perbedaan tekanan darah pada paparan tekanan panas di atas dan

advertisement
PERBEDAAN TEKANAN DARAH PADA PAPARAN
TEKANAN PANAS DI ATAS DAN DI BAWAH NAB
PADA PEKERJA BAGIAN COR CETAK
PT. SUYUTI SIDOMAJU
CEPER KLATEN
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
Havidz Aly Resya
R.0206029
PROGRAM D.IV KESEHATAN KERJA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2010
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Industrialisasi akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi,
penggunaan bahan dan peralatan yang semakin kompleks dan rumit. Namun
demikian, penerapan teknologi tinggi dan penggunaan bahan dan peralatan
yang beraneka ragam dan kompleks tersebut sering tidak diikuti oleh kesiapan
sumber daya manusianya. Keterbatasan manusia sering menjadi faktor
penentu terjadinya musibah seperti kecelakaan, kebakaran, peledakan,
pencemaran lingkungan dan timbulnya penyakit akibat kerja. Kondisi-kondisi
tersebut ternyata telah banyak mengakibatkan kerugian jiwa dan material, baik
bagi pengusaha, tenaga kerja, pemerintah dan bahkan masyarakat luas. Untuk
mencegah dan mengendalikan kerugian-kerugian yang lebih besar, maka
diperlukan langkah-langkah tindakan yang mendasar dan prinsip yang dimulai
dari perencanaan. Sedangkan tujuannya adalah agar tenaga kerja mampu
mencegah dan mengendalikan berbagai dampak negatif yang timbul akibat
proses produksi. Sehingga akan tercipta lingkungan kerja yang sehat, nyaman,
aman dan produktif (Tarwaka, 2004:33).
Lingkungan kerja adalah semua keadaan yang terdapat di sekitar
tempat kerja seperti temperatur, kelembaban udara, sirkulasi udara,
pencahayaan, kebisingan, gerakan mekanis, bau-bauan, warna dan lain-lain
3
yang dalam hal ini akan berpengaruh secara signifikan terhadap hasil kerja
manusia tersebut (Sritomo Wignjosoebroto, 2008:83). Cuaca kerja adalah
kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan udara dan
suhu radiasi. Kombinasi keempat faktor itu dihubungkan dengan produksi
panas oleh tubuh disebut tekanan panas (Suma’mur, 2009:153).
Suhu setempat dan eksistensi kehidupan sangat erat berhubungan.
Demikian pula efek cuaca kerja kepada daya kerja. Efisiensi kerja sangat di
pengaruhi oleh cuaca kerja dalam daerah nikmat kerja, jadi tidak dingin dan
kepanasan. Suhu nikmat demikian sekitar 24-26oC bagi orang-orang indonesia
(Suma’mur, 2009:158-159).
Tenaga kerja yang terpapar panas di lingkungan kerja akan mengalami
heat strain. Heat strain atau regangan panas merupakan efek yang diterima
tubuh atas beban iklim kerja tersebut (Gempur Santoso, 2004:52). Pada
lingkungan kerja panas, tubuh mengatur suhunya dengan penguapan keringat
yang
dipercepat
dengan
pelebaran
pembuluh
darah
yang
disertai
meningkatnya denyut nadi dan tekanan darah, sehingga beban kardiovaskuler
bertambah (Suma’mur, 2009:561).
Berdasarkan
survei
pendahuluan
yang
dilakukan
di
Industri
Pengecoran Logam PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten, peneliti menjumpai
banyak pekerja yang bekerja di lingkungan kerja yang panas dengan variasi
kerja yang tidak memenuhi Nilai Ambang Batas (NAB). Berdasarkan hasil
pengukuran iklim kerja pada bagian cor cetak dengan menggunakan Heat
Stress Area, diperoleh Wet Bulb Globe Temperature (WBGT in) sebesar
4
32,5oC. Jika dibandingkan dengan standar iklim kerja di Indonesia yang
ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep51/MEN/1999 dengan pengaturan waktu kerja 50 % kerja dan 50 % istirahat
untuk 8 jam kerja dengan beban kerja sedang yang didasarkan atas
pengukuran denyut nadi selama bekerja, maka iklim kerja tersebut telah
melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yaitu sebesar 29,4oC.
Hasil pengukuran tekanan darah pada WBGT in 32,5oC diperoleh hasil
tekanan darah sistolik rata-rata sebesar 126 mmHg dan untuk tekanan darah
diastolik rata-rata sebesar 80,2 mmHg. Jika dibandingkan dengan hasil
pengukuran tekanan darah pada pekerja yang bekerja pada WBGT in di bawah
NAB atau pada suhu 29,3oC maka tekanan darah tersebut lebih tinggi 10,6
mmHg untuk tekanan darah sistolik yaitu rata-rata sekitar 115,4 mmHg dan
lebih tinggi 10,2 mmHg untuk tekanan darah diastolik yaitu rata-rata sekitar
70 mmHg.
Berdasarkan hasil survei di atas maka diperoleh hasil tekanan darah
pekerja yang bekerja pada WBGT in yang di atas NAB ternyata lebih tinggi
jika dibandingkan tekanan darah pada pekerja yang bekerja pada WBGT in di
bawah NAB. Untuk itu penulis mengadakan penelitian mengenai perbedaan
tekanan darah pada paparan tekanan panas di atas dan di bawah NAB pada
pekerja bagian cor cetak PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten.
5
B. Perumusan Masalah
Apakah ada perbedaan tekanan darah pada paparan tekanan panas di
atas dan di bawah NAB pada pekerja bagian cor cetak PT. Suyuti Sidomaju
Ceper Klaten.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan mengkaji perbedaan tekanan darah pada
paparan tekanan panas di atas dan di bawah NAB pada pekerja bagian cor
cetak PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengukur tekanan panas di bagian cor cetak PT. Suyuti
Sidomaju Ceper Klaten.
b. Untuk mengukur tekanan darah pada pekerja di bagian cor cetak PT.
Suyuti Sidomaju Ceper Klaten.
c. Untuk mengetahui dan mengkaji perbedaan tekanan darah pada
paparan tekanan panas di atas dan di bawah NAB pada pekerja bagian
cor cetak PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten.
6
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoristis
Diharapkan sebagai pembuktian teori bahwa ada perbedaan
tekanan darah pada paparan tekanan panas di atas dan di bawah NAB pada
pekerja bagian cor cetak PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Ilmu Pengetahuan
Menambah informasi yang dapat digunakan sebagai data
pembanding atau dasar pertimbangan bagi peneliti lain tentang
perbedaan tekanan darah pada paparan tekanan panas di atas dan di
bawah NAB pada pekerja bagian cor cetak PT. Suyuti Sidomaju Ceper
Klaten.
b. Bagi Peneliti
Menambah
wawasan
dan
pengetahuan
dalam
hal
merencanakan penelitian, melaksanakan penelitian dan mengetahui
perbedaan tekanan darah pada paparan tekanan panas di atas dan di
bawah NAB pada pekerja bagian cor cetak PT. Suyuti Sidomaju Ceper
Klaten.
c. Bagi Program D.IV Kesehatan Kerja
Menambah referensi di kepustakaan Program D.IV Kesehatan
Kerja khususnya mengenai perbedaan tekanan darah pada paparan
tekanan panas di atas dan di bawah NAB pada pekerja bagian cor cetak
PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten.
7
d. Bagi Industri Pengecoran Logam
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam kaitannya
dengan lingkungan kerja serta tindakan pengendalian, sehingga dapat
meningkatkan efisiensi kerja, produktivitas dan derajat kesehatan
tenaga kerja secara optimal.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Tempat Kerja
Tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan tertutup, terbuka,
bergerak ataupun tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering
dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dimana terdapat
sumber-sumber bahaya (Depnakertrans, 2007).
2. Tekanan Panas
a. Definisi Tekanan Panas
Menurut Gempur Santoso (2004) tekanan panas (heat stress)
adalah beban iklim kerja yang diterima oleh tubuh manusia.
Tekanan panas adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban
udara, kecepatan gerakan udara dan suhu radiasi yang dihubungkan
dengan produksi panas oleh tubuh (Suma’mur, 2009:153-154).
