PEMAKNAAN KHALAYAK AKTIF TERHADAP MALE

advertisement
PEMAKNAAN KHALAYAK AKTIF TERHADAP MALE CELEBRITY ENDORSER
PADA PRODUK PERAWATAN PRIA
Oleh: Melissa
Prodi Komunikasi, STIKOM ITKP
Abstrak
Celebrity endorsement is one of the effective means used in marketing communications
and very liked by producers because it has strong appeal in the community because
they feel they have a sense of commonality. Thus, many companies from the producers
who lined up and tried to cooperate with celebrities in advertising in the manufacture of
its products.
This study is expected to provide input to the theory of male grooming product
manufacturers, and can be used as a consideration in the selection of male celebrity
endorser in the following years. This study used a qualitative descriptive method to
explain the meaning of the audience about male celebrity endorser in television
commercials Vaseline Men Body Lotion, through a theoretical basis as Meaning
Transfer Theory, Source of Attractiveness, and others, using indepth interview and
observation at the gym.
Key words: Meaning, audience, male endorser.
1. Pendahuluan
mematut-matut diri di hadapan cermin. Melalui
sebuah riset yang dilaksanakan di Inggris dan
Amerika, serta hasilnya dilansir oleh MD
Feature Amerika Serikat, sekitar 73%
golongan
pria
ini
mengaku
bahwa
menghabiskan waktu di depan kaca adalah
suatu hal yang “penting” atau “amat penting”.
Angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan
golongan perempuan yang menjawab hal
yang sama, yakni sekitar 72%. (Cakram, Edisi
293 – 07/2008 hal. 18).
Meningkatnya konsumsi kaum pria
terhadap berbagai barang kebutuhan pribadi
ini tentu saja menciptakan terjadinya
perubahan kebiasaan dalam hal merawat diri.
Jika dulu sabun pencuci muka yang dipakai
pria sama saja dengan sabun yang mereka
gunakan untuk bagian tubuh, kini tidak lagi.
Bukan itu saja, Variasi produk bagi Pria masa
kini sudah hampir sama dengan konsumen
wanita. Di luar sabun khusus pembasuh
muka, ada pula produk krim pencegah keriput,
lotion anti penuaan, krim pemutih wajah,
sabun anti jerawat dan macam-macam lagi.
Kebanyakan dari produk-produk itu dikemas
1.1. Latar Belakang Masalah
Celebrity
endorsement
seringkali
digunakan oleh produk-produk kecantikan
dengan menggunakan artis-artis berparas
cantik untuk menjadi bintang iklan mereka.
Banyak
contoh
penggunaan
celebrity
endorsement dalam materi promosi yang
dilakukan
produsen-produsen,
terutama
produsen dari produk-produk kecantikan di
Indonesia. Sebut saja penggunaan Marcella
Zallianty pada produk sabun Giv, Bunga Citra
Lestari pada produk perawatan kulit Pond’s
sampai
dengan
penggunaan
Dian
Sastrowardoyo, Luna Maya dan Atiqah
Hasiholan pada produk sabun Lux.
Fenomena bermunculannya produk
perawatan pria tersebut tidak lepas dari
meningkatnya kesadaran kaum pria, terutama
mereka yang hidup di kota besar – terhadap
masalah perawatan diri dan penampilan. Di
belahan dunia Barat, terdapat temuan yang
cukup mencengangkan perihal kebiasaan
kaum pria untuk menghabiskan waktu
71
dalam berbagai jenis kemasan mulai dari
yang berbentuk botol, tube, kotak dan lain
sebagainya.
Tahun
lalu,
P&G
meluncurkan
seperangkat
produk
“Gillete
Complete
Skincare” yang terdiri dari dua jenis cleanser,
dua jenis moisturizer dan dua jenis pencukur.
