3 BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN 2.1 Tinjauan

advertisement
BAB 2
LANDASAN PERANCANGAN
2.1 Tinjauan Peracangan
2.1.1 Tinjauan Data
Data yang digunakan berasal dari artikel-artikel dan internet yang digunakan
sebagai referensi untuk menunjang segi visual dan pemahaman penulis dalam
pembuatan film animasi ini.
2.1.2 Tinjauan Teori
2.1.2.1 Teori 12 prinsip Animasi
Frank Thomas dan Ollie Jonsthon (1981:8). Membahas mengenai 12
prinsip animasi yang ada. Prinsip animasi yang diterapkan dalam animasi
dokumenter ini adalah sebagai berikut:
• Timing and Spacing
Timing adalah tentang menentukan waktu kapan sebuah gerakan
harus dilakukan, sementara spacing adalah tentang menentukan
percepatan dan perlambatan dari bermacam-macam jenis gerak.
Animasi ini akan menggunakan ritme yang agak lambat untuk
menunjukkan keharmonisan yang ada di dalam Festival Tionghoa.
• Slow In and Slow Out
Sama seperti Spacing yang berbicara tentang akselerasi dan deselerasi.
Slow In dan Slow Out menegaskan kembali bahwa setiap gerakan
memiliki percepatan dan perlambatan yang berbeda-beda. Slow in
terjadi jika sebuah gerakan diawali secara lambat kemudian menjadi
cepat. Slow out terjadi jika sebuah gerakan yang relatif cepat
kemudian melambat.
3
4
Percepatan dan perlambatan akan diperlihatkan pada gerakan kaligrafi
yang memiliki goresan lembut dan kasar pada animasi.
•
Arcs
Dalam animasi, sistem pergerakan tubuh pada manusia, binatang, atau
makhluk hidup lainnya bergerak mengikuti pola atau jalur (maya)
yang disebut Arcs. Hal ini memungkinkan mereka bergerak secara
‘smooth’ dan lebih realistik, karena pergerakan mereka mengikuti
suatu pola yang berbentuk lengkung (termasuk lingkaran, elips, atau
parabola).
Penggunaan Arcs digunakan pada pengambaran kaligrafi yang tidak
kaku dan memiliki banyak lekukan.
•
Staging
Seperti halnya yang dikenal dalam film atau teater, staging dalam
animasi juga meliputi bagaimana ‘lingkungan’ dibuat untuk
mendukung suasana atau ‘mood’ yang ingin dicapai dalam sebagian
atau keseluruhan scene.
Seperti yang tertulis pada Bab 2, segala bentuk dari Tionghoa
mencerminkan
keseimbangan
dan
keharmonisan,
sehingga
penempasan gambar dan tulisan pada animasi harus stabil, tidak
terkensan mendominasi.
2.1.2.2 Teori Warna
Henry
Dreyfuss
(1950:178)
berpendata
bawah
warna
dapat
menambahkan kecerian dalam suatu gambar, video, foto, karya seni
lainnya,selain itu warna juga mampu menyampaikan efek psikologis kepada
pengamat. Seperti warna merah yang melambangkan amarah atau semangat.
Warna merupakan salah satu aspek penting dalam pembuatan film animasi
dimana warna bisa membantu menyampaikan pesan secara tidak lansung
kepada penonton.
5
Berdasarkan lambang kesukaan orang Tionghoa, warna merah
dianggap sebagai keberuntungan. Untuk memberikan kesan "Tionghoa" pada
animasi ini, penulis akan sering menggunakan warna merah sebagai warna
utama dalam animasi yang disajikan dan juga disertakan warna pastel lainnya
sebagai pendukung.
2.1.2.3 Tipografi
James Craig (1990:2) mengatakan "Tipografi dalam desain grafis
adalah proses pemilihan typeface, memilih kata atau kalimat yang harus
diemphasis dan ditentukan bagaimana tulisan tersebut harus disusun pada
halaman. Hasil akhir yang diberikan akan memberikan pengaruh pada hasil
racangan, audience, pengertian terhadap tipografi dan konsiderasi bagaimana
kita membaca". Coba perhatikan desain di sekeliling kalian, desain poster,
desain suatu produk, desain iklan, semua mengandung unsur tipografi.seperti
yang kita tahu, desain grafis merupakan suatu bentuk komunikasi visual.
