1 PENGKREASIAN STIKER VULGAR SEBAGAI TINDAKAN

advertisement
PENGKREASIAN STIKER VULGAR SEBAGAI
TINDAKAN BERMORAL
Oleh:
Agus Budi Wahyudi
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
[email protected]
ABSTRACT
The purpose of this study (a) the presentation of vulgar stickers, and (b) technical
pengkreasian vulgar stickers as moral action. Innovation decal sticker vulgar become wise
charged educate becomes the moral responsibility of the author stickers, teachers in schools,
and communities. It is as a form of moral action that is not potentially omission but
potentially significant effect on the handling of the psychosocial condition of the students in
the community. Stickers used high school students and posted / attached to the helmets and
motorcycles. This research is qualitative research. Descriptive qualitative type of data in the
form of words, phrases, sentences contained in the sticker. Researchers pengkreasian sticker
though vulgar meaning implement, both from the aspect of semantic nor Mr pragmatic. The
object of this research are words or expressions or the negative connotation used vulgar didi
child SMA Muhammadiyah Surakarta. The primary data of the unit lingual stickers vulgar
and secondary data from the wawancaraData Observation in SMA Muhammadiyah Surakarta
and interviews with pupils, the school principal, vice principal field of student affairs,
counseling teachers, parking attendants, and community. Mechanical excavation
documentation in the form of stickers were sold to high school students. The validity of
qualitative data using a triangulation technique that is source triangulation. Techniques of
analysis using a unified method. Padan pragmatic method by means of deciding the referent
in the form of dialogue partners. In addition to these methods dignakan techniques
Descoussin Focus Group Discussion (FGD). Stickers research results used in the form of
stickers and stickers vulgar not vulgar. Stickers used vulgar didi son-SMA Muhammadiyah
Surakarta potentially affect the morale of the students. The vulgar stickers sticker can
dikreasikan be wise. Stickers wise this is socialized to become a rival sticker vulgar.
Principals, vice principals, teachers, counseling teachers, and community parties involved in
the socialization of sage stickers (stickers pengkreasian results vulgar) this.
Keywords: innovation, stickers vulgar and immoral actions.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini (a) penyajian stiker vulgar dan (b) teknik pengkreasian stiker vulgar
sebagai tindakan bermoral. Pengkreasian stiker vulgar menjadi stiker bijak yang bermuatan
mendidik menjadi tanggung jawab moral si penulis stiker, guru di sekolah, dan masyarakat.
Hal ini sebagai wujud tindakan bermoral yang tidak berpotensi pembiaran tetapi berpotensi
penanganan yang nyata terhadap kondisi psikososial anak didik di masyarakat. Stiker
digunakan anak didik SMA dan dipasang/ditempel di helm dan sepeda motor. Penelitian ini
1
2
penelitian kualitatif. Kualitatif deskriptif jenis data berupa kata-kata, frasa, kalimat yang
terdapat dalam stiker. Peneliti pengkreasian stiker vulgar dengan melaksanakan olah makna,
baik dari aspek semantis maupuan pragmatis. Objek penelitan ini berupa kata atau ungkapan
berkonotasi negatif atau vulgar yang digunakan anak didi SMA Muhammadiyah di Surakarta.
Data primer berupa satuan lingual stiker vulgar dan data sekunder hasil wawancaraData
Teknik observasi di SMA Muhammadiyah se-Surakarta dan wawancara dengan anak didik,
kepala sekolah, wakasek bidang kesiswaan, guru bimbingan konseling, petugas parkir, dan
masyarakat. Teknik dokumentasi berupa penggalian stiker yang terjual ke anak didik SMA.
Keabsahan data kualitatif menggunakan teknik triangulasi yaitu triangulasi sumber. Teknik
analisis menggunakan metode padan. Metode padan yang pragmatis dengan alat penentu
referen yaitu berupa mitra wicara. Selain metode tersebut dignakan teknik Focus Group
Descoussin (FGD). Hasil penelitian stiker yang digunakan berupa stiker tidak vulgar dan
stiker vulgar. Stiker vulgar digunakan anak didi SMA Muhammadiyah se-Surakarta
berpotensi mempengaruhi moral anak didik. Stiker vulgar tersebut dapat dikreasikan menjadi
stiker bijak. Stiker bijak inilah yang disosialisasikan sehingga menjadi tandingan stiker vulgar.
Kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, guru bimbingan konseling, dan masyarakat
menjadi pihak yang terlibat dalam penyosialisasian stiker bijak (hasil pengkreasian stiker
vulgar) ini.
Kata kunci: pengkreasian, stiker vulgar, dan tindakan bermoral.
Stiker vulgar mempengaruhi anak
PENDAHULUAN
Peredaran
masyarakat
stiker
vulgar
telah
di
mengganggu
didik ke lini negatif sehingga mereka tidak
mengedepankan
etika
perkembangan moral anak didik. Segi yang
bermunculan
terdeteksi muncul tindakan tak bermoral.
lingkungan, dan kurang bersahabat sesama
Contoh: kekurangsantunan berbahasa dan
anak didik serta menganggap enteng
agresivitas
eksistensi orang lain.
yang
negatif
anak
didik.
sikap
acuh
berbahasa,
terhadap
Tindakan negatif ini perlu ditangani secara
Tindakan tak bermoral bisa subur dalam
serius. Aktivitas penggalian mengenai
kondisi terpengaruh seperti ini. Anak didik
dampak
aktivitas
terlibat dalam minuman keras, terjebak
pengkreasian stiker vulgar sehingga tidak
dalam narkoba, dan tidak menghormati
mengganggu anak didik sebagai aset
orang lain. Tindakan tak bermoral lainnya
bangsa.
bisa berkembang di kalangan anak didik
peredaran
dan
apabila tidak diadakan tindakan bermoral
Bahastra, Oktober 2016, Volume XXXVI, Nomor 1
3
yang serta merta bertujuan mengatasi
yang
semuanya. Peredaran stiker vulgar perlu
kesopansantunan berbahasa menjadi modal
dibatasi, pengkreasian stiker vulgar perlu
bagi perkembangan bangsa Indonesia yang
dilakukan dalam rangka mengantisipasi
luhur di mata dunia. Manfaat inilah yang
bahasa pengaruh negatif yang ditimbulkan
dicapai
oleh stiker vulgar.
pengkreasian stiker vulgar.
