1 - penjelasan atas peraturan daerah provinsi jawa timur nomor

advertisement
- 1 -
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR
NOMOR
TAHUN 2011
TENTANG
TATA KELOLA BAHAN PUPUK ORGANIK
I. UMUM
Kondisi tanah pertanian di Jawa Timur semakin tahun semakin
memprihatinkan bila ditinjau dari aspek kesuburan tanah. Kondisi ini ditunjukkan
adanya kandungan bahan organik semakin rendah yaitu rata rata kurang dari dua
persen. Di sisi lain petani sudah sangat tergantung kepada penggunaan pupuk
anorganik dalam melakukan budidaya tanaman pertanian. Kenyataan ini sangat
memperparah pendapatan petani, mengingat harga pupuk anorganik dari waktu ke
waktu semakin mahal dan bahkan sering peredaran/ distribusinya tidak tepat. Pada
tataran dan kondisi demikian sebagian besar petani membutuhkan perhatian atas
kebutuhannya mengelola bahan pupuk organik dari pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Oleh karena itulah, dalam rangka memperbaiki kesuburan tanah perlu ada upaya
pemberian dan pengembangan bahan pupuk organik yang seimbang dengan pupuk
anorganik. Guna memenuhi kebutuhan itulah bahan pupuk organik sebenarnya
tersedia cukup banyak, baik yang berasal dari limbah padat, limbah cair maupun
sisa-sisa tanaman.
Dengan melihat kenyataan tersebut, maka limbah pertanian di suatu daerah
perlu diidentifikasi untuk menentukan apakah bahan tersebut mempunyai nilai
ekonomis atau tidak. Di samping itu, limbah pertanian dalam jumlah banyak dapat
menimbulkan masalah, terutama dalam pengangkutan dari lokasi produksi ke lokasi
pengguna. Apabila jumlah limbah yang dihasilkan hanya sedikit, maka biaya
pengangkutan akan menjadi mahal, meskipun bahan tersebut hampir tidak ada nilai
ekonomisnya di lokasi produksi.
Lebih dari itu, kandungan nutrisi suatu limbah pertanian tertentu, juga perlu
mendapat perhatian sesuai kebutuhan minimal ternak. Perbedaan kandungan nutrisi
antara limbah pertanian sangat beragam, disebabkan karena wilayah produksi,
musim dan proses untuk menghasilkan limbah tersebut. Menghadapi kenyataan
demikian tentu saja perlu dilakukan analisis kandungan nutrisi maupun alternatif
teknologi pengolahannya. Maksud dari pengembangan sistem integrasi ternak pada
areal pertanian adalah untuk menyusun rancangan terhadap upaya pemanfaatan
sumberdaya lokal secara optimal melalui pengembangan sistem dan tata kelola
bahan pupuk organik yang berdaya saing dan berkelanjutan untuk meningkatkan
peranserta masyarakat petani dalam pembangunan pertanian dalam arti luas yang
produktif dan efisien.
Tujuan
- 2 -
Tujuan dari pengembangan tata kelola bahan pupuk organik pada akhirnya
adalah untuk meningkatkan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lokal untuk
mengembalikan tingkat kesuburan tanah melalui pemanfaatan bahan organik yang
diproses menjadi bahan pupuk organik, memberdayakan petani miskin untuk
meningkatkan kesejahteraanya, serta juga untuk mengatisipasi adanya kegagalan
panen dan gejolak harga komoditas pertanian, sehingga
hasil peternakan
diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan alternatif dan juga untuk
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.
Sasaran dari integrasi ternak dengan areal pertanian diharapkan dapat
meningkatkan produksi bahan pupuk organik, meningkatkan pemanfaatan pupuk
organi, serta meningkatkan efisiensi penggunaan lahan. Konsep integrasi ini
diharapkan dapat menciptakan peluang pasar yang beragam, sehingga dapat
mengurangi kegagalan dengan memanfaatkan sumberdaya alam secara lebih
efisien dan usaha tani berkelanjutan. Di samping itu, pemanfaatan dari integrasi
ternak dan pertanian dapat meningkatkan pendapatan dari hasill penjualan ternak,
dapat memanfaatkan pupuk organik untuk memupuk tanaman sendiri, pengurangan
penggunaan pupuk anorganik, sehingga mengurangi biaya produksi dan akhirnya
berdampak positif terhadap kesuburan tanah dan ketersediaan air dalam tanah serta
dapat memanfaatkan sumberdaya alam secara rasional. Untuk itulah dalam
Peraturan Daerah ini dirumuskan secara tepat mengenai tujuan dari tata kelola bahan
pupuk organik yang meliputi:
a. Melindungi setiap orang khususnya petani, dan atau konsumen di wilayah
Provinsi Jawa Timur untuk mendapatkan bahan pupuk organik bermutu serta
menghindari dari penyalahgunaan bahan pupuk organik yang dapat mengancam
kelangsungan kehidupan mahluk hidup dan kelestarian ekosistem.
b. Mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan kehidupan manusia dan
alam.
c.
Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana; dan
d. Mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan pupuk anorganik secara
bertahap dan bijak, sehingga terjadi keseimbangan pemakaian bahan pupuk
organic bermutu dan pupuk anorganik secara terencana dan terpadu dalam
rangka mewujudkan pembangunan pertanian berkelanjutan.
Oleh karena itu, bahan pupuk organik harus dilindungi dan dikelola dengan
baik berdasarkan asas tanggung jawab pemerintah, kelestarian dan keberlanjutan,
keterpaduan, kemanfaatan, kehati-hatian, keadilan, keberdayaan, dan partisipatif.
