21 BAB II KEPUASAN SISWA DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

advertisement
21
BAB II
KEPUASAN SISWA DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR
A. Kepuasan Siswa
1. Pengertian Kepuasan Siswa
Kepuasan berasal dari bahasa latin ‘satis’, yang berarti cukup dan
sesuatu yang memuaskan akan secara pasti memenuhi harapan, kebutuhan,
atau keinginan, dan tidak menimbulkan keluhan.1
Istilah ‘kepuasan’ merujuk pada sikap umum seorang individu terhadap
hasil kinerja seseorang. Seseorang dengan tingkat kepuasan tinggi
menunjukkan sikap yang positif.2 Kepuasan menurut kamus umum bahasa
Indonesia didefinisikan sebagai perihal atau perasaan puas, kesenangan,
kelegaan, dan sebagainya.3
Lebih lanjut Kotler mendefinisikan kepuasan sebagai tingkat perasaan
seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil dengan harapannya.
Suatu pelayanan memiliki potensi untuk memenuhi atau tidak memenuhi
harapan pelanggan. Suat jasa dianggap memuaskan jika memiliki kualitas.4
1
Cokorda Gde Dharma Putra, “Analisis Kepuasan Pelanggan Pada Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) di Kabupaten Jembrana”,http://stuffspec.com/piblicfiles/Analisis-KepuasanPelanggan-Pada-Perusahaan-Daerah-Air.html. Diakses 6 Mei 2015.
2
Noor Atikah, “Korelasi Kompetensi Dosen dengan Kepuasan Mahasiswa dalam Proses
Belajar Mengajar di STAIN Pekalongan”, Skripsi Jurusan Tarbiyah, (Pekalongan: Perpustakaan
STAIN Pekalongan, 2013), hlm. 41.
3
W.J.S.Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1999),
hlm. 771.
4
Arta Efy Setiawan, “Perangkat Pengukur Tingkat Kepuasan Mahasiswa Terhadap Proses
Pembelajaran
di
Jurusan
Teknik
Mesin
Universitas
Negeri
Semarang”,
http://lib.unnes.ac.id/17984/1/5201408110.pdf. Diakses 6 Mei 2015.
22
“Kepuasan siswa merupakan suatu sikap positif siswa terhadap
pelayanan proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru karena
adanya kesesuaian antara apa yang diharapkan dan dibutuhkan dengan
kenyataan yang diterimanya. Jika pelayanan proses belajar mengajar
yang diterima cocok dengan apa yang diharapkan oleh siswa, maka
siswa akan merasa puas, dan jika pelayanan yang diterima tidak sesuai,
maka siswa akan merasa tidak puas.”5
Banyak hal yang dapat menimbulkan ketidakpuasan siswa, diantaranya
adalah tidak sesuainya antara harapan siswa dengan kenyataan yang
dialaminya, layanan pendidikan yang diterima siswa tidak memuaskan,
perilaku personil sekolah yang kurang menyenangkan, suasana dan kondisi
fisik bangunan dan lingkungan sekolah yang tidak menunjang untuk belajar,
dan kegiatan ekstrakurikuler sekolah yang tidak menarik, serta prestasi
siswa yang rendah.6
Tingkat kepuasan siswa dalam proses belajar mengajar merupakan
salah satu aspek psikologis yang mencerminkan perasaan siswa dalam
proses belajar mengajar.
Siswa akan merasa puas apabila ada kesesuaian antara kemampuan,
keterampilan dan harapannya dalam proses belajar mengajar yang
dihadapinya. Sebaliknya siswa akan merasa tidak puas apabila terdapat
ketidakcocokan antara harapan, keterampilan dan kemampuannya dalam
proses belajar mengajar di sekolah.7
5
Popi Sopiatin, Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan Siswa, Cet. Ke-1, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2010), hlm. 33.
6
Ibid., hlm. 34.
7
Yulia Dirmansyah, “Analisis Tingkat Kepuasan Siswa dalam Mempelajari Akuntansi”,
http://joehanda077.files.wordpress.com/2011/07/analisis-tingkat-kepuasan-siswa-dalammempelajari-akuntansi.pdf. Diakses 6 Mei 2015.
23
Dengan mengukur tingkat kepuasan siswa, maka akan diketahui apakah
fungsi dari perbedaan kinerja yang dilakukan guru selama ini sudah sesuai
dengan harapan siswa ataukah belum.
Siswa dapat mengalami salah satu dari tingkat kepuasan yang umum
yaitu:8
a) Jika kinerja di bawah harapan, siswa akan merasa tidak puas
b) Jika kinerja sesuai harapan, siswa akan merasa puas
c) Apabila kinerja melampaui harapan, siswa akan merasa sangat puas,
senang atau bahagia.
Kepuasan siswa sangat tergantung pada persepsi dan harapan mereka
terhadap sekolah yang dipengaruhi oleh kebutuhan akan pendidikan dan
keinginan untuk dapat berprestasi serta melanjutkan ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi, pengalaman-pengalaman yang dirasakan oleh temantemannya atau kakak kelasnya atas kualitas layanan sekolah dan adanya
komunikasi melalui iklan dan pemasaran.9
Persepsi siswa terhadap sekolah yang dapat menimbulkan kepuasan
siswa terdiri atas delapan hal, yaitu guru, kinerja sekolah, aktivitas siswa,
kedisiplinan siswa, peluang membuat Keputusan, bangunan sekolah,
komunikasi, dan teman sekolah.
8
Noor Atikah, op. cit., hlm. 43.
Popi Sopiatin, op.cit., hlm. 34.