Kesan yang di sampaikan pada iklan produk
ini sederhana saja, tapi cukup jitu: cuci, cukur,
dan
lindungi
(wash,
shave,
and
protect)“Konsumen pria sebetulnya masih
dalam tahap mencoba-coba berbagai hal yang
di tawarkan
Kepada mereka. Jadi masih relatif
sedikit dari mereka yang loyal kepada suatu
produk atau merk tertentu. Namun dengan
masih belum banyaknya para pemain di
pasar, hal ini dapat di bilang masih cukup
menguntungkan“, (Marry Ann Pesce, salah
seorang eksekutif di P&G (Cakram, Edisi 293
– 07/2008 hal. 18). Salah satu contoh dari
sekian banyak produk perawatan pria yang
menggunakan male celebrity endorser adalah
Vaseline Men, produk kosmetika pria keluaran
Unilever. Tahun ini, Darius mendapatkan
kesempatan emas menjadi brand ambassador
Vaseline
Men
(http://lifestyle.okezone.com/read/2010/03/12/
197/311968/)
Sebagai brand ambassador Vaseline
Men, Darius dinilai memiliki kulit yang sehat.
“Ciri-ciri kulit sehat itu yang pertama lembap,
warna kulit seluruh tubuh merata, dan kalau
digaruk tidak bersisik,” jelas Ika. Rangkaian
produk berlabel Vaseline Men, terdiri dari
facial wash, body lotion, dan body wash.
Penyerapan male celebrity endorser ke dalam
benak
konsumen,
merupakan
proses
internalisasi, sebagaimana dijabarkan oleh
Eriyanto yang mengutip Peter L. Berger,
proses tersebut lebih merupakan penyerapan
kembali dunia objektif ke dalam kesadaran
sedemikian rupa sehingga subjektif individu
dipengaruhi oleh struktur dunia sosial.
Sebagai brand ambassador Vaseline
Men, Darius dinilai memiliki kulit yang sehat.
“Ciri-ciri kulit sehat itu yang pertama lembap,
warna kulit seluruh tubuh merata, dan kalau
digaruk tidak bersisik,” jelas Ika. Rangkaian
produk berlabel Vaseline Men, terdiri dari
facial wash, body lotion, dan body wash.
Penyerapan male celebrity endorser ke
dalam benak konsumen, merupakan proses
internalisasi, sebagaimana dijabarkan oleh
Eriyanto yang mengutip Peter L. Berger,
proses tersebut lebih merupakan penyerapan
kembali dunia objektif ke dalam kesadaran
sedemikian rupa sehingga subjektif individu
dipengaruhi oleh struktur dunia sosial.
Berbagai macam unsur dari dunia yang telah
terobjektifkan
tersebut
akan
ditangkap
sebagai gejala realitas di luar kesadarannya,
sekaligus sebagai gejala internal bagi
kesadaran. Melalui proses internalisasi,
manusia
menjadi
hasil
dari
masyarakat.(Eriyanto : 2002, hal 14-15)
1.2 Pembatasan Masalah
Sesuai dengan judul penelitian yang
telah dijelaskan pada bagian sebelumnya,
maka penelitian akan difokuskan mengenai
bagaimana khalayak memaknai penggunaan
male celebrity endorser pada produk
perawatan pria, dengan studi interpretif
terhadap bintang iklan produk perawatan pria
di televisi.
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah,
maka
dapat
diidentifikasikan
berbagai
masalah di dalam penelitian, yakni bagaimana
khalayak memaknai penggunaan male
celebrity endorser pada produk perawatan
pria?
2. Kerangka Teori dan Tinjauan Literatur
2.1. Komunikasi Adalah Proses Simbolik
Banyak orang yang selalu mengartikan
simbol sama dengan tanda. Sebenarnya,
tanda berkaitan langsung dengan objek,
sedangkan simbol memerlukan proses
pemaknaan yang lebih intensif setelah
menghubungkan dia dengan objek. George
Herbert Mead membedakan simbol signifikan
(significant symbol) yang merupakan bagian
dari dunia makna manusia dengan tanda
alamiah (natural signs) yang merupakan
bagian dari dunia fisik. Yang pertama
digunakan dengan sengaja sebagai sarana
komunikasi : yang kedua digunakan secara
spontan
dan
tidak
disengaja
dalam
merespons stimuli. Makna tanda alamiah
72
ditemukan, karena hal ini adalah bagian dari
hukum (hubungan sebab akibat) alam, seperti
asap yang merupakan tanda alamiah dari api.
