jual beli pakan ternak babi dalam hukum islam

advertisement
Rahmawati: Jual Beli Pakan Ternak Babi dalam Hukum Islam 91
JUAL BELI PAKAN TERNAK BABI DALAM HUKUM ISLAM
Rahmawati
Abstract: This journal titled Purchase Feed Pigs in Islamic Law The principal issues discussed
were How the concept of buying and selling in Islam and Islamic law review on buying and
selling pig feed? To parse the subject matter, the author of Shariah approach and
methodological approaches. The goal is to reveal in detail the concept of buying and selling
according to Islamic law. Data were collected through library research which emphasizes the
study of texts on theoretical and philosophic processed. Data were analyzed by using content
analysis to formulate conclusions. The results showed that the sale and purchase in Islam is said
to be valid if eligible, and its pillars. Among its terms and pillars. Pillars of Purchase: 1. Seller
and buyer, Requirement: Baligh or mature, intelligent, not redundant state (spender), by his own
will (not forced). 2. Objects or traded goods (Ma'kud Alaih). The conditions on objects that are
traded are: useful, Holy, may be submitted, the property itself. 3. Contract countent. Buying and
selling sweet potato leaves as feed for pigs can be considered legitimate because it has met the
requirements in the pillars and in buying and selling. On the other hand buying and selling is
also forbidden or too imperfect, is due to the utilization of sweet potato leaves are not in
accordance with the teachings of Islam, namely to feed the cattle were forbidden for Muslims to
consume. In Islamic law, those who saddudz dzari'ah.
Keywords : Buying and selling, feed pigs, Islamic law
Pendahuluan
Manusia adalah makhluk sosial yang
membutuhkan interaksi. Dengan berinteraksi, mereka dapat mengambil dan memberikan manfaat. Salah satu praktek yang
merupakan hasil interaksi sesama manusia
adalah terjadinya jual beli yang dengannya
mereka mampu mendapatkan kebutuhan
yang mereka inginkan. Islam pun mengatur
permasalahan ini dengan rinci dan seksama
sehingga ketika mengadakan transaksi jual
beli, manusia mampu berinteraksi dalam
koridor syariat dan terhindar dari tindakantindakan yang merugikan sesama manusia.
Hal ini menunjukkan bahwa Islam merupakan ajaran yang bersifat universal dan komprehensif.
Seluruh aspek jual beli atau perdagangan terdapat aturannya, dengan demikian
tatkala pedagang atau penjual melakukan
aktivitas perdagangan atau jual beli, maka
wajib mematuhi seluruh aturan hukum kaitannya dengan jual beli. Dalam melakukan
transaksi jual beli, hal yang penting diperhatikan ialah mencari barang yang halal dan
dengan jalan yang halal pula. Artinya,
mencari barang yang halal untuk diperjual
belikan kepada orang lain atau diperdagangkan dengan cara yang jujur bersih dari
segala sifat yang dapat merusak jual beli
seperti halnya penipuan, pencurian, perampasan, riba, dan lain-lain. 1 Maka dengan
demikian, kebolehan jual beli manakala dilakukan dengan benar sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.
Seluruh ulama bersepakat bahwa jual
beli adalah harus untuk keperluan dan
kepentingan dalam kehidupan. Imam alSyafie berkata, “Asal bagi semua jual beli
adalah harus kedua-dua orang yang berjual
beli itu reda dengan barang yang dijual beli
itu, kecuali jenis jual beli yang dilarang.
Penjual muslim seharusnya mengetahui dan memahami hal-hal yang menentukan sahnya jual beli dan mengetahui mana
yang halal dan mana yang haram, sehingga
benar-benar memahami persoalan. Di antara
jual beli yang fenomenal saat ini adalah jual
beli daun ubi jalar sebagai pakan ternak
babi. Kejelasan hukum tentang jual beli
tersebut secara syari‟ah masih menjadi
polemik. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tulisan ini akan membahas tentang konsep jual beli dalam Islam dan
1
Ibnu Mas‟ud dan Zainal Abidin, Fiqhi
Mazhab Syafi‟i. (Bandung: Diponegoro, 2007),
h.24.
Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015
92 Rahmawati: Jual Beli Pakan Ternak Babi dalam Hukum Islam
tinjauan hukum Islam tentang jual beli
pakan ternak babi.
Jual Beli dalam Hukum Islam
Jual beli (al-bai‟, al-tijarah, al-mubadalah) menurut bahasa adalah saling menukar (pertukaran). Dengan kata lain mengambil sesuatu dan memberikan sesuatu. 2
Menurut Istilah artinya pemberian harta
karena menerima harta dengan ikrar penyerahan dan jawab penerimaan (ijab-qabul)
dengan cara yang diizinkan.3 Dalam konteks
yang lain, yaitu menukar suatu barang
dengan barang yang lain dengan cara yang
tertentu (akad). 4
Jual beli dalam konsep Islam juga
dikenal dengan bai‟u sehingga untuk mengetahui konsep Islam tentang jual beli diperlukan pengenalan kata bai‟u menurut etimologi bahasa arab.
„Kata al-bai‟u (menjual) anonim
(lawan kata) dari kata asy-syira‟ (membeli),
tapi kata al-bai‟u juga bisa bermakna asysyira‟. Kata ini termasuk kata yang punya
dua makna yang berlawanan. Demikian
menurut Al-Azhari sambil menyenandungkan pernyataan Thorofah: “Berita itu dibawa
orang yang tidak pernah kamu belikan sama
sekali dan tidak pernah kamu membuat
waktu janji”. Ia menginginkan orang yang
tidak pernah kamu belikan bekal untuknya.5
Adapun dalam kitab „al-isysraf‟: kata
al-bai‟u secara bahasa artinya mengambil
sesuatu dengan menyerahkan sesuatu yang
lain. Sedangkan dalam kitab al-Maghrib :
kata al-bai‟u termasuk kata yang punya dua
makna yang berlawanan. Jadi ba‟a al-syaia
( ‫ )بَا َع الشيء‬bermakna menjual sesuatu atau
membelinya. Kata ini menjadi kata kerja
transitif untuk dua objek penderita secara
langsung atau dengan preposisi (huruf jar)
atau dengan keduanya. Engkau bisa meng2
Sayyid Sabiq, Fiqhi as-Sunnah, (Jil. III,
Libanon: Dãrl Fikr, t.th.), h. 29.
3
Taqiyuddin Abi Bakri bin Muhammad
al-Husaini, Kifayatul Akhyar, (Surabaya: Dãrl
Kitab Islami, t.th.), h. 183.
atakan: ba‟ahu al-syai‟ ( ‫ )بَا َا ُه الش ْيَّشي َء‬atau
bãahu minhu (‫)بَا َا ُه ِم ْي ُه‬.
Demikian pula dalam kitab al Ikhtiar;
kata al-bai‟u secara bahasa artinya segala
bentuk penukaran (barter) dan begitu juga
assyira‟, baik dalam bentuk harta ataupun
selainnya sebagaimana dalam berfirman
Allah QS. At-taubah (9): 111:6
     
...      
Terjemahnya:
“Sesungguhnya Allah menukar dari
orang-orang mukmin jiwa dan harta
mereka dengan surga yang diperuntukkan bagi mereka”.7
Kata al-bai‟u adalah bentuk kata kerja
transitif yang membutuhkan obyek penderita
secara langsung atau dengan huruf min ( ‫) ِم ْي‬,
lam (‫ )ل‬dan „ala (‫) َالَى‬, seperti kalimat
bi‟tuka al-syaia (‫)بِم ْي ُه َ الش ْيَّشي َء‬, bi‟tu laka ( ‫بِم ْيتُه‬
َ َ‫)ل‬, atau ba‟a alahi al-qadi ( ‫اضي‬
‫)بَا َع َالَ ْيي ِم ا ْيلقَ ِم‬,
artinya tanpa ridhonya).
Kata tersebut adalah pecahan (kata
turunan) dari kata al-ba‟u (lengan) karena
penjual dan pembeli mengulurkan lengannya
untuk mengambil dan memberi. Bisa juga
karena mereka saling berjabat tangan ketika
jual beli, oleh karena itu jual beli disebut
juga shafqah (jabat tangan).8 Secara terminologi, para ulama ber-beda pendapat dalam
mendefinisikannya, antara lain :
a. Menurut ulama Hanafiyah: Jual beli
adalah “pertukaran harta (benda) dengan
harta berdasarkan cara khusus (yang
dibolehkan)”.
b. Menurut Imam Nawawi dalam Kifayatul
Ahyar: Jual beli adalah “pertukaran harta
dengan harta untuk kepemilikan”.9
6
Ibid.
7
Departemen Agama RI, al-Qur‟an dan
Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 1989), h.
104
8
4
Sayyid Sabiq, Fiqhi as-Sunnah, (Jil. III,
Libanon: Dãrl Fikr, t.th.), h. 29.
5
.9Taqiyuddin Abi Bakri bin Muhammad
al-Husaini, Kifayatul Akhyar. (Surabaya: Dãrl
Kitab Islami, t.th.), h. 183
Rachmat Syafei, Fiqhi Muamalah,
(Bandung: Pustaka Setia, 2001), h. 297.
Muhammad Hasyimi, Fiqhi 4 Mazhab,
(Bandung: Sinar Baru Argesindo, 1999), h. 135
Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015
Rahmawati: Jual Beli Pakan Ternak Babi dalam Hukum Islam 93
c. Menurut Ibnu Qudamah dalam kitab Almugni : Jual beli adalah “pertukaran harta
dengan harta, untuk saling menjadikan
milik.”
Pengertian lainnya Jual beli ialah
persetujuan saling mengikat antara penjual
(yakni pihak yang menyerahkan/menjual
barang) dan pembeli (sebagai pihak yang
membayar/membeli barang yang dijual).
Jual beli pada dasarnya adalah muamalah
perdagangan yang dilakukan oleh sesama
manusia dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang mendesak dan
tercapainya
keinginan-keinginan
serta
maslahat-maslahat mereka.
Dasar hukum jual beli
Q.S. al-Baqarah/2: 275
ُ ‫َّ أَ َح َّل‬
)٢٧٥ :‫ُللا ْالبَ ْي َع َّ َح َّز َم الَ ِزبَا (البقزة‬
Terjemahnya:
Dan Allah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba.
Ijma’
Ulama telah sepakat bahwa jual beli
diperbolehkan dengan alasan bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan
dirinya, tanpa bantuan orang lain. Namun
demikian, bantuan atau barang milik orang
lain yang dibutuhkannya itu, harus diganti
dengan barang lainnya yang sesuai.11
Qiyas
Adapun menurut qiyas (analogi
hukum) yaitu dari satu sisi kita melihat
bahwa kebutuhan manusia memerlukan
hadirnya suatu proses transaksi jual beli. Hal
itu disebabkan karena kebutuhan manusia
sangat bergantung pada sesuatu yang ada
dalam barang milik saudaranya.Sudah tentu
saudaranya tersebut tidak akan memberikan
begitu saja tanpa ganti. Dari sini, tampaklah
hikmah diperbolehkannya jual beli agar
manusia dapat memenuhi tujuannya sesuai
yang diinginkannya.12
Rukun dan Syarat Jual Beli
Q.S.an-Nisa/4: 29
     
       
….  
Terjemahnya:
Janganlah kamu makan harta yang ada
di antara kamu dengan jalan batil
melainkan dengan jalan jual-beli suka
sama suka.
As-Sunnah
Diantara hadis yang menjadi dasar
jual beli yaitu hadis yang diriwayatkan dari
Rifa‟ah bin Rafi‟bahwa Rasulullah saw.
pernah ditanya orang; yang artinya: Dari
Rifa‟ah Ibnu Rafi‟ r.a. bahwa Rasulullah
saw. pernah ditanya: Pekerjaan apakah
yang paling baik?. Beliau bersabda:
“Pekerjaan seseorang dengan tangannya
dan setiap jual-beli yang bersih”. (HR AlBazzar.) 10
Rukun Jual beli menurut Jumhur
Ulama Fiqh sebagai berikut:
1. Bai’
(penjual)
dan
Musyatari
(Pembeli)
Syarat keduanya:
a. Baligh atau dewasa
Anak kecil tidak sah jual-belinya.
Adapun anak-anak yang sudah mengerti
tetapi belum sampai umur dewasa, menurut
pendapat sebagian ulama, mereka dibolehkan berjual-beli barang yang kecil-kecil,
karena kalau tidak dibolehkan, sudah tentu
menjadi kesulitan dan kesukaran, sedangkan
agama Islam sekali-kali tidak akan mengadakan aturan yang mendatangkan kesulitan
kepada pemeluknya.13
b. Berakal
c. Keadaan tidak mubazir (pemboros).
d. Dengan kehendaknya sendiri (bukan
dipaksa).
11
Taqiyuddin Abi Bakri bin Muhammad
al-Husaini, Kifayatul Akhyar, op.cit., h. 185.
