BAB II KERANGKA TEORI DAN FOCUS OF INTEREST A

advertisement
9
BAB II
KERANGKA TEORI DAN FOCUS OF INTEREST
A. Komunikasi Massa
Semakin banyaknya informasi yang diperlukan khalayak maka
komunikasi berkembang menjadi komunikasi massa. Definisi komunikasi
massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner, yakni komunikasi
massa merupakan pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada
sejumlah orang (Mass communication is messages communicated through a
mass medium to a large number of people) (Ardianto, 2004: 3).
Karakteristik komunikasi massa :
1. Komunikator Terlembagakan
Komunikator atau media massa tidak berdiri secara
perseorangan,
bekerjasama
melainkan
dan
terlibat
terdiri
dalam
dari
berbagai
proses
orang
produksi
yang
sehingga
menciptakan informasi yang siap untuk disebarluaskan. Semua
orang-orang tersebut bergabung menjadi sebuah lembaga.
2. Pesan bersifat Umum
Komunikasi massa berkaitan erat dengan informasi yang
berisi pesan yang akan mempengaruhi khalayak, disebarkan secara
serentak dan menimbulkan efek tertentu.
10
“Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk
apapun harus memenuhi kriteria penting atau menarik, atau penting
sekaligus menarik, bagi sebagian komunikan” (Ardianto, 2004: 8).
3. Komunikan Anonim dan Heterogen
Pada komunikasi massa, komunikan bersifat anonym dan
heterogen. Anonym mempunyai maksud antara komunikator dan
komunikan tidak terjalin suatu perkenalan identitas diri seperti
nama, pekerjaan dan alamat. Dikarenakan komunikasi yang
dilakukan menggunakan sarana yaitu media massa, tentu saja hal
tersebut menjadikan komunikasi tanpa tatap muka.
Sedangkan maksud dari heterogen adalah komunikan yang
dituju terdiri dari berbagai kalangan yang beragam tidak dibatasi
oleh suku bangsa, agama, usia, dan tingkat pendidikan.
Oleh karena itu banyak pertimbangan yang dilakukan
sebelum informasi tersebut akan disebarluaskaan, agar khalayak
umum dapat menerima pesannya dengan jelas dan tidak
menimbulkan konflik.
4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan
Komunikasi massa menjadikan suatu informasi dapat
ditrerima oleh khalayak secara bersamaan. Dengan menggunakan
media massa, jumlah komunikan yang dicapai relatif banyak dan
tidak terbatas waktu.
11
5. Komunikasi bersifat Satu Arah
Karena komunikasi menggunakan perantara yaitu media
massa maka komunikasi yang terjalin merupakan komunikasi satu
arah. Komunikan tidak dapat melakukan kontak secara langsung
kepada komunikator. Berbeda dengan komunikasi antar pribadi, di
mana antara komunikator dan komunikan dapat memberikan
tanggaapan secara langsung.
6. Mengandalkan Peralatan Teknis
Peralatan teknis yang berkembang sesuai kemajuan zaman
berperan penting dalam pendistribusian informasi agar diterima
khalayak secara serentak.
7. Dikontrol oleh Gatekeeper
Media massa mempunyai gatekeeper yang berperan dalam
penyebaran informasi. Hal tersebut dikarenakan gatekeeper berhak
untuk mengurangi, menambahkan serta mengemas agar semua
informasi yang disebarluaskan lebih mudah dipahami.
“Gatekeeper dalam media massa terdiri dari berbagai
pihak, diantaranya penerbit majalah, editor surat kabar,
manajer stasiun radio siaran, produser berita televisi,
produser film dan lain-lain. […] Fungsi Gatekeeper untuk
mengevaluasi isi media agar sesuai dengan kebutuhan
khalayak. Yang penting adalah gatekeeper mempunyai
wewenang untuk tidak memuat berita uyang dianggap
meresahkan khalayak” (Ardianto, 2004: 36).
12
Komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang
mengutamakan media sebagai perantara penyampaian informasi
dari komunikator kepada komunikan.
B. Media Massa
Media adalah bentuk jamak dari “medium” yang berarti tengah atau
perantara. Massa berasal dari bahasa inggris yaitu Mass yang berarti kelompok
atau kumpulan. Dengan demikian pengertian media massa adalah perantara
atau alat-alat yang digunakan oleh massa dalam hubungannya satu sama lain.
Sebagai perantara antara komunikator dan komunikan, media massa
mempunyai peran yang besar karena media akan mempengaruhi masyarakat.
Selain itu media massa berperan dalam mempercepat pertumbuhan suatu
daerah denngan kemudahan mendapatkan informasi dari berbagai daerah yang
lain, pelestarian budaya, dan dapat menyebarluaskan serta mempengaruhi
kepentingan-kepentingan yang bersifat politik, ekonomi dan sosial.
Media massa pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua
kategori, yaitu media cetak dan elektronik. Sepeti di bawah ini :
1. Media Cetak
Media cetak adalah media yang statis dan mengutamakan
pesan-pesan visual dalam melaksanakan fungsinya sebagai media
penyampaian informasi, maka media cetak terdiri dari lembaran
dengan sejumlah kata, gambar dalam tata warna dan halaman
dengan fungsi utama memberikan informasi yang menghibur.
13
Surat kabar dan majalah merupakan contoh dari media
cetak. Keduanya memiliki karakteristik dan fungsi masing-masing.
Fungsi yang lebih menonjol dari surat kabar adalah informasi
karena keingintahuan masyarakat akan informasi peristiwa yang
terjadi disetiap harinya. Maka sebagian besar isi surat kabar memuat
berbagai jenis berita. Akan tetapi fungsi hiburan juga tidak
terabaikan contohnya feature, komik, cerita bergambar juga masih
dimuat dibeberapa halaman. Artikel ilmiah, tajuk rencana dan rubrik
opini melengkapi fungsi surat kabar sebagai pendidik.
Sedangkan fungsi dari majalah tergantung dari sasaran
khalayak yang dituju, apakah anak-anak, remaja, dewasa, laki-laki,
peremuan dan sebagainya. Satu majalah akan berbeda fungsinya
dengan majalah lain. Majalah diterbitkan berkala dalam waktu
mingguan, dwi mingguan bahkan bulanan. Hal tersebut dikarenakan
majalah memuat hal-hal secara lebih mendalam (Ardianto, 2004:
104-122).
2. Media Elektronik
Media elektronik merupakan komunikasi melalui media
yang menggunakan bantuan dari alat-alat elektronik dalam
mendistribusikan pesan. Media elektronik terdiri dari:
a. Radio Siaran
“Radio
menjadi
medium
yang
teruji
menyampaikkan informasi secara cepat dan akurat. Pada
tahun 1930, sebanyak 17 juta pesawat radio terjual dan
14
dimulailah era radio menjadi media massa. Stasiun radio
pertama di Amerika yang mungkin juga di dunia berawal
dari hobi menyiarkan lagu-lagu dan informasi olah raga
kemudian mendapatkan banyak pendengar” (Setyawan,
2015).
Radio siaran merupakan media massa yang menggunakan
transmisi elektronik sebagai penghantar pesan. Pesan yang
digunakan pada radio siaran hanya beberapa pesan audio.
