BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Sebelumnya Tabel 2.1 State Of The Art NO Judul Penelitian 1 Persepsi Khalayak Terhadap Tayangan Sinetron “Yusra dan Yumna” di RCTI (Studi Deskriptif Pada Warga di Tangerang Khususnya Desa Rempoa RW 03) Persepsi Khalayak Tentang Sinetron “Putri Yang Ditukar” di RCTI (Studi Deskriptif Terhadap Penonton Sinetron “Putri Yang Ditukar di Jakarta) Persepsi Santri Pondok Pesantren Ya Nabiul Ulum Surabaya Terhadap Sinetron Pesantren & Rock & Roll Season 3 di SCTV 2 3 Lembaga/Na ma peneliti Utamy Mauludiyah – Binus University Teori Metodologi Teori S-O-R dan Teori Uses and Gratification Kuantitatif deskriptif Sari Natalia – Binus University Teori S-O-R Kuantitatif deskriptif Kanina Kensasi C. – Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Teori Kultivasi Kualitatif 9 10 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Komunikasi Massa 2.2.2.1 Definisi Komunikasi Massa Definisi komunikasi massa menurut De Fleur yaitu, “Komunikasi massa adalah suatu proses dalam mana komunikatorkomunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan-pesan secara luas, dan secara terus menerus menciptakan makna-makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan berbeda-beda melalui berbagai cara”. Sedangkan definisi komunikasi massa menurut Gerbner, “Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industry” (Rakhmat, 2008 : 188) Komunikasi massa menurut Joseph A. Devito (dalam Nurudin, 2007) menyatakan, “pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan pada massa, pada khalayak yang sangat banyak. Ini tidak berarti khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini tidak berarti pula bahwa khalayak itu besar dan pada umunya agak sukar untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan melalui audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefiniskan menurut bentuknya (televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku dan pita). 2.2.2.2 Karakteristik Komunikasi Massa Karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut : (Ardianto, 2009 : 6) a. Komunikatornya Terlembaga Menurut Wright, komunikator dalam komunikasi massa bergerak dalam organisasi yang kompleks, yang terdiri dari banyak orang yang terlibat di dalamnya dari mulai wartawan, editor, pemimpin redaksi pemilik media, dll. Karena dalam organisasi yang kompleks maka memerlukan modal yang besar 11 untuk menunjang kinerjanya. Memerlukan pula peralatan yang lengkap. b. Pesan Bersifat Umum Komunikasi massa itu ditujukan kepada semua orang buka untuk sekelompok orang tertentu. Pesan dalam komunikasi massa tidak secara sengaja ditujukan untuk golongan tertentu, seperti televisi misalnya karena dinikmati banyak orang maka harus mampu mengakomodir kepentingan orang banyak juga, maka dalam pemilihan bahasa harus menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh orang banyak., bukan bahasa ilmiah misalnya yang hanya dimengerti oleh kelompok tertentu. c. Komunikannya Anonim dan Heterogen Dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Di samping anonym, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan factor: usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi. d. Media Massa Menimbulkan Keserempakan Dalam komunikasi massa waktu penyampainnya cepat dan mampu menjangkau khalayak luas tidak terbatas secara geografis dan kultural. Effendy (1981) mengartikan keserempakan media massa itu sebagai keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah. e. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan Salah satu prinsip komunikasi adalah bahwa komunikasi mempunyai dimensi isi dan dimensi hubungan (Mulyana, 2000:99). Dimensi isi menunjukkan muatan atau isi komunikasi, yaitu apa yang dikatakan, sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya, yang juga 12 mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu. f. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah Komunikator dan komunikannya tidak bertemu secara langsung seperti yang terjadi dalam komunikasi antarpersonal. Komunikator aktif dalam menyampaikan pesan, komunikas pun aktif dalam menerima pesan. Akibatnya respon tidak dapat diberikan secara langsung maka sifat komunikasi massa adalah satu arah. g. Stimulasi Alat Indera Terbatas Bila dalam komunikasi antarpersonal yang bersifat tatap muka, maka seluruh alat indera pelaku komunikasi, komunikator dan komunikan, dapat digunakan secara maksimal. Kedua belah pihak dapat melihat, mendengar secara langsung, bahkan mungkin merasa. Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indera tergantung pada media massa apa yang digunakan. Bila pada media massa surat kabar atau majalah hanya dengan menggunakan alat indera penglihatan, karena pembaca akan membaca dengan melihat. Melalui media massa radio hanya menggunakan alat indera pendengaran karena dala bentuk audio. Sedangkan pada media televisi dan film, kita menggunakan indera penglihatan dan pendengaran. h. Umpan Balik Tertunda (Delayed) dan Tidak Langsung (Indirect) Dalam proses komunikasi massa, umpan balik bersifat tidak langsung (indirect) dan tertunda (delayed). Artinya, komunikator komunikasi massa tidak dapat dengan segera mengethaui bagaimana reaksi khalayak terhadap pesan yang disampaikannya. Tanggapan khalayak bisa diterima melalui telepon, e-mail, atau surat pembaca. Proses penyampaian feedback lewat telepon, e-mail, atau surat pembaca itu menggambarkan feedback komunikasi massa bersifat indirect. Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk menggunakan telepon, 13 menulis surat pembaca, mengirim e-mail itu menunjukkan bahwa feedback komunikasi massa bersifat tertunda (delayed). 2.2.2.3 Fungsi-fungsi Komunikasi Massa Fungsi komunikasi massa menurut Dominick (2001) terdiri dari surveillance (pengawasan), interpretation (penafsiran), linkage (keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai) dan entertainment (hiburan) (Rakhmat, 1996). a. Surveillance (Pengawasan) Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama: (a). warning or beware surveillance (pengawasan peringatan); (b). instrumental surveillance (pengawasan instrumental). Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman seperti bencana alam, demonstrasi atau huru hara, dan lainnya. Fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. b. Interpretation (Penafsiran) Fungsi penafsiran hamper sama dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau ditayangkan. c. Linkage (Keterkaitan) Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. d. Transmission of Values (Penyebaran Nilai) Fungsi penyebaran nilai tidak kentara. Fungsi ini juga disebut sosialisasi. Sosialisasi mengacu kepada cara,dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. 14 e. Entertainment (Hiburan) Melalui berbagai macam program acara yang ditayangkan televisi, khalayak dapat memperoleh hiburan yang dikehendakinya. Melalui berbagai macam acara di radio siaran pun masyarakat dapat menikmati hiburan. Sementara surat kabar dapat melakukan hal tersebut dengan memuat cerpen, komik, teka teki silang (TTS), dan berita yang mengandung human interest (sentuhan manusiawi). 2.2.2.4 Komponen Komunikasi Massa Hiebert, Ungurait, dan Bohn, yang sering disingkat menjadi HUB (1974), mengemukakan komponen-komponen komunikasi massa meliputi: a. Komunikator Komunikator dalam media massa berbeda dengan komunikator dalam komunikasi antarpersonal. Pengiriman pesan dalam komunikasi massa bukan seirang induvidu melainkan suatu industry, gabungan dari berbagai pihak. b. Codes and Content Codes dan content dapat dibedakan sebagai berikut: codes adalah system symbol yang digunakan untuk menyampaikan pesan komunikasi, misalnya: kata-kata lisan, tulisan, foto, music dan film (moving pictures). Content atau isi media merujuk pada maksa dari sebuah lelucon yang dilontarkan seorang comedian. c. Gatekeeper Gatekeeper seringkali diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai penjaga gawang. Gawang yang dimaksud dalam hal ini adalah gawang dari sebuah media massa, agar media massa tersebut tidak “kebobolan”. Kebobolan dalam pengertian media massa tersebut tiak diajukan ke pengadilan oleh pembacanya karena menyampaikan berita yang tidak akurat, menyinggung reputasi sesorang, mencemarkan nama baik seseorang, dan lain-lain. 15 d. Regulator Dalam proses komunikasi massa, regulasi media massa adalah suatu proses yang rumit dan melibatkan