12
10
Imam Ahmad bin Hambal, Musnad
Imam Ahmad bin Hambali, (juz IV. Beirut: Dãr
Ibn Katsir. 1993),h.141.
Ibid.
13
Abu Walid Muhammad bin Ahmad
Rasyid al-Qurtubi, Bidayah al-Mujtahid, (Semarang: Toha Putra, t.th.), h. 315.
Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015
94 Rahmawati: Jual Beli Pakan Ternak Babi dalam Hukum Islam
2.
Benda-benda atau barang yang
diperjualbelikan (Ma’qud Alaih)
Adapun syarat atas benda-benda yang
diperjual belikan adalah:
a. Bermanfaat
Maka jual beli serangga, ular, tikus,
tidak boleh kecuali untuk dimanfaatkan.
Juga boleh jual beli kucing, lebah, beruang,
singa dan binatang lain yang berguna untuk
berburu atau dapat dimanfaatkan kulitnya.
Demikian pula memperjualbelikan gajah
untuk mengangkut barang, burung beo,
burung merak dan burung-burung lain yang
bentuknya indah sekalipun tidak untuk
dimakan, tetapi dengan tujuan menikmati
suara dan bentuknya.
Jual beli anjing yang bukan anjing
terdidik tidak boleh, karena Rasulullah mencegahnya. Anjing-anjing yang dapat dijinakkan seperti untuk penjagaan, anjing penjaga
tanaman, menurut Abu Hanifah boleh
diperjualbelikan.14 Menurut An-Nasa‟i: yang
diperbolehkan hanya memperjualbelikan
anjing berburu, dengan berdalil kepada ucapan Rasulullah yang melarang memperjual
belikan anjing kecuali anjing untuk berburu.15
b. Suci
Sabda Rasulullah saw.:
َّ َِ ‫صلَٔ ُللاُ َعلَ ْي‬
َ ُ‫ال َرسُْْ ُل ُللا‬
َ َ‫ع َْي َجا ِب ِز ْب ِي َع ْب ِذ ُللاِ ق‬
َّ ‫ُللا َّ َر ُس َْلََُ َح َّز َم َب ْي َع ا ْل َخ ْو ِز َّ ْا َل َو ِيتَ ِت‬
َ ‫َسلَ َن إِ َّى‬
‫اْل ِخ ٌْ ِزي ِْز َّ اْألَصْ ٌ َِام فَقِ ْي َل يَا َرسُْْ ُل ُللاِ أَ َرأَيْتَ َشحُْْ ُم‬
‫ا ْل َويِتَ ِت فَإًََِِا تَطَلَٔ الَسفَ ِي َّ تَ ْذَُيُ بَِِا اْلُ ُجلُْْ ِد َّ يَ ْستَصْ بِ ُح‬
‫َاس َقا َل ََل ُ َُْ َح َزا َم َقا َ َت َل ُللاُ اْليَُِْْ ِد إِىَ ُللاَ لِ َوا‬
َ ٌ‫بَِِا اْل‬
‫ هتفق‬.َِ ٌِ‫ُح َّز َم َعلَ ْي ِِ ْن َشحُْْ ُهَِا ُ َّن بَا ُعْْ ٍُ فَ َ َ لُْا َ َو‬
16
َ‫علي‬
Artinya:
Dari Jabir bin „Abdullah: “Berkata
Rasulullah saw. sesungguhnya Allah
14
Ibid., h. 136.
15
Sayyid Sabiq, alih bahasa oleh Kamaluddin A. Marzuki dkk. Fiqhi Sunnah Jil. 12
(Bandung: Alma‟arif, 1996), hal. 55.
16
Muhammad
Ismail
al-Kahlani,
Subulussalam, (Bandung: Dahlan, t.th.), h. 155.
dan Rasul-Nya telah mengharamkan
menjual arak dan bangkai, begitu
juga babi dan berhala. Pendengar
bertanya: Bagaimana gemuk bangkai
ya Rasulullah, karena gemuk itu
berguna buat cat perahu, buat minyak
kulit, dan minyak lampu? Jawab
beliau: Tidak boleh, semua itu haram,
celakalah orang Yahudi tatkala Allah
mengharamkan akan gemuk bangkai,
mereka hancurkan gemuk itu sampai
menjadi minyak, kemudian mereka
jual minyaknya, lalu mereka makan
uangnya.(Muttafaqun „alaih)
Menurut Jumhur ulama, barang tersebut diharamkan karena dianggap najis.
Hanafiyan dan Zahiriyah mengatakan bahwa
menjual barang yang ada manfaatnya halal
menurut Syara‟. Oleh karena itu, menurut
mereka, boleh menjual kotoran najis yang
benar-benar diperlukan untuk digunakan
sebagai pupuk di lahan pertanian, bukan
untuk dimakan dan diminum. Barang yang
dijual harus halal dan suci juga harus jelas
manfaatnya.17
c. Milik Penjual (Dikuasainya)
Jual beli harus milik sendiri atau yang
dikuasakan kepadanya. Jadi miliknya sendiri
atau milik orang lain yang dikuasakan dan
untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain
yang telah menguasakannya. Jika jual beli
berlangsung sebelum ada izin dari pihak
pemilik barang, maka jual beli seperti ini
dinamakan bai‟ul fudhul, yaitu jual beli yang
akadnya dilakukan oleh orang lain sebelum
ada izin pemilik. 18 Sabda Nabi saw.:
‫ َّ ََل‬, ِ ‫ َّ ََل َعتَا َ إِ ََل ِف ْي َوا َي ْو ِل‬, ِ ‫ََل َ َ َ إِ ََل ِف ْي َوا َي ْو ِل‬
ٍ‫ َّ ََل َّفَا َء بٌَِ َذ ٍرإِ ََل فِ ْي َوا يَ ْولِ َ (رّا‬, ِ ِ‫بَ ْي َع إِ ََل فِ ْي َوا يَ ْول‬
)‫التزهيذٓ ّ أبْ داّد‬
Artinya:
Tidak ada talak (cerai) kecuali apa
yang dimilikinya, tidak membebaskan
(budak) kecuali miliknya, tidak menjual kecualinya miliknya, dan tidak
ada pemenuhan nazar kecuali dengan
17
Muhammad Hasyimi, Fiqhi 4 Mazhab,
(Bandung: Sinar Baru Argesindo, 1999), h. 135.
18
Ibid., h. 57.
Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015
Rahmawati: Jual Beli Pakan Ternak Babi dalam Hukum Islam 95
miliknya. (HR. At Tirmidzi dan Abu
Dawud).19
d. Dapat diserahkan
Tidak sah menjual suatu barang yang
tidak dapat diserahkan kepada yang membeli, seperti ikan dalam laut, barang rampasan yang masih di tangan yang merampasnya, burung yang di udara, anak binatang
yang masih di dalam perut, unta atau
sejenisnya yang kabur dari kandang dan
lain-lain. Nabi saw. telah melarang memperjual-belikan barang yang mengandung
tipu daya.
:‫صلَٔ ُللاُ َعلَ ْي َِ َّ َسلَ ّ َن‬
َ ُ ‫ع َْي أَ ِبٔ ُُ َز ْي َزةَ ًََِٔ اُلٌ َِب‬
20
)ٍ‫ع َْي بَي ِْع ْال َغ َز ِر (رّاٍ هسلن ّ غيز‬
Artinya:
Dari Abi Hurairah “Nabi
Melarang jual beli gharar”.
saw.
e. Diketahui keadaannya
Jika barang dan harga tidak diketahui
atau salah satu keduanya tidak diketahui,
jual beli tidak sah, karena mengandung
unsur penipuan. Mengenai syarat mengetahui barang yang dijual, cukup dengan
penyaksian barang sekalipun tidak ia ketahui
jumlahnya, seperti pada jual beli barang
yang kadarnya tidak dapat diketahui (jazaf).
Untuk barang zimmah (barang yang dapat
dihitung, ditakar dan ditimbang), maka
kadar kuantitas dan sifat-sifatnya harus
diketahui oleh kedua belah pihak yang
melakukan akad. Demikian pula harganya
harus diketahui, baik itu sifat, (jenis pembayaran), jumlah maupun masanya.21
Sesuatu yang maklum menurut kebiasaaan, seperti bawang yang masih dalam
tanah.Walaupun keadaan barang boleh jadi
ada lebih-kurangnya serta bakal merugikan
salah satu pembeli atau penjual, tetapi hanya
19
Muhammad Ismail
Subulussalam, op.cit., h. 67.
al-Kahlani,
20
Imam Bukhori, Shahih al Bukhari, (Juz
3, Beirut-Libanon: Dãr Al- Kutub Al-Ilmiyah,
t.th.), h. 45.
21
Gufran A. Mas‟adi, Fiqhi Muamalah
Kontekstual, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2002), h. 79.
sedikit. Keadaan yang sedikit itu dimaafkan
karena kemaslahatan untuk memudahkan
langsungnya pekerjaan.22
Lafaz/Sigat (Ijab Qabul). 23
Ijab adalah perkataan penjual, umpamanya: saya jual barang ini sekian. Qabul
adalah seperti kata si pembeli: saya terima
(saya beli) dengan harga sekian. Keterangan
ayat yang telah lalu yang mengatakan jualbeli itu suka sama suka, sabda Rasulullah
saw.:
.‫رّاٍ ابي حباى‬. ‫اض‬
ٍ ‫إًِ َّ َوا ْال َب ْي َع ع َْي ت ََز‬
Artinya:
"Sesungguhnya jual-beli itu hanya
sah jika suka sama suka.” (Riwayat
Ibnu Hibban).24
Sedangkan suka sama suka itu tidak
dapat terang diketahui kecuali dengan
perkataan yang menunjukkan akan suka
seorang dengan seorang, karena suka itu
dalam hati masing-masing. Ini pendapat
kebanyakan ulama.
Imam Hanafi mengatakan bahwa
untuk terlaksananya ijab dan qabul tidak
diharuskan mengucapkan kata-kata tertentu,
sebab dalam hukum perikatan yang dijadikan ukuran adalah tujuan dan makna yang
dihasilkannya. Ukuran ijab dan qabul adalah
kerelaan kedua belah pihak melakukan
transaksi dan adanya tindakan memberi dan
menerima atau indikasi dalam bentuk apapun yang menunjukkan kerelaan mereka
dalam memindahkan kepemilikan.25
Menurut ulama yang mewajibkan
lafaz, diwajibkan keadaan lafaz itu memenuhi beberapa syarat:
a) Keadaan ijab dan qabul berhubungan.
Artinya salah satu dari keduanya pantas
22
Saifullah
al-Aziz,
Fiqhi
(Surabaya: Terbit Terang, 1996), h. 38.
Islam,
23
Sabiq, Sayyid, Fiqhi Sunnah Jil
12,op.cit., h. 101-103.
24
Imam Bukhari, Shahih Bukhari, (Juz. I,
Singapura: Maktabah Sulaiman Mar‟iy, tth), h.
96.
25
Sulaiman Rasyid, Fiqhi Islam, (Cet. 22,
Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1989), h. 291.
Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015
96 Rahmawati: Jual Beli Pakan Ternak Babi dalam Hukum Islam
menjadi jawab dari yang lain dan belum
berselang lama.
b) Hendaklah mupakat (sama) makna
keduanya walaupun lafaz keduanya
berlainan.
c) Keadaan keduanya tidak disangkutkan
dengan urusan yang lain, seperti
katanya, “kalau saya jadi pergi, saya
jual barang ini sekian.”
d) Tidak berwaktu, sebab jual-beli
berwaktu seperti bulanan atau setahun,
tidak sah.26
Macam-Macam Jual Beli dalam Islam
Adapun model Jual Beli dalam Islam
menurut Sayyid Sabiq yaitu:27
1. Bai‟ as-Salam
Bai‟ as-Salam adalah jual beli dimana
harga dibayarkan dimuka/majlis akad
(pesanan). Sedangkan barang dengan kriteria
tertentu diserahkan pada waktu tertentu.
Prinsip akad salam :
a. Obyek Salam bersifat al-dain (tanggungan).
b. Dalam akad salam dibatasi dengan
tempo (waktu) yang pasti.
c. Ro‟sul-mal (harga pokok), dalam
akad salam harus dibayarkan secara
kontan dalam majlis.
Menurut kebiasaan para pedagang,
salam adalah untuk jual beli yang tidak tunai
(kontan), salam pada awalnya berarti meminjamkan barang atau sesuatu yang
seimbang dengan harga tertentu, maksudnya
ialah perjanjian sesuatu yang penyerahan
barang-barangnya ditangguhkan hingga
masa tertentu, sebagai imbalan harga yang
telah ditetapkan ketika akad.
