Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Manajemen
Manajemen mempunyai arti sangat luas, dapat berarti proses, seni maupun
ilmu. Dikatakan proses karena dalam manajemen terdapat beberapa tahapan untuk
mencapai tujuan, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan.
Dikatakan seni karena manajemen suatu cara atau alat untuk seorang manajer dalam
mencapai tujuan. Dimana penerapan dan penggunaanya tergantung pada masingmasing manajer yang mempunyai cara dan gaya tersendiri, dalam mencapai tujuan
perusahaan yang sebagian besar dipengaruhi oleh kondisi dan pembawaan manajer.
Dikatakan ilmu karena manajemen dapat dipelajari dan dikaji kebenarannya.
Definisi Manajemen menurut para ahli antara lain sebagai berikut:
Menurut Hasibuan dalam buku Manajemen sumber Daya Manusia (2012:1),
menyatakan bahwa:
“Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien
untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.
Sedangkan menurut Stoner yang dikutip oleh Wiludjeng (2007:3) bahwa:
“Management is a process of planning, organizing leading and controlling
the effect of organization members and the use of othe organizational
resources in order to achieve statied organizational goal”.
Terjemahannya:
“Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan
sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan”.
Menurut Haiman yang dikutip oleh Manullang (2004:3) bahwa:
“Manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan
orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan
bersama”.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan
bahwa manajemen adalah
tindakan-tindakan atau aktivitas yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan
sumber daya manusia dan sumber daya lainnya secara efektif dan efisien guna
mencapai tujuan dari perusahaan yang telah ditetapkan.
2.1.1
Fungsi Manajemen
Menurut Terry dalam buku Prinsip-Prinsip Manajemen (2003:15) fungsi-
fungsi manajerial yang paling umum dalam rangka pencapaian tujuan adalah
kombinasi dari :
1. Planning, ialah menetapkan pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh kelompok
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Planning mencakup kegiatan
pengambilan keputusan, oleh karena itu diperlukan kemampuan untuk melihat
kedepan (prediksi) guna merumuskan tindakan di masa yang akan datang.
2. Organizing, mencakup membagi komponen-komponen kegiatan yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan ke dalam kelompok-kelompok, membagi tugas kepada
seorang manajer untuk mengadakan pengelompokan tersebut, dan menetapkan
wewenang di antara kelompok-kelompok perusahaan.
3. Actuating, mencakup penetapan dan pemuasan kebutuhan manusiawi dari para
karyawannya, mengembangkan dan memberi kompensasi kepada karyawannya
guna mencapai tujuan bersama.
4. Controlling, mencakup pengawasan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan apakah
sudah sesuai dengan rencana atau belum. Pelaksanaan kegiatan dievaluasi
kembali dan penyimpangan-penyimpangan yang tidak diinginkan diperbaiki
supaya tujuan dapat tercapai dengan baik.
2.2
Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi membutuhkan sumber daya
manusia dalam merealisasikan tujuannya, karena manusia merupakan faktor yang
terpenting yang selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan maupun
perilaku organisasi. Tanpa manusia,
perusahaan atau organisasi tidak akan ada
karena manusialah yang merencanakan, menciptakan dan menetapkan tujuan-tujuan
tersebut.
Oleh karena itu, agar tujuan yang telah direncanakan tersebut dapat dicapai
secara memuaskan, suatu perusahaan harus mendayagunakan sumber-sumber daya
manusia sebaik mungkin. Suatu perusahaan tidak akan mampu melakukan aktivitas
untuk mencapai tujuan serta melakukan pengembangan secara efektif dan efeisien
jika sumber daya manusia yang ada dalam perusahan tersebut tidak dikelola dan
dikembangkan dengan baik.
Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu cabang ilmu
manajemen yang timbul setelah disadari bahwa manusia mempunyai kedudukan yang
utama dalam organisasi, dimana bidang ini berusaha mengkoordinasikan para
karyawannya dengan segala persoalannya agar dapat menjalankan tugasnya dengan
sebaik mungkin dan memberikan sumbangan yang optimal bagi perusahaan.
Beberapa ahli memberikan definisi mengenai sumber daya manusia dengan
cara berbeda-beda, meskipun pada dasarnya mempunyai maksud yang sama.
Dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia Hasibuan (2012:10)
menyatakan bahwa:
“Manajemen sumber daya manusia adalah ilmu seni mengatur hubungan
dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu
terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat”.
Mangkunegara (2011:2) dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan menyatakan bahwa:
“Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu
pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan dan
terhadap pengadaan pengembangan, pemberian
pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan tenaga
rangka mencapai tujuan organisasi”.
perencanaan,
pengawasan
balas jasa,
kerja dalam
Sedangkan menurut Handoko (2000:4) dalam bukunya Manajemen
Personalia dan Sumber Daya Manusia, mengemukakan bahwa:
“Manajemen sumber daya manusia adalah proses penarikan, seleksi,
pengembangan, pemeliharaan dan penggunaan sumber daya manusia
untuk mencapai tujuan individu maupun organisasi”.
Dari uraian-uraian mengenai pengertian manajemen sumber daya manusia
tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber daya manusia merupakan suatu
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dimana terhadap proses penarikan,
seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumber daya manusia untuk
mencapai tujuan individu maupun organisasi.
2.2.1
Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Sesuai dengan pengertian manajemen sumber daya manusia yang telah
diuraikan, maka kegiatan-kegiatan pengelolaan sumber daya manusia memiliki dua
fungsi, fungsi manajerial dan fungsi operasi yang dikemukakan oleh Hasibuan
(2012:21) dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia :
1.
Fungsi Manajerial
a.
Perencanaan
Perencanaan adalah merencanakan tenaga kerja secara efektif dan efisien
agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam membantu terwujudnya
tujuan.
b.
Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasi semua karyawan
dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi
wewenang, integrasi, dan koordinasi
dalam
bagan organisasi
(organization chart).
c.
Pengarahan
Pengarahan adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan, agar mau
bekerja sama dan bekerja efektif serta efisien dalam membantu
tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
d.
Pengendalian
Pengendalian adalah kegiatan mengendalikan semua
karyawan agar
mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai dengan
rencana.
2.
Fungsi Operasional
a.
Pengadaan
Pengadaan adalah adalah proses penarikan,
seleksi, penempatan,
orientasi, dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan
kebutuhan perusahaan.
b.
Pengembangan
Pengembangan adalah proses peningkatan keterampilan teknis, teoritis,
konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan.
c.