Akan tetapi makna simbol secara sembarang
dipilih dan berdasarkan kesepakatan yang
tidak memiliki hubungan kausal dengan apa
yang dipresentasikannya. Respons manusia
terutama
bersifat
simbolik,
sedangkan
respons hewan terutama bersifat alamiah
(otomatis dan spontan), (Sobur, Alex, 2003 :
163).
6). Juga Dennis McQuail mendefinisikan
konsep massa sebagai berikut :
1. Large Aggregated
2. Undifferentiated
3. Mainly negative image
4. Lacking order
5. Reflective of mass society
(McQuail, Denis.1994 : 36).
2.2.3. Komunikasi Pemasaran
Komunikasi pemasaran terdiri dari dua
kata, yakni komunikasi dan pemasaran.
Komunikasi
telah
dijabarkan
dalam
pembahasan sebelumnya, sedangkan kata
pemasaran itu sendiri adalah sekumpulan
kegiatan di mana perusahaan dan
organisasi lainnya mentransfer nilai-nilai
(pertukaran) dengan pelanggannya. Jadi
komunikasi
pemasaran
menampilkan
gabungan semua unsur dalam bauran
pemasaran sebuah brand, yang memfasilitasi
terjadinya pertukaran dengan menciptakan
suatu arti yang disebar luaskan kepada
pelanggan atau kliennya. Shimp Terence A,
(2003 : 357-361).
2.2 Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari bahasa
inggris “communication” atau dalam bahasa
Latin “communicatus” yang berarti berbagi
atau menjadi milik bersama. Berelson dan
Steiner, 1964, menjabarkan komunikasi
sebagai proses penyampaian informasi,
gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain.
Melalui penggunaan simbol-simbol seperti
kata-kata, gambar-gambar, angka-angka, dan
lain-lain. Sendjaja, Sasa Djuarsa,: 2002 : 7).
Hovland, Janis & Kelley mendefinisikan
komunikasi sebagai sebuah proses melalui
mana
seseorang
(komunikator)
menyampaikan stimulus (biasanya dalam
bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah
atau membentuk perilaku orang-orang lainnya
(khalayak). Pengantar Komunikasi, Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka, Jakarta, Mei
2002, hal. 7
2.3. Periklanan
Sulaksana, Uyung, mengatakan, (2003 :
23) Secara garis besar, iklan bisa
dikategorikan menurut tujuan spesifiknya,
yaitu
apakah
tujuannya
memberikan
informasi, membujuk atau mengingatkan.
Penjabarannya sebagai berikut:
a. Iklan informatif umumnya dianggap sangat
penting untuk peluncuran kategori produk
baru,
dimana
tujuannya
adalah
merangsang permintaan awal.
b. Iklan persuasif sangat penting apabila
mulai tercipta tahap persaingan, dimana
tujuan iklan adalah membangun preferensi
pada merek tertentu.
c. Iklan yang bertujuan untuk mengingatkan
(reminder advertising) lebih cocok untuk
produk yang sudah memasuki tahap
kedewasaan.
2.2.1. Tujuan dan Fungsi Komunikasi
Setiap komunikator pasti memiliki tujuan
yang ingin dicapai ketika menyampaikan
sebuah pesan kepada komunikannya. Tujuan
tersebut pasti berbeda-beda antara satu
komunikator dengan komunikator lainnya.
Effendy menyatakan tujuan dari komunikasi
adalah sebagai berikut Sendjaja, S. Djuarsa.
1999 :11-18):
1. Perubahan sikap
2. Perubahan pendapat
3. Perubahan Perilaku
4. Perubahan sosial
2.4 Televisi Sebagai Media Periklanan
Televisi merupakan media iklan yang
paling
banyak
menjangkau
khalayak
khususnya di Indonesia. Oleh karena itu,
banyak pengiklan yang menjatuhkan pilihan
2.2.2. Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah pesan yang
disampaikan melalui media massa kepada
sejumlah besar orang, Dennis McQuail 1994 :
73
media iklan pada televisi. Pada tahun 2002
saja, total kepemilikan televisi di Indonesia
mencapai angka 30juta. Ketika hampir semua
masyarakat Indonesia mempunyai televisi,
biaya promosi akan semakin efisien karena
dapat menjangkau sekian banyak khalayak.
Keunggulan menggunakan media televisi
adalah karena sifat televisi yang berupa
audiovisual, berupa kombinasi warna-warna,
suara, dan gerakan akan lebih menarik
khalayak.
