analisis lingkungan bisnis

advertisement
I. ANALISIS LINGKUNGAN BISNIS
I.1
Latar Belakang
Sejak beberapa tahun terakhir kesehatan menjadi salah satu topik yang hangat
dibicarakan, mulai dari penyakit degeneratif hingga gaya hidup sehat. Berdasarkan
pengamatan di kota-kota besar, hal ini semakin terasa dengan munculnya berbagai
pusat kebugaran di beberapa mal, perkantoran dan kompleks perumahan. Tidak
hanya terbatas pada aktivitas olahraga, makanan pun menjadi hal yang sangat
diperhatikan mulai dari yang sederhana seperti menghindari makanan bergula tinggi
untuk mencegah diabetes hingga yang cukup kompleks seperti hanya mengonsumsi
makanan berserat tinggi dan makanan organik. Perkembangan ini menjadi semakin
cepat karena bantuan berbagai media komunikasi. Salah satu media yang sangat
berperan adalah internet yang menawarkan kecepatan dan jangkauan luas tanpa
batas sehingga masyarakat dengan cepat mengakses informasi gaya hidup sehat
yang sudah terlebih dahulu berkembang di luar negeri.
Perkembangan yang cukup kompleks terlihat di sektor makanan melalui hadirnya
berbagai rumah makan yang menawarkan menu sehat diikuti menjamurnya geraigerai makanan seperti yogurt hingga berbagai produk makanan yang menekankan
pada manfaat kesehatannya.
Di antara jenis makanan yang berkembang tersebut, makanan berbentuk mie
memiliki potensi yang kuat karena merupakan salah satu makanan yang paling
banyak dikonsumsi setelah nasi. Hal ini terbukti dari sajian mie sangat beragam di
Indonesia mulai dari menu yang umum seperti mie goreng dan mie rebus, menu mie
yang diadaptasi dari kuliner asing, hingga menu tradisional seperti mie celo
Palembang, mie cakalang Manado, dan mie godog Jawa.
1
Melihat animo masyarakat yang cukup tinggi terhadap kesehatan didukung oleh
potensi mie sebagai salah satu makanan yang dikonsumsi oleh berbagai lapisan,
terdapat peluang bisnis yang besar dengan menggabungkan kedua faktor tersebut.
Terlebih lagi, saat ini belum banyak pelaku bisnis yang memproduksi mie yang
mengusung manfaat kesehatan. Rencana bisnis kali ini akan mengkaji kelayakan
peluang tersebut untuk dijalankan disertai berbagai strategi pelaksanaannya.
I.2
Batasan Umum Produk
Produk dari PT Jagung Sentosa Indonesia (untuk selanjutnya disebut Perusahaan
atau PT JSI) adalah mie kering dalam kemasan yang terbuat dari 100% jagung lokal.
Mie jagung kering dibuat dari tepung jagung yang dibentuk menjadi adonan dengan
campuran air, larutan pengental dan garam. Lalu adonan diolah melalui tahap
gelatinisasi, penggilingan, dan pemotongan menjadi untaian yang panjang, kemudian
dimatangkan melalui pengukusan, dikeringkan dan dikemas. Mie kering dikemas
tanpa disertai bumbu untuk menawarkan fleksibilitas penggunaan produk bagi
konsumen.
Mie jagung kering ini bebas MSG (monosodium glutamat; bahan penyedap
makanan), bebas zat pengawet dan pewarna makanan, memiliki kandungan serat
yang tinggi serta secara alami mengandung pro vitamin A dan bebas gluten.
Berdasarkan kondisi sebelum dikonsumsi, mie dapat digolongkan ke dalam beberapa
kelompok menurut SNI1, yaitu:
1. Mie basah
Produk makanan basah yang dibuat dari tepung terigu dengan atau tanpa
penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan yang
1
Panduan Penyusunan dan Pemeriksaan Dokumen UKL-UPL Industri Mie Instan, Desember
2007, Deputi Bidang Tata Lingkungan – Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Jakarta,
2007
2
diizinkan, berbentuk khas mie2. Karena kandungan air yang tinggi, produk ini
memiliki masa simpan yang singkat yaitu satu hari. Mie basah umumnya
digunakan oleh rumah makan atau penjaja mie keliling untuk diolah menjadi
mie rebus atau mie goreng.
2. Mie kering
Produk makanan kering yang dibuat dari tepung terigu dengan atau tanpa
penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan yang
diizinkan, berbentuk khas mie3. Secara umum, mie kering merupakan mie
basah yang telah dikeringkan menggunakan oven. Dengan pengurangan
kandungan air, mie kering memiliki masa simpan lebih lama dari mie basah,
yaitu sekitar satu tahun. Mie kering umumnya disajikan dalam berbagai menu
masakan (mie goreng, mie kuah, mie cah jamur, dan sejenisnya) dan
seringkali dikonsumsi sebagai pengganti nasi.
3. Mie instan
Mie instan dibuat dari adonan terigu sebagai bahan utama dengan atau tanpa
penambahan bahan lainnya. Mi instan dicirikan dengan adanya penambahan
bumbu dan memerlukan proses rehidrasi untuk siap dikonsumsi4.
Secara umum, mie instan merupakan mie basah yang dimatangkan melalui
penggorengan. Proses ini akan membentuk pori-pori dalam mie sehingga
mempercepat proses pengolahan sebelum dikonsumsi. Selain itu, dengan
adanya penggorengan, terjadi pengurangan kandungan air, sehingga mie
instan memiliki masa simpan yang cukup lama yaitu enam bulan. Mie instan
2
SNI 01-2987-1992, Badan Standarisasi Nasional
SNI 01-2974-1996, Badan Standarisasi Nasional
4 SNI 01-3551-2000, Badan Standarisasi Nasional
3
3
umumnya dikemas bersama berbagai variasi bumbu dan bahan pelengkap
lain seperti kecap, cabai dan bawang goreng.
Dari ketiga jenis mie di atas, saat ini mie kering memiliki potensi yang lebih besar
untuk menyebarkan manfaat kesehatan karena masa simpan yang relatif lama
sehingga konsumen dapat memanfaatkan secara fleksibel dan leluasa, serta proses
pengolahan yang melibatkan suhu relatif rendah dibandingkan dengan mie instan
menjadikan bioavailabilitas nutrisi dapat dipertahankan.
Berdasarkan bahan baku utamanya, mie bisa digolongkan menjadi5:
1. Dari tepung terigu dan air
Jenis mie ini dibuat dari campuran tepung terigu dan air, ada juga yang
ditambahkan garam.
2. Dari tepung terigu dan larutan alkali
Selain menggunakan bahan berupa tepung terigu dan air, jenis mie ini juga
diberi tambahan telur atau larutan alkali, yaitu natrium karbonat, kalium
karbonat, kalsium hidroksida, atau kalium hidroksida.
3. Dari tepung beras
Terbuat dari tepung beras yang dihaluskan dan dicampur dengan air.
4. Dari pati umbi dan biji-bijian
Terbuat dari pati umbi-umbian atau biji-bijian. Tekstur dari jenis mie ini kenyal
dan berwarna transparan setelah dimasak.
Mie yang akan diproduksi oleh PT JSI hanya berbahan baku tepung jagung dan
air. Untuk memperkuat manfaat kesehatan yang ditawarkan, mie ini tidak
menggunakan tambahan larutan alkali..
5
Femina
4
Dari sisi bahan baku, mie ini akan memberikan nilai tambah untuk jagung pati (Zea
mays L. ssp.) yang selama ini dikonsumsi sebagai makanan pokok secara terbatas
(30%6) di daerah tertentu, sebagai bahan baku pakan ternak dan industri pangan,
serta industri bibit.
I.3
Batasan Umum Pasar
Pasar dari perusahaan mie jagung kering adalah Ibu Rumah Tangga berusia 25
hingga 55 tahun yang berada dalam golongan sosial ekonomi menengah ke atas.
Segmen ini memiliki kepedulian terhadap aspek kesehatan dalam makanan yang
dikonsumsinya.Cakupan wilayah pemasaran dari produk ini adalah kota-kota besar
yang berada di pulau Jawa, dengan tidak menutup kemungkinan akan memasarkan
ke wilayah lain di Indonesia.
Berdasarkan penjelasan mengenai batasan umum produk dan pasar yang akan akan
dituju oleh PT JSI, pembahasan dan penjabaran analisis selanjutnya akan mengacu
pada konteks produk dan pasar tersebut.
I.4
Lingkungan Eksternal Usaha
Pemahaman atas lingkungan eksternal usaha merupakan faktor kritis yang
menentukan keberlangsungan dan kesuksesan perusahaan. Pemahaman faktor
eksternal yang selaras dengan pengetahuan lingkungan internal usaha akan
membentuk strategi penentu daya saing dan keunggulan bersaing perusahaan.
6
Kasryno F, Pasandaran E, Suyamto, dan Made OA, Buku Jagung, Penerbit Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan, Departemen Pertanian, 2007
5
Gambar I-1 Model Lingkungan 4 Dimensi7
Analisis lingkungan eksternal dan internal dilakukan menggunakan model lingkungan
4 dimensi yang terdiri atas faktor lingkungan umum, lingkungan pasar, lingkungan
industri, dan lingkungan perusahaan. Analisis lingkungan eksternal yang mengacu
pada analisis lingkungan umum meliputi:
1. Sosial-Budaya
Syarat cukup untuk mencapai keberlangsungan konsumsi pangan adalah
adanya aksesibilitas fisik dan ekonomi terhadap pangan. Aksesibilitas ini
tercermin dari jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi oleh rumah tangga8.
Untuk menganalisis perkembangan konsumsi pangan, selain diperlukan
informasi tentang kuantitas konsumsi pangan perlu pula diketahui tingkat
kualitasnya.
Dalam satu dekade terakhir, terjadi pergeseran pola konsumsi masyarakat
Indonesia9. Kehidupan di perkotaan yang dinamis menyebabkan sebagian
besar
masyarakat
menjadi
semakin
sibuk
sehingga
tuntutan
untuk
pemenuhan kebutuhan gizi secara praktis menjadi semakin tinggi. Selain itu,
7
Kristamuljana S, Model Empat Dimensi Lingkungan Bisnis
Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2006-2010, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional,
Jakarta, 2007
9 Ibid.
8
6
terjadi pula pergeseran pola konsumsi termasuk di dalamnya perubahan
