Liken Simpleks Kronis - Al bukhari Subulussalam

advertisement
Laporan Kasus
Liken Simpleks Kronis
Oleh:
Berlian Miza (1407101030057)
Safiza Khausarika (1407101030078)
Pembimbing:
Sulamsih Sri Budini
BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BLUD RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2015
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini.
Shalawat beserta salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman islamiyah, juga kepada
sahabat dan keluarga beliau.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dr. Sulamsih Sri Budini, Sp.
KK yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam
penyusunan laporan kasus yang berjudul “Liken Simpleks Kronis” dan para
dokter di bagian/ SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin yang telah memberikan
arahan serta bimbingan hingga terselesaikannya laporan kasus ini.
Tidak ada kata sempurna dalam pembuatan sebuah laporan kasus.
Keterbatasan dalam penulisan maupun kajian yang dibahas merupakan beberapa
penyebabnya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan terhadap
laporan kasus ini demi perbaikan di masa yang akan datang.
Banda Aceh, Agustus 2015
Penulis
ii
PENDAHULUAN
Liken simplek kronik adalah peradangan kulit kronis, disertai rasa gatal, yang
khas ditandai dengan kulit yang tebal dan likenifikasi. Likenifikasi pada kasus ini
terjadi akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang, karena berbagai rangsangan
pruritogenik. Bagian tubuh yang paling sering terkena meliputi kulit kepala, tengkuk,
ekstremitas, pergelangan kaki dan daerah anogenital. Proses likenifikasi ini dapat
terjadi akibat dari hiperkeratosis, hipergranulosis,
psoariasiform epidermal
hyperplasia dan penebalan kolagen.1
Liken simpleks kronis biasa terjadi pada usia dewasa antara 30 hingga 50
tahun dan jarang terjadi pada anak-anak. Wanita lebih sering terkena dibandingkan
dengan pria. Penderita dengan koeksistensi dermatitis atopik cenderung memiliki
onset umur yang lebih muda (rata-rata 19 tahun) dibandingkan dengan penderita
tanpa atopi (rata-rata 48 tahun).1,2
Terjadinya liken simpleks kronis ini diakibatkan oleh karena gosokan yang
terus menerus dan garukan yang berulang oleh karena rasa gatal yang timbul
sehingga kulit menebal dan kasar. Perubahan pada kulit ini disebut likenifikasi.
Biasanya penebalan yang terjadi berbatas tegas dengan plak yang kemerahan dengan
likenifikasi dan ekskoriasi. Lesi pada liken simpleks kronis ini seringnya bersifat
tunggal.2,3 Manifestasi yang dapat timbul pada umumnya adalah gatal bersifat tidak
terus menerus. Gambaran klinis juga sangat dipengaruhi oleh lokasi dan lamanya
lesi.1
Tujuan dilakukan pengobatan adalah untuk mengurangi rasa gatal dan lesi
kulit akibat garukan. Dapat diberikan dengan penggunaan streroid seperti
glukokortikoid topikal dan glukokortikoid intralesi. Pemberian steroid yang
dikombinasi dengan pemberian anti-inflamasi mempunyai efek yang lebih baik pada
kasus ini. Secara umum, perlu menjelaskan kepada penderita bahwa garukan akan
memperburuk kondisi penyakit. Liken simpleks kronis memiliki prognosis yang
sangat bergantung pada penyebab pruritus (penyakit yang mendasari) dan status
psikologik dari penderita.1,2,3
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Liken simplek kronik (LSK) adalah peradangan kulit kronis disertai rasa
gatal, ditandai dengan kulit yang tebal dan likenifikasi.1 Liken simpleks kronis
merupakan dermatosis kronis yang ditandai dengan lesi yang berbatas tegas disertai
dengan rasa gatal. Kelainan ini termasuk proses ekzema kronis yang tidak diketahui
penyebabnya.4
Liken simpleks kronis biasanya bersifat tunggal atau multiple, eritematosa,
bersisik, berbatas tegas, hiperpigmentasi yang berupa plak kasar. LSK ini bisa
terdapat di tengkuk leher, lengan dan siku ekstensor, vulva atau skrotum, paha medial
atas, lutut, kaki bagian bawah, dan pergelangan kaki. Penggarukan berulang berperan
penting dalam pembentukan lesi. Lesi LSK memiliki 3 zona yang khas yaitu di
peripheral zone terdapat lesi yang berukuran 2 sampai 3 cm, lesi tidak menebal dan
terdapat papul yang tidak terlalu jelas. Lesi pada middle zone berukuran lentikular
dan terdapat papul prurigo yang mengalami ekskoriasi. Gambaran lesi pada central
zone merupakan bagian lesi yang paling tebal yang disertai dengan adanya perubahan
pigmentasi. LSK yang mengalami ekskoriasi lebih mudah menimbulkan infeksi
sekunder.5
2.2 EPIDEMIOLOGI
Diketahui bahwa insiden terjadi lebih sering pada wanita daripada pria.