banyak pihak. Peran regulator hamper sama dengan gatekeeper, namun regulator bekerja di luar institusi media yang menghasilkan berita. Regulator bisa menghentikan aliran berit adan menghapus informasi, tapi ia tidak dapat menambah atau memulai informasi, dan bentuknya lebih seperti sensor. e. Media Media massa terdiri dari: (1). Media cetak, yaitu surat kabar dan majalah; (2). Media elektronik, yaitu radio siaran, televisi, dan media online (internet). f. Audiens Marshall McLuhan menjabarkan audience sebagai sentral komunikasi massa yang secara konstan dibombardir oleh media. media mendistribusikan informasi yang merasuk pada masing-masing individu. Audience hamper tidak bisa menghindar dari media massa, sehingga beberapa individu menjadi anggot audiences yang besar, yang menerima ribuan pesan media massa. g. Filter Sebagaimana kita ketahui audiens media massa itu jumlahnya banyak, tersebar, dan heterogen (berbeda usia, jenis kelamin, agama, latar belakang sosial, tingkat penghasila, pekerjaan, dan lain-lain). Sudah tentu masingmasing audiens mempunyai lingkup pengalaman (field of experience) dan kerangka acuan (frame of reference) yang berbeda-beda, sehingga pemaknaan terhadap pesan pun berbeda, sehingga mereka harus merespons pesan secara berbeda pula. h. Feedback Dalam proses komunikasi massa, umpan balik bersifat tidak langsung (indirect) dan tertunda (delayed). Artinya, 16 komunikator komunikasi massa tidak dapat dengan segera mengethaui bagaimana reaksi khalayak terhadap pesan yang disampaikannya. Tanggapan khalayak bisa diterima melalui telepon, e-mail, atau surat pembaca. Proses penyampaian feedback lewat telepon, e-mail, atau surat pembaca itu menggambarkan indirect. feedback Sedangkan komunikasi waktu yang massa bersifat dibutuhkan untuk menggunakan telepon, menulis surat pembaca, mengirim email itu menunjukkan bahwa feedback komunikasi massa bersifat tertunda (delayed). 2.2.3 Media Massa 2.2.3.1 Definisi Media Massa Media massa merupakan media informasi yang terkait dengan masyarakat, digunakan untuk berhubungan dengan khalayak (masyarakat) secara umum, dikelola secara profesional dan bertujuan mencari keuntungan. Media massa yang kini digunakan masyarakat semakin beragam seperti media cetak dan media elektronik, serta sudah menjadi kebutuhan hidup oleh masyarakat secara luas mulai dari kota hingga pedesaaan. Melalui media massa, masyarakat minimal mendaoatkan beragam hiburan dan informasi terbaru tentang berbagai hal yang terjadi di berbagai belahan dunia (Mondry, 2008:12). Peran media massa dalam kehidupan sosial bukan sekedar sarana diversion, pelepas ketegangan atau hiburan, tetapi isi dan informasii yang diasjikan, mempunyai peran yang signifikan dalam proses sosial. Isi media massa merupakan konsumsi otak bagi khalayaknya, sehingga apa yang ada di media massa akan mempengaruhi realitas subjektif pelaku interaksi sosial (Afdjani, 2007). 17 2.2.3.2 Bentuk-bentuk Media Massa Seperti yang ditulis oleh Mondry dalam bukunya yang berjudul Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, Media massa pada masyarakat luas saat ini dapat dibedakan atas tiga kelompok, meliputi media cetak, media elektronik, dan media online. a. Media Cetak Media cetak merupakan media tertua yang ada di muka bumi. Media cetak berawal dari media yang disebut dengan Acta Diurna dan Acta Senatus di kerajaan Romawi, kemudian berkembang pesat setelah Johannes Guttenberg menemukan mesin cetak, hingga kini sudah beragam bentuknya, seperti surat kabar (koran), tabloid, dan majalah (Mondry, 2008:13). Media cetak adalah suatu media yang statis yang mengutamakan pesan-pesan visual dalam melaksanakan fungsinya sebagai media penyampaian informasi, maka media cetak terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna dan halaman putih, dengan fungsi utama adalah memberikan informasi atau menghibur (Lamintang, 2013:22). b. Media Elektronik Media elektronik muncul karena perkembangan teknologi modern yang berhasil memadukan konsep media cetak, berupa penulisan naskah dengan suara (radio), bahkan kemudian dengan gambar, melalui layar televisi. Sehingga kemudian, yang disebut dengan media massa elektronik adalah radio dan televisi (Mondry, 