Walaupun hanya menggunakan audio, media radio siaran memiliki
kelebihan-kelebihan yang tidak didapat dari media lainnya. Salah
satunya dapat menjaga mobilitas karena dapat didengar saat
melakukan kegiatan dan berada dimana saja. Radio siaran juga
mengajak pendengarnya agar berimajinasi melalui pesan yang
hanya bisa didengar atau membentuk theater of mind.
b. Televisi
Kehadiran televisi mampu memenuhi kebutuhan khalayak
sekaligus menjadi pelengkap untuk radio dan media cetak. Seperti
fungsi media massa pada umumnya televisi memiliki informasi,
pendidikan dan membujuk akan tetapi fungsi yang paling menonjol
adalah hiburan. Karakter televisi yang bersifat audio visual (dilihat
maupun didengar) menjadi kelebihan tersendiri. Peristiwa atau
kejadian penting dapat disajikan kepada khalayak secara lebih
nyata dengan adanya visual dan dilengkapi audio yang saling
mendukung.
15
c. Film
Sebagai bagian dari media massa, film mempunyai fungsi
terutama untuk menghibur, selain itu juga dapat disisipi informasi,
edukasi bahkan persuasi.
d. Media Online
Perkembangan teknologi semakin maju, munculnya media
online dengan jaringan internet yang menampung segala informasi
lintas dunia semakin memudahkan khalayak dalam berkomunikasi.
Unsur yang ada dalam
media online juga serba digital jika
dibandingkan dengan media teknologi sebelumnnya.
Setyawan (2015) menambahkan kriteria media massa terdiri dari
Media massa periodik dan media massa nonperiodik. Media massa periodik
terdiri dari Surat kabar, Majalah, Televisi, radio dll. Sedangkan media massa
nonperiodik adalah media massa yang sifatnya sementara, tergantung pada
peristiwa yang diselenggarakan. Seperti, Rapat dan seminar.
C. Media Televisi
Informasi merupakan kebutuhan pokok sehari-hari, segala peristiwa
ditunggu perkembangannya melalui berita yang disampaikan media massa.
Media massa pun juga dituntut untuk selalu konsisten menyampaikan
informasi kepada masyarakat secara periodik atau bahkan setiap waktu.
16
“Televisi merupakan salah satu media komunikasi massa dengar
pandang yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara dan
gambar secara umum, baik secara terbuka maupun tertutup, berupa tayangan
yang teratur dan berkesinambungan” (Djuminto, 2015).
Sehingga bisa
dikatakan bahwa televisi adalah sarana informasi yang terbaik, karena selain
menghadirkan suara dan gambar secara bersamaan, televisi dapat juga
menghadirkan informasi sebuah peristiwa ditempat dan waktu secara
bersamaan tanpa terbatas jarak.
“Televisi adalah salah satu media massa yang menggunakan alat-alat
elektronis dengan memadukan radio (broadcast) dan film (moving picture).
Merupakan media yang dapat mendominasi komunikasi massa karena sifatnya
yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan khalayak”. (Fransiscus, 2013:
23)
Televisi mempunyai kelebihan dari media massa lainnya yaitu bersifat
audiovisual, dapat menggambarkan kenyataan dan langsung dapat menyajikan
peristiwa yang sedang terjadi ke setiap rumah para pemirsa dimanapun mereka
berada.
Televisi berasal dari kata tele dan visio, tele berasal dari Bahasa
Yunani yang berarti jauh dan visio / vision yang berasal dari kata videre,
bahasa latin yang berarti penglihatan. Secara harafiah Televisi berarti “melihat
dari jauh”.
Ditinjau dari stimulus alat indra, dalam radio siaran, surat kabar atau
majalah dan televisi hanya satu alat indra yang mendapat stimulus. Radio
17
siaran dengan indra pendengaran (audio), surat kabar atau majalah dengan
indra penglihatan (visual) dan televisi dengan indra pendengaran dan
penglihatan (audio visual). Banyak jenis-jenis televisi yang telah ditemukan,
namun dalam bab ini, penulis lebih menspesifikasikan televisi siaran
(television
broadcast).
Onong Effendy dalam
bukunya
(1984:
24)
mendefinisikan jika Televisi siaran adalah media dari jaringan komunikasi
dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa yakni: berlangsung satu arah,
komunikatornya
melembaga,
pesannya
bersifat
umum,
menimbulkan
keserempakan, dan komunikannya heterogen.
Televisi merupakan temuan internasional karena banyak ilmuan yang
terlibat dalam penelitian dan pengembangan teknologi ini. Nama-nama ilmuan
seperti Joseph May (Irlandia), George Carey ( USA), Const-tantin Senlecq
(Prancis), Boris Rosing (Rusia), Paul Nipkow dan Denes Von Mihaly
(Jerman), Isaac Schoenberg (Imigran Rusia ke Inggris), George Valensi dan
Rene Barthleny (Prancis), tokoh-tokoh yang kurang ter-ekspose oleh media ini
sangat berjasa dalam perkembangan broadcast. Daratan Eropa merupakan
cikal bakal siaran televisi pertama di dunia, yakni Negara Jerman (1928),
kemudian di Perancis (1935), selanjutnya di Inggris Raya )1836), sedangkan
di Negara Amerika siaran televisi baru popular pada tahun 1939. Namun saat
Perang Dunia II, kegiatan menyempurnakan siaran televisi menjadi berhenti.
Setelah Perang Dunia II usai, televisi kembali dimunculkan di umum. Pada
tahun 1951-1954 perkembangan pertelevisian dunia sangat pesat dimana
18
saluran (chanel) Ultra High Frequency (UHF) mulai dibuka serta
ditemukannya televisi berwarna (Setyobudi, 2005: 4).
Sejak tahun 1982 telah diperkenalkan sistem Direct Broadcasting
Satelite (DBS) atau sistem Siaran Satelit langsung. DBS ini mempunyai
kemampuan untuk mentransmisikan siaran televisi ke permukaan bumi
dengan tidak perlu lagi menggunakan satelit bumi, tetapi langsung ke rumahrumah penduduk dengan memakai antenna khusus pada pesawat televisi.
Dengan ditemukannya DBS maka siaran televisi menjadi tidak terbatas, orang
yang berada di suatu Negara dapat menyaksikan siaran di Negara lain dengan
menggunakan antenna khusus (Effendy, 1984: 60).
1. Karakter Televisi
Karakter
Televisi
berbeda
dengan
media
massa
lain,
yang
menjadikannya sebagai pelengkap dari media massa lain, karena televisi
menimbulkan kesan dan peran yang mendalam bagi penonton.
Sehubungan dengan ini televisi mempunyai karakteristik, yang dimaksud
antara lain :
a. Audio Visual
Televisi memiliki kelebihan dapat didengar dan dilihat. Karena
sifat audio visual ini, selain kata-kata televisi juga menampilkan
informasi-informasi yang disertai gambar, baik gambar diam seperti
foto, gambar peta maupun film berita, yakni dengan rekaman
peristiwa. Keduanya harus ada kesesuaian secara harmonis, karena
bila acara televisi hanya terlihat gambarnya tanpa suara atau
sebaliknya maka akan mengurangi kemenarikan suatu tayangan.
19
b. Berpikir dalam Gambar
Ada dua tahap yang harus dilakukan dalam proses ini. Pertama
adalah
Visualisasi,
mengandung gagasan
yaitu
menerjemahkan
menjadi
kata-kata
gambar-gambar.
Kedua
yang
yaitu
Penggambaran, yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual
sedemikian rupa sehingga kontinuitasnya mengandung makna
tertentu.