Kompensasi
Kompensasi adalah pemberian balas jasa langsung (direct) dan tidak
langsung (indirect), uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan
jasa yang diberikan kepada perusahaan.
d.
Pengintegrasian
Pengintegrasin adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan
perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerja sama yang serasi
dan saling menguntungkan.
e.
Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan
kondisi fisik, mental, dan loyalitas karyawan agar mereka tetap mau
bekerja sama sampai pensiun.
f.
Kedisiplinan
Kedisiplinan adalah keinginan dan kesadaran untuk mentaati peraturanperaturan perusahaan dan norma-norma sosial.
g.
Pemberhentian
Pemberhentian adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu
perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan karyawan,
keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir, dan pensiun.
Berdasarkan fungsi-fungsi diatas, kita dapat melihat bahwa manajemen
sumber daya manusia mengambil peranan yang cukup penting dalam suatu
organisasi, menyangkut unsur manusia yang akan menentukan arah kemajuan bagi
perusahaan, dalam hal ini perusahaan di masa yang akan datang. Ini berkaitan dengan
fungsi operasional manajemen sumber daya manusia yang mencakup masa mulai dari
tenaga kerja dengan masa pemisahan tenaga kerja.
2.3
Penilaian Kinerja
2.3.1 Pengertian Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja pegawai dikenal dengan istilah seperti performance rating,
performance appraisal, personnel assesment, employee evaluation merupakan suatu
kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh perusahaan terhadap prestasi kerja karyawan.
Pengertian penilaian kinerja menurut Mangkunegara (2011:67) dalam
bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan menyatakan bahwa:
“Penilaian kinerja karyawan adalah suatu proses penilaian prestasi kerja
pegawai yang dilakukan pemimpin perusahaan secara sistematik
berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya”.
Dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia menurut Hasibuan (2012:87)
menyatakan bahwa:
“Penilaian kinerja kerja adalah menilai rasio hasil kerja nyata dengan
standar kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan”.
Menurut Yorder yang dikutip oleh Hasibuan (2012:88) menyatakan bahwa:
“Personnel appraisals refers to the fornal procedurs used in working
organizations to evaluate the personalities and contributions and potentials
of group members”.
Terjemahannya :
“Penilaian kinerja merupakan prosedur yang formal dilakukan di dalam
organisasi
untuk
mengevaluasi
pegawai
dan
sumbangan
serta
kepentingan bagi pegawai”.
Dari pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja
merupakan hasil evaluasi kualitaas serta kuantitas hasil kerja yang dilakukan oleh
karyawan. Penilaian dilakukan berguna untuk menilai secara keseluruhan hasil kerja
karyawan, maka dari itu penilaian kinerja yang baik akan meningkatkan semangat
kerja karyawan.
2.3.2 Ruang Lingkup Penilaian Kinerja
Ruang lingkup penilai kinerja menurut Hasibuan dalam buku Manajemen
Sumber Daya Manusia (2012:88) tercakup dalam what, why, where, when,
who dan how sering disingkat dengan 5W+1H.
1.
What (apa) yang dinilai
Yang dinilai:
Perilaku dan prestasi kerja seperti kesetiaan, kejujuran,
kerja sama,
kepemimpinan, loyalitas, pekerjaan saat sekarang, potensi yang akan datang,
sifat dan hasil kerjanya.
2.
Why (mengapa) dinilai
Dinilai karena:
a.
Untuk meningkatkan kepuasan para karyawan dengan memberikan
pengakuan terhadap hasil kerjanya.
b.
Untuk
membantu
kemungkinan
pengembangan
personal
yang
bersangkutan.
c.
Untuk mengukur tampilan kerja karyawan.
d.
Untuk mengukur kemampuan dan kecakapan karyawan.
e.
Untuk mengumpulkan data guna menetapkan program kepegawaian
selanjutnya.
3.
Where (dimana) penilaian dilakukan
Tempat penilaian dilakukan:
a. Di dalam pekerjaan (on the job performance ) secara formal.
b. Di luar pekerjaan (off the job performance) baik secara formal ataupun
informal.
4.
When (kapan) penilaian dilakukan:
a. Formal: penilaian yang dilakukan secara periodik
b. Informal: penilaian yang dilakukan terus menerus
5.
Who (siapa) yang akan dinilai:
Yang akan dinilai:
Semua tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di perusahaan.
Yang menilai:
(Appraiser), yaitu atasan langsung karyawan, atas dari atasan langsung dan
atau suatu tim yang dibentuk perusahaan itu.
6.
How (bagaimana) menilainya.
Metode penilaian apa yang digunakan dan masalah apa yang dihadapi oleh
penilai (Appraiser) dalam melakukan penilaian.
2.3.3 Tujuan Penilaian Kinerja
Menurut Hasibuan (2012:89) dalam buku Manajemen Sumber Daya
Manusia, tujuan dan kegunaan penilaian prestasi kerja adalah sebagai berikut:
1.
Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan untu promosi,
demosi, pemberhentian, dan penetapan besarnya balas jasa.
2.
Untuk mengukur prestasi kerja yaitu sejauh mana karyawan bisa sukses dalam
pekerjaannya.
3.
Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas seluruh kegiatam di dalam
perusahaan.
4.
Sebagai dasar mengevaluasi program latihan dan keefektivan jadwal
kerja,
metode kerja, struktur organisasi, gaya pengawasa, kondisi kerja, dan peralatan
kerja.
5.
Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi karyawan yang
berada di dalam organisasi.
6.
Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan sehingga dicapai
tujuan untuk mendapatkan performa kerja yang baik.
7.
Sebagai alat untuk mendorong atau membiasakan para atasan (supervisor,
managers, administrator) untuk mengobservasi perilaku bawahan (subordinate)
supaya diketahui minat dan kebutuhan-kebutuhan bawahannya.
8.
Sebagai alat untuk bisa melihat kekurangan atau kelemahan-kelemahan di masa
lampau dan meningkatkan kemampuan karyawan selanjutnya.
9.
Sebagai kriteria di dalam menentukan seleksi dan penempatan karyawan.
10. Sebagai alat untuk mengidentifikasi kelemahan-kelemahan personel dan dengan
demikian bisa sebagai bahan pertimbangan agar bisa diikutsertakan dalam
program latihan kerja tambahan.
11. Sebagai alat untuk memperbaiki atau mengembangkan kecakapan karyawan.
12. Sebagai dasar untuk memperbaiki dan megembangkan uraian pekerajaan (job
description).
Adapun menurut Sunyoto yang dikutip Mangkunegara (2012:10) manfaat
penilaian prestasi kerja adalah sebagai berikut:
1.
Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan untuk prestasi,
pemberhentian dan besarnya balas jasa
2.
Sebagai kriteria menentukan, seleksi dan penempatan karyawan
3.
Sebagai dasar mengevaluasi aktivitas seluruh kegiatan dalam organisasi atau
perusahaan.
4.
Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi karyawan yang
ada dalam organisasi.
5.
Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latihan dan keefektifan jadwal
kerja, metode kerja, struktur organisasi, gaya pengawasaan, dan kondisi kerja.
6.
Sebagai alat untuk melihat kekurangan dan kelemahan serta untuk meningkatkan
kemampuan karyawan kembali.
7.
Untuk mengukur sejauh mana seorang karyawan dapat menyelesaikan
pekerjaannya.
8.
Sebagai dasar untuk mengembangkan uraian tugas para karyawan.
Penilaian prestasi kerja bermanfaat untuk perbaikan prestasi kerja karyawan,
penyesuaiaan kompensasi, keputusan penempatan, kebutuhan untuk latihan dan
pengembangan, perencanaan dan pengembangan karir, penyimpangan proses staffing,
ketidakakuratan informasional, kesalahan desain pekerjaan, kesempatan kerja yang
adil dan tantangan eksternal.
2.3.4 Metode-metode Penilaian Kinerja
Menurut Handoko (2001:142) dalam buku Manajemen Personalia dan
Sumberdaya Manusia penilaian kinerja ada yang berorientasi pada masa lalu dan
masa yang akan datang. Metode yang berorientasi pada masa yang lalu mempunyai
kelebihan dapat
mengukur perlakuaan terdapat prestasi kerja yang telah terjadi.
Kelemahannya adalah bahwa prestasi kerja di masa lalu tidak dapat diubah. Tetapi
dengan mengevaluasai prestasi kerja di masa lalu para karyawan memperoleh umpan
balik
mengetahui upaya-upaya mereka. Umpan balik ini selanjutnya bisa
mengarahkan kepada perbaikan-perbaikan prestasi.
Teknik-teknik penilaian tersebut mencakup, yaitu:
a.
Skala peringkat (Rating Scale)
Pada teknik ini, evaluasi dilakukan oleh penilai terhadap para karyawan dengan
skala tertentu yang terendah sampai dengan yang tertinggi.
Tanggapan yang paling sesuai untuk setiap dimensi pelaksanaan kerja.
Tanggapan penilai diberikan dalam nilai-nilai numerik agar memungkinkan skor
rata-rata dapat dihitung dan diperbandingkan antar karyawan.
b.
Ceklis (Checklist)
Penilai yang biasanya juga atasan langsung karyawan tinggal memilih kata-kata
atau kalimat yang menggambarkan prestasi kerja dan karakteristik karyawan.
Tetapi tanpa diketahui oleh penilai, departemen personalia bisa memberikan
bobot pada item-item yang berbeda pada teknik ceklis. Pemberian bobot
memungkinkan penilai dapat dikualifikasikan sehingga skor total dapat
ditentukan.
c.
Metode Peristiwa Kritis (Critical Incident Method)
Metode penilaian ini berdasarkan
pada catatan-catatan penilai yang
menggambarkan perilaku karyawan sangat baik atau sangat jelek dalam
kaitannya dengan pelaksanaan kerja. Metode ini sangat berguna dalam
memberikan umpan balik kepada karyawan mengenai kesalahan terakhir yang
dibuatnya.
Kelemahan metode ini adalah bahwa para atasan sering tidak
berminat mencatat peristiwa-peristiwa kritis atau terkesan cenderung mengadaada.
d.
Metode Peninjauan Lapangan (Field Review Methode)
Dalam metode ini, wakil ahli departemen personalia turun ke lapangan dan
membantu penyelia dalam penilaian mereka. Spesialis personalia mendapatkan
informasi khusus dari atasan langsung tentang prestasi pekerja yang sedang
dinilai, lalu mempersiapkan evaluasi atas dasar informasi tersebut. Hasil evaluasi
dikirim kepada penyelia untuk review, perubahan, persetujuan dan pembahasan
dengan karyawan yang dinilai.
e.
Tes dan Observasi Prestasi Kerja (Job Performance Test and Observation)
Metode ini digunakan bila jumlah pekerjaan terbatas. Penilaian prestasi kerja
didasarkan pada tes pengetahuan dan keterampilan. Dan berupa tertulis dan
beragam keterampilan.
f.
Metode-metode Evaluasi Kelompok (Group Evaluation Method)
Metode-metode ini biasanya berguna untuk pengambilan keputusan mengenai
kenaikan upah, promosi dan berbagai bentuk penghargaan organisasional karena
dapat menghasilkan ranking karyawan dari yang terbaik sampai dengan yang
terjelek.
Menyatakan masalah utama dalam penilaian bukanlah metode atau format
penilaian sebagai isu sentral dalam penilaian prestasi kerja yaitu kepercayaan
pada sistem penilaian, sikap manajer dan karyawan, tujuan, frekuensi dan sumber
data untuk penilaian, serta pelatihan untuk para penilai.
Banyak format penilaian difokuskan pada sikap karyawan, juga dengan
membandingkan tampilan kerja seseorang karyawan dengan karyawan lainnya
(sehingga disebut sistem penilaian relatif) atau dengan cara mengevaluasi setiap
karyawan dengan cara membandingkan dengan standar tanpa dibandingkan
dengan karyawan lain (sehingga disebut sistem penilaian absolut). Format
penilaian yang menggunakan pendekatan berorientasi pada hasil adalah
Management by Objective (MBO) dan perencanaan serta review kerja.
2.3.5 Masalah-masalah dalam Penilaian Kinerja
Dalam melakukan penilaian prestasi seorang karyawan dapat terjadi kendalakendala. Proses penilaian harus dilakukan secara obyektif. Berikut hal-hal yang dapat
menjadi kendala dalam melakukan penilaian prestasi kerja menurut Hasibuan
(2012:100) dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia :
a.
Hallo Effect
Hallo effect merupakan kesalahan yang dilakukan oleh penilai karena umumnya
penilai cenderung akan memberikan prestasi baik bagi orang yang dikenalnya
dan demikian pula sebaliknya. Hallo effect ini mengakibatkan indeks prestasi
karyawan bersangkutan tidak memberikan gambaran nyata dari karyawan itu.
b.
Leniency
Kesalahan yang dilakukan penilai cenderung memberikan nilai yang terlalu
tinggi terhadap karyawan yang dinilai itu.
c.
