View/Open - UNPAR Institutional Repository

advertisement
PERJANJIAN
INTERNA�ION�
=
BAG.: I
:aS
�
No.
K 1;;!;:0
No.
.}_1.l -��-6-=J � Lf�tkr�J A
__
H.:Jdi.::ah/Dcli
0ar i
r
;.! ... .
t · :..
..
iq
_____
.LW 9:Y.��
: •• -;:
T0I.
.
.
.
.
_t!71q���� (
·--
·-·---
�,r.} �i � �� J.:..l i
f
__
3�t. ��.r.
\OLl
. •
•.
. -
·
__
38'.'o� � �_:_ .
:S PERJANJIAN
=
BAG.: I
I WAYAN PARTHIANA, SH. MH.
?A'
.
o�
�fW­
h.1
,411 04
t1. oS:
l-f r.e
-
·
-
ft\
�o\lo
PENERBIT MANDAR MAJU I 2002 I BANDUNG
iii
mah
dan
mer
itu,
dike
mat
mer
inte
kek
acu
per
am
"pt
dol
rar
dit
WC
mt
la!
ANGGOTA IKAPI
NO. 043/JBA/92
bu
in1
in
Hak cipta dilindungi undang-undang pada : Pengarang
Hak Penerbitan pada : Penerbit Mandar Maju.
Cetakan I
:
No. Code Penerbitan
02 - IH
•
.139
Tidak diperkenank.an memperbanyak penerbitan ini
dalam bentuk stensil, foto copy atau cara lain
tanpa izin tertu!is Penerbit Mandar Maju.
ISBN
H
di
2002
:
In
979-538-217-9
D
m
b1
al
K
iv
Lo.__.
KATA PENGANTAR
Buku
ini
ditulis
dalam
rangka
memenuhi
kebutuhan
para
mahasiswa fakultas hukum maupun mereka yang berminat mengenal
dan mendalami
HUKUM PERJANJIAN INTERNASIONAL yang
merupakan salah satu cabang dari hukum internasional. Di samping
itu,
dalam
jangka
panjang,
diharapkan
pula
buku
ini
dapat
dikembangkan sehingga akan menjadi lebih sempurna baik bentuk
maupun
isinya.
menambah
Tentu
jumlah
saja
buku-buku
ha!
ini
dalam
juga
dimaksudkan
bidang
hukum
untuk
perjanjian
internasional yang dewasa ini jumlahnya masih sedikit.
.
Harns diakui, bahwa buku ini masih mengandung beberapa
kekurangan. Pertama, sangat sedikitnya kasus-kasus yang dijadikan
acuan
dalam
pembahasan
substansinya.
Sebagai
akibatnya,
pembahasannya terasa sangat teoritis dan dalam beberapa hal terasa
amat kering dan gersang. Kedua, tiadanya acuan yang berupa
"preparatory work" atau "travaux preparatoires " yakni suatu
dokumen yang berisi rekaman dari perundingan-perundingan dalam
rangka
pembahasan
dan
perumusan
sampai
pada
akhirnya
dihasilkannya naskah Konvensi Wina 1969. Ketiadaan preparatory
work ini, mengakibatkan pembahasan substansi dalam buku ini
menjadi a historis atau lepas dari konteks sejarah mengenai proses
lahirnya Konvensi. Ketiga, sangat sedikitnya literatur yang berupa
buku-buku teks maupun artikel ilmiah tentang hukum perjanjian
internasional yang dijadikan sebagai referensi dalam penulisan buku
ini. Keempat, penggunaan istilah-istilah maupun penggunaan bahasa
Indonesianya sendiri dalam banyak ha! . tampak kurang konsisten.
Hal ini antara lain disebabkan karena sulitnya mencari padanan kata
dalam bahasa Indonesia untuk beberapa istilah dalam bahasa asing.
Demikian pula dalam banyak ha!, bahasa Indonesia dari buku ini
masih belum memenuhi standar bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Sebenarnya masih banyak kekurangan lain dari buku ini, yang
akan terlalu panjang jika di�ebutkan satu persatu.
