28 PENGARUH PEMBERIAN PUPUK DAUN CAIR TERHADAP

advertisement
Jurnal HPT Volume 1 Nomor 2
Juni 2013
28
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK DAUN CAIR TERHADAP
INTENSITAS SERANGAN Tobacco Mosaic Virus (TMV),
PERTUMBUHAN, DAN PRODUKSI TANAMAN TEMBAKAU
(Nicotiana tabacum L.)
Rois Hanadyo1, Tutung Hadiastono2, Mintarto Martosudiro2
1
Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya
Jl Veteran Malang 65145
2
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Jl Veteran
Malang 65145
ABSTRACT
Virginia tobacco (Nicotiana tabacum L.) is an industrial plant with a fairly high
economic value in Indonesia. One constraint of t tobacco cultivation is a disorder
diseases such as mosaic disease that caused by Tobacco Mosaic Virus that can
reduce yields and degrade leaf tobacco (Semangun, 1996). One effort to produce a
healthy business is tobacco fertilization. The dose and ratio of NPK fertilizer can
squeeze vulnerability and increase the resilience of crops to diseases, especially
diseases of TMV in tobacco. Implementation of the research began in JanuaryMay 2012 in the greenhouse and the laboratory of plant pathology, Faculty of
Agriculture University of Brawijaya Malang. The research was carried out using a
complete randomized design (RAL) are composed of two factors with treatment 4
concentration (0%, 0,3%, 0,5%, 1%), and 3 the number of the application (1x, 2x,
5x). Each treatment was repeated three times. From all leaf fertilizer application
and the amount of leaf fertilizer liquid, the concentration ratio of 0.3% with 2x the
number of applications on a 7 day time interval indicates the weight of wet leaves
on the highest of 95,467 grams of dried leaves with weights of 11,430 grams.
Key words : Virginia tobacco, Tobacco Mosaic Virus, Leaf fertilizer liquid
ABSTRAK
Tembakau Virginia (Nicotiana tabacum L.) ialah tanaman industri dengan nilai
perekonomian yang cukup tinggi di Indonesia. Salah satu kendala budidaya
tembakau adalah gangguan penyakit mosaik yang disebabkan oleh Tobacco
Mosaic Virus yang dapat mengurangi hasil panen tembakau dan menurunkan
mutu daun tembakau (Semangun, 1996). Salah satu upaya untuk menghasilkan
tembakau yang sehat adalah usaha pemupukan. Dosis dan perbandingan pupuk
NPK yang seimbang dapat menekan kerentanan dan meningkatkan ketahanan
tanaman terhadap penyakit, khususnya penyakit TMV pada tembakau.
Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Januari - Mei 2012 di Rumah Kaca
(Greenhouse) dan Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya Malang. Penelitian dilaksanakan menggunakan rancangan
acak lengkap (RAL) yang disusun atas 2 faktor dengan perlakuan 4 konsentrasi
(0%, 0,3%, ,5%, 1%) dan 3 jumlah aplikasi(1x, 2x, 5x). Masing-masing perlakuan
diulang tiga kali. Dari berbagai pemberian konsentrasi dan jumlah aplikasi pupuk
daun cair pada konsentrasi 0,3% dengan jumlah aplikasi 2x pada interval waktu 7
hari menunjukkan bobot basah daun sebesar 95,467 gram dengan bobot kering
daun sebesar 11,430 gram lebih tinggi dari perlakuan yang lain.
Hanadyo et al, Pengaruh Pupuk Daun Terhadap Intensitas Serangan TMV
Kata kunci : Tembakau virginia, Tobacco Mosaic Virus, Pupuk daun cair
PENDAHULUAN
Tembakau Virginia (Nicotiana
tabacum L.) ialah tanaman industri
dengan nilai perekonomian yang cukup
tinggi di Indonesia. Tembakau selain
sebagai sumber pendapatan petani,
secara tidak langsung juga mampu
menunjang penyerapan tenaga kerja
dan sumber pemasukan negara melalui
cukai produk rokok. Tembakau
Virginia merupakan komoditi penting
dalam perekonomian Indonesia, karena
memberikan pendapatan Negara dari
cukai
tembakau
rata-rata
43
trilyun/tahun.
Produksi
tembakau
Virginia dalam negeri mencapai 59.385
ton/tahun, dengan jumlah impor 20.317
ton/tahun (Kuswanto, 2005). Untuk
memenuhi kebutuhan tembakau dalam
negeri serta menguntungkan petani
diperlukan tembakau yang berkualitas
dan produktivitasnya tinggi.