9
24
Pendorong yang paling penting dalam pendidikan untuk menghasilkan
kepuasan siswa adalah kualitas layanan yang berhubungan dengan proses
belajar-mengajar di dalam kelas.10
Hal yang terpenting dari kepuasan siswa adalah dampak dari
ketercapaian kepuasan yang dirasakan oleh siswa atas pelayanan pendidikan
yang diberikan oleh sekolah. Karena dengan tercapainya kepuasan siswa
maka dapat meningkatkan kinerja belajar siswa sehingga akan dapat
mencapai prestasi belajar tinggi.11 Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa definisi kepuasan siswa adalah sikap individu siswa yang
memperlihatkan rasa senang atas pelayanan proses belajar mengajar karena
adanya kesesuaian antara apa yang diharapkan dari pelayanan tersebut
dibandingkan dengan kenyataan yang diterimanya.
2. Teori Kepuasan
Teori yang berhubungan dengan konsep kepuasan telah banyak
diuraikan oleh beberapa pakar, diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Teori Hirarki Kebutuhan Maslow
Maslow membagi kebutuhan manusia atas kebutuhan fisiologis,
kebutuhan keamanan, kebutuhan untuk bersosialisasi, kebutuhan
penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri.
Teori ini dijelaskan oleh Maslow bahwa mencoba memuaskan
kebutuhan yang lebih mendasar sebelum mengarahkan perilaku dalam
memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi. Dengan demikian dapat
10
Ibid., hlm. 34.
Ibid., hlm. 42.
11
25
dikatakan bahwa setiap individu akan merasakan kepuasan setelah
kebutuhan dasarnya terpenuhi dan selalu berusaha memuaskan dirinya.
b) Teori Keseimbangan (EquityTheory)
Teori ini dikembangkan oleh Adams yang mempunyai prinsip bahwa
individu akan merasa puas atau tidak puas tergantung dari adanya
keadilan (equity). Perasaan equity dan inequity atas suatu situasi,
diperoleh individu dengan cara membandingkan dirinya dengan orang
lain.
c) Teori Perbedaan atau Pertentangan (DiscrepancyTheory)
Teori ini dipelopori oleh Proter. Protermengemukakan bahwa untuk
mengetahui kepuasan dalam hal ini kepuasan kerja individu dilakukan
dengan menghitung selisih antara apa yang seharusnya dengan kenyataan
sesungguhnya.
Locke lebih lanjut mengatakan bahwa individu akan merasakan
kepuasan dalam hal ini pekerjaan jika tidak ada perbedaan antara yang
diinginkannya dengan persepsinya atas kenyataan.12
d) Teori Dua Faktor Herzberg
Teori ini menyatakan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan merupakan
2 hal yang berbeda, di mana kepuasan dan ketidakpuasan di sini
berhubungan dengan pekerjaan.
12
Cokorda Gde Dharma Putra, “Analisis Kepuasan Pelanggan Pada Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM) di Kabupaten Jembrana”,http://stuffspec.com/piblicfiles/Analisis-KepuasanPelanggan-Pada-Perusahaan-Daerah-Air.html. Diakses 6 Mei 2015.
26
Herzberg mengemukakan bahwa kepuasan ditentukan oleh dua
faktor yaitu:
 Motivator
(Satisfiers),
yaitu
faktor-faktor
yang
menimbulkan
kepuasan meliputi: pencapaian, pengakuan, pekerjaan itu sendiri,
tanggung jawab, dan pengembangan.
 Hygiene Factors (Dissatisfier), yaitu faktor-faktor yang menimbulkan
ketidakpuasan kerja meliputi: kebijakan dan administrasi perusahaan,
teknis supervisi, penghasilan, hubungan interpersonal, kondisi kerja,
keamanan kerja, dan status.
Faktor hygiene bersifat preventif dan memperhitungkan lingkungan
yang berhubungan dengan kerja. Faktor ini mencegah terjadinya
ketidakpuasan, namun bukan sebagai penyebab terjadinya kepuasan.
“Herzberg menjelaskan bahwa faktor hygiene tidak dapat
memotivasi karyawan dalam bekerja, sedangkan yang dapat
memotivasi karyawan dalam bekerja adalah faktor motivator.
Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa kepuasan siswa
dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor
intrinsik yang dapat menimbulkan kepuasan siswa, antara lain adalah
prestasi tinggi, harapan dan bakat siswa, sedangkan faktor ekstrinsik
adalah kualitas mengajar guru, budaya sekolah, dan iklim sekolah.”13
3. Dimensi-dimensi Kepuasan Siswa
Kepuasan merupakan persepsi seseorang terhadap sesuatu yang telah
memenuhi harapannya. Kepuasan siswa terhadap pembelajaran dapat dilihat
dari 5 dimensi kepuasan yaitu: tangible, assurance, empathy, reliability, dan
responsiveness.
13
Popi Sopiatin, op.cit., hlm. 35.
27
Dimensi pertama dari kualitas pelayanan adalah berwujud atau tangible.
Tangible merupakan dimensi fisik. Suatu jasa tidak dapat dicium dan tidak
dapat diraba, sehingga bukti fisik menjadi penting sebagai ukuran terhadap
pelayanan. Tangible merupakan kemampuan untuk memberi fasilitas fisik
sekolah dan perlengkapan sekolah yang memadai.
Dimensi kepuasan kedua adalah assurance (kepastian), yaitu dimensi
jaminan kualitas yang berhubungan dengan perilaku staf pengajar atau guru
dalam menanamkan rasa percaya dan keyakinan kepada para siswa.
Assurance
mencakup
kompetensi,
pengetahuan,
keterampilan,
dan
kesopanan.