Dalam salam berlaku semua syarat
jual beli dan syarat-syarat tambahannya
ialah:
a. Ketika melakukan akad salam disebutkan sifat-sifatnya yang mungkin
dijangkau oleh pembeli, baik berupa
barang yang dapat ditakar, ditimbang
maupun diukur.
b. Dalam akad harus disebutkan segala
sesuatu yang bisa mempertinggi dan
26
Ibid., h. 293.
memperendah harga barang itu,
umpamanya benda tersebut berupa
kapas, nomor satu, nomor dua dan
seterusnya. Pada intinya, disebutkan
semua identitasnya yang dikenal oleh
orang orang yang ahli dalam bidang
ini, yang menyangkut kualitas barang
tersebut.
c. Barang yang akan diserahkan hendaknya barang-barang yang biasa didapatkan di pasar.
d. Harga hendaknya dipegang akad
berlangsung.
2. Bai‟ al-Istishna‟
Bai‟ al-Istishna‟ adalah akad dengan
pihak pengrajin atau pekerja untuk mengerjakan suatu produk barang (pesanan) tertentu, dimana materi dan biaya produksi
menjadi tanggungjawab pengrajin. Contohnya seperti seorang penjual sepatu yang
memesan sepatu kepada pengrajin sepatu,
yang mana bayarannya tersebut setelah
sepatu dikirim. Prinsip akad Istishna‟ ialah:
a. Obyek akad harus dinyatakan dengan
jelas. Baik dari segi jenis, ukuran,
sifat dan lain-lain.
b. Produk yang dipesan berupa hasil
pekerjaan atau kerajinan yang dibutuhkan oleh masyarakat.
c. Waktu pengadaan produk tidak
dibatasi.28
3. Bai‟ ash-Shorf
Bai‟ ash-Shorf menurut bahasa ialah
az-Ziyadah (tambahan) dan al-„Adl (seimbang). Sedangkan menurut istilah ialah jual
beli antara barang yang sejenis atau antara
barang yang tidak sejenis secara tunai (jual
beli tukar barang atau barter). Contohnya
seperti penukaran mata uang rupiah terhadap
dollar (money changer). Syarat akad ashShorf adalah:
a. Masing-masing pihak saling menyerah-terimakan barang sebelum keduanya berpisah.
b. Jika akad ash-Shorf dilakukan atas
barang yang sejenis, maka harus seimbang, meskipun keduanya berbeda
kualitas atau model cetakannya.
c. Khiyar syarat tidak berlaku dalam
akad ash-Shorf. Karena akad ini
27
Sayid Sabiq, Fiqhi Sunnah Jil 12,op.
cit., h. 31.
28
Ibid.
Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015
Rahmawati: Jual Beli Pakan Ternak Babi dalam Hukum Islam 97
sesungguhnya merupakan jual beli
dua benda secara tunai.29
4. Bai‟ al-Mu‟athoh
Bai‟ al-Mu‟athoh adalah mengambil
dan memberikan barang tanpa ijab dan
Kabul. Contohnya seperti seseorang yang
membeli barang di minimarket yang mana
label harganya sudah tertera pada barang
tersebut.
Menurut sebagian Ulama Syafi‟i hal
ini dilarang karena tidak ada ijab Kabul yang
merupakan rukun jual beli. Sedangkan
sebagian Ulama Syafi‟I yang lainnya membolehkan jual beli tanpa ijab Kabul seperti
itu.
5. Bai‟ al-Jazaf
Bai‟ al-Jazaf adalah jual beli suatu
barang tanpa menggunakan alat ukur.
Contohnya seperti seseorang yang membeli
nasi uduk.30
Adapun Imam Taqiyuddin membagi
jenis jual beli berdasarkan benda yaitu:31
a. Jual beli benda yang kelihatan; yaitu
jual beli yang pada waktu melakukan
akad jual beli benda atau barang yang
diperjualbelikan ada di depan penjual
dan pembeli.
b. Jual beli yang disebutkan sifatsifatnya dalam perjanjian; yaitu jual
beli salam (pesanan). Dalam salam
berlaku semua syarat jual beli dan
syarat-syarat tambahannya ialah :
1) Ketika melakukan akad salam
disebutkan sifat-sifatnya yang
mungkin dijangkau oleh pembeli,
baik berupa barang yang dapat
ditakar, ditimbang maupun diukur.
2) Dalam akad harus disebutkan
segala sesuatu yang bisa mempertinggi dan memperendah harga
barang itu.
3) Barang yang akan diserahkan
hendaknya barang-barang yang
biasa didapat dipasar.
29
Nasrun Haroen, Fiqhi Muamalah,
(Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), h. 122.
30
Gufran A. Mas‟adi,Fiqhi Muamalah
Kontekstuual, op. cit., h. 81.
31
Taqiyuddin Abi Bakri bin Muhammad
al-Husaini,Kifayatul Akhyar,op. cit.,h. 189.
4) Harga hendakya dipegang ditempat akad berlangsung.
c. Jual beli benda tidak ada (tidak dapat
dilihat); ialah jual beli yang dilarang
oleh agama Islam karena barangnya
tidak tentu atau masih gelap sehingga
dikhawatirkan barang tersebut diperoleh dari curian atau barang titipan
yang akibatnya dapat menimbulkan
kerugian salah satu pihak.
Ulama Hanafiyah membagi jual beli
berdasarkan segi hukum (baik objek ataupun
pelaku) yatu:
1. Jual beli sahih
Jual beli dikatkan sahih apabila jual
beli itu disyariatkan, memenuhi rukun dan
syarat yan ditentukan, bukan milik orang
lain, tidak tergantung pada hak khiyar lagi.
Seperti contoh seseorang membeli kendaraan roda empat. Selurut rukun dan syarat
jual beli terpenuhi, kendaraan roda empat
telah diperiksa oleh pembeli dan tidak ada
cacat, tidak ada yang rusak, dan tidak ada
manipulasi harga, serta tidak ada lagi khiyar
dalam jual beli itu, maka hukumnya sahih
dan mengikat kedua belah pihak.
2. Jual beli batil
Jual beli batil yaitu apabila salah satu
rukun atau syarat jual beli tidak terpenuhi
dan pada dasarnya jual beli tersebut tidak
disyariatkan. Selain yang di atas, jual beli
ada yang dibolehkan dan ada yang dilarang.
Jual beli yang dilarang pun dibagi lagi
menjadi yang batal dan tetap sah.Adapun
jual beli batil di antaranya: Barang yang
dihukumkan najis dan yang terkena najis.
Ulama sepakat tentang larangan jual
beli barang yang najis, seperti khamar. Akan
tetapi, mereka berbeda pendapat tentang
barang yang terkena najis (al-mutanajis)
yang tidak mungkin dihilangkan, seperti
minyak yang terkena bangkai tikus. Ulama
Hanafiyah membolehkannya untuk barang
yang tidak untuk dimakan, sedangkan ulama
Malikiyah membolehkannya setelah dibersihkan.
3. Jual beli dengan muhaqallah
Menjual tanam-tanaman yang masih
di ladang atau di sawah. Pada model ini
terkumpul dua hal yang terlarang, yaitu:
a. Adanya ketidakjelasan kadar pada
barang yang diperjual belikan.
Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015
98 Rahmawati: Jual Beli Pakan Ternak Babi dalam Hukum Islam
b. Padanya terdapat unsur riba karena
tidak diketahui secara pasti adanya
kesamaan antara dua barang yang
diperjual belikan.
Ketidak jelasan di sini karena bijibijian yang masih ditangkainya tidak
diketahui kadarnya (beratnya) secara pasti
dan tidak diketahui baik dan buruknya
barang tersebut. Adapun adanya unsur riba
di sini karena jual beli biji-bijian dengan
biji-bijian yang sejenis dengannya tanpa
adanya takaran syar'i yang sudah diketahui
akan menyebabkan ketidakjelasan pada
sesuatu.32
4. Jual beli dengan mukhadharah
Menjual buah-buahan yang belum
masak (matang). Boleh menjual buahbuahan sebelum masak dengan syarat harus
dipetik untuk orang yang ingin mengambil
manfaat darinya. Kemudian, apabila seseorang membeli kurma (yang belum masak)
dan sebelum dipanen tiba-tiba kurma tersebut tertimpa musibah sehingga memberi
mudharat baginya, maka hukumnya si pembeli wajib untuk tidak menerima kurma tersebut dan boleh meminta uangnya kembali
dari si penjual. Dilarangnya jual beli buahbuahan yang belum masak, yaitu agar tidak
terjadi kasus memakan harta si pembeli
tanpa hak yang dibenarkan, karena buahbuahan tersebut kemungkinan bisa rusak.
Allah telah melarangnya dan Allah pun
menguatkan tujuan dari larangan ini dengan
memberi pembelaan kepada si pembeli yang
barangnya rusak karena terkena musibah
setelah terjadinya jual beli yang dibolehkan.
Semuanya ini dimaksudkan agar si pembeli
tidak merasa dizhalimi dan hartanya tidak
dimakan tanpa adanya hak yang dibenarkan.”33
5. Jual beli dengan mulasamah
Jual beli secara sentuh menyentuh.
Yaitu apabila seorang pedagang berkata,
“Kain mana saja yang engkau sentuh, maka
kain tersebut menjadi milikmu dengan harga
sekian.”
32
Kamil Muhammad „Uwaidah, Fiqih
Wanita, (Cet. V, Jakarta: Timur: Pustaka AlKautsar, 2000), h. 615.
33
Gufran A. Mas‟adi,Fiqhi Muamalah
Kontestual,op. cit., h. 85.
Jual beli ini tidak layak dengan dua sebab:
a. Adanya
jahalah
(ketidakjelasan
barang).
b. Masih tergantung dengan syarat.
Syaratnya ialah seorang pedagang
berkata, "Aku jual pakaian yang engkau
sentuh dari pakaian-pakaian ini."Masuk
dalam larangan ini semua barang, maka
tidak boleh membeli sesuatu dengan cara
mulasamah karena adanya dua sebab yang
sudah disebutkan tadi, baik barang tersebut
berupa pakaian atau yang lainnya.34
6. Jual beli dengan munabadzah
Jual beli secara lempar-melempar.
Apabila seseorang berkata, "kain mana saja
yang kamu lemparkan kepadaku, maka aku
membayarnya dengan harga sekian," tanpa
ia melihat kepada barang tersebut. Jual beli
ini tidak sah disebabkan dua 'illat (alasan),
yaitu:
a. Adanya ketidakjelasan barang.
b. Barang yang dijual masih bergantung
pada syarat, yaitu apabila kain tersebut dilemparkan kepadanya.
Dan masuk dalam kategori ini semua
jenis barang, berdasarkan perkataan, "barang
apa saja yang engkau lemparkan kepada
saya, maka saya wajib membayarnya dengan
harga sekian." Jual seperti ini tidak boleh. 35
7. Jual beli dengan muzabanah
Menjaul anggur dengan anggur atau
menjual kurma dengan kurma yang masih
berada di pohon atau menjual ruthab (kurma
yang masih basah) dengan kurma yang
sudah kering. Dalam jual beli ini terdapat
dua 'illat (sebab) yang mengharuskan syariat
untuk melarangnya:
a. Adanya ketidakjelasan pada barang
(karena masih berada di pohon). Juga
adanya bahaya yang akan mengancam
salah satu pihak dengan kerugian.
b. Adanya unsur riba karena kurma yang
masih berada di pohon belum jelas
(kadarnya, serta baik dan buruknya),
maka menjual kurma dengan kurma
yang sejenis, tentu belum memastikan
adanya tamatsul (samanya kadar
antara dua barang yang dijualbelikan),
34
Nasrun Haroen, Fiqhi Muamalah, op.
cit., h. 54.
35
Ibid., h. 55.
Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015
Rahmawati: Jual Beli Pakan Ternak Babi dalam Hukum Islam 99
sehingga hal tersebut akan menyebabkan terjadinya riba fadhl.36
8. Dua transaksi dalam satu transaksi jual
beli.
Adapun jika seseorang berkata, "Aku
menjual barang ini kepadamu dengan harga
20 tapi dibayar kontan atau dengan harga 30
tapi ditangguhkan pembayarannya." Lalu
kedua belah pihak berpisah sebelum menentukan barang (yang disepakati). Atau seseorang berkata, "saya jual barang ini kepadamu tapi dengan syarat engkau juga menjual
barang ini kepadaku atau engkau membeli
barang tersebut dariku dan begitu seterusnya."Al-Ahnaf (pengikut madzhab Imam
Hanafi) berkata, "jual beli seperti ini fasid
(dinyatakan rusak) karena harganya masih
majhul (belum diketahui)."
Para pengikut Madzhab Imam asysyafi'i dan Ahmad bin Hanbal berkata,
"Akad jual beli seperti ini bathil karena jual
beli ini mengandung unsur penipuan dengan
sebab adanya jahalah (ketidakjelasan)."