Menurut Badan Pusat Statistik
(BPS)
dalam
kompas
(2009)
menyatakan bahwa tahun 2007 luas
lahan Indonesia yang dipakai untuk
tanaman tembakau seluas 215.000
hektar dengan jumlah produksi
mencapai 164.851 ton. Padahal
kebutuhan nasional adalah 240 ribu
ton. Saat ini produktivitas tertinggi
diduduki oleh Cina yang tiap hektarnya
mampu
menghasilkan
1,2
ton
tembakau kering (Skalanews, 2012).
Salah satu kendala rendahnya
produktivitas tersebut adalah gangguan
penyakit seperti penyakit krupuk yang
timbul selama penanaman tembakau.
Penyakit ini disebabkan oleh virus
Marmor tabaci Holmes yang kadangkadang ditemukan pada pertanaman
tembakau.
Saleh
et
al.(1990)
menyatakan bahwa penyakit yang
sering dijumpai pada tembakau adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus.
Virus adalah partikel nukleoprotein
yang berukuran sub mikroskopis,
memperbanyak diri dalam jaringan sel
hidup, dan mempunyai kemampuan
menyebabkan sakit pada tanaman
(Agrios, 1996). Hawks dan Collins
(1983; dalam Trisusilowati et al.,
1990) mengemukakan bahwa penyakit
mosaik dijumpai pada tembakau
Virginia FC (Flue Cured) sejak tahun
1900. Tobacco mosaic virus (TMV)
mudah menular secara kontak dan
tidak dapat ditularkan oleh vektor
serangga. Gejala penyakit TMV sering
tidak
diperhatikan
oleh
petani
tembakau, karena tembakau yang
terserang TMV tidak mati, namun
masih dapat memberikan hasil. Virus
TMV dapat mengurangi hasil panen
tembakau dan menurunkan mutu daun
tembakau (Semangun, 1996).
Peningkatan kualitas produksi
tembakau dapat dilakukan dengan
menghasilkan tembakau yang sehat.
Untuk mendapatkan tembakau yang
sehat dan produksinya tinggi maka
perlu memakai varietas unggul,
pemeliharaan yang baik, pemberian air
yang cukup, dan pemupukan yang
seimbang. Dosis dan perbandingan
pupuk NPK yang kurang tepat dapat
mempengaruhi ketahanan tanaman.
Sebaliknya
aplikasi
dosis
dan
perbandingan pupuk NPK yang
seimbang justru dapat menekan
kerentanan
dan
meningkatkan
ketahanan tanaman terhadap penyakit,
khususnya penyakit TMV pada
tembakau.
Pupuk untuk tanaman dikenal
ada pupuk alam dan pupuk kimia
(buatan). Fungsi utama pupuk adalah
menyediakan atau menambah unsur
hara yang dibutuhkan tanaman.
Berdasarkan cara penggunaannya
pemberian pupuk pada tanaman tidak
hanya dapat ke dalam tanah di sekitar
29
Jurnal HPT
Volume 1 Nomor 2
akar agar diserap oleh akar tanaman
akan tetapi dapat juga melalui daun
dengan memakai pupuk daun. Pupuk
daun ialah pupuk yang cara
pemupukan dilarutkan dalam air dan
disemprotkan pada permukaan daun.
Kelebihan pupuk daun dibanding
pupuk akar adalah penyerapan hara
melalui mulut daun (stomata) berjalan
cepat, sehingga perbaikan tanaman
cepat terlihat. Adapun kekurangan
pupuk daun adalah bila dosis yang
diberikan terlalu besar, maka daun
akan rusak (Hardjowigeno, 2003).
METODOLOGI
Penelitian ini dilaksanaan pada
bulan Januari sampai Mei 2012 di
Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan
Rumah Kaca (greenhouse), Fakultas
Pertanian
Universitas
Brawijaya
Malang.
Alat-alat yang digunakan dalam
pelaksanaan penelitian ini adalah pot
ukuran 3 kg, penggaris meteran,
gunting, baki pembibitan, timbangan
analitik, skop, mortar dan penumbuk,
kamera.
