peraturan anggota dewan gubernur nomor 19/6

advertisement
PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR
NOMOR 19/6/PADG/2017
TENTANG
PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,
Menimbang
: a.
bahwa dalam rangka mengatasi kesulitan likuiditas
jangka pendek yang dapat dialami oleh perbankan, Bank
Indonesia
menyediakan
pinjaman
likuiditas
jangka
pendek kepada bank;
b.
bahwa dalam rangka penyediaan pinjaman likuiditas
jangka pendek kepada bank, perlu diatur mengenai
mekanisme dan hal-hal teknis pelaksanaan penyediaan
pinjaman likuiditas jangka pendek;
c.
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Anggota Dewan Gubernur tentang pinjaman likuiditas
jangka pendek bagi bank umum konvensional;
Mengingat
:
Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/3/PBI/2017 tentang
Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek Bagi Bank Umum
Konvensional
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Tahun 2017 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6044);
2
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
: PERATURAN
ANGGOTA
DEWAN
GUBERNUR
TENTANG
PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM
KONVENSIONAL.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini yang dimaksud
dengan:
1.
Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang
mengatur mengenai Bank Indonesia.
2.
Otoritas Jasa Keuangan yang selanjutnya disingkat OJK
adalah Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Otoritas
Jasa Keuangan.
3.
Bank Umum Konvensional yang selanjutnya disebut Bank
adalah bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha
secara
konvensional
sebagaimana
dimaksud
dalam
Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan,
tidak
termasuk
kantor
cabang
dari
bank
yang
berkedudukan di luar negeri.
4.
Unit Usaha Syariah yang selanjutnya disingkat UUS
adalah unit usaha syariah sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan
syariah, tidak termasuk unit usaha syariah dari kantor
cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri.
5.
Giro Wajib Minimum yang selanjutnya disingkat GWM
adalah
giro
wajib
minimum
primer
dalam
rupiah
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia
yang mengatur mengenai giro wajib minimum bank
umum.
3
6.
Kesulitan Likuiditas Jangka Pendek adalah keadaan yang
dialami Bank yang disebabkan oleh terjadinya arus dana
masuk yang lebih kecil dibandingkan dengan arus dana
keluar dalam rupiah yang dapat membuat Bank tidak
dapat memenuhi kewajiban GWM.
7.
Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek yang selanjutnya
disingkat PLJP adalah pinjaman dari Bank Indonesia
kepada Bank untuk mengatasi Kesulitan Likuiditas
Jangka Pendek yang dialami oleh Bank.
8.
Sertifikat Bank Indonesia yang selanjutnya disingkat SBI
adalah Sertifikat Bank Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam
ketentuan
Bank
Indonesia
yang
mengatur
mengenai operasi moneter.
9.
Sertifikat
Bank Indonesia Syariah
yang
selanjutnya
disingkat SBIS adalah Sertifikat Bank Indonesia Syariah
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia
yang mengatur mengenai operasi moneter syariah.
10. Sertifikat Deposito Bank Indonesia yang selanjutnya
disingkat SDBI adalah Sertifikat Deposito Bank Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia
yang mengatur mengenai operasi moneter.
11. Surat Utang Negara yang selanjutnya disingkat SUN
adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan
utang dalam mata uang rupiah yang dijamin pembayaran
bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia,
sesuai dengan masa berlakunya, sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai surat
utang negara.
12. Surat Berharga Syariah Negara yang selanjutnya disingkat
SBSN, atau yang dapat disebut Sukuk Negara adalah
surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan
prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan
terhadap
aset
SBSN,
dalam
mata
uang
rupiah,
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang
mengatur mengenai surat berharga syariah negara.
13. Surat Berharga Negara yang selanjutnya disingkat SBN
adalah SUN dan SBSN.
4
14. Aset Kredit adalah aset Bank berupa kredit sebagaimana
dimaksud
dalam
Undang-Undang
yang
mengatur
mengenai perbankan, tidak termasuk kredit dalam valuta
asing.
15. Aset Pembiayaan adalah aset Bank berupa pembiayaan
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang
mengatur mengenai perbankan syariah, tidak termasuk
pembiayaan dalam valuta asing.
16. Obligasi Korporasi adalah surat utang yang diterbitkan
oleh korporasi selain Bank yang mengajukan permohonan
PLJP, dalam mata uang rupiah, dan ditatausahakan di
Kustodian
Sentral
Efek
Indonesia
(KSEI),
termasuk
obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah.
17. Sukuk Korporasi adalah surat utang yang diterbitkan
berdasarkan prinsip syariah oleh korporasi selain Bank
yang mengajukan permohonan PLJP, dalam mata uang
rupiah, dan ditatausahakan di KSEI, termasuk sukuk
yang diterbitkan oleh pemerintah daerah.
18. Sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement yang
selanjutnya disebut Sistem BI-RTGS adalah Sistem BIRTGS
sebagaimana
diatur
dalam
ketentuan
Bank
Indonesia yang mengatur mengenai penyelenggaraan
setelmen dana melalui Sistem BI-RTGS.
19. Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System
yang selanjutnya disingkat BI-SSSS adalah BI-SSSS
sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia
yang
mengatur
mengenai
penyelenggaraan
penatausahaan surat berharga melalui BI-SSSS.
BAB II
PERSYARATAN PLJP
Pasal 2
(1)
Bank yang mengalami Kesulitan Likuiditas Jangka Pendek
dapat
mengajukan
Indonesia.
permohonan
PLJP kepada
Bank
5
(2)
Bank
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
dapat
memperoleh PLJP apabila Bank memenuhi persyaratan:
a.
tergolong sebagai Bank solven yang tercermin dari
rasio kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM)
bulan terkini yang memadai, dengan ketentuan
sebagai berikut:
1.
paling
rendah
berdasarkan
sama
profil
dengan
risiko
rasio
KPMM
terakhir
sesuai
penilaian OJK sebagaimana dimaksud dalam
ketentuan yang mengatur mengenai kewajiban
penyediaan modal minimum; dan
2.
dalam hal terdapat peristiwa setelah periode
pelaporan
(subsequent
events)
yang
dapat
mempengaruhi rasio KPMM Bank maka KPMM
bulan terkini merupakan KPMM bulanan terkini
sesuai penilaian OJK yang dilengkapi dengan
informasi
kondisi
terakhir
Bank
berupa
subsequent events dimaksud;
b.
memiliki peringkat komposit tingkat kesehatan Bank
paling
rendah
sebagaimana
2
(dua)
dimaksud
sesuai
dalam
penilaian
OJK
ketentuan
yang
mengatur mengenai penilaian tingkat kesehatan bank
umum;
c.
memiliki agunan berkualitas tinggi sebagai jaminan
PLJP yang memenuhi ketentuan sebagaimana diatur
dalam Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini; dan
d.
diperkirakan mampu untuk mengembalikan PLJP.
Pasal 3
(1)
Bank mengajukan plafon PLJP berdasarkan perkiraan
jumlah
kebutuhan
likuiditas
sampai
dengan
Bank
memenuhi GWM.
(2)
Perkiraan
jumlah
kebutuhan
likuiditas
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada proyeksi arus kas
paling singkat 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggal
permohonan PLJP.
6
BAB III
AGUNAN PLJP
Bagian Kesatu
Persyaratan Agunan
Pasal 4
(1)
PLJP harus dijamin dengan agunan berkualitas tinggi
berupa:
a.
SBI;
b.
SBIS yang dicatat dalam pembukuan UUS dari Bank;
c.
SDBI;
d.
SBN, termasuk SBSN yang dicatat dalam pembukuan
UUS dari Bank;
e.
Obligasi
Korporasi
dan/atau
Sukuk
termasuk Sukuk Korporasi yang
Korporasi,
dicatat dalam
pembukuan UUS dari Bank;
f.
Aset Kredit; dan/atau
g.
Aset Pembiayaan dengan akad mudharabah, akad
musyarakah, dan/atau akad ijarah nonjasa yang
dicatat dalam pembukuan UUS dari Bank.
(2)
Obligasi
Korporasi
dan/atau
Sukuk
Korporasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e hanya dapat
dijadikan agunan PLJP dalam hal pada saat permohonan:
a.
Bank tidak memiliki SBI, SBIS, SDBI, dan/atau SBN;
atau
b.
Bank memiliki SBI, SBIS, SDBI, dan/atau SBN
namun nilainya tidak mencukupi untuk menjadi
agunan PLJP.
(3)
Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf f dan huruf g hanya dapat
dijadikan agunan PLJP dalam hal pada saat permohonan:
a.
Bank tidak memiliki SBI, SBIS, SDBI, SBN, Obligasi
Korporasi dan/atau Sukuk Korporasi; atau
b.
Bank memiliki SBI, SBIS, SDBI, SBN, Obligasi
Korporasi
dan/atau
Sukuk
Korporasi,
namun
7
nilainya tidak mencukupi untuk menjadi agunan
PLJP.
(4)
Agunan PLJP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
berada dalam kondisi:
a.
bebas dari segala perikatan, sengketa, dan sitaan;
dan
b.
tidak sedang dijaminkan kepada pihak lain atau Bank
Indonesia.
(5)
Bank
tidak
menjaminkan
dapat
memperjualbelikan
kembali
agunan
PLJP
dan/atau
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yang masih dalam status sebagai
agunan PLJP.
Pasal 5
Agunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) yang
dicatat dalam pembukuan UUS dari Bank dapat digunakan
sebagai agunan PLJP dengan ketentuan sebagai berikut:
a.
SBIS dan SBSN yang dicatat dalam pembukuan UUS dari
Bank hanya dapat diajukan sebagai agunan setelah
seluruh SBI, SDBI, dan SBN Bank yang memenuhi
persyaratan sebagai agunan PLJP telah diajukan sebagai
agunan;
b.
Sukuk Korporasi yang dicatat dalam pembukuan UUS dari
Bank hanya dapat diajukan sebagai agunan dalam hal:
1.
seluruh
SBIS
pembukuan
dan
UUS
SBSN
dari
yang
Bank
dicatat
yang
dalam
memenuhi
persyaratan sebagai agunan PLJP telah diajukan
sebagai agunan; dan
2.
seluruh Obligasi Korporasi dan Sukuk Korporasi
Bank yang memenuhi persyaratan sebagai agunan
PLJP telah diajukan sebagai agunan;
c.
