Perancangan Iklan Layanan Masyarakat “Stop Penggunaan Kata

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
1.1 Autisme
Autisme atau biasa disebut ASD (Autistic Spectrum Disorder) merupakan
gangguan perkembangan fungsi otak yang komplex dan sangat bervariasi.
Menurut Williams (2004:3) autisadalah gangguan perkembangan yang secara
umum tampak di tiga tahun pertama kehidupan anak. Autis berpengaruh pada
komunikasi, interaksi sosial imajinasi dan sikap.
Anak dengan Autism Spectrum Disorder (ASD) sering digambarkan sebagai
anak yang hidup dalam dunianya sendiri, mereka tidak suka bila orang lain
mengganggu dunianya. Banyak dijumpai anak dengan ASD menunjukkan
perilaku “aneh”, misalnya suka melihat benda-benda berputar, suka menekuknekukkan jari, melihat orang dengan cara melirik, hand flapping. Bahasa dan
komunikasi dua arah pada anak-anak ini sangat terbatas atau bahkan tidak muncul
sama sekali.
Di Indonesia kasus anak terkena gangguan autis semakin tahun semakin
meningkat dan kini menjadi salah satu kasus yang mengkhawatirkan. Pada tahun
1990-an dimulainya penjumlahan anak autis dengan tingkat tinggi dan kemudian
semakin dari tahun ke tahunnya. Menurut Melly Budhiman sebagai Ketua
Yayasan Autisme Indonesia, autisme adalah suatu gangguan neurobiologis yang
terjadi pada anak dibawah umur 3 tahun.Gejala yang nampak adalah gangguan
dalam bidang perkembangan, perkembangan interaksi dua arah, perkembangan
interaksi timbal balik, dan perkembagan perilaku. Dan kondisi ini jika tidak
ditangani secara benar akan berlanjut hingga remaja dan masa dewasa
(Williams,2004:13)
2.1.1
Ciri-Ciri Anak dengan Gangguan Autis
Menurut Komunitas Autisme Puterakembara, anak dengan gangguan
autis mempunyai ciri sebagai berikut ;

Komunikasi
Kemampuan berbahasa mengalami keterlambatan atau sama sekali
tidak
dapat
berbicara.
menghubungkannya
Menggunakan
dengan
arti
yang
kata
lazim
kata
tanpa
digunakan.
Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya
dapat berkomunikasi dalam waktu singkat.

Bersosialisasi (berteman)
Lebih banyak menghabiskan waktunya sendiri daripada dengan
orang lain. Tidak tertarik untuk berteman. Tidak bereaksi terhadap
isyarat isyarat dalam bersosialisasi atau berteman seperti misalnya
tidak menatap mata lawan bicaranya atau tersenyum.

Kelainan penginderaan
Sensitif terhadap cahaya, pendengaran, sentuhan, penciuman dan
rasa (lidah) dari mulai ringan sampai berat.

Bermain
Tidak spontan / reflek dan tidak dapat berimajinasi dalam bermain.
Tidak dapat meniru tindakan temannya dan tidak dapat memulai
permainan yang bersifat pura pura.

