sistem pengisian baterai

advertisement
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
BAB
8
SISTEM PENGISIAN BATERAI
(CHARGING SYSTEM)
8.1. Pendahuluan
Sistem pengisian berfungsi untuk 1) mengisi kembali baterai, dan 2) mensuplai
arus listrik ke seluruh sistem kelistrikan setelah mesin hidup. Komponen -komponen
pada sistem pengisian adalah seperti ditunjukkan pada gambar di ba wah ini, terdiri
dari baterai, kunci kontak, alternator, dan regulator. Alternator berfungsi untuk
mengubah energi gerak menjadi energi listrik. Tegangan yang dihasilkan oleh
alternator bervariasi tergantung dari kecepatan putaran dan besarnya beban. Karen a
tegangan alternator bervariasi akibat putaran, maka digunakan regulator yang
berfungsi untuk menjaga tegangan output alternator tetap konstan dengan mengatur
besar kecilnya arus listrik atau kuat lemahnya medan magnet pada kumparan rotor
(rotor coil). Regulator ada dua macam, pertama tipe konvensional atau tipe kontak
point, kedua tipe regulator IC.
Gambar 8.1. Sistem p engisian
Sistem pengisian terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu baterai,
alternator, regulator, kunci kontak, dan beberapa komp onen pendukung seperti tali
kipas, lampu indikator, dan kabel -kabel atau harness. Tegangan yang dihasilkan oleh
sistem pengisian harus selalu stabil meskipun putaran mesin berubah -ubah. Berikut ini
dijelaskan dasar-dasar sistem pengisian.
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
203
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Prinsip Dasar Alternator
Pembangkitan arus AC (alternating current) satu fasa. Gambar di bawah
memperlihatkan prinsip dasar alternator. Alternator adalah generator untuk
menghasilkan arus bolak -balik. Pada alternator, kumparan yang diam berada di luar
dan mengitari medan magnet yang berputar. Jika magnet berputar, maka arah (kutub)
magnet yang diterima oleh kumparan (penghantar) akan berubah -ubah. Hal ini
menyebabkan terjadi tegangan induksi pada penghantar yang arahnya juga berubah ubah. Makin tinggi putaran, maka tegang an induksi pada penghantar tersebut makin
tinggi.
Gambar 8.2. Dasar alternator
Gambar di bawah mengilustrasikan tegangan yang dihasilkan oleh kumparan
saat medan magnet berputar. Satu gelombang adalah perubahan gaya el ectromotif
dari a ke a' dan frekwensinya adalah banyaknya pengulangan tersebut dalam satu
detik. Saat magnet berputar satu kali dalam satu detik, freku ensinya adalah satu
siklus. Jika menggunakan 4 kutub magnet, maka perubahan yang sama terjadi setiap
1/2 putaran, jadi 2-siklus terjadi setiap satu kali putaran magnet. Apabila jumlah kutub
magnetnya bertambah atau putarannya naik, maka frekwensinya juga meningkat.
Gambar 8.3. Gelombang gaya elektromotif
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
204
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Apabila tiga buah kumparan yang mempunyai gulungan yang sama, A -A', B-B'
dan C-C' (lihat gambar di bawah) , dililitkan dengan arah 120°, dan ketika magnet
berputar di sekitar kumparan, maka akan dihasilkan tegangan AC 3 fasa seperti
tampak pada gambar 8.4. Setiap gerakan magnet sejauh 120 0, maka dihasilkan
tegangan, sehingga untuk sa tu putaran magnet menghasilkan tiga tegangan yang
berurutan yang dihasilkan oleh ketiga kumparan tersebut.
Gambar 8.4. Alternator dengan tiga kumparan dan grafik output tegangan
Berdasarkan prinsip dasar alternator yang telah dijelaskan di atas , maka dapat
diambil kesimpulan bahwa ada tiga hal pokok agar alternator dapat menghasilkan
tegangan, yaitu ada medan magnet, ada kumparan yang memotong medan magnet,
dan ada gerakan (putaran) yang menyebabkan terjadinya perpotongan antara medan
magnet dan kumparan. Apabila salah satu dari ketiga hal tersebut tidak ada, maka
alternator tidak dapat menghasilkan tegangan. Putaran mesin pada kendaraan tidak
konstan karena bekerja pada putaran rendah, sedang, atau tinggi tergantung dari
kebutuhan. Naik turunny a putaran akan mempengaruhi tegangan yang dihasilkan
alternator. Bila putaran naik, maka tegangan yang dihasilkan juga akan naik dan bila
putaran turun maka tegangan akan turun juga. Jumlah kumparan sta tor juga akan
mempengaruhi besar kecilnya tegangan yan g dihasilkan. Kuat lemahnya medan
magnet juga akan mempengaruhi besar kecilnya tegangan. Jumlah lilitan pada
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
205
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
alternator adalah tetap, putaran mesin selalu berubah -ubah. Besarnya tegangan
baterai pada kendaraan adalah konstan (12 V), sehingga tegangan outpu t alternator
tidak boleh terlalu tinggi melebihi 14,8 V.
Berdasarkan kondisi tersebut, untuk menghasilkan tegangan yang stabil, tidak
mungkin mempertahankan putaran pada kecepatan tertentu karena mesin selalu
berputar turun naik. Untuk menghasilkan tegang an yang stabil juga tidak mungkin
mengurangi atau menambah jumlah lilitan pada alternator. Untuk menstabilkan
tegangan yang dihasilkan alternator, yang dapat dilakukan hanya dengan mengatur
kuat lemahnya medan magnet. Jika putaran mesin naik, maka medan ma gnet harus
dilemahkan agar tegangan yang dih asilkan tidak terlalu tinggi, dan sebaliknya pada
saat putaran rendah medan magnet harus dikuatkan untuk mencegah tegangan
alternator turun. Jadi pengaturan output alternator agar tegangan yang dihasilkan
selalu stabil adalah dengan mengatur medan magnet pada alternator.
8.2. Sistem Pengisian Konvensional
Sistem pengisian tipe konvensional adalah sistem pengisian yang pengaturan
output alternator dilakukan dengan regulator model konvensional (tipe kontak poin)
yang bekerja berdasarkan medan magnet pada kumparan regulator untuk mengatur
arus listrik yang mengalir ke ku mparan rotor (rotor coil) sehingga kuat lemahnya
medan magnet pada kumparan tersebut dapat diatur sesuai kebutuhan. Bagian bagian dari sistem pengi sian konvensional ini secara rinci dijeladkan sebagai berikut.
8.2.1. Nama dan Fungsi komponen Sistem Pengisian Tipe konvensional
Sistem pengisian terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu baterai,
alternator, regulator, kunci kontak, dan kabel -kabel atau harness. Hubungan antar
komponen sistem pengisian ditunjukkan pada gambar di bawah. Berikut ini dijelaskan
masing-masing komponen sistem pengisian.
Gambar 8.5. Komponen sistem pengisian konvensional
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
206
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
8.2.1.1. Baterai
Baterai dalam sistem pengis ian berfungsi untuk memberikan energi listrik pada
sistem pengisian terutama untuk menghasilkan medan magnet pada rotor coil di
dalam alternator pada saat mesin belum hidup. Setelah mesin hidup, baterai berfungsi
untuk menyimpan energi listrik. Jika beban listrik yang bekerja pada kendaraan
melebihi kemampuan alternator dalam menghasilkan energi listrik, maka baterai akan
memberikan energi listrik tambahan untuk memenuhi kekurangan energi listrik dari
alternator. Pembahasan khusus mengenai baterai dapat dil ihat pada bab 5.
8.2.1.2. Kunci Kontak
Kunci kontak pada sistem pengisian berfungsi untuk menghidupkan dan
mematikan sistem pengisian atau menghubungkan dan memutuskan arus listrik yang
masuk ke rotor coil pada alternator.
8.2.1.3. Alternator
Gambar 8.6. Alternator konvensional dan terminal-terminalnya
Alternator berfungsi untuk mengubah energi mekanik (putar) menjadi energi
listrik. Pada bagian belakang alternator terdapat beberapa terminal. Terminal-terminal
tersebut adalah terminal E, F, N (atau ada juga yang menuliskan terminal N dengan
menggunakan notasi P) dan B alternator. Ada juga alternator dengan terminal E, F, N,
A, dan B. Terminal A pada alternator ini dapat dihubungkan dengan terminal B pada
regulator. Regulator yang digunakan dal am sistem pengisian konvensional ini adalah
regulator model kumparan dan kontak poin untuk mengatur arus yang masuk ke rotor
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
207
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
coil sehingga tegangan alternator stabil . Alternator terdiri dari banyak komponen.
Komponen-komponen pendukung alternator dapat dil ihat pada gambar di bawah.
Gambar 8.7. Komponen-komponen alternator
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Fungsi masing-masing komponen alternator adalah sebagai berikut.
Puli, berfungsi untuk meneruskan tenaga putar dari poros engkol (melalui tali
kipas) ke poros alternator (rotor).
Kipas, berfungsi untuk mendinginkan komponen -komponen yang ada di dalam
alternator.
Spacer, berfungsi untuk memberi jarak antara kipas dan bantalan sehingga kipas
tidak menggesek rangka depan.
Rangka depan dan belakang, berfungsi untuk dudukan bantalan depa n dan
belakang serta sebagai penutup bagian depan dan belakang alternator.
Bantalan atau bearing, berfungsi untuk mengurangi gesekan antara poros rotor
dengan rumah depan dan rumah belakang alternator.
Kumparan rotor (rotor coil), berfungsi untuk menghasi lkan medan magnet pada
alternator.
Kumparan stator (stator coil), berfungsi untuk membangkitkan tegangan bolak balik (AC).
Sikat, berfungsi untuk menghantarkan arus dari terminal alternator (F) ke
kumparan rotor memalui slip ring positif, dan menghantarkan arus dari rotor koil
melalui slip ring negatif ke terminal E alternator.
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
208
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
9. Dudukan sikat, berfungsi sebagai tempat terpasangnya sikat dan pegas.
10. Dioda penyearah (rectifier), berfungsi untuk menyearahkan atau mengubah arus
bolak-balik (AC) yang dihasilkan k umparan stator menjadi arus searah (DC).
Komponen alternator terbagi menjadi dua bagian, yaitu komponen aktif dan
komponen pasif. Komponen aktif adalah bagian dari alternator yang secara langsung
berhubungan dengan proses terjadinya arus listrik pada alt ernator, yaitu kumparan
rotor, kumparan stator, sikat, dan dioda penyearah. Komponen pasif dalam alternator
adalah komponen yang mendukung komponen aktif alternator yang ti dak secara
langsung dialiri arus listrik. Yang termasuk komponen pasif adalah puli, kipas,
bantalan, rangka depan dan belakang, dan komponen -komponen kecil lainnya. Dalam
buku ini komponen yang akan dibahas secara rinci adalah komponen aktif pada
alternator yaitu kumparan rotor, kumparan stator, sikat, dan dioda penyearah.