Strictness
Kesalahan penilai cenderung untuk memberikan nilai yang terlalu rendah
terhadap karyawan yang dinilainya itu.
d.
Central Tendency
Penilai cenderung untuk memberikan rata-rata.
e.
Personal Bias
Penilaian terjadi akibat adanya prasangka-prasangka sebelumya yang positif
maupun negatif.
2.3.6 Syarat-syarat Penilaian Kinerja
Suatu penilaian dikatakan berhasil apabila hasilnya jujur dan sesuai dengan
kenyataaan yang ada dalam perusahaan, namun untuk menghasilkan penilaian yang
berkualitas dibutuhkan tenaga penilaian yang berkualitas dan berpengalaman. Dalam
bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia Hasibuan (2012:91), menyatakan
bahwa seorang penilai yang baik harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
a.
Untuk mendapatkan penilaian yang jujur, adil dan objektif maka penilai haruslah
orang yang mengerti tentang faktor-faktor yang menjadi indikator penilai.
b.
Penilai harus tegas dan hendaknya mendasarkan penilaiannya pada benar atau
salah, baik atau buruknya terhadap unsur-unsur yang dinilai sehingga
penilaiannya jujur, adil, dan objektif.
c.
Penilai
harus
mempunyai
kewenangan
melaksanakan tugasnya dengan baik.
formal
supaya
mereka
dapat
2.3.7 Dasar Penilaian dan Unsur-unsur yang Dinilai
Menurut Hasibuan (2012:93) Manajemen Sumber Daya Manusia dalam buku
dasar-dasar penilaian itu adalah uraian pekerjaan dari setiap individu karyawan
karena dalam uraian pekerjaan inilah ditetapkan tugas dan tanggung jawab yang akan
dilakukan oleh setiap karyawan. Penilai akan menilai pelaksanaan uraian pekerjaan
itu apa baik atau buruk, apa selesai atau tidak, dan apa dikerjakan secara efektif atau
tidak. Standar dapat dianggap sebagai pengukur yang ditetapkan, sesuatu yang harus
diusahakan, sebuah model untuk diperbandingkan, suatu alat untuk membandingkan
antara satu hal dengan hal yang lain.
Secara garis besar dibedakan atas:
1. Tangible Standard
Yaitu sasaran yang dapat ditetapkan alat ukurnya atau standarnya, standar ini
dibagi atas:
a. Standar dalam bentuk fisik yang terbagi atas : standar kualitas, standar kuantitas
dan standar waktu, misalnya : baik-buruk, jam hari, bulan dan lain-lain.
b. Standar dalam bentuk uang yang terbagi atas standar biaya, standar penghasilan
dan standar investasi.
2. Intangible Standard
Yaitu sasaran yang tidak ditetapkan alat ukur atau standarnya.
Misalnya : perilaku, kesetiaan, loyalitas, dedikasi karyawan terhadap perusahaan.
Sedangkan unsur-unsur yang dinilai dalam penilaian kinerja sebagai berikut :
1. Kesetiaan
Kesetiaan terhadap pekerjaannya, jabatannya dan organisasinya.
2. Prestasi kerja
Kualitas dan kuantitas kerja yang dapat dihasilkan karyawan
3. Kejujuran
Kejujuran dalam memathui peraturan-peraturan dan melakukan pekerjaan sesuai
dengan instruksi
4. Kedisiplinan
Disiplin dalam memenuhi peraturan-peraturan dan melakukan pekerjaan sesuai
dengan instruksi
5. Kreativitas
Kemampuan dalam mengembangakan kreativitas untuk menyelesaikan pekerjaan
sehingga bekerja lebih berdaya dan hasil guna.
6. Kerjasama
Kesediaan berpartisipiasi dan bekerjasama dengan karyawan lain baik secara
vertikal maupun horizontal
7. Kepemimpinan
Kepemimpinan dalam memimpin, mempengaruhi dan sebagainya
8. Kepribadian
Sikap dan perilaku, kesopanan, periang, memberikan kesan yang menyenangkan,
memperlihatkan sikap yang baik dan sebagainya.
9. Prakarsa
Kemampuan bersikap secara orisinil berdasarkan inisiatif sendiri untuk
menganalisa,
menilai,
menciptakan,
memberikan
alasam
mendapatkan
kesimpulan dan memberi keputusan penyelesaian masalah.
10. Kecakapan
Kecakapan dalam menyatukan dan menyelaraskan bermacam-macam elemen
yang semuanya terlibat didalam penyusunan kebijaksanaanya.
11. Tanggung jawab
Kesediaan karyawan dalam mempertanggung jawabkan kebijaksanaannya,
pekerjaan, sarana dan prasarana dan sebagainya.
2.4
Motivasi
2.4.1
Pengertian Motif, Motivasi dan Motivasi Kerja
Menurut Sperling yang dikutip oleh Mangkunegara (2011:93) dalam
bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan menyatakan bahwa :
“Motive is defined as a tendency to activity, started by a drive and ended by
an adjustment. The adjustment is said to satisfy the motive”.
Terjemahannya :
“Motif didefinisikan sebagai suatu kecenderungan untuk beraktivitas,
dimulai dari dorongan dalam diri (drive) dan diakhiri dengan
penyesuaian diri. Penyesuaian diri dikatakan untuk memuaskan motif”.
Sedangkan motivasi menurut Rivai (2008:455) dalam bukunya Manajemen
Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan bahwa:
“Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi
untuk mencapai hasil yang spesifik sesuai dengan tujuan individu”.
Dan pengertian motivasi kerja menurut McCormick yang dikutip oleh
Mangkunegara (2011:94) menyatakan bahwa :
“Work motivation is defined as conditions which influence the arousal,
direction, and maintenance of behaviors relevant in work settings”.
Terjemahannya :
“Motivasi kerja didefinisikan sebagai kondisi yang berpengaruh
membangkitkan,
mengarahkan
dan
memelihara
perilaku
yang
berhubungan dengan lingkungan kerja”.
Dari pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah
reaksi yang diberikan karyawan terhadap lingkungan perusahaan. Motivasi kerja yang
tinggi diberikan oleh karyawan akan meningkatkan produktivitas perusahaan,
sehingga akan memudahkan pencapaian tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.
Jadi jelas motivasi kerja besar pengaruhnya dalam operasi perusahaan, oleh karena itu
perusahaan selalu mengharapkan karyawan-karyawan yang memiliki motivasi kerja
yang tinggi.