Aset Pembiayaan yang dicatat dalam pembukuan UUS dari
Bank hanya dapat diajukan sebagai agunan dalam hal:
1.
seluruh
Sukuk
pembukuan
Korporasi
UUS
dari
yang
Bank
dicatat
yang
dalam
memenuhi
persyaratan sebagai agunan PLJP telah diajukan
sebagai agunan; dan
8
2.
seluruh
Aset
Kredit
Bank
yang
memenuhi
persyaratan sebagai agunan PLJP telah diajukan
sebagai agunan.
Pasal 6
Agunan PLJP berupa SBI, SBIS, SDBI, dan/atau SBN
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a sampai
dengan huruf d harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a.
memiliki sisa jangka waktu paling singkat 110 (seratus
sepuluh) hari kalender sejak tanggal penandatanganan
akta perjanjian pemberian PLJP; dan
b.
khusus untuk agunan berupa SBN dipersyaratkan dapat
diperdagangkan.
Pasal 7
(1)
Agunan PLJP berupa Obligasi Korporasi dan/atau Sukuk
Korporasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
huruf e harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a.
memiliki peringkat paling rendah 3 (tiga) peringkat
(notch)
teratas
pada
1
(satu)
tahun
terakhir
berdasarkan hasil penilaian lembaga pemeringkat
yang diakui oleh OJK sebagaimana dimaksud dalam
ketentuan
yang
mengatur
mengenai
lembaga
pemeringkat;
b.
aktif diperdagangkan yaitu pernah diperdagangkan
dalam 30 (tiga puluh) hari kalender terakhir; dan
c.
memiliki sisa jangka waktu paling singkat 180
(seratus delapan puluh) hari kalender sejak tanggal
penandatanganan akta perjanjian pemberian PLJP.
(2)
Contoh peringkat dari lembaga pemeringkat yang diakui
oleh OJK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian
tidak
terpisahkan
Gubernur ini.
dari
Peraturan
Anggota
Dewan
9
Pasal 8
Agunan PLJP berupa Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf f dan
huruf g harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a.
kolektibilitas tergolong lancar selama 12 (dua belas) bulan
terakhir berturut-turut;
b.
bukan merupakan kredit dan/atau pembiayaan konsumsi
kecuali kredit pemilikan rumah dan/atau pembiayaan
pemilikan rumah;
c.
dijamin dengan agunan tanah dan bangunan dan/atau
tanah dengan nilai paling rendah 110% (seratus sepuluh
persen) dari plafon kredit dan/atau plafon pembiayaan;
d.
bukan merupakan kredit dan/atau pembiayaan kepada
pihak terkait Bank;
e.
tidak pernah direstrukturisasi dalam waktu 3 (tiga) tahun
terakhir;
f.
sisa
jangka
waktu
jatuh
waktu
kredit
dan/atau
pembiayaan paling singkat 9 (sembilan) bulan sejak
tanggal penandatanganan perjanjian pemberian PLJP;
g.
baki debet kredit atau saldo pokok pembiayaan tidak
melebihi
batas
maksimum
pemberian
kredit
atau
penyaluran dana pada saat diberikan dan tidak melebihi
plafon kredit atau pembiayaan;
h.
memiliki perjanjian kredit dan/atau akad pembiayaan
serta pengikatan agunan yang mempunyai kekuatan
hukum;
i.
telah menjadi objek atau sampel pemeriksaan atau audit
oleh kantor akuntan publik terhadap Bank paling lama 1
(satu) tahun terakhir;
j.
dalam perjanjian kredit dan/atau akad pembiayaan antara
Bank dan debitur atau nasabah tercantum klausul bahwa
kredit dan/atau pembiayaan dapat dialihkan kepada
pihak lain; dan
k.
telah
tercantum
dalam
laporan
daftar
Aset
Kredit
dan/atau Aset Pembiayaan terkini yang disampaikan
secara berkala kepada Bank Indonesia.
10
Pasal 9
(1)
Dalam hal diperlukan, Bank Indonesia dapat meminta
agunan lain setelah agunan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (1) mencukupi.
(2)
Agunan
lain
sebagaimana
dimaksud pada ayat
(1)
meliputi:
a.
saham Bank yang menerima PLJP milik pemegang
saham pengendali;
b.
personal guarantee dan/atau corporate guarantee dari
pemegang saham pengendali;
c.
aset tetap milik Bank yang menerima PLJP; dan/atau
d.
agunan lainnya yang ditetapkan Bank Indonesia.
Pasal 10
Pengikatan agunan PLJP dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan sebagai berikut:
a.
pengikatan agunan berupa surat berharga sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a sampai dengan
huruf e dilakukan dengan akta gadai; dan
b.
pengikatan agunan berupa Aset Kredit dan/atau Aset
Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
huruf f dan huruf g dilakukan dengan akta fidusia.
Bagian Kedua
Perhitungan Nilai Agunan PLJP
Pasal 11
(1)
Nilai agunan PLJP berupa SBI, SBIS, SDBI, dan SBN
ditetapkan sebagai berikut:
a.
nilai agunan berupa SBI ditetapkan sebesar 100%
(seratus persen) dari plafon PLJP yang dihitung
berdasarkan nilai jual SBI;
b.
nilai agunan berupa SBIS ditetapkan sebesar 100%
(seratus persen) dari plafon PLJP
berdasarkan nilai nominal SBIS;
yang dihitung
11
c.
nilai agunan berupa SDBI ditetapkan sebesar 100%
(seratus persen) dari plafon PLJP
yang dihitung
berdasarkan nilai jual SDBI;
d.
nilai agunan berupa SBN ditetapkan sebagai berikut:
1.
nilai agunan berupa SUN ditetapkan paling
rendah sebesar 105% (seratus lima persen) dari
plafon PLJP yang dihitung berdasarkan nilai
pasar SUN; dan
2.
nilai agunan berupa SBSN ditetapkan paling
rendah sebesar 106,5% (seratus enam koma lima
persen)
dari
plafon
PLJP
yang
dihitung
berdasarkan nilai pasar SBSN.
(2)
Nilai agunan PLJP berupa Obligasi Korporasi dan/atau
Sukuk Korporasi ditetapkan sebagai berikut:
a.
120% (seratus dua puluh persen) dari plafon PLJP
yang dijamin dengan Obligasi Korporasi dan/atau
Sukuk Korporasi yang diterbitkan oleh Badan Usaha
Milik
Negara
pemerintah
(BUMN)
pusat,
dan/atau
dengan
dijamin
peringkat
oleh
teratas
berdasarkan penilaian lembaga pemeringkat yang
diakui oleh OJK, yang dihitung berdasarkan nilai
pasar dari
Obligasi Korporasi
dan/atau Sukuk
Korporasi;
b.
135% (seratus tiga puluh lima persen) dari plafon
PLJP
yang
dijamin
dengan
Obligasi
Korporasi
dan/atau Sukuk Korporasi yang diterbitkan oleh
selain BUMN dan/atau dijamin oleh pemerintah
pusat,
dengan
peringkat
teratas
berdasarkan
penilaian lembaga pemeringkat yang diakui oleh OJK,
yang dihitung berdasarkan nilai pasar dari Obligasi
Korporasi dan/atau Sukuk Korporasi;
c.
140% (seratus empat puluh persen) dari plafon PLJP
yang dijamin dengan Obligasi Korporasi dan/atau
Sukuk Korporasi, dengan peringkat ke-2 teratas
berdasarkan penilaian lembaga pemeringkat yang
diakui oleh OJK, yang dihitung berdasarkan nilai
12
pasar dari
Obligasi Korporasi
dan/atau Sukuk
Korporasi; dan
d.
145% (seratus empat puluh lima persen) dari plafon
PLJP
yang
dijamin
dengan
Obligasi
Korporasi
dan/atau Sukuk Korporasi, dengan peringkat ke-3
teratas berdasarkan penilaian lembaga pemeringkat
yang diakui oleh OJK, yang dihitung berdasarkan
nilai pasar dari Obligasi Korporasi dan/atau Sukuk
Korporasi.
(3)
Nilai
agunan
PLJP
berupa
Aset
Kredit
atau
Aset
Pembiayaan ditetapkan paling rendah sebesar 200% (dua
ratus persen) dari plafon PLJP yang dijamin dengan Aset
Kredit
dan/atau
Aset
Pembiayaan
dan
dihitung
berdasarkan baki debet Aset Kredit atau saldo pokok Aset
Pembiayaan.
Pasal 12
(1)
Cara perhitungan
nilai
agunan
PLJP berupa
surat
berharga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1)
dan ayat (2) ditetapkan sebagai berikut:
a.
pada saat permohonan PLJP, nilai surat berharga
yang digunakan yaitu nilai pada posisi 2 (dua) hari
kerja sebelum tanggal permohonan PLJP;
b.
pada saat permohonan perpanjangan jangka waktu
PLJP, nilai surat berharga yang digunakan yaitu nilai
pada posisi 2 (dua) hari kerja sebelum tanggal
permohonan perpanjangan jangka waktu PLJP;
c.
pada saat permohonan penambahan plafon PLJP,
nilai surat berharga yang digunakan yaitu nilai pada
posisi 2 (dua) hari kerja sebelum tanggal permohonan
penambahan plafon PLJP;
d.
pada saat permohonan penurunan plafon PLJP, nilai
surat berharga yang digunakan yaitu nilai pada posisi
2 (dua) hari kerja sebelum tanggal permohonan
penurunan plafon PLJP;
e.
pada
saat
penandatanganan
akta
perjanjian
pemberian PLJP dan akta pengikatan agunan PLJP,
13
nilai surat berharga yang digunakan yaitu nilai pada
posisi
2
(dua)
hari
kerja
sebelum
tanggal
penandatanganan akta perjanjian pemberian PLJP
dan akta pengikatan agunan PLJP; dan
f.
pada
saat
penandatanganan
akta
perubahan
perjanjian pemberian PLJP dan akta perubahan
pengikatan agunan PLJP, nilai surat berharga yang
digunakan yaitu nilai pada posisi 2 (dua) hari kerja
sebelum tanggal penandatanganan akta perubahan
perjanjian pemberian PLJP dan akta perubahan
pengikatan agunan PLJP.
