klik disini untuk artikel

advertisement
BILA LETKOL ALI RIDLO, BICARA SOAL UU PERTAHANAN NEGARA DAN UU
TNI
Jakarta, 24 November 2014 (Dispenal).--- Adalah Letkol Laut (KH) Ali Ridlo, S.H.,
M.M., seorang Pamen TNI AL jebolan Universitas Islam Sultan Agung, Semarang
(Unissula) dan Universitas Krisna Dwipayana (Unkris), Jakarta, yang begitu jeli
memperhatikan UU Pertahanan Negara dan UU TNI. Karenanya, pria kelahiran
Demak, Jawa Tengah, yang saat ini menjabat sebagai Kepala Bagian Sekretariat
(Kabagset) Kasal, hari ini, Senin (24/11/2014), di Jakarta, menggoreskan penanya
berjudul “Apa Perlu UU Pertahanan Negara dan UU TNI Direvisi? Sebagai Dasar
Tindak Pidana Pembajakan di Luar Perairan Yurisdiksi Nasional”.
Berikut ini isi tulisan selengkapnya. Berbicara tentang Yuridis tidak terlepas dari
hukum maupun peraturan yang berlaku baik secara Nasional maupun Internasional.
Konvensi PBB tahun 1982 tentang Hukum Laut Internasional (United Nations
Convention on the Law of the Sea/UNCLOS 1982) telah diratifikasi oleh Indonesia
dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 1985 secara yuridis formal memberikan
kewenangan penegakan hukum bagi kapal perang terhadap berbagai bentuk tindak
pidana yang dilakukan di dan atau lewat laut, terutama kejahatan seperti
pembajakan yang terjadi di laut lepas atau masuk wilayah negara lain. Penegakan
hukum dilaut dimaksudkan adalah penegakan hukum di laut sesuai dengan
kewenangan TNI TNI AL ( Constabulary Function). Mengacu kasus pembajakan MV.
Sinar Kudus yang dilakukan oleh pembajak Somalia, TNI telah melaksanakan
Operasi Militer Selain Perang dalam rangka penegakan hukum yang dipayungi
Hukum Internasional yaitu UNCLOS 1982, pasal 100 yang intinya, “Kewajiban untuk
kerjasama dalam penindasan pembajakan di laut”, dimana semua negara harus
bekerjasama sepenuhnya dalam penindasan pembajakan di laut lepas atau tempat
lain di luar perairan Yurisdiksi suatu negara. Dalam melaksanakan penegakan
hukum terhadap Tindak Pidana Pembajakan di luar perairan Yurisdiksi Nasional
,tidak hanya berdasar pada UNCLOS 82 tetapi perlu juga dipayungi oleh beberapa
Peraturan Per Undang – Undangan Nasional. Indonesia telah mempunyai Undang –
Undang Pertahanan Negara dan Undang – Undang TNI yang dalam pasal –
pasalnya belum mengatur secara detail mengenai wilayah atau tempat di luar
perairan Yurisdiksi Nasional dalam melaksanakan Operasi Militer Selain Perang
termasuk mekanisme komando antara Panglima TNI, Presiden dan DPR dalam
mengatasi Pembajakan di luar Perairan Yurisdiksi Nasional. Dari uraian diatas
muncul pertanyaan, apakah Undang-Undang Pertahanan Negara dan UndangUndang TNI kita sudah optimal sebagai dasar dalam penegakan hukum terhadap
Tindak Pidana Pembajakan di laut lepas atau diluar perairan yurisdiksi nasional?
TNI AL merupakan bagian dari TNI selain mengemban tugas selaku penegak hukum
dan penjaga keamanan di laut, juga mengemban tugas selaku penegak kedaulatan
negara di laut serta melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia dari
ancaman dan gangguan. Implementasinya antara lain dalam pengamanan
pelayaran kapal-kapal berbendera Indonesia yang sedang berlayar di luar perairan
Yurisdiksi Nasional Indonesia dari tindakan pembajakan dan perompakan.
