panitia peringatan hut ri ke 59

advertisement
Paparan Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia :
“Pengendalian Pembiayaan Properti dan Formulasi Alternatif
Mendorong Tumbuhnya Industri Properti”
Rakernas REI, 14 September 2017
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat sore dan salam sejahtera bagi kita semua,
1.
Pertama-tama, ijinkan saya mengajak kita semua untuk memanjatkan puji
syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena atas limpahan nikmat dan
karunia-Nya, pada hari ini kita masih diberi kesempatan untuk berkumpul
dalam keadaan sehat dan dalam suasana yang baik.
2.
Kami menyambut baik adanya kegiatan dialog nasional yang mengangkat
tema “Prediksi Industri Properti ke Depan dan Memperkuat Keberpihakan
Pemerintah kepada Industri Properti Nasional dalam Menghadapi
Turbulensi Ekonomi”, sebagai bagian dalam Rakernas REI pada tahun
2017. Kegiatan seperti ini diharapkan akan semakin meningkatkan
pemahaman kita bersama mengenai perkembangan, tantangan dan upayaupaya untuk mendorong perkembangan sektor properti di tanah air.
Bapak dan Ibu yang saya hormati,
3.
Perjalanan panjang selama 72 tahun di alam kemerdekaan, telah diisi oleh
Bangsa
Indonesia
dengan
berbagai
upaya
transformasi
melalui
pembangunan di segala bidang, demi mewujudkan cita-cita para pendahulu
kita untuk menjadikan negara Indonesia sebagai negara yang merdeka,
berdaulat, adil dan makmur.
4.
Di bidang ekonomi, Indonesia telah naik menjadi negara middle
income country, dan memiliki penduduk kelas menengah terbesar di Asia
Tenggara, serta pertumbuhan kelas menengah tercepat di Asia. Indonesia
bahkan masuk dalam kelompok negara G-20 dan berkesempatan untuk
berkembang menjadi high income country dengan ukuran ekonomi ke-4
1 of 7
terbesar di dunia bersama China, India dan Amerika Serikat pada tahun
20501.
5.
Perjalanan ekonomi sampai dengan triwulan III tahun 2017 juga patut kita
syukuri karena menorehkan kinerja yang positif, baik dari sisi pertumbuhan
ekonomi, nilai tukar,maupun inflasi. Berbagai catatan positif perkembangan
ekonomi tersebut bukanlah hal yang mudah untuk dicapai.
6.
Sejak awal tahun, kita dihadapkan pada berbagai tantangan eksternal dan
domestik yang tidak ringan.
i. Dari sisi Eksternal, kita dihadapkan pada ketidakpastian kebijakan
ekonomi maupun politik di negara-negara maju, seperti wacana
penurunan neraca bank sentral AS, belum sepenuhnya pulih kinerja
perekonomian Tiongkok dan faktor geopolitik di semenanjung Korea.
ii. Di sisi domestik, kami melihat terjadinya perlambatan konsumsi di
sektor rumah tangga dan konsolidasi korporasi yang berjalan lebih lama
dari prakiraan semula.
Hadirin yang berbahagia,
7.
Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, recovery
yang terjadi pada pasar properti global juga berjalan lambat. Hal
ini juga terjadi pada pasar properti domestik dimana laju pertumbuhan
harga cenderung melambat meski pada perkembangan terakhir mulai
sedikit menunjukan perbaikan.
8.
Jika kita bedah lebih dalam, perlambatan laju pertumbuhan harga properti
terutama terjadi pada kelas besar dan menengah yang sejalan dengan
fenomena
“smoothing
consumption”
pada
kelas
tersebut.
Sementara itu, laju pertumbuhan harga rumah sederhana justru mengalami
kenaikan yang cukup tinggi. Tentunya hal ini meninggalkan pekerjaan
1
Riset PWC (2016)
2 of 7
rumah bagi kita bersama, terutama terkait dengan keterjangkauan harga
kepemilikan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
9.
Smoothing consumption tersebut tampaknya berdampak juga pada
perilaku pembiayaan properti, baik dari sisi konsumen maupun
developer. Dalam hal ini, pembelian dan pembangunan properti dengan
menggunakan dana tunai dan dana sendiri mengalami penurunan. Hal
tersebut kemudian diikuti oleh kenaikan pinjaman bank termasuk KPR
untuk pendanaan properti.