1. Rotor dan Kumparan Rotor (Rotor Coil)
Rotor terdiri dari poros rotor, kumparan yang dililitkan pada inti besi (kumparan
rotor), batang-batang kutub (pole piece), dan cincin gesek (slip ring). Kumparan rotor
(rotor coil) berfungsi untuk menghasilkan medan magne t. Poros rotor berfungsi
sebagai dukukan komponen -komponen rotor. Batang kutub berfungsi untuk
memperkuat medan magnet yang dihasilkan kumparan rotor dan membentuk kutub kutub utara dan selatan pada rotor. Slip ring berfungsi untuk meneruskan arus dari
sikat (+) ke kumparan rotor dan dari rotor ke sikat ( -).
Gambar 8.8. Rotor pada alternator
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
209
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Gambar 8.9. Garis-garis gaya magnet pada kumparan rotor
Batang kutub dan slip ring disatukan dengan poros rotor dengan cara dipres
menjadi satu sehingga membentuk kuku-kuku magnet yang saling berpasangan. Di
dalam kuku-kuku magnet tersebut terdapat kumparan rotor. Sikat terpasang pada slip
ring untuk menghantarkan arus ke kumparan rotor. Pada saat arus mengalir ke
kumparan rotor, maka medan magnet akan te rbentuk dan pada kuku-kuku magnet
akan terbentuk kutub utara dan selatan. Hal ini menyebabkan terjadinya garis gaya
magnet yang arahnya saling berlawanan di antara kuku -kuku magnet yang
berdekatan.
Gambar 8.10. Rotor tipe kutub dan tipe Randle
Rotor terdiri dari dua macam yaitu jenis randle dan jenis kutub. Untuk jenis
kutub diameter luarnya lebih kecil namun cara menggulungnya lebih sulit. Jenis rotor
ini umumnya dipakai untuk alternator dengan kapasitas besar. Untuk alternator pada
kendaraan, jenis Randle strukturnya sederhana dan kekuatannya cukup bai k sehingga
banyak digunakan. Jenis Randle terdiri dari 4 sampai 6 inti besi (batang kutub) yang
disisipkan pada poros dari kedua ujung kumparan rotor yang berbentuk tabung. Ujung
lilitan pada kumparan rotor dihubungkan ke dua slip ring yang dipasang pada poros.
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
210
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
2. Kumparan Stator (Stator Coil)
Gambar 8.11. Kumparan stator (stator coil)
Kumparan stator (stator coil) berfungsi untuk menghasilkan arus bolak-balik
(AC). Kumparan stator terpasa ng secara tetap pada inti stator dan terikat pada rumah
alternator sehingga tidak ikut berputar (statis). Kumparan stator terdiri dari tiga
gulungan kawat berisolasi yang dililitkan pada slot di sekeliling rangka besi (inti stator).
Setiap gulungan mempuny ai jumlah lilitan yang sama. Ketiga gulungan kawat dililitkan
secara saling bertumpuk berurutan untuk mendapatkan sudut fasa yang diperlukan
sehingga tegangan yang dihasilkan oleh tiap gulungan stator mempunyai sudut fasa
yang berbeda sehingga output alter nator tersebut menjadi tiga fasa.
Gambar 8.12. Kumparan stator model bintang dan delta pada alternator
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
211
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Hubungan antara gulungan pada kumparan stator ada dua macam, yaitu
hubungan bintang dan hubungan delta. Sambungan model bintang pada alternator
dapat diidentifikasi dengan mudah karena jenis ini mempunyai empat ujung kumparan,
yaitu tiga ujung kumparan yang berhubungan dengan dioda dan satu ujung kumparan
yang merupakan gabungan tiga ujung kumparan stator yang disebut dengan
sambungan netral (N). Kumparan model bintang digunakan pada alternator yang
membutuhkan output tegangan yang tinggi pada kecepatan lambat. Pada saat
terjadinya tegangan (misal pada satu fasa), dua kumparan terhubung secara seri
dalam suatu rangkaian tertutup (hal ini secara kh usus dijelaskan pada bagian
penyearahan oleh dioda). Sambungan delta kumparan stator dapat diidentifikasi
dengan mudah karena pada kumparan jenis ini hanya mempunyai tiga ujung
kumparan stator yaitu ujung kumparan yang ketiganya dihubungkan dengan dioda
penyearah. Sambungan delta ini biasanya digunakan untuk alternator yang mampu
menghasilkan arus yang besar pada saat putaran rendah. Ketiga kumparan ini
dihubungkan secara paralel.
3. Dioda
Gambar 8.13. Dioda terpasang pada ujung kumparan stator
Dioda berfungsi untuk mengubah arus bolak -balik (AC) yang dihasilkan oleh
kumparan stator menjadi arus searah ( DC). Karakteristik dioda yang hanya bisa dialiri
oleh arus dalam satu arah saja (lihat kembali bab 3 tentang bahan semikonduktor dan
dioda) dapat dimanfaatkan sebagai pen yearah arus. Pada alternator tipe
konvensional, terdapat enam buah dioda, tiga buah dioda masuk dalam kelompok
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
212
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
dioda positif dan tiga dioda lainnya adalah dioda negatif. Keenam dioda tersebut
disusun dengan sistem jembatan seper ti yang ditunjukkan pada gambar di bawah.
Gambar 8.14. Rangkaian enam dioda dalam alternator
Berdasarkan gambar di atas, tampak bahwa dua buah dioda dihubungkan
secara seri sehingga terdapat tiga pasang dioda yang dihubungkan secara seri. Kaki
anoda pada sisi dioda negatif digabungkan satu sama lain dan dihubungkan dengan
massa, sedangkan kaki katoda pada sisi dioda positif saling dihubungkan juga dan
dihubungkan dengan terminal B. Ujung -ujung kumparan stator disambungkan dengan
bagian tengah di antara pasangan dioda yang dihubungkan seri. Berikut ini dijelaskan
proses penyearahan arus AC yang dihasilkan oleh kumparan stator.
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
213
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Gambar 8.15. Penyearahan oleh dioda pada kumparan stator model bintang
Gambar 8.16. Penyearahan oleh dioda pada kum paran stator model delta
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
214
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Pada gambar 8.15 (a) di atas, misalnya kumparan yang menghasilkan
tegangan adalah kumparan A dan B (dalam kondisi ini kumparan A dan B
berhubungan secara seri). Jika pada ujung kumparan C menghasilkan tegangan
dengan polaritas positif dan pada ujung kumparan A polaritasnya negatif, maka arus
akan mengalir dari ujung kumparan C menuju dioda dan mengalir ke terminal positif
baterai, ke terminal negatif baterai, ke dioda, kemudian ke ujung kumparan A. Apabila
sekarang tegangan dihasi lkan pada kumparan B dan C (gambar 8.15 (b)), dan ujung
kumparan B menghasilkan tegangan dengan polaritas positif dan ujung terminal C
polaritasnya negatif, maka arus akan mengalir dari ujung kumparan B ke dioda, ke
positif baterai, ke negatif baterai, ke dioda, kemudian ke ujung kumparan C. Meskipun
dalam keadaan ini ujung kumparan C negatif, namun arus tetap mengalir ke terminal
positif baterai. Dengan demikian tegangan bolak balik yang dihasilkan kumparan
stator akan dialirkan dengan arah yang tetap sama (searah) ke dalam baterai. Jadi,
jelaslah bahwa fungsi dioda pada sistem ini sebagai penyearah atau pengubah arus
bolak-balik menjadi arus searah. Proses yang sama terjadi pada stator model delta.
8.2.1.4. Regulator Tipe Konvensional
Regulator berfungsi untuk mengatur besar kecilnya arus yang masuk ke
kumparan rotor (rotor coil) atau untuk mengatur kuat lemahnya medan magnet pada
kumparan rotor sehingga output alternator tetap stabil (13,8 V sampai 14,8 V)
meskipun putaran mesin naik atau turun. Putaran mesin yang tinggi akan cenderung
menghasilkan tegangan yang tinggi, namun dengan adanya regulator pada saat
putaran tinggi arus yang masuk ke kumparan rotor diperkecil atau dilangsungkan ke
massa sehingga medan magnet pada kumparan rotor kecil. Saat mesin berputar
lambat, tegangan alternator akan turun, namun pada kondisi ini regulator mengatur
agar arus yang masuk ke kumparan rotor besar sehingga medan magnet pada
kumparan rotor kuat.
Berdasarkan hal tersebut, maka tegangan output alternator akan selalu s tabil
baik pada putaran rendah, sedang, maupun tinggi. Regulator tipe konvensional atau
tipe kontak point terdiri dari : 1) kumparan voltage regulator yang berfungsi untuk
mengatur arus yang masuk ke rotor coil agar kemagnetannya bisa diatur sesuai
kebutuhan sehingga tegangan output alternator tetap konstan, tahanan kumparan
tersebut sekitar 100 Ohm dan 2) kumparan voltage relay yang berfungsi untuk
mematikan lampu CHG dan menghubungkan arus dari terminal B ke voltage regulator.
Besar tahanan kumparan voltage relay adalah sekitar 25 Ohm. Terminal yang terdapat
pada regulator tipe ini ada enam terminal, yaitu terminal IG, N, F, E, L, dan B.
Gambar 8.17. Regulator
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
215
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Setiap unit kumparan pada regulator dilengkapi dengan titik kontak yang
berfungsi untuk menyalurkan arus yang menuju ke kumparan rotor. Pada kumparan
pengatur tegangan (voltage regulator) terdapat tiga titik kontak y ang disebut dengan
Pl0 (kontak gerak), Pl1 (kontak kecepatan rendah) , dan Pl 2 (kontak kecepatan tinggi) .
Pada kondisi normal (tidak bekerja) Pl 0 selalu menempel dengan Pl 1. Pada kumparan
voltage relay juga terdapat tiga buah titik kontak yang disebut dengan P 0, P1, dan P 2.
Pada kondisi normal (tidak bekerja) titik kontak P 0 selalu menempel dengan P 1. Pada
bagian bawah regulator terda pat resistor yang menghubungkan terminal IG dan
terminal F pada regulator. Besar tahanan resistor ini sekitar 11 Ohm. Resistor ini juga
menjadi salah satu petunjuk untuk menentukan kumparan voltage regulator karena
resistor merupakan bagian dari kumparan voltage regulator.
Gambar 8.18. Regulator tipe konvensional
Tiap terminal regulator berhubungan dengan titik kontak -titik kontak dalam
regulator. Terminal IG berhubungan langsung dengan titik kontak Pl 1. Terminal N
berhubungan dengan salah satu ujung kumparan voltage relay (ujung lainnya ke
massa). Terminal F berhubungan dengan Pl 0. Terminal E berhubungan dengan massa
dan Pl2. Terminal L berhubungan dengan P 0 dan satu ujung kumparan voltage
regulator (ujung lainnya ke massa). Terminal B berhubun gan dengan P2. Kontak P1
berhubungan dengan massa. Bagian atas kumparan voltage regulator dan kumparan
voltage relay terdapat pegas yang digunakan sebagai penahan gerakan kontak gerak
(Pl0 atau P0) agar tidak terlalu mudah berpindah tempat dari satu posisi ke posisi lain.
Kekakuan pegas ini dapat diatur oleh lidah penyetel. Jika lidah penyetel dibengkokan
ke atas (dengan tang lancip) maka pegas semakin kaku dan sebaliknya jika lidah
penyetel dibengkokkan ke bawah maka pegas akan menjadi lemah. Jika lidah pada
kumparan voltage regulator dibengkokkan ke atas, maka tegangan output pada
alternator akan naik dan bila lidah penyetel dibengkokkan ke bawah maka tegangan
output alternator menjadi rendah.