Penyakit ini sering muncul pada usia dewasa, terutama usia 30 hingga 50 tahun dan
jarang terjadi pada ras berkulit hitam. Pasien dengan koeksistensi dermatitis atopi
cenderung memiliki onset umur yang lebih muda (rata-rata 19 tahun) dibandingkan
dengan pasien tanpa atopi (rata-rata 48 tahun). Letak lesi dapat timbul dimana saja,
tetapi yang biasa ditemukan pada daerah tengkuk, kepala, leher bagian samping,
lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perianal, paha bagian medial, lutut,
tungkai bawah lateral, pergelangan kaki bagian depan dan punggung kaki. Liken
simpleks kronis yang ditemukan pada daerah tengkuk (lichen nucahe) umumnya
hanya pada wanita, berupa plak kecil di tengah tengkuk atau dapat meluas hingga ke
kepala. Biasanya skuamanya banyak hingga menyerupai psoariasis.1,2,3,4
2.3 ETIOPATOGENESIS
Etiologi pasti liken simplek kronik belum diketahui, namun pruritus
memainkan peran sentral dalam timbulnya pola reaksi kulit berupa likenifikasi dan
prurigo nodularis. Pruritus sendiri dapat muncul sebagai gejala dari penyakit lainnya
yang mendasari seperti gagal ginjal kronis, obstruksi saluran empedu, limfoma
Hodgkin, hipertiroidisme, hipotiroidisme, AIDS, hepaitis B dan C, dermatitis atopik,
dermatitis kontak, serta gigitan serangga. Faktor psikologi diasosiasikan dengan liken
simpleks kronis, namun belum jelas apakah faktor emosional timbul sekunder
terhadap penyakit ini atau primer dan kausatif. Faktor stres akan merangsang
neurotransmitter yang mempengaruhi suasana hati, seperti dopamin, serotonin atau
opioid peptida yang dapat memicu persepsi gatal melalui jalur medulla spinalis.1,2
Gatal dapat menjadi gejala namun tidak hanya berupa gejala yang timbul pada
LSK. Gatal sendiri timbul akibat adanya pelepasan mediator inflamasi dan aktivitas
enzim proteolitik. Terkadang lesi nodular dapat muncul sebagai akibat dari
penggarukan yang berulang. Peningkatan neuropeptida, kalsitonin yang berkaitan
dengan peptida dan substansi serabut saraf “P” yang menimbulkan imunoreaktif yang
berhubungan dengan timbulnya lesi nodular sekunder. LSK juga behubungan dengan
penyakit dalam seperti gangguan gastrointestinal atau liver, diabetes melitus dan
konstipasi.4
Pada penderita dengan diabetes melitus terjadinya gatal sangat tinggi yang
dikarenakan kondisi kulit yang kering sehingga dapat memperberat kondisi bila
terkena liken simpleks kronis. Adapun dalam sebuah studi didapatkan bahwa pada
penderita diabetes melitus dengan usia > 60 tahun lebih banyak yang memiliki
kondisi kulit yang kering dibandingkan dengan umur < 60 tahun.6
2.4 GEJALA KLINIS
Penderita penyakit ini akan mengeluh rasa gatal yang sangat mengganggu
aktivitas, dan dirasakan terutama ketika penderita tidak sedang beraktivitas. Rasa
gatal akan berkurang bila digaruk, dan penderita akan berhenti menggaruk bila sudah
timbul luka, akibat tergantikannya rasa gatal dengan rasa nyeri. Gatal dapat bersifat
paroksismal, terus menerus atau sporadik. Rasa gatal akan diperberat pada keadaan
berkeringat, panas, atau iritasi dari bahan pakaian dan juga pada saat tekanan
psikologis.1
Gambar 3.1 Liken Simpleks Kronis
Pada liken simplek kronis, garukan berulang menyebabkan terjadinya
penebalan plak dengan ekskoriasi. Hiperpigmentasi dan hipopigmentasi dapat
dijumpai pada kasus kronis. Pada tahap awal, plak berwarna kemerahan. plak
mengalami edema bila terjadi proses penggarukan yang kemudian menjadi skuama
dan
menebal.
