analisis fundamental dan teknikal saham-saham

advertisement
ANALISIS FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL SAHAM-SAHAM
DENGAN NILAI KAPITALISASI PASAR TERBESAR DI
JAKARTA ISLAMIC INDEX PERIODE 2010-2013
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E. Sy)
MUHAMMAD ZUBAYR
NIM: 1111046200029
KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
2015 M / 1436 H
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Neger i (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 30 April 2015
Muhammad Zubayr
Penulis
ABSTRAK
Muhammad Zubayr. NIM 1111046200029. ANALISIS FUNDAMENTAL
DAN TEKNIKAL SAHAM_SAHAM DENGAN NILAI KAPITALISASI PASAR
TERBESAR DI JII PERIODE 2010-2013. Program Studi Muamalat, Jurusan
Asuransi Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Unversitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 1436 / 2015 M.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan investasi portofolio
saham-saham dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar (ASII, TLKM, dan UNVR) di
Jakarta Islamic Index pada periode 2010-2013 secara fundamental dan teknikal.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif
deskriptif. Penelitian ini diawali dengan analisis fundamental melalui analisis makro
ekonomi Indonesia, analisis industri (industri otomotif, telekomunikasi, dan barang
konsumsi), dan analisis rasio keuangan. Kemudian dilanjutkan dengan penilaian
harga saham (nilai intrinsik) dengan dividend discounted model (DDM), price
earning ratio (PER), dan Price Book Value (PBV) lalu ditutup dengan analisis
teknikal melalui moving average (MA), moving average convergence divergence
(MACD), dan relative strength index (RSI). Analisis makro ekonomi Indonesia
memberikan sinyal negatif untuk berinvestasi pada market capital. Lalu hasil dari
analisis industri yang menunjukkan baik ASII, TLKM, dan UNVR ketiganya berada
dalam fase maturity. Kemudian analisis rasio keuangan ASII adalah yang terbaik
berdasarkan komponen likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan rasio aktifitas
perusahaan. Berdasarkan perhitungan DDM dan PER, nilai intrinsik saham ASII dan
TLKM adalah undervalued, sedangkan hasil penilaian saham UNVR adalah
overvalued, dan hasil perhitungan metode PBV yang menunjukan bahwa saham ASII
mempunyai nilai terbaik dibandingkan saham TLKM dan saham UNVR. Analisis
Teknikal MA, MACD, dan RSI yang dilakukan menunjukkan bahwa saham ASII
berada pada trend bullish, sedangkan TLKM dan UNVR berada pada trend bearish.
Kesimpulan penilaian nilai saham diatas adalah bahwa saham ASII merupakan saham
yang baik untuk dibeli, sedangkan TLKM dan UNVR sebaiknya dijual.
Kata kunci
:
Nilai Intrinsik
Analisis Fundamental
Analisis Teknikal
Dividend Discounted Model
Price Earning Ratio
Price Book Value
Relative Strength Index
Moving Average Convergence Divergence
Pembimbing
: Aini Masruroh, SEI, MM
Daftar Pustaka
: Tahun 1993 s.d. tahun 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas asma-Mu Ya Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, yang memberikan rahmat dan karunia-Nya dan memberikan
kemudahan dari kesulitan dan kelebihan dari kekurangan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini sebagai bagian dari tugas akademik di Program Studi
Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S. E. Sy).
Teriring pula shalawat dan salam atas Nabi Muhammad SAW, pelita dari
kegelapan umatnya yang telah menjadi suri tauladan bagi umat manusia, beserta
keluarga dan para sahabat.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini ditemui beberapa
kesulitan, namun berkat arahan, motivasi, bimbingan, dan doa dari berbagai pihak,
maka skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, izinkanlah
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Ah. Azharuddi Lathif, M.Ag, MH, selaku Ketua Jurusan Muamalat
dan Abdurrauf, Lc, MA, selaku Sekretaris Jurusan Muamalat Fakultas
i
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan pengarahan dan membantu penulis secara
tidak langsung dalam menyiapkan skripsi ini.
3. Ibu Aini Masruroh, SEI, MM, selaku dosen pembimbing yang senantiasa
memberikan bimbingan, tuntunan, masukan dan solusi yang amat baik
kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Ibu Tini Anggraini, ST, M.Si yang senantiasa memberikan pendapat serta
dengan sudi meluangkan waktunya untuk berdiskusi dan membantu penulis
dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah dengan sabar
memberikan bekal ilmu yang tak terhingga nilainya. Semoga menjadi ilmu
yang bermanfaat, Aamiin.
6. Kepada keluarga kecilku yaitu Bapak Affanda Kristaldy dan Ibu Retno
Yuniarty, lalu kakak Asma Az Zahra dan Adik Yahya Ayyasy, yang tak
pernah lelah memberikan semangat, serta iringan do’a yang tak pernah
putus, dan jasa yang tidak akan pernah bisa terbayar sampai kapanpun.
Maafkan atas segala kesalahan, dan semoga skripsi ini bisa memberikan
senyuman dan rasa bangga kepada Abi dan Ummi. Semoga semua anakmu
ini selalu bisa membuat Abi dan Ummi bangga dan membuat Abi dan
Ummi selalu tersenyum
bahagia
ii
atas
keberhasilan
kami.
Aamiin.
7. Kepada teman-teman yang berjasa membantu penyelesaian skripsi
ini, (Kak Sari Ardiyanti (penunggu pojok IPOT fakultas), Hasyyati
Sharfina (yang mirip vokalis Vierratale), dan Tiara Fitri Yanti
(A.K.A cumi-cumi). Terimakasih banyak dan rasa syukur atas
bantuan juga solusi dari kalian selama ini.
8. Sahabat dan keluarga ketemu gede dari Asuransi Syariah 2011
untuk perjuangan bersama selama masa kuliah dan rekan-rekan
yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Bahagia bisa
mengenal kalian, semoga tetap terjalin silaturahim dan tetap erat tali
kekeluargaan sampai akhir hayat.
9. Kepada semua teman dan sahabat di kampus, sahabat gunung
Yomstriip (Tile, Guspur, Icad, Kinoy, Mira, Puput, Viki, Deden,
Padli, Tibo, Peri, Pirda, Paijo, dkk), sahabat asrama turki (Husni,
Bangkit, Mulki, dkk), sahabat KKN (Karyo, Vina, Wawah, Ateng,
dkk). Peluk erat, kecup basyah :* ;)
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak
kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati Penulis mengharapkan saran,
arahan maupun kritikan demi penyempurnaan hasil penelitian ini. Skripsi
ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, bagi
pengembangan diri Penulis khususnya dan bagi para pembaca yang
iii
budiman pada umumnya. Akhirnya, segala urusan Penulis pasrah dan
tawakalkan kepada Dzat Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Tangerang Selatan, 2015
Penulis
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI ..........................................................................................................v
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................1
B. Identifikasi Masalah .........................................................................8
C. Pembatasan Masalah ........................................................................9
D. Perumusan Masalah ........................................................................10
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................11
F. Kerangka Konsep ...........................................................................13
G. Sistematika Penulisan .....................................................................14
Bab II
LANDASAN TEORI
A. Jakarta Islamic Index .....................................................................17
B. Analisis Fundamental .....................................................................20
1. Economic Analysis (Analisis Ekonomi) ....................................21
a. Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product) .............22
b. Inflasi ....................................................................................23
c. Tingkat Suku Bunga BI (BI Rate) .........................................23
d. Kurs Rupiah ..........................................................................24
2. Analisis Industri .........................................................................25
a. Development..........................................................................26
b. Growth ..................................................................................27
c. Expansion ..............................................................................27
d. Maturity.................................................................................28
e. Decline ..................................................................................28
3. Company Analysis (Analisis Perusahaan) .................................29
a. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio).........................................31
b. Rasio Solvabilitas (Solvability Ratios)..................................32
v
c. Rasio Rentabilitas (Profitability Ratios).............................33
d. Rasio Aktivitas (Activity Ratios) ........................................35
4. Penilaian Saham.........................................................................37
a. Dividend Discounted Model..................................................37
b. Price Earning Ratio ..............................................................42
c. Price Book Value ..................................................................43
C. Analisis Teknikal ............................................................................43
1. Prinsip Dasar Analisis Teknikal ...............................................44
2. Teknik Teknik Analisis Teknikal .............................................46
3. Trading Rule of Technical Analysis .........................................48
4. Metode Pengemplotan Grafik ..................................................49
5. Identifikasi Pergerakan Trend Dasar ........................................51
D. Review Studi Terdahulu .................................................................52
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ...............................................................................55
B. Objek Penelitian .............................................................................55
1. Populasi......................................................................................55
2. Sampel .......................................................................................57
C. Sumber Data ...................................................................................57
D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................58
E. Metode Analisis ..............................................................................59
F. Variabel Penelitian .........................................................................61
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PERHITUNGAN NILAI SAHAM
A. Profil Emiten ..................................................................................65
B. Analisis Fundamental .....................................................................67
1. Analisis Makro Ekonomi .........................................................67
a. Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product) ...........68
b. Inflasi ..................................................................................69
c. Tingkat Suku Bunga BI (BI Rate) ......................................71
d. Kurs Rupiah ........................................................................73
2. Analisis Industri .......................................................................77
a. Analisis Industri Otomotif ...................................................77
b. Analisis Industri Telekomunikasi ........................................78
c. Aneka Industri Barang Konsumsi........................................79
vi
3. Analisis Rasio Keuangan .........................................................80
a. Rasio Likuiditas ...................................................................80
b. Rasio Solvabilitas ................................................................82
c. Rasio Rentabilitas / Profitabilitas ........................................83
d. Rasio Aktivitas ....................................................................87
4. Penilaian Saham ......................................................................91
a. Dividend Discounted Model ...............................................91
b. Price Earning Ratio ............................................................98
c. Price Book Value ..............................................................100
E. Analisis Teknikal ....................................................................102
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................110
B. Saran ............................................................................................112
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................114
vii
DAFTAR GRAFIK
1. Grafik 2.1
Industry Life Cycle ................................................................29
2. Grafik 2.2
Trading Rule of Techncal Analysis .......................................49
3. Grafik 2.3
Line Chart ............................................................................50
4. Grafik 2.4
Bar Chart .............................................................................51
5. Grafik 2.5
Candlestick Chart ................................................................52
6. Grafik 4.1
Rata-Rata Nilai Tukar Terhadap Dollar AS ........................73
7. Grafik 4.2
Current Ratio .......................................................................80
8. Grafik 4.3
Debt To Asset Ratio ..............................................................82
9. Grafik 4.4
Debt To Equity Ratio ............................................................82
10. Grafik 4.5
Return On Asset ...................................................................83
11. Grafik 4.6
Return On Equity .................................................................84
12. Grafik 4.7
Net Profit Margin .................................................................85
13. Grafik 4.8
Earning Per Share ...............................................................85
14. Grafik 4.9
Fix Asset Turn Over .............................................................87
15. Grafik 4.10 Total Asset Turn Over ..........................................................87
16. Grafik 4.11 Moving Average ASII .........................................................104
17. Grafik 4.12 Moving Average TLKM ......................................................106
18. Grafik 4.13 Moving Average UNVR ......................................................108
viii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1.1
2. Tabel 1.2
3. Tabel 2.1
4. Tabel 3.1
5. Tabel 3.2
6. Tabel 4.1
7. Tabel 4.2
8. Tabel 4.3
9. Tabel 4.4
10. Tabel 4.5
11. Tabel 4.6
12. Tabel 4.7
13. Tabel 4.8
14. Tabel 4.9
15. Tabel 4.10
16. Tabel 4.11
17. Tabel 4.12
18. Tabel 4.13
19. Tabel 4.14
20. Tabel 4.15
21. Tabel 4.16
22. Tabel 4.17
23. Tabel 4.18
24. Tabel 4.19
25. Tabel 4.20
Indeks Utilisasi ........................................................................2
10 Saham dengan Kapitalisasi Pasar Terbesar .......................7
Indikator Ekonomi ...............................................................23
Daftar Saham Konsisten di JII 2010-2013 ...........................55
Saham dengan Nilai Kapitalisasi Pasar Terbesar .................56
Innitial Public Offering ........................................................66
PDB Atas Dasar Harga Konstan 2010-2013 ........................67
Tingkat Inflasi di Indonesia .................................................69
Tingkat Suku Bunga Indonesia ............................................71
Hasil Analisis Makro Ekonomi 2010-2013 .........................74
Hasil Analisis Rasio Keuangan ............................................89
Risk Free Rate .......................................................................91
Return Market ......................................................................92
Beta Saham ..........................................................................93
Growth ASII .........................................................................94
Growth TLKM ........................................................................94
Growth UNVR ........................................................................95
Payoutratio .............................................................................95
Required Rate Of Return ........................................................96
Dividend Discounted Model ...................................................97
Price Earning Ratio ................................................................99
Price Book Value ..................................................................101
Penilaian Saham ....................................................................102
Simple Moving Average ........................................................102
Moving Average Convergence Divergence ..........................103
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang
dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa
datang.1 Ketika pengusaha atau individu atau pemerintah melakukan investasi, maka
ada sejumlah modal yang ditanam atau dikeluarkan dan dengan artian lain terdapat
pula sejumlah modal yang diterima dan dimanfaatkan sehingga terdapat kolaborasi
mutual yang bersifat ekonomi dan produktif. Hal tersebut tentunya merupakan
perangsang dari keberlanjutan perputaran roda kegiatan ekonomi secara positif.
Investasi dapat dilakukan oleh pemodal atau investor pada berbagai sektor
perekonomian. Diantaranya adalah investasi pada aktiva riil, serta aktiva finansial
atau keuangan. Aktiva riil adalah aktiva berwujud seperti emas dan perak, intan,
barang-barang seni, dan real estate. Sedangkan aktiva finansial adalah surat-surat
berharga yang pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva riil yang dikuasai oleh
suatu entitas yakni sekuritas.2
1
2
Eduardus Tandelilin. 2010. Portofolio dan Investasi.Yogyakarta: Kanisisus Yogyakarta, h.2
Sunariyah. Yogyakarta. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. 2011:UPP YKPN, h.4
1
2
Berbicara mengenai investasi finansial, Indonesia memiliki potensi investasi
modal yang belum termaksimalkan yaitu, potensi akan besarnya penambahan basis
keikutsertaan investor lokal dengan potensi sumber daya jumlah penduduk yang
sekitar 240 juta jiwa.3 Persoalannya lagi, di Indonesia kesenjangan menyangkut
pemahaman terhadap produk keuangan masih sangat besar. Karena pemahaman yang
rendah, tingkat pemanfaatan produk-produk keuangan itu juga rendah seperti yang
tercermin pada indeks utilitasi. Di sektor perbankan, tercatat indeks utilitasi sebesar
57%, yang artinya 57% dari seluruh masyarakat Indonesia sudah memanfaatkan jasa
perbankan. Sedangkan di asuransi, hanya 11% penduduk yang memanfaatkannya.
Indeks utilitasi terendah terjadi di sektor pasar modal, karena hanya 0,11% penduduk
yang memanfaatkannya.4
Tabel 1.1
Indeks Utilisasi
Indeks Utilisasi
Perbankan
Asuransi
Pasar Modal
57%
11%
0,11%
Investasi finansial yang tidak kalah menarik lima tahun belakangan ini adalah
investasi yang berbasis pada investasi syariah, khususnya saham syariah. Selain
merupakan Investasi yang menggiurkan, investasi di pasar modal yang notabene
dapat menghasilkan return, saham syariah juga halal yang artinya baik dalam aspek
3
4
“Literasi Keuangan & Basis Pemodal lokal” IDX News Letter 12.02.2014
“Momentum Membangun Kemandirian” IDX Newsletter 12.02.2014
3
keIslaman. Dengan memperhatikan beberapa catatan, investasi saham di pasar modal
boleh dilakukan. Oleh karenanya, berkembangnya kebutuhan muamalah akan
investasi berdasarkan prinsip syariah diakomodir dengan adanya pasar modal syariah
yang direalisasikan dengan diresmikannya Jakarta Islamic Index.
Ketakutan dari resiko kerugian yang akan diperoleh, pergerakan harga saham
yang berfluktuatif, dan kurangnya kedalaman keterampilan dan ilmu berinvestasi
merupakan permasalahan yang mayoritas dialami oleh masyarakat selaku calon
investor pada Bursa Efek Indonesia (yang dalam hal ini berarti sektor Jakarta Islamic
Index). Oleh karenanya, dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman mengenai segala
hal yang terkait dengan informasi penunjang investasi saham pada suatu perusahaan
yakni nilai pasar, kinerja keuangan, serta nilai intrinsik dari suatu saham yang
dikeluarkan oleh emiten. Untuk mendapatkan pengetahuan informasi dan pemahaman
dari berbagai macam pilihan saham yang tersedia di Jakarta Islamic Index tersebut,
maka calon investor harus melakukan analisis terlebih dahulu terhadap saham-saham
yang ada guna mendapatkan high return yang optimal dari modal yang terbelanjakan.
Tujuannya adalah, terdisiplinkannya opsi-opsi yang tersedia dalam memilih
dan memilah saham pada Jakarta Islamic Index. Lebih jauh lagi adalah, analisis yang
calon investor lakukan berguna untuk menilai apakah harga penetapan saham yang
ditetapkan oleh perusahaan wajar atau tidak serta apakah risiko yang diperoleh dapat
diminimalisir atau direduksi.
4
Calon investor baiknya melakukan analisis fundamental dan analisis teknikal
terhadap saham-saham yang hendak dibeli. Analisis teknikal merupakan upaya untuk
memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga
saham tersebut (kondisi pasar) di waktu yang lalu. Sedangkan analisis fundamental
adalah metode mengukur nilai aset, ekonomi, politik, dan lingkungan lainnya yang
mempengaruhi permintaan dan penawaran atas aset tersebut.
Analisis fundamental menitik beratkan pada data-data kunci dalam laporan
keuangan dan memberikan data-data kecil tentang kesehatan sebuah perusahaan.