Dimensi kepuasan yang ketiga adalah empathy. Empathy adalah sikap
guru dalam memberikan pelayanan sepenuh hati, seperti perhatian secara
pribadi serta pemahaman bahwa setiap siswa memiliki kemampuan dan
kebutuhan yang berbeda. Sikap ini dapat ditunjukkan dengan pemahaman
peran dosen yang tidak hanya sebagai pendidik, melainkan juga sebagai
konselor.14
Dimensi keempat dari dimensi kualitas pelayanan yang menentukan
kepuasan siswa adalah reliability (kehandalan). Keandalan berhubungan
dengan kemampuan guru dalam memberikan pelayanan proses belajar
mengajar yang bermutu sesuai dengan yang dijanjikan, konsisten, serta
14
Arta Efy Setiawan, “Perangkat Pengukur Tingkat Kepuasan Mahasiswa Terhadap
Proses Pembelajaran di Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Semarang”,
http://lib.unnes.ac.id/17984/1/5201408110.pdf. Diakses 6 Mei 2015.
28
sekolah mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan
harapan siswa.
Dimensi kepuasan yang terakhir adalah responsiveness (daya tanggap),
yaitu kesediaan personil sekolah untuk mendengar dan mengatasi keluhan
siswa yang berhubungan dengan masalah sekolah yang menyangkut
masalah belajar mengajar ataupun masalah pribadi.
15
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan siswa dalam belajar adalah
sebagai berikut:16
a) Imbalan hasil belajar, yaitu sesuatu yang diperoleh siswa sebagai
konsekuensi dari perilaku belajar yang secara formal dinyatakan dalam
bentuk nilai-nilai dari evaluasi hasil belajar.
b) Rasa aman dalam belajar.
c) Kondisi belajar yang memadai, yaitu belajar dalam kondisi fisik dan
sosial yang baik.
d) Kesempatan untuk memperluas diri, yaitu kesempatan siswa untuk dapat
mengembangkan diri demi masa depannya yang lebih baik, misalnya
kesempatan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, kenaikan kelas, dan
kebebasan dalam mengemukakan pendapat.
e) Hubungan pribadi, yaitu suasana terciptanya hubungan anrtarpribadi
dalam lingkungan sekolah.
4. Harapan Siswa Sebagai Pelanggan Pendidikan terhadap Sekolah
Pelanggan dapat menerima nilai dari pelayanan yang mereka beli atau
bayar. Arti dari nilai tersebut adalah sebagai hubungan antara apa yang
pelanggan dapat dari apa yang mereka berikan. Dalam hal ini, tampak
bahwa pelanggan mempunyai harapan dari apa yang mereka telah bayarkan.
Harapan-harapan pelanggan terhadap suatu jasa akan berbeda antara
satu dengan lainnya. Pelanggan akan merasa puas apabila jasa yang diterima
15
Popi Sopiatin, op.cit., hlm.40.
Ibid., hlm. 55-56.
16
29
melampaui harapannya. Makin dekat harapan jasa yang diharapkan dengan
jasa minimum yang dapat diterima, maka makin besar kemungkinan
tercapainya kepuasan.17
Sekolah yang membangun harapan tinggi kepada semua siswa dan
memberikan dorongan untuk mencapai harapan-harapan tersebut akan
mempunyai tingkat kesuksesan akademik yang tinggi, seperti yang
dinyatakan oleh Brook, Howard, dan Levin dalam High Ekspectation:
harapan-harapan siswa sebagai pelanggan utama sekolah terhadap
sekolahnya adalah harapan siswa yang berkenaan dengan hardware,
software, kualitas hardware, kualitas software, dan nilai tambah dari proses
pembelajaran.18
Harapan siswa terhadap perangkat hardware meliputi harapan terhadap
fungsi-fungsi
pendukung
pembelajaran,
seperti
perpustakaan
yang
menyediakan sumber-sumber belajar yang dibutuhkan oleh siswa,
laboratorium, sarana olahraga dan seni, bangunan yang nyaman untuk
belajar, program kegiatan ekstrakurikuler sekolah, kurikulum yang dapat
memberikan kesempatan sukses untuk semua siswa yang berorientasi tidak
hanya sukses dalam bidang akademik saja, tetapi juga bidang nonakademik, serta evaluasi
yang menilai kemampuan kognitif dan
menggunakan beberapa penilaian yang mendorong refleksi siswa, inkuiri
kritis, pemecahan masalah dan penilaian yang memvalidasi intelegensi
17
Ibid., hlm. 36.
Ibid., hlm. 37.
18
30
siswa yang berbeda, serta kekuatan siswa yang dapat menunjang bidang
akademik maupun non-akademik.
Harapan siswa terhadap software adalah harapan terhadap guru, kepala
sekolah, dan staf TU. Yang paling penting adalah hubungan personal antara
guru dan staf sekolah dengan siswa karena dengan adanya hubungan yang
baik antara guru maupun staf sekolah dengan siswa akan dapat
menimbulkan self esteem (dorongan dari dalam dirinya sendiri) dan self
efficacy (keyakinan atas kemampuan dirinya) yang akan berdampak kepada
kesuksesan siswa dalam belajar.
Kualitas hardware adalah kualitas dari perangkat sekolah yang
mendukung proses pendidikan. Kualitas software adalah kualitas dari guru,
kepala sekolah, serta staf TU dalam melaksanakan tugas-tugasnya,
sedangkan nilai tambah dari proses pembelajaran adalah kemampuan yang
diperoleh dari kegiatan pendidikan yang dapat menghantarkan siswa
untukdapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi yang diperlihatkan
oleh hasil belajar.19
Harapan setiap siswa tentunya berbeda, hal ini didasarkan kepada faktor
budaya, etnik, dan tingkat sosial keluarga, misalnya bagi siswa yang berasal
dari kelompok sosial ekonomi yang mampu akan mempunyai harapan untuk
dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, sedangkan bagi
siswa yang berasal dari kelompok ekonomi yang kurang mampu akan
mempunyai harapan bahwa dengan sekolah maka akan dapat meningkatkan
19
Ibid., hlm. 37.
