Ati Primawardani Undergraduate Program, Faculty of Psychology

advertisement
FREE SEX BEHAVIOR IN ADOLESCENTS (CASE STUDY IN HIGH SCHOOL GIRLS)
Ati Primawardani
Undergraduate Program, Faculty of Psychology
Gunadarma University
http://www.gunadarma.ac.id
Keywords: Sex Behavior, Sex Free, Girls High School
ABSTRACT
Until recently the problem of sexuality has always been a topic of interest to discuss. This is possible
because the issue of sexuality has become a it is deeply embedded in human beings. Sex can not be
avoided by being life, because with the sex organism can survive preserving offspring, as revealed by dr.
Boy Abidin gynecologist in discussions Kotex held at Djakarta Theater declare, that as many as 42.3%
teens have been have sex the first time while still in the school, on the grounds them why do it on the
basis of consensual and without coercion. Data derived from the results of research conducted by the
Annie Foundation in 2008 in junior high school and SMU is a West Java This research aims to reveal the
picture of sex behavior in adolescents, especially high-school student, knows the forms of sex behavior
and the development of free sex high-school student on the subject. The methodology used is a case study
methodology, which assisted with observation approach and interview. Subjects involved in this case
study are adolescent girls aged 19 years and have free sex in partner. The relationship that has fostered
already lived for 2 years and the process courting the subject has done stage sex behavior until the stages
of sexual intercourse. In addition to the purpose of this study also has very good benefits, especially on
the subject of free sex, so the subject can control himself to do not free sex on her partner again in the
future other than that subjects get more information about the impact of sex behavior
a natural subject in the pair.
ABSTRAK
Fakultas Psikologi
Universitas Gunadarma
Februari 2010
Nama
Judul
: Ati Primawardani (10505020)
: Perilaku Seks Bebas pada Remaja (Studi Kasus pada Siswi SMU)
Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk
dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksualitas telah menjadi suatu
hal yang sangat melekat pada diri manusia. Seks tidak bisa dihindari oleh makhluk
hidup, karena dengan seks mahluk hidup dapat terus bertahan hidup menjaga kelestarian
keturunannya, seperti yang diungkap dr. Boy Abidin ginekolog dalam diskusi yang
diadakan Kotex di Djakarta Teater menyatakan, bahwa sebanyak 42,3% remaja telah
melakukan hubungan seks pertama kali saat masih dibangku sekolah, dengan alasan
kenapa meraka melakukan itu atas dasar suka sama suka dan tanpa paksaan. Data yang
berasal dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Annisa Foundation tahun 2008 di SMP
dan SMU se-Jawa Barat ini
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan gambaran perilaku seks bebas
pada remaja khususnya siswi SMU, mengetahui bentuk-bentuk perilaku seks bebas serta
proses perkembangan perilaku seks bebas pada subjek siswi SMU.
Metodologi yang digunakan adalah metodologi studi kasus, yang dibantu dengan
pendekatan observasi dan wawancara. Subjek yang dilibatkan dalam studi kasus ini
adalah remaja perempuan yang berusia 19 tahun dan sudah melakukan seks bebas pada
pasangannya. Hubungan yang telah dibina sudah dijalani selama 2 tahun dan proses
pacaran tersebut subjek sudah melakukan tingkatan perilaku seks bebas sampai pada
tahap sexual intercourse.
Selain tujuan penelitian ini juga memiliki manfaat yang sangat baik, khususnya
pada subjek yang melakukan seks bebas, sehingga subjek dapat mengontrol dirinya untuk
tidak melakukan perilaku seks bebas pada pasangannya lagi dikemudian hari selain iti
subjek mendapat informasi yang lebih banyak mengenai dampak dari perilaku seks bebas
yang subjek alami pada pasangan.
Kata Kunci : Perilaku Seks, Seks Bebas, Siswi SMU
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini
dimungkinkan karena permasalahan seksualitas telah menjadi suatu hal yang sangat
melekat pada diri manusia.
