MIKROORGANISME PENYEBAB INFEKSI LUKA OPERASI (ILO

advertisement
MIKROORGANISME PENYEBAB INFEKSI LUKA OPERASI (ILO) DAN
KEPEKAANNYA TERHADAP ANTIBIOTIK
DI RSUD DR. H. ABDOEL MOELOEK BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
(Skripsi)
Oleh
ZULFA LABIBAH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
MIKROORGANISME PENYEBAB INFEKSI LUKA OPERASI (ILO) DAN
KEPEKAANNYA TERHADAP ANTIBIOTIK
DI RSUD DR. H. ABDOEL MOELOEK BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
Oleh
ZULFA LABIBAH
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Pada
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung
PROGAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
ABSTRACT
MICROORGANISM THAT CAUSE SURGICAL SITE INFECTION (SSI)
AND SENSITIVITY TO ANTIBIOTICS
IN RSUD DR. H. ABDOEL MOELOEK BANDAR LAMPUNG
YEAR OF 2016
By
Zulfa Labibah
Background Surgical site infection (SSI) is a nosocomial infection that the
microorganisms spread through a surgical wound. SSI can be prevent by using an
appropiate antibiotic prophylaxis. The research objective was to determine the
microorganisms that cause SSI at RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Bandar Lampung and
the sensitivity pattern to antibiotics.
Methods This study was a descriptive study. Sampling was conducted at RSUD Dr. H.
Abdoel Moeloek Bandar Lampung in September-October 2016. The sample is operation
wound swabs totaling 26 samples. The independent and dependent variables is a
bacterium that can be isolated from the operation wound swabs and sensitivity pattern.
Antibiotics used were Ceftriaxone, Cefazolin, Ampicillin-Sulbactam, Ciprofloxacin,
Amikacin, and Gentamicin. Sensitivity test results compared with CLSI table. The results
of the research were analyzed in descriptive.
Results Microorganisms that cause SSI are Klebsiella sp. (26.7%), Staphylococcus
epidermidis (16.7%), Pseudomonas aeruginosa (13.3%), Staphylococcus saprophyticus
(13.3%), Staphylococcus aureus (10%). The microorganisms sensitivity pattern is
resistent to Ampicillin-Sulbactam (56,7%), Ceftriaxone (73,3%), Cefazolin (83,3%),
Gentamicin (60%), and Ciprofloxacin (60%). While the microorganisms sensitivity
pattern to amikacin are sensitive (70%).
Conclusions: Microorganism that causes most SSI is Klebsiella sp. Amikacin is the most
sensitive antibiotic to microorganisms that cause ILO, while the most resistant is
Cefazolin.
Keyword: antibiotics, microorganisms, sensitivity, surgical site infection
ABSTRAK
MIKROORGANISME PENYEBAB INFEKSI LUKA OPERASI
DAN KEPEKAANNYA TERHADAP ANTIBIOTIK
DI RSUD DR. H. ABDOEL MOELOEK BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
Oleh
Zulfa Labibah
Latar Belakang Infeksi luka operasi (ILO) merupakan infeksi nosokomial yang
penyebaran mikroorganismenya melalui luka bedah. Pencegahan ILO dapat dilakukan
dengan penggunaan antibiotik profilaksis yang tepat. Tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui mikroorganisme penyebab ILO nosokomial di RSUD Dr. H. Abdoel
Moeloek Bandar Lampung dan pola kepekaannya terhadap antibiotik.
Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Pengambilan sampel
dilakukan di RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Bandar Lampung pada September-Oktober
2016. Sampel merupakan swab luka operasi yang berjumlah 26 sampel. Variabel bebas
dan terikat penelitian adalah bakteri yang berhasil diisolasi dari swab luka operasi dan
pola kepekaannya. Antibiotik yang digunakan adalah Ceftriakson, Cefazolin, AmpisilinSulbaktam, Ciprofloksasin, Amikasin, dan Gentamisin. Hasil uji kepekaan dibandingkan
dengan tabel CLSI. Hasil penelitian di analisis secara deskriptif.
Hasil Penelitian Mikroorganisme penyebab ILO yang banyak didapatkan adalah
Klebsiella sp. (26,7%), Staphylococcus epidermidis (16,7%), Pseudomonas aeruginosa
(13,3%), Staphylococcus saprophyticus (13,3%), Staphylococcus aureus (10%). Hasil
pola kepekaan mikroorganisme penyebab ILO adalah resisten terhadap AmpisilinSulbaktam (56,7%), Ceftriakson (73,3%), Cefazolin (83,3%), Gentamisin (60%), dan
Ciprofloksasin (60%). Sedangkan pola kepekaan terhadap Amikasin adalah sensitif
(70%).
Simpulan penelitian Mikroorganisme yang paling banyak menyebabkan ILO adalah
Klebsiella sp. Pola kepekaan mikroorganisme penyebab ILO yang paling sensitif adalah
terhadap Amikasin, sedangkan yang paling resisten adalah terhadap Cefazolin.
Kata kunci: antibiotik, infeksi luka operasi, kepekaan, mikroorganisme
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sumedang, pada tanggal 23 April 1996 sebagai anak
pertama pasangan Mohamad Natsir dan Yuni Yuningsih. Penulis memiliki dua
saudara kandung, yaitu Muhammad Naufal dan Muhammad Nabil.
Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) diselesaikan di TK Al-Hidayah Jakarta
pada tahun 2001, pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDS Angkasa
IX Halim Perdana Kusuma Jakarta pada tahun 2007, pendidikan Sekolah
Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMPN 81 Jakarta pada tahun 2010,
pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMAN 67 Jakarta
pada tahun 2013.
Tahun 2013 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SNMPTN).
Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif dalam organisasi FSI Ibnu
Sina sebagai Staf Kesekretariatan tahun 2014-2015, PMPATD Pakis FK Unila
sebagai anggota Pengabdian Masyarakat tahun 2015-2016, dan UKM Taekwondo
Unila sebagai Kepala Divisi Eksternal tahun 2015-2016.
Sebagai Ucapan Rasa Syukur Dan Terima Kasihku
Kepada Ibu Dan Ayah Yang Sudah Membesarkanku.
Serta Sebagai Persembahan Kepada Keluargaku Tersayang
Impianmu akan terwujud
Dengan syarat,
Kerahkan semua kekuatan anda dan jangan cepat putus asa.
Sabar dan teruslah berusaha
-Ibrahim Elfiky-
SANWACANA
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
yang telah melimpatkan anugrah, nikmat dan ridho-Nya. Shalawat beriring salam
tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para
sahabatnya.
Skripsi yang berjudul “Mikroorganisme Penyebab Infeksi Luka Operasi
(ILO) dan Kepekaannya Terhadap Antibiotik di RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek
Bandar Lampung Tahun 2016” ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Universitas Lampung.
Melalui kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih terhadap
semua pihak yang telah memberi dukungan moril dan spiritual kepada:
1.
Kepada Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas
Lampung;
2.
Kepada Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas
Lampung saat penulis diterima sebagai mahasiswi Universitas Lampung
3.
Kepada Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp. PA, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung;
4.
Kepada dr. Dwita Oktaria, S.Ked., M.Pd.Ked., selaku pembimbing akademik
yang telah memberikan motivasi, dukungan, dan saran;
5.
Kepada Prof. Dr. dr. Efrida Warganegara, S.Ked., M.Kes., Sp. MK., selaku
pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga pikiran, dan
semangat untuk penulis selama skripsi ini. Terimakasih untuk bimbingan dan
arahan yang diberikan selama proses penyusunan skripsi;
6.
Kepada dr. Rasmi Zakiah Oktarlina, S.Ked., M.Farm, selaku pembimbing II
yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
membimbing penulis. Terimakasih untuk bimbingan dan arahan yang
diberikan selama proses penyusunan skripsi;
7.
Kepada dr. M. Ricky Ramadhian, S.Ked., M.Sc., selaku penguji yang telah
memberikan kritik, saran dan masukan dalam memperbaiki skripsi;
8.
Seluruh Staf dosen pengajar dan Staf karyawan Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung yang telah berbagi ilmu dan pengalaman selama
perkuliahan;
9.
Kedua orangtua tercinta, Ibu dan Ayah, Yuni Yuningsih dan Mohamad Natsir
yang menjadi inspirasi terbesar penulis. Terimakasih atas segala dukungan
baik moral, spiritual dan materil yang diberikan. Semoga Allah SWT selalu
memberikan yang terbaik, umur panjang, kesehatan kebahagian dan
perlindungan kepada Ibu dan Ayah;
10. Adik-adik tersayang, Muhammad Naufal dan Muhammad Nabil, terimakasih
telah menjadi adik-adik yang pintar dan penurut. Semoga penulis bisa
menjadi contoh yang baik untuk kalian berdua;
11. Keluarga besar yang telah membantu dalam berbagai hal dan selalu
memberikan dukungan;
12. Kepada seluruh responden pasien ruang rawat Kutilang, Mawar, dan Delima
RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Bandar Lampung yang telah bersedia
meluangkan waktu demi terpenuhinya data penelitian dan terselesaikannya
skripsi ini;
13. Kepada seluruh dokter dan perawat di ruang rawat Kutilang, Mawar, dan
Delima RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Bandar Lampung yang telah bersedia
meluangkan waktu membantu penulis dalam memperoleh sampel;
14. Kepada Pa Lamiran, Bu Asti, Bu Erni dan seluruh Staf karyawan
Mikrobiologi Labkesda Provisinsi Lampung yang telah meluangkan waktu,
tenaga dan pikiran dalam membimbing penulis selama penelitian di
laboratorium;
15. Kepada Ka Ferina, Ka Edo, Ka Airi, ka Ria Rizki, dan kaka koas lain yang
telah meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam memperoleh sampel;
16. Kepada Tante Yanti dan Om Firman selaku orang tua di tempat perantauan
ini, terimakasih atas dukungan dan doa yang diberikan, semoga Tante dan
Om diberi kesehatan dan rahmat oleh Allah SWT;
17. Kepada sahabat terdekat, Gifari Alief Rahman, terimakasih atas dukungan,
perhatian, dan waktunya, semoga selalu menemani di tahun-tahun berikutnya;
18. Kepada Pondok E5, Dian, Dinda, Vera, dan Oci yang menjadi keluarga dan
sahabat, terimakasih atas dukungan dan bantuan yang diberikan, semoga
persahabatan kita dapat terjaga selamanya;
19. Kepada Kuah Ketoprak, Hanum, Faridah, Sayyik, Fauziah, Nida, Zahra, Kak
Christine, Meti, Indrani, Wahid, Marco, Fadel, Tito, Fuad, Firza yang
menjadi keluarga tersayang di tempat perantuan ini, semoga persahabatan kita
bisa terjaga selamanya;
20. Kepada Putri Dea, Rika P, Prizka, Nunung, dan Aci, Intan, Monik yang
menjadi keluarga dan sahabat, terimakasih atas semangat dan dukungan yang
diberikan, semoga persahabatan kita dapat terjaga selamanya;
21. Kepada Palemers, Erisa, Natasha, Mulya Dita, Analia, Restu, Gilang, Nando,
Benny, Anam, Asep, Ani, Mae, Tiwi, Rani, Elma, Rendika, adik-adik
Palemers 2015 dan 2016 yang menjadi keluarga di komplek Palem,
terimakasih atas dukungan dan semangat yang diberikan;
22. Kepada ka Prianggara, ka Desta, ka Meta, dan ka Nora, ka Hani, ka Gea, ka
Desti, ka Techa, Ria, Azrie, dan teman-teman BBQ, Indah, Ara, Riska,
Tifani, Dita, Riska, Tara, Ola, terimakasih atas dukungan, saran, dan pikiran
yang diberikan;
23. Kepada teman-teman satu bimbingan, Annisa A, Dessy, Ani, Jefri, Ega, Devi,
Fahrisal, Ara, Dika, dan Lisa, semoga dapat menjadi dokter yang amanah;
24. Kepada teman-teman seluruh angkatan 2013 (Cere13ellums) semoga kita
semua bisa menjadi dokter yang amanah;
25. Kepada SC 08 dan keluarga besar PMPATD Pakis Rescue Team, keluarga
besar FSI Ibnu Sina, dan keluarga besar UKM Taekwondo Unila, terimakasih
atas pengalaman, ilmu, dan kebersamaan yang diberikan;
26. Kepada KKN Desa Menggala ka Agatha, ka Shely, Vandu, Adi, Bani, dan ka
Sholeh, terimakasih atas kebersamaan dan pengalaman yang kalian ajarkan;
27. Kepada Bunda Family Yolla, Rani, Ayun, Sana, Resti, Riri, Yuki, sahabat
SMP Farrah, Naresh, Nunung, Sheila, Dewo, Rolan, dan teman-teman yang
tidak dapat disebutkan satu per satu, semoga kita dapat menjadi sahabat
selamanya;
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi
karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Namun, penulis berharap
semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Semoga
segala keikhlasan, kebaikan dan dukungan selama ini mendapat balasan oleh
Allah SWT. Amin.
Bandar Lampung,
2017
Penulis
Zulfa Labibah
Januari
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ...................................................................................................... i
DAFTAR TABEL.............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
1.4
Latar Belakang ...............................................................................
Rumusan Masalah ..........................................................................
Tujuan Penelitian ...........................................................................
