uang untuk pengadaan lahan infrastruktur jalan

advertisement
Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan
EXECUTIVE SUMMARY
PENELITIAN MODEL KOMPENSASI NON – UANG
UNTUK PENGADAAN LAHAN INFRASTRUKTUR
JALAN
TAHUN ANGGARAN 2011
-i-
Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan
KATA PENGANTAR
Ringkasan Eksekutif ini merupakan ringkasan laporan penelitian yang menjelaskan
mengenai sejumlah alternatif
kompensasi non-uang yang diberikan kepada
masyarakat terdampak terutama untuk pembangunan infrastruktur jalan. Secara
garis besar sebenarnya ringkasan eksekutif ini lebih sebagai pengantar bagi pembaca
untuk memahami bagaimana kompensasi non-uang diterapkan di Indonesia.
Diharapkan dengan membaca ringkasan eksekutif ini, ada keinginan untuk
mendalami bagaimana sesungguhnya kompensasi non-uang diterapkan.
Mengingat sifatnya yang berupa ringkasan maka banyak pembahasan yang
dipadatkan dan ada juga beberapa yang sengaja tidak dimasukkan karena dirasa
tidak terlalu penting. Oleh karenanya jika pembaca ingin memahami benar maka
sangat disarankan untuk juga membaca Laporan Akhir Penelitian sehingga bisa
mendapatkan gambaran yang holistic dan komprehensif.
Pelaksana Kegiatan menyadari bahwa Ringkasan Eksekutif ini masih jauh dari
sempurna dan sangat membutuhkan penyempurnaan atau masukan. Oleh karena
itu, tanggapan positif dari pembaca akan memperkuat dan menyempurnakan
Ringkasan Eksekutif ini.
Surabaya, November 2011
Tim Pelaksana
- ii -
Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iiii
1
PENDAHULUAN ................................................................................... 1
2
KERANGKA KONSEPTUAL ................................................................... 2
2.1 Mekanisme Pengadaan Tanah untuk Infrastruktur Jalan ...................... 2
2.2 Permasalahan dalam Pengadaan Tanah Menurut Naskah Akademik RUU
Pengadaan Tanah ............................................................................ 4
2.3 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 4
3
METODE PENELITIAN ......................................................................... 5
4
HASIL PENELITIAN ............................................................................ 7
4.1 Alternatif Kompensasi Non Uang ....................................................... 7
4.1.1 Sertifikasi sebagai Bentuk Kompensasi Non Uang ....................... 7
4.1.2 Bentuk Lain Kompensasi Non Uang: Pembangunan Fasos ......... 12
4.2 Peluang Lain dalam Pemberian Kompensasi Non Uang ...................... 14
4.3 Permasalahan Pengadaan Tanah: Temuan Lapangan........................ 15
4.4 Usulan Model Pengadaan Tanah ..................................................... 19
5
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .................................................. 20
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 20
5.2 Rekomendasi................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22
- iii -
Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan
1
PENDAHULUAN
Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan dipandang
sebagai lokomotif pembangunan nasional dan daerah. Peran infrastruktur dalam
pembangunan dapat dilihat dari kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi yang
implikasinya
terhadap
peningkatan
kualitas
hidup
masyarakat.
Salah
satu
infrastruktur yang dirasa mampu meningkatkan perekonomian adalah infrastruktur
jalan. Hal ini dibuktikan melalui sejumlah penelitian yang pernah dilakukan.
Meskipun demikian pada kenyataannya pelaksanaan di lapangan tidak semudah
membalikkan telapak tangan. Salah satu kendala yang menghadang adalah proses
pengadaan lahan yang tidak berjalan mulus. Di sisi lain untuk pembangunan jalan
yang menggunakan dana yang berasal dari lembaga donor seperti ADB dan World
Bank dituntut untuk membuat dokumen LARAP (Land Acquisition and Resettlement
Action Plan).
Dalam pelaksanaan di lapangan, kompensasi yang diberikan kepada masyarakat
kebanyakan berupa uang tunai dengan program cash and carry. Meskipun tidak
menutup kemungkinan juga untuk kompensasi yang tidak berupa uang tunai.
Berdasarkan hal tersebut, maka Balai Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Bidang Jalan
dan
Jembatan
mencoba
membuat
pedoman
yang
menjelaskan
mengenai
kompensasi non-uang untuk pengadaan lahan infrastruktur jalan.
Untuk kegiatan pada tahun pertama ini penelitian difokuskan pada usaha untuk
mencari berbagai macam alternatif kompensasi non-uang yang pernah dilakukan
oleh sejumlah institusi. Alternatif ini akan menjadi dasar dalam penyusunan model
yang akan dilakukan pada tahun berikutnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam
bentuk pertanyaan sebagai berikut: “Apa saja alternative kompensasi non-
uang yang pernah dilakukan dalam pengadaan lahan untuk infrastruktur
jalan di Indonesia”, sehingga hasil dari penelitian yaitu teridentifikasinya alternatif
kompensasi non-uang dalam pengadaan lahan untuk infrastruktur jalan.
-1-
Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan
2
KERANGKA KONSEPTUAL
Secara garis besar kerangka konseptual yang mendasari penelitian ini adalah
kebijakan mengenai pengadaan tanah yaitu PerPres No. 36 Tahun 2005 jo. Perpres
No. 65 Tahun 2005 dan Peraturan Kepala BPN No. 3 Tahun 2007. Kemudian
ditambah dengan guidelines LARAP dari IFC yang merupakan bagian dari World Bank
serta diperkaya dengan dengan Draft RUU Pengadaan Tanah.
