kepada Tuhan daripada kepada manusia. Setelah
bangsa Israel diingatkan akan pimpinan Tuhan, mereka diingatkan akan sejarah hidup mereka di mana
seharusnya mereka lebih takut akan Tuhan.
94
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Takut akan Tuhan dalam bahasa aslinya mengandung beberapa arti. Salah satunya adalah takut secara
emosi, juga bukan takut kepada Allah sebagai antisipasi intelektual karena khawatir tapi belum terjadi.
Namun takut yang dimaksud oleh Yosua dalam kitab Ulangan ini bukan takut yang demikian dan jika kita
melihat dari konteksnya, saya lebih suka mengartikan ‘hormat’ dan ‘bangga.’ Jadi pengertian takut di sini
lebih mengarah bangga, hormat, kagum dan terpesona kepada Allah.
Pertama, jika kita mempunyai sikap hormat, maka pasti memiliki sikap yang lain ketika menjalankan
apapun di dalam hidup. Kita tahu dia hadir menyaksikan hidup kita dan kita harus bertanggungjawab di
hadapan Dia. Jika saudara hormat kepada seseorang maka ketika dia datang kita mempunyai sikap yang
berbeda. Itu sebabnya jika kita sungguh hormat akan Allah di dalam hidup kita maka hidup kita akan
berbeda di dalam ibadah dan di dalam pelayanan kita akan sungguh-sungguh mempersiapkan diri.
Yang kedua adalah bangga. Jika di dalam hati kita memiliki perasaan bangga pada Tuhan. Kita tentu senang
menceritakan kepada orang lain. Di dalam pelayanan, kita akan melayani dengan sukacita dan dengan
bangga. Ada seorang hamba Tuhan menceritakan pengalamannya, "Pada suatu kali dalam perjalanan dia
bertemu satu orang yang ingin meresmikan satu perusahaan yang entah sudah ke berapa belas di Amerika,
dengan bangga dia menceritakan apa yang sedang dikerjakannya dan juga perusahaan tempat dia bekerja.
Kemudian orang tersebut bertanya kepada hamba Tuhan ini, "Apa pekerjaan anda?" Ketika ditanya
demikian hamba Tuhan ini tidak malu bahkan kemudian mengatakan dengan bangganya bahwa dia bekerja
di perusahaan yang paling besar di dunia. Dan memiliki masa depan yang paling cemerlang dan memiliki
produk yang paling penting. Kemudian hamba Tuhan tersebut berkata, "Dan perlu kamu ketahui yang
menjadi boss saya adalah yang menciptakan saudara dan menentukan mati hidup saudara." Hamba Tuhan
tersebut tahu jelas kepada siapa dia bekerja, kepada siapa dia sedang melayani dunia ini. Dunia ini adalah
dunia BapaKu untuk menjalankan misi Allah. Kita orang Kristen harus tahu bahwa kita adalah sentral dari
sejarah, sejarah keselamatan Allah.
Dunia ini berada di bawah providensia Allah. Meskipun kelihatannya iblis menang, banyak orang kristen
menderita bahkan mati martir, realitanya tidak demikian. Iblislah yang kalah karena semuanya terjadi untuk
menggenapi rencana Allah. Ketika umat Tuhan dibunuh, Allah tidak kalah tetapi kita sedang menggenapi
rencana Allah. Penderitaan, kematian berada di dalam tangan Allah, biarlah kita boleh menerimanya di
dalam anugerah Dia (Flp 1:29). Saudara, kita harus sadar bahwa kita sedang mengerjakan produk yang
penting yaitu produk-produk yang bernilai kekal. Penginjilan pribadi penting untuk menghasilkan produkproduk yang bernilai kekal yaitu orang-orang yang akan diselamatkan. Orang yang bekerja di perusahaan
tahu bahwa yang paling penting adalah sumber daya manusianya dan jika tidak ada manusianya maka tidak
ada yang dapat dikerjakan. Keyakinan ini membuat kita bangga dan melayani Tuhan dengan sukacita.
Jika di dalam hidup kita ada sikap hormat dan bangga kepada Tuhan, maka kalimat Yosua selanjutnya
merupakan konsekuensi logisnya. Yosua mengatakan, "Beribadahlah kepada Dia dengan tulus ikhlas dan
setia." Kata beribadah di sini dalam terjemahan bahasa Inggris dihubungkan dengan layanilah Dia dengan
tulus ikhlas dan setia. Beribadah bukan hanya dalam kebaktian melainkan dengan seluruh kehidupan kita.
Waktu kita bekerja ingat bukan hanya sekedar bekerja melainkan sedang melayani Tuhan di dalam
pekerjaan tersebut. Seluruh hidup kita adalah sikap sedang melayani Tuhan dan sedang beribadah kepada
Tuhan. Di dalam buku Shorter Catechism dikatakan bahwa tujuan utama hidup manusia adalah untuk
memuliakan Allah dan menyenangkan Dia selama-lamanya. Jadi apapun yang kita kerjakan dan lakukan,
yang penting fokusnya untuk apa? Untuk diri ataukah untuk Allah? Sebaliknya jika kita melakukan aktivitasaktivitas rohani di dalam gereja tetapi fokusnya bukan untuk Tuhan, berarti kita tidak sedang beribadah
95
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
kepada Tuhan. Yang penting di sini adalah fokusnya untuk memuliakan Tuhan dan menyenangkan Tuhan.
Kita juga dipanggil untuk melayani dia dengan tulus ikhlas dan setia. Setia dalam pengertian sampai akhir
hidup kita. Wahyu 2:10 mengatakan, "Hendaklah engkau setia sampai mati, dan aku akan mengaruniakan
kepadamu mahkota kehidupan." Yosua setia, dia terus memilih menyembah Allah sampai akhir hidupnya
sehingga dia disebut abdi Allah. Yosua adalah hamba Tuhan yang sejati dan hamba Tuhan yang sejati,
Tuhan akan pelihara sampai akhir hidupnya. Kita masih bisa jatuh dalam dosa tapi Tuhan menyediakan
jalan kemenangan. Ada pengampunan terus menerus tatkala kita mengaku dosa kita dan setia sampai mati.
Alkitab menekankan kita setia, berani bayar harga dan bukan setia pada satu organisasi atau lembaga
namun setia di sini dihubungkan dengan kebenaran. Setia pada kebenaran dan Tuhan terus yang akan
menyeleksi kita sehingga hal ini dapat menjadikan kerinduan kita untuk terus menjadi saksi Tuhan.
Di sini Tuhan ingatkan melalui Yosua, takut akan Dia dalam pengertian hormat dan bangga. Jika ini ada
maka kita memiliki kerinduan untuk melayani dia dan memberitakan Injilnya. Itu adalah sukacita bukan
paksaan dan merupakan satu kegembiraan jika kita sudah mengalami manisnya hidup bersama dengan
Tuhan maka kita akan membagikannya kepada yang lain.
Kita juga dipanggil untuk menjauhkan ilah lain. Menjauhkan ilah lain dalam konteks ini adalah ilah orang
Sumerian demikian juga dengan Abraham dipanggil oleh Allah keluar dari tanah Ur untuk meninggalkan ilah
tersebut juga orang Mesir untuk tidak menyembah anak lembu emas yang mereka buat. Demikian juga
dengan kita dipanggil untuk menjauhkan berhala-berhala modern dari hidup kita. Mungkin saat ini hobi kita
lebih penting dari Tuhan, mungkin seks, obat bius, materi, dsb. menjadi berhala di dalam hidup kita tetapi
kita harus meninggalkan itu semua. kita harus belajar mengandalkan Tuhan dan menjadikan dia yang
terutama di dalam hidup kita. Yosua meminta kita untuk memilih, memilih kepada siapa kita beribadah
pada hari ini. Memilih adalah satu hal yang penting dalam hidup kita. Kita tidak mungkin memilih Tuhan
tanpa anugerah Tuhan tapi setelah kita diselamatkan kita menginginkan hidup yang bagaimana? Di sini kita
harus memilih, karena kelak kita harus bertanggung jawab di hadapan Tuhan. Yosua mengajarkan, "Pilihlah
kepada siapa kamu akan beribadah!" Yosua dan keluarganya memilih beribadah kepada Tuhan dan ini
kemudian diikuti oleh seluruh bangsa Israel khusunya pemimpinnya saat itu. Francis Schaeffer, tentang
Yosua mengatakan ada satu kata yang aneh di sini. Kata ini dalam bahasa Yunani bisa diterjemahkan dalam
tiga bentuk.
Di dalam bahasa Ibrani kadang-kadang tenses-nya tidak begitu jelas, bisa lampau, bisa sekarang dan bisa
yang akan datang. Kalimat dalam Yosua di sini memang dalam konteks akan datang tapi bisa dilihat juga
latar belakangnya dalam berbagai peristiwa. Yosua selalu memilih hidup bagi Tuhan, percaya kepada Tuhan
dan beribadah kepada-Nya. Melayani Tuhan dan takut akan Tuhan itu pilihan dia terus-menerus.
Bagaimana dengan hidup kita? Lebih takut akan Allah atau lebih takut kepada manusia? Siapa yang saudara
mau sembah dan layani? Kita tidak bisa mendua hati! Kita harus memilih! Yosua mengatakan, "Pilihlah
pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah!" Pilihan kita mempengaruhi hidup kita, jangan tunggu
sampai tua maka kita akan terlambat dan menyesal. Besok bukan milik kita bahkan nanti malampun belum
tentu menjadi milik kita. Tuhan sudah mengasihi kita. Apa yang kita persembahkan kepada Dia? Biarlah hari
ini kita memilih hidup bagi Tuhan dan membawa buah yang bernilai kekal kepada Tuhan, mulai
memberitakan injil. Hari ini pilihlah kepada siapa saudara akan beribadah dan bagaimana saudara ingin
hidup.
Amin!
96
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
M
Ma
attii d
da
alla
am
md
do
os
sa
a
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
Efesus 2:1-10
1
Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran–pelanggaran dan dosa–dosamu.
2
Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati
penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang–
orang durhaka.
3
Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di
dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat.
Pada dasarnya kami adalah orang–orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang
lain.
4
Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih–Nya yang besar, yang
dilimpahkan–Nya kepada kita,
5
telah menghidupkan kita bersama–sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh
kesalahan–kesalahan kita––oleh kasih karunia kamu diselamatkan––
6
dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat
bersama–sama dengan Dia di sorga,
7
supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih
karunia–Nya yang melimpah–limpah sesuai dengan kebaikan–Nya terhadap kita dalam
Kristus Yesus.
8
Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi
pemberian Allah,
9
itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.
10
Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan
baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.
Efesus 2:1
Pada minggu ini kita mulai kembali mempelajari surat Efesus. Dalam Ef 1:3-14 membicarakan apa yang
Tuhan kerjakan sejak kekal di dalam dunia yaitu tentang bagaimana anugerah Tuhan, doktrin pilihan Tuhan
dan bagaimana anugerah itu turun ke dalam dunia. Setelah itu kemudian dalam ayat 15-23 Paulus masuk ke
dalam aspek di dunianya. Dalam ay 15-23 ini, Paulus mulai dengan kata ‘karena itu’ sebagai respon dari
tindakan Allah di mana kita melihat ada lima elemen yang beberapa bulan yang lalu sudah kita bicarakan.
Apa yang Allah tetapkan di dalam kekekalan yang tidak berubah harus diproses dan digarap di dalam
sejarah yang berubah. Kedua wilayah ini menjadi wilayah dasar yang membuat kita mengerti bagaimana
kita merelasikan konsep kekekalan dengan konsep dinamis sejarah. Jika kita kacau di dalam kedua hal ini
maka seringkali akan jatuh dalam dua ekstrim yang besar yaitu yang pertama kita masuk dalam fatalistik
atau takdirisme dimana manusia semuanya sudah ditetapkan tanpa dapat diubah sama sekali. Sehingga
manusia menjadi seperti robot karena sudah ditetapkan di dalam kekekalan dan di sini proses sejarah
97
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
ditiadakan. Sebaliknya di dalam ekstrim kedua mereka menarik Allah ke dalam proses manusia. Dengan
pengertian bahwa kalau manusia berubah maka Allahpun berubah sehingga akibatnya kekekalan ditiadakan
ditarik ke dalam proses.
Lalu bagaimana merelasikan dua sifat yang berbeda ini? Kekekalan dan sejarah memang merupakan dua
wilayah dunia yang berbeda namun di dalam diri manusia dua wilayah ini telah disatukan. Jadi manusia
memiliki dua unsur yaitu aspek rohani yang kekal yang tidak bisa mati dengan aspek jasmani yang bisa mati
atau rusak dan ini tidak ada pada ciptaan lain. Maka di dalam aspek ini manusia menjadi unik karena
manusia memiliki dua wilayah secara bersama-sama namun tidak bisa kita campur adukkan karena yang
satu dengan yang lain memiliki sifat yang berbeda tetapi juga tidak bisa didualismekan karena dua wilayah
ini ada di dalam satu pribadi manusia.
Paulus dalam surat Efesus telah merelasikan dua unsur ini bersama-sama. Setelah itu, Paulus mulai dengan
apa yang seharusnya menjadi kekuatan dan menjadi perjalanan iman Kristen itu sendiri. Ini dapat kita lihat
di dalam Ef 2:1-10 (bd Rm 1:1-8). Penguraian Ef 2:1-10 ini begitu padat di mana Paulus ingin membicarakan
hal tersebut kepada jemaat di Efesus untuk menghadapi tantangan yang sulit. Di dalam ps 2 ini Paulus mulai
dengan berita Injil yang sejati yang merupakan satu berita yang sangat pendek tetapi sangat sentral yaitu
Paulus mulai dengan inti permasalahan manusia yaitu, "Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaranpelanggaran dan dosa-dosamu." Penjelasan ini bersifat paradoksikal yang diucapkan dalam bentuk past
tense. Inilah satu fakta yang menunjukkan pada hakekatnya manusia sudah mati dan hal ini harus
diberitakan kepada dunia. Ini suatu gambaran yang begitu unik dan merupakan satu realita yang harus
diungkapkan tetapi dilain pihak menghadapi kesulitan karena berhadapan dengan kondisi paradoks dengan
situasi itu sendiri. Mengapa Paulus menekankan hal ini? Sebab pada jaman itu kondisi kota Efesus
mengalami kondisi yang betul-betul fatal yaitu mati. Mati adalah satu realita yang paling mengerikan
karena orang yang sampai pada kondisi ini berarti dia sudah tidak mampu berbuat apapun juga selain
takluk di bawah kuasa daripada kematian. Ketika seseorang mati pada waktu itu dia tidak berhenti
berproses hanya berbalik arah berproses kepada pembusukan. Proses ini berjalan melampaui kuasa dia,
dengan kata lain kuasa kematian adalah kuasa penaklukkan yang akan menghancurkan, membusukkan dan
membinasakan sampai habis dan proses ini terjadi tidak bisa dihambat oleh pelaku yang mengalami
kematian.
Ketika Alkitab mengatakan, "Kamu dahulu sudah mati," banyak orang berkata bahwa pada waktu Adam
dan Hawa makan buah pengetahuan baik dan jahat mereka tetap hidup. Memang kelihatannya tetap hidup
tetapi sesungguhnya mereka sudah mati pada waktu makan buah pengetahuan baik dan jahat hanya kita
tidak dapat melihat karena kondisi kematiannya dalam aspek spiritual. Kematian aspek spiritual adalah
lebih berbahaya daripada kematian fisikal karena mengakibatkan pembusukan yang bersifat global. Ketika
kita mengalami kematian spiritual pengaruh pembusukan kita tidak berhenti secara lokal tetapi kita akan
mempengaruhi semua orang dan pengrusakan ini menjadi pengrusakan global. Dengan rusaknya seluruh
citra dari tatanan dunia mengakibatkan kehancuran dunia. Saudara, jika seseorang mati secara jasmani
tidak menimbulkan efek yang berbahaya tetapi kematian spiritual pengaruhnya akan menyebar ke seluruh
dunia dan berjalan terus tanpa bisa dihambat oleh dunia.
Kalimat Ef 2:1 ini seharusnya menjadi dasar bagi kita untuk mengerti seluruh sejarah dan keadaan dunia.
Kalau tidak ada jalan keluar, kondisi mati ini akan membuat dunia kita begitu celaka adanya. Dunia yang
berada dalam kondisi mati tidak mungkin dihentikan oleh hukum yang keras. Sejarah menyatakan hukum
yang sekeras apapun tidak dapat menghambat atau menghentikan proses kematian yang sedang berjalan
98
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
dan menguasai. Kejahatan dunia ini sudah menjadi kejahatan yang bersifat kematian. Kita bisa
membayangkan betapa mengerikan dunia ini yang mayoritas dikuasai dengan pikiran yang berbau
kematian, sikap yang memancarkan kematian dan seluruh cara pandang kita yang berbau kematian
ditularkan kepada orang lain.
Hal ini tampak jelas di kota Efesus sebagai kota perdagangan yang sangat besar sehingga semangat
materialisme merajalela luar biasa, dan bukan itu saja kota tersebut terkenal menjadi pusat penyembahan
dewi Artemis (Yunani) atau dewi Diana (Romawi). Pelacuran disahkan bahkan dianggap sakral karena mereka
yang mengadakan pelacuran menganggap hal itu merupakan ibadah kepada dewi itu. Ini mengakibatkan
rusaknya sistem keluarga dan tempat pemancaran nuansa kematian begitu kuat di kota Efesus. Setelah itu
ditambah dengan munculnya pengajaran yang disebut Epikurianisme yang merupakan pengajaran dualisme
yang mengajarkan bahwa tubuh ini jahat dan roh itu suci. Tetapi roh berada di dalam penjara daripada
tubuh. Dari sini kemudian muncul dua golongan yang disebut Stoa dan Hedonisme. Golongan Stoa
melarikan diri dan mengadakan penyiksaan diri supaya rohnya dapat bebas dari penjara tubuh. Gagasan
mereka sangat dualistik sehingga tidak bisa memparadokskan dua wilayah yang berlawanan. Sedangkan
golongan Hedonisme sangat berlawanan dengan Stoa, memiliki pemikiran filsafat yang mengajarkan kita
harus menikmati hidup secara fisikal, secara dunia dan secara sekuler. Filsafat Hedonisme ini lebih diterima
oleh orang-orang Romawi sehingga pengaruh ini menyebar di kota Efesus. Kerusakan moral seperti ini
bukan hanya di wilayah Romawi tetapi juga meliputi seluruh dunia bahkan sampai saat ini. Inilah fakta
manusia berdosa. Nuansa kematian bukan hanya problem abad pertama tetapi juga problem kita hari ini.
Nuansa kematian itulah esensi dosa yang seharusnya kita waspadai karena seringkali manusia tidak sadar.
Dalam Ef 2:1 ini Paulus mau membuka kepada dunia dan orang Kristen tentang realita dunia ini, sekaligus
panggilan dan menuntut respon dari kita untuk mengerti apa yang menyebabkan kematian seperti itu.
Manusia mati adalah karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa, karena kita telah melanggar Firman
dan berdosa terhadap Allah. Di dalam surat Roma, Paulus menjelaskan hal ini secara lebih panjang (baca Rm
1:18-32). Manusia dicipta oleh Tuhan seharusnya hidup untuk melayani Tuhan dan taat kepada Tuhan.
Ketika kita melawan Dia di situlah kita berdosa dan upah dosa adalah maut. Manusia telah terpisah dari
Allah, inilah kondisi kematian. Tidak ada satu lembaga rehabilitasi yang bisa menghentikan dosa manusia
termasuk penjara tidak bisa menghentikan dosa. Itu sebabnya jika bukan anugerah tidak mungkin orang
berdosa akan kembali kepada Allah. Ini berarti orang itu harus diinjili, disadarkan dan dibawa kembali
kepada Tuhan sehingga orang tersebut bisa berubah. Tanpa penginjilan yang sejati tidak ada pengharapan.
Kita patut bersyukur pada Tuhan karena Ef 2:1 ini ditulis bukan dalam bentuk present continous tense yang
berarti kamu sedang dan selama-lamanya akan berdosa tetapi Paulus menulis dalam bentuk past tense
yang menunjuk kepada masa lampau "kamu dahulu sudah mati," yang berarti sekarang tidak. Sekarang kita
sudah memiliki hidup ketika kita beriman kepada Tuhan Yesus. Sudahkah kita dibebaskan dari nuansa
kematian? Hanya saudara, Tuhan dan setan yang tahu. Biar kiranya kita mengevaluasi hidup kita masingmasing.
Amin!
99
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
H
Hu
uk
ku
um
mK
Ke
eh
hiid
du
up
pa
an
n
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
2
Efesus 2:2-3
Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati
penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang–
orang durhaka.
3
Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di
dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat.
Pada dasarnya kami adalah orang–orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang
lain.
Minggu lalu kita mempelajari tentang realita dunia yang sudah berdosa di mana manusia sudah mati
karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa. Kematian merupakan kondisi realita yang begitu
mengerikan di tengah dunia karena kematian bukan berarti berhenti berproses melainkan merupakan
proses menuju penghancuran. Proses kematian berjalan terus menuju destruksi melalui proses
pembusukan, pengrusakan dan penghancuran sehingga ketika mati kita berada di bawah kuasa kematian
yang mencengkeram dan menggeragoti tubuh kita. Kuasa kematian ini tidak memberikan pilihan kepada
manusia. Dalam Ef 2:2, Paulus mengatakan, "Kamu hidup di dalamnya, …" Jadi di sini mati bukan
berhentinya suatu proses, melainkan kita tunduk di dalam kuasa kematian. Masalahnya, apa itu kematian?
Ada yang berpikir bahwa kematian hanya satu putaran kematian. Tidak heran, akhirnya manusia kembali
mengadopsi pikiran dari abad keenam yang mengajarkan bahwa kehidupan ini terus berputar. Sekarang
hidup kemudian mati setelah itu hidup kembali lalu mati lagi demikian seterusnya. Ini yang disebut
reinkarnasi. Mereka hanya berharap suatu hari kelak mereka akan keluar dari lingkaran ini. Tapi pandangan
ini tidak mempunyai jawaban yang terlalu jelas berkenaan dengan when, where, dan why? Karena di dalam
prinsip etika dari pandangan ini tidak memungkinkan penyelesaian seperti ini.
Di sini Alkitab memiliki jawaban yang lebih tepat dan ini bukan didasarkan pada spekulasi pikiran manusia
yang sudah jatuh dalam dosa untuk mengerti realita betapapun hebatnya pikiran manusia yang berdosa
tidak mungkin mengerti apa yang namanya disebut "ought to (seharusnya seperti apa)." Pada waktu kita
mengambil kesimpulan maka kesimpulan tersebut hanya berhenti di tengah realita dunia berdosa. Jika
manusia tidak kembali kepada wahyu Tuhan maka tidak ada jalan keluar baginya, semua usaha manusia
hanyalah spekulasi pikiran manusia yang sudah berdosa. Itu sebabnya, ketika Alkitab membukakan hal ini
barulah manusia tahu keadaan yang sesungguhnya ‘seharusnya bagaimana.’
Paulus mengatakan, "Kamu dahulu sudah mati….," ini keadaan yang sangat mengerikan. Di dalam Ef 2:2-3
Paulus membuka satu realita lalu dia mensharingkan pengalaman pribadinya kemudian barulah dia
menyimpulkan.
100
Ringkasan Khotbah – Jilid 1

pertama, manusia hidup dibawah dosa dan tidak bisa keluar dari dosa (ay 2). Kata yang dipakai di bagian Ef
2:2, ‘mengikuti jalan dunia’ seperti orang masuk di sebuah jalan yang tidak bisa lari kemana-mana di mana
hal yang ingin digambarkan sesuatu yang aktif tapi pasif. Aktif tetapi tidak bisa tidak dia harus berada di
situ, karena jalurnya hanya satu. Inilah yang dimaksud dengan "Kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa,
yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka." Orang durhaka di sini lebih tepat
diterjemahkan "Orang yang tidak percaya atau tidak mempunyai iman." Di sini kelihatannya aktif, hidup
dan bebas tetapi jalannya tidak bisa lari dari jalan yang menuju pada kematian. Makin manusia berusaha
dan aktif makin dia terjerumus masuk dan hancur, inilah keadaan dunia kita. Kelihatannya memberi
kebebasan itu justru kebebasan yang mencengkeram dan mematikan. Berbeda dengan Tuhan, di dalam
memberikan pemberitaan dengan kalimat yang keras tetapi sesudah itu memerdekakan sedangkan setan
bekerja dengan cara terbalik, depannya berisi rayuan tapi setelah masuk kita tidak bisa keluar (Yoh 8).
Sayangnya banyak manusia yang lebih suka mendengar kata-kata yang manis dan indah tetapi berakhir
dengan tangisan. Paulus mengatakan, "Kamu hidup di dalamnya." Kamu hidup di dalam jalur kematian.
Maksudnya kamu tidak bisa keluar dari sana karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa. Jika kita
mengerti realita ini kita tahu apa yang dikerjakan oleh orang-orang berdosa di tengah dunia ini dan apa
yang terjadi di dalam diri mereka. Mereka membutuhkan Injil dan harus mendengar berita pengampunan
karena itulah cara satu-satunya yang bisa mengeluarkan mereka. Dosa bukan masalah hukum, tapi dosa
adalah masalah hidup di dalam kuasa kematian.
Kedua, orang berdosa tidak kembali kepada Firman ini menunjukkan dia masih berada di bawah kuasa
dosa. Dia tidak keluar dari natur dosanya yang sedang mencengkeram dan mematikan dia. Itu sebabnya
pada saat orang mau bertobat maka kunci pertama yang harus diselesaikan adalah dia sadar dia orang
berdosa. Kita sendiri perlu keluar dari jerat itu, bukan caranya kita untuk bermain-main dengan kuasa dosa.
Jika kita mengatakan bahwa kita adalah orang Kristen tetapi kita masih berada di dalam cengkeraman dosa,
kita harus mengevaluasi diri betulkah kita sudah benar-benar berada di dalam Kristus? Atau kita hanya
menjadi orang Kristen yang kelihatannya Kristen tetapi sesungguhnya kita belum bertobat.
Setelah Paulus membuka konsep ini secara begitu jelas kepada jemaat Efesus kemudian pada ay 3, dia
membuka sharing pribadi dengan mengatakan, "Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara
mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami
yang jahat." Paulus ketika mengatakan ini bukan berarti dia orang yang rusak secara moral. Tidak! Paulus
sebelumnya adalah orang yang kelihatannya sangat rohani. Dia seorang yang begitu brilyan dan menjadi
seorang teolog yang berada di bawah bimbingan seorang guru besar Gamaliel. Sejak muda Paulus telah
menduduki posisi yang penting yaitu menjadi orang Farisi yang dianggap menjadi golongan elite di tengahtengah orang Israel. Di samping itu dia sangat memperjuangkan Taurat. Namun di ayat 3 ini Paulus
mengatakan, "Kami sama seperti mereka yang lain (Ef 2:3)." Ketika manusia berada di bawah kuasa
kematian dia bisa merasa diri begitu baik, berjasa, saleh, dan mempunyai pengaruh yang besar kepada
masyarakat. Dia mungkin bangga hidup di dalam dunia. Tapi justru pada saat itu dia keluar dari jalur yang
sejati, keluar dari essensi kehidupan yang sejati. Apa yang mereka lakukan sebenarnya mereka lakukan
untuk mentaati penguasa kerajaan angkasa yang sedang menguasai mereka melalui hawa nafsu, keinginan
daging dan pikirannya yang jahat. Biarlah ini juga menjadikan kita waspada karena mata kita hanya mampu
melihat fenomena luar tanpa mengerti isi hati yang di dalam. Sebagai orang percaya yang dibutuhkan
adalah seberapa jauh kita mentaati Tuhan atau kita mentaati penguasa kerajaan angkasa. Satu prinsip yang
harus kita ingat yaitu hidup dosa tidak selalu berpenampilan dosa. Ingat setan pun bisa berjubah malaekat.
101
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Bahkan yang lebih parah kita berdosa tapi kita tidak sadar kita sedang berdosa. Inilah yang dialami oleh
Paulus. Ketika Paulus membunuh orang-orang percaya dia pikir dia sedang melakukan tindakan yang benar.
Paulus pikir dia sedang bekerja giat untuk Tuhannya. Namun ketika Paulus bertobat dan kembali kepada
Firman Kebenaran, dia mengatakan aku adalah orang yang berdosa. Seseorang yang sadar dia orang
berdosa sadar dia perlu pertobatan, inilah yang memungkinkan dia bisa diperbaharui. Paulus mengalami ini
maka dia men-sharingkan pertobatannya. Suatu kesaksian yang menceritakan bagaimana dia dulu hidup di
bawah kuasa dosa dan mati di bawah kuasa dosa. Dan bagaimana Kristus menyelamatkan dia keluar dari
lumpur dosa. Inilah kesaksian sejati. Terakhir, Paulus menceritakan betapa fatalnya dosa. Di dalam ayat 3
mengatakan, "Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup …. Pada
dasarnya kami adalah orang–orang yang harus dimurkai sama seperti mereka yang lain." Konsep ini penting
sekali, karena khotbah berkenaan dengan Allah yang murka sangat langka dikhotbahkan. Tetapi khotbah
mengenai kasih Allah begitu banyak sekali. Alkitab justru membukakan banyak Firman berkenaan dengan
keadilan dan murka Allah. Misalnya Roma 1:18, "Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan
dan kelaliman manusia, …," kalimat ini seharusnya menjadikan kita gentar. Kalimat ini juga menjadi picu
daripada pekerjaan Roh Kudus boleh bekerja di dalam hati kita. Mengapa? Karena tidak ada pekerjaan Roh
Kudus menyadarkan kita kalau Firman yang sejati tidak diberitakan. Hal ini merupakan satu pekerjaan
ganda yang dikerjakan bersama-sama oleh Roh yang sama. Pertobatan yang sejati baru sungguh-sungguh
terjadi jika Roh Kudus bekerja melalui Firman dan Roh Kudus yang sama akan bekerja dengan iman di
dalam diri seseorang. Dan ketika ini diberitakan maka salah satu hal yang paling penting adalah Roh Kudus
hadir dengan "Menginsyafkan manusia akan dosa, kebenaran, dan penghakiman (Yoh 16:8). Jika Roh Kudus
ada di dalam diri kita maka
ketiga hal ini harus ada di dalam hidup kita. Jika seseorang menjadi orang Kristen di dalam hatinya tidak
gemetar akan penghakiman Allah. Ini merupakan satu tanda tanya besar. Ini tidak berarti, sesudah
seseorang bertobat berarti ia tidak bisa jatuh ke dalam dosa. Tidak. Manusia masih belum sempurna. Di
dalam perjalanan hidup kita masih bisa jatuh dalam dosa. Namun ini langsung membuat kita gentar ketika
kita berhadapan dengan kebenaran Allah. Ini menjadi reaksi dari semua tokoh-tokoh di Alkitab. Abraham,
Yesaya, Paulus dan Petrus gemetar (trembling) berhadapan dengan kesucian Allah. Sikap ini juga seharusnya
muncul dalam diri orang-orang yang bertobat sejati. Ini merupakan gambaran kesucian Allah yang hadir di
tengah-tengah kebobrokan dan kebejatan manusia. Ini juga yang menjadikan Paulus sadar berapa besar
anugerah yang dia terima.
Tuhan tidak bisa dipermainkan. Semua manusia akan berhadapan dengan pengadilan Allah. Allah adalah
kasih. Benar. Tapi Allah juga adil. Itu berarti kasih Allah tidak boleh dipisahkan dari keadilan Allah. Kedua hal
ini harus diharmoniskan. Kasih harus adil. Adil harus dengan kasih. Ada murka tapi juga ada pengampunan.
Baru kita bsia mengerti bagaimana menjalankan kehidupan semacam ini secara tepat. Orang Kristen
seharusnya tahu siapa kita sebelumnya dan bagaimana kita yang seharusnya. Lalu bagaimana kita
memproses yang dahulu menuju yang seharusnya. Inilah iman yang sejati. Hari ini biarlah kita semua tahu
siapa diri kita. Kita tahu bagaimana kita hidup. Dan berkata seperti Paulus berkata, "Kami dahulu
sebenarnya juga semua termasuk seperti mereka. Orang-orang yang hidup di bawah hawa nafsu daging,
menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang patut
dimurkai sama seperti mereka yang lain (Ef 2:3)." Tetapi karena anugerah Kristus sekarang boleh keluar dan
berada di dalam anugerah, hidup di bawah kebenaran Tuhan dan diproses di dalam kebenaran. Biarlah ini
menjadi sharing kehidupan kita yang boleh membangkitkan banyak orang lain melihat kebenaran Kristus
sehingga kita dipakai oleh Tuhan untuk menjadi saluran berita Injil kepada orang lain.
Maukah saudara?
Amin!
102
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
U
Urrg
ge
en
ns
sii A
An
nu
ug
ge
erra
ah
h
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
4
Efesus 2:4-5
Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih–Nya yang besar, yang
dilimpahkan–Nya kepada kita,
5
telah menghidupkan kita bersama–sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh
kesalahan–kesalahan kita––oleh kasih karunia kamu diselamatkan––
Selama dua minggu terdahulu kita sudah membicarakan betapa fatalnya keadaan manusia yang berada
dalam kondisi mati dan di bawah belenggu pengrusakan yang dikerjakan oleh dosa sehingga manusia tidak
berespon terhadap kebenaran.
Sehubungan dengan hal ini, dunia kita berusaha untuk menyodorkan berbagai cara untuk menyelesaikan
problematika kesulitan manusia. Sayangnya, semua cara yang disodorkan manusia tidak mampu
menyelesaikan masalah itu bahkan semakin membelit manusia dengan problematika dosa yang lain. Tepat
sebagaimana yang dikatakan oleh Hegel, "Mari kita belajar dari sejarah." Mari kita mengerti apa yang
sebenarnya sedang terjadi di dalam dunia khususnya sehubungan dengan dosa. Dosa adalah satu
problematika laten dan orang yang sudah dicengkeram oleh dosa tidak mungkin mampu keluar dengan
sendirinya. Itu sebabnya kondisi mati tidak mungkin membuat seseorang bisa berespon terhadap
kebenaran dan tidak heran jika semua alternatif yang dipikirkan hanya akan berputar di dalam proses dosa
yang mematikan.
Menurut Aristoteles, filsafat yang ada di dunia ini sudah mengandung destruksi pada dirinya sendiri.
Misalnya, banyak orang mau menyelesaikan problematik kejahatan melalui cara bisnis dengan Tuhan. Cara
ini kelihatannya logis namun merupakan satu cara bisnis bersumber dari manusia yang berdosa dan begitu
licik yang mau mempermainkan kejahatan di hadapan Tuhan. Tetapi Aristoteles saat itu sudah memikirkan
apa sebenarnya kebajikan itu. Jika kebajikan itu tidak mencapai kebajikan sejati (Summum Bonum) maka
kebaikan yang dilakukan makin baik makin berdosa. Ini menjadi libatan lingkaran dosa yang membuat dia
seperti gulungan bola salju yang makin lama makin besar. Semua perbuatan baik yang disodorkan oleh
dunia kecuali kembali kepada apa yang Alkitab katakan tidak menyelesaikan masalah dosa.
Apa itu baik? Kita seringkali mengatakan baik kalau itu menguntungkan kita jika kita dirugikan maka kita
katakan itu jahat. Jika ukuran baik atau jahat itu adalah keuntungan atau kerugian saya, "Betulkah itu
baik?" Tidak! Kebaikan itu adalah kebaikan yang bersifat egosentrik. Jadi disini saya sebagai pusat dan
bagaimana seharusnya orang bersikap terhadap kepuasan, keinginan dan semua hawa nafsu saya. Menurut
Aristoteles semangat itu sendiri sudah salah. Bagi dia yang disebut kebajikan tertinggi (Summum Bonum)
adalah kebajikan yang bersifat essensial yang harus menjadi kebajikan inti dimana semua orang menuju
kesana. Jika kebajikan relatif ini menjadi kebajikan-kebajikan yang berdiri sendiri tidak heran jika kita
103
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
menganggap diri kita adalah kebajikan yang harus dipuaskan. Bagaimana semangat yang egoisme ini bisa
dijadikan patokan untuk perbuatan baik atau jahat?
Aristoteles percaya kebaikan harus ada namun baik yang sejati itu seperti apa? Di sini Aristoteles kemudian
mengeluarkan teori kebajikannya. Dia mengatakan kalau kita berbuat baik, maka perbuatan baik itu harus
dilakukan dengan motivasi baik hasil akhirnya kembali kepada kebaikan itu sendiri. Jadi kalau kita
melakukan kebajikan maka kebajikan itu harus dilakukan dengan motif untuk kebajikan itu sendiri dan hasil
akhirnya untuk kebajikan itu sendiri keluar dari itu engkau sebenarnya tidak bajik. Ini satu kalimat yang
agung sekali yang dicetuskan oleh orang yang tidak mengenal Tuhan, seorang yang belum pernah mengerti
kebajikan asli namun telah mengeluarkan pemikiran yang begitu agung. Namun seagung-agungnya filsuf
dunia yang sangat terkenal ini tetap tidak mampu menyelesaikan problematika dosa. Sebab masalahnya
adalah hal tidak bisa dilakukan. Alkitab mengatakan kalau kita berbuat baik namun punya motivasi yang
tidak sesuai itu adalah dosa. Tujuan yang menyimpang dari kebajikan yang sejati membuat segala kebajikan
itu tidak ada artinya. Jadi kebajikan sejati baru bisa terjadi jika kita berbuat baik untuk berbuat baik itu
sendiri.
Dalam Matius 19 diceritakan, ada seorang muda yang kaya datang kepada Tuhan Yesus dan berkata, "Guru,
perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal? Maka Yesus
mengatakan tidak ada yang baik kecuali satu yaitu Tuhan yang baik. Tuhan Yesus tahu orang tersebut tidak
puas dengan jawaban tersebut lalu Yesus berkata, "Sekarang turutilah segala perintah Allah!" Orang ini
muda, kaya, punya integritas, memiliki etika yang cukup baik dan dia sudah melakukan hukum kelima
sampai kesepuluh. Tapi sayang, hukum taurat bukan hanya lima sampai sepuluh tetapi masih ada hukum
yang pertama sampai keempat. Perintah pertama sampai keempat ini berkenaan dengan, "Cintailah Tuhan
Allahmu dengan segenap hatimu, jiwamu, akal budimu dan kekuatanmu!" Ini merupakan ketaatan kita
yang utama pada Tuhan. Lalu kalau dia benar-benar ingin berbuat baik, Yesus perintahkan menjual semua
hartanya dan diberikan kepada orang miskin kemudian ikut Yesus. Sampai di sini Alkitab mencatat, orang
muda itu pergi dengan hati sedih karena hartanya banyak.
Saudara, dunia kita terbukti tidak pernah mungkin mengerti kebajikan yang asli itu sebabnya tidak heran
jika kita berada di bawah murka Allah. Tidak ada jalan keluar untuk itu. Tapi bersyukur kepada Tuhan
karena telah memberikan jalan keluar yang tidak bisa dipikir oleh manusia. Dalam Efesus 2:4 dikatakan,
"Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkanNya kepada
kita." Saudara, ayat 4 ini indah sekali, kata ‘agape’ atau kata ‘kasih’ ini dipakai dua kali yaitu satu sebagai
kata benda dan satu sebagai kata kerja. Sehingga maksud dari ayat ini, dengan kasih yang berlimpah Allah
sedang mengasihi kita dengan kasih yang begitu besar. Di sini mencapai kesimpulan terakhir yaitu bahwa
engkau hanya bisa diselamatkan melalui anugerah, tidak ada sedikitpun usaha kita. Jika terdapat sedikit
saja usaha kita maka kita berada di dalam motivasi yang keliru dan saya sudah menyelewengkan maksud
untuk mendapat surga.
Semua ini hanya jalan buntu yang membawa kita makin tambah berdosa. Dalam ayat 4 ini kita melihat tidak
ada kebajikan apapun untuk kita mendapatkan surga, makin kita berbuat baik makin berdosa. Jika demikian
apakah kebajikan asli ada di dunia ini? Di dalam tulisan-tulisannya dan etikanya dia tidak bisa memberi
jawaban karena dia tidak bisa mengerti jalan keluar yang disodorkan oleh Tuhan yaitu keselamatan hanya
oleh anugerah. Berdasarkan ayat ini kita baru bisa memahami ayat 10, "Karena kita ini buatan Allah,
diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia
mau, supaya kita hidup di dalamnya." Baru di dalam ayat 10 ini keluar kata perbuatan baik di dalam Alkitab
104
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
sebagai respon dari anugerah bukan dan untuk mendapatkan keselamatan. Jadi dasar perbuatan baik,
karena saya dicipta di dalam Kristus Yesus. Sehingga saya berbuat baik disini betul-betul untuk kebaikan,
karena saya sudah mendapatkan semua anugerah dari Tuhan. Maka setelah saya mendapatkan semua itu
saya baru berbuat baik dan perbuatan baik yang saya lakukan tidak ada motivasi lain kecuali berbuat baik.
Jawaban ini tidak mungkin dijawab oleh dunia, ajaran mengenai anugerah tidak bisa di spekulasi oleh
pikiran manusia. Memahami hal ini kita baru bisa mengerti betapa besarnya doktrin anugerah yang
ditegakkan di dalam iman kristen. "Oleh kasih karunia kamu diselamatkan" (ay 5).
Yesus Kristus adalah satu-satunya contoh. Dia datang ke dunia tanpa dosa dan Dia mati untuk menebus
dosa. Tidak ada motivasi lain, itulah kebajikan sejati yaitu waktu Yesus mati untuk kita. Dia berkorban demi
keselamatan kita, Dia dicaci maki, diejek, dihina bahkan waktu Dia berbuat kebaikan di atas kayu salib,
orang melecehkan dan mengatakan, "Jika Engkau bisa menyelamatkan orang lain selamatkan lah diri-Mu
sendiri!" Kalimat ini menyakitkan sekali, tapi justru di sini membuktikan apa yang kita sebut sebagai
kebajikan tertinggi. Di atas kayu salib Tuhan Yesus dalam ke adaan menderita, Dia yang tidak berdosa mati
untuk saudara dan saya." Inilah kebajikan cinta kasih Tuhan sehingga Alkitab mengatakan, "Tetapi karena
Allah kaya dengan belas kasihan." Dalam bahasa Indonesia menggunakan kata rahmat yang sebenarnya
menggambarkan belas kasihan di mana satu sifat yang melihat orang lain dalam keadaan menderita lalu
timbul rasa iba dalam hati dan kita mau menolong orang itu. Dikatakan Allah yang kaya dengan rahmat
yang berlimpah cinta kasih Dia mau mengasihi kita. Gambaran inilah yang mau digambarkan oleh Tuhan
sebagai anugerah, kebajikan dikerjakan dengan kebajikan sejati.
Tuhan begitu mencintai dan Dia membuktikan itu dengan pengorbanan-Nya di kayu salib. Biarlah hari ini
kita mengerti, dunia boleh mencoba menyodorkan berbagai cara tapi tidak ada cara yang tuntas kecuali
kembali kepada Kristus. Jika ada cara yang lebih baik tidak perlu Tuhan Yesus mati dengan cara yang begitu
menderita untuk kita. Dia ingin kita kembali kepada Dia, kita dibangkitkan dan kita bisa hidup bersamasama dengan Dia di sorga (ay 6). Jika kita mengerti hal ini masihkah kita menjadi orang Kristen yang hidup
dalam dosa? Roma 6:10 mengatakan, "Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan
untuk selama-lamanya, …" Karena kita sudah mati bagi dosa dan kita sekarang hidup di dalam kristus.
Hidup bagi kristus dan hidup bagi kebenaran. Tidak ada cara dunia penyelesaian dosa kecuali kembali
melalui pengorbanan Kristus. Biarlah ini menjadi kekuatan kita hidup dan kiranya cinta kasih Tuhan yang
begitu besar ini boleh menyentuh hati kita. Semua cara spekulasi manusia hanya menggiring kita kepada
kebinasaan. Tuhan yang sudah mencintai kita biarlah ini menjadikan kita semakin hari semakin bertumbuh
di dalam iman.
Amin!
105
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
A
An
nu
ug
ge
erra
ah
hK
Krriis
sttu
us
s
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
4
Efesus 2:4-7
Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih–Nya yang besar, yang
dilimpahkan–Nya kepada kita,
5
telah menghidupkan kita bersama–sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh
kesalahan–kesalahan kita––oleh kasih karunia kamu diselamatkan––
6
dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat
bersama–sama dengan Dia di sorga,
7
supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih
karunia–Nya yang melimpah–limpah sesuai dengan kebaikan–Nya terhadap kita dalam
Kristus Yesus.
Minggu lalu kita telah membicarakan pendahuluan dari konsep anugerah. Kita sudah membahas mengenai
ketidakmungkinan manusia diselamatkan melalui pekerjaan baik. Manusia yg telah dibelenggu dosa tidak
bisa mengerti ketidakmungkinan tersebut.
Hari ini kita akan meneliti ayat 4 sampai 7. Di dalam ayat ini, Tuhan memberikan jawaban bagi dunia yang
tidak memiliki jawaban. Dari sisi manusia tidak ada satupun cara yang bisa dipakai oleh manusia untuk
menyelamatkan diri. Namun demikian, Tuhan melalui firman-Nya telah memberikan solusi yang melampaui
pemikiran manusia. Jawaban Tuhan bagi manusia adalah hanya karena anugerah atau kasih karunia kita
diselamatkan (ay 5). Efesus 2:5 mengatakan, "Oleh kasih karunia kamu diselamatkan …." Kalimat inilah yang
menjadi jawaban bagi dunia. Firman Tuhan ini menjadi satu pegangan bagi iman Kristen bagaimana
manusia bisa diselamatkan. Di sini doktrin Kristen berpijak pada belas kasihan Allah. Dalam ayat ini
menggunakan kata rahmat. Kata rahmat dari kata eleos menunjukkan orang yang melihat sesamanya
dalam keadaan papa yang tidak ada pengharapan lalu muncul tangisan belas kasihan dan tekad untuk mau
menolong. Inilah rahmat. Rahmat inilah yang melandasi tindakan penyelamatan Allah bagi manusia yang
sudah tidak ada pengharapan dan sudah mati karena dosa-dosa dan pelanggaran-pelanggarannya.
Jadi, di sini kunci pertama adalah kesadaran kita mengerti rahmat yang melandasi konsep anugerah.
Konsep anugerah ini sangat penting bagi kita di mana dewasa ini banyak orang mengerti doktrin anugerah
secara sebelah pihak dan sebagai akibatnya banyak orang yang menghina anugerah. Doktrin anugerah
adalah doktrin yang penting sekali, namun sayangnya kita hanya mengerti satu sisi tetapi tidak mengerti sisi
yang lain. Tidak heran banyak orang mengatakan enak menjadi orang Kristen karena kita bisa berbuat dosa
semaunya karena menganggap keselamatan adalah anugerah.
Itu sebabnya, kita perlu mengerti anugerah dengan benar dan mengerti alasan Allah memberi anugerah. Di
dalam Efesus 2:4 mengatakan, "Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat (belas kasihan), oleh karena kasih-Nya
yang besar dilimpahkan-Nya kepada kita,…." Allah tidak dapat melihat orang yang di dalam keadaan papa
106
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
tanpa pengharapan. Inilah yang mendorong Dia untuk mengasihi dengan kasih yang terbesar berada di luar
kemampuan yang manusia dapat lakukan.
Di sini kita melihat ada dua sistem atau dua basis sifat Allah yang melandasi doktrin anugerah. Dua sifat
Allah ini harus di mengerti secara total baru kita bisa mengerti anugerah secara tepat. Pertama, manusia
betul-betul dalam keadaan papa dan tidak berpengharapan sama sekali. Efesus 2:4 dikatakan "Manusia
benar-benar berada dalam kondisi yang memerlukan rahmat." Dan Allah yang penuh rahmat itulah yang
harus mengulurkan tangan. Jadi kunci pertama mengerti anugerah adalah kesadaran bahwa saudara dan
saya adalah orang-orang yang di dalam keadaan tanpa pengharapan. Seorang yang sadar bahwa dia tidak
memiliki kemampuan yang bisa dia kerjakan untuk mendapatkan keselamatan. Orang-orang seperti inilah
yang disebut orang yang remuk hatinya, yang putus pengharapan. Kita adalah orang-orang yang seharusnya
dimurkai. Kita tidak mempunyai kesempatan apapun untuk mendapatkan keselamatan. Itulah titik di mana
kita mulai bersentuhan dengan anugerah Allah. Banyak orang Kristen tidak pernah mengerti anugerah
karena di dalam hati dia mengatakan perlu Tuhan Yesus tetapi bagaimanapun dia merasa masih cukup baik.
Jika kita menjadi orang Kristen tetapi tidak mengerti betapa fatalnya dosa, maka kita tidak memiliki
kesadaran akan pengertian anugerah secara tepat. Paulus adalah orang yang sadar akan hal ini. Itu
sebabnya di dalam Ef 2:3 mengatakan, "Pada dasarnya kami adalah orang yang harus dimurkai sama seperti
mereka yang lain."
Di sini Paulus mencoba melihat dari dua sisi: Pertama, apa yang Allah kerjakan dan kedua, manusia itu
sebenarnya siapa. Saya adalah orang yang harus dimurkai di lain sisi Allah yang kaya rahmat memberikan
rahmat. Allah yang penuh kasih memberikan kasih. Dua gambaran ini membuat seseorang sulit sekali
mengerti. Sebagai orang yang harus dimurkai maka kita seharusnya menerima murka Allah. Di lain pihak
kalau Allah adalah Allah yang penuh dengan belas kasihan maka manusia seharusnya dikasihi. Namun
sekarang manusia harus dimurkai, maka Allah mengasihi. Jika saya adalah obyek murka Allah harusnya
Allah murka, itu logis. Tetapi Alkitab mengatakan, kita adalah orang yang harus dimurkai maka Allah
berahmat dan mengasihi kita, ini sulit dimengerti. Ajaran anugerah adalah konsep yang sulit dimengerti
oleh manusia. Mengapa? Karena didasarkan pada dua sifat yang bertolak belakang yang tidak pernah bisa
dipertemukan oleh manusia. Anugerah adalah konsep yang sulit dimengerti oleh dunia. Manusia memang
tidak mampu dan tidak mungkin memparadokskan kedua sifat tersebut. Akibatnya manusia terjebak dan
jatuh pada satu sistem dan tidak bisa lagi melihat sistem yang lain.
Di dalam ayat 3 sampai ayat 7, ini menggambarkan kondisi dualistik. Di satu sisi berkenaan manusia di dalam
sejarah (ay 1- 3). Sedangkan ayat 4 sampai 7 berkenaan dengan tindakan Allah yang sudah diformat di dalam
kekekalan. Efesus 2:4-7 di sini menggunakan struktur aorist indikatif aktif. Tindakan ini keluar dari sifat sejati
Allah yang melampaui ruang dan melampaui waktu. Sedangkan Ef 2:1-3 menunjuk proses di dalam sejarah
menggunakan kondisi past tense. Di satu sisi kita adalah orang yang harus binasa di bawah murka Allah
namun di dalam kekekalan Allah sudah menyediakan rahmat-Nya, cinta kasih-Nya yang menjadi sifat dasar
Dia, yang mengharuskan Dia mengambil tindakan untuk menyelamatkan kita. Inilah anugerah yang begitu
besar yang Tuhan nyatakan kepada kita dan merupakan dua hal yang berjalan bersama-sama. Setelah kita
mengerti paradoks ini sekarang kita akan masuk pada pengertian doktrin anugerah itu secara keseluruhan.
Pertama, tindakan anugerah yang tidak mungkin bisa dipikirkan oleh pikiran manusia. Alkitab mengajarkan
bahwa kita adalah orang yang harus dimurkai, maka Allah memberikan rahmat dan cinta kasih untuk
menyelamatkan kita. Ini teori logika yang Alkitab sodorkan kepada kita. Pola inilah yang membuat doktrin
anugerah melampaui pikiran manusia. Ini menunjukkan salah satu bukti bahwa ajaran Alkitab melampaui
apa yang manusia bisa spekulasikan. Memang ini tidak bisa dimengerti kecuali Allah yang membuka konsep
107
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
ini. Jadi, jika kita mengerti konsep anugerah itu salah satu anugerah yang paling besar karena saudara
mengerti. (bnd Mat 13:10-13). Mari kita masuk ke dalam doktrin anugerah ini dengan ucapan syukur, karena
doktrin ini melampaui pikiran manusia tidak mungkin manusia bisa pikirkan. Jika kita memahami paradoks
antara murka Allah dan rahmat Allah, antara keadilan Allah dan cinta kasih ini merupakan anugerah yang
begitu besar yang Tuhan berikan kepada kita.
Kedua, anugerah adalah sesuatu yang tidak layak kita terima. Istilah anugerah itu sendiri menunjukkan
bahwa saya tidak layak menerima. Paulus mengatakan, "Kami adalah orang yang harus dimurkai." Kalimat
ini sangat final di dalam membahas kefatalan kita. Ini yang pertama-tama dibicarakan setelah itu barulah
Paulus bicara anugerah Tuhan. Saudara, doktrin anugerah adalah doktrin yang penting yang menunjukkan
Allah mengasihi dengan cara yang tidak bisa dibayangkan, tidak bisa diukur dan tidak bisa dikerjakan oleh
manusia. Ini merupakan tindakan pertolongan Allah yang begitu besar yang Tuhan berikan kepada setiap
kita. Jika kita mengerti ini kita tahu berapa besar nilai hidup kita di hadapan Tuhan. Dan ini juga dapat
membuat hidup kita mempunyai percaya diri bukan pada diri tetapi pada Tuhan yang menguatkan prinsip
dan kehidupan diri (bnd. teladan Ayub). Jika kita sadar akan konsep ini, kita akan hidup dengan penuh ucapan
syukur, melayani Tuhan dengan baik. Orang yang sadar bahwa semua yang ada di tangannya itu anugerah
Tuhan dia tidak berani bermain-main dengan itu. Dengan demikian kita bisa mempunyai pertanggungjawab
diri dan semangat yang rendah hati di hadapan Tuhan. Jika kita tidak mengerti anugerah Allah tidak heran
dunia ini menjadi rusak.
Ketiga, jika kita mengerti anugerah kita tahu anugerah itu bukan anugerah murahan. Banyak orang pikir
jika anugerah itu diberikan cuma-cuma itu berarti barang yang tidak ada harganya. Ini keliru. Memang
dunia banyak contoh seperti itu. Ini wajar karena dunia kita penuh dengan orang-orang egois. Dan orang
egois tidak mau memberi barang yang bagus. Tetapi berbeda dengan Tuhan. Tuhan memberi contoh yang
paling konkrit, dia beri anugerah yang paling besar. Alkitab mengajarkan anugerah yang diberikan kepada
kita dikerjakan dengan pembayaran harga yang paling mahal yaitu darah Anak Tunggal Allah sendiri. Semua
anugerah yang sudah diberikan kepada kita dikerjakan bukan dengan harga yang murah melainkan melalui
pengorbanan Anak-Nya Yang Tunggal yang telah mati untuk kita. Ini adalah anugerah yang terlalu mahal
yang harus dan bisa dikerjakan di tengah dunia. Dan ketika manusia mau mengerti anugerah dia tidak
mungkin mengerti karena itu terlalu mahal. Alkitab mengatakan harganya dibayar bukan dengan emas dan
perak tetapi dibayar dengan hidup Anak Tunggal Allah. Anugerah yang Allah berikan adalah merupakan
ungkapan cinta kasih yang tidak ada ukurannya di seluruh dunia. Cinta yang begitu besar sehingga Alkitab
mengatakan, "karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya
Yang Tunggal supaya barang siapa yang percaya tidak binasa melainkan memperoleh hidup yang kekal."
Kalimat ini bukan kalimat kosong. Allah sendiri telah mengirimkan Anaknya Yang Tunggal mati demi
menyelamatkan kita yang harusnya dimurkai oleh Tuhan. Anugerah Allah adalah anugerah yang telah
terbukti bukan sekedar kata-kata bahwa Allah mengasihi kita. Tuhan ingin kita belajar mencintai Dia
mengasihi Dia dengan segenap hati kita dengan segenap akal budi kita, segenap kemampuan kita dengan
seluruh keberadaan kita.
Saudara, jika hari ini kita telah belajar bahwa Tuhan begitu mengasihi kita. Masalahnya sekarang, seberapa
jauhkah kita berespon terhadap kasih Allah? Hari ini kalau kita boleh belajar dan mengerti anugerah Tuhan
yang begitu besar mari kita belajar berespon untuk anugerah itu. Berespon terhadap cinta kasih Tuhan
dengan tepat. Belajar bercermin dengan cinta kasih Dia. Maukah saudara.
Amin!
108
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
A
An
nu
ug
ge
erra
ah
h,, iim
ma
an
nd
da
an
nK
Ke
es
se
ella
am
ma
atta
an
n
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
8
Efesus 2:8-9
Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi
pemberian Allah,
9
itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.
merupakan berita yang sangat penting di dalam kekristenan. Kedua ayat ini dapat dikatakan
sebagai finalitas dari berita Injil, yang membedakan kekristenan dari agama maupun filsafat apapun yang
ada di dunia. Gereja ada dalam dunia jawabannya terdapat di ayat 8-9. Efesus 2:8-9, "Karena kasih karunia
kamu diselamatkan melalui iman itu bukan hasil usahamu tetapi pemberian Allah." Efesus 2:8-9 merupakan
berita terpenting yang tidak mampu di jawab oleh siapapun.
Efesus 2:8-9
Namun ayat 8-9 ini tidak bisa dilepaskan dari ayat 1-7. Berita ayat 8-9 merupakan konklusi dan juga
merupakan tindakan anugerah Allah untuk menjawab kesulitan dari ayat 1-3. Sedangkan ayat 4-7, berkenaan
bagaimana Allah yang penuh dengan rahmat memberikan anugerah. Ada beberapa hal yang kita akan
pikirkan sehubungan dengan ayat 8-9.
Pertama, Anugerah di dalam ayat 8 ini bukan sembarang anugerah. Alkitab mengatakan, "Karena anugerah
kita diselamatkan." Berita ini menjadi berita penting di mana finalitas kekristenan berhenti di sini. Dan ini
juga berhubungan dengan pertanyaan paling mendasar yaitu: "Siapa manusia? dan "Manusia mau ke
mana?" Pertanyaan ini berusaha dijawab oleh semua agama dan semua filsafat yang ada di dunia. Dan ini
juga menjadi pertanyaan yang serius di dalam hati kita.
Salahkah orang Kristen jika mempertanyakan pertanyaan ini? Tidak! Orang Kristen boleh membuat
pertanyaan yang sangat kritis. Mempertanyakan pertanyaan yang kritis tidak salah. Tapi bagaimana
mendapat jawaban dari pertanyaan tersebut itu yang menjadi masalah. Jadi, pertanyaannya tidak salah
tetapi jawabnya itulah yang salah. Di sini kita melihat, manusia yang tidak tahu dirinya siapa, bertanya
kepada dirinya sendiri. Jadi yang tidak memiliki jawaban bertanya kepada diri yang tidak memiliki jawaban.
Yang celaka, kita yang tidak tahu diri kita siapa, justru memberi kepastian jawaban. Jadi, yang seharusnya
berhak menjawab adalah yang punyak hak untuk menjawab. Dalam hal ini, hanya Tuhan yang berhak
menjawab, karena Dialah dasar kebenaran itu sendiri. Ketika manusia mau berusaha tahu manusia
berdasarkan diri yang tidak mengenal diri maka manusia tidak bisa menemukan jawaban yang tuntas. Salah
satu kelemahan dan ketidakmampuan manusia untuk mengenal dirinya adalah ketika manusia berusaha
mencari tahu manusia. Padahal manusia sudah berada di dalam keadaan rusak total setelah jatuh ke dalam
dosa. Hanya kembali kepada Alkitab manusia baru bisa mengenal dirinya sendiri. Alkitab mengatakan
manusia sudah mati di dalam dosa. Bahkan manusia bukan hanya mati tetapi juga sudah dibelenggu oleh
kuasa kematian yaitu kuasa dosa yang menjadikan dia menjadi budak dosa. Pikirannya adalah pikiran yang
109
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
berdosa. Hidup di dalam hawa nafsu dosa yang menjadikan dia budak dosa. Tidak ada kemungkinan bagi
manusia untuk bisa melepaskan diri kuasa dosa. Ini adalah fakta yang harus kita sadari!
Sesudah membicarakan ini, barulah Paulus membicarakan Ef 2:8-9, "Karena anugerah kamu diselamatkan."
Ayat ini menjawab problematika yang paling serius yaitu kematian. Mati adalah proses destruksi yang
menuju pada kehancuran. Paulus mengatakan bahwa di dalam dirinya kondisi mati terus menggerogoti dia
menuju kepada penghancuran total. Kondisi ini membawa manusia hanya pada satu jawaban yaitu menuju
kepada kematian yang kekal. Itu sebabnya jika manusia tidak kembali kepada Allah betapa mengerikannya
hidup manusia.
Paulus dalam Ef 2:4, membuka satu rahasia besar yaitu Allah yang penuh dengan rahmat mengirimkan
Kristus ke dalam dunia untuk mati menebus manusia. Inilah urgensi kekristenan di tengah dunia.
Kekristenan bukan salah satu agama di antara sekian banyak agama yang ada juga bukan salah satu
pemikiran filsafat di tengah pemikiran filsafat yang ada. Kekristenan adalah satu-satunya agama, satusatunya pikiran filsafat yang bisa menjawab dan menyelesaikan problematik yang paling berat bagi
manusia. Alkitab mengajarkan bahwa manusia berada di dalam kondisi mati. Di dalam situasi ini firman
Tuhan lebih lanjut mengajarkan bahwa Allah, karena kasih-Nya yang begitu besar telah mengirimkan anakNya Yang Tunggal, supaya barang siapa yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup
yang kekal (Yoh 3:16). Ini merupakan masalah yang serius, karena begitu seriusnya, Anak Tunggal Allah
sendiri, harus datang ke dalam dunia dan mati bagi orang berdosa.
Berita ini memang sulit dimengerti oleh manusia. Mengapa? Karena anugerah Allah menyelamatkan kita
melalui iman itu adalah pekerjaan Allah bukan usaha manusia. Manusia hidup di tengah dunia yang telah
dipengaruhi oleh humanisme, egoisme, evolusionisme merasa bahwa manusia harus berjuang. Demikian
juga berjuang untuk memperoleh keselamatan sedang kekristenan tidak demikian. Kekristenan
mengajarkan keselamatan itu mutlak anugerah dari Allah bukan berdasarkan usaha manusia. Tidak ada
satu unsur manusiapun yang bisa menyelamatkan manusia. Alasannya, karena manusia yang mati tidak
mungkin bisa berespon. Hanya berdasarkan anugerah Allah kita baru dapat berespon, dihidupkan dan
dibangkitkan. Di sini kita melihat mengapa keselamatan Kristen berbeda dari orang dunia. Orang dunia
tidak pernah bisa mengerti esensi manusia yang sudah jatuh dalam dosa. Orang yang mati tidak mungkin
bisa mengerti firman Tuhan kecuali orang tersebut dibangkitkan oleh Allah. Waktu orang tersebut
dibangkitkan oleh Allah berarti orang tersebut dalam kondisi pasif total. Dengan dasar ini tidak satu orang
Kristen yang sejati, menyombongkan diri, karena dia sadar ketika diselamatkan itu mutlak karena anugerah
Tuhan. Efesus 2:8-9 mengatakan, "Itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil
pekerjaanmu, jangan ada orang yang memegahkan diri."
Kedua, kita diselamatkan bukan hanya unsur anugerah, tetapi kita juga diselamatkan melalui iman. Dalam
Efesus 2:8, "… oleh iman…." Lebih tepat seharusnya melalui iman. Kedua kata ini - oleh atau melalui - jika
digunakan di dalam ayat 8 memiliki arti yang berbeda. Jika saya diselamatkan oleh iman itu berarti iman
menjadi pelaku penyelamat. Jadi, waktu saya mengatakan saya diselamatkan oleh iman itu berarti iman
memiliki kuasa besar untuk menyelamatkan saya. Jadi iman itulah pelakunya. Imannya itulah tuhannya.
Inilah yang menjadi kesalahan fatal dari pada konsep faith movement. Alkitab mengatakan, ‘tidak!’ Kita
diselamatkan bukan oleh iman tetapi melalui iman. Artinya iman itu menjadi jalur keselamatan yang dipakai
oleh Tuhan untuk menyelamatkan kita. Mengapa ini penting? Karena di sinilah seringkali terjadi konflik
yang membuat kita tidak sadar apa yang sedang terjadi di dalam diri kita ketika kita bertobat. Di satu pihak
yang mau percaya dan bertobat adalah saya. Jadi kesimpulannya karena saya yang mau bertobat dan
beriman, tetapi tidak, iman dan pertobatan hanyalah menjadi saluran belaka. Kita bisa beriman dan bisa
110
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
bertobatpun itu merupakan pemberian Allah. Jadi iman itu sendiri adalah instrumen yang Tuhan pakai
untuk kita bisa diselamatkan. Dan iman ini sendiri diberikan oleh Tuhan Allah. Iman bukan hasil usaha kita,
bukan kehebatan manusia, bukan kemampuan manusia untuk berjuang, bukan sesuatu yang menjadi
modal manusia untuk mendapatkan keselamatan tetapi iman adalah pemberian Tuhan. Biarlah ini boleh
menyadarkan kita, jika kita bisa berimanpun, itu adalah pemberian Tuhan. Iman adalah sarana yang Tuhan
berikan untuk kita bisa bersekutu kembali dengan Tuhan.
Jadi, kita diselamatkan karena anugerah melalui iman, ini bukan usaha manusia! Jika demikian bagaimana
seharusnya kita berespon kepada Tuhan.
Pertama, kita tidak bisa sombong di hadapan Tuhan. Kita harus hancur di hadapan Tuhan, tunduk betulbetul di hadapan Tuhan dan mengakui Dia di dalam hidup kita. Dialah Allah kita, hanya kepada Dia-lah kita
taat.
Kedua, kita rela dipakai untuk memberitakan Injil di sekeliling kita. Mari kita rela dipakai oleh Tuhan untuk
mengajak lebih banyak lagi orang yang belum Kristen untuk mendengar firman Tuhan dan memberitakan
Injil keselamatan. Saudara biarlah Tuhan memakai kita menjadi saluran berkat bagi orang lain.
Akhirnya, jika kita sudah diselamatkan, biarlah kita boleh berkata, "Tuhan, jika Engkau sudah memberikan
anugerah yang begitu besar kepadaku, sekarang biarlah aku boleh dipakai oleh Tuhan untuk menjadi
hamba-Mu sepenuh waktu." Biarlah ini sungguh-sungguh menjadi tekad kita di hadapan Tuhan. Maukah
saudara?
Amin!
111
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
P
Pe
errjja
an
njjiia
an
nK
Ke
errjja
a
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
Efesus 2:9-10
9
itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.
10
Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan
baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.
ini menjadi bagian konklusi dan penutup dari Efesus 2:1-10. Banyak orang khususnya dari
kalangan Injili berhenti hanya pada ayat 8 yaitu hanya dalam konteks keselamatan yang jawabnya ada di
dalam ayat 8. Ini tidak salah, memang kita memerlukan keselamatan namun jika kita hanya berhenti pada
ayat 8, ini merupakan kesalahan yang fatal. Tidak heran konsep ini mengakibatkan semua kehidupan gereja,
semua pelayanan gereja hanya diarahkan untuk menuju satu titik yaitu bagaimana saya bisa diselamatkan.
Akibatnya gereja menjadi lumpuh dan tidak menjalankan apa yang Tuhan mau.
Efesus 2:9-10
Namun, Alkitab tidak hanya berhenti pada ayat 8 tetapi sampai pada ayat 10. Di dalam Ef 2:10, Tuhan tidak
hanya menyelamatkan kita. Keselamatan bukan titik akhir. Di dalam ayat 9-10 Paulus mulai bermain kata
dengan mengatakan kalau kamu diselamatkan jangan sombong itu bukan hasil kerjamu tetapi hasil kerja
Allah. Kita dikerjakan di dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah
sebelumnya. Di sini kerja dikontraskan bukan kita yang berinisiatif. Tapi kerja kita adalah hasil inisiatif Allah.
Setelah itu Tuhan menuntut kita untuk kerja yang baik yang sudah dipersiapkan Allah sebelumnya.
Penjelasan ini memberikan kepada kita totalitas dari inti panggilan kita sebagai manusia. Berdasarkan
konsep ini kita mengerti siapa sebenarnya manusia dan apa maksud Tuhan ketika kita diselamatkan.
Jawabnya di dalam theologi reformed dikenal dengan istilah Covenant of work.
Kita diselamatkan bukan titik akhir dari tujuan hidup kita melainkan kita diselamatkan untuk mengerjakan
pekerjaan baik yang sudah dipersiapkan Allah sebelumnya. Inilah misi kerja yang menjadi panggilan Tuhan
pada kita. Jadi kita dipanggil untuk bekerja. Konsep ini sudah ada sejak manusia belum jatuh dalam dosa
(lihat Kej 2:15) yaitu Tuhan mencipta kita untuk bekerja. Jadi kerja adalah keharusan. Menghentikan orang
dari bekerja berarti membuat orang mati. Masalahnya, kerja seperti apa yang harus kita kerjakan?
Jawabnya di sini kita harus kembali kepada Tuhan tentang kerja.
Apakah kerja? Banyak orang bekerja namun tidak tahu definisi kerja. Alkitab memberikan kita definisi kerja
yang sangat baik. Kerja adalah menggenapkan rencana Allah di dalam hidup kita (work is accomplishing God in
us). Jadi kerja adalah bagaimana saudara dan saya menggenapkan apa yang Tuhan persiapkan untuk Tuhan
kerjakan melalui kita sampai selesai. Pengertian kerja ini sangat mempengaruhi seluruh filosofi kerja kita.
Jadi apa pengertian kita tentang kerja itu sangat mempengaruhi bagaimana kita bekerja. Bekerja bukan
karena sesuap nasi. Bekerja juga bukan karena uang dan yang terakhir bekerja juga bukan karena tanggung
jawab terhadap pekerjaan. Memperbudak diri kepada apa yang ada di bawah kita ini merupakan satu
112
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
kesalahan yang akhirnya membuat kita hidup stres. Saudara, ketika kita melakukan pemilihan kerja, kita
harus mempertimbangkan apa yang harus kita kerjakan dan dengan cara demikian kita tahu bekerja bukan
dengan motivasi yang salah tetapi kembali kepada inti yang benar.

Pertama, berkenaan dengan True order atau ordo yang tepat. Alkitab mengajarkan bukan kita yang kerja
melainkan Allah yang kerja sehingga kita harus reaktif terhadap pekerjaan Allah. Kita hanya mengerjakan
apa yang boleh diturunkan oleh Tuhan. Sumber kerja adalah Tuhan, yang menurunkan kerja adalah
manusia. Ini perbedaan antara apa yang diajar Allah dengan apa yang diajar dunia dan agama lain. Agamaagama lain mengajar tuhan atau dewanya bereaksi lebih dahulu. Jadi saya beraksi baru tuhan atau dewa
bereaksi. Saya bertindak maka tuhan yang menjawab. Contoh misalnya cerita tentang Elia dengan nabi-nabi
baal. Juga di Tiongkok Confusius sangat memikirkan hal ini.
Confusionisme bukan agama melainkan satu filsafat. Di dalam Confusius asli sangat memikirkan relasi antar
manusia. Confusius menegakkan 5 (lima) relasi dan di dalam lima relasi ini seluruhnya berbentuk struktur
atas bawah. Confusius mengajarkan bagaimana relasi atas bawah secara tepat walaupun akhirnya
Confusius gagal, karena ketika membicarakan relasi relatif ia tidak memiliki acuan mutlak. Bawah ke atas
harus taat dan setia. tetapi di dalam praktek antara yang di atas dengan yang di bawah sama secara status.
Ini menjadikan kekacauan antara status dan ordo sehingga menimbulkan eksesnya di dalam relasi yaitu
selalu terjadi penindasan antara atasan terhadap bawahan. Di dalam sejarah kebudayaan Tiongkok kita
melihat selalu sifat ini muncul di mana atasan selalu menekan bawahan. Jika kita hanya mengerti ordo dari
sudut relativitas kita akan terjebak ke dalam kerusakan kekacauan pemikiran antara ordo dengan status.
Ordo yang sejati adalah melihat bagaimana saya mengaitkan diri dengan Allah. Di mana Allah menjadi
sumber dan saya menjadi reaksinya. Cara seperti ini baru membuat kita mempunyai konsep yang tepat
untuk kerja. Jika kita bekerja jangan kita berpikir bahwa ini pekerjaanku, ini hasil kerjaku. Semua yang bisa
kita kerjakan, kita lakukan itu adalah karena Tuhan yang memberi anugerah. Semua yang ada di tangan kita
bukan milik kita. Semua yang kita miliki merupakan anugerah dari Tuhan. Jadi jika kita bisa bekerja dan bisa
melayani itu semua adalah anugerah Tuhan. Dan tugas kita adalah menggenapkan apa yang Tuhan mau
saya kerjakan.
Kedua, bukan hanya true order (ordo yang sejati), tetapi yang kedua Alkitab mengatakan "Kamu harus
mengerjakan pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah sebelumnya." Beberapa Minggu yang lalu kita sudah
membahas tidak ada pekerjaan baik yang bisa menyelamatkan kita baik secara logika maupun berdasarkan
Alkitab. Jika demikian apakah berarti tidak ada pekerjaan baik? Bukankah Alkitab baru saja mengeluarkan
istilah pekerjaan baik. Benar, tetapi Alkitab menyatakan kalimat ini pada bagian akhir dari Efesus 2 ini.
Pekerjaan baik di sini bukan agar kita diselamatkan melainkan sesudah kita diselamatkan.
Kalimat "pekerjaan baik" di sini menunjukkan ada pekerjaan yang tidak baik. Dan bekerja yang baik bukan
berarti menurut kita baik menjadi baik. Tetapi kerja yang baik adalah kerja yang sudah dipersiapkan Allah
sebelumnya. Dia mau supaya kita hidup di dalamnya. Jadi kalau demikian apakah kebajikan yang sejati itu?
Baik yang sejati di dalam kerja bukan kita yang menentukan. Kebajikan asli adalah ketika itu ditetapkan oleh
Tuhan. Jika Tuhan mengatakan itu pekerjaan baik maka itu pekerjaan baik. Dan yang Tuhan katakan tidak
baik itu tidak baik. Ini bukan hanya dalam urusan sekuler melainkan juga bagaimana kita bekerja di dalam
pekerjaan Tuhan. Jangan kita pikir kalau kita melayani, melayani itu baik, tidak semua. Baik terdiri dua
macam di mana baik yang sejati harus ditentukan oleh Tuhan yang menentukan, kebaikan bukan baik
113
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
menurut apa yang kita pikir baik. Jika kita mengerjakan apapun menurut rencana, sudut pandang dan
acuan dari Tuhan untuk kita bekerja maka itu baru baik. Tetapi kalau kita melihat baik dari sudut pandang
kita maka kita akan tertipu. Marilah kita belajar bergumul di hadapan Tuhan untuk mengerti baik yang asli
berdasarkan acuan yang sejati.
Ketiga, bukan hanya true order, true goodness tetapi juga true work. Kerja yang sejati. Jika ada kerja yang
sejati berarti ada kerja yang tidak sejati. Tuhan menginginkan kita bekerja dengan cara kita kerja adalah
bekerja seperti yang Tuhan mau kita bekerja. Baru itu dinamakan mengerjakan pekerjaan Tuhan. Bekerja
bukan kerja menurut apa yang kita mau itu bukan kerja yang sejati. Kerja yang sejati adalah menggenapkan
apa yang Tuhan mau kita kembali kepada rencana Allah. Barulah kerja kita bisa berjalan secara temporer.
Kalau kita bekerja di dalam temporer waktu berdasarkan konsep temporer waktu kita akan rusak. Itu
sebabnya konsep temporer waktu harus dikembalikan kepada kekekalan sebagai acuan daripada temporer
waktu. Sehingga penggenapan totalitas itu akan terjadi di dalam waktu.
Dengan demikian penggenapan daripada rencana dinamika sementara itu kembali bereferensi kepada
kekekalan Allah. Maksudnya apa yang sudah dipersiapkan Allah sebelumnya Dia mau menggenapkan itu.
Dan penggenapan ini dijalankan di dalam dinamika waktu dan perjalanan di dalam dinamika waktu ini harus
kembali kepada rencana kekal Allah. Jika kita bekerja dengan prinsip seperti ini baru seluruh kerja kita
mempunyai nilai yang luar biasa indah. Biarlah ketika kita bekerja, pekerjaan itu harus kembali untuk
kemuliaan nama Tuhan sehingga waktu kita kerja kita tidak stres. Biarlah waktu kita bekerja kita boleh
bertanya: Kerja buat apa? Mau apa? Dan cari apa?
Saudara biarlah kita selalu siap kalau Tuhan memberi kerjaan apa (always keep available). Saya rasa kita perlu
belajar semangat ini terus menerus. Tapi jangan cari kerjaan sendiri. Saudara saya mengharapkan setiap
kita bisa memikirkan apa yang Tuhan mau. Dan hanya keep available mau mengerjakan apa yang Tuhan
perkenankan kita kerjakan. Sejauh yang Tuhan mau kembangkan itu jangan tolak itu harus dikerjakan.
Tetapi kalau Tuhan tidak memimpin, tidak perlu cari kerjaan. Kita juga harus cari kerja dengan acuan yang
tepat. Sehingga akhirnya kita tidak sibuk untuk hal yang tidak ada artinya. Pertanyaannya adalah terakhir
setelah selesai bagaimana? Saya bertanggung jawab semua apa yang Tuhan tanggungjawabkan kepada
kita. Menggenapkan pekerjaan baik yang bisa kita genapkan secara total untuk kemuliaan nama Tuhan.
Dengan semua hasilnya kembali kepada Tuhan, karena memang itu yang Tuhan suruh.
Saudara, mari kita gumulkan kembali seluruh etos kerja kita dan seluruh filsafat kerja kita. Mari kita
bereskan sehingga kehidupan kita tidak diganggu oleh hal-hal yang tidak perlu. Biarlah kita boleh bekerja
secara tepat dan itu menjadikan kita hidup lebih bernilai. Minggu depan kita akan masuk lagi ke dalam
detail tentang kerja supaya ide kita tentang kerja lebih kokoh lagi.
ini membicarakan misi panggilan yang paling sentral dan paling krusial dari hidup manusia.
Siapakah manusia? Mengapa manusia ada? Untuk apa manusia ada di sini? Kemanakah perjalanan hidup
manusia? Pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang penting. Manusia tidak sekedar ada dan mereka ada
bukan hanya untuk cari uang. Alkitab mengatakan manusia berada dalam kondisi mati. Ini menjadi jawaban
yang paling sulit dimengerti oleh manusia. Mati di sini bukan sekedar mati, bukan berarti berhenti
berproses tetapi mati adalah proses di mana ia sudah tidak mampu lagi mengalami perlawanan terhadap
proses luar yang menghancurkan diri. Proses kematian adalah di mana kuasa kematian sedang
menghancurkan manusia baik secara fisik maupun secara rohani, baik secara fenomena maupun nomena,
baik secara tampak muka maupun secara essensial di mana manusia sedang menuju kepada pemisahan
total antara dia dengan sumber hidup-Nya. Tidak ada perbuatan baik apapun yang bisa kita kerjakan untuk
Efesus 2:10
114
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
mendapatkan kehidupan kekal kecuali sebagaimana yang dikatakan dalam Ef 2:6-9. Hanya melalui anugerah
kita bisa diselamatkan melalui iman kepada Yesus Kristus yang telah menghidupkan kita kembali. Inilah
satu-satunya jalan bagi penyelesaian dosa manusia. Keselamatan bukan titik akhir hidup manusia tetapi
justru titik awal kehidupan baru kita. Sesudah dihidupkan kembali maka Tuhan mempunyai rencana yang
indah bagi manusia. Dalam Ef 2:10, Tuhan mau kita kembali kepada status yang seharusnya seperti ketika
manusia belum jatuh dalam dosa.
Di dalam Kej 2:15 Tuhan mengatakan, "Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam
Taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu." Dalam teologi reformed ini disebut The
covenant of work (Perjanjian Kerja). Perjanjian kerja ini ditentukan oleh Tuhan di dalam mengikatkan diri
dengan manusia. Ini berarti manusia mempunyai status yang unik di hadapan Tuhan yang tidak dimiliki oleh
binatang. Jadi manusia dicipta oleh Tuhan untuk menggenapkan apa yang Tuhan ingin manusia kerjakan. Di
sini berarti ada satu ordo atau urutan. Mengerti ordo ini menjadikan kita tidak bingung di tengah
perjalanan hidup kita.
Demikian juga ketika kita diselamatkan, Tuhan memanggil kita untuk kembali mengerjakan pekerjaan baik
yang sudah dipersiapkan Allah sebelumnya. Allah mau kita hidup di dalamnya. Berkenaan dengan hal ini
kita harus masuk ke dalam pengertian kerja yang sesungguhnya. Di sini ada tiga hal yang harus kita pikirkan:
Pertama, misi kerja dari Covenant of work itu apa? Ketika kita diselamatkan, Allah sudah mempunyai
pekerjaan baik yang sudah dipersiapkan Allah sebelumnya. Dan Ia mau kita ada di dalamnya. Kalimat ini
menunjukkan semua pekerjaan yang kita boleh kerjakan dan mungkin kerjakan itu harus dikonfirmasikan
apakah itu cocok. Di dunia ini banyak pekerjaan tetapi kerja manakah pekerjaan baik yang dipersiapkan
Allah untuk saya, saudara dan kita semua. Untuk mengerti ini seringkali kita menghadapi kesulitan karena
pemikiran kita selalu dualistik. Jika ditanya kerja itu apa? Jawabnya ada dua bagian. Kerja terdiri dari dua
kelompok yaitu satu kelompok rohaniawan dimana mereka bekerja sebagai rohaniawan, mereka masuk
seminari dan hidup sebagai biarawan atau biarawati dan memikirkan masalah rohani. Kelompok lain
disebut layman atau kelompok awam yaitu orang-orang yang tidak menyentuh wilayah teologi tetapi
berkecimpung dalam wilayah sekuler seperti dokter, insinyur, ekonom, bisnisman, hukum dsb. Kelompok
ini tidak boleh membaca Alkitab. Sebaliknya wilayah rohaniawan juga tidak boleh jadi manajer atau seorang
profesional.
Pengelompokan ini didobrak habis oleh Reformasi sehingga dewasa ini pembedaan secara struktural sudah
tidak ada termasuk di dalam Roma Katolik sendiri. Namun dalam kehidupan kita, perbedaan ini tetap masih
ada. Sebagai contoh orang yang ingin masuk sekolah teologi bergumul luar biasa sedangkan yang ingin
kuliah di dunia sekuler seringkali mereka tidak bergumul, hanya mencari mana tempat yang bisa membuat
dia sukses dalam arti bisa mendapatkan uang yang banyak. Tidak heran banyak orang bekerja namun tidak
tahu apa yang Tuhan mau kita kerjakan di dalam dunia kerja kita. Karena konsep dualisme ini masih
mencengkeram dalam hati orang Kristen. Alkitab mengatakan tidak! Semua pekerjaan sama dan setiap
bidang merupakan panggilan Tuhan untuk kita kerjakan. Kita adalah orang Kristen yang ditempatkan atau
dipanggil oleh Tuhan di bidang kita masing-masing. Di dunia ekonomi, konglomerat, politik, hukum, sosial
dsb. Sebagai orang Kristen yang Tuhan panggil, saya harus mengerjakan bidang ini seperti yang Tuhan mau.
Dengan demikian panggilan kita jelas. Siapa saya? Saya adalah anak Tuhan yang dipanggil di bidang
pekerjaan yang sudah Tuhan persiapkan untuk saya kerjakan. Jika kita mengerti ini maka sejak kita studi
sampai kita bekerja kita tidak bekerja menurut apa yang dunia mau tetapi menurut apa yang Tuhan siapkan
untuk saya kerjakan.
115
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Kedua, nilai kerja. Waktu kita bekerja siapa yang menjadi penilai kerja kita? pekerja dibanding dengan
pekerjaan, mana yang lebih tinggi? Jawabnya adalah pekerja. Ini harus jelas sesuai dengan ordo yang Tuhan
inginkan, baru sesudah itu pekerjaan. Jadi urutannya adalah Tuhan, pekerja dan pekerjaan. Kemudian di
tengah-tengah dunia kerja, siapa yang menilai kita? Pekerjaan yang menilai kita atau kita menilai pekerjaan,
kita diatur pekerjaan atau kita mengatur pekerjaan. Banyak orang bekerja tidak berdasarkan nilai kerja yang
sejati karena dia tidak tahu siapa yang berhak menilai pekerjaannya. Akibatnya dia menjadi budak dari
pekerjaan dan dia tidak bisa keluar karena dikunci oleh pekerjaannya. Di sini terjadinya kebingungan posisi
karena tidak tahu bagaimana menilai posisi dan bagaimana menetapkan nilai kerja. Tidak heran, banyak
orang Kristen yang bertanya-tanya sebetulnya ketika dia bekerja siapa yang menilai hasil kerjanya. Ketika
saya bekerja saya tidak mau mencantumkan honor saya karena memang itu bukan hak saya. Itu adalah hak
pimpinan saya. Tugas saya adalah bekerja mempertanggungjawabkan pekerjaan saya di hadapan Tuhan. Itu
hak saya dan itu tanggung jawab saya. Selebihnya biar pimpinan bertanggungjawab. Banyak orang kerja
hari ini hanya memikirkan berapa besar gaji dan fasilitas yang dia peroleh.
Cara seperti ini membuat kita terjual kepada pekerjaan kita. Seolah-olah pekerjaan itulah yang membeli diri
kita dan akhirnya kita menjadi budak dari pekerjaan itu. Kita perlu mengerti bahwa kita bekerja di
perusahaan karena tanggungjawab kita di hadapan Tuhan. Dan tugas kita mengerjakan sebaik mungkin, apa
yang Tuhan mau kita kerjakan. Kita jangan mau menjadi budak perusahaan atau budak kerja. Banyak orang
Kristen dewasa ini begitu lemah karena dia sudah gagal mengerti prinsip dan etos kerja Kristen. Pekerjaan
itu budak kita dan kita yang seharusnya menguasai pekerjaan. Jika kita sampai dikuasai oleh pekerjaan
maka Tuhan akan ditempatkan paling bawah oleh kita.
Dalam kasus seperti ini kita harus kembali, tahu nilai kerja kita di mana? Siapa yang menentukan kita
berhasil atau tidak? Nilai kerja kita sangat ditentukan oleh Tuhan yang menilai kerja kita. Jadi penilaian
kerja kita tidak dilihat berapa gaji kita, berapa banyak fasilitas yang kita dapatkan tetapi nilai kerja kita
sangat ditentukan oleh apa yang Tuhan mau kita kerjakan dan kita bertanggung jawab di hadapan Tuhan.
Itulah inti pertama dari panggilan kerja kita. Sedangkan honor yang kita terima merupakan reward atau
upah yang Tuhan perkenankan kita nikmati sebagai bagian tanggung jawab yang kita sudah kerjakan
dihadapan Tuhan. Tuhan mengatakan bahwa setiap kerja ada upah yang Tuhan berikan. Tuhan tidak
bermain-main dalam hal ini (bc. Roma 4). Di dalam kekeristenan kalau kita memiliki etos kerja yang baik di
hadapan Tuhan kita tidak pernah takut untuk kerja kita.
Ketiga, keindahan dan kenikmatan kerja. Jika kita bisa bekerja seperti ini, itu menjadikan kita sungguhsungguh nyaman dalam bekerja. Satu pekerjaan yang bisa kita nikmati dalam kebahagiaan yang indah.
Kerja itu bukan beban tetapi kerja merupakan satu kenikmatan. Jika kita bekerja, kerja menjadi satu
panggilan dan itu membuat kita kuat. Seringkali di dalam banyak aspek kita kerja menghadapi tekanan yang
besar sekali tapi waktu kita ingat bahwa kita kerja karena panggilan Tuhan yang mau kita kerja di dalamnya
itu membuat kita bisa bertahan dalam bekerja. Di tengah-tengah krisis seperti sekarang ini kalau kita
bekerja berdasarkan pemikiran kita sendiri, kita akan tegang tetapi kalau kita tahu kita bekerja karena
Tuhan panggil kita di situ, kita akan tenang. Krisis boleh datang tetapi jika kita sadar bahwa kita bekerja
sedang menggenapkan apa yang Tuhan mau kita kerjakan, kita akan tenang.
Dengan demikian kita tidak perlu takut karena kita tahu Tuhan yang memiliki pekerjaan untuk setiap kita.
Dia mau kita hidup di dalamnya. Itu kuncinya! Jika kita hidup di dalam seluruh misi kerja yang sudah
dipersiapkan Allah sebelumnya, akankah kita kehilangan seluruh enjoy dalam kerja? Akankah kita kehabisan
pekerjaan? Tidak mungkin! Apabila selesai apa yang Tuhan tetapkan maka kita kembali kepada Bapa. Ini
116
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
adalah kenikmatan pekerjaan di hadapan Tuhan. Kalau kita kerja melawan apa yang Tuhan mau, hidup akan
tegang sekali. Mari kita berjalan di dalam apa yang Tuhan mau, di dalam pola yang Tuhan mau. Kerja
seperti ini nikmat sekali karena kita belajar menyerahkan pada Tuhan. Waktu kita bekerja, di mana Tuhan
memimpin kita bekerja, kita akan benar-benar menikmati pekerjaan itu. Silakan Tuhan yang menilai kerja
kita. Biarlah ini menjadi satu sukacita dan semua hasil, kita melihat Tuhan memimpin satu persatu langkah
kita. Saya percaya di dalam krisis yang semakin berat kalau kita boleh belajar taat kepada Tuhan, kita tahu
Tuhan masih mempunyai pekerjaan yang harus kita kerjakan asal kita mau setia kepada Tuhan. Alangkah
rendah kalau kita kerja hanya demi sesuap nasi. Mari kita memiliki nilai yang lebih tinggi sehingga hidup
kita jauh terangkat dan kesukacitaan kerja itu bisa kita nikmati. Saudara kiranya ini boleh menguatkan kita
ketika kita menapaki hidup kita, sampai akhirnya menyelesaikan seluruhnya kita bisa mengatakan Tuhan ini
aku, aku sudah selesaikan semuanya. Lalu Tuhan mengatakan:
"Oh marilah ke sini hamba-Ku yang baik yang setia. Engkau sudah setia mengerjakan pekerjaan yang
kuserahkan padamu. Mari masuklah ke dalam kebahagiaan tuanmu, mari kita bersama-sama menikmati
keindahan kebahagiaan bersama tuanmu." Biarlah pada saatnya nanti kita selesai mencapai garis akhir dan
kita bisa mendapatkan mahkota dari Tuhan. Inilah sukacita yang tidak ada bandingannya. Inilah nilai
tertinggi yang mungkin kita capai ditengah sepanjang perjalanan hidup kita, jangan biarkan hidup anda
dibuang sia-sia.
Amin!
117
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
M
Mu
us
sa
ap
pe
em
miim
mp
piin
np
piilliih
ha
an
nT
Tu
uh
ha
an
n
Oleh: Pdt. Pieters K. Pindardhi
Nats:
1
Keluaran 3:1-10
Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di
Midian. Sekali, ketika ia menggiring kambing domba itu ke seberang padang gurun,
sampailah ia ke gunung Allah, yakni gunung Horeb.
2
Lalu Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari
semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan
api.
3
Musa berkata: "Baiklah aku menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang
hebat itu. Mengapakah tidak terbakar semak duri itu?"
4
Ketika dilihat TUHAN, bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah
dari tengah–tengah semak duri itu kepadanya: "Musa, Musa!" dan ia menjawab: "Ya,
Allah."
5
Lalu Ia berfirman: "Janganlah datang dekat–dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu,
sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus."
6
Lagi Ia berfirman: "Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub."
Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah.
7
Dan TUHAN berfirman: "Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat–
Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh
pengerah–pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka.
8
Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan
menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri
yang berlimpah–limpah susu dan madunya, ke tempat orang Kanaan, orang Het, orang
Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus.
9
Sekarang seruan orang Israel telah sampai kepada–Ku; juga telah Kulihat, betapa
kerasnya orang Mesir menindas mereka.
10
Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat–Ku,
orang Israel, keluar dari Mesir."
Hari ini kita akan merenungkan satu topik tentang "Musa Pemimpin Pilihan Tuhan." Topik ini dapat
dikembangkan lebih jauh berkaitan dengan bagaimana Allah memimpin orang-orang Kristen untuk
melayani Dia dan menjadi hamba-hamba-Nya. Topik mengenai "Musa pemimpin pilihan Allah" itu dapat
dikaitkan dengan bagaimana prinsip-prinsip yang terjadi dalam Allah memanggil Musa, jikalau dikaitkan
dengan kita. Hari ini saya mengajak kita belajar lima alasan Musa yang hampir saja mengubur Musa. Alasan
musa ini merupakan alasan yang hebat dan itu secara orisinil bisa juga muncul dalam benak kita yang kita
pikir inilah alasan yang hebat namun setelah kita bandingkan dengan Musa ternyata alasan itu pernah
118
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
dipakai oleh Musa juga. Dan jikalau itu alasan hebat bagaimanakah Tuhan memberikan alasan yang tepat
sehingga Musa akhirnya harus mengikuti apa yang Tuhan mau.
Pertama, Musa merasa kurang mampu (Kel 3:10-11). Di dalam bagian ini kita melihat bagaimana jawaban
Musa terhadap pertanyaan Tuhan. Jawaban Musa terhadap Tuhan merupakan suatu pertanyaan retoris
yang seolah-olah suatu pertanyaan yang sulit bagi Tuhan. Di sini alasan yang pertama yang Musa berikan
adalah Musa merasa kurang mampu. Hal ini dapat kita mengerti, karena pada waktu seseorang memasuki
usia yang kira-kira melebihi 50 tahun maka secara biopsikososial ia tidak mengalami kebugaran lagi atau
biopsikososial itu hampir tidak ada lagi. Jadi kebugaran secara biologis, secara psikologis, secara sosiologis
itu mengalami pengurangan yang banyak sekali.
Seorang ahli mengatakan seorang yang berusia 50 tahun ke bawah 10% nya mengalami sumbatan serotik di
batang leher. Sumbatan ini akan mengakibatkan kekurangan pengurangan saluran darah ke otak dan itu
akan mengakibatkan penurunan daya pikir. Dan 40% orang yang berusia 50 tahun ke atas mengalami
penyumbatan semacam ini. Perhatikan Musa sudah berusia 80 tahun tatkala Tuhan memanggil sehingga dia
merasa sudah tua, sudah rapuh dan sudah tidak berdaya. Siapa saya Tuhan? Ini merupakan satu ungkapan
yang dilontarkan Musa kepada Tuhan yang seolah-olah logis dari sisi Musa. Waktu Musa memberikan
sanggahan ini, apakah yang menjadi jawaban Tuhan? Tuhan menjawab, "Bukankah Aku akan menyertai
engkau."
Di sini waktu Musa mengungkapkan aku tidak mampu Tuhan, sanggahannya dihadapkan dengan
keberadaan diri Allah. Kamu akan berhadapan dengan Firaun bukankah Aku menyertai engkau. Dengan
demikian Tuhan sedang menegaskan diri dengan satu pribadi yang lebih besar daripada Firaun, yang lebih
perkasa, lebih hebat daripada Firaun. Dan jikalau Musa mengatakan tugasku terlalu besar Tuhan membawa
bangsa Israel, Tuhan juga mengatakan, "Lihatlah Aku, Aku menyertai engkau." Itu berarti Tuhan yang
berkarya melalui hidup Musa.
Lihatlah pribadi Tuhan, lihatlah Tuhan adalah Tuhan yang berkarya. Itu yang dimaksud Tuhan dengan
jawaban ini. Jangan pandang dirimu yang merasa tidak mampu atau tidak berdaya, ada Tuhan yang
berkarya melalui dirimu. Itu menjadi alasan yang cukup untuk engkau bergerak. Musa pasti menjadi gentar
karena kalau kita lihat di pasal tiga dia dari seorang gembala sekarang dia dipanggil untuk menjadi
pemimpin bangsa Israel dan harus memimpin orang yang begitu banyak. Ini tidak mudah! Tapi Tuhan
mengatakan, "Bukankah Aku menyertai engkau? (ay 12) Di sini kita dapat menyimpulkan bahwa Allah
adalah oknum yang ribuan tahun pakar di dalam menolong manusia." Hal ini harus menjadi kesimpulan dari
setiap anak Tuhan dari jawaban terhadap Musa.
Kedua, Musa merasa kurang mengerti (Kel 3:13). Sanggahan Musa yang kedua Musa merasa kurang
mengerti, merasa kurang mampu. Musa berpikir kalau nanti dia bertemu dengan orang-orang apa yang
harus saya katakan, Tuhan? Saya tidak tahu harus bicara apa? Setelah Musa memberikan sanggahan
semacam ini. Tuhan memberikan jawaban kepada Musa, "Aku adalah Aku." D isini Allah memberikan solusi
kepada Musa dengan menjelaskan tentang diri-Nya. Allah menjawab, "Aku adalah Aku." (I Am that I Am) Ini
menunjukkan bahwa Allah merupakan keberadaan yang terus ada dan tidak berubah. Di dalam kalimat ini
Allah mengatakan, "Inilah aku Allah yang tidak berubah di dalam janjiKu untuk menjaga umat keturunan
Abraham ini, Aku yang tidak berubah di dalam rencana-Ku. Ini adalah ketidakberubahan yang menjadi ciri
kesempurnaan Allah dan semua ini akan digenapi. Ketidakberubahan ini menjadi ciri kesempurnaan Allah
yang diperkenalkan Allah kepada musa. Waktu Musa merasa kurang mengerti,
119
Ringkasan Khotbah – Jilid 1

1.
Tuhan memberikan pengertian tentang siapa diri-Nya?
Allah menyatakan strategi-Nya (ay 15-16). Di sini Allah menyuruh Musa untuk menemui para tua-tua
Israel di mana melalui mereka nanti diberikan dan dijabarkan hal yang Allah akan sampaikan. Dan Tuhan
akan memberikan bimbingan untuk apa yang harus dia katakan.
2.
Allah juga memberikan pengharapannya (ay 18). Kata ‘dan bilamana mereka mendengar
perkataanmu’ di dalam ay 18 ini terjemahanan lain, "mereka akan mendengar perkataanmu." Ini solusi yang
Tuhan berikan atas ketidakmengertian Musa.
3.
Ketiga, Musa merasa kurang kredibilitas (Kel 4:1) Sanggahan ketiga Musa merasa kurang kredibilitas.


