perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 12 BAB II

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KERANGKA TEORI
1. Tinjauan tentang Demokrasi
a. Pengertian Demokrasi
Perdebatan masalah demokrasi merupakan perdebatan yang cukup
panjang.Perdebatan dimulai dari jaman Yunani Kuno sampai saat sekarang
masih saja demokrasi menjadi perdebatan yang cukup alot.Perdebatan dimulai
antar filsuf Yunani kuno, yang kemudian dilanjutkan oleh para sarjana yang
lahir pada abad-abad berikutnya seperti Socrates, Plato, Thomas Aquinas,
Polybius, dan Cicero (Soehino, 2000:14)
Pengertian tentang demokrasi dapat dilihat dari tinjauan bahasa
(etimologis) dan istilah (termologis). Secara etimologis, “demokrasi” terdiri
dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu demos yang
berarti rakyat, dan cratos atau cratein yang berarti Pemerintahan, sehingga
dapat disimpulkan sebagai pemerintahan suatu negara sebagai upaya
mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara) atas negara untuk
dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Menurut pengertian universal,
konseptual dan kontekstual; Menurut International Commision for Jurist,
Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan untuk membuat keputusan
politik yang diselenggarakan oleh wakil-wakil yang dipilih dan bertanggung
jawab kepada mereka yang memilih melalui pemilihan yang bebas. Istilah
demokrasi pertama kali diperkenalkan oleh Aristoteles sebagai
bentuk
pemerintahan, yakni pemerintahan yang menggariskan bahwa kekuasaan
berada ditangan banyak orang (rakyat). Dalam perkembangannya demokrasi
menjadi suatu tatanan yang diterima dan dipaksakan oleh hampir seluruh
negara di dunia (Wendy Melfa, 2013:63). Dalam perkembangannya,
commit to user
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
demokrasi sebagai pemerintahan oleh rakyat secara sepenuhnya hanya
mungkin terjadi pada negara wilayah dan jumlah warganya sengat kecil,
seperti dinegara kota (polis) pada masa Yunani Kuno (Janedjri M Gaffar,
2013:1). Hal tersebut juga diperkuat oleh pendapat Willy Jou yang
berpendapat: “Democracy is the voice of the people which creates institutions,
and these institutions in turn control the government and make it possible to
change it without violence. In this sense, the demos, the people, is the
sovereign that gives legitimacy to the institutions of democracy”. Artinya
adalah bahwa demokrasi merupakan suara rakyat yang menciptakan institusi
dan
lembaga-lembaga
pada
gilirannya
mengontrol
pemerintah
dan
memungkinkan untuk mengubahnya tanpa kekerasan. Dalam hal tersebut,
perilaku demo yang dilakukan oleh masyarakat merupakan suatu kedaulatan
yang memberikan legitimasi kepada lembaga-lembaga demokrasi (Willy Jou,
2003:2)
Demokrasi merupakan
seperangkat
gagasan
dan prinsip tentang
kebebasan, tetapi juga menyangkut seperangkat praktik dan prosedur yang
terbentuk melalui sejarah panjang dan sering berliku-liku.Pendeknya,
demokrasi adalah pelembagaan dari pembebasan.Dalam arti politis, demokrasi
adalah suatu sistem politik dimana rakyat memegang kekuasaan tertinggi,
bukan atas kekuasaan raja atau kaum bangsawan.Demokrasi merupakan salah
satu konsep bagaimana suatu negara menjalankan pemerintahannya,
berdasarkan pengalaman dalam bernegara pada masa lampau menjadikan
demokrasi sebagai satu-satunya konsep yang disepakati sebagai konsep yang
terbaik.
Pelaksanaan demokrasi didalam negara yang satu tidak sama dengan
negara yang lain, halitu dapat kita lihat dalam konstitusi negara-negara yang
adadidunia. Didalam konsitusi-konstitusi tersebut kita lihat dianutnya
bermacam-macam sistem ketata-negaraan seperti antara lain sistem satu
kamar dan dua kamar, sistem pemerintahan parlementer – sistem
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
pemerintahan presidensiil – sistem diktatoral – sistem pemerintahan
campuran, adanya negara kesatuan dan negara federal, adanya negara republik
dan negara kerajaan dan lain sebagainya.
Dalam hal untuk menciptakan demokrasi setelah terbentuknya suatu
pemerintahan yang demokratis, negara wajib membuka saluran-saluran
demokrasi yang berupa saluran demokrasi formal melalui DPR dan Partai
Politik dan juga saluran-saluran yang nonformal berupa fasilitas-fasilitas
melalui ruang publik sebagai sarana interaksi sosial.Demokrasi bisa
diasumsikan
sebagai
pelaksanaan
kedaulatan
rakyat
yang
dalam
perkembangannya harus berjalan beriringan dan tidak dapat dipisahkan
dengan kedaulatan hukum (nomokrasi), hal ini disebabkan karena hukum
yang mengatur dan membatasi kekuasaan negara atau pemerintah yang
diartikan bahwa hukum yang dibuat atas dasar kekuasaan atau kedaulatan
rakyat (Ni’matul Huda, 2006:245).