2.1
Mekanisme Pengadaan Tanah untuk Infrastruktur Jalan
Berdasarkan pada penjelasan di atas maka secara garis besar terdapat 3 instansi
yang terlibat dalam pengadaan tanah, yaitu Badan Pertanahan Nasional (BPN),
Instansi yang memerlukan tanah, dan Pemerintah Daerah (Gubernur, Bupati dan
Walikota). Peran dan tugasnya masing-masing dalam bentuk bagan dapat dilihat
pada gambar 2.1. sementara gambar 2.2 menggambarkan mekanisme pengadaan
tanah untuk infrastruktur jalan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga.
Gambar 2-1 Instansi yang Terkait dengan Proses Pengadaan Tanah
-2-
Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan
TAHAP I
TAHAP II
TAHAP III
TAHAP IV
TAHAP V
PERMOHONAN DAN
PERSETUJUAN LOKASI
SOSIALISASI, INVENTARISASI DAN TIM PENILAI
HARGA TANAH
MUSYAWARAH DAN DAFTAR NOMINATIF
PEMBAYARAN DAN SURAT PELEPASAN
HAK (SPH)
PENITIPAN UGR KE PENGADILAN DAN
PENCABUTAN HAK
Survey/Pemetaan Koridor
Trase Jalan
Pengadaan Tim Penilai
Harga Tanah
Rekomendasi Harga Nyata
(Pasar)
Ditjen Bina Marga
PPT
Tim Penilai Harga Tanah
Musyawarah Ganti Rugi
Tanah
Penyediaan Dana
Pengadaan Tanah
Surat Pelepasan Hak,
Penyerahan Girik, HGB,
SHM
PPT, Pemegang Hak Tanah,
TPT
Investor/Ditjen Bina Marga
Pemegang Hak Tanah
Permintaan Dana Kepada
Badan Usaha/Instansi
Pembayaran Ganti Kerugian
Tanah
TPT
TPT, PPT, Pemegang Tanah
Ya
Rencana Alinyemen
Horisontal, Vertikal dan
Intersection
Pengumuman Hasil
Inventarisasi Tanah,
Bangunan dan Tanaman
Ditjen Bina Marga
PPT
< 120 hari
Sepakat
Sepakat
Ya
Rencana Ruang Milik Jalan
(RUMIJA)
Pembuatan Daftar dan Peta
Inventaris Tanah, Bangunan
dan Tanaman
Ditjen Bina Marga
Ditjen Bina Marga
Tidak
Tidak
> 120 hari
Penyusunan Daftar
Nominatif dan Daftar
Pembayaran
Surat Keputusan Penetapan
Harga
PPT, TPT
PPT
Ya
Permohonan SP2LP
Ditjen Bina Marga
Pematokan Batas Rumiija,
Inventarisasi Tanah,
Bangunan dan Tanaman
Ya
PENGADAAN TANAH
SELESAI
Titip ke Pengadilan
(Konsinyasi)
PPT/TPT
Sepakat
Sepakat
Tidak
PPT
Tidak
Usul Penyelesaian dengan
Pencabutan Hak (UU No. 20/
1961)
Bupati/Walikota/Gubernur/
Mendagri
Penerbitan SP2LP
Sosialisasi Rencana
Pengadaan Tanah
Ajukan Keberatan ike
Bupati/Walikota/Gubernur/
Mendagri
Pengukuhan/Perubahan SK
Harga Sebelumnya
Gubernur/Walikota/Bupati
PPT, Pemegang Hak, TPT
Pemegang Hak atas Tanah
Bupati/Walikota/Gubernur/
Mendagri
Rapat Persiapan Pengadaan
Tanah
Konsultasi Penyelesaian
dengan Pencabutan Hak
BPN, Menteri Terkait.
Menkumham
Usulan Penyelesaian
dengan Pencabutan Hak
kepada Presiden
PPT, TPT
BPN, Menteri Terkait.
Menkumham
Permohonan Mulai
Pengadaan Tanah ke PPT
Ditjen Bina Marga
Keputusan Pencabutan Hak
Presiden
Gambar 2-2 Mekanisme Pengadaan Tanah (Sumber: Direktorat Jenderal Bina Marga)
-3-
Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan
2.2
Permasalahan dalam Pengadaan Tanah Menurut Naskah
Akademik RUU Pengadaan Tanah
Jika Bina Marga mengidentifikasi sejumlah masalah dalam pengadaan tanah, maka
telaah praxis-empiris dalam Naskah Akademik RUU Pengadaan tanah juga
mengidentifikasi persoalan dalam pengadaan tanah sebagai berikut:
1. Besaran Nilai Ganti Kerugian
2. Keengganan Masyarakat
3. Hambatan karena Hukum
4. Efektivitas Penitipan Uang Ganti Kerugian di Pengadilan
5. Administrasi Pertanahan
6. Efektivitas Penitipan Uang Ganti Kerugian di Pengadilan
7. Administrasi Pertanahan
8. Pembekuan Tanah secara Administratif
9. Lembaga Penilai Tanah
2.3
Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dibangun suatu kerangka pemikiran penelitian
sebagai berikut
Pembangunan
Infrastruktur Jalan
Kebutuhan Tanah
Pemberian Kompensasi
· PerPres
· PerKaBPN
Uang Tunai
Non Uang Tunai
· Model LARAP IFC
· Model Resettlement
ADB
ALTERNATIF
KOMPENSASI NON
UANG
Gambar 2-3 Kerangka Pemikiran Penelitian
-4-
Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan
3
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah pemberian kompensasi
non-uang dalam pengadaan lahan untuk infrastruktur jalan dengan desain penelitian
berupa penelitian kualitatif. Moleong (2010: 6) menjelaskan bahwa penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subyek penelitian
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui cara-cara sebagai berikut,
1. Observasi,  dilakukan untuk melihat langsung bagaimana pelaksanaan
pengadaan tanah serta pemberian kompensasi
2. Wawancara  dilakukan untuk menggali data dan informasi dari informan
kunci. Wawancara dilakukan dengan 3 teknik yaitu,
·
