BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKAH

advertisement
BAB II
DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKAH BERPIKIR DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
A. Diskripsi Teori
1. Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran merupakan salah satu tugas penting guru dalam
memproses pembelajaran peserta didik. Dalam perspektif kebijakan
pendidikan nasional yang dituangkan dalam PermendiknasRI no. 52 tahun
2008:
Standar proses disebutkan bahwa salah satu komponen dalam penyusunan
rencana pelaksanaan pembelajaran yaitu adanya tujuan pembelajaran yang di
dalamnya menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dapat
dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.7
Jadi, suatu pembelajaran sangatmenguasai materi pembelajaran,
dimana pengetahuan itu sumbernya dari luar diri, tetapi dikonstruksi dalam
diri individu peserta didik.
Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang
untuk membantu sesorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai
yang baru. Proses pembelajaran awalnya meminta guru untuk mengetahui
kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakangnya, akademisnya, dan
lain sebagainya.
Syaodih
(1998)
dalam
Mulysa
Guru
profesianal
adalah
“menegaskan bahwa seorang guru profesional harus merumuskan tujuan
pembelajarannya dalam bentuk perilaku peserta didik yang dapat diukur
7
Permendiknas RI No.52, Pendidikan Nasional, Jakarta, 2008. Hal. 21
15
16
yaitu menunjukkan apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik tersebut
sesudah mengikuti pelajaran.”8 Artinya bahwa guru yang bisa menciptakan
suasana pembelajaran yang sesuai dengan konsepnya dan akan
merumuskan suatu tujuan pembelajaran secara jelas agar peserta didik
mengikuti pembelajaran sesuian dengan alurnya. Menurut Vygotsky dalam
Yamin Prinsip dasar pembelajaran yaitu:
Pengetahuan yang telah melekat pada dirinya dapat dipergunakan (memahami
kenyataan ) serta mereka mempercayai bahwa mereka sebagai individu yang
dapat memaknai kehidupan dalam dunia secara bebas Sebagai seorang guru
tujuan pembelajaran dimana agar peserta didik dapat memahami isi dari
pembelajaran itu sendiri, maka didalam perilaku atau penampilan harus dapat
digambarkan atau diterapkan dalam bentuk tulisan agar hasil belajar peserta
didik memuaskan. 9
Miarso (2004:545) dalam Yamin pembelajaran adalah suatu usaha
yang disengaja,bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar atau
terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang lain. Usaha tersebut
dapat
dilakukan
oleh
seseorang
atau
sekelompok
orang
yang
mengembangkan sumber belajar yang diperlukan. Smith dan Ragan
menyatakan bahwa pembelajaran adalah desain dan pengembangan
penyajian informasi dan aktifitas – aktifitas yang diarahkan pada hasil
belajar tertentu. Urian di atas, tampaklah bahwa pembelajaran bukan
menitik berat pada apa yang dipelajari, melainkan pada bagian membuat
pemelajar mengalami proses belajar, yaitu cara yang dilakukan untuk
mencapai tujuan yang berkaitan dengan cara pengorganisasian materi, cara
penyampaian pelajaran, dan cara mengelolah pembelajaran.
8
9
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008. Cet. 8 Hal.13
Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran, Press Jakarta:Gaung Persada, 2011. Cet.1
Hal.1
17
Menurut Zais ( 1976) dalam Rohman dkk tujuan “pembelajaran
komponen utama yang harus diperhatikan dalam pengembangan
kurikulum”. 10 Maka, harus ditegaskan bahwa sebagai komponen dalam
kurikulum, tujuan pembelajaran bagian yang paling sensitif, sebab bukan
hanya akan mempengaruhi bentuk kurikulum tetapi juga secara langsung
merupakan fokus dari suatu program. Menurut Gerlach dalam Rohman
dkk Tujuan pembelajaran adalah “sebagai suatu deskripsi perubahan
tingkah laku atau hasil perbuatan yang memberi petunjuk bahwa suatu
proses belajar telah berlangsung”. 11 Dari makna ini terlihat jelas bahwa
pembelajaran rangkaian yang disusun sebelum pembelajaran dilaksanakan.