Di samping itu perlu diingatkan, bahwa kutipan atas pasal-pasal
Konvensi Wina 1969 yang diserfai dengan terjeJ?ahannya dalam
v
bahasa Indonesia, dimaksudkan supaya para pemakai buku ini lebih
mudah memahami
substansinya,
mengingat
tidak
setiap
orang
menguasai bahasa Inggris dengan baik. Namun demikian, janganlah
diartikan bahwa terjemahan tersebut merupakan terjemahan yang
baik dan benar. Terjemahan itu sendiri tidak luput dari pemahaman
Kati
yang sifatnya
Daf1
subyektif atas isi dan jiwa dari pasal-pasal Konvensi
Wina 1969.
Namun dengan segala kekurangan dan kelemahannya, buku
ini
dipersembahkan kepada para pembaca, untuk selanjutnya diharapkan
adanya kritik, koreksi maupun saran-saran, yang semuanya itu sangat
berguna bagi penyempurnaan buku ini pada edisi yang akan datang.
Sebagai akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada saudara Punomo Sadriman SH, direktur Penerbit MANDAR
MAJU, Bandung dan semua pihak yang telah membantu penerbitan
buku ini, dalam bentuknya seperti sekarang ini.
II.
II.
Bandung, Januari 2002
I Wayan Parthiana
II
vi
1\
.
DAFfAR ISi
Iebih
)rang
anlah
halaman
yang
aman
Kata Pengantar .....................................................
vensi
Daftar Isi
.
v
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB I
ini
PENDAHULUAN
pkan
.ngat
lg.
:asih
>AR
•itan
.
12
.
13
..
16
11.1.
Pengertian Perjanjian ·1nternasional .................
11.2.
Unsur-Unsur Perjanjian lnternasional ..............
11.2.1. Kata sepakat ..................................
11.2.2. Subyek-subyek hukum ......................
..
17
11.2.4. Obyek tertentu .................................
17
.
11.2.5.
Tunduk
pada atau
diatur oleh hukum
internasional ..................................
11.3.
16
11.2.3. Berbentuk tertulis ............................
.
17
Subyek-Subyek Hukum lnternasional yang Me­
miliki Kemampuan untuk Mengadakan Perjanjian
Internasional ...........................................
..
11.3.1. Negara .........................................
.
11.3.2. Negara Bagian ...............................
..
18
19
20
11.3.3. Tahta Suci atau Vatikan ......................
21
11.3.4. Wilayah Perwakilan ..........................
21
11.3.5. Organisasi Internasional .....................
22
11.3.6. Kelompok
II.3.7.
yang
sedang
atau
Kaum
Belligerensi .....................................
Bangsa
yang
sedang
24
memperjuangkan
hak-haknya ................ :
.
. . ....
....
.
. . . . . . ..
25
vii
II.4.
Beberapa lstilah .........................................
II.4.1. Traktat (Tractaat, Treaty) ...................
I l .4.2. Konvensi (Conventie, Convention) ........
II.4.3. Deklarasi (Declaratie, Declaration) ........
11.4.4. Statuta (Statute) ............................... .
Il.4.5. Piagam (Charter) ..............................
Il.4.6. Kovenan (Covenant) ......................... .
11.4.7. Persetujuan ( Agreement, Arrangement) ..
Il.4.8. Perjanjian ...................................... .
Il.4.9. Pakta (Pact) ....................................
Il.4.10.Protokol (Protocol) ...........................
26
27
28
29
30
31
31
32
33
33
34
Bentuk-Bentuk Perjanjian Internasional ..............
35
35
37
.
11.5.
11.5.1. Perjanjian Internasional Tak Tertulis ......
Il.5.2. Perjanjian Internasional Tertulis ........... .
a. Perjanjian Internasional antar Negara
b. Perjanjian Internasional antara Kepala
Negara ................................... ..
c. Perjanjian Internasional antar Pemerintah ......................................
d. Perjanjian Internasional antar Kepala
"Negara dan Kepala Pemerintah ......
.
..
II.6.