Imam Malik ra. berpendapat tentang sahnya
jual beli ini, namun beliau mensyaratkan
adanya khiyar (hak untuk menentukan
pilihan).37
9. Jual beli gharar.
Para fuqaha'. Menyebutkan definisi
yang sangat banyak tentang jual beli gharar
ini. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ra.
berkata, "jual beli gharar yaitu (jual beli)
yang akibatnya belum diketahui secara pasti.
Ibnu Qayyim ra. menuturkan, "jual beli
gharar yaitu jual beli sesuatu yang tidak
mampu untuk diserahkan (kepada si pembeli), baik barang itu ada ataupun memang
barang itu tidak ada, seperti menjual budak
yang melarikan diri dan menjual hewan
yang kabu walaupun ada. “Ibnu Hazm azhZhahiri ra. berkata dalam kitab al-Muhalla,
Jual beli gharar, yaitu si pembeli tidak
mengetahui apa yang ia beli dan si penjual
sendiri tidak mengetahui apa yang ia jual”. 38
Imam as-Sarakhsi ra. berkata,"jual beli
gharari yaitu jual beli yang akibatnya masih
tertutup (belum jelas).
36
Ibid., h.63-64.
37
Ibid., h. 45-47.
38
Ibid. h. 75-76.
10. Jual beli Hashaat
Jual beli dengan cara melempar kerikil. Apabila seorang penjual berkata pada
pembeli, "lemparkan kerikil ini, di mana saja
kerikil ini jatuh, maka itulah batas akhir
tanah yang engkau beli.”. Jual beli seperti ini
hukumnya haram dan termasuk jual beli
Jahiliyyah. Dan menurut mereka (para
ulama) jual beli dengan cara ini tidak hanya
berlaku untuk barang berupa tanah saja,
namun bisa juga semua barang yang bisa
dilempar dengan kerikil, baik berupa jual
beli kambing, pakaian, makanan ataupun
yang lainnya.
Jual beli dilarang yang disebutkan
hanya sebagian contoh. Masih banyak jenis
jual beli yang lain seperti jual beli 'urudh,
jual beli ajil, jual beli muqayyadhah, jual
beli muratahlah, jual beli 'inah, jual beli
habalah, jual beli 'urbun, jual beli taji-ah,
dan lain sebagainya.
Tinjauan Hukum Islam tentang Jual Beli
Pakan Ternak Babi
Agama Islam adalah rahmat bagi alam
semesta. Islam sangat menghargai dan melindungi kepentingan manusia. Allah meletakkan dasar-dasar, undang-undang dan peraturan muamalah agar dapat membatasi
manusia untuk tidak berbuat sewenangwenang dengan mengambil hak orang lain
yang bukan haknya dengan cara yang batil.
Hal ini disebabkan karena manusia mempunyai nafsu yang kadang selalu mengajak
kejahatan, agar manusia akan menjadi lurus
dan tidak hilang akan hak-haknya, serta
saling mengambil manfaat di antara mereka
melalui jalan yang terbaik dan teratur seperti
melalui jalur jual beli.
Jual beli dalam Islam merupakan
salah satu bentuk kegiatan ekonomi dan
muamalah yang berakad saling tolong menolong sesama manusia yang ketentuan hukumnya telah diatur. Sebagai suatu akad,
jual beli mempunyai rukun dan syarat yang
harus dipenuhi sehingga jual beli itu dapat
dikatakan sah oleh syara‟.Sehingga jika
salah satu dari rukun tersebut tidak terpenuhi
maka jual beli tersebut tidak dikategorikan
sebagai jual beli.39
39
Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi
Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), h. 130
Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015
100 Rahmawati: Jual Beli Pakan Ternak Babi dalam Hukum Islam
Kaidah yang dapat digunakan dalam
sistem muamalah adalah“pada dasarnya
segala sesuatu itu boleh”. Akan tetapi kebolehan tersebut dapat berubah menjadi haram
apabila terdapat qarinah yang mendukungnya. Ada beberapa alasan yang dapat mengakibatkan perdagangan atau jual beli menjadi sesuatu yang terlarang jika seandainya
hal itu hanya akan menyebabkan dampak
yang tidak baik bagi manusia. Kesepakatan
dan kerelaan (adanya unsur suka sama suka)
sangat ditekankan dalam setiap bentuk
perdagangan (jual beli). Namun hanya
dengan kesepakatan dan kerelaan yang
bermula dari suka sama suka tidak
menjamin suatu transaksi dapat dinyatakan
sah dalam Islam yang mengatur adanya
transaksi yang dibolehkan dan tidak
dibolehkan.40
Dalam transaksi jual beli pakan ternak
babi melibatkan tiga pihak yakni Petani
pembudidaya (penjual), Pedagang/ pengepul
(pembeli dari petani), dan Peternak babi
(pembeli dari para pengepul).
Untuk mengetahui hukum tentang
jual beli pakan ternak babi misalnya ubi jalar
dapat dianalisis sebagai berikut:
1. Syarat dan rukun jual beli
a. Adanya pihak penjual dan pembeli
(Akid)
Pada pembahasan sebelumnya, telah
penulis kemukakan bahwa orang yang melakukan jual beli harus memenuhi syaratsyarat, diantaranya: kehendaknya sendiri
atau tidak dipaksa, sehat akalnya, sudah
dewasa atau baligh. Dalam jual beli pakan
ternak babi, para pelakunya melakukan jual
beli atas kehendaknya sendiri tanpa ada
unsur paksaan dari siapapun. Begitu juga
penjual dan pembelinya juga sudah dewasa
dan sehat akalnya. Dalam praktek jual beli
pakan ternak babi yang terjadi selama ini
belum pernah ditemukan orang yang melakukannya adalah orang yang belum dewasa
atau orang yang kurang akalnya. Dari uraian
ini jelas bahwa jual beli pakan ternak babi
ditinjau dari segi syarat akidnya sudah
sesuai dengan aturan jual beli dalam Islam.
b. Lafal / sighat (ijab dan qabul)
Unsur terpenting dalam jual beli
adalah adanya kerelaan dari kedua belah
pihak (akid). Kerelaan tersebut bisa dilihat
dari ijab dan qabul yang dilangsungkan.
Adapun syarat dalam ijab dan qabul adalah:
1) Keadaan ijab dan qabul satu sama
lainnya saling berhubungan di satu
tempat tanpa ada pemisah yang merusak.
2) Makna keduanya hendaklah sama walaupun lafal keduanya berlainan.
3) Keduanya tidak disangkutkan dengan
urusan yang lain
4) Tidak berwaktu.41
Dalam jual beli pakan ternak babi
dilakukan dengan saling berhubungan langsung satu sama lainnya antara penjual dan
pembeli. Para penjual dan pembeli melakukan transaksinya dengan lafal yang jelas.
Disamping itu juga dalam hal ijab dan qabul
nya tidak disangkutkan dengan urusan yang
lain. Dari uraian ini dapat disimpulkan
bahwa jual beli pakan ternak babi dilihat
dari syarat lafal (ijab dan qabu) sudah sesuai
dengan aturan jual beli dalam Islam.
c. Obyek yang diperjualbelikan (ma‟qud
alaih)
Menurut Syafi‟iyah, barang yang sah
untuk diperjualbelikan harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1) Suci bendanya
2) Bendanya bermanfaat
3) Bendanya dapat diserahterimakan
4) Bendanya milik sipenjual sendiri atau
orang lain yang sudah mendapat ijin dari
pemiliknya.
5) Bendanya harus jelas, zat, ukuran dan
sifatnya.42
Suci bendanya berarti benda tersebut
bukan merupakan benda yang najis. Dalam
jual beli pakan ternak babi misalnya daun
ubi jalar bila dilihat dari segi benda yang
dijadikan obyeknya yaitu daun ubi jalar,
maka ia termasuk benda yang suci dan di41
Gemala Dewi, et.al., Hukum Perikatan
Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media,
2005), h. 105
42
40
Haris Faulidi Asnawi, Transaksi Bisnis ECommerce Perspektif Islam, (Yogyakarta: Magistra
Insania Press, 2004), h. 86
Hamzah Ya‟qub, Kode Etik Dagang
Menurut Islam;Pola Pembinaan Hidup dalam
Berekonom), (Bandung: CV. Diponegoro, 1992),
h. 86
Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015
Rahmawati: Jual Beli Pakan Ternak Babi dalam Hukum Islam 101
perbolehkan untuk diperjualbelikan. Sedangkan yang dimaksud dengan bendanya bermanfaat menurut syara‟ berarti pemanfaatan
benda tersebut tidak bertentangan dengan
norma-norma agama. Dalam hal ini berarti
jual beli daun ubi jalar memenuhi unsur
manfaat menurut syara‟. Ini dikarenakan
pemanfaatan daun ubi jalar itu digunakan
untuk memberi makan hewan ternak yaitu
babi.
Uraian tersebut menunjukkan bahwa
dalam jual beli daun ubi jalar telah memenuhi persyaratan yang berkaitan dengan
ma‟qud alaihnya. Dengan demikian, dalam
praktek jual beli pakan ternak babi dilihat
dari segi rukun dan syaratnya secara umum
telah memenuhi aturan dalam jual beli
seperti adanya aqidaian (penjual dan pembeli), adanya lafal (ijab dan qabul) dan
adanya ma‟qud alaih yaitu uang dan barang
(benda).
Segala sesuatu yang ada di muka
bumi pada dasarnya mengandung manfaat.
Sesuatu dipandang tidak berguna dan
dilarang jika telah ditegaskan oleh nash atau
menurut kenyataan atau hasil penelitian
ilmiah menunjukkan bahwa barang itu berbahaya. Pelarangan jual beli dalam agama
Islam dibagai menjadi tiga yaitu:
a. Barang atau zat yang terlarang diperjualbelikan seperti babi, minuman keras dan
berhala, anjing, alat-alat maksiat dan
barang-barang yang samar.
b. Segala usaha atau obyek dagang yang
terlarang seperti usaha pelacuran, perjudian.
c. Cara-cara dagang atau jual beli yang
terlarang seperti banyak sumpah, penimbunan barang.
Jual beli daun ubi jalar sebagai pakan
ternak babi dapat dikategorikan sah karena
telah memenuhi rukun dan syarat dalam jual
beli. Namun disisi lain jual beli tersebut juga
terlarang atau juga fasid, ini dikarenakan
dalam pemanfaatan daun ubi jalar tersebut
tidak sesuai dengan ajaran Islam yaitu untuk
pakan ternak babi. Dengan menjual daun ubi
jalar kepada peternak babi maka secara tidak
langsung berarti penjual daun ubi jalar
mendukung usaha peternakan babi.43
Dalam hukum Islam perbuatan
tersebut (melarang jual beli pakan ternak
babi) termasuk saddudz dzari‟ah. Saddudzdzari‟ah adalah meniadakan atau menutup
jalan yang menuju kepada perbuatan yang
dilarang. 44 Dilihat dari segi akibatnya maka
jual beli daun ubi jalar untuk pakan ternak
babi termasuk perbuatan yang kadar kemungkinan terjadinya kemafsadatan tergolong kategori persangkaan yang kuat
(ghalabat azhzhan), tidak sampai pada kategori keyakinan yang pasti (‟ilmu yaqin),
tidak pula terhitung nadir (jarang). Dalam
hal ini persangkaan kuat disamakan dengan
keyakinan yang pasti. Sebab sadduz
dzari‟ah (menutup perantara) mengharuskan
berhati-hati semaksimal mungkin untuk
menghindarkan dari kemafsadatan. Tidak
diragukan lagi bahwa ikhtiyah (hati-hati)
mengharuskan menggunakan persangkaan
kuat (ghalabat azh-zhan). Sebab persangkaan mengenai hukum-hukum yang bersifat
praktis (‟amaly) mempunyai kedudukan
yang sama dengan yakin.45
Jual beli daun ubi jalar untuk pakan
ternak babi dapat disamakan seperti orang
yang menjual anggur kepada orang yang
bisa menjadikannya minuman keras atau
menjual senjata yang digunakan untuk memfitnah.46 Ibnu Qudamah mengatakan, bahwa
menjual anggur peras bagi orang yang akan
menjadikannya khamar hukumnya haram.
Yang diharamkan adalah menjual barang
yang diketahui tujuan sipembeli yang akan
menjadikan khamar. Ketentuan ini berlaku
untuk semua barang yang akan dijadikan
sebagai alat untuk melakukan pekerjaan
haram.47 Sebagaimana sabda Rasulullah
saw. yang artinya: Dari Abdullah bin
buraidah dari ayahnya ra, ia berkata:
Pakan Babi di Kelurahan Bosso Kecamatan
Walenrang Utara, (Skripsi, 2013), h.55
44
Mukhtar Yahya, Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Islami,(Bandung: PT. Al-Ma‟arif,
1986), h. 347
45
Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh,
(Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994), h. 444
46
Aminata, Op.cit, 56
47
43
Aminata ,Tinjauan Hukum Islam
Terhadap Jual Beli Daun Ubi Jalar Sebagai
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Jilid III,
Beirut: Darul Fikr, t.th.), h. 148
Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015
102 Rahmawati: Jual Beli Pakan Ternak Babi dalam Hukum Islam
rasulullah saw bersabda: barang siapa yang
membiarkan anggur pada masa panennya
untuk dijual kepada yang membuat arak dari
anggur, maka ia telah melemparkan dirinya
ke dalam api neraka dengan sengaja.