Perilaku
Dapat menjadi sangat hiperaktif atau sangat pasif (pendiam).
Marah tanpa alasan yang masuk akal. Amat sangat menaruh
perhatian pada satu benda, ide, aktifitas ataupun orang. Tidak dapat
menunjukkan akal sehatnya. Dapat sangat agresif ke orang lain
atau dirinya sendiri. Seringkali sulit mengubah rutinitas sehari hari.
kembali keatas
2.1.2
Stereotipe Autisme
Pada kenyataannya tidak semua masyarakat bisa menerima anak-anak
dengan gangguan autis, mereka cenderung akanmenjauhi atau bahkan
menganggap anak dengan gangguan autis itu menular.
Beberapa anak tersisihkan karena anak-anak lain lain menganggap
mereka “terlalu berbeda”. Perilaku mereka tidak biasa, karakteristik mental
dan fisik, penampilan terlalu berbeda dan tidak selalu dalam cara yang positif.
Akibatnya mereka sering mengalami penolakan yang melemahkan dan
mungkin mengalami kecemasan yang kronis, depresi, harga diri rendah, serta
kesepian yang akut. Anak-anak dengan Autism Spectrum Disorder dipatok
“paling berbeda” sehingga mereka menjadi menderita (Borba,2009:535)
Padahal sebenarnya anak dengan gangguan autis ini juga tidak mau
dilahirkan seperti itu, mereka juga ingin bermain dengan teman-teman sebaya
mereka.Masyarakat perlu tahu tentang autisme, ini supaya mereka bisa
membantu anak-anak dengan gangguan autis.Menerima mereka seperti anakanak normal lainnya, karena sebenarnya anak autis ini pun tidak bisa hidup
dengan kekuatan mereka sendiri. Mereka juga ingin hidup normal seperti
orang lain (Razhiyah,2008:33)
2.1.3 Penyalahgunaan Kata Autis
Seiring dengan berkembangnya teknologi, banyak orang yang "melek"
media dan mencari informasi tentang autisme. Sebagai hasilnya sedikit demi
sedikit masyarakat mulai menyadari kehadiran anak autis yang "berbeda"
dengan anak-anak lain.
Kata "Autis/Autisme" pun mulai bermunculan di media cetak maupun
elektronik. Tapi sayang sekali dalam kenyataannya kata "Autis/Autisme"
kemudian mulai dipakai oleh berbagai pihak baik oleh para aktivis, akademisi
maupun artis televisi dalam konotasi yang negatif. Beberapa artis mulai
menggunakan kalimat "dasar autis loe....." sebagai bahan lelucon di berbagai
tayangan di televisi. Beberapa aktivis dan akademisi juga mulai menggunakan
kata Autisme untuk menganalogikan ketidakberesan pemerintah dan partai
politik.
Kata “autis” misalnya sering digunakan untuk menggambarkan orang
yang sedang keranjingan atau asyik chating menggunakan handphone (HP).
Demikian juga terhadap oknum pejabat atau politikus atau orang biasa yang
asyik dengan kepentingan dirinya dan tidak peduli dengan kepentingan
masyarakat di sekitarnya, acap kali ada yang mengumpamakannya sebagai
Autis. Selain itu, kita juga masih sering menjumpai adanya orang yang
mengejek atau mengolok-olok orang lain dengan kata “autis”, termasuk juga
terkadang kita masih menjumpai adanya pembawa acara yang melakukan hal
seperti itu di layar televisi (Bratawira,2011)
“Yang membuat komunitas kami "keberatan" atas pemakaian
analogi tersebut, bukan karena masalah biasa atau tidak biasa,
wajar atau tidak wajar, bukan juga masalah sensitivitas perasaan
kami sebagai orang tua, tapi lebih ke arah pemikiran akan
"dampak negatif" yang akan timbul di masyarakat untuk masa
mendatang terutama bagi kehidupan masa depan anak-anak kami”
(Leny Marijani, Komunitas Autisme Puterakembara, 2008)
2.2 Psikografi Remaja
Menurut Hurlock (2004:207) remaja adalah mereka yang berada pada
rentang 12-23 tahun. James Marcia yang menemukan bahwa ada empat status
identitas diri pada remaja yaitu identity diffusion / confussion, moratorium,
foreclosure, dan identity achieved (Santrock, 2003, Papalia, dkk, 2001,
Monks, dkk, 2000, Muss, 1988).
Pada manusia, perilaku sosial yang tampak pada remaja biasanya
meningkatkan jumlah waktu yang dihabiskan dengan teman sebaya mereka.
Hampir delapan jam biasanya dihabiskan berkomunikasi dengan orang lain,
tetapi hanya delapan persen dari waktu ini dihabiskan berbicara dengan orang
dewasa. Remaja melaporkan bahwa mereka jauh lebih bahagia menghabiskan
waktu dengan rekan-rekan yang sama-usia dibandingkan dengan orang
dewasa. (Gunarsa,2009:80)
2.2.1
Karakteristik Remaja
Menurut Abin Samsuddin (2003), di bawah ini disajikan berbagai
karakteristik perilaku dan pribadi masa remaja,

Psikomotor :
a. Gerak – gerik tampak canggung dan kurang terkoordinasikan.
b. Aktif dalam berbagai jenis cabang permainan.

Bahasa :
a. Berkembangnya penggunaan bahasa sandi dan mulai tertarik
mempelajari bahasa asing.
b. Menggemari literatur yang bernafaskan dan mengandung segi erotik,
fantastik dan estetik.

