jurnal pendidikan - Jurnal Universitas Serambi Mekkah

advertisement
ISSN 1693-4849
JURNAL PENDIDIKAN
SERAMBI ILMU
(Wadah Informasi Ilmiah dan Kreativitas Intelektual Pendidikan)
VOLUME 24












NOMOR 1
MARET 2016
Aktivitas Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Sistem Ekskresi dengan Menggunakan Metode Peta
Konsep Di SMPN 2 Banda Aceh
Anita Noviyanti
(1-7)
Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa Kelas XII TKJ.2 SMK Negeri 1
Bireuen
Bima Albert
(8-17)
Meningkatkan Hasil Belajar Tekanan Hidrostatis melalui NHT Siswa Kelas X TPTU SMK Negeri 1
Bireuen
Fatimah Abubakar
(18-27)
Perkembangan Budaya Politik Di Indonesia
M. Yusuf
(28-34)
Meningkatkan Hasil Belajar Norma Masyarakat Indonesia melalui STAD Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 1 Jeumpa
Yusrawati
(35-44)
Meningkatkan Ketrampilan Menyusun RPP Berbasis K13 melalui Modeling KKKS Gugus III SD
Negeri 28 Peusangan Kabupaten Bireuen
Zainuddin
(45-55)
Antisipasi Lembaga Perbankan Di Kota Banda Aceh dalam Mencegah Tindak Pidana Pencucian Uang
(TPPU) yang Dilakukan oleh Nasabah dan Korporasi
Zulfan Yusuf
(56-66)
Kajian Pedagogical Content Knowledge Calon Guru
Rini Sulastri
(67-70)
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IX-2 Semester I Tahun 2013/2014 Materi Sejarah Terjadinya
Uang dan Pengertian Uang melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Di SMP Negeri
1 Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya
Usmayani
(71-87)
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Teks Teks Iklan dalam Surat Kabar melalui Penggunaan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Kelas IX-2 Semester I Tahun Ajaran 2014/2015 SMP Babul
Istiqamah Susoh
A.Rani
(88-105)
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Materi Organ Pernafasan melalui Metode Alat Peraga Kelas V
Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016 pada SD Negeri 12 Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya
Aidar
(106-119)
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Penulisan Laporan Perjalanan dengan Menggunakan Metode
Penugasan Di Kelas VIII-1 Semester I Tahun 2014/2015 SMP Negeri Tunas Nusa Kabupaten Aceh Barat
Daya
Hasmanidar
(120-132)
Diterbit Oleh
FKIP Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
Jurnal
Pendidikan
Serambi Ilmu
Volume 24
Publikasi Online: jurnal.serambimekkah.ac.id/jurnal-fkip/
Nomor 1
Hal
1-132
Banda Aceh
Maret
2016
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1
28
PERKEMBANGAN BUDAYA POLITIK DI INDONESIA
Oleh
M. Yusuf*
Abstrak
Perkembangan budaya politik di Indonesia merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat
dengan ciri-ciri yang lebih khas. Istilah budaya politik meliputi masalah legitimasi,
pengaturan kekuasaan, proses gejolak masyarakat terhadap kekuasaan yang memerintah.
Dengan demikian, budaya politik langsung mempengaruhi kehidupan politik dan
menentukan keputusan nasional yang menyangkut pola pengalokasian sumber-sumber daya
masyrakat. Almond dan verba mendefinisikan budaya politik sebagai suatu siap orientasi
yang khas warga Negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya, dan sikap
terhadap peranan warga Negara yang ada didalam sistem itu. Dengan kata lain bagaimana
distribusi pola-pola orientasi khusus menuju tujuan politik diantara masyarakat bangsa itu.