good sense yaitu pengertian yang baik, logikalisasi yang baik yang sistematika yang tertata baik itu
akan menolong orang akan memahami berita kita.
1.
good motivation. Jadi waktu kita bicara mereka sadar bahwa itu untuk keuntungan mereka jikalu
pendengar sadar sepenuhnya ini akan menjadi kekuatan pengaruh yang meyakinkan didalam pembicaraan
kita.
2.
good moral character yaitu pribadi yang berintegritas baik perkataan maupun tingkah laku itu
menjadi satu kesatuan dan hidupnya menjadi seorang yang menunjukkan moralitas yang baik. Jikalau tiga
hal ini dipadukan ini adalah hal-hal natural yang jikalau dibentuk dan dilatih akan menjadikan orang
diyakinkan terhadap perkataan kita. Musa pada waktu itu berkata Tuhan saya ini kurang kredibilitas kalau
mereka tidak percaya bagaimana? Musa belum pernah bertemu mereka tiba-tiba bertemu mereka lalu
menyebut diri sebagai pemimpin. Kalau mereka tidak percaya bagaimana Tuhan? Secara natural Musa
merasa tidak mempunyai syarat sebagai pemimpin mereka. Musa jawabannya dalam hal ini seolah-olah
logis. Lalu jawaban Tuhan bagaimana dalam hal ini? Dalam Kel 4:2 Tuhan menjawab yang intinya Tuhan
berkuasa untuk menolong secara supranatural.
3.
Musa merasa tidak meyakinkan secara natural untuk dipakai oleh Tuhan, tetapi di mata Allah hal-hal
natural tidak menjadi keterbatasan bagi Tuhan, karena Tuhan berkuasa menolong secara supranatural. Di
dalam pelayanan kerajaan Allah hal-hal natural memang tidak cukup untuk melayani Tuhan perlu kuasa
supranatural. Jadi apa yang dikemukakan oleh Aristoteles yang bersifat natural masih belum cukup, kita
masih memerlukan hal yang supranatural. Apalagi waktu kita memberitakan firman Tuhan itu perlu
pertolongan Roh Kudus. Tongkat menjadi ular itu baru mungkin jikalau kuasa supranatural Tuhan yang
menolongnya.
Keempat, Musa merasa dia tidak mampu bicara (Kel 4:10; Kel 6:29). Musa berpuluh-puluh tahun di Mesir
menjadi gembala domba. Lalu sekarang dia harus mengurus bangsa Israel, manajemennya bagaimana,
logistiknya bagaimana. Lalu bagaimana mengkoordinasi orang-orang dan tua-tua. Lalu nanti menghadap
Firaun bagaimana? Tuhan saya tidak bisa bicara Tuhan. ini menjadi keluhan dari Musa. Ini jikalau kita
pikirkan seolah-olah menjadi hal yang logis. Tuhan menjawab, "Siapakah yang membuat lidah manusia.
Siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, yang membuat orang buta melihat. Bukankah Aku ini Tuhan.
Oleh sebab itu pergilah aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau apa yang harus engkau katakan.
120
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Di sini prinsipnya, "Pergi dulu baru Tuhan akan mengajar engkau." Ini berkaitan dengan providensia allah di
dalam pemerintahan Allah. Providensia Allah disini didefinisikan sebagai kekuatan Ilahi yang bekerja sama
dengan hukum-hukumnya yang telah ditetapkan oleh Tuhan bekerja sama begitu rupa sehingga mencapai
apa yang dikehendaki oleh Tuhan. Di dalam providensia Allah Tuhan akan menggarap. Tuhan mengatakan
kepada Musa, "Pergi Aku akan menyertai lidahmu." Saudara mari kita juga mengambil tekad di hadapan
Tuhan dan melibatkan diri lalu Tuhan akan menggarap itu. Jikalau tidak kita akan sepeti jemaat Korintus
yang mubazir semua karunia dan akan menjadi kengerian pengajaran bagi jemaat di generasi berikutnya.
Kelima, Di sini Musa merasa kurang berani (Kel 4:13). Di dalam bagian-bagian sebelumnya Tuhan sudah
memaparkan diri-Nya, memaparkan strategi-Nya, memaparkan pengharapan-Nya dan sudah memaparkan
cara Dia menolong secara supranatural. Lalu Musa masih mengatakan Tuhan itu semua masih tidak ada
artinya buat aku. Utus orang lain saja. Pada titik inilah Tuhan marah sekali dengan Musa. Saudara, pada titik
tertentu kadang-kadang kita memilih mana yang kita takuti. Musa harus memilih dia harus takut pada
Firaun atau pada firman Tuhan. Pada waktu Tuhan murka baru Musa sadar dan pada detik itu Musa tidak
bisa berdalih lagi. Tuhan sudah memberikan suatu prinsip-prinsip di mana kita harus mengambil sikap di
dalam pelayanan. Jikalau tidak, pada saat tertentu Tuhan memberikan pilihan maka hanya ada dua
kemungkinan Melayani Tuhan atau melayani diri. Melibatkan diri atau membuang diri. Saudara jikalau pada
titik terakhir Tuhan tidak murka, Tuhan tidak marah ini akan menjadi pelajaran buruk bagi generasi berikutnya. Jikalau Tuhan sudah panggil seseorang Tuhan akan tuntut dan orang tersebut tidak mungkin lari dari
Tuhan.
Mengapa kita harus mengalami murka Tuhan lebih dahulu? Kenapa harus membangkang dan mengalami
kesialan lebih dahulu? Alangkah baiknya kalau kita mau taat dan menggarap apa yang Tuhan mau kita
kerjakan. Musa akhirnya mau karena dia sadar memang itu harus digarap. Musa memiliki visi dari Tuhan
yaitu suatu pemahaman yang jelas tentang realita di depan yang seharusnya. Dibandingkan fakta sekarang
yang membuat dia tidak rela dan bertekad untuk menjadi yang seharusnya sesuai dengan kehendak Tuhan.
Visi adalah satu pemahaman tentang realitas di depan yang harus terjadi. Dan ketidakrelaan akan fakta
sekarang menuntut diri untuk merealisir di kemudian hari. Ketika Musa memahami ini, maka dia mau
melibatkan diri. Mari kita pikir hidup kita tahun ini. saya berdoa kiranya Firman Tuhan yang kita dengar pagi
ini boleh menjadi kekuatan bagi kita untuk melayani Tuhan.
Amin!
121
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
K
Ke
eb
bu
uttu
uh
ha
an
ny
ya
an
ng
g tte
errb
ba
aiik
ka
an
n
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
18
1 Korintus 1:18-22
Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan
binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.
19
Karena ada tertulis: "Aku akan membinasakan hikmat orang–orang berhikmat dan
kearifan orang–orang bijak akan Kulenyapkan."
20
Di manakah orang yang berhikmat? Di manakah ahli Taurat? Di manakah pembantah dari
dunia ini? Bukankah Allah telah membuat hikmat dunia ini menjadi kebodohan?
21
Oleh karena dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmatnya, maka Allah
berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil.
22
Orang–orang Yahudi menghendaki tanda dan orang–orang Yunani mencari hikmat,
Dewasa ini kita melihat dunia kita sudah kehilangan pengharapan. Semua yang dihasilkan dan dibanggabanggakan oleh dunia terbukti semua itu tidak ada apa-apanya. Di tengah situasi seperti ini Paulus dalam
suratnya 1 Kor 1:18 mengatakan, "Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi
mereka yang akan binasa, tapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah." Bagi
dunia, berita tentang salib ditertawakan dan dianggap kebodohan karena menurut mereka, "Bagaimana
mungkin di tengah dunia ini, ada orang yang rela berkorban untuk menebus dosa orang lain?" Bagi mereka
itu tidak masuk akal. Orang berdosa tidak pernah mungkin mengerti apa artinya dosa, dampak dari dosa,
pengertian dan essensi dosa. Manusia berdosa tidak mungkin mengerti bagaimana cara lepas dari dosa.
Bahkan manusia berdosa tidak mengerti apa artinya cinta kasih yang bisa menolong manusia keluar dari
dosa. Akibatnya semua yang Allah kerjakan bagi manusia dianggap menjadi satu kebodohan yang tidak bisa
dimengerti sama sekali oleh dunia. Dunia menertawakan berita Injil tentang salib dan bagi Paulus itu dapat
dimengerti karena dunia mempunyai cara hidupnya sendiri.
Tapi, abad 20 ini menunjukkan, semua yang sudah dicapai oleh manusia hanya berhenti di dalam aspek
kegagalan yang begitu fatal. Setiap orang ketika meninggalkan kebenaran, mereka bukan melihat
kebenaran yang sejati namun justru melihat kebenaran yang palsu. Di sini kita melihat dua aspek:
Pertama, mengapa orang dunia menganggap bahwa berita salib atau Firman salib menjadi kebodohan?
Apa sebenarnya yang ada dalam pikiran dan pengharapan mereka? Apalagi di tengah-tengah kebudayaan
tinggi orang menjadi sulit mengenal kebenaran. Jawabnya, karena mereka merasa begitu sombong, merasa
diri mereka mampu dan mereka membanggakan diri. Mereka lupa bahwa mereka hanya mengembangkan
satu kreasi turunan dari Pencipta yang berkreasi asli yang menciptakan satu kreasi yang bisa berkreatifitas.
Waktu kreatifitas turunan ini memutlakkan diri di sini dia sudah membuang kreatif kreator yang asli. Inilah
yang membuat manusia lupa akan Tuhan. Pada waktu manusia menganggap dialah kemutlakan sejati, ini
yang menjadikan dia gagal mengenal kemutlakan yang sejati seharusnya. Kemutlakan semu telah
menggantikan kemutlakan yang sejati. Inilah essensi dosa yang paling mengerikan.
122
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Tapi mengapa ini dianggap sebagai kebodohan? Karena pada hakekatnya dunia tidak sadar bahwa dia yang
bodoh dan ini yang tidak dimengerti oleh orang dunia. Jadi pada saat orang yang sebetulnya bodoh lalu
menganggap sesuatu bodoh mungkin sekali itu justru dia yang bodoh. Di sini Paulus membukakan rahasia,
ketika manusia berdosa memutlakkan diri dan mulai meninggikan diri pada saat itulah mereka gagal
mengerti kebenaran.
Itu sebabnya pada waktu firman Tuhan mengatakan kembalilah pada firman salib, kalimat ini menjadi satu
kalimat inti yang menetapkan dan memisahkan manusia menjadi dua bagian. Jadi pada saat seseorang
berespon kepada firman salib di situlah titik di mana menentukan orang tersebut bijak atau tidak bijak.
Pada waktu orang dunia membanggakan kemampuan mereka, namun akhirnya yang terjadi mereka akan
hancur di dalam potensi mereka sendiri. Tidak heran, akibatnya begitu banyak anak-anak muda yang hidup
tidak tahu mau ke mana. Tapi mereka tidak sadar kalau mereka sedang melakukan segala sesuatu yang
akan membinasakan diri mereka sendiri. Secara pendidikan mereka mungkin master atau doktor. Tapi
mengapa mereka menjadi bodoh? Karena dunia kita ini sudah kehilangan makna hidup sehingga banyak
orang hidup tidak tahu mengapa mereka hidup? Mereka sudah kehilangan yang paling penting dalam hidup
mereka dan mereka tidak mempunyai jawaban untuk itu. Mereka menganggap satu kebodohan ketika
Tuhan menawarkan firman salib.
Lalu mengapa Paulus mengatakan, "Bagi kita yang diselamatkan pemberitaan salib adalah kekuatan
Allah?" Bagi mereka yang tidak diselamatkan firman salib merupakan kebodohan tapi bagi kita yang
diselamatkan firman salib adalah kekuatan Allah. Itu sebabnya dalam 1 Korintus dikatakan, "Memang yang
bodoh dipakai oleh Tuhan untuk mempermalukan yang pintar." Kalimat ini merupakan kalimat sindiran
yang luar biasa dari Paulus. Paulus bukan orang bodoh, dia adalah orang yang memiliki kemampuan
intelektual yang tinggi. Dia seorang ahli filsafat, teologi, dan seorang yang begitu cermat dan
mempertimbangkan segala sesuatu. Secara literatur jika kita membaca surat Paulus kita akan kagum karena
Paulus adalah orang yang begitu luar biasa akurat dalam menggunakan kosa kata. Paulus bisa memilih kata
yang tepat dengan tata bahasa yang akurat jauh lebih akurat daripada tulisan Yohanes, Petrus, dan tulisan
rasul yang lain yang dipakai oleh Tuhan untuk menulis Alkitab. Kita bisa membandingkan karya Paulus
dengan karya literatur-literatur pada jaman itu. Tulisan-tulisan Paulus tidak kalah secara literatur dalam
penggunaan kalimat, tenses, tata bahasa, dan kosa katanya begitu tepat, begitu akurat, begitu rapi dan
begitu indah kalau dibaca. Juga di dalam filosofi Paulus memiliki kemampuan yang luar biasa. Tapi waktu
dia bicara kepada jemaat di Korintus dia mengatakan, "Biar orang bodoh ini dipakai oleh Tuhan untuk
mempermalukan orang pintar." Ketika kalimat ini diucapkan oleh Paulus saudara mengerti sendiri yang
pintar yang mana yang bodoh yang mana. Ini merupakan satu paradoks yang kita perlu mengerti secara
tepat.
Kedua, mengapa Paulus mengatakan, "Orang bodoh melihat firman salib sebagai satu kebodohan? Bagi
orang dunia yang akan binasa mereka hanya melihat salib sebagai satu kebodohan tetapi justru bagi kami
itu kekuatan Allah yang luar biasa. Pada waktu Paulus mengatakan, "Kembalilah kepada firman salib karena
firman salib itulah yang menjadi kekuatan bagiku." Kalimat ini menjadi kalimat yang luar biasa. Calvin
menyoroti ayat ini secara khusus di dalam bukunya "Institutes of The Christian Religion" jilib III pasal 3 yang
mengatakan, "Prinsip kekuatan Allah daripada firman salib itu menjadi satu pengertian yang harus
dipisahkan." Waktu Calvin melihat apa yang diucapkan oleh Paulus ini, dia melihat ayat ini menjadi ayat
yang sangat unik di dalam semua pemaparan Paulus yang baik. Calvin melihat pertobatan (repentance) itu
harus dilihat dari dua segi. Di satu segi adalah dari segi hukum yang disebut Legal Repantance yaitu
pertobatan sebagai hasil daripada pengampunan yang Tuhan berikan kepada kita secara hukum. Ketika
123
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
saya berhadap an dengan salib maka salib merupakan penyelesaian hukum terhadap dosa saya karena
Tuhan Yesus mati di atas kayu salib. Maka tuntutan hukum yang seharusnya jatuh pada saya digantikan
oleh Tuhan Yesus itu adalah legal repantance. Saya diselamatkan karena secara hukum ada orang yang
menggantikan hukuman saya. Paulus melihat dalam ayat ini sebetulnya aspek hukum itu cuma menjadi
satu aspek saja. Jadi kalau kita hanya berhenti pada aspek ini saja maka kita akan mengalami kesulitan yang
luar biasa besar untuk mengerti pertobatan yang sesungguhnya. Itu sebabnya Calvin melihat Paulus
mengungkapkan satu aspek lain daripada pertobatan yang oleh Calvin disebut dengan Evangelical
Repantance (pertobatan injili). Ini merupakan istilah yang khusus dipakai oleh Calvin. Ketika Calvin
menggunakan kalimat ini ia melihat, pada waktu seseorang melihat firman salib maka di situ ada tuntutan
satu respon terhadap anugerah yang disebut oleh dia Evangelical Repantance. Bagi Calvin, di sini Paulus
mengungkapkan satu aspek yang unik luar biasa. Ini merupakan satu pertobatan yang sungguh-sungguh
karena kita mengerti isi injil dan aspek perasaan injil yang sesungguhnya yiatu bagaimana saya berespon
terhadap anugerah Tuhan kepada kita. Tuhan Yesus mati di kayu salib bisa kita baca di dalam sebuah buku
tetapi bagaimana seseorang mengalami pertobatan sejati bukan cuma sekedar fakta sejarah atau kita baca
dari buku namun bagaimana secara pribadi kita berespon terhadap anugerah yang Tuhan Yesus lakukan
terhadap saya. Ini yang dikatakan Calvin sebagai evangelical repantance, bertobat karena sadar ini adalah
anugerah yang Tuhan berikan kepada kita. Tanpa anugerah kita tidak bisa mengerti apa yang Kristus
lakukan. Hanya seseorang yang disentuh oleh Allah bisa mengerti betapa besar Tuhan sudah berkorban.
Respon terhadap anugerah yang Tuhan berikan kepada kita itulah yang menjadikan kita berubah. Itu justru
menjadi satu dunamos, satu kekuatan seperti dinamit yang besar sekali yang membuat kita bertahan
menerobos di tengah-tengah jaman yang gelap ini. Orang Kristen melihat dunia ini begitu gelap namun
setelah pintu dibuka kita melihat anugerah yang Tuhan berikan begitu cerah di belakang. Pengharapan
Kristen adalah pengharapan yang memberikan selalu kekuatan untuk menerobos keluar. Itu alasan Paulus
bukan mengkontraskan antara kebodohan dengan kepintaran. Orang dunia melihat firman salib menjadi
kebodohan tetapi orang percaya melihat itu sebagai satu kekuatan. Jadi kebodohan yang dianggap oleh
dunia dikontraskan dengan kekuatan daripada Allah yang diberikan kepada kita sebagai orang percaya.
Saudara, di tengah-tengah dunia seperti sekarang ini yang kita butuhkan adalah dunamos, yaitu satu
kekuatan Allah yang menolong kita untuk menerobos. Orang-orang dunia ingin merombak dunia, mau
memperbaharui dunia, dan mau menjadikan dunia bahagia. Tapi akhirnya cuma berhenti dalam satu
keputusasaan (hopeless).
Orang Kristen tidak dipanggil untuk merubah dunia ini menjadi dunia yang tidak ada dosanya atau berubah
jauh menjadi lebih baik. 2 Timotius 3 mengatakan tidak. Orang Kristen adalah orang yang riil mengerti dunia.
Kita dipanggil oleh Tuhan bukan untuk membuat dunia ini berubah arah tetapi Tuhan memanggil kita untuk
menjadi saksi supaya dunia lebih mengerti kebenaran di tengah ketidakbenaran yang sedang menerpa
dunia. Tuhan Yesus berkata kamu ada di dunia seperti domba di tengah-tengah serigala. Alkitab
mengajarkan dunia ini makin lama makin jahat, makin mengerikan, semakin hancur. Dunia sedang menuju
ke neraka dan itu tidak bisa dihambat. Tapi bagaimana orang Kristen bisa berjalan di tengah-tengah itu, ini
yang saya harapkan boleh terjadi dalam hidup kita.
Mari kita belajar menjadi orang Kristen yang bisa menjadi saksi di tengah dunia. Kita perlu berdoa agar
orang Kristen memiliki kekuatan Allah yang memampukan kita untuk menerobos di tengah-tengah jaman.
Dengan demikian orang Kristen dapat berperan di tengah-tengah dunia ini. Apalagi di tengah-tengah situasi
seperti saat ini saya mau setiap kita memiliki kekuatan untuk menerobos sehingga kita dapat berespon
menjalankan rencana Allah dan menjadi saksi di tengah dunia ini. Kiranya Tuhan memakai kita.
Amin!
124
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
K
Ke
es
sa
attu
ua
an
nd
dii d
da
alla
am
mK
Krriis
sttu
us
s
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
11
Efesus 2:11-22
Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu––sebagai orang–orang bukan Yahudi menurut
daging, yang disebut orang–orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya
"sunat," yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia, ––
12
bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat
bagian dalam ketentuan–ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di
dalam dunia.
13
Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh," sudah menjadi "dekat"
oleh darah Kristus.
14
Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang
telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan,
15
sebab dengan mati–Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan
segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia
baru di dalam diri–Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera,
16
dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib,
dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu.
17
Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang "jauh" dan damai
sejahtera kepada mereka yang "dekat,"
18
karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa.
19
Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari
orang–orang kudus dan anggota–anggota keluarga Allah,
20
yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu
penjuru.
21
Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapih tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di
dalam Tuhan.
22
Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh.
Pada minggu ini kita akan membicarakan masalah kesatuan dalam tubuh Kristus. Dr. Martyn Lloyd Jones
mengatakan bahwa Efesus 2:11 merupakan pembahasan krusial yang sangat bermasalah dan rumit sekali
berkaitan dengan hambatan menjadi seorang Kristen yang sejati. Kesulitan di dalam ayat ini berkenaan
dengan bagaimana seseorang tahu bahwa dia adalah orang Kristen sejati. Orang Kristen sejati tidak hanya
dilihat dari kehadiran dia di gereja, melakukan aktivitas-aktivitas pelayanan di gereja atau karena dia
seorang hamba Tuhan full time. Orang Kristen sejati adalah orang yang sudah dikeluarkan dari kematian
dan ditebus oleh darah Kristus. Bukan itu saja, dia juga sudah diberikan satu visi untuk mengerti panggilan
Tuhan di dalam hidupnya. Jadi orang Kristen sejati adalah orang yang aktif karena dia tahu itu panggilan
Tuhan dan tahu apa yang dia kerjakan di hadapan Tuhan. Orang Kristen sejati bukan hanya di dalam gereja
125
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
tetapi di luar gerejapun dia sadar bahwa dia adalah umat tebusan Allah yang harus menjadi saksi Kristus.
Kita diselamatkan untuk menjalankan pekerjaan baik yang sudah dipersiapkan Allah sebelumnya dan Dia
mau kita hidup di dalamnya. Ini adalah kesulitan pertama yang sudah diselesaikan oleh Paulus dalam Ef 2:110. Kesulitan kedua adalah kesulitan bagaimana kita menyelesaikan problema-problema setelah
pertobatan. Alkitab mengajarkan setelah kita bertobat tidak berarti pikiran kita sudah beres, sudah
sempurna. Banyak orang sudah lahir baru, sudah bertobat, sudah melayani Tuhan namun pola berpikirnya
masih belum beres. Kesulitan kedua ini dapat kita lihat dalam Ef 2:11-22.
Jemaat Efesus adalah jemaat di daerah Asia Kecil di mana kota Efesus adalah kota sentral dari Asia Kecil
yang menjadi daerah perdagangan dan penduduknya mayoritas orang Yunani. Kota Efesus juga adalah
pusat penyembahan Dewi Artemis dan pusat daripada kebudayaan Yunani kuno pada saat itu. Orang-orang
Yunani, ketika mereka bertobat menjadi Kristen tetap menjadi orang non Yahudi. Ini menjadi kesulitan
besar karena di satu pihak kekristenan dimulai dari orang Yahudi, di pihak lain orang non Yahudi kemudian
bertobat menjadi Kristen. Kondisi ini tidak mudah diselesaikan, ketika orang non Yahudi bertobat dia
mengalami kesulitan ketika ingin bersama-sama melayani dengan orang Yahudi dan hal ini disebabkan
karena orang Yahudi dalam pola pikirnya masih sektarian. (bnd Ef 2:11). Mereka adalah orang yang begitu
mementingkan diri dan kelompoknya sendiri dan juga begitu ketat menjaga silsilahnya supaya tidak
tercemar sedikitpun. Akibatnya orang Yahudi seringkali meremehkan orang non Yahudi dan ini juga yang
menjadikan orang non Yahudi ketika bertobat menjadi orang Kristen sulit bergaul dengan orang Yahudi.
Orang Yahudi merasa diri mereka hebat karena mereka adalah orang-orang bersunat sedangkan orang non
Yahudi tidak bersunat. Ini menjadi hambatan yang besar untuk mereka bisa bersatu.
Di tengah-tengah situasi seperti ini Paulus mengajarkan konsep kesatuan yang penting di dalam anak-anak
Tuhan. Melayani membutuhkan persatuan tetapi konsep kesatuan itu harus tepat. Jika kesatuan ini salah
digarap akan menjadi bumerang bagi unsur kesatuan itu sendiri. Jika demikian kita harus menyelidiki
kesatuan yang benar. Namun sebelum kita membahas kesatuan yang benar, maka berikut ini kita akan
melihat beberapa konsep persatuan yang salah menurut Alkitab.
Pertama, Kesatuan fenomenal. Di dalam Ef 2:11 menekankan kesatuan lahiriah melalui sunat. Dalam arti
kalau sama-sama sudah di sunat berarti satu. Ini persatuan yang bohong yang tidak asasi dan hanya
kesatuan lahiriah. Di luar kelihatannya baik padahal di dalamnya kropos dan penuh dengan segala macam
kepentingan masing-masing. Kelihatannya ada dampaknya namun, dampaknya seringkali lebih berbahaya
daripada apa yang baik yang kita pikirkan. Kesatuan tidak boleh ditegakkan di atas satu bentuk fenomenal.
Kedua, Kesatuan Egosentrik. Orang Yahudi selalu menganggap kalau dia adalah orang yang berhak
mempunyai Tuhan dan Tuhan menjadi kepentingan bagi dirinya sendiri. Konsep ini begitu menguasai orang
Yahudi dengan sifat egois. Di dalam kesatuan kita seringkali juga bersatu karena urusan egois dan banyak
kesatuan dibentuk karena ada kepentingan masing-masing yang mau diselesaikan. Banyak orang
mengadakan join di dalam bisnis sampai suatu saat dia ditipu lalu marah-marah tetapi bukan karena orang
itu Kristen melainkan karena uangnya dimakan oleh orang tersebut. Di dalam kalangan Kristen sendiri ini
yang menjadi kesulitan untuk bersatu, karena cara berpikirnya masih duniawi dan egosentrik. Suatu saat
pasti akan terjadi konflik kepentingan. Itu sebabnya hati-hati jika kita ingin bersatu karena jika ini
didasarkan pada kepentingan diri sendiri, siap-siap tunggu bom waktu tersebut meledak.
Ketiga, Kesatuan Mistikal. Di dalam pembahasan terdahulu kita melihat orang Yahudi memberikan andil
besar dalam memberikan contoh teladan tentang kesatuan yang palsu. Berikut ini kita masuk satu langkah
lebih jauh lagi yaitu bentuk kesatuan yang disebut kesatuan yang bersifat mistis dan hal itu sering dikatakan
126
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
oleh orang new age. Mereka selalu tidak ingin melihat perbedaan. Jadi kesatuan mistikal yaitu satu
kesatuan yang bersifat mistis yang menganggap bahwa semua perbedaan itu sebetulnya tidak ada, yang
ada adalah kesatuan universal dan pandangan ini disebarkan oleh orang Pantheisme. Orang Yahudi tidak
memiliki konsep seperti ini tetapi Alkitab dengan cermat mengantisipasi bahaya dari kesatuan yang ketiga
ini yaitu bentuk kesatuan mistis.
Jika demikian kekristenan harus membicarakan persatuan seperti apa?
Pertama, Kesatuan di dalam Kristus. Beberapa bulan yang lalu kita sudah membahas Ef 1:10 dan telah
membicarakan tentang ‘HEAD UP TO CHRIST.’ Disini Kristus sebagai Kepala di mana kita semua mengarah
kepada Kristus. Inilah kesatuan essensial yang ditetapkan oleh Tuhan. Ef 1:10 mengatakan, "Sebagai
persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik
yang di sorga maupun yang di bumi." Ini yang menjadikan kita mengarahkan diri (head up) kepada Kristus
sebagai Kepala, menjadikan Dia kepala dari segala sesuatu dan kita semua memandang kesana. Jadi yang
mempersatukan kita adalah jika setiap anggota mengarahkan pikiran kepada Kristus dan hanya
menjalankan apa yang Kristus perintahkan untuk kita lakukan. Ini kunci kita akan bersatu. Tanpa
memperdulikan di sebelah mana, anggota gereja mana, baju kita, kulit kita mungkin berbeda namun karena
kita memandang kepada Kristus akan menimbulkan kesamaan gerak. Dalam kasus seperti ini saya tidak
mengatakan tidak ada perbedaan pendapat. Perbedaan pasti ada karena jika tidak ada itu berarti mistical
union. Namun di dalam perbedaan ini kita memiliki kesatuan yang indah. Kesatuan asasi terjadi waktu yang
jauh dan yang dekat sama-sama mengarahkan diri kepada Kristus sebagai Kepala (ay 13).
Kedua, kesatuan yang sejati merupakan Kesatuan Spiritual. Kesatuan spiritual tidak sama dengan kesatuan
mistikal. Kesatuan spiritual adalah kesatuan secara rohani terdiri dari orang-orang yang sudah ditebus oleh
Tuhan secara global. Ide ini sudah dipaparkan sejak Kejadian 3 sampai Tuhan Yesus datang. Waktu Tuhan
Yesus mengatakan inilah konsep Kerajaan Sorga yang bukan kerajaan duniawi. Namun manusia sulit
menerima konsep ini termasuk orang Kristen. Konsep Kerajaan Sorga ini merupakan konsep rohani. Tuhan
Yesus mengatakan, "Bertobatlah kamu karena Kerajaan Allah sudah dekat." Lalu dalam perjalanan Yesus
berkata, ‘Kerajaan Allah itu sudah dan sedang berjalan di tengah-tengah kamu." Wilayah Kerajaan Sorga
meliputi seluruh dunia. Setiap orang percaya adalah umat dari Kerajaan Allah. Jadi Kerajaan Sorga adalah
kerajaan spiritual yang sudah dimulai sejak Yesus datang dan terus dikerjakan sampai Tuhan Yesus datang
kembali. Murid-murid Tuhan Yesus sendiri tidak mengerti konsep ini dan mereka berpikir mengenai
Kerajaan Allah dalam pengertian jasmani. Jika kita membaca Ef 2:12, "Pada waktu itu kamu tanpa Kristus
tidak termasuk kewargaan Israel." Lalu di dalam ayat 19 dikatakan, "Kamu bukan lagi orang asing dan
pendatang melainkan kawan sewarga." Istilah sewarga disitu sebetulnya warga negara. Kita meskipun
berbeda-beda, sewarga di dalam Kristus yaitu warga negara surga. Jadi kesatuan kita tidak dibatasi oleh
ruang dan waktu. Orang Efesus tidak bisa mengerti konsep ini.
Ketiga, Kesatuan Organisme. Ef 4:16, "Daripadanyalah seluruh tubuh rapih tersusun diikat menjadi satu oleh
pelayanan semua bagian sesuai dengan kadar pelayanan tiap anggota. Menerima pertumbuhannya dan
membangun dirinya dalam bagian sesuai dengan kadar pelayanan tiap anggota. Menerima
pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih." Kesatuan di sini digambarkan seperti tubuh
manusia dan ini yang disebut organisme. Kesatuan organisme bukan organisasi. Karena tubuh menjadi satu
kesatuan dan di dalamnya ada network yang hidup di dalamnya. Kesatuan sejati bukan hanya semua
anggota tubuh lengkap melainkan kesatuan sejati di mana terjadinya relasi secara hidup. Ini berbeda
dengan kesatuan organisasi. Dalam kesatuan organisasi tidak ada relasi secara kehidupan satu sama lain
127
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
namun dalam kesatuan organisme kalau satu kena maka seluruh bagian harus merasakan. Jika kita
mengerti konsep ini baru tahu bagaimana kita menjadi orang Kristen bisa berpadu seluruhnya. Inilah
kesatuan yang Alkitab tuntut. Ini tidak bisa dikerjakan hanya oleh satu orang melainkan oleh seluruhnya.
Jika ini terjadi, manfaat apa yang Tuhan berikan?
Alkitab mengatakan yang jauh menjadi dekat. Ini satu kunci yang indah. Itu adalah kesatuan yang
membentuk ikatan kedekatan yang menjadikan kita betul-betul menikmati keindahan efektif. Di samping
itu Alkitab berulang kali mengatakan damai sejahtera. Kehidupan yang penuh damai sejahtera itu akan
menjadi bagian kita kalau persatuan yang sejati itu terjadi. Anak-anak Tuhan akan melayani Tuhan dengan
sepenuh hati. Saya sedih jika kita harus menggunakan pikiran dan tenaga yang besar hanya untuk ribut di
dalam yang akhirnya seluruh kekuatan kita untuk melayani keluar jadi lumpuh. Saya rindu kalau kita
bersama-sama mempunyai kekuatan melayani keluar sehingga tidak banyak tenaga yang kita habiskan di
dalam untuk hal yang sia-sia dan akhirnya banyak pekerjaan Tuhan yang bisa kita kerjakan. Saya
merindukan hal ini digarap baik-baik serta setiap kita dapat ambil bagian dalam menggarap persatuan kita.
Amin!
128
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
P
Po
os
siis
sii o
orra
an
ng
gk
ka
affiirr
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
11
Efesus 2:11-13
Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu––sebagai orang–orang bukan Yahudi menurut
daging, yang disebut orang–orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya
"sunat," yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia, ––
12
bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat
bagian dalam ketentuan–ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di
dalam dunia.
13
Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh," sudah menjadi "dekat"
oleh darah Kristus.
Dua minggu yang lalu kita sudah membahas seluruh gambaran Ef 2:11-22.

Pertama, bagaimana mereka tahu bahwa mereka sudah menjadi orang Kristen sejati.
Kedua, bagaimana mereka tahu bahwa mereka mempunyai satu kebersamaan di dalam kehidupan
berjemaat ketika mereka melayani Tuhan sehingga mereka tidak dianggap sebagai warga kelas dua atau
sebagai orang yang tidak mempunyai hak untuk menjadi orang Kristen. Mengapa? Karena pada saat itu
terdapat ajaran yang tidak beres yang menyatakan bahwa kekristenan adalah keselamatan plus. Ini
merupakan bidat! Apa sebenarnya yang dinamakan bidat adalah ajaran yang tidak sesuai dengan firman
Tuhan di mana ketika mengajarkan keselamatan tidak sama seperti yang Alkitab ajarkan. Ini berkaitan
dengan Kristologi. Jika pengajaran tersebut mengajarkan kristus yang salah maka injil-nya salah, jika injilnya salah maka kristus-nya salah. Jika kedua-nya salah maka itu berasal dari roh yang salah. Jadi ajaran
dikatakan sesat apabila injil-nya lain, roh-nya lain dan kristus-nya lain. Jika Roh Kudus-nya benar, pasti
mengajarkan Injil yang benar dan ini berarti juga Yesus-nya benar. Ini yang Paulus peringatkan secara tegas
di dalam 2 Kor 11:4, bahkan yang Paulus tunjuk sebagai bidat.
Ketika Paulus memberitakan Injil, di belakangnya selalu ada satu kelompok yang sengaja mengacak-acak
apa yang Paulus ajarkan. Ini dapat kita lihat di dalam pelayanan Paulus. Mereka mengajarkan keselamatan
plus di mana mereka berprinsip kalau orang Kristen yang sejati, percaya Tuhan Yesus namun juga harus
sunat. Dalam surat Galatia, jika kita pelajari maka sempat terjadi keributan yang besar sekali antara Paulus
dan Petrus. Pada mulanya mereka sama-sama memberitakan Injil tapi sekarang muncul golongan bidat
yang mengajarkan kekristenan plus sunat. Ketika golongan ini datang Petrus goncang karena di satu pihak
129
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
dia orang Kristen tetapi di lain pihak dia orang Yahudi. Dalam situasi ini Petrus mulai bingung, kemudian dia
memisahkan diri dari orang yang tidak bersunat dan bergabung dengan orang bersunat. Sekalipun dia tidak
bicara dan tidak mengajar namun melalui tindakannya, Petrus sudah kompromi. Ini mengakibatkan Paulus
mengecam Petrus karena bagi Paulus ini masalah yang sangat krusial. Ini adalah inti bidat yang
mengajarkan kekristenan adalah kekristenan plus perbuatan, kekristenan plus sunat.
Masalah yang mirip seperti ini juga muncul di dalam jemaat Efesus yang mengajarkan menjadi Kristen boleh
tetapi perlu di sunat, jika belum berarti belum menjadi orang Kristen yang sah. Mendengar ini Paulus
marah, maka di dalam ayat 11 mengatakan, "Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu – sebagai orangorang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang
menamakan dirinya "sunat", yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia." Pada abad 20 ini
muncul satu gerakan yang berkembang kembali yang disebut Sionisme. Gerakan ini mau mengembalikan
posisi daripada orang Yahudi kembali kepada posisi sentral seperti yang diidekan di dalam PL. Ajaran ini
kemudian masuk ke dalam satu garis teologi besar yang disebut ‘Dispensasionalisme’. Dalam ajaran
Dispensasionalisme orang Israel hingga hari ini dianggap tetap memiliki satu status istimewa sehingga
banyak orang berpikir orang Israel itu luar biasa, umat pilihan Tuhan dan warga negara kelas satu. Ini
sebenarnya bukan berbasis teologis melainkan berbasis politis.
Dengan konsep ini maka hingga sekarang orang Israel dibela habis-habisan. Mereka tidak tahu bahwa
Perjanjian Allah sudah dicabut dan diganti dengan Israel yang baru. Sayangnya hingga hari ini banyak orang
Kristen dipengaruhi oleh pemikiran Dispensasionalisme. Mereka mengajarkan umat Israel memiliki posisi
khusus, semua harus berpusat pada Israel, semua ajaran dunia harus melihat pergerakan Israel, jika suatu
kelak nanti orang Israel sudah berkumpul di Yerusalem itulah tandanya kiamat sudah dekat. Padahal orang
Yahudi yang menjadi Kristen kecil sekali persentasenya. Mereka di mana-mana membuat kacau dunia dan
mereka hanya mengeruk untuk kepentingan pribadi. Kekuatan mereka untuk menginjili kecil sekali dan
justru mayoritas bukan orang Kristen.

pertama Paulus menggunakan kata, "Karena itu ingatlah…," Kata ini penting sekali karena ini menjadi
tekanan di dalam Ef 2:11. Apa yang harus diingat? Kita harus ingat bahwa pertobatan kita adalah kembali
kepada Kristus. Ini ide utama yang harus ada di kepala kita. Di dalam ayat ini ingatlah itu menjadi kata
perintah yang dengan penekanan keras. Disini kata ingat seperti orang yang melamun lalu disadarkan "hai
ingat." Ingat kamu sudah bertobat, kamu sudah diselamatkan oleh darah Yesus. Dan Paulus ingin
mengatakan di dalam ayat ini, ingat mereka boleh menuduh engkau seperti itu. Waktu itu engkau tanpa
Kristus memang tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat ketentuan-ketentuan yang dijanjikan.
Tanpa harapan, tanpa Allah di dalam dunia tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu yang dahulu jauh
sudah menjadi dekat oleh darah Yesus.
Kalau begitu apa yang menjadi kekuatan kita ketika kita boleh menjadi anak Tuhan? Kita tidak lagi
dibedakan secara status. Alkitab mengatakan secara ordo ‘ya’ penginjilan di mulai dari Yerusalem kemudian
ke Samaria lalu ke ujung bumi. Pemberitaan Injil selalu dimulai dari mulai orang Yahudi baru orang nonYahudi. Namun secara urutan tidak berarti secara status, karena kamu menjadi hamba kebenaran. Jadi
secara status, baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi, baik tuan maupun hamba, baik laki-laki maupun
wanita kita semua sama di dalam Kristus. Kita telah ditebus oleh darah Kristus itu yang menjadikan kita
masuk ke dalam satu kewargaan. Kewargaan disini menggunakan kata ‘politik’. Dari kata ini kemudian
130
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
masuk istilah politik yaitu masuk ke dalam satu konsep kesatuan di dalam satu polis – satu warganegara.
Waktu itu satu negara adalah satu kota jadi mereka menggunakan istilah polis. Satu polis ini menjadi satu
keutuhan, satu kesatuan yang tidak dibedakan. Inilah konsep warga negara yang pertama. Di dalam Alkitab
bahasa Indonesia memakai kata kewargaan Israel. Istilah itu berarti menjadi satu warga di dalam Kristus,
karena kita sudah ditebus oleh darah Kristus. Ini seharusnya menjadikan kita mempunyai kekuatan. Karena
di satu sisi Tuhan tidak menyayangkan carang yang asli dipotong kemudian diganti dengan carang yang lain.
Ini adalah anugerah yang begitu besar. Di satu pihak itu menunjukkan satu keminderan tetapi di lain pihak
membuktikan kebesaran anugerah. Ini paradoks yang juga membuat kita tidak sombong. Kekristenan
menegaskan adanya satu anugerah yang begitu besar yang telah diberikan kepada semua umat pilihan
tanpa pandang siapa kita, apa suku kita, warna kulit, pria atau wanita dsb. Kita dikumpulkan untuk menjadi
umat Allah.
Kedua, mereka mengatakan waktu kita menjadi orang Kristen memang betul kita jadi orang Kristen tetapi
plus hukum Taurat. Di sini bagaimana kita berhak menyebut diri kita orang Kristen? Mereka mengatakan
orang Kristen bukan hanya anugerah melainkan juga harus melakukan hukum Taurat dengan tepat. Maka
baru engkau menjadi orang Kristen. Tetapi di lain sisi ada orang yang mengatakan jika kita menjadi orang
Kristen kita tidak perlu menjalankan hukum Taurat. Jika demikian menjadi orang Kristen boleh hidup
berbuat dosa. Jika demikian bagaimana saya menjadi orang Kristen?
Kristen plus hukum Taurat atau kekristenan tanpa hukum taurat. Di dalam Ef 2:15, "Sebab dengan mati-Nya
sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk
menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai
sejahtera." Untuk menciptakan keduanya maksudnya dua golongan Yahudi dan non-Yahudi ini menjadi satu
manusia baru di dalam dirinya. Dengan itu ia menciptakan damai sejahtera. Di sini Alkitab dengan tegas
mengatakan bahwa kuasa hukum Taurat telah dibatalkan. Ini tidak berarti hukum Tauratnya yang
ditiadakan, melainkan kuasa hukum Taurat yang membelenggu, yang membuat keselamatan saya
tergantung pada hukum Taurat, ini ditiadakan oleh penebusan darah Kristus. Jika demikian, apa bedanya
pengaruh antara hukum Taurat sebagai kekristenan plus dengan tidak boleh kita mengabaikan hukum
Taurat. Dua hal ini perbedaannya kelihatan sangat tipis tapi sangat menentukan. Orang Kristen yang sudah
diselamatkan tidak boleh sembarangan hidup. Dasarnya adalah hukum kasih. Dan kalau demikian orang
Kristen harus menjalankan hukum Taurat? Maka jawabnya, ‘ya’ dan ‘tidak.’
Secara logika, saya diselamatkan oleh darah Kristus, maka selanjutnya saya tidak boleh hidup sembarangan,
sehingga hal itu berarti kita hidup harus mengikuti Alkitab yang berarti juga hukum Taurat. Namun kalau
kita harus menjalankan hukum Taurat bukan berarti bahwa keselamatan harus percaya kepada Kristus plus
melakukan hukum Taurat. Menurut logika harusnya memang benar namun hal itu tidak benar, karena
keselamatan mutlak hanya oleh anugerah. Tetapi mengapa kita menjalankan hukum Taurat? Hal itu
bukanlah karena kuasa hukum Taurat yang mencengkeram kita tetapi justru kebebasan kebenaran yang
ada di dalam diri kita untuk menjalankan hukum Taurat. Jadi di mana perbedaannya? Paulus mengatakan
barang siapa berada di dalam Kristus dia dimerdekakan dari belenggu hukum Taurat. Jadi, saya yang ada
di dalam Kristus melakukan hukum Taurat bukan karena diancam oleh hukum Taurat melainkan karena
saya anak Tuhan yang berjalan dalam kebenaran maka kebenaran yang Tuhan berikan kepada saya sinkron
dengan kebenaran yang Tuhan berikan di dalam dirinya. Itu berarti menjadikan hukum Taurat menjadi
hukum yang Allah berikan berdasarkan kebenarannya yang sekarang juga menjadi kebenaran saya. Hukum
yang Allah wariskan kepada kita bukan untuk membelenggu kita melainkan ini menjadi manisfestasi dari
131
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
sifat kita. Hukum yang sejati adalah Hukum yang merupakan manifestasi kebenaran yang ada di dalam diri
kita, baru kita menjadi pelaksana hukum. Kekristenan diselamatkan mutlak karena anugerah sedangkan
saya menjalankan hukum karena itulah manifestasi kebenaran Allah yang sudah diturunkan kepada saya
untuk saya lakukan.
Mari kita taat kepada Tuhan dan selanjutnya manifestasi hidup kita berjalan sesuai dengan ketaatan kita
kepada firman. Melayani karena manifestasi kebenaran adalah indah sekali dan saya rindu setiap kita bisa
bebas menjadi seorang Kristen yang benar.
Amin!
132
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
B
Ba
ah
ha
ay
ya
as
siik
ka
ap
ps
se
ek
ktta
arriia
an
n
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
13
Efesus 2:13-17
Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh," sudah menjadi "dekat"
oleh darah Kristus.
14
Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang
telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan,
15
sebab dengan mati–Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan
segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia
baru di dalam diri–Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera,
16
dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib,
dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu.
17
Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang "jauh" dan damai
sejahtera kepada mereka yang "dekat,"
Hari ini kita masih membicarakan tentang persatuan. Kekristenan perlu kembali sadar akan tugas kesatuan
sebagaimana yang Tuhan kehendaki sebab bahaya sektarian merupakan satu hal yang sangat berat dan
sangat serius yang kita hadapi abad ini. Kita perlu mengerti masalah ini secara essensial di mana semangat
sektarian ini muncul karena adanya perbedaan. Waktu kita mengatakan semua sama justru itu bahaya yang
paling besar. Mengapa? Karena waktu kita mengatakan semua sama padahal fakta riilnya kita semua
berbeda sehingga akibatnya kita masuk ke dalam apa yang disebut kebingungan global. Hal ini mengakibatkan kita tidak tahu lagi kita sedang berada di mana dan apa yang harus kita kerjakan bahkan waktu
kita tidak lagi membedakan segala sesuatu. Di dalam kebingungan global ini yang terjadi adalah kita
kembali seperti anak remaja yaitu bingung mencari identitas diri. Jika kita memperhatikan anak remaja
seringkali membuat ulah yang aneh-aneh karena dia sedang mengalami krisis identitas. Pada usia tersebut
para remaja membutuhkan idola sebagai satu figur yang konkrit. Celakanya jika yang mengalami krisis
identitas adalah orang yang berusia 40, 50 dan 60 tahun, ini mengakibatkan kita terhilang di-tengah dunia.
Akibatnya waktu kita masuk dalam krisis identitas seperti ini kita akan memutlakkan diri kita sendiri atau
memutlakkan kelompok kita.
Jadi di tengah-tengah situasi global bukan caranya kita meniadakan perbedaan, bukan caranya untuk kita
membuang semua fakta riil tentang perbedaan. Dalam situasi seperti ini justru yang harus kita kerjakan
adalah kembali kepada Firman untuk dipersatukan secara benar dan bagaimana kita mengerti persatuan
yang sejati. Ketika kita kembali kepada Kristus, kembali kepada pertobatan dan penebusan dosa kita baru
bisa memikirkan persatuan yang sejati yang sesungguhnya bisa dinikmati oleh anak-anak Tuhan. Di dalam
jemaat Efesus untuk menjadi seorang Kristen yang sejati mengalami dua hambatan.
Pertama, adalah bagaimana dia menjadi seorang Kristen yang sejati (Ef 2:1-10). Sedang hambatan yang
133
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Kedua, baru dapat diselesaikan jika hambatan yang pertama sudah terselesaikan. Orang Yahudi
menegakkan identitas diri dengan cara separatisme. Mereka memisahkan diri lalu menganggap diri lebih
baik dari yang lain ini satu konsep yang dibangun oleh orang-orang Yahudi. Mengapa? Setiap kita
membutuhkan identitas dan untuk mengukuhkan identitas kita membutuhkan satu basis. Masalahnya
seberapa kokoh landasan daripada identitas diri kita. Orang Yahudi menggabungkan nasionalitas dengan
religiusitas menjadi satu basis untuk membangun identitasnya. mereka bangga bahwa mereka adalah orang
Yahudi asli. Jiwa ini menyebabkan mereka menganggap yang bukan Yahudi lebih rendah dan harus
disingkirkan dan akhirnya hal itu mengakibatkan bangsa Israel disingkirkan oleh Jerman.
Di sini kita melihat jika kita membangun identitas diri secara salah, maka ini akan menimbulkan bom waktu
yang akan menghancurkan diri kita kembali. Jika demikian sekarang bagaimana kita membangun identitas
diri kita yang seharusnya? Ini merupakan kesulitan terbesar yang dihadapi oleh manusia. Semangat
sektarian seperti ini akhirnya memimpin seseorang memutlakkan sesuatu yang tidak mutlak yang akibatnya
dapat menimbulkan perpecahan besar dan permusuhan. Semangat seperti ini dialami oleh orang Yahudi
sehingga tidak heran ketika orang Yunani bertobat menjadi Kristen dan ingin bergabung ditolak karena
belum Yahudi dan untuk menjadi Yahudi mereka harus disunat. Akibatnya timbul ketegangan antara orang
Yahudi dengan orang non-Yahudi.
Apa yang dipegang oleh orang Yahudi pada jaman itu adalah bahwa mereka umat pilihan Allah. Pada
minggu lalu telah diuraikan bahwa Alkitab sudah mencabut hak pemilihan utama orang Yahudi lalu
menyerahkan kepada Yahudi yang baru atau Israel baru yaitu gereja Tuhan. Allah memilih Israel agar Israel
dapat menjadi saksi keluar dan berkat bagi banyak orang tetapi justru terbalik menjadi semangat sektarian.
Ini satu hal yang berbahaya akibatnya orang Israel bukan mengutamakan Tuhan yang sudah memilih
melainkan mengutamakan diri yang dipilih. Saudara, sebagai orang Kristen kita sebenarnya mendapat
status yang sama dengan umat Israel pada saat itu. Orang Israel adalah umat pilihan Allah pada saat itu.
Orang Kristen adalah umat pilihan Allah saat ini. Jangan kaget jika hari ini di dalam diri orang kristen juga
bisa memiliki jiwa sektarian seperti umat Israel. Namun Alkitab mengatakan kita justru menjadi umat
pilihan Allah untuk bersaksi di tengah jaman. Jika Tuhan sudah memberi anugerah dan pemeliharaan
kepada kita maka jangan disalahgunakan. Ini akan menimbulkan dampak yang besar sekali di dalam
pelayanan gereja. Jika gereja sudah tidak bisa bersatu lagi maka kekristenan sudah tidak bisa menjadi
berkat. Ini berbahaya sekali dan sangat banyak dampak yang akan terjadi di mana akan timbul klik,
golongan, kelompok-kelompok yang membuat gereja berantakan.
Ketika anak-anak Tuhan bertengkar maka gereja akan kehilangan arah sehingga tidak ada lagi arah yang
jelas. Tidak ada lagi visi yang jelas dan arah bersama yang harus dikerjakan. Ini yang pertama. Sedang yang
kedua akan kehilangan daya, pemborosan tenaga yang tidak ada gunanya.
Ketiga, pertengkaran tidak bisa tidak otomatis menghancurkan diri sendiri dan yang
keempat, strategi keseluruhan langsung runtuh dan akibatnya intervensi dari luar dapat masuk. Ini sangat
berbahaya sekali dan Setan suka cara ini. Jika gereja di acak-acak oleh intervensi dari luar maka gereja akan
rusak. Dengan demikian saya harap gereja betul-betul mengerti mengenai kesatuan sejati yang Tuhan
minta.
Dalam Ef 2:14 dikatakan, "Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan
yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan." Di dalam ayat ini, yang pertama akan saya
tekankan bahwa persatuan tidak meniadakan perbedaan. Kedua belah pihak tetap ada. Orang yahudi tetap
134
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
yahudi, orang yunani tetap Yunani. Perbedaan itu tetap dipertahankan namun yang dihilangkan adalah
perseteruannya. Ini kunci yang harus kita sadari. Ini yang pertama harus disingkirkan dan dibereskan di
dalam pelayanan anak-anak tuhan. Jika kita tidak mengerti essensi dari persatuan Kristen maka itu
membuat kita sangat rentang dan berbahaya untuk masuk dalam perpecahan. Itu sebabnya jikalau sudah
mulai ada benih perseteruan harus segera diselesaikan agar jangan sampai menimbulkan perpecahan di
dalam gereja dan dengan demikian setiap kita harus mempunyai semangat konsolidasi.
Dalam ay. 14 dikatakan, "Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan… yang telah
meruntuhkan tembok pemisah…" Ketiga kalimat ini menggunakan struktur aorist tense.
Aorist tense adalah satu tindakan yang dikerjakan di dalam ketuntasan kekekalan yang diterapkan di
dalam seluruh sejarah. "Karena Dialah" berarti Kristus menjadi sumber pertama dan utama untuk
menyelesaikan semua perseteruan.
1.
"Sudah digenapkan" berarti semangat dan kuasa perseteruan itu seharusnya bisa dikalahkan, karena
kuasa penyelesaiannya sudah tuntas dikerjakan. Ini format aorist tense ditekankan di dalam ayat ini untuk
menyatakan bahwa Tuhan sudah meruntuhkan semua tembok pemisah dan Tuhan sudah mempersatukan
di dalam darah-Nya. Dalam ay. 13 dikatakan, "Di dalam Kristus kamu, yang dahulu ‘jauh’, sudah menjadi
‘dekat’ oleh darah Kristus." Di sini kita sudah dipersatukan oleh darah Kristus dan biarlah kita boleh
mengarahkan hidup dan seluruh perjuangan kita kembali kepada Kristus. Ini baru kemutlakan yang sejati
yang menyelesaikan semua kerelativan di dunia. Mari kita menguji diri kita masing-masing apakah kita
sudah memikirkan apa yang Kristus mau dan bukan memikirkan dan memperjuangkan kepentingan kita
masing-masing. Visi, kesamaan arah dan tujuan perjuangan baru bisa terjadi jika kita kembali kepada
Kristus.
2.
3.
Bagaimana kita membangun itu secara konkrit. Alkitab mengatakan yang
Pertama, salib harus menjadi dasar pandang kita. Visi salib itulah yang membuat kita kuat di dalam kita:
bersatu. Karena waktu kita memandang salib kita tahu apa yang sudah Tuhan kerjakan kepada kita. Kita
hanyalah orang berdosa yang sudah ditebus oleh Tuhan dengan darah yang mahal, karena Tuhan begitu
mencintai kita. Ini seharusnya menjadikan kita orang yang rendah hati. Jika kita boleh melayani itu sematamata karena anugerah yang begitu besar. Ketika kita memandang salib, kita mengerti ada satu hati yang
tidak mau menyakiti hati Tuhan. Dalam hidup, kita melihat misi kerajaan Allah di bawah salib, itulah visi
salib. Ay 16 mengatakan, "Untuk memperdamaikan keduanya, dalam satu tubuh dengan Allah oleh salib,
dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu." Biarlah salib penderitaan Kristus, penebusan Kristus, dan
misi Kristus menjadi bagian dalam diri kita. Terkadang di dalam diri kita, kesibukan membuat kita tidak
mampu lagi memandang salib.
Kedua, Damai sejahtera yang sejati. Alkitab mengatakan damai sejahtera yang Allah berikan kepada kita
berbeda dengan apa yang dunia bisa berikan di mana artinya ada satu kedamaian yang membuat kita tidak
ingin kedamaian itu terusik. Istilah ‘damai’ hari ini sangat banyak disalahgunakan. Damai di sini bukan
seperti yang dunia ajarkan yaitu kalau cocok dengan perasaan kita atau diri kita melainkan damai yang
Tuhan berikan. Ay. 17 mengatakan, "Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang ‘jauh’
dan damai sejahtera kepada mereka yang ‘dekat.’" Dengan kata lain, damai sejahtera ini diberikan kepada
kedua pihak yang berseteru. Jadi damai sejati di sini adalah damai sejahtera yang kembali terarah kepada
visi Kristus. Kembali mengarah kepada visi pelaku daripada kedamaian itu sendiri yaitu Tuhan Allah.
135
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Marilah kita kembali belajar di dalam hidup kita untuk berhenti dari semangat sektarian, lalu kita mengajak
semua orang balik kepada Kristus. Kembali kepada kebenaran Dia, kepada cinta kasih-Nya, kembali
memperjuangkan Dia dan semuanya untuk kemuliaan nama Tuhan. Di situlah visi salib damai sejahtera
Tuhan terjadi. Berhentinya semua perseteruan maka perjuangan misi Allah bisa dikerjakan secara
maksimal. Jika ini ada di dalam gereja kita, maka gereja memiliki potensi untuk mempengaruhi dunia. Saya
rindu apa yang sudah dijalankan di dalam perjalanan GRII sampai hari ini boleh terus menerus
mempengaruhi dunia dan memperjuangkan semangat kesatuan di dalam Kristus.
Amin!
136
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
B
Ba
as
siis
sp
pe
errs
sa
attu
ua
an
ny
ya
an
ng
gs
se
ejja
attii
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
19
Efesus 2:19-22
Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari
orang–orang kudus dan anggota–anggota keluarga Allah,
20
yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu
penjuru.
21
Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapih tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di
dalam Tuhan.
22
Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh.
Kita sudah membicarakan pergumulan orang-orang Yunani yang menjadi Kristen sulit bersatu dengan orang
Kristen dari bangsa Yahudi. Bagi orang Yahudi bangsa non-Yahudi adalah bangsa kafir. Ini membuat orang
non-Yahudi minder dan membuat persatuan sulit tercapai. Semangat seperti ini dapat muncul setiap
zaman. Hari ini banyak orang sulit menjadi Kristen karena batasan-batasan yang menjadi tembok, sehingga
menyulitkan dia untuk menjadi orang kristen, misalnya Kristen di identikkan dengan batak. Itu sebabnya,
perlu kesatuan sejati dan ini sudah dibahas dalam Ef 2:11-22.
Kita sudah membicarakan hal di atas sebagian demi sebagian. Pada saat ini kita memasuki bagian klimaks
dari prinsip penyatuan. Apa dasar kita untuk membangun kekristenan sejati? Fondasinya di mana?
Jawabnya adalah kembali kepada Alkitab. Jika setiap kita kembali kepada Alkitab dan tahu basis kekristenan
untuk kesatuan maka kita lebih cepat bersatu. Mungkin kita bertanya, “Mengapa orang Kristen sendiri sulit
bersatu?” Itu semua adalah karena dosa. Prinsip dosa adalah memecah belah dan jika ini terjadi itu berarti
salah kita sendiri.
Jadi agar persatuan sejati terjadi kita harus membangunnya di atas dasar yang benar. Dalam hal ini Alkitab
mengatakan, “Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari
orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah.”
 
Pertama, kita satu warga kerajaan surga. Jadi siapapun kita? Bagaimanapun kita? Kapanpun kita dilahirkan?
Dari suku atau bangsa apapun tidak menjadi masalah, karena kita sudah disatukan menjadi keluarga
kerajaan surga. Implikasinya, jika kita sewarga di dalam kerajaan surga berarti Tuhan adalah Raja kita. Jadi
kita harus menTuhankan Kristus dalam hidup kita. Jika kita semua tunduk kepada Kristus maka dengan
sendirinya kita akan bersatu. Satu bukan karena kita menggalang kesatuan horizontal tetapi satu karena
kita punya kepala yang satu yang menarik semua jadi satu. Format ini menjadikan kita tidak boleh ada
Tuhan atau Raja lain kecuali Tuhan Allah sendiri. Jika hal ini sudah diselewengkan di mana Tuhan sudah
diganti posisinya maka bahaya akan terjadi. Dan jika kita gagal menjadi kawan sewarga di hadapan Tuhan,
137
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
ini yang menjadikan kawan sewarga sulit bersatu. Itu sebabnya di dalam 1 Petrus 3:15 mengatakan, “Tetapi
kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi
pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang
pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat.” Di dalam bagian ini
mengatakan “Kuduskan Kristus di dalam hati kita sebagai Tuhan.” Jika ini ada di dalam hati kita, barulah kita
bisa bersatu. Inilah yang membuat seluruh arah visi tidak menjadi konflik tetapi kembali kepada arah yang
sejati. Dan ini baru bisa terjadi jika kita mau menyangkal diri kita dan mengatakan tidak kepada diri kita dan
mengatakan ya kepada Tuhan. Konsep pertama ini menjadi dasar bagi bagian kedua.
Kedua, kita satu keluarga Allah. Di sini umat Tuhan digambarkan sebagai satu keluarga. Di dalam satu
keluarga lebih mementingkan satu keintiman. Menggambarkan satu relasi yang penuh cinta kasih. Jadi di
dalam poin yang kedua ini Paulus mau mengatakan bukan saja membicarakan ketaatan kita kepada Allah
tetapi bagaimana kita mengerti cinta kasih sesama. Mengerti bahwa saudara adalah saudaraku dan aku
adalah saudaramu. Ini merupakan gambaran yang begitu penting yang menggambarkan satu relasi cinta
kasih di dalam keluarga. Sayangnya di dalam jaman yang semakin berkembang menggambarkan relasi cinta
kasih di dalam keluarga menjadi sulit, karena banyak hubungan di dalam keluarga tidak beres. Kasih bukan
tali pengikat yang utama di dalam keluarga. Tidak heran jika mereka mendengar ayat yang mengatakan,
“Kita perlu bersatu seperti satu keluarga.” Bagi mereka kalimat ini aneh sekali di telinga. Ini membuktikan
betapa perlunya keluarga kembali kepada firman Tuhan. Membangun keluarga di dalam kebenaran Tuhan.
Ini yang membuat keluarga menjadi indah sehingga anak-anak melihat betapa indahnya memiliki keluarga
yang indah. Keluarga indah bukan karena tidak pernah berselisih. Perselisihan pasti ada tetapi bagaimana
cinta kasih lebih menguasai dibandingkan perselisihan yang ada. Bagaimana cinta kasih, perhatian, dan
kerelaan berkorban ada di dalam keluarga.
Melalui gambaran keluarga ini Tuhan mau menggambarkan satu kesatuan yang sejati. Jika dunia sudah
dipecah-pecah oleh kebencian satu sama lain bagaimana dia bisa melihat cinta kasih yang sejati. Jika ini
terjadi di dalam keluarga Allah betapa rusaknya keluarga Allah. Saya berharap kiranya setiap kita boleh
belajar bagaimana di dalam pelayanan dan kehidupan kita boleh mencerminkan satu keindahan keluarga.
Dengan demikian kekristenan dapat menjadi contoh bagi dunia. Saya harap gereja ini boleh Tuhan pimpin
untuk kita sama-sama bisa saling mengasihi. Inilah gambaran persatuan yang Tuhan inginkan. Di satu pihak
tahu otoritas. Tahu Tuhan menjadi pemimpin yang mempersatukan dan di lain pihak cinta kasih relasional
ada di tengah-tengah keluarga Allah. Kita berelasi satu sama lain. Kita saling mengasihi satu dengan yang
lain sebagai satu keluarga di mana Tuhan menjadi Bapa kita dan kita adalah anak-anak-Nya. Ini menjadikan
kita terikat menjadi satu persaudaraan yang indah satu sama lain. Persatuan sejati di antara anak Tuhan
tentu ada perbedaan, yang penting bagaimana di dalam perbedaan tersebut kita bisa saling menghargai
dan mengasihi sebagai satu keluarga. Perbedaan yang mempersatukan memungkinkan terjadinya
keindahan kesatuan dalam satu keluarga.
Sekarang kita perlu memikirkan basis penyatuan yang Tuhan inginkan terjadi. Format mutlaknya seperti
apa? Alkitab mengatakan basisnya adalah di atas dasar para rasul dan para nabi dengan Kristus sebagai
Batu Penjuru. Urutan di sini bukan para nabi lebih dahulu melainkan para rasul. Tetapi Alkitab mencatat
para rasul lebih dahulu baru para nabi dengan Kristus sebagai dasarnya. Kenapa para rasul diletakkan lebih
dahulu bukan para nabi? Di dalam ayat ini ada signifikansi teologis yang sangat penting. Basisnya adalah
Kristus. Di atas diri Kristus dibangun para rasul dan para nabi. Secara kronologis nabi ada lebih dahulu
sesudah itu baru rasul, tetapi secara prinsip teologis rasul menginterpretasi nabi. Setelah nabi selesai
tugasnya maka rasul berbicara. Rasul dipakai untuk menuliskan Perjanjian Baru sedangkan nabi dipakai
138
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
untuk menuliskan Perjanjian Lama namun basis utama bukan di nabi melainkan di interpretasi PB terhadap
PL. Demikian pula ketika Kristus datang, Dia menginterpretasi apa yang diungkapkan di dalam PL dan
mensahkan apa yang nanti ditegaskan di PB. Di dalam PL seluruhnya menunjuk kepada Kristus. Kristuslah
titik pusat yang dituju semua nabi PL. Jadi di dalam PL yang menjadi patokan dasarnya adalah Kristus. Di
dalam PL merupakan bayang-bayang yang menuju kepada satu realita sejati. Jadi di dalam PL
membayangkan Kristus yang akan datang (Mis: Kej 3:15). Ini nubuat! Nubuat tidak jelas, kecuali nubuat
tersebut telah digenapi di dalam PB. Waktu di buka secara jelas itu berarti sejarah sudah lampau. Jadi
prinsip yang penting di sini bukan nabi menjelaskan rasul tapi rasul menjelaskan nabi. Bukan PL menjelaskan
PB tetapi PB menjelaskan PL. itu sebabnya mengapa Paulus menulis “Rasul lebih dahulu kemudian nabi.”
Untuk mengerti Yesus sebagai batu penjuru kita harus melihatnya mulai dari rasul menuju ke nabi. Apa
yang diungkapkan oleh para rasul di dalam PB di konfirmasikan oleh nubuatan para nabi. Ini yang menjadi
dasar mengapa kita mengatakan iman kristen jauh lebih solid daripada pengertian iman Yudaisme yang
memegang PL tetapi menolak PB. Banyak orang yang tidak bertanggungjawab lebih menekankan PL dari PB.
Bagaimana kita bersatu? Untuk membangun kesatuan, Alkitab mengatakan basisnya di atas fondasi Kristus
dengan Firman di atas-Nya. Persatuan sejati terjadi ketika kita sama-sama menTuhankan Kristus dengan
basisnya Firman Tuhan di mana PB melihat PL. Ini tidak berarti ketika kita menggarap firman maka kita bisa
cocok tanpa adanya perbedaan. Perbedaan pasti ada tetapi jika kita sama-sama mau kembali kepada
Firman, mau belajar taat kepada Firman saya yakin persatuan sejati bisa terjadi. Bukan ego kita, bukan
pandangan kita, bukan keinginan kita melainkan kehendak Tuhan.
Lalu, tugas siapakah untuk membangun kesatuan sejati ini? Kita sebenarnya tahu bahwa ini bukan hanya
tugas pendeta atau hamba Tuhan. Tetapi masalahnya kita malas mempelajari firman Tuhan dengan baik,
akibatnya jemaat begitu lemah karena jemaat tidak pernah belajar, tidak mau mengerti kebenaran. Tidak
heran kalau jemaat begitu mudah ditipu karena tidak belajar kritis. Saya ingin setiap jemaat boleh belajar
kritis, mempertanyakan segala sesuatu secara kritis. Semangat kritis ini tidak mungkin terjadi kecuali kita
kembali ke Alkitab, mempelajari Alkitab. Mari kita kembali kepada Firman, jika kita kembali kepada Firman
kita tahu apa yang kita harus kerjakan, tahu bagaimana menilai jaman, dan kita bisa bersatu dengan setiap
orang Kristen dan bersepakat di dalam banyak hal. Tetapi jika kita tidak kembali kepada Firman, kita sulit
untuk sepakat dan perpecahan mudah sekali terjadi. Saya ingin ada orang yang betul-betul basis kepada
teologi yang kokoh lalu secara tajam menilai semua yang terjadi dari perspektif firman Tuhan. Saya minta,
mari kita mulai belajar sungguh-sungguh bergumul baik-baik agar Tuhan pakai kita. Mau saudara?
Amin!
139
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
S
So
olla
aS
Sc
crriip
pttu
urra
a
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
1
Yohanes 1:1-5
Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama–sama dengan Allah dan Firman itu
adalah Allah.
2
Ia pada mulanya bersama–sama dengan Allah.
3
Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari
segala yang telah dijadikan.
4
Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.
5
Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.
Teriakan Martin Luther yang begitu keras terjadi 481 tahun yang lalu karena sedih dan marah melihat gereja
sudah melecehkan firman Tuhan. Gereja telah menggeser ajaran tentang keselamatan, pertobatan,
kelahiran baru, dan penebusan diganti dengan hal yang tidak benar, yaitu dengan membeli surat
indulgensia (surat penebusan dosa). Ajaran ini hanya mementingkan keinginan Paus demi untuk membangun
Santo Petrus yang hari ini menjadi salah satu obyek pariwisata terbesar di kota Roma. Itu sebabnya Martin
Luther berteriak keras agar gereja kembali kepada Alkitab. Hanya kembali kepada Alkitab kita baru bisa
mengerti kebenaran dan Alkitab harus menjadi dasar kebenaran.
Pada tahun 1998 ini setelah 481 tahun kemudian, apakah gereja sudah beres? Apakah hari ini gereja sudah
sungguh-sungguh kembali kepada Firman ataukah sebaliknya? Hari ini kita melihat, gereja tetap diwarnai
oleh ajaran yang tidak sesuai dengan Alkitab di mana banyak orang berteriak reformasi tetapi tidak tahu
reformasi itu apa. Mereka tidak tahu apa yang mereka kerjakan dan tidak mempunyai solusi penyelesaian
masalah.
Beberapa saat yang lalu saya membaca kembali bagian dari buku "Institutes of the Christian Religion" John
Calvin. John Calvin bukanlah seorang yang berpendidikan teologi secara formal. Dia adalah seorang ahli
hukum, namun karena cintanya kepada Tuhan membuat dia belajar Firman dan membaca buku-buku
teologi mungkin lebih banyak daripada imam yang belajar teologi. Tidak heran, kalau dia bisa menuliskan
prinsip iman Kristen yang begitu solid, padat, menyeluruh, dan terintegrasi untuk menjadi pegangan di
dalam gerakan reformasi. John Calvin bukan hanya menulis sistematik teologi namun dia juga seorang
ekspositor Alkitab yang kuat. Sistematik teologi yang dibuat didasarkan pada eksposisi Alkitab yang ketat
dan dia hampir menafsir seluruh kitab dalam Alkitab.
John Calvin, mengapa dia memilih nama John? Saya tidak tahu. Tapi, jika saya membandingkannya dengan
membaca Yohanes 1, saya melihat inilah jiwa yang saya rasa ingin dia utarakan di dalam hidupnya. Yohanes
waktu menulis kitab Injil dia mulai dengan Firman. Inilah cara Yohanes mengungkapkan otoritas, asal usul
dan dasar dari kemungkinan keberadaan. Seluruh keberadaan alam semesta, perkembangan sejarah dan
seluruh perkembangan kemungkinan potensi yang ada mulai dengan kata ‘Firman’ (The Word). Yohanes 1:1,
140
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
"Pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah." Ini
merupakan ayat yang pendek namun mempunyai satu aspek teologis yang begitu solid. Firman ini menjadi
dasar atau sumber dari semua keberadaan yang ada di dalamnya. Firman itu mencipta lalu dari ciptaan itu
adanya ciptaan kemudian dan itupun dari Firman. Di dalam ayat 3 mengatakan, "Tanpa Dia tidak ada
suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan." Ini berarti ciptaan dan penurunan ciptaan itu
kembali kepada firman. Disini kita melihat pentingnya konsep ‘Sola Scriptura.’
Untuk mengerti pentingnya konsep Sola Scriptura mari kita melihat terlebih dahulu titik putar pada tahun
1517 dan kemudian kita melihat ke abad 20. Mengapa tanggal 31 Oktober 1517 harus ada letusan? Untuk
menjawab hal ini kita akan meninjau bukan hanya secara teologis namun juga secara historis. Tuhan
memperkenankan terjadinya titik putar di dalam sejarah ini merupakan hal yang penting. Mengapa? Karena
Tuhan ingin mengembalikan gereja pada tempat yang seharusnya. Jika kita melihat sejarah maka tahun 0
adalah tahun di mana Kristus lahir dan tahun di antara sebelum dan sesudah Kristus lahir itu menjadi titik
putar. Jika kita hanya mengerti sampai di sini, itu berarti kita baru mengerti fakta tetapi belum mengerti
pengertian fakta yang sesungguhnya. Untuk mengerti pengertian fakta di sini kita mulai bertanya,
"Mengapa Kristus lahir?" Di sini kita melihat ada signifikansi yang serius terjadi. Itu bukan kebetulan terjadi
tetapi karena Allah melihat sudah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya untuk turun ke dalam
dunia untuk menyelesaikan problematika dosa (bnd. Gal 4:4).
Hanya di dalam Kristus kita melihat kebenaran yang sesungguhnya dan bagaimana manusia hidup sebagai
manusia. Itu sebabnya tidak ada seorang manusiapun yang boleh dicontoh atau ditiru, karena tidak ada
seorangpun yang hidup sempurna kecuali Yesus Kristus. Jadi ini menjadi titik putar di dalam sejarah di mana
satu arus yang sudah menyeleweng ditarik kembali kepada jalur yang seharusnya. Itu sebabnya di dalam
proses sejarah pada saat gereja sudah mulai menyimpang dari kebenaran, Tuhan menegakkan titik putar
kembali gereja kembali kepada jalur yang seharusnya yaitu kembali kepada Alkitab.
Pada abad 15 dan 16 merupakan abad di mana Renaisance atau Humanisme mencapai puncaknya.
Sayangnya, mereka menggeser Tuhan dari hidup mereka dan mengatakan bahwa mereka tidak perlu
Tuhan. Manusialah Tuhan atas segala Tuhan. Ini berbeda dengan abad 12 kita melihat misalnya lukisan
memakai putaran lingkaran suci, bukan itu saja mereka melukis manusia dengan tangan yang terarah
melihat Tuhan. Namun pada masa Renaisance kita melihat bahwa konsep ini didobrak oleh satu lukisan
yang terkenal luar biasa yaitu Monalisa atau Madona. Lukisan ini mempunyai pengaruh yang luar biasa
karena di dalamnya mempunyai signifikansi sejarah. Ada sesuatu yang mau disampaikan melalui lukisan
tersebut. Di dalam lukisan ini Leonardo Da Vinci menggambarkan satu wajah dengan senyuman yang sinis
luar biasa. Dengan mata yang melihat ke bawah dan tangannya diarahkan ke bawah. Dengan itu dia ingin
mengutarakan, "Mari dunia, tidak perlu lagi melihat ke atas. Mari kita melihat ke bawah."
Ini merupakan ide humanisme yang disodorkan mulai dari Renainsance, lalu Masa Pencerahan, setelah itu
Modernisasi, dilanjutkan era Post Modernisasi kemudian masuk ke New Age. Ini semua rentetan sejarah
yang ditarik dari satu garis yaitu dari ide humanisme. Di dalam humanisme manusia harus mengutarakan
diri, menyelesaikan keinginan diri dan mencapai tujuan diri. Ini gagasan yang bermula dari renaisance. Pada
abad 13 dan 14 renainsance sudah mencapai jaman yang disebut high renaisance. High renaisance kira-kira
muncul pada abad 13, 14 terus hingga abad 15. Semangat humanisme menguasai semua masyarakat pada
saat itu dan orang Kristen termasuk Paus hingga ke bawah sebagian besar hanya berpikir, "Bagaimana saya
dapat menikmati hidup, menikmati kejayaan dan memperjuangkan apa yang saya mau?" Semua itu harus
diusahakan atau dikerjakan oleh manusia, bukan Tuhan yang rencanakan. Pengaruh humanisme ini
membuat orang mulai meninggalkan Firman, tidak heran mulai abad 12, 13, 14, dan 15 gereja menjadi
141
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
semakin hari semakin gelap, semakin meninggalkan Firman Tuhan. Berita khotbah hanya untuk mencari
kepentingan dan kenikmatan diri sendiri.
Di tengah-tengah kondisi seperti ini Tuhan tetap membangkitkan sekelompok orang yang betul-betul setia
kepada Firman. Orang-orang ini kemudian dipakai oleh Tuhan untuk mengadakan reformasi. Ini bisa kita
lihat sejak zaman PL seperti Nuh, Elia dll. Jadi Di tengah-tengah dunia yang begitu rusak, Tuhan masih
menjaga dan memelihara sekelompok kecil anak-anak Tuhan yang setia. Demikian juga pada abad ke-15
ketika dunia sudah rusak, humanisme merajalela dan manusia begitu materialis dan mementingkan diri
sendiri termasuk Paus dan bawahannya. Namun kemudian seperti Martin Luther, Calvin, Theodore Beza dll.
Tuhan bangkitkan untuk membawa gereja dan dunia kembali melihat kebenaran yang azasi.
Dunia kita selalu mempunyai kecenderungan eksentrik. Semangat yang mau menyeleweng dari kebenaran
yang semakin lama semakin aneh. Inilah yang disebut dengan eksentrik. Tidak heran, kalau saudara melihat
dunia ini tambah lama tambah nyentrik. Istilah nyentrik ini sebetulnya adalah eksentrik. Mau tampil beda
tapi bedanya tambah lama tambah gila secara negatif, keluar dari kebenaran. Celakanya orang seperti ini
merasa dialah orang yang harus memimpin Zaman. Di tengah-tengah perjalanan sejarah seperti ini Tuhan
memimpin kembali sekelompok kecil orang untuk kembali kepada kebenaran. Ini yang kita sebut sebagai
konsentris yaitu semangat untuk kembali kepusat atau keinti kebenaran. Ketika dunia sudah mulai relatif
Tuhan memimpin kita kembali kepada kemutlakan yang sejati. Inilah yang diteriakkan oleh reformasi 481
tahun yang lalu.
Pertanyaannya sekarang di mana pusat konsentrisitas kemutlakan kita? Melalui Firman Tuhan. Ini menjadi
inti pertama yang harus dikerjakan di dalam kekristenan kita. Yoh 1 mengatakan bahwa semua yang jadi
tidak akan jadi jikalau bukan karena Firman. dan Firman inilah terang bagi dunia ini. Begitu terang ada maka
kegelapanpun hilang. Yoh 1 hanya terdiri dari satu kalimat pendek namun tuntas untuk menyelesaikan
semua problema. Di sini Yohanes mau membukakan kepada manusia bahwa tanpa Firman, hidup manusia
tidak ada arah dan kita akan hidup di dalam kegelapan, kecuali kita kembali kepada terang. Terang itu
adalah Firman. Kembali kepada Firman adalah satu keharusan yang tidak bisa diganggu gugat. Calvin di
dalam bukunya memberikan satu tema yang cukup menarik dan ketat, ketika dia mengatakan, "Without
scripture we fall into error." Seluruh hidup kita tidak mungkin jalan tanpa referensi yang mutlak. Tanpa
kemutlakan kita kehilangan pegangan. Calvin mengatakan, hanya kembali kepada Alkitab kita memiliki
pegangan. Kembali kepada Alkitab! Kalimat ini sebelumnya diteriakkan oleh Martin Luther. Ketika Martin
Luther meneriakkan itu berarti taruhannya nyawa dan hanya karena pemeliharaan Tuhan maka Martin
Luther tidak jadi dibunuh hanya ditangkap kemudian disembunyikan. Martin luther hilang beberapa tahun
dan di tengah-tengah persembunyiannya dia menerjemahkan Alkitab bahasa latin ke dalam bahasa Jerman.
Inti reformasi adalah menuntut kita Back to the Scripture. Saat ini kita bisa dengan mudah membeli Alkitab.
Tapi jangan lupa, banyak tokoh-tokoh seperti Martin Luther dll yang harus mempertaruhkan nyawanya
supaya Alkitab dapat dibaca banyak orang. Misalnya William Tyndall yang akhirnya dibakar hidup-hidup.
Sekarang kita mudah mendapatkan Alkitab bahkan kita mungkin memiliki lebih dari satu tapi berapa
banyak kita sudah membaca Firman Tuhan tersebut mulai dari Kejadian sampai Wahyu? Saudara, mari kita
membaca firman Tuhan dengan semangat kritis sehingga kita tidak mudah untuk ditipu oleh dunia yang
berdosa, oleh gerakan-gerakan eksentrik yang sedang melanda kekristenan dan dunia ini. Seberapa jauh
kita mempunyai semangat ini? Hari ini, mari kita instrospeksi diri kita dan berkata kepada Tuhan, "Tuhan,
aku mau belajar Firman-Mu dengan sungguh-sungguh." Maukah Saudara?
Amin!
142
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
P
Pa
an
ng
gg
giilla
an
ny
ya
an
ng
ga
ajja
aiib
b
Oleh: Pdt. Rusdi Tanuwidjaya
Nats:
Matius 2:1-2
1
Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes,
2
dan bertanya–tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami
datanglah orang–orang majus dari Timur ke Yerusalem
telah melihat bintang–Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia."
Natal merupakan satu peristiwa yang paling agung di dalam sejarah, sayangnya kita seringkali hanya
mengenang peristiwa ini pada hari natal atau menjelang Natal walaupun kita tidak tahu kapan tepatnya
Natal yang sesungguhnya. Bagi saya ini tidak penting, namun yang penting adalah bagaimana kita
senantiasa mengingat jiwa, teladan, dan kerendahan dari inkarnasi Kristus.
Itu sebabnya, pada hari ini kita kembali merenungkan makna Natal dalam hidup kita. Di sini kita akan
belajar beberapa poin yang penting sehubungan dengan Natal.
Pertama, Natal membuktikan bahwa anugerah Allah lebih besar daripada dosa manusia. Kristus datang ke
dalam dunia ini menunjukkan bahwa kasih Allah lebih besar daripada dosa manusia. Andaikata keadilan
Allah lebih besar daripada dosa manusia, maka semua kita tidak akan merayakan Natal dan itu berarti kita
semua harus dihukum.
Kedua, Natal membuktikan cara kerja Allah seringkali berada di luar jangkauan pikiran manusia. Ketika
Allah menggenapi janjinya, kita melihat seringkali berada di luar pikiran dan pengalaman manusia.
1.
Secara waktu siapa yang pernah berpikir bahwa Anak Allah datang ke dunia justru setelah Allah
diam 400 tahun. Allah tidak memakai seorang nabipun untuk memberitakan firman pada zaman itu. Namun
setelah 400 tahun barulah Allah menggenapi janjinya yang telah ia nubuatkan ribuan tahun yang lalu.
2.
Secara tempat siapa yang pernah berpikir bahwa Allah untuk menggenapi janjinya justru memakai
tempat yang sederhana dan tidak terkenal yaitu kota Betlehem. Betlehem berarti rumah roti. Kota
Betlehem adalah kota yang kecil yang mungkin berada di luar pikiran manusia. Namun di sini kita melihat
apa yang tidak terpandang bagi manusia justru dipakai Allah untuk menjadi rumah roti bagi jiwa manusia
yang lapar dan haus.
Ketika Allah menggenapi janjinya bukan hanya di kota yang tidak terpandang tetapi juga Ia lahir di sebuah
tempat yang tidak terpikirkan oleh manusia yaitu sebuah kandang yang hina, kotor dan bau. Bahkan Anak
Allah dibaringkan di sebuah palungan yaitu tempat makan binatang. Kandang dan palungan adalah tempat
yang tidak layak untuk dihuni oleh manusia tapi justru di situlah Allah menggenapi janji-Nya. Sungguh, ini
berada di luar pemikiran manusia yang terbatas.
143
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Ketiga, Natal berarti Allah ada di tempat di mana tidak pernah diharapkan oleh manusia. Siapa yang
menyangka bahwa Anak Allah datang ke dalam dunia justru memakai rahim seorang wanita yang masih
gadis. Seorang wanita yang masih dara tidak seharusnya berisi. Namun di sini kita melihat wanita yang tidak
seharusnya berisi justru menjadi berisi sebaliknya kubur Yesus yang seharusnya berisi menjadi tidak berisi.
Mengapa ini terjadi? karena kuasa Allah. Namun siapa yang pernah menyangka dan mengharapkan bahwa
Anak Allah sekarang ada di dalam dikandungan seorang wanita.
Demikian juga siapa yang pernah menyangka Allah ada di sebuah kandang lebih khusus di dalam palungan.
Bahkan kalau kita tarik lebih jauh yaitu pada saat penyaliban siapa yang pernah menyangka Allah ada di
atas kayu salib. Sungguh ini merupakan satu peristiwa yang sulit dipikirkan oleh manusia, karena memang
ini berada di luar kemampuan pikiran dan pengalaman manusia yang terbatas. Ya, seringkali Allah tidak
ditemukan di tempat di mana dapat dicapai oleh pikiran manusia yang terbatas. Tidak. Justru Natal
membuktikan bahwa Allah ada di tempat di mana tidak pernah diharapkan oleh manusia.
Keempat, Natal pertama memanggil orang yang tidak pernah dipikirkan dan diharapkan manusia. Siapa
yang pernah menyangka bahwa Natal justru pertama kali memanggil orang yang berada jauh di luar bangsa
Israel. Natal pertama kali memanggil orang Majus bukan penggembala. Memang di dalam Alkitab
penggembala datang yang pertama kali ke tempat di mana Tuhan Yesus dilahirkan.
Pada pagi ini kita secara khusus akan mengamati orang Majus. Di sini saya menemukan beberapa
pelajaran rohani yang penting berkenaan dengan orang majus.
a.