Manfaat Penelitian..........................................................................
1.4.1 Bagi Peneliti..........................................................................
1.4.2 Bagi Instansi Terkait.............................................................
1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya......................................................
1
5
5
5
5
6
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka ............................................................................
2.1.1 Infeksi Nosokomial...............................................................
2.1.1.1 Pengertian Infeksi Nosokomial.................................
2.1.1.2 Infeksi Nosokomial yang Paling Sering Dijumpai ...
2.1.2 Infeksi Luka Operasi ............................................................
2.1.2.1 Pengertian Infeksi Luka Operasi..............................
2.1.2.2 Penyebab Infeksi Luka Operasi.................................
2.1.2.3 Klasifikasi Luka Operasi...........................................
2.1.2.4 Faktor Risiko Infeksi Luka Operasi..........................
2.1.2.5 Kriteria Diagnosis Infeksi Luka Operasi ..................
2.1.2.6 Tata Laksana Infeksi Luka Operasi...........................
2.1.2.7 Pencegahan Infeksi Luka Operasi.............................
2.1.3 Antibiotik Profilaksis............................................................
2.1.3.1 Pengertian Antibiotik Profilaksis..............................
2.1.3.2 Indikasi Pemberian Antibiotik Profilaksis .............
2.1.3.3 Pemilihan Antibiotik Profilaksis ............................
7
7
7
7
9
9
9
11
12
13
14
14
16
16
16
18
ii
2.1.3.4 Resistensi Antibiotik...............................................
2.1.3.5 Uji Kepekaan Antibiotik.........................................
2.2 Kerangka Teori ............................................................................
2.3 Kerangka Konsep.........................................................................
21
22
24
25
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian..........................................................................
3.2 Waktu dan Tempat Penelititan.....................................................
3.3 Subyek Penelitian.........................................................................
3.3.1 Populasi dan Sampel Penelitian..........................................
3.3.2 Besar Sampel......................................................................
3.3.3 Teknik Sampling.................................................................
3.4 Alat dan Bahan.............................................................................
3.5 Prosedur Penelitian ......................................................................
3.6 Alur Penelitian............................................................................ .
3.7 Definisi Operasional ....................................................................
3.8 Etik Penelitian..............................................................................
3.9 Penyajian dan Analisis Data ........................................................
26
26
27
27
28
29
29
30
34
36
37
37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ...........................................................................
4.1.1 Mikroorganisme Penyebab Infeksi Luka Operasi ..............
4.1.2 Pola Kepekaan Mikroorganisme Penyebab ILO Terhadap
Antibiotik............................................................................
4.2 Pembahasan .................................................................................
4.2.1 Mikroorganisme Penyebab Infeksi Luka Operasi...............
4.2.2 Pola Kepekaan Mikroorganisme Penyebab ILO Terhadap
Antibiotik ..........................................................................
BAB V
38
38
39
44
44
47
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ...................................................................................... 52
5.1 Saran ............................................................................................ 53
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 54
LAMPIRAN ....................................................................................................... 58
iii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Kriteria Interpretasi Diameter Zona Hambat..........................................................
23
2. Definisi Operasional .............................................................................................
36
3. Pola Kepekaan Isolat Bakteri Terhadap Beberapa Antibiotik di RSUD Dr.
H. Abdoel Moeloek Bandar Lampung periode September-Oktober 2016..... 40
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Kerangka Teori .....................................................................................................
24
2. Kerangka Konsep ................................................................................................
25
3. Alur Penelitian Identifikasi Bakteri ...................................................................34
4. Alur Penelitian Uji Kepekaan Bakteri Terhadap Antibiotik ........................
35
5. Pola Identifikasi Bakteri Penyebab ILO pada Pasien di RSUD Dr. H.
Abdoel Moeloek Bandar Lampung Periode September-Oktober 2016 ........ 39
6. Diagram Persentase Pola Kepekaan Isolat Bakteri Terhadap Beberapa
Antibiotik di RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Bandar Lampung Periode
September-Oktober 2016 ......................................................................................
40 41
7. Diagram Pola Kepekaan Isolat Bakteri Penyebab ILO di RSUD Dr. H.
Abdoel Moeloek Bandar Lampung Terhadap Ampisilin-Sulbaktam ................41
8. Diagram Pola Kepekaan Isolat Bakteri Penyebab ILO di RSUD Dr. H.
Abdoel Moeloek Bandar Lampung Terhadap Ceftriakson ........................... 41
9. Diagram Pola Kepekaan Isolat Bakteri Penyebab ILO di RSUD Dr. H.
Abdoel Moeloek Bandar Lampung Terhadap Cefazolin .....................................
42 43
10.Diagram Pola Kepekaan Isolat Bakteri Penyebab ILO di RSUD Dr. H.
Abdoel Moeloek Bandar Lampung Terhadap Amikasin .............................. 42
11.Diagram Pola Kepekaan Isolat Bakteri Penyebab ILO di RSUD Dr. H.
Abdoel Moeloek Bandar Lampung Terhadap Gentamisin ..................................
43
12.Diagram Pola Kepekaan Isolat Bakteri Penyebab ILO di RSUD Dr. H.
Abdoel Moeloek Bandar Lampung Terhadap Ciprofloksasin .............................
43
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Data Tanda Infeksi Lokal dan Data Sekunder Responden Penelitian .................
59
2. Hasil Identifikasi Mikroorganisme Penyebab ILO dan Kepekaannya .................
61
3. Hasil Pengamatan Pemeriksaan Mikrobiologi Bakteri Penyebab ILO dari
Swab Pasien Suspect ILO pada Media BHI, Agar Darah, dan Mac
Conckey ......................................................................................................... 63
4. Hasil Pengamatan Uji Biokimia Bakteri Penyebab ILO dari Swab Pasien
Suspect ILO ......................................................................................................65
5. Hasil Analisis Univariat Data Penelitian .............................................................
67
6. Foto Kegiatan Penelitian ......................................................................................
74
7. Surat Izin Penelitian .............................................................................................
77
8. Surat Persetujuan Etik ................................................................................... 79
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan
yang memberikan pelayanan kepada masyarakat secara paripurna dalam upaya
pemeliharaan kesehatan (Kemenkes RI, 2014). Disisi lain, rumah sakit juga
berperan dalam transmisi berbagai mikroorganisme yang dapat menyebabkan
infeksi selama pasien dirawat atau segera setelah pasien dipulangkan. Infeksi yang
diperoleh pasien selama dirawat di rumah sakit disebut infeksi nosokomial atau
hospital associated/acquired infection (HAI) (Bereket et al., 2012).
Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang timbul setelah 72 jam pasien
dirawat inap sampai 30 hari lepas rawat.
Infeksi nosokomial meningkatkan
morbiditas dan mortalitas di dunia baik di negara maju maupun negara
berkembang (Nasution, 2012). Selain itu, infeksi nosokomial juga dapat
meningkatkan biaya rumah sakit pasien (Diouf, Bèye, Diop, Kane, & Ka, 2007).
Suatu penelitian yang dilakukan di 11 rumah sakit di DKI Jakarta menunjukkan
bahwa 9,8% pasien yang dirawat inap mengalami infeksi nosokomial (Nasution,
2012). Penelitian yang dilakukan di RSUD Setjonegoro Kabupaten Wonosobo
pada Juli 2009 sampai dengan Desember 2011 menunjukkan bahwa infeksi
nosokomial terbanyak adalah plebitis, infeksi luka operasi (ILO), dan dekubitus,
2
diikuti oleh infeksi saluran kemih (ISK) dan sepsis (Nugraheni, Suhartono, &
Winarni, 2012). Hasil penelitian di RS Islam Sultan Agung Semarang juga
menunjukkan hasil yang sama bahwa ILO merupakan infeksi nosokomial yang
banyak ditemukan (Setianto, Lazuardi, & Dahesihdewi, 2013). Selain itu, sekitar
5% pasien yang mendapatkan tindakan bedah mengalami ILO. Penelitian
menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga kematian pasca operasi berhubungan
dengan ILO (National Collaborating Centre for Women’s and Children’s Health,
2008).
Infeksi luka operasi (ILO) merupakan komplikasi pembedahan akibat
penyebaran kuman yang memang berada di area pembedahan atau akibat
masuknya kuman melalui luka bedah (Sjamsuhidajat, Karnadihardja, Prasetyono,
& Rudiman, 2010). Insiden ILO di Bangsal Kebidanan dan Kandungan RSCM
Jakarta
selama
Agustus-Oktober
2011
adalah
sebesar
4,4%
dengan
mikroorganisme penyebab terbanyak adalah Escherichia coli (Wardoyo, Tjoa,
Ocvyanty, & Moehario, 2014). Penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. H. Abdoel
Moeloek Bandar Lampung tahun 2011 menunjukkan bakteri terbanyak yang
menyebabkan ILO di ruang rawat bedah adalah Pseudomonas sp. 29,27%,
Staphylococcus epidermidis 21,95%, dan Klebsiella sp. 14,62%, sedangkan di
ruang rawat kebidanan adalah Pseudomonas sp. 25%, Escherichia coli 19,44%,
Klebsiella sp. 16,67%, dan Staphylococcus epidermidis 13,89% (Samuel, 2013).
Berdasarkan hasil diatas, diperlukan cara untuk menghambat pertumbuhan
bakteri pada luka operasi sehingga angka kejadian ILO dapat menurun. Angka
kejadian ILO telah terbukti dapat diturunkan dengan memberikan antibiotik
profilaksis yang tepat sebelum pembedahan (Sjamsuhidajat, Karnadihardja,
3
Prasetyono, & Rudiman, 2010). Pedoman praktis klinis tentang antibiotik
profilaksis tindakan bedah yang dikeluarkan oleh The American Society of HealthSystem Pharmacists (ASHP) merekomendasikan Ampisilin-Sulbaktam, Cefazolin,
Ceftriakson dan beberapa antibiotik lainnya (Bratzler et al., 2013). Hasil
penelitian di RS Islam Sultan Agung Semarang periode Januari 2012 sampai Juni
2014 menunjukkan bahwa pada 50 pasien sectio caesarea yang diberikan
antibiotik profilaksis Ampisilin-Sulbaktam tidak terdapat infeksi pada luka
operasi (Sulistiawati, 2015). Di sebuah RSUD di Jakarta, antibiotik yang banyak
digunakan pada tahun 2013 adalah Ampisilin-Sulbaktam dan Ceftriakson
(Syachroni, 2015).
Ceftriakson banyak digunakan di Rumah Bersalin Daerah (RBD) Panti
Nugroho Purbalingga sebagai antibiotik profilaksis dengan persentase 50,26%
(Nuraliyah, Hapsari, & Utaminingrum, 2012). Antibiotik yang sama, yaitu
Ceftriakson juga banyak digunakan di RS Kanker Dharmais Jakarta dan penelitian
menunjukkan antibiotik profilaksis masih sensitif dengan persentasi tidak terjadi
ILO adalah 96,55% (Desiyana, Soemardi, & Radji, 2008). Survey pendahuluan
menunjukkan bahwa Ceftriakson merupakan antibiotik lini pertama yang
digunakan di RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Bandar Lampung. Penelitian di
RSUP Dr. Kariadi Semarang menunjukkan penggunaan antibiotik yang berbeda.
Penelitian di RSUP Dr. Kariadi Semarang menunjukkan penggunaan
antibiotik profilaksis terbanyak di bangsal bedah adalah Ceftriakson, sedangkan di
bangsal kebidanan adalah Cefazolin. Sementara itu, pada pedoman antibiotik
profilaksis bangsal kebidanan dan bedah rumah sakit tersebut Cefazolin
diutamakan sebagai antibiotik profilaksis (Nuzulul, 2012). Sebuah systematic
4
review menunjukkan penggunaan Cefazolin sebagai antibiotik profilaksis
berkaitan dengan penurunan infeksi maternal setelah tindakan sesar (Tita et al.,
2009). Penggunaan antibiotik profilaksis setiap rumah sakit berbeda sesuai dengan
pola bakteri dan kepekaan di rumah sakit yang bersangkutan (Bratzler et al.,
2013). Hasil yang berbeda ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan di RSUD
Dr. H. Abdoel Moeloek Bandar Lampung.
Penelitian pola sensitvitas antibiotik terhadap pasien Rawat Inap Bedah dan
Kebidanan RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Bandar Lampung pada tahun 2011
menunjukkan bahwa bakteri penyebab ILO resisten terhadap Penisilin G,
Eritromisin, dan Kloramfenikol, kurang sensitif terhadap Ceftazidim dan
Cefotaxim, dan sensitif terhadap Ciprofloksasin, Amikasin, dan Gentamisin
(Samuel, 2013). Tetapi belum diketahui pola sensitivitas bakteri penyebab ILO
terhadap antibiotik Ceftriakson, Cefazolin, dan Ampisilin-Sulbaktam.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian pola bakteri penyebab ILO di RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Bandar
Lampung periode September-Oktober 2016 dan kepekaannya terhadap antibiotik
profilaksis yang sering digunakan di rumah sakit lain dan antibiotik yang
menunjukkan hasil sensitif pada penelitian sebelumnya. Antibiotik yang sering
digunakan di rumah sakit lain adalah Ceftriakson, Cefazolin, dan AmpisilinSulbaktam. Sedangkan antibiotik yang menunjukkan hasil sensitif pada penelitian
sebelumnya di RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Bandar Lampung adalah
Ciprofloksasin, Amikasin, dan Gentamisin.