Bahan yang digunakan adalah
inokulum TMV yang berbentuk SAP
dari tanaman tembakau yang terserang
TMV. Inokulum diperoleh dari
tanaman yang sudah diinokulasi TMV
sebelumnya. Bibit tembakau dari
varietas virginia Coker 179, tanah
steril, karborundum 600 mesh,
aquadest steril, pestisida (Curacron
500EC), bufer fosfat 0,01 M pH 7,
pupuk daun majemuk, baterisida
(Agrept 20WP), pupuk kompos, Za,
Zk, NPK.
Penelitian menggunakan metode
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang
disusun atas 2 faktor, yakni konsentrasi
dan jumlah aplikasi. Faktor 1 adalah
konsentrasi pupuk daun yang terdiri
atas 4 aras (tingkat), yaitu : 0% (air),
0,3%, 0,5%, 1%. Faktor 2 ialah jumlah
Juni 2013
aplikasi yang terdiri atas 3 aras, yaitu :
1x aplikasi pupuk daun, 2x aplikasi
pupuk daun dengan interval waktu
aplikasi 7 hari, 5x aplikasi pupuk daun
dengan interval waktu aplikasi 3 hari.
Variabel yang diamati meliputi :
(1) Masa inkubasi, (2) Intensitas
Serangan Virus, (3) Tinggi Tanaman,
(4) Jumlah daun, (5) Bobot Basah
Tanaman, (6) Bobot Kering Tanaman,
(7) Bobot Basah Daun, (8) Bobot
Kering Daun.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan
Tabel
1
menunjukkan interaksi antara jumlah
aplikasi dan konsentrasi pupuk daun
tidak berpengaruh pada masa inkubasi
TMV. Pada perlakuan jumlah aplikasi
1x memiliki rata-rata masa inkubasi
lama sebesar 9,17 hari, namun hasil ini
tidak
diikuti
perbedaan
nyata
dibandingkan
perlakuan
jumlah
aplikasi lainnya. Pada perlakuan
konsentrasi 0,3% dan 0,5% memiliki
besar rata-rata masa inkubasi sebesar
9,33 hari, namun hasil ini tidak diikuti
beda nyata dibandingkan perlakuan
konsentrasi lainnya.
Hal tersebut diduga kadar unsur
K pada pupuk daun tersebut masih
rendah, sehingga pemberian pupuk
daun tidak menunjukkan responnya.
Fungsi unsur K pada tanaman salah
satunya adalah membuat tanaman lebih
tahan terhadap hama dan penyakit
(Rauf et al., 2000). Kalium secara
langsung mempengaruhi berbagai
tingkat perkembangan dan keberadaan
patogen di dalam inang dan secara
tidak langsung mempengaruhi infeksi
dengan mendorong penyembuhan luka,
dengan meningkatkan ketahanan dan
menurunkan infeksi yang biasanya
berawal dari jaringan mati (Agrios,
1996).
Berdasarkan
Tabel
2
menunjukkan jumlah aplikasi pupuk
30
Hanadyo et al, Pengaruh Pupuk Daun Terhadap Intensitas Serangan TMV
daun tidak berpengaruh nyata terhadap
intensitas serangan TMV namun pada
konsentrasi pupuk daun yang diberiakn
berpengaruh nyata terhadap intensitas
serangan TMV. Pada perlakuan
konsentrasi
0,3%
menunjukkan
perbedaan rata-rata intensitas serangan
tidak nyata dibandingkan konsentrasi
0,5% dan 1%, namun berbeda nyata
dibandingkan konsentrasi 0% (kontrol).
Hal ini diduga pemberian pupuk
daun ini mengandung mikroorganisme
yang mengakibatkan adanya ketahanan
terimbas dari tanaman tembakau.
Adapun
bahan-bahan
pengimbas
berupa jasad nonpatogen, patogen
avirulen atau berupa bahan kimia
(Sumardiyono,
2000).
Dalam
ketahanan
terimbas
terjadi
pengurangan gejala karena terjadinya
perubahan faktor biokimia di dalam
tanaman. Pengimbasan ketahanan
dalam tanaman didasarkan atas
pengaktifan potensi genetik ketahanan
(Kalix et al., 1996 dalam Sumardiyono,
2000). Ketahanan terimbas dapat
bersifat lokal atau sistemik. Apabila
tanaman berinteraksi dengan patogen
atau cekaman lingkungan yang tidak
menguntungkan, tanaman melindungi
diri dengan berbagai penghalang fisik
atau kimia dan peningkatan ekspresi
gen-gen ketahanan (Kessmann et al.,
1994; Koga et al., 1998 dalam
Sumardiyono, 2000).