1.
Pribadinya;
2.
Perjalanannya;
3.
Penyembahannya.
Dilihat dari pribadinya orang majus bukanlah orang Yahudi atau dengan kata lain bukan bangsa pilihan
Allah, melainkan orang kafir. Orang kafir adalah orang yang menurut orang Yahudi adalah orang yang tidak
memiliki pengharapan di dalam dunia. Orang Majus adalah orang yang seharusnya dikerat, dibuang dan
dibakar. Itu sebabnya pertama kali tatkala Allah menggenapi janjinya justru janji tersebut bukan pertamatama di dengar oleh para imam, Ahli Taurat atau umat Israel tetapi justru berita sukacita pertama kali di
dengar oleh orang kafir, yaitu orang yang tidak masuk hitungan dan sungguh tidak pernah terpikirkan oleh
orang Yahudi bahwa kedatangan Mesiah yang dijanjikan justru pertama kali di dengar oleh orang kafir.
Orang majus bukan hanya orang kafir tetapi juga merupakan para sarjana. Mereka adalah orang-orang yang
terpandang baik di dalam pendidikan, kekayaan dan kedudukan. Jadi orang yang pertama kali dipanggil
oleh Allah justru bukan ahli kitab, orang beragama atau orang Israel melainkan justru orang kafir yang
berpendidikan dan berpengetahuan tinggi.
Dari segi perjalanannya. Orang Majus berasal dari tempat yang sangat jauh. Banyak penafsir yang
mengatakan bahwa orang Majus adalah orang Arab atau orang Persia. Saya pribadi lebih setuju bahwa
orang Majus kemungkinan berasal dari Persia, mengingat orang Persia pada masa itu terkenal dengan ilmu
astrologinya. Jadi mereka dari Persia ke Yerusalem membutuhkan waktu yang sangat lama. Mereka harus
berjalan berbulan-bulan untuk sampai ke Betlehem. Kita mungkin bertanya, "Bagaimana caranya mereka
dari tempat yang begitu jauh bisa tahu bahwa ada Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan? Saya pribadi
b.
144
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
percaya mereka tahu bahwa ada Raja orang Yahudi baru dilahirkan karena mereka mempelajari bintang
dan juga mempelajari Kitab Suci orang Israel. Ingat bangsa Israel pernah ditawan ke Persia. Jadi panggilan
Tuhan kepada mereka pertama-tama melalui wahyu umum selanjutnya ketika mereka mempelajari Kitab
Suci Tuhan memimpin mereka dan memberikan pencerahan kepada mereka sehingga mereka dapat
memahami melalui ilmu perbintangan yang mereka pelajari bahwa Allah telah memakai bintang untuk
memberitahukan kepada mereka bahwa raja orang Yahudi yang dijanjikan sudah lahir.
Ketika mereka berjalan dari tempat yang jauh, banyak tantangan yang mereka hadapi dan itu tidak mudah.
Mereka harus melalui padang gurun, padang pasir yang panas dan penuh dengan pasir dan debu. Belum
lagi bahaya dari para perampok, binatang buas dan banyak lagi kesulitan-kesulitan yang lain. Namun di sini
kita melihat ketekunan dan pengorbanan mereka. Ya, hanya untuk melihat dan menyembah Raja orang
Yahudi yang baru dilahirkan mereka telah melintasi jarak ribuan kilometer jauhnya. Mereka adalah orangorang yang jauh secara geografis namun mereka dipanggil oleh Tuhan menjadi orang-orang yang dekat
dengan Tuhan secara relasi. Berbeda dengan banyak orang Israel, pemimpin-pemimpin agama mereka
adalah orang-orang yang dekat secara georafis namun mereka justru jauh dari Tuhan secara relasi
sekalipun mereka adalah bangsa pilihan dan orang-orang yang menamakan diri beragama namun hati
mereka justru jauh dari Tuhan. Yang jauh menjadi dekat dan yang dekat menjadi jauh. Yang tidak
diharapkan memperoleh pengharapan dan yang seharusnya memperoleh pengharapan justru membuang
pengharapan.
Penyembahan orang Majus. Orang majus datang dari jauh hanya untuk melihat dan menyembah Raja
orang Yahudi yang baru dilahirkan dengan berbagai kesulitan yang dialami mereka terus mencari. Akhirnya
mereka tiba di Yerusalem dan bertemu dengan raja Herodes. Mereka memberitahukan apa maksud
kedatangan mereka yaitu untuk menyembah raja orang Yahudi yang baru dilahirkan. Tentu saja hal ini
membuat Herodes terkejut dan bertanya-tanya di dalam hati dan akhirnya orang majus bertemu dengan
Yesus yang baru dilahirkan. Bagaimana kira-kira perasaan mereka ketika bertemu dengan Yesus. Kita tidak
tahu.
c.
Namun demikian pastilah ketika pertama kali mereka melihat bayi Yesus Raja orang Yahudi yang baru
dilahirkan, mereka mungkin terheran-heran. Karena Raja orang Yahudi yang baru saja dilahirkan tidak
seperti apa yang mereka pikirkan. Sekarang mereka hanya melihat seorang bayi dari keluarga sederhana.
Namun demikian di sini kita belajar satu hal di tengah-tengah apa yang mereka lihat mereka tidak hanya
berhenti pada penampakan lahiriah. Mereka tidak hanya melihat secara fenomena melainkan jauh
melampaui apa yang mereka bisa lihat secara fenomena. Itu sebabnya ketika mereka melihat Yesus yaitu
Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan mereka segera sujud menyembah bayi Yesus. Aneh kelihatannya
tapi itulah yang terjadi. Ketika Yesus belum bisa bicara, ketika Yesus belum mampu berjalan apalagi
memberitakan firman dan memproklamasikan diri-Nya. Disini kita melihat ada satu kekuatan yang besar
yang telah memanggil orang-orang berpendidikan, berpengaruh dan kaya untuk datang dan menyembah
Dia. Satu hal yang sangat langka dan belum pernah terjadi di dunia.
Orang-orang berpengaruh dalam masyarakat datang dan menyembah seorang bayi yang sederhana. Inilah
iman. Iman menembus jauh melampaui apa yang bisa mereka lihat, iman mempercayakan diri kepada
suatu pribadi sekalipun nampaknya pribadi tersebut sulit untuk kita pahami karena kesederhanaan-Nya.
Itulah Iman! Saudaraku, orang Majus menjadi gambaran bagaimana Allah memilih dan memanggil umat
pilihan-Nya. Seringkali justru yang kita pikir orang tersebut adalah umat pilihan Allah justru kita keliru.
Tetapi orang yang justru kita tidak pernah pikir, tidak pernah diharapkan justru merekalah yang Allah
145
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
panggil. Seringkali Allah memberikan anugerah-Nya kepada umat pilihan di dalam cara yang tidak pernah
kita pikirkan dan harapkan.
Bagaimana dengan diri kita? Kita juga bukan orang-orang yang layak karena secara kebangsaan kita bukan
umat pilihan Tuhan. Dan kita tinggal jauh dari tempat di mana Kristus lahir. Namun Tuhan telah memanggil
kita dan menyelamatkan kita. Namun demikian izinkan saya bertanya bagaimana respon kita terhadap
panggilan Allah? Orang Majus tatkala dipanggil oleh Allah mereka taat, mereka melangkah sekalipun
banyak rintangan, banyak tantangan dan banyak pengorbanan dan akhirnya mereka tiba di tempat di mana
Kristus ada. Setelah itu mereka menyembah dan mempersembahkan korban di hadapan bayi Kristus.
Saudara, mari kita belajar dari pengorbanan dan teladan penyembahan orang majus. Kiranya Tuhan
memberkati kita.
Amin!
146
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
H
He
erro
od
de
es
sy
ya
an
ng
gm
ma
alla
an
ng
g
Oleh: Pdt. Rusdi Tanuwidjaya
Nats:
Matius 2:3-12/ 16-18
3
Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem.
4
Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya
keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan.
5
Mereka berkata kepadanya: "Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis
6
Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali–kali bukanlah yang terkecil di antara
dalam kitab nabi:
mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang
pemimpin, yang akan menggembalakan umat–Ku Israel."
7
Lalu dengan diam–diam Herodes memanggil orang–orang majus itu dan dengan teliti
bertanya kepada mereka, bilamana bintang itu nampak.
8
Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya: "Pergi dan selidikilah dengan
seksama hal–hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia,
kabarkanlah kepadaku supaya akupun datang menyembah Dia."
9
Setelah mendengar kata–kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang yang
mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di
mana Anak itu berada.
10
Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka.
11
Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu–Nya,
lalu sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta bendanya dan
mempersembahkan persembahan kepada–Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur.
12
Dan karena diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Herodes, maka
pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain.
16
Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang–orang majus itu, ia sangat
marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak–
anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya
dari orang–orang majus itu.
17
Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia:
18
"Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel menangisi anak–
anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi."
Minggu lalu kita telah membahas mengenai orang Majus. Di lihat dari pribadinya, mereka adalah bangsa
kafir yang dianggap sebagai bangsa yang tidak berpengharapan, karena mereka bukan bangsa pilihan.
Namun ketika Yesus lahir justru bangsa kafirlah yang pertama di panggil oleh Allah yaitu orang majus.
Orang-orang majus ini juga adalah orang-orang terpelajar, mereka mempelajari Filsafat, Ilmu Pengetahuan
khususnya Astronomi dan Teologi. Mereka berasal dari Timur dan dalam hal ini memang banyak pendapat,
147
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
namun saya pribadi lebih cenderung memilih bahwa mereka berasal dari Persia karena bangsa ini sangat
terkenal dengan astrologinya. Dari negeri yang jauh inilah, Tuhan memanggil mereka melalui wahyu umum
yaitu bintang dan melalui wahyu khusus yaitu kitab Suci. Maksudnya sebelum mereka mengerti bahwa
bintang yang mereka lihat merupakan tanda kelahiran Raja orang Yahudi, mereka terlebih dahulu membaca
dan mempelajari Kitab Suci orang Israel sehingga mereka tahu bahwa Raja orang Yahudi akan dilahirkan.
Jadi ketika mereka mempelajari atau membaca Kitab Suci umat Israel pada saat itulah Tuhan memanggil
mereka secara khusus, setelah itu barulah mereka kemudian melangkah ketempat di mana arah bintang itu
berada. Mereka harus melintasi ratusan mil serta banyak rintangan, kesulitan dan penderitaan yang harus
mereka alami untuk sampai ke tempat di mana bayi Yesus dilahirkan namun mereka tetap bertekun hingga
kemudian mereka bertemu dengan Herodes. Ketika mereka sampai di Yerusalem dan bertemu dengan
Herodes mereka bertanya, "Di mana Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan?"
Mendengar pertanyaan tersebut raja Herodes sangat terkejut. Apalagi setelah Herodes mendengar dari
imam-imam dan ahli-ahli Taurat mengatakan bahwa Mesias yang dijanjikan itu akan dilahirkan di Betlehem.
Namun Herodes adalah raja yang licik. Setelah tahu di mana Mesias akan dilahirkan kemudian ia
memperalat orang-orang majus agar mereka pergi ke Betlehem dan setelah mereka bertemu dengan anak
tersebut, mereka diminta segera memberitahukan dia supaya iapun dapat menyembah bayi tersebut.
Ucapan ini kelihatannya begitu manis namun dibalik kalimat ini kita melihat ada satu tipu dan kelicikan
yang luar biasa. Mengapa? Karena setelah Herodes tahu, ia akan mempersembahkan sesuatu kepada Raja
orang Yahudi yang baru dilahirkan itu yaitu membunuh bayi Yesus.
Demikianlah akhirnya orang-orang Majus tersebut bertemu dengan bayi Yesus. Saya pribadi tidak dapat
membayangkan bagaimana kira-kira pikiran dan perasaan mereka mengetahui bahwa Raja orang Yahudi
yang baru dilahirkan ternyata begitu sederhana dan tidak sebagaimana yang mereka bayangkan. Namun
Alkitab mencatat mereka menyembah bayi Yesus. Mereka tidak hanya melihat apa yang nampak, namun
dibalik apa yang nampak mereka menerobos melampaui apa yang mereka bisa lihat. Di sinilah kita melihat
iman yang begitu besar dari para majus bahkan dengan sikap menyembah mereka kemudian
mempersembahkan mas, kemenyan dan mur kepada bayi Yesus. Setelah itu mereka kembali namun
malaekat memberitahukan agar mereka tidak kembali memberitahukan kepada Herodes. Hal ini tentu saja
membuat Herodes begitu marah yang mengakibatkan terjadinya lembah air mata. Di mana seluruh anak
yang berusia dua tahun ke bawah di bunuh oleh raja Herodes.
Pada minggu ini kita secara khusus akan mengamati pribadi Herodes. Siapakah sebenarnya Herodes?
Herodes bukan orang Yahudi, ayahnya adalah orang Edom dan Edom adalah keturunan Esau. Jadi secara
keturunan Herodes bukan orang Yahudi. Lebih parah lagi ternyata ibunya juga bukan orang Yahudi
melainkan orang Arab dan nama Herodes sendiri bukanlah nama Yahudi melainkan nama Yunani. Jadi
untuk terjun dalam politik Yahudi sebenarnya sulit bagi Herodes namun hal ini bukanlah masalah bagi
Herodes. Walaupun secara keturunan Herodes bukan orang Yahudi asli namun dia tetap adalah orang
Yahudi. Apalagi Herodes adalah orang yang licik, sehingga hal seperti ini bukanlah rintangan baginya. Lalu
mengapa Herodes bisa menjadi orang Yahudi? Hal ini terjadi pada abad ke 2 SM, di mana kakek Herodes
dikalahkan oleh Yohanes Hercynus I yaitu Raja Yahudi dan Imam Besar yang berkuasa pada masa itu. Pada
waktu dikalahkan kakek dari Herodes dipaksa untuk disunat menjadi orang Yahudi. Itu sebabnya mengapa
Herodes menjadi orang Yahudi.
Dengan kelicikannya, Herodes mulai berkecimpung dalam dunia politik. Kelicikannya ini di mulai dengan
menceraikan istrinya, orang Edom untuk kemudian mendekati cucu dari imam besar yang sangat
148
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
berpengaruh pada waktu itu yaitu Yohanes Hyrcanus II yang bernama Mariamne yang akhirnya menjadi
Istrinya. Kemudian menggunakan nama baik kakek dari istrinya, Yohanes Hyrcanus II yang pada waktu itu
cacat kupingnya. Menurut kitab Imamat, orang yang cacat tidak dapat menjadi imam besar namun Herodes
dengan kelicikannya memperalat kakek dari istrinya untuk memperkuat kuasa dan kedudukannya. Setelah
itu dia mengangkat imam besar yang berada di bawah kontrol dan kuasanya dan menyingkirkan 45 orang
anggota Sanhedrin yang pernah melawan dia. Selanjutnya Herodes menyingkirkan dan membunuh setiap
orang yang akan menjadi penghambat bagi kedudukan dan tahtanya. Seperti Imam besar yang dipilih oleh
istrinya sendiri yaitu Aristobulus. Herodes juga akhirnya membunuh istrinya Mariamne beserta dengan
anak-anaknya karena takut kalau anak-anaknya dari Mariamne dipilih orang Israel menjadi raja.
Demikian juga ketika beberapa orang majus datang kepadanya dan memberitahukan bahwa mereka datang
untuk menyembah raja orang Yahudi yang baru dilahirkan. Tentu saja hal ini membuat Herodes terkejut.
Alkitab bahasa Indonesia menulis bahwa Herodes terkejut namun terjemahan yang lebih tepat seharusnya
Herodes terganggu dan cemas. Ini terjadi karena ia iri dan cemburu. Herodes iri dan cemburu kepada Raja
Yahudi yang baru dilahirkan. Iri dan cemburu merupakan pembunuh jiwa manusia yang terdahsyat dan
sangat merusak hidup manusia lebih daripada yang pernah kita bayangkan. Itu sebabnya kita perlu
mengetahui apa sebenarnya iri dan cemburu? Iri dan cemburu adalah perasaan tidak senang yang timbul
karena ada sesuatu hal yang dimiliki orang lain yang dapat mengganggu stabilitas kedudukan dan
kehormatan Herodes. Akar dari iri dan cemburu ini adalah kebutuhan akan superioritas untuk berkuasa.
Jadi kalau kebutuhan "will to power" manusia ini dihambat oleh realita yang dimiliki oleh orang lain, ini
mengakibatkan Herodes akan merasa kehilangan role sebagai orang yang berkuasa, orang yang terpenting
di Yerusalem atau Yudea.
Iri dan cemburu Herodes ini membawa dampak yang begitu dahsyat sebagaimana yang akan kita lihat
nanti. Mengapa demikian? Karena orang yang iri dan cemburu selalu menganggap keberuntungan orang
lain adalah kerugiannya, kesuksesan orang lain adalah kegagalannya, berkat bagi orang lain adalah kutuk
baginya dan kebahagiaan orang lain adalah penderitaannya. Jika hal ini terus terjadi dalam diri seseorang
termasuk Herodes, itu berarti dia sedang menanam bom waktu di dalam dirinya yang nantinya akan
berakibat bagi dirinya dan orang lain.
Memang cara kerja iri dan cemburu ini seringkali tidak langsung melainkan perlahan-lahan. Pertama-tama,
mulai dari pikirannya dipengaruhi. Herodes mengalami kekacauan di dalam cara berpikir (distorted thinking) di
mana orang yang bersangkutan selalu cenderung memikirkan hal yang negatif dalam diri orang lain bahkan
terhadap dirinya sendiri. Setelah pikirannya selanjutnya perasaannya dipengaruhi. Akibatnya, orang yang iri
tidak pernah ada damai, suka cita, tidak pernah puas dan tidak pernah bahagia. Singkatnya orang yang iri
dan cemburu tidak ada rasa puas dan rasa bahagia di dalam hidupnya. Orang yang iri dan cemburu tidak
pernah membawa seseorang semakin kaya melainkan membuat jiwa kita semakin miskin dihantui dengan
kegelisahan, kekhawatiran, kecemasan dan ketakutan. Yang ketiga iri dan cemburu ini akan berakibat fatal
yaitu akan mempengaruhi bukan hanya pikiran dan perasaan tetapi juga perbuatan. Itu sebabnya ketika
Herodes merasa begitu terganggu dengan berita kelahiran Raja orang Israel ini mengakibatkan seluruh
Yerusalem atau Yudea menjadi lembah air mata. Seluruh anak laki-laki yang berusia dua tahun ke bawah di
bunuh oleh Herodes.
Sungguh malang, Herodes adalah orang yang dekat dengan Tuhan secara geografis namun secara relasi dia
telah membuang diri jauh dari Allah. Yang jauh menjadi dekat namun yang dekat menjadi jauh. Itulah
peristiwa natal pertama kali terjadi. Yang dipanggil justru orang yang tidak pernah diharapkan sebaliknya
149
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
justru orang yang seharusnya mendapat pengharapan justru tidak mendapat pengharapan. Ya, Natal
seringkali anugerah panggilan Tuhan terjadi di luar pertimbangan dan bijaksana manusia yang terbatas. Di
sini kita melihat kehidupan dan perbuatan Herodes yang begitu mengenaskan? Herodes memiliki
kedudukan tetapi kehilangan martabat, memiliki ketenaran tetapi kehilangan nama baik dan keagungan,
memiliki kekayaan namun kehilangan harta yang paling berharga kebahagiaan dan kedamaian di dalam
hati. Hidup dengan Yesus secara geografis namun jauh secara relasi. Kaya tapi miskin, tenar tapi merana,
berkedudukan di bumi tapi terbuang ke neraka.
Sungguh malang Herodes, mempunyai pikiran namun tidak mengerti kebenaran. Punya hati namun tidak
dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Hidup di dalam dunia tetapi mati dari
hadapan Tuhan. Dia punya banyak harta tapi juga kehilangan banyak harta. Inilah paradoks manusia.
Bagaimana dengan kita? Saya harap kita memasuki awal Tahun Baru ini dengan terus menggumulkan hidup
kita sehingga kita hidup tidak kehilangan harta yang terpenting di dalam dunia ini. Jangan pilih hidup
seperti Herodes tapi marilah kita memilih seperti orang Majus. Sekalipun mereka dari bangsa kafir yang
tidak berpengharapan, pandai namun mereka rela mencari Raja yang baru dilahirkan walaupun mereka
harus membayar harga dengan tenaga, waktu, pikiran, uang dan pengorbanan lain. Namun mereka telah
melakukan perbuatan yang sangat indah di hadapan Tuhan. Bagaimana dengan kita? Kiranya teladan para
Majus menjadi teladan bagi kita juga.
Amin!
150
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
T
Te
errp
pe
en
njja
arra
ak
ka
arre
en
na
aK
Krriis
sttu
us
s
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
Efesus 3:1 Galatia 2:20
Efesus 3
1
Itulah sebabnya aku ini, Paulus, orang yang dipenjarakan karena Kristus Yesus untuk
kamu orang–orang yang tidak mengenal Allah
Galatia 2
20
namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup
di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh
iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri–Nya untuk aku.
Paulus sebelum menjadi Kristen adalah penganiaya orang Kristen. Dia mendapat keabsahan untuk
bertindak begitu brutal terhadap Kekristenan dan dia pergi dari satu kota ke kota lain untuk mengejar
orang Kristen serta menganiaya mereka. Ketika Paulus bertobat, dia tahu dan sadar kalau orang yang belum
percaya akan melakukan hal yang sama seperti yang dia pernah lakukan dan merasa apa yang dilakukannya
adalah benar. Kesadaran bahwa sekarang aku boleh menjadi orang yang teraniaya, seorang yang
mengalami penderitaan karena Kristus sama seperti dia pernah mengorbankan orang yang menderita
karena Kristus sehingga sekarang Paulus rela menderita karena Kristus. Itu sebabnya di dalam Ef 3:1 Paulus
mengatakan, "Itulah sebabnya…." Ini menjadi basic ground daripada prinsip pengorbanan Kekristenan.
Penderitaan dan pengorbanan bukanlah penderitaan dan pengorbanan karena mati konyol. Pada minggu
lalu kita sudah membahas Ef 2:19-22 bahwa orang Kristen adalah orang yang berdiri di atas fondasi iman
Kekristenan di atas basis firman yang berbasis kepada Kristus. Ini dasarnya dan setelah itu dilanjutkan
dengan mengatakan, "Di dalam dia tumbuh seluruh bangunan, rapih tersusun, menjadi bait Allah yang
kudus, di dalam Tuhan. Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di
dalam Roh." Maksudnya, kita tidak hanya berhenti di dalam fondasi melainkan selaku kawan sewarga Allah
sama-sama rapih terbangun di atasnya. Paulus mengatakan, itulah sebabnya (therefore), berdasarkan misi
tuntutan Kekristenan untuk bertumbuh berdasarkan visi dan misi Tuhan yang ingin memakai kita bukan
hanya sekedar sebuah fondasi. Fondasinya telah selesai yang dibangun di atas da-sar para rasul dan para
nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru, tapi itu belum selesai dan harus terus dibangun di
atasnya.
Siapa yang bertugas membangun? Jawabnya adalah kita semua anak-anak Tuhan. Untuk itulah Tuhan
sudah menarik kita menjadi satu kawanan warga dan satu persaudaraan untuk melakukan pembangunan.
"Itulah sebabnya…" Itulah alasan dan tujuannya. Di tengah-tengah kesulitan, ancaman dan penderitaan,
apakah Paulus merasa takut? Alkitab mengatakan Paulus pun gentar. Dia berulang kali mengatakan bahwa
dia gentar. Namun justru di dalam saat-saat seperti itulah dia menyadari tugas panggilannya yang Tuhan
151
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
ingin untuk dia kerjakan. Tugas inilah yang seharusnya juga sama-sama kita pikirkan. Tuhan memberikan
tugas kepada kita untuk membangun tubuh Kristus, membangun kerajaan Allah di tengah dunia ini, tidak
hanya berhenti pada jaman Paulus ataupun abad pertengahan. Pembangunan tubuh Kristus atau
pembangunan kerajaan Allah harus terus dikerjakan pada masa lalu, kini dan masa yang akan datang.
Saudara, ketika kita menjadi orang percaya, seberapa jauh kita mempunyai tekad dan turut ambil bagian di
dalam pembangunan tubuh Kristus atau kerajaan Allah sehingga kita menjadi orang yang terpenjara karena
Kristus. Untuk menjalani ini tidak mudah kecuali kita sudah mengerti basis iman kristen yang sejati.
Pertama, dunia ini sangat membutuhkan berita Injil. Tidak ada pemberitaan Injil maka tidak ada orang yang
bertobat. Tidak ada pemberitaan Injil, dunia ini semakin hari semakin gelap. Tuhan memanggil kita untuk
kita pergi memberitakan Injil. Dunia membutuhkan Injil dan kita harus menjalankan itu. Paulus
mengatakan, "Aku ini, Paulus, orang yang dipenjarakan karena Kristus Yesus untuk kamu orang-orang yang
tidak mengenal Allah." Visi ini seharusnya menjadi visi pertama yang menjadikan beban kasih kita
mencintai orang-orang yang masih berada di dalam kegelapan dan dengan sungguh-sungguh membawa
mereka kembali kepada Tuhan. Jika kita perhatikan, hidup Paulus dari seorang penganiaya jemaat yang
begitu kejam hingga menjadi pengikut Kristus yang setia, hal ini disebabkan perubahan asumsi kebenaran
yang Paulus pegang. Ketika seseorang berusaha mengerjakan suatu pekerjaan, dia selalu menganggap itu
paling benar sekalipun tidak benar dan dia akan berusaha untuk mengerjakan apa yang dia anggap paling
benar. Demikian juga dengan paulus ketika dia menganggap dirinya paling benar, dia berusaha untuk
membunuh umat Allah. Mereka melakukan itu karena mereka yakin yang mereka lakukan itu benar.
Mereka yakin yang mereka kerjakan itu bermanfaat dan akan menghasilkan pahala. Sayangnya apa yang
mereka yakin dan percaya ternyata salah. Jika kita mengerti aspek ini kita tahu mengapa Paulus
mengatakan, "Aku rela terpenjara karena Kristus demi kamu yang tidak mengenal Allah." Inilah kuncinya.
Orang-orang yang belum percaya, mereka membutuhkan kuasa Tuhan untuk menerobos mereka. Mereka
membutuhkan anak-anak Tuhan yang berdoa dan memberitakan Injil kepada mereka karena hanya kuasa
Injil yang bisa mendobrak mereka keluar dari kebodohan, kebebalan dan kejahatan mereka. Hanya Injil
yang mampu membuat mereka melihat kebenaran yang sejati.
Kedua, Alkitab mengatakan saya adalah orang yang terpenjara karena Kristus. Mengapa kita sulit untuk
berkorban dan menderita demi Kristus. Kesalahannya pada konsep kita, yang melihat bahwa saya adalah
milik saya. Saya adalah semua yang harus saya pertahankan sendiri. Hidupku adalah aku sendiri. Ini salah!
Alkitab mengatakan hidupku adalah Kristus yang ada di dalam aku. Ini konsep yang perlu kita rombak di
dalam hidup kita. Kita baru bisa rela berkorban jika kita rela untuk bertumbuh di dalam penganiayaan. Ini
adalah anugerah-Nya. Kristus yang sudah menebus kita. Ketika Paulus mengatakan, "Hidupku bukannya aku
lagi tapi Kristus yang hidup di dalam aku." Selanjutnya dia mengatakan, "Hidupku yang kuhidupi sekarang
ini bukan lagi aku yang hidup melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Jika aku mati itu adalah
keuntungan namun jika aku hidup itu berarti hidup yang memberi buah." Di dalam Filipi, Paulus mempunyai
konsep yang begitu dalam mengerti apa artinya dia hidup menjadi milik Kristus. Hidupku adalah hidup di
mana Kristus hidup di dalam aku. Jadi jika Kristus teraniaya maka aku juga teraniaya. Banyak orang kristen
hari ini mengatakan, "Kita perlu bijaksana." Saya setuju, orang kristen tidak boleh mati konyol. Tuhan Yesus
sendiri tidak mau mati konyol. Di dalam Alkitab ketika waktunya belum tiba, beberapa kali Tuhan Yesus
ketika mau dibunuh selalu meloloskan diri. Namun ketika waktunya tiba, Tuhan Yesus harus menjalani
kehendak Bapanya, menuju Yerusalem untuk dianiaya dan mati di atas kayu salib. Dia tidak lari bahkan Dia
datang ke Yerusalem. Semua orang bahkan memperingatkan tetapi Dia tidak lari bahkan mengadakan
perjamuan Paskah di Yerusalem. Kristus gentar berhadapan dengan Getsemani bahkan Alkitab mencatat
152
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
bahwa dia harus mengucurkan keringat sampai seperti tetesan darah. Kemanusiaan Kristus gentar
menghadapi tugas beban berat. Bukan karena dia orang berdosa tetapi karena dia harus menanggung dosa
banyak orang dan dia harus dipisahkan dari Tuhan Allah semesta alam. Allah harus berpisah dari Allah. Karl
Barth mengatakan, "Tidak ada seorangpun yang mengerti itu." Itu suatu misteri yang jauh melampaui
apapun yang mampu dipikirkan oleh manusia yaitu ketika Allah harus berpisah dari Allah. Saudara ini
merupakan satu beban yang besar sekali dalam misi inkarnasi Kristus. Satu penderitaan yang begitu besar
yang dialami oleh Kristus demi untuk menyelamatkan manusia. Jika kita harus menderita karena
memberitakan Injil Kristus, itu belum seberapa dibandingkan apa yang telah dilakukan oleh Kristus. Jiwa ini
jugalah yang membuat Paulus rela menderita. Tuhan menetapkan kita untuk memberitakan Injil dan untuk
itu kita harus membayar harga. Saya harap Kekristenan siap menghadapi penganiayaan dan kesulitan yang
harus dihadapi. Dengan catatan kita menderita bukan karena dosa melainkan demi nama Kristus dan demi
memberitakan Injil. Jiwa seperti inilah yang seharusnya muncul di tengah-tengah kekristenan. Kita dipanggil
bukan hanya untuk menikmati berkat saja melainkan juga untuk menderita demi Kristus. Tugas ini
seharusnya ada di dalam diri kita semua. Tapi sekali lagi saya tegaskan bukan karena kita mau mati konyol
tetapi waktunya jika itu memang harus jalankan demi nama Tuhan. Darah martir itulah yang boleh menjadi
pupuk yang terbaik bagi pengabaran Injil di dunia. Darah kaum martir ini pulalah yang menjadikan
pelayanan gereja berkembang, kerajaan Allah berkembang. Hari ini banyak gereja tidak berani
memberitakan Injil, akibatnya banyak gereja tidak mampu mempersiapkan jemaatnya jika suatu saat
penderitaan itu tiba. Saya harap jemaat terus mempersiapkan diri hingga suatu saat kalau harus dipanggil
Tuhan untuk menderita, kita sudah siap.
Mengakhiri firman Tuhan hari ini saya bertanya, "Siapakah yang memiliki kita? Kita milik Kristus atau Kristus
milik kita. Siapa saya? Saya adalah orang yang Tuhan panggil untuk menjadi Anak Allah untuk menikmati
berkat-berkatNya tetapi juga menjadi orang yang Tuhan panggil untuk bersama-sama mendapatkan
kesulitan atau pengorbanan demi nama Kristus. Saya menutup firman Tuhan ini dengan satu ayat di dalam
2 Timotius 3:12, "Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita
aniaya."
Amin!
153
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
H
Ha
am
mb
ba
aT
Tu
uh
ha
an
n tte
errp
pe
errc
ca
ay
ya
a
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
Efesus 3:3-4/ 1 Petr. 3:15
Efesus 3
3
yaitu bagaimana rahasianya dinyatakan kepadaku dengan wahyu, seperti yang telah
kutulis di atas dengan singkat.
4
Apabila kamu membacanya, kamu dapat mengetahui dari padanya pengertianku akan
rahasia Kristus,
1 Petr. 3:15
15
Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada
segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap–tiap orang yang meminta
pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah
dengan lemah lembut dan hormat,
iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri–Nya untuk aku.
Dewasa ini pengaruh subyektivisme yang ditiupkan oleh posmodern yang kemudian masuk ke dalam
monistik telah menggeser kebenaran absolut sehingga menjadi kebenaran subyektif. Paulus di dalam Efesus
3 mengatakan, "Yaitu bagaimana rahasianya dinyatakan kepadaku dengan wahyu, seperti yang telah
kutulis di atas dengan singkat. Apabila kamu membacanya, kamu dapat mengetahui daripadanya
pengertianku akan rahasia Kristus." Dalam bagian ini Paulus menegaskan bahwa ketika dia menuliskan
berita yang ditulis di atas, jemaat mengerti bahwa itu justru menyatakan bahwa Allah sudah menyatakan
satu rahasia kepada Paulus sebagaimana yang sudah dibukakan kepada kita. Ketika itu dibuka kepada
jemaat Efesus membuat mereka bisa melihat dan bisa mengujinya.
Di sini yang ingin digambarkan adalah ketika Firman diberikan, Firman itu menuntut pertanggungjawaban
dari penerimanya tetapi Firman tersebut ketika diberikan dia juga memberikan pertanggungjawaban. Di sini
Paulus tidak memberi peluang kepada setiap orang untuk memberitakan Firman yang tidak bisa
dipertanggungjawabkan. Paulus mengatakan ketika dia memberitakan kebenaran maka kebenaran tersebut
dapat diuji. Di dalam 1 Petr. 3:15, Petrus mengatakan dengan kalimat yang berbeda namun dengan konsep
yang sama. Petrus mengatakan kepada jemaat yang tersebar di seluruh Asia Kecil yang pertama untuk
menguduskan Kristus di dalam hati sebagai Tuhan dan kedua, siap sedia pada segala waktu untuk memberi
pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang
pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat. Dengan kata lain,
Petrus mau menegaskan kepada jemaat yang berada di tempat yang tersebar jika mereka mau
memberitakan iman Kristen maka mereka harus siap sedia kapanpun untuk memberi pertanggunganjawab.
Iman Kristen adalah iman yang dapat dipertanggungjawabkan bahkan membuka diri untuk dipertanggungjawabkan. Ketika Petrus mengatakan kalimat ini dia melihat banyak orang-orang Kristen yang
154
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
berani memberitakan sesuatu tetapi tidak bersedia diuji. Ini sangat berlawanan dengan Firman. Sumber
kebenaran tidak pernah takut di uji oleh siapapun dan kapanpun karena kebenaran semakin di uji semakin
bersinar keluar.
Itu sebabnya untuk menjadi hamba Tuhan yang memiliki kredibilitas dia harus berani di uji. Alkitab
menuntut demikian. Baik surat Efesus maupun surat Petrus kedua-duanya ditujukan bukan kepada pendeta
tetapi kepada jemaat. Jemaat Efesus adalah orang Kristen baru yang bukan Yahudi. Jika Tuhan Allah
semesta alam berani menyatakan kebenaran-Nya dan bersedia di uji bagaimana dengan hamba-hamba
Tuhan dan anak anak Tuhan? Setiap kita harus juga berani di uji. Ini adalah sesuatu yang harus di
pertanggungjawabkan. Paulus mengatakan, waktu saya menerima wahyu daripada Tuhan, itu rahasia yang
dibukakan dan saya tulis kepada kamu. Dan setelah dia tulis dia mengatakan silahkan uji, apakah setelah
engkau membacanya engkau melihat pengertian yang mendalam kepada rahasia Kristus. Tapi semuanya ini
bukanlah hanya untuk hamba Tuhan seperti Paulus dan Petrus. Ketika Paulus dan Petrus menulis surat,
mereka tujukan kepada jemaat biasa dan memang setiap kita harus bertanggungjawab terhadap iman yang
kita pegang.
Bagaimana kita menjadi pelayan Tuhan yang bertanggungjawab?
Pertama dari wahyu. Di dalam Efesus 3 setiap hamba Tuhan atau setiap anak Tuhan yang ber-tanggungjawab
dia menyumberkan semua berita dari wahyu Tuhan. Dengan kata lain orang ini harus mengakui secara
berdaulat bahwa Allah sebagai satu-satunya sumber kebenaran dan dia bisa memberikan pertanggungan
jawab. Paulus sadar bahwa kebenaran yang dia miliki bersumber dari wahyu Allah. Memang ketika Paulus
dan Petrus hidup, Kitab Suci PB belum tertulis lengkap dan yang ada baru PL, maka pada saat itu Paulus dan
Petrus masih dipakai Tuhan untuk menuliskan wahyu Tuhan sampai seluruh sejarah pewahyuan selesai,
yang bersifat kesatuan di mana setiap bagian berhak untuk di uji. Wahyu inilah yang menjadi pegangan
yang berhak memberikan kepada kita pertanggungjawaban dan sekaligus minta dipertanggungjawabkan.
Jadi kunci pertama, Paulus tidak pernah memberitakan kebenaran dari dirinya sendiri. Dia memberitakan
itu dari Firman Tuhan yang menjadi patokan yang berhak untuk di uji. Jadi sebagai orang Kristen kita
memberikan jawaban itu bukan rekayasa pikiran tetapi itu mutlak berdasarkan wahyu yang Tuhan berikan.
Kedua, bagaimana kita dapat menjadi pelayan Tuhan yang bertanggungjawab (credible). Di dalam ayat 4 ini
bukan hanya sekedar wahyu melainkan bagaimana ketika saya menyatakan itu engkau bisa menguji
pengertianku akan firman. Artinya waktu kita memberitakan firman seberapa jauh saya mendalami firman
dan memberitakan itu dalam pertanggungjawaban firman. Firman adalah firman tetapi ketika saya
mengerti firman bisa salah. Di sini artinya kita memberikan bukan sekedar jawab tetapi mempertanggungjawabkan jawab. Jadi di sini bukan sekedar memberitakan firman tetapi ada kondensasi dari
pengertian firman yang mendalam, artinya setiap kita dituntut untuk studi dan baik-baik belajar firman
bukan hanya menyentuh kulitnya saja. Di dalam Ef 3:4 Paulus menuntut setiap jemaat membaca, setelah
membaca orang akan tahu orang ini betul-betul mengerti firman dan dalam pengertiannya. Jika kekristenan
memiliki bobot seperti ini orang Kristen tidak mudah jatuh di dalam berbagai kekacauan pikiran. Biarlah
rencana Tuhan digenapkan dan ini baru bisa jika dimulai dengan pengertian firman yang mendalam yang
berani dipertanggungjawabkan di hadapan orang.
Ketiga, Alkitab juga menuntut integritas kehidupan. Jemaat Efesus adalah jemaat yang baru menjadi
Kristen dan Paulus menegaskan serta menuntut agar jemaat betul-betul menjalankan panggilannya. Jemaat
Efesus adalah jemaat yang bukan berlatar belakang Yahudi, mereka oleh orang-orang Yahudi disebut
sebagai kafir dan terbuang di tengah-tengah jaman namun sekarang dipanggil untuk menjalankan misi
155
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Tuhan mempertanggungjawabkan panggilan yang Tuhan berikan kepada mereka. Dan jemaat Efesus ada di
tengah-tengah kota yang memiliki semangat materialis, hedonis dan pusat penyembahan berhala Dewi
Diana. Di kota ini ada kuil Dewi Diana yang besar sekali dan di dalamnya ada pelacuran suci. Ini
menunjukkan betapa berdosa dan rusaknya moralitas mereka. Di kota seperti inilah jemaat Efesus ada dan
Paulus menuntut mereka untuk bertanggungjawab atas iman yang mereka percaya. Dan mereka harus
menerima panggilan untuk hidup sesuai dengan panggilan yang diberikan kepada mereka. Jadi di sini
kekristenan bukan hanya pengertian terhadap wahyu, juga bukan hanya pengertian terhadap kedalaman
firman melainkan juga bagaimana pengertian firman tersebut teraplikasi dalam hidup mereka. Sehubungan
dengan hal ini Paulus memberikan kepada kita panggilan yang jelas sekali seperti yang tertulis dalam 1 Kor
11:1 yang mengatakan, "Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus." Dua kalimat
ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipotong. Jika dipotong, ini sangat berbahaya sekali karena
kita bisa menjadi berhala. Kalimat ini mau mengungkapkan kepada kita bahwa Paulus berani
mempertanggungjawabkan sesuatu dengan tingkah lakunya dengan apa yang firman tuntut bagi dia. Ini
tidak berarti Paulus sempurna tetapi ayat ini mau menunjukkan bahwa semangat menjadi teladan menjadi
proses yang terus menerus terjadi dalam hidup kita.
Panggilan ini seharusnya menjadi panggilan setiap orang Kristen. Ayat ini juga membuktikan kepada kita
bahwa pertanggungjawaban bukan cuma secara logika atau intelektual, juga bukan hanya kedalaman
secara pengalaman diri di dalam Kristus melainkan itu juga termanifestasi di dalam hidup yang integral.
Satu integritas antara kebenaran dengan kebenaran yang kita jalankan. Di sini berarti ada satu tuntutan
bertumbuh sehingga setiap saat orang dapat melihat bagaimana saya hidup secara transparan dan terus
belajar berproses dan bagaimana kita hidup menjadi teladan. Ini menjadi tuntutan bukan hanya hamba
Tuhan tetapi setiap orang Kristen. Memang tidak ada satupun di antara kita yang sempurna namun
semangat untuk menyenangkan hati Tuhan ada di dalam hidup kita.
Biarlah ini menjadi beban dan kerinduan kita karena Tuhan sudah menyentuh kita, menebus, mengasihi
kita dan Dia yang sudah sungguh-sungguh menyatakan kita sebagai sahabat. Inilah yang mendorong kita
untuk menjadi pelayan Tuhan yang bertanggungjawab dan bisa mempertanggungjawabkan bukan secara
membabi buta melainkan berdasarkan wahyu, pengertian yang mendalam serta integritas di dalam hidup
kita sehingga kita bisa menjadi teladan bagi orang lain. Saya harap kita memiliki semangat untuk terus
belajar firman dengan giat dan menggumulkannya di dalam hidup kita sehingga firman Tuhan tersebut
dapat teraplikasi dalam hidup kita. Saya harap kita bisa dipakai oleh Tuhan untuk menjadi jawaban bagi
tahun yang akan datang.
Amin!
156
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
P
Pe
en
na
atta
alla
ay
ya
an
nA
An
nu
ug
ge
erra
ah
h
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
2
Efesus 3:2-7
memang kamu telah mendengar tentang tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah, yang
dipercayakan kepadaku karena kamu,
3
yaitu bagaimana rahasianya dinyatakan kepadaku dengan wahyu, seperti yang telah
kutulis di atas dengan singkat.
4
Apabila kamu membacanya, kamu dapat mengetahui dari padanya pengertianku akan
rahasia Kristus,
5
yang pada zaman angkatan–angkatan dahulu tidak diberitakan kepada anak–anak
manusia, tetapi yang sekarang dinyatakan di dalam Roh kepada rasul–rasul dan nabi–
nabi–Nya yang kudus,
6
yaitu bahwa orang–orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi ahli–ahli waris
dan anggota–anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus.
7
Dari Injil itu aku telah menjadi pelayannya menurut pemberian kasih karunia Allah, yang
dianugerahkan kepadaku sesuai dengan pengerjaan kuasa–Nya.
merupakan satu kesatuan kalimat yang mengungkapkan apa yang dikatakan oleh Paulus pada
bagian sebelumnya yaitu sehubungan dengan orang-orang Efesus yang dianggap kafir oleh orang-orang
Yahudi. Namun Paulus mengatakan bahwa orang-orang Efesus ini mempunyai panggilan untuk melayani
Tuhan sekalipun untuk itu harus membayar mahal karena dunia membenci mereka. Di lain pihak, Paulus
mengatakan ini merupakan satu rahasia besar yang dibukakan kepada Paulus agar mereka boleh mengerti.
Masalahnya, apa rahasia yang dibuka oleh Tuhan kepada Paulus? Mengapa hal itu dibuka serta apa
maknanya? Di dalam PL, Tuhan bekerja di tengah-tengah sejarah melalui umat Israel kemudian di dalam PB
Tuhan menghentikan perjanjian-Nya dengan umat Israel, sedangkan orang-orang kafir yang tadinya carang
liar atau ranting liar sekarang boleh dicangkokkan ke dalam pokok anggur yang sejati sehingga mereka
diberikan kemungkinan untuk melayani Tuhan di dalam kerajaan Allah.
Efesus 3:2-7
Di dalam ayat-ayat yang kita baca Paulus mengatakan satu kalimat yang sangat indah yang akan menjadi
tema renungan kita hari ini yaitu pada ayat 2 yang mengatakan, "memang kamu telah mendengar tentang
tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah, yang dipercayakan kepadaku …" Ini merupakan satu gambaran
yang begitu agung, begitu besar yang mungkin dinikmati oleh setiap orang yang dahulu hanya dibatasi
untuk umat Israel tetapi sekarang sudah dibuka menjadi satu kemungkinan setiap orang termasuk kita hari
ini bisa menikmatinya.
157
Ringkasan Khotbah – Jilid 1

Pertama, bagaimana anugerah dikaitkan dengan kehidupan kita. Ketika kita hidup seringkali kita
melakukan sesuatu berdasarkan manfaat bagi diri kita. Semangat ini disebut utilitarianisme yaitu semangat
di mana seseorang baru mau bekerja atau melakukan segala sesuatu berdasarkan asas manfaat. Semangat
ini menjadi pengalaman beratus-ratus bahkan berjuta-juta orang yang ada di dalam dunia ini. Ini adalah
satu konsep yang sekarang sangat lumrah dan menjadi pegangan bagi banyak orang. Sayangnya banyak
orang yang hanya melihat manfaat tetapi tidak melihat di balik manfaat tersebut ada jebakan yang bisa
merugikan hidupnya atau tidak. Saya pernah mengatakan bahwa semua ciptaan, dicipta oleh Pencipta
sesuai dengan rancangan Pencipta dan tujuan akhirnya adalah untuk Pencipta, keluar dari hukum ini kita
akan celaka. Hanya jika kita kembali menjadi penatalayan dari anugerah Allah di sinilah kita baru memiliki
hidup yang sesungguhnya.
Permasalahannya sekarang, bagaimana kita mengerti menjadi penatalayan dari pada
anugerah Allah?
Kita perlu memikirkan, "Mengapa Tuhan mau memakai kita untuk menjadi penatalayan
anugerah Allah?" Di sini kita masuk kepada essensi. Jika Tuhan mau mengerjakan pekerjaan-Nya, Dia dapat
mengerjakannya sendiri dengan sempurna tetapi justru pada waktu Tuhan pakai kita maka pekerjaan
tersebut menjadi tidak beres. Namun jika Tuhan mau pakai kita, jangan sombong itu tidak berarti Tuhan
butuh kita tetapi ini merupakan satu anugerah. Anugerah, di mana kita yang sesungguhnya tidak layak
dijadikan layak untuk mengerjakan pekerjaan Allah yang begitu agung. Jika kita menyadari seharusnya hal
ini menjadikan kita memiliki kekuatan untuk melangkah di tengah dunia ini.
1.
Kesadaran ini, juga memberikan kesadaran paradoks di dalam hidup kita. Di satu pihak kita sadar siapa saya
di hadapan Tuhan, ini yang menjadikan dorongan di dalam hidup kita untuk hidup baik-baik, tidak ingin
menyakiti hati Tuhan dan mempermalukan Tuhan serta tidak dapat menjadi saksi Tuhan. Di lain pihak,
kesadaran ini juga menjadi kekuatan bagi kita ketika kita berjalan di tengah dunia ini bukan karena saya
yang mau jalan atau karena kehebatan saya melainkan karena Tuhan yang memberi tugas penatalayanan
untuk saya jalankan. Jadi bukan didasarkan kehebatan manajemen yang saya rancang tetapi karena Tuhan
yang memberikan untuk saya kerjakan. Ini yang membuat Paulus bangga, begitu kuat dan begitu rela untuk
menerobos semua.
Paulus mengatakan, "Aku…orang yang dipenjarakan karena Kristus Yesus." Ini tidak membuat Paulus
minder. Paulus masuk penjara bukan karena dia jahat, bukan karena dia berbuat dosa tetapi karena dia
menjalankan penatalayanan Allah yang Allah limpahkan kepadanya. Di dalam Kis 20:24, Paulus mengatakan,
"Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan
menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang
Injil kasih karunia Allah." Paulus tahu dia melayani bukan karena dia hebat melainkan karena anugerah
Allah. Yang menjadi masalah adalah bahwa tidak semua orang dapat memahami hal ini, karena ini
merupakan satu misteri. Misteri mengandung arti, yang tidak tahu tidak tahu yang tidak mengerti tidak
mengerti. Misterius artinya penuh dengan kerahasiaan, tidak mudah dimengerti. Ini juga dapat kita lihat
ketika Tuhan Yesus mengajar di mana dia seringkali memakai perumpamaan, maksudnya bukan supaya
orang mudah mengerti namun supaya kepada para murid yang diberi anugerah mampu mengerti kerajaan
Allah sedangkan kepada yang lain, sekalipun mereka mendengar perumpamaan tersebut tetapi mereka
tidak akan mengerti karena ini suatu misteri. Demikian pula mengapa banyak orang tidak menjadi
158
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
penatalayan anugerah Allah? Jawabnya karena misteri. Jika kita mengerti ini bersyukurlah karena itu berarti
Tuhan membuka jalan kepada kita dan kita menjadi penatalayan anugerah Allah karena Tuhan memberikan
anugerah tersebut.
2.
Ketika kita mengerti dan masuk di dalam penyelenggaraan anugerah, itupun satu anugerah yang
terlalu besar dan merupakan satu keagungan yang semua orang tidak bisa mengerti. Mengapa
demikian? Karena waktu saya boleh turut serta bekerja dalam bagian tugas penyelenggaraan kerajaan Allah
itu merupakan anugerah yang begitu besar. Ayat 5 mengatakan, "… tetapi yang sekarang dinyatakan di
dalam Roh kepada rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya yang kudus, yaitu bahwa orang-orang bukan Yahudi,
karena Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang
diberikan dalam Kristus Yesus." Ini satu anugerah yang begitu besar yang ingin dicari dan diketahui tetapi
tidak dibuka kepada mereka." Ini berarti Tuhan tidak membuka kebenaran secara menyeluruh namun Dia
memberikan batasan anugerah. Tuhan Yesus memberikan perumpamaan,. didengar dan dilihat oleh
banyak orang tetapi mereka yang mendengar tidak mendengar, mereka yang melihat tetapi tidak melihat.
Mereka hanya melihat fenomena luar tetapi tidak melihat essensi dibelakang fenomena. Tuhan Yesus
melihat mereka, itu sebabnya Dia mengatakan, "Kamu datang mencari Aku bukan karena kamu mengerti
tanda tetapi karena perutmu kenyang."
Kedua, Konsep penatalayan (stewardnya). Alkitab mengatakan, tugas penyelenggaraan adalah bagaimana
saya menjadi bagian dari penggenapan seluruh tugas perencanaan kerajaan Allah. Ini dapat kita lihat di
dalam Yoh 15:9, Tuhan Yesus membuka satu rahasia yang besar di sini yaitu, "Seperti Bapa telah mengasihi
Aku, demikian juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasihKu itu. Jikalau kamu menuruti
perintahKu, kamu akan tinggal di dalam Kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di
dalam kasihNya." Disini ada kaitan yang begitu indah yang Tuhan Yesus gambarkan yaitu hubungan antara
Bapa dengan Kristus menggambarkan hubungan antara Kristus dengan kita. Kristus taat kepada Bapa ini
menjadi gambaran kita taat kepada Kristus. Sama seperti cinta kepada Bapa maka dia taat kepada perintahNya demikian juga jika kita cinta kepada Kristus maka kita akan taat kepada Dia. Jadi cinta di sini harus
dibuktikan di dalam ketaatan. Kita di hadapan Kristus sesungguhnya hanyalah seorang budak (hamba)
namun Kristus tidak menganggap kita sebagai budak. Kita adalah budak Tuhan, namun pada waktu Dia
tidak menganggap kita sebagai budak berarti status kita sudah ditinggikan. Ini merupakan satu peningkatan
status yang luar biasa. Apa perbedaan seorang budak dengan seorang sahabat? Seorang sahabat tahu
mengapa dia mengerjakan itu sedangkan seorang budak tidak tahu mengapa demikian. Kalimat ini
merupakan kalimat yang menaikkan kita pada posisi yang begitu agung. Jadi kalau kita melakukan tugas
penatalayanan yang Tuhan percayakan itu bukan sekedar aku dijadikan budak walaupun statusku memang
budak tetapi aku diangkat menjadi seorang sahabat. Jadi di sini kita mengerti Tuhan maunya apa? Kita
mengerti apa yang harus saya kerjakan karena Tuhan sudah menganugerahkan kepada kita. Namun kalimat
ini seringkali bisa disalahgunakan sehingga kita memanipulasi Allah. Ingat Alkitab tidak sembarangan
sebelum Tuhan membuka konsep sahabat, Dia lebih dahulu membuka konsep ordo. Jadi secara ordo kita
diangkat menjadi sahabat Tuhan namun tidak pernah kita menjadi tuannya Tuhan.
Saudara ketika kita menjadi penatalayan Allah kita tidak mengerjakan ini dengan sembarangan, karena
Tuhan yang beritahu lebih dahulu sehingga kita mengerti misi kerajaan Allah ditengah dunia ini. Tuhan
Yesus memerintahkan kita untuk memberitakan Injil, menjadi saksi-Nya di tengah dunia dan di dalam
berbagai bidang. Tuhan sudah membukakan rahasianya agar kerajaan Allah digenapkan. Kita adalah temanteman sekerja Tuhan, sahabat-sahabat Tuhan yang dipanggil untuk menggenapkan pekerjaan Tuhan.
159
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Saudara, betapa besarnya anugerah ini. Siapakah kita sehingga boleh menjadi sahabat Tuhan yang bekerja
bagi Tuhan? Seharusnya kita mengerti ini merupakan satu penatalayanan yang agung luar biasa. Kita
sedang bekerja di dalam pekerjaan Bapa, pimpinan kita adalah Pencipta kita namun Dia berkata, "Aku tidak
menjadikan kamu budak melainkan sahabat."
Itu sebabnya mari kita menggarap hidup kita dengan baik. Kita tidak tahu Tuhan memberi hidup kita berapa
lama? Mari kita mengerjakan tugas penatalayan kita dengan bertanggungjawab bukan hanya di satu bidang
melainkan di semua bidang. Saya minta setiap kita menggumulkan hal ini dengan serius. Dunia hanya
memikirkan segala sesuatu dari aspek manfaat tetapi yang Tuhan mau bukan itu. Tuhan mau kita kembali,
seperti Paulus mengerti bagaimana panggilan dia di tengah dunia dan untuk itu dia rela berkorban supaya
dia boleh menyelesaikan tugas penyelenggaraan anugerah yang Tuhan tetapkan baginya. Mari kita sadar
Tuhan panggil kita di mana dan kiranya apapun yang kita lakukan kembali untuk kemuliaan Allah.
Amin!
160
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
K
Ke
ek
ka
ay
ya
aa
an
nK
Krriis
sttu
us
s,, y
ya
an
ng
g ttiid
da
ak
k tte
errd
du
ug
ga
a
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
7
Efesus 3:7-9
Dari Injil itu aku telah menjadi pelayannya menurut pemberian kasih karunia Allah, yang
dianugerahkan kepadaku sesuai dengan pengerjaan kuasa–Nya.
8
Kepadaku, yang paling hina di antara segala orang kudus, telah dianugerahkan kasih
karunia ini, untuk memberitakan kepada orang–orang bukan Yahudi kekayaan Kristus,
yang tidak terduga itu,
9
dan untuk menyatakan apa isinya tugas penyelenggaraan rahasia yang telah berabad–
abad tersembunyi dalam Allah, yang menciptakan segala sesuatu,
Paulus adalah seorang yang mempunyai dinamika yang begitu besar di dalam pelayanan. Dalam
pelayanannya Paulus mengalami berbagai kesulitan, penderitaan, aniaya, dipenjara, dirajam dalam
berbagai bentuk. Namun di tengah-tengah begitu banyak tantangan dan kesulitan yang Paulus alami.
Paulus tidak menjadi tawar hati atau kehilangan hati melainkan di tengah-tengah berbagai tantangan,
krisis, kesulitan dan penderitaan yang dihadapi justru Paulus memiliki kekuatan menerobos yang begitu
besar bahkan dia memberikan nasehat kepada jemaat Efesus untuk meneladaninya.
Pertama, dalam situasi seperti ini, sebenarnya dimana keindahan dan kekuatan Paulus ketika dia melayani?
Jawabannya terletak di dalam ayat-ayat ini. Di dalam ayat-ayat ini Paulus mempunyai dua konsep yang
berparadoks di dalam pikirannya yang menjadikan Paulus memiliki kekuatan yang begitu besar. Di satu
pihak Paulus merasa dia adalah orang yang begitu hina. Dia merasa tidak layak menjadi rasul di antara
semua rasul. Paulus mengatakan di antara para rasul dia adalah orang yang paling hina. Tapi justru di dalam
situasi seperti ini tidak menjadikan Paulus rendah diri melainkan dia mendapat kekuatan yang begitu besar
karena dia dipercaya untuk memegang seluruh kekayaan Kristus yang tidak terselami oleh manusia. Nanti
di dalam Efesus 3 ini Paulus mengatakan kepada jemaat Efesus agar jemaat Efesus mengerti betapa kayanya,
betapa besarnya, panjangnya,tingginya, dan lebarnya kasih Kristus yang tidak mungkin dijangkau oleh
manusia. Disinilah kunci kekuatan kekristenan di tengah-tengah dunia ini. Ini menjadi kunci untuk kita bisa
bersyukur di hadapan Tuhan.
Dalam Efesus 3 ini Paulus juga mengajak kita bersyukur karena Allah berkenan memakai Paulus untuk
menjadi pelayan-Nya. Paulus sadar dia begitu kecil, begitu hina namun boleh dipakai oleh Tuhan dari
kekayaan yang tidak terselami dari Kristus. Bagaimana dengan kita, apa yang menjadi dasar kita bisa
bersyukur? Saudara di tengah-tengah situasi yang semakin lama semakin menekan ini alangkah bahagianya
jika kita bisa bersyukur dan sadar siapa diri kita? Kita adalah orang yang paling hina namun kita dipilih oleh
Tuhan untuk menjadi pelayan-Nya. Sama seperti Paulus mengucap syukur karena dia sadar bahwa bukan
karena dia begitu hebat sehingga Tuhan pakai dia melainkan karena anugerah Tuhan yang begitu besar. Ini
161
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
dapat kita lihat juga dari perubahan nama Paulus dari Saulus yang berarti yang besar yang kuat kemudian
setelah dia bertobat diganti menjadi Paulus artinya si kecil yang lemah. Perubahan ini menunjukkan
kesadaran eksistensial dari hakekat diri dia yang sebenarnya. Kesadaran ini yang membuat Paulus
mempunyai kekuatan dinamis untuk menerobos segala sesuatu. Jadi pada saat Paulus sadar bahwa dia
adalah orang yang paling hina di antara semua orang kudus, saat itulah Paulus baru merasakan bahwa
Tuhan terlalu kaya untuk Paulus. Ini yang menjadi dasar dari pengucapan syukur Paulus sehingga dia bisa
mengembalikan semua yang dia punya kepada Tuhan. Di sini kita melihat satu keagungan dari pengucapan
syukur yang sesungguhnya yaitu pengucapan syukur yang eksistensial; yaitu siapa saya terkait dengan Allah
yang sejati.
Kedua, di dalam seluruh surat Efesus kita menemukan istilah kaya di dalam Kristus begitu banyak. Ini mau
mengungkapkan kekayaan Allah yang mau dilimpahkannya kepada kita. Setiap pasal surat Efesus ini
membicarakan kekayaan anugerah Allah yang tidak terduga (terjemahan bahasa Indonesia). Istilah tidak
terduga bukan berarti kaget atau tidak menyangka melainkan maksud yang sebenarnya tidak bisa
dibayangkan, betapa kayanya, betapa besarnya, betapa luar biasanya. Memasuki tahun 1999 saya ingin
mengajak kita untuk merenungkan dan memikirkan kembali betapa banyak anugerah yang Tuhan sudah
limpahkan kepada kita sepanjang tahun 1998 ini. Martyn Lloyd Jones ketika menyarikan Ef 3 ini hanya punya
satu kesimpulan yaitu kalau saya bisa berjalan bersama Tuhan saya akan mengalami anugerah Allah yang
tidak mungkin bisa diselami oleh siapapun. Ini tidak berarti meniadakan kita dari kesulitan, krisis maupun
aniaya. Tidak. Justru pada saat kita mengalami semua itu, semakin kita tidak berdaya makin kita merasa
begitu kecil, kita semakin merasa tertekan. Pada saat itulah justru kita merasakan kekayaan anugerah Allah
itu sedang turun atas kita. Ada satu kekuatan yang begitu besar yang sedang menopang dan mengangkat
kita naik. Pada saat seperti itulah kita merasakan suka cita yang luar biasa.
Ketiga, saya membayangkan Paulus dengan jemaat Efesus mempunyai satu kedekatan yang sedikit
berbeda dengan jemaat-jemaat lain. Paulus memiliki hubungan pribadi yang lebih baik dengan jemaat
Efesus. Hal ini mungkin disebabkan karena jemaat Efesus adalah jemaat yang pernah sampai tiga tahun
digembalakan oleh Paulus. Ini merupakan satu relasi yang membuat Paulus mengucap syukur atas
hubungan yang Tuhan perkenankan di alami oleh Paulus. Ini tidak berarti Paulus melayani di Efesus tanpa
kesulitan. Tidak! Banyak kesulitan yang Paulus alami. Jika kita membaca di Kis. 20 kita melihat bagaimana
Paulus mengungkapkan unek-unek yang menjadi isi hati dia. Paulus melayani jemaat Efesus dengan
curahan air mata. Bahkan Paulus mengatakan aku datang dari satu rumah ke satu rumah aku berbicara
dengan kamu di pasar aku memberitakan Injil di sana. Dalam perkumpulan jemaat aku mengajar kamu.
Semua ini dikerjakan dengan beban yang begitu berat. Tapi itu justru menjadi ucapan syukur Paulus ketika
akhirnya dia melihat jemaat Efesus berkembang menjadi satu jemaat yang dipakai oleh Tuhan. Paulus
mengatakan aku mendapat anugerah untuk menjadi pelayan Injil untuk kamu orang yang non-Yahudi.
Kamu yang sebenarnya dipinggirkan tetapi rahasia ini sekarang dibuka kepadaku sehingga aku boleh
melayani engkau. Bagi Paulus ini merupakan ucapan syukur yang besar sekali karena dia boleh melayani
Tuhan.
Saya ingin kita juga mengakhiri tahun ini dengan satu ucapan syukur karena Tuhan membuka satu
pelayanan yang sungguh bagi kita. Kita bersyukur karena kita boleh melayani di berbagai bidang. Bagi yang
belum melayani biar kiranya tahun ini kita boleh bergumul di mana beban dan talenta yang Tuhan berikan
kepada kita sehingga kita boleh melayani sesuai dengan karunia yang Tuhan berikan kepada kita? Tapi
sebaliknya jangan sampai kita terlalu sibuk oleh urusan kita masing-masing sehingga kita kehilangan satu
makna yang begitu besar yaitu bagimana kita bisa mengucap syukur karena Tuhan masih mau pakai kita.
162
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Mari kita belajar dari pelayanan Paulus, ketika melayani dia mengalami kesulitan, penderitaan dan
penganiayaan namun dia tidak mengeluh melainkan justru dia memuji Tuhan dan berkata, "Aku boleh
menderita demi nama Kristus dan aku masih boleh melayani Raja di atas segala raja yang
menganugerahkan pelayanan kepadaku." Saudara biarlah ini boleh menjadi pengalaman kita tetapi jika
tahun ini kita belum melayani atau belum berbuat apa-apa untuk Tuhan mari kita menginstrospeksi diri kita
masing-masing dan mulai menggumulkan untuk melayani Tuhan pada tahun mendatang. Saya rindu setiap
kita boleh dipakai oleh Tuhan pada tahun mendatang, karena begitu banyak orang membutuhkan
pelayanan kita.
Dunia ini begitu gelap dan membutuhkan anak-anak Tuhan yang rela dipakai oleh Tuhan untuk melayani
Tuhan. Tapi ingat, Tuhan memakai kita bukan karena kita hebat melainkan Tuhan ingin memakai kita
supaya kita beroleh anugerah dan merasakan bagaimana Tuhan menganugerahkan kesempatan pelayanan
bagi kita? Biarlah akhir tahun ini kita boleh bersama-sama menggumulkan sehingga Tuhan boleh memakai
kita dan memimpin kita sehingga kita boleh bersyukur kepada Tuhan atas apa yang Tuhan sudah kerjakan
di dalam hidup kita dan melalui hidup kita.
Amin!
163
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
R
Re
en
nc
ca
an
na
ak
ke
ek
ka
all A
Alllla
ah
h
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
10
Efesus 3:10-12
supaya sekarang oleh jemaat diberitahukan pelbagai ragam hikmat Allah kepada
pemerintah–pemerintah dan penguasa–penguasa di sorga,
11
sesuai dengan maksud abadi, yang telah dilaksanakan–Nya dalam Kristus Yesus, Tuhan
kita.
12
Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh
kepercayaan oleh iman kita kepada–Nya.
ini seharusnya dimengerti sebagai berikut, "Supaya sekarang ini melalui gereja Tuhan atau
melalui jemaat Tuhan diberitahukan segala macam, berbagai segi atau aspek daripada hikmat Allah yang
perlu diketahui oleh para pemerintah dan penguasa yang berada di dalam realita surgawi. Itu dikerjakan
oleh anak-anak Tuhan. Setelah itu dikatakan, "Itu berjalan sesuai dengan maksud abadi atau kekal Allah,
rencana kekal Allah yang mau digenapkan atau dikerjakan oleh Tuhan sendiri di dalam Kristus Yesus." Ayatayat ini penting khususnya bagi kita yang hidup di masa yang begitu sulit dan gelap. Dalam situasi dan
kondisi seperti ini kita harus berperan serta, kita harus memberi jawab dengan segera. Sehubungan dengan
hal ini mari kita melihat kepada Paulus. Paulus di dalam berbagai situasi krisis yang dia hadapi namun ia
tetap menjadi orang yang begitu dinamis menerobos situasi. Pada saat ini mari kita bersama-sama
memikirkan satu kalimat yang dikatakan oleh Paulus, "Supaya sekarang melalui gereja diberitahukan
berbagai ragam hikmat Allah." Supaya sekarang melalui gereja, melalui jemaat Tuhan dinyatakan segala
bijaksana dari Tuhan Allah kepada semua pemerintah dan penguasa dunia. Manusia tunduk kepada kuasa
setan dan kuasa dosa. Inilah yang menyebabkan dunia menjadi tempat yang begitu mengerikan dan lebih
celaka lagi jika orang Kristen hidup di dalam cara yang merusak seperti ini. Justru dalam situasi seperti ini
orang Kristen diajar untuk mendobrak situasi, memajukan sesuatu, mengusulkan sesuatu atau memberikan
alternatif kepada dunia supaya kita bisa memimpin manusia di dalam perjalanan sejarah. Kekristenan
dipanggil Tuhan untuk menyatakan satu penerobosan sejarah karena kita kembali menyatakan kebenaran
firman.
Efesus 3:10
Di sini Paulus menyatakan satu contoh yang begitu indah. Paulus tidak tunduk di bawah sejarah melainkan
dipakai Tuhan untuk menerobos sejarah. Jika kita melihat teladan Paulus, dia adalah orang yang dipakai
Tuhan untuk menyebarkan Injil ke tempat yang begitu luar biasa menerobos dari kota ke kota dan dia
menuliskan begitu banyak surat sedikitnya ada 13 surat yang ditulisnya. Tulisannya ini menjadi basis bagi
iman Kristen menjadi dasar pengertian teologi Kristen yang mendalam dan Paulus juga dipakai Tuhan untuk
memberitakan Injil begitu luas dari satu tempat ke tempat lain.
Sejarah bukanlah produk dari orang-orang berdosa. Tetapi sejarah adalah merupakan manifestasi
bagaimana Allah mau menggenapkan rencana-Nya di tengah dunia. Itu sebabnya sejarah harus
164
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
diinterpretasi secara tepat. Alkitab mengatakan dan sejarah juga membuktikan sejarah yang sejati
sesungguhnya adalah merupakan manifestasi rencana Allah yang mau digenapkan di dalam dunia. Saya
harap dengan alasan ini kita boleh memasuki milenium ketiga saya harap kita memiliki kekuatan untuk
menerobos sejarah yang berbeda dipandang dari pada orang dunia ini dan kita melihat dari sudut pandang
Tuhan.

Pertama, waktu kita menerobos sejarah apa yang menjadi kekuatan kita menerobos sejarah. Apa yang
menjadi fondasi atau modal dasar kita untuk kita bisa menjadi penerobos sejarah di dunia ini. Paulus
mengatakan bahwa dia adalah seorang pelayan kasih karunia, pelayan anugerah Allah yang menjalankan
misi Tuhan membuka satu misteri rahasia yang tersembunyi berabad-abad dan sekarang dibuka bagi kamu.
Berdasarkan hikmat Allah kekayaan anugerah Allah yang memberikan kepada kita bijaksana Allah yang
berisi banyak bidang. Alkitab tidak mengatakan kalimat hikmat Allah yang tunggal saja tetapi juga hikmat
Allah yang tunggal itu dinyatakan dalam berbagai segi atau berbagai ragam. Tetapi ini berarti hikmatnya
banyak melainkan satu hikmat yang mempunyai segi yang begitu banyak artinya satu bijaksana satu
kekuatan bijaksana yang bisa menerobos ke berbagai bidang dan semua tempat. Inilah kekuatan
kekristenan yaitu satu kekuatan bijaksana yang bisa menerobos ke berbagai bidang dan ke semua tempat.
Ketika dunia gelap karena dunia tidak mampu menerobos, kekristenan justru mempunyai kekuatan untuk
menerobos, karena Tuhan memberikan kepada kita bijaksana dari Tuhan untuk kita bisa menerobos dunia
kita. Hikmat Tuhanlah yang menjadi kekuatan bagi kita. Lepas dari bijaksana Allah semua usaha manusia
kesombongan manusia akan sia-sia. Semakin manusia berusaha semakin hancur manusia. Yer 7:21-28
mengatakan, bahwa Tuhan jijik dengan segala ritual dan segala persembahan korban bakaran, korban
sembelihan. Tuhan jijik semuanya itu. Mengapa? Karena esensi iman Kristen bukan di sana, bukan ritusritus pelaksanaannya. Tuhan hanya meminta kita untuk mendengarkan suara Tuhan. Tuhan akan menjadi
Allah kita dan kita akan menjadi umat-Nya dan mengikuti seluruh jalan Tuhan berdasarkan bijaksana Tuhan.
sayangnya umat Israel tidak mau mendengarkan suara Tuhan, mereka hanya mengikuti rancangan dan
kedegilan hati mereka yang jahat dan mereka memperlihatkan belakangnya dan bukan depannya.
Di dalam Yer 9:23-24 Tuhan memberikan solusi yang indah. Firman Tuhan mengatakan, ‘Janganlah orang
bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya,
janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah
karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah Tuhan yang menunjukkan
kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya Kusukai, demikianlah firman Tuhan." Bagi
saya ini merupakan kalimat yang indah. Hikmat Allah menjadi kunci bagi hidup manusia. Keluar dari
bijaksana Allah kita akan membunuh diri dan menghancurkan diri sendiri. Kecuali kita kembali kepada
Tuhan. Tidak ada satu sistem duniapun yang bisa menyelesaikan apapun yang ada di dunia ini. Di sepanjang
sejarah ketika konsep-konsep dunia dibenturkan dengan problematik mereka akan mental dan mereka
akan menjadi mentah dan tidak bisa menyelesaikan apa-apa. Seluruh konsep dunia ketika dipaksakan dia
akan menimbulkan semangat yang akan mendestruksi diri sendiri. Jadi yang pertama kuncinya adalah
kembali kepada hikmat Allah.
Kedua, Alkitab mengatakan bahwa bijaksana Allah ini dinyatakan bukan hanya kepada sejarah manusia
tetapi sampai kepada semua penguasa surgawi dan pemerintah-pemerintah surgawi. Mereka berhak
mendapatkan apa yang Tuhan ingin buka kepada manusia. Sejarah ini menjadi misteri bagi mereka. Mereka
mencari dan mempertanyakan apa sebenarnya yang Tuhan mau kerjakan di tengah-tengah sejarah. Untuk
165
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
menjawab hal ini Tuhan pakai jemaat Tuhan atau gereja Tuhan untuk menjadi penerobos dan pemberita
kebenaran Allah di tengah dunia ini. Di tengah-tengah dunia ini Tuhan memakai gereja untuk menjadi
pemimpin bagi sejarah. Kita tidak dituntut untuk tunduk di bawah kungkungan sejarah. Orang Kristen
bukan orang yang tunduk di bawah permainan sejarah. Orang Kristen seharusnya menjadi pemimpin atas
sejarah yang menunjukkan ke mana dunia akan berjalan yang membuka kepada dunia ini apa yang harus
dikerjakan. Celaka jika kita menjadi orang Kristen tetapi membuang hak ke sulungan, sehingga hak yang
seharusnya dipegang sama kita akhirnya diambil oleh orang lain. Saya bertanya, mengapa kekristenan pada
masa kini begitu lumpuh? Jawabnya, karena ke kritikan sendiri yang berbuat kesalahan karena kita tidak
mau dipakai oleh Tuhan. Itu sebabnya kepada jemaat Efesus Paulus mengatakan "Supaya sekarang oleh
jemaat diberitahukan pelbagai ragam hikmat Allah kepada pemerintah-pemerintah dan penguasapenguasa di sorga, sesuai dengan maksud abadi, yang telah dilaksanakan-Nya di dalam Kristus Tuhan kita."
Ini merupakan satu berita yang sangat indah. Mengapa? Karena dunia kita sebetulnya ingin tahu apa yang
harus dikerjakan kita, karena dunia tidak bisa tahu. Tidak ada satu manusia yang tahu apa yang akan terjadi
pada masa yang akan datang. Sejarah menjadi pertanyaan yang begitu serius. Itu sebabnya para futurolog
menjadi laris. Masalahnya tidak ada seorangpun yang dapat menjawab dengan pasti apa yang akan terjadi
besok.
Bahkan Alkitab mengatakan, makhluk-makhluk penguasa-penguasa surgawi tidak ada yang tahu karena
mereka tetap berada di dalam wilayah ciptaan. Mereka bukan pemilih sejarah. Hanya kepada gereja, Tuhan
memakai kita menjadi pemberita sejarah di tengah dunia. Ini satu hak istimewa yang Tuhan berikan kepada
kita untuk kita kerjakan. bukan para futurolog memegang hak ini seharusnya ini berada di bawah firman
Allah kita mencoba mengerti sejarah dari interpretasi Allah bukan interpretasi dunia. Ketika kita berjalan di
tengah dunia ini kita taat kepada Tuhan dan berjalan di bawah pimpinan Tuhan. Alkitab mengatakan, "Yang
aku kehendaki adalah aku mengenal Tuhan dan aku mendengar suaranya dan aku berjalan di seluruh jalan
yang diperintahkan oleh Tuhan untuk aku kerjakan." Mari kita memasuki tahun 1999 ini bukan berdasarkan
kita yang mau jalan tetapi karena Tuhan yang mau kita jalan yaitu jalan berdasarkan rancangan Tuhan.
Biarlah ini menjadi kekuatan kita. Dengan berjalan seperti ini tidak ada ketakutan yang perlu kita lewati di
tengah dunia ini. Saudara, saya rindu setiap kita dipakai oleh Tuhan menjadi pembuat sejarah di dalam
berbagai bidang dan aspek yang Tuhan percayakan kepada kita. Dengan demikian dunia bisa melihat
alternatif yang diberikan oleh iman Kristen kepada dunia ini. Saya rindu tahun ini kita bersiap hati
bersungguh-sungguh untuk menggumulkan hal ini. tahun-tahun di depan kita tidak mudah karena
memasuki milenium ketiga kita akan menghadapi tantangan yang luar biasa. Di satu pihak kita menghadapi
tantangan filsafat post modern dan new age movement dan di lain pihak kita menghadapi tekanan
globalisasi. Salah satu hal yang membuat krisis kita berat saat ini adalah globalisasi. Globalisasi ini akan
menjadi hal yang menghancurkan. Kedua hal ini tidak bisa ditolak.
Itu sebabnya mari kita memikirkan dengan serius bagaimana kita menghadapi milenium ketiga dengan
tepat. Saya harap kita menjadi orang-orang yang dipakai oleh Tuhan bukan menjadi pelaku sejarah. Biarlah
kita bisa berperan seperti yang Tuhan mau. Biarlah Tuhan memakai kita di tempat kita masing-masing
untuk mengarahkan sejarah kembali kepada kebenaran. Jika tidak, dunia ini semakin hari akan semakin
hancur. Saya minta setiap kita boleh bergumul di hadapan Tuhan dan di mana Tuhan memakai kita
bersuaralah kita di sana.
Amin!
166
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
IIm
ma
an
nd
da
an
nk
ke
ey
ya
ak
kiin
na
an
n
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
12
Efesus 3:12-13
Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh
kepercayaan oleh iman kita kepada–Nya.
13
Sebab itu aku minta kepadamu, supaya kamu jangan tawar hati melihat kesesakanku
karena kamu, karena kesesakanku itu adalah kemuliaanmu.
ini menjadi ayat klimaks dari seluruh rahasia panggilan orang-orang bukan Yahudi yang
menjadi Kristen di tengah-tengah Kekristenan Yahudi pada saat itu. Beberapa minggu yang lalu sudah
membicarakan seluruh perikop ini dengan latar belakangnya. Di mana jemaat Efesus adalah jemaat yang
mayoritas bukan Yahudi dan ketika mereka bertobat mereka mengalami masalah yang berat karena
mereka harus berhadapan dengan orang-orang Kristen Yahudi di mana mereka merasa bahwa orang-orang
Kristen yang non-Yahudi kurang sah.
Efesus 3:12-13
Di tengah situasi seperti ini, Paulus kemudian mendobrak konsep ini. Paulus mengajarkan bahwa di dalam
Kristus semua orang sama tidak ada perbedaan, baik itu orang Yahudi maupun non Yahudi., antara pria
maupun wanita. Di hadapan Kristus kita bukan orang asing dan pendatang. Di hadapan Kristus kita adalah
umat yang dipanggil untuk mempermuliakan Tuhan. Ini menjadi satu pertolongan bagi orang yang bukan
Yahudi memiliki kekuatan untuk melangkah dan menjadi orang-orang Kristen yang betul-betul berjalan di
dalam Tuhan. Oleh karena itu ide di dalam Kristus menjadi kekuatan keyakinan yang boleh menerobos
menjadi keberanian serta jalan masuk atau akses bagi kita untuk boleh menjalankan prinsip pelayanan
sesuai dengan kehendak Tuhan.
Di dalam Efesus 3:12-13 ini merupakan klimaks dari ayat-ayat sebelumnya di sini Paulus memberikan satu
keyakinan yang begitu kokoh kepada mereka agar mereka tahu dan bagaimana mereka berjalan sebagai
orang Kristen. Di dalam ayat 12 mengatakan, "Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada
Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepadanya." Jadi di sini ketika kita mengalami kesusahan
dan kesesakan jangan tawar hati karena justru kesesakan itu yang membuat kita mendapat kemuliaan,
karena kita beriman kepada Kristus. Saudara, ayat ini perlu kita gumulkan mengingat kita hidup di tengahtengah situasi yang sulit. Dalam kondisi seperti ini tidak heran banyak orang Kristen yang mulai goncang,
kecewa, ruwet dan bingung. Tidak heran dalam kondisi seperti ini terjadi ketidakadaan ketenangan,
ketidakadaan kemapanan, ketidakadaan keyakinan dan kepastian yang membuat kita stabil. Setiap saat kita
bisa digoncangkan. Setiap saat kita bisa mengalami sesuatu yang mengerikan. Setiap saat segala sesuatu
bisa berubah. Situasi ini jika menimpa kita dapat membuat kita menjadi takut dan gentar. Bahkan makin
dipikir makin takut. Bagaimanapun juga kita pikir atau tidak pikir, jadi atau tidak jadi, yang kita pikir sama
saja tidak berhubungan sama sekali. Jadi pikir tidak pikir sama jadi tidak mau jadi tidak ada hubungannya
167
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
sama sekali. Yang jadi tidak mau jadi tetap jalan sendiri. Yang pikir tidak mau pikir juga jalan sendiri. Banyak
yang takut berpikir melarikan diri. Tetapi kalau dia betul-betul melarikan diri jadi dia sedang memasukkan
diri dalam krisis. Jadi di sini krisis mengkrisiskan diri. Kenapa? Karena ketika dia lari dia sedang memboroskan uangnya juga disana dia berada dalam krisis identitas karena di sana ia menjadi orang asing. Itu
sebabnya di tengah dunia seperti ini melarikan diri bukanlah merupakan jalan keluar yang baik.
Dewasa ini dunia kita berada dalam kondisi ketidakadaan pengharapan yang begitu mengerikan di tengah
dunia. Justru di dalam keadaan dunia yang begitu sulit inilah bagaimana orang Kristen dapat mengantisipasi
menghadapi situasi seperti ini? Paulus mengatakan, "Hanya di dalam Dia yaitu Kristus melalui iman kita
beroleh keberanian dan jalan masuk kepada allah dengan penuh keyakinan oleh iman kita kepadanya."
Melalui ayat ini membukakan kepada kita bagaimana kita berjalan menuju Allah di dalam kebenaran
sampai kepada Allah untuk mendapat kemuliaan yang Allah akan berikan kepada saya. Ayat ini memberikan
kepada kita suatu terobosan dari seluruh kesulitan yang dihadapi oleh manusia. Penerobosan di dalam
kalimat ini memberikan konsep wawasan yang membuat kita kokoh di dalam segala situasi dan tantangan
apapun yang kita hadapi. Tetapi karena kita sudah menetapkan dan sudah menancapkan jangkar kita pada
sumber yang kekal.
Untuk itu kita memerlukan basis kehidupan yang bisa menentukan arah perjalanan kita berikutnya. Bagi
orang dunia dapat mulai melangkah dengan kepandaiannya, dengan uangnya atau dengan kekuasaannya.
Tetapi abad 20 ini membuktikan sehebat apapun kepandaian mereka dan punya uang sebanyak apapun
serta memiliki kekuasan yang tinggi, ternyata semua itu tidak ada apa-apanya. Orang-orang pandai, para
konglomerat yang besar serta orang-orang yang berkuasa hari ini membuktikan mereka tidak ada apaapanya. Mereka hidup dalam ketegangan. Ya, hari ini seluruh dunia dalam ketakutan. apa yang akan
terjadi? Dalam situasi seperti ini basis apa yang mereka akan bangun uang tidak bisa demikian juga
kepandaian tidak bisa. Kenapa? Karena semua itu di dirikan di atas basis yang sementara, relatif, bisa
berubah dan diubah. Hari ini pandai besok siapa tahu besok menjadi pikun. Hari ini kaya besok bisa
melarat. Hari ini punya kekuatan politik besok bisa jatuh. Lalu apa yang dapat menjadi fondasi kita untuk
berjalan di tengah dunia ini? apa yang dapat kita jadikan sandaran yang tidak bisa berubah?
Alkitab mengatakan basisnya cuma satu, "Beriman kepada Kristus." Waktu kita beriman kepada Kristus itu
menjadi satu puncak daripada semua keyakinan yang membuat manusia mempunyai keyakinan yang tidak
bergeser. Waktu kita beriman kepada Kristus itu berarti kita sedang menancapkan jangkar kita kembali
kepada kekekalan yang sudah dibuktikan di dalam sejarah. Beriman kepada Kristus membentuk kita
memiliki keyakinan yang kokoh. Mengapa? Di sini kita berpegang pada yang kekal yang tidak bergeser dan
yang tidak bisa berubah. Tetapi mengapa harus Kristus? Di dalam apologetika semua orang beragama
percaya Tuhan ada. Hanya Tuhannya siapa dan di mana? Tuhan yang diawang-awangkah? Atau Tuhan yang
diteorikankah? Atau Tuhan yang dibentuk? Atau Tuhan yang sesungguhnya? Alkitab mengatakan hanya
Kristus Tuhan yang sejati. Tetapi mengapa harus Kristus bukan yang lain? Jawaban hanya satu yaitu dia
bukan sekedar Allah yang sejati tetapi juga dia adalah Allah yang membuktikan diri menerobos sejarah.
Manusia tidak mungkin dapat menerobos kekekalan kecuali yang kekal menerobos yang sementara. Yang
kekal standarnya lebih tinggi dari kesementaraan. Pada waktu yang kekal menerobos kesementaraan itu
dimungkinkan. Tetapi yang sementara mau menerobos di dalam kekekalan itu tidak mungkin. Maka ketika
Kristus yang kekal itu menerobos dan masuk di dalam sejarah ini sangat diperlukan untuk memberikan
bukti yang sah bagi seluruh sejarah manusia untuk menunjukkan di mana letaknya jangkar yang
sesungguhnya yang harus dipegang. Dan ketika Yesus berkata, "Akulah jalan, dan kebenaran, dan hidup
tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku." Kalimat ini merupakan kalimat
168
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
yang terlalu eksklusif dan terlalu tinggi untuk diucapkan oleh manusia siapapun. Kalimat ini menjadi kalimat
yang sangat sulit diterima oleh manusia. Jika hanya manusia tidak mungkin mengeluarkan kalimat seperti
itu. Kalimat ini juga sekaligus membuktikan di dalam perjalanan sejarah Kristus, apa yang Dia katakan
dengan begitu eksklusif menghantam semua konsep yang lain. Paulus yang begitu cermat tahu ini
merupakan jangkar yang tidak bisa digeser. Inilah jangkar yang membuat manusia memiliki keyakinan.
Di dalam Ef 3:12 ini Paulus menyatakan, "Dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya." Di sini
digunakan istilah kepercayaan dua kali. Di sini lebih tepat bukan "penuh kepercayaan" melainkan dengan
"penuh keyakinan kita beriman di dalam Dia." Maksudnya saya mempunyai iman di dalam kristus itu
menjadikan saya mempunyai keyakinan. Kata ‘keyakinan’ bahasa aslinya sebenarnya satu keyakinan yang
teguh. Alkitab sejak pertama mengatakan jangan percaya diri tidak akan menyelesaikan apa-apa. Percaya
diri hanya akan meletakkan kepercayaan kepada sesuatu landasan yang relatif. Alkitab mengatakan
keyakinan kita yang kokoh harus kembali kepada jangkar yang sejati. Disitulah kita baru mempunyai
keyakinan yang kokoh. Ini baru bisa terjadi jika kita kembali kepada iman yang sejati yaitu kepada Kristus
sumber yang mengukuhkan kita.
Saudara seberapa jauh ketika kita menjalankan pergumulan hidup kita putuskan karena kita kembali
kepada Tuhan atau kita hanya jalan berdasarkan kemauan kita sendiri. Firman Tuhan hari ini mengajarkan
kepada kita hanya di dalam Kristus kita baru mempunyai keberanian dan akses untuk menerobos dunia ini
menuju kepada Bapa yang menetapkan dan yang menjadi pegangan saya. Tetapi ini bukan terjadi satu hari.
Tidak. Dan juga apa yang diperjuangkan ini bukan dalam keadaan biasa tetapi justru pada saat kita
mengalami krisis prinsip inilah yang akan menopang kita. Jangan tunggu situasi ini tiba tapi kita belum siap.
Itu sebabnya kita perlu mempersiapkan diri. Pribahasa Tionghoa mengatakan, "Tentara dipersiapkan 1000
hari hanya untuk perang satu hari." Seseorang ketika dia mau kuat menghadapi satu situasi bukan tunggu
situasi itu tiba baru mempersiapkan diri tidak ada gunanya. Itu sebabnya biar kiranya ayat ini menjadi
pegangan kita. Berdiri di atas keyakinan yang kokoh karena saya menancap jangkar kepada Kristus. Dan
untuk ini kita harus latih setiap hari setiap saat di dalam pergumulan hidup kita. Ketika saya bergumul di
hadapan Tuhan itu melatih kita bagaimana kita harus menghadapi masalah yang paling berat yang melanda
hidup kita. Mari saudara sebelum kesulitan itu tiba kita belajar baik-baik seperti prajurit yang dipersiapkan
untuk berperang sehingga kita mempunyai keberanian yang sungguh untuk kita menerobos jaman.
Amin!
169
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
IIm
ma
an
ny
ya
an
ng
gm
me
em
mb
be
errii k
ke
eb
be
erra
an
niia
an
nd
da
an
na
ak
ks
se
es
s
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
12
Efesus 3:12-13
Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh
kepercayaan oleh iman kita kepada–Nya.
13
Sebab itu aku minta kepadamu, supaya kamu jangan tawar hati melihat kesesakanku
karena kamu, karena kesesakanku itu adalah kemuliaanmu.
Minggu lalu kita telah membicarakan tentang iman dan keyakinan yang pasti di dalam Kristus dan pada hari
ini kita akan berbicara mengenai damai sejahtera. Istilah damai sejahtera seringkali muncul di tengah orang
Kristen. Mereka mengatakan, "Saya tidak damai sejahtera." Berbicara mengenai damai sejahtera, ada
beberapa alasan dan tidak semuanya rohani dalam arti mungkin dapat benar dan dapat juga salah. Di
dalam Alkitab damai sejahtera ada dua macam yaitu damai sejahtera yang diberikan Tuhan kepada kita
dengan damai sejahtera yang ada di dunia ini. Pertama, damai sejahtera yang sejati; kedua yang
kelihatannya damai sejahtera. Kedua damai sejahtera ini berbeda secara kualitatif dan berbeda sumbernya.
Damai sejahtera yang sejati bersumber dari Allah dengan sifat-sifatnya yang tertentu sedangkan yang
kedua dari dunia juga dengan sifat-sifat tertentu. Jadi pada waktu orang mengatakan saya tidak damai
sejahtera maka kita harus mengerti itu damai sejahtera yang mana dan di sini kita harus menguji kembali
mana damai sejahtera yang sejati dan mana yang kelihatannya damai sejahtera.
Damai sejahtera yang benar itu seringkali bukan seperti yang kita pikirkan dan damai sejahtera dapat
hilang. Yang pertama karena takut misalnya takut rugi, takut dianiaya, takut dipukuli, dsb. Banyak hal yang
membuat kita takut dan ketakutan ini mencengkeram kita yang akhirnya membuat kita tidak bisa damai
sejahtera. Kedua, karena keinginan-keinginan yang tidak tercapai. Itu yang membuat hati kita tidak damai.
Stres adalah satu gejolak dalam hati yang menginginkan mencapai sesuatu tetapi ternyata tidak mampu.
Damai sejahtera yang hilang ini belum tentu damai sejahtera dari Tuhan. Ketiga, pada waktu dosa kita
dibongkar. Jadi pada waktu dosa kita dibongkar hati kita gelisah dan tidak memiliki damai. Kehilangan
damai sejahtera yang ketiga ini hampir mirip dengan yang pertama namun di sini sebetulnya adalah
manifestasi dosa dan ketakutan karena dosanya akan dibongkar. Dan ketakutan ini membuat dia
kehilangan damai sejahtera. Saudara jika kita kehilangan damai sejahtera dalam aspek-aspek di atas maka
kita perlu instrospeksi diri karena mungkin sekali ini merupakan damai sejahtera yang hilang dan ini akan
membawa kita kepada damai sejahtera yang asli. Kehilangan damai sejahtera yang palsu tidak perlu
dipertahankan karena kalau damai sejahtera dunia ini kita kejar akan membuat kita gersang dan hancur.
Lalu bagaimana dengan damai sejahtera sejati? Damai sejahtera yang sejati yang benar terjadi: Pertama
waktu kita benar-benar berkeinginan untuk menjalankan rencana Allah itu adalah damai sejahtera yang
indah. Tapi masalahnya banyak orang Kristen justru tidak menjalankan rencana Allah atau pekerjaan Allah
170
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
dan tetap kesenanagan. Sebaliknya pada waktu dia berbuat dosa lalu ketahuan maka dia baru kehilangan
damai sejahtera. Ini duniawi sekali. Marilah kita kehilangan damai sejahtera yaitu justru pada waktu kita
gagal menjalankan rencana Allah baik-baik. Kedua, damai sejahtera terjadi pada waktu kita boleh hidup di
dalam kesucian, kejujuran, dan kebenaran di tengah-tengah dunia ini. Kita akan kehilangan damai sejahtera
jika kita berbuat dosa dan merasakan gelisah di dalam hatinya. Ini yang mendorong dia untuk keluar dari
situasi itu dan kembali kepada Tuhan karena dia menyakiti hati Tuhan. Di sini damai sejahtera yang hilang
itu perlu dikejar kembali karena itu adalah damai sejahtera dari Tuhan.
Saudara, sekarang kita hidup dalam situasi yang minggu lalu saya sebut ketidakadaankestabilan kehidupan
dan ketenangan kehidupan. Akhirnya kita hidup dilanda ketakutan sehingga kita tidak memiliki damai
dalam hidup kita. Dalam kondisi seperti ini apa yang harus kita lakukan? Dengan menutup matakah?!
Kekristenan tidak mengajar kita melarikan diri dari realita. Memang harus kita akui kita hidup dalam kondisi
yang sangat sulit dan kondisi ini dapat mengakibatkan kita hidup dalam ketegangan, ketakutan, dan
kekhawatiran. Dalam situasi seperti ini kita harus menerobos situasi kita. Paulus mengatakan kita bukan
orang yang anti realita tetapi justru dalam situasi seperti ini bagaimana kita hidup secara tepat.
Mari kita bayangkan apa yang dikatakan Paulus kepada jemaat Efesus. Jemaat Efesus waktu itu mau
melayani Tuhan namun tantangan bagi hidup mereka begitu berat karena dari luar mereka dirongrong, dari
dalam kekristenanpun mereka juga dirongrong. Dari luar kita tahu bahwa kota Efesus merupakan tempat
penyembahan berhala yang sangat kuat dan besar sedangkan orang Kristen mengalami tantangan dari luar
yang begitu sulit dan dari dalam orang Kristen Yahudi menganggap orang-orang Kristen non Yahudi tidak
sah di mana mereka baru sah kalau mereka disunat dulu. Di sini jemaat Efesus mengalami realita kesulitan,
ketegangan dan tidak ada damai. Tapi semua kesulitan ini tidak menjadi alasan bagi kita untuk tidak
beriman dan melayani karena kita beriman di dalam Kristus dan melalui iman di dalam Kristus itulah kita
mempunyai akses kepada Bapa. Ini yang membuat Paulus memiliki keberanian dan keyakinan. Bukan
karena situasi yang menentukan kita beriman atau tidak melainkan karena iman. Melalui iman, kita dapat
menerobos melewati awam gelap yang menutupi hidup kita sehingga kita tidak bisa lagi melihat apa yang
ada di luar. Paulus mengatakan mari kita menerobos awan gelap itu sampai kita melihat hakekat yang
sesungguhnya dan penerobosan ini harus kembali kepada iman yang sesungguhnya. Iman yang menerobos
terlebih dahulu sehingga kita mempunyai jalan masuk, seperti daerah yang tertutup tiba-tiba dibuka lalu
kita mempunyai jalan masuk. Paulus bukan mau meniadakan semua realita. Realita itu fakta. Itu memang
kesulitan yang harus dihadapi tapi bagaimana saudara memiliki kekuatan menerobos melewati semua itu.
Inilah yang Paulus minta supaya kita akhirnya mempunyai keberanian, keyakinan, kepastian dan kebebasan
untuk bisa berjalan di dalam pekerjaan Tuhan. Berikut ini kita akan melihat beberapa hal yang kita akan
pelajari?
Pertama, Allah adalah Allah atas sejarah. Kita melihat dunia ini susah, banyak ancaman. Masalahnya,
ancaman, kesulitan dan problemnya itu relatif atau mutlak? Relatif karena yang mengatur semuanya adalah
Tuhan atas sejarah. Sejauh kita bisa menerobos awan gelap sampai melihat Allah adalah Allah atas sejarah.
Di sini kita sedang menuju ke satu akses di mana kita mengerti sejarah berjalan tidak bisa lepas daripada
kontrol Allah. Tidak ada satupun di tengah dunia ini yang bisa bermain-main di hadapan Allah dan tidak ada
sesuatupun di tengah dunia ini yang melampaui kepastian yang Allah sudah tetapkan. Jadi jika kita bertaut
kepada Allah, tidak ada hal apapun di tengah dunia ini yang saya khawatirkan. Prinsipnya yang mutlak tetap
mutlak yang mutlak tidak boleh direlatifkan dan yang relatif tidak boleh dimutlakkan. Dengan kita
memutlakkan yang mutlak maka yang relatif menjadi yang direlatifkan tetapi kalau kita memutlakkan yang
relatif maka yang mutlak asli akan bergeser dan ini sangat berbahaya sekali. Itu sebabnya maka kunci
171
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
pertama bagaimana kita hidup di tengah-tengah dunia yang rumit dan penuh dengan berbagai masalah
yang sedang berkecamuk ini jawaban hanya satu yaitu balik menerobos dengan iman melihat Allah adalah
Allah atas sejarah. Ini kunci! Allah adalah Allah sejarah. Sejarah adalah apa yang Allah sudah pikir dan
rencanakan dalam kekekalan. Jadi sejarah merupakan suatu yang berjalan tapi perjalanan sejarah di dalam
relatifismenya kembali kepada kemutlakan Allah yang melihat dari atas. Pada waktu kita mempunyai akses
kepada Allah Bapa atas sejarah itulah yang melampaui relatifitas sejarah. Saya harap setiap kita boleh
Tuhan pakai untuk menerobos sehingga selanjutnya kita dapat menolong orang lain.
Kedua, setelah kita tahu bahwa Tuhan adalah Tuhan atas sejarah maka barulah kita mempunyai akses yang
Tuhan sudah buka kepada kita. Ketika kita belajar memandang kepada Allah, melihat Allah dan memandang
kepada jalur Tuhan sehingga kita bisa bertanya apa yang Tuhan mau. Waktu kita belajar memandang
kepada Allah itulah waktunya kita melatih diri untuk menerobos semua kesulitan. Jadi waktu kesulitan
menimpa kita marilah kita memandang kepada Tuhan, maka Tuhan yang akan membuka jalur yang kita
lewati. Ketika kita memandang kepada Allah itulah juga yang membuat seluruh pengertian dan wawasan
kita berbeda sama sekali ketika kita menafsirkan realita dengan tepat. Mari kita belajar melihat segala
sesuatu balik kepada Tuhan. Ini akses untuk kita memiliki keberanian dan kemerdekaan berjalan di tengahtengah dunia ini.
Ketiga, ketika kita mulai mengarahkan diri kita kepada Tuhan dan melihat akses kita di hadapan Tuhan itu
justru memberikan kepada kita kebebasan, keleluasan dan keberanian yang tidak bisa dilawan. Ketika
Stefanus dirajam, dia memandang kepada Kristus yang berada di atas takhta dan Kristus yang sedang
memandang dia. Itulah yang menjadi kekuatan bagi dia dan yang membuat dia maju dan mendapatkan
akses dan akhirnya semua orang harus gemetar melihat apa yang sedang terjadi. Hanya pertanyaan yang
harus kita jawab adalah kita diikat oleh siapa? Jika kita diikat oleh kuasa dunia ini, diikat oleh situasi dunia
ini maka saudara betul-betul terikat. Tetapi kalau kita diikat oleh Tuhan di dalam keterikatan kita dengan
Tuhan, kita adalah orang yang betul-betul bebas. Dosa tidak bisa membuat kita menghadap Tuhan dengan
baik. Dosa membuat kita menghadap Tuhan dengan kegentaran dan ketakutan dan tidak ada kebebasan
ketika kita membiarkan diri kita diikat oleh dunia, rokok, narkotika, seks, atau diikat oleh apapun di tengah
dunia ini. Dia menjadi orang yang terbelenggu dosa. Tetapi ketika kita membiarkan diri kita diikat oleh
kebenaran Tuhan, diikat oleh sifat Tuhan maka di situ dia mempunyai kebebasan yang luar biasa. Orang
yang diikat oleh kebenaran, diikat oleh keadilan, diikat oleh kesucian Tuhan, maka waktu itu dia bisa hidup
di dalam Tuhan, memandang kepada Tuhan dan diakses di dalam Tuhan sehingga kita tidak bergeming
dengan apa yang terjadi di tengah dunia ini. Itu yang membuat saya total bebas.
Saudara, dunia kita makin lama makin sulit. namun di tengah-tengah kesulitan dunia ini kiranya Tuhan
memakai kita di tengah-tengah jaman yang semakin sulit, seperti Tuhan tidak mengatakan orang yang
mengikut dia pasti lepas dari dari pergumulan hidup, lepas dari kesulitan hidup namun Tuhan mengatakan
akan memimpin kamu sehingga kamu bisa menerobos melewati semua. Jemaat Efesus di tengah-tengah
kesulitan yang mereka hadapi diberi kekuatan oleh Tuhan sampai menjadi jemaat yang dipuji di dalam kitab
Wahyu kecuali cinta kasih yang kemudian dicela oleh Tuhan. Saudara, mari kita belajar bagaimana Tuhan
pakai kita di tengah jaman ini.
Amin!
172
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
P
Pe
ella
ay
ya
an
na
an
nd
de
en
ng
ga
an
n llu
uttu
utt
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
Efesus 3:13-17/ Mat. 6:5-8
Efesus 3
13
Sebab itu aku minta kepadamu, supaya kamu jangan tawar hati melihat kesesakanku
karena kamu, karena kesesakanku itu adalah kemuliaanmu.
14
15
Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa,
yang dari pada–Nya semua turunan yang di dalam sorga dan di atas bumi menerima
namanya.
16
Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan–Nya, menguatkan dan meneguhkan
kamu oleh Roh–Nya di dalam batinmu,
17
sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di
dalam kasih.
Matius 6
5
"Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka
mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah–rumah ibadat dan pada tikungan–
tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
mereka sudah mendapat upahnya.
6
Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah
kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang
tersembunyi akan membalasnya kepadamu.
7
Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele–tele seperti kebiasaan orang yang
tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata–kata doanya
akan dikabulkan.
8
Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu
perlukan, sebelum kamu minta kepada–Nya.
Di dalam Efesus 3:14-15 Paulus mengatakan, “Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa, yang daripada-Nya
semua turunan yang di dalam surga dan di atas bumi menerima namanya.” Saya terkesan sekali dengan
ayat ini, karena di sini Paulus baru saja membicarakan tema yang saya rasa sangat sulit dimengerti. Ayatayat ini dikatakan oleh Paulus setelah dia mengatakan dalam ayat 13, “Sebab itu aku minta kepadamu,
supaya kamu jangan tawar hati melihat kesesakanku karena kamu, karena kesesakanku itu adalah
kemuliaanmu.” Jadi ayat ini ditulis ketika Paulus mengalami kesesakan dan penderitaan yang luar biasa.
Namun di sini Paulus mengatakan justru kesesakan dan penderitaannya merupakan kemuliaan bagi jemaat.
Secara logika kita sulit sekali menemukan relasi antara kesesakan dan penderitaan Paulus dengan jemaat.
Setelah mengatakan ini kemudian di bawahnya Paulus mengatakan, “Itulah sebabnya aku sujud kepada
Bapa.” Kalimat ini merupakan penerobosan yang luar biasa indahnya dan Paulus juga sadar bahwa kalimat
173
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
ini bukan kalimat yang bisa diselesaikan begitu saja. Maka di seluruh Ef 3:13-21 nanti di belakang kita akan
melihat bagaimana kaitan jemaat Efesus mendapat kemuliaan dalam hubungannya dengan penderitaan
Paulus di mana kemuliaan Allah sebagai sumber. Kata ‘kemuliaan’ ini sendiri muncul tiga kali dan menjadi
penutup dari perikop ini. Paulus sendiri sadar, sulit mengaitkan kedua relasi ini yaitu antara penderitaan
Paulus dengan keadaan jemaat Efesus yang sedang dibicarakan. Satu-satunya kunci untuk menghubungkan
antara penderitaan dan kemuliaan jemaat efesus adalah menekuk lutut berdoa di hadapan Tuhan. Bagian
yang akan kita pelajari hari ini saya sebut sebagai “A KNEEL MINISTRY” yaitu suatu pelayanan dengan lutut.
Iman Kristen adalah iman yang berdoa secara unik. Tetapi apa keunikannya ditengah-tengah berbagai
agama yang juga memiliki unsur doa atau sembahyang? Disini ternyata antara dengan dan ‘doa’ tidak sama.
Itulah sebabnya kita harus mengerti keunikan doa berdasarkan iman Kristen. Di sini Paulus mengerti sekali
ketika dia berhadapan dengan jemaat Efesus. Di dalam pelayanannya Paulus langsung berlutut di hadapan
Bapa dan berdoa kepada Bapa. Paulus memiliki konsep doa yang sangat unik dan sangat berbeda dengan
apa yang dimengerti secara umum tentang doa. Itu sebabnya dalam pembahasan hari ini saya ingin
menghubungkan apa yang Paulus doakan dengan apa yang Tuhan Yesus bicarakan sebelum mengajar
berdoa.
Di dalam Matius 6, murid-murid bertanya kepada Tuhan Yesus tentang bagaimana caranya berdoa.
Bukankah para murid adalah orang-orang Yahudi dan sebagai orang Yahudi tentulah mereka tahu
mengenai doa tetapi di sini mereka meminta Tuhan Yesus mengajar bagaimana caranya berdoa.
Mendengar pertanyaan ini maka Tuhan Yesus mengajarkan satu doa yang sangat unik yang kita kenal
dengan “Doa Bapa kami.” Namun sebelum doa ini diajarkan, Tuhan Yesus memberikan pendahuluan yaitu
sehubungan dengan doa yang benar. Hal ini penting karena doa bukanlah hal yang sembarangan tetapi doa
merupakan manifestasi daripada iman. Jadi iman yang berbeda maka manifestasi doanyapun berbeda dan
dari doa ini kita juga akan tahu prinsip imannya. Jadi kalau kita ingin tahu iman seseorang, cara terbaik
adalah bagaimana cara dia berdoa. Makin seseorang mencoba mengarang ketika berdoa makin ketahuan
karena kalimat-kalimat yang dia atur merupakan manifestasi dari pikirannya. Jadi doa merupakan
manifestasi dari pada iman seseorang.
Ketika Tuhan Yesus mengatakan, “Jika kamu berdoa, janganlah berdoa …” Ini berarti ada doa yang benar
dan ada doa yang tidak benar. Selanjutnya di dalam Matius 6, Tuhan Yesus memberikan dua alasan iman
yang salah. Kesalahan pertama, jika berdoa jangan seperti orang munafik. Mengapa? Karena kita berdoa
untuk diri kita sendiri. Kita kelihatannya berdoa baik itu di perempatan jalan, di depan rumah ibadah, di
dalam gereja, atau berdoa dengan mengangkat tangan tujuannya hanya satu yaitu untuk menunjukkan
bahwa saya orang saleh. Itu sebabnya Tuhan Yesus kemudian mengatakan kalau mau berdoa masuklah ke
dalam kamar dan tutuplah pintu. Demikian pula dengan Paulus, mengatakan, “Kalau saya berdoa, bertelut
di hadapan Bapa.” Saudara, inilah inti doa yang sejati.
Apa yang dimaksud dengan iman yang sesungguhnya waktu kita berdoa? Pertanyaan yang pertama yang
harus di jawab adalah orientasi doa di sebelah mana. Ini kunci yang pertama yang harus kita jawab. Hal ini
penting karena seringkali di dalam kita berdoa kita telah terkena wabah penyakit yang berbahaya yaitu
manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Kedua penyakit ini hingga sekarang
belum ada imunisasinya kecuali bertobat. Akar penyakit humanisme dan materialisme ini sebenarnya
adalah dosa dan ini yang membuat penyakit lain timbul. Jadi dapat dikatakan seluruh dunia problem
dasarnya adalah dosa. Itu sebabnya Tuhan Yesus mengkritik doa yang salah karena akhirnya mengarah
pada dua penyakit itu juga. Jadi waktu kita berdoa kemana arah orientasi kita berdoa, ke diri atau ke Tuhan.
174
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Buat apa kita berdoa bolak balik masuk ke ruang ibadah, kelihatannya seperti orang suci tetapi orientasinya
supaya semua orang bisa melihat bahwa dia orang saleh atau orang rohani. Berbeda dengan Paulus pada
waktu berdoa. Dia berdoa berlutut di hadapan Bapa dan motivasi berdoa Paulus bukan diarahkan untuk diri
melainkan kepada Tuhan. Bukan hanya Paulus tetapi seluruh tokoh-tokoh Alkitab yang lain mereka berdoa
orientasinya kepada Tuhan. Hari ini ketika kita berdoa orientasi kita kepada siapa. Kepada diri atau kepada
Tuhan? Demikian juga dengan doa bapa kami yang diajarkan oleh Tuhan Yesus adalah doa yang
berorientasi kepada Tuhan Allah. Inilah bedanya doa orang Kristen dengan orang yang bukan Kristen.
Kesalahan kedua, di dalam Injil Matius dikatakan kalau berdoa jangan bertele-tele. Berdoa bertele-tele
tidak sama dengan berdoa sering. Berbedanya bukan di kalimatnya melainkan dimotivasinya. Waktu orang
berdoa bertele-tele, di kepala orang tersebut sudah ada pikiran yaitu dengan banyaknya kata-kata doanya
akan dikabulkan. Dengan kata lain dia melakukan teror mental kepada Tuhan sampai apa yang dia minta
diberi oleh Tuhan. Itu sebabnya Tuhan mengatakan, “Sebelum kamu membuka mulut, Tuhan sudah tahu
apa yang ingin engkau katakan.” Saudara, kalau bagian pertama lebih menyoroti aspek humanisme maka
bagian kedua ini lebih menyoroti aspek materialisme daripada manusia berdoa. Jadi waktu kita berdoapun
kita seringkali terjebak di dalam dua problem ini.
Kembali kepada Paulus, ketika dia berdoa di hadapan Tuhan dia berlutut di hadapan Bapa. Masalahnya, apa
yang menjadi pergumulan, pertimbangan dan apa yang menjadikan dia betul-betul sampai lututnya harus
ditekuk dihadapan Tuhan. Apakah demi kepentingan Paulus? Tidak! Paulus tidak berdoa supaya semua
orang mulai memperhatikan dia dan mulai memuja dia tetapi orientasi Paulus berdoa di sini agar kesusahan
Paulus dan kesesakan Paulus justru untuk kemuliaanmu. Karena kemuliaanmu nantinya akan kembali untuk
kemuliaan Tuhan. Nanti di dalam ayat 21 dikatakan, “Bagi dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam
Kristus Yesus turun temurun sampai selama-lamanya.” Orientasi itulah yang menjadi sasaran akhir
mengapa Paulus berdoa. Itu alasan mengapa Paulus rela mengalami kesesakan, rela menderita, itu adalah
demi jemaat mendapatkan kemuliaannya yang akhirnya kembali untuk kemuliaan Tuhan. Demi kemuliaan
Allah maka kemuliaan Allah itu harus dimanifestasikan di dalam kemuliaan jemaat. Tapi manusia tidak bisa
mengerti hal ini. Itu alasan Paulus berlutut dihadapan Tuhan. Dia berdoa di hadapan Tuhan minta supaya
kemuliaan-Nya itu yang akan meneguhkan jemaat dan mengajar jemaat. Minggu depan kita akan belajar
dari kemuliaan menuju kepada kemuliaan. Ini merupakan satu aspek luar biasa yang Paulus doakan.
Akhirnya di ayat bawahnya Paulus mengatakan itu alasan aku minta kepada Bapa supaya kamu boleh
mengerti betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus kepada kamu.
Berikut ini kita akan melihat beberapa hal yang kita dapat pelajari dalam ayat-ayat ini.
Pertama, adalah bagaimana lutut yang ditekuk untuk berdoa. Ayat ini mengatakan saya menekuk lutut saya
dan berdoa dihadapan Tuhan. Ini berbeda dengan semangat orang-orang farisi yang berdiri lalu berdoa
menengadah di hadapan Tuhan. Tidak demikian dengan Paulus yang mengatakan saya bertekuk lutut dan
berdoa. Saudara, bertekuk lutut melambangkan situasi menyerah. Jadi pada waktu orang berlutut itu
menunjukkan saya ini orang yang kalah, orang yang lemah atau orang yang di bawah daripada yang ada di
hadapannya. Paulus mau menunjukkan apa artinya seseorang yang berlutut di hadapan Tuhan dimana
orang itu sadar bahwa dia bukan apa-apa di hadapan Tuhan raja segala raja, yang merupakan satu asas dan
semangat hati kita yang berlutut di hadapan Tuhan.
Kedua, ada motivasi ingin mengasihi dan Tuhan menjadi sumber dari segala sesuatu. Jadi ketika Paulus
berdoa, dia dibakar oleh cinta kasih untuk orang-orang Efesus. Itu yang membuat doa dia begitu luar biasa.
175
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Bagaimana dengan kita? Apakah doa-doa kita adalah untuk kepentingan orang lain? Hal ini penting, karena
melalui hal ini kita bisa mengerti seberapa jauh kita berdoa untuk kepentingan Tuhan, demi kerajaan-Nya
dan demi kehendak Tuhan dinyatakan. Di sini menjadi manifestasi yang sebenarnya bagaimana
perimbangan kita mencintai diri kita sendiri dengan saya mencintai Tuhan dan mencintai sesama. Ini
merupakan tolak ukur yang terbaik bagi kita untuk mengevaluasi kasih kita.
Ketiga, menjadi pelayan yang berdoa. Tuhan menginginkan setiap pelayan melayani Tuhan dengan
menekuk lutut minta Tuhan pimpin supaya rencana Allah digenapkan melalui gereja-Nya. Saya berdoa
supaya banyak anak-anak Tuhan yang memikirkan apa yang Tuhan mau. Itu yang membuat kita benarbenar dapat dipakai oleh Tuhan. Kita harus berjuang keras supaya setiap kita bisa belajar, berdoa minta
pimpinan Tuhan dan kita dapat menjadi seorang pelayan Tuhan yang dipakai oleh Tuhan, yang menekuk
lutut berdoa minta Tuhan pimpin sehingga kita betul-betul berjalan melayani dengan lutut kita bukan
dengan kemauan kita.
Akhirnya, marilah kita belajar berdoa seperti Paulus, melayani mulai dengan lutut, “Itulah sebabnya aku
sujud kepada Bapa.” Biarlah ayat ini boleh terus terngiang di kepala kita dan terus mengingatkan kita,
sehingga kita terus diperbaharui menjadi orang Kristen yang bertumbuh dan berdinamika agar kita boleh
melayani Tuhan dan dipakai oleh Tuhan dengan mengasihi sesama, mengasihi Tuhan dan terus berjalan
semakin hari semakin indah di dalam hidup kita. Mau saudara.
Amin!
176
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
K
Ke
em
mu
ulliia
aa
an
ny
ya
an
ng
gm
mu
uttlla
ak
k
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
13
Efesus 3:13-16; 21
Sebab itu aku minta kepadamu, supaya kamu jangan tawar hati melihat kesesakanku
karena kamu, karena kesesakanku itu adalah kemuliaanmu.
14
Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa,
15
yang dari pada–Nya semua turunan yang di dalam sorga dan di atas bumi menerima
namanya.
16
Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan–Nya, menguatkan dan meneguhkan
kamu oleh Roh–Nya di dalam batinmu,
21
bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun–temurun sampai
selama–lamanya. Amin.
Paulus mengatakan bahwa penderitaannya adalah kemuliaan jemaat Efesus. Jemaat Efesus sulit mengerti
hubungan antara penderitaan Paulus dan kemuliaan jemaat Efesus. Memang ajaran ini sulit kita mengerti
karena konsep ini sangat berbeda dengan apa yang diajarkan oleh dunia. Paulus berkata kecuali aku
berlutut berdoa dan minta kepada Bapa, agar Bapa dengan segala kelimpahan kemuliaan-Nya, menguatkan
dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu. Tujuannya agar akhirnya kemuliaan yang ada pada
jemaat bisa kembali mempermuliakan Allah (ay 21).
Berikut ini kita akan melihat kaitan antara kesulitan dan kesesakan Paulus dengan kemuliaan jemaat.