Stiker bijak yang bermuatan nilai
luhur
menjadi
secara
Masalah
nyata
yang
dambaan,
dalam
dan
aktivitas
diurakan
dalam
pendidikan beredar pula di masyarakat,
artikel ini yaitu (a) penyajian stiker vulgar
namun respon anak didik kurang sekali.
dan (b) teknik pengkreasian stiker vulgar
Artikel
ini mengangkat sebagian dari
sebagai tindakan bermoral. Pengkreasian
aktivitas penelitian yang sudah dilakukan
stiker vulgar menjadi stiker bijak yang
mengenai
Ada
empat
bermuatan mendidik menjadi tanggung
dianalisis
dalam
jawab moral si penulis stiker, guru di
penelitian sebelumnya yaitu berawal dari
sekolah, dan masyarakat. Hal ini sebagai
pemetaan stiker vulgar, peminimalisasian
wujud tindakan bermoral
stiker vulgar, pengkreasian stiker vulgar,
berpotensi pembiaran tetapi berpotensi
dan penggalian dampak stiker vulgar
penanganan yang nyata terhadap kondisi
(Wahyudi, Yakub, 2016). Oleh karena itu,
psikososial anak didik di masyarakat.
masalah
stiker
vulgar.
yang telah
yang tidak
artikel ini fokus mengenai pengkreasian
Kajian stiker vulgar (Wahyudi dan
stiker vulgar sebagai tindakan bermoral.
Yakub, 2015) ditemukan ragam stiker,
Teknik
vulgar
yakni vulgar dan tidak vulgar, komonitas,
merealisasi
distro (gaya hidup), dan tentang identitas.
pengkreasian
ditonjolkan
dalam
stiker
rangka
upaya pengkreasian.
Pemakaian
stiker
vulgar
berbarengan
Masyarakat yang bermoral menjadi
pemunculan komunitas-komunitas baru,
harapan, kepribadian masyarakat Indonesia
baik bersifat identitas maupun gaya hidup
Pengkreasian Stiker Vulgar SebagaiTindakan Bermoral
4
(distro). Siker vulgar jadi pilihan anak
mempengaruhi pola pikir anak. Karakter
didik SMA dibanding stiker tidak vulgar.
anak terbentuk karena pengaruh humor
Tindakan
kekerasan pada tayangan film. Apabila
bermoral
dicetuskan
dalam
mengubah stiker vulgar menjadi tidak
dikaitkan
vulgar dengan memasukkan kesantunan
konsumsi film tersebut mampu memicu
dan nilai potitif ke dalam stiker.
lahirnya tindakan tak bermoral anak-anak.
Putra
(2015)
artikel
ini
bahwa
isi
Kekerasan simbolik yang dilakukan
kekerasan verbal pada tayangan televisi –
Agnibaya (2912) terhadap media massa
tayangan Pasbukers di ANTV. Kekerasan
berkait dengan pemberitaan bonek yang
verbal
dianalisis sebagai wacana kritis (critical
terhadap
tayangan.
menganalisis
dengan
individu
Adegan
penonton
kekerasan
akan
discourse analysis) pada berita media
menurunkan sensitifitas penonton. Selain
menyimpulkan
itu hasil penelitian itu, Utami (2015)
terdapat dalam berita bonek merupakan
meneliti tindak kekerasan verbal dan
konstruksi sosial yang tidak bebas nilai.
nonverbal oleh guru terhadap siswa SMA
Bahkan
Negeri Surakarta tahun 2014/2015. Hasil
simbolik yang dilakukan oleh media massa
penelitiannya
tindakan
terhadap bonek sebagai objek berita.
kekerasan dilakukan seorang guru yang
Kekerasan simbolik ini juga dikaji Suraya
memiliki kekuasaan di sekolah. Guru
(2012) mengenai representasi kekerasan
dengan
simbolik dalam iklan anak-anak. Hasilnya
terdapat
mudah
fakta
melakukan
berbagai
bahwa
sebagai
iklan
wacana
realisasi
anak-anak
yang
kekerasan
kekerasan dengan berlindung di balik
bahwa
meneguhkan
tindakan menertibkan anak didik.
stereotip peran gender untuk perempuan
Penelitian kekerasan verbal yang
dan pria. Karakter perempuan dalam iklan
dilakukan Agustina (2014) menemukan
anak-anak ditempatkan dalam peran sosial
humor
kekersan
pada
film
anak
Bahastra, Oktober 2016, Volume XXXVI, Nomor 1
5
sebagai istri, calon istri, dan ibu rumah
sepeda motor milik anak didi SMA
tangga dengan aktivitas domestik.
Muhammadiyah
penelitian
di
adalah
Surakarta.
variabel
Objek
apa
yang
menjadi titik perhatian di dalam suatu
METODOLOGI PENELITIAN
penelitian (Arikunto, 2010:161).
Penelitian ini berjenis penelitian
Data primer berupa stiker vulgar yang
kualitatif. Sesuai pandangan Moleong
terdapat dalam stiker –berupa frasa, klausa,
(2011:6) bahwa penelitian kualitatif adalah
kalimat. Adapun data sekunder berupa
penelitian yang bermaksud memahami
informasi lisan dari pengguna stiker –anak
fenomena tentang apa yang dialami oleh
didik
subjek penelitian secara holostik dan
dimanfatkan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-
mendeskripsikan makna dan maksud stiker
kata dan bahsa pada suatu konteks khusus
yang mengadung desfemia.
yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai
metode
alamiah.
di
SMA.