Analisis ini juga berpendapat bahwa harga bergerak karena adanya berita dan dan
kebijakan kebijakan, serta respon balik pasar terhadap berita yang dikeluarkan.
Faktor-faktor yang membentuknya tidak hanya mengenai kesehatan sebuah
perusahaan tapi juga mengenai makro ekonomi. Analisis fundamental merupakan
analisis yang bersifat subjektif karena banyak menggunakan asumsi dan opini pada
interpretasi data. Oleh karenanya, analisis fundamental lebih menitik beratkan pada
ilmu analisis ekonomi dan psikologi pasar.
Berbeda dengan analisis fundamental, analisis teknikal merupakan teknik
matematis yang memperhatikan data pergerakan harga saham di masa lalu. Analisis
ini bersifat eksak dan matematis yang sebagian besarnya menggunakan chaos theory
(pattern recognition / pengenalan pola) dan ilmu statistik, sehingga hasil yang
diperoleh berupa angka-angka yang baku dan pasti. Analisis teknikal merupakan
suatu teknik analisis yang menggunakan data catatan mengenai pasar itu sendiri untuk
5
berusaha mengakses penawaran suatu saham tertentu maupun pasar secara
keseluruhan. Secara garis besar, analisis teknikal merupakan analisisis yang bekerja
dalam fokus trend yang sedang berlangsung, rentan waktu trend , volume transaksi
dan level-level psikologis yang ada. Oleh karenanya, para investor / calon investor
dapat menganalisis tanpa harus mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi nilai
intrinsik dari saham yang akan dibeli dengan lebih mudah dan juga cepat. Namun,
bukanlah hasil yang terbaik yang diperoleh dari hanya dilakukannya analisis teknikal,
akan lebih baik jika hasil dari analisis fundamental dan analisis teknikal di selaraskan
dan dikombinasikan agar mendapatkan hasil yang tepat.
Inti dari analisis fundamental dan teknikal diatas dilakukan merupakan
optimalisasi reduksi risiko yang diterima, analisis ini juga berguna untuk menghindari
spekulasi yang sangat dekat dengan maysir yang dilarang dalam prinsip berinvestasi
sesuai syariah islam. Karena pada dasarnya, kegiatan spekulasi dalam trading saham
merupakan tindakan yang tanpa dasar dan analisis yang jelas karena tidak
berdasarkan pada ilmu dan usaha-usaha tertentu (hanya mengikuti rumor yang
beredar). Dengan dilakukannya analisis yang cermat dalam mengambil keputusan
berinvestasi, maka spekulasi dapat dihindari.
Persoalan selanjutnya adalah dari berbagai macam opsi saham yang tersedia
didalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang kurang lebih berjumlah 313
6
saham, 30 saham yang berada didalam Jakarta Islamic Index5, maka saham dengan
kriteria seperti apakah yang akan kita analisis sehingga kita mendapatkan tujuan dari
investasi finansial kita, yaitu return atau keuntungan. Hal tersebutlah yang
melatarbelakangi
pentingnya
perhitungan
nilai
kapitalisasi
pasar
(Market
Capitalization) terhadap saham yang berada di bursa.6
Kapitalisasi pasar dihitung dari harga saham (tercatat pada hari tertentu) dikali
jumlah saham yang dikeluarkan.7 Oleh karenanya, saham-saham dengan nilai
kapitalisasi pasar yang besar adalah saham-saham favorit atau best seller. Mengacu
pada data statistik, year to date, imbal hasil atau perubahan indeks saham di Bursa
Efek Indonesia mayoritas berwarna merah. Misalnya, imbal hasil indeks harga saham
gabungan (IHSG) adalah -2,81% dilihat darisaham liquid dan memiliki market
capitalization besar, kinerja bursa adalah -5,01% (LQ45), -4,46% (IDX30), dan 5,51% (Kompas 100).8 Hal tersebut mengindikasikan bahwa pengaruh dari sahamsaham dengan nilai (Market Capitalization) besar sangat dominan pengaruhnya, baik
itu menguat ataupun melemah terhadap IHSG. 9
5
Indonesia Stock Exchange, Pengumuman perubahan komposisi saham dalam perhitungan
ISSI per 15 Januari 2014
6
Adriansyah, Basri Pohan dan Bayu Husodo. “On Free Float Shares Adjustment.” Kertas
diskusi bagian riset ekonomi No. 1, Maret 2007.
7
Diakses pada 27 November 2014 dari
Id.wikipedia.org/wiki/Daftar_perusahaan_menurut_kapitalisasi_pasar
8
Berita diakses pada 27 November 2014 dengan revisi dari
Kolom.kontan.co.id/news/189/Rapor-bursa-saham-2013
9
Diperkuat oleh berita mengenai Nilai Kapitalisasi Pasar Saham Indonesia dari
www.bloombergindonesia.tv
7
Menurut data yang dikeluarkan oleh BEI yang kemudian diolah oleh pusat
Informasi (pusatis) didapatkan dan dirilislah daftar 10 besar saham dengan
kapitalisasi pasar terbesar pada penutupan akhir tahun 2010, 2011, 2012, 2013:
Tabel 1.2
10 Saham dengan Kapitalisasi Pasar Terbesar
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
No.
Kode
CM
No.
Kode
CM
No.
Kode
CM
No.
Kode
CM
1.
ASII
220.837.782
1.
ASII
299.578.293
1.
ASII
307.675.004
1.
ASII
275.288.161
2.
TLKM
160.271.994
2.
BBCA
195.267.673
2.
HMSP
262.541.700
2.
HMSP
273.499.200
3.
BBCA
156.214.138
3.
HMSP
170.937.000
3.
BBCA
222.116.978
3.
BBCA
234.321.208
4.
BMRI
135.112.216
4.
BBRI
164.851.675
4.
BMRI
187.110.000
4.
TLKM
216.719.992
5.
BBRI
128.277.806
5.
BMRI
155.925.000
5.
TLKM
182.447.993
5.
UNVR
198.380.000
6.
UNVR
125.895.000
6.
UNVR
143.444.000
6.
BBRI
169.736.169
6.
BMRI
181.334999
7.
HMSP
123.381.450
7.
TLKM
142.127.995
7.
UNVR
159.685.500
7,
BBRI
177.062.910
8.
PGAS
107.268.674
8.
GGRM
119.389.660
8.
PGAS
111.510.938
8.
PGAS
108.480.749
9.
ADRO
81.264.503
9.
UNTR
98.289.961
9.
GGRM
108.326.154
9.
SMGR
83.931.008
10.
UNTR
791.179.679
10.
PGAS
76.966.789
10.
SMGR
94.014.592
10.
GGRM
80.811.696
Sumber: BEI, diolah Pusatis
Berdasarkan data diatas, terdapat beberapa saham yang konsisten rapornya
berada dalam List 10 daftar saham dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar sepanjang
periode 2010-2013. Saham-saham tersebut tidaklah semua merupakan jawaban dari
saham apa yang nantinya akan baik untuk dianalisis dan di nilai, dengan
pertimbangan kesyariah-an juga maka variabel Jakarta Islamic Index haruslah juga
8
menjadi penyaring dari daftar saham-saham tersebut. Atas dasar pertimbangan diatas,
maka didapatkanlah tiga saham yang terdaftar pada JII yang juga merupakan saham
dengan kategori nilai kapitalisasi pasar terbesar, yaitu saham PT Astra International,
PT Unilever Indonesia, PT Telekomunikasi Indonesia (persero).
Berlatar belakang dari ketidak maksimalan potensi investor lokal Indonesia di
pasar modal, melejitnya populeritas Jakarta Islamic Index, dan urgensi dari penilaian
saham dengan kategori nilai kapitalisasi pasar terbesar serta momentum pasca
terjadinya krisis 2010-2013, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Analisis Fundamental dan Teknikal
Saham-Saham dengan Kategori
Nilai Kapitalisasi Pasar Terbesar di Jakarta Islamic Index Periode 2010-2013”
B. Identifikasi Masalah
Seperti halnya pada saham-saham lainnya, pergerakan saham didalam
Jakarta Islamic Index juga mengalami fluktuasi. Hal tersebut tergantung kepada
keadaan perekonomian secara global serta keadaan dan kondisi internal maupun
eksternal perusahaan. Fluktuasi tersebut bersifat natural dan wajar, sehingga yang
dapat dilakukan bagi para calon investor merupakan mencermati dan menganalisis
tiap pergerakannya secara matematis dan fundamen.
Fluktuasi harga saham dianalisis dari sudut waktu tertentu trend harga saham
atau dalam hubungannya dengan faktor lain, misalnya volume transaksi untuk
analisis teknikal. Sedangkan untuk melengkapinya, analisis fundamental perlu banyak
9
memperhatikan faktor-faktor seperti yang penting diketahui ialah kewajaran dari
harga saham yang ada. Sudah dijelaskan bahwasannya hal diatas adalah alasan dari
dilakukannya analisis untuk menghasilkan keputusan yang tepat dan akurat. Analisis
tersebut ialah bertujuan untuk mengetahui harga nilai intrinsik dari saham yang
dianalisis.
Nilai intrinsik adalah nilai sekarang (present value) dari aliran kas yang
diharapkan akan diterima investor di masa yang akan datang. Penilaian dilakukan
untuk komparasi harga saham hasil perhitungan dan valuasi dengan harga saham pada
saat ini untuk melihat kelas dari harga saham yang dianalisis, apakah overvalued, fair
valued, atau undervalued. Hal tersebut menjadi penting diketahui untuk kepentingan
pengambilan keputusan mengenai saham mana yang layak di beli dan kondisi dimana
saham tersebut baik dijual.
C. Pembatasan Masalah
Daftar yang tercatat dalam Jakarta Islamic Index direvisi tiap enam bulan,
karena saham yang masuk dalam Jakarta Islamic Index telah dan haruslah melewati
beberapa kriteria. Sehingga masuk dan keluarnya daftar saham dalam indeks wajar
dan haruslah diperbaharui. Oleh karenanya, dibutuhkan batasan untuk objek yang
akan diteliti. Pada skripsi ini, penulis hanya akan meneliti beberapa saham di JII pada
periode 2010-2013. Pembatasan tersebut dilakukan karena maksimal data yang
disajikan adalah data lima tahun kebelakang. Saham-saham yang akan menjadi fokus
objek penelitian adalah saham-saham yang secara konsisten tetap berada di dalam
10
Jakarta Islamic Index. Kemudian difokuskan lagi menjadi saham dengan kategori
rapor 10 saham dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar berdasarkan data BEI yang
diolah oleh Pusatis.
Pada penilitian skripsi ini, penulis melakukan batasan penelitian juga dengan
harapan mendapatkan fokus dan sasaran dari permasalahan yang peneliti angkat.
Yaitu batasan mengenai metode penelitian analisis fundamental yang berfokus pada
analisis makro ekonomi, analisis keindustrian, dan analisis laporan keuangan serta
metode Devidend Discounted Model, Price Earning Ratio, dan Price Book Value
sebagai instrumen untuk menilai harga saham. Sedangkan untuk metode analisis
teknikal penulis akan menggunakan metode Moving Average, Relative Strength
Index, dan Moving Average Convergence Divergence untuk membaca trend
pergerakan harga saham yang mengindikasikan momentum keputusan jual beli atau
tahan saham
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam skripsi ini adalah
analisis fundamental dan analisis teknikal saham-saham di JII dalam tujuannya untuk
menjadi landasan dan pedoman dalam keputusan berinvestasi. Berikut merupakan
rumusan masalah yang dimunculkan dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian
(research questions):
11
1. Bagaimana kondisi fundamental saham perusahaan dengan kapitalisasi
pasar tertinggi di JII pada periode 2010-2013 berdasarkan Economic
Analys, Industry Analys, dan Company Analys?
2. Apakah nilai intrinsik saham-saham dengan kapitalisasi pasar tertinggi di
JII
periode
2010-2013
tergolong
overvalued,
undervalued,
atau
fairvalued?
3. Bagaimana kondisi teknikal saham-saham dengan kapitalisasi pasar
tertinggi di JII periode 2010-2013 menurut metode Moving Average,
Relative Strength Index, dan Moving Average Convergence Divergence?
E. Tujuan dan Masalah Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Menganalisis kondisi fundamental saham-saham Jakarta Islamic Index
melalui rasio keuangan dan arah makro ekonomi sebagai dasar
perimbangan yang melengkapi keputusan investasi untuk investor dan
calon investor.
b. Membandingkan harga saham hasil analisis valuasi dengan harga
pasar sebagai informasi pembantu dalam momentum investasi
(overvalued, fairvalued, atau undervalued)
c. Menganalisis kondisi teknikal saham-saham Jakarta Islamic Index
melalui pergerakan harga sebagai dasar pertimbangan keputusan
investasi bagi para Investor maupun calon investor.
12
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan dan pendalaman ilmu pengetahuan
mengenai metode Technical Analysis dan Fundamental Analysis
dalam berinvestasi yang jauh dari koridor spekulasi sesuai syariah di
Jakarta Islamic Index.
b. Bagi Investor / Calon Investor
Sebagai salah satu referensi atau bahan pertimbangan yang menjadi
dasar pengambilan keputusan berinvestasi didalam dunia sekuritas
pasar modal khususnya Jakarta Islamic Index.
c. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai sumbangan yang
bermanfaat
untuk
memvariasikan,
memperdalam,
maupun
memperkaya informasi pengetahuan mengenai pasar modal maupun
ekonomi secara umumnya terhadap perhatian wawasan yang pihak
akademisi dapat manfaatkan.
F. Kerangka Konsep
Investasi Saham* di Pasar Modal
*Salah satu yang di perdagangkan didalam pasar modal.
Penilaian
8fghSaham
Analisis Fundamental
Analisis Teknikal
1. Economic Analysis
2. Industry Analysis
3. Company Analysis
+
4. Dividend Discounted Model
5. Price Earning Ratio
6. Price Book Value
1.
2.
3.
Moving Average
Relative Strength
moving average
convergence
divergence Index
Keputusan Investasi
Keputusan investasi adalah opsi untuk buy, sell, atau hold terhadap saham
sebelumnya dianalisis secara fundamental dan teknikal. Ketiga opsi tersebut
dipengaruhi oleh hasil economic, industry, dan company analysis (analisis dilakukan
berdasarkan tingkat umum ke spesifik), lalu hasil dari nilai intrinsik saham
(undervalued (murah), fairvalued, atau overvalued (mahal)) yang dihitung dengan
dividend discounted model, price earning ratio, dan Price Book Value, serta hasil
grafik dari trend saham itu sendiri (trend bullish (buy) atau trend bearish (sell))
17
14
berdasarkan Moving Average, Relative Strength Index dan Moving Average
Convergence Divergence.
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima BAB, dimana masing-masing BAB berkaitan dan
tersistematis secara berkelanjutan berurutan terhadap pokok permasalahan yang akan
dibahas. Adapun rincian sistematika penulisannya ialah sebagai berikut:
BAB I
PENDAHULUAN
BAB ini terdiri dari Latar belakang masalah, Identifikasi
Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan
dan Manfaat Penelitian, Review Studi Terdahulu, dan
Sistematika Penulisan.
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
Pada BAB ini penulis akan menerangkan mengenai teori-teori
landasan yang menjadi dasar penulisan skripsi. Uraian yang
disajikan adalah uraian informasi mengenai perusahaan dengan
tingkat
kapitalisasi
pasar
tertinggi
di
JII
yaitu,
PT
Telekomunikasi Indonesia, PT Astra Internasional, dan PT
Unilever Indonesia seperti teori harga saham, faktor yang
mempengaruhi
harga
saham, analisis teknikal, analisis
fundamental, dan pendekatan untuk valuasi saham.
15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada BAB III ini, penulis akan menjelaskan tentang ruang
lingkup penelitian, sumber data, metode analisis, variabel
penelitian, dan jenis kategori penelitian.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada BAB ini, pertama-tama akan dijelaskan profil perusahaan
secara singkat kemudian dilanjutkan dengan analisis makro
ekonomi,
industri,
dan
laporan
keuangan
perusahaan.
Pengukuran nilai intrinsik saham-saham di Jakarta Islamic
Index
dengan
metode
analisis
fundamental
Dividend
Discounted Model , Price Earning Ratio, dan Price Book
Value, serta analisis teknikal yaitu Moving Average, Relative
Strength Index dan Moving Average Convergence Divergence.
BAB V
PENUTUP
Pada BAB terakhir ini, penulis akan merangkum garis besar
penelitian yang telah dijelaskan pada BAB-BAB sebelumnya
terkait jawaban dari perumusan masalah yang penulis coba
teliti, yaitu analisis fundamental (ekonomi, industri, dan
perusahaan, serta penilaiaan saham) juga teknikal analisis yang
semuanya akan di ikhtisarkan kedalam subBAB kesimpulan.
16
Kemudian selanjutnya berisikan pula subBAB Saran yang
didalamnya akan dimuat opini yang sekiranya dapat dijadikan
suatu bahan pertimbangan dan kontribusi pemikiran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Jakarta Islamic Index
Dari sekian banyak emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia,
terdapat beberapa emiten yang kegiatan usahanya belum sesuai dengan syariah,
sehingga saham-saham tersebut secara otomatis belum dapat dimasukkan dalam
perhitungan Jakarta Islamic Index. Berdasarkan arahan Dewan Syariah Nasional
Penerbitan Efek Syariah, jenis kegiatan utama suatu badan usaha yang dinilai
tidak memenuhi syariah Islam adalah10:
1. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau
perdagangan yang dilarang.
2. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan
dan asuransi konvensional.
3. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan
makanan dan minuman yang tergolong haram
10
Buku Panduan Harga Saham Bursa Efek Indonesia, Op. Cit., hal. 13
17
18
4. Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan/atau menyediakan
barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat
mudarat.
