Ketersediaan Air Baku Menjadi Penghambat

advertisement
Ketersediaan Air Baku Menjadi Penghambat
Selasa, 11 November 2008 | 00:56 WIB
Jakarta, Kompas - Ketidakmampuan menjamin ketersediaan air baku menjadi penghambat investasi di
bidang air minum melalui skema kerja sama dengan swasta (public-private partnership).
Selain tidak mampu menjamin kuantitas air baku, perusahaan air minum daerah (PDAM) juga tidak
mampu menjamin kualitas air baku. Kondisi lingkungan di hulu sungai di Indonesia yang cenderung
memburuk dinilai mengkhawatirkan bagi investasi bidang ar minum.
”Sejauh ini, hanya 11 PDAM yang berminat mengembangkan usaha dengan mekanisme PPP (publicprivate partnership). Jumlah itu relatif sedikit, terlebih sambungan langsung (SL) yang dijanjikan ke-11
PDAM itu hanya 300.000 SL,” kata Direktur Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum Budi
Yuwono, Senin (10/11) di Jakarta.
Padahal, pemerintah menetapkan target 10 juta SL dalam lima tahun ke depan. Target ini, dikatakan
Ditjen Cipta Karya, berat untuk dipenuhi sebab—dalam 35 tahun pengembangan air minum di
Indonesia—distribusi air minum hanya menjangkau 7,1 juta SL dengan kapasitas total 137.000 liter per
detik.
Budi menjelaskan, jaminan ketersediaan air baku biasanya dituangkan dalam perjanjian PDAM dengan
swasta. Masalahnya, sulit menjaminkan hal itu. Apalagi, daerah hulu sungai hanya bisa dijaga bila
berkoordinasi dengan Departemen Kehutanan dan pemerintah daerah.
PDAM di negara tetangga, seperti Malaysia, kata Budi, lebih berani menjamin ketersediaan air baku
sebab penegakan hukumnya keras. ”Di sana, ketika hutan dinyatakan sebagai kawasan resapan air,
tidak ada yang berani menebang,” ujar Budi.
Direktur Pengembangan Air Minum Departemen PU Tamin Zakaria menjelaskan, dibutuhkan Rp 78,41
triliun untuk menambah 10 juta SL. ”Bappenas menghitung kebutuhan investasinya Rp 82 triliun. Tidak
beda jauh dengan hitungan PU. Investasi terbesarnya untuk pembuatan saluran distribusi air,” ujar
Tamin.
Investasi air minum tidak harus dengan PPP. Tamin mengatakan, investasi dapat melalui dana internal,
perbankan, dan obligasi. Kini, sebagian besar PDAM lebih banyak investasi dengan dana internal,
misalnya PDAM Tirta Musi di Palembang. (RYO)
Download