Pengaruh Jenis kampuh V dan X Terhadap Struktur

advertisement
Vol. 2, No.2 November 2016 ENTHALPY – Jurnal Ilmiah Mahasiswa Teknik Mesin e-ISSN:2502-8944
Pengaruh Jenis kampuh V dan X Terhadap Struktur Mikro dan Kekuatan
Impak Pada Pengelasan Baja Karbon
Yusrik Arham
Mahasiswa Teknik S-1 Mesin, Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo
[email protected]
Abstrak
Salah satu penyebab terjadinya kerusakan atau patah pada pengelasan adalah penggunaan jenis kampuh las
yang tidak sesuai dengan pembebanannya ketika proses pengelasan, hal ini disebabkan oleh tegangan sisa
akibat masukan panas pada proses pengelasan selain itu penggunaan jenis kampuh las yang tidak tepat juga
menyebabkan kegagalan dari sambungan las. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis
kampuh V dan X terhadap struktur mikro daerah HAZ dan kekuatan impak pada pengelasan baja karbon rendah.
Metode yang digunakan pada penelitian adalah melakukan pengujian komposisi dan impak serta melakukan
pengamatan struktur mikro untuk mengetahui distribusi panas pada proses pengelasan. Hasil penelitian
menunjukkan Struktur mikro didominasi butir-butir ferit yang berwarna putih (terang), sedangkan fasa perlit
lebih sedikit (berwarna gelap) sedangkan nilai kekuatan impak spesimen kelompok pengelasan dengan
menggunakan kampuh X mengalami penurunan 37,88% dari kelompok spesimen raw materials sedangkan nilai
kekuatan impak spesimen kelompok pengelasan dengan menggunakan kampuh V juga mengalami penurunan
sebesar 53,88%, bahwa material yang dilas dengan menggunakan kampuh las X dan V memiliki perbedaan baik
struktur mikro yang terbentuk maupun nilai kekuatan impak logam yang dilas.
Kata Kunci : Pengelasan, Uji Komposisi, Pengamatan Struktur, Kekuatan Impak
Abstract
One cause of the damage or broken at the welding is the use of the type of seam welds are not in accordance
with the assignment when the welding process, it is caused by the residual stress due to the heat input to the
welding process in addition to the use of the type of seam welds improper also cause failure of welded joints ,
This study aims to determine the effect of type V and X seam towards the area HAZ microstructure and impact
strength at low carbon steel welding. The method used in the study was to test the composition and impact as
well as the observation of micro structure to determine the distribution of heat in the welding process. The
results showed microstructure predominantly ferrite beads are white (light), whereas fewer pearlite phase (dark)
while the value of impact strength specimens using seam welding group X has decreased 37.88% of the group
specimens while the value of raw materials impact strength specimens using seam welding group V also
decreased by 53.88%, that the material is welded using weld seam X and V has the distinction of both
microstructure formed and impact strength value of the welded metal.
Keywords: Welding, Test Composition, Structure Observation, Impact Strength
8
Vol. 2, No.2 November 2016 ENTHALPY – Jurnal Ilmiah Mahasiswa Teknik Mesin e-ISSN:2502-8944
1. Pendahuluan
Dewasa ini, teknologi di bidang konstruksi terus
berkembang dan maju dengan pesat, terutama
dalam perancangan dan desain produk. Salah satu
konstruksi rancangan yang sering dijumpai adalah
kostruksi baja. Dalam penerapannya kostruksi baja
ini seringkali tidak dapat dihindari dan merupakan
keharusan agar melakukan proses penyambungan
logam, atau yang sering disebut dengan
pengelasan. Hal ini mempunyai peranan penting
dalam rekayasa dan reparasi atau perbaikan logam.
Pertumbuhan pembangunan konstruksi logam pada
masa sekarang ini banyak melibatkan unsur
pengelasan. Pada konstruksi las secara teknis
memerlukan keterampilan yang tinggi bagi
pengelasnya, agar diperoleh sambungan dengan
kualitas baik. Ruang lingkup penggunaan teknik
pengelasan dalam konstruksi sangat luas meliputi
perkapalan, jembatan, pipa saluran, atap rumah, rel,
sarana transportasi, bejana tekan, rangka baja dan
masih banyak yang lainnya.
