FORMULASI SEDIAAN SUSPENSI EKSTRAK DAUN SALAM

advertisement
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengumpulan bahan dan pemeriksaan makroskopik
Salah satu tanaman obat yang digunakan masyarakat Indonesia untuk
mengobati diare adalah daun salam. Penggunaan daun salam ini sebagai obat
diare oleh masyarakat masih bersifat turun temurun atau secara tradisional
berdasarkan pengalaman. Penelitian ini mencoba membuktikan efek antidiare
daun salam yang dibuat dalam bentuk ekstrak. Daun salam ini diperoleh dari
kebun masyarakat Papringan Banyumas Jawa Tengah. Tanaman ini yang
digunakan dalam penelitian adalah bagian daun yang sudah kering, lalu
dibuat serbuk dengan menggunakan mesin. Tujuan penyerbukan ini adalah
untuk meningkatkan luas permuakaan simplisia yang nantinya akan
memudahkan larutan penyari untuk menyari zat-zat aktif yang berbeda dalam
simplisia karena interaksi larutan penyari dengan luas permukaan semakin
luas. Pemeriksaan makroskopik dilakukan untuk mengetahui identitas sampel
bahan yang digunakan tanpa menggunakan alat bantu. Pemeriksaan berupa
uji organoleptis diantaranya adalah bentuk, bau, rasa dan warna.
Tabel 4.1. Hasil pemeriksaan simplisia daun salam
Bentuk
Daun Salam
Bau
Khas Salam
Rasa
Pahit
Warna
Hijau Kehitaman
Setelah pemeriksaa makroskopik selanjutnya dilakukan determinasi.
Determinasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kebenaran dari
identitas tanaman tersebut, apakah tanaman tersebut benar benar tanaman
yang diinginkan. Dengan hal tersebut kesalahan dalam pengumpulan bahan
yang akan diteliti dapat dihindari. Tanaman daun salam yang digunakan
dalam penelitian ini dideterminasi di Laboratrium Taksonomi Tumbuhan,
Fakultas Biologi, Universitas Jendral Soedirman pada tanggal. Hasil
determinasi menyatakan benar bahwa tanaman tersebut adalah tanaman daun
salam. Hasil determiasi dapat dilihat pada lampiran 1.
29
UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017
B. Pembuatan ekstrak etanol daun salam
Pembuatan ekstrak daun salam dilakukan dengan metode maserasi.
Metode ini dipilih karena pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana
dan mudah diusahakan serta baik untuk senyawa yang tidak tahan pemanasan.
Proses maserasi ini menggunakan larutan penyari etanol 96% karena senyawa
tanin yang terdapat dalam daun yang terdapat dalam daun salam dapat
tertarik. Pelarut etanol 96% suatu pelarut yang tidak berwarna (bening) akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat
aktif, zat aktif yang akan larut (warna larutan penyari menjadi hijau
kehitaman) dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif
di dalam sel dengan diluar sel, maka larutan yang terpekat didesak ke luar
dalam waktu 3 hari. Penggunaan pelarut etanol 96% ini juga bertujuan untuk
zat aktif yang diharapkan dapat tersari secara maksimal dan sesuai dengan
sifat zat aktif tersebut serta untuk menghasilkan ekstrak yang kental (murni)
sehingga mempermudah untuk proses identifikasi. Setelah proses maserasi
selama 3 hari lalu dilanjutkan dengan proses remaserasi, remaserasi sendiri
adalah pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyarian maserat
pertama
dan
seterusnya.
Proses
maserasi
dan
remaserasi
tersebut
menghasilkan maserat yang akan diuapkan menggunakan rotary evapolator
dengan suhu 78°C, karena pada suhu tersebut pelarut akan menguap dan
dihasilkan ekstrak kental. Setelah proses rotary evapolator, penguapan
dilanjutkan menggunakan waterbath. Berdasarkan 750 gram daun salam
diperoleh total esktrak kental sebanyak 90,4 gram. Secara orgaoleptis ekstrak
daun salam memiliki bentuk kental, warna hijau kehitaman, rasa pahit, dan
bau khas. Untuk mencegah kerusakan senyawa aktif dan untuk menghindari
kotaminasi mikroba, ekstrak daun salam disimpan di dalam lemari es dengan
suhu 2-8°C.
