dinamika keamanan dalam hubungan internasional dan

advertisement
DINAMIKA KEAMANAN DALAM
HUBUNGAN INTERNASIONAL DAN
IMPLIKASINYA BAG I INDONESIA
Prof. Anak Agung Banyu Perwita, Ph.D
SIDANG TERBUKA
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
UPACARA PENGUKUHAN GURU BESAR
BANDUNG, 12 JANUARI 2008
DINAMIKA KEAMANAN DALAM
HUBUNGAN INTERNASIONAL DAN
IMPLIKASINYA BAGI INDONESIA
Prof. Anak Agung Banyu Perwita, Ph.D
SIDANG TERBUKA
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
UPACAll.A PENGUKUHAN GURU BESAR
BANDUNG, 12 JANUARI 2008
Daftar lsi
Dinamika Keamanan Dalam Hubungan Intcrnasional
Kontemporer dan Implikasinya Bagi Indonesia.. .................................... 1
Riwayal Hidup Singkat.. .......................................................................... 29
Daftar Riwayal Hidnp ............................................................................. 31
Daftar Penelilian, Buku, lurnal, Makalah
yang dipresenlasikan dan arlikel Populer terpili II .................................. 3G
Susunan Acara ........................................................................................ 49
1
Dinamika Keamanan Dalam Hubungan
InlernasionaI Konlemporer dan Implikasinya
Bagi Indonesia
.
Yang lerhormal,
Koordinalor Koperlis Wilayah IV Jawa Baral dan Banlen,
Kelua Yayasan Universitas Kalolik Parahyangan,
Rektor Universitas Kalolik Parahyangan,
Kelua Senal, para Guru Besar dan anggola Senal Universitas Kalolik
Parahyangan,
Para Wakil Rektor,
Para Dekan Fakullas, Wakil Dekan, dan para Dasen
Beserla keluarga besar Universitas Kalolik Parahyangan,
Ibu-ibu dan Bapak-bapak undangan,
Dan para wakil mahasiswa,
Yang berbahagia.
Security is primarily about the fate of human collectivities ... about
the pursuit of freedom fI'Om threat. The bottom line is about
durvival, but it also includes a substantial range of concerns about
the conditions of existence ... Security is affected by factors in five
major sectors: military, political, economic, societal, and
enviI'Onmental (Barry Buzan, 1991)
A nation can be said to have assured its own security when it is
militarily, economically and technologically developed, politically
stable and socio-culturally cohesive.
2
Pendahuluan
Dua buah kutipan dialas dongan eukup jelas monunjukkan komploksilas
keamanan dalam kohidupan umal manusia. Tidaklah borlebihan bila
konsop keamanan (socurity) merupakan salah salu konsep yang paling
sering diperdebalkan dalam lala inloraksi umat manusia di dunia ini.
Konsep ini adalah juga konsap yang paling sering mengalami perubahan
pomaknaan sosuai dengan perkembangan inleraksi sosial manusia. Hal
ini lerulama dikarenakan keamanan morupakan salah satu oIemen dasar
kehidupan man usia.
Dalam berbagai litera luI' disiplin keilmuan Hubungan Intornasional,
konsep ini kini mondapal sarolan lajam sojalan dengan berbagai
porubahan yang lerjadi dalam konleks lokal, nasional maupun global.
Dalam lalaran global, pernbahan seeara subslansial ini diawali dengan
berakhirnya Perang Dingin, mengemukanya arns globalisasi (baik dalam
bidang ekonomi, polilik, sosial-budaya dan keamanan), muneulnya isuiSH
non~tradisional
seperti-- serangan-serangan
{-{~roris
lerhadap
eksistensi kehidupan manusia eli berbagai belahan dunia, arus
demokralisasi dsb. Dalam lalaran nasional dan lokal, urgensi kaamanan
dilandai dengan maraknya konflik komunal dan ikalan parokiallainnya,
dan semakin rnsaknya daya Iingkungan hidup-- seperti penebangan kayu
yang tak lerkendali dan eksploitasi sumber daya alam lainnya--yang
lentunya juga membawa dampak nogalifbagi tata kohidupan global.
Bogitu pula dengan aklor-aklor yang lerlibal dalam keamanan lidak lagi
hanya difokuskan pada aklor negara letapi kini juga perlu memperhalikan
peran aklor non negara seperti organisasi kejahalan transnasional,
kelompok leroris. Bahkan kini kita menyaksikan mengemukanya akloraktor transnasional dan aklor non negara yang memiliki kapasitas aksi
seeara global.
3
Hal ini tentu saja akan memiliki dampak yang sangat besar bagi
terciplanya keamanan dan ketidakamanan baik dalam skala lokal,
nasional, maupun global,1
Berbagai perkembangan diatas, tentunya, membawa konsekwensi yang
sangat bosar bagi pemahaman menyeluruh konsop dan isu keamanan baik
pada tatm'an nasiona!, regional dan global. Pertanyaannya kini, bagaimana
kita dapat memaknakan konsep diatas dalam konteks hubungan
inlernasional kontemporer? Bagaimana pula kaitannya dengan isu
perbatasan negara kita?
Keamanan: Suatu tinjauan konseptual.
Secara elimologis konsep keamanan (security) berasal dari bahasa latin
"securus" (se + cura) yang bermakna terbebas dari bahaya, terbebas dari
ketakutan (free from dongeI; fmc from fear), Kata ini juga bisa bermakno
dari gabungan kata se (yang berarti tanpa/ without) dan curus (yang berarli
'uneasiness), Sahingga bila digabungkan kata ini bermakna 'Jibemtion
from uneasiness, ora poaeuifsituation without any risks ort111'8ats','
Semontara ilu dalam borbagai literalur ilmn Hubungan Internasional,
para sarjana Hubungan Inlernasional berargumen bahwa konsep
kaamanan merupakan scbuah "contested concept", Pendekatan tradisional
yang didominasi oleh mashab Realisme monyatakan bahwa konsep
keamanan merupakan sebuah kondisi yang terbebas dari ancaman mil iter
atau kemampuan suatu negara unluk melindungi negara-bangsanya dari
serangan militer yang berasal dari lingkungan ekslernal (the absence of a
military threat 01' with the protection of the nation from exte1'llai overthrow
orattack)",
lLihat misalnya United Nations -Development Progralnme (1999).
Human Development
Report. New York: Oxford University Pross.
ILihat Liota P. H (2002). Boomerang Effect: The Convergence of National and Human Security.
Dalum Securily DiRlogue. Vol.33. No.4. him. 473-488.
JHelga Haftenrlorn (1991). The Security Puzzle: Theory. Building and Discipline in
Internf!-!ignal Sc;curity. DalaI~l International Studies Quarterly. Vo1,35. No.l.hlm.3.-~17,-,,_ _~
4
Sejalan dengan pemahaman dialas, kapabililas mililer sualu negara unluk
mempertahankan diri mOl'llpakan sobuah keharusan, Hal senada juga
diungkapkan Walt~r Lippmann, misalnya, yang menyalakan bahwa
" a nation is secure to tho oxtont 1.0 which it is not in danger of having to
sacrifice core values if it wishes to avoid WQl; and is able, if challenged, to
maintain them by victolJ' in slIch a war".' Sedangkan, Arnold Wolfers
memaknakan konsep keamanan sebagai berikut, "Secllrity, in any objective
sense, measures the absence of thmats to acquired values and in a
subjective senso, the absence offearthat such values will be attacked". "
Kendati pun beberapa conloh definisi keamanan di atas menunjukkan
persamaan dalam hal kebebasan lerhadap ancaman-ancaman (militer)
namun, konsepsi dialas juga secara jelas mengindikasikan perbodaan
"roferent"" alau aklor keamanan (individual, nasional alau inlernasional).
Secara tradisional, kOl1Sep keamanan selama ini memang hanya merujuk
pada sifat ancaman yang borsifal militer semala sehingga responnya pun
hanya bersifalmililer dan hanya memfokuskan pada unit/aklor negara.
Sejalan dengan perkembangan-perkombangan yang begilu cepat dalam
hubungan inlernasional, Barry Buzan yang merupakan tokoh penggerak
pendekalanyang kerap disebul sebagai "the wid~ning School/the widerner"
memperluas makna konseJl keamanan dengan argumonlasi bahwa
keamanan tidak hanya melipuli aspek militer dan aklor negara semata
melainkan akan melipuli aSJlek-aspok non mililor dan melibalkan pula
aklivitas aktor non-nogara.'
4S cbagaiman3 dikutip dnlam Baylis, John, Smith, Steve (2001). The Globalization of World
Politics: An Introduction to International Relations. Oxford: Oxford University Press. Him.
255.
··Ibid.
r'Banyak teoritisi Hubungan Intcrnasional yang berargumen bahwa pada dasarnya konsep
ini mengacu pada peringkal anaJisis. LihaL misalnya Alagappa, Muthiah (1998J.
Rethinking Security: A Critical Revic\v and Appraisal of lhe Debate. Dalam Alagappa,
MUlhiah. Asian Security practice: Material and Ideational Practices. California: Stanford
University press. Hlm.28·31.
5
Pada dekade 1990an, PBB memberikan definisi konsep keamanan sebagai
berikul:
The concept of security must change from an exclusive stress on
national security to a much greater stress on people security, from
security thI'Ough armaments to security thI'Ough human
development, fI'Om tenitorial to food, empolyment and
environmental security.!!
Semen lara itu, konferensi negara-negara Afrika yang lergabung dalam
Organization for African Unity (OAU) yang diselenggarakan pada Lahun
1991 Lelah pula memberikan arLikulasi baru lerhadap konsep keamanan,
yakni:
The concept of security goes beyond military considel'Otions. It
must be construed in terms of the security of the individual citizens
to live in peace with access to basic necessitites of life while fully
participating in the affairs of his/her society in freedom and
enjoying allfundamental human rights. "
Dalam bukunya yang berLajuk "People, States and Pear", Buzan membagi
seklor keamanan ke dalam 5 bidang: Militer, polilik, lingkungan, ekonomi
dan societal'" Menurul pendekalan ini, sekLor militor hanyalah salah satu
aspek pen ling dari konsep koamanan. SemenLara itu, keamanan yang
lebih luas dan menyeluruh akan dipengaruhi pula oleh seklor polilik,
ekonomi, societal dan lingkungan baik dari peringkal individu, nasional,
regional dan global. SekLor keamanan mililer dan keamanan non-militer
serla berbagai poringkat analisis dapal digambarkan ,ceara menyeluruh
dalammalriks beriku l ini.
) Buzan, Barry (1997). Rethinking Security After the Cold War. Dalam Cooperation and
Conflict: The Nordic Journal of International Studies, Vo1.3Z.No.1.hlm, 5·28.
H
Lihat UNDP (1993). Human Development Report: People's Participation. Oxford: Oxford
University Press.
"Scbagaimana dikulip dari Peter Hough (2004). Understanding Global Security. London:
Routledge. Him. 13.
!"
Lihat Buzan, Barry (1991). People, States and Fear: An Agenda for International Security
Studios in the Post Cold War. Boulder: Lynne RienneI' Publishers
----"-,,--,,._----
G
Sektor Keamallall
~~-~~-
~-~~~-~~~-~~
Perillgkat
Kcamanan
Keamanan
Analisis
NOll~militer
Militer
[lolitik ekollomi societal lillgkullgan
individual
nasional
regional
illternasional
...•-.--~-.-~ .. --~.~-.-
----_._- ---~---~-~'--~---'~--~-
Lebih jauh, berbagai seklor militer dan non~mililer juga saling
mempengaruhi salu sarna lain. Kelerkailan antara kedua aspek keamanan
dialas dapal digambarkan sebagai berikul.