Untuk lebih tertarik kepada pesan yang
disampaikan dengan jangkauan yang luas.
Sulaksana, Uyung, 2003 : 24).
dalam image-based viewing cenderung
menonton sambil melakukan pekerjaan lain,
atau bahkan berganti-ganti saluran televisi.
Dengan kata lain, karakteristik psikografis
menjelaskan gaya hidup individu, aktivitas,
minat, opini, serta preferensi dari citra yang
diterima”.
2.5.2. Karakteristik Khalayak
Bagi
komunikator,
tolak
ukur
keberhasilan komunikasi adalah ketika pesan
yang disampaikan dapat dipahami dan
mendapat tanggapan positif dari khalayaknya.
Khalayak bukanlah sekumpulan individu yang
bertindak pasif, tapi selektif terhadap pesan
yang mereka terima. Tidak menutup
kemungkinan
munculnya
respon
yang
berbeda di antara mereka, tergantung
perhatian,
pemahaman,serta
tanggapan
setiap pihak.
Berdasarkan jenis interpretasi yang
dilakukan, Croteau & Hoyness membagi
tipologi khalayak aktif dalam tiga kelompok
besar, yaitu:
1. Khalayak yang melakukan interpretasi
individual. Interpretasi semacam ini tidak
menuntut suatu keahlian spesifik. Khalayak
melakukan konstruksi makna aktivitas rutin
membaca teks media.
2. Khalayak yang membangun interpretasi
lewat konteks sosial. Di sini, khalayak
menggunakan fungsi mereka sebagai
bagian dari kehidupan sosial. Dari
hubungan
dengan
lingungan
inilah
akhirnya proses pemaknaan ini terbangun.
3. Khalayak yang dipengaruhi pemikiran
kolektif. Pemikiran kolektif ini pada
akhirnya bisa berada di pihak yang
berbeda dari produser yang memproduksi
teks media. Hoynes, David and William,
Croteau, (1997, hal. 249).
Bagi
komunikator,
tolak
ukur
keberhasilan komunikasi adalah ketika pesan
yang disampaikan dapat dipahami dan
mendapat tanggapan positif dari khalayaknya.
Khalayak bukanlah sekumpulan individu yang
bertindak pasif, tapi selektif terhadap pesan
yang mereka terima. Tidak menutup
kemungkinan
munculnya
respon
yang
berbeda di antara mereka, tergantung
perhatian,
pemahaman,serta
tanggapan
setiap pihak.
2.5 Pemaknaan Khalayak Aktif
David Morley pernah mengeksplorasi
konteks domestik dalam menonton televisi.
Menurut Morley, memahami arti pesan yang
disampaikan televisi tidaklah cukup. Kita juga
harus melihat pengalaman sosial dari
penonton. Hubungan domestik rumah tangga,
misalnya,
sangatlah
berperan
dalam
menciptakan makna dari sebuah tayangan.
Hoynes, David and William, Croteau, Media
Society, Industries, Images and Audience,
Pine Forge Press, (1997 : 249).
2.5.1. Khalayak Media
Studi pemaknaan pada umumnya
berhubungan dengan khalayak televisi,
walaupun ada juga yang dilakukan terhadap
media massa lain. Ron Lembo menjelaskan
bahwa pada dasarnya ada dua tipe khalayak
yang mengkonsumsi televisi. Coleman,Robin
R. Means (2002 : 18).
Ardyth Broadrick Sohn (1999 : 280),
mengemukakan, “Tipe yang pertama adalah
narrative-based viewing, yaitu khalayak yang
menghubungkan teks dengan dunia sosial
yang lebih besar, khalayak dalam kategori
pertama ini biasanya bisa terlibat secara
emosional dalam pemaknaan sebuah teks,
karena mereka melihatnya sebagai suatu
realitas sosial.
Tipe yang kedua memperlihatkan
kemampuan khalayak untuk melihat cerita
dengan tidak menekankan representasi
realita,
sehingga
bisa
memberikan
pemaknaan berbeda. Tipe ini dikategorikan
74
pengumpulannya dapat disesuaikan dengan
fokus dan tujuan penelitian. Dalam penelitian,
sampel
sumber
data
dipilih
dan
mengutamakan perspektif emic, artinya
mementingkan pendapat informan, yakni
bagaimana memandang dan menafsirkan
dunia dari pendiriannya. Moleong membagi
pengumpulan data menjadi empat tahapan,
yakni: (2001: 157).