Sedangkan kriteria saham yang masuk dalam kategori syariah adalah:
1. Tidak melakukan kegiatan usaha sebagaimana yang diuraikan di atas
2. Tidak melakukan perdagangan
yang tidak disertai
dengan
penyerahan barang / jasa dan perdagangan dengan penawaran dan
permintaan palsu
3. Tidak melebihi rasio keuangan sebagai berikut:
(a) Total hutang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total
ekuitas tidak lebih dari 82% (hutang yang berbasis bunga
dibandingkan dengan total ekuitas tidak lebih dari 45% : 55%)
(b) Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya
dibandingkan dengan total pendapatan (revenue) tidak lebih dari
10%
Untuk menetapkan saham-saham yang masuk dalam perhitungan Jakarta
Islamic Index dilakukan proses seleksi sebagai berikut. Uraian prosedurnya adalah11:
1. Saham-saham yang akan dipilih berdasarkan Daftar Efek Syariah
(DES) yang dikeluarkan oleh Bapepam – LK.
11
Ibid
19
2. Memilih 60 saham dari daftar efek syariah tersebut berdasarkan
urutan kapitalisasi pasar terbesar dalam 1 tahun terakhir.
3. Dari 60 perusahaan tersebut dipilih 30 perusahaan berdasarkan
likuiditas, yaitu nilai transaksi di pasar reguler dalam 1 tahun
terakhir.
Adapun tahapan atau seleksi untuk saham yang masuk dalam indeks syariah
antara lain12:
1. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3
(tiga) bulan (kecuali masuk 10 besar dalam hal kapitalisasi).
2. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tenaga
tahun terakhir yang memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva
maksimal sebesar 90%.
3. Memilih 60 saham dari susunan saham di atas berdasarkan urutan
rata-rata kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun.
4. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuidasi ratarata nilai perdagangan reguler selama satu tahun terakhir.
12
Heri Sudarsono, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, Deskripsi dan Ilustrasi, cet. II
Yogyakarta: Ekonisia, 2004, hal. 195
20
B. Analisis Fundamental
Analisis fundamental adalah suatu analisa yang mempelajari hal-hal yang
berhubungan dengan kondisi keuangan suatu perusahaan dengan tujuan untuk
mengetahui sifat-sifat dasar dan karakteristik operasional dari perusahaan publik. 13
Metode analisis fundamental mempunyai tiga pendekatan analisa yang pada
umumnya dilakukan investor untuk menganalisis suatu saham tertentu “to determine
the value of the firm, fundamental analysis relies on long-run forecasts of the
economy, the industry, and the company’s financial prospects.”14
1.
Economic Analysis (Analisis Ekonomi)
Analisis ekonomi adalah salah satu dasar dari tiga analisis yang
perlu dilakukan investor dalam penantuan keputusan investasinya. 15
Analisis ini menjadi analisis dasar yang perlu dilakukan investor karena
kecenderungan adanya hubungan yang kuat antara apa yang terjadi pada
lingkungan ekonomi makro dan kinerja Bursa Efek Indonesia.Tujuannya
adalah untuk membuat keputusan alokasi penginvestasian dana di
beberapa negara atau dalam negeri dalam bentuk saham. Dalam
perspektif
analisis
ekonomi
makro
terdapat
beberapa
elemen
pertimbangan yang menjadi aspek analisis, seperti kebijakan moneter dan
fiskal, kebijakan pemerintah, inflasi, pertumbuhan produk domestic bruto,
13
Indonesia Stock Exchange, Sekolah Pasar Modal Level 2, hal. 24
Geoffrey A. Hirt dan Stanley B. Block, Fundamentals of Investment Management (New
York: McGraw-Hill/Irwin, 2003), 123.
15
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi. H, 339
14
21
angka pengangguran, nilai suku bunga, dan tingkat kurs rupiah.
Tandelilin (1998) merangkum dari beberapa aspek ekonomi makro diatas
dengan pertimbangan akan pengaruhnya terhadap investasi pada suatu
Negara, sebagai: tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB),
laju pertumbuhan inflasi, tingkat sukubunga, dan nilai tukar mata uang
(exchange rate).16
a. Gross Domestic Product (GDP) Growth
Gross Domestic Product (Produk Domestik Bruto) adalah nilai
total pasar produk barang atau jasa yang diproduksi oleh suatu negara
pada periode tertentu.17 Dalam perhitungan GDP ini, hasil produksi
barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan / orang asing yang
beroperasi di wilayah Negara Indonesia juga termasuk dalam
perhitungan. Pertumbuhan PDB merupakan indikasi terjadinya
pertumbuhan ekonomi. Jika ekonomi suatu negara mengalami
pertumbuhan, maka daya kemampuan beli masyarakat juga ikut
meningkat, dan momentum tersebut merupakan momentum dari
perusahaan
untuk
meningkatkan
kemampuan penjualan untuk
mendapatkan profit yang lebih. Urgensi lain dari GDP suatu negara
adalah, nilai presentase GDP merupakan gambaran nilai seluruh
transaksi
16
suatu
negara
secara
umum.
Jika
siklus
transaksi
Ibid., h. 343
Produk domestic bruto – Wikipedia bahasa Indonesia, id.m.wikipedia.org, diakses pada
tanggal 27 januari 2015
17
22
perekonomian stabil maka dapat dipastikan perekonomian akan
berjalan dengan lancar. Sentimen positif ini dapat memicu kenaikan
nilai mata uang lokal.18
b. Inflasi
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara
umum dan terus-menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme
pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain,
konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar
yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga
akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. 19 Singkatnya, inflasi
merupakan kecenderungan terjadinya peningkatan harga produkproduk secara keseluruhan. Inflasi yang terlalu tinggi juga akan
menyebabkan penurunan daya beli uang (purchasing power of money).
Disamping itu inflasi yang terlalu tinggi juga bisa mengurangi tingkat
pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya. Sebaliknya,
jika tingkat inflasi suatu negara mengalami penurunan, maka hal ini
akan merupakan sinyal yang positif bagi investor seiring dengan
turunnya risiko daya beli uang dan risiko penurunan pendapatan riil.20
18
“Gross Domestic Product”Artikel diakses pada 27 januari 2015 dari:
http://belajarforex.com/indikator-fundamental/gdp-gross-domestic-product.html
19
Barro, Robert J, Macroeconomics, 2008, h.77
20
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi, Yogyakarta: 2010, h.
342
23
c. Tingkat Suku Bunga BI (BI Rate)
Tingkat suku bunga merupakan ukuran keuntungan investasi
yang dapat diperoleh investor dan sebaliknya, hal tersebut adalah
ukuran biaya modal yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk
menggunakan modal dari investor. Tingkat suku bunga yang terlalu
tinggi akan mempengaruhi nilai sekarang (present value) aliran kas
perusahaan sehingga kesempatan-kesempatan investasi yang ada tidak
akan menarik lagi. Tingkat suku bunga yang tinggi juga akan
meningkatkan biaya modal yang harus ditanggung perusahaan.
Disamping itu, tingkat bunga yang tinggi juga akan menyebabkan
return yang disyaratkan investor dari suatu investasi akan meningkat.
d. Kurs Rupiah
Kurs rupiah adalah nilai rasio perbandingan mata uang rupiah
dengan mata uang lain. Nilai suatu mata uang ditentukan oleh nilai
tukar mata uang tersebut terhadap mata uang lainnya. Secara teori,
dampak perubahan tingkat / nilai tukar dengan investasi bersifat tidak
pasti. Dalam jangka pendek, penurunan tingkat nilai tukar akan
mengurangi investasi melalui pengaruh negatifnya. Karena penurunan
tingkat kurs ini akan menyebabkan nilai riil aset masyarakat menurun
dan selanjutnya akan menurunkan permintaan domestik masyarakat.
24
Gejala diatas pada tingkat perusahaan akan direspon dengan penurunan
pada pengeluaran alokasi modal pada investasi.
Indikator
Pengaruh
Tabel 2.1
Pengaruh Indikator Ekonomi
Penjelasan
Meningkatnya
GDP Meningkatnya GDP mempunyai pengaruh positif
merupakan
yang terhadap daya beli konsumen sehingga dapat
Ekonomi
GDP
baik
sinyal
(positif)
untuk meningkatkan
permintaan
terhadap
produk
investasi dan sebaliknya perusahaan.
jika GDP menurun.
Inflasi
Peningkatan inflasi secara Inflasi meningkatkan pendapatan dan biaya
relative merupakan sinyal perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi
negatif bagi pemodal di lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat
pasar modal.
dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas
perusahaan akan turun.
Tingkat
Tingkat bunga yang tinggi Tingkat suku bunga yang meningkat akan
Suku Bunga
merupakan sinyal negatif menyebabkan peningkatan suku bunga yang
terhadap harga saham.
disyaratkan atas investasi pada suatu saham.
Disamping
itu
tingkat
suku
bunga
yang
meningkat akan menyebabkan investor menarik
investasinya pada saham dan memindahkannya
25
pada investasi berupa tabungan ataupun deposito.
Kurs Rupiah
Menguatnya kurs rupiah Menguatnya kurs rupiah terhadap mata uang
terhadap mata uang asing asing akan menurunkan biaya impor bahan baku
merupakan sinyal positif untuk produksi, dan akan menurunkan tingkat
bagi perekonomian yang suku bunga yang berlaku.
mengalami inflasi.
Sumber: Dikutip dari Harianto, F. dkk., 1998, Perangkat dan Teknik Analisis Investasi di Pasar
Modal Indonesia, PT. Bursa Efek Jakarta, Jakarta, hlm. 158
2.
Industry Analys (Analisis Industri)
Analisis industri merupakan tahap penting yang perlu dilakukan
investor, karena analisis tersebut dipercaya bisa membantu investor untuk
mengidentifikasi
peluang-peluang
investasi
dalam
industri
yang
mempunyai karakteristik risiko dan return yang menguntungkan bagi
investor.21 Indikator dalam analisis industri antara lain: penjualan, laba,
dividen, struktur modal, regulasi, dan inovasi.
Analisis industri adalah analisa yang mempelajari keadaan
kompetitif dari suatu sector industry dalam hubungannya dengan yang
lain serta mengidentifikasikan perusahaan-perusahaan yang mempunyai
potensi pada suatu sektor sektor tertentu.22 Setiap industri memiliki
karakteristik
yang
berbeda-beda
pula.
Pemahaman
mengenai
pertumbuhan industri dan tahap pertumbuhannya diperlukan untuk
21
22
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi, h. 352
Indonesia Stock Exchange, Sekolah Pasar Modal Level 2, h. 28
26
menentukan keadaan dan prospek perusahaan. Pertumbuhan masingmasing industri acap kali tidak sama dengan pertumbuhan ekonomi, ada
industri yang mampu tumbuh melebihi pertumbuhan ekonomi, dan ada
pula industri yang tumbuh dibawah pertumbuhan ekonomi. Oleh karena
itu analisis siklus industri (industry life cycle) adalah hal yang penting
dilakukan.
Geoffrey A. Hirt dan Stanley B. Block dalam bukunya
Fundamentals of Investment Management (2003) mengelompokan
industry life cycle kedalam lima fase tahapan, yaitu:
a. Development --- Stage I
Fase tahapan ini adalah fase dimana perusahaan mulai
memperkenalkan ide, produk, dan atau jasa yang mereka usungkan
kepada pasar.perusahaan pada fase ini pada umumnya bersifat
private owned yang artinya permodalan yang dimiliki perusahaan
hanya terbatas bersumber dari pemilik perusahaan dan bersifat
terbatas. Aktivitas yang dilakukan perusahaan pada fase ini lebih
banyak bersifat introduction atau promosi melalui media
pemasaran untuk mensosialisasikan barang atau jasa perusahaan.
Terlebih lagi distribusi barang yang dilakukan masih terbatas dan
laba yang dihasilkan perusahaan masih kecil atau bahkan rugi.
27
b. Growth --- Stage II
Fase kedua disini adalah fase yang menggambarkan
kondisi perusahaan yang telah mampu mencapai tahapan
“diterima” dimasyarakat. Pada fase ini penjualan dan laba yang
dihasilkan perusahaan dikatakan meningkat hasil dari promosi dan
pengenalan yang dilakukan perusahaan pada tahap sebelumnya,
oleh karenanya perusahaan mengurangi tingkat agresifitas promosi
pada tahap ini. Walaupun pendapatan yang dihasilkan perusahaan
meningkat, fase growth juga ditandai dengan munculnya
persaingan akibat dari perusahaan yang telah berhasil memasuki
lingkungan pasar. Pada fase ini, investasi haruslah dioptimalkan
perusahaan seperti penyerapan modal ataupun alokasi investasi
perusahaan.
c. Expansion --- Stage III
Pada tahap ketiga disini ditandai oleh, keuntungan yang
diperoleh perusahaan tetap berlanjut (tinggi) tapi dengan tingkat
yang semakin berkurang (tidak sepesat fase growth). Perusahaan
dihadapkan pada fase dimana pertumbuhan industri mengalami
persaingan modal yang sangat ketat.
28
d. Maturity --- Stage IV
Tahap ini adalah tahap kedewasaan yang dialami
perusahaan yang ditandai oleh semakin ketatnya persaingan harga
dan produksi didalam industri. Pada tahap ini promosi mulai
kembali ditingkatkan, inovasi-inovasi, dan plus value mulai
menjadi senjata perusahaan untuk mendapatkan pasar dan
eksistensi terhadap pesaing-pesaingnya. Fase ini terjadi ketika
pertumbuham penjualan perusahaan tumbuh berimbang dengan
pertumbuhan ekonomi yang secara jangka panjang diukur oleh
fluktuasi pertumbuhan Gross Domestic Product (GDP).
e. Decline --- Stage V
Fase ini dinamakn fase kemunduran yang dialami
perusahaan yang ditandai dengan penurunan pendapatan dan
pertumbuhan industri yang lambat atau menurun. Akibatnya
pesaing pun mulai berkurang akibat terjadinya resesi industri.
Permintaan yang terus menurun menjadi kendala dan dorongan
bagi perusahaan untuk melakukan peremajaan barang / jasa
industri karena inovasi dan promosi yang ternyata tidak
mempunyai dampak yang positif bagi pendapatan yang diperoleh
perusahaan. Akibatnya perusahaan terpaksa memangkas sektorsektor biaya yang tidak produktif.
29
Grafik 2.1
Industry Life Cycle
sales
In d u stry Life C ycle
Stage IV
Stage V
Stage III
Maturity
Stage II
Stage I
Decline
Expansion
Growth
Development
T ime
3. Company Analys (Analisis Perusahaan)
Selanjutnya, analisis industri juga perlu diikuti oleh analisis
perusahaan, sehingga investor dapat menentukan saham-saham dari
perusahaan mana saja dalam suatu kelompok industri yang mempunyai
kombinasi return-risiko yang terbaik.23 Hal yang demikian adalah
ekspektasi-ekspektasi yang diharapkan investor dalam melakukan
investasi pada sektor saham. Ekspektasi tersebut merupakan jawaban dari
bagaimana prospek suatu perusahaan dalam kelompok industrinya di
masa yang akan datang. Untuk itu menentukan ukuran return harapan
perusahaan terhadap industri kelompoknya menjadi suatu hal yang perlu
untuk dianalisis. Dengan menilai dan menentukan return harapan tersebut,
investor akan dapat menentukan peluang investasi pada saham-saham
perusahaan yang punya prospek terbaik.
23
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi, h. 353
30
Bagi para investor yang melakukan analisis perusahaan,
informasi rasio dari laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan
merupakan salah satu jenis informasi yang paling mudah dan paling
murah didapatkan dibandingkan dengan alternatif informasi lainnya.
Disamping itu, informasi laporan keuangan akuntansi sudah cukup
menggambarkan kepada kita sejauh mana perkembangan kondisi
perusahaan selama ini dan apa saja yang telah dicapainya. 24 Dari
keterangan tersebut rasio laporan keuangan mempunyai pengertian
sebagai alat untuk menggambarkan hubungan sistematis antara satu item
dengan item lain yang biasanya dinyatakan dalam presentase dan
mengungkapkan hubungan penting yang menjadi dasar perbandingan
dalam menemukan kondisi dan trend yang sulit untuk dideteksi dengan
mempelajari masing-masing komponen yang membentuk rasio.25 Dalam
analisis rasio keuangan tersebut terdapat lima kelompok instrumen rasio,
yaitu (a) rasio likuiditas / liquidity ratios (b) rasio aktivitas / activity
ratios (c) rasio rentabilitas / profitability ratios (d) rasio solvabilitas /
solvability ratios.26
24
Ibid., h. 364
Jumingan, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h.118.
26
Indonesia Stock Exchange, Analisa Keuangan Perusahaan, Sekolah Pasar Modal Level 2,
25
hal. 32
31
a. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
Rasio
likuiditas
suatu
perusahaan
adalah
rasio
yang
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibankewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang segera harus
dibayar.27 Alat-alat pemenuhan kewajiban keuangan jangka pendek ini
berasal dari unsur-unsur aktiva yang bersifat lancar. Rasio likuiditas
pada umumnya dihitung menggunakan current ratio yang merupakan
rasio perbandingan antara aset lancar (current assets) dan kewajiban
lancar (current liabilities) yang dimiliki perusahaan.
Rumus 2.1
urrent atio
Namun, pada prakteknya besaran presentase perbandingan
Current Assets tidak selalu berarti semakin besar semakin baik,
Current Assets mempunyai batas atas (Rule of Thumb) yaitu 200% dan
juga batas minimum bawah antara 100% 28 (tergantung peraturan
pemerintah). Jika nilai rasio likuiditas perusahaan kurang dari 100%
maka dapat dikatakan, perusahaan mempunyai kewajiban jangka
pendek yang lebih besar dibandingkan dengan aktiva lancar yang
dimiliki. Sedangkan jika perusahaan mempunyai presentase rasio
27
Ibid, hal 33
Darsono dan Ashari, Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan, (Yogyakarta: Andi,
2005), h. 54
28
32
likuiditas diatas 200% hal tersebut juga tidak sepenuhnya berarti baik
bagi calon investor terhadap perusahaan, karena hal tersebut juga dapat
diartikan bahwa perusahaan mempunyai banyak aktiva
yang
menganggur.
b. Rasio Solvabilitas (Solvability Ratio)
Adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
jangka panjangnya, biasa disebut juga rasio leverage. Juga merupakan
rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan
dibiayai oleh hutang. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio ini
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar
seluruh kewajibannya, apabila perusahaan dilikuidasi (dibubarkan).