Suhu udara dapat diukur dengan termometer biasa (termometer
suhu kering) dan suhu demikian disebut suhu kering. Kelembaban
udara diukur dengan menggunakan hygrometer. Adapun suhu dan
kelembaban
dapat
diukur
bersama-sama
dengan
misalnya
menggunakan alat pengukur sling psychrometer atau arsman
psychrometer yang juga menunjukkan suhu basah sekaligus. Suhu
9
basah adalah suhu yang ditunjukkan suatu termometer yang dibasahi
dan ditiupkan udara kepadanya, dengan demikian suhu tersebut
menunjukkan kelembaban relatif udara. Kecepatan aliran udara yang
besar dapat diukur dengan suatu anemometer, sedangkan kecepatan
udara yang kecil diukur dengan memakai termometer kata. Suhu
radiasi diukur dengan suatu termometer bola (globe thermometer).
Panas radiasi adalah energi atau gelombang elektromagnetis yang
panjang gelombangnya lebih dari sinar matahari dan mata tidak peka
terhadapnya atau mata tidak dapat melihatnya (Suma’mur, 2009: 154).
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Panas
1) Indoor Climate
Menurut Grandjean indoor climate dalam Eko Nurmianto
(2008) adalah suatu kondisi fisik sekeliling dimana kita melakukan
sesuatu aktifitas tertentu yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
temperatur udara, temperatur permukaan sekeliling, kelembaban
udara dan aliran perpindahan udara.
2) Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah suatu proses adaptasi fisiologis yang
ditandai oleh pengeluaran keringat yang meningkat, denyut jantung
dan tekanan darah menurun dan suhu tubuh menurun. Proses
adaptasi ini biasanya memerlukan waktu 7-10 hari. Aklimatisasi
dapat pula menghilang ketika orang yang bersangkutan tidak
10
masuk kerja selama seminggu berturut-turut (Gempur Santoso,
2004:54).
3) Usia
Makin tua makin sulit merespon panas karena penurunan
efisiensi kardiovaskuler (jantung). Makin tua makin sulit
berkeringat sehingga memperkecil kemampuan untuk menurunkan
suhu inti. Pada pekerjaan yang sama, tenaga kerja berusia tua
mempunyai suhu inti lebih tinggi daripada tenaga kerja yang
berusia lebih muda. Untuk itu pemulihan kondisi tubuh selama
istirahat membutuhkan waktu lebih lama (Heru dan Haryono,
2008:47).
4) Kondisi Fisik
Makin fit kondisi fisik tubuh makin mudah merespon panas
(Heru dan Haryono, 2008:47).
5) Jenis Kelamin
Kemampuan individu untuk bekerja di lingkungan panas
juga dipengaruhi oleh jenis kelamin (Ridwan Harrianto, 2009:161).
6) Etnis
Pada etnis tertentu respon panas berbeda dengan etnis lain,
misalnya antara etnis Arab dan etnis Eropa. Tetapi perbedaan
respon panas pada kedua etnis tersebut lebih merupakan perbedaan
diet (pola makan) pada kedua etnis tersebut (Heru dan Haryono,
2008:47).
11
7) Status Gizi
Beberapa zat gizi akan hilang karena adanya tekanan panas.
Misalnya pekerjaan berat yang memerlukan kalori lebih dari 500
kcal akan berpotensi kehilangan zinc dari tubuh pekerja, hal ini
mengganggu
pertumbuhan,
perkembangan
dan
kesehatan.
Pekerjaan di ruang panas minimal dibutuhkan asupan vitamin C
250 mg/hari pada pekerja yang bersangkutan (Heru dan Haryono,
2008:47).
Cara untuk menentukan status gizi seseorang yang popular
di dunia kesehatan yaitu dengan menggunakan IMT (Indeks Massa
Tubuh) atau BMI (Body Mass Index). Sedangkan rumus IMT
adalah sebagai berikut :
IMT = BB (kg) / TB2 (m)
Standar Asia Nilai IMT :
< 18,5
= Kurus
18,5 – 22,9
= Normal
23 – 27,4
= BB lebih (OW/Over Weight)
27,5 >
= Obesitas
(Ides H.T, 2007).
c. Faktor-faktor yang Menyebabkan Pertukaran Panas
Keseimbangan antara panas tubuh dan lingkungan diperlukan
supaya metabolisme tubuh dapat berjalan lancar. Panas dipindahkan
dari organ yang memproduksi panas ke kulit, melalui sirkulasi darah.
12
Kemudian, panas mengalami pertukaran dari tubuh ke lingkungan.
Proses pertukaran panas antara tubuh dan lingkungan terjadi melalui
mekanisme konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi (Heru dan
Haryono, 2008:43-44).
1) Konduksi
Konduksi ialah pertukaran panas antara tubuh dengan
benda-benda sekitar melalui mekanisme sentuhan atau kontak
langsung. Konduksi dapat menghilangkan panas dari tubuh,
apabila benda-benda sekitar lebih rendah suhunya, dan dapat
menambah panas kepada badan apabila suhunya lebih tinggi dari
tubuh.
2) Konveksi
Konveksi adalah pertukaran panas dari badan dan
lingkungan melalui kontak udara dengan tubuh. Udara adalah
penghantar panas yang kurang begitu baik, tetapi melalui kontak
dengan tubuh dapat terjadi pertukaran panas antara udara dengan
tubuh. Tergantung dari suhu udara dan kecepatan angin, konveksi
memainkan besarnya peran dalam pertukaran panas antara tubuh
dengan lingkungan. Konveksi dapat mengurangi atau menambah
panas kepada tubuh.
13
3) Radiasi
Setiap benda termasuk tubuh manusia selalu memancarkan
gelombang panas. Tergantung dari suhu benda-benda sekitar,
tubuh menerima atau kehilangan panas lewat mekanisme radiasi.
4) Penguapan
Manusia
dapat
berkeringat
dengan
penguapan
di
permukaan kulit atau melalui paru-paru tubuh kehilangan panas
untuk penguapan. Untuk mempertahankan suhu tubuh maka, M ±
kond ± konv ± R-E = 0
M
= Panas dari metabolisme
Kond = Pertukaran panas secara konduksi
Konv = Pertukaran panas secara konveksi
R
= Panas radiasi
E
= Panas oleh evaporasi
(Suma’mur, 2009:151-152).
d. Penilaian Tekanan Panas
1) Suhu Efektif
Suhu efektif yaitu indeks sensoris tingkat panas (rasa
panas) yang dialami oleh seseorang tanpa baju dan bekerja enteng
dalam berbagai kombinasi suhu, kelembaban dan kecepatan aliran
udara.
Kelemahan
penggunaan
suhu
efektif
ialah
tidak
memperhitungkan panas radiasi dan panas metabolisme tubuh.
Untuk
penyempurnaan
pemakaian
suhu
efektif
dengan
14
memperhatikan panas radiasi, dibuat Skala Suhu Efektif Dikoreksi
(Corected Effektive Temperature Scale). Namun tetap saja ada
kelemahan pada suhu efektif yaitu tidak diperhitungkannya panas
hasil metabolisme tubuh.
2) Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB)
Indeks Suhu Basah dan Bola (Wet Bulb-Globe Temperature
Index), yaitu rumus-rumus sebagai berikut:
ISBB
= 0,7 x suhu basah + 0,2 x suhu radiasi + 0,1 x suhu
kering (untuk bekerja dengan sinar matahari).
ISBB
= 0,7 x suhu basah + 0,3 x suhu radiasi (untuk
pekerjaan tanpa sinar matahari).
3) Prediksi Kecepatan Keluarnya Keringat Selama 4 Jam
Prediksi kecepatan keluarnya keringat selama 4 jam
(Predicted 4 hour sweet rate disingkat P4SR), yaitu banyaknya
prediksi keringat keluar selama 4 jam sebagai akibat kombinasi
suhu, kelembaban dan kecepatan aliran udara serta panas radiasi.
Nilai prediksi ini dapat pula dikoreksi untuk bekerja dengan
berpakaian dan juga menurut tingkat kegiatan dalam melakukan
pekerjaan.
