upaya meningkatkan keterlibatan umat dalam

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT
DALAM HIDUP MENGGEREJA DI STASI SANTO LUKAS, SOKARAJA,
PAROKI SANTO YOSEP PURWOKERTO TIMUR, JAWA TENGAH
MELALUI KATEKESE UMAT MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Agnes Jajar Anur Umastuti
NIM: 111124017
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
T]PAYA MENINGKATKAI\ KETERLIBATAFI UMAT
DALAM IIIDUP MENGGER&IA DI STASI SAI{TO LUKAS, SOX,q.RAJA,
PAROKI SAIITO YOSEP PURWOKERTO TIMUR, JAWA TtrNGAII
MELALTII KATEKESE UMAT MODEL SIA&ED CHRISTAN PRAruS
o!eb:
.::
AS res J*jar Anur':Umastuti
NIM: 1t1D4Al7
Telah disetujui oleh:
Pambimbing
,rs.
M. Sumamo Ds., S.J., M.A.
tanggal0l Maret 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT
DALAM HIDUP MENGGEREJA DI STASI SANTO LUKAS, SOKARAJA,
PAROKI SANTO YOSEP PURWOKERTO TIMUR, JAWA TENGAH
MELALUI KATEKESE UMAT MODEL SIARED CHRISTAN PRAXIS
Dipersiapkan dan ditulis oleh
Agnes Jajar Aaur Umastuti
NIM:
llln40fi
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji
pada tanggal 21 Maret 2016
dan dinyatakan mernenuhi sYara{
SUSUNAN PA}{ITIA PENGtrff
Tanda Tgtg,utt
Nama
Ketua
Drs. F.X. Herr'atnc'Wana Siulung' S"J-, M.Ed.
Sekretaris
Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd.
Anggota
1. Drs. h{. Sumamo Ds., S.J., M.A.
2. Drs. L. Bambang Hendarto Y., M.Hum.
3.
P. Banyu Dewa HS, S.Ag., tuI.Si.
Yogyakart a, 2l }l4larct 201 6
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
ll1
.
..i:{y/....
L ?i5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
ayahku (Bernadus Sudarisman), ibuku (Anna Tatik Haryati),
kembaranku (Maria Jajar Anur Arsuma), adikku (Cicilia Novia Tri Risdiana)
dan umat Stasi Santo Lukas, Sokaraja.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
“Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih”
(1 Yoh 4:8)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PBRNYATAAI\I KEASLIAN KARYA
tulis ini
saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya
yang telah
tidak memuat karya atau bagian karya dari orang lain, kecuali seperti
layakrya karya tulis
disebutkan dalam'kutipan dan daftar pustaka sebagaimana
Yogyakarta,
2l Maret 2016
Penulis,
dl-J
Agnes Jajar Anur Umastuti
vr
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PARNYATAAII PERSETUJUAN PTIBLIKASI
KARYA ILN{IAH UNTUK KEPENTINGAN AKAI}EMIS
Yang bertanda tangan
di
bawah
ini,
mahasiswa Universitas Sanata
Dharma:
Nama : Agnes Jajar AnurUmastuti
NIM
: ll11o40l7
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, penulis memberikan wewenang
bagi Perpustakaan Universitas Sanata Dhanna karya ilmiah penulis yang berjudul
..UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP
MENGGEREJA
DI STASI SANTO LUKAS, SOKARAJA, PAROKI
SANTO
YOSEP PURWOKERTO TIMUR, JAWA TENGAH MELALUI KATEKESE
UMAT MODEL SHARED CHNSTAN PRAXIS' beserta perangkat
yang
diperlukan (bila ada).
Dengan demikian penulis memberikan kepada Perpustakaan Universitas
Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangfualan data, mendit6i6usikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya
tanpa perlu meminta
di
intemet atau media lain untuk kepentingan akademis
ijin maupun memberikan royalti kepada penulis, selama tetap
mencantumkan rutma saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta
2l
Maret 2016
Yang menyatakan,
dl,+
Agnes Jajar Anur Umastuti
vll
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Judul skripsi ini adalah “UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN
UMAT DALAM HIDUP MENGGEREJA DI STASI SANTO LUKAS,
SOKARAJA, PAROKI SANTO YOSEP PURWOKERTO TIMUR, JAWA
TENGAH MELALUI KATEKESE UMAT MODEL SHARED CHRISTIAN
PRAXIS”. Judul ini dipilih bertitik tolak dari keprihatinan penulis terhadap umat
di Stasi Santo Lukas Sokaraja. Jumlah umat Stasi kurang lebih 335 orang namun
sebagian besar belum terlibat dalam kegiatan hidup menggereja. Umat yang aktif
hanya orang-orang tertentu saja seperti ketua lingkungan, katekis, prodiakon dan
sebagian umat yang memiliki semangat melayani, sehingga tidak semua kegiatan
yang dilaksanakan di Stasi maupun Lingkungan mendapat dukungan penuh dari
umat. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk melihat bagaimana
pemahaman umat Stasi Santo Lukas Sokaraja mengenai hidup menggereja serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan mengetahui bentuk kegiatan yang
mampu meningkatkan keterlibatan umat dalam hidup menggereja.
Bertolak dari tujuan penulisan, penulis memperoleh data dengan
mengadakan penelitian. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner dan
wawancara kepada umat Stasi Santo Lukas Sokaraja. Hasil penelitian menyatakan
sebagian besar umat sangat setuju bahwa kesaksian akan Yesus Kristus
diwujudkan lewat tindakan nyata sehari-hari. Mereka juga setuju bahwa semua
umat Stasi Santo Lukas Sokaraja aktif dalam kegiatan gerejani.
Gereja merupakan persekutuan orang-orang yang beriman kepada Kristus
sebagai perwujudan karya Allah yang konkret. Gereja berdiri kokoh atas dasar
Kristus sebagai Kepala dan Allah yang berkarya memanggil umat-Nya untuk
diberikan tanggung jawab dan kebebasan. Umat Katolik yang telah dibaptis dan
menerima sakramen Penguatan atau Krisma diharapkan mampu untuk mengambil
bagian dalam tugas perutusan Yesus Kristus sebagai Imam, Nabi dan Raja.
Ardhisubagyo mengartikan hidup menggereja sebagai pengabdian sukarela untuk
mengambil bagian dalam lima tugas Gereja yaitu koinonia, kerygma, martyria,
liturgia dan diakonia. Dengan demikian kaum awam berperan aktif dalam
kehidupan dan kegiatan Gereja.
Berdasarkan keprihatinan di atas, penulis mengusulkan katekese umat
model Shared Christian Praxis (SCP) sebagai usaha untuk meningkatkan
keterlibatan umat dalam hidup menggereja di Stasi Santo Lukas Sokaraja. Penulis
memilih katekese umat model SCP karena katekese ini dianggap dapat membantu
umat Stasi Santo Lukas Sokaraja untuk semakin aktif terlibat dalam kegiatan
hidup menggereja, bukan hanya hadir saja tetapi ikut ambil bagian dalam
kegiatan. Tema umum yang diangkat dalam usulan program ini adalah “Panggilan
untuk meningkatkan hidup menggereja umat mengikuti Kristus dengan Dasar
Iman”. Kesimpulan dari skripsi ini bahwa keterlibatan dan keikutsertaan umat
dalam hidup menggereja sangat diharapkan. Keterlibatan umat tidak hanya aktif
dalam Perayaan Ekaristi dan koor saja tetapi umat diharapkan dapat terlibat aktif
dalam setiap tugas dan peranan Gereja secara keseluruhan sehingga kegiatan
hidup menggereja di Stasi Santo Lukas Sokaraja semakin maju dan berkembang.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
The title of this thesis is the “EFFORTS TO INCREASE THE
INVOLVEMENT OF THE FAITHFUL IN PARTICIPATING CHURCH LIFE
IN SAINT LUKE STATION, SOKARAJA, PARISH SAINT JOSEPH EAST
PURWOKERTO, CENTRAL JAVA THROUGH PEOPLE CATECHESIS BY
USING SHARED CHRISTIAN PRAXIS MODEL". This title choosen was based
on writer's concern on the people faithful in the Saint Luke Station Sokaraja. The
current number of people in Station approximately 335 people, but most of them
have not been involved in the activities of church activities. Those who are active
are only some such as neighborhood leaders, catechists, Acolytes and most people
who have a passion to serve. Not all activities carried out in the Station, have not
received full support from them. The purpose of this paper is to see how the
understanding of the faithful of the Station Santo Luke Sokaraja about church life
and its application in everyday life and to know the activities that can improve the
involvement of people in church living.
Based on the purpose of writing, the writer obtained the data by
conducting a research. The study was conducted by distributing questionnaires
and interviews to them of Santo Luke Sokaraja Station. The result of the study
shows that the majority of people strongly agree that the testimony of Jesus Christ
is realized through daily actions. They also agree that all them of Santo Luke
Sokaraja Station are active in ecclesial activities.
The church is a fellowship of those who believe in Christ as the
embodiment of God's work in concrete. The Church stands firmly on the
foundation of Christ as the Head and the work of God who calls His people to
have the responsibility and freedom. Catholics who have been baptized and
received the sacrament of Confirmation are expected to be able to take part in the
mission of Jesus Christ as Priest, Prophet and King. Ardhisubagyo interpret
church life is a voluntary service to be taken part in the five duties of the Church.
These are koinonia, Kerygma, martyria, liturgy and diakonia. Thus the laity play
an active role in the life and activity of the Church.
Based on the concerns above, the writer proposes a model community
catechesis Christian Shared Praxis (SCP) as an effort to increase the involvement
of people in participating church life at Station Santo Luke Sokaraja. The writer
choose community catechesis SCP model because catechesis is thought to help
people Station Santo Luke Sokaraja for getting actively involved in the
participating church life, not only to be present but to take part in activities. The
common theme raised in the proposed program is "Calling the faithful to follow in
faith Christ Basis of Faith". The conclusion of this paper is that the involvement
and participation of people participating church life is expected. Community
involvement is not in the celebration of the Eucharist and the choir only but to be
actively involved in each task and role of the Church as a whole so that the
activities participating church life at Station Santo Luke Sokaraja will be growing.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan karena kasih dan penyertaan-Nya penulis dapat
menyelesaikan
skripsi
yang
berjudul
“UPAYA
MENINGKATKAN
KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP MENGGEREJA DI STASI SANTO
LUKAS, SOKARAJA, PAROKI SANTO YOSEP PURWOKERTO TIMUR,
JAWA
TENGAH
MELALUI
KATEKESE
UMAT
MODEL
SHARED
CHRISTIAN PRAXIS”.
Skripsi ini ditulis atas dasar keprihatinan penulis terhadap keterlibatan
umat dalam kegiatan hidup menggereja di Stasi Santo Lukas Sokaraja. Salah satu
penyebab kurang terlibatnya umat dalam kegiatan hidup menggereja yaitu karena
kurang adanya kesadaran dalam diri umat itu sendiri.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai karena bantuan dari
banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis dengan setulus hati mengucapkan
terima kasih kepada:
1.
Romo Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A., selaku dosen pembimbing utama,
yang telah memberi perhatian, memberi sumbangan pemikiran kepada penulis
dan bersedia meluangkan waktu untuk membimbing penulis dengan
kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2.
Bapak Drs. L. Bambang Hendarto Y., M.Hum., selaku dosen pembimbing
akademik dan selaku dosen penguji II, yang telah membimbing penulis
selama menempuh studi di IPPAK dan berkenan menjadi dosen penguji
skripsi.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.
Bapak P. Banyu Dewa HS, S.Ag., M.Si., selaku dosen penguji III, yang
berkenan menguji penulis.
4.
Romo Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, SJ selaku Kaprodi dan Bapak
Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd., selaku Wakaprodi, yang telah bersedia
memberikan dukungan, perhatian, motivasi kepada penulis selama berproses
di Prodi IPPAK.
5.
Segenap Staf Dosen dan Karyawan Prodi IPPAK-JIP-FKIP-USD, Yogyakarta
yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menempuh studi.
6.
Bapak Petrus Bambang Purnama Eka selaku Ketua Stasi Santo Lukas
Sokaraja yang telah mengijinkan dan berkenan membantu dalam pelaksanaan
penelitian serta memberikan informasi mengenai umat di Stasi Santo Lukas,
Sokaraja.
7.
Umat Stasi Santo Lukas Sokaraja yang telah bersedia membantu penulis
dalam mengumpulkan data dengan mengisi kuesioner penelitian dan
wawancara.
8.
Bapak, Ibu, kakak dan adikku yang selalu mengingatkan dan memberi
semangat kepada penulis selama mengerjakan skripsi ini.
9.
Keluarga besar simbah Sukirman Hadiwiyono dan simbah Atmo Harjono
yang selalu mendukung, menyemangati penulis sampai pada penyelesaian
penulisan skripsi ini.
10. Teman-teman mahasiswa/mahasiswi khususnya angkatan 2011 yang telah
memotivasi dan menyemangati penulis selama menempuh studi di IPPAK.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11. Yohanes Danang
MD, yang setia menemani, memberi perhatian dan
sflnangat kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini.
12. Sahabatku (Sr. Festina Asnawati Mendrofa, Sr. Margareta Danawati,
Sr.
Emiliana Takndare, Yesica Fridiani Claudia Dasti, Rosiana Wahyuningsih,
Kristina Priska Adventa, Stefani Sinta Windriantari, Clarasati Isdianingtyas,
Stefanie Bui Moron, Theresia Sri Rahayq Agnes Fajat, Ade Mardiana dan
Elisabet
Riil
Rejeki) yang selalu mengingatkan, setia menemani
dan
memberikan semangat kepada penulis.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang selama ini
dengan tulus telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dalam
penyusunan skripsi, sehingga masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk memperbaiki skripsi ini. Akhir
kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak yang berkepentingan.
Yogyakarta, 21 Maret 2016
Penulis
dl,f
Agnes Jajar Anur Umastuti
x11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………..
i
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………...
ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………….
iv
HALAMAN MOTTO…………………………………………………….
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………….
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI………………………...
vii
ABSTRAK………………………………………………………………..
viii
ABSTRACT………………………………………………………………..
ix
KATA PENGANTAR……………………………………………………
x
DAFTAR ISI……………………………………………………………...
xiii
DAFTAR TABEL………………………………………………………...
xviii
DAFTAR SINGKATAN…………………………………………………
xix
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………..
1
A. Latar Belakang………………………………………………
1
B. Rumusan Permasalahan……………………………………...
3
C. Tujuan Penulisan…………………………………………….
3
D. Manfaat Penulisan…………………………………………...
4
E. Metode Penulisan……………………………………………
4
F. Sistematika Penulisan………………………………………..
4
BAB II. PENELITIAN TENTANG KEGIATAN HIDUP MENGGEREJA UMAT DI STASI SANTO LUKAS SOKARAJA
PAROKI SANTO YOSEP PURWOKERTO TIMUR, JAWA
TENGAH………………………………………………………..
6
A. Situasi Stasi Santo Lukas Sokaraja………………………….
6
1. Situasi Geografis Stasi Santo Lukas Sokaraja……………
7
2. Situasi Umat di Stasi……………………………………...
7
3. Situasi Kegiatan Hidup Menggereja Stasi………………..
8
a. Kegiatan-kegiatan Gerejani…………………………...
9
b. Kegiatan Sosial Kemasyarakatan……………………...
14
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Penelitian mengenai Kegiatan Hidup Menggereja Umat di
Stasi Santo Lukas Sokaraja………………………………….
16
1. Latar Belakang Penelitian………………………………...
17
2. Rumusan Penelitian………………………………………
18
3. Tujuan Penelitian…………………………………………
18
4. Metodologi Penelitian…………………………………….
19
a. Metode Penelitian……………………………………..
19
b. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………
20
c. Populasi dan Sampel Penelitian……………………….
20
d. Instrumen Penelitian…………………………………..
21
e. Variabel Penelitian…………………………………….
21
5. Hasil dan Pembahasan Penelitian tentang Kegiatan Hidup
Menggereja Umat di Stasi Santo Lukas Sokaraja, Paroki
Santo Yosep Purwokerto Timur, Jawa Tengah…………..
22
a. Identitas Responden…………………………………...
23
b. Pemahaman tentang Hidup Menggereja………………
24
c. Keterlibatan Umat dalam Kegiatan Hidup
Menggereja………………………………………........
d. Bentuk-bentuk Kegiatan Pendukung Perkembangan
Penghayatan Iman Umat………………………………
e. Harapan dan Usulan Tema Terkait dengan Kegiatan
Hidup Menggereja…………………………………….
27
32
36
6. Kesimpulan Penelitian……………………………………
39
a. Identitas Responden…………………………………...
39
b. Pemahaman tentang Hidup Menggereja………………
39
c. Keterlibatan Umat dalam Hidup Menggereja…………
41
d. Bentuk-bentuk Kegiatan Pendukung Perkembangan
Penghayatan Iman Umat………………………………
e. Harapan dan Usulan Tema terkait dengan Kegiatan
Hidup Menggereja…………………………………….
42
43
BAB III. KEHIDUPAN MENGGEREJA UMAT MELALUI KATEKESE UMAT MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS
(SCP)…………………………………………………………...
45
A. Hidup Menggereja Umat…………………………………...
45
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Arti Gereja…………………………………………….
46
2. Model-model Gereja…………………………………..
47
a. Gereja sebagai Institusi…………………………….
47
b. Gereja sebagai Persekutuan Mistik………………...
48
c. Gereja sebagai Sakramen………………………......
49
d. Gereja sebagai Umat Allah………………………...
49
e. Gereja sebagai Pewarta…………………………….
50
3. Hidup Menggereja…………………………………….
50
a. Arti Hidup Menggereja…………………………….
51
b. Dasar-dasar Hidup Menggereja…………………….
52
B. Gambaran Umum Katekese………………………………..
56
1. Pengertian Katekese………………………………….....
57
2. Tujuan Katekese………………………………………...
58
3. Tugas Katekese………………………………………....
58
a. Katekese memberitakan Sabda Allah, mewartakan
Kristus………………………………………………..
59
b. Katekese mendidik umat beriman…………………...
59
c. Katekese mengembangkan Gereja…………………..
60
4. Kekhasan Katekese……………………………………..
61
5. Isi Katekese……………………………………………..
62
C. Gambaran Katekese Umat…………………………………
63
1. Pengertian Katekese Umat……………………………...
64
2. Tujuan Katekese Umat……………………………….....
65
3. Kekhasan Katekese Umat…………………………….....
66
D. Katekese Umat Model Shared Christian Praxis…………...
67
1. Komponen Utama dalam Shared Christian Praxis……..
68
a. Shared………………………………………….........
68
b. Christian…………………………………………….
69
c. Praxis…………………………………………...........
70
2. Langkah-langkah Katekese Model Shared Christian
Praxis…………………………………………………...
71
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Langkah I: Mengungkapkan Pengalaman Hidup
Peserta………………………………………………..
b. Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta...
72
73
c. Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani…
73
d. Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani dalam
Situasi Peserta Konkret………………………………
e. Langkah V: Mengusahakan suatu Aksi Konkret…….
74
75
3. Catatan Khusus Shared Christian Praxis…………….....
76
a. Variasi dan urutan langkah…………………………..
76
b. Pemilihan waktu dalam Shared Christian Praxis…...
77
c. Lingkungan untuk Shared Christian Praxis…………
77
E. Peranan Katekese Umat Model Shared Christian Praxis
(SCP) dalam Kegiatan Hidup Menggereja Umat…………..
1. Peran Shared Christian Praxis (SCP) dalam Koinonia
(Paguyuban)…………………………………………….
2. Peran Shared Christian Praxis (SCP) dalam Kerygma
(Pewartaan)……………………………………………...
3. Peran Shared Christian Praxis (SCP) dalam Martyria
(Kesaksian Hidup)………………………………………
4. Peran Shared Christian Praxis (SCP) dalam Liturgia
(Ibadat)………………………………………………….
5. Peran Shared Christian Praxis (SCP) dalam Diakonia
(Pelayanan)……………………………………………...
BAB IV. USULAN PROGRAM KATEKESE UNTUK MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP
MENGGEREJA DI STASI SANTO LUKAS SOKARAJA…..
79
79
80
81
82
83
85
A. Latar Belakang Penyusunan Program Katekese untuk
Meningkatkan Keterlibatan Umat dalam Hidup
Menggereja………………………………………………...
85
B. Alasan Pemilihan Tema dan Tujuan Katekese untuk
Meningkatkan Keterlibatan Umat dalam Hidup
Menggereja………………………………………………...
87
C. Tema dan Tujuan…………………………………………..
88
D. Penjabaran Program………………………………………..
89
E. Petunjuk Pelaksanaan Program…………………………….
94
F. Contoh Persiapan Katekese Umat Model Shared Christian
Praxis (SCP)……………………………………………….
95
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V. PENUTUP………………………………………………………
110
A. Kesimpulan………………………………………………......
110
B. Saran………………………………………………………....
111
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….
114
LAMPIRAN………………………………………………………………
116
Lampiran 1: Surat Penelitian untuk Ketua Stasi………...……..
(1)
Lampiran 2: Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian..
(2)
Lampiran 3: Contoh Kuesioner ………………..…………........
(3)
Lampiran 4: Contoh Isian Kuesioner………………………......
(7)
Lampiran 5: Daftar Pertanyaan Wawancara...…………………
(13)
Lampiran 6: Hasil Wawancara dengan Umat Stasi Santo Lukas
Sokaraja…………………………………………..
(14)
Lampiran 7: Daftar Umat Stasi St. Lukas Sokaraja…………...
(18)
Lampiran 8: Cerita “Lilin Harapan”………..…………………
(21)
Lampiran 9: Lagu “Bapa yang Setia”………………................
(22)
Lampiran 10: Lagu “Jangan Lelah”……………………………
(23)
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1 :
Variabel Penelitian…………………………………………
22
Tabel 2 :
Identitas Responden (N=40)……………………………….
23
Tabel 3 :
Pemahaman tentang Hidup Menggereja (N=40)…………...
24
Tabel 4 :
Keterlibatan Umat dalam Kegiatan Hidup Menggereja
(N=40)……………………………………………………..
Bentuk-bentuk Kegiatan Pendukung Perkembangan
Penghayatan Iman Umat (N=40)…………………………...
Tabel 5 :
Tabel 6 :
Harapan dan Usulan Tema Terkait dengan Kegiatan Hidup
Menggereja (N=40)………………………………………...
xviii
28
33
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan dari Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci
Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan
kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama
Republik Indonesia dalam Rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal.
8.
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
AG
: Ad Gentes, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kegiatan Misioner
Gereja, 7 Desember 1965.
CT
:
Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Yohanes Paulus II kepada
para Uskup, klerus dan segenap umat beriman tentang katekese masa
kini, 16 Oktober 1979.
SC
:
Sacrosanctum Concilium, Konstitusi tentang Liturgi suci.
C. Singkatan Lain
Art
:
Artikel
Bdk
: Bandingkan
BKSN
: Bulan Kitab Suci Nasional
Bpk
: Bapak
Dll
:
dan lain-lain
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dsb
:
dan sebagainya
Hal
: Halaman
HUT RI
:
Hari Ulang Tahun Republik Indonesia
Jabar
:
Jawa Barat
KK
: Kepala Keluarga
Komkat
: Komisi Kateketik
KWI
:
No
: Nomor
OMK
:
Orang Muda Katolik
PMI
:
Palang Merah Indonesia
Konferensi Waligereja Indonesia
PPL PAK : Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik
Paroki
Puskat
: Pusat Kateketik
RI
:
Republik Indonesia
RT
:
Rukun Tetangga
RW
:
Rukun Warga
SCP
:
Shared Christian Praxis
s/d
: sampai dengan
St
:
WIB
: Waktu Indonesia bagian Barat
WK
: Wanita Katolik
Santo
xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Umat merupakan anggota Gereja yang memiliki peran penting dalam
perkembangan Gereja. Gereja didirikan untuk memperluas Kerajaan Allah di
seluruh dunia demi kemuliaan Allah Bapa, supaya semua orang menerima buah
dari penebusan yang menyelamatkan dan supaya mereka benar-benar terarah pada
Kristus.
Cara yang dapat dilakukan oleh umat dalam menanggapi panggilan Allah
ialah terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang ada dalam Gereja, misalnya saja
kegiatan-kegiatan yang rutin dilaksanakan di Stasi maupun Lingkungan, seperti
kegiatan pendalaman iman, latihan koor, pertemuan pengurus Stasi, dsb.
Kekuatan terpenting dalam pembangunan kehidupan menggereja di
zaman sekarang ini dan juga di masa yang akan datang terletak dalam
keikutsertaan
dan
keterlibatan
umat
sendiri.
Oleh
karena
itu
demi
memperkembangkan iman akan Yesus Kristus serta demi perkembangan kegiatan
itu sendiri, umat dituntut untuk terlibat secara aktif dalam hidup menggereja.
Keikutsertaan dan keterlibatan umat sangat dibutuhkan dalam karya kerasulan di
tengah-tengah umat. Hidup menggereja diartikan sebagai pengabdian sukarela
untuk mengambil bagian dalam lima tugas Gereja yaitu koinonia, kerygma,
martyria, liturgia dan diakonia (Ardhisubagyo, 1987: 22)..
Umat sebagai bagian dari Gereja diharapkan memiliki kesadaran untuk
melakukan berbagai kegiatan kemajuan iman mereka dan demi perkembangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Gereja. Kesadaran ini menuntut umat sendiri agar memiliki kepribadian yang
matang dan dewasa, sehingga mendorong mereka untuk menyalurkan semangat
kerja yang tinggi dan mampu memainkan peranannya dalam kehidupan
menggereja dan kehidupan sosial. Kesemuanya itu perlu dilandasi dengan
semangat Kristus serta dijiwai sikap patuh dan cinta kasih terhadap gembala
Gereja sehingga diharapkan dapat membuahkan hasil yang berlimpah.
Dalam perkembangan iman Gereja menuntut kedewasaan iman umatnya.
Umat
sebagai
pelaku
perkembangan
Gereja
diharapkan
mampu
memperkembangkan imannya lewat karya kepada Gereja dan sesama.
Perkembangan zaman menuntut umat agar lebih kritis dan kreatif dalam bertindak
dan menentukan pilihan. Oleh karena itu umat perlu memiliki kesadaran untuk
mau terlibat dalam kegiatan hidup menggereja, sehingga kegiatan-kegiatan
gerejani semakin maju dan berkembang.