Pertama, close system (sistem tertutup). Orang seperti ini seringkali sulit untuk menerima informasi yang
berbeda dengan apa yang dia percaya dan pikirkan. Mereka hanya mau menerima informasi yang sesuai
dengan apa yang dia pikirkan dan akibatnya orang seperti ini tidak mungkin menerima informasi yang baru.
Kedua, open system (sistem terbuka) yaitu orang yang mau menerima informasi yang baru dari siapa saja. Dari
kedua sistem ini mana yang lebih baik. Dua-duanya bisa baik tetapi juga dua-duanya bisa tidak baik. Terlalu
tertutup sehingga kita tidak mau menerima informasi apapun, ini menjadikan kita tidak bisa berkembang
dan kita akan menjadi orang yang bodoh namun terlalu terbukapun bisa berbahaya jika kita terbuka pada
informasi yang tidak benar.
Banyak orang-orang Yahudi dan orang Yunani yang bersikap tertutup dan mereka hanya menerima konsep
yang mereka pegang dan mereka tidak mau menerima yang berbeda. Tidak heran ketika Tuhan Yesus
mengajarkan konsep-konsep yang berbeda dan berlawanan dari apa yang orang Yahudi dan orang Yunani
pikirkan, mereka sulit menerima konsep kemuliaan dikaitkan dengan penderitaan. Bagi orang Efesus yang
177
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
juga sudah dipengaruhi oleh arus filsafat hedonistik, mereka hidup adalah mencari dan mengejar
kenikmatan. Masalahnya puncak kenikmatan itu seperti apa? Bagi mereka puncak kenikmatan adalah
ketiadaan atau absennya semua penderitaan atau kesusahan. Itu sebabnya ketika mereka diberi tahu
bahwa penderitaan Paulus merupakan kemuliaan jemaat mereka tidak bisa menerima hal ini. Paulus tahu,
sulit menjelaskan hal ini kepada mereka dan ini bukan hal yang sederhana, itu sebabnya dia berdoa. Melalui
doa Paulus ini, kita bisa mengerti sebenarnya apa yang Paulus ingin ungkapkan dan yang ingin agar jemaat

Pertama, Paulus mengatakan bahwa kemuliaan itu adalah kemuliaan yang perlu kembali kepada sumber
kemuliaan yaitu Tuhan. di dalam Ef. 3:16 Paulus berdoa, "Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan
kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu. Jadi untuk mengerti kemuliaan Tuhan kita harus
merelasikan diri atau mengkaitkan dengan sumber kemuliaan yaitu Tuhan Allah. Ini essensi yang sulit
dimengerti oleh manusia. Manusia adalah makhluk mulia tapi kemuliaan manusia ini di dapat ketika dia
mengkaitkan diri dengan sumber kemuliaan yaitu Tuhan Allah sendiri. (Maz 8:6). Dengan kata lain atribusi
kemuliaan itu ditempelkan ke dalam dia oleh Tuhan Allah. Jadi manusia mulia bukan karena saya misalnya
pada diri saya memang mulia. Tidak! Saya bukan sumber kemuliaan tapi saya makhluk mulia karena Tuhan
memberikan kemuliaan itu kepada saya. Rahasia ini tidak mungkin bisa kita mengerti kecuali kembali
kepada relasi tersebut tapi ketika manusia jatuh ke dalam dosa, manusia sebagai makhluk yang mulia ini
sudah kehilangan kemuliaan (Roma 3:23). Di sini kita perlu peka. Mengapa?
Karena saya kehilangan kemuliaan ketika saya jatuh ke dalam dosa. Di sini yang hilang bukan kemuliaan
saya melainkan kemuliaan Allah. Ketika manusia jatuh ke dalam dosa kita sebagai makhluk mulia yang
kehilangan mahkota, akibatnya dia menjadi makhluk yang hina. Namun di dalam batinnya masih ada bekas
sebagai makhluk yang mulia sehingga manusia menjadi konflik di dalam dirinya untuk mengejar kemuliaan.
Masalahnya manusia tidak tahu sumber kemuliaannya di mana dan bagaimana mencari kemuliaannya.
Tidak heran ketika dia mencari kemuliaan justru semakin jatuh ke dalam kehinaan. Semakin dia mencari
kemuliaan semakin dia jatuh ke dalam kehinaan yang lebih dalam. Di sini prinsip Alkitab mengajarkan ketika
manusia mengejar kemuliaan menurut caranya manusia akan semakin hina, makin kita gila kemuliaan kita
akan semakin rusak. Ada orang yang kehilangan kemuliaan lalu dia tempel tubuhnya dengan barang-barang
perhiasan yang begitu mahal dia pikir dengan cara ini orang akan hormat sama dia tapi ternyata tidak. Itu
sebabnya kalau Tuhan tidak mempermuliakan, kita tidak akan menjadi mulia (baca Rom 8: 28-30). Ini kunci
pertama bagaimana kita bisa mulia yaitu dengan mengaitkan kemuliaan itu dengan sumber kemuliaan.
Kedua, Alkitab mengatakan ketika kita mau mengaitkan dengan kemuliaan yang sejati kuncinya tidak
mudah. Hal ini harus di mulai melalui pertobatan penebusan dosa dan kembalinya kita kepada Allah yang
sesungguhnya. Hanya melalui Allah yang mempermuliakan barulah kita bisa menjadi makhluk mulia dan ini
baru bisa terjadi jika kita betul-betul bertobat dan kembali kepada Tuhan. Ini menjadi dasar kita mau
tunduk kepada firman Tuhan, mau sungguh-sungguh belajar kebenaran baru sesudah itu kita bisa mengerti,
bisa dipulihkan dan akhirnya kita bisa mendapatkan kemuliaan yang Tuhan sediakan bagi kita.
Memang di dalam sejarah, kita bisa juga melihat ada orang-orang yang tanpa pertobatan hanya melalui
wahyu umum bisa mengerti kebenaran lalu taat kepada kebenaran yang berdasarkan wahyu umum. Orang
seperti ini akan menjadi orang yang lebih mulia. Tetapi wahyu umum ini hanya kebenaran yang samarsamar karena untuk mengerti kebenaran yang sesungguhnya manusia harus kembali kepada wahyu khusus
yaitu kembali kepada Kristus dan Firman-Nya. Melalui wahyu khusus ini manusia akan dibukakan
178
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
problematika yang tidak dimengerti oleh manusia di dalam pengertian wahyu umum. Ini baru bisa terjadi
melalui penebusan pertobatan dan kesungguhan saya taat kepada Tuhan. Di sini kita melihat relasi
mengapa Paulus mengatakan "Penderitaanku adalah kemuliaanmu," yaitu agar melalui pemberitaan Injil,
jemaat Efesus bisa mendapatkan kemuliaan dan untuk memberitakan Injil ini Paulus mengalami
penderitaan. Ketika Paulus memberitakan Injil di Efesus itu tidak mudah, banyak kesesakan, banyak
penderitaan dan kesengsaraan yang dialami oleh Paulus. Dan melalui penderitaaan, kesesakan dan
kesengsaraan Paulus inilah jemaat Efesus boleh mengerti cinta Tuhan dan bertobat. Dan pertobatan yang
mereka alami ini mengakibatkan mereka bisa dipanggil kembali untuk mengenal Tuhan dan boleh menjadi
anak Tuhan. Mereka boleh mengerti berapa besarnya, berapa lebar, berapa panjang, berapa dalam, berapa
tinggi kasih Allah bagi jemaat. Dengan mengerti ini jemaat tahu apa artinya satu pertobatan di hadapan
Tuhan. itu adalah satu-satunya jalur kita kembali mendapatkan kemuliaan yang Tuhan sediakan. Di sini
jemaat bisa melihat hubungan antara apa artinya penderitaan Paulus dengan kemuliaan yang diterima oleh
Tuhan Yesus.
Ketiga, ketika kita sudah mendapatkan kemuliaan, kita bisa jatuh kepada ekstrim yang berikutnya yaitu kita
minta semua orang mempermuliakan kita. Dulu saya kehilangan kemuliaan tapi sekarang saya sudah
bertobat, kembali kepada Tuhan dan sekarang Tuhan mempermuliakan saya. Karena Tuhan
mempermuliakan saya maka sekarang semua orang harus hormat kepada saya. Ini bahaya sekali. Paulus
waspada akan kemungkinan ini karena pada hakekatnya manusia berdosa itu mudah sekali gila hormat.
Idenya bukan di sana! Yang harus kita tahu adalah mengapa Tuhan membuat manusia menjadi makhluk
mulia? Jawabnya adalah satu prinsip yaitu agar kita bisa mempermuliakan Allah kembali (ay 21).
Dengan mengerti ini kita tahu bukan sekedar bagaimana saya kembali kepada kemuliaan yang Tuhan
sediakan tetapi tahu juga mengapa itu disediakan bagi kita. Kemuliaan yang diberikan kepada kita bukan
supaya kita gila hormat, gila kemuliaan tetapi justru melalui kemuliaan yang sudah dikembalikan kepada
kita menjadikan kita mungkin mempermuliakan Allah. Ini alasan ketika kita menjadi makhluk mulia kita
harus menjaga bagaimana saya hidup di dalam kemuliaan dan tidak mempermalukan Tuhan serta tidak
mengerjakan hal-hal yang hina. Inilah prinsip dan tujuan mengapa Tuhan ingin kita menjadi makhluk mulia,
agar semua yang kita lakukan, yang kita katakan, yang kita kerjakan di dalam hidup kita sehari-hari
mencerminkan satu kemuliaan yang akhirnya orang mau tidak mau memuliakan Allah. Oleh sebab itu mari
kita menjaga perkataan kita, tingkah laku kita, supaya kita dapat mempermuliakan Allah yang di surga.
Dengan demikian ketika orang melihat kita akhirnya melihat kemuliaan Tuhan kita. Orang melihat kita terus
kemudian melihat kepada Tuhan kita dan akhirnya kita betul-betul adalah anak-anaknya yang
mempermuliakan Dia. Mau saudara?
Amin!
179
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
B
Be
errd
diia
am
md
da
an
nb
be
errttu
um
mb
bu
uh
hd
da
alla
am
mK
Krriis
sttu
us
s
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
Efesus 3:16-17/ Rom. 8:31-39/ Kol. 2:6-7
Efesus 3
16
Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan–Nya, menguatkan dan meneguhkan
kamu oleh Roh–Nya di dalam batinmu,
17
sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di
dalam kasih.
Roma 8
31
Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita,
siapakah yang akan melawan kita?
32
Ia, yang tidak menyayangkan Anak–Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan–Nya bagi kita
semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita
bersama–sama dengan Dia?
33
Siapakah yang akan menggugat orang–orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan
mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka?
34
Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di
sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?
35
Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau
penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?
36
Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari,
kami telah dianggap sebagai domba–domba sembelihan."
37
Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang–orang yang menang, oleh Dia yang
telah mengasihi kita.
38
Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat–malaikat, maupun
pemerintah–pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang,
39
atau kuasa–kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk
lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus,
Tuhan kita.
Kol. 2
6
Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di
dalam Dia.
7
Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu
bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu
melimpah dengan syukur.
180
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Paulus menekankan kepada jemaat Efesus dan jemaat Kolose agar jemaat yang beriman di dalam Kristus
menjadi jemaat yang merasakan kenikmatan hidup. Hal ini baru terjadi jika Kristus diam di dalam jemaat
dan jemaat diam di dalam Kristus. Setelah itu jemaat berakar di dalam Kristus, dibangun di dalam Kristus
dan bertumbuh di dalam Kristus. Ini yang dituntut dan diharapkan oleh Paulus di dalam misi kehidupan
setiap orang percaya. Inilah juga yang seharusnya kita pikirkan ketika kita menjadi orang percaya.
Mengapa? Karena di tengah-tengah dunia kita sangat membutuhkan kepastian di tengah-tengah dunia
yang tidak pasti.
Jika kita membandingkan hidup kita dengan jemaat Efesus dan jemaat Kolose waktu itu diterpa oleh filsafat
Yunani yang berada dalam format hedonistik, materialistis dan menyembah berhala. Di tengah-tengah
kondisi dunia seperti ini menjadikan dunia kehilangan ketenangan, kedamaian dan kehilangan kebahagiaan.
Dunia dicengkeram oleh dosa. Sehingga di dalam hidup yang makin hari makin materialis, makin hedonis,
semua ini menjadikan orang hidup tidak pernah tenang. Jadi semakin mereka mengejar hasil akhirnya
justru mereka menjadi makin kehilangan segalanya dan akhirnya mereka hidup di dalam ketidaktenangan.
Inilah kondisi kota Efesus, kota yang sangat sibuk mirip kota metropolitan.
Masalahnya, apakah abad 20 setelah 2000 tahun telah lewat dari jaman Efesus menuju abad modern yang
penuh dengan teknologi yang canggih dan fasilitas yang lengkap ini semua menjadikan manusia modern
memiliki hidup yang lebih tenang. Jawabnya ternyata tidak. Dunia modern, membuat hidup jauh lebih tidak
tenang, tidak stabil. Secara sosial, politik dan bahkan secara ekonomi kita hidup tidak tenang. Di tengahtengah situasi seperti ini bagaimana kita bisa mengatasi dan apa yang mesti kita lakukan? Akankah kita
menjadi orang-orang yang kehilangan kedamaian, kehilangan kebahagiaan ataukah kita akan kehilangan
seluruh jangkar yang membuat kita bisa teduh?
Di dalam kondisi seperti ini Paulus mengatakan, ‘Aku berdoa supaya Ia menurut kekayaan kemuliaanNya,menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu, …" Saudara, bagi saya ini
merupakan kekuatan. Dunia kita berusaha mengacak kita, membuat kita tidak tenang dan sedang
mengoyak-oyak kita. Dalam kondisi seperti ini jika kita tidak mempunyai benang yang mengkaitkan kita
kepada fondasi yang kekal maka kita bagaikan sekam yang ditiupkan angin terbang entah kemana sehingga
kita kehilangan arah di tengah goncangan ini. Jadi di tengah porak porandanya dunia yang mengerikan ini
yang dibutuhkan oleh manusia adalah kita mempunyai satu benih yang kuat yang mengkaitkan kita pada
tiang yang kokoh sehingga kita diputar kemanapun tidak apa-apa yang penting kita masih terkait dengan
satu pemegang yang tidak mungkin bisa lepas dan tetap terkait pada titik pusatnya.
Di tengah-tengah permainan dunia yang mengakibatkan kita tidak bisa tenang ini bagaimana saya bisa
bertahan? Alkitab menegaskan di dalam Roma 8 dan Kolose 3 beberapa aspek yang jelas tapi indah.
Pertama, bagaimana kita membangun basis relasi kita dengan Kristus yang betul-betul solid. Ini adalah
fondasi yang utama di dalam hidup kita. Paulus mengatakan, "Allah sudah menyediakan Anak-Nya yang
Tunggal mati bagi kita demi untuk menebus kita." Apakah itu berarti Allah masih membuat kita menjadi
susah padahal Dia sudah rela mengorbankan yang terbaik. Tidak mungkin! Jika Tuhan sudah mengerjakan
hal yang begitu mahal demi untuk menyelamatkan saudara dan saya maka Dia pasti akan memelihara relasi
tersebut. Ini kunci perjanjian yang luar biasa! Saya percaya kepada Kristus dan ketika saya percaya kepada
Kristus saya yakin Tuhan akan atur hidup saya karena Dia menebus saya. Itu sebabnya Dia menyerahkan
Anak-Nya mati untuk saya. Jika Kristus dikirim oleh Bapa dan mati demi untuk menebus dosa manusia
bukankah Allah akan memelihara kita. Sehingga kaitan antara saya dan kasih Kristus tidak mungkin
181
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
dipatahkan oleh apapun yang ada di dalam dunia. Ini merupakan satu kondisi yang begitu indah yang Tuhan
berikan kepada kita. Roma 8: 37-39 mengatakan, "Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orangorang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup,
baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan
datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak
akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada di dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." Berdasarkan
ayat-ayat ini tidak ada satupun yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus bukan bergantung pada
usaha saya, melainkan semua itu didasarkan pada anugerah dan inisiatif Tuhan Allah. Itu sebabnya Paulus
mengatakan, "Aku minta kepada Bapa supaya Ia meneguhkan dan menguatkan kamu di dalam iman."
Saudara, di tengah-tengah hidup kita dalam dunia modern ini kita seringkali menghadapi kesulitan di dalam
mengimplementasikan iman kita di dalam terpaan hidup sehari-hari. Biar kiranya ayat ini juga boleh
menjadi doa kita. Kita berdoa kepada Bapa supaya Dia meneguhkan dan menguatkan kita di tengah-tengah
badai seperti sekarang ini.
Kedua, bagaimana kita mengimplementasikan secara langkah demi langkah di dalam hidup kita. Paulus di
dalam Kolose 2 menggambarkan satu relasi yang baik sekali mulai dari pertobatan setelah itu di dalam ayat
6, "Kamu telah menerima Kristus Yesus Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia.
Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam
iman yang telah diajarkan kepadamu, hendaklah hatimu melimpah dengan syukur." Ini merupakan satu
gambaran yang luar biasa. Berdiam di dalam Kristus, berakar di dalam Kristus, dan tumbuh di atas Kristus.
Ilustrasi ini diambil oleh Paulus dari ilustrasi tumbuhan yang tumbuh secara baik. Itu sebabnya bagaimana
kita sekarang dapat berdiri teguh di dalam iman di dalam kristus:
1.
Saya harus berdiam di dalam Kristus
Kita hidup di tengah dunia yang tidak bisa tenang, dunia yang selalu gelisah. Dalam kondisi ini sangat sulit
bagi kita untuk diam. Kita selalu ingin cepat jalan, cepat selesai dan kita tidak bisa menunggu dengan sabar.
Alkitab mengatakan jika mau teguh di dalam Kristus kunci pertama adalah diam di dalam Kristus. Satu
gambaran yang baik sekali di dalam sebuah tanaman yaitu pada waktu kita menanam pohon misalnya
pohon jagung, cara yang terbaik adalah biji tersebut ditata dengan teratur lalu disiram kemudian diberi
pupuk setelah itu kita harus sabar menunggu. Seringkali kita tidak sabar menunggu dan yang lebih parah
lagi adalah kemudian kita memindahkan biji tersebut karena kita pikir tanahnya tidak subur. Jika terus biji
jagung tersebut dipindah maka dia tidak akan pernah tumbuh. Demikian juga dengan kerohanian kita. Jika
kita mau tumbuh baik-baik berdiamlah di dalam Kristus. Berdiam di sini bukan berarti pasif, bukan berarti
tidak adanya aktivitas tetapi diam di sini mau menunjukkan kesungguhan beraktifitas untuk diam. Untuk
diam perlu usaha. Untuk diam kita harus mau mendiamkan diri. Jadi pada waktu saya mau diam dihadapan
Tuhan artinya saya rela Tuhan atur, Tuhan bentuk supaya saya bisa bertumbuh untuk saya nanti bisa
berkembang.
2.
Alkitab mengatakan berakar di dalam Kristus
Pertama-tama diam setelah itu baru berakar, setelah itu dibangun. Struktur ini tidak boleh dibalik atau
ditukar! Mengapa? Karena pertumbuhan yang sejati harus melewati tiga struktur ini. Jika kita
memperhatikan satu tanaman mula-mula tanaman tersebut berakar dulu. Berakar di sini harus ke bawah
jika kita balik biji tersebut ke atas nanti dia akan tetap berbalik ke bawah. Jadi akar tidak pernah naik ke
atas. Ini menggambarkan satu kondisi bagaimana harus berakar lebih dahulu baru keluar batangnya dan
182
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
bukan sebaliknya. Ini kunci kedua! Setelah kita diam di dalam Kristus barulah kita dapat berakar di dalam
Kristus. Pada waktu kita berakar di dalam Kristus pada waktu itulah kita bisa kokoh di dalam Kristus.
Sebagai orang Kristen kita harus belajar agar kita bisa mengakarkan iman kita sungguh-sungguh di dalam
Kristus. Kekristenan dewasa ini dalam keadaan buta teologi. Itu sebabnya kita perlu belajar sehingga kita
bisa menancapkan akar yang baik di dalam Tuhan. Betapa celakanya jika kekristenan sendiri tidak tahu
kekristenan itu sendiri apa? Itu sebabnya saya merindukan kalau boleh ada ratusan orang belajar teologi,
belajar firman Tuhan dengan baik sehingga kita boleh berakar di dalam iman kita kepada Kristus. Sama
seperti Paulus mendidik dan melatih jemaat Efesus selama tiga tahun sehingga mereka memiliki akar di
dalam Kristus. Tidak heran dalam kitab Wahyu jemaat Efesus dipuji karena ajaran sesat tidak dapat masuk.
3.
Bertumbuh di dalam Kristus
Setelah orang Kristen diam di dalam Kristus barulah bisa berakar di dalam Kristus. Dan yang ketiga orang
Kristen tersebut baru bisa bertumbuh di dalam Kristus. Ini kunci pengertian yang terpenting! Setelah kita
hidup, kita mulai keluar ke atas, pertama-tama mulai tumbuh batang, setelah itu tumbuh daun dan
selanjutnya mulai berkembang. Dengan demikian kekristenan tidak berhenti pada diri sendiri. Kekristenan
harus maju dalam pelayanan. Hidup menghasilkan buah bagi orang lain, bagi kemuliaan Tuhan. Kekristenan
tidak hanya berhenti pada diri sendiri, tidak ada perkembangan yang bisa kita kerjakan tetapi kekristenan
harus menghasilkan buah pelayanan. Tapi buah pelayanan ini baru bisa berjalan dengan baik dan benar jika
di dahului kita berakar di dalam Kristus. Ketika kita melayani Tuhan, maka hidup kita semakin hari semakin
mendapatkan kekuatan untuk hidup di dalam Kristus. Waktu kita melayani Tuhan, relasi kita dalam Kristus
menjadi semakin kuat.
Jadi untuk mengimplementasikan iman kita di tengah dunia ini kita harus mengaitkan diri kita dengan
Kristus yaitu pertama-tama kita harus diam di dalam Kristus, lalu berakar di dalam Kristus dan yang terakhir
bertumbuh di dalam Kristus. Ketiga hal ini harus menjadi komitmen hidup kita. Jika tidak, kita akan seperti
layangan putus di dalam dunia ini dan bagaikan sekam yang ditiup angin. Itu sebabnya pada hari ini saya
bertanya kepada saudara, maukah saudara mendobrak konsep dunia ini lalu kembali ke dalam Firman
Tuhan.
Amin!
183
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
T
Tu
un
nttu
utta
an
nk
ka
as
siih
h
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
Efesus 3:18-19/ Wahyu 2:4-5
Efesus 3
18
Aku berdoa, supaya kamu bersama–sama dengan segala orang kudus dapat memahami,
betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus,
19
dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa,
supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.
Wahyu 2
4
Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang
semula.
5
Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi
apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan
Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.
Di dalam bagian ini, Paulus menyadari akan bahaya yang besar jika kita membicarakan kemuliaan, tetapi
tidak diimbangi dengan aspek kedua yaitu perlunya kasih Allah yang sesungguhnya yang diam di dalam hati
kita. Bagi Paulus, aspek cinta kasih ini merupakan satu aspek yang tidak bisa diganggu gugat oleh sebab itu
setelah Paulus membicarakan aspek kemuliaan maka selanjutnya dia membicarakan aspek cinta kasih. Pada
bagian sebelumnya, Paulus berdoa agar jemaat dapat mengerti kemuliaan Allah akan melimpahi mereka,
supaya mereka dapat mengerti dan memahami betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan
dalamnya kasih Kristus. Ini merupakan hal yang begitu serius!
Di dalam perjalanan dan pergumulan jemaat, membuktikan betapa seriusnya apa yang diungkapkan oleh
Paulus berkenaan dengan ayat-ayat ini. Dia melihat, bahaya sekali jika jemaat Efesus yang setia, yang hidup
memuliakan Tuhan tetapi gagal meraih aspek yang paling penting di dalam kehidupan iman yaitu cinta
kasih. Berikut ini kita akan membandingkan ayat-ayat yang kita baca dengan Wahyu 2:4-5. Dalam Why 2:4-5
ini mengungkapkan kondisi jemaat Efesus di kemudian hari di mana mereka merupakan jemaat yang sangat
tekun, setia, serius, bahkan menjaga ajaran dengan setia. Tuhan Yesus tahu akan hal-hal positif yang ada di
tengah-tengah jemaat Efesus (ay 3) namun Tuhan juga tahu akan kelemahan mereka. Itu sebabnya di dalam
ayat 4-5 dikatakan, "Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu
yang semula. Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa
yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, aku akan datang kepadamu dan aku akan mengambil kaki
dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat." Kalimat ini bukan tanpa alasan. Tuntutan ini
merupakan tuntutan yang serius dan bukan hanya sampai pada tuntutan saja, bahkan Tuhan mengancam
jika jemaat Efesus tidak kembali pada kasih yang semula maka Tuhan akan datang dan akan mengambil
lampu dian dari tempatnya.
184
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Bagaimana dengan Gereja Reformed? Gereja Reformed adalah Gereja yang mau belajar firman tetapi
tatkala Gereja mau mengerti firman, bahkan berkorban betul-betul, mau solid di dalam ajaran namun
jangan lupa kita juga bisa jatuh dalam problem yang sama dengan jemaat Efesus. Kita dapat menjadi orang
yang mengerti firman Tuhan dengan baik, mengerti ajaran yang benar bahkan bertekun di dalam
pengajaran yang ketat tetapi kita bisa memiliki kondisi yang kropos di dalam kasih yang semula. Firman
Tuhan mengatakan kepada kita, jika kita tidak kembali kepada kasih yang semula maka Tuhan akan
mencabut kaki dian yang ada di depan kita.
Itu sebabnya betapa berbahayanya jika kita sebagai anak-anak Tuhan kehilangan kasih yang semula. Jika
cinta kasih yang seharusnya memancar di tengah-tengah dunia ini dari anak-anak Tuhan, namun kasih itu
sudah hilang, betapa keringnya dunia ini. Disaat kasih sudah hilang maka disana akan muncul
kesombongan, dingin, beku dan tidak ada lagi perasaan mau mengerti seseorang apalagi mengasihi orang
yang tidak mengerti kita. Paulus sadar ini bahaya besar yang dihadapi jemaat Efesus. Jikalau jemaat Efesus
tekun belajar dan juga taat kepada Firman namun mereka tidak memahami betapa lebarnya dan
panjangnya dan tingginya, dan dalamnya kasih Kristus, mereka akan mengalami kesulitan luar biasa dan
mengerikan di hadapan Tuhan.
Saudara, hari ini kita mencoba merenungkan mengapa Tuhan begitu keras menegaskan perlunya tuntutan
cinta kasih yang sesungguhnya muncul di dalam diri kita sebagai anak-anak Tuhan.
Pertama, karena kasih merupakan dasar utama seluruh pengajaran Alkitab dan pengajaran Firman. Apa
artinya kita bisa melakukan semua hal jika kasih tidak ada. Di dalam Matius 22:34-40 Tuhan Yesus
mengatakan, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan
segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama
dengan itu ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung
seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."’ Itu sebabnya jika kita mengatakan kita menguasai semua
ajaran iman Kristen tapi justru kita kehilangan inti yang paling utama maka semua yang kita miliki dan
semua yang kita lakukan tidak ada artinya sama sekali. Berapa banyakkah dalam pertumbuhan iman, kasih
kita telah luntur, makin lama makin hilang sehingga kita tidak mampu lagi mencintai Tuhan dengan
sungguh-sungguh dan juga mencintai sesama kita. Kita hanya memikirkan diri kita, kesibukan kita, orientasi
hidup kita hanya berpusat pada diri. Jadi tidak berlebihan jika Tuhan mengatakan, "Bertobatlah dan
lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan!"
Kedua, kasih adalah kasih yang merupakan pribadi daripada Allah sendiri. 1 Yoh 4:16 mengatakan, "Kita
telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih dan barang siapa tetap
berada di dalam kasih ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia." Di sini adanya cinta kasih
menjadi bukti relasi antara saya dengan diri Tuhan Allah sendiri dan juga menunjukkan adanya
kesungguhan saya berpaut dengan pribadi-Nya cinta kasih itu sendiri.
Saudara, Allah bukan memiliki kasih tetapi Allah adalah kasih. Ini merupakan sifat teragung yang mungkin
ada di seluruh alam semesta. Tidak ada sifat yang lebih agung daripada cinta kasih Allah. Itu sebabnya jika
dunia kehilangan kasih maka dunia telah kehilangan segala sesuatu dan kasih hanya terpancar ketika kita
boleh bersatu dengan pemilik diri-Nya kasih itu sendiri maka kita baru bisa menikmati cinta kasih yang
sesungguhnya. Jika kita ada di dalam Dia dan Dia ada di dalam kita maka kasih itu akan terpancar melalui
hidup kita, di sinilah kasih baru menjadi realita yang konkrit bukan sekedar perkataan belaka. Jikalau kasih
Tuhan sudah tidak terpancar lagi melalui hidup kita sehingga tidak dirasakan oleh dunia ini maka Tuhan
185
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
menuntut kita bertobat dan kembali pada kasih semula. Saya merindukan setiap kita menginstrospeksi diri
kita masing-masing seberapa jauh kita sudah memancarkan kasih Allah dalam hidup kita.
Ketiga, Tuhan menuntut kita supaya kita kembali pada kasih semula agar kita dapat memancarkan kasih
yang semula. Di dalam Yoh 13:34-35 Tuhan Yesus mengatakan, "Aku memberikan perintah baru kepada
kamu, … Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridKu, yaitu jikalau kamu
saling mengasihi." Melalui ayat ini mengajarkan bahwa kasih merupakan manifestasi daripada perintah
baru dari Tuhan Yesus untuk menunjukkan dan membuktikan bahwa kita adalah murid-murid-Nya.
Pertanyaannya bagi kita adalah apakah kasih merupakan berita baru? Jawabnya tentu saja bukan. Sejak PL,
essensi daripada kasih Allah sudah diberitakan namun dalam perintah Tuhan Yesus ini dikatakan, "Aku
memberitakan kepadamu perintah baru yaitu supaya kamu saling mengasihi." Di sini letak barunya ialah:
"Sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikianlah hendaknya kamu saling mengasihi." Di sini Kristus
mau menyatakan bahwa satu tuntutan cinta kasih yang formatnya ‘baru’ untuk mengidentifikasikan dengan
apa yang sudah dialami oleh para murid melalui cinta kasih Kristus kepada para murid. Saudara, sebagai
umat Allah kita harus menjadi serupa dengan Kristus. Masalahnya serupa dalam hal apa? Di sini serupa di
dalam mengasihi, "Sama seperti Aku telah mengasihi …" Kasih Kristus adalah kasih yang rela berkorban
melihat dunia yang hilang dan kasih yang begitu menangisi jiwa-jiwa yang terhilang di tengah dunia ini. Jika
kita mengatakan, "Tuhan, saya sudah menikmati cinta kasihmu." Masalahnya, seberapa jauh kasih Kristus
yang kita rasakan itu telah memancar melalui hidup kita. Apakah kita menangis ketika kita melihat orangorang berdosa, yang papa dan yang terhilang. Jikalau belum, bertobatlah! Kembalilah! Jika tidak, Tuhan
akan mencabut kaki dianmu!
Keempat, Tuhan menuntut kasih itu muncul di dalam hati kita, karena kasih itu merupakan manifestasi
daripada diri kita yang sudah diampuni. Kasih seharusnya muncul karena kita sudah terlebih dahulu
menikmati kasih Tuhan. di dalam Luk 7:37-42 menceritakan Tuhan Yesus ketika datang ke rumah seorang
Farisi yang bernama Simon. Pada waktu Tuhan Yesus sedang makan bersama dengan orang-orang yang
begitu terhormat, masuklah seorang perempuan berdosa. Seorang pelacur yang dengan menangis, pergi di
belakang Yesus dekat kaki-Nya lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan
rambutnya.
Melihat hal ini orang Farisi begitu jengkel dan marah, dia pikir Yesus sebagai seorang guru seharusnya tahu
perempuan macam apa yang ada di-belakang Yesus. Bukankah perempuan itu adalah manusia yang
berdosa. Tuhan Yesus tahu isi hati orang Farisi tersebut, itu sebabnya dalam ayat 41, Dia mengeluarkan satu
perumpamaan yang begitu indah. Perumpamaan tersebut mengatakan, ada dua orang yang berhutang
kepada pelepas hutang. Yang seorang berhutang 500 dinar dan yang lainnya 50 dinar, karena mereka tidak
sanggup membayar maka dihapuskannyalah hutang kedua orang tersebut. Dari kedua orang yang
berhutang tersebut siapakah di antara mereka yang terlebih mengasihi dia? lalu jawab Simon, "Aku kira dia
yang paling banyak dihapuskan hutangnya." Dan memang benar jawaban Simon tersebut. Lalu sambil
berpaling kepada perempuan itu, Ia berkata kepada Simon, "Engkau lihat perempuan ini? Aku masuk
kerumahmu, namun engkau tidak memberikan Aku air untuk membasuh kaki-Ku, tetapi dia membasahi
kakiKu dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya. Engkau tidak mencium Aku, tetapi sejak Aku
masuk ia tiada henti-hentinya mencium kaki-Ku. Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi
dia meminyaki kaki-Ku dengan minyak wangi."
186
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Dari perumpamaan ini mengajarkan seberapa jauh seorang merasakan pengampunan Tuhan, sedemikian
besar pula respon yang akan muncul dari orang tersebut. Seberapa jauh seseorang merasakan kasih Tuhan
sebegitu jauh pula dia akan mengasihi Tuhan. bagaimana dengan kita? Seperti Simonkah atau seperti
perempuan berdosa? Banyak orang Kristen hari ini yang tidak bertobat sungguh-sungguh, ketika dia
menjadi orang Kristen bukan karena dia sadar bahwa dia adalah orang yang seharusnya di buang oleh
Tuhan. Dia sama dengan pelacur, dengan pemungut cukai dan dia sama dengan semua orang berdosa
lainnya. Orang Kristen yang sejati adalah orang Kristen yang sadar bahwa Tuhan sudah mati dan berkorban
bagi dia. Seberapa jauh kita sadar bahwa kita orang berdosa sebegitu jauh pula kita akan membalas cinta
kasih Tuhan.
Bagaimana hati kita? Apakah kita sudah beku seperti es yang begitu dingin sehingga tidak mampu lagi
menyatakan kasih Tuhan? Ataukah kita masih boleh tersentuh oleh cinta kasih Tuhan yang membakar kita?
Amin!
187
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
K
Ka
as
siih
hK
Krriis
sttu
us
s ttiid
da
ak
k tte
errb
ba
atta
as
s
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
18
Efesus 3:18-19
Aku berdoa, supaya kamu bersama–sama dengan segala orang kudus dapat memahami,
betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus,
19
dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa,
supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.
Minggu lalu kita telah membicarakan tentang prinsip cinta kasih Tuhan yang pada minggu ini akan kita
lanjutkan dengan bagaimana kita hidup di dalam cinta kasih Tuhan. Ketika Dr. Martyn D’lloyd Jones
merenungkan Efesus 3 ini dia mengatakan bahwa seharusnya setiap kita mau belajar terus menerus
mengkontemplasikan, merenungkan, dan menggumulkan cinta Tuhan yang begitu besar yang sudah Dia
nyatakan kepada kita serta melihat bagaimana Paulus mengungkapkan cinta kasih dengan cara yang begitu
unik. Ia menggunakan empat dimensi untuk menggambarkan cinta Tuhan yang begitu besar yang Tuhan
sudah nyatakan kepada kita. Paulus seolah-olah mau mengatakan tidak ada dimensi lain yang bisa
mengungkapkan betapa lebarnya, betapa panjangnya, betapa tingginya dan betapa dalamnya kasih Kristus
yang melampaui segala pengetahuan karena begitu dalamnya cinta Tuhan yang boleh kita nikmati. Ini
merupakan satu manifestasi pengungkapan yang oleh Tuhan Yesus diungkapkan kepada seorang ahli Taurat
yang datang kepada-Nya dengan kalimat yang sangat pendek yaitu dengan mengatakan, "Karena begitu
besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia telah mengaruniakan anak-Nya yang tunggal supaya setiap
orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal."
Saat saya membaca salah satu kalimat yang saya rasa sangat indah dari sebuah kutipan seorang tokoh
Kristen yang juga seorang filsuf dan teolog yang menggumulkan dan mau mengerti isi hati Tuhan, dia
menyindir sikap kekristenan yang mau mengerti kasih Allah yang mana dikatakan, "Banyak orang mau
melihat Tuhan seperti melihat sapi yaitu melihat dengan matanya dan banyak orang yang mau mengasihi
Tuhan sama seperti mengasihi sapi-sapi." Mengapa demikian? Karena sapi-sapi itu memberikan susu, keju
dan semua keuntungan kepada mereka dan itulah sikap orang–orang Kristen yang mengasihi Tuhan hanya
demi untuk mendapatkan keuntungan lahiriah dan kenikmatan batiniah. Mereka bukan sungguh-sungguh
mengasihi Allah tetapi mereka mengasihi Allah karena mereka mendapatkan keuntungan dari dalamnya.
Meister Eckhardt sadar ketika kita belajar mencintai Tuhan terkadang cinta kita salah dan bukan cinta yang
sesungguhnya. Cinta yang seharusnya kita mengerti ialah cinta Tuhan yang membentuk kita bukan cinta
yang kita format untuk kita paksakan masuk ke dalam diri Tuhan. Kita mencintai Tuhan bukan dengan cinta
yang sesungguhnya, melainkan dengan cinta sapi dan ini merupakan satu bahaya besar yang seringkali
terjadi di tengah-tengah dunia kita. Waktu saya memikirkan ini maka kita perlu kembali berdoa seperti yang
Paulus doakan agar kita boleh mengerti cinta Tuhan yang sesungguhnya.
188
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Di dalam ayat-ayat ini dibicarakan satu paradoks atau satu keunikan yang sulit sekali karena di satu pihak
Paulus berdoa, "Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami,
betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu,
sekalipun ia melampaui segala pengetahuan." Di sini kita melihat ada satu konflik atau satu paradoks yang
begitu sulit untuk dimengerti. Di satu pihak untuk mengerti cinta Tuhan bukan hal yang mudah karena
untuk mengerti cinta Tuhan melampaui semua pengetahuan yang mungkin manusia dapatkan. Di lain pihak
mencintai Tuhan, mengerti cinta Tuhan itu satu keharusan yang tidak bisa ditolak. Jika demikian bisakah
kita mengerti cinta Tuhan? Jika tidak mampu buat apa kita berdoa? Dalam hal ini kita harus kembali kepada
Yoh 3:16. Di sini kita boleh melihat kunci bagaimana saya boleh merenungkan kasih yang sesungguhnya dari
Tuhan. Di dalam Yoh 3:16 Tuhan Yesus mengatakan, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,
sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya
tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."
Seorang hamba Tuhan sehubungan dengan ayat ini mengatakan bahwa ayat ini menyatakan ketinggian dari
kualitas yang tertinggi yang tidak mungkin dicapai lagi di dalam segala hal. Di dalam ayat ini menyatakan
kasih yang terbesar yaitu agape, bersumber dari pribadi yang terbesar yaitu Allah yang diberikan kepada
lingkup yang terbesar melalui cara yang terbesar yaitu Allah mengaruniakan anak-Nya untuk mati bagi kita
agar mencapai hasil yang terbesar yaitu memberikan hidup yang kekal. Bukan hanya hidup di dunia ini yang
hanya beberapa puluh Tahun melainkan mendapat hidup yang kekal. Semua hal yang terbesar ini hanya
dinyatakan di dalam satu ayat yaitu Yoh 3:16. Di ayat tersebut juga diungkapkan elemen-elemen yang
menyatakan cinta Tuhan yang begitu besar dan yang terutama adalah kita harus mengerti pemberi cinta
kasih itu sendiri. Sehubungan dengan hal ini mari kita renungkan Ef 3:18-19 yang kita sudah baca. Melalui
ayat ini Paulus mengungkapkan kasih Kristus dengan empat dimensi yaitu lebar, panjang, tinggi dan dalam.

Pertama, kita melihat betapa tingginya, betapa luasnya cinta kasih Tuhan. Ketika Tuhan mengatakan,
"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini…." Ini disebabkan karena kasih itu bersumber dari Allah
sendiri yang mau menyelamatkan manusia di mana di dalamnya kita melihat bagaimana kasih dan keadilan
Allah bertemu untuk menyelamatkan manusia melalui pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib. Allah
adalah Allah yang bertindak di dalam sejarah.
Kedua, cinta itu diberikan kepada seluruh dunia. Di dalam Yoh 3:16, kita melihat bahwa cinta kasih Allah
adalah cinta yang melampaui segala batasan. Baik itu batasan suku, pulau, identitas, kebangsaan, sosial dan
budaya yang ada di dunia. Salah satu hal yang saya rasa dunia ini tidak akan pernah selesai kecuali dunia
bertobat ialah masalah SARA yang merupakan krisis suku, agama, ras, antar etnis, dan berbagai kesulitan
antar golongan. Masalah-masalah ini seringkali menimbulkan kebencian. Masalahnya apakah perbedaan itu
salah? Jawabnya tidak! Perbedaan itu pasti ada dan tidak mungkin bisa dihilangkan, karena menghilangkan
perbedaan berarti membuang identitas.
Berkenaan dengan hal ini Alkitab memberikan cara yang jauh lebih besar yaitu kasih sejati yang melampaui
semua batasan. Hanya cinta Tuhan yang betul-betul hidup di dalam hati kita yang mampu menerobos
semua batasan karena cinta Tuhan yang memungkinkan orang Jawa mencintai orang Batak, orang Batak
mencintai orang Cina dan lain sebagainya. Maka sekali lagi saya katakan, betapa lebarnya cinta Tuhan tidak
mungkin dimengerti kecuali kembali kepada firman Tuhan. Ketika kekristenan serta cinta Tuhan menguasai
satu masyarakat maka tidak mungkin terjadi suatu pertikaian.
189
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Ketiga, cinta Tuhan adalah cinta yang kekal. Cinta yang bukan hanya memberikan dampak sejenak
melainkan dampak yang kekal. Firman Tuhan mengatakan, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,
sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya
tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." Cinta kasih seperti ini adalah cinta kasih yang sulit
dimengerti oleh dunia karena dunia kita selalu di dalam sikap kondisional. Di tengah dunia umumnya
semuanya tergantung pada situasi dan kondisi. Situasi atau kondisi berubah maka sikap kita juga berubah.
Jika dunia hanya melihat bahwa semua berubah maka dunia telah gagal untuk melihat kekekalan yang ada
pada diri Tuhan. Itu sebabnya jika kita dapat mengerti betapa besar, betapa tinggi, betapa dalam dan
betapa panjangnya cinta Tuhan, di sana kita baru melihat bahwa kasih itu adalah kasih yang kekal.
Demikian juga tatkala kita mencintai biarlah kasih yang kekal yang memancar melalui hidup kita karena kita
telah memiliki kasih yang kekal. Bukan cinta sapi yang senantiasa berubah tapi cinta Tuhan adalah cinta
yang tanpa syarat, cinta walaupun situasi dan kondisinya buruk Tuhan tetap mencintai kita.
Keempat, kasih yang terdalam. Firman Tuhan mengatakan, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini
sehingga Ia telah mengaruniakan anak-Nya yang tunggal supaya barang siapa yang percaya kepadanya tidak
binasa melainkan beroleh hidup yang kekal." Saya membayangkan ini adalah cinta kasih yang begitu besar
yang masuk ke dalam inti problema manusia yang paling dalam. Ketika Tuhan mencintai kita Dia bukan
hanya mencintai karena fenomena, Dia mencintai bukan karena ada sesuatu yang indah di luar tetapi
Tuhan mencintai karena urusan yang paling dalam yang Ia mau selesaikan yaitu urusan batin atau dosa
manusia. Cinta kasih yang sejati adalah kasih yang merambah masuk ke dalam inti hidup manusia yang
terdalam, kasih yang masuk ke dalam pergumulan hidup manusia yang terdalam dan mau mengerti
pergumulan yang terdalam dari orang yang menjadi obyek cinta kasih. Mengapa kita sulit mencintai?
Karena seringkali kita terjebak di luar dengan hal-hal fenomena sehingga kita tidak masuk ke dalam
pergumulan orang itu yang terdalam. Itu sebabnya Paulus menulis kepada jemaat Efesus, "Aku berdoa
supaya engkau boleh mengerti betapa dalamnya cinta kasih Allah." Kalimat ini ditulis oleh Paulus kepada
jemaat Efesus yang sedang berhadapan dengan orang-orang yang memusuhi mereka. Orang-orang yang
membenci jemaat Efesus ini sebenarnya adalah orang-orang yang seharusnya justru menjadi obyek cinta
mereka. Seharusnya jemaat Efesus mengasihi dan menginjili mereka agar mereka bertobat dan terlepas
dari kegelisahan kebencian yang ada di dalam diri mereka.
Saudara, pada hari ini pertanyaan bagi kita sejauh mana saudara dan saya mau menanggalkan cinta dan
mau belajar cinta Tuhan, bukan cinta sapi yang dibutuhkan oleh dunia ini melainkan cinta Tuhan.
Menjelang Jumat Agung ini mari kita mencoba merenungkan kembali arti pengorbanan Yesus bagi kita. Apa
artinya Tuhan menebus kita? Dan bagaimana kita boleh menerobos semua pengertian kasih yang mungkin
dimengerti oleh manusia. Kita berdoa, kita minta supaya Tuhan mengubah dan membuat kita boleh
mengerti, memahami betapa lebarnya, betapa panjangnya, betapa tingginya dan betapa dalamnya kasih
Tuhan yang boleh menerobos hidup kita sekalipun itu malampaui semua pengetahuan kita. Dengan
demikian dunia boleh melihat kebenaran dan cinta kasih di tengah dunia yang kehilangan cinta kasih ini.
Kiranya Tuhan mengubah dan membentuk kita sesuai dengan kehendak-Nya.
Amin!
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
190
S
Se
eg
ga
alla
ak
ke
em
mu
ulliia
aa
an
nb
ba
ag
gii A
Alllla
ah
h ––
Soli Deo Gloria
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
20
Efesus 3:20-21
Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau
pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita,
21
bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun–temurun sampai
selama–lamanya. Amin.
Surat Efesus ini dapat dibagi menjadi dua bagian di mana bagian pertama dimulai dari pasal satu hingga
pasal tiga. Bagian pertama ini berkenaan dengan pengajaran doktrinal sedangkan bagian kedua yaitu pasal
empat hingga enam berkenaan dengan aspek praktis dari kehidupan Kristen. Efesus 3 merupakan bagian
akhir dari seluruh rangkaian bagian pertama yaitu berkenaan dengan pengajaran doktrinal Paulus dan
gagasan di dalamnya serupa dengan konsep dalam Roma 11. Dua bagian tulisan Paulus ini merupakan
konsep doksologi yang menutup bagian doktrinal dan dari dua surat tulisan Paulus ini kita melihat ide yang
sama di mana Paulus memulai tulisannya dengan prinsip-prinsip pengajaran iman Kristen kemudian
dilanjutkan dengan bagian praktis dari kehidupan Kristen sehari-hari. Di dalam surat Roma dikatakan,
"Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selamalamanya!" Sedangkan di dalam surat Efesus dikatakan, "Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih
banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam
kita, bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun-temurun sampai selamalamanya. Amin" Ini merupakan dua bagian doksologi yang sejajar yang memiliki pengertian yang sama saat
ini kita akan meneliti bagian doksologi Paulus yang terdapat di dalam surat Efesus.
Saudara, jika kita mengamati bagian doksologi Paulus di dalam surat Efesus ini merupakan lanjutan dari
pembahasan Paulus sebelumnya di mana Paulus berdoa dengan begitu serius dan demikian berat di
hadapan Tuhan untuk jemaat Efesus. Paulus berdoa, "Aku berdoa supaya kamu bersama-sama dengan
segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya, dan betapa panjangnya, dan tingginya, dan
dalamnya kasih Kristus dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku
berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah." Inilah doa Paulus kepada jemaat Efesus
dan doa ini penting karena hal yang didoakan ini yang menjadi dasar kehidupan dan pengertian iman yang
sesungguhnya bagi setiap orang percaya. Di dalam bagian ini kita masuk ke prinsip yang begitu penting
yaitu bagaimana kita bisa mengenal cinta kasih Tuhan dengan sesungguhnya.
Di dalam surat Efesus ini Paulus memakai satu kalimat yang indah sekali yang walaupun secara struktur
dapat diletakkan di belakang tetapi oleh Paulus diletakkan di depan karena ini yang menjadi center poinnya yaitu bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak daripada apa yang kita doakan atau
pikirkan. Bagi saya, kalimat ini merupakan satu kekuatan di dalam kehidupan. Mengapa? Karena ketika kita
mau mengenal Tuhan seringkali kita mau mengenal Tuhan dengan konsep dan pola yang salah dimana kita
191
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
sudah mematok dahulu dengan konsep kita. Kalimat ini jika kita lihat secara sepintas kelihatannya sangat
baik dan secara rasional harus mengerti dulu baru kita bisa menerima dan itu adalah suatu konsep yang
disebut dengan Epistemological Understanding. Suatu pengertian epistemologi adalah suatu pengertian
bagaimana kita mencari keabsahan dan kebenaran sesuatu sebelum kita percaya. Ini baik, jika tidak
demikian kita akan membabi buta dan akhirnya akan terjeblos tetapi kalau pengertian atau konsep
epistemologis ini akhirnya diekstrimkan dengan tidak mengerti secara mendalam itu berbahaya. Hanya
yang menjadi masalah di sini adalah bagaimana seharusnya kita mengerti tentang hal ini? Ini yang tidak
dikaji secara serius oleh banyak orang.
Kita seringkali mau menguji segala sesuatu tetapi masalahnya cara menguji sesuatu tersebut yang tidak
pernah kita uji. Ingat, logika kita terbatas dan memiliki banyak kelemahan demikian pula dengan
metodologi empiris. Pengalaman kita dan indera kita apakah memiliki keabsahan untuk mengerti dan
mengalami seluruh kebenaran apalagi berkenaan untuk mengerti Tuhan pengalaman dan indera kita begitu
terbatas. Di sinilah yang menjadi pergumulan Paulus ketika mengatakan, "Dialah, yang dapat melakukan
jauh lebih besar daripada apa yang kita doakan atau pikirkan." Banyak orang gagal melihat ini karena
mereka mau mengenal Tuhan yang dapat masuk di dalam konsep logika dan pengalaman. Ini keliru, karena
Tuhan yang seperti itu adalah Tuhan yang lebih kecil dari logika dan pengalaman kita. A.W. Pink di dalam
bukunya sebelum dia membahas mengenai sifat-sifat Allah di dalam bagian pendahuluannya menulis,
"Don’t put God in a box" (jangan masukkan Allah ke dalam kotak).
Berikut ini kita akan melihat tiga aspek yang diungkapkan oleh Paulus di dalam ayat
yang kita baca ini.
Pertama, Allah adalah Allah yang Maha Kuasa (Omnipotence) yang melampaui pikiran dan doa manusia.
Tuhan dapat melakukan sesuatu lebih daripada apa yang kita dapat doakan. Tapi ini jangan disalah
mengertikan karena ada orang yang bertanya, "Jika Allah maha kuasa, dapatkah Dia membuat batu yang
Dia sendiri tidak bisa mengangkatnya." Saudara, pertanyaan ini sendiri merupakan pertanyaan yang tidak
sah karena ketika dia mempertanyakan pertanyaan ini, bagi dia Allah adalah terbatas sedangkan Tuhan
adalah Tuhan yang jauh melampaui apa yang kita bisa doakan. Dan kalimat ini bukan hanya menjadi teori di
dalam diri kita melainkan kalimat ini juga merupakan bagian pengalaman dalam hidup kita. Allah adalah
Allah yang maha kuasa, biarlah ini menjadi satu kekuatan kita di dalam melangkah.
Kedua, Hikmat Allah adalah bijaksana yang terbijak yang mungkin ada di tengah dunia. Allah adalah Allah
yang tidak dapat ditangkap hanya dengan 300 cc otak kita. Allah adalah Allah yang maha bijak. Jadi tindakan
Allah adalah tindakan yang melampaui semua pikiran dan semua kemungkinan spekulasi manusia. Di dalam
hidup kita seringkali kita terjebak di dalam pertanyaan yang jawabannya ya atau tidak dan kita tidak bisa
keluar dari sana. Itu sebabnya kita memerlukan bijaksana. Dalam hal ini kita bisa mengerti pertanyaan
ketiga ketika Tuhan Yesus dijebak oleh orang-orang dari golongan Herodian dan orang-orang Farisi
berkenaan dengan membayar pajak kepada kaisar. Saudara, orang-orang Herodian adalah orang yang pro
pemerintah sedangkan orang Farisi merupakan orang-orang yang anti pemerintah namun ketika mereka
menjebak Yesus, mereka berdua menjadi pro untuk melawannya. Mereka berdua datang kepada Yesus dan
ingin mengetahui apakah jawaban Yesus akan pertanyaan tersebut? Jika Yesus berkata tidak perlu bayar
pajak berarti pro dengan Farisi dan Tuhan Yesus sudah menjadi musuh bagi orang Herodian dan demikian
juga sebaliknya. Dalam kondisi seperti ini Tuhan Yesus tidak pro Herodian atau pro Farisi tetapi melalui
jawaban-Nya, Tuhan Yesus telah menyatakan bijaksana yang melampaui pikiran manusia.
192
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Tuhan adalah Tuhan yang mampu mengerjakan sesuatu melampaui apa yang mampu kita pikirkan. Allah
adalah Allah yang maha kuasa sekaligus juga maha bijaksana. Intervensi bijaksana dari kuasa Allah ini mulai
terjadi di dalam tiga titik bersama-sama yaitu di dalam penciptaan, inkarnasi kehadiran Kristus di tengah
dunia ini dan yang terakhir pada waktu penyempurnaan akhir. Tiga titik ini tidak mungkin tuntas atau
selesai kecuali kuasa Allah dan bijaksana Allah ikut di dalamnya.
Ketiga, segala kemuliaan bagi Allah (Soli Deo Gloria). Kita sudah membahas bahwa Allah adalah Allah yang
maha kuasa dan maha bijak. Masalahnya buat siapa itu semua? Seringkali manusia menjadi begitu egois,
begitu humanis dan manipulatif. Begitu mengerti Allah maha kuasa, Allah maha bijaksana lalu semua itu
mau di ambil untuk dirinya sendiri. Itu fatalnya manusia. Ketika kita mendapatkan pengertian akan
kemahakuasaan Allah dan kemahabijakan Allah seharusnya ini menjadikan kita hidup dengan kekuatan
Tuhan. Ini berarti kita hidup untuk mempermuliakan Dia dan dengan demikian kita hidup dipakai oleh
Tuhan untuk menjadi orang-orang yang boleh menjadi penyalur mahakuasa dan maha bijaknya Tuhan.
biarlah ini menjadi satu kekuatan bagi kita untuk hidup mempermuliakan Dia. Sebab segala sesuatu adalah
dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!
Amin!
193
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
K
Ke
eh
hiid
du
up
pa
an
np
pa
arra
ad
do
ok
ks
sa
all
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
21
Efesus 3:21/ 4-1
bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun–temurun sampai
selama–lamanya. Amin.
1
Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya
hidupmu sebagai orang–orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu.
Minggu ini kita akan membahas hubungan antara apa yang kita tahu dengan praktika dalam kehidupan
Kristen. Di dalam Ef 4:1 ini Paulus mengatakan, "Sebab itu aku menasehatkan kamu, …." Kalimat ini bukan
sekedar mengatakan, aku menasehatkan kamu dalam arti terserah kita untuk menjalankannya atau tidak.
Sebab ayat ini dalam bahasa Indonesia tidak memiliki kata yang tepat yang dapat dipakai untuk mewakili
bahasa aslinya. Ayat tersebut dalam bahasa aslinya memiliki arti bukan hanya sekedar menasehatkan,
melainkan menasehatkan dengan satu tekanan dan Paulus meminta jemaat sungguh-sungguh
menjalankannya. Mengapa? Karena ini merupakan sesuatu yang penting, sesuatu yang mendesak.
Dalam kalimat atau ayat ini kita melihat dua paralel yang akan kita bahas hari ini.
Pertama, berkenaan dengan latar belakangnya dan melalui itu Paulus menasehatkan apa?
Kedua, sebagai orang yang dipanggil hendaknya hidup para jemaat setara dengan panggilan itu. Kedua kata
ini menggunakan kata yang sama "kaleo". Orang yang dipanggil sekarang setara dengan panggilan itu.
Struktur yang kedua ini yang dibahas oleh Paulus. Di dalam bagian ini Paulus masuk ke dalam wilayah
praktika dari surat kepada jemaat Efesus. Hal ini penting karena seringkali ketika kita masuk ke dalam
wilayah praktika dapat menjadi bahaya besar jika kita gagal mengaplikasikan secara tepat dan kita dapat
jatuh kepada ekstrim yang tidak tepat. Di dalam bagian ini kita perlu memikirkan bagaimana kita mencoba
menghidupkan kebenaran firman Tuhan yang kita mengerti ke dalam kehidupan kita sehari-hari. Alkitab
mengajarkan supaya kita tidak memakai cara linear melainkan kita menggunakan format paradoks di mana
kita menggunakan cara mendekatkan sesuatu yang ideal dengan suatu kondisi realita. Kita mendekatkan
sesuatu yang mutlak dengan sesuatu yang sedang berproses. Sesuatu yang tetap dengan sesuatu yang
bergerak dinamis. Bagaimana dua sifat yang berbeda ini kita relasikan secara tepat, di sini kita harus
berhati-hati jangan sampai kita kompromi. Jika doktrin yang begitu solid kita geser ke dalam proses maka
kebenaran adalah kebenaran dan tidak mungkin berubah. Di sini kembalinya ideal mutlak menjadi basis
daripada proses yang dinamis yang terjadi dalam sejarah menjadikan kita merelasikan antara dua sifat yang
berbeda di mana yang satu terus berubah dan yang satu tidak berubah. Yang satu kekal dan yang satu
194
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
sementara, yang satu tidak mungkin rusak dan yang satunya dapat rusak. Jadi dua sifat yang berbeda
namun kita harus merelasikannya. Masalahnya, bagaimana kita dapat merelasikannya?
Gambaran yang Alkitab mau katakan adalah dengan cara memparadokskan. Orang dunia tidak mungkin
mengerti ini karena pemikiran mereka bersifat linear. Orang dunia tidak bisa mengkaitkan antara yang di
sana dengan di sini, antara ideal dengan dunia yang berproses, antara kekal dengan sementara. Orang
dunia selalu matanya melihat ke bawah, ke dunia ini dan merelasikan semua dengan format yang sangat
linear jadi sulit bagi mereka merelasikan antara kekekalan dan kesementaraan. Di dalam ayat yang kita
baca hari ini kita melihat dua paradoks. Paradoks daripada berkat rohani yang dilimpahkan secara total.
Masalahnya, ketika kita mendapat berkat, hidup kita senang atau susah? Jawabnya adalah kedua-duanya.
Secara rohani saya mendapat berkat rohani dari dalam surga, dari sini memimpin saya masuk ke dalam
sejarah. Jadi dengan kekuatan rohani ini saya melangkah di dalam sejarah. Ketika kita mendapat berkat
yang paling besar mungkin pada saat itu kita dalam kondisi yang paling susah. Kapan kita mendapat berkat
yang paling besar di dalam hidup kita? Waktu kita bahagia karena mendapat untung yang paling besar atau
justru waktu kita paling susah. Ketika kita mendapat pergumulan yang paling berat di saat itulah justru
Tuhan bekerja paling besar untuk kita. Alkitab mengajarkan, justru pada saat kita mengalami pergumulan
yang paling besar di saat itulah Tuhan bekerja paling besar dan melimpahkan berkat yang paling besar.
Bagaimana dunia bekerja dan bagaimana proses dinamis terjadi serta apa yang Tuhan kerjakan di dalam
kekekalan itu dua hal yang harus direlasikan dengan tepat. Jika tidak kita akan salah mengerti. Salah satu
kesulitan manusia untuk menjadi seorang anak Tuhan yang sejati adalah karena dia tidak pernah mengerti
bahwa berkat terbesar bagi dunia ini terjadi justru pada saat Anak Allah harus menderita paling besar,
paling menyakitkan dan paling hina. Tidak ada penderitaan, kesengsaraan dan penghinaan yang paling
besar selain ketika Anak Allah naik ke kayu salib. Pada saat itulah berkat yang paling besar sedang
dicurahkan kepada dunia ini. Manusia tidak pernah mengerti cara kerja paradoks Tuhan kecuali kita
kembali kepada apa yang Allah katakan.
Di dalam Ef 4:1 Paulus mengatakan, "Aku menekankan kepada kamu, aku, orang yang dipenjara karena
Tuhan." Bagi orang dunia ini merupakan satu kebodohan. Mengapa? Karena orang yang dipenjara dianggap
orang yang hina. Konsep ini merupakan konsep linear tetapi bagi Paulus justru dia tahu bahwa saat itulah
dia mempunyai hak paling besar untuk berbicara karena dia sudah membuktikan bahwa Tuhan sedang
beserta dia sebagai hamba daripada Tuhan. Maka ketika Paulus mengatakan , "Aku menasehatkan kamu…."
Mengapa Paulus berani menekankan seperti itu? Sebab dia dipenjara karena Kristus. Paulus dipenjarakan
bukan karena bersalah melainkan karena memberitakan kebenaran. Inilah paradoks pertama! Banyak
orang Kristen tidak mengerti kuasa daripada paradoks seperti ini. Pengaruh Kristus yang terbesar
mempengaruhi adalah waktu dia mati dan bangkit, itu merupakan kuasa terbesar. Kapankah Paulus paling
besar berkuasa yaitu pada waktu dia dipenjarakan karena Kristus. Kuasa daripada penderitaan ini tidak
pernah dimengerti oleh banyak orang termasuk oleh orang-orang Kristen. Banyak orang Kristen berpikir
kalau kita melayani Tuhan baik-baik berarti hidup kita akan baik-baik. Jangan sampai kita dianiaya,
diperkosa, dirampok, dijarah, rumah dibakar dan banyak lagi kata jangan. Mengapa? Karena kita tidak rela
menderita. Kuasa penderitaan karena nama Kristus ini menjadi basis daripada konsep paradoks di dalam
kekristenan. Paulus tidak melihat ketika memberitakan Injil akhirnya dia masuk penjara sebagai satu
kegagalan tetapi bahkan Paulus dapat melihat dengan konsep yang berbeda sama sekali. Disini Paulus
memiliki konsep penerobosan sehingga mereka bisa melihat bagaimana Tuhan bekerja di tengah-tengah
kita. Ketika kita menderita demi Kristus itu merupakan kekuatan yang tidak pernah dapat dihapus oleh
apapun. Seluruh logika bisa dijatuhkan tetapi semua fakta sejarah tidak bisa ditarik kembali.
195
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Berdasarkan pengertian di atas, sekarang kita mulai jalankan. Masalahnya, kita menjalankan dengan apa?
Jawabnya, yaitu dengan cara berpikir yang berbeda dengan yang dunia pikirkan. Jika Allah sudah
menerobos dan intervensi masuk ke dalam sejarah, jika Tuhan yang berdaulat dan berkuasa kemudian
terlibat di dalam proses sejarah maka pada saat itulah kuasa penerobosan itu akan menjadi kuasa
perubahan yang merubah hidup kita. Jadi, pada poin yang kedua ini Paulus bukan hanya memaparkan
bahwa dia adalah orang yang dipenjara karena Kristus tetapi justru poin yang kedua ini yang ingin
ditekankan oleh Paulus kepada jemaat supaya jemaat sebagai orang yang dipanggil oleh Tuhan hidup setara
sepadan sesuai dengan panggilan mereka. Hal ini berkaitan dengan konsep paradoks. Saya adalah orang
yang dipanggil tetapi saya harus berjalan di dalam proses yang sepadan dengan panggilan saya. Panggilan
kita kekal. Kita sudah disebut orang kudus, kita sudah disebut orang benar, kita sudah diselamatkan dan
kita sudah menjadi anak Allah tetapi pertanyaannya, apakah hidup kita sudah sepadan dengan panggilan
itu? Kalau kita disebut orang kudus, sudahkah kita menjadi orang kudus? Jika saya disebut anak Allah,
apakah hidup kita sudah mencitrakan hidup sebagai anak Allah? Di sini kita melihat paradoks yang harus
kita sadari. Ini merupakan kesalahan yang fatal kalau kita linearkan! Banyak orang menjadi stres karena
memikirkan kita adalah orang benar maka kita harus sempurna benar. Saya orang kudus maka saya harus
kudus sempurna. Ini merupakan kesalahan yang besar karena konsep linear tidak tepat diterapkan di sini.
Yang benar adalah kita harus membedakan yang di sana dengan yang disini. Waktu kita menjadi orang
kudus, maka kita menjadi orang kudus di sini. Maka proses harus menjadi titik acuannya. Ini dua hal yang
tidak boleh dicampuraduk. Jika kita mencampur aduk yang di sana dengan yang di sini, ini merupakan
kesalahan yang fatal.
Tapi ini juga tidak berarti karena di dunia ini kita tidak mungkin bisa sempurna sehingga kita menurunkan
standar kualitas kebenaran. Kita tidak boleh menurunkan kualitasnya karena itu tuntutan yang sempurna
yang Tuhan minta sekalipun ketika di dunia ini kita tidak mungkin sempurna. Kita hanya ada di dalam
proses menuju pada standar kemutlakan kebenaran Tuhan. Jadi di sini maksud Paulus adalah bagaimana
jemaat sebagai orang yang sudah dipanggil hendaklah memproses menuju panggilan tersebut. Kata
"Tetaplah engkau sepadan dengan panggilanmu", kata sepadan dalam bahasa aslinya berarti ‘sedang
menggarap sampai serupa’ itu kata yang dipakai. Jadi dua kata di atas dipadukan menjadi kata "sepadan."
Jadi dalam bahasa aslinya istilah sepadan ini bukan sesuatu yang statis melainkan suatu proses yang setara
dengan panggilan tersebut. Di sinilah kita mengaplikasikan pengertian firman Tuhan yang kita mengerti
menuju pada aplikasi kehidupan praktis. Disini kita mengerti bagaimana merelasikan konsep kekristenan
yang ideal dengan bagaimana proses praktika hidup kita disetarakan. Hal ini menuntut saudara dan saya
bertumbuh setiap hari menuju panggilan yang tepat, bagaimana kita harus lebih baik dari hari kemarin dan
esok lebih baik dari hari ini sehingga kita terus menerus berada dalam proses kepada ideal yang Tuhan
tetapkan. Saudara, inilah panggilan paradoks di dalam hidup Kristen.
Marilah kita mulai menapaki satu demi satu, step demi step dari pada tugas panggilan praktika kita dengan
menggunakan pendekatan paradoks. Mari kita bertumbuh di dalam hidup kita bukan dengan satu teori
yang kita idealkan tetapi kita betul-betul mencoba menggabung ideal dengan proses hidup yang terusmenerus diproses. Dengan demikian kita terus bertumbuh setiap hari. Hanya dengan cara ini kekristenan
mencapai apa yang Tuhan inginkan di tengah dunia. Saudara, saya harap kita bisa mengerti hal ini sehingga
hidup kita setiap hari dapat menjadi semakin baik.
Amin!
196
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
K
Ke
eb
ba
an
ng
gk
kiitta
an
n iin
nttii iim
ma
an
nK
Krriis
stte
en
n
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
1
Yohanes 20:1-10
Pada hari pertama minggu itu, pagi–pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria
Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur.
2
Ia berlari–lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan
berkata kepada mereka: "Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di
mana Ia diletakkan."
3
Maka berangkatlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur.
4
Keduanya berlari bersama–sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada
5
Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kapan terletak di tanah; akan tetapi ia tidak
Petrus sehingga lebih dahulu sampai di kubur.
masuk ke dalam.
6
Maka datanglah Simon Petrus juga menyusul dia dan masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat
7
sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu,
kain kapan terletak di tanah,
tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung.
8
Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia
9
Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan, bahwa Ia harus
melihatnya dan percaya.
bangkit dari antara orang mati.
10
Lalu pulanglah kedua murid itu ke rumah.
Dewasa ini banyak mimbar yang sudah dicemari oleh ajaran-ajaran yang tidak bertanggung jawab. Banyak
hamba-hamba Tuhan dari atas mimbar mengatakan bahwa kebangkitan Kristus bukan satu fakta yang
penting bagi Kekristenan. Di belakang kalimat ini sebenarnya mereka tidak percaya kepada kebangkitan
Kristus hanya mereka tidak berani secara terus terang mengatakan hal ini karena takut mengalami reaksi
dari banyak orang Kristen yang begitu cinta Tuhan. Bagi mereka, kebangkitan Kristus hanyalah mitos yang
dikarang oleh murid-murid Yesus karena murid-murid tersebut memimpikan guru mereka yaitu Yesus,
bangkit dari antara orang mati dan meneruskan gerakannya. Jadi menurut mereka, ketika kita mau
mengerti kekristenan kita harus membuang semua mimpi-mimpi dan mitos-mitos ini. Teologi dari orangorang seperti ini disebut "demitologisasi." Apakah ajaran iman Kristen seperti ini? Jawabnya jelas tidak!
Di dalam Yoh 20, kita melihat peristiwa kebangkitan Kristus di mana diceritakan pada hari minggu pagi
Kristus bangkit. Hari minggu disini penting dan perlu kita perhatikan. Mengapa? Karena orang Kristen
beribadah pada hari kebangkitan Kristus yaitu pada hari Minggu bukan pada hari Sabtu sebagaimana gereja
Advent. Hari minggu adalah hari pertama pada setiap minggu sedangkan hari Sabtu adalah hari terakhir
dari setiap Minggu. Hari Minggu juga merupakan hari kemenangan di mana Yesus bangkit pada hari
197
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
pertama. Demikian juga pada hari Pentakosta jatuh pada hari Minggu di mana pada hari tersebut terjadi
kebaktian yang pertama bagi umat Kristen dan pada hari itu juga 3000 orang sekaligus bertobat. Jadi ibadah
orang Kristen yang pertama berbeda dengan orang-orang Yahudi di dalam PL yang jatuh pada hari terakhir
yaitu hari Sabtu. Hari Minggu adalah hari pertama, ini memiliki arti yang penting yaitu agar kita memulai
apapun bersama dengan Kristus dulu.
Jadi pada hari pertama yaitu hari Minggu pagi-pagi benar Maria Magdalena datang ke kubur dan ketika
sampai di kubur ternyata Tuhan Yesus sudah tidak ada. Betapa kagetnya Maria lalu dia berlari dan melapor
kepada Petrus dan murid yang lain yang adalah penulis Kitab ini sendiri yaitu Yohanes, murid yang dikasihi
Tuhan. Mendengar itu Petrus dan murid yang lain berlari ke kubur di mana Tuhan Yesus dikuburkan dan
ternyata benar bahwa kubur tersebut sudah kosong. Petrus hanya melihat kain kafan tergeletak di bawah.
Apakah mereka sebelumnya mengerti bahwa Kristus sudah bangkit? Tidak! Kebangkitan Kristus masih sulit
dimengerti oleh mereka dan demikian juga oleh orang-orang pada masa kini.
Mengapa?
Pertama, Kebangkitan merupakan misteri. Waktu Yohanes masuk ke dalam ruangan tersebut dia
mengatakan, baru aku mengerti karena sebelumnya dia tidak mengerti mengenai kebangkitan Yesus.
Mengenai kematian dan kebangkitan Kristus Alkitab mencatat sedikitnya empat kali diberitakan di dalam
keempat Injil tetapi meskipun empat kali diberitakan ini merupakan satu misteri. Ya, kebangkitan memang
merupakan satu rahasia yang tidak mudah dimengerti karena misteri ini merupakan misteri yang
menerobos seluruh kemungkinan logika manusia. Dunia berusaha berjuang habis-habisan dengan segala
cara untuk mengalahkan kematian tetapi fakta mengatakan sampai detik ini tidak pernah ada usaha yang
mampu mengatasi kesulitan terbesar daripada problema hidup manusia yaitu kematian. Tetapi tatkala
Yohanes dan Petrus masuk dan melihat kubur tersebut kosong maka pada detik itulah Yohanes mengalami
momen di mana misteri itu dibongkar. Kalimat yang Yohanes telah dengar sebelumnya namun yang ia tidak
mengerti pada saat itu misteri tersebut yang menjadikan dia tidak mengerti Tuhan buka. Hal seperti ini juga
terjadi dengan dua orang murid yang berjalan ke Emaus dan juga dengan Maria Magdalena. Sebelum
pikiran mereka Tuhan buka sekalipun mereka telah mendengar bahkan berada bersama dengan Yesus
namun peristiwa kebangkitan akan tetap merupakan misteri bagi mereka. Kecuali Tuhan buka pikiran
mereka barulah mereka bisa mengerti misteri ini.
Kedua, fakta kebangkitan Kristus. Saudara ketika kita membaca Alkitab jelas sekali baik itu di dalam Injil
Yohanes maupun semua Injil mencatat tentang prinsip dan realita kebangkitan Kristus dengan begitu jelas.
Ketika murid-murid mengatakan Tuhan Yesus tidak ada dan batu terguling maka mereka lari ke kuburan.
Batu yang begitu besar yang diperkirakan beratnya beberapa ton sekarang sudah terguling ke samping dan
malaekat keluar sedangkan para penjaga melarikan diri lalu mereka melapor kepada para imam besar dan
menceritakan semua yang terjadi. Para imam besar kemudian menyogok para prajurit untuk menceritakan
bahwa mayat Yesus di curi oleh para murid. Di dalam hukum Romawi jika para prajurit lengah dalam
menjaga kuburan yang telah disegel oleh pimpinan Romawi seperti Pilatus maka penjaga tersebut harus
mati. Jadi para prajurit yang menjaga mempunyai tanggung jawab yang sangat tinggi dan para ahli Taurat
juga tahu akan hal itu maka mereka mengatakan jika nanti setelah mereka maksudnya para penjaga atau
prajurit memberitakan bahwa murid-murid mencuri mayat Yesus itu berarti kegagalan mereka untuk
menjalankan tugas mereka dan mereka bisa dihukum mati karena hal ini. Maka para imam besar nanti yang
akan me-lobby para pimpinan Romawi supaya mereka tidak dihukum.
198
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Saudara, berita mayat Yesus dicuri masih cukup relevan hingga saat ini tetapi kalimat ini sebenarnya sulit
untuk kita dapat percaya. Mengapa?
1.
Sejarah menyatakan tidak ada satu buku yang menyangkal kebangkitan Kristus bahkan tulisantulisan dari orang-orang Romawi, orang-orang yang sama sekali tidak ada hubungan dengan kekristenan.
2.
Melalui Injil Yohanes saja kita menemukan banyak fakta yang menunjukkan bahwa Kristus bangkit.
Hal ini dapat kita lihat misalnya kain kafan yang membungkus tubuh Kristus tidak di bawa. Kain kafan
tersebut berada di bawah meja batu tempat di mana Kristus dibaringkan. Suatu alasan yang tidak masuk
akal jika para murid mencuri mayat Yesus namun sebelumnya melepaskan kain kafan yang membungkus
tubuh Kristus. Demikian juga dengan kain peluhnya sudah dilipat dengan rapi dan diletakkan di pinggir. Ini
menunjukkan satu persiapan yang baik. Alkitab mencatat dengan begitu teliti bahwa kebangkitan
merupakan satu fakta sejarah yang sulit dimengerti oleh logika manusia biasa tetapi real. Bahkan Paulus di
dalam 1 Kor 15 mengatakan bahwa lebih dari 500 orang sekaligus menyaksikan Yesus bangkit dan sebagian
dari mereka masih hidup ketika surat I Korintus ini ditulis. Iman Kristen bukan iman yang mimpi, bukan
iman yang bohong melainkan Iman yang didasarkan pada fakta. Iman memang tidak boleh direduksi hanya
di wilayah logika tetapi iman bukan kontra logika. Iman Kristen adalah iman yang berlandaskan pada semua
yang terjadi di dalam sejarah.
Ketiga, essensi kebangkitan Kristus. Di dalam membicarakan kebangkitan Kristus ini kita tidak hanya
berbicara mengenai misteri kebangkitan Kristus, juga bukan hanya membahas fakta kebangkitan Kristus
melainkan juga essensi daripada kebangkitan Kristus itu sendiri. Essensi Kebangkitan Kristus merupakan
fakta kemenangan dari kuasa terbesar yaitu kematian. Di dalam 1 Kor 15 Paulus menyatakan satu pekik
kemenangan yang menjadi doksologi. Jika Kristus sudah bangkit, di manakah kuasamu kematian, di
manakah sengatmu? Kebangkitan Kristus merupakan kemenangan atas kematian, kemenangan atas jerat
atau belenggu. Ketika Kristus bangkit, kuasa dosa yang paling mengerikan sudah dipatahkan. Sengat dosa
yang menakutkan sudah dihancurkan dan pada saat itulah kemenangan yang paling tuntas sudah
dinyatakan melalui kebangkitan Kristus.
Keempat, essensi kebangkitan Kristus ini memberikan kepada kita satu pengharapan. Pengharapan ini
bukan pengharapan yang dualisme melainkan satu pengharapan yang bersifat mutlak di dalam Kristus.
Melalui kebangkitan Kristus kita memiliki kepastian dan jaminan dan pengharapan ini tidak bisa digeser di
dalam sejarah. Dunia boleh mencoba membalik-balikkan fakta tetapi Alkitab mengatakan essensi
kebangkitan membuat seluruh usaha itu gugur. Pengharapan kekristenan tidak bergantung pada semua hal
yang terjadi di dunia ini. Pengharapan Kristen didirikan di atas kemenangan Kristus yang bangkit dari
kematian dan itulah satu-satunya pengharapan yang sudah mengalahkan semua kemungkinan dari
ketidakmutlakan yang ada di dunia ini. Jika Kristus sudah bangkit, Kristus sudah menang dari kuasa maut
maka Dia yang sudah bangkit ini akan mengajak saudara dan saya bersama-sama. Fakta kebangkitan Kristus
ini menjadikan kita pasti di tengah-tengah ketidakpastian di dalam dunia. Dunia ini tidak memiliki harapan
tetapi hanya Kristus yang bangkitlah harapan satu-satunya. Hanya kembali kepada Kristus kita akan
memiliki pengharapan yang pasti. Saya harap kita kembali kepada pengertian essensi ini dan tahu
bagaimana kita seharusnya berespon kepada Dia yang sudah menang dari kematian. Hanya kembali kepada
Tuhan kita memiliki pengharapan yang sejati.
Amin!
199
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
K
Ka
arra
ak
ktte
err--k
ka
arra
ak
ktte
err e
es
se
en
ns
siia
all
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
Efesus 4:2/ Yohanes 13:31-35
Efesus 4
2
Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu
dalam hal saling membantu.
Yohanes 13
31
Sesudah Yudas pergi, berkatalah Yesus: "Sekarang Anak Manusia dipermuliakan dan
Allah dipermuliakan di dalam Dia.
32
Jikalau Allah dipermuliakan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan Dia juga di dalam
diri–Nya, dan akan mempermuliakan Dia dengan segera.
33
Hai anak–anak–Ku, hanya seketika saja lagi Aku ada bersama kamu. Kamu akan mencari
Aku, dan seperti yang telah Kukatakan kepada orang–orang Yahudi: Ke tempat Aku pergi,
tidak mungkin kamu datang, demikian pula Aku mengatakannya sekarang juga kepada
kamu.
34
Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama
seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.
35
Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid–murid–Ku, yaitu
jikalau kamu saling mengasihi."
Dalam Efesus pasal empat ini Paulus mengajak kita untuk memikirkan bagaimana kita sebagai orang yang
sudah dipanggil menjadi orang yang dipanggil di dalam kekekalan kita harus berproses setara dan menuju
kepada kesepadanan dengan panggilan tersebut. Berkenaan dengan hal ini maka Paulus pertama-tama
masuk ke dalam esensial karakter yaitu sifat dasar utama yang harus dikerjakan atau digarap untuk
mendasari kemungkinan yang lain.
Ini program utama bagaimana seseorang dapat diubah dan diproses menjadi seperti
yang Tuhan mau.
Pertama, wadah harus disiapkan lebih dahulu. Jika hal ini belum dipersiapkan jangan harap kita pernah
berpikir bisa berproses karena wadah dan kemungkinan prosesnya sudah ditutup terlebih dahulu. Di sinilah
kesulitan yang terbesar ketika kita mau memproses kehidupan kita. Mengapa? Karena kita tidak siap untuk
diproses. Di dalam Efesus pasal empat ini Paulus setelah membicarakan tentang prinsip kehidupan konsep
berjemaat lalu langsung masuk ke dalam konsep manusia baru yaitu bagaimana saya diproses menjadi
manusia baru yang dibentuk sesuai dengan yang Tuhan mau. Sehubungan dengan hal ini ada hal yang harus
dikerjakan.
200
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Persiapan ini harus dimulai dari diri kita di mana Alkitab mengajarkan tiga hal yaitu pertama rendah hati;
Kedua, lemah lembut dan ketiga sabar. Tiga karakter ini menjadi tiga karakter dasar yang memungkinkan
seseorang diproses. Jika ketiga hal ini tidak bisa disiapkan atau tidak berproses maka tidak mungkin terjadi
proses apapun dalam hidup kita. Orang yang sombong tidak dapat diubah dan dibentuk, karena orang yang
sombong akan mengukuhkan apa yang dia anggap benar dan dia tidak mudah mau mendengar apapun dari
luar. Demikian pula orang yang tidak mau menjadi lemah lembut dia akan selalu memandang diri sebagai
sesuatu dasar yang harus membuat orang lain ikut dia, bukan dia yang mau mengerti orang lain dan tidak
rela untuk melihat orang lain menjadi lebih baik. Dia seperti orang yang sudah mati sehingga tidak mungkin
terjadinya penggarapan di dalam hidupnya.
Tiga konsep ini pertama-tama harus disiapkan supaya kita bisa berproses di dalam konsep paradoks seperti
di dalam Ef 4:1. Untuk ini dibutuhkan waktu, kerelaan, dan kepekaan yang harus menjadi wadah kita
diproses terus-menerus ke sana. Jika ini tidak bisa maka tidak mungkin atau sulit proses ini terjadi. Itu
sebabnya sebelum Paulus membicarakan bagaimana proses hidup kita dibentuk maka tiga karakter dasar di
atas perlu dibereskan terlebih dahulu. Tiga sifat dasar manusia ini menjadi sifat dasar yang sangat sulit
dibentuk karena sangat kontras dengan keinginan dan tuntutan dunia yang berdosa secara menyeluruh. Ini
berarti jika seseorang mau dibentuk dalam tiga sifat dasar ini maka dia harus berlawanan total dengan
kondisi ini. Tiga karakter dasar ini berada di bawah satu basis karakter utama yang menjadi karakter inti
daripada kekristenan yaitu hendaklah semuanya itu diproses di dalam kasih. Jadi karakter rendah hati,
lemah lembut dan sabar semuanya ini diproses di dalam satu karakter utama yaitu hendaklah kamu saling
menopang di dalam kasih. Kasih ini adalah kasih agape (Kasih yang sejati dan murni 1 Kor.13). Kasih seperti ini
tidak mungkin terjadi pada orang-orang yang bukan Kristen kecuali di dalam diri anak-anak Tuhan yang
pernah merasakan cinta kasih agape. Kasih agape bukan kasih yang bisa dibentuk dan dididik pada
manusia. Kasih agape adalah kasih yang muncul karena bibitnya ditanam oleh Tuhan sendiri sehingga kalau
kita tidak di dalam Tuhan. Itu sebabnya jika Kristus ada di dalam kita dan kita di dalam Kristus maka Tuhan
mengatakan seharusnya kasih itu muncul di dalam kamu.
Saya tertarik dengan ayat di dalam Yoh 13:31-35 ini, karena ayat-ayat ini merupakan bagian pengajaran
Kristus yang bersifat eksklusif yaitu hanya ditujukan kepada sebelas murid-Nya. Yoh 13:31 dimulai dengan
satu kalimat pendek tetapi sangat signifikan. Kalimat itu adalah "Sesudah Yudas pergi." Tuhan Yesus
memiliki dua belas murid, tapi satu palsu yaitu Yudas. Yudas adalah yang palsu di antara yang kelihatan asli.
Setelah Yudas pergi maka barulah Tuhan Yesus mengajar sampai pasal 16. Di ayat 31 setelah Yudas pergi
mulailah Tuhan Yesus berkata, "Sekarang Anak Manusia dipermuliakan dan Allah dipermuliakan di dalam
Dia." Selagi ada Yudas sulit bagi Anak Manusia dipermuliakan karena selalu terjadi perbedaan kepentingan.
Ini memberikan pelajaran yang begitu serius buat kita. Begitu juga dengan kita, kita tidak mungkin
mempermuliakan Kristus sementara kita masih hidup di dalam semangat humanisme, materialis dan
hedonisme. Itu sebabnya jika karakter dasar ini belum dibereskan sulit bagi kita untuk mempermuliakan
Allah.
Kemudian pada ayat-ayat berikutnya Tuhan Yesus memberi perintah kepada murid-murid-Nya agar mereka
saling mengasihi (ayat 34-35). Pada saat Kristus mengasihi dan mereka saling mengasihi pada saat seperti itu
semua orang akan tahu bahwa mereka adalah murid-murid Kristus. Kasih di sini adalah kasih agape. Di sini
karakter yang menjadi basis adalah cinta kasih agape. Jika kita gagal dalam hal ini maka jangan harap kita
bisa membangun semua karakteristik, semua sifat-sifat Kristen yang lainnya yang nantinya menjadi
bangunan iman kita dan juga membangun konsep praktika kita. Ini baru bisa terjadi jika sifat dasarnya
201
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
benar. Yang sangat berbahaya justru fondasi yang paling penting yang juga paling mahal ini namun tidak
terlihat di depan mata apabila rapuh maka seluruh bangunan di atasnya walaupun kelihatan begitu bagus,
begitu indah maka tidak akan berlangsung lama, suatu kali nanti akan hancur.
Sekarang masalahnya, bagaimana kita bisa mengasihi seseorang? Alkitab di dalam bagian ini membuka satu
relasi yang tidak pernah dipikir oleh manusia di dunia. Jika saya mengasihi, saya harus mempermuliakan
Bapa yang di surga. Berapa banyak relasi seperti ini muncul di dalam hidup kita di dunia. Dunia tidak bisa
merelasikan bagaimana ketika kita mencintai berdampak Bapa kita di surga dipermuliakan. Di sini kita tidak
berorientasi kepada pelaku kasih tetapi berorientasi kepada Tuhan pemberi kasih. Ini menjadi basis
pertama. Mari kita mengevaluasi jika kita mengasihi betulkah saya mengasihi seperti yang Tuhan minta dan
akhirnya seluruhnya kembali kepada kemuliaan Allah.
Kedua, penyangkalan diri. Di sini kita berani berkata tidak kepada diri kita supaya nama Tuhan
dipermuliakan. Ini menjadi basis kita menjalankan cinta kasih.
Ketiga, setelah saya mempermuliakan Allah dan meniadakan diri maka yang ketiga adalah saling mengasihi.
Di sini mata kita bukan hanya melihat kepada diri sendiri melainkan melihat ke depan. Mulai melihat
kepada orang lain. Jika kita hanya melihat kepada diri, kita tidak mungkin melihat kepada orang lain.
Kepekaan kita kepada orang lain menjadi satu hal yang sulit kita kerjakan karena kita hidup di tengahtengah dunia yang materialistik, hedonistik dan pragmatik dan semangat ini juga masuk di tengah-tengah
kekristenan. Tidak heran kalau termasuk orang Kristen, seluruh orientasi pikiran kita cuma di dalam satu
pribadi yaitu diri sendiri.
Di tengah-tengah situasi seperti ini, gereja harus memberikan perimbangan bagaimana anak-anak Tuhan
saling mengasihi satu sama lain dan saling menopang satu sama lain. Ini baru bisa terjadi jika di dalam
hidup kita cinta kasih Tuhan menjadi basisnya sehingga kita mau terus berkembang dan nama Tuhan
dipermuliakan. Hal ini mendorong kita untuk semakin hari diri kita semakin dihilangkan atau ditiadakan.
Dan yang terakhir kita baru dapat saling mengasihi satu dengan yang lain.
Biarlah ketiga hal ini menjadi kunci kita boleh menerapkan cinta kasih Tuhan secara Alkitablah. Sehingga di
tengah-tengah dunia kita, kita bisa mempermuliakan Bapa di surga, dan diri kita ditiadakan serta kepekaan
kita terhadap orang lain dibangkitkan. Dengan demikian cinta kasih yang Tuhan inginkan dapat digarap di
dalam hidup kita dan melalui hidup kita. Jika ini terjadi maka saya rasa tidak terlalu sulit untuk menjalankan
tiga sifat yang dituntut di atasnya yaitu bagaimana kita bisa rendah hati, lemah lembut dan sabar di dalam
meninjau segala sesuatu dan mengharapkan segala sesuatu. Mau saudara?
Amin!
202
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
K
Ke
es
sa
attu
ua
an
n ttu
ub
bu
uh
hK
Krriis
sttu
us
s
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
Efesus 4:3-6/ (band.) Pengkhotbah 4:9-12
Efesus 4
3
4
Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera:
satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan
yang terkandung dalam panggilanmu,
5
satu Tuhan, satu iman, satu baptisan,
6
satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam
semua.
Pengkhotbah 4
9
Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam
jerih payah mereka.
10
Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang
jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!
11
Juga kalau orang tidur berdua, mereka menjadi panas, tetapi bagaimana seorang saja
dapat menjadi panas?
12
Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar
tak mudah diputuskan.
Bagian ini merupakan bagian ketiga, suatu bagian praktis yang dirangkai oleh Paulus secara relasional.
Minggu lalu kita membahas tentang bagaimana iman Kristen yang seharusnya tidak berhenti dalam suatu
teori yang mati atau dalam perdebatan teologis, melainkan harus teraplikasi di dalam kehidupan.
Kita juga telah membahas karakter-karakter dasar (yakni rendah hati, lemah lembut, sabar dan mengasihi) yang harus
mendasari pergumulan iman kita, di mana kita tidak terjebak dalam close system. Orang yang berada di
dalam close system sering mengatakan, "Saya orangnya memang seperti begini." Dengan demikian dia
tidak mau berubah dan tidak mau bertumbuh maka dia sebenarnya sedang mematikan kemungkinan
proses perubahan. Berarti dia sebenarnya sudah mati di saat dia hidup. Karena bukankah yang hidup harus
berproses?
Sekarang kita akan melihat bahwa ketika kita mau berproses, bertumbuh dan menjadi seorang Kristen yang
baik, kita harus bersatu, menggalang kesatuan di dalam Roh. Di sini suasana paradoks muncul (bahkan
mungkin lebih mendekati kontradiksi daripada sekedar paradoks). Kita ingin untuk bersatu, tetapi betulkah kita ingin
bersatu? Jika kita mau jujur, siap hatikah kita untuk bersatu? Mungkin jawabannya adalah tidak. Apa
sebab? Karena ada ambivalensi yang terjadi di tengah-tengah kehidupan manusia. Jika hal ini terjadi di luar
Kekristenan itu adalah wajar, tetapi sayangnya inipun sudah meracuni Kekristenan juga. Persatuan versi
203
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
dunia hanyalah suatu slogan, sekedar ucapan bibir yang tidak ada isinya. Maka sangatlah naif jika hanya
mau mengerti persatuan ini secara dangkal dan dipermukaannya saja.
Persatuan yang sejati adalah persatuan yang diungkapkan oleh Efesus 4 ini. Tetapi ketika kita mau masuk ke
dalam persatuan ini, kita harus menyadari kendala-kendala yang ada. Bagaimana Kekristenan bisa menjadi
contoh di tengah-tengah dunia berkenaan dengan persatuan yang sejati ini? Apakah Kekristenan
menggarap persekutuan dengan baik? Ini sungguh-sungguh perlu dijawab! Keesaan seringkali hanya
merupakan format federasi (yang mendasarkan diri pada azaz manfaat dalam berelasi) yang sama sekali tidak
menggarap persatuan yang sebenarnya.