Dihadapkan dengan tugas dan dinamika ancaman yang bersifat faktual maupun
potensial, telah memunculkan momentum untuk melihat kembali pemahaman
terhadap Keamanan Nasional. TNI berperan sebagai alat negara di bidang
pertahanan, fungsi TNI sebagai penangkal terhadap segala bentuk ancaman militer
dan ancaman bersenjata sedangkan tugas pokok TNI adalah menegakkan
kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI serta melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia. Dalam melaksanakan tugas
pokok tersebut, TNI perlu di payungi perundang-undangan dalam pengiriman
pasukan untuk penegakan hukum terhadap tindak pidana Pembajakan di luar
perairan Yurisdiksi Nasional dalam rangka melindungi Kepentingan Nasional.
Kondisi saat ini, Undang-undang Pertahanan dan Undang-undang TNI, belum
mengatur secara detail yang diwujudkan dalam pasal-pasal tentang mengatasi
ancaman bersenjata dan membantu pemerintah dalam menangani pembajakan di
luar perairan Yurisdiksi Nasional. Undang – Undang diatas belum menyebutkan
tentang mekanisme keputusan politik dan adanya dukungan politik dari DPR tentang
pengiriman pasukan di luar perairan Yurisdiksi Nasional dalam penegakan hukum
terhadap pembajakan dalam rangka melindungi Kepentingan Nasional.
Ketentuan Pengiriman Pasukan TNI di Luar Perairan Yurisdiksi Nasional pada
Undang-Undang Pertahanan dan Undang-Undang TNI.
a.
Undang-undang Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Undangundang Pertahanan Negara adalah seperangkat aturan yang mengatur tentang
pertahanan negara dan sistem pertahanan negara. Di dalam sistem pertahanan
negara merupakan suatu sistem yang bersifat semesta dan melibatkan seluruh
wilayah serta sumber daya nasional yang dipersiapkan secara total, terpadu,
berkesinambungan untuk menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan
keutuhan wilayah NKRI dan melindungi keselamatan segenap bangsa dari setiap
ancaman. TNI merupakan komponen utama sebagai alat negara di bidang
pertahanan, dimana dalam menjalankan tugasnya berdasarkan kebijakan dan
keputusan politik negara. Mengacu kejadian pembajakan terhadap MV. Sinar Kudus
di Teluk Aden Somalia, dimana pemerintah RI berkeputusan untuk mengatasi
pembajakan tersebut, kemudian atas perintah Presiden, Panglima TNI membentuk
Satuan Tugas (Duta Samudera dan Merah Putih). Dalam konteks yuridis di dalam
Undang-undang Pertahanan belum dijelaskan secara rinci di dalam pasal-pasal
tentang pengiriman pasukan di luar perairan Yurisdiksi Nasional dalam penegakan
hukum, tetapi di dalam pasal-pasal Undang-undang Pertahanan Negara hanya
menjelaskan secara umum. Adapun pasal-pasal di dalam Undang-undang
pertahanan yang terkait dalam pengiriman pasukan di luar perairan Yurisdiksi
Nasional adalah sebagai berikut :
1)
Pasal 10 : pada angka (3) huruf c yaitu Tentara Nasional Indonesia
bertugas melaksanakan kebijakan pertahanan negara untuk : melaksanakan
Operasi Militer Selain Perang. Operasi ini berdasarkan Undang-undang TNI untuk
mengatasi pemberontakan bersenjata dan membantu pemerintah dalam
pengamanan pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan, perompakan dan
penyelundupan. Tugas TNI dalam melaksanakan penegakan hukum di luar perairan
Yurisdiksi Nasional, belum di jelaskan secara rinci di dalam Undang-undang
Pertahanan negara tentang dimana tempat atau wilayah yang akan dilaksanakan
operasi TNI, sehingga menimbulkan penafsiran bahwa TNI dalam melaksanakan
tugas Operasi Militer Selain Perang hanya berada di perairan Yurisdiksi Nasional.
Mengacu kepada Hukum Internasional yaitu UNCLOS 1982 pasal 100, bahwa
negara Indonesia dapat bekerjasama dengan negara lain untuk menindak
pembajakan serta mengatur kekebalan kapal perang di laut lepas yaitu memiliki
kekebalan penuh terhadap Yurisdiksi negara manapun selain Negara bendera. Hal
ini menjelaskan bahwa kapal perang dapat bergerak ke laut lepas berdasarkan
UNCLOS 1982 tetapi dalam Undang-undang Pertahanan Negara, hal ini belum di
atur secara detail.
