tinjauan yuridis pembatasan kebebasan

advertisement
Jurnal Hukum Undiknas Vol 4 No 1 (2017)
TINJAUAN YURIDIS PEMBATASAN KEBEBASAN BERPENDAPAT
PADA MEDIA SOSIAL DI INDONESIA
Oleh:
Putu Eva Ditayani Antari
Fakultas Hukum Universitas Pendidikan Nasional (UNDIKNAS), Denpasar, Bali
[email protected] / 082237598387
ABSTRACT
The rule of law and democracy is a concept that used by almost every state around
the world, including Indonesia. Indonesia showed the country as a rule of law state by
guarantee and protection of human rights for every citizen, one of that human rights are the
political right to create democracy. Althought the protection of human rights guarantee on the
constitusion, but there is a limitation of human rights especially for political rights like
freedom of association, assembly, and freedom of speaks. The limitation that government
arranged for political right can found on the freedom of speaks limitation. Even more in a
digital era is easy for every people to speaks directy or writing through the pers or social
media, so the regulation can found on Criminal Law, Act No. 11 Year 2008 about
Information and Electronic Transaction, and The Police Regulation about Hate Speech. The
limitation aimed to control freedom of speaks by law and need to responsible with. Related
with the topic, so this research will study about freedom of speaks limitation by Indonesian
government on human right perspective and the impact to Indonesian democracy caused by
the limitation. Through the study used normative-legal research that show on descriptive
analysis can explain that government can make some freedom of speaks limitation with some
requirement that arranged on ICCPR. And the freedom of speaks regulation isn’t ignone the
democracy but aimed to make every people responsible when using freedom of speaks and
following the rules by law.
Keyword: Freedom of Speaks, Democracy, and Human Rights.
15
Jurnal Hukum Undiknas Vol 4 No 1 (2017)
I.
PENDAHULUAN
Menurut
1. Latar Belakang
Negara
hukum
Munir
Fuady
yang
mewujudkan demokrasi dengan partisipasi
mengutamakan adanya perlindungan HAM
rakyat bagi suatu negara dengan jumlah
bagi warga negara merupakan sarana awal
wilayah dan penduduk yang besar bukan
berkembangnya paham demokrasi. Hal ini
hal mudah, mengingat beragamnya masalah
disebabkan
pada
dijaminnya
hak
politik
masyarakat.
Amerika
Serikat
membuka kesempatan bagi setiap individu
merupakan contoh negara yang berhasil
untuk
menyelenggarakan
mewujudkan demokrasi dengan adanya
pemerintahan baik secara langsung maupun
partisipasi rakyat seluas-luasnya, namun
tidak langsung. Indonesia mendeklarasikan
tetap menjamin stabilitas politik dalam
ajaran negara hukum secara tegas dalam
negara tersebut. Stabilitas politik Amerika
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Serikat tersebut harus diperoleh dengan
Indonesia
adanya masa kelam dan perang saudara
turut
serta
Tahun
1945
(selanjutnya
sehingga
berkepanjangan pada akhir abad ke-19.2
sebagai sebuah negara hukum terdapat 3
Oleh karena itu partisipasi rakyat dalam
(tiga) persyaratan mutlak yang dipenuhi
pelaksanaan
yaitu
berdasarkan
bertolak belakang dengan stabilitas politik
aturan hukum, adanya pemisahan pada
suatu negara, dimana stabilitas politik amat
masing-masing bidang kekuasaan negara,
erat kaitannya dengan negara yang totaliter.
serta menjamin perlindungan HAM bagi
Dengan demikian pelaksanaan demokrasi
segenap warga negara. Sementara teori
dalam suatu negara terkait dengan adanya
demokrasi merupakan suatu konsekuensi
partisipasi rakyat perlu dibarengi dengan
yang timbul dalam negara berkedaulatan
adanya
rakyat, dan berkaitan dengan pemenuhan
pentingnya
HAM warga negara dalam suatu negara
mempertahakankan keutuhan negara.
disingkat
UUDNRI
pemerintahan
1945),
yang
hukum. Demokrasi mensyaratkan adanya
demokrasi
kesadaran
rakyat
stabilitas
Negara
sesungguhnya
mengenai
politik
demokrasi
guna
yang
partisipasi rakyat, sesuai dengan istilah
berkedaulatan rakyat juga merupakan hal
demokrasi yang berarti pemerintahan oleh
yang adanya kesempatan bagi rakyat untuk
rakyat.1
turut berpartisipasi secara langsung maupun
hanya mengawasi jalannya pemerintahan.
