petunjuk teknis pengajuan usulan kegiatan yang

advertisement
PETUNJUK TEKNIS
PENGAJUAN USULAN KEGIATAN YANG
DIBIAYAI DARI PINJAMAN DAN/ATAU
HIBAH LUAR NEGERI
PENINGKATAN KESIAPAN
RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN
(BUKU 3)
KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN
PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
NASIONAL
JAKARTA, 31 OKT 2006
Kata Pengantar
Dalam rangka mencapai sasaran program pembangunan
nasional seperti yang telah dituangkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2004-2009, masih
dibutuhkan sumber pendanaan luar negeri sebagai salah satu
alternatif pembiayaan. Kebutuhan pinjaman luar negeri
tersebut adalah untuk mempercepat pencapaian sasaran
pembangunan
nasional
dan
menutup
defisit
Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Untuk meningkatkan efektifitas pemanfaatan pinjaman / hibah
luar
negeri,
manajemen
telah
dilakukan
pinjaman
/
berbagai
hibah
luar
penyempurnaan
negeri
melalui
penyempurnaan peraturan yang terkait dengan perencanaan
dan pelaksanaan pinjaman/hibah luar negeri. Peraturan
tersebut adalah Peraturan Pemerintah Nomor 2/2006 tentang
Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah
serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri. Sesuai
dengan amanat Peraturan Pemerintah tersebut dan dalam
rangka melakukan sinkronisasi perencanaan kegiatan dan
perencanaan keuangan yang akan dibiayai dari sumber
pinjaman / hibah luar negeri, telah ditetapkan tiga Peraturan
Menteri, yaitu (1) Peraturan Menteri Negara Perencanaan
Pembangunan
Pembangunan
Nasional/Kepala
Nasional
Nomor
Badan
Perencanaan
PER.005/M.PPN/06/2006
i
tentang Tata Cara Perencanaan dan Pengajuan Usulan serta
Penilaian Kegiatan yang Dibiayai dari Pinjaman dan/atau
Hibah Luar Negeri, (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor
52/PMK.010/2006 tentang Tata Cara Pemberian Hibah Kepada
Daerah,
dan
(3)
Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
53/PMK.010/2006 tentang Tata Cara Pemberian Pinjaman
Daerah dari Pemerintah yang Dananya Bersumber dari
Pinjaman
Luar
Negeri.
Peraturan-peraturan
tersebut
diharapkan dapat memberikan landasan yang kuat dalam
melakukan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
pembangunan yang akan dibiayai dari pinjaman / hibah luar
negeri.
Salah satu tahap yang penting dalam mempersiapkan kegiatan
pinjaman / hibah luar negeri adalah menyusun Daftar Rencana
Prioritas Pinjaman dan/ atau Hibah Luar Negeri (DRPPHLN).
Dalam penyusunan DRPPHLN perlu dilakukan peningkatan
kesiapan rencana pelaksanaan kegiatan. Hal tersebut bertujuan
untuk meningkatkan persiapan suatu kegiatan, baik dari aspek
teknis, administrasi dan keuangan, serta kesiapan dari pihak
penanggung
jawab
dan
pelaksana
kegiatan.
Kesiapan
penanggungjawab / pelaksana kegiatan tersebut khususnya
dalam pengelolaan kegiatan agar dapat berjalan secara efektif
dan efisien, yang pada akhirnya akan memberikan dampak
positif bagi masyarakat.
ii
Buku ini merupakan buku ke 3 dari 4 buku petunjuk teknis
yang dipergunakan untuk melakukan proses perencanaan
persiapan pinjaman / hibah luar negeri. Dalam buku ini akan
dijelaskan mengenai proses peningkatan kesiapan rencana
pelaksanaan kegiatan untuk kegiatan yang telah mendapatkan
indikasi pendanaan luar negeri. Proses ini
juga berkaitan
dengan tahap persiapan (preparation) dan penilaian (appraisal)
yang akan dilakukan oleh pemberi pinjaman / hibah luar
negeri.
Semoga buku ini dapat membantu pejabat perencana pada
Kementerian Negara / Lembaga, Pemerintah Daerah dan
BUMN dalam menyiapkan usulan kegiatan yang dibiayai
pinjaman / hibah luar negeri.
Jakarta, Oktober 2006
Deputi Bidang Pendanaan Pembangunan
Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional /
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Lukita Dinarsyah Tuwo
iii
Daftar Isi
Kata Pengantar ............................................................................................. i
Daftar Isi...................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................1
1.1.
Permasalahan.........................................................................1
1.2.
Penanganan Masalah............................................................4
BAB 2 PENINGKATAN KESIAPAN RENCANA
PELAKSANAAN KEGIATAN ....................................................9
2.1.
Sinkronisasi Kegiatan dengan Program Calon
Pemberi Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri ...........12
2.2.
Penyusunan Rencana Kegiatan Rinci...............................15
2.2.1 Peningkatan Kesiapan Kegiatan Bagi
Pemerintah Daerah ..................................................18
2.2.2. Peningkatan Kesiapan Kegiatan Bagi BUMN ......21
2.3.
Penilaian Kesiapan Kegiatan .............................................24
2.4.
DRPPHLN............................................................................29
2.5.
Daftar Kegiatan ...................................................................31
BAB 3 SIKLUS PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN
KEGIATAN...................................................................................33
3.1.
Gambaran Umum ...............................................................33
3.2.
Siklus Kegiatan Menurut Peraturan Meneg PPN...........35
3.3.
Keterkaitan Antar Siklus Kegiatan ...................................36
BAB 4 PENYUSUNAN DOKUMEN DAFTAR RENCANA
PRIORITAS PINJAMAN / HIBAH LUAR NEGERI .............39
iv
4.1.
Umum...................................................................................39
4.2.
Penyusunan DRPPHLN.....................................................40
LAMPIRAN .................................................................................................47
Lampiran A. Siklus Kegiatan Pemberi Pinjaman/Hibah Luar
Negeri.............................................................................48
A.1. World Bank ...................................................................49
A.1.1. Siklus Kegiatan Bank Dunia .............................49
A.1.2. Latar Belakang...................................................49
A.1.3. Country Assistance Strategy.............................51
A.1.4. Tahap Identifikasi ..............................................53
A.1.5. Tahap Persiapan ................................................54
A.1.6. Tahap Penilaian.................................................55
A.1.7. Tahap Negosiasi dan Penyetujuan ....................55
A.1.8. Tahap Pelaksanaan dan Pengawasan ................56
A.1.9. Tahap Laporan Penyelesaian Pelaksanaan ........56
A.1.10. Tahap Evaluasi ..................................................57
A.2. Asian Development Bank (ADB) ...............................58
A.2.1. Siklus Kegiatan ADB ........................................58
A.2.2. Latar Belakang...................................................58
A.2.3. Penyusunan Country Strategy and
Program (CSP)..................................................59
A.2.4. Identifikasi Proyek (Identification)..................60
A.2.5. Tahap Persiapan Proyek (Preparation)............61
A.2.6. Penilaian Proyek (Appraisal)...........................63
A.2.7. Negosiasi & Persetujuan Pinjaman (Loan
Negotiation & Board Approval) ...................63
A.2.8. Implementasi Proyek (Implementation) .........63
A.2.9. Evaluasi Pasca Pelaksanaan Proyek
(Evaluation) .....................................................64
A.2.10. Penyelesaian Proyek (Completion)..................64
v
A.3. Japan Bank for International Cooperation (JBIC) ....65
A.3.1. Siklus Kegiatan Menurut JBIC .........................65
A.3.2. Umum ...............................................................65
A.3.3. Identifikasi Kegiatan (Identification)...............66
A.3.4. Penyiapan (Preparation)..................................67
A.3.5. Penilaian dan Evaluasi (Appraisal and ExAnte Evaluation) ...............................................69
A.3.6. Notifikasi, Pertukaran Catatan, dan Naskah
Perjanjian (Prior Notification, Exchange of
Notes, and Loan Agreement).............................70
A.3.7. Pengadaan dan Penarikan Dana
(Procurement and Disbursement) ................71
A.3.8. Pengawasan Pelaksanaan (Supervision of
Implementation) ................................................72
A.3.9. Evaluasi Pasca Pelaksanaan (Ex-Post
Evaluation) ......................................................73
A.3.10. Pengawasan Pasca Penyelesaian
(Monitoring after Completion) .....................74
A.3.11. Umpan Balik untuk Penyiapan dan
Penilaian Kegiatan (Feedback to Project
Preparation and Appraisal)...........................75
vi
Daftar Istilah
APBD
:
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN
:
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Bappenas
:
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
BUMN
:
Badan Usaha Milik Negara
DIPK
:
Daftar Isian Pengusulan Kegiatan
DRPHLN-JM
:
Daftar Rencana Pinjaman dan/atau Hibah Luar
Negeri Jangka Menengah
DRPPHLN
:
Daftar Rencana Prioritas Pinjaman dan/atau
Hibah Luar Negeri
FKE
:
Fasilitas Kredit Ekspor
KAK
:
Kerangka Acuan Kerja
Meneg PPN
:
Menteri
Negara
Perencanaan
Pembangunan
Nasional
NPHLN
:
Naskah Perjanjian Hibah Luar Negeri
NPPLN
:
Naskah Perjanjian Pinjaman Luar Negeri
Pemda
:
Pemerintah Daerah
PHLN
:
Pemberi Hibah Luar Negeri
PPLN
:
Pemberi Pinjaman Luar Negeri
RKPLN
:
Rencana Kebutuhan Pinjaman Luar Negeri
RPJM
:
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
RPJMD
:
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
RPK-PHLN
:
Rencana Pelaksanaan Kegiatan Pinjaman dan/atau
Hibah Luar Negeri
vii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Permasalahan
Salah satu permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan yang dibiayai
pinjaman luar negeri adalah efektifitas penggunaan dana pinjaman
luar negeri dalam menunjang aktifitas perekonomian nasional. Hal
tersebut ditandai dengan daya serap dana yang rendah, dan
penggunanaan kandungan lokal dalam pelaksanaan kegiatan yang
belum optimal. Salah satu sumber dari permasalahan tersebut adalah
kelemahan
dalam
persiapan
pelaksanaan
kegiatan.
Persiapan
pelaksanaan kegiatan dimulai dari proses perencanaan, termasuk
penyusunan konsep dasar pelaksanaan kegiatan yang meliputi
pendalaman studi kelayakan, penyusunan rencana kegiatan rinci,
penentuan rencana lokasi kegiatan, penyusunan rencana detail biaya
pelaksanaan, penyusunan jadual pelaksanaan, penyusunan spesifikasi
barang dan jasa yang akan digunakan, mekanisme pengadaan barang
dan
jasa,
penyusunan
rencana
organisasi
pelaksanaan,
serta
penyusunan rencana kegiatan lainnya yang dibutuhkan dalam rangka
pencapaian sasaran kegiatan.
Tahap rencana persiapan pelaksanaan kegiatan sering kali kurang
mendapat perhatian, antara lain kurangnya kemampuan sumber daya
manusia yang dimiliki oleh instansi pengusul kegiatan, dan kurang
ketersediaan dana untuk mendukung rencana persiapan pelaksanaan
kegiatan. Kedua hal ini merupakan unsur penyebab yang saling
terkait dan mengakibatkan persiapan pelaksanaan kegiatan menjadi
kurang optimal.
1
Hal lain yang menyebabkan kurangnya perhatian dalam menyusun
rencana persiapan pelaksanaan kegiatan, adalah waktu yang cukup
lama untuk memproses rencana persiapan pelaksanaan kegiatan, dan
belum adanya kepastian memperoleh sumber pendanaan yang
diharapkan.
Menyadari keterbatasan tersebut, pihak calon Pemberi Pinjaman
dan/atau Hibah Luar Negeri (PPHLN) biasanya menyediakan
dukungan untuk penyiapan pelaksanaan kegiatan. Dukungan dari
calon PPHLN tersebut dapat berupa penyediaan dana, dan tenaga
ahli
yang
ditugaskan
untuk
menyusun
penyiapan
rencana
pelaksanaan kegiatan yang akan dibiayai calon PPHLN tersebut.
Kondisi tersebut sering disalahtafsirkan, seolah-olah calon PPHLN
mempunyai peran yang lebih dominan dalam perencanaan pinjaman
luar negeri, khususnya dalam menentukan arah, besar dan sasaran
kegiatan. Hal tersebut dapat menyebabkan suatu kegiatan seolah-olah
dikendalikan oleh PPHLN (donor driven).
Penggunaan tenaga ahli (biasanya tenaga ahli asing) yang disediakan
oleh calon Pemberi Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri dalam
menyusun rencana pelaksanaan kegiatan, dan kurangnya perhatian
instansi
penanggungjawab/pelaksana
kegiatan,
seringkali
menyebabkan penentuan spesifikasi barang dan jasa yang akan
digunakan dalam pelaksanaan kegiatan, cenderung menggunakan
spesifikasi barang dan jasa dari negara asal tenaga ahli tersebut, atau
asal negara calon PPHLN. Disamping permasalahan tersebut, rencana
kegiatan yang disusun oleh tenaga ahli asing tersebut juga kurang
2
mencerminkan
rencana
kerja
dari
instansi
penanggungjawab
/pelaksana kegiatan, dan rencana penggunaan fasilitas yang disusun
menjadi kurang sesuai dengan kondisi Indonesia.
Akibat dari persiapan pelaksanaan yang kurang optimal tersebut,
akan timbul berbagai permalahan pada saat pelaksanaaan kegiatan
dimulai, antara lain kurangnya rasa kepemilikan (ownership) dari
instansi penanggungjawab terhadap kegiatan, pelaksanaan kegiatan
kurang memberikan manfaat yang optimal bagi perekonomian
(karena membutuhkan spesifikasi barang dan jasa yang tidak terkait
langsung
dengan
perekonomian
nasional),
dan
berbagai
permasalahan lainnya. Permasalahan tersebut tercermin dari sering
tertundanya jadual pelaksanaan kegiatan dan terjadi perubahan
rencana pelaksanaan kegiatan
yang cukup berarti pada saat
implementasi kegiatan.
Kurangnya perhatian dan keterlibatan instansi pelaksana dalam
penyiapan rencana pelaksanaan merupakan salah satu sumber utama
pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari pinjaman / hibah luar negeri
menjadi tidak efektif dan efisien. Hal tersebut juga telah disadari oleh
lembaga-lembaga multilateral maupun bilateral pemberi pinjaman /
hibah luar negeri, sehingga upaya untuk meningkatkan perhatian,
peran dan keterlibatan dari instansi penanggung jawab/pelaksana
kegiatan dicantumkan
sebagai salah satu butir dalam Deklarasi
Paris1.