5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka dapat dirumuskan
masalah yaitu:
Mikroorganisme apa saja yang menyebabkan infeksi luka operasi (ILO)
nosokomial di RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Bandar Lampung dan bagaimana
pola kepekaannya terhadap antibiotik Ceftriakson, Cefazolin, AmpisilinSulbaktam, Ciprofloksasin, Amikasin, dan Gentamisin?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mikroorganisme
penyebab infeksi luka operasi (ILO) nosokomial di RSUD Dr. H. Abdoel
Moeloek Bandar Lampung dan pola kepekaannya terhadap antibiotik Ceftriakson,
Cefazolin, Ampisilin-Sulbaktam, Ciprofloksasin, Amikasin, dan Gentamisin.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Manfaat penelitian bagi peneliti adalah sebagai berikut:
a.
Peneliti dapat mengetahui pola bakteri dan kepekaannya terhadap antibiotik
Ceftriakson, Cefazolin, Ampisilin-Sulbaktam, Ciprofloksasin, Amikasin dan
Gentamisin pada pasien infeksi luka operasi (ILO) di RSUD Dr. H. Abdoel
Moeloek Bandar Lampung.
6
b.
Peneliti dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman
penelitian
dalam bidang mikrobiologi terutama mengenai infeksi nosokomial yang
terjadi pada pasien infeksi luka operasi.
1.4.2
Bagi Instansi Terkait
Manfaat penelitian bagi instansi terkait khususnya RSUD Dr. H. Abdoel
Moeloek Bandar Lampung adalah sebagai berikut:
a.
Memberikan informasi terkait pola bakteri dan kepekaannya terhadap
antibiotik Ceftriakson, Cefazolin, Ampisilin-Sulbaktam, Ciprofloksasin,
Amikasin dan Gentamisin pada pasien infeksi luka operasi (ILO) di RSUD
Dr. H. Abdoel Moeloek Bandar Lampung.
b.
Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan masukan dalam pengendalian dan
pencegahan infeksi nososkomial khususnya infeksi luka operasi (ILO) di
RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Bandar Lampung.
c.
Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan masukan untuk pengendalian dan
pencegahan resistensi mikroorganisme dengan pemberian antibiotik yang
sesuai dengan pola sensitivitas bakteri yang ditemukan.
1.4.3
Bagi Peneliti Selanjutnya
Manfaat penelitian bagi peneliti selanjutnya adalah diharapkan hasil
penelitian dapat dijadikan sebagai bahan pustaka untuk penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Infeksi Nosokomial
2.1.1.1 Pengertian Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial (Health-Care Associated Infections) adalah infeksi yang
timbul setelah pasien mendapatkan perawatan di rumah sakit lebih dari 72 jam
(Nugraheni, Suhartono, & Winarni, 2012; Sjamsuhidajat, Karnadihardja,
Prasetyono, & Rudiman, 2010)
2.1.1.2 Infeksi Nosokomial yang Paling Sering Dijumpai
a.
Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih (ISK) nosokomial adalah infeksi yang terjadi setelah
pemasangan kateter urin selama 72 jam dan ditemukan koloni bakteri pada urin
sebanyak 105/ml. Bakteri yang sering ditemukan adalah Eschericia coli dan
bakteri Gram positif seperti Enterococcus faecalis. Idealnya penggunaan kateter
8
urin dibatasi hanya sampai 3 hari untuk mengurangi risiko infeksi (Sjamsuhidajat,
Karnadihardja, Prasetyono, & Rudiman, 2010).
b. Infeksi Luka Operasi
Infeksi luka operasi (ILO) merupakan infeksi nosokomial yang terjadi pada
pasien pascabedah. Infeksi ini dapat disebabkan kurangnya tingkat sterilitas
tenaga
kesehatan,
ruang
bedah,
dan
peralatan
medis
(Sjamsuhidajat,
Karnadihardja, Prasetyono, & Rudiman, 2010). Keadaan pasien juga dapat
mempengaruhi terjadinya ILO, seperti daya tahan tubuh pasien. Salah satu
tindakan pencegahan yang direkomendasikan adalah penggunaan antibiotik
profilaksis sebelum pembedahan (Wardoyo, Tjoa, Ocvyanty, & Moehario, 2014).
c.
Infeksi Saluran Napas Bawah
Infeksi saluran napas bawah yang paling sering terjadi pada pasien rawat inap
adalah pneumonia. Pneumonia nosokomial yang terbanyak adalah Ventilator
Associated Pneumonia (VAP). Selain pengguna ventilator, pasien yang memiliki
risiko tinggi terkena pneunomia nosokomial adalah penderita luka bakar dan
pasien trakeostomi. Bakteri Gram negatif yang banyak menyebabkan pneumonia
adalah Pseudomonas sp., Klebsiella sp., dan Escherichia coli, sedangkan bakteri
Gram positif adalah Staphylococcus aureus (Sjamsuhidajat, Karnadihardja,
Prasetyono, & Rudiman, 2010).
9
d. Infeksi Intravaskuler (Bakteriemia)
Penggunaan kateter intravaskuler yang bertujuan untuk memberikan obat dan
nutrisi secara parenteral, pemantauan hemodinamik, tindakan hemodialisa, atau
plasmaferesis menyebabkan bakteriemia. Beberapa pasien diantaranya mengalami
sepsis dan kegagalan organ ganda. Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan
prosedur aseptik dan antiseptik saat pemasangan kateter intravaskular (Diouf,
Bèye, Diop, Kane, & Ka, 2007).
2.1.2 Infeksi Luka Operasi
2.1.2.1 Pengertian Infeksi Luka Operasi
Infeksi luka operasi (ILO) atau Surgical Site Infection (SSI) adalah infeksi
dimana organisme patogen berkembang atau bermultipikasi di suatu luka operasi
yang menyebabkan tanda dan gejala lokal seperti panas, kemerahan, nyeri, dan
bengkak dalam kurun waktu 30 hari pasca operasi (Sjamsuhidajat, Karnadihardja,
Prasetyono, & Rudiman, 2010; National Collaborating Centre for Women’s and
Children’s Health, 2008).
2.1.2.2 Penyebab Infeksi Luka Operasi
Bakteri penyebab terbanyak ILO adalah flora normal kulit, yaitu
Staphylococcus
aureus
dan
coagulase-negative
Staphylococcus
(seperti
Staphylococcus epidermidis) (Bratzler et al., 2013; Nasution, 2012). Bakteri lain
yang sering ditemukan pada isolat ILO adalah Pseudomonas sp., dan Escherichia
10
coli (Bereket et al., 2012; Nasution, 2012). Penelitian yang dilakukan di RSUD
Dr. H. Abdoel Moeloek Bandar Lampung tahun 2011 menunjukkan
mikroorganisme penyebab ILO di ruang rawat bedah terbanyak adalah
Pseudomonas sp. 29,27%, Staphylococcus epidermidis 21,95%, dan Klebsiella sp.
14,62%. Sedangkan bakteri penyebab ILO di ruang rawat kebidanan terbanyak
adalah Pseudomonas sp. 25%, Escherichia coli 19,44%, Klebsiella sp. 16,67%,
dan Staphylococcus epidermidis 13,89% (Samuel, 2013).
Pseudomonas sp. merupakan bakteri Gram negatif yang dapat ditemukan di
usus dan kulit manusia. Bakteri ini merupakan penyebab terbanyak infeksi
nosokomial dan banyak terdapat di lingkungan rumah sakit yang lembab. Bakteri
patogen yang sering dijumpai dari spesies ini adalah Pseudomonas aeruginosa.
Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri yang dapat menyebabkan infeksi
dan menimbulkan pus hijau kebiruan (Ryan & Ray, 2014; Brooks, Carroll, Butel,
Morse, & Mietzner, 2010).
Staphylococcus aureus merupakan bakteri koagulase positif yang paling
sering menyebabkan infeksi terutama apabila kekebalan tubuh pejamu menurun.
Bakteri lain yang ditemukan pada isolat ILO merupakan flora normal manusia.
Staphylococcus epidermidis terdapat di kulit, traktus respiratori, dan traktus
gastrointestinal manusia. Bakteri Gram positif lain yang berpotensi menyebabkan
infeksi nosokomial adalah Streptococcus sp. Bakteri ini dapat menghemolisis sel
darah merah in vitro. Berdasarkan kemampuan hemolisisnya, bakteri ini dibagi
menjadi β hemolitik yang ditandai dengan bersihnya daerah sekitar pertumbuhan
bakteri dan α hemolitik yang ditandai oleh reduksi hemoglobin dan pembentukan
pigmen hijau. (Brooks, Carroll, Butel, Morse, & Mietzner, 2010).
11
Klebsiella sp., dan Escherichia coli merupakan bakteri Enterobacteriaceae
yang terdapat di traktus intestinal manusia. Selain kedua bakteri ini, bakteri
Enterobactericeae lain yang berpotensi menyebabkan infeksi adalah Proteus sp.
dan Enterobacter sp. (Ryan & Ray, 2014). Pada penelitian Samuel tahun 2011,
Proteus sp. dan Enterobacter sp. juga didapatkan, tetapi tidak sebanyak Klebsiella
sp. (Samuel, 2013). Bakteri Enterobacteriaceae dapat menyebabkan infeksi
terhadap manusia apabila berpindah tempat dari habitat alaminya atau pejamu
mengalami penurunan imunitas (Brooks, Carroll, Butel, Morse, & Mietzner,
2010).
2.1.2.3 Klasifikasi Luka Operasi
Luka operasi terbagi berdasarkan kontaminasi bakterinya, yang terdiri dari:
a.
Operasi Bersih
Luka operasi bersih adalah luka operasi yang tidak terinfeksi dimana
tidak terdapat inflamasi dan saluran pernapasan, pencernaan, dan kemih atau
genitalia tidak dibuka selama operasi. Biasanya luka operasi bersih tertutup
dan didrainase dengan drainase tertutup.
b.
Luka Operasi Bersih Terkontaminasi
Luka operasi bersih terkontaminasi adalah luka operasi dimana saluran
pernapasan, pencernaan dan kemih atau genitalia dibuka selama operasi dan
tanpa kontaminasi. Operasi usus buntu, saluran empedu, vagina, dan
orofaring tanpa ada tanda infeksi termasuk dalam kategori ini.
12
c.
Luka Operasi Terkontaminasi
Luka operasi terkontaminasi adalah luka operasi yang tidak terdapat
tanda infeksi tetapi terdapat kontaminasi karena saluran pernapasan,
pencernaan dan kemih atau genitalia dibuka. Luka operasi terbuka dan
disengaja seperti operasi usus besar, operasi kulit, operasi pijat jantung, dan
sebagainya termasuk dalam kategori ini.
d.
Luka Operasi Kotor atau Terinfeksi
Luka operasi kotor atau terinfeksi adalah luka operasi dimana luka
terinfeksi akibat luka traumatis lama yang terjadi di daerah operasi atau akibat
keadaan klinis seperti perforasi atau abses. Infeksi yang terjadi pada kategori
ini disebabkan oleh mikroorganisme yang terdapat dalam tubuh pasien
sebelum tindakan operasi (CDC, 2016; Sjamsuhidajat, Karnadihardja,
Prasetyono, & Rudiman, 2010).
2.1.2.4 Faktor Risiko Infeksi Luka Operasi
Infeksi luka operasi (ILO) dipengaruhi oleh dua faktor risiko, yaitu faktor
pasien dan faktor operasi. Faktor pasien yang meningkatkan risiko ILO adalah
status nutrisi, diabetes tidak terkontrol, merokok, obesitas, infeksi yang terjadi
pada area selain area operasi sebelum operasi, imunodefisiensi, kolonisasi bakteri,
dan riwayat rawat inap lama sebelum operasi (Wardoyo et al., 2014).
Imunodefisiensi disebabkan oleh faktor primer, yaitu kerusakan herediter yang
berhubungan dengan perkembangan imun atau faktor sekunder seperti infeksi,
penuaan, imunosupresi, autoimunitas, kanker, atau kemoterapi (Kumar, Cotran, &
Robbins, 2007). Sedangkan faktor operasi yang mempengaruhi terjadinya ILO
13
adalah persiapan sebelum operasi seperti cukur rambut atau persiapan kulit, lama
operasi, antibiotik profilaksis, sterilitas peralatan medis dan ruang operasi,
drainase pembedahan, dan teknik operasi (Wardoyo et al., 2014).
2.1.2.5 Kriteria Diagnosis Infeksi Luka Operasi (ILO)
CDC Healthcare-Associated Infections (HAIs) membagi ILO menjadi tiga,
yaitu ILO superfisial, ILO insisi dalam, dan ILO organ atau rongga tubuh. Setiap
kategori dibedakan berdasarkan letak luka operasi (CDC, 2016).
Seseorang dikatakan mengalami ILO jika meemiliki tiga kriteria dibawah ini:
a.
Infeksi yang terjadi dalam waktu 30 hari setelah tindakan operasi (hari ke-1
adalah hari tindakan operasi dilakukan).
b.