Salah satu stasi yang ada di Paroki Santo Yosep, Purwokerto Timur
adalah Stasi Santo Lukas, Sokaraja. Stasi sendiri memiliki 2 Lingkungan yaitu
Lingkungan Yohanes Paulus, Kalibagor dan Lingkungan Santa Maria, Sokaraja
dengan jumlah umat 335 jiwa. Dari jumlah umat tersebut umat dewasa tercatat
292 orang.
Begitu banyak kegiatan yang sering dilakukan baik di Stasi maupun di
Lingkungan. Namun, sering kali umat Stasi Santo Lukas Sokaraja kurang
menyadari akan pentingnya keterlibatan mereka dalam penyelenggaraan kegiatankegiatan tersebut sehingga banyak umat yang belum terlibat dalam kegiatan hidup
menggereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Menanggapi kenyataan dengan melihat persoalan yang ada, maka perlu
adanya pembaharuan diberbagai segi, diantaranya perlu adanya koordinasi dari
pihak Gereja dan umat agar bersama-sama mencari solusi yang tepat sehingga
kegiatan-kegiatan gerejani berjalan dengan didukung keterlibatan umat Stasi.
Melihat kenyataan yang terjadi maka penulis mengajak umat di Stasi Santo Lukas
Sokaraja untuk mempelajari dan memahami akan keterlibatan atau keikutsertaan
umat dalam proses pendewasaan iman. Untuk itu penulis mengambil judul
“UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP
MENGGEREJA DI STASI SANTO LUKAS, SOKARAJA, PAROKI SANTO
YOSEP, PURWOKERTO TIMUR, JAWA TENGAH MELALUI KATEKESE
UMAT MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS”.
B. Rumusan Permasalahan
1.
Bagaimana umat Stasi Santo Lukas Sokaraja memahami hidup menggereja
umat dan mewujudkannya dalam keterlibatan hidup menggereja?
2.
Apa makna keterlibatan umat dalam kehidupan menggereja?
3.
Bentuk kegiatan seperti apa yang mampu meningkatkan keterlibatan umat
dalam hidup menggereja?
C. Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui bagaimana umat di Stasi Santo Lukas Sokaraja memahami hidup
menggereja umat dan perwujudannya dalam keterlibatan hidup menggereja.
2.
Mengetahui makna keterlibatan umat dalam kehidupan menggereja.
3.
Mengetahui berbagai bentuk kegiatan yang diharapkan mampu meningkatkan
keterlibatan umat dalam hidup menggereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
D. Manfaat Penulisan
1.
Menambah pengetahuan yang lebih mendalam bagi penulis tentang makna
hidup menggereja umat.
2.
Memberikan sumbangan pemahaman baru kepada umat di Stasi Santo Lukas
Sokaraja tentang katekese umat model Shared Christian Praxis (SCP).
3.
Memberikan sumbangan pemikiran bagi Stasi Santo Lukas Sokaraja dalam
meningkatkan semangat pelayanan bagi umat.
E. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode
deskriptif analisis, di mana dalam penulisan skripsi ini penulis mengumpulkan
data melalui penyebaran kuesioner dan melaksanakan wawancara dengan
beberapa umat yang dianggap mengetahui banyak tentang berbagai kegiatan yang
ada di Stasi Santo Lukas Sokaraja serta studi pustaka dari buku-buku dan situasi
konkret kehidupan umat Kristiani dewasa ini.
F. Sistematika Penulisan
Sebagai gambaran umum tentang hal apa saja yang akan dibahas di
dalam penulisan skripsi ini, berikut adalah sistematika penulisan skripsi ini:
Bab I akan menguraikan tentang latar belakang permasalahan, rumusan
permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan
sistematika penulisan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Bab II akan menguraikan tentang gambaran situasi umat di Stasi,
penelitian tentang kegiatan hidup menggereja umat di Stasi Santo Lukas Sokaraja
dan pembahasan penelitian.
Bab III akan menguraikan tentang hidup menggereja umat yang
mencakup arti Gereja, model-model Gereja, hidup menggereja. Gambaran umum
katekese yang mencakup pengertian katekese, tujuan katekese, tugas katekese,
kekhasan katekese, isi katekese. Gambaran katekese umat yang mencakup
pengertian katekese umat, tujuan katekese umat, kekhasan katekese umat.
Katekese umat model Shared Christian Praxis (SCP) yang mencakup komponen
utama dalam SCP, langkah-langkah katekese model SCP, catatan khusus SCP.
Tentang peranan katekese umat model SCP dalam kegiatan hidup menggereja.
Bab IV akan menguraikan latar belakang usulan katekese untuk
meningkatkan keterlibatan umat dalam hidup menggereja, alasan pemilihan tema,
tema dan tujuan, penjabaran program, petunjuk pelaksanaan program dan contoh
Satuan Pertemuan.
Bab V berisi kesimpulan dan saran dari penulis sehubungan dengan
usaha meningkatkan keterlibatan umat dalam hidup menggereja di Stasi Santo
Lukas Sokaraja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
BAB II
PENELITIAN TENTANG KEGIATAN HIDUP MENGGEREJA
UMAT DI STASI SANTO LUKAS SOKARAJA
PAROKI SANTO YOSEP PURWOKERTO TIMUR, JAWA TENGAH
Gereja dapat berkembang karena adanya kesadaran umat untuk terlibat
dalam setiap kegiatan hidup menggereja yang ada. Hal ini tentunya sama bagi
Gereja yang ada di Stasi Santo Lukas Sokaraja. Stasi membutuhkan keterlibatan
umat untuk dapat menjalankan kegiatan-kegiatan hidup menggereja, karena tanpa
keterlibatan mereka kegiatan yang sudah terjadwal tidak akan berjalan dengan
baik. Faktor yang mempengaruhi keterlibatan umat di Stasi tentunya tergantung
situasi umat di Lingkungan. Berbeda-beda situasi umat di Stasi Santo Lukas
Sokaraja karena Stasi ini terdiri dari 2 (dua) Lingkungan, tentunya ada perbedaan
situasi umatnya.
A. Situasi Stasi Santo Lukas, Sokaraja
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis, Stasi Santo
Lukas Sokaraja merupakan bagian dari Paroki Santo Yosep Purwokerto Timur
yang terletak di Kecamatan Sokaraja. Letak gereja cukup strategis karena berada
dipinggir jalan raya dan transportasi cukup terjangkau sehingga umat tidak
kesulitan untuk dapat sampai ke Stasi ini. Sebagian besar umat stasi yang hidup
menetap di Purwokerto berasal dari daerah luar, namun hal itu tidak menghambat
mereka untuk saling mengakrabkan diri satu sama lain. Dalam banyak kesempatan
mereka tidak melupakan saling menyapa dan saling membantu sehingga dapat
tercipta suatu keharmonisan hidup bersama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
1.
Situasi Geografis Stasi Santo Lukas, Sokaraja
Stasi Santo Lukas merupakan bagian dari Paroki Santo Yosep
Purwokerto Timur, Keuskupan Purwokerto. Letak gereja Stasi Santo Lukas
sendiri berada di Kecamatan Sokaraja Tengah dan cukup strategis karena berada
dipinggir jalan raya.
Letak geografis Stasi Santo Lukas Sokaraja secara pemerintahan berada
di Kecamatan Sokaraja Tengah, dengan batas-batas sebelah Utara berbatasan
dengan Kecamatan Purwokerto Timur, sebelah Timur berbatasan dengan
Kecamatan Kalimanah, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Patikraja,
dan sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Banyumas. Adapun letak
geografis Stasi secara gereja dengan batas-batas sebelah Utara berbatasan dengan
Lingkungan Pamijen, sebelah Barat berbatasan dengan Lingkungan Karangnanas,
sebelah Timur berbatasan dengan Jompo Paroki Purbalingga dan sebelah Selatan
berbatasan dengan Kaliori Paroki Banyumas.
Stasi Santo Lukas terdiri dari 2 Lingkungan yaitu Lingkungan Yohanes
Paulus terletak di Kecamatan Kalibagor dan Lingkungan Santa Maria terletak di
Kecamatan Sokaraja. Pembagian Lingkungan disesuaikan dengan daerah
geografis dimana dari setiap Kecamatan tersebut lokasi rumah umat saling
berdekatan satu dengan yang lain [Lampiran 6: (15)].
2.
Situasi Umat di Stasi Santo Lukas, Sokaraja
Umat stasi berdasarkan data tahun 2012, berjumlah 335 orang. Umat
yang berada di Lingkungan Yohanes Paulus Kalibagor sebanyak 33 KK dengan
jumlah 118 orang. Dari 33 KK tersebut jumlah orang dewasa 106 orang dan anakanak 12 orang. Umat yang berada di Lingkungan Santa Maria Sokaraja sebanyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
72 KK dengan jumlah 217 orang. Dari 72 KK tersebut jumlah orang dewasa 186
orang dan anak-anak 31 orang. Umat di masing-masing Lingkungan tidak semua
terlibat dalam kegiatan hidup menggereja, baik yang dilaksanakan di Lingkungan
maupun di Stasi. Hal tersebut terjadi karena kurangnya kesadaran umat untuk
terlibat dalam kegiatan hidup menggereja. Oleh karena itu berpengaruh dengan
keterlibatan mereka dalam kegiatan hidup menggereja [Lampiran 6: (15)].
Umat yang terlibat dalam kegiatan gerejani hanya orang-orang tertentu
saja. Biasanya mereka yang memiliki semangat untuk melayani dan dipandang
dapat menjadi panutan bagi umat yang lain, seperti prodiakon, ketua Lingkungan,
katekis dan sebagian umat yang memang ingin melayani. Hal di atas terlihat saat
ada kegiatan sosialisasi bahan pendalaman iman Prapaskah, pelaksanaan
pendalaman iman, sosialisasi pendalaman bulan Kitab Suci, pelaksanaan
pendalaman Kitab Suci yang berlangsung di lingkungan-lingkungan hanya
merekalah yang rajin mengikuti kegiatan tersebut. Umat yang hadir dalam
pendalaman iman dan pendalaman Kitab Suci hanya sedikit sekitar 8-10 orang
saja.
3.
Situasi Kegiatan Hidup Menggereja Stasi Santo Lukas, Sokaraja
Dalam pelaksanaan karya pastoral bagi umat, Gereja turut memberi
perhatian. Stasi mewadahi umat dengan mengadakan berbagai kegiatan dengan
tujuan agar lewat kegiatan-kegiatan tersebut umat mampu menghayati imannya
dalam menanggapi situasi dan kondisi zaman sekarang.
Pelaksanaan kegiatan melibatkan semua umat yang ada di Stasi Santo
Lukas. Namun, ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan di masing-masing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Lingkungan. Kegiatan yang dilaksanakan di setiap Lingkungan tidak jauh berbeda
antara Lingkungan yang satu dengan yang lain.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan adalah kegiatan-kegiatan gerejani,
kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang diharapkan dapat memupuk persaudaraan
baik sesama umat beragama maupun umat yang beragama lain.
a.
Kegiatan-kegiatan Gerejani
Dalam pelaksanaan hidup menggereja, umat diharapkan mendukung
dengan mau terlibat di dalamnya. Keikutsertaan dan keterlibatan mereka tidak
hanya sebatas “hadir atau ada”, melainkan umat diharapkan terlibat dalam
kegiatan-kegiatan demi pengembangan Gereja, Stasi, Lingkungan dan masyarakat
dengan memberi hati sepenuhnya demi terlaksananya kegiatan-kegiatan tersebut.
Peran serta umat sungguh mempengaruhi terlaksananya dan perkembangan
kegiatan itu sendiri, sehingga Gereja sangat mengharapkan umat untuk terlibat.
Kegiatan-kegiatan gerejani yang dilaksanakan umat stasi adalah sosialisasi bahan
pendalaman iman Prapaskah, pelaksanaan Pendalaman Iman di Lingkungan/Blok,
Doa Rosario, Misa Jumat Pertama, sosialisasi pendalaman bulan Kitab Suci,
pelaksanaan pendalaman Kitab Suci di Lingkungan/Blok, Koor dan pertemuan
pengurus Stasi.
1) Sosialisasi Bahan Pendalaman Iman Prapaskah
Sosialisasi bahan pendalaman iman Prapaskah dilaksanakan setiap tahun
pada awal bulan Maret. Sosialisasi ini tidak dilaksanakan di Stasi tetapi
dipusatkan di Paroki. Peserta yang hadir dalam kegiatan ini kurang lebih 25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
sampai 30 orang. Mereka adalah calon pemandu yang akan bertugas di Stasi
maupun Lingkungan saat pendalaman Iman berlangsung. Umat Stasi yang
mewakili terdiri dari kedua Lingkungan yang ada. Kegiatan sosialisasi
berlangsung pukul 09.00-13.00 WIB dan mengambil waktu pada hari Minggu
setelah selesai perayaan Ekaristi. Bentuk kegiatan yang diadakan setelah tim Kitab
Suci Paroki mengikuti sosialisasi dari Komisi Kitab Suci Keuskupan kemudian
menyampaikan hasilnya kepada para calon pemandu di Stasi dan Lingkungan.
Tujuannya supaya para calon pemandu Stasi maupun Lingkungan mampu
melaksanakan tugas di Lingkungan masing-masing [Lampiran 6: (16)].
2) Pelaksanaan Pendalaman Iman di Lingkungan/Blok
Pendalaman Iman dilaksanakan setiap bulan Maret sampai April di
masing-masing Lingkungan atau Blok. Peserta yang hadir dari setiap Lingkungan
sekitar 8 sampai 10 orang. Kegiatan pendalaman iman berlangsung selama satu
setengah jam (19.30-21.00 WIB). Pendalaman iman dilaksanakan di rumah umat,
setiap minggunya tempat berpindah-pindah tidak menetap di rumah salah satu
umat saja. Bentuk kegiatan yang diadakan biasanya diawali dengan lagu
pembukaan, doa pembukaan, pengantar dari pemandu, bacaan Kitab Suci, sharing
pengalaman, peneguhan dari pemandu, diakhiri dengan doa dan lagu penutup.
Tujuan dari kegiatan ini agar umat mempunyai semangat bertobat untuk
menanggapi cinta kasih Yesus yang telah rela menderita sengsara sampai wafat di
salib. Kesan umat dari kegiatan ini mereka kurang berminat mengikuti
pendalaman iman sehingga dari setiap pertemuan hanya orang tertentu saja yang
hadir [Lampiran 6: (16)].
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
3) Doa Rosario
Doa Rosario dilaksanakan setiap bulan Mei dan Oktober di Lingkungan
masing-masing pukul 18.00 WIB. Umat yang hadir dari setiap Lingkungan kurang
lebih 45 orang, terdiri dari anak-anak, kaum muda/i, bapak-bapak dan ibu-ibu.
Bentuk kegiatan doa Rosario diadakan satu bulan penuh setiap hari dari rumah ke
rumah. Pelaksanaan doa diawali dengan lagu pembukaan dan dipimpin oleh salah
satu umat (biasanya tuan rumah). Renungan setiap peristiwa dibacakan secara
bergantian oleh OMK yang ditunjuk. Doa Salam Maria didoakan secara bergilir
tiap orang. Pada akhir bulan Maria dan bulan Rosario selalu ditutup dengan misa.
Kesan umat dari kegiatan doa ini sebagian besar umat berminat mengikutinya
sehingga dari hari ke hari selama doa berlangsung banyak umat yang hadir
[Lampiran 6: (17)].
4) Misa Jumat Pertama
Misa Jumat Pertama dilaksanakan secara rutin, sekali dalam satu bulan di
gereja Stasi. Umat yang hadir dalam setiap pelaksanaan misa ini tidak banyak
seperti misa hari Minggu biasa, jumlahnya antara 15 sampai 25 saja. Meskipun
demikian, misa Jumat Pertama tetap dilaksanakan rutin setiap bulannya. Petugas
misanya sendiri tidak terjadwal, sehingga yang bertugas adalah umat yang biasa
hadir mengikuti misa. Misa dilaksanakan pada hari Jumat Pertama dalam setiap
bulan, pukul 18.00-19.00 WIB dan dipimpin oleh romo paroki atau romo yang
lain (romo pembantu). Kesan umat dengan adanya misa Jumat Pertama ini kurang
mendukung karena sebagian besar umat pulang bekerja sudah sore sehingga tidak
sempat lagi untuk mengikuti misa [Lampiran 6: (17)].
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
5) Sosialisasi Pendalaman Bulan Kitab Suci
Sosialisasi pendalaman bulan Kitab Suci dilaksanakan setiap tahun pada
bulan Agustus. Sosialisasi ini tidak dilaksanakan di Stasi tetapi dipusatkan di
Paroki. Peserta yang hadir dalam kegiatan ini kurang lebih 30 sampai 35 orang.
Mereka adalah calon pemandu yang akan bertugas di Stasi maupun Lingkungan
saat pendalaman Kitab Suci berlangsung. Umat Stasi yang mewakili terdiri dari
kedua Lingkungan yang ada. Kegiatan sosialisasi berlangsung pukul 09.00-13.00
WIB dan mengambil waktu pada hari Minggu setelah selesai perayaan Ekaristi.
Bentuk kegiatan yang diadakan setelah tim Kitab Suci Paroki mengikuti
sosialisasi dari Komisi Kitab Suci Keuskupan kemudian menyampaikan hasilnya
kepada para calon pemandu di Stasi dan Lingkungan. Tujuannya supaya para
calon pemandu Stasi maupun Lingkungan juga mengetahui apa yang menjadi
kesepakatan mengenai BKSN tahun tersebut baik mengenai tema, harapanharapan yang mau dicapai, dsb [Lampiran 6: (17)].
6) Pendalaman Kitab Suci di Lingkungan/Blok
Pendalaman Kitab Suci dilaksanakan setiap bulan September di masingmasing Lingkungan atau Blok. Peserta yang hadir dari setiap Lingkungan sekitar
8 sampai 10 orang. Kegiatan pendalaman Kitab Suci berlangsung selama satu
setengah jam (19.30-21.00 WIB). Bentuk kegiatan yang diadakan biasanya
diawali dengan lagu pembukaan, doa pembukaan, pengantar dari pemandu,
bacaan Kitab Suci, sharing pengalaman, peneguhan dari pemandu, diakhiri
dengan doa dan lagu penutup. Tujuan dari kegiatan ini agar umat semakin
mendalami Sabda Tuhan dan melalui Sabda-Nya mereka dapat memaknai
peristiwa kehidupan sehari-hari sehingga peristiwa hidup yang telah dilalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
memiliki nilai-nilai yang dapat dijadikan pegangan dalam hidup. Kesan umat dari
kegiatan ini mereka kurang berminat mengikuti pendalaman Kitab Suci sehingga
dari setiap pertemuan hanya orang tertentu saja yang hadir [Lampiran 6: (17)].
7) Bertugas koor
Umat Stasi memiliki tugas utama untuk berlatih dan mempersiapkan
nyanyian dalam memeriahkan Perayaan Ekaristi bila mendapat tugas koor di
gereja. Di Stasi Santo Lukas terdapat
lima kelompok koor sehingga setiap
minggu Perayaan Ekaristi berlangsung petugas koor selalu bergantian. Lima
kelompok tersebut yaitu koor Lingkungan Yohanes Paulus, koor Lingkungan
Santa Maria, koor WK (Wanita Katolik), koor OMK dan koor Gregorius (bapakbapak). Masing-masing kelompok biasanya berlatih sendiri-sendiri sesuai dengan
tugas yang dijadwalkan. Kelompok koor tidak hanya mendapatkan tugas pada
Perayaan Ekaristi hari Minggu saja tetapi juga mendapat tugas untuk
memeriahkan misa hari-hari besar, seperti Natal dan Paskah. Jumlah anggota koor
dari masing-masing kelompok cukup banyak, kurang lebih 20-30 orang artinya
umat banyak yang mau ikut dan terlibat dalam kegiatan ini [Lampiran 6: (18)].
8) Pertemuan Pengurus Stasi
Pertemuan pengurus dilaksanakan dalam rangka persiapan, pelaksanaan
dan evaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan maupun rencana kegiatan yang
akan dilaksanakan bersama.
Pertemuan pengurus Stasi Santo Lukas Sokaraja dilaksanakan satu kali
dalam sebulan. Dalam setiap pelaksanaan kegiatan ini, pengurus stasi yang hadir
kurang lebih 10 orang. Hal-hal yang dibahas dalam pertemuan menyangkut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
laporan kegiatan dari koordinator masing-masing bidang dan evaluasi kegiatan
baik yang terlaksana maupun yang tidak terlaksana. Dengan adanya laporan dan
evaluasi ini pengurus stasi dapat melihat hal-hal baik yang dapat dipertahankan
dan juga memperbaiki hal-hal yang masih kurang. Untuk itu dalam pertemuan
pengurus stasi ini dibutuhkan keterbukaan dari setiap bidang sehingga harapan
yang dicita-citakan dapat terwujud demi perkembangan Stasi Santo Lukas
Sokaraja [Lampiran 6: (18)].
b. Kegiatan Sosial Kemasyarakatan
Umat di Stasi Santo Lukas Sokaraja tidak hanya terlibat dalam kegiatankegiatan gerejani, baik dalam lingkup Paroki, Stasi maupun Lingkungan,
melainkan keterlibatan umat juga diwujudkan dalam kebersamaan dan
keterlibatan
dengan
mengikuti
kegiatan-kegiatan
sosial
kemasyarakatan.
Keterlibatan dan keikutsertaan umat dalam berbagai kehidupan, merupakan salah
satu usaha umat untuk semakin memahami makna kebersamaan dalam hidup.
Kebersamaan yang terjalin diharapkan tidak hanya sebatas dengan umat katolik
saja tetapi juga dengan umat yang lain. Dengan demikian tumbuh juga rasa saling
menghargai satu sama lain. Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya: Aksi sosial,
keterlibatan dalam kepengurusan RT, terlibat dalam Pesta Kemerdekaan RI dan
donor darah.
1) Aksi sosial
Salah satu wujud keterlibatan umat dalam hidup bermasyarakat yakni
dengan mengadakan aksi sosial. Aksi sosial biasanya dilakukan oleh umat stasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
saat menjelang Natal dan Paskah. Dalam pelaksanaan kegiatan ini umat stasi
membagikan sembako seperti beras, minyak, gula, dsb kepada orang-orang yang
membutuhkan. Sembako yang diberikan biasanya berasal dari umat stasi sendiri
dan jika ada kekurangan panitia kegiatan menambahkan dengan membeli barangbarang yang masih dibutuhkan. Sasaran yang diberi sembako tidak hanya sebatas
umat stasi yang membutuhkan tetapi juga dibagikan kepada masyarakat yang
membutuhkan disekitar stasi. Pelaksanaan aksi sosial ini dikoordinator oleh ibuibu WK (Wanita Katolik) stasi. Kegiatan aksi sosial dilaksanakan dengan harapan
umat katolik semakin termotivasi untuk lebih peka terhadap situasi yang ada di
dalam masyarakat dengan mau terlibat dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan
[Lampiran 6: (18)].
2) Kepengurusan RT
Umat Katolik tidak hanya terlibat dalam kegiatan-kegiatan gerejani saja
tetapi juga ikut ambil bagian dalam kegiatan kemasyarakatan, seperti menjadi
pengurus RT/RW. Kedudukan umat katolik dalam kepengurusan tersebut
menduduki peran penting antara lain menjadi ketua RT, sekretaris, bendahara,
dsb. Dengan mendapatkan peran penting tersebut menandakan bahwa umat
katolik dipercaya oleh warga sekitar [Lampiran 6: (18)].
3)
Pesta Kemerdekaan RI
Dalam memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia umat turut
serta dalam memperingati hari bersejarah yang setiap tahun dirayakan dan
diperingati oleh seluruh warga Indonesia. Dalam peringatan hari kemerdekaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
tersebut, berbagai kegiatan dan perlombaan dilaksanakan di setiap desa. Biasanya
umat katolik ikut ambil bagian dalam perlombaan yaitu lomba olah raga. Dalam
pelaksanaan lomba tersebut setiap RT mengirim perwakilan untuk bertanding di
tingkat RW. Disamping itu pula umat terlibat dalam mempersiapkan syukuran
pesta kemerdekaan RI, misalnya menyiapkan tempat untuk berkumpul bersama
dan ikut menyiapkan makanan yang akan dinikmati bersama (biasanya ibu-ibu)
[Lampiran 6: (18)].
4) Donor darah
Donor darah merupakan kegiatan kemasyarakatan yang dilakukan oleh
umat Stasi Santo Lukas Sokaraja. Pelaksanaan kegiatan ini yaitu saat menjelang
hari pesta nama pelindung Gereja. Peserta donor darah adalah umat katolik
sendiri.
Dalam
setiap
pelaksanaan
kegiatan
ini,
umat
yang
bersedia
menyumbangkan darahnya kurang lebih 25 orang. Panitia kegiatan bekerja sama
dengan PMI Kabupaten Banyumas. Darah yang telah terkumpul dikelola oleh
PMI dan dapat dipakai tidak hanya untuk umat katolik saja, namun berlaku untuk
umum. Tujuan dari kegiatan ini untuk meningkatkan kepedulian umat katolik
kepada orang-orang sakit yang membutuhkan bantuan khususnya bantuan darah
[Lampiran 6: (18)].
B. Penelitian mengenai Kegiatan Hidup Menggereja Umat di Stasi Santo
Lukas, Sokaraja
Penulis sebelum melaksanakan penelitian terlebih dahulu melakukan
persiapan. Adapun yang menjadi persiapan penelitian penulis meliputi latar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
belakang penelitian, rumusan penelitian, tujuan penelitian, dan metodologi
penelitian. Penelitian ini diadakan untuk mengetahui secara nyata bagaimana
keterlibatan umat dalam kegiatan hidup menggereja di Stasi Santo Lukas,
Sokaraja. Penelitian diadakan pada 13-14 Oktober 2015. Hasil penelitian
kemudian akan dianalisis untuk mendapatkan gambaran nyata keterlibatan umat
dalam kehidupan menggereja.
1.