1. Tahap sebelum ke lapangan
2. Pekerjaan Lapangan
3. Analisis Data
4. Penelitian Laporan
2.6 Studi Interpretif
Burhan bungin (2001 : 3), mengatakan
Manusia dalam banyak hal memiliki
kebebasan
untuk
bertindak,
Ritzer
menjelaskan sebagaimana dikutip Bungin
bahwa, ide dasar semua teori dalam
peradigma definisi sosial sebenarnya
berpandangan bahwa manusia adalah aktor
yang kreatif dari realitas sosialnya.
Kerangka Pemikiran
Berikut adalah kerangka pemikiran:
3.2 Wawancara
Beberapa
definisi
wawancara
dikemukakan oleh para ahli:
Berg (2007:89) membatasi wawancara
sebagai suatu percakapan dengan suatu
tujuan,
khususnya
tujuan
untuk
mengumpulkan informasi. Sudjana (2000:234)
menyatakan bahwa wawancara adalah proses
pengumpulan data atau informasi melalui
tatap muka antara pihak penanya (interviewer)
dengan pihak yang ditanya atau penjawab
(interview).
3. Metodologi Penelitian
Jenis penelitian menggunakan metode
3.1.1.1.
deskriptif, yang merupakan metode penelitian
3.1.1.2.
yang
berusaha
menggambarkan
dan
menginterpretasi objek sesuai dengan apa
adanya (Best,1982:119).
Penelitian ini akan menggunakan
metode kualitatif, yaitu penelitian yang
menghasilkan prosedur analisis yang tidak
menggunakan prosedur analisis statistik atau
3.2.
cara kuantifikasi lainnya. Menurut Richie
3.3.
sebagaimana dikutip Moleong (2005 : 6),
Penelitian kualitatif adalah upaya untuk
menyajikan dunia sosial, dan perspektifnya di
dalam dunia dari segi konsep, perilaku,
persepsi, dan persoalan tentang manusia
yang diteliti. Perspektif adalah suatu kerangka
konseptual (conceptual framework), suatu
perangkat asumsi, nilai atau gagasan yang
mempengaruhi cara bertindak dalam situasi,
Burhan Bungin (2001 : 186).
3.3 Narasumber
Menurut Bungin, informan adalah orang
yang diwawancarai, dimintai informasi oleh
pewawancara. Informan adalah orang yang
diperkirakan menguasai dan memahami data,
informasi ataupun fakta dari suatu objek
peneitian. Burhan Bungin (2008 : 108).
3.4 Teknik Analisis Data
Seperti yang dikemukanan Pawito,
analisis data dilakukan oleh penulis untuk
dapat menarik kesimpulan-kesimpulan. Selain
itu analisis data akan dilakukan dengan
metode induktif, dimana konseptualisasi,
kategorisasi dan interpretasi dikembangkan
atas dasar kejadian yang diperoleh saat
kegiatan berlangsung. Triangulasi metode
diharapkan bisa memperkuat keabsahan dari
peneitian.
3.1 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan suatu
proses pengadaan data primer untuk
keperluan penelitian. Sumber dan teknik
3.5 Realibilitas dan Validitas
Triangulasi sumber adalah menggali
kebenaran informai tertentu melalui berbagai
75
metode dan sumber perolehan data. Misalnya,
selain melalui wawancara dan
observasi,
penulis
bisa
menggunakan
observasi terlibat (participant obervation),
cara itu akan menghasilkan bukti atau data
yang berbeda, yang selanjutnya akan
memberikan pandangan (insights) yang
berbeda pula mengenai fenomena yang
diteliti. Berbagai pandangan itu akan
melahirkan keluasan pengetahuan untuk
memperoleh kebenaran handal. Rahardjo,
Mudjia (2010 ; 100)
dokumen tertulis, arsif, dokumen sejarah,
catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi
dan gambar atau foto. Tentu masing-masing
memiliki
kulit
yang
rata
setelah
menggunakan Vaseline Men Body Lotion
- Meaning capture: Informan membeli
produk body lotion bukan karena iklan
televisi, melainkan karena fungsi dari body
lotion tersebut.