1
Munir Fuady, Teori Negara Hukum Modern
(Rechtstaat), Bandung : Refika Aditama,
2009, hlm. 136.
2
16
Ibid., hlm. 136-137.
Jurnal Hukum Undiknas Vol 4 No 1 (2017)
Pemberian kesempatan bagi rakyat untuk
negara
hukum
merupakan
berpartisipasi dalam pemerintahan dipenuhi
kontradiktif yang menjadi pokok kajian
dengan pemberian hak atas kebebasan
dalam penelitian ini. Selain itu diuraikan
berpendapat di Indonesia, terutama pasca
pula
amandemen UUDNRI 1945. Kebebasan
tehadap kebebasan berpendapat melalui
berpendapat mewujudkan lahirnya berbagai
media social di Indonesia.
mengenai
hal
yang
pembatasan-pembatasan
infrastruktur dalam negara yang berperan
mengawasi pemerintahan negara, seperti
partai
politik,
lembaga
organisasi
swadaya
2. Rumusan Masalah
masyarakat,
masyarakat,
Berdasarkan
dan
latar
belakang yang dipaparkan di atas, maka
sebagainya.
dapat dirumuskan permasalahan sebagai
Seiring dengan perkembangan
berikut:
teknologi maka kebebasan berpendapat
mulai
uraian
mengalami
perubahan
1. Apakah
terutama
bentuk
kebebasan
dengan maraknya media sosial. Euforia
pembatasan
berpendapat
pada
media social di Iindonesia?
masyarakat dalam menyambut keberadaan
2. Apakah
pembatasan
atas
media sosial sebagai sarana berekspresi dan
kebebasan
berpendapat
merupakan bentuk pengingkaran
ternyata
menimbulkan
masalah ketika hal tersebut bertentangan
berpendapat
ajaran negara hukum?
dengan ajaran hukum dan tidak disertai
dengan tanggung jawab atas penggunaan
3. Tujuan dan Manfaat Penulisan
media social. Beberapa contoh pelanggaran
a. Tujuan Penelitian
kebebasan berpendapat di media social
Adapun penelitian ini secara umum
adalah dengan mudahnya tersebar konten-
bertujuan
konten pornografi, pencemaran nama baik,
pembatasan-pembatasan mengenai
dan berita-berita bohong.
penggunaan
Guna memberikan pemahaman
untuk
berserikat
hak
mengetahui
atas
kebebsan
oleh warga negara di
dan batasan dalam menggunakan media
Indonesia. Sementara tujuan khusus
social, maka pemerintah meregulasikan
penelitian ini
peraturan-peraturan
pembatasan kebebasan berpendapat
yang
membatasi
pelaksaan hak atas kebebasan berpendapat
pada
tersebut.
menganalisis
Pembatasan
tersebut
ditinjau
dengan upaya pemenuhan HAM dalam
media
guna
mengetahui
social,
relevansi
serta
antara
pembatasan hak atas kebebasan
17
Jurnal Hukum Undiknas Vol 4 No 1 (2017)
berpendapat dan penegakan ajaran
melingkupi
negara hukum.
hukum, kesesuaian hukum, sejarah hukum,
b. Manfaat penelitian
serta perbandingan (comparative) hukum.4
Penelitian ini
diharapkan dapat
Dengan demikian dalam penelitian ini akan
memberikan
manfaat
menguraikan mengenai adanya berbagai
perkembangan
bagi
ilmu
hukum,
regulasi
penelitian
yang
atas
sistematika
mengatur
khususnya yang berkaitan dengan
mengenai
kajian hak asasi manusia. Selain itu
khususnya pada media social di Indonesia,
bagi
ini
berdasarkan pada kesesuaian aturan-aturan
memberikan pemahaman mengenai
hukum tersebut dengan teori, asas, dan
alasan pemerintah membatasi hak
konsep hukum yang ada dalam rangka
berpendapat, khususnya pada media
perlindungan HAM setiap warga negara.
penulis
penelitian
sosial. Sementara bagi pembaca
diharapkan
penelitian
kebebasan
pembatasan
Bahan
berpendapat
hukum
yang
ini
dipergunakan sebagai alat penunjang untuk
memberikan
membahas permasalahan dalam tulisan ini
tambahan pengetahuan mengenai
merupakan bahan hukum yang diperoleh
berbagai regulasi yang membatasi
melalui penelitian kepustakaan (library
penegakan
research)
bermanfaat
dalam
hak
atas
kebebasan
berserikat di Indonesia.
yaitu berupa bahan hukum
primer dan bahan hukum sekunder. Bahan
hukum primer yang akan digunakan adalah
Undang-Undang Dasar Negara Republik
4. Metode Penelitian
Penelitian mengenai pembatasan
Indonesia
Tahun
1945
(selanjutnya
kebebasan berserikat pada media social ini
disingkat UUDNRI 1945), Undang-Undang
menggunakan
normative.