4) Indeks Belding-Hacth
Indeks Belding-Hacth yaitu kemampuan berkeringat dari
orang standar yaitu orang muda dengan tinggi 170 cm dan berat
15
154 pond, dalam keadaan sehat dan memiliki kesegaran jasmani,
serta beraklimatisasi terhadap panas. (Suma’mur, 2009:155-156).
e. Standar Iklim Kerja
Standar iklim di Indonesia ditetapkan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep-51/MEN/1999 yaitu:
Tabel 2.1 Standar iklim di Indonesia ditetapkan berdasarkan Surat
Keputusan
Menteri
Tenaga
Kerja
Nomor:
Kep-
51/MEN/1999
ISBB ° C
Pengaturan waktu kerja
Beban Kerja
Waktu kerja
Waktu
Istirahat
Ringan Sedang Berat
Kerja terus menerus
(8 jam/hari)
-
30,0
26,7
25,0
75%
25% istirahat
28,0
28,0
25,9
50%
50% Istirahat
29,4
29,4
27,9
25%
75% Istirahat
32,2
31,1
30,0
(Depnakertrans, 2007).
f. Penilaian Beban Kerja Fisik
Menurut Astrand & Rodahl dalam Tarwaka (2004) bahwa
penilaian beban kerja fisik dapat dilakukan dengan dua metode secara
objektif, yaitu metode penilaian langsung dan metode tidak langsung.
Metode pengukuran langsung yaitu dengan mengukur energi yang
dikeluarkan (energy expenditure) melalui asupan oksigen selama
bekerja. Semakin berat beban kerja akan semakin banyak energi yang
diperlukan atau dikonsumsi. Meskipun metode dengan menggunakan
16
asupan oksigen lebih akurat, namun hanya dapat mengukur untuk
waktu kerja yang singkat dan diperlukan peralatan yang cukup mahal.
Sedangkan metode pengukuran tidak langsung adalah dengan
menghitung denyut nadi selama bekerja.
Sedangkan menurut Christensen dalam Tarwaka (2004) bahwa
kategori berat ringannya beban kerja didasarkan pada metabolisme,
respirasi, suhu tubuh dan denyut jantung.
Tabel 2.2 Kategori Beban Kerja Berdasarkan Metabolisme, Respirasi,
Suhu Tubuh dan Denyut Jantung
Kategori Beban Kerja
Denyut Nadi (denyut/min)
Ringan
75 – 100
Sedang
100 – 125
Berat
125 – 150
Sangat Berat
150 – 175
Sangat Berat Sekali
> 175
(Christensen (1991:1699). Encyclopaedia of Accupational Health and
Safety. ILO. Geneva dalam Tarwaka (2004), hal 97)
g. Respon Tubuh Menghadapi Panas
Jika tubuh tidak melepaskan panas, maka temperatur tubuh
akan meningkat 1oC setiap jam. Panas tubuh dihasilkan oleh
metabolisme sel, mengubah energi kimia dari makanan yang dicerna
kebentuk energi lain, terutama energi panas. Karena proses
metabolisme ini berlangsung terus-menerus, walaupun tidak konstan,
tubuh harus melepaskan energi panas pada kecepatan tertentu agar
tidak terjadi penumpukan panas yang menyebabkan peningkatan
temperatur. Secara keseluruhan, panas yang didapat dari metabolisme
17
dan sumber-sumber lainnya harus setara dengan panas yang dilepaskan
oleh permukaan tubuh. Inilah esensi dari homeostatis. Pelepasan panas
dapat terjadi melalui cara-cara berikut:
1) Konveksi (juga kadang radiasi & konduksi) panas terutama dari
permukaan kulit yang terbuka dan tidak terinsulasi.
2) Vasodilatasi (pelebaran) pembuluh darah pada kulit, meningkatkan
pelepasan panas melalui kulit.
3) Peningkatan penguapan keringat melalui kulit.
4) Penghembusan udara panas dari paru-paru.
5) Pembuangan panas melalui feses dan urin (James J., 2008:197198).
h. Efek Panas pada Manusia
Suhu yang tinggi menyebabkan heat cramps, heat exchaustion
dan heat stroke.
1) Heat Cramps
Heat cramps terjadi sebagai akibat bertambahnya keringat
yang menyebabkan hilangnya garam natrium di dalam tubuh.
Gejalanya antara lain: kejang otot tubuh dan perut yang sangat
sakit.
2) Heat Exchaustion
Heat exchaustion biasanya terjadi oleh karena cuaca yang
sangat panas, terutama mereka yang belum beraklimatisasi
terhadap udara panas. Penderita biasanya berkeringat sangat
18
banyak, sedangkan suhu badan normal. Tekanan darah menurun
dan denyut nadi lebih cepat dari biasanya. Si penderita akan merasa
lemah dan mungkin pingsan.
3) Heat Stroke
Karena pengaruh suhu panas yang sangat hebat, penderita
kebanyakan adalah laki-laki yang pekerjaannya berat dan bukan
beraklimatisasi. Gejala-gejala yang menonjol adalah suhu badan
naik dan kulit kering dan panas (Sugeng Budiono, 2003: 37).
3. Tekanan Darah
a. Definisi Tekanan Darah
Tekanan darah adalah desakan darah terhadap dinding-dinding
arteri ketika darah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan (Alison
Hull, 1986:18).
Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah dari
sistem sirkulasi atau sistem vaskuler terhadap dinding pembuluh darah
(James J. dkk, 2008:141).
Tekanan darah arterial adalah kekuatan tekanan darah ke
dinding pembuluh darah yang menampungnya (Evelyn, 1999:141).
Tekanan darah arteri rata-rata adalah jumlah rata-rata dari
seluruh tekanan yang dihitung milidetik demi milidetik selama periode
waktu tertentu. Nilai ini tidak sama dengan rata-rata tekanan sistolik
dan diastolik karena tekanan lebih mendekati ke tekanan diastolik
daripada ke tekanan sistolik selama sebagian besar siklus jantung.
19
Tekanan arteri rata-rata ditentukan sekitar 60 persen dari tekanan
diastolik dan 40 persen dari tekanan sistolik. Rumus tekanan darah
arteri rata-rata :
TR = TD + 1/3 (TS-TD)
Keterangan :
TR : Tekanan Darah Arteri Rata-rata
TD : Tekanan Darah Diastolik
TS : Tekanan Darah Sistolik
(Guyton, 1997:223).
b. Standar Tekanan Darah Normal
Tabel 2.3 Standar Tekanan Darah Normal
No
Usia
Diastole
Sistole
1
Pada masa bayi
50
70-90
2
Pada masa anak
60
80-100
3
Masa remaja
60
90-110
4
Dewasa muda
60-70
110-125
5
Umur lebih tua
80-90
130-150
(Evelyn, 1999:141-142).
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah
Menurut Vitahealth (2006:14-27) tekanan darah normal itu
sangat bervariasi tergantung pada:
1) Aktivitas fisik
Aktivitas
fisik
dan
kegiatan
sehari-hari
sangat
mempengaruhi tekanan darah. Semakin tinggi kegiatan fisik yang
dilakukan tekanan darah semakin meningkat.
20
2) Emosi
Perasaan takut, cemas, cenderung membuat tekanan darah
meningkat.
3) Stres
Keadaan pikiran juga berpengaruh terhadap tekanan darah
sewaktu mengalami pengukuran.
4) Usia
Tekanan darah akan cenderung tinggi bersama dengan
peningkatan usia. Umumnya sistolik akan meningkat sejalan
dengan peningkatan usia, sedangkan diastolik akan meningkat
sampai usia 55 tahun, untuk kemudian menurun lagi.
5) Status Gizi (Obesitas).
Bila
mempunyai
ukuran
tubuh
termasuk
obesitas
memungkinkan terjadinya peningkatan tekanan darah.
Selain itu faktor yang mempengaruhi tekanan darah, yaitu:
gender, kelompok etnis, kebugaran tubuh, kebiasaan merokok (James
J. dkk, 2008:143).
Tekanan darah naik biasanya pada usia lanjut, bilamana
elastisitas arteri merosot. Selain itu, merokok juga mempunyai
pengaruh besar jangka panjang terhadap dinding pembuluh darah dan
tekanan darah dan adalah penyebab penting naiknya tekanan darah.
Apapun yang menimbulkan ketegangan pembuluh darah dapat
menaikkan tekanan darah, dan nikotin dapat menimbulkan hal ini,
21
menyebabkan penyempitan, dengan demikian menghalangi arus darah
secara normal. Keadaan ini dapat berpindah ke jantung dimana terjadi
masalah jangka panjang (John F. Knight, 1995:74).
Asap rokok mengandung nikotin yang memacu pengeluaran
zat-zat seperti andrenalin. Zat ini merangsang denyut jantung dan
tekanan darah (Iman Soeharto, 2004:63).
d. Pengaruh Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah
Pengaruh panas dapat dibagi tiga yaitu:
1) Fisik
Panas menyebabkan zat cair, padat, dan gas mengalami
pemuaian segala arah.