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
216
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Gambar 8.19. Prinsip alternator dan pengaturan arus kumpara n rotor oleh regulator
Gambar di atas memperlihatkan peranan regulator untuk mengatur besar
kecilnya arus yang masuk ke kumparan rotor. Prinsip dasar gambar di atas adalah
sebagai berikut. Arus yang mengalir ke kumparan rotor terlebih dahulu melewati
regulator. Arus tersebut digunakan untuk menghasilkan medan magnet pada
kumparan rotor. Jika rotor berputar, maka pada kumparan stator akan terjadi tegangan
bolak-balik yang kemudian disearahkan untuk mengisi baterai dan memberikan energi
listrik ke beban (load) kelistrikan lainnya. Jika rotor berputar makin cepat, maka
tegangan yang dihasilkan akan ikut naik. Hal ini tidak boleh terjadi karena akan
menyebabkan pengisian berlebihan ( overcharge). Pada kondisi tegangan yang makin
naik ini, maka regulator akan me ngurangi besarnya arus yang masuk ke kumparan
rotor sehingga medan magnet pada kumparan rotor melemah. Namun karena
putarannya tinggi, tegangan yang dihasilkan kumparan stator tetap stabil karena
naiknya putaran diimbangi dengan penurunan arus (yang juga m enyebabkan
penurunan kuat medan magnet) pada kumparan rotor.
Gambar 8.20. Hubungan antar komponen sistem pengisian
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
217
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Gambar 8.21. Hubungan alternator dengan terminal -terminal regulator
Terminal-terminal yang terdapat pada alternator adalah termi nal E, F, N, dan B
sedangkan terminal-terminal pada regulator adalah terminal IG, N, F, E, L, dan B.
terminal E alternator dihubungkan dengan terminal E regulator. Terminal F alternator
dihubungkan dengan terminal F regulator. Terminal B alternator dihubun gkan dengan
terminal B regulator. Terminal N alternator dihubungkan dengan terminal N regulator.
Terminal IG regulator dihubungkan dengan terminal IG pada kunci kontak. Terminal L
regulator dihubungkan dengan sebuah lampu indikator pengisian, dan satu kaki
lainnya dari lampu tersebut dihubungkan dengan kunci kontak terminal IG.
8.2.2. Cara Kerja Sistem Pengisian Konvensional
Kerja sistem pengisian untuk menghasilkan tegangan tidak lepas dari tiga hal
penting yang harus ada dalam proses penghasilan tegan gan. Pertama, adanya medan
magnet (pada rotor), kedua, adanya kumparan (stator coil), dan ketiga, adanya gerak
pemotongan medan magnet. Sebelum membahas cara kerja secara keseluruhan,
akan dibahas terlebih dahulu prisip dasar kerja regulator. Dasar kerja regulator ini
merupakan pengetahuan awal untuk memahami cara kerja sistem pengisian.
8.2.2.1. Prinsip Dasar Regulator
Beberapa hal yang perlu diingat dalam mempelajari prinsip kerja regulator
pada sistem pengisian adalah 1) makin tinggi kecepatan putar rotor, tegangan yang
dihasilkan akan semakin tinggi juga, 2) makin kuat medan magnet pada kumparan
rotor, makin tinggi tegangan yang dihasilkan, 3) makin banyak jumlah kumparan
stator, makin tinggi tegangan yang dapat dihasilkan. Untuk poin (3), dalam sist em
pengisian tidak mungkin dilakukan karena jumlah lilitan pada kumparan stator
jumlahnya tetap. Jadi yang selalu berubah -ubah adalah putaran dan kuat -lemahnya
medan magnet. Pada regulator terdapat kumparan regulator yang berfungsi untuk
menghasilkan medan magnet yang digunakan untuk menarik kontak gerak ( moving
contact) agar dapat lepas dari P 1 (mengambang) atau menempel dengan P2 saat
tegangan yang bekerja pada kumparan regulator naik akibat putaran rotor yang makin
tinggi. Berikut dijelaskan prinsip dasa r pengaturan tegangan oleh regulator.
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
218
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Gambar 8.22. Prinsip dasar regulator saat putaran lambat
Saat putaran lambat, tegangan yang dihasilkan kumparan stator cenderung
rendah. Tegangan yang rendah ini juga menyebabkan tegangan yang masuk ke
kumparan regulator rendah sehingga medan magnet yang dihasilkan rendah. Karena
gaya tarik magnet pada kumparan regulator lemah, maka pegas kontak gerak akan
menarik kontak gerak sehingga menempel dengan P 1. Hal ini menyebabkan arus
listrik yang mengalir menuju kump aran rotor besar karena tidak melalui hambatan
sehingga medan magnet yang dihasilkan oleh kumparan rotor kuat. Putaran yang
lambat diimbangi dengan kuatnya medan magnet pada kumparan rotor menyebabkan
output dari kumparan stator cukup untuk mengisi baterai .
Gambar 8.23. Prinsip dasar regulator saat putaran sedang
Jika rotor berputar makin cepat sampai dengan putaran sedang, maka
tegangan yang dihasilkan kumparan stator juga akan naik yang juga akan
mempengaruhi tegangan yang bekerja pada kumparan regu lator. Kenaikan tegangan
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
219
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
pada kumparan ini menyebabkan medan magnet yang dihasilkan oleh kumparan
regulator menguat dan mampu menarik kontak gerak sehingga lepas dari P1 dan
posisinya menjadi mengambang. Hal ini akan menyebabkan arus yang mengalir ke
kumparan rotor melewati resistor sehingga arus yang masuk ke kumparan rotor
mengecil. Medan magnet yang dihasilkan oleh kumparan rotor menjadi turun atau
melemah. Namun, karena putaran naik maka tegangan yang dihasilkan tetap cukup
stabil untuk mengisi baterai meskipun medan magnet pada kumparan rotor melemah.
Jadi naiknya putaran diimbangi dengan menurunnya medan magnet sehingga output
kumparan stator menjadi stabil.
(a)
(b)
Gambar 8.24. Prinsip dasar regulator saat putaran tinggi (kontak terhubung (a) dan
terlepas lepas (b) dengan P 2 secara periodik)
Apabila rotor berputar pada kecepatan tinggi, maka tegangan yang dihasilkan
kumparan stator juga akan tinggi sehingga tegangan yang bekerja pada kumparan
regulator juga makin tin ggi. Hal ini menyebabkan terjadinya medan magnet yang
makin kuat pada kumparan regulator sehingga mampu menarik kontak gerak dan
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
220
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
menempel dengan P 2. Kejadian ini menyebabkan arus mengalir melalui resistor dan
langsung mengalir ke massa sehingga tidak ada a rus yang masuk ke kumparan rotor.
Akibatnya, medan magnet pada kumparan rotor hilang karena kumparan tersebut
tidak mendapatkan arus. Ini akan menyebabkan turunnya tegangan yang dihasilkan
kumparan stator karena tidak ada kemagnetan.
Jika tegangan turun, maka tegangan pada kumparan regulator juga akan turun
sehingga medan magnetnya melemah. Pada saat ini pegas akan menarik kontak
gerak lepas dari P 2 sehingga arus akan kembali mengalir dari resistor ke kumparan
rotor sehingga medan magnet akan terbentuk lag i pada kumparan rotor. Karena
putaran masih tinggi, maka tegangan yang dihasilkan kumparan stator akan kembali
naik. Jika tegangannya tinggi lagi maka proses pada gambar (a) dan (b) akan
berulang lagi sehingga kontak gerak akan kembali menempel dengan P 2. Hal ini
terjadi terus menerus sehingga tegangan output kumparan stator tetap stabil.
8.2.2.2. Cara Kerja Sistem Pengisian Konvensional
Rangkaian sistem pengisian konvensional digambarkan pada skema di bawah
ini. Pada skema di bawah, terdapat dua bagian utama (dalam kotak garis putus -putus)
yaitu bagian alternator dan bagian regulator. Di dalam alternator terdapat beberapa
bagian, yaitu kumpatan stator ( stator coil), kumparan rotor ( rotor coil), enam buah
dioda yang dirangkai dengan sistem jembatan, dan terminal alternator (E, F, N, dan
B). Pada bagian regulator, terdapat beberapa bagian yaitu voltage regulator, voltage
relay, kontak poin, resistor, dan terminal -terminal regulator (Ig, N, F, E, L, dan B).
Semua komponen dalam alternator dan regulator dihu bungkan satu sama lain
sehingga membentuk rangkaian sistem pengisian. Berikut digambarkan hubungan
antar terminal regulator, alternator, dan komponen lainnya dalam sistem pengisian.
Gambar 8.25. Rangkaian sistem pengisian konvensional
Prinsip kerja dari sistem pengisian dengan regulator tipe konvensional terbagi
menjadi empat bagian, yaitu pada saat kunci kontak ON mesin belum hidup, mesin
hidup putaran lambat, putaran sedang, dan putaran tinggi. Berikut dijelaskan cara
kerja sistem pengisian tipe konv ensional.
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
221
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Gambar 8.26. Saat kunci kontak ON mesin mati
Saat kunci kontak ON, mesin belum hidup :
1. Arusmengalir dari baterai ke Fusible link (FL), ke kunci kontak (KK) ke fuse ke
Charge Warning Lamp (CWL) ke L ke P0 ke P1 ke massa. Akibatnya lamp u
pengisian menyala.
2. Pada saat yang sama, arus dari baterai juga mengalir ke FL ke KK ke fuse ke Ig
ke Pl1 ke Pl0 ke terminal F regulator ke F alternator ke rotor coil (RC) ke massa.
Akibatnya pada RC timbul medan magnet.
Kecepatan rendah
Gambar 8.27. Saat mesin berputar lambat
3. Setelah mesin hidup, stator coil (SC) menghasilkan arus listrik.
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
222
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
4. Tegangan dari terminal N alternator mengalir ke N regulator , ke kumparan voltage
relay, ke massa. Akibatnya pada kumparan voltage relay timbul meda n magnet,
sehingga terminal P 0 tertarik dan menempel dengan P 2. Akibatnya lampu
pengisian menjadi padam karena tidak mendapat massa.
5. Output dari SC disalurkan ke diode dan disearahkan menjadi arus searah (DC)
kemudian mengalir ke B alternator kemudian ke baterai. Terjadi pengisian baterai.
6. Arus dari terminal B juga mengalir ke B reg ke P2 ke P0 ke kumparan voltage
regulator ke massa. Akibatnya terjadi medan magnet pada kumparan voltage
regulator.
7. Karena putaran rendah, tegangan output alternator cenderung rendah. Bila
tegangan B kurang dari 13,8 medan magnet pada kumparan voltage regulator
lemah dan Pl 0 tetap menempel ke Pl 1 (karena adanya pegas pada Pl 0).
8. Akibatnya arus yang besar mengalir dari Ig , ke Pl1, ke Pl0, ke F regulator, ke F
alternator ke RC ke massa, maka arus yang mengalir ke RC besar dan medan
magnet pada RC kuat. Jadi, meskipun putaran lambat, output alternator tetap
cukup untuk mengisi baterai karena medan magnet pada RC kuat.