No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
menurut
Manusia (selanjutnya disingkat Undang-
Abdulkadir Muhammad merupakan kajian
Undang HAM), Undang-Undang Nomor 11
terhadap norma hukum dalam berbagai
Tahun
aspek, kecuali aspek implementasi atau
Transaksi Elektronik (selanjutnya disebut
penerapannya.3
UU ITE), serta Surat Edaran Kapolri
Penelitian
menjelaskan
penelitian
hukum
normative
Soerjono
normative
Soekanto
legal
study
2008
tentang
Informasi
dan
Nomor SE/6/X/2015 tentang Penanganan
Ujaran
Kebencian
(Hate
Speech).
3
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan
Penelitian Hukum, Bandung : Citra Aditya Bakti,
2004, hlm. 101
4
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian
Hukum, Jakarta : UI-Press, 1986, hlm. 51.
18
Jurnal Hukum Undiknas Vol 4 No 1 (2017)
Sementara itu bahan hukum sekunder yang
melawan kekuasaan tirani oleh raja dan
digunakan berupa buku-buku, karya ilmiah
pemerintahan yang oriter yang disebabkan
yang terpublikasi, atau artikel-artikel yang
ketiadaan aturan dan pemusatan kekuasaan
membahas
negara. Hal ini mengakibatkan sering
mengenai
pembatasan
kebebasan berpendapat di Indonesia terkait
terjadinya
dengan penegakan HAM dan pewujudan
sewenang-wenang dan menciderai hak
demokrasi suatu negara.
asasi setiap warga negara. Berdasarkan hal
Bahan-bahan hukum berkaitan
dengan
kajian
dalam
tindakan
penguasa
yang
tersebut maka ajaran negara hukum baik
penelitian
dalam
bentuk
Rechstaats
yang
permasalahan yang dikaji dalam penelitian
dikemukakan Imanuel Kaht ataupun Rule
ini selanjutnya akan dikumpulkan melalui
of
studi kepustakaan dengan mengidentifikasi
mengutamakan
pustakan
pemisahan kekuasaan, dan perlindungan
sumber
bahan
hukum,
lalu
Law
yang
dikemukakan
legalitas
dilanjutkan dengan mengidentifikasi bahan
HAM bagi warga negara.
hukum yang sekiranya diperlukan, dan
Konsep
terakhir mengiventarisasi bahan hukum
Dicey,
pemerintahan,
Rechtstaat
merupakan
ajaran negara hukum yang berasal dari
yang diperlukan tersebut. Lebih lanjut lagi
negara-negara
bahan hukum tersebut akan dicatat dalam
yang
menganut
sistem
hukum Eropa Kontinental (Civil Law),
suatu lembaran kecil dan dimasukkan
dalam daftar kartu yang disusun sistematis
sementara the Rule of Law merupakan
sesuai fokus masalah yang dikaji. Bahan
ajaran negara hukum yang berkembang di
hukum yang telah dikumpulkan melalui
negara Common Law. Secara konseptual
sistem daftar kartu tersebut merupakan data
kualitatif,
yang
selanjutnya
dianalisis
perbedaan antara Rechtstaat dan Rule of
secara deskriptif berdasarkan permasalahan
Law adalah bahwa konsep Rechtstaat lahir
yang diteliti. Dengan demikan maka tulisan
dari
ini bersifat deskriptif analisis.
suatu
absolutisme,
II.
perjuangan
menentang
sehingga
berwatak
PEMBAHASAN
revolusioner. Sedangkan Rule of Law lahir
1. Batasan Kebebasan Berpendapat di
Indonesia
Negara
hukum
merupakan
konsep negara yang dikembangkan untuk
19
Jurnal Hukum Undiknas Vol 4 No 1 (2017)
dari yurisprudensi dan perkembangannya
menyalahgunakan
bersifat evolusioner.5
bertindak
kekuasaannya
dan
sewenang-wenang
untuk
menindas rakyatnya.7
Kesepakatan mengenai syarat yang
Pada awal era reformasi di
harus dipenuhi dalam negara hukum juga
Indonesia
penegakan
HAM
juga
merupakan tuntutan utama masyarakat.
konferensi South-East Asian and Pacific
Masyarakat menghendaki adanya akses dan
Confrence of Jurist di Bangkok. Adapun
kesempatan
untuk
prinsip-prinsip yang harus dipenuhi dalam
dalam
suatu negara hukum yaitu:6
berorganisasi,
dapat
berpartisipasi
pemerintahan,
serta
kemudahan
menyampaikan
pendapat baik secara lisan maupun tulisan.