Hasil
wawancara
membantu
penelitia
Data disajikan menggunakan teknik
Kualitatif
observasi di sekolah SMA Muhammadiyah
deskriptif merupakan jenis data dalam
se-Surakarta –khusus di tempat parkir
penelitian ini karena berkaitan dengan
sepeda motor anak didik. Selnjutnya,
kata-kata, frasa, kalimat yang terdapat
berwawancara dengan anak didik, kepala
dalam stiker. Oleh karena itu, penelitian ini
sekolah, wakasek bidang kesiswaan, guru
melaksanakan kreasi stiker vulgar dengan
bimbingan konseling, petugas parkir, dan
melaksanakan olah makna, baik dari aspek
masyarakat.
semantis maupuan pragmatis.
dilaksanakan dengan penggalian stiker
Objek penelitan ini berwujud kata
atau ungkapan berkonotasi negatif atau
vulgar yang menempel pada helm dan
Teknik
dokumentasi
yang terjual ke anak didik SMA.
Keabsahan
menggunakan
teknik
data
kualitatif
triangulasi
yaitu
Pengkreasian Stiker Vulgar SebagaiTindakan Bermoral
6
triangulasi sumber. Peneliti lebih dahulu
menentukan ungkapan vulgar dalam stiker
PEMBAHASAN
yang belum pernah dikaji oleh peneliti
Wujud Stiker Vulgar yang Beredar di
yang lain.
SMA Muhammadiyah se-Surakarta
Teknik
analisis
menggunakan
Anak didik SMA senang menghias
metode padan. Metode padan adalah
helm dan sepeda motornya dengan stiker.
metode yang alat penentunya di luar,
Stiker jadi sarana berekspresi dan stiker
terlepas, dan tidak menjadi bagian dari
tersebut mengandung ungkapan yang tidak
bahasa yang bersangkutan. Metode padan
pantas untuknya. Bagaimana kepribadian
yang pragmatis
penentu
anak didik tercermin dari penggunaan
referen yaitu berupa mitra wicara. Selain
stiker? Hasil pemetaan stiker vulgar yang
metode tersebut dignakan teknik Focus
digunakan anak didik perhatikan tabel 1.
dengan
alat
Group Descoussin (FGD).
TABEL 1.
PEMETAAN STIKER DI SMA
No. Identitas
Sekolah
1
SMA Batik 1
Surakarta
2
SMA
AlIslam
1
Surakarta
3
SMA
Muhammadi
yah
1
Surakarta
Stiker
Vulgar
14
Tidak
Vulgar
10
Komunitas Distro Identitas Jumlah
7
12
9
52
27
20
11
11
13
82
40
24
20
4
4
82
Bahastra, Oktober 2016, Volume XXXVI, Nomor 1
7
Tabel 1 menggambarkan pemetaan
Stiker vulgar “pemburu kimcil” berarti
stiker vulgar, tidak vulgar, komunitas, distro,
„orang yang senang memburu remaja yang
dan
itu,
berperilaku
masalahan baru mengenai komunitas baru,
tunasusila‟.
baik bersifat identitas maupun gaya hidup
kandungan makna dalam frasa tersebut tidak
(distro) di SMA.
pantas diungkapkan
mengenai
identitas.
Selain
Permasalahan utama mengenai stiker
seperti
Stiker
halnya
ini
vulgar
wanita
karena
anak didik SMA.
Perhatikan contoh berikut.
vulgar mendominasi dari masing-masing
Satuan lingual
“kimcil gila” di
SMA terlihat pada pemetaan di bawah ini.
(a)
Contoh Stiker Vulgar
S
tiker
vulgar
bagian lampu belakang sepeda motor.
ditem
merupakan akronim dari frasa “kemaluan
ukan di helm milik siswa SMA Al Islam
Surakarta. Satuan lingual berbentuk frasa,
cilik” (dalam bahasa Indonesia berarti
“kemaluan wanita yang kecil”) yang berarti
yaitu “pemburu kimcil”. Frasa ini terdiri kata
remaja dibawah umur yang berperilaku
pemburu„orang yang kerjanya berburu‟ dan
kimcil. Kata kmcil” akronim dari frasa
seperti halnya wanita tunasusila. Kata “gila”
berarti „kurang baik ingatan‟. Stiker ini
“kemaluan cilik” (dalam bahasa Indonesia
vulgar
karena
mengandung
pisuhan,
berarti “kemaluan wanita yang kecil”) yang
menyinggung dan mengganggu harga diri
berarti
remaja
dibawah
umur
yang
wanita.
berperilaku seperti halnya wanita tunasusila.
Pengkreasian Stiker Vulgar SebagaiTindakan Bermoral
8
Contoh stiker vulgar di SMA Al
ini ditemukan di SMA Batik 1 Surakarta
Islam Surakarta dan SMA Muhammadiyah 1
berbentuk akronim. Pesan stiker ini adalah
Surakarta. “Cinta monyet (cintanya udah
agar
pergi, tinggal monyetnya lagi baca tulisan
menganggap cintanya hanya sekadar omong
ini!”. Cinta monyet (hubungan asmara
kosong atau bualan.Cinta pemilik stiker ini
antarremaja) merupakan hal yang lumrah,
dikatakan sebagai cinta yang sungguh-
begitu pula dengan patah hati. Satuan lingual
sungguh. Makna stiker ini positif, tetapi
frasa “cintanya udah pergi”. Maka yang
akronim “jancok” kepanjangan dari kalimat
tertinggal
Monyet
“jangan anggap nilai cintaku omong kosong”
membaca
berwujud pisuhan untuk mengungkapkan
hanya
maksudnya
tulisan
“monyet”nya.
„seseorang
yang
stiker‟Makna
penghinaanterhadap
setiap
stiker
itu
orang
yang
membaca stiker.
seseorang
kejengkelan
yang
atau
dicintainya
kemarahan
tidak
seseorang
kepada orang lain.
Berkaitan dengan banyaknya stiker
vulgar dilingkungan SMA Batik 1 Surakarta
dilakukan konfirmasi/ wawancara bersama
bapak Bambang Isniyanto selaku pengampu
mata pelajaran bahasa Indonesia. Beliau
memaparkan
banyaknya
stiker
tersebut
selama ini perlu adanya tindakan preventif
dan masih luput dari ketelitian mengenai
Stiker Vulgar
fokus pengawasan. Banyaknya jumlah stiker
vulgar disebabkan karena lingkungan yang
Satuan
lingual
“Jancok
(jangan
memengaruhi.