(Diriwayatkan oleh Tabrani dalam kitab alausath dengan sanad hasan).
Dengan menjual daun ubi jalar kepada
peternak babi berarti terjadi perbuatan
tolong menolong dalam hal kemaksiatan,
yang tentunya bertentangan firman Allah
dalam Al-Qur‟an surat Al-Maidah/5: 2
termasuk saddudz dzari‟ah. Saddudzdzari‟ah adalah meniadakan atau menutup
jalan yang menuju kepada perbuatan yang
dilarang. Sadduz dzari‟ah (menutup perantara) mengharuskan berhati-hati semaksimal
mungkin untuk menghindar dari kemafsadatan.
        ..
Abu Zahrah, Muhammad, Ushul Fiqh,
Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994
...    
Terjemahnya:
Dan tolong menolonglah kamu dalam
kebaikan dan taqwa, dan janganlah
kamu bertolong-tolongan dalam berbuat
dosa dan permusuhan. 48
Pelarangan dan pengharaman terhadap pemanfaatan babi ini dikarenakan
pelarangan pada zatnya sendiri, meskipun
diketahui ada efek negatif yang ditimbulkan.
Simpulan
Jual beli dalam Islam dikatakan sah
jika memenuhi syarat dan rukunnya. Di
antara syarat dan rukunnya adalah: 1)
Penjual dan pembeli, Syaratnya: a) Baligh
atau dewasa b) Berakal, c) Keadaan tidak
mubazir (pemboros) d) Dengan kehendaknya sendiri (bukan dipaksa). 2) Bendabenda atau barang yang diperjualbelikan
(Ma’kud Alaih) Adapun syarat atas bendabenda yang diperjual belikan adalah: a)
Bermanfaat b) Suci c) Dapat diserahkan d)
Milik sendiri 3) Lafaz/Sigat (Ijab Qabul).
Jual beli daun ubi jalar sebagai pakan
ternak babi dapat dikategorikan sah karena
telah memenuhi rukun dan syarat dalam jual
beli. Namun disisi lain jual beli tersebut juga
terlarang atau juga fasid, ini dikarenakan
dalam pemanfaatan daun ubi jalar tersebut
tidak sesuai dengan ajaran Islam yaitu untuk
memberi makan pada ternak yang haram
bagi umat Islam untuk mengkomsumsi-nya.
Dalam hukum Islam perbuatan tersebut
48
Daftar Pustaka
„Uwaidah, Kamil Muhammad, Fiqih
Wanita, Cet. V, Jakarta: Timur:
Pustaka Al-Kautsar, 2000.
Ahmad, Imam bin Hambal, Musnad Imam
Ahmad bin Hambali, juz IV. Beirut:
Dãr Ibn Katsir. 1993.
al-Aziz,Saifullah, Fiqhi Islam, Surabaya:
Terbit Terang, 1996.
al-Husaini, Taqiyuddin Abi Bakri bin
Muhammad, Kifayatul Akhyar,
Surabaya: Dãrl Kitab Islami, t.th.
al-Kahlani, Muhammad Ismail, Subulussalam, Bandung: Dahlan, t.th.
al-Qurtubi, Abu Walid Muhammad bin
Ahmad
Rasyid,
Bidayah
alMujtahid,Semarang: Toha Putra, t.th.
Aminata, Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Jual Beli Daun Ubi Jalar Sebagai
Pakan Babi di Kelurahan Bosso
Kecamatan
Walenrang
Utara,
Skripsi, 2013
Anonim, Fikih Perniagaan | Klikuk.Com |
Titian IlmuPenyejuk Qalbu (5
Desember 2013)
Asnawi, Haris Faulidi, Transaksi Bisnis ECommerce
Perspektif
Islam,
(Yogyakarta: Magistra Insania Press,
2004
Buhari, Imam Shahih Bukhari, Book 34,
Hadith 1, Vol. 3, Book 34
http://sunnah.com/bukhari/34
Bukhari, Imam, Shahih Bukhari, (Juz. I,
Singapura:
Maktabah
Sulaiman
Mar‟iy, tth.
Departemen Agama, op.cit., h. 106
Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015
Rahmawati: Jual Beli Pakan Ternak Babi dalam Hukum Islam 103
Bukhori, Imam, Shahih al Bukhari, Juz 3,
Beirut-Libanon: Dãr Al- Kutub AlIlmiyah, t.th.
Mas‟ud, Ibnu dan Zainal Abidin, Fiqhi
Mazhab Syafi‟i, Bandung: Diponegoro, 2007
Departemen Agama RI, al-Qur‟an dan
Terjemahnya, Semarang: Toha Putra,
1989
Rasyid, Sulaiman, Fiqhi Islam, Cet. 22,
Bandung: Sinar Baru Algesindo,
1989.
Gemala Dewi, et.al., Hukum Perikatan
Islam di Indonesia, Jakarta: Prenada
Media, 2005
Sabiq, Sayyid, alih bahasa oleh Kamaluddin
A. Marzuki dkk. Fiqhi Sunnah Jil. 12
, Bandung: Alma‟arif, 1996.
Haroen, Nasrun, Fiqhi Muamalah, Jakarta:
Gaya Media Pratama, 2000
Sabiq, Sayyid, Fiqhi as-Sunnah, Jil. III,
Libanon: Dãrl Fikr, t.th.
Hasyimi, Muhammad, Fiqhi 4 Mazhab,
(Bandung: Sinar Baru Argesindo,
1999.
Syafei,
Rachmat,
Fiqhi
Muamalah,
Bandung: Pustaka Setia, 2001.
Lubis, Suhrawardi K., Hukum Ekonomi
Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2000
Mas‟adi, Gufran A., Fiqhi Muamalah
Kontekstual, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2002.
Ya‟qub, Hamzah, Kode Etik Dagang
Menurut Islam; Pola Pembinaan
Hidup dalam Berekonom), Bandung:
CV. Diponegoro, 1992
Yahya, Mukhtar, Dasar-Dasar Pembinaan
Hukum Islami, Bandung: PT. AlMa‟arif, 1986
Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015
104 Hamdani: Urgensi Kepribadian dalam Organisasi Bisnis
……..
URGENSI KEPRIBADIAN DALAM ORGANISASI BISNIS
Hamdani
Abstract: Daily activities, will be found a wide variety of characteristics of employees. Some
are aggressive, calm, explosiveness, ambitious, sociable, passive, and so forth. The
characteristics of these employees is a categorization based on personality. So it can be defined
as a combination of personality traits that describe a person's psychological. Organizational
behavior is essentially the result of interaction between individuals within the organization.
Organizational behavior basically focused on two scopes. First, review the behavior of
individuals within the organization, such as attitude, personality, perception, learning and
motivation. Secondly, the behavior of groups within the organization, which include norms,
roles, team building and conflict. Therefore, coverage is so extensive organizational behavior,
before understanding the behavior of the organization first needs to understand individuals as
one dimension in the organization is very important and is one of the supporting factors in the
organization
Keywords: Personality, organicist Business
Pendahuluan
Dalam organisasi seorang manajer
seringkali melihat organisasi dari sisi formalnya, yaitu: struktur organisasi, strategi,
kebijakan, sasaran, prosedur, wewenang formal, rantai komando dan sebagainya. Kesemua merupakan aspek formal suatu organisasi yang mudah ditetapkan parameter
ukurannya. Namun dibalik itu semua, ada
proses dalam organisasi yang tidak nampak
dipermukaan, yaitu perilaku individu dalam
organisasi. Pemahaman tentang perilaku
organisasi akan sangat membantu manajer/
pimpinan dalam menjalankan roda-roda
organisasi. Setidaknya dengan memahami
perilaku organisasi akan membantu manajer
dalam memahami dan mengelola perilaku
karyawannya, baik sebagai individu maupun
sebagai kelompok dalam organisasi. Dalam
keseharian organisasi, akan dijumpai beranekaragam ciri karyawan. Ada yang agresif, tenang, meledak-ledak, ambisius, mudah
bergaul, pasif dan sebagainya. Ciri-ciri karyawan ini merupakan pengkategorian berdasarkan kepribadian. Jadi kepribadian dapat
diartikan sebagai perpaduan ciri-ciri psikologis yang menggambarkan seseorang.
Perilaku organisasi pada hakekatnya
adalah hasil interaksi antara individuindividu dalam organisasi. Perilaku organisasi pada dasarnya memusatkan perhatian
pada dua cakupan. Pertama, meninjau perilaku individu dalam organisasi, seperti
sikap, kepribadian, persepsi, pembelajaran
dan motivasi. Kedua, perilaku kelompok
dalam organisasi, yang meliputi norma,
peran, pembentukan tim dan konflik. Oleh
karena cakupan perilaku organisasi begitu
luas, maka sebelum memahami perilaku
organisasi perlu memahami lebih dahulu
individu-individu sebagai salah satu dimensi
dalam organisasi yang amat penting serta
merupakan salah satu faktor pendukung
dalam organisasi.
Pola perilaku manusia dalam organisasi sangatlah berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena setiap manusia mempunyai
kepribadian yang berbeda yang dimiliki jauh
sebelum manusia itu menjadi bagian dari
sebuah organisasi. Cara seseorang bertindak
serta berhubungan mencerminkan kepribadiannya sehingga dalam kenyataannya banyak segi dari setiap orang adalah unik
(khas). Kondisi inilah yang menyebabkan
timbulnya teori-teori kepribadian dalam psikologi yang bisa digunakan untuk kerangka
acuan dalam memahami dan menjelaskan
tingkah laku kita sendiri dan orang lain.
Organisasi dan Bisnis dituntut untuk
selalu berinovasi sesuai dengan tren saat ini.
Faktor-faktor seperti ketatnya persaingan
dan teknologi informasi yang semakin canggih menuntut organisasi untuk menjadi
kreatif dan inovatif. Organisasi yang selalu
inovatif dan kreatif selalu memiliki visi
masa depan yang terencana dan terukur.
Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015
Hamdani : Urgensi Kepribadian dalam Organisasi Bisnis
Oleh karena itu, organisasi bisnis harus bisa
mengimplementasikan visi tersebut menjadi
misi yang harus dijalankan di tiap bagian,
salah satunya adalah kinerja kreatif organisasi.
Kinerja menjadi hal yang penting
dalam organisasi. Menurut Prabu Mangkunegara kinerja adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seseorang karyawan dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya.1 Mangkuprawira
juga menjelaskan bahwa kinerja adalah hasil
atau tingkat keberhasilan seseorang secara
keseluruhan selama periode tertentu di
dalam melaksanakan tugas dibandingkan
dengan berbagai kemungkinan, seperti
standar hasil kerja, target atau sasaran yang
telah ditentukan terlebih dahulu dan telah
disepakati bersama.2
Untuk mencapai kinerja kreatif, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan. Salah
satunya adalah kepribadian. Menurut Mahmud kepribadian itu mempunyai arti yang
lebih dari pada hanya sekedar sifat menarik
yang tersusun dari semua sifat yang dimilikinya. Sifat tersebut bermacam-macam.
Seperti yang berkenaan dengan cara orang
berbuat, menggambarkan sikap, berhubungan dengan minat, dan temperamen emosionil.3 George dan Zhou dalam Williams
menjelaskan bahwa salah satu kepribadian
yang terkait dengan kinerja kreatif dalam
organisasi adalah keterbukaan keterbukaan
pada pengalaman.4 Dalam suatu organisasi
pasti ada beberapa individu yang mem1
Anwar Prabu Mangkunegara, AA.
Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
(Bandung : PT Remaja Rosdakarya2000), h. 67.
2
Sjafri Mangkuprawira, Kinerja: Apa
Itu?, http://ronawajah.wordpress.com/, diakses
18 Agustus 2015
105
punyai sikap terbuka dalam segala hal.
Individu yang terbuka tersebut cenderung
lebih kreatif daripada anggota organisasi
yang lain.
Selain keterbukaan terhadap pengalaman, ciri kepribadian lain yang menjadi
bagian dari lima model utama personalitas
adalah ekstraversi, neurotisisme, daya terima, dan sifat kehati-hatian. Dari 5 model
utama tersebut, keterbukaan terhadap pengalaman menjadi elemen penting untuk
mencapai kinerja kreatif dalam organisasi.