Luka terjadi pada:
1. Kulit atau jaringan subkutan dibawahnya (ILO superfisial).
2. Insisi jaringan lunak dalam, yaitu fascia atau lapisan otot (ILO insisi
dalam).
3. Jaringan tubuh yang lebih dalam dari lapisan otot atau fascia, yang dibuka
atau dimanipulasi selama tindakan operasi (ILO organ atau rongga tubuh).
c.
Pasien setidaknya memiliki ILO satu kondisi dibawah ini:
1. Sekret purulen yang berasal dari insisi superfisial (ILO superfisial), insisi
dalam (ILO insisi dalam), atau drainase organ atau rongga tubuh (ILO
organ atau rongga tubuh).
2. Terdapat mikroorganisme pada spesimen yang diperoleh dari luka operasi
pada pemeriksaan kultur atau metode pemeriksaan mikrobiologi lain yang
bertujuan untuk diagnosis atau pengobatan.
14
3. Insisi sengaja dibuka oleh dokter bedah atau dokter lain dan pemeriksaan
kultur atau pemeriksaan mikrobiologi lain tidak dilakukan, dan pasien
mengalami salah satu gejala inflamasi yaitu nyeri, pembengkakan lokal,
eritema, atau panas.
4. Dokter bedah atau dokter lain yang menangani pasien mendiagnosis terjadi
ILO superfisial, insisi dalam, ataum organ atau rongga tubuh (CDC, 2016).
2.1.1.6 Tata Laksana Infeksi Luka Operasi
Penatalaksanaan
ILO
tergantung
jenis
luka
yang
dialami
pasien.
Penatalaksanaan ILO superfisial adalah dengan membuka jahitan pada luka,
mendrainase pus, membuang jaringan yang sudah mati dan dibalut dengan kassa
steril. Pemeriksaan kultur perlu dilakukan sebelum memberikan terapi antibiotik.
Antibiotik diberikan jika pasien mengalami imunosupresif dan atau selulitis
melebihi 2 cm dari tepi luka. Penatalaksanaan ILO luka dalam dapat dilakukan
dengan drainase perkutan jika tidak ditemukan sumber infeksi yang berkelanjutan
seperti perforasi saluran pencernaan. Sumber infeksi seperti perforasi memerlukan
tindakan operasi eksplorasi (Sjamsuhidajat, Karnadihardja, Prasetyono, &
Rudiman, 2010).
2.1.1.7 Pencegahan Infeksi Luka Operasi
Infeksi
luka
operasi
(ILO)
dapat
dicegah
dengan
meminimalisir
mikroorganisme yang dapat bertransmisi melalui kulit dan pakaian pasien dan
15
tenaga kesehatan, kamar operasi, dan peralatan medis. Pencegahan ILO terbagi
menjadi tiga fase, yaitu:
a.
Fase Prabedah
Pada fase prabedah dilakukan persiapan pasien bedah dan tenaga kesehatan.
Persiapan pasien bedah terdiri dari mandi atau membersihkan tubuh, mencukur
rambut yang menjadi area operasi, dan menggunakan pakaian ruang operasi. Pada
pasien bedah kolorektal juga dilakukan persiapan usus mekanik dan pengeluaran
feses. Selain itu, pasien bedah diberikan antibiotik profilaksis single dose secara
intravena beberapa saat sebelum operasi. Persiapan tenaga kesehatan terdiri dari
menggunakan pakaian operasi, seperti menggunakan scrub suits, surgical caps,
alas kaki khusus ruang operasi, dan masker, dekontaminasi nasal, dan
dekontaminasi tangan tenaga kesehatan dengan menggunakan antiseptik.
b.
Fase Intrabedah
Fase intrabedah terdiri dari menggunakan incise drapes yang merupakan film
perekat untuk menutupi kulit di lokasi sayatan, memberikan antiseptik ke area
operasi, mempertahankan homeostasis pasien dengan mempertahankan oksigen,
perfusi, gula darah, dan temperatur tubuh pasien, melakukan irigasi luka dan bilas
intrakavitas seperti lambung dan usus dengan antiseptik, memberikan antiseptik
dan antibiotik topikal pada luka insisi sebelum penutupan luka, memilih
penutupan luka yang tepat, dan membalut luka operasi.
c.
Fase Pascabedah
Fase pasca operasi terdiri dari mengganti pembalut dengan teknik aseptik,
membersihkan luka operasi dengan sterile saline solution sampai 48 jam setelah
operasi, memberikan antiseptik seperti klorhexidin dan povidon-iodin pada luka,
16
dan melakukan debridemen atau membuang jaringan nekrotik (National
Collaborating Centre for Women’s and Children’s Health, 2008).
2.1.3 Antibiotik Profilaksis
2.1.3.1 Pengertian Antibiotik Profilaksis
Antibiotik profilaksis adalah penggunaan antibiotik sebelum, selama, atau
setelah tindakan diagnosis, terapi, atau bedah untuk mencegah komplikasi infeksi.
Penggunaan antibiotik profilaksis pada setiap pasien berbeda, tergantung pada
riwayat alergi yang dialami pasien. Pasien yang memiliki riwayat anafilaksis,
edema laring, bronkospasme, hipotensi, pembengkakan lokal, urtikaria, atau ruam
gatal yang terjadi setelah konsumsi Penisilin, memiliki risiko hipersensitivitas
terhadap Beta-laktam. Oleh karena itu, pasien tidak boleh diberikan antibiotik
golongan Beta-laktam dan harus diberikan terapi alternatif. Antibiotik profilaksis
harus diberikan secara single dose kecuali dalam keadaan tertentu, seperti operasi
dalam waktu yang berkepanjangan, kehilangan banyak darah, atau indikasi lain
(SIGN, 2014; Katzung, 2010).
2.1.3.2 Indikasi Pemberian Antibiotik Profilaksis
Pemberian antibiotik profilaksis didasarkan atas indikasi untuk mengurangi
jumlah penggunaan antibiotik yang akan meningkatkan resistensi mikroorganisme
dan biaya rumah sakit. Indikasi pemberian antibiotik terdiri dari:
17
a.
Sangat Direkomendasikan
Penggunaan antibiotik profilaksis mengurangi morbiditas utama, mengurangi
biaya rumah sakit, dan mengurangi penggunaan antibiotik secara keseluruhan.
Tindakan operasi yang sangat direkomendasikan menggunakan antibiotik
profilaksis antara lain operasi katarak, apendektomi, operasi kolorektal, operasi
sesar, induksi aborsi, transurethral resection of the prostate, arthoplasty, fraktur
terbuka, operasi terbuka untuk fraktur tertutup, dan fraktur panggul.
b.
Direkomendasikan
Tindakan operasi yang direkomendasikan menggunakan antibiotik profilaksis
antara lain craniotomi, operasi spinal, operasi glaukoma, operasi lakrimal, operasi
orognatik, operasi kepala dan leher (terkontaminasi/bersih-terkontaminasi), insersi
cardiac peacemaker, reseksi pulmonar, operasi oesofageal, operasi lambung dan
duodenum, operasi duktus biliaris, operasi liver, operasi pankeras, histerektomi
abdominal, histerektomi vaginal, transrectal prostate biopsy, shock wave
lithotripsy, sistektomi radikal, amputasi lower limb, operasi vaskular (abdominal
and lower limb arterial reconstruction), dan operasi bersih-terkontaminasi.
c.
Perlu Dipertimbangkan
Penggunaan antibiotik profilaksis harus dipertimbangkan kepada semua
pasien terutama pasien dengan risiko rendah infeksi karena dapat meningkatkan
konsumsi antibiotik. Beberapa operasi yang perlu dipertimbangkan dalam
pemberian antibiotik profilaksis adalah operasi plastik wajah dengan implan,
operasi kanker payudara, dan beberapa operasi lainnya.
18
d.
Tidak Direkomendasikan
Penggunaan antibiotik profilaksis tidak efektif secara klinis, tidak
menurunkan antibiotik, tetapi meningkatkan penggunaan antibiotik sehingga tidak
direkomendasikan. Operasi yang tidak direkomendasikan diberikan antibiotik
profilaksis
antara lain
operasi
plastik wajah (bersih), operasi
telinga
(bersih/bersih-terkontaminasi), operasi kandung empedu, perbaikan hernia,
tindakan diagnosis endoskopi, splenektomi, pemasangan IUD (intrauterine
device), reseksi transuretra pada tumor kandung kemih, dan nefrektomi (SIGN,
2014).
2.1.3.3 Pemilihan Antibiotik Profilaksis
Pemilihan antibiotik profilaksis harus disesuaikan dengan pola bakteri dan
kepekaannya terhadap antibiotik. Bakteri penyebab diperkirakan dengan pola
bakteri lokal yang biasanya menyebabkan ILO, seperti bakteri Gram negatif pada
kolon. Selain memperhatikan pola bakteri dan kepekaannya, pemilihan antibiotik
profilaksis juga harus memperhatikan keadaan fisiologis pasien, terutama fungsi
ginjal dan hati, kekebalan tubuh pasien, riwayat alergi, dan biaya antibiotik
(SIGN, 2014; Katzung; 2010). Pemberian antibiotik profilaksis setidaknya 60
menit sebelum dilakukan insisi (Syachroni, 2015).
Prinsip pemberian antibiotik profilaksis prabedah adalah sebagai berikut:
a.
Antibiotik spektrum luas yang efektif terhadap agen infeksi yang biasa
ditemui pada ILO.
b.
Uji klinis terhadap antibiotik telah membuktikan efektifitas antibiotik.
19
c.
Waktu paruh antibiotik harus dicapai saat insisi, sehingga waktu pemberian
antibiotik harus tepat.
d.
Duration of action (DoA) antibiotik pendek, single dose, dan efek toksisitas
minimal.
e.
Penggunaan antibiotik terbaru diperuntukkan jika telah terjadi resistensi obat.
f.
Digunakan antibiotik dengan biaya terendah jika semua prinsip telah
terpenuhi (Katzung, 2010).
Antibiotik profilaksis yang direkomendasikan oleh The American Society of
Health-System Pharmacists (ASHP) antara lain Ampisilin-Sulbaktam, Cefazolin,
Ceftriakson dan beberapa antibiotik lainnya (Bratzler et al., 2013).
a.
Ampisilin-Sulbaktam
Ampisilin-Sulbaktam merupakan kombinasi antibiotik spektrum luas
golongan Penisilin yang merupakan senyawa Beta-laktam (Katzung, 2010).
Antibiotik ini efektif terhadap bakteri Gram positif, Gram negatif, dan bakteri
anaerob. Aktifitas antimikroba dari Ampisilin-Sulbaktam lebih bersprektrum luas
daripada Sefalosporin generasi pertama dan kedua. Suatu Randomized-trials
menunjukkan
bahwa
Ampisilin-Sulbaktam
lebih
diutamakan
daripada
Sefalosporin sebagai antibiotik profilaksis bedah (Ziogos, Tsiodras, Matalliotakis,
Giamarellou, & Kanellakopoulou, 2010).
b.
Ceftriakson
Ceftriakson merupakan antibiotik spektrum luas golongan Sefalosporin
generasi ketiga. Antibiotik ini efektif terhadap bakteri Gram negatif dan
digunakan untuk terapi infeksi berat akibat resistensi antibiotik (Katzung, 2010).
20
c.
Cefazolin
Cefazolin merupakan antibiotik golongan Sefalosporin generasi pertama.
Sefalosporin generasi pertama memiliki aktivitas spektrum luas dan relatif tidak
toksik. Antibiotik ini sangat efektif terhadap bakteri kokus Gram positif, seperti
Pneumococcus, Streptococcus, dan Staphylococcus. Cefazolin dapat menembus
sebagian besar jaringan dengan baik dan merupakan pilihan untuk profilaksis
bedah. Antibiotik ini merupakan alternatif untuk pasien yang alergi terhadap
Penisilin (Bratzler et al., 2013; Katzung, 2010).
Berikut ini adalah antibiotik yang sering digunakan di ruang rawat inap
bagian bedah dan kebidanan RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Bandar Lampung
yang sensitif terhadap mikroorganisme penyebab ILO (Samuel, 2013):
a.
Ciprofloksasin
Ciprofloksasin merupakan antibiotik golongan Fluorokuinolon yang bekerja
dengan menghambat sintesis DNA bakteri. Antibiotik ini memiliki efek yang
sangat baik terhadap bakteri Gram negatif tetapi terbatas terhadap Gram positif.
Ciprofloksasin merupakan pilihan antibiotik untuk profilaksis. Antibiotik ini tidak
dapat digunakan pada pasien yang berusia dibawah 18 tahun karena memiliki efek
terhadap kartilago yang dapat menghambat pertumbuhan dan menyebabkan
artropati.
b.
Amikasin
Amikasin merupakan antibiotik golongan aminoglikosida yang memiliki
cincin heksosa. Antibiotik ini efektif terhadap bakteri enterik Gram negatif,
seperti Pseudomonas, Enterobacter, dan Serratia. Amikasin memiliki efek
nefrotoksik dan ototoksik, oleh karena itu kadarnya dalam serum harus dipantau.
21
c.
Gentamisin
Gentamisin merupakan antibiotik golongan aminoglikosida yang efektif
terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif. Antibiotik ini tidak bekerja
terhadap bakteri anaerob. Gentamisin memiliki efek nefrotoksisitas yang
reversibel dan ringan (Katzung, 2010).