dominasi jenis makanan pokok untuk segmen tertentu10. Pola makan di kotakota besar di Indonesia telah bergeser dari pola makan pedesaan yang
didominasi makanan tinggi karbohidrat dan serat sayuran menjadi pola makan
yang mengandung banyak protein, lemak, gula, dan hanya mengandung
sedikit serat11.
Dengan adanya globalisasi, gaya hidup yang sedang menjadi tren di luar
Indonesia menjadi mudah diakses dan diadaptasi oleh masyarakat Indonesia.
Hal ini terjadi karena komunikasi dan akses informasi yang tanpa batas, baik
melalui teknologi maupun arus informasi akibat perpindahan manusia,
misalnya akibat pendidikan atau tuntutan pekerjaan. Pada tahun 2006,
sebanyak 1,19% Rumah Tangga di Indonesia sudah dapat mengakses
internet dari rumah, 2,43% dari kantor/sekolah, 2,11% dari warung Internet,
sedangkan 0,4% lainnya dari tempat lain12. Akses terhadap Internet di
Indonesia yang baru berjumlah 6,13% serta didukung oleh tren yang
meningkat13 dari total penduduk menunjukkan potensi perkembangan yang
masih sangat besar di masa mendatang.
Selama satu dekade terakhir, tren gaya hidup back to nature telah gencar
dijalankan di luar negeri, terlihat dari animo terhadap makanan organik,
pemilihan makanan yang lebih sehat dan alami, penggunaan bahan tekstil
organik dan kemasan recycled. Tren gaya hidup yang mengarah kepada
kesehatan tersebut telah mulai dianut oleh masyarakat Indonesia, terlihat dari
Hardiansyah dan Amalia L. “Perkembangan Konsumsi Terigu dan Pangan Olahannya di Indonesia
1993-2005”. Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2007 2(1): 8-15
11 http://library.monx007.com/health/menikmati_hidup_dengan_diabetes/1
12 Susenas 2006, Badan Pusat Statistik, Jakarta, 2006
10
13
Indikator Ekonomi Berbasis Pengetahuan Indonesia, 2008, Kementerian Negara Riset dan
Teknologi, Jakarta, 2008
7
mulai bermunculannya produk-produk yang diturunkan dari bahan alami dan
organik, rumah-rumah makan organik, serta produk-produk makanan yang
mengusung manfaat kesehatan.
2. Perekonomian
Indikator ekonomi Indonesia menunjukkan pertumbuhan Produk Domestik
Bruto (PDB) yang relatif baik. Bahkan hingga akhir 2009, PDB Indonesia
diperkirakan masih tumbuh 5%-6%, melebihi rata-rata pertumbuhan PDB
dunia yang sebesar 4%.
Gambar I-2 Produk Domestik Bruto Indonesia14
Angka inflasi Indonesia juga diperkirakan masih dalam kisaran positif dan
tidak terjadi deflasi. Hal ini dikarenakan ekonomi Indonesia yang sebagian
besar ditunjang oleh aktivitas konsumsi, serta adanya stimulus melalui belanja
pemerintah sebesar Rp 71,3 trilyun atau 1,4% dari PDB. Pada akhir semester
I 2009, pertumbuhan PDB Indonesia mencapai 4,2%15. Pencapaian ini sangat
baik di tengah situasi krisis global saat ini dimana pertumbuhan ekonomi
negara lain umumnya negatif. Tingkat ekonomi ini menaikkan derajat ekonomi
Indonesia sejajar dengan pertumbuhan ekonomi China, Brazil, India, dan
14
International Monetary Fund, http://www.imf.org/external/datamapper/index.php, (30 Juni 2009)
15
Berita Resmi Statistik No. 50/08/ Th. XII, 2 10 Agustus 2009, Badan Pusat Statistik, Jakarta,
2009
8
Korea Selatan. Menurut data BPS pada Agustus 2009, inflasi Indonesia
khususnya untuk produk prepared food mencapai 8.23%16. dan diperkirakan
akan mencapai 7,92% untuk tahun 2009.
Pertumbuhan ini menjadi sinyal positif bagi prospek ekonomi Indonesia
karena akan menarik modal asing melalui pasar modal Indonesia maupun
investasi langsung pada perusahaan penanaman modal asing.
3. Politik dan Pemerintahan
Melalui program Ketahanan Pangan, Pemerintah menjamin ketersediaan
pangan, terutama dari produksi dalam negeri, dalam jumlah dan ragam yang
memadai. Kegiatan yang dilakukan untuk menjawab isu strategis berupa
keterbatasan kapasitas produksi beras dan pangan lokal sumber karbohidrat
adalah peningkatan produktivitas dan produksi pangan pokok serta
pengkajian dan pengembangan teknologi pengolahan pangan17. Selain
penambahan produksi, program ini juga menganjurkan diversifikasi konsumsi
makanan pokok untuk mengurangi ketergantungan pada satu jenis tanaman
pangan.
Pemerintah memberikan dukungan terhadap penyediaan pangan yang
bermutu dan aman. Hal ini ditunjukkan melalui program pengawasan dan
keamanan pangan yang mencakup penetapan standar pangan yang aman
dikonsumsi dan pengembangan teknologi pengolahan makanan.
Ketika negara dalam situasi resesi keuangan global, Pemerintah tetap
konsisten untuk meningkatkan swasembada pangan. Salah satu buktinya
16
Badan Pusat Statistik. www.bps.go.id, (21 September 2009)
Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2006-2010, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional,
Jakarta, 2007
17
9
adalah Pemerintah mengizinkan BULOG untuk melakukan ekspor beras pada
bulan Mei 2009,. Hal ini menujukkan bahwa Indonesia berhasil kembali
menjadi negara swasembada beras; bahkan memiliki cadangan beras yang
dimanfaatkan untuk menambah devisa negara melalui ekspor.
Produksi Tanaman Pangan Indonesia
70,000
Produksi (000ton)
60,000
50,000
Jagung
40,000
Ketela
30,000
Padi
20,000
Ubi Jalar
10,000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Gambar I-3 Produksi Tanaman Pangan Indonesia18
Peraturan perundang-undangan mengenai pangan diatur oleh UndangUndang tentang Pangan Nomor 7 tahun 2006 dimana dalam undang-undang
tersebut pangan olahan didefinisikan sebagai: “makanan dan minuman hasil
proses dengan cara atau metode tertentu
dengan atau tanpa bahan
tambahan”.
Secara lebih lanjut, undang-undang tersebut juga mengatur mengenai sistem,
keamanan, produksi, pengangkutan, peredaran, sanitasi, kemasan, iradiasi,
rekayasa genetik, mutu, gizi, label, iklan, dan ketahanan pangan dimana untuk
setiap hal tersebut diatas telah diatur persyaratan yang harus dipenuhi. Bagi
perusahaan-perusahaan yang akan mengeluarkan produk pangan, diwajibkan
untuk menyelenggarakan sistem jaminan mutu dan perusahaan-perusahaan
18
Departemen Pertanian. www.deptan.go.id., (1 Maret 2009)
10
yang mengeluarkan produk pangan dilarang menggunakan produk berbahaya
dan tercemar.
Pemerintah Indonesia juga menunjukkan keseriusannya dalam memenuhi
kebutuhan
pangan
nasional
melalui
swasembada
pangan
dengan
mengeluarkan kebiijakan mengenai ketahanan pangan sebagaimana diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 68 tahun 2002. Dalam peraturan
tersebut, pemerintah (baik pusat maupun daerah) menyatakan bahwa
pemerintah mewujudkan penyediakan pangan melalui pengembangan sistem
produksi pangan yang bertumpu pada sumber daya, kelembagaan, dan
budaya lokal sehingga sumber penyediaan pangan diutamakan berasal dari
produksi pangan dalam negeri.
Selain dari peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagaimana
disebutkan di atas, kebijakan pemerintah di bidang produksi jagung nasional
juga
akan
memberi
dampak
ke
Perusahaan
karena
Perusahaan
menggunakan tepung jagung sebagai bahan dasar pembuatan produkproduknya. Pada akhir tahun 2008, Departemen Pertanian mengoptimalkan
penyaluran subsidi benih jagung hibrida sekaligus meningkatkan sosialisasi
penggunaan benih hibrida di dalam negeri19. Peningkatan benih hibrida
diharapkan akan menyumbang tambahan produksi jagung nasional sebesar
20% karena tingkat produktivitas tanaman jagung yang mencapai 7-10 ton per
ha. Jagung digalakkan oleh Pemerintah sebagai makanan pokok Nasional
untuk diversifikasi pangan dalam rangka mencapai Ketahanan Pangan
Nasional.
19
Perusahaan Umum Perhutanan Negara,
http://www.perumperhutani.com/index.php?option=com_content&task=view&id=551, (24 Juni 2009)
11
4. Teknologi
Perkembangan teknologi memberikan dampak langsung terhadap industri dan
bisnis. Inovasi teknologi pengolahan memungkinkan munculnya produkproduk baru dari bahan baku yang sebelumnya tidak dapat diolah menjadi
produk tertentu tersebut. Jenis mie yang telah dikomersialisasi dibuat melalui
metode sheeting and sleeting dan ekstrusi. Kedua metode tersebut membawa
konsekuensi rangkaian tahapan pengolahan sebelum dan sesudahnya, yang
terkait dengan spesifikasi bahan baku. Penemuan teknologi pembuatan mie
dari tepung non-terigu, dalam hal ini tepung jagung melibatkan tambahan
proses pengolahan agar dapat menghasilkan produk dengan spesifikasi
menyerupai standar mie yang telah ditetapkan.
Adanya inovasi pada teknologi informasi dan komunikasi telah memungkinkan
terjadinya transfer informasi dan pengetahuan secara cepat sehingga tren
gaya hidup di luar negeri dapat segera diketahui dan diadaptasi oleh
masyarakat Indonesia. Selain itu, inovasi tersebut juga memberikan
kemudahan pada masyarakat untuk memperoleh informasi dan opini
mengenai produk, industri, serta kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan
tata kelola perusahaan yang baik .
5. Global
Semakin intensifnya pemanasan global membuat iklim menjadi tidak menentu.
Dampaknya terlihat dari fenomena cuaca El Nino yang dapat menyebabkan
gagal panen akibat kekeringan. Hal ini memungkinkan ketidaksanggupan
Pemerintah untuk mencukupi target produksi pangan nasional di tahun 2010.
12
Dekrit Juni20 disusun sebagai respon dari prediksi bahwa produksi beras giling