Budaya Politik Indonesia saat ini adalah Campuran dari Parokial, Kaula, dan Partisipan,
dari segi budaya Politik Partisipan, Semua ciri-cirinya telah terjadi di Indonesia dan ciri-ciri
budaya politik Parokial juga ada yang memenuhi yaitu seperti berlangsungnya pada
masyarakat tradisional dan pada budaya politik kaula ada yang memenuhi seperti warga
menyadari sepenuhnya otoritas pemerintah. Kecendrungan Neo-patrimonisalistik dimana
salah satu kecendrungan dalam kehidupan politik di Indonesia adalah adanya kecendrungan
munculnya budaya politik yang bersifat neo-patrimonisalistik; artinya meskipun memiliki
atribut yang bersifat modern dan rasionalistik seperti birokrasi, perilaku negara masih
memperlihatkan tradisi dan budaya politik yang berkarakter patrimonial. Perkembangan
budaya politik di Indonesia tidak terlepas dari peradaban budaya politik yang terjadi di
Indonesia.
Kata Kunci : Budaya Politik dan Perkembangannya di Indonesia
PENDAHULUAN
Setiap warga Negara Indonesia dalam
kesehariannya hampir selalu bersentuhan
dengan aspek-aspek politik praktis baik yang
bersimbol
maupun
tidak.
Proses
pelaksanaanya dapat terjadi secara langsung
atau tidak langsung. Secara tidak langsung,
berarti sebatas mendengar informasi atau
berita-berita tentang peristiwa politik yang
terjadi. Secara langsung , berarti orang tersebut
terlibat dalam peristiwa politik tertentu.
Kehidupan politik yang merupakan bagian dari
keseharian dalam interaksi antar warga Negara
dengan pemerintah institusi-institusi di luar
pemerintah (non-formal) telah menghasilkan
dan membentuk variasi pendapat, pandangan
dan pengetahuan tentang praktik-praktik
perilaku politik dalam semua system politik.
Perkembangan
budaya
politik
di
Indonesia merupakan bagian dari kebudayaan
masyarakat dengan ciri-ciri yang lebih khas.
Istilah budaya politik meliputi masalah
M. Yusuf, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen
legitimasi, pengaturan kekuasaan, proses
gejolak masyarakat terhadap kekuasaan yang
memerintah. Dengan demikian, budaya politik
langsung mempengaruhi kehidupan politik dan
menentukan
keputusan
nasional
yang
menyangkut pola pengalokasian sumbersumber daya masyrakat. Budaya politik
merupakan sistem nilai dan keyakinan dimiliki
bersama oleh masyarakat. Almond dan verba
mendefinisikan budaya politik sebagai suatu
siap orientasi yang khas warga Negara
terhadap sistem politik dan aneka ragam
bagiannya, dan sikap terhadap peranan warga
Negara yang ada didalam sistem itu. Dengan
kata lain bagaimana distribusi pola-pola
orientasi khusus menuju tujuan politik diantara
masyarakat bangsa itu.
Budaya Politik Indonesia saat ini adalah
Campuran dari Parokial, Kaula, dan Partisipan,
dari segi budaya Politik Partisipan, Semua ciricirinya telah terjadi di Indonesia dan ciri-ciri
budaya politik Parokial juga ada yang
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1
memenuhi yaitu seperti berlangsungnya pada
masyarakat tradisional dan pada budaya politik
kaula ada yang memenuhi seperti warga
menyadari sepenuhnya otoritas pemerintah.
Setelah era reformasi memang orang menyebut
Indonesia telah menggunakan budaya Politik
partisipan karena telah bebasnya Demokrasi,
partisipatifnya masyarakat dan tidak tunduk
akan keputusan atau kinerja pemerintah baru .
Adapun rumusan masalah dalam
makalah ini, antara lain:
1. Bagaimana pengertian dari budaya
politik?
2. Apa saja komponen dan tipe budaya
politik?
3. Bagaimana perkembangan budaya politik
di Indonesia?
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk
menjelaskan dan meningkatkan pemahaman
peserta didik tentang budaya politik, serta
mengetahui proses perkembangan budaya
politik di Indonesia
1. Peserta didik memahami dan mengerti
konsep budaya politik
2. Peserta didik mengetahui komponen dan
tipe budaya politik
3. Peserta didik mampu meningkatkan
motivasi belajar konsep budaya politik dan
mengetahui proses perkembangan budaya
politik di Indonesia serta dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari.