2)
Pasal 14 ayat (2) menyebutkan bahwa dalam hal pengerahan kekuatan
Tentara Nasional Indonesia untuk menghadapi ancaman bersenjata, kewenangan
Presiden, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus mendapat persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat. Dalam pasal ini di sebutkan bahwa pengerahan pasukan
TNI menghadapi ancaman bersenjata adalah kewenangan Presiden sebagai
Panglima tertinggi, namun pada pasal ini belum dijelaskan tentang tempat terjadinya
ancaman bersenjata dan bagaimana mekanismenya hubungan antara Panglima
TNI, Presiden dan DPR dalam pengerahan pasukan untuk mendapat dukungan
politik dari DPR. Ketika ada ancaman bersenjata di luar perairan Yurisdiksi Nasional,
misalnya kasus pembebasan MV. Sinar Kudus di Somalia, ketika Presiden
memerintahkan Panglima TNI untuk melaksanakan Operasi pembebasan, tentunya
pergerakan TNI dalam melaksanakan tugas perlu dipayungi peraturan Perundangundangan. Bahwa pengerahan pasukan, di dalam Undang-undang Pertahanan
belum disebutkan bagaimana mekanisme Panglima TNI mendapat perintah dari
Presiden, bagaimana mekanisme dukungan anggaran dan bagaimana Presiden
mendapat persetujuan dan atau tidak mendapat persetujuan dari DPR kemudian
disampaikan lagi kepada Panglima TNI. Mekanisme ini sangat mempengaruhi
proses perencanaan TNI dalam pengerahan pasukan TNI di luar perairan Yurisdiksi
Nasional, karena menyangkut beberapa faktor diantaranya tempat jauh, kondisi alut
sista dan personel, termasuk kepentingan negara
dalam melindungi warga
negaranya.
b.
Undang-Undang Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI.
Bahwa Tentara Nasional Indonesia dibangun dan dikembangkan secara profesional
sesuai kepentingan politik negara, yang mengacu pada nilai dan prinsip demokrasi,
supremasi sipil, hak asasi manusia, ketentuan hukum Nasional dan ketentuan
hukum Internasional yang sudah diratifikasi, dengan dukungan anggaran belanja
negara yang dikelola secara transparan dan akuntabel.[4]
Dengan mengacu
pembajakan MV. Sinar Kudus, TNI AL dalam melaksanakan tugas dengan mengirim
pasukan di luar perairan Yurisdiksi Nasional yaitu Somalia yang berdampak pada
dukungan anggaran negara dan dukungan politik. Dalam hal ini pelaksanaan tugas
TNI/TNI AL harus selalu dipayungi dan berdasarkan peraturan perundangundangan. Bahwa penegakan hukum di luar perairan Yurisdiksi Nasional adalah
medianya laut, tentunya peran TNI AL yang merupakan bagian dari TNI merupakan
komponen yang dominan tanpa mengesampingkan matra lain, yaitu matra darat dan
matra udara. Dalam melihat perkembangan lingkungan strategis dan menghadapi
ancaman pemberontakan bersenjata serta untuk melindungi segenap bangsa
Indonesia maka TNI telah mengerahkan pasukan dalam rangka penegakan hukum
di luar perairan Yurisdiksi Nasional. Kegiatan operasi ini secara yuridis dilindungi
oleh Undang-undang TNI, namun Undang-undang ini, dalam pasal-pasalnya masih
menitikberatkan pada pelaksanaan tugas di dalam perairan Yurisdiksi Nasional
belum dijelaskan secara tegas bahwa TNI dalam melaksanakan penegakan hukum
dapat menjangkau sampai di luar perairan Yurisdiksi Nasional. Berbicara tentang
kepentingan Indonesia, perlu disadari bahwa kepentingan Indonesia tidak hanya
berada di dalam perairan Yurisdiksi Nasional, tetapi banyak tersebar di luar perairan
Yurisdiksi Nasional, contohnya kapal Indonesia yang berlayar setiap hari ke laut
lepas menuju negara lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketiadaan perangkat
hukum yang memadai, tentunya secara yuridis kurang mendukung pelaksanaan
tugas pokok TNI dan akan muncul kendala antara lain absennya dukungan politik.