Perilaku Kognitif
a. Proses berfikir sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika
formal (asosiasi, diferen-siasi, komparasi, kausalitas) yang bersifat
abstrak, meskipun relatif terbatas.
b. Kecakapan dasar intelektual menjalani laju perkembangan yang
terpesat.
c. Kecakapan dasar khusus (bakat) mulai menujukkan kecenderungankecenderungan yang lebih jelas.

Perilaku Sosial
a. Diawali dengan kecenderungan keinginan bergaul dengan banyak
teman tetapi bersifat temporer.
b. Adanya kebergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya disertai
semangat konformitas yang tinggi.

Moralitas
a. Adanya kebingungan antara keinginan bebas dari dominasi pengaruh
orang tua dengan kebutuhan dan bantuan dari orang tua.
b. Dengan sikapnya dan cara berfikirnya yang kritis mulai menguji
kaidah-kaidah atau sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam
perilaku sehari-hari oleh para pendukungnya.
c. Mengidentifikasi dengan tokoh moralitas yang dipandang tepat dengan
tipe idolanya.

Konatif, Emosi, Afektif dan Kepribadian
a. Lima kebutuhan dasar (fisiologis, rasa aman, kasih sayang, harga diri
dan aktualisasi diri) mulai menunjukkan arah kecenderungannya
b. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosionalnya masih labil dan belum
terkendali seperti pernyataan marah, gembira atau kesedihannya masih
dapat berubah-ubah dan silih berganti dalam yang cepat
c. Kecenderungan-kecenderungan arah sikap nilai mulai tampak (teoritis,
ekonomis, estetis, sosial, politis, dan religius), meski masih dalam taraf
eksplorasi dan mencoba-coba.
d. Merupakan masa kritis dalam rangka menghadapi krisis identitasnya
yang sangat dipengaruhi oleh kondisi psikososialnya, yang akan
membentuk kepribadiannnya.
2.3 Iklan Layanan Masyarakat
2.3.1 Definisi Iklan Layanan Masyarakat
Iklan layanan masyarakat adalah iklan yang mengkomunikasikan
pesan-pesan tentang masalah sosial yang terjadi disekitar masyarakat, dimana
tujuan akhirnya bukan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi melainkan
keuntungan sosial. Keuntungan sosial yang dimaksud adalah munculnya
penambahan
pengetahuan,
kesadaran
sikap
dan
perubahan
perilaku
masyarakat terhadap masalah yang diiklanlan.
Menurut Kasali (1990:20) iklan layanan masyarakat adalah suatu upaya
untuk menggerakkan solidaritas masyarakat terhadap masalah yang mereka
hadapi yakni kondisi yang bisa mengancam keserasian dan kehidupan umum
yang bersifat non komersial.
Di Indonesia sendiri, iklan layanan masyarakat pertama sekali
dipelopori oleh Biro Iklan Intervisa pada tahun 1968 yang bertujuan untuk
menanggulangi masalah mercon (petasan) yang pada saat itu banyak
menimbulkan korban cacat maupun kematian. Kemudian diikuti oleh Biro
Iklan Matahari yang mengikrarkan pentingnya kesehatan ibu dan anak
(Khasali, 1990: 204).
Dengan bertambahnya informasi, pengetahuan, kesadaran sikap dan
perubahan perilaku masyarakat maka kualitas kehidupan masyarakat juga
akan ikut berpengaruh. Menurut Widyatama (2007:104) umumnya, materi
pesan yang disampaikan dalam iklan jenis ini berupa informasi-informasi
publik untuk menggugah masyarakat melakukan kebaikan yang bersifat
normatif.
2.3.2
Kriteria Iklan Layanan Masyarakat
Menurut Kasali (1992:202) ada beberapa kriteria yang harus
diperhatikan dalam pembuatan iklan layanan masyarakat, kriteria tersebut
adalah ;
1. Non komersial,
2. Tidak bersifat keagamaan,
3. Non-politik,
4. Berwawasan nasional,
5. Diperuntukkan bagi seluruh lapisan masyarakat,
6. Diajukan oleh organisasi yang telah diakui atau diterima,
7. Dapat diiklankan,
8. Mempunyai
dampak
dan
kepentingan
tinggi,
sehingga
patut
memperoleh dukungan media lokal maupun nasional.
2.4 Consumer Insight
Consumer Insight yaitu suatu kegiatan untuk mendapatkan informasi yang
dalam dan lengkap mengenai pandangan atau persepsi paling jujur dari terget
konsumen.
Menurut Kasilo (2008:23) consumer insight adalah sebuah pengaruh dan
biasanya ada di alam bawah sadar, yang mengarahkan tingkah laku. Ada yang
menyebutnya forgotten truth atau hidden truth. Jadi itu adalah sesuatu yang tak
tampak, padahal ada dan sangat berpengaruh. Misalnya, orang yang sejak kecil
tidak suka dengan daging ayam lalu diberi pilihan antara soto dan bakso, tanpa