Ketika
kami
konfirmasi
anggap nilai cintaku omong kosong)”. Stiker
mengenai
Bahastra, Oktober 2016, Volume XXXVI, Nomor 1
pengaruh
stiker
vulgar
di
9
lingkungan
pembelajaran
dirasa
ada
tersebut
dibeli
melalui
penjual
stiker.
pengaruhnya berkaitan dengan bahasa yang
Mengenai peredaran stiker baik vulgar
digunakan
ataupun tidak vulgar perlu adanya upaya
siswa
dalam
berkomunikasi
dengan guru maupun teman sebaya.
meminimalisasinya.
Upaya
Meminimalisasi Peredaran Stiker Vulgar di
peminimalisasian salah satunya diwujudkan
Lingkungan Pelajar SMA se-Surakarta
dengan cara pengkreasian stiker vulgar.
Stiker vulgar memiliki dampak negatif
Teknik Pengkreasian Stiker Vulgar Menjadi
terhadap perkembangan moral anak didik
Stiker Bijak
Dampak tersebut secara tidak langsung dapat
dilihat dari perubahan perilaku ataupun
Pengkreasian stiker yang inovatif, kreatif,
bahasa yang dipakai dalam berkomunikasi.
dan
Kecenderungan perubahan perilaku remaja
dilakukan. Masalah utama yang dihadapi
tersebut salah satunya dipengaruhi oleh
penulis stiker adalah karena sedikitnya
pemerolehan bahasa yang mereka dapatkan.
pembendaharaan bahasa. Oleh karena itu,
Berdasarkan hasil pengamatan di SMA Batik
pengkreasian ini menjadi langkah konkret
1 Surakarta, SMA Al-Islam, dan SMA
pencegahan peredaran stiker vulgar.
membangun
Muhammadiyah 1 Surakarta kecenderungan
Penulis,
moral
penjual,
produksen
stiker
ataupun beberapa bagian sepeda motor
dilaksanakan.
disebabkan rasa iseng, ekspresi diri, dan
dinyatakan bahwa stiker yang dijual dan
pesan kepada pembaca.
diproduksi tidak vulgar semua ada yang
itu,
ketika
disinggung
mengenai asal mereka mendapatkan stiker
baik
dan
penting
mereka menempelkan stiker pada helm
Selain
menyambut
yang
Ketika
diskusi
yang
dikonfirmasi,
bijak. Stiker bijak mengandung motivasi dan
kutipan
pendapat
seseorang.
Namun
Pengkreasian Stiker Vulgar SebagaiTindakan Bermoral
10
demikian, stiker vulgar diakui banyak
manusia)
diminati anak didik SMA. Bahasa sehari-
penggantian pronominal –nya yang mengacu
hari dekat dengan anak didik, sering muncul
pada makhluk dengan –Nya yang mengacu
di media, di percakapan sehari-hari, bahasa
pada Sang Khalik.
yang “madolke”.
(1b)
Berikut variasi hasil bentukan dari data
GW kepada-Nya
stiker vulgar.
(1c)
Cinta GW Sama Loe sama besar kepadanya
cinta-Nya pada kita
Makna stiker „cinta seseorang kepada
(1d)
kepada
Khalik.
Ada
Cinta GW sama Loe tak sebesar cinta
Cinta GW kepada Loe tak sebanding
GW cinta pada Loe, tapi GW lebih
pacarnya ternyata sama besar kepada orang
cinta kepada-Nya
lain‟. Jadi, cinta yang mendua, yakni sama-
(1e)
sama cinta antar makhluk. Hal itu ditandai
Sang
GW cinta pada Loe karena
GW penuhi cinta-Nya
penggunaan klitik –nya pada kepadanya.
–nyadapat
Klitik
disubstitusi
misalnya
Kalah Pinter kalah Bagus kalah Sugih
dengan teman loe sehingga dihasilkan stiker
hipotetis semacam (1a) berikut ini.
(1a)
Makna stiker (2) di atas adalah
seseorang yang kalah dalam segala hal
Cinta GW sama Loe sama
berkaitan dengan fisik. Ungkapan kalah
besar kepada teman loe
secara harfiah menyatakan sebuah keadaan
Stiker hipotetis (1a) masih belum
tidak menang atau kalah dalam bersaing.
berubah
diduakan.
maknanya,
Keduanya
yakni
cinta
yang
Ungkapan tersebut diulang sampai tiga kali
menunjuk
pada
yang bisa diartikan kekalahan berulang-
makhluk ciptaan Allah. Adapun stiker
ulang
hipotetis (1b) hingga (1e) berikut acuannya
Pinter,Bagus, dan Sugih berasal dari bahasa
sudah bergeser, yakni cinta makhluk (:
jawa yang berarti pintar, tampan, dan kaya.
Bahastra, Oktober 2016, Volume XXXVI, Nomor 1
dari
orang
tersebut.
Tulisan
11
Jadi secara utuh ungkapan tersebut memiliki
jawa. Selain contoh kreasi di atas, dapat pula
maksud seseorang yang kalah dalam segala
beberapa hasil kreasi lain.
hal, baik dari segi kepintaran, ketampanan,
Motor Loe Bagus Muke Loe Enggak!
dan kekayaan. Selain itu, ungkapan tersebut
menyiratkan
pesimistis
dan
mudah
Makna stiker (3) di atas adalah
ungkapan ejekan
yang dilakukan oleh
menyerah dalam segala hal. Variasi stiker
penempel stiker kepada pembaca. Hal itu
tersebut dapat dibentuk
dapat dilihat dari adanya ungkapan Muke
dengan beberapa
hasil kreasi.