C. Pembuatan suspensi ekstrak daun salam
Suspensi merupakan suatu sediaan cair yang terdapat partikel obat
yang halus terdispersi secara homogen pada cairan pembawanya. Hambatan
30
UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017
utama dalam memformulasian suspensi adalah kestabilan fisiknya karena
masalah yang sering terjadi diantaranya kecepatan sedimentasi, ketidak
homogenan, pendispersian kembali dan viskositasnya. Oleh karena itu
diperlukan penggunaan suspending agent untuk meningkatkan kestabilan
fisik suspensi, mencegah penurunan partikel dan mencegah penggumpalan
resin dan bahan berlemak. Suspending agent bekerja dengan meningkatkan
kekentalan,
kekentalan
yang
berlebih
menyebabkan
suspensi
sulit
terkonstitusi dengan pengocokan dan sulit untuk dituang. Pemilihan
suspending agent didasarkan pada karakteristik suspending agent yaitu dapat
meningkatkan viskositas untuk membentuk suspensi yang ideal, stabil pada
pH sediaan, bersifat kompatibel dengan eksipien lain dan tidak toksik.
Formulasi
suspensi
ekstrak
daun
salam
dilakukan
dengan
bahan
pensuspensinya adalah natrium karboksimetilselulosa (NaCMC). Natrium
karboksimetilselulosa merupakan suspending agent golongan selulosa.
Penambahan Na CMC berfungsi sebagai bahan pengental, dengan tujuan
untuk membentuk sistem dispersi koloid dan meningkatkan viskositas.
Dengan adanya Na-CMC ini maka partikel-partikel yang tersuspensi akan
terperangkap dalam sistem tersebut atau tetap tinggal ditempatnya dan tidak
mengendap oleh pengaruh gaya gravitasi. Sediaan suspensi ini dibuat dengan
beberapa formulasi diantaranya adalah suspensi Na CMC sebagai kontrol
negatif, suspensi ekstrak daun salam 5% formulasi I, suspensi ekstrak daun
salam 10% sebagai formulasi II, suspensi ekstrak daun salam 15% sebagai
formulasi III dan suspensi loperamide HCL sebagai sebagai kontrol positif.
Perbedaan konsentrasi ekstrak daun salam yang ditambahkan dalam suspensi
meghasilkan perbedaan warna fisik suspensi.
D. Penetapan Kadar Tanin
Tanin merupakan zat organik yang sangat kompleks dan terdiri dari
senyawa fenolik yang banyak terdapat pada bermacam-macam tumbuhan.
Pada umumnya tanin tesebar hampir pada seluruh bagian tumbuhan seperti
bagian kulit kayu, batang, biji, daun, dan buah (Sajaratud, 2013). Tanin dapat
31
UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017
mengurangi intensitas diare dengan cara menciutkan selaput lendir usus dan
mengecilkan pori sehingga akan menghambat sekresi cairan dan elektrolit
(Tjay dan Rahardja, 2002). Selain itu, sifat adstringens tanin akan membuat
usus halus lebih tahan (resisten) terhadap rangsangan senyawa kimia yang
mengakibatkan diare, toksin bakteri dan induksi diare oleh castor oil (Kumar,
1983). Tujuan dilakukan penelitian penetapan kadar tanin yaitu untuk
mengetahui adanya kandungan senyawa tanin pada ekstrak daun salam.
Penetapan kadar tanin dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UVVis yaitu dengan cara mengukur nilai absorbansinya. Absorbansi sebagai
analisa kuantitatif karena untuk menentukan kadar dari suatu senyawa tanin
yang dilakukan berdasarkan Hukum Lambert-Beer. Prinsip pada senyawa
tanin ini menggunakan metode kolorimetri. Prinsip yaitu reaksi reduksi
senyawa besi (III) menjadi senyawa besi (II) oleh tanin membentuk warna
biru-hitam.
Reaksi yang terdiri adalah sebagai berikut :
Fe3+ + tanin
Fe2+
Fe2+ + K3Fe(CN)6
3KFe[Fe(CN)6]
Sebelum melakukan penetapan kadar tanin sampel, maka terlebih
dahulu melakukan penetapan panjang gelombang maksimum. Tahapan ini
bertujuan untuk mengurangi kesalahan pembacaan serapan seminimal
mungkin, karena pengukuran pada panjang gelombang serapan maksimum
akan menghasilkan serapan maksimum pula. Pada penelitian ini dicari serapan
maksimum dari 400-800 nm, didapatkan panjang gelombang serapan
maksimum dari larutan standar tanin murni adalah 620 nm pada konsentrasi
10 ppm yang dapat dilihat pada Gambar 4.1.