Latar Belakang Penelitian
Kegiatan gerejani merupakan kegiatan yang dapat membantu umat dalam
menghidupi iman kristianinya. Melalui keterlibatan umat dalam kegiatan-kegiatan
gerejani mereka semakin menyadari akan tanggung jawabnya sebagai anggota
Gereja dalam memajukan kehidupan menggereja. Peranan ini akan semakin
tampak apabila setiap umat memiliki kesadaran dalam dirinya masing-masing.
Kegiatan-kegiatan gerejani tidak akan berkembang dengan baik tanpa keterlibatan
umatnya.
Di zaman yang semakin modern ini orang ditantang untuk semakin maju
dalam pola pikir maupun kehidupannya. Dinamika kehidupan yang semakin
beragam dan tantangan hidup yang berliku merupakan keadaan yang dihadapi
oleh orang zaman sekarang. Namun justru di tengah kehidupan yang serba
modern dan penuh tantangan itu peran umat dalam keterlibatan dalam kegiatan
menggereja akan dituntut.
Kegiatan yang diadakan dalam hidup menggereja merupakan salah satu
wadah bagi umat untuk mewujudkan iman kristianinya melalui keterlibatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
mereka. Ketika umat menyadari bahwa hidup mati kegiatan yang dilaksanakan
gereja sangat tergantung pada keterlibatan mereka maka dengan sendirinya
mereka pun semakin merasakan manfaat dari kegiatan itu.
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat mengetahui bagaimana
pemahaman umat mengenai hidup menggereja dan seberapa besar keterlibatan
umat dalam kegiatan hidup menggereja.
2.
Rumusan Penelitian
Bertolak dari latar belakang di atas, penulis mencoba merumuskan
permasalahan sebagai berikut:
a.
Bagaimana umat stasi memahami atau mengerti hidup menggereja?
b.
Bagaimana umat Stasi St. Lukas Sokaraja terlibat dalam hidup menggereja?
c.
Bentuk-bentuk kegiatan pendukung perkembangan penghayatan iman umat
stasi?
d.
Bentuk kegiatan seperti apa yang diharapkan mampu meningkatkan
keterlibatan umat stasi dalam hidup menggereja?
3.
Tujuan Penelitian
Bertolak dari rumusan permasalahan di atas, tujuan penelitian ini
dilaksanakan antara lain:
a.
Mengetahui pemahaman umat stasi mengenai hidup menggereja.
b.
Mengetahui keterlibatan umat di Stasi St. Lukas Sokaraja dalam hidup
menggereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
c.
Mengetahui bentuk kegiatan yang mendukung perkembangan penghayatan
iman umat di Stasi St. Lukas Sokaraja.
d.
Mengetahui bentuk kegiatan yang diharapkan mampu meningkatkan
keterlibatan umat stasi dalam hidup menggereja.
4.
Metodologi Penelitian
a.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan memanfaatkan
metode wawancara serta pengamatan untuk mendapatkan data penelitian serta
permasalahan yang terjadi di Stasi Santo Lukas Sokaraja. Penulis mengadakan
wawancara kepada beberapa umat stasi. Moleong (2011: 6) menyatakan bahwa
penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara holistik dan dengan deskripsi dalam
bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Penulis memilih penelitian ini karena metode penelitian kualitatif
memandang manusia sebagai instrumen utama dan mengutamakan proses dari
pada hasil penelitian (Moleong, 2011: 11). Melalui penelitian kualitatif penulis
dapat mengenal orang (subyek) secara pribadi. Latar belakang alamiah yang
mengharuskan penulis terlibat langsung dalam proses penelitian menjadi suatu
tantangan tersendiri untuk berproses bersama responden dimana penelitian
diadakan dan menyesuaikan diri dengan kenyataan-kenyataan yang ada di
lapangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
b. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dengan menyebarkan kuesioner dan wawancara dilaksanakan
pada 13-14 Oktober 2015 di Lingkungan Santa Maria Sokaraja dan Lingkungan
Yohanes Paulus Kalibagor, Paroki Santo Yosep Purwokerto Timur. Penulis
mendatangi satu persatu umat (door to door) karena penulis hanya mengambil
beberapa umat saja untuk dijadikan responden. Sedangkan wawancara dilakukan
untuk melengkapi data dan dilaksanakan bersamaan dengan penyebaran kuesioner
(beberapa responden saja) yang dianggap mengetahui banyak tentang Stasi Santo
Lukas Sokaraja.
c.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014: 61). Penelitian
ini mengambil populasi umat (orang dewasa) Stasi Santo Lukas Sokaraja dengan
jumlah 292 orang.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2014: 62). Penelitian ini mengambil sampel umat Stasi Santo
Lukas Sokaraja dengan jumlah 40 orang dan menggunakan simple random
sampling. Alasan peneliti mengambil 40 orang sebagai responden karena dari
masing-masing Lingkungan hanya 30 umat yang aktif. Simple random sampling
adalah pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2014: 64). Penulis
menyebar kuesioner sebanyak 40 dan semua kuesiner itu kembali lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
d. Instrumen Penelitian
Instrumen
penelitian
merupakan
suatu
alat
yang
digunakan
mengumpulkan data (Moleong, 2011: 168). Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuesioner.
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau
hal-hal yang ia ketahui (Arikunto Suharsimi, 1997: 128-129). Jenis kuesioner
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup
adalah kuesioner yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal
memilih (Arikunto Suharsimi, 1997: 128-129). Dalam penelitian ini kuesioner
diajukan kepada umat Stasi Santo Lukas Sokaraja.
e.
Variabel Penelitian
Variabel adalah gejala-gejala yang menunjukkan variasi, baik dalam jenis
maupun dalam tingkatan (Sutrisno Hadi, 2004: 250). Yang menjadi fokus
penelitian dalam penelitian ini yaitu seberapa besar keterlibatan umat dalam
kegiatan hidup menggereja di Stasi Santo Lukas Sokaraja. Adapun variabel yang
diungkap dalam penelitian ini adalah identitas responden, pemahaman tentang
hidup menggereja, keterlibatan umat dalam hidup menggereja, bentuk kegiatan
pendukung perkembangan penghayatan iman umat. Masing-masing dari bagian
penelitian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Tabel 1: Variabel Penelitian
No
(1)
1
2
3
4
5
5.
Variabel-variabel
(2)
Identitas Responden
No. Item
(3)
Jumlah
(4)
3
4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12,
13
14, 15, 16, 17, 18, 19, 20,
21, 22, 23, 24, 25, 26, 27
28, 29, 30, 31, 32, 33, 34,
35, 36
10
37, 38, 39, 40, 41, 42, 43
7
Total
43
1, 2, 3
Pemahaman tentang Hidup
Menggereja
Keterlibatan Umat dalam Hidup
Menggereja
Bentuk-bentuk Kegiatan
Pendukung Perkembangan
Penghayatan Iman Umat
Harapan dan Usulan Tema
terkait dengan Kegiatan Hidup
Menggereja
14
9
Hasil dan Pembahasan Penelitian tentang Kegiatan Hidup Menggereja
Umat di Stasi Santo Lukas Sokaraja, Paroki Santo Yosep Purwokerto
Timur, Jawa Tengah
Bagian ini akan dipaparkan laporan dan pembahasan hasil penelitian.
Laporan penelitian akan disajikan dalam bentuk tabel-tabel. Data yang diperoleh
sesuai dengan variabel yang telah ditentukan yaitu meliputi identitas responden,
pemahaman tentang hidup menggereja, keterlibatan umat dalam hidup
menggereja, bentuk-bentuk kegiatan pendukung perkembangan penghayatan iman
umat, harapan dan tema terkait dengan kegiatan hidup menggereja.
Dalam pengolahan data ini, prosentase suara responden diperoleh dengan
cara
membagi
frekuensi
suara
masuk
(F)
dengan
jumlah
responden
keseluruhannya (N) kemudian dikalikan dengan 100% atau dengan rumus:
F
x 100
N
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Berikut ini disampaikan hasil pengolahan data dari 40 kuesioner yang
disajikan dalam bentuk tabel, disertai dengan pembahasan dari hasil penelitian.
a.
Identitas Responden
Pada identitas responden hal-hal yang akan diungkap berkenaan dengan
jenis kelamin, umur dan asal Lingkungan. Berikut ini adalah data yang berkaitan
dengan identitas responden.
1) Hasil Penelitian
Tabel 2: Indentitas Responden (N=40)
No
Pernyataan
Item
(1)
(2)
1
Jenis Kelamin
a. Perempuan
b. Laki-laki
2
Umur
a. 15-25
b. 26-35
c. 36-45
d. 46-55
e. >55
3
Asal Lingkungan
a. Lingkungan Santa Maria Sokaraja
b. Lingkungan Yohanes Paulus Kalibagor
Frekuensi
(3)
Persen
(%)
(4)
19
21
47,5
52,5
7
4
8
15
6
17,5
10
20
37,5
15
20
20
50
50
2) Pembahasan Penelitian
Dari tabel dua, identitas responden dari segi jenis kelamin, yaitu dengan
jumlah 19 (47,5%) adalah perempuan dan 21 (52,5%) adalah laki-laki. Identitas
responden dari segi umur, yaitu 15-25 tahun ada 7 (17,5%), 26-35 tahun ada 4
(10%), 36-45 tahun ada 8 (20%), 46-55 tahun ada 15 (37,5%) dan di atas 55 tahun
ada 6 (15%).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Identitas responden dari segi Lingkungan tempat asal, yaitu dengan
jumlah 20 (50%) umat berasal dari Lingkungan Santa Maria Sokaraja dan
Lingkungan Yohanes Paulus Kalibagor ada 20 (50%) umat.
Kenyataan di atas menunjukkan bahwa lebih banyak responden laki-laki
yang mengisi kuesioner dibandingkan dengan responden yang perempuan dan
responden yang berumur 46-55 tahun cukup mendominasi dalam pengisian
kuesioner. Dari penggolongan Lingkungan tempat asal responden berjumlah sama
yaitu 20 (50%).
b. Pemahaman tentang Hidup Menggereja
Bagian ini memaparkan sejauhmana pemahaman umat tentang hidup
menggereja. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini:
1) Hasil Penelitian
Tabel 3: Pemahaman tentang Hidup Menggereja (N=40)
No
Pernyataan
Item
(1)
(2)
4
Kata Gereja memiliki arti sebagai
persekutuan orang-orang yang beriman
kepada Kristus.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
5
Tugas
Gereja
adalah
mengajar,
menguduskan dan memimpin.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
Jumlah
Umat
(3)
Persen
(%)
(4)
25
15
0
0
0
62,5
37,5
0
0
0
17
21
1
42,5
52,5
2,5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
(1)
6
7
8
9
10
11
(2)
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
Gereja mengajarkan kebenaran-kebenaran
kepada anggotanya sehingga mereka sampai
pada keselamatan yang abadi.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
Hidup menggereja merupakan kegiatan yang
menampakkan iman akan Yesus Kristus.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
Gereja menjalankan hidup menggerejanya
didasari oleh semangat Yesus Kristus sendiri
selama hidup-Nya.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
Gereja memiliki lima tugas pokok yaitu
koinonia/paguyuban,
kerygma/pewartaan,
martyria/kesaksian hidup, liturgia/ibadat dan
diakonia/pelayanan.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
Pewartaan Sabda Allah oleh Gereja bukan
hanya sekedar informasi mengenai Allah,
melainkan sungguh-sungguh menghadirkan
Allah di tengah dunia.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
Kesaksian akan Yesus Kristus kita wujudkan
lewat tindakan kita sehari-hari.
(3)
1
0
(4)
2,5
0
29
11
0
0
0
72,5
27,5
0
0
0
22
18
0
0
0
55
45
0
0
0
24
16
0
0
0
60
40
0
0
0
23
17
0
0
0
57,5
42,5
0
0
0
28
11
1
0
0
70
27,5
2,5
0
0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
(1)
12
13
(2)
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
Hidup menggereja tidak hanya dilakukan di
lingkungan gereja saja, namun juga di
lingkungan masyarakat.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
Sikap kita terhadap hidup menggereja
sebagai umat katolik melaksanakan dengan
sadar, tulus dan tanggungjawab sebagai
anggota gereja, sehingga iman akan Allah
semakin hari semakin berkembang.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
(3)
22
18
0
0
0
(4)
55
45
0
0
0
24
16
0
0
0
60
40
0
0
0
19
21
0
0
0
47,5
52,5
0
0
0
2) Pembahasan Penelitian
Dari tabel 3, diketahui sejauh mana pemahaman umat tentang Gereja.
Umat menyatakan sangat setuju ada 25 (62,5%) umat dan setuju ada 15 (37,5%)
umat, bahwa Gereja sebagai persekutuan orang yang beriman kepada Kristus.
Tugas Gereja adalah mengajar, menguduskan dan memimpin, atas pernyataan
tersebut umat menyatakan sangat setuju ada 17 (42,5%) umat, setuju 21 (52,5%)
umat, ragu-ragu ada 1 (2,5%) umat dan kurang setuju ada 1 (2,5%) umat. Ada 29
(72,5%) umat menyatakan sangat setuju dan setuju ada 11 (27,5%) umat, bahwa
Gereja mengajarkan kebenaran-kebenaran kepada anggotanya.
Dari segi pemahaman tentang hidup
menggereja, umat menyatakan
sangat setuju ada 22 (55%) umat dan setuju ada 18 (45%) umat, bahwa hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
menggereja merupakan kegiatan yang menampakkan iman akan Yesus Kristus.
Ada 24 (60%) umat menyatakan sangat setuju dan setuju ada 16 (40%) umat,
bahwa Gereja menjalankan hidup menggerejanya didasari oleh semangat Yesus
Kristus selama hidup-Nya.
Umat menyatakan sangat setuju ada 23 (57,5%) dan setuju ada 17
(42,5%), bahwa Gereja memiliki lima tugas pokok yaitu koinonia, kerygma,
martyria, liturgia dan diakonia.
Pewartaan Sabda Allah oleh Gereja bukan hanya sekedar informasi,
melainkan sungguh-sungguh menghadirkan Allah di dunia, terhadap pernyataan
tersebut umat menyatakan sangat setuju ada 28 (70%), setuju ada 11 (27,5%) dan
ragu-ragu ada 1 (2,5%).
Umat menyatakan sangat setuju ada 22 (55%) dan setuju ada 18 (45%),
bahwa kesaksian akan Yesus Kristus diwujudkan lewat tindakan nyata sehari-hari.
Hidup menggereja tidak hanya dilakukan di lingkungan gereja, namun juga di
lingkungan masyarakat. Dari pernyataan tersebut umat menyatakan sangat setuju
ada 24 (60%) dan setuju ada 16 (40%).
Umat menyatakan sangat setuju ada 19 (47,5%) dan setuju ada 21
(52,5%), bahwa sikap sebagai umat katolik terhadap hidup menggereja
melaksanakan dengan sadar, tulus dan tanggungjawab.
c.
Keterlibatan Umat dalam Kegiatan Hidup Menggereja
Bagian ini akan memaparkan variabel tentang keterlibatan umat Stasi St.
Lukas Sokaraja dalam hidup menggereja dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat
dalam tabel berikut ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
1) Hasil Penelitian
Tabel 4: Keterlibatan Umat dalam Kegiatan Hidup Menggereja (N=40)
No
Pernyataan
Item
(1)
(2)
14 Umat katolik adalah mereka yang selalu
bersemangat dalam mengikuti kegiatankegiatan gerejani.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
15 Hidup menggereja dapat diwujudkan oleh
siapa pun, kapan pun dan di mana pun orang
atau sekelompok orang yang menampakkan
imannya kepada Kristus.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
16 Kegiatan-kegiatan gerejani yang dilakukan
selama ini sungguh membantu Anda dalam
menghayati akan hidup menggereja.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
17 Peranan umat dalam hidup menggereja yaitu
sebagai penerus Gereja di masa depan.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
18 Keterlibatan umat dalam Gereja pada
umumnya sama dengan peranan kaum awam
yaitu sebagai warga Gereja yang tidak
ditahbiskan atau orang-orang yang beriman
Kristen yang oleh pembaptisan menjadi
anggota Tubuh Kristus.
a. Sangat Setuju
Jumlah
Umat
(3)
Persen
(%)
(4)
11
21
1
6
1
27,5
52,5
2,5
15
2,5
15
24
0
1
0
37,5
60
0
2,5
0
14
24
2
0
0
35
60
5
0
0
16
24
0
0
0
40
60
0
0
0
10
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
(1)
19
20
21
22
23
24
(2)
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
Sebagai umat katolik saya sudah terlibat
dalam kegiatan liturgi.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
Sebagai umat beriman kita perlu menjaga
nama baik keluarga dan masyarakat.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
Umat yang aktif adalah mereka yang selalu
terlibat diberbagai kegiatan gerejani.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
Semua umat Stasi Santo Lukas Sokaraja
aktif dalam kegiatan gerejani.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
Kegiatan-kegiatan gerejani di Stasi Santo
Lukas Sokaraja membantu saya dalam
menghayati iman.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
Kegiatan menggereja membantu saya dalam
pembentukan karakter.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
(3)
24
5
1
0
(4)
60
12,5
2,5
0
9
27
1
3
0
22,5
67,5
2,5
7,5
0
29
11
0
0
0
72,5
27,5
0
0
0
10
24
5
1
0
25
60
12,5
2,5
0
5
13
9
11
2
12,5
32,5
22,5
27,5
5
15
21
4
0
0
37,5
52,5
10
0
0
13
25
2
32,5
62,5
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
(1)
25
26
27
(2)
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
Kesibukan kerja menghambat keaktifan saya
dalam mengikuti kegiatan hidup menggereja.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
Kegiatan hidup menggereja di Stasi dapat
mempererat relasi umat antar Lingkungan.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
Saya senang mengikuti kegiatan gerejani.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
(3)
0
0
(4)
0
0
1
10
1
20
8
2,5
25
2,5
50
20
18
21
1
0
0
45
52,5
2,5
0
0
14
23
2
1
0
35
57,5
5
2,5
0
2) Pembahasan Penelitian
Dari tabel 4, dapat diketahui sejauh mana keterlibatan umat Stasi Santo
Lukas Sokaraja dalam kegiatan hidup menggereja. Umat dengan jumlah 11
(27,5%) menyatakan sangat setuju, jumlah 21 (52,5%) umat menyatakan setuju,
bahwa umat katolik adalah mereka yang selalu bersemangat dalam mengikuti
kegiatan-kegiatan gerejani, sedangkan yang menyatakan ragu-ragu ada 1 (2,5%)
umat, kurang setuju ada 6 (15%) umat dan tidak setuju ada 1 (2,5%) umat.
Hidup menggereja dapat diwujudkan oleh siapa pun, kapan pun dan di
mana pun orang atau sekelompok orang yang menampakkan imannya kepada
Kristus, atas pernyataan tersebut umat menyatakan sangat setuju ada 15 (37,5%)
dan menyatakan setuju ada 24 (60%) umat sedangkan yang menyatakan kurang
setuju ada 1 (2,5%) umat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Dari tabel yang sama diperoleh juga data 14 (35%) umat menyatakan
sangat setuju, 24 (60%) umat menyatakan setuju dan 2 (5%) umat menyatakan
ragu-ragu, bahwa kegiatan-kegiatan gerejani yang dilakukan sungguh membantu
umat dalam menghayati akan hidup menggereja. Ada 16 (40%) umat menyatakan
sangat setuju dan 24 (60%) umat menyatakan setuju, bahwa peranan umat dalam
hidup menggereja yaitu sebagai penerus Gereja di masa depan.
Pemahaman yang menyatakan keterlibatan umat dalam Gereja pada
umumnya sama dengan peran kaum awam sebagai warga Gereja yang tidak
ditahbiskan atau orang-orang yang beriman Kristen yang oleh pembaptisan
menjadi anggota Tubuh Kristus dihasilkan data umat menyatakan sangat setuju
ada 10 (25%), setuju ada 24 (60%) umat, ragu-ragu 5 (12,5%) umat sedangkan
yang menyatakan kurang setuju ada 1 (2,5%) umat.
Umat dengan jumlah 9 (22,5%) menyatakan sangat setuju dan 27
(67,5%) umat menyatakan setuju, bahwa sebagai umat katolik mereka sudah
terlibat dalam kegiatan liturgi, sedangkan yang menyatakan ragu-ragu ada 1
(2,5%) umat dan kurang setuju ada 3 (7,5%) umat.
Sebagai umat beriman kita perlu menjaga nama baik keluarga dan
masyarakat, atas pernyataan tersebut umat menyatakan sangat setuju ada 29
(72,5%) dan menyatakan setuju ada 11 (27,5%). Umat dengan jumlah 10 (25%)
menyatakan sangat setuju, 24 (60%) umat menyatakan setuju, 5 (12,5%) umat
menyatakan ragu-ragu dan 1 (2,5%) umat menyatakan kurang setuju, bahwa umat
yang aktif adalah mereka yang selalu terlibat diberbagai kegiatan gerejani.
Semua umat Stasi Santo Lukas Sokaraja aktif dalam kegiatan gerejani,
atas pernyataan tersebut umat menyatakan sangat setuju ada 5 (12,5%) umat dan
menyatakan setuju ada 13 (32,5%) umat sedangkan yang menyatakan ragu-ragu 9
(22,5%) umat, kurang setuju 11 (27,5%) umat dan tidak setuju 2 (5%) umat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Kegiatan-kegiatan Gerejani di Stasi Santo Lukas Sokaraja membantu
umat dalam menghayati iman. Dari pernyataan tersebut umat menyatakan sangat
setuju ada 15 (37,5%) dan menyatakan setuju ada 21 (52,5%) umat sedangkan
yang menyatakan ragu-ragu ada 4 (10%) umat.
Umat dengan jumlah 13 (32,5%) menyatakan sangat setuju, 25 (62,5%)
umat menyatakan setuju dan 2 (5%) umat menyatakan ragu-ragu bahwa kegiatan
menggereja membantu umat dalam pembentukan karakter. Kesibukan kerja
menghambat keaktifan umat dalam mengikuti kegiatan hidup menggereja, atas
pernyataan tersebut umat menyatakan sangat setuju ada 1 (2,5%) dan menyatakan
setuju ada 10 (25%) umat sedangkan yang menyatakan ragu-ragu ada 1 (2,5%)
umat, menyatakan kurang setuju ada 20 (50%) umat dan menyatakan tidak setuju
ada 8 (20%) umat.
Dari tabel yang sama diperoleh juga data 18 (45%) umat menyatakan
sangat setuju, 21 (52,5%) umat menyatakan setuju dan 1 (2,5%) umat menyatakan
ragu-ragu, bahwa kegiatan hidup menggereja di Stasi dapat mempererat relasi
umat antar Lingkungan. Ada 14 (35%) umat menyatakan sangat setuju, 23
(57,5%) umat menyatakan setuju, sedangkan 2 (5%) umat menyatakan ragu-ragu
dan 1 (2,5%) umat menyatakan kurang setuju bahwa umat senang mengikuti
kegiatan gerejani.
d. Bentuk-bentuk Kegiatan Pendukung Perkembangan Penghayatan Iman
Umat
Bagian ini akan memaparkan variabel tentang bentuk-bentuk kegiatan
yang mendukung perkembangan penghayatan iman umat dan untuk lebih jelasnya
dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
1) Hasil Penelitian
Tabel 5: Bentuk-bentuk Kegiatan Pendukung Perkembangan
Penghayatan Iman Umat (N=40)
No
Pernyataan
Item
(1)
(2)
28 Saya selalu terlibat dalam kerja bakti
membersihkan kampung saat menjelang
HUT RI.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
29 Kegiatan gerejani mengurangi waktu kerja
saya.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
30 Terlibat dalam kegiatan gerejani memberi
dampak positif bagi penghayatan iman saya.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
31 Selain merayakan Ekaristi, saya juga
mengikuti pendalaman iman di Lingkungan.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
32 Sharing pengalaman saat pendalaman iman
semakin memperkaya dan meneguhkan iman
saya.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
Jumlah
Umat
(3)
Persen
(%)
(4)
10
20
6
3
1
25
50
15
7,5
2,5
1
3
1
17
18
2,5
7,5
2,5
42,5
45
16
23
1
0
0
40
57,5
2,5
0
0
10
19
9
1
1
25
47,5
22,5
2,5
2,5
17
19
4
0
0
42,5
47,5
10
0
0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
(1)
33
34
35
36
(2)
Selama bulan Rosario saya mengikuti doa
bersama di Lingkungan.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
Terlibat
dalam
kegiatan
sosial
kemasyarakatan mengakrabkan saya dengan
umat yang beragama lain.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
Saya
tidak pernah
membaca atau
mendengarkan Firman Tuhan secara pribadi.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
Setiap malam dalam keluarga selalu berdoa
bersama.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
(3)
(4)
12
13
12
2
1
30
32,5
30
5
2,5
17
22
1
0
0
42,5
55
2,5
0
0
0
4
4
16
16
0
10
10
40
40
6
25
7
2
0
15
62,5
17,5
5
0
2) Pembahasan Penelitian
Dari tabel 5, dapat diketahui berbagai bentuk kegiatan pendukung
perkembangan penghayatan iman umat. Keterlibatan umat dalam kegiatan
kemasyarakatan. Umat menyatakan sangat setuju ada 10 (25%) dan setuju ada 20
(50%) umat, bahwa mereka selalu terlibat dalam kerja bakti membersihkan
kampung saat menjelang HUT RI, sedangkan yang menyatakan ragu-ragu ada 6
(15%) umat, kurang setuju ada 3 (7,5%) umat dan tidak setuju ada 1 (2,5%) umat.
Umat dengan jumlah 1 (2,5%) menyatakan sangat setuju, setuju ada 3 (7,5%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
umat, sedangkan yang menyatakan ragu-ragu ada 1 (2,5%) umat, kurang setuju
ada 17 (42,5%) umat dan tidak setuju ada 18 (45%) umat, bahwa kegiatan gerejani
mengurangi waktu kerja umat. Terlibat dalam kegiatan gerejani memberi dampak
positif bagi penghayatan iman umat, atas pernyataan tersebut umat menyatakan
sangat setuju ada 16 (40%), setuju ada 23 (57,5%) umat sedangkan yang
menyatakan ragu-ragu ada 1 (2,5%) umat.