Tujuan pembelajaran adalah “memberikan petunjuk untuk memilih isi
mata pelajaran, menata urutan topik-topik, mengalokasikan waktu,
petunjuk dalam memilih alat-alat bantu pengajaran dan prosedur
pengajaran, serta menyediakan ukuran (standar) untuk mengukur prestasi
belajar peserta didik”. 12 Meski para ahli memberikan rumusan tujuan
pembelajaran yang beragam, tetapi semuanya menunjuk pada esensi yang
sama, bahwa :
1. Tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau
kompetensi
pada
peserta
didik
setelah
mengikuti
kegiatan
pembelajaran
10
Muhammad Rohman dkk, Strategi dan Desain Pengembangan Sistem Pembelajaran, Jakarta:
Prestasi Pusta karaya, 2013. Cet. 5 Hal.50
11
Ibid, Hal. 61
12
Pendiknas RI No. 52,Tujuan Pembelajaran, 2008. Hal. 24
18
2. Tujuan dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang
spesifik. yang menarik untuk digarisbawahi yaitu dari pemikiran
Kemp dan David E. Kapel bahwa perumusan tujuan pembelajaran
harus diwujudkan dalam bentuk tertulis. Hal ini mengandung implikasi
bahwa setiap perencanaan pembelajaran dibuat secara tertulis (written
plan).
Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan
manfaat tertentu, baik bagi guru maupun peserta didik. Sukmadinata
(2002) mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari tujuan pembelajaran,
yaitu:
1. Memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar
mengajar kepada peserta didik, sehingga peserta didik dapat
melakukan perbuatan belajarnya secara lebih mandiri
2. Memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar
3. Membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media
pembelajaran
4. Memudahkan guru mengadakan penilaian.
Adapun juga kaitan pembelajaran kewarganegaraan pendidikan
kewarganegaraan adalah program pendidikan berdasarkan nilai-nilai
pancasila sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai
luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa indonesia yang
diharapkan menjadi jati diri yang diwujudkan dalam bentuk prilaku dalam
kehidupan sehari-hari peserta didik baik sebagai individu, sebagai calon
19
guru atau pendidik, anggota masyarakat dan makhluk ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa.
Pendidikan kewarganegaraan yaitu “membimbing peserta didik
menjadi ilmuwan dan profesional semangat kebangsaan dan cinta tanah
air, demokratis yang berkeadaban, menjadi warga negara yang memiliki
daya saing, berdisiplin, dan berpartisipasi aktif dalam membangun
berkehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai pancasila”. 13 Jadi
pendidikan kewarganegaraansalah pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukkan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa,
usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara indonesia yang cerdas,
terampil, dan berkarakter yang dilandasi oleh pancasila dan UUD1945.
2. Pengertian Metode Mengajar
Menurut Surahmad (1986) dalam Herdi dkk metode adalah cara yang
di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Jadi, dengan
adanya suatu alat pembelajaran maka akan dapat membantu guru di dalam
melakukan kegiaan belajar – mengajar. Menurut Malik ( 2001) dalam Herdi
dkk metode adalah
Metode berasal dari bahasa yunani, “methodos” atau “metha-hodos “ yang
berarticara atau jalan yang di tempuh .sehubungan dengan upaya ilmiah , maka
metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang
menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan, fungsi metode berarti sebagai alat
untuk mencapai tujuan .14
13
14
Supriatnoko, Pendidiksn Kewarganegraan,Jakarta: Penaku, 2008. Hal. 3
Asep Herdi dkk, Menjadi Guru Propesional, Bandung : CV Insan mandiri, 2008. Hal.77
20
Dalam Djamarah Metode adalah “suatu cara yang dipergunakan oleh
guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai setelah pengajaran berakhir.”15 Oleh karena itu, seorang guru tidak
akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satu pun
metode mengajar. Pengetahuan tentang metode – metode mengajar sangat
di perlukan oleh para pendidik, sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar
sangat bergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang
digunakan oleh guru. Dan apabila guru mampu menyampaikan materi
pengajaran dengan efektif dan efisien maka hasil yang di dapat oleh
peserta didik akan bagus.
Mengajar adalah “menyampaikan pengetahuan
kepada peserta
didik didik atau murid di sekolah, kriteria ini sejalan dengan pendapat dari
teori pendidikan yang bersikap pada mata pelajaran yang di sebut formal
atau tradisional.” 16 Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk
menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan
memungkinkan untukberlangsungnya proses belajar.Untuk dapat terciptanya
lingkungan mengajar yang kondusif maka seorang guru terlebih dahulu
memahami apa makna dari mengajar itu sendiri ,dan mengajar selain untuk
proses belajar disamping itu juga dapat memberikan variasi baru sesuai dengan
tujuan .