Maka dari itu, unsur yang ada di dalamnya juga harus memancarkan
informasi yang ingin disampaikan. Hal ini berlaku untuk tipografi. Pemilihan
tipografi yang benar membantu menyampaikan informasi yang ingin
disampaikan secara tepat.
Penulis memilih penulisan Miscellaneous, dikarenakan huruf yang
berada di kategori ini tidak memiliki ciri khas atau rupa yang spesifik seperti
4 kategori lainnya. Huruf yang berada di bawah kategori ini biasanya
merupakan pengembangan dari bentuk – bentuk yang sudah ada, hanya
ditambahkan hiasan, ornament atau garis – garis dekoratif. Jenis font yang
ada di bawah kategori ini sangat banyak, antara lain Comic Sans MS, Joker,
dan Magneto.
2.1.2.4 Motion Graphics
Motion Graphics adalah grafis yang menggunakan bideo atau animasi
untuk menciptakan ilusi dari gerak atau transformasi. (Tris and Chris Meyer,
2013: x)
6
Software yang bisa digunakan untuk membuat Motion Graphics
diantaranya adalah, Adobe After Affects dan Maxon Cinema 4D dimana
keduanya memiliki efek dan preset motion baik original dari software
maupun plug in yang bisa digunakan dalam pembuatan Motion Graphics.
Beberapa pertimbangan pada pembuatan Motion Graphics yaitu:
•
Spartial
Merupakan pertimbangan ruangan, terdiri dari arah, ukuran,
arah
acuan,
arah
gerakan,
perubahan
ketika
gerakan
dipengaruhi geakan lain, hubungan pergerakan terhadap batasbatas frame.
•
Temporal
Time dan Velocity, yanitu kecepatan maksimum animasi yang
dimainkan untuk membuat ilusi yang berkelanjutan. Standard
frame rate pada film motion picture adalah 24fps.
•
Typographic
merupakan
salah
satu
prinsip
yang
digunakan untuk
membangun sebuah pesan dalam grafis design. Penggunaan
typografi bisa dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan, seperti
tipe huruf, ukuran, weight, capital dan lain-lain.
2.1.2 5 Sejarah Tionghoa
Kedatangan leluhur suku Tionghoa (yang berasal dari negera Cina)
untuk bermigrasi ke Indonesia terjadi pada ratusan bahkan ribuan tahun yang
lalu (utamanya pada abad ke 16-19). Mereka datang ke Indonesia dengan
tujuan awal untuk berdagang. Ramainya interaksi perdagangan di daerah
pesisir tenggara Cina, menyebabkan banyak orang yang tinggal di daerah
pesisir Cina ingin ikut berlayar untuk berdagang. Tujuan utama mereka saat
itu adalah Asia Tenggara, karena kegiatan pelayaran sangat tergantung pada
angin musim. Setiap tahunnya para pedagang akan bermukim di wilayahwilayah yang mereka singgahi. (Herman Tan, 2014)
7
Salah satu wilayah yang mereka singgahi di Asia Tenggara adalah
Indonesia (yang pada waktu itu masih era kolonial Belanda). Demikian
seterusnya ada pedagang yang memutuskan untuk menetap dan menikahi
wanita setempat, ada pula pedagang yang kembali ke China untuk terus
berdagang. Lama-kelamaan, mereka yang tinggal membaur dengan
masyarakat asli Indonesia, dan akhirnya terjadi asimilasi serta akulturasi
budaya.
Sejak
negara
Indonesia
merdeka,
orang
Tionghoa
yang
berkewarganegaraan Indonesia digolongkan sebagai salah satu suku dalam
lingkup nasional Indonesia, sesuai Pasal 2 UU Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia.
Para pendatang suku bangsa Tionghoa ini biasanya menyebut dirinya
dengan istilah Tenglang (Hokkian), Tengnang (Tiochiu), atau Thongnyin
(Hakka). Dalam bahasa Mandarin mereka disebut Huaren (Hanzi Tradisional:
華人 ). Orang-orang Tionghoa di Indonesia umumnya berasal dari bagian
Tenggara Cina (sekarang propinsi Fujian, Guangdong, Hainan, dan
sekitarnya). Tidak ada info yang jelas mengenai berapa jumlah masyarakat
(yang mengaku) keturunan Tionghoa di Indonesia; tapi diperkirakan
berjumlah 4-5% dari total penduduk Indonesia yang ada.