Seklor keamanan non mil iter
Seklor ekonomi
t
Seklor politik
t
Seklor
Iingkungan
7
Dari gambar disamping dapal dilarik snatu pomahamall bahwa
aspek/seklor ekollomi, misalllya, harns ditransfor nwnjadi aspok polilik
unluk dapal memiliki pengarnh negalif alau posilif lerhadap keamanan
dan kemudian akan berpengaruh lerhadap seklor militer. Begitu pula
sebaliknya, seklor mililer akan memiliki dampak pula pada seklor-seklor
lainnya. Conloh kasus sederhana clapal kita berikan mengenai
kemampauan ekonami RRC yang semakin meningkal clapal bernbah
menjacli sebuah kepulusan palitik ullluk meningkalkan kapabililas
militernya. Sebaliknya, kopulusan polilik ullluk memporkuat kapabilitas
militer juga akan menyeclol sumbor okonomi yang begilu bosar
(soklor okonomi). Bogilu pula dongan conloh kasus lainnya, kebuluhan
ekonomi AS, clalam hal ini kobuluhan lerhadap akses sumbor daya
minyak, tolah bernbah menjadi kepulusan polilik ullluk molakukan
serangallmilitor lerhadap Irak. Semenlara ilu, kepulusan polilik AS unluk
melakukan serangan mililer/perang lerhadap rrak lelah pula
lnempengaruhi dimensi ekonominya,
Klasifikasi anlm'a borbagai dimensi keamanan dialas dan unit analisa
lerhadap studi keamanan dalam hubungan inlernasional dapal
digambarkan dalammatriks berikut".
Alkira, Sabina (2002), A Conceptual Ftamework for Human Security, CRISE Working
Paper No,2, Oxford: University of Oxfol'd,pp.17,
11
8
What is tile Source of the Security Threat?
Military, NOlHnilitary, or Both
Military
,----.-•....- . - - - -••
States
--~
- - . - . -••....- ..
-.~-~.,
National security
Redefined security
(Conventional realist
approach to security sludies)
(e.g., environmental and
economic [cooperative or
comprehensive) security)
Security for Whom?
Intrastale security
Human security
Societies Groups, and
(e.g., civil V,rar, ethnic
conflict, and dcmocide)
(c.g., environmental and
Individuals
economic threats to the
survival of societies, groups,
and individuals)
Dari matriks clialas kila dapat melihal bahwa sumber aneaman lidak lagi
hallya borsifal mililor, bahkan dalam banyakkasus sumbor aneaman bisa
sekaligus borsifat militer dan non·mililer. Lebih lanjul, koamanan pUll
bukan hanya ditujukan bagi kelangsungan negara saja lelapi juga menjadi
kobuluhan bagi semua aklor lainnya termasuk individu. Sebagaimana
yang dilulis dalam Ileport of UlC Secl'etalJ'·Coneral's High·Leve] Panels on
71,rcats, Challenges and Changes, "Today, more than over before, a threat to
one is a threat to all. 'I1w mulual vulnembility of weak and strong has novel'
been c1earer"12
n United Nations (2004). A More Secured World: Our Shared Responsibility. Report of the
Secretary-General's High-Level Panels on Threats, Challenges and Changes. New York:
United Nations Department of Public Information, h1111.14.
I
9
Bel'bagai konsepsi aneaman keamanan dialas selain Inenunjukkan adanya
perluasan makna dari perspektif lradisional mennju non lradisional, juga
melibatkan aklor yang beragam (non-state) yang lerlihal dari dinamika
inleraksi aIllar seklor dan aklor keamanan. Dalam perkembangan
berikulnya, Buzan, Waever dan de Wilde rnengkonseplualisasikan
keamanan sebagai sesualu yang harus '."F:dagcd as existential threats to a
referent object by securitizing actor who thereby genemtes endOI:oement of
emergency measures beyond rules that would otherwise bind'. >"
Definisi dialas, lenlunya, memunculkan beberapa perlanyaan lanjulan,
seperli apa yang dimaksud dengan 'existential throat'?, Siapa yang menjadi
'referent'? dan apa yang dimaksud 'securitizing actor'? PemahamaTl
lerhadap konsep dialas menjelaskan kepada para penstudi hubungan
inlernasional bahwa sekurilisasi pada dasarnya melipuli masalahmasalah keamanan yang tidak saja diangkal menjadi agenda politik.
Selain iLu, isu-isu keamanan yang ll1cmperoleh status sebagai 'existential
threat' menunlul adanya upaya-upaya lindakan nyata yang begitu besar
unluk l118ngalasi berbagai isu alau aneaman keamananyang dihadapi para
'referent actor'.
Lebih lanjnl, studi mengenai proses sekuritisasi adalah sludi mengenai
relorika/jargon yang digunakan dalam keterkaitannya dengan aneaman.
Ketiga panulis dialas menggnnakan islilah 'speech-act' untuk menangkap
pmnahaman mengenai aneaman snbagai hasil dari konstruksi persepsi
anemnan bersama 1'1• Dengan denlikian, para pensludi hubungan
inlernasional/keamanan dapal membedakan seeara legas konsep
sekurilisasi dengan konsep polilisasi.
'i:I-Buza;;, Bany:-Waev;r, Ole, d~-Wild~, Ja;-I;~(1!198i~-s~'curity: A New Fran~·~work for
Analysis. Boulder: Lynne Rienner Publisher, hlm.5.
,4 ibid. hIm. 24-26.
-----
I
I
10
Tingkat kel'llmitan dari sifal dan stl'llklur sislam inlernasional yang
dihasilkan oleh inleraksi para unil/aktor yang semakin tinggi
memnnculkan pula beberapa alat/lensa ana lisa tambahan lainnya yang
dapal digunakan unluk memotret baik sifal, tipe aktor dan interaksi
keamanan yang dihasilkannya. Lensa analisa tersebut berupa seklor
analisis (scclor of analysis) yang terdiri dari 5 bagian'". Schor perlama
adalah militer. Sehor ini mengacu pada hnbungan-hubungan mililer para
unit/aklor dan biasanya memfokuskan pada kapabilitas militer unit/aklor
baik yang bersifal defensif maupun ofens if. Sektor ini juga mengacu pada
persepsi aneaman (militer) dan threat asscsmcnt dari para unit/aktor
terhadap unil/aktor lainnya.
Berikutnya adalah sehor polilik yang merujuk pada hubungan olaritas,
legilimasi polilik unit/aklor. Sehor ini, misalnya, memfokuskan pada sifat
hnbungan antar unit/aktor apakah bersifal hirarki alau setara. Sehor
ekonomi adalah sektar keliga yang memusatkan perhaliannya pada
hubungan perdagangan, produksi, keuangan dian tara para unit/aktor.
Sektor ini merujuk pula pada hubungan antar unit/aktor dalam pasar
internasional dan akscs terhadap perdagangan/perokonomian
internasional.
Semen tara sektor keempat bel'llpa sektor societal/sosio-kultural yang
mengaeu pada hubungan sosial dan kebudayaan antar unit/aktor.
Interaksi dalam hubungan ini beru.pa penyebaran ide (identitas kolektif,
kultur, bahasa, dan agama) antar nnit individu dan kelompok individu
dalam masyarakat internasional. Arti penting sehor ini dalam I-Iubungan
Internasional kontemporer, terlebih pada paska perang Dingin, semakin
meningkat ketika kebangkitan agama menjadi salah satu sektor utama
pembentuk interaksi internasional";. Bahkan Scott M Thomas
15Buzan, Barry, Little, Richard (2000). International System in World History: Remaking
the Study of Inlernagonai Relations. Oxford:Oxford University Press Hlm.72-74.
Lihat misalnya, Hayness, Jeff (2001). Religion. Dalam White, Brian, Little, Rich"rd,
Smith, Michael ed. Issues in World Politics. Hampshire: Palgravc.hlm.153-170 .
." - - - - . -....--.--~~- ..........--..- ...-.. ~,,~,,- .. ~~"------.---.-----------1n
11
111811yatakan bahwa kebangkitan agama terutama di negara-negara Dunia
Keliga morupakan bagian dari 'pemberonlakan nogara-negara Dunia ketiga
terhadap dominasi negara-negara Baral' (revolt against tho Wost)" dalam
sislem inlernasional kontemporer.
Sektor lerakhir adalah lingkungan yang meneakup hubungan anlara
aklivilas manusia dan lingkungan biologinya sebagai bagian dari sislem
pendukung penting dalam inleraksi inlernasional. Berbagai sektor diatas,
lontunya bukanlah merupakan seklor-seklor yang saling lerpisahkan.
Baik seem'a teOl'ilis dan [aklual, berbagai seklor diatas terkail salu dengan
yang lainnya.
Sekuritisasi isu maritim yang kini mengemuka di Selal Malaka dan Asia
Tenggara, misalnya, menunjukkan dengan jolas kelerkaitan anlal'a sekLor
militer, poliLik, ekonomi, sosial-budaya dan lingkungan. Dengan
demikian, sebuah kebijakan yang diambil dan aksi yang dilakukan oloh
Indonesia unlukmeningkalkan koamanan di Selal Malaka memiliki daya
jangkauan yang sangal luas bukan saja lerhadap poringkal analisa
(sislem inlernasional, subsistem inlornasional, nogara dan individu),
namun akan melibalkan pula berbagai sokLor analisis (mililer, polilik,
okonomi, sosial dan lingkungan) yang sangat rumit.
Lima Dimensi Keamanan dan Keamanan Nasil)nal yang
Menyeluruh.
Unluk monghasilkan sualu pomahaman menyoluruh terhadap berbagai
dimensi keamanan ilu sendiri lenlu kila harus melihatnya dari berbagai
dimensi. Dimonsi porlama yang perlu kita kotahni dari konsop keamanan
aclalah "tho oligin of threats". Bila pada masa Perang Dingin, ancamanThomas, Scott M (2000). Taking Religious and Cultural Pluralism Seriously: The Global
Resurgence of Religion and The Transformation of International Society. Dalam Millcnium:
Journal of International Studies,VoI.29.No.3. Hlm.817 ,
11
12
aneaman yang dihadapi selalu dianggap datang dari pihak luar/eksternal
scbuah negara maka pada mas a kini, aneaman -ancaman dapat berasal dari
domestik dan global. Dalam hal ini, aneaman yang berasal dari dalam
negeri biasanya terkait dengan isu-isu primordial seperti etnis, budaya
dan agama yang termanifestasikan dalam konflik komunal.
Konflik-konflik serupa diatas juga melanda Indonesia, Dalam konteks
Indonesia, konflik-konflik ini juga semakin diperuncing aleh karakteristik
geografis (faktor alam dan sosial) Indonesia, Berbagai tindakan kekerasan
(separatisme) yang dipieu oleh sentimen ethnonasionalis yang terjadi di
berbagai witayah Indonesia, misalnya, telah pula menyedot pm'hatian
nasional dan bahkan internasional.
Tatkala geliat-geliat separatisme seperti diatas semakin mengemuka dan
menggelisahkan hati anak bangsa, kita dihadapkan pada keraguan yang
amat besar terhadap masa depan dunia dan Indonesia sebagai sebuah
negara kesatuan,
Dimensi kedua adalah "The natute of threats", Seem'a tradisional, dimensi
ini menyoroti ancaman yang borsifal mililol'J 11nn1un borbagai
perkembangan nasional dan intornasional sobagaimana disebut diatas
telah merubah pula sifat ancaman menjadi jauh lebih rumit. Dongan
demikian, persoalan keamanan menjadi jauh lebih komprehensif
dikarenakan menyangkut pula aspek-aspek lain seperti ekonomi, sosialbudaya, lingkungan hidup dan bahkan isu-isu lain seperli demokratisasi,
dan HAM,
Alhasil, sebagaimana dik81TIukakan Peter Chalk, fenomena global
kontemporer diwarnai oleh "{'enomena abu-abu" (Grey Area Phenomena),
Fenomena ini seeara 10ngg81' dapat didefinisikan sebagai "aneamananeaman lerhadap keamanan, stabititas nasional dan inlernasional yang
diakibatkan dari proses-proses interaksi aktor negara dan non negara""',
w Chalk, Pcler"(2000). Non military security ond globaTol'd'~~(5xfO;~ "."-----Oxford Uniyers,HyJ-?x.Q.$.§.: ___ .. __ .. _.........
•
13
Akibalnya, issue~issue yang mengemuka pun s81llakin beraganl. Issue··
issue bal'll ini melipuli: konflik SARA; kelidakamanan ekonomi (economic
insecurity), dan degradasi lingkungan (lermasuk pula kemungkinan
penggunaan senjala pemusnah massal seperli senjala nuklir, biologi dan
kimia oleh aklor negara dan non negara).