Kekuasaan pemerintahan berada di tangan rakyat mengandung tiga hal
yaitu:Pertama, pemerintahan dari rakyat (government of the people)
mengandung pengertian yang berhubungan dengan pemerintahan yang sah
dan diakui, berarti suatu pemerintahan yang mendapat pengakuan dan
dukungan yang diberikan oleh rakyat sedangkan pemerintahan yang tidak sah
dan tidak diakui di mata rakyat berarti mengandung arti suatu pemerintahan
yang tidak mendapat pengakuan dan dukungan yang diberikan oleh rakyat.
Kedua, pemerintahan oleh rakyat (goverment by the people) mengandung
pengertian bahwa dalam menjalankan kekuasaannya, pemerintah berada
dalam pengawasan rakyatnya.Ketiga, pemerintahan untuk rakyat (government
for the people) mengandung pengertian bahwa kekuasaan yang diberikan oleh
rakyat kepada pemerintah itu dijalankan untuk kepentingan rakyat.
Demokrasi tidak akan datang, tumbuh dan berkembang dengan sendirinya
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Karena itu
demokrasi memerlukan usaha yang nyata setiap warga dan perangkat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
pendukungnya, yaitu budaya yang kondusif sebagai manifestasi dari
suatumind set (kerangka berpikir) dan setting social (rancangan masyarakat).
Bentuk konkrit dari manifestasi tersebut adalah dijadikannya demokrasi
sebagai way of live (pandangan hidup) dalam seluk beluk sendi kehidupan
bernegara baik oleh rakyat mapupun pemerintah.
Menurut Syahrial Sarbini, terdapat beberapa ciri pokok Demokrasi, yaitu
(Syahrial Sarbini, 2006:122) :
1. Keputusan diambil berdasarkan suara rakyat atau kehendak rakyat;
2. Kebebasan individu dibatasi oleh kepentingan bersama lebih penting
daripada kepentingan individu atau golongan;
3. Kekuasaan merupakan amanat rakyat, segala sesuatu yang dijalankan
pemerintah adalah untuk kepentingan rakyat;
4. Kedaulatan
ada ditangan
rakyat,
lembaga perwakilan
rakyat
mempunyai kedudukan penting dalam sistem kekuasaan Negara.
b. Jenis-jenis Demokrasi
Secara umum jenis-jenis demokrasi dapat dikelompokkan menjadi
empat macam, yaitu “berdasarkan cara menyampaikan pendapat, titik
perhatiannya, dan prinsip ideology” (Syahrial Sarbini, 2006:119-120).
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Demokrasi berdasarkan cara menyampaikan pendapat terbagi dalam :
a) Demokrasi Langsung
Dalam demokrasi langsung rakyat diikutsertakan dalam proses
pengambilan keputusan untuk menjalankan kebijakan pemerintah.
b) Demokrasi tidak langsung atau demokrasi perwakilan
Dalam demokrasi ini dijalankan oleh rakyat melalui wakil
rakyat yang dipilihnya melalui pemilihan umum.
c) Demokrasi perwakilan dengan sistem pengawasan langsung dari
rakyat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
Demokrasi
ini
merupakan
campuran
antara
demokrasi
langsung dengan demokrasi perwakilan.Rakyat memilih wakilnya
untuk duduk di dalam lembaga perwakilan rakyat, tetapi wakil
rakyat dalam menjalankan tugasnya diawasi rakyat melalui
referendum dan inisiatif rakyat.
2) Demokrasi berdasarkan titik perhatiannya terdiri dari :
a) Demokrasi Formal
Demokrasi ini secara hukum menempatkan semua orang dalam
kedudukan yang sama dalam bidang politik, tanpa mengurangi
kesenjangan ekonomi.
b) Demokrasi Material
Demokrasi
material
memandang
manusia
mempunyai
kesamaan dalam bidang sosial dan ekonomi, sehingga persamaan
politik tidak menjadi prioritas.
c) Demokrasi Campuran
Demokrasi ini merupakan campuran dari kedua demokrasi
tersebut diatas.Demokrasi ini berupaya menempatkan persamaan
kesejahteraan seluruh rakyat dengan menempatkan persamaan
derajat dan hak setiap orang.
3) Berdasarkan prinsip Ideologi, demokrasi dibagi dalam :
a) Demokrasi Liberal
Demokrasi ini memberikan kebebasan yang luas kepada
individu dan pemerintahan tidak boleh ikut campur didalamnya.
b) Demokrasi Rakyat atau Demokrasi Proletar
Demokrasi ini bertujuan untuk mensejahterakan rakyat.Negara
yang dibentuk mengenal kelas dan semua warga negara
mempunyai persamaan dalam politik dan hukum.
4) Berdasarkan wewenang dan hubungan antar alat kelengkapan Negara :
a) Demokrasi Sistem Parlementer
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
Demokrasi dimana sistem pemerintahannya berdasarkan
parlemen
b) Demokrasi
Sistem
Pemisahan/Pembagian
Kekuasaan
(Presidensial)
Demokrasi yang sistem pemerintahannya dikepalai oleh
seorang Presiden.
c. Asas Pokok Demokrasi
Gagasan Pokok suatu pemerintahan demokrasi adalah pengakuan
hakikat manusia yang pada dasarnya manusia mempunyai kemampuan
yang sama dalam hubungan sosial. Berdasarkan dasar diatas terdapat 2
(dua) asas pokok demokrasi (Wendi Melfa, 2013:66) :
1) Pengakuan Partisipasi rakyat dalam pemerintahan, semisal dalam
pemilihan kepala daerah dan atau pemilihan wakil rakyat untuk
lembaga perwakilan rakyat; secara langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur, dan adil.