Keterlibatan umat dalam kegiatan gerejani, umat dengan jumlah 10
(25%) menyatakan sangat setuju dan setuju ada 19 (47,5%) umat, bahwa selain
mengikuti Perayaan Ekaristi umat juga mengikuti pendalaman iman di
Lingkungan, sedangkan yang menyatakan ragu-ragu ada 9 (22,5%) umat, kurang
setuju ada 1 (2,5%) umat dan tidak setuju ada 1 (2,5%) umat. Sharing pengalaman
saat pendalaman iman semakin memperkaya dan meneguhkan iman umat, atas
pernyataan tersebut umat menyatakan sangat setuju ada 17 (42,5%) dan setuju ada
19 (47,5%) umat sedangkan yang menyatakan ragu-ragu ada 4 (10%) umat. Ada
12 (30%) umat menyatakan sangat setuju, 13 (32,5%) umat menyatakan setuju,
bahwa selama bulan Rosario umat mengikuti doa bersama di Lingkungan,
sedangkan yang menyatakan ragu-ragu ada 12 (30%) umat, kurang setuju 2 (5%)
umat dan tidak setuju ada 1 (2,5%) umat.
Terlibat dalam kegiatan sosial kemasyarakatan mengakrabkan umat
katolik dengan umat yang beragama lain. Dari pernyataan tersebut umat
menyatakan sangat setuju ada 17 (42,5%) dan setuju ada 22 (55%) umat,
sedangkan yang menyatakan ragu-ragu ada 1 (2,5%) umat. Umat menyatakan
setuju ada 4 (10%), ragu-ragu ada 4 (10%) umat, sedangkan yang menyatakan
kurang setuju ada 16 (40%) umat dan tidak setuju ada 16 (40%) umat, atas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
pernyataan umat tidak pernah membaca atau mendengarkan Firman Tuhan secara
pribadi. Sebanyak 6 (15%) umat menyatakan sangat setuju dan setuju 25 (62,5%)
umat, atas pernyataan setiap malam dalam keluarga selalu berdoa bersama,
sedangkan yang menyatakan ragu-ragu ada 7 (17,5%) umat dan kurang setuju ada
2 (5%) umat.
e.
Harapan dan Usulan Tema Terkait dengan Kegiatan Hidup Menggereja
Pada tabel 6, penulis memaparkan mengenai harapan dan usulan tema
yang terkait dengan kegiatan hidup menggereja di Stasi Santo Lukas Sokaraja.
1) Hasil Penelitian
Tabel 6: Harapan dan Usulan Tema Terkait dengan
Kegiatan Hidup Menggereja (N=40)
No
Pernyataan
Item
(1)
(2)
37 Keaktifan saya dalam kegiatan gerejani
dapat mempengaruhi umat lain yang belum
aktif.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
38 Saya
lebih
tahu
tentang
kegiatan
berorganisasi saat aktif terlibat dalam
hidup menggereja.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
Jumlah
Umat
(3)
Persen
(%)
(4)
9
14
10
7
0
22,5
35
25
17,5
0
8
15
5
12
0
20
37,5
12,5
30
0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
(1)
39
40
41
42
43
(2)
Harapan umat Stasi Santo Lukas Sokaraja
semakin kreatif dalam mengembangkan
kegiatan-kegiatan gerejani.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
Harapan umat Stasi Santo Lukas Sokaraja
semakin maju dan berkembang keterlibatan
umat dalam berbagai kegiatan gerejani.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
Berani menentukan pilihan meninggalkan
segalanya
untuk
mengikuti
Kristus
merupakan usulan tema yang cocok untuk
katekese bagi umat di Stasi Santo Lukas
Sokaraja.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
Mengikuti Kristus dengan setia dalam
kehidupan sehari-hari merupakan salah satu
tema yang cocok untuk katekse bagi umat di
Stasi Santo Lukas Sokaraja.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
Tema menghayati hidup iman pribadi dalam
hidup menggereja, keluarga dan masyarakat
cocok digunakan untuk berkatekese di Stasi
Santo Lukas Sokaraja.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
(3)
(4)
17
23
0
0
0
42,5
57,5
0
0
0
30
7
3
0
0
75
17,5
7,5
0
0
27
10
2
1
0
67,5
25
5
2,5
0
19
21
0
0
0
47,5
52,5
0
0
0
15
20
5
0
0
37,5
50
12,5
0
0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
2) Pembahasan Penelitian
Dari tabel 6 dapat diketahui harapan dan usulan tema yang terkait dengan
kegiatan hidup menggereja di Stasi Santo Lukas Sokaraja. Umat menyatakan
sangat setuju 9 (22,5%) dan setuju ada 14 (35%) umat sedangkan yang
menyatakan ragu-ragu ada 10 (25%) umat dan kurang setuju ada 7 (17,5%) umat,
atas pernyataan keaktifan umat dalam kegiatan gerejani dapat mempengaruhi
umat lain yang belum aktif.
Umat lebih tahu tentang kegiatan berorganisasi saat aktif terlibat dalam
hidup menggereja, atas pernyataan tersebut umat menyatakan sangat setuju ada 8
(20%) dan setuju ada 15 (37,5%) umat, sedangkan yang menyatakan ragu-ragu
ada 5 (12,5%) umat dan kurang setuju ada 12 (30%) umat.
Harapan umat Stasi Santo Lukas Sokaraja semakin kreatif dalam
mengembangkan kegiatan-kegiatan gerejani. Dari harapan tersebut umat
menyatakan sangat setuju ada 17 (42,5%) dan setuju ada 23 (57,5%) umat. Umat
menyatakan sangat setuju ada 30 (75%) dan setuju ada 7 (17,5%) umat,
sedangkan yang menyatakan ragu-ragu ada 3 (7,5%) umat, atas harapan umat
Stasi Santo Lukas Sokaraja semakin maju dan berkembang dalam berbagai
kegiatan gerejani.
Berbagai usulan tema katekese bagi umat Stasi Santo Lukas Sokaraja.
Berani menentukan pilihan meninggalkan segalanya untuk mengikuti Kristus, atas
usulan tema tersebut umat menyatakan sangat setuju ada 27 (67,5%), setuju ada
10 (25%) umat, sedangkan yang menyatakan ragu-ragu ada 2 (5%) umat dan
kurang setuju ada 1 (2,5%) umat. Sebanyak 19 (47,5%) umat menyatakan sangat
setuju dan setuju ada 21 (52,5%) umat, atas usulan tema katekese mengikuti
Kristus dengan setia dalam kehidupan sehari-hari. Tema menghayati hidup iman
pribadi dalam hidup menggereja, keluarga dan masyarakat cocok digunakan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
berkatekese di Stasi Santo Lukas Sokaraja. Dari usulan tema tersebut, umat
menyatakan sangat setuju ada 15 (37,5%), setuju ada 20 (50%) umat dan raguragu ada 5 (12,5%) umat.
6.
Kesimpulan Penelitian
Pada bagian ini disampaikan pembahasan hasil penelitian yang bertitik
tolak pada laporan hasil penelitian mengenai kegiatan hidup menggereja umat di
Stasi Santo Lukas, Sokaraja. Pembahasan ini disampaikan menurut urutan
variabel. Ada pun urutan pembahasannya sebagai berikut:
a.
Identitas Responden
Berkenaan dengan identitas responden yang mencakup jenis kelamin,
umur dan asal Lingkungan dikatakan bahwa dari 40 responden yang terlibat
secara langsung dalam penelitian ini responden yang paling banyak adalah
berjenis kelamin laki-laki ada 21 responden (52,5%), 7 responden berumur 15-25
tahun, 4 responden (10%) berumur 26-35 tahun, 8 responden (20%) berumur 3645 tahun, 15 responden (37,5%) berumur 46-55 tahun dan ada 6 responden (15%)
berumur lebih dari 55 tahun. Mereka adalah umat Lingkungan Yohanes Paulus
Kalibagor sebanyak 20 (50%) responden dan Lingkungan Santa Maria Sokaraja
sebanyak 20 (50%) responden.
b. Pemahaman tentang Hidup Menggereja
Penelitian tentang variabel pemahaman tentang hidup menggereja
menunjukkan bahwa 25 (62,5%) responden menyatakan bahwa tahu tentang arti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
kata Gereja yaitu sebagai persekutuan orang yang beriman kepada Kristus.
Sebanyak 21 (52,5%) responden menyatakan bahwa mereka mengerti akan tugas
Gereja yaitu mengajar, menguduskan dan memimpin. Sebanyak 29 (72,5%)
responden
sangat setuju dengan pernyataan Gereja mengajarkan kebenaran-
kebenaran kepada anggotanya sehingga umat sampai pada keselamatan yang
abadi. Sebanyak 22 (55%) responden memahami bahwa hidup menggereja
merupakan kegiatan yang menampakkan iman akan Yesus Kristus. Namun,
kegiatan yang menampakkan iman akan Yesus Kristus tidak hanya semata-mata
ditampakkan melalui keterlibatan umat dalam kegiatan hidup menggereja dapat
juga ditampakkan lewat keterlibatan mereka di lingkungan masyarakat. Sebanyak
24 (60%) responden sangat setuju dengan pernyataan bahwa Gereja menjalankan
hidup menggerejanya didasari oleh semangat Yesus Kristus selama hidup-Nya.
Sebanyak 23 (57,5%) responden memahami lima tugas pokok Gereja
yaitu
koinonia/paguyuban,
liturgia/ibadat
dan
kerygma/pewartaan,
diakonia/pelayanan.
martyria/kesaksian
Sebanyak
28
(70%)
hidup,
responden
menyatakan sangat setuju bahwa pewartaan Sabda Allah oleh Gereja bukan hanya
sekedar informasi mengenai Allah, melainkan sungguh-sungguh menghadirkan
Allah di tengah dunia. Sebanyak 22 (55%) responden memberi kesaksian akan
Yesus Kristus melalui tindakan hidup sehari-hari. Sebanyak 24 (60%) responden
menyatakan sangat setuju bahwa hidup menggereja tidak hanya dilakukan di
lingkungan gereja saja, melainkan dilakukan juga di lingkungan masyarakat.
Sebanyak 21 (52,5%) responden menyatakan setuju bahwa umat katolik
mempunyai sikap sadar, tulus dan bertanggung jawab dalam melaksanakan hidup
menggerejanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Pembahasan di atas memaparkan hasil yang menunjukkan sejauh mana
umat di Stasi Santo Lukas Sokaraja paham tentang hidup menggereja dari
pernyataan-pernyataan yang diajukan dapat digambarkan bahwa sebagian besar
umat di Stasi Santo Lukas Sokaraja paham tentang hidup menggereja.
c.
Keterlibatan Umat dalam Hidup Menggereja
Penelitian tentang variabel keterlibatan umat dalam hidup menggereja
menunjukkan sebanyak 21 (52,5%) responden menyatakan setuju bahwa umat
katolik adalah orang yang selalu bersemangat dalam mengikuti kegiatan-kegiatan
gerejani. Sebanyak 24 (60%) responden memilih setuju bahwa hidup menggereja
dapat diwujudkan oleh siapa pun, kapan pun dan di mana pun orang atau
sekelompok orang yang menampakkan imannya kepada Kristus. Sebanyak 24
(60%) responden memilih setuju bahwa kegiatan-kegiatan gerejani yang
dilakukan selama ini sungguh membantu dalam menghayati akan hidup
menggereja. Sebanyak 24 (60%) responden setuju dengan pernyataan peran umat
dalam hidup menggereja sebagai penerus Gereja di masa depan. Sebanyak 24
(60%) responden memilih setuju bahwa keterlibatan umat dalam Gereja pada
umumnya sama dengan peran kaum awam sebagai warga Gereja yang tidak
ditahbiskan. Sebanyak 27 (67,5%) responden menyatakan bahwa sudah terlibat
dalam kegiatan liturgi. Sebanyak 29 (72,5%) responden menyatakan sangat setuju
bahwa kita sebagai umat beriman perlu menjaga nama baik keluarga dan
masyarakat. Sebanyak 24 (60%) responden menyatakan setuju bahwa umat yang
aktif adalah mereka yang selalu terlibat diberbagai kegiatan gerejani. Sebanyak 13
(32,5%) responden menyatakan bahwa semua umat Stasi Santo Lukas Sokaraja
aktif dalam kegiatan gerejani.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Sebanyak 21 (52,5%) responden terbantu dalam menghayati iman lewat
keterlibatannya dalam kegiatan-kegiatan gerejani. Sebanyak 25 (62,5%)
responden menyatakan setuju bahwa kegiatan menggereja membantu dalam
pembentukan karakter. Sebanyak 20 (50%) responden menyatakan kurang setuju
bahwa kesibukan kerja menghambat keaktifan selama mengikuti kegiatan hidup
menggereja. Sebanyak 21 (52,5%) responden menyatakan bahwa kegiatan hidup
menggereja di Stasi dapat mempererat relasi umat antar Lingkungan. Sebanyak 23
(57,5%) responden senang mengikuti kegiatan gerejani.
Pembahasan di atas menunjukkan tentang hasil penelitian menyatakan
pada variabel 3 tentang keterlibatan umat dalam hidup menggereja menunjukkan
bahwa umat di Stasi Santo Lukas Sokaraja belum sepenuhnya terlibat dalam
kegiatan hidup menggereja, namun kurang lebih setengah jumlah umat sudah
banyak yang terlibat. Hal ini dibuktikan jumlah prosentase alternatif jawaban
setuju yang lebih banyak daripada alternatif jawaban lain.
d. Bentuk-bentuk Kegiatan Pendukung Perkembangan Penghayatan Iman
Umat
Penelitian
terhadap
variabel
bentuk-bentuk
kegiatan
pendukung
perkembangan penghayatan iman umat menunjukkan bahwa 20 (50%) responden
menyatakan bahwa umat katolik terlibat dalam kerja bakti membersihkan
kampung saat menjelang HUT RI. Keterlibatan umat di masyarakat dapat juga
mempererat persaudaraan dengan umat yang beragama lain, sehingga tumbuh rasa
saling menghargai satu sama lain. Sebanyak 18 (45%) responden menyatakan
tidak setuju bahwa kegiatan gerejani mengurangi waktu kerja mereka. Sebanyak
23 (57,5%) responden menyatakan setuju bahwa terlibat dalam kegiatan gerejani
memberi dampak positif bagi penghayatan iman mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Sebanyak 19 (47,5%) responden menyatakan setuju bahwa selain
merayakan Ekaristi, mereka juga mengikuti pendalaman iman di Lingkungan.
Sebanyak 19 (47,5%) responden merasa diperkaya dan diteguhkan lewat sharing
pengalaman saat pendalaman iman berlangsung. Sebanyak 13 (32,5%) responden
mengikuti doa Rosario bersama di Lingkungan selama bulan Rosario.
Sebanyak 22 (55%) responden menyatakan setuju bahwa terlibat dalam
kegiatan sosial kemasyarakatan mengakrabkan umat katolik dengan umat yang
beragama lain. Sebanyak 16 (40%) responden menyatakan kurang setuju dan tidak
setuju bahwa mereka tidak pernah membaca atau mendengarkan Firman Tuhan
secara pribadi. Sebanyak 25 (62,5%) responden menyatakan bahwa setiap malam
dalam keluarga selalu berdoa bersama.
Pemahaman di atas, memaparkan hasil yang menunjukkan bentuk-bentuk
kegiatan pendukung perkembangan penghayatan iman umat. Dari pernyataanpernyataan yang diajukan dapat digambarkan secara garis besar bahwa umat di
Stasi Santo Lukas Sokaraja merasa terbantu dalam menghayati imannya melalui
keterlibatan mereka dalam kegiatan-kegiatan gerejani.
e.
Harapan dan Usulan Tema terkait dengan Kegiatan Hidup Menggereja
Hasil penelitian pada variabel harapan dan usulan tema terkait dengan
kegiatan hidup menggereja menunjukkan bahwa 14 (35%) responden menyatakan
setuju bahwa keaktifan mereka dalam kegiatan gerejani dapat mempengaruhi
umat lain yang belum aktif. Sebanyak 15 (37,5%) responden menyatakan bahwa
mereka lebih tahu tentang kegiatan berorganisasi saat aktif terlibat dalam hidup
menggereja. Sebanyak 23 (57,5%) responden memiliki harapan umat Stasi Santo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Lukas Sokaraja semakin kreatif dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan
gerejani.
Sebanyak 30 (75%) responden memiliki harapan umat Stasi Santo Lukas
Sokaraja semakin maju dan berkembang keterlibatan umat dalam berbagai
kegiatan gerejani. Sebanyak 27 (67,5%) responden menyatakan sangat setuju
dengan usulan tema berani menentukan pilihan meninggalkan segalanya untuk
mengikuti Kristus. Sebanyak 21 (52,5%) responden menyatakan setuju dengan
usulan tema mengikuti Kristus dengan setia dalam kehidupan sehari-hari.
Sebanyak 20 (50%) responden menyatakan setuju dengan usulan tema menghayati
hidup iman pribadi dalam hidup menggereja, keluarga dan masyarakat.
Pembahasan di atas menunjukkan hasil dari variabel tentang harapan dan
usulan tema terkait dengan kegiatan hidup menggereja. Dari pernyataanpernyataan yang diajukan dapat digambarkan secara garis besar umat di Stasi
Santo Lukas Sokaraja memiliki harapan umat semakin kreatif dalam
mengembangkan kegiatan-kegiatan gerejani dan semakin maju dan berkembang
keterlibatan umat dalam berbagai kegiatan gerejani. Oleh karena itu tema katekese
yang banyak dipilih oleh umat tentang keberanian menentukan pilihan
meninggalkan segalanya untuk mengikuti Kristus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
BAB III
KEHIDUPAN MENGGEREJA UMAT MELALUI KATEKESE UMAT
MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP)
Dalam Gereja maupun masyarakat, sering kali kita temui berbagai
kegiatan pemberdayaan maupun pengembangan diri, seperti pendampingan,
pelatihan dan kegiatan-kegiatan lain, dengan harapan kegiatan-kegiatan tersebut
sungguh
dapat
membantu
dan
mengembangkan
setiap
peserta
dalam
mengembangkan dirinya dan mampu menemukan nilai-nilai baru dalam
memperkembangkan dirinya.
Kegiatan-kegiatan gerejani sebagai salah satu bentuk karya pastoral
Gereja yang bermaksud membantu umat agar memahami akan pentingnya
keterlibatan dan peranan mereka dalam Gereja. Kegiatan gerejani tidak mungkin
akan berkembang tanpa keterlibatan umatnya sehingga sangat dibutuhkan sekali
peran dan keterlibatan umat. Gereja sangat mengharapkan umat memiliki
kesadaran dalam mengembangkan Gereja lewat keterlibatan mereka. Hanya
dengan keterlibatan umatlah kegiatan-kegiatan gerejani dapat berkembang sesuai
dengan perkembangan zaman.
A. Hidup Menggereja Umat
Sebagai anggota Gereja, tentunya kita tidak boleh acuh tak acuh terhadap
kegiatan-kegiatan yang ada. Namun kita harus ikut terlibat di dalamnya sehingga
kegiatan-kegiatan yang ada dapat semakin hidup dan berkembang. Hidup
menggereja umat mencakup arti Gereja, model-model Gereja dan hidup
menggereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
1.
Arti Gereja
Kata Gereja bukanlah semacam batasan atau definisi. Jemaat perdana
kadang-kadang memahami diri dan merumuskan karya keselamatan Tuhan
dengan berkata “Gereja Allah” atau juga “jemaat Allah”. Maksud sebutan itu
menjadi jelas dari 1 Kor 11:17-22. Di situ Paulus berbicara mengenai jemaat yang
berkumpul untuk perayaan Ekaristi. Mereka menjadi “jemaat” atau “Gereja“
karena iman mereka akan Yesus Kristus, khususnya akan wafat dan kebangkitanNya. Gereja adalah jemaat Allah yang dikuduskan dalam Kristus Yesus (KWI,
1996: 332).
Pengertian Gereja yang terdapat dalam Kitab Suci dan Ajaran Gereja
tidak mengenal batasan arti. Menurut buku Iman Katolik (KWI, 1996: 333), di
dalam Kitab Suci Perjanjian Baru tiga nama yang dipakai untuk Gereja: Gereja
Umat Allah, Gereja Tubuh Kristus dan Gereja Bait Roh Kudus. Pengertian yang
lain dikatakan oleh Dr. Tom Jacobs (1987: 23), Lumen Gentium memberikan
penjelasan bahwa faham Gereja sebagai “Tubuh Kristus” tidak boleh seolah-olah
diganti dengan faham Gereja sebagai “Umat Allah”. Gereja adalah sekaligus umat
Allah dan tubuh Kristus.
Dengan demikian definisi Gereja sangatlah luas karena tidak hanya satu
sumber saja yang menjelaskan arti Gereja itu sendiri. Definisi tersebut tergantung
pada konteksnya. Namun pada intinya Gereja merupakan persekutuan orangorang yang beriman kepada Kristus sebagai perwujudan karya Allah yang
konkret. Allah mencintai dan memanggil manusia untuk ikut ambil bagian dalam
karya penyelamatan-Nya di dunia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
2.
Model-model Gereja
Model-model Gereja menurut Avery Dulles yang dikutip oleh Sumarno
Ds.(2014: 22-28) meliputi (a) Gereja sebagai Institusi; (b) Gereja sebagai
Persekutuan Mistik; (c) Gereja sebagai Sakramen; (d) Gereja sebagai Umat Allah;
(e) Gereja sebagai Pewarta.
a.
Gereja sebagai Institusi
Gereja harus memiliki suatu kesatuan yang memiliki struktur dan harus
tetap merupakan persekutuan seperti yang didirikan oleh Kristus. Model
pesekutuan memperlihatkan bahwa Gereja harus disatukan dengan Allah oleh
rahmat, dalam kesatuan rahmat itu anggota-anggotanya harus disatukan oleh
kasih. Di dalam ekklesiologi yang berpusat pada institusi itu, kekuasaan dan tugas
Gereja pada umumnya dibagi atas tiga: mengajar, menguduskan dan memimpin.
Pembagian kekuasaan mengarah pada suatu perbedaan antara Gereja yang
mengajar dan Gereja yang diajar, antara Gereja yang menguduskan dan Gereja
yang dikuduskan, antara Gereja yang memimpin dan Gereja yang dipimpin
(Sumarno Ds., 2014: 22).
Model Gereja institusional memiliki ciri yaitu mempertimbangkan
konsep tentang kekuasaan atau otoritas yang hirarkis (Sumarno Ds., 2014: 22).
Gereja tidak dipahami sebagai masyarakat yang menganut sistem perwakilan,
tetapi sebagai masyarakat dimana pelimpahan kekuasaan memimpin terpusat di
dalam tangan suatu golongan tertentu. Pelayanan yang dilakukan oleh Gereja
institusional sebatas untuk para anggotanya sendiri. Gereja mengajarkan
kebenaran-kebenaran kepada anggotanya sehingga mereka sampai pada
keselamatan yang abadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
b. Gereja sebagai Persekutuan Mistik
Gereja adalah umat yang dikumpulkan oleh Allah dan disatukan oleh
ikatan rohani yang erat (Wignyanta, 1990: 66). Tekanan pada Gereja model
persatuan mistik ialah persatuan antar anggota dan dengan Allah dan Kristus,
rahmat karunia batiniah dari Roh Kudus sebagai pengikat persatuannya.
Pelayanan Gereja dalam model ini diberikan kepada para anggotanya tetapi
anggota harus dimengerti dalam arti yang lebih spiritual, yaitu mereka yang
dijiwai oleh kasih dan iman yang adikodrati. Tujuan Gereja memimpin orangorang kepada persatuan dengan Allah. Kesatuan diberikan dengan sendirinya,
karena adanya Gereja. Di mana pun Gereja hadir, orang telah dipersatukan dengan
Allah (Sumarno Ds., 2014: 23).
Paham communion (persekutuan) mendasari “komunikasi” di antara para
anggota Gereja sendiri. Oleh karena itu kesatuan communion ini berarti
keanekaragaman dalam cara berkomunikasi, sebab Roh Kudus, yang tinggal di
hati umat beriman, dan memenuhi serta membimbing seluruh Gereja,
menciptakan persekutuan umat beriman yang mengagumkan (KWI, 1996: 340).
Model Gereja sebagai persekutuan mistik memiliki beberapa kekurangan.
Salah satu kekurangannya yaitu model ini tidak berhasil memberi kepada orang
Kristiani suatu pengertian yang jelas mengenai identitas atau tugas perutusannya.
Karena tidak bisa dipastikan apakah orang dikaruniai Roh Kudus hanya melalui
evangelisasi, pembaptisan atau keanggotaan Gereja, sehingga motivasi untuk misi
Kristiani agak kabur (Sumarno Ds., 2014: 24).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
c.
Gereja sebagai Sakramen
Kristus adalah sakramen Allah, maka Gereja merupakan sakramen
Kristus bagi kita; Gereja mewakili Dia secara penuh dan asli serta membuat Dia
sungguh-sungguh hadir (Sumarno Ds., 2014: 24).
Gereja sebagai sakramen sama artinya dengan gereja sebagai misteri
karena kedua kata tersebut tidak dapat dipisahkan yaitu sakramen dan misteri
(KWI, 1996: 338). Kedua kata tersebut bersama menunjukkan inti-pokok
kehidupan Gereja.
Dalam perkembangan teologi kata misteri dipakai terutama untuk
menunjuk pada segi ilahi (dan tersembunyi) rencana dan karya Allah, sedangkan
kata sakramen lebih menunjuk pada aspek insani (KWI, 1996: 338). Gereja
disebut sakramen karena misteri Allah tampak di dalam Gereja.
d. Gereja sebagai Umat Allah
Kata Umat Allah merupakan istilah dari Perjanjian Lama. Yang paling
menonjol dalam sebutan ini ialah bahwa Gereja itu umat terpilih Allah (1 Ptr 2:9)
yang memiliki hubungan antara manusia dan Allah yang Satu. Oleh Allah yang
Satu manusia diciptakan untuk menjadi umat manusia yang satu. Dari ketiadaan
kita dipanggil dan disebut pada nama kita sendiri-sendiri. Ini merupakan
kebijaksanaan dan kebaikan Tuhan kepada manusia, karena panggilan Allah
manusia menjadi ada dan sekaligus diangkat untuk mengambil bagian dalam
kehidupan Ilahi (Pusat Kateketik Yogyakarta, 1968: 3).