Dalam proses visualisasi, pengarah acara harus berusaha
menunjukan obyek-obyek tertentu menjadi gambar yang jelas dan
menyajikannya sedemikian rupa, sehingga mengandung suatu
makna. Obyek tersebut bisa manusia, benda, kegiatan dan lain
sebagainya.
c. Pengoperasian Lebih Kompleks
Pengoperasian siaran televisi lebih kompleks dan lebih banyak
melibatkan orang. Televisi membutuhkan kerjasama tim dalam
jumlah yang lebih banyak. Selain itu, peralatan yang digunakan pun
tidak sederhana, orang yang mengoperasikannya pun harus memiliki
ketrampilan khusus dan telah terlatih.
“Untuk menayangkan acara siaran berita yang dibawakan oleh
dua orang pembaca berita dapat melibatkan sepuluh orang bahkan
lebih, seperti produser, pengarah acara, pengarah teknik, pemandu
gambar, tiga juru kamera dan sebagainya” (Ardianto, Komala
Lukianti dan Karlinah Siti, 2010: 137).
20
Karena sifatnya yang audio visual itu pula, maka acara siaran
berita harus selalu dilengkapi dengan gambar, baik gambar diam
seperti foto, gambar peta (still picture), maupun film berita, yakni
dengan rekaman peristiwa yang menjadi topik berita. Sifat yang
informatif, menghibur, edukasi sehingga penonton akan lebih selektif
dalam memilih tayangan.
Sifat Fisik Media Televisi (Morissan, 2004: 5)

Dapat didengar dan dilihat bila ada siaran

Dapat dilihat dan diputar kembali, bila diputar kembali atau
ada tayangan ulang.

Daya rangsang sangat tinggi

Elektris

Sangat mahal

Daya jangkau sangat besar.
2. Peran dan Fungsi Televisi
a. Peran Televisi
Televisi merupakan salah satu media massa. Sebagai media
massa, Darwanto Subroto (1992: 82) menilai televisi memiliki
efektivitas lebih unggul dibandingkan media massa lainnya. Hal ini
dikarenakan karakteristik televisi yang menyampaikan pesan berupa
audio dan visual.
“Karena mempunyai pengaruh besar bagi khalayak, maka
acara-acara televisi diharapkan menyuguhkan tontonan yang menarik
21
dan menyegarkan, sehingga bukan saja menjadi tontonan tetapi juga
menjadi tuntunan” (Subroto, 1992: 26).
Ada 3 peran Televisi, antara lain berperan sebagai berikut:
•
Alat komunikasi Pemerintah
•
Alat komunikasi Massa
•
Alat komunikasi Pembangunan
“Telah dijelaskan bahwa televisi mampu menjangkau luas sehingga
batasan-batasan Negara bukanlah menjadi suatu hambatan, tidak
dipungkiri interaksi budaya antar bangsa terjadi. Media komunikasi
massa televisi sangat berperan besar dalam interaksi ini” (Subroto,
1992: 29).
b. Fungsi Televisi
Effendy dalam bukunya “Televisi Siaran Teori dan Praktek” (1992:
28-30) membagi fungsi televisi sebagai media massa menjadi tiga.
Ketiga fungsi itu antara lain :
1) Fungsi Penerangan (to information function)
Televisi
mampu
menarik
perhatian
masyarakat
karena
menghadirkan informasi yang memuaskan. Yang menjadi faktor
kepuasan bagi masyarakat meliputi Immediacy (kesegaran). Suatu
peristiwa dapat dilihat dan didengar oleh khalayak secara langsung
saat peristiwa tersebut terjadi. Faktor yang kedua Realism
(Kenyataan). Informasi baik audio dan visual yang disiarkan
didapat dari rekaman kamera dan microfon dan tentunya sesuai
dengan kondisi sebenarnya.
22
Dalam fungsinya sebagai sarana penerangan, stasiun televisi
menyiarkan informasi dalam bentuk siaran pandangan mata, atau
berita yang dibicarakan penyiar dilengkapi gambar-gambar yang
sudah tentu faktual. Juga diskusi panel, ceramah, komentar, dan
lain-lain, yang kesemuanya realistis.
2) Fungsi Pendidikan (to Educate function)
Sebagai media yang mempunyai sasaran khalayak dalam
jumlah begitu banyak secara simultan, tentunya televisi menjadi
media yang ampuh untuk menyiarkan program-program yang
mendidik baik dilakukan secara berkala seperti pelajaran
matematika, bahasa dan lainnya maupun menyisipkan makna
pendidikan nilai, norma dan pengetahuan umum pada program
acaranya.
Sebagai media massa yang mempunyai pengaruh besar
terhadap khalayak luas, televisi diharapkan mampu mendidik
dengan siarannya. Darwanto Subroto (1992: 91-92) dalam bukunya
mengklasifikasikan siaran pendidikan menjadi dua, yakni :
•
Siaran Pendidikan Sekolah (School Broadcasting): acara
siaran pendidikan yang kaitannya erat sekali dengan
kurikulum sekolah yang berlaku pada tahun ajaran itu.
•
Siaran Pendidikan sepanjang masa (long life education):
acara berlandaskan oleh nilai-nilai pendidikan dan yang
menjadi sasaran adalah khalayak umum. Tujuan acara ini
untuk mendorong khalayak sasaran agar berkeinginan untuk
23
terus belajar dalam ruang lingkup yang lebih luas tentang
aspek sosial, seni, sastra, home economic, dan hobi.
3) Fungsi Hiburan (to entertaintment function)
Televisi sebagai media hiburan ini memang lebih menonjol.
Televisi dibutuhkan oleh sebagian masyarakat untuk melepaskan
lelah setelah beraktivitas. Sarana relaksasi melalui programprogram hiburan yang sekarang ini banyak diproduksi.
“Di kebanyakan Negara, terutama yang masyarakatnya
bersifat agraris, fungsi hiburan yang melekat pada televisi
siaran tampak dominan. Sebagian besar dari alokasi waktu
masa siaran diisi oleh acara-acara hiburan. Hal ini dapat
dimengerti, oleh karena pada layar televisi dapat ditampilkan
gambar hidup bagaikan kenyataan, dan dapat dinikmati di
rumah oleh seluruh keluarga, serta dapat dinikmati oleh
khalayak yang tidak mengerti Bahasa Asing, bahkan yang
tuna aksara” (Effendy, 1984: 25-26).
3. Program Televisi
“Program Televisi adalah bahan yang telah disusun dalam suatu format
sajian dengan unsur video yang ditunjang unsur audio yang secara teknis
memenuhi persyaratan layak siar serta telah memenuhi standar estetik dan
artistik yang berlaku” (Sutisno, 1993: 6). Definisi lain mengenai Program
diungkapkan oleh Setyawan. Menurutnya (2015) Program adalah segala
hal yang ditampilkan oleh stasiun untuk memenuhi kebutuhan yang
diinginkan target audiens.
Ada empat hal yang perlu diperhatikan oleh pengelola program:
(Setyawan, 2015)
1. Product, yang dipilih harus bagus
2. Price,tidak mahal namun menguntungkan
24
3. Place,dan waktu siaran tepat
4. Promotion,
perlu
promosi
program
agar
dikenal
dan
mendatangkan iklan.
Perkembangan televisi menjadikan program-program yang disiarkan
juga semakin banyak dan beragam. “Pengelola stasiun penyiaran dituntut
untuk memiliki kreativitas seluas mungkin untuk menghasilkan berbagai
program yang menarik”. (Sutisno, 1993: 100)
Menurut Vane-Gross, “the programmers must select the appeal
through which the audience will be rached (Programer harus memilih daya
tarik yang merupakan cara untuk meraih audiens). Menentukan jenis
program berarti menentukan cara untuk meraih daya tarik (appeal) dari
suatu program. Adanya daya tarik di sini adalah bagaimana suatu program
mampu menarik audiensnya (Morissan, 2009: 218).