Melalui asas-asas ini diharapkan bahwa tata kelola bahan pupuk organik akan
dikembangkan dalam suatu sistem yang terpadu berupa suatu kebijakan
pemerintahan yang harus dilaksanakan secara taat asas dan konsekuen
bagi pemberdayaan pertanian di Jawa Timur oleh instansi yang berwenang.
Oleh
- 3 -
Oleh karena itu, untuk menjamin itu semua Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui
organisasi perangkat daerahnya diberi tugas dan fungsi untuk mampu melakukan
tata pemerintahan dalam rangka penyelenggaraan tata kelola bahan pupuk organik
dengan dukungan pendanaan dari anggaran pendapatan dan belanja daerah yang
memadai. Peraturan Daerah ini secara operasional membutuhkan dukungan
pengaturan yang dituangkan dalam Peraturan Gubernur yang akan menjadi norma
pelaksanaan secara nyata di lapangan. Peraturan Gubernur ini akan bersifat sangat
dinamis sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan dunia pertanian dengan
landasan hukum utama yang digariskan dalam Peraturan Daerah ini.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Huruf a
Yang dimaksud dengan “asas tanggung jawab pemerintahan” adalah:
a.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur menjamin pemanfaatan bahan pupuk
organik yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan mutu hidup rakyat
terutama petani, baik generasi masa kini maupun generasi masa depan.
b.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur menjamin hak warga Jawa Timur untuk
mendapatkan bahan pupuk organik yang baik dan bermutu.
c.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur mencegah dilakukannya kegiatan tata
kelola bahan pupuk organik yang menimbulkan pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “asas kelestarian dan keberlanjutan” adalah
bahwa setiap orang memikul kewajiban dan tanggung jawab terhadap
generasi mendatang dan terhadap sesamanya dalam satu generasi
dengan melakukan upaya pelestarian fungsi lahan pertanian dcengan
memperbaiki kualitas lingkungan hidup dalam pelaksanaan tata kelola
bahan pupuk organik.
Huruf c
- 4 -
Huruf c
Yang dimaksud dengan “asas keterpaduan” adalah bahwa tata kelola
bahan pupuk organik dilakukan dengan memadukan berbagai unsur atau
menyinergikan berbagai komponen terkait.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “asas kemanfaatan” adalah bahwa segala usaha
dan/atau kegiatan tata kelola bahan pupuk organik yang dilaksanakan
disesuaikan dengan potensi sumber daya alam dan lingkungan hidup
untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan harkat manusia selaras
dengan lingkungannya.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “asas kehati-hatian” adalah bahwa ketidakpastian
mengenai dampak suatu usaha dan/atau kegiatan mengelola bahan
pup[uk organik, karena keterbatasan penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi bukan merupakan alasan untuk menunda langkah-langkah
meminimalisasi atau menghindari ancaman terhadap pencemaran
dan/atau kerusakan bahan pupuk organik.
Huruf f
Yang dimaksud dengan “asas keadilan” adalah bahwa tata kelola bahan
pupuk organik harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi
setiap orang, baik lintas daerah, lintas generasi, maupun lintas gender di
Jawa Timur.
Huruf g
Yang dimaksud dengan “asas keberdayaan” adalah bahwa tata kelola
bahan pupuk organik harus memperhatikan dan mengembangkan potensi
serta mampu memberdayakan dunia pertanian yang sesuai dengan
karakteristik sumber daya alam, ekosistem, kondisi geografis, budaya
masyarakat setempat, dan kearifan lokal.
Huruf h
Yang dimaksud dengan “asas partisipatif” adalah bahwa setiap anggota
masyarakat didorong untuk berperan aktif dalam proses pengambilan
keputusan dan pelaksanaan bahwa tata kelola bahan pupuk organik, baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Pasal 3
- 5 -
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
- 6 -
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Penentuan biaya pengujian memang perlu dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang keuangan negara dan keuangan
daerah maupun dana perimbangan. Oleh karena itu, penentuan biaya pengujian
akan dilakukan berdasarkan mulai Undang-Undang sampai dengan Peraturan
Daerah Provinsi Jawa Timur yang mengatur mengenai keuangan daerah. Hal ini
berarti pembiayaan dalam ketentuan ini akan bersentuhan pula pada
pendanaan dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan anggaran
pendapatan dan belanja daerah secara memadai.
Pasal 17
Pemerintah Provinsi Jawa Timur perlu mengalokasikan dalam anggaran
pendapatan dan belanja daerah untuk memberikan subsidi bagi kepentingan
pengujian mutu dalan kerangka tata kelola bahan pupuk organik. Yang
dimaksud dengan “subsidi” di sini adalah kemudahan atau pengurangan beban
yang diberikan kepada setiap orang yang kegiatannya melakukan tata kelola
bahan pupuk organik sesuai dengan persyaratan dan tidak mengganggu fungsi
lingkungan hidup.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
- 7 -
Pasal 20
Sistem informasi bahan pupuk organik ini memuat, antara lain, keragaman
karakter ekologis, sebaran penggunaan bahan pupuk organik, sebaran
potensi sumber daya alam, dan sesuai dengan kearifan lokal.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Yang dimaksud dengan “setiap orang” adalah orang perseorangan atau badan
usaha, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum,
kelompok tani atau gabungan kelompok tani.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
- 8 -
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Download