1.
1.
Urgensi dari kesatuan itu sendiri, dan
2.
Bagaimana kendala bagi keurgensian dari kesatuan ini.
Urgensi Kesatuan. Dalam Efesus 4,
Paulus menempatkan kesatuan di tempat pertama. Tuntutan ini sedemikian serius oleh karena kesatuan di
dalam Kekristenan merupakan dasar di mana Kekristenan bisa hidup. Pada hakekatnya, Kekristenan disebut
sebagai "One Body - Satu Tubuh". Konsep kesatuan ini sulit diterima oleh manusia yang telah ‘dicekoki’ oleh
konsep dunia.
Alkitab jelas menyatakan bahwa semua orang Kristen adalah satu tubuh di mana Kristus adalah Kepalanya.
Satu tubuh mempunyai keterkaitan, dan tidak bisa dilepas-lepaskan. Satu tubuh berbeda dengan satu
struktur organisasi. Inilah kesatuan yang unik. Kekristenan di semua tempat selalu menjadi ancaman atau
menjadi "musuh" (seharusnya dalam aspek positif) bagi banyak pikiran dunia. Di saat Kekristenan mau
menyatakan terang dan dunia berjalan dalam gelap, saat itulah terjadi konflik. Kesulitan inilah yang selalu
muncul dalam kehidupan anak-anak Tuhan. Bahkan 2 Timotius 3:12 menyatakan, "Memang setiap orang
yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya." Ini akibat dari cara kerja dunia
dan Kekristenan yang saling bertabrakan. Sehingga, ketika kita mau menyatakan kebenaran, di situ kita
akan berkonfrontasi dengan dunia. Jika Kekristenan terpecah-pecah, Kekristenan akan sulit bertahan di
tengah-tengah dunia ini. Pengkhotbah juga mengungkapkan secara serius tentang pentingnya kesatuan.
Inilah urgensi yang pertama yang harus kita pikirkan.
Kedua, kita yang hidup di tengah-tengah dunia di panggil oleh Tuhan untuk menjadi garam dan terang
dunia, menjadi saksi. Kita memang bisa menjalankan fungsi ini secara pribadi. Tetapi fungsi kesaksian itu
menjadi lebih terang dan lebih nyata pada saat kita bersatu. Dengan kata lain, satu terang yang kecil, jika
disatukan dengan terang-terang kecil lainnya akan menjadi terang yang besar. Demikian pula dengan
garam. Kita ada bukanlah untuk diri kita sendiri. Kita ada untuk orang lain, menjadi berkat bagi dunia ini dan
menjadi saksi di tengah-tengah dunia ini untuk menyatakan kemuliaan Tuhan. Karena itu, kesatuan bukan
sekedar boleh atau tidak boleh dijalankan. Kesatuan adalah sesuatu yang urgen dan mutlak untuk
dijalankan.
Ketiga, dalam satu tubuh yang berfungsi, kesatuan merupakan hakekat yang paling mendasar. Berbeda
dengan organisasi. Dalam organisasi, jika salah satu bagian macet, bagian itu akan dipotong dan dibuang,
dan urusanpun selesai, bagian lain tidak mau tahu dan tidak terkena dampak apa-apa. Ini pulalah yang
204
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
terjadi di dalam gereja, satu bagian tidak mau tahu dengan bagian-bagian yang lain, dan inilah organisasi di
dalam gereja.
Kekristenan mempunyai kesatuan yang unik yang tidak mungkin dijalankan di dalam dunia. Kita mempunyai
Kesatuan Organisme yakni satu kesatuan oleh karena kita satu tubuh, yang tidak berelasi secara mati dalam
garis otoritas melainkan suatu relasi yang hidup. Jika salah satu bagian tidak beres, seluruh bagian tubuh
yang lain akan merasakan secara bersama-sama. Jadi, satu bagian saling terkait dan saling menunjang
dengan bagian yang lain. Maka, gereja yang sakit, persekutuan yang sakit dan anak-anak Tuhan yang sakit
adalah akibat gagal mengerti konsep kesatuan ini.
Kesatuan tubuh semacam ini tidak mungkin digalang di luar Kekristenan. Apa sebab? Karena ada satu dasar
yang mengikat kesatuan yakni sifat kasih yang dari Tuhan. Kasihlah yang memungkinkan keterkaitan ini.
2.
Kendala bagi keurgensian kesatuan.
Menggalang kesatuan tidaklah sederhana oleh karena:
1.
Manusia diterpa oleh filsafat pragmatisme. Mereka tidak mau direpotkan dengan pemikiran yang
ruwet, melainkan hanya mau memikirkan yang praktis-praktis saja. Jika sifat pragmatis ini mempengaruhi
pola pelayanan seseorang di dalam gereja, maka betapa celakanya hal itu bagi Kekristenan.
Ancaman pragmatis akan disertai dengan jiwa individualistik. Globalisme tidak menjadikan dunia
semakin bersatu tetapi justru membuat manusia semakin memikirkan dirinya sendiri dan tidak mau tahu
orang lain. Kehidupan di desa seringkali kontras dengan keadaan ini oleh karena kehidupan mereka
kebanyakan bisa berelasi dengan begitu dekat dan saling bantu dalam berbagai permasalahan yang ada.
Sementara kehidupan di kota kondisinya terbalik.
2.
Jika jiwa individualistik ini meracuni kita, bagaimana kita bisa mengerti dan mempunyai kepekaan untuk
memperhatikan orang lain? Bagaimana kelemahlembutan, kerendahan hati dan kesabaran kita bisa
muncul? Semangat individualistik ini menyebabkan kita tidak mau tahu urusan orang lain. Kita hanya mau
tahu jika itu berkenaan atau berkaitan dengan keuntungan diri sendiri.
Semangat perseteruan.
Setan selalu berusaha agar jiwa pertikaian ini ada di dalam diri setiap manusia. Sementara dunia yang
semakin beragam tanpa adanya kontrol yang mempersatukan, mengakibatkan banyak orang ingin secara
individualis menjadi raja kecil, maka semangat pertikaian akan berkobar.
Di dalam diri orang yang berdosa selalu terdapat jiwa yang ingin menghancurkan dan tidak suka melihat
orang lain menjadi yang terbaik. Orang lain pun akan dianggap sebagai musuh. Maka, tidaklah heran jika
kesatuan itu tidak bisa terwujud. Sangatlah menyedihkan jika inipun berada di kalangan orang-orang
Kristen. Karena orang Kristen tidak kebal terhadap serangan ini. Oleh karena itu, kita harus menggarap
kesatuan kasih, yang berdasarkan kasih Tuhan.
3.
Benturan antar karakter pribadi. Seseorang sulit bersatu dengan orang lain karena karakter orang
tersebut bertentangan dengan karakternya sendiri. Mereka tidak mau saling mengalah dan tidak mau
berubah. Akibatnya benturan pun terjadi. Pertikaian yang terjadi oleh karena sesuatu yang sangat prinsip
masih bisa diterima tetapi jika hanya karena sesuatu yang sangat sepele seperti tidak menyukai karakter
atau kebiasaan seseorang mengakibatkan pertikaian itu terjadi, maka ini sangat disayangkan. Seringkali ini
muncul karena kita sendiri menganggap diri kita "memang sudah begitu", dan tidak mau berubah. Padahal
4.
205
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
kita seharusnya senantiasa hidup berproses dan mengalami perubahan demi perubahan. Inilah poin
terakhir dari kendala bagi keurgensian kesatuan.
Akhirnya, kita bersatu bukanlah sekedar bersatu. Kita bersatu oleh karena ada tuntutan dari Tuhan.
Kesatuan di dalam Roh, kesatuan tubuh, di mana Kristus menjadi kepalanya. Dunia yang sebagian besar
abnormal menganggap diri normal, sedangkan yang normal justru dianggap abnormal. Untuk itu kita
seharusnya mengerti mana yang pada hakekatnya normal dan abnormal. Normalitas Kekristenan adalah
jika kita bertumbuh terus. Jika kita berhenti bertumbuh dan bahkan berproses mundur, maka kita sudah
menjadi abnormal. Maukah kita menjadi orang Kristen yang normal, yang mau berproses untuk bertumbuh
dalam kasih dan dibentuk di tangan Tuhan?
Amin!
206
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
K
Ke
es
sa
attu
ua
an
nd
da
alla
am
mb
biin
ne
ek
ka
a
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
7
Efesus 4:7-10
Tetapi kepada kita masing–masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran
pemberian Kristus.
8
Itulah sebabnya kata nas: "Tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan–
tawanan; Ia memberikan pemberian–pemberian kepada manusia."
9
Bukankah "Ia telah naik" berarti, bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling
bawah?
10
Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk
memenuhkan segala sesuatu.
Di dalam Efesus 1-3, Paulus menekankan konsep keselamatan dan bagaimana orang Kristen dikeluarkan dari
dunia berdosa menuju kepada hidup di dalam Tuhan. Berdasarkan anugerah dan cinta kasih Tuhan, kita
boleh menjadi anak-anak Tuhan. Begitu Efesus 3 selesai, Paulus mulai masuk ke dalam aplikasi panggilan
hidup Kristen. Kalau saya sudah menjadi Kristen bagaimana saya berubah, dibentuk dan berperilaku
sebagai seorang kristen yang sesungguhnya. Prinsip yang pertama kali ditekankan oleh Paulus adalah the
true unity (kesatuan yang sejati). Manusia sebenarnya sadar akan perlunya persatuan tetapi sekaligus
persatuan sulit terjadi sehingga akibatnya persatuan yang diperjuangkan oleh dunia seringkali adalah
persatuan yang bersifat fenomena.
Maka kalau sekarang kita mau mulai membicarakan bagaimana kesatuan itu dapat terjadi, kita harus
kembali kepada The True Unity atau kesatuan esensial yang perlu digarap. Alkitab mencatat 7 kesatuan
dasar di mana secara hakekat kesatuan itu mungkin terjadi. Paulus di ayat 4-6 mengatakan, "Satu tubuh dan
satu Roh sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam
panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas
semua dan oleh semua dan di dalam semua." Tujuh konsep ini menjadi satu kesatuan yang secara esensial
mempersatukan seluruh kesatuan original yang mungkin terjadi. Dengan kata lain hanya ketika kita kembali
kepada Allah, iman dan pengharapan yang sesungguhnya, barulah kita dapat hidup di dalam kesatuan
bersama secara sesungguhnya. Paulus menekankan kembali pada true unity dan itu tidak mungkin kecuali
terjadi pertobatan yang sesungguhnya. Tetapi kalau kita hanya memikirkan true unity seringkali kita jatuh
kepada satu ekstrim dan gagal mengerti aspek kesatuan secara tepat, yaitu bahwa setiap kesatuan harus
kembali berdasarkan anugerah yang Tuhan anugerahkan. Di sini memakai kata anugerah yang
dianugerahkan. Istilah ini merupakan satu gambaran yang unik sekali yaitu waktu saya bersatu saya harus
memperjuangkan persatuan sejati .
Kita seringkali menyamakan kesatuan dengan keseragaman. Ini adalah suatu konsep yang salah. Bukan
berarti kalau satu lalu menjadi sama semua. Satu kesamaan bukanlah satu kesatuan. Kesatuan karena
207
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
kesamaan sebenarnya bukan kesatuan yang sesungguhnya. Dalam hal yang esensial memang harus ada
kesatuan, tetapi di dalam banyak aspek harus ada keragaman. Paulus mengatakan, "Tetapi kepada kita
masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus." Kata yang
digunakan disini menggambarkan suatu anugerah yang bersifat pemberian secara satu-persatu. Satu
anugerah yang diberikan pada setiap kita di mana setiap kita mendapatkan bagian satu-persatu. Ini
gambaran yang Paulus ambil dari Mat 25. Di situ ada satu pembagian tetapi setiap orang diberi secara
berbeda berdasarkan anugerah Tuhan. Kesatuan yang sesungguhnya adalah kesatuan yang berbasiskan
pertobatan dan hidup kembali kepada Tuhan Yesus, tetapi di atasnya muncul keragaman yang begitu
banyak. Kesatuan bukan hanya keseragaman tetapi juga keragaman. Gambaran terbaik di sini adalah tubuh
manusia. Kesatuan Kristen adalah kesatuan organisme dan bukan kesatuan organisasi.
Kesatuan Kristen seperti satu tubuh di mana seluruhnya mempunyai satu kesatuan yang mendasar yang
tidak dapat dipisahkan. Jadi, organ yang terpenting sekalipun tetap bukan merupakan orang secara
keseluruhan. Setiap bagian begitu beragam dan tidak dapat diganti karena mempunyai keunikan. Di sini
seluruhnya menggambarkan satu keragaman Tuhan menginginkan kesatuan anak-anak Tuhan terbentuk
dari begitu banyak keragaman sehingga setiap kita tidak akan pernah perlu melirik orang lain lalu ingin
menjadi seperti dia. Di sini kita perlu mengerti beberapa konsep yaitu:
1.
Bagaimana saya turun di dalam pelayanan kesatuan sebagai orang-orang
yang beranugerah
Hal pertama yang perlu kita sadari yaitu bahwa kita adalah orang-orang yang mendapat anugerah.
Kesatuan yang sejati terjadi karena kita tahu siapa kita di hadapan Tuhan. Sadar bahwa saya bukan
independent tetapi adalah orang yang dikeluarkan dari dosa dan kembali kepada Tuhan, sadar bahwa kita
hidup berdasarkan sola gracia. Luther sadar bahwa jika ia dapat hidup hingga saat itu, maka itu adalah
anugerah Tuhan yang luar biasa. Seringkali kita jatuh di dalam konsep bahwa ini adalah hasil usahaku.
Memang secara fenomena kita dapat mengumpulkan hasil dari kerja, tetapi modalnya dari siapa? Sekalipun
kita mempunyai otak yang brilian tetapi ingat, kalau Tuhan membiarkannya selesailah semuanya kurang
dari 1 menit. Hidup kita bukan karena kita punya, hebat atau mampu tetapi potensinya dari Tuhan yaitu
anugerah yang dianugerahkan. Biarlah kunci ini menjadi dasar. Kalau kita diberi kepandaian, kekayaan dan
kekuatan itu semua dari Tuhan. Dan ketika kita sadar itu, kita semua berjuang demi kemuliaan Tuhan.
Ketika kita beragam lalu semua memperjuangkan kemuliaan Tuhan saya tidak pernah takut akan terjadi
ribut di dalam gereja. Perhatikan! Kita tidak ribut di dalam pelayanan itu bukan berarti karena kita semua
sama. Tetapi siapa yang diutamakan di dalam perbedaan, itu masalahnya.
2.
Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia
menurut ukuran pemberian Kristus
Efesus adalah kota yang besar dan maju sehingga mereka mungkin ambisius. Kunci kedua ini sangat
penting. Kita harus ingat bahwa kita bukan mendapat semua, tetapi diberi berdasarkan ukuran tertentu
yang Tuhan tetapkan. Dua hal yang harus menjadi sifat dasar orang Kristen di dalam aspek anugerah
adalah:
saya bukan mendapat semuanya oleh sebab itu kita perlu bekerja sama. Ini bukan di dalam urusan
pelayanan saja tetapi di dalam pekerjaan juga. Kita hanyalah part dan bukannya all in. Kita harus sadar
a.
208
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
bahwa kita terbatas. Mungkin setiap orang diberi bagian yang berbeda, ada yang diberi 5 dan ada yang 2.
Yang diberi 5 akan dituntut 5 dan 2 akan dituntut 2.
b. Jangan iri kepada yang lain namun sebaliknya kita bertanggungjawab atas talenta yang Tuhan beri
kepada kita. Kita juga tidak dapat berkata bahwa kita tidak dapat berbuat apa-apa karena itu membuat kita
pindah dari ekstrem satu ke ekstrem yang lain. Ingat! setiap kita beranugerah menurut ukuran pemberian
Kristus. setiap kita terbatas, beranugerah dan bertanggung jawab untuk setiap apa yang Tuhan berikan
pada kita dan itu harus dikerjakan dan dikembalikan karena itu anugerah yang Tuhan berikan.
3.
Kita harus kembali pada pusat sejati pemberi anugerah
Paulus mengatakan pemberi anugerah adalah Kristus sendiri. Salah satu bahaya pelayanan adalah seluruh
yang kita kerjakan, orientasi terakhirnya kembali kepada diri kita sendiri dan bukan kepada pemberi
anugerah. Saat kita dipuji atau dikritik, itulah ujian yang paling nyata. Kita semua satu tubuh di mana
masing-masing diberi anugerah yang seluruhnya kembali kepada Kristus pemberi anugerah. Paulus
mengatakan, "Karena itu segala sesuatu dari Allah, kepada Allah dan bagi Allah." Ini menjadi kunci pertama
hingga seluruh pelayanan dapat berjalan baik. Saya selalu mengatakan bahwa pujian yang diberikan itu
perlu karena itu sebagai sesuatu yang menguatkan. Orang yang tidak pernah dipuji tetapi dikritik terus
maka akan menjadi orang yang minder. Maka di sini bukan soal pujiannya tetapi soal orientasinya. Pdt.
Stephen Tong pernah mengingatkan satu hal yang harus saya pegang baik-baik, "Matilah terhadap pujian
dan kritik." Kalau kita bisa mati terhadap pujian dan kritik maka baru kita dapat hidup melayani dengan baik
karena orientasinya bukan di kita tetapi di Tuhan. Kalau kita mau diukur dari sudut Kristus maka dari segi
yang lain kita harus mati. Orientasi kita hidup dan melayani untuk siapa? Semua harus kita kembalikan
kepada sumber anugerah yaitu Kristus atau kita sedang mencari untuk diri kita sendiri.
Kalau kita beres dalam tiga hal ini maka kita siap untuk sama-sama bekerja untuk kerajaan Tuhan dan
bersatu secara beragam. Kita dapat menjadi hamba-hamba Tuhan yang baik dan sungguh-sungguh efektif
di tengah dunia ini.
1.
Sadar anugrah yang dianugrahkan.
2.
Sadar batas menurut ukuran pemberian Kristus.
3.
Pusatnya bukan kita melainkan Kristus. Biarlah dengan demikian kita hidup melayani Tuhan, kudus
dan sungguh-sungguh demi kesaksian bagi orang lain dan demi kemuliaan Tuhan.
Amin!
209
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
P
Pe
errttu
um
mb
bu
uh
ha
an
n ttu
ub
bu
uh
hK
Krriis
sttu
us
s
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
11
Efesus 4:11-16
Dan Ialah yang memberikan baik rasul–rasul maupun nabi–nabi, baik pemberita–
pemberita Injil maupun gembala–gembala dan pengajar–pengajar,
12
untuk memperlengkapi orang–orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan
tubuh Kristus,
13
sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang
Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan
Kristus,
14
sehingga kita bukan lagi anak–anak, yang diombang–ambingkan oleh rupa–rupa angin
pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan,
15
tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam
segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.
16
Dari pada–Nyalah seluruh tubuh, ––yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh
pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap–tiap anggota––
menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.
menjadi bagian di mana Paulus menegaskan secara doktrin bagaimana orang Kristen dikeluarkan
dari dosa dan hidup baru di dalam Kristus, bagaimana Tuhan menuntut adanya satu kesatuan yang
mempertumbuhkan seluruh bangunan tubuh Kristus sebagai fungsi keberadaan daripada kerajaan Allah di
tengah dunia. Di pasal 4 kita akan melanjutkan bagian aplikasi dari surat Efesus dan melihat bagaimana
proses itu harus digarap secara konkrit di dalam hidup kita sehari-hari. Bagaimana kita harus berproses dan
bertumbuh, apa yang harus diproses dan dipertumbuhkan, dan ke mana sasaran proses kita?
Efesus 1-3
Gambaran dari Efesus 4 merupakan satu proses dinamis kehidupan yang harus terus bertumbuh. Setiap
tubuh merupakan satu gambaran bagaimana tubuh itu terus bergerak dan bertumbuh sehingga kalau
tubuh itu tidak bertumbuh atau bertumbuh secara tidak tepat maka tubuh itu menjadi tubuh yang aneh.
Orang tua yang mempunyai anak yang bagian tubuhnya tidak dapat berkembang secara normal akan sedih
sekali tetapi seringkali kita tidak membayangkan hal ini juga terjadi di dalam tubuh Kristus. Banyak orang
Kristen yang seharusnya berproses dan bertumbuh namun ternyata tidak bertumbuh seperti yang
seharusnya. Di sini kita dapat melihat bagaimana Paulus dengan tegas mengutarakan beberapa aspek
dalam Ef 4 yang berkenaan dengan pertumbuhan yaitu:
210
1.
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Apa motivasi kita berproses?
Paulus di sini menekankan bahwa seluruh proses pertumbuhan kita harus dimotifasi atau didorong oleh
satu ide yang yang utama yaitu, "Bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turuntemurun sampai selama-lamanya." Salah satu aspek yang menyebabkan tubuh gagal berproses adalah
karena motivasi pertamanya sudah bergeser. Di dalam kita melihat pertumbuhan seseorang seringkali
orientasi kita adalah berapa banyak yang telah ia kerjakan dan apa yang ia lakukan, tetapi kita gagal untuk
melihat apa yang menjadi inti pertama pelayanannya.
Alkitab mengatakan bahwa yang utama adalah bagi kemuliaan Allah. Kemuliaan Allah harus dinyatakan di
dalam jemaat. Ketika jemaat menjadi satu wadah di mana kemuliaan Allah dapat dipancarkan, maka itulah
motivasi mengapa saya harus berproses menuju kepada satu tujuan yang Tuhan tetapkan. Kekristenan
gagal memacarkan kemuliaan Allah di dalam kehidupan kekristenannya karena justru di dalam kekristenan
sendiri motivasi ini sudah hilang. Akibatnya, kita melakukan atau memperjuangkan sesuatu demi
kepentingan diri kita sehingga kemuliaan Allah tidak dapat terpancar. Semakin motivasi kita menuju pada
kemuliaan Allah semakin kemuliaan Allah itu muncul di dalam jemaat. Saudara, Kekristenan bukan sekedar
berteori tentang iman Kristen tetapi kekristenan harus menyentuh hingga motivasi hidup kita. Apa yang
menjadi dorongan hidup Saudara menjadi dorongan mengapa Saudara mengambil keputusan tertentu,
menerima dan menolak melakukan sesuatu. Proses kehidupan iman kita dimulai dengan satu komitmen
mempunyai motivasi murni di hadapan Tuhan.
Pada saat seperti itu mari kita merefleksi diri apakah pembangunan ini seluruhnya menuju kepada satu
pembangunan tubuh Kristus ataukah di dalamnya ada keinginan-keinginan yang tersembunyi dibalik istilahistilah yang kelihatan bagus. Tokoh-tokoh di sepanjang Alkitab bukanlah orang sempurna yang tidak pernah
berbuat salah, dan bahkan secara fenomena mungkin kelihatan lebih jahat. Daud misalnya, kalau dilihat
dari dosanya orang seperti ini seharusnya sudah dibuang tetapi justru kepadanya Tuhan berkata, "Kepada
dia Aku berkenan." Apakah Tuhan tidak melihat dosanya? Tuhan melihat dan ia dihukum berat sekali
karena dosanya, tetapi bagaimanapun juga, dalam seluruh aspek hidupnya Daud dekat dengan Tuhan.
Begitu ditegur dia langsung balik, meratap dan sedih luar biasa karena dia tahu dia telah menyakiti hati
Tuhan. Mungkin dalam hidup kita pernah jatuh dan menyeleweng tetapi Tuhan mau melihat motivasi
murni yang muncul dari hati kita.
2.
Allah telah memilih jabatan pelayanan dan orang-orang kudus yang seluruhnya
harus dipakai untuk pekerjaaan Kristus melalui pelayanan semua bagian
Tuhan menetapkan nabi, rasul, gembala, penginjil dan pengajar guna memperlengkapi orang-orang kudus,
yaitu setiap anak-anak Tuhan untuk pembangunan Tubuh Kristus. Ungkapan dalam Ef 4:11-12 ini seringkali
menimbulkan dua kesalahan besar penafsiran:
a. Adanya dua kelas dalam gereja, yaitu pendeta dan kaum awam, di mana kelas yang satu lebih penting
dari kelas yang lain. Alkitab bukan bermaksud demikian. Kelima jabatan ini menunjukkan adanya
pembagian tugas kerja di dalam satu tubuh, tetapi kita harus melihat seluruh bagian ini di dalam konteks
satu tubuh Kristus. Kita harus ingat bahwa tidak ada bagian yang lebih penting dari bagian lain.
b. Timbul satu kondisi di mana kelompok elite harus balajar baik-baik dan mengerti semua hal sedang
kelompok awam tidak perlu. Alkitab menetapkan lima jabatan tersebut justru tugasnya untuk
memperlengkapi semua orang kudus demi pekerjaan pelayanan bagi pembangunan tubuh Kristus. Di sini
211
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
dikatakan semua dan bukan sebagian! Adanya lima jabatan ini bukan berarti lima jabatan ini yang
mengerjakan semua dan tetapi mereka hanya memperlengkapi orang kudus supaya nantinya dapat
bersama-sama membangun tubuh Kristus. Perlengkapan kekristenan bukan masalah kita suka atau tidak
suka tetapi itu adalah satu keharusan yang harus kita pelajari dan gumulkan supaya kita benar-benar maju.
Mengapa orang Kristen tidak mempunyai tekad untuk mendidik anaknya di dalam memperlengkapi mereka
secara spiritual tetapi begitu merasa perlu memperlengkapi mereka secara duniawi atau sekuler? Jika
demikian, kapan kita dapat bertumbuh? Apa perlengkapan yang dapat memperlengkapi kita? Ini
merupakan satu pertanyaan serius yang harus dijawab oleh kekristenan di seluruh dunia? Apa yang
sebenarnya menjadi motivasi inti dari hidup kita? Saya rindu setiap jemaat belajar baik-baik, karena kalau
setiap orang Kristen mau sungguh-sungguh belajar itu menjadi pukulan balik bagi setiap hamba Tuhan,
sehingga seorang hamba Tuhan yang berdiri di mimbar tidak akan sembarangan dalam memberitakan
firman Tuhan serta mendorong mereka untuk memperlengkapi diri.
3.
Setelah diperlengkapi maka aspek apa yang perlu digarap?
Paulus bukan sekedar mengajak kita untuk mau berproses dan diperlengkapi, tetapi ia dengan tegas
menggambarkan bagaimana perlengkapan itu dikerjakan dan diproses dalam setiap anak-anak Tuhan. Apa
dan ke mana sasarannya? Dalam ayat 13-14 dikatakan, "Sampai kita semua telah mencapai empat hal yaitu
kesatuan iman, pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh dan tingkat pertumbuhan
yang sesuai dengan kepenuhan Kristus sampai kita bukan lagi anak-anak yang dapat diombang-ambingkan
oleh berbagai pengajaran yang palsu dan tidak gampang dipermainkan oleh permainan manusia yang licik
serta menyesatkan.

Pertama, kita harus mengerti iman kita secara tepat, mengerti doktrin dan dasar pengajaran iman kita yang
sesungguhnya. Alkitab dengan tegas mengatakan kunci pertama bagaimana kita bertumbuh adalah tahu
pengajaran iman kristen yang sesungguhnya dan konsep pengetahuan yang benar tentang Anak Allah. Ini
bukan sekedar tahu. Dalam 2 Kor 11:4 Paulus dengan tegas mengatakan, "Sebab kamu sabar saja, jika ada
seorang datang memberitakan Yesus yang lain daripada yang telah kami beritakan, atau memberikan
kepada kamu roh yang lain daripada yang telah kamu terima atau Injil yang lain daripada yang telah kamu
terima." Mengerti bukan hanya sampai di kulit tetapi mengerti sampai ke kedalaman pengertiannya
sehingga kita bukan lagi anak-anak yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran. Seseorang
yang mempunyai pengertian doktrin yang kokoh tidak akan mudah digoyahkan oleh berbagai macam rupa
angin pengajaran namun ia akan dapat berbicara dan menghantam balik semua pengajaran yang sesat.
Kedua, Tuhan menuntut satu pertumbuhan bukan hanya di pengertian doktrin tetapi menuntut
kedewasaan penuh dan bertumbuh sampai ke tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.
Orang Kristen yang dewasa adalah orang Kristen yang mampu mengaplikasikan iman di dalam
kehidupannya dengan kekuatan yang dari Tuhan. Menjadi orang Kristen yang benar-benar takut akan
Tuhan tidak mungkin tidak mengalami masalah, tetapi justru di situ kematangan dan kedewasaan kita
sedang diuji. Kita perlu belajar dan menjadi dewasa serta mempunyai pertumbuhan yang kuat menghadapi
permasalahan di dunia ini dengan kekuatan Tuhan. Belajar baik-baik, bertumbuh dan maju di dalam
kedewasaan imam. Kapan kita dapat memperhatikan orang lain, memberitakan injil dan mempunyai
kekuatan untuk mendobrak dunia ini kalau kita sendiri masih perlu diasuh? Mengapa kita tidak bertumbuh
dengan tubuh yang semakin hari tumbuh semakin kuat dan semakin mampu bersuara di tengah jaman
212
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
serta berkarya di tengah jaman. Itulah tubuh yang sehat, bertumbuh, utuh dan tubuh yang dapat
melakukan sesuatu. Tuhan menghendaki tubuh Kristus menjadi tubuh yang bermanfaat di dunia ini, yang
dapat berkarya dan bekerja di tengah dunia. Tubuh itulah gabungan dari setiap anak-anak Tuhan di mana
kita berada di dalamnya, menjadi bagian-bagian yang turut bekerja untuk pembangunan keseluruhan,
diikat menjadi satu, rapi tersusun untuk mengarap pekerjaan Tuhan. Tuhan menginginkan kita bertumbuh!
Saudara, saya tidak tahu seberapa jauh kita telah bertumbuh dan berapa lama Saudara telah menjadi
Krsiten, tetapi hari ini biarlah apa yang Paulus inginkan sungguh menjadi satu teriakan dan komitmen hati
kita untuk kita mau dipakai Tuhan membangun tubuh Kristus dan mau diperlengkapi, berproses serta tahu
bagaimana kriteria proses itu tercapai sehingga dengan demikian kita dapat dipakai Tuhan secara indah.
Amin!
213
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
K
Ka
arru
un
niia
aR
Ro
oh
ha
an
nii d
da
an
n ttu
ujju
ua
an
nn
ny
ya
a
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
11
Efesus 4:11-12
Dan Ialah yang memberikan baik rasul–rasul maupun nabi–nabi, baik pemberita–
pemberita Injil maupun gembala–gembala dan pengajar–pengajar,
12
untuk memperlengkapi orang–orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan
tubuh Kristus,
Kemarin kita telah membicarakan bagaimana Tuhan memanggil kita bukan sekedar untuk berteologi tetapi
juga berpraktika di tengah panggilan sehingga terjadi kesatuan utuh di mana kita boleh melayani bersamasama membangun seluruh tubuh Kristus, rapi tersusun oleh semua bagiannya dan kita menjadi bagian di
dalamnya.

1.
Strata/ tingkatan
Saudara akan melihat struktur dalam bahasa Yunani yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan
sangat tepat yaitu menggambarkan dua kaitan antara rasul-rasul dan nabi-nabi dalam satu strata;
pemberita injil, gembala dan pengajar dalam satu strata selanjutnya. Di sini Paulus langsung mengkaitkan
dengan misi memperlengkapi orang-orang kudus untuk mengerjakan pelayanan bagi pembangunan tubuh
Kristus yang digambarkan sebagai struktur pemuridan (2 Tim 2:2). Yang pertama Paulus menggunakan kata
rasul dan nabi dan selanjutnya pemberita Injil, gembala dan pengajar. Rasul dan nabi di strata pertama
adalah untuk membangun epistemologi pelayanan. Seluruh bangunan pelayanan dipekerjakan dengan cara
Tuhan memanggil dua jabatan yaitu rasul dan nabi di mana nabi untuk membangun Perjanjian Lama sedang
rasul untuk membangun Perjanjian Baru. Keduanya itu menjadi basis seluruh kebenaran apa yang harus
dikerjakan oleh strata kedua yaitu pemberita Injil, gembala dan pengajar.
Saudara perhatikan bahwa Alkitab mencatat dengan teliti bukan nabi dan rasul, secara kronologinya
perjanjian lama dahulu lalu perjanjian baru tetapi secara teologis Perjanjian Baru menjadi iluminator
Perjanjian Lama. Rasul mengkonfirmasi apa yang di tulis oleh nabi sehingga seluruh pengertian dari depan
melihat ke belakang. Ini setara dengan yang dikatakan dalam Ef 2:20 di mana dikatakan rasul dan nabi
menjadi dasar dan Kristus menjadi batu penjurunya. Seluruh nubuat dalam perjanjian lama baru dapat kita
mengerti ketika kita melihat dalam perjanjian baru. Rasul membuka pengertian dari apa yang di tulis di
dalam perjanjian lama. Dua bagian ini, Perjanjian baru dan perjanjian lama menjadi konfirmasi daripada
basis epistemologi atau titik kebenaran seluruh tugas pekerjaan pembagunan tubuh Kristus. Seperti halnya
orang yang membangun rumah, ahli bangunan akan membuat suatu rancangan sehingga seluruh pekerjaan
214
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
yang akan dikerjakan harus cocok berdasarkan prinsip rancangan pertama. Hal yang sama juga terjadi di
dalam kita melayani, apa basis dasar kita melayani?
2.
Jabatan dan fungsi.
Di sini kita mulai melihat adanya dua tugas yang berbeda antara panggilan jabatan dengan fungsi. Hal ini
menjadi sulit dimengerti karena setiap kita telah dididik dengan konsep struktur organisasi fersi sekuler
sehingga setiap bagian menjadi terkunci di wilayahnya masing-masing. Tetapi Alkitab mengatakan bahwa
kita adalah satu organisme yang mempunyai jabatan tetapi meluas di dalam fungsi. Ketika kita menjadi
gembala kita diperlengkapi namun fungsi kita jauh lebih luas daripada wilayah jabatan kita. Paulus
mengatakan kamu merupakan bagian dari tubuh di mana satu bagian tubuh tidak mungkin lepas dari
semua bagian tubuh yang lain. Satu bagian merupakan keseluruhan daripada tubuh di mana ia adalah
bagian tubuh dan sekaligus adalah tubuh.
3.
Motif daripada seluruh panggilan jabatan adalah untuk membangun tubuh Kristus
Apakah jabatan merupakan sesuatu yang ditempelkan pada diri saya supaya saya mempunyai pengaruh
yang lebih luas dan dapat menciptakan kesombongan bagi diri saya ataukah justru jabatan tersebut
menuntut kualifikasi untuk saudara mengarap dan mempertanggungjawabkan jabatan tersebut di hadapan
Tuhan? Dalam Ef 4 dikatakan bahwa rasul, nabi, pemberita Injil, gembala dan pengajar adalah untuk
memperlengkapi orang-orang kudus yang mana jabatan tersebut berkaitan dengan tugas gereja namun
setiap orang Kristen mempunyai jabatan yang di luar dari gereja. Mungkin anda menjadi pimpinan suatu
perusahaan, ibu rumah tangga atau bahkan mungkin sebagai mahasiswa. Dengan kata lain setiap jabatan
ada tuntutan kualitas dan pengujian yang bertanggungjawab di hadapan Tuhan. Pdt. Stephen Tong pernah
mengkritik dengan keras orang-orang yang mau mempunyai jabatan tetapi tidak bertanggungjawab
masalah perlengkapan. Guna menjadi seorang Sarjana Hukum atau lainnya saudara dituntut kualitas yang
besar tetapi memjadi hamba Tuhan tidak mau diperlengkapi cukup supaya menjadi hamba Tuhan yang
berkualitas. Buat saya justru menjadi satu kegentaran luar biasa mempunyai jabatan sebagai pendeta
karena berarti saya harus bertanggungjawab penuh untuk jabatan yang saya sandang karena setiap kali
saya harus mengevaluasi layakkah saya menyandang jabatan tersebut.
Strata kedua bukan dimulai oleh pendeta tetapi dengan pemberita Injil. Tugas evangelist adalah tugas yang
pertama yang sangat penting di dalam jabatan strata kedua. Karena kalau tidak ada penginjil memberitakan
Injil maka tidak ada domba yang akan digembalakan. Seorang anak Tuhan dapat memberitakan Injil dengan
baik adalah karena ada orang-orang yang dipakai oleh Tuhan mengajar, memberi contoh, melakukan
teladan dan memulai pekerjaan penginjilan. Tidak semua orang mempunyai talenta yang sedemikian hebat
menjadi pemberita Injil karena secara jabatan ia harus mempunyai perlengkapan yang unik yaitu
a.
Ia harus mempunyai pengertian theologis yang benar dan mampu memberikan pada jemaat prinsipprinsip pemberita, mendorong dan memperlengkapi untuk boleh memberitakan Injil.
b.
Mereka harus mempunyai kemampuan komunikasi, bahasa dan budaya yang baik karena ketika
memberitakan Injil kita harus berhadapan dengan orang yang mempunyai budaya, pemikiran tertentu dan
ia harus mempunyai konsep yang mampu menangkap konsep orang yang berbicara dengannya serta
kemampuan adaptasi yang baik dan kekuatan untuk berani menembus situasi. Ini bukan hal yang
sederhana, pendidikan-pendidikan penginjilan yang melatih hamba Tuhan untuk tugas penginjilan, menjadi
215
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
pemimpin KKR, menjadi misionari yang masuk ke lintas budaya dan orang-orang yang mendorong
penginjilan di dalam gereja-gereja merupakan orang yang Tuhan panggil khusus.
Setelah terdapat orang-orang yang bertobat maka terdapat dua jabatan yang berkaitan satu dengan yang
lain karena seorang gembala bagaimanapun juga dia adalah seorang pengajar dan demikian pula
sebaliknya. Tetapi bagaimanapun juga tugas ini tetap dapat dipisahkan karena terdapat intensitas yang
sedikit berbeda. Dalam tugas seorang gembala lebih banyak ke bidang pastoral seperti konseling,
memperhatikan kehidupannya dsb., sedangkan seorang pengajar lebih memperhatikan ke bidang
akademis, pengertian konsep dan pengajaran teorinya. Sehingga di sini antara gembala dan pengajar
dikaitkan satu dengan yang lain dengan lebih baik di mana tugas antara gembala dan pengajar adalah
mengedifikasi, memelihara dan mempertumbuhkan jemaat dan akhirnya mereka dapat dipakai Tuhan
menjadi alat Tuhan dalam pekerjaan pelayanan pembangunan tubuh Kristus.
Selanjutnya, di mana posisi kita? Setiap kali Tuhan memberikan jabatan mari kita bertanya seberapa jauh
kita bertanggung jawab untuk jabatan yang Tuhan sudah berikan dan bagaimana itu menjadi jabatan yang
akhirnya dapat memperlengkapi pembangunan tubuh Kristus. Saya harap kita bertobat dan mengerti apa
yang Tuhan mau serta tahu seberapa luas fungsi yang Tuhan percayakan kepada kita. Saudara kalau
mengerti ini maka saudara tidak akan sembarangan di dalam memegang jabatan dan tahu bagaimana
memberikan satu pertanggungjawaban. Bagaimana fungsi menuntut satu pekerjaan bersama baru dengan
demikian seluruh tubuh dibangun bersama, terkoordinasi dengan rapi dan setelah itu semua pekerjaan
Tuhan dapat dibangun tanpa mengalami halangan. Seluruh sistem gerakan dapat terjadi karena kita tahu
sistem organisme yang berjalan seperti Alkitab mau. Tahu posisi tetapi juga tahu fungsi. Tahu posisi
membuat kita tidak mengacak-acak posisi orang tetapi tahu fungsi membuat kita tidak menutup mata
terhadap orang lain. Ini dua hal yang harus secara paradoksikal dikerjakan. Maukah kita berjalan seperti ini?
Rela mengubah kerja dan konsep epistemologi kerja sehingga kita dapat dipakai Tuhan secara meluas dan
bagaimana Tuhan menyertai kita dengan kuasa untuk dapat mengarap serta tahu apa artinya tubuh Kristus
di mana Kristus menjadi kepala.
Amin!
216
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
P
Pa
arra
ad
do
ok
ks
so
orrd
do
od
da
an
nk
ke
es
sa
attu
ua
an
n
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
16
Efesus 4:16-19
Dari pada–Nyalah seluruh tubuh, ––yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh
pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap–tiap anggota––
menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.
17
Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi
sama seperti orang–orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia–sia
18
dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena
kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka.
19
Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu
dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran.
Saudara, pada saat ini kita kembali masuk dalam pembahasan Efesus di mana di akhir pasal 4:16 kita melihat
seluruh konteks masuk kepada klimaks apa yang sebenarnya menjadi tujuan terakhir yang diharapkan di
dalam pengertian konsep eklesia atau gereja yang Tuhan inginkan. Paulus menggunakan satu gambaran
yang bagi saya begitu indah di mana ia menjelaskan apa yang dimaksud dengan eklesia atau ekkaleo (ek:
keluar; kaleo: to call/memanggil) yaitu orang-orang yang dipanggil keluar. Mengapa demikian? Karena gereja
pada hakekatnya merupakan sekelompok orang yang dipanggil keluar, disusun secara rapi lalu dikirim
kembali kepada dunia untuk mengerjakan pekerjaan Tuhan. Hal ini sangat konsisten dengan doa Tuhan
Yesus dalam Yoh 17. Di mana Ia berdoa kepada Bapa, “… ketika Engkau memanggil mereka Engkau tidak
mencabut mereka dan tidak menarik mereka kembali ke surga tetapi Engkau justru mengirim mereka
kembali ke tengah dunia ini. Sama seperti Engkau mengutus Aku, Aku juga mengutus mereka.” Ini
merupakan kalimat di mana Tuhan Yesus memberikan penjelasan yang begitu tegas yang menyatakan
bahwa setiap panggilan Kristen adalah panggilan untuk bekerja dan melayani Tuhan, mengarap pekerjaan
yang Tuhan inginkan untuk kita kerjakan.
Saudara, ketika kita mengerti ini maka baru Paulus menegaskan secara konseptual bagaimana pekerjaan itu
digarap. Selama kita membahas pasal 4:1-16, kita sudah melihat satu-persatu tentang prinsip karunia Roh
Kudus bagaimana Tuhan mengabungkan semua bagiannya menjadi satu tubuh di mana setiap bagian
menjadi bagian-bagian di dalam satu tubuh yang akhirnya mencapai keseluruhan daripada misi pekerjaan
Tuhan. Satu tubuh bukan berarti sama tetapi juga bukanlah merupakan keperbedaan yang begitu terlepas
satu sama lain. Post Modernism saat ini telah menerpa gereja Tuhan dengan satu istilah yang kita kenal
dengan ‘jejaring’ atau ‘networking.’ Networking merupakan satu gambaran kaitan satu dengan satu yang
saling berhubungan satu sama lain. Dalam networking tidak ada ordo atau urutan atas ke bawah tetapi
kebersamaan dan kesejajaran. Satu keberadaan yang tidak mempunyai otoritas lain selain diri kita yang
berhubungan di dalam satu kaitan kesejajaran dengan yang lain. Maka dengan semangat ini seluruh garis
217
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
otoritas sedang dibuang oleh dunia kita dan ini adalah satu bahaya besar. Hari ini rumah menjadi tempat di
mana filsafat sedang dikembangkan dan menjadi pola relasi kita di dunia. Kalau pada jaman ini kekristenan
tidak memberikan satu model dalam satu bentuk kehidupan konkrit yang sangat sesuai dengan iman
kristen maka kita akan rentan dan rapuh untuk diterpa dengan semangat filsafat dunia.
Paulus mengajarkan di dalam bagian ini yaitu biarlah setiap orang berada di dalam garis otoritas yang tepat
lalu bernetwork dalam otoritas yang tepat. Ini satu pola berpikir paradoks yang harus mulai digarap di
dalam rumah tangga, gereja, persekutuan kita dan di semua tempat yang memungkinkan kita mengambil
satu kebijaksanaan untuk satu pembentukan relasi yang akan menjadi contoh bagi dunia. Paulus
mengatakan, “Biarlah semua bagian rapi tersusun.” Yang di dalamnya mengandung unsur:
1.
Unsur Ordo atau urutan atas ke bawah
Unsur ordo di sini ditegaskan bahwa pada urutan paling atas adalah Kristus sebagai kepala di dalam seluruh
ordo yang kita kerjakan. Hari ini berapa banyak kasus keterbalikan ordo dalam rumah tangga. Kalau di
dalam satu keluarga di mana keluarga kita sudah tidak beres maka dampaknya terlalu besar dan kalau
terjadi seperti itu maka jangan salahkan, kalau itu mulai dari kepala keluarga dan struktur rumah tangga
yang sudah tidak dapat berjalan secara tepat. Sama halnya juga kalau dalam gereja strukturnya terbalik di
mana yang seharusnya Tuhan sebagai pimpinan gereja lalu para hamba Tuhan yang belajar teologi yang
menjadi pimpinan gereja, penatua, diaken, pengurus komisi, aktivis gereja dan baru jemaat. Ini merupakan
ordo yang disusun rapi. Namun sekarang gereja dikelola tidak lebih dari sebuah P.T. sehingga menjadi gereja
yang materialis dan kehilangan injil karena gereja tidak lagi memikirkan kebenaran, gagal mengarah kepada
misi dan gereja tidak berani berkorban di tengah dunia.
2.
Networking.
Diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, tiap-tiap anggotanya menerima pertumbuhannya
dan membangun dirinya dalam kasih. Satu kaitan kebersamaan di mana setiap unsur di dalam ordo itu
terikat menjadi satu oleh semua bagiannya. Mengapa seringkali ketika menjalankan otoritas pada saat yang
sama relasi antar bagian menjadi tidak dapat berjalan dengan baik. Ini merupakan satu pertanyaan serius!
Banyak keluarga yang mulai memikirkan order lalu pada saat yang sama hubungan antar keluarga menjadi
sangat mekanis, otoriter, diktator dan sangat menekankan kekuasaan serta penekanan. Tetapi Alkitab
mengatakan, biarlah semua bagian saling mengikat satu sama lain seluruhnya menjadi satu keutuhan di
mana setiap bagian mengambil bagian dan semuanya akhirnya mengarap bersama-sama. Berarti di dalam
bagian ini di satu pihak adanya order dan di lain pihak adanya kesamaan kebersamaan. Maka seharusnya
bagaimana order tersebut dijalankan, dibangun dan digarap di dalam suasana kasih.


1.
Pikirannya sia-sia.
2.
Pengertiannya yang gelap atau seluruh konsepnya rusak.
3.
Jauh dari hidup persekutuan dengan Allah atau relasinya rusak sehingga efeknya mereka akan
menjadi bodoh secara otak dan kehidupan mereka akan menjadi degil. Akibatnya perasaan mereka menjadi
218
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu atau cara hidup yang rusak dan
mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran.
Saudara, waktu Paulus mulai melihat ayat 16, ia sampai di klimaks memaparkan gereja Tuhan harus kembali
kepada esensi yang seharusnya berarti setiap kita harus mengevaluasi dan melihat kembali, sudahkah kita
bersekutu menjadi satu gereja. Urgensi ini menuntut satu kalimat selanjutnya yaitu “Sebab itu kukatakan
dan kutegaskan …” istilah dua kata dalam bahasa Indonesia ini saya rasa dibuat ringan supaya tidak terlalu
tajam dan orang yang membaca merasa tidak enak. Kata sebab itu kukatakan sebenarnya merupakan satu
pernyataan yang mengandung satu kenyataan yang dibukakan. Jadi waktu saya mengatakan, itu bukanlah
perkataan mulut tetapi pernyataan yang cocok dengan yang saya saksikan. Sedangkan kata saya
menegaskan kepadamu, Paulus mau menceritakan bahwa kekristenan hidup mulai dari saat seseorang
berubah di dalam pengertiannya tentang Tuhan dan hal itu juga mengubah seluruh cara hidupnya.
Paulus adalah seorang yang sebelumnya begitu giat membunuh dan menganiaya anak-anak Tuhan serta
memegahkan dirinya sendiri. Dalam semangat mengejar orang Kristen Paulus sangat gigih karena buat
orang Yahudi berjasa dan mendapatkan nilai lebih bagi prestasi dia di dalam perjuangan agama Yahudi. Itu
alasannya mengapa Paulus setelah bertobat pertama-tama yang dia kerjakan adalah mengubah namanya
menjadi Paulus yang artinya si kecil yang langsung mengingatkan dia bahwa ia telah berubah.
Kalau kita mengevaluasi, sebenarnya apa yang mengisi dan menguasai pikiran dan hidup kita sehingga kita
mengabdikan hidup kita untuk apa yang kita kejar? Benarkah itu yang Tuhan mau? Benarkah kita sedang
memperjuangkan kebenaran atau kita sedang memperjuangkan keegoisan kita? Dalam Kis. 20 Paulus
mengatakan, “Aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun asal saja aku dapat mencapai garis akhir
menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan Tuhan Yesus kepadaku untuk memberitakan Injil kasih karunia
Allah.” Itulah visinya yang mengisi dan menguasai pikirannya di mana ambisi menyelesaikan pekerjaan
Tuhan yang dibebankan kepadanya untuk diselesaikan.
Seringkali kita mudah sekali mengkritik orang tetapi begitu sulit melihat diri kita sendiri. Saya ingin
mengajak kita untuk belajar berkata pada diri kita dengan perkataan yang ditunjang dengan fakta hidup
kita. Itu memang tidak mudah tetapi kita mau untuk di proses. Mulai dengan merubah diri kita sendiri
dengan satu komitmen untuk mau hidup diubah oleh Tuhan. Kuasa perubahan itu mulai dari Roh Kudus.
Dalam Ef 4:30 dikatakan, “Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah yang telah memeteraikan
kamu menjelang hari penyelamatan.” Kalau kita merelakan diri diubah maka baru unsur kedua dapat
terjadi yaitu dalam kalimat kedua Paulus mengatakan aku memerintahkan kepadamu dan bukan sekedar
menegaskan. Di dalam kalimat tersebut dikatakan, “I am insisted,” yang berarti saya minta dengan serius
dan tuntut kamu untuk berubah. Kuasa tuntutan perubahan dapat terjadi ketika kita berubah dan dibentuk
maka kuasa itu menjadi kuasa yang besar untuk membuat orang lain berhak kita tuntut untuk berubah.
Kalau kita sendiri tidak berubah maka kita tidak mempunyai kuasa untuk mengajak orang lain berubah.
Ini merupakan aspek kedua yaitu berani berkata kepada orang lain yang menjadi resiko menghantam balik
kepada diri kita. Kita belajar dituntut untuk menuntut dan pada saat yang sama kita sedang dituntut untuk
menuntut diri. Ini dua hal yang Paulus kerjakan menjadi asumsi perubahan hidup. Saat kita melayani di situ
ada double tuntutan di mana orang lain akan merasakan adanya penekanan dari kita dan waktu itu orang
lain akan melihat kita sehingga kita dapat mawas diri lebih hati-hati hidup. Daripada kalau kita tidak
melayani maka kita akan lebih mudah jatuh karena pada saat yang sama tidak ada risiko dan tuntutan balik
yang mental ke kita. Ini yang saya harapkan dari kita. Tuhan mengajak, waktu kita saling melayani terjadi
219
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
satu timbal balik dna ikatan yang saling mengisi satu sama lain sehingga di saat itu kita dapat saling
menuntut dan saling dituntut. Paulus mengajak kita dua unsur ini harus digabung dan digarap di dalam diri
kita. Di tengah-tengah Indonesia ini masih terdapat 25.000 suku di Indonesia yang belum pernah kenal injil.
Salah aspek pertanyaan misi adalah bagaimana kesaksian hidup orang Kristen. Mari saudara, Tuhan pakai
kita untuk boleh dipakai Tuhan di tengah jaman ini. Mari kita mulai mengarap, Paulus mulai mengajak kita
masuk dalam pasal 4 bahwa kekristenan bukan satu teori tetapi suatu aplikasi praktis yang harus hidup
mengubah mulai dari diri kita, kita mempuyai komitmen mau dibentuk dan diubah seperti apa yang Tuhan
inginkan. Sehingga Tuhan dapat pakai kita untuk melayani dalam seluruh misi yang Tuhan inginkan untuk
kita kerjakan. Mau saudara?
Amin!
220
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
M
Ma
an
nu
us
siia
aL
La
am
ma
a
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
17
Efesus 4:17-19
Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi
sama seperti orang–orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia–sia
18
dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena
kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka.
19
Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu
dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran.
Minggu lalu kita sudah berbicara satu kalimat klimaks yang besar yakni, "Sebab itu kukatakan dan
kutegaskan," di mana jika kita menajamkan kata "kukatakan" dan "kutegaskan" ini, maka kata-katanya akan
menjadi "kusaksikan" dan "kuperintahkan". Sebab yang dikatakan Paulus di sini bukan sekedar mengatakan
tetapi didukung oleh kesaksian hidupnya dan itulah sebabnya suatu kuasa yang besar menyertai
perkataannya. Setelah menyaksikannya, Paulus kemudian melanjutkan, "Kuperintahkan." Perintah ini
sedemikian serius di mana dikatakan "Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal
Allah." Maka, harus ada perbedaan yang sangat kontras yang bisa dilihat antara orang yang berada di luar
Kristus dengan orang-orang Kristen yang hidup di dalam Kristus, yakni bahwa orang-orang dunia memiliki:
1.
Pikiran yang sia-sia,
2.
Pengertian yang gelap, dan
Persekutuan yang jauh dengan Allah. Selanjutnya, Paulus menyebutkan alasan yang sangat tajam
dibalik ketiga ciri di atas yaitu: kebodohan dan kedegilan hati mereka. Jika kita hidup (cara, konsep, prinsip dan
nilai hidup) sama seperti dunia ini hidup, maka Kekristenan sama sekali tidak memiliki nilai lebih apapun
karena kekristenan semacam ini hanya berada di kulitnya Kekristenan saja. Paulus tidak membicarakan
kekristenan yang seperti ini tetapi ia masuk ke dalam esensi Kekristenan itu seperti apa.
3.
Mengapa banyak orang Kristen yang tidak terlalu suka dengan filsafat? Di dalam filsafat memang terdapat
banyak istilah dan teori-teori filsafat, tetapi itu bukanlah esensinya. Dari kata aslinya saja kita dapat melihat
bahwa filsafat (dari kata phileo= mencintai, sophia=bijaksana) adalah mencintai bijaksana. Maka, jika kita memang
benar-benar manusia yang sejati, mestinya kita seorang filsuf, seorang yang mencintai bijaksana. Saya rasa
tidak ada orang yang tidak mau menjadi orang yang bijaksana. Pertanyaannya adalah bijaksana itu apa?
Bagi Pdt. Stephen Tong bijaksana adalah bijak yang berasal dari sana (dari atas, dari Tuhan), bukan dari sini
(dari diri manusia sendiri). Sedangkan, dalam filsafat masalah utamanya adalah lebih banyak "bijaksini"-nya
daripada "bijaksana"-nya.
Apakah bijaksana itu? Dalam filsafat, bijaksana adalah penggabungan dari bidang-bidang seperti
kebenaran, keadilan, moral, estetika (keindahan) dan kesucian secara utuh. Orang yang bijak adalah orang
yang dalam mengambil keputusan sudah mempertimbangkan semua segi dengan tepat. Ini dimengerti oleh
221
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
para filsuf, tetapi pada saat yang sama mereka gagal masuk ke dalam bijaksana yang Sejati, gagal
mendapatkan kebenaran yang sejati secara tepat. Inilah kebodohan; bukannya kebodohan secara
intelektual. Maka, jika tahu bahwa diri kita bodoh, yang harus ditanyakan adalah di mana letak kebodohan
kita dan mengapa kita bodoh?
Mengapa seseorang menjadi bodoh? Karena pikirannya sia-sia, pengertiannya gelap dan persekutuannya
jauh dengan Allah. Di mana letak kebodohannya? Letaknya adalah:
1.
Dia tidak memiliki standar dalam menilai sesuatu
Jika kita tidak punya fondasi yang cukup untuk menguji sesuatu hal, maka ketika kita menerima informasi
yang terlalu banyak tentang sesuatu itu, justru akan mencelakakan kita. Seseorang ketika ingin
menjalankan sesuatu, ia harus memiliki dasar pijak yang tepat dan itu hanya satu yaitu kembali kepada
Kristus. Kunci jawaban ini berada dalam kalimat pendek di Ef 4:20, "Tetapi kamu bukan demikian. Kamu
telah belajar mengenal Kristus." Maka jelas bahwa Kristuslah yang menjadi standar nilai; kebenaranlah yang
menjadi standar penilai.
2.
Salah dalam prosesnya
Informasi jangan ditangkap sebagai informasi, sebab itu akan menjebak kita ke dalam suatu fenomena
tanpa mengerti esensinya. Informasi hanyalah cetusan luar yang di belakangnya terdapat motivasi
informasi. Ketika seseorang menyampaikan informasi (misalnya dalam masmedia), yang disampaikan itu
bukanlah informasi objektif, dan tidak pernah ada informasi yang obyektif. Ketika mendengar informasi,
kita harus menguji apa yang ada di belakang informasi itu (alasannya) baru kemudian kita dapat
mencermatinya. Jangan hanya mendengarkan informasinya saja, tetapi tangkaplah motif di belakang
informasi. Be a wise man.
Kita sebenarnya adalah orang yang mengerti fenomena atau mengerti esensi? Sangat kasihan orang yang
hanya berhenti dalam fenomena tetapi itulah dunia kita. Mereka kalau kita ajak bicara esensi akan menolak
dan waktu lebih dalam kita tanya maka mereka akan marah. Itulah keadaan yang sekarang kita alami
sehingga kita sulit berbincang dengan mereka karena akan berhadapan dengan benteng yang begitu kokoh
yang menampilkan luarnya dan tidak mau membuka apa yang ada di belakang. Kita sedang dibawa pada
satu virtual world (dunia semu), kita sedang dibawa pada satu topeng-topeng yang sedang menghindar
daripada keoriginalitasannya sendiri. Kalau kita masuk dalam situasi itu maka kita hanya menambah
kebodohan dunia ini, mari kita mulai berubah.
3.
Pengambilan keputusan yang salah
Waktu kita menjadi seorang yang bijak maka kita tidak akan gegabah sebab satu keputusan yang penting
kita pertimbangkan secara two decision, bukan satu aspek saja tetapi juga aspek lawannya. Contohnya
waktu seorang memutuskan memilih komputer A, apakah ia mempunyai argumen yang cukup untuk
menjatuhkan argumen yang lain? Ini yang tidak pernah ditanyakan! Saat kita menginjili seseorang seringkali
keluar kalimat tidak enak menjadi orang Kristen karena banyak larangan (tidak boleh berbohong, dan lain-lain)
tetapi jikalau kamu menolak Tuhan Yesus maka itu juga mengandung resiko yang besar. Ini yang tidak
pernah kita dipikirkan. Apakah benar pilihan tersebut lebih baik dari pilihan lainnya sehingga saya
memilihnya? Ini merupakan pertanyaan dua sisi.
Saudara, di dalam hidup kekristenan kita seringkali menjadi orang bodoh karena waktu mengambil
keputusan ternyata hanya satu sisi saja. Bodoh di sini bukan karena IQ kita rendah tetapi karena bodoh
222
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
tidak kembali kepada kebenaran dan hidup dengan cara dunia. Jadi waktu Paulus berkata, "Kau mempunyai
pikiran yang bodoh itu akibatnya membuat pikiranmu menjadi sia-sia, pengertiannmu menjadi gelap,
relasimu dengan Tuhan menjadi begitu jauh." Ini kalimat yang dibukakan oleh Paulus dan manusia benci
mendengar kalimat ini tetapi itulah faktanya. Dan ketika manusia tidak mau menerima realita, itu
merupakan kebodohan yang real. Kalau kita bodoh dan sadar akan hal itu berarti masih ada pengharapan
tetapi yang sulit kalau kebodohan itu membuat hati kita degil atau mengeras. Dalam istilah medis hati yang
mengeras dinamakan sirosis (mengeras seperti batu). Waktu kita mengerti dan sadar kalau bodoh, itu
sebenarnya membuat kita keluar dari kebodohan tetapi kalau kita mengeraskan hati maka hati kita akan
degil dan tidak mempunyai harapan. Alkitab terus-menerus berbicara tentang hal ini, hati yang degil
merupakan kondisi yang sangat fatal. Saat kita sedang mengkukuhkan diri kita, kita tidak mau diubah dan
diproses maka pada saat itu kita sedang diproses untuk menuju kerusakan. Setiap kita hidup harus
berproses maju dan berubah semakin baik dari kebodohan menuju bijaksana sejati dan pada saat itu kita
sedang bertumbuh tetapi orang yang tidak mau diproses, ketika sedang mengalami sesuatu ia tidak
mengevaluasi atau berubah tetapi mengharapkan orang lain berubah.
Saya selalu mengatakan di dalam relasi suami istri harus dua belah pihak mau diproses dan diubah, kalau
relasi suami isteri mulai dengan menuntut itu berarti satu kefatalan keadaan seperti bom yang suatu saat
akan meledak. Pada saat manusia bukan lagi bodoh tetapi sudah mencapai katagori kedua, ‘degil’ maka itu
saatnya ia sudah tidak ada harapan lagi dan inilah fakta dunia kita. Mengapa orang dunia bicara
postmodern begitu ngotot, memaksa orang untuk mengikutinya tetapi ketika kita tuntut balik ia tidak mau
berubah? Di sini suatu persoalan yang serius, kadangkala dunia kita mencoba untuk memformat menurut
kedegilan hati mereka dan kekristenan gagal memberikan warna dengan satu level yang lebih tinggi karena
mengikuti pola mereka. Kita tidak mau diproses maju di atas mereka, untuk hidup berdasarkan Kristus,
kembali mengakar di dalam Kristus dan hidup di dalam ketaatan kepada Kristus. Paulus berkata, dunia
bukan saja bodoh tetapi sudah menjadi degil dan ini keadaan yang mengerikan.
Dalam Yeh 36:26-27 hati yang keras dikontraskan dengan hati yang taat. Dengan kalimat ini Tuhan mau ingin
membukakan pada umat Israel, jikalau hati mereka mengeras maka sudah tidak dapat diproses lagi dan
mereka sudah mencapai satu kondisi yang disebut harden heart (hati yang membatu). Kita mengkukuhkan
diri kita, menganggap kita adalah kebenaran mutlak dan kebodohan itu ketika dimutlakkan, di situlah akan
mendatangkan kematian bagi kita. Waktu Tuhan memberikan pada kita hati dan roh yang baru adalah
supaya kita dapat kembali berpegang pada ketaatan perintah Tuhan dan hidup kita diperbaharui di dalam
kehidupan praktis. Saudara, iman Kristen bukan berdiri berdasarkan teori tetapi harus mengubah hidup kita
dan terjadinya proses pembentukan terus-menerus dalam hidup kita. Kalau untuk hal duniawi kita cepat
sadar periksa tetapi kalau kerohanian kita mengalami sirosis kita tidak cepat sadar dan tidak ada keinginan
untuk berproses terus dalam hidup kita.
Mari kita uji, karena yang tahu pasti adalah diri kita sendiri dan Tuhan dan itu adalah waktu untuk kita
mengevaluasi. Seberapa jauh kita mempunyai standar hidup dalam Kristus, mempertimbangkan sesuatu
dan waktu mengambil keputusan di dalam ketaatan kepada Tuhan? Mari kita bertanya pada diri kita, apa
yang akan kita kerjakan dan putuskan, dengan demikian kita boleh bertumbuh. Tuhan menginginkan kita
boleh berubah jauh, tidak menjadi serupa dengan dunia lagi. Sebab kita tidak demikian, karena kita sudah
belajar mengenali Kristus. Saudara, biarlah ini menjadi kunci hidup, keinginan dan tekad kita, barulah
dengan demikian kita diubah Tuhan. Mau saudara?
Amin!
223
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
H
Hiid
du
up
pb
be
errb
be
ed
da
a
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
Efesus 4:20-24
20
Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus.
21
Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia
menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus,
22
yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus
menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang
menyesatkan,
23
supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu,
24
dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam
kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.
Dua minggu lalu saya sudah menekankan bahwa kehidupan manusia lama adalah satu kehidupan yang
begitu bodoh dan degil dalam arti gagal mengerti dan menangkap kebenaran firman Tuhan, karena kita
begitu mengkukuhkan diri untuk berpegang pada pikiran kita sendiri sehingga pikiran kita yang salah tidak
dapat diperbaiki dan tidak mampu untuk menerobos serta mengerti esensi kebenaran. Waktu Paulus
berkata demikian, ia bukan sekedar berbicara tetapi merupakan refleksi daripada hidupnya sendiri. Ia
mengatakan bahwa ia adalah orang yang begitu bodoh sebelum percaya. Puji Tuhan, Tuhan tidak
membiarkan kita tanpa harapan dan dalam ayat 20 dikatakan, "Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah
belajar mengenal Kristus." Itu merupakan ayat pendek yang menjadi titik balik yang Paulus ingin tekankan
dan merupakan standar penjelasan yang ia pakai menjadi pijakan untuk membahas seluruh pasal 4 mulai
dari ayat 20 hingga pasal 5. Di sinilah satu inti kehidupan kekristenan.
Kekristenan adalah orang-orang yang mempunyai keunikan hidup yang dapat menjadikan kita terlihat,
dimengerti dan secara realistik berbeda daripada format dunia. Dalam ayat aslinya hanya menggunakan
kalimat pendek yaitu, "Engkau tidak sama," yang berarti lebih menekankan ke bentuk plural yang
menggambarkan satu persekutuan anak-anak Tuhan. Berarti ini penekanannya bukan sekedar keadaan luar
saja tetapi secara esensi atau pribadi, kita berbeda. Sehingga di sini timbul pertanyaan yang harus terlontar
kepada setiap kita: Apa yang membuat orang Kristen berbeda, dari mananya yang beda dan bagaimana
akhirnya saya dapat mencapai keperbedaan tersebut? Tetapi sebelum kita masuk kepada keperbedaan
yang sedemikian, pertama saya ingin menanyakan pertanyaan instrospeksi yang justru mundur dari tiga
pertanyaan di atas: Mengapa kita menjadi orang Kristen tidak berbeda? Kita harus sungguh-sungguh
mempertanyakan pernyataan Paulus dalam ayat 20. Satu kalimat yang keras sebagai instrospeksi bahwa
kita berbeda. Kalimat itu sulit keluar dari mulut kita karena faktanya orang dunia tidak pernah melihat saya
berbeda. Apa yang mereka kerjakan saya juga kerjakan, pikiran, hidup dan semuanya sama. Di manakah
letak permasalahannya? Ini satu pergumulan serius yang seringkali harus menjadikan kita menguji kembali
diri kita pribadi. Dalam hal ini tidak ada satu orang di dunia yang dapat mengubah kita secara esensial
224
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
(antara saya dengan Tuhan dan tidak ada orang lain).
Mungkin ada orang yang dipaksa tetapi itu tidak pernah
menjadikan dirinya benar-benar berubah karena itu hanya merupakan cetusan mulut yang ketakutan dan
itu justru membuat kita benci.
Waktu kita belajar Kristus dalam bahasa Indonesia sudah diekstensi dengan kalimat yang lebih panjang
sehingga kita lebih jelas yaitu, "Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus. Disini
berarti bahwa ketika saya berubah itu karena saya mempelajari Kristus atau ketika saya berpaut kepada
Kristus. Saudara, ini adalah satu tuntutan hidup yang memproses hidup kita untuk membentuk satu
kehidupan yang diubahkan. Ketika kita menjadi orang Kristen, memakai atribusi Kristen dan menjalankan
aktivitas Kristen maka sejauh mana saya belajar Kristus? Ini pertanyaan yang harus kita jawab. Sejauh mana
saya mempautkan diri kepada Kristus, mau mengerti Kristus yang sudah menebus jiwa, membayar harga
sehingga saya boleh lunas dikembalikan untuk hidup sampai mungkin dapat mencapai suatu titik klimaks
dan mengalami satu perubahan drastis dalam hidup saya?
Salah satu kesulitan yang paling besar ketika kita menjadi orang Kristen adalah seringkali lebih mudah
melihat orang lain yang tidak berubah namun sulit sekali melihat diri sendiri yang tidak berubah. Dalam
NYC yang lalu Pdt. Stephen Tong berteriak keras berbicara tentang bagaimana kita seringkali hidup serupa
dengan dunia dan gagal berproses, mengerti injil yang sejati, Kristus yang menebus kita, berinkarnasi, Allah
yang menjadi daging demi untuk kita boleh diampuni dosanya. Dan saat itu di salah satu session dipimpin
oleh bapak Mochtar Riady di mana sampai dalam satu kritikal point ia mengeluarkan satu kalimat, "Saya
sampai di titik krisis bertanya kepada diri saya, haruskah saya meninggalkan seluruh profesiku demi untuk
menjadi Kristen?
Saudara, kalimat itu bagi saya merupakan satu kalimat yang sangat menakutkan sekali karena sudah masuk
dalam titik dualisme yang seolah-olah kalau saya menjadi orang Kristen maka semua profesi harus saya
tinggalkan demi menjadi Kristen. Ia masuk dalam kritikal point di mana harus masuk dalam satu
pergumulan pemilihan yang begitu berat bagi hidup dan seluruh masa depannya. Pada saat seperti itu
pertanyaan anak-anak mahasiswa begitu banyak mempertanyakan bahwa kalau ia sebagai konglomerat
maka seberapa jauh ia sudah hidup sebagai anak Tuhan, dsb. Saat itu dengan sedih ia mengatakan bahwa ia
belum dapat dan tidak sempurna dalam hidup sebagai orang Kristen. Apakah sebagai mahasiswa, cara
menyelesaikan kuliah, dalam mengerjakan ujian, dsb sudah benar sehingga engkau menuntut orang lain?
Ini merupakan satu problem yang serius. Hal ini bukanlah merupakan dualisme tetapi harus diparadokskan.
Tidak perlu meninggalkan profesi sebagai ekonom tetapi ia perlu mengubah menjadi format Kristen. Itu
merupakan tugas dia yang sudah diberikan kemampuan, karunia dan semua hal dan ia harus merombaknya
walaupun tidak mudah dan pergumulan yang berat. Tuntutan yang sama ini juga harus balik kepada kita.
Bagaimana saudara bekerja, berbisnis dan melakukan hal yang lain? Tidak ada orang berubah karena orang
lain namun mari kita berubah karena pengenalan kita akan Kristus dan ketika belajar tentang Dia itu
merupakan satu moment esistensial untuk menguji hidup kita di hadapan Tuhan. Ini merupakan
pertanyaan pertama dan kalau kita tidak dapat menjawab hal ini maka kita tidak mungkin dapat hidup
berbeda.
Kita belajar Kristus yang salah. Ada orang yang mengatakan benar-benar ingin belajar dan mau mengenal
Kristus tetapi hidupnya tidak berbeda sama sekali karena ia belajar Kristus yang salah. Seperti halnya
dengan saksi Yehova, mereka tidak mempelajari firman Tuhan secara menyeluruh dan bagi mereka Yesus
merupakan ciptaan yang unggul. Sehingga seperti misalnya di dalam Ul 6:4 dikatakan, "Tuhan itu Allah kita,
Tuhan itu esa!" Dalam ayat ini Allah menggunakan kata elohim yang berbentuk plural. Itu merupakan
gambaran Tritunggal yang paling mendasar sebelum kita masuk kedalam Mat 28:20 dikatakan bahwa,
225
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
"Baptislah mereka dalam nama Bapa, dan anak dan Roh Kudus." Di mana ketiganya sejajar dan semuanya
merupakan person yang sama tetapi menggunakan kata atribusi yang singular. Tiga pribadi dengan semua
mempunyai artikel tetapi hanya mempunyai satu atribusi tunggal. Kalimat seperti ini mereka tidak
mengerti. Sehingga seperti Kristus itu siapa, bagi mereka bingung sekali. Alkitab mengatakan seringkali kita
mencoba merekayasa konsep yang akhirnya tidak kembali kepada pengenalan akan Kristus sejati, kita
mengerti Kristus bukan seperti yang Alkitab katakan tetapi seperti apa yang kita konsepkan sendiri. Tuhan
mengajak kita untuk mengenal Kristus yang sesungguhnya dan bukan Kristus yang lain. Douglas R.
Groothuis dalam bukunya The Other Jesus (Yesus yang lain) mengatakan bahwa kita seringkali merasa kenal
Yesus tetapi ternyata Yesus yang kita kenal bukan Yesus yang Alkitab nyatakan melainkan Yesus hasil
manipulasi dan rekayasa pikiran manusia. Saudara, ini adalah salah satu hal yang sangat perlu diwaspadai.
Dalam 1 Kor 15:3-4 dikatakan, "…, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab
Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari ketiga, sesuai dengan Kitab
Suci." Itulah Kristus yang dinyatakan oleh Firman Tuhan, yang diberitakan oleh para rasul dan Kristus yang
diceritakan di sepanjang Injil.
Konsep tentang Kristus apa yang muncul di kepala kita? Ketika kita mengerti konsep ini maka kita perlu
peka melihat apa yang sedang terjadi dan mengenal siapa Kristus yang kita percaya. Di tengah dunia tanpa
sadar dengan cara yang begitu halus iman kita dapat diselewengkan. Yohanes menutup injil dengan
berkata, "Aku menuliskan semua ini supaya engkau percaya bahwa Dia adalah Mesias, Anak Allah yang
diutus ke dalam dunia ini menebus dosa kita, supaya engkau percaya dan mendapatkan hidup yang kekal."
Saudara, itulah esensi daripada kehadiran Kristus dan Kristus yang harus kita kenal, bukan sekedar tukang
kayu Yahudi. Terlalu besar perbedaan apa yang dapat dilakukan oleh seorang tukang kayu Yahudi dengan
Yesus, Anak Allah yang berinkarnasi menjadi manusia. Saudara, mari kita kembali mengerti kepada siapa
aku belajar? Suatu pertanyaan serius, Tuhan, siapa saya, kalau saya menjadi anak Tuhan, menjadi seorang
Kristen bagaimana saya berubah? perubahan seperti apa yang harus aku nyatakan di tengah dunia ini
karena aku mengenal Engkau, Allahku yang hidup. Aku mengenal Kristus, Tuhan dan Juru Selamatku.
Ketika kita belajar seringkali kita mengkukuhkan diri tidak mau diubah. Kalau kita hidup selalu melihat dunia
dan merasa bahwa itulah cara terbaik untuk kita hidup maka kita tidak akan pernah melihat kekristenan
sesungguhnya, berarti kita tidak pernah menerobos melihat nilai yang lebih tinggi dan kebenaran yang lebih
akurat. Ini suatu konsep yang seringkali mengerikan apalagi kita yang di dunia timur kita suka sekali dengan
status quo. Setiap perubahan pasti mengerikan tetapi perubahan harus terjadi karena kita berproses. Kalau
kita tidak pernah berubah maka kita tidak akan melihat sesuatu yang lebih baik terjadi dalam hidup kita dan
berproses maju. Saya harap jiwa seperti ini muncul dalam hati kita. Ketika kita sudah mapan dan enak dan
kita tidak mau berubah itu merupakan titik di mana kita akan binasa. Tuhan meminta kita berubah,
berubahlah oleh pembaharuan budimu, seluruh apa yang tuhan tuntut kita berubah dan berubahlah
supaya proses hidupmu dapat terjadi. Seberapa saya sadar, rela, dan mau belajar mengenal Kristus serta
rela diubah oleh Kristus? Itu pertanyaan yang harus kita jawab di hadapan Tuhan. Setiap kita berhadapan
secara eksistensial di hadapan Allah, minta Tuhan mengubah sehingga akhirnya yang Paulus katakan itu
terjadi di dalam diri kita yaitu Engkau bukan demikian, engkau memang berbeda. Bialah ini yang boleh kita
nyatakan dan tunjukkan di hadapan dunia bahwa kita memang beda, kita lain di dalam semua aspek di
dunia ini. Semua pembicaraan di belakang takkan ada arti apa-apa kecuali di titik pertama kita memang
sudah rela untuk berubah, mau berkomitmen untuk dibentuk berbeda dari dunia ini. Mau saudara?
Amin!
226
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
K
Ke
ek
krriis
stte
en
na
an
ny
ya
an
ng
gd
da
an
ng
gk
ka
all
Oleh: Pdt. Rusdi Tanuwidjaya
Nats:
21
Matius 7:21-29
Bukan setiap orang yang berseru kepada–Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam
Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa–Ku yang di sorga.
22
Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada–Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami
bernubuat demi nama–Mu, dan mengusir setan demi nama–Mu, dan mengadakan banyak
mujizat demi nama–Mu juga?
23
Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah
mengenal kamu! Enyahlah dari pada–Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"
24
"Setiap orang yang mendengar perkataan–Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan
orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.
25
Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah
itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.
26
Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan–Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama
dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir.
27
Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga
rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya."
28
Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar
pengajaran–Nya,
29
sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli–ahli Taurat
mereka.
Terdapat satu ilustrasi di mana suatu ketika ada seorang yang ingin membuat kapal yang terlihat demikian
besar, megah dan agung sehingga orang yang melihat akan kagum dan memujinya. Dia berani membayar
harga dengan kayu jati yang terbaik, dengan kain yang indah dibuatnya layarnya disertai dengan tali-tali
yang kuat untuk layar tersebut dan akhirnya terwujudlah kapal tersebut. Pada suatu saat, bersama-sama
dengan beberapa kapal yang lain, mereka akan berlayar menuju ke suatu tempat. Ketika berlabuh di
pelabuhan, banyak orang yang hadir di sana memandang kapalnya dan kagum karena kapal itu terlihat
begitu indah dan megah. Singkat cerita, ketika kapal-kapal itu mulai berlayar, di suatu tempat mendadak
ada badai yang mengamuk dan menerpa semua kapal-kapal itu. Karena tidak kuat akhirnya semua kapal
kembali ke tempat semula, kecuali kapal milik laki-laki itu. Karena kapal itu telah porak poranda di terjang
badai sementara nakhodanya tewas. Banyak orang bertanya-tanya, apa yang salah? Ternyata, walaupun
dengan biaya yang sangat mahal, ia membangun bagian kapal yang terlihat oleh mata dan ia mengabaikan
dasar kapal yang tidak terlihat. Karena dasar kapal itu tidak kokoh, begitu terhantam oleh badai, kapal itu
hancur porak poranda.
Gereja itu seumpama perahu. Masalahnya adalah perahu macam apa? Apakah gereja itu terlihat maju
hanya oleh karena banyak aktivitas yang bisa dilihat oleh mata banyak jemaat yang datang, uang
227
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
persembahannya banyak, banyak anak muda yang melayani dengan setia dan karena banyak orang yang
belajar teologia? Inikah gereja yang maju dan berkualitas itu? Memang, gereja Reformed tidak didirikan
berdasarkan jumlah, tetapi didirikan berdasarkan kualitas. Tetapi kualitas itu kualitas seperti apa? Jumlah
yang banyak seharusnya merupakan bukti dari kualitas yang baik. Aktivitas pelayanan seharusnya
merupakan akibat dari orang yang cinta Tuhan dan ingin mendukung pekerjaan Tuhan secara bertanggung
jawab tetapi realitanya sering tidak demikian. Banyak aktivitas pelayanan yang hanya sekedar tingkah laku
agama dan bukannya masalah spiritual. Orang melayani kadang karena ada orang yang dia segani atau
dekat dengan seseorang yang lain, dan bukannya berdasarkan satu relasi dengan Allah.
Bagi saya, Matius pasal 5-7 itulah jawabannya. Lepas dari pemahaman terhadap pasal tersebut, hidup kita
akan collapse. Kita bisa mendengar khotbah dan mempunyai pengetahuan teologi yang banyak tetapi
seringkali ini justru membentuk close system dalam praktika hidup kita. Kita mungkin tahu betul apa itu
open system, tetapi jika hidup kita tidak mau diubah oleh Tuhan, secara praktika kita sebenarnya berada
dalam close system. Dalam pasal-pasal itu membukakan suatu hal yang sangat penting yang seharusnya
dianalisa oleh umat Kerajaan Allah, karena bagian ini merupakan etika dari anak-anak Kerajaan Allah.
Kehidupan kita ditentukan oleh bagaimana etika kita di hadapan Allah. Kita yang mau memahami
kebenaran – segala kebenaran adalah kebenaran Allah – tetapi tidak mau kembali kepada Allah, maka kita
hanyalah sekedar mengetahui bidang-bidang tersebut tanpa memiliki relasi dengan Tuhan.

1.
Adanya pengakuan iman yang dangkal
Pengakuan kita terhadap Tuhan, seringkali hanyalah pengakuan yang dangkal, hanya sekedar satu ucapan
di bibir saja. Pengakuan dan isi pengakuan itu memang benar, tetapi apa yang keluar dari mulut seringkali
berbeda dengan apa yang ada di dalam hati. Itulah sebabnya Tuhan mengatakan, "Bukan setiap orang yang
berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan
kehendak BapaKu yang di Sorga." Karena itu jika mengucapkan satu pengakuan iman, benarkah itu berasal
dari hati kita?
Banyak orang yang belajar theologi dan mengutarakan pengertiannya dengan mantap, tetapi pengertian itu
hanya berada di kepala saja, dan bukan juga di hati. Di dalam ibadah, pengenalan yang hanya di otak, dan
bukan di hati, itu bukanlah satu tindakan menyembah di hadapan Tuhan, melainkan hanya ingin
mendengar satu khotbah yang bagus dan bersifat informatif saja. Ibadah seharusnya merupakan satu sikap
di mana kita sungguh-sungguh menyiapkan hati untuk mendengarkan firman Tuhan, apa yang Tuhan ingin
untuk kita kerjakan dan apa yang Tuhan ingin koreksi terhadap kehidupan kita sehari-hari. Jiwa seperti
inilah yang jarang terlihat. Jika semangat semacam ini tidak ada di dalam gereja, tidak heran jika gereja
menjadi kering. Mungkin gereja itu memiliki doktrin yang baik, tetapi orang-orang yang ada di dalamnya
tetap hidup di luar kebenaran. Bukan berarti kita harus menjadi orang yang sempurna, tetapi kita harus
memiliki satu motifasi yakni memiliki kerinduan untuk berubah.
2.
Adanya pengalaman yang dangkal
Istilah "nubuat" dalam Perjanjian Lama (ayat 22), selalu berarti memberitakan firman yang Tuhan pakai
untuk menunjuk kepada sesuatu yang akan terjadi di masa mendatang. Bagi orang-orang yang bernubuat,
mengusir setan dan melakukan banyak mujizat demi nama Tuhan seperti ayat 22 ini Tuhan berkata, "Aku
tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" Tuhan
228
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
mengatakan bahwa Ia akan berterus terang, maksudnya Tuhan akan mengucapkan satu pengakuan di
hadapan mereka bahwa mereka tidak dikenal-Nya dan mereka adalah pembuat kejahatan. Apa sebab?
Karena mereka mau membangun iman mereka di atas pengalaman-pengalaman yang spektakuler, dan
pengalaman itu bukannya satu pengalaman secara pribadi dengan Tuhan. Gereja harus berdiri di atas
kebenaran firman dan bukan di atas pengalaman hidup seseorang. Tetapi satu hal yang penting ialah, pada
waktu kita mau mengenal kebenaran, memang tidak akan lepas dari pengalaman. Pengalaman semacam
apa yang harus kita miliki? Yakni pengalaman berelasi dengan Tuhan. Bangsa Israel yang paling banyak
mengalami mujizat dan sebagainya, justru adalah bangsa yang paling ditegur keras. Dari ujung kepala
hingga ujung kaki sudah penuh dengan borok, sehingga entah di bagian mana lagi Tuhan harus menghajar.
Mereka yang tahu dan mengalami pekerjaan Tuhan yang ajaib, justru adalah yang paling berani melawan
Tuhan. Jika seseorang mengatakan bahwa pengalaman bisa membawa orang datang kepada Kristus,
pengertian ini sangatlah dangkal. Roh Kudus, melalui firman yang kita dengar, itulah yang bekerja dan
melahirbarukan kita. Being (keberadaan) kita yang diubah mempengaruhi knowing (pengetahuan) dan doings
(tindakan) kita.
3.
Adanya pengetahuan yang dangkal (ayat 24-27)
Seringkali antara yang kita dengar dan dengan yang kita lakukan, terdapat satu gap (kesenjangan). Jadi, ada
yang banyak tahu dan sedikit yang dikerjakan, ada juga yang sedikit tahu tetapi banyak yang dikerjakan.
Celakanya yang dikerjakan adalah mengajar, padahal sedikit tahu.

1.
Pengetahuan akibat dari sesuatu akumulatif di dalam otak, dan
Pengetahuan akibat dari suatu relasi dengan obyek/subyek-nya. Kita yang tahu banyak data diri
seseorang tanpa berelasi dengan dia, mungkin bisa menjawab dengan lancar. Tetapi pengenalan ini hanya
di otak saja. Berbeda dengan pengetahuan yang kedua (cf. Yoh 17:3; Kej 4:1). Karena di sini ada satu relasi
dan persekutuan yang intim. Itulah sebabnya Reformed Theology (Teologi Reformed) perlu Reformed
Spirituality (Spiritualitas Reformed). Karena teologi yang benar adalah teologi yang berelasi dengan Allah, yakni
teologi yang mengajarkan Allah, yang diajarkan Allah dan yang memimpin kepada Allah. Ayat 24-27 jelas
mengatakan, orang yang mendengar firman dan melakukan bagaikan orang yang mendirikan rumah di atas
batu, sedang orang yang mendengar firman dan tidak melakukan bagaikan orang yang mendirikan rumah di
atas pasir. Maka, apakah berarti iman kita ditentukan oleh kelakuan kita? Tidak! Karena jika kita melihat
pasal 5, orang yang miskin secara rohani dan bergantung kepada belas kasihan dan anugerah Allah-lah yang
empunya Kerajaan Sorga. Jika demikian, sebagai apakah kelakuan itu? Kelakuan itu sebagai bukti bahwa
kita mengalami perubahan.
2.
Ada seseorang yang berasal dari keluarga broken home, hidupnya tidak beres, main pelacur, minum
minuman keras, obat-obat terlarang, dsb sementara yang lain berasal agama tertentu, yang terdidik dalam
suatu pola tingkah laku agama tertentu; keduanya datang dalam suatu ibadah. Ketika firman diberitakan,
mereka sadar bahwa mereka orang berdosa dan membutuhkan Kristus. Merekapun percaya dan menerima
Kristus. Dari kedua orang ini, manakah yang mempunyai kelakuan yang baik? Secara penampakan luar,
yang berasal dari agama tertentu itu, yang memang sudah terdidik dalam suatu pola tingkah laku agama,
akan terlihat lebih suci, lebih saleh dan lebih terhormat daripada orang yang berasal dari keluarga broken
home. Tetapi dalam masalah kerohanian, ini susah terlihat, karena ini berkenaan dengan suatu relasi
dengan Tuhan, yakni suatu pergumulan di dalam hati dengan Tuhan akibat mendengarkan firman.
229
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Seberapa maju sebuah gereja, dapat dilihat dari seberapa dalam gereja itu berelasi dengan Tuhan. Tidak
ada seorang hamba Tuhan yang bisa memiliki kuasa di dalam khotbahnya jika dia tidak tidak disertai oleh
Tuhan dan bergumul di hadapan Tuhan melalui doa. Doa bukanlah sesuatu yang mekanis. Tetapi, bagi saya,
doa yang mekanis itu lebih baik daripada tidak berdoa.
Doa sangat dibutuhkan oleh gereja, tetapi doa sering dianaktirikan oleh gereja. Kita berdoa hanya ketika
kita berada dalam kesulitan saja. Pernahkah kita berdoa dalam kesendirian? Hamba-hamba Tuhan yang
berhasil, selalu menjadikan doa sebagai satu prioritas yang paling penting, inilah juga yang harus kita
kerjakan! Sekolah Teologi didirikan seharusnya menjadi satu pertanggungjawaban bahwa kita sungguhsungguh mengenal Allah dan isi hati-Nya, dan kemudian kita aplikasikan di dalam hidup. Maka, itu
merupakan satu tindakan penyembahan yang benar di hadapan Tuhan. Belajar Teologi itu baik, tetapi
jangan hanya berhenti di otak saja. Pengalaman itu baik, tetapi diperlukan satu pengalaman yang merubah
hati kita. Pengakuan itu baik, tetapi mulut yang mengaku harus disertai hati yang beriman. Sekarang,
bagaimana kita melakukan hal-hal yang sesuai dengan kehendak Allah? Kita harus memiliki karakter dari
umat Kerajaan Sorga (lihat, Mat 5:4-12), tujuan dan misi dari umat Kerajaan Allah di dalam dunia (5:13-16),
ibadah dari umat Kerajaan Allah (Mat 4:17-6:18), ambisi dari umat Kerajaan Allah (Mat 6:19-34), relasi antara
manusia dengan sesamanya dan dengan Bapa (Mat 7:1-14), menghadapi pengajaran yang sesat (Mat 7:15-23),
dan Matius 7:24-27 merupakan konklusi akhirnya.
Amin!
230
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
A
Ag
ga
am
ma
ay
ya
an
ng
gb
be
en
na
arr
Oleh: Pdt. Rusdi Tanuwidjaya
Nats:
1
1 Petrus 1:1-10
Dari Petrus, rasul Yesus Kristus, kepada orang–orang pendatang, yang tersebar di
Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia,
2
yaitu orang–orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang
dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah–
Nya. Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah atas kamu.
3
Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat–Nya yang besar
telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati,
kepada suatu hidup yang penuh pengharapan,
4
untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang
tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu.
5
Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu
menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir.
6
Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh
berbagai–bagai pencobaan.
7
Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu––yang jauh lebih
tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api––sehingga
kamu memperoleh puji–pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus
menyatakan diri–Nya.
8
Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi–Nya. Kamu percaya
kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat–Nya. Kamu bergembira karena
sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan,
9
karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.
10
Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi–nabi, yang telah bernubuat
tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu.
Bagian pertama
Jika kita perhatikan, pada ayat 6 terdapat kalimat yang bersifat paradoks (yang kelihatannya bertentangan) di
mana dikatakan, "Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini seketika harus berdukacita oleh
berbagai-bagai pencobaan." Itu tidak mudah! Kita dapat bersukacita pada saat jalan hidup kita lancar dan
segala sesuatu beres tetapi di sini justru dikatakan bergembiralah walaupun di dalam waktu yang seketika
kamu mengalami satu dukacita.

231
Ringkasan Khotbah – Jilid 1


1.
Aspek Pencobaan. Dan
2.
Manfaat dari pencobaan.
Ketika di ayat itu dikatakan "Bergembiralah akan hal itu", maksudnya adalah hal-hal yang di atasnya, yaitu
berkenaan dengan keselamatan. Bergembira karena jemaat sudah memiliki keselamatan yang begitu indah
yang dimulai sejak kekekalan dan yang dinyatakan dalam proses waktu (ayat 2). Kita harus membedakan
dua dimensi sebab dimensi kekekalan tidak berada di dalam proses. Bagi Allah tidak ada past, present
ataupun future tetapi selalu everpresent, selalu sekarang sedangkan di dalam proses ruang dan waktu kita
mengenal adanya masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang. Rencana Allah yang sudah memilih kita
di dalam Kristus, dikerjakan oleh Roh Kudus dinyatakan di dalam ruang dan waktu. Di dalam ruang dan
waktu dikatakan bagaimana Roh Kudus bekerja, memimpin kita, melahirbarukan sehingga kita dapat
percaya kepada kematian dan kebangkitan Kristus (ayat 4). Pada waktu saya percaya kepada Kristus, maka
pada waktu itu darah Kristus yang menyucikan dosa saya dan kebangkitan Kristus yang sudah
membenarkan saya, maka sekarang saya sudah diberikan hidup yang baru yaitu pengharapan pada masa
yang akan datang walaupun baru nanti hal itu akan digenapkan.
Pada saat kita pertama percaya hingga menuju kekekalan, di sini terdapat satu proses yaitu sudah
diselamatkan, sedang diselamatkan, dan akan menuju penggenapan keselamatan di kelak kemudian hari. Di
dalam proses ini Alkitab mengatakan bahwa harus ada pencobaan. Jadi, pencobaan merupakan satu
keharusan, kebutuhan vital kita untuk dibentuk menjadi sesuai dengan rencana Allah. Seperti yang
dikatakan dalam 1 Petrus 1:6, "…, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita …" Di sini
dikatakan "harus" dan bukannya "supaya" atau "mudah-mudahan". Mengapa harus? Beberapa penafsir
mengatakan, "Karena tanpa adanya pencobaan, jangan harap kita dapat menjadi orang Kristen yang
dewasa, yang diproses dan dibentuk oleh Tuhan." Di dalam kitab Yakobus dikatakan, "Anggaplah sebagai
suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian
terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan" (Yak 1:2). Kalau kita masuk ke dalam pencobaan, maka itu
memang rencana Tuhan untuk memproses kita. Waktu diproses memang sakit dan berdukacita, tetapi
justru di situlah kita diproses oleh Tuhan. Semua itu tetap berada di dalam limitasi kontrol dari yang
membuat. Itu sebabnya dikatakan bahwa pencobaan itu hanyalah seketika. Pencobaan akan menghasilkan
dukacita tetapi itu hanya seketika, dan tidak selamanya.
Sekarang kita akan masuk ke dalam point yang kedua, manfaat pencobaan. Apakah manfaat dari
pencobaan bagi hidup kita? Manfaat pencobaan ditulis di dalam ayat 7: "Maksud semuanya itu ialah untuk
membuktikan kemurnian imanmu."
Pertama, ujian dapat membuktikan apakah kita orang Kristen sejati ataukah palsu. Seperti emas, ketika
dimasukkan ke dalam perapian, akan dapat diketahui yang mana emas dan yang mana yang bukan emas
karena yang bukan emas akan hancur, tersingkirkan dan dibuang, sedangkan emas terus diproses untuk
lebih menunjukkan bahwa ia adalah emas. Jadi, tujuan pencobaan bukan untuk menciptakan iman, tetapi
justru untuk menyatakan iman. Kalau saudara diproses maka itulah saatnya saudara menunjukkan bahwa
iman saudara itu asli atau palsu. Ujian dapat melalui banyak hal. Pada jaman Petrus, mungkin ujian itu bisa
berupa serangan dari dunia kafir yang benci kepada Kekristenan, sehingga orang Kristen ditekan, dianiaya,
232
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
dan bahkan ada yang dibunuh. Itu adalah suatu pencobaan. Tidak mudah menjadi Kristen di jaman itu, itu
merupakan suatu waktu di mana Kekristenan ditekan dari dunia luar. Ini adalah tujuan yang pertama.
Tujuan pencobaan adalah untuk membuktikan bahwa kita ini asli, milik Allah, atau kita palsu yang
kelihatannya milik Allah, tetapi sebenarnya kita hanyalah benalu yang menempel di dalam Gereja, yang
suatu kali akan Tuhan tebas dan bakar.
Kedua, pencobaan berguna untuk memurnikan iman kita. Di ayat 7 dikatakan bahwa maksud pencobaan
adalah untuk membuktikan kemurnian iman kita. Saat emas dibakar di dalam perapian, akan dapat
diketahui mana yang emas dan mana yang bukan biji emas. Seringkali kita mengalami banyak gesekan,
tetapi justru gesekan-gesekan itu dapat membersihkan. Saat emas diuji, maka di situ akan terjadi
pemurnian demi pemurnian. Mungkin secara luar kita sudah kelihatan baik, orang melihat bahwa kita ini
rohani, tetapi siapa yang tahu keliaran hati kita, pikiran kita dan hawa nafsu kita. Mungkin orang tua, suami
atau isteri dan orang terdekat kita tidak tahu tetapi yang tahu hanya tiga yaitu setan, hati nurani kita dan
Tuhan. Hal itulah yang membuat orang Kristen bukan orang yang di awan-awan.
Ada dua hal yang saya takut ada di dalam Gereja. Yang pertama senang melayani kalau hidupnya lancar,
kaya, sehat dan diberkati. Sedangkan yang kedua senang mendengar khotbah yang hebat, akan tetapi
setelah mendengarkan selama bertahun-tahun ia tidak dapat merealisasikannya. Kedua hal ini dapat
menimbulkan kerawanan jika suatu kali terjadi krisis. Maka mereka yang berada di Gereja pertama hanya
mempunyai dua kemungkinan, goncang atau ia tetap membius diri di dalam kebimbangan dia. Sementara
itu, orang yang ada di Gereja kedua mungkin menjadi hopeless mencapai titik jenuh karena apa yang ia
dengarkan selama bertahun-tahun ternyata tidak dapat diaplikasikan.

1.
Dia menolak untuk belajar teori yang tinggi dan hanya ingin yang praktis;
2.
Dia mungkin masih mau mendengarkan khotbah yang tinggi tetapi hanya menjadi pendengar dan
tidak pernah mau untuk bergumul. Iman Kristen adalah iman yang normal, yang harus didasarkan pada
ajaran yang kuat namun demikian tidak dapat dilepaskan dari praktika hidup. Kita harus siap dimurnikan
sampai Tuhan memanggil kita, itulah titik akhir dari proses itu. Setiap orang berbeda sehingga kita jangan
menghakimi orang lain tetapi mari kita menilai diri kita sendiri karena kita hanya dapat melihat yang
nampak dan tidak dapat melihat hati manusia.
Ketiga, pencobaan bertujuan agar kita lebih memahami firman. Martin Luther pernah berkata: "Justru di
dalam kesengsaraanku aku memahami firman Tuhan." Ia adalah seorang yang lembut dan mau hidup suci
tetapi tidak mampu. Baru di saat ia dicerahkan, ia tahu bahwa orang dibenarkan bukan oleh perbuatan
tetapi oleh iman dan di situ ia semakin memahami firman. Terkadang kita dapat belajar firman dan tahu
ayat-ayat dalam Alkitab tetapi ayat tersebut tidak pernah menyentuh hati yang paling dalam, kecuali saat
kita berada di dalam satu proses pencobaan di mana firman menjadi bagian yang kuat dari kehidupan kita.
Daud berkata: "Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu" (Mzm
119:71).
Keempat, pencobaan membuat kita lebih dekat kepada Tuhan. Waktu hidup kita lancar dan sukses,
seringkali kita malas berdoa, dan baru waktu ada masalah kita dekat dengan Tuhan. Oleh sebab itu Tuhan
pernah berkata bahwa susah bagi orang kaya untuk masuk ke dalam kerajaan sorga. Yang menjadi masalah
di sini bukanlah orang kayanya, karena di Alkitab juga ada orang kaya yang penuh iman seperti Abraham
tetapi seringkali kekayaan ini menjauhkan hubungan seseorang dengan Tuhan. Mengapa gereja-gereja di
233
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
dunia barat yang makmur dan enak, justru kerohaniannya tidak pernah maju dibandingkan dengan negaranegara yang penuh dengan tindasan dan tekanan? Karena melalui banyak kesulitan mereka dapat semakin
bergantung dan lebih dekat kepada Tuhan. Saat Gereja merasa makmur dan lancar, kita jarang
menyediakan waktu untuk berdoa dan bergumul. Padahal doa merupakan salah satu aspek yang sangat
esensial di dalam keberadaan kita sebagai orang Kristen dan Tuhan Yesus sangat memprioritas hal ini.
Bagaimana orang itu di belakang tembok yang tertutup, dengan lututnya bertekuk di hadapan Tuhan,
berdoa di dalam kesendirian maka di situlah kualitas kerohaniannya dinyatakan.
Kelima, pencobaan membuat kita menjadi berkat. Di Timur ada pandangan bahwa saat emas dibakar di
dalam perapian maka biji emas ini kemudian melebur sampai suatu kali bercahaya di dalam perapian
sehingga wajah dari pandai emas ini terpantul melalui emas ini. Dengan kata lain, emas ini menjadi cahaya
yang memancar dan mungkin ini yang dimaksudkan oleh Petrus. Waktu kita dicobai dan diproses, di situ
justru hidup kita lebih bercahaya.
Lagu "Salib-Nya-Salib-Nya" ditulis oleh seorang yang bernama Fanny Crosby, yang buta sejak berusia
sepuluh tahun akibat kesalahan seorang dokter. Dia tidak membenci dokter tersebut tetapi justru ia
bersukacita karena meskipun matanya buta, hatinya lebih terang daripada orang lain yang mempunyai
mata dan ia dapat mengarang kira-kira 6000-8000 lagu rohani.
Terkadang pencobaan yang kita alami dapat membentuk kita menjadi emas yang bercahaya, membuat kita
menjadi orang Kristen yang tidak mundur walaupun berada di tengah-tengah tekanan. Ayub merupakan
teladan yang amat indah yang jarang dialami oleh banyak orang dan hingga sekarang banyak orang yang
dikuatkan. Tuhan memproses hidupnya selangkah demi selangkah hingga akhirnya ia memahami dan
menulis satu ayat yang menguatkan saya: "Karena Ia tahu jalan hidupku: seandainya Ia menguji aku, aku
akan timbul seperti emas." (Ayb 23:10). Biarlah ketika Tuhan mengijinkan pencobaan menimpa kita, biarlah
kita tahu bahwa itu merupakan suatu keharusan bagi kita. Pada waktu kita diproses dan kita semakin
bercahaya, maka saat kita kembali kepada Bapa, Tuhan akan berkata: "Engkau anak-Ku yang baik, engkau
sudah melakukan tugasmu." Ada satu pujian dari Tuhan yang mengasihi kita dan itu adalah suatu
keindahan karena kita dicipta sama seperti matahari yang menyinari bulan untuk memantulkan kembali
kemuliaan itu di dalam dunia yang sudah gagal dan jatuh ke dalam dosa.
Bagian kedua
Pada minggu yang lalu kita telah membahas mengenai di mana hati kita berada maka di situ harta kita
berada. Kita juga telah membahas bagaimana iman yang benar harus mengalami pencobaan.

1.
Untuk menyatakan iman sejati.
2.
Agar kerohanian kita mengalami pemurnian.
3.
Agar semakin memahami kebenaran firman Tuhan.
4.
Supaya kita lebih lebih berserah, bersandar dan berharap kepada Tuhan.
5.
Supaya kita memancarkan cahaya kemuliaan Kristus dan boleh menjadi berkat. Hari ini kita akan
meneliti iman yang sejati. Iman adalah harta yang Tuhan berikan di dalam diri manusia sehingga manusia
berbeda dengan ciptaan yang lain.
234
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Iman adalah potensi yang diberikan sehingga manusia dapat terarah ke dalam empat relasi.
1.
Di dalam relasi dengan alam materi.
2.
Di dalam relasi dengan sesama.
3.
Di dalam relasi dengan diri.
4.
Di dalam relasi dengan Sang pencipta. Relasi terakhir ini sangat penting sekalli karena inilah yang
akan mengatur seluruh relasi yang lain. Saat ini banyak orang menyatakan janji-janji dengan memakai nama
iman, mulai dari hal yang paling sederhana sampai hal yang paling muluk. Apakah ini iman sejati? Dengan
tegas saya mengatakan bahwa ini bukanlah iman yang sejati! Paul Tillich pernah mengatakan: “Sebelum
kata iman ini digunakan untuk menyembuhkan orang lain maka kata iman ini harus disembuhkan dahulu”.

1.
3.
Pengertian iman
Obyek iman
Rahasia Iman.
1.
Pengertian iman
2.
Iman dalam bahasa Yunani dapat diterjemahkan keyakinan/ percaya.

a.
iman dalam arti isi iman, sehingga di sini iman berkaitan dengan ajaran. Misalnya: di salah satu suratnya
Paulus mengatakan, “Aku sudah memelihara iman.” Berarti ia sudah memelihara ajaran sehat yang Tuhan
percayakan kepadanya.
b.
arti iman yang paling sering digunakan oleh Alkitab adalah sikap bersandar kepada satu pribadi yaitu
Allah. Jadi, iman di sini berkenaan dengan tindakan iman. Abraham menjadi bapa kaum beriman karena ia
mempunyai iman yang melangkah. Ketika Allah meminta Abraham mempersembahkan anaknya, walaupun
dia tidak paham apa sebenarnya maksud Allah tetapi dia tetap mau melangkah membawa anaknya ke
gunung Muria. Kesulitan orang Kristen dewasa ini adalah justru di dalam faktor ini. Kita menyebut Allah
dengan sebutan Bapa dan kita tahu bahwa Bapa kita tidak mungkin merencanakan sesuatu yang jahat
tetapi waktu Tuhan tantang, kita seringkali sulit untuk mau melangkah.
c.
iman di dalam arti kata setia. Di sini iman merupakan satu keteguhan, dapat dipercaya dan diandalkan.
Itu mengakibatkan seseorang mampu berelasi dengan Allah dan menjadi orang yang setia.
2.
Obyek Iman
Iman berasal dari kata kerja transitif yang memerlukan obyek, karena tanpa obyek ia takkan mampu
berdiri. Seringkali kita beriman pada iman, tetapi itu bukan iman yang sejati. Alkitab tidak pernah
mengatakan bahwa kita harus beriman kepada kuasa iman tetapi harus beriman kepada obyek iman
sehingga Ia yang melakukan kuasa. Kedua hal ini tidaklah sama. Seringkali di saat seorang berdoa agar
sembuh tetapi tidak dikabulkan, maka kita berkata bahwa ia lemah iman. Akan tetapi Kitab Suci tidak
mengajarkan seperti itu. Di dalam Alkitab, iman hanyalah alat yang di dalamnya Allah bekerja. Jadi, kita
tidak seharusnya beriman kepada iman, tetapi beriman kepada Obyek iman yang sejati.
235
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Di saat Tuhan Yesus menyembuhkan orang sakit, apakah itu bergantung kepada iman orang itu? Tidak!
Misalnya: di saat Tuhan berada bersama-sama murid-Nya di dalam perahu. Pada saat itu Ia tidur dan tibatiba badai datang menerpa, murid-murid-Nya begitu takut dan membangunkan-Nya. Yesus tidak bertanya
apakah murid-murid-Nya punya kuasa iman ataukah tidak, Ia langsung menenangkan badai itu. Baru
setelah badai menjadi tenang, Tuhan menegur para murid karena tidak percaya. Siapakah di sini yang
melakukan kuasa? Tuhan, bukan iman! Pada waktu Tuhan membangkitkan orang mati, bagaimana caranya
orang yang mati itu dapat beriman? Yang menentukan orang itu bangkit atau tidak bukanlah terletak pada
iman, tetapi pada kedaulatan Tuhan. Bahaya yang kedua adalah di saat kita beriman pada perasaan iman.
Dulu di saat saya berdoa minta sesuatu, saya paksa perasaan saya terangkat naik, saya membayangkan apa
yang saya inginkan, dan saya mati-matian berdoa. Bahaya yang ketiga adalah di saat kita beriman pada isi
iman Reformed lebih daripada kita mencintai Tuhan. Jika iman Reformed yang kita percayai tidak membuat
kita lebih dekat pada Tuhan, maka kita sedang berada di dalam keadaan yang berbahaya.
Seumpama ada seorang yang mengajak saya pergi ke Eropa. Waktu itu musim dingin dan orang itu
mengajak saya berjalan di atas suatu danau yang ditutupi oleh lapisan es. Waktu saya berjalan di atas es itu,
saya merasa amat takut. Saya ragu-ragu akan kekuatan es itu menahan bobot saya. Tetapi orang yang
mengajak saya itu dapat dengan tenang duduk di sana dan memancing. Jadi, pada saat itu saya kurang
iman, sementara ia sangat beriman kepada kekuatan lapisan es itu. Sekarang pertanyaannya: “Apakah
imannya dan iman saya yang menjadi jaminan keamanan kami?” Tidak! Yang membuat kami aman bukan
iman kami tetapi kekuatan es itu. Jadi, di saat kita percaya pada sesuatu yang sanggup menahan kita, maka
kita akan aman karena sesuatu itu akan sanggup menjaga kita agar tidak jatuh. Meskipun iman saya pada es
itu kecil, tetapi saya tidak jatuh karena kekuatan es itu memang tidak ditentukan dari iman saya.
3.
Rahasia Iman
Bagaimanakah kita dapat mempunyai iman yang kuat dan sekaligus benar? Kita dapat menemukan iman
seperti ini jika kita mengerti rahasia iman. Rahasia iman terjadi di saat kita dapat melihat apa yang tidak
kelihatan. Kalau kita berhenti hanya pada apa yang kelihatan, maka kita tidak akan pernah dapat
menemukan rahasia iman.
Di dalam salah satu penelitian science, dicetuskan tentang adanya realitas paralel. Maksudnya, di dalam
dunia fisik ini sebenarnya terdapat satu dunia lain yang tidak dapat kita lihat karena keterbatasan mata kita.
Oleh sebab itu kita tidak dapat berkata bahwa kita hanya percaya pada apa yang dapat kita lihat. Hal yang
sama juga berlaku pada realita rohani. Jika Allah dapat dimengerti dengan pikiran kita yang terbatas, maka
itu berarti Allah lebih kecil daripada pikiran kita. Alkitab mengatakan: “Iman adalah dasar dari segala
sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Karena iman kita mengerti,
bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa
yang tidak dapat kita lihat” (Ibr 11:1,3), atau “Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan
yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal” (2
Kor 4:18). Pada waktu iman kita menerobos kekekalan, maka walaupun kita melihat dunia berubah, kita
masih mempunyai kekuatan. Tetapi kalau iman kita hanya tertuju pada apa yang kita lihat, misalkan uang
kita, maka saat uang kita amblas, iman kita akan mulai goncang. Oleh sebab itu, rahasia iman terletak pada
melihat apa yang tidak kelihatan.
236
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Di saat Musa di Mesir, ia sebenarnya dapat hidup enak, tetapi penulis Ibrani mengatakan: “Karena iman
maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara
dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa. Ia menganggap
penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab
pandangannya ia arahkan kepada upah. Karena iman maka ia telah meninggalkan Mesir dengan tidak takut
akan murka raja. Ia bertahan sama seperti ia melihat apa yang tidak kelihatan” (Ibr 11:24-27). Rahasia iman
kita tidak ditentukan dari seberapa kita kaya, seberapa tinggi kedudukan kita, tetapi apakah iman kita
terkait Sumber yang tidak berubah, yaitu Allah yang ada di kekekalan.
Dari sejak kita diselamatkan hingga mati, kita berada di tengah proses. Di dalam proses ini, jika kita terkait
dengan kekekalan, maka kita akan memiliki apa yang disebut dengan TEKUN, yaitu singkatan dari: T = Terkait
dengan yang tidak kelihatan. E = Erat bersekutu dengan Tuhan. K = kuat menanggung beban berat. U = Ulet
menghadapi cobaan. N = Niat untuk memuliakan Kristus. Itulah TEKUN! Orang yang punya pengharapan
yang sejati kepada kekekalan sadar bahwa dunia ini hanya sementara dan kekekalan adalah harta yang
paling indah. Maka di saat ia kehilangan apapun ketika berada di dalam dunia, ia tetap mempunyai
kekuatan di dalam menghadapinya.
Bagian ketiga
Pada minggu yang lalu kita sudah membahas tentang pengertian iman, obyek iman dan rahasia iman. Kita
telah melihat bahwa pengertian iman dapat berarti isi iman, tindakan iman, dan kesetiaan. Selain itu, iman
sejati membutuhkan obyek yaitu Allah yang menciptakan Dia. Terakhir, rahasia iman terletak pada melihat
sesuatu yang tidak kelihatan, yaitu di saat kita percaya kepada Dia yang tidak dapat kita lihat.
Mungkinkah orang dapat percaya dan mengasihi jika obyek imannya tidak ia lihat? Mungkin! Orang yang
beragama Budha dapat sungguh-sungguh percaya kepada Budha sekalipun mereka tidak pernah
melihatnya dan orang Islam dapat mencintai Mohammad walaupun mereka tidak pernah melihatnya.
Demikian pula orang Kristen dapat mengasihi Tuhan sekalipun mereka belum pernah melihat-Nya. Yang
pernah melihat Tuhan adalah para Rasul, karena mereka adalah saksi mata yang harus memberikan
kesaksian bahwa Yesus memang pernah mati, dikuburkan, dibangkitkan dan naik ke sorga. Tetapi generasi
kedua sesudah mereka, percaya kepada Tuhan Yesus meskipun tidak melihat-Nya. Di dalam 1 Pet 1:8,
dikatakan: "Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihiNya. Kamu percaya kepada
Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihatNya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang
tidak terkatakan." Iman yang sejati justru menerobos sehingga kita dapat melihat Allah yang berada di
tempat yang tidak ada di dalam proses. Iman yang sejati ditentukan oleh dua aspek, yaitu: apakah obyek
yang kita percayai itu benar atau tidak dan apakah rahasia iman kita sungguh terpusat kepadaNya ataukah
masih kepada hal-hal di dunia ini. Hari ini kita akan menambahkan dua hal lagi yaitu: Pertama, bicara
tentang iman yang sejati tidak dapat dipisahkan dari dua saudara kembar, yaitu: apakah saudara terlebih
dahulu merasakan kasih Tuhan dan kemudian baru beriman ataukah saudara terlebih dahulu merasakan
kasih Tuhan dan baru kemudian beriman? Sulit membedakan kedua hal ini sehingga saya menyebutnya
sebagai saudara kembar. Kalau diambil perbedaan yang paling tipis maka saya mengatakan: imanlah yang
terlebih dahulu dimana di dalamnya kasih Allah dinyatakan. Jadi, iman yang sejati tidak dapat dipisahkan
dari kasih yang sejati.
Apakah yang menjadi dasar Tuhan menyelamatkan kita? Ada yang mengatakan karena kesucianNya. Hal ini
memang bisa tetapi bagi saya, kasih Tuhanlah yang menjadi dasar. Itu diteguhkan di dalam Ef 1 dan Yoh 3:16:
237
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga…" Di dalam Yoh 3:16 ada beberapa point penting
yang perlu kita perhatikan: Allah sumber kasih yang terbesar telah menyatakan kasih yang terbesar yaitu
agape melalui pemberian yang terbesar yaitu Anak-Nya yang tunggal, melalui cara terbesar yaitu iman,
memberitakan pembebasan yang terbesar dari hukuman yang terdahsyat yaitu kebinasaan yang kekal dan
memperoleh hadiah yang terbesar yaitu hidup yang kekal. Orang yang pernah mengalami cinta Tuhan
seperti ini sadar siapa dia sebelum diselamatkan, yaitu orang yang binasa di dalam dosa, yang berada di
bawah kuasa kerajaan angkasa, yang pikirannya dicemari oleh dosa, yang perasaannya dikuasai oleh nafsu,
yang kemauannya hanya menuruti kemauan daging dan yang patut menerima murka Allah, "Tetapi Allah
yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan kepada kita, telah
menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus..." (Ef 2:4-5). Kalau tidak ada kata "tetapi" maka kita tidak
mempunyai harapan apa-apa. Kasih Tuhan ini kemudian oleh Roh Kudus dimateraikan di dalam hati kita.
Waktu kita mendengar Firman Tuhan Roh Kudus bagaikan air jernih yang masuk ke dalam hati kita yang
gersang, Ia menggemburkan hati kita sehingga mampu bersedia menerima firman. Jikalau Roh Kudus tidak
membukakan rahasia yang besar ini di dalam hati kita, maka kita akan sulit untuk memahami kasih Allah.
Hanya melalui pekerjaan Roh Kudus yang membersihkan dan melembutkan, kita dapat melihat.
Hanya karena hati kita sebelumnya telah disucikan maka ketika wahyu itu dinyatakan, mata kita menjadi
terbuka dan kita percaya bahwa hanya karena anugerah kita diselamatkan. Lepas dari anugerah Tuhan, kita
akan menjadi orang yang tidak tahu bahwa apa yang kita kerjakan sebenarnya sudah mendukakan hati
Tuhan. Banyak orang yang tidak sadar bahwa dosa begitu serius di mata Tuhan. Tetapi di Yoh 3:16 Tuhan
tidak hanya menyatakan murka-Nya, Ia juga menyatakan kasih-Nya yang begitu besar. Paulus mengatakan
bahwa diantara para Rasul, ia-lah yang paling berdosa. Dan kesadaran ini mengakibatkan ia bekerja lebih
keras daripada semuanya, sampai akhirnya kepalanya harus dipenggal. Baginya, itulah sukacita melayani
Tuhan karena ia mempunyai prinsip bahwa "Hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." Kalau ia
mati maka itu adalah suatu keuntungan karena ia akan cepat bertemu dengan Tuhan, tetapi kalau ia hidup
maka itu berarti bekerja menghasilkan buah. Iman tidak dapat dipisahkan dari kasih. Di saat firman
diberitakan, di dalamnya kasih Tuhan dinyatakan. Kalau kita sudah mengalami kasih yang dicurahkan oleh
Roh Kudus kepada kita (Roma 5:5), maka iman yang kita miliki seharusnya juga menghasilkan ciri-ciri kasih
yang sejati. Jadi, karena Roh Kudus meneguhkan kasih Allah di dalam diri kita maka di dalam diri kita
terdapat keinginan-keinginan untuk menyenangkan hati Allah. Ketika kasih Allah dicurahkan ke dalam hati
kita, ada satu kecenderungan untuk menyenangkan Allah. Oleh sebab itu, jika seorang memiliki iman yang
sejati maka itu harus ada cirinya. Saya akan mengambil ciri dari kehidupan pernikahan karena ini
merupakan gambaran hubungan Kristus dengan jemaat. Pernikahan seringkali menggambarkan relasi
antara Tuhan, mempelai laki-laki dengan kita, mempelai wanita.