Loe Enggak yang bermakna wajah yang
(2a) kalah Pinter kalah Bagus kalah
Sugih, tapi menang Iman dan Taqwanya
wajah
(2b) kalah pinter, bagus, lan sugih,
nanging menang imane
Kreasi
menumbuhkan
yang
tidak
sebagus
motornya
termasuk salah satu ungkapan vulgar dan
bisa
bentukan
sikap
tidak sebagus motornya. Adanya ungkapan
saja
si
pembaca
stiker
merasa
stiker
(2a)
tersinggung atas tulisan tersebut sehingga
optimistis
yang
bisa menimbulkan masalah lain yang lebih
dibangun oleh seseorang meskipun kalah
luas.
dalam hal kepintaran, ketampanan, dan
merupakan salah satu ungkapan dialek
kekayaan, tetapi ia menang dalam keimanan
Jakarta atau betawi yang dianggap bahasa
dan ketaqwaan yang jauh lebih penting.
gaul oleh beberapa kaum muda. Secara utuh
Selain itu, bentukan kreasi stiker (2b)
tulisan stiker tersebut dapat dikreasikan
meskipun memiliki makna yang kurang
menjadi beberapa bentuk.
lebih sama dengan makna (2a), tetapi secara
makna tidak kalah berulang-ulang karena
penulisan ungkapan kalah ditulis satu kali
saja dan adanya variasi penggunaan bahasa
Ungkapan
Motor
Loe
Bagus
(3a) Motor Loe Bagus Muke Loe
Enggak Jauh Beda
(3b) Motor dan Muke Loe Sama
Bagusnya
Pengkreasian Stiker Vulgar SebagaiTindakan Bermoral
12
Kreasi
bentukan
stiker
(3a)
masyarakat seharusnya menyayangi Allah
mengungkapkan adanya pujian terhadap
dan
motor yang dimiliki pembaca tulisan stiker
ungkapan tersebut dapat dibentuk menjadi
dan sekaligus memuji wajah yang tidak jauh
beberapa kreasi berikut ini.
beda dengan motornya. Kreasi tersebut tidak
(4a)
banyak menubah tulisan, tetapi
diriNya
menambahkan
beberapa
kata
hanya
sehingga
menjadi kesatuan makna yang lebih halus.
masyarakat
juga.
Variasi
tulisan
Tak cukup kenal Kowe..! penting,
(4b)
Tak cukup kenal Kowe..! Nanging
konco liyane
Selain itu, bentukan kreasi stiker (3b)
Hipotetis pada (4a) mengemukakan
memiliki tulisan yang lebih efektif dan
pengenalan yang tidak hanya cukup satu
mudah dipahami. Makna yang diungkapkan
orang saja atau mengarah kepada manusia,
langsung
melainkan lebih penting mengenal pada
mengungkapkan
motor
yang
dimiliki pembaca dan wajah pembaca sama-
Tuhan.
Selain
itu,
ungkapan
tersebut
sama bagus.
memberikan arahan untuk lebih mengenal
selain satu orang saja. Ungkapan (4b)
Cukup kenal kowe..!
dikreasikan dengan tujuan untuk lebih
Makna stiker (4) di atas adalah
bersosial mengenal teman lainnya selain satu
ungkapan seseorang yang hanya mau kenal
orang yang dimaksud.
satu orang saja tanpa mau kenal yang
I
lainnya.
Ungkapan
tersebut
diperkuat
Ndasmu
Makna
pada
stiker
di
atas
dengan adanya tanda seru (!) pada bagian
mengandung ungkapan pisuhan. Hal tersebut
akhir tulisan sebagai penguat ungkapan. Hal
ditunjukkan dari kata Ndasmu yang dalam
itu dianggap kurang baik apabila diterapkan
bahasa Jawa berarti „kepalamu‟. Ungkapan
oleh seseorang karena hidup dalam suatu
ini bermakna kasar jika ditujukan dalam
Bahastra, Oktober 2016, Volume XXXVI, Nomor 1
13
berkomunikasi dengan orang lain.
Selain
(6a)
itu, ungkapan tersebut bersifat sarkasme dan
Muda Berbudaya, supaya tidak
berbahaya
kurang tepat apabila dibaca oleh anak kecil.
(6b)
Muda Beretika, jauh dari bahaya
Adapun alternatif stiker adalah sebagai
(6c)
Muda Beragama, terhindar dari
berikut.
bahaya
(6d)
Muda ituTidak Berbahaya
(5a)
I
akhlakmu
(5b)
I
U karena Allah
(6c)
(5c)
I
Allah
kepada kaum remaja muda. Bila alternatif
Alternatif
stiker
(5a)
Alternatif stiker pada (6a), (6b), dan
dan
menunjukkan
nilai-nilai
motivasi
(5b)
(6a) menunjukkan semangat kaum muda
menunjukkan makna kecintaan seseorang
untuk mencintai dan melestarikan nilai-nilai
kepada orang lain. Adapun pada alternatif
budaya lokal, alternatif (6b) menunjukkan
(5c) menunjukkan makna cinta yang lebih
karakter kaum muda yang beretika dan
tinggi derajatnya, yaitu kecintaan seseorang
menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan.
kepada Allah.
Adapun
alternatif
(6c)
menunjukkan
karakter anak muda yang berpedoman pada
Muda Berbahaya
Ungkapan
nilai-nilai
pada
stiker
ketuhanan.
Alternatif
(6d)
(6)
menunjukkan adanya ungkapan seorang jiwa
mengandung makna yang menunjukkan
muda itu sebenarnya tidak berbahaya apabila
agresivitas seorang anak muda. Hal ini
bisa dikendalikan
ditunjukkan dari kata berbahaya. Adapun
alternatif stiker yang lebih mendidik sebagai
berikut.
100% milik pribadi
Makna pada data (7) menunjukkan
adanya karakter seorang yang serakah dan
Pengkreasian Stiker Vulgar SebagaiTindakan Bermoral
14
antisosial pada sesama. Hal ini terlihat dari
ini terlihat dari arti ungkapan tersebut dalam
ungkapan
makna
bahasa Indonesia yang berarti „menjauhlah
kepemilikan yang hanya dimiliki oleh
dariku‟. Stiker ini memiliki maksud yang
pribadi seorang individu. Adapun stiker ini
baik jika dikaitkan dengan kendaraan lain
menunjukkan kecintaan yang berlebihan
yang
terhadap sisi duniawi. Alternatif stiker yang
pengendara
lebih bernilai mendidik sebagai berikut.