Macam-Macam Perjanjian Internasional ...........
II.6.1. Perjanjian
Internasional Ditinjau dari
Jumlah Negara-Negara yang Menjadi
Pesertanya ..................................... .
a. Perjanjian Internasional Bilateral ...... ..
b. Perjanjian Internasional Multilateral ....
11.6.2. Perjanjian Internasional Ditinjau dari Segi
Kesempatan
yang
Diberikan
kepada
Negara-Negara untuk Menjadi Peserta ....
a. Perjanjian Internasional Tertutup ........
b. Perjanjian Internasional Terbuka ........
11.6.3. Perjanjian
Internasional Ditinjau dari
Kaidah Hukum yang Dikandungnya .......
a. Perjanjian Internasional yang Me­
ngandung
Kaidah
Hukum
yang
Khusus Berlaku bagi Para Pihak .......
.
37
38
38
38
39
40
40
40
40
40
40
42
42
viii
�
26
27
28
29
30
31
31
32
33
33
34
b.
yang
Hukum
Me­
Berlaku
lnternasional
Kaidah
yang
43
Hukum
Me­
yang
Berlaku Umum ...........................
.
Il.6.4. Per3anjian lnternasional Ditinjau dari Segi
Bahasanya ......................................
a.
Perjanjian
Internasional
yang
Perjanjian
rumuskan
Jnternasional
dalam
Dua
yang
atau
44
44
Di­
Lebih
Bahasa, tetapi satu Bahasa yang Memiliki Kekuatan Mengikat ..............
c.
Perjanjian
rumuskan
Bahasa
lnternasional
dalam
dan
Dua
Semuanya
yang
atau
45
Di­
Lebih
Memiliki
Kekuatan Mengikat yang Sama ........
45
Il.6.5. Perjanjian Internasional Ditinjau dari Segi
Substansi Hukum yang Dirumuskannya ...
a.
45
Perjanjian Internasional yang Merupa­
kan Perumusan Hukum Kebiasaan ....
40
40
40
46
b . Perjanjian Internasional yang Merupa­
kan Perumusan Kaidah Hukum Internasional yang Sama Sekali Baru ...... .
c.
46
Perjanjian Internasional yang Merupa­
kan Perumusan secara Terpadu dari
�o
m
10
Hukum
Kebiasaan lnternasional dan
Hukum Internasional yang Baru ...... .
Il.6.6.
46
Perjanjian Internasional Ditinjau dari Segi
Pemrakarsanya .................................
a.
b.
47
Perjanjian Internasional yang Diprakarsai oleh Negara .......................
2
44
Di-
rumuskan dalam Satu Bahasa ......... .
b.
38
12
Perjanjian
ngandung
38
39
lnternasional
Kaidah
Terbatas pada suatu Kawasan ......... .
c.
35
35
37
37
38
Perjanjian
ngandung
47
Perjanjian lnternasional yang Dipra­
karsai oleh Organisasi Internasional ..
48
ix
11.6.7. Perjanjian Internasional Ditinjau dari Segi
Ruang Lingkup Berlakunya ................ .
a. Perjanjian Internasional Khusus .......
48
JV.
48
b.
Perjanjian Internasional Regional .... ..
49
c.
Perjanjian Internasional Umum ........
50
BAB III
S U A T U TINJAUAN S I N G K A T TE N T A N G K O NVE NSI W I N A
1969 DAN K O NVEN S I WINA 1986
III. I.
IIl.2.
Konvensi Wina 1969 .................................. .
51
IIl.1.1. Konsiderans Konvensi Wina 1969 ........ .
51
!11.1.2. Substansi Konvensi Wina 1969 .............
56
III .1. 3. Sa tu Annex dan Dua Deklarasi ............ .
64
Konvensi Wina 1986 .................................. .
69
III.2.1. Konsiderans Konvensi Wina 1986 .........
69
III.2.2. Substansi Konvensi Wina 1986 .............
75
III. 2.3. Sebuah Annex ................................ .
85
I\
1'
BAB IV
PROSES PER U M U S A N D A N M U L A! BE R L A K U NYA S U A T U
PERJ A NJ I A N INTERN A S I O N A L
IV.I.