Mengemukanya borbagai isu dialns sebagai sifal-sifal baru ancaInan
berkorelasi amal kual dengan dimonsi keliga yakni "changing response".
Bila solama ini respon yang muncul adalah lindakan kekerasan/mililer
semata, maka kini isu-isu lersebul periu pula dialasi dengan berbagai
pendekalan non-militer. Dengan kala lain, pendekalan keamanan yang
bersifal mililerislik sepalulnya digeser oleh pendekatan-pendekatan nonmililer seperti ekonomi, polilik, hukurn dan sosial-budaya.
Dimensi berikulnya yang juga akan rnengarahkan kita pada perlunya
periuasan penekanan keamanan non-tradisional adalah "changing
responsibility of security". Bagi para pengusung konsep kearnanan
tradisional, negara adalah 'organisasi polilik' lerpenting yang
berkewajiban menyediakan keamanan bagi selul'llh warganya. Semen tara
Uu, para penganut konsep keaman3n Ibaru' lnenyatakan bahwa lingkat
keamanan yang begitu tinggi akan sangal berganlung pada selul'uh
interaksi individu pada lalaran global.
Dimensi terakhir adalah "core values of security". Bel'beda dengan kaum
tradisional yang memfoknskan keamanan pada 'national independence',
kedaulalan, dan inlegl'ilas leritmial, kanm nonll'adisional melihal
mengemukanya nilai-nilai baru baik dalam lalaran individual maupun
global yang perlu dilindungi. Nilai-nilai baru ini-kerap disebul sebagai
keamanan nonlradisional-- anlara lain bel'llpa penghormalan pada
HAM, demokratisasi, pel'lindungan lerhadap lingkungan hidup dan
upaya-upaya memerangi kejahatan lint as balas (transnational crime) baik
ill! perdagangan narkotika, money laundering dan tel'orisme.
14
SeGal'a sederhana, perbedaan anlara pendekalan lradisional clan nonlradisional clalam memanclang konsep keamanan dapal digambarkan
dalam tabel sebagai berikut"':
Non Tradisional
Tradisional
Asal ancaman
Negara rival
Non~negara:
Kapabililas
Non~rniliter:
domestic dan
transnasional
(o11gin of threats)
Sifat ancaman
(nature of threats)
ekonomi,
politik domestik,
lingkllngan hidup,
tcrorisme, penyakil
menular, narkoba
RespOD
Militor
Non~militer:
liberalisasi
ekonomi, demokratisasi,
hak asasimanusia
(the responses)
f------.-----------+------------
Pihak yang
Negal'a
Negara, organisasi
internasional,
bCl'tanggung jawab
untuk menyediakan
keamanan
(the responsibiliy jor
providing security)
Nilai inti
(core values)
indiviclu
KCl11ordokaan nasional,
Kescjahtcraall
integritas teritorial,
ekonomi, hak asasi
manusia, perlindungan
terhadap lingkungan
ked aula tan
_________J ___________
......J._hid:Jl______
I
'"Benyamin Miller (2001), The Concept of Security: Shuld it be Redefined.
Dalam The Journal of Strategic studicsHlm.23
._ _ _.J
Keamanan Nasional Indonesia: Studi Kasus Isu Perbatasan
Negara
Buku Pulih Pertahanan RI 2003, misalnya, secara tegas menyatakan
RI masih memiliki sejumlah persoalan wilayah perbalasan dengan
10 (sepuluh) negara lelangga. Berbagai persoalan wilayah perbatasan
yang belum lerselesaikan dengan baik lersebul adalah dengan negaranegara Singapura, Malaysia, Filipina, Auslralia, Papua Nugini, Vietnam,
India, Thailand, Timor Lesle, dan Eepublik Palau.'" Sejumlah persoalan
wilayah perbatasan yang belum lunlas ini lenlunya memiliki
konsekwensi negalif pada berbagai dimensi keamanan nasional
Indonesia, seperti dimellsi keamanan mililel', politik, ekonomi, s08ia1 dan
ling kung an. ~1
Batas (negara) memainkan peranan penting dalam mencnlukan
kedaulalan dan keamanan nasional sualu negara dan bahkan balas ncgara
memiliki posisi penling dalall1 polilik luar negeri scbuah negara sebagai
upaya ll1embenluk lala interaksi antar negara yang konslruktif dalam
sualu cakupan kawasan geografis. Hubungan inlernasional konlemporer
dan agenda polilik luar negeri telap akan masih didominasi oleh persoalan
tradisional batas-balas negara. Hal ini lenlunya san gal lerkail dengan
persoalan keamanan nasional, kedaulalan teritorial dan efeklifitas polilik
luar negeri dan bahkan diplomasi yang diperankan oleh sebuah negara.
Gagalnya diplomasi Indonesia tatkala mongemukanya isu kepemilikan
pulau Sipadan dan Ligilan dengan Malaysia dan kelegangan anlara
Indonesia dan Malaysia di perail'an Amba!a! merupakan conloh kasus
betapa wilayah perbatasan negara memainkan peranan yang sangal
penling dalam hubungan bernegara.
:'<JLih~T buku putih perlahanan RI, Mi~~islry of D~fcnce (2003). Dofe~di;;g The Country
Entering the 21'1 CeniUlY. Jakarta: Ministry of Defence, hlm.24-25.
1.
1
Pembahasan lebih lanjut mengenai hal ini, !ihnl Barry Buzan ("1998). Security: A New
Hamewol'kjol'Analysis, Boulder: Lynne RienneI' Publisher.
16
Di sisi lain, [enomena globalisasi dengan berbagai macam aspeknya
seakan meluluhkan balas-balas lradisional anlar negara dan menghapus
jarak fisik anlarnegara. Perkembangan leknologi informasi, komunikasi
dan persenjalaan lclah mcnunjukkan pula betapa lapal balas negara
menjadi sesualu yang semakin kurang rclevan dalam hubungan
internasional pada era globalisasi dewasa ini. Globalisasi, menurnl
Anthony Me Grew, bukan saja telah menjadikan teritorialilas di banyak
negara llenjadi s81nakin kurang l'elevan, D1elainkan juga
memperlanyakan eksislcnsi kedanlalan leritorial yang dil1liliki scbuah
negara-bangsa." Ironisnya, perkembangan yang lerjadi di banyak negara
berkembang pada era globalisasi ini l1lenunjukkan kondisi yang sangat
berbeda.
Identitas dan Negara Lemah/Gagal (Weak/Failed State)
Dalam banyak kasus di banyak negara berkembang, persoalan batas
negara yang belum dapat dikelola dengan baik bahkan juga l1lenjadi salah
satu indikator bahwa negara tersebut sangat lemah alau bahkan lclah gagal
(Weaklfailed statc)." Hal ini, misalnya ditandai dengan ketidakmampuan
negara dalam mengelola secara fisik pengclolaan wilayah perbatasannya.
Selain itu, keliadaan administrasi yang efektif dalam mengatur balas
wilayahnya juga menjadi persoalan tersendiri yang menambah rnmil
persoalan batas wilayah negara.
Dalam konleks Indonesia, misalnya, [enomena pembentukan kabupaten
dan provinsi barn bisa dilihat pula dari mengemukanya sentimen lokalitas
dengan membentuk dan bahkan menuntul pembentukan wilayah
perbatasan barn. Alhasil, beberapa pemerintahan kabupalen dan atau
. _ - - - - - - - ._----------
Lihat misalnya, Anthony Me Grew (2000). Power Shifl: From National Government to
Global Governance, Dalam David held eeL A Globalizing World?: Culture, Bconomics and
Politics. London: Routledge, hlm.127-1GB.
1.3 Lihat Stewart Patrick (2006). Weak Slates and Global Threats: Fact or Fiction. Dalanl The
11
Washington Quarterly, Vo1.29, No.2, hlm.27-53.
17
provinsi baru kini berupaya unluk lllelllperlegas balas wilayalmya
masing-masing. Salah salu iluslrasi mengenai hal ini adalah permintaan
DPRD dan pemerin lah provinsi Banten kepada DPRD dan Pemerintah DKl
Jakarla unluk memperlegas balas wilayah kepulauan Seribu." Apabila
persoalan seperLi dialas tidak dapal dialasi secara komprehensif, lentunya
akan berdampak buruk pad a inlegrasi nasional Indonesia. Konsekwensi
terburuk dari kegagalan negara dalam memelihara wilayah perbatasan
dan inlegritas leritorialnya adalah tercabik-cabiknya negara lersebul
dalam perang sipil yang akan bermuara pada fragmenlasi dan
disinll~grasi. 25
Terbatasnya dan rendahnya kemanlpuan llegara dalam Incmgelola dan
mengawasi semua wilayah perbalasan dan lerilorialnya baik udara, laul
dan daral juga akan memiliki dampak yang sangal dalam baik secara
inlernal dan ekslernal. Kompleksilas persoalan wilayah perbalasan ini
secaJ'a lradisional bukan saja akan mendorong terjadinya intrasi"ie
conflict/war bahkan juga akan memicu lerjadinya konflik antar negara dan
interstate war. Hal ini dikarenakan bukan saja dipicu oleh prinsip
kesaluan lerilorialilas lelapi juga diperlegas oleh prinsip kedaulalan yang
selama ini memang Lelah menjadi kepenlingan perlama dan ulama dari
seLiap negara-bangsa. Seeal'a Lradisional, seLiap negara-bangsa akan siap
melakukan apa saja unluk memperlahankan kedaulaLannya wilayahnya. ",
Lebih jauh, Kari Laitinen juga mengungkapkan persoalan perbaLasan
(negara) bukan saja melulu meneakup persoalan Leritoria! semala,
melainkan juga akan mclipuli berbagai aspek kehidupan lainnya seperti
,.. Lihat "Ban ten Minta b'~ias"Wilayah Kel;u!auan Seribu ", haria;~ KOMPAS, 28 Maret 2006,
'~Lihat misalnya, Julian Saurin (1995) The End of Intel'llationai Relations'! The State and
International Theory In The Age ofGlobalizalion. Dalam John MacMillan, Andrew Linklaler.
Boundaries III Question: New Directiolls III International Heiatiolls. London: Pinier
Publishers, hIm. 244-261.
2''Mengenai dinamika konsep kedaulatan, lillat misalnya Daniel Philpott (2001). Revolutions
in Sovereignly: How Ideas Shaped Modem Inlel'l1otio11ai Fl.elations. New Jersey: Princeton
University Press, hlm.5-10.
18
sumberdaya dan kebanggaan identiLas yang clalam konleks lorlonlu akan
menjadi faklor ponting lorhadap kebanggaan lokal dan nasional clalam
palilik luar nogerinya.''-7 Pada litik ini, p8l'saalan perbatasan akan menjadi
isu yang sangat penting dalam agenda keanlanan nasional. Dengan
domikian, sis 10m manajomen pongawasan wilayah perbalasan akan
1ll81nainkan peranan penting dalam agenda pembangunan nasional secara
menycluruh.
Semonlara ilu dalam konleks hubungan inlornasional, acla ban yak kasus
pula yang dapal kita sobul unluk sekadar memberikan ilustrasi konflik
antar negara yang berawal dari belum lersclosaikannya berbagai persoalan
lapal batas negara. Dengan kata lain, berbagai perkembangan hubungan
intornasional kontemporor dewasa ini lelah membawa warna konlradiklif
dalam hubungan antar aklor (baik nogara maupun non nogara). Di saLu
sisi, mongomukanya senlimen (elno) nasionalisme dan borbagai bentuk
kelerikalan idenlitas [lokal dan nasional) lainnya serla keinginan unluk
momperlahankan sumberdaya (alam) semakin momperkual pentingnya
makna lapal balas. Munculnya kasus Ambalal anlara Indonesia dan
Malaysia adalah salah satu kasus yang dapal kita gunakan untuk
memahami hal dia tas.
Seeal'a lradisional, hubungan inlernasional memusatkan perhatiannya
pada sludi mengenai pola-pola polilik luar nogori yang membenluk
huhungan antar aktor nogal' a yang diikal oloh balas-balas
leritoriallkewilayahan. Ruang teritorial yang dimiliki oleh negara ini
kemndian akan menentukan kodaulalan, power clan bahkan kearnanan
yang dimiliki oloh negara.'"