nasional akan berkurang sebanyak 38,4 juta ton pada tahun 2010 karena
adanya
El
Nino.
Dekrit
ini
menginstruksi
Menteri
Pertanian
untuk
mengkompensasi turunnya produksi beras dengan palawija alternatif seperti
jagung, ketela pohon, dan kedelai.
Pada beberapa dekade mendatang, International Rice Research Institute21
memprediksi terjadinya kelebihan pasokan beras akibat turunnya konsumsi di
beberapa negara Asia, salah satunya China. Hal ini membawa implikasi
potensi penurunan pendapatan petani beras karena beras menjadi produk
pertanian yang kurang menguntungkan. Sehingga, pada beberapa dekade
yang akan datang diharapkan produksi palawija alternatif seperti jagung untuk
konsumsi pangan akan meningkat.
6. Kesimpulan
Pertumbuhan ekonomi yang ditunjang oleh konsumsi, salah satunya adalah
konsumsi pangan, menunjukkan potensi untuk mendirikan bisnis berbasis
pangan sangat besar. Hal ini didukung pula oleh tren gaya hidup sehat di luar
negeri yang mulai diadopsi oleh masyarakat Indonesia. Proses adopsi ini
dipercepat dengan munculnya aksesibilitas informasi melalui media Internet.
Selain itu, adanya Program Ketahanan Pangan yang diatur dalam PP No 68
tahun 2002 merupakan wujud komitmen Pemerintah terhadap pengembangan
sistem produksi pangan yang bertumpu pada sumber daya lokal. Hal ini
secara
tidak
langsung
mengindikasikan
komitmen
Pemerintah
untuk
20
The Jakarta Globe, http://thejakartaglobe.com/home/indonesians-love-affair-with-rice-badfor-their-health-food-security/325623, (24 Agustus 2009)
21 Ibid.
13
mengembangkan padi serta berbagai palawija alternatif seperti jagung, ketela
pohon, dan kedelai.
Secara khusus di tahun 2008, pemerintah mendukung pertumbuhan produksi
jagung nasional dengan mengoptimalkan penggunaan benih hibrida. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa dengan semakin gencarnya pemerintah
mencanangkan program peningkatan produksi jagung nasional, akan semakin
tersedia jagung dengan kualitas yang baik. Hal ini secara tidak langsung akan
menciptakan keuntungan bagi pelaku bisnis karena ketersediaan tersebut
akan menghambat fluktuasi harga jagung.
I.5
I.5.1
Analisis Industri dan Persaingan
Analisis Lingkungan Industri
Lingkungan industri untuk produk mie jagung ini adalah industri mie kering dalam
kemasan. Dalam ruang lingkup ini, mie yang dimaksud adalah adonan yang berasal
dari tepung terigu atau tepung lain berwarna kekuningan, dibuat dalam bentuk
untaian panjang kemudian direbus, dikeringkan, dan dikemas. Menurut SNI 01-29741992, mie kering merupakan produk makanan kering yang dibuat dari tepung terigu
dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan
yang diizinkan. Proses gelatinisasi untuk memperoleh tekstur kenyal dilakukan
sebelum mie dikeringkan melaluiproses dehidrasi (pengurangan air). Produk mie
tersebut merupakan bahan setengah jadi, atau sebagai bahan baku masakan
sebelum disajikan dan disantap.
Saat ini, pasar mie Indonesia umumnya dilayani oleh berbagai skala produsen mie
gandum, mulai dari industri rumah tangga hingga skala besar.. Industri rumah tangga
memproduksi sekitar 50 kg mie per hari sementara industri skala besar mampu
14
memproduksi 200 ton mie per hari22. Industri rumah tangga umumnya memproduksi
mie basah yang langsung mendistribusikannya melalui penjaja mie keliling atau pasar
tradisional karena daya tahan produknya tidak lama. Sementara industri menengah
dan besar memproduksi mie instan dan mie kering yang daya tahan produknya lebih
lama.
Mie instan memegang porsi terbesar dari total pasar mie di Indonesia (dalam ton
volume), yaitu berkisar sebesar 97%, sedangkan sisanya terdistribusi sebesar 3%
untuk mie kering.23
Secara khusus, peluang bisnis yang menggabungkan tren kesehatan dengan produk
makanan berbentuk mie akan lebih dirasakan dampak kesehatannya di industri mie
kering. Berdasarkan riset pasar, mie instan lebih identik dengan makanan yang perlu
dibatasi konsumsinya karena mengandung MSG terutama di bumbunya. Hal ini tidak
terlalu dirasakan di industri mie kering karena kualitas mie yang disajikan lebih
ditentukan oleh ibu rumah tangga atau koki rumah makan yang memasak mie
tersebut.
Berdasarkan pengamatan, product life cycle untuk mie instan sudah mendekati
mature karena hampir seluruh penduduk nasional sudah mengkonsumsi mie instan.
Peningkatan sales diperoleh melalui peningkatan jumlah konsumsi per konsumen,
antara lain melalui peluncuran berbagai variasi rasa produk. Berdasarkan kedua hal
tersebut, PT
JSI lebih menyoroti industri mie kering sebagai lingkungan
industrinya.Berikut disajikan data besar pasar mie kering (dalam milyar rupiah) di
Indonesia 2002 - 2007.
Direktori Industri Pengolahan – Industri Besar dan Sedang, Indonesia 2008, Badan Pusat Statistik,
Jakarta 2008
23 2007 Euromonitor Dried Processed Foods – Indonesia, Euromonitor, 2007
22
15
Tabel I-1 Penjualan Berbagai Jenis Mie di Indonesia (ribu ton)24
Dalam ribu ton
Plain noodles
Instant noodles
Cups/bowl instant noodles
Pouch instant noodles
TOTAL
2002
26.58
831.97
12.78
819.19
858.55
2003
28.05
873.32
13.18
860.14
901.37
2004
29.45
921.18
13.73
907.45
950.63
2005
30.63
976.24
14.35
961.89
1006.87
2006
31.79
1036.55
15.02
1021.53
1068.34
2007
32.9
1103.70
15.77
1087.93
1136.60
Berdasarkan data tersebut, secara nilai penjualan mie kering berkontribusi sebesar
3% terhadap seluruh nilai penjualan produk mie. Kontributor terbesar adalah mie
instan yang memiliki kontribusi 97%25. Meskipun hanya memiliki proporsi 3%
terhadap total pasar mie di Indonesia, namun secara nilai penjualan mie kering telah
menembus angka 438 miliar rupiah di tahun 2007.
Tabel berikut membandingkan volume penjualan mie kering dibandingkan dengan
nilai penjualannya dari tahun 2002 hingga 2007.
Tabel I-2 Perbandingan Antara Value dan Volume Mie Kering26
Plain noodles (ribu ton)
Plain noodles (miliar rupiah)
Plain noodles value ratio (rupiah per kg)
2002
26.58
294.68
11,086.53
2003
28.05
311.45
11,103.39
2004
29.45
328.68
11,160.61
2005
30.63
357.21
11,662.10
2006
31.79
392.93
12,360.18
2007
32.9
438.12
13,316.72
Berdasarkan data historis tersebut, pertumbuhan industri mie kering dari tahun 2002
hingga 2007 adalah sebesar 3.6% CAGR dalam volume atau 6.8% CAGR dalam nilai
penjualan. Rasio nilai mie kering per kg-nya juga mengalami peningkatan sebesar
3.1% CAGR dalam rentang periode tersebut.
Euromonitor juga memperkirakan pertumbuhan industri mie kering selama beberapa
tahun ke depan. Berikut adalah data estimasi pasar mie kering di Indonesia hingga
tahun 2012.
24
25
Ibid.
Ibid.
26
Ibid
16
Tabel I-3 Estimasi Besar Pasar Mie Kering 2008-201227
Plain noodles (ribu ton)
Plain noodles (miliar rupiah)
Plain noodles value ratio (rupiah per kg)
2008
33.99
464.40
13,662.84
2009
35.01
489.95
13,994.57
2010
35.99
514.44
14,293.97
2011
36.89
537.59
14,572.78
2012
37.7
559.10
14,830.24
Di tahun 2012, diperkirakan pasar mie kering di Indonesia akan sebesar 37,700 ton
atau
setara
dengan
559
miliar
rupiah.
Angka
ini
didapatkan
dengan
memperhitungkan pertumbuhan industri mie kering sebesar 2.3% CAGR dalam
volume atau 4.1% CAGR dalam nilai penjualan.
I.5.2
Segmentasi Industri
Industri mie kering dibedakan dari industri mie keseluruhan berdasarkan jenis produk
dan tipe pembelinya. Mie kering menawarkan fleksibilitas pengolahan untuk menu
masakan dan durasi kadaluarsa yang panjang karena proses pengawetan secara
fisik melalui pengeringan. Mie instan menawarkan value kepraktisan dengan durasi
kadaluarsa relatif panjang. Sedangkan mie basah menawarkan kesegaran produk
dengan kompensasi durasi kadaluarsa yang pendek. Berikut ini gambaran
segmentasi industri mie dengan dimensi jenis produk dan tipe konsumen.
27
Ibid
17
Konsumer
Komersial
Buyer
Kering
produk: mie kering dengan
kemasan 200gr dan 500gr.
Benefit: fleksibilitas
pengolahan, durasi
kadaluarsa sangat panjang
(6 - 12 bulan).
Jenis Produk
Instan
Basah
produk: mie instan dengan produk: mie dengan
kemasan 70 - 100gr.
kemasan 500gr per pack.
Benefit: praktis, durasi
Benefit: fresh.
kadaluarsa cukup panjang
(3 - 6 bulan).
produk: mie kering dengan tidak ada.
kemasan besar (≥ 1 kg).
Benefit: fleksibilitas
pengolahan, durasi
kadaluarsa sangat panjang
(6 - 12 bulan).
produk: mie yang dibuat
sendiri atau berdasarkan
pesanan (customized).
Benefit: fresh.
Gambar I-4Segmentasi Industri Mie di Indonesia
Mie kering dikenal pula dengan sebutan mie telur yang dijual tanpa bumbu sehingga
membutuhkan proses pengolahan yang lebih kompleks dibandingkan mie instan.
Saat ini mie kering tidak memiliki berbagai variasi rasa, berbeda dengan mie instan
yang mempunyai berbagai rasa.
Berdasarkan segmentasi tersebut, industri yang hendak dimasuki oleh PT JSI adalah
mie kering untuk konsumen retail. Dalam segmen mie kering tersebut, industrinya
dapat disegmentasi lagi berdasarkan 2 dimensi, yakni value yang ingin diberikan ke
konsumen dan jalur distribusi yang digunakan. Dimensi value dibagi menjadi 3 yakni :
1. Heritage, mie kering tersebut sudah dipercaya oleh konsumen dan digunakan
