BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.1.1 Hubungan Concert Hall dengan Musik Gamelan
Concert Hall atau Gedung Konser merupakan sebuah bangunan yang khusus
diperuntukkan bagi penyelenggaraan dan pagelaran konser musik. Gedung Konser
merupakan hasil inovasi arsitektur dari budaya Barat yang secara teknis memang ditujukan
untuk menunjang budaya seni musik. Pada umumnya, gedung konser dibangun dalam
jangka waktu yang lama dan bersifat monumental sehingga dapat menunjang
pengembangan dan kemajuan budaya terutama seni musik. Gedung konser perlu
mempunyai karakteristik sebagai bangunan monumental yang secara umum menjadi
lambang perjalanan sejarah budaya dan karakteristik masyarakat di daerahnya. Bahkan,
gedung konser juga dapat menjadi “landmark” dari suatu daerah. Oleh karena itu, gedung
konser memiliki kompleksitas dan ketelitian kondisi akustik di dalamnya. Secara objektif
dapat dipahami bahwa hasil kondisi suara pada gedung konser memiliki karakteristik yang
unik dan khas sehingga penonton tidak akan pernah mendengar suara yang ‘sama’ di
tempat dan waktu lainnya di dunia. Disinilah keterpaduan antara berbagai bidang ilmu,
teknologi, dan seni yang sebenar-benarnya mesti dilaksanakan sehingga dapat
menghasilkan berbagai dampak yang positif bagi masyarakat.
Indonesia memiliki kekayaan budaya yang beragam, diantaranya dengan adanya bahasa
daerah yang berbeda-beda, salah satunya dicirikan dengan adanya berbagai jenis seni
musik tradisional yang memiliki keunikan sendiri. Karakter musik tradisional sudah cukup
dikenal di mancanegara, bahkan saat inipun sudah banyak grup-grup musik tradisional
yang berasal dari luar negeri. Misalnya musik gamelan Bali, musik Gamelan Jawa,
Gamelan Dengung/Sunda, angklung, dan sebagainya. Namun sampai saat ini, belum ada
satupun musik tradisional Indonesia yang memiliki kualitas seni musik adi luhung yang
memiliki ‘tempat’ berupa Gedung Konser di daerahnya masing-masing.
Dulu musik Barat merupakan tonggak berkembang musik di dunia, namun sekarang
mereka mulai beralih ke kebudayaan timur termasuk Indonesia. Oleh karena itu gamelan
1
sangat berpotensi menuju ke industri kreatif agar dapat bersaing dengan musik barat.
Globalisasi bukanlah sebuah ancaman, namun ini adalah sebuah peluang besar bagi
perkembangan musik gamelan yang sekarang telah banyak dilirik dunia barat. Musik
gamelan memiliki keunikan tersendiri yaitu dapat menghilangkan dari sifat brutal karena
musiknya yang menentramkan, menambah kreativitas, memupuk prinsip-prinsip
kerjasama dan gamelan saat ini telah menjadi multifungsi. Tradisi menjadi penting untuk
mencari identitas diri, untuk itu tidak mengherankan kalau para musikus barat dalam
mencari jati dirinya banyak yang berpaling ke budaya timur.
Oleh karena itu, concert hall merupakan sarana yang cocok untuk pengembangan musik
dan budaya khususnya masyarakat Indonesia karena selain digunakan sebagai tempat
untuk penyaluran maupuan apresiasi musik, gedung konser merupakan sebuah landmark
sebuah kota sehingga dapat menarik minta wisatawan asing maupun mancanegara untuk
menikmati karya seni budaya bangsa.
1.1.2 Musik Gamelan Kontemporer di Yogyakarta
Yogyakarta merupakan salah satu kota yang memiliki gamelan sebagai warisan leluhurnya.
Keberadaan gamelan saat ini dianggap seperti “ada dan tiada” karena mulai tergeser
dengan musik-musik luar yang lebih diminati anak muda. Tidak dapat dipungkiri
keberadaan gamelan mulai luntur dimakan oleh jaman, jumlah peminat musik gamelan di
kalangan anak muda khusunya di Yogyakarta adalah fifty-fifty.1
Gambar 1.1 : Diagram tentang Penikmat Musik Gamelan di Yogyakarta