Gambaran Gereja sebagai umat Allah dilihat sebagai persekutuan dari
pribadi-pribadi yang bebas, menekankan kasih Allah yang tak berkesudahan
kepada para umat-Nya. Kitab Suci membuktikan bahwa Allah telah mengadakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
perjanjian dengan semua manusia, dan karena itu atas salah satu cara semua orang
merupakan anggota Umat Allah. Gereja atau persekutuan Krisiani barangkali
lebih baik dinamakan Umat Allah Perjanjian Baru. Perjanjian ini melengkapi dan
memperjelas relasi kesetiaan dan cinta, yang diikat Allah sendiri dengan umat
manusia berkat Putra-Nya tercinta Yesus Kristus (Sumarno Ds., 2014: 26).
e.
Gereja sebagai Pewarta
Gereja sebagai pewarta mengutamakan Sabda, sedangkan kedudukan
sakramen di bawah Sabda tersebut. Menurut model ini Gereja dikumpulkan dan
dibentuk oleh Sabda Allah. Adapun misi dari Gereja model ini yaitu mewartakan
apa yang sudah didengarnya, dan sudah diserahkan kepadanya untuk diwartakan
(Sumarno Ds., 2014: 26). Model ini mengutamakan iman dan pewartaan daripada
hubungan-hubungan interpersonal dan persekutuan mistik. Gereja menerima
kabar suci dan bertugas untuk mewartakannya di tengah-tengah umat. Pewartaan
yang dibawakan oleh Gereja berpusat pada Kristus dan Kitab Suci sebagai saksi
utama Kristus. Pegangan utama Gereja dalam menyampaikan pewartaannya ialah
Sabda Allah sendiri dan sabda tersebut harus sampai ke seluruh dunia,
disampaikan dengan jujur dan tekun. Melalui sabda yang diwartakannya tetap
mengenangkan perbuatan-perbuatan Allah yang mengagumkan dalam sejarah
masa lalu, teristimewa perbuatan-perbuatan-Nya yang berkuasa dalam diri Yesus
Kristus (Sumarno Ds., 2014: 27).
3.
Hidup Menggereja
Memeluk agama Katolik tentu bukan hanya sebagai status saja tetapi
harus kita wujudkan melalui tindakan nyata. Tindakan yang dapat kita lakukan
diantaranya terlibat dalam kegiatan hidup menggereja. Dengan keterlibatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
tersebut berarti kita menampakkan iman kita terhadap Yesus. Hidup menggereja
mencakup arti dan dasar-dasar hidup menggereja.
a.
Arti Hidup Menggereja
Dengan adanya lembaga Gereja, umat Allah mendapat tempat untuk ikut
berperanserta dalam karya Allah yang terlibat dalam dunia ini (Ardhisubagyo,
1987: 22). Gereja berdiri kokoh atas dasar Kristus sebagai Kepala dan Allah yang
berkarya memanggil umat-Nya untuk diberikan tanggung jawab dan kebebasan.
Hidup menggereja diartikan sebagai pengabdian secara sukarela untuk mengambil
bagian dalam lima tugas Gereja yaitu koinonia, kerygma, martyria, liturgia dan
diakonia.
Menurut Prasetya (2003: 40), umat Katolik yang telah dibaptis dan
menerima sakramen Penguatan atau Krisma diharapkan untuk mengambil bagian
dalam tugas perutusan Yesus Kristus sebagai Imam, Nabi dan Raja. Dalam
perkembangan gereja, kaum awam dapat melibatkan diri secara aktif di dalam
kegiatan-kegiatan gerejani, seperti pendalaman iman, koor, doa Rosario,
kepengurusan paroki maupun stasi, dsb. Sedangkan di luar gereja, kaum awam
juga dapat mengambil bagian di tengah-tengah masyarakat seperti dalam sosioedukatif, politik, ekonomi, religius, kesehatan dan lingkungan hidup (Prasetya,
2003: 111-198). Oleh karena itu, sebagai awam melaksanakan tugas Kristus
sebagai Imam, Nabi dan Raja. Karena berperan serta dalam tugas Kristus sebagai
Imam, Nabi dan Raja, kaum awam berperan aktif dalam kehidupan dan kegiatan
Gereja (Hardawiryana, 1993: 353).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
b. Dasar-dasar Hidup Menggereja
Hidup menggereja didasari oleh semangat Yesus Kristus sendiri selama
hidup-Nya. Maka dari itu Gereja sebagai Tubuh Kristus mempunyai tugas untuk
melanjutkan dan mengambil bagian dalam tugas Yesus Kristus. Dasar-dasar hidup
menggereja mencakup lima dasar yaitu koinonia atau paguyuban, kerygma atau
pewartaan, martyria atau kesaksian hidup, liturgia atau ibadat dan diakonia atau
pelayanan.
1) Koinonia (Paguyuban)
Kata koinonia pada dasarnya berarti persekutuan-persaudaraan. Pola
dasar bagi koinonia ini adalah pengalaman jemaat kristiani perdana yang
menanamkan hidup sehati-sejiwa, milik bersama, hidup dalam kasih karunia yang
berlimpah-limpah (Ardhisubagyo, 1987: 24). Dasar dari cara hidup yang demikian
ialah perintah Yesus sendiri, yang berbunyi “… supaya kamu saling mengasihi,
sama seperti Aku mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.”
Di satu pihak koinonia dapat dikatakan sebagai pangkal dan tujuan dan di
lain pihak juga merupakan tugas. Dengan koinonia sebagai pangkal dimaksudkan
bahwa Gereja, dan dengan demikian juga paroki, dalam arti tertentu betapapun
tidak sempurnanya sedikit banyak sudah merupakan koinonia. Dengan koinonia
sebagai tujuan dimaksudkan bahwa Gereja dan dengan demikian juga paroki,
hanyalah pangkal yang harus terus tumbuh dan berkembang menjadi koinonia
dalam arti yang lebih mendalam dan penuh, tanpa dapat disebut di mana batasbatasnya yang jelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Koinonia disebut sebagai tugas paroki yang fundamental dan sentral.
Koinonia disebut sebagai tugas paroki yang sentral karena dari koinonia sebagai
subjek mengalir tugas-tugas lainnya seperti kerygma-martyria, liturgia dan
diakonia baik sebagai ungkapan maupun sebagai sarana vitalitas paroki. Koinonia
disebut sebagai tugas paroki yang sentral karena menjadi arah dan tolok ukur
aneka kegiatan paroki (Sumarno Ds., 2014: 56).
2) Kerygma (Pewartaan)
Kerygma berarti pewartaan, mewartakan tentang kabar gembira bahwa
dalam Yesus Kristus Allah menyelamatkan manusia. Pewartaan akan Yesus
Kristus harus terus dijalankan tanpa henti agar umat beriman dapat senantiasa
berjumpa dengan Yesus Kristus dan mengenal-Nya (Ardhisubagyo, 1987: 27).
Namun sebagai anggota Gereja diharapkan untuk tidak hanya menerima
pewartaan saja tetapi juga bisa menjadi pewarta bagi orang lain. Sebagai wujud
pewartaan umat Allah dapat dilakukan dengan memimpin pendalaman iman,
terlibat dalam kegiatan Gereja, selalu bersedia menerima tugas yang diberikan
saat terlibat dalam kegiatan menggereja.
Menjadi seorang pewarta tidak berarti bisa menguasai Sabda melainkan
menempatkan
Sabda
sebagai
tuan
atasnya.
Tugas
pewarta
yaitu
mengaktualisasikan apa yang disampaikan Allah dalam Kristus sebagaimana
diwartakan para rasul. Melalui Sabda yang disampaikan oleh pewarta, Allah
sungguh datang kepada manusia dan menyelamatkan mereka yang mendengarkan
pewartaan Gereja. Pewartaan Sabda Allah oleh Gereja bukan hanya sekedar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
informasi mengenai Allah dan Yesus Kristus, melainkan sungguh-sungguh
menghadirkan Kristus di tengah dunia. Kristus datang menyelamatkan,
menyembuhkan hati setiap orang yang mendengarkan dan membuka diri terhadap
Sabda yang disampaikan (KWI, 1996: 382-386).
3) Martyria (Kesaksian Hidup)
Menurut Kamus Liturgi (Maryanto, 2004: 122) Martyria berasal dari
bahasa Yunani yaitu kesaksian dalam bidang hidup atau pelayanan Gereja yang
berpusat pada kesaksian kepada masyarakat, baik lewat kata-kata maupun
terutama lewat karya nyata. Ibadah koinonia yang berpusat atas dasar Baptisan,
Firman Tuhan dan Perjamuan Kudus bukan bertujuan hanya untuk persekutuan itu
secara eksklusif tetapi harus melahirkan komitmen untuk memberitakan dan
menyaksikan berita keselamatan kepada semua makhluk. Pemberitaan dan
kesaksian itu harus dilakukan oleh orang percaya baik secara individu maupun
sebagai persekutuan.
Kita dipanggil oleh Tuhan Yesus secara individu maupun persekutuan
untuk melaksanakan misi Tuhan di bumi ini. Yesus Kristus mati di kayu salib
kita percaya Tuhan Allah datang ke dunia ini di dalam Anak-Nya Yesus Kristus
yang telah mati untuk menyelamatkan kita dan dunia ini. Oleh sebab itu tugas
pemberitaan (marturia) itu harus dilakukan oleh persekutuan Gereja baik individu
maupun persekutuan masing-masing. Setiap orang sadar akan kemuridannya
(discipleship) dalam perjalanan hidupnya. Sekali kita menyadari hal itu maka kita
harus memiliki komitmen dan kesetiaan sebagai murid Yesus Kristus. Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
kesadaran
sedemikian
persekutuan
menjadi
alat
yang
kuat
untuk
mengkominikasikan berita keselamatan Kristus (Midiankhsirait, 2014: 1).
4) Liturgia (Ibadat)
Liturgia merupakan tanda kehidupan paroki yang kualitatif paling
mencolok. Kehidupan liturgi ditingkatkan dalam Gereja untuk dapat mencapai
tujuannya, yakni menjadi sumber dan puncak kegiatan Gereja dalam arti yang
tepat (Sumarno Ds., 2013: 57). Dalam Sacrosanctum Concilium, art. 42 Konsili
Vatikan II menegaskan:
Paroki-paroki itu sedikit banyak mementaskan Gereja yang nampak dan
tersebar di seluruh bumi. Maka kehidupan liturgis paroki dan
hubungannya dengan Uskup dalam budi dan perbuatan kaum beriman
dan klerus harus diperdalam. Harus diusahakan agar cita-cita berparoki
tumbuh terutama dalam perayaan Ekaristi Minggu.
Dari pernyataan di atas ingin menegaskan bahwa kehidupan liturgi akan
berpengaruh terhadap pertumbuhan hidup berparoki. Orang yang semakin
mendalami kehidupan liturginya akan semakin mudah dalam mewujudkan
imannya akan Yesus Kristus. Kehidupan liturgi juga harus diperdalam lewat
peningkatan hubungan dengan Uskup, kaum beriman dan klerus.
Leitourgia menjaga hubungan dengan Yesus Kristus yang mendasari
kehidupam jemaat dan pengabdian agar terpelihara (Ardhisubagyo, 1987: 29).
Liturgi harus menjadi sumber untuk hidup umat sehari-hari, dan hidup sehari-hari
harus memuncak dalam liturgi, maka liturgi tidak dilihat terkecuali dari hidup.
Liturgi bukan dan tidak boleh menjadi tempat pelarian dari hidup sehari-hari
(eskapisme), melainkan justru perutusan dan penugasan (Sumarno Ds., 2013: 57).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
5) Diakonia (Pelayanan)
Kata diakonia biasanya diartikan sebagai pelayanan. Pelayanan Gereja
yang didasari oleh Yesus sendiri, Sang Kepala Gereja, yang menyembuhkan,
memperhatikan orang-orang kecil dan mengampuni dosa (Ardhisubagyo, 1987:
30). Pelayanan Gereja ditujukan ke dalam, kepada sesama anggota jemaat, dengan
mengutamakan mereka yang miskin dan tertindas, misalnya memberikan
pelayanan kepada anggota gereja yang kurang mampu berupa materi maupun
perhatian. Pelayanan yang diberikan oleh Gereja tidak hanya sebatas dalam
lingkup Gereja saja tetapi terbuka juga untuk masyarakat luas karena Gereja
bukan sebuah lingkungan tertutup yang kuatir akan pengaruh luar dan
mengasingkan diri dari masalah-masalah kehidupan masyarakat (Ardhisubagyo,
1987: 31).
Melalui pelayanan atau diakonia maka kita diharapkan untuk menyadari
bahwa kita dipanggil untuk menjadi berkat bagi orang lain khususnya mereka
yang membutuhkan uluran tangan kita, sehingga dalam kehidupan kita tidak
hanya menuntut untuk dilayani, namun juga mau untuk melayani sesama.
B. Gambaran Umum Katekese
Katekese merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh Gereja
sebagai usaha untuk menjawab keprihatinan umat akan imannya yang kurang
mendalam tentang Yesus Kristus. Beriman kepada Yesus berarti mau dan siap
untuk melayani dan mewartakan Kerajaan Allah melalui tindakan-tindakan nyata
dalam kehidupan bersama. Dengan melayani Kerajaan Allah, Gereja sepenuh hati
menginginkan dan mengusahakan terwujudnya keselamatan seluruh umat manusia
secara utuh seperti yang dikehendaki oleh Allah sendiri. Hal tersebut dilakukan
karena katekese bukan suatu hal yang mati tetapi kegiatan Gereja yang terus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
berkembang sesuai dengan zamannya. Persatuan umat dalam Gereja bukan hanya
dalam doa, ekaristi dan liturgi saja, melainkan juga umat terpanggil menjalankan
pelayanan kepada orang-orang yang membutuhkan bantuan.
1.
Pengertian Katekese
Anjuran apostolik Catechesi Tradendae menegaskan tentang katekese
sebagai pembinaan anak-anak, kaum muda, dan orang-orang dewasa dalam iman,
yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang pada umumnya
diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar para
pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen (CT, art. 18).
Katekese merupakan pembinaan iman yang memiliki sasaran bukan
hanya bagi anak-anak tetapi bagi kaum muda dan orang-orang dewasa. Pembinaan
iman dimaksudkan untuk mengantar umat yang percaya kepada Yesus Kristus
sampai pada kepenuhan hidup Kristen. Katekese sendiri memliki elemen yaitu
proklamasi awal Injil atau pewartaan misioner melalui kerygma untuk
membangkitkan iman, penyelidikan alasan-alasan untuk beriman, pengalaman
hidup Kristen, perayaan Sakramen-Sakramen, integrasi ke dalam jemaat gerejawi,
dan kesaksian apostolik-misioner.
Dalam berbagai tulisan maupun Kitab Suci sendiri, terdapat berbagai
istilah maupun pengertian mengenai katekese. Katekese bukanlah sesuatu hal baru
bagi umat kristiani, melainkan suatu bentuk pengajaran iman yang telah ada sejak
zaman Yesus. Katekese dimengerti sebagai pengajaran, pendalaman dan
pendidikan iman orang-orang Kristen semakin dewasa dalam iman. Jadi biasanya
katekese diperuntukkan bagi orang-orang Kristen yang sudah dibaptis. Selain itu
pula katekese seringkali dipakai sebagai pengajaran sekaligus latihan-latihan bagi
para calon baptis untuk membantu mereka mengenal dan memahami akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
imannya kepada Allah (Telaumbanua, 1999: 4). Dengan kata lain katekese adalah
usaha-usaha dari pihak Gereja untuk menolong umat agar semakin memahami,
menghayati dan mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari melalui
tindakan konkret.
2.
Tujuan Katekese
Tujuan katekese dijelaskan dalam Catechesi Tradendae, Paus Yohanes
Paulus II sebagai berkat bantuan Allah mengembangkan iman yang baru mulai
tumbuh, dan dari hari ke hari memekarkan menuju kepenuhannya serta makin
memantapkan perihidup Kristen umat beriman, muda maupun tua (CT, art. 20).
Tujuan katekese dapat dirumuskan tergantung dari bagaimana orang
mengartikan katekese itu (Sumarno Ds., 2014: 1). Berdasarkan peristilahan,
apabila katekese dipahami sebagai suatu pengajaran iman, maka katekese
bertujuan untuk menjadikan peserta mengerti akan isi iman. Apabila dipahami
sebagai komunikasi iman, maka katekese bertujuan agar pengalaman iman hidup
peserta dapat diungkapkan dengan baik dan diharapkan iman umat dapat
bertambah dan berkembang. Sedangkan apabila dimengerti dalam rangka
pendidikan iman, maka katekese bertujuan untuk mendidik manusia mencapai
kematangan atau kedewasaan iman.
3.
Tugas Katekese
Secara ringkas, katekese memiliki 3 (tiga) tugas utama yaitu: katekese
memberitakan sabda Allah, mewartakan Kristus, katekese mendidik umat
beriman, katekese mengembangkan Gereja (Telaumbanua, 1999: 9-10).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
a.
Katekese memberitakan Sabda Allah, mewartakan Kristus
Kitab Suci merupakan Sabda Allah yang memuat berita-berita tentang
Yesus Kristus sebagai penyelamat umat manusia. Dalam diri Yesus, maklumat
diri Allah dikonkretkan dan rencana penyelamatan umat manusia direalisasikan
(Telaumbanua, 1999: 9). Manusia menemukan arti hidup dalam diri Kristus
sebagai puncak segala wahyu. Melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya,
Kristus menyelamatkan manusia menuju pertemuan abadi dengan Allah
Tritunggal. Dengan demikian katekese bertugas menghadirkan sabda Allah agar
manusia dapat bertemu secara pribadi dengan Kristus.
Katekese haruslah bersifat kristosentris karena Yesus Kristus dalam
kepenuhan pribadi-Nya adalah pusat yang tak dapat dibantah dalam katekese.
Seorang pewarta, seperti katekis atau tenaga pastoral pada umumnya harus
menyadari dengan sungguh bahwa yang ia wartakan kepada umat adalah Yesus
Kristus, sehingga isi dari pewartaannya diusahakan dapat membantu umat untuk
bertemu secara pribadi dengan Kristus, sang Guru Ilahi. Pewarta disini hanya
sebagai alat yang dipakai oleh Kristus untuk menjadi saluran akan pertemuan
manusia dengan Kristus.
b. Katekese mendidik umat beriman
Iman merupakan suatu anugerah yang diberikan oleh Allah kepada
manusia sehingga seseorang mau percaya kepada-Nya, berserah dan menaati
Allah. Manusia mempunyai peran yang sifatnya sekunder sehingga kita harus
mampu untuk menciptakan suasana yang membuat iman kita semakin dapat
dirasakan, bertumbuh dan berubah. Katekese merupakan sarana untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
menemukan jawaban manusia akan tawaran yang diberikan oleh Allah. Selain itu,
katekese juga menolong umat agar mereka terpikat pada diri Allah, yang
diwartakan oleh Yesus Kristus dan agar mereka terdorong untuk melakukan
kehendak dan perintah-Nya. Dengan demikian diharapkan adanya pembaharuan
pada diri manusia yang percaya kepada Allah.
Manusia yang hidup pada zamannya dalam konteks budaya tertentu
semakin mengalami perkembangan hidup rohaninya yang
lebih berkenan di
hadapan Allah. Iman yang dihidupi membutuhkan suatu proses yang panjang
untuk dapat berkembang. Maka dalam berkatekese ada 3 komponen yang
memainkan peran, yakni komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen
operatif. Artinya, dalam berkatekese disajikan pemahaman agar orang semakin
yakin dan dapat bertanggung jawab atas iman atau agamanya (kognitif).
Perasaan/penghayatan perlu dibangkitkan sehingga umat semakin mencintai
agamanya, Allahnya dan berkobar untuk berbakti, bersembah dan bersyukur
(afektif). Dalam berkatekese tidak hanya berbicara tentang teori saja tetapi perlu
juga memberikan contoh-contoh konkret sehingga umat dapat mewujudkan
imannya melalui tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari (operatif). Iman
yang dihayati akan lebih berguna bila dapat diwujudkan melalui tindakan nyata
sehingga orang lain pun dapat merasakannya (Telaumbanua, 1999: 9-10).
c.
Katekese mengembangkan Gereja
Gereja merupakan umat Allah yang mengimani Kristus sebagai
pemimpin dan Juru selamatnya. Di dalam Gereja perlulah kegiatan-kegiatan yang
mendukung dalam pengembangan iman anggota gereja itu sendiri. Kegiatan tidak
hanya bersifat sebagai pendukung saja tetapi juga dapat mengukuhkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
persaudaraan Gerejawi dan mengobarkan iman para anggotanya sehingga umat
terdorong untuk terlibat aktif dalam kegiatan menggereja demi perkembangan
gereja itu sendiri. Hal tersebut merupakan tugas utama katekese. Tidak ada
katekese yang benar kalau bukan dalam konteks kegerejaan (Telaumbanua, 1999:
10).
Perkembangan suatu Gereja sangatlah tergantung pada usaha-usaha
katekis dalam mewartakan sabda penyelamatan Allah kepada manusia. Gereja
ada, berkembang dan menyebar karena aktivitas yang dilakukan oleh para katekis.
Katekis menjadi saluran Tuhan untuk bertemu dan menyapa umat-Nya.
4.
Kekhasan katekese
Ciri khas katekese, sebagai momen yang terbedakan dari pemakluman
awal Injil yang mengantar kepada pertobatan, mempunyai sasaran rangkap, yakni
mematangkan iman awal dan membina murid Kristus yang sejati melalui
pengertian yang lebih mendalam dan lebih sistematis tentang pribadi maupun
amanat Tuhan kita Yesus Kristus (CT, art. 19).
Kekhasan katekese terbedakan dari pemakluman awal Injil yang
mengantar kepada pertobatan, mempunyai sasaran rangkap, yakni mematangkan
iman awal dan membina murid Kristus yang sejati melalui pengertian yang lebih
mendalam dan lebih sistematis tentang pribadi maupun amanat Tuhan kita Yesus
Kristus (Sumarno Ds., 2014: 38).
Katekese merupakan komunikasi (sharing) pengalaman dan pengetahuan
iman antar jemaat. Sharing pengalaman dapat berlangsung saat para anggota
jemaat berkumpul untuk saling berbagi dan bertukar pengalaman maupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
pengetahuan satu sama lain. Dalam kegiatan katekese para jemaat diharapkan
menanamkan sikap saling menghargai dan menghormati, artinya saat ada salah
satu orang yang berbicara yang lainnya mendengarkan. Selain itu, diharapkan juga
adanya sikap saling percaya di dalam kelompok sehingga mereka dengan bebas
dapat saling berbagi. Katekese sendiri mempunyai tujuan membantu umat untuk
semakin memahami, menghayati serta mewujudkan imannya dalam kehidupan
sehari-hari (Telaumbanua, 1999: 5). Iman tidak cukup hanya dipahami saja tetapi
harus dapat diwujudkan dalam tindakan konkret karena iman tanpa perbuatan
adalah mati. Maka dari itu, katekese diharapkan juga dapat membantu umat untuk
dapat mewujudkan iman yang dihayatinya serta dapat mengembangkan iman umat
menuju kedewasaan dan kematangan (Sumarno Ds., 2014: 1). Perwujudan iman
tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan perhatian kepada orang-orang
yang membutuhkan sehingga orang lain juga dapat merasakan kasih Allah melalui
uluran tangan umat-Nya.
5.
Isi Katekese
Melalui katekese, umat diharapkan semakin mendalami isi warta
Kristiani karena katekese merupakan momen dan aspek dalam mewartakan Injil,
yakni mewartakan Kabar Gembira keselamatan yang terus didengar dan diterima
dengan setulus hati. Isi dari katekese merupakan pewartaan Injil itu sendiri dengan
harapan kehidupan pribadi seseorang terus sadar dan mau berkomitmen untuk
secara penuh mengintegrasikannya dalam keseluruhan hidupnya dengan selaras
hidup Kristen dalam masyarakat dan dunia (CT, art. 26).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Katekese harus mengumandangkan situasi hidup orang-orang yang
mendengarkannya, harus mengumandangkan cita-cita dasar, yang mencari
pernyataan dan kepenuhannya di dalam arus masa kini dan dalam peristiwaperistiwa yang dialami oleh masyarakat tertentu dalam periode sejarahnya yang
tertentu. Hidup seutuhnya di dalam jaringan-jaringan yang konkret, memerlukan
terang dan bimbingan iman. Maka katekese harus memancarkan sinar kepada
semua kenyataan itu, masalah dan situasi pribadi dan keluarga, lingkungan sosial
serta lingkungan kerja, agar semua itu dapat dilihat, dimengerti dan dipandang dan
dihayati oleh orang Kristen sesuai dengan sabda Kristus (Sumarno Ds., 2013: 41).
C. Gambaran Katekese Umat
Katekese Umat pertama kali dicetuskan dalam Pertemuan Komisi
Kateketik Keuskupan seIndonesia (PKKI) yang pertama berlangsung di
Sindanglaya, Jawa Barat dari tanggal 10 s/d 16 Juli 1977. Dalam pembicaraan
PKKI yang berlangsung empat tahun sekali senantiasa mengangkat Katekese
Umat sebagai tema pembicaraannya.
Pertemuan PKKI yang pertama menghasilkan gagasan Katekese Umat
yang disadari sebagai Arah Katekese di Indonesia masa kini (Huber, 1981: 7).
Pertemuan PKKI II dilaksanakan di Wisma Samadi Klender pada 29 Juni s/d 5
Juli 1980 bermaksud untuk memantapkan Katekese Umat. Dengan bertukar
pengalaman mereka ingin mencari kemungkinan pengikutsertaan semakin banyak
orang dalam proses pembinaan dan pendalaman iman; menjernihkan gagasan dan
arah Katekese Umat; mencari bagaimana kelompok dan sarananya serta Kitab
Suci dapat berfungsi secara memadai, sehingga umat semakin memenuhi
panggilannya dalam masyarakat (Huber, 1981: 7-8; bdk. Lalu, 2005: 2-5).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
1.
Pengertian Katekese Umat
Dalam PKKI II yang terjadi pada 29 Juni s/d 5 Juli 1980 di Wisma
Samadi
Klender
merumuskan
arti
dan
makna
Katekese
Umat
untuk
menyempurnakan hasil Katekese Umat yang dibahas dalam pertemuan PKKI I.