turun temurun
2. Manfaat, produk tersebut digunakan karena manfaat khusus yang tidak
terdapat pada produk serupa
3. Harga, produk olahan ini dijual dengan harga yang bersaing dibandingkan
kompetitornya.Sedangkan dimensi jalur distribusi, dibagi berdasarkan luasan
18
jalur distribusi. Jalur distribusi yang luas secara nasional, region atau daerah
tertentu, atau jalur distribusi langsung melalui MLM (Multi Level Marketing).
Gambar berikut menunjukkan segmentasi mie kering yang digunakan oleh
Channel
Nationwide
Daerah tertentu
Penjualan langsung
perusahaan.
Heritage
Tidak ada.
Value
Harga
Manfaat
Tidak ada.
Mie yang dikonsumsi
karena manfaat tertentu
dan dijual secara langsung
(multi level marketing).
Merek: CNI
Tidak ada.
Mie sudah digunakan
secara turun temurun, mie
kering tidak ditemukan di
daerah lain. Merek: Mie
Kim Ling
Mie yang dijual dengan
harga murah dan khas di
daerah tertentu. Merek:
Mie Tjap Njonja, Mie
Merbabu
Tidak ada.
Mie sudah digunakan
secara turun temurun, mie
kering dapat ditemukan di
berbagai daerah. Mie 3
Ayam, Mie Ayam 2 Telor,
Mie Kuda Menjangan, Mie
Atom Bulan
Mie kering yang dijual
dengan harga murah dan
dapat ditemukan di
berbagai daerah. Merek:
Mie Cap Mesin
Gambar I-5 Segmentasi Industri Mie Kering di Indonesia
Berdasarkan segmentasi ini, ternyata terdapat beberapa segmen tidak terlayani oleh
pelaku bisnis di industri ini; yakni segmen yang menonjolkan manfaat tambahan
produk dengan channel luas atau terbatas daerah tertentu. Sedangkan model
distribusi langsung baru menonjolkan benefit khusus kepada konsumen karena
belum dikenal secara turun temurun dan sulit direalisasi jika mengedepankan harga.
I.5.3
Analisis Kelompok Strategis
Kelompok strategis industri mie dipetakan berdasarkan value yang diukur dari tingkat
harga dan ketersediaan produk di jaringan distribusi. Berdasarkan in-depth interview,
19
kedua dimensi ini menentukan penetrasi produk di pasar, Kelompok strategis yang
terbentuk berdasarkan hasil analisis menunjukkan dominasi produsen yang memilih
strategi generik overall cost leadership. Ada beberapa hal yang mendasari
kecenderungan dominasi produsen yang menggunakan strategi ini:
1. Industri yang sudah memasuki tahap mature
Mie kering yang diposisikan sebagai bahan baku masakan cenderung generik
dan tidak ada pengembangan produk. Competitive advantage akan diperoleh
melalui economies of scale dan efisiensi operasional perusahaan. Dalam hal
ini, mutu produk tetap menjadi pertimbangan konsumen disamping harga
yang ditawarkan.
2. Perubahan profil konsumen
Profil konsumen yang mengedepankan aspek kualitas bahan baku bergeser
pada memprioritaskan rasa resep dan penyajian. Konsumen menjadi kurang
sensitif terhadap diferensiasi mie kering sebagai bahan baku.
3. Inovasi produk mie kering alternatif tidak berkembang
Beberapa tahun terakhir, terdapat perkembangan mie kering alternatif; seperti
mie dari sukun, mie dari singkong, dan sebagainya. Namun mie inovatif ini
kurang mendapat respon positif dari konsumen sehingga mie dari terigu
menjadi standar industri.
Gambar berikut identifikasi kelompok strategis yang dilakukan oleh perusahaan
terhadap industri mie kering.
20
Tingkat Harga
Mahal
Murah
Penjualan Langsung
Regional
Nasional
Ketersediaan
Gambar I-6 Kelompok Stratejik
Pemain “raksasa” di industri mie kering adalah PT Indofood Sukses Makmur yang
didukung oleh PT Bogasari Flour Mills sebagai salah satu pabrik penggilingan
gandum terbesar di Indonesia. Vertical integration yang dilakukan oleh grup bisnis
Indofood merupakan faktor pendorong keunggulan bersaingnya, yakni economies of
scale. Berikut adalah market share dari para pelaku bisnis di industri mie (termasuk di
dalamnya mie instan, mie kering (plain noodles) dan snack mie).
Tabel I-4 Pangsa Pasar Produsen Makanan Dalam Kemasan
Noodles Company Shares 2001-2004
% retail value rsp
Company
2001
2002
2003
2004
Indofood Sukses Makmur Tbk PT
Sayap Mas Utama PT
Jakarana Tama PT
ABC President Indonesia PT
Sentrafood Indonusa PT
Nissinmas PT
Arta Millenia Pangan Makmur PT
Olaga Food Sukses Mandiri PT
Delifood Sentosa Corp PT
Kuala Pangan PT
Siantar Top Tbk PT
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk PT
Wijaya Panca Sentosa PT
Budi Makmur Perkasa PT
Asia Inti Selera PT
Others
Total
79.8
3.5
2.3
1.3
2.1
1.3
1.3
0.4
0.2
0.2
0.2
0.2
7.3
100.0
82.6
4.3
2.4
1.3
1.2
1.3
0.9
0.9
0.4
0.2
0.2
0.2
0.2
4.0
100.0
78.7
3.9
4.8
3.3
1.3
1.2
0.9
0.9
0.9
0.4
0.3
0.2
0.2
0.1
3.1
100.0
74.1
9.1
4.8
3.0
1.2
1.1
1.0
1.0
0.8
0.3
0.3
0.3
0.2
0.1
2.6
100.0
Source:
Trade press (Marketing, Sinar Harapan, SWA), Company research, Store checks, Trade interviews,
Euromonitor International estimates
21
Sumber : 2006 Euromonitor Healthy Packaged Foods - Indonesia
Berdasarkan data tersebut, hingga tahun 2004, posisi Indofood sebagai pelaku bisnis
terbesar nyaris tidak tergoyahkan, hanya sedikit tergerus oleh PT Sayap Mas Utama
yang memproduksi mie instan dengan merek Mie Sedaap. Produk PT Indofood untuk
mie kering yang juga menjadi pemimpin pasar adalah Mie kering cap 3 Telor Ayam.
Beberapa pelaku bisnis lain yang juga memproduksi mie kering adalah PT Kuala
Pangan dan PT Wijaya Panca Sentosa.
Berikut adalah market share dari beberapa merek mie kering di Indonesia (data
market share berikut diperbandingkan antara mie instan dan mie kering).
Tabel I-5 Pangsa Pasar Mie Kering terhadap Seluruh Industri Mie
Brand
Company
Mie Telor Cap 3 Ayam
Mie Atom Cap Bulan
Mie Telor Cap 2 Ayam
Mie Telor Kuda Menjangan
Mie Telor Cap 2 Ayam
PT Indofood Tbk
PT Kuala Pangan
PT Tiga Pilar Sejahtera
PT Wijaya Panca Sentosa
PT Asia Inti Selera
2001
2002
2003
2004
3.8
0.4
0.2
0.2
3.7
0.4
0.2
0.2
3.7
0.4
0.2
0.2
-
3.6
0.3
0.3
0.2
-
Mie Telor Cap 3 Ayam yang diproduksi oleh PT Indofood memegang market share
tertinggi sebesar 81.8% pada tahun 2004.
I.5.4
Analisis Persaingan
Persaingan di industri mie kering cukup kompetitif ditinjau dari jumlah pemain dan
besarnya faktor dari luar industri yang mempengaruhinya. Analisis dilakukan dengan
menggunakan model 5 kekuatan bersaing Porter28 untuk meninjau kekuatan bersaing
yang mempengaruhi industri ini.
28
Porter, M. Competitive Strategy, The Free Press, New York, 1980
22
Pendatang Baru
Persaingan Internal
Pemasok
Pembeli
Substitusi
Gambar I-7 Model 5 Kekuatan Bersaing
Persaingan yang terjadi di industri mie didorong oleh banyaknya jumlah produsen
dalam masing-masing jenis mie. Terdapat lebih dari 120 produsen mie secara
keseluruhan diIndonesia, meliputi mie basah, mie kering dan mie instan
yang
mencakup skala industri rumahan hingga industri besar29. Dari jumlah tersebut,
sekitar 13 perusahaan dikenal oleh masyarakat dan memiliki jangkauan distribusi
yang nasional. Berikut ini adalah nama-nama perusahaan tersebut
Tabel I-6 Daftar Perusahaan dalam Industri Mie
Perusahaan
Perusahaan
PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
PT Nissinmas
PT Sayap Mas Utama
PT Siantar Top
PT Sentrafood Indonusa
PT Asia Inti Selera/Tiga Pilar Sejahtera
PT Arta Millenia Pangan Makmur
PT Wijaya Panca Sentosa
PT Jakarana Tama
PT Budi Makmur Perkasa
PT ABC President Indonesia
PT Olaga Food Sukses Mandiri
PT Kuala Pangan
PT Delifood Sentosa Corp
Jumlah produsen mie kering lebih sedikit dibandingkan dengan produsen mie instan..
Beberapa produk mie kering yang umumnya ditemui dengan di pasar adalah sebagai
berikut:
Direktori Industri Pengolahan – Industri Besar dan Sedang, Indonesia 2008, Badan Pusat Statistik,
Jakarta 2008
29
23
Tabel I-7 Daftar Produsen dan Merek Mie
Produsen
Merek Mie
PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Mie Telor Cap 3 Ayam
PT Kuala Pangan
Mie Cap Atom Bulan
PT Asia Inti Selera/Tiga Pilar Sejahtera
Mie Telor Cap 2 Ayam
PT Wijaya Panca Sentosa
Kuda Menjangan
PT. Nissin Mas
Nissin
Produk yang ditawarkan oleh pemain industri mie kering relatif seragam karena tidak
menawarkan diferensiasi yang signifikan. Kekuatan bersaing utama yang digunakan
oleh beberapa produsen besar adalah jalur distribusi. Jalur distribusi yang luas akan
mendukung strategi overall cost leadership melalui volume penjualan yang besar.
Sebagai contoh, PT Indofood Sukses Makmur dengan produk Mie Telor Cap 3 Ayam
memanfaatkan jaringan distribusinya yang luas untuk mendapatkan volume
penjualan yang besar dan penguasaan pasar. Mie Telor 3 Ayam dapat ditemukan
hampir di seluruh pelosok Indonesia. Dengan strategi ini, Mie Telor 3 Ayam menjadi
market leader pada industri mie kering..
I.5.4.1
Faktor Pembeli
Hubungan
antara
pembeli
dan
penjual
merepresentasikan
kekuatan
saing
perusahaan yang bergantung pada kemampuan beberapa atau banyak pembeli
untuk mendapatkan konsesi harga, beberapa syarat dan ketentuan dalam pembelian,
serta tujuan dan nilai penting hubungan strategis pembeli-penjual dalam industri30.
Kekuatan tawar pembeli dalam industri mie adalah tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh
berbagai hal sebagai berikut:
30
Thompson A, Strickland AJ, dan Gamble JE. Crafting and Executing Strategy, McGraw-Hill,
New Jersey, 2008
24