Jika kepribadian manusia biasa pada umumnya memiliki kecenderungan ke arah tertentu, maka kepribadian kreatif terdiri dari
sifat-sifat berlawanan yang terus menerus
„bertarung‟, tapi di sisi lain juga hidup
berdampingan dalam suatu tubuh. Dalam
kehidupan ini hampir semua orang di dunia
menyukai karakter-karakter baik. Merekamereka yang sukses dalam bidang apa pun
dan bisa bertahan lama adalah mereka yang
memiliki karakter-karakter baik
Kepribadian
Menurut Gibson definisi dari kepribadian adalah himpunan karakteristik dan
kecenderungan yang stabil serta menentukan
sifat umum dan perbedaan dalam perilaku
seseorang.5 Sedangkan menurut Allport
dalam Gibson adalah organisasi dinamis di
dalam masing-masing dan sistem-sistem
psikofisik yang menentukan penyesuaian
unik terhadap lingkungan.6 Dapat juga
dikatakan bahwa kepribadian adalah total
jumlah dari cara-cara dalam mana seseorang
individu bereaksi dan berinteraksi dengan
orang lain. Disisi lain Wood mendefinisikan
kepribadian sebagai profil keseluruhan atau
kombinasi sifat yang memberi ciri khas sifat
dasar seseorang.7
Gordon W. Allport dalam Yosep,
mendefinisikan kepribadian adalah suatu
organisasi yang dinamis dari sistem psiko-
3
M. Dimyanti Mahmud, Psikologi:
Suatu Pengantar. (Yogyakarta: BPFE. 1990),
h.23.
4
Scott David Williams,. Personality,
attitude, and leader influences on divergent thinking and creativiy in organizations. European
Journal of Innovation Management, Vol. 7 No. 3,
2004, h. 187-204.
5
Ivancevich Gibson, Organisasi dan
Manajemen (Jakarta: Erlangga,1996), h.45
6
Ibid.
7
Wood, et al. Organisational Behaviour
An Asia-Pacific Perspective. (Australia: Jacaranda Wiley Ltd, 2000), h. 67
Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015
106 Hamdani: Urgensi Kepribadian dalam Organisasi Bisnis
……..
fisik indvidu yang menentukan tingkah laku
dan pemikiran indvidu secara khas. Terjadinya Interaksi psiko-fisik mengarahkan
tingkah laku manusia. Maksud dinamis pada
pengertian tersebut adalah perilaku yang
mungkin saja berubah-ubah melalui proses
pembelajaran atau melalui pengalaman,
reward, punishment, pendidikan, dan sebagainya.8 Pengertian di atas merujuk pada
ciri-ciri perilaku yang kompleks terdiri dari
temperamen (reaksi emosi yang cenderung
menetap dalam merespon situasi atau
stimulus lingkungan secara spontan), emosi
yang bersipat unik dari individu
Reaksi yang berbeda dari .masingmasing individu menunjukan perbedaan
kepribadian. George, Zhou dan Woodman
dalam Williams menyebutkan bahwa salah
satu ciri kepribadian yang dihubungkan
dengan kinerja kreatif individu dalam organisasi adalah keterbukaan terhadap pengalaman. Dalam suatu organisasi pasti ada
beberapa individu yang mempunyai sikap
terbuka dalam segala hal. Individu yang
terbuka tersebut cenderung lebih kreatif
daripada anggota organisasi yang lain.
Karena itu keterbukaan menjadi bagian dari
ciri kepribadian yang mempunyai kinerja
kreatif dalam organisasi. Selain keterbukaan
terhadap pengalaman, ciri kepribadian lain
yang menjadi bagian dari 5 model utama
personalitas adalah ekstraversi, neurotisisme, daya terima, dan sifat kehati-hatian. 9
Dari 5 model utama tersebut, keterbukaan
terhadap pengalaman menjadi elemen
penting untuk mencapai kreativitas kerja.
Dalam perkembangannya, teori kepribadian memiliki tiga pendekatan, yaitu:
pendekatan sifat, pendekatan psikodinamis
dan pendekatan humanis.
1. Teori Kepribadian Sifat (Trait)
Teori ini didasarkan pada alasan predisposisi mengarahkan perilaku individu
dalam pola yang konsisten. Menurut Allport
dalam Gibson10 sifat (Trait) adalah merupakan batu bata ibarat pondasi dari suatu
bangunan, alasan, tindakan, sumber keunikan individu. Sifat adalah dugaan kecenderungan yang mengarahkan perilaku secara
konsisten dan ciri karakteristik tertentu. Sifat
menghasilkan konsistensi pada perilaku,
karena sifat melanjutkan atribut dan cakupannya secara umum dan luas.
2. Teori Kepribadian Psikodinamis
Menurut Freud dalam Gibson bahwa
perbedaan kepribadian individu itu karena
setiap orang mempunyai dasar yang berbeda. Ia membagi kepribadian menjadi tiga
bagian, yaitu: id, ego dan superego. Id
adalah sistem kepribadian yang paling dasar,
system yang di dalamnya terdapt nalurinaluri bawaan. Ego adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah
individu kepada dunia obyek dari kenyataan
dan menjalankan fungsinya berdasarkan
prinsip kenyataan. Berdasarkan fungsinya
tersebut maka ego bertindak sebagai penengah konflik, seringkali ego harus kompromi,
untuk mencoba dan memuaskan Id dan
Superego. Superego adalah sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturanaturan yang sifatnya evaluatif (menyangkut
baik buruk), dimana nilai-nilai termasuk di
dalamnya sikap moral tersebut dibentuk oleh
masyarakat. Superoego sering bertentangan
dengan Id, Id ingin melakukan apa yang
dirasa baik sementara Superego memaksa
melakukan apa yang “benar”. 11
3. Teori Kepribadian Humanistik
Menurut Roger dalam Gibson pendekatan untuk memahami kepribadian menekankan pada perkembangan individu dan
aktualisasi diri seseorang. Pendekatan dalam
memahami kepribadian adalah humanistik
(berpusat pada manusia) dan percaya bahwa
yang paling dasar dari organisme manusia
adalah untuk aktualisasi diri.
8
Determinan Kepribadian.
9
Ada tiga faktor yang menentukan
kepribadian individu, yaitu: (1) keturunan,
(2) lingkungan dan (3) situasi. Dalam hal ini
Yosep, Keperawatan Jiwa. Cetakan 1.
(Bandung: PT Refika Aditama, 2007), h. 38.
Scott David Williams,. Personality,
attitude, and leader influences on divergent
thinking and creativiy in organizations.
European Journal of Innovation Management,
Vol. 7 No. 3, 2004, h. 187-204.
10
Ivancevich Gibson, loc.cit
11
Ibid
Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015
Hamdani : Urgensi Kepribadian dalam Organisasi Bisnis
Wood menjelaskan dalam sebuah gambar
sederhana tentang faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi kepribadian individu.
Heredity
Personality
Environment
- Cultural factors
- Sosial Factors
- Situational
Factors
107
akan ditentukan oleh penyesuaiannya pada
keturunan dan persyaratan lingkungan.
Situasi sebagai determinan yang mempengaruhi efek keturunan dan lingkungan
pada kepribadian. Kepribadian individu
yang mantap dan konsisten, bisa berubah
karena situasi. Tuntutan yang berbeda dari
situasi yang berlainan memunculkan aspekaspek yang berlainan pada kepribadian
seseorang.
Ciri-ciri Kepribadian
Gambar:
Heredity and environmental
linkage with personality
Dari gambar tersebut di atas ditarik
sebuah formula, yaitu: P = f (H, E) dimana
P adalah Personality, H adalah Heredity dan
E adalah Environment. Artinya Kepribadian
(Personality) merupakan suatu hasil interaksi antara faktor keturunan (heredity)
dengan faktor lingkungan (Environment).
Dengan kata lain kepribadian sebagai hasil
perpaduan antara faktor keturunan dan
faktor lingkungan yang terdiri dari faktor
budaya, sosial dan situasi.
Keturunan merujuk faktor yang diturunkan saat pembuahan. Pendekatan keturunan berasumsi bahwa penjelasan paling
akhir dari kepribadian seseorang atau individu adalah struktur molekul dari gen-gen
yang terletak dalam kromosom. Sosok fisik,
daya tarik wajah, kelamin, temperamen,
komposisi otot dan reflek, tingkat energi dan
ritme hayati merupakan karakteristik yang
umumnya dipengaruhi oleh kedua orang tua.
Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa
faktor-faktor psikofisik (seperti tinggi badan,
warna rambut, sifat malu, takut, murung,
kegemaran, kemantapan, tidak mau repot
dan bahkan kepuasan kerja) cenderung
ditentukan oleh faktor hereditas.
Lingkungan adalah faktor yang merujuk pada budaya dimana seseorang dibesarkan, pengkodisian dini, norma-norma keluarga, teman dan kelompok sosial serta
pengaruh lain. Pertimbangan seksama dari
argumen pendukung tentang keturunan dan
lingkungan sebagai determinan utama kepribadian dapat dikatakan bahwa keduanya
penting. Keturunan menentukan parameter
atau batas luar, tetapi potensi penuh individu
Ciri-ciri kepribadian adalah karakteristik (seperti sifat malu, agresif, mengalah, malas, ambisius, setia) yang diperagakan oleh individu dalam sejumlah besar
situasi. Dengan kata lain ciri kepribadian
adalah karakteristik yang bertahan yang
memberikan perilaku seorang individu.
Pencarian dini ciri-ciri utama dengan identifikasi enam belas faktor kepribadian yang
dipandang sebagai ciri primer kepribadian
atau yang merupakan sumber perilaku yang
umumnya konstan, memungkinkan ramalan
dari perilaku seorang individu dalam situasisituasi khusus dengan menimbang karakteristik untuk relevansi situasi awalnya.
Myers Briggs Type Indicator (MB
TI) adalah salah satu kerangka kepribadian
yang paling banyak digunakan. Suatu tes
kepribadian yang menyadap empat karakteristik dan mengelompokkan orang-orang
ke dalam salah satu dari enambelas tipe.
Hasilnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Ekstrovet atau Introvet (E atau I)
2. Menginderai (Sensing) atau Intuitive (S
atau N)
3. Berpikir (Thinking) atau Merasakan
(Feeling) (T atau F)
4. Merasa (Perceiving) atau Menimbangnimbang (Judging) (P atau J)
Dari kelompok-kelompok tersebut di
atas dapat digabung dengan enambelas tipe
kepribadian:
1. Tipe INTJ (Introvet, Intuitive, Thinking,
Judging) adalah kelompok visioner,
dengan kepribadian yang bercirikan:
punya pikiran orisinil dan dorongan
besar untuk ide dan maksud mereka
sendiri, skeptis, kritis, tidak tergantung,
bulat tekat dan keras kepala.
Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015
108 Hamdani: Urgensi Kepribadian dalam Organisasi Bisnis
……..
2. Tipe ESTJ (Ekstrovet, Sensing, Thinking, Judging) adalah kelompok pengorganisasi, yang mempunyai ciri: praktis, realistis, tidak berbelit, menyukai
organisasi dan menjalankan kegiatan.
3. Tipe ENTP (Ekstrovet, Intuitive, Thinking, Perceiving) adalah kelompok atau
tipe pengkonsep, ia cepat dan banyak
akal, baik dalam banyak hal.
Dari berbagai penelitian tentang
kepribadian, yang paling populer adalah
model kepribadian lima faktor yang biasa
disebut model lima besar. Ciri-ciri kepribadian menurut model ini adalah:
1. Ekstraversi yaitu dimensi kepribadian
yang menggambarkan sejauh mana seseorang itu mudah bergaul, pandai bicara
dan tegas.
2. Agreeableness yaitu dimensi kepribadian
yang menggambarkan sejauhmana seseorang itu ramah, mudah bekerja sama,
dan dapat dipercaya.
3. Ketelitian yaitu dimensi kepribadian
yang menggambarkan sejauhmana seseorang bertanggung jawab, andal, tekun
dan berorientasi prestasi.
4. Kemantapan emosional yaitu dimensi
kepribadian yang menggambarkan sejauhmana seseorang itu tenang, penuh
semangat, aman, tegang, tertekan,
gelisah dan tidak aman.
5. Kepribadian terhadap pengalaman yaitu
dimensi kepribadian yang menggambarkan sejauhmana seseorang itu imajinatif, peka terhadap seni dan cerdas.
Atribut Kepribadian Utama yang mempengaruhi Perilaku Organisasi Bisnis
Sejumlah atribut kepribadian utama
yang mempengaruhi perilaku organisasi
bisnis adalah:
1. Tempat kedudukan kendali
Tempat kedudukan kendali adalah
derajat sejauhmana seseorang yakin menguasai nasib sendiri. Ini dapat dibagi menjadi
dua tipe, yaitu internalizers dan externalizers.
a. Internalizers: individu yang meyakini bahwa mereka mengendalikan
apa yang terjadi pada diri mereka
sendiri.
b. Externalizers: individu yang meyakini bahwa apa yang terjadi pada diri
mereka dikendalikan oleh kekuatan
luar seperti kemujuran dan peluang.