Sumber : Survei (2014)
1
Data berdasarkan hasil survey penulis terhadap 50 pelajar dan mahasiswa kota Yogyakarta per 12 – 14
Desember 2014.
2
Yogyakarta merupakan salah satu kota pencetus berkembangnya musik etnik di kancah
internasional. Perkembangan musik etnik di Indonesia telah mampu diuji oleh waktu.
Berkembangnya musik etnik didukung oleh faktor kekhasan, kelebihan, kekuatan, dan
bahkan keagungan yang dimilikinya, selain itu juga dukungan dari masyarakat. Akan
tetapi, ketika nilai-nilai modernitas beserta produk budayanya (budaya massa/pop)
menggelombang, dan bahkan mampu mendominasi budaya masyarakat, musik etnik di
Indonesia pun tergeser ke wilayah pinggiran. Artinya, wilayah habitat musik etnik di
Indonesia makin mengecil, begitu pula dengan jumlah pendukungnya. Berkat keliatan
sikap budaya pendukungnya, musik etnik sampai kini tetap bertahan, meskipun menempati
posisi pinggiran.
Melihat kenyataan itu, mereka merasa perlu menciptakan revitalisasi musik etnik. Untuk
itu, dibutuhkan terobosan budaya, terobosan kreatif dalam mengolah musik etnik, sehingga
hasil olahan itu memiliki relevansi dan memenuhi tuntutan perkembangan masyarakat
modern. Upaya revitalisasi itu antara lain melalui pendekatan dan penafsiran yang berbeda
(baru) dari yang selama ini ada. Itu artinya, mengolah musik etnik dengan sentuhan atau
nafas modern, tanpa harus kehilangan spirit dasarnya/spirit tradisi. Dalam prakteknya,
pola-pola irama tradisi dikembangkan semaksimal mungkin, sehingga diharapkan lahir
“musik etnik alternatif”. Dasar keyakinan kerja kreatif itu ialah bahwa musik etnik di
Indonesia, baik instrumen, melodi, maupun iramanya, senantiasa terbuka terhadap
kemungkinan baru. Termasuk didalamnya upaya mendialogkan khasanah musik etnik
dengan khasanah musik Barat, maupun mendialogkan antar musik etnik itu sendiri yang
berasal dari daerah yang berbeda, misalnya musik etnik Bali dengan Jawa atau Sunda atau
Minang. Dari berbagai rajutan dialog musikal itu diharapkan mampu melahirkan apa yang
disebut “harmoni keindonesiaan”, tanpa melenyapkan karakter masing-masing musik
etnik. Dimata masyarakat Yogyakarta, musik gamelan kontemporer sudah tidaklah asing
bagi mereka. Tidak sedikit pula masyarakat yang mengetahui keberadaan gamelan
kontemporer. Dari 50 responden, 66% mengetahui tentang keberadaan musik gamelan
kontemporer. 2
2
Data berdasarkan hasil survey penulis terhadap 50 pelajar dan mahasiswa kota Yogyakarta per 12 – 14
Desember 2014.
3
Gambar 1.2 : Diagram tentang Seberapa eksis Musik Gamelan
Kontemporer di mata Masyarakat Yogyakarta
Sumber : Survei (2014)
Meskipun mereka mengetahui keberadaan musik gamelan kontemporer, keberadaan
komunitas / band / sanggar masih belum diketahui secara umum. Sebagian besar, 42% dari
responden masih ragu-ragu tentang keberadaan komunitas gamelan kontemporer.3
Gambar 1.3 : Diagram tentang Seberapa eksis komunitas Musik
Gamelan Kontemporer di mata Masyarakat Yogyakarta
Sumber : Survei (2014)
Beberapa komunitas / band / sanggar gamelan kontemporer yang tidak asing di masyarakat
umum antara lain :
3
Data berdasarkan hasil survey penulis terhadap 50 pelajar dan mahasiswa kota Yogyakarta per 12 – 14
Desember 2014.
4
Gambar 1.4 : Diagram tentang komunitas Musik Gamelan
Kontemporer yang dikenal masyarakat Yogyakarta
Sumber : Survei (2014)
Pada tabel di atas Jogja Hip Hop Foundation yang paling dikenal oleh masyarakat luas.
JFH ini mulai terkenal dengan single lagunya “Jogja Istimewa” dikalangan anak muda,
sehingga sudah tidak heran lagi kalau JHF diakui oleh masyarakat Yogyakarta.