Costs of switching pembeli yang rendah. Pembeli dapat dengan mudah
berganti merek produk dengan biaya yang kecil bahkan tanpa biaya
sekalipun.

Harga produk yang relatif rendah sehingga pembeli tidak memerlukan banyak
pertimbangan dalam memilih atau mencoba-coba produk dari berbagai
macam merek. Harga rata-rata satu bungkus mie kering adalah sebesar
0,65% dari konsumsi bulanan per kapita untuk makanan, dengan standar
deviasi harga mie kering sebesar Rp. 3.265 atau sebesar 0,5% dari konsumsi
bulanan per kapita untuk makanan31.

Pembeli dapat dengan leluasa memperoleh informasi mengenai berbagai
jenis serta harga dari produk yang diproduksi oleh pelaku industri sehingga
pembeli dapat membandingkan fitur produk yang dihasilkan oleh masingmasing pelaku industri.

Produk yang tersedia di pasar relatif sama. Mie kering sebagai bahan baku
masakan akan bertambah nilainya setelah diberi bumbu dan dimasak.
Dengan posisi produk yang relatif sama, maka pembeli memiliki daya tawar
tinggi terhadap produsen.
Produsen mie juga memiliki pengimbang kekuatan tawar pembeli. Hal ini diperoleh
melalui survei32 bahwa mie adalah bahan makanan pokok kedua sesudah nasi. Oleh
karena itu, ketergantungan konsumen terhadap mie sangat besar, dan inilah yang
menjadi kekuatan tawar produsen terhadap pembeli.
31
Diolah dari Indikator Konsumsi Terpilih, Indonesia 1999, 2002-2008, BPS 2008,
www.bps.go.id (22 September 2009) dan Produk Domestik Bruto Per Kapita, Produk Nasional
Bruto Per Kapita dan Pendapatan Nasional Per Kapita, 2000-2006, www.bps.go.id (22
September 2009)
32
Survey pre launching mie jagung oleh Institut Pertanian Bogor
25
I.5.4.2
Faktor Pemasok
Faktor kekuatan pemasok sangat besar di industri mie kering. Saat ini, mayoritas
bahan baku utama mie adalah tepung terigu. Karena struktur tanah dan iklim
Indonesia serta perkembangan teknologi belum memungkinkan produk pertanian ini
dibudidayakan di Indonesia, gandum yang merupakan bahan baku terigu diperoleh
produsen melalui impor,. Saat ini impor gandum dan pengolahan menjadi tepung
terigu didominasi oleh Grup Salim melalui PT ISM Bogasari, PT Berdikari Sari Utama
Flour Mill, dan PT Sriboga Raturaya33.
Selain dari faktor ketersediaan suplai bahan baku, faktor kekuatan pemasok juga
berasal dari penentuan harga bahan baku. Harga gandum ditentukan oleh pasar,
cenderung meningkat, dan cukup berfluktuasi. Fluktuasi dan penyediaan bahan baku
yang tidak berkesinambungan dapat membuat biaya produksi sulit diprediksi. Potensi
akan kurangnya pasokan gandum dunia juga meningkatkan ketidakpastian harga
gandum. Gambar berikut menunjukkan fluktuasi harga gandum dari tahun 2006
hingga 2008.
$500
$214
$213
$176
Associates
Dec-01
Source : U.S. Wheat
Dec-95
Dec-71
Dec-65
Dec-59
Dec-53
Dec-47
Dec-41
Dec-35
Dec-29
Jan-06
Dec-23
Dec-17
Dec-11
Dec-05
Jan-00
$-
Dec-89
$100
Dec-83
$200
Dec-77
$300
Dec-07
$386
$375
$360
$236 $232
$207
$400
Gambar I-8 Harga Gandum U.S. per Metric Ton (sumber : www.uswheat.org)
33
Indonesian Commercial Newsletter, June 2009, ICN, Jakarta, 2009
26
I.5.4.3
Faktor Substitusi
Pengaruh kekuatan faktor substitusi terhadap industri mie cukup kuat. Produk
substitusi ini dapat hadir secara langsung (direct substitution) maupun substitusi tidak
langsung (indirect substitution). Substitusi langsung datang dari produk yang
merupakan produk makanan yang berbentuk mie ataupun menyerupai mie, termasuk
di dalamnya mie instan dan mie basah, bihun, soun, kwetiau, pasta dan sebagainya.
Produk-produk ini memiliki variasi bentuk dan tekstur yang berbeda tetapi semuanya
menawarkan benefit yang sama yaitu karbohidrat yang memberikan rasa kenyang.
Substitusi tidak langsung merupakan makanan pokok, seperti beras, jagung, ubi yang
tidak diolah menjadi makanan olahan dalam kemasan. Produk ini menyuguhkan
makanan yang menyehatkan namun memerlukan proses pengolahan lebih lama
menjadi makanan sajian.
I.5.4.4
Faktor Pendatang Baru
Pada industri mie kering terdapat beberapa barriers to entry yang membuat para
pendatang baru cenderung sulit untuk masuk. Dalam hal ini, economics of scale dan
product differentiation merupakan hambatan yang terbesar.
Economics of scale
Produk-produk yang terdapat dipasar saat ini berasal dari produsen yang sudah
cukup besar dimana perusahaan tersebut sudah mencapai utilisasi kapasitas
produksi yang optimal sehingga biaya produksi menjadi rendah. Hal tersebut
merupakan kekuatan dalam menentukan harga produk dipasar.
Pendatang baru yang hendak masuk ke dalam industri ini harus melakukan investasi
awal yang besar untuk mengkompensasi biaya produksi masih tinggi di tahun awal
operasi akibat kapasitas produksi yang tidak terutilisasi secara optimal. Apabila
27
perusahaan ingin menawarkan produk dengan harga yang bersaing dengan pemain
yang sudah mapan, maka potensi kerugian menjadi besar akibat terkikisnya margin
oleh beban operasionalProduct Differentiation
Produk yang tersedia dipasar cenderung seragam dan mendekati perilaku barang
generik. Pendatang baru perlu memiliki diferensiasi yang cukup kuat sehingga
mengubah aturan main industri. Diferensiasi produk akan menggeser product life
cycle mie kering atau meremajakan produk mie kering dan meningkatkan nilai
tambah mie kering yang tercermin lewat harga jual produk yang lebih tinggi. Sampai
saat ini, berbagai produk mie kering yang ada di pasar hanya mengedepankan sisi
rasa sehingga memberikan peluang bagi pendatang baru untuk melakukan
diferensiasi di aspek lainnya.
I.6
I.6.1
Analisis Peluang Bisnis dan Skenario
Analisis Permintaan
Produk mie jagung yang akan dipasarkan oleh PT Jagung Sentosa Indonesia
merupakan produk baru yang belum pernah ada di pasar sebelumnya. Target
konsumen akan ditentukan antara lain melalui segmentasi yang berdasarkan pada
geografik, demografik, dan psikografik.
Produk mie jagung akan dipasarkan dan dijual di kota-kota besar di Pulau Jawa,
dengan target konsumen yaitu ibu rumah tangga berusia 25 hingga 55 tahun yang
menjadi penentu menu keluarga, berada di kelas social economic status (SES) A dan
B serta memiliki kepedulian terhadap kesehatan dirinya dan keluarganya.
28
Perhitungan proyeksi permintaan dilakukan sebagai berikut:
𝑃𝑒𝑟𝑚𝑖𝑛𝑡𝑎𝑎𝑛 = 𝑥1 ∗ 𝑥2 ∗ 𝑥3 ∗ 𝑥4 ∗ 𝑥5
X1 : Jumlah rumah tangga di Pulau Jawa
X2 : Presentase rumah tangga di kota-kota besar di Pulau Jawa
X3 : Persentase SES A dan B di Pulau Jawa
X4 :Persentase ibu rumah tangga yang memiliki keperdulian terhadap
kesehatan
X5 : Banyaknya konsumsi mie kering dalam 1 rumah tangga dalam 1 tahun
Bagian permintaan ini akan dijelaskan secara lebih detail pada Bagian Pemasaran.
I.6.2
Analisis Penawaran
Secara umum, mie telah lama ditawarkan di pasar Indonesia dalam berbagai bentuk
yaitu mie basah, mie kering, dan mie instan dengan karakteristik produk yang
berbeda, seperti pada pembahasan sebelumnya pada bagian Batasan Umum
Produk. Mie instan telah mengalami perkembangan yang cukup pesat dengan
munculnya berbagai variasi rasa. Berbeda dengan mie instan, produk mie yang
ditawarkan PT JSI adalah mie kering dalam kemasan tanpa bumbu yang memiliki
diferensiasi tertentu. Mie kering yang sekarang dijual di pasar berbahan dasar terigu
dengan kisaran harga rata-rata Rp 4.000 per kemasan 200 gram.
Berikut adalah harga berbagai produk mie kering berbahan dasar tepung terigu di
pasar.
29
Tabel I-8 Daftar Harga Mie Kering di modern market
Nama Merek
Mie Telor Cap 3 ayam
Mie Ayam 2 Telor
A1
Atom bulan
Kuda Menjangan
Li Jian
AA
Nama Perusahaan
PT Indofood Sukses Makmur,Tbk
PT Tiga Pilar Sejahtera
Gaga
PT Kuala Pangan
PT Wijaya Panca Sentosa
PT Prasetya Jakarta
n/a
Rata-rata per gram
Rata-rata per 200 gram
Price/pack
3,080
3,000
2,750
4,450
5,950
3,000
4,290
Gramature
200
200
180
200
200
200
210
Price/g
15.40
15.00
15.28
22.25
29.75
20.62
20.43
19.82
3,964
Sumber : Riset pasar di modern market Carrefour, Agustus 2009
Sampai dengan penulisan rencana bisnis ini, produk mie kering berbahan dasar
tepung jagung dengan diferensiasi tertentu yang akan diproduksi oleh Perusahaan
belum tersedia di pasar. Diferensiasi yang akan ditawarkan adalah mie kering
berbahan dasar jagung dengan keunggulan bebas MSG, bebas pengawet dan
pewarna, mengandung serat makanan yang lebih tinggi dan pro-vitamin A.
I.7
Faktor-Faktor Yang Relevan