hipopigmentasi.7
Pada
sebagian
kasus,
dapat
terjadi
hiperpigmentasi
dan
2. 5 DIAGNOSIS BANDING1
Diagnosis banding Liken simpleks kronis sebagai berikut:
1.
Liken Simpleks Kronis
Liken simpleks kronis adalah peradangan kulit kronis, disertai rasa gatal,
sirkumskrip, yang khas ditandai dengan penebalan kulit yang disertai
likenifikasi. Manifestasi klinis berupa lesi yang muncul biasanya tunggal,
bermula sebagai plak eritematosa, sedikit edematosa. Lambat laun edema dan
eritema akan menghilang, lalu muncul skuama pada bagian tengah dan menebal.
Likenifikasi, ekskoriasi, dengan sekeliling yang hiperpigmentasi, muncul seiring
dengan menebalnya kulit, dan batas menjadi tidak tegas.
Gambar 3.2 Liken Simpleks Kronis
2. Liken Planus Hipertrofi
Liken planus adalah gangguan inflamasi yang umumnya mengenai kulit, selaput
membran, kuku dan rambut. Gambaran klasik lesi merah kekuning-kuningan dan
berskuama dengan permukaan datar. Pada kulit ditemukan papul yang poligonal,
permukaan rata dan berwarna mengkilat. Pada permukaan pada papula dapat
terlihat garis berwarna putih yang disebut Wickham striae. Warna papula pada
awalnya merah namun dapat berubah jadi ungu atau kemerahan. Lesi biasanya
simetris dan bilateral.
Liken planus hipertrofi biasanya mengenai ekstremitas terutama di tulang kering
dan sendi interphalang dan cenderung disertai rasa gatal. Gambaran lesi berupa
plak yang verucous berwarna merah coklat atau merah keunguan, dan disertai
juga dengan hiperkeratosis.
Gambar 3.5 Liken planus hipertofi di regio tibial
3. Psoriasis
Psoriasis adalah penyakit yang bersifat kronis yang dipicu oleh beberapa faktor
seperti trauma, infeksi dan pemakaian obat-obatan. Gambaran khas pada psoriasis
adalah plak yang eritem, berbatas tegas dan terdapat skuama diatas permukaannya.
Umumnya psoriasis ini sering mengenai daerah kepala, siku, tangan, lutut dan kaki
serta dapat mengenai kuku.
Gambar 3.4 Psoriasis dengan likenifikasi
4. Atopik Ekzema (Dermatitis Atopik)
Atopik ekzema adalah penyakit kulit kronis yang paling sering terjadi pada anakanak. Atopik ekzema sering dikaitkan dengan kelainan pada fungsi sawar kulit
dan paparan alergen. Ditandai dengan rasa gatal terus menerus namun dapat juga
bersifat hilang timbul yang biasanya akan memberat di sore atau malam hari.
Akibat garukan dapat menimbulkan papula prurigo, likenifikasi, dan ekzema.
Pada keadaan akut biasanya ditemukan gatal terus menerus sehingga
menimbulkan papul eritematous dengan ekskoriasi, vesikel diatas kulit yang
eritema dan disertai cairan eksudat didalamnya.