1
sejalan dengan deklarasi Paris
3
Untuk mengurangi berbagai permasalahan dalam pelaksanaan, maka
keterlibatan aktif instansi penanggungjawab / pelaksana kegiatan
dalam penyiapan rencana pelaksanaan suatu kegiatan merupakan hal
yang sangat mutlak diperlukan. Menyadari hal tersebut, dalam
penyempurnaan perencanaan kegiatan yang akan dibiayai oleh
pinjaman / hibah luar negeri, proses penyiapan perencanaan akan
dilaksanakan oleh instansi penanggungjawab dan pelaksana kegiatan
yang dikoordinasikan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Bappenas.
1.2. Penanganan Masalah
Permasalahan seperti diatas telah menjadi perhatian berbagai pihak,
baik pemberi pinjaman luar negeri maupun negara penerima
pinjaman luar negeri. Hal ini dipertegas dalam Deklarasi Paris yang
ditandatangani oleh 91 negara serta 26 lembaga multilateral dan
bilateral. Dalam Deklarasi Paris, baik lembaga pemberi maupun
negara
penerima
pinjaman
luar
negeri
sepakat
perlunya
meningkatkan pelaksanaan kegiatan secara efisiensi dan efektifitas,
serta mengoptimalkan manfaat dari pinjaman luar negeri.
Usaha peningkatan efektifitas dan efisiensi pemanfaatan dana luar
negeri tersebut juga telah dinyatakan dalam RPJM 2004-2009, dan
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan
Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri. Disamping itu, PP No. 2/2006
mengamanatkan agar pelaksanaan pinjaman/hibah luar negeri harus
dilakukan secara transparan dan akuntabel.
4
Kotak 1 Deklarasi Paris
Deklarasi Paris (2 Maret 2005) tentang efektifitas pemanfaatan bantuan luar
negeri (aid) ditandatangani oleh 91 negara dan 26 lembaga multilateral dan
bilateral.
Deklarasi Paris tersebut menyatakan bahwa seluruh penandatangan
deklarasi sepakat akan memberikan komitmen dalam mempercepat
peningkatan efektifitas pemanfaatan bantuan luar negeri melalui langkahlangkah sebagai berikut:
a. Meningkatkan kemampuan negara-negara penerima bantuan (partner)
dalam menyusun strategi pembangunan nasional dan kerangka kerja
operasional (dalam perencanaan, pembiayaan, dan penilaian kinerja).
b. Meningkatkan kesesuaian bantuan dengan prioritas, sistem dan prosedur
serta membantu meningkatkan kapasitas negara-negara penerima
bantuan (partner).
c. Meningkatkan akuntabilitas (accountability) kebijakan, strategi, dan
kinerja pemanfaatan bantuan kepada masyarakat dan parlemen di negara
donor dan penerima bantuan.
d. Menghilangkan duplikasi kegiatan dan melakukan rasionalisasi kegiatan
donor agar dana dapat digunakan seefektif mungkin.
e. Melakukan reformasi dan menyederhanakan kebijakan dan prosedur
dari donor untuk meningkatkan kerjasama dan penyesuaian prioritas,
sistem dan prosedur negara-negara penerima bantuan (partner).
f. Menyusun standar dan ukuran-ukuran atas kinerja dan akuntabilitas
sistem dari negara-negara penerima bantuan (partner) dalam manajemen
keuangan publik, pengadaan barang dan jasa, perlindungan hukum dan
lingkungan hidup, yang sejalan dengan praktek yang dapat diterima
secara luas serta dapat dilaksanakan dengan mudah.
Untuk mencapai kesepakatan tersebut, dalam merencanakan dan
melaksanakan pinjaman /
hibah luar negeri, perlu dilaksanakan
langkah-langkah sebagai berikut :
5
a. Meningkatkan transparansi dalam proses perencanaan dan
pengelolaan kegiatan yang dibiayai oleh pinjaman dan/atau hibah
luar negeri.
b. Meningkatkan koordinasi antara lembaga-lembaga pemerintah
dalam merencanakan dan mengelola kegiatan yang dibiayai
pinjaman / hibah luar negeri, sehingga diperoleh sinergi dengan
kegiatan lain yang dibiayai menggunakan dana dari dalam negeri.
c. Meningkatkan
integrasi
dalam
proses
perencanaan
dan
pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang dibiayai dengan pinjaman /
hibah luar negeri ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN).
d. Meningkatkan
kemampuan
Negara/Lembaga,
dan
Pemerintah
peran
Daerah
dari
dan
Kementerian
BUMN
dalam
merencanakan dan mengelola kegiatan-kegiatan yang dibiayai
dengan pinjaman / hibah luar negeri.
e. Meningkatkan keterlibatan publik / masyarakat sejak proses
perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang
dibiayai dengan pinjaman / hibah luar negeri.
f. Meningkatkan koordinasi dengan para PPHLN dalam menyusun
dan merencanakan penggunaan dana.
Penjabaran langkah-langkah dalam perencanaan pinjaman / hibah
luar negeri tersebut dilaksanakan dengan melakukan persiapan
perencanaan kegiatan yang lebih sistematis dan transparan. Di dalam
Peraturan
Menteri
Nasional/Kepala
6
Badan
Negara
Perencanaan
Perencanaan
Pembangunan
Pembangunan
Nasional
Nomor: PER.005/M.PPN/06/2006 tentang Tata Cara Perencanaan
dan Pengajuan Usulan serta Penilaian Kegiatan yang Dibiayai dari
Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri, persiapan perencanaan
pinjaman / hibah luar negeri dimulai dari tahap pengusulan kegiatan
oleh instansi pengusul, pencantuman usulan kegiatan dalam Daftar
Rencana Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri Jangka Menengah
(DRPHLN-JM), pencantuman usulan kegiatan dalam Daftar Rencana
Prioritas Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri (DRPPHLN), hingga
penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan Pinjaman dan/atau
Hibah Luar Negeri (RPK-PHLN)). Proses perencanaan kegiatan yang
dibiayai pinjaman/hibah luar negeri tersebut dapat ditunjukkan
dalam gambar 1.
Dengan rangkaian proses persiapan tersebut, diharapkan suatu
kegiatan dapat dilakukan persiapan secara optimal dan terpadu, baik
dari instansi penanggungjawab / pengusul kegiatan, Kementerian
Negara PPN / Bappenas, Kementerian Keuangan, Pemberi Pinjaman
dan/atau Hibah Luar Negeri, dan seluruh pemangku kepentingan
(stakeholders) lainnya.
Dalam buku ini akan dijelaskan proses persiapan kegiatan dari tahap
DRPHLN-JM hingga tahap pencantuman kegiatan dalam DRPPHLN.
Proses pengusulan kegiatan hingga pencantuman usulan kegiatan
dalam DRPHLN-JM telah dijelaskan dalam Buku 2, sedangkan proses
penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan yaitu tahap setelah
ditandatanganinya dokumen perjanjian dengan Pemberi Pinjaman
dan/atau Hibah Luar Negeri akan disajikan dalam Buku 4.
7
BAB 3 PENINGKATAN KESIAPAN
RENCANA PELAKSANAAN
KEGIATAN
Bila suatu kegiatan telah tercantum dalam DRPHLN-JM, dapat
dikatakan kegiatan tersebut layak untuk dibiayai dari pinjaman /
hibah luar negeri. Selanjutnya kegiatan tersebut akan dinilai dan
diproses kesiapannya agar dapat dicantumkan dalam DRPPHLN.
Proses untuk mencantumkan suatu kegiatan ke dalam DRPPHLN
tersebut
adalah
Pelaksanaan
melakukan
Kegiatan.
Peningkatan
Tujuan
peningkatan
Kesiapan
kesiapan
Rencana
rencana
pelaksanaan kegiatan adalah agar instansi penanggungjawab /
pelaksana kegiatan akan lebih siap dalam melaksanakan kegiatan
yang
diusulkan.
pelaksanaannya
Kegiatan
yang
telah
ditingkatkan
kesiapan
tersebut lalu akan dinilai berdasarkan kriteria
kesiapan pelaksanaan (readiness criteria). Berdasarkan hasil penilaian
kesiapan pelaksanaan kegiatan tersebut, kegiatan yang dinilai telah
memenuhi kriteria kesiapan dalam suatu tingkat tertentu, dan telah
mendapatkan indikasi sumber pendanaan, akan dimasukkan kedalam
dokumen DRPPHLN.
Dalam proses perencanaan pinjaman / hibah luar negeri (Gambar 1)
terdapat beberapa tahap yang harus dilalui untuk menghasilkan
dokumen DRPPHLN. Setelah kegiatan-kegiatan yang diusulkan
untuk dibiayai dari pinjaman / hibah luar negeri tercantum dalam
9
Gambar 1 Proses Perencanaan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri
10
Indikasi
Komitmen
Pendanaan
Lending
Program
Calon PPHLN
Kegiatan
K/L
Sinkronisasi
Kegiatan
RPKPHLN
Daftar Kegiatan
DRPPHLN
Penilaian
Kesiapan
Peningkatan
Kesiapan
Kegiatan
Pemda/BUMN
DRPHLN-JM
Kelayakan
Permintaan
Informasi
Kemampuan
Keuangan
Pemda/BUMN
RKPLN (Borrowing Strategy)
PENYUSUNAN RKPLN
Menteri PPN
NPPHLN
Penetapan Alokasi
Manajemen Risiko
Indikasi
Kemampuan
Keuangan
Pemda/BUMN
Menkeu
Rencana
Pelaksanaan
Kegiatan
Penyusunan
rencana
kegiatan rinci
Usulan
Kegiatan
K/L/Pemda/BUMN
dokumen DRPHLN-JM, Meneg PPN/Kepala Bappenas melaksanakan
rapat sinkronisasi kegiatan dengan calon PPHLN. Untuk usulan
kegiatan yang berasal dari Pemda dan BUMN, Meneg PPN/Kepala
Bappenas terlebih dahulu akan meminta indikasi kemampuan
keuangan Pemda/BUMN tersebut kepada Menteri Keuangan.
Penilaian
kesiapan
pelaksanaan
kegiatan
dilakukan
Meneg
PPN/Kepala Bappenas berdasarkan kriteria kesiapan (readiness
criteria). Untuk kegiatan yang telah memenuhi kriteria kesiapan dan
telah mendapat indikasi sumber pendanaan akan dicantumkan dalam
dokumen DRPPHLN.
DRPPHLN merupakan dokumen yang akan diterbitkan setiap tahun,
paling lambat pada bulan November. Dengan ketentuan tersebut,
batas akhir pelaksanaan penyiapan kegiatan menjadi lebih pasti
sehingga pengusul kegiatan dapat mengukur kapan persiapan
kegiatan yang diusulkan harus selesai agar dapat dicantumkan dalam
DRPPHLN.
Untuk menjaga kepastian dalam perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan yang akan dibiayai dari pinjaman dan/atau hibah luar
negeri, setiap kegiatan yang telah tercantum dalam DRPPHLN selama
2 (dua) tahun berturut-turut dan tidak mendapatkan indikasi
pendanaan dari Pemberi Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri,
kegiatan tersebut tidak akan dicantumkan lagi dalam DRPPHLN
pada tahun berikutnya.
11
Dalam beberapa hal, bila suatu usulan kegiatan masih dipandang
perlu
untuk
meningkatkan
kesiapan
rencana
pelaksanaan
kegiatannya, maka kegiatan tersebut harus dilakukan peningkatan
kesiapannya.
Secara garis besar proses peningkatan kesiapan rencana pelaksanaan
kegiatan terdiri dari 3 tahap kegiatan, yaitu: Sinkronisasi Kegiatan
dengan Program calon PPHLN, Penyusunan Rencana Kegiatan Rinci,
dan Penilaian Kesiapan Kegiatan.
Pembahasan untuk tiap tahap penyusunan peningkatan kesiapan
rencana pelaksanaan kegiatan tersebut dijelaskan adalah sebagai
berikut:
3.1.
Sinkronisasi Kegiatan dengan Program Calon Pemberi
Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri
Meneg PPN/Kepala Bappenas bersama-sama dengan Menteri
Keuangan, Menteri Luar Negeri dan Instansi terkait melakukan
sinkronisasi kegiatan dengan calon Pemberi Pinjaman dan/atau
Hibah Luar Negeri. Sinkronisasi tersebut dilakukan dalam rangka
mendapatkan kesesuaian lingkup kegiatan untuk kegiatan-kegiatan
yang tercantum dalam DRPHLN-JM dengan program kerja calon
Pemberi Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri. Sinkronisasi tersebut
dilakukan
secara
korespondensi.
12
berkala,
baik
melalui
pertemuan
atau
Calon Pemberi Pinjaman
dan/atau
Hibah
Luar
Negeri dapat berasal dari
negara asing (bilateral),
Lembaga
Multilateral,
Lembaga Keuangan dan
Non
Keuangan
asing,
Lembaga Keuangan Non
Asing yang berada diluar
wilayah
Republik
Indonesia.
Program calon Pemberi
Pinjaman / Hibah Luar
Negeri
adalah program
prioritas
yang
telah
ditetapkan oleh PPHLN
yang
akan
kepada
suatu
diberikan
negara
peminjam atau penerima
hibah. Prioritas program
tersebut dijabarkan dari
kebijakan
dan
strategi
yang telah disusun oleh
calon PPHLN untuk suatu
Kotak 2 Profil Ringkas Prioritas Program
Lembaga Pemberi Pinjaman dan/atau
Hibah Luar Negeri (Bilateral)
1. JEPANG
− JICA (hibah) memberikan bantuan
melalui kegiatan development study,
technical cooperation, dan grant aid.
− JBIC (pinjaman) antara lain membiayai
infrastruktur transportasi, pengairan,
irigasi, dan listrik.
2. AMERIKA SERIKAT
Empat fokus utamanya yaitu:
− mendorong pertumbuhan ekonomi
− lingkungan hidup
− kestabilan pertumbuhan penduduk
− perkembangan demokrasi
3. AUSTRALIA
Memfokuskan pada:
− Good governance (pengelolaan sektor
keuangan, reformasi hukum,
pemberdayaan masyarakat sipil, dan
pengembangan sumber daya manusia)
− Pemenuhan kebutuhan dasar seperti
kesehatan ibu dan anak,
penanggulangan HIV/AIDS, air bersih,
sanitasi, dan pendidikan dasar.
4. JERMAN
Kerjasama difokuskan pada bidang:.
− kesehatan masyarakat
− reformasi ekonomi
− Transportasi
− Cross cutting issue : Desentralisasi
Sumber : Berbagai dokumen
negara penerima pinjaman / hibah.
13
Umumnya dalam menyusun kebijakan dan strategi
PPHLN
untuk
penerima
hibah,
negara
pinjaman
disusun
/
dengan
mempertimbangkan berbagai
kondisi
yang
terdapat
pada
negara
tersebut,
dan
program
kerja yang telah disusun
oleh pemerintah negara
penerima
pinjaman
/
hibah.
Sebagai
contoh,
World
Bank menyusun dokumen
Country Assistance Strategy
(CAS) sebagai dokumen
referensi
sanaan
untuk
program
pelakdari
World Bank dan kelompoknya
Development
(International
Association/
IDA, International Finance
Corporation/IFC
Multilateral
dan
Investment
Guarantee Agency/MIGA).