15
Syaiful Bahri Djamarah dkk, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka cipta, 2010. Cet.4
Hal. 46
16
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta : PTBumi aksara, 2001. Hal. 44
21
Hasibuan (2000) dalam Fathurrohman dkk menyebutkan bahwa
konsep mengajar adalah
“dalam perkembangannya masih dianggap
sebagai suatu kegiatan penyampaian atau penyerahan pengetahuan”. 17
Pandangan semacam ini masih umum digunakan dikalangan pengajar.
Dalam teori mengajar, di temukan beberapa metode mengajar yang
beraneka ragam dan sangat bervariasi. Metode mengajar adalah suatu
cara yang yang di rencanakan dan digunakan guru dalam proses
pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai
jadi, sebelum
menggunakan metode tersebut seorang guru perlu terlebih dahulu
mengetahui macam-macam media, lalu memilihnya berdasarkan tujuan
yang akan dicapai dan menggunakannya bersama dengan komponen
lain agar proses pembelajaran berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin
di capai.
Dalam hal ini, jelaslah bahwa metode termasuk komponen yang
penting. Metode dapat di artikan sebagai cara yang di gunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah di susun dalam bentuk
kegiatan nyata dan praktis untukmencapai tujuan pembelajaran.Masingmasing metode memiliki kelebihan dan kekurangan. Pada prinsipnya
tidak ada metode yang selalu di anggap tepat untuk satu bidang study
atau materi tertentu, semua ini guru di tuntut senantiasa mengadaptasi
dan merelevansikan apa yang akan di sampaikannya di depan peserta
didik dengan metode mengajar yang akan di pergunakan. Jika hal ini
17
Pupuh Fathurrohman dkk, Strategi Belajar Mengajar, Bandung:Refika Aditama, 2010, Cet.1
Hal. 7
22
sangat diperhatikan guru, niscaya tujuan yang di harapkan dapat di raih
secara optimal.
3. Model Cooperative Script
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis – garis
besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah
ditentukan. Seperti yang dikatakan Aprudin dalam Majid model belajar
Cooperative Script adalah “model belajar dimana peserta didik bekerja
secara berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagianbagian dari materi yang dipelajari.”
18
Jadi model pembelajaran
Cooperative Script merupakan penyampaian materi ajar yang diawali
dengan pemberian wacana atau ringkasan materi ajar kepada peserta didik
yang kemudian diberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
membacanya sejenak dan memberikan atau memasukkan ide-ide atau
gagasan-gagasan baru kedalam materi ajar yang diberikan guru, lalu
peserta didik diarahkan untuk menunjukkan ide-ide pokok yang kurang
lengkap dalam meteri yang ada secara bergantian sesama pasangan
masing-masing.
Tornace dan Myres dikutip oleh Nuryani (2009:105) dalam
Sanjaya (2005) berpendapat bahwa cooperative script adalah “metode
belajar dimana peserta didik bekerja berpasangan dan secara lisan
mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.” 19 Dengan
18
19
Abdul Majid, Startegi Pembelajaran, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013. Hal. 23
Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung :
San Grafka, 2005. Hal. 2
23
cooperative script ini, diharapkan bisa membuat peserta didik bersemangat
dan beraktifitas tinggi dalam belajar. Di dalam cooperative script ini
mengandung satu unsure kerjasama dalam kelompok yang membuat
berperan aktif dalam pembelajaran, bukan guru.
Model pembelajaran cooperative script dalam perkembangannya
“mengalami banyak adaptasi sehingga melahirkan beberapa pengertian
dan bentuk yang sedikit berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.”20
Beberapa pendapat para ahli mendefinisikan model pembelajaran
cooperative script yaitu :
a. Model pembelajaran cooperative script menurut Dansereau dalam
Slavin (1994) adalah skenario pembelajaran kooperatif. Artinya setiap
peserta didik mempunyai peran dalam saat diskusi berlangsung.
b. Pembelajaran Cooperative Script menurut Schank dan Abelson dalam
Hadi (2007:18) adalah pembelajaran yang menggambarkan interaksi
peserta didik sepertiilustrasi kehidupan sosial peserta didik dengan
lingkungannya
sebagai
individu,dalam
keluarga,
kelompok
masyarakat, dan masyarakat yang lebih luas.
c. Brousseau (2002) dalam Hadi (2007:18) menyatakan bahwa model
pembelajaran cooperative script adalah secara tidak langsung terdapat
kontrak belajar antara guru dengan peserta didik dan peserta didik
dengan peserta didik mengenai cara berkolaborasi.