31
kesejahteraan hidupnya.20 Dapat disimpulkan bahwa kepuasan siswa
merupakan sikap siswa atas terpenuhinya harapan dan kebutuhan siswa
terhadap sekolah. Harapan-harapan tersebut adalah harapan siswa terhadap
mutu sekolah yang diharapkan akan berdampak kepada prestasi hasil
belajar.
B. Proses Belajar Mengajar
1. Pengertian Proses Belajar Mengajar
Proses belajar mengajar secara sederhana dapat diartikan sebagai
kegiatan interaksi dan saling memengaruhi antara pendidik dan peserta
didik, dengan fungsi utama pendidik memberikan materi pelajaran atau
sesuatu yang memengaruhi peserta didik, sedangkan peserta didik menerima
pelajaran, pengaruh atau sesuatu yang diberikan oleh pendidik.21
Dalam pengertian yang lebih luas dan sistematik, proses belajar
mengajar adalah kegiatan yang melibatkan sejumlah komponen yang antara
satu dan lainnya saling berkaitan. Komponen tersebut antara lain meliputi
visi dan tujuan yang ingin dicapai, guru yang profesional dan siap mengajar,
murid yang siap menerima pelajaran, pendekatan yang akan digunakan,
strategi yang akan diterapkan, metode yang akan dipilih, teknik dan taktik
yang akan digunakan.22
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses dalam
20
Ibid., hlm. 38.
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. Ke-1, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2010), hlm. 139.
22
Ibid., hlm. 142.
21
32
pengertiannya di sini merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang
terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling berhubungan
(interdependent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan.
Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri
individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan
lingkungannya.23
Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung
jawab moral yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat
bergantung pada pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya.
Mengajar merupakan suatu perbuatan atau pekerjaan yang bersifat unik,
tetapi sederhana. Dikatakan unik karena hal itu berkenaan dengan manusia
yang belajar, yakni siswa, dan yang mengajar, yakni guru, dan berkaitan erat
dengan manusia di dalam masyarakat yang semuanya menunjukkan
keunikan. Dikatakan sederhana karena mengajar dilaksanakan dalam
keadaan praktis dalam kehidupan sehari-hari, mudah dihayati oleh siapa
saja.
Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan belajar
mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu
usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik
dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar.24
23
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Cet. Ke-13, (Bandung: PT Remaja
Rosda karya Offset, 2001), hlm. 5.
24
Ibid., hlm. 6.
33
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang bersifat
kompleks dan dinamis yang dilakukan oleh guru dan peserta didik dengan
bantuan sumber belajar serta dilaksanakan pada lingkungan pendidikan.
Disekolah, guru merupakan penentu kegiatan di dalam kelas dan ruang
kelas merupakan tempat untuk membangun metode mengajar dan organisasi
kelas menjadi efektif.
Meningkatkan hasil belajar dari dalam kelas, Wilson & Daviss
menyarankan untuk mengubah paradigma pendidikan tradisional, yang
meliputi mengajar dengan berceramah dan siswa mengerjakan latihan soal
dengan paradigma baru pendidikan, yaitu dengan guru harus menguasai
disiplin ilmu yang diajarkan dan menguasai strategi dan metode mengajar.25
Proses belajar mengajar merupakan proses interaksi antara siswa
sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan
siswa sebagai subjek pokoknya. Dalam proses interaksi tersebut dibutuhkan
komponen-komponen pendukung, antara lain adalah tujuan yang akan
dicapai, materi pelajaran, peserta didik, guru, metode yang digunakan dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar, situasi dan lingkungan yang
memungkinkan kegiatan belajar mengajar berjalan dengan baik, dan
penilaian terhadap hasilnya. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa dalam
proses belajar mengajar terdapat keterkaitan antara siswa, guru, dan
tujuan.26
25
Popi Sopiatin, Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan Siswa, Cet. Ke-1, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2010), hlm. 44.
26
Ibid., hlm. 44-45.
34
Dalam kegiatan belajar mengajar, terdapat dua hal yang ikut
menentukan keberhasilan, yakni pengaturan proses belajar mengajar dan
pengajaran itu sendiri. Kedua hal tersebut saling bergantung satu sama lain.
Kemampuan mengatur proses belajar mengajar akan menciptakan
situasiyang baik bagi anak dalam belajar. Situasi yang kondusif tersebut
merupakan titik awal keberhasilan pengajaran.
Kegiatan
belajar
mengajar
siswa
memerlukan
sesuatu
yang
memungkinkan dia berkomunikasi secara baik dengan guru, teman, dan
lingkungannya.27
Proses belajar mengajar merupakan sebuah rentetan kegiatan guru
untuk menumbuhkan organisasi proses belajar mengajar yang efektif, yaitu
tujuan pengajaran, pengaturan penggunaan waktu luang, pengaturan ruang,
dan alat perlengkapan pelajaran di kelas, serta pengelompokan siswa dalam
belajar.28
Ukuran keberhasilan sebuah proses belajar mengajar itu dapat dilihat
pada sejauh mana proses tersebut mampu menumbuhkan, membina,
membentuk, dan memberdayakan segenap potensi yang dimiliki manusia,
atau pada sejauh mana ia mampu memberikan perubahan secara signifikan
pada kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik.29
27
S. Lestari dan Ngatini, Pendidikan Islam Kontekstual, Cet. Ke-1, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010), hlm. 15.
28
Ibid., hlm. 15.
29
Abuddin Nata, op. cit., hlm. 143.