21Lihat Kar( Laitinen f20(4).Reflecting tllC·"Se·~-l"lrity Border in The Post Cold War Context.
z.. Mengcnai hal ini lihat misalnya Mike Bowker, Robin Brown (1993). Hom Cold Hu1' to
Collapse: ThcOlJl and World Politics 111 The 19BOs. Cambridge: Cambridge University Press,
hlm.2.
19
Oleh karenanya, balas dan luas lerilorial memainkan peran yang sangal
signifikan dalam menenlukan eksislensi snalu negara. Gagasan ulama
dari penenluan balas lerilorial ini adalah unluk membedakan negara
secara fisiko Selain ilu, balas negara juga menjadi alal unluk mengonlrol
aliran barang, gagasan, dan bahkan ideologi.
Agar dapal mengonlrol hal dialas dalam sebuah ruang geografi, sebuah
unil negara akan membuluhkan kekualan mililer yang sekaligus pula akan
berfungsi unluk melindunginya dari kemungkinan gangguan kedaulalan
berupa aneaman mililer yang berasal dari lingkungan ekslel'nalnya.
Gagasan unluk melindungi keamanan balas wilayahnya (security border)
bel'sandar pada pemikil'an Realisme klasik yang sangat menekankan self'
help syst.em. Dengan kala lain, konsep security border akan membawa
konsekwensi pada kemampuan penangkalan (deterrence), kekualan
angkalan bersenjala (militwy jorces) dan dilema keamanan (security
dilemma) dalam inleraksinya dengan aktor negara lainnya.
Bahkan bagi Realisl klasik seperti Hans. J MOl'genthau, kepentingan
keamanan nasional yang sangal fundamenlal adalah "to pmtect [it;)
physical, political, and cultural identity against encroachments by other
nations""'. Lebih jauh, seliaI' Negara-bangsa harus mencapai kepentingan
nasionalnya 'defined in terIllS of power' unluk melindungi keamanannya
(security) wilayahnya dan kelangsungan hidupnya (survival).
Dalam argumen Realisme, kepentingan nasional memainkan peranan
yang sangal krusial dim ana melalui konsep ini, kebulnhan keamanan
suatu aktor Negara-bangsa memiliki kaitan yang sangal erat anlara
kedaulalan negara dan karakleristik sislem internasional, seperli anarki
dan distribution of power, dengan semua kebijakan luar nogeri dan
lindakan yang diambil aklor Negara.
Z~DikutiP dalam Juaa weiJ;" (1996). Conshucting-National Int~resls. DalamEuropeanJournal
ojIn/emotional Relations. Vol.Z. No.3, hlm.275·318.
20
Namun, persaalan balas
negal'a dan keanulnan nasional akan
rnornunculkan wajah berbeda di kobanyakan negara-negara borkornbang.
Studi yang dilakukan RobeI'll. ROlberg socara eksplisil rnengindikasikan
salah salu karakterislik ponling dari negara gagal ifoiled states) adalah
kotidakrnarnpuannya dalarn rnenyelesaikan persoalan batas nogara yang
kernudian mend orang lerjadinya intra dan intorstate war secara harnpir
bersamaan.:w Penataan dan pengelolaan
batas~batas l1egara
secara lebih
baik, dengan domikian, akan menjadi prasyaral ularna bagi upaya
rnenciplakan sobuah negara kuat (strong statol"'.
Di sisi lain, sebagaimana diutarakan Georg Sorensen, persoalan lerbesar
untuk menciptakan sebuah koarnanan nasional yang kual juslru kerapkali
torhambat oleh keterbatasan kemampuan, kalan lidak dikalakan
ketidakrnampuan, negara. Hal ini terulama dilunjukkan oloh agonda
negara yang sangat disibukkan dongan berbagai persoalan domestik
termasuk mempertahankan rejinl pCl11crinlahan semata, clan kmnaulpuan
yang lerbatas dalam rnongolola kondisi ekonomi, sosial budaya, polilik
dan perlahanan negara (lerrnasuk di dalamnya untuk menjaga semua
porbalasan negara dan wilayah leritorialnya).'" Sehingga lidaklah
mengherankan apabila kita memperoloh informasi bahwa sebagian besar
peneyelundupan dan pencurian surnbor daya alam kita begitu tinggi
karena lemahnya pengawasan wilayah perbalasan daral dan laut kila.
:WRobert L Rolberg (2004). The Failure and Collapse of Nation-States: Breakdown, Prevention,
and Repair. Dalam Robert 1. Rolberg ed. Whon Stales Fail: Causes and Consequences. New
Jersey: Princeton University Press, hlm.1-50 .
.1!
Merujuk pada penjelasan Sorensen, negara kuat clitunjukkan dengan institusi dan
mekanisme politik yang sudah matang, kinerja ekonomi yang baik, pengclolaan wilayah
leritorial yang baik, tata kelola pemerinlah yang juga baik, dan identitas nasional yang kuat.
Lihat Georg Sorensen (1996) Individual Security and National Security: The State Remains
the Principal Problem. Dalamjurnal Sccul'ilyDia]ogue. Vo1.27. No.4. hlm.375-390.
,zIbid.
-------------.----------.--4-----------------------
21
Keamallall Militel'dall NOll Militel'dalam lsu l'el'batasall
Bagi banyak negara berkembang, seperti Indonesia misalnya, isu
perbalasan negara dan keamanan nasianal kerap menjadi persaalan yang
sangal diJematis, Aspek perlahanan yang merujuk pada kemampuan
untuk mengalasi berbagai aneaman mililer yang berasal dari lingkungan
internasional akan berbaur clengan aspek ancalnan non 111iliter.
Tidak seperli nogara-negara maju lainnya, negara-negara borkembang
harus menghadapi sekaligus berbagai isu pembangunan ekonami, sasial
hudaya clan politik yang begilu rumil dan lorkail eral dengan slabililas
inlernal serla kemampuan aspek perlahanan negara untuk meJindunginya
dari berbagai kemungkinan anCaman mililm' yang bora sal dari Jingkungan
eksterna!.
Da13n1 banyak kasus di negara-negara berkmnbang, berbagai isu
pembangunan ekanami, sasial budaya clan paJitik damestik di alas
akhirnya menjadi bagian lidak lorlepaskan dari isu portahanan negara dan
keamanan nasiana!. Bahkan, isu-isu diaLas Lermasuk pembangunan
wilayah perbaLasan merupakan bagian dari domestic vulnerabilities yang
kerap mendaminasi agenda pembangunan keamanan nasianal sehingga
kemudian dilerjemahkan pula sebagai abyek ulama perlahanan negara,
Dipandang dari sisi penjelajahan Jileralur akademik, borbagai persaalan
yang lerkaiL salu sama lain seperLi dialas 101ah menunjukkan signifikansi
isu~isu
non milHer terhadap kenlampuan melindungi keamanan nasionaL
Selain itu, nogara gagal (jailed StaiB) yang lidak dapal melindungi wilayah
perbalasannya akan menghadapi berbagai persoalan kelidakamanan
wilayah perbalasannya yang muncul dari aklar non negara seperli
kelompok penjahat lransnasional (transnational organized crime) --yang
menjalankan aksi kejahatan seperti perdagangan narkalika, perdagangan
manusia, penyelundupan barang dan manusia serta pencucian uang
22
(money Jaundering)-- dan kelompok leraris yang kerap memanfaalkan
lemahnya konlrol wilayah perbalasan unluk merencanakan,
In81npersiapkan dan menggalang sonl11a aksi lerorismenya,:n
Salah satu iluslrasi lorkini mengenai kelerkailan anlara kcjahalan
transnasional dan aktivilas leroris1118 yang momanfaalkan wilayah
perbatasan yang tidak terkonlrol dengan baik adalah digunakannya
wilayah perbatasan Thailand, Malaysia dan Indonesia oleh kelompok
leroris dalam merancang, mempersiapkan dan melaksanakan aktivilas
lerorisme di Indonesia seJama beberapa tahun lerakhir ini."·' Wilayah
perbalasan di Thailand Selalan melalui provinsi Salun ke Sumalera
(kepuJauan Riau) melalui perairan Malaysia di sekilar Langkawi-Penang
merupakan jalur darat dan laul favorit yang digunakan unluk l11engalirkan
dana, peredaran senjala, dan bahan peledak para pelakn lerorisme unluk
merancaug aktivilas terorisme. Selain itu wilayah perbalasan Filipina
Selatan dari Zamboanga dan Davao (Mindanao), menuju kepulauan Sulu
menuju ke Sarawak dan Nunukan di Kalimantan serta Kepulauan Sangihe
Talaud di Sulawesi Utara menuju Maluku dan Sulawesi Tengah ditengarai
pula menjadi jalur penyaluran senjala dan manusia untuk melakukan
kegialan lerorisme di wilayah timur Indonesia."" Melihat contoh kasus
dialas, lidaklah berlebihan bila Harian The New York Times menyalakan
bahwa, "Failed states that cannot pr01ride jobs and food for their peopJe, that
hOlre lost chunks ofterritOlY to warlords, and that can no longer track or
control their borders, send an invitation to terI'Orists" .""
'u Lihat Elke Krahmann (2005). From State La Non-Stale Actors: The Emergence of Security
Governance. Dalam Elko Krahmann. New Threats and New Actors ill International Sect/ritl'.
New York: Palgrave MacMillan, him, 3-20.
-
"Terorisme: Segitiga Maut Indonesia-Malaysia-Thailand", harian KOMPAS, 1 April 2006,
Ibid
·HI Sebagaimana ditulis harian Now York Times, July 2005, Dikutip dalam Stewart Patrick
(2006), hhn,34, Penegasan kata-kata lcrcclak tebal dilakukan oleh ponulis unluk
koponlingan tulisan ini.
'1
3~
23
Dalam konleks ini, lomahnya konlrollerhadap wilayah pcrbalasan akan
mcnjadi faklor pengganggu dalam diplomasi perbalasan yang hams
Indonesia lakukan dengan beberapa negara tetangga. Dengan kala lain,
hal ini juga akan menjadi lilik lemah dalam perumusan dan pclaksanaan
polilikluar negeri Indonesia.
Pengalaman banyak negara berkembang yang coudemng lemah (woak)
alau gagal (jailed) len lang kompleksilas aklor dan isu militer dan non
mililer soperli lingkal pombangunan yang belum morala lerulama di
wilayah p8J'balaSan, ovelpopulation, kojahalan lintas balas negara,
degradasi lingkungan, dan persoalan sosial budaya, merupakan sumber
kclidakamanan nasional dan sekaligus menjadi sumber masalah dalam
polilik luar negeri. Sobagaimana dikalakan Caroline Thomas,
"{national} socwity in the context of the third Worlds does not
simply 1'Ofer to tho militQly dimension, as it ofton assumed in the
Western discussion of the concept, but tu the whole range
dimensions of a state's existence which have been taken care of in
the more developed statos, espociallythose in the West""'.
Sebuah iluslrasi sedorhana lenlang hal ini, misalnya, dapal ditemukan
dalam dua buah berila berbeda yang dimual di sebuah harian nasiona!.
Barian Kompas (10 Marel 2006) mengetengahkan sebuah berita yang
bertajuk "Keamanan RI Jadi Isu Ulama". Borita ini mengupas keengganan
para investor Jepang unluk menanamkan modalnya dikarenakan
ketidakslabilan keamanan dan kondisi sosial di Indonesia. Sementara
dalam sebuah berita lain pada harian yang sama dan langgal yang sama
pula, terdapal sebuah berila berlajuk "Pas TNI di Pulau TerluaI' Papua"
yang memberitakan npaya Kodam Trikora unluk membangun pas mililer
31 Dikulip dari Caroline Thomas (1991), New Directions-in Thinking about SecuritYl.n the
Third World. Dalam Ken Booth ed. New Thinking about Strategy and Intemationol Security.
London: Harper Collins Academic.hlm.269,
24
nnluk mengamankan
pulau~pulau
lerluar dari kel11l.lngkinan klailn dan
alan ancaman 111ililer pihak luar.