2) Kimia
Kecepatan
reaksi
kimia
akan
meningkat
dengan
peningkatan temperatur. Hal ini terlihat pada reaksi oksidasi akan
meningkat dengan peningkatan suhu. Ini sesuai dengan hukum Van
Hoff.
3) Biologis
Efek panas terhadap biologis merupakan sumasi dari efek
panas terhadap fisik dan kimia. Adanya peningkatan sel darah
putih secara total dan fenomena reaksi peradangan serta adanya
dilatasi
(pelebaran)
pembuluh
darah
yang
mengakibatkan
peningkatan sirkulasi (peredaran) darah serta peningkatan tekanan
kapiler. Tekanan O2 dan CO2 di dalam darah akan meningkat
22
sedangkan pH darah akan mengalami penurunan (J.F. Gabriel,
1988:130).
Tenaga kerja yang terpapar panas di lingkungan kerja akan
mengalami heat strain. Heat strain atau regangan panas merupakan
efek yang diterima tubuh atas beban iklim kerja tersebut (Santoso,
2004:52).
Pada lingkungan kerja panas, tubuh mengatur suhunya dengan
penguapan keringat yang dipercepat dengan pelebaran pembuluh darah
yang disertai meningkatnya denyut nadi dan tekanan darah, sehingga
beban kardiovaskuler bertambah (Suma’mur, 2009:561).
Menurut Crandall C.G. (2005) paparan tekanan panas terhadap
individu sehat menyebabkan berbagai reaksi fisiologis yang penting
untuk termoregulasi. Salah satunya adalah peningkatan aliran darah
kulit.
Menurut Grandjean (1988) jika suhu lingkungan meningkat,
maka efek fisiologis yang terjadi adalah:
1) Meningkatkan kelelahan.
2) Peningkatan denyut jantung.
3) Peningkatan tekanan darah.
4) Mengurangi aktivitas organ pencernaan.
5) Sedikit peningkatan suhu inti dan peningkatan tajam suhu shell
(suhu kulit akan naik dari 32oC ke 36-37oC).
6) Peningkatan aliran darah melalui kulit.
23
7) Meningkatkan produksi keringat, yang menjadi berlebihan jika
suhu kulit mencapai 34oC atau lebih.
B. Kerangka Pemikiran
Karakteristik
responden
1. Aklimatisasi
2. Kondisi Fisik
3. Etnis
Tekanan Panas
Suhu Tubuh
Meningkat
Vasodilatasi
Pembuluh Darah
Tepi
Faktor yang
mempengaruhi
tekanan darah
1. Aktifitas Fisik
2. Emosi, stres
3. Merokok
4. Alkohol
Karakteristik
responden
1. Umur
2. Jenis Kelamin
3. Status Gizi
Tekanan Darah
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
C. Hipotesis
Ada perbedaan tekanan darah pada paparan tekanan panas di atas dan
di bawah NAB pada pekerja bagian cor cetak PT. Suyuti Sidomaju Ceper
Klaten.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode survei
analitik yang menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu suatu
pendekatan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko
dengan etik dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data
sekaligus pada suatu saat (Soekidjo Notoatmodjo, 2002: 145).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di bagian cor cetak PT. Suyuti Sidomaju
Ceper Klaten pada bulan Maret-Juni 2010.
C. Subjek Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja di bagian cor
cetak PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten berjumlah 30 orang.
2. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh, yang
merupakan
teknik
pengambilan
sampel
nonprobability
sampling.
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota
25
populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan pada
penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat
kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota
populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2007:68).
3. Sampel Penelitian
Besarnya sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang laki-laki
yang merupakan populasi dari pekerja di bagian cor cetak PT. Suyuti
Sidomaju Ceper Klaten.
D. Desain Penelitian
Populasi
Sampling Jenuh
Populasi
Tekanan Darah
Pada Paparan
Tekanan Panas
Di Bawah NAB
Tekanan Darah
Pada Paparan
Tekanan Panas
Di Atas NAB
Paired t-test
Gambar 3.1
Desain Penelitian
26
E. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tekanan panas.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tekanan darah.
3. Variabel Pengganggu
Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah: umur, jenis
kelamin, emosi atau stress, status gizi, aktivitas fisik, konsumsi alkohol
dan kebiasaan merokok.
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Tekanan Panas
Tekanan panas adalah kombinasi suhu udara, kelembaban udara,
kecepatan gerak udara, suhu radiasi yang dihubungkan dengan produksi
panas oleh tubuh diukur dengan menggunakan Area Heat Stress Monitor.
Alat Ukur
: Area Heat Stress Monitor
Merk Alat
: Questempo10
Satuan
: oCelcius
Data
: Di Atas NAB ( > 29,4oC ) dan Di Bawah NAB (
< 29,4oC ) sesuai standar Kep-51/MEN/1999
dengan kriteria 50% kerja 50% istirahat dengan
beban kerja sedang yaitu 29,4oC.
Skala Pengukuran
: Nominal
27
2. Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan darah sistolik dan tekanan darah
diastolik yang diukur dengan menggunakan tensoval.
Alat Ukur
: Pulse Meter
Merk Alat
: Tensoval Hartmann
Satuan
: mmHg
Data
: Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang dipaparkan
dalam bentuk angka-angka (Handoko Riwidikdo,
2008:12).
Skala Pengukuran
: Rasio
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan data
sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang
digunakan untuk pengambilan data beserta pendukungnya adalah :
1. Area Heat Stress Monitor
Area Heat Stress Monitor adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengukur tekanan panas. Adapun cara penggunaannya adalah:
a. Tekan tombol power.
b. Tekan tombol
o
C atau
o
F untuk menentukan satuan suhu yang
digunakan.
c. Tekan tombol globe untuk menentukan suhu bola.
28
d. Tekan tombol dry bulb untuk mendapatkan suhu bola kering.
e. Tekan tombol wet bulb untuk mendapatkan suhu bola basah.
f. Tekan tombol Wet Bulb Globe Thermometer (WBGT) untuk
mendapatkan Indeks Suhu Bola Basah (ISBB).
g. Catat hasil yang dibaca pada display.
h. Tekan tombol power untuk mematikan.
i. Diamkan 10 menit setiap selesai menekan salah satu tombol untuk
waktu adaptasi.
2. Pulse Meter
Pulse meter yaitu alat untuk mengukur tekanan darah. Pulse meter
yang digunakan yaitu pulse meter dengan merk Tensoval Hartmann.
Adapun cara penggunaannya adalah:
a. Pasang baterai
b. Pasang kantong karet/manset yang dapat dikembangkan pada lengan
atas.
c. Tekan tombol start
d. Tunggu sampai terdengar bunyi tanda pengukuran selesai
e. Hasil akan ditampilkan dilayar
3. Timbangan berat badan, yaitu alat untuk mengukur berat badan seseorang.
4. Microtoice, yaitu alat untuk mengukur tinggi badan.
5. Lembar isian data/kuesioner, yaitu daftar yang digunakan untuk mencatat
data subjek penelitian dan hasil pengukuran.
6. Alat tulis, yaitu alat untuk mencatat hasil dari pengukuran.
29
H. Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian meliputi tahap-tahap sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
a. Mempersiapkan lembar isian data subjek penelitian dan hasil
pengukuran.
b. Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan untuk pengukuran.
c. Survei pendahuluan ke tempat penelitian untuk melihat kondisi tempat
kerja, proses kerja, kondisi tenaga kerja serta melakukan pengukuran
tekanan panas dan tekanan darah.
2. Tahap pelaksanaan
a. Mengisi lembar isian data meliputi umur, masa kerja dan tingkat
pendidikan.
b. Mengukur berat badan, tinggi badan dan status gizi/IMT.
c. Mengukur tekanan panas dengan Area Heat Stress Monitor.
d. Mengukur tekanan darah pekerja pada paparan tekanan panas di atas
dan di bawah NAB dengan Pulse Meter.