2.1.2.6 Tradisi Masyarakat Tionghoa Yang Ada di Indonesia.
Nio Joe Lan (2013: 63) berpendapat bahwa masyarakat Tionghoa
dikenal sebagai masyarakat yang memandang penting tradisi mereka. Tradisi
Tionghoa adalah sebuah kegiatan masyarakat yang berhubungan
perayaan- perayaan
kebudayaan
rakyat
tersebut.
atau
kepercayaan
yang
dianut
dengan
dalam
Tradisi merupakan warisan nenek moyang yang
sudah terbentuk di dalam kebudayaan masyarakat Tionghoa dan menjadi
identitas mereka. Pada umumnya, masyarakat Tionghoa masa kini tidak
terlalu mempermasalahkan
keotentikan asal mula tradisi mereka.
Perkembangan etnis dan banyaknya unsur di luar tradisi Tionghoa itu
sendiri, menjadi penyebab semakin kaburnya versi asal mula tradisi-tradisi
Tionghoa.. Masyarakat Tionghoa di Indonesia sendiri juga tidak benarbenar memahami bagaimana asal mula tradisi mereka. Banyak versi
8
mengenai asal usul tradisi Tionghoa sehingga mereka memilih untuk lebih
mengutamakan makna yang terdapat dalam suatu ritual yang mereka jalankan.
Dalam kebudayaan Tionghoa, terdapat bermacam-macam tradisi.
Bagi masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia, hanya beberapa tradisi
saja yang kini masih dilakukan. Setelah pemerintah Indonesia melarang
diadakannya perayaan-perayaan
yang berhubungan dengan kepercayaan
tradisional Tionghoa, semakin banyak tradisi yang terlupakan. Beberapa
tradisi yang masih bertahan di kalangan masyarakat Tionghoa adalah
tradisi yang berhubungan dengan sembahyang kepada leluhur. Sebelum
tahun
1967,
tradisi
masyarakat
Tionghoa masih dapat dengan bebas
dilakukan. Setelah munculnya larangan dari pemerintah, tradisi-tradisi
tersebut dilakukan hanya di dalam lingkup rumah tangga dan di rumah ibadah
saja. Pelaksanaan
tradisi
masyarakat
Tionghoa
itupun
dilaksanakan
dengan hanya melaksanakan ritual tanpa adanya perayaan sebagaimana
sebuah tradisi digelar.
2.1.2.7 Macam-Macam Festival Tionghoa Yang Diadakan di Indoensia.
Berikut beberapa Festival Tionghoa yang masi diadakan di Indonesia
(Herrman Tan, 2014)
•
Festival Musim Semi (Tahun Baru Imlek)
Tahun Baru Imlek biasanya dirayakan oleh masyarakat Tionghoa
hingga kini dengan sangat meriah, dengan menggantung berbagai macam
hiasan, seperti lampion merah, menempel kertas merah yang bertuliskan 'FU',
menyiapkan angpao, sampai pesta kembang api dan tarian naga serta
barongsai. Awalnya Imlek merupakan hari raya yang berkaitan dengan
pergantian musim, yakni dari musim dingin ke musim semi. Karena musim
semi dihitung sebagai musim pertama dari 4 musim yang ada, maka
berdasarkan penanggalan Imlek, hari pertama mulainya musim semi
merupakan hari pertama penanggalan tahunan.
9
Gambar 2.1: Paronama Festival Imlek di Kleteng
Sumber: www.panoramio.com/photo/14202874
Di Indonesia sendiri, selama 1965-1998, perayaan tahun baru Imlek
dilarang dirayakan di depan umum. Dengan Instruksi Presiden Nomor 14
Tahun 1967, rezim Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto,
melarang segala hal yang berbau Tionghoa, termasuk tradisi tahun baru Imlek.
Masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia kembali mendapatkan
kebebasan merayakan tahun baru Imlek pada tahun 2000 ketika Presiden
Abdurrahman Wahid mencabut Inpres Nomor 14/1967. Kemudian Presiden
Megawati
Soekarnoputri
menindaklanjutinya
dengan
mengeluarkan
Keputusan Presiden Nomor 19/2002 tertanggal 9 April 2002 yang
meresmikan Imlek sebagai hari libur nasional. Mulai 2003, Imlek resmi
dinyatakan sebagai salah satu hari libur nasional.