2.1.3.4 Resistensi Antibiotik
Penggunaan antibiotik yang tidak rasional, tidak berdasarkan indikasi, dan
tidak berdasarkan hasil uji kepekaan meningkatkan resistensi bakteri terhadap
antibiotik. Saat ini, peningkatan resistensi bakteri terjadi di semua rumah sakit
(SIGN, 2014).
Mekanisme resistensi mikroorganisme terhadap antibiotik berbeda-beda.
Berikut ini adalah beberapa mekanisme resistensi antibiotik:
a.
Mikroorganisme menghasilkan enzim yang menghancurkan obat. Contohnya
adalah Staphylococcus yang resisten terhadap Penisilin G mengeluarkan
enzim beta-laktamase yang menghancurkan obat. Bakteri Gram negatif lain
juga mengeluarkan enzim beta-laktamase. Bakteri Gram negatif resisten
terhadap aminoglikosida dengan menghasilkan enzim adenilasi, fosforilasi,
atau asetilasi yang menghancurkan obat.
b.
Mikroorganisme mengubah permeabilitasnya terhadap obat. Contohnya
adalah Tetrasiklin yang terakumulasi di dalam bakteri yang rentan, tetapi
tidak pada bakteri yang resisten.
22
c.
Mikroorganisme mengubah target struktural terhadap obat. Contohnya adalah
perubahan
penicillin-binding
proteins
(PBPs)
pada
Streptococcus
pneumoniae dan Enterococcus sp. menyebabkan resistensi terhadap Penisilin.
d.
Mikroorganisme mengubah jalur metabolik yang menghambat kerja obat.
Contohnya adalah bakteri yang resisten terhadap Sulfonamida tidak
memerlukan
paraaminobenzic
acid
(PABA)
ekstraseluler
untuk
menghasilkan asam folat, tetapi dapat memanfaatkan asam folat preformed
seperti sel mamalia.
e.
Mikroorganisme menghasilkan enzim yang masih dapat melakukan fungsi
metabolisme karena hanya sedikit terpengaruh oleh obat. Contohnya adalah
bakteri yang resisten terhadap Trimetoprim menghasilkan asam dihidrofolik
reduktase sehingga hanya sedikit terhambat dibandingkan bakteri yang rentan
(Brooks, Carroll, Butel, Morse, & Mietzner, 2010).
2.1.3.5 Uji Kepekaan Antibiotik
Pemberian antibiotik secara empiris diperlukan agar tidak terjadi peningkatan
resistensi antibiotik. Oleh sebab itu, diperlukan uji kepekaan terhadap antibiotik
sebelum pemberian terapi untuk memastikan efektifitas antibiotik terhadap
mikroorganisme. Uji kepekaan antibiotik mengukur daya hambat obat terhadap
pertumbuhan mikroorganisme (minimal inhibitory concentration/MIC) atau
mengukur
kerja
obat
dalam
mebunuh
bakteri
(minimal
baktericidal
concentration/MBC). Uji kepekaan yang rutin dilakukan adalah uji kepekaan MIC
(Katzung, 2010). Selain uji MIC, uji kepekaan dengan metode difusi cakram yang
mengukur diameter zona hambat juga rutin dilakukan (CLSI, 2014).
23
Antibiotika yang diuji biasanya diwakili oleh satu jenis obat dari masingmasing kelas utama. Contohnya adalah uji kepekaan bakteri Staphylococcus,
antibiotik yang digunakan antara lain Penisilin G, Cefazolin, Eritromisin,
Gentamisin, dan Vankomisin. Antibiotik yang digunakan dalam uji kepekaan
dipilih berdasarkan pola resistensi mikroorganisme, jenis infeksi (infeksi
komunitas atau nosokomial), sumber infeksi, dan harga antibiotik.
Hasil uji kepekaan dilihat dari ukuran zona hambat pertumbuhan
mikroorganisme pada setiap antibiotik. Ukuran zona hambat antibiotik
dibandingkan dengan standar untuk menentukan diameter minimum zona hambat
obat yang menunjukkan kerentanan dari suatu isolat dengan teknik difusi cakram.
Diameter zona hambat kemudian diinterpretasikan menjadi sensitif (S),
intermediet (I), atau resisten (R) (Brooks, Carroll, Butel, Morse, & Mietzner,
2010).
Tabel 1. Kriteria Interpretasi Diameter Zona Hambat
Antibiotik
Jumlah Tiap Cakram
Ampisilin-Sulbaktam
Cefazolin
Ceftriakson
Gentamisin
Amikasin
Ciprofloksasin
10µg
30µg
30µg
10µg
30µg
5µg
Keterangan:
S
= sensitif
I
= intermediet
R
= resisten
Sumber: CLSI, 2014
Diameter Zona Hambat
(mm)
S
I
R
≥15
12-14
≤11
≥23
20-22
≤19
≥23
20-22
≤19
≥15
13-14
≤12
≥17
15-16
≤14
≥21
16-20
≤15
24
2.2 Kerangka Teori
Pencegahan Infeksi
a. Prabedah
b. Intrabedah
c. Pascabedah
Faktor Risiko Infeksi
a. Pasien
1. Status Kesehatan
2. Status Nutrisi
3. Status Imunitas
b. Operasi
1. Persiapan Prabedah
2. Lama Operasi
3. Sterilitas Peralatan
Medis dan Ruang
Operasi
4. Drainase
Pembedahan
Bakteri Patogen
a. Pseudomonas sp.
b. Staphylococcus
aureus
c. Staphylococcus
epidermidis
d. Escherichia coli
e. Klebsiella sp.
Luka Operasi
Infeksi
Superfisial
Bakteri Penyebab
Infeksi
Pola Kepekaan
Bakteri Patogen
Insisi Dalam
Sembuh
Organ/Rongga Tubuh
Ket:
Mempengaruhi
Menimbulkan
Diteliti
Tidak Diteliti
Gambar 1. Kerangka Teori (CDC, 2016; Wardoyo, Tjoa, Ocvyanty, & Moehario, 2014;
Bereket et al., 2012; Brooks, Carroll, Butel, Morse, & Mietzner, 2010; Sjamsuhidajat,
Karnadihardja, Prasetyono, & Rudiman 2010; National Collaborating Centre for
Women’s and Children’s Health, 2008)
25
2.3 Keragka Konsep
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Variable Independent
Antibiotik
Ampisilin-Sulbaktam
Ceftriakson
Cefazolin
Gentamisin
Amikasin
Ciprofloksasin
Variable Dependent
Bakteri yang Berhasil
Diisolasi dari Swab Luka
Pasien Suspect Infeksi Luka
Operasi (ILO)
Pola Kepekaan Bakteri
Penyebab ILO Terhadap
Antibiotik
Gambar 2. Kerangka Konsep
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif karena menggambarkan pola
mikroorganisme penyebab infeksi luka operasi (ILO) di RSUD Dr. H. Abdoel
Moeloek Bandar Lampung dan kepekaannya terhadap antibiotik AmpisilinSulbaktam, Ceftriakson, Cefazolin, Gentamisin, Amikasin, dan Ciprofloksasin
(Sastroasmoro, 2011).
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Pengambilan sampel dilakukan pada bulan September-Oktober 2016 di
Ruang Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Bandar Lampung yang
merawat pasien pasca operasi. Penelitian identifikasi bakteri dan uji kepekaan
dilakukan pada bulan September-November 2016 di Laboratorium Kesehatan
Daerah (Labkesda) Provinsi Lampung.
27
3.3 Subjek Penelitian
3.3.1 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah semua pasien yang telah mendapatkan tindakan
operasi dan masih mendapatkan perawatan di ruang rawat inap RSUD Dr. H.
Abdoel Moeloek Bandar Lampung. Sampel penelitian ini adalah pasien yang telah
mendapatkan tindakan operasi dan masih mendapatkan perawatan di ruang rawat
inap RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Bandar Lampung.
a.
Kriteria Inklusi
1.
Pasien yang telah mendapatkan tindakan operasi di RSUD Dr. H. Abdoel
Moeloek Bandar Lampung.
2.
Pasien yang mendapatkan antibiotik profilaksis sebelum tindakan
operasi.
3.
Pasien yang mendapatkan perawatan di ruang rawat inap bagian bedah
dan kebidanan RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Bandar Lampung.
4.
Pasien yang mengalami tanda-tanda infeksi setelah 72 jam tindakan
operasi.
5.
Pasien pasca operasi yang memiliki tanda infeksi lokal berupa pus, nyeri,
bengkak, eritema, atau jahitan dibuka.
b.
Kriteria Eksklusi
1.
Pasien berusia kurang dari 15 tahun.
2.
Pasien yang tidak bersedia dilakukan pengambilan pus pada daerah luka
operasi.
28
3.3.2 Besar Sampel
Besar sampel penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus untuk
deskriptif kategorik karena desain penelitian yang digunakan adalah penelitian
deskriptif dan skala yang digunakan adalah kategorik yang akan menggambarkan
jenis bakteri dan kepekaannya terhadap antibiotik.
Rumus besar sampel yang digunakan adalah (Dahlan, 2013):
Keterangan:
n
= jumlah sampel minimal
Zα = derivat baku alpa, dengan nilai α= 5%, maka Zα=1,96
P
= proporsi (50%), karena tidak diketahui prevalensi ILO di RSUD Dr. H.
Abdoel Moeloek Bandar Lampung
Q
= 1-P
d
= presisi (20%), penyimpangan yang masih dapat diterima
Maka perhitungan besar sampel yang digunakan adalah:
Besar sampel yang digunakan adalah 24,01 dan dibulatkan menjadi 24 sampel.
Kemudian ditambah 10% untuk menghindari drop out menjadi 26 sampel.
29
3.3.3 Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik consecutive
sampling, dimana sampel adalah semua pasien yang memenuhi kriteria inklusi
selama bulan September-Oktober 2016 sampai besar sampel minimal terpenuhi
(Dahlan, 2013).
3.4 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kapas lidi steril,
autoklaf, inkubator, pinset, pipet hisap, cawan petri, kapas, lampu bunsen, hockey
stick L, gelas ukur, labu erlenmeyer, ose bulat, mikropipet, rak dan tabung reaksi,
spiritus, dan penggaris.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a.
Isolat bakteri aerob dari swab luka operasi pasien suspect ILO di ruang rawat
inap bedah dan kebidanan RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Bandar Lampung.
b.
Disk/cakram antibiotik, yaitu Ampisilin-Sulbaktam, Ceftriakson, Cefazolin,
Ciprofloksasin, Amikasin, dan Gentamisin dan disk Novobiosin.
c.
Media yang digunakan adalah nutrient agar miring, agar darah, agar Mac
Conkey, agar DNAse, TSIA, agar SIM, agar SC, Simmon citrate agar, media
BHI yang digunakan untuk pembuatan suspensi bakteri dan agar Muller
Hinton yang digunakan dalam uji sensitivitas isolat bakteri terhadap
antibiotik.
d.
Larutan Standar Mac Farland, aquades, larutan pewarnaan Gram, dan larutan
glukosa.
30
3.5 Prosedur Penelitian
a.
Sterilisasi Alat
Sterilisasi alat dilakukan dengan mencuci dan mengeringkan alat terlebih
dahulu. Kemudian cawan petri dibungkus dengan kertas perkamen. Sedangkan
alat-alat gelas seperti tabung reaksi ditutup dengan menggunakan kapas lalu
dibalut dengan kassa dan dibungkus dengan kertas perkamen. Kemudian
sterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 1210C selama 30 menit.
Sterilisasi ose bulat dilakukan dengan membakarnya diatas lampu bunsen hingga
membara kemudian didinginkan, sedangkan sterilisasi object glass dilakukan
dengan melewatkannya diatas lampu bunsen beberapa kali (Raihana, 2011).
b.
Pengambilan Spesimen Pus
Pengambilan spesimen dilakukan dengan menggunakan kapas lidi steril. Cara
mengambil spesimen adalah dengan mengusap/swab luka operasi kemudian
memasukkannya kembali ke dalam tempat steril. Selanjutnya spesimen dibawa ke
Labkesda untuk pemeriksaan identifikasi bakteri dan kepekaannya (Misnadiarly &
Djajaningrat, 2014).
c.
Isolasi dan Identifikasi Mikroorganisme Penyebab ILO
Isolasi spesimen dilakukan dengan mengoleskan spesimen ke dalam nutrient
agar miring sebagai media perbenihan dan inkubasi pada suhu 370C selama 24
jam. Setelah itu, identifikasi sifat bakteri dengan melakukan pewarnaan Gram.
Kemudian memeriksa hasil perwarnaan Gram dibawah mikroskop untuk
mengetahui sifat bakteri merupakan Gram positif atau Gram negatif. Setelah
mengetahui sifat bakteri, dilakukan penanaman bakteri dan dilanjutkan dengan
inkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Penanaman bakteri Gram positif
31
dilakukan pada media selektif agar darah dan Gram negatif pada agar Mac
Conkey. Setelah ditemukan koloni tertentu dari media selektif, kemudian
melakukan uji biokimia (Vandepitte et al., 2010).
d.
Uji Biokimia Bakteri
Uji biokimia bakteri Gram positif adalah sebagai berikut:
1.