Pada keadaan subakut dermatitis digambarkan dengan kulit yang eritematous,
ekskoriasi dan papul. Pada kondisi kronis, ditemukan gambaran plak yang tipis,
likenifikasi dan papul fibrosis ( prurigo nodularis).
A
C
B
D
Gambar 3.3 A. papul prurigo pada atopik eksema, B. likenifikasi pada atopik
eksema, C. papul eritematous pada fase subakut atopik eksema, D.
likenifikasi berat dan hiperpigmentasi yang disertai papul prurigo pada fase
atopik eksema kronis
2.6 PENEGAKAN DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Pada anamnesis liken simplek kronis dijumpai gatal yang berat, gatal
dapat bersifat paroksismal, kontinus atau sporadik. Gatal diperberat oleh
keringat, panas atau iritasi dari pakaian. Stres juga dapat memperberat gatal.
Dapat juga dijumpai bercak kemerahan yang akan menebal dan bersisik putih
akibat garukan berulang. Bercak dapat dijumpai di daerah kepala, leher,
pergelangan kaki, ekstremitas ekstensor, genital (labia mayor dan skrotum).
2.
Pemeriksaan fisik kulit
Pada liken simplek kronis, garukan berulang menyebabkan terjadinya
penebalan plak dengan ekskoriasi. Hiperpigmentasi dan hipopigmentasi dapat
dijumpai pada kasus kronis. Pada tahap awal, plak berwarna kemerahan. plak
mengalami edema bila terjadi proses penggarukan yang kemudian menjadi
skuama dan menebal. Pada sebagian kasus, dapat terjadi hiperpigmentasi dan
hipopigmentasi.8
3. Pemeriksaan penunjang
a. Histopatologi
Gambaran histopatologik liken simplek kronik dapat berupa ortokeratosis
dan hipergranulosis. Dapat pula dijumpai adanya sel radang seperti limfosit
dan histiosit disekitar pembuluh darah dermis bagian atas, fibroblast
bertambah dan kolagen menebal.3
Gambar 3.6 Gambaran histopatologi Liken Simpleks Kronis3
2.7 PENATALAKSANAAN1
Tujuan pengobatan liken simplek kroniks adalah untuk mengurangi garukan
dan menggosok lesi. Pada kedua kondisi ini, pengobatan lini pertama bertujuan untuk
mengurangi rasa gatal, dapat diberikan berupa topikal steroid paten yang disertai anti
pruritus non steroid seperti menthol, phenol atau pramoxin. Emulsi atau pelembab
merupakan
komponen
tambahan
yang
penting.
Steroid
intralesi
seperti
triamceninolone acetonede, dapat diberikan sesuai dengan ketebalan plak atau nodul.
Pemberian anti histamin seperti hidroksizin atau trisiklik antidepresan seperti doxepin
dapat digunakan untuk menghilangkan rasa gatal di malam hari. Selective Serotonin
Reuptake Inhibitors (SSRIs) dapat direkomendasikan untuk gatal pada siang hari atau
pasien dengan Obsessive Compulsive Disorder (OCD). Edukasi untuk pasien yaitu
menghindari garukan, dan menjaga kuku agar tetap pendek.
2.8 PROGNOSIS2
Penyakit ini bersifat kronik dengan persistensi dan rekurensi lesi. Eksaserbasi
dapat terjadi sebagai respon stres emosional. Prognosis bergantung pada penyebab
pruritus (penyakit yang mendasari) dan status psikologik penderita.
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. IH
Jeniskelamin
: Laki-laki
No.RM
: 0-89-11-82
Umur
: 71 Tahun
Alamat
: Lamteumen Timur
Tanggal Pemeriksaan : 11 Agustus 2015
ANAMNESIS
Keluhan Utama
bercak menebal kehitaman di kepala, tangan kanan dan kedua kaki
Keluhan Tambahan
bercak terasa gatal dan mengeras
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan bercak menebal kehitaman dan gatal di
kepala, tangan kanan dan kedua kaki sejak 4 tahun yang lalu. Awalnya pasien
mengeluhkan timbul bercak kemerahan berukuran sebesar uang logam seratus di
kepala, tangan kanan dan kedua kaki. Bercak merah disertai rasa gatal yang hilang
timbul. Pasien memiliki kebiasaan menggaruk hingga luka. Sekitar 3 bulan,
bercak kemerahan menjadi semakin membesar, menebal dan menjadi kehitaman .
