KANDUNGAN BASA PURIN PADA IKAN TERI

advertisement
Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan
Vol. 2, No. 1, Februari 2014
KANDUNGAN BASA PURIN PADA IKAN TERI Stelophorus sp.
DAN IKAN SARDEN Sardinella gibossa
Obyn Imhart Pumpente, Roike I. Montolalu, dan Djuhria Wonggo.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui konsentrasi senyawa basa purin pada ikan teri dan
sarden segar. Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kandungan basa
purin ikan teri dan sarden dalam bentuk segar dan hubungannya kesehatan. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan Kandungan purin ikan teri dan sarden yang tidak disiangi masing-masing 65,30 dan 124,3
mg/100 g, sedangkan jika disiangi maka kandungan basa purin masing -masing sebesar 1,9 dan 12,4
mg/100 g. Ikan teri yang tidak disiangi (utuh) termasuk dalam golongan makanan purin sedang yaitu 9–
100 mg/100 g, untuk jenis ikan sarden yang tidak disiangi (utuh) termasuk dalam golongan makanan
purin tinggi yakni 100–1000 mg/100g. Jika dibandingkan dengan ikan teri yang telah melalui proses
penyiangan (tanpa kepala dan isi perut) kandungan purinnya masu k dalam kategori rendah yaitu ≤9
mg/100 g, untuk jenis ikan sarden yang telah melalui proses penyiangan kandungan purinnya masuk
dalam kategori purin sedang yakni 9–100 mg/100 g. Basa purin diduga memiliki hubungan dengan
kandungan protein. Kandungan protein yang tinggi dalam tubuh i kan segar akan menghasilkan basa purin
yang tinggi dan ikan dengan kandungan protein yang rendah mengandung basa purin yang rendah pula.
Kata kunci: Basa purin, ikan teri, ikan sarden.
Purin adalah salah satu penyusun asam
nukleat yang terdapat pada semua sel makhluk
hidup. Purin ibarat batu bata yang menyusun
tembok asam nukleat. Asam nukleat ini berupa
DNA (deoxyribose nucleic acid) atau RNA
(ribose nucleic acid). Purin paling banyak
terdapat pada protein, hampir semua bahan
makanan mengandung purin seperti daging,
jeroan, ikan atau hewan laut. Purin inilah yang
dimetabolisme tubuh menjadi asam urat
(Soeroso dan Algristian, 2011).
Asam urat sebenarnya merupakan asam
berbentuk kristal putih, tidak berasa dan tidak
berbau, memiliki sifat sulit larut di dalam air,
dan merupakan hasil akhir dari proses
metabolisme purin. Asam urat merupakan asam
lemah dan termasuk senyawa alkaloid turunan
purin (xanthine). Senyawa ini ditemukan oleh
Scheele (1966) sebagai hasil akhir dari
metabolisme nitrogen yang terdapat pada hewan
melata dan burung. Asam urat juga bisa
ditemukan pada hewan pemakan daging. Di
dalam tubuh kita, asam urat berfungsi sebagai
antioksidan dan menyumbangkan kontribusi
sebesar 60% dari total aktivitas untuk
membersihkan radikal bebas pada serum. Asam
urat difiltrasi di dalam darah, kemudian
dikeluarkan melalui urine. Oleh karena itu,
konsentrasi asam urat pada urine 10 kali hingga
20 kali lebih tinggi bila dibandingkan dalam
plasma (Noormindhawati, 2013).
PENDAHULUAN
Negara Indonesia merupakan negara
maritim yang memiliki laut yang cukup luas.
Dua per tiga dari wilayah Indonesia adalah
perairan. Laut Indonesia memiliki potensi
sumberdaya yang besar terutama potensi
perikanan laut dari segi jumlah ataupun
keragaman jenis. Luas laut Indonesia kurang
lebih 5,8 juta km 2 dengan garis pantai
sepanjang81.000 km. Laut Indonesia yang luas
menyediakan sumberdaya ikan laut dengan
potensi lestari sebesar 6,4 juta ton per tahun
yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan
perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia
(ZEEI). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan
di Indonesia sebesar 80% dari potensi lestari
sumberdaya ikan laut yaitu sebesar 5,12 juta ton
(Nurjanah et al. 2011 dalam Utami, 2012).