Putaran sedang
Gambar 8.28. Saat mesin putaran sedang
9. Bila putaran mesin naik menjadi putaran sedang, maka tegangan output alternator
di terminal B akan naik juga dan arusnya mengalir ke B reg ulator ke P2 ke P0 ke
kumparan voltage regulator, ke massa.
10. Akibatnya, medan magnet pada kumparan voltage regulator menjadi makin kuat
dan menarik Pl 0 sehingga lepas dari Pl 1 (Pl0 mengambang).
11. Akibatnya, arus dari B alternator mengalir ke Ig ke resistor (R) ke F regulator ke F
alternator ke RC ke massa. Kemagnetan pada RC melemah karena arus
melewati resistor.
12. Meskipun kemagnetan pada RC melemah, namun putaran naik ke putaran sedang
sehingga output alternator tetap cukup untuk mengisi baterai (tegangan antara
13,8 sampai 14,8 volt).
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
223
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Putaran Tinggi
Gambar 8.29. Saat mesin putaran tinggi
13. Bila putaran naik menjadi putaran tinggi, maka tegangan output pada terminal B
alternator akan cenderung makin tinggi. Bila tegangan tersebut melebihi 14,8 volt,
maka kemagnetan pada kumparan voltage regulator semakin kuat sehingga
kontak Pl 0 tertarik dan menempel dengan pl 2.
14. Akibatnya arus yang berasal dari Ig mengalir ke R ke Pl0 ke Pl2 ke massa (tidak
mengalir ke RC). Hal ini menyebabkan medan magnet pada RC drop.
15. Output dari terminal B alternator menjadi turun. Bila tegangan output kurang dari
tegangan standar (13,8 – 14,8 V) maka kemagnetan pada voltage regulator
melemah lagi, sehingga Pl 0 lepas lagi dari Pl 2.
16. Arus dari Ig ke R kembali mengalir ke RC ke massa, sehingga medan magnet
pada RC kembali menguat sehingga tegangan output alternato r naik lagi.
17. Bila tegangan di B naik lagi dan melebihi 14,8 volt, maka prosesnya berulang ke
proses no 13 di atas secara berulang -ulang dan Pl 0 lepas dan menempel dengan
Pl2 secara periodik sehingga output alternator menjadi stabil.
Berdasarkan cara kerja sistem pengisian seperti dijelaskan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa terjadinya tegangan output alternator dipengaruhi oleh tiga hal
penting, yaitu 1) adanya medan magnet yang dihasilkan oleh rotor coil, 2) adanya
kumparan di sekitar medan magnet, yaitu stator coil, dan 3) adanya pemotongan
medan magnet oleh kumparan. Pemotongan medan magnet ini terjadi karena adanya
putaran poros alternator yang menyebabkan rotor coil berputar dan medan magnet
yang ada padanya juga berputar memotong kumparan pada stator coil.
8.3. Sistem Pengisian dengan Regulator Elektronik (IC, Integrated Circuit)
Sistem pengisian dengan regulator elektronik merupakan perkembangan dari
sistem pengisian dengan regulator konvensional. Pada regulator tipe konvensional
seperti yang telah dijelaskan di atas, proses pengaturan tegangan output alternator
dilakukan secara elektromagnetik dengan memindahkan posisi titik kontak pada
voltage regulator sesuai dengan kebutuhan. Pemindahan posisi titik kontak ini
digunakan untuk mengatur be sar kecilnya arus yang masuk ke kumparan rotor. Saat
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
224
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
putaran tinggi, arus yang masuk ke kumparan rotor dikurangi sehingga kuat medan
magnetnya menurun, dan sebaliknya pada putaran rendah arus yang ke kumparan
rotor dibesarkan sehingga medan magnet pada kum paran rotor kuat. Efek dari
pengaturan arus pada kumparan rotor sesuai dengan kecepatan putaran rotor adaalah
tegangan yang dihasilkan oleh alternator stabil (13,8 sampai 14,8 V).
Secara prinsip, kerja regulator elektronik sama dengan dengan kerja regulat or
konvensional yaitu dengan mengatur arus yang masuk ke kumparan rotor. Jika pada
regulator konvensional pengaturan arus dilakukan dengan gerak mekanis titik kontak,
maka pada regulator elektronik (IC) kerja kontak tersebut digantikan oleh transistor
yang bekerja sebagai saklar elektronis yang mengatur arus yang masuk ke kumparan
rotor. Pada regulator konvensional, kelebihan tegangan pengisian terdeteksi oleh
kumparan voltage regulator. Kelebihan tegangan tersebut dimanfaatkan untuk
memperkuat medan magnet pada kumparan tersebut dan reaksi akibat hal itu adalah
menarik kontak sehingga arus mengalir melalui hambatan. Pada regulator elektronik,
kelebihan tegangan itu dideteksi oleh dioda zener. Secara lengkap hal ini dijelaskan
pada bagian cara kerja regulato r elektronik (IC).
8.3.1. Komponen Sistem Pengisian dengan Regulator Elektronik (IC)
Gambar 8.30. Rangkaian sistem pengisian dengan alternator tipe regulator IC
Hubungan antar komponen pada sistem pengisian dengan regulator IC dapat
dilihat pada gambar di atas. Alternator kompak mempunyai empat terminal pada
bagian belakang alternator tersebut. Terminal -terminal tersebut adalah terminal B, IG,
S, dan L (atau ada juga yang menyebut terminal U) . Terminal B adalah terminal output
alternator yang dihubungkan dengan baterai. Terminal IG adalah terminal yang
dihubungkan dengan kunci kontak untuk mengaktifkan alternator atau regulator.
Terminal S adalah terminal yang dihubungkan langsung dengan terminal positif
baterai yang berfungsi untuk mendeteksi tegan gan pengisian yang masuk ke baterai.
Terminal L adalah terminal yang dihubungkan dengan lampu pengisian untuk me massa-kan (grounding) lampu pengisian.
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
225
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Bagian belakang alternator juga terdapat sebuah lubang yang posisinya
bertepatan dengan terminal F pad a regulator. Regulator pada sistem pengisian ini
terdapat di dalam alternator. Regulator ini bentuknya seperti ditunjukkan pada gambar
8.30. Beberapa terminal yang terdapat pada regulator ini adalah terminal E, P, F, S, L,
IG, dan B. berikut ini dijelaskan komponen-komponen pada sistem pengisian dengan
regulator IC.
8.3.1.1. Alternator
Gambar 8.31. Alternator dengan regulator elektronik yang terpasang di dalamnya
Gambar di atas memperlihatkan alternator kompak atau alternator yang di
dalamnya sudah terdapat reg ulator. Secara umum, komponen -komponen pada
alternator dengan regulator IC sama dengan komponen -komponen pada alternator
konvensional. Fungsi komponen-komponen yang ada juga sama dengan fungsi
komponen pada alternator tipe konvensional. Perbedaan pokoknya adalah bahwa
pada pada alternator kompak terdapat regulator IC di dalamnya. Di bawah ini
digambarkan konstruksi dari alternator dengan regulator IC.
Gambar 8.32. Konstruksi alternator dengan regulator IC
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
226
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Gambar 8.33. Bagian dalam alternator dengan regulator IC
Apabila tutup bagian belakang alternator dilepas, maka akan terlihat regulator
IC, sikat dan dudukannya, dioda, dan slip ring. Apabila regulator IC, sikat dan dudukan
sikat, dan dioda dilepas, maka akan terlihat ro tor yang dilengkapi kipas dan kumparan
stator. Jika dibandingkan dengan bagian -bagian alternator konvensional, semua
komponen yang ada pada alternator IC juga ada pada alternator konvensional (kecuali
IC-nya). Namun bentuk komponen -komponen tersebut berbed a. Berikut dijelaskan
secara singkat bagian-bagian alternator tersebut.
8.3.1.2. Regulator.
Gambar 8.34. Regulator IC dan regulator konvensional
Seperti halnya pada regulator tipe konvensional, regulator tipe IC ini berfungsi
untuk mengatur arus yang masuk ke kumparan rotor. Jika pada regulator tipe
konvensional pengaturan arus yang masuk ke kumparan rotor menggunakan prinsip
magnetik-mekanik (kumparan dan perpindahan kontak poin), maka pada regulator IC
ini pengaturan arus yang masuk ke kumparan r otor dilakukan secara elektronik.
Komponen aktif yang bekerja sebagai pengganti kumparan dan kontak point adalah
transistor. Transistor ini bekerja ON dan OFF secara periodik untuk mengatur besar
dan kecilnya medan magnet pada kumparan rotor. Secara rinci prinsip pengaturan ini
akan dijelaskan pada bagian prinsip kerja regulator IC. Di bawah ini ditunjukkan
gambar regulator IC dan terminal -terminalnya.
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
227
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Beberapa terminal yang terdapat pada regulator ini adalah termin al E, P, F, S,
L, IG, dan B. Terminal E merupakan terminal yang langsung berhubungan dengan
massa atau bodi alternator. Terminal P adalah terminal yang dihubungkan dengan
salah satu ujung kumparan stator . Terminal F adalah terminal yang tidak dihubungkan
dengan terminal manapun saat regulator ini terpasang pada alternator. Terminal F ini
difungsikan untuk melakukan pengetesan saat terjadi gangguan pada sistem
pengisian untuk menentukan apakah IC alternator rusak atau tidak. Terminal S adalah
terminal yang lansung dipasangkan dengan terminal positi f baterai. Terminal ini
berfungsi untuk mennyensor tegangan yang masuk ke dalam baterai. Di dalam
terminal S terdapat dioda zener sebagai pendeteksi kelebihan tegangan. Terminal L
(lampu) adalah terminal alternator yang dihubungkan dengan lampu pengisian
sebagai indikator ada tidaknya atau normal tidaknya sistem pengisian. Terminal IG
adalah terminal yang dihubungkan dengan kunci kontak pada terminal IG yang
berfungsi sebagai sumber catu daya pada regulator IC. Terminal B merupakan output
arus DC yang keluar dari alternator yang dihubungkan langsung dengan baterai.
8.3.1.3. Dioda.
Gambar 8.35. Dioda pada alternator
Jumlah dioda pada alternator dengan regulator IC terdiri dari 8 buah, empat
buah tergabung dalam dioda positi f, dan empat buah lainnya dioda negatif. Pada
alternator model lain, terdapat sembilan buah dioda, enam buah dioda penyearah, dan
tiga lainnya tergabung dalam dioda trio. Dioda pada alternator tipe konvensional terdiri
dari enam buah dioda, tiga dioda positif, dan tiga dioda negati f. Dioda ini berfungsi
untuk menyearahkan atau mengubah arus AC yang dihasilkan kumparan stator
menjadi arus DC. Ujung-ujung kumparan stator (ada empat buah) pada alternator IC
dihubungkan dengan terminal T 1, T2, T3, dan T4. Lubang baut pada dioda tersebut
merupakan massa dari dioda dan dalam pengecekan dioda, lubang tersebut
digunakan untuk terminal negatif dioda. Baut terminal B merupakan output arus DC
yang keluar dari alternator yang d ihubungkan langsung dengan baterai.