2008:13). Media elektronik (Lamintang, 2013:22) merupakan media komunikasi atau media massa yang menggunakan alat-alat elektronik (mekanis), media elektronik terdiri dari: 1. Radio Radio adalah media massa elektronik tertua dan paling luwes. Keunggulan radio siaran ini adalah berada di mana saja dan dapat didengarkan sambil melakukan aktivitas lain. Apabila surat kabar memperoleh julukan sebagai kekuatan ke empat, maka radio mendapat julukan kekuatan ke lima atau the fifth estate. Hal ini disebabkan 18 radio siaran juga dapat melakukan fungsi kontrol sosial seperti surat kabar, di samping empat fungsi lainnya yakni memberi informasi, menghibur, mendidik dan melakukan persuasi. 2. Televisi Televisi (TV) adalah media massa yang menggunakan alat-alat elektronis dengan memadukan audio dan visual. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, televisi adalah “Sistem penyiaran gambar yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat di dengar” (Lamintang, 2013:23). 3. Media Online Media online merupakan media yang menggunakan internet. Sepintas lalu orang akan menilai media online merupakan media elektronik, tetapi para pakar memisahkannya dalam kelompok tersendiri. Alasannya, media online menggunakan gabungan proses media cetak dengan menulis informasi yang disalurkan melalui sarana elektronik, tetapi juga berhubungan dengan komunikasi personal yang terkesan perorangan (Mondry, 2008:13). Dari berbagai bentuk-bentuk media massa yang sudah disebutkan, dalam penelitian ini yang diambil oleh peneliti adalah bentuk dari media elektronik, yaitu televisi. Televisi merupakan media massa yang cukup luas dalam menyampaikan berbagai informasi. 19 2.2.4 Televisi 2.2.4.1 Definisi Televisi Televisi berasal dari kata tele (bahasa Yunani) yang berarti “jarak” dan visi (bahasa Latin) yang berarti “citra atau gambar”. Jadi, kata televisi berarti suatu system penyajian gambar berikut suaranya dari suatu tempat yang berjarak jauh (Sutisno, 1993). Menurut Skormis, “televisi merupakan gabungan dari media dengaryang bisa bersifat politis, bisa pula informatif, hiburan dan pendidikanmaupun gabungan dari ketiga unsur yang telah disebutkan tadi.Penyampaian pesan juga seolah-olah langsung antara komunikator dengan komunikan. Informasi yang disampaikan mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual”. (Kuswandi, 1996:8). Dari semua media massa, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. Televisi dijelajahi, hiburan, berita dan iklan. Televisi sudah menjadi sumber informasi dan hiburan banyak orang. Mereka sengaja menyalakan televisi dan menyaksikan apa yang mereka ingin saksikan di layar kaca televisinya. Banyak juga program yang disajikan oleh banyak stasiun televisi yang ada di Indonesia, maupun stasiun televisi yang ada diluar negeri dengan menggunakan layanan televisi berbayar atau biasa disebut TV kabel. 2.2.4.2 Jenis Program Televisi Jenis program acara yang disiarkan oleh stasiun-stasiun televisi setiap harinya ada berbagai macam, tetapi program-program tersebut bisa digolongkan menjadi dua jenis, yaitu : (Morissan,2005:100-108) 2.2.4.2.1 Jurnalistik Program jurnalistik adalah program yang bertujuan untuk memberikan informasi, dan biasanya berbentuk news atau berita, tujuannya untuk memberi tambahan pengetahuan (informasi) kepada audiens. Ciri program jurnalistik adalah bersumber dari permasalahan yang sedang hangat, aktual, 20 disusun menurut kaidah jurnalistik, dan disiarkan dalam kesempatan pertama. Program jurnalistik juga dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: a. Hard news Yaitu segala informasi penting dan menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang segera untuk diketahui oleh khalayak. b. Soft news Yaitu segala informasi penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam (indepth) namun tidak harus segera ditayangkan. 