3. Tahap Penyelesaian
a. Mengumpulkan
semua
data,
menyimpulkan.
b. Menyusun laporan hasil penelitian.
mengolah,
menganalisa
dan
30
I. Cara Kerja Penelitian
Cara kerja penelitian meliputi :
1. Minggu I
a. Pengumpulan data subjek penelitian meliputi umur, masa kerja, tingkat
pendidikan dengan wawancara langsung.
b. Pengukuran berat badan, tinggi badan, status gizi/IMT.
c. Pengukuran tekanan panas di bawah NAB dan di atas NAB di bagian
cor cetak.
d. Pengukuran tekanan darah pekerja pada paparan tekanan panas di
bawah NAB dilakukan pada waktu bekerja di bagian cor cetak yang
tekanan panasnya di bawah NAB.
2. Minggu II
Proses aklimatisasi pekerja di bagian cor cetak yang tekanan
panasnya di atas NAB.
3. Minggu III
Pengukuran tekanan darah pekerja pada paparan tekanan panas di
atas NAB dilakukan pada waktu bekerja di bagian cor cetak yang tekanan
panasnya di atas NAB.
J. Teknik Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil
penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan
31
distribusi dan persentase dari tiap variabel (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:
188).
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap 2 variabel yang diduga
berkorelasi (Soekidjo Notoatmodjo, 2002: 188).
Teknik analisis data dilakukan dengan uji statistik Paired T-Test
dengan menggunakan program komputer SPSS versi 17.0 dengan syarat
data berdistribusi normal. Normalitas data menggunakan uji one sample
kolmogorov-smirnov. Nilai signifikasi (Asym.sig.) apabila nilai signifikasi
> 0,05 maka data dalam distribusi normal (Handoko Riwidikdo, 2008:29).
Interpretasi hasil dengan uji statistik Paired T-Test adalah sebagai
berikut :
a. Jika p value ≤ 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan.
b. Jika p value > 0,01 tetapi < 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan.
c. Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan
(Hastono, 2001).
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Subjek Penelitian
1. Umur
Hasil wawancara terhadap 30 pekerja di bagian cor cetak PT.
Suyuti Sidomaju Ceper Klaten diperoleh sebaran umur sebagai berikut :
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Umur
Umur
Frekuensi
Persentase (%)
23-27
5
17
28-32
6
20
33-37
6
20
38-42
3
10
43-48
10
33
Jumlah
30
100
(Sumber: Data Primer)
Berdasarkan
hasil wawancara diketahui bahwa rata-rata umur
subjek penelitian pada penelitian ini adalah 36,37 tahun dengan umur
minimal subjek penelitian adalah 23 tahun dan umur maksimal subjek
penelitian adalah 48 tahun. Standar deviasi umur subjek penelitian adalah
8,07.
Hasil uji statistik antara umur dan tekanan darah dengan PearsonProduct Moment dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
33
Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Umur dengan Tekanan Darah
Correlations
TS A
TS B
TD A
TD B
0,543
0,541
0,507
0,743
Umur
Sig. (2-tailed)
(Sumber: Data Primer)
Keterangan:
- TS A : Tekanan sistolik pada paparan tekanan panas di bawah
NAB
- TS B : Tekanan sistolik pada paparan tekanan panas di atas NAB
- TD A : Tekanan diastolik pada paparan tekanan panas di bawah
NAB
- TD B : Tekanan diastolik pada paparan tekanan panas di atas NAB
Dari hasil uji statistik umur dan tekanan darah diketahui bahwa
semua nilai Sig. lebih dari 0,05 (p > 0,05), maka Ho diterima. Hasil ini
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dan
tekanan darah.
2. Masa Kerja
Hasil wawancara terhadap 30 pekerja bagian cor cetak PT. Suyuti
Sidomaju Ceper Klaten diperoleh sebaran masa kerja sebagai berikut:
Tabel 4.3 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Masa Kerja
Masa Kerja
Frekuensi
Persentase (%)
1-5
6-10
11-15
16-20
21-25
14
7
3
3
3
47
23
10
10
10
30
100
Total
(Sumber: Data Primer)
34
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa rata-rata masa kerja
subjek penelitian pada penelitian ini adalah 9,53 tahun dengan masa kerja
minimal subjek penelitian adalah 1 tahun dan masa kerja maksimal subjek
penelitian adalah 25 tahun. Standar deviasi masa kerja subjek penelitian
adalah 7,23.
Hasil uji statistik antara masa kerja dan tekanan darah dengan
Pearson-Product Moment dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 4.4 Hasil Uji Statistik Masa Kerja dengan Tekanan Darah
Correlations
Masa
Kerja
Sig. (2-tailed)
TS A
TS B
TD A
TD B
0,556
0,433
0,447
0,728
(Sumber: Data Primer)
Keterangan:
- TS A : Tekanan sistolik pada paparan tekanan panas di bawah
NAB
- TS B : Tekanan sistolik pada paparan tekanan panas di atas NAB
- TD A : Tekanan diastolik pada paparan tekanan panas di bawah
NAB
- TD B : Tekanan diastolik pada paparan tekanan panas di atas NAB
Dari hasil uji statistik masa kerja dan tekanan darah diketahui
bahwa semua nilai Sig. lebih dari 0,05 (p > 0,05), maka Ho diterima. Hasil
ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara masa
kerja dan tekanan darah.
3. Status Gizi/IMT
Hasil perhitungan status gizi/IMT terhadap 30 pekerja di bagian
cor cetak PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten diperoleh sebaran status
gizi/IMT sebagai berikut :
35
Tabel 4.5 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Status Gizi/IMT
IMT
< 18,5
18,5 – 22,9
23 – 27,4
27,5 >
Jumlah
(Sumber: Data Primer)
Frekuensi
0
23
7
0
30
Persentase (%)
0
77
23
0
100
Dari hasil perhitungan diketahui bahwa rata-rata status gizi/IMT
subjek penelitian pada penelitian ini adalah 21,17 dengan status gizi/IMT
minimal subjek penelitian adalah 18,55 dan status gizi/IMT maksimal
subjek penelitian adalah 25,72. Standar deviasi status gizi/IMT subjek
penelitian adalah 2,23.
Hasil uji statistik antara status gizi/IMT dan tekanan darah dengan
Pearson-Product Moment dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 4.6 Hasil Uji Statistik status gizi/IMT dengan Tekanan Darah
IMT
Correlations
TS A
TS B
0,130
0,058
TD A
0,647
TD B
0,250
Sig. (2-tailed)
(Sumber: Data Primer)
Keterangan:
- TS A : Tekanan sistolik pada paparan tekanan panas di bawah
NAB
- TS B : Tekanan sistolik pada paparan tekanan panas di atas NAB
- TD A : Tekanan diastolik pada paparan tekanan panas di bawah
NAB
- TD B : Tekanan diastolik pada paparan tekanan panas di atas NAB
Dari hasil uji statistik status gizi/IMT dan tekanan darah diketahui
bahwa semua nilai Sig. lebih dari 0,05 (p > 0,05), maka Ho diterima. Hasil
ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara status
gizi/IMT dan tekanan darah.
36
B. Tekanan Panas
Pengukuran tekanan panas dilakukan di dua tempat yang berbeda di
bagian cor cetak PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten. Hasil pengukuran
tekanan panas ada dua, yaitu tekanan panas di atas NAB dan di bawah NAB.
Hasil observasi pada bagian cor cetak yang tekanan panasnya di bawah
NAB diketahui bahwa bagian tersebut terdapat ventilasi yang cukup dan tidak
terdapat tungku peleburan.
Hasil pengukuran tekanan panas di bawah NAB di bagian cor cetak
PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.7 Hasil Pengukuran Tekanan Panas Di Bawah NAB
Waktu
Tba (oC)
Tk (oC)
Tg (oC)
09.00
25.9
31.8
33.1
1
10.00
26
31.9
33.1
2
11.00
25.7
31.9
33.3
3
12.00
26
32
33.2
4
13.00
26.1
32.5
33.2
5
14.00
26.3
32.6
33.7
6
15.00
26.3
32.5
33.8
7
16.00
26.4
32.6
34
8
Rata-rata
26.1
32.2
33.4
(Sumber: Data Primer)
Keterangan :
- Tba
: Suhu basah
- Tk
: Suhu kering
- Tg
: Suhu globe
- WBGT in
: Wet Bulb Globe Temperature in
No.
WBGT in (oC)
28
29.1
28.9
29
29.2
29.3
29.5
29.5
29.1
Dari hasil pengukuran diketahui bahwa rata-rata WBGT in pada
penelitian ini adalah 29,1oC dengan WBGT in minimal adalah 28oC dan
WBGT in maksimal adalah 29,5oC.