1. prinsip
perlindungan
konstitusional terhadap hak-hak
individu secara prosedural dan
substansial;
2. prinsip badan pengadilan yang
bebas dan tidak memihak;
3. prinsip kebebasan menyatakan
pendapat;
4. prinsip pemilihan umum yang
bebas;
5. prinsip
kebebasan
untuk
berorganisasi dan beroposisi; dan
6. prinsip
pendidikan
kewarganegaraan
(civic
education).
Lahirnya
tuntutan
tersebut
disebabkan
pada masa Orde Baru kebebasan berserikat,
berkumpul, dan berorganisasi masyarakat
terbelenggu oleh kekuasaan pemerintah,
meskipun
jaminan
penegakan
hak
berserikat, berkumpul, dan mengemukakan
pendapat telah dijamin dalam UUD 1945.
Sehingga
perlindungan
HAM
dalam
konstitusi hanya dipandang sebagai kiasan
dan bernilai nominal untuk memenuhi
persyaratan sebagai negara hukum, tanpa
Dari
ketiga
konsep
adanya kesungguhan untuk melindungi
implementasi negara hukum tersebut, maka
HAM. Oleh karena itu pada amandemen
dapat diketahui bahwa pemikiran utama
dari
lahirnya
negara
hukum
UUD 1945 dengan keinginan memberikan
adalah
perlindungan terhadap HAM warga negara,
keinginan untuk perlindungan terhadap
penyusun amandemen kemudian mengatur
HAM rakyat yang diupayakan melalui
usaha
penguasa
untuk
membatasi
negara
agar
perlindungan HAM secara lebih terperinci,
kekuasaan
yang merupakan penjabaran Pasal 28, yaitu
tidak
dalam
Pasal
28A
hingga
UUDNRI 1945, serta
5
I Dewa Gede Atmadja, 2010, Hukum
Konstitusi Problematika Konstitusi Indonesia
Sesudah Perubahan UUD 1945, Setara Press,
Malang , hal. 157.
6
Astim Riyanto, op. cit., hal. 257
Pasal
tersebar dalam
beberapa ketentuan pasal lainnya.
7
20
28J
Munir Fuady, op. cit., hlm. 2-3.
Jurnal Hukum Undiknas Vol 4 No 1 (2017)
Demikian pula terhadap aturan
melalui jaminan kebebasan berpendapat.
mengenai kebebasan berpendapat dalam
Apabila
Pasal 28 selanjutnya diatur lebih rinci ke
kesempatan
dalam Pasal 28F UUDNRI 1945, dimana
pendapatnya kepada pemerintah, maka
negara menjamin kebebasan setiap individu
dapat
baik secara lisam maupun tulisan untuk
tersebut bersifat otoriter.
menyampaikan
pendapatnya.
masyarakat
untuk
dikatakan
Ketentuan
tidak
menyampaikan
bahwa
Pasca
diberikan
pemerintahan
reformasi
dan
tersebut merupakan bentuk adopsi terhadap
amandemen UUD 1945 terbuka akses
perlindungan HAM sebagaimana diatur
seluas-luasnya bagi masyarakat untuk turut
dalam Pasal 19 Deklarasi Universal Hak
serta
Asasi Manusia (DUHAM) PBB, serta lebih
melalui
lanjut diatur pula dalam International
berpendapat. Hal ini memberikan euphoria
Convenant on Civil and Political Right
bagi masyarakat untuk menyampaikan
(ICCPR).
apapun pendapatnya dalam berbagai media
Kebebasan berpendapat tersebut
pada
dasarnya
tanggung
merupakan
jawab
pemerintahan,
adanya
jaminan
khususnya
kebebasan
komunikasi, baik secara lisan maupun
dan
tulisan. Euforia kebebasan berpendapat
dirasakan
masyarakat
sejak
kehadiran
internet.
Masyarakat
dapat
pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat
dengan
mudah
berekspresi
dan
menghendaki adanya partisipasi aktif dari
menyampaikan pendapatnya melalui sarana
masyarakat
internet, salah satunya berupa media sosial.