Semakin kecil rasio ini, maka semakin baik. Rasio solvabilitas dapat
dihitung dengan menggunakan:
(1) Debt to Asset Ratio (DAR) merupakan rasio yang menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya dari aset
yang dimiliki. Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar
aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar hutang
perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.
Rumus 2.2
33
(2) Debt to Equity Ratio (DER) adalah perbandingan antara hutanghutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan
kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh
kewajibannya. Dengan kata lain, rasio ini untuk mengetahui setiap
rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan hutang.
Rumus 2.3
c. Rasio Rentabilitas (Profitability Ratio)
Rasio ini menunjukkan seberapa besar tingkat keberhasilan
perusahaan didalam menghasilkan keuntungan melalui semua sumber
daya dan kegiatan yang ada. Rasio ini merupakan perbandingan dari
pendapatan yang diterima perusahaan berbanding dengan kegiatan
penjualan yang dilakukan perusahaan. Presentase yang semakin besar
atau lebih dari 100% penjualan menandakan kondisi perusahaan yang
lebih baik atau menguntungkan. Rasio rentabilitas atau rasio
profitabilitas dapat diukur dengan dengan menggunakan:
(1)Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur laba bersih sesudah pajak atas penjualan. Rasio ini
menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh perusahaan
pada setiap penjualan yang dilakukan. Semakin besar rasio ini
34
semakin
baik
karena
dapat
dikatakan
bahwa
kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba cukup tinggi. 29
Rumus 2.4
(2) Return on Assets (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari
aktiva yang digunakan. Return on assets yang positif menunjukkan
bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi,
perusahaan mampu memberikan atau menghasilkan laba untuk
perusahaan.
Rumus 2.5
(3) Return on Equity (ROE) adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh perusahaan
untuk setiap satuan mata uang yang menjadi modal perusahaan.
Dalam pengertian ini, seberapa besar perusahaan memberikan imbal
hasil tiap tahunnya per satu mata uang yang diinvestasikan investor
ke perusahaan tersebut.
29
hal.304.
Sofyan Safri Harahap, Analisis Kritis Laporan Keuangan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010),
35
Rumus 2.6
(4) Earning Per Share (EPS) atau laba per lembar saham adalah rasio
yang menunjukkan pendapatan yang diperoleh dari setiap lembar
saham. Jadi nilai laba per saham akan meningkat apabila presentase
kenaikan laba bersihnya lebih besar daripada persentase kenaikan
jumlah lembar saham biasa yang beredar. Besarnya EPS perusahaan
dapat dihitung berdasarkan informasi laporan neraca dan laporan laba
rugi perusahaan dengan rumus:
Rumus 2.7
d. Rasio Aktivitas (Activity Ratios)
Rasio aktivitas adalah rasio gambaran dari kemampuan
perusahaan serta efisiensi perusahaan di dalam memanfaatkan aset-aset
yang dimilikinya. Efisiensi tersebut adalah efisiensi yang dilakukan
perusahaan seperti efisiensi di bidang penjualan, persediaan, penagihan
piutang, dan efisiensi di bidang lainnya. 30 Ukuran yang pada umumnya
30
Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan, (Jakarta: Kencana, 2010), h.113.
36
digunakan dalam analisis rasio aktivitas perusahaan adalah (a) fixed
asset turnover dan (b) total asset turnover.
(1) Fixed Asset Turnover adalah rasio aktivitas yang digunakan untuk
mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap
berputar dalam satu periode. Dengan kata lain rasio ini bertujuan
untuk mengukur apakah perusahaan sudah menggunakan kapasitas
aktiva tetap sepenuhnya atau belum.
Rumus 2.8
i ed sset urnover
(2) Total Asset Turnover merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur perputaran semua total aktiva yang dimiliki perusahaan
dalam menciptakan penjualan. Perputaran total aktiva diukur dari
volume penjualan. Perputaran total aktiva diukur dari volume
penjualan. Rasio ini menggambarkan kecepatan perputaran total
aktiva dalam satu periode tertentu.
Rumus 2.3
37
4.
Penilaian Saham31
Dalam penilaiaan saham dikenal dengan adanya tiga jenis nilai,
yaitu: nilai buku, nilia pasar, dan nilai intrinsik saham. Nilai buku
merupakan nilai yang dihitung berdasarkan pembukuan perusahaan
penerbit saham (emiten). Nilai pasar adalah nilai saham yang ada di
pasar, yang ditunjukan oleh harga saham tersebut di pasar. Sedangkan
nilai intrinsik atau dikenal sebagai nilai teoritis adalah nilai saham yang
sebenarnya atau seharusnya terjadi.
Meskipun semuanya dinyatakan dalam per lembar saha, ketiga
jenis nilai tersebut ditambah nilai nominal umumnya adalah tidak sama
besarnya. Nilai nominal dan nilai buku dapat dicari di dalam atau
ditentukan berdasarkan laporan keuanga perusahaan. Nilai pasar dapat
dilihat pada harga saham di bursa efek. Sedangkan penentuan nilai
intrinsik saham dapat diketahui melalui beberapa metode pendekatan
yang akan dibahas pada sub bab ini.
a.
Dividend Discounted Model
Dividend
Discounted
Model
merupakan
model
untuk
menentukan estimasi harga saham dengan mendiskontokan semua aliran
dividen yang akan diterima dimasa mendatang. Model penilaian dari
pendekatan ini adalah berdasarkan pada pembayaran dividen dan capital
31
Ibid., h. 301
38
gain. Dalam pendekatan ini dapat dikatakan harga saham akan dapat
diketahui dengan menghitung nilai sekarang (present value). Semakin
besar tingkat pertumbuhan yang digunakan, semakin besar jumlah
dividen pada masa yang akan datang. Semakin panjang periode
waktunya, semakin besar jumlah dividen yang akan diterima di masa
yang akan datang. Secara matematis, model ini bisa dirumuskan sebagai
berikut:
Rumus 2.11
̂
Rumus 2.12
̂
∑
Dalam hal ini:
̂
= nilai intrinsik saham dengan model diskonto
dividen
= dividen yang akan diterima di masa datang
= tingkat return yang disyaratkan
Dalam persamaan diatas bisa dilihat bahwa aliran dividen yang
diterima investor merupakan aliran dividen yang tidak terbatas
(disimbolkan dengan
) dan konstan. Padahal realitanya, ada kalanya
39
perusahaan tidak memberikan dividen secara konstan dan teratur, (bahkan
ada perusahaan yang tidak memberikan dividennya kepada pemegang
sahamnya). Dalam situasi dividen konstan dan tidak mengalami
pertumbuhan, kita bisa menggunakan model pertumbuhan nol (zerogrowth model). Untuk kasus aliran dividen yang bertumbuh secara
konstan, model yang bisa dipakai adalah model pertumbuhan konstan
(constant growth model). Sedangkan untuk saham yang mengalami
pertumbuhan yang tidak konstan, kita bisa menggunakan model
pertumbuhan tidak konstan (non-constant growth).
(1) Model Pertumbuhan Nol. Model ini berasumsi bahwa dividen
yang
dibayarkan
pertumbuhan.
perusahaan
Dengan
kata
tidak
lain,
akan
jumlah
mengalami
dividen
yang
dibayarkan akan tetap sama dari waktu ke waktu. Model
pertumbuhan nol
ini
sebenarnya
sama
dengan
prinsip
perhitungan saham preferens karena dividen yang dibayarkan
diasumsikan selalu sama dan tidak akan mengalami perubahan
pertumbuhan sepanjang waktu.
Rumus untuk menilai saham dengan model ini adalah:
Rumus 2.13
̂
40
(2) Model Pertumbuhan Konstan. Model pertumbuhan konstan juga
disebut sebagai model Gordon, setelah Myron J. Gordon
mengembangkan dan memomulerkan model ini. Model ini
dipakai untuk menentukan nilai saham, jika dividen yang akan
dibayarkan mengalami pertumbuhan secara konstan dalam
waktu yang tak terbatas, dimana
untuk semua
waktu t. persamaan model pertumbuhan konstan ini bisa
dituliskan sebagai berikut.
Rumus 2.14
̂
Rumus tersebut dapat disederhanakan menjadi:
Rumus 2.15
̂
Dimana:
= tingkat return yang disyaratkan investor
=
tingkat
pertumbuhan
direncanakan
(3) Model Pertumbuhan Tidak Konstan (Ganda)
dividen
yang
41
Asumsi perusahaan membayarkan dividen secara konstan
dalam kenyataannya kadang kala kurang tepat. Ada kalanya
perusahaan mengalami pertumbuhan yang sangat baik jauh diatas
pertumbuhan normal dan sangat menjanjikan selama beberapa
tahun, tetapi lambat laun menurun terus. Proses untuk menghitung
nilai saham dengan menggunakan model pertumbuhan dividen tidak
konstan seperti diatas bisa dilakukan dengan rumus berikut:
Rumus 2.16
̂
∑
Dalam hal ini:
̂
= nilai intrinsik saham dengan model pertumbuhan
tidak konstan
= jumlah tahun selama periode pembayaran dividen
supernormal
= dividen saat ini (tahun pertama)
= pertumbuhan dividen supernormal
= dividen pada akhir tahun pertumbuhan dividen
supernormal
42
= pertumbuhan dividen yang konstan (ROE x
retention ratio)
=
= tingkat return yang disyaratkan investor (tingkat
return bebasrisiko + premi risiko)
b. Price Earning Ratio (PER)
Disamping pendekatan dengan nilai sekarang (model diskonto
dividen), dalam metode penelitian saham berdasar analisis fundamental
dikenal juga pendekatan lain yang disebut pendekatan price earning ratio
(PER) dalam pendekatan PER atau disebut juga pendekatan multiplier,
investor akan menghitung berapa kali (multiplier) nilai earning yang
tercermin
dalam
harga
suatu
saham.
Dengan
kata
lain
PER
menggambarkan rasio atau perbandingan harga saham terhadap earning
perusahaan. Jika misalnya PER suatu saham sebanyak tiga kali berarti
harga saham tersebut sama dengan tiga kali earning perusahaan tersebut.
PER ini juga akan memberikan informasi berupa rupiah harga yang harus
dibayar investor untuk memperoleh setiap Rp 1 earning perusahaan.
Rumus untuk menghitung PER suatu saham adalah dengan
membagi harga saham perusahaan terhadap earning per lembar saham.
Secara matematis, rumus untuk menghitung PER adalah sebagai berikut:
Rumus 2.17
43
c.
Price Book Value
Price Book Value adalah rasio yang menggambarkan seberapa
besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. semakin
tinggi rasio ini berarti pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut.
Price Book Value dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Rumus 2.18
Dimana nilai buku perlembar saham menunjukkan aktiva bersih
(net asset) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu
lembar saham. Adanya asumsi aktiva bersih sama dengan total ekuitas
pemegang saham, maka nilai buku per lembar saham adalah total ekuitas
dibagi dengan jumlah saham yang beredar.
C. Analisis Teknikal
Analisis teknikal atau lebih dikenal dengan analisis teknis adalah suatu
teknik analisis yang dikenal dalam dunia keuangan yang digunakan untuk
memprediksi trend suatu harga saham dengan cara mempelajari data pasar yang
lampau, terutama pergerakan harga dan volume saham.32 Analisis teknikal adalah
32
Kirkpatrick dan Dahlquist, Technical Analysis: The Complete Resource for Financial
Market Technicians (Finansial Times Press, 2006), h. 3.
44
suatu analisis yang mempunyai orientasi kepada momentum pergerakan harga
seperti pembukaan harga dimulai, penutupan, momentum harga tertinggi, dan
momentum harga terendah dari suatu instrumen investasi pada periode tertentu.
Analisis teknikal (technical analysis) hingga kini digunakan sebagian orang
sebagai salah satu tools didalam berinvestasi. Apakah itu saham, indeks,
komoditi maupun currency. Hampir tidak terelakkan dari berbagai investasi
tersebut diatas tidak menggunakan indikator analisa teknikal dikarenakan fungsi
analisis teknikal yang dapat digunakan untuk memprediksi maupun bertindak
dalam menganalisis kondisi pasar.
Analisis teknikal adalah analisis yang mempelajari tentang perilaku
kecenderungan pasar yang dicerminkan kedalam grafik yang bergerak.
Pergerakan dari grafik tersebut adalah pergerakan harga suatu komoditi pasar
didalam bursa. Sedangkan harga itu sendiri merupakan kesepakatan transaksi
supply dan demand yang terjadi didalam pasar.
1.
Prinsip Dasar Analisis Teknikal 33
Dalam aplikasinya, analisis teknikal mempunyai beberapa
prinsip dasar yang umum sebagai panduan bagi para investor dalam
menganalisa saham secara teknis. Diantaranya adalah:
33
Indonesia Stock Exchange, Analisis Teknikal, Sekolah Pasar Modal Level 2, h.32
45
a. Follow the smart money: artinya adalah analisa teknikal mengikuti
trend yang sedang terjadi di pasar, analisa teknikal mempercayai
bahwa harga bergerak dalam trend tertentu dan trend ini akan
bergerak
terus
hingga
terjadi
perubahan
permintaan
dan
penawaran.
b. Contrarian: maksudnya adalah perusahaan atau investor yang
menggunakan metode analisis teknikal sangat mungkin tidak
c. melihat dasar fundamental suatu saham perusahaan. Artinya disini
sangat mungkin terjadinya perbedaan yang besar antara analisis
teknikal dan analisis fundamental. (hal yang terjadi di pasar
merupakan hal yang teknis, maka sangat mungkin terjadi
perbedaan dengan harapan investor).
d. Price discounts everything: dalam sesi fundamental mungkin kita
ketahui bahwa harga akan dipengaruhi berita-berita mengenai
laporan keuangan, nilai penjualan ataupun harga komoditi yang
dihasilkan oleh perusahaan tersebut, tetapi analisis teknikal
mempercayai bahwa harga akan mendiskonsemua berita tersebut,
sering kali harga bergerak melewati nilai harga teoritis secara
fundamental (bisa naik atau turun).
e. Price fluctuates in trends: harga saham atau komoditi biasanya
akan bergerak dalam suatu trend tertentu yang khusus.
46
f. History repeat it self: teknikal analisis mempercayai bahwa sejarah
akan berulang, maksudnya adalah jika harga suatu saham dengan
pola tertentu terjadi, maka di kemudian hari pola seperti itu dapat
terjadi pula.
2. Teknik-Teknik Analisis Teknikal34
Para pengguna analisis teknikal juga disebut sebagai chartist
karena dalam aktivitasnya mereka merekam data atau membuat
grafik (chart) pergerakan harga saham dan volume perdagangan. Dari
grafik yang telah dibuat tersebut, mereka akan mencari pola
pergerakan harga saham maupun volume perdagangan dan mencari
celah-celah keuntungan dari pola tersebut. Ada beberapa teknik
penggugunaan grafik (charting) yang biasanya digunakan investor
sebagai
dasar
untuk
pengambilan
keputusan
investasinya.
Diantaranya adalah analisis rata-rata bergerak (moving average),
relative strength index, dan moving average convergence divergence
a. Teknik rata-rata bergerak atau moving average adalah salah satu
teknik yang dipakai dalam analisis teknikal untuk mendeteksi dan
menganalisis pergerakan harga saham baik saham individual
maupun seluruh saham di pasar modal. Tujuan penggunaan teknik
ini adalah untuk mendeteksi arah pergerakan harga saham dan
besarnya tingkat pergerakan tersebut. Dalam perhitungan rata-rata
34
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi, h.398
47
bergerak, data yang dipakai adalah data harga penutupan saham
(closing price) untuk waktu tertentu (misalnya 200-harian). Dalam
pembuatan keputusan membeli atau menjual saham, investor bisa
membandingkan harga pasar saham saat ini dengan nilai rata-rata
bergerak harga saham.
b. Relative Strength Index, adalah teknik analisis teknikal yang
menggambarkan rasio antara harga saham dengan indeks pasar
atau industri tertentu. Hasil perbandingan biasanya digambarkan
dengan plot-plot yang menunjukkan perbandingan harga relatif
saham selama jangka waktu tertentu. Investor akan bisa melihat
perbandingan kekuatan saham-saham tersebut terhadap industrinya
atau terhadap indeks pasar.
c. Moving Average Convergence Divergence
Analisis ini mirip dengan analisis moving average, perbedaannya
adalah bahwa analisis ini merupakan indikator untuk kelebihan
beli atau kelebihan jual dengan melihathubungan antara MA
jangka panjang dan jangka pendek. MACD menunjukan perbedaan
antara eksponensial pergerakan rata-rata (exponential moving
average) yang biasa disebut “EMA” yang cepat dan lambat dari
harga penutupan.
48
3.
Trading Rule of Technical Analysis35
Dalam prakteknya, para chartist biasanya membuat suatu
aturan perdagangan (trading rules) yang bisa dipakai sebagai
patokan dalam pengambilan keputusan membeli atau menjual
saham. Contohnya adalah sebagai berikut.
Grafik 2.2
Trading Rule of Technical Analysis
Sumber: diolah
Dalam gambar diatas, ditunjukkan beberapa trend pergerakan
harga saham yang terdiri dari trend penurunan (declining trend), trend
peningkatan (raising trend), dan trend mendatar (flat trend). Trend titik
puncak (peak point) dan mencapai titik yang paling rendah pada saat
mencapai titik terendah (trough point). Dalam grafik diatas juga
ditunjukkan kapan sebaiknya investor membeli atau menjual saham.
35
John C. Brooks, Mastering Technical Analysis, (USA, 2006), h. 56
49
4.
Metode Pengemplotan Grafik
Dari pemaparan sebelumnya dapat dikatakan bahwa teknikal
analisis tidak mempercayai harga bergerak secara acak, tetapi bergerak
dengan pola (pattern). Pola tersebut dapat tercermin melalui grafik chart
transaksi kegiatan pasar. Pola (chart) tersebut terbagi menjadi:
a. Line chart (grafik garis) merupakan grafik yang menunjukan harga
penutupan dalam range waktu yang ditentukan. Namun Line chart
hanya menampilkan garis yang menghubungi penutupan harga
saham pada periode tertentu saja. Keuntungan grafik garis adalah
menampilkan gerakan harga-harga sekuritas yang jelas dan mudah
dimengerti.