5. Kesimpulan dan saran
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
penelitian
berjudul
pemaknaan khalayak terhadap penggunaan
male celebrity
endorser pada iklan TV Vaseline Men Body
Lotion pada member Celebrity Fitness yang
dilakukan penulis, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
Makna yang ditangkap oleh khalayak
dengan makna yang diharapkan oleh
produsen pada Iklan Vaseline Men Body
Lotion di televisi
ditangkap berbeda.
Ketika khalayak
memaknai iklan Vaseline Men Body Lotion di
Televisi khalayak mengadakan konteks sosial
dengan relasi untuk membangun makna
sebelum memutuskan menggunakan produk
tersebut.
Hasil penelitian menyatakan bahwa
informan menggambarkan Darius Sinathrya
cocok menjadi endorser pada iklan Vaseline
Men Body Lotion. Tetapi khalayak pengguna
Body Lotion dan produk
perawatan pria lainnya menggunakan produk
perawatan pria bukan karena Darius Sinathrya
sebagai endorser melainkan karena benefit
yang ditawarkan dalam produk perawatan
tersebut.
Ide cerita mengenai penyama-rataan
warna kulit tidak menjadi isu utama bagi para
informan untuk menggunakan Body Lotion
dan hal tersebut membuat jarak antara
endorser dengan informan karena pada
penokohan cerita digambarkan bahwa Darius
Sinathrya adalah seorang artis yang
mempunyai kebutuhan untuk menyamaratakan warna kulitnya sedangkan para
informan tidak.
4. Hasil Penelitian
Pemakaian selebriti sebagai daya tarik
(advertising
appeals),
dinilai
dapat
mempengaruhi preferensi konsumen karena
selebriti dapat menjadi reference group yang
mempengaruhi perilaku konsumen.
Bagi sebuah produk, penggunaan
endorser atau pembicara merupakan upaya
pengiklan untuk meraih publisitas dan
perhatian (attention getting power) produk
tersebut. Meskipun mereka adalah aktor,
selebriti, eksekutif, atau kepribadian yang
diciptakan, endorser terbaik adalah mereka
yang bisa membangun brand image yang
kuat.
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah
meskipun semua informan setuju bahwa
Darius Sinathrya cukup representatif dalam
mengiklankan Vaseline Men Body Lotion, hal
tersebut tidak menjamin bahwa mereka akan
langsung mengganti produk Body Lotion yang
mereka pakai ke Vaseline Men.
Teori transfer makna yang dikemukakan
oleh Grant McCracken (1989) menjelaskan
bahwa seorang selebriti menyampaikan satu
paket keunikan yang mempunyai makna,
makna tersebut ditransfer ke produk yang
didukungnya. 3 tahapan dalam
Meaning
transfer theory tersebut yang digambarkan
dari jawaban informan adalah sebagai berikut:
- Encoding meanings: Informan memandang
Darius Sinathrya sebagai celebrity yang
berbakat, menarik dan karier serta
kehidupan keluarganya sangat baik.
- Meaning transfer: Darius Sinathrya pada
iklan TV Vaseline Men digambarkan
sebagai artis yang sangat sibuk dan
76
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka
diharapkan hal-hal berikut sebaiknya di
aplikasikan ke dalam kampanye periklanan:
Sebaiknya publikasi yang menunjukkan
bahwa Darius Sinathrya adalah seorang
endorser dari produk Vaseline Men Body
Lotion dapat ditingkatkan. Salah satu cara
yang dapat dilakukan adalah dengan kegiatan
public
relations.
Yaitu
dengan
menginformasikan bahwa Darius Sinathrya
merupakan endorser Vaseline Men Body
Lotion melalui wawancara-wawancara yang
diliput oleh media massa, maupun acaraacara yang menampilkan kehidupan selebriti
tersebut.
Bisa juga dengan melalui direct marketing
kepada konsumen pada channel yang biasa
dilalui/dekat dengan konsumen.
Memisahkan endorser antara Vaseline
Men Body Lotion dengan Vaseline Men Body
Wash apabila iklan televisi ingin terlihat beda,
karena kebanyakan dari informan tertukar
antara iklan televisi Vaseline Men Body Lotion
dan Vaseline Men Body Wash.