Demokrasi
negara
hak
dalam
yang
dipahami
untuk
pemerintahan.
demokrasi.
turut
sebagai
serta
Masyarakat
semakin
dalam
diharapkan
Media
social
telah
bagian
mampu melakukan fungsi control terhadap
kehidupan
jalannya
pemerintahan
suatu
beberapa kegiatan yang dapat dilakukan
dengan
cara
menyampaikan
turut
negara,
oleh
dan
1. untuk menyalurkan opini pribadi
ditetapkan pemerintah. Pandangan tersebut
disampaikan
masyarakat
masyarakat melalui media sosial yaitu:8
pandangan terhadap setiap kebijakan yang
dapat
sehari-hari
menjadi
kepada publik;
berbagai
infrastruktur politik yang ada di masyarakat
berupa persetujuan ataupun kritik atas suatu
kebijakan pemerintah. Dengan demikian
8
Paskalis Marvin, 2014, Kebebasan Berpendapat
melalui
Media
Sosial
di
Indonesia,
https://www.academia.edu/29486702/Kebebasan_B
erpendapat_Melalui_Media_Sosial_di_Indonesia,
diakses pada 18 Januari 2017.
maka secara tidak langsung masyarakat
berperan dalam jalannya pemerintahan,
21
Jurnal Hukum Undiknas Vol 4 No 1 (2017)
2. merupakan
sarana
untuk
Selain itu kelemahan dalam penggunaan
menjalankan usaha, sebagai upaya
media sosial di Indonesia juga disebabkan
promosi; dan
oleh tidak adanya pemahaman mengenai
3. efektif sebagai sarana provokasi dan
etika dalam menyampaikan pendapat di
publikasi.
media sosial, serta belum adanya ketegasan
Relevansi internet dan kebebasan
pemerintah dan penegak hukum terhadap
berpendapat menurut Frank William La
kasus-kasus yang terjadi di media sosial.
Rue bahwa internet merupakan media yang
Hal
mampu menjadi sarana yang penting dalam
banyaknya kasus-kasus mengenai hoax dan
pemenuhan
dan
ujaran kebencian yang dilakukan melalui
berekspresi.9 Pandangan ini juga didukung
media sosial. Beberapa kasus yang menjadi
oleh Yanuar Nugroho yang menyampaikan
polemik terkait kebebasan berpendapat di
bahwa internet memberikan kesempatan
Indonesia,
bagi setiap individu untuk menyampaikan
antara lain:
hak
berpendapat
pendapat dan aspirasinya, bahkan mendapat
respon
melalui
cara-cara
yang
dalam
tidak
melalui
internet
menikmati
c. Kasus penistaan agama Islam oleh
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Ketiga
kasus
tersebut
kebebasan
merupakan kasus yang menjadi perhatian
berpendapat dan rasa tanggung jawab
publik dan memecah opini masyarakat.
dalam pelaksanaannya. Masyarakat hanya
Pada kasus dugaan Penistaan Agama yang
focus pada haknya untuk berpendapat dan
dilakukan Ahok pada saat berkampanye di
lupa
dalam
Kepulauan Seribu menjadi polemik panjang
menggunakan hak berpendapatnya tersebut.
karena berkaitan dengan isu agama yang
akan
dari
khususnya
melalui
b. Penulisan Buku Gurita Cikeas; dan
tidak disertai dengan adanya pemahaman
esensi
ditunjukkan
Omni International;
kebebasan berpendapat tersebut ternyata
mengenai
dapat
a. Kasus Prita Mulyasari dengan RS.
terbayangkan sebelumnya. 10
Euforia
ini
kewajibannya
menjadi isu sensitif di Indonesia, dan
9
Frank William La Rue, 2011, U.N. report:
Internet access is a human right,
http://latimesblogs.latimes.com/technology/2011/06/
united-nations-report-internet-access-is-a-humanright.html#, diakses pada 28 Agustus 2017.
10
Yanuar Nugroho, dkk., 2012, Mapping the
Landscape of Media Industry in Contemporary
Indonesia,
http://kalamkata.org/2011/02/20/pedomanberekspresi-online/?did=39, diakses tanggal 25
Agustus 2017.
mengancam kebhinekaan negara Indonesia.
Selain itu penyebaran berita hoax dan hate
speech bahkan telah menjadi komoditi yang
terungkap melalui keberadaan Saracen.
Oleh karena itu pemerintah beranggapan
telah terjadi penyelahgunaan kebebasan
22
Jurnal Hukum Undiknas Vol 4 No 1 (2017)
berpendapat
di
Indonesia,
menghadirkan
regulasi
yang
dan
dalam pemerintahan dalam suatu negara
berisi
demokrasi.