14
Kotak 3 Profil Ringkas Prioritas Program
Lembaga Pemberi Pinjaman dan/atau Hibah
Luar Negeri (Multilateral)
1. WORLD BANK
Fokus kerjasama:
− pemulihan ekonomi yang berkelanjutan
− pengembangan kapasitas kelembagaan
pemerintah
− tata pemerintahan yang baik
− penyediaan pelayanan publik.
2. ASIAN DEVELOPMENT BANK
Fokus kerjasama:
− pengembangan kapasitas kelembagaan
− pelaksanaan tata pemerintahan yang baik
− pemulihan ekonomi berbasis penciptaan
lapangan kerja
− pembangunan sosial dan sumber daya manusia
− pengelolaan lingkungan hidup yang
berkelanjutan
3. ISLAMIC DEVELOPMENT BANK
Fokus kerjasama:
− Pendidikan
− Kesehatan
− Pengembangan kapasitas daerah
− Pembangunan infrastruktur
4. UNI EROPA
Fokus kerjasama:
− good governance: pelayanan publik, kesehatan,
pendidikan dan reformasi ekonomi
− pengelolaan sumber daya alam yang
berkelanjutan
− kerjasama ekonomi dan perdagangan melalui
capacity building, transfer teknologi dan lain-lain
5. UNDP
Fokus kerjasama:
− Reformasi tata pemerintahan
− Pengentasan kemiskinan
− Pencegahan dan penanggulangan konflik
− Pengelolaan lingkungan hidup
Sumber: Berbagai dokumen
Hal serupa juga diterapkan oleh berbagai lembaga multilateral,
lainnya seperti Asian Development Bank/ADB, Japan Bank for
International Cooperation/JBIC, dan lain-lain.
Untuk menghindari terjadinya kegiatan yang diciptakan oleh calon
pemberi pinjaman/hibah, daftar kegiatan yang disampaikan dalam
sinkronisasi kegiatan dengan calon pemberi pinjaman/hibah adalah
kegiatan-kegiatan yang telah tercantum dalam DRPHLN-JM. Hasil
Sinkronisasi kegiatan tersebut akan menghasilkan daftar rencana
kegiatan yang diminati oleh calon pemberi pinjaman / hibah.
3.2.
Penyusunan Rencana Kegiatan Rinci
Berdasarkan hasil sinkronisasi kegiatan dengan calon Pemberi
Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri, dihasilkan daftar rencana
kegiatan yang telah mendapat minat/indikasi sumber pendanaan
dari calon PPHLN. Selanjutnya Meneg PPN/Kepala Bappenas akan
melakukan koordinasi dengan instansi pengusul untuk meningkatkan
kesiapan rencana pelaksanaan kegiatan yang telah mendapatkan
indikasi sumber pendanaan tersebut.
Peningkatan kesiapan kegiatan yang dimaksud adalah menyusun
rencana kegiatan rinci, yaitu menyusun berbagai detil rencana
kegiatan
dan
persyaratan
dalam
setidaknya meliputi antara lain:
pelaksanaan
kegiatan
yang
jenis kegiatan yang akan
dilaksanakan, lokasi kegiatan, rencana alokasi anggaran, penentuan
15
satuan
kerja
yang
akan
melaksanakan
kegiatan,
organisasi
pelaksanaan, dan jadual pelaksanaan, serta mekanisme pengada-an
barang
dan
jasa,
dan
bila
diperlukan
dapat
dilakukan
penyempurnaan studi kelayakan.
Tahap peningkatan kesiap-an tersebut merupakan ta-hap penting
yang akan menentukan tingkat keberhasilan dari suatu kegiatan,
karena pada tahap ini menentukan kepastian pelaksanaan dan
pembiayaan kegiatan.
Dengan persiapan pelaksanaan kegiatan yang optimal, diharapkan
pelaksanaan dari kegiatan yang dibiayai dengan pinjaman / hibah
luar negeri dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana kerja instansi
penanggungjawab / pelaksana kegiatan, dan diharapkan dapat
meningkatkan rasa kepemilikan kegiatan tersebut oleh instansi
pengusul dan pelaksana kegiatan.
Pelaksanaan penyusunan kegiatan rinci dilakukan oleh instansi
penanggungjawab dan pelaksana kegiatan. Hasil dari pelaksanaan
penyusunan kegiatan rinci tersebut akan disampaikan kepada Meneg
PPN/Kepala Bappenas.
Dalam melaksanakan penyusunan rencana kegiatan rinci, calon
PPHLN
dapat
memberikan
bantuan
teknis
kepada
instansi
penanggungjawab kegiatan. Untuk menjaga agar rencana yang
disusun oleh tenaga ahli yang disediakan calon PPHLN sesuai
16
dengan rencana kerja instansi penanggungjawab / pelaksana kegiatan
dan semaksimal mungkin meningkatkan penggunaan kandungan
lokal
dalam
kegiatan
yang
akan
dilaksanakan,
instansi
penanggungjawab / pelaksana kegiatan perlu memberikan perhatian
yang seksama pada setiap dokumen yang dihasilkan oleh tenaga ahli
tersebut.
Dokumen yang dihasilkan oleh tenaga bantuan teknis dalam
penyusunan rencana kegiatan rinci tersebut juga akan dipergunakan
sebagai bahan dalam proses penilaian (appraisal) oleh pemberi
pinjaman. Dokumen penilaian yang disusun oleh pemberi pinjaman
selanjutnya akan menjadi bahan yang akan dibicarakan dengan pihak
pemerintah Indonesia pada tahap negosiasi dan penyusunan
perjanjian.
Bila
terjadi
kesepakatan
dalam
negosiasi
dan
ditandatanganinya perjanjian antara PPHLN dengan pemerintah
Indonesia, dokumen penilaian (appraisal) tersebut bersama dengan
naskah perjanjian dan dokumen penting lainnya akan disampaikan
kepada Board of Director dari lembaga Pemberi Pinjaman dan/atau
Hibah Luar Negeri.
Uraian diatas menjelaskan pentingnya tahap penyusunan rencana
kegiatan rinci, karena dalam tahap ini salah satu kegiatan penting
adalah menentukan disain dan lingkup pelaksanaan suatu kegiatan.
Khusus untuk kegiatan yang diusulkan oleh Pemda dan BUMN, perlu
dilakukan penilaian kesesuaian kegiatan dengan ketentuan sebagai
berikut:
17
2.2.1 Peningkatan Kesiapan Kegiatan Bagi Pemerintah Daerah
A. Penerusan Pinjaman
Dalam rangka meningkatkan kesiapan rencana pelaksanaan kegiatan
bagi Pemerintah Daerah yang akan menjadi penerusan pinjaman,
sebelum dilakukan persiapan yang lebih rinci, perlu melakukan
penilaian atas indikasi kemampuan keuangan Pemda calon pelaksana
kegiatan. Untuk itu, Meneg PPN/Kepala Bappenas akan meminta
informasi kepada Menteri Keuangan tentang indikasi kemampuan
keuangan Pemda yang bersangkutan. Adapun informasi yang akan
digunakan untuk menilai indikasi kemampuan keuangan Pemerinah
Daerah
berdasarkan
Peraturan
Menteri
Keuangan
No.
53/PMK.010/2006 tentang Tata Cara Pemberian Pinjaman Daerah
dari Pemerintah yang Dananya bersumber dari Pinjaman Luar
Negeri, yaitu :
a. Indikasi proyeksi perhitungan tentang kemampuan Pemerintah
Daerah
dalam
memenuhi
kewajiban
pembayaran
kembali
pinjaman (Debt Service Coverage Ratio/DSCR);
b. Informasi jumlah pinjaman Pemda yang bersangkutan; dan
c. Kinerja pinjaman Daerah.
Meneg PPN/Kepala Bappenas akan melakukan penilaian kegiatan
yang akan dibiayai dengan penerusan pinjaman kepada Pemda, yang
meliputi:
a. Penerusan pinjaman digunakan untuk membiayai kegiatan
investasi
prasarana
dan/atau
sarana
yang
menghasilkan
penerimaan pada APBD Pemerintah Daerah penerima penerusan
18
pinjaman
yang diperoleh dari pungutan atas penggunaan
prasarana dan/atau sarana tersebut;
b. Penerusan
pinjaman
Kementerian
mencapai
untuk
kegiatan
Negara/Lembaga,
sasaran
program
yang
dilakukan
yang
diinisiasi
dalam
merupakan
oleh
rangka
prioritas
pembangunan nasional dan Pemerintah Daerah tidak mempunyai
kemampuan yang memadai untuk mencapai target sasaran
program tersebut;
c. Adanya persetujuan DPRD mengenai usulan rencana penerusan
pinjaman oleh Pemerintah Daerah;
d. Kemampuan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan kegiatan;
e. Kemampuan Pemerintah Daerah menyediakan dana pendamping;
dan
f. Kelayakan rencana keuangan pinjaman yang diusulkan.
Berdasarkan hasil penilaian tersebut, Meneg. PPN/Kepala Bappenas
melakukan koordinasi dengan Pemda pengusul untuk menyusun
rencana kegiatan rinci atas kegiatan peneruspinjaman kepada Pemda.
B. Penerushibahan
Dalam rangka meningkatkan kesiapan rencana pelaksanaan kegiatan
kepada
Pemda
PPN/Kepala
Pemerintah
yang
Bappenas
Daerah
merupakan
akan
yang
penerushibahan,
melakukan
terkait
tentang
Meneg
konfirmasi
dengan
kesiapan
daerah
19
melaksanakan kegiatan yang direncanakan Kementerian/Lembaga
dan
kemampuan
Pemerintah
Daerah
memenuhi
persyaratan
pelaksanaan kegiatan.
Selanjutnya Meneg PPN/Kepala Bappenas akan meminta informasi
kepada Menteri Keuangan tentang indikasi kemampuan keuangan
Pemerintah Daerah yang diatur berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan No. 52/PMK.010/2006 tentang Tata Cara Pemberian Hibah
Kepada Daerah, yaitu:
a.
peta kapasitas fiskal daerah, yang menggambarkan kemampuan
keuangan daerah yang dicerminkan melalui penerimaan umum
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (tidak termasuk dana
alokasi khusus, dana darurat, dana pinjaman lama, dan
penerimaan
lain
yang
penggunaannya
dibatasi
untuk
pembiayaan tertentu) untuk membiayai tugas pemerintahan
setelah dikurangi belanja pegawai dan dikaitkan dengan jumlah
penduduk miskin;
b. rincian alokasi hibah dari Pemerintah yang diterima daerah
dalam 5 (lima) tahun terakhir.
Penilaian atas kegiatan yang akan menjadi penerushibahan kepada
Pemerintah Daerah oleh Meneg PPN/Kepala Bappenas, meliputi:
a.
Penerushibahan
digunakan
untuk
membiayai
kegiatan
Pemerintah Daerah dalam rangka mencapai sasaran program
yang merupakan prioritas pembangunan nasional;
20
b. Pemerintah Daerah penerima penerushibahan merupakan daerah
sasaran program yang merupakan prioritas pembangunan
nasional;
c.
Pemerintah Daerah tidak mempunyai kemampuan keuangan
yang memadai untuk mencapai target sasaran program yang
merupakan
prioritas
pembangunan
nasional,
berdasarkan
penilaian atas indikasi kemampuan keuangan Pemerintah
Daerah;
d. Adanya persetujuan dari Kepala Daerah;
e.
Kemampuan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan kegiatan;
dan
f.
Adanya
pernyataan
menyediakan
kesediaan
sebagian
biaya
Pemerintah
pelaksanaan
Daerah
untuk
kegiatan,
yang
ditentukan berdasarkan kemampuan keuangan Pemerintah
Daerah.
Berdasarkan hasil penilaian tersebut, Meneg PPN/Kepala Bappenas
melakukan koordinasi untuk penyusunan rencana kegiatan rinci atas
kegiatan penerushibahan dengan Pemda.
2.2.2. Peningkatan Kesiapan Kegiatan Bagi BUMN
A. Penerusan Pinjaman
Dalam rangka meningkatkan kesiapan rencana pelaksanaan kegiatan
yang akan menjadi penerusan pinjaman kepada BUMN, Meneg
PPN/Kepala
Bappenas
meminta
informasi
kepada
Menteri
21
Keuangan tentang indikasi kemampuan keuangan BUMN dalam
mengembalikan kewajiban penerusan pinjaman. Hal ini diperlukan
karena pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari pinjaman luar negeri
sebagai penerusan pinjaman bagi BUMN mempunyai dampak
keuangan pada masa yang akan datang berupa pengembalian pokok
dan bunga pinjaman luar negeri.
Selanjutnya Meneg PPN/Kepala Bappenas akan melakukan penilaian
kegiatan yang akan dibiayai dengan penerusan pinjaman kepada
BUMN, meliputi:
a.
Penerusan pinjaman digunakan untuk membiayai kegiatan dalam
rangka mencapai sasaran program yang merupakan prioritas
pembangunan nasional;
b. Penerusan pinjaman digunakan untuk membiayai kegiatan yang
akan
memperluas
dan
meningkatkan
pelayanan
serta
meningkatkan penerimaan BUMN;
c.
BUMN penerima penerusan pinjaman mempunyai kemampuan
untuk memenuhi kewajiban pembayaran kembali pinjaman; dan
d. Adanya persetujuan Menteri yang bertanggung jawab dibidang
pembinaan BUMN.
Berdasarkan hasil penilaian tersebut, Meneg. PPN/Kepala Bappenas
melakukan koordinasi dengan BUMN pengusul untuk melaksanakan
penyusunan rencana kegiatan rinci atas kegiatan penerus pinjaman
kepada BUMN.
22
B. Penerushibahan atau Penyertaan Modal Negara
Dalam rangka meningkatkan kesiapan rencana pelaksanaan kegiatan
yang akan menjadi penerushibahan atau Penyertaan Modal Negara
kepada BUMN, Meneg PPN/Kepala Bappenas melakukan konfirmasi
dengan BUMN yang terkait tentang kesiapan menjadi pelaksana dan
kesediaan memenuhi persyaratan pelaksanaan kegiatan. Hal ini
diperlukan
karena
penerushibahan
kepada
BUMN
akan
mengakibatkan tanggung jawab pelaksanaan kegiatan kepada BUMN
tersebut.
Penilaian oleh Meneg PPN/Kepala Bappenas atas kegiatan yang akan
menjadi penerushibahan atau Penyertaan Modal Negara kepada
BUMN, meliputi:
a.
Penerushibahan atau penyertaan modal negara digunakan untuk
membiayai kegiatan dalam rangka mencapai sasaran program
yang merupakan prioritas pembangunan nasional;
b. Penerushibahan atau penyertaan modal negara digunakan untuk
memperluas dan meningkatkan pelayanan dan sumber daya
BUMN;
c.