Grafik 2.3
Line Chart
Grafik pergerakan harga saham JII satu kuartal, sumber: www.idx.co.id
b. Bar chart (grafik batang) merupakan grafik yang memberikan
informasi lebih lengkap dibandingkan dengan grafik garis yang
hanya memuat harga penutupan. Pada grafik batang, kita bisa
50
mengetahui harga pembukaan (open), tertinggi (high), terendah
(low), dan penutupan (close).
Grafik 2.4
Bar Chart
Sumber: www.seputarforex.com
c. Candlestick
chart
(grafik
lilin)
merupakan
grafik
yang
memberikan informasi yang sama dengan grafik bar. Namun, ada
sedikit perbedaan yaitu pada grafik candlestick harga pembukaan
dan penutupan ditandai dengan adanya body.
Grafik 2.5
Candlestick Chart
51
sumber: www.seputarforex.com
5.
Identifikasi Pergerakan Trend Dasar
Trend berarti suatu kecenderungan atau kondisi dimana terdapat
satu jenis pergerakan yang mendominasi chart dan cenderung berlanjut.
Terdapat dua jenis trend menurut arah pergerakannya yaitu trend bearish
dan trend bullish.
a. Trend
Bullish
adalah
trend
yang
menunjukkan
pergerakan harga saham yang secara menyeluruh
mengidintifikasikan kenaikan.
b. Trend
bearish
pergerakan
adalah trend
saham
yang
yang menunjukkan
secara
menyeluruh
mengidentifikasikan penurunan.
Untuk menentukan arah dari suatu trend biasanya
digunakan trendlines. Ada tiga tipe trend yang terbentuk di
pasar yaitu uptrend, downtrend, dan sideaways.
52
a. Uptrend adalah garis pergerakan harga saham yang
terbentuk
dari
dua
titik
atau
lebih
dengan
kecenderungan meningkat.
b. Downtrend adalah garis trend yang terbentuk dari dua
titik atau lebih dengan kecenderungan menurun
c. Sideaways adalah garis trend yang terbentuk secara
menyamping atau horizontal pada posisi harga
tertinggi dan harga terendah.
D.
Review Studi Terdahulu
Penelitian ini merupakan penelitian tersendiri yang bersumber
berdasarkan teori dan terapan dari studi yang dikembangkan terdahulu
sebelumnya. Studi-studi terdahulu tersebut adalah:
Penulis:
Objek Penelitian:
Aries Satjawidjaja, tahun 2012 (Tesis Saham dan laporan keuangan PT
Magister
Ilmu
Administrasi Bank Bukopin Tbk Periode 2009-
Universitas Indonesia)
2010
Judul:
Metode Penelitian:
Komparasi Nilai Intrinsik Harga Price Earning Ratio, Price Book
Saham
PT
Bank
Bukopin Value,
Discounted
Cash
Flow,
Berdasarkan Laporan Keuangan Devidend Discounted Model, dan
53
Discounted Abnormal Earning
Tahun 2009-2010
Hasil Penelitian:
Nilai Intrinsik saham PT Bank
Bukopin berdasarkan metode valuasi
PER,
PBV,
dan
DCF
adalah
Undervalued
Sedangkan hasil nilai intrinsik yang
didapatkan melalui valuasi DDM
dan DCF adalah saham PT Bank
Bukopin tergolong saham
yang
overvalued.
Penulis:
Objek Penelitian:
Denies Priantinah dan Prabandaru Perusahaan
Adhe
Kusuma
(Jurnal
pertambangan
yang
Nominal terdaftar di Bursa Efek Jakarta
volume I no. I 2012 Fakultas Ekonomi periode 2008-2010.
Universitas Negeri Yogyakarta)
Metode Penelitian:
Judul:
Analisis
regresi
sederhana
dan
54
Pengaruh Return on Investment analisis regresi berganda.
(ROI), Earning Per Share (EPS) dan Hasil Penelitian:
Dividen Per Share (DPS) Terhadap ROI, EPS, dan DPS secara parsial
Harga Saham Pertambangan yang dan simultan berpengaruh positif
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan
signifikan
terhadap
(BEI) Periode 2008-2010
saham.
Penulis:
Objek Penelitian:
harga
Aisyah Ratna Nurmala, tahun 2013 Saham-Saham yang ada di Jakarta
(Skripsi Jurusan Perbankan Syariah islamic
Index
(ANTM,
INCO,
Fakultas Syariah dan Hukum, UIN PTBA, TINS).
Syarif Hidayatullah Jakarta)
Metode Penelitian:
Judul:
Price Earning Ratio, dan Dividend
Analisis Fundamental dan Teknikal Discounted Model, serta
Moving
pada Saham-Saham Syariah di Average
Jakarta Islamic Index Periode 2008- Hasil Penelitian:
2011
Saham-saham sektor pertambangan
pada Jakarta Islamic Index termasuk
dalam
saham
yang
(Sebaiknya di jual)
overvalued
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan penulis bersifat deskriptif kuantitatif.
Yakni penelitian yang menggambarkan data informasi yang berdasarkan pada
fakta yang diperoleh di lapangan.36 Dalam hal ini pengertian penelitian yang
dilakukan adalah penelitian yang menggunakan data-data dan angka-angka yang
telah diperoleh lalu dijelaskan hasil dari olahan data-data melalui gambaran
pengolahan data angka-angka tersebut. Analisis ini digunakan untuk mengetahui
nilai intrinsik saham perusahaan dengan pendekatan Devidend Discounted Model,
Price Earning Ratio, dan Price Book Value serta teknik pengenalan pola dari
saham perusahaan terebut dengan pendekatan Moving Average, Relative Strength
Index dan Moving Average Convergence Divergence .
B. Objek Penelitian
1. Populasi
Daftar saham-saham yang tercatat di JII setiap 6 bulan sekali akan
mengalami perubahan atau koreksi karena dalam kurun waktu 6 bulan
36
Suharsimi Ari Kunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT Renika Cipta, 1993), cet ke-2,
h.309
55
56
tersebut JII melakukan perhitungan ulang mengenai kriteria-kriteria
saham-saham yang memenuhi kriteria saham syariah. Oleh karena itu,
dalam penelitian skripsi ini dilakukan pembatasan pada objek penelitian.
Yaitu saham-saham yang konsisten terdaftar dalam JII pada periode
2010-2013. Dari pembatasan tersebut didapat 13 saham yang konsisten
terdaftar di JII. Saham-saham tersebut antara lain adalah:
Tabel 3.1
Daftar Saham Konsisten di Jakarta Islamic Index Periode 2010-2013
No.
Kode Saham
Nama Penerbit Efek
1.
AALI
PT Astra Agro Lestari Tbk.
2.
ASII
PT Astra International Tbk.
3.
LPKR
PT Lippo Karawaci Tbk.
4.
KLBF
Kalbe Farma Tbk.
5.
INTP
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
6.
PTBA
PT Bukit Asam (Persero) Tbk.
7.
SMGR
Semen Gresik (Persero) Tbk.
8.
UNTR
PT United Tractors Tbk.
9.
TLKM
Telekomunikasi Indonesia Tbk.
10.
UNVR
Unilever Indonesia Tbk.
11.
ITMG
PT Indo Tambangraya Megah Tbk.
12.
LSIP
PT London Sumatera Indonesia Tbk.
Sumber: data diolah.
57
2. Sampel
Kemudian ruang lingkup penelitian dikonsentrasikan kepada
saham-saham yang mempunyai nilai kapitalisasi pasar terbesar dengan
secara konsisten berada dalam (sepuluh saham dengan nilai kapitalisasi
pasar terbesar) rapor penilaian berdasarkan data dari BEI dan diolah oleh
Pusatis. Saham-saham tersebut adalah:
Tabel 3.2
Saham dengan Nilai Kapitalisasi Pasar Terbesar
No. Kode Saham
Nama Perusahan Emiten
1.
ASII
PT Astra International Tbk.
2.
TLKM
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.
3.
UNVR
PT Unilever Indonesia Tbk.
Sumber: data diolah
C. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,
adalah data jadi yang diperoleh dari pengungkapan laporan keuangan perusahaan
PT Astra International, PT Telekomuikasi Indonesia, dan PT Unilever Indonesia
periode 2010-2013, historis harga saham perusahaan dari tahun 2010 hingga
2013, lalu data informasi mengenai perusahaan terkait analisis industri, analisis
makro ekonomi Indonesia yang diperoleh dari berbagai sumber yang tersedia
seperti data dari Bank Indonesia, Biro Pusat Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal,
58
thesis, disertasi, dan lain-lain. Hal tersebut berbeda dengan penelitian dengan
pengolahan data primer yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara
langsung dari objek penelitiannya dengan observasi, wawancara, diskusi terfokus,
atau mungkin kuesioner.
D. Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan identifikasi dan konsentrasi permasalahan yang diangkat,
maka dalam pengumpulan data skripsi ini penulis menggunakan metode
dokumentasi. Dilakukan dengan menelaah, mengolah, dan mempelajari beberapa
literatur cetak, baik yang bersumber dari buku, jurnal, majalah, artikel, koran,
disertasi, thesis, maupun dari sumber lainnya yang mengandung informasi
berkaitan dengan masalah terkait yang terhimpun dari berbagai tempat.
Pengumpulan data dimulai dari melakukan studi kepustakaan (library research),
mempelajari buku-buku maupun media lainnya yang berhubungan dengan pokok
fokus permasalahan dalam penelitian ini. Pada tahap selanjutnya, penulis
melakukan pengkajian data yang dibutuhkan, yaitu mengenai jenis data yang
dibutuhkan, ketersediaan data, dan gambaran cara pengolahan data. Selanjutnya,
pengelompokan data-data yang diperoleh berdasarkan tipikal fungsi tersebut
diolah lalu dilakukanlah penelitian pokok yang digunakan untuk mengumpulkan
keseluruhan data yang dibutuhkan untuk menghasilkan manfaat dan tujuan
penelitian dari permasalahan topik penelitian yang penulis ambil.
59
E. Metode Analisis
Keputusan berinvestasi saham yang baik adalah hal yang seharusnya
dilahirkan oleh metode-metode pembuatan keputusan berinvestasi saham yang baik
pula. Metode-metode tersebut adalah metode analisis fundamental yang merupakan
jawaban dari persoalan-persoalan yang timbul seputar kegiatan melakukan investasi
saham seperti, momentum keputusan berinvestasi saham, sinyal positif dan negatif
dilakukannya investasi saham, rapor kinerja keuangan perusahaan saham yang akan
dibeli, dan nilai intrinsik saham.
Persoalan mengenai momentum dilakukannya investasi saham (apakah itu
jual atau beli) diharapkan terjawab dalam penelitian ini dengan jalan pendekatan
analisis teknikal yaitu Moving Average, Relative Strength Index dan Moving Average
Convergence Divergence. Lalu mengenai sinyal berinvestasi (positif atau negatif)
akan penulis berusaha jawab melalui pendekatan fundamental analisis yaitu analisis
makro ekonomi dan analisis industri. Selanjutnya mengenai kesehatan rapor kinerja
keuangan calon perusahaan yang akan dibeli sahamnya akan digambarkan melalui
analisis fundamental yaitu analisis kinerja keuangan. Serta yang terakhir mengenai
nilai intrinsik saham yangmerupakan nilai sesungguhnya dari suatu saham yang dapat
dijadikan acuan bagi para investor untuk mengetahui nilai dari suatu saham, pada
skripsi ini, penilaian tersebut diukur melalui analisis fundamental Devidend
Discounted Model (DDM), Price Earning Ratio (PER), dan Price Book Value (PBV).
60
Dari hasil analisis tersebut kemudian akan diketahui nilai intrinsic dari saham apakah
Overvalued, Undervalued, atau Fairvalued.
Keterangan
Kategori
Keputusan*
Harga pasar saham < Nilai Intrinsik
Undervalued
Buy / Hold
Harga pasar saham = Nilai Intrinsik
Fairvalued
Hold
Harga pasar saham > Nilai Intrinsik
Overvalued
Sell
1. Jika keadaannya pada tabel kolom pertama terjadi, yaitu nilai intrinsik saham
adalah undervalued maka saham tersebut sebaiknya dibeli atau ditahan
sementara (buy or hold) dengan tujuan untuk memperoleh capital gain atau
selisih keuntungan penjualan dari pembelian saham jika kemudian harganya
kembali naik.
2. Jika kondisinya adalah pada kondisi kolom kedua yaitu nilai intrinsik saham
adalah Overvalued yaitu harga nilai intrinsik saham lebih tinggi dari harga
nilai pasar, maka saham tersebut sebaiknya dijual untuk menghindari
kerugian.
3. Lalu yang terakhir jika harga dari nilai intrinsik saham sama dengan harga
nilai pasar (Fairvalued), maka saham tersebut dalam kondisi seimbang,
sehingga sebaiknya jangan melakukan transaksi (hold) karena tidak ada
keuntungan yang diperoleh dari transaksi.
61
F. Variabel Penelitian
Variable-variabel yang digunakan untuk menghitung nilai intrinsik sahamsaham JII dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Risk-free rate (rf) merupakan return imbal hasil yang diperoleh dari investasi
yang bebas risiko. rf biasanya diambil dari tingkat suku bunga rata-rata
sertifikat Bank Indonesia atau suku bunga surat berharga pasar uang pada
periode tertentu.
2. Return Market (rm) merupakan return rata-rata atas semua jenis saham. Return
pasar dalam hal ini diwakili oleh Jakarta Islamic Index harian Bursa Efek
Indonesia.
rm harian dihitung dengan:
Rumus 3.1
t
t
m
t
3. Return Saham (r) merupakan imbal bagi hasil yang didapat investor jika
memiliki saham. Return saham harian dihitung dengan:
Rumus 3.2
t
t
t
62
4. Beta (β) merupakan ukuran dari volatilitas (fluktuasi harga) atau risiko
sistematis dari saham yang tidak dapat dihindari melalui diversifikasi. Beta
adalah ukuran relative risiko dari saham individual sehubungan dengan
portofolio pasar dari semua saham. Beta juga menunjukkan ukuran risiko
saham terhadap risiko portofolio pasar secara keseluruhan. Nilai beta dapat
dihitung dengan:
Rumus 3.3
i
∑
m
∑
∑
∑
m
ri
= return saham
rm
= return pasar – JII
i
m
m
= varian pasar
5. Required rate of return (k) merupakan tingkat bagi hasil minimum yang dapat
diestimasi. K dapat dihitung dengan pendekatan capital asset pricing model
(CAPM). K didapat dari:
Rumus 3.4
m
f
rf
= risk free rate, return dari investasi bebas risiko
rm
= return pasar
β
= risiko sistematis yang tidak bias dihindari melalui
diversifikasi
63
6. Nilai intrinsik (Po) merupakan nilai sekarang (present value) dari aliran arus
kas yang diharapkan akan diterima oleh investor di masa yang akan datang.
Nilai intrinsik dengan rumusan, yaitu:
(a) Dividend Discounted Model
Rumus 3.5
s
∑
s
n
s
n
n
s
D0
= dividen awal
gs
= tingkat pertumbuhan dividen diatas normal
gn
= tingkat pertumbuhan dividen pada saat stabil
k
= required rate of return
(b) Price Earning Ratio
Rumus 3.6
7. Growth (g) merupakan tingkat pertumbuhan yang diharapkan akan diterima
oleh investor dari perusahaan. Tingkat pertumbuhan dividen dapat dihitung
dengan persamaan:
Rumus 3.7
b
= retention ratio, rasio laba yang tidak dibayarkan sebagai
dividen = 1- PayoutRatio.
64
ROE = Return on Equity, merupakan tingkat pengembalian ekuitas
pemegang saham.
Rumus 3.8
8. Payoutratio, merupakan persentase jumlah dividen yang dibayarkan kepada
pemegang saham dari keseluruhan laba bersih yang dihasilkan oleh
perusahaan. Payoutratio dihitung dengan persamaan:
Rumus 3.9
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PERHITUNGAN NILAI SAHAM
A. Profil Emiten
Dari 30 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, konsentrasi
penelitian penulis perkecil berdasarkan nilai kapitalisasi pasar terbesar dalam
periode 2010-2013 melalui indeks yang dikeluarkan oleh pusatis. Didapatkanlah
saham-saham perusahaan PT Astra International Tbk, PT Unilever Indonesia Tbk,
dan PT Telekomunikasi Indonesia (persero) Tbk. Berikut adalah profil
perusahaan PT Astra International Tbk, PT Unilever Indonesia Tbk, dan PT
Telekomunikasi Indonesia (persero) Tbk:
1. PT Astra International Tbk, adalah perusahaan yang
bergerak dalam
bidang otomotif. Saham PT Astra International tergolong kedalam subbab
industri manufaktur dengan kelompok industri otomotif. Pada tahun 1957
PT Astra International merupakan perusahaan dagang kecil yang
beroperasi di Jakarta. Namun, pada tahun 1969, PT Astra International
melakukan perubahan jenis perusahaan menjadi perusahaan otomotif
dengan menjadi distributor kendaraan Toyota dan distributor tunggal
sepeda motor Honda di Indonesia. Perusahaan ini telah tercatat kedalam
Bursa Efek Jakarta (sekarang Indonesia) sejak 4 April 1990. Perusahaan
65
66
Astra saat ini telah memiliki 218,127 karyawan pada 183 anak
perusahaan, perusahaan asosiasi dan pengendalian bersama entitas yang
menjalankan enam segmen usaha, yaitu Otomotif, Jasa Keuangan, Alat
Besar dan Pertambangan, Agribisnis, Infrastruktur dan Logistik, dan
Teknologi Informasi. Nilai kapitalisasi pasar PT Astra International Tbk
ditutup di penghujung tahun 2014 sebesar Rp 300,6 triliun.
2. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk atau yang biasa dikenal dengan PT
Telkom merupakan perusahaan BUMN penyedia layanan dan jaringan
telekomunikasi terbesar di Indonesia yang pada datanya telah melayani
lebih dari 151,9 juta konsumen. Saham perusahaan PT Telkom saat ini
telah diperdagangkan di BEI, NYSE, LSE, dan Public Offering Without
Listing (“POWL”) di Jepang. Pada mulanya, perusahaan ini merupakan
bagian dari “Post en elegraafdienst”, yang didirikan pada tahun 1884
dan berubah menjadi perusahaan terbuka milik negara (persero)
berdasarkan pertimbangan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1991.
3. PT Unilever Indonesia Tbk didirikan pada 5 Desember 1993. Pada mula
didirikannya perusahaan Unilever, perusahaan ini dikenal sebagai
Zeepfabrieken N.V. Lever dan dengan diterbitkannya akta No.171 yang
dibuat oleh notaris Ny. Kartini Mulyadi tertanggal 22 Juli 1980 lahirlah
nama Perusahaan Unilever Indonesia. Perusahaan Unilever bergerak
dalam bisnis produk Home and Personal Care serta Foods & Ice cream
Indonesia. Saham Perusahaan Unilever Indonesai pertama kali ditawarkan
67
kepada publik adalah pada tahun 1981 dan listing pada 11 Januari 1982.
PT Unilever Indonesia telah mempekerjakan lebih dari 6000 pekerja yang
tersebar di seluruh unit entitas. Tercatat perusahaan ini merupakan
perusahaan dengan nilai kapitalisasi pasar yang sangat besar terbukti
dengan rata-rata nilai kapitalisasi pasar sekitar 170 trilliun dalam kurun
waktu 2010 hingga 2014 lalu
Tabel 4.1
Innitial Public Offering
Nama Saham
Tanggal IPO
Jumlah
ASII
04 / 04 / 1990
30.000.000
Harga Per
Saham
Rp 1.000
TLKM
14 / 11 / 1995
8.400.000.000
Rp 2.050
UNVR
11 / 01 / 1982
9.200.000
Rp 3.175
Persentase
50,09 %:
Jardine Cycle &
Carriage
Limited.
49,91%:Publik.
51,19%: Negara
Republik
Indonesia.
48,81: Publik.
84,99%:
Unilever
Indonesia
Holding BV.
15,01%: Publik.
Sumber: Data diolah
B. Analisis Fundamental
1. Analisis Makro Ekonomi
Analisis makro ekonomi merupakan analisis umum yang juga
merupakan salah satu faktor yang signifikan dalam melakukan analisis
68
fundamental dan valuasi suatu perusahaan. Variabel makro ekonomi akan
memberikan dampak yang dapat mendorong ataupun menghambat
progress perusahaan. Analisis ini dilakukan dengan melihat dan
mengidentifikasi perkembangan ekonomi dunia dan ekonomi negara.
a. Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product)
Sebagai mana produk domestik bruto dijelaskan didalam bab
terdahulu, produk domestik bruto atau gross domestic product dapat
diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang
diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu
(biasanya per tahun).
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Tabel 4.2
Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010-2013 (Dalam Milyar)
Lapangan Usaha
2010
2011
2012
2013
Pertanian
304.777,1
315.036,8
327.549,7
266.487,30
Pertambangan dan
187.152,5
189.761,4
192.585,4
144.502,80
Penggalian
Industri
597.134,9
633.781,9
670.109,0
523.803,90
Pengolahan
Listrik, Gas, dan
18.050,2
18.921,0
20.131,4
15.738,50
Air Bersih
Bangunan
150.022,4
159.993,4
171.996,6
135.009,90
Perdagangan,
400.474,9
437.199,7
472.646,2
371.664,50
Hotel dan Restoran
Pengakutan dan
217.980,4
241.298,0
265.378,4
217.241,90
Komunikasi
Keuangan,
221.024,2
236.146,6
253.022,7
203.595,10
Persewaan dan
Jasa Perusahaan
Jasa-Jasa
217.842,2
232.537,7
244.719,8
191.718,20
69
Produk Domestik
Bruto
2.314.458,8
2.464.676,5
2.618.139,2
2.069.762,1
Sumber: Badan Pusat Statistik
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa Produk Domestik Bruto
Indonesia mengalami kenaikan pada periode 2010-2012. Namun, pada
tahun 2013 Produk Domestik Bruto Indonesia mengalami penurunan yang
sangat signifikan hingga mencapai titik terendah pada periode 2010-2013.
Hal tersebut menunjukkan ketidakstabilan posisi Ekonomi Makro
Indonesia.
b. Inflasi
Tingkat inflasi dan tingkat pertumbuhan suatu negara sangat erat
kaitannya, tak terkecuali Indonesia. Apabila tingkat inflasi tinggi,
sudah dipastikan akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, dimana
akan melambatnya laju pertumbuhan ekonomi. Karena kenaikan harga
barang-barang pokok yang naik menyebabkan produksi menjadi
terhambat.
Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi
ringan, sedang, berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila
kenaikan harga berada dibawah angka 10%; inflasi sedang 10% - 30%
setahun; berat antara 30% - 100%; dan hiperinflasi atau inflasi tak
terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada diatas 100% selama
70
setahun. Laju inflasi Indonesia periode 2010 – 2013 disajikan pada
tabel dibawah ini.
Bulan
Tabel 4.3
Tingkat Inflasi di Indonesia
2010
2011
2012
2013
Januari
3.72%
7.02%
3.65%
4.57%
Februari
3.81%
6.84%
3.56%
5.31%
Maret
3.43%
6.65%
3.97%
5.90%
April
3.91%
6.16%
4.50%
5.57%
Mei
4.16%
5.98%
4.45%
5.47%
Juni
5.05%
5.54%
4.53%
5.90%
Juli
6.22%
4.61%
4.56%
8.61%
Agustus
6.44%
4.79%
4.58%
8.79%
September
5.80%
4.61%
4.31%
8.40%
Oktober
5.67%
4.42%
4.61%
8.32%
November
6.33%
4.15%
4.32%
8.37%
Desember
6.96%
3.79%
4.30%
8.38%
Sumber: Bank Indonesia
Tabel diatas menunjukan bahwa tingkat inflasi tertinggi berada pada
Desember 2013 (8.38%). Dan pertumbuhan tingkat inflasi terjadi pada
bulan Juni 2013 ke Juli 2013 (bertambah 2.71%). Walaupun tingkatan
inflasi Indonesia periode 2010-2013 masih berada pada tingkat inflasi
71
ringan tapi inflasi di Indonesia masih bersifat fluktuatif dengan
kecenderungan naik tiap bulannya. Dengan fluktuatif tertinggi pada tahun
2013 dan tingkat tertenang pada tahun 2012. Sementara tahun 2011
terjadi penurunan tingkat inflasi antara bulan Januari hingga Desember
yaitu berkurang 3.32%. Penyebab dari pengaruh kebijakan pemerintah
baru dan momentum pemilu yang terjadi pada tahun 2011. Sementara
tahun 2013 ketika pemerintah memutuskan untuk menaikkan BBM
bersubsidi dari Rp 4.500 ke harga Rp 6.500 per liter serta solar dari harga
Rp 4.500 ke Rp 5.500. Selain itu, perubahan iklim juga berdampak pada
menurunnya produksi dan meningkatkan harga, terutama harga bahan
pangan. Namun pada kuartal IV tahun 2011 Indonesia mencatatkan
tingkat inflasi yang berada pada tingkat terendah di kawasan Asia Pasifik,
yaitu berkisar pada pada tingkat 3.79%
c. Tingkat Suku Bunga
Tingkat
suku
bunga
merupakan
salah
satu
indikator
perekonomian. Perubahan tingkat suku bunga akan berdampak pada
perubahan jumlah investasi. Semakin rendah tingkat suku bunga yang
harus dibayar pada pengusaha, semakin banyak usaha yang dapat
dilakukan oleh pengusaha. Maka dari itu diperlukanlah data-data
mengenai suku bunga untuk menunjang keputusan investasi. Berikut
adalah tabel Suku Bunga Indonesia tahun 2010-2013.
72
Tabel 4.4
Tingkat Suku Bunga Indonesia
Bulan
2010
2011
2012
2013
Januari
6.50%
6.75%
6.00%
5.75%
Februari
6.50%
6.75%
5.75%
5.75%
Maret
6.50%
6.75%
5.75%
5.75%
April
6.50%
6.75%
5.75%
5.75%
Mei
6.50%
6.75%
5.75%
5.75%
Juni
6.50%
6.75%
5.75%
6.00%
Juli
6.50%
6.75%
5.75%
6.50%
Agustus
6.50%
6.75%
5.75%
7.00%
September
6.50%
6.75%
5.75%
7.25%
Oktober
6.50%
6.50%
5.75%
7.25%
November
6.50%
6.00%
5.75%
7.50%
Desember
6.50%
6.00%
5.75%
7.50%
Sumber: Bank Indonesia
Pada tabel diatas, tingkat suku bunga pada tahun 2010 merupakan
tingkat suku bunga Indonesia yang sangat stabil, konstan pada 6.50%
dan dapat dilihat juga pada tahun 2013 secara turut menurut
pemerintah menaikkan tingkat suku bunga dari awal tahun sebesar
5.75% ke 7.50% pada akhir tahun. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan
tingkat inflasi yang meningkat pada tahun 2013 sehingga pemerintah
73
haruslah mengimbangi inflasi dengan menaikkan tingkat suku bunga.
Secara keseluruhan dapat dilihat pemerintah telah melakukan
kebijakan menaikkan tingkat suku bunga sebanyak enam kali dan
menurunkan tingkat suku bunga sebanyak tiga kali.
d. Kurs Rupiah
Pergerakan nilai tukar mata uang (rupiah) merupakan konsekuensi
dari adanya interaksi yang terjadi diantara pelaku ekonomi di berbagai
negara dalam melakukan transaksi ekonominya. Kaitannya dengan
capital market atau saham adalah ketidakstabilan nilai tukar Rupiah
terhada Dollar dari waktu ke waktu menyebabkan ketidakstabilan
harga saham. Kondisi ini cenderung menimbulkan keragu-raguan bagi
investor, sehingga kinerja bursa efek menjadi menurun. Berikut adalah
tabel nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika.
Tabel 4.4
Kurs Rupiah Terhadap Dollar
2010
2011
2012
2013
Januari
9.412
9.102
9.045
9.746
Februari
9.382
8.867
9.130
9.715
Maret
9.161
8.753
9.226
9.768
April
9.057
8.617
9.236
9.771
Mei
9.226
8.580
9.613
9.851
Bulan
74
Juni
9.128
8.640
9.527
9.979
Juli
8.997
8.551
9.532
10.329
Agustus
9.086
8.621
9.608
10.979
September
8.969
8.867
9.636
11.671
Oktober
8.973
8.879
9.663
11.290
November
9.058
9.216
9.653
12.037
Desember
9.036
9.113
9.718
12.250
Sumber: Bank Indonesia (data diolah berdasarkan harga jual)
Grafik 4.1
Rata-Rata Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika
Sumber: data diolah
Dari data diatas, dapat dilihat bahwa Rupiah mengalami
penguatan terhadap Dollar Amerika pada periode 2010-2011 dan terus
menerus mengalami pelemahan dalam periode 2011-2013. Tercatat
titik terkuat rupiah pada periode 2010-2013 terdapat pada Bulan Juli
2011 yaitu Rp 8.551 tiap satu Dollar Amerika, dan pada Desember
2013 Rupiah mengalami titik terlemahnya terhadap Dollar Amerika
75
yaitu pada Rp 12.250 tiap satu Dollar Amerika. Melambungnya nilai
tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika merupakan imbas dari krisis
global dan lebih lanjut akan mengakibatkan ketidakstabilan makro
ekonomi Indonesia. Pada periode menguatnya nilai Rupiah terhadap
Dollar Amerika (2010-2011) merupakan berita positif bagi Bursa Efek
Indonesia dan momentum Investasi karena menguatnya Rupiah
menyebabkan penurunan biaya impor bahan baku dan peralatan yang
dibutuhkan perusahaan sehingga dapat mengurangi biaya produksi
begitu pun sebaliknya pada periode 2011-2013.
Dengan ini dapat disimpulkan pengaruh kondisi makro ekonomi
Indonesia diatas terhadap capital market adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5
Hasil Analisis Makro Ekonomi 2010-2013
No.
Variabel
Makro
Ekonomi
Hasil
Implikasi
Kondisi
Makro
Ekonomi
Profitabilitas Harga
Perusahaan
Saham
Perusahaan
1.
2.
Gross
Domestic
Product
Tingkat Inflasi
Menurun
Sinyal Negatif Menurun
untuk Investasi
Menurun
Meningkat Sinyal Negatif Menurun
untuk Investasi
Menurun
76
3.
BI Rate
4.
Kurs Rupiah
Meningkat Sinyal Negatif Menurun
untuk Investasi
Melemah
Sinyal Negatif Menurun
untuk Investasi
Menurun
Menurun
Sumber: diolah
Berdasarkan
perekonomian
tabel
Indonesia
diatas,
mengalami
dapat
disimpulkan
fluktuasi
yang
bahwa
cenderung
memberikan sinyal yang negatif untuk investasi pada sektor pasar modal
pada periode 2010-2013. Fluktuasi tersebut sebetulnya positif hingga
tahun 2012 atau setidaknya pertengahan tahun 2013 (Juli). Dapat
dikatakan demikian karena keempat variabel makro ekonomi yang
penulis gunakan untuk mengukur kondisi makro ekonomi Indonesia
terhadap investasi di pasar modal memberikan sinyal positif pada tahun
periode 2010-2012. Gross Domestic Product Indonesia yang tumbuh
pada kisaran 30 milyar, tingkat inflasi yang stabil pada batasan kurang
dari 5%, kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika yang cenderung
memberikan trend menguat dan BI Rate yang menurun dari 6.50% ke
5.75% pada periode 2010-2012 alasannya.
Keempat alasan tersebut adalah indikasi yang memberikan sinyal
positif untuk dilakukannya investasi ke sektor pasar modal karena
indikasi-indikasi tersebut juga mengindikasikan harga saham perusahaan
dan profitabilitas perusahaan meningkat. Namun pada tahun 2013,
kondisi perekonomian makro Indonesia mengalami guncangan yang
77
hebat dan merubah pertumbuhan selama periode tahun 2010-2012 ke
sebuah titik penurunan yang mundur. Akibatnya, kondisi makro
perekonomian Indonesia menjadi labil dan negatif yang juga berdampak
pada profitabilitas perusahaan dan tentunya akan juga mempengaruhi
harga saham di Bursa Efek Indonesia.
2. Analisis Industri
Pada fokus penelitian yang telah penulis konsentrasikan, ketiga
objek dari penelitian yaitu saham perusahaan dengan nilai kapitalisasi
pasar terbesar mempunyai kelompok Industri yang berbeda. PT Astra
Internasional Tbk, yang merupakan saham perusahaan dengan kelompok
saham kelompok industri manufaktur dalam sektor aneka industri dan
subsektor otomotif dan komponennya. PT Telekomunikasi Indonesia
Tbk, yang merupakan kelompok saham dengan golongan saham Industri
Jasa dengan sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi dengan
subsektor telekomunikasi. Lalu
PT Unilever Indonesia Tbk,
yang
merupakan kelompok saham golongan industri manufaktur dengan
kelompok saham sektor industri barang konsumsi dengan subsektor
kosmetik dan barang keperluan rumah tangga.
a. Analisis Industri Otomotif
Secara keseluruhan industri otomotif di Indonesia telah
memasuki fase expansion dan mengarah ke fase maturity. Dimana
78
perusahaan industri otomotif masih mempunyai peluang profit yang
tinggi tapi dengan pertumbuhan yang sedikit dan menurun. Seperti
yang dijelaskan Chief Group Treasury and Investor Relations PT Astra
Internasional Tbk, Iwan Hardianto “Tahun depan ada isu kenaikan
tingkat suku bunga The Fed yang membuat penjualan mobil anjlok dan
kita tidak terlalu optimis dengan penjualan di tahun 2015, karena
mungkin pasarnya masih flat,” itulah yang menjadi alasan bagi PT
Astra Internasional Tbk (ASII) untuk memasang target penjualan di
sektor otomotif lebih konservatif, karena diprediksi masih lambatnya
penjualan industri otomotif dalam negeri di tahun-tahun mendatang.
Maka guna mensiasati bisnis kedepan, kata Iwan, Astra
Internasional akan menyeimbangkan bisnisnya antara sektor otomotif
dan non otomotif. Menurut dia, bisnis yang ideal ke depan tidak lagi
bergantung pada sektor otomotif karena sifatnya bisnis tersebut siklus
tahunan yang bergantung pada isu kenaikan harga bahan bakar minyak
(BBM) bersubsidi.37
b. Analisis Industri Telekomunikasi
Di negara berpenduduk lebih dari dua ratus dua puluh juta
penduduk ini pertumbuhan industri telekomunikasi jaringan bergerak
37
Diakses pada 6 April 2015 10:36, di http://www.neraca.co.id/bisnisindonesia/48096/Tahun-2015-Bisnis-Otomotif-Lebih-Konservatif
79
maju dengan pesat. Perusahaan-perusahaan yang ada di dalam industri
ini pun tumbuh dan berkembang. Tak terkecuali adalah PT
Telekomunikasi
Indonesia
Tbk,
yang
merupakan
perusahaan
telekomunikasi milik negara dengan predikat sebagai perusahaan yang
memimpin pertumbuhan industri telekomunikasi di Indonesia.