Pengaturan
mengenai
pembatasan penggunaan hak kebebasan
kebebasan berpendapat sebagai salah satu
berpendapat yaitu dalam Undang-Undang
hak-hak sipil dan politik dapat dijumpai
ITE dan Surat Edaran Kapolri tentang
dalam Deklarasi Universal HAM PBB dan
Penanganan Hate Speech. Dalam kedua
ICCPR.
peraturan
tersebut
internasional tersebut merupakan pedoman
terdapat pembatasan tentang penggunaan
yang digunakan untuk melahirhak hukum
kebebasan berserikat. Tujuan pembatasan
nasionl yang mengatur tentang kebebasan
tersebut antara lain untuk tetap menghargai
berpendapat. Baik dalam DUHAM PBB
HAM orang lain serta kewajiban untuk
maupun ICCPR, tidak hanya mengatur
menaati
tanggung jawab dan kewajiban negara
perundang-undangan
peraturan
perundang-undangan
Kedua
instrument
yang berlaku. Selain itu dalam SE Kapolri
dalam
dinyatakan bahwa kebebasan berpendapat
berpendapat setiap individu, namun juga
yang
menetapkan kemungkinan suatu negara
disalahgunakan
dengan
ujaran
melindungi
hak
hukum
kebencian dapat mengakibatkan kebencian
melakukan
kolektif yang berakibat pada terjadinya
berpendapat
pengucilan, diskriminasi, kekerasan, hingga
Pembatasan tersebut dapat dimungkinkan
genosida. Oleh karena itu masalah ujaran
karena kebebasan berpendapat tergolong
kebencian harus ditangani dengan baik
sebagai derogable rights.
karena
dapat
mengganggu
prinsip
batasan
kebebasan
atas
setiap
kebebasan
warna
Penggunaan
negara.
kebebasan
berbangsa dan bernegara yang berbhineka
berpendapat dalam DUHAM PBB dibatasi
sehingga
oleh
mampu
mempertahankan
keragaman kelompok di Indonesia.
kewajiban
untuk
tunduk
pada
pembatasan-pembatasan yang ditetapkan
oleh peraturan perundang-undangan. Hal
ini bertujuan untuk menjamin pengakuan
2. Pemenuhan Ajaran Negara Hukum
dalam
Pembatasan
dan penghormatan terhadap hak-hak dan
Kebebasan
kebebasan-kebebasan orang lain dan untuk
Berpendapat di Media Sosial
Hak atas kebebasan berpendapat
memenuhi persyaratan aspek moralitas,
merupakan salah satu hak asasi manusia
ketertiban dan kesejahteraan umum dalam
yang berkaitan dengan pengembangan diri.
suatu
Kebebasan berpendapat juga merupakan
Ketentuan
salah satu sarana partisipasi masyarakat
kebebasan berpendapat ini selanjutnya
23
masyarakat
yang
mengenai
demokratis.
pembatasan
Jurnal Hukum Undiknas Vol 4 No 1 (2017)
diatur dalam ICCPR yang menyatakan
bukan berarti bahwa pemerintah atau pihak
bahwa setiap orang berhak atas kebebasan
lainnya dibenarkan untuk mengurangi,
memberikan informasi berupa ide/gagasan
merusak, atau menghapuskan hak asasi
apapun baik secara lisan maupun tulisan
manusia, melainkan semata-mata bertujuan
atau berupa cetakan, dalam bentuk karya
menjamin pengakuan dan penghormatan
seni maupun melalui media lain sesuai
terhadap hak asasi manusia serta kebebasan
dengan pilihannya. Namun pelaksanaan
dasar orang lain, kesusilaan, ketertiban
kebebasan berpendapat tersebut tunduk
umum, dan kepentingan bangsa.
kepada
pembatasan-pembatasan
yang
Menyadari akan perkembangan
ditetapkan negara sebagai suatu kewajiban
teknologi internet yang berkembang pesat
dan tanggung jawab khusus. Pembatasan
dan digunakan masyarakat sebagai sarana
kebebasan
harus
menggunakan kebebasan berpendapatnya,
diatur dalam suatu instrument hukum dan
maka pemerintah melalui Undang-Undang
diperlukan guna menghormati hak dan
ITE menetapkan pula batasan berpendapat
reputasi
pada media elektronik berbasis internet
berpendapat
tersebut
orang lain, serta
keamanan
nasional,
melindungi
ketertiban
umum,
sebagaimana
kesehatan ataupun moral umum/publik.
