BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya Pada

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Penelitian Sebelumnya
Pada penelitian sebelumnya, peneliti mengambil contoh skripsi Adhika
Pertiwi wisuda (2012) yang berjudul “Pemahaman Jurnalis Mengenai Konsep
Jurnalisme Bencana”. Berdasarkan penelitian tersebut diketahui bahwa jurnalis
sudah memahami konsep jurnalisme bencana meski tidak menyeluruh.
Pemahaman jurnalis diukur dari kemampuan jurnalis untuk menerjemahkan,
menginterpretasi dan menyimpulkan prinsip-prinsip dalam jurnalisme bencana.
Jurnalis memahami prinsip-prinsip peliputan dalam peristiwa bencana.
Jurnalis memahami prinsip-prinsip peliputan dalam peristiwa bencana, yaitu
prinsip akurasi, pemberian porsi pemberitaan untuk menampung suara korban,
mengangkat aspek human element, dan pemberitaan mengenai sisi lain peristiwa
bencana.
Peneliti terdahulu ini memiliki konteks atau jenis yang sama dengan
penelitian yang penulis lakukan yaitu pemahaman. Perbedaannya terletak pada
teori dan objek penelitian. Teori yang digunakan pada penelitian terdahulu adalah
teori konsep diri dan objek penelitian terdahulu adalah para jurnalis bencana dari
media cetak, media televisi dan media online. Sedangkan teori yang digunakan
pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah teori kepribadian implisit dan
teori penetrasi sosial dan objek penelitian yang dilakukan.
9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
Penelitian selanjutnya adalah skripsi berjudul Fotografi Jurnalistik
sebagai Media Komunikasi Dakwah oleh Achmad Baihaki Lutfi dari Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta yang mengambil penelitian dalam Koran
Merapi Yogyakarta. Hasilnya, penelitian bagaimana teknik fotografi jurnalistik di
Koran Merapi dalam menyampaikan suatu pesan kepada pembaca.
Hasilnya, fotografi jurnalistik Koran Merapi memuat beberapa kasus
kriminal yang sering terjadi di masyarakat, mulai dari pencurian, penikaman,
perampokan, pembunuhan, dan sebagainya. Foto-foto tersebut tidak sedikitpun
mengesankan kesedihan, apalagi menularkan kengerian agar pembaca mengingat
bahwa kejahatan selalu dekat dengan masyarakat. Bahkan, kehadiran Koran
Merapi dengan berbagai berita krimnalnya masyarakat dapat mengetahui modusmodus operandinya.
2.2
Media Massa
2.2.1 Pengertian Media Massa
McLuhan mengungkapkan pengertian media massa sebagai suatu jenis
komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak tersebar, heterogen, dan
anonim melewati media cetak atau elektronik. Sehingga pesan informasi yang
sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Pengertian “dapat” di sini
menekankan pada pengertian bahwa jumlah sebenarnya penerima pesan informasi
melalui media massa pada saat tertentu tidak lah esensial. Yang penting ialah
“The communicator is a social organization”.7
7
Cangara, Hafied. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT. Raja Grafindo Persada. Hal 126.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
Media
massa
memberikan informasi dan membantu masyarakat
mengetahui secara jelas tentang dunia sekelilingnya kemudia menyimpannya
dalam ingatan masyarakat. Media massa berguna sebagai pengawas bagi
masyarakat untuk mengajukan perbandingan dari apa yang kita lihat dan dengar
tentang dunia lain di luar lingkungan masyarakat hidup. Media massa sejak awal
sebenarnya melakukan tugas kemudian membagi informasi yang diinginkan oleh
masyarakat umum.
Manfaat media massa adalah :
1.
Menjangkau suatu khalayak yang luas dan cepat
2.
Menciptakan pengetahuan dan menyebarluaskan informasi
3.
Mengarahkan perubahan pada sikap yang dianut
Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan
Praktik : “Media massa memiliki kemampuan yang efektif untuk menyebarkan
informasi karena dapat diterima oleh komunikan dalam jumlah relative banyak”.
2.2.2 Karakteristik Media Massa
Media massa sebagai alat penyampaian pesan yang digunakan oleh
komunikator dalam proses komunikasi massa juga memiliki karakteristik. Berikut
karakteristik media massa :
1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media dari banyak orang,
yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan, sampai pada penyajian informasi.
2. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan
terjadinya dialog antara pengirim dan penerima pesan. Walaupun ada umpan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
baliknya atau interaksinya, biasanya tertunda atau memerlukan waktu yang
lama.
3. Meluas dan serentak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak,
karena ia memiliki kecepatan bergerak secara simultan, dimana informasi
yang disampaikan diterima oleh khalayak banyak secara bersamaan.
4. Memakai peralatan teknis atau mekanis seperti radio, televisi, surat kabar, dan
semacamnya.
5. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana
saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin dan suku bangsa. 8
2.2.3 Fungsi Komunikasi Massa
Fungsi komunikasi massa secara umum menurut effendy9. Fungsi
Informasi, fungsi informasi ini diartikan bahwa media massa adalah penyebar
informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan
oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingannya.
Khalayak sebagai makhluk sosial akan selalu merasa haus akan informasi yang
terjadi.
Sebagian informasi didapat bukan dari sekolah, atau tempat bekerja,
melainkan dari mereka. Kita belajar musik, politik, ekonomi, hukum, seni,
sosiologi, psikologi, komunikasi, dan hal lain dari media. Kita belajar
keterampilan menggunakan komputer, memasak, menjahit, dan lain sebagainya
dari media. Kita mengenal tempat-tempat bersejarah yang ada didunia juga dari
8
Cangara, Hafied. 2009. Pengantar Ilmu Komunikasi Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grafindo. 2009,
hal 126.
9
Effendy, Onong Uchjana. 2007. Ilmu Komunikasi (Teori dan Praktek). Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. Hal 18.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
media elektronik ( terutama film ) dan media cetak yaitu buku-buku sejarah.
Khalayak media massa berlangganan surat kabar, majalah, mendengarkana radio
siaran atau menonton televisi karena mereka ingin mendapatkan informasi tentang
peristiwa yang terjadi dimuka bumi, gagasan atau pikiran orang lain, apa yang
dilakukan, diucapkan atau dilihat orang lain.
2.3
Jurnalistik
Jurnalistik adalah istilah yang berasal dari bahasa Belanda Journalistiek,
dan dalam bahasa Inggris Juornalistic atau journalism, yang bersumber pada
perkataan journal sebagai terjemahan dari bahasa latin djurnal, yang berarti
“harian” atau “setiap hari”. Secara gamblang jurnalistik didefinisikan sebagai
keterampilan atau kegiatan mengolah bahan berita mulai dari peliputan sampai
kepada penyusunan yang layak disebarluaskan kepada masyarkat.
F. Fraser Bond dalam An Indtroduction to Journalism menulis : Jurnalistik
adalah segala bentuk yang membuat berita dan ulasan mengenai berita sampai
pada kelompok pemerhati. Sedangkan Adinegoro menegaskan, Jurnalisitik adalah
semacam kepandaian mengarang yang memberi pekabaran pada masyarakat
dengan selekas-lekasnya agar tersiar seluas-luasnya.10
Dilihat dari segi bentuk dan pengelolaanya, jurnalistik dibagi ke dalam
empat bagian dasar:
1.
Jurnalistik media cetak
10
Sumadiria, Haris. 2006. Bahasa Jurnalistik, Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis. Jakarta:
Simbiosa Rektama Media. Hal 3.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
Jurnalistik media cetak dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor verbal
dan visual. Verbal, sangat menekankan pada kemampuan kita memilih dan
menyusun kata dalam rangkaian kalimat dan paragraph yang efektif dan
komunikatif.
Visual,
menunjuk
pada
kemampuan
kita
dalam
menata,
menempatkan, mendesain tata letak atau hal-hal yang menyangkut segi
perwajahan.