1.
Dua menjadi Satu. Sebelum kita merasakan cinta Tuhan, hidup kita adalah milik kita, pada waktu
kita telah diselamatkan, maka di dalam hati kita terdapat kerinduan untuk menyenangkan hati Tuhan, yaitu
bagaimana supaya pikiran kita dapat berpikir seperti Allah berpikir, perasaan kita kembali mencintai Tuhan,
dan kemauan kita adalah untuk melakukan apa yang Tuhan mau lakukan. Inilah tanda pertama.
2.
Adanya ketaatan. Yang menjadi kunci Jonathan Edward tentang kehidupan Kristen yang sejati
adalah ketaatan kita kepada Tuhan. Paulus juga memerintahkan agar isteri tunduk kepada suami seperti
kepada Tuhan (Ef 5:22). Di dalam Yoh 14:15 dikatakan: "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti
238
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
segala perintah-Ku." Orang yang mengasihi ditandai oleh ketaatan, tetapi orang yang kelihatan taat belum
tentu mengasihi.
3.
Adanya pemisahan. Martin Luther mengatakan bahwa pikiran manusia bagaikan seorang pelacur.
Di dalam PL, Tuhan pernah mengatakan bahwa umat Israel hidup seperti pelacur, seolah-olah tidak punya
Tuan, sehingga mereka melacurkan diri dalam perjinahan rohani dengan berhala-berhala. Oleh sebab itu,
salah satu tanda jika kasih Kristus ada di dalam hati kita adalah dengan rela kita berani berkata "tidak"
untuk segala sesuatu yang dahulu menyenangkan kita, sehingga ada pemisahan di dalam kehidupan kita.
Itulah tiga ciri kasih yang sejati. Akan tetapi hidup kita tetap berada di dalam proses. Oleh sebab itu,
Spurgeon mengatakan: "Antara dosa dan kasih bagaikan sebuah timbangan." Pada waktu kasih meningkat
dosa akan menurun, pada waktu dosa meningkat kasih akan menurun. Pada waktu cinta Kristus begitu kecil
di dalam hidup kita, maka kuasa dosa begitu besar menguasai kita dan sebaliknya. Tetapi Spurgeon juga
mengatakan bahwa kasih Kristus tetap merupakan kuasa yang besar, yang sanggup mengubah hidup kita.
Iman dan kasih juga tidak dapat dipisahkan dari saudara kembarnya yang ketiga yaitu sukacita. Sukacita
disini bukanlah senang-senang duniawi yang bersifat sementara. Sukacita bersumber dari dalam. Di dalam
PL, sukacita berasal dari Tuhan sementara di dalam PB, sukacita selalu bersumber dari Roh Kudus. 1 Tes 1:6
berbunyi: "Dan kamu telah menjadi penurut kami dan penurut Tuhan; dalam penindasan yang berat kamu
telah menerima firman itu dengan sukacita yang dikerjakan oleh Roh Kudus." Di dalam 1 Ptr, sukacita ini
disebut sebagai sukacita yang tak terkatakan tetapi ada di dalam diri orang yang mencintai Tuhan. Semakin
ia mencintai Tuhan, semakin ia beriman kepada Tuhan, semakin ada sukacita di dalam hatinya. Pada waktu
seorang wanita melahirkan ia merasa amat kesakitan, tetapi setelah anak yang dikandung dilahirkan, ada
suatu sukacita yang indah. Sukacita adalah anugerah yang diberikan Roh Kudus di dalam diri orang-orang
yang punya iman dan kasih yang sejati kepada Tuhan. Kiranya ketiga ciri True Religion, yaitu: iman yang
sejati, kasih yang sejati dan sukacita yang sejati, memenuhi hati kita.
Amin!
239
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
T
Ta
an
ng
gg
gu
un
ng
gjja
aw
wa
ab
bk
ke
ellu
ua
arrg
ga
a
Oleh: Pdt. Rusdi Tanuwidjaya
Nats:
6
Hakim-Hakim 2:6-13
Setelah Yosua melepas bangsa itu pergi, maka pergilah orang Israel itu, masing–masing
ke milik pusakanya, untuk memiliki negeri itu.
7
Dan bangsa itu beribadah kepada TUHAN sepanjang zaman Yosua dan sepanjang zaman
para tua–tua yang hidup lebih lama dari pada Yosua, dan yang telah melihat segenap
perbuatan yang besar, yang dilakukan TUHAN bagi orang Israel.
8
Dan Yosua bin Nun, hamba TUHAN itu, mati pada umur seratus sepuluh tahun;
9
ia dikuburkan di daerah milik pusakanya di Timnat–Heres, di pegunungan Efraim, di
sebelah utara gunung Gaas.
10
Setelah seluruh angkatan itu dikumpulkan kepada nenek moyangnya, bangkitlah sesudah
mereka itu angkatan yang lain, yang tidak mengenal TUHAN ataupun perbuatan yang
dilakukan–Nya bagi orang Israel.
11
Lalu orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN dan mereka beribadah kepada
para Baal.
12
Mereka meninggalkan TUHAN, Allah nenek moyang mereka yang telah membawa mereka
keluar dari tanah Mesir, lalu mengikuti allah lain, dari antara allah bangsa–bangsa di
sekeliling mereka, dan sujud menyembah kepadanya, sehingga mereka menyakiti hati
TUHAN.
13
Demikianlah mereka meninggalkan TUHAN dan beribadah kepada Baal dan para Asytoret.
Allah menciptakan manusia sebagai ciptaan yang begitu mulia bahkan diberikan kedudukan sebagai The
King of the earth namun dia juga harus bertanggung jawab terhadap Allah. Alam semesta dicipta dengan
kemuliaan Allah, memancarkan kemuliaan Allah tetapi satu-satunya ciptaan yang dapat memuliakan Allah
hanya manusia namun sayang, manusia tidak taat dan takut pada Allah justru takut dengan apa yang
dikatakan setan dan memberontak kepada Allah karena ia ingin seperti Allah. Inilah satu masalah terbesar
timbulnya krisis di dunia, ketika posisi Allah digeser dalam hidupnya dan manusia yang dicipta untuk
kemuliaan Allah sekarang sedang memuliakan diri, mau menjadi pusat di alam semesta. Akibat kejatuhan
Adam dan Hawa, kita melihat mulai dari keluarga pertama menjadi keluarga yang banyak mengucurkan air
mata, darah dan ketidakberesan di muka bumi.
Hari ini kita akan melihat konteks saat Yosua masuk ke tanah kanaan. Alkitab mengatakan, Yosua
merupakan angkatan pertama yang diam di tanah Kanaan dan pada saat itu merupakan bangsa yang setia
mengenal dan memperkenan Tuhan namun cucu angkatan tersebut hidup tidak mengenal Tuhan. Sekarang
pertanyaannya, mengapa generasi Yosua dan anak-anak mereka hidup memperkenan Tuhan namun
240
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
angkatan cucu-cucu Yosua terjadi kemerosotan dan perzinahan rohani? Bukankah mereka seharusnya
memahami bagaimana tangan Allah memimpin bangsa ini dan mereka telah mendengar berulang kali apa
yang sudah dikerjakan oleh Allah terhadap umat pilihannya? Tetapi mengapa sesudah generasi ketiga ini
justru mengalami kemerosotan? Bagaimana mereka tidak jatuh kalau kebudayaan disekitarnya rusak?
Bukankah tanah kanaan disuruh dihancurkan namun realitanya tidak dihancurkan sehingga dalam tanah
Kanaan masih banyak bangsa Kanaan yang kafir yang menyembah berhala sehingga tidak heran kalau
akhirnya bangsa Israel pola hidupnya juga dipengaruhi oleh pola pikir yang merusak dari masyarakat dan
lingkungan yang jelek ini. Kita selalu berpikir orang lain dan dari luar diri kita yang salah. Sesudah manusia
jatuh dalam dosa, hal itu memang mempunyai dampak dan pengaruh negatif serta mereka merupakan
masyarakat yang sudah sakit, bengkok dan pezinah-pezinah rohani di hadapan Tuhan. Ini tidak
mengherankan, tetapi bagi saya masalahnya bukan di sana. Masalahnya adalah tanggungjawab umat Israel
untuk mendidik anak-anak mereka karena Allah tidak pernah berfirman kepada bangsa kafir, yang sudah
rusak dan yang belum diselamatkan untuk mendidik anak-anak Tuhan.
Saudara, apa yang dilakukan oleh generasi Yosua? Ketika Yosua mempunyai anak ia mengajar bagaimana
tangan Tuhan memanggil, memimpin dan kuasa Tuhan bekerja melalui Musa sehingga mereka memahami
walaupun mereka tidak dapat melihat karena terus diajarkan berulangkali. Tetapi sesudah generasi itu
mereka lebih memberikan harta yang bersifat materi atau pengetahuan yang tidak ada hubungannya
dengan kekekalan sehingga tidak heran ketika pendidikan rohani mereka rapuh, mereka lebih mudah untuk
dipengaruhi bangsa-bangsa lain. Ini yang menyebabkan bangsa itu makin lama makin jauh dari Tuhan.
Ketika kita keropos, hati kita kosong, pikiran kita selalu terarah ke bawah memandang kepada kenikmatan
duniawi ini, itulah mulai bencana di dalam kerohanian umat manusia. Apa yang terjadi? Akhirnya pelanpelan, mulai masuk melalui mata, telinga, dalam hati dan mulai menguasainya. Sesudah hatinya dikuasai
oleh virus seperti ini, seluruh keberadaan dirinya, pikirannya, akal sehatnya, hatinya secara moral dan juga
kekuatan rohaninya untuk melawan dosa sudah dilumpuhkan. Itu menjadi satu kekuatan yang membuat
bangsa Israel menjadi bangsa yang mengalami kemerosotan luar biasa. Jangan salahkan budaya yang sudah
jatuh, sekolah yang tidak beres, masyarakat yang tidak beres dan media massa yang tidak beres. Tetapi
bagaimanakah tanggungjawab kita untuk mendidik anak-anak yang diberikan oleh Tuhan.
Saya rasa pengalaman bangsa Israel ini juga menjadi contoh bagi kita. Kalau boleh saya tanya berapa
banyak orang tua mempunyai pengaruh dan teladan bagi anak-anak mereka? Saya akan memberi contoh
dari hal yang paling kecil. Waktu kita datang ke dalam ibadah dan kita tidak pernah menghormati ibadah
itu, kita datang selalu terlambat maka anak kita akan menirunya. Jangan saudara pikir bahwa hal-hal yang
kecil tidak pernah menjadi teladan.
Betapa besarnya pengaruh orang tua! Tidak heran kalau saat saya mengajar, banyak murid yang berkata
bahwa orang yang paling tidak mereka sukai adalah orang tua mereka, padahal orang tua mereka adalah
orang Kristen. Survei di Amerika membuktikan bahwa dari sekian banyak yang tidak disukai oleh remaja,
yang pertama adalah orang tua mereka. Ini menjadi suatu pukulan bagi saya. Walaupun kita dapat memiliki
harta yang banyak, tetapi kalau anak kita hancur semua itu sama sekali tidak ada artinya. Seperti apakah
jaman kita ini? Mau ke manakah kita sebenarnya? Ketika saya melihat anak saya yang begitu mungil, saya
membayangkan bagaimana kalau ia sudah besar nanti. Saya berdoa supaya Tuhan memberikan kepada
saya kemampuan untuk mendidik anak saya secara bertanggungjawab sehingga semua potensi yang ada
padanya tidak sia-sia. Anak saya adalah harta Tuhan yang begitu berharga yang Tuhan titipkan sementara
dan bukan milik saya. Saya harus menggarap dia secara bertanggungjawab di hadapan Tuhan. Itu bukan
hanya tugas sekolah minggu, itu bukan hanya tugas sekolah, tetapi adalah tugas keluarga.
241
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Kalau orang tua tidak mempunyai pengaruh maka tidak heran kalau kebudayaan sekitar kita sudah
merembes masuk ke dalam pikiran dan hati mereka. Tidak heran, generasi ini sudah melahirkan anak-anak
yang melawan orang tua, melawan Tuhan, yang tidak dapat membedakan mana yang benar dan mana yang
salah dan mana yang memuliakan Tuhan atau tidak sekalipun mereka dibesarkan dalam gereja. Keluarga
adalah pendidikan pertama, bagi saya itulah gereja pertama yang harus ia kenal, itulah gereja pertama di
mana di dalamnya cinta Tuhan diajarkan. Teladan hidup juga mencerminkan cinta Tuhan yang membimbing
mereka dengan benar, sehingga mereka bukan hanya melihat orang yang hanya berbicara tetapi tidak
memberikan teladan. Ketika mereka lihat dunia, mereka melihat keluarga-keluarga lain yang tidak beres,
mereka masih dapat memberikan counter. Jangan berambisi untuk mengubah dunia, tetapi carilah
bagaimana kita mendidik anak kita supaya dapat berpengaruh di dunia ini dan menjadi terang. Bagi saya,
gereja yang sehat harus dimulai dari keluarga. Itu sebabnya, kemarin saya berkata kapan kita mempunyai
persekutuan di mana keluarga-keluarga dapat berkumpul dan saling berbagai pengalaman tentang
bagaimana mendidik keluarga sehingga anak-anak dapat bertumbuh dengan baik. Keluarga diberikan
sebuah tugas, sebuah tanggung-jawab yang begitu mulia dan agung.
Guru-guru Sekolah Minggu jangan berpikir tidak turut berperan dalam mendidik anak. Saya sangat sedih
jika guru-guru hanya datang untuk mengajar, untuk menyampaikan informasi. Bagi saya, pendidikan harus
menghasilkan transformasi. Itu sebabnya jangan berharap pada dunia dan pendidikan luar. Kalau guru-guru
di dalam gereja tidak bertanggungjawab, dalam keluarga mereka tidak mengalami suatu kesejahteraan,
gerejapun tidak dapat menjadi rumah bagi mereka, dimana lagi pendidikan mau diadakan dan dijalankan?
Apalagi jika sekolah-sekolah yang menyebut dirinya Kristen ternyata justru mandul dan lumpuh, dan di
dalamnya justru terdapat paling banyak anak-anak yang hidupnya tidak beres. Hai guru-guru, tugasmu
berat, tanggungjawabmu berat, tetapi tanggungjawabmu begitu mulia, karena Tuhan mau engkau menjadi
pendidik-pendidik yang bertanggungjawab, bukan hanya melalui apa yang engkau ajarkan, tetapi juga
melalui teladan yang engkau berikan. Berapa banyak orang yang berani berkorban menjadi guru S.M. dan
mati-matian belajar untuk menjadi guru yang profesional? Saya ingin mengakhiri ini dengan dua kesaksian.
1.
Ketika saya pelayanan di satu sekolah SMP, saya bertemu dengan seorang anak yang dibesarkan
dalam keluarga yang broken home. Sejak kecil ia tidak pernah merasakan kasih sayang Tuhan, ia bergaul
bebas dan waktu SMP ia sering berganti pacar hingga melakukan hubungan seks. Saat mendengarkan
firman, ia bertobat namun ia bingung bagaimana dapat lepas dari kekuatan dosa yang mengikatnya dan
bertanya-tanya apakah Tuhan masih mampu mengampuni saya. Waktu itu saya diam dan hanya dapat
menyuruh dia keluar dari lingkungannya yang buruk. Tetapi hal itu tidaklah mudah. Di saat saya bertemu
dengan dia, dia kembali jatuh dan jatuh lagi. Kekuatan godaan itu begitu kuat mengikat dan
membelenggunya sehingga ia tidak dapat lepas. Saya hanya dapat berdoa supaya Tuhan mengampuni
orang tuanya karena mereka tidak bertanggungjawab terhadap anak yang Tuhan berikan. Mungkin anak ini
kalau tidak sungguh-sungguh mengalami cinta Tuhan dan dirombak oleh Tuhan ia juga akan menghasilkan
pernikahan yang pincang pula.
2.
Saya kagum dengan ibu dari Pdt. Stephen Tong, di mana di saat ayahnya meninggal ia berjanji tidak
akan menikah lagi walaupun harus membesarkan anaknya seorang diri. Setelah ia bertobat, ia membawa
anak-anaknya ke bukit untuk berdoa bersama dan setiap hari jumat ia pergi membawa kotak makanan. Di
saat ditanya untuk apa, ia berkata bahwa mereka sudah cukup dan masih banyak orang yang lebih
kekurangan dari mereka, sehingga mereka harus memberikan orang-orang itu makan. Di tengah-tengah
kekurangan mereka, mereka masih dapat menjadi berkat bagi orang lain, itu berarti suatu kelimpahan. Ia
242
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
juga pernah mengatakan sebuah kalimat: "Kantongmu kosong, itu tidak apa-apa, hatimu kosong, itu baru
miskin yang sesungguhnya!" Kalimat yang begitu agung itu membekas di dalam hati dan jiwa anak-anaknya.
Bagi saya, tidak heran jika anak-anaknya menjadi orang-orang yang berhasil. Pendidikan seperti apa yang
kita mau? Biarlah firman yang kita dengar ini boleh membuat kita bergumul. Saudara-saudara yang mau
menikah, bergumullah, karena pernikahan adalah kehendak Tuhan yang mulia untuk menciptakan
keluarga-keluarga yang memuliakan Tuhan di mana Tuhan menempatkan Saudara! Tuhan yang
menciptakan keluarga untuk tujuan kemuliaan-Nya, Ia juga yang menebus manusia untuk memberikan
amanat agung untuk memberitakan injil untuk menjadi saksi termasuk keluarga menjadi saksi bagi
sekitarnya. Dua hal ini harus digabung menjadi satu. Biarlah kita berdoa supaya Tuhan memberikan
kekuatan agar kita dapat menjadi saksi bagi kemuliaan nama-Nya.
Amin!
243
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
R
Ro
oh
hK
Ku
ud
du
us
s
Oleh: Pdt. Rusdi Tanuwidjaya
Nats:
8
Kisah 1:8
Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan
menjadi saksi–Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung
bumi."
Ketika membahas Yohanes 16:28, saya telah menyatakan bahwa Kristus datang ke dalam dunia (berinkarnasi)
untuk mati di Kalvari karena dosa manusia, dikuburkan dan bangkit. Sebelum ke naikkannya ke sorga Ia
menjanjikan untuk mengirimkan Roh Kudus maka setelah 10 hari kemudian Roh Kudus dicurahkan dan
mulailah satu era di mana Roh Kudus berkarya melalui para rasul, diaken, dan anak-anak Tuhan. Seorang
teolog pernah berkata bahwa hadiah yang terbesar bagi dunia adalah Yesus Kristus, dan hadiah yang
terbesar bagi gereja adalah Roh Kudus. Allah Bapa memilih sejak kekal, Yesus Kristus diutus ke dalam dunia
untuk mati menggantikan kita dan melalui Roh Kudus orang berdosa dapat percaya serta menerima Kristus
sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya sehingga kepadanya dikaruniakan segala berkat rohani di dalam sorga.
Dalam nats di atas dikatakan bahwa jika Roh Kudus turun ke atas mereka, mereka akan menjadi saksi-Nya.
Itulah sebabnya, pada kesempatan kali ini kita akan melihat kuasa Roh Kudus yang dikerjakan dalam
kehidupan kita, yakni:
1.
Kuasa menginsafkan
Roh Kudus datang untuk menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman. Jika kita tidak
diinsafkan akan dosa, kebenaran dan penghakiman, kita tidak mungkin percaya kepada Tuhan. Di dalam
perumpamaan tentang penabur, ketika benih ditabur, benih itu jatuh di empat tempat. Benih merupakan
simbol dari firman Tuhan dan tanah adalah hati manusia (batu yang keras, tanah yang tipis, tanah di tengah
semak duri dan tanah yang baik). Jika Firman jatuh di hati manusia yang keras, tak mungkin terjadi sesuatu
perubahan. Ada satu hal yang lebih berbahaya daripada dosa, yaitu orang tidak sadar bahwa dia sedang
berbuat dosa di hadapan Tuhan bahkan menikmati dosa. Inilah contoh dari hati yang keras itu.
Ada orang yang setiap kali dalam acara KKR mengangkat tangan, tetapi setiap kali juga jatuh dalam dosa
yang sama. Ini merupakan contoh hati yang bertanah tipis. Pada saat mengambil satu komitmen begitu
bersemangat, lama-lama semangatnya mulai surut. Jenis ketiga adalah orang-orang yang menyebut dirinya
Kristen - dan telah bertahun-tahun menjadi orang Kristen - tetapi tidak bertumbuh oleh karena
kekhawatiran dari luar menghimpit dia. Hanya oleh karena Roh Kuduslah hati yang keras itu dapat menjadi
lunak sehingga ia sadar akan kebenaran firman Tuhan, akan kecenderungannya yang berbuat dosa dan
mendukakan hati Tuhan.
Roh Kudus bukan hanya menyadarkan seseorang akan dosa, tetapi juga kebenaran. Kristus adalah
kebenaran itu sendiri, karena itu Roh Kudus akan memimpin seseorang kepada Krsitus (Yoh 14:6). Hanya di
244
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
dalam Kristuslah seseorang dapat memperoleh hidup yang kekal dan Roh Kuduspun menyadarkan
seseorang akan penghakiman, di mana orang-orang berdosa pasti akan mengalami hukuman Allah.
2.
Kuasa Kepemilikan
Dalam Efesus 1:13 dijelaskan bahwa ketika di dalam Kristus dan kita percaya, kita dimeteraikan dengan Roh
Kudus dan kita pun menjadi milik Allah. Betapa indahnya semua ini di mana kita orang berdosa yang
seharusnya dihukum namun karena kasih Allah kita dipimpin oleh Roh Kudus untuk memperoleh jaminan
keselamatan dan hidup kekal di dalam Kristus.
3.
Kuasa Pengudusan
Roh Kudus diberikan untuk mengerjakan proses pengudusan dalam kehidupan orang Kristen. Dalam 1 Kor
1:2, ada dua kata "kudus." Yang dimaksud dengan kudus yang pertama adalah ketika kita percaya kepada
Kristus, hubungan kita dengan Bapa dipulihkan, dan hubungan itu telah dikuduskan oleh Bapa. Status kita
bukan lagi orang berdosa, tetapi orang yang sudah dibenarkan, dikuduskan namun secara moral kita belum
kudus karena kita masih sering jatuh di dalam dosa. Roh Kudus tinggal dalam diri kita bukan ketika kita
sudah betul-betul sempurna dan tidak berbuat dosa. Ketika kita percaya kepada Kristus, Roh Kudus tinggal
di dalam diri kita walaupun kita masih dapat berbuat dosa. Untuk apa? untuk memampukan kita hidup
dalam proses pengudusan.
Manusia berdosa mengalami kerusakan total, di mana seluruh aspek dalam kehidupan manusia mengalami
suatu distorsi karena itu Roh Kudus yang tinggal di dalam diri kita, orang percaya memproses pikiran,
perasaan dan kemauan kita hingga mengalami penyucian yang terus-menerus. Masalahnya adalah, apakah
kita mengijinkan Roh Kudus itu sebagai tuan atas hidup kita atau sebagai tamu? Jika sebagai tamu, Dia tidak
mempunyai hak apa-apa atau sangat terbatas akibatnya kita tidak pernah mau mengijinkan Roh Kudus
untuk mengubah cara berpikir dan mengarahkan perasaan kita kembali kepada Tuhan serta membawa
kemauan kita takluk di bawah kehendak Tuhan. Padahal Roh Kudus seharusnya memerintah atas pikiran,
perasaan dan kemauan kita maka di dalam proses itu yang terpenting adalah relakah kita jika Roh Kudus
memimpin dan mengarahkan kita kepada apa yang Tuhan mau dan membenci apa yang dibenci oleh
Tuhan.
Dalam kehidupan kita banyak misteri yang orang lain tidak tahu, yang tahu hanya tiga yakni Tuhan, diri
sendiri dan setan. Karena Tuhan tahu, maukah kita mempersilahkan Roh Kudus melihat ruang hati kita dan
membersihkannya dari segala cara-cara yang tidak beres dan kotor? Mulut kita mungkin terarah kepada
Tuhan tetapi tindakan kita mengarah kepada setan dan tidak mempermuliakan Tuhan. Jika kita mau
dipimpin oleh Roh Kudus, pikiran kita akan semakin dikuasai oleh firman Tuhan, perasaan kita akan semakin
mencintai Tuhan dan hati nurani kita semakin dibersihkan dan dimurnikan sehingga kita dapat peka dan
mentaati kehendak Tuhan untuk mengalami satu pertumbuhan iman di dalam proses pengudusan.
Ada seseorang yang berkata, "Penyerahan tampak, pemikiran adalah fanatisisme yang bertindak tetapi
pemikiran tampa penyerahan total itu berarti kelumpuhan dalam semua tindakan." Ada orang-orang yang
sepertinya berserah, tetapi pikirannya tidak pernah mengerti kebenaran firman Tuhan dan tidak pernah
dirombak oleh firman Tuhan. Jika pikiran yang dirombak tanpa disertai penyerahan total, maka akan terjadi
kelumpuhan dalam semua tindakan akibat tidak adanya keseimbangan pertumbuhan. Apakah orang yang
benar-benar percaya ada kemungkinan untuk murtad? Seperti yang kita bahas di atas bahwa di dalam
kekekalan Tuhan telah memilih kita dan Roh Kudus memeteraikan kita sebagai jaminan keselamatan yang
245
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
mutlak bahwa kita akan memperoleh seluruhnnya nanti. Bagaimana kalau kita berbuat dosa? Pada waktu
berbuat dosa sebenarnya kita sedang memdukakan Roh Kudus. Maka orang percaya tidak mungkin murtad,
tetapi masih bisa berbuat dosa. Jika demikian di mana keadilan Tuhan? Pengampunan dosa tetap diberikan,
tetapi pengadilan Tuhan tetap akan dinyatakan di dalam dunia. Misalnya, seseorang yang membunuh dan
dimasukkan ke dalam penjara, mungkin di kejar-kejar oleh rasa bersalah dalam hatinya. Inilah upah! Apa
yang kita tabur, itu yang akan kita tuai dan itu bukan hukum karma melainkan satu konsekuensi dari apa
yang telah kita perbuat.
4.
Kuasa yang memberikan kemenangan
Pada suatu hari, ketika Pdt. Stephen Tong berkhotbah, ada seorang ahli sihir yang berusaha menyerangnya.
Orang ini melihat ada satu cahaya yang keluar dari tangannya - demikianlah pengakuan orang tersebut, dan
hanya dia sendiri yang tahu keberadaan cahaya itu dan mengarah kepadanya. Begitu sudah dekat,
mendadak sinar itu lenyap. Karena penasaran, ia mencoba dengan seluruh kemampuannya dan kali ini
cahaya itu pecah menjadi dua, dan mendadak orang itu pingsan. Ini membuktikan bahwa kuasa Allah
sangatlah besar dalam kehidupan orang percaya (lihat I yoh 4:4). Karena itu, sangatlah tragis jika seorang
Kristen begitu takut tidur malam oleh karena telah menonton sebuah film horor yang sangat menakutkan.
Padahal 1 Yoh 4:4 jelas mengatakan bahwa Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar daripada roh yang ada
di dalam dunia. Di manakah keberanian kita? Ketika Roh Kudus turun, dengan kuasa Roh Kudus yang
mengurapinya Petrus berani berkhotbah. Pada waktu Roh Kudus bekerja, Ia memberikan keberanian
kepada kita untuk menghadapi suatu realita.
5.
Kuasa Kesaksian
Roh Kudus memberikan kuasa kepada kita untuk menjadi saksi. Kuasa bukan sekedar kemampuan atau
kekuatan biasa, tetapi sesuatu yang mendorong kita untuk bertindak. Petrus yang penakut, karena diurapi
Roh Kudus, begitu berani untuk menjadi saksi. Jika saya diutus ke tempat terpencil, bagi saya, saya
memohon, "Tuhan beri saya kemampuan untuk taat dan pergi ke sana. Saya percaya kuasa Tuhan
menyertai saya." Jikalau Tuhan mengijinkan untuk mati di sana, itu adalah anugerah Tuhan.
Gereja zaman itu belum diperlengkapi dengan transportasi yang hebat dan buku-buku yang berbobot teapi
heran, dalam waktu yang singkat Injil sudah tersebar hampir ke seluruh dunia sedangkan gereja saat ini,
yang sudah diperlengkapi dengan berbagai fasilitas, justru gereja mandul dan lumpuh. Apa sebab? Gereja
hanya mengandalkan fasilitas dan tidak mau bersungguh-sungguh bergantung kepada dan mentaati Tuhan
dalam hal kesaksian. Karena Roh Kudus sudah dicurahkan, maukah kita menyadari kuasa Roh Kudus yang
menginsafkan dan menjadikan kita milik Allah serta masuk ke dalam proses pengudusan di mana kita dapat
terus-menerus hidup dalam kemenangan secara rohani, dan pada akhirnya berani untuk memberitakan
Injil? Kiranya Tuhan memberikan api kebangunan sehingga menguasai hati, pikiran, kemauan dan seluruh
kehidupan sehingga jemaat Tuhan bisa dibangunkan.
Amin!
246
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
A
Ap
pa
ay
ya
an
ng
gd
diilla
ak
ku
uk
ka
an
nR
Ro
oh
hK
Ku
ud
du
us
s
d
da
an
nT
Tu
ujju
ua
an
nn
ny
ya
a
Oleh: Pdt. Rusdi Tanuwidjaya
Nats:
14
Yohanes 16:14
Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari
pada–Ku.
Hari ini kita bicara mengenai Roh Kudus, yaitu dari sisi yang berkenaan dengan apa yang Ia kerjakan di
dalam tugasnya ketika Allah Anak (Yesus) mengutus Dia di dalam dunia. Dari ayat yang kita baca hari ini, Yoh
16:14 dikatakan: "Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya
dari pada-Ku." dan dari ayat ini kita akan bahas dua hal yang besar yaitu:
1.
apa yang akan dilakukan Roh Kudus dan
2.
apa tujuan Roh Kudus melakukan hal itu?
Kalau kita melihat di dalam ayat 14b dikatakan, "Sebab Dia (Roh Kudus) akan memberitakan kepadamu apa
yang diterimanya daripada-Ku." Yang dimaksud dengan kepadamu di situ adalah murid-murid Tuhan.
Mereka bukan merupakan orang-orang yang terpandang dan terkenal pada jaman itu, mereka adalah
orang-orang biasa, nelayan yang tidak berpendidikan, tidak ada seorangpun dari mereka yang merupakan
orang yang luar biasa. Saya percaya Tuhan Yesus, yang adalah Pencipta langit dan bumi, mempunyai kuasa
untuk memanggil dari dunia ini orang-orang yang terpandang, berpendidikan tinggi menjadi dutanya untuk
mempengaruhi dunia. Namun, kita dapat lihat bahwa dunia ini tidak dipengaruhi oleh jumlah orang yang
banyak namun dari kelompok kecil orang yang mempunyai kekuatan untuk merombak dunia ini.
Di dalam 2 Kor 1:26 kita melihat bahwa cara kerja Allah berbeda dengan cara kerja kita karena cara kerja-Nya
unik. Tuhan pilih orang yang sederhana sama seperti saudara dan saya. Dia punya satu rencana supaya dari
11 muridnya ini dunia dipengaruhi. Saudara jangan minder kalau Saudara adalah orang yang tidak
mempunyai banyak uang, karunia atau potensi. Tuhan dapat pakai Saudara sesuai dengan kapasitas
Saudara. Bagi saya, ketika seseorang dipilih, bagi dia dipercayakan satu rahasia yang begitu indah, luhur,
agung, suci dan kalau Ia mau mempercayakan, maka itu adalah semata-mata kerendahan hati-Nya dan
merupakan suatu anugerah.
Roh Kudus menolong para murid untuk mengerti kata-kata Kristus di dalam hidup mereka. Kalau saudara
perhatikan baik-baik, di dalam pasal 14-16 ketika Tuhan Yesus mengajar mengenai penghibur yang akan
diutus oleh-Nya, konsep semua murid-Nya masih duniawi. Bahkan, sampai ketika Kristus bangkit, mereka
masih membicarakan kerajaan Allah dalam konteks lahiriah dan cara berpikir mereka belum berubah. Roh
Kudus menolong mereka untuk memahami kata-kata Kristus sebelum Kristus mati dan naik ke surga. Ini
penting, karena tanpa pekerjaan Roh Kudus kita tidak mungkin mengerti mengenai arti sebenarnya dari
247
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
firman tersebut. Itu sebabnya kita percaya jikalau bukan Roh Kudus yang memberi pertolongan dengan
membuka mata kita, telinga dan menjamah hati kita maka kita tidak mungkin mengerti. Selain itu, hanya
melalui Roh Kudus kita mungkin untuk melihat betapa tidak berlayaknya kita di hadapan Allah.
Hal pertama yang harus kita sadari adalah, tanpa pertolongan Roh Kudus, sulit bagi kita untuk melihat
kebenaran.
Hal kedua yang Roh Kudus lakukan adalah memberitakan tentang pribadi Kristus. Bagi saya, pribadi Kristus
bukanlah hal yang sederhana. Walaupun kita sudah berusaha menjelaskan pribadi Kristus kepada orang
yang tidak percaya dengan selogis-logisnya, orang itu tetap akan merasa bahwa hal itu tidaklah logis. Tarik
Sidharta dari Tripitaka atau Muhammad dari Alquran, tidak akan membuat kedua kitab itu menjadi tidak
berfungsi, namun jika kita menarik pribadi Kristus dari Kitab Suci, maka seluruh kekristenan akan menjadi
hancur. Mengapa? Karena pusat dari Kitab Suci, mulai dari Kejadian hingga Wahyu adalah Kristus. Tetapi di
saat kita berbicara dengan orang lain tentang Kristus, maka kecuali Roh Kudus bekerja di dalam hidupnya,
ia tidak mungkin bertobat. Inilah hal kedua.
Ketiga, Roh Kudus akan memberitaan jabatan Kristus. Alkitab berkata bahwa Kristus adalah Raja, Nabi dan
Imam. Kristus adalah nabi, imam dan raja yang sejati. Nabi-nabi PL harus berkata: "Demi nama Allah…",
tetapi Kristus tidak, karena Ia sendiri adalah Allah. Ibr 10 berkata bahwa Hukum Taurat hanyalah bayangbayang dari Kristus, sehingga imam yang sejati adalah Kristus, yang tidak perlu mempersembahkan korban
bagi dirinya sendiri dan yang dapat mempersembahkan korban sekali untuk selama-lamanya. Yesus juga
adalah Raja sejati yang nanti akan datang untuk menjadi hakim atas manusia. Yesus berkata bahwa kalau
Roh Kudus datang maka: "Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman." Dosa di
sini berkenaan dengan jabatan Kristus sebagai nabi, kebenaran berkenaan dengan imam, dan penghakiman
berkenaan dengan raja.
Keempat, Roh Kudus mencurahkan kasih Tuhan di dalam hidup kita. Walaupun kita tahu bahwa Yesus
adalah nabi, imam dan raja, tetapi jika kita tidak pernah merasakan kasih Allah, maka kita tetap sulit untuk
berubah. Roh Kuduslah yang mencurahkan kasih Tuhan di dalam hidup kita: "Dan pengharapan tidak
mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah
dikaruniakan kepada kita" (Roma 5:5). Di saat manusia terus melawan Tuhan, melawan kebenaran dan terus
berbuat dosa, maka jika Tuhan mau, Ia dapat saja membuang kita, karena kita hanyalah ciptaan dan Ia
adalah Pencipta. Tetapi di saat kita jatuh ke dalam dosa, Allah telah merencanakan penebusan. Di dalam
kasih-Nya, Allah telah mengaruniakan Anak-Nya sendiri untuk datang ke dalam dunia mati bagi saudara dan
saya. Allah tidak pernah memberikan barang sisa kepada manusia, tetapi seringkali kitalah yang
memberikan barang sisa kepada Tuhan. Betapa besarnya kasih Tuhan kepada kita. Itu sebabnya, jika Roh
Kudus tidak mencurahkan kasih Allah itu kepada kita, kita tidak mungkin dapat mengerti cinta Tuhan.
Semakin besar kasih Allah ada di dalam hati kita, maka kita akan semakin merasa rendah. Tidak mungkin
orang yang merasakan kasih Tuhan dapat seenaknya berbuat dosa! Karena kasih itu sudah dicurahkan oleh
Roh Kudus ke dalam hati kita masing-masing.
Kelima, Roh Kudus membuat firman menjadi milik kita. Jika Roh Kudus tidak bekerja, maka firman yang kita
dengar hanya sekedar menjadi panggilan umum. Kita mengerti tetapi tetap tidak percaya. Tetapi, di saat
Roh Kudus meneguhkan firman itu di dalam hati dan pikiran kita, maka firman itu akan menjadi milik kita
karena Roh Kudus sendiri yang meneguhkan firman itu di dalam hati kita.
248
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Sekarang, apakah tujuan Roh Kudus melakukan semua ini? Hanya satu, yaitu untuk memuliakan Kristus. Di
sini kita melihat keharmonisan pola kerja di antara Tritunggal. Allah Bapa sederajat dengan Allah Putra
sederajat dengan Allah Roh Kudus. Tetapi, dalam ordo, di dalam tugas dan tanggungjawab kita melihat
bahwa Bapa mengutus Kristus ke dalam dunia dan ketika Kristus datang ke dalam dunia maka Ia datang
untuk melakukan kehendak Bapa dan bukan melakukan ambisi pribadi. Kristus memuliakan Bapa dan
menyatakan firman Bapa kepada manusia (Yoh 17). Waktu Kristus saat ini mengutus Roh Kudus, Roh Kudus
juga tidak melakukan ambisi pribadi. Roh Kudus memuliakan Kristus dan melakukan apa yang dikatakan
oleh Kristus. Oleh sebab itu, kita melihat adanya keharmonisan di antara Allah Tritunggal. Allah tidak
mungkin berkonflik dengan Allah karena Allah adalah sempurna.
Kalau Bapa mengutus Kristus dan Kristus memuliakan Bapa, Kristus mengutus Roh Kudus, Roh Kudus
memuliakan Kristus, maka Allah mengutus kita sehingga kita pun seharusnya melakukan hal yang sama.
Gereja yang menyadari untuk apa ia diutus ke dalam dunia, akan menjadi Gereja yang tahu tugas dan
tanggungjawabnya. Gereja yang keluar dari jalur ini tidak mengerti keharmonisan di antara Allah Tritunggal.
Itu sebabnya tugas gereja adalah memuliakan Allah. Apapun yang Saudara miliki bukanlah milik saudara
dan itu harus kita kembalikan kepada Tuhan. Di dalam Roma 11:36 dikatakan: "Sebab segala sesuatu adalah
dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" Itu berarti, harta,
kesehatan, teman hidup dan anak kita juga adalah titipan Tuhan. Kalau suatu kali Tuhan ambil, Saudara
jangan marah-marah, karena itu adalah milik Tuhan.
Amin!
249
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
R
Re
en
nc
ca
an
na
ak
ke
es
se
ella
am
ma
atta
an
n
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
21
Matius 1:21-23
Ia akan melahirkan anak laki–laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah
yang akan menyelamatkan umat–Nya dari dosa mereka."
22
Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi:
23
"Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki–laki,
dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" ––yang berarti: Allah menyertai kita.
Matius 1:21-23 merupakan nubuat yang telah diucapkan 600 tahun sebelumnya dalam Yesaya pasal 7. Kalimat
ini digenapi dalam kelahiran atau inkarnasi Anak Allah, yang datang ke tengah dunia dan diberi nama Yesus
karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa. Di sinilah perbedaan antara agama Yudaisme
dengan iman Kristen. Orang Yahudi atau agama Yudaisme percaya kebenaran hanya ada dalam Perjanjian
Lama tetapi iman Kristen selain percaya Perjanjian Lama juga Perjanjian Baru karena justru dalam
Perjanjian Baru inilah inti dari semua apa yang dibicarakan dalam Perjanjian Lama. Dalam Perjanjian Baru,
nubuat-nubuat dan semua pemberitaan termasuk Yesaya 7 baru terbuka secara nyata sehingga di sinilah inti
dan berita iman Kristen.
Dalam Matius, Alkitab membuka dengan begitu teliti dimana dikatakan saat itu kepercayaan dan kesetiaan
Yusuf kepada tunangannya mulai goyah karena tiba-tiba Maria hamil sedangkan mereka belum menikah.
Dalam kebudayaan Yahudi, perzinahan bukanlah hal yang sederhana. Sehingga kalau terjadi hal seperti itu
maka wanita tersebut harus dirajam atau dihukum mati. Namun karena Yusuf mencintai Maria maka ia
mulai berpikir untuk menceraikannya secara diam-diam. Akan tetapi malaikat Allah datang dan
mengatakan bahwa Maria tidak melakukan perzinahan dan melanggar tata susila melainkan ia mengalami
kehamilan karena Roh Kudus. Berita ini sangat mengejutkan dan sangat sulit diterima Yusuf. Berita seperti
ini menerobos semua presuposisi, konsep, kemungkinan pikiran manusia dan saat itulah Allah yang
berdaulat sedang menyatakan diri serta sedang berintervensi ke tengah sejarah dan mendobrak semua
hukum yang terjadi secara alami dengan melakukan tindakan yang supra natural lebih dari sekedar rumus
yang dimengerti manusia. Saat itu Yusuf mengalami perubahan dan mulai mengerti bahwa ia mendapatkan
anugerah yang terlalu besar dimana Allah boleh memakai dia dan istrinya untuk menjadi pembawa berita
sukacita kelahiran Kristus. Kekristenan tidak akan ada artinya tanpa berita Kristus datang berinkarnasi dan
menebus dosa manusia namun saat hal tersebut diberitakan ternyata tidak mudah untuk diterima.
Pada saat kita bersama-sama menghadap meja perjamuan, kita sadar bahwa kita boleh bersekutu hari ini
karena Allah pernah menjadi manusia dan bahkan tujuan hidupnya jelas untuk menyelamatkan umat-Nya
dari dosa mereka. Kristus hadir di dunia ini dengan sasaran yang jelas yaitu menuju ke Golgota. Bagi saya
tidak ada satu kehidupan yang sedemikian bermakna namun juga mengerikan seperti hidup Kristus.
Seringkali manusia hidup tidak tahu arah dan tujuannya akan ke mana tetapi sebelum Kristus lahir Ia telah
250
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
mempunyai sasaran yang tegas yaitu Anak Manusia datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani dan
menyerahkan tubuh-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (Mat 20:28).
Ada dua hal yang dapat kita gumulkan saat ini sehubungan dengan mengapa berita ini sulit diterima dalam
konsep dan pemikiran kita, yaitu:
1.
Seringkali kita bertindak seperti Yusuf yang terjebak dalam satu format di mana kita merasa bahwa
kitalah yang mampu untuk mengatasi, menjangkau dan menguasai segala sesuatu termasuk sejarah. Ketika
beragumentasi dengan seseorang maka kita sering terjebak dalam apa yang kita sebut dengan common
sense (akal sehat) sehingga kita gunakan hal itu sebagai represif atau tekanan masyarakat dengan
menggunakan kekuatan mayoritas untuk memaksa orang ikut dalam konsep yang seolah-olah menjadi
pendapat umum. Pada saat kita menekankan kekuatan seperti itu maka seolah-olah kitalah yang mampu
menguasai dan menjangkau segala sesuatu di dalam kotak yang sudah kita buat. Kita perlu sadar bahwa
semuanya menjadi mungkin terjadi karena Allah yang berdaulat. Allah yang berdaulat berarti Allah yang
berhak bertindak, kita hanya dapat taat, tunduk dan kita pasti tidak berdaulat. Setelah nubuatan itu genap,
Allah mengutus Anak-Nya turun ke dunia dan ketika Allah sudah menetapkan demikian maka tidak ada
satupun yang dapat menghalangi tindakan intervensi Allah yang begitu dahsyat itu.
Dalam seminar Iman Kristen dan Futurologi telah saya katakan bahwa manusia mempunyai semangat dan
keinginan untuk menguasai sejarah dengan segala cara dan salah satu format yang dipakai adalah dengan
menggunakan Futurologi. Kalau saudara membuka koran maka dengan segera saudara akan menemukan
banyak iklan yang mengandung unsur seperti itu. Namun hal yang tidak lazim ini sekarang justru merambah
di dunia barat yang terlalu rasionalis. Kalau kita pikir maka untuk apa semuanya itu? Kalau dipikir secara
nalar sehat dan bukan secara Kristen maka itu merupakan satu pertanyaan yang sangat absurb yang perlu
kita tujukan pada diri kita! Sebenarnya dengan datang ke tempat-tempat seperti itu manusia hanya ingin
menipu diri akan hari esok. Dengan kata lain ia berharap akan mendengar berita baik yang diucapkan oleh
orang lain untuk mengkonfirmasi masa depan yang aman. Inilah ide yang muncul di dalam diri seseorang
yang mencari sesuatu dalam Futurologi.
Model kedua dari arus mistik ini adalah Scientific Futurology (Futurologi ilmiah) yang penuh dengan metode
dan statistik dengan beberapa tokohnya yang terkenal yaitu Alvin Toffler, John Naisbitt, dsb. Dalam
bukunya Global Paradox, John Naisbitt tahun 1995 memprediksikan bahwa di awal abad 21 seluruh manusia
akan mencapai kejayaan atau kesejahteraan dan berkeliling dunia. Sehingga perusahaan boeing Mac
Donald Douglas, perusahaan pesawat terbesar di dunia dan juga beberapa perusahaan lainnya melakukan
merger, namun akhirnya mereka mungkin telah mem-PHK sekitar 85.000 pegawai. Dengan statistik, seolaholah mereka merasa berdaulat dan berkuasa menentukan apa yang akan terjadi di hari esok. Itu hanyalah
sebuah mimpi karena terlalu banyak faktor X yang tidak dibawah kuasa kita. Terlalu banyak hal, karena
dunia ini telah jatuh di dalam dosa. Manusia harus sadar dan bertobat karena Allah yang berdaulat,
bertindak atas sejarah. Allah yang berintenvensi, yang berdaulat sehingga sejarah harus ditundukkan ke
bawah kekuatan kedaulatan-Nya. Ketika manusia berdosa manusia seringkali tidak terima, enggan karena
manusia sedang bersaing kedaulatan dengan Allah.
Saya adalah seorang positive thinkers sebelum menjadi seorang Kristen dan itu telah ditanamkan sejak kecil
oleh ayah saya yang waktu itu bukan dari latar belakang Kristen. Ia mempersiapkan saya sejak kecil agar
mempunyai ketahanan dan kekuatan untuk menghadapi kehidupan. Sehingga akhirnya saya tumbuh
menjadi orang yang begitu berani untuk mengerjakan apapun dan mempunyai semangat dan keyakinan
bahwa apa yang saya kerjakan harus terjadi dan tidak mungkin gagal. Namun akhirnya itu diruntuhkan
ketika saya harus berlutut di hadapan Tuhan menyadari bahwa Tuhanlah yang mengatur segala sesuatu.
251
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Terlalu banyak di luar pikiran dan kuasa saya kalau Tuhan mau bertindak satu kali maka seluruhnya akan
selesai. Jangan pernah berpikir kita mampu apapun karena suatu saat itu mungkin hilang dari diri kita.
Berapa banyak dalam diri kita ada kesadaran seperti ini sehingga kita mampu merendahkan diri dan
mengerti Allah yang berintervensi di hidup kita. Inkarnasi adalah bukti yang terbesar di mana mujizat Allah
terjadi di tengah dunia.
Seorang teolog mengatakan bahwa dunia boleh tidak percaya adanya mujizat dan menolak segala sesuatu
tentang mujizat tetapi dunia tidak dapat meniadakan dua mujizat terbesar dalam satu pribadi yang tidak
mungkin ditolak yaitu kelahiran Kristus sebagai kelahiran dari anak dara dan kebangkitan Kristus yang
mengalahkan kuasa kematian kembali ke surga. Dua mujizat ini merupakan mujizat yang dinyatakan di
tengah sejarah dan menjadi fakta realitas sejarah yang tidak mungkin ditolak dan dihapus oleh manusia.
Saudara, kalau mengerti ini kita tahu bagaimana kita harus berespon kepada Allah. The God of Universe is
the God of History (Allah alam semesta adalah Allah yang berkuasa atas sejarah). Biarlah ini boleh menjadikan kita
lebih taat dan tunduk.
2.
Berita ini sulit diterima oleh manusia karena berita ini berbicara tentang esensi realita manusia
yang paling tidak ingin di dengar yaitu dosa. Allah yang berinkarasi, datang menjadi daging adalah untuk
menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka. Kalimat ini telah muncul sejak pertama Yesus hadir di tengah
dunia. Yesus datang bukan untuk menyembuhkan, mengajar atau mengerjakan apa saja di tengah dunia ini
yang hanya sekedar memenuhi apa yang dipikirkan manusia tetapi Ia datang untuk menerobos keluar dari
semua batasan dan menyelesaian problem manusia terbesar yaitu pengampunan dosa. Manusia tidak suka
menerima istilah dosa. Dosa bukan sekedar membunuh, berjinah atau mencuri tetapi suatu hal yang sangat
esensial yaitu perlawanan terhadap Allah dan kebenaran-Nya. Kalau orang tua kita yang pernah berbuat
salahpun pada waktu ia berkata benar dan kita lawan, kita patut dihukum sedemikian keras maka kalau
Tuhan selalu berkata benar, suci dan tidak pernah mencelakakan kita, apa yang harus Ia lakukan pada saat
kita melawan-Nya? Dalam Roma 1:18-32, Paulus begitu ketat membicarakan esensi dosa yang sesungguhnya.
Seringkali kita tidak suka dengan istilah dosa karena kalimat itu secara frontal membuat hidup kita
ditelanjangi. Saat itu kita langsung terbuka di hadapan Tuhan bahwa kita adalah orang yang melawan Dia.
Yoh 8:30-59 membuka konsep ini dengan jelas sekali. Saya mengharapkan kita dapat mengerti dan sungguhsungguh berespon kembali pada Tuhan karena kita sadar bahwa kita adalah orang berdosa. Seberapa jauh
kita rela dibuka realita hidup kita sekalipun itu sangat menyakitkan. Di depan Dia, kita terbuka total dan
tidak ada apapun yang dapat kita sembunyikan, di hadapan Dia yang Maha Tahu seluruhnya akan dilihat
secara nyata.
Setiap kali perjamuan kudus kita bersama-sama menikmati roti dan anggur untuk mengenang kembali
Kristus yang rela datang ke dunia ini dan rela tubuh-Nya dipecahkan di atas kayu salib, darah-Nya menetes
demi untuk menebus saudara dan saya, orang yang berdosa. Walaupun Ia mengalami dera, cambuk,
penderitaan yang berat dan kesengsaraan yang tidak mungkin dimengerti oleh siapapun namun Ia berkata
bahwa untuk itulah Ia datang ke dalam dunia supaya saudara dan saya boleh diselamatkan serta boleh
kembali dipersatukan dan diperdamaikan kembali dengan Allah. Biarlah hari ini kita boleh kembali
disadarkan oleh Tuhan, Ia yang sudah menebus, kita mau berespon hidup melayani seumur hidup berkenan
bagi Tuhan.
Amin!
252
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
K
Ke
errjja
ak
ka
an
np
pe
em
mb
be
erriitta
aa
an
n IIn
njjiill
d
de
en
ng
ga
an
ns
se
eg
ge
erra
a
Oleh: Pdt. Yuri Iranto
Nats:
35
Matius 9:35-38
Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah–rumah
ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan
kelemahan.
36
Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka,
karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.
37
Maka kata–Nya kepada murid–murid–Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit.
38
Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja–
pekerja untuk tuaian itu."
Sebagai umat yang telah ditebus, kita seharusnya memiliki kerinduan mempersembahkan jiwa bagi Tuhan.
Sebab jikalau keselamatan yang dianugerahkan tidak membawa kita keluar dari sikap hanya mementingkan
diri sendiri kepada memperhatikan orang lain maka sesungguhnya keselamatan itu tidak akan pernah
membawa kita masuk dalam kerajaan sorga. Karena Tuhan Yesus tidak pernah menjadikan orang-orang
yang percaya kepada-Nya hanya memperhatikan kebutuhannya sendiri. Sejak semula Allah telah
menetapkan Yesus Kristus dalam kekekalan supaya di dalam Dia, manusia berdosa dipersekutukan kembali
dengan Allah. Namun di dalam Dia juga, Allah telah menetapkan orang percaya sebagai sarana pendamaian
masyarakat berdosa kepada Allah. Jadi membawa jiwa kepada Tuhan haruslah menjadi kerinduan kita yang
terutama. Di sini dapat kita lihat bahwa pusat perhatian kasih Allah sesungguhnya kepada manusia
berdosa. Oleh sebab itu ketika saya dan saudara sebagai orang percaya tidak memusatkan perhatian dan
menyampaikan berita keselamatan tersebut maka kita sedang tidak di pusat perhatian kasih Allah.
Seorang misiolog Reformed mengatakan, kegagalan gereja dalam melihat tugas yang utama yang
dimandatkan oleh Allah sangat terlihat jelas ketika gereja membuat programnya yang seolah-olah antara
yang satu dengan yang lain terpisah. Ini merupakan kelemahan gereja. Gereja yang misioner harus
membuat semua hal seperti ibadah, konseling, dsb., diarahkan guna membawa jemaat pergi memberitakan
Injil. Oleh sebab itu seyogyanya baik gereja maupun kita secara pribadi mengerahkan segenap potensi dan
apa yang kita miliki yang merupakan anugerah Tuhan guna dipakai membawa jiwa bagi Tuhan. Saya harap
ini menjadi kerinduan kita semua. Pemberitaan Injil bukan tugas hamba Tuhan semata tetapi tugas setiap
orang percaya.
Ketika Yesus memberikan amanat pemuridan yang di dalamnya penginjilan menjadi hal yang utama, Ia tahu
gereja ibarat domba yang berada di tengah serigala dan itu memang tidak mudah. Namun gereja seringkali
terlalu mengasihani diri pada saat tantangan dan masalah menerpa sehingga mereka mulai memperhatikan
ke dalam. Tuhan tidak menghendaki hal yang demikian! Ia tetap konsisten dengan amanatnya dan memberi
jaminan akan menyertai kita sampai kesudahan jaman. Itu artinya jaminan bagi saudara dan saya, dalam
253
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
situasi kondisi apapun juga sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk mengasihani, memperhatikan diri
dan tidak pergi memberitakan Injil. Memberitakan Injil tidaklah cukup dengan keterlibatan kita berdoa atau
memberikan sesuatu supaya pemberitaan Injil lancar. Teori baku dalam misionari memang diperlukan
tetapi yang penting adalah pemberitaan kita secara verbal yang menyatakan bahwa dalam Yesus Kristus
saja relasi manusia berdosa dipulihkan!
Untuk sampai pada kerinduan tersebut maka ada beberapa hal yang harus kita perbuat dan renungkan.
Firman Tuhan hari ini mengajar supaya kerinduan dan beban kita untuk membawa jiwa bagi Tuhan terus
dipelihara. Dari ayat ini kita belajar:
1.
Milikilah belas kasihan Yesus
Yang dimaksud dengan belas kasihan di sini bukan seperti kalau kita melemparkan sejumlah uang kepada
orang yang memprihatinkan di traffic light kemudian berlalu tetapi di sini adalah suatu ungkapan paling
dalam yang mendorong kita untuk menyatakannya secara konkrit kepada manusia berdosa. Belas kasihan
ini tidak muncul begitu saja namun kuncinya di sini adalah melihat (ay 36). Melihat disini bukan sekedar
melirik atau seperti kebanyakan orang melihat tetapi seperti saat Tuhan Yesus melihat Matius si pemungut
cukai. Matius adalah seorang pengkhianat bangsa, yang dianggap sampah masyarakat sehingga perlu
dijauhkan dan menjadi bahan ejekan. Tetapi Yesus melihat dengan seksama bahwa di dalam setiap orang
memiliki potensi besar bagi kerajaan Allah. Dengan kata lain hal itu akan timbul jika kita melihat dengan
sungguh bahwa sesungguhnya semua orang itu bukan saja subyek dosa tetapi juga obyek dosa. Yang
dimaksud subyek dosa adalah orang dikatakan berdosa semata-mata bukan karena ia berbuat dosa atau
melakukan tindakan dosa tetapi karena ia dilahirkan dalam kondisi berdosa sehingga kecenderungannya
berbuat dosa. Alkitab megatakan bahwa semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan
Allah. Hal ini kita pahami karena manusia diciptakan dalam eksistensi berelasi yang artinya manusia
berdosa bukan saja karena telah memberontak terhadap Allah tetapi juga merupakan perlakuan terhadap
sesama dan mempersekutukan manusia dengan iblis. Sebagai contoh, saat seorang pengusaha mengaji
karyawan tidak lebih hanya 1% dari seluruh keuntungan perusahaannya. Ini merupakan perlakuan yang
tidak adil karena ia memperoleh kekayaan dari para pekerja. Namun ia berbuat demikian karena ditekan
dan ada banyak biaya siluman yang dikeluarkan sehingga tidak cukup untuk mengaji karyawan. Di sini
manusia berdosa menjadikan orang lain sebagai sasaran perlakuan dosa. Harus diakui bahwa kita
cenderung mengasihi atau berbelas kasihan pada orang yang menaruh perhatian terhadap kita. Jikalau ini
yang saudara dan saya lakukan maka kita tidak ubahnya sama seperti orang yang tidak mengenal Kristus.
Dalam Alkitab dikatakan, "… tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah
dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala." Lelah di sini mengandung pengertian satu kondisi
hidup yang sedang dalam banyak persoalan. Secara politis saat itu bangsa Yahudi berada dibawah
penjajahan Romawi dan kekayaannya dirampas penjajah. Dari segi agama, mereka begitu tertekan karena
adanya banyak hukum yang harus mereka taati. Sedang kata terlantar di sini menggambarkan satu kondisi
di mana mereka tidak berdaya untuk keluar dari persoalan secara fisik maupun rohani. Dikatakan oleh
Sigmund Freud bahwa hidup itu merupakan serangkaian persoalan demi persoalan dan tidak ada hidup
tanpa persoalan. Tetapi di dalam Yesus tidak ada persoalan besar yang tidak terselesaikan dan tidak ada
persoalan kecil di mana Ia tidak menaruh perhatian terhadap kita. Yesus berkata, "Mari hai kamu yang lesu
dan berbeban berat," di sini berarti bahwa ketika kita menyerahkan segala pergumulan hidup, di situ ada
kelepasan karena Kristus bukan saja sebagai Juru Selamat tetapi juga pemelihara hidup kita. Tetapi
bagaimanakah dengan orang yang di luar Kristus? Jikalau saya dan saudara mau menyatakan belas kasihan
maka mereka akan menemukan jalan keluar di dalam Yesus. Melihat sebagaimana Yesus melihat
merupakan kunci untuk menimbulkan belas kasihan pada orang yang masih diluar Kristus. Belas kasihan itu
254
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
sangat penting karena di dalamnya mengandung unsur keterlibatan sehingga memberi otoritas bagi kita
untuk berkata-kata dan menyampaikan injil Tuhan. Gereja yang menaruh belas kasihan tidak mungkin
menjadi gereja yang berpangku tangan. Belas kasihan penting karena juga mengandung unsur
pemberitaan. Kerelaan kita mewujudnyatakan belas kasihan itu tidak mudah dan ada harga yang harus
dibayar. Tetapi justru penderitaan inilah yang menjadikan gereja otentik, yang sungguh-sungguh memiliki
ciri salib. Belas kasihan juga memiliki alasan strategis di mana pemberitaan injil disampaikan dalam konteks
kepercayaan dan solidaritas. Seandainya mereka belum mengambil keputusan untuk percaya namun itu
akan menciptakan satu suasana dimana seolah-olah mereka hidup ditengah komunitas Kristen. Ini penting!
Adalah satu anugerah yang besar jikalau Allah memakai kita sebagai rekan sekerjanya untuk menyampaikan
berita injil.
2.
Mulai bertindak segera.
Dalam Mat 9:37-38 dikatakan, "…, pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan siap untuk dituai
karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk
tuaian itu." Ini bukan berarti mendorong kita berdoa karena usaha memindahalihkan pemahaman
seseorang tentang kebenaran. Pemberitaan Injil merupakan peperangan rohani dalam rangka merebut
umat pilihan Tuhan yang ada dalam cengkraman iblis, dari penghukuman kepada hidup dan pembenaran.
Ini dimungkinkan jika kita melibatkan kuasa Allah, menjadikan Allah sebagai sumber kekuatan untuk
memberitakan injil. Sehingga ini memberikan pengertian bagi kita bahwa jangkauan pelayanan sangat luas
dan kita bertanggungjawab terhadap genarasi kita.


a. Tuhan memunculkan orang-orang disekitar kita termasuk diri kita untuk rela menjadi pekerja di ladang
Tuhan.
b. Adanya usaha kerjasama di antara semua orang percaya. Hal ini tidak mungkin dapat kita kerjakan
seorang diri atau gereja kita sendiri karena jangkauannya begitu luas. Semua ini tentunya memerlukan
kerendahan hati dan kerelaan baik secara pribadi maupun gereja untuk mewujudkannya. Di sini berarti
bahwa ada lintas denominasi, suku dan ras, menjunjung tinggi kebenaran firman Tuhan dan mengaku
hanya di dalam Yesus Kristus saja ada jalan keselamatan. Ladang telah menguning itu saatnya gereja
mendorong, memperlengkapi dan memotivasi jemaat untuk pergi memberitakan Injil. Kerelaan saya dan
saudara memberitakan injil itu adalah anugerah Tuhan karena sesungguhnya siapa saya dan saudara yang
kepadanya Allah berkenan memakai. Ini harus menjadi cita-cita utama bahkan menjadi ‘bisnis’ kita
membawa jiwa bagi Tuhan. Yang menjadi kesulitan memberitakan injil adalah karena pola berpikir kita
sudah diformat secara salah. Seringkali kita beradu argumentasi dan apabila lawan bicara kita tidak mampu
lagi beragumentasi, kita merasa menang. Tetapi hal itu justru menimbulkan kebencian dan ketidakrelaan
dalam hati orang tersebut. Kita perlu perlengkapan metode dan doktrin supaya kita dapat memberitakan
injil dengan baik tetapi biarkan apa yang kita pelajari, dipakai oleh Tuhan secara wajar dalam konteks
budaya kita. Tuhan juga dapat pakai anak kecil atau orang yang mungkin tidak secara sistematis dalam
pemberitaan karena bagaimana Tuhan menyelamatkan, menghibur dan menguatkan saudara itulah yang
harus disampaikan pada orang lain. Saya percaya Tuhan pakai semua itu sebagai alat di tangannya namun
selain itu kita harus terus hidup suci di hadapan Tuhan. Tuhan memberkati kita sekalian.
Amin!
255
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
H
Hiid
du
up
p tta
ap
pii m
ma
attii
Oleh: Pdt. Rusdi Tanuwidjaya
Nats:
1
Wahyu 3:1-6
"Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Sardis: Inilah firman Dia, yang memiliki
ketujuh Roh Allah dan ketujuh bintang itu: Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau
dikatakan hidup, padahal engkau mati!
2
Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, sebab tidak
satupun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah–Ku.
3
Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya; turutilah itu
dan bertobatlah! Karena jikalau engkau tidak berjaga–jaga, Aku akan datang seperti
pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba–tiba datang kepadamu.
4
Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya; mereka akan
5
Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan
berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu.
menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di
hadapan Bapa–Ku dan di hadapan para malaikat–Nya.
6
Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat–
jemaat."
Hari ini kita akan membahas kitab Wahyu sehubungan dengan surat yang ditujukan kepada jemaat di
Sardis. Kota Sardis adalah kota yang kaya dan merupakan ibukota dari Lydia yang letaknya + 30 mil dari
Tiatira. Kota tersebut selain terkenal dengan pabrik wol juga dengan penyembahan berhalanya. Mereka
lebih mengutamakan penyembahan kepada Dewi Sibeli daripada kepada kaisar yang di dalamnya
bercampur dengan percabulan luar biasa. Sehingga karena kehidupan religiusnya saja sudah demikian rusak
maka angin inipun mempengaruhi dan menyusup dalam gereja. Ramse mengatakan bahwa kota Sardis
adalah kota kematian karena disitu kelihatannya ada damai tetapi bukan karena perjuangan kita di hadapan
Tuhan sehingga waktu kita berserah ada satu kedamaian dihadapan Tuhan tetapi merupakan damai yang
mematikan. Tetapi Tuhan atas gereja tahu bukan hanya fenomena tetapi sampai ke tulang sumsum rohani
gereja-Nya. Dalam surat kepada jemaat Sardis terdapat keunikan yang tidak terdapat dalam surat-surat
yang lain. Di dalam surat yang lain, Ia puji jemaat tersebut secara umum kemudian baru orang yang
bersalah ditegur secara pribadi tetapi di Sardis Ia tegur keras dan langsung secara sidang jemaat. Jadi di sini
masalahnya bukan hanya pribadi tetapi dalam seluruh jemaat itu Tuhan sudah vonis dan dikatakan-Nya,
"Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati! Dalam bahasa Yunani
seharusnya dikatakan: engkau memiliki nama sebagai yang hidup, padahal engkau mati! Ini merupakan
teguran yang keras yang dilontarkan kepada gereja. Sesungguhnya ada empat hal yang dapat dibanggakan
oleh gereja Sardis, yaitu: a. Mempunyai popularitas/ reputasi yang dinamis dan aktif dengan segala
pekerjaannya dalam konteks waktu itu hingga membuat jemaat lain kagum dan hormat. b. Mampu
menfilter ajaran-ajaran yang tidak benar. Kalau kita perhatikan dalam keenam jemaat yang lain, salah
satunya Tuhan tegur karena di dalamnya ada pengikut Nikolaus, beberapa orang dipengaruhi oleh Bileam
256
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
seperti di Pergamus dan pengajaran nabiah Izebel yang begitu menjijikkan di Tiatira tetapi di Sardis hal ini
tidak dibicarakan. Gereja berdiri di atas dasar para nabi dan para rasul dengan Kristus sebagai fondasi
sehingga tidak mungkin didirikan tanpa ajaran. Tetapi seringkali gereja lebih mementingkan ajaran atau
ceramah daripada Alkitab dan Tuhan yang memberikannya. Bagi saya ajaran harus disertai dengan satu
kerendahan hati. c. Mempunyai banyak program yang besar atau aktivitas. d. Mempunyai modal. Namun
waktu dikatakan, "Engkau gereja yang memiliki nama yang hidup, padahal engkau mati! Kalimat itu
langsung menusuk hati saya. Gereja yang mungkin di mata manusia mempunyai penilaian sebagai gereja
yang hidup tetapi sebenarnya mati di hadapan Allah. Itulah yang disebut dengan fenomena luar!
Kelihatannya kita telah melakukan yang esensial namun mungkin kita belum melakukannya. Hal ini
ditujukan pada gereja sepenuhnya yang di dalamnya termasuk hamba Tuhan, seluruh majelis, pengurus,
dan semua yang terlibat mengarahkan arah daripada gereja. Apa yang sedang kita kerjakan? Pelayanan dan
aktivitas memang penting tetapi bukankah celaka kalau yang dibutuhkan oleh gereja digeser oleh yang
diinginkan sekelompok orang di dalamnya dan yang kekal digeser oleh yang sementara? Waktu saya
bergumul dengan diri saya, betapa celakanya saya kalau suatu kali Tuhan berikan domba-domba yang
masih tulus, rindu melayani, kelihatannya begitu hebat, penuh aktivitas dan bernilai di mata manusia tetapi
tidak mencapai apa yang Tuhan mau, kosong dan menjijikkan di hadapan Tuhan. Gereja di Sardis dikatakan
sebagai gereja yang memiliki nama yang hidup padahal mati.