Namun, ungkapan ini tetap mencerminkan
yang
(7a)
menunjukkan
100%
milik
pribadi
TitipanNya,
100%
milik
(8a)
stiker
ini.
keselamatan.
Adapun
Get away from me, if you use
drug.
sudah berubah maknanya. Pada alternatif
makna
memiliki
dengan
alternatif stikernya sebagai berikut.
Alternatif stiker pada (7a) dan (7b)
ditunjukkan
yang
jarak
sikap yang antisosial disamping sikap yang
pribadi
tersebut
menjaga
mementingkan
titipanNya
(7b)
harus
(8b)
keyakinan
Get away from me, if you far
from God.
seseorang bahwa semua yang ia miliki
Pada alternatif stiker (8a) terlihat
hanyalah titipan dan akan kembali kepada
pergeseran makna yang lebih positif dan
Allah sebagai pemilik hakiki. Karakter yang
bernilai mendidik bagi remaja. Hal ini
ditimbulkan pada alternatif stiker ini akan
terlihat dari makna stiker yang menunjukkan
muncul sikap yang dermawan dan daya
imbauan bagi remaja untuk menjauhi dirinya
sosial yang tinggi terhadap sesama.
jika seseorang tersebut memakai narkoba.
Adapun pada alternatif (8b) menunjukkan
Get away from me!!!
Stiker (8) menunjukkan makna sikap
yang juga antisosial terhadap orang lain. Hal
Bahastra, Oktober 2016, Volume XXXVI, Nomor 1
makna
stiker
yang
mengungkapkan
penegasan untuk menjauhi maksiat dan hal-
15
hal yang melanggar norma dan lebih
Melalui
stiker
ini
diharapkan
kepada
mendekatkan kepada Allah.
pembaca untuk termotivasi semangat dan
sisi ketuhanannya.
Warning! Masih galau belum bisa move on
24 jam pria beralkohol
Makna yang diungkapkan pada stiker
Makna
pada
stiker
(10)
jelas
(6) menunjukkan keadaan seseorang yang
mengungkapkan cerminan kepribadian yang
tidak bersemangat. Stiker ini tidak dinilai
negatif. Pada stiker tersebut terlihat bahwa
mendidik dan justru akan menimbulkan
pria
sugesti
tidak
alkohol. Hal ini jelas membawa pengaruh
bersemangat pula. Padahal, para remaja
negatif pula bagi perkembangan psikologi
harus
untuk
remaja yang notabene masih mencari jati
Adapun
diri, mementingkan ego, dan belum bisa
kepada
pembaca
memiliki
pengembangan
sikap
diri
untuk
aktif
mereka.
tersebut
adalah
memilah
(9a)
Warning! Anti galau, semangat
bermanfaat
move on
diperlukan
Warning! Anti galau, selalu ingat
mendidik dan memotivasi sebagai berikut.
Allah untuk move on
(10a) 24 jam pria berprestasi, tanpa
Pada
alternatif
stiker
(9a)
ditunjukkan adanya ajakan semangat bagi
pembaca untuk tidak berlama-lama larut
dalam
situasi
tidak
nyaman.
bagi
baik
hal
pecandu
alternatif stikernya adalah sebagai berikut.
(9b)
secara
seorang
mereka.
alternatif
stiker
mana
yang
Untuk
itu
yang lebih
beralkohol
(10b) 24 jam pria berlogika dan tak
beralkohol
Adapun
Pada alternatif (10a) dan (10b) terlihat
alternatif (9b) menunjukkan ajakan sekaligus
makna negatif yang telah bergeser pada
sugesti untuk selalu mengingat Allah dan
makna yang lebih positif. Pada alternatif
segala masalah dikembalikan kepada Allah.
(10a) terlihat adanya motivasi bagi pembaca,
Pengkreasian Stiker Vulgar SebagaiTindakan Bermoral
16
khususnya
remaja,
untuk
terus
pembaca
(manusia)
yang
diolok-olok
mengembangkan diri dan berprestasi sesuai
sebagai monyet. Stiker ini jelas jauh dari
minat dan bakat mereka. Pada stiker tersebut
nilai sopan-santun dan etika berkomunikasi.
terlihat ajakan untuk mengisi hari-hari
Adapun alternatif stiker yang ditawarkan
mereka dengan kegiatan yang memacu
adalah sebagai berikut.
prestasi.
(11a) Cinta monyet. Monyetnya sudah
Alternatif (10b) menunjukkan motivasi
pergi,
bagi remaja untuk mulai berpikir akan hal-
tinggal
cintanya
hanya
untuk Allah.
hal yang lebih bermanfaat bagi diri mereka.
(11b) Lagi baca tulisan ini! Monyet sudah
Pada stiker ini terlihat ajakan bagi remaja
pergi, tinggal Allah yang ada di
untuk
hati ini
tidak
mementingkan
ego
dan
kesenangan sesaat saja, tetapi lebih kepada
Pada
alternatif
makna
yang
tersebut
terlihat
dampak jangka panjang bagi masa depan
bahwa
terkandung sudah
mereka terkait hal yang mereka lakukan saat
bernilai positif. Maksud yang terkandung
ini.
pada alternatif stiker adalah ajakan untuk
lebih mencintai Allah dibanding dengan
Cinta monyet. Cintanya sudah pergi tinggal
cinta terhadap sesama. Melalui alternatif
monyetnya lagi baca tulisan ini
stiker ini diajarkan kepada remaja untuk
Makna pada stiker (11) menunjukkan
adanya ungkapan yang menghina pembaca.
memahami nilai-nilai ketuhanan.
Ragagas!!!