Berdasarkan
Tabel
3
menunjukkan pemberian berbagai
jumlah aplikasi dan konsentrasi pupuk
daun tidak berpengaruh terhadap tinggi
tanaman. Perlakuan jumlah aplikasi 2x
memiliki rata-rata masa tinggi tanaman
paling tinggi dibandingkan dengan
jumlah aplikasi 1x dan 5x, namun hasil
ini tidak diikuti perbedaan nyata. Pada
perlakuan konsentrasi 0,3% memiliki
besar rata-rata tinggi tanaman paling
tinggi, namun hasil ini tidak diikuti
beda nyata dibandingkan konsentrasi
0,3%, 1% dan tanpa pupuk daun.
Hal ini diduga kandungan pada
unsur hara N pada pupuk daun terlalu
rendah sehingga pada peningkatan
unsur N memakai pupuk daun tidak
berpengaruh
pada
pertumbuhan
tanaman. Menurut Gadner et al. (1991)
menyatakan
bahwa
pertumbuhan
tanaman memerlukan unsur hara N
yang merupakan bahan penting untuk
pembelahan
sel-sel
tanaman.
Tabel 2. Rata-rata intensitas serangan TMV pada berbagai konsentrasi dan
jumlah aplikasi pupuk daun (satuan %)
Perlakuan
% serangan
Jumlah aplikasi 1x
37,50
Jumlah aplikasi 2x
43,33
Jumlah aplikasi 5x
45,83
Konsentrasi pupuk daun 0% (kontrol)
56,67c
Konsentrasi pupuk daun 0,3%
33,33a
Konsentrasi pupuk daun 0,5%
38,89ab
Konsentrasi pupuk daun 1%
40,00ab
Keterangan : Angka yang didampingi dengan huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan hasil tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan (α = 5%).
31
Jurnal HPT
Volume 1 Nomor 2
Juni 2013
Tabel 4. Rata-rata jumlah daun tanaman tembakau pada berbagai konsentrasi
dan jumlah aplikasi pupuk daun (satuan helai).
Perlakuan
Jumlah daun
Jumlah aplikasi 1x
15,04
Jumlah aplikasi 2x
15,38
Jumlah aplikasi 5x
15,18
Konsentrasi pupuk daun 0% (kontrol)
14,70a
Konsentrasi pupuk daun 0,3%
15,64b
Konsentrasi pupuk daun 0,5%
15,39ab
Konsentrasi pupuk daun 1%
15,07ab
Keterangan : Angka yang didampingi dengan huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan hasil tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan (α = 5%).
Pembelahan dan pembesaran sel
terdapat di dalam jaringan meristem
ujung yang menghasilkan sel-sel baru
sehingga tanaman bertambah tinggi,
untuk ini tanaman memerlukan unsur
N.
Berdasarkan
Tabel
4
menunjukkan pemberian konsentrasi
pupuk daun berpengaruh terhadap
jumlah daun. Perlakuan jumlah aplikasi
2x memiliki rata-rata jumlah daun
paling tinggi dibandingkan dengan
jumlah aplikasi 1x dan 5x, namun hasil
ini tidak diikuti perbedaan nyata. Pada
perlakuan konsentrasi 0,3% memiliki
besar rata-rata jumlah daun lebih tinggi
tidak nyata dibandingkan konsentrasi
0,3% dan 1%, namun berbeda nyata
dengan tanpa pupuk daun.
Hal itu diduga karena jumlah
daun merupakan faktor genetik. Ini
sejalan dengan hasil penelitian
Rachman dan Murdiyati (1987) yang
menyebutkan
bahwa
peningkatan
takaran pupuk N dari 30 kg menjadi 90
kg/ha tidak menunjukkan perbedaan
nyata pada jumlah daun dan tinggi
tanaman. Selain itu Jumin (1989)
mengemukakan
hasil
fotosintesis
digunakan pada sel-sel yang sedang
tumbuh atau berkembang. Ketika daun
tanaman
terserang
TMV
mengakibatkan
hasil
fotosintesis
berupa fotosintat yang seharusnya
diproduksi untuk pembentukan daun
muda menjadi terhambat, sehingga
disebabkan intensitas TMV pada
tanaman berpengaruh juga pada jumlah
daun tanaman.