(2)
Nilai surat berharga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dihitung dengan menggunakan data sebagai berikut:
a.
untuk
surat
berharga
berupa
SBI
dan
SDBI
menggunakan data nilai jual yang tercantum dalam
BI-SSSS sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
Bank Indonesia yang mengatur mengenai operasi
moneter atau operasi moneter syariah;
b.
untuk surat berharga berupa SBIS menggunakan
data nilai nominal yang tercantum dalam BI-SSSS
sebagaimana
dimaksud
dalam
ketentuan
Bank
Indonesia yang mengatur mengenai operasi moneter
atau operasi moneter syariah;
c.
untuk surat berharga berupa SBN
menggunakan
data nilai pasar yang tercantum dalam BI-SSSS
sebagaimana
dimaksud
dalam
ketentuan
Bank
Indonesia yang mengatur mengenai operasi moneter
atau operasi moneter syariah; dan
d.
untuk surat berharga berupa Obligasi Korporasi
dan/atau Sukuk Korporasi menggunakan nilai pasar
yang tercantum dalam harga publikasi terakhir yang
tersedia pada lembaga yang melakukan penilaian
harga efek yang diakui oleh OJK.
(3)
Cara perhitungan nilai agunan PLJP berupa Aset Kredit
atau Aset Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (3) ditetapkan sebagai berikut:
14
a.
pada saat permohonan PLJP, nilai baki debet Aset
Kredit atau saldo pokok Aset Pembiayaan yang
digunakan yaitu nilai pada posisi 2 (dua) hari kerja
sebelum tanggal permohonan PLJP;
b.
pada saat permohonan perpanjangan jangka waktu
PLJP, nilai baki debet Aset Kredit atau saldo pokok
Aset Pembiayaan yang digunakan yaitu nilai pada
posisi 2 (dua) hari kerja sebelum tanggal permohonan
perpanjangan jangka waktu PLJP;
c.
pada
saat
penandatanganan
akta
perjanjian
pemberian PLJP dan akta pengikatan agunan PLJP,
nilai baki debet Aset Kredit atau saldo pokok Aset
Pembiayaan yang digunakan yaitu nilai pada posisi 2
(dua) hari kerja sebelum tanggal penandatanganan
akta perjanjian pemberian PLJP dan akta pengikatan
agunan PLJP; dan
d.
pada
saat
penandatanganan
akta
perubahan
perjanjian pemberian PLJP dan akta perubahan
pengikatan agunan PLJP, nilai baki debet Aset Kredit
atau saldo pokok Aset Pembiayaan yang digunakan
yaitu nilai pada posisi 2 (dua) hari kerja sebelum
tanggal penandatanganan akta perubahan perjanjian
pemberian PLJP dan akta perubahan pengikatan
agunan PLJP.
(4)
Nilai baki debet Aset Kredit atau saldo pokok Aset
Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dihitung
dengan menggunakan data yang tercantum dalam catatan
pembukuan Bank.
Pasal 13
Contoh
untuk
perhitungan
nilai
agunan
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 12 tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini.
15
Bagian Ketiga
Pelaporan Berkala Daftar Aset Kredit dan/atau Aset
Pembiayaan
Pasal 14
(1)
Bank harus memelihara dan menatausahakan daftar Aset
Kredit
dan/atau
Aset
Pembiayaan
yang
memenuhi
persyaratan agunan PLJP dan dialokasikan untuk menjadi
agunan PLJP.
(2)
Pemeliharaan dan penatausahaan daftar Aset Kredit
dan/atau Aset Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan untuk mengantisipasi kebutuhan PLJP
dengan
agunan
berupa
Aset
Kredit
dan/atau Aset
Pembiayaan.
(3)
Bank menyampaikan laporan daftar Aset Kredit dan/atau
Aset Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
secara berkala kepada Bank Indonesia dengan tembusan
kepada OJK.
(4)
Laporan
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(3)
disampaikan setiap 6 (enam) bulan sekali untuk posisi
akhir bulan Juni dan akhir bulan Desember, paling lambat
tanggal 15 setelah posisi akhir bulan bersangkutan
termasuk koreksi laporan.
(5)
Bank yang tidak menyampaikan laporan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) sampai dengan batas waktu
pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak
dapat mengajukan PLJP dengan agunan Aset Kredit
dan/atau
Aset
Pembiayaan
sampai
dengan
periode
pelaporan berikutnya.
(6)
Bank dapat memperbarui laporan daftar Aset Kredit
dan/atau Aset Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dengan ketentuan sebagai berikut:
a.
posisi akhir bulan Juni diperbarui dengan posisi
akhir
bulan
bersangkutan
September
dan
pada
tahun
yang
disampaikan
kepada
Bank
Indonesia dengan tembusan kepada OJK paling
lambat tanggal 15 Oktober; dan
16
b.
posisi akhir bulan Desember diperbarui dengan posisi
akhir bulan Maret pada tahun berikutnya dan
disampaikan
kepada
Bank
Indonesia
dengan
tembusan kepada OJK paling lambat tanggal 15 April.
Pasal 15
(1)
Penyampaian laporan daftar Aset Kredit dan/atau Aset
Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
dilakukan melalui sarana yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.
(2)
Bank harus memastikan keamanan penyampaian laporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3)
Dalam hal Bank tidak berhasil melakukan pengiriman
laporan daftar Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan
melalui sarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Bank harus menyampaikan laporan tersebut melalui surat
dengan melampirkan soft copy daftar Aset Kredit dan/atau
Aset Pembiayaan kepada Bank Indonesia c.q. Departemen
Pengelolaan dan Kepatuhan Laporan, Jalan M.H. Thamrin
No. 2 Jakarta 10350 paling lambat pukul 16.00 waktu
Indonesia barat (WIB), dengan tembusan kepada OJK c.q.
Departemen Pengawasan Bank, Kantor Regional OJK,
atau Kantor OJK yang terkait.
(4)
Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kerja
Kantor
Pusat
Bank
Indonesia,
surat
sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada Kantor
Perwakilan Bank Indonesia setempat paling lambat pukul
16.00 waktu Kantor Perwakilan Bank Indonesia setempat.
(5)
Laporan daftar Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan
menggunakan format
sebagaimana tercantum
dalam
Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini.
(6)
Tata cara
penyampaian
laporan
daftar
Aset
Kredit
dan/atau Aset Pembiayaan adalah sebagaimana dimaksud
dalam
Lampiran
IV
yang
merupakan
bagian
tidak
terpisahkan dari Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini.
17
Pasal 16
(1)
Bank harus menyampaikan nama petugas Bank yang
diberikan
kewenangan
untuk
menyusun
dan
menyampaikan laporan daftar Aset Kredit dan/atau Aset
Pembiayaan, termasuk apabila terdapat perubahannya
kepada Bank Indonesia.
(2)
Nama petugas Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan secara tertulis kepada Bank Indonesia c.q.
Departemen Pengelolaan dan Kepatuhan Laporan, Jalan
M. H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350.
Pasal 17
Bank Indonesia dapat meminta Bank untuk menyampaikan
dokumen
pendukung
dari
Aset
Kredit
dan/atau
Aset
Pembiayaan yang dilaporkan dalam laporan daftar Aset Kredit
dan/atau Aset Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 14 ayat (3).
BAB IV
PERMOHONAN PLJP
Bagian Kesatu
Permohonan PLJP
Pasal 18
(1)
Permohonan PLJP diajukan oleh Bank melalui surat
dengan contoh sebagaimana tercantum dalam Lampiran V
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Anggota Dewan Gubernur ini.
(2)
Surat permohonan PLJP sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditandatangani oleh direksi Bank dan diketahui
oleh dewan komisaris Bank yang berwenang.
(3)
Permohonan PLJP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilengkapi dengan dokumen yang dipersyaratkan Bank
Indonesia.
(4)
Permohonan PLJP diajukan kepada Bank Indonesia c.q.
Departemen Surveilans Sistem Keuangan, Jalan M.H.
18
Thamrin No. 2 Jakarta 10350 dengan tembusan kepada
OJK c.q. Departemen Pengawasan Bank, Kantor Regional
OJK, atau Kantor OJK yang terkait.
(5)
Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kerja
Kantor Pusat Bank Indonesia, permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditembuskan kepada Kantor
Perwakilan Bank Indonesia setempat.
(6)
Bank dapat mengajukan permohonan PLJP pada setiap
hari kerja dengan ketentuan sebagai berikut:
a.
dalam hal surat Bank diterima Bank Indonesia
sampai dengan pukul 12.00 WIB, Bank Indonesia
akan memproses PLJP pada hari yang bersangkutan;
dan
b.
dalam hal surat Bank diterima Bank Indonesia
setelah pukul 12.00 WIB, Bank Indonesia akan
memproses PLJP pada hari kerja berikutnya,
setelah dokumen permohonan PLJP diterima secara
lengkap.
Pasal 19
Dokumen yang dipersyaratkan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 ayat (3) terdiri atas:
a.
surat pernyataan yang ditandatangani oleh direksi Bank
yang berwenang, yang memuat hal sebagai berikut:
1.
pernyataan mengenai Bank mengalami Kesulitan
Likuiditas Jangka Pendek yang disertai dengan:
a)
penjelasan
mengenai
penyebab
Kesulitan
Likuiditas Jangka Pendek; dan
b)
upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi
Kesulitan Likuiditas Jangka Pendek;
2.
pernyataan mengenai seluruh aset yang menjadi
agunan PLJP:
a)
berada
dalam
kondisi
bebas
dari
segala
perikatan, sengketa, dan sitaan;
b)
tidak sedang dijaminkan kepada pihak lain atau
Bank Indonesia;
19
c)
memenuhi seluruh persyaratan sebagai agunan
PLJP sesuai dengan Peraturan Anggota Dewan
Gubernur ini; dan
d)
tidak
akan
diperjualbelikan
dan/atau
dijaminkan kembali kepada pihak lain selama
masih dalam status sebagai agunan PLJP;
3.
pernyataan mengenai kesanggupan Bank untuk
membayar kewajiban PLJP; dan
4.
pernyataan
mengenai
kebenaran
data dan/atau
dokumen yang disampaikan dan kesanggupan Bank
untuk menyampaikan data dan/atau dokumen lain
yang diminta oleh Bank Indonesia,
dengan contoh sebagaimana tercantum dalam Lampiran
VI yang
merupakan
bagian
tidak terpisahkan
dari
Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini;
b.
dokumen yang mendukung jumlah kebutuhan untuk
mengatasi Kesulitan Likuiditas Jangka Pendek paling
sedikit berupa proyeksi arus kas paling singkat 30 (tiga
puluh) hari kalender sejak tanggal permohonan PLJP
dengan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran
VII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini;
c.
daftar seluruh aset yang menjadi agunan PLJP berupa:
1.