Selain ilu, dilengarai pula wilayah perbalasan ini merupakan jalur
lalulinlas ulama dari penyelundupan, pencurian kayu dalam jumlah
besar (illegal lodging) dan sumber daya kelaulan lainnya (illegalfishing). '"
Tenlu saja makna kala keamanan dalam berita perlama dan kedua
memiliki perbedaan yang sangat lajam. Bila berita pm·lama dimaksudkan
unluk melihal kondisi riil keamanan sosial domestik kita sehingga upaya
yang palu!. dilakukan unluk mengundang inveslor asing membuluhkan
beragam kebijakan non mililer seperli ekonomi, hukum dan sosial budaya,
maka pada berita kedua secara leg as mengacu pada aspek perlahanan
wilayah teritorial kit a dari kemungkinan kJaiI11 dan aneaman (mililer)
yang dalang dad lingkungan ekslernal kila. Oleh karenanya,
membuluhkan res pan yang bersifal mililer pula untuk melindungi
wilayah kodaulalan Indonesia. Namun lenlunya palut pula kita akui
bahwa respon militer semala lidaklah memadai. Dipcrlukan pula rosponrospon lainnya lermasuk aspek ekonomi, hukum, sosial budaya dan
diplomasi unluk mendukung upaya melindungi kedaulalan lerilorial kila.
Tingkal kerawanan di ban yak negara berkembang semakin menjadi lebih
!.inggi tatkala berbagai persoalan dialas diperumil dengan berbagai
persoalan lainnya seperti terbatasnya kapasitas sumber daya keuangan,
sumber daya manusia dan instilusional (termasuk kekualan militernya).
Oleh karenanya, isu perbatasan negara dan keamanan nasional tidak
dapat dipisahkan dari aneaman-ancaman militer dan non militer. Alhasil,
pengelolaan dan pengawasan keamanan seluruh wilayah perbatasan
akan meneakup berbagai dimensi baik militer, ekouomi, sosial budaya,
lingkungan dan politik.
'~Lihat
Harian KOMPAS, 10 Maret 2006, hIm. 21 dan 25.
,
25
Rumilnya persoalan perbatasan negara yang kila miliki sekarang ini yang
ditandai dengan beragam aspek seperti jenis aneaman, sifat aneaman,
obyek keamanan nasional yang semakin meluas, keterbatasan sumber
daya, persepsi aneaman yang juga begilu beragam, dan pendekalan dan
inslrumen kebijakan yang kila miliki, bukan saja harus selalu mendorong
kita untuk memiliki pemahaman yang lebih komprehensif mengenai arti
penting berbagai hal diatas, melainkan juga kita harus dapal
menghasilkan perangkat s.istem dan kebijakan yang dapat mengakomodasi
semua kebutuhan perbatasan wilayah negara dan keamanan nasional kila
seeara lebih lengkap dan utuh pula.
Seeara internal, pengelolaan dan pengawasan semua (balas) leritarial
bukan saja hanya akan memperkual nation-state building tapi juga akan
mendorong terciplanyaregional security building. Hal ini, misalnya, dapat
diupayakan dengan melakukan kerjasama dengan semua negara tetangga
yang memiliki perbalasan wilayah dengan kita. Namun tenlunya,
sebelum hal ini dapal dicapai, sekali lagi, kila harus mampu melibalkan
berbagai dimensi seperti ekonomi, dan sosial, hukum, dan diplomasi
dalam mengelola wilayah perbatasan kila.
Meminjam kala-kata Rizal Sukma, pengelolaan wilayah perbatasan negara
dan keamanan nasional Indonesia yang menyeluruh harus melibatkan
empat komponen yang terintegrasi dalam sebuah kerangka kebijakan
yang utuh, yakni: Development, Democracy, Diplomacy and Defence."
Egoisme sekloral yang tinggi untuk memisahkan berbagai komponen
diatas dalam pengelolaan wilayah perbatasan, teritorial dan keamanan
nasional kita hanya akan menjadikan Indonesia sebagai negara-bangsa
yang terseok-seok dalam merespon berbagai perubahan baik yang terjadi
dalam konteks lokal, nasional maupun global.
39
Rizal Sukma (2005) War will never solve our problem, dalam The Jakarta Post,
21 Maret 2005.
26
Dari uraian diatas, kita dapal menarik kesimpulan bahwa mengingal
perkembangan global yang kini sedang melanda dunia, konsep, isu
maupun agenda keamanan palut dijawab secara multidimensional.
Oleh karenanya, pemahaman menyelurnh terhadap konsep keamanan
tidak hanya cukup dengan menggunakan pendekatan militer belaka
namun harus mengintegrasikan berbagai pendekatan lainnya dan
melibatkan semua komponen non-mililer.
Dengan demikian, konsep keamanan yang komprehensif akan memiliki
empat elemen penting yang harus kita perhatikan. Pertama, keamanan
lidak lagi hanya didominasi oleh komponen militer semala. Kedua,
keamanan mernpakan produk dari kebijakan yang dihasilkan beragam
aktor (negara maupun non-negara). Keliga, keamanan mernpakan
interaksi yang bersifat interdependen yang dihasilkan dari inleraksi pada
kebijakan pada lalaran loka!, nasional, regional dan global, dan terakhir,
agenda keamanan juga bersifat majemuk.
Para hadirin sekaHan,
Pada bagian akhir pidato ini, perkenankan saya mengucapkan rasa syukur
dan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah menciptakan rasa
aman dan memberikan lingkungan keamanan kepada saya selama ini.
Lingkungan dan pihak pertama yang lelah memberikan rasa aman bagi
saya untuk mengembangkan diri adalah Jurusan Ilmu Hubungan
Inlernasional, FISIP UNPAR. Suasana yang begitu kondusif yang telah
menciptakan rasa aman bukan saja dirasakan oleh segenap mahasiswa
telapi juga sangat saya rasakan sejak saya kuHah di jurnsan ini dan berhasil
lulus Sl serta kemudian turnt membantu mengembangkan salah satu
jurusan paling prestisius di universitas ini dan juga (mungkin) di negeri
ini. Terima kasih atas dukungan selama ini dan semoga kita dapat terns
maju bersama selamanya. Lingkungan keamanan berikutnya adalah
Universitas Katolik Parahyangan yang secara institusional telah
27
membawa rasa
aIl1an
yang begitu basal' bagi kehidupan saya salama ini.
Terima kasih saya kepada semua jajaran pimpinan, Senal Unpar dan
khususnya ibu Roosmaida yang kcrap saya ganggu rasa amannya dalam
Inengurus semua prosedur birokralis yang sangat rUlllil ini. Semua
knalifikasi akademik yang saya miliki sckarang ini juga lidak akan pcrnah
terwujnd lanpa banlnan British Conncil, AusAID, Fulbright (AMlNEF),
dan DAAD yang telah memberikan kcamanan ekonomi bagi saya unluk
dapal mcrasakan berbagai pClualangan akademik kepada saya selama ini.
lnslitusi lain yang juga lelah membanlu saya dalam menciplakan rasa
aman dalam kehidupan akademik saya adalalt Centre for Strategic and
International Studies (CSlS) Jakarla yang lelah cuknp banyak membanlu
saya dalam mcngasah berbagai ide dan pemikiran hubungan
internasional. Selain itu, Departemcn Luar Negeri, Deparlemen
Pertahanan, khususnya Badan Pendidikan dan Latihan, Dewan Kelahanan
Nasional dan Kantor Sekretarial Wakil Presiden RI, khususnya Biro
Hubungan Internasional, kcdeputian Polilik dan Pro-Patria Institute yang
juga telah menyediakan berbagai forum bagi saya unluk berkonlribusi
dalam menuangkan berbagai gagasan tcntang studi keamanan dalam
hubungan internasional dan implikasinya bagi Indonesia. Juga kepada
berbagai media celak dan elektronik nasional yang telah memberikan
kesempalan kepada saya untuk turnt meramaikan wacana isu hubungan
inlernasional di tanah air. Unluk itu saya mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya.
Lingkungan keamanan berikutnya yang juga t urul berperan serta bagi
pengembangan diri saya adalah keluarga besar Anak Agung Gede Raka:
ibu dan ayah tercinta serta adik-adik terkasih clan keluarga besar Wayan
Gede Siadja: Ibu dan ayah lereinta almarhu m serta kakak-adik ipar
lerkasih yang berada di Bali. Tanpa mereka semua saya tak mungkin dapal
mencapai semua hal ini.
28
Last but certainly 110t least, lingknngan keamanan saya yang paling dekal
adalah istri lercinla: Made Kusumayanlhi, juga anak-anak lerkasih: Kaka
dan Wika. Mereka lah yang sungguh -sungguh telah menciptakan rasa
aman dan bahagia bagi kehidupan saya.
Semaga apa yang lelah saya raih selama ini juga dapal meningkalkan rasa
am an mereka, lerlebih c1ilengah seringnya saya meninggalkan keluarga.
Sekali lagi Ie rima kasih a las semuanya clan juga kepada pihak-pihak lain
yang lidak say a sebulkan yang lelah rnembanlu dalarn menciplakan rasa
mnan bersama. Terin1akasih ... ,
Semaga rasa damai dan aman selalu menyelimuti pikiran, hali dan alam
semesta raya kita.
Bandung, 12 Januari 200B.
29
Riwayat Hidup Singkal
AnakAgung Banyn Perwila, lahir di jakarta, 6 Februari 1967, merupakan
putra pertama pasangan Anak Agung Gede Raka dan Nengah Sukarmini.
Banyu, demikian ia biasa dipanggil, menyclesaikan pendidikan dasar,
menengah pertama dan menengah atas di lellibaga pendidikan Kalolik
Pangudi Luhur, jakarta. Sejak llIenempuh kuliah Sl di jurusan Ilmll
Hubungan Internasional, ia sangal lerlibal aklif dalam kegialan
kemahasiswaan. Pada tahun 1988, ia l11enjadi Kelua Hil11punan
Mahasiswa Hubungan Internasional FISIP Unpar, lalu pada tahun 1990
menjadi Ketua I Senat Mahasiswa FISIP Unpar dan menjadi salah seorang
pendiri Kelol11pok Sludi Mahasiswa Pengkaji Masalah-Masalah
Inlernasional (KSMPMI). Kelompok studi ini kini lelap hadir di lengah
mahasiswa jurusan IImu Hubllngan Inlernasionill FISIP UNPAR.
Dan sejak saat ilu pula lah, ia lerlibal dalam berhegai kegialan diskusi dan
menjadi penulis kolom masalah hubungan inlernasional di berbagai
media cetak nasiona!. Studi S-l dari jurusan l-Iubungan Inlernasional,
FISIP UNPAR diselesaikan pada Desember 19!}0. Selelah lulus, sempal
menjadi wartawan lepas Majalah Teknologi dan Siralegi Militer (TSM)
yang kini sudah lidak lerbillagi. Banyu bergabung sebagai tenaga dosen
tetap pada bulan juli 1991. Pada lahun 1992, ia memperoleh beasiswa
Blitish Chel'ening Scholarship dari Pemerinlah J nggris unluk meneruskan
program paskasarjana dan m8mperoleh MA inintcl11ationalllelatiolls and
Strategic Studies dari Lancasler UniversiLy-Inggris pada Novomber 1994.
Sepulangnya dari Inggris, ia Il1enjabat sebagai Sekrelaris jurusan IInm
Hubungan Inlernasional (Feb 1995-Feb 1998).