32
UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017
Gambar 4.1 Spektrum penentuan panjang gelombang maksimum tanin
Pembuatan larutan asam galat digunakan untuk standar pengukuran
kadar tanin. Pembuatan kurva standar asam galat ini dilakukan dengan tujuan
untuk
mengetahui
hubungan
antara
konsentrasi
asam
galat
dan
absorbansinya. Dibuat enam konsentrasi dari larutan asam galat tersebut yaitu
2, 4, 6, 8, 10 dan 12 ppm. Selanjutnya kadar asam galat tersebut diukur
serapannya pada panjang gelombang 620 nm. Kemudian dibuat suatu kurva
kalibrasi asam galat. Standar yang digunakan pada analisis kandungan pada
golongan senyawa tanin adalah asam galat, hal ini karena asam galat bersifat
stabil, memiliki sensitivitas yang tinggi, dan harganya cukup terjangkau (Xu
dan Chang, 2007 dalam Rahayu dkk., 2015). Hasil kurva baku asam galat
untuk tanin dapat dilihat pada gambar 4.2.
33
UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017
Absorbansi
y = 0,050x + 0,174
R2 = 0,997
Konsentrasi Asam Galat (ppm)
Gambar 4.3 Kurva baku asam galat tanin
Hasil dari pengukuran absorbansi sejumlah standar asam galat dengan
seri konsentrasi 2-12 ppm pada panjang gelombang 620 nm diperoleh a =
0,174; b = 0,050; c = 0,997 dengan persamaan regresi y = 0,050x + 0,174
dengan nilai r = 0,997. Perhitungan terdapat pada Lampiran 6. Nilai ini
menunjukkan bahwa absorbansi dengan konsentrasi memberikan hubungan
yang linear. Penentuan kadar tanin pada ekstrak etanol daun salam ditentukan
dengan absorbansi sampe kurva kalibrasi. Absorbansi diukur dengan tiga kali
replikasi pada sampel tersebut. Data absorbansi serta kadar tanin yang
diperoleh pada ekstrak etanol daun salam dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Absorbansi kadar tanin
Sampel
Replikasi I
Replikasi II
Replikasi III
Absorbansi
0,768
0,717
0,688
Kadar Tanin (%)
0,1188
0,1086
0,1028
Hasil penetapan kadar tanin ekstrak etanol daun salam dengan
menggunakan metode spektrofotometer UV-Vis. Karena hasil yang
didapatkan terlalu pekat maka untuk memenuhi absorbansi yang baik
dilakukan pengenceran dengan cara ambil 1 ml larutan yang telah dibuat
kemudian ad 10 ml menggunakan aquabidest kemudian diperoleh hasil yang
sudah memenuhi syarat absorbansi yang baik karena pada pembacaan
absorbansi sampel atau cuplikan untuk absorban yang terbaca pada
34
UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017
spektrofotometer harusnnya antara 0,2 sampai 0,8 (Abdul., et al 2007). Hasil
tersebut menunjukkan bahwa pada setiap replikasi mempunyai nilai
absorbansi tidak ada perbedaan yang bermakna sehingga diperoleh nilai ratarata kadar tanin 0,11006%.
E. Penetapan Kadar Fenol
Kadar fenol total ditentukan dengan metode Follin-Ciocalteu (Roy
dkk., 2009). Standar yang digunakan pada analisis kandungan fenolik adalah
asam galat, pemilihan asam galat ini dipilih karena bersifat stabil, memiliki
sensitivitas yang tinggi. Penentuan kandungan fenolik total dilakukan pada
panjang gelombang 765 nm. Menurut Shahidi dan Marian (1995) dalam
Yulia O. (2007) pengujian total fenol bertujuan untuk menentukan total
senyawa fennolik yang terkandung didalam sampel ekstrak etanol daun
salam.
Kadar fenol yang diukur tidak sesuai dengan panjang gelombang yang
telah ditentukan sebelumnya yaitu 765 nm, maka pada penetapan kadar fenol
dilakukan berdasarkan panjang gelombang yang telah ditentukan sebelumnya
yaitu 765 nm. Hasil spektrum dapat dilihat pada gambar 4.3.
Gambar 4.4 Spektrum penentuan panjang gelombang maksimum fenol
Pembuatan kurva standar asam galat sama seperti pada penetapan
kadar tanin yang dibuat enam konsentrasi yaitu 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 ppm.