Hal ini terlihat dari klausa “monyetnya lagi
Pada
stiker
(12),
ungkapan
baca tulisan ini”. Pada penggalan itu, yang
„Ragagas!!!‟ memiliki makna yang luas
dimaksud „monyet‟ jelas bukan monyet
penafsirannya. Adapun penggunaan tiga
bermakna „binatang‟, tetapi lebih kepada
tanda
Bahastra, Oktober 2016, Volume XXXVI, Nomor 1
seru
di
belakang kata
tersebut
17
menggambarkan intonasi yang tinggi. Salah
Makna pada stiker (13) tersebut
satu penafsiran yang paling dekat dengan
bernilai disfemia. Kimcil memiliki makna
remaja adalah cerminan sikap mereka yang
yang
masih berada diluar kendali dan tidak
keseluruhan, makna frasa tersebut adalah
memikirkan baik-buruk dampaknya ketika
seorang yang sangat menyukai kimcil.
mereka melakukan suatu hal. Ada baiknya
Dengan kata lain, orang tersebut dekat
jika ungkapan pada stiker ini diperluas agar
dengan pergaulan yang bebas. Adapun
jelas maknanya dan bernilai motivasi atau
alternatif stiker nyang ditawarkan sebagai
ajaran yang bermanfaat bagi perkembangan
berikut.
sama
dengan
„pelacur‟.
Secara
remaja. Adapun alternatif yang disarankan
(13a) Gila belajar
sebagai berikut.
(13b) Gila prestasi
(12a) Ragagas pacaran, fokus kuliah
Alternatif stiker (13a) dan (13b)
(12b) Ragagas alkohol, fokus Al-Quran
Alternatif stiker (12a) dan (12b)
sudah bergeser makna disfemianya. Pada
alternatif stiker tersebut, pembaca dimotivasi
menunjukkan pergeseran makna yang lebih
untuk
positif.
berprestasi,
Makna
pada
ungkapan
(12a)
memiliki
dan
semangat
belajar,
mengembangkan
diri.
sekaligus menunjukkan ajakan bagi kaum
Bertolak belakang dengan makna stiker (13)
remaja
pada
yang membawa pola pikir pembaca untuk
(12b)
menuju ke aras yang negatif.
untuk
perkuliahan.
memfokuskan
Adapun
pada
diri
data
mengajak remaja untuk menjauhi alkohol.
Nilai positif yang ditawarkan adalah agar
Galau
Makna
pada
stiker
(14)
perasaan
gundah
yang
remaja dekat dengan Al-Quran.
menggambarkan
Gila kimcil
dialami remaja karena sebuah permasalahan.
Stiker ini tidak bermanfaat bagi pembaca.
Pengkreasian Stiker Vulgar SebagaiTindakan Bermoral
18
Hal ini disebabkan tidak adanya nilai
(15a) Let‟s gage ngaji wae
pendidikan atau motivasi yang didapat dari
(15b) Let‟s gage sekolah wae
stiker tersebut. Adapun alternatif stiker yang
Makna pada alternatif (15a) dan
lebih bermakna positif sebagai berikut.
(15b) sudah mengalami bergeseran makna
(14a) Galau, gak lah yau
dengan ajakan kepada pembaca untuk
(14b) Anti galau
melakukan
Pada alternatif stiker (14a) dan (14b)
alternatif (15a), makna yang terkandung
aktivitas
ajakan
yang
kepada
jelas.
terlihat pergeseran makna dan adanya nilai
adalah
semangat untuk remaja. Melalui stiker ini,
beribadah mengaji dan mempelajari nilai-
remaja diajak untuk jauh dari rasa galau
nilai ketuhanan. Dari hal tersebut terlihat
yang menghambat kreativitas bagi mereka.
nilai
keagamaan
pembaca
Pada
ditonjolkan
untuk
untuk
memotivasi pembaca agar dekat dengan
Let’s gage ngopo wae
Tuhan. Adapun alternatif (15b) mengajak
Makna yang terkandung dari stiker di
atas
adalah
mengajak
melakukan
aktivitas
dijelaskan
penekanan
dilakukan.
Maka,
memungkinkan
adalah
pembaca
untuk
semangat dan fokus untuk dunia pendidikan
pun.
Tidak
mereka. Dengan begini, alternatif stiker yang
aktivitas
yang
ditawarkan akan lebih jelas maknanya dan
penafsiran
yang
bernilai mendidik bagi pembaca.
apa
ditafsirkan
melakukan
pembaca, khususnya remaja, untuk memiliki
bagi
remaja
aktivitas
yang
mengutamakan kesenangan semata. Hal ini
terlihat dari tidak adanya kontrol yang
Pelan-pelan saja jaga jarak Anda (dengan
gambar hewan anjing)
Pada
stiker
(16)
makna
yang
diajarkan kepada remaja. Adapun alternatif
diungkapkan pada dasarnya sudah baik.
stiker yang ditawarkan sebagai berikut.
Adapun maksudnya adalah imbauan agar
Bahastra, Oktober 2016, Volume XXXVI, Nomor 1
19
pengendara motor lebih berhati-hati dalam
Kamu‟.
berkendara. Namun, stiker tersebut bernilai
dikatakan
disfemia karena gambar yang ditampilkan
mengandung nilai disfemia. Asu dalam
adalah gambar anjing.
bahasa Jawa berarti „anjing‟ dalam bahasa
(16a) Pelan-pelan saja jaga jarak
Anda (tanpa gambar hewan
anjing)
Walaupun
kreatif
bentuk
tetapi
ini
akronim
dapat
ASU
Indonesia. Adapun alternatif stiker yang
ditawarkan sebagai berikut.
(17a) AYU (Aku saYang kamU)
(16b) Anda pelan-pelan dan jaga
Alternatif
stiker
(17a)
masih
jarak (tanpa gambar hewan
mempertahankan
kreasi
dalam
bentuk
anjing)
akronim. Hanya saja bentuk akronimnya
Tulisan (16a) memberikan arahan
diganti dengan kosakata yang lebih sopan
untuk mengemudikan secara hati-hati dan
dibanding dengan akronim „ASU‟. Akronim
menjaga
damper
„AYU‟ diambil dari huruf „A‟ pada kata
kendaraan. Ungkapan tersebut dirasakan
pertama „Aku‟, huruf „Y‟ diambil dari huruf
lebih santun dan memiliki makna yang
ketiga kata „sayang‟, sedangkan huruf „U‟
sopan tanpa adanya gambar. Adapun (16b)
diambil dari huruf terakhir kata „kamu‟.
dikreasikan dengan membalikkan tiap kata,
Adapun dalam bahasa Jawa, kata „ayu‟
tetapi tidak menghilangkan maknanya.
berarti „cantik‟. Jelas memiliki makna yang
jarak
dengan
bagian
lebih positif dibanding kata „asu‟.