Wawancara informal, terutama dilakukan kepada warga terkena
proyek yang memperoleh kompensasi
·
Wawancara tidak terstruktur, terutama dilakukan kepada para
pelaksana di lapangan
·
Wawancara semi terstruktur, terutama dilakukan kepada para
pemimpin selaku pengambil kebijakan
3. Focus Group Discussion  dilakukan untuk menggali data dan informasi
kepada stakeholder terkait secara langsung yang lebih dari 3 orang tetapi
kurang dari 10 orang
4. Triangulasi Data  dilakukan untuk menghindari adanya key informant bias,
yaitu kecenderungan peneliti untuk menggantungkan sebagian besar
informasi dari sejumlah kecil informan yang tidak mencerminkan unit analisis
keseluruhan termasuk juga untuk menghindari adanya leading question
dalam proses wawancara yang dilakukan
5. Studi Literatur dan Data sekunder  dilakukan untuk membangun model
sebagai salah satu cara mensiasati keterbatasan yang ada di lapangan. Selain
itu juga untuk memperkaya penelitian termasuk pencarian informan kunci
Analisis data dalam penelitian dilakukan dengan tahap sebagai berikut:
-5-
Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan
1. Mempelajari temuan lapangan mengenai pengadaan tanah di sejumlah lokasi
baik yang berasal dari hasil wawancara dan FGD ataupun hasil pengamatan
langsung tim peneliti sendiri
2. Mengkategorisasi dengan melakukan pemilahan terhadap hal-hal berikut:
a. Karakteristik masyarakat terdampak
b. Masalah dalam pengadaan tanah yang terjadi di lapangan
c. Usaha yang dilakukan oleh para pelaksana langsung di lapangan
untuk mengatasi masalah tersebut
3. Mengkaitkan apakah kebijakan yang berlaku saat ini termasuk juga LARAP
versi luar negeri sudah mengakomodasi usaha para pelaksana dalam
mengatasi masalah
4. Menguraikan apakah Draft RUU Pengadaan Tanah dan Usulan Model Resolusi
Puslitbang Sosekling sudah dapat menjawab kekurangan yang ada terkait
dengan pengadaan tanah
5. Mensintesiskan model/formula yang dirasa paling tepat untuk mendukung
kegiatan pengadaan tanah terutama pengadaan tanah untuk infrastruktur
jalan dan jembatan
Jika tahap tersebut digambarkan dalam bentuk bagan maka dapat dilihat pada
gambar berikut:
MULAI
·
·
Hasil pengamatan
Pendapat Pelaksana
Pengadaan Tanah
Mempelajari sejumlah
temuan lapangan
Melakukan Kategorisasi
·
·
·
·
·
Karakteristik Masyarakat
Masalah di lapangan
Usaha mengatasi masalah
PerPres & PerKaBPN
LARAP versi luar
negeri
Mengkaitkan kebijakan yang
berlaku dengan
permasalahan yang terjadi
·
·
Draft RUU
Model LARAP
Puslitbang Sosekling
Menguraikan Draft RUU dan
Model Puslitbang Sosekling
Sintesis model/formula yang
paling tepat
MODEL PENGADAAN TANAH
INFRASTRUKTUR JALAN
SELESAI
Gambar 3-1 Skema Analisis Data Penelitian
-6-
Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan
4
HASIL PENELITIAN
Lokasi yang dipilih sebagai tempat studi kasus yaitu di Kalimantan Barat tepatnya di
Kabupaten Sambas dan di Kota Ambon Provinsi Maluku. Selain itu juga dilakukan
studi literature dan data sekunder termasuk sharing data dengan penelitian lain yang
sejenis yang berlokasi di Kabupaten Jombang Jawa Timur dan Kabupaten Deli
Serdang Sumatera Utara. Dengan demikian, semua analisis dalam penelitian ini
untuk yang bersifat empiris bersumber dari kejadian pada 4 kota tersebut.
4.1
Alternatif Kompensasi Non Uang
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu mengidentifikasi sejumlah alternatif
kompensasi non uang yang pernah dilakukan di Indonesia. Pengalaman empiris di
Kalimantan Barat dan Maluku menunjukkan bahwa kompensasi yang diberikan
sebagian besar berupa uang tunai. Kompensasi yang bukan berupa uang tunai
terlihat di Kabupaten Sambas, Kalimantan barat yaitu pembuatan sertifikat bagi
mereka
yang
tanahnya
belum
bersertifikat.
Sertifikasi
ini
sebagai
bentuk
penghargaan kepada masyarakat yang telah secara ikhlas menyerahkan tanahnya
tanpa pemberian kompensasi. Kompensasi non uang lainnya yang juga ditemui di
lapangan yaitu di Kabupaten Maluku Tengah, di mana masyarakat terdampak
dibangunkan lapangan sepak bola dan perbaikan kubah masjid.
4.1.1
Sertifikasi sebagai Bentuk Kompensasi Non Uang
Pembuatan sertifikat sebagai salah satu bentuk kompensasi non uang ditemui di
pada pembangunan jalan Trans Kalimantan di Kabupaten Sambas. Sertifikasi ini
dilakukan bagi warga terdampak yang tanahnya belum bersertifikat. Selain
sertifikasi, warga terdampak juga diberikan santunan sekedarnya untuk bangunan
atau tanaman yang terkena proyek.