Berikutnya diperoleh kurva standar asam galat untk total senyawa fenol
diukur pada panjang gelombang 765 nm. Untuk kandungan fenolik dari
35
UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017
standar asam galat dapat ditentukan dengan menggunakan metode FollinCiocalteau (Xu dan Chang, 2007 dalam Rahayu dkk., 2015). Prinsip dari
metode folin-Ciocalteau ini adalah reaksi oksidasi senyawa fenol dalam
suasana basa oleh pereaksi folin-Ciocalteau menghasilkan komplek berwarna
biru yang memberikan serapan kuat pada panjang gelombang 760 nm.
Peningkatan itensitas warna biru akan sebanding dengan jumlah senyawa
fenolik yang ada dalam sampel (Blainski et al., 2013).
Prinsip metode Folin-Ciocalteu adalah oksidasi gugus fenolik
hidroksil. Pereaksi ini mengoksidasi fenolat (garam alkali), mereduksi asam
heteropoli menjadi suatu kompleks molibdenum-tungsten (Mo-W). Fenolat
hanya terdapat pada larutan basa, tetapi pereaksi Folin-Ciocalteu dan
produknya tidak stabil pada kondisi basa. Selama reaksi belangsung, gugus
fenolik-hidroksil bereaksi dengan pereaksi Folin-Ciocalteu, membentuk
kompleks fosfotungstat-fosfomolibdat berwarna biru dengan struktur yang
belum diketahui dan dapat dideteksi dengan spektrofotometer. Warna biru
yang terbentuk akan semakin pekat setara dengan konsentrasi ion fenolat
yang terbentuk, artinya semakin besar konsentrasi senyawa fenolik maka
semakin banyak ion fenolat yang akan mereduksi asam heteropoli sehingga
warna biru yang dihasilkan semakin pekat (Singleton dan Rossi, 1965).
Gambar 4.5 Senyawa fenolik dalam suasana basa
(Singleton dan Rossi, 1965)
36
UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017
Gambar 4.6 Reaksi senyawa fenol dengan pereaksi Folin-ciocalteu
(Singleton dan Rossi, 1965)
Hasil kurva baku standar asam galat untuk fenol dapat dilihat pada
gambar 4.6.
Absorbansi
y = 0,052x + 0,181
R2 = 0,99
Konsentrasi Asam Galat (ppm)
Gambar 4.7 Kurva baku asam galat fenol
Untuk hasil pengukuran absorbansi standar asam galat dari seri
konsentrasi yang telah diukur yaitu 2-10 ppm pada panjang gelombang 765
nm dapat diperoleh a = 0,1814; b = 0,052; c = 0,99 dengan persamaan regresi
y = 0,052x+0,181 dan nilai r = 0,99. Perhitungan terdapat pada Lampiran 6.
Berdasarkan hasil tersebut menyatakan bahwa hubungan yang linear antara
absorbansi dengan konsentrasi. Untuk penetapan total senyawa fenol ekstrak
daun salam ditentukan dengan cara absorbansi sampel pada suatu kurva yang
dikalibrasi. Berikutnya absorbansi diukur dengan tiga kali replikasi pada
sampel tersebut. Data absorbansi serta total senyawa fenol yang didapatkan
pada ekstrak etanol daun salam dapat dilihat pada tabel 4.4.
37
UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017
Tabel 4.4 Absorbansi total senyawa fenol
Sampel
Replikasi I
Replikasi II
Replikasi III
Absorbansi
0,758
0,729
0,697
Kadar Fenol (%)
0,1109%
0,1053%
0,0992%
Berdasarkan hasil penetapan kadar total senyawa fenol ekstrak etanol
daun salam menggunakan metode spektrofotometer UV-Vis dengan panjang
gelombang 765 nm. Karena hasil yang terlalu pekat sehingga tidak memenuhi
absorbansi yang baik dan kemudian agar memperoleh absorbansi yang baik
maka dilakukan pengenceran sama seperrti pada penetapan kadar tanin
sebelumnya yaitu dengan cara ambil 1 ml larutan yang telah dibuat kemudian
ad 10 ml menggunakan aquabidest kemudian diukur absorbansinya dengan
panjang gelombang 765 nm sehingga diperoleh hasil yang memenuhi syarat
absorbansi yang baik. Berdasarkan hasil ketiga replikasi mempunyai nilai
absorbansi tidak ada perbedaan yang bermakna sehingga diperoleh nilai ratarata kadar total senyawa fenol 0,1051%. Hasil perhitungan data dapat dilihat
pada Lampiran 6.