Adapun pasal yang terkait dengan pengiriman pasukan TNI adalah sebagai berikut :
1)
Pasal 7 disebutkan bahwa :
a)
Ayat (1) : Tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara,
mempertahankan keutuhan wilayah negara kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, serta melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan
bangsa dan negara. Dalam ayat ini telah dijelaskan bahwa tugas pokok TNI
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman,
memberikan suatu payung hukum bagi TNI untuk melaksanakan tugas. Pada sisi
lain ancaman yang terjadi berdasarkan perkembangan lingkungan strategis dapat
terjadi di dalam dan di luar perairan Yurisdiksi Nasional, sedangkan dalam pasal di
atas belum di sebutkan dimana terjadinya tindak pidana.
b)
Ayat (2) : Tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan :
Operasi Militer Selain Perang (OMSP) yaitu untuk mengatasi
pemberontakan bersenjata dan membantu pemerintah dalam pengamanan
pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan, perompakan dan
penyelundupan. Dalam pasal ini, TNI dalam melaksanakan OMSP, belum
disebutkan dimana tempat terjadinya tindak pidana. Perkembangan ancaman yang
terjadi, tidak bisa diprediksi secara jelas kapan terjadinya tindak pidana dan kapan
waktunya seperti pembajakan MV. Sinar Kudus, yang terjadi di luar perairan
Yurisdiksi Nasional.
2)
Pasal 9 ayat b, Angkatan Laut bertugas : menegakkan hukum dan
menjaga keamanan di wilayah laut Yurisdiksi Nasional sesuai dengan ketentuan
hukum Nasional dan hukum Internasional yang telah di ratifikasi. Pada pasal ini,
telah dijelaskan bahwa Angkatan Laut bertugas menegakkan hukum di wilayah
Yurisdiksi Nasional, sedangkan perkembangan penegakan hukum, bahwa
pembajakan terhadap kapal dapat terjadi di luar perairan Yurisdiksi Nasional yang
mempunyai dampak Internasional. Tugas TNI AL berdasarkan hukum Internasional,
dalam hal ini UNCLOS 1982 memberikan kewenangan kepada TNI AL untuk
melaksanakan tugas tidak hanya di dalam perairan Yurisdiksi Nasional melainkan
sampai ke luar perairan Yurisdiksi Nasional. Dalam melaksanakan tugas ini, TNI AL
telah melaksanakan Operasi Militer Selain Perang berdasarkan eskalasi ancaman
yang terjadi. Perkembangan lingkungan strategis yang di pengaruhi Global,
Regional dan Nasional juga membawa dampak terhadap ancaman pemberontakan
bersenjata yang tempat terjadinya tindak pidana pembajakan tidak dapat di prediksi,
dapat terjadi di dalam perairan Yurisdiksi Nasional maupun di luar perairan
Yurisdiksi Nasional. Mengamati pasal di atas, TNI AL dalam menegakkan hukum di
wilayah laut Yurisdiksi Nasional, sementara ancaman pembajakan dapat terjadi di
luar perairan Yurisdiksi Nasional.
3)
Pasal 20 ayat (2) : Penggunaan kekuatan TNI dalam rangka melaksanakan
Operasi Militer Selain Perang, dilakukan untuk kepentingan pertahanan negara
dan/atau dalam rangka mendukung Kepentingan Nasional sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. TNI sebagai alat negara, sewaktu waktu dapat di perintahkan
untuk melaksanakan tugas dalam melindungi segenap bangsa Indonesia, yang telah
mendapat ancaman baik di dalam negeri maupun di luar negeri. TNI dalam
melindungi segenap bangsa Indonesia, dilaksanakan dimana saja, termasuk di luar
perairan Yurisdiksi Nasional. Dalam melaksanakan operasi ini, tentunya TNI perlu
dipayungi oleh Undang-undang. Sementara dalam pasal di atas, belum
menyebutkan operasi militer selain perang yang dilaksanakan di luar perairan
Yurisdiksi Nasional.
Dari uraian diatas, menurut pemikiran penulis perlu kiranya direvisi pasal pasal yang
ada dalam Undang-Undang Pertahanan dan Undang-undang TNI dalam melindungi
warga negara Indonesia dimanapun berada serta memberikan kewenangan
terhadap TNI/TNI AL dalam melaksanakan penegakan hukum di laut lepas atau di
luar perairan Yurisdiksi Nasional. Apakah stakeholders yang terkait akan melakukan
revisi ???????????
---0--Penulis Letkol Laut (KH) Ali Ridlo, S.H., M.M., adalah seorang Perwira Menengah
(Pamen) yang berdinas sebagai Kepala Bagian Sekretariat (Kabagset) Kasal,
Mabesal
Download