Document

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Gagasan adanya perbankan yang beroperasi berdasarkan prinsip syariat
Islam berkaitan erat dengan gagasan terbentuknya suatu sistem ekonomi Islam.
Gagasan mengenai konsep ekonomi Islam secara Internasioanal muncul pada
sekitar tahun 70-an, ketika pertama kali diselenggarakan konferensi Internasioanal
tentang ekonomi Islam di Mekkah pada tahun 1976.
Diantara pemikir-pemikir sistem ekonomi Islam tersebut terdapat pola
kecenderungan yang berbeda-beda. Pada dasarnya terdapat dua kelompok
kecenderungan yaitu kecenderungan teoritis dengan memberikan alternatif konsep
dan kecenderungan pragmatis dengan mendirikan lembaga-lembaga ekonomi dan
keuangan yang beroperasi berdasarkan prinsip Islam. Salah satu diantara
kecenderungan kelompok kedua tersebut adalah mendirikan Bank-bank Islam.
Di dalam perkembangannya, kelompok pragmatis yang lebih tampak
keberhasilannya karena jauh sebelum adanya gagasan ekonomi Islam telah
diawali dengan suatu upaya untuk mendirikan Bank-bank Islam. Pada tahun 1920,
di Mesir didirikan bank Islam yang pertama kali dengan nama bank Mesir,
kemudian disusul tindakan pemerintah Republik Arab untuk menasionalisasikan
bank.
Lembaga perbankan Islam mengalami perkembangan yang amat pesat
dengan lahirnya Islamic Development Bank (IDB) pada tahun 1975 yang
bertujuan
untuk
mendorong
pertumbuhan
1
ekonomi
serta
meningkatkan
2
kesejahteraan sosial bagi negara-negara anggota dan masyarakat Muslim pada
umumnya. Pesatnya perkembangan lembaga perbankan Islam ini karena Bank
Islam memiliki keistimewaan-keistimewaan. Salah satu keistimewaan yang utama
adalah yang melekat pada konsep (build in concept) dengan berorientasi pada
kebersamaan. Orientasi kebersamaan inilah yang menjadikan bank Islam mampu
tampil sebagai alternatif pengganti sistem bunga yang selama ini hukumnya (halal
atau haram) masih diragukan oleh masyarakat Muslim. Namun demikian, sebagai
lembaga yang keberadaannya lebih baru daripada bank-bank konvensional, Bank
Islam mengalami permasalahan-permasalahan, baik yang melekat pada aktivitas
maupun pelaksanaannya.
Pada dasarnya aktivitas Bank Islam tidak jauh berbeda dengan aktivitas
bank-bank yang telah ada, perbedaannya selain terletak pada orientasi konsep juga
terletak pada konsep dasar operasionalnya yang berlandaskan pada ketentuanketentuan dalam Islam. Beroperasinya Bank Islam di Indonesia harus disesuaikan
dengan situasi dan kondisi masyarakat dan negara Indonesia, baik dibidang sosial,
ekonomi maupun hukum. Selain itu juga harus memenuhi persyaratan pendirian
dan operasionalnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku (Sumitro
Warkum, 2004; 3).
Di Indonesia, 7 tahun sejak diundangkannya pada lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 1992 Nomor 31 tanggal 25 Maret 1992, undang-undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan telah cukup menjadi bukti ketangguhan
sistem bagi hasil pada sektor perbankan. Bank Muamalat Indonesia sebagai satusatunya bank umum syari’ah, ditambah dengan sekitar 25 dari 77 Bank
3
Perkreditan Rakyat Syariah, berada dalam kondisi sehat. Oleh karena itu tidaklah
mengada-ada apabila Bank Indonesia sebagai bank sentral Indonesia memberikan
peluang yang lebih besar lagi bagi berkembangnya perbankan syariah di
Indonesia.
Diundangkannya Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan, merupakan bukti
kesepakatan seluruh rakyat Indonesia akan ketangguhan sistem bagi hasil pada
perbankan syariah dalam meredam gejolak moneter internasional. Keputusan
untuk mengembangkan lebih banyak lagi perbankan syariah merupakan tanda
akan dipergunakannya perangkat bagi hasil di seluruh sektor keuangan sebagai
sarana untuk memulihkan kembali perekonomian masyarakat yang telah porak
poranda. Selain di subsektor perbankan, tentu masih banyak lagi subsektor lain
pada keuangan yang akan terkait dengan subsektor perbankan yang perlu
menyesuaikan diri, bahkan akan meluas pula pada sektor-sektor ekonomi lainnya.
Dengan adanya peraturan pemerintah mengenai perbankan syariah ini mulai lah
masyarakat islam menggebu-gebu untuk memiliki lembaga keuangan yang sesuai
dengan prinsip ajaran agama islam.
Bangkitnya ekonomi Islam di Indonesia dewasa ini menjadi fenomena yang
menarik dan menggembirakan terutama bagi penduduk Indonesia yang mayoritas
beragama Islam. Praktek kegiatan ekonomi konvensional, khususnya dalam
kegiatan perbankan yang mengandung unsur riba sebagai salah satu komponennya
nampaknya masih menjadi hambatan psikologis bagi umat Islam untuk turut aktif
dalam kegiatan investasi.