Yeni (1996) mengatakan bahwa dewasa ini didalam kehidupan dan perilaku seks
bebas telah merebak ke kalangan kehidupan remaja dan anak. Tidak aneh bila timbul
akibat yang dengan mudah dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Dan, hanya butuh
satu sperma untuk bisa terjadi kehamilan dari ratusan juta sel yang dikeluarkan," ucap dr
Boy. Dengan diberikannya pembekalan, dr Boy berharap para remaja perempuan
memiliki pengetahuan yang benar dan akurat mengenai tubuh dan aspek-aspek kehidupan
seputar seksualitasnya sehingga mereka tidak menjadi salah arah dalam pergaulan dengan
teman-temanya.(http://www.tnol.co.id/en/health/sex/1464-remaja-mulai-berani-
mengeksplorasi-seksualitasnya-.html).
Hurlock (1980) mengatakan, bahwa dorongan untuk melakukan hal ini datang
dari tekanan-tekanan sosial, terutama dari minat remaja pada seks dan keingintahuannya
dengan seks. Pacaran atau setidaknya cumbu rayu memberikan bentuk perilaku seks yang
menyenangkan dan biasanya tidak menimbulkan bahaya dan menawarkan keuntungan
pada remaja yang terlibat dalam sebuah hubungan percintaan. Santrock (dalam Desmita,
2005) berpendapat bahwa terjadinya peningkatan kehidupan seksual ini sangat
dipengaruhi oleh perubahan organ-organ seksual dan perubahan hormonal yang
mengakibatkan munculnya dorongan-dorongan seksual dalam diri remaja khususnya
siswi SMU. Broderick dan Rowe (dalam Santrock, 2003) mengatakan, tingkah laku
seksual remaja sifatnya meningkat progresif biasanya diawali dengan ciuman bibir lalu
berciuman sampai ke daerah dada (necking) yang dilanjutkan dengan aktivitas
menempelkan alat kelamin (petting), sampai pada hubungan intim (intercourse).
Hidayana (2004) mengatakan, kurangnya pengetahuan yang memadai pada siswi
SMU mengenai resiko dari perilaku seks bebas, menyebabkan mereka perlu diberikan
2
pemahaman yang lebih mendalam mengenai resiko tersebut, seperti terjangkitnya
berbagai PMS (penyakit menular seksual) seperti : resiko sejumlah infeksi, seperti HIV
(Human
Immunodeficiency
Virus)
yang
dapat
menyebabkan
penyakit
AIDS
(AcquiredImmune Deficiency Syndrome), Hepatitis B atau Herpes, Gonorrhea, Siphilis,
atau Klamidia. Belum lagi resiko kehamilan yang tidak diinginkan/diluar nikah, resiko
kematian akibat pengguguran tidak aman atau pada beberapa kasus aborsi tidak aman.
Selain resiko fisik yang akan dialami siswi SMU, dampak psikologis dan sosialnya pun
akan sangat berpengaruh antara lain perasaan stress dan depresi pada siswi SMU yang
melakukan perilaku seks bebas, diskriminasi sosial, trauma, kehilangan berbagai hak
dalam lingkungan sosial akibat hamil diluar nikah. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, bahwa perilaku seks bebas didasari oleh sikap para pelajar yang memiliki
rasa keingintahuannya sangat besar, padahal dengan pengetahuan yang mereka miliki,
seharusnya mereka telah menyadari berbagai resiko yang harus mereka hadapi jika para
pelajar tersebut melakukannya, namun hasil penelitian – penelitian yang dilakukan
terhadap para pelajar di Indonesia menunjukkan bahwa semakin kelompok tersebut
(dalam tingkat pendidikan), maka mereka semakin bersikap permisif terhadap perilaku
seks bebas.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai
maraknya perilaku seks bebas pada remaja siswi SMU, dimana dalam masalah perilaku
seks bebas dikalangan remaja semakin meningkat dan faktor-faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi perilaku seks bebas itu terjadi serta mengetahui sejauh mana serta
bagaimana perilaku seks bebas pada siswi SMU.
B. Pertanyaan penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, pertanyaan yang
diajukan pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana perilaku seks bebas yang dilakukan oleh remaja khususnya siswi SMU
saat ini ?
2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan siswi SMU untuk melakukan perilaku seks
bebas ?