Katekese Umat diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman
antara anggota kelompok/jemaat yang berkumpul dalam suatu tempat, sehingga
iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara lebih sempurna (Komisi
Kateketik KWI, 1995: 11). Katekese Umat juga mempunyai pengertian sebagai
berikut:
KATEKESE UMAT diartikan sebagai sebagai komunikasi iman atau
tukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara anggota
jemaat/kelompok. Melalui kesaksian para peserta. Tekanan yang utama
dalam Katekese Umat yaitu pada penghayatan iman, meskipun
pengetahuan tidak dilupakan. Katekese Umat mengandalkan ada
perencanaan (Huber, 1981: 15; bdk. Lalu, 2005: 5).
Katekese Umat merupakan komunikasi iman dari peserta sebagai sesama
dalam iman yang sederajat, yang saling bersaksi tentang iman mereka. Katekese
berisi mengenai pengalaman-pengalaman iman umat dalam hidup sehari-hari.
Peserta berdialog dalam suasana terbuka, ditandai sikap saling menghargai dan
saling mendengarkan. Dalam dialog atau sharing lebih menekankan pada
penghayatan
iman,
meskipun
pengetahuan
tidak
dilupakan
sehingga
mengharapkan adanya keterlibatan seluruh umat untuk menciptakan suasana
katekese yang hidup. Tukar pengalaman iman yang terjadi dalam Katekese Umat
yaitu memberi kesaksian diri tentang apa yang diimani dan dihayati ialah Yesus
Kristus sendiri. Menjadi perantara Allah dalam menanggapi sabda-Nya dengan
cara bersaksi di tengah umat mewartakan yang diimani.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
2.
Tujuan Katekese Umat
Dalam hubungan dengan tujuan Katekese Umat, PKKI II menegaskan
bahwa tujuan komunikasi iman sebagai berikut (Huber, 1981: 16; bdk. Lalu,
2005: 5-6):
1) supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalamanpengalaman kita sehari-hari;
2) dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari
kehadiran-Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari;
3) dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap,
mengamalkan cinta kasih, dan makin dikukuhkan hidup kristiani kita;
4) pula kita makin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin tegas
mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja
semesta;
5) sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam
hidup kita di tengah masyarakat.
Kelima butir rumusan di atas menyoroti tujuan Katekese Umat dari sudut
pandang yang berbeda-beda. Ketiga nomor pertama lebih-lebih memperhatikan
peserta sendiri dimana peserta menyadari arti pengalaman-pengalaman hidup
sehari-hari dalam terang Injil, bertobat kepada Allah dan semakin menyadari akan
kehadiran Allah dalam kehidupannya sehingga dapat mewujudkannya melalui
tindakan yang nyata dengan mengamalkan cinta kasih kepada sesama. Kedua
nomor yang lainnya lebih menegaskan tujuan sebagai Gereja yang berpuncak
kepada “hidup kita di tengah masyarakat” (Lalu, 2005: 74).
Katekese Umat membantu umat untuk hidup semakin sadar, semakin
mendalam atau utuh. Pengalaman religius ditempatkan di dalam kehidupan
konkret/nyata. Dengan demikian para peserta ditolong untuk menafsirkan riwayat
hidupnya sebagai sejarah penyelamatannya.
Gereja bukan tujuan melainkan sarana untuk bersaksi tentang Kristus
melalui pengabdian kepada manusia konkret, agar Kristus semakin berpengaruh
dalam masyarakat, itulah yang dicita-citakan Katekese Umat (Huber 1981: 23).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
3.
Kekhasan Katekese Umat
Katekese Umat menunjukkan kesaksian tentang iman kita akan Yesus
Kristus, pengantara Allah yang bersabda kepada kita dan pengantara kita
menanggapi sabda Allah (Huber, 1981: 19; bdk. Komkat KWI, 1995: 11). Yesus
Kristus sebagai pola dan penentu Katekese Umat. Bukan sembarang tukar
pengalaman tetapi usaha tekun yang ditandai Kristus baik mengenai isi maupun
mengenai cara. Dalam Kristus kita berjumpa dengan Allah dan melalui Dialah
pula Allah mendatangi kita. Kesaksian umat terhadap imannya akan Yesus
tersebut dilakukan dengan membagikan pengalaman-pengalaman iman pribadi
kepada orang lain. Hal tersebut dapat dilakukan dalam pelaksanaan Katekese
Umat di suatu kelompok tertentu. Dalam kegiatan Katekese Umat tidak hanya
satu orang saja yang bersaksi akan imannya kepada Yesus Kristus tetapi seluruh
umat yang berkumpul dan mengimani Kristus. Artinya kegiatan ini melibatkan
seluruh umat yang mengimani Kristus dan secara bebas mereka saling berbagi
pengalaman imannya.
Katekese Umat sering disebut katekese dari umat, oleh umat, dan untuk
umat. Artinya dalam proses Katekese Umat semua peserta aktif berpikir, aktif
berbicara, aktif mengambil keputusan. Umat menjadi subjek utama dalam
berkatekese. Katekese Umat sebagai sarana untuk membantu peserta semakin
kreatif, kritis, dan otonom serta dapat menumbuhkan rasa percaya diri,
kepribadian dan martabat seseorang (Lalu, 2005: 79).
Katekese Umat membantu untuk hidup semakin sadar, semakin
mendalam/utuh. Katekese Umat mendorong proses pemanusiaan kristiani.
Katekese Umat membantu apa yang sering disebut pendewasaan umat (Huber,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
1981: 23). Selain itu, Katekese Umat juga berbicara mengenai pengalaman hidup
nyata yang dialami oleh para peserta dan dilihat dalam terang Injil. Hal ini
membantu umat untuk semakin menyadari akan keterlibatan Allah dalam
kehidupan mereka sehingga dengan sendirinya mereka akan senantiasa
menghormati Allah dengan melaksanakan apa yang menjadi kehendak-Nya.
Katekese Umat juga mengajak umat untuk aktif dalam berkomunikasi.
Berkomunikasi tentang hidup nyata dalam terang iman. Semakin umat
berkomunikasi iman, umat akan semakin menjadi communio (persekutuan),
semakin menjadi Gereja (Lalu, 2005: 79).
D. Katekese Umat Model Shared Christian Praxis
Katekese Shared Christian Praxis merupakan salah satu model katekese
umat yang dapat digunakan dalam proses katekese. Shared Christian Praxis
(SCP) dapat dimengerti sebagai katekese yang menekankan pada proses yang
bersifat dialogal dan partisipatif yang bermaksud mendorong peserta, berdasarkan
konfrontasi antara “tradisi” dan “visi” hidup mereka dengan “Tradisi” dan “Visi”
Kristiani, agar baik secara pribadi maupun bersama, mampu mengadakan
penegasan dan mengambil keputusan demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah
di dalam kehidupan manusia yang terlibat dalam dunia (Sumarno Ds., 2014: 14).
Model
katekese
Shared Christian Praxis
(SCP) bermula dari
pengungkapan pengalaman hidup para peserta yang kemudian direfleksikan oleh
masing-masing pribadi untuk menemukan makna bagi dirinya dan kemudian
dihubungkan dengan pengalaman hidup iman dan Visi Kristiani. Pada akhirnya
baik secara pribadi maupun bersama peserta dapat memiliki ketegasan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
kesadaran yang baru sebagai motivasi untuk menjalankan kehidupan serta
melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan gereja (Groome, 1997: 1).
Katekese model ini menggarisbawahi peran atau keterlibatan peserta
sebagai subyek yang bebas dan bertanggung jawab. Peserta diharapkan aktif dan
mau dengan terbuka saling berbagi pengalaman imannya sehingga dapat saling
meneguhkan satu sama lain dan iman mereka akan Kristus semakin
disempurnakan. Dialog antar subyek (inter subyektivitas) yang ditekankan dalam
model ini tidak hanya terjadi antara para peserta dengan pendamping tetapi juga
antar peserta itu sendiri (Groome, 1997: 1). Dialog yang terjadi tidak hanya
dengan pendamping dan antar peserta saja tetapi dialog juga terjadi antara peserta
dengan “teks” dan keadaan hidup masyarakat setempat.
1.
Komponen utama dalam Shared Christian Praxis (SCP)
Sesuai dengan tiga huruf (S-C-P), katekese model ini memiliki tiga
komponen utama yaitu shared, christian, praxis.
a.
Shared
Istilah shared atau sharing mengandung pengertian adanya komunikasi
dan timbal balik antara semua peserta katekese. Dalam sharing menekankan
adanya unsur dialog partisipatif peserta yang ditandai dengan adanya
kebersamaan, keterlibatan, dan keterbukaan satu sama lain (Groome, 1997: 4).
Dengan demikian masing-masing pribadi diharapkan untuk ikut ambil bagian
dengan membagikan pengalamannya dalam kegiatan katekese sehingga suasana
katekese menjadi hidup dan menambah pengetahuan baru juga bagi para peserta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Sharing tidak hanya menekankan pada keaktifan peserta saja tetapi para peserta
juga harus siap untuk mendengarkan dengan hati dan berkomunikasi dengan
kebebasan hati.
Dikatakan pula bahwa sharing berarti berbagi rasa, pengalaman,
pengetahuan serta saling mendengarkan pengalaman orang lain. Ada dua unsur
penting yaitu membicarakan dan mendengarkan. Yang dimaksud membicarakan
disini yaitu membagikan kepada orang lain tentang pengalaman hidupnya dan
tidak lebih-lebih memberi nasehat kepada orang lain tetapi bercerita sesuai dengan
kenyataan yang dialami dan dirasakan. Dalam bercerita juga dibutuhkan
keterbukaan serta kejujuran sehingga apa yang disampaikan tidak dibuat-buat
tetapi benar-benar pengalaman yang pernah dialami atau dirasakan. Sedangkan
mendengarkan yang dimaksud adalah mendengar dengan hati dan rasa, tidak
hanya sekedar mendengar saja apa yang disampaikan orang lain tetapi dengan hati
sehingga peserta dapat menemukan diri sendiri dan menemukan kehendak Tuhan.
Mendengarkan melibatkan keseluruhan diri untuk dapat menimbulkan gerak hati,
empati terhadap apa yang disampaikan atau dikomunikasikan oleh orang lain
(Sumarno Ds., 2014: 17; bdk. Groome, 1997: 4).
b. Christian
Christian atau kristiani dalam Shared Christian Praxis (SCP)
mempunyai maksud untuk mengusahakan supaya kekayaan iman kristiani
sepanjang sejarah dan visinya makin terjangkau dan relevan bagi kehidupan
peserta. Kekayaan iman yang ditekankan dalam model katekese ini yaitu
pengalaman hidup iman kristiani dan visinya (Groome, 1997: 2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Tradisi kristiani mengungkapkan realitas iman jemaat kristiani yang
hidup sebagai tanggapan manusia terhadap perwahyuan diri Allah yang terlaksana
dalam kehidupan manusia. Tradisi perlu dipahami sebagai perjumpaan antara
rahmat Allah dalam Kristus yang senantiasa menyertai kehidupan manusia dan
bagaimana tanggapan manusia itu sendiri.
Tradisi (dengan huruf besar T) dalam Gereja berarti bukan hanya sejarah
naratif atau adat istiadat ritual masa lampau saja, tetapi seluruh
pengalaman iman umat dalam bentuk apapun yang sudah terungkap dan
yang sudah dibakukan oleh Gereja dalam rangka menanggapi
perwahyuan Allah di dunia ini. Orang tidak bisa begitu saja menciptakan
Tradisi sendiri. Bahkan dalam Gereja tidak semua tradisi yang ada
diterima sebagai Tradisi (Sumarno Ds., 2014: 17).
Tradisi tidak dapat diciptakan begitu saja oleh manusia karena Tradisi
menyangkut pengalaman
hidup yang konkret dalam kehidupan sehari-hari.
Manusia memperoleh pengalaman harus menjalani kehidupan yang tidak sebentar
tetapi dengan proses dan perjuangan.
Visi kristiani menegaskan tuntutan dan janji yang terkandung dalam
tradisi, tanggung jawab dan pengutusan orang kristiani sebagai jalan untuk
menghidupi semangat dan sikap kemuridan (Groome, 1997: 3).
Tradisi dan Visi Kristiani tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena
keduanya saling berkaitan. Visi bukan sekedar suatu pengetahuan saja, tetapi
suatu kenyataan hadirnya atau manifestasi konkrit dari isi Tradisi (Sumarno Ds.,
2014: 17).
c.
Praxis
Praxis merupakan suatu tindakan manusia yang mempunyai tujuan untuk
mencapai pada suatu transformasi kehidupan. Di dalam transformasi kehidupan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
terkandung suatu proses kesatuan dialegtis dan teori. Praxis sendiri memiliki tiga
komponen yang saling berkaitan yaitu: aktivitas, refleksi, dan kreativitas
(Groome, 1997: 2; bdk. Sumarno Ds., 2014: 15). Ketiga komponen tersebut
berfungsi membangkitkan berkembangnya imajinasi, meneguhkan kehendak, dan
mendorong praksis baru yang secara etis dan moral dapat dipertanggung
jawabkan.
Praxis dalam pengertian model katekese Shared Christian Praxis (SCP)
bukan hanya suatu praktek saja, tetapi suatu tindakan yang sudah direfleksikan
(Sumarno Ds., 2014: 15). Perbuatan atau tindakan yang dimaksud meliputi
seluruh keterlibatan manusia dan segala sesuatu yang diperbuat oleh manusia
dengan tujuan tertentu atau dengan sengaja. Praxis merupakan suatu praktek yang
didukung oleh refleksi teoritis dan sekaligus suatu refleksi teoritis yang didukung
oleh praktek. Selain itu, praxis juga merupakan suatu ungkapan seseorang
meliputi ungkapan fisik, emosional, intelektual, spiritual dari hidup manusia.
2.
Langkah-langkah Katekese Model Shared Christian Praxis
Shared Christian Praxis (SCP) sebagai model berkomunikasi tentang
makna pengalaman hidup para peserta dalam berkatekese. Model katekese ini
memiliki lima langkah yang berurutan dan saling berkaitan satu sama lain. Kelima
langkah tersebut dapat digabung tetapi tidak boleh ada satu langkah pun yang
dihilangkan atau dilewati karena langkah awal sampai akhir saling berkaitan.
“Yang paling pokok adalah bahwa semua langkah itu mengalir dalam suatu
kesatuan yang menyeluruh dan bukan langkah-langkah yang terlepas” (Sumarno
Ds., 2014: 23).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
a.
Langkah I: Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta
Kekhasan pada langkah I adalah sharing, dimana peserta membagikan
(to share) pengalaman hidup yang sungguh-sungguh dialami dan tidak boleh
ditanggapi sebagai suatu laporan. Sharing yang diungkapkan oleh peserta
merupakan pengalaman hidupnya sehari-hari entah yang dialami oleh diri sendiri
maupun menceritakan pengalaman orang lain atau keadaan masyarakatnya
(Groome, 1997: 5).
Salah satu tujuan langkah ini yaitu untuk mendorong peserta sebagai
subyek utama menemukan topik pertemuan yang bertolak dari kehidupan konkret
yang selanjutnya dijadikan sebagai tema dasar pertemuan. Dengan demikian tema
dasar pertemuan yang diangkat mencerminkan pokok-pokok kehidupan para
peserta dan sesuai dengan kebutuhan peserta. Dialog dalam langkah ini tidak
mengharuskan peserta untuk berbicara menyampaikan pendapatnya tetapi dialog
dapat juga dilakukan dengan diam karena “diam” pun merupakan salah satu cara
berdialog. “Diam” tidak sama dengan tidak terlibat.
Pada tahap ini pendamping sebagai fasilitator yang menciptakan suasana
pertemuan menjadi hangat dan mendukung peserta untuk membagikan praxis
hidupnya berkaitan dengan tema dasar. Ia diharapkan dapat merumuskan
pertanyaan-pertanyaan yang jelas, terarah, tidak menyinggung harga diri
seseorang, sesuai dengan latar belakang peserta, dan bersifat terbuka dan obyektif
misalnya: gambaran, lukisan, atau ceritakan apa yang Anda temui, lihat, dengar,
dan lakukan? (Sumarno Ds., 2014: 19).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
b. Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta
Langkah ini memiliki kekhasan yaitu refleksi kritis yang meliputi ingatan
dan kreatifitas. Dalam refleksi ini peserta diajak untuk memperdalam pengalaman
faktual yang telah diungkapkan dalam langkah pertama. Adapun tujuan yang
hendak dicapai dalam langkah ini yaitu mengantar peserta pada kesadaran kritis
akan keterlibatan mereka, akan asumsi dan alasan/pemahaman, motivasi, sumber
historis/pengenangan, kepentingan dan konsekuensi yang disadari dan hendak
diwujudkan/imajinasi. Dengan refleksi kritis pada pengalaman konkret peserta
diharapkan sampai pada nilai dan visinya yang pada langkah keempat akan
dikonfrontasikan dengan pengalaman iman Gereja sepanjang sejarah (Tradisi) dan
Visi Kristiani (Groome, 1997: 5-6).
Pada tahap ini pendamping bertanggung jawab untuk menciptakan
suasana pertemuan yang menghormati dan mendukung setiap gagasan serta
sumbangan saran peserta, untuk mengundang refleksi kritis setiap peserta, untuk
mendorong peserta supaya mengadakan dialog dan penegasan bersama yang
bertujuan memperdalam, menguji pemahaman, kenangan, imajinasi peserta,
mengajak setiap peserta untuk berbicara tetapi tidak memaksa. Pendamping
menggunakan pertanyaan yang menggali tidak menginterogasi dan mengganggu
harga diri dan apa yang dirahasiakan peserta serta menyadari kondisi peserta,
lebih-lebih mereka yang tidak biasa melakukan refleksi kritis terhadap
pengalaman hidupnya (Sumarno Ds., 2014: 20).
c.
Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani
Langkah ini memiliki sedikit perbedaan dengan langkah pertama dan
langkah kedua. Dalam langkah ini peserta tidak lagi banyak berbicara melainkan
pendamping yang lebih banyak berbicara karena dalam langkah ini merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
penyampaikan akan Tradisi dan Visi Kristiani. Tradisi yang disampaikan tidak
terbatas pada pengajaran Gereja (dogma) tetapi juga merangkum Kitab Suci,
spiritualitas, devosi, kebiasaan hidup beriman, aneka kesenian Gereja, liturgi,
kepemimpinan, dsb. Visi merefleksikan harapan dan janji, mandat dan tanggung
jawab yang muncul dari tradisi suci yang bertujuan untuk mendorong dan
meneguhkan iman jemaat dalam keterlibatannya untuk mewujudkan kehadiran
nilai-nilai Kerajaan Allah (Groome, 1997: 6).
Tujuan yang hendak dicapai dari langkah ini ialah mengkomunikasikan
nilai-nilai Tradisi dan Visi Kristiani agar lebih terjangkau dan lebih mengena
untuk kehidupan peserta yang konteks dan latar belakang kebudayaan berlainan
(Sumarno Ds., 2014: 20).
Peran pendamping pada langkah ini yaitu membantu peserta dalam
menafsirkan Tradisi Gereja atau Kitab Suci sehingga nilai-nilai Tradisi dan Visi
Kristiani menjadi milik peserta. Pendamping berusaha secara kritis, berdasar
kehidupan konkret peserta, menafsirkan Tradisi Gereja dan Visi Kristiani dan juga
harus menggunakan metode yang tepat sehingga dapat menarik perhatian peserta,
mengantar peserta ke tingkat kesadaran; tidak mengulang-ulang rumusan; tidak
bersikap sebagai “guru”, adakalanya bersikap sebagai “murid” yang siap belajar.
Sebagai pendamping juga mau memberikan kesaksian iman, harapan dan
hidupnya sendiri dalam memberikan tafsiran (Sumarno Ds., 2014: 21).
d. Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi Peserta Konkret
Langkah ini lebih menekankan interpretasi yang dialektis antara tradisi
dan visi faktual peserta dengan Tradisi dan Visi Kristiani yang akan melahirkan
kesadaran sikap dan niat baru sebagai jemaat Kristiani. Kekhasan dalam langkah
ini adalah mengajak peserta sampai pada pengalaman iman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Tujuan dari langkah ini yaitu mengajak peserta menemukan nilai hidup
lewat pengalaman-pengalaman pribadinya berdasarkan nilai Tradisi dan Visi
Kristiani. Nilai-nilai hidup yang diperoleh oleh peserta diintegrasikan dalam
Tradisi dan Visi Kristiani, dan dilain pihak peserta mempersonalisasikan dan
memperkaya dinamika Tradisi dan Visi Kristiani (Sumarno Ds., 2014: 21; bdk.
Groome, 1997: 7).
Peranan pendamping adalah menghormati kebebasan dan hasil penegasan
peserta, termasuk peserta yang menolak tafsiran pembimbing, meyakinkan peserta
bahwa mereka mampu mempertemukan nilai pengalaman hidup dan visi mereka
dengan nilai Tradisi dan Visi Kristiani, mendorong peserta untuk merubah sikap
dari pendengar pasif menjadi pihak yang aktif, menyadari bahwa tafsiran
pembimbing bukan kata mati, serta mendengar dengan hati tanggapan, pendapat
dan pemikiran peserta (Sumarno Ds., 2014: 21-22).
e.
Langkah V: Mengusahakan suatu Aksi Konkret
Kekhasan pada langkah ini adalah mengusahakan tindakan konkret dan
niat-niat bersama sesuai dengan tema dasar, konteks, permasalahan, kepentingan
dan kebutuhan mereka (Groome, 1997: 34). Peserta diajak untuk sampai pada
keputusan praktis yakni mendorong keterlibatan baru dengan jalan mengusahakan
pertobatan pribadi dan sosial yang kontinyu.
Pada langkah ini pendamping berperan menyadari hakikat praktis,
inovatif, dan transformatif dari langkah ini, merumuskan pertanyaan operasional
(tidak perlu muluk-muluk) yang membantu kearah itu, menekankan sikap optimis
yang realistis pada peserta, merangkum hasil langkah pertama sampai langkah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
keempat supaya dapat lebih membantu peserta dan mengusahakan supaya peserta
sampai pada keputusan pribadi dan bersama (Sumarno Ds., 2014: 22).
3. Catatan Khusus Shared Christian Praxis (SCP)
Agar Shared Christian Praxis dapat dilaksanakan dengan lebih baik,
Sumarno Ds. (2014: 22-24), mengutip pendapat dari Thomas H. Groome
mengenai beberapa catatan refleksi dalam variasi dan urutan langkah, pemilihan
waktu dalam Shared Christian Praxis, lingkungan untuk Shared Christian Praxis.
a.
Variasi dan urutan langkah
Katekese model Shared Christian Praxis sebetulnya bukan suatu metode
pedagogis, melainkan suatu pendekatan umum yang di dalamnya bermacammacam metode dapat dipakai (Sumarno Ds., 2014: 22). Shared Christian Praxis
membutuhkan sejumlah ketrampilan dasar, katekis harus tahu dengan jelas apa
yang menjadi tugasnya dalam setiap langkah sehingga daya cipta dan imajinasi
dapat berguna dalam pelaksanaannya.
Pada umumnya SCP memiliki 5 (lima) langkah yang dipakai, yaitu
pengungkapan pengalaman hidup konkret peserta, merefleksikan, menghadirkan
tradisi iman kristiani sehubungan dengan tema, mengkonfrontasikan pengalaman
hidup mereka dengan pengalaman iman kristiani dan akhirnya peserta diajak
untuk membuat niat-niat sebagai perwujudan keterlibatan baru mereka dalam
kehidupan sehari-hari (Sumarno Ds., 2014: 22-23). Namun seringkali katekis
mengikuti urutan lain dan mengatur langkah-langkah itu dalam kombinasi yang
berbeda-beda dengan memberikan tekanan yang berbeda kepada langkah yang
berbeda dari satu unit ke unit yang lain. Hal tersebut tidak menjadi masalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
karena yang terpenting adalah semua langkah mengalir dalam suatu kesatuan yang
menyeluruh dan bukan langkah-langkah yang terlepas.
Langkah pertama tidak mutlak harus dimulai dengan pengalaman
bersama. Yang terpenting ada kebersamaan tertentu dalam setiap tindakan, dan
khususnya hal ini sangat benar dengan praksis kristiani, yang dapat diungkapkan
dan direfleksikan bersama.
b. Pemilihan waktu dalam Shared Christian Praxis
Dari pengalaman Shared Christian Praxis (SCP) kelima langkah yang
ada di dalamnya cukup fleksibel untuk dipergunakan dengan efektif dalam
kerangka waktu yang berbeda-beda, karena soal waktu sebenarnya tidak
dipermasalahkan. Dalam sepuluh menit pun pendekatan Shared Christian Praxis
bisa dipakai, misalnya dengan mengajak peserta untuk mengungkapkan dan
merefleksikan pengalaman, memberikan sedikit masukan dari tradisi iman mereka
sendiri dan mengambil keputusan tentangnya untuk langkah hidup selanjutnya
(Sumarno Ds., 2014: 24).
Kenyataan yang terjadi dalam suatu kelas waktu terpendek untuk
menyelesaikan suatu unit adalah 40 menit. Jelas dengan waktu yang singkat itu
kedalaman dan keluasan refleksi serta dialog akan sangat terbatas sehingga perlu
adanya pertimbangan waktu juga bagi katekis atau pemandu SCP supaya tujuan
pelaksanaan SCP dapat tercapai.
c.
Lingkungan untuk Shared Christian Praxis
Lingkungan untuk SCP merupakan sesuatu yang vital untuk menjamin
mutu/kualitas pendidikan yang dilaksanakan. Ada dua dimensi lingkungan:
Emosional dan Physis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
1) Lingkungan Emosional
Keseluruhan suasana pertemuan harus merupakan suasana saling
menerima, hangat dan terbuka. Dalam Shared Christian Praxis peserta perlu
merasa diterima, bebas, dan santai serta percaya bahwa sumbangan mereka
dihargai dan diperhatikan (Sumarno Ds., 2014: 24).
Hal di atas berkaitan erat dengan suasana percaya. Dialog yang terjadi
dalam Shared Christian Praxis dibutuhkan rasa percaya serta dukungan dari
masing-masing peserta sehingga refleksi kritis, mendengarkan pengalaman, resiko
mengambil keputusan dapat terjadi. Selain itu, dengan adanya rasa percaya satu
sama lain umat juga lebih bebas dalam mengungkapkan pengalaman imannya
karena merasa dihargai dan diperhatikan.