Sebagai salah satu kabupaten yang baru berdiri1 pasca otonomi daerah, maka
Kabupaten Sambas sangat giat membangun wilayahnya dimana salah satu yang
menjadi focus adalah pembangunan jalan. Prioritas diutamakan pada wilayah
1
Kabupaten Sambas dibentuk berdasarkan UU No. 10 Tahun 1999 dimana Ibukota
Kabupaten Sambas pindah dari Kecamatan Singkawang ke Kecamatan Sambas. Sementara
Kecamatan Singkawang berpisah dengan Kabupaten Sambas dan menjadi kota otonom
sendiri
-7-
Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan
perbatasan karena bagian utara Kabupaten Sambas berbatasan langsung dengan
Negara Malaysia. Membangun jalan baru bukanlah suatu hal yang mudah. Kendala
terbesar terutama pada keterbatasan anggaran.
Ketika Pemerintah Kabupaten Sambas mengajukan bantuan pada Kementerian
Pekerjaan Umum untuk pembangunan jalan terutama pada wilayah perbatasan,
Kementerian menyanggupi untuk membantu dengan syarat badan jalan sudah
terbangun meskipun masih berupa macadam. Mengingat ketika itu kenyataan di
lapangan belum ada jalan yang terbangun sama sekali, maka Pemerintah Kabupaten
Sambas menyanggupinya.
Pemerintah Kabupaten Sambas melalui Dinas PU Bina Marga, Pengairan dan Energi
Sumber
Daya
Mineral
(PUBMPESDM)
kemudian
melakukan
identifikasi
dan
inventarisasi mengenai ruas mana yang akan menjadi prioritas untuk setidaknya
terbangun badan jalan. Melalui diskusi, maka disepakati ruasnya yaitu dari barat
daya yang berbatasan dengan Kota Singkawang hingga Perbatasan dengan Malaysia
di Timur Laut. Ruas yang ada dibagi menjadi 6 ruas yaitu:
Tabel 4-1 Ruas Jalan yang menjadi Prioritas Pembangunan di Kabupaten
Sambas
No.
Nama Ruas
Panjang (km)
1.
Batas Singkawang – Tebas
40,46
2.
Tebas – Sambas
32,24
3.
Sambas – Tanjung Harapan
19,99
4.
Tanjung Harapan – Galing
19,80
5.
Galing – Simpang Tanjung
29,75
6
Simpang Tanjung – Aruk – Batas Serawak (Malaysia)
11,56
Total Panjang
153.80 km
Sumber: Dinas PUBMPESDM Kabupaten Sambas
Untuk ruas dari Batas Singkawang hingga Tanjung Harapan, badan jalan sudah ada
sehingga hanya diperlukan peningkatan. Dengan demikian, tugas yang berat di sini
adalah melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang berada di sekitar jalan
tersebut karena sebagian dari tanahnya akan terkena proyek. Sementara dari
Tanjung Harapan hingga Aruk jalan belum terbangun sama sekali.
Setelah identifikasi awal dilakukan, maka kemudian dilakukan sosialisasi secara
gencar. Mengingat masyarakat Sambas sangat menghormati para tokoh, maka
-8-
Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan
sosialisasi dilakukan dengan melibatkan tokoh agama, tokoh adat termasuk juga
Camat dan Kepala Desa. Mahasiswa yang sedang melakukan KKN juga diajak turut
serta untuk membantu sosialisasi. Mereka semua dilibatkan dari awal.
Sejak sosialisasi awal, Bupati Sambas juga tidak segan-segan untuk turun langsung
ke lapangan. Dalam setiap sosialisasi, Bupati selalu menegaskan betapa pentingnya
keberadaan jalan. Di sisi lain Bupati juga menjelaskan anggaran yang terbatas
sehingga masyarakat diminta untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan jalan ini
dengan menyerahkan tanahnya secara ikhlas sehingga dapat mempercepat
pembangunan jalan. Alasan yang diuraikan Bupati yaitu jika Pemerintah Kabupaten
harus menyediakan anggaran lagi untuk pembebasan tanah, maka anggaran untuk
konstruksi jalannya sendiri akan menjadi lebih kecil sehingga dikhawatirkan tidak
cukup. Padahal jika badan jalan tidak terbangun, Kementerian PU tidak akan
membantu sehingga jalan tidak akan terwujud.
Melalui sosialisasi yang berulang kali dilakukan serta dibantu oleh para tokoh,
sebagian besar masyarakat bersedia menyerahkan tanahnya tanpa kompensasi
apapun. Mereka hanya meminta agar mereka tidak dipindahkan dari tempat asalnya.
Selain itu, mereka juga meminta agar tanah yang mereka serahkan tersebut benarbenar digunakan untuk pembangunan jalan dan bukan untuk pembangunan yang
lain. Semua persyaratan tersebut dinyatakan mampu untuk dipenuhi oleh Bupati.
Sebagaimana janji Bupati, untuk wilayah dari Tanjung Harapan sampai dengan Aruk
maka kemudian dibuatlah badan jalan. Sebagian besar masih berupa macadam.