BUMN penerima penerushibahan atau penyertaan modal negara
tidak
mempunyai
kemampuan
yang
memadai
untuk
melaksanakan kegiatan dalam pencapaian sasaran program yang
merupakan prioritas pembangunan nasional; dan
d. Adanya persetujuan dari Direksi BUMN dan Menteri yang
bertanggung jawab dibidang pembinaan BUMN.
23
Berdasarkan hasil penilaian tersebut, Meneg. PPN/Kepala Bappenas
melakukan koordinasi penyusunan rencana kegiatan rinci atas
kegiatan penerushibahan atau penyertaan modal negara dengan
BUMN.
3.3.
Penilaian Kesiapan Kegiatan
Berdasarkan pendalaman persiapan yang telah dilakukan oleh
penanggungjawab / pelaksana kegiatan dalam peningkatan kesiapan
rencana
pelaksanaan
kegiatan,
Meneg
PPN/Kepala
Bappenas
melakukan penilaian atas persiapan yang telah dilakukan. Penilaian
kesiapan pelaksanaan kegiatan tersebut mencakup:
a. Telah disusun rencana kegiatan rinci;
Penanggungjawab dan pelaksana kegiatan menyusun rencana
kegiatan rinci dari kegiatan yang diusulkan. Kegiatan rinci
tersebut merupakan informasi mengenai rancangan pelaksanaan
kegiatan.
Informasi
yang
dimuat
dalam
kegiatan
rinci
menjelaskan bentuk dan tahap pelaksanaan kegiatan beserta
jadual, dan pihak yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan
kegiatan.
b. Telah disusun indikator kinerja pelaksanaan kegiatan untuk
keperluan monitoring dan evaluasi;
Agar dapat menyusun indikator kinerja untuk keperluan
monitoring
dan
evaluasi,
perlu
diketahui
bahwa
tujuan
monitoring adalah untuk menemukenali permasalahan, mencari
alternatif
pemecahan
dan
menyarankan
langkah-langkah
penyelesaian sebagai koreksi dini agar pelaksanaan kegiatan dapat
dilakukan secara efektif dan efisien. Adapun evaluasi bertujuan
24
untuk
mengukur
dan memberi
nilai
secara
objektif atas
pencapaian hasil-hasil kegiatan yang telah dilakukan.
Indikator
ukuran
kinerja
adalah
keberhasilan
suatu
Kotak 4
Monitoring/Pemantauan
kegiatan baik secara kualitatif
Suatu
maupun
pencermatan yang dilakukan secara
secara
sebagai
kuantitatif,
khusus
yang
dinyatakan
pencapaian
tujuan
pengamatan
dan/atau
terus menerus atau berkala untuk
menyediakan
informasi
tentang
status perkembangan suatu program
yang dapat menggambarkan
/ kegiatan, serta mengidentifikasi
skala
permasalahan
yang
timbul
dan
merumuskan
tindak
lanjut
yang
atau
tingkatan
pencapaian tujuan. Indikator
kinerja
digunakan
dibutuhkan.
sebagai
alat mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan suatu kegiatan
yang dilakukan melalui pemantauan dan evaluasi kegiatan.
c. Telah ada pernyataan kesediaan dari Pemerintah Daerah/BUMN
untuk menyiapkan dana pelaksanaan kegiatan yang menjadi
kewajiban
Pemerintah
Daerah/BUMN
yang
bersangkutan,
termasuk dana pendamping, sesuai dengan rencana jadual
pelaksanaan;
Umumnya pelaksanaan kegiatan yang dibiayai pinjaman atau
hibah luar negeri tidak dapat membiayai seluruh komponen
kegiatan. Komponen kegiatan yang harus dilaksanakan tetapi
tidak dapat dibiayai dari pinjaman/hibah luar negeri harus
25
disediakan
oleh
instansi
penanggungjawab
/
pelaksana
kegiatan.
kegiatan
Untuk
yang
akan
Kotak 5 Evaluasi
Suatu
pengamatan
dan/atau
pencermatan Rangkaian yang secara
sistematis
mengumpulkan
dilaksanakan Pemda/BUMN,
menganalisis
Pemda/BUMN
untuk menilai pencapaian sasaran,
yang
bersangkutan harus bersedia
data
dan
dan
informasi
tujuan, dan kinerja kegiatan
mengalokasi dana untuk membiayai komponen kegiatan yang
tidak dapat dibiayai dana pinjaman/hibah luar negeri tersebut.
Kesediaan untuk mengalokasikan dana tersebut dinyatakan
dengan surat kesediaan Pemda/BUMN untuk menyediakan dana
pelaksanaan kegiatan yang menjadi kewajibannya.
d. Telah dialokasikan dana pendamping untuk tahun pertama
pelaksanaan kegiatan yang disiapkan dalam Rencana Kerja
Kementerian Negara/Lembaga/Pemerintah Daerah/BUMN;
Sering ditemukan suatu kegiatan yang dibiayai pinjaman / hibah
luar negeri belum dapat berjalan karena belum tersedia dana
pendamping pelaksanaan kegiatan.
Untuk menghindari hal
tersebut terjadi kembali pada masa yang akan datang, alokasi dana
pendamping untuk tahun pertama harus sudah disediakan
sebelum proses persiapan pinjaman / hibah luar negeri
diselesaikan.
Kesediaan
pendamping
tersebut
untuk
menyediakan
dinyatakan
dalam
alokasi
Rencana
Kementerian/Lembaga/Pemda/BUMN pelaksana kegiatan.
26
dana
Kerja
e. Telah ada rencana pengadaan tanah dan/atau pemukiman
kembali penduduk yang terkena akibat pelaksanaan kegiatan,
termasuk ketersediaan dana yang diperlukan untuk pengadaan
tanah dan/atau pemukiman kembali penduduk tersebut dalam
Rencana
Kerja
Kementerian
Negara/Lembaga/Pemerintah
Daerah/BUMN;
Umumnya dana pinjaman luar negeri tidak dapat dipergunakan
untuk pengadaan tanah / pemukiman kembali, dengan demikian
bila suatu kegiatan terdapat komponen pengadaan tanah /
pemukiman kembali, dana untuk komponen kegiatan tersebut
merupakan bagian dana yang harus disediakan oleh pemerintah
(instansi penanggung jawab / pelaksana kegiatan).
Mengingat kegiatan pengadaan tanah merupakan salah satu
komponen yang sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan
kegiatan dan membutuhkan waktu yang lama serta koordinasi
yang luas dengan berbagai instansi,
untuk mengantisipasi
permasalahan yang mungkin timbul kemudian, perlu adanya
perencanaan pelaksanaan yang matang dalam pengadaan tanah
tersebut, termasuk ketersediaan dana pelaksanaan komponen
kegiatan pengadaan tanah tersebut.
f. Telah disusun rancangan pembentukan Unit Manajemen Proyek
dan Unit Pelaksana Proyek;
27
Unit Manajemen Proyek dan Unit Pelaksana Proyek adalah unit
yang sehari-hari akan bertugas dalam pelaksanaan kegiatan.
Secara garis besar, unit ini akan menangani hal-hal yang bersifat
administrasi dan keuangan serta aspek teknis pelaksanaan
kegiatan. Rancangan pembentukan Unit Manajemen Proyek dan
Unit Pelaksana Proyek harus dapat mencerminkan struktur
organisasi dari pelaksana kegiatan dan tugas pokok dan fungsi
dari unsur-unsur organisasi tersebut.
g. Telah disusun rencana pengelolaan kegiatan.
Rencana pengelolaan kegiatan harus dapat menggambarkan
tentang program kerja dan anggaran pelaksanaan kegiatan, tata
cara dan pelaporan pelaksanaan kegiatan, serta penggunaan dan
pertanggungjawaban dana pelaksanaan kegiatan.
Pemenuhan kriteria kesiapan tersebut adalah merupakan suatu
proses yang terus menerus, mulai dari tahap pengusulan kegiatan
sampai dengan kegiatan tersebut siap untuk dicantumkan dalam
DRPPHLN. Suatu kegiatan dapat dicantumkan kedalam dokumen
DRPPHLN, apabila ada keyakinan bahwa seluruh kriteria tersebut
akan dapat dipenuhi oleh instansi penanggungjawab / pelaksana
kegiatan sebelum dilakukan negosiasi dengan calon pemeberi
oinjaman/hibah.
28
3.4.
DRPPHLN
Berdasarkan hasil penilaian kesiapan yang telah dijelaskan pada
bagian sebelumnya, dan penilaian atas kinerja kegiatan yang dibiayai
dari pinjaman / hibah luar negeri yang sedang berjalan pada instansi
pengusul
dan/atau
pelaksana
kegiatan,
Meneg
PPN/Kepala
Bappenas mencantumkan kegiatan yang telah memenuhi kriteria
kesiapan ke dalam DRPPHLN. Dengan demikian, kegiatan yang
tercantum dalam DRPPHLN adalah rencana kegiatan yang telah
memiliki indikasi sumber pendanaan dan telah memenuhi sebagian
besar kriteria kesiapan, dimana seluruh kriteria kesiapan tersebut
akan dapat dipenuhi oleh instansi pengusul kegiatan sebelum
dilaksanakannya negosiasi dengan calon pemberi pinjaman/hibah
luar negeri.
Data dan informasi tentang kegiatan yang telah disetujui untuk
dicantumkan dalam DRPPHLN akan disajikan sesuai dengan format
lembar DRPPHLN. Lembar DRPPHLN berisi informasi yang
memberikan gambaran rinci mengenai rencana kegiatan yang
diusulkan untuk dibiayai dari pinjaman / hibah luar negeri. Lembar
tersebut disusun dalam lembar sederhana yang diisi dalam bahasa
Inggris.
Kumpulan lembar DRPPHLN tersebut akan disusun menjadi sebuah
dokumen. Dokumen DRPPHLN berisi daftar rencana prioritas
kegiatan pembangunan yang layak dibiayai dari pinjaman / hibah
29
luar negeri untuk masa satu tahun. DRPPHLN merupakan dokumen
yang akan disampaikan oleh Meneg PPN/Kepala Bappenas kepada
Menteri
Keuangan,
instansi
pengusul
kegiatan
yang
usulan
kegiatannya tercantum dalam DRPPHLN, dan calon PPHLN. Tujuan
penyampaian
dokumen
DRPPHLN
kepada
para
pemangku
kepentingan adalah agar para pemangku kepentingan, khususnya
penanggungjawab / pelaksana kegiatan dapat mengetahui status dari
kegiatan yang diusulkan, serta memastikan bahwa kegiatan tersebut
telah memenuhi tahap persiapan yang matang dan siap untuk
diteruskan ke tahap berikutnya.
Dalam pelaksanaan pinjaman / hibah luar negeri, terdapat kegiatan
hibah yang perlu segera dilakukan dan waktu pelaksanaannya tidak
lama. Umumnya hibah tersebut jumlah dananya tidak terlalu besar.
Kegiatan hibah seperti demikian dapat dikelompokkan dalam
kegiatan hibah bersifat khusus, yang memerlukan kesepahaman
antara pihak pemberi hibah luar negeri dengan instansi penerima
hibah, serta kesesuaian dengan rencana kerja instansi penerima hibah.
Apabila kegiatan hibah khusus masih memungkinkan untuk
dicantumkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran instansi pengusul,
Menteri pada Kementerian Negara, Pimpinan Lembaga dapat
mengajukan kegiatan yang dibiayai dari hibah luar negeri kepada
Meneg PPN.
30
Selanjutnya
akan
Menteri
melakukan
kesiapan
penilaian
pelaksanaan
kegiatan
melalui
PPN
yang
diusulkan
koordinasi
Menteri
dengan
Keuangan.
Berdasarkan hasil penilaian
Kotak 6 Pengertian Hibah Khusus
Pengertian Hibah Luar Negeri yang
bersifat khusus adalah :
a. bersifat
mendesak
untuk
segera
dilakukan perjanjian hibahnya;
b. waktu pelaksanaan kegiatan kurang
dari 6 (enam) bulan; dan
c. kegiatan
yang
diusulkan
masih
tersebut diatas, Meneg PPN
dimungkinkan untuk dicantumkan
menetapkan
dalam dokumen Rencana Kerja dan
tambahan
kegiatan pada DRPPHLN.
Anggaran
Kementerian
Negara/Lembaga pengusul dan/atau
pelaksana.
3.5.
Daftar Kegiatan
Terhadap
DRPPHLN,
Kegiatan-kegiatan
Meneg
yang
PPN/Kepala
telah
dicantumkan
Bappenas
secara
dalam
kontinyu
melakukan penilaian tentang pemenuhan kesiapan pelaksanaan dan
melakukan koordinasi dengan calon Pemberi Pinjaman Luar Negeri
(PPLN) / Pemberi Hibah Luar Negeri (PHLN) untuk mendapatkan
indikasi komitmen pendanaan. Indikasi tersebut diberikan oleh calon
PPLN/PHLN sebagai indikasi keseriusan minat dalam pendanaan
suatu kegiatan yang telah dicantumkan dalam DRPPHLN.
Berdasarkan indikasi komitmen pendanaan tersebut, Bappenas
menyusun Daftar Kegiatan yang berisi kegiatan-kegiatan yang telah
tercantum dalam DRPPHLN dan telah mendapatkan komitmen
pendanaan dari PPHLN. Daftar Kegiatan tersebut berisi informasi
mengenai jenis kegiatan, instansi pengusul, instansi pelaksana,
31
rencana alokasi pinjaman/hibah, jadual pelaksanaan, dan rencana
sumber pendanaan luar negeri.
Untuk kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah atau
BUMN, selain informasi diatas, Daftar Kegiatan juga mencakup
informasi
mengenai
jenis
penerusan
pinjaman
dan/atau
penerushibahan luar negeri untuk Pemda/BUMN tersebut.
Untuk kegiatan yang akan didanai dari fasilitas kredit ekspor (FKE)
dan/atau
pinjaman
komersial,
Meneg
PPN/Kepala
Bappenas
menyampaikan Daftar Kegiatan yang akan dibiayai dengan FKE
dan/atau pinjaman komersial kepada Menteri Keuangan untuk
mendapat penetapan alokasi FKE dan/atau alokasi pinjaman
komersial.
Meneg PPN/Kepala Bappenas menyampaikan Daftar Kegiatan
tersebut kepada Menteri Keuangan dan calon PPHLN. Daftar
Kegiatan yang disampaikan tersebut berisi informasi mengenai
kegiatan yang siap untuk dinegosiasikan.
32
BAB 4 SIKLUS PERENCANAAN DAN
PELAKSANAAN KEGIATAN
4.1.
Gambaran Umum
Secara umum, siklus suatu kegiatan dapat dibagi menjadi beberapa
tahap yaitu tahap Persiapan, Pelaksanaan, serta Evaluasi dan Tindak
Lanjut. Sesuai dengan Peraturan Meneg PPN Nomor: PER.