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
228
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
8.3.1.4. Kumparan stator
Gambar 8.36. Kumparan stator
Kumparan stator pada alternator tipe IC sama dengan kumparan stator pada
alternator konvensional, yang terdiri dari empat ujung yaitu tiga ujung kumparan stator
dan satu ujung yang merupakan gabungan dari tiga ujung kumparan stator yang
disebut dengan terminal netral (N). Keempat ujung kumparan tersebut dibautkan pada
dioda di terminal T 1, T2, T3, dan T4. Kumparan tersebut merupakan kumparan jenis
bintang karena mempunyai terminal N. Untuk kumparan stator yang berbentuk delta
atau segitiga, jumlah ujung kumparan statornya ada tiga. Kumparan stator berfungsi
untuk menghasilkan atau membangkitkan tegangan bolak -balik.
8.3.1.5. Rotor dan Kumparan Rotor
Gambar 8.37. Rotor
Rotor adalah bagian yang berputar pada alternator. B eberapa bagian dari rotor
adalah slip ring, bantalan, kipas, inti kutub, dan kumparan rotor. Slip ring berfungsi
untuk meneruskan arus dari sikat ke kumparan rotor ( rotor coil). Bantalan (bearing)
berfungsi untuk mengurangi gesekan antara poros dengan rumahnya. Kipas berfungsi
untuk mendinginkan komponen -komponen alternator terutama dioda dan IC. Inti kutub
berfungsi untuk memperkuat medan magnet yang dihasilkan oleh kumparan rotor dan
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
229
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
untuk membentuk kutub utara dan selatan pada rotor. Kumparan rotor berfu ngsi untuk
menghasilkan medan magnet pada alternator. Rotor berputar di antara kumparan
stator. Jika kumparan rotor menghasilkan medan magnet dan rotor berputar, maka
garis-garis gaya magnet akan dipotong oleh kumparan stator sehingga pada
kumparan stator menghasilkan tegangan. Karena medan magnet (pada rotor) yang
berputar maka kutub magnet yang memotong kumparan berganti -ganti antara utara
dan selatan sehingga tegangan yang dihasilkan adalah tegangan bolak -balik.
8.3.1.6. Sikat dan Dukukan Sikat
Gambar 8.38. Sikat dan dudukan sikat
Sikat berfungsi untuk menghantarkan arus dari terminal B alternator ke
kumparan rotor (sikat positif) melalui slip ring positif dan meneruskan arus dari
kumparan rotor ke terminal F regulator (sikat negatif) melalui sl ip ring negatif untuk
diteruskan ke massa melalui transistor di dalam regulator IC. Sikat terpasang di dalam
dudukannya dan dilengkapi pegas sikat untuk menjamin hubungan yang baik antara
sikat dengan slip ring.
8.3.1.7. Komponen pendukung lainnya
Selain komponen-komponen yang telah dibahas di atas, terdapat komponen komponen pendukung lainnya pada alternator yaitu puli, rangka (rumah alternator),
tutup belakang, dan lain -lain. Komponen-komponen tersebut secara khusus sudah
dibahas pada bagian awal ba b ini.
8.3.2. Dasar Rangkaian dan Pengaturan Tegangan oleh Regulator IC
Dibandingkan dengan alternator yang memakai regulator tipe kontak point,
alternator dengan regulator IC mempunyai keuntungan: tahan terhadap getaran dan
tahan lama, tegangan outpu t lebih stabil, tahanan kumparan rotor lebih kecil sehingga
arus dapat diperbesar. Komponen aktif dalam regulator IC adalah transistor dan dioda
zener. Secara sederhana proses pengaturan arus pada kumparan rotor sistem
pengisian non konvensional dapat diga mbarkan dengan skema berikut.
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
230
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Gambar 8.39. Dasar pengaturan arus rotor koil pada alternator
Pengaturan arus yang masuk ke rotor koil pada regulator IC ada dua macam,
yaitu IC regulator memberikan massa rotor koil melalui transistor sebagai kontrol
massa, dan IC regulator yang memberikan arus melalui transistor sebagai control
arus. Transistor bekerja untuk memutus atau menghubungan arus yang menuju ke
rotor coil sesuai dengan kondisi output alternator sehingga pengaturan medan magnet
pada rotor coil dapat terjadi. Dioda zener bekerja sebagai pendeteksi tegangan yang
dihasilkan oleh alternator.
Gambar 8.40. Skema dasar regulator IC
Dioda zener akan mengalirkan arus pada saat ada tegangan yang bekerja
padanya melebihi tegangan kerja dari dioda ze ner tersebut. Pada dasarnya, kerja
regulator IC sama dengan kerja regulator tipe konvensional, yaitu mengatur arus yang
masuk ke rotor coil sehingga medan magnet pada rotor coil juga dapat diatur sesuai
dengan kondisi kerjanya. Transistor Tr1 pada rangkaia n di atas berfungsi untuk
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
231
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
memutus dan menghubungkan arus yang mengalir ke kumparan rotor untuk mengatur
kuat lemahnya medan magnet pada kumparan rotor tersebut. Tr2 berfungsi untuk
mengatur kerja (ON atau OFF -nya) Tr1. Dioda zener (ZD) berfungsi untuk meng atur
kerja Tr2 dengan mengalirkan atau tidak mengalirkan arus ke Tr2. Mengalir tidaknya
arus dari dioda zener tergantung dari tinggi rendahnya tegangan yang bekerja pada
dioda zener yang berasal dari terminal B alternator. Prinsip kerja dari sistem pengisi an
IC di atas dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.
2.
3.
Kunci Kontak on, mesin belum hidup
Arus mengalir dari baterai ke fusible link (FL) → Kunci Kontak (KK) → R1 → B Tr1
→ E Tr1 → massa. Akibatnya Tr1 on. Hal ini menyebabkan arus dari baterai juga
mengalir ke slip ring positif → rotor coil → slip ring negatif → C Tr1 → E Tr1 →
massa. Akibatnya pada rotor coil timbul medan magnet.
Mesin hidup, output alternator kurang dari 14 V
Setelah mesin hidup, stator coil menghasilkan arus listrik. Tegangan dari stator
coil disearahkan oleh dioda dan kemudian mengalir ke terminal B → baterai →
terjadi pengisian. Selain ke baterai, arus juga mengalir ke KK → R1 → B Tr1 → E
Tr1 → massa. Akibatnya Tr1 tetap on, sehingga arus dari terminal B alternator
juga mengalir ke slip ring positif → rotor coil → slip ring negatif → C Tr1 → E Tr1
→ massa. Akibatnya pada rotor coil tetap timbul medan magnet.
Mesin hidup, output alternator lebih dari 14 V
Apabila putaran mesin makin tinggi, maka tegangan output alternator aka n naik
juga. (a)* Bila output alternator lebih dari 14 V, maka dioda zener (ZD) akan
tembus atau dapat mengalirkan arus karena tegangan yang ada pada ZD tersebut
melebihi tegangan kerjanya. Akibatnya, arus dari R2 dapat mengalir ke ZD → B
Tr2 → E Tr2 → massa. Hal ini menyebabkan Tr2 menjadi on. Arus yang semula
dari R1 mengalir ke B Tr1 akan pindah dan mengalir ke massa melalui C Tr2 → E
Tr2 → massa. Akibatnya B Tr1 tidak mendapatkan arus picu sehingga Tr1
menjadi off. Dengan demikian arus dari terminal B alternator tidak dapat mengalir
ke rotor coil karena Tr1 off. Akibatnya adalah medan magnet pada rotor coil drop.
Efek dropnya medan magnet ini menyebabkan output dari stator coil menjadi
drop juga. (b)* Apabila tegangan pada terminal B alternator drop dan harganya kurang
dari 14 V, maka ZD menjadi posisi memblok arus karena tegangan yang ada kurang
dari tegangan kerjanya. Hal ini menyebabkan Tr 2 menjadi off, dan arus dari R1
kembali mengalir ke Tr1 sehingga Tr1 on lagi. Tr1 on mengakibatkan arus mengalir
lagi ke rotor coil dan medan magnet pada rotor coil akan menguat lagi, sehingga
tegangan output alternator akan naik lagi. Bila tegangan tersebut melebihi 14 V maka
proses akan kembali ke (a)*. Proses (a)* dan (b)* akan terjadi secara terus menerus
sehingga tegangan output alternator akan stabil sekitar 14 V.
8.3.3. Cara Kerja Sistem Pengisian dengan regulator IC
Gambar di bawah menunjukkan hubungan antar komponen sistem pengisian
regulator elektronik (IC). Terminal B alternator dihubungkan dengan ter minal positif
baterai. Terminal IG dihubungkan dengan terminal IG kunci kontak. Terminal S
dihubungkan dengan terminal positif baterai. Terminal L dihubungkan dengan lampu
pengisian. Untuk menjelaskan cara kerja sistem ini, maka hubungan antar komponen
diwakili dengan skema rangkaian. Skema sistem pengisian dengan regulator IC
dapat dilihat pada gambar berikut.
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
232
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Gambar 8.41. Skema sistem pengisian dengan regulator IC
MIC (monolithic Integrated Circuit ) pada rangkaian di atas merupakan bagian
dari regulator IC yang berfungsi untuk mengatur berbagai fungsi, yaitu pengaturan
kerja Tr1, Tr2, dan Tr3 sehingga lampu pengisian bisa menyala saat mesin mati kunci
kontak ON, lampu padam saat alternator sudah mengeluarkan output. Fungsi lainnya
adalah menyalakan lampu pengisian jika terjadi overcharge saat terminal S dan B
lepas atau putus. Fungsi -fungsi tersebut secara rinci dijelaskan dalam c ara kerja
sistem pengisian dengan regulator IC pada beberapa kondisi, yaitu saat kunci kontak
ON, mesin belum hidup, saat mesin hidup tegangan output alternator kurang dari 14
V, saat tegangan lebih dari 14 V, saat terminal S lepas atau putus, dan sa at terminal B
lepas atau putus.
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
233
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
8.3.3.1. Saat kunci kontak ON, mesin belum hidup
Gambar 8.42. Aliran arus saat kunci kontak ON, mesin belum hidup
Saat kunci kontak ON, mesin belum hidup (gambar di atas), maka arus dari
baterai mengalir sekering, ke kunci kontak, ke terminal IG, dan masuk ke MIC. Arus
yang masuk ke MIC tersebut kemudian mengalir ke kaki basis (B) tran sistor (Tr1), ke
E Tr1, kemudian ke massa. Hal ini menyebabkan Tr1 menjadi ON. Pada saat yang
sama arus juga mengalir ke B Tr3, ke E Tr3, kemudian ke massa. Akibatnya Tr3
menjadi ON. Aktifnya Tr1 dan Tr3 menyebabkan aliran arus seperti digambarkan pada
skema di bawah ini.
Gambar 8.43. Aliran arus saat Tr1 dan Tr3 ON
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
234
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Aktifnya Tr1 menyebabkan arus mengalir dari baterai ke terminal B, ke
kumparan rotor (rotor coil), ke terminal F, ke C Tr1, ke E Tr1, kemudian ke massa.
Aliran arus ke kumparan rotor ini menyebabkan terjadinya medan magnet pada
kumparan rotor. Pada saat yang sama, aktifnya Tr3 menyebabkan arus mengalir dari
baterai ke kunci kontak, ke lampu pengisian, ke terminal L regulator, ke kaki C Tr3, ke
E Tr3, kemudian ke massa. Aliran arus ini men yebabkan lampu pengisian menyala.