sadar ia pasti akan memilih bakso. Sebab dalam persepsi umum, soto sangat dekat
dengan daging ayam dan bakso lebih dekat dengan daging sapi.
Memahami kebutuhan customer sebagai prasayarat kegiatan pemasaran,
sering kali dilupakan para pemasar. Mereka lebih menitikberatkan pada strategi
menjual produk dengan menanamkan keyakinan bahwa produk yang dijual adalah
produk terbaik yang telah diciptakan dengan memperhatikan kebutuhan
customer. Dalam
consumer insight
komunikasi
persuasi,
termasuk
komunikasi
pemasaran,
menjadi titik awal yang sangat penting. Pasalnya, dengan
insight yang tepat, jelas dapat mempermudah pembentukan tingkah laku TA
sesuai yang kita kehendaki.
Kasilo (2002:25) menambahkah, ada berbagai cara untuk menggali consumer
insight. Cara yang paling populer adalah dengan Why Test, Reason Test atau ada
juga yang menyebutnya dengan So What Test. Pada dasarnya, kepada target
segmentasi kita “cerca” dengan pertanyaan “mengapa begitu ?” atau “biar apa?”.
2.5 Consumer Journey
Ada kecenderungan saat ide sudah didapat, kita akan terburu-buru
memikirkan bentuk iklan atau bahkan kita akan langsung membuat iklan, tanpa
mengetahui dulu jenis media dan isi media apa yang diinginkan oleh target
segmen kita. Untuk menentukan bagaimana menyampaikan ide-ide yang sudah
ada kedalam media yang akan digunakan maka diperlukan sebuah perencanaan
yang baik agar dapat menghasilkan point of contact (perhatian) yang dapat
menjangkau sasaran dengan tepat.
Consumer journey inilah yang digunakan
untuk membuat atau menentukan media apa saja yang tepat digunakan untuk
target segmentasi.
Menurut Kasilo (2008:65) consumer journey adalah sebuah cara dimana kita
harus mengamati jadwal hidup target segmentasi kita sehari-hari. Kita harus tahu
kegiatan apa saja yang dilakukan target segmen kita, dari pagi bangun tidur
hingga
kembali
tidur
pada
malam
hari.
Setelah
menelaah consumer
journey dengan memperhatikan sarana, penempatan dan kegiatan target segment
membuat strategi komunikasi kita menjadi efektif dan efisien.
Berawal dari consumer journey ini kita akan menemukan point of contact
dari target segmen kita, asalkan kita tidak terpaku oleh media-media konvensional
(televisi,radio,koran) kita akan menemukan berbagai bentuk media baru yang
tadinya tidak pernah terpikirkan.
Consumer insight merupakan bekal untuk membuat strategi komunikasi jadi
efektif, sedangkan memahami consumer journey akan membuat strategi tersebut
bisa disampaikan seara lebih efisien (Kasilo :2008,76)
2.6 Tinjauan Media
Media adalah metode komunikasi umum yang membawa pesan, menurut
Fandy Tjiptono (2007:243) dalam bukunya yang berjudul Strategi Pemasaran
berpendapat bahwa media adalah saluran penyampaian pesan komersial kepada
khalayak sasaran.
2.6.1
Jenis-Jenis Media
Menurut beberapa praktisi periklanan, iklan dapat dikelompokkan
sebagai berikut ;
2.6.1.1 Iklan Lini Atas (Above The Live)
Yaitu media yang dapat diketahui oleh banyak khalayak atau
menyeluruh yang terdiri dari iklan-iklan yang disampaikan lewat media
cetak, media elektronik baik audio maupun audio visual serta media luar
ruang atau outdoor media.
Menurut Frank Jefkins (1997:135), iklan lini atas seringkali disebut
sebagai iklan media baik itu media cetak (koran,majalah) maupun media
eletronik (televisi,radio). Pemakaian iklan ini, mengharuskan adanya
komisi dan biro iklan yang mengelolanya harus mendapat pengakuan dari
lembaga asosiasi pemilik media.
Iklan lini atas sendiri dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu :
- Televisi
Menurut Rendra Widyatama (2007:92) berdasarkan bentuknya
iklan televisi dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis iklan, yaitu :
a. Live Action : Video klip iklan yang melibatkan unsur gambar,
suara dan gerak secara bersama
b. Animation : Iklan yang dibangun berdasarkan gambar-gambar
kartun baik gambar kartun yang digambar dengan tangan ataupun
animasi komputer
c. Stop Action : Iklan televisi yang berbentuk perpaduan antara teknik
live action dan teknik animasi sehingga memberikan efek dramatik
iklan
d. Still : Iklan yang disampaikan dengna cara tidak melibatkan unsur
gambar gerak, melainkan gambar diam
e. Music : Iklan televisi yang disampaikan melalui musik sebagai
media penyampaian pesan
f. Superimposed : Bentuk iklan televisi dalam bentuk gambar iklan
