5. Asep Rohandi.cdr - Portal Publikasi Badan Litbang kehutanan

advertisement
APLIKASI PUPUK DAUN UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN
BIBIT MIMBA ASAL CABUTAN DI PERSEMAIAN
Application of Foliar Fertilizer to Accelerate Seedlings Growth of Neem
from Bare Root in The Nursery
Asep Rohandi1 dan Gunawan2
1,2
Balai Penelitian Teknologi Agroforestry
Jl. Raya Ciamis-Banjar km 4, Ciamis 46201, Telp 0265771352, Fax 0265775866
Email: [email protected]
Naskah Diterima 17 Desember 2013, Naskah disetujui 28 November 2014
ABSTRACT
Neem (Azadirachta indica) is one of multipurpose species that potential enough to be developed. The research
aimed to know affect both dosage and spraying intensity of foliar fertilizer to growth bare root seedling of neem.
Experimental design was used factorial 4 x 4 in completelly random design (CRD) with 3 reflications. That
factors consist of fertilizer dosage (without spraying/control, 4, 6 and 8/liter) and spraying intensity (every 1, 2, 3
and 4 weeks). The parameters of growth observaton were diameter, height and number of leaf of neem seedlings.
Research result showed that dosage and spraying intensity of foliar fertilizer were significant affect to diameter
growth, but did not significant different on height and number of leaf. Foliar dosage was strongly affect and
became the single factor affecting the growth of neem bare root seedlings up to 3 month ages. Spraying with
dossage 6 gram/liter and intensity every 4 weeks can increase diameter growth of neem seedlings 0.138 mm, so
that this method can be applied to support succcessful in the nursery.
Keywords: Bare root seedling, foliar fertilizer dosage, spraying intensity, neem
ABSTRAK
Mimba (Azadirachta indica) merupakan salah satu jenis tanaman serbaguna yang cukup potensial untuk
dikembangkan. Tanaman ini memiliki banyak kegunaan, selain berpotensi sebagai pestisida nabati, hampir
semua bagian tanaman mimba bermanfaat bagi manusia, pertanian, kesehatan, hewan peliharaan dan lingkungan
hidup. Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan dosis dan intensitas penyemprotan pupuk
daun terhadap pertumbuhan bibit mimba asal cabutan di persemaian. Rancangan percobaan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial 4 x 4 dengan 3 kali ulangan. Faktor-faktor
tersebut meliputi dosis pupuk (tanpa penyemprotan/kontrol, 4, 6 dan 8 gram/liter) dan intensitas penyemprotan
(setiap 1, 2, 3 dan 4 minggu). Parameter pertumbuhan yang diamati meliputi diameter, tinggi dan jumlah daun
bibit mimba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi dosis dan intensitas penyemprotan pupuk daun
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter, tetapi tidak berpengaruh terhadap tinggi dan jumlah daun
bibit mimba asal cabutan. Dosis pupuk berpengaruh kuat dan menjadi faktor tunggal yang mempengaruhi
pertumbuhan bibit mimba asal cabutan sampai umur 3 bulan. Penyemprotan dengan dosis 6 gram/liter dengan
intensitas setiap 4 minggu meningkatkan diameter bibit mimba sebesar 0,138 mm sehingga cara tersebut dapat
diaplikasikan untuk menunjang keberhasilan di persemaian.
Kata kunci: Bibit cabutan, dosis, intensitas penyemprotan, mimba, pupuk daun
I. PENDAHULUAN
Pembangunan hutan rakyat merupakan
suatu usaha yang sangat strategis karena
memiliki berbagai manfaat baik dari aspek
ekonomi, ekologi maupun sosial budaya.
Pengembangan hutan rakyat antara lain bertujuan untuk ketahanan pangan masyarakat
sekitar hutan sebagai sumber pendapatan
utamanya dan hasil kayu untuk mendukung
industri perkayuan di Indonesia. Indikator
utama keberhasilan penyeleggaraan hutan
95
Jurnal Penelitian Agroforestry Vol. 2 No. 2, Desember 2014 (hal. 95-105)
rakyat adalah tercapainya manfaat ekonomi
bersih yang optimal bagi kelompok masyarakat di sekitar hutan dan terkelolanya hutan
secara lestari (Darusman dan Wijayanto,
2007).
Salah satu jenis yang potensial dan
mempunyai prospek yang cukup baik untuk
dikembangkan sebagai tanaman hutan
rakyat adalah mimba (A. indica). Tanaman
ini memiliki banyak kegunaan, selain berpotensi sebagai pestisida nabati, hampir
semua bagian tanaman mimba bermanfaat
bagi manusia, pertanian, kesehatan, hewan
peliharaan dan lingkungan hidup. Selain
itu,tanaman mimba juga relatif mudah dan
mampu tumbuh pada berbagai tipe tanah,
daerah yang kurang subur, musim kering
yang lama, dan curah hujan yang sedikit.