Dalam melakukan analisis peluang bisnis mie, terdapat berbagai macam faktor yang
dapat mempengaruhi analisis permintaan dan penawaran terhadap industri ini. Oleh
karena itu, diperlukan suatu skenario industri untuk mengantisipasi hal-hal yang
mungkin terjadi dalam penerapan strategi perusahaan.
Beberapa kondisi yang diperkirakan mempengaruhi analisis permintaan dan
penawarkan industri adalah porsi pemanfaatan baku jagung pati oleh beberapa
industri lain serta perkembangan tren hidup sehat terutama di kota-kota besar di
Indonesia. Penggunaan jagung pati sebagai bahan dasar pakan ternak dan biofuel.
Saat ini di Indonesia, sebagian besar jagung pati dimanfaatkan sebagai pakan ternak
dan sebagian kecil digunakan sebagai bahan dasar alternatif bahan bakar biofuel.
30
Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap ketersediaan jagung pati secara
keseluruhan di Indonesia dan fluktuasi harga dari jagung pati tersebut.
Industri pangan merupakan industri yang sangat kompetitif karena konsumen
dihadapkan dengan berbagai macam pilihan pangan dari banyaknya pelaku usaha.
Oleh karena itu, untuk menunjang keberhasilan produk, pelaku usaha perlu
mengamati dan memanfaatkan momentum atas tren yang sedang berkembang. Saat
ini, tren yang sedang berkembang adalah pola hidup sehat dimana konsumsi
makanan-makanan yang menawarkan manfaat kesehatan semakin digemari.
Perkembangan dan pergeseran tren ini akan mempengaruhi animo masyarakat untuk
membeli produk pangan yang ditawarkan.
Tabel I-9 Variabel Skenario dalam hubungannya dengan Faktor Kausal
Variable
Skenario
Perkembangan dan
pergeseran tren
hidup sehat
Penggunaan jagung
pati sebagai pakan
ternak dan bahan
dasar biofuel
I.8
Internal
Faktor Kausal
Eksternal
Kesadaran akan
pentingnya menjaga
kesehatan
Berpartisipasi dalam
tren kesehatan yang
sedang berkembang
Merupakan jenis jagung
yang mudah ditemukan
di wilayah Indonesia
Isu dan pengetahuan tentang
penyakit dan kesehatan
Trend hidup sehat dengan
mengonsumsi makananmakanan yang menawarkan
manfaat kesehatan
Fluktuasi harga jagung jika ada
permintaan pasar yang melonjak
untuk industri non-pangan
Asumsi Dan Konsistensi
Dalam membentuk suatu skenario, diperlukan adanya asumsi-asumsi untuk
digunakan dan konsistensinya. Tabel berikut menggambarkan asumsi yang
digunakan dalam masing-masing skenario.
31
Tabel I-10 Variabel Skenario untuk berbagai asumsi
Variabel Skenario
Meningkat
Perkembangan dan
pergeseran tren
hidup sehat
Tren hidup sehat
berkembang semakin
cepat, bahkan lebih
cepat dari saat ini
Tetap
Penggunaan
Permintaan biofuel
jagung pati sebagai dan pakan ternak
bahan baku biofuel meningkat
dan pakan ternak
I.9
Menurun
Tren hidup sehat
tetap berkembang,
namun dengan
kecepatan yang
konstan
Peningkatan
Sedikit peningkatan
preferensi untuk
preferensi untuk
memilih produk yang memilih produk yang
menawarkan
menawarkan
manfaat kesehatan
manfaat kesehatan
Permintaan biofuel
dan pakan ternak
tidak berubah
Tren hidup sehat
melambat akibat tren
baru yang muncul
Tidak ada
peningkatan
preferensi untuk
memilih produk yang
menawarkan
kesehatan
Permintaan biofuel
dan pakan ternak
turun
Peta Skenario
Peta skenario disusun atas pertimbangan faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan permintaan dan penawaran terhadap produk mie jagung. Perubahan
faktor permintaan dipengaruhi oleh perubahan pola konsumsi. Sedangkan perubahan
faktor penawaran dipengaruhi oleh pasokan bahan baku; yakni jagung pati. Tabel
berikut menunjukkan peta skenario yang digunakan oleh perusahaan.
Tabel I-11 Peta Skenario
Variable Skenario
Perubahan
pola
konsumsi
Penggunaan jagung pati untuk
pakan ternak dan biofuel
Meningkat
Tetap
Menurun
Meningkat
Most-likely
Optimis
Tetap
Pesimis
Most-likely
Turun
Optimis
Pesimis
32
I.9.1
Skenario Optimis
Pada skenario ini, asumsi yang digunakan adalah tren kesehatan berkembang
sangat cepat sehingga sehingga konsumsi untuk produk yang menawarkan manfaat
kesehatan meningkat. Hal ini disertai juga dengan menurunnya atau tetapnya tingkat
penggunaan jagung pati untuk pakan ternak dan biofuel sehingga pasokan bahan
baku berlimpah dengan harga yang relatif stabil dan murah.
I.9.2
Skenario Most-likely
Pada skenario ini, asumsi yang digunakan adalah membaiknya kesadaran akan gaya
hidup sehat dan mengkonsumsi makanan-makanan dengan health benefit meningkat
atau cenderung stabil. Penggunaan jagung pati sebagai bahan dasar pakan ternak
dan biofuel tetap atau mengalami kenaikan.
I.9.3
Skenario Pesimis
Skenario pesimis mengasumsikan bahwa masyarakat lebih tidak peduli akan
kesadaran hidup sehat sehingga konsumsi makanan dengan health benefit juga
mengalami penurunan. Kemungkinan kedua adalah adanya kenaikan permintaan
jagung pati untuk digunakan sebagai pakan ternak dan biofuel. Sebagai akibatnya,
terjadi keterbatasan ketersediaan jagung pati untuk pembuatan produk mie jagung.
Ketiga skenario tersebut akan divalidasi dengan analisis sensitivitas terhadap
permintaan produk yang diwakili oleh harga jual produk, dan sensitivitas terhadap
penawaran produk yang diwakili oleh harga beli jagung pipil yang dibeli dari
pemasok.
I.10 Kesimpulan
Tren pola hidup masyarakat yang mengedepankan pola hidup sehat membuat
pertumbuhan industri makanan-makanan dengan health benefit tumbuh dengan
33
pesat. Di sisi lain, mie merupakan industri yang menjanjikan karena merupakan
produk pangan kedua terbesar yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Sebagai
pendatang baru yang menawarkan produk olahan berupa mie yang terbuat dari
tepung jagung dengan health benefit yang lebih tinggi dengan mie yang ada di
pasaran, mie jagung memiliki peluang yang baik untuk bersaing dalam industri ini.
34
II. PROFIL PERUSAHAAN
II.1
Produk Yang Ditawarkan
Berdasarkan pemahaman akan situasi lingkungan bisnis mie dan analisis peluang
bisnis di atas, produk yang ditawarkan dalam rencana bisnis kali ini adalah mie kering
yang terbuat dari tepung jagung.Tepung jagung ini secara alami berwarna kuning
sehingga dalam proses produksi mie tidak diperlukan penambahan bahan pewarna.
Manfaat lain adalah kandungan serat pangan tinggi sehingga bermanfaat untuk
pencernaan,tidak menggunakan MSG dan bahan pengawet dalam pembuatannya
sehingga memberikan nilai lebih untuk konsumen. Selain itu, mie jagung kering tetap
menawarkan fleksibilitas pengolahan di sisi konsumen karena mie kering akan diolah
terlebih dahulu sebelum dikonsumsi. Rasa, komposisi dan porsi akan ditentukan oleh
resep dan koki yang mengolah mie jagung kering menjadi masakan yang diinginkan.
II.2
Profil PT Jagung Sentosa Indonesia
PT Jagung Sentosa Indonesia (PT JSI) adalah perusahaan yang memproduksi
sekaligus memasarkan mie jagung KORINA dengan manfaat bebas MSG, bebas
pengawet dan pewarna serta mengandung serat pangan yang tinggi. Konsep
pendirian perusahaan JSI berawal dari pengamatan akan tiga hal yaitu adanya tren
hidup sehat yang sedang berkembang, mie yang menjadi makanan pokok Indonesia
setelah nasi, dan produksi jagung nasional yang terus meningkat. Perusahaan juga
ingin membantu masyarakat Indonesia melalui penyediaan bahan makanan dalam
kemasan yang sehat dan menggunakan bahan baku lokal. Secara tidak langsung
perusahaan membantu meningkatkan kesejahteraan petani jagung lokal. Terlebih
lagi, jagung sebagai bahan baku utama mudah tumbuh di Indonesia.
35
Bentuk badan hukum yang dipilih JSI adalah Perseroan Terbatas (PT) dengan
mempertimbangkan kejelasan pembagian tanggung jawab, kemudahan akses
pendanaan, dan probabilitas penghimpunan dana dari para calon pemegang saham
melalui IPO (Initial Public Offering). Logo perusahaan PT JSI terdiri dari bonggol dan
daun jagung untuk menunjukkan konsistensi pemanfaatan jagung sebagai bahan
baku produk-produk yang dihasilkan oleh JSI. Warna hijau dan kuning digunakan
untuk memperkuat image PT JSI sebagai produsen yang mengutamakan kealamian
dan kesegaran bahan baku serta kualitas produk jadi.
Gambar III-1 Logo Perusahaan
II.3
Visi dan Misi Perusahaan
II.3.1
Visi
Menjadi perusahaan pangan terbaik dan terpercaya di bidang makanan sehat produk
berbahan dasar jagung berkualitas tinggi dengan mengedepankan inovasi dan
kualitas produk, serta bertumpu pada tata kelola perusahaan yang baik dan
memberikan nilai sosial pada masyarakat.
II.3.2