Tahun 1998, ia memperoleh beasiswa Australian Del'clopment
Scholarship untuk mengambil program Dokloral di Flinders University,
Adelaide-Australia dan pada bulan Juli 2002 berhasilmonyelesaikan sludi
30
Doktoral dalam bidang Asian Studies dengan judul disertasi
"Between S'ecuiorisotion onci Isiamisation: Indonesia's Foreign Poli(;y
Tbward the Muslim World In the Soohorto Era. Sotelah lllenyelesaikan
studi Doktora], Banyu kemudian terlibat dalam berbagai jabatan
slruklural soporli Sekl'l,laris JUl'Usan Ilmn Hubungan Internasional
(Nov 2003-Jan 2004), Pembantu Dekan I FrSIP Unpar (Feb 2004-Juni 2004)
dan menjadi Dekan FISll' Unl'ar (Juli 2004-Nov 2006). Kini ia menjabat
sebagai Wakil Rektor Unpar bidang Hubungan dan Kerjasama
(Des 2006-Nov 2011). Selain ilu juga letap aklif menulis di berbagai
modia celak nasional da n lerlibal dalam berbagai aktivitas akademik di
lingkungan De1'arlom811 Luar Negeri RI, Departemen Perlahanan, Dewan
Kelahanan Nasional RI eLII1 Kanlor Sckrelarial Wakil Presiden RI
Sclain aktivilas di alas, in juga lerlibat sebagai anggola-anggota Kelompok
Kerja Reformasi Seklor Kcamanan-Pro Palria, Senior Fellow, Center for
Security and Defence Studies, Jakarta dan Overseas Member, Centro
Argentino Estudics de Inlernacionale (CAEI) , Argentina, Lead Institute,
Jakarta
Banyu Perwita menikah dengan Made Kusumayanthi dan dikarunai dua
pulra: Anak Agung Dharma Sewaka Perwita (14 th) dan Anak Agung
Satwika Perwita (11).
I
J
31
Daftar Riwayat Hidup
Nama Lengkap
Tempat dan tanggallahir
Jabatan fnngsional
Statns
Nama Istri
Nama Anak
Alamat Kantor
Alamat Rumah
Jenjang Pondidikan
Anak Agung Banyn Perwita
Jakarta, 6 Fobmari 1967
Guru Besar
Monikah
Made Kusumayanthi Siadja, SE
Anak Agung Dharma Sowaka POl'wita (14 th)
Anak Agung Satwika Porwita (11 th)
Jurusan IImu Hubllngan Internasional
FISIP UNPAR, Jalan Cillmbuleuit 94
Bandllng 40142
E-mail: [email protected]
JL Pratista Baral VI/5 Pratisla Antapani,
Ban dung 40291, lolp: 022-7272372
Ph.D in Asian Studies, Department of Asian
Studios, Flindors University, Adelaide Australia (2002)
MA in International Helations and Strategic
Studies, Lancaster University, Inggris (1994)
32
Sarjana (Strata 1, Hubungan
Internasional FISIP Universitas Katolik
Parahyangan, Bandung (1990)
SMA Pangudi Luh ur, Jakarta
(1983-1986)
SMP Pangudi Luhur, Jakarta
(1980-1983 )
SD Pangudi Lllhur, Jakarta (1974-1980)
Pekerjaan
bxte1'l1al Examiner for Ph,D, Univel'sili
Kebangsaan Malaysia (UKMJ, Malaysia,
Sejak2007
Dosen SESKOAD TNI AD sejak 2007
Dosen program stlldi Mastel' of Defence
Management ITB, sejak 2007
Extemal Examiner (Program Doktoral
Kajian Amerika) Universitas Indonesia,
sejak 2006,
External Co-Supervisor (Ph,D),
University of Gent, Belgia, sejak 2006,
Dosen Paskasarjana (Magister limn
Politik) Program Paskasarjana UNPAD
sejak 2004
-I
I
33
Dosen Paskasarjana (Magisler Ilmu
Sosial), Program Paskasarjana UNPAR
sejak 2003
Dosen lelap HI FISIP UNPAR sejak 1991
(Slrata 1)
- - - ---------
Pengalaman Jabalan Slrllktural:
Wakil Reklo]' bidang Hllbllngan dan
Kerjasama UNPAR (2006-2011)
Dekan FISH' UNPAR
(juli 2004-November 2006)
Wakil Dekan I FISH' UNPAR
(Februari-Juni 2004)
Sekrelaris jurllsan HI FISIP UNPAR
(November 2003-januari 2004)
Sekrelaris jllt'llSan HI FISIP UNPAR
(1995-1998)
Pengalaman Penelilian:
DAAD llesearch Visiting Fellow,
Indonesia llesearch Unit, Inst.itute of
Political Sciences, International
llelations/Foreign Policy Studies,
University of Giessen, Germany (2005),
Asian Political ond International Studies
Association (APISA) Research and
Teaching Fellowship (2004), Kuala
Lumpur-Malaysia,
34
Visiting Fellow, Clingendae1 Institute of
Intemotional Helations, DeniloagNetherlands (February 2004)
Fulbright Fellows, Univel:>ity of Southern
Carolina, Columbia-USA
(J une-Jnly 2003)_
Asian Visiting FelJow, Nordic Institute of
Asian Studies (NIAS) CopenhagenDenmark (March 2003)
----------_._---
Penghargaan:
AusAID Endeavour Indonesia Hesearch
Fellowship (2007)
DAAD Fellowship (2005)
-~------------------
Dosen Berprestasi I KOPERTIS IV
Jawa Barat dan Banten (2004)
Fulbright Fellowship (2003)
Australian Development Scholarship
(1998-2002)
Dosen Berprestasi I KOPERTIS IV
jawaBaral(1990)
British Chevening Scholarship
(1993-1994)
35
Aktivilas lainnya:
Overseas MClllbcz; CcntI'D Argentino dc
Estudies Jnternacionale (CAEl) ,
Argentina (sejak 20(6)
Senior Fellow Mcmbo1; Centre for
Security and Strategic Studios, Jakarla
(sejak 2006)
Memb81; Indonesia ilesearch Unit,
Institute 0/ Political Sciences,
International Helations/Foreign Policy
Studies, University of Giessen, Germany
(sejak 2005).
Anggola, Kclompok Kerja Reformasi
Seklor Keamanan, ProPalria (sejak
2002).
36
.
Daftar Penelit\an, Buku, JurnaI, Makalah yang
dipresent~si
dan artikeI Populer terpilih
an
Penelitian (dalam bahasa Inggds):
1. Development of Co()pomtion as cm Instrument in the Prevention of
Terrorism. Anggota lim penelili, Departemen Luar Negeri Denmark
dan Nordic Institute ofAsian Studies (NIAS), Denmark. 2003.
2. Between Sccularisation and Islamisation ofPolicy: Indonesia's Foreign
Policy Toward the Muslim World in 71w Soeharto Era. Ph.D Thesis,
Dept. of Asian Studies, Flinders University, Adelaide-Australia
(2002).
Penelitian (dalam bahas" Indonesia):
1. Analisis Anggaran ]Jolonjo Militer: Studi Komparasi. Anggota tim
Peneliti. INl'1D don Pusot Sludi Keamonan Nasional UNPAD (2007).
2. Anolisis Ketalwnan Pongan di Indonesia: Studi kasus Kota Semarang.
Ketua tim peneliti, F1SIP-LPM UNPAR (2006).
3. Faktor-Faktoryang Mcmpengaruhi Aktivitas 1erorisme di fawa Baral.
Anggota tim peneliti, Menkopolhukam dan PACIS UNPAR (2006).
4. Integrasi, Kohesivit.us Bangsa dan Politik Luar Negeri Indonesia,
BPPK-Deplu HI dan PACIS UNPAR (2003).
Bnkn (dalam bahasa Inggris):
1.
Security Border Manogement in Indonesia. A contributing chapler of
2.
the book "Almana!: Indonesia 2007: Security Sector Reform in
Indonesia". Beni Sukadis. Ed. Jakarta: Lespersi (2007). ISBN: 978979-25-2031-6.
National Border Management and Security Problems in Indonesia.
In "Border Management Reform: In n'ansition Democracies. Aditya
Balara, Beni Sukadis. Eds. Jakarta: LESPERSSI and DeAF
(Switzerland). ISBN: 978-979-1290-01-2. (2007)
37
II
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Indonesia and the Muslim World: Islam and Secularism in the FOI'Oign
PolicyofSoeharto and Beyond. Copenhagen: NIAS Press, 2007. ISBN:
10-87-91.114-92-2. (2007).
Democratization and Foreign Policy in indonesia: 7110 Impact of
Islamic "Symbolic Politics" on Post-Sooharto Foreign Policy A
contributing chapter of the book "Democracy in Indonesia: The
Challenge of Consolidation. Bob S. Hadiwinata, Christopher Schuck.
Eds. Munich: Nomos Verlog.ISBN: 13-978·3-8329-2374-7. (2007).
Globalization, Radical Islam And "Religious" Conflict in Indonesia.
A contributing chapter of the book "Understanding and managing
Militant Movements in Southeast Asia". Ed. Kamarulzaman Askandal'.
Penang:Universiti Sains Malaysia. ISBN: 9fJ3-3391-01-X. (2006).
Democracy; The issue of Terrorism and SecUlity Sector Heform ill
Indonesia. A contributing chapter of the book" Democratization and
the Issue of Terrorism in Indonesia. Eds. Norbert Eschborn, Joyce
Holmes Richardson, Henriella Lilla. Jakarta: Konrad Adenaill'
Stiflung. ISBN: 979-99134-2-x. (2005).
New Strategic Partnership in Asia Afi'ica. A contributing book chapter
in "Asia Afi'ican Movement". Ed. Ilantario !landoro. Jakarta: CSIS.
(2005).
Global Terrorist 'I1,reat and Regional Responses: The Case of ASEAN.
A contributing chapter of the book" Understanding Global Politics:
Issues and n·cnds". Ed. Majumdar, Anindyo, Shibashis, Chatterjee,
Calcutta: Lancer's Book. (2004).
38
Buku (dalam bahasa Indonesia):
1,
2,
3,
4.
5.
6.
7.
Lumpur Panas Sidomjo dan PerspektifKeamanan Global. Kontribntor
dalam buku "Lumpur Panas Sidoarjo: jangan Biarkan Kami
Tenggelam", Ed, Muradi. Bandung, PSKN Unpad, ISBN: 978-97916623-0-7 (2007),
Redefinisi Konsep Keamanan: Pandangan Realisme dan NeoRealisme, Kontribulor dalam buku "'Il'ansformasi dalam Studi
Hubungan Intcrnasional: AktD1; IS[l dan Metodologi, Ed, Yulius P.
Hermawan, Yogyakarla: PT Graha Ilmu, ISBN: 978-979-756-201-4
(2007),
Tanggapan atas Kajian lvitis terhadap UU No, 3/2002 tentang
Pertahanan Negara, Kontributor dalam buku Pena/aan Kerangka
Regulasi Keamanan Nasional, Ed. T I-Iari Prihatono. jakarta:
ProPatriaInstitute.ISBN: 979-96229-5-6. (2006).
Editor, "Rekam Jejak SSR di Indonesia". jakarta: ProPatria Institute.
ISBN: 979-96229-4-4,(2006).
Pengelolaan Keamanan MariLim Secara Terpadu. Kontributor dalanl
buku "Quo Vadis Indonesia: Problem and Solution". Eds: Indraswari,
A Kristian Pakpahan, Maria Harni, Theresia Gunawan. Bandung:
FISIP UNPAR. ISBN: 979-97319-1-7 (2006).
Editor, "Mencari FiJl1l1at Kamprehenslj Sistem Pertahanan dan
Keamanan Negaro". Jakarta: ProPatria Institute. ISBN: 979-96229-3X. (2006).
Isu Keamanan Non'fradisional dan Desain barn Politik Luar Negeri
Indonesia, Koni.ribulor dalam buku "Mencori Desain Baru Politik
Lua]' Negcri Indonesia". Ed. Banlarlo Bandoro, Jakarta: CSIS. ISBN:
979-21-1200-6. (200S),
8.
Kemitraan Strategis Baru Asia-Afrika: Tantangan dan Peluang,
Kontribulor dalam buku "Percikan Pemikiran: Membangun Jembatan
Emas Persahabatan, Solidaritas, dan Kemitraan Diantara NegaraNegara Asia Afrika. Ed. Asep Warlan Yusuf, Sri Rahayu Oktoberina.
39
Bandung: Pemerintah Propinsi jawa Barat dan REAL Institute. ISBN:
979-3838-05-1. (2005).
9. "Pengantar Ilmu Hubungan Internasional". Bandung: PT Remaja
Rosda Karya. ISBN: 979-692-384-X. (2005).
10. Hasnan Habib dan Perkembangan Kajiall Strategis di Indonesia.
Kontributor dalam buku "75 Tahun Ha8Jw/l Habib: Jenderal Pemikir
dan Diplomat". Ed. Edy Prasetyono, Clara Yuwono. I-Iadi Soesastro.