2.4.2
Tujuan Motivasi
Tujuan Motivasi menurut Hasibuan dalam buku Manajemen Sumber Daya
Manusia (2012:146) :
a. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan.
Kepuasan kerja karyawan merupakan kunci pendorong moral, kedisiplinan, dan
prestasi kerja karyawan dalam mendukung terwujudnya tujuan perusahaan.
b. Meningkatkan produktivitas karyawan.
Dengan produktivitas yang tinggi, aktivitas yang dilakukan akan diselesaikan
dengan baik, sehingga akan memberikan keuntungan pada perusahaan.
c. Meningkatkan kedisiplinan karyawan.
Kedisiplinan menjadi kunci terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan
masyarakat. Dengan disiplin yang baik berarti karyawan sadar dan bersedia
mengerjakan semua tugasnya dengan baik.
d. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik.
Rekan kerja yang ramah dan mendukung, atasan yang ramah, memahami,
menghargai dan menunjukkan keberpihakan kepada bawahan akan menciptakan
hubungan kerja yang baik.
e. Meningkatkan loyalitas, kreativitas, dan partisipatif karyawan.
Karyawan ikut berpartisipasi dan mempunyai kesempatan untuk mengajukan ideide, rekomendasi dalam proses pengambilan keputusan. Dengan cara ini,
karyawan merasa ikut bertanggungjawab atas tercapainya tujuan perusahaan
sehingga moral dan gairah kerjanya akan meningkat.
f. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya.
Dengan mempunyai motivasi yang tinggi maka karyawan akan mempunyai rasa
tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugasnya, dan karyawan tersebut akan
menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.
Berdasarkan hal tersebut diatas, jelaslah bahwa di dalam setiap perusahaan
diperlukan motivasi kerja yang tinggi dari para karyawannya. Apabila tidak
terdapatnya motivasi kerja yang tinggi dari para karyawannya dalam suatu
perusahaan, maka akanlah sulit perusahaan tersebut untuk mencapai tujuannya.
2.4.3
Asas-asas Motivasi
Menurut Hasibuan dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia untuk
Perusahaan (2012:146) asas-asas motivasi terdiri dari :
a. Asas Mengikutsertakan
Asas mengikutsertakan maksudnya mengajak bawahan untuk ikut berpartisipiasi
dan memberikan kesempatan kepada mereka mengajukan ide-ide, rekomendasi
dalam proses pengambilan keputusan.
b. Asas komunikasi
Asas komunikasi maksudnya menginformasikan secara jelas tentang tujuan yang
ingin dicapai, cara mengerjakannya, dan kendala yang dihadapi. Dengan asas
komunikasi, motivasi kerja bawahan akan meningkat. Sebab semakin banyak
seseorang mengetahui suatu soal, semakin besar pula minat dan perhatiannya
terhadap hal tersebut
c. Asas Pengakuan
Asas pengakuan maksudnya memberikan penghargaan dan pengakuan yang tepat
serta wajar kepada bawahan atas prestasi kerja yang dicapainya. Bawahan akan
bekerja keras dan raji, jika mereka terus menerus mendapat pengakuan dan
kepuasam dari usaha-usahanya.
d. Asas Wewenang yang Didelegasikan
Yang dimaksud asas wewenang yang didelegasikan adalah mendelegasikan
sebagian wewenang serta kebebasan karyawan untuk mengambil keputusan dan
berkreativitas dan melaksanakan tugas-tugas atasan atau manajer. Dalam
pendelegasian ini, manajer harus menyelesaikan tugas-tugas itu dengan baik.
e. Asas Perhatian Timbal Balik
Asas timbal balik adalah memotivasi bawahan dengan mengemukakan keinginan
atau harapan perusahaan di samping berusahan memenuhi kebutuhan-kebutuhan
yang diharapkan bawahan dari perusahaan.
2.4.4
Metode Motivasi
Metode Motivasi dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia menurut
Hasibuan (2012:149) :
a.
Metode langsung (Direct motivation)
Motivasi (materiil dan nonmateriil) yang diberikan secara langsung kepada setiap
individu karyawan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasannya. Jadi sifatnya
khusus seperti memberikan pujian, penghargaan, bonus, piagam, dan lain
sebagainya.
b.
Metode tidak langsung (Indirect motivation)
Motivasi yang diberikan hanya merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung
serta menunjang gairah kerja/kelancaran tugas, sehingga para karyawan betah
dan bersemangat melakukan pekerjaanya. Misalnya: kursi yang empuk, mesinmesin yang baik dan mendukung, ruangan kerja yang nyaman, suasana
lingkungan pekerjaan yang baik dan kondusif, penempatan karyawan yang tepat
dan lainnya. Motivasi tidak langsung ini besar pengaruhnya untuk merangsang
semangat kerja karyawan, sehingga produktivitas kerja karyawan meningkat.
Berdasarkan metode tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa di dalam
memotivasi karyawan, kita harus mengetahui tentang apa yang dibutuhkan oleh para
karyawan tersebut secara langsung maupun tidak langsung di dalam pelaksanaan
pekerjaannya dalam usaha pencapaian tujuan bersama.
2.4.5
Model-model Motivasi
Cara terbaik untuk menyimpulkan dan menggunakan berbagai konsep
motivasi yaitu dengan mengembangkan model motivasi. Menurut Hasibuan
(2012:148) dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia, beberapa model
motivasi yang bisa digunakan dalam motivasi adalah:
1.
Model tradisional
Model ini mengemukakan bahwa untuk memotivasi bawahan agar gairah
kerjanya meningkat, perlu diterapkan sistem insentif, yaitu memberikan insentif
(uang/barang) kepada karyawan yang berprestasi baik. Semakin banyak
produksinya semakin besar pula balas jasanya. Jadi, motivasi bawahan hanya
untuk mendapatkan insentif (uang/barang) saja.
2.
Model hubungan manusiawi
Model ini mengemukakan bahwa untuk memotivasi bawahan agar gairah
kerjanya meningkat ialah
dengan mengakui kebutuhan sosial mereka dan
membuat mereka merasa berguna dan penting. Sebagai akibatnya, karyawan
mendapatkan beberapa kebebasan membuat keputusan dan kreativitas dalam
pekerjaannya. Dengan memperhatikan kebutuhan materiil dan nonmaterial
karyawan, motivasi kerjanya akan meningkat pula. Jadi motivasi karyawan
adalah untuk mendapatkan materiil dan non material.
3.