Las listrik merupakan suatu proses
penyambungan logam dengan menggunakan tenaga
listrik sebagai sumber panas dan menggunakan
elektroda sebagai bahan tambahnya. Pengelasan
dengan Las listrik menggunakan pesawat Las
listrik (SMAW = Shielded Metal Arc Welding)
banyak di gunakan. Las listrik kebanyakan dipilih
karena proses yang mudah, ekonomis dan hasil
lasnya pun ditinjau dari sifat mekanik dan fisis
baik, serta biaya investasi yang rendah. Namun
begitu kekurangan dari produk sambungan ini
sangat tergantung oleh beberapa faktor. Faktor
tersebut antara lain juru las, elektroda, kuat arus,
dan kecepatan pengelasan.
Selain faktor diatas yang mempengaruhi
proses dan kualitas suatu pengelasan adalah
pemilihan bahan dan jenis kampuh las merupakan
hal yang sangat penting juga untuk mendapatkan
sifak mekanik dalam hal kekuatan impak dan
kekerasan. Pada pemilihan bahan untuk konstruksi
las kebanyakan digunakan bahan yang terbuat dari
baja khususnya baja karbon rendah. Alasan yang
mendasar adalah harga yang terjangkau dan mudah
dijumpai dipasaran.
Baja karbon rendah merupakan salah satu
jenis baja karbon yang keberadaannya banyak
digunakan dalam bidang konstruksi sederhana
misalnya rangka atap rumah, pagar, kanopi dan lain
sebagainya, yang kesemua itu sering dijumpai dan
dilakukannya pengelasan untuk menyambung
bagian-bagian tertentu. Supaya mendapat hasil
pengelasan yang baik, kuat dan aman maka perlu
diperhitungkan penggunaan jenis kampuh, metode
pengelasan hingga analisa hasil pengelasan harus
dilakukan dengan baik sehingga tidak terdapat
cacat pada struktur mikro dan kerusakan pada
bagian logam yang dilas.
Salah satu penyebab terjadinya kerusakan
atau patah pada pengelasan adalah penggunaan
jenis kampuh las yang tidak sesuai dengan
pembebanannya ketika proses pengelasan, hal ini
disebabkan oleh tegangan sisa akibat masukan
panas pada proses pengelasan selain itu
penggunaan jenis kampuh las yang tidak tepat juga
menyebabkan kegagalan dari sambungan las.
Pemilihan jenis kampuh yang sesuai dengan
pembebanannyan akan mempengaruhi sifat
mekanik dan fisis seperti kekerasan, kekuatan tekan
dan impak dari hasil pengelasan tersebut.
Penggunaan jenis kampuh yang baik dan sesuai
dengan prosedur pengelasan dapat memberikan
pengaruh dari hasil lasan atau sifat mampu las
(Weld Ability) sehingga dapat meningkatkan
kekuatan impak dalam aplikasinya. Pada
pengelasan ada tiga daerah yang mengalami
pemanasan Base metal, HAZ, dan Welding metal.
Daerah las (Weld) adalah daerah yang mengalami
deformasi plastis dan pemanasan selama proses
pengelasan.
2. Tinjauan Pustaka
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan tenteng
pengelasan listrik (SMAW), atau lebih dikenal
dengan pengelasan busur listrik diantaranya:
Menurut Alip (1989), menyatakan bahwa salah satu
faktor yang mempengaruhi hasil pengelasan yaitu
pemilihan jenis kampuh las yang akan digunakan.
Pemilihan jenis kampuh yang sesuai dengan
pembebanannya dapat memperpanjang usia
konstruksi yang di kerjakan.
Studi pengaruh heat input terhadap
ketangguhan impact las SMAW posisi vertikal baja
st 60 temper. Hasil penelitian menujukkan bahwa
pada masukan panas 275 j/mm terjadi kenaikan
ketangguhan impact, ketangguhan cenderung naik
seiring naiknya masukan panas makin tinggi
masukan panas maka makin ulet. (Nizam Effendi,
2013).
Pengelasan
Pengelasan adalah proses penyambungan
antara dua bagian logam atau lebih dengan
menggunakan energi panas yang menyebabkan
logam disekitar lasan mengalami sirkulasi thermal,
sehingga logam disekitar lasan mengalami
perubahan metalurgi yang rumit, deformasi dan
tegangan-tegangan thermal. Hal ini erat
hubungannya dengan ketangguhan, cacat las dan
retak serta mempunyai pengaruh yang fatal
terhadap keamanan dari kontruksi yang di las. Pada
sambungan las, patah-getas menjadi lebih penting
karena adanya faktor-faktor yang mendukungnya,
seperti konsentrasi tegangan yang tidak sesuai dan
adanya cacat lasan. Untuk mempertinggi keamanan
8
Vol. 2, No.2 November 2016 ENTHALPY – Jurnal Ilmiah Mahasiswa Teknik Mesin e-ISSN:2502-8944
las terutama pada sambungan las, diperlukan
adanya penilaian kekuatan daerah las.