Berdasarkan potensi tersebut, maka tanaman
mimba mempunyai prospek yang cukup
baik sebagai alternatif dalam pemilihan jenis
untuk pengembangan hutan rakyat .
Mimba merupakan jenis tanaman
serbaguna, selain memiliki potensi sebagai
pestisida nabati, tanaman ini juga dapat
dimanfaatkan sebagai makanan ternak,
minyak sabun, parfum, shampo, pasta gigi,
lilin, konservasi dan lain-lain. Manfaat
tanaman mimba sebagai tanaman konservasi
karena memiliki struktur akar yang sering
menyamai tinggi pohon menjadikan tanaman ini sebagai penahan air dan tanah
sehingga dapat mengantisipasi erosi dan
kekeringan. Tanaman mimba juga relatif
mudah tumbuh dan mudah perawatannya
karena mampu tumbuh pada daerah yang
kurang subur, pada lokasi dengan berbagai
tipe tanah, musim kering yang lama, dan
curah hujan yang sedikit. Dengan demikian
tanaman mimba mampu menjadi tanaman
pionir di lahan kering (Joker, 2001;
Pramono, 2003; Ade, 2005) sehingga cocok
untuk dikembangkan menjadi tanaman
rehabilitasi di lahan-lahan marjinal.
Keberhasilan penanaman jenis hutan
rakyat masih mengalami beberapa hambatan, diantaranya dari aspek perbenihan
yaitu masih sulitnya mendapatkan bibit
dengan jumlah/kuantitas yang cukup serta
informasi teknologi penanganan benih yang
96
masih sangat terbatas. Hal tersebut merupakan bagian kecil dari beberapa rangkaian
kegiatan penanaman, tetapi tidak bisa
diabaikan karena akan berpengaruh terhadap kualitas tegakan di lapangan. Perbanyakan tanaman mimba dapat dilakukan
secara generatif ataupun vegetatif. Perbanyakan tanaman secara generatif banyak
mengalami hambatan karena benih mimba
bersifat rekalsitran (tidak dapat disimpan
lama). Hal tersebut dapat ditanggulangi
diantaranya melalui pemanfaatan bahan
tanaman/bibit asal cabutan. Palemba et al.
(2012) menjelaskan bahwa bibit yang
bermutu dan berkualitas dapat dilihat dari
pertumbuhan tinggi bibit, diameter batang
yang besar dan jumlah daun yang banyak.
Salah satu usaha yang perlu dilakukan untuk
menghasilkan bibit berkualitas diantaranya
melalui aplikasi/pengguanaan pupuk daun
di persemaian.
Pemberian pupuk lewat daun mempunyai beberapa keuntungan antara lain : 1)
Pupuk yang diberikan lewat tanah tidak
seluruhnya mencapai akar tanaman karena
adanya beberapa kedala, baik dari sifat
kimia pupuk maupun sifat tanah, 2) Kelarutannya lebih baik dibanding pupuk akar
sehingga cepat dan mudah diserap oleh
tanaman, 3) Pemberiannya dapat lebih
merata dan 4) Kepekatannya dapat diatur
sesuai pertumbuhan tanaman (Rahman,
2009; Meliantari, 2011). Selain itu, pupuk
daun mengandung unsur hara makro dan
mikro yang dapat menunjang pertumbuhan
dalam fase vegetatif (Palemba et al., 2012).
Upaya yang dapat ditempuh agar pemupukan lebih efektif dan efisien adalah
dengan menyemprotkan larutan pupuk pada
daun dengan dosis yang tepat sesuai kebutuhan tanaman (Anonim, 2006; Tabri, 2011).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan dosis dan intensitas
penyemprotan pupuk daun terhadap pertumbuhan bibit mimba asal cabutan di persemaian. Hasil dari kegiatan ini diharapkan akan
diketahui cara penyemprotan yang paling
efektif dan efisien pada bibit bibit mimba
asal cabutan untuk mendukung penyediaan
bibit mimba untuk berbagai program
penanaman.
Aplikasi Pupuk Daun untuk Memacu Pertumbuhan ..... (Asep Rohandi dan Gunawani)
II. BAHAN DAN METODE
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca
dan Persemaian Balai Penelitian Teknologi
Agroforestry (BPTA) Ciamis. Sementara,
pengambilan bibit mimba (A. indica) dilakukan dari Subang, Jawa Barat. Penelitian
dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Juni
2009.
B. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah bibit
mimba (A.indica) asal cabutan yang diambil
pada bulan Pebruari 2009 dari Subang, Bawa
Barat. Bahan lainnya adalah pupuk daun
yang merupakan pupuk lengkap dengan
komposisi bahan aktif sebagai berikut:
nitrogen 20%, fosfor 15%, kalium 15%,
magnesium 1% dan dilengkapi dengan
unsur-unsur mangan (Mn), boron (B), tembaga (Cu), kobal (Co), seng (Zn), serta
vitamin-vitamin untuk pertumbuhan tanaman seperti aneurine, lactoflavine dan amid.
Selain itu, digunakan juga bahan-bahan
seperti pasir, tanah, kompos, bambu, serbuk
gergaji, sekam padi, kardus, pupuk kandang,
plastik, polibag. Alat yang digunakan meliputi: timbangan, sprayer, cangkul, kaliper
dan alat tulis.
C. Metode Penelitian
Kegiatan penelitian dilakukan dimulai
dengan pengambilan semai mimba. Semai
diambil dari bawah tegakan mimba yang
diseleksi terlebih dahulu, dimana semai
yang berukuran seragam seraca fisik dan
sehat dipilih sebagai bahan penelitian.
Semai dikemas dalam pelepah pisang yang
kemudian diangkut ke persemaian. Sebelum
diberi perlakuan, untuk sementara semai
ditanam dan dipelihara dalam tanah sampai
kelihatan segar.
Penyapihan dilakukan setelah semai
ditanam sementara sekitar 1 minggu. Semai
tersebut ditanam pada polibag yang telah
diisi media yaitu campuran tanah, kompos
dan sekam padi (1:1:1). Semai dalam
polibag kemudian ditempatkan di bawah
shading net (70%) sesuai yang disusun
dengan rancangan perlakuan yang akan
diberikan.
Penyemprotan pada bibit dilakukan
mulai umur 1 minggu setelah penyapihan.
Pupuk daun Gandasil-D dilarutkan oleh air
dengan dosis sesuai perlakuan. Bibit mimba
dalam polibag dan telah diberi perlakuan,
kemudian dipelihara secara rutin meliputi
pembersihan gulma dan penyiraman yang
dilakukan setiap 2 kali sehari atau sesuai
kondisi kelembaban di persemaian.
D. Rancangan percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Lengkap Faktorial (4 x 4) dengan 3 kali
ulangan. Jumlah satuan percobaan adalah 9
semai sehingga secara keseluruhan jumlah
semai yang diamati adalah 432 semai.
Faktor A merupakan dosis penyemprotan Gandasil yang terdiri dari: Faktor A
adalah dosis penyemprotan yang meliputi:
A1 = tanpa penyemprotan, A2 = 4 gram/liter
air, A3 = 6 gram/liter air, dan A4 = 8 gram/
liter air. Faktor B adalah intensitas penyemprotan, yang terdiri dari: B1 = setiap 1
minggu, B2 = setiap 2 minggu, B3 = setiap 3
minggu dan B4 = setiap 4 minggu. Penyemprotan pupuk daun dilakukan sampai bibit
berumur 3 bulan. Kegiatan ini dilakukan
pada pagi hari (09.00-10.00 WIB) dengan
menggunakan semprotan (sprayer) kecil.
Pada saat penyemprotan tanaman dibatasi/
dihalangi dengan kardus berbentuk segi
empat sesuai dengan perlakuan masingmasing untuk menghindari terjadinya bias
akibat kesalahan dalam penyemprotan.
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi bibit, diameter bibit dan
jumlah daun. Setiap parameter diukur pada
umur 1 bulan sampai 3 bulan.
E. Analisa Data
Data hasil pengamatan dianalisis
menggunakan analisis sidik ragam/Anova.
Apabila hasil uji F yang dihasilkan dari
analisis ragam berpengaruh nyata terhadap
97
Jurnal Penelitian Agroforestry Vol. 2 No. 2, Desember 2014 (hal. 95-105)
suatu parameter maka dilanjutkan dengan uji
beda rata-rata Duncan (Steel and Torrie,
1993).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Pengamatan pertumbuhan bibit mimba
(A. indica) asal cabutan dilakukan selama 3
bulan. Hasil analisa ragam pengaruh dosis
dan intensitas penyemprotan pupuk daun
Gandasil-D terhadap pertumbuhan (pertambahan tinggi, diameter dan jumlah daun)
semai mimba asal cabutan dapat dilihat pada
Tabel 1.
Hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa dosis pupuk daun berpengaruh nyata
terhadap semua parameter yang diamati.
Sementara itu, intensitas penyemprotan
tidak memberikan pengaruh nyata terhadap
parameter pertumbuhan semai mimba asal
cabutan yang diamati sampai umur 3 bulan.
Interaksi antara dosis pupuk daun dengan
intensitas penyemprotan tidak berpengaruh
nyata terhadap parameter tinggi dan jumlah
daun, tetapi berpengaruh nyata terhadap
diameter bibit mimba.
a. Diameter Semai
Hasil pengamatan sampai umur 3 bulan
menunjukkaan bahwa perbedaan intensitas
penyemprotan pupuk daun Gandasil-D ber-
pengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter semai apabila dikombinasikan dengan
dosis penyemprotan (Tabel 1). Sementara
itu, dosis pupuk berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan diameter semai dengan atau
tanpa dikombinasikan dengan intensitas
penyemprotan, sehingga dosis pupuk menjadi faktor tunggal yang mempengaruhi
pertumbuhan diameter semai. Diameter
semai terbesar pada umur 3 bulan dicapai
pada perlakuan tanpa penyemprotan dengan
diameter sebesar 3,4 mm yaitu terjadi
peningkatan diameter sebesar 0,138 mm.
Sementara itu, diameter terkecil ditunjukkan
pada bibit yang disemprot perlakuan
penyemprotan dosis 8 gram/liter dan
intensitas penyemprotan setiap 1 minggu
(A4B1) dan 2 minggu (A4B2) dengan ratarata diameter masing-masing sebesar 0,28
mm. Masing-masing perlakuan mengalami
penambahan diameter sebesar 0,078 mm
dibandingkan diameter awal semai sebelum
perlakuan (Tabel 2).
b. Tinggi Semai
Data pengamatan pertumbuhan tinggi
semai mimba sampai umur 3 bulan dengan
berbagai perlakuan penyemprotan menunjukkan bahwa dosis pupuk berpengaruh
nyata, sedangkan intensitas penyemprotan
dan interaksinya menunjukkan pengaruh
yang tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan tinggi bibit mimba asal cabutan. Pada
Tabel 1. Rekapitulasi hasil analisis ragam beberapa parameter pertumbuhan semai mimba
(A. indica)
Table 1. Summary of the analysis of variance on the growth characteristics of neem (A.
indica) seedlings
Parameter pertumbuhan / Growth parameters
Media /Media
Dosis pupuk daun / Dosage of foliar fertilizer
Intensitas penyemprotan / Spraying intensity
Interaksi / Interaction
Δ Tinggi /
Δ Diameter /
Δ Jumlah Daun /
Height
Diameter
Number of Leaf
121.272 *
40.126 ns
60.239 ns
0.016 *
0.004 ns
0.007 *
100.858*
38.881 ns
22.651 ns
Keterangan (Remarks): ** : Berpengaruh sangat nyata pada selang kepercayaan 99% (very significant at 95% confident
level)
* : Berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% (significant at 95% confident level)
ns : Tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% (not significant at 95% confident
level)
98
Aplikasi Pupuk Daun untuk Memacu Pertumbuhan ..... (Asep Rohandi dan Gunawani)
Rata-rata pertumbuhan diameter semai mimba (A. indica) sampai umur 3 Bulan
pada berbagai perlakuan penyemprotan
Table 2. Average diameter growth of neem seedlings on several spraying treatments up to 3month old
Tabel 2.
No
Perlakuan
(Treatment)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
A1B1
A1B2
A1 B3
A1 B4
A2 B1
A2 B2
A2 B3
A2 B4
A3 B1
A3 B2
A3 B3
A3 B4
A4 B1
A4 B2
A4 B3
A4 B4
Rata-rata diameter (mm) pada umur ke(Average diameter up to)
1 Bulan
(One month)
2 Bulan
(Two month)
0.19
0.21
0.19
0.21
0.20
0.21
0.22
0.21
0.21
0.21
0.21
0.19
0.19
0.19
0.20
0.20
0.23
0.25
0.22
0.23
0.25
0.23
0.23
0.23
0.23
0.24
0.24
0.24
0.23
0.25
0.22
0.24
3 Bulan
(Three month)
0.29
0.34
0.29
0.31
0.32
0.33
0.31
0.31
0.32
0.31
0.31
0.31
0.28
0.28
0.29
0.31
Δ
D
iameter
(Diameter)
(0-3 bulan) /
(0-3 month)
0.09 de
0.14 a
0.09 de
0.11 abcd
0.12 abc
0.13 ab
0.11 abcd
0.11 abcd
0.12 abc
0.11 abcd
0.11 abcd
0.11 abcd
0.08 e
0.08 e
0.09 cde
0.11 abcd
Keterangan (Remarks): Faktor A adalah dosis penyemprotan yang meliputi : A1 = tanpa penyemprotan, A2 = 4
gram/liter air, A3 = 6 gram/liter air, dan A4 = 8 gram/liter air. Faktor B adalah intensitas
penyemprotan, yang terdiri dari : B1 = setiap 1 minggu, B2 = setiap 2 minggu, B3 =
setiap 3 minggu dan B4 = setiap 4 minggu
Angka-angka yang secara horizontal diikuti oleh huruf sama tidak saling berbeda
nyata pada taraf 0,01 hasil uji jarak berganda Duncan (Figures followed horizontally
by the same letters are not significantly different in accordance with the results of
the 0,01 levels Duncan's multiple range test) : a>b>c>c>d
umur 3 bulan, rata-rata tinggi bibit berkisar
antara 13,91-20,81 cm dengan pertambahan
tinggi antara antara 5,047-11,955 cm. Ratarata tinggi semai umur 1-3 bulan dan pertumbuhan tinggi semai sampai umur 3 bulan
disajikan pada Tabel 3.
daun antara 2,723-7,549 helai daun. Ratarata jumlah daun pada setiap bulan dan
pertambahan jumlah daun sampai akhir
pengamatan selengkapnya dicantumkan
pada Tabel 4.
B. Pembahasan
c. Jumlah Daun
Pengaruh perlakuan penyemprotan
pupuk daun Gandasil D terhadap parameter
jumlah daun menunjukkan bahwa perlakuan
dosis pupuk berpengaruh nyata terhadap
pertambahan jumlah daun, sedangkan intensitas penyemprotan dan interaksinya belum
menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata.
Rata-rata jumlah daun pada akhir pengamatan (umur 3 bulan) berkisar antara 7,4413,00 helai dengan pertambahan jumlah
Hasil analisis ragam (Tabel 1) memperlihatkan bahwa dosis penyemprotan berpengaruh terhadap semua parameter pertumbuhan. Berpengaruhnya perbedaan dosis
penyemprotan terhadap parameter pertumbuhan semai yang diamati disebabkan oleh
konsentrasi pupuk daun (Gandasil-D) yang
mendekati optimum tersebut terjadi peningkatan laju respirasi yang mempengaruhi
proses fisiologis pada bahan stek, termasuk
peningkatan laju sintesa RNA, DNA, pro99
Jurnal Penelitian Agroforestry Vol. 2 No. 2, Desember 2014 (hal. 95-105)
Tabel 3. Rata-rata pertumbuhan tinggi semai mimba (A. indica) pada berbagai perlakuan
penyemprotan sampai umur 3 bulan
Table 3. Average height growth of neem seedlings on several spraying treatment up to 3month old
No.
Perlakuan
(Treatment)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
A1B1
A1B2
A1 B3
A1 B4
A2 B1
A2 B2
A2 B3
A2 B4
A3 B1
A3 B2
A3 B3
A3 B4
A4 B1
A4 B2
A4 B3
A4 B4
Rata-rata tinggi (cm) pada umur ke(Average height up to)
1 Bulan
2 Bulan
3 Bulan
(One month)
(Two month)
(Three month)
9.19
13.09
18.17
8.86
12.41
16.89
9.85
12.68
19.41
9.94
12.87
18.98
9.66
12.65
18.20
9.50
11.78
16.78
10.60
13.59
19.50
9.62
12.11
16.92
9.86
12.67
17.74
9.04
12.30
19.27
10.32
14.20
19.67
9.05
12.96
20.81
9.06
12.98
17.89
9.65
13.06
17.89
8.97
12.46
17.50
9.26
12.11
13.91
Δ Tinggi
(Height)
(0-3 bulan) /
(0-3 month)
9.29
8.03
10.55
10.25
9.69
7.98
10.64
8.30
8.88
10.35
10.81
11.96
9.03
9.03
8.64
5.05
Keterangan (Remarks): Faktor A adalah dosis penyemprotan yang meliputi: A1 = tanpa penyemprotan, A2 = 4
gram/liter air, A3 = 6 gram/liter air, dan A4 = 8 gram/liter air. Faktor B adalah intensitas
penyemprotan, yang terdiri dari : B1 = setiap 1 minggu, B2 = setiap 2 minggu, B3 =
setiap 3 minggu dan B4 = setiap 4 minggu
Angka-angka yang secara horizontal diikuti oleh huruf sama tidak saling berbeda
nyata pada taraf 0,01 hasil uji jarak berganda Duncan (Figures followed horizontally
by the same letters are not significantly different in accordance with the results of
the 0,01 levels Duncan's multiple range test) : a>b>c>c>d
tein dan peningkatan kemampuan absorpsi
ion dari larutan luar (Suastika et al., 1987).
Gandasil-D mengandung unsur makro N, P,
K Mg dan beberapa unsur mikro yang
dibutuhkan oleh tanaman. Tanaman mimba
pada saat pembibitan membutuhkan Nitrogen dalam jumlah besar, karena pada saat itu
jaringan tanaman aktif mengadakan pertumbuhan. Nitrogen berperan sebagai pembentuk protoplasma, sehinga ukuran sel menjadi
lebih besar dan lebih banyak jumlahnya. Air
merupakan pelarut bagi ion-ion, sehingga
memungkinkan semakin banyaknya unsurunsur yang terkandung di dalam pupuk daun
Gandasil-D dapat diserap masuk ke dalam
sel. Sarief (1985) menyatakan bahwa apabila unsur Nitrogen cukup maka akan dapat
menghasilkan protein lebih banyak dan daun
tumbuh lebih lebar, akibatnya aktivitas
100
fotosintesis lebih tinggi. Makin tinggi laju
asimilasi bersih (LAB) maka fotosintat yang
ditranslokasikan ke organ-organ bibit seperti akar, batang dan daun juga meningkat.
Sementara itu, Jumin (1991) menegaskan
bahwa Nitrogen merupakan bagian penting
dari khlorofil yang berperan dalam proses
fotosintesis, meningkatkan kemampuan
tanaman untuk menyerap unsur hara lain,
merangsang pertumbuhan, dan menambah
tinggi tanaman.
Cukupnya kebutuhan hara tanaman
baik unsur makro maupuan mikro, akan
mem-bantu metabolisme tanaman berjalan
lancar, selanjutnya akan berguna dalam
memacu pertumbuhan tanaman, baik daun,
batang maupun akar (Musnamar, 2003).
Menurut Lakitan (2000) pertumbuhan
terkonsentrasi pada jaringan meristem yang
Aplikasi Pupuk Daun untuk Memacu Pertumbuhan ..... (Asep Rohandi dan Gunawani)
Tabel 4.
Table 4.
Rata-rata pertumbuhan jumlah daun Mimba (A. indica) sampai umur 3 bulan pada
berbagai perlakuan penyemprotan
Average number of leaves up to 3-month old neem (A. indica) seedlings at many
spraying treatments
No.
Perlakuan
(Treatment)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
A1B1
A1B2
A1 B3
A1 B4
A2 B1
A2 B2
A2 B3
A2 B4
A3 B1
A3 B2
A3 B3
A3 B4
A4 B1
A4 B2
A4 B3
A4 B4
Rata–rata jumlah daun (helai) pada Umur ke(Average number of leaves up to )
1 Bulan
(One month)
2 Bulan
(Two month)
3 Bulan
(Three month)
5.93
5.81
5.74
5.89
5.59
5.85
5.89
6.18
5.48
5.22
5.41
6.19
6.19
5.56
5.19
5.44
6.93
7.93
9.00
7.07
7.44
6.63
7.37
7.26
7.22
7.26
6.33
7.11
7.15
6.74
7.03
5.89
10.12
9.44
8.70
9.70
9.44
8.82
8.96
10.42
9.56
11.27
9.00
13.00
7.93
7.93
8.70
7.44
Δ Jumlah daun
(Number of
leaves) /
(0-3 bulan)
(0-3 month)
4.59
4.07
3.79
4.61
4.29
3.18
3.63
4.83
3.97
5.57
3.61
7.55
2.74
2.74
3.12
2.72
Keterangan (Remarks): Faktor A adalah dosis penyemprotan yang meliputi : A1 = tanpa penyemprotan, A1 = 2
gram/liter air, A2 = 4 gram/liter air, A3 = 6 gram/liter air, dan A4 = 8 gram/liter air.
Faktor adalah intensitas penyemprotan, yang terdiri dari : 1 = setiap 1 minggu, 2 =
setiap 2 minggu, 3 = setiap 3 minggu dan 4 = setiap 4 minggu
Angka-angka yang secara horizontal diikuti oleh huruf sama tidak saling ereda nyata
pada taraf 0,01 hasil uji jarak erganda Duncan (Figures followed horizontally ya the
same letters are not significantly different in accordance with the results of the 0,01
levels Duncan's multiple range test) : a>>c>c>d
terdiri dari sel-sel baru yang dihasilkan dari
proses pem-belahan sel dan yang menyebabkan bertam-bahnya ukuran tanaman adalah
pembesaran sel yang dihasilkan oleh pembelahan sel tersebut. Jaringan meristem ini
ditemukan pada bagian ujung akar, ujung
batang dan juga terdapat pada pangkal
batang dan pangkal daun. Heddy (1996),
bahwasanya semua sel-sel tanaman kecuali
yang selamanya bersifat meristemik mempunyai 3 fase dalam pertumbuhan yakni
pembelahan, pembesaran, dan perpanjangan. Pupuk daun Gandasil selain
mengandung unsur makro N, P, dan K juga
mengandung 1% unsur Mg, Mn, B, Cu, Co,
Zn, dan Hormon Aneurine. Adanya hormon
Aneurine pada pupuk Gandasil diduga
menyebabkan tanaman yang diberi pupuk
daun ini memperlihatkan pertumbuhan
vegetatif yang lebih baik.
Dosis terbaik penyemprotan pupuk
Gandasil pada bibit tanaman mimba adalah
6 gram/liter dengan intansitas penyemrotan
selama 4 minggu sekali. Pada umur bibit
mimba 3 bulan (Gambar 1) pertumbuhan
tinggi dan jumlah daun dengan dosis 6 gram/
liter lebih baik dibandingakan dengan dosis
8 gram/liter. Harjadi (1993), pemberian
unsur hara pada tanaman yang berlebih akan
menyebabkan keracunan dan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan bahkan jika
dalam kondisi terus berlanjut dapat menyebabkan kematian tanaman. Selanjutnya
Lingga dan Marsono (2005) menjelaskan
bahwa semakin tinggi konsentrasi pupuk
yang diberikan mengakibatkan hara dalam
101
Jurnal Penelitian Agroforestry Vol. 2 No. 2, Desember 2014 (hal. 95-105)
Gambar 1. Pengaruh perbedaan dosis pupuk daun (A1: kontrol, A2: 4 gr/liter, A3: 6 gr/liter
dan A4: 8 gr/liter) terhadap pertumbuhan tinggi, diameter dan jumlah daun bibit
mimba sampai umur 3 bulan
Figure 1. Effect of foliar dosage differences (A1: control, A2: 4 gr/liter, A3: 6 gr/liter dan
A4: 8 gr/liter) to height, diameter and number of leaf of neem up to 3 years old
keadaan berlebih, sehingga akan menekan
laju pertumbuhan dan menurunkan hasil
tanaman. Dengan demikian setiap jenis
tanaman mempunyai dosis yang optimum
untuk penggunaan pupuk daun. Efektifitas
pemberian dosis pupuk Gandasil-D dapat
dilihat pada beberapa jenis tanaman diantaranya jabon merah (Anthocephalus macrophyllus) (Palemba et al., 2012) dimana dosis
terbaik pupuk Gandasil-D adalah pada
konsentrasi 2 gram/liter, kesambi (Schleiera
oleosa) (Syahril, 2007) pada dosis 5
gram/liter serta pada bibit jati (Tectona
102
grandis) pada dosis 30 gram/liter (Witanto,
2005). Sementara itu, Faqih (2007) menjelaskan bahwa pupuk daun Gandasil-D
berpengaruh nyata terhadap panjang benih
dan dimeter batang tetapi tidak berpengaruh
terhadap jumlah dan lebar daun gaharu
(Girinops versteegii (Gilg) Domke). Pada
bibit tanaman manggis (Gracinia mangostana L.) pemberian pupuk daun Gandasil-D
tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tinggi, diameter, maupun jumlah
daun (Diana, 2008).
Aplikasi Pupuk Daun untuk Memacu Pertumbuhan ..... (Asep Rohandi dan Gunawani)
Gambar 2. Kondisi bibit mimba umur 1 bulan setelah dilakukan perlakuan
penyemprotan
Figure 2. Condition of neem (A. indica) seedlings at 1 years old after
treatment of spraying
Pelakuan intensitas penyemprotan dan
interaksi dengan dosis penyemprotan tidak
berpengaruh terhadap semua parameter
pengamatan. Tidak berpengaruhnya perlakuan intensitas penyemprotan disebabkan
interval penyemprotan yang terlalu pendek
waktunya hal ini mengakibatkan pengaruh
dari penyemprotan sebelumnya masih
belum habis sudah dilakukan penyemprotan
lagi. Hal tersebut juga terjadi pada tanaman
aggrek yang menunjukkan bahwa waktu dan
frekuensi pemupukan daun tidak berpengaruh terhadap jumlah daun, diameter
daun, dan jumlah anakan (Setyawati, 2006).
Sementara itu, Zanzibar et al. (2001)
melaporkan bahwa periode penyemprotan
pupuk daun Regent 50 SC tidak berpengaruh
terhadap pertumbuhan bibit sengon (Falcataria moluccana) di persemaian. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,
untuk meningkatkan efektifitas, maka
intensitas penyemprotan Gandasil-D yang
disarankan untuk bibit mimba adalah setiap
4 minggu.
IV. KESIMPULAN
1. Kombinasi perbedaan dosis pupuk dan
intensitas penyemprotan pupuk daun
Gandasil-D berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan dimeter bibit, tetapi tidak
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi bibit dan jumlah daun.
Dosis pupuk berpengaruh kuat dan
menjadi faktor tunggal yang mempengaruhi pertumbuhan bibit mimba (A.
indica) asal cabutan sampai umur 3
bulan.
2. Meskipun tidak berpengaruh terhadap
tinggi bibit dan jumlah daun, pemberian
pupuk daun Gandasil-D dosis 6 gram/
liter air dengan intensitas penyemprotan
setiap 4 minggu memberikan hasil terbaik bagi pertumbuhan diameter bibit
sehingga dapat diterapkan untuk menunjang keberhasilan persemaian bibit
mimba asal cabutan di persemaian.
103
Jurnal Penelitian Agroforestry Vol. 2 No. 2, Desember 2014 (hal. 95-105)
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 1990. Dasar-Dasar Pengetahuan
Tentang Zat Pengatur Tumbuh.
Penerbit Angkasa, Bandung. 85 hal.
Ade. 2005. Pemanfaatan Tanaman Mimba
Untuk Rehabilitasi Lahan Kering
Sekaligus Meningkatkan Ekonomi
Masyarakat Pedesaan dalam Prosiding Diskusi Hasil Penelitian Kehutanan ”Melalui IPTEK Kehutanan dan
Pemberdayaan Potensi Lokal, Kita
Tingkatkan Upaya Pelestarian Hutan
dan Kesejahteraan Masyarakat”.
Denpasar, 16 November 2005. Pusat
Litbang Hutan dan Konservasi Alam.
Badan Litbang Kehutanan. Departemen Kehutanan.
Anonim. 2006. Pupuk Organik Cair
Lengkap (POCL), Makassar.
Darusman, D. dan Wijayanto, N. 2007.
Aspek ekonomi hutan rakyat (skim
pendanaan). Makalah disampaikan
pada Studium General dalam Pekan
Hutan Rakyat II di Balai Penelitian
Kehutanan Ciamis, tanggal 30 Oktober 2007.