2) Pengakuan hakikat dan martabat, semisal adanya suatu tindakan dari
pemerintah dalam hal perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia
demi kepentingan bersama.
Adanya pemilihan umum yang dilakukan secara langsung sebagai
wujud adanya partisipasi rakyat untuk ikut menentukan jalannya
pemerintahan sebagai wujud adanya sebuah demokrasi yang baik.
d. Ciri Pemerintahan Demokrasi
Menurut Wendi Melfa, ciri-ciri Pemerintahan Demokrasi adalah
sebagai berikut (Wendi Melfa, 2013:67):
1) Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan
keputusan politik baik secara langsung maupun secara tidak langsung
(perwakilan);
2) Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak-hak
asasi rakyat (warga negara);
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
3) Adanya persamaan hak (equality) bagi seluruh warga negara dalam
segala bidang;
4) Adanya
lembaga
peradilan
dan
kekuasaan
kehakiman
yang
independen sebagai alat penegakan hukum;
5) Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara;
6) Adanya pers (media massa) yang bebas untuk menyampaikan serta
mengontrol perilaku dan kebijakan pemerintah;
7) Adanya pemilihan umum yang bebas, jujur, adil untuk menentukan
(memilih) pemimpin negara dan pemerintahan serta anggota lembaga
perwakilan rakyat;
8) Adanya pengakuan terhadap perbedaan keragaman (suku, agama,
golongan dan sebagainya).
2. Tinjauan tentang Lembaga Perwakilan
a. Sistem Unikameral
Dalam struktur parlemen tipe unikameral atau sering disebut sebagai
satu kamar ini, tidak dikenal adanya dua badan yang terpisah seperti
adanya Dewan Perwakilan Rakyat dan Senat, atau Majelis Tinggi dan
Majelis Rendah.Akan tetapi, justru sistem unikameral inilah yang
sesungguhnya lebih popular karena sebagian besar negara dunia sekarang
menganut sistem ini.
Isi aturan mengenai fungsi dan tugas parlemen unikmarel ini beragam
dan bervariasi dari suatu negara ke negara lain, tetapi pada pokoknya
serupa bahwa secara kelembagaan fungsi legislatif tertinggi diletakkan
sebagai tanggung jawab satu badan tertinggi yang dipilih oleh rakyat.
Banyak alasan mengapa begitu banyak negara mengadopsi sistem
unikameral.Bebarapa kecenderungan penting yang dapat dicatat adalah
negara-negara yang berukuran kecil kemungkinan besar mempunyai satu
kamar daripada dua kamar.Hal ini karena masalah keseimbangan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
kekuasaan politik lebih mudah diatasi daripada di negara besar.Di negaranegara kesatuan sosialis, sistem bikameral dipandang membawa
komplikasi-komplikasi,
penundaan-penundaan,
dan
biaya-biaya
keuntungannya.
Menurut Dahlan Thaib, suatu sistem unikameral akan memiliki
keuntungan-keuntungan sebagai berikut: Pertama, kemungkinan untuk
dapat cepat meloloskan undang-undang (karena hanya satu badan yang
diperlukan untuk mengadopsi rancangan undang-undang sehingga tidak
perlu lagi menyesuaikan dengan usulan yang berbeda-beda. Kedua,
tanggung jawab lebih besar (karena anggota legislatif tidak dapat
menyalahkan majelis lainnya apabila suatu undang-undang tidak
lolos,atau bila kepentingan warganegara terbaikan).Ketiga, lebih sedikit
anggota terpilih sehingga lebih mudah bagi masyarakat untuk memantau
kepentingan mereka.Keempat, biaya lebih rendah bagi pemerintah dan
pembayar pajak (Dahlan Thaib, 2002:9-10).
b. Sistem Bikameral
Sistem bikameral menunjukkan adanya struktur parlemen yang
memiliki dua kamar atau lebih, dalam praktiknya, walaupun sebuah
parlemen terdiri dari lebih dua kamar kewenangan untuk membentuk
undang-undang hanya berada pada salah satu atau kedua kamar, atau jika
seluruh kamar memiliki kewenangan membentuk undang-undang, maka
terdapat perbedaan kategori undang-undang. Pelembagaan sistem
bikameral tidak terlepas dari perluasan cakupan gagasan demokrasi
perwakilan.Pada awalnya, demokrasi perwakilan terpancar dalam
pengertian sebagai kedaulatan dewan pemilih dan kedaulatan badan
perwakilan.Pengertian yang terakhir, “mengasumsikan rakyat bukan
sebagai
suatu
totalitas
tetapi
sebagai
komunitas
yang
majemuk”.Demokrasi perwakilan yang berkembang di dalamnya bukan
lagi bersumber kepada satu kekuatan yang memiliki totalitas, tetapi dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
bentuk pengaruh dari kekuatan-kekuatan yang berkembang di dalam
masyarakat (Aidul Fitriciada Azhari, 2000:33).