Selain yang tertulis di atas terdapat komunitas gamelan kontemporer lain yang dikenal
masyarakat, antara lain : Gamelan Kiaikanjeng, Kuno Kini, Fombi, Karinding Attack,
Rully Parulian, Krakatau, Sangkala FBS UNY, dan Stupa.4
Ini membuktikan bahwa musik gamelan kontemporer sudah berkembang cukup baik
dengan tercipta banyaknya komunitas-komunitas gamelan kontemporer yang tersebar di
wilayah Yogyakarta. Event musik yang melibatkan gamelan kontemporer di Yogyakarta
juga tidaklah sedikit, diantaranya :
Tabel 1.1 Event Musik Gamelan Kontemporer di Yogyakarta
Yogyakarta Gamelan
Taman Budaya Yogayakarta
2007-2014
Bentara Budaya Yogyakarta
2002-2014
Festival
Jazz Mben Senen
4
Data berdasarkan hasil survey penulis terhadap 50 pelajar dan mahasiswa kota Yogyakarta per 12 – 14
Desember 2014.
5
Ngayogjazz 2007
Padepokan Seni Bagong
2007
Kussudiarjo di Desa Kembaran,
Kasihan Bantul
Ngayogjazz 2008
Desa Wisata Tembi, Bantul
2008
Ngayogjazz 2009
Pasar Seni Gabusan, Bantul
2009
Ngayogjazz 2010
Pelataran Djoko Pekik, Desa
2010
Sembungan, Kasihan, Bantul,
Ngayogjazz 2011
Kotagede
2011
Ngayogjazz 2012
Desa Wisata Brayut,
2012
Pandowoharjo, Sleman
Ngayogjazz 2013
Desa Wisata Sidoakur, Sleman
2013
Ngajogjazz 2014
Desa Wisata Brayut,
2014
Pandowoharjo, Sleman
Yogyakarta
Concert Hall Lembaga
Contemporary Musik
Indonesia Prancis (LIP) dan
Festival (YCMF)
Gedung Pasca Sarjana ISI
Jazz 7 Langit
Concert Hall Taman Budaya
2004-2014
2013
Yogyakakarta
Forum Musik Tembi
Tembi Rumah Budaya
2010 2014
Pentas Opera Gamelan
Concert Hall Taman Budaya
2013
Stage Tari Fakultas Bahasa dan
2012
Drama
Konser Stupa UNY
Seni Universitas Negeri
Yogyakarta
Konser Etnomusikologi
Teater Arena Fakultas Seni
ISI
Pertunjukan (FSP) ISI
2012
Yogyakarta
Sumber : Analisis data yang diolah dari berbagai sumber5
5
Sumber : https://gayam16.wordpress.com/ygf/last-ygf/; http://www.ngayogjazz.com/;
http://marinavesic.com/event/yogyakarta-contemporary-music-festival-2014/ ;
http://www.wartajazz.com/news/2013/09/06/konser-jazz-7-langit-kolaborasi-kiai-kanjeng-dengan-beben-jazzfriends, http://tembi.net/selft/20120516.htm; http://www.acara-acara.com/events/2424;
http://fbs.uny.ac.id/berita/stupa-menggelar-konser-anniversary.html; http://jogjanews.com/konser-penciptaan-imendadak-pentas-mahasiswa-jurusan-etnomusikologi-fsp-isi-yogyakarta diakses pada Minggu, 2 November 2014.
6
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa event musik yang mengusung unsur etnik
kontemporer marak diselenggarakan di Yogyakarta. Keberhasilan ini menunjukkan
keberhasilan yang cukup baik dalam mengangkat kembali budaya dan seni etnik oleh
musisi-musisi kontemporer di kota Yogayakarta. Walaupun event tersebut tidak sedikit
namun masih banyak juga masyarakat yang belum pernah mengunjungi event-event musik
tersebut. Hal ini mungkin dikarenakan lokasi yang kurang terjangkau oleh masyarakat kota
karena biasanya event tersebut diselenggarakan di pinggir kota atau bahkan di desa-desa
sehingga kurang ter-publish oleh publik.6
Gambar 1.5 : Diagram tentang Seberapa Banyak yang Pernah
Mengunjugi Event Musik Gamelan Kontemporer
Sumber : Survei (2014)
1.1.3 Yogyakarta Membutuhkan Gedung Konser Gamelan Kontemporer
1.1.3.1 Yogyakarta Membutuhkan Concert Hall Baru
Gedung Konser Taman Budaya Yogyakarta sering dijadikan sebagai tempat pengadaan
konser musik baik dari dalam dan luar Yogyakarta, maupun mancanegara. Tidak sedikit
pula musisi maupun penikmat musik yang berkomentar tentang perlunya pengadaan
Concert Hall baru yang baik secara akustik untuk menunjang kegiatan konser musik.
6