Tegangan Busur Las
Tegangan yang diperlukan untuk mengelas
dengan elektroda bergaris tengah 3-6 mm, kira-kira
antara 20-30 Volt untuk posisi datar, sedangkan
untuk posisi tegak atau atas kepala biasanya
dikurangi lagi dengan 2-5 Volt. Kestabilan busur
dapat juga didengar dari kestabilan suaranya
selama pengelasan. Sehubungan dengan panjang
busur, hal yang paling sukar dalam las busur listrik
dengan tangan adalah mempertahankan panjang
busur yang tetap.
Penggunaan Arus Las.
Besaranya arus las yang diperlukan
tergantung dari bahan dan ukuran dari bahan lasan.
Geometri sambungan, posisi pengelasan, jenis
elektroda dan diameter inti elektroda.
Makin tinggi arus las makin besar
penembusan dan kecepatan pencairannya. Besar
arus pada pengelasan mempengaruhi hasil las bila
arus terlalu rendah maka perpindahan cairan dari
ujung elektroda yang digunakan sangat sulit dan
busur listrik yang terjadi tidak stabil. Panas yang
terjadi tidak cukup untuk melelehkan logam dasar,
sehingga menghasilkan bentuk rigi-rigi las yang
kecil dan tidak rata serta penembusan kurang
dalam. Jika arus terlalu besar, maka akan
menghasilkan manik melebar, butiran percikan
kecil, penetrasi dalam serta peguatan matrik las
tinggi. Berikut ini adalah table perbandingan antara
diameter busur las terhadap besar arus listrik.
Tabel 2.1. Perbandingan diameter
terhadap arus las. (Howard BC, 1998)
Diameter Elektroda
(mm)
2,5
2.6
3.2
4,0
5,0
elktroda
Arus (Amper)
60-90
60-90
80-130
150-190
180-250
Kecepatan Pengelasan.
Kecepatan pengelasan tergantung dari
bahan induk, jenis elektroda, geometris sambungan
dan ketelitian sambungan. Dalam hal hubungannya
dengan tegangan dan arus las, dapat dikatakan
bahwa kecepatan las hampir tidak ada
hubungannya dengan tegangan las tetapi
berbanding lurus dengan arus las, karena itu
pengelasan yang cepat memerlukan arus yang
tinggi.
Besar Penembusan atau Penetrasi
Untuk mendapatkan kekuatan sambungan
yang tinggi diperlukan penembusan atau penetrasi
yang cukup. Sedangkan besarnya penembusan
tergantung kepada sifat-sifat fluks, polaritas,
besarnya arus, kecepatan las dan tegangan yang
digunakan. Pada dasarnya makin besar arus las
makin besar pula daya tembusnya. Sedangkan
tegangan memberikan pengaruh yang sebaliknya
yaitu makin besar tegangan makin panjang busur
yang terjadi dan makin tidak terpusat, sehingga
panasnya melebar dan menghasilkan penetrasi yang
lebar dan dangkal.
Sambungan Las
Sambungan las diklasifikasikan menurut
konstruksi lasnya seperti butt joint, T-joint, corner
joint, split joint, lap joint, edge joint dan flange
joint.
1. Sambungan Buntu (butt joint)
2. Sambungan T atau T-joint
3. Sambungan Sudut (Corner joint)
4. Lap joint dan Joggled lap joint
5. Sambungan Flange (Flange joint)
Struktur Mikro Daerah Las-Lasan
Daerah las-lasan terdiri dari tiga bagian
yaitu: daerah logam las, daerah pengaruh panas
atau heat affected zone disingkat menjadi HAZ,
logam induk yang tak terpengaruhi panas dan
daerah batas logam induk dengan logam las
(Fusion Line).
Distorsi
Distorsi merupakan bentuk penyimpangan
geometri hasil pengelasan. Distorsi muncul sebagai
akibat pemuaian saat pemanasan yang tidak
seimbang dengan penyusutan saat fase pendinginan
terjadi.
Menurut Suharto (1991), karena adanya
penyusutan pembekuan dan kontraksi termal dari
logam las selama proses pengelasan, benda kerja
akan
mempunyai
kecenderungan
untuk
menyimpang yang menyebabkan terjadinya
distorsi.