F. Uji Antidiare pada Tikus
Uji efek antidiare dilakukan dengan menggunakan hewan coba yaitu
tikus. Pemilihan hewan coba tikus dikarenakan banyak keunggulan yang
dimiliki oleh tikus sebagai hewan percobaan yaitu memiliki kesamaan
fisiologi dengan manusia, siklus hidup relative pendek, jumlah anak
perkelahiran banyak, variasi sifat-sifatnya tinggi dan mudah dalam
penanganan (Moriwaki et al., 1994). Pengujian antidiare ini bertujuan untuk
mengetahui adanya efek antidiare pada formulasi suspensi ekstrak etanol
daun salam yang diinduksi dengan castor oil. Metode yang digunakan dalam
pengujian efek antidiare terhadap tikus ini sudah ditelaah dan disetujui oleh
panitia Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Jendral Soedirman.
Pengujian efek antidiare ekstrak etanol daun salam menggunakan beberapa
variasi regimen dosis yang diberikan secara oral yaitu dengan sediaan
suspensi berupa dosis 200,400, dan 800mg/kgbb. Variasi regimen dosis yang
diberikan bertujuan untuk mengetahui dosis pemberian yang efektif untuk
38
UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017
menurunkan diare. Untuk menentukan efek antidiare dilakukan dengan cara
mengamati saat mulai terjadinya diare, konsistensi feses dan berat feses yang
tidak berbentuk dan berat feses yang tidak berbentuk. Data hasil yang
didapatkan dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil aktivitas antidiare suspensi ekstrak etanol daun salam
Perlakuan
RI
0,87
0,76
0,44
0,88
0,44
Kelompok I
Kelompok II
Kelompok III
Kelompok IV
Kelompok V
Keterangan
Kelompok I
Kelompok II
Kelompok III
Kelompok IV
Kelompok V
Pada
Bobot Feses(g)
RII
RIII
0,29
0,52
0,28
0,49
0,06
0,35
0,30
0,75
0,02
0,34
RIV
0,46
0,44
0,35
0,60
0,25
RV
0,82
0,67
0,54
0,92
0,52
Rata-rata+SD
0,592+0,246
0,528+0,190
0,348+0,179
0,690+0,251
0,314+0,193
: Suspensi ekstrak etanol daun salam dosis 200 mg/kgbb
: Suspensi ekstrak etanol daun salam dosis 400 mg/kgbb
: Suspensi ekstrak etanol daun salam dosis 800 mg/kgbb
: Suspensi Na CMC 1% (b/v)
: Suspensi Loperamide HCl
uji
aktivitas
antidiare
dilaksanakan
induksi
dengan
menggunakan castor oil sebagai penginduksi diare karena metabolit aktifnya
yaitu asam risinoleat (Gaginella, et al., 1975) yang dapat menyebabkan iritasi
dan inflamasi pada dinding mukosa usus (Lullmann et al., 2005), sehingga
dapat menstimulasi pelepasan autocoids dan prostaglandin (Cappasso, 1986).
Trigliserida dari asam risinoleat yang terdapat dalam castor oil akan
mengalami hidrolisis dalam usus halus oleh lipase pankreas menjadi gliserida
dan asam risinoleat (Katzung, 2004). Asam risinoleat yang merupakan
metabolit aktif dari castor oil memiliki kemampuan dalam menginduksi
terjadinya diare dengan cara menstimulasi aktivitas peristaltik di mukosa
intestinal, sehingga akan mengakibatkan perubahan permeabilitas sel mukosa
intestinal terhadap cairan dan elektrolit, serta meningkatkan biosintesis
prostaglandin (Ammon et al., 1974).
Berdasarkan dari data yang dianalisis yaitu bobot feses dan perlakuan
tiap kelompok. Untuk hasil uji aktivitas antidiare dianalisis normalitasnya
menggunkan Kolmorgorov-Smirnov atau Shapiro-Wilk untuk menunjukkan
terdistribusi normal atau tidak normal dengan nilai signifikan p>0,05
sehingga syarat dari uji ANOVA dapat dilakukan. Hasil normalitas tersebut
diperoleh 0,200 atau nilai signifikan p>0,05 menunjukkan bahwa tidak ada
39
UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017
perbedaan yang signifikan artinya normal. Kemudian untuk hasil uji
homogenitas menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh yaitu 0,718 atau nilai
signifikan p>0,05 artinya tidak ada perbedaan yang signifikan pada uji
homogenitas dan dapat diketahui untuk hasil tersebut adalah homogen.