yang muncul di ujung layar, baik kiri atas, kiri bawah, kanan atas,
kanan bawah, sementara siaran televisi tetap berlangsung
g. Sponsor Program : Iklan televisi dimana pihak pengiklan atau
sponsor membiayai program acara televisi tertentu dan sebagai
imbalannya ia dapat menyampaikan pesan iklan dengan lebih
mendominasi
h. Running Text : Iklan televisi dimana pesan diperlihatkan muncuk
masuk secara perlahan bergerak dari kanan masuk pada layar lalu
menghilang pada layar sebelah kiri
i. Backdrop : Bentuk iklan televisi dimana pesan iklan diperlihatkan
pada latar belakang acara yang diadakan
j. Caption : Bentuk Iklan televisi dimana pesan yang digunakan
hanya berupa tulisan saja yang muncul dibagian layar bawah
k. Credit Title : Iklan yang diperlihatkan pada bagian akhir dari
sebuah acara
l. Ad Lips : Iklan televisi dimana pesan disampaiakan dan diucapkan
pembawa acara secara langsung pada sebuah acara
m. Property Endorsment : Iklan yang berbentuk dukungan sponsor
yang diperlihatkan pada berbagai hal sebagai kelengkapan property
siaran
n. Promo Ad : Iklan yang dilakukan oleh pengelola televisi untuk
mempromosikan acaranya
Menurut Kasali (2007:121) menggambarkan kelebihan dan
kekurangan media televisi, yaitu :
Kelebihan : Efisien biaya, punya dampak dan pengaruh yang kuat.
Kekurangan : Biaya tinggi, khalayak yang tidak selektif.
- Radio
Iklan radio memiliki karakteristik yang khas yaitu hanya dapat
didengar melelui audio (suara) saja yang merupakan perpaduan dar
kata-kata (voice), musik dan sound effect. Iklan radio terdiri dari
beberapa jenis, yaitu (Widyatama, 2007:87) :
a. Ad Lips : Iklan yang disampaiakan oleh penyiar secara langsung
pada saat siaran, baik itu pada saat membawakan siaran musik,
berita, dialog dan sebagainya
b. Spot : Iklan yang disampaiakan dengna teknik perekamanan
sebelumnya sehingga membutuhkan naskah terlebih dahulu
c. Sponsor Program : Pemberian waktu khusus kepada sponsor untuk
menyampaikan pesan dengna cara membiayai sebuah program
acara radio.
Menurut Kotler (2000 : 670), kelemahan dan kelebihan radio
adalah ;
Kelebihan : Penggunaan masal, pilihan geografis dan demografis
tinggi, biaya rendah
Kelemahan : Hanya penyajian suara, perhatian lebih rendah dari pada
televisi, struktur harga tidak standar, tidak ada jaminan
posisi.
- Surat Kabar dan Majalah
Pembagian jenis iklan di surat kabar dan majalah dibagi dalam tiga
kategori yang meliputi :
a. Iklan Baris : Iklan ini umumnya hanya berisi pesan-pesan
komersial yang berhubungan dengan kepentingan pengiklan seperti
lowongan kerja, jual beli kendaraan, sewa rumah dan lain-lain.
b. Iklan Display : Iklan ini berukuran minimal dua kolom hingga 1
halaman penuh. Pada umumnya menggunakan illustrasi, ruang
kosong sebagai tambahan bagi materi visual
d. Advertorial : Iklan yang didesain dengan bahasa berita, di dalam
iklan ini hanya memunculkan foto produk dan isi beritanya adalah
beberapa keunggulan produk tersebut
Menurut Kotler (2000 : 670), kelemahan dan kelebihan radio
adalah ;
Kelebihan : Khalayak sasarannya jelas, karena lebih tersegmen, dapat
mengangkat citra, long life spon kualitas visual.
Kekurangan : Eleksibilitas terbatas, biaya tinggi, distribusi
2.5.1.2 Iklan Lini Bawah (Below The Line)
Yaitu media yang tidak dapat diketahui oleh banyak khalayak atau
sifatnya terbatas, contohnya direct mail, exhibition (pameran), kalender,
agenda, gift atau souvenir. Frank Jefkins (1994:13) mengatakan iklan lini
bawah adalah iklan yang tidak menggunakan pembayaran komisi.
Iklan lini bawah sendiri, menurut Widyaningtyas (2002:107) dibagi
menjadi beberapa bagian :
- Pameran : Iklan dalam pameran berbentuk General fairs, Specialized
Show, Consumer Fairs, dan Solo Exhibition
- Direct Mail : Merupakan kategori periklanan dalam menjual secara
langsung kepada konsumen, bisa melalui surat, telepon, media cetak,
kupon
- Merchandising Schames : Merupakan bentuk periklanan yang
berusahan
mempertahankan
pembelian
lewat
celah-celat
yang
dilupakan pesaing, misalnya potongan harga, voucher berhadiah
- Point of Purchase Merupakan bentuk display untuk mendukung
periklanan yang memiliki fungsi periklanan secara lengkap.
2.5.1.3 Media Luar Ruang
Menurut Santosa (2009:168) media luar ruang adalah semua iklan