1.
Tidak ada satupun pekerjaan mereka yang diperkenan Tuhan. Dalam ayat 2 dikatakan, "…, sebab
tidak satupun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku." Sempurna di sini bukan berarti
harus sempurna sama seperti tuntutan Tuhan, tetapi tidak memenuhi apa yang Tuhan mau (pepleromenaYunani). Jadi seluruh kegiatannya menyimpang dan tidak ada yang sesuai dengan apa yang Tuhan mau,
terlihat hebat dari luar tetapi justru keropos di dalamnya. Bagi saya itu merupakan kalimat yang keras
sekali. Saya rindu kita dengan sungguh-sungguh memikirkan bagaimana menjadi gereja yang memperkenan
hati Tuhan bukan hanya secara nama tetapi juga secara esensi.
2.
Hampir seluruh jemaat hidupnya mencemarkan diri dalam dosa (ay 4). Mungkin banyak di antara
mereka yang memberi persembahan, main musik, memimpin pujian atau pelayanan dalam hal lain tetapi
pada waktu yang sama mereka mungkin berzinah, menyimpan benci, dan mungkin melakukan dosa yang
lain yang mungkin orang lain tidak tahu tetapi Tuhan tahu. Kesalehan mereka merupakan kesalehan semu
dan bukan yang sesungguhnya. "Engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati! Ini yang disebut munafik
(hypocrisy). Apa yang ia pamerkan di dalam dunia panggung dengan apa yang sesungguhnya berbeda.
Munafik berbeda dengan integritas. Integritas merupakan ketulusan, hidupnya utuh (integrity). Waktu
ditekan bagaimanapun, ia akan membuktikan bahwa ia lurus dan setelah itu baru ia mempunyai interaksi
dalam dirinya. Ada dua hal yang membedakan antara hypocrisy dengan integritas, yaitu: yang pertama,
Orang munafik berbuat supaya orang lain melihat dan bukan untuk menyenangkan Allah tetapi orang yang
berintegritas di dalam seluruh aspek hidupnya yang telah diubah selalu ingin memperkenan hati Tuhan.
Kedua, Orang munafik adalah orang yang selalu menutupi ketidakbenaran dalam dirinya dengan apa yang
kelihatan benar supaya orang melihat dia sebagai orang benar. Tetapi orang yang berintegritas tampak luar
dan dalamnya sama karena luar merupakan hasil pergumulan di dalam. Saat ia percaya kepada Kristus,
kebenaran Kristus ditanamkan dalam kerohaniannya sehingga keadilan dan kebenaran menjadi
pergumulan dan timbul dalam aplikasi. Mungkin ia dapat jatuh dalam dosa yang sama, kesombongan dan
gagal saat bergumul tetapi tidak tinggal diam dalam dosa karena ia kemudian disadarkan kembali dan
bertobat. Itu yang artinya proses bagaimana natur lama dan natur baru bergumul. Saat berproses dalam
257
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
kehidupan memang tidak mudah namun orang yang benar-benar rindu mengaplikasikan, meskipun
kadangkala gagal dan nampaknya tidak baik di luarnya tetapi ia berusaha terus untuk mau berubah.
Orang beragama dapat menjadi orang munafik karena ia sudah kehilangan yang paling penting dalam
hidupnya. Seperti dalam Mat 22:34-40, Tuhan Yesus langsung mengatakan bahwa pada kedua hukum itulah
tergantung seluruh hukum taurat dan kitab para nabi. Sehingga kalau yang esensi telah dicabut dari
kehidupan orang beragama maka yang ada hanyalah tingkah laku agama yang sudah tidak lagi mempunyai
akar yang dalam dan fondasi yang benar sehingga seluruh tingkah lakunya tidak didasarkan oleh kasih
terhadap Allah dan sesama. Penyembahan dalam bait Allah pada saat yang sama dapat menjadi berhala
terhadap diri sendiri di hadapan Allah. Dua hukum yang sangat sulit kita lakukan. Sekalipun kita pernah
mengalami cinta Tuhan, sampai kita mati tidak dapat mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan
kekuatan dan tidak mungkin mengasihi sesama seperti diri kita sendiri namun setidaknya ada satu
pergumulan supaya kasih itu bertumbuh dalam kebenaran dan firman, bagi saya itu adalah esensi utama.
Namun puji Tuhan, di tengah jemaat yang Tuhan vonis mati, ada sebagian kecil yang ternyata hanya
tertidur karena terpengaruh suasana yang menekan. Sehingga mereka harus dibangunkan terlebih dahulu
untuk kemudian menguatkan yang hampir mati. Tetapi untuk dapat menguatkan, mereka diingatkan
bagaimana Kristus telah mati, berkorban dan disalib demi murka Allah atas dosa kita serta bagaimana Roh
Kudus telah bekerja dalam hidup kita. Selanjutnya mereka harus menuruti dan bertobat, berbalik dan
kemudian menguatkan kembali orang yang sedang hampir mati. Itu sebabnya di dalam suasana seperti itu,
bagi saya kebutuhan gereja bukan banyaknya ceramah yang hebat yang perlu dikhotbahkan tetapi
dibutuhkan adalah kebangunan. Selanjutnya di ay. 5 dikatakan, "Barangsiapa menang, ia akan kukenakan
pakaian putih." Pakaian putih disini menandakan kemenangan. Dan Tuhan akan memberikan mahkota
kehidupan serta namanya tidak akan dihapus dari kitab kehidupan. Orang reformed percaya bahwa orang
yang telah diselamatkan tidak mungkin menyimpang dari ketekunan imannya dan dihapus dari kitab
kehidupan, sebab:
1.
Allah telah memilih sejak kekal dan kehidupan pun sejak kekekalan alam telah dicatat dalam kitab
kehidupan. Bagi Allah, kekal tidak dalam proses waktu tetapi merupakan present eternity (dalam waktu
kekekalan sekarang).
2.
Dalam Ef 1:13 dikatakan bahwa kita dimeteraikan oleh Roh Kudus yang berarti kita menjadi milik
Allah oleh sebab itu tidak ada seorangpun yang dapat merampasnya.
3.
Setelah dimeteraikan maka Roh Kudus diam dalam diri kita sampai selama-lamanya dan waktu kita
berdosa maka kita sedang mendukakan Roh Kudus.
4.
Setelah diselamatkan maka kita menjadi milik Kristus dan itu telah diberikan oleh Allah Bapa
sendiri.
Bagi saya, apakah kita tetap setia hingga akhir itulah yang mampu membuktikan bahwa saya dan saudara
adalah orang pilihan. Karena kasih Tuhan itulah yang membuat kita rindu untuk menyenangkan hati-Nya
dan tidak mendukakan hati Allah dengan berbuat dosa. Serta Roh Kudus yang ada dalam hati memproses
kita dalam kesucian sehingga mengakibatkan orang yang sudah dipilih bertekun hingga akhir. Saya rindu
gereja bukan menjadi sekedar secara nama hidup tetapi secara esensi hidup di hadapan Tuhan dan
memperkenan hati Tuhan sehingga cinta Tuhan yang ia alami mengakibatkan pergumulan bagaimana kasih
itu juga terpancar membawa orang-orang berdosa kepada Tuhan. Jikalau gereja tidak ada dua hal yaitu doa
dan penginjilan maka yang terpenting dan kekal telah digeser oleh yang sementara. Amin!
258
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
K
Ke
eh
ha
ad
diirra
an
nT
Tu
uh
ha
an
nd
dii m
ma
an
na
a--m
ma
an
na
a
Oleh: Pdt. Agung Wibisana
Nats:
13
Lukas 24:13-17/ 25-35
Pada hari itu juga dua orang dari murid–murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama
Emaus, yang terletak kira–kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem,
14
dan mereka bercakap–cakap tentang segala sesuatu yang telah terjadi.
15
Ketika mereka sedang bercakap–cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri
mendekati mereka, lalu berjalan bersama–sama dengan mereka.
16
Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat
mengenal Dia.
17
Yesus berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu
berjalan?" Maka berhentilah mereka dengan muka muram.
25
Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu,
sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi!
26
Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan–Nya?"
27
Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab
Suci, mulai dari kitab–kitab Musa dan segala kitab nabi–nabi.
28
Mereka mendekati kampung yang mereka tuju, lalu Ia berbuat seolah–olah hendak
meneruskan perjalanan–Nya.
29
Tetapi mereka sangat mendesak–Nya, katanya: "Tinggallah bersama–sama dengan kami,
sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam." Lalu masuklah Ia
untuk tinggal bersama–sama dengan mereka.
30
Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu
memecah–mecahkannya dan memberikannya kepada mereka.
31
Ketika itu terbukalah mata mereka dan merekapun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari
tengah–tengah mereka.
32
Kata mereka seorang kepada yang lain: "Bukankah hati kita berkobar–kobar, ketika Ia
berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?"
33
Lalu bangunlah mereka dan terus kembali ke Yerusalem. Di situ mereka mendapati
kesebelas murid itu. Mereka sedang berkumpul bersama–sama dengan teman–teman
mereka.
34
Kata mereka itu: "Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada
Simon."
35
Lalu kedua orang itupun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana
mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah–mecahkan roti.
259
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Hari ini kita akan berbicara tentang Arti Kehadiran Tuhan di dalam hidup kita. Mengapa saat Yesus berjalan
bersama dengan dua orang murid-Nya menuju ke Emaus mereka tidak mengenal-Nya padahal Yesus
mempunyai wajah dan bentuk yang harusnya mereka kenal? Sesungguhnya apa yang menghalangi akan
keberadaan Tuhan? Di sini halangan pertama yang kita lihat adalah:
1.
Waktu mereka mau mengenal Tuhan Yesus tidak dapat karena kesulitan besar dalam pikiran
mereka untuk mengimani Yesus yang hadir adalah Yesus yang sesungguhnya. Kadangkala dalam rumah
tangga Kristenpun timbul banyak kesulitan sehingga hal itu selalu melingkupi akan keberadaan iman
keluarga kita. Saya mengatakan di sini iman keluarga karena iman dapat berarti secara kolektif. Dalam
suatu keluarga terdapat pribadi-pribadi yang hidup di dalamnya dan pribadi itu mempunyai iman sehingga
keluarga itu mempunyai warna iman (the family faith) yang ditentukan oleh bapak atau kaum laki-laki sebagai
imam dalam rumah tangga. Kita tahu bahwa Adam dan Hawa berbuat dosa namun pertama kali Allah
menuntut tanggung jawab Adam. Di dalam ordo seperti ini, kita tahu bahwa dalam keluarga ada satu warna
iman yang kadangkala dapat kabur atau mengalami pasang surut karena sebagai manusia, kita masih hidup
dalam kekurangan dan keberdosaan kita. Namun kita ingat bahwa Tuhan memelihara iman kita.
Kalau kita melihat arti daripada kehadiran Tuhan di sini, saya berikan contoh: apabila kita membayangkan
diri kita sendiri mengalami terjangkit penyakit kanker dan telah divonis akan meninggal dalam beberapa
bulan kemudian, maka baru pada saat itu saudara akan sadar nilai daripada diri kita sendiri. Padahal waktu
hidup sebelumnya kita tidak pernah sadar akan keberadaan diri kita yang berarti di hadapan Tuhan yang
digambarkan bagai mutiara yang dicari pedagang. Anak Allah datang ke dalam dunia mencari orang
berdosa bagai mutiara atau anak yang hilang, yang intinya sama yaitu sangat berharga.
2.
Di ayat 25 Yesus berkata, "Hai, kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak
percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi!" Bodoh dalam bahasa aslinya di sini bukan dalam
arti henpen (bodoh) atau sencinping (gila) tetapi adalah waktu kita mau percaya tetapi lambat untuk
menerima kepercayaan kebenaran atau kita lambat untuk menerima kehadiran Kristus dalam keluarga kita.
Hati yang lamban atau hati yang tidak mau cepat percaya merupakan teguran yang terus-menerus bagi
setiap anak Tuhan dalam keluarga Kristen atau gereja Tuhan sepanjang jaman. Untuk mengerti arti hidup
yang paling mudah adalah saat di mana kita harus siap untuk meninggal dunia atau kehilangan hidup kita?
Jiwa Kristen yang harus dimiliki oleh anak Tuhan sepanjang jaman adalah hidup melayani Tuhan, bila harus
matipun memuliakan Tuhan. Sehingga tidak ada yang dapat memisahkan kehadiran Tuhan dalam hidup kita
termasuk kematian itu sendiri.
Teguran bodoh, lamban hati ini merupakan kalimat present yang berarti terus-menerus ditujukan pada
setiap pribadi Kristen. Mengapa engkau tidak percaya kepada kebangkitan Tuhan? Seperti Nichi, yang
sekalipun mempelajari filsafat luar biasa dan banyak mengubah dunia dengan pemikirannya, dididik dengan
Firman Tuhan yang ketat namun tidak mau terima Tuhan sebagai Juru Selamat. Kalau kita tidak percaya
Yesus yang bangkit dan naik ke surga maka iman kita adalah iman yang mati. Waktu Yesus bangkit maka Ia
mendekati satu-persatu murid-Nya karena Yesus ingin mengubah iman yang salah itu menjadi iman yang
benar, iman yang bangkit.
3.
Arti kehadiran seseorang baru bernilai luar biasa saat orang itu tidak ada. Dalam ayat 30-31,
diceritakan bahwa saat Tuhan Yesus memecah-mecahkan roti maka kedua murid itu baru sadar keberadaan
Yesus. Seringkali tempat yang membuat Tuhan Yesus dan para muridnya menjadi dekat bukanlah saat
Yesus berkhotbah tetapi adalah saat mereka berkumpul di meja makan dan melakukan perjamuan kasih
karena di situlah terjadi persekutuan yang erat sekali. Nilai inilah yang sangat kurang dimiliki oleh gereja
260
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
pada jaman sekarang! Semakin langka spirit fellowship yang membuat seseorang merasa keberadaannya
diterima, dapat saling mengasihi dan membantu kalau timbul kesulitan. Saya berdoa di hadapan Tuhan
semoga semua gereja kembali pada yang benar. Manusia itu begitu paradoks. Kita bersyukur kalau Tuhan
memampukan kita dapat melihat yang jauh menjadi dekat dan yang dekat dapat menjadi jauh. Yang
transenden menjadi imanen dan yang imanen dapat melampaui yang transenden karena iman kita diubah
oleh Tuhan. Murid-murid Yesus mengerti firman Tuhan yang terus-menerus diucapkan, didengarkan dan
mereka hidup bersama dengan Tuhan namun hal itu belum dapat mengubah dan mengarahkan pada iman
yang benar. Hal ini disebabkan karena nilai dari kebangkitan Tuhan merupakan nilai kebangkitan yang
melampaui iman yang mampu kita lihat. Iman bukanlah apa yang kita lihat, kita pikirkan, kita buktikan dan
apa yang kita lakukan! Dalam Yes 55:8-9 dikatakan di mana pada saat engkau merasakan seperti yang Tuhan
rasakan itulah faith (iman). Jadi iman adalah di mana kita menyerahkan seluruh perasaan, pikiran, hati dan
tindakan kita kepada tindakan, perasaan, pikiran dan jalan Tuhan.
Saat iman itu diuji maka hal itu bukan untuk menjatuhkan orang tersebut namun untuk memurnikan iman
tersebut dengan diproses terus-menerus hingga akhirnya iman itu haruslah seperti yang Tuhan kehendaki.
Dalam doanya di taman Getsemani Yesus berkata, "Jadilah kehendak-Mu." Ini merupakan dasar dari iman
yang benar! Kita mempunyai iman yang jauh melampaui daripada segala pemikiran orang dunia. Seorang
teman misionaris saya yang berasal dari Norwegia menceritakan tentang penginjilan di India. Di mana
terdapat satu keluarga dengan dua anak yang melayani di satu daerah dekat New Delhi di kalangan orang
sakit kusta selama hampir 30 tahun. Pada suatu hari, orang hindu fanatik merasa bahwa perkerjaan
misionaris tersebut membahayakan orang hindu karena banyak orang hindu, khususnya yang sakit menjadi
Kristen. Sehingga mereka difitnah menentang orang hindu, dibawa ke pengadilan dan akhirnya papa
dengan dua anak dibakar hidup-hidup dalam satu upacara yang dinamakan penyucian agama. Sebelum
dibakar, ia berkata kepada orang hindu fanatik, "Aku tidak pernah membalas engkau karena Tuhanku tidak
pernah membalas tetapi ada satu hal yaitu kalau engkau memcintai orang yang kau cintai maka aku
mencintai engkau sebagai musuhku dan aku mendoakan engkau supaya engkau dicintai oleh Tuhan."
Istrinya memandang dan berdoa, "Sekalipun suamiku dapat dibakar tetapi firman Tuhan tidak dapat
dibakar." Sepuluh tahun kemudian terjadi pergolakan dan diadakan suatu pemilihan suara di mana satu
suara terakhir berasal dari kalangan orang sakit kusta. Akhirnya satu daerah ini mengirim surat kepada
ketua parlemen yang isinya menyatakan bahwa mereka tidak mendukung orang hindu fanatik yang
mengatakan dirinya baik namun membakar orang Kristen yang memperhatikan orang kusta dan mereka
memilih demokratik. Sehingga sekarang mereka sudah terbuka terhadap injil.
Arti kehadiran hamba Tuhan, bukan hanya secara fisik namun adalah bagaimana ia berdedikasi untuk
pelayanan sehingga saat telah ditinggalkan, orang merasakan betapa luar biasa pengaruhnya. Firman Tuhan
yang terus-menerus ditanamkan dalam hidup kita, yang kita dengarkan dari seluruh acara baik di mimbar
atau di manapun, tanpa adanya suatu kuasa Roh Kudus yang membukakan wawasan, mencelikkan iman
dan memberikan kekudusan dalam hati kita maka Firman itu sia-sia. Roh kebenaran tidak akan menyalahi
akan Firman kebenaran, Roh kebenaran akan selalu taat kepada apa yang diucapkan oleh Kristus. Kalau
Kristus taat kepada Allah Bapa maka Roh kudus taat pada Kristus dan semuanya itu dalam satu ketaatan
yang luar biasa. Begitu semangat mereka diubahkan, dalam ayat 33 dikatakan, meskipun mereka baru
makan beberapa potong roti, hati mereka langsung berubah total. Iman yang diarahkan pada yang benar
menimbulkan perubahan dalam jiwa pelayanan sehingga pekerjaan yang berat menjadi ringan dan yang
susah menjadi sukacita. Pada saat itulah kita mengerti sukacitanya di dalam pelayanan Tuhan. Dalam waktu
261
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
kelelahan, Firman Tuhan memberikan kekuatan dan pada waktu merasakan dukacita yang luar biasa,
setelah membaca Firman Tuhan maka sukacita yang mengalir seperti sungai begitu melimpah dalam
kehidupan. Saya pernah mengalami hal ini di dalam suatu hubungan yang personal dengan Tuhan sehingga
ada satu kepuasan yang tidak bisa dikatakan karena Firman itu menguasai hidup kita. Hendaklah iman kita
mulai kita serahkan pada Tuhan sehingga dibangkitkan dan yang dulunya kita melayani dengan susah
payah, kesedihan dan pengerutuan maka sekarang kita berjalan sesuai apa yang Tuhan ingin kita kerjakan.
Yang terpenting adalah kita menyerahkan hidup kita pada Tuhan sehingga Tuhan ubahkan kehidupan dan
iman kitapun dibangkitkan. Puji syukur pada Tuhan.
Amin!
262
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
A
An
nu
ug
ge
erra
ah
hp
pe
en
ng
ga
ajja
arra
an
nd
dii d
da
alla
am
mK
Krriis
sttu
us
s
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
Efesus 4:20-24
20
Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus.
21
Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia
menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus,
22
yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus
menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang
menyesatkan,
23
supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu,
24
dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam
kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.
Pada lima minggu lalu kita telah membahas Efesus 4:20-24 yang sesungguhnya merupakan satu kalimat utuh
namun karena dalam bahasa Indonesia strukturnya kurang kokoh sehingga tidak memungkinkan
penyusunan dengan anak kalimat yang panjang. Dalam bagian ini terdapat satu pemikiran dasar yang tidak
boleh dipisahkan yaitu pengertian tuntutan Paulus tentang perubahan dari kondisi manusia lama yang
menemui kebinasaan di dalam nafsu yang menyesatkan menjadi manusia baru yang tunduk dalam
perubahan roh dan pemikiran. Itulah yang ditekankan Paulus dalam kalimat pertama di ayat 20, yaitu,
"Tetapi kamu bukan demikian." Sebab kalau kekristenan hanya dapat mencapai apa yang telah dapat
dicapai dan dianggap baik oleh dunia maka mereka sesungguhnya tidak mengerti dan mempelajari apapun.
Padahal kekristenan menyodorkan satu prinsip yang jauh lebih agung dan dalam dari apa yang dimengerti
dunia. Dunia tidak akan pernah mengerti konsep mengapa untuk mempunyai pengetahuan, kita harus
takut akan Tuhan tetapi justru di situlah rahasia semua pengetahuan yang Tuhan mau bukakan pada kita.
Manusia dapat mengerti hal ini kalau ia kembali pada Kekristenan dan di sinilah inti bagaimana kekristenan
masuk ke dalam satu pengertian bahwa saya harus berbeda dan menjadi manusia baru yang mengalami
perubahan pikiran karena roh dan pikiran kita telah dibentuk dan diperbaharui. Perbedaan yang dimaksud
di sini bukan secara fenomena tetapi secara natur roh dan pikiran kita diperbaharui sebagai anak-anak
Allah.
Semua manusia ketika belum diterobos oleh Firman dan kebenaran Tuhan sesungguhnya tidak akan
mampu menangkap apa yang menjadi hakekat daripada kebenaran. Hal ini juga dialami oleh Paulus
sebelum bertobat sehingga ia mengerti betapa sulitnya manusia yang berdosa menerima satu kebenaran.
Selanjutnya saya mengajak untuk melihat apa yang menjadi kunci perubahan yang Paulus ingin sodorkan.
Mengapa kita harus berubah, apa yang berubah dan titik apa yang menjadikan kita berubah? Ada tiga hal
yang dapat menjadikan kita berubah (ayat 21):
263
1.
Karena kamu telah mendengar tentang Kristus
2.
Menerima pengajaran di dalam Dia, dan
3.
Dapat menyatakan seluruh kebenaran di dalam Kristus.
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
1.
Mendengar tentang Kristus merupakan kunci anugerah yang begitu besar. Ketika saudara dan saya
boleh hadir dalam ibadah, itu bukanlah hal yang kebetulan saja sebab berjuta-juta manusia tidak ikut dalam
ibadah Kristen. Hal ini bukan dikarenakan mereka tidak tahu adanya gereja tetapi mereka tidak mau karena
pemikiran mereka telah ditutup dengan apa yang disebut dengan close system. Seluruh manusia di dunia
harus mengakui bahwa Yesus adalah oknum manusia yang begitu agung, mempunyai tingkat moral yang
sangat tinggi dan pengajaran yang sangat agung. Dunia mengakui bahwa Yesus mengajarkan apa yang
disebut dengan The Golden Rule (Hukum Emas) yang diakui menjadi basis kebenaran hakekat etika dari
hukum-hukum di banyak negara. Bahkan agama lain mengatakan bahwa Isa merupakan satu-satunya nabi
yang mempunyai integritas tertinggi di mana Ia sendiri tidak mempunyai cacat kesalahan sehingga pada
akhir jaman ia akan menjadi hakim yang sah yang menghakimi semua manusia. Ini merupakan pengakuan
yang begitu tegas yang menunjukkan siapa Dia sesungguhnya. Namun ketika itu diungkapkan pada dunia,
tetap tidak membuat orang masuk gereja karena ada batas yang menutup mereka.
Paulus yang dulunya begitu membanggakan segala yang ia mampu kerjakan sebagai orang Yahudi namun
waktu ia mengenal Kristus, semuanya itu dianggap sampah karena pengenalannya akan Kristus yang jauh
lebih mulia. Dalam Mat 13:10-13 Yesus mengatakan, "Sebab kepada kamu diberikan anugerah kasih karunia
untuk mengerti kerajaan Allah dan kepada mereka tidak." Itu supaya mereka yang mendengar namun tidak
mendengar, melihat tetapi tidak melihat dan tidak mengerti. Sehingga kalau saudara boleh mengerti
tentang Yesus itu karena anugrah Tuhan terlalu besar bagi kita. Kita tidak akan mungkin mengerti Firman
kecuali Tuhan membuka pengertian kita. Paulus adalah orang yang begitu mengerti anugerah, ia tahu kalau
ia boleh bertemu dan mendengar Tuhan semata-mata adalah karena anugerah. Kalau kita tahu anugerah
maka kita tahu bagaimana kita berespon kepada Dia. Kita seringkali mengabaikan dan menyia-nyiakan
karena menganggap kalau kita boleh mendengar, belajar dan mengerti Firman itu biasa padahal itu semua
tidak biasa karena semua itu anugerah. Saat membaca Firman, saya tertegun melihat sikap Sakeus, seorang
pemungut cukai. Ia tahu siapa dia yang tidak layak kalau Tuhan datang di rumahnya. Orang yang semakin
mengerti dan merasakan anugerah maka ia tahu bagaimana ia berespon terhadap anugerah. Sangat
disayangkan bahwa terlalu sedikit orang Kristen yang sadar anugerah dan terlalu banyak orang Kristen yang
masih menganggap semua anugerah itu begitu saja boleh dilewatkan akibatnya kita tidak pernah
mendapatkan kedalaman daripada anugerah dan tidak pernah mengerti sungguh-sungguh kedalaman
kebenaran Allah. Ketika anugerah Tuhan itu boleh kita terima, saat itu banyak aspek yang akan dibukakan
oleh Tuhan pada kita. Ini adalah hal pertama yang saya harap kita boleh gumulkan dalam hidup kita.
Ketika kita akan menyongsong abad 21, pertanyaan serius yang harus kita jawab adalah seberapa jauh saya
berpaut pada Tuhan. Ketika hari ini kita boleh membaca dan memiliki Alkitab, itu seharusnya begitu
berharga dimana kita boleh menikmati membacanya tetapi seringkali Alkitab yang harganya mampu
dijangkau, kita anggap remeh. Alkitab seharusnya tidak dapat dijual dengan harga semurah itu karena
menggunakan kertas yang sangat mahal dengan kualitas sangat bagus sehingga dapat disusun sedemikian
tipis. Bagaimana sesungguhnya sikap kekristenan kita? Seberapa jauh kita menghargai warisan anugerah
Firman kebenaran Tuhan yang dibukakan pada kita? Kita seringkali lebih cepat membuka koran dan
mengejar informasi dunia tetapi tidak untuk Firman Tuhan. Merupakan suatu hal yang tidak wajar kalau
seseorang melepaskan anugerah yang besar demi mencari sesuatu yang lebih rendah/ remeh.
264
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
2.
Seberapa jauh keagungan ketika saya mengenal Kristus itu menjadi bagian yang boleh membuka
sistem pikiran kita untuk kembali pada kebenaran yang sejati. Paulus berkata, "Ketika saya boleh mengenal
Kristus, itu merupakan sesuatu yang jauh lebih mulia karena itu membuat saya terbuka, terlepas dari
lingkup konsep sempit pikiran saya." Kita terbuka dari apa yang disebut sebagai close system pikiran. Dalam
Flp 3:9 dikatakan, "…, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran
yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan." Ia yang dahulu menegakkan kebenaran berdasarkan
kebenarannya sendiri, sekarang sadar dan mengandalkan kebenaran yang dianugerahkan kepadanya
berdasarkan iman.
Inilah keterbukaan satu konsep pengertian yang membuat kita mengerti apa yang namanya pengetahuan.
Kalau seseorang tertutup di dalam konsep pemikiran sendiri, ia akan terjebak dalam kebodohannya sendiri.
Dalam Ams 1 dikatakan, "Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina
hikmat dan didikan." Dua aspek ini dikontraskan secara bersama-sama. Satu-satunya yang berhak mendidik
adalah Tuhan dan ketika kita takut akan Tuhan maka Ia akan membuka semua yang selama ini melingkupi
pikiran kita sehingga kita baru mengerti kebenaran sejati. Kita harus kembali pada sumber pengetahuan
sehingga kita mampu mengerti pengetahuan yang bukan dispekulasikan oleh pikiran manusia tetapi
pengetahuan yang dibuka oleh sumbernya pengetahuan itu sendiri.
Dunia tidak pernah mengerti kunci merelasikan antara takut akan Tuhan dengan pengetahuan karena
mereka telah mendualismekannya dan bahkan ingin menundukkan Allah. Kalau pengetahuan sudah
menjadi tuan dan Allah dijadikan budak maka pada saat itulah seluruh pengetahuan rusak dan tidak ada
satu pengetahuan yang tuntas dapat kita mengerti. Mari kita balik pada Firman sebelum menjadi fiktim
dunia yang sedang memasuki destruksi global. Manusia diberikan oleh Tuhan hak untuk menerobos
kemungkinan berdasarkan anugerah dan pimpinan Tuhan. Hal penting yang menjadi bagian saya dan
saudara kerjakan adalah bagaimana kita berjuang melewati semua kesulitan untuk dapat dipakai Tuhan!
Betapa mengerikan kalau kita sebagai orang Kristen begitu cengeng menghadapi kesulitan, seolah-olah
Tuhan tidak ada. Waktu kita menjadi orang yang berada di bawah anugerah dan pimpinan pengajaran
Tuhan maka kita akan masuk dalam kebenaran yang nyata, yang Tuhan buka sehingga kita boleh berjalan
dalam kebenaran Firman-Nya.
Satu-satunya kunci di sini adalah ketaatan kita pada Tuhan dan bukan mengandalkan otak atau
pengetahuan kita sendiri. Takut akan Tuhan adalah permulaan semua pengetahuan, mulainya saya berubah
berdasarkan pembaharuan akal budi dan menjadikan kita dapat menerobos seluruh kesulitan jaman serta
dipakai oleh Tuhan untuk memenangkan jaman. Kita bukan dikendalikan situasi, tetapi kita mengendalikan
situasi berdasarkan pimpinan Tuhan atas hidup kita. Menyesal dan meratap tidak akan menyelesaikan
apapun karena itu hanya membuktikan bahwa Tuhan adalah Tuhan yang jahat dan tidak adil. Berapa jauh
di dalam situasi dan tempat di mana kita diberi hidup, Tuhan beranugerah, dan apa yang Tuhan ingin kita
kerjakan berdasarkan takut akan Tuhan maka di situlah saya melangkah. Sudahkah Tuhan membongkar
seluruh cara berpikir kita sampai kita menjadi manusia baru yang tidak seperti dunia dapat kerjakan? Dunia
hanya mampu tahu hidup yang tanpa Tuhan tetapi anak Tuhan harus tahu hidup yang taat dan takut
kepada Tuhan! Itu perbedaan dasar yang tidak dapat diabaikan dan yang membuat seluruh cara dan
ketajaman pemandangan kita berbeda dari dunia! Janganlah hak dan harta karun yang Tuhan limpahkan
pada kita, dilewatkan begitu saja. Biarlah saat ini kita kembali mendapatkan seluruhnya dan
menjalankannya dalam hidup kita. Maukah kita menanggalkan manusia lama untuk kemudian menjadi
manusia baru? Di sini yang dituntut bukan sekedar reformasi tetapi rekonstruksi, suatu perombakan atau
satu pembangunan total! Itulah yang Tuhan tuntut untuk kita kerjakan. Mau saudara?
Amin!
265
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
C
Ciirrii p
pe
erru
ub
ba
ah
ha
an
n iim
ma
an
nK
Krriis
stte
en
n
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
Efesus 4:20-24
20
Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus.
21
Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia
menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus,
22
yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus
menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang
menyesatkan,
23
supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu,
24
dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam
kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.
Hari ini kita akan melanjutkan pembahasan Efesus 4:20-24 dengan penekanan di ayat 22. Di bagian ini kita
akan mempelajari terus tentang konsep perubahan dari manusia lama menuju manusia baru. Seperti yang
dikatakan dalam ayat 20 yaitu, "Tetapi kamu bukan demikian," yang berarti ada satu perubahan dari kondisi
yang lama menuju pada kondisi yang baru. Dari kondisi belum mengenal Tuhan menjadi kondisi yang sesuai
dengan Firman dan mengerti serta mengenal Tuhan secara tepat. Kalau kita boleh kembali pada pengajaran
dan mendapatkan kebenaran yang nyata dalam Kristus, itu bukan karena kemampuan diri kita sendiri tetapi
karena Tuhan masih berbelas kasihan pada kita.
Selanjutnya dalam ay 22 Paulus mengatakan, "Yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang
dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang
menyesatkan." Paulus disini memberi penekanan tambahan, ‘harus menanggalkan manusia lama!’ Ini
merupakan satu pengajaran paradoks yang luar biasa rumit dan sulit. Alkitab menekankan iman Kristen
yang menuntut satu tingkat perubahan atau pergeseran dasar yang bukan hanya di permukaan tetapi
menyangkut hingga ke akar permasalahan inti iman itu sesungguhnya. Dan itulah yang dinamakan
perubahan dari kondisi natur lama menjadi natur baru. Jikalau demikian, dalam kondisi lama atau barukah
kita sekarang hidup? Inilah yang disebut paradoks dan hal ini harus kita mengerti secara tepat dalam
kehidupan kita. Prinsipnya di sini adalah perubahan yang nyata dari manusia lama menuju manusia baru.
Pada saat kita dipanggil menjadi orang Kristen, hari itu kita percaya dan mengambil tekad di hadapan
Tuhan, itu bukan berarti pada saat itu juga kita menjadi sempurna. Ketika kita bertobat, di dalam diri kita
masih terdapat manusia lama karena ternyata tidak mudah menanggalkannya sedemikian saja. Sehingga
jika kita tidak mengerti konsep paradoks ini, maka kita akan terjebak di dalam kesenjangan yang sangat
besar antara fenomena dengan ideal. Jikalau demikian, apa yang dimaksud dengan pergeseran iman?
Dalam kekristenan kita menuntut satu kondisi paradoks yang sangat serius karena iman di sini bukan
sekedar mengubah gejala fenomena atau kuantitatif tetapi menuntut terjadinya pembedaan secara
266
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
kualitatif. Karena ketika kita mau meninggalkan sesuatu yang lama dan memegang sesuatu yang baru maka
di situ terdapat perbedaan nilai yang harus kita pegang, dimana yang baru harus lebih bernilai daripada
yang lama. Tetapi bagaimana kita tahu dan yakin kalau yang kita kejar itu lebih baik? Di sini perlu adanya
ukuran untuk menilai yang lebih baik itu. Di dalam mengerti iman Kristen, saudara harus mendapatkan
keunggulan kualitatif dan bukan keunggulan kuantitatif (Flp 3:4-11).
Sebagian besar manusia telah diracuni oleh iman humanis dan materialis di mana mereka hanya hidup
mementingkan diri sendiri dan menjadi hamba uang (2 Tim 3:1-2). Ini menjadi hal yang menyesatkan karena
kita hanya mengejar sesuatu yang tidak ada habisnya. Jikalau kita berada dalam iman yang seperti ini dan
bereligiusitas maka bagi orang seperti ini Allah merupakan alat untuk mencapai imannya. Jadi ia bukan
percaya Allah tetapi percaya humanis dan materialis yang direligiusitaskan sehingga Allah harus tunduk
pada imannya dan Allah tersebut harus menguntungkannya. Semangat dan sifat agamawi manusia yang liar
dan salah itu sebenarnya semua hanya jebakan daripada nafsu iman yang palsu yang menyesatkan. Itu
bukanlah pergeseran iman yang kualitatif tetapi iman yang kuantitatif, sebab sekalipun ia pindah ke agama
manapun, imannya tidak bergeser karena ketika ia berganti agama itu sekedar tampak luarnya saja. Yang
lebih parah, orang Kristen juga banyak yang imannya humanis dan materialis, hanya kuantitasnya digeser
dari yang sedikit menuju yang lebih besar. Kalau demikian, kita adalah pembagi destruksi dunia secara
total. Alkitab mengatakan bahwa engkau harus bergeser dari iman yang palsu, yang mementingkan diri
sendiri dan yang mengejar hal-hal duniawi untuk kembali menundukkan diri pada ketaatan kepada Tuhan
yang sejati. Sudahkah itu menjadi bagian kita dan maukah kita mengeser bukan hanya gejala fenomena
tetapi inti iman kita? Saya ingin setiap kita benar-benar menginterospeksi diri, seberapa jauh kalau kita
boleh beranugerah mendengar Firman, itu sudah mengubah kita hingga ke akar permasalahan yang paling
dasar yaitu inti iman kita yang sesungguhnya? Bukankah kalau kita mempermainkan Allah maka kita sedang
merusak dan membuang diri di dalam dosa yang akhirnya menghancurkan diri kita.
Menerima Yesus sebagai Juru Selamat, bagi saya belum cukup jikalau kita tidak menguduskan Tuhan dalam
hati. Karena jikalau hanya berhenti di "Juru Selamat" maka itu hanya memuaskan egoisme kita.
Dalam 1 Petrus dikatakan, "Hendaknya engkau menguduskan Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhanmu."
Inilah inti daripada kehidupan iman yang baru yaitu kembalinya saudara dan saya pada iman yang
sesungguhnya, taat mutlak kepada Kristus, memikirkan kepentingan Tuhan dan sungguh-sungguh mau
mengabdi pada Tuhan. Ketika kita bergeser dari manusia lama diperbaharui menjadi manusia baru maka itu
melewati satu jalur di mana roh dan pikiran kita diubah. Itu terjadi karena kita mendengar pengajaran dan
mendapatkan kebenaran yang nyata dalam Kristus.
Di sini terbaliknya antara konsep dunia dengan iman Keristen. Konsep dunia selalu melihat perubahan
kuantitatif dan tidak melihat perubahan kualitatif sedangkan Kekristenan menuntut perubahan kualitatif
meskipun perubahan kuantatif belum terjadi. Paulus mengatakan, jikalau saudara sudah menjadi manusia
baru maka saudara harus meninggalkan manusia lama. Itu berarti Paulus tahu bahwa ketika bertobat,
manusia lama kita seringkali masih ada. Secara ideal, kita sudah menjadi orang baru namun realitanya kita
masih harus berproses hingga akhirnya boleh mencapai sama seperti yang dituntut oleh Tuhan di dalam
kesempurnaannya. Itu proses seumur hidup yang harus dikerjakan.
Sekarang yang perlu kita pertimbangkan adalah berkenaan dengan bagaimana proses itu dapat terjadi.
267
1.
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Perubahan yang bersifat esensial adalah dari dalam dan bukan dari luar
Tuhan menuntut perubahan pertobatan dari dalam motivasi hati kita. Bertobat adalah ketika hati kita mulai
berbalik dari hidup yang untuk kepentingan diri, sekarang untuk kepentingan Tuhan. Hati yang dulunya
beku, egois dan mati, kini disembuhkan, dihidupkan oleh Tuhan sehingga menjadi hati yang takut akan
Tuhan. Kita tahu bahwa hidup ini bukanlah milik kita lagi melainkan milik Tuhan. Mari kita menilik hati kita,
benarkah kalau disebut orang Kristen, Kristen yang artinya Kristen kecil (miniatur, mencerminkan Kristus dalam
hidupnya) kita mau memuliakan Kristus dalam hidup kita? Apakah kita dimotivasi dengan semua keinginan
diri dan egoisme yang luar biasa? Ketika kita hidup bagi Tuhan, seringkali masih berada di dalam dua
kondisi, antara melayani Tuhan atau melayani diri kita sendiri. Kita perlu peka, siapa sebenarnya yang
menjadi inti dalam kita melayani!
2.
Bagaimana sikap kita terhadap dosa?
Orang bukan Kristen berbuat dosa dan orang Kristenpun masih dapat berbuat dosa, lalu di mana letak
perbedaannya? Bedanya adalah di dalamnya. Orang yang bukan Kristen kalau berbuat dosa, ia tidak merasa
perlu mengakui dan bertobat dari dosanya tetapi orang yang di dalam Tuhan, hatinya peka sekali akan
dosa. Bagi saya merupakan tanda tanya besar kalau orang yang mengaku Kristen tetapi hidupnya
sembarangan di dalam berbuat dosa karena bagi saya kalau seseorang sudah bertobat seharusnya ada satu
kesadaran.
Menurut Yoh 16:8 dikatakan kalau Roh Kudus diam di dalam hati seseorang maka Ia akan menginsafkan
orang tersebut akan dosanya. Orang yang sadar dosa adalah karena Roh Kudus sudah menyadarkannya,
saat itu ia akan menyesal dan tidak berbuat dosa lagi. Itulah tanda bahwa ia telah diperbaharui. Saya harap
keinsafan kita akan dosa diperkembangkan di dalam hati kita dan menguji bagaimana hidup kita masingmasing. Biarlah hal ini terjadi selangkah demi satu langkah, mungkin tidak dapat selesai segera tetapi pasti
bertumbuh dengan pertolongan kuasa Tuhan. Yang dimaksud di sini adalah kuasa menjadi anak-anak Allah
yang hidupnya memperkenan Tuhan Allahnya, yang tidak mempermalukan Bapanya dan yang hidup sesuai
dengan sifat Bapanya (Yoh 1:12). Jiwa yang di dalam kesucian, kebenaran dan keadilan merupakan jiwa yang
berbeda dari natur hidup di dalam dosa. Maka untuk itu Allah memberikan kuasa untuk melawan. Kita
masih ada manusia lama tetapi Tuhan sekarang memberi kuasa di mana dulu tidak dapat menanggalkan hal
tersebut tetapi sekarang kita mampu menanggalkannya.
3.
Waspada terhadap nafsu yang membinasakan kita.
Orang yang sudah diperbaharui harus peka dan waspada terhadap semua gejala dan cobaan yang
menerpanya. Saat saudara hidup santai dan tidak mau beriman, saudara akan aman tetapi ketika saudara
mengambil tekad hidup setia pada Tuhan maka saat itu akan mulai muncul banyak masalah, cobaan, usaha
untuk menjatuhkan dan banyak hal manis yang ditawarkan supaya saudara rusak imannya dan jatuh
daripada kebenaran. Yesus mengajarkan supaya kita menjauhkan diri dari semuanya itu, seperti dalam doa
Bapa Kami, "Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami daripada yang
jahat." Itu merupakan prinsip iman Kristen. Namun waktu kita menjauhkan diri dari pencobaan, pencobaan
bukannya akan tinggal diam tetapi akan terus mengejar. Satu prinsip yang harus dipegang keras oleh orang
Kristen adalah bahwa barangsiapa ingin menanggalkan manusia lama, ia harus mempunyai tekad yang
uncompremize (tidak ingin berkompromi sama sekali) di dalam sikap hidup kita. Kita jangan mudah menyerahkan
268
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
diri untuk jatuh dalam hal-hal seperti itu. Seringkali banyak anak-anak remaja yang jatuh karena hal seperti
itu. Mari kita mulai sadar, pada saat diubah oleh Tuhan, hal seperti itu harus dihentikan, manusia lama kita
harus ditanggalkan dan kembali kepada Kristus. Ini semua demi supaya kita boleh melayani secara tepat
seperti yang dikehendaki-Nya. Hanya dengan cara seperti itu Tuhan dapat memperbaharui keseluruhan
hidup kita demi kemuliaan nama-Nya. Kiranya hari ini Tuhan boleh mengusik dan mengubah hati kita
sehingga kita boleh mengambil komitmen di hadapan Tuhan untuk setia mengikut Tuhan, menanggalkan
manusia lama dan berjuang berproses mulai hari ini, setiap hari diubah semakin hari semakin dekat pada
Kristus dan boleh memuliakan-Nya.
Amin!
269
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
P
Pe
em
mb
ba
arru
uh
ha
an
n rro
oh
hd
da
an
np
piik
kiirra
an
n
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
23
Efesus 4:23
supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu,
Saudara, kalau kita terus mengingat dalam konteks ayat 20-24 dari Efesus 4, di sini akan nampak bagaimana
Tuhan sedang menuntut melalui rasul Paulus, perubahan dari manusia lama menuju manusia baru.
Kekristenan adalah pergeseran dari seseorang yang hidup di bawah belenggu manusia lama menuju kepada
kemerdekaan yang dibentuk di dalam format manusia baru dan dicipta menurut kehendak Allah dalam
kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya. Tetapi antara kondisi manusia lama menuju manusia baru
dibutuhkan proses pembaharuan yang terus-menerus. Dan dalam proses itu, kita justru akan mengalami
satu kondisi konfliks yang oleh Augustinus disebut sebagai The 3th State (kondisi ketiga) dalam proses
kehidupan kita sebagai anak Tuhan.
Ketika kita membaca ayat 23, bahasa dari LAI memisahkan kata Roh dan pikiran yang dilihat sebagai dua
aspek berbeda di mana keduanya perlu diperbaharui yaitu rohani (spiritualitas kita) dan pikiran kita. Roh yang
dulunya mati, terbelenggu dosa dan tidak dapat bersekutu dengan Allah yang adalah Roh, kini
dimerdekakan. Sehingga ketika kita berdoa dan memuji Tuhan, maka pujian terhadap Allah tersebut keluar
dari roh yang sungguh-sungguh sudah diperbaharui menuju Roh yang sejati, yaitu Allah. Ini yang dikatakan
oleh Tuhan Yesus ketika Ia bertemu dengan perempuan Samaria dalam Yoh 4:21-23. Ketika saudara datang
dalam ibadah gereja, apa yang menjadi dorongan saudara untuk beribadah? Apakah saudara beribadah
karena itu merupakan peraturan gereja atau karena merasa ada yang kurang jika hari minggu tidak datang
ke gereja? Kalau alasan kita seperti itu, apakah itu yang dinamakan ibadah? Ibadah sejati adalah ketika roh
kita diperbaharui dan mendorong kita untuk bertemu dengan Roh yang sesungguhnya dalam satu ibadah
bersama.
Ketika kita mengkaitkan hal ini, kita melihat bagaimana Roh Tuhan memperbaharui roh dan pikiran kita.
Bukan karena ritual-ritual kristen yang menjadikan kita sebagai orang Kristen lalu kita mulai menformat diri
kita bagaimana mencocokkan diri supaya saya dapat kelihatannya seperti orang Kristen. Itu adalah pikiran
yang diformat dari luar melalui tekanan, keinginan dan tuntutan orang lain terhadap kita. Jawaban
Kekristenan bukan demikian tetapi justru melalui pembaharuan pikiran kita dari dalam. Ketika Tuhan
memperbaharui pikiran kita dari dalam maka terjadi perombakan konsep berpikir sehingga kita mulai
menampilkan satu pikiran yang bereksistensi di dalam kehidupan saya. Ketika kita memuji Tuhan atau
bahkan ketika kita hidup seperti apa, itu semua karena kita menginginkan hal itu terjadi dalam hidup kita.
Persoalannya, apakah ini terjadi di dalam hidup kita? Apa yang menjadikan engkau berbeda dari orang lain?
Benarkah ketika saudara dan saya menjadi Kristen karena kita diperbaharui roh dan pikiran kita ataukah
270
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
ketika itu saya tetap menjadi orang Kristen yang humanis materialis yang pikiran dan rohnya tidak
berubah? Mari kita mulai berubah di dalam aspek yang paling mendasar. Reformed Theologi menekankan
hal ini dengan keras di mana iman Kristen harus mulai dari kedaulatan Allah, pemerintahan Allah atas hidup
kita dan Dialah yang mengontrol hidup saudara dan saya. Saya sedih kalau melihat Kekristenan yang sudah
lumpuh dan tidak tahu lagi mengapa ia harus hidup di tengah jaman ini. Layakkah kita menyebut diri kita
Kristen kalau demikian? Apa yang menjadi orientasi hidup ketika kita datang di hadapan Tuhan pada setiap
pagi, awal hari kita? Saya bersyukur kalau gereja dimulai pada hari pertama minggu. Pada awal minggu kita
mulai dengan ibadah sehingga seluruh hidup kita dipimpin dengan Firman. Pernahkah kita berdoa, di dalam
berbagai cobaan, kita boleh tetap dituntun dan diajar hidup lurus dihadapan Tuhan. Supaya sepanjang hari
kita boleh menyenangkan dan tidak mempermalukan Tuhan. Yosua diminta oleh Tuhan berdoa seperti itu.
Benarkah roh pikiran seperti ini yang mempengaruhi dan membentuk hidup kita? Ini hanyalah salah satu
contoh yang saya coba angkat, bagaimana kita mengevaluasi hidup kita sepanjang hari.
Kalau kita perbandingkan dalam kata aslinya (Yunani), maka kata pikiran merupakan bentuk genetif kata roh.
Sehingga jika kita terjemahkan dalam bahasa Indonesia sesungguhnya, "Supaya kamu diperbaharui di
dalam roh pikiranmu (The spirit of your mind)." Namun dalam bahasa Inggrisnya, kata spirit diganti dengan kata
attitude. Karena kata spirit (pneuma) selain berarti roh juga semangat, jiwa yang berkeinginan, dorongan
hati atau sikap. Maka NIV menafsirkan dan menggunakan kata itu sebagai attitude of your mind yang
artinya sikap daripada pikiranmu. Tetapi kata yang tepat digunakan adalah the spirit of your mind. Dalam
bahasa Inggrisnya lebih ditekankan bahwa itu merupakan satu dorongan roh yang membentuk pikiran kita.
Pembaharuan iman kristen adalah pembaharuan di dalam roh pikiran karena itu pembentukan dari dalam
keluar. Namun yang terjadi di tengah kekristenan justru terbalik. Betapa mengerikan kalau justru roh
pikiranmu tidak mengalami pembaharuan. Pembaharuan inti iman Kristen haruslah dimulai dari semangat
pikiran kita. Menjadi Kristen, kita perlu mempunyai semangat pikiran yang diubah oleh Tuhan sehingga
seluruh dorongan pikiran kita tidak sama dengan dorongan pikiran dunia. Dorongan pikiran inilah yang
menjadikan kunci bagaimana anda mampu memproses iman Kristen anda dengan sungguh-sungguh, sukses
sama seperti bagaimana dorongan pikiran yang mampu membuat anda sukses dalam hal lain.
Suatu bangsa yang mentalitasnya telah dilumpuhkan akan menjadi bangsa yang tidak dapat maju. Kalau
kita ingin maju, kita perlu mempunyai dorongan yang mulai dengan satu semangat dari roh pikiran yang
sudah dibentuk dan mempunyai mental berjuang keras untuk mencapai kesuksesan. Di tengah dunia,
rahasia ini banyak dimengerti. Orang yang hidup dalam kesulitan dan tekanan namun mereka bangun
secara mental, akan sukses tetapi mereka yang tidak gigih mentalnya akan hancur. Mengapa kita seringkali
tidak berjuang secara maksimal? Kekristenan tidak diajar untuk memperbandingkan diri dengan orang lain.
Kalau kita diberi sejumlah talenta, mengapa kita tidak berjuang sampai mencapai titik maksimum yang kita
mampu lakukan? Itu semua membutuhkan semangat pikiran yang membentuk dan memajukannya.
Mari kita belajar dari sejarah, ketika Kekristenan diberi segala fasilitas maka saat itulah kekristenan menjadi
lumpuh. Seperti halnya di Eropa dan Amerika, ketika kekristenan menjadi mayoritas maka saat itu akan
hancur dan tidak mempunyai kekuatan. Tetapi seperti di negara komunis yang ditekan dan dianiaya,
Kekristenan justru semakin kuat dan keluar seperti minyak zaitun. Itu keluar daripada satu semangat
pikiran yang tidak pernah dapat dikalahkan oleh situasi apapun. Inilah yang menjadikan kita dibentuk dan
diubah! Saya selalu berharap muncul orang-orang Kristen yang mempunyai semangat pikiran sangat kuat.
Kekristenan menuntut pembaharuan seperti itu, kekristenan tidak dapat tunduk dan dijepit dengan
tekanan luar. Kekristenan sejati di mana ada atau tidaknya tekanan luar, itu tidak memberi pengaruh yang
terlalu besar karena semangat itu keluar dari dalam yang dicipta dan dibentuk oleh Tuhan untuk
271
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
menerobos kebenaran dan kekudusan yang sejati. Berapa banyak orang Kristen hari ini yang mempunyai
jiwa dan semangat pikiran yang menerobos seperti ini? Saya rindu Tuhan pakai setiap kita untuk boleh
berjuang dalam satu semangat pikiran yang Tuhan bentuk berdasarkan kelahiran baru dan Tuhan
perkenankan kita alami. Kalau saudara boleh dipertobatkan dan diubah menjadi anak Tuhan, biarlah roh
pikiran saudara juga diubah, bukan memperjuangkan hal yang di dunia tetapi memperjuangkan iman
Keristen dengan semangat pikiran yang seperti itu.
Yang terakhir, waktu saudara dan saya berjuang, kita berhadapan dengan situasi paradoks yang harus
digarap dengan serius di tengah kita hidup. Ketika saya berjuang dalam manusia baru, sementara manusia
lama saya tetap berusaha menarik saya. Saya harus berubah sambil menanggalkan manusia lama saya.
Semangat ini adalah semangat yang harus membuat kita semakin berdayaguna, berjuang keras ketika
hidup di tengah dunia. Seringkali orang hidup di dalam kondisi yang sangat linier. Dengan pemikiran yang
akhirnya membuat kita hidup dalam dualisme, seolah-olah kalau ingin menjadi orang Kristen yang baik, kita
tidak dapat menjadi pengusaha dan sebaliknya. Mengapa harus didualismekan? Seringkali muncul tekanan
yang menuntut kita secara ekstrim dari dua arah. Itu bukan cara pikir kekristenan! Cara pikir Kekristenan
merupakan cara pikir yang paradoks di mana semangat mau sungguh-sungguh setia dan taat pada Tuhan,
itu harus mulai memproses kehidupan kita meskipun belum sempurna. Alkitab berkata, pembaharuan spirit
pikiran kita itu harus dipakai oleh Tuhan untuk kembali terjun di tengah-tengah masyarakat. Dalam Yoh
17:15-18 Tuhan Yesus berdoa, "…, sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula
Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia." Apa artinya kalau kita mempunyai spirit pikiran tetapi tidak
ada sesuatupun yang perlu kita perjuangkan kecuali kita kembali ke tengah dunia, menjadi terang dan
garam yang diproses waktu demi waktu.
Seringkali banyak orang Kristen yang dituntut berproses tetapi gagal. Terdapat dua ekstrim yang seringkali
membuat orang gagal.
1.
Karena salah bersikap. Kadangkala kita kejam sekali dengan menuntut orang lain harus sempurna
dalam tempo singkat tanpa melihat proses yang dia lalui. Padahal apabila hal itu diperlakukan sama
terhadap kita, belum tentu kita dapat melakukannya juga.
2.
Banyak orang Kristen yang bertamengkan istilah proses. Di satu pihak Tuhan memang tidak
menuntut kita secara instant tetapi di lain pihak tetap menuntut adanya proses pembaharuan yang terusmenerus dijalankan. Spirit pikiran itu harus terus-menerus terlihat mendorong, mendobrak dan
membentuk hidup kita sehingga akhirnya hidup kita boleh diperbaharui. Sehingga hidup kita dapat menjadi
satu hidup yang indah dan penuh dinamika serta perjuangan. Kalau kita hidup sedemikian maka kita benarbenar hidup di dalam kekuatan yang daripada Tuhan. Mari kita berjuang, kalau itu dapat kita kerjakan maka
semakin indah dan menjadi saksi dalam dunia. Setiap proses dan pergumulan yang kita hadapi harus
dipakai sebagai batu loncatan supaya kita dapat mengerti dan melompat lebih tinggi lagi. Dalam semuanya
itu berjuang, bukan apa yang saya mau namun bertanya proses apa yang Tuhan kehendaki kita lakukan dan
berjuang demi kemuliaan Tuhan. Mau saudara?
Amin!
272
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
M
Ma
an
nu
us
siia
ab
ba
arru
ud
dii d
da
alla
am
mK
Krriis
sttu
us
s
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
24
Efesus 4:24
dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam
kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.
Pada minggu lalu telah dibicarakan tentang perubahan iman Kristen yang bukan dilihat secara fenomena
atau ritual agama melainkan merupakan satu perubahan mendasar dalam inti hidup yang sesungguhnya
yaitu roh dari pikiranmu (the spirit of your mind). Di mana bagian ini dikaitkan oleh Paulus dengan 2 Kor 5:17,
"Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: …" Dan saat ini kita memasuki bagian terakhir
daripada seluruh konteks, satu kalimat utuh yang ditekankan oleh Paulus dalam ayat 20-24 di mana
dikatakan, "Dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam
kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya."
Ketika kita menjadi orang Kristen, akan terjadi satu perombakan mendasar yang kalau dikaitkan dengan
Roma 12:1-2 dikatakan, "Berubahlah oleh pembaharuan budimu." Di mana kata "berubahlah" mengguna-kan
kata metamorfosa yang artinya perubahan yang menyeluruh dalam seluruh aspek sehingga bentuk bahkan
naturnya pun berubah. Semua ini merupakan satu bentuk perubahan yang bukan sekedar fenomena tetapi
perubahan mendasar di dalam seluruh natur kehidupan, seperti halnya seekor ulat yang menjadi kupukupu. Di sini terdapat satu hal yang dikontraskan yaitu antara menanggalkan manusia lama (22) dengan
menggenakan manusia baru (24). Hal ini bagaikan seseorang yang membuka baju yang lama (manusia lama)
lalu mengganti dengan sebuah baju yang baru (manusia baru). Paulus mengatakan bahwa barangsiapa yang
berada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru yang diciptakan menurut kehendak Allah. Dua hal ini
menjadi gabungan yang begitu penting untuk dimengerti. Barangsiapa di dalam Kristus itu berarti Ia harus
menanggalkan esensi hidup, iman dan roh pikirannya yang lama lalu masuk ke dalam esensi hidup yang
baru dan iman yang sesungguhnya. Banyak orang Kristen yang ketika percaya, gagal mempercayakan diri
masuk ke dalam kepercayaan tersebut dan akhirnya ia hanya mau memanipulasi. Pada saat seperti itu ia
gagal mengalami pembaharuan mendasar daripada roh pikirannya, dengan demikian ia belum masuk dalam
pengertian iman yang sesungguhnya.
Ketika Paulus masuk ke dalam pengertian "Mengenakan manusia baru," di situ ia menggunakan satu
struktur kalimat yang sangat tepat. Dengan menggunakan struktur aorist middle ia ingin menekankan
bahwa ketika kita harus mengenakan manusia baru, itu bukanlah dalam bentuk present tense (sebagai
kontinuitas/ sekedar dapat dikerjakan setiap hari dan dapat ditukar dengan yang lama apabila bosan) melainkan sesuatu hal
yang sekali dikerjakan maka harus berdampak kekekalan, terus berkelanjutan sampai akhir. Dan di sini
Paulus bukan menggunakan format pasif (dalam arti orang itu dipaksa untuk melakukannya) tetapi menggunakan
273
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
bentuk resiprok (middle voice/ Yunani) itu lebih ke arah perlakuan yang kembali pada diri sendiri. Kalau saya
memutuskan mengenakan manusia baru, berarti saya siap untuk berjalan dalam pertimbangan hidup
manusia baru. Karena itu Paulus mengatakan, tidak akan mungkin kondisi ayat 24 dapat dikerjakan kecuali
ayat 23 telah dapat diselesaikan sebab roh pikiran kita tidak akan memungkinkan untuk rela menggarap dan
menjadikan hal seperti itu.
Apakah kita berpikir kalau menjadi orang Kristen dan akhirnya dilarang tidak boleh bohong, korupsi,
nepotisme, melakukan berbagai macam kecurangan dan kejahatan, itu dianggap sebagai suatu kesulitan?
Bukankah ketika Tuhan mengajar dan membatas kita maka seluruh larangan dan batasan diatur demi
kebaikan kita, demi kita dapat menjadi manusia sejati yang mempermuliakan Tuhan. Pada saat seperti itu
mari kita memikirkan kembali, mengapa kita sulit untuk mengenakan manusia baru? Pada hakekatnya itu
karena roh pikiran kita belum dibuka oleh Tuhan, karena ketika ia boleh sadar kalau hidupnya dicengkeram
dosa, terbelenggu dan menghancurkan, ia akan dengan rela keluar dari situ untuk kembali pada kondisi
manusia baru. Bukankah itu merupakan satu anugerah yang terlalu besar? Bagi saya iman Kristen sejati
adalah yang sudah mengenakan manusia baru. Karena esensi daripada kekristenan tidak dapat diganti
sebab itu merupakan inti yang sudah merubah dia. Ia tidak akan ingin untuk kembali pada manusia lama
karena ia sangat sadar kalau ia kembali, itu tidak akan menguntungkannya tetapi justru menghancurkan
dan tindakan bunuh diri yang sangat merugikannya. Inilah yang Paulus tekankan dalam hidup kita yang
berarti bagaimana perubahan iman Kristen bukan secara otomatis terjadi tetapi merupakan satu tugas
perjuangan karena Tuhan sudah membuka pengertian kita.
Selanjutnya, dalam poin kedua Paulus langsung membatasi dengan kalimat kedua supaya tidak timbul
adanya kesalahan. Sebab hal ini dapat menjadikan orang Kristen sombong ketika ia sukses dan dapat
berubah. Padahal di satu pihak kita berjuang tetapi di lain pihak yang memungkinkan hal itu terjadi adalah
karena kehendak Allah. Tuhanlah yang berinisiatif sehingga hal itu mungkin terjadi. Banyak orang salah
mengerti di dalam pengertian Theologi Reformed karena salah menangkap antara perjuangan manusia
dengan kedaulatan Allah yang bekerja. Karena ketika orang Kristen menangkap konsep kedaulatan Allah
dan predestinasi maka orang Kristen jadi berpikir untuk semua itu tidak diperlukan perjuangan. Alkitab
mengatakan bahwa disatu pihak Tuhan memang berdaulat dan menetapkan ciptaan berdasarkan kehendak
Allah. Penciptaan memang di luar kemampuan kita untuk memilih, termasuk juga ciptaan ulang. Setiap kita
waktu lahir itu merupakan anugerah kedaulatan yang membuat kita boleh lahir. Dan waktu Tuhan
mendatangi saudara dan membentuk satu titik temu di mana saudara bertobat hari itu, tidak pernah
saudara mungkin bayangkan kalau hari itu akan bertobat. Disini kita tidak dapat mendualismekan antara
Allah menetapkan dan memilih kita, dengan kita meloloskan diri dari tugas auris midle "mengenakan
manusia baru" yang Tuhan tuntut untuk kita bekerja dan melayani. Bagaimana kita harus berubah di dalam
seluruh roh pikiran untuk boleh kembali pada Tuhan. Saudara, kalau kita mengerti hal ini, baru Tuhan bawa
ke dalam satu konsep yang lebih dalam yaitu kita boleh mulai memparadokskan bagaimana Allah di dalam
kehendaknya sedang memimpin saudara dan saya untuk boleh berubah sehingga tidak ada satupun
daripada kita yang berhak sombong ketika Tuhan mengubah kita.
Sekali lagi saya kembali pada hal yang pertama di mana ketika Paulus mengatakan, "Engkau berbeda," Itu
karena Tuhan beranugerah. Kita dapat mengalami pembaharuan pikiran karena kita dicipta ulang dalam
kehendak Allah di dalam Kristus sehingga kita menanggalkan manusia lama dan menggenakan manusia
baru. Saudara dapat melihat seluruh struktur ini. Kekristenan adalah satu kondisi dimana roh pikiran kita
diperbaharui sehingga ketika kita melakukan sesuatu, kita melakukannya karena Tuhan memimpin Roh
pikiran dan itu menjadi natur saya untuk mau menyenangkan Tuhan. Konsep seperti ini menjadikan kita
274
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
kembali pada dasar yang paling dasar yaitu the will of God dalam hidup kita. Kemungkinan saudara dan
saya untuk masuk ke dalam poin kedua, ini bukanlah hal yang sederhana. Seberapa jauh dalam hidup, kita
berdoa supaya hari ini Tuhan pimpin sehingga kita boleh menjalankan kehendaknya. Ataukah setiap hari
saudara berdoa namun tidak pernah melihat kehendak Allah yang mencipta saudara secara baru dan gagal
kembali mengerti esensi daripada manusia baru tersebut. Di sini yang saya harapkan Tuhan mengubah,
membentuk dan mengajar kita.
Dalam ayat 24 Paulus ketat sekali menambahkan kata sesungguhnya. Di tengah dunia ini seringkali terjadi
kepalsuan yang begitu kelihatan indah, benar dan kudus tetapi sebenarnya di dalamnya terdapat kepalsuan
yang luar biasa. Bagaimana saya kembali pada kehendak Alah, iman yang sejati di dalam struktur religiusitas
yang diterapkan secara tepat. Hanya satu kemungkinan yaitu saya kembali pada Allah yang mencipta ulang
dan membentuk kembali sebagai satu ciptaan yang baru di mana kembalinya kita kepada kehendak Allah
yang sejati. Seberapa banyak kita boleh sama-sama bergumul menjadi anak-anak Tuhan yang
sesungguhnya? Semakin hari dari generasi ke genarasi bukan menjadi dunia yang semakin enak tetapi
justru semakin sulit yang akan mereka alami. Mungkinkah kita masih hidup berkenan kepada Allah? Di saat
seperti itu, bagaimana Kekristenan mengajar jemaat dan jemaat mau saling dibina untuk benar-benar
mentaati kehendak Tuhan. Saya mengharapkan dari seluruh jajaran Kekristenan boleh belajar mengerti
kebenaran, bergumul bersama dan menggarap kehendak Allah.
Berjuta pil Estesi setiap hari di-eksport ke seluruh dunia dan di Indonesia setiap hari ratusan ribu dikomsumsi oleh anak SD hingga orang tua. Saudara dapat membayangkan kesulitan seperti ini dan ini yang
akan dihadapi oleh generasi yang akan datang. Kalau kita menjadi orang-orang yang di tengah dunia seperti
ini, kita melihat situasi yang begitu rumit maka bagaimana kita masih mempunyai kekuatan untuk taat
kepada Tuhan sementara tekanan dari sekeliling begitu berat. Betapa sulit kita bertahan untuk
menjalankan kehendak Tuhan dalam situasi seperti ini. Biarlah kekuatan pembinaan yang boleh kita
dapatkan dari firman Tuhan itu terus menguatkan hati kita, mendorong kita untuk boleh dipakai Tuhan
menjadi berkat bagi orang lain, memberitakan injil dan menyatakan kebenaran sehingga banyak orang di
luar yang boleh tertolong dari kehidupan mereka yang rusak. Siapa yang dapat melakukannya? Alangkah
parahnya kalau kita sendiri yang sampai terjebak masuk ke dalam situasi itu? Saya terus mengajak kita
bergumul dan memikirkan hal ini. Tuhan ketika menginginkan kita mengenakan manusia baru, itu bukanlah
hal yang sederhana tetapi saya percaya bahwa itulah kunci kita menjadi manusia yang sejati seperti yang
Tuhan inginkan. Mari kembali dan menguatkan diri melalui Firman. Saya sangat kuatir kalau gereja sudah
tidak memberitakan Firman dengan kokoh, tidak lagi mengajarkan kebenaran yang sejati dan hanya mau
menyenangkan telinga pendengar. Mari kita dipakai Tuhan menjadi orang-orang yang di tengah jaman
berani bersuara dan menyatakan, berani menolong orang lain yang di dalam kesulitan meskipun untuk itu
kita teraniaya. Kalau kita harus mengalami hal seperti itu, relakah kita, demi dunia ini masih melihat
secercah pengharapan karena kita telah terlebih dahulu maju melihat hal itu. Biarlah Tuhan pakai, bentuk
dan perbaharui kita dengan satu tekad mau mengenakan manusia baru demi untuk kemuliaan Tuhan.
Amin!
275
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
K
Ke
eb
be
en
na
arra
an
nd
da
an
nk
ke
ek
ku
ud
du
us
sa
an
ny
ya
an
ng
gs
se
ejja
attii
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
24
Efesus 4:24
dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam
kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.
Hari ini kita akan masuk kembali memikirkan hal terakhir dari Efesus 4 ayat 24 di mana Paulus menekankan
hidup yang diubah dari manusia lama menjadi manusia baru, yang dicipta kembali menurut kehendak Allah.
Ini merupakan satu sifat recreation (penciptaan ulang) yang dikerjakan oleh Allah sendiri. Di dalam kasus ini
seringkali kita mudah terjebak sehingga akhirnya gagal mengerti apa artinya manusia baru. Apalagi kalau
manusia baru ini dikaitkan dengan istilah-istilah lain seperti halnya lahir baru, pertobatan, dsb. yang
sebenarnya menjadi istilah unik dalam kekristenan tetapi gagal dimengerti secara mendalam. Saya rasa kita
perlu waspada dengan pemikiran seperti ini. Perubahan drastis yang terjadi dalam hidup seseorang,
perubahan akibat tekanan luar, aspek rasional, upaya diri atau gejala-gejala tertentu tidak berhubungan
sama sekali dengan pertobatan, lahir baru dan semua istilah, termasuk manusia baru dalam ayat ini.
Perubahan semacam itu justru membuat kita salah mengerti inti daripada iman Kristen karena orang yang
bukan Kristen bahkan yang tidak beragama pun dapat melakukan hal seperti itu.
Perubahan iman Kristen yang sesungguhnya akan bersifat konsisten karena ini menjadi bukti pencirian
bagaimana Allah sedang mengintervensi dan melahirbarukan orang tersebut menjadi ciptaan baru di dalam
Kristus untuk kembali mempermuliakan Tuhan. Jikalau demikian, siapa yang mengerjakan intervensi
tersebut dan bagaimana intervensi itu dikerjakan di dalam diri kita? Alkitab membukakan dalam Yoh 14
bahwa intervensi ini dikerjakan karena peranan Roh Kudus yang langsung mengarap inti hidup kita. Ketika
Roh Kudus datang, Ia akan menginsafkan manusia akan dosa, kebenaran dan penghakiman (Yoh 16).
Sehingga akibatnya kalau kita merelasikan hal ini yang mana kehendak Allah dijalankan, ia akan
memancarkan ciri hidup di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya. Mengapa istilah ini kita
kaitkan dengan Roh Kudus? Ini bukan hal yang sederhana! Dalam bahasa Inggrisnya dikatakan "true
righteousness and holiness." Kalau dalam bahasa Yunani tidak perlu diberi kata true (dikaiosune) sebab di
dalamnya ada inti menuju kepada "truth," kekudusan yang sesungguhnya. Yaitu satu sikap bagaimana
kekudusan itu bukan masuk pada kekudusan palsu tetapi kekudusan yang truth (Alitheia), kebenaran bersifat
benar, sejati dan murni. Kekudusan yang seperti inilah yang harus dituntut.
Ketika saudara membaca Yoh 14: 15-26, di ay. 17 jelas disebutkan bahwa Roh penghibur itu akan datang
yaitu yang disebut sebagai Roh Kebenaran. Sedangkan dalam ay. 26 dikatakan, penolong itu adalah Roh
Kudus. Dua istilah ini dipararelkan secara satu perikop. Sehingga di sini kalau disebut sebagai Roh
276
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Kebenaran maka ia bersifat kebenaran dan kalau disebut Roh Kudus maka ia bersifat kudus. Maka Roh
kebenaran dan Roh Kudus itu merupakan satu oknum yang sama dan oknum ketiga daripada Allah
Tritunggal. Jadi jika manusia baru terjadi karena dicipta ulang di dalam Roh Kudus maka seharusnya ia
memancarkan kebenaran dan kekudusan. Ini merupakan atribusi normal daripada Roh Kudus sendiri. Di sini
satu hal yang sangat serius perlu dipertanyakan mengapa banyak orang Kristen seringkali tidak hidup
seturut dengan naturnya? Mengapa kalau saya sebagai manusia baru dan benar-benar menjadi manusia
yang sudah dicipta ulang berdasarkan kehendak Allah dan Roh Kudus diam di dalam hati namun tidak
muncul natur daripada atribusi Roh Kudus di dalam diri saya?
Dalam Yoh 14:26 hal itu ditegaskan, "…, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan
penghakiman." Di sini terdapat dua unsur yaitu sadar akan dosa dan kebenaran dan akhirnya yang ketiga
sadar adanya sanksi di antara dua hal yang pertama. Kita hidup dalam dosa atau kebenaran, itu
membicarakan penghakiman Allah. Di sini berarti kita tidak cukup hanya mengerti dua hal saja tetapi perlu
dituntut untuk memilah dan kemudian memilih di mana kita akan hidup, karena dari dua hal ini akan ada
penghakiman yang menyertai di belakangnya. Berarti saya bukan sekedar tahu, namun saya harus bersikap
karena sikap ini akan menentukan bagaimana dampak yang akan saya alami di belakangnya. Ini tiga hal
yang menjadikan intervensi yang digarap oleh Tuhan di dalam diri seseorang.
Selanjutnya kita melihat, istilah "di dalam kebenaran" dalam Ef 4:24 tidak memakai kata truth (kebenaran
hakiki) tetapi menggunakan righteousness (kebenaran keadilan) yang artinya satu sikap kebenaran yang harus
diuji baik melalui kesaksian, pengadilan dan berbagai sarana pengujian hingga akhirnya terbukti
kebenarannya (terikat dengan kebenaran asasinya/ truth). Kata righteousness dibelakangnya tidak membutuhkan
"yang sejati" karena righteousness ansih di dalam dirinya menuntut kesejatian. Sehingga saudara perlu
memeriksa dengan cermat apabila di dalam Alkitab menemukan kata kebenaran karena antara "truth" yang
tidak perlu diuji dengan "righteousness" yang harus diuji, itu merupakan dua hal yang berbeda jauh dan
tidak dapat dicampuradukkan.
Di tengah sejarah kita melihat upaya-upaya untuk mengeser dan mempermainkan kebenaran yang begitu
banyak. Kalau saudara melihat hal seperti itu, ternyata iman kebenaran Kristen itu sangat rentan dan rapuh
dengan pencemaran yang sedang terjadi. Sehingga bagaimana sifat righteousness ini dibuktikan dan
dijalankan? Itu alasan di dalam Reformed Theologi dan bahkan Pdt. Stephen Tong menekankan setiap
hamba Tuhan harus bertanggungjawab dan rela diuji atas setiap pemberitaan kepada jemaat. Kita melihat
pencemaran theologis dan kebenaran, pengujian di dalam iman kita sangat rentan dicemari oleh berbagai
aspek akibatnya kebenaran kita kalau mau dibuktikan seringkali harus mengalami pengasahan yang luar
biasa. Di dalam sejarah berulangkali kebenaran dikontaminasi dengan kepentingan politik, ekonomi, dsb.
Bagaimana kebenaran iman Kristen kita dapat murni kalau dicemari dan digerogoti terus oleh segala
macam kepentingan yang masuk dan mencemarinya? Bagaimana kita hidup di dalam kebenaran yang
teruji? Saya rindu Tuhan membentuk dan menyadarkan, bagaimana saudara dan saya hidup di dalam
kebenaran yang rela diuji, dipertanyakan dan melalui pembuktian waktu, membuktikan diri apa yang kita
katakan dan kerjakan itu adalah hal yang benar. Ini adalah aspek pertama yaitu kebenaran atau
righteousness. Satu proses kebenaran yang terus diuji sampai akhirnya membuktikan diri menuju pada
truth (kebenaran sejati yang tidak perlu diuji).
Unsur kedua adalah Kekudusan. Dalam ayat ini kata kudus yang dimaksud bukan hagios (kekudusan dalam arti
kesalehan) karena jika demikian kita hanya melihat sebagai satu gejala luar bagaimana saya hidup
menampilkan diri kelihatan saleh, suci secara tampilan. Kesucian dari luar yang tidak disertai dengan
277
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
kesucian di dalam dan sikap ini sangat tidak disukai oleh Tuhan Yesus. Kekudusan yang dimaksud di dalam
ayat ini adalah kekudusan yang terjadi akibat proses di dalam yang sudah memurnikan diri (to purify).
Sehingga gambaran pengudusan ini adalah seperti satu bongkah batu emas yang masih penuh dengan
kotoran, yang harus dibakar berulang-ulang kemudian disingkirkan kotorannya. Itulah upaya pemurnian.
Untuk mendapatkan emas yang mendekati 90% akan sulit dan rumit sekali pemurniannya sehingga hingga di
tingkat tertentu tidak mampu untuk menaikkan lebih tinggi lagi dan harus orang yang ahli yang sanggup
memurnikannya. Inilah kekudusan yang diinginkan Tuhan untuk dikerjakan! Artinya pada saat seperti itu
Tuhan menuntut satu pengujian dan pemurnian hidup yang semakin hari semakin tidak memperkenankan
hidup kita dikotori oleh apapun. Menuntut diri supaya hidup benar di hadapan Tuhan serta menyenangkan
hati Tuhan dengan tidak membiarkan diri dirusak dan dicemarkan. Inilah sifat dari Roh Kudus yang
menggarap kita! Sehingga kalau saudara dan saya tidak mampu mencapai 100% murni sempurna, itu
bukanlah alasan kita tidak berproses dalam kekudusan. Proses harus tetap dikerjakan dan harus digarap
satu-persatu dalam hidup kita serta tidak memperkenankan satu inci hidup kita dicemari oleh apapun. Dan
upaya ini harus digarap terus-menerus di dalam hidup kita.
Saat saya sudah mulai dapat berproses, kita tidak boleh lengah sedikitpun karena saat itu kita dapat jatuh
lagi. Itulah yang Paulus tuntut nantinya di dalam ayat bawahnya yaitu hendaklah engkau terus menggarap
hidupmu sehingga engkau tidak rela mendukakan roh Kudus, mencemarkan nama Tuhan dan ketidakrelaan
itu menjadi motivasi kita karena engkau sudah menjadi manusia baru di dalam Kristus. Berapa jauh kita
memproses hidup kita di dalam kebenaran dan kekudusan sejati? Tidak ada gunanya kita memproses demi
sekedar orang lain melihat kita baik karena yang menilai kita bukanlah orang melainkan Tuhan sendiri. Ia
mau inti hidup kita bagus sehingga membuat tampilan kita bagus.
Artinya sesuatu yang digarap di dalam secara baik dan teraplikasi secara baik serta adanya perubahan
kehidupan di mana inti hidupnya yang diubah oleh Tuhan. Biarlah itu berproses terus-menerus, sebagai
bukti kita adalah manusia baru di dalam Tuhan. Sebagai bukti bahwa bibit kebenaran dan kekudusan itu
ada dalam diri kita yang menjadikan kita mungkin berproses di dalam kebenaran dan kekudusan
sesungguhnya. Di tengah dunia seperti ini, satu-satunya pengharapan kita adalah kembali dan takut kepada
Tuhan, itu merupakan modal kekuatan untuk menghadapi dunia. Jikalau tidak maka dengan kekuatan apa
kita dapat bertahan? Saya mengharapkan ini menjadi dasar daripada proses hidup kita sehingga saudara
dan saya boleh menjadi lilin yang bersinar terang yang menerangi sekeliling kita yang gelap dan dengan
demikian kita boleh menjadi saksi Tuhan. Mau saudara?
Amin!
278
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
M
Ma
an
nu
us
siia
ab
ba
arru
u,, p
pe
errh
hu
ub
bu
un
ng
ga
an
nb
ba
arru
u
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
Efesus 4:25/ Yohanes 8:43-45
Efesus 4
25
Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita
adalah sesama anggota.
Yohanes 8
43
Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa–Ku? Sebab kamu tidak dapat menangkap
firman–Ku.
44
Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan–keinginan bapamu. Ia
adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di
dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya
sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.
45
Tetapi karena Aku mengatakan kebenaran kepadamu, kamu tidak percaya kepada–Ku.
Beberapa minggu lalu kita telah membicarakan tentang prinsip perubahan manusia lama menjadi manusia
baru yaitu perubahan roh pikiran yang dicipta menurut kehendak Allah dalam kebenaran dan kekudusan
yang sesungguhnya. Selanjutnya sekarang kita masuk dalam ayat 25 yang merupakan aplikasi dari seluruh
apa yang ditekankan oleh Paulus dalam ayat 20-24. "Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar
seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota." Kata "karena itu" dalam awal ayat 25 serta
kata "jangan" yang selanjutnya akan banyak muncul dalam ayat 26-32, menunjukkan bahwa apa yang ada di
belakangnya merupakan konsekuensi logis yang harus muncul sebagai akibat dari ayat 20-24. Ketika
kehendak Allah bekerja dan roh pikiran kita diubah maka Roh Kudus memberikan satu potensi yang
memungkinkan kita menampilkan format sesuai dengan perubahan tersebut.
Gejala pertama yang harus muncul dari perubahan tersebut di Alkitab dikatakan, "membuang dusta." Hal
ini ditekankan karena adanya tuntutan, "berkatalah benar seorang kepada yang lain" yang mana
merupakan satu tuntutan interpersonal, relasi pribadi dengan pribadi. Jikalau demikian, ini menyangkut
satu perluasan daripada hakekat inti seorang yang dipulihkan (secara theologi dikatakan diperdamaikan). Dalam
Roma 3:25 dikatakan, ketika seseorang boleh dikembalikan maka terjadi pendamaian antara dia dengan
Allah dan pendamaian itu hanya dapat dikerjakan melalui Kristus. Sehingga ini menyangkut satu hal yang
sangat penting yaitu relasi atau hubungan. Manusia pada hakekatnya dicipta sebagai makhluk relatif, itu
berbeda dengan Allah yang tidak bergantung pada apapun dan penuh di dalam dirinya sendiri (dalam istilah
theologi disebut self sufficience). Karena seluruh bijaksana, hikmat dan prinsip-prinsip kebenaran berasal dari diri
Allah sendiri. Ini merupakan prinsip yang penting!
279
Ringkasan Khotbah – Jilid 1

1.
Tidak mutlak atau tidak dapat berdiri sendiri. Manusia harus bergantung pada banyak hal yang lain
di luar dirinya sehingga banyak aspek yang tidak dapat diselesaikan sendiri. Di tengah dunia modern, salah
satu cita-cita evolusi adalah berharap manusia menjadi makhluk yang independen, mampu mengetahui
semua dan berharap menjadi seperti Tuhan. Sehingga orang-orang semacam ini selalu merasa tidak butuh
siapapun. Tetapi itu semua hanya menunjukkan kesombongan diri yang membuat kita tidak sadar bahwa
banyak hal di luar kemampuan kita. Semua diktator-diktator dunia harus jatuh, para ekonom dan masih
banyak yang lain, semakin merasa mampu menguasai dan mengatur akan semakin hancur. Selanjutnya kita
harus sadar, siapa yang menjadi gantungan mutlak kita dan bagaimana kita harus berelasi di dalam
gantungan tersebut? Kalau kita bergantung kepada sesuatu maka mau tidak mau akan berelasi dengan
sesuatu itu.
2.
Mempunyai relative (kerabat atau keluarga). Setiap manusia hidup memiliki keluarga yang mungkin
keluarga terdekat kita sebut sebagai orang tua. Itu menunjukkan satu struktur relative di mana manusia
merupakan makhluk yang membutuhkan relasi dengan sesama (bersosialisasi). Alkitab mencatat kata tidak
baik pertama kali ketika Ia mencipta Adam seorang diri. Sehingga Ia menyediakan penolong yang sepadan
dengan diri Adam, dan saat itulah Tuhan katakan baik. Jadi waktu itu, satu gambaran manusia berelasi
dengan sesamanya dikatakan baik. Maka di sini menunjukkan satu fakta bahwa manusia tidak dicipta
seorang diri namun untuk dapat berelasi dengan orang lain sehingga ia harus mempertimbangkan manusia
lain dalam lingkungannya.

1.
Relasi dengan Allah. Relasi dengan Allah adalah relasi yang tidak dapat ditiadakan karena Tuhanlah
yang memungkinkan keberadaan dan natur kita. Ini menjadi dasar semua relasi yang lain.
2.
Sesama. Bagaimana relasi kita dengan sesama, itu menjadi perluasan relasi kita dengan Allah.
Karena Tuhan menciptakan sesama bagi kita dan kita bagi mereka.
3.
Relasi kita dengan alam. Kita dicipta bukan tanpa lingkungan tetapi di dalam dunia yang telah
dipersiapkan Allah sebelumnya. Sehingga kita harus berelasi dengan binatang dan tumbuh-tumbuhan
secara tepat.
4.
Relasi dengan diri kita sendiri. Bagaimana kita dapat mengerti dan berdamai dengan diri sehingga
tidak salah memperlakukan diri yang mengakibatkan kekacauan serta problema dalam kehidupan kita.
Urutan empat relasi ini tidak boleh dibalik di mana harus dimulai dari Allah dan berakhir dengan diri sendiri.
Dalam psikologi manusia berusaha menyelesaikan bagaimana berdamai dengan dirinya sendiri tetapi tidak
pernah memikirkan bagaimana berdamai dengan Allah dan sesama. Hal ini tidak dapat selesai kecuali relasi
kita dengan Allah telah dibereskan. Alkitab menuntut satu pemulihan relasi secara tepat!. Dusta (dosa)
menyebabkan seluruh struktur relasi tidak dapat berjalan dengan tepat dan beres dan itu alasan Paulus
menekankan pertama kali bahwa kalau kita sungguh-sungguh mau diubah roh pikiran kita menjadi manusia
baru maka gejala pertama yang harus muncul dalam diri kita adalah membuang dusta. Seperti minggu lalu
telah saya uraikan, kata "membuang dusta" juga menggunakan bentuk ouris yang mempunyai arti bahwa
hal itu dikerjakan satu kali dan menjadi tekad seumur hidup. Namun, mengapa dusta dianggap sebagai satu
masalah yang sangat serius sementara dalam dunia tidak? Karena dusta merupakan inti sifat dosa (esensi
daripada iblis). Dusta mempunyai dua unsur penting yaitu pertama, ia langsung melawan apa yang menjadi
sifat inti manusia baru. Sebagai manusia baru, kita harus mulai hidup dalam kebenaran dan kekudusan yang
sejati. Karena itu yang Tuhan kerjakan di dalam diri kita. Maka sifat kebenaran dan kekudusan sejati
280
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
merupakan lawan yang diametrikal atau langsung berseberangan dengan sifat dusta, yang artinya berkata
tidak benar. Kedua, tidak adanya kemurnian dalam pembicaraan karena terdapat unsur luar yang jahat
yang sedang diselipkan di dalamnya. Maka dusta pada hakekatnya langsung melawan kebenaran dan
kekudusan yang sejati. Sehingga kalau kita berdusta, itu menunjukkan kebenaran dan kekudusan sejati
sedang tidak kita kerjakan dan itu tidak sesuai dengan sifat kita. Seperti apa yang dikatakan Yesus kepada
orang Yahudi dalam Yoh 8:43-45, "…, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia
berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta." Yesus sedang
membuka satu realita sejati bahwa iblis adalah bapa pendusta dan ia adalah inti semua dusta. Kalimat
tersebut begitu tajam sehingga akhirnya terjadi perdebatan yang keras di antara mereka. Yesus berkata
bahwa mereka harus dimerdekakan dahulu. Itu sebabnya pertama Tuhan menuntut kita membuang dusta,
karena itu merupakan ciri bapa lama yang pendusta. Ini hal yang pertama dalam relasi kita yang perlu
dibereskan. Ketika kebenaran dan kekudusan hilang, maka manusia tidak dapat terbuka lagi di hadapan
Tuhan dan kehilangan sifat kebenaran yang sesungguhnya. Maka Alkitab mengatakan bahwa baju
merupakan fakta dari keberadaan dosa.
Sama halnya dengan Adam dan Hawa ketika jatuh dalam dosa maka mereka tidak lagi berani bertemu
dengan Allah. Hari ini banyak orang yang mencoba mendobrak prinsip ini. Seperti golongan Nudisme yang
tidak memakai baju karena berpikir ingin menjadi seperti Adam kembali. Mereka tidak mempertanyakan
perubahan apa yang mengharuskan Adam dan hawa memakai baju? Bahwa mereka harus memakai baju
karena sudah kehilangan kebenaran dan kekudusan sejati, akibatnya mereka rusak dan jatuh ke dalam
distorsi pendustaan yang akhirnya membuat mereka mau tidak mau tertutup di dalam kebudayaan. Di
sinilah inti daripada kebenaran yang dituntut oleh Tuhan! Ketika kita boleh diperdamaikan kembali maka
transparansi antara Allah dengan kita dipulihkan kembali. Sehingga kita boleh berdoa seperti Mzm 139, "Ya
Bapa, selidikilah hatiku, ujilah aku apakah jalanku benar atau serong." Lagu yang dikarang oleh salah satu
dari dua tokoh Reformed, James Hobbs, seorang yang sangat cinta Tuhan. Ini hanya mungkin jika ia telah
diperdamaikan kembali dengan Tuhan. Keberanian kita meminta Tuhan mengkoreksi hidup kita, karena kita
terbuka di hadapan Allah yang tahu benar siapa kita sesungguhnya. Begitu banyak manusia di dunia yang
berani berdusta di hadapan Tuhan dan mereka anggap Tuhan tidak mengetahui apa yang sedang ia
kerjakan. Hal itu akhirnya menjadikan kita orang yang sangat berdosa di hadapan Tuhan. Ini hal yang
pertama yang Alkitab tekankan. Mari kita mulai berelasi dengan tepat, jujur dan tulus.
Dalam Ef 4:25 Paulus menggunakan penghubung "dan" yang secara teori harusnya sama namun pada
kenyataannya memang tidak boleh sama. Dua kalimat tersebut harus bersifat paradoks satu dengan yang
lain, dimana yang pertama "buanglah dusta" menjadi satu tekad yang tuntas dalam hati kita yang
dikembalikan pada diri (ouris middle). Sedangkan yang kedua, "berkatalah benar" menggunakan struktur
present imperatif (Yunani) sama dengan present continuous (Inggris) yang artinya satu perintah tegas untuk
berkata benar setiap hari. Kedua kalimat ini menunjukkan satu relasi penting. Dalam dunia yang semakin
berkembang, kesulitan berkata benar semakin tinggi dan banyak hal yang bergeser dari kebenaran yang
sejati. Terlebih kita yang hidup dalam dunia timur yang tidak terlalu menekankan kejujuran namun justru
sopan santun dan ketaatan pada atasan sekalipun salah atau berdusta. Sehingga kita harus mewaspadai
supaya gereja tidak dicemari oleh budaya seperti itu. Saya harap Kekristenan berdiri tegak dan sanggup
menyatakan kebenaran serta menjadi saksi di tengah kesulitan sehingga dunia akan melihat perbedaannya.
Berapa banyak kita mempunyai jiwa yang bertekad berkata benar dan menjadi saksi Tuhan berada dalam
kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya? Ini menjadi satu dasar bagaimana interpersonal
relationship mulai dikerjakan. Karena itu saya harap kita mulai memikirkan secara serius, berjalan dengan
tepat dalam prinsip ini. Sehingga dunia masih dapat melihat kejujuran dan ketulusan dalam anak-anak
Tuhan. Biarlah ini menjadi kemuliaan Tuhan.
Amin!
281
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
P
Pa
ad
da
am
mlla
ah
ha
am
ma
arra
ah
hm
mu
u !!
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
26
Efesus 4:26-27
Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari
terbenam, sebelum padam amarahmu
27
dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.
Tiga minggu yang lalu kita telah membahas tentang bagaimana relasi antar manusia diperdamaikan kembali
di mana implikasi yang pertama adalah: "Buanglah dusta," karena dengan berdusta akhirnya membuat kita
kehilangan kepercayaan, relasi antar manusia menjadi putus dan semua orang menjadi curiga pada kita.
Dan saat ini kita akan masuk dalam aspek kedua yang terdapat dalam ayat 26-27, khususnya ayat 26.
"Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa; janganlah matahari terbenam, sebelum
padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada iblis." (Dalam bahasa Yunani diterjemahkan: "Marahlah,
tapi jangan berdosa dan jangan sampai matahari yang panas itu membakar kamu sehingga akhirnya kamu berdosa dan jangan
Sedangkan dalam NIV ditulis: "In your anger, do not sin." Kalau kita perhatikan,
kalimat tersebut dalam bahasa Yunani mengandung arti yang lebih keras jika dibandingkan di NIV maupun
LAI yang kita punya.
memberi lubang kepada iblis.")
Marah sesungguhnya merupakan sesuatu yang wajar, suatu ekspresi dan kemungkinan potensi dari kita
punya perasaan atau emosi. Emosi dapat membuat kita sedih, kuatir atau mencintai dan bahkan marah.
Namun banyak orang seringkali terjebak dalam satu konsep salah yang menganggap bahwa orang Kristen
tidak boleh marah.

1.
Karena marah dapat berekses terjadinya perpecahan atau kerusakan relasi yang akibatnya tidak
dapat terpulihkan selama-lamanya.
2.
Karena keegoisan kita. Ketika kita bersalah, kita tidak ingin ditegur atau mendapat marah.
3.
Salah mengerti ide tentang kasih. Kemarahan membongkar, menyatakan dan menuntut
penghakiman atas semua kesalahan sehingga pada saat itu jelas mereka yang bersalah tidak suka
diperlakukan seperti itu dan akibatnya kita bertamengkan istilah cinta kasih. Ini satu hal yang saya sangat
kecewa dalam kekeristenan abad 20 di mana mereka berani memakai istilah tetapi tidak bertanggungjawab
akan istilah tersebut. Ini adalah semangat Post Modern yang merusak semua ide daripada definisi yang
tepat dan upaya manusia untuk masuk dalam pengertian kata yang tepat telah hilang.
Beberapa hari yang lalu saya memimpin satu kelompok hamba-hamba Tuhan perdesaan di beberapa
daerah untuk dilatih dan diajar tentang bagaimana cara menafsir Alkitab yang tepat. Di sana akhirnya
282
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
mereka mulai menyadari bahwa selama ini telah sembarangan dalam menafsirkan Alkitab dan akibatnya
kita sudah terbiasa menggunakan istilah yang tercemar dengan pengertian yang tidak beres. Sehingga
waktu kita belajar kata "kasih" langsung yang kita maksudkan adalah bukan kasih yang Alkitab tuntut
namun kasih yang kalau mencintai maka kita tidak boleh memarahi. Itulah yang disebut dengan kasih egois!
Dalam Ef 4:26 telah dikatakan, "marahlah," itu berarti bahwa kita seharusnya diperbolehkan untuk marah.
Kalau kita teliti, Allah dalam PL juga pernah marah bahkan dikatakan bahwa Allah yang murka adalah Allah
yang membakar dan menurunkan murka-Nya dengan api yang menghanguskan. Demikian juga dalam PB,
Tuhan Yesus pernah dengan tajam sekali menyatakan kemarahan-Nya dengan mengobrak-abrik bait Allah
yang telah dibuat berjualan secara sembarangan. Tuhan yang mengajarkan hukum cinta kasih juga dapat
murka terhadap tingkah laku orang Farisi. Sehingga bukan dengan alasan yang demikian orang Kristen tidak
boleh marah.
Tetapi itu juga bukan berarti bahwa kita boleh marah secara sembarangan, sebab kalimat dalam Efesus
tersebut belum selesai, melainkan dilanjutkan dengan: "…, janganlah kamu berbuat dosa." Sehingga disini
kita harus mengerti, di mana saat kita harus marah atau tidak. Di sinilah paradoksnya, "Be anger, but do not
sin," Bagaimana kita marah tapi tidak berdosa? Yang pertama, ketika kita marah terhadap dosa (anger to sin).
Ketika kita marah terhadap kebenaran atau saat merasa dirugikan maka kita berdosa tetapi ketika kita
marah terhadap dosa, maka itulah kemarahan yang benar. Alkitab memperingatkan dengan keras bahwa
orang yang melihat dosa namun membiarkannya berkembang, maka orang tersebut adalah orang yang pro
dengan dosa dan artinya ia menjadi orang yang lalim, di mana ia tahu kebenaran tetapi sengaja
mengabaikan kebenaran. Marah yang sejati adalah marah terhadap dosa. Paulus adalah orang yang tidak
pernah marah ketika dirinya dirugikan atau diperlakukan tidak benar, sekalipun ia difitnah, dilecehkan dan
dihina tetapi ketika Injil dipalsukan, dalam Gal 1 dikatakan bahkan ia sampai berkata terkutuk kepada siapa
yang berani memalsukan Injil, tidak perduli sekalipun malaikat dari surga. Saya rasa kita perlu jelas
bagaimana kita marah. Seringkali orang Kristen marah kalau dirugikan, tetapi kita tidak marah kalau
kebenaran dipermainkan. Ini satu sikap yang salah di dalam kemarahan kita. Mari kita mengkoreksi, kita
marah karena egoisme kita atau karena dosa, dan ini sebenarnya menjadi satu hal yang perlu kita
gumulkan.
1.
Marah yang sejati adalah marah karena cinta kasih (anger of Love), marah yang
keluar dari kasih yang sejati
Allah itu sendiri adalah kasih (cinta) sehingga otomatis ekstensi cintanya keluar tetapi Ia yang adalah cinta
dapat murka, yaitu murka yang keluar dari kasih. Bagaimana ketika kita marah, marah itu bukan menjadi
pelampiasan emosi tetapi marah yang keluar dari emosi yang dimurnikan. Marah karena kita ingin
mengajak orang untuk mengerti kembali kebenaran. Waktu emosi kita tidak terkendali maka kita harus
marah pada diri sendiri karena saat itu kita sedang berbuat dosa. Tetapi yang terbaik adalah waktu kita
marah karena letupan cinta yang menginginkan terbaik terjadi dalam diri seseorang. Cara marah seperti ini
yang terbaik dapat kita lihat di dalam keluarga. Seorang yang mengasihi anaknya adalah seorang yang
bukan tidak pernah marah kepada anaknya. Tetapi seringkali kita mendidik berdasarkan perasaan kita
sehingga akhirnya anak tidak pernah mengerti cinta kasih yang sesungguhnya. Hal ini bukan hanya dalam
keluarga, tetapi di dalam gerejapun seharusnya konsep ini harus ditegakkan. Gereja memiliki disiplin gereja,
tetapi berapa banyak dari yang mereka yang menegakkan hal itu? Saya rasa kita perlu sadar bagaimana
marah yang tepat.
283
2.
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Marah karena ingin menegakkan kebenarankeadilan Tuhan (anger for righteousness).
Tuhan marah kalau keadilan diperlakukan secara tidak beres. Maka salah satu hak yang diberikan ialah
adanya pengadilan dimana Tuhan menegakkan keadilan dan penjara karena demi menghukum semua
tindak kejahatan. Kemarahan terhadap ketidakadilan dan pelecehan terhadap kebenaran kalau tidak
muncul maka negara dan dunia akan kacau luar biasa. Murka atau kemarahan harus dijalankan dengan
tepat sehingga kebenaran dapat ditegakkan dan keadilan dapat dinyatakan. Anger for righteousness adalah
satu hal yang harus ditegakkan oleh orang Kristen.
Yang terakhir adalah kalimat ketiga yaitu "Janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu." Ayat
ini mempunyai dua pengertian ganda yang kalau digabung dapat saling melengkapi. Pengertian yang
pertama adalah jika kita marah di dalam length of time (kepanjangan waktu). Sebelum matahari terbenam
mempunyai ide bahwa hari itu habis. Hari di dalam konsep orang Yahudi dengan kita berbeda karena
mereka menghitung satu hari dimulai jam 6 sore dan berakhir jam 6 sore keesokan harinya, sedangkan kita
mulai jam 12 malam hingga jam 12 malam kembali. Sehingga kita harus berhati-hati dalam menghitung
karena apabila salah, itu dapat membuat seluruh konsep menjadi salah. Alkitab memberikan cara
menghitung yang bagus sekali di mana hari dimulai gelap sampai kepada terang, sehingga dalam kejadian
dikatakan, "Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama." Hal yang dimaksudkan di sini, sebelum
hari itu habis, padamkan amarahmu, jangan biarkan amarahmu membara terus. Ini merupakan prinsip
bagaimana kita tidak boleh mengekstensi kemarahan secara tidak benar karena itu akan membuat kita
jatuh dalam dosa.
Yang kedua dapat mengandung arti yaitu jangan biarkan seperti panas matahari yang membakar engkau
sehingga akhirnya engkau mendidih dan meledak dan secara kualitatif menjadi satu kepanasan yang
membara dalam hatimu. Jadi hati-hati kalau ketika saudara marah dan saat itu merasa bahwa kemarahan
itu mulai didorong dan mulai merebak seperti satu dendam maka itu bukan lagi kemarahan yang benar.
Marah yang dikeluarkan karena dendam atau panas hati adalah dosa dan kita harus cepat bertobat,
meneduhkan hati karena saat itu kita sudah dikuasai oleh panas yang tidak terkontrol lagi. Alkitab
berulangkali mengatakan bahwa orang yang tidak dapat mengendalikan kemarahannya akan dapat berbuat
kejahatan yang lebih besar. Hal ini bahaya sekali sehingga kita perlu mengerti ayat tersebut dari dua sudut,
yaitu dari panjangnya waktu, jangan biarkan marah yang berlarut-larut sampai lewat waktunya dan yang
kedua adalah intensitas kepanasan yang akan membuat saudara lupa dan mengamuk tanpa batas yang
akhirnya saudara berdosa dengan kemarahan yang tidak benar. Ini menjaga supaya di dalam hidup, kita
tahu bagaimana menempatkan marah secara tepat. Karena kalau marah kita berakibat dosa maka hal itu
akan mendatangkan kemarahan Tuhan sehingga kita akan menjadi objek murka Allah. Namun terhadap
orang yang melakukan tindakan dosa kita berhak marah, sama seperti Tuhan marah terhadap dosa
sehingga menjadikan kita peka terhadap dosa. Kiranya Tuhan menolong kita mengerti bagaimana kita hidup
dengan tepat.
Amin!
284
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
J
Ja
an
ng
ga
an
nb
be
errii k
ke
es
se
em
mp
pa
atta
an
np
pa
ad
da
a IIb
blliis
s
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
26
Efesus 4:26-27
Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari
terbenam, sebelum padam amarahmu
27
dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.
Di dalam ayat ini kita kembali mengingat akan apa yang Paulus tekankan yaitu setelah kita mengalami lahir
baru maka yang pertama relasi kita dengan Tuhan dipulihkan dan selanjutnya kita mengalami pemulihan
relasi dengan sesama. Dan dalam bagian ini kemudian ia menekankan dua hal: pertama, buanglah dusta
dan yang kedua, marahlah, tapi jangan berbuat dosa.
Seperti telah kita bahas dalam minggu yang lalu, dua aspek yang harus kita waspadai dalam marah yang
mana diartikan dari kata yang terakhir yaitu "Jangan biarkan amarahmu berjalan terus hingga matahari
terbenam," (LAI) yang berarti bahwa sebelum selesai hari itu, hendaklah kita menyelesaikan marah kita
sebab apabila dibiarkan berlarut-larut akan menjadi dosa yang berekses semakin hari semakin buruk. Yang
kedua mengandung arti jangan biarkan panas matahari membakar sehingga akhirnya engkau tidak mampu
mengontrol amarahmu. Seperti halnya Kain dalam Kej 4:5-7, ia telah diperingatkan oleh Allah karena panas
hatinya, "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? …, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat
mengoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasNya." Dan satu hal lagi yang baru saya dapatkan ketika
berdiskusi dengan Ev. Jeane Obadja, yaitu satu hal yang baru dapat mengerti jika kita masuk dalam budaya
orang Yahudi. Mereka mempunyai kebiasaan berdoa setiap 3 jam sekali dalam budaya mereka dan di dalam
hukumnya, sebelum satu hari berakhir yaitu pukul 6 sore, ia harus berdoa. Dan sebelum mereka berdoa,
mereka harus menyelesaikan kemarahan mereka supaya mereka tidak berdoa dalam keadaan marah yang
akhirnya tidak akan ada gunanya (Mat 2:8). Di sini terdapat satu aspek yang indah sekali! Ini semua
sebenarnya mempunyai ide yang sama di mana marah harus dijaga baik-baik sehingga tidak mengakibatkan
dosa, dan satu hal yang unik bagaimana kita belajar marah secara tepat.
Selanjutnya, sekarang kita masuk dalam kalimat kedua di mana dikatakan dalam ayat 27: "Dan janganlah
beri kesempatan kepada Iblis," (dalam terjemahan lain: jangan memberi satu pijakan kepada Iblis untuk masuk). Kalau kita
lihat, Ef 4:26-27 merupakan satu kesatuan di dalam satu pembicaraan dan seharusnya ay. 27 dapat disatukan
dalam ayat 26 karena merupakan satu kalimat yang cukup pendek. Namun kita harus mengetahui bahwa
tulisan Paulus dalulu hanya berupa teks-teks murni. Kemudian LAI menyusun dan mempertimbangkan
pemisahan ayat-ayat tersebut, seperti dalam ayat 26 dan 27. Di sini mereka melihat bahwa ayat 27
mempunyai signifikansi yang khusus yang harus disoroti lebih tajam, sekalipun dalam kalimat tersebut
menggunakan penghubung kata "dan," yang sebenarnya pararel yang setara. Tetapi sebenarnya bukan
285
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
hanya sekedar setara, melainkan ada satu pemikiran yang lebih tajam lagi yang mau ditekankan yaitu
jangan beri kesempatan kepada iblis. Ide ini sangat penting dalam kehidupan berelasi sehari-hari!
Pada saat kita melakukan sesuatu apalagi ketika marah, kita tidak sadar bahwa kemarahan itu dapat
dijadikan titik pijak iblis merusak dan menghancurkan Kekristenan. Sehingga ada beberapa hal penting yang
harus kita mengerti, yaitu:
1.
Setelah kita diselamatkan, menjadi milik Kristus maka Roh Kudus memeteraikan dan menguasai kita
sehingga setan tidak mungkin mempunyai kesempatan untuk menguasai dan merasuk kita kembali. Namun
itu bukan berarti ia menyerah, ia bahkan sengaja mencari lubang untuk kembali menaklukkan, meronrong
serta menghancurkan, dan untuk itu ia aktif bertindak. Alkitab mengatakan bahwa waspadalah, Iblis
bagaikan singa yang mengaum, yang setiap saat siap menerkam. Ini satu aspek yang seringkali orang
Kristen lemah atau mengabaikannya. Kita harus sadar bahwa kita masih dapat jatuh dalam dosa sehingga
suatu anggapan yang salah apabila kita mengerti doktrin predestinasi dengan menganggap sekali selamat
maka selamanya kita akan selamat.
2.
Ketika kita melakukan sesuatu, kadang mungkin kita tidak berpikir bahwa itu membuka pintu
terhadap setan. Begitu setan diberi kesempatan mendapat pijakan maka ia segera akan memakai
kesempatan itu untuk menghancurkan kita. Ini merupakan bahaya besar! Ada satu pepatah mengatakan
bahwa kita jangan sekali-kali memberi kesempatan seekor unta untuk memasukkan kepalanya kedalam
kemah, karena setelah itu ia akan memasukkan seluruh anggota badannya dan akhirnya saudara diusirnya
keluar. Seringkali kita begitu pragmatis dengan mengijinkan hal yang sepertinya remeh terjadi sehingga
akhirnya menjadi penyakit yang merusak segala sesuatu. Tuhan Yesus tidak pernah menganggap sepele
satu hal, bahkan ia dengan keras menegur sebab Ia tahu itu saatnya setan sedang mencoba masuk dan
merusak (Mat 16). Di sini Tuhan menyadarkan kita untuk mempunyai kewaspadaan yang sangat tinggi dan
tidak memberi peluang sedikitpun pada setan mempunyai dasar pijak untuk merusak kita.


1.
Bad temper (karakter jelek kita)
Dalam hidup kadangkala ada orang yang sulit marah namun juga ada yang mudah sekali marah tanpa
alasan atau tidak cukup dasar. Sehingga kita yang mempunyai karakter demikian harus sadar bahwa kita
mempunyai kelemahan seperti itu. Karena bad temper merupakan salah satu ciri kurangnya penguasaan
diri terhadap emosi sehingga akhirnya emosi itu menguasai dan menghasilkan kemarahan yang berdosa
karena dipakai setan untuk merusak banyak orang. Akhirnya setan senang karena ia sudah berhasil
memakai kemarahan untuk merusak relasi kita. Ini harus kita waspadai, jangan memberi lubang bad
temper kita untuk merusak dan menguasai kita. Kita perlu belajar untuk terus menjaga dan melatih serta
berdoa, minta Tuhan teduhkan dan memenuhi kita dengan penguasaan diri yang merupakan salah satu
buah Roh.
2.
Idealisme perfectionist kita
Orang yang idealis, menginginkan kesempurnaan dalam semua hal sehingga ia menjadi orang yang sering
tidak puas terhadap diri sendiri maupun orang lain dan mudah sekali marah. Orang seperti ini secara tidak
sadar dapat dipakai sebagai lompatan setan membakar keinginan untuk sempurna. Di dalam dunia kita
harus berpikir secara paradoks, di mana Kekristenan tetap membutuhkan idealisme atau kesempurnaan,
286
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
dalam Alkitab dikatakan, "Hendaklah engkau sempurna sama seperti Bapamu yang di surga sempurna
adanya." Di sini menunjukkan dua hal, pertama, kesempurnaan itu dituntut dan yang kedua, menunjukkan
bahwa kita memang belum sempurna dan perlu proses untuk mencapai kesempurnaan. Hal ini perlu kita
mengerti sehingga tidak memberi kesempatan setan masuk melalui idealisme semu yang ingin kita capai
dan paksakan yang akhirnya merusak kita sendiri. Kadangkala karena idealisme, kita tidak mendorong
orang untuk maju sehingga orang takut untuk bertumbuh. Kita harus belajar bagaimana caranya
memparadokskan antara idealisme yang harus dicapai dengan proses yang harus terjadi.
3.
Pintu kefasikan atau kejahatan kita sendiri
Kadangkala kemarahan pandai memakai situasi untuk membalik kita dan akhirnya kita jatuh dalam dosa
yang sama. Kadang kita marah terhadap orang karena tidak adil atau berbuat suatu kejahatan terhadap
kita. Marah terhadap ketidakadilan harus dilakukan, tetapi kalau kita marah, lalu berbuat hal yang sama
bahkan mungkin lebih jahat dari orang tersebut, maka kemarahan itu sudah dipakai setan. Seperti halnya
dalam cerita film silat yang tidak habis-habisnya hanya saling membunuh karena ingin membalas dendam.
Itu berarti kita juga sama jahatnya dengan orang tersebut dan menjadi alat kejahatan karena kita telah
melakukan penggumbaran kejahatan.
Selanjutnya kita perlu mengerti beberapa langkah yang harus kita kerjakan supaya pintu-pintu yang telah
kita bahas diatas lebih peka dan waspada. Pertama, saat teduh. Ini penting karena itu merupakan saat kita
datang dan bergumul dengan Tuhan, sehingga relasi dan kedekatan kita dapat tetap dijaga. Satu kali dalam
saat teduh, saya mendapat peringatan yang keras tentang kemarahan dan melalui saat teduh tersebut
Tuhan mengajar saya untuk tidak marah. Dan memang dalam satu hari tersebut saya harus menghadapi
begitu banyak hal yang dapat membuat saya marah, mulai dari keluar rumah hingga saya balik pada malam
harinya. Namun Tuhan telah membantu saya dengan menguatkan melalui Firman-Nya sehingga hari itu
saya boleh lalui. Saya bersyukur gereja Kristen memulai sepanjang minggu bersama Tuhan. Itu menjadikan
pikiran dan hidup kita diarahkan dan biarlah Tuhan memimpin langkah kita. Yang kedua, secepat mungkin
kita harus menyelesaikan hal-hal yang menjadi beban atau kemarahan sehingga panas amarah itu tidak
membakar dan membuat kita jatuh dalam dosa.
Yang terakhir, biarlah setiap kita menggumulkan karakteristik khusus dalam diri kita masing-masing. Setiap
kita berbeda sehingga kita perlu memperhatikan hal-hal apa yang seringkali dapat membuat kita mudah
marah. Mungkin ada hal tertentu yang bagi orang lain tidak masalah namun bagi kita sangat mengganggu
atau menyebabkan marah. Kita harus sadar karakteristik khusus yang menjadi titik kelemahan kita sehingga
kita dapat menjaga dari bahaya setan masuk. Biarlah kita memperhatikan hal-hal seperti ini, yang mungkin
sepele tetapi dapat menjadi lubang sehingga kejatuhan kita. Saya merasakan kadangkala itu perlunya
seorang teman yang dapat saling memperhatikan dan membantu memperingatkan kita sehingga kita boleh
saling menopang satu sama lain. Kiranya ini menjadi berkat.
Amin!
287
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
J
Ja
an
ng
ga
an
nm
me
en
nc
cu
urrii
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
28
Efesus 4:28
Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan
melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan
sesuatu kepada orang yang berkekurangan.
Beberapa minggu yang lalu kita sudah membahas jangan berdusta dan jangan marah secara sembarangan
dan minggu ini kita akan membicarakan aspek yang ketiga, "jangan mencuri." Kalimat yang dikatakan oleh
Paulus tersebut jangan kita mengerti secara sederhana sebagai satu tindakan pencurian seperti mencuri
barang orang lain. Selanjutnya, dalam Efesus 5 kita akan melihat bagaimana Paulus juga mulai berbicara
pencurian dalam konteks waktu di mana seringkali kita menggunakan waktu secara tidak bertanggung
jawab. Kalau demikian apa sebenarnya mencuri? Mencuri berarti terputusnya relasi karena terjadinya
ketegangan atau ketidakberesan sebab mencuri adalah keinginan atau tindakan mengambil milik orang lain
yang bukan miliknya dengan cara yang tidak halal. Dan mencuri di sini bukan sekedar berarti mencuri
barang melainkan juga dapat dilakukan dalam berbagai aspek. Ini perlu kita perhatikan!
Dewasa ini, tema demikian sangat relevan di negara kita dan menjadi salah satu issue yang paling sering
diangkat akibat adanya ketegangan, terjadinya gap antara kaya dan miskin sehingga menimbulkan
demikian banyak kejahatan seperti KKN dan kesulitan. Sehingga akhirnya banyak orang mengalami
penderitaan, kemiskinan, dan kesulitan dan ini pulalah salah satu sebab mereka melakukan pencurian.
Namun pencurian jangan hanya kita lihat sebagai sekedar produk ekonomi. Untuk memahami ini, mari kita
kembali kepada jemaat Efesus. Kota Efesus merupakan kota perdagangan yang sangat maju pada waktu itu,
bahkan dapat dikatakan bahwa kota Efesus menjadi kota yang kaya yang terkenal dengan pusat budaya,
agama, perdagangan, dan menjadi kota metropolis. Di tengah-tengah kota metropolis seperti ini maka gap
sosial antara kaya dan miskin juga ada, jadi gap antara kaya dan miskin bukan produk masa kini sudah ada
sejak dahulu. Demikian juga dengan jemaat Efesus, mereka bukanlah jemaat yang miskin karena
mempunyai keuangan yang cukup.
Di dalam konteks seperti ini pasti ada pencurian. Pencurian di sini bukan hanya dilakukan oleh kalangan
bawah atau orang-orang yang miskin melainkan juga banyak dari kalangan atas yaitu orang-orang yang
mampu. Jadi, pencurian dilakukan oleh berbagai kalangan dan pencurian bukan hanya materi belaka tetapi
juga dapat dilakukan dalam hal-hal lain. Seringkali ketika kita menyelesaikan masalah, bersifat pragmatis
dan dualistik. Bagaimana dengan bekerja? Apakah waktu bekerja kita mengerjakan pekerjaan kita dengan
tepat dan bertanggungjawab. Kalau tidak, kita juga bisa mencuri yaitu mencuri waktu bekerja. Alkitab
mengatakan, bekerja bukan hanya urusan jasmaniah tetapi juga urusan rohani. Jika kita mendualismekan
hal ini, kita akan sulit untuk mengerti essensi pencurian yang Alkitab katakan. Paulus mengatakan yang
288
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
pernah mencuri berhenti mencuri lalu sekarang kerja keras di dalam pekerjaan baik supaya engkau
mendapat upahmu dan berbagi dengan orang lain yang membutuhkan. Saudara ketika kita memikirkan hal
ini, sekarang kita akan menyoroti gap antara kaya dan miskin. Dunia kita begitu pragmatis. Misalnya,
kesulitan ekonomi karena baru saja di PHK, tidak punya pekerjaan sehingga akhirnya mencuri. Ini satu
prinsip yang salah! Orang yang demikian seharusnya mengevaluasi, mengapa ia sampai di PHK. Jika
memang perusahaan itu karena kondisinya memang harus bangkrut, maka jika etos kerja kita baik,
seharusnya kita di PHK yang paling akhir. Boss yang baik tidak mungkin memecat karyawan yang baik,
bertanggungjawab dan memiliki etos kerja yang baik. Jadi, kalau ada karyawan yang di PHK kemudian
sampai dia mencuri berarti dia membuktikan mentalitas dia yang buruk.
Berbicara mengenai pencurian bukan saja dilakukan oleh kalangan bawah karena mengalami kesulitan
ekonomi melainkan juga dilakukan oleh kalangan atas. Jadi baik dari kalangan bawah maupun kalangan
atas dapat melakukan pencurian dan ini bukan hanya berbicara masalah materi tetapi juga masalah rohani,
aspek mentalitas dari orang tersebut.
Sejak abad 18 muncul seorang tokoh yang bernama Jeremy Bentham, dia memelopori satu pemikiran yang
kemudian dikenal sebagai utilitarianisme (kebahagiaan dan kesejahteraan manusa). Bentham mengeluarkan satu
prinsip yang akhirnya diterima menjadi prinsip ekonomi oleh orang-orang abad 20 dan pandangannya akan
menjadi perusak besar pada masa kini. Dia memiliki prinsip "The only goodness is pleasure and pain is the
only evil." Jadi satu-satunya kebajikan adalah kenikmatan (pleasure) dan penderitaan (pain) adalah satusatunya kejahatan. Berarti hidup ini adalah ketegangan antara kenikmatan dengan penderitaan. Jadi kalau
engkau gagal mendapatkan kenikmatan engkau akan jatuh kedalam penderitaan atau sebaliknya, jadi
hanya ada dua kemungkinan. Engkau harus mendapat kenikmatan, itulah yang harus engkau kejar serta
merupakan kebajikan satu-satunya dan kalau engkau gagal mendapat kebajikan tersebut maka engkau
akan jatuh ke dalam kesusahan yang adalah penderitaan dan penderitaan itu merupakan kejahatan satusatunya. Jadi jika kita menderita, kita terkena kejahatan dan menjadi korban kejahatan. Jika kita mau lepas
dari kejahatan maka kita harus mendapat kenikmatan. Menurut Bentham, etika harus sesuai dengan
kenikmatan. Etika tidak berurusan dengan penderitaan atau kesusahan. Pikiran ini akhirnya banyak dikritik
oleh banyak tokoh dan dianggap merusak etika. Pandangan hidup hedonisme ini pada mulanya memang
tidak berkembang namun pemikiran ini kemudian dikembangkan secara meluas dan diterima luar biasa
pada pertengahan abad 19 oleh muridnya yaitu John Stuart Mill yang menulis buku "Utilitarianisme". Istilah
inilah yang kemudian meluas.
Utilitarianisme di dalam tangan John Stuart Mill dibungkus dengan satu slogan yang luar biasa indah yaitu
"The greatest benefit for the greatest among the people." Maksudnya carilah manfaat sebanyak-banyaknya
untuk sebanyak-banyaknya orang. Melalui slogan ini dia pikir cocok dengan sifat demokrasi. Utilitarianisme
dengan kalimat yang kelihatannya begitu indah diterima secara begitu merebak, begitu disukai termasuk
banyak orang kristen dewasa ini tergila-gila dengan pikiran tersebut.

Pertama, utilitarianisme memberi peluang besar terjadinya kekacauan, penipuan argumentasi pemikiran
yang sangat mengerikan. Mengapa? karena di tengah-tengah dunia modern ketika orang mengatakan
manfaat terbesar bagi semakin banyak manusia, ini merupakan kalimat yang sangat fiktif. Ini baru bisa
terjadi orang tersebut tidak berdosa. Padahal utilitarianisme dikembangkan oleh orang berdosa dan
dijalankan di tengah dunia berdosa. Jadi dengan kondisi seperti ini slogan tersebut menjadi slogan yang
289
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
fiktif. Misalnya, orang yang mengatakan kedaulatan ditangan rakyat padahal rakyat hanya naik sepeda dia
sendiri naik mercedez.
Kedua, utilitarianisme, akhirnya menyebabkan semua minoritas menjadi tertindas. Mengapa? karena jika
kita bukan orang yang terbanyak maka kita mati. Apabila matipun itu tidak salah, karena ini demi orang
banyak. Jadi minoritas mati tidak apa-apa. Disini prinsip "Survival of the fittest" atau yang kuat yang
menang dari utilitarianisme dinyatakan.
Ketiga, di belakang asas manfaat dari utilitarianisme ini adanya satu format ekonomi yang sangat
mengerikan sekali yaitu mereka mengatakan mari kita mencari manfaat yang sebesar-besarnya dengan
asumsi untuk mendapat manfaat yang sebesar-besarnya. Kalau tidak kita akan rugi. Jadi prinsipnya kalau
saya tidak untung ya saya rugi. Oleh karena itu saya harus mengejar keuntungan dengan cara apapun,
pokoknya untung. Prinsipnya hanya dua, kenikmatan atau penderitaan. Jadi orang utilitarianisme
memikirkan ekonomi dan bukan memikirkan sebagaimana yang Tuhan kehendaki di dalam Kej 2:15 yakni
mengusahakan taman demi kesejahteraan bersama. Prinsip utiliatarianisme bukan demi kesejahteraan
bersama melainkan bagaimana saya mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya. Ini sangat egois!
Cara-cara seperti ini mengakibatkan kita masuk ke dalam pencurian. Mengapa? karena setiap kita hanya
mengejar keuntungan yang tidak halal. Hanya dengan mempermainkan resiko. Bukan karena kerja keras
lalu mendapatkan upah yang berhak kita terima dan kita kerjakan itu sesuai dengan pekerjaan baik yang
Tuhan kehendaki. Bagaimana dengan hidup Saudara saat ini? Apakah kita memiliki etos kerja yang baik,
tidak malas, bekerja keras dengan talenta yang Tuhan berikan untuk mengerjakan pekerjaan baik yang
Tuhan berikan? Dengan demikian nama Tuhan dimuliakan melalui hidup kita.
Amin!
290
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
E
Etto
os
sk
ke
errjja
aK
Krriis
stte
en
n
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
Efesus 4:28/ 2 Teselonika 3:1-15
Efesus 4
28
Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan
melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan
sesuatu kepada orang yang berkekurangan.
2 Teselonika 3
1
Selanjutnya, saudara–saudara, berdoalah untuk kami, supaya firman Tuhan beroleh
kemajuan dan dimuliakan, sama seperti yang telah terjadi di antara kamu,
2
dan supaya kami terlepas dari para pengacau dan orang–orang jahat, sebab bukan semua
3
Tetapi Tuhan adalah setia. Ia akan menguatkan hatimu dan memelihara kamu terhadap
orang beroleh iman.
yang jahat.
4
Dan kami percaya dalam Tuhan, bahwa apa yang kami pesankan kepadamu, kamu lakukan
5
Kiranya Tuhan tetap menujukan hatimu kepada kasih Allah dan kepada ketabahan Kristus.
6
Tetapi kami berpesan kepadamu, saudara–saudara, dalam nama Tuhan Yesus Kristus,
dan akan kamu lakukan.
supaya kamu menjauhkan diri dari setiap saudara yang tidak melakukan pekerjaannya dan
yang tidak menurut ajaran yang telah kamu terima dari kami.
7
Sebab kamu sendiri tahu, bagaimana kamu harus mengikuti teladan kami, karena kami
tidak lalai bekerja di antara kamu,
8
dan tidak makan roti orang dengan percuma, tetapi kami berusaha dan berjerih payah
9
Bukan karena kami tidak berhak untuk itu, melainkan karena kami mau menjadikan diri
siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun di antara kamu.
kami teladan bagi kamu, supaya kamu ikuti.
10
Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada
kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.
11
Kami katakan ini karena kami dengar, bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya dan
tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal–hal yang tidak berguna.
12
Orang–orang yang demikian kami peringati dan nasihati dalam Tuhan Yesus Kristus,
supaya mereka tetap tenang melakukan pekerjaannya dan dengan demikian makan
makanannya sendiri.
13
Dan kamu, saudara–saudara, janganlah jemu–jemu berbuat apa yang baik.
14
Jika ada orang yang tidak mau mendengarkan apa yang kami katakan dalam surat ini,
tandailah dia dan jangan bergaul dengan dia, supaya ia menjadi malu,
15
tetapi janganlah anggap dia sebagai musuh, tetapi tegorlah dia sebagai seorang saudara.
291
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Bagian pertama
Minggu lalu kita telah membicarakan tentang pengaruh dan konsep daripada Utilitarianisme yang sudah
meracun sistem ekonomi, pekerjaan dan etos kerja (hidup bersusila) di tengah dunia sehingga akibatnya
banyak orang salah mengerti dalam menjalankan kerja. Seringkali kalau kita mendengar kalimat, "Jangan
mencuri," kita hanya melihat aspek ketiganya saja yaitu aspek material bahwa mencuri hanya sebatas
mengambil dompet orang lain, tetapi itu bukan yang Alkitab maksudkan. Mencuri adalah ketika saudara
mengambil hak yang bukan hak saudara sehingga akhirnya itu menjadi pencurian, dengan mendapatkan
sesuatu yang bukan milik kita tetapi kita miliki dengan cara yang tidak tepat dan tidak halal. Sehingga
pencurian bukan sekedar mengutil tetapi justru masuk dalam satu aspek yang sangat mendasar dalam
pemikiran Kristen.
"Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan
yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang
berkekurangan." Ini merupakan prinsip yang Alkitab katakan dan hari ini kita akan melanjutkan dengan
aspek kedua yaitu, "Bekerja keraslah!" Di ini kita harus balik pada pengertian etos kerja Kristen
sesungguhnya yang terdapat dalam Kej 2:15 (prinsip ekonomi/ oikos-nomos), yaitu: "Tuhan Allah mengambil …
untuk mengusahakan dan memelihara taman itu," yang kalau kita bandingkan dalam Kej 3:17-19, "… dengan
bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu." Rev. Stephen Tong selalu
mengatakan bahwa abad 20 merupakan abad yang bodoh karena menjalankan filsafat perusak yang dicipta
di abad 19 tanpa koreksi dan secara kritis memperhatikan bahaya yang disodorkan. Salah satu bahaya yang
disodorkan oleh filsafat abad 19 adalah Utilitarianisme (asas manfaat) oleh John Stuart Mill. Filsafat tersebut
sangat bersifat hedonistik, mencari keuntungan pribadi dengan cara kenikmatan duniawi yang luar biasa
ditutup dengan satu slogan yang sangat manis: "Marilah kita memperjuangkan manfaat terbesar bagi orang
yang terbanyak."

1.
Memicu prinsip egoisme dan mereka menyangkal konsep bahwa manusia hakekatnya berdosa,
cenderung melawan Allah, tidak suka pada kebenaran dan lebih suka merugikan orang daripada menjadi
berkat. Konsep Utilitarianisme yang diterima di seluruh dunia membawa dampak terhadap globalisasi yang
menghasilkan penghancuran dunia dan hari ini terjadi kerusakan ekonomi secara global.
2.
Utilitarianisme menjadi perusak yang luar biasa karena akhirnya menjadi asas yang mengabsahkan
penggusuran dan perugian bagi kaum minoritas. Alasan-alasan dengan menggunakan format mayoritas
untuk menyingkirkan kelompok minoritas sehingga mereka tidak mempunyai hak dan kekuatan yang sama
dengan kelompok mayoritas. Betapa bahayanya kalau konsep Utilitarianisme diterima oleh seseorang,
karena itu akan mengorbankan orang lain dan menghancurkan kelompok lain. Konsep ini harus dikikis dari
konsep pikiran manusia, ini harus kita kerjakan dan tularkan pada banyak orang sehingga pikiran kita tidak
diracun oleh konsep tersebut.
3.
Konsep utilitarian menjadi racun yang besar karena pada akhirnya menimbulkan satu konsep
pencurian dengan menggunakan konsep risk and gain, makin besar resiko yang dilalui maka kita makin
berhak untuk untung besar. Sehingga muncul konsep di tengah dunia kalau kita gagal akibat orang lain yang
mencapai untung, maka itu memang resiko yang harus kita tanggung. Hal ini menimbulkan kerusakan moral
dan etika kerja. Yang kuat yang akan menang sudah mensahkan kita boleh menipu orang lain dengan alasan
292
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
bahwa resiko harus kita tanggung sendiri. Ini akibatnya dunia menjadi rusak di dalam ekonomi karena tidak
ada batasan moral terhadap hal tersebut.


1.
Etos kerja Kristen yang sesungguhnya dalam Alkitab.
2.
Bagaimana kita melihat secara paradoks kondisi dari sebelum dan sesudah kejatuhan (antara natur
dengan realita) sehingga kesadaran ini muncul dalam format yang sangat kuat di tengah kekristenan. Satu jiwa
paradoks antara keharusan ideal yang Tuhan tetapkan dengan fakta realita yang berlawanan jauh daripada
apa yang menjadi natur kerja.
3.
Dengan mengerti bagaimana memparadokskan hal diatas maka kita dapat melawan tiga filsafat
dunia yang sangat meracuni konsep kerja.
Dalam Kej 2:15, sebelum manusia dicipta, Tuhan sudah menciptakan alam semesta dan isinya untuk
menjadi tempat manusia berdayaguna dan manusia dicipta adalah untuk mengusahakan dan memelihara
taman tersebut.