ASU (Aku Sayang Kamu)
Stiker pada data (17) memanfaatkan
bentuk akronim agar telihat lebih kreatif.
Tindakan
Bermoral:
Wujud
Penyosialisaian Stiker Bijak
Akronim ASU merupakan bentuk singkat
Pihak-pihak yang bertanggung jawab
yang terbentuk dari kalimat „Aku Sayang
dalam tindakan bemoral yang berwujud
Pengkreasian Stiker Vulgar SebagaiTindakan Bermoral
20
sosialisasi stiker bijak antara lain: kepala
helm
sekolah,
bidang
diciptakan gerakan sosialisasi stiker bijak ini
kesiswaan, guru, guru bimbingan konseling,
secara kompak, maka tidnakan negatif anak
masyarakat –si penulis stiker dan orang tua.
didik dapat dikembangtumbuhkan secara
wakil
kepala
sekolah
Kepala sekolah sebagai pimpinan
lembaga
pendidikan
mengagendakan
maupun
sepeda
motor.
Apabila
baik.
PENUTUP
peminimalisasian beredarnya stiker vulgar
Stiker digunakan anak didik SMA
dan menggairahkan peredaran stiker vijak di
dan dipasang/ditempel di helm dan sepeda
sekolah. Kepala sekolah dibantu wakil
motor. Stiker yang digunakan berupa stiker
kepala sekolah bidang kesiswaan dalam
tidak vulgar dan stiker vulgar. Stiker vulgar
rangka pelaksanaan sosialisasi stiker bijak.
digunakan anak didi SMA Muhammadiyah
Guru memiliki tugas mendorong anak didik
se-Surakarta
menghidnari pemakaian stiker vulgar dan
moral anak didik.
mengadakan pilihan ke stiker bijak. Guru
Stiker vulgar tersebut dapat dikreasikan
bimbingan
konseling
menjadi stiker bijak. Stiker bijak inilah yang
peredaran
stiker
selalu
di
memantau
sekolah,
berpotensi
mempengaruhi
dan
disosialisasikan sehingga menjadi tandingan
mengarahkan pemilihan pemakaian stiker
stiker vulgar. Kepala sekolah, wakil kepala
bijak.
sekolah, guru, guru bimbingan konseling,
Penulis stiker merasa bahwa dirinya
dan masyarakat menjadi pihak yang terlibat
turut bertanggung jawab sebagai penjaga
dalam penyosialisasian stiker bijak (hasil
moral anak didi di sekolah, maka tindakan
pengkreasian stiker vulgar) ini.
menghasilkan
stiker
vulgar
dihentikan.
Masyarakat –orang tua meneliti kembali
perilaku anak dalam menempel stiker baik di
Bahastra, Oktober 2016, Volume XXXVI, Nomor 1
21
Karseno. 2013. “Analisis Pemakaian
Disfemia pada Komentator Sepakbola
Liga Indonesia di ANTV”. Skripsi.
Surakarta: Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan UMS.
Moleong,
Lexy.
2011.
Penelitian
Kualitatif.
Rosdakarya.
DAFTAR PUSTAKA
Agnibaya, Rangga. 2012. “Kekerasan
Simbolik
Media
Massa
pada
Pemberitaan
Bonek:
Critical
Discourse Analysis Berita Media”.
Tesis. Program Linguistik: Fakultas
Ilmu Budaya UGM.
Agustina, Endah. 2013. “Humor Kekerasan
Film Anak-anak Televisi Indonesia
dan
Pengaruhnya
terhadap
Pembentukan Pola Pikir Anak-anak”.
Jurnal UNIVERA. Vol.2 No.2
Halaman. 7-25.
Aminuddin. 2008. Semantik: Pengantar
Studi tentang Makna. Bandung: Sinar
Baru Algensindo.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Djajasudarma, T. Fatimah. 1999. Semantik
2: Pemahaman Ilmu Makna. Bandung:
PT Refika Aditama.
Istiana, Rahayu Nur. 2006. “Analisis
Pemakaian Disfemia pada Rubrik
Gagasan Surat Kabar Solopos”.
Skripsi. Solo: UNS.
Metodologi
Bandung:
Putra, Syarif Ady. 2015. “Analisis Isi
Kekerasan Verbal pada Tayangan
Pesbukers di ANTV”. E-Jurnal Ilmu
Komunikasi. Volume 3, Nomor 1,
Halaman 281-294.
Rifai, Ahmad. 2012. “Analisis Disfemia
dalam Tajuk Rencana Koran Kompas
Edisi Januari 2011 serta Implikasinya
dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia di SMA”. Skripsi. Surakarta:
Fakultas
Keguruan
dan
Ilmu
Pendidikan UMS.
Suraya. 2013. “Representasi Kekerasan
Simbolik dalam Iklan Anak-anak”.
Jurnal Komunikator. Vol.5, No.1,
Halaman 40-52.
Utami, Anari Wahyu. 2015. “Studi
Mengenai Tindak Kekerasam Verbal
dan Nonverbal oleh Guru terhadap
Siswa SMA Negeri di Surakarta Tahun
Ajaran 2014/2015”. Skripsi. Surakarta:
UNS.
Wahyudi, Agus Budi dan Yakub Nasucha.
2015. “Pemetaan, Peminimalisasian,
Pengkreasian, dan Penggalian Dampak
Stiker Vulgar di Lingkungan Pelajar
SMA Surakarta”. Laporan Penelitian
Unggulan Perguruan Tinggi Tahun I.
Dibiayai Koordinasi Perguruan Tinggi
Swasta Wilayah VI Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan sesuai
dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan
Hibah
Penelitian
Pengkreasian Stiker Vulgar SebagaiTindakan Bermoral
22
No.007/K.6/KM/SP2H/Penelitian_BA
TCH-1/2015, 30 Maret 2015.
Bahastra, Oktober 2016, Volume XXXVI, Nomor 1
Download