005/M.PPN/06/2006, tahap persiapan suatu kegiatan diawali dengan
melakukan perencanaan suatu kegiatan pada instansi pengusul
sampai
kegiatan
tersebut
dircantumkan
dalam
DRPHLN-JM,
kemudian dilakukan peningkatan kesiapan rencana pelaksanaan
kegiatan oleh penanggung jawab kegiatan yang dikoordinasikan oleh
Meneg PPN/Kepala Bappenas, hingga kegiatan tersebut dicantumkan
dalam DRPPHLN, kegiatan yang telah tercantum dalam DRPPHLN
dan telah mendapat komitmen pendanaan dari calon PPHLN akan
disampaikan
Meneg
PPN/Kepala
Beppenas
kepada
Menteri
Keuangan dalam bentuk Daftar Kegiatan.
Berdasarkan Daftar Kegiatan tersebut Menteri Keuangan akan
melakukan
negosiasi, dan apabila tercapai kesepakatan dalam
negosiasi, kesepakatan tersebut akan dituangkan dalam Naskah
Perjanjian yang ditanda tangani oleh Menteri Keuangan dan PPHLN.
Berdasarkan Naskah Perjanjian dan Dokumen yang melekat dengan
Naskah tersebut, kemudian dilanjutkan dengan menyusun Rencana
Pelaksanaan Kegiatan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri (RPKPHLN) oleh Meneg PPN/Kepala Bappenas. RPK-PHLN tersebut
33
disusun berdasarkan Rencana Pelaksanaan Kegiatan yang disiapkan
oleh Penanggung Jawab Kegiatan. Tahap Persiapan suatu kegiatan
dikatakan selesai pada saat RPK-PHLN telah selesai disusun.
Berdasarkan
RPK-PHLN
Penanggung
Jawab
kegiatan
mempersiapkan pencantuman rencana kegiatan dalam Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Pelaksanaan kegiatan akan dapat
dimulai setelah DIPA diterima oleh Satuan Kerja (Satker) Pelaksana
kegiatan. Selanjutnya, terhadap pelaksanaan kegiatan akan dilakukan
monitoring dan evaluasi. Tujuan dari monitoring dan evaluasi adalah
untuk menjaga konsistensi rencana kegiatan yang telah disusun
dalam dokumen naskah perjanjian dengan pelaksanaan kegiatan.
Monitoring dan Evaluasi juga dapat digunakan untuk mengukur
manfaat yang dihasilkan dari suatu kegiatan setelah kegiatan tersebut
berakhir, Selanjutnya informasi dan data yang dihasilkan tersebut
akan menjadi bahan yang sangat berguna untuk mempersiapkan
tindaklanjut dari kegiatan tersebut.
Dalam proses pinjaman/hibah luar negeri, lembaga/negara pemberi
pinjaman/hibah
mempersiapkan
juga
suatu
melakukan
hal
yang
kegiatan/proyek.
sama
Siklus
dalam
suatu
kegiatan/proyek umumnya dimulai dari identifikasi kegiatan/proyek
sampai dengan melakukan supervisi pelaksanaan kegiatan oleh pihak
PPHLN dan diakhiri dengan laporan penilaian dampak pelaksanaan
kegiatan/proyek. Setiap pemberi pinjaman dapat memiliki sistem
maupun prosedur yang sedikit berbeda, walaupun secara prinsip
tahap yang akan dilalui hampir sama.
34
Bab ini akan menjelaskan siklus kegiatan/proyek sesuai dengan
Peraturan
Meneg
PPN/Kepala
Bappenas
Nomor:
PER.
005/M.PPN/06/2006. Pada bagian akhir dari Bab ini, akan dilakukan
persandingan antara siklus tersebut dengan siklus perencanaan
kegiatan yang biasa dilaksanakan oleh beberapa PPHLN. Hal ini
dimaksudkan
untuk
memberi
gambaran
dan
meningkatkan
sinkronisasi kegiatan yang dilakukan oleh institusi pemerintah
dengan Pemberi Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri.
4.2.
Siklus Kegiatan Menurut Peraturan Meneg PPN
Berdasarkan mandat PP Nomor 2 Tahun 2006, Peraturan Meneg PPN
Nomor: PER. 005/M.PPN/06/2006, secara garis besar siklus kegiatan
dapat diuraikan sebagai berikut:
a. PERENCANAAN :
1) Pengusulan Kegiatan
2) Pencantuman kegiatan dalam DPHLM-JM
3) Pencantuman kegiatan dalam DRPPHLN
4) Pencantuman kegiatan dalam RPK-PHLN (dilakukan setelah
Naskah Perjanjian ditandatangani)
b. NEGOSIASI dan PERJANJIAN
c. PELAKSANAAN
1) Pelaksanaan Kegiatan
2) Monitoring (Pemantauan) dan Evaluasi
d. EVALUASI dan TINDAK LANJUT
1) Evaluasi Dampak Kegiatan
2) Tindak Lanjut
35
4.3.
Keterkaitan Antar Siklus Kegiatan
Setiap Pemberi Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri memiliki
siklus kegiatan sendiri yang sesuai dengan jadual kerja PPHLN
tersebut, oleh sebab itu, perlu dijelaskan keterkaitan antar siklus
kegiatan menurut Peraturan Meneg PPN dengan siklus PPHLN
tersebut. Penjelasan rinci mengenai siklus kegiatan PPHLN seperti
World Bank, ADB, dan JBIC dapat dilihat pada Lampiran A.
Perbandingan antara siklus perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
menurut Peraturan Meneg PPN dengan siklus World Bank, ADB dan
JBIC
ditunjukkan
dalam
Tabel
1.
Dengan
memperhatikan
persandingan siklus tersebut, terlihat keterkaitan antar aktifitas yang
dilaksanakan oleh berbagai instansi pemerintah dengan aktifitas yang
dilakukan oleh pihak PPHLN
Dengan terbitnya DRPHLN-JM, calon PPHLN dapat melakukan
identifikasi kegiatan yang sesuai dengan program kerja calon PPHLN.
Tahap awal dimulai melalui identifikasi kegiatan dalam DRPHLN-JM
yang potensial diminati oleh calon PPHLN. Hasil identifikasi tersebut
disepakati antara Pemerintah dengan calon PPHLN. Berdasarkan
hasil identifikasi tersebut, diperoleh daftar kesepakatan kegiatan yang
diminati oleh calon PPHLN. Terhadap daftar kesepakatan tersebut,
dilakukan peningkatan kesiapan pelaksanaan. Peningkatan Kesiapan
ini dapat juga diikuti oleh calon PPHLN melalui kegiatan Preparation
dan Appraisal. Hasil peningkatkan kesiapan kegiatan yang telah
36
memenuhi sebagian besar kriteria kesiapan, dicantumkan dalam
DRPPHLN. Apabila indikasi komitmen pendanaan dari calon PPHLN
telah ada, Meneg PPN/Kepala Bappenas menyampaikan Daftar
Kegiatan yang telah dapat dinegosiasikan kepada Menteri Keuangan.
Berdasarkan Daftar Kegiatan tersebut, Menteri Keuangan membentuk
tim negosiasi yang akan melaksanakan negosiasi dengan calon
PPHLN. Hasil negosiasi tersebut dituangkan dalam Naskah Perjanjian
(Agreement)
Tabel 1 Keterkaitan Antar Siklus Kegiatan
Per Meneg PPN
No. 05/2006
RKPLN
Pengusulan Kegiatan
Pencantuman Kegiatan
dalam DPHLM-JM
Pencantuman Kegiatan
dalam DRPPHLN
Penyampaian Daftar
Kegiatan
Negosiasi dan
Penandatanganan
Perjanjian
Pencantuman Kegiatan
dalam RPK-PHLN
Pelaksanaan Kegiatan serta
Monitoring Kegiatan
Evaluasi Kegiatan
Termasuk kajian manfaat
kegiatan dan Tindak
Lanjut
World Bank
CAS
Identification
Preparation
ADB
CSP
Economic
Development
Dialogue
Identification
Identification
Preparation
Preparation
Appraisal and ExAnte Evaluation
Appraisal
Negotiation and
Approval
JBIC
Appraisal
/Approval
Implementation and
Supervision
Implementation
Evaluation
(incl. Implementation
Completion Report)
Evaluation
(Incl. Project
Completion
Report)
Prior Notification,
Exchange of
Notes and Loan
Agreement
Procurement and
Disbursement
Supervision of
Implementation
Ex-Post Evaluation
Monitoring after
Completion
Sumber: Berbagai dokumen dari lembaga/negara pemberi pinjaman/hibah
37
Berdasarkan Naskah Perjanjian tersebut, instansi penanggungjawab
menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan menyampaikannya
kepada Meneg PPN untuk dirangkum dan dicantumkan dalam
dokumen RPK-PHLN. Berdasarkan RPK-PHLN akan disusun RKKL
untuk penyusunan dokumen anggaran (DIPA). DIPA akan digunakan
sebagai acuan pelaksanaan kegiatan oleh Satuan Kerja (Satker)
pelaksana kegiatan. Terhadap kegiatan yang telah mempunyai
Naskah Perjanjian, baik Meneg PPN/Kepala Bappenas maupun
PPHLN melakukan monitoring dan evaluasi secara rutin. Pada setiap
akhir
pelaksanaan kegiatan yang dibiayai pinjaman / hibah luar
negeri, baik instansi pelaksana maupun PPHLN akan melakukan
evaluasi setelah pelaksanaan berakhir (Ex-Post Evaluation) sebagai
bahan untuk menyusun tindak lanjut pelaksanaan berikutnya.
38
BAB 5 PENYUSUNAN DOKUMEN DAFTAR
RENCANA PRIORITAS PINJAMAN /
HIBAH LUAR NEGERI
5.1.
Umum
Seperti yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, peningkatan
kesiapan rencana pelaksanaan kegiatan merupakan bagian penting
dari proses perencanaan pinjaman / hibah luar negeri. Proses yang
penting
dan mendesak dalam peningkatan kesiapan rencana
pelaksanaan kegiatan adalah proses Sinkronisasi kegiatan dengan
calon PPHLN, dan Penyusunan Rencana Kegiatan Rinci.
Proses sinkronisasi kegiatan dengan calon PPHLN dilakukan dengan
melibatkan Menteri Keuangan, Menteri Luar Negeri, Instansi terkait
dan
pihak
calon
PPHLN.
Pelaksanaan
proses
tersebut
dikoordinasikan oleh Meneg PPN/Kepala Bappenas.
Proses penyusunan kegiatan rinci dilaksanakan oleh instansi
penanggungjawab
dikoordinasikan
/
oleh
pelaksana
Meneg
kegiatan.
PPN/Kepala
Proses
tersebut
Bappenas.
Agar
pelaksanaan penyusunan kegiatan rinci dapat dilakukan dengan
lengkap dan matang, komitmen dari para pemangku kepentingan
sangat diperlukan. Proses penyusunan kegiatan rinci dapat dilakukan
sendiri oleh instansi penanggung jawab/pengusul, tetapi dapat juga
dilakukan oleh pihak ketiga (menggunakan jasa konsultan).
39
5.2.
Penyusunan DRPPHLN
Data dan informasi yang dihasilkan dari proses peningkatan kesiapan
rencana pelaksanaan kegiatan juga akan digunakan oleh calon
Pemberi
Pinjaman
dan/atau
Hibah
Luar
Negeri
dalam
mempersiapkan dokumen penilaian kegiatan (Appraisal). Informasi
tersebut dituangkan dalam sebuah lembar isian yang akan menjadi
bagian dari dokumen DRPPHLN (Greenbook). Pada Gambar 2
dibawah, ditampilkan lembar isian DRPPHLN dan pada bagian
berikutnya dijelaskan bagaimana mengisi lembar tersebut.
Penyusunan lembar DRPPHLN dilakukan setelah melaksanakan
penyusunan kegiatan rinci. Kegiatan rinci adalah kegiatan yang
dilakukan oleh penanggung jawab/pelaksana kegiatan dalam masa
persiapan suatu kegiatan yang akan dibiayai dari pinjaman / hibah
luar negeri. Pihak calon PPHLN dapat membantu proses ini dengan
menyediakan tenaga bantuan teknis (konsultan), Hasil dari persiapan
tersebut dapat juga digunakan oleh PPHLN pada saat melakukan
penilaian kegiatan (appraisal) dan menyusun Project Appraisal
Document (PAD).
40
Reference No:
1. Project Title:
2. Project Type : (Project Assistance/Technical Assistance)
3. Executing Agency(ies) :
a.
4. Implementing Agency(ies) :
a.
b.
6. Locations :
5. Duration:
months
7. Objectives :
8. Scope of Project :
9. Activities
Implementation
Locations
Activities
Project Implementing Units
10. Breakdown Cost Estimates and Funding Source
Foreign Funding
(US$ ‘000)
Implementing Agency(ies)
Local
Funding
(US $ ‘000)
Total of Funding
(US $ ‘000)
Remark
Total
Exchange Rates 1 US $ = Rp.
Note :
11. Disbursement Plan
1st
2nd
Disbursement Plan (US $ 000)
Year
3rd
4th
5th
Total
12. Funding Allocations:
Detail of Activities
Categories (US $ 000)
Services
Constructions
Goods
Trainings
Others
Total
13. Project References :
Gambar 2 Lembar DRPPHLN
41
Lembar DRPPHLN yang diisi dalam bahasa Inggris, sekurangkurangnya berisi:
1. Project Title
Judul Kegiatan menggambarkan maksud dan tujuan serta proses
suatu kegiatan, yang juga memberi gambaran mengenai ruang
lingkup dari kegiatan dan lokasi yang akan mendapat manfaat
dari suatu kegiatan.
Judul kegiatan dapat berbeda dengan Judul kegiatan yang
diusulkan oleh instansi pengusul kegiatan, baik karena penajaman
kegiatan maupun akibat penggabungan dari beberapa kegiatan
sejenis yang dianggap lebih efisien bila dilaksanakan secara
simultan.
2. Project Type
Terdapat dua pilihan bentuk kegiatan, yaitu Bantuan Proyek
(Project Assistance) dan Bantuan Teknik (Technical Assistance) yang
harus dipilih untuk menentukan project type yang diusulkan.
Apabila pada suatu kegiatan terdapat dua bentuk kegiatan, maka
pilihan ditentukan berdasarkan komponen kegiatan utamanya.
3. Executing Agency
Instansi Penanggung jawab (Executing Agency) adalah instansi
yang bertanggungjawab dalam pengusulan kegiatan. Secara
umum pengusul kegiatan adalah satu instansi yang tugas pokok
dan fungsinya sesuai dengan kegiatan yang akan diusulkan.
42
Apabila dalam satu Kementerian Negara/Lembaga terdapat lebih
dari satu Direktorat Jenderal/Deputi yang menjadi penanggung
jawab kegiatan (Executing Agency), maka penanggung jawab
ditentukan unit organisasi yang melaksanakan komponen utama
kegiatan, atau penanggung jawab kegiatan dapat ditunjuk
Sekretariat
Jenderal/Sekretaris
Utama
dari
Kementerian/
Lembaga tersebut
Pada sisi lain, instansi penanggung jawab dapat lebih dari satu
instansi bila kegiatan yang akan dilaksanakan merupakan tugas
pokok dan fungsi lebih dari satu Kementerian Negara/Lembaga,
atau kegiatan tersebut merupakan gabungan lebih dari satu usulan
kegiatan.