Baja
Baja adalah besi karbon campuran logam
yang dapat berisi kosentrasi dari element campuran
lainnya, ada ribuan campuran logam lainnya yang
mempunyai perlakuan bahan dan komposisi
berbeda. Sebagian dari baja umum digolongkan
menurut kosentarsi karbon, yakni kedalam rendah,
medium dan jenis karbon tinggi. Baja merupakan
paduan besi ( Fe) dengan karbon (C), dimana
kandungan karbon tidak lebih dari 2%. Baja
banyak digunakan karena baja mempunyai sifat
mekanis lebih baik daripada besi, sifat baja antara
lain :
a. Tangguh dan ulet,
b. Mudah ditempa,
c. Mudah diproses,
9
Vol. 2, No.2 November 2016 ENTHALPY – Jurnal Ilmiah Mahasiswa Teknik Mesin e-ISSN:2502-8944
d.
e.
f.
Sifatnya dapat diubah dengan mengubah
karbon,
Sifatnya dapat diubah dengan perlakuan
panas,
Banyak
dipakaiuntuk
berbagai
bahan
peralatan.
Diagram Fasa
Diagram fasa atau yang biasa disebut diagram
kesetimbangan besi karbon merupakan diagram
yang menjadi parameter untuk mengetahui segala
jenis fasa yang terjadi di dalam baja dan faktorfaktor apa saja yang terjadi pada paduan baja
dengan segala perlakuanya.
Kekuatan Impak
Kekuatan impact adalah kemampuan suatu
bahan untuk menahan beban dinamis atau
mendadak yang dapat menyebabkan patah atau
rusak.S uatu spesimen dengan standart tertentu baik
ukuran notch ataupun ukuran spesimennya
diletakkan dengan posisi takiknya berlawanan arah
dengan pendulum untuk mematahkan spesimen,
pendulum dipasang pada ketinggian tertentu lalu
dilepaskan sehingga menghatam spesimen secara
tiba-tiba.
Energi
yang
diperlukan
untuk
mematahkan spesimen adalah impact yang berasal
dari ketinggian pendulum. Energi ini nantinya akan
diserap oleh spesimen untuk mematahkan
spesimen.
Pengujian Impak
Ketangguhan (toughness) merupakan kemampuan
suatu bahan dalam menerima beban impak yang di
ukur dengan besarnya energi yang diperlukan
untuk mematahkan spesimen uji dengan ayunan
pendulum. Pengujian ketangguhan dapat diketahui
dengan pengujian impak. Pengujian impak ini
umumnya terdapat dua metode pengujian yaitu
metode charpy dan izod. Metode izod
menggunakan batang impak kantilever, sedangkan
metode charpy menggunakan batang impak biasa.
Besarnya energi untuk mematahkan
spesimen uji dengan persamaan berikut:
) … … … … . [1]
= . (cos −
Dimana:
W
= energi patah, (J)
R
= jarak pendulum ke pusat rotasi, (m)
G
= berat pendulum, (N)
αi
= sudut pendulum sebelum mematahkan
spesimen, (0)
βi
= sudut pendulum setelah mematahkan
spesimen, (0)
Ketangguhan (toughness) impak dapat dihitung
dengan persamaan:
=
Dimana:
It
=
(kj/mm2)
W
= energi patah, (j)
Ao
= luas penampang spesimen, (mm2)
3. Metode Penelitian
Waktu, Tempat, Alat dan Bahan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober
sampai September 2014 di Laboratorium Teknologi
Mekanik Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Unuversitas Halu Oleo.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian terdiri
dari, gergaji mesin, gergaji tangan, kikir, jangka
sorong, mesin las busur listrik, alat uji impak, tang,
ragum, amplas dan kamera digital. Sedangkan
bahan yang digunakan adalah Plat baja yang
digunakan dengan tebal 10 mm, Elektroda las seri
E6013 dan Resin Polyester digunakan untuk
membuat memounting specimen uji agar mudah
dipegang pada saat proses pengamplasan specimen
uji.
Prosedur Penelitian diawali Proses
pengujian komposisi mengetahui seberapa besar
unsur pembentuk bahan baja karbon, misalnya C,
Si, Cu, Mn, S, dan unsur lainnya. Selanjutnya
pembuatan
kampuh
V dan X dengan
menggunakan gergaji besi secara manual. Bahan
yang telah dipersiapkan dipotong dengan gergaji,
dengan ukuran 100 x 50 x 10 mm sebanyak 5
sampel untuk masing-masing kampuh. Jadi jumlah
sampel keseluruhan sebanyak 10 sampel.