8.3.3.2. Saat mesin hidup, tegangan alternator kurang dari 14 V
Gambar 8.44. Aliran arus saat tegangan alternator kurang dari 14 V
Setelah mesin hidup, maka rotor (yang sudah menjadi magnet) berputar
karena diputarkan oleh poros engkol melalui tali kipas sehingga pada kumparan stator
terjadi tegangan AC. Tegangan ini kemudian disearahkan menjadi DC oleh dioda
penyearah. Karena kumparan stator sudah menghasilkan tegangan, maka arus pada
salah satu ujung kumparan sta tor mengalir ke terminal P. Aliran arus ini oleh MIC
diolah dan digunakan untuk mengalirkan arus basis (B) Tr2 sehingga Tr2 menjadi ON
dan menghentikan aliran arus ke B Tr3 sehingga Tr3 menjadi OFF. Karena Tr3 OFF,
maka aliran arus dari lampu ke massa mela lui Tr3 terhenti sehingga lampu tidak
mendapat massa dan aktifnya Tr2 menyebabkan aliran arus dari IG ke E Tr2, ke C
Tr2, ke terminal L, dan kemudian ke lampu pengisian. Karena lampu mendapat dua
aliran arus dari L dan dari kunci kontak, maka tidak ada per bedaan tegangan di antara
kaki-kaki lampu sehingga lampu padam (lampu juga mati karena tidak mendapat
massa dari Tr3).
Tegangan yang disearahkan oleh dioda mengalir ke terminal B dan mengalir
ke baterai sehingga terjadi pengisian. Apabila tegangan yang dihasilkan alternator
kurang dari 14 V, maka terminal S tidak mendeteksi adanya kelebihan tegangan
sehingga MIC akan tetap memberikan arus ke B Tr1 sehingga Tr1 tetap ON. Hal ini
menyebabkan arus dari dioda kengalir ke kumparan rotor, ke terminal F, ke C Tr 1, ke
E Tr1, kemudian ke massa. Hal ini menyebabkan medan magnet pada kumparan rotor
tetap kuat. Jadi pada saat tegangan alternator kurang dari 14 V, medan magnet
dipertahankan pada keadaan kuat sehingga tegangan tidak drop.
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
235
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
8.3.3.3. Saat tegangan alternator lebih dari 14 V
Gambar 8.45. Aliran arus saat tegangan alternator lebih dari 14 V
Apabila mesin berputar makin tinggi, maka output alternator akan cenderung
naik juga. Berdasarkan gambar di atas, (1)* jika tegangan yang dihasilkan lebih dari
14 V, maka tegangan itu akan terdeteksi oleh komponen aktif di dalam MIC berupa
dioda zener melalui terminal S. Aliran arus melalui terminal S ini oleh MIC akan diolah
dan difungsikan untuk menghentikan arus yang mengalir ke B Tr1, sehingga Tr1
menjadi OFF. Perhatikan gambar di bawah ini, jika Tr1 OFF maka aliran arus dari
dioda yang menuju kumparan rotor dan ke massa melalui Tr1 akan terhenti sehingga
medan magnet pada kumparan rotor menjadi hilang. Aliran arus dari terminal P tetap
mengalir selama mesin hidup untuk mempertahankan Tr3 OFF dan Tr2 ON sehingga
lampu pengisian tetap padam.
Gambar 8.46. Saat Tr1 OFF
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
236
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Jika medan magnet pada kumparan rotor hilang karena Tr1 OFF, maka
tegangan yang dihasilkan oleh alternator akan turun. (2)* Jika tegangan alternator
kurang dari 14 V, maka terminal S tidak mendeteksi adanya kelebihan tegangan
(perhatikan gambar di bawah ini) sehingga MIC akan merespon dengan mengalirkan
kembali arus ke B Tr1. Jika arus mengalir ke B Tr1, maka Tr1 menjadi ON.
Gambar 8.47. Saat Tr1 kembali ON
Apabila Tr1 kembali menjadi ON (perhatikan gambar di bawah ini), maka arus
dari dioda akan mengalir kembali ke kumparan rotor, ke terminal F, ke kaki C Tr1, ke
E Tr1, kemudian ke massa. Hal ini menyebabkan kemagnetan pada kumparan rotor
kembali menguat. Medan magnet yang menguat ini kemudian akan menyebabkan
output alternator kembali naik.
Gambar 8.48. Aliran arus saat tegangan turun kurang dari 14 V
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
237
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Jika kenaikan tegangan ini melebihi 14 V lagi, maka proses ini akan kembali
berulang ke proses (1)* sehingga tegangan akan kembali turun, dan jika tegangan
kurang dari 14 V maka proses akan kembali ke proses (2)*. Proses (1)* dan (2)* ini
akan terjadi secara terus menerus sehingga tegangan output alternator akan berkisar
14 V dan tetap diperta hankan (stabil) pada tegangan tersebut meskipun terjadi
penurunan atau kenaikan putaran mesin.
8.3.3.4. Saat terminal S putus
Gambar 8.49. Saat terminal S putus
Apabila terminal S putus, maka MIC akan mendeteksi bahwa tidak ada
masukan tegangan melalui terminal F. Jika pada terminal P tegangannya mencapai di
atas 16 V (tegangan pengisian berlebihan) maka MIC akan mengaktifkan Tr3 dan
mematikan Tr2 sehingga lampu pengisian menyala (perhatikan gambar (a) dan (b) di
bawah ini).
(a)
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
238
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
(b)
Gambar 8.50. ON dan OFF-nya Tr1 saat terminal S putus
Berdasarkan masukan dari terminal P juga MIC akan menghentikan aliran arus
ke kaki B Tr1 sehingga Tr1 menjadi tidak aktif (OFF). Akibatnya arus yang mengalir ke
kumparan rotor menjadi terhenti dan medan magnet pada kumparan rotor hilang. Hal
ini menyebabkan tegangan di terminal P turun dan jika penurunan tegangan ini
sampai di bawah 16 V maka MIC akan kembali mengalirkan arus ke B Tr1 sehingga
Tr1 menjadi ON dan arus ke kumparan rotor kembali mengalir. Hal ini terjadi berulang
ulang, dan dalam kondisi ini lampu pengisian tetap menyala untuk memberi peringatan
kepada pengemudi untuk mengecek dan memperbaiki kerusakan tersebut.
8.3.3.5. Saat terminal B putus
(a)
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
239
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
(b)
Gambar 8.51. Aliran arus saat terminal B putus
Jika kabel terminal B yang menghubungkan terminal B alternator dan terminal
positif baterai putus (perhatikan gambar (a) dan (b) di atas), maka yang terjadi adalah
sebagai berikut. Terminal S akan mendeteksi adanya tegangan yang besarnya kurang
dari 13 V karena tidak ada masukan dari terminal B alternator. Sementara itu pada
terminal P tarjadi tegangan di atas 16 V. Perbedaan tegangan antara terminal S dan
terminal P yang besar ini akan tebaca oleh MIC sehingga MIC akan mengatur kerja
Tr1 untuk mempertahankan tegangan sekitar 16 V. Pada saat yang sama MIC akan
menghentikan arus B Tr2 dan memberikan arus ke B Tr3 sehingga Tr2 menjadi OFF
sementara Tr3 menjadi ON. Hal ini menyebabkan lampu pengisian menyala.
Tegangan dipertahankan dengan mengatur kerja Tr1 ON dan OFF sehingga kerja
rangkaian sistem pengisian bekerja seperti gambar (a) dan (b) secara berulang -ulang.
Gambar di bawah ini memperlihatkan model lain rangkaian sistem pengisian dengan
MIC.
Gambar 8.52. Diagam sistem pengisian MIC model lain
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
240
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Gambar 8.53. Beberapa macam alternator dengan regulator IC
8.4. Sistem Pengisian dengan Brushless Alternator
Kelemahan alternator tipe konvensional maupun alternator dengan regulator IC
salah satunya adalah brush atau sikat cepat aus karena selalu bergesekan dengan
slip ring saat alternator bekerja. Untuk itu, maka alternator tipe tanpa sikat ( brushless
alternator) dibuat. Pada alternator tipe ini tidak terdapat kumparan rotor (rotor coil).
Fungsi untuk menghasilkan medan magnet dipenuhi oleh kumparan medan ( stationary
field coiI) yang terpasang di dalam alternator tetapi tidak bisa berputar. Untuk
memenuhi syarat adanya pemotongan medan magnet saat poros alternator b erputar,
dipasang rotor pada poros alternator yang dapat berputar di antara kumparan medan
dan kumparan stator. Akibat putaran rotor di dekat meda n magnet, maka garis-garis
gaya magnet dapat berubah -ubah sehingga pada kumparan stator terjadi tegangan
induksi (AC) yang kemudian disearahkan oleh dioda seperti pada alternator tipe
konvensional. Gambar di bawah ini memperlihatkan alternator yang tidak
menggunakan sikat (brushless alternator).
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
241
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
8.4.1. Konstruksi Alternator Tanpa Sikat
Gambar 8.54. Alternator model brushless
Secara umum, bagian -bagian dari alternator tanpa sikat ini sama dengan
alternator model lainnya yang menggunakan sikat terdiri dari beberapa komponen
yaitu (lihat gambar di bawah ini) kumparan stator, kumparan yang menghasilkan
medan magnet (kumparan medan, pada alternator konvensional disebut kumparan
rotor), dioda penyearah, dan komponen -komponen pendukung lainnya seperti kipas,
bantalan (bearing), dan rumah alternator. Perbedaan pokok alternator ini adalah tidak
terdapat sikat untuk mengalirkan arus ke kumparan medan.
Gambar 8.55. Konstruksi dan penampang alternator tanpa sikat
(33-34 SI Delco Remy)
Alternator tipe ini dapat beroperasi dengan dua arah putaran, searah jarum jam
atau berlawanan jarum jam pada kecepatan konstan sampai 10.000 rpm (putaran per
menit), atau pada kecepatan yang tidak konstan sampai dengan 12.000 rpm .
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
242
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Temperatur kerjanya adalah -34 sampai 93 0C. Alternator ini didesain sebagai sistem
pengisian satu kabel ( one wire charging system ) yang meminimalisir jumlah kabel
yang digunakan pada sistem pengisian. Tegangan stabil yang dihasilkan pada
alternator jenis ini ada be berapa macam yaitu 13,8; 14,0; dan 14,2 V untuk sistem 12
V dan 27,5 V untuk sistem 24 V. Terminal yang terdapat pada alternator tanpa sikat
adalah terminal B, terminal R, dan terminal L. Terminal L dihubungkan dengan lampu
pengisian. Terminal R terhubung dengan dioda penyearah di dalam alternator yang
letaknya bersebelahan dengan terminal B. terminal R dapat digunakan untuk
mengoperasikan beberapa tipe lampu indikator, tachometer, atau peralatan lain yang
memberikan pulsa tegangan dengan frekuensi 8 pulsa tiap putaran alternator.
Terminal B merupakan terminal output alternator yang dihubungkan dengan baterai.
Berikut adalah rangkaian sistem pengisian alternator satu kabel (hanya terminal L
yang dipakai dalam rangkaian, tidak termasuk terminal B).