Berikutnya dilanjutkan uji ANOVA (One Way Anova) untuk uji aktivitas
antidiare menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yaitu 0,054 atau nilai
signifikan p>0,05. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara
kelompok perlakuan satu dengan kelompok perlakuan yang lain. Maka tidak
ada pengaruh efek antidiare pada tikus putih. Hasil analisis data dapat dilihat
pada Lampiran 11.
Persentase efek antidiare dihitung dari perhitugan pada (Lampiran 10).
Dapat diketahui bahwa untuk Loperamide diperoleh 54,49%; untuk dosis 200
mg/kgBB mempunyai presentasi efek antidiare sebesar 14,20%; untuk dosis
400 mg/kgBB diperoleh presentase efek antidiare sebesar 23,47%; dan untuk
dosis 800 mg/kgBB diperoleh presentase efek antidiare sebesar 49,56%.
Berdasarkan hasil persentase efek antidiare tersebut dapat diketahui bahwa
kelompok pembanding menggunkana Loperamide HCl terbukti memiliki efek
sebagai antidiare pada tikus putih yang diinduksi castor oil yang artinya
paling besar karena mampu mengurangi feses cair yang tidak berbentuk
paling besar. Hasil dari data uji aktivitas antidiare tersebut menunjukkan
bahwa pada suspensi ekstrak etanol daun salam konsentrasi 15% dosis 800
mg/kgbb tidak berbeda bermakna dengan kelompok kontrol positif sebagai
pembanding suspensi Loperamide HCl memiliki efek antagonis terhadap
diare yang disebabkan oleh castor oil (Awouters, et al., 1975). Pada suspensi
ekstrak daun salam konsentrasi 5% dengan dosis 200 mg/kgbb dan pada
suspensi ekstrak daun salam konsentrasi 10% dengan dosis 400 mg/kgbb
tidak berbeda bermakna. Untuk hasil uji pada kelompok negatif dengan
menggunkan Na CMC 1% (b/v) memiliki feses yang tidak berbentuk (cair)
paling banyak dibandingkan dengan kelompok perlakuan yang lainnya. Hasil
perlakuan kelompok dapat diketahui bahwa pada hewan coba kelompok
perlakuan dengan suspensi ekstrak daun salam yang memiliki feses yang
tidak berbentuk (cair) paling sedikit terdapat pada kelompok perlakuan
40
UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017
dengan suspensi ekstrak etanol daun salam konsentrasi 15% dengan dosis 800
mg/kgbb. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi dan
semakin besar dosis yang diberikan, maka semakin kecil efek yang dihasilkan
karena terjadi suatu hambatan yang lebih lama. Berdasarkan hasil tersebut
dapat dihitung prensentase efek antidiare suspensi ekstrak etanol daun salam
yang diperoleh pada dosis 800 mg/kgbb adalah 49,56%.
Hasil dari data uji aktivitas antidiare tersebut menunjukkan bahwa
pada suspensi ekstrak etanol daun salam dosis 800 mg/kgBB tidak berbeda
bermakna
dengan
kelompok
kontrol
positif
sebagai
pembanding
menggunakan suspensi loperamide HCl memiliki efek antagonis terhadap
diare yang disebabkan oleh castor oil (Awouters, et.al., 1975). Hal ini sesuai
dengan penelitian Anas (2012) bahwa pada dosis 800 mg/kgBB memiliki
efek antidiare, karena pada dosis tersebut mampu menghambat pembentukan
feses cair dan tidak berbentuk pada tikus jantan yang diinduksi oleh 1,0 ml
castro oil. Pada suspensi ekstrak daun salam konsentrasi 5% dosis 200
mg/kgBB dan pada suspensi ekstrak daun salam konsentrasi 10% dosis 400
mg/kgBB tidak berbeda makna. Untuk hasil uji pada kelompok negatif
dengan menggunakan suspensi Na CMC memiliki feses yang tidak berbentuk
(cair) paling banyak dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya. Hasil
perlakuan kelompok dapat diketahui bahwa suspensi ekstrak daun salam yang
memiliki feses yang tidak berbentuk (cair) paling sedikit terdapat pada
suspensi esktrak daun salam dengan dosis 800mg/kgBB. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi dan semakin besar dosis yang
diberikan, maka semakin besar efek yang dihasilkan karena terjadi suatu
penghambatan yang lebih lama.
41
UJI AKTIVITAS ANTIDARE ...IKA AFRIATIN, FARMASI, UMP 2017
Download