2.
Jurnalistik media elektronik auditif
Jurnalistik media elektronik auditif atau jurnalistik radio siaran, lebih
banyak dipengaruhi dimensi verbal, teknologikal, dan fiskal. Verbal, berhubungan
dengan kemampuan menyusun kata, kalimat, dan paragraph. Teknologikal
berkaitan dengan tekonologi yang memungkinkan daya pancar radio dapat
ditangkap dengan jelas dan jernih.Fisikal erat kaitannya degan tingkat kesehatan
fisik dan kemampuan pendengaran khalayak.
3.
Jurnalistik media elektronik audiovisual
Jurnalistik ini merupakan gabungan dari segi verbal, visual, teknologikal,
dan dimensi dramatikal. Dramatikal berarti bersinggungan dengan aspek serta
nilai drmatik yang dihasilkan oleh rangkaian gambar yang dihasilkan secara
simultan. Aspek dramatik televisi inilah yang tidak dipunyai media massa radio
dan surat kabar.
4.
Jurnalistik Online
Jurnalistik Online adalah proses penulisan dan penyebaran berita melalui
internet, jurnalisme di Web, yang dianggap sebagai media berita dalam arti bahwa
website memungkinkan adanya posting berita dan informasi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
2.4
Jurnalistik Online
Jurnalistik online sebagai “jurnalistik generasi baru” atau “jurnalistik
generasi ketiga” setelah jurnalistik cetak. Jurnalistik yang tersaji di media cetak
(koran, majalah) dan jurnalistik elektronik (radio, televisi). Media publikasi
jurnalistik online pun, yakni media online, disebut “new media” (media baru),
setelah media cetak dan media elektronik.
Sebagai jurnalstik generasi baru, jurnalistik online memiliki karakteristik
tersendiri. Gaya penulisannya pun baru pula, tidak seperti jurnalistik cetak dan
elektronik. Kebaruan gaya penulisan jurnalistik online muncul terutama karena
karakteristik media online yang “to scan, not to read” (dipindai, bukan dibaca).11
Perubahan gaya penulisan itu lalu memunculkan teknik baru penulisan
karya jurnalistik, yaitu online news writing, penulisan berita online, antara lain
tidak adanya “indent” (lekuk) di alinea, harus adanya spasi antar alinea, batasan
maksimum baris dalam alinea (maksimum lima baris per alinea), dan naskah yang
maksimal setengah (50%) panjang naskah media cetak, plus “penyesuaian”
dengan mesin pencari (search engine) terutama Google karena umumnya
pembaca mencari data dan berita melalui mesin pencari.
Perubahan penting lainnya, dengan kehadiran jurnalistik online dan media
online, berita pun menjadi “gratis”. Orang tidak lagi perlu berlangganan koran
atau majalah untuk mendapatakan informasi terkini, juga tidak perlu menunggu
hari rabu (besok) untuk mngetahui peristiwa hari ini.
11
Asep Syamsul ,M. Romli. 2012. Jurnalistik Online: Panduan Mengelola Media Online.
Bandung: Nuansa Cendikia. Hal 95.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
Seiring dengan perkembangan zaman dan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi), Liputan 6 tetap berusaha menjadi up to date. Hal ini ditunjukkan
dengan dibentuknya situs web berita. Liputan6.com adalah suatu terobosan yang
dimiliki oleh Liputan 6 dalam menghadapi perkembangan IPTEK masa kini. Di
zaman internet seperti ini, Liputan6.com memberikan angin segar bagi para
penikmat berita yang super sibuk sehingga tidak bisa melihat berita di TV.
Sebagai media massa online Liputan6.com yang merupakan perusahaan
milik KMKOnline yang tergabung pada EMTEK grup, turut memberikan
informasi serta gambaran situasi dan kondisi yang ada di masyarakat hingga
petinggi negara di Indonesia bahkan hingga mancanegara. Melalui tampilantampilan menarik yang ada dalam bentuk media online tersebut, dapat dijadikan
sebagai media komunikasi sehingga masyarakat dapat mengerti pesan yang ada
dalam gambar tersebut.
2.4.1 Karakteristik Jurnalistik Online
Mengutip dari buku Jurnalistik Online, karya ASM Romli disana
disebutkan karakteristik jurnalistik online menurut Mike Ward dan James C.
Foust.
Berikut ini adalah karakteristik jurnalistik online menurut Mike Ward :12
a.
Immediacy: kesegeraan atau kecepatan penyampaian informasi.
b.
Multiple Pagination: bisa berupa ratusan page (halaman), terkait satu sama
lain, juga bisa dibuka tersendiri (new tab/ new window)
12
Asep Syamsul, M. Romli. 2012. Jurnalistik Online: Panduan Mengelola Media Online.
Bandung: Nuansa Cendikia. Hal 105.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
c.
Multimedia: menyajikan gabungan teks, gambar, audio, video, dan grafis
sekaligus.
d.
Flexibility Delivery Platform: wartawan bisa menulis berita kapan saja dan
dimana saja.
e.
Archieving: terarsipkan, dapat dikelompokkan berdasarkan kategori
(rubrik) atau kata kunci, juga tersimpan lama yang dapat diakses
kapanpun.
f.
Relationship with reader: kontak atau interaksi dengan pembaca dapat
"langsung" saat itu juga melalui kolom komentar dan lain-lain.
Menurut James C.Foust dalam Online Journalism: Principle and Practices
of News for The Web (2005):13
a.
Audience Control: audiens atau pembaca dapat lebih leluasa dalam
memilih berita yang mereka sukai hanya dengan menggerakkan jari,
mouse, atau cursor dan mengklik link judul yang dikehendaki.
b.
Nonlienarity: tiap berita yang disampaikan dapat berdiri sendiri atau tidak
berurutan.
c.
Storage and Retrieval: berita atau informasi tersimpan atau terarsipkan
dan diakses kembali dengan mudah kapan saja.
d.
Unlimited Space: memungkinkan jumlah berita jauh lebih lengkap
ketimbang media lainnya.
e.
Immediacy: kesegaran, cepat, dan langsung.
13
James C. Foust. 2005. Online Journalism. Principles and Practices of News for The Web.
Holcomb: Hathaway Publisher.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
f.
Multimedia Capability: bisa menyertakan teks, suara, gambar,video, dan
komponen lain di dalam berita.
g.
Interactivity: memungkinkan adanya peningkatan partisipasi pembaca
seperti penyediaan kolom komentar dan fasilitas share ke media sosialumumnya facebook dan twitter.
2.5.
Jenis-jenis Foto
Memotret adalah proses kreatifitas yang tidak hanya sekedar membidik
obyek yang akan kita rekam dan kemudian menekan tombol shutter pada kamera.
Dalam menciptakan sebuah karya foto kita harus mempunyai ide (konsep) yang
matang agar tidak mengalami kesulitan dilapangan dan yang tidak kalah
pentingnya adalah memahami tentang komposisi, ketajaman dan pencahayaan
(teknis).
Mengetahui jenis-jenis foto bertujuan sebagai referensi lebih jauh lagi
dalam memperdalam pengetahuan dunia fotografi. Jenis-jenis foto disini hanya
sebagai pengelompokan secara garis besar, yang membantu mempermudah kita
dalam memahami sebuah karya fotografi, dan ini bukan sebagai penggolongan
yang paten untuk menghasilkan karya foto.

Foto Manusia
Foto manusia adalah semua foto yang obyek utamanya manusia, baik
anak-anak sampai orang tua. Unsur utama dalam foto ini adalah manusia, yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
dapat menawarkan nilai dan daya tarik untuk divisualisasikan. Foto ini dibagi lagi
menjadi beberapa kategori yaitu :
-
Portrait
Portrait adalah foto yang menampilkan ekspresi dan karakter manusia
dalam kesehariannya. Karakter manusia yang berbeda-beda akan menawarkan
image tersendiri dalam membuat foto portrait. Tantangan dalam membuat foto
portrait adalah dapat menangkap ekspresi obyek (mimic, tatapan, kerut wajah)
yang mampu memberikan kesan emosional dan menciptakan karakter seseorang.
-
Human Interest
Human Interest dalam karya fotografi adalah menggambarkan kehidupan
manusia atau interaksi manusia dalam kehidupan sehari-hari serta ekspresi
emosional yang memperlihatkan manusia dengan masalah kehidupannya, yang
mana kesemuanya itu membawa rasa ketertarikan dan rasa simpati bagi para
orang yang menikmati foto tersebut.
-
Stage Photography
Stage Photography adalah semua foto yang menampilkan aktivitas/gaya
hidup manusia yang merupakan bagian dari budaya dan dunia entertainment untuk
dieksploitasi dan menjadi bahan yang menarik untuk divisualisasikan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
-
Sport
Foto olahraga adalah jenis foto yang menangkap aksi menarik dan
spektakuler dalam event dan pertandingan olah raga. Jenis foto ini membutuhkan
kecermatan dan kecepatan seorang fotografer dalam menangkap momen terbaik.

Nature Foto
Dalam jenis foto nature obyek utamanya adalah benda dan makhluk hidup
alami (natural) seperti hewan, tumbuhan, gunung, hutan dan lain-lain.
-
Foto Flora
Jenis foto dengan obyek utama tanaman dan tumbuhan dikenal dengan
jenis foto flora. Berbagai jenis tumbuhan dengan segala keanekaragamannya
menawarkan nilai keindahan dan daya tarik untuk direkam dengan kamera.
-
Foto Fauna
Foto fauna adalah jenis foto dengan berbagai jenis binatang sebagai obyek
utama. Foto ini menampilkan daya tarik dunia binatang dalam aktifitas dan
interaksinya.
-
Landscape Foto
Landscape Foto adalah jenis foto yang begitu popular seperti halnya foto
manusia. landscape foto merupakan foto bentangan alam yang terdiri dari unsur
langit, daratan dan air, sedangkan manusia, hewan, dan tumbuhan hanya sebagai
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
unsur pendukung dalam foto ini. Ekspresi alam serta cuaca menjadi moment
utama dalam menilai keberhasilan membuat landscape foto..

FOTO ARSITEKTUR
Kemanapun anda pergi akan menjumpai bangunan-bangunan dalam
berbagai ukuran, bentuk, warna dan desain. Dalam jenis foto ini menampilkan
keindahan suatu bangunan baik dari segi sejarah, budaya, desain dan
konstruksinya. Memotret suatu bangunan dari berbagai sisi dan menemukan nilai
keindahannya menjadi sangat penting dalam membuat foto ini. Foto arsitektur ini
tak lepas dari hebohnya dunia arsitektur dan teknik sipil sehingga jenis foto ini
menjadi cukup penting peranannya.

STILL LIFE FOTO
Foto still life adalah menciptakan sebuah gambar dari benda atau obyek
mati. Membuat gambar dari benda mati menjadi hal yang menarik dan tampak
“hidup”, komunikatif, ekspresif dan mengandung pesan yang akan disampaikan
merupakan bagian yang paling penting dalam penciptaan karya foto ini. Foto still
life bukan sekadar menyalin atau memindahkan objek ke dalam film dengan cara
seadanya,
karena
bila
seperti
itu
yang
dilakukan,
namanya
adalah
mendokumentasikan. Jenis foto ini merupakan jenis foto yang menantang dalam
menguji kreatifitas, imajinasi, dan kemampuan teknis.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22

FOTO JURNALISTIK
Foto jurnalistik adalah foto yang digunakan untuk kepentingan pers atau
kepentingan informasi. Dalam penyampaian pesannya, harus terdapat caption
(tulisan yang menerangkan isi foto) sebagai bagian dari penyajian jenis foto ini.
Jenis foto ini sering kita jumpai dalam media massa (Koran, majalah, bulletin,
dll).
2.5
Foto Jurnalistik
2.5.1 Tinjauan Tentang Foto Jurnalistik
a. Pengertian dan sejarah fotografi
Fotografi secara singkat didefinisikan sebagai ilmu melukis dengan
menggunakan cahaya. Fotografi konvensional menggunakan film atau melukis
dengan cahaya pada permukaan film.Istilahnya adalah membakar secara
permanen film tersebut dengan menggunakan cahaya dengan intensitas
tertentu.Intensitas cahaya yang masuk megenai film atau CCD/ CMOS pada
kamera digital harus tepat. Pencahayaan berlebihan akan menyebabkan hasil foto
washed-out (lazim disebut over exposure/ OE) dan pencahayaan kurang akan
menyebabkan hasil foto gelap (lazim disebut under exposure/ UE) .14
Kemajuan teknologi memang memacu fotografi secara sangat cepat, jika
dulu kamera sebesar mesin jahit hanya bisa menghasilkan gambar yang tidak
terlalu tajam, kini kamera digital yang hanya sebesar dompet mampu membuat
foto yang sangat tajam dalam ukuran sebesar koran. Di samping itu, fotografi juga
ikut ambil bagian dalam penyebaran penerangan .Bahkan, penipuan dalam
14
Ed Zoelverdi. 1985. Mat Kodak: Melihat untuk Berjuta Mata, Jakarta: Gramedia. Hal 21.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
mengelabui orang dengan informasi palsu. Fotografi mampu dengan cepat
mengingatkan orang akan masa lampaunya dan sarana souvenir serta kenangkenangan yang tersebar luas.
Sebelum masuknya teknologi fotografi dalam dunia jurnalistik atau
membawa foto ke dalam proses cetak surat kabar, foto mula-mula disalin ke
dalam gambar tangan. Surat kabar pertama yang memuat gambar tangan sebagai
berita adalah The Daily Graphic pada tanggal 16 April 1877.15
Gambar berita pertama dalam surat kabar itu adalah sebuah peristiwa
kebakaran. Kemudian pada tahun 1880, ditemukan proses cetak yang disebut
dangan half tone yang memungkinkan foto bisa di bawa ke dalam surat kabar.16
Foto pertama di surat kabar adalah foto tambang pengeboran minyak Shantytown
yang muncul di Surat Kabar New York Daily Graphic di Amerika Serikat tanggal
4 maret 1880 foto itu adalah karya Henry J Newton.
Sebenarnya, banyak cabang kemajuan fotografi yang terjadi, tetapi banyak
yang mati di tengah jalan. Foto Polaroid yang ditemukan Edwin land,
umpamanya, pasti sudah tidak dilirik orang lagi, karena foto digital yang nyaris
langsung jadi kini lebih diminati banyak orang. Selain itu temuan seperti format
film APSS (tahun 1996) yang langsung “mati suri” karena teknologi digital
langsung masuk menggeser semuanya. 17
Tidak ada penemuan ilmiah yang dilakukan oleh seseorang secara
sendirian tanpa ada petunjuk dari orang-orang sebelumnya seperti Daguerre
15
Ed Zoelverdi. Ibid. Hal. 33.
Audy, Mirza Alwi. 2004. Foto Jurnalistik, Metode Memotret dan Mengirim Foto ke Media
Massa. Jakarta: Bumi Aksara. Hal 3.
17
Ed Zoelverdi. Op.Cit., hal 33.
16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
“kamera obscura” contohnya.Alat serupa dengan kamera tetapi tanpa film ini,
telah dikemukakan orang 8 abad sebelum Daguerre. Di abad ke 16, Girolamo
Cardano membuat langkah menempatkan lensa di muka.Ini merupakan langkah
penting menuju lahirnya kamera modern.
Tetapi bayangan yang dihasilkan tidak tahan lama sehingga sulitlah itu
dianggap sebuah fotografi.18 Penemuan pemula lainnya adalah Johann Schulze
pada tahun 1727, yang menemukan bahwa garam perak sangat sensitif terhadap
cahaya. Meski begitu, dia menggunakan penemuan ini untuk membuat gambar
sementara. Jadi, Schulze tidak mempunyai gambaran bagaimana cara untuk
meneruskan gagasannya.19
Peneliti terdahulu yang mendekati karya Daguerre adalah Niepceyang
kemudian menjadi patner Daguerre.Sekitar tahun 1829 Niepce menemukan bahwa
batuan tebal hitam dari Judea, sejenis aspal, sangat peka terhadap cahaya.Dengan
menggabungkan benda peka cahaya dengan “kamera obscura”.
Niepce berhasil membuat foto pertama di dunia pada tahun 1826. Atas
dasar itu, beberapa orang menganggap Niepce-lah yang layak sebagai penemu
fotografi.20 Tetapi sistem fotografi Niepce sepenuhnya tidak praktis karena
memerlukan tidak kurang dari delapan jam untuk pengambilannya dan itu pun
hanya mengasilkan gambar yang buram.21
Foto jurnalistik muncul dan berkembang di dunia sudah lama sekali tetapi
lain halnya dengan di Indonesia terjadi pada detik-detik ketika bangsa ini berhasil
18
Ibid.,hal 28.
Ray Bachtiar Darajat. 2001. Memotret dengan Kamera Lubang Jarum, Jakarta: Puspa Swara.
Hal 34.
20
Ibid.,hal 37.
21
Daryanto. 2001. Teknik Fotografi. Semarang : Aneka Ilmu. Hal iii.
19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
melepaskan diri dari penjajahan. Alex Mendur (1907-1984) yang bekerja sebagai
kepala foto kantor berita Jepang Domei dan adiknya sendiri Frans Soemanto
Mendur (1913-1971), mengabadikan peristiwa pembacaan Teks Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia dengan kamera Leica. Dan pada saat itulah
pada pukul 10 pagi tanggal 17Agustus 1945 foto jurnalis Indonesia itu lahir.22
b. Foto dalam dunia jurnalistik
Definisi foto jurnalistik dapat diketahui dengan menyimpulkan ciri-ciri
yang melekat pada foto yang dihasilkan, ciri-ciri foto jurnalis yakni :
1). Memiliki nilai berita atau menjadi berita itu sendiri
2). Melengkapi suatu berita / artikel
3). Dimuat dalam suatu media.23
Sebuah foto dapat berdiri sendiri, tapi jurnalistik tanpa foto rasanya kurang
lengkap, mengapa foto begitu penting, karena foto merupakan salah satu media
visual untuk merekam/mengabadikan atau memceritakan suatu peristiwa.24
Semua foto pada dasarnya adalah dokumentasi dan foto jurnalistik adalah
bagian dari foto dokumentasi, perbedaan foto jurnalistik adalah terletak pada
pilihan, membuat foto jurnalistik berarti memilih foto mana yang cocok.
(misalnya di dalam peristiwa rapat paripurna dimulai dengan sambutan Presiden
Republik Indonesia Ir. Joko Widodo hingga berlangsungnya rapat tersebut sampai
selesai, tapi seorang wartawan foto hanya mengambil yang menarik, apakah
publik figure atau pada saat penandatangan perjanjian antara Presiden Republik
22
Ed Zoelverdi, Op., Cit., Hal 36-38.
Audy, Mirza Alwi, Op.Cit., Hal 167.
24
Seno Gumira Ajidarma. 2005. Kisah Mata: Fotografi antara Dua Subjek Perbincangan,
Yogyakarta: Galang Press. Hal 72.
23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
Indonesia dengan ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat, kan menarik). 25 Hal
lain yang membedakan antara foto dokumentasi dengan foto jurnalistik hanya
terbatas pada apakah foto itu dipublikasikan (media massa) atau tidak.
Nilai suatu foto ditentukan oleh beberapa unsur, yaitu : aktualisasi,
berhubungan dengan berita, kejadian luar biasa, promosi, kepentingan, hukum
interes, dan universal.26
Foto jurnalistik terbagi menjadi beberapa bagian, diantaranya yaitu :
1)
Spot news : foto-foto insidential/ tanpa perencanaan. (misalnya: foto bencana,
kerusuhan, kecelakaan). Fotografi jenis ini merupakan fotografi yang
sangat
memiliki nilai berita. Kendati hasilnya tidak terlalu artistik spot news amat layak
dipublikasikan .
2)
General news : foto yang terencana (misalnya, foto Sidang Umum MPR, foto
olahraga, foto upacara peringatan kemerdekaan). Fotografi jenis ini umumnya
menghadirkan keseragaman pada sebagian besar media massa karena sifatnya
yang direncanakan .
3)
Foto feature : foto untuk mendukung suatu artikel
4)
Esai foto : kumpulan beberapa foto yang dapat bercerita. Secara umum, esai
foto tidak jauh berbeda dengan esai tulisan, yang dimaksud esai foto adalah
laporan yang mengandung opini dari suatu sudut pandang, namun tidak bertujuan
memiliki penyelesaian atas peristiwa yang diangkat tersebut.27
25
Sugiarto, Atok. 2005. Paparazzi, Memahami Fotografi Kewartawanan. Jakarta: Gramedia
Pustaka. Hal 46.
26
Audy Mirza Alwi, Op.Cit., Hal 3-5.
27
Ed Zoelvardi, Op.Cit., Hal 45-47.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
c. Fungsi foto dalam berita media
Foto yang mengandung nilai jurnalistik umumnya memiliki fungsi sebagai
pelengkap kandungan isi berita. Dikatakan pelengkap karena fotografi
ditampilkan hanya untuk mendukung kebenaran isi berita. Ketika ilmu semiotik
berkembang di Eropa tahun 1970-an foto tidak lagi hanya sebagai pelengkap
beritaitu sendiri.Fotografi dengan dirinya sendiri mampu bertutur dan berbicara
tentang representasi terhadap yang ditampilkan.28
Fungsi foto jurnalistik St. Sunardi adalah sebagai representasi dari berita
tulisan atau berita verbal. Foto tidak lagi hanya dianggapsebagai pelengkap,
namun foto justru dapat menjadi berita utamanya dan tulisan yang melengkapi
berita foto tersebut.
Hal ini banyak dikembangkan oleh media cetak saat ini, umumnya media
cetak mengkhususkan rubrik berita foto, rubrik ini memuat rangkaian foto-foto
yang dijelaskan dengan tulisan yang panjang. Foto yang menjadi berita utama
juga dapat dilihat pada tabloid-tabloid olah raga. Segmen pembaca yang jelas,
memudahkan pengelola tabloid olah raga memaksimalkan fotografi sebagai
kekuatan berita.29
Dalam situs berita online cara dan kedalama melihat foto terkait dengan
situs berita online sebagai bisnis media. Foto akan dilirik sejauh ia membantu
untuk menghubungkan hidup dengan dunia lewat berita. Bhartez yang dikutip
Sunardi, membagi fungsi foto dalam jurnalisme ke dalam lima fungsi yaitu to
28
29
Sunardi. 2002. Semiotik Negativa. Yogyakarta: kanal. Hal 123-124.
Ibid.,Hal 135.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
Inform, to signify, to paint, to suprise, dan to waken desire.30 Sunardi
menambahkan fungsi fotografi dalam berita, yaitu to entertain.Namun fungsi ini
masih melebur dalam fungsi lainnya. Berikut penjelasan kelima fungsi foto dalam
jurnalisme, yaitu :
1)
To inform
Fungsi foto dalam to inform yakni menyangkut kecenderungan media
cetak terhadap kekuatan teks berita yang lebih kuat dalam sebuah foto.
Foto menginformasikan apa yang tertangkap dalam gambar. Komposisi,
symbol dan ikon yang terdapat dalam fotografi berfungsi menginformasikan
sesuatu yang sejalan dengan teks berita, jadi foto menguatkan berita.Hal ini yang
dominan ditemukan dalam media cetak di Indonesia.
2)
To signify
Fungsi foto sebagai to signify, berarti foto terhadap sesuatu menandakan
tentang realitas yang terdapat dalam fotografi tersebut.Fungsi ini mempertegas
fotografi sebagai representasi dari realitas yang ada.
3) To point
Fungsi to paint menyangkut foto sebagai media untuk mengembangkan
teks berita dari kemungkinan lemahnya kekuatan teks dalam hal ini berlaku apa
yang dikatakan oleh Sontag, ia pernah merumuskan kekuatan foto yang
menggugah analisis pembaca sontag menulis, gambarannya saja sperti itu apalagi
kenyataannya.
30
Ibid.,Hal 144.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
4) To surprise
Fungsi to surprise, foto dapat mengagetkan pembaca dengan pesan yang
ditampilkan mislanya, foto mengenai robohnya menara kembar WTC tahun 2001.
Foto mengagetkan pembaca dengan komposisi yang ditampilkan oleh foto, dalam
hal ini teks hanya pelengkap saja.
5) To waken desire
Fungsi to waken desire adalah foto dapat menimbulkan gairah dan efek
akibat melihatnya hal inipun dinilai barthez bahwa fotografi lebih kuat daripada
teks berita.31
2.5.2. Foto Jurnalistik Sebagai Media Komunikasi
Kehidupan manusia tidak akan lepas dari proses komunikasi. Proses
interaksi sosial pada dasarnya adalah sesuatu proses komunikasi, yakni proses
penyampaian pikiran atau perasaan oleh seorang komunikator kepada komunikan
dalam wujud symbol. Pikiran berupa gagasan, inspirasi, opini, dan lain-lain yang
muncul dari benak komunikator. Perasaan berupa keyakinan, kepastian, keraguraguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang
tumbuh dari lubuk hati.
Komunikasi sendiri dalam bahasa Inggris dikenal dengan communication,
berasal dari bahasa latin communitio, dan bersumber dari kata communis yang
berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Unsur-unsur dalam
31
Ibid.,Hal 144-147.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
komunikasi adalah sumber, pesan, saluran, dan penerima serta effect yang
ditimbulkan.32
Media komunikasi adalah alat bantu yang digunakan dalam penyampaian
pesan-pesan sosial. Komunikasi merupakan proses yang melibatkan banyak
komponen. Elemenny antara lain: source (sumber), messege (pesan), channel
(media), receiver (penerima). Dalam proses komunikasi, sumber memproduksi
pesan melalui media yang telah dipilih untuk mengirim pesan pada penerima,
dimana pesan yang dikirim berdasarkan tujuan tertentu. Kadang penerima tidak
memberikan respon yang dapat diamati sumber, atau sumber tidak dapat
mengamati penerima.Respon dari penerima kesumber disebut feedback (umpan
balik).
a. Penentuan dalam penyajian foto
Tiap juru foto professional atau amatir pada dasarnya mempunyai dua
pendekata dalam pengambilan foto. Yang pertama yaitu pendekatan obyektif,
dimana juru foto berusaha dengan sabar untuk menyajikan foto menurut
kenyataan, tanpa mengungkapkan kecenderungan atau pendapat pribadinya.
Kedua pendekatan subyektif ialah cara mengabadikan foto, dimana juru foto
dengan sengaja berusaha mengungkapkan perasaannya terhadap apa yang
dilihatnya. Di sini, imajinasi yang murni dan pengetahuan mengenai subyeklah
yang sangat penting.33
Menurut Andreas Feninger dalam bukunya “The Complete Photographer”
pembuatan foto yang lebih baik merupakan proses yang agak rumit, karena
32
33
Onong Uchana Efendi, Op.Cit., Hal 39.
Nuryanto, Op.Cit., Hal 22.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
menyangkut perpaduan antara lima factor yang pokok yaitu : sifat subyek, pribadi
juru foto, konsep juru foto mengenai subyek, pelaksanaan teknik pemotretan dan
publik yang dituju.34
b. Menciptakan komposisi dalam foto
Komposisi berhubungan erat dengan perangkaian unsur-unsur dalam foto,
sehingga design yang dicapai tampak enak dipandang. Wartawan yang dapat
menggunakan teknik komposisi dengan baik akan membantu pusat visualnya
menjadi lebih jelas. Posisi dari obyek utama, garis horizon, daerah gambar yang
terang dan gelap, penerapan design atau bentuk diagonal, zig-zag dan lain-lain.
Harus dapat dikontrol dengan baik oleh pemotret untuk penyajian yang
sebaik-baiknya, bila subyek sudah tersusun, ia harus memikirkan keseluruhan isi
dari gambar, dengan menentukan apa yang harus dibuang dan apa yang perlu
ditambahkan. Komposisi merupakan “way of seeing” yang paling kuat. Dan ini
terletak pada persepsi dan imajinasi seorang pemotret, yaitu bagaimana ia melihat
sekelilingnya. Tergantung kemampuan seleksinya suatu komposisi yang efektif
akan dapat diwujudkan.
c. Make up dalam foto jurnalistik
Kedudukan foto atau gambar di dalam make up sangat penting. Disamping
fungsinya untuk memperindah halaman. Banyak surat kabar, majalah, media
online yang hanya memuat gambar di halaman satu saja, sedangkan halamanhalaman selanjutnya dibiarkan kosong, sehingga nampak terlalu dingin. Make up
34
Feininger, Andreas. 1996. Unsur Utama Fotografi. Semarang: Daharza Prize. Hal 10-16.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
yang baik adalah menggunakan foto atau gambar di setiap halaman atau artikel
pada sebuah media online. Make up mempunyai empat tujuan pokok yaitu :
1. Untuk memudahkan pembacanya dan memberikan berita kepada pembaca.
2. Memilihkan berita, sehingga para pembaca dengan selayang pandang saja
dapat mengetahui berita apa yang terpenting pada waktu bersangkutan,
3. Memperlihatkan daya penarik dan gairah halaman pada surat kabar, dan
4. Menggunakan typography yang lengkap menciptakan suatu kepribadian
sendiri dari media online itu masing-masing.
d. Kedudukan gambar atau foto dalam media online35
1) Gambar atau foto memiliki daya kekuatan dalam dua segi, yaitu
segi daya penariknya dan segi pentingnya gambar atau foto itu
dimuat, yaitu sama halnya dengan kedudukan judul berita yang
dimuat dengan baik.
2) Ada kecenderungan untuk menggunakan gambar atau foto sebagai
pemisah antara dua berita terhangat yang ditempatkan paling atas.
3) Gambar atau foto juga merupakan penolong media online dari
kesuraman bentuk atau rias muka, sehingga dengan memuatkan
gambar atau foto maka konten dalam media online akan terlihat
lebih segar dan menarik.
4) Gambar atau foto juga membantu menciptakan hubungan atau
petunjuk pandangan mata pembaca.
35
Ibid.,Hal 30-31.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
5) Secara sederhana proses komunikasi foto jurnalistik dipahami
sebagai proses penyampaian pesan dari komunikator kepada
komunikan dengan menggunakan tanda-tanda atau lambang itu
sehingga foto jurnalistik merupakan salah satu media komunikan
visual. Komunikasi yang terdapat pada foto jurnalistik tidaklah
sesederhana sebagai suatu pengiriman pesan saja, namun
komunikan juga merupakan produksi dan merupakan maknamakna yang terdapat pada foto jurnalistik itu sendiri.
Komunikasi visual sekarang ini menjadi keseharian dari kehidupan
manusia, bahkan tanpa disadari, selalu dihadapkan dengan visual yang merupakan
simbol atau lambang yang terdapat pesan di dalamnya. Foto jurnalistik
merupakan bentuk komunikasi lain pada masyarakat, karena proses komunikasi
itu sendiri adalah proses penyampaian pesan melalui media tertentu.
Tujuan yang hakiki, kebanyakan orang memotret sesuatu karena ingin
fotonya dilihat orang lain. Melalui foto seseorang ingin atau terpaksa
menjelaskan, mendidik atau menghibur, mengubah, atau mengungkapkan kepada
orang lain. Foto jurnalistik adalah sarana juru foto, seperti kata-kata ia adalah
sarana bagi seorang penulis untuk mengungkapkan apa yang diinginkannya. 36
Pesan-pesan yang disampaikan dalam sebuah foto melalui media visual
yaitu foto jurnalistik yang dikonstruksikan melalui bahasa-bahasa dan konvensi
pengambilan sebuah gambar seperti teknik pengambilan gambar, editing. Foto
36
Feininger, Andreas. Op.Cit. Hal 10.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
jurnalistik menyajikan gambar dari realitas masyarakat, namun tentu saja hal ini
dilakukan secara selektif.
2.6
Teknik Foto Jurnalistik
2.6.1 Teknik Dasar Foto
Untuk menghasilkan gambar yang berkualitas dan memiliki nilai seni,
seorang
fotografer
harus
menguasai
paling
tidak
teknik-teknik
dasar
menggunakan kamera DSLR. Teknik-teknik dasar tersebut adalah komposisi
objek yang baik, pencahayaan yang seimbang dan fokus yang tajam.37
Untuk melatih itu semua tentu diperlukan jam terbang yang tinggi dalam
memotret, karena insting/kepekaan kita akan semakin terasah, apalagi terkait
dengan komposisi gambar seorang fotografer harus mempunyai naluri seni yang
tinggi agar menghasilkan gambar tajam dan sebuah gambar yang bisa bercerita.
Komposisi bukan saja objek yang mempunyai susunan bagus melainkan
juga angle atau sudut pandang yang baik juga dimana fotografer mampu
menemukan titik yang terbaik. Waktu pengambilan gambar bisa dilakukan
kapanpun, baik siang, malam atau petang dengan mempertimbangkan
pencahayaan, kondisi tempat pemotretan dan menguasai penggunaan berbagai
aksesori kamera untuk mendapatkan gambar yang kita inginkan.
Setiap kamera pasti memiliki karakteristik sendiri-sendiri, oleh karena itu
penting sekali bagi seorang fotografer menguasai spesifikasi kamera yang mereka
miliki. Disinilah pentingnya peran buku panduan bawaan yang didalamnya
37
Hamzah Sulaiman, Amir. 1982. Teknik Kamar Gelap untuk Fotografi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. Hal 78.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
terdapat cara pemasangan komponen, cara merawat kamera serta cara
mengoperasikannya.
1. White Balance
Untuk melakukan pengaturan white balance memerlukan benda berwarna
putih, bisa menggunakan kertas, baju ataupun dinding. Menggunakan kertas pada
bidang tertentu, gunakan pencahayaan yang sedang (tidak kurang atau kelebihan),
gunakan manual fokus dan usahakan seluruh frame foto terisi dengan kertas
tersebut.Pengaturan white balance bisa dengan menggunakan skala kelvin atau
dengan gambar-gambar untuk menyatakan suhu pencahayaan pada ruangan.
Gambar2.1
Berikut adalah tabel Skala Kelvin
Penjelasan Skala Kelvin
Dari Skala Kelvin diatas menunjukkan bahwa 1.000 kelvin berwarna
merah dan 10.000kelvin berwarna langit biru, hal ini menunjukkan bahwa apabila
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
settingan kelvin kita terlalu tinggi akan berwarna kekuningan, dan apabila
settingan kelvin kita terlalu rendah akan berwarna kebiruan. Aturlah skala kelvin
sesuai gambar diatas, hasil foto haruslah tampak netral, yakni tidak kekuningan
atau kebiruan.38
2. Fokus
Pengaturan fokus secara manual dapat dilakukan dengan cara menggeser
ke mode Manual(M) panel fokus yang ada di lensa. Dengan begitu fokus dapat
kita atur ketajamannya secara manual dengan cara memutar ring fokus pada
lensa.Gunakan mode auto apabila tidak ingin repot mengaturnya, fokus akan
bergerak otomatis untuk menyesuaikan zoom.
Gambar 2.2
Beberapa teknik pengambilan gambar yang berkaitan dengan jarak adalah
Extreme Long Shot (pandangan sangat luas), Long Shot (pandangan lebih dekat
dari ELS), Medium Long Shot (manusia dari lutut sampai kepala), Medium Shot
(objek diatas pinggang sampai kepala), Medium Close Up (objek manusia dari
38
Hamzah Sulaiman, Amir. 1982. Teknik Kamar Gelap untuk Fotografi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. Hal 90.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
dada sampai kepala), Close Up (wajah), Big Close Up (hidung/mata), Extreme
Close Up (pori-pori kulit) yang mempunyai detail sangat jelas.
3. Diafragma
Gambar 2.3
Diafragma disimbolkan dengan f yakni pengaturan bukaan lensa, seperti
kita lihat pada gambar disamping, semakin kecil nilai f nya maka semakin besar
bukaan lensanya. Angka f yang kecil (bukaan besar) akan menyebabkan Depth of
Field(DOF)/area tajam lebar meliputi objek utama dan background akan nampak
jelas, sedangkan semakin besar pengaturan f (bukaan kecil) Depth of Field akan
sempit yakni objek didepan jelas, sedangkan objek dibelakang/backgorund buram.
Ukuran f sendiri terdiri dari f/1,4 (yang terkecil) hingga f/16 (yang terbesar).
Diaframa termasuk 1 dari 3 komponen eksposur yang sangat bermanfaat mengatur
intensitas cahaya yang masuk ke lensa.
4. Shuter Speed
Shutter speed adalah pengaturan kecepatan buka dan tutup rana atau
jendela kamera. Pengaturan shuter speed adalah dalam satuan detik misalnya
1/125 atau 1/1000, jadi Semakin besar angka satuannya misal 1/1000 maka
semakin cepat pula waktu buka dan tutup rana/ jendela sehingga cahaya yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
masuk ke image sensor lebih sedikit. Sebaliknya apabila angka satuannya semakin
kecil misal 1/125 maka semakin lama pula kecepatan buka dan tutup rana/jendela
kamera sehingga cahaya yang masuk ke image.
5. ISO
ISO merupakan tingkat kesensitifan sensor kamera. Semakin tinggi ISO
maka semakin sensitif pula sensor sehingga gambar yang dihasilkan akan
memiliki lebih banyak cahaya, sebaliknya semakin rendah settingan ISO maka
semakin minim pula cahaya yang masuk ke sensor kamera. Semakin rendah ISO
semakin rendah pula noise, sebaliknya semakin tinggi ISO maka semakin tinggi
pula noisenya.
Fotografer harus menemukan setting ISO yang pas untuk kamera, ISO
tinggi biasanya digunakan saat malam hari atau saat cahaya benar benar
minim.Agar gambar yang dihasilkan maksimal gunakanlah ISO 100 dan naikkan
hanya jika memang dibutuhkan. Ingat, menaikkan ISO juga berarti menaikkan
Noise.
6. Komposisi
Komposisi merupakan hal terakhir dalam fotografi.Komposisi merupakan
elemen penyusun gambar. Komposisi ada 2 yakni komposisi yang tidak dapat
diubah seperti posisi gunung, laut awan dll, serta komposisi yang bisa diubah
seperti subjek yang bisa bergeser atau benda-benda mati yang bisa kita susun
sesuka hati. Setelah tentang aspek teknis setting kamera dan pencahayaan maka
komposisi akan sangat berperan dalam menghasilkan gambar yang lebih baik.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
Komposisi merupakan topik yang sangat luas dan tidak akan cukup
dibahas dalam satu buku sekalipun, namun dalam kesempatan ini kita akan
membahas kulit luarnya saja. Hal pertama yang kita lakukan adalah memilih
subjek atau fokus utama dalam suatu gambar. Sangat penting mendapatkan titik
ini, dan berfikir cara mengolahnya apakah ditampilkan lebih menonjol dari area
lain atau sama tajamnya dengan area lain.
Pengaturan ini perlu dipelajari lebih lanjut dalam depth of field. Setelah
mendapatkan subjek maka perlu memilih orientasi apa yang akan digunakan
apakah orientasi vertical (meninggi) atau orientasi horizontal(melebar) yang juga
perlu dipelajari dalam artikel tersendiri. Beberapa komposisi yang terbukti efektif
antara lain :
a. Fill the frame
Yakni mengisi frame denga subjek atau objek utama, menghilangkan halhal yang tidak perlu atau tidak memiliki hubungan dengan fokus utama. Kita bisa
menggunakan lensa zoom atau bergerak mendekat agat frame terpenuhi dengan
subjek.
b. Rule of third
Dengan membagi viewfinder menjadi 9 bagian sama besar dan meletakkan
subjek utama antara 4 titik pertemuan garis tersebut akan menghasilkan gambar
yang lebih sedap dipandang mata.39
39
Hamzah Sulaiman, Amir. 1982. Teknik Kamar Gelap untuk Fotografi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. Hal 98.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
2.6.2
Peran Foto Jurnalistik
Wilson Hick dalam bukunya Word and Picture memberi batasan fotografi
jurnalistik
adalah
media
komunikasi
verbal
dan
visual
yang
hadir
bersamaan.Sedangkan Soelarko mendefinisikan foto jurnalistik sebagai foto berita
atau bisa juga disebut sebagai sebuah berita yang disajikan dalam bentuk foto.
Sementara itu Oscar Motuloh, fotografer senior Biro Foto LKBN Antara
Jakarta menyebut foto jurnalistik adalah medium sajian untuk menyampaikan
baragam bukti visual atas suatu peristiwa pada suatu masyarakt seluas-luasnya,
bahkan hingga kerak dibalik peristiwa tersebut, tentu dalam waktu yang
sesungkat-singkatnya.
Dilihat dari beberapa pengertian yang ada maka foto jurnalistik dapat
disebut sebagai suatu sajian dalam bentuk foto akan sebuah peristiwa yang terjadi,
di mana peristiwa tersebut berkaitan dengan aspek kehidupan manusia dan
disampaikan guna kepentingan manusia itu sendiri. Kepentingan manusia dalam
hal ini berupa kebutuhan akan informasi atau juga berita yang terjadi di seluruh
belahan bumi ini.
Syarat umum untuk membuat foto berita dengan baik adalah, memiliki
pengetahuan konspesional, mempersoalkan isi (picture content, news content).
Selain itu, memiliki keterampilan teknis yaitu mempersoalkan penyajian teknis
yang matang secara fotografi.
Foto-foto yang dimuat dalam media memang tidak selalu menggambarkan
suatu peristiwa atau berita (news photo), melainkan bisa juga bersifat ilustratif,
yaitu bisa berdiri sendiri atau menyertai suatu artikel, termasuk di dalamnya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
adalah foto-foto yang bersifat „human interest‟ (menarik perhatian dan
membangkitkan kesan).
Suatu foto memang tidak bisa melukiskan keterangan-keterangan verbal
yang diperoleh wartawan di lapangan, tapi dengan kemampuan visualisasi yang
disuguhkan, sebuah foto bisa mengungkapkan pandangan mata yang sulit untuk
dilukiskan dengan kata-kata.Berbeda dengan berita tulis di mana wartawan bisa
secara tidak sengaja memasukkan subjektivitas yang bisa memengaruhi opini.
Dengan foto akan memperkecil subjektivitas tersebut, kepada pembaca
disuguhkan secara visual apa adanya. Pembaca akan memberi penafsiran terhadap
foto tersebut; yang tentu saja satu dengan lainnya bisa berbeda. Maka tidaklah
salah ungkapan “one picture is worth one thousand words”
2.7
Elemen Jurnalistik
Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, merumuskan prinsip-prinsip itu dalam
Sembilan Elemen Jurnalisme. Kesembilan elemen tersebut adalah:40
1. Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran
Kewajiban para jurnalis adalah menyampaikan kebenaran, sehingga
masyarakat
bisa
memperoleh
informasi
yang
mereka
butuhkan
untuk
berdaulat.Bentuk “kebenaran jurnalistik” yang ingin dicapai ini bukan sekadar
akurasi, namun merupakan bentuk kebenaran yang praktis dan fungsional.Ini
bukan kebenaran mutlak atau filosofis. Tetapi, merupakan suatu proses menyortir
Rosenstiel, Tom. Bill Kovach. 2001. The Elements of Journalism, What
Newspeople Should Know and the Public Should Expect. New York: Crown
Publishers.
40
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
(sorting-out) yang berkembang antara cerita awal, dan interaksi antara publik,
sumber berita (newsmaker), dan jurnalis dalam waktu tertentu. Prinsip pertama
jurnalisme pengejaran kebenaran, yang tanpa dilandasi kepentingan tertentu
(disinterested pursuit of truth)adalah yang paling membedakannya dari bentuk
komunikasi lain.
Contoh kebenaran fungsional, misalnya, polisi menangkap tersangka
koruptor berdasarkan fakta yang diperoleh.Lalu kejaksaan membuat tuntutan dan
tersangka itu diadili. Sesudah proses pengadilan, hakim memvonis, tersangka itu
bersalah atau tidak-bersalah. Apakah si tersangka yang divonis itu mutlak bersalah
atau mutlak tidak-bersalah? Kita memang tak bisa mencapai suatu kebenaran
mutlak. Tetapi masyarakat kita, dalam konteks sosial yang ada, menerima proses
pengadilan serta vonis bersalah atau tidak bersalah tersebut, karena memang hal
itu diperlukan dan bisa dipraktikkan. Jurnalisme juga bekerja seperti itu.
2. Loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada warga (citizens)
Organisasi
pemberitaan
dituntut
melayani
berbagai
kepentingan
konstituennya: lembaga komunitas, kelompok kepentingan lokal, perusahaan
induk, pemilik saham, pengiklan, dan banyak kepentingan lain. Semua itu harus
dipertimbangkan oleh organisasi pemberitaan yang sukses.Namun, kesetiaan
pertama harus diberikan kepada warga (citizens).Ini adalah implikasi dari
perjanjian dengan publik.
Komitmen kepada warga bukanlah egoisme profesional.Kesetiaan pada
warga ini adalah makna dari independensi jurnalistik.Independensi adalah bebas
dari semua kewajiban, kecuali kesetiaan terhadap kepentingan publik. Jadi,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
jurnalis yang mengumpulkan berita tidak sama dengan karyawan perusahaan
biasa, yang harus mendahulukan kepentingan majikannya.
Jurnalis memiliki kewajiban sosial, yang dapat mengalahkan kepentingan
langsung majikannya pada waktu-waktu tertentu, dan kewajiban ini justru adalah
sumber keberhasilan finansial majikan mereka.
3. Esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi
Membedakan
antara
jurnalisme
dengan
hiburan
(entertainment),
propaganda, fiksi, atau seni, adalah disiplin verifikasi. Hiburan –dan saudara
sepupunya “infotainment” berfokus pada apa yang paling bisa memancing
perhatian. Propaganda akan menyeleksi fakta atau merekayasa fakta, demi tujuan
sebenarnya, yaitu persuasi dan manipulasi. Sedangkan jurnalisme berfokus utama
pada apa yang terjadi, seperti apa adanya.
Disiplin verifikasi tercermin dalam praktik-praktik seperti mencari saksisaksi peristiwa, membuka sebanyak mungkin sumber berita, dan meminta
komentar dari banyak pihak. Disiplin verifikasi berfokus untuk menceritakan apa
yang terjadi sebenar-benarnya. Dalam kaitan dengan apa yang sering disebut
sebagai “obyektivitas” dalam jurnalisme, maka yang obyektif sebenarnya
bukanlah jurnalisnya, tetapi metode yang digunakannya dalam meliput berita.
Ada sejumlah prinsip intelektual dalam ilmu peliputan:
a. Jangan menambah-nambahkan sesuatu yang tidak ada
b. Jangan mengecoh audiens
c. Bersikaplah transparan sedapat mungkin tentang motif dan
metode Anda
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
d. Lebih mengandalkan pada liputan orisinal yang dilakukan
sendiri
e. Bersikap rendah hati, tidak menganggap diri paling tahu.
4. Jurnalis harus tetap independen dari pihak yang mereka liput
Jurnalis harus tetap independen dari faksi-faksi. Independensi semangat
dan pikiran harus dijaga wartawan yang bekerja di ranah opini, kritik, dan
komentar. Jadi, yang harus lebih dipentingkan adalah independensi, bukan
netralitas.Jurnalis yang menulis tajuk rencana atau opini, tidak bersikap netral.
Namun, ia harus independen, dan kredibilitasnya terletak pada dedikasinya pada
akurasi, verifikasi, kepentingan publik yang lebih besar, dan hasrat untuk memberi
informasi.
Adalah penting untuk menjaga semacam jarak personal, agar jurnalis dapat
melihat segala sesuatu dengan jelas dan membuat penilaian independen.Sekarang
ada kecenderungan media untuk menerapkan ketentuan “jarak” yang lebih ketat
pada jurnalisnya. Misalnya, mereka tidak boleh menjadi pengurus parpol atau
konsultan politik politisi tertentu.
Independensi dari faksi bukan berarti membantah adanya pengaruh
pengalaman atau latar belakang si jurnalis, seperti dari segi ras, agama, ideologi,
pendidikan, status sosial-ekonomi, dan gender. Namun, pengaruh itu tidak boleh
menjadi nomor satu.Peran sebagai jurnalislah yang harus didahulukan.
5. Jurnalis harus melayani sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan
Jurnalis
harus
bertindak
sebagai
pemantau independen
terhadap
kekuasaan. Wartawan tak sekedar memantau pemerintahan, tetapi semua lembaga
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
kuat di masyarakat. Pers percaya dapat mengawasi dan mendorong para pemimpin
agar mereka tidak melakukan hal-hal buruk, yaitu hal-hal yang tidak boleh mereka
lakukan sebagai pejabat publik atau pihak yang menangani urusan publik. Jurnalis
juga mengangkat suara pihak-pihak yang lemah, yang tak mampu bersuara
sendiri.
Prinsip pemantauan ini sering disalah pahami, bahkan oleh kalangan
jurnalis sendiri, dengan mengartikannya sebagai “mengganggu pihak yang
menikmati kenyamanan.” Prinsip pemantauan juga terancam oleh praktik
penerapan yang berlebihan, atau “pengawasan” yang lebih bertujuan untuk
memuaskan hasrat audiens pada sensasi, ketimbang untuk benar-benar melayani
kepentingan umum.
Namun, yang mungkin lebih berbahaya, adalah ancaman dari jenis baru
konglomerasi
korporasi,
yang
secara
efektif
mungkin
menghancurkan
independensi, yang mutlak dibutuhkan oleh pers untuk mewujudkan peran
pemantauan mereka.
6. Jurnalisme harus menyediakan forum bagi kritik maupun komentar
Apapun
media
yang
digunakan,
jurnalisme
haruslah
berfungsi
menciptakan forum di mana publik diingatkan pada masalah-masalah yang benarbenar penting, sehingga mendorong warga untuk membuat penilaian dan
mengambil sikap.
Maka, jurnalisme harus menyediakan sebuah forum untuk kritik dan
kompromi publik.Demokrasi pada akhirnya dibentuk atas kompromi. Forum ini
dibangun berdasarkan prinsip-prinsip yang sama sebagaimana halnya dalam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
jurnalisme, yaitu: kejujuran, fakta, dan verifikasi. Forum yang tidak berlandaskan
pada fakta akan gagal memberi informasi pada publik.
Sebuah perdebatan yang melibatkan prasangka dan dugaan semata hanya
akan mengipas kemarahan dan emosi warga. Perdebatan yang hanya mengangkat
sisi-sisi ekstrem dari opini yang berkembang, tidaklah melayani publik tetapi
sebaliknya justru mengabaikan publik.Yang tak kalah penting, forum ini harus
mencakup seluruh bagian dari komunitas, bukan kalangan ekonomi kuat saja atau
bagian demografis yang menarik sebagai sasaran iklan.
7. Jurnalisme harus berupaya membuat hal yang penting itu menarik dan
relevan.
Tugas jurnalis adalah menemukan cara untuk membuat hal-hal yang
penting menjadi menarik dan relevan untuk dibaca, didengar atau ditonton.Untuk
setiap naskah berita, jurnalis harus menemukan campuran yang tepat antara yang
serius dan yang kurang-serius, dalam pemberitaan hari mana pun.
Singkatnya, jurnalis harus memiliki tujuan yang jelas, yaitu menyediakan
informasi yang dibutuhkan orang untuk memahami dunia, dan membuatnya
bermakna, relevan, dan memikat.Dalam hal ini, terkadang ada godaan ke arah
infotainment dan sensasionalisme.
8. Jurnalis harus menjaga agar beritanya komprehensif dan proporsional
Jurnalisme itu seperti pembuatan peta modern.Ia menciptakan peta
navigasi bagi warga untuk berlayar di dalam masyarakat.Maka jurnalis juga harus
menjadikan berita yang dibuatnya proporsional dan komprehensif.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
Dengan mengumpamakan jurnalisme sebagai pembuatan peta, kita melihat
bahwa proporsi dan komprehensivitas adalah kunci akurasi.Kita juga terbantu
dalam memahami lebih baik ide keanekaragaman dalam berita.
9. Jurnalis memiliki kewajiban untuk mengikuti suara nurani mereka
Setiap jurnalis, dari redaksi hingga dewan direksi, harus memiliki rasa
etika dan tanggung jawab personal, atau sebuah panduan moral. Terlebih lagi,
mereka punya tanggung jawab untuk menyuarakan sekuat-kuatnya nurani mereka
dan membiarkan yang lain melakukan hal yang serupa.
Agar hal ini bisa terwujud, keterbukaan redaksi adalah hal yang penting
untuk memenuhi semua prinsip jurnalistik. Gampangnya mereka yang bekerja di
organisasi berita harus mengakui adanya kewajiban pribadi untuk bersikap beda
atau menentang redaktur, pemilik, pengiklan, dan bahkan warga serta otoritas
mapan, jika keadilan(fairness)dan akurasi mengharuskan mereka berbuat begitu.
Dalam kaitan itu, pemilik media juga dituntut untuk melakukan hal yang
sama. Organisasi pemberitaan, bahkan terlebih lagi dunia media yang
terkonglomerasi dewasa ini, atau perusahaan induk mereka, perlu membangun
budaya yang memupuk tanggung jawab individual.Para manajer juga harus
bersedia mendengarkan, bukan cuma mengelola problem dan keprihatinan para
jurnalisnya.
Dalam perkembangan berikutnya, Bill Kovach dan Tom Rosenstiel
menambahkan elemen ke-10. Yaitu:
10. Warga juga memiliki hak dan tanggung jawab dalam hal-hal yang terkait
dengan berita.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
Elemen terbaru ini muncul dengan perkembangan teknologi informasi,
khususnya internet. Warga bukan lagi sekadar konsumen pasif dari media, tetapi
mereka juga menciptakan media sendiri.Ini terlihat dari munculnya blog,
jurnalisme online, jurnalisme warga (citizen journalism), jurnalisme komunitas
(community journalism) dan media alternatif.Warga dapat menyumbangkan
pemikiran, opini, berita, dan sebagainya, dan dengan demikian juga mendorong
perkembangan jurnalisme.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download