Data berdasarkan hasil survey penulis terhadap 50 pelajar dan mahasiswa kota Yogyakarta per 12 – 14
Desember 2014.
7
Menurut Ponco Kusumo Bawono Tunggal7, Concert Hall dengan mempertimbangkan
akustik yang baik dan berada di pusat kota maka akan menjadikan gedung konser sebagai
rumah bagi orkestra profesional milik Yogyakarta sendiri. Dengan adanya orkestra
profesional Yogyakarta maka akan memberi peluang bagi komposer-komposer Indonesia
untuk menyajikan karya ciptanya.
Dengan menyajikan karya seni tersebut, maka secara tidak langsung akan membuat
masyarakat menjadi terbuka oleh adanya seni musik orkestra. Penyajian karya muasik yang
dilakukan secara kontinyu akan memberikan edukasi pada masyarakat bahwa musik
membutuhkan perhatian, pemikiran, dan penghayatan hingga pengkajian melalui disiplin
ilmu lain. Selain itu dengan munculnya karya-karya komposer, maka tentu saja akan
membuat musik Indonesia semakin kaya daik dalam segi musik maupun oleh pengamat
musik dan kritikus musik. Sehingga hal tersebut dapat menjadikan Yogyakarta
bertartisipasi bagi perkembangan musik di Indonesia. Adanya gedung konser tersebut akan
menambah jumlah pilihan pariwisata di Yogyakarta baik wisatawan lokal maupun
mancanegara. Sehingga pemerintah kota Yogyakarta perlu untuk mengkaji lebih jauh
tentang perlunya pengadaan concert hall baru di Yogyakarta.
Selain itu perlunya gedung konser di Yogyakarta mendapat perhatian dari Ibu Laretna. T
Adishakti8. Disini beliau masih menyayangkan akan kekayaan budaya di Yogyakarta
namun belum adanya pengelolaan yang belum cukup baik untuk menampung aspirasi
masyarakat Yogyakarta.
”Saya beruntung lahir di Yogya, Kawah Candradimuka bagi banyak pekerja seni. Begitu banyak anak
Yogya yang bekerja untuk dunia. Sayang, pengelolaan kotanya belum mampu menampung aspirasi
mereka. Kita belum memiliki museum atau concert hall yang level dunia.”
7
Ponco Kusumo Bawono Tunggal adalah Mahasiswa aktif ISI Fakultas Seni Pertunjukan, Jurusan Musik, Musikologi.
Sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2014/11/26/perlukah-yogyakarta-memiliki-concert-hall-baru--693656.html
diakses 25 Oktober 2014
8
Laretna. T Adhishakti adalah salah satu dosen Arsitektur UGM yang sekarang menjadi sebagai Ketua Yogyakarta
Heritage dan aktif dalam memperjuangkan Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia di World Crafts Council. Sumber :
http://rumahpengetahuan.web.id/laretna-t-adishakti-cinta-untuk-pusaka-yogyakarta diakses 25 Oktober 2014
8
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan dengan adanya gedung konser yang
baik dimana baik secara akustik maupun fungsi maka terbentuklah orkestra yang baik pula
dimana semakin tingginya minat musisi profesional untuk mengembangkan musiknya dan
juga semakin tingginya minat masyarakat untuk menggemari musik. Sehingga akan
berdampak pada meningkatnya pariwisata khususnya di Yogyakarta karena akan semakin
banyaknya wisatawan lokal maupun mancanegara yang tidak segan berkunjung untuk
menikmati musik yang khas di Yogyakarta.
1.1.3.2 Yogyakarta Membutuhkan Gedung Konser Gamelan Kontemporer
Masyarakat sebagian besar menanggapi positif akan keberadaan gamelan kontemporer di
Yogyakarta. Tidak sedikit pula yang menyetujui adanya gedung konser gamelan
kontemporer di Yogyakarta. Dari 50 responden, 92% mengatakan bahwa Yogyakarta perlu
dibuat Gedung Konser.9
Gambar 1.6 : Diagram tentang Perlunya Gedung Konser Gamelan
Kontemporer di mata masyarakat Yogyakarta
Sumber : Survei (2014)
9
Data berdasarkan hasil survey penulis terhadap 50 pelajar dan mahasiswa kota Yogyakarta per 12 – 14
Desember 2014.
9
1.2
Permasalahan
1.2.1 Permasalahan Umum