SBI, SBIS, SDBI, SBN, Obligasi Korporasi dan/atau
Sukuk
Korporasi
dengan
format
sebagaimana
tercantum dalam Lampiran VIII yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Anggota
Dewan Gubernur ini; dan
2.
Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan dengan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran IX yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Anggota Dewan Gubernur ini;
d.
daftar rekapitulasi Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan
yang telah menjadi objek atau sampel pemeriksaan atau
audit oleh kantor akuntan publik yang dikeluarkan
dan/atau ditandatangani oleh kantor akuntan publik
yang melakukan pemeriksaan atau audit, dalam hal
20
terdapat agunan PLJP berupa Aset Kredit dan/atau Aset
Pembiayaan;
e.
surat persetujuan dari pihak yang berwenang sesuai
dengan anggaran dasar atau anggaran rumah tangga
Bank dan ketentuan peraturan perundang-undangan,
mengenai permohonan PLJP dan/atau penggunaan aset
Bank sebagai agunan PLJP;
f.
dokumen anggaran dasar atau anggaran rumah tangga
Bank termasuk perubahannya;
g.
daftar seluruh surat berharga yang dimiliki dengan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran VIII dan disertai
bukti kepemilikannya; dan
h.
dokumen lain yang diminta oleh Bank Indonesia.
Pasal 20
(1)
Bank Indonesia memberikan PLJP untuk jangka waktu
paling lama 14 (empat belas) hari kalender untuk setiap
periode pemberian PLJP.
(2)
Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berlaku efektif sejak tanggal aktivasi pemberian PLJP oleh
Bank Indonesia.
(3)
Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diperpanjang secara berturut-turut untuk jangka waktu
PLJP keseluruhan paling lama 90 (sembilan puluh) hari
kalender.
Bagian Kedua
Koordinasi dengan OJK
Pasal 21
(1)
Bank Indonesia berkoordinasi dengan OJK dalam rangka
menindaklanjuti
permohonan
PLJP
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 melalui:
a.
permintaan informasi dari OJK mengenai kondisi
Bank
yang
mengajukan
pemenuhan persyaratan:
1.
solvabilitas; dan
PLJP,
yang
meliputi
21
2.
b.
tingkat kesehatan Bank; dan
pelaksanaan
pemenuhan
penilaian
persyaratan
bersama
agunan
dan
mengenai
perkiraan
kemampuan Bank untuk mengembalikan PLJP.
(2)
Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga
dilaksanakan dalam rangka menindaklanjuti permohonan
Bank
terkait
perpanjangan
jangka
waktu
PLJP,
penambahan plafon PLJP, dan/atau penurunan plafon
PLJP.
Bagian Ketiga
Tindak Lanjut Persetujuan atas Permohonan PLJP
Pasal 22
(1)
Bank Indonesia memberikan persetujuan atau penolakan
atas permohonan PLJP melalui surat kepada Bank dengan
tembusan kepada OJK.
(2)
Dalam
memberikan
persetujuan
atau
penolakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank Indonesia
mempertimbangkan paling sedikit hal sebagai berikut:
a.
pemenuhan
persyaratan
sebagaimana
dimaksud
dalam Pasal 2;
b.
kelengkapan
dokumen
permohonan
PLJP
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19; dan
c.
analisis
mengenai
perkiraan
jumlah
kebutuhan
likuiditas Bank.
(3)
Dalam hal permohonan PLJP disetujui, maka berdasarkan
surat persetujuan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Bank harus melakukan hal sebagai berikut:
a.
menyampaikan dokumen yang terkait dengan agunan
PLJP;
b.
menunjuk notaris;
c.
menyampaikan dokumen berupa rancangan akta
perjanjian pemberian PLJP melalui notaris dengan
contoh sebagaimana tercantum dalam Lampiran X
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini;
22
d.
menyampaikan dokumen berupa
rancangan akta
pengikatan agunan PLJP melalui notaris dengan
contoh sebagaimana tercantum dalam Lampiran XI
untuk agunan berupa surat berharga dan Lampiran
XII untuk agunan berupa Aset Kredit dan/atau Aset
Pembiayaan,
yang
merupakan
bagian
tidak
terpisahkan dari Peraturan Anggota Dewan Gubernur
ini; dan
e.
menyampaikan dokumen yang terkait dengan agunan
lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dalam hal
diperlukan.
(4)
Dokumen yang terkait dengan agunan PLJP sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf a untuk agunan berupa
surat berharga meliputi:
a.
daftar surat berharga yang diagunkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 huruf c angka 1; dan
b.
hasil pemeringkatan Obligasi Korporasi dan/atau
Sukuk Korporasi yang diterbitkan oleh paling sedikit
1 (satu) lembaga pemeringkat yang diakui oleh OJK
apabila terdapat agunan berupa Obligasi Korporasi
dan/atau Sukuk Korporasi dan hasil pemeringkatan
tersebut belum melebihi 1 (satu) tahun sampai
dengan tanggal permohonan PLJP.
(5)
Dokumen yang terkait dengan agunan PLJP sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf a untuk agunan berupa Aset
Kredit dan/atau Aset Pembiayaan meliputi:
a.
daftar Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan yang
diagunkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
huruf c angka 2;
b.
dokumen
asli
perjanjian
kredit
dan/atau
akad
pembiayaan antara Bank dan debitur atau nasabah
beserta seluruh perubahannya;
c.
dokumen asli pengikatan agunan atas perjanjian
kredit dan/atau akad pembiayaan yang mempunyai
kekuatan hukum antara Bank dan debitur atau
nasabah beserta seluruh perubahannya;
23
d.
dokumen
asli
bukti
kepemilikan
agunan
yang
menjadi jaminan kredit dan/atau pembiayaan Bank;
e.
dokumen asli hasil penilaian agunan Aset Kredit
dan/atau Aset Pembiayaan oleh penilai independen;
f.
dokumen asli polis asuransi agunan Aset Kredit
dan/atau Aset Pembiayaan yang dijamin dengan
tanah dan bangunan; dan
g.
dokumen lain yang terkait dengan agunan PLJP
berupa Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan yang
diminta oleh Bank Indonesia.
(6)
Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a,
huruf c, dan huruf d disampaikan kepada Bank Indonesia
c.q. Departemen Surveilans Sistem Keuangan paling
lambat pukul 12.00 WIB pada 1 (satu) hari kerja
berikutnya setelah surat persetujuan Bank Indonesia
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima Bank.
(7)
Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kerja
Kantor Pusat Bank Indonesia, dokumen sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf a, huruf c, dan huruf d
disampaikan kepada Kantor Perwakilan Bank Indonesia
setempat paling lambat pukul 12.00 waktu Kantor
Perwakilan Bank Indonesia setempat pada 1 (satu) hari
kerja
berikutnya
setelah
surat
persetujuan
Bank
Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima
Bank.
(8)
Dokumen yang terkait dengan agunan lain dalam hal
diminta oleh Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf e meliputi:
a.
bukti kepemilikan saham dari pemegang saham
pengendali yang akan diikat dengan akta gadai dalam
hal agunan lain berupa saham Bank milik pemegang
saham pengendali dari Bank yang menerima PLJP;
b.
rancangan akta notariil personal guarantee dan/atau
corporate guarantee yang disertai daftar aset milik
pemegang saham pengendali dalam hal agunan lain
berupa
personal
guarantee
dan/atau
corporate
24
guarantee dari pemegang saham pengendali dari
Bank yang menerima PLJP; dan
c.
dokumen asli bukti kepemilikan aset tetap dalam hal
agunan lain berupa aset tetap milik Bank yang
menerima PLJP yang
akan
diikat
dengan
hak
tanggungan.
(9)
Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf e
disampaikan kepada Bank Indonesia c.q. Departemen
Surveilans Sistem Keuangan paling lambat pukul 12.00
WIB pada 2 (dua) hari kerja sebelum penandatanganan
akta perjanjian pemberian PLJP.
(10) Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kerja
Kantor Pusat Bank Indonesia, dokumen sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf e disampaikan kepada
Kantor Perwakilan Bank Indonesia setempat paling lambat
pukul 12.00 waktu Kantor Perwakilan Bank Indonesia
setempat
pada
2
(dua)
hari
kerja
sebelum
penandatanganan akta perjanjian pemberian PLJP.
Pasal 23
Mekanisme pengagunan agunan PLJP berupa surat berharga
dilakukan sebagai berikut:
a.
untuk surat berharga berupa SBI, SBIS, SDBI, dan/atau
SBN:
1.
Bank melakukan pengagunan surat berharga pada
BI-SSSS paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah
surat persetujuan PLJP diterima oleh Bank, dengan
ketentuan sebagai berikut:
a)
Bank
sebagai
pemberi
agunan
dan
Bank
Indonesia sebagai penerima agunan melakukan
pengagunan
dengan
Indonesia
surat
mengacu
yang
berharga
pada
pada
BI-SSSS
ketentuan
mengatur
Bank
mengenai
penyelenggaraan penatausahaan surat berharga
melalui
Bank
Indonesia-Scripless
Settlement System;
Securities
25
b)
dalam hal Bank menggunakan surat berharga
yang dicatat dalam pembukuan UUS dari Bank
maka pengagunan dilakukan oleh UUS dengan
Bank Indonesia sebagai penerima agunan;
2.
pengagunan surat berharga sebagaimana dimaksud
pada angka 1, dilakukan untuk jangka waktu
pengagunan paling singkat 30 (tiga puluh) hari
kalender;
3.
pengagunan surat berharga sebagaimana dimaksud
pada angka 2 dapat diperpanjang sesuai dengan
kebutuhan sampai dengan tanggal penandatanganan
akta perjanjian pemberian PLJP;
4.
pengagunan
surat
berharga
setelah
penandatanganan akta perjanjian pemberian PLJP
dilakukan untuk jangka waktu pengagunan paling
singkat 110 (seratus sepuluh) hari kalender;
5.
untuk penambahan dan/atau penggantian agunan
yang dilakukan pada saat periode pemberian PLJP
atau perpanjangan jangka waktu PLJP, jangka waktu
pengagunan sebagaimana dimaksud pada angka 4
dikurangi
dengan
jumlah
hari
kalender
PLJP
berjalan; dan
6.
jangka waktu pengagunan sebagaimana dimaksud
pada angka 4 dan angka 5 dapat diperpanjang apabila
diperlukan;
b.
untuk surat berharga berupa Obligasi Korporasi dan/atau
Sukuk Korporasi:
1.