Tetapi jika dibandingkan dengan kondisi awal maka jelas terjadi peningkatan. Dalam
proses pembangunan, Bupati juga tidak segan-segan untuk turun langsung ke
lapangan meninjau pembangunan. Bahkan dalam salah satu kesempatan, mobil
dinas beliau pernah terjebak dalam lumpur. Beberapa gambar untuk memperlihatkan
kondisi tersebut bisa dilihat di bawah ini,
-9-
Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan
Gambar 4-1 Ruas Tanjung Harapan – Galing
Gambar 4-2 Ruas Galing – Simpang Tanjung
- 10 -
Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan
Gambar 4-3 Ruas Simpang Tanjung – Aruk
Setelah badan jalan terbangun maka Bupati kemudian mengusahakan pembuatan
sertifikat bagi masyarakat terdampak yang belum memiliki sertifikat. Pembuatan
sertifikat ini tidak dimasukkan dalam program pembangunan jalan tersebut tetapi
terpisah dalam program pemerintah Kabupaten Sambas yang lain. Namun pemberian
sertifikat ini diprioritaskan kepada masyarakat yang telah mengikhlaskan tanahnya
untuk pembangunan badan jalan tersebut. Oleh karena itu bisa dibilang pemberian
sertifikat ini merupakan bentuk penghargaan dan terima kasih dari Pemerintah
Kabupaten Sambas kepada masyarakat yang telah bersedia untuk berkorban.
Adapun bagaimana mekanisme dan prosesnya dalam penelitian ini kurang didalami
karena penelitian ini masih berfokus dalam mengidentifikasi bentuk-bentuk
alternative kompensasi non uang.
Hingga laporan ini disusun belum ada sertifikat yang sudah jadi mengingat
panjangnya prosedur pembuatan sertifikat dan terbatasnya sumber daya. Tetapi
daftar nama termasuk luasan tanah yang akan disertifikasi sudah ada semua dan
akan segera diproses. Seluruh biaya pembuatan sertifikat gratis dan ditanggung oleh
Pemerintah Kabupaten Sambas.
- 11 -
Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan
4.1.2
Bentuk Lain Kompensasi Non Uang: Pembangunan Fasilitas
Sosial
Bentuk kompensasi non uang lainnya adalah pembangunan fasilitas sosial. Hal ini
ditemukan di Maluku tepatnya di Kabupaten Maluku Tengah pada proyek
pembangunan jalan provinsi Ruas Laha – Wakasihu. Proyek ini berada di bawah
kewenangan Pemerintah Provinsi Maluku yang didanai oleh loan dari World Bank dan
merupakan bagian dari program EIRTP (Eastern Indonesia Road Transport Project).
Proyek ini sendiri sudah selesai pada tahun 2008 yang lalu.
Berdasarkan wawancara dengan Kepala Bidang Bina Marga, Dinas PU Provinsi
Maluku diketahui bahwa pembangunan jalan ini sebagian besar melintasi kawasan
bukit atau hutan yang tidak berpenduduk sehingga tidak diperlukan pengadaan
tanah. Meskipun demikian, ada beberapa perkampungan penduduk yang dilintasi
proyek tersebut salah satunya adalah Desa Wakasihu. Warga Desa sangat antusias
dan mendukung peningkatan jalan tersebut. Hal ini terkait akses ke desa mereka
selama ini belum sebaik dengan daerah lainnya, baik dari kualitas jalannya maupun
lebar jalannya.
Sebelumnya akses untuk menuju Desa Wakasihu memang sudah ada, tetapi dengan
kualitas jalan yang kurang baik (masih berupa latasir). Lebar jalannya juga masih
sempit (+ 3 m) dan hanya dapat dilalui satu kendaraan (mobil) sehingga jika mobil
berpapasan, terpaksa salah satu di antaranya harus berhenti agar yang lainnya bisa
berjalan. Kondisi ini tentu menyulitkan mobilitas warga, apalagi yang menggunakan
kendaraan besar. Seringkali warga harus berhenti beberapa kali hanya untuk
mempersilakan kendaraan lain lewat terlebih dahulu.
Oleh karena itu, ketika ada rencana pemerintah daerah untuk peningkatan jalan,
warga Desa Wakasihu menyambutnya dengan sangat antusias. Kendatipun dalam
program peningkatan jalan tersebut, ada beberapa bagian tanah milik masyarakat
yang
terkena,
warga
tetap
tidak
mempermasalahkannya.
Mereka
bersedia
menyerahkan tanahnya tanpa harus ada kompensasi berupa uang. Hanya saja
sebagai bentuk imbal baliknya, mereka meminta dibangunkan lapangan sepak bola
dan bantuan untuk perbaikan kubah masjid.
Permintaan warga tersebut didasari oleh suatu kenyataan bahwa tanah yang terkena
peningkatan jalan (pelebaran) adalah tanah hak ulayat adat yang kepemilikannya
bersifat komunal. Dengan demikian, imbal balik atas penyerahan hak atas tanah
- 12 -
Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan
kepada pemerintah sebaiknya dikembalikan pula dalam bentuk yang juga dapat
dinikmati oleh banyak orang. Karena jika imbal baliknya bersifat individual,
kemungkinan akan menjadi masalah di kemudian hari. Oleh karena itu, dipilih bentuk
kompensasi berupa pembuatan lapangan sepak bola dan pembangunan kubah
masjid.
Pembuatan lapangan sepak bola dipandang sebagai suatu prasarana yang bersifat
massal karena dapat digunakan oleh beberapa orang dalam waktu yang bersamaan.
Selain itu, lapangan sepak bola dapat dikatakan sebagai fasilitas sosial yang mampu
menarik perhatian banyak anggota masyarakat Desa Wakasihu sehingga dapat
membangun dan memperkuat soilidaritas di antara sesama warga. Warga pun tidak
akan melakukan protes terhadap penyerahan hak atas tanah kepada pemerintah
karena mereka pun dapat menikmati hasil imbal baliknya secara terbuka.