Dampak tempat kedudukan kendali
terhadap perilaku organisasi bagi kelompok
atau bagian internal umumnya mempunyai
kinerja yang lebih baik pada pekerjaan, yaitu
lebih aktif mencari informasi sebelum
mengambil keputusan dan lebih termotivasi
untuk berprestasi serta melakukan upaya
yang lebih besar untuk mengendalikan
lingkungan mereka. Ciri-ciri utamanya
adalah: 1) Tingkat absensi rendah 2) Turn
over rendah 3) Lebih sukses 4) Kinerja lebih
baik 5) Termotivasi untuk berprestasi.
Pekerjaan yang cocok bagi kelompok
ini adalah pekerjaan manajerial dan profesional. Sedangkan dampak tempat kedudukan kendali bagi kaum eksternal adalah
lebih tunduk dan bersedia mengikuti aturan.
Ciri-cirinya adalah: 1) Kurang dipuaskan
oleh pekerjaan 2) Tingkat kemangkiran
tinggi 3) Terasing dari lingkungan kerja 4)
Kurang terlibat dalam pekerjaan 5) Tunduk
dan bersedia mengikuti pengarahan.
Pekerjaan yang cocok bagi kelompok
eksternal ini adalah pekerjaan yang terstruktur dan sifatnya rutin.
2. Machiavellanisme
Machiavellianisme adalah derajat sejauhmana seorang individu bersifat pragmatis, menjaga jarak emosional, meyakini
bahwa tujuan dapat membenarkan cara. Ciriciri Machiavellianisme yang tinggi adalah
memanipulasi lebih banyak, memenangkan
lebih banyak, jarang dibujuk dan membujuk
orang lain lebih banyak dibandingkan
dengan kaum Machiavellianisme rendah.
Pekerjaan yang cocok bagi kelompok
Machiaveliianisme yang tinggi adalah:
a. Pekerjaan yang banyak memerlukan
tawar menawar (negotiation)
b. Pekerjaan yang menjanjikan hadiah
bila berhasil (mis: penjualan berkomisi).
Kelompok ini berkembang manakala:
a. Berinteraksi atau tatap muka secara
langsung dengan orang lain daripada
secara tidak langsung.
b. Situasi itu mempunyai aturan dan
peraturan yang minimum sehingga
memungkinkan ruang gerak untuk
improvisasi.
Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015
Hamdani : Urgensi Kepribadian dalam Organisasi Bisnis
c. Keterlibatan
emosional
dengan
rincian yang tidak relevan dengan
kemenangan mengalihkan perhatian
para Machiavellianisme rendah.
3. Harga diri (self esteem)
Self Esteem adalah derajat suka tidak
suka seorang individu terhadap diri mereka
sendiri. Penghargaan diri menawarkan beberapa wawasan yang menarik ke dalam perilaku organisasi yaitu Self Esteem diberikan
secara langsung. Penghargaan untuk pribadi
Self Esteem tinggi, yaitu:
a. Memiliki kemampuan lebih untuk
berhasil dalam pekerjaan daripada
kemampuan yang mereka perlukan.
b. Mengambil lebih banyak resiko
dalam pekerjaannya.
c. Memilih pekerjaan-pekerjaan yang
tidak konvensional
Penghargaan untuk pribadi Self
Esteem rendah, yaitu:
a. Lebih rawan terhadap pengaruh luar
b. Bergantung pada diterimanya evaluasi yang positif dari orang lain
c. Lebih besar kemungkinan mereka
mencari persetujuan dari orang lain.
d. Cenderung menyesuaikan pada keyakinan dan perilaku dari mereka yang
dihormati.
e. Dalam posisi manajerial, cenderung
untuk memperdulikan usaha menyenangkan hati orang lain.
4. Pemantauan diri (self monitoring)
Self monitoring adalah suatu ciri
kepribadian yang mengukur kemampuan
seorang individu untuk menyesuaikan
perilakunya pada faktor-faktor situasional
luar. Seorang yang tinggi dalam pemantauan
diri mempunyai kemampuan adaptasi yang
besar dalam menyesuaikan perilaku mereka
terhadap faktor situasional luar. Mereka
sangat peka terhadap isyarat-isyarat luar dan
berperilaku berbeda dalam situasi yang
berlainan. Sedangkan pemantauan diri yang
rendah cenderung memperlihatkan watak
(disposisi) mereka yang sebenarnya dalam
semua situasi yang sifatnya konsisten.
Dengan modal bukti pendahuluan dalam
riset maka muncul hipotesis bahwa pemantauan diri yang tinggi akan lebih berhasil
dalam posisi-posisi manajerial dimana
individu dituntut memainkan peran-peran
ganda.
109
5. Kecondongan untuk mengambil resiko
Pengambilan resiko adalah suatu kepribadian yang mengukur dampak berapa
lama manajer perlu waktu dalam mengambil
keputusan dan beberapa informasi yang
mereka perlukan sebelum mengambil keputusan. Seorang individu pengambil resiko
tinggi adalah mengambil keputusan jauh
lebih cepat dan menggunakan sedikit informasi dalam mengambil pilihan dari pada
pengambil resiko rendah dengan ketepatan
keputusan yang sama.
Kaitannya dengan perilaku organisasi
adalah bahwa ada beberapa pekerjaan spesifik yang menuntut kecenderungan pengambilan resiko. Seorang wiraswastawan dan
pedagang dituntut untuk pengambilan resiko
tinggi. Sedangkan pekerjaan yang bersifat
administratif berkecenderungan pengambilan resiko yang rendah.
6. Tipe kepribadian.
a. Kepribadian tipe A
Adalah pelibatan agresif dalam suatu
usaha dan berusaha terus menerus mencapai
sesuatu lebih banyak dalam waktu yang
lebih singkat dan jika perlu melawan upayaupaya yang melawan hal-hal atau orang lain.
Ciri-ciri tipe ini adalah: 1) Selalu bergerak,
berjalan dan makan cepat 2) Merasa tidak
sabar dengan laju berlangsungnya kebanyakan peristiwa. 3) Berupaya keras untuk
memikirkan atau melakukan dua hal atau
lebih secara serentak. 4) Tidak dapat mengatasi waktu luang. 5) Terobsesi oleh bilangan yang mengukur sukses dalam bentuk
seberapa banyak semua hal yang mereka
peroleh.
b. Kepribadian tipe B adalah: 1) Tidak
pernah merasa urgensi waktu bersama,
ketidaksabaran mengiringi rasa tersebut. 2)
Tidak pernah merasakan perlunya memperagakan atau membahas prestasi mereka
kecuali bila paparan semacam itu dituntut
oleh situasi. 3) Lebih menyukai kesantaian
dan kesenangan, bukannya untuk menunjukkan keunggulan/prestasi. 4) Dapat santai
tanpa rasa salah.
Tipe A mengakibatkan beberapa hasil
perilaku yang agak spesifik, yaitu: 1)
Pekerja cepat, dengan menekankan kuantitas
daripada kualitas. 2) Dalam manajerial,
memperagakan daya saing menekan daya
bekerja dalam waktu yang sama. 3) Tidak
Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015
110 Hamdani: Urgensi Kepribadian dalam Organisasi Bisnis
……..
kreatif, mengandalkan masa lalu bila
menghadapi masalah.
Sedangkan tipe B dengan karakteristiknya akan lebih berhasil dalam karirnya karena menekankan pada kualitas,
sehingga mereka lebih bertindak bijak dan
kreatif karena mereka menganekaragamkan
respon mereka terhadap tantangan yang
spesifik dalam lingkungan mereka.
Kepribadian dan Pekerjaan
Holland dengan teori kepribadian pekerjaan, mengedepankan enam tipe kepribadian. Menurutnya, kepuasan karyawan
dengan pekerjaannya dan juga kemungkinan
meninggalkan pekerjaan itu, tergantung
sejauhmana kepribadian seseorang sesuai
dengan lingkungan pekerjaannya. Kepuasan
dan kecenderungan meninggalkan pekerjaan
juga bergantung kepada seberapa besar
individu mencocokkan kepribadian mereka
dengan lingkungan jabatan yang sama.
Kepuasan yang paling tinggi dan tingkatan
keluarnya karyawan paling rendah adalah
dalam keadaan di mana kepribadian dan
jabatan atau pekerjaan tersebut cocok.
Holland mengidentifikasi enam tipe karakteristik jenis pekerjaan yang disukai dan
cocok, sebagai berikut:
1. Tipe Realistik, dengan karakteristik
pemalu, tulus, tekun, mantap, patuh dan
praktis, lebih menyukai kegiatan fisik
yang menuntut ketrampilan, kekuatan
dan koordinasi. Pekerjaan yang cocok
adalah: montir, operator, pekerja lini
perakitan dan petani.
2. Tipe Menyelidik, dengan karakteristik
analitis, orisinil dan ingin tahu, lebih
menyukai kegiatan yang melibatkan
pemikiran, organisasi dan pemahaman.
Pekerjaan yang cocok adalah biolog,
ekonom, matematisi dan wartawan.
3. Tipe Sosial, dengan karakteristik senang
bergaul, ramah kooperatif dan memahami, lebih menyukai jenis kegiatan
yang melibatkan bantuan dan guru,
penyuluh dan psikolog klinis.
4. Tipe Konvensional, dengan karakteristik
patuh, efisien, praktis, tidak imajinatif
dan tidak luwes, lebih menyukai peraturan, tata tertib dan kegiatan yang tidak
kembar arti. Jenis pekerjaan yang cocok
adalah: akuntan, manajer koperasi, kasir
bank.
5. Tipe Pengusaha, dengan karakteristik
percaya diri, ambisius, energik dan
menguasai, lebih menyukai kegiatan
verbal, dimana ada kesempatan untuk
mempengaruhi orang dan meraih sukses.
Pekerjaan yang cocok adalah pengacara,
agen real estate, spesialis humas dan
manajer bisnis kecil.
6. Tipe Artistik, dengan karakteristik imajinatif, tidak tertib, idealis, emosional
dan tidak praktis, lebih menyukai kegiatan kembar arti dan tidak sistematis serta
memungkinkan ungkapan kreatif. Pekerjaan yang cocok adalah pelukis, musisi,
pengarang dan dekorator interior.
Dari teori-teori tersebut ada tiga hal
yang dapat dijadikan kunci, yaitu:
1. Ada beberapa perbedaan-perbedaan intrinsik dalam kepribadian diantara individu.
2. Ada tipe-tipe pekerjaan yang berbeda
atau berlainan.
3. Orang-orang dalam lingkungan kerja
kongruen dengan tipe kepribadian mereka seharusnya lebih dipuaskan dan
lebih kecil kemungkinannya untuk berhenti daripada orang-orang dalam pekerjaan yang tidak kongruen.
Mengembangkan
dunia kerja
Kepribadian
dalam
Kehidupan adalah interaksi antarberagam pribadi, kebudayaan dan pola pikir.
Termasuk di dunia kerja. Tanpa interaksi
antar-karyawan di dalamnya, mustahil sebuah institusi bisa bergerak dan berkembang. Dalam hal interaksi di kantor, setiap
karyawan pasti bertemu dan berhadapan
dengan karyawan lain dengan bermacam
karakter atau tabiat yang tentu berbeda-beda
pula. Dan untuk menghadapinya, tentu dibutuhkan keahlian tersendiri. Kemampuan
memahami dan menghadapi aneka karakter
ini juga bisa menentukan keberhasilan di
dunia kerja. Pemimpin sebuah perusahaan,
misalnya, dituntut mampu menghadapi
berbagai macam karakter manusia yang ada
di perusahaannya. Tanpa kemampuan ini,
mustahil ia dapat mengelola perusahaan
dengan baik. Atau seorang staf bagian pemasaran yang harus bertemu dengan berJurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015
Hamdani : Urgensi Kepribadian dalam Organisasi Bisnis
agam orang dengan beragam karakter. Jika
ia tak mampu menghadapi perbedaan ini
maka kecenderungan produk akan dilirik
oleh konsumen akan sedikit.
Sebenarnya, jika kita renungi lebih
dalam, memahami dan mengolah perbedaan
karakter manusia tidaklah terlalu sulit.
Syaratnya, kita harus memahami seni memimpin dan berkomunikasi yang tepat.
Tentu, kita tak harus menempuh pendidikan
formal untuk itu. Bukan jaminan, seorang
yang berlatar belakang pendidikan bidang
komunikasi, lantas akan ahli berkomunikasi
pula, jika ia tak pernah aktif mempraktekkannya. Atau kita harus belajar psikologi
dulu untuk dapat memahami berbagai
macam karakter orang. Tidak, bukan?