Berdasarkan
Tabel
5
menunjukkan pemberian berbagai
konsentrasi dan jumlah aplikasi pupuk
daun tidak berpengaruh terhadap bobot
basah tanaman. Perlakuan jumlah
aplikasi 2x memiliki rata-rata bobot
basah
tanaman
paling
tinggi
dibandingkan dengan jumlah aplikasi
1x dan 5x, namun hasil ini tidak diikuti
perbedaan nyata. Pada perlakuan
konsentrasi 0,3% memiliki besar ratarata masa bobot basah tanaman paling
tinggi, namun hasil ini tidak diikuti
beda nyata dibandingkan konsentrasi
0,3%, 1% dan tanpa pupuk daun.
Indikator umum yang dapat
diamati pada tanaman yang terinfeksi
virus adalah penurunan jumlah
karbohidrat. TMV yang menginfeksi
tanaman cabai dapat menghambat
pertumbuhan tinggi tanaman sampai
mengakibatkan
tanaman
kerdil
(Semangun 2000). Pada beberapa
penyakit virus, terutama pada gejala
daun mosaik, mengeriting, dan
menguning, akumulasi pati pada daun
sering
terjadi
meskipun
tidak
mempengaruhi jumlah daun. Hal
tersebut terjadi pada tanaman tembakau
terinfeksi TMV yang mempengaruhi
bentuk daun, yakni terjadi mosaik,
32
Hanadyo et al, Pengaruh Pupuk Daun Terhadap Intensitas Serangan TMV
penebalan dan berkerut. Menurut
Hadiastono (2010), respirasi tanaman
sakit akan meningkat dengan segera
setelah terjadi infeksi, keadaan seperti
ini akan selalu meningkat.
Berdasarkan
Tabel
6
menunjukkan pemberian berbagai
konsentrasi dan jumlah aplikasi pupuk
daun tidak berpengaruh terhadap bobot
kering tanaman. Perlakuan jumlah
aplikasi 2x memiliki rata-rata masa
bobot kering tanaman paling tinggi
dibandingkan dengan jumlah aplikasi
1x dan 5x, namun hasil ini tidak diikuti
perbedaan nyata. Pada perlakuan
konsentrasi 0,3% memiliki besar ratarata bobot kering tanaman paling
tinggi, namun hasil ini tidak diikuti
beda nyata dibandingkan konsentrasi
0,3%, 1% dan tanpa pupuk daun.
Pemberian
pupuk
daun
konsentrasi 0,3% dengan jumlah
aplikasi 2x menunjukkan rata-rata
jumlah daun paling tinggi, namun tidak
berbeda nyata dengan perlakuan yang
lain. Diduga pengaruh serangan TMV
yang mengganggu proses fotosintesis
pada tanaman. Hasil fotosintesis
digunakan pada sel-sel yang sedang
tumbuh atau berkembang. Sehingga
biomassa yang dihasilkan dari proses
fotosintesis bisa optimal. Ketika proses
fotosintesis terganggu, maka hasil
fotosintesis berupa fotosintat yang
seharusnya
diproduksi
untuk
pembentukan daun muda menjadi
terhambat (Jumin, 1989). Sedangkan
tanaman yang terinfeksi virus akan
terjadi penurunan zat pengatur tumbuh
(hormon) dan peningkatan kadar
senyawa pertumbuhan (Agrios 1997).
TMV yang menginfeksi tanaman cabai
dapat menghambat pertumbuhan tinggi
tanaman
sampai
mengakibatkan
tanaman kerdil (Semangun 2000).
Berdasarkan Tabel 7, terjadi
interaksi antara pemberian jumlah
aplikasi dan konsentrasi pupuk daun
pada pengamatan komponen bobot
basah
daun
produksi
tanaman
tembakau. Pada perlakuan pemberian
pupuk daun dengan jumlah aplikasi 2x
pada konsentrasi 0,3% menunjukkan
perbedaan rata-rata bobot basah daun
tidak nyata dengan konsentrasi 0,5%,
namun berbeda nyata lebih tinggi
dibandingkan perlakuan yang lainnya.
Selanjutnya
perlakuan pemberian
konsentrasi 0,3% dengan jumlah
aplikasi 1x dan 5x menunjukkan ratarata bobot basah daun tidak berbeda
nyata, namun hasil ini berbeda nyata
lebih rendah dibandingkan dengan
jumlah aplikasi 2x.