PEMBAHASAN
Pengertian Budaya Politik
Budaya politik merupakan pola perilaku
suatu masyarakat dalam kehidupan bernegara,
penyelenggaraan administrasi negara, politik
pemerintahan, hukum, adat istiadat, dan norma
kebiasaan yang dihayati oleh seluruh anggota
masyarakat setiap harinya. Budaya politik juga
dapat di artikan sebagai suatu sistem nilai
bersama suatu masyarakat yang memiliki
kesadaran
untuk
berpartisipasi
dalam
pengambilan keputusan kolektif dan penentuan
kebijakan
publik
untuk
masyarakat
seluruhnya.
Ada banyak sarjana ilmu politik yang
telah mengkaji tema budaya politik sehingga
terdapat variasi konsep tentang budaya politik
yang kita ketahui. Namun bila diamati dan
dikaji lebih jauh, derajat/tingkat perbedaan
konsep tersebut tidaklah begitu besar sehingga
tetap dalam satu pemahaman dan rambuM. Yusuf, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen
29
rambu yang sama. Berikut ini merupakan
pengertian budaya politik menurut beberapa
ahli ilmu politik. Berikut ini merupakan
pengertian budaya politik menurut beberapa
ahli ilmu politik adalah sebagai berikut :
a. Rusadi Sumintapura
Budaya politik tidak lain adalah pola
tingkah laku individu dan orientasinya
terhadap kehidupan poltik yang dihayati oleh
para anggota suatu system politik.
b. Sidney Verba
Budaya politik adalah suatu system
kepercayaan empirik, symbol-symbol eksresif,
dan nilai-nilai yang menegaskan suatu situasi
di mana tindakan politik dilakukan.
c. Alan R. Ball
Budaya politik adalah suatu susunan
yang terdiri dari sikap, kepercayaan, emosi dan
nilai-nilai masyarakat yang berhubungan
dengan sIstem politik dan isu-isu politik.
d. Austin ranney
Budaya politik adalah seperangkat
pandangan tentang politik dan pemerintahan
yang dipegang secara bersama-sama, sebuah
pola orientasi terhadap objek-objek politik.
e. Gabriel A. Almond dan G. Bingham
powell, Jr.
Budaya
politik berisikan sikap,
keyakinan, nilai, dan keterampilan yang
berlaku bagi seluruh populasi, juga
kecenderungan dan pola- pola khusus yang
terdapat pada bagian-bagian tertentu dari
populasi.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut
diatas (dalam arti umum atau menurut para
ahli), dapat ditarik beberapa batasan
konseptual tentang budaya politik sebagai
berikut:
1). Bahwa konsep budaya politik lebih
memberikan penekanan pada perilakuperilaku nonaktual seperti orientasi,
sikap, nilai-nilai dan kepercayaankepercayaan.
2). Hal-hal yang diorientasikan dalam
budaya politik adalah sisitem politik,
artinya pembicaraan tentang budaya
politik tidak pernah lepas dari
pembicaraan tentang sistem politik.
3). Budaya politik merupakan deskripsi
konseptual
yang
menggambarkan
komponen-komponen budaya politik
dalam
tataran
massif,
atau
mendeskripsikan masyarakat di suatu
Negara atau wilayah, bukan per individu.
M. Yusuf, Perkembangan Budaya Politik Di Indonesia
Dengan memahami pengertian budaya politik,
kita akan memperoleh paling tidak dua
mannfaat, yakni:
a. Sikap warga Negara terhadap system
politik akan mempengaruhi tuntutan,
tanggapan, dukungan, serta orientasinya
terhadap sistem politik itu.
b. Hubungan antara budaya politik dengan
system politik atau factor-factor apa yang
menyebabkan terjadinya pergeseran
politik dapat dimengerti.