yang menjangkau konsumen ketika mereka sedang berada diluar rumah
atau kantor. Media luar ruang membujuk konsumen ketika mereka sedag
berada ditempat umum, dalam perjalanan, dalam ruang tunggu, dan juga di
tempat terjadinya transaksi.
Sebagai media iklan yang ditampilkan di areal luar ruangan
(outdoor advertising) memiliki berbagai macam tipe, bentuk yang
jumlahnya sangat banyak dan beraneka ragam. Seperti : billboard
advertising, baliho, megatron, videotron, neon box, pylon sign, spanduk,
banner, dll. Dari istilah dan nama diatas sebenarnya memiliki fungsi yang
sama sebagai alat propaganda promosi, hanya dari segi bentuk, konstruksi,
dan visualnya saja yang memiliki perbedaan.
Iklan media luar ruang dirasa memberikan dampak lebih karena
sangat efisien dan efektif dalam mengkomunikasikan pesan iklan pada
masyarakat yang beraneka ragam. Selain itu, media luar ruang ini
memiliki waktu pemasangan yang relatif lama dan ketahanannya terbilang
lama, tahan terhadap perubahan cuaca seperti hujan dan panas.
Karakteristik inilah yang tidak dimiliki oleh media lainnya.
2.5.1.4 Through The Line / Unconventional Media
Melemahnya pamor media konvensional membuat para pengiklan
harus berpikir keras memikirkan cara baru dalam beriklan, termasuk
bagaimana merancang suatu konsep media baru. Dalam menghadapi
tantangan ini Through The Line (TTL) merupakan salah satu konsep media
baru yang dirasa bisa memberikan bentuk baru bagi masyarakat.
Konsep through the line pada mulanya merupakan upaya untuk
membangun bentuk periklanan yang terintegrasi antara media lini atas dan
media lini bawah. Media lini atas (above the line) dan media lini bawah
(bellow the line) dinilai tidak mampu memenuhi fungsinya secara optimal.
Through the line merupakan bentuk pendekatan holistik dan disinyalir
merupakan bentuk masa depan periklanan (Lwin, 2002:93). Para praktisi
iklan tidak hanya mengandalkan media massa sebagai media penyampai
pesan yang efektif.
Salah satu konsep TTL yang paling populer di Indonesia adalah
Ambient
Media,
meski
belum
banyak
yang
memahami
namun
penerapannya mulai dipercaya sebagai jalan keluar bagi masalah
periklanan di Indonesia. Ambient Media merupakan sebutan untuk segala
kemungkinan media beriklan yang diciptakan khusus untuk target tertentu
melalui cara beriklan yang tidak biasa dan tidak terduga.
Menurut Clemens Aristanto dalam artikel majalah Cakram Vol.284
2007, bila dibandingkan dengan iklan televisi, iklan ambient media justru
memiliki stopping power yang cukup tinggi disebabkan oleh sifatnya yang
unzappable (tidak dapat diganti salurannya seperti saluran dalam tv) dan
unavoidable
(tidak
dapat
dihindari).
Kedua
hal
tersebut
yang
menyebabkan media ini memiliki daya pikat yang besar.
2.5.1.5 Infografis
Tidak dapat dipungkiri hampir sebagian besar orang suka mendapatkan
informasi dengan gambar, dan semakin unik dan kreatif informasi itu
dikemas, maka orang akan semakin tertarik untuk mencari informasi
tersebut. Itulah yang membuat infographic selalu menarik perhatian
banyak orang. Infografis adalah gabungan tema besar kejadian yang
informasinya digali secara mendalam kemudian ditampilkan secara
bersamaan beserta foto yang menjelaskan tiap sudut permalahan. Dapat
dikatakan infografis mungkin salah satu solusi terkait kebosanan
masyarakat melihat tampilan presentasi yang monoton apalagi terkait
prosentase data.
Menurut Doug Newsom dan Jim Haynes dalam bukunya Public
Relations Writing (2004:21), infografis adalah visual grafis yang
menampilkan representasi dari informasi, data dan pengetahuan. Infografis
menyajikan informasi yang cepat jelas dan kompleks, seperti tanda, peta,
jurnalisme, pendidikan, dan pengetahuan. Dengan infografik informasi
akan lebih mudah diproses dan juga mengubah data, informasi,
permasalahan yang riil dan kompleks menjadi visual yang lebih sederhana
untuk dicerna oleh audience.
Popularitas infografis telah meningkat secara dramatis dalam beberapa
tahun terakhir. Infografis kini dapat ditemukan di berbagai surat kabar,
presentasi, dan internet dengan beragam jenis visual grafis yang mencakup
peta diagram, visualisasi data dan teknis, penjelasan instruksional dan
ilmiah untuk menggambarkan informasi yang luas menjadi lebih padat dan
mudah dimengerti.