Ikan
menyumbang
60–70%
dari
kebutuhan protein hewani masyarakat. Ikan
merupakan salah satu sumber makanan yang
sangat dibutuhkan oleh manusia, hal ini
dikarenakan ikan mengandung protein yang
cukup tinggi (Afrianto dan Liviawaty, 1989).
Bagi tubuh protein berfungsi sebagai unit
pembangun dalam biosintesa protein untuk
keperluan pengganti jaringan tubuh yang rusak,
serta pengatur dan pengontrol metabolisme
tubuh (Suwetja, 2011).
1
Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan
Vol. 2, No. 1, Februari 2014
Penyakit asam urat yang paling umum
dijumpai dan telah dikenal luas di masyarakat
adalah gout atau penyakit asam urat. Sesuai
dengan namanya penyakit ini disebabkan oleh
suatu keadaan dimana kadar asam urat dalam
darah melebihi keadaan normalnya atau disebut
dengan hiperusemia. Umumnya yang terserang
asam urat adalah pria usia antara 30–40 tahun,
sedangkan pada wanita umur 55–70 tahun,
insiden
wanita
jarang
kecuali
setelah
menopause (Tjokroprawiro, 2007 dalam Dinaa,
2013).
Tujuan penelitian ini yakni untuk
mengetahui konsentrasi senyawa basa purin
pada ikan teri dan sarden segar. Dari penelitian
ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai kandungan basa purin ikan teri dan
sarden dalam bentuk segar dan hubungannya
kesehatan.
dibuat tiga sampel kemudian dilarutkan dalam
H2 SO4 dengan konsentrasi10 M dalam labu
takar 50 ml. Diamkan selama 45 menit,
kemudian disentrifuse. Filtrat kemudian
dianalisa
dengan
menggunakan
spektrofotometer.
Analisa data
Hasil
pengamatan
laboratorium
diperoleh dalam dua cara yakni: hasil
pengamatan yang bersifat kualitatif dan hasil
pengamatan yang bersifat kuantitatif. Data yang
telah
diperoleh
selanjutnya
dilakukan
perhitungan dengan nilai rata-rata, kemudian
hasilnya disajikan dalam bentuk tabel
sedangkan hasil pengamatan yang bersifat
kualitatif disajikan dalam bentuk histogram.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil analisa laboratorium terhadap
kandungan purin pada ikan teri dan sarden
segar diperoleh data analisis sebagai berikut:
METODOLOGI PENELITIAN
Bahan Baku dan Alat
Bahan baku yang digunakan pada
penelitian ini yakni 2 jenis ikan (teri dan
sarden). Sampel tersebut kemudian dianalisa di
laboratorium dengan menggunakan bahan kimia
yang terdiri dari H 2SO4 pekat dengan
konsentrasi 10 M, Akuades, Reagen asam urat
(Phospate buffer, pH 7), 4–Amino Phenazone,
DCHBS, Peroxidase.
Alat–alat
yang
digunakan
pada
penelitian
ini
yakni
spektrofotometer,
homogineser/blender, tabung reaksi, timbangan,
kotak pendingin, sentrifugal, labu ukur, pipet,
gelas ukur, pengaduk kaca.
Tabel 1. Hasil analisa kandungan purin pada
ikan teri dan sarden
Jenis Ikan
Keutuhan
Sampel
Teri
Sarden
(mg/ 100 g)
(mg/ 100 g)
A1
2,19
12,65
A2
1,80
11,89
Disiangi
A3
1,80
11,89
Rata-rata
1,93
12,14
B1
64,92
124,00
Tidak
B2
66,06
124,00
disiangi
B3
64,92
125,00
Rata-rata
65,30
124,30
Rata-rata Kandungan Purin
mg/100 gr
Tata Laksana Penelitian
Sampel yang akan digunakan pada
penelitian ini yakni ikan teri dan sarden segar
yang dibeli di pasar Bersehati Manado.
Pengambilan sampel ikan dimasukkan ke dalam
kantong plastik dan kotak pendingin. Di
laboratorium, sampel cuci dan dipisahkan yang
utuh dan yang telah disiangi selanjutnya
dihomogenkan dengan menggunakan blender
dan selanjutnya dianalisa purin.