Kemudian dilakukan proses pengelasan specimen,
pemeriksaan dengan mikroskop bertujuan untuk
mengamati bentuk struktur makro dan mikro yang
terjadi pada setiap layer pengelasan. Pemeriksaan
ini dilakukan dengan meletakan spesimen diatas
lensa objektif mikroskop. Permukaan yang akan
dilihat pada penelitian ini adalah bagian logam
pengisian las yaitu daerah logam las (weld), heat
affected zone (HAZ) dan Logam Induk (base
metal). Pemotretan dilakukan dengan peralatan
photografi yang dipasang pada mikroskop, yang
bertujuan untuk mendapatkan gambar struktur
mikro yang terbentuk. Pemotretan ini dilakukan
setelah lensa objektif terfokus dengan baik dan
cahaya yang diberikan diatur cukup secukupnya.
… … … … … … … … … . . … … . [2]
ketangguhan/kekuatan
impak,
10
Vol. 2, No.2 November 2016 ENTHALPY – Jurnal Ilmiah Mahasiswa Teknik Mesin e-ISSN:2502-8944
4. Hasil dan Pembahasan
a. Struktur mikro raw materials
Pengamatan struktur mikro dengan cara
metalografi pada daerah raw material.
Gambar 4.1. Foto struktur mikro raw materials
pembesaran 300x
Struktur mikro pada gambar di atas
didominasi butir-butir ferit yang berwarna putih
(terang), sedangkan fasa perlit lebih sedikit
(berwarna gelap). Butir ferit cenderung lebih
halus sedangkan butir perlit lebih kasar. Butir
perlit cenderung keras karena mengandung
karbon, sedangkan butir ferit cenderung lunak
dan ulet. Struktur mikro yang ada pada raw
materials adalah ferit dan perlit yang
mempunyai butiran yang halus. Struktur ferit
mempunyai kekuatan dan keuletan yang cukup,
sedangkan struktur perlit mempunyai sifat yang
keras dan kurang ulet.
Pengamatan struktur mikro pada logam
las untuk kampuh V menunjukkan struktur yang
terbentuk adalah perlit dan ferit halus. Struktur
mikro disini terlihat untuk ferit tersebar merata
keseluruh matriks paduan Fe. Sedangkan untuk
struktur mikro pada daerah HAZ memperlihatka
sedikit cacat porositas (bintik hitam) yang
terbentuk dibandingkan struktur mikro pada daerah
HAZ yang ada pada jenis kampuh X.
Gambar 4.3. Foto struktur mikro kampuh V
pembesaran 300x, a) daerah logam las, b) daerah
HAZ
Pengujian Impak
Tabel 4.2. Data hasil pengujian spesimen impak
metode charpy
b. Struktur mikro weld metal dan HAZ kampuh X
Pengamatan struktur mikro pada logam
las untuk kampuh X menunjukkan struktur yang
terbentuk adalah ferit dan sedikit perlit. Struktur
mikro ferit lebih mendominasi. Untuk daerah
HAZ struktur mikro yang terbentuk adalah ferit
dan terdapat sejumlah porositas yang terbentuk.
Porositas ini disebabkan karena adanya
tegangan sisa yang terjadi pada saat pengelasan
disisi kampuh las yang kedua. Pada saat
pengelasan sisi kedua terjadi tarikan pada sisi
pertama sehingga terjadi cacat porositas.
Gambar 4.2. Foto struktur mikro kampuh X
pembesaran 300x, a) daerah logam las, b) daerah
HAZ
c. Struktur mikro weld metal dan HAZ kampuh V
Nilai energi patah untuk kelompok
pengelasan dengan jenis kampuh las X nilai rataratanya sebesar 23,798 Joule. Nilai energi patah
pada kelompok pengelasan jenis kampuh las V
mengalami kenaikan terhadap kampuh las X
11
Vol. 2, No.2 November 2016 ENTHALPY – Jurnal Ilmiah Mahasiswa Teknik Mesin e-ISSN:2502-8944
dimana nilai energi impaknya 32,787 Joule.