Bank
melakukan
pemindahbukuan
Obligasi
Korporasi dan/atau Sukuk Korporasi ke rekening
efek Bank Indonesia di KSEI segera setelah Bank
menyampaikan daftar surat berharga sesuai dengan
tata cara yang ditetapkan KSEI;
2.
dalam hal Bank menggunakan surat berharga yang
dicatat dalam pembukuan UUS dari Bank maka
pemindahbukuan Sukuk Korporasi ke rekening efek
Bank Indonesia di KSEI dilakukan oleh UUS dengan
Bank Indonesia sebagai penerima agunan; dan
26
c.
dalam hal terjadi pelunasan PLJP maka agunan PLJP
berupa:
1.
SBI, SBIS, SDBI, dan SBN pada BI-SSSS dilepas
(release) paling lama 1 (satu) hari kerja setelah PLJP
dilunasi; dan
2.
Obligasi Korporasi dan/atau Sukuk Korporasi pada
rekening
efek
Bank
Indonesia
di
KSEI
dipindahbukukan ke rekening efek Bank di KSEI
paling lama 1 (satu) hari kerja setelah PLJP dilunasi.
Pasal 24
(1)
Penilaian terhadap agunan PLJP sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 ayat (1) huruf b dilakukan melalui
kegiatan:
a.
verifikasi
dokumen
yang
terkait
agunan
PLJP;
dan/atau
b.
(2)
penilaian pemenuhan persyaratan agunan PLJP.
Bank Indonesia dapat menggunakan jasa pihak ketiga
untuk melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terhadap agunan PLJP berupa Aset Kredit
dan/atau Aset Pembiayaan.
(3)
Dalam hal Bank Indonesia akan menggunakan jasa pihak
ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bank
menunjuk pihak ketiga.
(4)
Biaya yang timbul dari penggunaan jasa pihak ketiga
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) menjadi
beban Bank.
(5)
Untuk mendukung kegiatan sebagaimana dimaksud pada
ayat
(1)
Bank
Indonesia
dapat
meminta
dokumen
dan/atau informasi tambahan terkait agunan PLJP yang
harus dipenuhi oleh Bank.
Pasal 25
Bank Indonesia melakukan verifikasi dan/atau penilaian
melalui penelitian terhadap:
a.
dokumen rancangan akta perjanjian pemberian PLJP;
b.
dokumen rancangan akta pengikatan agunan PLJP; dan
27
c.
dokumen yang terkait dengan agunan lain.
Pasal 26
(1)
Dalam hal berdasarkan hasil penilaian terhadap agunan
PLJP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1)
terdapat
agunan
yang
tidak memenuhi
persyaratan
dan/atau dokumen yang terkait agunan diketahui tidak
lengkap maka agunan dimaksud tidak diperhitungkan
sebagai agunan PLJP.
(2)
Dalam hal berdasarkan hasil penilaian terhadap agunan
PLJP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) nilai
agunan PLJP tidak mencukupi plafon PLJP yang telah
disetujui maka Bank Indonesia menyampaikan surat
permintaan penambahan agunan kepada Bank dengan
tembusan kepada OJK c.q. Departemen Pengawasan
Bank,
Kantor Regional OJK, atau Kantor OJK yang
terkait.
(3)
Bank harus menyampaikan penambahan agunan yang
memenuhi persyaratan sebagai agunan PLJP kepada Bank
Indonesia c.q. Departemen Surveilans Sistem Keuangan
paling lambat pukul 12.00 WIB pada 3 (tiga) hari kerja
berikutnya setelah surat permintaan penambahan agunan
dari Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diterima Bank.
(4)
Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kerja
Kantor Pusat Bank Indonesia, penambahan agunan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada
Kantor Perwakilan Bank Indonesia setempat paling lambat
pukul 12.00 waktu Kantor Perwakilan Bank Indonesia
setempat pada 3 (tiga) hari kerja berikutnya setelah surat
permintaan penambahan agunan dari Bank Indonesia
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterima Bank.
(5)
Dalam hal Bank tidak dapat menyampaikan tambahan
agunan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) atau
menyampaikan tambahan agunan namun nilainya tidak
mencukupi
plafon
PLJP yang
Indonesia,
Bank
Indonesia
telah
disetujui
menyampaikan
Bank
surat
28
permintaan penyediaan sumber dana lain untuk menutup
kekurangan likuditas yang tidak dapat diperoleh dari PLJP
kepada
Bank
dengan
tembusan
kepada
OJK
c.q.
Departemen Pengawasan Bank, Kantor Regional OJK,
atau Kantor OJK yang terkait.
(6)
Bank harus menyediakan sumber dana lain sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) di rekening giro Bank di Bank
Indonesia paling lambat sampai dengan awal periode precut off Sistem BI-RTGS pada 3 (tiga) hari kerja berikutnya
setelah surat permintaan penyediaan sumber dana lain
dari Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
diterima Bank.
(7)
Penyediaan sumber dana lain sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) disertai dengan dokumen dan/atau data
pendukung yang disampaikan paling lambat 1 (satu) hari
kerja berikutnya setelah dana tersedia di rekening giro
Bank di Bank Indonesia.
(8)
Dana sebagaimana dimaksud pada ayat (7) tercatat di
pembukuan Bank paling singkat sampai dengan Bank
Indonesia melaksanakan aktivasi pemberian PLJP.
(9)
Dalam hal Bank dapat menyediakan sumber dana lain
sebagaimana dimaksud pada ayat (6), Bank Indonesia
menurunkan plafon PLJP sesuai dengan nilai agunan yang
tersedia.
Pasal 27
(1)
Dalam hal berdasarkan hasil penilaian Bank Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) diketahui
bahwa:
a.
agunan telah memenuhi ketentuan dan nilai agunan
mencukupi plafon PLJP yang telah disetujui Bank
Indonesia; atau
b.
nilai agunan yang telah memenuhi ketentuan tidak
mencukupi
plafon
yang
telah
disetujui
Bank
Indonesia dan Bank dapat menyediakan sumber dana
lain untuk menutup kekurangan likuiditas yang tidak
dapat diperoleh dari PLJP,
29
maka akan dilakukan penandatanganan terhadap akta
perjanjian pemberian PLJP dan akta pengikatan agunan
PLJP.
(2)
Penandatanganan terhadap akta perjanjian pemberian
PLJP dan akta pengikatan agunan PLJP sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) oleh Bank Indonesia bersama
Bank
diwakili
oleh
pihak
Bank
yang
berwenang
melakukan penandatanganan akta perjanjian pemberian
PLJP dan akta pengikatan agunan PLJP.
(3)
Dalam hal terdapat agunan lain sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 maka pengikatan agunan lain dapat
dilakukan selama periode pemberian PLJP.
(4)
Pengikatan agunan PLJP sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dan agunan lain sebagaimana dimaksud pada ayat
(3)
dilakukan
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundangan-undangan.
Pasal 28
(1)
Dalam hal setelah penandatanganan akta perjanjian
pemberian PLJP dan akta pengikatan agunan PLJP
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1), diketahui
dokumen
Aset
Kredit
dan/atau
Aset
Pembiayaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (5) tidak
lengkap, Bank Indonesia tidak memperhitungkan Aset
Kredit dan/atau Aset Pembiayaan dimaksud sebagai
agunan PLJP.
(2)
Dalam hal kondisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyebabkan nilai agunan secara keseluruhan tidak
mencukupi plafon yang telah disetujui, Bank Indonesia
akan melakukan pembatasan pencairan sejak tanggal
aktivasi pemberian PLJP atau selama periode PLJP.
(3)
Dalam hal Bank telah melengkapi kekurangan dokumen
Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Aset Kredit dan/atau Aset
Pembiayaan
tersebut
akan
diperhitungkan
kembali
sebagai agunan PLJP dan pencairan PLJP dilakukan
sesuai dengan kecukupan nilai agunan.
30
Pasal 29
Persetujuan atas permohonan PLJP sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 22 ayat (1) dibatalkan oleh Bank Indonesia apabila:
a.
Bank tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 22 ayat (3);
b.
berdasarkan verifikasi dan/atau penilaian Bank Indonesia
nilai agunan tidak mencukupi plafon, Bank tidak dapat
menambah agunan PLJP dan Bank tidak menyediakan
sumber dana lain untuk menutup kekurangan likuiditas
yang tidak dapat diperoleh dari PLJP; dan/atau
c.
diketahui bahwa Bank tidak lagi memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2).
BAB V
PENCAIRAN PLJP
Bagian Kesatu
Mekanisme Pencairan
Pasal 30
(1)
Bank Indonesia menyampaikan surat pemberitahuan
aktivasi pemberian PLJP kepada Bank paling lambat 1
(satu) hari kerja sebelum tanggal aktivasi yang memuat
tanggal aktivasi pemberian PLJP dan jumlah PLJP yang
dapat dicairkan, serta informasi lain yang terkait dengan
pencairan PLJP.
(2)
Bank dapat mengajukan permohonan pencairan PLJP
sejak tanggal aktivasi pemberian PLJP.
(3)
Bank dapat mengajukan permohonan pencairan PLJP
sebesar perkiraan kebutuhan Bank untuk mengatasi
Kesulitan Likuiditas Jangka Pendek.
(4)
Bank Indonesia dapat melakukan pencairan PLJP 1 (satu)
kali dalam 1 (satu) hari sebesar perkiraan kebutuhan
Bank untuk mengatasi Kesulitan Likuiditas Jangka
Pendek.
(5)
Permohonan pencairan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) disampaikan melalui surat kepada Bank Indonesia c.q.
31
Departemen Surveilans Sistem Keuangan, Jalan M.H.
Thamrin No. 2 Jakarta 10350 dengan tembusan kepada
OJK c.q. Departemen Pengawasan Bank, Kantor Regional
OJK, atau Kantor OJK yang terkait pada setiap hari kerja
paling lambat pukul 12.00 WIB selama periode PLJP untuk
pencairan pada hari kerja berikutnya.