140
124.3
120
100
80
65.30
60
40
20
12.14
1.93
0
Teri
Sarden
Jenis Ikan
Analisa Purin
Menurut Modimbaba (2006) untuk
menentukan nilai basa purin dapat ditentukan
dengan menggunakan spektrofotometer UV.vis
5010 dengan panjang gelombang 520 nm.
Daging ikan yang sudah halus
ditimbang 5 gram untuk setiap sampel, tiap ikan
Disiangi
Tidak Disiangi
Gambar 1. Histogram nilai rata-rata basa purin
ikan teri dan sarden
2
Rata-rata Kandungan Purin
mg/100 gr
Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan
Vol. 2, No. 1, Februari 2014
perbedaan perlakuan (disiangi dan tidak
disiangi).
Menurut
Sustrani
(2005)
dalam
Modimbaba
(2007)
menyatakan
bahwa
kenalilah bahan makanan yang kadar purinnya
tinggi, sedang dan rendah, dengan demikian
dapat mengontrol asupan makanan semaksimal
mungkin. Pada bahan makanan, purin terdapat
pada asam nukleat dalam bentuk nukleoprotein. Protein dari makanan merupakan
sumber protein paling tinggi. Dalam keadaan
normal tubuh sudah menyediakan basa purin
sebanyak 85% dari total yang diperlukan. 15%
kekurangannya dapat diperoleh dari bahan
makanan, (Dinaa, 2013). Nilai gizi protein
suatu bahan pangan ditentukan bukan saja oleh
kadar protein yang dikandungnya, tetapi juga
oleh ketersediaan atau dapat tidaknya protein
tersebut digunakan oleh tubuh (Muhammad,
2012).
Basa purin diduga memiliki hubungan
dengan kandungan protein. Kandungan protein
yang tinggi dalam tubuh ikan segar akan
menghasilkan basa purin yang tinggi dan ikan
dengan kandungan protein yang rendah
mengandung basa purin yang rendah pula. Hal
ini dapat ditemukan pada hasil analisa basa
purin untuk 2 jenis ikan segar. Pada ikan teri
segar setelah dianalisis melalui perlakuan utuh
mengandung basa purin sebesar 65,30 mg/100 g
dan kandungan protein ikan teri segar
berdasarkan Anonimous (2013) yakni sebesar
16 mg/100 g. Pada ikan sarden basa purin 124,3
mg/100 g sedangkan menurut Anonimous
(2012) kandungan protein pada ikan sarden
segar sebesar 21,1 mg/100 g. Untuk kandungan
basa purin pada kedua jenis ikan segar yang
telah disiangi didapatkan data masing-masing
yakni untuk ikan teri kandungan basa purin
sebesar 1,93 mg/100 g, ikan sarden 12,14
mg/100 g, ini diduga karena kandungan protein
pada isi perut sangat tinggi sehingga saat
pengeluaran isi perut terdapat perbedaan jumlah
purin jika dibandingkan dengan dianalisis utuh
maka kandungan purinnya akan lebih tinggi.
Menurut Noormindhawati (2013), sumber purin
yang paling tinggi terdapat pada protein. Purin
juga terdapat pada berbagai jenis hewan dan
tumbuhan dengan kadar bervariasi. Selain itu,
kerusakan sel tubuh akibat suatu penyakit
tertentu juga bisa menghasilkan purin. Dengan
demikian, purin selalu terdapat pada setiap
tubuh makhluk hidup. Hal ini juga dikuatkan
oleh Dinaa (2013) yang menyatakan bahwa
180
160
140
124.3
120
100
80
65.30
60
40
20
12.14
1.93
0
Teri
Sarden
Jenis Ikan
Disiangi
Tidak Disiangi
Gambar 2. Standar deviasi nilai rata-rata basa
purin ikan teri dan sarden
Dari analisa data untuk jenis ikan teri
terlihat perbedaan kandungan basa purin dengan
dua perlakuan yang berbeda yakni ikan yang
disiangi dan yang tidak disiangi. Ikan yang
disiangi kandungan purin sebesar 1,93 mg/100
g daging dan tergolong makanan rendah purin.