Pembangunan lapangan sepak bola ini juga dilakukan secara partisipastif. Artinya,
pihak pemerintah tidak serta merta membangun lapangan sepak bola di sembarang
tempat. Warga Desa Wakasihu meminta agar lapangan sepak bola dibangun di atas
bukit. Atas dasar permintaan warga, pemerintah pun secara akomodatif membangun
lapangan sepak bola di atas bukit.
Hal yang sama juga dilakukan untuk pembangunan fasilitas sosial lainnya, yakni
pembangunan kubah Masjid. Karena pada umumnya warga di Desa Wakasihu
menganut agama Islam, maka warga meminta agar pemerintah tidak perlu
memberikan ganti rugi berupa uang, tetapi dapat menggantinya dalam bentuk
pembangunan kubah masjid. Sejalan dengan alasan untuk pembangunan lapangan
sepak bola, pada pembangunan kubah masjid pun dapat dijelaskan bahwa sebagai
salah kelompok yang menganut agama Islam, maka Masjid menjadi pusat
pelaksanaan ibadah. Artinya, semua warga dapat menggunakan Masjid tersebut
tanpa ada pengecualian. Masjid adalah milik komunal dan dapat digunakan oleh
semua warga untuk beribadah dalam jumlah yang relatif banyak. Dalam konteks ini,
masjid selain dipandang sebagai sarana ibadah untuk menjalankan kewajiban
vertikal kepada Sang Pencipta, juga sebagai media memperkuat ikatan solidaritas
horizontal di antara sesama warga Desa Wakasihu. Dalam proses pembangunannya
pun, pemerintah tidak asal membangun saja, tetapi berdasarkan usulan warga
dengan menunjuk Masjid yang perlu dibangun berdasarkan prioritas yang dibuat
sendiri oleh warga.
- 13 -
Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan
Pelaksanaan pembangunan fasilitas sosial, baik pembangunan lapangan sepak bola
maupun pembangunan kubah Masjid dilakukan bukan pada saat yang berbeda,
melainkan pada saat yang sama dengan pembangunan jalan. Ini dilakukan agar
memudahkan mobilisasi alat selain itu hal ini juga dilakukan untuk meminimalisasi
kecurigaan warga, sekaligus meningkatkan kualitas trust warga kepada pemerintah
bahwa pengorbanan warga tidak akan dikhianati. Akhirnya, saat ini kedua
pembangunan fasilitas social tersebut sudah dinikmati oleh warga bersamaan
dengan semakin baiknya kondisi jalan di Desa Wakasihu.
Gambar 4-4 Jalan Provinsi Laha – Wakasihu setelah Pembangunan
4.2
Peluang Lain dalam Pemberian Kompensasi Non Uang
Sebenarnya selain kedua bentuk di atas, masih ada peluang untuk pemberian
kompensasi non uang. Berdasarkan pengalaman di lapangan sesungguhnya banyak
masyarakat terdampak yang bersedia diberi ganti rugi yang bukan berupa uang
tunai. Mereka sudah senang diberi rumah baru atau tempat tinggal baru sebagai
pengganti rumah mereka yang terkena proyek.
Permasalahannya adalah belum tentu P2T atau instansi yang memerlukan tanah
mengabulkan keinginan mereka. Pengganjal utamanya adalah P2T mengalami
kesulitan karena terkendala peraturan yang berlaku. Memang dalam kebijakan
pengadaan tanah yang berlaku saat ini, dimungkinkan pemberian kompensasi
berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Namun ternyata aturan yang lain justru
menghambat kemungkinan tersebut. Untuk penggantian rumah dengan rumah
sebagai contoh misalnya, ternyata tidak mungkin dilakukan karena untuk setiap
pembangunan rumah yang menggunakan uang Negara maka itu menjadi asset
Negara dan tidak boleh diserah terimakan kepada pihak lain.
- 14 -
Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan
Diringkas terdapat dalam bentuk table, alternative kompensasi non uang yang
pernah dilakukan dan memungkinkan untuk dilakukan selengkapnya dapat dilihat
dalam table 4-2.
Sebenarnya masih bisa dikembangkan bentuk-bentuk lain kompensasi non uang
dengan memperhatikan kegiatan yang terjadi pada tanah yang terkena proyek.
Karena mungkin saja untuk kegiatan pertanian bentuk kompensasi non uangnya
akan berbeda dengan kegiatan peternakan atau permukiman.
Oleh karena itu maka coba diusulkan serta bentuk kompensasi non uang yang
memungkinkan untuk diberikan pada setiap kegiatan yang mungkin terjadi pada
tanah yang terkena proyek. Usulan ini masih berupa draft dan disusun berdasarkan
kombinasi dari kajian literature, pengalaman di Negara lain dan pengalaman empiris
di lapangan selama survey dilakukan. Usulan tersebut selengkapnya dapat dilihat
pada table 4-3.
4.3
Permasalahan Pengadaan Tanah: Temuan Lapangan
Selain soal kompensasi sebenarnya masih banyak permasalahan lainnya dalam
pengadaan tanah. Oleh karena itu, bagian ini akan menguraikan mengenai
permasalahan yang terjadi dalam pengadaan tanah baik hasil temuan lapangan di
ataupun permasalahan yang diutarakan oleh para pelaku pengadaan tanah seperti
Direktorat Jenderal Bina Marga, Panitia Pengadaan Tanah, Tim Pengadaan Tanah,
Satker dan sejumlah komponen lainnya yang terlibat langsung dalam pengadaan
tanah.
Secara garis besar, sejumlah masalah yang berhasil diidentifikasi di lapangan yaitu
sebagai berikut,
1. Komitmen Pemerintah Daerah
2. Koordinasi antar instansi
3. Legal Formal
4. Status Tanah
5. Penentuan Kompensasi
6. Sistem Komunikasi
- 15 -
Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan
Tabel 4-2 Bentuk Alternatif Kompensasi Non Uang yang Pernah Dilakukan/Diusulkan
No.