(6)
Khusus pada tanggal aktivasi pemberian PLJP, PLJP dapat
dicairkan pada hari kerja yang sama, sepanjang Bank
mengajukan permohonan pencairan PLJP paling lambat
pukul 10.00 WIB pada hari kerja yang sama.
(7)
Permohonan pencairan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dilampiri dokumen sebagai berikut:
a.
surat
sanggup
pengajuan
direksi
bayar
pencairan
Bank
yang
(promissory
yang
note)
sebesar
ditandatangani
berwenang
dengan
oleh
contoh
sebagaimana tercantum dalam Lampiran XIII yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Anggota Dewan Gubernur ini; dan
b.
proyeksi
kebutuhan
arus
kas
likuiditas
berupa
rincian
Bank yang
perkiraan
mencerminkan
kebutuhan pencairan di hari yang bersangkutan
sampai dengan Bank memenuhi GWM, dengan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran XIV yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Anggota Dewan Gubernur ini.
Pasal 31
(1)
Atas permohonan pencairan PLJP oleh Bank sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2), Bank Indonesia
melakukan pencairan PLJP pada pagi hari setelah Sistem
BI-RTGS dibuka sepanjang Bank memenuhi persyaratan
pencairan.
(2)
Khusus permohonan pencairan pada tanggal aktivasi
pemberian PLJP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30
ayat (6), Bank Indonesia melakukan pencairan PLJP paling
lambat sebelum periode transaksi untuk nasabah pada
32
Sistem BI-RTGS berakhir sepanjang Bank memenuhi
persyaratan pencairan.
(3)
Persyaratan pencairan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) meliputi:
a.
ketersediaan plafon atau sisa plafon PLJP;
b.
terdapat kecukupan agunan;
c.
Bank masih memenuhi persyaratan sebagai Bank
solven dan persyaratan tingkat kesehatan Bank
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf
a dan huruf b; dan
d.
terdapat surat permohonan pencairan dan surat
sanggup bayar (promissory note) yang ditandatangani
oleh direksi Bank yang berwenang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 ayat (7) huruf a.
(4)
Pencairan PLJP oleh Bank Indonesia dilakukan dengan
cara mengkredit rekening giro Bank dalam rupiah di Bank
Indonesia.
Bagian Kedua
Bunga PLJP
Pasal 32
(1)
Bank Indonesia mengenakan bunga secara harian kepada
Bank atas baki debet PLJP.
(2)
Bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung
dengan menggunakan tingkat suku bunga repurchase
agreement rate untuk lending facility yang berlaku pada
tanggal aktivasi pemberian PLJP ditambah margin sebesar
400 (empat ratus) basis poin.
(3)
Rumus perhitungan besarnya bunga PLJP yaitu sebagai
berikut:
X = P x R x t/360
Keterangan:
X : besarnya bunga yang diterima Bank Indonesia.
P : baki debet PLJP.
R : lending facility + 400 (empat ratus) basis poin.
t : jumlah hari kalender perhitungan bunga.
33
(4)
Contoh perhitungan bunga sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) untuk 1 (satu) periode PLJP adalah sebagaimana
tercantum dalam Lampiran XV yang merupakan bagian
tidak
terpisahkan
dari
Peraturan
Anggota
Dewan
Gubernur ini.
BAB VI
PEMANTAUAN PLJP
Bagian Kesatu
Pemantauan Agunan
Pasal 33
(1)
Selama periode PLJP, Bank harus memantau aset yang
menjadi agunan PLJP untuk mengidentifikasi agunan
PLJP yang mengalami kondisi sebagai berikut:
a.
agunan PLJP tidak memenuhi kondisi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (4) dan ayat (5);
b.
Obligasi Korporasi dan/atau Sukuk Korporasi tidak
lagi memenuhi persyaratan peringkat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a;
c.
terdapat pelunasan atas Aset Kredit dan/atau Aset
Pembiayaan
oleh
debitur
atau
nasabah
Bank;
dan/atau
d.
Aset
Kredit
diagunkan
dan/atau
tidak
lagi
Aset
Pembiayaan
memenuhi
yang
persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a;
(2)
Pemantauan aset yang menjadi agunan PLJP sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk memastikan
pemenuhan persyaratan agunan PLJP dan nilai agunan
mencukupi plafon selama periode PLJP.
34
Bagian Kedua
Penggantian Agunan PLJP
Pasal 34
(1)
Bank harus mengganti agunan PLJP dalam periode PLJP
apabila terdapat kondisi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 33 ayat (1) sehingga nilai agunan PLJP mengalami
penurunan dan secara keseluruhan tidak lagi memenuhi
plafon PLJP.
(2)
Penggantian
menggunakan
agunan
PLJP
agunan
berupa
diprioritaskan
surat
dengan
berharga
yang
dimiliki oleh Bank yang memenuhi persyaratan agunan
PLJP.
(3)
Dalam hal surat berharga yang dimiliki oleh Bank tidak
mencukupi untuk penggantian agunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) maka penggantian agunan dapat
dilakukan dengan menggunakan surat berharga yang
dimiliki oleh Bank ditambah dengan agunan berupa Aset
Kredit
dan/atau
Aset
Pembiayaan
yang
memenuhi
persyaratan agunan PLJP.
(4)
Dalam hal Bank tidak memiliki surat berharga maka
penggantian agunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan menggunakan agunan berupa Aset
Kredit
dan/atau
Aset
Pembiayaan
yang
memenuhi
persyaratan agunan PLJP.
Pasal 35
(1)
Dalam hal Bank melakukan penggantian agunan PLJP
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1), Bank
menyampaikan dokumen sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22 ayat (4) dan/atau ayat (5) yang terkait dengan
agunan
pengganti
kepada
Bank
Indonesia
c.q.
Departemen Surveilans Sistem Keuangan, Jalan M.H.
Thamrin No. 2 Jakarta 10350.
(2)
Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kerja
Kantor Pusat Bank Indonesia, dokumen sebagaimana
35
dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Kantor
Perwakilan Bank Indonesia setempat.
Pasal 36
Selama Bank Indonesia memproses penggantian agunan PLJP
sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
34,
pada
periode
pemberian PLJP Bank tetap dapat mengajukan pencairan PLJP
sepanjang terdapat plafon atau sisa plafon dan agunan PLJP
yang mencukupi.
Pasal 37
(1)
Dalam hal penggantian agunan disetujui oleh Bank
Indonesia, Bank meminta notaris untuk mempersiapkan
akta perubahan pengikatan agunan PLJP.
(2)
Penandatanganan terhadap akta perubahan pengikatan
agunan PLJP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) oleh
Bank Indonesia bersama Bank diwakili oleh pihak Bank
yang
berwenang
melakukan
penandatanganan
akta
perubahan pengikatan agunan PLJP.
Bagian Ketiga
Pembatasan Pencairan dan Penghentian Pencairan PLJP
Sebelum Jatuh Waktu
Pasal 38
(1)
Bank Indonesia melakukan pembatasan pencairan PLJP
dalam hal:
a.
nilai agunan PLJP mengalami penurunan akibat
kondisi agunan PLJP sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 dan Pasal 33 sehingga secara keseluruhan
nilai agunan tidak mencukupi plafon PLJP; dan
b.
Bank tidak melakukan penggantian agunan atau
melakukan penggantian agunan namun nilai agunan
pengganti tidak mencukupi plafon PLJP.
(2)
Bank dapat mengajukan penggantian agunan setelah
Bank Indonesia melakukan pembatasan pencairan dengan
36
mengacu pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 34, Pasal 35, dan Pasal 37.
Pasal 39
(1)
Bank Indonesia berwenang menghentikan pencairan PLJP
sebelum jatuh waktu dalam hal Bank:
a.
tidak
memenuhi
persyaratan
solvabilitas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf
a; dan/atau
b.
tidak memenuhi persyaratan tingkat kesehatan Bank
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf
b.
(2)
Dalam hal
Bank Indonesia
melakukan
penghentian
pencairan PLJP sebelum jatuh waktu PLJP maka Bank
Indonesia tidak melakukan
pencairan
PLJP sampai
dengan jatuh waktu PLJP meskipun terdapat ketersediaan
plafon atau sisa plafon serta agunan PLJP mencukupi.
(3)
Pelunasan pokok dan bunga PLJP bagi Bank yang
dikenakan penghentian pencairan PLJP sebelum jatuh
waktu PLJP dilakukan pada tanggal jatuh waktu PLJP.
BAB VII
PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PLJP
Bagian Kesatu
Permohonan Perpanjangan Jangka Waktu PLJP
Pasal 40
(1)
Bank
dapat
mengajukan
permohonan
perpanjangan
jangka waktu PLJP kepada Bank Indonesia.
(2)
Permohonan
perpanjangan
jangka
waktu
PLJP
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan melalui
surat dengan contoh sebagaimana tercantum dalam
Lampiran XVI yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini.
(3)
Surat permohonan perpanjangan jangka waktu PLJP
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditandatangani oleh
37
direksi Bank dan diketahui oleh dewan komisaris Bank
yang berwenang.
(4)
Permohonan
perpanjangan
jangka
waktu
PLJP
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan
dokumen yang dipersyaratkan Bank Indonesia.
(5)
Permohonan perpanjangan jangka waktu PLJP diajukan
kepada Bank Indonesia c.q. Departemen Surveilans
Sistem Keuangan, Jalan M.H. Thamrin No. 2 Jakarta
10350 dengan tembusan kepada OJK c.q. Departemen
Pengawasan Bank, Kantor Regional OJK, atau Kantor OJK
yang terkait.
(6)
Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kerja
Kantor Pusat Bank Indonesia, permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditembuskan kepada Kantor
Perwakilan Bank Indonesia setempat.
(7)
Bank
dapat
mengajukan
permohonan
perpanjangan
jangka waktu PLJP pada setiap hari kerja sampai dengan
pukul 12.00 WIB, dengan ketentuan sebagai berikut:
a.
permohonan diajukan paling lambat 3 (tiga) hari kerja
sebelum tanggal jatuh waktu PLJP berjalan apabila
tidak terdapat penggantian dan/atau penambahan
agunan
atau
terdapat
penggantian
dan/atau
penambahan agunan hanya berupa surat berharga;
b.
permohonan diajukan paling lambat 7 (tujuh) hari
kerja sebelum tanggal jatuh waktu PLJP berjalan
apabila terdapat penggantian dan/atau penambahan
agunan
berupa
Aset
Kredit
dan/atau
Aset
Pembiayaan.