Model sumber daya manusia
Model ini mengatakan bahwa karyawan dimotivasi oleh banyak faktor, bukan
hanya uang/barang atau keinginan akan kepuasan, tetapi juga kebutuhan akan
pencapaian dan pekerjaan yang berarti. Menurut model ini, karyawan cenderung
memperoleh kepuaan dari prestasi yang baik. Karyawan bukanlah berprestasi
baik karena merasa puas, melainkan karena termotivasi oleh rasa tanggung jawab
yang lebih luas untuk membuat keputusan dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Jadi menurut model sumber daya manusia, untuk memotivasi bawahan dilakukan
dengan memberikan tanggung jawab dan kesempatan yang luas bagi mereka
untuk mengambil keputusan/kebijaksanaan dalam menyelesaikan pekerjaanya.
Motivasi moral/gairah bekerja seseorang akan meningkat, jika kepada mereka
diberikan kepercayaan dan kesempatan untuk membuktikan kemampuannya.
2.4.6
Proses Motivasi
Proses motivasi kerja diawali dengan rasa kekurangan kebutuhan, yang
menggerakkan untuk mendapatkan sesuatu sehingga timbul suatu proses pencarian,
kemudian orang memilih rangkaian tindakan tersebut. Menurut Hasibuan dalam
buku Manajemen Sumber Daya Manusia (2012:150), proses motivasi yaitu :
a.
Tujuan
Dalam proses memotivasi perlu ditetapkan terlebih dahulu tujuan organisasi,
kemudian para bawahan dimotivasi ke arah tujuan tersebut.
b.
Mengetahui kepentingan
Dalam proses motivasi penting mengetahui kebutuhan/keinginan karyawan dan
tidak hanya melihatnya dari sudut kepentingan pimpinan dan perusahaan saja.
c.
Komunikasi efektif
Dalam proses motivasi harus dilakukan komunikasi yang baik dan efektif dengan
bawahan. Bawahan harus mengetahui apa yang akan diperolehnya dan syaratsyarat apa saja yang harus dipenuhinya supaya insentifitu diperolehnya.
d.
Integrasi tujuan
Dalam proses motivasi perlu untuk menyatukan tujuan perusahaan dan tujuan
kepentingan karyawan. Tujuan perusahaan adalah needs complex, yaitu untuk
memperoleh laba, perluasan perusahaan, sedangkan tujuan individu karyawan
adalah pemenuhan kebutuhan dan kepuasan. Jadi tujuan organisasi dan tujuan
karyawan harus disatukan.
e.
Fasilitas
Manajer dalam memotivasi harus memberikan fasilitas kepada perusahaan dan
individu karyawan yang akan mendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaan,
misalnya memberikan bantuan kepada salesman.
f.
Teamwork
Manajer harus menciptkan team work yang terkoordinasi baik yang dapat
mencapai tujuan perusahaan. Team work (kerjasama) ini penting karena dalam
suatu perusahaan biasanya terdapat banyak bagian.
2.4.7
Teori-teori Motivasi
2.4.7.1 Teori Kebutuhan Maslow
Teori yang sangat terkenal adalah teori kebutuhan yang dikemukakan oleh
Abraham Maslow dikutip oleh Hasibuan (2012:153). Menurut Maslow bahwa pada
setiap diri manusia itu terdiri atas lima kebutuhan yaitu :
a. Physiological Needs
Physiological Needs yaitu kebutuhan untuk mempertahankan hidup. Yang
termasuk dalam kebutuhan ini adalah kebutuhan makan, minum, perumahan,
udara, dan sebagainya. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan ini merangsang
seseorang berperilaku atau bekerja giat.
b. Safety and Security Needs
Safety and Security Needs (keamanan dan keselamatan) adalah kebutuhan dari
ancaman yakni merasa aman dari ancaman kecelakaan dan keselamatan dalam
melaksanakan pekerjaan. Kebutuhan ini mengarah kepada dua bentuk.
Pertama :Kebutuhan akan keamanan jiwa terutama keamanan jiwa di tempat
pekerjaan pada saat mengerjakan pekerjaan di waktu jam-jam kerja. Para pekerja
membutuhkan alat pelindung seperti masker bagi tukang las yang harus dipenuhi
oleh manajer. Dalam arti luas, setiap manusia membutuhkan keamanan dan
keselamatan jiwanya di mana pun ia berada.
Kedua : Kebutuhan akan keamanan harta di tempat pekerjaan pada waktu jam-jam
kerja, seperti motor yang disimpan jangan sampai hilang. Pentingnya memuaskan
kebutuhan-kebutuhan ini jelas terlihat pada organisasi modern. Organisasi selalu
mengutamakan keamanan dengan menggunakan alat-alat canggih atau pengawalan
untuk tempat pimpinan. Bentuk lain dari pemuasan kebutuhan adalah dengan
memberikan perindungan asuransi (astek) kepada karyawan.
c. Affiliation or acceptance needs
Affiliation or acceptance needs adalah kebutuhan sosial, teman, afiliasi, interaksi,
dicintai, mencintai, serta diterima dalam pergaulan kelompok pekerja dan
masyarakat lingkungannya. Pada dasarnya manusia normal tidak akan mau hidup
menyendiri seorang diri di tempat terpencil. Ia selalu membutuhkan kehidupan
berkelompok, karena manusia adalah makhluk sosial, sudah jelas ia mempunyai
kebutuhan-kebutuhan sosial yang terdiri empat golongan.
Pertama :kebutuhan akan perasaan diterima orang lain di lingkungan tempat
tinggal dan bekerja (sense of belonging).
Kedua : kebutuhan akan perasaan dihormati karena setiap manusia merasa dirinya
penting (sense of importance). Serendah-rendahnya pendidikan dan kedudukan
seseorang, ia tetap merasa dirinya penting. Oleh karena itu, dalam memotivasi
bawahan, pimpinan harus dapat melakukan tindakan yang menimbulkan kesan
bahwa tenaga mereka diperlukan dalam proses pencapaian tujuan perusahaan.
Ketiga : kebutuhan akan kemajuan dan tidak gagal (sense of achievement). Setiap
orang senang akan kemajuan dan tidak seorang pun yang menyenangi kegagalan.
Kemajuan, baik dalam bidang karir, harta, jabatan, dan sebagainya merupakan
kebutuhan serta idaman setiap orang.