2.2.4.2.2 Artistik Program artistik bisaanya disajikan dalam bentuk program hiburan. Musik, komedi, acara panggung, talkshow dan sejenisnya merupakan acara hiburan yang banyak diproduksi di lokasi studio televisi ataupun di panggung. Ciri program artistik adalah bersumber dari ide atau gagasan, mengutamakan keindahan, isi pesan bisa fiksi maupun nonfiksi, penyajian tidak terikat waktu, yang menjadi sasaran adalah kepuasan pemirsa, improvisasi tidak terbatas, mengutamakan bahasa bebas (dramatis), refleksi daya khayal kuat. Pada prinsipnya program hiburan tidak membebani penonton untuk berpikir. Produksi dibuat dengan dekorasi, tata artistik, tata lampu maupun properti meriah. Demikian pula dengan acara talkshow pengisi acara haruslah orang yang mampu berkomunikasi dengan kata-kata yang menghibur. Beberapa jenis program hiburan antara lain drama, yang merupakan pertunjukan yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa orang yang diperankan oleh pemain yang melibatkan konflik dan emosi. Misalnya sinetron dan film. Permainan atau game show, yaitu suatu bentuk program yang melibatkan sejumlah orang baik 21 secara individu ataupun kelompok yang saling bersaing memenangkan suatu bentuk permainan. Program permainan dibagi menjadi tiga jenis yaitu quiz show, ketangkasan, dan variety show. Musik yang dapat ditampilkan dalam dua format yaitu video klip atau konser. Dan pertunjukan berupa lawak, sulap, serta pertunjukan lainnya. Program sport atau olahraga juga termasuk dalam program hiburan, program ini terdiri dari beberapa format, yaitu laporan olahraga, pertandingan olahraga, maupun instruksional salah satu cabang olahraga. Baksin juga menambahkan acara keagamaan, reality show, ilmu pengetahuan dan teknologi, penerangan umum, serta iklan (komersial dan layanan masyarakat) termasuk dalam program hiburan. (Baksin, 2006:79-80). Program sinetron “Emak Ijah Pengen Ke Mekah” termasuk dalam jenis program televisi artistik. Karena program sinetron adalah program yang bersumber dari ide atau gagasan, yang mengutamakan keindahan dan juga menghibur. 2.2.4.3 Format Televisi Menurut Naratama (2006, h.63-66), Format Acara Televisi adalah sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep acara televisi yang akan menjadi landasan kreativitas dan desain produksi yang akan terbagi dalam berbagai kriteria utama yang disesuaikan dengan tujuan dan target pemirsa acara tersebut. Format Acara Televisi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Drama (fiksi) a. Others b. Tragedi c. Aksi d. Komedi e. Cinta f. Legenda g. Horor 22 2. Nondrama (nonfiksi) a. Music b. Magazine Show c. Talk Show d. Variety Show e. Re-packaging f. Game Show g. Kuis 3. Berita/News a. Features b. Sport c. News Fiksi (Drama) adalah sebuah format acara televise yang diproduksi dan dicipta melalui proses imajinasi kreatif dari kisahkisah fiksi yang direkayasa dan dikreasi ulang. Format yang digunakan merupakan interpretasi kisah kehidupan yang diwujudkan dalam suatu runtutan cerita dalam sejumlah adegan. Adegan-adegan tersebut akan menggabungkan antara realitas kenyataan hidup dengan imajinasi khayalan para kreatornya. Nonfiksi (Nondrama) adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi dan dicipta melalui proses pengolahan imajinasi kreatif dari realitas kehidupan sehari-hari tanpa harus menginterpretasikan ulang dan tanpa harus menjadi dunia khayalan. Nondrama bukanlah sebuah runtutan cerita fiksi dari setiap pelakunya. Untuk itu program acara nondrama merupakan sebuah runtutan pertunjukan kreatif yang mengutamakan unsure hiburan yang dipenuhi oleh aksi gaya dan musik. Berita adalah sebuah format acara televisi yang di produksi berdasarkan informasi dan fakta atau kejadian dan peristiwa seharihari. Format ini memerlukan nilai-nilai factual dan actual yang disajikan dengan ketepantan dan kecepatan waktu dimana dibutuhkan sifat liputan yang independen. 23 Format televisi yang digunakan oleh subjek penelitian, yaitu format televisi drama. Karena format program “Emak Ijah Pengen Ke Mekah” mengandung unsur komedi, cinta, dan religi yang disajikan dalam keselarasan isi cerita yang saling berkesinambungan. 2.2.5 Sinetron Program Sinetron di Televisi memiliki berbagai corak dan makin banyak cerita dibuat secara kemas menarik dan sungguh seperti hidup . Program sinetron bercerita – cerita seputar tema – tema cinta dan balas dendam, tema – tema relevan berhubungan masyrakat, dongeng- dongeng, sejarah dan lingkungan hidup. Pengembangan sinetron Indonesia terlaksana karena kerja keras dari penulis naskah dan produser yang membutuhkan seleksi untuk mengembangkan mutu cerita itu sendiri ( Wibowo, 2009 : 234235). 