37
Hasil observasi pada bagian cor cetak yang tekanan panasnya di atas
NAB diketahui bahwa bagian tersebut terdapat ventilasi yang kurang dan
terdapat tungku peleburan.
Hasil pengukuran tekanan panas di atas NAB di bagian cor cetak PT.
Suyuti Sidomaju Ceper Klaten dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.8 Hasil Pengukuran Tekanan Panas Di Atas NAB
No.
Waktu
Tba (oC)
Tk (oC)
1
2
3
4
5
6
7
8
Tg (oC)
09.00
27.5
32.6
34
10.00
27.6
33.5
35.6
11.00
27.4
34.1
37.1
12.00
28.8
36.7
38.1
13.00
28.6
36.1
39.5
14.00
27.8
31.4
34.7
15.00
27.3
32
35.2
16.00
27.2
30.7
35.4
Rata-rata
27.8
33.4
36.2
(Sumber: Data Primer)
Keterangan :
- Tba
: Suhu basah
- Tk
: Suhu kering
- Tg
: Suhu globe
- WBGT in
: Wet Bulb Globe Temperature in
WBGT in (oC)
29.3
30
30.9
32.1
32.5
29.5
29.9
30.1
30.5
Dari hasil pengukuran diketahui bahwa rata-rata WBGT in pada
penelitian ini adalah 30,5oC dengan WBGT in minimal adalah 29,3oC dan
WBGT in maksimal adalah 32,5oC. Standar tekanan panas berdasarkan
Keputusan Menteri Tenaga kerja Nomor Kep.51/Men/1999 bahwa nilai
ambang batas untuk ruangan kerja dengan waktu kerja 50% kerja 50%
istirahat untuk beban kerja sedang ádalah 29,4oC.
38
C. Tekanan Darah
Hasil pengukuran tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik
pada paparan tekanan panas di atas dan di bawah NAB pada subjek penelitian
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.9 Hasil Pengukuran Tekanan Darah Sistolik dan Tekanan Darah
Diastolik
Tekanan Darah
No Subjek
penelitian
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Jumlah
Rata-rata
Sistolik
Diastolik
TP < NAB
109
100
129
114
125
110
135
139
132
111
134
138
106
120
123
140
128
113
119
135
117
109
159
139
113
150
127
140
131
122
TP > NAB
120
115
135
120
140
125
140
145
140
132
120
125
126
145
130
145
135
110
130
145
125
120
130
145
120
135
130
150
120
120
Selisih
11
15
6
6
15
15
5
6
8
21
-14
-13
20
25
7
5
7
-3
11
10
8
11
-29
6
7
-15
3
10
-11
-2
TP < NAB
68
65
77
67
73
76
77
60
83
76
85
70
90
80
70
75
78
88
89
83
68
67
80
70
72
95
92
80
70
75
TP > NAB
80
78
85
75
83
80
82
70
75
85
90
85
80
70
87
85
85
78
80
90
80
72
90
88
90
80
65
75
80
85
Selisih
12
13
8
8
10
4
5
10
-8
9
5
15
-10
-10
17
10
7
-10
-9
7
12
5
10
18
18
-15
-27
-5
10
10
3767
3918
151
2299
2428
129
125.57
130.60
5.03
76.63
80.93
4.30
(Sumber: Data Primer)
39
Keterangan :
1. TP < NAB : Tekanan panas di bawah NAB
2. TP > NAB : Tekanan panas di atas NAB
Dari hasil pengukuran tekanan darah subjek penelitian di bagian cor
cetak PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten diperoleh rata-rata tekanan darah
sistolik pada paparan tekanan panas di bawah NAB 125,57 mmHg dan pada
paparan tekanan panas di atas NAB adalah 130,60 mmHg dengan selisih
sebesar 5,03 mmHg, sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik pada paparan
tekanan panas di bawah NAB adalah 76,63 mmHg dan pada paparan tekanan
panas di atas NAB adalah 80,93 mmHg dengan selisih sebesar 4,30 mmHg.
Distribusi frekuensi perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik
pada paparan tekanan panas di atas dan di bawah NAB pada subjek penelitian
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Perubahan Tekanan Darah Sistolik dan
Diastolik
Perubahan Tekanan Darah
Tekanan
Meningkat
Menurun
Tetap
Darah
Jumlah
Persentase
Jumlah
Persentase
Jumlah
Persentase
Sistolik
23
77%
7
23%
0
0%
Diastolik
22
73%
8
27%
0
0%
Dari hasil pengukuran tekanan darah sistolik menunjukan bahwa dari
ke 30 subjek penelitian di bagian cor cetak PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten
terdapat 23 orang (77%) mengalami peningkatan, 7 orang (23%) mengalami
penurunan, sedangkan untuk tekanan darah diastolik menunjukkan bahwa
terdapat 22 orang (73%) mengalami peningkatan, 8 orang (27%) mengalami
penurunan.
40
Dari hasil tersebut di atas, normalitas data tekanan darah dengan uji
Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.11 Normalitas Tekanan Darah
TS A
N
TS B
TD A
TD B
30
30
30
30
Mean
125.57
130.60
76.63
80.93
Parameters
Std. Deviation
13.950
10.682
8.680
6.491
Most Extreme
Absolute
.096
.139
.111
.143
Differences
Positive
.096
.139
.111
.090
Negative
-.061
-.111
-.071
-.143
Kolmogorov-Smirnov Z
.529
.764
.608
.782
Asymp. Sig. (2-tailed)
.943
.604
.854
.573
Normal
a,,b
(Sumber : Data Primer
Keterangan :
- TS A
: Tekanan sistolik pada paparan tekanan panas di bawah NAB
- TS B
: Tekanan sistolik pada paparan tekanan panas di atas NAB
- TD A : Tekanan diastolik pada paparan tekanan panas di bawah
NAB
- TD B
: Tekanan diastolik pada paparan tekanan panas di atas NAB
Dari hasil tersebut di atas, normalitas data tekanan sistolik dengan uji
Kolmogorov-Smirnov nilai Asymp. Sig. pada paparan tekanan panas di bawah
NAB adalah 0,943 dan nilai Asymp. Sig. dan pada paparan tekanan panas di
atas NAB adalah 0,604, sedangkan tekanan diastolik nilai Asymp. Sig. pada
paparan tekanan panas di bawah NAB adalah 0,854 dan nilai Asymp. Sig. pada
paparan tekanan panas di atas NAB adalah 0,573. Hasil ini menunjukkan
bahwa data tersebut berdistribusi normal karena nilai p > 0,05.
41
Hasil uji statistik tekanan darah sistolik pada paparan tekanan panas di
atas dan di bawah NAB dengan Paired T-Test dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.12 Uji Statistik Tekanan Darah Sistolik
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Mean
Pair TS Pada
1
-5.033
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
11.725
2.141
Difference
Lower
-9.412
Upper
-.655
Sig. (2t
-2.351
df
tailed)
29
.026
Paparan
Tekanan
Panas <
NAB –
TS Pada
Paparan
Tekanan
Panas >
NAB
Dari hasil uji statistik tekanan darah sistolik pada paparan tekanan
panas di atas dan di bawah NAB diketahui bahwa nilai Sig. sebesar 0,026 atau
kurang dari 0,05 (p < 0,05), maka Ho ditolak. Hasil ini menunjukkan bahwa
ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah sistolik pada paparan
tekanan panas di atas dan di bawah NAB.
Hasil uji statistik tekanan darah diastolik pada paparan tekanan panas
di atas dan di bawah NAB dengan Paired T-Test dapat dilihat pada tabel
berikut.
42
Tabel 4.13 Uji Statistik Tekanan Darah Diastolik
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Mean
Pair TD Pada
1
-4.300
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
10.964
2.002
Difference
Lower
Upper
-8.394
-.206
Sig. (2t
-2.148
df
tailed)
29
.040
Paparan
Tekanan
Panas <
NAB –
TD Pada
Paparan
Tekanan
Panas >
NAB
Hasil uji statistik tekanan darah diastolik pada paparan tekanan panas
di atas dan di bawah NAB diketahui bahwa nilai Sig. sebesar 0,040 atau
kurang dari 0,05 (p < 0,05), maka Ho ditolak. Hasil ini juga menunjukkan
bahwa ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah diastolik pada
paparan tekanan panas di atas dan di bawah NAB.