Jakarta: CSIS (2003). ISBN: 979-8020-81-0.
JurnalInternasional:
1. Islam's Symbolic Politics. Jurnal Melintas : A Quarterly Journal of
Philosophy and Religion. Vol. 22. No.3, March 2007.
2. The Impact of Territorial Border Problems on Indonesia's Security.
In The Indonesian Quartedy, Vol. 34. No.3. 2006.
3.
Islam Symbolic Politics, Democratization and Indonesian Foreign
4.
5.
6.
7.
Policy. Working Paper No.4, Centro Argentino de Estudios
Internacionales. Buenos Aires, Argentina. December 2005.
Terrorism, Democratization and Security Sector Reform in Indonesia.
Working Paper No. 11, Indonesia Research Unit, justus-Liebig
Universital Giessen, Germany. December 2005.
Security Sector Reform in Indonesia. An academic article published
by Joumal of Security Sector Management, University of Cranfield,
UK. Vol, 2, December 2004.
ASEAN and the Issue of Terrorist Threats. An academic article
published in NlASNytt. No.3 by NIAS, Cop(11lhagen-Denmark.
September 2003.
Indonesia's changing Role in OlC: Is It A "Necessity of Foreign Policy".
Academic Article published by 7118 Indonesian Qumteriy-CSIS,
No.l/2003. june 2003.
40
Jurnal Nasional:
1.
Agenda dan TanLangan PoliLik Luar Negeri 13ebas Aktif: Sobnah
Renoksi TeoriLis. jurnal GLOBAL: jurnal Politik Intemasional VI, Vol.
9. No.1. Mei-Novomber 2007.
2. Kobijakan PerLahanan jopang. jurnal ANALISIS CSIS. jakarLa, Me;
3.
4.
5.
2007.
Isu KepemiInpinan dan Relevansinya Dengan Kealnanan Nasional.
JurnalSATRIA: Studi Pertahanan. Badiklot-Depal'temen PeI'tahanQn.
Vol. 2. No.3. OkLober 2006.
Kapasitas ASEAN Dalam Penyelesaian Konflik Internal di Myanmar.
Jurnal ANALISIS, Vol. 35. No.2, CSIS Jakarta. juni 2006.
Isu PerbaLasan Nogal'3 dan Keamanan Nasiona!. jurnal SATRIA:
Studi PerLahanan. IladiklaL - DoparLemon Pertahanan. Vo!' 2. No.2.
Mei 2006.
6. Signifikansi Roformasi SekLor Keamanan 13agi Indonesia. Jurnal
SATllIA: Studi PeI'tuilanan. Va!. 2. No. 1. 13adiklat - Deparlemen
Pertahanan. Februari 2006.
7. Hak Asasi Manusia dan Polilik Luar Nogori Indonesia. Jurnal Pro
Justitia, Vol. 24. No. :2. juni 2006.
B.
Kecenderungan Perkembangan Lingkungan Slrategis dan
Relovansinya Bagi SLrategi Pertahanan Keamanan Indonesia. Jurnal
SATlllA: Studi Pel'tailunan. 13adiklat-Departemen Pertahanan. Va!. 1.
No.2. Aguslus 2005.
9. Kemitraan SLrategis 13aru Asia Afrika. Jumal ANAL/SIS CSIS. Aguslus
2005.
10. Reformasi Sektor Keamanan di Indonesia. Jurnal SOSPOL: FISIPOL
Universitas Gajail Mudo. Mei 2005.
11. Reformasi Dewan Keamanan P1313. Jumal Pro Justitia. Va!. 23. No. 1.
janual'i 2005.
12. Perubahan Lingkunban Keamanan Global dan Politik Luar Negeri AS.
Jumal Hubungon Inlel'JJosionoi, FISIP Unpar. Vol. 1. No.2, Mei 2005.
41
13. Keamanan Baru dan Tantangannya Bagi Politik Luar Negeri
Indonesia. jumol Pejambon: Departcmcn ["uor Ncgcri. Vol. 2. No.6.
Desember 2004.
14. Isu Keamanan Marilim di Selat Malaka. jumol Global, FISIP UI. Vol.
7. No.1. November 2004.
15. Keamanan Manusia dan Relevansinya Bagi Indonesia. jumal
ANALISIS CSIS. Vol. 1. No.2. juni 2003.
16. Peran Indonesia dalam Penyelesaian Konl1ik di Mindanao. jumal
Hubunganlntcmasional, FISIP Unpar. juni 2003.
MakaIah InternasionaI:
1.
2.
3.
4.
5.
Indoncsia's Forcign Policy and the ChoUenge of New Stmtegic
Partnership in Asia Africa. Paper presented <lttheDialogue on the New
FramcwolkofAsia Africa Partnership, in Egypt, Aljazair and Ethiopia.
Organized by Directorate of Public Diplomacy, Department of Foreign
Affairs, November 14-24,2007.
Global Tel'l'Olist threats and Regionaillesponds: The case of ASEAN,
paper presented at the Workshop Oil journalist visit Programme of
South Pacific Dialogue and Pacific Island Forum", organized by
Ministry of Foreign Affairs, Holel Boroillldur, jakarta, August 14,
2007.
Democracy and Security Sector Reform, presentation at the Summer
School of "Good Governance, Regional Cooperation, and the
TI'Onsformation of the Security Sector in indonesia", University of
Giessen and Parahyangan Centre for Emopean Studies (PACES),
funded by Federal Foreign Office-Germany, 13andung, june 20, 2007.
A People-Cenlered ASEAN Charter, a discussanl paper pres en led at
lhe Roundtable Discussion on ASEAN Charter, Organized by
Department of Foerign Affairs, Holel Nikko, jakarta, june 14, 2007.
The Management of National Border and Indonesia's Secmity
Problem. Paper presented al the International Seminar on " Good
Practices in BOI'der Management Qnd BordoI' Seclllity", organized by
42
.~--
_._-------
SESKO TNl (TN! Schoo! of Staff Command) and Geneva Genterfor
Democratic Control of Armed Forces (DCAF), Hotel Grand Preanger,
Bandung, March 21,2007,
6, Reinvigorating Coop()]'ation in The South China Sea, Paper presented
at the 16'" Workshop on Managing Potential Conflicts in the South
China Sea, organized by the Policy Planning and Development
Agency of Ih8 DeparLmrmt of Foreign Affairs, Santika Beach Hate!,
Bali, November 22-24,2006,
7, The war On Terror and Islamic Radicalism in Indonesia,
Paper presented atlhe International Conference on "Peace Building in
Asia Pacific", Institute of Dispute Relations, Khon Kaen University,
Thailand, june 30 - july 2,2006,
8,
Islam and Indonesi<l's Foreign Policy in the Post Soeharto era and
Beyond. A paper pwsenled at the International Seminar "Democracy
in Indonesia", organized by Giessen University and Parahyangan
Centre for European Studies, Bandung. February 23-24, 2006,
g, The Future of Asia African Movements, Paper presented at the
International Conferonce on ilemembering the Bandung Spirit,
organized by India's Foreign Ministry and jawaharlal Nehru
University, New Delhi-India, April 26-29, 2005,
10, "Good Governance and the Role of the Armed Forces in a Democracy",
Paper presented al The Clingendael Institute of Intemational
ilelations, Denhaag-Netherlands, March 13,2004,
11. Islam, Globalization and Religious Conflict in Indonesia,
Paper presented at the SEIICSN Conference "Issues and Challenges for
Peace and Conflict Iiesolution in Southeast Asia", Shangri-La Hote!,
Penang, Malaysia, january 12-15, 2004
12, Security Sector Reform in Indonesia: The Case ofIndonesia's Defence
White Paper 2003, Paper presented at Regional Worhhop on "State
and Civil Society ill Southeast Asia:Toward Democratic Contlict
Rcsolution"organizeri by Southeast Asia conflict Studies Network.
Hotel Raddin, Smmr-Bali, October 15-17, 2003,
------_._-_._-_..._-------
43
Makalah Nasional:
1. "Doklrin dan Perlahanan", makalah yang dipresenlasikan pada
Pelalihan "Advokasi Masyarakat Sipil lInluk Reformasi Seklor
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Keamanan, INFID (International NGO Forum on Indonesian
Development), 14 Desember 2007, Holel Cemara Jakarta.
"Pendidikan Kader Bela Negara", makalah penanggap utama pada
Forum Komunikasi Pendidikan Badan Pendidikan dan Lalihan
Deparlemen Pertahanan RI, 13 Desember 2007, Badiklal Dephan Rl.
Membangun Kembali Perdamaian di Filipina Selalan: Perspektif
Akademis. Makalah yang dipresentasikan pada Diskusi Sehari
"Membangun Kembali Perdamaian di Filipina Selalan: Kemungkinan
dan Peranan Indonesia", diselenggarakan oleh Biro Hubungan
Inlernasional, Kedepulian Politik, Kantor Sekrelarial Waki! Presiden
RI dan Jurusan Ilmu Hubungam Internasional, FISIP UNPAR, Holel
Panghegar, Bandung, 27 November 2007.
"Problema Hubungan TNI-Polri", makalah dalam kuliah Panel, Studi
Pertahanan ITB, Holel Grand Aquila, llanelli ng, 11 September 2007.
"Pengembangan Kebijakan Keamanan Nasional", Rapal Kerja Terbalas
Dewan Kelahanan Nasiona!, Hotel Sahid, Jakarla, 28-30 Aguslus
2007.
"Pasifik Selatan: Konsep Kerjasama Kawasan Baru". Makalah yang
dipresenlasikan pada Perlemuan Kelompok Ahli "Arah kebijakan
Luar Negeri RI di Pasifik Selatan", diselrmgggarakan oleh BPPK,
Deplu RI, Holel Sheraton, Bandung, 29 Aguslus 2007
"Soft Power dan Politik Lnar Negeri RI", makalah yang
dipresenlasikan pada Seminar "Optimal isasi Soft Power dalam
Polilik Lnar Negeri RI", dise!enggarakan oleh BPPK Deplu RI dan
Jurusan Ilmu Hnbungan Internasional, FISlP Unpar, Bancinng,
9 Agnstus 2007.
"ASEAN Security Communily dan Isu Kcamanan Non-Tradisional",
makalah yang elipresentasikan pad a Seminar Nasional ASEAN 40'"
Anniversary, diselenggarak\ln, oleh Dirakloral Jenderal Kerjasama
44
ASEAN, Deplu I'll dan Jurusan IImu Hubungan Internasional, FISH'
UNPAR, Bandung, 8 Aguslus 2007.
9,
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
HPerang Inforn18si dan Ketahanan Nasional Indonesia l1 , Rapat Korja
Terbalas Dewan Kelahanan Nasional, Hotel Saphire, Yogyakarta, 1719 Juli 2007.
"Posisi Indonesia dan Konflik di Thailand Selatan," Pertemuan
Terbatas Sekretariat Wakil Presiden I'll, Hotel Inna, Surabaya, 12 Juli
2007
"Kebijakan Keamanan Nasional RI Masa Depan", Rap at Kerja Terbatas
Dewan Kelahanan Nasional, Holel Bumi Minang, Padang, 5-7 Juni
2007.
"Kebijakan Luar Negeri Rl di Timur Tengah", Perlemuan Terbatas
Sekretarial Wakil Pwsiden I'll, Hotel Garuda Plaza, Medan, 25-27 Mei
2007.
"Kebijakan Luar Negeri I'll terhadap Konflik Kosovo", Perlemuan
18rbalas Polilik Luar Negeri Rl di Eropa, Direktorat Jenderal Amerika
dan Eropa, Deparle!1len Luar Negeri I'll, Jakarla, 4 Mei 2007.
lsu dan Tanlangan Kemnanan Energi Dan Bubungan lnternasional
Konlemporer. MakaJah yang dipresentasikan pada Seminar Nasional
"Keamanan Energi Global". Kelompok Sludi Mahasiswa Pengkaji
Masalah Internasional, Jurusan IImu Hubungan lnternasional,
FISIP-UNPAR, Holelilolidaylnn, 14 April 2007.