Sedangkan menurut Naratama (2004: 63), Format acara Televisi
adalah sebuah perencanaan dasar dari suatu Konsep acara televisi yang
akan menjadi landasan kreativitas dan desain produksi yang akan terbagi
dalam berbagai criteria utama yang disesuaikan dengan tujuan dan target
pemirsa acara tersebut.
Beragam dan sangat banyak jenis program yang ditayangkan oleh
stasiun televisi, selagi program itu menarik dan disukai oleh audiens serta
tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum dan peraturan yang berlaku
maka sah-sah saja ditonton oleh audiens. Pengelola stasiun televisi sendiri
dituntut memiliki kreativitas tinggi untuk menciptakan program yang
menarik dan disukai. Kata program berasal dari kata dalam Bahasa Inggris
25
programme (gaya inggris) atau program (gaya Amerika), yang berarti
acara atau rencana. Program adalah segala hal yang ditampilkan oleh
stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiensnya. “Program dapat
disamakan atau dianalogikan dengan produk atau barang (good) atau
pelayanan (service) yang dijual kepada pihak lain, dalam hal ini adalah
khalayak atau pemasang iklan” (Morissan, 2009: 209-210).
Program siaran atau lebih dikenal oleh khalayak luas sebagai acara
dalam televisi berisikan materi-materi yang telah dikumpulkan dan diolah
oleh tim produksi. Program siaran secara teknis diartikan sebagai
penjadwalan atau perencanaan siar di hari ke hari (horizontal
programming) dan dari jaman ke jaman (vertical programming) setiap
harinya.
Dalam proses penyiaran program televisi pun dibutuhkan penjadwalan
yang sesuai dengan keadaan ataupun kebutuhan masyarakat yang menjadi
konsumen dari media tersebut. Ada beberapa tahapan penyesuaian agar
sebuah program televisi dapat dihadirkan dengan menarik dan dapat
diterima dengan mudah oleh masyarakat. Mulai dari tahap perencanaan
pola siaran yang selanjutnya menentukan jenis program acara dan
mengetahui target audiens program acara tersebut.
Naratama (2004: 64-66) menjabarkan Format acara televisi terbagi
menjadi tiga, yakni:
26
a. Program Berita (Faktual dan Aktual)
Adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi berdasarkan
informasi dan fakta atas kejadian dan peristiwa yang berlangsung
pada kehidupan masyarakat sehari-hari. Format ini memerlukan nilainilai faktual dan aktual yang disajikan dengan ketepatan dan
kecepatan waktu dimana dibutuhkan sifat liputan yang independen.
•
Features
•
Sport
•
News
b. Program Non drama / Non fiksi (Timeless and Factual)
Adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi dan diciptakan
melalui proses pengolahan imajinasi kreatif dari realitas kehidupan
sehari-hari tanpa harus menginterprestasi ulang dan tanpa harus
menjadi dunia khayalan.
•
Musik
•
Variety Show
•
Magazine
•
Repackaging
Show
•
Game Show
Talk Show
•
Quiz
•
c. Program Drama / Fiksi (Timeless dan Imajinatif)
Adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi dan diciptakan
melalui proses imajinasi kreatif dari kisah-kisah drama atau fiksi yang
direkayasa dan dikreasi ulang.
•
Others
•
Cinta
•
Tragedy
•
Legenda
•
Aksi
•
Horor
•
Komedi
27
Secara garis besar, program televisi dikelompokkan menjadi dua yaitu
Program Informasi dan Program Hiburan.
a. Program Informasi / Berita (Jurnalistik)
Pada dasarnya keingintahuan manusia akan berita dan informasi
sangatlah besar. Keingintahuan tersebut dapat dimanfaatkan oleh
pembuat program untuk menciptakan program yang diminati oleh
banyak penonton.
Siaran berita bersifat politis dan pengolahannya mengutamakan
unsur jurnalistik. Siaran berita juga bertitik tolak dari berita dan
terikat oleh waktu. Siaran berita tidak mengutamakan kepuasan
penonton
melainkan
lebih
kepada
memenuhi
keingintahuan
penonton.
b. Program Hiburan (Artistik)
Program hiburan bertujuan sebagai sarana relaksasi bagi khalayak.
disebut juga sebagai karya artistik baik bersifat fiksi dan non fiksi
dapat diolah dengan mendramatisir kejadian agar lebih menarik
perhatian penonton. Program hiburan juga dapat berupa imajinasi
yang tidak berdasarkan pada realitas.
Program Hiburan tidak bersifat politis dan bertitik tolak bukan dari
berita. Pengolahan program hiburan lebih mengutamakan sisi
artistiknya, tidak terikat waktu maka programnya dapat direncanakan
sedini mungkin sehingga persiapannya benar-benar matang, produk
28
yang dihasilkan harus indah, menarik dan sedap dilihat, karena
sasaran program hiburan adalah kepuasan penonton.
D. Program Berita Televisi
Program berita adalah sebuah program siaran yang bertujuan untuk
memberikan informasi atau pengetahuan kepada khalayak atau audiens
mengenai peristiwa yang tengah terjadi di masyarakat entah itu sekarang
ataupun yang telah lalu.
Helena Olii (2008: 25) mendefinisikan berita sebagai informasi baru
tentang kejadian yang baru, penting dan bermakana (significant), yang
berpengaruh pada para pendengarnya serta relevan dan layak dinikmati oleh
mereka. Definisi berita tersebut mengandung unsur-unsur yang:
•
Baru dan Penting
•
Bermakna dan Berpengaruh
•
Menyangkut Hidup orang banyak
•
Relevan dan Menarik
JB Wahyudi (1991: 115) juga mengemukakan mengenai definisi berita.
“Berita adalah laporan tentang peristiwa atau pendapat yang memiliki nilai
penting, menarik bagi sebagian khalayak, masih baru, dan dipublikasikan
secara luas melalui media massa periodik.
Definisi lainnya juga dikemukakan oleh Prof. Mitchel V. Charnley.
“Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau opini yang penting atau
menarik minat, atau kedua-duanya, bagi sejumlah besar khalayak. (Djuminto,
2015)
29
Berita televisi yang disiarkan kepada khalayak luas bukan hanya
sekedar melaporkan sebuah narasi ataupun fakta terbaru saja, melainkan juga
gambar. Bagi berita televisi, gambar adalah primadona atau paling utama
daripada narasi. Maka dari itu dibutuhkan kreativitas yang lebih untuk dapat
mengemas sebuah program berita agar konten yang disampaikan kepada
masyarakat mampu menarik dan diterima dengan baik.
Persyaratan Berita (Djuminto, 2015)
a. Lokal Emosional.
Efektivitas berita tergantung pada aspek kedekatan atau lokalitasnya
dengan audiens secara georgrifis dan psikologis, serta ketelibatan aktif
secara emosional dan interaktif.
b. Personal
Penyampaian berita televisi adalah audio visual yang dalam
penyajiannya sedapat mungkin dapat komunikatif dan tidak berjarak
dari segi pemilihan bahasanya dengan audiens.
c. Selintas
Media televisi adalah media yang ditangkap oleh audiensnya secara
selintas / sekali saja (kecuali diulang siarannya), karena disimak
bersamaan dengan kegiatan lain. Jarang audiens yang betah terhadap
satu stasiun penyiaran dalam waktu lama.
d. Imajinatif
Berita yang disajikan harus dapat mengembangkan imajinasi dramatif
pemirsa (theater of mind). Pemirsa harus merasakan terlibat dalam
persoalan yang diberitakan.