Dalam konfigurasi pemikiran seperti itu, demokrasi tidak dipandang
sebagai representasi dari kehendak rakyat yang bersifat monistik dan
memiliki totalitas yang mengasumsikan orang per orang secara
individualistik, tetapi lebih kepada representasi kelompok-kelompok yang
berkembang di dalam masyarakat.
Sifat pluratis dilembagakan dalam substansi perwakilan yang
menunjukkan perkembangan yang timbul dari kondisi masyarakat industri
yang mengalami pembagian kerja yang spesifik.Inilah yang dikenal
sebagai perwakilan industrial yaitu perwakilan berdasarkan golongangolongan ekonomi dan pekerjaan. Perwakilan industrial ini merefleksikan
kekuatan-kekuatan kolektif yang terbentuk berdasarkan kepentingan
ekonomi dan pekerjaan yang tumbuh dalam masyarakat industri (Aidul
Fitriciada Azhari, 2000 : 96).
Perwakilan industri ini pada dasarnya melengkapi perwakilan politik
individual, yang pada dasarnya juga menunjukkan perkembangan
perwakilan lain dalam pertumbuhan parlemen di Eropa. Dalam konteks
pertumbuhan parlemen, selain perwakilan individual, telah pula dikenal
perwakilan golongan, yaitu golongan bangsawan gereja. Bentuk
perwakilan ini sekarang tetap dipertahankan dalam sistem dua kamar di
negara-negara yang berbentuk monarki seperti House of Lords di Inggris.
Dengan demikian, perwakilan golongan tidak semata-mata berdasarkan
fungsi industrial tetapi berdasarkan kekuatan nyata yang ada dalam
masyarakat seperti berdasarkan agama atau keturunan (kebangsawanan,
suku, atau ras).
Perwakilan
territorial
merupakan jenis perwakilan lain
yang
berkembang sejak lama. Perwakilan ini lahir untuk mempresentasikan
kepentingan komunitas di suatu unit geografis tertentu dalam wilayah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
suatu negara. Dengan adanya pengorganisasian atas wilayah-wilayah
negara ke dalam daerah-daerah atau negara-negara bagian, maka timbul
kebutuhan akan perwakilan atas kepentingan rakyat diteritorial tersebut.
Dengan adanya perwakilan ini, dimaksudkan untuk mempertahankan
keberadaan territorial didalam wilayah suatu negara.Perwakilan territorial
ini cenderung dilembagakan ke dalam struktur organisasi parlemen,
seperti adanya Senat di Amerika Serikat.
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa lahirnya aneka ragam
perwakilan, yaitu perwakilan politik yang bersifat individual, kemudian
perwakilan golongan (industrial dan kelompok riil dalam masyarakat),
serta perwakilan territorial yang mendorong pelembagaan organisasi
parlemen menjadi lebih dari satu kamar.
Dengan demikian, sistem bikameral mengenal struktur First Chamber
(Kamar
Pertama)
atau
Lower
House
(Majelis
Rendah),
yang
mencerminkan sifat perwakilan politik individual, yang sebagian dikenal
sebagai Dewan Perwakilan Rakyat dengan istilah Lok Sabha (India),
National Council (Perancis), House of Common (Inggris), dan Bundestag
(Jerman). Kemudian struktur berikutnya adalah Second Chamber (Kamar
Kedua) atau Upper House (Majelis Tinggi) yang dikenal dengan variasi
nama yang bermacam-macam, seperti Rajya Sabha (India), House of
Lords (Inggris), Council of State (Swedia), Bundersraat (Jerman), dan
Dewan Negara (Malaysia).
Mungkin ada dua alasan mengapa para penyusun konstitusi memilih
sistem bikameral.Pertama adalah untuk membangun sebuah mekanisme
pengawasan dan keseimbangan (checks and balances) serta untuk
pembahasan sekali lagi dalam bidang legislatif.Alasan kedua adalah untuk
membentuk perwakilan untuk menampung kepentingan tertentu yang
biasanya tidak cukup terwakili oleh majelis pertama.Secara khusus,
bikameralisme telah digunakan untuk menjamin perwakilan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
memadai untuk daerah-daerah di dalam lembaga legislatif.Hasil dari
kesenjangan representasi di majelis kedua amat bervariasi di dalam
berbagai sistem di dunia.
Cara kerja lembaga legislatif jelas berkaitan dengan hubungan antara
lembaga legislatif dan lembaga eksekutif.Sebagian besar sistem
Presdensial adalah bikameral.Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada
suatu pandangan umum yang menunjukkan bahwa mendapatkan
persetujuan dari dua majelis legislatif dan seorang Presiden eksekutif
adalah suatu prosedur yang berat atau mustahil, berbeda dengan sistem
Parlementer yang lebih beragam.
Dua kamar legislatif bikameral cenderung berbeda dalam beberapa
cara. Semula, fungsi yang paling penting dari second chamber/kamar
kedua, atau upper house/majelis tinggi, memilih dengan dasar dari suatu
hak suara yang terbatas, sebagai rem konservatif terhadap “lower house”
yang dipilih secara lebih demokratis. Adapun enam perbedaan antara
kamar pertama dan kamar kedua, tiga hal yang secara khusus penting
dalam membedakan apakah bikameralisme adalah suatu intitusi yang
signifikan. Pertama, membedakannya dengan melihat tiga perbedaan yang
kurang penting, yaitu: Kesatu, kamar kedua cenderung lebih kecil dari
kamar pertama. Kedua, masa jabatan legislatif kedua cenderung lebih
lama daripada kamar pertama.Ketiga, cirri-ciri umum yang lain dari kamar
kedua dipilih dengan cara pemilihan umum bertahap. Ketiga perbedaan
tersebut mempengaruhi bagaimana dua kamar beberapa legislatif bekerja.