Pertama, Allah bekerja dan Ia menginginkan manusia yang dicipta menurut gambar dan rupa Allah juga
bekerja. Ketika kita melihat bagaimana Tuhan Yesus bekerja, Allah yang berinkarnasi adalah Allah yang
menunjukkan contoh bekerja sehingga kita seharusnya malu kalau tidak bekerja. Tuhan mencipta kita
bukan sejak dunia jatuh dalam dosa tetapi sejak dunia berada dalam kemurnian dan kebenaran untuk
mengelola dan memelihara taman. Berarti sejak semula tidak ada natur apapun yang tidak menyetujui
manusia harus bekerja dan ketika tidak bekerja maka kita sedang melanggar natur kita. Tetapi hari ini,
natur ini terus dikikis perlahan-lahan supaya seolah-olah kita boleh terus dipermudah bahkan kalau
mungkin tidak perlu bekerja. Terjadi satu kesalahan efek dari satu sikap dimana sebenarnya melalui
perkembangan teknologi kita dapat mengerjakan lebih banyak hal sehingga tidak dikunci dengan pekerjaan
yang dapat digantikan oleh mesin dan kita dapat mendayagunakan pikiran, tenaga untuk mengerjakan halhal yang membutuhkan bijaksana, kemampuan serta ketrampilan yang hanya dapat dikerjakan manusia
sebagai mahluk yang lebih tinggi daripada sekedar mekanik.
Natur kerja yang Tuhan ingin manusia kerjakan harus selalu mengandung dua unsur yaitu mengusahakan
dan memelihara sehingga ekonomi dapat berjalan dengan benar. Ekonomi modern sedang menghadapi
tantangan besar karena menghadapi ketegangan antara dua beban besar, di mana di satu pihak gerakan
rasionalisme dan perkembangan teknologi telah salah mengerti konsep mengusahakan menjadi satu citra
eksplorasi yang liar luar biasa sehingga pemeliharaan tidak dikerjakan. Tetapi di lain pihak, ajaran New Age
movement mengajarkan ‘back to nature’ dengan hanya memelihara tanpa mengembangkan alam.
Memelihara tanpa mengusahakan alam merupakan perusakan pasif terhadap alam. Oikos-nomos di
dalamnya harus selalu mengandung dua unsur yaitu mengembangkan dan memelihara, itulah yang disebut
dengan etos kerja Kristen dan kedua hal itu harus dijalankan secara bersama (paradoks). Sehingga waktu
saudara menjalankan apa yang Tuhan tuntut dalam Kej 2:15 maka saudara dapat dipakai Tuhan di tengah
dunia untuk menyadarkan bagaimana mereka seharusnya bekerja.
293
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Kedua, natur kerja yang sudah ditata oleh Tuhan begitu rupa, menjadi satu natur yang seharusnya begitu
indah dan dapat dikerjakan secara tepat, sekarang oleh manusia dirusak karena manusia melawan dan
menghancurkan prinsip yang Tuhan tetapkan. Kalau sebelum manusia jatuh antara ideal dengan realita
terjadi keselarasan yang sangat indah tetapi ketika manusia telah jatuh maka tingkat natur ideal menjadi
senjang jauh dengan realita yang dihadapi. Bumi, tempat kita garap sudah tidak bersahabat lagi sehingga
akhirnya segala pekerjaan yang seharusnya menjadi natur yang cocok dengan jiwa kita sekarang menjadi
sesuatu yang sangat menyulitkan dan menyusahkan serta kerja keras dengan berpeluh sampai kita boleh
mencapai apa yang kita mau kerjakan (Kej 3:17-19). Idealisme kerja yang Tuhan tanam di dalam diri manusia
tidak hilang, tetapi realitanya sekarang bertentangan sama sekali dari fakta itu. Seringkali ketika kita
menghadapi situasi seperti ini, hati kita mulai berontak karena di satu pihak natur kerjanya masih menuntut
untuk mau bekerja tetapi begitu berhadapan dengan realita kesulitan yang begitu besar, hatinya mulai
memberontak bahkan tidak rela karena faktanya begitu susah dan menyakitkan. Itu semua karena kita
sedang mencoba melinierkan dan bukannya memparadokskan antara dua hal tersebut. Kalau kita kembali
pada Firman Tuhan hari ini, kita tahu bahwa terjadi konflik antara idealisme dengan realita yang tidak kita
selesaikan secara paradoks tetapi secara linier. Bagaimana realita yang begitu jelek dan ideal yang begitu
indah digarap dan dipertemukan dalam perkembangan pertumbuhan sampai akhirnya mencapai apa yang
harus kita kerjakan di dalam hidup kita. Kalau kita tidak mampu demikian maka akibatnya kita tidak mampu
bekerja secara tepat di tengah dunia dan akhirnya konsep kerja kita berubah menjadi konsep materialis.
Ini yang harus kita waspadai karena kalau hal ini terjadi maka langsung ada beberapa filsafat yang akan
membuka mulutnya untuk menelan kita.
1.
Hedonisme (filsafat Garfield). Garfield adalah satu figur yang sengaja disodorkan sebagai figur
hedonisme modern yang selalu menyodorkan filosofi hedonostik dengan slogan dan penampilannya yang
menggambarkan kemalasan kerja.
2.
Utilitarianisme
3.
Humanisme. Filsafat ini sengaja ditiupkan supaya akhirnya menimbulkan dampak orang ingin
mendapatkan keuntungan secara membabi buta dan mendapatkan perlakuan yang sangat baik padahal ia
tidak bekerja. Orang Kristen harus belajar menempatkan belas kasihan secara tepat. Berdasarkan etos
kerja, seseorang berhak mendapatkan upahnya dan hidup secara layak. Dunia kita ini selalu mengalami
penyimpangan dalam pola berpikir kerja karena filsafat dunia berusaha menyodorkan konsep-konsep yang
tidak tepat dan tidak sesuai dengan kebenaran Firman. Bagaimana saudara dan saya, dengan jiwa dan
sistem kerja yang kita pakai? Bagaimana saudara dan saya menjadi orang-orang yang dipakai Tuhan untuk
bekerja di tengah dunia secara tepat serta bagaimana kita menularkan prinsip dan etos kerja kepada orang
lain, sehingga banyak orang yang disadarkan bahwa cara kerja yang tidak beres akan merusak seluruh
masyarakat. Cara kerja yang tepat, yang kembali kepada Firman adalah yang membawa kita kepada
kebenaran.
Bagian kedua
Beberapa saat ini kita terus memikirkan tentang bagaimana Kekristenan menegakkan prinsip etos kerjanya.
Kekristenan adalah manusia yang secara natur dalam dirinya dicipta dengan jiwa dan natur bekerja, seperti
dalam Alkitab dikatakan mengusahakan dan memelihara taman dan itu dijalankan secara seimbang. Hal itu
sesuai dengan prinsip dasar ekonomi (oikos-nomos) yaitu bagaimana kita diberi akal budi dan kemampuan,
dipanggil oleh Tuhan menjadi pengelola sehingga menyejahterakan semua bagian. Manusia diberi kuasa
294
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
pengelolaan namun juga harus bertanggungjawab terhadap pemberi otoritas, sehingga ketika bekerja itu
harus direlasikan dengan bertanggungjawab terhadap Tuhan. Ini yang menjadikan kita harus sadar posisi
kita secara tepat. Waktu saya sedang membahas hal ini, salah satu masalah yang paling serius dibicarakan
dalam bagian ini adalah dalam 2 Tes 3 di mana seolah-olah Kekristenan menjadi agama yang penuh cinta
kasih sehingga harus berbelas kasihan, memberikan segala sesuatu dan memperhatikan kemiskinan dengan
luar biasa. Kekristenan memang merupakan agama cinta kasih tetapi itu tidak sedemikian saja dilakukan
karena kita harus mengerti bagaimana memberi secara tepat. Sehingga Paulus mengingatkan dengan
perkataan, "Kami katakan ini karena kami dengar, bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak
bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna" (2 Tes 3:11). Dan dikatakannya pula, "…, jika
seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." Saya rasa prinsip ini harus tegas sehingga kita mengerti
bagaimana kita harus berdaya guna. Ketika mempersiapkan bagian ini, saya tertarik dengan satu buku yang
ditulis dua orang Belanda, profesor bidang sosiologi dan sosial dari World Council of Churches (Dewan Gerejagereja sedunia). Buku "Dibalik Kemiskinan dan Kemakmuran" (Beyond Poverty & Affluence) oleh Bob Goudzwaard
dan Harry de Lange diterbitkan Yayasan Kanisius, 1998. Di dalam membicarakan aspek kekayaan dan
kemiskinan, mereka mengemukakan enam paradoks permasalahan yang kita hadapi. Mereka membuka
fakta 6 paradoks di tengah abad modern yang berkembang yang kelihatannya sangat bertentangan tetapi
sebenarnya sangat terkait satu sama lain.
1.
Paradoks Kelangkaan
Di tengah kekayaan manusia yang seharusnya dapat dipakai untuk mengelola kesejahteraan manusia tetapi
justru terjadi kelangkaaan yang bukan disebabkan oleh tidak adanya kekuatan mendayagunakan namun
karena begitu banyak produksi yang diperlakukan secara tidak beres. Berjuta liter susu dibuang di sungai
padahal banyak anak dalam kondisi kekurangan gizi dan membutuhkan susu. Demikian juga halnya dengan
jeruk yang seharusnya dapat menjadi vitamin tanpa harus minum minuman yang mengandung bahan kimia
tetapi itu semua dihancurkan demi harga produksi menjadi tidak murah. Ketika daya begitu besar, pada
saat yang sama terjadi pengerusakan dan penghancuran sumber yang seharusnya dapat dipakai oleh
manusia.
2.
Paradoks Kemiskinan
Ketika negera-negara adidaya semakin kaya, namun peningkatan kemiskinan persentasinya lebih besar
daripada peningkatan incomenya karena hanya sekelompok orang yang bertambah kaya. Seperti yang
pernah saya katakan bahwa jikalau tidak hati-hati maka di Indonesia akan tercipta generasi pengemis dan
orang-orang yang menciptakan citra kemiskinan masa depan. Karena sistem, pola dari cara kerja atau
kebijaksanaan pemerintah telah kehilangan harga diri sehingga menjadikan kita mudah menjadi pengemis.
Sungguh paradoks karena di satu pihak kita melihat dunia semakin hari semakin sejahtera dan makmur
namun kenyataannya tidak meniadakan jumlah pengemis yang semakin meningkat jumlahnya.
3.
Paradoks Sensitifitas Keperdulian
Di satu pihak harusnya setiap kita makin maju dan makmur, semakin memikirkan kesejahteraan orang lain
tetapi justru sebaliknya, berpikir bagaimana dapat menggunakan dan memanipulasi orang lain. Karena etos
dan format kerja yang dicipta begitu rupa dengan jiwa utilitarian yang begitu menguasai dan
mencengkeram seluruh cara hidup kita.
295
4.
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Paradoks Ketenagakerjaan
Di satu pihak banyak yang membutuhkan tenaga kerja tetapi dilain pihak tidak ada tenaga kerja yang
memadai dan tidak adanya kesempatan bekerja karena tidak adanya kemampuan untuk pekerjaan yang
dibutuhkan, sehingga pengganguran semakin meningkat. Di sini persoalannya adalah bagaimana mendidik
dan menuntut kualitas orang bekerja untuk masuk dalam garis manusia. Fakta yang harus kita lihat di mana
berjuta tenaga kerja bekerja dalam kondisi non human karena seringkali mereka sengaja tidak diberikan
kesempatan agar kualitas mereka meningkat supaya mereka dapat diatur dan dimanipulasi. Itu merupakan
pemikiran yang sangat pragmatis dan mengakibatkan kerugian besar karena berarti mereka tidak mampu
memikirkan kesejahteraan secara totalitas.
5.
Paradoks Waktu
Makin kita mempunyai kemampuan teknologi yang mengefisienkan waktu namun kita bukan semakin
kelebihan waktu tetapi justru kekurangan waktu dan semakin kekurangan kemampuan untuk menata
waktu. Alkitab menuntut keseimbangan bekerja secara tepat. Yang pertama, Kekristenan menuntut kita
memberikan waktu untuk melayani dan mencurahkan pikiran bagi Tuhan (Ef 4:1-16). Kedua, Tuhan
memanggil kita untuk dikirim kembali ke dalam dunia, bekerja, menghasilkan buah dan menjadi contoh.
Ketiga, bagaimana kita menjadi orang yang hidup sepadan di tengah keluarga sehingga mampu melayani
Tuhan, bekerja serta memberikan kesaksian yang baik di tengah keluarga (Ef 5). Ini kembali pada pengertian
kita tentang apa itu kerja, bagaimana kerja yang tepat dan diseimbangkan dengan pelayanan, keluarga
serta semua aspek yang lain.
6.
Paradoks Kesehatan
Ketika negara makin maju, ternyata penyakit juga semakin banyak. Kemajuan teknologi, perkembangan
sosial masyarakat tidak menjadikan manusia bertambah sehat. Goudzwaard dan de Lange menyatakan tiga
problem utama yang menyebabkan terjadinya keenam hal di atas, yaitu:
1.
Kemiskinan.
2.
Ketenagakerjaan,
3.
Environment (lingkungan). Namun saya sangat tidak setuju dengan solusi yang sangat humanis yang
mereka kemukakan yaitu, "Mari kita kembali pada inti Ekonomi, man and his needs (manusia dan
kebutuhannya)." Sebab Firman Tuhan mengajarkan bagaimana saya bertanggungjawab di hadapan Allah
mengelola alam semesta demi kesejahteraan manusia. Kalau manusia hanya memikirkan kebutuhannya
maka yang menjadi pusat adalah manusia dan itu akan merusak seluruh system karena yang terjadi adalah
saling berbenturnya kebutuhan yang akhirnya menjadi titik terciptanya destruksi dan tidak adanya
penyelesaian apapun.
Selanjutnya, bagaimana kita menurunkan format Kristen yang seharusnya di dalam bekerja? Kembali pada
Kej 2:15 dan Ef 4:28 yang kemarin kita pelajari yaitu mari kita mulai bekerja keras memikirkan pekerjaan baik
yang telah dipersiapkan Allah sebelumnya dan mengerjakannya dengan tangan kita sendiri supaya dapat
menjadi berkat bagi orang lain. Dengan demikian citra kerja Kristen:
1.
God Centre Work (kerja yang berorientasi kepada Allah) dan bukan kepada diri, uang, kenikmatan serta
sekularisme atau keduniawian. Mari kita mulai berpikir mengubah paradigma total, yang berarti mengubah
296
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
dari format dasarnya menjadi: "Segala sesuatu adalah dari Allah, kepada Allah, dan untuk Allah, bagi Allah
kemuliaan untuk selama-lamanya." Sehingga bagaimana bagaimana kita bekerja dan mulai studi hingga
mulai menyelesaikan dan sampai masuk ke dunia kerja memikirkan pekerjaan apa yang Tuhan bebankan
kepada kita itulah yang akan kita genapkan. Sekalipun mungkin beban begitu besar namun kita mempunyai
kekuatan untuk menerobos dan tidak mudah patah karena itu dikerjakan bukan demi kepentingan kita
sendiri.
2.
Orientasi kerja berada di dalam tanggung jawab dan bukan hasil. Seringkali waktu kita bekerja dan
sekolah selalu orientasinya pada hasil dan akibatnya kita tidak mungkin mencapai ketenangan. Dalam
Alkitab dikatakan bahwa berikanlah kepada kami makanan kami yang secukupnya hari ini, sehingga di sini
kita belajar bagaimana dapat bersandar, tahu mana bagian Tuhan dan bagian kita.
3.
High Quality Effort (perjuangan mencapai kualitas tertinggi yang mungkin kita capai). Orang Kristen tidak
pernah diajar untuk berbanding dengan orang lain, semangat kerja mengejar mutu yang tertinggi yang kita
mampu perjuangkan, tidak pernah takut susah dan mau berkembang mencapai titik maksimal, itu yang
harus kita munculkan. Kalau kita berhenti, kecuali itu merupakan titik maksimal maka itu berarti kita sangat
tidak bertanggungjawab untuk setiap talenta yang Tuhan berikan.
4.
Truth Ethics (etika yang sejati). Truth ethics adalah panggilan kerja Kristen. Orang Kristen bukan hanya
sekedar semangat kerja keras tetapi dalam Ef 4 dikatakan "melakukan pekerjaan baik" berarti pekerjaan itu
harus mencapai kualitas etik tertentu yaitu kalau ketiga hal yaitu tujuan, motivasi dan caranya baik. Ini
merupakan satu prinsip yang penting di dalam cara bekerja! Karena kalau orang Kristen bekerja namun
tidak dapat menjadi garam di tengah dunia kerja, maka seperti dalam Alkitab dikatakan, kalau garam
asinnya telah hilang maka tinggal dibuang dan diinjak orang.
5.
Altruistic Consideration (pertimbangan altruistik/ memikirkan berkat bagi orang lain). Berpikir bahwa apa yang
Tuhan percayakan kepada kita juga harus disalurkan pada orang lain karena baik otak, kemampuan,
kesempatan, harta dan segala sesuatu adalah dari Tuhan. Sehingga dikatakan ketika kita bekerja keras
melakukan pekerjaan baik dengan tangan kita, supaya kita dapat dan dimampukan oleh Tuhan untuk
memberi bagi mereka yang membutuhkan di dalam kekurangan.
6.
Menjadi berkat buat seluruh alam semesta. Bagaimana kita bekerja mendayagunakan dan
mengembangkan seluruh budidaya dan potensi alam untuk kesejahteraan seluruh alam. Sehingga kerja
Kristen merupakan kerja yang memikirkan 6 aspek yang menjadikan seluruh cara kerja dari mulai studi
hingga bekerja akan diberkati sehingga kita mempunyai keunikan dalam bekerja. Mungkin tidak mudah
mendobrak konsep yang bertahun-tahun saudara pegang, tetapi saya minta setiap kita mempunyai jiwa
mengubah konsep tersebut, berproses satu langkah demi satu langkah maju, mengubah cara kerja, hidup
pelayanan dan seluruh inti utama dari kerja dan studi kita supaya boleh kembali untuk kemuliaan Tuhan.
Bagian ketiga
Hari ini kita akan melanjutkan membahas satu ayat yang saya harap dapat menjadi ciri yang membentuk
mentalitas dan ethos kerja kita sebagai seorang anak Tuhan. “Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri
lagi tetapi baiklah ia bekerja keras, dan melakukan pekerjaan baik dengan tangannya sendiri, supaya ia
dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan.” Berhenti mencuri, seperti beberapa
minggu yang lalu telah kita bahas, bukan sekedar seperti maling yang mencuri barang, dan bukan berarti
pula bahwa orang yang bekerja keras pasti bukan pencuri. Sebab ada juga pencuri yang mencuri dengan
297
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
teknologi canggih dan bekerja keras dengan jam kerja yang kadangkala lebih panjang dari orang yang
bekerja secara umum di kantor-kantor, sehingga dengan demikian mereka justru tidak bermoral dalam
tugas dan etika kerjanya. Oleh sebab itu, etos kerja merupakan upaya bagaimana kita mengerti hakekat
kerja yang sesungguhnya, dan kita tidak cukup hanya melihat secara fenomena tetapi harus masuk kedalam
motivasi dari kerja yang sesungguhnya.
Salah satu hal yang begitu menyentuh ketika merenungkan ayat ini, saya membayangkan Pdt. Stephen Tong
waktu kemarin memimpin rapat. Seorang yang berusia 60 tahun dengan beban yang begitu besar dan berat,
namun mampu bekerja dengan penuh semangat, dan setelah ia mendapat berkat maka berkatnya ia bagi.
Bekerja keras, tidak takut susah dan berani mengalami pengorbanan demi mengerjakan pekerjaan baik
dengan tangannya sendiri untuk menghasilkan sesuatu. Hal kedua yang saya belajar kemarin adalah di
mana kita menggumulkan bagaimana gereja menghadapi moralitas jaman? Kalau kita menghadapi situasi
seperti ini, maka bagaimana kita masih dapat menggumulkan panggilan iman kristen kita? Kekristenan
termasuk teologi Reformed bukan merupakan doktrin yang hanya di otak tetapi teologi yang mau
menyatukan pengertian esensial iman Kristen yang harus diterapkan di dalam kehidupan. Dan hari ini kita
akan melihat bagaimana etos kerja itu dibicarakan. Kita sekarang hidup di tengah terpaan slogan-slogan
yang sangat humanis, egois dan hedonistik yang disodorkan di depan diri kita yaitu tidak mau kerja atau
hidup susah tetapi mau hidup nikmat sehingga akibatnya kita menjadi orang yang hidup seperti Garldfield.
Apa sebenarnya etika kerja? Kalau di Alkitab dikaitkan antara jangan mencuri dengan pekerjaan baik,
berarti di sini kita melihat adanya etika kerja di dalam kerja. Sonny Keraf, di bagian belakang bukunya yang
berjudul “Etika Bisnis (tuntutan dan relevansinya),” mengatakan, “Etika bisnis adalah tuntutan bahwa bisnis
harus beretika mutlak tidak dapat ditawar jika bisnis ingin berkembang dan lestari.” Kalimat itu sangat
tepat, namun sayang di dalam solusinya ia tidak memberikan penyelesaian yang tuntas sekalipun ia sangat
berusaha menguraikan dari aspek kekristenan. Sehingga di sini saya merasakan pentingnya kita lebih tajam
lagi melihat bagaimana etika dalam satu kehidupan itu merupakan satu kemutlakan. Dan kalau kita masuk
di dalam satu etos kerja maka etika kerja merupakan syarat mutlak yang tidak boleh ditiadakan atau
menjadi heteronom (tidak boleh tergantung pada individu).
Ketika saudara mengabaikan tuntutan etika dan moralitas dalam hidup saudara, itu akan menjadi ekses
saudara menghancurkan orang lain dan yang paling parah menghancurkan diri sendiri tanpa disadari. Etika
sekarang justru digeser menjadi etika relatif, yaitu baik dan jahatnya jika hal itu diperhitungkan merugikan
orang lain. Selama tidak merugikan orang lain maka seolah-olah itu menjadi hak kita untuk melakukan dan
mengembangkan apa saja. Indonesia hari ini mengalami kerusakan seperti ini karena kita tidak mempunyai
moralitas dan kemutlakan hukum. Kalau dunia sudah mulai masuk dalam semangat dan cara berpikir
demikian, maka betapa rusaknya seluruh cara penyelesaian ini. Dosa yang sudah dikerjakan, pelanggaran
hukum dan perusakan etika ketika satu kali saudara lakukan, ingatlah bahwa hari itu saudara sedang
mengalami kerugian yang terlalu besar karena saudara sedang mencacatkan sejarah hidup yang tidak akan
pernah dapat dihapus kembali, karena itu sudah ditandai dengan tanda kekekalan di dalam dosa. Ketika
Paulus begitu giat menganiaya orang Kristen maka setelah bertobat sejarah cacatnya tidak pernah dapat
dihapus habis dari sejarah hidupnya, sehingga setiap kali ia pergi ke satu kota dicurigai walaupun ia sudah
mencoba membuktikan bahwa ia melayani secara sungguh-sungguh. Sehingga di sini etika merupakan
tuntutan tegar yang harus kembali di tengah kehidupan Kristen. Yang kedua, Etika tidak boleh
dipermainkan. Etika merupakan satu tuntutan yang mutlak harus kita kerjakan karena etika menyangkut
tata hidup seseorang yaitu bagaimana ia hidup berelasi dengan sesama, alam dan Tuhan. Ketika kita hidup
di dalam satu tatanan norma etika maka di situ dapat dan mutlak akan terjadi perbedaan konsep dan
298
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
persepsi karena ada dua pihak yang akan mencapai satu tuntutan etika yang berbeda. Dan kalau kita berdiri
di atas satu relatifitas konsep di mana relasi harus terjadi di dalam konsep etika maka mau tidak mau kita
harus mempunyai standar mutlak dan ada satu kemutlakan sejati yang harus kita terima. Yang berhak
menentukan saudara baik atau jahat bukanlah manusia tetapi harus firman yang menghakimi dan menjadi
patokan dari semua unsur serta penilaian etika yang harus dikerjakan di tengah dunia. Ini adalah dua basis
pengertian dasar di dalam kita membicarakan etika. Bagaimana kita melihat etika tentang permainan Falas
dan Saham pada jaman ini di mana itu merupakan perusakan cara kerja yang tidak beres dan tidak ada
bedanya dengan membuka kasino sebanyak-banyaknya. Tetapi justru cara kerja dan etika moral seperti ini
yang dipromosikan begitu besar di dunia termasuk dalam universitas Kristen. Kalau kita memikirkan hal
seperti ini maka bagaimana kekristenan mempunyai nilai yang sejati di dalam membicarakan masalah
moral. Bekerjalah keras! Di sini tidak ada prinsip perjudian di tengah kekristenan, dan ini prinsip keras yang
ditekankan oleh firman. Tanpa kerja keras maka tidak ada hasil yang boleh dicapai.
Standar kembali kepada firman menjadi basis etika yang menentukan apa yang benar dan itu menjadi satu
titik tolak didalam seluruh pola pikir kita. Ketika kita mulai membicarakan etika, maka di sini kunci pertama
yang dikatakan Paulus yaitu, “Bekerja keras.”

1.
Effort (upaya/ kesungguhan). Kalau kita mencari pekerjaan yang tidak susah, tidak perlu tenaga dan
otak serta menghasilkan uang banyak maka itu pasti bad work/evil work. Ketika Kristus datang ke tengah
dunia, Ia tahu bahwa perjalanan hidupnya adalah perjalanan Via Dolorosa (jalan salib). Dan dari sejak mulai
pelayanannya Yesus dengan sikap tegas mau bekerja keras dari pagi hari sebelum matahari terbit hingga
malam hari ketika matahari sudah terbenam dan akhirnya hingga naik ke kayu salib. Orang yang tidak
mempunyai jiwa kerja (perjuangan) tidak akan pernah hidup dan kalau terus dipaksakan maka ia akan
menjadi pelaku kejahatan. Kalau kita punya otak dan pengertian yang baik maka bagaimana kita dibangun
mentalitasnya sehingga mempunyai semangat kerja yang beres dan mempunyai jiwa tidak takut susah
untuk bekerja dan menghasilkan sesuatu yang baik dengan tangan kita.
2.
Good work is an Quality (bekerja adalah menginginkan hasil yang terbaik untuk dipersembahkan kepada Tuhan).
Aristoteles mengatakan, “Very difficult to find out what is good.” Kecuali kembali kepada standar sejati
daripada kebajikan karena tidak ada kebajikan yang memadai. Seperti dalam Mat 19:16-26 Yesus menjawab
orang muda yang kaya dengan mengatakan, “Hanya Satu yang baik.” Di tengah dunia yang pragmatis hari
ini kita seringkali bekerja dengan sembarangan dan semangat pragmatis yang begitu menguasai kita, di
mana semua tidak memikirkan bagaimana untuk mencapai kualitas yang memadai. Tuhan menuntut kita
bekerja dengan kualitas maksimum yang Ia bebankan kepada kita dan masing-masing kita diberi kualitas
yang berbeda oleh Tuhan. Sehingga kualitas di mata Tuhan bukan diperbandingkan dengan orang lain
tetapi berapa yang dituntutkan kepada kita, itu yang harus kita penuhi. Dengan demikian setiap kita
memikirkan yang terbaik yang dapat kita kerjakan di hadapan Tuhan.
3.
Good Work is a Result (hasil). Pekerjaan baik bukan sekedar perjuangan lalu mengidamkan sesuatu
yang terbaik tetapi akhirnya tidak dilakukan sama sekali. Seharusnya kita sadar akan anugerah keselamatan
yang diberikan Tuhan dengan harga yang sangat mahal dan pekerjaan baik yang Ia limpahkan kepada kita
sehingga apa yang kita kerjakan seharusnya kita pertanggungjawabkan kembali kepada Tuhan. Dan
kesadaran itulah yang dapat membuat kita untuk tidak berhenti bekerja keras. Selama Tuhan masih
memberikan kesempatan kepada kita untuk bekerja maka ingatlah bahwa kerja itu anugerah yang Tuhan
299
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
percayakan dan apabila Tuhan mau ambil maka dalam tempo satu haripun itu semua dapat lenyap. Saya
harap apa yang menjadi contoh dan pergumulan para tokoh firman dan sejarah, seperti: John Calvin, dsb.
dapat mendorong kita untuk berani menggarap dengan baik apa yang Tuhan percayakan kepada kita.
Pekerjaan baik merupakan bagian daripada tuntutan moral yang harus kita kerjakan dengan keras. Di
sinilah kita melihat bahwa pekerjaan baik dikaitkan kedalam diri kita, dan kadangkala kita dapat terjebak
masuk ke dalam dua konsep yang berbahaya sekali:
Kita dapat menjadi work alkoholic (orang yang gila kerja dan kalau tidak bekerja, ia akan mati). Dan work alkoholic
dapat menimbulkan satu dampak atau timbal balik di mana seolah manusia tidak perlu kerja sehingga hal
itu mengakibatkan dampak yang sangat negatif serta menghancurkan seluruh keseimbangan. Paulus
memberikan gambaran yang sangat cermat dengan mengatakan, “Bekerja keras untuk melakukan
pekerjaan baik.” Dan dua unsur itu tidak boleh dilepaskan. Yesus memberikan contoh yang indah, “Bapa-Ku
bekerja sampai hari ini dan itu alasannya Aku bekerja juga.” Sehingga pekerjaan manusia gambarkan
sebagai miniatur pola yang harus kembali kepada Tritunggal sebagai dasarnya. Seorang tokoh yang pernah
belajar teologi namun menjadi atheis dan akhirnya gila yaitu Friedrich W. Nietzsche (abad 19), seorang filsuf
yang terkenal dengan istilah The dead of God Theology dimana di dalam seluruh bukunya ia berjuang keras
untuk membunuh Allah secara konsep. Namun satu hal yang dikatakannya dalam konsep tersebut adalah di
mana etika merupakan satu ilmu untuk menghimbau manusia supaya mempunyai moralitas tuan dan
bukan moralitas budak atau hamba. Sehingga etika bukan berarti kita didikte, dijepit dan dimatikan dan
akibatnya tidak mempunyai pilihan ya atau tidak. Seperti dalam Yoh 8 dikatakan bahwa di dalam ketaatan,
kebebasan kita kerjakan secara bertanggungjawab. Begitu kebebasan kita dicabut oleh Tuhan, maka saat
itulah kita berada dalam keterjepitan yang dikatakan oleh Agustinus, non posse non peccare (tidak dapat tidak
berdosa), yang artinya ia mau tidak mau berada dalam belenggu dosa dan yang paling parah, kita kehilangan
seluruh kebebasan tersebut. Mari kita kembali pada prinsip bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang
baik sehingga cara kerja kita sungguh-sungguh bertanggungjawab dihadapan Tuhan. Dan suatu ketika kita
dapat berkata kepada Tuhan bahwa ini yang telah saya kerjakan di hadapan Tuhan dan saya
pertanggungjawabkan semua ini di hadapan-Nya. Barangsiapa sudah berada di dalam Tuhan maka ia pasti
dimampukan untuk mengerjakannya, sekalipun banyak kesulitan yang akan dihadapi. Mari kita bersamasama mengerjakannya dengan penuh bertanggungjawab di hadapan Tuhan.
Bagian keempat
Saudara, ketika merenungkan ayat yang relatif pendek ini, saya melihat satu hal yang begitu agung di dalam
seluruh prinsip ekonomi Kristen yang Paulus ungkapkan. Di mana dikatakan, “Orang yang mencuri,
janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan
tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan.” Kalau kalimat
ini hanya sampai pada ‘melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri,’ maka nilai tambah
ekonomi Kristen belum terlihat secara tuntas. Di dalamnya memang sudah terdapat satu prinsip yang
begitu penting di mana kalau seseorang tidak bekerja maka sewajarnyalah ia tidak usah makan (secara
kasarnya). Itu kalimat yang diungkapkan oleh Alkitab dengan begitu tegas bahwa Tuhan menginginkan kita
bekerja dan dengan demikian kita boleh menghasilkan nilai sebagai crown of the univers (mahkota ciptaan).
Orang dunia juga mempunyai filsafat yang sama dalam hal ini sehingga akhirnya menjadi satu pengertian
umum yang dianggap sangat positif di dunia.
300
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Secara dunia kalau kita bekerja dan akhirnya menghasilkan sesuatu, maka itulah yang dikatakan hasil jerih
payah dan milik kita sehingga kita boleh mempergunakan dan menikmatinya. Namun di sini kita melihat
bahwa Paulus justru mengkontraskan bagian pembuka dengan bagian terakhir dari ayat tersebut, karena
disitulah titik balik daripada paradigma hidup dan kerja kita. Justru ketika kita telah mendapatkan sesuatu
biarlah didalam hati kita ada keinginan untuk berbagi dengan mereka yang berada di dalam kesulitan. Inilah
yang disebut dengan jiwa altruistik dan bukannya jiwa egoistik. Di dalam dunia etika dikontraskan antara
semangat egoistik dengan altruistik. Semangat egoistik adalah semangat di mana orang mau mencari
kepentingan diri sendiri. Tetapi justru dalam Alkitab dikatakan, “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan
oleh dia, kepada dia, bagi Dialah kemuliaan untuk selama-lamanya, Amin.” Maka di sini terjadi satu kontras
antara semangat yang mau mencari kepentingan diri sendiri dengan jiwa yang mau memperhatikan dan
menjadi berkat bagi orang lain. Di sinilah saya merasakan keagungan yang Tuhan berikan dan ini
menjadikan seluruh daripada prinsip iman Kristen mengerti pekerjaan dibangun secara tuntas. Mari kita
mulai melihat mengapa kita dituntut oleh Tuhan mempunyai altruistik action sehingga setelah kita bekerja
dan mendapat sesuatu kita mempunyai kekuatan untuk berbagi dengan orang-orang yang berkesulitan.
Betapa indahnya kalau kekristenan mempunyai semangat seperti ini!


1.
Kita harus sadar bahwa apapun yang ada pada kita secara hakekatnya bukan milik kita tetapi harta
yang dipercayakan Tuhan kepada kita. Firman Tuhan dalam Ef 2:8-10 menjelaskan dengan tegas bahwa kita
diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia
mau, supaya kita hidup di dalamnya. Maka kalau saudara dan saya dapat bekerja di dalam jalur Tuhan, itu
merupakan anugerah yang Tuhan persiapkan bagi kita, dan sebaliknya kalau kita menghasilkan sesuatu itu
anugerah yang harus dikembalikan kepada Tuhan. Seperti dalam prinsip perumpamaan talenta, ketika
Tuhan memerintahkan kita bekerja maka Ia memberikan perlengkapan kerja yang cukup dan talenta bagi
kita untuk bekerja.
Dalam konteks saat itu, satu talenta bukan merupakan angka yang kecil karena berkisar antara 5 juta
(sebelum dolar naik) dan itu merupakan modal yang cukup bagi kita untuk menghasilkan suatu usaha. Semua
yang kita mililki baik tenaga, kepandaian/otak dan kesempatan studi merupakan anugerah Tuhan dan
jikalau Tuhan tidak memberikan talenta itu kepada saudara maka tidak mungkin saudara dapat bekerja.
Beberapa saat yang lalu ketika terjadi kasus Mataram, saya mendengar ada orang yang dalam satu hari
seluruh hartanya habis terbakar sehingga ia hanya dapat keluar dengan apa yang menempel di badannya
dan sedikit apa yang ia dapat bawa. Kadang saya memikirkan, mungkinkah kita mempunyai konsep pikiran
posesif (pemilikan harta, anak, dsb) secara tepat seperti Ayub, sehingga ketika seluruh miliknya dihabisi atas
perkenanan Tuhan, ia tetap dapat memuji nama Tuhan. Ayub tidak berdosa sedikitpun karena ia tahu tepat
apa yang menjadi haknya dan yang bukan. Di tengah kekristenan saat ini, berapa di antara kita yang benarbenar mempunyai pemikiran seperti ini, sehingga ketika kita sudah mendapatkan sesuatu kita dapat
berbagi dengan orang lain. Itulah satu persekutuan yang Tuhan inginkan dimana kita saling memperhatikan
dan berbagi.
2.
Karena inilah citra persekutuan Kristen, esensi dari umat Allah dan misi pekerjaan Allah. Yesus
pernah berkata, “Hendaklah kamu saling mengasihi, dengan demikian orang akan tahu bahwa kamu adalah
murid-Ku dan dengan demikian Bapa-Ku dipermuliakan” (Yoh 13:34-35). Ketika kita diajar Tuhan untuk
mengasihi, kasih yang kita miliki seharusnya tidak sama dengan yang dimiliki oleh dunia. Jemaat adalah
301
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
jemaat yang harusnya saling memperhatikan satu sama lain, saling menguatkan, menopang dan saling
membangun. Saya rasa kita perlu merombak dan menyadarkan jemaat untuk saling mengasihi. Kita bukan
datang ke gereja karena ingin mencari dan menuntut sesuatu sebab itu semua hanya akan mendatangkan
kerugian. Tetapi siapa yang berada dalam pekerjaan Tuhan, berjiwa membagi sehingga akhirnya semuanya
mendapatkan, dan dengan demikian kita akan selalu mau memikirkan orang lain lebih daripada diri kita
sendiri. Inilah cinta kasih sejati!
3.
Merupakan jiwa seorang yang bermartabat (jiwa seorang yang mempunyai semangat tuan). Dalam bukunya
Grow in Grace, Sinclair B. Ferguson mengambarkan satu hal yang begitu indah, di mana ketika seseorang
mulai dinobatkan menjadi raja atau mencapai kedudukan tertentu biasanya ia langsung melakukan
perbuatan amal seperti membagikan hadiah, memberikan grasi pada beberapa ratus narapidana, dsb. Ini
menunjukkan bahwa seseorang yang mendapatkan kedudukan yang baik ia mendapat hak membagi
sebagai tanda otoritas seorang tuan. Jiwa seperti ini dimengerti di tengah dunia tetapi justru seringkali
orang Kristen tidak sadar bahwa Tuhan mencipta kita menjadi seorang yang bernilai tuan, bahkan mencapai
posisi sebagai “The Second Lord” sesudah Tuhan yang menjadi tuan atas alam semesta. Namun sayang,
justru seringkali jiwa tuan ini tidak ada di dalam diri kita dan sebaliknya muncul jiwa pengemis. Itu
sebabnya saya ingin kita memikirkan baik-baik bagaimana jiwa kerja yang sesungguhnya. Jiwa pengemis ini
yang saya rasa perlu didobrak di tengah kekristenan. Mari berubah!
Ketika saya merenungkan hal ini maka saya teringat kembali apa yang Pdt. Stephen Tong pernah
syaringkan. Ada orang yang menanyakan, mengapa Pak Tong harus sampai kerja keras sedemikian berat?
Saya rasa kalau ia mau mengatakan, ia bukannya ingin seperti itu tetapi keadaan yang susah sekali
mengharuskan dia seperti itu. Ketika berumur empat tahun, ibunya telah menjadi janda dengan harus
membesarkan 8 anak, namun ibunya adalah seorang yang sangat cinta Tuhan dan rajin mendoakan anakanaknya. Dan pada umur 15 tahun ia sudah harus mengajar hingga malam sambil belajar. Keluarga ini
benar-benar hidup dalam kesulitan dan kekurangan. Setiap hari Jumat malam ketika ibunya pergi
membesuk, ia selalu membawa dua kaleng beras dan satu kaleng gula untuk diberikan kepada orang-orang
yang hidupnya jauh lebih susah daripada mereka. Mereka bukanlah keluarga yang berlebihan tetapi
mereka masih ingin mencoba berbagi. Itu jiwa yang saya rasa sekalipun susah tetapi masih memiliki jiwa
tuan, jiwa dignity sebagai ciptaan Allah (the image of God) yang begitu agung yang tidak dibuang. Dia sadar
bahwa ia dicipta sebagai gambar dan rupa Allah dan bukan hidup sebagai pengemis. Kita seringkali berpikir
bahwa kita paling susah dan tidak ada jiwa mau menolong orang lain. Bagaimana jiwa Kristen kita?
Sekalipun susah tetapi kalau kita masih mau bekerja keras dengan sungguh-sungguh, maka kita masih
dapat berbagi, dan apa yang kita punyai itulah yang dapat kita bagi. Namun, dalam hal ini kita harus
mengerti bagaimana membagi kepada orang yang tepat. Seringkali, orang yang sungguh-sungguh hidup di
dalam kesulitan justru diam dan tetap rela bekerja keras sekalipun sulit. Dunia kita mempunyai cara
berpikir yang berbeda sekali dari apa yang Alkitab katakan tetapi justru apa yang Alkitab katakan itulah
yang teragung. Kita tidak akan merasa rugi kalau berbagi tetapi kita justru akan merasakan sukacitanya
memberi, di mana hal itu tidak dapat dihitung dengan uang atau nilai berapapun, sebab di situ kita dapat
melihat kerelaan orang tersebut dalam memberi. Bahkan Alkitab mengatakan, lebih berbahagia orang yang
memberi daripada yang menerima.
4.
Kita perlu berbagi baik kepandaian, kemampuan dan seluruhnya. Kalau saya bayangkan Pdt.
Stephen Tong kalau tidak menjadi pendeta maka ia dapat menjadi pengusaha yang luar biasa, namun ia
tetap rela melepaskan itu semua demi pekerjaan Tuhan. Tetapi terlalu sedikit anak-anak muda yang
mempunyai kepandaian dan talenta yang banyak mau menyerahkan diri dipakai oleh Tuhan. Saya harap
302
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
ada orang yang mempunyai kepandaian dan kemampuan yang terbaik diserahkan untuk pekerjaan Tuhan,
sehingga gereja Tuhan mempunyai orang-orang yang mempunyai talenta pikiran untuk melayani Tuhan.
Relakah saudara berbagi? Jaman ini sangat membutuhkan hamba-hamba Tuhan yang berkualitas tinggi,
yang menyerahkan hidup untuk pekerjaan Tuhan. Saya rindu gereja ini juga boleh mengutus hamba-hamba
Tuhan yang bermutu yang nantinya boleh dipakai di abad yang akan datang. Kalau kita memiliki hal yang
terbaik biarlah itu bukan buat diri kita sendiri tetapi dengan demikian saudara rela berbagi. Inilah prinsip
kerja Kristen di mana kita mempunyai semangat mau memperhatikan dan berbagi, itulah yang menjadi jiwa
kita sesungguhnya. Mau saudara?
Amin!
303
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
P
Pe
errk
ka
atta
aa
an
ny
ya
an
ng
gm
me
em
mb
ba
an
ng
gu
un
n
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
29
Efesus 4:29
Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik
untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih
karunia.
Hari ini kita kembali masuk dalam bagian yang terakhir sebelum merangkum keseluruhan tuntutan Paulus
di dalam relasi antar manusia. Dalam bagian Ef 4:17-32, Paulus mempunyai penekanan yang begitu
seimbang yaitu setelah hubungan kita dengan Allah dipulihkan maka selanjutnya roh pikiran kita
diperbaharui sehingga kita boleh dikembalikan dalam kebenaran dan kekudusan yang sejati, yang
menjadikan kita mampu berelasi dengan sesama secara baik (ay. 23-24). Maka waktu Tuhan mengubah hati
kita, seharusnya kita boleh menjadi orang-orang yang dapat mengerti sesama, bekerja dan menjadi berkat
bagi orang lain. Seperti apa yang Paulus katakan dengan sangat keras bahwa orang yang mencuri, janganlah
ia mencuri lagi tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya
sendiri, supaya ia boleh mempunyai kesempatan untuk membagikan sesuatu kepada mereka yang
berkekurangan.
Namun kita tidak hanya berhenti di situ, sebaliknya Paulus mengatakan: “Janganlah ada perkataan kotor
keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya
mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.” Bagian akhir ini merupakan bagian yang begitu serius
dan mengerikan di mana di akhir abad 20 menuju abad 21 ini menghadapi tantangan yang sedemikian
hebat. Maka Paulus mengatakan supaya jangan ada lagi satu komunikasi rusak dan merusak yang keluar
dari mulut kita. Di sini timbul satu pertanyaan dalam diri saya, apakah hal ini hanya merupakan problem
orang-orang jaman Paulus yang dianggap sebagai jaman kuno dan tidak berpendidikan, yang mengeluarkan
kalimat yang kasar, kotor dan sia-sia, ataukah ini juga merupakan problem abad 21 yang super modern?
Saya melihat justru menjelang abad 21, gejala itu menjadi satu gejala yang begitu merajalela di sekeliling
masyarakat, sampai seolah-olah merekapun sudah tidak bereaksi lagi ketika mendengarnya. Bahkan koran,
tabloid dan film-film tidak segan-segan dan seolah itu sudah menjadi suatu yang biasa yang layak
disodorkan kepada masyarakat.
Satu kali ketika saya berbicara dengan seorang teman, ia mengatakan bahwa kalimat-kalimat demikian
seringkali keluar begitu saja tanpa ia dapat mengendalikan, sekalipun kita tidak menghendakinya. Itu
berarti sudah menjadi natur yang tidak dapat ditahan lagi! Oleh sebab itu, ayat 23-24 menjadi kunci utama
tuntutan perubahan dan perombakan dasar di dalam aspek yang terakhir. Di situ dikatakan, jangan sampai
mulutmu dipakai untuk mengeluarkan kalimat yang sia-sia, tetapi pakailah kalimat yang membangun orang
lain di mana perlu sehingga itu membuat orang tersebut merasakan anugerah dari Tuhan. Ketika seseorang
mengeluarkan kalimat yang kasar, sebenarnya di dalam hatinya ada ide ingin menyakiti dan merusak orang
304
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
lain, sehingga sebenarnya inti daripada kerusakan yang terjadi adalah karena ia ingin merusak semua
bentuk format relasi dan ia hanya memikirkan dirinya sendiri. Hal ini sama dengan yang terjadi di dalam Kej.
3, di mana Setan selalu ingin merusak semua bentuk relasi, mulai dari relasi kita dengan Tuhan, sesama,
alam dan bahkan terhadap diri kita sendiri sehingga hubungan yang seharusnya dapat menjadi baik, satupersatu dihancurkan. Akibatnya ketika manusia mengeluarkan kalimat-kalimat seperti itu di mana ia ingin
menyakiti, merusak dan melampiaskan marahnya terhadap orang lain, waktu itu ia sedang merusak
relasinya dengan orang lain. Itu berarti orang tersebut secara bertahap mulai disingkirkan di dalam sistem
komunikasi dan akhirnya ia hanya dapat berelasi dengan orang yang sama kotornya, namun di situ tidak
akan pernah terjadi relasi yang benar kecuali keduanya saling membusukkan. Maka sebenarnya ini menjadi
satu keutuhan total yang sedang menghancurkan dunia secara strategis, hanya melalui mulut kita yang
tidak bertanggung jawab. Di dalam Yakobus dikatakan bahwa kita harus berhati-hati dengan lidah kita
karena apa yang keluar dari mulut kita merupakan pancaran dari hati kita. Di sini yang saya pikirkan,
mengapa masyarakat modern bukan menjadi semakin peka dan waspada terhadap gejala seperti ini tetapi
justru semakin terbuka dan menerima semua sikap yang sia-sia seperti ini.
Saya merasakan bahwa ini satu bahaya besar ketika kita melihat bagaimana terpaan filsafat yang merusak
secara strategis ke dalam seluruh sarana dunia. Kalau kita melihat di abad 15-17, pengembangan seni
menjadi wadah di mana kita dapat membaca seluruh trend yang sedang terjadi menuju abad 21 nanti. Di
dalam seni lukis abad 17, di mana perkembangan dari Renaisans masuk dalam lukisan naturalisme, kita lihat
bahwa lukisan menjadi satu bentuk ungkapan seni yang obyektif. Mereka mencoba menggambarkan satu
realita yang sesungguhnya, apa yang diungkapkan kepada kita, terlukis dengan begitu jelas sehingga kita
dapat menikmati seni itu secara keseluruhan, sekalipun mungkin orang yang melihat tidak mengerti lukisan.
Inilah yang disebut dengan objective art (seni yang ketika dibuat, si pelukis mempertimbangkan bagaimana ia
mengekspresikan lukisannya sehingga orang yang melihat dapat mengerti, kagum dan tahu berita apa yang ingin disampaikannya).
Tetapi gejala lukisan seperti ini tidak lama, sebab selanjutnya bergeser pada format impresionisme yang
sudah jauh meninggalkan format natural karena di dalamnya mulai tertuang format subyektivitas
pelukisnya. Kita seringkali kalau melihat lukisan tidak dapat menangkap apa yang ada di belakang lukisan
tersebut karena kita tidak mempelajari perkembangannya dari sudut filsafat. Di situ ada satu cara yang
sedang dibawa Setan untuk memaparkan sesuatu, meskipun Rembrant seorang Kristen dan ia mau
mencoba menggambarkan bentuk religiusitas namun banyak lukisannya yang sudah berbeda dari lukisan
pra-Renaisans, bersifat humanistik dan merakyat. Sampai di dalam impresionisme, seluruhnya sudah
menggambarkan humanistik. Kemudian pengerakan ini berubah total ketika muncul tokoh yang bernama
Pablo Piccasso, yang dianggap sebagai titik putar dalam dunia seni yang menggeser dari seni modern
menuju kepada seni post modern.
Piccasso hidup dengan membelah bentuk seni menjadi dua format, yaitu sebelum 1907, di mana lukisannya
masih berformat naturalisme dan impressionisme yang setelah itu menjadi seni yang obyektif dengan
sedikit nuangsa subyektif dan selanjutnya berubah total menjadi seni subyektif (Cubisme), yang sudah tidak
dapat dilihat secara wajar lagi. Hal ini terjadi karena filsafat seni sudah bergeser total dari yang dulunya
saya ingin saudara juga dapat menikmati hasil lukisan saya, namun akhirnya sekarang berubah terserah
pelukisnya ingin melukis apa sekalipun mungkin orang yang melihat tidak dapat ikut menikmatinya. Setelah
itu seluruh seni di abad 20 berubah total semangatnya menjadi seni yang total subyektif di mana muncul
tokoh yang bernama Salvador Dali dengan surealisme yang sudah melampaui realisme. Dan akhirnya seni
itu berkembang kepada abstrak di mana lukisan sudah benar-benar tidak dapat dimengerti secara wajar.
Hal inilah yang membuat kita akhirnya jatuh dalam subyektivitas total di mana sudah terjadi kesenjangan
305
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
relasi antara si pelukis dengan si penerima. Inilah format post modern yang disebut sebagai “The Dead of
The Author Principle” yang artinya kalau saudara sudah membuat sesuatu maka antara saudara dengan
karya saudara serta penerima sudah putus hubungan sama sekali dan setiap kita bebas berinterpretasi,
semuanya merupakan satu ungkapan subyektivitas yang tidak pernah mungkin bisa ditangkap oleh
penerima (metafora). Itu berarti komunikasi dan relasi berhenti secara total. Semangat ini disodorkan bukan
hanya dalam bentuk seni, tetapi timbulnya gerakan yang mempersoalkan linguistik dan komunikasi di
dalam format yang disebut sebagai Linguistic Analysis yang diperkembangkan oleh tokoh-tokoh
postmodern seperti H. G. Gadamer, Jacques Derrida dan A.J. Ayer yang mulai mempersoalkan bahwa
bahasa adalah suatu metafora atau simbol yang diungkapkan. Maka ketika bahasa mengungkapkan satu
simbul maka si penerima tidak dapat mengerti apa yang diungkapkan oleh orang yang berbicara. Jadi
antara orang yang berkata dengan orang yang menerima merupakan dua hal yang berbeda, dan di sini yang
disebut dengan problem metafora di dalam problem linguistik.
Setelah masuk dalam bagian ini, kita baru mengerti bahwa abad 20 menjadi abad yang mengerikan sekali
karena setan sudah mempersiapkan satu sarana di mana kita akhirnya masuk ke dalam satu Subjective
Understanding (pengertian subyektif) terhadap relasi. Kalau sampai terjadi hal seperti ini maka itu akhirnya
menyebabkan berhentinya semua komunikasi yang berdampak tidak adanya komunikasi. Saudara dapat
membayangkan kalau hal ini terjadi di dalam gereja pada saat ini maka banyak sekali hamba-hamba Tuhan
yang terkena format dari prinsip komunikasi seperti ini, yang membuat gereja rusak. Kalau saudara sampai
dalam format seperti itu bagaimana terjadi komunikasi yang sejati, bagaimana kita dapat perduli dengan
satu bentuk komunikasi yang sesungguhnya.
Saya teringat Pdt. Stephen Tong waktu berkata, “Ketika engkau berdiri di mimbar maka yang harus engkau
pikirkan adalah bagaimana supaya jemaat dapat bertemu dengan Tuhan dan bagaimana Tuhan dapat
berbicara kepada jemaat.” Komunikasi merupakan satu tuntutan bagaimana orang boleh menangkap dan
mengerti sebab komunikasi merupakan bentuk dari relasi. Mengingat peristiwa babel, ketika semua
bersepakat untuk melawan Tuhan maka Ia melalui bahasa memecahkan mereka sehingga komunikasi dan
relasi terpecah dan mereka semua terserak. Berarti bahasa merupakan cara relasi yang sangat kuat yang
seharusnya dapat kita pakai tetapi dengan sengaja saat ini bahasa telah dirusak sedemikian rupa sehingga
mulut mereka mengeluarkan kalimat yang tidak seharusnya. Maka saya mengajak kita memikirkan apa
yang Paulus katakan, sama seperti ayat 28 di mana semangat dan jiwa yang penting adalah jiwa mencintai
yang mau berbagi dan memikirkan orang lain. Komunikasi yang terbaik harus dimulai dengan jiwa altruistik
dan ini tidak dapat terjadi kecuali dengan cinta yang sejati sehingga seluruh hidup kita diubah dari
semangat egois menjadi jiwa yang mau mengerti, menanggapi dan mau berbagi dengan orang lain. Satu
konsep keluar dari diri demi supaya kepentingan orang lain dapat dipertimbangkan.
1.
Alkitab mengatakan, “… pakailah perkataan yang baik untuk membangun.” Ketika kita sedang
berkata kepada orang yang kita kasihi, kalimat yang akan kita ucapkan akan kita pertimbangkan dengan
baik tetapi mungkin tidak membangun, karena semuanya masih demi supaya kita tidak dirugikan. Sehingga
akhirnya orang yang mendengar bukan menerima realita yang sejati tetapi justru menjerumuskan mereka.
Kadangkala mungkin kita harus mengatakan sesuatu yang pahit tetapi kalau itu demi kebaikan mereka,
maka itu harus kita katakan dengan cinta kasih yang cukup untuk menegur. Antara mengasihi dan
membangun harus digabungkan supaya terjalin suatu kalimat yang benar, tulus dan bersifat konstruktif.
Kalau hati kita diubah maka yang keluar dari mulut kita secara otomatis adalah hal yang membangun dan
itu akhirnya yang membuat kita dipakai Tuhan. Kalau itu dapat kita jalankan maka hal ketiga yang menjadi
kunci pengujinya terjadi, yaitu:
306
2.
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia. Di sini bagaimana kalimat-kalimat yang
kita ucapkan dapat dipakai Tuhan untuk membangun dan menguatkan orang lain sehingga mereka boleh
merasakan anugerah turun atas mereka. Dan dengan demikian kita dapat menjadi saksi Tuhan di manapun
kita berada. Memang natur kita tidak sedemikian mudah diubah untuk kembali kepada kebenaran, itu
semua membutuhkan ketekunan dan perjuangan yang seringkali harus sampai menghancurkan
kesombongan dan kekukuhan kita yang sulit diubah. Sehingga itulah saat Tuhan boleh memakai kita
dengan lebih baik lagi, asal kita rela dibentuk. Inilah yang saya harap setiap kita dapat menjawab di
hadapan Tuhan!
Amin!
307
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
J
Ja
an
ng
ga
an
nm
me
en
nd
du
uk
ka
ak
ka
an
nR
Ro
oh
hK
Ku
ud
du
us
s
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
30
Efesus 4:30-32
Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu
menjelang hari penyelamatan.
31
Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari
antara kamu, demikian pula segala kejahatan.
32
Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling
mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.
Bagian yang akan kita bahas hari ini dapat dikatakan sebagai kesimpulan atau tuntutan terakhir dari seluruh
gambaran relasi yang diungkapkan oleh Paulus di dalam Ef 4 mulai dari ay. 17-32, yang merupakan
rangkuman dari dua kondisi yang dipertentangkan. Kita kembali melihat dalam ay. 23-24 di mana Paulus
menekankan bahwa hendaklah kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu di dalam kebenaran dan
kekudusan yang sesungguhnya karena itulah dasar supaya engkau boleh mempunyai relasi antar manusia
yang baik, boleh menjadi berkat bagi orang lain dan memikirkan pekerjaan Tuhan secara luas. Dan ketika
hal tersebut dikerjakan maka Paulus memberikan hal yang terakhir di dalam bagian ini yaitu, “Dan
janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari
penyelamatan.”
Pada saat saya mulai merenungkan ayat ini, saya teringat apa yang diungkapkan Paulus dalam Roma 10:1-2
di mana dikatakan, “Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah supaya mereka
diselamatkan. Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat
untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar.” Kalimat “Janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah,”
muncul karena itulah yang menjadi motivasi dari seluruh tindakan yang kita kerjakan di tengah dunia.
Orang Kristen kadangkala tercemar dengan cara berpikir agama atau konsep yang muncul disekelilingnya
sehingga akhirnya kita terjebak masuk dalam konsep yang salah. Padahal justru di sini motivasi seluruhnya
terbalik. Ketika Paulus berbicara dalam Roma 10, ia tahu dan melihat apa yang dikerjakan oleh orang-orang
yang sedang bergiat tetapi belum mendapatkan keselamatan. Mereka bukanlah orang yang malas atau
tidak bekerja, bahkan ia mengatakan bahwa ia berani menyaksikan bahwa mereka memang giat untuk
Tuhan tetapi tanpa pengertian yang benar. Dan dilanjutkan, “Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal
kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka
mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah.” Berarti mereka giat dan mempunyai semangat tetapi
akhirnya seluruhnya dibuang sebab mereka mendirikan kebenaran mereka sendiri dan tidak kembali pada
kebenaran Allah.
308
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Suatu kali saya berbincang dengan seseorang yang mempunyai konsep bahwa Tuhan akan marah dan ia
tidak akan mendapat perkenanan Allah kalau tidak melayani dengan giat. Kita perlu belajar dari Paulus.
Paulus adalah Saulus yang mengalami perubahan di dalam konsep dasar hidupnya. Di sini kita melihat dua
macam orang yang sama giat dan diwakili dengan satu yaitu diri Paulus sendiri. Paulus adalah orang yang
giat melayani sebab ia tahu ketika masih berdosa, Tuhan mencintai dan akhirnya menyelamatkannya.
Sehingga ia berkata, “Aku mempersembahkan tubuhku sebagai persembahan yang hidup, yang berkenan
kepada Allah, dan yang sempurna, itulah ibadah yang sejati,” dan ia menuntut orang-orang di Roma untuk
berbuat demikian juga. Itu bukan sekedar sebuah perintah tetapi satu syaring, konkritnya kehidupan yang
dinyatakan di dalam kehidupannya. Tetapi kalau kita melihat Saulus, yang begitu giat bekerja bahkan
apabila dibandingkan dengan rekan-rekannya, keseriusan dan semangat kerjanya sangat tinggi. Dan ketika
ia menganiaya orang Kristen, ia berpikir bahwa ia sedang mengerjakan pekerjaan Tuhan dan akan
mendapat nilai besar di sorga. Tetapi justru di dalam perjalanan ke Damsyik, Tuhan menyadarkan bahwa ia
sudah menganiaya Tuhan dan akhirnya ia sadar bahwa apa yang dikerjakannya selama ini tidak
menyenangkan hati Tuhan.
Begitu banyak orang yang giat melayani tetapi tanpa pengertian yang benar, sebab semua yang dikerjakan
merupakan konsep mereka sendiri dan tidak tahu apa yang sebenarannya Tuhan nilai di dalam dirinya. Dan
ketika mereka sedang mendirikan kebenarannya sendiri maka dengan sendirinya mereka sedang menolak
kebenaran Allah. Ini bagi saya merupakan satu pergumulan yang serius! Betulkah kita sudah menyelesaikan
apa yang seharusnya kita kerjakan ataukah seluruh hidup kita akan disia-siakan masuk dalam penderitaan
yang kekal? Waktu di dunia kita begitu takut hidup kita akhirya sia-sia tetapi kita tidak pernah berpikir
bahwa di kekekalan semuanya bersifat mutlak dan bukan kesementaraan yang semuanya bersifat relatif.
Pada saat ini bagaimana kita dapat menggumulkan secara serius apa yang sebenarnya yang Paulus inginkan
dalam aspek ini, sehingga kalau kita melakukan kebaikan bukan demi seperti konsep-konsep yang salah
yang muncul di tengah dunia.
Mari kita melihat apa yang menjadi pembeda total di dalam seluruh orientasi hidup kita. Paulus
mengatakan, kalau engkau bergiat, maka lakukan semua itu bagi Tuhan. Di sinilah inti iman Kristen! Alkitab
mengatakan bahwa kalau kita berbuat baik justru karena kita boleh mencintai Tuhan. Minggu yang lalu saya
membahas dua perbedaan tuntas di mana ketika seorang Kristen berbuat baik, ia melakukannya karena
mencintai Tuhan. Kita bukan menjadi budak yang ditekan oleh Allah yang kejam, yang sedang mengancam,
sehingga kita perlu bekerja dengan baik. Sikap seperti ini sangat banyak di dalam hidup beribadah dan
merupakan satu ketakutan agamawi. Bagi saya, ini merupakan satu hal yang unik. Satu hal yang menjadi
ukuran terbaik untuk melihat seberapa jauh seseorang mencintai adalah kalau seseorang semakin
mencintai maka ia akan makin perduli, makin peka hatinya dan tidak ingin menyakiti orang yang
dicintainya. Semakin kita mencintai maka kita akan semakin memikirkan yang terbaik buat orang yang kita
cintai. Sehingga cinta Tuhan berarti kita memiliki kepedulian yang besar terhadap apa yang kita lakukan
memperkenan atau mendukakan Allah. Kalimat itu tidak mungkin dapat dimengerti oleh siapa yang tidak
cinta Tuhan. Berapa besar pergumulan hidup kita ketika kita menjalankan semua ini? Apakah seluruh
aktivitas kita hanya menjadi manifestasi daripada egois kita ataukah justru membuktikan seberapa jauh kita
mencintai Tuhan.
Di dalam hidupnya, Hizkia selalu melakukan hal yang berkenan kepada Tuhan, bahkan ketika ia divonis
mati. Tetapi justru ketika umurnya diperpanjang 15 tahun, ia tidak dapat mempertahankan pertanggungjawabannya. Bagi saya itu merupakan satu bukti yang disodorkan sejarah dan prinsip, siapa Allah yang kita
kenal. Banyak orang di satu pihak begitu giat melayani Tuhan tetapi di tempat lain ia merusak dan berbuat
309
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
hal-hal yang menyakiti hati Tuhan. Itu sebabnya Tuhan marah terhadap orang Farisi yang munafik seperti
kuburan labur putih, karena ibadah mereka berbaur antara semangat ibadah kepada Tuhan dengan
egoisme. Yesus pernah mengatakan di dalam pengajaran doa Bapa kami bahwa hendaklah dalam hal
berdoa, kita tidak seperti orang munafik yang berdoa di perempatan jalan atau di dalam ruang ibadah,
supaya dengan doa semua orang melihat kita, tetapi berdoalah di dalam kamar maka Allah kita yang ada di
tempat tersembunyi akan memberkati. Konsep seperti itu muncul karena semangat doa yang sudah tidak
beres, sebab mereka kalau berdoa bukan memikirkan Tuhan tetapi memikirkan bagaimana dengan orang
lain. Ini merupakan satu doa yang saya rasa sangat keluar daripada jalur yang Tuhan inginkan, yaitu jiwa
yang tidak sungguh-sungguh di hadapan Tuhan. Saya harap kita berubah, bertobat dan kembali pada
Tuhan. Biarlah ini menjadi hati yang sungguh-sungguh boleh kembali memikirkan dan menggumulkan,
bahwa ketika kita hidup itu semua kita lakukan demi Tuhan.
1.
Yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan. Ketika orang dunia bekerja dengan
begitu giat, itu semua mereka lakukan supaya mendapatkan pahala atau berkat dari Tuhan. Tetapi Alkitab
mengatakan bahwa ketika kita bekerja, semua kita pikirkan supaya jangan mendukakan Roh Kudus yang
telah memeteraikan menjelang hari penyelamatan. Prinsip kerja seperti ini merupakan prinsip kerja yang
terbalik daripada apa yang dunia kerjakan. Dunia memberi kita upah setelah melihat bagaimana hasil kerja
kita. Seperti seseorang yang diminta mengepel kamar yang luasnya 3x4 m dan setelah selesai, hasilnya
bagus maka orang tersebut diberikan upah Rp 50.000,-. Sehingga nilai kerjanya adalah berdasarkan apa yang
telah ia kerjakan. Namun kalau ada seseorang yang sebelumnya sudah diberi uang 1 milyar lalu diminta
untuk mengepel kamar 3x4, maka kira-kira apa yang akan ia kerjakan? Saya yakin ia akan bingung akan apa
yang akan ia perbuat. Tuhan memberikan kepada kita keselamatan, membayar dengan lunas bukan dengan
dolar atau emas dan perak tetapi dengan darah dan nyawa-Nya sendiri, ketika kita masih berdosa dan
seharusnya merupakan orang yang harus dibinasakan.
Dan selanjutnya baru Tuhan meminta supaya kita melakukan pekerjaan baik yang sudah dipersiapkan Allah
sebelumnya, dan Ia mau kita ada di dalamnya. Kalau kita diselamatkan, itu semua anugerah, kasih karunia
melalui iman dan jangan ada orang yang memegahkan diri karena itu bukan hasil usaha kita, jangan ada
yang sombong karena itu merupakan pekerjaan Allah. Ketika Tuhan sudah menebus kita dengan darah yang
mahal dan anugerah yang besar, kita dimeteraikan dengan Roh Kudus dan keselamatan yang kekal. Kita
bukan mencari keselamatan sendiri tetapi semua itu sudah kita dapatkan dan dimeterai sampai pada
kekekalan. Ketika Tuhan sudah menebus kita dengan penebusan yang begitu mahal, masih relakah kita
berbuat hal-hal yang jahat untuk menyakiti hati-Nya? Seharusnya kita sakit dan pedih hati karena Tuhan
sudah mencintai dan membayar upah kita secara lunas. Mari kita kembali memproporsikan bagaimana cara
Tuhan bekerja sehingga kita boleh mengerti.
2.
Ketika kita bergumul, biarlah orientasi seluruh hidup dan pekerjaan kita bukan di tengah dunia
tetapi kembali kepada Tuhan. Seringkali orientasi kita terjebak dalam hal-hal material yang ada di dunia dan
lebih suka melakukan sesuatu yang menyenangkan orang lain sehingga akibatnya kita tidak kembali
memikirkan Tuhan. Itu alasan di dalam kekristenan kalau kita melakukan sesuatu, kita lebih suka dilihat
orang, yang dapat menunjukkan kepada orang lain karena kita menanti penilaian orang terhadap diri kita.
Barangsiapa hanya mencari kesenangan manusia maka itu bukan menyenangkan Allah! Maka Paulus
pernah begitu marah di dalam Galatia dan mengatakan, “Kalau aku melakukan semua ini, apakah engkau
mau mengata-kan bahwa aku mau mencari kesenangan manusia, apakah aku hanya mau melihat mata
manusia, ataukah aku sedang mengasihi Tuhanku?” Kalimat itu bagitu eksplisit dikeluarkan oleh Paulus. Dia
310
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
mau menunjuk-kan bahwa hidup kita bukanlah untuk dinilai manusia tetapi oleh Tuhan. Apa artinya semua
orang senag terhadap kita sementara Tuhan benci dan marah terhadap kita? Mari kita mulai kembali
menggumulkan untuk siapa kita hidup dan melayani? Di segala aspek kehidupan, setiap ciptaan, dicipta
untuk pencipta, menurut rancangan pencipta, berdasarkan tujuan pencipta dan hasilnya dipakai kembali
oleh pencipta. Itu merupakan hukum yang sah! Kalau saudara dan saya dicipta oleh Tuhan, itu bukanlah
untuk kepentingan kita tetapi demi kepentingan pencipta. Dia merancang kita berdasarkan tujuan yang
Tuhan ingin kita kerjakan maka sesudah kita dicipta, kita harus kembali melayani dan bekerja bagi Dia. Dan
seharusnya apabila kita melawan Tuhan, sudah sepatutnyalah kalau kita dibuang. Jangan mendukakan Roh
Kudus Allah yang sudah memeteraikan engkau menjelang hari penyelamatan.
Dalam Ef 2:10 dikatakan, “Karena kita ini buatan Allah, yang dicipta dalam Kristus Yesus untuk melakukan
pekerjaan baik yang telah dipersiapkan Allah sebelumnya, Ia mau supaya kita hidup di dalamnya.” Mari kita
menggumulkan kembali siapa diri kita di hadapan Tuhan. Saya rindu hari ini Tuhan mengubah seluruh
konsep kita, kalau selama ini kita menjadi orang-orang yang begitu egois, yang hanya memikirkan diri
sendiri. Biarlah hidup kitapun boleh menyenangkan hati-Nya.
Amin!
311
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
P
Pe
errh
hu
ub
bu
un
ng
ga
an
np
po
os
siittiiff
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
31
Efesus 4:31-32
Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari
antara kamu, demikian pula segala kejahatan.
32
Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling
mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.
“Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu,
demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih
mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.” Hari ini kita
telah sampai dalam bagian terakhir dari tuntutan tegas yang dinyatakan Paulus dalam Ef 4 ini, yaitu ketika
kita sudah dibentuk menjadi satu manusia baru di dalam Tuhan, hubungan kita dengan Allah yang telah
terputus boleh dipulihkan. Dan ketika hubungan kita dengan Allah sudah terbentuk kembali, maka aspek
kedua yang harus nyata ialah bagaimana hubungan kita dengan sesama juga mengalami perubahan.
Manusia baru bukan karena berganti model atau aksesorisnya, tetapi seperti yang disebutkan didalam ay.
23 yaitu roh pikirannya diperbaharui dengan kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya daripada Allah.
Dimana seseorang ketika diperbaharui didalam Kristus, ia diubah dari dalam, sehingga cara hidup, sikap dan
relasi seluruhnya bukan merupakan relasi dibawah hukum tetapi dimotivasi keinginan untuk mengenapkan
apa yang Tuhan kehendaki kita kerjakan dan tidak ingin mendukakan Roh Kudus. Dengan demikian cinta
kasih itu akan keluar dan memulihkan format relasi. Hal ini kita tekankan karena inilah yang menjadi
aplikasi terpenting di dalam kehidupan iman Kristen.
Ketika sampai di ayat 31-32, Paulus kembali menutup dengan mengkontraskan secara langsung antara ay. 31
yang merupakan format negatif dengan ay. 32 yang merupakan format positifnya. Di bagian 31 ia
menggunakan 5 istilah yang sebenarnya terdiri dari 3 bagian, yaitu kepahitan yang dikontraskan dengan
ramah; kegeraman dan kemarahan (marah yang sudah meletup menjadi satu tekanan tinggi) dikontraskan dengan
cinta kasih mesra yang seharusnya muncul; dan yang terakhir, sudah menjadi satu tindakan yaitu pertikaian
dan fitnah yang dikontraskan dengan mengampuni. Maka kalau kita melihat tiga hal ini, kita mengetahui
bahwa di satu format terdapat relasi klimaks yang semakin menghancurkan, sedangkan yang lain satu relasi
klimaks yang semakin hari justru semakin membangun orang lain.
Di sini ada dua alasan penting mengapa hal seperti ini diungkapkan dalam posisi klimaks sesudah, “Jangan
engkau mendukakan Roh Kudus Allah.” Karena justru di sinilah bentuk dari kekristenan akan masuk ke
dalam aplikasi yang paling nyata, di mana letak keindahan atau kehancuran kekristenan akan terlihat. Yang
312
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
pertama, gereja yang seharusnya menjalankan format ay. 32 justru seringkali lebih menjalankan ay. 31.
Gereja yang seharusnya tempat cinta Tuhan berkembang dengan indah dan persekutuan anak-anak Tuhan
berjalan dengan baik namun justru segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah yang
ada di antara mereka. Hal ini ditegaskan karena seringkali tanpa disadari di dalam gereja terjebak dalam
satu format di mana seolah-olah kita hidup di dalam impian dan ilusi yang tidak tepat. Kita seolah merasa
sedang hidup di dalam cinta kasih namun tidak menyadari bahwa kita masih perlu berubah, bertobat dan
membuang hal-hal seperti itu. Dan akibatnya timbul satu gap yang harus kita pelajari dan mengerti. Kedua,
di satu pihak kita ingin membereskan masalah ini tetapi di lain pihak kita justru menjadi pelaku, perusak
dan pembuat masalah. Saya harap kita sebagai gereja bukan menjadi alat perusak relasi yang dipakai oleh
setan tetapi justru menjadi alat Tuhan yang menjadi tempat di mana pembentuk relasi yang baik. Hal itu
memang tidak mudah karena sifat kedagingan kita masih berusaha untuk menghancurkannya.
Kalau kita perhatikan, dua bagian tersebut selalu mulai dari hal yang kecil dan satu langkah yang sedikit
tetapi kalau tidak cemat diwaspadai maka akan berdampak besar. Dr. Martin Lloyd Jones, pengkhotbah
besar dari Westminster Chapel ketika mengeksposisikan ayat ini mengatakan supaya kita waspada
terhadap pola yang dipakai oleh setan sejak Kej. 3. Inti cara kerja setan adalah mendisrelasikan atau
merusak semua bentuk relasi yang ada. Ketika dosa terjadi maka rusaklah semua relasi yang ada di
dalamnya. Sehingga seorang yang relasinya dengan Tuhan tidak beres maka relasinya dengan sesama juga
sulit beres sebab inti terakhirnya hanya berputar di dalam kepentingannya sendiri. Maka di sini terjadi satu
sikap yang nantinya menjadi bom berbahaya yang akan meledak. Selama potensi relasi itu tidak
dikembangkan dalam format yang tepat maka selalu berpotensi meledak di setiap kita. Untuk ini, ada satu
pemikiran yang sangat perlu kita waspadai dari tingkat pertama relasi itu mulai rusak: “Segala kepahitan
hendaklah dibuang dari antara kamu.” Dan dikontraskan dengan, “hendaklah kamu ramah seorang
terhadap yang lain,” dan mau menjadi orang yang menyenangkan teman berbicaranya.
Sebab ketika kita berbicara, tanpa sadar setiap kita berpotensi menimbulkan kepahitan. Dan kalau potensi
kepahitan ini ditanggapi maka itu akan menjadi kepahitan sesungguhnya. Ketika kita berbicara dengan
orang lain, sangat sering terjadi apa yang disebut dengan miss communication (kegagalan komunikasi).
Terjadinya hal tersebut adalah wajar di dalam pembicaraan karena berbagai macam alasan, yang antara
lain: karena persepsi yang berbeda, karena keterbatasan bahasa kita, karena kekurangan pengertian latar
belakang dan berbagai macam aspek yang lain.
Tetapi ketika mis-komunikasi ini tidak ditanggapi dengan sikap ramah, maka itu akan mulai menjadi
kepahitan yang berbahaya. Ketika mendengar, seolah kalimat itu kita anggap ingin menyerang atau
menyakiti, padahal mungkin si pembicara tidak bertujuan demikian. Ini yang pertamakali Paulus waspadai!
Pahit dalam hal ini mempunyai dua aspek langsung bersama-sama yaitu ke dalam dan keluar, dan ini
biasanya selalu terjadi bersama-sama. Waktu kita mulai mendengar seseorang mengatakan dan hati kita
mulai pahit maka biasanya kalimat kedua yang diucapkan bukan lagi dengan persepsi yang berbeda tetapi
dengan sengaja membuat kepahitan, untuk menyakiti atau memainkan orang lain. Yang artinya ketika kita
mengucapkannya, di dalam hati, dan sikap kita sudah mempunyai keinginan untuk mulai membalas
melukai. Kalau relasi sudah muncul dengan semangat seperti ini, maka relasi ini menjadi relasi yang pahit
dan biasanya menjadi rusak. Inilah yang perlu dijaga dari titik awal, kalau dari sejak dini kita dapat peka hal
seperti ini maka saya rasa kita dapat menghindari banyak hal. Alkitab mengatakan, “Hendaklah kamu
ramah seorang terhadap yang lain.” Ramah dalam ayat ini mengandung suatu keinginan dalam hati mau
bersahabat dengan orang lain dan seperti laut yang lebar yang siap menampung siapa saja yang masuk ke
dalamnya, dan di mana kita berupaya bagaimana sebaik mungkin dapat mengerti dan menopang dia.
313
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Keramahan yang kita lakukan kalau di saat kita ada maunya, itu bukanlah ramah tetapi lebih tepatnya
adalah bisnis, karena itu hanya sekedar tutupan topeng dari luar demi suatu kepentingan diri sendiri/
kebajikan luar. Mari kita belajar bertumbuh dalam aspek pertama ini karena justru dalam tahap ini seluruh
proses pengerusakan relasi dapat sampai ke titik final.
Selanjutnya, jikalau di tahap pertama tidak ditangani dengan baik, maka langkah kedua akan segera muncul
yaitu ‘kegeraman dan kemarahan.’ Ketika Kain sudah mulai panas karena persembahannya ditolak oleh
Tuhan, maka pada saat seperti itu seharusnya ia meneduhkan hatinya. Ketika itu Tuhan telah
memperingatkannya dengan jelas tetapi apa yang menjadi kemarahannya sudah tidak dapat ditahan dan ia
tidak mau meneduhkannya. Hari ini kita dapat bersaat teduh sehingga dengan demikian kita mohon pada
Tuhan untuk meneduhkan kemarahan yang mungkin sudah membara dalam hati kita. Ketika sampai di
tahap kedua kita tidak dapat meneduhkannya maka kemungkinannya adalah kita akan masuk dalam tahap
ketiga yang sangat fatal, yang hanya akan mendatangkan satu tindakan yang menyakitkan. Disini dapat
terjadi dua hal yaitu pertikaian langsung (benar-benar secara langsung bertindak) dan fitnah (membunuh secara tidak
langsung).
Sampai pada saat seperti itu maka hati kita sudah keluar daripada logika yang sejati dan sudah rusak. Pada
saat seperti ini meningkatnya seluruh kemarahan kita sudah sampai pada tindakan yang menuntut kita
melakukan satu tindak kejahatan. Musuh-musuh Tuhan Yesus merasa bahwa tindakan pelayanan-Nya
dianggap suatu ancaman besar dan mereka tidak mau mengerti serta menangkap apa yang menjadi
persepsi Tuhan di dalam melayani, sehingga mereka pikir Ia sedang merusak harga diri dan mengganggu
pelayanan mereka. Bahkan ketika mereka berhasil membunuh Yesus di atas kayu salib, mereka merasa
menang tetapi justru itulah kekalahan mereka karena kuasa setan sudah menguasai dengan satu jiwa
kebencian dan kemarahan.
Pdt. Stephen Tong pernah mengajarkan satu hal di mana ketika ada orang yang mengatakan suatu kalimat
yang menyakitkan terhadap kita maka sebaiknya kita mencoba memikirkan dari pihak orang tersebut,
karena mungkin ia merasakan apa yang kita lakukan dan katakan begitu menyakiti dan merugikan. Mari kita
berpikir secara proporsional melihat masalahnya dan menjadi orang yang mau beramah. Setiap kita
mempunyai kelemahan masing-masing di setiap bidang kita tetapi mari kita belajar untuk bertumbuh.
Tuhan minta kita ramah satu sama lain, dengan demikian kita mau mencoba mengenal orang lain, dan
tahap kedua diperlukan yaitu mau mengasihinya. Sejauh saudara mau megasihi orang lain maka sejauh itu
saudara mau mengerti dan menjadi seorang yang dalam banyak aspek mau membangun orang lain. Ini satu
hal yang membuat kita tidak siap untuk marah.
Alkitab mengatakan di dalam Yoh 13:34-35, “…, Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu
adalah murid-muridKu yaitu jikalau kamu saling mengasihi.” Dan dengan motivasi bahwa kita tidak mau
mendukakan roh kudus Allah. Itu baru merupakan cinta yang berkualitas berbeda dan didalamnya tidak ada
pencemaran sama sekali sehingga sampai terhadap orang yang memusuhi, kita masih dapat mencintainya.
Kualitas cinta seperti itulah yang tidak dapat diberikan oleh dunia. Karena kasih seperti ini hanya terjadi
ketika orang itu mendapatkan kasih Kristus di dalam hatinya. Dan pada tahap ketiga, ketika orang lain
menyakiti dan menyalahmengerti kita maka seharusnya kita mengampuninya. Ini satu hal yang begitu
indah yang Tuhan ajarkan bagaimana kita membentuk relasi yang seindah mungkin di dalam diri anak
Tuhan.
Banyak yang menyebut bahwa sekarang ini adalah masyarakat yang sakit karena saling menyakiti.
Masyarakat seharusnya menjadi satu pembentukan relasi yang terbaik di dalam komunita yang dapat
314
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
membangun kesejahteraan. Tetapi ketika masyarakat itu sakit, maka satu sama lain akan saling
menghancurkan dan menyakiti. Jikalau demikian, apakah masyarakat Kristen juga menjadi masyarakat yang
sakit? Kita memang tidak sempurna, tetapi saya merindukan hari ini kita bertumbuh, belajar
menginstropeksi diri dan menggumulkan seberapa jauh kita sudah dibentuk oleh cinta Tuhan, sehingga
akhirnya kita dapat mulai belajar ramah, penuh kasih mesra dan saling mengampuni. Dan setiap masalah
yang timbul untuk memecahkan relasi diredam dan diredupkan dan akhirnya kita dapat berelasi secara
baik. Biarlah ini menjadi satu tuntutan dalam diri kita, sesuatu yang boleh membangun sehingga akhirnya
seluruh relasi dapat dibangun dengan baik. Itulah yang Tuhan inginkan! Mari kita belajar bertumbuh
bersama-sama untuk hal ini. Mau saudara?
Amin!
315
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
IIm
ma
an
ns
se
ejja
attii k
ke
ep
pa
ad
da
aA
Alllla
ah
hy
ya
an
ng
gb
be
en
na
arr
Oleh: Pdt. Solomon Yo
Nats:
Efesus 4:17-18/ Filipi 3:13-14; 18-21
Efesus 4
17
Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi
sama seperti orang–orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia–sia
18
dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena
kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka.
Filipi 3
13
Saudara–saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi
ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri
kepada apa yang di hadapanku,
14
dan berlari–lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari
Allah dalam Kristus Yesus.
18
Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula
sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus.
19
Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan
mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata–mata tertuju kepada perkara duniawi.
20
Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan
Yesus Kristus sebagai Juruselamat,
21
yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh–Nya yang
mulia, menurut kuasa–Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri–Nya.
Tanpa Allah manusia tidak memiliki makna hidup sebab manusia membutuhkan Allah lebih dari apapun
juga! Itu sebabnya Tuhan Yesus mengatakan bahwa manusia hidup bukan dari roti saja tetapi dari setiap
firman yang keluar dari mulut Allah. Kita bergantung pada Allah di dalam segala hal, lebih dari yang dapat
kita bayangkan.
Ketika kita mengalami sakit atau segala kesulitan, ketika kita menengok orang di RS yang nafasnya sudah
tersenggal-senggal dan harus dibantu dengan oksigen, di situ kita baru menghargai setiap anugerah yang
sering kita rasa sudah sewajarnya kita dapatkan. Kita harus menyadari berapa besar hutang kita pada
Tuhan, di mana kita sudah menerima segala keindahan, kenikmatan dan kelancaran dari ujung rambut
hingga ujung kaki, baik materi fisikal sampai pada suatu yang bersifat jiwa, keselamatan rohani. Setiap
orang menerima anugerah Tuhan, tetapi tidak setiap orang yang menerima anugerah berbahagia. Segala
berkat Tuhan tanpa pemahaman, apresiasi dan respon yang benar, seperti anak bungsu yang membawa
316
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
semuanya untuk menghancurkan dirinya hingga terdampar di kandang babi dan dihina sebagai manusia.
Kadangkala manusia lebih menghargai babi daripada manusia padahal Tuhan mencintai dan menghargai
manusia lebih dari apapun hingga dua ribu babi dibuang demi satu orang gila disembuhkan. Maka jikalau
kita salah meresponi kasih Tuhan, kita akan menghancurkan diri kita sendiri.
Saya senang membaca tulisan orang-orang atheis atau agama lain sebab mereka kadangkala mempunyai
pemikiran yang tajam walaupun kesimpulan mereka seringkali salah arah. Sebagai contoh orang yang
bernama Jean Paul Sartre, ia menyadari betapa keberadaan Allah itu sangat penting di dalam memberikan
landasan makna hidup, makna bagi moralitas, memberikan arah serta tujuan bagi hidup manusia, serta
memberikan motivasi untuk hidup dan berkarya.

Pertama, jikalau Allah ada maka hidup ini bermakna dan walaupun dalam hidup terdapat batasan-batasan,
seperti orang tua yang membatasi antara baik-buruk dan agama menjadi relavan.
Kedua, jikalau Allah tidak ada maka agama menjadi tidak relevan dan itu berarti manusia tidak memiliki
satu landasan bagi makna hidupnya. Demikian juga F. Nietzsche, yang meramalkan bahwa seratus tahun
kemudian akan terjadi kehancuran moral, dan memang inilah dunia yang kita sedang kita hadapi sekarang.
Suatu kondisi di mana orang tidak tahu batasan antara benar dan salah, dan kita sudah masuk di dalam
kondisi moral yang begitu hancur hingga seperti jaman Sodom dan Gomorah. Dunia sudah terbalik dan moralitas rusak sehingga orang melakukan sesuatu yang jahat dan buruk dengan wajar, dan orang yang
saleh/jujur dianggap tidak normal. Albert Camus (seorang atheis) mengatakan bahwa manusia tidak mungkin
hidup tanpa makna sebab makna merupakan satu hal yang hakiki, yang melekat dalam diri setiap orang.
Seorang atheispun sadar bahwa jikalau tidak ada Allah maka itu berarti manusia harus menciptakan makna
bagi dirinya, dan itu tidak mungkin dilakukan.
Orang-orang atheis tersebut memiliki ketajaman dalam memahami esensial manusia namun sungguh
disayangkan ketika akhirnya mereka sampai pada kesimpulan yang salah. Makna yang melekat dalam diri
manusia dan mengharuskan adanya Allah, serta kondisi moralitas manusia yang semakin hancur
sesungguhnya harus semakin menyakinkan kita bahwa keberadaan Allah adalah sesuatu yang hakiki dan
jelas sekali, walaupun seringkali manusia sengaja menolak Tuhan. Dalam Rom 1:18-32, rasul Paulus dengan
jelas mengungkapkan bagaimana sifat manusia berdosa yang menolak Allah dan menciptakan allah-allah
palsu mereka. Demikian juga halnya dengan manusia di era Postmodern yang tidak mau mengakui
universalitas kebenaran dan ingin menciptakan kebenaran sendiri dan akhirnya masuk dalam satu
kekacauan moralitas. Augustinus mengatakan bahwa manusia perlu makna, sebab tanpa makna manusia
kehilangan arah bagi moral, landasan, tujuan, motivasi, dan presaposisi hidup. Bahkan dalam bukunya yang
terkenal yang berjudul “My Confession” ia menuliskan perkataan yang begitu terkenal: “Ya Tuhan, Engkau
telah menciptakan kami bagi diri-Mu dan hati kami tidak akan pernah mendapatkan kelegaan sampai
menemukannya di dalam Engkau.” Kita memerlukan satu as yang cukup kuat, berdaulat dan benar, yang
tidak dapat diperoleh dengan kebenaran yang kita ciptakan, melainkan harus dari Allah. Sebagai orang
Kristen yang telah mengalami anugerah Tuhan yang besar, seringkali kita tidak memahami hal ini dan
bahkan hidup tanpa makna. Setelah menerima Tuhan Yesus, kita menganggap semua sudah selesai hidup
kita sudah sangat bermakna. Namun mari kita mengevaluasi danmerefleksikan kehidupan kita, apakah
hidup kita sudah benar-benar bermakna melalui buah-buah yang dihasilkan.
317
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Apakah kita telah tahu maksud keberadaan kita di dunia dan maksud Tuhan masih membiarkan kita di
dunia? Dan apa misi hidup pribadi kita yang akan kita realisasikan? Di dalam setiap orang panggilan Tuhan
bersifat sama namun di dalam setiap pribadi kita panggilan itu bersifat unik dan pribadi. Jangan cepat puas
jikalau saudara sudah menemukan jawabannya karena kita harus menguji jawaban tersebut apakah sesuai
dengan kebenaran-kebenaran firman Tuhan. Stephen Covey mengatakan, “Apa yang akan kita lakukan
jikalau kita telah mencapai posisi diatas dari suatu dinding namun ternyata tangga kita sudah bersandar
pada dinding yang salah?” Tanpa kembali pada Tuhan kita tidak akan mencapai suatu penyelesaian dan
justru menjadi suatu yang humanis. Ada dua kemungkinan yang terjadi jikalau saudara tidak memiliki
jawaban atas pertanyaan tersebut:
1.
Saudara mungkin sudah memikirkan makna dan tujuan dari hidup saudara namun itu masih di
dalam satu proses, sehingga belum ada satu formulasi yang jelas dan tuntas. Saya mendorong saudara
untuk terus melanjutkannya, karena sebelum hal ini saudara dapatkan maka saudara akan memberikan
waktu, tenaga dan hidup saudara hanya untuk sesuatu yang sia-sia dan tidak tepat.
2.
Mungkin saudara tidak dapat menjawab karena saudara belum memiliki makna hidup yang jelas
dalam hidup saudara.
Di sini terdapat beberapa ciri dari kehidupan yang tanpa makna: pertama, orang yang sering dilanda
kebosanan sehingga ia perlu mencari hiburan untuk menghilangkan kebosanannya. Kebosanan
menunjukkan gejala bahwa di dalam diri kita ada sesuatu yang sangat penting yang belum kita dapatkan.
Oleh sebab itu kebosanan seharusnya tidak boleh membawa kita segera melakukan pelepasan dengan
suatu aktivitas untuk pembiusan diri, karena itu akan berdampak kita kembali pada problem yang sama
yang belum terselesaikan. Ketika kita mendapatkan suatu wawasan/makna akan apa yang kita lakukan
maka semuanya itu akan menjadi suatu yang indah, walaupun untuk itu kita harus menghadapi suatu
penderitaan. Kedua, Hidup dengan menghabiskan waktu. Seringkali hidup kita banyak dihabiskan untuk halhal yang tidak berarti dan tidak dapat kita pertanggungjawabkan. Ketika masih berada di SAAT, saya ingat
waktu itu harus mencuci baju sendiri. Pada mulanya saya berpikir bahwa saya disitu untuk belajar teologi
dan bukannya untuk mencuci baju, namun saya juga tidak mungkin membuang semua baju itu dan
akhirnya saya mengerti bahwa itu juga merupakan bagian saya melayani dan mengabdi pada Tuhan. Di dalam segala sesuatu jikalau kita tidak dapat menemukan suatu makna maka itu akan menjadi sesuatu yang
memberatkan kita. Walker Percy mengatakan: “Kendati kita hidup dalam masa kemakmuran yang tidak
pernah ada sebelumnya, tetapi saat ini kita hidup di dalam jaman “thanatos” (Yunani) atau kematian, satu
masa yang penuh dengan mayat hidup.” Banyak orang yang secara fisik hidup tetapi secara spiritual, emosional dan intelektual mati. Mereka menjadi mayat hidup yang tidak ada suatu landasan untuk
mengarahkan pada apa yang benar, bernilai dan berharga untuk diperjuangkan didalam intelektual,
emosional dan spiritualnya. Apakah ini adalah satu gejala dalam kehidupan kita?
Ketiga, Kita mungkin mengejar suatu yang jika dievaluasi bukanlah pemenuhan makna kita yang
sesungguhnya. Kita harus kembali pada sesuatu yang basic yaitu Alkitab, ajaran yang sederhana, kembali
pada Tuhan, belajar kebenaran dan taat kepada-Nya. Dalam 1 Pet 1:18 dikatakan bahwa untuk menebus
manusia, Allah bukan mengirimkan malaikat atau menciptakan satu ciptaan yang baru melainkan Allah
memberikan anak-Nya yang tunggal, darah pengorbanan yang lebih daripada apapun yang ada di dunia,
dan itu bukan berarti keselamatan yang dihasilkan adalah suatu yang remeh! Justru keselamatan dengan
pengorbanan yang begitu besar itu akan menghasilkan orang-orang tebusan yang mengenapkan rencana
Tuhan yang agung dan mulia. Bahkan dalam Mazmur 73 dikatakan bahwa asal ada Tuhan maka itu sudah
318
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
cukup. Apakah kita telah menemukan kecukupan tersebut? Keselamatan dari Tuhan akan menghasilkan
satu kehidupan yang dilepaskan daripada kesia-siaan dan akhirnya menghasilkan satu kehidupan yang baru,
yaitu kehidupan yang mulia, agung dan sangat indah. Kita harus memahami identitas kita yang baru sebagai
anak Allah, dengan demikian itu akan mempengaruhi seluruh pola hidup kita.
Seringkali kita masih melihat banyak orang Kristen yang hidup sia-sia, tanpa makna dan rusak secara moral;
atau jikalau mereka masih orang Kristen yang baik tetapi tidak lagi mempunyai satu kemampuan, kecuali
sudah baik secara sosial life, itu sudah cukup. Hal yang demikian akan sangat menyenangkan iblis karena itu
berarti laskar-laskar sudah tumpul dan tidak berbahaya lagi. Di sini saya melihat terdapat beberapa
kegagalan karena pengertian yang salah terhadap iman: pertama, iman harus dimengerti bukan sebagai
satu pemberian hadiah tiket nonton film, tetapi iman itu lebih cocok dimengerti sebagai satu pencangkokan
dari satu carang kepada satu pohon pokok, sehingga akan ada satu kesatuan dan pengaliran sumber hidup
dari pokok tersebut. Iman yang hidup adalah di mana hidup kita ada dan berakar di dalam Dia. Yang kedua,
iman itu seperti pernikahan dari dua orang kekasih yang saling mencintai dengan begitu tulus. Ketika kita
melihat seorang bujangan yang setelah menikah dia merasa bahagia namun kemudian ia tinggalkan
isterinya, kita pasti akan merasa bahwa orang tersebut tidak sewajarnya berbuat demikian. Namun kita
seringkali tanpa sadar telah berbuat hal yang sama di dalam hidup rohani kita! Ketika kita telah menerima
Tuhan Yesus, kita bersukacita karena mendapat keselamatan, namun setelah itu meninggalkan-Nya dan hidup tanpa makna. Iman harus dimengerti seperti pernikahan, di mana di dalamnya ada satu kejelasan,
komitmen yang menyatu dan tidak terpisahkan, dan di dalamnya terjadi satu dinamika hubungan yang akan
menghasilkan buah-buah keindahan yang semakin indah.
Keempat, Iman adalah satu persandaran/satu komitmen pribadi lepas pribadi. Keempat, Iman harus juga
dimengerti di dalam aspek yang lebih luas yaitu satu sistem kepercayaan yang kita masuk dan hidup di
dalamnya. Sehingga iman adalah melihat realita lebih utuh dan tidak terbatas pada hal-hal yang duniawi
saja. Kita seharusnya memiliki anugerah yang membuat orang lain iri dan bukannya kita yang iri kepada
orang non Kristen, karena kita adalah orang yang paling berbahagia, dilimpahi dengan anugerah. Ketika kita
lihat realita kehidupan masyarakat sangat payah, itu menunjukkan bahwa mimbar gereja, fungsi keasinan
garam dan terang dari gereja sudah begitu lemah, sehingga banyak hal yang perlu kita doakan dengan
sungguh-sungguh supaya kebenaran Tuhan boleh dinyatakan dan Tuhan membukakan perspektif kita, dan
dalam banyak hal yang salah boleh diperbaiki. Orang Kristen boleh tetap hidup dalam dunia dengan satu tujuan utama yaitu pembaharuan pribadi sehingga orang boleh kembali pada Tuhan. Disini kita melihat bahwa keselamatan itu menghasilkan kehidupan yang indah dan memiliki suatu yang lain guna diperjuangkan.
Mari kita mencari dan memformulasikan maksud Tuhan di dalam hidup kita masing-masing! Kiranya Tuhan
menolong kita sehingga kita boleh hidup memberi satu makna dengan teguh tak tergoncangkan. Tuhan
memberkati kita semua.
Amin!
319
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
P
Pa
an
ng
gg
giilla
an
nm
me
em
mb
be
erriitta
ak
ka
an
n IIn
njjiill
Oleh: Pdt. Sutjipto Subeno
Nats:
17
Kisah 28:17-29
Tiga hari kemudian Paulus memanggil orang–orang terkemuka bangsa Yahudi dan setelah
mereka berkumpul, Paulus berkata: "Saudara–saudara, meskipun aku tidak berbuat
kesalahan terhadap bangsa kita atau terhadap adat istiadat nenek moyang kita, namun
aku ditangkap di Yerusalem dan diserahkan kepada orang–orang Roma.
18
Setelah aku diperiksa, mereka bermaksud melepaskan aku, karena tidak terdapat suatu
kesalahanpun padaku yang setimpal dengan hukuman mati.
19
Akan tetapi orang–orang Yahudi menentangnya dan karena itu terpaksalah aku naik
banding kepada Kaisar, tetapi bukan dengan maksud untuk mengadukan bangsaku.
20
Itulah sebabnya aku meminta, supaya aku melihat kamu dan berbicara dengan kamu,
sebab justru karena pengharapan Israellah aku diikat dengan belenggu ini."
21
Akan tetapi mereka berkata kepadanya: "Kami tidak menerima surat–surat dari Yudea
tentang engkau dan juga tidak seorangpun dari saudara–saudara kita datang
memberitakan apa–apa yang jahat mengenai engkau.
22
Tetapi kami ingin mendengar dari engkau, bagaimana pikiranmu, sebab tentang mazhab
ini kami tahu, bahwa di mana–manapun ia mendapat perlawanan."
23
Lalu mereka menentukan suatu hari untuk Paulus. Pada hari yang ditentukan itu
datanglah mereka dalam jumlah besar ke tempat tumpangannya. Ia menerangkan dan
memberi kesaksian kepada mereka tentang Kerajaan Allah; dan berdasarkan hukum Musa
dan kitab para nabi ia berusaha meyakinkan mereka tentang Yesus. Hal itu berlangsung
dari pagi sampai sore.
24
Ada yang dapat diyakinkan oleh perkataannya, ada yang tetap tidak percaya.
25
Maka bubarlah pertemuan itu dengan tidak ada kesesuaian di antara mereka. Tetapi
Paulus masih mengatakan perkataan yang satu ini: "Tepatlah firman yang disampaikan
Roh Kudus kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi Yesaya:
26
Pergilah kepada bangsa ini, dan katakanlah: Kamu akan mendengar dan mendengar,
namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap.
27
Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya
melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan
telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan
mereka.
28
Sebab itu kamu harus tahu, bahwa keselamatan yang dari pada Allah ini disampaikan
kepada bangsa–bangsa lain dan mereka akan mendengarnya."
29
(Dan setelah Paulus berkata demikian, pergilah orang–orang Yahudi itu dengan banyak
perbedaan paham antara mereka.)
320
Ringkasan Khotbah – Jilid 1
Surat Kisah Rasul merupakan berita bagaimana para rasul dipakai pertama-tama oleh Tuhan untuk
memberitakan keselamatan di dalam Kristus. hal ini dimulai dengan kisah bagaimana Petrus berkhotbah di
hari Pentakosta yang akibatnya 3000 orang bertobat dan percaya pada Tuhan. Sehingga itu menjadi
anugerah yang begitu besar di mana Kekristenan mulai menyebar masuk ke seluruh Yudea, Asia kecil,
sampai di wilayah jasirah Yunani, dan dalam Kis 28 kita melihat Paulus tiba di Roma untuk memberitakan
Injil di tengah bangsa Roma hingga akhirnya ia dapat menerobos filsafat dan pusat pemerintahan Roma.
Sehingga merupakan satu hal yang unik sekali kalau kita memperhatikan bagaimana Injil dan Kekristenan
dapat tiba kepada bangsa-bangsa. Dan jika kita membaca akhir daripada Kisah para rasul, di situ terdapat
satu kesimpulan yang Paulus kutip dari kitab Yesaya: “Pergilah kepada bangsa ini, dan katakanlah: Kamu
akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak
menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, …”
Maka saat ini saya mengajak untuk memikirkan, mengapa pemberita injil tidak datang dengan kekuasaan
yang besar tetapi justru sebagai seorang tawanan. Ketika itu orang-orang Yahudi di kota Roma mau
mendengar apa yang Paulus ceritakan karena mereka tidak mau mendapat salah pengertian tentang satu
aliran yang begitu banyak mendapat perlawanan. Di satu pihak Kekristenan tidak pernah ingin memusuhi
siapapun tetapi ternyata Kekristenan dimusuhi oleh begitu banyak orang. Sehingga di sini timbul satu
pertanyaan, mengapa? Kemarin saya baru berbincang-bincang dengan seseorang yang mana sebenarnya
adalah seorang komunis dan ia mengatakan bahwa waktu mulai merenungkan dan memperhatikan
Kekristenan, ia tidak menemukan satu alasanpun untuk menghina dan menolak ajaran Kristus, yang datang
menjadi berkat, mengajarkan ajaran yang begitu agung dan di dalam tindakannya Ia tidak pernah
melakukan kekejaman sekalipun. Ini merupakan pengakuan yang jujur tetapi waktu itu ia mulai berkata,
mengapa ia sulit menerima Kristus. Ketika saya mulai merenungkan pertanyaan tersebut, saya rasa kita
semua harus sadar yaitu kalau kita boleh mengaku, bertobat dan percaya, itu mutlak adalah anugerah
Tuhan. Inilah yang diproklamasikan oleh para reformator dengan Sola Gracia.
Di sini terdapat keunikan yaitu ketika Paulus datang ke Yerusalem, ia membawa persembahan bagi orang
Yahudi tetapi kemudian ia ditangkap dan akan dibunuh. Kemudian setelah itu mereka mencari para saksi
dan melakukan persidangan, tetapi hingga dikirim ke Kaisarea dan Agripa, mereka tidak dapat menemukan
kesalahan apapun. Akhirnya waktu dalam keadaan genting, Paulus menggunakan hak sebagai warga negara
Roma dan ia tidak mau diadili di Yerus
Download