43
BAB V
PEMBAHASAN
A. Analisa Univariat
Dari hasil penelitian ini, dapat diketahui bahwa analisis univariat
tenaga kerja yang meliputi:
1. Umur
Seluruh populasi atau subjek penelitian yang dipakai sebagai
sampel dalam penelitian ini berusia antara 23-48 tahun. Rata-rata umur
subjek penelitian adalah 36,37 tahun.
Menurut Vitahealth (2006) tekanan darah akan cenderung tinggi
bersama dengan peningkatan usia. Umumnya sistolik akan meningkat
sejalan dengan peningkatan usia, sedangkan diastolik akan meningkat
sampai usia 55 tahun, untuk kemudian menurun lagi.
Berdasarkan referensi di atas dapat diketahui bahwa umur subjek
penelitian masih dalam keadaan normal untuk peningkatan dan penurunan
tekanan darah.
2. Masa Kerja
Dalam penelitian ini masa kerja subjek penelitian berkisar antara 1
- 25 tahun dengan rata-rata 9,53 tahun.
Masa kerja berkaitan dengan proses aklimatisasi tenaga kerja
terhadap iklim kerja tertentu sehingga menjadi terbiasa terhadap iklim
44
kerja tersebut dan kondisi fisik, faal dan psikis tidak mengalami efek
buruk dari iklim kerja yang dimaksud. Pekerja baru yang mulai bekerja
pada lingkungan kerja dengan tekanan panas yang tinggi akan mengalami
proses aklimatisasi terhadap intensitas paparan panas yang sebelumnya
tidak pernah mengalaminya. Proses aklimatisasi ini biasanya memerlukan
waktu 7-10 hari (Gempur Santoso, 2004:54).
Berdasarkan referensi di atas dapat diketahui bahwa masa kerja
subjek penelitian tidak mempengaruhi secara langsung terhadap tekanan
darah.
3. Status Gizi/IMT
Dalam penelitian ini status gizi/IMT subjek penelitian berkisar
antara 18,55 - 25,72 dengan rata-rata 21,17.
Indeks Massa Tubuh yang kurang dari 18,5 termasuk dalam
kategori kurus, untuk IMT antara 18,5 - 22,9 termasuk dalam kategori
normal, untuk IMT 23,0 - 27,4 termasuk dalam kategori over weight dan
untuk IMT lebih dari 27,5 termasuk dalam kategori obesitas (Ides H.T,
2007).
Dari referensi di atas dapat diketahui bahwa status gizi/IMT 23
subjek penelitian termasuk dalam kategori normal, sedangkan 7 subjek
penelitian termasuk dalam kategori over weight.
Menurut Vitahealth status gizi (obesitas) memungkinkan terjadinya
peningkatan tekanan darah. Subjek penelitian dalam penelitian ini
mempunyai status gizi atau indeks massa tubuh yang normal dan over
45
weight, sehingga berdasarkan referensi di atas dapat dikatakan bahwa
status gizi/IMT subjek penelitian tidak mempengaruhi tekanan darah.
4. Tekanan Panas
Hasil pengukuran tekanan panas di bawah NAB diperoleh rata-rata
tekanan panas sebesar 29,1oC. Hal ini dikarenakan, tempat tersebut
memiliki ventilasi yang cukup banyak sehingga panas dari tempat tersebut
dapat dialirkan ke luar dengan lancar. Selain itu, di tempat ini juga tidak
terdapat tungku peleburan, sedangkan hasil pengukuran tekanan panas di
atas NAB diperoleh rata-rata tekanan panas sebesar 30,5oC. Berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep-51/MEN/1999
dengan pengaturan waktu kerja 50 % kerja dan 50 % istirahat untuk 8 jam
kerja dengan beban kerja sedang yang didasarkan atas pengukuran denyut
nadi selama bekerja, maka iklim kerja tersebut telah melebihi Nilai
Ambang Batas (NAB) yaitu sebesar 29,4oC. Keadaan panas lingkungan
kerja tersebut disebabkan karena di tempat tersebut terdapat tungku
peleburan dan ventilasi ruang kerja yang kurang, sehingga panas di tempat
tersebut tidak dapat dialirkan ke luar dengan lancar.
Menurut
Suma’mur (2009),
sumber panas
radiasi
adalah
permukaan yang panas dan juga sinar matahari sendiri. Suhu permukaan
tanur atau tungku peleburan mencapai 500oC sehingga menyebabkan
peningkatan suhu lingkungan yang menyebabkan timbulnya tekanan
panas. Menurut Heru dan Haryono (2008), tekanan panas disebabkan
karena adanya sumber panas yang terjadi seperti pada pabrik pengecoran
46
logam, sedangkan menurut Soeripto Moeljosoedarmo (2008), suhu udara
dapat diturunkan dengan memasang ventilasi dengan cara pengenceran
dan pendinginan secara aktif. Tekanan panas ini dapat disebabkan karena
adanya sumber panas maupun karena ventilasi yang ada kurang baik.
Berdasarkan referensi di atas dapat diketahui bahwa adanya
sumber panas dan ventilasi yang kurang baik menyebabkan tekanan panas
di salah satu bagian cor cetak lebih tinggi daripada di bagian cor cetak
lainnya di PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten.
B. Analisa Bivariat
1. Hubungan Umur Subjek Penelitian dengan Tekanan Darah.
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Pearson-Product
Moment, dapat diketahui bahwa nilai p > 0,05 maka Ho diterima atau tidak
ada hubungan antara umur subjek penelitian dengan tekanan darah,
sehingga umur subjek penelitian tidak mempengaruhi tekanan darah.
2. Hubungan Masa Kerja Subjek Penelitian dengan Tekanan Darah.
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Pearson-Product
Moment, dapat diketahui bahwa nilai p > 0,05 maka Ho diterima atau tidak
ada hubungan antara masa kerja subjek penelitian dengan tekanan darah,
sehingga masa kerja subjek penelitian tidak mempengaruhi tekanan darah.
3. Hubungan Status Gizi/IMT Subjek Penelitian dengan Tekanan Darah.
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Pearson-Product
Moment, dapat diketahui bahwa nilai p > 0,05 maka Ho diterima atau tidak
47
ada hubungan antara status gizi/IMT subjek penelitian dengan tekanan
darah, sehingga status gizi/IMT subjek penelitian tidak mempengaruhi
tekanan darah.
4. Perbedaan Tekanan Darah pada Paparan Tekanan Panas Di Atas dan Di
Bawah NAB.
Pengukuran tekanan darah sistolik dari 30 subjek penelitian, 23
subjek penelitian (77%) mengalami peningkatan dan 7 subjek penelitian
(23%) mengalami penurunan. Pengukuran tekanan darah diastolik dari 30
subjek penelitian, 22 subjek penelitian (73%) mengalami peningkatan dan
8 subjek penelitian (27%) mengalami penurunan.
Pengukuran tekanan darah subjek penelitian pada paparan tekanan
panas di atas dan di bawah NAB ada yang meningkat dan ada yang
menurun. Untuk subjek penelitian yang mengalami peningkatan tekanan
darah dikarenakan beberapa subjek penelitian kurang beraklimatisasi
dengan baik sehingga pengaruh tekanan panas sangat berdampak pada
fisiologis subjek penelitian. Menurut Suma’mur (2009) pada lingkungan
kerja panas, tubuh mengatur suhunya dengan penguapan keringat yang
dipercepat dengan pelebaran pembuluh darah yang disertai meningkatnya
denyut nadi dan tekanan darah, sehingga beban kardiovaskuler bertambah
dan menurut Gempur Santoso (2004) aklimatisasi dapat pula menghilang
ketika orang yang bersangkutan tidak masuk kerja selama seminggu
berturut-turut. Sehingga berdasarkan referensi di atas dapat dikatakan
bahwa tekanan panas tersebut masih berdampak pada fisiologis subjek
48
penelitian yang kurang beraklimatisasi dengan baik yaitu terjadinya
peningkatan tekanan darah.
Tekanan darah subjek penelitian pada paparan tekanan panas di
atas NAB cenderung meningkat dari pada di bawah NAB. Hal ini
dikarenakan tekanan panas di salah satu bagian cor cetak PT. Suyuti
Sidomaju Ceper Klaten melebihi NAB yaitu sebesar 30,5oC karena
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep51/MEN/1999 dengan pengaturan waktu kerja 50 % kerja dan 50 %
istirahat untuk 8 jam kerja dengan beban kerja sedang yang didasarkan
atas pengukuran denyut nadi selama bekerja, Nilai Ambang Batas (NAB)
yang disarankan yaitu sebesar 29,4oC. Hal ini sesuai dengan teorinya
Grandjean (1988) yang menyatakan bahwa pada lingkungan kerja panas,
efek fisiologis yang dapat terjadi adalah meningkatnya denyut jantung dan
tekanan darah, sehingga beban kardiovaskuler bertambah, sedangkan
menurut J.F. Gabriel, (1988), yang menyatakan bahwa efek panas terhadap
biologis merupakan sumasi dari efek panas terhadap fisik dan kimia.