30
e. Fleksibel
Cara penyampaian berita sangat
bergantung pada kreativitas
penyajiannya, termasuk gaya presenter membacakannya.
Jenis Berita (Djuminto, 2015)
a. Warta Berita (Straight Newscast)
Merupakan laporan tercepat mengenai peristiwa yang terjadi di
masyarakat. Biasanya terdiri atas sejumlah berita dengan durasi
penyiaran antara 15-30 menit.
b. Pandangan Mata (On the Spot Telecast)
Laporan pandangan mata, pada prinsipnya adalah siaran langsung dari
tempat terjadinya peristiwa (On the spot reporting).
c. Wawancara Udara (Interview On the Air)
Terbagi menjadi dua jenis :
•
Informational Interview
Wawancara yang bersifat informatif antara interviewer (reporter)
dengan narasumber. Biasanya tentang ide, pendapat, pandangan
atau informasi tentang suatu hal.
•
Personality Interview
Tanya jawab mengenai pribadi narasumber. Biasanya VIP,
Selebritis dan sebagainya.
d. Komentar (Commentary)
Uraian yang bersifat analisis, disampaikan oleh komentator. Biasanya
bertitik tolak dari suatu fakta yang telah disiarkan sebelumnya pada
program warta berita.
31
Seorang Komentator haruslah:
•
Mendalami fakta yang dikupasnya
•
Mendalami latar belakang peristiwa
•
Menyelidiki orang yang berperan dalam peristiwa
•
Menentukan suatu sikap
•
Menyajikan pandangan kedepan
Bobot Berita (Djuminto, 2015)
Berdasarkan cara penggaliannya, berita dapat dibagi dalam tiga kategori:
a. Hard News
Berita aktual yang baru saja terjadi atau laporan langsung saat
peristiwa tersebut terjadi, bertutur tentang konflik yang menyentuh
emosi tinggi seperti peperangan, kerusuhan dan tentang politik.
Berita semacam ini termasuk dalam kategori berita yang memiliki high
political tension, very unusual, dan controversial. Ketiga syarat itu
merupakan petunjuk bahwa dengan cara penulisan tertentu berita
tersebut dapat member sentuhan emosi kepada masyarakat.
Berita ini akan tayang dengan cepat karena sifatnya yang harus segera
diketahui masyarakat. Jika tidak maka sisi menarik dalam berita
tersebut akan berkurang. Informasi yang disajikan juga harus
berpengaruh untuk khalayak luas.
b. Soft News
Berita ringan dalam format Feature, yang lebih bersifat laporan
peristiwa tanpa terikat waktu, lebih menekankan pada aspek human
interest, perilaku dan tempat-tempat yang bisa memperngaruhi banyak
32
orang. Dapat berisi informasi pembangunan, seminar, ritual, budaya,
pelantikan pejabat danlain sebagainya.
Selain itu informasinya relatif lebih luwes jika dilihat dari struktur
penulisannya, dan dari segi isi tidak terlalu berat. Umumnya tidak
terlalu lugas, kaku dan ketat dalam waktunya.
c. Indepth News / Investigative Reports
Berita mendalam / investigasi, dengan syarat penekanan isinya terletak
pada proses pendalaman kasus atau tinjauan aspek lain dalam suatu
peristiwa.
Selain itu juga mencoba menyingkap hal-hal yang ditutup-tutupi dan
menyelidiki fakta-fakta yang tersembunyi. Corak berita ini bertolak
dari suatu fakta yang diduga memiliki latar belakang tidak beres.
Kriteria Topik Berita (Djuminto, 2015)
•
Relevan
•
Tragis
•
Tak lazim
•
Yang terakhir
•
Yang termahal
•
Segera
•
Menarik
•
Kontroversi
•
Yang pertama
•
Yang terbesar
•
Lucu
•
Ironi
33
Sumber berita (Morissan, 2004: 22-27)
Sumber berita adalah asal mula terjadinya berita, yaitu peristiwa dan
pendapat yang pantas diangkat menjadi berita (memiliki nilai berita). Sebuah
stasiun televisi bisa mendapatkan berita yang akan disiarkan dari sumbersumber berikut :
•
Reporter
•
Pelayanan Darurat
•
Kontak Pribadi
•
Kontak Publik / kontak Berita
•
Siaran Pers
•
Jumpa Pers
•
Pemirsa
•
Saksi Mata
•
Media lainnya
•
Beberapa catatan
E. Tahap Produksi
Menurut Robin Small dalam The Television Handbook, ada tiga tahap
dalam memproduksi sebuag program acara. Tahapan ini biasanya sering
disebut Standar Operasional Prosedur (SOP). Secara sederhana digambarkan
sebagai berikut:
Pre-Production
Production
Post-Production
(Pra-produksi)
(Produksi)
(Pasca Produksi)
Proses pra-produksi ini merupakan tahap perencanaan, menemukan ide
dan konsep acara, merencanakan waktu yang dihabiskan untuk produksi,
34
memperkirakan biaya produksi, mem-booking crew produksi, memilih siapa
saja yang menjadi pengisi acara, dan mencari lokasi produksi.
Tahap produksi merupakan eksekusi dari yang sudah direncanakan
pada tahap pra-produksi. Hal yang perlu diperhatikan saat produksi adalah
menyeimbangkan pengeluaran yang dilakukan dengan anggaran yang sudah
direncanakan. Waktu pelaksanaan produksi sesuai dengan jadwal yang sudah
dirancang. Setelah pelaksanaan produksi selesai, tahap selanjutnya adalah
pasca produksi. Tahap ini bertujuan untuk menyelesaikan program agar dapat
diselesaikan sesegera mungkin dengan tepat waktu (Holland, 1997: 43-45).
Maka, produksi adalah tahapan di mana sebuah karya siap untuk
dieksekusi baik secara live maupun tapping, dengan Single ataupun Multi
Camera. Sebuah proses produksi acara televisi maupun karya audio visual
lainnya akan menggunakan berbagai peralatan, dan melibatkan banyak, serta
tentunya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Maka harus ada organisasi
yang mengatur agar suatu kegiatan produksi berjalan secara efektif dan
efisien. Setiap tahap produksi harus jelas dan terorganisir.
Berikut penjelasan tahap produksi secara umum:
1. Pra Produksi
Dengan matangnya perencanaann serta persiapan tahap awal
ini merupakan penentu kualitas dan keberhasilan suatu produksi.
“Persiapan syuting jauh lebih penting dari pada syuting itu
sendiri”. (Naratama, 2004: 97)
35
Pada
tahap
ini,
suatu
program
harus
benar-benar
direncanakan secara jelas dan terperinci, karena tahap selanjutnya
yaitu produksi dan pasca produksi, semuanya akan mengacu para
hasil pra produksi
Tahap pra produksi meliputi tiga tahap, yaitu:
a. Penentuan Ide
Biasanya penentuan ide ini dilakukan oleh produser dan tim
kreatif, kemudian melakukan riset dari ide tersebut
sehingga dapat menuliskan naskah untuk mengembangkan
ide tersebut.
b. Perencanaan
Perencanaan ini harus dilakukan dengan rinci agar proses
selanjutnya berjalan dengan lancar, seperti penentuan
jangka waktu kerja, penyempurnaan naskah, pemilihan
artis, lokasi dan penyediaan biaya atau estimasi dana yang
akan dibutuhkan.
c. Persiapan
Pada tahap ini meliputi pemberesan semua kontak,
perijinan dan surat menyurat. Memberikan naskah untuk
artis juga penting untuk dipelajari terlebih dahulu agar pada
saat produksi berjalan lancar. Secara teknis meneliti dan
melengkapi peralatan juga mutlak dilakukan agar peralatan
dapat digunakan secara maksimal. Semua persiapan
36
dilakukan untuk menjaga tahap produksi agar sesuai
dengan jangka waktu yang ditentukan.