20
Rudi Hartono, Ragam Model Mengajar yang Mudah Diterimah Murid, Banguntapan Jogjakarta
: DIVA Pres , 2013. Hal. 83
24
Berdasarkan pengertian-pengertian yang diungkapkan diatas,antara
satu dengan yang lainnya memiliki maksud yang sama yaitu terjadisuatu
kesepakatan antara peserta didik dengan guru dan peserta didik dengan
peserta didik untukberkolaborasi memecahkan suatu masalah dalam
pembelajaran
dengan
cara-carayang
kolaboratif
seperti
halnya
menyelesaikan masalah yang terjadidalam kehidupan sosial peserta didik.
Prinsip Model Pembelajaran Cooperative Script :
Model pembelajaran cooperative script ini memiliki konsep dari
the aclerated learning, active learning, dan cooperative learning. Maka
prinsip-prinsip dalam model pembelajaran ini sama dengan prinsip-prinsip
yang ada pada model pembelajaran cooperative learning, prinsipprinsipnya yaitu :
a) Peserta didik harus memiliki persepsi bahwa mereka tenggelam dan
berenang bersama.
b) Peserta didik memiliki tanggung jawab terhadap peserta didik lain
dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri
dalam mempelajari materi yang dihadapi.
c) Peserta didik harus berpandanagn bahwa mereka semuanya memiliki
tujuan yang sama .
d) Peserta didik harus berbagi tugas dan berbagi tanggung jawab, sama
besarnya diantara para anggota kelompok.
e) Peserta didik akan diberi suatu evaluasi atau penghargaan yang akan
ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
25
f) Peserta didik berbagi kepemimpinan, sementara mereka memperoleh
ketrampilan bekerja sama selama belajar.
g) Peserta didik akan diminta mempertanggung jawabkan secara
individual materi yang dipelajari dalam kelompok cooperative
learning.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Cooperative Script
1. Guru membagi peserta didik untuk berpasangan
2. Guru membagi wacana/materi untuk dibaca dan dibuat ringkasannya
3. Guru dan peserta didik menetapkan siapa yang pertama berperan
sebagai pembicara dan siapada yang berperan sebagai pendengar.
4. Pembicara membacakan ringkasannnya selengkap mungkin, dengan
memasukkan ide-ide pokok kedalam ringkasannya. Sedangkan peserta
didik yang lain berperan :
a. Menyimak/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
b. Membantu
mengingat,menghafal
ide-ide
pokok
dengan
menghubungkan dengan materi sebelumnya atau dengan materi
lainnya.
5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar
dan sebaliknya. Dan lakukan kembali kegiatan seperti diatas (langkah
pada kegiatan 4)
6. Guru dan peserta didik bersama-sama membuat kesimpulan materi
pelajaran
26
7. Penutup.
Kelebihan Model Pembelajaran Cooperative Script :
Model pembelajaran Cooperative Script baik digunakan dalam
pembelajaran untuk menumbuhkan ide-ide atau gagasan baru, daya
berfikir
kritis
serta
mengembangkan
jiwa
keberanian
dalam
menyampaikan hal-hal baru yang diyakininya benar. Sehubungan dengan
itu maka kelebihan dari model pembelajaran Cooperative Script adalah
sebagai berikut;
1. Model pembelajaran Cooperative Script mengajarkan peserta didik
untuk percaya kepada guru dan lebih percaya lagi pada kemampuan
sendiri untuk berpikir, mencari informasi dari sumber lain dan
belajara dari peserta didik lain.
2. Model pembelajaran Cooperative Script mendorong peserta didik
untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan
dengan ide temannya. Ini secara
khusus bermakna ketika dalam
proses pemecahan masalah.
3. Model pembelajaran Cooperative Script membantu peserta didik
belajar menghormati peserta didik yang pintar dan peserta didik yang
kurang pintar dan menerima perbedaan yang ada.
4. Model pembelajaran Cooperative Script merupakan suatu strategi
yang efektif bagi peserta didik untuk mencapai hasil akademik dan
social termasuk meningkatkan prestasi, percaya diri dan hubungan
27
interpersonal positif antara satu peserta didik dengan peserta didik
yang lain.
5. Model
pembelajaran
Cooperative
Scriptbanyak
menyediakan
kesempatan kepada peserta didik untuk membandingkan jawabannya
dan menilai ketepatan jawaban.