Misi
Memproduksi makanan sehat berbahan dasar jagung yang berkualitas tinggi.
36

Melakukan inovasi produk secara konsisten untuk menyediakan berbagai
produk makanan sehat berbahan dasar tepung jagung.

Melakukan kegiatan pemasaran yang agresif dan bertanggung jawab.

Meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat
sekitar
melalui
pelaksanaan
berbagai kegiatan sosial dan dengan melibatkan mereka dalam aktivitas
bisnis.
II.4
Tujuan dan Sasaran
II.4.1
Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai oleh PT Jagung Sentosa Indonesia adalah menjadikan
jagung lokal sebagai salah satu bahan pangan sehat di Indonesia antara lain dalam
bentuk mie jagung kering. Hal ini dilakukan melalui tata kelola perusahaan yang baik
dan bertumpu pada nilai-nilai yang dianut perusahaan.
II.4.2
Sasaran

Menjaga konsistensi kualitas bahan baku tepung jagung

Melakukan inovasi produk sehat yang dapat dihasilkan dari tepung jagung

Pertumbuhan penjualan di atas 20% pertahun

Tingkat kepuasan kerja karyawan diatas 80%

Menghasilkan NPV dan EVA positif dalam lima tahun

Memberikan SROI (Social Return on Investment) positif dalam lima tahun
II.5
II.5.1
Nilai-Nilai Utama
Kualitas
PT JSI menyadari bahwa untuk menjadi produsen yang bergerak di bidang makanan
terutama yang menawarkan manfaat sehat merupakan tanggung jawab yang besar.
Dibutuhkan kepercayaan dari konsumen supaya proses bisnis dapat berjalan dan
37
kepercayaan ini dapat diperoleh jika konsumen percaya bahwa kualitas produk yang
dihasilkan sangat dijaga oleh produsen. Oleh karena itu, PT JSI sangat
memperhatikan kualitas produknya melalui pengelolaan mutu yang baik mulai dari
bahan baku, barang jadi hingga produk diterima oleh konsumen.
II.5.2
Inovasi
Untuk mencapai posisi yang kuat di industri makanan sehat, PT JSI harus memiliki
berbagai macam produk makanan yang ditawarkan. Hal ini dikarenakan karakteristik
konsumen yang membutuhkan berbagai variasi bentuk atau rasa dalam hal
makanan. Oleh karena itu, inovasi harus dilakukan secara konsisten untuk
menyediakan berbagai variasi produk.
II.5.3
Konsistensi
Perkembangan perusahaan terkait erat dengan jumlah pelanggan loyalnya, semakin
banyak pelanggan loyal, semakin cepat perusahaan tersebut berkembang. PT JSI
ingin tetap mempertahankan kepercayaan para konsumen dengan menjaga kualitas
produk yang dihasilkan. Oleh karena itu, konsistensi menjadi hal yang sangat penting
karena pada akhirnya akan menentukan kepercayaan para konsumen. Dalam hal ini
yang dimaksud konsistensi adalah stabilnya komitmen terhadap nilai kesehatan
dalam produk, mutu produk, pemrosesan, hingga pengembangan sumber daya
manusia yang mendukung komitmen tersebut.
II.5.4
Transparansi
Dengan memiliki asas transparansi maka mulai dari manajemen hingga lapisan
operasional akan memperoleh informasi yang sama. Hal ini dimaksudkan untuk
menciptakan iklim bersaing yang sehat sehingga suasana kerja dapat berjalan
kondusif.
38
II.6
Strategi Generik PT JSI
Strategi umum yang digunakan oleh PT JSI adalah strategi fokus diferensiasi dimana
dalam strategi ini perusahaan mengedepankan differensiasi pada produk yang akan
diluncurkan. Pada strategi ini, PT JSI akan menawarkan pangan fungsional olahan
dalam kemasan berupa mie kering dari tepung jagung untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi mie oleh mereka yang peduli akan kesehatan.
Saat ini, mie yang ditawarkan oleh pelaku pasar lainnya merupakan mie berbahan
dasar terigu dimana mie-mie tersebut diasosiasikan dengan makanan yang kurang
sehat karena mengandung MSG, pengawet, dan tidak memiliki benefit lain selain
untuk kebutuhan karbohidrat.
Dengan menggunakan teknologi khusus yang telah dikembangkan oleh SEAFAST
(South East Asia Food and Agriculture Science and Tecnhonology) - Institut
Pertanian Bogor, PT JSI akan menawarkan kepada konsumen mie yang memiliki nilai
Scope
Broad
tambah kesehatan berupa mie kering berbahan dasar tepung jagung.
Cost
Differentiation
Narrow
Leadership
PT JSI
Differentiation
Cost Focus
Cost
Focus
Differentiation
Source of Competitive Advantage
Gambar II-1Strategi Umum Bersaing34
34
Porter, Michael. Competitive Strategy. 1985. Free Press.
39
Dibandingkan dengan total pasar mie yang sudah dilayani saat ini, termasuk di
dalamnya mie basah, mie kering dan mie instan, PT JSI hanya menyasar segmen
market utama yaitu pengguna mie kering. Segmen ini masih dikerucutkan lagi
dengan karakteristik target market yang peduli terhadap kesehatan. Berdasarkan
kondisi dan informasi diatas dapat dipastikan bahwa strategi bersaing yang paling
tepat untuk PT JSI adalah strategi fokus diferensiasi.
II.7
Keunggulan Bersaing
Keunggulan bersaing diperlukan untuk menciptakan kinerja perusahaan yang baik
sekaligus mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan di masa depan.
Penentuan keunggulan bersaing perusahaan akan menjadi lebih mudah jika ada
pemahaman akan setiap interaksi antar bagian untuk memperoleh keuntungan yang
ditetapkan. Beberapa alat bantu untuk memahami hal tersebut adalah struktur value
chain, value shop dan value network35.
PT JSI termasuk dalam kategori struktur value chain yang terdiri dari beberapa
aktivitas primer dan aktivitas pendukung.
Gambar II-2 Struktur Value Chain
Stabell CB dan Fjeldstad ΦD. “Configuring Value for Competitive Advantage: on Chains,
Shops, and Networks”, Strategic Management Journal, Vol 19, 1998: 413-437
35
40
Yang termasuk dalam aktivitas primer adalah inbound logistics, operations, outbound
logistics, marketing and sales, dan service. Keunggulan bersaing PT JSI bertumpu
pada aktivitas inbound logistics serta marketing and sales.
Aktivitas inbound logistics ini didukung oleh lokasi pabrik di Kabupaten Lumajang
yang merupakan salah satu sentra jagung di Jawa Timur. Hal ini dimaksudkan untuk
mempersempit waktu transfer bahan baku sehingga pabrik akan memperoleh kualitas
bahan baku yang masih segar, dan pada proses lanjutannya akan menghasilkan
produk berkualitas tinggi.
Infrastruktur perusahaan yang mendukung aktivitas inbound logistics ini meliputi
perencanaan dari semua kegiatan operasional, aspek hukum yang berkaitan dengan
operasional perusahaan seperti perjanjian kerja sama dengan koperasi unit desa
(KUD) sebagai penyedia bahan baku, hubungan yang erat dengan instansi
pemerintahan, serta manajemen kualitas untuk memastikan spesifikasi dari bahan
baku produk, penggudangan, dan pengendalian inventory.
Sebagai bagian dari aktivitas pengadaan, saat ini, PT JSI telah melakukan
penjajakan kerjasama dengan KUD Margojoyo untuk menyalurkan pipilan jagung.
Dalam hal ini, KUD akan membantu fungsi quality control awal untuk pipilan jagung
sehingga memudahkan PT JSI dalam menyeleksi kualitas bahan baku awal. Secara
keseluruhan, kedua keunggulan bersaing diatas akan membantu PT JSI untuk
memperoleh proses yang lebih efisien.
Sumber daya manusia merupakan salah satu pendukung keunggulan bersaing
perusahaan. Tenaga kerja yang terampil, terlatih dan memiliki motivasi akan
mendukung sistem inbound logistics menjadi efisien dan efektif.
41
Keunggulan bersaing berikutnya adalah marketing and sales sebagai penunjang
penjualan produk. Melalui riset pasar untuk mengetahui kebutuhan konsumen disertai
pengelolaan merek yang baik, produk akan lebih mudah diterima oleh masyarakat.
Pengelolaan merek yang baik diawali melalui penentuan diferensiasi yang baik, diikuti
penentuan harga, distribusi serta berbagai strategi komunikasi.
Sebagai penunjang aktivitas primer marketing and sales, diperlukan pemahaman
atas riset pasar yang komprehensif, serta sumber daya manusia yang kompeten
untuk menjalankan serangkaian kegiatan periklanan dan promosi tersebut. Selain itu,
jumlah dan kualitas tenaga penjual juga merupakan salah satu keunggulan dalam
mencapai sasaran Perusahaan. Hubungan yang baik dengan agensi dan media
untuk menciptakan strategi komunikasi yang baik, dibarengi dengan fasilitas distribusi
dan perencanaan ketersediaan produk yang matang akan mendukung penjualan
produk dan mendongkrak kepuasan pelanggan.
II.8
Kompetensi Utama
Sesuai dengan keunggulan bersaing yang telah dijabarkan diatas, kompetensi utama
dari PT JSI adalah proses produksi dan pemasaran mie jagung yang didukung
inbound logistic dalam hal penyediaan pasokan bahan baku dari jagung pati yang
diproduksi di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Dengan penentuan lokasi pabrik
yang sangat dekat dengan bahan baku, dan eratnya hubungan PT JSI dengan para
petani, KUD, dan pemerintah setempat, maka PT JSI akan mendapatkan bahan baku
yang sangat fresh dengan harga yang sangat kompetitif karena jalur distribusi yang
pendek antara pabrik dan lokasi panen jagung pati.
Selain dari itu, PT JSI juga memiliki kompetensi utama di bidang inovasi dengan
mengembangkan produk baru sesuai dengan permintaan pasar. Pada saat trend pola
hidup sehat sedang meningkat seperti yang dialami pada masa sekarang ini, PT JSI
42
berkomitmen untuk mengembangkan teknologi proses pembuatan mie dengan bahan
dasar tepung jagung yang tentunya lebih menyehatkan bagi para konsumen. Untuk
pekembangan selanjutnya,
PT
JSI
akan selalu melakukan penelitian dan
perkembangan lainnya (inovasi) untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan produk
inovasi berupa makanan sesuai dengan trend yang terjadi di masyarakat luas.
Kompetensi utama di bidang marketing & sales dari PT JSI tumbuh karena adanya
pemahaman pasar dan industri mie yang baik melalui berbagai metode yang tersedia
sehubungan dengan riset pasar. Image building untuk brand yang ditawarkan oleh PT
JSI akan berjalan dengan baik dengan mempekerjakan orang-orang yang memiliki
kompetensi yang sesuai di bidang marketing maupun sales.
II.9
Model Multi-Perspektif
PT JSI mengedepankan aspek social venture pada model bisnisnya, bahwa dampak
dari bisnis mie jagung tidak hanya meningkatkan kesejahteraan pemegang saham,
namun juga pemangku kepentingan. Manajemen perusahaan memahami bahwa
interaksi bisnis perusahaan tidak hanya dengan konsumen dan supplier, namun juga
dengan lingkungan secara utuh, baik makro maupun mikro. Pemahaman ini dapat
digambarkan dengan model multi-perspektif36 yang menunjukkan siklus kontribusi
antara faktor-faktor yang berkepentingan dengan bisnis mie jagung.
36
Ardianto, Eka. Model Multi-Perspektif.
43
3
Mikro (Pelaku)
• Pemasok
• Komunitas
• Asosiasi
2
1
Produsen
Makro (Bukan pelaku)
• Alam (Habitat hidup)
• Sumber energi
• Atmosfer
Konsumen
3
Lingkungan
Gambar II-3 Model Multi-Perspektif
Model ini menggambarkan 3 subyek dan 3 interaksi yang saling timbal balik. Subyek
tersebut adalah :

Produsen, sebagai pihak yang memproduksi barang atau jasa; dalam hal ini
PT JSI

Konsumen, sebagai pihak yang menggunakan barang atau jasa; dalam hal ini
segmen pasar yang disasar oleh perusahaan