2. Produksi
Setelah semua perencanaan dan persiapan dilakukan dengan
teliti, maka tahap selanjutnya bisa dimulai, yaitu produksi.
Seluruh crew seperti kamerawan, penata cahaya, penata suara
dan
lainnya
akan
dipimpin
seorang
sutradara
untuk
merealisasikan apa saja yang telah ditulis dalam naskah menjadi
susunan gambar yang saling melengkapi untuk sebuah cerita.
“Sebagai pimpinan dalam produksi, seorang
sutradara berperan besar menentukan jenis shot yang akan
diambil. Sutradara atau pengarah acara biasanya telah
mempelajari naskah terlebih dahulu kemudian membuat
shot-list. Pembuatan shot-list tersebut berguna untuk
pedoman kamerawan dalam pengambilan gambar. Pada
saat produksi semua crew harus mengetahui tanggung
jawab masing-masing, dan saling mendukung” (Wibowo,
2007: 40).
Perencanaan pada tahap pra produksi yang baik akan
mempermudah proses prpoduksi, kualitas produksi
yang
maksimal akan memperlancar proses pasca produksi.
3. Pasca Produksi
Menurut Anderson (1999: 1), pasca produksi meliputi seluruh
kegiatan yang penting untuk mengubah kumpulan video menjadi
sebuah program. Pasca produksi merupakan penyempurnaan dari
tahap sebelumnya, melalui proses editing yang dimulai dari
logging
(mencatat
hasil
gambar
dari
tahap
produksi),
37
menentukan poin-poin yang akan diedit sesuai dengan naskah,
merangkai potongan video agar menjadi video yang utuh,
menambahkan judul / grafis dan yang terakhir adalah
memberikan sound effect serta backsound. Secara teknis, satusatunya proses dalam pasca produksi adalah editing.
“AV Puskat mendefinisikan editing sebagai suatu proses
mengatur dan menyusun rangkaian shot menjadi sebuah scene,
rangkaian scene menjadi sebuah sequence, rangkaian sequence
menjadi suatu cerita yang utuh” (Setyawan, 2015).
Menurut D.W. Griffith editing film adalah menyussun
gambar-gambar sehingga dapat menimbulkan tekanan dramatik
dari cerita yang dihasilkan. (Einstein) “Karena makna tidak
dihasilkan dari sebuah shot yang berdiri sendiri namun melalui
rangkaian sekuensial shot-shot yang telah dipotong secara jelas
dan nyata” (Setyawan, 2015).
F. Proses Editing dalam Post Production
Pasca produksi merupakan tahap akhir (finishing) dari sebuah
rangkaian proses produksi sebuah program atau karya audio visual lainnya.
Secara umum aktivitas dalam proses ini meliputi, editing gambar, penambahan
title, grafik, animasi, suara narasi, musik hingga penambahan efek-efek
tertentu.
Anderson (1999: 1) menuliskan, “post-production encompasses all of
the activities necessary to transform raw video footage into a finished
38
program” (pasca produksi meliputi seluruh kegiatan yang penting untuk
mengubah kumpulan video menjadi sebuah program).
Beberapa program televisi ada yang memerlukan tahap pasca produksi
yang sangat singkat, misalnya game show, talk show dan lainnya. Dimana
proses itu menggunakan sistem multi camera dan kemudian pengambilan
gambar dipilih oleh alat video mixer atau lebih dikenal dengan switcher video,
lalu ditayangkan secara live. Pemilihan gambar dengan menggunakan switcher
ini merupakan tahap pasca produksi.
Dalam proses pasca produksi selain ditangani oleh seorang editor,
produser, asisten produser, sutradara atau asisten sutradara, penulis skenario
dan asisten editor juga bertanggung jawab dalam proses pasca produksi. Jika
seorang editor mampu membangun hubungan kerja sama dengan sutradara
produser / asisten produser, sutradara / asisten sutradara maka tahap pasca
produksi akan sukses (Anderson, 1999: 90).
1. Fungsi Editing
Pada dasarnya editing adalah kegiatan memotong shot yang saat
pengambilan gambar terjadi kekeliruan, lalu mengurutkan potonganpotongan shot tersebut menjadi sebuah cerita, sehingga penonton mampu
memahami pesan yang disampaikan (Anderson, 1999: 16).
“Editing adalah sebuah proses ketika bagian-bagian film atau
video, visual, tata suara, kata, musik dan teks dijalin bersama
melalui penuturan cerita dan proses peralihan gambar menjadi satu
rangkaian gambar untuk menciptakan makna. Apabila gambar
tidak diedit terlebih dahulu maka informasi yang disampaikan
39
dapat membingungkan atau bahkan membosankan” (Setyawan,
2015).
Alasan Editing perlu dilakukan (Setyawan, 2015) adalah :
a. Untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terjadi disaat
rekaman dilaksanakan.
b. Untuk memadukan shot-shot yang direkam secara acak atau tidak
beraturan.
c. Untuk mengatur atau menentukan durasi.
d. Untuk menggabungkan scene-scen dalam rangkaian cerita.
e. Untuk merangkai beberapa materi guna keperluan siaran maupun
untuk dokumentasi.
f. Untuk membuat paket lebih hidup dan bervariasi pada
keseluruhan gambar dengan cara menambahkan insert.
g. Untuk memberikan tambahan special effect tertentu.
Editing merupakan tahap pengerjaan akhir dari sebuah produksi film atau
video. Dalam proses editing, editorlah yang bertugas untuk menyusun gambar
atau shot-shot hasil perekaman menjadi sebuah cerita yang utuh. Dalam
melaksanakan tugasnya biasanya seorang editor akan didampingi oleh seorang
sutradara, hal ini perlu agar hasil akhir sesuai dengan imajinasi sutradara.
Setiap orang yang terlibat dalam pembuatan film harus memahami tuntutan
dari segi editing, dan harus mempertimbangkan tiap shot dari sudut itu.
Berbagai kemungkinan keputusan mengenai editing harus diserahkan kepada
pihak editor. Hanya editing yang baik saja yang akan mampu memberi hidup
pada film.
Maka, seorang editor dituntut meiliki sense of story telling (kesadaran/
rasa/ indra penceritraan) yang kuat, sehingga sudah pasti dituntut sikap kreatif
40
dalam menyusun shot-shot nya. Maksud sense of story telling yang kuat
adalah, editor harus sangat mengerti akan konstruksi dari struktur cerita yang
menarik, serta kadar dramatik yang ada di dalam shot-shot yang disusun, dan
mampu mengesinambungkan aspek emosionalnya dan membentuk irama
adegan/ cerita tersebut secara tepat dari awal hingga akhir film.
Editor merupakan orang yang bertanggung jawab menyusun cerita secara
estetis dari shot-shot yang dibuat berdasarkan skenario dan konsep yang telah
direncanakan sebelumnya sehingga menjadi sebuah video cerita yang utuh.