Bagaimana memperkenalkan musik gamelan kontemporer sebagai bagian dari
budaya yang berkembang di Yogyakarta.

Bagaimana merubah paradigma masyarakat terutama di Kota Yogyakarta
tentang musik gamelan sebagai musik yang kuno dan membosankan.

Bagaimana
memotivasi
kalangan
muda
untuk
ikut
andil
dalam
mengembangkan musik gamelan kontemporer.

Bagaimana mewujudkan wadah/sarana pertunjukan yang layak agar menarik
peminat maupun musisi musik gamelan kontemporer.
1.2.2 Permasalahan Khusus

Bagaimana menentukan konsep yang diangkat sesuai dengan hasil analisis.

Bagaimana metafora yang dilakukan agar kontekstual dengan budaya kota
Yogyakarta.

Bagaimana menentukan tipologi yang paling sesuai dengan konsep.

Bagaimana menentukan ruang-ruang yang dibutuhkan sebagai fasilitas musik
serta hubungan antar ruang.

Bagaimana menentukan desain bangunan sesuai dengan metafora gamelan
kontemporer.

Bagaimana menyesuaikan konfigurasi ruang dengan dasar perancangan dan
akustika.

Bagaimana memilih spesifikasi material yang sesuai dengan karakter musik
gamelan kontemporer masing-masing ruang.
1.3
Tujuan dan Sasaran Penulisan
1.3.1 Tujuan Penulisan
Merumuskan sebuah konsep perencanaan dan perancangan Gedung Konser Gamelan
Kontemporer dengan memperhatikan segala aspek keruangan dan korelasinya dengan
metafora terhadap musik masa kini yang dapat diapresiasi warga Yogyakarta bahkan
hingga internasional.
10
1.3.2 Sasaran Penulisan
Menciptakan desain bangunan Gedung Konser Gamelan Kontemporer dengan
mengaplikasikan arsitektur metafora sebagai acuan desain sebagai sarana pertunjukan
yang dapat dinikmati seluruh warga Yogyakarta, wisatawan lokal maupun mancanegara.
1.4
Lingkup Penulisan
Pembahasan akan terfokus pada perumusan konsep berdasarkan pada karakter khas dari
musik gamelan kontemporer, hal yang mempresentasikan citra gamelan kontemporer
sebagai bagian dari budaya Kota Yogyakarta, dan korelasinya dengan metafora.
1.5
Metode Penulisan
Penulisan Tugas Akhir ini melibatkan beberapa metode diantaranya :
1.5.1 Studi Pustaka
Metode ini digunakan untuk mempelajarai kajian teoritis serta normatif tentang halhal yang berhubungan dengan perancangan suatu ruang pertunjukan, terutama
musik. Juga dilakukan dengan mempelajari preseden gedung pertunjukan yang
telah ada, baik melalui media cetak maupun elektronik.
1.5.2 Pengamatan Lapangan
Mempelajari secara langsung kegiatan yang terjadi di lapangan dan bangunan yang
sudah ada sebagai studi komparisasi dari teori yang sudah ada. Selain itu,
menentukan lokasi site yang paling potensial untuk perancangan bangunan.
1.5.3 Wawancara
Melakukan tanya jawab kepada para pelajar, mahasiswa, dan musisi sebagai bagian
dari penelitian.
1.5.4 Analisis Data
Mengumpulkan data yang telah diperoleh dan merumuskan masalah-masalah yang
ada untuk kemudian diolah menjadi landasan konseptual.
1.5.5 Penarikan Kesimpulan
Menarik kesimpulan dari proses analisis yang dilakukan untuk kemudian
dirumuskan menjadi konsep perancangan.
11
1.6 Sistematika Pembahasan
Agar lebih tersusun secara sistematis, penyusunan laporan Pra-Tugas Akhir
diklasifikasikan sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
Memaparkan latar belakang masalah, permasalahan, tujuan, sasaran, lingkup penelitian,
metode penelitian, sistematika penulisan, alur penelitian, dan keaslian penulisan.
BAB II : Tinjauan Gedung Konser Gamelan Kontemporer
Merupakan pembahasan hasil observasi dan pustaka mengenai gamelan, gamelan
kontemporer, gedung konser gamelan kontemporer, kebutuhan ruang, organisasi ruang,
tinjauan akustik, dan beberapa studi kasus tentang gedung konser di Yogyakarta, kota-kota
besar di Indonesia, dan mancanegara.
BAB III : Tinjauan Lokasi
Memaparkan tentang lokasi yang paling tepat untuk didirikan gedung konser gamelan
kontemporer di Yogyakarta. Terdapat beberapa alternatif site hingga pemilihan site, dan
tinjauan tentang site terpilih.
BAB IV : Metafora Arsitektur
Pada bab ini akan dibahas tentang pendekatan yang digunakan penulis yaitu arsitektur
metafora, teori pendukung, jenis-jenisnya, prinsip, penerapan metafora pada bangunan, dan
studi kasus tentang bangunan yang menggunakan penerapan arsitektur metafora pada
bangunannya.
BAB V : Konsep Perancangan
Bab ini akan membahas tentang konsep perancangan gedung konser gamelan kontemporer
secara lebih mendetail, antara lain : konsep programatik, konsep arsitektur, konsep struktur,
dan konsep utilitas.
12
1.7 Keaslian Penulisan
Berikut beberapa tema Pra- Tugas Akhir yang serupa dengan topik yang diusung.
Kesamaan tema dengan Pra Tugas Akhir sebelumnya mayoritas dari fungsi sebagai gedung
musik, namun tidak fokus pada musik gamelan maupun kontemporer.
1
2
3
4
5
6
7
Pusat
Studi
Seni
Gamelan, Penekanan Pada
Aksesbilitas Bangunan dengan
Penerapan Desain Inklusif
Concert
Hall
Yogyakarta dengan Ruang Publik
sebagai
Wadah
Interaksi
Peminat Musik
Jogja Concert Hall
Penekanan Pada Arsitektur
Bangunan Modern
RRI Concert Hall di
Yogyakarta : (Redesain) Aplikasi
Building Landform
Concert
Hall
di
Yogyakarta dengan Pendekatan
Arsitektur High-Tech
Perancangan
Konservatori
Musik
Kontemporer di Yogyakarta
dengan Pendekatan Akustik dan
Musik
Perancangan
Base
Camp Solo Jazz Society dengan
Pendekatan Metafora
Puspania,
Fenny
2014
Penerapan
Desain Inklusif
Yogyakarta
Khaliddazia,
Yenni
2014
Ruang Publik
Yogyakarta
Kusuma,
Dymas Bagus
2010
Arsitektur
Modern
Yogyakarta
Yovianus, DP
2010
Building
Landform
Yogyakarta
Mayangkusu
ma, Ardini
2011
High-Tech
Yogyakarta
Maharani,
Rizka Tiara
2013
Akustik
Musik
Putro, Reza
Rinanto
2013
Metafora
dan
Yogyakarta
Solo
Sumber : (Penulis) 2014
13
1.8 Kerangka Berpikir
14
Download