Tes Katalase
Pengambilan koloni menggunakan ose bulat dan memindahkan ke object
glass. Kemudian teteskan cairan H2O2. Hasil positif jika terdapat gelembung
udara yang menandakan Staphylococcus sp. dan hasil negatif jika tidak terdapat
gelembung udara yang menandakan Streptococcus sp.
2.
Tes DNAse
Tes DNAse dilakukan untuk identifikasi Staphylococcus aureus dan
membedakannya dengan Staphylococcus sp. lainnya. Tanam bakteri pada DNAse
agar plate, lalu inkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Selanjutnya, genangi
koloni yang tumbuh dengan HCl 10% selama 1-2 menit. Hasil positif jika terdapat
zona bening disekitar koloni yang menandakan spesies Staphylococcus aureus
dan negatif jika tidak terdapat zona bening.
3.
Uji Novobiosin
Pemeriksaan dilakukan dengan mengoleskan bakteri pada media Muller
Hinton, lalu diletakkan disk Novobiosin diatas koloni bakteri. Kemudian media
diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Hasil positif jika terdapat diameter
zona hambat lebih dari 16 cm (Goldman & Green, 2009).
32
Uji biokimia bakteri Gram negatif adalah sebagai berikut:
1.
Uji Triple Sugar Iron Agar (TSIA)
Uji TSIA bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam melakukan
fermentasi glukosa, laktosa dan sukrosa. Hasil positif jika terdapat perubahan
warna agar dari orange menjadi hitam pada bagian miring dan dasar. Kemampuan
bakteri dalam desulfurasi asam amino dan metion akan menghasilkan H2S yang
bereaksi terhadap Fe2+ sehingga terbentuk endapan hitam.
2.
Uji Sulfur Indole Motility (SIM)
Uji menggunakan media SIM dilakukan untuk mengetahui adanya hidrogen
sulfida, timbulnya indol karena aktivitas enzim triptopanase. Hasil positif jika
larutan kovac berubah menjadi merah serta terdapat motilitas atau pergerakan
bakteri.
3.
Uji Sitrat
Uji sitrat yang menggunakan media Simmon citrate agar bertujuan untuk
mengetahui kemampuan bakteri dalam menggunakan natrium sitrat sebagai
sumber utama metabolisme dan pertumbuhan yang ditandai dengan perubahan
warna akibat suasana asam. Hasil positif jika terjadi perubahan warna dari hijau
menjadi biru.
4.
Uji Urea
Uji urea digunakan untukidentifikasi bakteri Gram negatif batang. Uji ini
bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam memecah urea menjadi
ammonia dan karbon dioksida. Hasil positif menunjukkan bakteri memiliki enzim
urease untuk memecah urea. Hasil positif jika terdapat perubahan warna agar dari
orange menjadi pink (Goldman & Green, 2009).
33
e.
Pembuatan Suspensi Bakteri
Setelah identifikasi bakteri, tanam bakteri pada media BHI. Kemudian
inkubasi pada suhu 370C selama 4-6 jam atau kekeruhannya sama dengan standar
kekeruhan Mac Farland 0,5 (Vandepitte et al., 2010).
f.
Pengukuran sensitivitas antibiotik dengan metode difusi Kirby-Bauer
Uji sensitivitas antibiotik terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Memulaskan suspensi bakteri yang telah disesuaikan dengan standar
kekeruhan Mac Farland 0,5 ke seluruh permukaan media agar Muller Hinton
secara merata dengan hockey stick L dan diamkan selama 5 menit agar bakteri
meresap ke dalam media (Vandepitte et al., 2010).
2.
Meletakkan disk/cakram yang terdiri dari 6 jenis antibiotik pada media agar
Muller Hinton yang sudah diolesi bakteri isolat luka pasca operasi dengan
menggunakan pinset. Jarak antara cakram yang satu dengan cakram yang lain
kurang lebih 3cm dan 2cm dari pinggir sehingga terdapat kontak yang baik
antara cakram obat dengan bakteri, kemudian inkubasi pada suhu 370C
selama 24 jam (Vandepitte et al., 2010).
3.
Setelah inkubasi, melakukan pengukuran diameter daerah hambatan yang
ditandai dengan zona hambat disekitar cakram menggunakan penggaris
dengan satuan mm, kemudian bandingkan dengan diameter zona hambat
berdasarkan CLSI (CLSI, 2014).
4.
Mengulangi percobaan yang sama untuk bakteri dari isolat bakteri luka pasca
operasi yang lain (Vandepitte et al., 2010).
34
3.6 Alur Penelitian
Luka 72 Jam Post Operasi
Ambil Swab Pus pada Luka
Hasil Swab Luka dalam Tabung Steril
Tanam pada Media BHI
Inkubasi pada suhu 370C, 24 jam
BHI Keruh (Kultur Positif)
Pewarnaan Gram
Bakteri Gram Positif
Bakteri Gram Negatif
Tanam pada
Agar Darah
Tanam pada Agar
Mac Conckey
Inkubasi 370C, 24 jam
Inkubasi 370C, 24 jam
Pertumbuhan Koloni Positif
Pertumbuhan Koloni Positif
Tanam pada Nutrient
Agar Miring
Tanam pada Nutrient
Agar Miring
Inkubasi 370C, 24 jam
Inkubasi 370C, 24 jam
Pertumbuhan Koloni Positif
Uji Biokimia
1. Tes Katalase
2. Uji DNAse
3. Uji Novobiosin
Koloni
Bakteri Gram Positif
1. Staphylococcus aureus
2. Staphylococcus
epidermidis
Pertumbuhan Koloni Positif
Uji Biokimia
1. Uji TSIA
2. Uji SIM
3. Uji Sitrat & Urea
4.
Koloni
Bakteri Gram Negatif
1. Escherichia coli
2. Klebsiella sp.
3. Pseudomonas sp.
Gambar 3. Alur Penelitian Identifikasi Bakteri (Misnadiarly & Djajaningrat, 2014;
Ryan & Ray, 2014; Raihana, 2011; Brooks, Carroll, Butel, Morse, & Mietzner, 2010;
Goldman & Green, 2009)
35
Koloni Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif
pada Nutrient Agar Miring
Mengambil koloni bakteri dari
Nutrient Agar Miring
Memasukkan koloni kedalam NaCl
Memulaskan Bakteri ke Media
Muller Hinton
Diamkan 5 menit
Koloni Bakteri pada Media Muller Hinton
Uji Kepekaan dengan Meletakkan
Disk/Cakram Antibiotik pada Media
Muller Hinton
Inkubasi 370C, 24 jam
Terdapat Zona Hambat Antibiotik
Mengukur Diameter Zona Hambat
Antibiotik
Membandingkan dengan Zona
Hambat Berdasarkan CLSI
Sensitif
Intemediet
Resisten
Gambar 4. Alur Penelitian Uji Kepekaan Bakteri Terhadap Antibiotik
(Vandepitte et al., 2010; Goldman & Green, 2009)
36
4.7 Definisi Operasional
Tabel 2. Definisi Operasional
Variabel
Bakteri
yang
berhasil diisolasi
dari swab luka
operasi
pasien
suspect ILO
(Variable
Independent)
Definisi
Bakteri
yang
diidentifikasi dari
spesimen swab luka
operasi pasien yang
memiliki
tanda
infeksi lokal 72 jam
setelah operasi
Alat Ukur
Media kultur
Pewarnaan
Gram
Uji biokimia
Hasil Ukur
Jenis bakteri (spesies
bakteri yang berhasil
diisolasi)
Skala
Kategorik
Pola
kepekaan
bakteri penyebab
ILO
terhadap
antibiotik
(Variable
Dependent)
Daya
hambat
antibiotik terhadap
bakteri
yang
diisolasi dari pus
pasien ILO
Penggaris/
Mistar
Sensitif (S):
Zona hambat antibiotik
pada media Muller
Hinton menunjukkan
bakteri dapat dibunuh
dengan antibiotik
Kategorik
Intermediet (I):
Zona hambat antibiotik
pada media Muller
Hinton menunjukkan
bakteri dapat dihambat
pertumbuhannya
dengan antibiotik
Resisten (R):
Zona hambat antibiotik
pada media Muller
Hinton menunjukkan
bakteri tidak dapat
dihambat
pertumbuhannya
dengan antibiotik atau
pertumbuhan bakteri
tidak
terpengaruh
dengan
adanya
antibiotik
Sumber: Brooks, Carroll, Butel, Morse, & Mietzner, 2010; Katzung, 2010;
Sjamsuhidajat, Karnadihardja, Prasetyono, & Rudiman, 2010
37
3.8 Etik Penelitian
Penelitian ini menggunakan persetujuan dari Komisi Etik Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung dengan Surat Keterangan Lolos Kaji Etik
Nomor: 075/UN/268/DI./2017.
3.9 Penyajian dan Analisis Data
Data disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara deskriptif dengan
menggunakan analisis univariat. Hasil analisis berupa frekuensi dan persentase
jenis bakteri dan pola kepekaan bakteri terhadap masing-masing antibiotik.
(Dahlan, 2012).
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Mikroorganisme penyebab infeksi luka operasi (ILO) yang diidentifikasi dari
swab luka operasi pasien suspect infeksi di RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek
Bandar Lampung adalah Klebsiella sp. (26,7%), Staphylococcus epidermidis
(16,7%), Pseudomonas aeruginosa (13,3%), Staphylococcus saprophyticus
(13,3%), Staphylococcus aureus (10%), Proteus morganii (3,3%), Proteus
mirabilis (3,3%), Proteus vulgaris (3,3%), Proteus retgeri (3,3%),
Enterobacter sp. (3,3%), dan Streptococcus sp. (3,3%).
b. Pola kepekaan mikroorganisme penyebab infeksi luka operasi (ILO) yang
diidentifikasi dari swab luka operasi pasien suspect infeksi di RSUD Dr. H.
Abdoel Moeloek Bandar Lampung adalah resisten terhadap AmpisilinSulbaktam (56,7%), Ceftriakson (73,3%), Cefazolin (83,3%), Gentamisin
(60%), dan Ciprofloksasin (60%), dan sensitif terhadap Amikasin (70%).
53
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan:
a.
Pada Pihak Rumah Sakit
1. Perlu dilakukan evaluasi penggunaan antibiotik untuk profilkasis
tindakan bedah secara berkala.
2. Perlu dilakukan pemeriksaan identifikasi mikroorganisme penyebab ILO
dan uji kepekaannya terhadap antibiotik yang digunakan di rumah sakit
secara berkala.
b.
Pada Peneliti Selanjutnya
1. Perlu dilakukan pengulangan penelitian dengan menambah antibiotik
yang digunakan untuk penelitian.
2. Perlu dilakukan penelitian analitik hubungan faktor risiko dengan
kejadian ILO.
DAFTAR PUSTAKA
Bereket W, Hemalatha K, Getenet B, Wondwossen T, Solomon A, Zeynudin A, et
al. 2012. Update on bacterial nosocomial infections. European Review
for Medical and Pharmacological Sciences. 16(8):1039–1044.
Bratzler DW, Dellinger EP, Olsen KM, Perl TM, Auwaerter PG, Bolon MK, et al.
2013. Clinical practice guidelines for antimicrobial prophylaxis in
surgery. American Journal of Health-System Pharmacy. 70(3):195–283.
Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse SA, Mietzner TA, penyunting. 2010.
Jawetz, melnick, & adelberg’s medical microbiology. Edisi 25. USA:
McGraw Hill Professional.
CDC. 2016. Surgical site infection (SSI) event. CDC [Online] [diunduh 19 Mei
2016]. Tersedia dari: http://www.cdc.gov/.
CLSI. 2014. Performance standards for antimicrobial susceptibility testing;
twenty-fourth informational supplement. Wayne: Clinical and Laboratory
Standart Institute.
Dahlan MS. 2012. Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang
kedokteran dan kesehatan. Edisi 2. Jakarta: Sagung Seto.
Dahlan MS. 2013. Besar sampel dan cara pengambilan sampel. Edisi 3. Jakarta:
Salemba Medika.
Desiyana LS, Soemardi A, Radji M. 2008. Evaluasi penggunaan antibiotika
profilaksis di ruang bedah rumah sakit kanker dharmais jakarta dan
hubungannya dengan kejadian infeksi daerah operasi [Online Journal]
[diunduh 16 Mei 2016]. Tersedia dari: http://www.researchgate.net/.
Diouf E, Bèye MD, Diop NM, Kane O, Ka SB. 2007. Nosocomial infections:
definition, frequence and risk factors [Online Journal] [diunduh 18
Agustus 2016]. Tersedia dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/.
Goldman E, Green LH, penyunting. 2009. Practical handbook of microbiology.
Second Edition. Boca Raton: CRC Press.
55
Katzung BG, penyunting. 2010. Farmakologi dasar dan klinik. Edisi 10. Jakarta:
EGC.
Kemenkes RI. 2014. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 56
tahun 2014 tentang klasifikasi dan perizinan rumah sakit. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes RI. 2004. Keputusan menteri kesehatan republik indonesianomor
1204/menkes/sk/x/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah
sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kumar V, Cotran RS, Robbins S L, penyunting. 2007. Buku ajar patologi robbins.
Edisi 7. Jakarta: EGC.
Lantang D, Paiman D. 2012. Bakteri aerob penyebab infeksi nosokomial di ruang
bedah RSU abepura, kota jayapura, papua. Jurnal Biologi Papua. 4(2);6368.