•
Festival Yuan Xiao (Cap Go Meh)
Festival Yuan Xiao atau biasa dikenal dengan perayaan Cap Go Meh
jatuh setiap tanggal 15 bulan pertama penanggalan imlek. Cap Go
Meh melambangkan hari kelima belas bulan pertama imlek dan hari terakhir
dari rangkaian masa perayaan Imlek bagi komunitas kaum mingran Tionghoa
yang tinggal di luar Cina. Istilah Cap Go Meh berasal dari dialek Hokkien
yang bila diartikan secara harafiah bermakna 15 hari atau malam setelah
Imlek. Bila dipenggal per kata, Cap mempunyai arti sepuluh, Go adalah lima,
dan Meh berarti malam. Perayaan ini awalnya dirayakan sebagai hari
penghormatan kepada Dewa Thai-yi. Dewa Thai-yi sendiri dianggap sebagai
dewa tertinggi di langit oleh Dinasti Han (206 SM – 221 M). Upacara ini
10
dirayakan secara rutin setiap tahunnya pada tanggal 15 bulan pertama
menurut penanggalan bulan yang merupakan bulan pertama dalam setahun.
Upacara ini dahulu tertutup hanya untuk kalangan istana dan belum dikenal
secara umum oleh masyarakat China.
Gambar 2.2: Perayaan Cap Goh Meh di Singkawang
Sumber: nowjakarta.co.id/singkawang/
Perayaan Festival Cap Go Meh di Indonesia sendiri sangat bervariasi.
Perayaan biasanya dilakukan oleh masyarakat atau vihara dengan melakukan
kirab atau turun ke jalan raya, sambil menggotong ramai-ramai Kio/usungan
yang diisi atau dimuat arca para Dewa. Bahkan, di beberapa kota di tanah air,
seperti di daerah Jakarta dan di Manado, ada atraksi “lok thung” atau “thang
sin“, dimana ada seseorang yang menjadi medium perantara, dimana biasanya
akan melakukan beberapa atraksi sayat lidah, memotong lengan atau
badannya dengan sabetan pedang dsb, dan dipercaya telah dirasuki roh DewaDewi untuk memberikan berkat bagi umatNya.
•
Festival Qing Ming (Ceng Beng)
Festival Qing Ming adalah hari di mana masyarakat Tionghoa
melakukan ziarah ke kuburan leluhurnya, sekalian membersihkannya dan
bersembahyang di makam sambil membawa buah-buahan, kue, makanan,
serta karangan bunga. Hari Ceng Beng biasanya jatuh pada tanggal 5 April
kalender Masehi. Kegiatan ini bertujuan sebagai bentuk penghormatan
kepada leluhur atau keluarga yang telah meninggal.
11
Gambar 2.3: Suasana pada saat Ceng Beng
Sumber: chrischanyokeleng.blogspot.com
•
Festival Duan Wu
Festival Duan Wu sudah ada sejak 2000 tahun yang lalu. Hingga saat
ini, ada 2 kegiatan yang terus dilakukan masyarakat Tionghoa, yakni makan
Bak Chang dan perlombaan perahu naga. Salah satu asal usul dari Festival
Duan Wu Ini adalah untuk mengenang patriot Qu Yuan yang mati bunuh diri
dengan terjun ke sungai karena kecintaan dan kesetiaannya pada Dinasti Chu.
Festival ini dilangsungkan setiap tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek.
Gambar 2.4: Bak Chang
Sumber: fooyoh.com
•
Festival Qi Xi
Festival Qi Xi atau biasa disebut dengan merupakan Festival Qi Qiao
yang romantis dalam tradisi dan kebudayaan Tionghoa. Bahkan festival ini
dikatakan sebagai hari valentine nya orang Tionghoa. Festival Qi Xi ini
12
memperingati kisah romantis antara pria penggembala Niu Lang dan Zhi Nu
Ai gadis penenun yang menurut cerita hanya dapat bertemu sekali dalam
setahun. Festival ini jatuh setiap tanggal 7 bulan 7 penganggalan Imlek. Pada
Malam Festival Qi Xi, gadis-gadis muda melakukan permohonan dan doa
agar dapat meningkatkan keterampilan seni mereka dan juga memohon
supaya mendapatkan suami yang setia dan baik serta mencintainya.