Penanggung jawab kegiatan adalah pihak yang bertanggungjawab
terhadap suatu kegiatan mulai dari tahap pengusulan kegiatan
sampai dengan pelaksanaan kajian manfaat kegiatan. Pada tahap
pelaksanaan
kegiatan,
instansi
Penanggung
jawab
harus
bertanggungjawab mengkoordinasikan seluruh kegiatan baik dari
aspek teknis, administrasi dan keuangan sehingga kegiatan
tersebut dapat terlaksana sesuai rencana yang telah disusun.
Untuk memperlancar dalam melaksanakan kewajibannya tersebut,
instansi Penanggung jawab dapat membentuk unit kerja (Project
Management Unit) yang akan bertanggungjawab sehari-hari dalam
aspek teknis maupun administrasi dan keuangan.
43
Untuk meningkatkan kesiapan pelaksanaan kegiatan, instansi
Penanggung jawab perlu menyusun Prosedur Operasional
Standar. Pelaksanaan kegiatan yang akan menjadi panduan bagi
setiap unit organisasi yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan.
4. Implementing Agencies
Instansi Pelaksana Kegiatan (Implementing Agencies) adalah pihak
yang akan melaksanakan kegiatan. Suatu usulan kegiatan dapat
dilaksanakan oleh beberapa instansi pelaksana kegiatan. Sebutkan
instansi pelaksanaan kegiatan yang terlibat dalam pelaksanaan
kegiatan, dimana sebagian alokasi anggaran akan dilaksanakan
oleh instansi pelaksana, sesuai dengan ruang lingkup kewenangan
instansi yang bersangkutan.
5. Duration
Lamanya waktu (duration) pelaksanaan menjelaskan waktu/masa
pelaksanaan kegiatan yang dinyatakan dalam satuan bulan. Waktu
pelaksanaan
dihitung
dari
mulai
efektif
berlakunya
pinjaman/hibah sampai dengan akhir pelaksanaan kegiatan.
6. Locations
Lokasi kegiatan menjelaskan lokasi pelaksanaan dan penerima
manfaat langsung dari kegiatan pada tingkat kabupaten/kota
tempat dilaksanakannya kegiatan. Sebutkan lokasi dimana
kegiatan tersebut dilaksanakan.
44
Untuk
kegiatan
Kementerian
Negara/Lembaga
yang
pelaksanaannya berlokasi di Jakarta, lokasi ditulis dengan Jakarta
(pusat). Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari kesalahan
dalam membaca informasi tentang lokasi pelaksanaan kegiatan
yang dilaksanakan oleh instansi pusat di Jakarta, mengingat
Pemerintah Daerah DKI Jaya tidak mendapat manfaat langsung
dari kegiatan tersebut.
7. Objectives
Jelaskan tujuan dari pelaksanaan kegiatan tersebut, dikaitkan
dengan sasaran program pemerintah. Tujuan dapat dituliskan
mulai dari tujuan umum dan tujuan khusus pelaksanaan kegiatan.
8. Scope of Project
Jelaskan mengenai ruang lingkup dari pelaksanaan kegiatan
beserta manfaat yang akan diperoleh bagi pengusul dan pelaksana
kegiatan setelah kegiatan tersebut dilaksanakan dan di evaluasi
manfaatnya .
9. Activities
Kegiatan menjelaskan tentang komponen-komponen kegiatan dan
rinciannya serta sebaran kegiatan yang akan dilaksanakan selama
pelaksanaan kegiatan. Setiap komponen dan sub-komponennya
dijelaskan apa sasaran dari komponen tersebut, bagaimana
melaksanakannya, masukan (input) yang diperlukan, keluaran
(output) yang akan dihasilkan dan lama waktu pelaksanaan
komponen kegiatan ini.
45
10. Breakdown Cost Estimates and Funding Sources
Detil perkiraan biaya menjelaskan rencana penggunaan dana
untuk pembiayaan komponen/sub komponen pada instansi
pelaksana kegiatan. Pada bagian ini diuraikan juga tentang sumber
dana pembiayaan kegiatan.
11. Disbursement Plan
Rencana penyerapan dana (disbursement plan) menjelaskan besar
dana yang akan dipergunakan/diserap dalam setiap tahun
pelaksanaan kegiatan.
12. Funding Allocations
Alokasi Dana (funding allocations) menjelaskan tentang alokasi
dana yang diuraikan berdasarkan komponen kegiatan dan
kategori kegiatan. Alokasi dana ini akan menjelaskan berapa
bagian dana yang diperlukan untuk membiayai suatu jenis
kegiatan yang diuraikan berdasarkan kategori kegiatan.
13. Project References
Referensi proyek (Project References) adalah berbagai dokumen
yang digunakan dalam proses penyusunan DRPPHLN, dimana
informasi yang terdapat dalam dokumen-dokmen tersebut
merupakan kesepakatan yang diambil untuk kepentingan proses
perencanaan kegiatan, atau dokumen yang berisi data dan
informasi penting lainnya.
46
LAMPIRAN
47
Lampiran A.
48
Siklus Kegiatan Pemberi
Pinjaman/Hibah Luar Negeri
A.1.
World Bank2
A.1.1.
Siklus Kegiatan Bank Dunia
a. Penyusunan Country Assistance Strategy (CAS)
b. Identifikasi Proyek (Project Identification)
c. Persiapan (Preparation)
d. Penilaian (Appraisal)
e. Negosiasi dan Persetujuan Direksi (Negotiation and Board Approval)
f. Pelaksanaan dan Pengawasan (Implementation and Supervision)
g. Pelaksanaan dan Penyelesaian (Implementation and Completion)
h. Evaluasi (Evaluation)
A.1.2.
Latar Belakang
Setiap tahun World Bank menyediakan pinjaman sekitar $15-20
milyar untuk lebih dari 100 negara yang bekerjasama dengannya
untuk kegiatan proyek pembangunan. Kegiatan proyek tersebut
beragam jenisnya dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah
ekonomi dan sosial, mulai dari infrastruktur hingga pendidikan,
kesehatan, manajemen keuangan pemerintah.
2
Sumber: Project Cycle, www.worldbank.org, 2006
49
Gambar 3 Siklus Proyek World Bank
50
Kegiatan-kegiatan World Bank ini diatur dan diawasi melalui tahapan
kegiatan yang didokumentasikan secara lengkap pada tiap tahapnya.
Dokumen-dokumen tersebut dihasilkan sebagai bagian dari tahap
kegiatan dan dapat menjadi sumber informasi untuk umum yang
tertarik untuk mengikuti perkembangan kegiatan yang dibiayai oleh
World Bank dan pihak-pihak yang ingin berpartisipasi dalam
kegiatan tersebut.
Berikut ini dijelaskan mengenai siklus tahapan kegiatan yang
digunakan oleh World Bank dalam menjalankan misinya.
A.1.3.
Country Assistance Strategy
World Bank menyadari bahwa banyak kegiatan bantuan yang kurang
berhasil dalam pelaksanaannya, termasuk kegiatan yang didanai oleh
World
Bank
sendiri.
Kegagalan
tersebut
disebabkan
karena
perencanaan kegiatan lebih banyak diarahkan oleh pemberi dana
daripada diarahkan oleh pemerintah negara yang dibantu. Dibawah
pengembangan kebijakan saat ini, World Bank membantu pemerintah
untuk
mengambil
peran
mengimplementasikan
utama
strategi
dalam
mempersiapkan
pengembangan
kegiatan,
dan
dalam
rangka meningkatkan rasa memiliki kegiatan tersebut oleh negara
penerima bantuan. Dengan demikian diharapkan peluang atas
keberhasilan program bantuan tersebut menjadi lebih besar.
Pada negara yang berpendapatan rendah, World Bank menggunakan
pendekatan Strategi Pengentasan Kemiskinan (Poverty Reduction
51
Strategy)
yang
pengembangan
melibatkan
konsensus
konsultasi
dalam
yang
intensif
mempercepat
dan
pembangunan.
Dalam proses ini, sebuah strategi dalam pengentasan kemiskinan
nasional disiapkan untuk membuat sebuah kerangka kerja bagi pihak
pemberi dana agar bisa berkoordinasi dengan lebih baik dan
menyelaraskan
programnya
dengan
prioritas
nasional
negara
tersebut. Pemerintah berkonsultasi dengan kelompok di negaranya
dan menyatukan hasilnya dengan sebuah analisis yang rinci
mengenai kemiskinan di masyarakat dan situasi ekonomi negara
tersebut.
Pemerintah menyiapkan program prioritas dan target untuk
mengurangi kemiskinan dalam periode tiga hingga lima tahun. Hal
ini diatur dalam sebuah Dokumen Strategi Pengentasan Kemiskinan
(Poverty Reduction Strategy Paper). World Bank dan negara donor
lainnya kemudian menyelaraskan kegiatan bantuan mereka dengan
strategi
negara
yang
dibantu.
Hal
tersebut
terbukti
dapat
meningkatkan efektifitas pembangunan.
Cetak biru World Bank untuk kegiatannya dengan sebuah negara
berdasarkan Strategi Bantuan Negara (Country Assistance Strategy,
CAS), yang ditujukan untuk negara berpendapatan rendah, disusun
dari prioritas yang tercantum dari Dokumen Strategi Pengentasan
Kemiskinan negara tersebut. CAS dihasilkan dengan kerjasama antara
World Bank, Pemerintah dan pihak-pihak terkait. Penyiapan CAS
berdasarkan analisis dari kegiatan yang dilakukan oleh World Bank
52
atau pihak lain. Analisis tersebut melibatkan faktor-faktor yang
berpengaruh dalam sektor ekonomi dan sosial, seperti kesehatan,
pendidikan, pertanian,
dan keuangan publik, manajemen fiskal,
pengadaan barang dan jasa dan hal lainnya.
A.1.4.
Tahap Identifikasi
CAS World Bank menentukan cetak biru kegiatan bantuan yang akan
dilaksanakan pada sebuah negara. Tujuan yang tercantum dalam CAS
tersebut adalah mengarahkan prioritas dari program pinjaman World
Bank dan merupakan sumber informasi yang berguna bagi pihak
terkait yang tertarik dan pihak lainnya yang ingin mengidentifikasi
kegiatan potensial yang akan didanai oleh World Bank.
Sepanjang tahap Identifikasi, pihak World Bank bekerjasama dengan
Pemerintah untuk mengidentifikasi kegiatan yang akan didanai
sebagai bagian dari tujuan pembangunan yang disepakati. Ketika
sebuah kegiatan telah diidentifikasikan, pihak World Bank akan
menyusun sebuah Catatan Konsep Kegiatan (Project Concept Note,
PCN) yang merupakan dokumen internal yang terdiri dari 4-5
halaman berisi informasi garis besar kegiatan, tujuan, resiko, skenario
pelaksanaan kegiatan, dan rencana jadual untuk proses persetujuan
kegiatan.
Dokumen Informasi Kegiatan (Project Information Document, PID)
disiapkan setelah kajian atas PCN selesai dan PID disebarluaskan
melalui website World Bank (InfoShop). Dokumen ini biasanya
53
berjumlah 4-5 halaman dan berisi informasi seperti tujuan, deskripsi
singkat dan lain-lain. Selain informasi tersebut, terdapat juga nama
manajer yang ditugaskan World Bank untuk mengawasi kegiatan
tersebut (Task Manager/Team Leader) dan berfungsi juga sebagai
kontak untuk pihak yang berminat untuk ikut dalam pelelangan
kegiatan tersebut. Dokumen PID merupakan sumber penting untuk
penyiapan dokumen lelang dalam kegiatan tersebut.
Lembar Data Pengamanan Terpadu (Integrated Safeguards Data Sheet,
ISDS) juga disiapkan untuk pertama kalinya setelah kajian resmi
pertama kegiatan dan disediakan terbuka untuk publik. Dokumen ini
mengidentifikasi informasi kunci dibawah kebijakan World Bank
untuk masalah lingkungan hidup dan sosial serta menyediakan
informasi mengenai cara penanganan masalah tersebut dalam
pelaksanaan kegiatan.
A.1.5.
Tahap Persiapan
Tahap ini merupakan bagian dari proses yang diarahkan oleh negara
yang bekerjasama dengan World Bank dan memakan waktu sekitar
beberapa bulan hingga 3 tahun, bergantung tingkat kerumitan
kegiatan yang diusulkan. World Bank berperan sebagai pendukung
dalam menawarkan analisis dan nasehat bila diminta. Sepanjang
tahap
ini
berlangsung,
masalah-masalah
teknis,
institusional,
ekonomi, lingkungan dan keuangan yang berkaitan dengan kegiatan
ini akan dipelajari dan diselesaikan termasuk metoda alternatif untuk
mencapai tujuan kegiatan. Kegiatan yang dibiayai World Bank harus
54
melalui penilaian untuk memastikan bahwa kegiatan tersebut ramah
lingkungan dan berkelanjutan. Ruang lingkup kajian lingkungan
bergantung kepada ruang lingkup, skala, dan dampak dari kegiatan
tersebut.
A.1.6.
Tahap Penilaian
World Bank bertanggung jawab atas pelaksanaan tahap ini. Staff dari
World Bank mengkaji hasil tahap-tahap sebelumnya. Biasanya tahap
ini diselesaikan dalam 3-4 minggu di negara yang bersangkutan. Tim
penilai menyiapkan Dokumen Penilaian Kegiatan (Project Appraisal
Document, PAD) untuk jenis kegiatan investasi atau Dokumen
Program (Program Document, PGD) untuk operasi penyesuaian dan
tim manajemen keuangan menilai aspek finansial dari kegiatan
tersebut. Dokumen PID juga diperbaharui pada tahap ini dengan
menggunakan
data
terbaru.
Dokumen-dokumen
yang
telah
dihasilkan disajikan kepada publik setelah kegiatan disetujui.
A.1.7.
Tahap Negosiasi dan Penyetujuan
Setelah staf World Bank menilai usulan kegiatan, World Bank dan
negara yang bersangkutan berunding mengenai bentuk dan jumlah
dana bantuan. Bila kedua belah pihak menyetujui syarat dan
ketentuan dari pinjaman yang dihasilkan. Selanjutnya dokumen PAD
atau PGD beserta memorandum dari Presiden dan dokumen penting
lainnya diserahkan kepada Dewan Direksi Eksekutif World Bank
untuk
disetujui.
Dokumen-dokumen
yang
diperlukan
juga
diserahkan untuk pembahasan akhir oleh Pemerintah Negara
55
Peminjam. Setelah disetujui oleh kedua belah pihak, persetujuan
pinjaman
ditandatangani
penandatanganan
oleh
persetujuan
para
tersebut
wakilnya.
dilakukan,
Setelah
pinjaman
dinyatakan berlaku efektif atau siap untuk dicairkan setelah syaratsyarat dipenuhi dan persetujuan dibuat terbuka untuk publik.