Tabel 7. Rata-rata bobot basah daun tanaman tembakau pada berbagai
konsentrasi dan jumlah aplikasi pupuk daun (satuan gram).
Jumlah aplikasi
Konsentrasi
1x
2x
5x
Konsentrasi pupuk daun 0% (kontrol)
73,500a 73,500a
73,500a
Pupuk daun 0,3%
75,720a 95,467c 81,143ab
Pupuk daun 0,5%
81,977ab 92,603c 79,657ab
Pupuk daun 1%
76,047ab 82,660ab 79,460ab
Keterangan : Angka yang didampingi dengan huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama
menunjukkan hasil tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan (α = 5%).
33
Jurnal HPT
Volume 1 Nomor 2
Juni 2013
Tabel 8. Rata-rata bobot kering daun tanaman tembakau pada berbagai
konsentrasi dan jumlah aplikasi pupuk daun
Jumlah aplikasi
Konsentrasi
1x
2x
5x
Konsentrasi pupuk daun 0% (kontrol)
8,800a 8,800a 8,800a
Pupuk daun 0,3%
8,733a 11,430c 9,717b
Pupuk daun 0,5%
9,817b 11,090c 9,513ab
Pupuk daun 1%
9,110ab 9,900b 9,517ab
Keterangan : Angka yang didampingi dengan huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama
menunjukkan hasil tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan (α = 5%).
Hal ini diduga unsur P dalam
pupuk daun berpengaruh mempercepat
akar tanaman dalam penyerapan air
dan unsur N sehingga membuat bobot
tanaman menjadi lebih berat. Soepardi
(1983)
dalam
Elfianti
(2005)
mengemukakan peranan P antara lain
untuk pertumbuhan sel, pembentukan
akar halus dan rambut akar serta
memperkuat daya tahan terhadap
penyakit. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilaporkan oleh
Rachman et al. (1991) yang
melaporkan bahwa peningkatan dosis
pupuk N akan meningkatkan hasil daun
basah tembakau virginia.
Berdasarkan Tabel 8, terjadi
interaksi antara pemberian jumlah
aplikasi dan konsentrasi pupuk daun
pada pengamatan komponen bobot
basah
daun
produksi
tanaman
tembakau. Pada perlakuan pemberian
pupuk daun dengan jumlah aplikasi 2x
pada konsentrasi 0,3% menunjukkan
perbedaan rata-rata bobot kering daun
tidak nyata dengan konsentrasi 0,5%,
namun berbeda nyata lebih tinggi
dibandingkan perlakuan yang lainnya.
Selanjutnya
perlakuan pemberian
konsentrasi 0,3% dengan jumlah
aplikasi 2x menunjukkan rata-rata
perbedaan nyata bobot kering daun
lebih tinggi dibandingkan dengan
jumlah aplikasi 1x dan 5x.
Hal ini diduga pengaruh unsur N
pada pupuk daun yang berfungsi untuk
sintesa asam amino dan protein dalam
tanaman. Kelebihan unsur nitrogen
akan menyebabkan fase pertumbuhan
vegetatif lebih panjang, tertunda
pembungaan dan pemasakan daun,
sebagai akibat sintesis protein yang
dominan.
Sebaliknya
kekurangan
nitrogen
akan
menghambat
perkembangan kloroplas sehingga
jumlah klorofil berkurang dan menjadi
klorosis, yang akhirnya menyebabkan
menurunkan berat kering daun (Djajadi
et al., 2000). Hal ini sejalan dengan
hasil penelitian McKee (1978) dalam
Rachman dan Murdiyati (1987) yang
mengemukakan bahwa pemberian
pupuk N pada takaran tertentu dapat
meningkatkan
produksi
krosok
berbagai tipe tembakau.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil
dari penelitian ini :
1. Pada penelitian ini menunjukkan
interaksi konsentasi dan jumlah
aplikasi pupuk daun berpengaruh
nyata terhadap bobot basah dan
bobot kering daun produksi.
2. Pada pemberian pupuk daun
konsentrasi 0,3%, 0,5% dan 1%
berpengaruh
nyata
terhadap
intensitas
serangan
TMV
dibandinkan tanpa pupuk daun.
Pemberian pupuk daun konsentrasi
0,3% berpengaruh nyata terhadap
jumlah daun dibandingkan dengan
konsentrasi tanpa pupuk daun.