2. Tujuan Editing (Setyawan, 2015)
Tujuan dasar dari suatu proses editing adalah menceritakan sesuatu
dengan jelas kepada penonton. Untuk memulai suatu editing hendaknya
seorang editor memahami ide dari keseluruhan cerita yang disajikan.
a. Tema dasarnya (menceritakan tentang apa)
b. Alur ceritanya (bagaimana cerita dikembangkan dari awal hingga
akhir)
c. Apa yang kita harapkan dari penonton untuk ikut merasakan dan
mengalaminya.
d. Memilih yang penting dan membuang apa yang tidak penting
dalam konteks keseluruhan cerita.
e. Apa pesan utama dari program yang akan disajikan.
3. Teknik Editing
Fred Wibowo dalam bukunya (2007: 42-44) menjelaskan teknik editing
menjadi beberapa macam. Dalam hal ini, terdapat dua macam teknik
41
editing. Pertama yang disebut editing dengan teknik analog atau linier
editing. Kedua, editing dengan teknik digital atau non linier dengan
komputer.
a. Editing offline dengan teknik analog
Setelah shooting selesai, script boy/girl membuat logging, yaitu
mencatat kembali semua hasil shooting berdasarkan catatan
shooting dan gambar. Didalam logging time code (nomor kode yang
berupa digit frame, detik, menit, dan jam dimunculkan dalam
gambar) dan hasil pengambilan setiap shot dicatat. Kemudian
berdasarkan catatan itu sutradara akan membuat editing kasar yang
disebut dengan editing offline (dengan copy video VHS supaya
murah) sesuai dengan gagasan yang ada dalam sinopsis dan
treatment. Masteri hasil shooting langsung dipilih dan disambungsambung dalam pita VHS. Sesudah editing kasar ini jadi, hasilnya
dilihat dengan seksama dalam screening.
b. Editing online dengan teknik analog
Berdasarkan naskah editing, editor mengedit hasil shooting asli.
Sambungan-sambungan setiap shot dan adegan dibuat tepat
berdasarkan catatan time code dalam naskah editing. Demikian pula
sound asli dimasukan dengan level yang seimbang dan sempurna.
c. Mixing (pencampuran gambar dan suara)
Narasi yang sudah direkam dan ilustrasi musik yang juga sudah
direkam dimasukan kedalam pita hasil editing online sesuai dengan
petunjuk atau ketentuan yang tertulis dalam naskah editing.
42
Keseimbangan antara sound effect, suara asli, suara narasi dan
musik harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak saling
mengganggu dan terdengar jelas.
d. Editing offline dengan teknik digital atau non linier.
Editing non linieratau editing digital adalah editing yang
menggunakan komputer dengan peralatan khusus untuk editing.
Alat editing tersebut bermacam-macam nama, jenis dan fasilitasnya,
misal : Pinacle, Matrox, Campus, dll. Dengan alat editing tersebut
dapat digunakan berbagai macam program editing berdasarkan
kebutuhan, seperti: Adobe Premiere, Three D Max, After Effect dan
banyak program lainnya.
e. Editing online dengan teknik digital
Editing
online
dengan
teknik
penyempurnaan hasil editing offline
digital
sebenarnya
tinggal
dalam komputer, sekaligus
mixing dengan musik ilustrasi atau efek gambar (misalnya perlu
animasi atau wipe effect) dan suara (sound effect atau narasi) yang
harus dimasukan. Sesudah semua sempurna, hasil online ini
kemudian dimasukan kembali dari file menjadi gambar pada pita
Betacam SP atau pita dengan kualitas broadcast standart
.
Editing Artistik dan Jurnalistik (Setyawan, 2015)
a. Editing karya artistik
Editing untuk film atau produksi acara televisi yang proses
pembuatannya melalui serangkaian perencanaan. Dalam produksi
43
karya ini, sebelumnya telah direncanakan secara matang. Menurut
Hery Setyawan, editor lebih banyak disibukkan soal nilai dramatik dari
pada harus mengkoreksi kesalahan shooting yang menyangkut ketidak
cocokan atau kesalahan teknis pengambilan gambar.
b. Editing karya Jurnalistik
Proses produksi jurnalistik seperti berita, dokumenter dan news
magazine. Tidak menggunakan skenario karena belum tahu persis
kejadian yang ada di lapangan. Sehingga karya ini terjadi spontan dan
sering disebut dengan produksi yang proses pembuatannya tidak
melalui perencanaan. Kerja editor pada film noncerita, khususnya yang
dibuat tanpa naskah, terdiri dari upaya mengatasi atau mengkoreksi
kesalahan dalam pengambilan gambarnya. Bagian-bagian yang tidak
cocok, scene-scene yang hilang, penyambungan pada gerakan kamera,
mengatasa jump cut dan pemecahan problem shooting lainnya yang
disebabkan
karena
proses
pembuatannya
yang
tidak
melalui
perencanaan. Dalam proses editing karya jurnalistik biasanya editor
mengadopsi editing jenis kompilasi yang dijelaskan oleh Heri
Setyawan bahwa, suara merangkum penuturan dan mendorong scene
bergerak, yang sebetulnya hanya mempunyai sedikit saja kemampuan
jika disajikan tanpa narasi. Penyuntingan kompilasi hasilnya
memberikan sedikit saja permasalahan atas pengklopan gambar,
kerena shot-shot tunggal mendapatkan ilustrasi apa yang terdengar dan
tidak perlu adanya keterkaitan secara visual satu sama lain.
44
G. Editor Berita dalam Post Production
Menurut Setyawan (2015), Seorang editor bertanggung jawab
menyusun shot-shot menjadi suatu tayangan yang lengkap, utuh dan
menyeluruh. Dalam mengedit sebuah berita yang siap tayang di televisi,
seorang editor berita harus tetap mengedepankan kesinambungan gambar dari
keterkaitan suara dan gambar yang jelas. Dengan estimasi waktu bekerja lebih
singkat, video yang dikerjakan oleh seorang editor harus dapat tersampaikan
pesannya kepada khalayak.
Karena begitu pentingnya proses editing maka peranan editor dapat
disamakan dengan peranan sutradara, ini terlepas dari kualitas materi sebagai
bahan baku yang disediakan oleh sutradara. Pekerjaan menyambung bagianbagian diperlukan suatu pemahaman yang jelas tentang tujuan yang hendak
dicapai oleh sutradara / pengarah acara. Oleh karena itu dalam menyusunnya
editor dan sutradara harus bekerja sama agar semua tujuan tercapai tanpa
harus meningggalkan aturan permainannya. Untuk mendukung tanggung
jawab tersebut, seorang editor harus menguasai kemampuan dasar sebagai
berikut :
1. Memiliki kemampuan menyeleksi
Untuk ini seorang editor harus mampu memilih shot yang paling baik,
diantara beberapa pengambilan gambar, juga termasuk efek visual dan
suara yang terkuat, dan jangan sekali-kali memasukkan gambar jelek
yang tidak perlu.
45
2. Dapat memadukan gambar dan berkesinambungan
Untuk dapat mencapai hal tersebut, Editor mampu membimbing pikiran
serta reaksi emosi penonton dengan efektif dari gambar satu ke gambar
berikutnya, dari suara satu ke suara berikutnya, dan tampak hubungan
antara gambar dan suara. Perlu dipertimbangkan dengan teliti sekali
estetikanya, dramatiknya dan efek psikologinya dari gambar satu ke
gambar berikutnya juga suaranya.