6. Model pembelajaran Cooperative Script mendorong peserta didk
yang kurang pintar untuk tetap berbuat.
7. Interaksi yang terjadi selama pembelajaran Cooperative Script
membantu memotivasi peserta didik dan mendorong pemikiran
8. Dapat meningkatkan atau mengembangkan keterampilan berdiskusi.
9. Memudahkan peserta didik melakukan interaksi social
10. Menghargai ide orang lain.
11. Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.
Kekurangan Model pembelajaran Cooperative Script :
Setiap
model
pembelajaran
pasti
memiliki
kelebihan
dankekurangan, begitu juga dengan Model pembelajaran Cooperative
Script ini. Adapun yang menjadi kekurangan dari Model pembelajaran
Cooperative Script ini adalah :
1. Beberapa peserta didik mungkin pada awalnya takut untuk
mengeluarkan ide, takut dinilai teman dalam kelompoknya.
2. Tidak semua peserta didik mampu menerapkan Model pembelajaran
CooperativeScript.Sehingga banyak tersita waktu untuk menjelaskan
mengenai model pembelajaran ini.
28
3. Penggunaan Model pembelajaran Cooperative Script harus sangat
rinci melaporkan setiap penampilan peserta didik dan tiap tugas
peserta didik, dan banyak menghabiskan waktu untuk menghitung
hasil prestasi kelompok.
4. Sulit membentuk kelompok yang solid yang dapat bekerja sama
dengan baik.
5. Penilaian terhadap murid sebagai individual menjadi sulit karena
tersembunyi di dalam kelom.
4. Metode Ceramah
Pengunaan
metode
ceramah dalam
lingkungan
pendidikan
moderen, adalah sebagai metode mengajar yang telah menjadi salah satu
persoalan yang
sering diperdebatkan, dengan alasan karena metode
tersebut kurang efisien dan bertentangan dengan cara manusia belajar.
Penuturan atau penerangan secara lisan oleh guru di depan kelas.Alat
interaksinya adalah “ bicara”. Cara mengajar dengan ceramah dapat di katakana
juga sebagai teknik kuliah yakni cara mengajar, menyampaikan keterangan atau
informasi atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara
lisan21.
Salah satu metode klasik yang masih dianggap efektif oleh guru
adalah berceramah. Dengan menyampaikan materi secar monoton didepan
peserta didik, guru lebih leluasa untuk berbicara panjang lebar. Satu sisi ini
menjadi cara efektif karena peserta didik bisa dengan tenang, cermat, dan
sambil mencatat foint – foint penting yang disampaikan. Tapi, pada sisi
lain metode ini juga mengandung resiko terjadinya kebosanan peserta
21
Komarudin, Strategi Pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan,Tangerang Selatan – Banten:
Universitas Pamulang,2008. Hal.40
29
didik untuk terus mendengarkan yang berujung pada turunnya minat
belajar peserta didik.
Peserta didik akan mempunyai pandangan bahwa ilmu itu sebenarnya sudah
disediakan sehingga tidak perlurepot – repot mencrai lagi. Pandangan demikian
tentu akan memuat peserta didik malas untuk mengembangkan belajar secara
mandiri. Mereka akan selalu mengantungkan proses belajar- mengajar hanya
pada guru. Itulah sisi negatif ketika guru terlalu dominan untuk berceramah 22.
Sudah bukan menjadi rahasia umum, penggunaan metode
berceramah dalam proses belajar – mengajar akan membuat siswa mudah
bosan dan mengantuk hingga tak sedikit ada yang tidur. Hal ini wajar,
karena ketika guru hanya dominan ceramah maka secara tak langsung ia
telah mengganggap sebagai objek yang harus selalu disirami denagn
pengetahuan. Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan
metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan
sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses
belajar mengajar. Sudah bukan menjadi rahasia umum, penggunaan
metode berceramah dalam proses belajar – mengajar akan membuat
peserta didik mudah bosan dan mengantuk hingga tak sedikit ada yang
tidur.
Metode ceramah adalah “cara penyajian materi yang dilakukan
dengan penjelasan lisan secara langsung ( bersifat satu arah) terhadap
peserta (audience)”.23Guru yang dominan berceramah telah mengganggap
siswa layaknya gelas kosong yang harus di isi dengan air hingga penuh.