Sebagian, kamar kedua yang lebih kecil dapat mempengaruhi urusan
mereka dalam suatu cara yang lebih formal dan santai daripada yang
biasanya terdapat pada kamar pertama yang lebih besar. Tetapi, dengan
satu pengecualian disebutkan secara ringkas, mereka tidak mempengaruhi
suatu pertanyaan apakah suatu negara yang mempunyai parlemen
bicameral adalah suatu intitusi yang benar-benar kuat atau berarti.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
Ada dua jenis Majelis dalam sistem dua kamar, yaitu :
1) Majelis Tinggi
Majelis Tinggi adalah salah satu daru dua kamar dalam sistem
bikameral.Selain Majelis Tinggi adapula Majelis rendah dalam
sistem tersebut.Di banyak negara, Majelis ini seringkali memiliki
kekuasaan yang spesifik dan terbatas.Hal tersebut disebabkan
karena umumnya kekuasaan Majelis Rendah lebih besar.Dalam
sistem Parlementer, Majelis Tinggi biasanya hanya berperan
sebagai pemberi saran atau revisi atas legislasi, namun tidak
memulai atas legislasi itu sendiri.Majelis Tinggi dibentuk dengan
masa jabatan selama enam tahun dan tidak dapat dibubarkan
dengan mudah oleh Perdana Menteri.
2) Majelis Rendah
Majelis Rendah adalah salah satu dari dua "kamar" dalam
sistem dua kamar di mana pasangan lainnya adalah Majelis
Tinggi.Di banyak negara, majelis ini seringkali memiliki
kekuasaan yang besar karena adanya batasan terhadap kekuasaan
Majelis Tinggi.Dalam sistem parlementer, hanya Majelis Rendah
yang dapat mengangkat kepala pemerintahan atau perdana menteri,
dan dapat pula menurunkan mereka melalui mosi tidak
percaya.Majelis Rendah memiliki beberapa kekuasaan yang tidak
diberikan kepada Majelis Tinggi. Bila sebuah rancangan undangundang dilewatkan oleh Majelis Rendah, tetapi diveto oleh Majelis
Tinggi, maka Majelis Rendah dapat melewati keputusan yang
dibuat di Majelis Tinggi dengan sebuah veto yang menghasilkan
persetujuan sebesar dua-per-tiga. Dalam kasus persetujuan, dana,
dan pemilihan Perdana Menteri, Majelis Tinggi hanya dapat
menunda pelaksanaan, tetapi tidak memblok legislasi. Sebagai
hasilnya Majelis Rendah dianggap lebih berkuasa.Anggota dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
Majelis Rendah, yang dipilih dengan masa tugas empat tahun,
menjabat lebih pendek dibanding dengan anggota Majelis Tinggi,
yang dipilih untuk menjabat selama enam tahun.Majelis Rendah
dapat juga dibubarkan oleh Perdana Menteri atau melalui mosi
tidak percaya, sedangkan Majelis Tinggi tidak dapat dibubarkan.
Oleh karena itu Majelis Rendah dianggap lebih sensitif terhadap
pendapat rakyat, dan diberi nama "Majelis Rendah".
3. Tinjauan tentang Sistem Pemilihan Umum
Pemilihan umum adalah sarana demokrasi untuk membentuk sistem
kekuasaan
negara
yang berkedaulatan
rakyat
dan
permusyawaratan
perwakilan.Kekuasaan negara yang lahir dengan pemilihan umum adalah
kekuasaan yang lahir dari bawah menurut kehendak rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat.Dari paparan diatas bahwa didalam negara demokrasi, maka
pemilihan umum merupakan salah satu unsur yang sangat vital, karena salah
satu parameter mengukur demokratis tidaknya suatu negara adalah dari
bagaimana perjalanan pemilihan umum yang dilaksanakan oleh negara
tersebut (G. Sorensen, 2003:1).
Implementasi dari pemerintahan oleh rakyat tersebut adalah dengan
memilih wakil rakyat atau pemimpin nasional melalui mekanisme yang
dinamakan dengan pemilihan umum. Jadi pemilihan umum adalah satu cara
untuk memilih wakil rakyat.
Sebagai suatu bentuk implementasi dari demokrasi, pemilihan umum
selanjutnya berfungsi sebagai wadah yang menyaring calon-calon wakil
rakyat ataupun pemimpin negara yang memang benar-benar memiliki
kapasitas dan kapabilitas untuk dapat mengatasnamakan rakyat. Selain
daripada sebagai suatu wadah yang menyaring wakil rakyat ataupun
pemimpin nasional, pemilihan umum juga terkait dengan prinsip negara
hukum (Rechstaat), karena melalui pemilihan umum rakyat dapat memilih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
wakil-wakilnya yang berhak menciptakan produk hukum dan melalukan
pengawasan atau pelaksanaan kehendak-kehendak rakyat yang digariskan
oleh wakil-wakil rakyat tersebut. Dengan adanya pemilihan umum, maka hak
asasi rakyat dapat disalurkan, demikian juga halnya dengan hak untuk sama di
depan hukum dan pemerintahan.