Riwayat Penyakit Dahulu
 Pasien tidak pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya.
 Pasien memiliki riwayat Diabetes Melitus sejak 20 tahun yang lalu, pasien
rutin kontrol ke poli endokrin.
Riwayat Pemakaian Obat
Pasien selama ini sudah menggunakan obat Cetirizine 10 mg 1x1 dan Asam
salisilat 5% + Vaseline 100 gr, krim dioles diatas bercak
10
11
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan seperti pasien.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Dermatologis (Pemeriksaan tanggal 11 Agustus 2015)

Regio
: Capitis, Brachii dextra, femur sinistra dan kruris dextra et
sinistra

Deskripsi Lesi :
Tampak plak hiperpigmentasi dengan likenifikasi dan permukaan kulit
ditutupi skuama tebal, batas tegas tepi irreguler ukuran dari numular
sampai plakat, jumlah multipel, distribusi generalisata.
Gambar 4. Lesi pada regio capitis
12
Gambar 5. Lesi pada regio brachii dekstra
Gambar 6. Lesi pada regio
kruris dekstra
13
Gambar 7. Lesi pada regio femur dan kruris sinistra
DIAGNOSIS BANDING
1. Liken simpleks kronis
2. Atopik ekzema
3.
Psoriasis
4. Liken planus hipertrofi
RESUME
Telah diperiksa pasien laki-laki berusia 71 tahun dengan keluhan bercak
menebal kehitaman dan gatal di kepala, tangan kanan dan kedua kaki sejak 4
tahun yang lalu. Awalnya pasien mengeluhkan timbul bercak kemerahan
berukuran sebesar uang logam seratus di kepala, tangan kanan dan kedua kaki.
Bercak merah disertai rasa gatal yang hilang timbul. Pasien memiliki kebiasaan
menggaruk hingga luka. Sekitar 3 bulan, bercak kemerahan menjadi semakin
membesar, menebal dan menjadi kehitaman. Dari pemeriksaan fisik kulit, pada
14
regio capitis, brachii dextra, femur sinistra dan kruris dextra et sinistra tampak
plak hiperpigmentasi dengan likenifikasi dan permukaan kulit ditutupi skuama
tebal, batas tegas tepi irreguler ukuran dari numular sampai plakat, jumlah
multipel, distribusi generalisata.
DIAGNOSIS KLINIK
Liken Simpleks Kronis
TATALAKSANA
Farmakologi
1. Sistemik
 Cetirizine tablet 10 mg 2x1 tablet/hari
2. Topikal
 Asam salisilat 3% + LCD 5% + Desoximethasone krim 0,25%, dioles di atas
bercak pada pagi hari
 Asam salisilat 3% + Vaseline album 60 gr, dioles di atas bercak pada sore hari
 Asam salisilat 3% + Diflukortolon valerat krim, dioles di atas bercak hitam
pada malam hari
Nonfarmakologi (Edukasi)
1.
Menjelaskan kepada pasien tentang penyakitnya.
2.
Menjelaskan kepada pasien untuk tidak menggaruk lesi.
3.
Menjelaskan kepada pasien bahwa untuk terus mengkontrol kadar
gula darah dan penggunaan insulin yang dianjurkan
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
ANALISIS KASUS
Pasien laki-laki berusia 71 tahun dengan keluhan bercak menebal kehitaman
dan gatal di kepala, tangan kanan dan kedua kaki sejak 4 tahun yang lalu. Awalnya
pasien mengeluhkan timbul bercak kemerahan berukuran sebesar uang logam di
kepala, tangan kanan dan kedua kaki. Bercak merah disertai rasa gatal yang hilang
timbul. Pasien memiliki kebiasaan menggaruk hingga luka. Sekitar 3 bulan, bercak
kemerahan menjadi semakin membesar, menebal dan menjadi kehitaman. Pasien juga
memiliki riwayat diabetes melitus sejak 20 tahun yang lalu. Dari pemeriksaan fisik
kulit, pada regio capitis, antebrachii dextra, femur sinistra dan kruris dextra et sinistra
tampak plak hiperpigmentasi dengan likenifikasi dan permukaan kulit ditutupi
skuama tebal, batas tegas tepi irreguler ukuran dari numular sampai plakat, jumlah
multipel, distribusi generalisata.