Gambar 2.5: Gambaran Niu Lang dan Zhi Nu Ai
Sumber: cz.pinterest.com
•
Festival Musim Gugur (Tiong Ciu)
Festival musim gugur atau biasa disebut dengan Tiong Ciu Pia,
merupakan hari raya panen. Festival ini dirayakan setiap tanggal 15 bulan 8
penanggalan Imlek. Festival musim gugur dimulai sekitar zaman dinasti Xia
dan Sheng (2000-1600 SM). Pada Dinasti Zhou, rakyat merayakan dengan
memuja bulan. Pada Dinasti Tang, tradisi itu lebih jelas dan merakyat. Pada
Dinasti Song selatan (1127-1279 M), orang mulai mengirimkan kue bulan
yang bergambar kelinci kepada rekan dan family sebagai simbol keutuhan
keluarga.
Pada malam hari mereka berjalan-jalan bersama keluar rumah dan
mengunjungi tepi danau menikmati rembulan. Pada Dinasti Ming dan Qing,
tradisi ini menjadi lebih populer. Muncul beberapa kebiasaan seperti
menanam pohon musim gugur, menyalakan lentera dan tari naga. Tradisi
yang paling utama yang sampai sekarang masih ada adalah berkumpul
bersama keluarga untuk menikmati bulan sambil menikmati penganan khas
kue bulan sambil meminum arak atau teh.
13
Gambar 2.6: Kue Bulan
Sumber: bulo.hujiang.com
Bagi kalangan muda-mudi, perayaan Tiong Ciu punya arti khusus
bagi mereka. Banyak orang percaya di bulan juga ada seorang tua bernama
Yue Lao. Orang tua ini punya tugas merangkap jodoh manusia. Tanggal 15
bulan 8 ini biasanya menjadi malam istimewa bagi Yue Lao karena urusan
perjodohan yang tidak kunjung habis dari muda-mudi yang bersembahyang di
kelenteng misalnya, doa mereka pasti tidak lepas dari harapan memperoleh
pasangan yang sesuai dengan idaman. Maka pesta Tiong Ciu juga disebut
Lambang Perjodohan.
•
Festival Musim Dingin (Dong Zhi)
Festival Musim Dingin jatuh setiap tanggal 22 Desember kalender
masehi. Pada festival ini biasanya orang akan membuat kue onde dan
memakannya bersama keluarga. Asal usul festival ini dapat ditelusuri
kembali ke filsafat Tao ‘Yin dan Yang’ sebagai keseimbangan dan harmoni
dalam alam semesta. Festival ini mulai dirayakan pada zaman Dinasti Han
(206-220 SM). Pada zaman sekarang ini festival musim dingin dirayakan
dengan sangat meriah seperti di Harbin. Bahkan kota yang terletak di paling
utara Cina ini menjadi salah satu dari tempat-tempat yang menyelenggarakan
festival es dan salju di dunia.
14
Gambar 2.7: Wedang ronde yang dimakan pada saat Dong Zhi
Sumber: www.batampos.co.id
Secara turun-temurun, festival ini menjadi saat berkumpul bagi
seluruh anggota keluarga dengan satu kegiatan utama yang dilakukan yaitu
membuat dan menikmati Tang Yuan, orang Indonesia menyebutnya wedang
ronde yaitu
hidangan
berbentuk
bola-bola
dari
beras
ketan
yang
melambangkan persatuan. Tang Yuan dibuat dengan warna-warna yang cerah,
masing-masing anggota keluarga mendapat setidaknya satu bola Tang Yuan
berukuran besar disamping beberapa lainnya yang berukuran kecil. Tang
Yuan ini ada yang tanpa isi, ada juga yang diisi kacang tanah tumbuk atau
selai kacang merah. Tang Yuan dihidangkan bersama dengan kuah manis
dalam sebuah mangkuk. Di Indonesia tradisi perayaan ini lebih dikenal
dengan sebutan Perayaan Ronde.