Pemilihan umum ternyata telah menjadi suatu jembatan dalam
menentukan bagaimana pemerintahan dapat dibentuk secara demokratis.
Rakyat menjadi penentu dalam memilih pemimpin maupun wakilnya yang
kemudian akan mengarahkan perjalanan bangsa. Pemilihan umum menjadi
seperti transmission of belt, sehingga kekuasaan yang berasal dari rakyat
dapat berubah menjadi kekuasaan negara yang kemudian menjelma dalam
bentuk wewenang-wewenang pemerintah untuk memerintah dan mengatur
rakyat.Dalam sistem politik, pemilihan umum bermakna sebagai sarana
penghubung antara infrastruktur politik dengan suprastruktur politik, sehingga
memungkinkan terciptanya pemerintah dari, oleh, dan untuk rakyat.
Sistem pemilihan umum tidak akan terlepas dari pencapaian tujuan
sebuah sistem pemilihan umum, yaitu :
a. Untuk menentukan mayoritas yang layak memerintah;
b. Untuk sedapat mungkin mewujudkan dalam lembaga perwakilan
sebagaimana yang ada dalam partai (Khairul Fahmi, 2011: 54). Sistem
Pemilihan umum akan selalu berada pada ranah tarik-menarik antara dua
tujuan diatas. Sistem mana pun yang dipilih, ia akan mempunyai
kecenderungan pada salah satu dari dua tujuan tersebut.
Pengelompokkan sistem pemilihan umum menjadi dua macam, yaitu:
sistem pemilihan mekanis, dan sistem pemilihan organis. Dalam sistem
mekanis, rakyat dilihat dan dipandang sebagai masa individu-individu yang
sama. Individu dilihat sebagai penyandang hak dan masing-masing memiliki
satu suara dalam pemilihan. Sedangkan dalam sistem yang bersifat organis,
rakyat dipandang sebagai masa individu-individu yang hidup bersama dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
berbagai macam persekutuan hidup berdasarkan geneologis, fungsi tertentu,
lapisan social, dan lembaga-lembaga social.Sehingga persekutuan itulah yang
diutamakan sebaga penyandang dan pengendali hak pilih (Khairul Fahmi,
2011: 55).
Secara umum ragam sistem pemilihan umum mekanis berkisar hanya
pada dua prinsip pokok saja, yaitu:
a. Single-Member Constituency (satu daerah pemilihan memilih satu wakil)
Disebut juga dengan sistem distrik.Dalam sistem distrik, wilayah
negara dibagi berdasarkan daerah-daerah pemilihan (distrik pemilihan).
Pembagian daerah pemilihan disesuaikan dengan beberapa jumlah kursi
legislatif yang akan diperebutkan. Dalam sistem distrik, satu wilayah kecil
memilih satu wakil tunggal atas dasar pluralitas (suara terbanyak). Dengan
demikian, maka setiap daerah pemilihan akan diwakili oleh satu orang
wakil rakyat terpilih untuk duduk di Parlemen. Jikalau pembagian distrik
dirasa terlalu banyak, maka dapat juga dipergunakan cara penentuan
distrik berdasarkan kursi di Parlemen dibagi dua. Hal ini berarti untuk
masing-masing distrik bias mengirimkan dua calon untuk duduk dikursi
Parlemen. Contohnya: Jumlah kursi diparlemen adalah 300. Untuk cara
yang pertama dapat ditempuh dengan membagi wilayah negara menjadi
300 distrik. Jikalau cara tersebut mengakibatkan jumlah distrik terlalu
banyak, maka dapat ditempuh dengan membagi wilayah negara menjadi
150 distrik. Cara yang kedua tersebut mengakibatkan masing-masing
distrik bisa mengirimkan wakil sebanyak 2 (dua) orang.
b. Multi-Member Constituency (satu daerah pemilihan memilih beberapa
orang wakil)
Disebut juga dengan sistem proporsional. Dalam sistem ini, wilayah
negara tidak dibagi sesuai banyak jumlah kursi yang diperebutkan, tetapi
dibagi menjadi beberapa daerah pemilihan besar, dimana dimasing-masing
wilayah pemilihan akan dipilih beberapa orang wakil. Dengan demikian,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
maka suatu daerah pemilihan diwakili oleh beberapa orang wakil
rakyat.Dalam sistem ini, pembagian kursi didasarkan pada faktor
imbangan jumlah penduduk.Kursi yang tersedia di Parlemen Pusat
diperebutkan dalam suatu pemilihan umum.Dibagi kepada Partai-partai
Politik atau golongan-golongan politik yang ikut serta dalam pemilihan
umum sesuai dengan imbangan suara yang diperoleh dalam pemilihan
yang bersangkutan. Misalnya untuk kepentingan ini ditentukan suatu
perimbangan 1 : 200.000. Imbangan suara sepertu ini, artinya 1 (satu)
orang wakil harus memperoleh dukungan suara sebanyak 200.000 rakyat
pemilih yang berhak.Dengan kata lain sejumlah 200.000 pemilih
mempunyai 1(satu) orang wakil di Parlemen.Dalam sistem ini, negara
dianggap sebagai satu daerah pemilihan, dan tiap suara dhitung.Dalam arti
bahwa suara yang diperoleh dari suatu daerah dapat ditambahkan dari
suara yang diperoleh dari suatu daerah lainnya.Sehingga besar
kemungkinan setiap organisasi peserta pemilihan umum (Partai Politik)
memperoleh kursi/wakil di Parlemen Pusat.