Dari
Pendekatan
Informal
Menuju
Langkah
Formal ....................................................
IV.2.
IV.3.
IV.4.
IV.5.
IV.6.
93
I
Penunjukan Wakil-Wakil yang akan Mengadakan
Perundingan .......................................... " ...
94
Kuasa Penuh (Full Powers) ...........................
95
I
Pengaturan tentang Kuasa Penuh dalam Konvensi
Wina 1969 ............................................... .
98
Penerimaan Naskah Perjanjian (Adoption of the
Text) .... ... ....... .. ... ...... .. . .. . ....... ..... .... .......
106
Pengotentikasian Naskah Perjanjian (Authentication of the Text) .... ... ..... .... .... .... .. .... .. . ........
107
x
L..._
48
JV.7.
48
Persetujuan
untuk
Terikat
pada
Perjanjian
(Consent to be Bound by a Treaty) ..... ' .. . .........
109
dengan cara Penandatanganan ...............
110
JV.7. I. Persetujuan untuk Terikat pada Perjanjian
49
50
IV.7.2. Persetujuan untuk Terikat pada Perjanji­
an dengan
cara
Pertukaran
lnstrumen­
lnstrumen yang Membentuk Perjanjian ...
113
IV.7.3. Persetujuan untuk Terikat pada Perjanjian
dengan
cara
Ratifikasi,
Akseptasi
dan
Persetujuan .....................................
114
IV .7.4. Persetujuan untuk Terikat pada Perjanjian
51
51
56
dengan cara Aksesi ...........................
IV.8.
64
69
69
Persetujuan untuk
Perjanjian
dan
Terikat pada
Memilih untuk
Sebagian dari
Terikat
pada
Ketentuan-Ketentuan Tertentu dari Perjanjian .....
IV.9.
Saat
Mulai
123
IV.9.1. Pengaturan tentang Saat Mulai Berlaku­
85
nya
Perjanjian
Internasional
Menurut
Konvensi Wina 1969 ........................ .
IV.9.2. Penerapan
u
janjian
Sementara
atas
suatu
Internasional menurut
Pasal
IV.9.3. Saat
Mulai
25
IV.10.
126
Berlakunya suatu Perjanjian
Internasional dalam Praktek .................
129
Beberapa Model tentang Saat Mulai Berlakunya
suatu Perjanjian Internasional .........................
94
124
Per­
Konvensi Wina 1969 ........................ .
93
118
Berlakunya suatu Perjanjian lnter-
nasional ...................................................
75
116
132
95
IV.II.
Negara
Penyimpan Dokumen ...................................
141
98
IV.12.
Pendaftaran suatu Perjanjian Internasional .........
143
IV.13.
Makna dan Konsekuensi Hukum dari Persetujuan
06
atau
Organisasi
Internasional
sebagai
untuk Terikat pada Perjanjian Internasional ........
144
07
xi
B A BY
PENSYARATAN
V.l .
V.2.
V.3.
Pendahuluan .............................................
Pengertian Pensyaratan ................................
Mengapa Negara Diperkenankan Mengajukan
Pensyaratan? ............................................
Larangan atau Pembatasan atas Pensyaratan .......
Perumusan tentang Pensyaratan dalam Perjanjian
lnternasional ............................................ .
Penerimaan dan Penolakan atas suatu Pensyaratan
serta Akibat Hukumnya terhadap Para Pihak ......
Pensyaratan atas Instrumen Utama suatu Organi.
V.4.
V.5.
V.6.
V.7.
V.8.
V.9.
sasi Internasional ........................................
Akibat Hukum dari Pensyaratan dan Penolakan
terhadap Pensyaratan ...................................
Penarikan Kembali atas Pensyaratan dan Penarikan Kembali Penolakan terhadap Pensyaratan ...
V.9.1. Penarikan Kembali atas Pensyaratan ...... .
V.9.2. Penarikan Kembali atas Penolakan terhadap Pensyaratan ............................