Bentuk Alternatif Kompensasi Non Uang
1.
Sertifikasi
2.
Pembangunan fasilitas social
sepakbola dan kubah masjid)
3.
Penggantian rumah dengan rumah
Dilakukan/Diusulkan
Dilakukan
Sambas
di
Kendala
Kabupaten · Prosesnya lama
· Dana yang diperlukan cukup besar
Keterangan
· Dilakukan terpisah dari kegiatan
pengadaan tanahnya sendiri
· Merupakan bentuk penghargaan dan
terima kasih dari PemKab. Sambas
kepada masyarakat terdampak yang
telah ikhlas menyerahkan tanahnya
(lapangan Dilakukan di Desa Wakasihu, · Jika menggunakan uang Negara (APBN/ · Pembangunan fasilitas social tersebut
Maluku Tengah
APBD) akan terhambat masalah
diambilkan
dari
anggaran
fisik
administrasi
peningkatan jalan
· Memungkinkan dilakukan jika fasilitas · Pembangunan fasilitas social dilakukan
social
tersebut
tidak
terlalu
bersama-sama dengan pengerjaan fisik
membutuhkan banyak biaya
jalan
· Diusulkan
oleh
masyarakat terdampak
di Desa Tanjung Morawa
B, Deli Serdang
· Diusulkan oleh Investor
Jalan Tol Mojokerto Kertosono
· Jika menggunakan uang Negara (APBN/ · Ditolak oleh P2T
APBD) akan terhambat masalah · Untuk Desa Tanjung Morawa B, Deli
administrasi
Serdang,
sebenarnya
masyarakat
terdampak menawarkan diri untuk
· Kesulitan mencari lokasi baru tempat
pembangunan rumah pengganti
mencarikan
lokasi
baru
tempat
pembangunan rumah pengganti
· Belum ada pengalaman sebelumnya
· Belum ada peraturan/kebijakan yang
mengaturnya
· Penolakan oleh masyarakat
· Keberatan oleh P2T setempat
Sumber: Hasil Analisis, 2011
- 16 -
Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan
Tabel 4-3 Usulan berbagai Bentuk Kompensasi Non Uang yang Mungkin Dilakukan
Kegiatan yang
Terjadi di atas
tanah
Bentuk Kompensasi
Bangunan
Tanah
Rumah
Toko
Warung
Pagar
Kantor
Lain-lain
Sertifikasi
Bentuk lain
Bantuan
Modal/Pelatihan
Pertanian
V
· Sawah
V
V
Perkebunan
V
· Kebun/ladang
V
V
Peternakan
V
· Kandang
V
V
Kehutanan
V
Perikanan
V
V
· Kolam
· Tambak
V
Pertambangan
Industri
Lain-lain
·
·
·
·
·
·
Bibit Tanaman
Pupuk
Bibit Tanaman
Pupuk
Bibit hewan
Makanan hewan
Bibit Tanaman
V
· Bibit hewan
· Makanan hewan
V
V
Pabrik
V
Bantuan pemindahan
jaringan
Utilitas
Permukiman
V
V
V
Perkantoran
V
V
V
Tukar guling
Pemerintahan
V
V
V
Tukar guling
BUMN
V
V
V
Tukar guling
Pertokoan
V
Pendidikan
V
V
V
V
V
V
V
- 17 -
· Sekolah
· Ruang Kuliah/
Belajar
Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan
Kegiatan yang
Terjadi di atas
tanah
Bentuk Kompensasi
Bangunan
Tanah
Rumah
Toko
Warung
Pagar
V
V
Kantor
Warung/Kios
V
Restoran
V
V
V
Hotel
V
V
V
TNI dan Polri
V
V
V
Kuburan
V
Lain-lain
·
·
·
·
Restoran
Tukar guling
Hotel
Tukar guling
Tukar guling
Pemindahan
Ket: V Peluang pola kompensasi non uang yang mungkin dilakukan
Sumber: Hasil Analisis, 2011
- 18 -
Sertifikasi
Bentuk lain
Bantuan
Modal/Pelatihan
V
V
V
V
Lain-lain
Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan
4.4
Usulan Model Pengadaan Tanah
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka akan coba diusulkan suatu model
pengadaan tanah yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang terjadi.
Model ini didasari pada Model Usulan Alternatif LARAP yang dibuat oleh Puslitbang
Sosekling. Model tersebut dimodifikasi dan disesuaikan berdasarkan kondisi yang
terjadi di lapangan serta disusun dengan juga mengacu pada draft RUU Pengadaan
Tanah dengan asumsi bahwa RUU tersebut akan segera disahkan sehingga Model ini
akan memperkaya dan memperkuat RUU.Selengkapnya dapat dilihat pada gambar
berikut:
Tahap Pengadaan Tanah
Sosialisasi Rencana
Substansi Kegiatan
- Konsultansi Publik Kesepakatan Lokasi
- Mekanisme Pengajuan Keberatan
Pelaksana: Lembaga Pertanahan
Pembagian Tugas dan
Anggaran
Penyedia Dana Pembebasan Tanah: Instansi yang memilik Tanah
Jaminan Kesejahteraan Masyarakat Terdampak: Pemerintah Daerah
Anggaran: Dinas terkait Pemerintah Daerah
Identifikasi Masyarakat
Terdampak dan AsetAsetnya
Masyarakat Terdampak:
Langsung dan Tidak Langsung
Aset Terdampak:
Tanah, Bangunan, Tanaman dan Benda lain yang berkaitan atas tanah
- Dilakukan Tim Independen bidang per bidang tanah
- Dihitung pada saat pengumuman penetapan lokasi
- Dihitung juga kerugian lain yang bisa dinilai dengan uang
Penilaian
Musyawarah dan
Negosiasi
Pasca Pembayaran Ganti
Kerugian
- Jaminan kesejahteraan warga terdampak
- Kepastian perolehan tanah
- Kemungkinan pemberian ganti rugi non uang
- Mekanisme pengajuan keberatan
- Tidak boleh ada masyarakat terdampak yang terlantar
- Diserahkan kepada Pemerintah Daerah untuk Monitoring dan
Evaluasi
Gambar 4-5 Usulan Model Pengadaan Tanah
- 19 -
Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan
5
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bagian ini merupakan penutup hasil penelitian yang berupa kesimpulan dan
rekomendasi kegiatan yang dapat dilakukan berdasarkan penelitian ini.