Keempat : kebutuhan akan perasaan ikut serta (sense of participation). Setiap
individu anggota organisasi akan merasa senang jika ia diikutsertakan dalam
berbagai kegiatan organisasi, dalam arti diberi kesempatan untuk memberikan
saran-saran atau pendapat-pendapatnya kepada pimpinan mereka.
d. Esteem or Status or Needs
Esteem or status needs adalah kebutuhan akan penghargaan diri dan pengakuan
serta penghargaan prestise dari karyawan dan masyarakat lingkungannya. Idealnya
prestise timbul karena adanya prestasi, tetapi tidak selamanya demikian. Akan
tetapi, perlu juga diperhatikan oleh pimpinan bahwa semakin tinggi kedudukan
seseorang dalam masyarakat atau posisi seseorang dalam organisasi, semakin
tinggi pula prestisenya. Prestise dan status dimanifestasikan oleh banyak hal yang
digunakan sebagai symbol status itu.
e. Self actualization
Self actualization adalah kebutuhan akan aktualisasi diri dengan menggunakan
kemampuan keterampilan, dan potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja yang
sangat memuaskan/luar biasa. Kebutuhan ini merupakan realisasi lengkap potensi
seseorang secara penuh. Keinginan seseorang untuk mencapai kebutuhan
sepenuhnya dapat berbeda satu dengan lainnya. Pemenuhan kebutuhan dapat
dilakukan pimpinan perusahaan dengan menyelenggarakan pendidikan dan latihan.
Kebutuhan aktualisasi diri berbeda dengan kebutuhan lain dalam dua hal.
Pertama : kebutuhan aktualisasi diri tidak dapat dipenuhi dari luar. Pemenuhannya
berdasarkan keinginan atas usaha individu itu sendiri.
Kedua : aktualisasi diri berhubungan dengan pertumbuhan seorang individu.
Kebutuhan ini berlangsung terus menerus sejalan dengan meningkatkan jenjang
Tingkat – Tingkat Kebutuhan
karir seorang individu.
5. Self Actualization
4. Esteem or Status
3. Affiliation or Acceptance
2. Safety and Security
1. Physicological neeeds
Pemuas kebutuhan-kebutuhan
Gambar 2.1 Hierarki Kebutuhan Maslow
Sumber : Hasibuan (2003:156)
2.4.7.2 Teori Kebutuhan Fredich Herzberg
Teori kebutuhan Herzberg yang dikutip Hasibuan (2012:157). Herzberg’s
two faktor theory atau teori motivasi dua faktor atau teori motivasi kesehatan atau
faktor higienis. Menurut teori ini motivasi yang ideal yang dapat merangsang usaha
adalah “Peluang untuk melaksanakan tugas yang lebih membutuhkan keahlian dan
peluang untuk mengembangkan kemampuan.”
Herzberg berdasarkan hasil penelitiannya menyatakan ada tiga hal penting
yang harus diperhatikan dalam memotivasi bawahan, yaitu:
a.
Hal-hal yang mendorong karyawan adalah pekerjaan yang menantang yang
mencakup perasaan untuk berprestasi, bertanggungjawab, kemajuan dapat
menikmati pekerjaan itu sendiri dan adanya pengakuan atas semuanya itu.
b.
Hal-hal yang mengecewakan karyawan adalah terutama faktor yang bersifat
embel-embel saja pada pekerjaan, peraturan pekerjaan, penerangan, istirahat,
sebutan jabatan, hak, gaji, tunjangan, dan lain-lain.
c.
Karyawan kecewa, jika peluang untuk berprestasi terbatas. Mereka akan menjadi
sensitif pada lingkungannya serta mulai mencari-cari kesalahan.
Herzberg menyatakan bahwa orang dalam melaksanakan pekerjaannya
dipengaruhi oleh dua faktor yang merupakan kebutuhan, yaitu:
a.
Maintenance Faktors
Maintenance faktors adalah faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan
dengan hakikat manusia yang ingin memperoleh ketenteraman badaniah.
Kebutuhan kesehatan ini menurut Herzberg merupakan kebutuhan yang
berlangsung terus-menerus, karena kebutuhan ini akan kembali pada titik nol
setelah dipenuhi. Misalnya orang lapar akan makan, kemudian lapar lagi dan lalu
makan lagi, dan seterusnya.
Faktor-faktor pemeliharaan ini meliputi hal-hal gaji, kondisi kerja fisik,
kepastian pekerjaan, supervise yang menyenangkan, mobil dinas, rumah dinas,
dan macam-macam tunjangan lainnya. Hilangnya faktor-faktor pemeliharaan ini
dapat menyebabkan timbulnya ketidakpuasan dan absennya karyawan, bahkan
dapat menyebabkan banyak karyawan yang keluar.
Faktor-faktor pemeliharaan ini perlu mendapat perhatian yang wajar dari
pimpinan, agar kepuasan dan kegairahan bekerja bawahan dapat ditingkatkan.
Maintenancefaktor ini bukanlah merupakan motivasi bagi karyawan, tetapi
merupakan keharusan yang harus diberikan oleh pimpinan kepada mereka, demi
kesehatan dan kepuasan bawahan.
Menurut Herzberg, maintenance faktors bukan alat motivator sedangkan
menurut Maslow merupakan alat motivator bagi karyawan.
b. Motivitation Factors
Motivation factors adalah faktor motivator yang menyangkut kebutuhan
psikologis seseorang yaitu perasaan sempurna dalam melakukan pekerjaan.
Faktor motivasi ini berhubungan dengan penghargaan terhadap pribadi yang
secara langsung berkaitan dengan pekerjaan, misalnya kursi yang empuk,
ruangan yang nyaman, penempatan yang tepat dan lain sebagainya.
Konsep hygiene juga disebut teori dua faktor, yaitu:
1. Isi (content = satisfiers) pekerjaan
a. Prestasi (Achievement)
b. Pengakuan (Recognition)
c. Pekerjaan itu sendiri (The work it self)
d. Tanggungjawab (Responsibility)
e. Pengembangan potensi individu (Advancement)
Rangkaian ini melukiskan hubungan seseorang dengan apa yang
dikerjakannya (job-content) yakni kandungan kerja pada tugasnya.