Sedangkan nilai energi patah pada raw material
memiliki nilai energi impak tertinggi yaitu 51,544
Joule. Dari pengujian impak pada spesimen, energi
impak kelompok pengelasan dengan kampuh V
mengalami penurunan sebesar 36,39 % dari raw
materials dan energi impak dari kelompok
pengelasan dengan kampuh X mengalami
penurunan sebesar 53.83%. Energi impak untuk
spesimen kelompok pengelasan jenis kampuh V
mengalami kenaikan sebesar 27,44% dari
kelompok pengelasan jenis kampuh X atau dapat
dikatakan bahwa energi impak pada spesimen
pengelasan kampuh V lebih kuat menerima energi
impak dibandingkan dengan spesimen pengelasan
menggunakan kampuh X.
kampuh V, hal ini disebabkan karena pada kampuh
X mengalami dua kali sisi pengelasan yang
menyebabkan siklus pemanasan didapat dikontrol
sehingga retak panas terjadi pada sambungan las.
Retak panas ini akan menjadi konsentrasi tegangan
sehingga material tdak dapat menerima beban
impak.
5. Kesimpulan
Kesimpulan bahwa material yang dilas dengan
menggunakan kampuh las X dan V memiliki
perbedaan baik struktur mikro yang terbentuk
maupun nilai kekuatan impak logam yang dilas.
Logam yang dilas dengan jenis kampuh V memiliki
struktur mikro ferit dan pearlit dan sedikit porositas
yang terjadi sedangkan pada kampuh X struktur
mikro ferit dan pearlit namun cacat porositas yang
banyak. Untuk nilai ketangguhan impak pada
kampuh V lebih baik dibandingkan dengan kampuh
X.
Daftar Pustaka
Data dari gambar pada grafik tersebut
diatas menunjukkan nilai kekuatan impak
kelompok raw materials yaitu 0,644 J/mm2,
kelompok spesimen yang dilas dengan sambungan
kampuh X dengan nilai 0,297 J/mm2 sedangkan
kelompok spesimen yang dilas dengan sambungan
kampuh V sebesar 0,410 J/mm2. Nilai kekuatan
impak spesimen kelompok pengelasan dengan
menggunakan kampuh X mengalami penurunan
37,88% dari kelompok spesimen raw materials
sedangkan nilai kekuatan impak spesimen
kelompok pengelasan dengan menggunakan
kampuh V juga mengalami penurunan sebesar
53,88%.
Hasil pengujian impak ditunjukkan pada
grafik cenderung mengalami penurunan nilai
kekuatan impak akibat adanya penggunaan jenis
kampuh las dibandingkan dengan spesimen yang
dilas dengan menggunakan kampuh X dan jenis
kampuh V. Hal ini menunjukkan bahwa
penggunaan kampuh las yang berbeda pada
sambungan las mempengaruhi sifat kekuatan
impaknya. Sambungan las merupakan hal yang
tidak dapat dihindarkan dalam konstruksi yang
akan disambung, namun penggunaan kampuh las
perlu mendapatkan perencanaan dan analisa yang
tepat untuk menghidari hal-hal yang tidak
dinginkan seperti patah dan korosi. Penggunaan
kampuh las X dan V pada sambungan konstruksi
memperlihatkan adanya nilai kekuatan yang
berbeda seperti diperhatkan pada grafik diatas, nilai
kekuatan sambungan kampuh X lebih rendah dari
kekuatan sambungan las dengan menggunakan
Alip. M. 1989, Teori dan Praktek Las, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Jurnal
Teknik ITS Vol. 1, No. 1 ISSN: 23019271, Jakarta.
Arifin.1997. Proses Pengelasan Menggunakan Gas
Tungsen Arc Welding. Ghalia. Semarang.
Howard B. Cary. 1998. Modern Welding
Technology, 4th edition. Prenhalindo
Engineering. New. Jersey.
Ahmad, Rafiq dan Johnny Asman. 1994. Panas
Pengelasan Pada Daerah HAZ Terhadap
Kekerasan Baja VCN. Medan: Lembaga
Penelitian USU.
Suharto. 1991, Teknologi Pengelasan Logam.
Rineka. Cipta, Jakarta.
Pramono Sidi, 2011. Analisa Pengaruh Proses
Pengelasan MIG Terhadap. Metrik
Politeknik Bandung, Vol.5, No. 1, 10-17.
ISSN : 1411-0741.
William D.Callister, Jr. 2001. Material Science &
Engineering An Introduction” Seventh Ed.
John Wiley and Sons. USA
William D.Callister, Jr and David G. 2007.
Rethwisch.. 2007. Fundamentals of
Materials Science and Engineering: An
Integrated Approach. John Wiley and
Sons. USA.
12
Download