Industri telekomunikasi Indonesia dewasa ini telah mengalami
berbagai perkembangan. Dalam kacamata siklus industri, industri
telekomunikasi di Indonesia telah mengalami fase maturity dimana
profit perusahaan mulai mencapai titik tertingginya dan sedikit demi
sedikit mengalami kemunduran atau pengurangan laba. Hal ini
dibuktikan dengan pertumbuhan pelanggan baru yang mulai jenuh
terjadi sementara intensitas penggunanaan layanan dasar (voice dan
SMS) juga terus menurun. Sementara persaingan mulai memasuki fase
intensitas tinggi. Hal tersebut merupakan tantangan bagi PT
Telekomunikasi Indonesia untuk berinovasi dan melakukan penetrasi
dan akselerasi dengan produknya dan potensi permodalan didalam
pasar untuk tetap menjadi perusahaan dengan nilai kapitalisasi pasar
terbesar.
c. Analisis Industri Barang Konsumsi
Industri barang konsumsi diproyeksikan masih akan terus
mengalami pertumbuhan yang signifikan. Hal tersebut menjadi
80
kesimpulan dari data mengenai fungsi rumah tangga keluarga
Indonesia masih sebagai konsumen dibandingkan fungsi rumah tangga
sebagai produsen. Faktor seperti pertumbuhan jumlah penduduk,
rendahnya tingkat investasi dan saving, dan tumbuhnya modern family
di Indonesia. Namun industri rumah tangga merupakan sektor industri
yang sangat sensitif dengan tingkat inflasi, suku bunga, dan kebijakankebijakan pemerintah.
Kondisi Indonesia yang mempunyai populasi pertumbuhan
masyarakat yang tinggi juga ditambah dengan kondisi Negara
Indonesia yang notabene merupakan negara berkembang menjadikan
Indonesia menjadi sasaran para pelaku industri barang konsumsi untuk
mendapatkan laba, tumbuh, dan menyerap modal. Kondisi tersebut
menempatkan industri barang konsumsi di Indonesia pada fase growth
ke expansion.
3. Analisis Rasio Keuangan
a. Rasio Likuiditas
Dalam rasio ini, penulis menggunakan acuan current ratio
perusahaan, yaitu rasio yang menunjukkan perbandingan antara total
aktiva lancar dengan kewajiban lancar perusahaan. Berikut adalah
grafik current ratio perusahaan PT Astra International Tbk, PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk, dan PT Unilever Indonesia Tbk
dalam periode 2010-2013.
81
Grafik 4.2
Current Ratio
%
Grafik
diatas
menunjukkan
rapor
dari
masing-masing
perusahaan mengenai kinerja keuangan berdasarkan current ratio.
Dimulai dari PT Astra International Tbk yang secara grafik
mempunyai keunggulan persentase current ratio diantara perusahaan
Telekomunikasi Indonesia dan Unilever Indonesia. Current ratio
perusahaan PT Astra menaik dalam kurun waktu periode 2010-2012
dan setelahnya menurun di tahun 2013 dan mencapai titik terendahnya
pada tahun tersebut. Lalu PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, adalah
perusahaan yang rapor kinerja current ratio nya secara konsisten
menaik dari periode 2010-2013. Namun, pada tahun 2010 dan 2011
nilai current ratio perusahaan PT Telkom berada dibawah 100% yang
artinya kewajiban lancar perusahaan PT Telkom lebih tinggi
dibandingkan dengan aktiva lancarnya, dengan arti lain jika kewajiban
lancar perusahaan jatuh tempo pada kurun waktu 2010 dan 2011 PT
82
Telekomunikasi Indonesia akan tidak mampu atau sulit untuk
membayar kewajibannya. Lalu yang terakhir adalah PT Unilever
Indonesia Tbk. Current ratio PT Unilever Indonesia mempunyai rapor
yang buruk dalam masalah rasio ini, dapat dilihat bahwa trend current
ratio PT Unilever Indonesia mempunyai trend yang menurun dengan
persentase yang selalu dibawah 100%. Rata-rata current ratio nya juga
rendah yaitu sekitar 72,57% selama periode 2010-2013.
b. Rasio Solvabilitas
Rasio ini merupakan rasio yang mengungkapkan seberapa besar
kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik
yang bersifat jangka panjang maupun jangka pendek. Dalam rasio
solvabilitas ini, penulis memakai ukuran debt to equity ratio (rasio
hutang terhadap ekuitas) dan debt to asset ratio (rasio hutang terhadap
aktiva) perusahaan.
Grafik 4.3
Debt to Asset Ratio
83
Grafik 4.4
Debt to Equity Ratio
Rasio solvabilitas yang baik dan ideal adalah jika angka hasil
rasio lebih kecil dari satu atau ≤ 00%. Dari data rasio debt to asset
ratio dan debt to equity ratio diatas, dapat dikatakan bahwa hanya
rasio PT Telekomunikasi Indonesia yang dapat dikatakan baik dan
ideal. Sedangkan rasio dari PT Astra International dan PT Unilever
Indonesia masih berada pada kisaran lebih dari 100% yang artinya
kewajiban perusahaan terhadap aset dan modal perusahaan PT Astra
International dan PT Unilever Indonesia masih lebih tinggi kewajiban
perusahaannya.
c. Rasio Rentabilitas / Profitabilitas
Keuntungan merupakan inti dari tiap perusahaan komersial
berdiri. Hal yang sama juga merupakan poin penting bagi investor
untuk pertimbangan dimana calon investor akan menempatkan
modalnya, tentunya calon investor ingin menempatkan modalnya ke
84
perusahaan dengan tingkat kemampuan menghasilkan laba yang tinggi
agar turut serta calon investor mendapatkan persentase bagi hasil.
Penulis memakai ukuran return on asset (pengembalian atas aset),
return on equity (pengembalian atas modal), net profit margin (margin
laba bersih), dan earning per share (laba per lembar saham).
Grafik 4.5
Return on Asset
%
Grafik 4.6
Return on Equity
%
85
Parameter ukuran baik dan ideal dari return on asset dan return
on equity adalah Suku Bunga Bank Indonesia atau BI Rate. Jika nilai
ROA dan ROE perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan BI Rate,
maka hal tersebut baik karena calon investor akan beralih kepada
investasi ke perusahaan terkait dibandingkan investasi ke bank.
Menurut grafik ROA dan ROE diatas, maka masing-masing
perusahaan berpredikat baik dan ideal dibandingkan dengan BI Rate
tahun 2010 (6,5%), 2011 (6%), 2012 (5,75%), dan 2013 (7,5%).
Grafik 4.7
Net Profit Margin
86
Grafik 4.8
Earning PerShare
Net profit margin dan earning per share adalah rasio yang
keduanya sama-sama menunjukkan keuntungan perusahaan. Bedanya
adalah net profit margin mengukur keuntungan yang diperoleh
perusahaan dari setiap penjualan yang dilakukan. Sedangkan earning
per share menunjukkan seberapa besar laba yang diperoleh dari setiap
lembar saham yang beredar. Dari grafik NPM dapat dilihat bahwa PT
Unilever Indonesia dan PT Telekomunikasi Indonesia mengalami
fruktuasi kenaikan dan penurunan, lalu PT Astra International
mempunyai trend menurun tiap tahunnya. Akan tetapi pada grafik
earning per share PT Astra mempunyai angka yang signifikan tinggi
pada tahun 2010-2011, lalu setelahnya mengalami penurunan yang
signifikan pula. Pada penilaian masing-masing NPM dan EPS,
indikatornya adalah semakin tinggi semakin baik. Dan dapat dilihat
bahwa masing-masing angka baik NPM dan EPS tiap perusahaan
87
berada pada tingkat fluktuasi yang tinggi dibanding perusahaan lain.
Sehingga dapat dikatakan bahwa PT Unilever yang mempunyai trend
positif lalu walaupun PT Astra International serta PT Telekomunikasi
Indonesia yang mempunyai trend yang negatif, ketiganya mempunyai
predikat yang baik.
d. Rasio Aktivitas
Keberlangsungan hidup perusahaan ditentukan oleh kegiatannya
dalam satu periode untuk menciptakan penjualan. Dari kegiatan
tersebut dapat dilihat apakah perusahaan dapat menghasilkan laba atau
tidak. Dengan demikian, investor dapat mengetahui bagaimana
operasional suatu perusahaan. Efektivitas operasional perusahaan
dalam menggunakan aktiva atau sumber daya yang dimilikinya diukur
dengan rasio aktivitas ini. Semakin tinggi rasio ini maka hal ini
menunjukkan perusahaan bekerja semakin efisien dan
perusahaan semakin baik.
likuid
88
Grafik 4.9
Fixed Asset Turn Over
Grafik 4.10
Total Asset Turn Over
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur efektifitas perusahaan dalam menggunakan seluruh aktiva
atau sumber daya yang dimilikinya. Dari total aset yang dimiliki
bagaimana suatu perusahaan dapat menciptakan pemasukan. Pada
grafik fixed asset turn over, PT Telekomunikasi Indonesia adalah satusatunya dari perusahaan yang penulis analisis dengan efektifitas yang
kurang baik. Tercatat pada tahun 2010 fixed asset turn over PT
Telekomunikasi Indonesia adalah 0,9X artinya adalah dengan tiap Rp
89
1 aset tetap yang dimiliki oleh PT Telekomunikasi Indonesia,
perusahaan hanya mampu menghasilkan Rp 0,9 penjualan atau
pemasukan. Begitu pun selanjutnya pada tahun 2011 (0,96X), 2012
(1X), dan 2013 (0,96X). Hal tersebut mengindikasikan terdapatnya
aset tetap yang tidak produktif.
Nilai total asset turn over
adalah perbandingan antara
penjualan atau pemasukan perusahaan dengan total aktiva suatu
perusahaan dimana rasio ini menunjukkan kecepatan putaran total
aktiva dalam satu periode tahun. Berdasarkan grafik diatas, nilai total
asset turn over PT Unilever Indonesia adalah yang terbaik tiap
tahunnya. Berbeda dengan PT Astra International yang pada tahun
2013 hanya mampu mencatatkan 0,91X. Yang artinya PT Astra
International pada tahun 2013 hanya dapat menghasilkan Rp 0,91
terhadap setiap Rp 1 aset perusahaan. Terlebih lagi PT Telekomunikasi
Indonesia yang mencatatkan 0,69X (2010), 0,7X (2011), 0,6X (2012),
dan 0,65X (2013).
Dari hasil analisis rasio keuangan diatas, didapat kesimpulan
yang digambarkan dalam tabel berikut:
90
Tabel 4.6
Hasil Analisis Rasio Keuangan
*Angka berdasarkan rata-rata pada periode 2010-2013
No
Rasio
Rasio Ideal
ASII
TLKM
UNVR
1.
Rasio
Likuiditas
≥ 100%
(131,67%)
Baik
(104,91%)
Baik
(72,57 %)
Kurang Baik
(50%)
Baik
(1,04)
Cukup Baik
(41%)
Baik
(0,25)
Baik
(77%)
Baik
(1,79)
Kurang Baik
(12,41%)
Baik
(23,22%)
Baik
(17,51%)
Baik
(Rp 2.225,28)
Baik
(48,7%)
Baik
(27,15%)
Baik
(Rp 473,62)
Baik
(15,82%)
Baik
(28,68%)
Baik
(Rp 581,33)
Baik
(47,63%)
Baik
(111,14%)
Baik
(5,41x)
Baik
(0,96x)
Kurang Baik
(4,5x)
Baik
(1,04x)
Baik
(0,66x)
Kurang Baik
(2,72x)
Baik
2.
3.
Current Ratio
Rasio
Solvabilitas
Debt to Asset
Ratio
Debt to Equity
Ratio
Rasio
Profitabilitas
Net Profit
Margin
Earning Per
Share
Return on Asset
Return on Equity
Rasio Aktivitas
Fixed Asset Turn
Over
Total Asset Turn
Over
≤ 100%
Semakin
tinggi
semakin
baik
> Suku
Bunga
Bank
Indonesia
> 1X
Lebih
tinggi lebih
baik
Sumber: Laporan Keuangan Tahunan 2010-2013 (data diolah)
Berdasarkan tabel kesimpulan mengenai kinerja perusahaan
berdasarkan analisis laporan keuangan tiap perusahaan mempunyai
kelemahan yang tersebar pada beberapa sektor rasio analisis. Namun
91
secara keseluruhan kondisi fundamental PT Astra International lah yang
paling baik. Bagi para investor maupun calon investor yang ingin
menanamkan modalnya pada Bursa Efek Indonesia perusahaan PT Astra
International merupakan perusahaan yang direkomendasikan untuk
berinvestasi. Dari segi likuiditas dan profitabilitas perusahaan ini
mempunyai kinerja yang baik dan memuaskan. Sementara untuk rasio
solvabilitas dan rasio aktivitasnya, perusahaan Astra International Tbk,
mempunyai trend yang berfluktuasi sehingga kinerjanya tidak sebaik dan
tidak sememuaskan rasio profitabilitasnya dan rasio likuiditasnya.
4. Penilaian Saham
a. Dividend Discounted Model
Merupakan
model
atau
metode
penilaian
saham
yang
berdasarkan pada pembayaran deviden dan capital gain. Dalam
pendekatan ini, harga saham dapat diketahui dengan menghitung nilai
sekarang (present value).
Rumus 4.1
∑
Dimana
dalam
variabel
rumus tersebut
mendapatkan nilai dari (ᵦ) beta saham
return.
sebelumnya
kita
harus
) growth, dan ( ) required rate of
92
(1) Risk Free Rate
Telah dijelaskan bahwa risk free rate di ambil dari data Sertifikat
Bank Indonesia Syariah per bulan selama 2010-2013. Dan datanya
adalah:
Tabel 4.7
Risk Free Rate
Periode
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
2010
6,44788
6,40700
6,27162
6,19877
6,30206
6,26221
2011
6,08058
6,70542
6,71887
7,17517
7,36011
7,36317
7,27563
2012
4,88325
3,82290
3,82637
3,92570
4,23785
4,32005
4,45727
2013
4,84021
4,86119
4,86950
4,89075
5,02275
5,27558
5,52051
6,63677
6,77557
6,28206
4,54005
4,67165
6,36967
5,76845
4,74612
November
5,22412
4,77039
Desember
5,03858
4,80274
5,85743
6,60944
6,95555
6,96715
6,98025
6,97042
7,21565
7,22435
7,21695
Oktober
=
93
(2) Return Market
Pada bulan Desember tahun 2009, nilai closing dari indeks JII
adalah Rp 417,18. Sehingga dapat dihitung nilai pertumbuhan return
market dari JII dengan rumus yang tertera pada BAB II mengenai
return market. Berikut adalah table hasil dari perhitungan return
market.
Tabel 4.8
Return Market
Periode
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
2010
Closing
427,68
413,73
443,67
474,8
444,6
460,26
483,32
473,79
526,52
540,29
508,78
532,9
2011
RM
0,025169
-0,03262
0,072366
0,070165
-0,06361
0,035223
0,050102
-0,01972
0,111294
0,026153
-0,05832
0,047408
Closing
477,51
496,87
514,92
528,76
531,38
536,04
567,12
529,16
492,3
530,19
520,49
537,03
RM
-0,10394
0,040544
0,036327
0,026878
0,004955
0,00877
0,057981
-0,06693
-0,06966
0,076965
-0,0183
0,031778
2012
Closing
RM
562,54
0,047502
566,75
0,007484
584,06
0,030543
575,08
-0,015375
525,05
-0.086997
544,19
0,036454
573,73
0,054283
557,35
-0,02855
600,84
0,07803
619,27
0.030674
588,78
-0,049236
594,79
0,120945
2013
Closing
604,61
645,22
660,34
670,94
676,58
660,16
623,75
592
585,59
615,71
579,87
585,11
RM
0,01651
0,067168
0,023434
0,016052
0,008406
-0,02427
-0,055153
-0,050901
-0,010828
0,051435
-0,05821
0,009037
Rata-rata Return Market = -0,00117333
Anually Return = 9,07%
(3) Beta
Nilai beta didapatkan dari meregresikan return JII dan return
saham (UNVR, TLKM, ASII). Return JII disini sebagai variable
94
independen dan return saham sebagai variable dependen. Didapatlah
hasil:
Tabel 4.9
Beta Saham
Saham
Beta
ASII
0,709
TLKM
0,531
UNVR
0,060
(4) payoutratio
Rumus 4.2
Tabel 4.10
Payoutratio
SAHAM
Payoutratio
ASII
45,04%
TLKM
72,06%
UNVR
99,93%
(5) Growth
Rumus 4.3
95
=
ROEsaham x b
Tabel 4.11
Growth ASII
ASII
ROE
b = 1- payoutratio
2010
34,48%
1 - 13,24%
29,92%
2011
27,79%
1 - 45,07%
15,27%
2012
25,32%
1 - 45,03%
13,92%
2013
21,00%
1 - 45,04%
11,35%
15,49%
Tabel 4.12
Growth TLKM
TLKM
ROE
b = 1- payoutratio
2010
35,73%
1 - 56,37%
15,59%
2011
25,37%
1 - 68,22%
8.06%
2012
27,41%
1 – 68,42%
8,66%
2013
26,21%
1 – 72,66%
7,17%
9,87%
96
Tabel 4.13
Growth UNVR
UNVR
ROE
b = 1- payoutratio
2010
83,67%
1
– 100,02%
- 0,02
2011
113,13%
1
– 100,06%
- 0,07
2012
121,94%
1 – 99,96%
0,05%
2013
125,81%
1 – 99,93%
0,09%
0,05%
(6) Required Rate of Return ( )
Required Rate of Return ( ) didapatkan melalui metode Capital
Asset Price Model (CAPM) dengan rumusan yang sudah tertera pada
BAB sebelumnya yaitu
Rumus 4.4
Tabel 4.14
Required Rate of Return
SAHAM
rf
ASII
5,81%
0,709
9,07%
12.37%
TLKM
5,81%
0,531
9,07%
10,85%
UNVR
5,81%
0,060
9,07%
6,83%
rm
97
Setelah didapatkan hasil required rate of return, maka present
value dari saham ASII, TLKM, dan UNVR dapat didapatkan dengan
memasukkan komponen-komponen variabel yang dibutuhkan. Yaitu:
Maka nilai intrinsik saham ASII menurut metode DDM adalah:
Maka nilai intrinsik saham TLKM menurut metode DDM adalah:
Maka nilai intrinsik saham UNVR menurut metode DDM adalah:
98
Tabel 4.15
Dividend Discounted Model
Saham
Nilai Intrinsik
Nilai Pasar
Saham
PT Astra International, Tbk
Rp 7.967,51
Rp 6.800
PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk
Rp 3.289,61
Rp 2.150
PT Unilever Indonesia, Tbk
Rp 5.501,39
Rp 26.000
Berdasarkan data tabel diatas, saham PT Astra International dan
saham PT Telekomunikasi Indonesia adalah saham-saham yang masuk
dalam kategori undervalued atau nilai dari saham-saham tersebut di pasar
lebih rendah disbanding dengan nilai intrinsik saham tersebut. Dapat
dikatakan bahwa harga saham PT Astra International dan saham PT
Telekomunikasi Indonesia termasuk murah dan layak dibeli. Berbeda
dengan saham PT Unilever yang nilai pasar dari sahamnya berada jauh
diatas nilai intrinsiknya. Hal tersebut menyebabkan saham PT Unilever
Indonesia termasuk dalam kategori saham yang overvalued dan lebih baik
dijual.