3. Bagaimana proses perkembangan perilaku seks bebas pada subjek ?
3
C. Tujuan Penelitian
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perilaku seks
bebas di kalangan remaja khususnya siswi SMU, lalu faktor-faktor apa saja yang
menyebabkan siswi SMU untuk melakukan perilaku seks bebas dan bagaimana proses
perkembangan perilaku seks bebas pada subjek.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki dua manfaat :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang
bermanfaat
dari
perkembangan
ilmu
psikologi
khususnya
psikologi
perkembangan pada tahap-tahap perkembangan remaja akhir, psikologi sosial
untuk dapat mengetahui pentingnya interaksi dalam sebuah lingkungan
keluarga dan dan psikologi pendidikan tentang pemahaman remaja khususnya
siswi SMU terhadap maraknya perilaku seks bebas.
2. Manfaat Praktis
Melalui penelitian, peneliti berharap dapat memberikan manfaat dan masukan
terhada pentingnya pengetahuan dan akibat dari perilaku seks bebas, kepada :
Dengan adanya penelitian ini khususnya remaja siswi SMU dapat
mengetahui bagaimana seharusnya sikap remaja siswi SMU terhadap perilaku
seks bebas dan dampak dari perilaku seks bebas itu sendiri. Keluarga
khususnya orangtua dapat memberikan arahan pergaulan yang baik dan benar
pada anak remajanya sehingga perilaku seks bebas dapat dihindarkan,
khususnya yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas SMA. Selain
itu bagi pihak sekolah dapat memberikan pendidikan seks sejak dini kepada
para siswanya, agar mereka terhindar dari perilaku seks bebas.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku Seks Bebas
1. Pengertian
a. Pengertian Perilaku Seks
Menurut Zawid (dalam Purnawan 2004), kata sex sering disebut dengan
aktivitas sexual genital, dan sebagai label gender (jenis kelamin).
Freud mengatakan dalam Lindzey (2003) bahwa seks adalah sejumlah
kebutuhan jasmaniah berlainan yang membangkitkan hasrat-hasrat erotik.
Masing-masing hasrat ini bersumber pada bagian tubuh tertentu yang secara
kolektif disebut daerah-daerah erogen, seperti bibir dan rongga mulut, dubur dan
organ-organ seks lainnya.
b. Pengertian Perilaku Seks Bebas
Perilaku seks bebas menurut Kartono (1977) merupakan perilaku yang
didorong oleh hasrat seksual, dimana kebutuhan tersebut menjadi lebih bebas jika
dibandingkan dengan sistem regulasi tradisional dan bertentangan dengan sistem
norma yang berlaku dalam masyarakat.
Indikator-Indikator Perilaku seks
Adapun indikator perilaku seks yang sering disederhanakan sebagai
hubungan seksual berupa penetrasi dan ejakulasi. Padahal menurut Wahyudi
(2000), perilaku seks secara rinci dapat berupa :
c. Cium Kering, berupa sentuhan pipi dengan pipi atau pipi dengan bibir
d. Cium Basah, berupa sentuhan bibir ke bibir
e. Meraba, merupakan kegiatan bagian bagian sensitif rangsang seksual, seperti
leher, breast, paha alat kelamin dan lain-lain
f. Berpelukan, aktivitas ini menimbulkan perasaan tenang, aman, nyaman
disertai rangsangan seksual (terutama bila memgenai daerah aerogen atau
sensitif)
g. Masturbasi (wanita) atau Onani (laki-laki), perilaku merangsang organ
kelamin untuk mendapatkan kepuasan seksual
5
h. Oral seks, merupakan aktivitas seksual dengan cara memasukan alat kelamin
ke dalam mulut lawan jenis
i. Petting, merupakan seluruh aktivitas non intercourse (hingga menempelkan
alat kelamin)
j. Intercourse (senggama), merupakan aktivitas seksual dengan memasukan alat
kelamin laki-laki dalam alat kelamin wanita.
2. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Remaja Berperilaku Seks Bebas
Adapun beberapa penelitian mengungkapkan faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya perilaku seks bebas pada remaja menurut Hyde (1990) adalah :
a. Usia
b. Usia yang muda saat berhubungan seksual pertama
c. Usia saat menstruasi pertama
d. Agama
e. Pacar
f. Kencan yang lebih awal
g. Pengalaman pacaran/kencan (hubungan afeksi)
h. Orang tua
i. Teman sebaya (peers group)
j. Kebebasan
k. Daya tarik seksual
l. Standar orang tua vs standar teman
m. Saudara kandung
n. Gender
o. Ketidakhadiran ayah
p. Ketidakhadiran orang tua
q. Kecenderungan pergaulan yang makin bebas
Di pihak lain, tidak dapat dipungkiri adanya kecenderungan pergaulan yang
makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat, sebagai akibat
berkembangnya peran dan pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita
makin sejajar dengan pria.
6
r. Penyebaran Informasi Melalui Media Massa
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
menyebabkan perilaku seks bebas adalah dari dalam keluarga, media massa, dan
dari pengaruh peers (teman sebaya).
B. Remaja
1. Pengertian Remaja
Gilbert & Lumoindong (1996) mengatakan masa remaja adalah masa
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Peralihan ini meliputi semua
perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa.
Remaja atau adolescene berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti
“tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah ini mencakup kematangan
mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1980). Menurut Dariyo (2004)
remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang
ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial. Secara
kronologis, yang tergolong remaja berkisar antara usia 13-21 tahun.
1. Tahap dan Ciri Remaja
Beberapa tokoh membagi tahap usia remaja menjadi beberapa bagian.
Blos (dalam Sarwono, 2003) membagi tiga tahap masa remaja berdasarkan
penjabaran karakteristik pembagian usia remaja, yaitu :
a. Remaja Awal (Early Adolescence)
b. Remaja Pertengahan (Middle Adolescence)
c. Remaja Akhir (Late Adolescence)
2. Perkembangan Remaja
Menurut Gilbert & Lumoindong (1996) terjadi perkembangan pada masa
remaja seperti :
a. Perkembangan Fisik
Muss dalam Sarwono (2003) secara lengkap membuat urutan perubahan
fisik tersebut sebagai berikut :
1) pertumbuhan tulang-tulang
2) pertumbuhan payudara
3) tumbuh bulu yang halus dan lupus berwarna gelap dikemaluan
7
4) mencapai pertumbuhan ketinggian badan setiap tahunnya
5) bulu kemaluan menjadi keriting
6) haid
7) tumbuh bulu-bulu ketiak
b. Perkembangan Psikologis
1) Perkembangan Intelektual
2) Perkembangan Emosional
C. Siswi SMU
1. Pengertian Siswi SMU
Djamarah (2002) mengatakan, bahwa siswi SMU termasuk ke dalam anak
didik/siswa dimana pengertian tersebut adalah subjek utama dalam pendidikan,
dialah yang belajar setiap saat. Lebih lanjut Sardiman (1996) mengatakan bahwa,
siswi SMU atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang
menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar.
Menurut Kanopka (dalam Awaluddin, 2008) istilah siswi SMU yang masih
digunakan saat ini terjadi pada usia 15-18 tahun, menunjukan bahwa mereka
masih pada tahapan peralihan dari dunia remaja ke dunia dewasa, dan penjelasan
mengenai siswi SMU termasuk kedalam pengertian remaja akhir yang dikenal
dengan masa muda.
Karakteristik Siswi SMU
Adapun karakteristik remaja khususnya siswi SMU yang dapat
menyebabkan pola perilaku dalam kehidupan sehari-harinnya menurut Hurlock
(1990) yaitu :
b. Usia Kematangan
c. Penampilan Diri
d. Kepatutan Seks
e. Nama dan Julukan.