3. Mengerti irama dan tempo dan dapat mengendalikan waktu
Yang dimaksud engan irama disini meliputi : obyek yang bergerak
dilayar, gerakan kamera dan tempo dialognya.
4. Memikirkan transisi
Dalam hal ini seorang editor dalam menyambung shot-shot dituntut
untuk memutuskan adanya sebuah transisi. Transisi yang dipilih harus
dipikirkan secara matang dan mempunyai motivasi dan harus dikaitkan
dengan jalan cerita sehingga tidak keluar dari pesan yang disampaikan.
Seorang editor juga harus mengetahui dasar-dasar pengambilan gambar
seperti tipe shot seperti Extreme Lons Shot, Long Shot, Medium Shot, Medium
Long Shot, Close Up, Medium Close Up, Extreme Close Up, serta camera
angle seperti high angle, low angle, normal (Anderson, 1999: 10).
Setyawan dalam Modulnya “Bahan Ajar Editing” (2015) menjelaskan
Langkah awal sebelum melakukan editing adalah mempertimbangkan dengan
teliti bagaimana shot-shot itu akan dirangkai serta efek-efek yang diperlukan,
setelah itu barulah dilakukan perangkaian gambar. Kesinambungan sangat
46
perlu diperhatikan agar penonton nyaman menontonnya dan isi pesan dapat
jelas tersampaikan.
Syarat penting dalam melakukan penyuntingan gambar adalah:
1. Kesinambungan cerita (kontiniti).
Yang dimaksud dengan kontiniti adalah penuturan disampaikan
dengan
cara
menyusun
gambar
secara
berurutan
dan
berkesinambungan.
2. Kesinambungan gambar dan suara.
3. Kesinambungan irama adegan yang diwujudkan dengan adanya
hubungan antar gambar satu dengan yang lain serta dengan
menampilkan variasi framing dan komposisi gambar.
Setelah memahami hubungan antar shot yang ada akan disambung, maka
kemudian seorang editor membutuhkan sebuah konsepsi untuk dapat
menyatukan shot-shot tersebut menjadi sebuah peristiwa, bahkan hingga
menjadi sebuah film utuh. Konsepsi ini diharapkan dapat membantu penonton
dalam memahami ruang dan waktu yang coba disampaikan oleh pembuatnya.
Yang harus dihindari dalam merangkai gambar adalah:
1. Jangan menyambung 2 shot yang sama ukuran shotnya, dengan
subyek yang sama. Dua shot yang berurutan dengan format yang
sama besar sering menghasilkan jump cut.
2. Jangan menyambung 2 shot dalam jarak yang ekstrem. Misalnya
cutting dari ekstrem longshot ke ekstrem close up. Hal ini akan
menyebabkan penonton sulit untuk mengenali secara tepat obyek
yang kita maksudkan. Perpindahan dari ekstrem long shot ke ekstrem
47
close up akan mudah diikuti oleh penonton apabila dilakukan dengan
zoom in.
3. Jangan menyambung 2 shot dimana posisi pemain berlawanan arah.
Shot
ini
biasanya
dihasilkan
oleh
kamera
yang
sudut
pengambilannya berpindah dari satu sisi ke sisi yang lain dari garis
imajiner.
4. Jangan
memotong
gambar
pada
tengah-tengah
pergerakan,
sambunglah di titik awal atau akhir dari panning atau zooming (saat
kamera berhenti bergerak)
5. Lakukan cut on movement. Misalnya jika kita telah membuat close
up seorang yang baru bersiap-siap untuk berdiri dari kursi, buatlah
cutting shot yang lebih besar misal dengan long shot tepat sesudah ia
mulai berdiri, jangan membuat cutting dimana orang sedang
bergerak.
6. Fade in caption, jangan sampai gambar mendahului suara.
7. Hindari property yang jumping.
8. Titik perhatian berubah.
9. Garis imajiner terpotong. Walaupun esensi dari televisi adalah
ukuran close up, jangan mengabaikan nilai dari pada long shot.
Memang akibat dari close up lebih besar dari jenis shot yang lain
tetapi jika terlalu banyak akan membosankan juga.
48
Kepuasan penonton adalah menjadi salah satu tujuan utama dari seorang
editor dalam menyususn gambar. Maka dari itu, seorang editor harus
memahami hal-hal berikut :
1. Karena penonton hanya bisa menyaksikan dari televisi, maka
penonton ingin melihat hal-hal detail dan penting dalam shot Close
Up.
2. Menjelaskan situasi antar scene dan juga hubungan tokoh dari scene
tersebut.
3. Penonton tidak ingin kehilangan kesempatan untuk melihat segala
sesuatu yang terjadi dalam suatu acara.
4. Gambar-gambar yang dihasilkan harus bervariatif, karena penonton
cenderung mudah bosan.
5. Produksi acara yang unik dan menarik akan memikat perhatian
banyak penonton.
H. Editor Sebagai Seniman
Editing merupakan tahapan terpenting dalam proses akhir dari
sebuah produksi video / film karya artistik maupun jurnalistik. Karena tanpa
melalui editing, shot-shot yang disajikan masih belum tertata sesuai alur, dan
banyak terdapat kesalahan saat proses perekaman gambar. Di sini peran
editorlah yang sangat diperlukan untuk dapat menyajikan sebuah tayangan
yang runtut, jelas dan dapat tersampaikan pesannya kepada khalayak yang
menontonnya.
49
Pada tingkat yang paling dasar editing adalah seni, teknik menyusun
shot-shot agar menjadi sebuah kesatuan cerita yang utuh. Orang yang
melakukan editing disebut “editor”, namun tugas seorang editor tidak sematamata mekanis hanya memotong, menyusun dan menyambung gambar atau
mengedit adegan-adegan dialog. Seorang editor harus kreatif dan mampu
mengatur kembali stock shot , cerita, musik, dialog yang dimiliki. Seorang
editor biasanya mampu memainkan dinamika cerita dalam sebuah produksi
film. Bahkan seiring perkembangan teknologi digital sekarang ini, editor juga
dituntut mampu melakukan proses pembuatan efek pada film (Setyawan,
2015).
I. Software Editing Video Adobe Premiere
Adobe Premiere merupakan salah satu perangkat lunak produk
keluaran Adobe yang digunakan untuk editing video. Adobe Premiere
merupakan salah satu aplikasi video editing professional yang paling banyak
digunakan di pasar saat ini. Aplikasi ini sangat popular dan banyak digunakan
oleh para ahli multimedia karena fasilitas dan kemampuannya dalam
mengolah dan mengedit video yang andal. Fasilitas seperti real preview, title
design, dan peralatan rekayasa audio. Dengan adanya fasilitas seperti ini
memudahkan untuk melakukan editing video. Saat diakses pada tahun 2014,
website resmi Adobe Premiere (www.adobe.com) menyebutkan bahwa versi
terbaru Adobe Premiere adalah Adobe Premiere CC (Creative Cloud).
Untuk mendukung aplikasi ini dibutuhkan komputer dengan
spesifikasi standart agar dalam proses tidak terganggu, di bawah ini adalah
50
standar minimal komputer PC untuk menggunakan aplikasi Adobe Premiere
CS 6.
1. Prosesor Intel®Coreᵀᴹ2 Duo atau AMD Phenom®II.
2. Sistem Operasi Micfosoft®Windows®7 64 bit atau Mac OS X.
3. Ruang harddisk yang tersedia 10 GB untuk proses instalasi.
4. 1280x900 resolusi pda monitor.
5. DVD Room Drive.
6. Software pendukung Quick Time 6.6 atau yang terbaru.
Download