Kendati demikian negara dianggap satu daerah pemilihan, namun
mengingat luasnya wilayah suatu negara serta jumlah penduduk yang
besar, maka pada umumnya dalam sistem proporsional ini sering dibentuk
daerah pemilihan (tetapi bukan distrik pemilihan), yaitu wilayah negara
dibagi dalam derah-daerah pemilihan dengan mempertimbangkan wilayah
negara, jumlah penduduk, dan faktor-faktor lainnya.
Terdapat beberapa fungsi pemilihan umum yang tidak bisa dipisahkan
satu dengan yang lainnya, yaitu:
a. Sebagai sarana legitimasi politik. Fungsi legitimasi ini terutama menjadi
kebutuhan pemerintah dan sistem politik yang mewadahi format
pemilihan umum yang berlaku. Dalam fungsi ini pemilihan umum dapat
mengubah suatu kecenderungan keterlibatan politik masa dari yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
bersifat sporadic dan dapat membahayakan menjadi suatu sumber utama
bagi otoritas dan kekuatan politik.
b. Sebagai fungsi perwakilan rakyat. Fungsi ini terutama menjadi kebutuhan
rakyat, baik dalam rangka, mengevaluasi maupun mengontrol perilaku
pemerintah dan program serta kebijakan yang dihasilkannya. Pemilihan
umum dalam kaitannya ini merupakan mekanisme demokratisasi bagi
rakyat untuk menentukan wakil-wakil yang dapat dipercaya untuk duduk
dalam pemerintahan maupun lembaga legislatif. Walaupun terkadang cara
menjadi wakil dan bagaimana menentukannya seringkali menjadi sumber
konflik yang bias menggoyahkan sendi-sendi atau nilai-nilai demokrasi itu
sendiri.
c. Sebagai mekanisme bagi pergantian atau sirkulasi elit penguasa.
Keterkaitan dengan pemilihan umum dengan sirkulasi elit didasarkan pada
asumsi bahwa elit berasal dari dan bertugas mewakili masyarakat luas.
4. Tinjauan tentang Perbandingan Hukum
Perbandingan hukum bukanlah suatu bangunan hukum yang tersusun
dari aturan-aturan spesifik suatu subjek, melainkan suatu metode studi.Hal
tersebut bermaksud untuk mempelajari hukum-hukum diluar negeri dengan
membandingkannya dengan hukum-hukum lokal.Fungsi utamanya adalah
adalah
untuk
memfasilitasi
konsitusionalitas
dan
perbaikan
sistem
ketatanegaraan secara praktis. Selain itu, terdapat pula tujuan terpenting dari
perbandingan hukum adalah meningkatkan pemahaman akan sistem hukum
dari negara lain, sedang tugas utamanya adalah untuk mengetahui dengan
pasti perbedaan dan persamaan di dalam peraturan hukum, prinsip dan juga
lembaga yang terkait pada dua negara atau lebih dengan cara pandang tertentu
untuk menyediakan solusi bagi permasalahan yang terjadi (Jadmiko Anom
Husodo, TT:2).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
Untuk memahami lebih mendalam tentang perbandingan hukum, maka
perlu pula kita melihat pembagian atau pengklasifikasikan perbandingan
hukum itu sendiri menurut beberapa ahli ternama (Jadmiko Anom Husodo,
TT:2) :
a. Klasifikasi menurut Prof. Lambert’s
Mengkasifikasikan menjadi tiga bagian :
1) Descriptive
Comparative
Law
hukum
secara
(Perbandingan
Hukum
secara
mencoba
untuk
Deskriptif)
Perbandingan
deskriptif
menginventarisasi pada masa lalu maupun kini sebagai suatu
keseluruhan, seperti halnya aturan-aturan individual yang terdapat
beberapa kategori hubungan-hubungan hukum
2) Comparative History of Law (Perbandingan Mengenai Sejarah
Hukum)
Perbandingan mengenai sejarah hukum mencoba untuk menemukan
irama atau hukum alam dengan cara membangun sejarah hukum
secara universal sebagai rangkaian dari fenomena social yang secara
langsung melihat perkembangan dari pelembagaan hukum.
3) Comparative Jurisprudence
(Perbandingan mengenai Peraturan
Hukum)
Perbandingan
mengenai
peraturan
hukum
atau
perbandingan
yurisprudensi mencoba untuk menjelaskan mengenai batang tubuh
secara umum di mana doktrin hukum nasional diperuntukkan untuk
mencabangkan hukum itu sendiri sebagai hasil dari perkembangan
studi hukum dan bangkitnya kesadaran akan hukum internasional.
b. Klasifikasi menurut Wigmore
Mengkasifikasikan menjadi tiga kategori :
1) Perbandingan Nomoscopy
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
Perbandingan Nomoscopy memastikan dan menjelaskan sistem hukum
lainnya sebagai sebuah fakta.Perbandingan ini menaruh perhatian pada
deskripsi secara formal hukum diberbagai sistem hukum.