Lingkungan, pihak-pihak selain produsen dan konsumen yang turut
mendapatkan imbas atas produk atau jasa produsen. Aspek lingkungan terdiri
2 bagian yakni mikro dan makro. Lingkungan mikro meliputi pemasok,
komunitas di sekitar produsen maupun komunitas konsumen, asosiasi
industri, dsb. Sedangkan lingkungan makro meliputi lingkungan alam disekitar
konsumen maupun produsen, keberadaan sumber-sumber energi, dsb.
Tiga subyek tersebut melakukan interaksi sebagai akibat adanya bisnis. Interaksi
timbal balik yang dimaksud antara tiga pihak tersebut adalah :
1. Interaksi Konsumer-Produsen
Interaksi sebagai akibat transaksi pertukaran produk PT JSI dengan
konsumen. Interaksi yang dimaksud tidak terbatas pada transaksi jual-beli
44
saja, namun juga pembinaan hubungan jangka panjang dengan konsumen
melalui konsumunitas37. PT JSI merangkul konsumen melalui pendekatan
humanis dengan nilai-nilai humanis untuk meningkatkan hubungan jangka
panjang dengan konsumen. Hubungan ini akan memastikan sustainability
pasar bagi produk-produk PT JSI.
2. Interaksi Produsen-Lingkungan
Interaksi ini terjadi karena kebutuhan produsen atas sumber daya yang tidak
dimiliki perusahaan, baik itu bahan baku, tenaga kerja, modal, maupun
informasi. Interaksi yang terjadi tidak terbatas pada imbal balik (return) atas
kontribusi lingkungan terhadap perusahaan namun, juga tanggung jawab
perusahaan kepada lingkungan (corporate social responsibility). Menurut
tulisan38, aplikasi tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan akan turut
meningkatkan value perusahaan di mata konsumen. Dengan kesedaran ini
sekaligus tanggung jawab untuk melestarikan lingkungan, baik pemasok
maupun lingkungan hidup; PT JSI berkomitmen untuk melakukan CSR pada
petani jagung dan kelestarian lahan pertanian.
3. Interaksi Konsumen-Lingkungan
Interaksi yang dimaksud adalah interaksi konsumen terhadap lingkungan
yang baik secara langsung maupun tidak langsung difasilitasi oleh produsen
maupun produk.
PT Jagung
Sentosa Indonesia berkeinginan untuk
melibatkan konsumen dalam pemberian kontribusi kepada lingkungan melalui
aktivitas komunitas konsumen yang difasilitasi oleh perusahaan. Interaksi
secara tidak langsung juga dibangun oleh perusahaan dengan melibatkan
konsumen pada aktivitas CSR perusahaan.
37
Ardianto, Eko. Komunitas Konsumen. 2008. Prasetiya Mulya.
Kristamuljana, Sammy. Management Responsibility: dari Kewargaan ke Kenegarawananan
Perusahaan. Forum Manajemen Prasetiya Mulya vol III. 2009.
38
45
II.10 Model Bisnis PT. Jagung Sentosa Indonesia
Berdasarkan analisis industri dan strategi yang diputuskan oleh perusahaan dalam
menjalankan bisnis mie jagung, maka manajemen menetapkan model bisnis
perusahaan sebagai berikut :
INFRASTRUKTUR
Core Capabilities
Kompetensi dalam
memberikan value
lebih pada produk
makanan dalam
kemasaan melalui
hubungan yang erat
dengan konsumen.
Financing
Structure
Partner Network
Koperasi Unit Desa, petani,
Pemerintah Dearah, dan
distributor komersial.
Value Configuration
Memproses jagung
menjadi mie dengan
memperhatikan kualitas
bahan baku dan standar
mutu pemrosesan yang
tinggi. Efisiensi diperoleh
dari hubungan yang erat
dengan petani untuk
peningkatan
kesejahteraannya.
Investasi awal 100% dari ekuitas
dengan kebijakan hutang 30% dan
ekuitas 70%.
OFFER
Value
Proposition
Mie
menyehatkan
karena memiliki
kadar serat
tinggi, beta
karoten, pewarna
alami, dan tanpa
bahan pengawet
buatan.
FINANCE
CUSTOMER
Customer Relationship
Relasi jangka panjang yang erat
melalui konsumer komunitas.
Distribution Channel
Distributor komersial untuk
outlet modern.
Target Customer
Rumah tangga dengan value
kesehatan.
Pendapatan perusahaan
diperoleh dari penjualan
mie jagung.
Revenue
Streams
Gambar II-4 Model Bisnis PT JSI
Model bisnis disusun dengan pendekatan social venture tipe product-oriented39.
Pendekatan model bisnis ini adalah memberikan keuntungan secara ekonomis bagi
perusahaan sekaligus dampak sosial kepada lingkungan, baik makro maupun mikro.
Infrastruktur meliputi core capabilities sebagai modal dasar perusahaan, yakni
kompetensi untuk memberikan value lebih pada produk makanan dalam kemasan
berbasis jagung melalui hubungan yang erat dengan konsumen. Kompetensi ini
mengacu pada aspek pemasaran, inbound logistic, serta inovasi untuk sebagai
keunggulan bersaing dalam memberikan nilai lebih produk kepada konsumen.
39
Appanah, S Dev. Shrestha, Sunit. Startup and Change The World.2007.Youth Social
Enterprise Initiative.
46
Partner untuk men-deliver value adalah para pemasok (KUD dan petani), pemerintah
daerah, serta distributor komersial. Jaringan partner ini membantu menjamin suplai
bahan baku berkualitas dan ketersediaan produk di pengecer. Hubungan timbal balik
yang dibangun akan menghasilkan produk mie jagung dengan kualitas tinggi yang
diproses dengan standar mutu yang ketat dari bahan baku berkualitas. Bahan baku
berkualitas diperoleh secara langsung dari petani yang difasilitasi KUD sehingga
meningkatkan kesejahteraan petani sebagai salah satu dampak sosial dari model
bisnis mie jagung PT JSI.
Value yang ditawarkan pada pelanggan adalah mie menyehatkan karena memiliki
kadar serat tinggi, pro-vitamin A, pewarna alami, dan tanpa pengawet buatan.
Persepsi kualitas ini sesuai dengan nilai yang dianut oleh target pasar yang memiliki
sensitivitas terhadap aspek kesehatan dalam makanan. Persepsi kualitas yang
ditawarkan ini sekaligus menjawab persepsi resiko yang masih ada dalam produkproduk di industri mie kering, yakni mengandung bahan pengawet, memiliki pewarna
alami, dan penguat rasa buatan.
PT JSI mengedepankan kepentingan dan nilai-nilai konsumen dalam menjalankan
bisnisnya. Hal yang penting untuk konsumen ini diperoleh melalui hubungan yang
erat dengan konsumen. Perusahaan melakukan konsumen komunitas untuk
meningkatkan hubungan jangka panjang dengan konsumen. Proses ini tidak hanya
digunakan untuk memperoleh profil atau perilaku konsumen, namun juga melibatkan
konsumen dalam pengembangan produk. Rasa keterlibatan ini akan menimbulkan
kesetiaan pelanggan (customer loyalty) dalam jangka panjang, tidak hanya terhadap
produk, namun terhadap brand; bahkan terhadap keberlangsungan perusahaan. Di
sisi lain, ketersediaan barang dijamin melalui distributor komersial yang terpercaya
untuk mensuplai produk di outlet modern sesuai perilaku belanja target konsumen.
47
Target konsumen yang dimaksud adalah rumah tangga dengan value kesehatan.
Dalam hal ini, ibu rumah tangga dengan usia 25-50 tahun dan memiliki perilaku gaya
hidup sehat sebagai decision maker.
PT JSI akan tumbuh dari pendapatan yang diperoleh dari penjualan mie jagung.
Penyediaan modal kerja dipenuhi dari cash flow operasional yang positif dengan
struktur modal 30% hutang dan 70% ekuitas. Investasi awal diperoleh dari investor
dan private equity, sedangkan hutang diproyeksikan akan diperoleh pada tahun
kedua operasional perusahaan sesudah membukukan laba bersih 2 tahun berturutturut yang didukung oleh personal guarantee dari pemegang saham.
48
Daftar Pustaka
2007 Euromonitor Dried Processed Foods – Indonesia, Euromonitor, 2007
Berita Resmi Statistik No. 50/08/ Th. XII, 2 10 Agustus 2009, Badan Pusat Statistik,
Jakarta, 2009
Direktori Industri Pengolahan – Industri Besar dan Sedang, Indonesia 2008, Badan
Pusat Statistik, Jakarta 2008
Hardiansyah dan Amalia L. “Perkembangan Konsumsi Terigu dan Pangan Olahannya
di Indonesia 1993-2005”. Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2007 2(1): 8-15
Indikator Ekonomi Berbasis Pengetahuan Indonesia, 2008, Kementerian Negara
Riset dan Teknologi, Jakarta, 2008
Indonesian Commercial Newsletter, June 2009, ICN, Jakarta, 2009
Kasryno F, Pasandaran E, Suyamto, dan Made OA, Buku Jagung, Penerbit Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Departemen Pertanian, 2007
Kristamuljana S. Model Empat Dimensi Lingkungan Bisnis
Panduan Penyusunan dan Pemeriksaan Dokumen UKL-UPL Industri Mie Instan,
Desember 2007, Deputi Bidang Tata Lingkungan – Kementerian Negara Lingkungan
Hidup, Jakarta, 2007
Porter M, Competitive Strategy, The Free Press, New York, 1980
Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2006-2010, Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional, Jakarta, 2007
SNI 01-2974-1996, Badan Standarisasi Nasional
SNI 01-2987-1992, Badan Standarisasi Nasional
SNI 01-3551-2000, Badan Standarisasi Nasional
Stabell CB dan Fjeldstad ΦD. “Configuring Value for Competitive Advantage: on
Chains, Shops, and Networks”, Strategic Management Journal, Vol 19, 1998: 413437
Susenas 2006, Badan Pusat Statistik, Jakarta, 2006
Thompson A, Strickland AJ, dan Gamble JE. Crafting and Executing Strategy,
McGraw-Hill, New Jersey, 2008
Departemen Pertanian. www.deptan.go.id., (1 Maret 2009)
Badan Pusat Statistik. www.bps.go.id, (21 September 2009)
Indikator Konsumsi Terpilih, Indonesia 1999, 2002-2008, BPS 2008, www.bps.go.id
(22 September 2009)
49
International Monetary Fund, http://www.imf.org/external/datamapper/index.php, (30
Juni 2009)
Perusahaan Umum Perhutanan Negara,
http://www.perumperhutani.com/index.php?option=com_content&task=view&id=551,
(24 Juni 2009)
Produk Domestik Bruto Per Kapita, Produk Nasional Bruto Per Kapita dan
Pendapatan Nasional Per Kapita, 2000-2006, www.bps.go.id (22 September 2009)
The Jakarta Globe, http://thejakartaglobe.com/home/indonesians-love-affair-with-ricebad-for-their-health-food-security/325623, (24 Agustus 2009)
Monx Digital Library,
http://library.monx007.com/health/menikmati_hidup_dengan_diabetes/1, (30 Juni,
2009)
50
Download