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang didapatkan
sesuai
dengan teori yaitu liken simpleks kronis umumnya ditemukan pada usia dewasa,
terutama usia 30 hingga 50 tahun. Liken simpleks kronis juga behubungan dengan
penyakit dalam seperti diabetes melitus dikarenakan kondisi kulit yang kering
sehingga dapat memperberat kondisi bila terkena liken simpleks kronis. Adapun
dalam sebuah studi didapatkan bahwa pada penderita diabetes melitus dengan usia >
60 tahun lebih banyak yang memiliki kondisi kulit yang kering dibandingkan dengan
umur < 60 tahun.1,4,6 Pada liken simplek kronis, garukan berulang menyebabkan
terjadinya penebalan plak dengan ekskoriasi. Hiperpigmentasi dan hipopigmentasi
dapat dijumpai pada kasus kronis. Pada tahap awal, plak berwarna kemerahan. plak
mengalami edema bila terjadi proses penggarukan yang kemudian menjadi skuama
dan
menebal.
Pada
sebagian
kasus,
dapat
terjadi
hiperpigmentasi
dan
hipopigmentasi.7
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik kulit ada beberapa
diagnosis banding yang dapat ditegakkan yaitu liken simpleks kronis, atopik ekzema,
psoriasis dan liken planus. Berdasarkan teori, gambaran lesi liken simpleks kronis
berupa plak yang disertai dengan likenifikasi, lesi bersifat unilateral dan biasanya
tunggal yang disertai dengan rasa gatal. Pada atopik ekzema ditandai dengan eritema
dengan batas tidak tegas, edema, vesikel, dan dapat terjadi penebalan kulit
(likenifikasi) pada stadium kronik. Penderita atopik ekzema juga mengeluhkan kulit
yang terasa gatal pada sekitaran lesi dan khasnya pada penderita atopik ekzema
bersifat genetik serta memiliki riwayat atopi, namun pada pasien ini tidak ditemukan
adanya riwayat atopi. Tetapi, pada pasien tidak dijumpai adanya riwayat tersebut
sehingga diagnosis atopik ekzema dapat disingkirkan.1,8
Pada psoriasis gambaran lesi berupa bercak eritematous berbatas tegas dengan
skuama yang kasar, berlapis dan transparan. Lesi yang timbul dapat bersifat unilateral
namun lesi mencakup area yang sangat luas. Untuk menyingkirkan diagnosis
psoriasis dapat dilakukan pemeriksaan histopatologi biasanya didapatkan sedikit
akantotik sedangkan pada liken simplek kronik akan didapatkan gambaran
ortokeratosis dan hipergranulosis.Pada psoriasis yang penting untuk diketahui bahwa
adanya anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama dan sifatnya yang
berulang. Namun, pada pasien tidak didapatkan riwayat tersebut sehingga diagnosis
psoriasis dapat disingkirkan.1,2
Sedangkan pada liken planus khususnya liken planus kutaneus ditandai
dengan adanya plak dengan permukaan yang datar, papul yang berwarna keunguan.