2) Perbandingan Nomothetics
Perbandingan Nomothetics mencoba untuk memastikan politik dan
manfaat relatif dari institusi yang berbeda dengan suatu pandangan
untuk memperbaiki peraturan hukum. Dengan kata lain, perbandingan
ini membuat penaksiran dari manfaat-manfaat relatif dari peraturan
hukum berdasarkan perbandingan.
3) Perbandingan Nomogenetics
Perbandungan
Nomogenetics
mencoba
untuk
mengikuti
jejak
perkembangan dari berbagai system dalam hubungannya dengan
kronologi dan sebab-sebab lainnya. Dengan kata lain, perbandingan ini
menaruh perhatian untuk mempelajari perkembangan sistem-sistem
hukum yang berhubungan satu sama lainnya.
c. Klasifikasi menurut Kaden
Mengklasifikasikan menjadi dua kategori
:
1) Formelle Rechstver Gleichung ( Perbandingan Formal )
Perbandingan formal merupakan perbandingan berdasarkan penelitian
terhadap sumber-sumber hukum, misalnya, bobot substansi yang
diberikan pada berbagai sistem terhadap peraturan hukum, perkara
hukum, dan kebiasaan, serta aplikasi dari metode yang berbeda tentang
tekhnik hukum guna menafsirkan berbagai peraturan. Metode ini
dengan kata lain, melihat berbagai sistem yang berbeda dari peraturan
hukum dan kebiasaan serta berbagai teknik untuk melakukan
interprestasi terhadap peraturan-peraturan hukum.
2) Dogmatische Rechvergleichung (Perbandingan Dogmatik )
Perbandingan dogmatic meletakkan perhatiannya dengan memberikan
berbagai solusi dari masalah yang dialami oleh system hukum yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
berbeda.Metode
ini
memastikan
adanya
pengaplikasian
hasil
berdasarkan perbandingan berbagai masalah hukum disuatu negara.
d. Klasifikasi menurut Kantorowicz
Menglasifikasian menjadi 3 kategori
:
1) Perbandingan Hukum Geografis
Perbandingan hukum geografis secara tidak langsung melakukan
penelitian dengan mencari persamaan struktur hukum secara umum di
berbagai sistem hukum.
2) Perbandingan Hukum Materiil
Perbandingan
hukum
materiil
yaitu
penelitian
dengan
memperbandingkan peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan substansi pokok hokum.
3) Perbandingan Hukum Metodis
Perbandingan hukum metodis yaitu proses dimana tidak sepenuhnya
merupakan analisa, namun mempunyai peranan penting untuk melihat
secara sistematik substansi pokok hukum.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
B. KERANGKA PEMIKIRAN
Negara Demokrasi
Pemilihan Umum
Indonesia
India
Kelebihan dan
Kekurangan
Hal yang dapat
diadopsi
Kelebihan dan
Kekurangan
Sistem Pemilihan
Umum yang efisien
Keterangan :
Kerangka pemikiran merupakan bentuk suatu konsep atau alur dari suatu
penelitian yang berdasarkan permasalahan yang diteliti dan diharapkan dan mengarah
pada suatu hipotesis atau jawaban sementara sehingga dapat tercapainya paparan
permasalahan dan alternatif solusinya, serta hasil penelitian seperti yang diharapkan.
Kerangka pemikiran diatas menjelaskan alur penulis dalam menelaah dan
menjabarkan
serta
menemukan
jawaban
atas
permasalahan
hukum
yaitu
perbandingan sistem pemilihan anggota perwakilan rakyat antara Dewan Perwakilan
Daerah Republik Indonesia dengan Rajya Sabha Republik India.
Pemilihan umum dianggap sebagai bentuk paling riil dari demokrasi serta
wujud paling konkret keikutsertaan(partisipasi) rakyat dalam penyelenggaraan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
negara.Oleh sebab itu, sistem dan penyelenggaraan pemilihan umum hampir selalu
menjadi pusat perhatian utama karena melalui penataan, sistem dan kualitas yang
digunakan.Penyelenggaraan
pemilihan
umum
diharapkan
dapat
benar-benar
mewujudkan pemerintahan yang demokratis.Dari penyelenggaraan pemilihan umum
pasti terdapat sistem yang di anut dari masing-masing negara. Sistem tersebut antara
lain adalah sistem distrik dan sistem proporsional. Kedua sistem tersebut masingmasing terdapat kelemahan dan kelebihan yang ada didalamnya.
Beranjak dari kelebihan dan kelemahan masing-masing sistem pemilihan umum
tersebut, kiranya perlu untuk mempelajari sistem pemilihan umum negara lain demi
meningkatkan sistem pemilihan umum di Indonesia. Penulis memilih Negara India
dalam penelitian ini sebagai negara pembanding.India memiliki sistem pemilihan
umum penuh yang telah berjalan sejak awal pertengahan abad 20, yaitu tepatnya pada
era perjuangan kemerdekaan.
Perbandingan sistem pemilihan anggota perwakilan rakyata antara Dewan
Perwakilan Daerah Indonesia denganRajya Sabha India diharapkan dapat
menemukan suatu hal yang dapat ditranplantasi untuk dimasukkan dalam sistem
pemilihan anggota Dewan Perwakilan Daerah Indonesia agar lebih efisien.
commit to user
Download