Komponen-komponen Budaya Politik
Menurut Ranney, budaya politik
memiliki dua komponen utama, yaitu orientasi
kognitif (cognitive orientations )dan orientasi
afektif (affective orientation). Sementara itu,
Almond
dan
Verba
dengan
lebih
komprehensif mengacu pada apa yang
dirumuskan Parsons dan Shils tentang
klasifikasi tipe – tipe orientasi, bahwa budaya
politik mengandung tiga komponen objek
politik berikut:
a. Orientasi kognitif : berupa pengetahuan
tentang kepercayaan pada
politik,
peranan, dan segala kewajiban serta input
dan outputnya.
b. Orientasi afektif : berupa perasaan terhadap
sistem politik, peranannya,
para actor,
dan penampilannya.
c. Orientasi evaluatif: berupa keputusan dan
pendapat tentang objek- objek politik yang
secara tipikal melibatkan standar nilai dan
kriteria informasi dan perasaan.
Secara umum budaya politik terbagi atas
tiga :
1. Budaya politik apatis (acuh, masa bodoh,
dan pasif)
2. Budaya politik mobilisasi (didorong atau
sengaja dimobilisasi)
3. Budaya politik partisipatif (aktif)
Tipe-tipe Budaya Politik
·
Budaya politik parokial yaitu budaya
politik yang tingkat partisipasi politiknya
sangat rendah. Budaya politik suatu
masyarakat dapat di katakan Parokial apabila
frekuensi orientasi mereka terhadap empat
dimensi penentu budaya politik mendekati nol
atau tidak memiliki perhatian sama sekali
terhadap keempat dimensi tersebut. Tipe
budaya politik ini umumnya terdapat pada
masyarakat suku Afrika atau masyarakat
M. Yusuf, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen
30
pedalaman di Indonesia. dalam masyarakat ini
tidak ada peran politik yang bersifat khusus.
Kepala suku, kepala kampung, kyai, atau
dukun,yang biasanya merangkum semua peran
yang ada, baik peran yang bersifat politis,
ekonomis atau religius.
·
Budaya politik kaula (subjek),yaitu
budaya politik yang masyarakat yang
bersangkutan sudah relatif maju baik sosial
maupun ekonominya tetapi masih bersifat
pasif. Budaya politik suatu masyarakat dapat
dikatakan subyek jika terdapat frekuensi
orientasi yang tinggi terhadap pengetahuan
sistem politik secara umum dan objek output
atau terdapat pemahaman mengenai penguatan
kebijakan yang di buat oleh pemerintah.
Namun frekuensi orientasi mengenai struktur
dan peranan dalam pembuatan kebijakan yang
dilakukan
pemerintah
tidak
terlalu
diperhatikan. Para subyek menyadari akan
otoritas pemerintah dan secara efektif mereka
di arahkan pada otoritas tersebut. Sikap
masyarakat terhadap sistem politik yang ada
ditunjukkan melalui rasa bangga atau malah
rasa tidak suka. Intinya, dalam kebudayaan
politik subyek, sudah ada pengetahuan yang
memadai tentang sistem politik secara umum
serta proses penguatan kebijakan yang di buat
oleh pemerintah.
·
Budaya politik partisipan,yaitu budaya
politik yang ditandai dengan kesadaran politik
yang sangat tinggi. Masyarakat mampu
memberikan opininya dan aktif dalam kegiatan
politik. Dan juga merupakan suatu bentuk
budaya politik yang anggota masyarakatnya
sudah memiliki pemahaman yang baik
mengenai empat dimensi penentu budaya
politik. Mereka memiliki pengetahuan yang
memadai mengenai sistem politik secara
umum, tentang peran pemerintah dalam
membuat kebijakan beserta penguatan, dan
berpartisipasi aktif dalam proses politik yang
berlangsung. Masyarakat cenderung di arahkan
pada peran pribadi yang aktif dalam semua
dimensi di atas, meskipun perasaan dan
evaluasi mereka terhadap peran tersebut bisa
saja bersifat menerima atau menolak.