Manikandan A, Amsath A. 2013. Antibiotic susceptibility of bacterial strains
isolated from wound infection patients in pattukkottai, tamilnadu, india.
Int.J.Curr.Microbiol.App.Sci. 2(6): 195-203.
Misnadiarly, Djajaningrat H. 2014. Mikrobiologi untuk klinik dan laboratorium.
Jakarta: Rineka Cipta.
Mulu W, Kibru G, Beyene G, Damtie M. 2012. Postoperative nosocomial
infections and antimicrobial resistance pattern of bacteria isolates among
patients admitted at felege hiwot referral hospital, bahirdar, ethiopia.
Ethiop J Health Sci. 22(1):7-18.
Nasution LH. 2012. Infeksi nosokomial. MDVI. 39(1):36–41.
National Collaborating Centre for Women’s and Children’s Health. 2008.
Surgical site infection: prevention and treatment of surgical site infection.
Volume 27. RCOG Press.
Nugraheni R, Suhartono, Winarni S. 2012. Infeksi nosokomial di RSUD
setjonegoro kabupaten wonosobo. Media Kesehatan Masyarakat
Indonesia. 11(1):94–100.
Nuraliyah, Hapsari I, Utaminingrum W. 2012. Evaluasi penggunaan antibiotika
profilaksis pada pasien seksio sesarea di rumah bersalin daerah (RBD)
panti nugroho purbalingga tahun 2009. Pharmacy. 9(2):31–39.
Nuzulul LW. 2012. Kuantitas penggunaan antibiotik di bangsal bedah dan
obstetri-ginekologi RSUP Dr. kariadi setelah kampanye PP-PPRA
[Skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro.
56
Okon KO, Osundi S, Dibal J, Ngbale T, Bello M, Akuhwa T, Balogun ST, Uba A.
2011. Bacterial contamination of operating theatre and other specialized
are unit in a tertiary hospital in northeastern nigeria. African Journal of
Microbiology Research. 6(13): 3092-3096.
Raihana N. 2011. Profil kultur dan uji sensitivitaas bakteri aerob dari infeksi luka
operasi laparatomi di program bangsal bedah RSUP Dr. M. djamil
padang [Thesis]. Padang: Universitas Andalas.
Rihansyah A, Putera HD, Budiarti LY. 2014. Pola resistensi bakteri kontaminan
luka pasien di bangsal bedah ortopedi RSUD ulin banjarmasin periode
juli-september 2013: tinjauan in vitro pola resistensi isolat bakteri
kontaminan asal swab luka pasien di bangsal bedah ortopedi rsud ulin
banjarmasin terhadap gentamisin, kloramfenikol, sefotaksim dan
seftriakson. Berkala Kedokteran. 10(12):111-123.
Samuel A. 2013. Pola resistensi antibiotik terhadap isolat bakteri aerob penyebab
infeksi luka operasi di ruang rawat inap bagian bedah dan kebidanan
RSUD Dr. H. abdul moeloek bandar lampung [Skripsi]. Lampung:
Universitas Lampung.
Sagita D, Azizah L, Sari Y. 2015. Identifikasi bakteri dan uji sensitivitas
antibiotik dari pus infeksi luka operasi di rumah sakit daerah jambi
periode agustus–oktober 2014 [Online Journal] [diunduh 14 Januari
2017]. Tersedia dari: http://semnasffua.com/.
Sastroasmoro S. 2011. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi 4. Jakarta :
Sagung Seto.
Setianto R, Lazuardi L, Dahesihdewi A. 2013. Pemetaan sistim informasi
geografis untuk menggambarkan kejadian dan faktor risiko infeksi
nosokomial. Sains Medika. 5(2):82–89.
Shandu R, Prakash H, Nagdawane RP. 2014. Aerobic bacterial isolates in
suppurative infections and their antibiograms - a reflection of infection
control. IJPBS. 4(2):186-192.
SIGN. 2014. SIGN 104: Antibiotic prophylaxis in surgery. NHS - SIGN Clinical
Guideline. 104(4):1–67.
Sjamsuhidajat R, Karnadihardja W, Prasetyono TO, Rudiman R, penyunting.
2010. Buku ajar ilmu bedah sjamsuhidajat-de jong. Edisi 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sulistiawati E. 2015. Perbandingan efektivitas ampicillin sulbactam dan cefotaxim
sebagai antibiotik profilaksis dengan kejadian infeksi daerah operasi pada
pasien sectio caesarea [Thesis]. Semarang: Universitas Islam Sultan
Agung.
57
Syachroni. 2015. Antibiotic prophylaxis compliance for clean-contaminated
wounds in a district hospital in jakarta. Health Science Journal of
Indonesia. 6(1):57–62.
Tita ATN, Rouse DJ, Blackwell S, George R, Spong CY, Andrews WW, et al.
2009. Evolving concepts in antibiotic prophylaxis for cesarean delivery:
a systematic review. Obstet Gynecol. 113(3):675–682.
Vandepitte J, Verhaegen J, Engbaek K, Rohner P, Piot P, Heuck C, et al. 2010.
Prosedur laboratorium dasar untuk bakteriologi klinis. Edisi 2. Jakarta:
EGC.
Wardoyo EH, Tjoa E, Ocvyanty D, Moehario LH. 2014. Infeksi luka operasi
(ILO) di bangsal kebidanan dan kandungan RSUP cipto mangunkusumo
(RSCM): laporan serial kasus bulan agustus-oktober 2011. CDK-216.
41(5):332–335.
Wiguna, Dian S, Kuswandi M, Yuliani R. 2016. Pola resistensi bakteri terhadap
antibiotik pada penderita infeksi luka operasi (ILO) di RSUP Dr. soeradji
tirtonegoro klaten periode agustus 2013-agustus 2015 [Skripsi].
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Yuanyuan D, Chengfang Z, Xiaoling M, Wenjiao C, Shoukui H, Hengmin J, et al.
2014. Outbreak of carbapenemase-producing Klebsiella pneumoniae
neurosurgical site infections associated with a contaminated shaving
razor used for preoperative scalp shaving. American Journal of Infection
Control [Online Journal] [diunduh 13 Januari 2017]. Tersedia dari:
http://www.sciencedirect.com/.
Ziogos E,Tsiodras S, Matalliotakis I, Giamarellou H, Kanellakopoulou K. 2010.
Ampicillin/sulbactam versus cefuroxime as antimicrobial prophylaxis for
cesarean delivery: a randomized study. BMC infectious diseases.
10(1):341-348.
LAMPIRAN
59
Lampiran 1. Data Tanda Infeksi Lokal dan Data Sekunder Responden Penelitian
No.
Jenis
Usia
Sampel
Kelamin
(tahun)
Diagnosis Operasi
Lama
Operasi
(menit)
Pus
120
v
v
Tanda Infeksi Lokal
1
Laki-laki
40
Ca Colon Sigmoid
2
Laki-laki
22
Kanker Parotis
30
3
Laki-laki
57
BPH
60
4
Perempuan
55
Ca Colon Sigmoid
90
5
Perempuan
73
SDH + ICH + Ca Ganglia Basal
60
6
Perempuan
48
CKB + EDH Luas
120
v
7
Perempuan
57
CKB + EDH Luas
180
v
8
Perempuan
61
Peritonitis Difusa
60
9
Perempuan
57
Ca Colon Sigmoid
60
10
Laki-laki
43
Hidrosefalus
11
Perempuan
45
CKB + EDH Luas
60
12
Perempuan
46
Ca Colon Sigmoid
60
13
Perempuan
33
G3P2 Hamil 21 minggu Inpartu
60
14
Laki-laki
27
Ileus Obstruksi et causa Tumor Intra Abdomen
140
15
Laki-laki
80
Fistula Rektovesika et causa Suspect Tumor Buli
120
16
Perempuan
31
G2P1A0 Hamil 8 minggu Inpartu
17
Laki-laki
46
CKB + EDH Luas
105
Bengkak
Eritema
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
Jahitan Dibuka
v
v
45
100
Nyeri
v
60
No.
Jenis
Usia
Sampel
Kelamin
(tahun)
Diagnosis Operasi
Lama
Operasi
(menit)
Tanda Infeksi Lokal
Pus
18
Perempuan
25
19
Perempuan
36
G2P1H0 Hamil 40 mingggu Belum Inpartu dengan
Aritmia + Makrosomia
SNNT
20
Perempuan
41
Efusi Pleura et causa Metastase Ca Mammae
21
Perempuan
16
CKS + EDH
22
Perempuan
56
Apendisitis Infiltrat
23
Laki-laki
21
CKB + EDH
24
Laki-laki
71
Tumor Colon Ascendens
90
v
25
Perempuan
48
Efusi Pleura et causa Metastase Ca Mammae
45
v
60
Nyeri
v
65
Bengkak
Eritema
v
v
20
v
120
v
v
45
v
v
120
v
v
v
v
Jahitan Dibuka
61
Lampiran 2. Hasil Identifikasi Mikroorganisme Penyebab ILO dan Kepekaannya Terhadap Antibiotik
No.
Uji Sensitivitaas
Sampel
Spesies Bakteri
1 Klebsiella sp
Pseudomonas aeruginosa
2
Staphylococcus saprophyticus
SAM
d (mm)
K
CRO
d (mm)
K
KZ
d (mm)
K
AK
d (mm)
K
CN
d (mm)
K
CIP
d (mm)
K
9
R
12
R
0
R
24
D
8
R
26
S
22
S
32
S
10
R
25
S
20
S
30
S
22
S
21
S
0
R
21
S
16
S
30
S
Proteus morganii
0
R
0
R
0
R
0
R
10
R
0
R
Staphylococcus aureus
32
S
24
S
0
R
19
S
18
S
29
S
Klebsiella sp
16
S
23
S
0
R
20
S
14
I
21
S
Staphylococcus aureus
13
I
0
R
0
R
18
S
15
S
0
R
5 Staphylococcus epidermidis
6 Proteus mirabilis
27
S
18
I
32
S
25
S
20
S
21
S
0
R
0
R
0
R
23
S
0
R
0
R
7 Klebsiella sp
8 Staphylococcus aureus
0
R
0
R
0
R
8
R
0
R
0
R
3
4
9
21
S
30
S
33
S
20
S
20
S
27
S
Proteus vulgaris
0
R
0
R
0
R
20
S
0
R
0
R
Staphylococcus saprophyticus
0
R
8
R
0
R
0
R
0
R
0
R
10 Pseudomonas aeruginosa
11 Staphylococcus epidermidis
0
R
0
R
0
R
7
R
0
R
24
S
28
S
30
S
24
S
30
S
26
S
27
S
12 Staphylococcus saprophyticus
13 Pseudomonas aeruginosa
0
R
0
R
0
R
20
S
0
R
0
R
14
I
0
R
0
R
0
R
0
R
0
R
22
S
0
R
0
R
0
R
0
R
0
R
24
S
0
R
0
R
24
S
22
S
18
I
14 Streptococcus sp
15 Enterobacter sp
62
No.
Uji Sensitivitaas
Sampel
Spesies Bakteri
SAM
d (mm)
CRO
K
d (mm)
28
S
0
R
18 Klebsiella sp
19 Staphylococcus epidermidis
15
20 Klebsiella sp
21 Proteus retgeri
16 Staphylococcus epidermidis
17 Staphylococcus epidermidis
22
Klebsiella sp
Staphylococcus saprophyticus
23 Klebsiella sp
24 Pseudomonas aeruginosa
25 Klebsiella sp
Keterangan:
SAM = Ampisilin-Sulbaktam
CRO
= Ceftriakson
KZ
= Cefazolin
AK
= Amikasin
CN
= Gentamisin
CIP
= Ciprofloksasin
d
= diameter
K
= Kepekaan
R
= Resisten
I
= Intermediet
S
= Sensitif
KZ
AK
CN
CIP
K
d (mm)
K
d (mm)
K
d (mm)
K
d (mm)
K
28
S
30
S
26
S
26
S
32
S
8
R
16
I
32
S
18
S
0
R
S
0
R
0
R
20
S
10
R
0
R
9
R
10
R
0
R
22
S
0
R
12
R
0
R
0
R
0
R
18
S
8
R
0
R
0
R
0
R
0
R
20
S
13
I
23
S
8
R
0
R
0
R
16
I
0
R
12
R
0
R
0
R
0
R
19
S
0
R
0
R
0
R
0
R
0
R
13
R
0
R
0
R
0
R
0
R
0
R
22
S
12
R
0
R
0
R
0
R
0
R
16
I
12
R
0
R
63
Lampiran 3. Hasil Pengamatan Pemeriksaan Mikrobiologi Bakteri Penyebab ILO dari Swab Pasien Suspect ILO pada Media
BHI, Agar Darah, dan Mac Conckey
No.