2.2.5.1 Tokoh dan Jenisnya Menurut Abrams dalam Nurgiantoro (2005:165) berpendapat bahwa tokoh cerita (character) dalam suatu karya naratif orang-orang atau yang ditampilkan drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekpresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Menurut Nurgiantoro (2005:176) tokoh-tokoh cerita dalam sebuah karya fiksi dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis, yaitu Tokoh utama dan tambahan; Tokoh protagonis dan tokoh antagonis; Tokoh sederhana dan tokoh bulat; Tokoh statis dan tokoh berkembang; dan Tokoh tipikal dan tokoh netral. Sedangkan yang akan peneliti angkat dalam penelitian ini, yaitu mengenai tokoh antagonis dan tokoh protagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi yang salah satu jenisnya secara populer disebut hero yaitu tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilainilai yang ideal yakni sesuatu yang sesuai dengan pandangan dan harapan pembaca. Tokoh antagonis yaitu tokoh yang menyebabkan 24 konflik beroposisi dengan tokoh protagonis, baik secara langsung maupun tidak langsung dan bersifat fisik maupun batin. 2.2.5.2 Isi Cerita Pada dasarnya sinetron merupakan bagian dalam seni drama. Dalam drama kisahnya terdiri atas sejumlah unit peristiwa yang saling berhubungan. Setiap unit peristiwa berisi serangkaian kisah/peristiwa yang dialami tokoh atau sekelompok tokoh. Unit peristiwa berkembang seiring dengan perkembangan plot. Sebuah tahapan plot dapat terdiri atas beberapa unit peristiwa, yaitu berikut tabel yang ada dibawah ini : Tabel 2.2 Dibagian ini mengawali cerita 1 Pengenalan cerita (intro) dengan perkenalan tokoh, penataan adegan, dan penceritaan tentang hubungan antartokoh 2 Awal perselisihan/konflik (complication) Pada bagian ini, penulis cerita mulai memunculkan bagianbagian timbulnya permasalahan Dibagian ini, penulis cerita 3 Menuju konflik (rising semakin meningkatkan conflict) permasalahan yang sedang dihadapi tokoh Bagian ini merupakan bagian puncak permasalahan yang sedang dihadapi. Di bagian ini 4 Konflik memuncak pula tokoh dihadapkan dalam (climax) penentuan penyelesaian masalah yang dialaminya. Kegagalan atau keberhasilan biasanya menentukan nasib si tokoh. 5 Penyelesaian (ending) Bagian ini biasanya menjelaskan 25 bagaimana nasib tokoh. Akan tetatpi terkadang penulis cerita membiarkan bagaimana pembaca yang menyimpulkan sendiri. Akhir cerita dibuat menggantung. 2.2.5.3 Waktu Penayangan Dalam 24 jam dalam sehari, televisi mempunyai pembagian waktu didalamnya. Dan tiap-tiap pembagian waktu terdapat segmentasi dari audiens. Penjelasan dalam tabel, sebagai berikut : Tabel 2.3 NO WAKTU NAMA AUDIENS penonton klas A-B, 02.00 WIB – 04.59 WIB DEMOGRAFI Early Morning laki-laki usia 40 tahun keatas/jumlah audien sedikit 05.00 WIB – 08.59 WIB penonton Klas A-B, Morning Time semua umur/jumlah audien banyak penonton klas 09.00 WIB – 11.59 WIB A,B,C,D,E, anak-anak, Day Time perempuan, semua umur/jumlah audien sedikit penonton klas C,D,E, 12.00 WIB – 15.59 WIB Noon Time anak-anak, perempuan, semua umur.jumlah audien sedikit penonton klas 16.00 WIB – 17.59 WIB A,B,C,D,E, anak-anak, Evening Time perempuan, semua umur/audien mulai besar 18.00 WIB – 18.59 Early Prime Time penonton klas 26 WIB A,B,C,D,E, semua audien/jumlahnya besar penonton kas 19.00 WIB – 20.59 Central Prime A,B,C,D,E, semua WIB Time audien/jumlahnya besar sekali penonton klas 21.00 WIB – 22.29 WIB Late Prime Time A,B,C,D,E, semua audien/jumlah audien besar 22.30 WIB – 23.59 WIB penonton klas A,B, Night Time laki-laki/jumlah audien mulai menurun 24.00 WIB – 01.59 WIB penonton klas A,B, Mid Night laki-laki/jumlah audien sedikit 2.2.5.4 Soundtrack Sebuah soundtrack dapat direkam musik yang menyertainya dan disinkronkan dengan gambar dari film, buku, program televisi atau video game; album soundtrack dirilis secara komersial musik yang ditampilkan dalam soundtrack film atau acara TV; atau daerah fisik sebuah film yang berisi rekaman suara disinkronisasi. wikipedia.com Dalam hal ini lagu-lagu yang menyertai sinetron “Emak Ijah Pengen Ke Mekah” bisa dikatakan sangat unik. Karena rata-rata lagu yang dijadikan soundtrack ini diciptakan sendiri oleh beberapa pemain yang ada dalam sinetron “Emak Ijah Pengen Ke Mekah”. Seperti yang berjudul “Munaroh”, “Tari Ubur-ubur” dan lainnya, yang cukup menarik perhatian para penonton. Karena nadanya yang easy listening dan liriknya yang cukup unik dan lucu. 2.2.6 Teori S – O – R Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organisme-Respon ini semua berasal dari psikologi. Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : 27 sikap, opini, perilaku, kognisi afeksi dan konasi. Menurut stimulus ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan Menurut Denis McQuail dan Seven Windahl (1993), prinsip dasar teori stimulus respon yaitu: “Efek merupakan reaksi tertentu terhadap stimulus (rangsang) tertentu, sehingga orang dapat menduga atau dapat menduga atau memperkirakan adanya hubungan erat antara isi pernyataan dengan reaksi audiens” Menurut stimulus organisme response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah ; • Pesan (stimulus, S) • Komunikan (organism, O) • Efek (Response, R) 1. Stimulus Diartikan sebagai rangsangan atau sumber informasi. Stimulus yang dimaksudkan disini adalah sinetron “Emak Ijah Pengen Ke Mekah” yang berfungsi sebagai media yang memberikan informasi kepada khalayak (followers twitter @makijahkemekah). 2. Organisme Diartikan sebagai komunikan yang menerima informasi pesan. Sinetron “Emak Ijah Pengen Ke Mekah” yang menarik di televisi merupakan stimulus diterima serta dianggap atau rangsangan yang akan oleh khalayak dan diproses melalui tiga tahapan, yaitu : a. Perhatian (attention) Menurut Chaplin, perhatian merupakan penyesuaian organ-organ pengindraan dan system syaraf sentra bagi stimulasi maksimal. Perhatian juga merupakan suatu proses mereaksi secara istimewa terhadap suatu rangsangan atau sederet perangsang. (Chaplin,2004 ). 28 b. Pengertian (understanding) Pengertian berarti proses memahami atau kemampuan indidvidu memahami makna atau arti. Seperti simpati; yaitu perasaan suka terhadap titik pandang orang lain.Sedangkan pengertian artinya penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksud oleh komunikator. (Rakhmat,2000 ; hal.13) c. Penerimaan (acceptance) Penerimaan merupakan proses menerima segala sesuatu baik Barang perhatian atau jasa. Tapi dalam praktik klinis, diartikan pengakuan atau penghargaan terhadap nilai-nilai individual, tanpa menyertakan pengakuan terhadap tingkah lakunya, atau tanpa keterkaitan emosional yang terdapat dipihak terapis yang bersangkutan dan biasanya ditandai dengan sikap positif atau menolak. 3. Response Response disini yaitu tanggapan individu atau khalayak terhadap sesuatu hal. Dalam menanggapi suatu pesan yang diterima khalayak, reaksi yang mereka tunjukkan adalah dengan perubahan sikap atau prilaku. Perubahan ini tentunya berbeda-beda satu sama lainnya, ini dikarenakan oleh kepribadian mereka yang berbeda-beda pula, dimana kepribadian dari masingmasing individu tersebut sangat penting dalam mempengaruhi keputusan mereka saat menentukan acara atau program televisi mana yang akan mereka tonton. Stimulus (Effendy, 2003) Gambar 2.1 Teori S-O-R Organisme : • Perhatian • Pengertian • penerimaan Response 29 2.2.7 Persepsi Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan- hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimulus inderawi (sensory stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi tapi juga atensi, ekspektasi, motivasi dan memori (Desiderato, 1976:129) 2.2.7.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Menurut David Krech dan Ricard Crutcfield dalam Jalaludin Rahmat (2007:55) faktor-faktor yang menentukan persepsi dibagi menjadi dua yaitu : faktor fungsional dan faktor struktural. 1. Faktor Fungsional Faktor fungsional adalah faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Faktor fungsional yang menentukan persepsi adalah obyekobyek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. Yang menentukan persepsi bukan bentuk atau jenis stimuli tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli tersebut. 