PDF (BAB I)

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat menimbulkan
dampak positif dan negatif untuk berbagai kalangan baik dalam maupun luar
pendidikan. Masyarakat mampu menyeleksi dampak tersebut apabila ilmu
pengetahuan
yang
diperoleh
dimanfaatkan
dan
dikembangkan
dengan
semestinya. Saat ini, manusia dapat membuat aktivitasnya menjadi lebih cepat,
praktis dan mudah karena kecanggihan teknologi. Dengan demikian ilmu
pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi kualitas pendidikan di bangsa
ini.
Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang penting
dalam
pendidikan karena memiliki banyak kegunaan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Matematika digunakan secara langsung di kehidupan
sehari-hari dan juga dalam pendidikan. Matematika merupakan salah satu ilmu
dasar yang tidak hanya diperlukan untuk mempelajari matematika lebih lanjut
tetapi juga diperlukan untuk mempelajari ilmu-ilmu lain seperti ilmu
pengetahuan alam (IPA), ilmu teknik, kedokteran, ilmu ekonomi, dan ilmu sosial
(Darwati, 2009: 1).
Pada pembelajaran matematika di sekolah, siswa diharapkan mampu
memperoleh hasil yang optimal. Hasil belajar dapat dilihat dari tingkat
pemahaman dan penguasaan materi pembelajaran sehingga siswa mengetahui
prestasi belajarnya. Menurut Tirtonegoro (2001: 43) prestasi belajar adalah
penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol,
angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai
oleh setiap anak dalam periode tertentu. Dengan prestasi belajar, pengajar dapat
mengetahui apakah siswa sudah memahami materi atau belum. Pemahaman dan
penguasaan materi yang baik akan menghasilkan prestasi belajar yang baik pula.
Tetapi pada kenyataannya masih banyak siswa yang kesulitan dalam memahami
dan menyelesaikan soal matematika. Hal ini menyebabkan prestasi belajar
1
2
matematika yang dicapai siswa belum sesuai harapan dimana siswa tidak dapat
benar-benar mengungkapkan apa yang pelajari dan ketahui.
Kesulitan belajar matematika sekarang ini masih menjadi kendala yang
dialami siswa dalam mencapai usahanya untuk mencapai hasil belajar yang
optimal. Kesulitan belajar matematika menyangkut kesulitan dalam pencapaian
dan pengembangan akademik seperti matematika (Runtukahu & Kandou, 2014:
20). Tidak semua siswa menunjukkan karakteristik kesulitan matematika yang
sama. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan karakteristik kesulitan
matematika siswa diantaranya dalam memahami rumus dan simbol-simbol
matematika, menghitung, dan menerapkan konsep dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil wawancara guru mata pelajaran matematika di SMP
Negeri 2 Colomadu (Endang Suprihatin, 11 Februari 2016), diperoleh bahwa ada
siswa yang memiliki prestasi belajar sedang dan masih banyak yang belum
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Siswa kelas VII terdapat 8 kelas
dimana setiap kelas berjumlah sebanyak 36 siswa, rata-rata yang belum mencapai
KKM sekitar 50%. Kesulitan siswa sering terjadi dalam menghitung, menghafal,
dan kurang teliti dalam menyelesaikan soal sehingga cenderung belum
memahami materi. Pada proses pembelajaran, metode yang digunakan tergantung
dari materinya, dengan ceramah atau diskusi. Kemampuan siswa bervariasi, ada
yang tinggi, sedang, dan kurang mencapai kemampuan. Hal ini menyebabkan
selesainya materi pada setiap kelas berbeda atau tidak sama dalam waktu
tertentu.
Kesulitan belajar matematika berhubungan dengan kesukaran dalam belajar
konsep-konsep matematika dan masalah dalam mengingat materi yang nantinya
berguna untuk materi selanjutnya. Contonya, siswa harus dapat membedakan
bentuk bangun datar, seperti persegi panjang, persegi, jajar genjang dan belah
ketupat. Kesulitan matematika harus diatasi sedini mungkin karena matematika
sangat berguna untuk memecahan masalah sehari-hari. Sehingga, diperlukan
identifikasi tentang kesulitan apa saja yang dialami siswa dalam menyelesaikan
soal matematika. Hasil identifikasi yang diperoleh dapat digunakan untuk
3
meningkatkan prestasi belajar matematika dan juga perkembangan sistem
pendidikan.
Siswa dalam menyelesaikan soal matematika banyak mengalami kesulitan
pada materi segi empat dimana siswa harus memahami sifat-sifat dan
menggunakannya bersama rumus untuk menyelesaikan masalah. Dalam
menyelesaikannya soal juga dibutuhkan keteletilian menghitung yang membuat
siswa dapat menjawab soal dengan tepat. Menyelesaikan soal dengan tepat dan
sistematis bukanlah hal yang mudah, sehingga siswa membutuhkan pemahaman
dan latihan soal yang cukup untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut.