Broadrick Sohn, Ardyth, 1999. Media
Management, A Casebook Approach,
Second Edition, Lawrence Earlbaum
Associates, Inc. Publishers, New Jersey,
Coleman, Robin R. Means, 2002. Say it Loud,
New York : Routlege,
Duncan, Tom, 2005. Principles of Ads & IMC,
2nd edition, New York, McGraw Hill
Eriyanto, 2002. Analisis Framing: Konstruksi,
Ideologi
dan
Politik
Media,
LKIS,
Yogyakarta,
Hoynes, David and William, Croteau, 1997.
Media Society, Industries, Images and
Audience, Pine Forge Press,
Jefkins, Frank, 1995. Periklanan, Jakarta,
Penerbit Erlangga,
Lawson, Karen, 1999. nvolving Your
Audience: Making it Active, Allyn & Bacon,
Boston,
McQuail, Denis,
1987. Teori Komunikasi
Massa Suatu Pengantar : Edisi Kedua,
Erlangga, Jakarta
McQuail, Denis, 1994. Mass Communication
Theory, Third Edition,
Daftar Pustaka
Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi Suatu
Pengantar, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung,
Buku
Batra, Rajeev, 1996. Advertising, Advertising
Management 5th edition, New Jersey,
Prentice Hall,
Mulyana, Deddy, 2001. Ilmu Komunikasi
Suatu Pengantar, PT. Ramaja Rosdakarya,
Bandung,
Belch, George E. & Michael E., 1995.
Advertising and promotion an integrated
mark. Comm. Perspective, San Diego,
Irwin,
Moleong, Lexy. J, 2005. Metode Penelitian
Kualitatif (Edisi Kedua), PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung,
Bungin, Burhanudin, 2001. Metodologi
Penelitian
Kualitatif:
Aktualisasi
Metodologis ke Arah Ragam Varian
Kontemporer, PT. RajaGrafindo, Jakarta,
Rahardjo, Mudjia, 2010. Triangulasi dalam
Penelitian kualitatif, Jakarta,
Rakhmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi,
Remaja Rosdakarya, Bandung
Bungin,
Burhanudin,
2008.
Penelitian
Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik dan Ilmu Sosial lainnya, Kencana,
Jakarta,
Russel J. Thomas dan Lane Ronald., 1997.
Tata Cara Periklanan Klepner/Buku kedua
Edisi Bahasa Indonesia. Gramedia.
Sendjaja, Sasa Djuarsa, Mei 2002. Pengantar
Komunikasi, Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka, Jakarta,
Brent D. Ruben & Lea P. Stewart, 1998.
Communication and Human Behavior,
Fourth Edition Allyn & Bacon,New York,
77
Shimp, Terence, A, 2003 . Periklanan dan
promosi; Aspek tambahan komunikasi
pemasaran terpadu, Jakarta, Penerbit
Erlangga,
Sobur, Alex, 2003. Pengantar: Semiotika
Komunikasi, PT. Remaja Rosdakaraya,
Bandung,
Sulaksana, Uyung, 2003. Integrated Marketing
Communication, Pustaka Pelajar.
Majalah
Cakram, Edisi 293 – 07/2008 hal. 18
Website
Lynn, Walker Mery, Langmeier and Daniel
Langmeier, 1993, Journal of product and
brand management. Do you get what you
pay for?. Retrieved 20/01/2010 from
http://www.emeraldinsight.com/Insight/
http://lifestyle.okezone.com/read/2010/03/12/1
97/311968/tubuh-atletis-darius-sinathryajadi-ikon-vaseline-men
Murdoch, Anna, Creativity in advertising –
Celebrity endorsement, page 1, retrieved
17/03/2008
from
http://esgh.pl/cia/celebrity_endorsement.pdf
http://www.sentrajakarta.com/index.php?optio
n=com_content&view=article&id=858:nicho
las-saputra-brand-ambassador-indonesialoreal-men-expert-&catid=48:fashion-abeauty&Itemid=69http://www.suaramerdek
a.com/harian/0507/18/opi4.htm - Televisi,
Kaya Laba, Miskin Wacana. 200
78
Download