Prospek Kerjasama Indonesia dengan Rusia dan Uni Erapa. Makalah
yang dipresenlasibn pada Pel'temuon Kelompok Ahli "Kemitraon
Husio-Uni El'Opa: Implikosi Strategisnya Bagi Indonesia. BPPK-Deplu
I'll, Holel Sanlika, Ba ndung, 3-4 April 2007 .
Prospek Kerjasama Indonesia clengan Rusia clan Uni Eropa: Kini clan
Masa Dalang. JUl'llal Luar Negeri: Departemen Luar Negori I'll. Vo1.24.
No.l,April2007
Formal Laporan Belanja Militer Indonesia, Seminar Laporan
Penelitian Belanja Mililer Indonesia, Pus at Stucli Keamanan
Nasional, Universitas Padjadjaran, 22 Maret 2007.
45
18. Peran Jepang Dalam Memelihara Slabililas Keamanan Asia Pasifik.
Makalah dipresenlasikan pada Pertemuan Kelompok Ailii
"Reorieniasi Kebijakan PeriaIwnan !cpong dan Implikasinya bagi
Kawasan Asia TImur". BPPK-Deplu RI, Holel Savoy I-loman,
Bandung. 26-27 Februari 2007.
19. Pengualan Sistem Politik Nasional dan Pol ilik Luar Negeri RI, llapal
Kerja Terbatas Dewan Ketailanan Nasionai "Penguatan Sislem Polilik
Nasional Daiam Meningkalkan Ej'ektij'itas dan Ej'isiensi
Pemerintalwn Presidensiil", Holel Inna Garuda, Yogyakarta. 20-22
Februari 2007.
20. Prospek dan Prioritas Kerjasama Polilik Keamanan IndonesiaVietnam. Makalah dipresenlasikan pada Pertemuan Kelompok Ailli
"Prospek KCIjasama Strategis Indonesia-Vietnam, BPPK-Deparlemen
Luar Negeri, Holel Santika Yogyakarla. IB-19 Desember 2006.
21. Isu Keamanan Marilim Nasional dan Regional. Makalah
dipresentasikan dalam Kursus Singkai FakuJtas Hukum, Bagian
Hukum Inte1'11asionaI, Universitas Padjadjaran, Bandung. 13
Desember 2006.
22. Peran Pendidikan Dalam Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan
Bangsa. Makalah dipresenlasikan dalam Forum Kom unikasi, Badikiai
Departemen Periailanan. Jakarta. 28-29 November 2006.
23. Polilik Luar Negeri Indonesia: Agenda dan Tanlangan.
Makalah dipresenlasikan dalam Pertemuan Keiompok Ahli "Maw
Depan Politik Luar Negeri HI", 13PI'K Deparlemen Luar Negeri,
Yogyakarta, 7-8 September 2006.
24. Isu Nuklir Iran dan Pengaruhnya lerhadap Keamanan Internasional.
Makalah dipresentasikan pada Pertemuan KeiompokAhli "Isu Nuklir
Ira11 dan Politik Luar Negeri Iran", 13I'PK Departemen Luar Negeri,
Hotel Novolel Solo, 27-28 April 2006.
25. Kebijakan Ekonomi Luar Negeri Indonesia dan Gerukan Asia Afrika.
Makalah dipresentasikan pada PertemlUIl1 KcIompok AMi BPPK
Departemon Luar Negeri, Makassar, 21-22 ~{arel200G.
26. Inisia!if dan Kapasilas ASEAN dalam penyelesaian Konflik
Myanmar. Makalah dipresen!asikan pada Pertemuan KelompokAhli,
BPPK Departemen Luar Negeri, Hotel Arjuna Bandung, 6 Februari
2006.
27. Dinamika I-Illbnngan Inlernasional Konlemporer. Makalah
dipresenlasikan paela Simposium "Perkembangan 7eroritis Hubungan
Intol'nasionai Kontcmporor" , Universitas Pembangunan Nasional,
Yogyakarla, 16-18 Jannari 2006.
28. Manajemen Keamanan MariLim di Selal Malaka. Makalah
dipresenlasikan pada Perte1l1uan Kelompok Ahli "Pengelolaan
KeamanQn Maritim di Selat Malaka, BPPK Departemen Luar Negeri,
Hatel Gran Angkasa Medan, 19-20 Jllli 2005.
29. Reformasi Dewan Keamanan PBB: Anlma Idealisme dan Realitas.
Makalah dipresenlasikan pada Portemuan KelompokAhli "He/ormasi
PBB", BPPK Depart!"lllcn Luar Negeri l1I, Hole! Jayakarla Bandllng,
4 Clklober 2004.
30. Dampak Perluasan UE bagi Indonesia. Makalah dipresentasikan pad a
Pertemuan Kelo1l1pok Ahli "Perluawn UE dan Politik Luar Negeri l1I,
BPPK Deparle1l1en Lnar Negeri, Holel Mercure Yogyakarta, 11-12
Agustus 2004.
31. Kerjasama Regional MariLim di Asia Tenggara. Makalah
dipresenlasikan pada Pcrlcmuan Kelo1l1pokAhli "P1"Ospel< KOljaSa1l1a
Maritim di Asia Tenggaro "BPPK Dcpartemen Luar NegOl'i, Holel Hyatt
Regency, Surabaya, :'1-22 April 2004.
32. Peningkalan Peran Indonesia di ARE Makalah dipresenlasikan pada
Pertemuan KelompokAhli "Posisi Indonesia Sebagai KetuaAHP' BPPK
Departomcn LuarNogOIi, Holel Gran Candi Semarang, 22-24 Agustus
2003.
33. Redefinisi Konsep Keamanan dan Relevansinya pada Perlahanan
Negara. Makalah clijll"8S8nlasikan pada Seminar PerlallOnan Negara,
Deporlemen Pertahonan, I-Iolel Mandarin Jakarta, 8 Januari 2003.
47
Al'tikel Opini (!'ilihan):
1. Myanmar: Culture of Violence vs Cullum of Peace, Majalah Esquire
Indonesia, November 2007.
2.
HargaMinyakdanEnergi Global, HarianKOMPAS, 18 Oktober 2007.
3. ASEAN dan Isu Keamanan Non-Tl'adisional, Harian Jurnal Nasional,
7 Agustus 2007.
4. ASEANyangLebihMerakyat, harian KOMl'AS, 26 Juli 2007.
5. Kontroversi DCA Indonesia-Singapura, Harian Jurnal Nasional, 11
Juli 2007.
6. Pengaturan Keamanan Nasional Terpadu, Harian KOMPAS, 5 Juni
2007.
7.
Dewan HAM dan Politik Luar Negeri RI, Harian Jurnal Nasional,
28 Mei 2007.
8.
Perjanjian Ekstradisi dan Pel'tahanan Indon8sia-Singapura, Harian
Jurnal Nasional, 30 April 2007.
9. Isu Keamanan Energi Global, Hal'ianKONTAN, 20 April 2007.
10. Isu Nuklir Iran, Majalah mingguan GATRA, No. 21, tahun XIII, 5-11
April 2007.
11. Masa Depan Kemitraan Strategis Rusia-Uni El'opa, Had,m KOMPAS,
2 April 2007
12. Lemahnya Manajemen Perbatasan Negara, Harian KONTAN, 3 Maret
2007.
13. Kontroversi Isu dan Aktor Keamanan Nasional, Rorion Seputor
14.
15.
16.
17.
18.
Indonesia, 20 Februari 2007.
SosokBaruPertahananJepang, fiorion KOMPAS, 19 Februari 2007.
Pendidikan dan Nasionalisme, fiorion KOMPAS, 18 Januari 2007.
Polilik Lual' Negeri RI: Refleksi 2006, [{arion Jumal Nasional,
28 Desember 2006.
Makna Kemenangan Demokrat dan Pulilik Luar Negeri AS,
RarianJumalNasional, 28 November 2006.
The Management of Development in Border Zones, The Jakarta Post,
9 Oktober 2006.
48
19. Iran's Nuclear Putli nil the Global Peace At Risk, The jakarta Post,
14 September 2006.
20. HAM dan Politik Luar Negeri Indonesia, Harian KOMI'AS, 20 Juni
2006.
21. Nuklir Iran dan Keamanan Internasional, Harian KOMPAS, 18 April
22.
23.
24.
25.
2006
Menlu AS dan Reformasi TNI, Harian KOMPAS, 14 Maret 2006.
Sembilan Opsi Kebijakan Luar Negeri AS, Harion Sinal' [{arapon,
13 Januari 2006.
Bam Bali II, Harian8inarJ-Iarapan, 3 Oktober 2005.
KTT Dunia dan Konsensus Keamanan Baru, Harian KOMPAS,
14 September 2005.
26. Desain Baru Diplomasi Indonesia, Harian KOMI'AS, 5 Agustus 2005.
27. A Comprehensive Security Policy for RI, The Jakarta Post, 26 Juli
2005.
28. Malnutrisi dan Keamanan Manusia, Harion KOMPAS, 20 Juni 2005.
29. Komunitas Asia Tim ur, Horian Sinal' Harapan, 11 April 2005.
30. Challenges of New Strategic Partnership for Asia Africa,
The jakarta Post, 8 April 2005.
31. Will Democracy, S"curily Sector Reform Discourage Terrorism ?
The JakartaPosl, 28 Marel2005.
32. US Foreign Policy and The Muslim World, The jakarta Post,
13 December 2004.
33. Indonesia, ARF dan Komunilas Keamanan Asia Tenggara,
Harian Sinal' Hampan, 18 Juni 2004.
34. Polilik Luar Negeri IU Paska Pemilihan P8l'sidon 2004, Harian Sinal'
Harapan, 27 Mei 20()4.
35. SBY, Wiranto dan Slrategokrasi, Harian SinarHarapan, 12 Mei 2004.
36. Kebutuhan lerhadap Pengembangan Kekuatan ALRI, Harian Sinal'
Harapan, 18 November 2003.
37. Demografi dan Keamanan Nasional, Harian Sinal' Harapan,
29 Oktober 2003.
38. Memahami Buku Putih PertahananRI, Harian KOMPAS, 26 Mei 2003.
39. Indonesia's Changing Rolo in OIC, The Jakarta Post, 3 Maret 2003.
49
5U8unau Acara
Upacara Pengukuhan Jabatan Guru Bes"r
Prof. Anak Agung Banyu Perwita, Ph.D
Gedung 5erba Guna
Universitas Katolik Parahyangan
Sabtu, 12 Januari 2008.
10.00
10.05
10.10
10.15
10.25
10.35
11.00
11.05
11.15
11.20
11.25
11.40
12.00
Seluruh Tamu Undangan telah berada di Ruang Upacara
Prosesi Senat Universitas memasuki Ruang Upacara dipimpin
olohPedel
Pembukaan Sidang Terbuka Senal Universilas Kalolik
Parahyangan oleh Ketua Senal Universilas
Pcmbacaan Sural Kepulusan Menteri Pendidikan Nasional
ten tang Pengangkatan Prof. Anak Agung Banyu Perwita, Ph.D
menjadi Guru Bosar Dalam Bidang lImu Hubungan Internasional
oleh Dekan FISn' UNPAR
Pembacaan Curriculum Vitae Prof. Anak Agung Banyu Perwita
Ph.D oloh Bapak Bonggas Adhi Chandra, MA
Pembacaan Pidato Pengukuhan oleh Prof. Anak Agung Banyu
Perrwita, Ph.D
Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam bidang lImu Hubungan
Internasional oleh Kelua Senat Universitas
DoaSyukur
Penyerahan Kalung Guru Besar dari Ketua Senat kepada Prof.
Anak Agung Banyu Perwita, Ph.D
Penulupan Sidang lerbuka Senal Universitas oleh Kelua Senal
Universitas
Prosesi Senat Universitas meninggalkan Ruang Upacara,
sekaligus para anggota Senal Universitas memberikan ucapan
selamat kepada Prof. Anak Agung Banyu Perwita, Ph.D
Pemberian ucapan selamal kepada Prof. Anak Agung Banyu
Perwita, Ph.D beserta keluarga dari seluruh Tamu Undangan
Ramah Tamah dengan seluruh Tamu Undangan
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
JI. Ciumbuleuit No. 94 Bandung 40141
Telp. 022 203 2576 Fax. 022 203 1110
Website: www.unpar.ac.id
Download