Sisi lain, jika guru terlalu banyak berceramah, peserta didik akan
22
23
Ibid, Hal.23
Daryanto, Strategi Dan Tahapan Mengajar, Bandung: CV Yrama Widya, 2013. Cet.1 Hal.2
30
mempunyai rasa ketergantungan yang tinggi terhadap orang lain sebagai
sumber belajar. Guru yang dominsn berceramah telah mengganggap
peserta didik layaknya gelas kosong yang harus di isi dengan air hingga
penuh. Sisi lain, jika guru terlalu banyak berceramah, peserta didik akan
mempunyai rasa ketergantungan yang tinggi terhadap orang lain sebagai
sumber belajar.
Dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan uraiannya, guru
dapat menggunkan alat – alat bantu seperti gambar, dan audio visual
lainnya. Kadang – kadang terjadi pula orang baru saja mengikuti ceramah,
jika ditanya, tidak tahu apa – apa. Kemungkinan terjadi penceramahannya
kurang pandai menyampaikan informasi dan mungkin pula karena
khalayaknya bukan pendengar yang baik. Karena itu alat pertama dalam
metode ceramah ini adalah berhubungan dengan siswa mengunakan
bahasa lisan.
Peranan
peserta
didik
dalam
metode
ceramah
adalah
mendengarkan dengan teliti mencatat pokok penting yang dikemukakan
oleh guru. Di samping itu, mungkin pula disebabkan oleh sifat metodenya
sendiri, yaitu:
1) Metode ceramah tidak dapat memberikan kesempatan untuk berdiskusi
memecahkan masalah sehingga proses menyerap pengetahuannya
kurang tajam
2) Kurang memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk
mengembangkan keberanian mengemukakan pendapatnya
31
3) Pertanyaan lisan dalam ceramah kurang dapat ditangkapoleh
pendengarnya
4) Kurang cocok dengan tingkah laku kemampuan anak yang masih kecil.
Langkah-langkah di bawah ini dapat di pakai sebagai petunjuk
untukmetode ceramah: Pertama langkahpersiapan yang dimaksud disini
adalah menjelaskan kepada speserta didik tentang tujuan pelajaran dan
pokok-pokok masalah yang akan dibahas dalam pelajaran tersebut.
Disamping itu, guru memperbanyak bahan appersepsi untuk membantu
mereka memahami pelajaran yang akan disajikan. Kedua penyajian pada
tahap ini guru menyajikan bahan yang berkenaan dengan pokok – pokok
permasalahan. Ketiga generalisasidalam hal ini unsur yang sama dan
berlainan dihimpun untukmendapatkankesimpulan - kesimpulan mengenai
pokok– pokok permasalahan. Keempat aplikasi penggunan pada langkah
ini kesimpulan yang diperoleh digunakan dalam berbagai situasi sehingga
nyata makna kesimpulan itu.
Metode ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan
sebagai berikut:
a. Kelebihan metode ceramah
1) Guru mudah menguasai kelas.
2) Mudah mengorganisasikan tempat duduk/ kelas.
3) Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar.
4) Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.
5) Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.
32
b. Kelemahan metode ceramah
1) Mudah menjadi verbalisme ( pengertian kata – kata).
2) Yang visual menjadi rugi, yang auditif ( mendengar) yang besar
menerimanya.
3) Bila selalu digunakan dan terlalu lama, membosankan.
4) Guru menyimpulkan bahwa peserta didik mengerti dan tertarik
pada ceramahnya, ini sukar sekali.
5) Menyebabkan peserta didik menjadi pasif.
Namun perlu diketahui juga bahwa untuk menggunakan metode
ceramah secara murni itu sukar, maka dalam pelaksanaannya perlu
menaruh perhatian untuk mengkombinasikan dengan teknik-teknik
penyajian lain sehingga proses belajar mengajar yang dilaksanakan dapat
berlangsung dengan intensif.