Proses identifikasi kesulitan belajar matematika, salah satunya dapat
dilakukan dengan menggunakan taksonomi SOLO untuk mengukur sejauh mana
kemampuan siswa dalam memahami pembelajaran. Menurut Kuswana (2012: 95)
taksonomi
yang dirancang oleh Biggs dan Collis ini, telah disediakan cara
sistematis dalam menggambarkan bagaimana urutan struktur kompleksitas suatu
konsep dan keterampilan yang mungkin digunakan untuk mengidentifikasi target
tertentu atau untuk membantu para guru menilai hasil belajar tertentu. Penilaian
hasil belajar dapat diukur dari aspek yang mencakup pengetahuan, sikap dan
keterampilan baik dari segi proses maupun hasil yang dicapai. Perbaikan
kemampuan masing-masing siswa adalah hal yang seharusnya dijadikan acuan
untuk mengetahui kesulitan matematika siswa dan keberhasilan pembelajaran
dapat tercapai.
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka peneliti tertarik
untuk menerapkan taksonomi SOLO pada pembelajaran matematika untuk
mengetahui kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal sehingga siswa dapat
mengembangkan pengetahuannya dalam memahami materi pembelajaran yang
akan dicapai.
4
B. Rumusan Masalah
1. Kesulitan apa saja yang dialami siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Colomadu
dalam menyelesaikan soal segi empat?
2. Bagaimana penggunaan taksonomi SOLO untuk mengidentifikasi kesulitan
siswa dalam menyelesaikan soal segi empat?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi kesulitan siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Colomadu dalam
menyelesaikan soal segi empat.
2. Mendiskripsikan penggunaan taksonomi SOLO untuk mengidentifikasi
kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal segi empat.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teoritis
maupun praktis.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan pada guru
matematika dan pembaca mengenai identifikasi kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal segi empat dengan menggunakan taksonomi SOLO
sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran akan
lebih baik.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa, memberikan pengalaman langsung bagaimana belajar yang
aktif dan dapat mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti
pelajaran yang diberikan guru.
b. Bagi guru, mengetahui proses pembelajaran yang tepat dan memberikan
acuan tentang kesulitan-kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal
matematika pada materi segi empat.
c. Bagi sekolah, mengetahui apakah kondisi belajar yang diciptakan sekolah
sudah sesuai dengan harapan atau belum dalam upaya meningkatkan
mutu pendidikan.
5
d. Bagi penulis, memberi pengalaman langsung dan menambah wawasan
pengetahuan mengenai pembelajaran dengan taksonomi SOLO dan
mengetahui kesulitan apa saja yang sering dialami siswa dalam
menyelesaikan soal segi empat.
E. Definisi Operasional Variabel
1. Kesulitan Siswa
Kesulitan belajar adalah gangguan dalam satu atau lebih bidang
akademik, termasuk kesulitan membaca, menghitung, dan menulis. Dalam
matematika seperti kemampuan pemecahan masalah, pengukuran, memahami
atau menggunakan konsep, dan keterampilan menghitung. Menurut
Runtukahu & Kandou (2014: 49) kesulitan belajar matematika menyangkut
kesukaran dalam belajar matematika. Beberapa siswa mendapat kesulitan
dalam memahami simbol, berhitung, maupun dalam pemecahan masalah.
2. Soal Segi Empat
Segi empat adalah bangun datar yang memiliki jumlah sisi empat sisi
dan memiliki empat sudut. Ada beberapa jenis segi empat, yaitu persegi,
persegi panjang , jajar genjang, belah ketupat, layang-layang dan trapesium.
Penelitian ini berfokus pada penggunaan konsep untuk perhitungan luas dan
keliling bangun datar segi empat, yaitu persegi dan persegi panjang.
3. Taksonomi SOLO
Taksonomi SOLO adalah klasifikasi hirarkhis dimana setiap tingkat
hasil pembelajaran menjadi fondasi bagi tingkat berikutnya (Suranto, 2015:
178). Taksonomi SOLO dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan
menentukan tujuan kurikulum yang menggambarkan tujuan atau target
kinerja serta untuk mengevaluasi outcome pembelajaran sehingga tingkat
kemampuan siswa dapat diidentifikasi (Kuswana, 2012: 98). Tingkatan
taksonomi SOLO dibagi menjadi lima, yaitu prastuktural, unistruktural,
multistruktural, relasional, dan extended abstract.
Download