internasional
dapat
dalam
Pasal
28
Undang-Undang ITE tersebut. Setiap orang
Tidak hanya dalam instrumen
hukum
diatur
dalam rangka menggunakan kebebasan
dijumpai
berpendapat
dalam
berbasis
kebebasan berpendapat tersebut, namun
pembatasan
dalam
menyampaikan berita bohong yang dapat
1945
juga
terdapat
harus
elekronik
mengenai pembatasan akan penggunaan
UUDNRI
internet
media
yaitu
tunduk
larangan
menimbulkan
28J penggunaan HAM harus berdasarkan
untuk
pembatasan
tujuan untuk menimbulkan rasa kebencian
undang-undang,
ditetapkan
serta
tetap
dengan
memberi
atau
menyebarkan
permusuhan
serta
untuk
mengenai aturan serupa. Berdasarkan Pasal
yang
kerugian,
pada
larangan
informasi
individu
dengan
dan/atau
penghormatan kepada HAM orang lain.
kelompok masyarakat tertentu berdasarkan
Pembatasan
isu-isu (SARA).
terhadap
kebebasan
berpendapat tersebut juga tertuang dalam
Kesadaran
akan
Pasal 73 Undang-Undang HAM dimana
pengaturan
pembatasan tersebut diatur hanya oleh dan
berpendapat pada media internet juga
berdasarkan undang-undang. Lebih lanjut
disampaikan
dikemukakan bahwa pembatasan tersebut
Informal Asia Eropa tentang HAM dan
24
penggunaan
pentingnya
dalam
forum
kebebasan
Pertemuan
Jurnal Hukum Undiknas Vol 4 No 1 (2017)
Teknologi
Informasi-Komunikasi
(ICT)
yang diancamkan tersebut terutama yang
yang diselenggarakan di Seoul Tahun 2012.
berkaitan dengan penyebarluasan ujaran
Dalam konferensi tersebut disampaikan
kebencian dan penyebaran berita bohong
bahwa terdapat kebutuhan mendesak akan
(hoax). Ketentuan mengenai pembatasan
tata kelola (governance) atas Internet dalam
kebebasan berpendapat tersebut selanjutnya
rangka penegakan dan perlindungan atas
juga ditanggapi oleh kepolisian selaku
HAM setiap individu. Penggunaan HAM
institusi penegak hukum dengan adanya
melalui media internet juga memerlukan
Surat Edaran Kapolri tentang Ujaran
adanya kesadaran dan keinginan semua
Kebencian (SE Hate Speech). SE Hate
pihak,
Speech tersebut merupakan aturan internal
baik
pemerintah,
masyarakat
dan
pada lembaga kepolisian yang memberikan
melindungi HAM pada ataupun melalui
pedoman bagi seluruh anggota kepolisian
Internet. Selain kesadaran masyarakat dan
dalam
pemerintah, penegakan HAM pada internet
kebencian
juga membutuhkan adanya jaminan bahwa
memecah belah NKRI.
Internet
untuk
maupun
menghormati
menangani
kasus-kasus
terutama
yang
ujaran
berpotensi
dijalankan dan dikembangkan
Adanya beragam aturan hukum
dengan cara dan tujuan untuk memenuhi,
di Indonesia yang membatasi kebebasan
melindungi dan mempromosikan HAM
berpendapat pada media sosial tidak serta
seluas mungkin. Sehingga setiap individu
merta berarti pemerintah mengabaikan
memiliki peran yang setara mengenai tata
penegakan HAM dalam negara hukum.
kelola Internet dalam kerangka kepentingan
Negara
HAM.11
kebebasan untuk menyampaikan pendapat
Instrument
menjamin
pelaksanaan
yang
di muka umum oleh setiap individu
mengatur pembatasan atas penggunaan
sepanjang tidak tergolong ujaran kebencian
kebebasan
yaitu penghinaan, pencemaran nama baik,
berpendapat
hukum
tetap
memuat
pula
adanya sanksi yang diancamkan apabila
penistaan,
memprovokasi,
terjadi pelanggaran terhadap pembatasan
berita
yang ditetapkan undang-undang, sebagai
menyenangkan yang memiliki dampak
bentuk norma hukum sekundernya. Sanksi
terjadinya kekerasan, konflik sosial, dan
bohong,
serta
menghasut,
perbuatan
tidak
diskriminasi. Oleh karena itu kepolisian
selaku
11
Donny B.U., 2012, Internet, Kebebasan
Berekspresi dan Hak Asasi Manusia (HAM),
https://donnybu.com/2012/07/25/internetkebebasan-berekspresi-dan-hak-asasi-manusia-ham/,
diakses pada 29 Agustus 2017.
penegak
hukum
berwenang
melakukan upaya preventif dan upaya
represif
25
dalam
menegakkan
ketentuan
Jurnal Hukum Undiknas Vol 4 No 1 (2017)
perundang-undangan terkait pembatasan
III.