(8)
Bank
Indonesia
perpanjangan
akan
memproses
jangka waktu
PLJP
permohonan
setelah
dokumen
permohonan perpanjangan jangka waktu PLJP diterima
secara lengkap.
(9)
Permohonan
perpanjangan
jangka
waktu
PLJP
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan
dokumen sebagai berikut:
a.
dokumen yang mendukung jumlah kebutuhan untuk
mengatasi Kesulitan Likuiditas Jangka Pendek paling
38
sedikit berupa proyeksi arus kas paling singkat 30
(tiga puluh) hari kalender sejak tanggal permohonan
perpanjangan jangka waktu PLJP dengan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Anggota Dewan Gubernur ini;
b.
daftar seluruh aset yang menjadi agunan PLJP
berupa:
1.
SBI,
SBIS,
dan/atau
SDBI,
Sukuk
SBN,
Obligasi
Korporasi
Korporasi
dengan
format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran VIII
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini; dan
2.
Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan dengan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran
IX yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini;
c.
dalam
hal
terdapat
penggantian
dan/atau
penambahan agunan berupa Aset Kredit dan/atau
Aset Pembiayaan maka harus dilengkapi dengan
daftar
rekapitulasi
Aset
Kredit
dan/atau
Aset
Pembiayaan yang telah menjadi objek atau sampel
pemeriksaan atau audit oleh kantor akuntan publik
yang dikeluarkan atau ditandatangani oleh kantor
akuntan publik yang melakukan pemeriksaan atau
audit;
d.
daftar seluruh surat berharga yang dimiliki dengan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran VIII
dan disertai bukti kepemilikannya; dan
e.
dokumen lain yang diminta oleh Bank Indonesia.
Pasal 41
(1)
Untuk keperluan perpanjangan jangka waktu PLJP, Bank
tetap dapat menggunakan agunan PLJP pada periode PLJP
sebelumnya sepanjang masih memenuhi persyaratan dan
kecukupan jumlah agunan PLJP.
39
(2)
Dalam rangka pelaksanaan perpanjangan jangka waktu
PLJP, Bank harus memastikan agunan PLJP mencukupi
plafon PLJP dengan memperhatikan persyaratan dan nilai
agunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 sampai
dengan Pasal 8, Pasal 11, dan Pasal 12.
(3)
Persyaratan sisa jangka waktu bagi agunan yang baru
ditambahkan
paling
singkat
memiliki
jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a dan Pasal 7
ayat (1) huruf c dikurangi dengan jangka waktu mulai dari
penandatanganan akta perjanjian pemberian PLJP sampai
dengan jatuh waktu PLJP berjalan.
(4)
Bank harus menambah jumlah agunan yang diserahkan
untuk menjamin perpanjangan jangka waktu PLJP dalam
hal diketahui bahwa:
a.
terdapat aset yang lebih prioritas untuk menjadi
agunan PLJP dengan memperhatikan persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) dan
ayat (4); dan/atau
b.
nilai
agunan
yang
telah
dijaminkan
tidak lagi
mencukupi plafon PLJP.
(5)
Dalam hal terjadi perpanjangan jangka waktu PLJP dan
terdapat agunan PLJP berupa SBI, SBIS, SDBI, dan/atau
SBN yang diagunkan kembali,
pengagunan
surat
berharga
maka jangka waktu
pada
BI-SSSS
dapat
diperpanjang apabila diperlukan.
Bagian Kedua
Tindak Lanjut Persetujuan atas Permohonan
Perpanjangan Jangka Waktu PLJP
Pasal 42
(1)
Bank Indonesia memberikan persetujuan atau penolakan
atas permohonan
perpanjangan jangka waktu PLJP
melalui surat kepada Bank dengan tembusan kepada OJK.
(2)
Dalam memberikan persetujuan atau penolakan atas
permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank
40
Indonesia mempertimbangkan paling sedikit hal sebagai
berikut:
a.
pemenuhan
persyaratan
sebagaimana
dimaksud
dalam Pasal 2;
b.
jangka
waktu
melampaui
PLJP
90
secara
(sembilan
keseluruhan
puluh)
hari
belum
kalender
berturut-turut;
c.
kelengkapan dokumen permohonan perpanjangan
jangka waktu PLJP sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 40 ayat (9); dan
d.
analisis
mengenai
perkiraan
jumlah
kebutuhan
likuiditas Bank.
(3)
Dalam hal permohonan perpanjangan jangka waktu PLJP
disetujui, maka berdasarkan surat persetujuan Bank
Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank
harus melakukan hal sebagai berikut:
a.
menyampaikan
dokumen
yang
terkait
dengan
penambahan dan/atau penggantian agunan PLJP;
b.
menunjuk notaris;
c.
menyampaikan dokumen berupa rancangan akta
perubahan
perjanjian
pemberian
PLJP
dan
rancangan akta perubahan pengikatan agunan PLJP
melalui
notaris
dengan
contoh
sebagaimana
tercantum dalam Lampiran XVII, Lampiran XVIII, dan
Lampiran
XIX
yang
merupakan
bagian
tidak
terpisahkan dari Peraturan Anggota Dewan Gubernur
ini;
d.
melunasi bunga atas PLJP pada saat jatuh waktu
PLJP; dan
e.
menyampaikan dokumen yang terkait dengan agunan
lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dalam hal
diperlukan.
(4)
Dalam hal terdapat penambahan agunan berupa surat
berharga, Bank menyampaikan dokumen yang terkait
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (4).
(5)
Dalam hal terdapat penambahan agunan berupa Aset
Kredit dan/atau Aset Pembiayaan, Bank menyampaikan
41
dokumen yang terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal
22 ayat (5).
(6)
Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a
dan huruf c disampaikan kepada Bank Indonesia c.q.
Departemen Surveilans Sistem Keuangan paling lambat
pukul 12.00 WIB pada 1 (satu) hari kerja berikutnya
setelah surat persetujuan Bank Indonesia sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diterima Bank.
(7)
Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kerja
Kantor Pusat Bank Indonesia, dokumen sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf a dan huruf c disampaikan
kepada Kantor Perwakilan Bank Indonesia setempat paling
lambat pukul 12.00 waktu Kantor Perwakilan Bank
Indonesia setempat pada 1 (satu) hari kerja berikutnya
setelah surat persetujuan Bank Indonesia sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diterima Bank.
(8)
Dalam
hal
Bank
Indonesia
meminta
agunan
lain
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf e, Bank
menyampaikan dokumen yang terkait dengan agunan lain
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (8).
(9)
Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf e
disampaikan kepada Bank Indonesia c.q. Departemen
Surveilans Sistem Keuangan paling lambat sebelum
penandatanganan akta perubahan perjanjian pemberian
PLJP.
(10) Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kerja
Kantor Pusat Bank Indonesia, dokumen sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf e disampaikan kepada
Kantor Perwakilan Bank Indonesia setempat paling lambat
sebelum penandatanganan akta perubahan perjanjian
pemberian PLJP.
Pasal 43
Dalam hal terdapat agunan berupa surat berharga yang baru,
pengagunan menggunakan mekanisme sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23.
42
Pasal 44
(1)
Penilaian terhadap tambahan agunan yang digunakan
untuk perpanjangan jangka waktu PLJP menggunakan
mekanisme sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24.
(2)
Penilaian terhadap agunan PLJP yang digunakan kembali
sebagai agunan untuk perpanjangan jangka waktu PLJP
diutamakan pada penilaian kecukupan terhadap nilai
agunan.
Pasal 45
(1)
Dalam hal berdasarkan hasil penilaian terhadap agunan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 diketahui:
a.
agunan telah memenuhi ketentuan dan nilai agunan
mencukupi plafon PLJP yang telah disetujui Bank
Indonesia; atau
b.
nilai agunan yang telah memenuhi ketentuan tidak
mencukupi plafon PLJP yang telah disetujui Bank
Indonesia dan Bank dapat menyediakan sumber dana
lain untuk menutup kekurangan likuiditas yang tidak
dapat diperoleh dari PLJP,
maka akan dilakukan penandatanganan terhadap akta
perubahan
perjanjian
pemberian
PLJP
dan
akta
perubahan pengikatan agunan PLJP.
(2)
Penandatanganan terhadap akta perubahan perjanjian
pemberian PLJP dan akta perubahan pengikatan agunan
PLJP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) oleh Bank
Indonesia bersama Bank diwakili oleh pihak Bank yang
berwenang melakukan penandatanganan akta perubahan
perjanjian
pemberian
PLJP
dan
akta
perubahan
pengikatan agunan PLJP.
(3)
Dalam hal terdapat agunan lain sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 maka pengikatan agunan lain dapat
dilakukan selama periode pemberian PLJP.
(4)
Pengikatan agunan PLJP sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dan agunan lain sebagaimana dimaksud pada ayat
(3)
dilakukan
sesuai
perundang-undangan.
dengan
ketentuan
peraturan
43
Pasal 46
(1)
Dalam hal setelah penandatanganan akta perubahan
perjanjian
pemberian
PLJP
dan
akta
perubahan
pengikatan agunan PLJP sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 45 ayat (1), diketahui terdapat dokumen Aset Kredit
dan/atau Aset Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22 ayat (5) tidak lengkap, Bank Indonesia tidak
memperhitungkan Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan
dimaksud sebagai agunan PLJP.
(2)
Dalam hal kondisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyebabkan nilai agunan secara keseluruhan tidak
mencukupi plafon yang telah disetujui, Bank Indonesia
akan melakukan pembatasan pencairan sejak periode
perpanjangan jangka waktu PLJP dimulai atau selama
periode PLJP.
(3)
Dalam hal Bank telah melengkapi kekurangan dokumen
Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Aset Kredit dan/atau Aset
Pembiayaan dimaksud akan diperhitungkan
kembali
sebagai agunan PLJP dan pencairan PLJP dilakukan
sesuai dengan kecukupan nilai agunan.
Pasal 47
(1)
Persetujuan atas permohonan perpanjangan jangka waktu
PLJP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 dibatalkan
oleh Bank Indonesia apabila:
a.