Pemeriksaan histopatologi sangat membantu dalam penegakan diagnose liken planus
kutaneus, dapat dijumpai berupa penebalan stratum korneum dengan ortokeratosis,
hipergranulasi, degenerasi dari lapisan sel-basal dan adanya sel inflamasi. Pada
lapisan epidermal didapatkan adanya hiperplasia yang tidak teratur seperti gigi
gergaji (sawtooth), dan papila dermal memanjang membentuk seperti kubah. Berbeda
dengan liken simpleks kronis histopatologi akan dijumpai ortokeratosis dan
hipergranulosis. Dapat pula dijumpai adanya sel radang seperti limfosit dan histiosit
disekitar pembuluh darah dermis bagian atas, fibroblast bertambah dan kolagen
menebal. Pada pasien ini diagnosis liken planus dapat disingkirkan karena gambaran
lesi yang tidak sesuai.2,9,10
Pemeriksaan penunjang yang disarankan untuk pada pasien ini adalah berupa
tindakan biopsi yang selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan histopatologi.
Diharapkan
hasil
pemeriksaan
didapatkan
gambaran
ortokeratosis
dan
hipergranulosis. Dapat pula dijumpai adanya sel radang seperti limfosit dan histiosit
disekitar pembuluh darah dermis bagian atas, fibroblast bertambah dan kolagen
menebal.3
Terapi yang diberikan pada pasien ini dapat berupa terapi non-farmakologis
dan terapi farmakologis. Terapi non-farmakologis dapat diberikan yang berupa
edukasi mengenai diagnosis penyakit, menjelaskan kepada pasien untuk tidak
menggaruk lesi, serta menjelaskan kepada pasien bahwa untuk terus mengkontrol
kadar gula darah dan penggunaan insulin yang dianjurkan. Terapi farmakologi pada
pasien ini adalah Asam salisilat 3% + LCD 5% + Desoximethasone krim 0,25%,
Asam salisilat 3% + Vaseline album 60 gr, Asam salisilat 3% + Diflucortolone
valerat dan Cetirizine tablet 10 mg 2x1 tablet/hari. Tujuan pengobatan liken simplek
kroniks adalah untuk mengurangi garukan dan menggosok lesi, dapat diberikan
berupa steroid yang bersifat paten dan anti pruritus atau anti histamin serta pemberian
emulsi sebagai komponen tambahan.1
Liken simpleks kronis merupakan penyakit yang bersifat kronik yang
prognosisnya bergantung pada penyebab pruritus (penyakit yang mendasari) dan
status psikologik penderita.1
DAFTAR PUSTAKA
1. Fitzpatrick TB. Dermatology in General Medicine Wolff K, Goldsmith LA,
Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, editors. New York: The McGraw
Hill Companies; 2012.
2. Fitzpatrick TB, Freedberg IM, Eisen AZ, Goldsmith LA, Austen KF, Wolff K,
et al. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine: McGraw-Hill, Medical
Pub. Division; 2003.
3. James WD, Berger T, Elston D. Andrews' Diseases of the Skin: Clinical
Dermatology: Elsevier Health Sciences; 2011.
4. Gantcheva M, Broshtilova V. Lichen Simplex Chronicus. In: Katsambas AD,
Lotti TM, Dessinioti C, D'Erme AM, editors. European Handbook of
Dermatological Treatments: Springer Berlin Heidelberg; 2015. p. 539-46.
5. Janjua SA. Diagnosis Lichen Simplex Chronicus. Journal of Pakistan
Association of Dermatologists. 2006;16(60):62-4.
6.
O I Ezejiofor, O Onayemi, O A Olasode, Ikem RT. Patterns of dermatological
disorders among diabetics Egyptian Dermatology Online Journal. 2013;9(2):14.
7. Tony Burns, Stephen Breathnach, Neil Cox, Griffiths C. Rook's Textbook of
Dermatology 8th Ed, Volume I: Wiley-Blackwell; 2010.
8. Natalia, Sri Linuwih Menaldi, Agustin T. Perkembangan Terkini pada Terapi
Dermatitis Atopik. J Indon Med Assoc. 2011;61(7):299-304.
9. Le Cleach L, Chosidow O. Lichen Planus. New England Journal of Medicine.
2012;366(8):723-32.
10.Farzam Gorouhi, Parastoo Davari, Fazel N. Cutaneous and Mucosal Lichen
Planus: A Comprehensive Review of Clinical Subtypes, Risk Factors,
Diagnosis, and Prognosis. The Scientific World Journa. 2013:1-22.
32
Download