2) Lingkungan Physis
St. Agustinus sebagaimana dikutip Sumarno Ds., 2014: 24 dalam De
Catechizandis
Rudibus
menekankan
bahwa
lingkungan
belajar
harus
menyenangkan secara physis bagi peserta. Lingkungan yang secara physis ideal
untuk Shared Christian Praxis adalah lingkungan yang “lembut”, yang berbeda
dengan lingkungan yang keras, misalnya: lantai bertutup lebih cocok daripada
lantai kosong; kursi yang nyaman, tapi bukan kursi malas atau bangku. Untuk
menciptakan lingkungan perlu juga memperhatikan cahaya, cara mengatur tempat
duduk, susunan warna, tutup lantai, hiasan, dll. Tidak hanya itu yang diperhatikan
dalam lingkungan physis. Namun, besarnya kelompok juga perlu diperhatikan
sehingga para peserta dapat saling berkontak satu sama lain. Singkatnya kata,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
lingkungan physis diusahakan menyenangkan dan memberi kesan mesra, hangat,
dan terbuka sehingga peserta merasa nyaman dalam kelompok.
E. Peranan Katekese Umat Model Shared Christian Praxis (SCP) dalam
Kegiatan Hidup Menggereja Umat
Katekese berperan untuk membantu usaha Gereja dalam menjawab
keprihatinan yang paling mendasar yaitu melayani Kerajaan Allah. Katekese
Umat model Shared Christian Praxis dilaksanakan dengan melibatkan umat
hendaknya dikemas sedemikian rupa agar mereka lebih bersemangat dalam
mengikutinya terlebih dalam upaya menumbuhkan iman Kristiani mereka.
Katekese bukan merupakan hal yang mati melainkan kegiatan Gereja yang terus
berkembang sesuai zamannya.
Katekese umat model Shared Christian Praxis merupakan salah satu
model katekese yang dapat membantu umat untuk terlibat aktif dalam kegiatan
katekese. Melalui katekese model tersebut, umat semakin terbantu dalam
menemukan dan merefleksikan pengalaman-pengalaman pribadinya. Di bawah ini
akan diuraikan mengenai peran Shared Christian Praxis dalam koinonia
(Paguyuban), kerygma (Pewartaan), martyria (Kesaksian Hidup), liturgia (Ibadat)
dan diakonia (Pelayanan).
1.
Peran Shared Christian Praxis (SCP) dalam Koinonia (Paguyuban)
Gereja adalah umat Allah, persekutuan orang-orang beriman kepada
Yesus Kristus. Gereja terjadi apabila ada umat yang beriman kepada Yesus
Kristus dan berkumpul atas nama-Nya (Ardhisubagyo, 1987: 24).
Salah satu kegiatan yang diselenggarakan dengan mengumpulkan umat
yang beriman pada Yesus Kristus yaitu kegiatan katekese. Katekese model Shared
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Christian Praxis mengajak umat untuk semakin mendalami imannya lewat
pengalaman-pengalaman hidup mereka. Di mana dalam kegiatan ini terjadi
komunikasi iman melalui sharing pengalaman peserta. Dari sharing yang
dibagikan oleh masing-masing peserta dapat membantu dalam menyempurnakan
iman mereka akan Yesus Kristus. Pengalaman mereka tidak hanya disharingkan
saja tetapi melalui katekese Shared Christian Praxis mereka juga dibantu untuk
menemukan nilai-nilai yang berguna bagi dirinya sehingga ada sesuatu yang
didapat untuk melanjutkan hidup yang lebih baik lagi. Dengan demikian
pengalaman peserta tidak berlalu begitu saja tetapi memiliki makna yang
mendalam bagi masing-masing pribadi.
2.
Peran Shared Christian Praxis (SCP) dalam Kerygma (Pewartaan)
Tugas menjadi seorang pewarta merupakan suatu panggilan. Jadi
seseorang yang mau menjadi pewarta harus dapat mendekatkan diri kepada Yesus
Kristus karena apa yang diwartakannya bersumber dari Dia, nasib yang
diwartakan akan menjadi nasibnya, penderitaan menjadi bagian hidupnya, ia
diutus dan diserahkan kepada umat yang mendengar pewartaannya dan harus
mempunyai komitmen yang utuh kepada umat. Pewartaan sendiri merupakan
tugas dan panggilan setiap orang yang percaya kepada Kristus. Secara khusus
tugas ini dipercayakan kepada imam atau biarawan-biarawati, dan lebih khusus
lagi “barisan para katekis, baik pria maupun wanita, yang dijiwai semangat
merasul dan dengan banyak jerih payah memberi bantuan istimewa dan yang
sungguh perlu demi penyebarluasan iman Gereja” (AG, art. 17).
Umat katolik yang percaya kepada Yesus Kristus memiliki tugas untuk
mewartakan kabar gembira dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
hanya belajar dan mendalami Injil saja tetapi harus sampai pada kesadaran untuk
menerapkannya dalam tindakan konkret. Katekese Shared Christian Praxis
merupakan salah satu model yang dapat membantu umat untuk mewujudkan hal
tersebut. Di dalam katekese model Shared Christian Praxis umat tidak hanya
diajak mendalami Injil saja tetapi juga diajak untuk memikirkan aksi-aksi konkret
yang dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari baik itu untuk pribadi
maupun kelompok. Dengan demikian umat juga ikut ambil bagian dalam
pewartaan Yesus Kristus di dunia.
3.
Peran Shared Christian Praxis (SCP) dalam Martyria (Kesaksian Hidup)
Sebagai anggota Gereja berarti ikut serta untuk menjadi saksi Kristus,
memberi kesaksian mengenai Kerajaan Allah di tengah dunia. Dalam mengikuti
Kristus dan menjadi saksi-Nya tidaklah mudah, kita dituntut untuk mau
berkorban, karena mengandung resiko “Kamu akan dikucilkan bahkan akan
datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka
bahwa ia berbuat bakti bagi Allah” (Yoh 16:2). Teladan kita dalam memberi
kesaksian yaitu Yesus Kristus sendiri yang rela mati untuk mewartakan Kerajaan
Allah.
Kesaksian-kesaksian yang bisa kita lakukan sebagai perwujudan dalam
kehidupan bersama melalui katekese model Shared Christian Praxis yaitu ikut
serta
mewujudkan Kerajaan Allah di dunia ini dengan memberitakan kabar
gembira tentang Yesus Kristus. Kita dapat memberikan contoh sikap dan tindakan
yang baik kepada orang lain sehingga setiap orang yang berjumpa dengan kita
merasakan kehadiran Yesus sendiri lewat sikap dan tindakan kita. Shared
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Christian Praxis mengajak kita untuk mewujudkan sikap dan tindakan itu dengan
membuat aksi konkret yang ada dalam langkah kelima. Selain membuat aksi
konkret peserta juga diajak untuk sampai pada pertobatan pribadi guna
mendorong keterlibatan baru dalam kehidupan bersama (Sumarno Ds., 2014: 22).
4.
Peran Shared Christian Praxis (SCP) dalam Liturgia (Ibadat)
Dalam Liturgi Gereja mengenangkan penuh syukur karya penyelamatan
Allah melalui Yesus Kristus dalam Roh Kudus (Ardhisubagyo, 1987: 29). Hal ini
terungkap dalam perayaan Ekaristi dan juga dalam sakramen-sakramen lainnya.
Orang-orang beriman mengungkapkan persatuan mereka dengan Yesus Kristus
melalui tanda-tanda sakramental. Selain melalui tanda-tanda sakramental, orang
beriman juga dapat bertemu dan bersatu dengan Yesus lewat perjumpaan yang
dialami
dalam
kehidupan
sehari-hari
yaitu
melalui
pengalaman
yang
menyenangkan maupun kurang menyenangkan. Mereka mempercayai bahwa
Yesus Kristus senantiasa membimbing kehidupannya di dalam dunia ini sehingga
kita manusia tidak perlu takut dalam menghadapi setiap cobaan hidup.
Katekese model Shared Christian Praxis berperan membantu umat
dalam menghayati dan memaknai setiap pengalaman yang telah terjadi sehingga
setiap kejadian memiliki nilai-nilai yang dapat menjadi pegangan dalam
menjalankan kehidupan selanjutnya. Selain itu juga umat harus sampai pada
kesadaran bahwa setiap kejadian yang dialami tidak semata-mata kekuatan
manusia sendiri tetapi juga merupakan campur tangan Tuhan. Langkah Shared
Christian Praxis yang keempat membantu umat dalam mendalami pengalaman
iman mereka sehingga mereka dapat menemukan nilai-nilai hidup yang berguna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
bagi dirinya, menghilangkan sikap-sikap picik yang ada dalam dirinya dan
menemukan nilai-nilai baru yang hendak dikembangkan (Sumarno Ds., 2014: 21).
5.
Peran Shared Christian Praxis (SCP) dalam Diakonia (Pelayanan)
Gereja dipanggil untuk melayani seluruh umat manusia. Jadi pelayanan
yang dilakukan oleh Gereja bukan hanya kepada sesama anggota jemaat saja
tetapi juga melayani masyarakat luas khususnya mereka yang miskin dan
tertindas. Dasar pelayanan Gereja yaitu Yesus sendiri yang menyembuhkan,
memperhatikan orang-orang kecil dan mengampuni dosa (Ardhisubagyo, 1987:
30).
Dalam Kitab Suci dikatakan bahwa “Karena Anak Manusia juga datang
bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Mrk 10:45). Yesus ingin menyatakan
bahwa Dia datang ke dunia bukan untuk dilayani oleh umat-Nya tetapi Dia ingin
melayani bahkan sampai rela memberikan nyawa-Nya demi keselamatan umat
manusia. Sikap Yesus yang demikian memberikan contoh kepada kita untuk mau
melayani sesama yang membutuhkan. Melayani bukan berarti merendahkan,
namun mengangkat orang karena membuatnya sama dengan Kristus dan guru.
Orang yang mengimani Kristus diharapkan untuk mempunyai semangat
dalam hidup yaitu semangat pelayanan. Semangat pelayanan ini dilakukan melalui
tindakan nyata seperti memberikan bantuan kepada mereka yang miskin dan
tertindas. Katekese model Shared Christian Praxis merupakan salah satu model
yang dapat membantu umat dalam mewujudkan imannya. Katekese model ini
memiliki beberapa langkah. Namun, tidak semua langkah berbicara mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
pengalaman pribadi dan pendalaman Kitab Suci tetapi ada langkah yang mengajak
para peserta untuk memikirkan tindakan nyata yang akan dilakukan guna
mewujudkan kepedulian mereka terhadap sesama. Hal demikian sangat membantu
para peserta untuk mewujudkan imannya di tengah-tengah kehidupan bersama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
BAB IV
USULAN PROGRAM KATEKESE UNTUK MENINGKATKAN
KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP MENGGEREJA
DI STASI SANTO LUKAS SOKARAJA
Berdasarkan hasil penelitian, kiranya banyak hal yang perlu diperhatikan
untuk dapat meningkatkan keterlibatan umat dalam hidup menggereja. Beberapa
usulan program yang menarik bagi umat sehingga mereka dapat semakin tertarik
untuk terlibat dalam kegiatan hidup menggereja. Hal yang berkaitan dengan
usulan-usulan program tersebut yaitu latar belakang penyusunan program
katekese, alasan pemilihan tema dan tujuan katekese, usulan tema dan tujuan
program katekese, penjabaran program, petunjuk pelaksanaan program dan contoh
Satuan Pertemuan.
A. Latar Belakang Penyusunan Program Katekese untuk Meningkatkan
Keterlibatan Umat dalam Hidup Menggereja
Gereja mengharapkan sekali keterlibatan umat untuk meningkatkan
keterlibatan umat dalam kegiatan hidup menggereja. Namun, pada kenyataannya
kebanyakan dari umat stasi Santo Lukas Sokaraja kurang memiliki kesadaran
untuk terlibat dalam kegiatan hidup menggereja, sehingga kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan di Stasi maupun Lingkungan kurang mendapat dukungan dari umat.
Salah satu kebutuhan dari umat sendiri yaitu memerlukan adanya komunikasi atau
sharing pengalaman iman antar umat sehingga masing-masing umat saling
memperkaya dan meneguhkan satu sama lain. Sharing pengalaman iman juga
membantu umat dalam memaknai setiap peristiwa pengalaman hidup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Penyusunan program katekese ini dimaksudkan untuk membantu umat
dalam berkomunikasi satu sama lain serta membantu umat dalam memaknai
peristiwa hidup umat. Selain itu juga mengharapkan adanya peningkatan
kesadaran umat akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai anggota Gereja
sehingga mereka semakin mau terlibat dalam kegiatan hidup menggereja.
Katekese merupakan salah satu bentuk kegiatan hidup menggereja. Oleh
karena itu upaya untuk meningkatkan keterlibatan hidup menggereja umat dan
konsekuensinya dalam hidup menggereja akan disusun dalam bentuk katekese.
Melalui katekese ini diharapkan bisa meningkatkan kesadaran keterlibatan hidup
menggereja umat. Katekese ini akan dikemas dalam bentuk SCP (Shared
Christian Praxis).
Shared Christian Praxis adalah katekese yang menekankan pada proses
berkatekese yang bersifat dialogal dan partisipasif yang bermaksud mendorong
peserta, berdasarkan konfrontasi antara “tradisi” dan “visi” hidup mereka dengan
“Tradisi” dan “Visi” Kristiani, agar baik secara pribadi maupun bersama, mampu
mengadakan penegasan dan mengambil keputusan demi terwujudnya nilai-nilai
Kerajaan Allah di dalam kehidupan manusia yang terlibat dalam dunia. SCP
meliputi lima langkah: mengungkapkan pengalaman hidup peserta, mendalami
pengalaman hidup peserta, menggali pengalaman iman Kristiani, menerapkan
iman Kristiani dalam situasi konkret dan mengusahakan suatu aksi konkret
(Sumarno Ds., 2014: 14-22)
Oleh karena itu katekese umat model Shared Christian Praxis cocok
digunakan bagi umat di Stasi Santo Lukas Sokaraja. Penulis merasa katekese ini
dapat membantu umat untuk saling berkomunikasi dengan membagikan
pengalaman iman pribadi, sehingga umat saling meneguhkan dan memperkaya
satu sama lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
B. Alasan Pemilihan Tema dan Tujuan Katekese untuk Meningkatkan
Keterlibatan Umat dalam Hidup Menggereja
Umat Stasi Santo Lukas Sokaraja merupakan harapan Gereja guna
meningkatkan dan mengembangkan kegiatan hidup menggereja stasi. Kesadaran
umat untuk terlibat dalam kegiatan hidup menggereja sangat diharapkan karena
dengan itu kegiatan gerejani dapat berkembang. Tema yang diangkat dalam
usulan program ini bermaksud untuk semakin menyadarkan umat akan pentingnya
terlibat dalam kegiatan hidup menggereja, sehingga iman akan Kristus semakin
berkembang dan mampu mewujudkannya dalam kehidupan konkret sehari-hari.
Tema umum yang akan diangkat dalam usulan program ini adalah
“Panggilan hidup menggereja umat mengikuti Kristus dengan dasar iman”. Tema
umum tersebut diambil dari keprihatinan penulis terhadap umat yang ada di Stasi
Santo Lukas Sokaraja yang belum semua mau ikut terlibat aktif dalam kegiatankegiatan Gereja.
Tujuan dari tema umum ini adalah supaya umat semakin aktif terlibat
dalam kegiatan hidup menggereja sebagai wujud imannya akan Yesus Kristus,
sehingga iman mereka akan Yesus Kristus semakin dihayati lewat keterlibatannya
dalam kegiatan hidup menggereja.
Tema umum yang diangkat oleh penulis dijabarkan lagi menjadi tiga
tema dan dari masing-masing tema tersebut memiliki dua judul pertemuan. Hal ini
dimaksudkan untuk mempermudah umat dalam memahami setiap tema yang ada.
Tema-tema yang diambil oleh penulis berkaitan dengan hidup menggereja umat
yaitu konsekuensi mengikuti Kristus, perwujudan iman dan panggilan iman akan
Yesus Kristus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
C. Tema dan Tujuan
Tema Umum
:
Panggilan untuk meningkatkan hidup menggereja umat
mengikuti Kristus dengan dasar iman
Tujuan Umum
:
Bersama pendamping umat semakin menyadari panggilan
mereka dalam kegiatan hidup menggereja sebagai wujud
imannya akan Yesus Kristus, sehingga iman mereka akan
Yesus
Kristus
semakin
meningkat
dihayati
lewat
keterlibatannya dalam hidup menggereja.
Tema I
:
Konsekuensi mengikuti Kristus
Tujuan I
: Bersama pendamping umat semakin menyadari adanya
konsekuensi menjadi orang katolik sehingga lebih setia
dan berani menentukan pilihan untuk mengikuti Kristus.
Tema II
: Perwujudan iman
Tujuan II
:
Bersama pendamping umat semakin menyadari pentingnya
perwujudan iman sehingga mewujudkan iman dalam
perbuatan konkret sehari-hari.
Tema III
:
Panggilan iman akan Yesus Kristus
Tujuan III
:
Bersama pendamping umat semakin menyadari pentingnya
menghayati panggilan iman akan Yesus Kristus sehingga
mampu menerapkannya dalam hidup menggereja, keluarga
dan masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
D. Penjabaran Program
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
E. Petunjuk Pelaksanaan Program
Program ini dilaksanakan bagi umat di Stasi Santo Lukas Sokaraja yang
dikemas dalam bentuk pertemuan berkala. Program yang ditawarkan ini bersifat
usulan dan selalu terbuka terhadap masukan yang lebih menunjang terpenuhinya
kebutuhan peserta, artinya waktu pelaksanaan bisa disesuaikan dengan situasi dan
kondisi peserta di lapangan.
Umat dalam pelaksanaan program ini dipandang sebagai subyek yang
memiliki kekayaan rohani berupa pengalaman iman sehingga perlu dibagikan
kepada orang lain. Dengan demikian masing-masing peserta memiliki peran dan
tugas yang sama bukan hanya sebagai penonton atau pendengar setia melainkan
terlibat aktif dalam keseluruhan proses pendalaman iman. Harapannya program
katekese umat model Shared Christian Praxis (SCP) dapat membantu umat dalam
meningkatkan keterlibatan mereka dalam kegiatan hidup menggereja.
Program ini akan dilaksanakan setiap 2 bulan sekali selama 1 tahun
bersamaan dengan pertemuan rutin bapak-bapak dan ibu-ibu WK yaitu pada
Minggu ke 2 dalam bulan. Penulis mengambil 2 bulan sekali karena mereka sudah
memiliki acara dalam setiap pertemuan rutin, sehingga program ini hanya sebagai
variasi. Setiap pertemuan dilaksanakan dalam waktu sekitar 90 menit. Tempat
pendalaman iman akan dilakukan secara bergilir di setiap rumah umat. Peserta
pendalaman iman secara khusus adalah umat katolik (orang dewasa) di stasi Santo
Lukas Sokaraja.
Program ini akan dilaksanakan oleh penulis sendiri dengan memakai
katekese umat model SCP. Tema-tema katekese yang ada tidak harus dibahas
secara berurutan, artinya menyesuaikan kebutuhan umat. Tema yang dianggap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
sangat dibutuhkan oleh umat dapat dibahas di awal pertemuan dan tema yang lain
menyesuaikan.
F. Contoh Persiapan Katekese Umat model Shared Christian Praxis (SCP)
1.
Identitas
a.
Pelaksana : Agnes Jajar Anur Umastuti
b.
Tema
: Mengikuti Kristus dengan setia dalam kehidupan sehari-hari
c.
Tujuan
: Bersama pendamping umat semakin menyadari pentingnya
mengikuti Yesus dengan setia dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga terciptanya sikap untuk mampu meneladani Yesus
Kristus yang rela berkorban dan menderita demi perkembangan
umat.
d.
Peserta
: Umat (orang dewasa) Stasi Santo Lukas Sokaraja
e.
Tempat
: Kediaman Bpk. Bernadus Sudarisman
f.
Hari/Tgl : Sabtu, 14 Mei 2016
g.
Waktu
: 19.00-20.30 WIB
h.
Model
: SCP (Shared Christian Praxis)
i.
Metode
:
 Sharing pengalaman
 Refleksi pribadi
 Informasi
 Tanya jawab
j.
Sarana
:
 Teks lagu “Jangan Lelah”
 Teks pertanyaan pendalaman
 Teks/Kitab Suci Perjanjian Baru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
 Laptop dan LCD
 Slide “Lilin Harapan”
 Musik instrument (dari laptop)
 Lilin dan Salib
k.
Sumber Bahan
:
 Mrk 8:34-9:1
 Dianne Bergant & Karris, (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru.
Yogyakarta: Kanisius. Hal 97
 Sumarno Ds., (2014). Diktat Program Pengalaman Lapangan Pendidikan
Agama Katolik Paroki. Hal: 31-38.
2.
Pemikiran Dasar
Dalam kehidupan sehari-hari banyak orang kristiani yang kurang
menyadari bahwa betapa pentingnya mengikuti jalan Tuhan dengan setia. Maka
tidak jarang banyak yang meninggalkan Dia yang menyelamatkan kita umat
manusia. Segala sesuatu yang berhubungan dengan penderitaan dan pengorbanan,
selalu dirasakan oleh kita adalah hal yang berat untuk dilaksanakan dan tidak
dilakukan dengan kesungguhan hati. Banyak diantara kita masih merasa takut
untuk bersaksi dan takut untuk mewartakan Kerajaan Allah dihadapan orang
banyak, sehingga kita kurang melibatkan diri dalam kegiatan hidup menggereja.
Kita masih terlalu sibuk dengan kepentingan diri kita sendiri, kurang memiliki
waktu untuk aktif terlibat dalam kegiatan hidup menggereja. Maka kunci
kesetiaan kepada Kristus adalah sikap rela berkorban dan rela menderita bersama
Dia (Yesus Kristus), dan juga kerjasama serta saling berbagi diantara sesama yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
membutuhkan uluran tangan kita. Kerelaan kita dalam mengikuti Kristus
diwujudkan dengan membagi waktu sebaik mungkin untuk kepentingan bersama
dan pribadi, sehingga sesibuk apapun kegiatan kita masih memiliki waktu untuk
terlibat dalam kegiatan hidup menggereja. Apabila kita takut bersaksi dan apabila
kita malu terhadap apa yang dikatakan Yesus maka kita tidak layak disebut
pengikut Kristus.
Injil Markus 8:34-9:1, menampilkan bahwa syarat untuk mengikuti
Yesus adalah rela menyangkal dirinya dan memikul salib-Nya. Yesus tidak mau
para pengikut-Nya hanya menjadi penonton sengsara-Nya, tetapi tumbuh dalam
iman dan paham lewat partisipasi nyata dalam sengsara-Nya. Yesus menyadarkan
para murid-murid-Nya dengan perkataan yang tegas. Barang siapa malu karena
Yesus dan karena perkataan Yesus, maka Yesus pun akan malu karena orang itu.
Yesus sendiri berkata dengan jelas bahwa jalan-Nya adalah jalan penderitaan.
Jalan Mesias adalah jalan salib.
Dari pertemuan ini kita berharap semakin mampu meneladani sikap
Yesus yang rela berkorban dan menderita demi Kerajaan Allah. Kita sebagai
orang yang beriman semakin setia mengikuti Yesus Kristus dalam kehidupan kita
sehari-hari,
sehingga
semakin
berani
berkorban
dan
menderita
demi
perkembangan umat. Sikap tersebut dapat kita wujudkan lewat kerelaan kita
meluangkan waktu untuk terlibat dalam kegiatan hidup menggereja dan peduli
kepada orang-orang yang membutuhkan bantuan kita. Hidup menggereja tidak
hanya kita wujudkan dalam lingkungan gereja saja, namun dapat juga kita
wujudkan dalam kehidupan di masyarakat, misalnya saja ikut ambil bagian dalam
kegiatan-kegiatan kemasyarakatan seperti kerja bakti menyambut HUT RI,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
ikutserta dalam kepengurusan RT/RW, dsb. Sikap peduli juga perlu kita wujudkan
dalam kehidupan bersama, saling menghargai satu sama lain, karena kita hidup
tidak hanya dengan orang yang memiliki keyakinan sama dengan kita tetapi juga
hidup bersama dengan orang yang beda keyakinan.
3.
Pengembangan Langkah-langkah
a) Pembukaan
1) Pengantar
Bapak/ibu yang terkasih, kita pantas mengucapkan puji dan syukur
kepada Tuhan karena kasih karunia-Nya yang telah mempersatukan kita disini
sebagai orang yang setia mengikuti Dia. Kita semua tahu kesetiaan kita sebagai
murid Kristus perlu kita wujudkan dalam tindakan hidup kita sehari-hari,
misalnya dengan rela berkorban dan menderita meluangkan waktu kita untuk
kepentingan bersama, sehingga memampukan kita untuk berani melibatkan diri
dalam kegiatan hidup menggereja, agar apa yang dikehendaki Allah dapat
sungguh-sungguh diresapi dan dihayati dalam kehidupan sehari-hari.
Bacaan Kitab Suci pada malam hari ini mengajak kita sebagai pengikut
Kristus berani menyangkal diri dan mau memikul salib. Yesus tidak mau para
pengikut-Nya hanya menjadi penonton sengsara-Nya, tetapi tumbuh dalam iman
dan paham lewat partisipasi nyata dalam sengsara-Nya. Partisipasi tersebut dapat
kita wujudkan lewat keterlibatan kita di dalam kegiatan hidup menggereja.
Semoga dengan keterbukaan dan saling berbagi dalam pertemuan ini, kita
semakin menyadari pentingnya mengikuti Yesus Kristus dengan setia dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
kehidupan sehari-hari, sehingga tercipta sikap untuk meneladan Yesus Kristus
yang rela berkorban dan menderita demi perkembangan umat.