V.9.3. Mulai Berlakunya Penarikan Kembali atas
Pensyaratan dan Penarikan kembali atas
Penolakan terhadap Pensyaratan ............
V.10.
V.11.
V.12.
Prosedur Mengenai Pengajuan Pensyaratan, Pe­
nerimaan, dan Penolakan terhadap Pensyaratan ...
Pendapat Hukum ( Advisory Opinion) Mahkamah
Internasional dalam
Kasus
Pensyaratan atas
Konvensi Genocide, 1951 ........................... ..
Pensyaratan Berdasarkan Sistem Suara Bulat dan
Sistem Pan Amerika ....................................
149
152
156
158
se
179
ba
181
ak
184
186
pa
SU
di
188
ht
m
in
189
pa
n)
m
191
N
dt
k<
196
kt
A
206
w
se
Indeks .................................................................
249
Daftar Bacaan ........ : .. ........ ...... ......................... ..
257
.
ffil
ya
211
.
dil
165
Lampiran: Naskah Konvensi Wina 1969 tentang Hukum
Perjanjian ..............................................
.
da
161
te
bi
A
se
xii
:L
BAB I
PENDAHULUAN
149
152
156
158
161
165
Perwujudan
atau
realisasi
hubungan-hubungan
internasional
dalam bentuk pe1janjian-perjanjian internasional, sudah sejak lama
dilakukan oleh negara-negara di dunia ini. Perjanjian-perjaitjian tersebut
merupakan hukum yang harus dihonnati dan ditaati oleh pihak-pihak
yang bersangkutan. Tidaklah berkelebihan jika dikatakan, bahwa
179
selama masih tetap berlangsungnya hubungan-hubungan antara bangsa­
bangsa atau negara-negara di dunia ini, selama itu pula masih tetap
181
184
186
188
akan
selalu
muncul
perja1tjian-perjanjian
internasional.
Pasang
surutnya perjanjian-perjanjian internasional itu tergantung pula pada
pasang surutnya hubungan-hubungan antar bangsa atau negara.
Pada waktu jayanya pengaruh Gereja sekitar abad Pertengahan,
dimana
Eropah dan Laut Tengah dikuasai oleh lmperium Romawi,
hubungan-hubungan antar bangsa
atau antar negara mengalami
masa surutnya, sehingga hukum internasional termasuk perjanjian
189
internasionalpun turut mengalami masa kemunduran. Demikian pula
pada waktu jayanya ker·ajaan Majapahit dengan wilayah kekuasaan­
nya yang meliputi seluruh Nusantara ditambah semenanjung Melayu,
191
mematikan hubungan-hubungan antara kerajaan-kerajaan kecil di
96
kolonialisme yang sebagian besar bagian dunia ini berada di bawah
·
kekuasaan kaum kolonialis dan imperialis, khususnya b �nua Asia,
·
Nusantara yang pada waktu itu berkedudukan sama derajat satu
dengan lainnya. Demikian pula pada jaman jayanya iJnperialisme dan
06
Afrika, dan Amerika Latin, hubungan-hubungan internasional di
wilayah jajahan dilakukan oleh kaum kolonialis dan imperialis,
sehingga tidak ada hukum internasional yang tumbuh di kawasan
11
tersebut. Kalau toh ada, hukum internasional itu adalah merupakan
49
bikinan dari kaum kolonialis dan imperialis . Situasi dan kondisi
57
Abad Pertengahan seperti terse but di atas, mengalan) i perubahan
secara fundamental setelah berakhirnya Perang Tiga Puluh Tahun
1
}};,:
'VY
<¥
""'
);:,'
,\�i
(1618-1648),
�1:
dengan lahirnya negara-negara merdeka berclasarkan
prinsip kewilayahan, kedaulatan, dan kesamaan derajat."