kebebasan berserikat pada media sosial
1. Kesimpulan
PENUTUP
apabila terjadi tindakan yang berupa ujaran
Berdasarkan
pembahasan
yang
kebencian dalam berbagai media, baik
dipaparkan mengenai rumusan masalah,
cetak maupun elektronik.
maka
Dengan demikian hendaknya
dapat
dipahami
bahwa
dapat
dikemukakan
kesimpulan
pembatasan
kebebasan
sebagai berikut:
pembatasan
a) Bentuk
kebebasan berpendapat yang ditetapkan
berpendapat pada media social di
pemerintah
Indonesia
Indonesia
bukanlah
suatu
yaitu larangan untuk
pelanggaran HAM karena hal tersebut
menyebarkan muatan atau konten
dimungkinkan sebagaimana diatur dalam
yang tergolong ujaran kebencian
DUHAM dan ICCPR sepanjang diatur
dan
dalam peraturan perundang-undangan guna
utamanya yang dapat merugikan
memberikan jaminan perlindungan dan
orang lain dan memecah belah
penegakan HAM orang lain. Selain itu juga
bangsa.
diperlukan
pembatasan
dalam
rangka
penyebaran
b) Bahwa
kebebasan
menjaga keamanan nasional dan ketertiban
merupakan
umum. Adanya pembatasan kebebasan
dibatasi
berpendapat juga tidak berarti bahwa
sebagaimana
pemerintah
ICCPR,
HAM
mengabaikan
rakyat
dalam
perlindungan
negara
berita
bohong,
berpendapat
HAM
yang
dapat
pemenuhannya
ditetapkan
sehingga
dalam
pembatasan
hukum
kebebasan berpendapat pada media
Indonesia, melainkan pembatasan tersebut
social di Indonesia tidak melanggar
dipelukan untuk melindungi HAM milik
ajaran negara hukum khususnya
orang lain. Negara tetap memberikan
terkait penegakan HAM. Hal ini
kesempatan seluas-luasnya bagi warga
karena
negara untuk menyampaikan pendapat yang
berpendapat
bertanggung jawab dan tunduk kepada
mencegah perpecahan negara dan
aturan hukum. Selain melindungi HAM
melindungi HAM orang lain.
orang lain, pemerintah juga melakukan
pembatasan
kebebasan
bertujuan
untuk
2. Saran
perlindungan akan persatuan dan kesatuan
Adapun
negara
upaya
disampaikan mengenai pembatasan
memecah belah bangsa melalui doktrinisasi
kebebasan berpendapat di media
dalam media sosial.
social yaitu:
dengan
menanggulangi
26
saran
yang
dapat
Jurnal Hukum Undiknas Vol 4 No 1 (2017)
a) Hendaknya pemerintah menetapkan
mengatasi kasus-kasus hate speech
pula upaya preventif (pencegahan)
dan
hoax
pada
dalam mengatasi maraknya kasus
terutama yang berkaitan dengan
hate speech dan hoax di dunia
keutuhan
maya, khususnya pada generasi
perhatian publik.
negara
media
dan
social
menjadi
millennial yang memiliki tingkat
ketergantungan tinggi pada media
sosial.
b) Hendaknya
penegak
hukum
bersikap tegas dan pro-aktif dalam
DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku:
Fuady, Munir, Teori Negara Hukum Modern (Rechtstaat), Bandung : Refika Aditama, 2009.
Muhammad, Abdulkadir, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2004.
Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : UI-Press, 1986.
Publikasi Ilmiah:
B.U., Donny, Internet, Kebebasan Berekspresi dan Hak Asasi Manusia (HAM), 2012,
https://donnybu.com/2012/07/25/internet-kebebasan-berekspresi-dan-hakasasi-manusia-ham/
La Rue, Frank William, U.N. report: Internet access is a human right, 2011,
http://latimesblogs.latimes.com/technology/2011/06/united-nations-reportinternet-access-is-a-human-right.html#
Marvin,
Paskalis, 2014, Kebebasan Berpendapat melalui Media Sosial di Indonesia,
https://www.academia.edu/29486702/Kebebasan_Berpendapat_Melalui_Media_Sosi
al_di_Indonesia.
Nugroho, Yanuar, dkk., Mapping the Landscape of Media Industry in Contemporary
Indonesia,
2012,
http://kalamkata.org/2011/02/20/pedoman-berekspresionline/?did=39
Peraturan Perundang-undangan:
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB.
International Convention on Civil and Political Right (Konvenan Hak-Hak Sipil dan Politik).
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
27
Jurnal Hukum Undiknas Vol 4 No 1 (2017)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843).
Surat Edaran Kapolri Nomor SE/6/X/2015 tentang Penanganan Ujaran Kebencian (Hate
Speech).
28
Download