f. Hubungan Keluarga
g. Teman-teman Sebaya
h. Kreativitas
8
i. Cita-cita
D. Perilaku Seks Bebas Pada Remaja (studi kasus pada Siswi SMU)
Masa remaja merupakan periode penting dalam rentang kehidupan, dimana
individu mengalami banyak perubahan baik fisik, emosional, maupun sosial,
perkembangan fisik dan mental yang terjadi secara pesat pada masa ini akan
mempengaruhi perilaku individu dalam lingkungan sosialnya, remaja yang sedang
berada dalam periode yang penuh rasa ingin tahu dan mencoba-coba, terdorong untuk
melakukan berbagai macam hal yang belum pernah dialaminya. Dalam masa remaja
mau tidak mau harus melalui berbagai tugas perkembangan yang akan dia hadapi salah
satu tugas perkembangan tersebut adalah mencapai hubungan baru yang lebih matang
dengan teman sebaya baik pria maupun wanita (Hurlock, 1980). Tentu saja hal ini
berkaitan dengan masalah seks.
Penelitian-penelitian mengenai kaum remaja di Indonesia pada umumnya
menyimpulkan bahwa nilai-nilai hidup kaum remaja sedang dalam proses perubahan.
Remaja Indonesia dewasa ini nampak lebih bertoleransi terhadap gaya hidup seksual
pranikah. Misalnya sebanyak 42,3% remaja telah melakukan hubungan seks pertama
kali saat masih dibangku sekolah, dengan alasan kenapa meraka melakukan itu atas
dasar suka sama suka dan tanpa paksaan, Demikian diungkap dr.Boy Abidin, ginekolog
dalam diskusi yang diadakan Kotex di Djakarta Teater, Jakarta. Data yang berasal dari
hasil penelitian yang dilakukan oleh Annisa Foundation tahun 2008 di SMP dan SMU
se-Jawa Barat ini. Sementara hasil penelitian lain dari BKKBN periode akhir Desember
2009, lanjut dr Boy, menyebutkan bahwa 63% remaja di beberapa kota besar yang ada
di Indonesia telah melakukan seks pra nikah. Umumnya remaja melakukan hubungan
seks karena didasari rasa suka sama suka. Salah satu penyebab terjadinya hubungan seks
bebas pada remaja adalah kurangnya pengetahuan remaja mengenai seks itu sendiri.
Mengingat seks juga berkaitan dengan tugas-tugas perkembangan remaja maka tidak
mengherankan jika remaja memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar tentang seks.
Selain itu sekitar lingkungan para pelajar khususnya siswi SMU di Jakarta saat ini
pada umumnya tersedia tempat hiburan seperti warnet (warung internet), tempat-tempat
peminjaman VCD yang memasang tarif relatif murah untuk durasi waktu konsumsi yang
cukup lama sehingga dapat terjangkau oleh kondisi ekonomi para pelajar padahal
9
berbagai fasilitas tersebut sangat rawan terhadap pengeksposan informasi yang
mengeksploitasi seks, seperti VCD porno, situs-situs porno selain itu faktor yang
meyebabkan remaja berperilaku seks bebas juga dilihat dari pola asuh dan bimbingan
dari orangtua mereka yang terlalu memberikan kebebasan pada mereka sehingga
masalah mengenai seks dianggap lumrah dan menyenangkan.
Adapun akibat yang akan akan dialami para pelajar jika perilaku seks bebas itu
dilakukan seperti : seperti terjangkitnya berbagai PMS (penyakit menular seksual),
resiko sejumlah infeksi, seperti HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang dapat
menyebabkan penyakit AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome), hepatitis B atau
herpes, siphilis, atau klamidia. Dampak psikologis dan sosialnya pun akan sangat
berpengaruh antara lain perasaan stress dan depresi pada siswi SMU yang melakukan
perilaku seks bebas, pengucilan stigma, diskriminasi sosial, trauma, kehilangan berbagai
hak dalam lingkungan sosial akibat hamil di luar nikah.
Dalam hal ini remaja yang mendapatkan cukup informasi mengenai akibat dari
perilaku seks bebas akan lebih mudah melalui setiap tugas perkembangannya, namun
bagi remaja yang kurang memiliki pengetahuan tentang akibat dari seks bebas mungkin
dia akan sedikit mengalami kesulitan dalam menghadapi tugas perkembangannya,
khususnya tugas perkembangan yang berkaitan dengan masalah seks itu sendiri.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitataif.