Negara-negara
inilah
yang kemudian
ada
yang
bcrkembang
mertjadi negara-negara kolonial yang menguasai wilayah-wilayah di
benua Asia, Afrika, dan Amerika Latin selama berabad··abad. Benua
:;!:0,
:�;:-
-
I�;-
Amerika berangsur-angsur mcnjacli negara-negctra merdeka sekitar
abad ke dclapanbelas dan sernbilan belas, sedangkan bangsa-bangsa
ang
ini,
menerus
me1
berkernbang sebagairnana tarnpak dalam wujudnya sekarang ini.2l
tergantungan
besarnya
antara
dan
umat
diadakannya
kerjasarna
clirumuskan
dalarn
sernakin
manusia
internasional
bentuk
meningkatnya
di
dunia
yang
ini,
·
dalam
perjanjian-perjanjian
ken
kesaling­
int(
mendorong
banyak
perj
di l
pernah rnengalami masa
penjajahan. Perang Dunia II inilah yang mengubah secara fundamental
Sernakin
mas
ada
pada masa setelah Perang Dunia II, kecuali beberapa negara tertentu
struktur masyarakat internasional yang kernudian terus
diru
kan
inte
di kawasan benua Asia dan Afrika, barulah menjadi negara merdeka
seperti Jepang dan Thailand yang tidak
pen1
per
ha!
dar
internasional.
per
Perbedaan clalarn falsafah clan pandangan hidup, kebudayaan, ras,
agama atau kepercayaan, clan lain-lainnya, ticlak lagi rnerupakan
per
faktor penghalang clalam mengadakan hubungan dan ke�jasarna.
jik:
Kemajuan dalam biclang ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
me
segala dampak positif
ya1
11
Tentang
buku
ha!
ini
telah
maupun negatifnya,
banyak
diuraikan
teks hukum intenmsional, sepc11i J.
oleh
menclorong perlunya
para
sa1jana
dala1n
inti
buku­
yat
G. Starke , INTROl)UCTION TO
pei
INTERNATIONAL LAW; Sev enth Edition, Butterwonhs & Co, Lo ndo n , 1977;
uta
Ian Brownlie: PRINCIPLES OF PUBLIC INTERNATIONAL LAW; Third
sec
Edition, Oxford University Pre.ss, Oxford, 1973: Michael Akheurst: A MODERN
INTRODUCTION TO INTERNATIONAL LAW; Third Edition, Minerva Series
Book,
London,
1979,
dan
Jain-Jainnya.
Khusus
mengenai
sejarah
hukum
int
internasional, bacalah Arthur Nussbaum: A CONCISE HISTORY OF THE
int
LAW OF NATIONS, The MacMillau Company, New York, 1954. Buku ini
sej
telah diterjemahkan kc dalan1 bahasa Indonesia oleh Sain Suhaedi Achnawirya
mi
dengan judul SEJARAH HUKUM INTERNASIONAL, Bagian I dan II, Penerbit
Binacipta, Bandung, Cctakan Pertan1a Nopen1ber
21
1969. Sayang sekali buku
re:
terjc1nahan yang sangat baik ini sudah tidak diterbitkan ulang lagi.
Lihat
dan
baca:
Modltar
Kusun1aatrnadja:
PENGANTAR
1-IUKUM
PENGANTAR
HUKUM
INTERNASIONAL, Jilid I Bagian Umum. Pcncrbit Binacipta, Bandung,
halaman
21-22.
Juga
Wayan
Parthiana:
mt
pe
1978,
Ba
INTERNASIONAL; Penerbit Mandar Maju, Bandung, 1990, halaman 38-45.
2
l
;arkan
11bang
'ah di
3enua
ekitar
angsa
rdeka
rtentu
masa
1ental
nerus
'l
1ling1rong
ha!
Jnal.
ras,
akan
1ma.
1gan
mya
>uku�
TO
pengaturan-pengaturannya
secara
lcbih
tegas
clan
pasli
yang
dirumuskan dalam bentuk pe1janjian-pe1janjian internasional. Oleh
karena itu tidaklah
mengherankan jika clewasa ini dan bahkan pada
datang akan semakin banyak tumbuhnya
mas a-m asa yang akan
perjanjian-pe1janjian internasional.