Menurut Noormindhawati (2013) menyatakan
bahwa makanan yang kadar purin ≤9 mg/100 g
daging termasuk dalam golongan makanan
rendah purin. Rendahnya kadar purin dari ikan
yang disiangi ini karena sumber purin yang
terkandung pada kepala dan isi perut diambil
dari bagian tubuh ikan. Untuk perlakuan yang
kedua yakni tidak disiangi kandungan basa
purin ikan teri sebesar 65,30 mg/100 g daging
dan tergolong dalam jenis makanan purin
sedang. Menurut Soeroso dan Algristian (2011)
menyatakan bahwa jenis makanan yang
tergolong dalam makanan purin sedang yakni
havermut/oatmeal dan semua olahan gandum,
ikan, ayam, kacang-kacangan kering, tahu dan
tempe, sayur-sayuran seperti kembang kol,
brokoli, bayam, asparagus, jamur, buncis,
kangkung, daun singkong dan daun papaya.
Hasil analisis laboratorium pada ikan
sarden yang telah disiangi yakni 12,14 mg/100
g daging tergolong pada jenis makanan purin
sedang dengan kadar purin sebesar 9–100
mg/100 g daging. Untuk ikan sarden yang tidak
disiangi kandungan basa purin sebesar 124, 3
mg/100 g daging tergolong dalam jenis
makanan tinggi purin yakni 100–1000 mg/100 g
daging. Menurut Noormindhawati (2013)
menyatakan bahwa kadar purin tinggi pada
makanan terdapat pada ikan sarden, kerang,
makarel, daging bebek, jeroan, ginjal, jantung,
hati, otak, kaldu (ekstrak daging). Faktor yang
mempengaruhi perbedaan kandungan purin dari
ikan teri dan ikan sarden yakni karena
3
Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan
Vol. 2, No. 1, Februari 2014
pada umumnya bahan pangan hewani
mengandung purin dalam kadar yang lebih
besar dibandingkan dengan pangan yang berasal
dari tumbuhan, karena pangan hewani
umumnya merupakan bahan makanan yang
kaya akan protein dan makanan yang kaya akan
protein biasanya akan mengandung purin yang
tinggi pula, karena purin adalah bagian dari
protein. Pola konsumsi ikan laut merupakan
salah satu pemicu asam urat karena
mengandung purin yang tinggi.
Dari penelitian yang dilakukan oleh
Parende (2007), menyatakan bahwa ikan segar
termasuk dalam kelompok rendah purin,
sedangkan ikan yang sudah diolah misalnya
ikan kaleng termasuk dalam kelompok bahan
makanan tinggi purin. Dengan demikian terlihat
bahwa ikan yang masih dalam kondisi segar
lebih aman jika dikonsumsi, sedangkan ikan
yang telah melalui proses pengolahan
kandungan purin akan meningkat. Komponen
gizi ikan segar belum mengalami perubahan
sehingga ATP yang dihasilkan belum
mengalami perombakan. Basa purin yang
dikandung oleh ikan segar berasal dari
komponen DNA dan RNA yang ada di dalam
sel. Purin yang berasal dari makanan
mempunyai beberapa kemungkinan sebagian
akan diserap dalam keadaan utuh, sebagian
akan dihidrolisis oleh enzim-enzim hidrolitik
dari sekresi pankreas dan usus halus menjadi
basa purin, kemudian sebagian dari basa purin
akan dipakai kembali dalam pembentukan purin
nukleotid dengan bantuan enzim adenine
fosforibosil transferase dan hiposantin-santin
fosforibosil transferase (Adieni, 2008).