35
Sebuah proses belajar mengajar dapat dikatakan gagal, jika antara
sebelum dan sesudah mengikuti sebuah kegiatan belajar mengajar, namun
tidak ada perubahan apa-apa pada diri siswa atau mahasiswa.30
Dari beberapa definisi proses belajar mengajar yang telah dikemukakan
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar secara
singkat ialah proses memanusiakan manusia, yakni mengaktualisasikan
berbagai potensi manusia, sehingga potensi-potensi tersebut dapat menolong
dirinya, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negaranya.
2. Hakikat Proses Belajar Mengajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar dan mengajar
merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil
tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada
bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan dijalankan secara
profesional.
Setiap kegiatan belajar mengajar selalu melibatkan dua pelaku aktif,
yaitu guru dan siswa. Guru sebagai pengajar merupakan pencipta kondisi
belajar siswa. Sedangkan anak sebagai subjek pembelajaran merupakan
pihak yang menikmati kondisi belajar yang diciptakan guru. Perpaduan dari
kedua unsur manusiawi ini melahirkan interaksi edukatif dengan
memanfaatkan bahan ajar sebagai mediumnya.
30
Ibid., hlm. 144.
36
Pada kegiatan belajar mengajar, guru dan murid saling mempengaruhi
dan memberi masukan. Karena itulah kegiatan belajar mengajar harus
merupakan aktivitas yang hidup, sarat nilai dan senantiasa memiliki tujuan.
Rumusan belajar mengajar tradisional selalu menempatkan anak didik
sebagai obyek pembelajaran dan guru sebagai subjeknya. Rumusan seperti
ini membawa konsekuensi terhadap kurang bermaknanya kedudukan anak
dalam proses pembelajaran, sedangkan guru menjadi faktor yang sangat
dominan dalam keseluruhan proses belajar mengajar.31
Inti proses pengajaran adalah kegiatan belajar anak didik dalam
mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat
tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya.
Keaktifan anak didik disini tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi
juga dari segi kejiwaan. Apabila hanya fisik anak yang aktif, tetapi pikiran
dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran
tidak tercapai. Ini sama halnya dengan anak didik tidak belajar, karena anak
didik tidak merasakan perubahan di dalam dirinya.32
Belajar pada hakikatnya adalah ‘perubahan’ yang terjadi di dalam diri
seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Walaupun pada
kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar. Misalnya,
perubahan fisik, mabuk, gila dan sebagainya.
31
Pupuh Fathurrohman, Strategi Belajar Mengajar-Strategi Mewujudkan Pembelajaran
Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami, Cet. Ke-3, (Bandung: PT Refika
Aditama, 2009), hlm. 8.
32
Ibid., hlm. 9.
37
Kegiatan mengajar bagi seorang guru menghendaki hadirnya sejumlah
anak didik. Berbeda dengan belajar, belajar tidak selamanya memerlukan
kehadiran seorang guru. Cukup banyak aktivitas yang dilakukan oleh
seseorang di luar dari keterlibatan guru.
Belajar di rumah cenderung menyendiri dan tidak terlalu banyak
mengharapkan bantuan dari orang lain. Mengajar pasti merupakan kegiatan
yang mutlak memerlukan keterlibatan individu anak didik. Bila tidak ada
anak didik atau objek didik, siapa yang diajar. Hal ini perlu sekali guru
sadari agar tidak terjadi kesalahan tafsir terhadap kegiatan pengajaran.33
Biasanya permasalahan yang guru hadapi ketika berhadapan dengan
sejumlah anak didik adalah masalah pengelolaan kelas. Apa, siapa,
bagaimana, kapan dan dimana adalah serentetan pertanyaan yang perlu
dijawab dalam hubungannya dengan masalah pengelolaan kelas. Peranan
guru itu paling tidak berusaha mengatur suasana kelas yang kondusif bagi
kegairahan dan kesenangan belajar anak didik.
Sama halnya dengan belajar, mengajar pada hakikatnya adalah suatu
proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di
sekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik
melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya adalah proses memberikan
bimbingan dan bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses
belajar.34
33
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Cet. Ke-1,
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), hlm. 44.
34
Pupuh Fathurrohman, op. cit., hlm. 9.
38
Peranan guru sebagai pembimbing bertolak dari cukup banyaknya anak
didik yang bermasalah. Dalam belajar ada anak didik yang cepat mencerna
bahan, ada anak didik yang sedang mencerna bahan, dan ada pula anak didik
yang lamban mencerna bahan yang diberikan oleh guru. Ketiga tipe belajar
anak didik ini menghendaki agar guru mengatur strategi pengajarannya yang
sesuai dengan gaya-gaya belajar anak didik. Akhirnya, bila hakikat belajar
adalah ‘perubahan’, maka hakikat belajar mengajar adalah proses
‘pengaturan’ yang dilakukan oleh guru.35
Dengan demikian, dapat ditarik pemahaman bahwa proses belajar
mengajar merupakan serangkaian aktivitas yang disepakati dan dilakukan
guru-murid untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal.
3. Ciri-ciri Belajar Mengajar
Belajar mengajar merupakan dua aktivitas yang berlangsung secara
bersamaan, simultan dan memiliki fokus yang dipahami bersama. Sebagai
suatu aktivitas yang terencana, belajar memiliki tujuan yang bersifat
permanen, yakni terjadinya perubahan pada anak didik. Ciri-ciri perubahan
dalam pengertian belajar meliputi:36
a) Perubahan yang terjadi berlangsung secara sadar, sekurang-kurangnya
sadar bahwa pengetahuannya bertambah, sikapnya berubah,
kecakapannya berkembang, dan lain-lain.
b) Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional. Belajar
bukan proses yang statis karena terus berkembang secara gradual dan
setiap hasil belajar memiliki makna dan guna yang praktis.