Sampel
1
2
3
Pewarnaan
BHI
keruh
keruh
keruh
Gram
Mac Conckey
Bentuk
Ukuran
Warna
Agar Darah
Elevasi
Tepi
Bentuk
Gram
batang
-
bulat
sedang
pink
cembung
rata
batang
-
bulat
kecil
pink
cembung
rata
coccus
+
batang
-
coccus
+
batang
-
bulat
bulat
sedang
sedang
jernih
pink
cembung
cembung
Bentuk
Ukuran
Warna
Elevasi
Tepi
bulat
kecil
putih
cembung
rata
hemolisa
bulat
sedang
putih
cembung
rata
hemolisa
rata
rata
4
keruh
coccus
+
bulat
sedang
putih
cembung
rata
5
keruh
coccus
+
bulat
kecil-sedang
putih
cembung
rata
6
keruh
batang
-
bulat
kecil
putih
cembung
rata
7
keruh
batang
-
bulat
sedang-besar
pink
cembung
rata
8
keruh
coccus
+
bulat
kecil-sedang
putih
cembung
rata
9
keruh
batang
-
coccus
+
bulat
kecil-sedang
putih
cembung
rata
10
keruh
batang
-
11
keruh
coccus
+
bulat
kecil
putih
cembung
rata
12
keruh
coccus
+
bulat
kecil
putih
cembung
rata
13
keruh
batang
-
14
keruh
coccus
+
bulat
kecil
putih
cembung
rata
15
keruh
batang
-
bulat
bulat
bulat
bulat
sedang
kecil-sedang
kecil
sedang
jernih
jernih
jernih
pink
cembung
cembung
cembung
cembung
Keterangan
gerigi
hemolisa
rata
rata
rata
alfa hemolitik
64
No.
Sampel
Pewarnaan
BHI
Gram
Bentuk Gram
Mac Conckey
Bentuk
Ukuran
Warna
Agar Darah
Elevasi
Tepi
16
keruh
coccus
+
17
keruh
coccus
+
18
keruh
batang
-
19
keruh
coccus
+
20
keruh
batang
-
bulat
kecil
jernih
cembung
gerigi
21
keruh
batang
-
bulat
kecil
jernih
cembung
rata
22
keruh
batang
-
bulat
sedang
pink
cembung
rata
coccus
+
23
keruh
batang
-
bulat
kecil
jernih
cembung
rata
24
keruh
batang
-
bulat
kecil
jernih
cembung
rata
25
keruh
batang
-
bulat
sedang
jernih
cembung
rata
bulat
kecil
jernih
cembung
Bentuk
Ukuran
Warna
Elevasi
Tepi
Keterangan
bulat
kecil-sedang
putih
cembung
rata
bulat
kecil-sedang
putih
cembung
rata
bulat
kecil
putih
cembung
rata
hemolisa
bulat
kecil
putih
cembung
rata
hemolisa
rata
65
Lampiran 4. Hasil Pengamatan Uji Biokimia Bakteri Penyebab ILO dari Swab Pasien Suspect ILO
No.
Uji Biokomia Gram Negatif
Sampel
1
2
TSIA
Uji Biokimia Gram Positif
SIM
SC
Urea
Katalase
Spesies Bakteri
Dasar
Gas
H2S
Sulfur
Indol
Motilitas
kuning
kuning
+
-
-
-
+
+
+
Klebsiella sp.
merah
merah
+
-
-
-
+
+
+
Pseudomonas aeruginosa
merah
kuning
+
-
-
-
+
+
+
kuning
kuning
+
-
-
-
+
+
+
5
+
R
Staphylococcus saprophyticus
Proteus morganii
+
4
Novobiosin
Lereng
+
3
DNAse
+
S
Staphylococcus aureus
Klebsiella sp.
+
+
S
Staphylococcus aureus
+
-
S
Staphylococcus epidermidis
6
merah
kuning
+
+
+
-
+
+
+
Proteus mirabilis
7
kuning
kuning
+
-
-
-
+
+
+
Klebsiella sp.
8
9
+
merah
kuning
+
+
+
+
+
+
+
merah
merah
+
-
-
-
+
+
+
S
Staphylococcus aureus
Proteus vulgaris
+
10
+
-
R
Staphylococcus saprophyticus
Pseudomonas aeruginosa
11
+
-
S
Staphylococcus epidermidis
12
+
-
R
Staphylococcus saprophyticus
13
merah
kuning
+
-
-
+
+
+
+
14
15
Pseudomonas aeruginosa
Streptococcus sp.
kuning
kuning
+
-
-
-
+
+
+
Enterobacter sp.
66
No.
Uji Biokomia Gram Negatif
Sampel
TSIA
Uji Biokimia Gram Positif
SIM
DNAse
Novobiosin
16
+
-
S
Staphylococcus epidermidis
17
+
-
S
Staphylococcus epidermidis
+
-
S
18
kuning
Dasar
kuning
Gas
+
H2S
-
Sulfur
-
Indol
-
Motilitas
+
+
Urea
Spesies Bakteri
Katalase
Lereng
SC
+
19
Klebsiella sp.
Staphylococcus epidermidis
20
kuning
kuning
+
-
-
-
+
+
+
Klebsiella sp.
21
merah
kuning
+
-
-
+
+
+
+
Proteus retgeri
kuning
kuning
+
-
-
-
+
+
+
Klebsiella sp.
22
+
-
R
Staphylococcus saprophyticus
23
kuning
kuning
+
-
-
-
+
+
+
Klebsiella sp.
24
merah
merah
-
-
-
-
+
+
+
Pseudomonas aeruginosa
25
kuning
kuning
+
-
-
-
+
+
+
Klebsiella sp.
67
Lampiran 5. Hasil Analisis Univariat Data Penelitian
Frekuensi Spesies Bakteri
Spesies Bakteri
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Percent
Klebsiella sp
8
26,7
26,7
26,7
Pseudomonas aeruginosa
4
13,3
13,3
40,0
Proteus morganii
1
3,3
3,3
43,3
Proteus mirabilis
1
3,3
3,3
46,7
Proteus vulgaris
1
3,3
3,3
50,0
Proteus retgeri
1
3,3
3,3
53,3
Enterobacter sp
1
3,3
3,3
56,7
Staphylococcus aureus
3
10,0
10,0
66,7
Staphylococcus epidermidis
5
16,7
16,7
83,3
4
13,3
13,3
96,7
1
3,3
3,3
100,0
30
100,0
100,0
Staphylococcus
saprophyticus
Streptococcus sp
Total
Frekuensi Spesies Bakteri Berdasarkan Sifat Pewarnaan Gram
Bakteri Gram
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Negatif
17
56,7
56,7
56,7
Positif
13
43,3
43,3
100,0
Total
30
100,0
100,0
Frekuensi Pola Kepekaan Bakteri Terhadap Antibiotik
Ampisilin Sulbaktam
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
R
17
56,7
56,7
56,7
I
2
6,7
6,7
63,3
S
11
36,7
36,7
100,0
Total
30
100,0
100,0
68
Ceftriakson
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
R
22
73,3
73,3
73,3
I
1
3,3
3,3
76,7
S
7
23,3
23,3
100,0
30
100,0
100,0
Total
Cefazolin
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
R
25
83,3
83,3
83,3
I
1
3,3
3,3
86,7
S
4
13,3
13,3
100,0
30
100,0
100,0
Total
Amikasin
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
R
7
23,3
23,3
23,3
I
2
6,7
6,7
30,0
S
21
70,0
70,0
100,0
Total
30
100,0
100,0
Gentamisin
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
R
18
60,0
60,0
60,0
I
2
6,7
6,7
66,7
S
10
33,3
33,3
100,0
Total
30
100,0
100,0
Ciprofloksasin
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
R
18
60,0
60,0
60,0
I
1
3,3
3,3
63,3
S
11
36,7
36,7
100,0
Total
30
100,0
100,0
69
Frekuensi Pola Kepekaan Klebsiella sp. Terhadap Antibiotik
Ampisilin Sulbaktam
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
R
6
75,0
75,0
75,0
S
2
25,0
25,0
100,0
Total
8
100,0
100,0
Ceftriakson
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
R
7
87,5
87,5
87,5
S
1
12,5
12,5
100,0
Total
8
100,0
100,0
Cefazolin
Frequency
Valid
R
8
Percent
Valid Percent
100,0
100,0
Cumulative Percent
100,0
Amikasin
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
R
2
25,0
25,0
25,0
I
2
25,0
25,0
50,0
S
4
50,0
50,0
100,0
Total
8
100,0
100,0
Gentamisin
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
R
7
87,5
87,5
87,5
I
1
12,5
12,5
100,0
Total
8
100,0
100,0
Ciprofloksasin
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
R
6
75,0
75,0
75,0
S
2
25,0
25,0
100,0
Total
8
100,0
100,0
70
Frekuensi Pola Kepekaan Pseudomonas aeruginosa Terhadap Antibiotik
Ampisilin Sulbaktam
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
R
2
50,0
50,0
50,0
I
1
25,0
25,0
75,0
S
1
25,0
25,0
100,0
Total
4
100,0
100,0
Ceftriakson
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
R
3
75,0
75,0
75,0
S
1
25,0
25,0
100,0
Total
4
100,0
100,0
Cefazolin
Frequency
Valid
R
4
Percent
Valid Percent
100,0
100,0
Cumulative Percent
100,0
Amikasin
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
R
2
50,0
50,0
50,0
S
2
50,0
50,0
100,0
Total
4
100,0
100,0
Gentamisin
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
R
3
75,0
75,0
75,0
S
1
25,0
25,0
100,0
Total
4
100,0
100,0
Ciprofloksasin
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
R
2
50,0
50,0
50,0
S
2
50,0
50,0
100,0
Total
4
100,0
100,0
71
Frekuensi Pola Kepekaan Staphylococcus epidermidis Terhadap Antibiotik
Ampisilin Sulbaktam
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
R
2
40,0
40,0
40,0
S
3
60,0
60,0
100,0
Total
5
100,0
100,0
Ceftriakson
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
R
2
40,0
40,0
40,0
I
1
20,0
20,0
60,0
S
2
40,0
40,0
100,0
Total
5
100,0
100,0
Cefazolin
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
R
1
20,0
20,0
20,0
I
1
20,0
20,0
40,0
S
3
60,0
60,0
100,0
Total
5
100,0
100,0
Amikasin
Frequency
Valid
S
5
Percent
Valid Percent
100,0
100,0
Cumulative Percent
100,0
Gentamisin
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
R
1
20,0
20,0
20,0
S
4
80,0
80,0
100,0
Total
5
100,0
100,0
Ciprofloksasin
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
R
2
40,0
40,0
40,0
S
3
60,0
60,0
100,0
Total
5
100,0
100,0
72
Frekuensi Pola Kepekaan Staphylococcus saprophyticus Terhadap Antibiotik
Ampisilin Sulbaktam
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
R
3
75,0
75,0
75,0
S
1
25,0
25,0
100,0
Total
4
100,0
100,0
Ceftriakson
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
R
3
75,0
75,0
75,0
S
1
25,0
25,0
100,0
Total
4
100,0
100,0
Cefazolin
Frequency
Valid
R
4
Percent
Valid Percent
100,0
100,0
Cumulative Percent
100,0
Amikasin
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
R
1
25,0
25,0
25,0
S
3
75,0
75,0
100,0
Total
4
100,0
100,0
Gentamisin
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
R
3
75,0
75,0
75,0
S
1
25,0
25,0
100,0
Total
4
100,0
100,0
Ciprofloksasin
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
R
3
75,0
75,0
75,0
S
1
25,0
25,0
100,0
Total
4
100,0
100,0
73
Frekuensi Pola Kepekaan Staphylococcus aureus Terhadap Antibiotik
Ampisilin Sulbaktam
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
I
1
33,3
33,3
33,3
S
2
66,7
66,7
100,0
Total
3
100,0
100,0
Ceftriakson
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
R
1
33,3
33,3
33,3
S
2
66,7
66,7
100,0
Total
3
100,0
100,0
Cefazolin
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
R
2
66,7
66,7
66,7
S
1
33,3
33,3
100,0
Total
3
100,0
100,0
Amikasin
Cumulative
Frequency
Valid
S
3
Percent
Valid Percent
100,0
100,0
Percent
100,0
Gentamisin
Cumulative
Frequency
Valid
S
3
Percent
Valid Percent
100,0
100,0
Percent
100,0
Ciprofloksasin
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
R
1
33,3
33,3
33,3
S
2
66,7
66,7
100,0
Total
3
100,0
100,0
74
Lampiran 6. Foto Kegiatan Penelitian
Foto 1. Pengambilan Swab Luka
Operasi
Foto 2. Sterilisasi Ose Bulat
Foto 3. Hasil Pewarnaan Gram
Bakteri Gram Negatif Batang
Foto 4. Hasil Pewarnaan Gram
Bakteri Gram Positif Kokus
Foto 5. Penanaman Bakteri pada
Media Agar Darah
Foto 6. Pertumbuhan Koloni Positif
pada Media Agar Darah
75
Foto 7. Penanaman pada Media TSIA
Foto 9. Penanaman pada Media Simmon
Citrate
Foto 11. Hasil Uji Biokimia Gram Negatif
Foto 8. Penanaman pada
Media SIM
Foto
10.
Penanaman
Media Urea
pada
Foto 12. Hasil Uji Biokimia
DNAse
76
Foto 13. Hasil Uji Novobiocin dan Uji
Katalase
Foto 14. Pengolesan Bakteri
pada Media Muller Hinton
Foto 15. Peletakkan Disk Antibiotik
Foto 16. Hasil Uji Sensitivitas
77
Lampiran 7. Surat Izin Penelitian
78
79
Lampiran 8. Surat Persetujuan Etik
Download