Semua kembali pada diri kita. Kalau karyawan merasa perlu belajar mengenal berbagai
macam perbedaan karakter atau tabiat orang,
tidak ada salahnya mereka serius mempelajarinya. Salah satu hal penting yang harus
diperhatikan dalam memahami karakter
orang di sekitar atau dalam hal ini rekan
kerja, adalah jangan memberi judgment atau
negative thinking kepada seseorang. Padahal, kita tak pernah tahu, bahwa ia ternyata
seorang yang ahli menjalin komunikasi
dengan relasi bisnis dan kliennya. Kuncinya
adalah berpikir positif (positif thinking),
sekalipun terhadap sisi lemah seseorang.
Seperti kita tahu, semua orang tentu memiliki dua sisi, yaitu sisi kelemahan dan sisi
kekuatan.
Agar dapat memahami aneka karakter
di lingkungan kerja, di bawah ada beberapa
tips yang patut disimak:
1. Pahami orang lewat kepribadiannya.
Ketika harus menilai seseorang, nilailah kepribadiannya secara utuh. Kepribadian
bisa dicermati dari beberapa hal, misalnya
dari perkataan, tindakan/tingkah laku, maupun perbuatannya. Yang penting, jangan
hanya melihat seseorang dari luar atau secara selintas saja. Ketika bertemu rekan
kerja yang pendiam, serius, dan bidang
kerjanya menganalisa data, jangan lantas
menganggapnya sebagai tidak komunikatif.
Atau menganggap rekan kerja yang berpenampilan santai sebagai tidak cekatan atau
tidak serius dalam pekerjaannya. Belum
tentu, lho. Jadi, jangan menilai seseorang
dari 'kulit luarnya' saja. Terkadang, kita
111
keliru menilai orang karena kita tak pernah
menilai mereka secara menyeluruh. Sebelum
membuat penilaian, ada baiknya Anda
melakukan pendekatan lebih dulu dengan
mereka. Ngobrol bisa menjadi salah satu
cara. Juga, lihat pula kinerjanya. Jangan
menganggap orang yang "heboh" pasti tak
becus bekerja. Siapa tahu, bidang kerjanya
ternyata memang menuntutnya untuk
banyak "bicara."
2. Cobalah berempati
Empati artinya adalah kemampuan
untuk memahami dan mengerti pendapat
serta perasaan orang lain tanpa Anda merasa
ikut hanyut dalam perasaan itu sendiri.
Memahami perasaan dan pemikiran orang
lain memang hal yang sulit. Jangankan
orang lain, terkadang untuk memahami
perasaan dan pemikiran diri sendiri saja
Anda belum mampu, kok. Jika Anda memang orang yang mudah diajak berdiskusi
atau dimintai pendapat untuk menyelesaikan
suatu permasalahan (problem solver), berarti
Anda bisa disebut berempati. Mendengar
keluhan orang lain, dalam hal ini rekan
kerja, membuat kita semakin banyak mengenal masalah yang harus dihadapi dengan
jiwa besar. Jadi banyak manfaat jika kita
berempati terhadap rekan kerja. Setidaknya
Anda menjadi peka dengan berbagai macam
masalah yang timbul di lingkungan kerja
Anda. Melalui empati, Anda juga akan tahu
persis, bagaimana karaker rekan kerja Anda
yang sebenarnya.
3. Bersikap fleksibel
Tak dapat dipungkiri dalam beragam komunitas. Kemampuan beradaptasi
atau menyesuaikan diri dalam suatu komunitas, biasa disebut dengan fleksibilitas. Di
dunia kerja, Anda pun dituntut untuk lebih
fleksibel. Keterampilan memahami perbedaan manusia menjadi sangat penting jika
Anda merasa menjadi bagian dari suatu
komunitas kerja. Banyak keuntungan yang
bisa Anda peroleh jika Anda berusaha untuk
menyesuaikan diri. Ini artinya, Anda sudah
mampu membaca situasi di tempat kerja.
Sesuatu yang mampu membuat Anda bertahan lama di suatu perusahaan adalah kemampuan membaca situasi atau lingkungan.
4. Memberi saran yang efektif
Kritik adalah salah satu mekanisme
dalam membangun hubungan kerja. Apalagi
Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015
112 Hamdani: Urgensi Kepribadian dalam Organisasi Bisnis
……..
di lingkungan kerja yang memiliki banyak
sekali karakter. Untuk memberi saran
kepada rekan kerja, Anda harus tahu betul
bagaimana karakter rekan Anda itu. Juga,
pilihlah waktu yang tepat. Berikan saran
ketika orang yang dituju siap menerimanya.
Juga perlu diingat, sebisa mungkin hindari
saran yang bersifat meremehkan. Berikan
saran sebanyak mungkin, namun jangan
sampai melebihi beban agar orang yang kita
beri saran dapat mudah mencerna apa yang
kita sampaikan. Pesan yang disampaikan
harus fokus, jangan dicampur-aduk, sehingga malah membuat orang bingung.
Jangan menyampaikan pesan yang bersifat
ganda. Pesan yang terinci dan jelas adalah
yang paling efektif dan mudah dimengerti
orang. Yang paling penting adalah memberikan saran yang sifatnya membangun
(positif). Ini jauh lebih berarti ketimbang
mengritik tanpa menawarkan solusi. Dengan
demikian, orang pun akan senang jika Anda
memberikan masukan atau saran yang
positif, terlebih demi kemajuan karier atau
bisnisnya.
5. Pelajari budaya perusahaan
Anda harus menyadari bahwa bertemu
dengan banyak orang tentu juga berarti bertemu dengan banyak sifat dan karakter.
Tapi, jangan menganggap perbedaan karakter sebagai sesuatu yang dapat menghambat
laju karier. Jadi, jangan langsung berkecil
hati ketika Anda tahu betapa sulitnya memahami karakter seseorang dalam waktu
singkat. Belajar memahami karakter orang
memang tidak selalu bisa dilakukan dengan
cepat. Asal Anda menyadari bahwa perbedaan karakter merupakan hal biasa dalam
hidup, dengan sendirinya, Anda kelak juga
akan terbiasa berada di lingkungan yang
memiliki banyak perbedaan. Selain mempelajari karakter rekan kerja, budaya perusahaan di mana Anda bekerja pun harus
Anda pelajari juga.
6. Mengontrol emosi
Tak perlu mengeluh ketika rekan
kerja kurang peduli lingkungan di sekitar
tempat kerja. Atau jangan langsung marah
ketika atasan tanpa basa-basi menegur
kinerja Anda selama ini. Kunci untuk
menghadapi karakter yang beraneka ragam
adalah dengan mengontrol emosi. Dengan
mengontrol emosi, Anda tidak akan mudah
terbawa emosi. Anggaplah perbedaan sebagai tantangan besar yang harus Anda lewati.
Tanpa tantangan, Anda akan bosan karena
tidak menemukan sesuatu yang membuat
diri Anda 'belajar' memahami keadaan.
Manfaat Pelatihan Kepribadian Karyawan
Karyawan juga manusia yang memiliki perasaan bosan, malas, dan ingin mendapatkan hal yan baru. Hal ini wajar dan
tidak heran bila banyak karyawan suka melakukan beberapa hal untuk menghilangkan
kebosanan mereka. Salah satu cara agar
karyawan bisa memiliki motivasi yang
selalu tinggi adalah dengan pelatihan kepribadian karyawan.
Memiliki karyawan yang memiliki
sikap, karakter dan kepribadian yang baik
adalah impian dari setiap menejer dan
pimpinan perusahaan. Bila saja karyawannya baik, maka baik pula nama dan kinerja
dalam perusahaan tersebut. Dalam hal ini
karyawan membutuhkan dukungan dan
motivasi agar mereka bisa memiliki
kesempatan untuk semangat dalam bekerja.
Karena kebosanan bisa membuat mereka
malas dalam bekerja dan tidak maksimal
dalam mencapai target. Untuk itulah dibutuhkan pelatihan kepribadian karyawan
yang sedikit banyak memberikan efek untuk
mereka.
Berikut ini ada beberapa manfaat
pelatihan kepribadian karyawan yang bisa
menjadi pertimbangan Anda dalam memberikan stimulus bagi para karyawan.
1. Kepribadian memberikan efek pada
pekerjaan
Manfaat yang pertama dari pelatihan
kepribadian karyawan adalah memberikan
efek pad pekerjaan, pastinya setelah diberi
pelatihan mengenai kepribadian mereka para
karyawan akan lebih bersemangat dalam
bekerja dan bersungguh-sungguh untuk
memberikan yang terbaik untuk perusahaan.
2. Kepribadian berdampak pada kinerja
karyawan
Yang kedua adalah memberikan dampak baik pada kinerja karyawan itu sendiri.
Mereka akan memiliki rasa tanggung jawab
lebih untuk melakukan pekerjaan dan menjalankan perintah yang Anda berikan.
Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015
Hamdani : Urgensi Kepribadian dalam Organisasi Bisnis
3. Kepribadian karyawan berdampak pada
kesuksesan suatu perusahaan
Selain itu pelatihan bagi karyawan
bisa memberikan dampak kesuksesan bagi
suatu perusahaan. Bila Anda memiliki
karyawan yang peduli dengan Anda otomatis mereka akan senang dan merasa
memiliki usaha tersebut. Sehingga mereka
akan melakukan setiap pekerjaan dengan
senang hati dan hasilnya adalah keberhasilan
bagi perusahaan itu sendiri.
Simpulan
Suatu organisasi dalam rangka mempertahankan dan mengembangkan hidupnya,
akan mengalami pasang surut sebagai salah
satu bagian dari proses menuju kematangannya. Dalam proses tersebut anggotaanggota organisasi yang adalah individuindividu dalam organisasi itu sendiri pasti
terlibat aktif di dalamnya. Perilaku-perilaku
individu inilah yang berperan penting dalam
kehidupan organisasi. Bahkan dapat dikatakan individu-individu tersebut merupakan
urat nadi berkembang tidaknya organisasi.
Dengan kata lain bahwa perilaku-perilaku
indivu dalam organisasi pasti memberi
dampak pada perilaku organisasi.
Perilaku organisasi Bisnis dipengaruhi
oleh perilaku individu, dan setiap individu
dalam suatu organisasi mempunyai perilaku
yang berbeda-beda. Adanya perbedaan perilaku tersebut karena setiap manusia mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Perilaku seorang pekerja tidak akan dimengerti
tanpa memperhatikan konsep kepribadian.
Kepribadian saling berhubungan dengan
persepsi, sikap, belajar dan motivasi setiap
usaha. Untuk mengerti perilaku menjadi
tidak lengkap apabila kepribadian tidak diperhitungkan atau dipahami sebelumnya.
Terdapat tiga teori yang membantu
kita dalam memahami kepribadian yaitu
teori yang menjelaskan individu, teori psikodinamis yang menggabungkan karakteristik manusia dan menjelaskan perkembangan kepribadian alamiah dinamis serta
teori para humanis yang menekankan pada
orang dan pentingnya aktualisasi diri kepada
kepribadian. Setiap pendekatan berusaha
113
untuk menerangkan sifat unik atau khas dari
setiap individu yang mempengaruhi pola
perilakunya.
Kepribadian yang dikembangkan kepada seseorang jauh sebelum seseorang itu
menjadi anggota suatu organisasi dipengaruhi oleh sifat-sifat keturunan, determinan
budaya dan sosial. Walaupun kepribadian
dibentuk di luar organisasi tetapi karena
individu tersebut pada saatnya berada dalam
suatu organisasi, maka kepribadian awal
yang dibawa oleh anggota-anggota atau
individu-individu organisasi itu dianggap
sebagai faktor penting dalam perilaku di
tempat kerja. Perilaku individu maupun
kelompok di tempat kerja inilah yang menjadi bagian bahasan dalam studi perilaku
organisasi.
Daftar Pustaka
Gibson,
Ivancevich
Organisasi
dan
Manajemen
(Jakarta:
Erlangga,1996), h.45
Mahmud, M. Dimyanti Psikologi: Suatu
Pengantar. (Yogyakarta: BPFE.
1990), h.23.
Mangkunegara,
Anwar
Prabu
AA.
Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan. (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya2000), h. 67.
Mangkuprawira, Sjafri 2007. Kinerja: Apa
Itu?,
http://ronawajah.
wordpress.com/2007/05/2/ kinerja
apa itu /, diakses 18 Agustus 2015
Williams,. Scott David Personality, attitude,
and leader influences on divergent
thinking
and
creativiy
in
organizations. European Journal of
Innovation Management, Vol. 7 No.
3, 2004, h. 187-204.
Wood, et al. Organisational Behaviour An
Asia-Pacific Perspective. (Australia:
Jacaranda Wiley Ltd, 2000), h. 67
Yosep,
Keperawatan Jiwa. Cetakan 1.
(Bandung: PT Refika Aditama,
2007), h. 38.
Jurnal Muamalah: Volume V, No 1 Juni 2015
Download