Menurut Stake (dalam Heru Basuki, 2006) studi kasus adalah bentuk
penelitian (inquiry) atau studi tentang suatu masalah yang memiliki sifat
kekhususan (particulary), dapat dilakukan baik dengan pendekatan kualitatif
maupun kuantitatif, dengan sasaran perorangan (individual) maupun kelompok,
bahkan masyarakat luas. Dalam buku yang penulis susun ini lebih ditekankan
pendekatan studi kasus.
10
1. Ciri-ciri Studi Kasus
Moleong (2000) menyebutkan studi kasus memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
a. Partikularistik
b. Naturalistik
c. Data uraian terinci
d. Induktif
e. Heuristik
2. Subjek Penelitian
1. Remaja siswi SMU yang berusia 17 tahun
2. Pernah melakukan perilaku seks bebas seperti : kissing, necking, petting
sampai intercourse
3. Jumlah Sampel
B. Tahap-Tahap Penelitian
1. Tahap Persiapan penelitian
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif menurut Bogdam dan Taylor
(dalam Moleong, 2000) sebagai suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dan orang-orang dan perilaku yang
diamati.
C. Alat Bantu Pengumpulan Data
Menurut Poerwandari (2001), peneliti berperan besar dalam seluruh proses
penelitian, mulai dari memilih topik, mengumpulkan data hingga menganalisis dan
menginterpretasikannya. Dalam pengumpulan data-data, penulis membutuhkan alat
bantu (instrumen penelitian). Dalam penelitian ini menggunakan alat bantu :
1. Pedoman Wawancara
2. Pedoman Observasi
3. Alat Perekam
11
D. Keakuratan Penelitian
Patton (1990) membedakan empat macam sumber informasi yaitu subjek
penelitian, metode penelitian, penyidik (peneliti) dan teori.
a. Triangulasi data
b. Triangulasi pengamat
c. Triangulasi teori
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS
Hasil Wawancara dan Observasi
1.
Pelaksanaan Wawancara dan Observasi
Pelaksanaan
Tanggal
Waktu
Tempat
Ke-1
01 Agustus 2009
15.00 – 20.15
Rumah Subjek
Ke-2 (Significant
04 Agustus 2009
15.30 – 17.00
Rumah Significant
Wawancara
Other)
2.
Other
Gambaran Umum Subjek
a. Pelaksanaan Observasi
Observasi dilakukan pada tanggal 1 Agustus 2009, pada pukul 15.00-20.15
WIB yang berlangsung di tempat tinggal subjek
b. Hasil Observasi Wawancara Subjek
1) Setting Tempat
2) Keadaan Subjek
c. Hasil Observasi Perilaku Subjek
12
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis wawancara subjek dan significant other. Maka dalam
bab ini digambarkan perilaku seks bebas pada subjek, faktor-faktor yang menyebabkan
dan proses perkembangan perilaku seks bebas pada subjek.
1. Berdasarkan indikator-indikator seks bebas
2. Berdasarkan faktor-faktor yang menyebabkan seks bebas pada subjek
B. Saran
Berdasarkan hasil dan analisis di atas, maka peneliti memberikan beberapa saran
yang berkaitan dengan perilaku seks bebas, faktor-faktor yang menyebabkan. Melalui
penelitian ini diharapkan bagi para remaja khususnya SMU yang memiliki pasangan agar
mengetahui batas-batas dalam hubungannya menjalani afeksi. Kepada keluarga
khususnya orangtua diharapkan dapat memberikan perhatian yang lebih, sekalipun
mereka sibuk bekerja dikantor, selain itu para orang diharapkan dapat memberikan
pendidikan seks sejak dini mengenai dampak-dampak dari perilaku seks bebas dan
akibatnya dari perilaku seks bebas agar para anak-anak mereka membatasi bagaimana
berhubungan dengan pasangannya afeksinya pacaran
Dalam pihak sekolah diharapkan dapat memberikan pendidikan seks sejak kepada
para siswanya agar para siswa dapat mengetahui batasan-batasan dari hubungannya
dengan pasangan, dan tidak mudah terpengaruh oleh pergaulan saat ini yang semakin
berkembang khususnya perilaku seks bebas.
13
Download