Mengenai
substansi
yang
diatur
dalam
pe1janjian-pe1ja1tjian
internasional tidak hanya masalah-masalah clan obyek-obyek yang
ada di bumi saja, tetapi sudah meluas dengan mencakup obyek-obyek
di Juar planet bumi, seperti tentang bulan, matahari dan benda-benda
angkasa lainnya. Memang dalam situasi kemajuan teknologi sekarang
ini,
sangat
memungkinkan
bagi
masyarakat
internasional
untuk
mengadakan perundingan-perundingan tentang segala masalah dan
kemudian
merumuskannya
dalam
bentuk
perjanjian-perjanjian
internasional. Pengaturan suatu masalah dalam bentuk pe�janjian­
perja1tjian internasional memang lebih menjamin kepastian hukum
dan
kejelasan,
sehingga
memperkecil
kemungkinan
timbulnya
perselisihan atau persengketaan antara para pihak.
Dewasa ini hukum internasional sebagian besar terd iri dari
perjanjian-perjanjian internasional. Bahkan tidak berkelebihan pula
jika dikatakan, bahwa perjanjian internasional telah mendesak clan
menggeser kedudukan dan peranan hukum kebiasaan internasional
yang pada awal sejarah pertumbuhan dan perkembangan hukum
internasional
menduduki
tempat
yang
utama.
Tepatlah
seperti
yang dikemukakan oleh G. I. Tunkin, bahwa secarn proporsional
977;
perjanjian internasional pada masa kini menduduki tempat yang
ERN
secara meluas persetujuan-persetujuan internasional.
rhird
eries
1kum
fHE
I
ini
1irya
�rbit
>uku
utama dalam hukum internasional sebagai akibat dari
Peranan
hukum
internasional
pada
munculnya
umumnya,
perja1tjian
internasional pada khususnya dalam mengatur hubungan-hubungan
internasional semakin lama semakin dirasakan pentingnya terutama
sejak
permulaan
abad
keduapuluh
ini.
Hal
ini
terbukti
dari
.munculnya usaha-usaha dari badan-badan ahli maupun badan-badan
resmi untuk mengkodifikasikan kaidah-kaidah hukum
internasional
UM
melalui
UM
Bangsa-Bangsa (the League of Nations) telah membentuk suatu
178,
konperensi-konperensi
internasional
yang
menghasilkan
perjanjian internasional. Demikianlah misalnya pada tahun I 924 Liga
3
7
Komisi Ahli (Committee of Expert) berdasarkan Resolusi Majelis
Liga Bangsa-Bangsa tanggal 22 September
1924,
r
dengan tugas
(1
mengadakan studi yang sistematis tentang pengkodifikasian yang
progresif dari hukum internasional. Berdasarkan laporan hasil kerja
Komisi Ahli ini,
Majelis Liga Bangsa-Bangsa pada tanggal 24
mengeluarkan resolusi yang isinya menyerukan
A
supaya diadakan konperensi kodifikasi hukum internasional di Den
/,
September
1929
Haag (Negeri Belanda) pada tahun
1930.
{
1930
1930 sampai tanggal 23
Konperensi Kodifikasi Hukum Internasional Den Haag
tersebut dilangsungkan dari tanggal 13 Maret
April
1930
dan membahas tiga bidang hukum internasional yang
hendak dikodifikasikan, yaitu:
I.
Tentang Kewarganegaraan (Nationality) yang menghasilkan
Maj(
Konvensi tentang Kewarganegaraan dan tiga buah protokolnya yaitu
men:
sebuah protokol tentang Kewajiban Militer dalam hal-hal tertentu
pem·
yang menyangkut kasus-kasus kewarganegaraan rangkap (military
Con
obligation in certain cases of double nationality), sedangkan dua
nya
protokol lainnya tentang masalah tanpa kewarganegaraan.
hukt
2.
Tentang Perairan Teritorial (territorial waters) yang ternyata
duni
konperensi ini gaga! rnencapai kesepakatan mengenai lebar laut
pen!
teritorial yang seragarn.
hukt
3.