35
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, op.cit., hlm. 45-46.
Pupuh Fathurrohman, op. cit., hlm. 10.
36
39
c) Perubahan belajar bersifat positif dan aktif. Belajar senantiasa menuju
perubahan yang lebih baik.
d) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, bukan hasil belajar
jika perubahan itu hanya sesaat, seperti berkeringat, bersin, dan lainlain.
e) Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah. Sebelum belajar,
seseorang hendaknya sudah menyadari apa yang akan berubah pada
dirinya melalui belajar.
f) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku, bukan bagian-bagian
tertentu secara parsial.
Memperhatikan uraian tentang ciri-ciri belajar, akhirnya dapat
diketahui bahwa kegiatan belajar mengajar memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:37
a)
memiliki tujuan, yaitu untuk membentuk anak dalam suatu
perkembangan tertentu.
b) Terdapat mekanisme, prosedur, langkah-langkah, metode dan teknik
yang direncanakan dan didesain untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
c) Fokus materi jelas, terarah dan terencana dengan baik.
d) Adanya aktivitas anak didik merupakan syarat mutlak bagi
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
e) Aktor guru yang cermat dan tepat.
f) Terdapat pola aturan yang ditaati guru dan anak didik dalam proporsi
masing-masing.
g) Limit waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
h) Evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi produk.
4. Komponen-Komponen Proses Belajar Mengajar
Selain terdapat guru dan murid serta mungkin sejumlah teknisi atau
fasilitator lainnya yang membantu, kegiatan proses belajar mengajar juga
membutuhkan kejelasan sejumlah komponen atau aspek tersebut yaitu
sebagai berikut:
37
Ibid., hlm. 11.
40
a) Unsur Anak Didik
Anak didik adalah seorang anak yang selalu mengalami
perkembangan sejak terciptanya sampai meninggal dan perubahanperubahan itu terjadi secara wajar. Dalam pandangan modern,
anakdidik tidak hanya dianggap sebagai objek atau sasaran pendidikan,
melainkan juga harus diperlakukan sebagai subjek pendidikan.
Sebagai bagian dari objek pendidikan, manusia pada hakikatnya
terbentuk
dari
kenyataan
rohaniah
(kejiwaan)
dan
kenyataan
jasmaniyah. Perpaduan pola-pola hubungan jasmani dan rohani ini yang
memberi arti hidup manusia.38
b) Unsur Pembidangan Ilmu
Struktur pemetaan ilmu sebagai ilmu (baca ilmu) terdiri dari dua
bentuk, yaitu ilmu empiri dan ilmu murni. Dalam konsep yang lebih
konkret
diimplementasikan
sebagai
cabang
ilmu:
kosmologi,
antropologi, dan filsafat. Filsafat dalam batas tertentu disebut metafisik
atau lebih khusus lagi disebut transenden.
Kosmologi, yaitu ilmu yang mempelajari kenyataan alam dalam
pandangan Noeng Muhadjir disebut meta-science. Antropologi, yaitu
ilmu yang mempelajari kenyataan manusia yang disebut meta-ideologi.
Metafiika atau pengetahuan transenden, yaitu ilmu yang mempelajari
38
Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam Integratif, Cet. Ke-1, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2005), hlm. 133-134.
41
gejala kenyataan semesta ada. Sebagai suatu bidang studi istilah
metafisika lebih tepat digunakan dengan istilah filsafat.39
c) Unsur Pendidik
Pendidik adalah orang yang mendidik. Pendidik adalah orang yang
dengan sengaja memengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan
pendidikan. Semula kata pendidik mengacu pada seseorang yang
memberikan pengetahuan, keterampilan, atau pengalaman kepada orang
lain. Konsep ini mengarah pada pandangan yang menempatkan anak
didik sebagai objek pendidikan.
Pendidik adalah faktor dominan dalam mencapai tujuan dan anak
didik inilah ditempatkan sebagai ‘wadah kosong yang harus diisi’ oleh
seorang pendidik. Akibatnya, potensi alami anak didik sering kali
terabaikan.
Sejalan dengan perkembangan keilmuan pendidik, muncul konsep
bahwa mendidik bukan hanya mentransfer pengetahuan dari orang yang
sudah tahu kepada yang belum tahu, tetapi suatu proses membantu
seseorang untuk membentuk pengetahuannya sendiri.40
d) Menentukan Tujuan Belajar Mengajar
Tujuan belajar mengajar adalah sejumlah kompetensi atau
kemampuan tertentu yang harus dikuasai oleh peserta didik setelah
mengikuti kegiatan belajar mengajar. Tujuan belajar mengajar tersebut
39
Ibid., hlm. 134-135.
Ibid., hlm. 142.
40
42
secara lebih detail dan terperinci harus dirumuskan oleh setiap guru
yang akan mengajar.41
Sebagai unsur penting untuk suatu kegiatan, maka dalam kegiatan
apapun tujuan tidak bisa diabaikan. Demikian juga halnya dalam
kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar, tujuan
adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dalam kegiatannya. Kegiatan
belajar mengajar tidak bisa dibawa sesuka hati, kecuali untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Tujuan adalah komponen yang dapat mempengaruhi komponen
pengajaran lainnya seperti bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar,
pemilihan metode, alat, sumber, dan alat evaluasi. Semua komponen itu
harus bersesuaian dan didayagunakan untuk mencapai tujuan seefektif
dan seefisien mungkin. Bila salah satu komponen tidak sesuai dengan
tujuan, maka pelaksanaan kegiatan belajar mengajar tidak akan dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.42
e) Menentukan Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar
Pendekatan dapat diartikan sebagai cara pandang atau titik tolak
yang digunakan dalam menjelaskan sesuatu masalah. Karena cara
pandang atau titik tolak yang dapat digunakan dalam menjelaskan
sesuatu masalah itu amat banyak, maka kesimpulan yang akan
dihasilkan pun akan berbeda-beda.43 Dengan demikian, pendekatan
41
Abuddin Nata, op. cit., hlm. 146.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, op.cit., hlm. 48-49.