Bapak dan Ibu yang berbahagia,
10. Mencermati kondisi tersebut, Bank Indonesia memberi perhatian
yang lebih terhadap perkembangan sektor properti saat ini. Terlebih
sektor
properti
berpotensi
besar
menjadi
kunci
bagi
pemulihan
perekonomian nasional, mengingat efek multiplier-nya yang tinggi
terhadap perekonomian secara umum.
11. Namun kita tentunya tetap perlu menyadari bahwa karakteristik sektor
properti juga merupakan salah satu sumber risiko sistemik, baik melalui
jalur keuangan maupun jalur sektor riil. Banyak pelajaran yang dapat kita
petik pada Global Financial Crisis 2008 terkait hal tersebut.
12. Hal ini juga sejalan dengan Buku “rethinking the economics of land
and housing” yang menekankan perlunya pengelolaan sektor properti
secara baik agar tidak menjadi sumber terjadinya stagnasi dan productivity
puzzle dalam perekonomian.
13. Dengan peran strategis sektor properti dalam perekonomian, Bank
Indonesia
memandang
perlunya
balancing antara risk-benefit
pengembangan sektor properti, agar nantinya pertumbuhan sektor
properti dapat lebih berkesinambungan.
3 of 7
Bapak dan Ibu yang saya hormati,
14. Berkaitan dengan hal tersebut, dan untuk turut mendukung momentum
pemulihan ekonomi secara lebih luas, termasuk di sektor properti, Bank
Indonesia telah melakukan penurunan policy rate sebesar 175 bps
sejak Januari 2016 yang diikuti dengan penambahan likuiditas ke
sistem perbankan melalui penurunan GWM sebesar 150 bps sejak
Desember 2015.
15. Kami juga melakukan penyesuaian LTV pada Agustus 2016 untuk
memberikan insentif yang lebih besar bagi sektor properti untuk tumbuh
lebih tinggi tanpa mengorbankan prinsip kehati-hatian perbankan. Harapan
kami, persyaratan LTV yang lebih ringan, khususnya pada KPR syariah,
dapat dimanfaatkan untuk mendukung perkembangan sektor properti
nasional.
16. Hasil dari rangkaian kebijakan tersebut mulai tampak dengan penurunan
suku bunga dana dan kredit. Pada Juni 2017, KPR tumbuh meningkat
menjadi 7,51%. Peningkatan tersebut memang masih terbatas namun
setidaknya dapat menahan laju perlambatan pertumbuhan kredit.
Bapak dan Ibu yang berbahagia,
17. Dari sisi kebijakan lanjutan LTV, arahnya akan tetap ditujukan untuk
mendorong fungsi intermediasi yang seimbang dan berkualitas. Saat ini,
kami sedang melakukan kajian mengenai kemungkinan penerapan
kebijakan LTV berbasis spasial mengingat karakteristik antar daerah di
Indonesia yang sangat beragam.
18. Guna memperkuat proses perumusan kebijakan makroprudensial termasuk
LTV, Bank Indoensia saat ini sedang mengembangkan Big Data sebagai
leading indicator di sektor properti; sehingga diharapkan proses
pengambilan kebijakan makroprudensial di sektor properti nantinya dapat
lebih antisipatif dan forward looking.
4 of 7
19. Kami juga menaruh perhatian terhadap masih rendahnya porsi kredit
properti terhadap PDB dibandingkan dengan negara kawasan.
Sebagai contoh, posisi Indonesia (2,8%) jauh tertinggal dibandingkan
Malaysia (37,8%) dan Thailand (22,3%). Kami memandang hal tersebut
tidak dapat sepenuhnya diperbandingkan secara langsung mengingat
masih tingginya posisi unbanked people di Tanah Air. Kami berharap
ketertinggalan tersebut dapat terkejar melalui program Financial Inclusion.