Diana, R. 2008. Pengaruh Pemberian Kombinasi Agrobacterium Rhizogenes
Dengan Acetosyringone Dan Pupuk
Daun Terhadap Pertumbuhan Bibit
Manggis (Garcinia Mangostana L.).
Departemen Agronomi Dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Faqih, M.F. 2007. Pengaruh Macam Dan
Interval Pemberian Pupuk Daun
Terhadap Pertumbuhan Semai Gaharu
(Gyrinops versteegii (Gilg) Domke).
http://eprints.umm.ac.id/87/46/. 17
Juli 2013.
Harjadi, M.M.S.S. 1993. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia, Jakarta. 197 hlm.
Heddy. 1996. Hormon tumbuh. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta. 195 hal.
104
Jumin, H.B. 1991. Dasar-Dasar Agronomi.
Penerbit Rajawali Pres, Jakarta. 140
hal.
Joker, D. 2001. Azadirachta indica A. Juss.
Informasi Singkat Benih No. 3, Maret
2001. Direktorat Perbenihan Tanaman
Hutan. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial.
Jakarta.
Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan
dan Perkembangan Tanaman. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Lakitan, B. 2000. Dasar-dasar fisiologi
tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta. 203 hal.
Lingga, P. dan Marsono. 2005. Petunjuk
Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.150 hlm.
Loveless, A.R. 1983. Principles of Plant
Biology for Tropics. Logman Group
Limited.
Meliantari, D. 2011. Pupuk Daun dan Penggunaannya. dianmeliantari.edublogs.
org. Diakses tanggal 5 Maret 2014.
Mengel, K. And Kirlby. 1982. Principles of
Plant Nutrition. Internatuional Potash
Institute. Swizerland.
Musnawar. 2003. Pupuk organik cair dan
padat pembuatan aplikasi. Penebar
Swadaya. Jakarta. 75 hal.
Palemba, T.Y., Lasut, M. T., Kalangi, J. I.,
Thomas. A. 2012. Aplikasi Pupuk
Daun Gandasil D Terhadap Pertumbuhan Bibit Jabon Merah (Anthocep h a l u s m a c ro p h y l l u s H a v i l ) .
http://ejournal.unsrat.ac.id. 17 Juli
2013.
Rahman, S. 2009. Pupuk Daun Kelebihan
dan Kekurangan. http://bapeluh.blogspot.com/. Diakses tanggal 5
Maret 2014.
Rhone-poulenc. 1996. Fipronil. Worldwide
Technical Bulletin. Research Triangle
Park. USA.
Aplikasi Pupuk Daun untuk Memacu Pertumbuhan ..... (Asep Rohandi dan Gunawani)
Sabarnudin, S. 1979. Physiologi Pohon.
Yayasan Pembina. Fakultas Kehutanan. Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta.
Salisbury, R. and C.W. Ross. 1991. Plant
Physiology. Wadsworth Publishing
Company. Belmont. California.
Sarief, E.S. 1985. Kesuburan Tanah dan
Pemupukan Tanah Pertanian. Penerbit
Pustaka Buana, Bandung. Hal. 130134.
Setyawati, A. 2006. Pengaruh Waktu Dan
Frekuensi Apllkasl Pupuk Daun Terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan
Anggrek (Dendrobium sp). Program
Studi Hortikultura Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1993. Prinsip
dan Prosedur Statistika. Terjemahan.
PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Suastika, K., P. Dharma, I W. Wiraatmaja
dan S.M. Sarwadana. 1987. Fisiologi
Tumbuhan I Metabolisme Tumbuhan.
Laboratorium Fisiologi Tumbuhan
Fakultas Pertanian, Universitas
Udayana, Denpasar. 197 hal.
Syahril, Y. 2007. Respon Pertumbuhan Bibit
Kesambi (Schleicsera oleosa Merr
Linn F) Dari Berbagai Media dan
Konsentrasi Larutan Pupuk Daun
Gandasil –D. http://eprints.umm.
ac.id/8017/. Diakses tanggal 17 Juli
2013.
Tabri, F. 2011. Pengaruh Pemberian Pupuk
Pelengkap Cair Gandasil-B Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis.
Prosiding Seminar Nasional Serealia
2011.
Witanto, W. 2005. Pengaruh Konsentrasi
Pupuk Daun Gandasil D Dengan
Ukuran Benih Terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Semai Jati
(Tectona grandis Linn. F). Department of Forestry - student-research.umm.ac.id
Zanzibar, Buharman dan D.J. Sudrajat.
2001. Pengaruh Dosis Regent 50 SC
dan Periode Penyemprotan terhadap
Pertumbuhan Bibit Paraserianthes
falcataria (L) Nielsen dan Acacia
mangium Willd. Buletin Teknologi
Perbenihan Vol. 5 No.1. Balai Teknologi Perbenihan Bogor.
Sutedjo, Kartasapoetra dan Sastroatmodjo.
1991. Mikrobiologi Tanah. PT. Rineka
Cipta. Jakarta.
105
Download