43
Abuddin Nata, op. cit., hlm. 149.
42
43
dalam proses belajar mengajar adalah cara pandang atau titik tolak yang
digunakan seorang guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar.
Dilihat dari segi bentuk dan macamnya, pendekatan proses belajar
mengajardapat dilihat dari segi kepentingan guru (eksternal atau
teacher centris), kepentingan murid (internal atau student centris) dan
perpaduan diantara dua kepentingan tersebut (konvergensi).
Pendekatan juga dapat dilihat dari segi disiplin ilmu yang
digunakan, misalnya pendekatan normatif teologis, historis empiris,
filosofis, sosiologis, politik, ekonomi, hukum, dan sebagainya.44
Selain itu, pendekatan dalam proses belajar mengajar juga dapat
dilihat dari segi metode berpikir yang digunakan, misalnya metode
berpikir induktif, deduktif, atau perpaduan antara keduanya.
Pendekatan dalam proses belajar mengajar, juga dapat dilihat
khusus dari segi latar belakang peserta didik, yaitu ada peserta didik
yang masih kanak-kanak, anak-anak, remaja, dewasa, dan manusia
lanjut usia (manula). Berbagai ciri psikologis yang terdapat pada setiap
kategori usia tersebut digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam
menentukan proses belajar mengajar.45
f) Menentukan Metode Pengajaran
Metode mengajar secara harfiah berarti cara mengajar. Adapun
dalam pengertian yang umum, metode mengajar adalah cara atau
44
Ibid., hlm. 149.
Ibid., hlm. 150.
45
44
langkah-langkah sistematik yang ditempuh oleh seorang guru dalam
menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik.46
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus terpaku dengan
menggunakan satu metode, tetapi guru sebaiknya menggunakan metode
yang bervariasi agar jalannya pengajaran tidak membosankan, tetapi
menarik perhatian anak didik. Penggunaan metode yang bervariasi tidak
akan menguntungkan kegiatan belajar mengajar bila penggunaannya
tidak tepat dan tidak sesuai dengan situasi yang mendukungnya dan
dengan kondisi psikologis anak didik.47
Oleh karena itu, pemilihan dan penggunaan metode yang bervariasi
tidak selamanya menguntungkan bila guru mengabaikan faktor-faktor
yang mempengaruhi penggunaannya. Lima macam faktor yang
mempengaurhi penggunaan metode mengajar sebagai berikut:48





Tujuan yang berbagai-bagai jenis dan fungsinya
Anak didik yang berbagai-bagai tingkat kematangannya
Situasi yang berbagai-bagai keadaannya
Fasilitas yang berbagai-bagai kualitas dan kuantitasnya
Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda.
g) Menentukan Teknik Mengajar
Teknik mengajar adalah cara-cara yang terukur, sistematik, dan
spesifik dalam melakukan suatu pekerjaan. Perbedaan teknik yang
digunakan akan menentukan perbedaan hasil, tingkat kecepatan dan
46
Ibid., hlm. 151.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, op. cit., hlm. 53.
48
Ibid., hlm. 53-54.
47
45
kepuasan kepada orang yang terlibat atau merasakan manfaat dari
pekerjaan tersebut.
Tidak hanya dalam kegiatan belajar mengajar, melainkan pada
hampir seluruh kegiatan terdapat teknik dalam melakukannnya. Pada
pertandingan olahraga misalnya, amat banyak dijumpai teknik yang
diterapka di dalamnya. Misalnya teknik menyerang, teknik bertahan,
teknik menendang bola, teknik melempar, dan masih banyak lagi.
Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar, terdapat serangkaian
kegiatan yang memerlukan penguasaan teknik yang baik.49
h) Menentukan Taktik
Taktik adalah rekayasa atau siasatdalam arti positif yang digunakan
oleh seseorang dalam melakukan sesuatu pekerjaan. Kata taktik secara
sepintas menggambarkan suatu perbuatan yang kurang terpuji, namun
hal tersebut amat bergantung pada tujuannya.
Dalam kegiatan proses belajar mengajar juga terdapat berbagai
taktik yang dapat digunakan. Misalnya taktik yang berkaitan dengan
upaya mendorong para siswa agar datang tepat waktu, mengerjakan
tugas-tugas dengan baik, agar siswa meningkat perolehan nilai
ujiannya, agar gemar membaca, dan lain sebagainya. Semua taktik ini
perlu dilakukan dalam rangka mendukung pelaksanaan metode
49
Abuddin Nata, op. cit., hlm. 153-154.
46
pengajaran yang telah dipilih berdasarkan pendekatan yang telah
ditetapkan.50
i) Alat
Alat pengajaran adalah tindakan atau perbuatan atau situasi atau
benda yang dengan sengaja diadakan untuk mencapai tujuan
pendidikan. Alat pendidikan berfungsi mempermudah penyerapan dari
manusia terhadap objek kenyataan belajar. Alat pendidikan dalam arti
benda atau barang yang digunakan untuk melakukan proses belajar atau
mengajar bertujuan membantu dan mempermudah proses penyerapan
pengetahuan manusia melalui media visual, auditorial, dan kinestetik
dari manusia tersebut.51
5. Mutu Proses Belajar Mengajar
Mutu proses belajar mengajar dilihat dari seberapa efektif pelayanan
proses belajar mengajar. Prinsip-prinsip pelayanan proses belajar mengajar
yang efektif menekankan pada pemahaman mengenai:52





Pebelajar
Proses belajar
Adanya dorongan dan lingkungan yang menantang
Membangun kemitraan belajar
Membentuk dan merespons, dalam konteks variasi budaya dan sosial.