5. Hasil Belajar
Secara Psikologis pengertian belajar, belajar merupakan “suatu
proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya”. 24 Perubahan –
perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku dan
prinsip ini harus terinternalisasi pada diri pembelajar sehingga belajar
menjadi suatu kebutuhan, belajar tidak lagi menjadi sebuah beban bagi
peserta didik. Jika ini sudah tumbuh, peserta didik akan menjadi
pembelajar yang semakin sadar. Kesadaran ini menjadi dasar bagi
24
Slameto, Belajar Dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi, Jakarta: Renika Cipta. 2010. Cet. 5
Hal. 2
33
tumbuhnya kemampuan mengolah informasi dan kemampuan mencari
strategi-strategi pemecahan masalah dengan memanfaatkan latar belakang
pengalamannya. “Implikasinya pembelajar akan terbiasa dengan uji coba,
membiasakan diri untuk merenungkan proses, menyediakan waktu yang
cukup, dan terbangunnya belajar mandiri di dalam memecahkan
masalah.”25
Hasil
belajar adalah“kemampuan-kemampuan
yang
dimiliki
peserta didik setelah menerima pengalaman belajarnya”. 26 Yang mana
pengalaman itu harus diaplikasikan, agar kemampuan yang dimiliki
peserta didik akan mendapatkan hasil belajar yang memuaskan. Hasil
belajar peserta didik
dipengaruhi oleh kamampuan dan kualitas
pengajaran. Sedangkan menurut Kingsley dalam Sudjana membagi tiga
macam hasil belajar mengajar :
1. Keterampilan dan kebiasaan
2. Pengetahuan dan pengarahan
3. Sikap dan cita-cita
Sedangkan menurut Bloom dalam Sudjana membagi tiga
klasifikasi hasil belajar mengajar :
1. Ranah kognitif
Hasil belajar intlektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu
pengetahuanatau ingatan,pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
25
26
Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, jakarta: Rineka Cipta, 2010. Hal. 1-4
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010.
Cet.15 Hal. 22
34
evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan
keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tinggkat tinggi.
2. Ranah afektif
Sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau
reaksi, penilaian, organisasi, dan interalisasi.
3. Ranah psikomotoris
Berkenan denagn hasil belajar keterampilan dan kemampuan
bertindak. Ada enam aspek yaitu, gerakan refleks, keterampilan
gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan,
gerakan keterampilan kompleks, gerakan dan interpretatif.
Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang
dimiliki oleh guru. Artinya, kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif
(intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik).
Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar peserta didik
dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu peserta didik berupa
kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri peserta didik yakni
lingkungan.
Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau
diperoleh peserta didik berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal
tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan
kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga
nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap,
pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek
35
kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku
secara kuantitatif.
Hasil belajar diperoleh masing – masing peserta didik berbeda –
beda, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti dikemukakan oleh
sudjana ( 2009:39-40) dalam http dalam aktif pratikum , bahwa “hasil
belajar yang dicapai peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu
faktor dari dalam diri peserta didik dan luar.”27 Selain faktor dari dalam
diri peserta didik dan luar, juga banyak faktor lainnya. Dimensi penilaian
proses belajar mengajar berkenaan dengan komponen-komponen proses
belajar mengajar seperti tujuan pengajaran, bahan pengajaran, metode dan
alat, kegiatan belajar peserta didik, kegiatan mengajar guru, dan penilaian.
Kriteria yang di gunakan dalam menilai proses belajar mengajar
antara lainkonsistensi kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum,
keterlaksanaannya oleh guru,peserta didik, motivasi belajar peserta didik,
keaktifan peserta didik, interaksi guru dan peserta didik, kemampuan atau
keterampilan guru, kualitas hasil belajar peserta didik. Sumber data dalam
penilaian tersebut adalah guru, peserta didik, tenaga kependidikan, lainnya,
dan juga orang tua peserta didik, penilaiannya menggunakan alat-alat
bukan tes (nontes) seperti kuesioner, wawancara, observasi skala
penilaian, dan sosiometri.
Bahwa prosedur pengolahan hasil penilaian pembelajaran sangat penting baik
untuk guru , peserta didik maupun pihak lain yang berkepentingan seperti
orang tua peserta didik. Karena posisi prosedur pengolahan sangat penting,
maka semua mahapeserta didik calon guru dan guru pemula memahami dengan
27
Http://Susianha. /01/ Penilaian Pembelajaran, blogspot.com .2009. Diakses 25 agustus 2013
36
baik bagaimana cara mengelola hasil penilaian itu secara benar dan memenuhi
rasa keadilan28.
Hasil penelitian untuk guru dapat meningkatkan mutu profesinya
sebagai tenaga pengajar, bagi pesrta didik dapat meningkatkan hasil
belajar, perubahan tingkah laku, jujur dan berakhlak mulia, pihak lain
adalah memahami dunia sekitar nya terutama orang tua yang memberi
dorongan dan semangat kepada peserta didik tersebut.
B. Penelitian Yang Relevan
Berdasarkan penelitian yang sudah digunakan olehSumadi (2004).