b. Price Earning Ratio
Rumus 4.5
99
Maka Price Earning Ratio masing-masing saham adalah:
Tabel 4.16
Price Earning Ratio
Saham
Price Earning
Ratio
Hasil
IDX38
Price Earning Ratio
(Industry)
PT Astra International, Tbk
14,18x
15,33x
18,64x (Otomotif)
PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk
15,26x
14,70x
18,40x (Telekomunikasi)
PT Unilever Indonesia, Tbk
37,06x
36,37x
19,15x (Barang Konsumsi)
Price earning ratio menunjukkan apresiasi pasar terhadap
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dibandingkan harga
sahamnya. Jika price earning ratio saham lebih rendah daripada price
earning ratio aktual atau industri, maka
saham
tersebut
dapat
digolongkan saham yang undervalued. Menurut tabel diatas, nilai price
38
“Price Earning atio” ompany eport. Diakses pada 06 April melalui: www.idx.co.id
100
earning ratio saham PT Astra International dan saham PT
Telekomunikasi Indonesia berada dibawah nilai price earning ratio
industri (PER Aktual), maka saham ASII dan TLKM tergolong saham
yang undervalued dan layak dibeli. Sebaliknya dengan saham UNVR
yang nilai price earning rationya diatas nilai price earning ratio aktual
atau industri mengindikasikan bahwa saham UNVR tergolong saham
yang overvalued dan lebih baik di jual untuk menghindari loss.
c. Price Book Value
Rumus 4.5
Maka nilai Price Book Value masing-masing saham adalah:
101
Tabel 4.17
Price Book Value
Saham
Price Book Value
Hasil
IDX39
PT Astra International, Tbk
2,59
2,79
PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk
2,8
2,98
PT Unilever Indonesia, Tbk
46,63
36
PBV atau rasio harga per nilai buku merupakan hubungan
antara harga pasar saham dengan nilai buku per lembar saham.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rosenberg.et al (1985)
menemukan bahwa saham-saham yang memiliki rasio PBV yang
rendah akan menghasilkan return yang secara signifikan lebih tinggi
daripada saham-saham yang memiliki rasio PBV yang tinggi. Menurut
hasil perhitungan PBV diatas, saham ASII memiliki nilai PBV yang
terendah dibandingkan dengan saham TLKM dan saham UNVR, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa saham ASII mempunyai peluang
yang lebih baik untuk menghasilkan return lebih tinggi dibandingkan
dengan saham TLKM dan saham UNVR.
39
“Price Earning atio” ompany eport. Diakses pada 06 April melalui: www.idx.co.id
102
Tabel 4.18
Penilaian Saham
Saham
Dividend Discounted Model
Price Earning Ratio
Keputusan
nilai intrinsik x nilai pasar
PER saham x PER industri
Investasi
ASII
Undervalued
Rp 7.967,51 > Rp 6.800
Undervalued
15,33x < 18,64x
Buy
TLKM
Undervalued
Rp 3.289,61 > Rp 2.150
Undervalued
14,70x < 18,40x
Buy
UNVR
Overvalued
Rp 5.501,39 < Rp 26.000
Overvalued
36,37x > 19,15x
Sell
C. Analisis Teknikal
Terdapat beberapa-beberapa signal yang dapat dijadikan acuan dan
patokan untuk membuat keputusan berinvestasi melalui analisis teknikal.
Metode Simple Moving Average dan Moving Average Convergence
Divergence yang diterapkan pada analisis disini diantaranya berkaidah:
Tabel 4.19
Simple Moving Average
Posisi SMA
No.
Arti
1.
SMA Berada di bawah garis harga
Kondisi bullish / trend naik.
2.
SMA berada di atas garis harga
Kondisi bearish / trend menurun
3.
SMA memotong harga dari bawah.
Perubahan trend menuju bearish.
4.
SMA memotong harga dari atas.
Perubahan trend menuju bullish.
5.
SMA
periode
lebih
pendek Perubahan trend menuju bullish.
103
memotong SMA periode lebih
panjang dari bawah.
SMA periode lebih pendek Perubahan trend menuju bearish.
memotong SMA periode lebih
panjang dari atas.
SMA dengan periode lebih panjang Kondisi bearish / trend menurun.
berada diatas SMA berpriode lebih
pendek.
SMA dengan periode lebih panjang Kondisi bullish / trend kenaikan.
berada dibawah SMA berpriode
lebih pendek.
6.
7.
8.
No.
Tabel 4.20
Moving Average Convergence Divergence
Posisi MACD
Arti
Peralihan trend menuju bullish
5.
Garis MACD memotong trigger
line dari bawah.
Garis MACD memotong trigger
line dari atas.
Garis MACD dan trigger line
berada diatas centerline (area
positif)
Garis MACD dan trigger line
berada dibawah centerline (area
negatif)
Histogram positif / negatif
6.
Divergence positif
Harga akan ikut bergerak naik
7.
Divergence negatif
Harga akan ikut bergerak turun
1.
2.
3.
4.
Dengan penjelasan grafiknya adalah:
Peralihan trend menuju bearish.
Long bullish trend
Long bearish trend
Kondisi overbought / oversold
104
1. PT Astra International, Tbk
Tabel 4.11
Teknikal ASII
Terlihat pada grafik simple moving average diatas bahwa
saham ASII mengalami fase yang relatif naik dalam periode 2010-2013.
Terlihat pula bahwa pada akhir periode 2013 garis SMA periode lebih
panjang berada dibawah garis SMA dengan periode lebih pendek serta
garis harga yang berposisi diatas garis SMA yang keduanya
mengindikasikan trend bullish.
105
Kemudian pada bagian relative strength index dimana garis
kurva saham ASII berdasarkan analisis ini mengindikasikan menembus
poin 70 yang artinya oversold. Dan dapat pula diartikan dari momentum
permulaan trend bullish sekaligus akhir dari trend bearish.
Selanjutnya
berdasarkan moving average convergence
divergence, histogram pada MACD menunjukan area positif yang
berarti trend bullish masih akan berlangsung. Hal tersebut juga
didukung dengan divergence yang positif yang mempunyai arti harga
akan ikut bergerak naik. Sehingga saham ASII berkriteriakan layak
untuk dibeli.
106
2. PT Telekomunikasi Indonesia (Persero), Tbk
Tabel 4.12
Teknikal TLKM
Saham TLKM pada grafik simple moving averagenya
tergambarkan bahwa fruktuasi harga sahamnya selama periode 20102013 mengalami kenaikan. Namun pada akhir periode desember 2013,
dapat dilihat bahwa garis SMA periode lebih pendek memotong garis
SMA Periode lebih panjang yang indikasi pada trend harganya adalah
trend bearish. Hal tersebut didukung oleh garis SMA dengan periode
107
lebih panjang yang bergerak diatas garis SMA dengan periode lebih
pendek serta garis harga yang berada diatas semua garis SMA.
Relative
strength
index
saham
TLKM
menunjukan
kecenderungan pergerakan grafik yang mengarah ke titik 30 (titik
support) yang indikasinya adalah overbought. Kondisi overbought dapat
kita pahami dengan tingkat kejenuhan untuk membeli yang akibatnya
harga akan turun.
Sedangkan
berdasarkan
moving
average
convergence
divergence, histogram bergerak menuju kearah negatif yang akan
diikuti oleh divergence negatif lalu harga yang turun. Ditambah
dengan posisi MACD line dantrigger line yang berada dibawah
centerline (area negatif) semakin kuat sinyal yang ditunjukan saham
TLKM yang mengarah ke trend bearish, sehingga ada baiknya saham
TLKM dijual.
108
3.
PT Unilever Indonesia, Tbk
Tabel 4.13
Teknikal UNVR
Simple moving average saham UNVR menggambarkan
kondisi trend bearish. Hal tersebut berlandaskan kenyataan bahwa garis
harga saham UNVR yang berada dibawah garis SMAnya, lalu garis SMA
periode lebih panjang dari saham UNVR yang berada diatas garis SMA
yang lebih pendek. Indikasi tersebut dinyatakan kuat karena saling
mendukung dan saling berlandaskan.
109
Sedangkan melalui relative strength index, saham UNVR dapat
dinyatakan berada pada area negatif setelah grafik RSI dari saham UNVR
menembus titik support 30 RSI. Indikasinya adalah, saham UNVR berada
pada trend bearish.
Melalui moving average convergence divergence juga dapat
dilihat bahwa saham UNVR berada pada trend bearish yang ditandai
dengan histogram yang negatif dan garis grafik MACD yang berada
dibawah centerline. Sehingga saham UNVR layak untuk dijual untuk
mengurangi atau mencegah loss.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada penelitian analisis fundamental dan analisis teknikal pada sahamsaham dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar di JII pada periode 2010-2013,
yaitu ASII, TLKM, dan UNVR ini, ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Analisis fundamental (a) makro ekonomi Indonesia memberikan sinyal
negatif untuk melakukan investasi (walaupun sepanjang periode 20102012 kondisi makro ekonomi Indonesia baik dan memberikan sinyal
positif serta kondusif untuk berinvestasi pada pasar modal). Hal tersebut
ditandai dengan produk domestik bruto dan nilai tukar rupiah yang
berkurang dan melemah, dan ditambah suku bunga Bank Indonesia dan
tingkat inflasi yang meningkat. (b) Analisis industri menunjukkan bahwa
masing-masing industri dari ASII (industri otomotif), TLKM (industri
telekomunikasi), dan UNVR (industri barang konsumsi) berada dalam
tahap life cycle industry yang dewasa atau mature. Dimana peningkatan
atau kenaikan keuntungan perusahaan mulai berkurang persentasenya dan
berpotensi mengalami decline (kemunduran) atau regrowth (pertumbuhan
kembali). (c) Analisis perusahaan yaitu analisis rasio keuangan yang
110
111
dilakukan terhadap ASII, TLKM, dan UNVR mempunyai garis umum
yang baik. Akan tetapi tercatat bahwa perusahaan TLKM mempunyai
rapor yang kurang baik dari segi rasio aktivitas perusahaan, dan
perusahaan UNVR yang juga mempunyai catatan yang kurang baik dari
segi rasio likuiditas dan rasio solvabilitas. Berbeda dengan ASII yang
mempunyai catatan baik dalam setiap segi rasio yang diujikan.
2. Penilaian saham yang dilakukan dengan metode dividend discounted
model dan price earning ratio terhadap ASII dan TLKM menunjukkan
bahwa nilai intrinsik saham keduanya berada dalam kategori undervalued
atau layak dibeli. Berbeda dengan saham UNVR yang masuk kategori
overvalued atau “mahal” dan lebih baik dijual berdasarkan dua metode
diatas. Selanjutnya berdasarkan metode perhitungan PBV, saham ASII
mempunyai nilai yang lebih baik dibandingkan dengan saham TLKM dan
saham UNVR.
3. Hasil dari analisis teknikal moving average, moving average convergence
divergence, dan relative strength index yang diujikan menunjukkan bahwa
saham ASII mempunyai kecenderungan kenaikan harga dan kenaikan
transaksi, serta berada pada trend bullish yang mempunyai arti saham
ASII layak untuk dibeli. Sedangkan saham TLKM dan UNVR mempunyai
fluktuasi perpindahan trend yang cukup banyak. Namun dapat dinyatakan
secara umum bahwa kedua saham tersebut berakhir dan secara umum
berada pada trend bearish berdasarkan sinyal sinyal yang ditangkap
112
melalui tiga metode analisis teknikal diatas. Sehingga saham TLKM dan
saham UNVR lebih baik dijual.
B. Saran
1. Bagi investor, analisis fundamental umum dan baiknya dilakukan bagi
para investor yang ingin menginvestasikan dananya dalam jangka panjang
kedalam saham yang baik secara industri, laporan keuangan, maupun
pengaruh ekonomi makro global dengan ditambah dengan dilakukannya
penilaian saham sebagai bahan pertimbangan. Sedangkan bagi investor
yang ingin melakukan aktivitas investasi jangka pendek dapat beralih ke
analisis teknikal yang umumnya bersifat teknis, matematis, dan mudah
diterapkan. Namun ada baiknya untuk mengkombinasikan kedua analisis
tersebut untuk mengurangi risiko yang dihadapi.
2. Bagi industri otomotif, telekomunikasi, dan barang konsumsi, yang dalam
fase kehidupan industrinya ketiga industri diatas berada pada fase
kedewasaan atau mature. Melakukan efektifitas dalam sektor biaya, kerja
sama jangka panjang, differensiasi produk, dan penyegaran sistem
merupakan langkah yang dapat diambil untuk menjaga dan menumbuhkan
usia industri masing-masing agar tidak jatuh kedalam tahap decline atau
penurunan.
3. Bagi PT Astra International, PT Telekomunikasi Indonesia, dan PT
Unilever Indonesia agar dapat terus menjaga nilai kapitalisasinya dan
melakukan pembenahan-pembenahan yang dirasa perlu. Seperti PT
113
4. Telekomunikasi Indonesia dalam indeks rasio aktivitasnya, kemudian PT
Unilever Indonesia dari segi rasio likuiditas dan solvabilitasnya.
5. Bagi pemerintah, selaku penentu kebijakan ekonomi makro agar selalu
memberikan rangsangan masyarakat Indonesia untuk berinvestasi
khususnya kedalam sektor pasar modal. Juga agar selalu dapat menjaga
kestabilan nilai tukar rupiah, inflasi, PDB, dan suku bunga kearah yang
positif untuk mendukung perkembangan baik iklim investasi maupun
kemajuan semua industri.
114
DAFTAR PUSTAKA
.
Adriansyah, Basri Pohan dan Bayu Husodo. Kertas diskusi bagian riset ekonomi No.
, Maret 2007. “On ree loat Shares djustment”
Ahmad, Kamaruddin. 2004. Dasar-dasar Manajemen Investasi dan Portofolio, Edisi
Revisi. Jakarta.:PT Rineke Cipta. Badan Pengawas Pasar Modal.
Buku Panduan Harga Saham Bursa Efek Indonesia. 2008. Jakarta: Indonesia Stock
Exchange
Bodie, Zvi. Kane, Alex, and Marcus Alan J. 2004. Essentials of Investment. New
York USA: McGraw-Hill.
Eduardus Tandelilin. 2010. Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi.Yogyakarta:
Kanisisus Yogyakarta
Halim, Abdul. 2005. Analisis Investasi, Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.
Hamid, Abdul. 2009. Pasar Modal Syariah. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah.
HR, Muhammad Taufik. 2009. Bursa Efek dan Investasi Syariah. Jakarta: PT
Serambi Ilmu.
Huda, Nurul & Mustafa Edwin Nasution. 2008. Investasi pada Pasar Modal Syariah.
Jakarta: Kencana.
John C. Brooks. 2004. Mastering Technical Analysis. United State of America: Mc
Graw-Hill Companies.
Jumingan. 2006. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Kodrat, David Sukardi. 2010. Manajemen Investasi Pendekatan Teknikal dan
Fundamental untuk Analisis Saham. Jakarta: Graha Ilmu.
Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Rodoni, Ahmad & Yong Othman. 2009. Analisis Investasi dan Teori Portofolio.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
115
Salim, Joko. 2009. Step by Step Online Investment. Jakarta: PT ElexMedia
Komputindo. Kompas Gramedia.
Suharsini, Ari Kunto. 1993. Manajemen Penelitian, Cetakan ke-2. Jakarta: PT Renika
Cipta.
Sunariyah. 2011. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta:UPP YKPN.
Tim Indonesia Stock Exchange, Sekolah Pasar Modal (Bursa Efek Indonesia – Kelas
Intermediate). Jakarta, Juli 2014
Tim Penulis Fakultas Syariah dan Hukum. 2011. Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta:
FSH Press.
Umar, Husein. 2004. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Jurnal “Pengaruh Return on Investment (ROI), Earning Per Share (EPS), dan Dividen
perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode
2008-20 0” Diakses pada 21 November 2014 dari:
journal.uny.ac.id/index.php/nominal/article/download/998/801
Jurnal Al-Iqtishad “Pengaruh Indeks Harga Saham Syariah International dan Variabel Makro
Ekonomi terhadap Jakarta Islamic Indeks (JII)”. FSH UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Tesis “Komparasi Nilai Intrinsik Harga Saham PT Bank Bukopin Berdasarkan Laporan
Keuangan Tahun 2009-20 0” Diakses pada 21 November 2014 dari:
lib.ui.ac.id/file?file=digital/20297328-T30160-Komparasi%20nilai.pdf
“Indeks konstituen JII” diakses pada 22 November 2014 dari:
www.idx.co.id /id-id/beranda/informasipasar/daftarefek/indekskonstituen.aspx
“Saham dengan Kapitalisasi Pasar Terbesar” Diakses pada 27 November 2014 dari
Id.wikipedia.org/wiki/Daftar_perusahaan_menurut_kapitalisasi_pasar
“Ringkasan Kinerja Perusahaan Tercatat” diakses pada 5 Maret 20 5 dari:
http://www.idx.co.id/idid/beranda/publikasi/ringkasankinerjaperusahaantercatat.aspx 872
www.finance.yahoo.com
www.bps.go.id
www.bi.go.id
Download