4
Bank syariah dalam operasinya sama seperti bank-bank konvensional
lainnya. Selain ingin mensejahterakan perekonomian umat bank syariah pun ingin
mendapatkan profit dari usahanya tersebut. Profitabilitas merupakan kemampuan
suatu bank untuk mendapatkan keuntungan. Profitabilitas berarti keuntungan yang
diperoleh bank yang sebagian besar bersumber dari pada pembiayaan
yang
diberikan. Tingkat keuntungan ini sangat tergantung pada kelancaran pembiayaan
yang diberikan kepada masyarakat. Jika terjadi pembiayaan bermasalah yang
mengarah kepada pembiayaan non lancar dan merugikan, maka tingkat
profitabilitas pasti akan terganggu.
Selain itu tingkat kelancaran dari suatu pembiayaan dalam perbankan
syariah tergantung kepada modal yang di miliki oleh pihak bank syariah tersebut.
Masalah kecukupan modal merupakan hal yang terpenting dalam bisnis
perbankan. Bank yang memiliki tingkat kecukupan modal baik menunjukkan
indikator sebagai bank yang sehat. Sebab kecukupan modal bank menunjukkan
keadaan yang dinyatakan dengan suatu ratio tertentu yang disebut ratio kecukupan
modal atau capital adequacy ratio (CAR). Baik bank nasional maupun bank
internasional harus memenuhi rasio kecukupan modalnya (Muhammad, 2004 ; 9596).
Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997-an menyebabkan kondisi
ekonomi untuk negara Indonesia dan negara Asia lainnya mengalami kerusakan
yang fatal. Krisis tersebut menyebabkan nilai rupiah jatuh, nilai saham jatuh, dan
mempunyai implikasi yang serius yang masih terlihat sampai saat ini, termasuk
untuk sektor perbankan. Pada saat itu, beberapa bank terpaksa ditutup. Penutupan
5
tersebut mengakibatkan konsekuensi negatif pada masyarakat, seperti banyak
orang yang menjadi miskin karena tidak ada jaminan untuk deposito dan tabungan
pada bank yang ditutup tersebut. Kemudian mengakibatkan peristiwa bank run,
yaitu deposan ingin menarik deposito pada saat yang sama. Bank mengalami
resiko likuiditas, yang kemudian BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia)
diturunkan untuk membantu bank tersebut. Banyak aset bank di Indonesia yang
tidak baik, kemudian dialihkan ke pemerintah sehingga terbentuk Badan
Penyehatan Perbankan Indonesia. Pemerintah menggantinya dengan obligasi
rekap, yang sebagian besar dipegang oleh perbankan Indonesia.
Kondisi perekonomian global pada tahun 2009 hingga saat ini juga
menunjukkan kondisi yang penuh dengan ketidakpastian yang disebabkan oleh
krisis ekonomi global. Krisis ini mulai ditandai dengan runtuhnya lembaga
keuangan terbesar di dunia asal Amerika Lehman Brother, kredit macet sektor
perumahan (subprime mortgage), dan kemudian disusul dengan kebangkrutan
industri otomotifnya, yaitu General Motor dan Ford. Dampak krisis ini sempat
memberikan efek buruk bagi lembaga keuangan bank dan non bank di Indonesia.
Pasar modal dalam negeri juga sempat terkoreksi pada level yang paling buruk
akibat dampak menularnya kejatuhan pasar bursa di Wall Street. Hal ini memaksa
dunia perbankan Indonesia harus menghadapi tahun - tahun yang lebih berat.
Hingga tahun 2011, kondisi perekonomian global masih tidak menentu dan
mungkin masih akan berlangsung dalam beberapa waktu mendatang.
Pada tahun 2009 ROA perbankan syariah mencapai 1,5%. Perkembangan
tersebut berasal dari peningkatan pendapatan atas pembiayaan yang dilakukan
6
perbankan syariah pada tahun 2009. Kontribusi utama dari pendapatan perbankan
syariah dalam menghasilkan laba adalah pendapatan dari piutang murabahah yang
mencapai 42,9% dari seluruh total pendapatan perbakan syariah. Disisi lain rasio
BOPO meningkat menjadi 81,8% menjadi 84,4%. Hal ini tidak terlepas dari
meningkatnya biaya-biaya overhead sebagai konsekuensi dari peningkatan jumlah
jaringan selama tahun 2009. Namun demikian, peningkatan biaya tersebut masih
dapat dikelola bank secara efisien sehingga secara nasional perbankan syariah
masih dapat menghasilkan keuntungan sebagaimana tercermin dari peningkatan
ROA (Julius R. Latumaerissa, 2012 ; 347).