A.1.8.
Tahap Pelaksanaan dan Pengawasan
Pelaksanaan kegiatan merupakan tanggung jawab dari negara
peminjam sedangkan pengawasan selama pelaksanaan merupakan
tanggung jawab World Bank. Saat pinjaman disetujui, Pemerintah
Negara Peminjam dibantu oleh World Bank menyiapkan spesifikasi
dan mengevaluasi penawaran barang dan jasa untuk kegiatan
tersebut. World Bank mengkaji hal ini untuk memastikan bahwa
petunjuk pengadaan (procurement guidelines) telah dipenuhi. Apabila
ketentuan pengadaan telah dipenuhi, baru dana pinjaman dicairkan.
Tim manajemen keuangan World Bank mengawasi manajemen
keuangan kegiatan termasuk meminta laporan audit keuangan
kegiatan secara berkala.
A.1.9.
Tahap Laporan Penyelesaian Pelaksanaan
Pada bagian akhir pencairan pinjaman (umumnya 1-10 tahun),
laporan penyelesaian yang berisi identifikasi keberhasilan, masalah
dan pelajaran (lesson learned) yang dapat ditarik dari kegiatan yang
telah dilakukan, diserahkan kepada Dewan Direksi Eksekutif World
Bank untuk kebutuhan informasi.
56
A.1.10. Tahap Evaluasi
Setelah penyelesaian suatu kegiatan, Departemen Evaluasi Operasi
World Bank mengadakan audit untuk mengukur hasil kegiatan
terhadap tujuan awal kegiatan. Audit ini merupakan kajian dari
laporan penyelesaian kegiatan dan persiapan laporan terpisah. Kedua
laporan ini diserahkan kepada Direktur Eksekutif dan Peminjam.
Dokumen-dokumen ini tidak dibuka untuk publik.
57
A.2.
Asian Development Bank (ADB)3
A.2.1.
Siklus Kegiatan ADB
a. Penyusunan Country Strategy and Program (CSP)
b. Identifikasi Proyek (Project Identification)
c. Persiapan (Preparation)
d. Penilaian (Appraisal)
e. Negosiasi dan Persetujuan Direksi (Loan Negotiation and Board
Approval)
f. Pelaksanaan (Implementation)
g. Evaluasi (Evaluation)
A.2.2.
Latar Belakang
ADB merupakan lembaga pendanaan pembangunan multilateral.
Didirikan pada tahun 1966 dengan tujuan untuk meningkatkan
pembangunan
dibidang
sosial
dan
ekonomi
negara-negara
berkembang (developing member countries/DMCS) yang menjadi
anggotanya di wilayah Asia dan Pasifik. Pinjaman ADB kepada
Indonesia dimulai pada tahun 1969. Pada tahun-tahun menjelang
krisis, pinjaman tahunan ADB mencapai jumlah USD 1-1,2 milyar.
Selama krisis komitmen peminjaman meningkat cukup besar. Sejak
tanggal 31 Desember 2000 ADB sudah menyetujui 254 pinjaman
(tidak termasuk pinjaman sektor swasta tanpa jaminan pemerintah)
berjumlah USD 17,9 milyar.
3
Sumber: Project Cycle, www.adb.org/Projects/cycle.asp, 2006
58
Identification
Evaluation
Implementation
1
6
Preparation
2
5
3
Appraisal
4
Loan Negotiatioan & Board Approval
Gambar 4 Siklus Proyek ADB
Berikut ini dijelaskan mengenai alur tahapan kegiatan yang
digunakan oleh ADB dalam menjalankan misinya.
A.2.3.
Penyusunan Country Strategy and Program (CSP)
Country Strategy and Program untuk Indonesia disusun oleh ADB
berdasarkan masalah yang terjadi dan kegiatan bantuan yang akan
diberikan kepada Indonesia selama periode CSP tersebut. CSP
menjadi arahan bagi ADB dalam melaksanakan kegiatannya yang
disesuaikan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Indonesia. CSP memiliki dua agenda utama yaitu mendukung
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Program pengaturan dan anti korupsi
menjadi perhatian ADB dalam kegiatan operasinya di lima bidang,
59
yaitu
infrastruktur
dan
pelayanannya,
sektor
keuangan,
desentralisasi, percepatan MDG, dan manajemen sumber daya alam.
Selain sasaran kegiatan yang akan dilakukan, CSP juga memuat
hambatan dan tantangan yang terjadi pada daerah kerjanya.
Hambatan
dan
tantangan
tersebut
menjadi
masukan
dalam
menyusun kegiatan yang akan dilaksanakan.. Selain itu pula, hal-hal
yang menjadi bahan pelajaran (lesson-learned) dari pelaksanaan
berbagai kegiatan sebelumnya juga disampaikan pada CSP.
Strategi dan program bantuan terhadap Indonesia dijelaskan lebih
rinci dan dilengkapi dengan bidang strategis dan hal-hal yang
menjadi pertimbangan dalam pelaksanaan bantuan. Arahan bantuan
ADB juga dijabarkan untuk setiap bidang strategis yang menjadi
prioritas. Selain itu, indikasi kebutuhan dan permintaan sumber daya
lokal (indicative internal resource requirements) dijelaskan dalam
program bantuan ADB. Manajemen resiko dan kinerja pengawasan
dan evaluasi dijelaskan pada bagian akhir CSP yang menjelaskan
rencana pelaksanaan dan pengawasan.
A.2.4.
Identifikasi Proyek (Identification)
Suatu proyek biasanya diidentifikasi selama periode konsultasi antara
pihak Bank (ADB) dengan pihak negara peminjam. Sebelumnya
dilakukan terlebih dahulu kajian tentang situasi ekonomi negara
tersebut, rencana kedepan dan prioritas yang ditetapkan dalam
Country Programming Mission ADB.
60
Tahap Identifikasi Proyek ini terbagi dalam dua tahap:
• Economic and Sector Work
Tahap I ini merupakan pengkajian makroekonomi, kebijakan
ekonomi, sektor lingkungan, dan masalah sosial ekonomi negara
anggota.
• Country Operational Program
Informasi yang diperoleh dari tahap I kembali dikaji dan dikaitkan
dengan prioritas strategi Bank yang digunakan untuk menyusun
tahap II ini. Tahap I dan II kemudian dipakai sebagai dasar
identifikasi
area
khusus
untuk
kerjasama
yang
meliputi
pengembangan kebijakan, penguatan institusi, dan kemungkinan
investasi.
A.2.5.
Tahap Persiapan Proyek (Preparation)
Pada tahap ini dilakukan Misi Fact-Finding untuk mendapatkan
informasi yang lebih detil mengenai seluruh aspek dari proyek yang
diusulkan,
sebagai
bahan
pertimbangan
untuk
memutuskan
kelanjutan proyek ke tahap berikutnya. Tahap persiapan ini meliputi
studi kelayakan teknis, ekonomi, dan kemampuan keuangan sebuah
proyek. Persiapan ini dapat dilakukan oleh Pemerintah, atau lembaga
lain. Bank sering menyediakan bantuan teknis (technical assistance)
untuk studi kelayakan yang dilakukan oleh konsultan. Hasil kerja
konsultan berupa draft final report diperiksa oleh wakil Pemerintah,
dan Bank, hal ini disebut sebagai project fact-finding.
61
Kotak 7 Kategori Technical Assistance ADB
Technical Assistance (TA) Bank terdiri dari empat macam kategori yaitu:
a. Project Preparatory Technical Assistance (PPTA)
Bantuan teknis ini biasanya digunakan untuk menyusun proyek-proyek yang
dapat dibiayai oleh ADB atau sumber lainnya. Pada beberapa kasus seperti
penyiapan survey pendahuluan sektor, masterplan, atau review untuk
mengidentifikasi permasalahan sektoral yang akan dihadapi oleh proyek dapat
juga menggunakan fasilitas PPTA.
PPTA dapat dimanfaatkan untuk:
• Feasibility study yang mencakup disain pendahuluan (preliminary design),
rekayasa pendahuluan (preliminary engineering), perkiraan biaya (cost
estimates), serta analisa teknis, lingkungan, ekonomi, dan sosio-ekonomi,
studi dampak sosial, studi untuk inisial benchmark indicator, dan
• Rekayasa Detil (Detail engineering) mencakup detil desain, spesifikasi, detil
perkiraan harga, dokumen tender dan prakualifikasi penawaran.
b. Project Implementation Technical Assistance (PITA)
Untuk membantu implementasi, operasi dan manajemen suatu proyek yang
dibiayai oleh ADB. PITA menyediakan bantuan untuk:
• Penyiapan tender dokumen, prakualifikasi penawaran, evaluasi penawaran,
pengawasan konstruksi dan operasi awal sebuah proyek.
• Training proyek untuk personil lokal.
c. Advisory Technical Assistance (ADTA)
Untuk membiayai institution building, plan-formulation, dan studi kajian
mengenai sektor, kebijakan atau permasalahan lain. ADTA umumnya
diterapkan pada konteks sektor atau ekonomi yang luas. ADTA berfungsi untuk
membantu negara-negara anggotanya dalam hal:
• Perkuatan lembaga
• Mempersiapkan rencana program pembangunan sektoral dan nasional.
• Melakukan kajian kebijaksanaan, kajian sektoral dan kajian permasalahanpermasalahan terkini.
• ADTA memegang peran penting dalam upaya-upaya ADB untuk
meningkatkan kemampuan manajemen, teknis dan finansial negara-negara
berkembang yang menjadi anggota.
d. Regional Technical Assistance (RETA)
RETA merupakan kegiatan bantuan teknis yang mencakup lebih dari satu
negara yang mempunyai kepentingan atau permasalahan atas hal yang sama.
Bantuan teknis RETA diklasifikasikan dalam lima kategori:
• Studi/kajian
• Simposium /workshop
• Training
• Riset
• Konferensi
• Kegiatan lainnya.
62
A.2.6.
Penilaian Proyek (Appraisal)
Seluruh aspek dari proyek yang diusulkan serta sektor dan sub sektor
yang terkait turut dikaji dan dianalisa. Pada tahap ini, selain mengkaji
persyaratan (terms and conditions), Bank (ADB) dan Pemerintah juga
mengkaji aspek teknik, keuangan, ekonomi, lingkungan, pemasaran,
dan manajemen, serta potensi dampak sosial.
A.2.7.
Negosiasi & Persetujuan Pinjaman (Loan Negotiation &
Board Approval)
Setelah pihak ADB mengetahui bahwa proyek tersebut sesuai dengan
persyaratan untuk dibiayai, maka akan dilakukan negosiasi pinjaman
secara formal. Setelah tercapai kesepakaan dalam negosiasi, proposal
pinjaman akan diajukan ke Dewan Direktur ADB untuk mendapatkan
persetujuan. Saat persetujuan tercapai, dilakukan penandatangan
Nakah Perjanjian oleh Presiden ADB dan wakil resmi dari pihak
peminjam (pemerintah).
A.2.8.
Implementasi Proyek (Implementation)
Proyek dilaksanakan oleh executing agency sesuai dengan jadwal dan
prosedur yang telah disetujui. Proses perekrutan konsultan, disain
teknik, penyiapan dokumen lelang dan proses pengadaan/konstruksi
dilaksanakan pada tahap ini. Pencairan dana dilakukan untuk
pembiayaan kegiatan yang telah disetujui sesuai dengan Naskah
Perjanjian (loan agreement).
Umumnya pinjaman akan berlaku efektif sesudah 90 hari setelah
penandatanganan Naskah Perjanjian dilakukan.
Namun untuk
persiapan proyek (pemilihan konsultan, penyiapan detail desain,
63
penyusunan dokumen tender, pelelangan, persetujuan kontrak dan
pengadaan peralatan) biasanya memakan waktu yang lebih lama.
Dalam kasus khusus ADB mungkin menyetujui permintaan pihak
peminjam untuk melakukan kegiatan pengadaan lebih awal selama
tahap appraisal untuk mempercepat pelaksanaan proyek.
Jika pembiayaan retro-aktif belum disetujui, ADB tidak akan
membiayai pengeluaran untuk pengadaan hingga tanggal efektif
pinjaman meskipun sebelumnya telah disetujui untuk melakukan
percepatan pengadaan lebih awal.
A.2.9.
Evaluasi Pasca Pelaksanaan Proyek (Evaluation)
Misi pasca-evaluasi dilaksanakan pada interval tertentu setelah
penyiapan Project Completion Report (PCR). Misi akan memeriksa
persiapan, desain, appraisal dan aspek-aspek implementasi dari
proyek seperti cost dan benefit dan manfaat yang diperoleh sesuai
dengan tujuan yang diharapkan. Misi tersebut juga akan mempelajari
permasalahan-permasalahan yang terjadi selama pelaksanaan proyek.
Hasil temuan dari misi akan disusun bersama-sama dengan PCR
untuk membentuk Project Performance Audit Report (PPAR).
A.2.10. Penyelesaian Proyek (Completion)
Setelah proyek selesai dilaksanakan, Bank menyiapkan Project
Completion
Report.
Bank
melakukan
evaluasi
formulasi
pelaksanaan proyek. Kemudian Bank juga menyiapkan
dan
Project
Performance Audit Report yang berisikan penilaian (assessment)
terhadap project formulation and implementation termasuk faktor
manfaat ekonomi, finansial, dan sosial serta dampak lingkungan.
64
A.3.
Japan Bank for International Cooperation (JBIC)4
A.3.1.
Siklus Kegiatan Menurut JBIC
a. Identifikasi (Identification)
b. Persiapan (Preparation)
c. Penilaian dan Evaluasi (Appraisal and Ex-Ante Evaluation)
d. Notifikasi,
Pertukaran
Naskah
dan
Perjanjian
(Notifocation,
Exchange of Notes and Loan Agreement)
e. Pengadaan dan Penarikan Dana ( Procurement and Disbursement)
f. Pengawasan Pelaksanaan (Supervision of Implementation)
g. Evaluasi Pasca Pelaksanaan (Ex-Post Evaluation)
h. Pengawasan Pasca Penyelesaian (Monitoring after Completion)
i. Umpan Balik untuk Penyiapan dan Penilaian Kegiatan (Feedback to
Project Preparation and Appraisal)
A.3.2.