34
Hanadyo et al, Pengaruh Pupuk Daun Terhadap Intensitas Serangan TMV
3. Dari
berbagai
pemberian
konsentrasi dan jumlah aplikasi
pupuk daun, konsentrasi 0,3%
dengan jumlah aplikasi 2x pada
interval waktu 7 hari menunjukkan
bobot basah daun sebesar 95,467
gram dengan bobot kering daun
sebesar 11,430 gram hasil ini lebih
dari perlakuan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Agrios, G. N. 1996. Ilmu Penyakit
Tumbuhan Edisi ketiga. Gajah
Mada
University
Press.
Yogyakarta. 713 hal.
Djajadi, A.S. Murdiyati, T. Yulianti
dan
H.
Istiono.
2000.
Efektivitas pupuk hayati dan
pupuk nitrogen (ZA) dalam
meningkatkan hasil dan mutu
tembakau
virginia
serta
populasi bakteri dan kadar N
total tanah. Jurnal Penelitian
Tanaman Industri. 6(1) hal:
18-24.
Gaedner, F. P., R. B. Peace and R. L.
Mitchell. 1991. Fisiologi
Tanaman
Budidaya.
Terjemahan oleh Erwaty
Susilo. Universitas Indonesia.
Jakarta. Gaedner, F. P., R. B.
Peace and R. L. Mitchell.
1991. Fisiologi Tanaman
Budidaya. Terjemahan oleh
Erwaty Susilo. Universitas
Indonesia. Jakarta.
Hadiastono,
T.
2010.
Virologi
Tumbuhan Dasar. Fakultas
Pertanian.
Universitas
Brawijaya. Malang. 84 hal.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah.
Akademika Pressindo. Jakarta.
286 hal.
Jumin, H. B. 1989. Ekologi Tanaman :
Suatu Pendekatan Fisiologis.
Rajawali Press. Jakarta.
Kompas, 2012. Produksi Rokok .
http://www.kompas.com/temb
akau/grafik3.html
Diakses
pada 5 November 2012
Kuswanto.
2005
“Roadmap
Pengolahan
Tembakau
Virginia”
Universitas
Matarm. Mataram.
Rachman, A. dan A.S. Murdiyati.
1987. Pengaruh Dosis Pupuk
N dan P terhadap Produksi
dan Mutu Tembakau Madura
pada
Tanah
Aluvial.
Penelitian
Tanaman
Tembakau dan Serat 2(1-2)
hal: 1-9
Rachman, A., M. Sholeh dan Suwarso.
1991. Respon Tembakau
Virginia
FC
terhadap
Pemupukan N pada Tanah
Grumusol
Lamongan.
Penelitian
Tanaman
Tembakau dan Serat. 6(1) hal:
32-42.
Rauf, A.W., T. Syamsuddin, S. R.
Sihombing. 2000. Peranan
Pupuk NPK pada Tanaman
Padi.
Loka
Pengkajian
Teknologi Pertanian No.
01/LPTP/IRJA/99-00.
hal.
211-219
Saleh, N; S. E Susilowati; Soerjono
dan
B.H
Adi.
1990.
Pengendalian Penyait Virus
Tanaman Tembakau. Makalah
Utama
pada
Distribusi
Tembakau Cerutu Besuki.
Malang. Seri Pengembangan
No.5 hal: 9-14.
Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu
Penyakit Tumbuhan. Gajah
Mada
University
Press.
Yogyakarta. 745 hal.
Semangun, H. 2000. Penyakit-Penyakit
Tanaman Sayur di Indonesia.
Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Skalanews.
2012.
Produktivitas
Tembakau
di
Indonesia
Rendah.
35
Jurnal HPT
Volume 1 Nomor 2
http://skalanews.com/baca/ne
ws/5/12/124495/sektor%20riil
/produktivitas-tembakau-diindonesia-rendah.html.
Diakses pada 15 Oktober 2012
Sumardiyono, C. Ketahanan Terimbas
Kendala dan Prospeknya
dalam Pengendalian Penyakit
Tumbuhan. Fakultas Pertanian
Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta.
Juni 2013
Trisusilowati, E. B, D. Dewayani dan
A. Tjahjani. 1990. Ketahanan
Lima Varietas Tembakau
Virginia
FC.
terhadap
Penyakit Mosaik Tembakau.
Kumpulan Hasil Penelitian
Departemen Pertanian, balai
Penelitian Tembakau dan
Tanaman Serat. MalangIndonesia.
Seri
Pengembangan No. 5 hal 152156.
36
Download