Dengan judul Studi Komperasi Tentang Penggunaan Model pembelajaran
Cooperative
Scriptdengan
metode
Driil
Terhadap
Hasil
Belajar
Pendidikan Kewarganegaraan Peserta Didik Kelas X A Dan X B Di
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Toho Kabupaten Pontianak. II Dengan
hasil sebagai berikut: “Berdasarkan observasi terhadap pembelajaran
Sejarah dan hasil wawancara dengan guru kelas serta beberapa peserta
didik, dapat diketahui bahwa selama ini pembelajaran sejarah di Sekolah
Menengah Atas Negeri 1 Toho Kabupaten Pontianak sudah menunjukan
hasil yang relevan dengan menggunakan Model pembelajaran Cooperative
Script. Dengan hasil belajar mencapai 87% dengan nilai yang diperoleh 85
sampai dengan 100 dan dinyatakan berhasil dengan KKM 75.
Hasil penelitian Mahendra (2004). Dengan judul pemecahan
masalahdengan metode ceramah oleh guru pendidikan kewarganegaraan
28
Neohi Nasution,Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta:
Universitasterbuka 2007. Hal. 1
37
pada peserta didik kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kakap
mengungkapkan bahwa kemampuan pembelajaran kewarganegaraan
peserta didik yang diajar dengan pendekatan pemecahan masalah lebih
baik daripada kemampuan ceramah. Pada hasil penelitiannya dikatakan
bahwa konsep kewarganegaraan peserta didik yang diajar dengan
pemecahan masalah lebih baik daripada peserta didik yang diajar dengan
pendekatan ceramah. Yang mana ketuntasan belajar peserta didik dengan
menggunaka pemecahan masalah mencapai 85%, dengan nilai rata – rata
84 dengan KKM yang dicapai 75.
C. Kerangkah Berpikir
Ditengah pesatnya perkembangan pendidikan didunia yang sangat
begitu cepat berkembang, dan mempunyai teknologi yang semakin
canggih dari zaman kezaman maka tuntutan pendidikan
terhadap
masyarakat sangatlah harus ditingkatkan terutama pada sejak dini karena
dimana seperti yang terdapat pada filosofi pendidikan biasanya berawal
saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan
bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh
banyak orang dengan memainkanmusik dan membaca kepada bayi dalam
kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum
kelahiran.
Banyak usaha yang di lakukan oleh peserta didik untuk meraih
hasil belajar agar menjadi yang terbaik
seperti mengikuti belajar
38
bimbingan
belajar,
dan
sebagainya.
Begitu
dengan
guru
harus
menggunakan metode yang tepat dalam proses belajar mengajar. Karena
mengajar dengan metode yang baik akan mempengaruhi hasil belajar
peserta didik. Dan guru tidak hanya menggunakan metode yang sering
digunakan atau tidak asing lagi bagi peserta didik, melainkan juga
mengenalkan metode yang lain, apalagi pada pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan yang terkesan membosankan maka harus menggunakan
metode yang tepat.
Seperti halnya metode yang digunakan di SMP Negeri 9 pamulang
hanya menggunakan metode yang sering digunakannya seperti ceramah
sehingga kurangnya wawasan bagi peserta didik. Proses belajar mengajar
dapat berjalan dengan efektif bila guru dapat menggunakan dan
meningkatkan fungsinya, karena proses mengajar dan hasil belajar peserta
didik sebagian besar di tentukan oleh fungsi guru. Maka dari itu,
menggunakan Model pembelajaran Cooperative Script sangat efektif
untuk proses belajar mengajar. Tetapi juga suatu metode mempunyai
kekurangan dan kelemahannya.
Adapun model belajar Cooperative Script adalah model belajar
dimana peserta didik bekerja secara berpasangan dan bergantian secara
lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Sedangkan ceramah adalah penuturan atau penerangan secara lisan oleh
guru di depan kelas. Suatu cara yang teratur atau yang telah di pikirkan
secara mendalam untuk di gunakan dalam mencapai sesuatu. Berdasarkan
39
hal tersebut bahwa menggunakan metode yang tepat dalam proses belajar
mengajar maka semakin baik pula pada hasil belajar peserta didik.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan deskripsi teoritik dan kerangka berpikir di atas, maka
hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut “ Diduga perbandingan
Model Cooperative Script lebih baik dibandingkan dengan metode
Ceramah terhadap hasil belajar pendidikan kewarganegaraan peserta didik
di SMP Negeri 9 Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014”.
Download