Kenaikan inflasi juga telah memberi tekanan besar terhadap perekonomian
Indonesia. Juli 2013 yang tercatat
3,29%, praktis telah memberi konfirmasi
bahwa ekspektasi inflasi tidak lagi hanya sekitar 7%, namun berubah menjadi
minimal 8%. Tekanan inflasi ini praktis menyebabkan bank-bank harus
menaikkan suku bunga deposito diatas 7%, bahkan 8%. Tidak peduli bahwa BI
rate sekarang masih 6,5%, namun bank-bank tidak mungkin memberi suku bunga
deposito 6,5% kepada nasabah-nasabah utamanya yang memiliki dana besar. Jika
itu dilakukan, bank-bank akan kesulitan likuiditas yang nantinya akan
berpengaruh pula terhadap profitabilitas bank.
Penelitian ini mereplikasikan penelitian yang dilakukan oleh Edhi Satriyo
Wibowo yang berjudul “Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, CAR, BOPO,
NPF terhadap profitabilitas Bank Syariah periode 2008-2011 ”. hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa variabel suku bunga tidak berpengaruh
terhadap ROA, inflasi tidak berpengaruh terhadap ROA, CAR tidak berpengaruh
7
terhadap ROA, dan NPF juga tidak berpengaruh terhadap ROA. Sedangkan
variabel BOPO berpengaruh secara signifikan dengan arah negatif.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan
terletak pada variabel independen dan periode penelitiannya. Pada penelitian ini
ada penambahan variabel independennya yaitu variabel pembiayaan dan variabel
institutional ownership. Alasan digunakannya variabel pembiayaan adalah
mengutip dari pernyataan yang dilontarkan oleh Muhammad dalam bukunya yang
berjudul Manajemen Perbankan Syariah tahun 2004 bahwa pembiayaan
merupakan salah satu sumber dari perndapatan perbankan syariah.
Penelitian yang dilakukan oleh Dhian Dayinta (2012) yang berjudul
“Pengaruh CAR, BOPO, NPF dan FDR terhadap ROA Bank Umum Syariah”
yang mengatakan bahwa CAR berpengaruh negatif terhadap ROA, tetapi tidak
signifikan. Variabel BOPO dan NPF berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
ROA Bank Umum Syariah. Sedangkan variabel FDR berpengaruh positif dan
signifikan terhadap ROA Bank Umum Syariah. Kemampuan prediksi dari
keempat variabel tersebut terhadap ROA sebesar 67,2%, sedangkan sisanya
dipengaruhi oleh faktor lain diluar model penelitian. Penelitian yang dilakkukan
oleh Anindita Dian Permatasari (2012) yang berjudul “Analisis Pengaruh CAR,
BOPO, LDR, NIM, NPL, BOPO, GWM, dan Institutional Ownership terhadap
Profitabilitas” yang mengatakan bahwa data LDR, NPL, dan GWM tidak
berpengaruh terhadap ROE. Variabel CAR, BOPO, dan Institutional Ownership
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROE, sedangkan NIM berpengaruh
positif dan signifikan terhadap ROE.
8
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti mencoba untuk
melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia dengan Menggunakan
Pendekatan Return on Asset (ROA)”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah
Inflasi, CAR, Pembiayaan, BOPO, NPF dan Institutional
Ownership berpengaruh secara parsial terhadap profitabilitas perbankan
syariah dengan menggunakan pendekatan ROA?
2. Apakah Inflasi, CAR, Pembiayaan, BOPO, NPF dan Institutional
Ownership berpengaruh secara simultan terhadap profitabilitas perbankan
syariah dengan menggunakan pendekatan ROA?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan di atas, maka adapun tujuan
dari penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah Inflasi, CAR, Pembiayaan, BOPO, NPF dan
Institutional Ownership berpengaruh secara parsial terhadap profitabilitas
perbankan syariah dengan menggunakan pendekatan ROA?
9
2. Untuk mengetahui apakah Inflasi, CAR, Pembiayaan, BOPO, NPF dan
Institutional Ownership berpengaruh secara simultan terhadap profitabilitas
perbankan syariah dengan menggunakan pendekatan ROA?
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Menambah wawasan penulis mengenai pengaruh inflasi, CAR, Pembiayaan,
BOPO, NPF dan Institutional Ownership terhadap profitabilitas perbankan
syariah.
2. Bagi Pihak Bank
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan
keputusan yang akan diambil terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
profitabilitas bank syariah sehingga kegiatan bank tetap berjalan dengan
baik.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan acuan untuk peneliti selanjutnya yang akan meneliti tentang
faktor- faktor yang mempengaruhi profitabilitas perbankan syariah.
10
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I
: PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika
penulisan.
BAB II
: LANDASAN TEORI
Telaah pustaka atau landasan teori ini berisikan definisi, konsep,
teori-teori, referensi yang bersumber dari : Buku, Review, jurnal,
publikasi yang relevan dengan masalah.
BAB III
: METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini mencakup metodologi penelitian yang digunakan dalam
penelitian, yang mencakup lokasi dan waktu penelitian, jenis dan
sumber data metode pengumpulan data, populasi dan sampel dan
metode analisis.
BAB IV
: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang analisis data yang berguna untuk
mencapai tujuan dari penelitian yang sudah dilaksanakan dan
menemukan asalnya keterkaitan antara analisis yang dilakukan
dengan masalah yang dibahas.
BAB V
: PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan, dan saran-saran.
Download