Gambar 8.56. Komponen-komponen Alternator Tanpa Sikat
8.4.2. Rangkaian Sistem Pengisian dengan Alternator Tanpa Sikat
Gambar 8.57. Rangkaian sistem pengisian dengan alternator tanpa sikat
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
243
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Berdasarkan gambar di atas, terminal L dihubungkan dengan sebuah lampu
dan kaki lampu lainnya dihubungkan dengan kunci kontak. Terminal B langsung
dihubungkan dengan baterai. Sistem ini disebut sistem pengisian satu kabel karena
hanya satu terminal saja yang dirangkaikan pada sistem pengisian, yaitu hanya
terminal L saja. Pada sistem pengisian dengan alternator lain ada beberapa terminal
yang dipakai yaitu terminal S, L, dan IG pada sistem pengisian dengan alternator IC
dan terminal IG, N, F, E, L, dan B pada sistem pengisian dengan alternator
konvensional. Gambar di bawah ini memperlihatkan rangkaian sistem pengisian
dengan alternator tanpa sikat yang dilengkapi dengan regulator IC. Berdasarkan
gambar tersebut, tampak bahwa pada kumparan medan yang berfungsi untuk
menghasilkan medan magnet tidak terdapat sikat.
Gambar 8.58. Hubungan alternator dengan regulator sistem pengisian tanpa sikat
Ujung kumparan medan langsung dihubungkan dengan terminal L alternator
dan ujung lainnya berhubungan dengan terminal F pada regulator. Komponen pada
regulator yang mengatur kuat lemahnya medan magnet pada kumparan medan
adalah transistor Tr1 (lihat gambar di bawah ini) . Prinsip kerja regulator IC pada
rangkaian tersebut secara umum sama dengan regulator IC pada sistem pengisian
lainnya. Transistor Tr3 berfungsi untuk mengontrol k erja Tr1, sedangkan Tr2 berfungsi
untuk mengatur arus kolektor pada Tr3 yang secara tidak langsung juga akan
mengatur kerja Tr1. Aktif tidaknya Tr2 tergantung dari dioda zener yang terpasang
pada kaki B Tr2. Dioda zener akan mengalirkan arus ke B Tr2 jika tegangan yang
masuk ke dioda zener dari R2 melebihi tegangan kerja dioda zener tersebut. Jika hal
ini terjadi, maka Tr2 akan ON. Dioda trio difungsikan untuk memberikan energi listrik
yang diperlukan untuk menghasilkan medan magnet pada kumparan medan sete lah
mesin hidup dan alternator sudah menghasilkan arus listrik.
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
244
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Gambar 8.59. Skema alternator tanpa sikat dan regulator IC
8.4.3. Cara Kerja Sistem Pengisian dengan Alternator Tanpa Sikat
Prinsip kerja sistem pengisian dengan alternator tanpa sik at secara umum
sama dengan sistem pengisian dengan regulator IC lainnya. Berikut dijelaskan cara
kerja saat kunci kontak ON mesin belum hidup, saat mesin hidup tegangan alternator
kurang dari 14 V, dan saat mesin hidup tegangan lebih dari 14 V.
8.4.3.1. Saat kunci kontak ON mesin belum hidup
Gambar 8.60. Saat kunci kontak ON mesin belum hidup
Perhatikan gambar di atas, saat kunci kontak ON mesin belum hidup, arus
mengalir dari terminal positif baterai ke terminal B alternator, ke R5, ke basis Tr3, ke
emitor Tr3, ke R4, kemudian ke massa. Hal ini menyebabkan Tr3 menjadi ON
sehingga kaki kolektor dan emitornya terhubung. Karena Tr3 ON, maka arus yang lain
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
245
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
akan mengalir (perhatikan gambar di bawah ini) dari terminal positif baterai ke terminal
B alternator, ke R1, ke kolektor Tr3, ke emitor Tr3, ke R4 dan ke basis Tr1, ke emitor
Tr1 kemudian ke massa.
Gambar 8.61. Aliran arus saat Tr1 ON
Aliran arus ke basis Tr1 menyebabkan Tr1 menjadi ON sehingga kaki kolektor
dan emitornya terhubung. Akibatnya, ar us dari positif baterai juga mengalir ke kunci
kontak, ke terminal L, ke kumparan medan, ke kaki kolektor Tr1, ke emitor Tr1,
kemudian ke massa. Maka, lampu pengisian menyala dan terjadi medan magnet pada
kumparan medan. Jadi pada kondisi kunci kontak ON d an mesin dalam keadaan
belum hidup, terjadi dua kejadian, yaitu lampu pengisian menyala dan terjadi medan
magnet pada kumparan medan.
8.4.3.2. Saat mesin hidup tegangan alternator kurang dari 14 V
Gambar 8.62. Aliran arus saat tegangan alternator kurang dari 14 V
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
246
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Setelah mesin hidup, maka rotor akan berputar di sekitar kumparan medan
yang sudah menjadi magnet. Putaran rotor (yang berbentuk kuku-kuku, beberapa inti
kutub) menyebabkan garis -garis gaya magnet di sekitar kumparan stator berubah ubah dengan cepat secara periodik sehingga pada kumparan stator terjadi tegangan
bolak-balik yang kemudian disearahkan oleh dioda. Output dari dioda ini mengalir ke
terminal B alternator, ke amper meter, kemudian ke terminal positif baterai sehingga
terjadi pengisian. Dioda trio terpasang secara paralel dengan dioda lainnya dan
berhubungan dengan ujung -ujung kumparan stator sehingga dari dioda trio ini juga
menghasilkan tegangan output. Output dari dioda trio ini kemudian mengalir ke lampu
pengisian sehingga di kak i-kaki lampu tidak terdapat perbedaan tegangan sehingga
lampu menjadi padam.
Arus dari dioda trio ini juga mengalir ke kumparan medan, kemudian mengalir
ke kaki kolektor Tr1, ke kaki emitor Tr1, kemudian ke massa. Sehingga medan magnet
pada kumparan medan tetap terbentuk. Pada kondisi tegangan output alternator di
terminal B kurang dari 14 V, dioda zener D1 tidak menghantarkan arus listrik karena
tegangan yang ada padanya masih di bawah tegangan kerja dioda zener. Dalam
kondisi dioda zener tidak menghanta rkan arus, Tr2 berada dalam posisi OFF karena
tidak mendapat arus basis sedangkan Tr3 dan Tr1 keadaannya ON. Jadi saat
tegangan output kurang dari 14 V, medan magnet terbentuk dengan kuat pada
kumparan medan sehingga tegangan output alternator akan cenderu ng naik.
8.4.3.3. Saat tegangan alternator lebih dari 14 V
Gambar 8.63. Aliran arus saat tegangan alternator lebih dari 14 V
Jika tegangan alternator lebih dari 14 V, maka dioda zener akan tembus
karena tegangan yang ada melebihi tegangan kerja di oda zener tersebut. Arus yang
mengalir melalui dioda zener akan diteruskan ke kaki basis Tr2, ke kaki emitor Tr2,
kemudian ke massa. Akibatnya Tr2 menjadi ON sehingga kaki kolektor dan emitornya
terhubung. Dengan demikian, arus yang mengalir dari R1 akan p indah (sebelumnya
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
247
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
mengalir ke kaki kolektor Tr3) ke kaki kolektor Tr2, ke emitor Tr2, kemudian ke massa.
Hal ini menyebabkan Tr3 tidak dapat memberikan arus ke basis Tr1 sehingga Tr1
menjadi OFF, dan menyebabkan aliran arus ke kumparan medan terhenti. Keja dian ini
menyebabkan medan magnet yang dihasilkan oleh kumparan medan menjadi hilang.
Hilangnya medan magnet ini mengakibatkan turunnya te gangan yang dihasilkan oleh
kumparan stator sehingga tegangan output alternator juga akan turun.
Gambar 8.64. Aliran arus jika output alternator kembali turun
Jika tegangan alternator turun karena hilangnya medan magnet pada
kumparan medan, dan jika penurunan tegangan menyebabkan tegangan alternator
kenjadi kurang dari 14 V, maka dioda zener D1 tidak menghantarkan arus listrik
karena tegangan yang ada padanya masih di bawah tegangan kerja dioda zener.
Dalam kondisi dioda zener tidak menghantarkan arus, Tr2 berada dalam posisi OFF
karena tidak mendapat arus basis sedangkan Tr3 dan Tr1 keadaannya ON. Jadi saat
tegangan output kurang dari 14 V, medan magnet terbentuk dengan kuat pada
kumparan medan sehingga tegangan output alternator akan cenderung naik lagi.
Kejadian ini akan terjadi secara berulang -ulang sehingga output alternator akan
dipertahankan tidak kurang dari 14 V dan tidak lebih dari 14 V, atau dengan kata lain
output alternator akan dipertahankan pada tegangan 14 V.
8.5. Menentukan Alternator untuk Dipasang pada Kendaraan
Beberapa hal perlu diperhatikan untuk memasang alternator pada suatu
kendaraan berdasarkan kebutuhan energi listrik yang diperlukan pada kendaraan
tersebut. Berikut langkah -langkah yang perlu dilakukan untuk menentukan kapasitas
alternator yang harus dipakai.
1. Menentukan power input untuk semua beban yang secara tetap bekerja pada
tegangan 14V. Misal, daya yang dibutuhkan sistem pengapian 20W, pompa bensin
listrik 70W, injeksi bb 100W, radio 12W, lampu besar 110W, dll sehingga total P w1
= 350W.
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
248
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
2. Menentukan power input untuk semua beban yang tidak tetap pada 14V. Misal
untuk wiper, lampu belok, lampu kabut, dll sehingga totalnya menjadi P w2 = 134 W
(pembulatan). Total power input = P w1 + Pw2 = 484W.
3. Dengan P w = 484 dan menggunakan tabel berikut (Bosch, alternator system):
Tabel 8.1. Daya dan Arus untuk Penerapan Alternator
Pw (14V)
IN
(A)
300 ...
<450
45
450 ...<
550
55
550... <
675
65
675... <
800
75
800...<850
80
Maka arus minimum yang diperlukan adalah IN = 55A. Jadi alternator yang
digunakan adalah alternator dengan kemampuan mengeluarkan arus 55 A atau di
atasnya.
4. Pengecekan selanjutnya dapat dilakukan menggunakan arus alternator IL pada
saat idle. IL dapat ditentukan dari kurva karakteristik alternator pada putaran nL
pada putaran engine idle, dalam hal ini contoh kecepatan alternator adalah 2000
rpm. Berdasarkan pengalam an praktis, untuk kendaraan penumpang pada
kecepatan engine idle IL harus melebihi arus Iw1 dengan faktor keamanan 1,3. Iw1
diperoleh dari daya input P w1 untuk semua beban tetap . Hal ini untuk menjamin
pengisian baterai yang efisien meskipun engine pada k ondisi idle dan dalam
menempuh perjalanan pendek. Misalnya, saat idle alternator menghasilkan arus IL
= 36A. Arus Iw1 dihitung dari P w1 ke Iw1 = Pw1/14V = 25 A dikalikan faktor 1,3
didapat 33A (pembulatan). Karena harga IL melebihi 33A, maka kebutuhan da ya
tercukupi dan aman.