Adanya peningkatan sel darah putih secara total dan fenomena reaksi
peradangan serta adanya dilatasi (pelebaran) pembuluh darah yang
mengakibatkan peningkatan sirkulasi (peredaran) darah serta peningkatan
tekanan kapiler. Tekanan O2 dan CO2 di dalam darah akan meningkat
sedangkan pH darah akan mengalami penurunan.
Untuk tekanan darah subjek penelitian yang menurun pada paparan
tekanan panas di atas NAB disebabkan karena tenaga kerja sudah
49
beraklimatisasi dengan baik. Hal ini sesuai dengan teorinya Gempur
Santoso (2004), aklimatisasi adalah suatu proses adaptasi fisiologis yang
ditandai oleh pengeluaran keringat yang meningkat, denyut jantung dan
tekanan darah menurun serta suhu tubuh menurun.
Dari hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan tekanan
darah pada paparan tekanan panas di atas dan di bawah NAB yang
bermakna pada subjek penelitian di bagian cor cetak PT. Suyuti Sidomaju
Ceper Klaten. Hal ini disebabkan karena tekanan panas di bagian cor cetak
PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten melebihi NAB.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya terhadap
21 orang yang dilakukan oleh Slamet Supriyanto (2004) yang berjudul
Perbedaan Tekanan Darah Tenaga Kerja Sebelum dan Sesudah Paparan
Panas pada Pengrajin Pengecoran Logam "W" di Kecamatan Ceper
Kabupaten Klaten menyatakan bahwa ada perbedaan yang bermakna
antara tekanan darah tenaga kerja baik sistole maupun diastole sebelum
dan sesudah paparan panas.
Penelitian Edi Jaswin (2004) terhadap 25 orang laki-laki yang
berjudul Hubungan Tekanan Panas dengan Tekanan Darah pada Tenaga
Kerja Bagian Produksi PT. Tjokro Bersaudara Semarang yang menyatakan
bahwa ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah sebelum dan
sesudah terpapar panas. Hal yang sama ditunjukan oleh penelitian Ani
Utamayati (2008) terhadap 33 orang yang berjudul Perbedaan Tekanan
Darah Sebelum, Saat dan Sesudah Terpapar Tekanan Panas pada Tenaga
50
Kerja Bagian Boiler Batu Bara di Industri Tekstil Salatiga yang
menyatakan bahwa ada perbedaan antara tekanan darah yang bermakna
sebelum, saat dan sesudah terpapar tekanan panas.
51
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Tekanan panas di bagian cor cetak PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten ada
yang di bawah NAB (29,1oC) dan di atas NAB (30,5oC).
2. Tekanan darah tenaga kerja pada paparan tekanan panas di atas NAB
cenderung meningkat daripada tekanan darah tenaga kerja pada paparan
tekanan panas di bawah NAB di bagian cor cetak PT. Suyuti Sidomaju
Ceper Klaten.
3. Ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah sistolik tenaga kerja
pada paparan tekanan panas di atas dan dibawah NAB di bagian cor cetak
PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten dengan p value 0,026 (p < 0,05).
4. Ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah diastolik tenaga kerja
pada paparan tekanan panas di atas dan dibawah NAB di bagian cor cetak
PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten dengan p value 0,040 (p < 0,05).
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diajukan beberapa saran
sebagai berikut:
52
1. Penyediaan air minum pada tempat-tempat tertentu agar pekerja mudah
meminumnya guna mengganti cairan yang hilang akibat dehidrasi.
2. Penyediaan pakaian kerja yang dapat melindungi tenaga kerja dari tekanan
panas yang melebihi NAB seperti kaos atau baju yang dapat menyerap
keringat yang terbuat dari bahan katun.
3. Pengaturan waktu kerja yang sesuai dengan beban kerja sedang yaitu 25%
kerja dan 75% istirahat yang bisa diterapkan dengan sistem rotasi.
4. Menurunkan suhu udara lingkungan kerja dengan penambahan ventilasi
alami seperti penambahan jendela dan kipas angin di beberapa titik yang
dekat dengan pekerja melakukan pekerjaan serta memberikan sekat atau
tameng antara sumber panas dengan lingkungan kerja berupa lempengan
logam yang dilapisi aluminium.
5. Untuk penelitian lebih lanjut perlu pengkajian terhadap faktor-faktor lain
yang berhubungan dengan tekanan panas dan tekanan darah meliputi,
riwayat
penyakit
maupun
obat-obatan
seperti
kontrasepsi
oral,
dekongestan hidung, obat anti flu dll, karena jenis obat dapat
mempengaruhi tekanan darah.
53
Daftar Pustaka
Ani Utamayati. 2008. Perbedaan Tekanan Sebelum, Saat dan Sesudah Terpapar
Tekanan Panas pada Tenaga Kerja Bagian Boiler Batu Bara dI Industri
Tekstil Salatiga, Semarang: Skripsi Universitas Diponegoro.
Crandall C. G. 2005. Effects of Heat Stress on Thermoregulatory
Responses
in
Congestive
Heart
Failure
Patients.
http://circ.ahajournals.org/cgi/content/full/circulationaha;112/15/2286.( 22
April 2010).
Edi Jaswin. 2004. Hubungan Tekanan Panas dengan Tekanan Darah pada
Tenaga Kerja Bagian Produksi PT. Tjokro Bersaudara Semarang,
Semarang: Skripsi Universitas Diponegoro.
Eko Nurmianto. 2008. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna
Wijaya.
Gabriel J. F. 1988. Fisika Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,
p:130.
Gempur Santoso. 2004. Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja. Jakarta:
Prestasi Pustaka, pp:52-54
Grandjean. 1988. Fitting The Task to The Man. 4th ed. London:Taylor & Francis
Inc, p:130.
Handoko Riwidikdo. 2008. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendikia
Press, pp:12-29.
Heru Subaris, Haryono. 2008. Hygiene Lingkungan Kerja. Jogjakarta: Mitra
Cendikia Press, pp:43-44,47.
Hull, Alison. 1986. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC, p:18.
Ides
Haeruman
Taufik.
2007.
Pengaturan
Berat
Badan.
http://konsulgizi.blogspot.com/2007_11_01_archive.html. 2 April 2010
Iman Soeharto. 2004. Serangan Jantung dan Stroke Hubungannya dengan Lemak
dan Kolesterol. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, pp:63-55.
John F. Knight. 1995. Jantung Kuat Bernapas Lega. Bandung: Indonesia
Publishing House, pp:143-74.
54
Joyce James, Colin Baker & Helen Swain. 2008. Prinsip-prinsip Sains untuk
Keperawatan. Jakarta. Erlangga, p:141.
Pearce, Evelyn. 1999. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT
Gramedia Utama, pp:141-142.
Ridwan Harrianto. 2009. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, p:161
Slamet Supriyanto. 2004. Perbedaan Tekanan Darah Tenaga Kerja Sebelum dan
Sesudah Pemaparan Panas pada Pengrajin Pengecoran "W" di
Kecamatan Ceper Kabupaten Klaten, Semarang: Skripsi Universitas
Diponegoro.
Sugeng Budiono. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan KK, Higiene Perusahaan
Ergonomi, Kesehatan Kerja, Keselamatan Kerja. Semarang: Universitas
Diponegoro, p:37.
Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta, p:68.
Soekidjo Notoadmodjo, 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta:Rineka
Cipta, pp:145-188.
Suma’mur P.K. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja(Hiperkes).
Jakarta: PT. Sagung Seto, pp:151-152, 153-154, 155-156, 158-159, 561,
Sritomo Wignosoebroto. 2003. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu Teknis Analisis
Untuk Peningkatan Produktivitas Kerja. Surabaya: Guna Wijaya, p:83.
Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Produktivitas. Surakarta: Uniba Press.l, pp:33-97.
Vitahealth. 2006. Hipertensi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, pp:14-27.
Download