Budaya Politik yang Berkembang di
Indonesia
Gambaran sementara tentang budaya
politik Indonesia, yang tentunya harus di
telaah dan di buktikan lebih lanjut, adalah
pengamatan tentang variabel sebagai berikut :
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1
a. Konfigurasi subkultur di Indonesia masih
aneka ragam, walaupun tidak sekompleks
yang dihadapi oleh India misalnya, yang
menghadapi masalah perbedaan bahasa,
agama, kelas, kasta yang semuanya relatif
masih rawan/rentan.
b. Budaya politik Indonesia yang bersifat
Parokial-kaula di satu pihak dan budaya
politik partisipan di lain pihak, di satu segi
masa
masih
ketinggalan
dalam
mempergunakan hak dan dalam memikul
tanggung jawab politiknya yang mungkin
di sebabkan oleh isolasi dari kebudayaan
luar, pengaruh penjajahan, feodalisme,
bapakisme, dan ikatan primordial.
c. Sikap ikatan primordial yang masih kuat
berakar, yang di kenal melalui indikatornya
berupa sentimen kedaerahan, kesukaan,
keagamaan,
perbedaan
pendekatan
terhadap keagamaan tertentu; purutanisme
dan non puritanisme dan lain-lain.
d. Kecendrungan budaya politik Indonesia
yang masih mengukuhi sikap paternalisme
dan sifat patrimonial; sebagai indikatornya
dapat di sebutkan antara lain bapakisme,
sikap asal bapak senang.
e. Dilema interaksi tentang introduksi
modernisasi
(dengan
segala
konsekuensinya) dengan pola-pola yang
telah lama berakar sebagai tradisi dalam
masyarakat.
Hirarki
yang
tegar/ketat
dimana
masyarakat Jawa, dan sebagian besar
masyarakat lain di Indonesia, pada dasarnya
bersifat hirarkis. Stratifikasi sosial yang
hirarkis ini tampak dari adanya pemilahan
tegas antara penguasa (wong gedhe) dengan
rakyat kebanyakan (wong cilik). Masingmasing terpisah melalui tatanan hirarkis yang
sangat ketat. Alam pikiran dan tatacara sopan
santun diekspresikan sedemikian rupa sesuai
dengan asal usul kelas masing-masing.
Penguasa dapat menggunakan bahasa 'kasar'
kepada rakyat kebanyakan. Sebaliknya, rakyat
harus mengekspresikan diri kepada penguasa
dalam bahasa 'halus'. Dalam kehidupan politik,
pengaruh stratifikasi sosial semacam itu antara
lain tercemin pada cara penguasa memandang
diri dan rakyatnya.·
Kecendrungan Patronage dimana pola
hubungan Patronage merupakan salah satu
budaya politik yang menonjol di Indonesia.
Pola hubungan ini bersifat individual. Dalam
kehidupan politik, tumbuhnya budaya politik
M. Yusuf, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen
31
semacam ini tampak misalnya di kalangan
pelaku politik. Mereka lebih memilih mencari
dukungan dari atas daripada menggali
dukungn dari basisnya.
Kecendrungan
Neo-patrimonisalistik
dimana salah satu kecendrungan dalam
kehidupan politik di Indonesia adalah adanya
kecendrungan munculnya budaya politik yang
bersifat
neo-patrimonisalistik;
artinya
meskipun memiliki atribut yang bersifat
modern dan rasionalistik seperti birokrasi,
perilaku negara masih memperlihatkan tradisi
dan budaya politik yang berkarakter
patrimonial.
Ciri-ciri birokrasi modern:
 Adanya suatu struktur hirarkis yang
melibatkan pendelegasian wewenang dari
atas ke bawah dalam organisasi
 Adanya posisi-posisi atau jabatan-jabatan
yang masing-masing mempunyai tugas
dan tanggung jawab yang tegas
 Adanya aturan-aturan, regulasi-regulasi,
dan standar-standar formalyang mengatur
bekerjanya organisasi dan tingkah laku
anggotanya
 Adanya personel yang secara teknis
memenuhi syarat, yang dipekerjakan atas
dasar karier, dengan promosi yang
didasarkan
pada
kualifikasi
dan
penampilan.