•
Festival Hantu
Festival Hantu adalah sebuah tradisi perayaan dalam kebudayaan
Tionghoa. Festival ini juga sering disebut sebagai Festival Tionggoan.
Perayaan ini jatuh pada tanggal 15 bulan 7 penanggalan Imlek. Tradisi ini
sebenarnya merupakan produk masyarakat agraris di zaman dahulu yang
bermula dari penghormatan kepada leluhur serta Dewa-Dewi supaya panen
yang biasanya jatuh di musim gugur dapat terberkati dan berlimpah. Namun
pengaruh religius terutama dari Buddhisme menjadikan tradisi perayaan
ini sarat dengan mitologi tentang hantu-hantu kelaparan yang perlu dijamu
pada masa kehadiran mereka di dunia manusia. Biasanya bagi yang masih
percaya terhadap hal ini, akan sangat jarang sekali mengadakan pesta
pernikahan dan sebagainya di bulan ketujuh penanggalan Imlek, karena
15
menurut kepercayaan tersebut diyakini bisa membawa sial karena pesta
tersebut konon akan dihadiri juga oleh hantu-hantu yang bergentayangan itu.
Hikmah dari perayaan ini sebenarnya adalah penghormatan kepada leluhur
dan penjamuan fakir miskin. Ini ditandai dengan tradisi sembahyang rebutan,
yang membagi-bagikan makanan sembahyangan kepada para fakir miskin,
para gelandangan dan pengemis setelah acara selesai.
2.1.2.8 Pentingnya Festival Tionghia tetap dilestarikan..
Masyarakat
Tionghoa
diingatkan
untuk
tidak
melupakan
pentingnya memiliki relasi dengan orang lain. Salah satu bentuk kebahagiaan
hidup adalah hubungan baik dengan orang lain. Festival Tionghoa tidak
hanya sebatas dirayakan oleh suku Tionghoa tapi suku dan warga negara
yang berbeda juga dapat ikut menikamatinya dengan begitu terbentuklah
relasi yang baik. Dengan memiliki relasi yang baik dengan orang lain,
masyarakat Tionghoa membangun sistem kepercayaan. Tanggung jawab
dalam sistem kepercayaan lebih berat secara moral dibandingkan relasi
yang terbangun atas dasar hubungan kerja atau persahabatan sekalipun.
Kepercayaan merupakan modal utama dalam membangun relasi. Dengan
terciptanya interaksi yang baik antar- individu dalam suatu budaya, akan
tercipta pula keharmonisan. Masyarakat Tionghoa menjunjung harmonisasi
dalam setiap sisi kehidupan mereka. Harmonisasi tidak hanya perlu dalam
kehidupan secara individu atau dalam lingkup keluarga saja. Harmonisasi
diyakini dapat menghasilkan kebaikan dalam kehidupan seseorang.
Masyarakat Tionghoa menjaga hubungan baik dengan orang lain sebagai
upaya menjaga harmonisasi relasi dalam satu lingkup
yang
sama.
Hidup
bersama
dalam
alam
semesta
ruang
hidup
memerlukan
keseimbangan agar hidup dapat berjalan dengan baik.
2.1.2.9 Alasan semakin berkurangnya Festival Tionghoa diadakan.
Saat ini tradisi dan kebudayaan Tionghoa, meski sudah bebas
berkembang di tanah air, tapi festival yang diadakan semakin berkurang. Hal
ini disebabkan banyaknya suku Tionghoa terutama bagi kaum muda, merasa
sangat merepotkan untuk tetap meneruskan tradisi ini. Contohnya pada
16
Festival Ceng Beng, yang mengharuskan keluarga untuk pergi ke ziarah
kuburan leluhur yang pada umumnya cukup jauh dari perkotaan, ditambah
harus menyediakan makanan dan barang-barang lainnya seperti uang kertas,
dupa dan lain-lain yang menghabiskan uang. Disamping itu, karena
banyaknya budaya di Indonesia, sehingga kalangan muda lebih tertarik
dengan hal yang lebih trendy dan tidak ingin terikat lagi dengan budaya yang
kuno karena dianggap memalukan.