Jenis- Jenis Infografis
Secara umum infografis terbagi menjadi dua jenis, yaitu grafis
informatif dan grafis visual.
a. Grafis informatif adalah grafis yang memaparkan kejadian,
proses, hasil penelitian maupun fakta secara artistik. Di sini
unsur-unsur yang terdapat dalam kaidah seni seperti warna,
bentuk, irama, kesatuan dan komposisi antara penempatan
infografis dan naskah diperhatikan untuk menarik perhatian
pembaca.
b. Sedangkan grafis visual adalah grafis yang bersifat sebagai
ilustrasi dari seluruh isi berita maupun opini yang digambarkan
secara analogi, simbol dan metafora dengan artistik. Grafis
visual tidak terdapat ulasan maupun teks pendukung yang
mendampingi.
2.5.1.6 Website
Website merupakan salah satu media promosi yang paling popular saat
ini, memiliki jangkauan ruang dan waktu yang tak terbatas. Pemanfaatan
internet sebagai salah satu media pemasaran, dapat membantu menjaring
konsumen lebih banyak.
Perkembangan internet terus meningkat dari waktu ke waktu. Saat ini,
media promosi tidak hanya didominasi oleh website. Media promosi juga
merambah ke jejaring sosial. Menuntut sistem pemasaran yang lebih
proaktif dan agresif, langsung ke calon-calon pelanggan potensial.
Selain itu, dengan semakin berkembangnya teknologi elektronika,
internet juga semakin mudah dan cepat diakses oleh siapapun dan dari
manapun. Kebutuhan website yang tidak hanya dapat diakses dari
komputer meja ataupun laptop, tetapi juga semakin menuntut adaptasinya
dengan perangkat-perangkat bergerak seperti handphone, smartphone,
PDA, dan tablet.

Karakteristik Website
Beberapa karakteristik website diantaranya adalah ;
a. Mengandung muatan informasi yang besar, paling atraktif,
menghibur dan edukatif dalam sistem komunikasi massa
b. Dapat menerobos batasan tempat dan waktu dalam memberikan
informasinya
c. Kaya akan tampilan grafis sehingga sangat terjangkau sebagai
sarana berpromosi
d. Media interaktif yang dapat menggabungkan seluruh media
informasi, meliputi: audio visual, animasi, image dan teks
Download