Setiap bagian tubuh ikan atau hasil laut
lainnya mengandung basa purin yang berbedabeda jumlahnya, karena basa purin merupakan
bagian dari nukleotida. Apabila purin
dikonsumsi oleh manusia, maka dalam
metabolisme, purin tersebut akan diubah
menghasilkan asam urat, yang merupakan
penyebab utama terjadinya penyakit gout. Salah
satu komponen gizi hasil perikanan yang sangat
sering mempengaruhi metabolisme tubuh
manusia adalah basa purin yang merupakan
bagian dari nukleotida. Nukleosida adalah suatu
derivate pentosa yang mempunyai antara lain
purin dan pirimidin. Basa-basa purin terpenting
yang terdapat di dalam nukleotida ialah (6-oksi
purin) dan ksantin (2,6-dioksipurin). Adenosin
adalah suatu kristal nukleotida yang dapat
dipisahkan dari berbagai jaringan terutama dari
jaringan otot. Nukleotida yang terdapat dalam
otot ikan mempunyai komposisi yang berbeda
pada setiap jenis ikan. Degradasi nukleotida
setelah ikan mati terjadi karena adanya reaksi
beberapa enzim yaitu ATPase, myokinase,
deaminase, fosfatase dan nukleotida hidrolase.
Enzim-enzim tersebut di atas mempunyai fungsi
sendiri-sendiri yaitu enzim ATPase bekerja
pada penguraian ATP menjadi ADP, enzim
myokinase bekerja merombak ADP menjadi
AMP, enzim deaminase bekerja merombak
AMP menjadi IMP, enzim posfatase bekerja
merombak AMP menjadi IMP, enzim posfatase
bekerja merombak IMP menjadi inosin dan
enzim nukleosida hidrolase adalah enzim yang
bekerja merombak inosin menjadi hipoksantin
dan D-ribosa. Umumnya reaksi dari ATP ke
IMP mengambil tempat sesudah kematian ikan
atau sebelum otot mencapai pH pada tingkat
konstan. Pada periode ini reaksi IMP ke inosin
dan hipoksantin terjadi lebih lambat dari pada
reaksi dari ATP ke IMP. Konsentrasi inosin
(HxR) dan hipoksantin (Hx) meningkat sampai
pada kadar tertentu, perpanjangan waktu
simpan atau berkurangnya kesegaran ikan.
Selanjutnya
hilangnya
IMP
selama
penyimpanan beku dapat mengakibatkan
kehilangan cita rasa pada ikan. Aktivitas enzim
nukleotida hidrolase berbeda pada beberapa
golongan ikan. Ikan bawal, aktivitas enzim ini
sangat lemah sehingga degradasi ATP
diklasifikasikan sebagai tipe akumulasi inosin
(Suwetja, 2011).
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan
yang telah diuraikan maka dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Ikan teri yang disiangi termasuk dalam
golongan makanan rendah purin yakni 1,93
mg/100 g daging, sedangkan ikan sarden
yang disiangi termasuk dalam golongan
makanan purin sedang yakni 12,14 mg/100
g daging.
2. Ikan teri yang tidak disiangi termasuk
dalam golongan makanan purin sedang
yakni 65,30 mg/100 g daging sedangkan
Ikan sarden yang tidak disiangi termasuk
dalam golongan makanan tinggi purin yakni
124,3 mg/100 g daging.
3. Kandungan protein yang tinggi dalam tubuh
ikan segar akan menghasilkan basa purin
yang tinggi dan ikan dengan kandungan
4
Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan
Vol. 2, No. 1, Februari 2014
Martin, D. 1981. Biochemistry of diseases of
immunodevelopment. Annu Rev Biochem.
Manampiring,
A
dan
Bodhy,
W.
2011.
Prevalensihiperusemia pada remaja obese di kota
Tomohon. Lembaga Penelitian, Manado.
Modimboba. 2007. Kajian kandungan asam urat pada
beberapa jenis ikan pelagis segar (skripsi). Fakultas
perikanan dan ilmu kelautan. Universitas Sam
Ratulangi. Manado.
Muhammad, A. 2012. Denaturasi dan daya cerna protein
pada proses pengolahan Lawa Bale (Makanan
tradisional Sulawesi Selatan). Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Hasanudin. Makassar.
Noormindhawati, L. 2013. Penyakit Asam Urat. Pustaka
Makmur. Bandung.
Parende, G. 2007. Pengaruh cara pengolahan terhadap
kandungan asam urat ikan Cakalang (Katsuwonus
pelamis L).
Resmiati, T dkk. 2003. Pengasinan ikan teri (Stolephorus
spp.) Dan Kelayakan Usahanya di Desa Karanghantu
Serang. Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran.