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik
sejumlah kesimpulan sebagai berikut,
·
Pemberian kompensasi non uang yang pernah dilakukan yaitu
berupa
sertifikasi kepada masyarakat yang tanahnya belum bersertifikat dan
pembangunan fasilitas sosial yang bisa dimanfaatkan bersama oleh warga.
Namun demikian, ada kecenderungan pemberian kompensasi non uang
memperhatikan sifat kepemilikan tanahnya, yakni hak kepemilikan individual
juga dikompensasi dengan yang sifat kepemilikannya individual (sertifikasi)
dan hak komunal juga dikompensasi dengan yang sifatnya komunal (fasilitas
sosial).
·
Masyarakat sendiri sebenarnya tidak berkeberatan jika mereka diberi
kompensasi non uang dan salah satu yang banyak diusulkan adalah
penggantian rumah dengan rumah.
·
Apapun bentuk kompensasi non uang yang diberikan tetapi harus menjamin
2 prinsip utama dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum, yaitu
jaminan kesejahteraan bagi warga terdampak dan kepastian perolehan tanah
bagi instansi yang memerlukan tanah.
·
Masalah pemberian kompensasi hanya salah satu dari sekian banyak masalah
yang ditemui dalam pengadaan tanah. Masih banyak masalah lainnya yang
justru lebih pelik dari sekedar pemberian kompensasi, yakni: Komitmen
Pemerintah Daerah, Koordinasi antar instansi, legal formal, status tanah dan
system komunikasi
- 20 -
Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan
5.2
Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan tersebut maka tindak lanjut yang dapat dilakukan yaitu,
·
Untuk pemberian kompensasi yang berupa non uang dapat dilakukan dengan
memberi tanah pengganti, memberi rumah pengganti, memberi bangunan
pengganti lainnya yang sesuai dengan bangunan yang lama seperti warung,
toko, kantor, dll.
·
Pemberian kompensasi non uang juga bisa tidak berwujud fisik, misalnya
dengan memberikan sertifikat secara gratis kepada masyarakat yang
tanahnya belum bersertifikat, melakukan pelatihan atau bantuan modal
kepada masyarakat terdampak sehingga mereka memiliki kemampuan yang
lebih dibandingkan sebelumnya.
·
Perlu ada pembagian tugas dan wewenang termasuk juga anggaran untuk
menjamin kesejahteraan masyarakat terdampak serta menghindari adanya
saling lempar tanggung jawab diantara instansi yang terlibat.
- 21 -
Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan
DAFTAR PUSTAKA
Beilharz, Peter. 2005. Teori-Teori Sosial: Observasi Kritis terhadap Para Filosof
Terkemuka. Penerjemah Sigit Jatmiko. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Bungin, H.M. Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Ife, Jim dan Frank Tesoriero. Community Development: Alternatif Pengembangan
Masyarakat di Era Globalisasi. Penerjemah: Sastrawan Manulang, Nurul Yakin
dan M. Nursyahid. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
International Finance Corporation. 2002. Handbook for Preparing a Resettlement
Action Plan. Washington: International Finance Corporation
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi . Bandung: PT.
Remaja RosdaKarya
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial, Ekonomi dan Lingkungan, Badan
Penelitian
dan
Pengembangan
Kementerian
Pekerjaan
Umum.
2011.
Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali dalam Pembangunan Infrastruktur
PU Berbasis Sosial, Ekonomi dan Lingkungan. Disampaikan dalam Kolokium
Puslitbang Sosial, Ekonomi dan Lingkungan di Jakarta 27 Juli 2011
Saptomo, Ade. 2010. Hukum dan Kearifan Lokal. Jakarta: PT. Grasindo
Soetomo.
2009.
Pembangunan
Masyarakat:
Merangkai
Sebuah
Kerangka.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sumardjono, Maria S.W., Nurhasan Ismail dan Isharyanto. 2008. Mediasi Sengketa
Tanah: Potensi Penerapan Alternatif Penyelesaian Sengketa (ADR) di Bidang
Pertanahan. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara
Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan
Pembangunan untuk Kepentingan Umum
- 22 -
Ringkasan Eksekutif Penelitian Model Kompensasi Non – Uang Untuk Pengadaan Lahan Infrastruktur Jalan
Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2006 Perubahan atas Peraturan Presiden No. 36
Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk
Kepentingan Umum
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 3 Tahun 2007 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum sebagaimana telah dirubah
dengan
Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2006 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum
Artikel Lainnya
Draft Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia tentang Pengadaan Tanah
untuk Pembangunan, 2010
IFC’s Handbook for Preparing a Resettlement Action Plan, 2002
Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Pengadaan Tanah untuk
Pembangunan, 2010
- 23 -
Download