8.6. Pemeriksaan dan Pengetesan Sistem Pengisian
Sistem pengisian memerlukan pemeriksaan dan pemeliharaan secara rutin.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan secara visual, pemeriksaan elektrik
yang meliputi pengujian ou tput alternator, pengujian penurunan tegangan pada
rangkaian sistem pengisian, pengetesan regulator (untuk tipe buka n IC), pengujian
penurunan tegangan ( voltage drop test) rangkaian pengisian, dan alternator bench
test. Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan pengetesan adalah
sebagai berikut.
1. Yakinkan bahwa kabel baterai terpasang pada terminal -terminal yang benar.
2. Lepaskan kabel baterai jika baterai sedang diisi cepat dengan melepas kabel
negatif terlebih dahulu.
3. Hindari mengoperasikan alte rnator saat kabel baterai terlepas.
4. Ikuti petunjuk pengujian sesuai dengan yang sudah ditentukan saat melakukan
pengujian terminal F regulator (tipe IC) saat di bypass. Putaran tinggi dapat
menyebabkan kelebihan output yang dapat menyebabkan kerusakan komp onen.
5. Hindari menghubungkan terminal B alternator ke massa meskipun mesin dalam
keadaan mati karena tegangan selalu ada (berasal dari baterai) pada terminal
tersebut.
8.6.1. Pemeriksaan Visual
Pemeriksaan visual merupakan pemeriksaan pertama yang harus dilakukan
pada sistem pengisian. Beberapa persoalan yang dapat menurunkan kemampuan
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
249
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
kerja sistem pengisian dapat diidentifikasi dan diperbaiki. Pengecekan visual yang
dapat dilakukan adalah :
1. Pengecekan baterai dengan melihat ketinggian air b aterai (jangan kurang dari
batas bawah), pemeriksaan berat jenis air baterai (antara 1,25 sampai 1,27) pada
26,7 0C, dan pemeriksaan terminal baterai dan kabel baterai yang harus bebas
dari karat dan hubungan kabel yang kendor.
Gambar 8.65. Pemeriksaan baterai dan terminalnya
2.
Pemeriksaan sekering dan fusible link. Pemeriksaan yang dilakukan adalah
pemeriksaan kontinyuitas (hubungan) sekering engine, sekering pengisian, dan
sekering pengapian. Pengecekan kontinyuitas juga dilakukan pada fusible link.
Gambar 8.66. Pemeriksaan sekering dan fusible link
3.
Pemeriksaan tali kipas dari retak -retak, dan kondisi fisik lainnya yang kurang baik,
posisi tali kipas pada pulinya, dan ganti jika diperlukan. Cek ketegangan tali kipas
dengan alat ukur kekencangan tali kipas.
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
250
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Gambar 8.67. Pemeriksaan tali kipas
4.
Periksa alternator, hubungan terminal -terminalnya dan kebel-kabelnya. Ganti
kabel jika diperlukan dan kencangkan terminal -terminal yang kendor. Periksa
alternator dari bunyi-bunyi yang tidak normal yang mengindikasi kan kerusakan
pada bantalan (bearing), tali kipas.
Gambar 8.68. Periksa alternator
5.
Periksa rangkaian lampu pengisian. Pada keadaan mesin mati dan semua
asesoris dalam keadaan tidak aktif, nyalakan kunci kontak. Lampu pengisian
harus menyala. Saat mesin hidup, lampu pengisian harus padam. Apabila lampu
pengisian tidak bekerja sesuai dengan ketentuan di atas, periksa lampu pengisian
dan rangkaian lampu pengisian.
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
251
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Gambar 8.69. Lampu pengisian
8.6.2. Pengetesan Output Alternator
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan alternator untuk
menghasilkan tegangan dan arus sesuai dengan ketentuan. Pengujian ini dilakukan
pada sistem pengisian yang mengalami kelebihan output ( overcharge) maupun yang
mangalami output rendah ( undercharge). Output sistem pengisian harus memenuhi
spesifikasi alternator tersebut. Jika hasil pengujian menunjukkan tidak sesuai dengan
spesifikasi, alternator atau regulator perlu diperiksa atau diganti. Alat khusus dapat
digunakan, atau dapat juga menggunakan alat ukur tegangan dan arus yang terpisah.
Ikuti petunjuk yang dikeluarkan oleh pabrik saat menggunakan alat ukur tersebut.
Berikut prosedur yang dilakukan untuk mengetes output al ternator dengan alat Sun
VAT-40.
Gambar 8.70. Pengujian output sistem pengisian
Pengujian tanpa beban
Pengujian sistem pengisian tanpa beba n dilakukan dengan beberapa langkah
sebagai berikut.
1. Siapkan alat ukur. Putar pengontrol kenaikan beban ke posisi OFF, cek jarum di
posisi Nol (atur jika diperlukan), hubungkan kabel alat ukur ya ng berwarna merah
ke positif baterai dan yang hitam ke negatif, set pemilih tegangan ke 18 V,
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
252
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
2.
3.
4.
5.
posisikan selektor ke #2 CHARGING, set amper meter ke posisi Nol, dan pasang
klem amper meter ke kabel negatif baterai.
Putar kunci kontak ke posisi ON (mesin tid ak hidup), baca penunjukkan pada
amper meter. Ini merupakan pembacaan awal untuk arus alternator yang harus
diberikan untuk sistem pengapian dan asesoris lain sebelum alternator bekerja
memberikan arus untuk mengisi baterai. Pembacaan kira-kira 6 A.
Hidupkan mesin dan set putaran pada 200 rpm. Beberapa model memerlukan
seting kecepatan yang berbeda.
Setelah sekitar 3 sampai 4 menit, baca penunjukkan amper meter dan volt meter.
Tambahkan hasil pembacaan ini dengan hasil pembacaan sebelum mesin hidup
seperti dijelaskan pada langkah 2 di atas. Pembacaan total harus kurang dari 10
A. Jika lebih dari 10 A, kemungkinan alternator masih bekerja mengisi baterai
karena baterai belum penuh. Jika baterai sudah penuh, pembacaan harus di
bawah 10 A. Hasil pengukuran teg angan harus berada dalam spesifikasi
alternator dan biasanya berkisar antara 13 V sampai 15 V. Cocokan dengan
spesifikasi, jika melebihi spesifikasi ganti regulator (untuk tipe IC , jangan
melakukan pengetesan dengan putaran selain yang sudah ditentukan ) dan setel
lidah pada voltage regulator pada regulator model konvensional. Apabila
tegangan kurang dari spesifikasi, lakukan pengujian dengan me -massa-kan
terminal F (untuk tipe IC) dan setel lidah pada voltage regulator untuk tipe
konvensional kemudian lihat pembacaan volt meter. Jika pembacaan masih
kurang dari spesifikasi, periksa alternator.
Lepas pe-massa-an pada terminal F (untuk tipe IC).
Gambar 8.71. Menghubungsingkatkan terminal F
Pengujian dengan beban
6. Saat mesin masih dalam keadaan be rputar pada putaran yang sudah ditentukan,
atur pengontrol kenaikan beban untuk mendapatkan pembacaan amper meter
tertinggi tanpa menyebabkan terjadinya penurunan tegangan ( voltage drop) di
bawah 12 V.
7. Baca penunjukkan amper meter. Pembacaan harus barada dalam 10% output
alternator yang telah ditentukan. Jika kurang, pemeriksaan lanjutan penggantian
pada alternator perlu dilakukan.
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
253
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Gambar 8.72. Lokasi terminal F pada beberapa model alternator IC
8.6.3. Pengujian penurunan tegangan ( voltage drop test)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui tahanan yang berlebihan pada
rangkaian sistem pengisian. Pengujian ini dapat menentukan penurunan tegangan
pada rangkaian otuput sistem pengisian. Pengujian dilakukan pada bagian massa dan
bagian positif sistem. Penurunan tegangan yang berlebihan yang disebabkan oleh
tahanan yang terlalu tinggi akan menurunkan arus pengisian. Pada kondisi beban
listrik yang berat, baterai akan mengeluarkan arus yang seharusnya dipenuhi oleh
sistem pengisian. Berikut dijelaskan langkah-langkah pengujiannya dengan
menggunakan volt meter.
8.6.3.1. Pengujian pada bagian positif sistem ( insulated side)
Gambar 8.73. Pengujian pada bagian positif sistem pengisian
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
254
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
1.
2.
3.
Pasang kaki positif tester terminal B alternator dan kaki negatif tester ke terminal
positif baterai.
Hidupkan mesin dan set pada putaran sekitar 2000 rpm
Baca penunjukkan volt meter. Penurunan tegangan tidak boleh lebih dari 0,2 V.
Jika lebih dari harga tersebut, cari jaringan yang mungkin bermasalah yang dapat
menyebabkan tahanan yang tinggi dan betulkan. Lakukan pengujian ulang.
Catatan :
Gambar di atas adalah ilustrasi pengujian untuk rangkaian sistem pengisian dengan
regulator IC. Untuk sistem pengisian dengan regulator konvensional , proses
pengujiannya sama, yaitu pengujian pada terminal B alternator (konvensional) dan
pada terminal positif baterai.
8.6.3.2. Pengujian pada bagian negatif sistem ( ground side)
Gambar 8.74. Pengujian pada bagian negatif sistem pengisian
1.
2.
3.
Pasang kaki negatif tester bodi altern ator dan kaki positif tester ke terminal negatif
baterai.
Hidupkan mesin dan set pada putaran sekitar 2000 rpm
Baca penunjukkan volt meter. Penurunan tegangan tidak boleh lebih dari 0,2 V.
Jika lebih dari harga tersebut, cari jaringan yang mungkin bermasa lah yang dapat
menyebabkan tahanan yang tinggi dan betulkan. Tahanan yang berlebihan
umumnya disebabkan oleh hubungan kabel yang kendor atau berkarat.
Catatan :
Gambar di atas adalah ilustrasi pengujian untuk rangkaian sistem pengisian dengan
regulator IC. Untuk sistem pengisian dengan regulator konvensional, proses
pengujiannya sama, yaitu pengujian pada bodi alternator (konvensional) dan pada
terminal negatif baterai.
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
255
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
8.6.4. Pengetesan Komponen Alternator ( Alternator Bench Test )
Pengetesan ini secara rinci dijelaskan pada bagian 8.7 gangguan dan
perbaikan pada sistem pengisian yang tercakup dalam pembongkaran, pengukuran,
dan pemasangkan kembali alternator.
8.7. Gangguan dan Perbaikan pada Sistem Pengisian
Gangguan dan perbaikan sistem pengisian dalam buku ini dibagi menjadi
dalam tiga bagian, yaitu gangguan dan perbaikan pada sistem pengisian
konvensional, sistem pengisian dengan regulator IC, dan sistem pengisian dengan
alternator tanpa sikat.
8.7.1. Gangguan dan Perbaikan pada Sistem Pengisian Konvensional
8.7.1.1. Trouble Shooting pada Sistem Pengisian Konvensional
Beberapa gangguan yang sering terjadi pada sistem pengisian konv ensional
adalah sebagai berikut.
1. Lampu pengisian tidak menyala saat kunci kontak ON
Apabila lampu tidak menyal a pada saat kunci kontak ON, maka beberapa
langkah yang perlu dilakukan adalah seperti yang dijelaskan pada diagram alir
berikut.
Gambar 8.75. Pemeriksaan lampu pengisian tidak menyala saat kunci kontak ON
Direktorat Pembinaan Seko lah Menengah Kejuruan
256
Download