Budaya Politik di Indonesia
Budaya politik di Indonesia merupakan
perwujudan nilai-nilai yang dianut oleh
masyarakat Indonesia yang diyakini sebagai
pedoman dalam melaksanakan kegiatan
kegiatan polituk kenegaraan. Budaya politik
Indonesia
selalu
berubah
mengikuti
perkembangan zaman. Tetapi itu hanya terjadi
pada daerah perkotaan dan pedesaan yang
telah maju, sedangkan pada daerah-daerah
terpencil itu tidak terjadi perubahan karena
kurangnya pendidikan dan informasi
Indonesia menjalankan pemerintahan
republik presidensial
multipartai
yang
demokratis. Seperti juga di negara-negara
demokrasi lainnya, sistem politik di Indonesia
didasarkan pada Trias Politika yaitu kekuasaan
legislatif, eksekutif dan yudikatif. Kekuasaan
legislatif dipegang oleh sebuah lembaga
bernama Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR) yang terdiri dari dua badan yaitu DPR
yang anggota-anggotanya terdiri dari wakilwakil Partai Politik dan DPD yang anggota-
M. Yusuf, Perkembangan Budaya Politik Di Indonesia
anggotanya mewakili provinsi yang ada di
Indonesia. Setiap daerah diwakili oleh 4 orang
yang dipilih langsung oleh rakyat di daerahnya
masing-masing. MPR dulunya adalah lembaga
tertinggi negara. Namun setelah amandemen
ke-4 MPR bukanlah lembaga tertinggi lagi.
Keanggotaan
MPR
berubah
setelah
Amandemen UUD 1945 pada periode 19992004. Seluruh anggota MPR adalah anggota
DPR, ditambah dengan anggota DPD (Dewan
Perwakilan Daerah). Anggota DPR dan DPD
dipilih melalui pemilu dan dilantik dalam masa
jabatan lima tahun. Anggota MPR saat terdiri
dari 560 anggota DPR dan 132 anggota DPD.
Lembaga eksekutif berpusat pada
presiden, wakil presiden, dan kabinet. Kabinet
di Indonesia adalah Kabinet Presidensial
sehingga para menteri bertanggung jawab
kepada presiden dan tidak mewakili partai
politik yang ada di parlemen. Lembaga
Yudikatif sejak masa reformasi dan adanya
amandemen UUD 1945 dijalankan oleh
Mahkamah Agung, Komisi Yudisial, dan
Mahkamah Konstitusi, termasuk pengaturan
administrasi para hakim. Meskipun demikian
keberadaan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia tetap dipertahankan.
Peradaban Budaya Politik di Indonesia
Budaya Politik Indonesia saat ini adalah
Campuran dari Parokial, Kaula, dan Partisipan,
dari segi budaya Politik Partisipan , Semua
ciri- cirinya telah terjadi di Indonesia dan ciriciri budaya politik Parokial juga ada yang
memenuhi yaitu seperti berlangsungnya pada
masyarakat tradisional dan pada budaya politik
kaula ada yang memenuhi seperti warga
menyadari sepenuhnya otoritas pemerintah.
Setelah era reformasi memang orang
menyebut Indonesia telah menggunakan
budaya Politik partisipan karena telah
bebasnya
Demokrasi,
partisipatifnya
masyarakat dan tidak tunduk akan keputusan
atau kinerja pemerintah baru . Perlu diketahui
ketika era orde baru Demokrasi dikekang.
Segala bentuk media dikontrol/diawasi oleh
pemerintah lewat Departemen Penerangan
supaya tidak mempublikasikan kebobrokan
pemerintah.
Peradaban budaya politik di Indonesia
terbagi kedalam beberapa zaman yaitu sebagai
berikut:
1. Zaman Penjajahan Belanda
M. Yusuf, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen
32
Zaman ini partai-partai politik tidak dapat
hidup damai dan tentram.Hal ini disebabkan
setiap
partai
yang
menentang
akan
ditangkap,diasingkan,
dipenjarakan
atau
disingkirkan.Partai-partai yang pernah ada
pada zaman belanda diantaranya adalah
Indische Partij (1912), National Indische Partij
(1919), Indische Social Demokratische
Veriniging (ISDV) Tahun 1915, Partai
Komunis Indonesia(1920), Partai Serikat Islam
(1923),
Partai
Nasional
Indonesia
(1927),Permufakatan Perhimpunan Politik
Kebangsaan Indonesia (1927), Partai Serikat
Islam Indonesia (1930), Partai Indonesia
(1931), Partai Indonesia Raya (1935), Gerakan
Rakyat Indonesia (1937), Gabungan Politik
Indonesia (1939).