2. Faktor higienis (demotivasi = dissatisfiers)
a. Gaji atau upah
b. Kondisi kerja
c. Kebijaksanaan dan administrasi perusahaan
d. Hubungan antarpribadi
e. Kualitas supervisi
Dari teori ini timbul paham bahwa dalam perencanaan pekerjaan
harusdiusahakan sedemikian rupa, agar kedua faktor ini (faktor pemeliharaan dan
faktor motivasi) dapat dipenuhi. Banyak kenyatan yang dapat dilihat misalnya dalam
suatu perusahaan, kebutuhan kesehatan mendapat perhatian yang lebih banyak dari
pada pemenuhan kebutuhan individu secara keseluruhan. Hal ini dapat dipahami,
karena kebutuhan ini mempunyai pengaruh yang dominan terhadap kelangsungan
hidup individu. Kebutuhan peningkatan prestasi dan pengakuan ada kalanya dapat
dipenuhi dengan memberikan bawahan suatu tugas yang menarik untuk
dikerjakannya. Ini adalah suatu tantangan bagaimana suatu pekerjaan direncanakan
sedemikian rupa, sehingga dapat menstimulasi dan menantang si pekerja serta
menyediakan kesempatan baginya untuk maju.
2.4.7.3 Teori X dan Y Douglas Mc. Gregor
Teori X dan Y Douglas McGregor yang dikutip oleh Hasibuan (2012:16)
mengajukan dua pandangan yang berbeda tentang manusia. Negatif dengan tanda
label X dan positif dengan tanda label Y. Setelah melakukan penyelidikan tentang
perjanjian seorang manajer dan karyawan, McGregor merumuskan asumsi-asumsi
dan perilaku manusia dalam organisasi sebagai berikut:
Teori X (negatif) merumuskan asumsi seperti:
a. Karyawan sebenarnya tidak suka bekerja dan jika ada kesempatan dia akan
menghindari dan akan bermalas-malasan dalam bekerja.
b. Semenjak karyawan tidak suka atau tidak menyukai pekerjaannya, mereka
harus diatur dan dikontrol bahkan mungkin ditakuti untuk menerima sanksi
hukum jika tidak bekerja dengan sungguh-sungguh.
c. Karyawan akan meghindari tanggung jawabnya dan mencari tujuan formal
sebisa mungkin.
d. Kebanyakan karyawan menempatkan keamanan di atas faktor lainnya yang
berhubungan erat dengan pekerjaan dan akan menggambarkannya dengan
sedikit ambisi.
Menurut teori X untuk memotivasi karyawan, harus dilakukan dengan cara
pengawasan yang ketat, dipaksa dan diarahkan supaya mereka mau bekerja giat. Jenis
motivasi yang diterapkan adalah cenderung pada motivasi negatif yakni dengan
menerapkan hukuman yang tegas.
Sebaliknya teori Y (positif) memiliki asumsi-asumsi sebagai berikut:
a. Karyawan dapat memandang pekerjaannya sebagai sesuatu yang wajar,
lumrah dan alamiah baik tempat bermain atau beristirahat, dalam artian
berdiskusi atau sekedar teman bicara.
b. Manusia akan melatih tujuan pribadi dan pengontrolan diri sendiri jika
mereka melakukan komitmen yang sangat objektif.
c. Kemampuan untuk melakukan keputusan yang cerdas dan inovatif adalah
tersebar secara meluas diberbagai kalangan tidak hanya dari kalangan top
manajemen atau dewan direksi.
Menurut teori Y untuk memotivasi karyawan hendaknya dilakukan dengan
cara meningkatkan partisipasi karyawan, kerjasama dan keterkaitan pada keputusan.
Tegasnya, dedikasi, dan partisipasi akan lebih menjamin tercapainya sasaran.
2.5
Pengaruh Penilaian Kinerja terhadap Motivasi Kerja Karyawan
Penilaian kinerja merupakan suatu proses evaluasi yang dilakukan secara
periodik dan formal yang mengukur hasil kerja karyawaan secara kualtias dan
kuantitas. Penilaian kinerja yang baik adalah penilaian yang dilakukan secara terbuka
dan objektif dalam melakukan penilaiannya.
Penilaian yang baik akan berperan meningkatkan semangat serta motivasi
kerja karyawan. Apabila penilaian kinerja yang dilakukan oleh perusahaan baik,
maka akan timbul motivasi kerja dalam diri karyawan dan pekerjaan yang
dilakukannya akan lebih cepat dan lebih baik hasilnya. Banyak cara yang bisa
dilakukan oleh perusahaan bila ingin meningkatkan motivasi kerja karyawan. Caracara tersebut bisa berupa materiil maupu non materiil. Misalnya gaji yang cukup,
pemenuhan kebutuhan rohani, posisi yang tepat dan sebagainya.
Melihat dari beberapa jurnal dan penelitian terdahulu, salah satunya adalah
jurnal yang didapatkan dari www.petra.ac.id oleh Sarbini Wono dan Fuad Achmadi
(2008) dengan judul Pengaruh Sistem Penilaian Kinerja dan Keterbukaan Nilai
Kinerja terhadap Motivasi Kerja pada Perusahaan Rokok PT “G” mengatakan
bahwa keterbukaan nilai kinerja berpengaruh positif terhadap motivasi kerja
karyawan. Serta jurnal penelitian terdahulu dari http://elibrary.imb.ipb.ac.id yang
dilakukan oleh Ratih Maria Dewi (2006) dengan judul Analisis Pengaruh
Efektifitas Penilaian Kinerja terhadap Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja dan
Kinerja Karyawan pada PT Coats Rejo Indonesia mengatakan bahwa penilaian
kinerja yang efektif berpengaruh positif terhadap motivasi kerja karyawan.
Jadi pada intinya, proses penilaian kinerja serta sistem penilaian yang
terbuka dan efektif akan meningkatkan motivasi kerja karyawan. Perusahaan juga
harus bisa memenuhi kebutuhan materiil serta
non materiil karyawan. Menurut
Hasibuan (2012:152) dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia bahwa hal
yang memotivasi kerja seseorang adalah untuk memenuhi kebutuhan serta kepuasan
baik materiil maupun non materiil yang diperolehnya sebagai imbalan balas jasa dari
jasa yang diberikannya kepada perusahaan. Apabila materiil dan non materiil yang
diterimanya semakin memuaskan, motivasi kerja seseorang akan semakin meningkat.
Salah satu tujuan penilaian kinerja yang dikemukakan Mangkunegara
dalam bukunya Evaluasi Kinerja SDM (2012:11) adalah penilaian kinerja sebagai
alat untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan sehingga dicapai tujuan tujuan
untuk mendapatkan performa kerja yang baik.
Dengan motivasi kerja yang tinggi untuk para pegawai, maka para pegawai
akan bekerja secara maksimal, yang pada akhirnya akan memberikan keuntungan
pada perusahaan. Dan sebaliknya bila motivasi kerja yang rendah maka akan
merugikan perusahaan, sebab karyawan tidak dapat bekerja dengan baik.
Download