2) Lagu Pembukaan: Bapa yang Setia [Lampiran 9: (23)]
3) Doa Pembukaan:
Bapa yang penuh kasih, kami mengucap syukur kepada-Mu karena kasih
dan penyertaan-Mu kami semua dapat berkumpul di tempat ini. Saat ini, kami
akan mencoba bersama-sama menggali sejauh mana kesetian kami mengikuti
Kristus Putera-Mu. Bantulah kami ya Bapa agar cinta-Mu sungguh-sungguh dapat
kami alami sehingga kami mampu untuk mengikuti Putera-Mu dengan setia dan
rela berkorban serta menderita bersama Putera-Mu. Seperti dalam Injil Markus
yang akan kami dengarkan nanti Engkau mengajarkan kepada kami untuk berani
menyangkal diri dan mau memikul salib.
Bapa kami serahkan seluruh pertemuan kami malam ini, dan juga
pembicaraan kami. Semoga Roh-Mu selalu berada bersama kami, sehingga kami
dapat saling terbuka dan mau berbagi satu sama lain. Tujuan kami bersama dapat
tercapai yaitu kami semakin menyadari pentingnya mengikuti Yesus Kristus
dengan setia dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tercipta sikap untuk
meneladan Yesus Kristus yang rela berkorban dan menderita demi perkembangan
umat khususnya umat di Stasi Santo Lukas Sokaraja ini. Kami yakin dan percaya
Bapa, Engkau selalu membimbing hidup kami untuk dapat mewujudkan impian
kami. Demi Kristus Tuhan kami. Amin.
b) Langkah I : Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta
1) Pemutaran slide tentang “Lilin Harapan“ [:Lampiran 8: (22)]
Pendamping meminta salah satu peserta untuk mencoba menceritakan
kembali dengan singkat tentang isi pokok dari slide “Lilin Harapan“
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
2) Intisari slide “Lilin Harapan“
Slide ini menceritakan, ada empat lilin yang sedang menyala dan
kemudian meleleh. Dalam keheningan terdengar percakapan antara keempat
lilin ini. Lilin pertama yang menamainya adalah Damai mengeluh karena
sekarang manusia tidak menghiraukannya lagi sehingga dia ingin mati atau
padam saja, kemudian lilin kedua yang juga menamainya adalah Iman juga
menyampikan hal yang sama yaitu manusia tidak lagi mengenalnya dan lilin
yang ketiga yang dinamai Cinta mengatakan bahwa manusia tidak
memandang dan menganggapnya lagi. Maka ketiga lilin ini pun mati.
Tinggallah lilin keempat, ketika seorang anak datang ia memandang keempat
lilin itu, ia melihat bahwa yang masih menyala adalah lilin keempat. Lilin
keempat ini tetap setia kepada anak tersebut. Hingga ketiga lilin yang sudah
mati tadi dapat dihidupkan kembali berkat lilin keempat yang masih menyala.
3) Pengungkapan pengalaman: peserta diajak untuk mendalami slide tersebut
dengan tuntunan beberapa pertanyaan:
 Ceritakanlah kesetiaan lilin keempat dalam slide tadi.
 Ceritakanlah pengalaman bapak/ibu setia dalam mengikuti Kristus!
4) Arah rangkuman
Dalam slide ini menceritakan keempat lilin yang sedang menyala dan
kemudian masing-masing meleleh. Keempat lilin tersebut memiliki sikap yang
berbeda-beda. Lilin yang pertama adalah Damai karena manusia tidak
menghiraukannya ia mati, dan lilin kedua adalah Iman, karena manusia tidak lagi
mengenalnya maka ia pun mati, begitu pula dengan lilin ketiga yang adalah Cinta,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
karena manusia tidak memandang dan menganggapnya lagi maka ia mati. Dan
lilin keempat walaupun begitu banyak persoalan yang dihadapi ia tetap setia, ia
tetap punya harapan.
Kesetiaan lilin yang keempat membuat anak yang datang dapat kembali
menghidupkan lilin yang sudah mati tadi, sehingga keempat lilin ini dapat samasama hidup dengan harapan tetap setia terhadap situasi apapun. Kita sebagai
pengikut Kristus juga harus setia dalam panggilan kita dengan ikut
mengembangkan kegiatan-kegiatan gerejani. Namun, dalam kenyataan
hidup
sehari-hari kita masih kurang setia karena sering kali masih mengutamakan
kepentingan diri sendiri daripada terlibat dalam kegiatan hidup menggereja. Selain
kesetiaan itu kita diharapkan juga untuk bisa saling melayani dan penuh
pengharapan.
c)
Langkah II : Mendalami Pengalaman Hidup Peserta
1) Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman atau slide di atas
dengan bantuan pertanyaan sebagai berikut:
 Cara manakah yang telah ditempuh bapak/ibu dalam menghadapi
kesulitan-kesulitan mengikuti Kristus?
2) Dari jawaban yang diungkapkan oleh peserta, pendamping memberi arahan
rangkuman singkat.
Bapak/ibu
yang
terkasih
dalam
Kristus,
dalam
sharing
tadi
mengungkapkan bahwa cara yang ditempuh untuk menghadapi kesulitan-kesulitan
mengikuti Kristus yaitu dengan mempertahankan kesetiaan kita dalam mengikuti
Kristus. Kita tetap berpegang teguh pada iman kita meskipun dalam situasi sesulit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
apapun. Kita mengandalkan Kristus untuk membimbing setiap langkah hidup kita
sehingga kita selalu dikuatkan dan tetap beriman kepada-Nya. Kesetiaan dalam
mengikuti kegiatan hidup menggereja kita usahakan dengan membagi waktu
sebaik mungkin sehingga kepentingan pribadi dan kepentingan gereja tetap
berjalan dengan baik. Sesibuk apapun kegiatan pribadi kita tidak akan
mengganggu keterlibatan kita dalam kegiatan hidup menggereja bila kita dapat
membagi waktu dengan baik.
d) Langkah III : Menggali Pengalaman Iman Kristiani
1) Salah seorang peserta dimohon bantuannya untuk membacakan perikop
langsung dari Kitab Suci, Mrk 8:34-9:1 atau dari teks fotocopy yang
dibagikan.
2) Peserta diberi waktu sebentar untuk hening sejenak sambil secara pribadi
merenungkan dan menanggapi pembacaan Kitab Suci dengan bantuan
beberapa pertanyaan sebagai berikut:
 Ayat-ayat manakah yang mengajak kita untuk selalu setia dalam mengikuti
Kristus?
 Sikap-sikap mana yang ingin ditunjukkan Yesus dalam hal mengikutiNya?
3) Peserta diajak untuk sendiri mencari dan menemukan pesan inti perikop
sehubungan dengan jawaban atas 2 (dua) pertanyaan di atas.
4) Pendamping
memberi
tafsiran
dari
Injil
Mrk
8:34-9:1
dan
menghubungkannya dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema
dan tujuan, sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Ayat 34, Menggambarkan kisah Yesus memanggil murid-murid-Nya.
Bahwa setiap orang yang ingin mengikuti Yesus harus mengambil bagian dari
perjuangan para murid menghadapi kenyataan yang keras, dingin, bahwa Yesus
bukan seseorang yang “akan membereskan segala-galanya dengan cepat”, seperti
mereka harapkan. Mereka dapat mendengar Ia secara langsung kepada mereka,
setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul
salib-Nya dan mengikuti Aku. Demikian juga dengan kita, kalau kita ingin
mengikuti Yesus kita harus rela berkorban dan menderita bersama Dia.
Ayat 35-37, dalam ayat ini mengajak kita untuk memahami pernyataan
yang begitu mutlak dan radikal, yang mengikuti Yesus: karena siapa yang mau
menyelamatkan nyawannya, ia akan kehilangan nyawanya... siapa pun yang
menyebut dirinya pengikuti Yesus harus kehilangan hidupnya bagi Yesus dan
bagi Injil atau menyerahkan diri dalam kepercayaan kepada Mesias yang
menderita, yang kita ikuti. Untuk itu kita perlu membuka diri agar lebih bisa
mendengarkan perkataan yang tidak menyenangkan: anak manusia pun akan malu
karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi
malaikat-malaikat kudus (ayat 38).
Dalam perikop ini Yesus menegaskan bahwa syarat untuk mengikuti Dia
adalah rela berkorban dan menderita bersama Dia. Hal ini dapat kita lakukan
dengan setia kepada Yesus, sehingga apa yang nampak dari sikap Yesus kepada
murid-murid-Nya dapat menghantarkan kita untuk belajar dari sikap setia Yesus
dan dapat kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sikap-sikap yang nampak dari perikop ini memiliki sikap yang setia
kepada Bapa, yaitu rela menderita demi umat manusia. Maka dari itu kita sebagai
umat beriman diharapkan mampu mengikuti Yesus Kristus dengan setia serta rela
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
berkorban bersama Dia. Kesetiaan kita wujudkan dengan ikut terlibat
mengembangkan kegiatan-kegiatan gerejani. Kita mau meluangkan waktu kita
untuk kepentingan Gereja sehingga tidak melulu sibuk dengan kepentingan
pribadi, karena perkembangan Gereja membutuhkan keterlibatan kita juga.
Keterlibatan yang diharapkan oleh Gereja tidak semata-mata hanya keterlibatan
fisik saja tetapi terlibat dengan sepenuh hati, artinya saat kita mengikuti kegiatan
gerejani, fisik, hati dan pikiran kita tertuju pada kegiatan tersebut, sehingga
diharapkan kita mampu ikutserta dalam mengembangkan Gereja.
e)
Langkah IV : Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi Peserta
Konkret
1) Pengantar
Bapak/ibu, dalam perbincangan kita tadi, kita sudah mendalami cerita
“Lilin Harapan” tentang kesetiaan lilin keempat yang tetap menyala hingga dapat
menyalakan kembali ketiga lilin yang sudah mati. Bacaan Injil tadi mengajak kita
sebagai pengikut Kristus berani untuk menyangkal diri dan memikul salib. Setiap
orang yang ingin mengikuti Yesus harus mengambil bagian dari perjuangan para
murid menghadapi kenyataan yang keras, dingin, bahwa Yesus bukan seseorang
yang “akan membereskan segala-galanya dengan cepat”, seperti mereka harapkan.
Telah kita ketahui dalam kehidupan sehari-hari sebagai umat katolik di
Stasi Santo Lukas Sokaraja ini juga banyak pengalaman dalam hal rela berkorban
dan memikul salib. Rela berkorban kita wujudkan dengan mau membagi waktu
sebaik mungkin untuk kepentingan pribadi dan kepentingan gereja, sehingga kita
tidak melulu sibuk dengan kepentingan pribadi kita. Kita perlu juga meluangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
waktu untuk terlibat dalam kegiatan gereja, karena perkembangan Gereja
membutuhkan keterlibatan umatnya.
Yesus mengajarkan kita untuk mau rela berkorban baik berkorban kepentingan
diri sendiri maupun berkorban untuk orang lain. Saat kita berani untuk berkorban
dan menjalankannya dengan hati yang tulus pasti akan merasakan kegembiraan.
2) Sebagai bahan refleksi agar kita semakin mampu menghayati dan menyadari
kesetiaan kita mengikuti Kristus dalam kehidupan sehari-hari, maka kita akan
merenungkan pertanyaan-pertanyaan ini sebagai berikut:
 Sikap apa yang harus kita perjuangkan untuk membangun sikap setia dan
rela berkorban dalam mengikuti Kristus di Stasi Santo Lukas Sokaraja?
3) Arah rangkuman penerapan pada situasi peserta
Yesus, Sang Penyelamat bagi kita umat manusia. Ia telah banyak
mewartakan tentang Kerajaan Allah bagi kita selaku umat yang setia kepada-Nya.
Untuk itu mari kita wujudkan sikap setia kepada-Nya dengan rela berkorban dan
menderita seperti yang diajarkan-Nya kepada kita, agar kita semakin pantas
mengikuti-Nya dan menjadi saksi keselamatan daripada-Nya. Oleh sebab itu kita
harus lebih berani meninggalkan hal-hal yang menjadi kendala kita untuk lebih
setia dalam mengikuti Yesus. Kita sebagai murid Kristus yang ada di Stasi Santo
Lukas Sokaraja harus bisa membagi waktu kita untuk kepentingan pribadi
maupun kepentingan gereja. Dengan demikian tidak ada alasan bagi kita untuk
tidak terlibat dalam kegiatan hidup menggereja. Hanya saja membutuhkan
kesadaran dan kerelaan kita untuk dapat meluangkan waktu. Kita belajar dari
Yesus yang setia kepada Bapa, sehingga kita dapat memikul salib kita sendiri
untuk mengikuti Dia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
f)
Langkah V : Mengusahakan suatu Aksi Konkret
Bapak/ibu, kita bersama-sama sudah menggali pengalaman dari slide
“Lilin Harapan” yang menceritakan lilin keempat
sebagai lilin yang penuh
dengan harapan untuk lebih setia dalam situasi apapun. Bahkan dengan harapan
lilin itu mampu menghidupkan ketiga lilin yang sudah mati. Demikian juga
pengalaman kesetiaan kita sebagai umat beriman Kristiani, kita semakin memiliki
kesadaran untuk terlibat dalam kegiatan hidup menggereja dengan mau membagi
waktu kita untuk kepentingan pribadi dan kepentingan gereja. Karena lewat
kesetiaan itu iman kita akan Yesus semakin berkembang dan kegiatan hidup
menggereja pun semakin berkembang. Kesetiaan juga kita wujudkan dengan sikap
saling melayani satu sama lain baik antar umat katolik maupun dengan umat yang
beragama lain.
Markus dalam Injilnya menegaskan bahwa Yesus memanggil muridmurid-Nya. bahwa setiap orang yang ingin mengikuti Yesus harus mengambil
bagian dari perjuangan para murid menghadapi kenyataan yang keras, dingin,
bahwa Yesus bukan seseorang yang “akan membereskan segala-galanya dengan
cepat”, seperti yang mereka harapkan. Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia
harus menyangkal dirinya, memikul salib-Nya dan mengikuti Aku. Demikian juga
dengan kita, kalau kita ingin mengikuti Yesus kita harus rela berkorban dan
menderita bersama Dia.
Yesus sebagai penyelamat bagi kita umat manusia. Ia telah banyak
mewartakan tentang Kerajaan Allah bagi kita selaku umat yang setia kepada-Nya.
Untuk itu mari kita wujudkan sikap setia kepada-Nya dengan rela berkorban dan
menderita seperti yang diajarkan-Nya kepada kita, agar kita semakin pantas
mengikuti-Nya dan menjadi saksi keselamatan daripada-Nya. Kita wujudkan
kesetiaan tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari di dunia ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Marilah kita memikirkan niat dan tindakan apa yang dapat kita lakukan
untuk meningkatkan kesetiaan kita mengikuti Yesus Kristus dalam kehidupan
sehari-hari.
1) Memikirkan niat-niat dan bentuk keterlibatan kita yang baru (pribadi,
kelompok atau bersama-sama) untuk lebih meningkatkan pelayanan kita,
khususnya mengikuti Yesus dengan setia, rela berkorban dan memikul salib.
Sesuai dengan yang dikehendaki oleh Yesus Kristus kepada kita dalam hal
mengikuti Dia. Marilah kita bersama-sama merenungkan dengan tuntutan
pertanyaan berikut:
a. Niat apa yang hendak kita lakukan untuk semakin setia, rela berkorban dan
memikul salib dalam mengikuti Yesus khususnya dalam kehidupan
bapak/ibu di Stasi Santo Lukas Sokaraja?
b. Hal-hal apa saja yang perlu kita perhatikan untuk mewujudkan niat-niat
tersebut?
2) Selanjutnya peserta diberi kesempatan dalam suasana hening memikirkan
sendiri niat-niat pribadi/kelompok yang akan dilakukan. Sambil memikirkan
niat tersebut dapat diiringi dengan musik instrumen.
3) Niat-niat pribadi dapat diungkapkan dalam kelompok bersama untuk saling
meneguhkan.
4) Kemudian, pendamping mengajak peserta untuk membicarakan dan
mendiskusikan bersama guna menentukan niat bersama secara konkret, yang
dapat diwujudkan, agar mereka dapat saling memperbaharui sikap setia, rela
berkorban dan mau memikul salib sebagai pengikut Kristus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
g) Penutup
1) Bapak/Ibu yang terkasih, setelah kita membuat niat-niat pribadi dan bersama,
marilah kita bersama-sama memohon semangat dan kekuatan dari Yesus
Kristus, agar segala niat yang telah kita buat tadi dapat sungguh-sungguh
terwujud dalam kehidupan kita sehari-hari. Di depan kita terletak salib dan
lilin. Salib sebagai lambang akan kehadiran Tuhan di tengah-tengah kita
sedangkan lilin sebagai lambang terang Kristus yang senantiasa menerangi
kehidupan kita sehari-hari. Oleh sebab itu dengan hati yang terbuka dan
dengan hati yang tulus, marilah kita menyampaikan permohonan kita masingmasing secara spontan.
2) Doa umat secara spontan dapat diawali oleh pendamping, setelah itu disusul
oleh peserta yang lain. Akhir doa umat ditutup dengan doa penutup dari
pendamping yang merangkum keseluruhan langkah dalam pertemuan malam
ini.
3) Doa Penutup
Allah Bapa Yang Maha Kasih, kembali kami mengucapkan syukur dan
berterima kasih kepada-Mu karena berkat dan rahmat-Mu pertemuan kami pada
malam hari ini dapat berjalan dengan baik dan lancar. Banyak hal yang kami
dapatkan dan pelajari pada malam hari ini baik lewat sharing pengalaman iman
maupun cerita lilin harapan yang kami dengar tadi. Bantulah kami agar tetap setia
meneladan serta mengikuti Yesus Kristus dengan ikut ambil bagian dalam
kegiatan-kegiatan gerejani. Bacaan Injil malam hari ini juga mengajarkan kepada
kami untuk mau berkorban dan mau memikul salib. Kita diajak untuk berkorban
demi kepentingan gereja dan berani memikul salib atau kesulitan-kesulitan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
kita hadapi. Kami yakin dan percaya Tuhan, Engkau senantiasa membimbing
hidup kami.
Kami serahkan juga segala niat yang telah kami buat bersama. Bantulah kami
untuk dapat mewujudkan niat tersebut sehingga hidup kami semakin pantas dan
layak kepada-Mu. Doa permohonan ini kami haturkan kepada-Mu dengan
perantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.
4) Lagu Penutup: “Jangan Lelah” [Lampiran 10: (24)]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
BAB V
PENUTUP
Pada bagian ini disampaikan kesimpulan dan saran mengenai “Upaya
Meningkatkan Keterlibatan Umat dalam Hidup Menggereja di Stasi Santo Lukas,
Sokaraja, Paroki Santo Yosep, Purwokerto Timur, Jawa Tengah melalui Katekese
Umat Model Shared Christian Praxis”.
A. Kesimpulan
Keterlibatan dan keikutsertaan umat dalam kegiatan hidup menggereja
sangat diharapkan. Gereja turut memberi perhatian kepada umat dalam
pelaksanaan karya pastoral. Stasi mewadahi umat dengan mengadakan berbagai
kegiatan hidup menggereja, supaya lewat kegiatan-kegiatan tersebut umat mampu
menghayati imannya dalam menanggapi situasi dan kondisi zamana sekarang.
Umat diharapkan dapat terlibat aktif dalam setiap tugas dan peranan Gereja secara
keseluruhan. Namun, dalam kenyataannya umat Stasi Santo Lukas Sokaraja
kurang memiliki kesadaran untuk terlibat dalam kegiatan hidup menggereja
sehingga tidak semua kegiatan yang dilaksanakan di Stasi maupun Lingkungan
mendapat dukungan penuh dari umat.
Beriman Katolik tentu bukan hanya sebagai status saja tetapi harus kita
wujudkan melalui tindakan nyata. Tindakan yang dapat kita lakukan diantaranya
terlibat dalam kegiatan hidup menggereja. Dengan keterlibatan tersebut berarti
kita menampakkan iman kita terhadap Yesus Kristus. Hidup menggereja sendiri
diartikan sebagai pengabdian sukarela untuk mengambil bagian dalam lima tugas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Gereja yaitu koinonia, kerygma, martyria, liturgia dan diakonia (Ardhisubagyo
1987: 22). Umat katolik yang telah dibaptis dan menerima sakramen Penguatan
atau Krisma diharapkan mampu untuk mengambil bagian dalam tugas perutusan
Yesus Kristus sebagai Imam, Nabi dan Raja. Dengan demikian kegiatan hidup
menggereja dapat maju dan berkembang.
Keterlibatan dan keikutsertaan umat dalam hidup menggereja sangat
diharapkan. Keterlibatan umat tidak hanya aktif ketika mengikuti Perayaan
Ekaristi dan koor saja. Umat diharapkan dapat terlibat aktif dalam setiap tugas dan
peranan Gereja secara keseluruhan.
Mengenai bentuk kegiatan yang mampu meningkatkan keterlibatan umat
dalam hidup menggereja, kegiatan yang dapat diusulkan yaitu berupa katekese
model SCP (Shared Christian Praxis). Usulan katekese model SCP diharapkan
dapat meningkatkan kreativitas umat dalam merancang suatu kegiatan yang lebih
menarik sehingga semakin banyak umat yang mau terlibat dalam kegiatan hidup
menggereja. Tema umum yang akan diangkat dalam usulan program ini adalah
“Panggilan untuk meningkatkan hidup menggereja umat mengikuti Kristus
dengan dasar iman”. Melalui tema ini diharapkan umat semakin menyadari
panggilan mereka dalam kegiatan hidup menggereja sebagai penghayatan
imannya.
B. Saran
Pada bagian ini dipaparkan beberapa saran untuk meningkatkan
keterlibatan umat dalam hidup menggereja di Stasi Santo Lukas, Sokaraja melalui
katekese umat model Shared Christian Praxis (SCP). Beberapa saran tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
ditujukan kepada Ketua Dewan Pastoral Stasi Santo Lukas Sokaraja, Para Ketua
Bidang, Ketua Lingkungan, Umat, Pemandu Pendalaman Iman dan Dewan
Pastoral Stasi.
1.
Ketua Dewan Pastoral Stasi St. Lukas Sokaraja
Ketua dewan pastoral Stasi hendaknya mengatur kegiatan-kegiatan yang
sudah ada sehingga dapat diikuti oleh semua umat Stasi Santo Lukas
Sokaraja.
2.
Dewan Pastoral Stasi
Dewan pastoral stasi hendaknya menyesuaikan situasi dan kondisi umat
dalam menentukan tema, materi maupun sarana yang dipakai dalam setiap
kegiatan, terutama kegiatan pendalaman iman dan saresehan. Dengan harapan
apa yang disampaikan dalam kegiatan sungguh-sungguh berguna bagi umat
dan mereka semakin termotivasi untuk terlibat dalam kegiatan hidup
menggereja dan bermasyarakat.
3.
Para Ketua Bidang
Para ketua bidang hendaknya mengadakan rapat koordinasi juga dengan tim
kerjanya secara rutin sehingga program yang telah tersusun dapat terlaksana
dengan lancar dan baik.
4.
Ketua Lingkungan
Masing-masing ketua Lingkungan berusaha melibatkan lebih banyak umat di
Lingkungan untuk lebih banyak yang terlibat dalam kegiatan hidup
menggereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
5.
Pemandu Pendalaman Iman
Pemandu pendalaman iman diharapkan lebih siap dalam memimpin. Dengan
demikian segala sesuatu yang dibutuhkan perlu dipersiapkan dengan baik.
6.
Umat
Setiap umat perlu memiliki kesadaran dan saling mendukung satu sama lain
sehingga semakin banyak umat yang terlibat dalam kegiatan hidup
menggereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
DAFTAR PUSTAKA
Ardhisubagyo, Y. (1987). Menggereja di Kota (Seri Pastoral No. 136).
Yogyakarta: Pusat Pastoral Yogyakarta.
Arikunto Suharsimi. (1997). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Bergant, Dianne& Karris, Robert. (Ed). (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru.
Yogyakarta: Kanisius.
Boland, B.J. Dr. (1982). Tafsir Lukas II. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Groome, Thomas H. (1997). Shared Christian Praxis (SCP): Suatu Model
Berkatekese (F.X. Heryatno Wono Wulung, Penyadur). Yogyakarta:
Lembaga Pengembangan Kateketik Puskat. (Buku asli diterbitkan 1991).
Huber, Th. (1981). Katekese Umat. Yogyakarta: Kanisius.
Jacobs, Tom. SJ. (1987). Gereja Menurut Vatikan II. Yogyakarta: Kanisius.
Komisi Kateketik KWI. (1995). Katekese Umat dan Evangelisasi Baru.
Yogyakarta: Kanisius.
Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik: Buku Informasi dan
Referensi. Yogyakarta: Kanisius.
Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Kansili Vatikan II (R. Hardawiryana,
Penerjemah). Jakarta: Obor.
Lalu, Yosef. (2005). Katekese Umat. Jakarta: Komisi Kateketik KWI.
Leks, Stefan. (2003). Tafsir Injil Markus. Yogyakarta: Kanisius.
Maryanto, Ernest. (2004). Kamus Liturgi. Yogyakarta: Kanisius.
Midiankhsirait.https://midiankhsirait.wordpress.com/2012/01/18/koinonia-marturiadiakonia/.Accesed on April, 2014)
Moleong, Lexy J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Prasetya, L. (2003). Keterlibatan Awam sebagai Anggota Gereja. Malang: Dioma.
Pusat Kateketik Yogyakarta. (1968). Geredja dan Sakramen-sakramennja.
Yogyakarta: Kanisius.
Sacra Congregatio Pro Clerici. (1991). Directorium Catechisticum Generale,
(Direktorium Kateketik Umum). (Thom Wignyanta&Lukas Lege,
Penerjemah). Flores: Nusa Indah.
Sugiyono. (2014). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sumarno Ds., M. (2013). Pengantar Pendidikan Agama Katolik Paroki. Diktat
mata kuliah Pengantar Pendidikan Agama Katolik Paroki untuk Mahasiswa
Semester III, Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan
Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
. (2014). Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama
Katolik Paroki. Diktat mata kuliah Program Pengalaman Lapangan
Pendidikan Agama Katolik untuk Mahasiswa Semester VI, Program Studi
Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Pendidikan Agama Katolik,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Sutrisno Hadi. (2004). Metodologi Research Jilid 3. Yogyakarta: Andi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Telaumbanua, Marianus, OFMCap. (1999). Ilmu Kateketik. Jakarta: Obor.
Yohanes Paulus II. (1992). Catechesi Tradendae, (Penyelenggaraan Katekese).
(R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI (Dokumen asli
diterbitkan tahun 1979).
Download