2. Faktor Struktural Faktor struktural adalah faktor-faktor yang berasal semata-mata dari sifat stimulus fisik terhadap efek-efek syaraf yang ditimbulkan pada sistem saraf individu. Faktor-faktor struktural yang menentukan persepsi menurut teori Gestalt bila kita ingin memahami suatu peristiwa kita tidak dapat meneliti faktor-faktor yang terpisah tetapi memandangnya dalam hubungan keseluruhan. 30 2.2.7.2 Jenis-jenis Persepsi Jenis-jenis persepsi pada manusia sebenarnya terjadi menjadi dua, yaitu persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) dan persepsi terhadap lingkungan manusia (persepsi sosial). Kedua jenis persepsi tersebut mempunyai perbedaan, perbedaan tersebut mencakup : 1. Persepsi terhadap objek (Lingkungan Fisik) Persepsi lingkungan fisik merupakan proses penafsiran terhadap objek-objek tidak bernyawa yang ada di sekitar lingkungan kita. Terkadang dalam mempersepsi lingkungan fisik, kita melakukan kekeliruan, karena indera kita terkadang menipu kita itulah yang disebut ilusi. Persepsi terhadap objek ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor latar belakang pengalaman, latar belakang budaya, latar belakang psikologis, latar belakang nilai, keyakinan dan harapan, dan yang terakhir adalah kondisi faktual alat indera. (Mulyana, 2007, p.184-190) 2. Persepsi terhadap manusia (Lingkungan sosial) Persepsi sosial adalah proses menangkap arti objek-objek sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. Oleh karena itu manusia bersifat emosional, sehingga penilaian terhadap orang akan mengandung resiko. Persepsi saya terhadap anda mempengaruhi persepsi anda terhadap saya, dan pada gilirannya persepsi anda terhadap saya juga mempengaruhi persespi saya terhadap anda. Dan begitu seterusnya. Setiap orang memiliki gambaran yang berbeda mengenai realitas disekelilingnya. Karena setiap orang mempunyai persepsi berbeda terhadap lingkungan sosialnya (mulyana, 2007, h.191 ). 31 2.2.7.3 Sifat-sifat Persepsi Menurut mulyana (2007, h.191-207) sifat-sifat persepsi adalah : a. Persepsi adalah berdasarkan pengalaman. Persepsi manusia terhadap seseorang, objek, atau kejadian dan reaksi mereka terhadap hal-hal itu berdasarkan pengalaman masa lalu mereka berkaitan dengan orang, objek, atau kejadian serupa, termasuk misalnya cara kita bekerja dan menilai pekerjaan apa yang baik bagi kita. b. Persepsi bersifat selektif. Atensi sebagai bagian dari tahap persepsi dipengaruhi oleh factor-faktor internal seperti faktor sakit, biologis dan penghasilan, (lapar lelah), dan haus), fisiologis sosial kebiasaan) dan (sehat, budaya (pekerjaan, psikologis (motivasi, pengharapan, keinginan) c. Persepsi bersifat dugaan. Oleh karena informasi yang lengkap tidak pernah tersedia, dugaan diperlukan untuk membuat kesimpulan berdasarkan informasi yang tidak lengkap lewat penginderaan itu. d. Persepsi bersifat evaluatif. Persepsi adalah proses kognitif psikologis dalam diri seseorang yang mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai, dan pengharapan untuk memaknai objek persepsi. e. Ketika seseorang menilai kemampuan bergaul dengan orang lain, digunakan ukuran sosiabilitas yang disebut adaptasi jika kualitas keramahan, kesopana, dan keluwesan berada diatas tingkat adaptasi, maka orang itu dinilai pandai bergaul, tetapi sebaliknya jika dibawah tingkat adaptasi di nilai sebagai kurang pergaulan. f. Persepsi bersifat konstektual. Persepsi adalah rangsangan dari luar harus diorganisasikan, dari semua pengaruh dalam persepsi kita, konteks merupakan salah satu pengaruh paling kuat. Ketika kita melihat seseorang, suatu objek atau suatu kejadian, konteks rangsangan sangat 32 mempengaruhi struktur kognitif, pengharapan dan oleh karenanya juga persepsi. 2.2.7.4 Khalayak Kata khalayak atau penonton telah lama akrab sebagai istilah kolektif untuk “penerima” dalam bentuk sederhana model berurutan dari proses komunikasi massa ( sumber, channer, pesan, penerima, efek ) bahwa itu ditempatkan oleh pelopor di bidang penelitian media (McQuail, 1997: 1). Sementara khalayak diasumsikan sebagai bagian dari khalayak yang aktif dalam memanfaatkan muatan media, bukannya secara pasif saat mengkonsumsi media massa (Littlejohn, 2011 : 345). 2.3 Kerangka Pemikiran Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran