BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perusahaan yang jika ingin tetap bertahan dan mampu memenangkan
persaingan bisnis maka harus selalu melakukan inovasi. Inovasi menyebabkan
perusahaan terus berkembang dan tumbuh. Perkembangan usaha tersebut akan
memaksa perusahaan untuk melakukan perluasan usaha, baik dengan diversifikasi
maupun intensifikasi. Perluasan usaha akan berdampak pada kebutuhan dana yang
terus meningkat seiring dengan aktivitas perusahaan yang akan dapat menyulitkan
perusahaan untuk memenuhinya. Oleh sebab itu dibutuhkan pihak-pihak yang
bersedia untuk memberikan bantuan kepada perusahaan, seperti investor dan
kreditor.
Pasar modal merupakan sarana untuk dapat mempertemukan pihak yang
memberikan dana dengan perusahaan yang membutuhkan dana. Agar dapat
mendapatkan dana dari pihak penyedia dana, perusahaan harus bisa menerbitkan
saham atau obligasi untuk diperjualbelikan di pasar modal. Keputusan untuk
menjual saham dan obligasi sangat bergantung pada pertimbangan manajemen
dan pemilik perusahaan. Jika manajemen ingin menerbitkan saham atau obligasi
maka harus disampaikan kepada pemegang saham dalam rapat umum pemegang
saham untuk mendapatkan persetujuan. Jika dalam rapat umum pemegang saham
perusahaan ingin memperoleh dana segar melalui penerbitan saham, maka bagi
1
perusahaan yang belum menawarkan sahamnya di pasar modal akan melakukan
penawaran saham perdana (initial public offering/IPO).
Data perusahaan yang melakukan Initial Public Offering yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dari tahun 1982-2014 ada sekitar 445 perusahaan. Dari tabel
1.1 dapat dilihat bahwa perkembangan perusahaan yang melakukan penawaran
saham perdana beberapa tahun terakhir terus mengalami peningkatan meskipun
tidak drastis.
Tabel 1.1
Perusahaan IPO yang terdaftar di BEI tahun 2010 - 2014
Tahun
Perusahaan IPO
2010
23
2011
25
2012
22
2013
30
2014
23
Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI), 2014
Tabel 2.1 diatas, menunjukkan bahwa sangat besar minat perusahaan
untuk melakukan penawaran saham perusahaannya guna mendapatkan tambahan
dana. Pasar modal memungkinkan perusahaan yang membutuhkan dana
memperoleh dana dari pihak luar yang memiliki dana berlebih. Pihak luar
(investor) bersedia memberikan dana mereka karena mengharapkan keuntungan
sebagai imbalan atas dana yang telah diberikan. Manfaat yang diperoleh pada saat
2
bertransaksi dipasar modal dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu yang ingin
memperoleh keuntungan pribadi. Salah satunya melalui praktik manajemen laba
(earnings management)
Menurut Scott (1997), earnings management merupakan tindakan untuk
memilih kebijakan akuntansi dari suatu standar tertentu dengan tujuan
memaksimalkan kesejahteraan dan/atau nilai pasar perusahaan. Manajemen laba
tidak hanya dilakukan oleh perusahaan yang mengalami kerugian atau
kebangkrutan saja, namun perusahaan pada saat akan melakukan penawaran
umum saham perdana juga melakukan praktik ini untuk mendapatkan penilaian
yang positif dari calon investor atas kinerja perusahaan sehingga dapat
memperoleh dana segar dalam jumlah yang besar (Kurniawan, 2011). Dengan
demikian, sebelum masa penawaran saham pihak manajemen harus menjelaskan
kondisi perusahaan secara menyeluruh. Salah satu persyaratan yang diberikan
OJK sebelum perusahaan melakukan penawaran saham perdana di pasar modal,
adalah dengan menyerahkan prospektus.
Prospektus adalah informasi - informasi tertulis yang berhubungan dengan
penawaran umum agar pihak lain bisa membeli efek. Dengan adanya penerbitan
prospektus, investor dapat mengakses seluruh informasi penting dan relevan
sehubungan dengan kegiatan penawaran tersebut sehingga investor dapat
mengambil keputusan investasi secara tepat setelah menilai perusahaan tersebut.
Informasi mengenai tujuan go public perusahaan penerbit sekuritas dan informasi
lainnya yang berkaitan dengan sekuritas yang dijual, kebijakan deviden, kegiatan
dan prospek usaha, kinerja keuangan perusahaan, dan data perusahaan lainnya
3
dilaporkan dalam prospektus. Salah satu informasi yang disajikan dalam
prospektus adalah laporan keuangan perusahaan.
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang
digunakan untuk menilai posisi keuangan dan kinerja perusahaan. Laporan
keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan
sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan dan aktivitas suatu
perusahaan dengan pihak - pihak yang berkepentingan dengan aktivitas
perusahaan tersebut (Munawir, 1988). Salah satu hal yang penting dalam laporan
keuangan, yang digunakan untuk mengukur kinerja suatu perusahaan adalah laba.
Manajemen laba terjadi sebagai dampak dari masalah keagenan yang
terjadi karena adanya ketidakselarasan kepentingan antara pemegang saham
(principal) dan manajemen perusahaan (agent). Sebagai agent, manajer secara
moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemegang
saham, namun disisi lain manajer juga mempunyai kepentingan memaksimumkan
kesejahteraan diri mereka sendiri, sehingga ada kemungkinan besar agent tidak
selalu bertindak demi kepentingan terbaik principal (Jensen dan Meckling, 1976).
Manajer selaku pengelola perusahaan memiliki informasi yang lebih banyak dan
merupakan pihak yang pertama kali mengetahui informasi tentang perusahaan
dibandingkan
investor
sehingga
dapat
terjadi
asimetri
informasi
yang
memungkinkan manajemen melakukan praktik akuntansi dengan orientasi pada
laba untuk mencapai tujuan kinerja tertentu. Manajemen laba sangat merugikan
investor, walaupun tidak selalu earning management dikaitkan dengan tindakan
negatif (Kurniawan, 2011).
4
Manajemen laba dapat dilakukan oleh manajemen suatu perusahaan
dengan memanfaatkan pos-pos akrual yang ada dalam laporan keuangan dengan
menyajikan laba yang sesuai dengan kepentingannya, meskipun hal tersebut tidak
sesuai dengan kepentingan prinsipal. Hal ini dapat terjadi karena dalam akuntansi
menggunakan dasar akrual yang mewajibkan perusahaan mengakui pendapatan
dan biaya yang telah menjadi hak dan kewajiban dalam periode sekarang
meskipun transaksi kas-nya baru terjadi dalam periode berikutnya. Dasar akrual
disepakati sebagai dasar penyusunan laporan keuangan karena dapat memberikan
informasi yang lebih akurat kepada pengguna laporan keuangan. Dasar akrual
tidak hanya memberikan informasi atas transaksi masa lalu yang melibatkan
penerimaan dan pembayaran kas, tetapi juga kewajiban pembayaran kas di masa
depan serta sumber daya yang merepresentasikan kas yang akan diterima di masa
depan. Sebagai konsekuensi penggunaan dasar akrual ini, dalam data keuangan,
laba dalam suatu periode dapat mengandung unsur kas dan akrual. Penerapan
konsep akrual inilah yang memicu kesempatan manajemen untuk melakukan
manajemen laba dengan menaikkan atau menurunkan angka akrual dalam laporan
laba rugi.
Perusahaan yang melakukan manajemen laba sebelum masa penawaran
cenderung mengalami penurunan kinerja laba perusahaan setelah IPO (Limbong,
2014). Penurunan kinerja keuangan secara teori terjadi sebagai akibat tindakan
oportunis manajemen yang memanfaatkan asimetri informasi pada saat IPO
dengan menaikkan laba, tujuannya agar pada saat IPO, perusahaan memperoleh
respon yang positif dari pasar (Kurniawan, 2011). Akan tetapi, dalam jangka
5
panjang manipulasi tersebut tidak dapat diteruskan karena akan mengakibatkan
penurunan kinerja keuangan perusahaan itu sendiri (Gumanti, 2001). Ada indikasi
yang kuat bahwa karena praktek manajemen laba pada periode sebelum IPO,
manajemen mengalami kesulitan untuk mempertahankan kinerja laba setelah IPO
(Jain dan Kini 1994).
Ukuran perusahaan sebagai proksi dari political cost, dianggap sangat
sensitif terhadap prilaku pelaporan laba (Watt and Zimmerman, 1978).
Perusahaan berukuran sedang dan besar lebih memiliki tekanan yang kuat dari
para stakeholdersnya, agar kinerja perusahaan dapat sesuai dengan harapan dari
para investor dibandingkan dengan perusahaan yang kecil. Besar kecilnya ukuran
perusahaan dapat didasarkan pada total nilai aktiva, total penjualan, kapitalisasi
pasar, jumlah tenaga kerja dan sebagainya. Semakin besar nilai item-item tersebut
maka semakin besar pula ukuran perusahaan itu. Semakin besar aktiva maka
semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin
banyak perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar
pula ia dikenal dalam masyarakat. Hal ini akan mendorong manajemen untuk
dapat memenuhi harapan tersebut (Barton and Simko, 2002). Namun dilain pihak
Burghstahler dan Dichev (1997), Degeorge et al (1999), dan Kim et al (2003)
memberikan bukti empiris yang berbeda, bahwa semua ukuran terbukti senantiasa
melaporkan positive earnings, untuk menghindari earning losses atau earning
decreases.
Penelitian Burgstahler (1998) dalam Kim et al (2003) dan Degeorge et al.
(1999) berhasil membuktikan hipotesis mereka bahwa manajer memiliki
6
dorongan untuk menghindari pelaporan penurunan laba (earnings decreases) atau
pelaporan kerugian (earnings losses) melalui pelaporan laba positif. Lebih jauh
Burgstahler dan Dichev (1997) mengemukakan bahwa 8-12% perusahaan yang
telah melakukan manipulasi laba bertujuan untuk menghindari pelaporan kerugian
dan 30-40% perusahaan terbukti telah melakukan manipulasi laba untuk dapat
memperoleh laporan peningkatan laba positif. Kim et al (2003) melakukan
penelitian yang secara spesifik memfokuskan pada hubungan antara ukuran
perusahaan dengan manajemen laba, mereka berhasil membuktikan hipotesis
mereka bahwa perusahaan dengan ukuran apapun terindikasi melakukan
manajemen laba melalui mekanisme pelaporan laba positif untuk menhindari
earnings losses, meskipun mereka gagal membuktikan bahwa semua perusahaan
terindikasi menghindari earnings decreases.
Hasil penelitian mengenai manajemen laba masih menghasilkan temuan
yang tidak konsisten. Motivasi yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian ini
adalah dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ardiati (2005), Jogiyanto (2009)
dan Diah Fika (2011) yang memiliki perbedaan pola manajemen laba di sekitar
IPO dan hubungan antara manajemen laba sebelum IPO terhadap return saham.
Masih adanya perbedaan hasil penelitian terdahulu mengenai manajemen laba di
seputar IPO, ukuran perusahaan dan reaksi pasar tersebut mendorong kembali
dilakukannya penelitian ini. Penelitian ini hendak menguji kembali yaitu dengan
jenis perusahaan dan tahun dilakukannya IPO yang berbeda dari penelitian yang
dilakukan oleh Joni dan Jogiyanto (2009) serta menggunakan sampel yang lebih
luas, sehingga diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menyempurnakan hasil
7
penelitian sebelumnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji ada
tidaknya manajemen laba di seputar penawaran saham perdana menggunakan
model manajemen laba terbaru yaitu Modified Jones. Model ini dipilih karena
model ini merupakan model pendeteksi manajemen laba yang umum digunakan
dalam riset-riset empiris mengenai manajemen laba di Indonesia (Erawan dan
Ulupui, 2013). Penelitian ini juga bertujuan untuk menguji pengaruh manajemen
laba terhadap return saham dan pengaruh ukuran perusahaan dalam memoderasi
hubungan antara manajemen laba dengan return saham.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang, adapun rumusan masalah yang dapat
dirumuskan adalah:
1) Bagaimana manajemen laba menjelang IPO berpengaruh terhadap return
saham pada perusahaan yang terdaftar di BEI?
2) Bagaimana manajemen laba menjelang IPO berpengaruh terhadap return
saham dengan ukuran perusahaan sebagai pemoderasi pada perusahaan
yang terdaftar di BEI?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1) Untuk mengetahui pengaruh manajemen laba menjelang IPO terhadap
return saham pada perusahaan yang terdaftar di BEI.
2) Untuk mengetahui pengaruh manajemen laba menjelang IPO terhadap
return saham dengan ukuran perusahaan sebagai pemoderasi pada
perusahaan yang terdaftar di BEI.
8
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1) Kegunaan Teoritis
a. Menambah pengetahuan dan wawasan yang lebih luas mengenai
pasar modal dan memberikan variasi hasil tentang pengukuran
manajemen laba dalam laporan keuangan sesuai dengan penerapan
teori-teori yang ada pada saat ini sehingga dapat menilai kualitas
laporan keuangan perusahaan.
b. Dijadikan perbandingan dan penyempurnaan dari penelitianpenelitian terdahulu. Selain itu, diharapkan dapat memberikan
tambahan literatur dan pertimbangan pada penelitian yang akan
datang tentang pasar modal khususnya manajemen laba menjelang
IPO.
2) Kegunaan Praktis
Sebagai pertimbangan bagi pelaku pasar modal dalam mengambil
keputusan investasi pada perusahaan yang melakukan IPO.
1.5 Sistematika Penulisan
Sebagai arahan dalam memahami skripsi ini, penulis menggunakan
sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I
: Pendahuluan
Bab ini menguraikan latar belakang masalah penelitian,
rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian dan sistematika penulisan.
9
Bab II
: Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian
Bab ini mencakup mengenai teori atau konsep-konsep yang
relevan antara manajemen laba menjelang IPO, return saham dan
ukuran perusahaan, hasil penelitian terdahulu dan hipotesis
penelitian.
Bab III : Metode Penelitian
Bab ini menguraikan desain penelitian, lokasi atau ruang lingkup
wilayah penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel,
definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi dan
sampel, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data
dan teknik analisis data yang digunakan.
Bab IV : Pembahasan Hasil Penelitian
Pada bab ini diuraikan mengenai data amatan, hasil uji asumsi
klasik, deskriptif statistik, hasil uji model fit dan hasil uji
hipotesis baik pengaruh parsial maupun moderasi.
Bab V
: Simpulan dan Saran
Bab ini menguraikan simpulan dari keseluruhan hasil penelitian
dan
disertakan
pula
saran-saran
yang
diharapkan
bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
10
dapat
Download