20. Bank Indonesia juga tentunya mencermati berbagai keluhan2 di
masyarakat mengenai proses pengajuan KPR yang salah satunya
juga disebabkan adanya prosedur penilaian kelayakan calon debitur yang
dilakukan oleh bank. Dalam kesempatan yang baik ini, kami sampaikan
bahwa keberadaan Sistem Informasi Debitur yang sering disebut BI-
Checking sejatinya adalah untuk memudahkan bank dalam pengelolaan
risiko kredit sehingga diharapkan proses penyaluran kredit juga lebih cepat
dibandingkan jika Bank harus melakukan penilaian risiko kredit dari awal.
Bapak dan Ibu yang saya hormati,
21. Kedepan, Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan
moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran guna menjaga
stabilitas ekonomi dan sistem keuangan. Bank Indonesia juga akan terus
memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas lainnya untuk
memastikan pengendalian inflasi, penguatan stimulus pertumbuhan, dan
reformasi struktural berjalan dengan baik sehingga mampu menopang
pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan.
22. Kami mendukung langkah-langkah Pemerintah dalam paket
kebijakan ekonomi, termasuk di bidang properti. Sebagai salah satu
contoh bentuk dukungan tersebut adalah pengecualian aturan LTV untuk
program-program Pemerintah. Selain itu, kami memandang perlu adanya
2
Survei Rumah.com menyatakan 86% responden menyatakan Biaya dan proses KPR di Indonesia berbelit
5 of 7
sinkronisasi kebijakan dengan perpajakan untuk mengurangi motif
spekulasi dari transaksi KPR.
23. Koordinasi juga kami lakukan bersama-sama dengan OJK untuk
merumuskan beberapa opsi-opsi kebijakan dalam menjawab masih
tingginya NIM di sistem perbankan yang pada gilirannya membebani
perekonomian nasional.
Hadirin yang berbahagia,
24. Dengan berbagai kebijakan tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia
kedepan diperkirakan akan membaik, ditopang oleh peningkatan investasi
dan konsumsi seiring dengan berlanjutnya dampak belanja Pemerintah
yang lebih ekspansif serta pemanfaatan ruang pelonggaran kebijakan
moneter. Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi
secara keseluruhan pada tahun 2017 tetap dalam kisaran 5,05,4% dan akan meningkat menjadi 5,1-5,5% pada tahun 2018.
25. Pertumbuhan DPK pada tahun 2017 diperkirakan tumbuh dalam kisaran 911%, sementara kredit di tahun yang sama tumbuh lebih rendah dari
perkiraan semula yaitu menjadi dalam kisaran 8-10%. Intermediasi
perbankan diperkirakan akan lebih tinggi pada tahun 2018 dengan
perkiraan pertumbuhan kredit sebesar 10-12% dan pertumbuhan DPK
sebesar 9-11%.
26. Sejalan dengan proyeksi tersebut, prospek sektor properti diyakini juga
akan meningkat, sesuai dengan profil permintaan dan penawaran pada
sektor tersebut yang cukup kondusif.
i.
Dari sisi permintaan : Berdasar McKinsey Report dan Global Property
Guide, diproyeksikan akan terjadi peningkatan sekitar 90 juta kelas
menengah di tahun 2030. Dalam hal ini, pengeluaran kelas menengah
untuk perumahan mencapai 10-15% dari pendapatan. Selain itu,
6 of 7
investasi pada sektor properti domestik juga cukup kompetitif jika
dibandingkan dengan regional.
ii.
Sementara, Dari sisi penawaran ditandai oleh masih tersedianya land
bank developer dan program pembangunan Infrastruktur, seperti MRT
dan
pembangunan
jalan
yang
dapat
memberikan
insentif
pengembangan area properti di sekitar area pembangunan.
Bapak dan Ibu yang saya hormati,
27. Demikian yang dapat kami sampaikan. Kami berharap Dialog Nasional ini
dapat memperluas wawasan mengenai perkembangan, tantangan dan
aspek kebijakan publik di sektor properti. Akhir kata, Kami menyampaikan
terima kasih dan apresiasi kepada Panitia Rakernas REI 2017 yang telah
menyelenggarakan kegiatan Dialog Nasional pada hari ini, sehingga dapat
terlaksana dengan baik.
Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Erwin Rijanto
Deputi Gubernur
7 of 7
Download