Bandung.
Saanin. 1984. Taksonomi dan kunci identifikasi ikan.
Bina Cipta. Jakarta
Sastra, W. 2008. Fermentasi Rusip. Fakultas Perikanan
Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian. Bogor.
Soeroso dan Algristian. 2011. Asam urat. Penebar plus
(penebar swadaya grup). Depok
Suwetja. 2011. Biokimia Hasil Perikanan. Media prima
aksara. Jakarta
Tamaka. 1991. Analisis kandungan protein, air, abu dan
pH dari gonad sea urchin (Tripnustes gratilla dan
Echinometra mathaei). Fakultas perikanan dan ilmu
kelautan. Universitas Sam Ratulangi. Manado.
Uripi, V, Diah Krisnatuti, dan Rina Yenrina. 2002.
Perencanaan Menu untuk Penderita Gangguan Asam
Urat. Penebar Swadaya. Jakarta
Utami. 2012. Laporan Fieldtrip pengetahuan bahan baku
industri hasil perairan di Pelabuhan Ratu, Sukabumi,
Jawa Barat. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian. Bogor
Wibowo, S. 2006. Asam urat. suryo-wibowo.
blogspot.com. Diakses tanggal 20 Maret 2014 pukul
18.00 WITA.
Wijayakusuma.2011. Manajemen Modern dan Kesehatan
Masyarakat. www.itokindo.org. Diakses tanggal 20
Mei 2014 Pukul 19.00 Wita.
protein yang rendah mengandung basa purin
yang rendah pula.
DAFTAR PUSTAKA
Adieni, H. 2008. Asupan karbohidrat, lemak, protein,
makanan sumber purin dan kadar asam urat pada
vegetarian.
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Diponegoro. Semarang.
Afianto dan Liviawati. 1989. Pengolahan dan pengawetan
ikan. Kanisius. Yogyakarta.
Almatsier. 2005. Penuntun Diet, edisi baru. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta
Anonimous.2011. Manfaat ikan bagi kesehatan.
www.artikelkesehatan99.com. Diakses tanggal 16 Mei
2014 pukul 15.00 Wita.
Anonimous. 2012. Hubungan asam urat dan pola makan.
www.assalam-herbal.com/infosehat/infosehat.html.
Diakses tanggal 19 Mei 2014.Pukul 11.00 Wita.
__ _____ .
Ikan
sebagai
sumber
gizi.
luvitac.blogspot.com/2012/03/ikan
sebagai-sumbergizi.html. Diakses tanggal 26 Mei 2014 Pukul 11.30
Wita.
__ _____ . 2013. Macam-macam asam nukleat.
www.kamuslife.com. Diakses tanggal 8 Juli 2013.
Pukul 15.00 WITA
__ _____ .
2013.
Analisa
Kimia
Pangan.
ednanabas.blogspot.com/2013/12/laporan-analisakimia-pangan-pengujian.html. Diakses tanggal 16 Mei
2014 pukul 16.00 Wita.
__ _____ . Kandungan Gizi dan Manfaat Mengkonsumsi
Ikan Teri. www.cakrawaladunia.com/kandungan-gizidan-manfaat-mengkonsumsi-ikan-teri/.
Diakses
tanggal 26 Mei 2014 pukul 11.00 Wita.
Budianti, A. 2008.Status Gizi dan Riwayat Kesehatan
Sebagai Determinan Hiperusemia. Fakultas Pertanian
IPB. Bogor.
Dinaa, R. 2013. Hubungan Pola Makan Dengan Kadar
Asam Urat. rachmawatidinaa.blogspot.com/2013/
12/contoh-makalah-hubungan-pola-makan.html.
Diakses tanggal 20 Mei 2014 Pukul 15.00 Wita.
Kartono, D dan Moesijanti Soekatri. 2004. Angka
Kecukupan Mineral: Besi, Iodium, Seng, Mangan,
Selenium. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi
VIII.17-19 Mei. LIPI. Jakarta.
Khasanah, M. 2002. Pengembangan metode voltametri
lucutan untuk analisis asam urat melalui pelapisan
elektroda dengan polimer cetakan molekul. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Gajah Mada. Yogyakarta.
5
Download