2. Zaman Penjajahan Jepang
Pada masa awal pendudukan, Jepang
menyebarkan propaganda yang menarik. Sikap
Jepang pada awalnya menunjukkan kelunakan,
misalnya: a) mengizinkan bendera Merah
Putih dikibarkan di samping benderaJepang, b)
melarang penggunaan bahasa Belanda, c)
mengizinkan penggunaan bahasa Indonesia
dalam kehidupan sehari-hari, dan d)
mengizinkan menyanyikan lagu Indonesia
Raya. Kebijakan Jepang yang lunak ternyata
tidak berjalan lama. Jenderal Imamura
mengubah semua kebijakannya. Kegiatan
politik dilarang dansemua organisasi politik
yang ada dibubarkan. Sebagai gantinya Jepang
membentuk
organisasi-organisasi
baru.
Tentunya untuk kepentingan Jepang itu
sendiri. Organisasi-organisasi yang didirikan
Jepang antara lain Gerakan Tiga A, Putera, dan
Jawa Hokokai.
3. Zaman Orde Lama
Budaya politik yang berkembang pada
era
ini
masih
diwarnai
dengan
sifatprimordialisme.
Tokoh
politik
memperkenalkan
gagasan
Nasionalisme,
Agama, dan Komunisme (Nasakom). Gagasan
tersebut menjadi patokan bagi partai-partai
yang berkembang pada era Demorasi
Terpimpin. Dalam kondisi tersebut tokoh
politik dapat memelihara keseimbangan
politik.Selain itu, paternalisme juga bahkan
dapat hidup lebih subur di kalanganelit-elit
politiknya.
Pengaturan
soal-soal
kemasyaraktan lebih cenderung dilakukan
secarapaksaan. Hal ini bisa dilihat dari adanya
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1
teror mental yang dilakukan kepada
kelompok-kelompok atau orang-orang yang
kontrarevolusi ataupun kepada aliran-aliran
yang tidak setuju dengan nilai-nilaimutlak
yang telah ditetapkan oleh penguasa.
Dari masyarakatnya sendiri, besarnya
partisipasi berupa tuntutan yangdiajukan
kepada pemerintah juga masih melebihi
kapasitas sistem yangada. Namun, saluran
inputnya dibatasi, yaitu hanya melalui Front
Nasional. Input-input yang masuk melalui
Front Nasional tersebut menghasilkan output
yang berupa output simbolik melalui bentuk
rapat-rapat
raksasa
yang
hanya
menguntungkan
rezim
yang
sedang
berkuasa.Jadi masyarakat berada pada tingkat
budaya politik kaula, karena diciptakan atas
usaha dari rezim Zaman Orde Lama.
4. Zaman Orde Baru
Gaya
politik
yang
didasarkan
primordialisme pada era Orde Baru sudah
mulai ditinggalkan. Sifat birokrasi yang
bercirikan patron-klien melahirkan tipe
birokrasi patrimonial.Dari penjelasan diatas,
mengindikasikan bahwa budaya politik
yangberkembang pada era Orde Baru adalah
budaya
politik
subjek.
Dimanasemua
keputusan dibuat oleh pemerintah, sedangkan
rakyat
hanya
bisatunduk
di
bawah
pemerintahan
otoriterianisme
Soeharto.
Kalaupun adaproses pengambilan keputusan
hanya sebagai formalitas karena keputusan
kebijakan publik yang hanya diformulasikan
dalam lingkaran elit birokrasi dan militer.
5. Zaman Reformasi
Pada masa ini masyarakat mampu
memberikan opininya dan aktif dalam kegiatan
politik. Dan juga merupakan suatu bentuk
budaya politik yang anggota masyarakatnya
sudah memiliki pemahaman yang baik
mengenai
dimensi
penentu
budaya
politik.Mereka memiliki pengetahuan yang
memadai mengenai sistem politik secara
umum, tentang peran pemerintah dalam
membuat kebijakan beserta penguatan, dan
berpartisipasi aktif dalam proses politik yang
berlangsung. Masyarakat cenderung di arahkan
pada peran pribadi yangaktif dalam semua
dimensi di atas, meskipun perasaan dan
evaluasi mereka terhadap peran tersebut bisa
saja bersifat menerima atau menolak.
M. Yusuf, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen
33
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari penulisan dan pembahasan yang
ada dapat disimpulkan bahwa:
1. Budaya politik merupakan pola perilaku
suatu masyarakat dalam kehidupan
bernegara, penyelenggaraan administrasi
negara, politik pemerintahan, hukum,
adat istiadat, dan norma kebiasaan yang
dihayati oleh seluruh anggota masyarakat
setiap harinya. Budaya politik juga dapat
di artikan sebagai suatu sistem nilai
bersama suatu masyarakat yang memiliki
kesadaran untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan kolektif dan
penentuan kebijakan publik untuk
masyarakat seluruhnya.
2. Menurut Ranney, budaya politik
memiliki dua komponen utama, yaitu
orientasi kognitif (cognitive orientations
)dan
orientasi
afektif
(affective
orientation). Sementara itu, Almond dan
Verba dengan lebih komprehensif
mengacu pada apa yang dirumuskan
Parsons dan Shils tentang klasifikasi
tipe-tipe orientasi.
3. Budaya politik Indonesia yang bersifat
Parokial-kaula di satu pihak dan budaya
politik partisipan di lain pihak, di satu
segi masa masih ketinggalan dalam
mempergunakan hak dan dalam memikul
tanggung jawab politiknya yang mungkin
di sebabkan oleh isolasi dari kebudayaan
luar, pengaruh penjajahan, feodalisme,
bapakisme, dan ikatan primordial.
4. Budaya politik di Indonesia merupakan
perwujudan nilai-nilai yang dianut oleh
masyarakat Indonesia yang diyakini
sebagai pedoman dalam melaksanakan
kegiatan kegiatan polituk kenegaraan.
Budaya politik Indonesia selalu berubah
mengikuti perkembangan zaman. Tetapi
itu hanya terjadi pada daerah perkotaan
dan pedesaan yang telah maju, sedangkan
pada daerah-daerah terpencil itu tidak
terjadi perubahan karena kurangnya
pendidikan dan informasi.
5. Kecendrungan
Neo-patrimonisalistik
dimana salah satu kecendrungan dalam
kehidupan politik di Indonesia adalah
adanya kecendrungan munculnya budaya
politik
yang
bersifat
neopatrimonisalistik;
artinya
meskipun
memiliki atribut yang bersifat modern
M. Yusuf, Perkembangan Budaya Politik Di Indonesia
dan rasionalistik seperti birokrasi,
perilaku negara masih memperlihatkan
tradisi dan budaya politik yang
berkarakter patrimonial.
Saran
Berkaitan dengan kesimpulan di atas,
maka dikemukakan saran bahwa peserta didik
hendaknya dapat membaca dan memahami
sekaligus dapat mempelajari perkembangan
budaya politik di Indonesia lainnya, hal ini
untuk mendorong motivasi dan kreatifitas
siswa dalam mempelajari dan memahami
semua aspek budaya politik dalam kehidupan
sehari-hari
DAFTAR PUSTAKA
Elly M. Setiadi. 2002. PPKn . Jakarta : PT.
Sarana Panca Karya Nusa.
http://pelajaran-lengkap.blogspot.com/
pengertian-macam-macam-budayapolitik.html
Error! Hyperlink reference not valid.
http://menarailmuku.blogspot.com/budayapolitik.html
http://www.indonesia.go.id/in/sekilasindonesia/politik-dan-pemerintahan
http://www.indonesia.go.id/in/sekilasindonesia/peradapan-politik.html
http://www.slideshare.net/nisakhairani/ciriciri-budaya-politik-yang-berkembang
- di-indonesia?related=1
Retno Listyarti. 2013. Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
M. Yusuf, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen
34
Download