Tentang Tanggung Jawab Negara (Responsibility of States)
yang menghasilkan Konvensi tentang Tanggung Jawab Negara. 3l
Dengan dibubarkannya Liga Bangsa-Bangsa dan kedudukannya
digantikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (the United Nations)
yang berdiri pada tanggal
24
Oktober
1945,
hukum internasional
dipandang semakin penting peranannya dalam mengatur hubungan­
hubungan internasional.
Hal
ini terbukti dari adanya perhatian
khusus dari Perserikatan Bangsa-Bangsa
untuk mengkodifikasikan
dan mengembangkan secara progresif hukurn internasional tersebut.
Hal ini terbukti dari pencgasan dalam pasal
13
ayat
1
butir a Piagam
PBB yang menyatakan sebagai berikut:
seca
kon'
hasi
pelb
ranc
posi
Kor
�ea
Dip
tent
196
of
"
Lihat
dan
bacalah
R.
P.
Dhokalia:
THE
CODIFICATION
OF
INTER­
NATl(>NAI, l.,A W; Manchester University Press, USA, Oceana .Publications Inc,
1970. Juga Arthur Nu<;sbaun1/Sain Suhaedi Adn1awirya: Op.cit, halan1an 200.
4
Ne!
lnte
ajelis
The
tugas
reco111111e11da1io11s F){- the pwpose oI
a. pro11101i11g
i111ernatio11a/
cooperation
yang
ke1ja
ii 24
ukan
Den
1930
General
fields
Assembly
and
shall
encouraging
i11i1iate
the
srudies
in
progressive
and
the
make
political
development
elf
imernational law and its codification.
Mqjelis
/.!mum akarr
berinisiatif unruk me!akukan studi dan
111embuat reko111e11dasi untuk maksud:
pe11gemba11ga11
a.
po!itik
al 23
dan
kerjasama
mendorong
i11ternasi01zal
dalam
pengembangan
!apanga11
progresif hukum
intenwsional dan pengkodifikasiannya.
yang
Untuk melaksanakan ketentuan pasal
13
ayat
l butir a ini,
Majelis Umum PBB dalam sidangnya yang kedua pada tahun
1947
yaitu
mengeluarkan sebuah resolusi yaitu Resolusi Nomor I 74/11 tentang
tentu
pembentukan
Law
itary
Commission) yang merupakan sebuah komisi ahli dengan piagam­
ilkan
dua
nya yang
Komisi
tersendiri.
1-Iukum
Internasional
(International
Anggota-anggotanya terdiri dari
para ahli
hukum terkemuka dari pelbagai bangsa dan pelbagai sistem hukum di
tyata
laut
ites)
dunia. Adapun tugas dari Komisi ini adalah melakukan studi dan
pengkajian secara sistematis dan mendalam tentang bidang-bidang
hukum internasional yang perlu dikodifikasikan dan dikembangkan
secara progresif serta menyiapkan rancangan naskah pasal-pasal
konvensinya.
mya
Selama dalam melaksanakan tugas-tugasnya, Komisi telah ber­
ons)
hasil menyiapkan rancangan pasal-pasal naskah konvensi mengenai
onal
�an�
.tian
ikan
but.
�a1n
ER­
lnc,
pelbagai
bidang
hukum
internasional
dan
beberapa
dari
basil
rancangan tersebut telah dikukuhkan menjadi lmkum internasional
positif,
dalam bentuk
konvensi-konvensi
Konvensi 1-!ukum Laut Jenewa
1958
internasional,
misalnya
(Convention on the Law of the
�ea) yang terdiri dari empat Konvensi; Konvensi tentang 1-!ubungan
Diplomatik (Convention on Diplomatic Relations)
1961;
Konvensi
tentang 1-!ubungan Konsuler (Convention on Consular Relations)
.1963;
Konvensi tentang 1-!ukum Perjanjian (Convention on the Law
of Treaties),
1969;
Negara
Organisasi
dan
Konvensi tentang Hukum Perjanjian antara
Internasional
dan
antara
Organisasi
lnternasional dan Organisasi lnternasional (Convention on the Law
5
Download