Umum
Prosedur pinjaman luar negeri dari negara Jepang umumnya melalui
sebuah prosedur yang telah baku. Prosedur tersebut terdiri dari
identifikasi kegiatan (project identification), penyiapan (preparation),
penilaian (appraisal), evaluasi (ex-ante evaluation), notifikasi (prior
notification), pertukaran catatan (exchange of notes), negosiasi (loan
negotiation), naskah perjanjian (loan agreement), pelaksanaan dan
pengawasan kegiatan (project implementation and supervision) serta
pengawasan dan evaluasi pasca pelaksanaan (ex-post evaluation and
monitoring after project completion). Pelajaran (lesson learned) yang dapat
4
Sumber: Project Cycle, www.jbic.go.jp, 2006
65
diambil dari hasil evaluasi pasca kegiatan tersebut dijadikan bahan
masukan dalam penyiapan, penilaian, dan pelaksanaan kegiatan
berikutnya dimasa datang. Keseluruhan rangkaian prosedur ini
membentuk suatu lingkaran yang disebut dengan siklus kegiatan
(project cycle). Penjelasan tiap langkah yang terdapat dalam prosedur
baku tersebut akan dijelaskan pada bagian berikut.
A.3.3.
Identifikasi Kegiatan (Identification)
Identifikasi ini merupakan tahap awal dari rangkaian prosedur siklus
kegiatan. Awalnya, kebutuhan atas kegiatan yang direncanakan
tersebut diidentifikasi. Kemudian
konsep awal kegiatan tersebut
dianalisa dan kegiatan yang lolos kemudian memasuki tahap kajian
formulasi kegiatan.
Beberapa usulan kegiatan berasal dari analisis dan studi rencana
pembangunan untuk sektor dan daerah tertentu atau berasal dari
rencana umum (master plan) yang berisi beberapa kegiatan yang
potensial didanai oleh JBIC. Walaupun demikian, usulan kegiatan
tersebut harus sesuai dengan tujuan pembangunan, strategi, dan
kebutuhan negara peminjam.
JBIC sering melaksanakan studi pengembangan makro ekonomi dari
negara berkembang, menganalisa agenda sektor pembangunan, dan
signifikansinya
terhadap
pembangunan
nasional
dan
rencana
strategis JBIC sendiri. JBIC dapat mengirimkan misi pencari fakta
(fact-finding mission) untuk melaksanakan kajian awal dan studi
terhadap usulan kegiatan untuk penyiapan kelayakan pendanaannya.
66
A.3.4.
Penyiapan (Preparation)
Pada tahap ini dilaksanakan kajian lebih lanjut atas usulan kegiatan
yang telah diidentifikasi pada tahap sebelumnya. Maksud dari kajian
tersebut adalah untuk menyiapkan usulan kegiatan yang akan dinilai
oleh JBIC. Kajian tersebut berupa kajian kelayakan yang dilaksanakan
oleh negara peminjam atau badan bantuan bilateral/multilateral,
badan swasta/institusi pemerintah. Badan bantuan (aid agencies)
kadang-kadang menyediakan bantuan kerjasama untuk pelaksanaan
studi kelayakan tersebut. Studi kelayakan melibatkan kajian yang
lebih dalam terhadap aspek ekonomi, sosial, keuangan, dan teknis
serta
dampak
terhadap
lingkungan
(termasuk
alternatif
penanganannya).
Japan International Cooperation Agency (JICA) dapat melaksanakan
studi kelayakan dan menyiapkan master plan yang menjadi dasar
pembentukan suatu kegiatan. Hal ini sebagai bagian dari kegiatan
bantuan hibah JICA yang terfokus pada kerjasama teknis (technical
cooperation). Kemudian, JBIC melaksanakan studi yang dikenal
dengan Special Assistance for Project Formation (SAPROF), sebagai
bagian dari Special Assistance Facility (SAF) untuk membantu negara
peminjam dalam formulasi kegiatan.
Hasil studi kelayakan dan rencana pelaksanaan kegiatan disampaikan
melalui Kedutaan besar Jepang untuk Pemerintah Jepang dalam
rangka pengajuan pinjaman (ODA loan). Bersamaan dengan itu, hasil
penilaian terhadap lingkungan (environmental screening) disampaikan
ke JBIC.
67
Catatan:
SAPROF: Special Assistance for Project Formation
SAPI: Special Assistance for Project Implementation
SAPS: Special Assistance for Project Sustainability
Gambar 5 Project Cycle dan Prosedur ODA Loan
68
A.3.5.
Penilaian dan Evaluasi (Appraisal and Ex-Ante Evaluation)
JBIC melakukan penilaian atas usulan kegiatan untuk ODA loan yang
telah dipersiapkan sebelumnya. Penilaian tersebut terdiri dari
beberapa tahap, yaitu:
• JBIC mengkaji studi kelayakan dari kegiatan dan informasi terkait
yang diperoleh dari studi-studi terkait di sektor tersebut dan hasil
fact-finding mission.
• JBIC merekomendasikan kegiatan yang sesuai (setelah penilaian)
kepada Pemerintah Jepang (khususnya kepada Kementerian Luar
Negeri, Kementerian Keuangan dan Kementerian Ekonomi,
Perdagangan dan Industri)
• Pemerintah Jepang secara formal menyetujui penilaian yang telah
dilakukan untuk usulan kegiatan dan menginformasikan negara
peminjam melalui hubungan diplomatik atau mengirim misi tim
pemerintah.
• JBIC mengumumkan klasifikasi kategori lingkungan dari kegiatan
yang
akan
dibiayai
berdasarkan
Petunjuk
Lingkungan
(environmental guidelines) di website JBIC
• Pemerintah Jepang kemudian mengirimkan sebuah misi ke negara
peminjam dan menyelenggarakan diskusi yang komprehensif
mengenai perspektif pembangunan nasional, termasuk kondisi
makro ekonomi dan keterkaitan kegiatan dengan rencana dan
kebijakan pembangunan negara tersebut.
• JBIC mengirim misi (appraisal mission) untuk menilai kelayakan
kegiatan berdasarkan aspek ekonomi, sosial, keuangan, teknis, dan
lingkungan. Termasuk juga operasi dan pemeliharaan, dan sistem
pengawasan terhadap instansi penanggung jawab kegiatan
(executing agency).
69
• Berdasarkan hasil penilaian JBIC, Pemerintah Jepang memutuskan
proyek yang diusulkan untuk didanai dengan ODA loan dan
menyebutkan jumlah pinjaman dan syaratnya.
A.3.6.
Notifikasi, Pertukaran Catatan, dan Naskah Perjanjian
(Prior Notification, Exchange of Notes, and Loan
Agreement)
Pemerintah Jepang memberitahukan keputusannya mengenai ODA
loan kepada negara peminjam melalui sebuah pertemuan grup
konsultatif, konferensi internasional atau melalui kedutaan Jepang di
negara tersebut. Hal ini disebut dengan Prior Notification. Kemudian
kedua pemerintah tersebut memasuki tahap negosiasi untuk sebuah
perjanjian formal. Ketika kesepakatan dicapai, kedua pemerintah
tersebut melakukan pertukaran catatan (exchange of notes, E/N) untuk
memastikan hal-hal yang telah disetujui. Hal yang dijelaskan dalam
E/N tersebut adalah nama kegiatan, jumlah dan syarat pinjaman,
serta hal-hal bilateral lainnya seperti masalah pajak, dll.
JBIC kemudian memulai negosiasi penyusunan naskah perjanjian
pinjaman dengan Peminjam. Naskah Perjanjian Pinjaman berisi aspek
legal mengenai hak dan kewajiban yang berhubungan dengan
pinjaman, rincian mengenai jumlah pinjaman, syarat dan kondisi,
maksud, ruang lingkup dan isi kegiatan, instansi penanggung jawab,
syarat pelelangan, prosedur penarikan dana, dan syarat dan kondisi
umum untuk ODA Loans (General Terms and Conditions, GTC).
70
A.3.7.
Setelah
Pengadaan dan Penarikan Dana (Procurement and
Disbursement)
naskah
penjanjian
pinjaman
ditandatangani,
kegiatan
memasuki tahap pelaksanaan. Pertama, konsultan dipekerjakan
untuk jasa perancangan teknis, pengawasan pelaksanaan dan
peningkatan kemampuan instansi penanggung jawab, dan instansi
lain yang terkait dengan kegiatan. Jasa konsultan memiliki peran
penting untuk menjamin persiapan dan pelaksanaan kegiatan yang
efisien dan efektif. Konsultan dipilih dan dipekerjakan berdasarkan
metoda ‘short list’ sesuai dengan Guidelines for the Employment of
Consultants under JBIC ODA Loans.
Berdasarkan metoda short liste, sebuah perusahaan konsultan dipilih
setelah melakukan penilaian terhadap 3 sampai 5 proposal dari
perusahaan
yang
mempunyai
pengalaman
dan
kompetensi
internasional. Dalam beberapa hal, detil rancangan kegiatan dapat
dilakukan dengan bantuan dari JICA. Pengadaan barang dan jasa
untuk pelaksanaan kegiatan harus mengikuti prinsip international
competitive bidding (ICB) yang merinci kebijakan dan prosedur mulai
dari pra kualifikasi (P/Q), dokumen pelelangan, evaluasi tender dan
kontrak berdasarkan
prinsip ekonomi, efisiensi, transparansi, dan
tidak
JBIC
diskriminasi.
mengkaji
prosedur
pengadaan
ini
berdasarkan informasi yang terdapat dalam naskah perjanjian untuk
memastikan kegiatan tersebut akan dilaksanakan oleh pelaksana yang
berkualitas dan kompeten.
71
Penarikan dana (disbursement) untuk pinjaman dibuat berdasarkan
kemajuan dalam pelaksanaan dan sesuai permintaan penarikan dana
dari Pemerintah Negara Peminjam.
A.3.8.
Pengawasan Pelaksanaan (Supervision of Implementation)
Selama pelaksanaan kegiatan, JBIC mengawasi kemajuannya bersama
Pemerintah Negara Peminjam, jika diperlukan, untuk memastikan
kelancaran dan efisiensi pelaksanaan kegiatan. Pengawasan JBIC
meliputi pelaksanaan kegiatan (termasuk konstruksi fisik, teknis, dan
pengembangan institusi yang berhubungan dengan badan pengatur
lingkungan dan grup penerima manfaat) serta proses pinjaman secara
keseluruhan (termasuk naskah perjanjian pinjaman, pengadaan,
penarikan dana, bunga pinjaman, dan pembayaran kembali pokok
pinjaman). Pada beberapa kegiatan, JICA membantu memberikan
masukan dan arahan dengan mengirim ahli ke lokasi kegiatan atau
memberikan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan institusi dan
mengembangkan sumber daya manusia untuk pelaksanaan kegiatan.
JBIC mengkaji kemajuan pelaksanaan kegiatan dengan mengirim misi
pengawasan (supervision mission) dan berdiskusi dengan instansi
penanggung jawab serta pihak terkait yang berkedudukan lebih
tinggi untuk memecahkan permasalahan yang terjadi atau untuk
mengambil langkah-langkah perbaikan untuk mengatasi masalah
tersebut secara baik dan efektif. Laporan berkala dalam pelaksanaan
kegiatan dipersyaratkan dalam naskah perjanjian pinjaman dan harus
disiapkan oleh instansi penanggung jawab kegiatan, dalam rangka
72
mengatasi permasalahan yang muncul pada tahap awal pelaksanaan
kegiatan.
JBIC bisa melakukan studi Special Assistance for Project Implementation
(SAPI) untuk membantu Negara Peminjam dalam melaksanakan dan
mengawasi kegiatan secara efektif dan efisien. Hal ini merupakan
salah satu fasilitas dari Special Assistance Facility (SAF) yang
disediakan oleh JBIC. Hasil studi SAPI dapat digunakan untuk
menyelesaikan
hambatan
dan
masalah
yang
mempengaruhi
pelaksanaan kegiatan.
A.3.9.
Evaluasi Pasca Pelaksanaan (Ex-Post Evaluation)
Dalam penyelesaian kegiatan, JBIC melakukan Ex-Post Evaluation
dengan mengkaji keseluruhan proses dari penilaian, pelaksanaan, dan
operasi dan pemeliharaan. Berdasarkan kajian tersebut, ex-post
evaluation menilai kinerja kegiatan terhadap rencana awal kegiatan,
termasuk ruang lingkup dan hasil serta manfaat dari kegiatan, dan
memperhatikan masalah-masalah untuk peningkatan kinerja. Hal ini
dilakukan
berdasarkan
laporan
penyelesaian
kegiatan
(Project
Completion Report, PCR) yang disampaikan oleh Negara Peminjam
sesuai ketentuan dalam naskah perjanjian pinjaman.
73
A.3.10. Pengawasan Pasca Penyelesaian (Monitoring after
Completion)
JBIC menarik pelajaran dari ex-post evaluation untuk mengoperasikan
kegiatan yang telah selesai dilaksanakan. JBIC mengawasi operasi dan
pemeliharaan kegiatan untuk selang waktu tertentu dalam rangka
memastikan kegiatan operasi dan pemeliharaan yang efektif serta
untuk menjaga keberlanjutan manfaat kegiatan dalam jangka
menengah dan panjang. Jika ex-post evaluation atau pengawasan
lanjutan mengidentifikasi kebutuhan peningkatan dalam operasi dan
pemeliharaan, JBIC akan memberikan masukan yang diperlukan. Ahli
JICA bisa juga memberikan arahan dan masukan. Bila diperlukan
JBIC dapat melaksanakan studi yang dilaksanakan oleh Special
Assistance for Project Sustainability (SAPS), yang merupakan salah satu
jenis Special Assistance Facility (SAF), . Studi SAPS ini melakukan
penilaian intensif terhadap masalah atau hambatan dalam operasi dan
pemeliharaan kegiatan yang efektif serta menyusun rekomendasi atas
hal-hal yang diperlukan untuk peningkatan.
Dalam kasus dimana terjadi perubahan kondisi dimana diperlukan
pembiayaan tambahan, contohnya untuk rehabilitasi fasilitas kegiatan
dalam operasi dan pemeliharaan setelah penyelesaian kegiatan
(completion) atau terdapat kebutuhan mendesak, manfaat dan skala
bantuan tersebut akan diperlukan dalam mengatasi masalah yang
ada, dimana ODA loan sulit untuk mengatasinya, bantuan hibah
dapat diperpanjang untuk penambahan pendanaan oleh Pemerintah
Jepang (grant assistance for rehabilitation).
74
A.3.11. Umpan Balik untuk Penyiapan dan Penilaian Kegiatan
(Feedback to Project Preparation and Appraisal)
Temuan-temuan dalam pengawasan dan pengendalian pelaksanaan
kegiatan, ex-post evaluation, dan pengawasan setelah penyelesaian
kegiatan merupakan umpan balik (feedback) bagi kegiatan lain yang
serupa pada tahap awal siklus kegiatan sebagai pelajaran (lesson
learned) dari kegiatan yang telah selesai. Jika masalah timbul pada saat
pelaksanaan atau operasi dan pemeliharaan kegiatan, bantuan teknis
akan diperlukan, Negara Peminjam diminta untuk melaporkan dan
berkonsultasi dengan JBIC dalam masalah ini.
Rekomendasi
perbaikan berdasarkan masalah yang diidentifikasi dalam studi-studi
SAPI dan SAPS akan memfasilitasi proses umpan balik ini.
75
Download