50
Ibid., hlm. 155-156.
Jasa Ungguh Muliawan, op. cit., hlm. 145-146.
52
Popi Sopiatin, Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan Siswa, Cet. Ke-1, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2010), hlm. 46.
51
47
Prinsip-prinsip tersebut didasarkan kepada asumsi-asumsi bahwa:53
 Setiap orang adalah pebelajar
 Orang belajar dalam konteks budaya dan sosial, berinteraksi dengan yang
lain
 Aspek pokok dari proses belajar mengajar, meliputi mengidentifikasi
cara belajar yang lebih baik, menciptakan kesempatan belajar, dan
mengevaluasi dampak belajar
 Prinsip-prinsip belajar mengajar efektif merupakan dasar untuk
peningkatan praktik belajar mengajar.
Kondisi belajar mengajar yang efektif yang dapat menentukan
keberhasilan belajar siswa adalah sebagai berikut:54
 Melibatkan siswa secara aktif, karena siswa sebagai subjek didik dan
mereka sendiri yang melaksanakan belajar
 Menarik minat dan perhatian siswa
 Membangkitkan motivasi siswa
 Prinsip individualitas
 Peragaan dalam pengajaran (menggunakan alat peraga/media
pengajaran).
Mutu proses belajar mengajar dapat dilihat dari pribadi seorang guru,
mengenai bagaimana ia melakukan tugasnya di dalam kelas dan benar-benar
efektif dalam mencapai prestasi siswa. Selain itu, untuk membentuk kualitas
total di dalam kelas adalah dengan melakukan perubahan pendekatan kelas
dan proses aktual belajar. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa mutu
proses belajar mengajar dapat dilihat dari bagaimana pelaksanaan proses
belajar siswa di dalam kelas.55
53
Ibid., hlm. 46.
Ibid., hlm. 46.
55
Ibid., hlm. 47.
54
48
Untuk membangun mutu total di dalam kelas, terdapat tiga hal penting
yang harus dilakukan, yaitu sebagai berikut:56
a) Kualitas proses yang memberi siswa otoritas dan tanggung jawab untuk
menentukan bentuk dan bagian pembelajaran mereka
b) Menekankan kepada hasil tradisional (misalnya, hasil tes dan skor) dan
fokus pada kegiatan belajar di kelas
c) Menjauhkan rasa takut siswa pada waktu melaksanakan kegiatan
belajar.
Dengan melihat ketiga hal tersebut, untuk membangun mutu total di
dalam kelas, dapat disimpulkan bahwa mutu proses belajar mengajar
bergantung kepada apa yang terjadi antara siswa dengan guru pada saat
melaksanakan kegiatan di dalam kelas. Oleh karena itu, mutu proses belajar
mengajar dapat dilihat dari aspek-aspek sebagai berikut:57





Guru membuat persiapan mengajar yang sistematis
Cara penyampaian materi oleh guru
Penggunaan waktu selama melaksanakan kegiatan belajar mengajar
Motivasi murid dan guru
Hubungan interaktif antara guru dengan siswa di dalam kelas.
Mutu proses belajar mengajar adalah pelayanan dalam melaksanakan
proses belajar mengajar yang efektif dilaksanakan, baik di dalam kelas
maupun di luar kelas dan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan siswa. Artinya, proses belajar mengajar yang bermutu adalah
proses belajar mengajar yang memberikan kesempatan untuk belajar siswa.
Untuk itu, sangat diperlukan adanya pengelolaan yang efektif.58
Mutu proses belajar mengajar adalah merupakan mutu dari aktivitas
mengajar yang dilakukan oleh guru dan mutu aktivitas yang dilakukan oleh
56
Ibid., hlm. 47.
Ibid., hlm. 47.
58
Ibid., hlm. 47-48.
57
49
siswa di dalam kelas maupun di luar kelas. Mutu proses belajar mengajar
dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan guru (kompetensi
guru),
sedangkan
faktor
eksternal
merupakan
faktor
yang
dapat
mempengaruhi mutu yang berasal bukan dari siswa dan guru (misalnya,
fasilitas sekolah).59
Pelayanan proses belajar mengajar yang bermutu adalah pelayanan
proses belajar mengajar yang dapat menciptakan suasana kelas yang
kondusif dan mendorong siswa untuk berperan aktif. Dengan demikian,
dalam pelaksanaannya diperlukan suatu strategi dan metode belajar
mengajar yang sesuai dengan materi ajar. Untuk melihat apakah proses
belajar mengajar bermutu adalah dengan melihat seberapa efektif pelayanan
proses belajar mengajar dilaksanakan, baik di dalam maupun di luar kelas.
Keefektifan pelayanan proses belajar mengajar dapat mencerminkan
keefektifan sekolah. Pelayanan prosesbelajar mengajar yang efektif dapat
menimbulkan perasaan bahwa siswa merasa mendapatkan keuntungan
sewaktu pelajaran yang diisampaikan difokuskan untuk menghasilkan
kemampuan intelektual dan perubahan kognitif yang tinggi.
Dengan merasakan adanya keuntungan dari proses belajar mengajar,
maka siswa akan meras puas dan mereka akan merasa senang pergi ke
sekolah serta akan termotivasi untuk belajar. Hal ini menunjukkan bahwa
mutu proses belajar mengajar merupakan hal yang sangat penting dalam
59
Ibid., hlm. 55.
50
upaya memenuhi kepuasan siswa yang berkaitan dengan belajar siswa di
sekolah.60
60
Ibid., hlm. 55.
Download