2.1.2.10 Kaligrafi dan Tulisan Tionghoa
Tulisan Tionghoa tak lain adalah gambaran yang dituangkan dalam
bentuk tulisan. selain gambar yang dituangkan dalam bentuk tulisan, tulisan
tionghoa juga mengandung ide dan anggapan. Seperti menempatkan huruf
matahari dan bulan berdampingan akan menghasilkan arti terang. Hal ini
diakui tepat karena manakala matahari dan bulan berada sama-sama, maka
dapat terlihat terang.
Kaligrafi adalah ilmu menulis huruf indah. Sifat huruf Tionghoa
dilukiskan. Semua huruf Tionghoa yang ditulis dengan bagus, menunjukan
suatu keseimbangan yang permai, dan harmoni pada keseluruhannya.
2.1.2.11 Data pembanding.
Sebagai data pembanding penulis menggunakan video animasi
berjudul
"
Motion
Graphic
[Chinese
Ink
Style]
"
dibuat
oleh
PORPRODUCTION. Dimana pada video ini seni kaligrafi yang merupakan
salah satu wajah dari Tionghoa digunakan dalam penggambaran.
Gambar 2.8: Motion Graphic [Chinese Ink Style]
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=avGQ4cM1228
17
Pada
video berjudul "Motion Graphic [Chinese Ink Style]
mempromosikan CANAPAYA RESIDENCES yang berpusat di Bangkok.
Video ini menggambarkan bahwa CANAPAYA RESIDENCES memilik
pusat perekonomian yang bagus, udara yang sehat, perairan yang bersih,
untuk ditinggali. Secara perwarnaan, video ini lebih cenderung ke Black and
White, dan menampilkan tulisan yang ingin disampaikan dengan warna
merah.
Penggunaan Kamera pada video ini lumayan bervariasi, sehingga
terlihat depth pada gambar 2D. Ease In dan Ease Out yang ditampilkan juga
lebih lambat dan diikuti dengan Background Music yang menggunakan alat
musik tradisional.
Disamping video diatas, penulis juga meggunakan video animasi
berjudul "Rhyme " yang diproduksi oleh PolyU Design sebagai data
pembanding warna.
Gambar 2.9: Rhyme
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=ShPb0fle7xA
Video Ryme mencertikan tetang buah plum. Pada saat musim semi,
seekor burung hinggap di batang pohon, kemudian kembali terbang dan
bermain-main dengan capung. Melewati musim ke musim, sampai musim
dingin. Dimana semua tumbuhan mati kecuali buah plum yang tetap hidup
dan terlihat cantik.
Dari video Ryhme, penulis ingin menggambil contoh pewarnaan yg
lebih cenderung ke warna soft tapi juga disertai warna yang terang seperti
18
merah sebagai fokus utama. Selain itu, pewarnaan yang dipakai sepeti cat air,
sehingga kelihatan nuansa yang tenang dan elegan.
2.1 3 Analisa Perancangan
2.1.3.1 Faktor pendukung dan Faktor penghambat
•
Faktor pendukung:
1. Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa festival Tionghoa
bisa dinikmati oleh semua orang.
2. Animasi di Indonesia sedang berkembang dan memudahkan penulis
untuk memperkenalakan animasi yang dihasilkan ke masyarakat.
•
Faktor penghambat:
1. Minimnya festival Tionghoa yang diadakan di Indoesia
menyulitkan penulis mendapatkan data-data yang lebih lengkap.
2. Majunya era modern memicu kaum muda untuk meninggalkan
budaya lama yang dianggap memalukan dan tidak trendy.
2.1.3.2 Target Audience
Target Primer
•
Demografi
: Remaja berumur 18-22 tahun, laki-laki maupun
perempuan dengan tingkat ekonomi dari B sampai A, berkebangsaan
Indonseia, terutama orang Tionghoa.
•
Psikografi
: Remaja yang menyukai acara festival di Indonesia,
terutama festival Tionghoa dan senang bersosialisasi.
•
Geografis
: Remaja yang tinggal di perkotaan besar seperti
Jakarta, Medan, Surabaya dan sejenisnya.
Target Sekunder
•
Demografi
:
Dewasa
berumur
25-35
tahun,
yang
sudah
berkeluarga maupun tidak dengan tingkat ekonomi B sampai A.
•
Psikografi
: Dewasa yang menyukai festival-festival dan senang
berpatisipasi.
•
Geografis
: Tempat-tempat yang dihuni oleh kaum Tionghoa.
Download