Bank
tidak
memenuhi
ketentuan
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 42 ayat (3);
b.
berdasarkan verifikasi dan/atau penilaian Bank
Indonesia nilai agunan tidak mencukupi plafon dan
Bank tidak dapat menambah agunan PLJP dan/atau
Bank tidak menyediakan sumber dana lain untuk
menutup kekurangan likuiditas yang tidak dapat
diperoleh dari PLJP; dan/atau
c.
diketahui
bahwa
Bank
tidak
lagi
memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (2).
44
(2)
Dalam hal permohonan perpanjangan jangka waktu PLJP
dibatalkan oleh Bank Indonesia sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) maka Bank harus melunasi PLJP pada saat
jatuh waktu.
BAB VIII
PENAMBAHAN DAN PENURUNAN PLAFON PLJP
Bagian Kesatu
Permohonan Penambahan Plafon PLJP
Pasal 48
(1)
Bank dapat mengajukan permohonan penambahan plafon
PLJP kepada Bank Indonesia.
(2)
Permohonan penambahan plafon PLJP hanya dapat
disampaikan
bersamaan
dengan
permohonan
perpanjangan jangka waktu PLJP sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 40 ayat (7).
(3)
Permohonan
penambahan
plafon
PLJP
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disampaikan melalui surat dengan
contoh sebagaimana tercantum dalam Lampiran XX yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Anggota Dewan Gubernur ini.
(4)
Surat permohonan penambahan plafon PLJP sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditandatangani oleh direksi Bank
dan
diketahui
oleh
dewan
komisaris
Bank
yang
berwenang.
(5)
Permohonan
penambahan
plafon
PLJP
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan dokumen yang
dipersyaratkan Bank Indonesia.
(6)
Permohonan penambahan plafon PLJP diajukan kepada
Bank
Indonesia
c.q.
Departemen
Surveilans
Sistem
Keuangan, Jalan M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350
dengan
tembusan
kepada
OJK
c.q.
Departemen
Pengawasan Bank, Kantor Regional OJK, atau Kantor OJK
yang terkait.
45
(7)
Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kerja
Kantor Pusat Bank Indonesia, permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) ditembuskan kepada Kantor
Perwakilan Bank Indonesia setempat.
(8)
Bank
Indonesia
akan
memproses
permohonan
penambahan plafon PLJP setelah dokumen permohonan
penambahan plafon PLJP diterima secara lengkap.
(9)
Dalam rangka penambahan plafon PLJP:
a.
Bank dapat menggunakan kelebihan nilai agunan
PLJP yang telah dijaminkan bagi PLJP berjalan untuk
menjamin
penambahan
plafon
PLJP
dengan
memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 dan Pasal 12;
b.
Bank dapat menambah agunan PLJP dengan aset
yang
memenuhi
persyaratan
dan
nilai
agunan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 sampai dengan
Pasal 8, Pasal 11 dan Pasal 12; dan
c.
persyaratan sisa jangka waktu bagi agunan yang baru
ditambahkan paling singkat memiliki jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a dan
Pasal 7 ayat (1) huruf c dikurangi dengan jangka
waktu mulai dari penandatanganan akta perjanjian
pemberian PLJP sampai dengan penandatanganan
perubahan akta perjanjian PLJP.
Pasal 49
Dokumen permohonan penambahan plafon PLJP sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 48 ayat (5) meliputi:
a.
dokumen yang mendukung jumlah kebutuhan untuk
mengatasi Kesulitan Likuiditas Jangka Pendek paling
sedikit berupa proyeksi arus kas paling singkat 30 (tiga
puluh)
hari
kalender
sejak
tanggal
permohonan
penambahan plafon PLJP dengan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran VII yang merupakan bagian
tidak
terpisahkan
Gubernur ini;
dari
Peraturan
Anggota
Dewan
46
b.
daftar seluruh aset yang menjadi agunan PLJP berupa:
1.
SBI, SBIS, SDBI, SBN, Obligasi Korporasi dan/atau
Sukuk
Korporasi
dengan
format
sebagaimana
tercantum dalam Lampiran VIII yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Anggota
Dewan Gubernur ini; dan
2.
Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan dengan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran IX yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Anggota Dewan Gubernur ini;
c.
dalam hal terdapat penggantian dan/atau penambahan
agunan berupa Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan
maka harus dilengkapi dengan daftar rekapitulasi Aset
Kredit dan/atau Aset Pembiayaan yang telah menjadi
objek atau sampel pemeriksaan atau audit oleh kantor
akuntan
publik
ditandatangani
yang
oleh
dikeluarkan
kantor
akuntan
dan/atau
publik
yang
melakukan pemeriksaan atau audit;
d.
daftar seluruh surat berharga yang dimiliki dengan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran VIII dan disertai
bukti kepemilikannya; dan
e.
dokumen lain yang diminta oleh Bank Indonesia.
Pasal 50
Dalam mengajukan permohonan perpanjangan jangka waktu
PLJP
yang
pengaturan
disertai
dengan
penambahan
terkait
agunan
mengacu
plafon
pada
PLJP,
ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41.
Bagian Kedua
Tindak Lanjut Persetujuan atas Permohonan
Penambahan Plafon PLJP
Pasal 51
(1)
Bank Indonesia memberikan persetujuan atau penolakan
atas permohonan penambahan plafon PLJP melalui surat
kepada Bank dengan tembusan kepada OJK.
47
(2)
Dalam memberikan persetujuan atau penolakan atas
permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank
Indonesia mempertimbangkan paling sedikit hal sebagai
berikut:
a.
pemenuhan
persyaratan
sebagaimana
dimaksud
dalam Pasal 2;
b.
jangka
waktu
melampaui
90
PLJP
secara
(sembilan
keseluruhan
puluh)
hari
belum
kalender
berturut-turut;
c.
kelengkapan dokumen permohonan penambahan
plafon PLJP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49;
dan
d.
analisis
mengenai
perkiraan
jumlah
kebutuhan
likuiditas Bank.
(3)
Dalam
hal
permohonan
penambahan
plafon
PLJP
disetujui, maka berdasarkan surat persetujuan Bank
Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank
harus melakukan hal sebagai berikut:
a.
menyampaikan
dokumen
yang
terkait
dengan
penambahan dan/atau penggantian agunan PLJP;
b.
menunjuk notaris;
c.
menyampaikan dokumen berupa rancangan akta
perubahan perjanjian pemberian PLJP dan akta
perubahan pengikatan agunan PLJP melalui notaris
dengan
contoh
sebagaimana
tercantum
dalam
Lampiran XVII, Lampiran XVIII, dan Lampiran XIX
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini; dan
d.
menyampaikan dokumen yang terkait dengan agunan
lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dalam hal
diperlukan.
(4)
Dalam hal terdapat penambahan agunan berupa surat
berharga, Bank menyampaikan dokumen yang terkait
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (4).
(5)
Dalam hal terdapat penambahan agunan berupa Aset
Kredit dan/atau Aset Pembiayaan, Bank menyampaikan
48
dokumen yang terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal
22 ayat (5).
(6)
Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a
dan huruf c disampaikan kepada Bank Indonesia c.q.
Departemen Surveilans Sistem Keuangan paling lambat
pukul 12.00 WIB pada 1 (satu) hari kerja berikutnya
setelah surat persetujuan Bank Indonesia sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diterima Bank.
(7)
Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kerja
Kantor Pusat Bank Indonesia, dokumen sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf a dan huruf c disampaikan
kepada Kantor Perwakilan Bank Indonesia setempat paling
lambat pukul 12.00 waktu Kantor Perwakilan Bank
Indonesia setempat pada 1 (satu) hari kerja berikutnya
setelah surat persetujuan Bank Indonesia sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diterima Bank.
(8)
Dalam
hal
Bank
Indonesia
meminta
agunan
lain
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d, Bank
menyampaikan dokumen terkait agunan lain sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22 ayat (8).
(9)
Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d
disampaikan kepada Bank Indonesia c.q. Departemen
Surveilans Sistem Keuangan paling lambat pukul 12.00
WIB pada 2 (dua) hari kerja sebelum penandatanganan
akta perubahan perjanjian pemberian PLJP.
(10) Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kerja
Kantor Pusat Bank Indonesia, dokumen sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf d disampaikan kepada
Kantor Perwakilan Bank Indonesia setempat paling lambat
pukul 12.00 waktu Kantor Perwakilan Bank Indonesia
setempat
pada
2
(dua)
hari
kerja
sebelum
penandatanganan akta perubahan perjanjian pemberian
PLJP.
49
Pasal 52
Dalam hal terdapat agunan berupa surat berharga yang baru,
pengagunan menggunakan mekanisme sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23.
Pasal 53
(1)
Penilaian terhadap tambahan agunan yang digunakan
untuk penambahan plafon PLJP mengacu pada ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24.
(2)
Penilaian terhadap agunan PLJP yang digunakan kembali
sebagai
agunan
untuk
penambahan
plafon
PLJP
diutamakan pada penilaian kecukupan terhadap nilai
agunan.
Pasal 54
(1)
Dalam hal berdasarkan hasil penilaian terhadap agunan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 diketahui:
a.
agunan telah memenuhi ketentuan dan nilai agunan
mencukupi plafon PLJP yang telah disetujui Bank
Indonesia; atau
b.
nilai agunan yang telah memenuhi ketentuan tidak
mencukupi plafon PLJP yang telah disetujui Bank
Indonesia dan Bank dapat menyediakan sumber dana
lain untuk menutup kekurangan likuiditas yang tidak
dapat diperoleh dari PLJP,
maka akan dilakukan penandatanganan terhadap akta
perubahan
perjanjian
pemberian
PLJP
dan
akta
perubahan pengikatan agunan PLJP.
(2)
Dalam hal Bank Indonesia masih dalam proses melakukan
penilaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 sampai
dengan 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal jatuh waktu
PLJP maka penandatanganan terhadap akta perubahan
perjanjian
pengikatan
pemberian
agunan
PLJP
PLJP
dan
hanya
akta
perubahan
dilakukan
untuk
perpanjangan jangka waktu PLJP.
(3)
Dalam hal terdapat kondisi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), penandatanganan terhadap akta perubahan
50
perjanjian
pemberian
PLJP
dan
akta
perubahan
pengikatan agunan PLJP untuk penambahan plafon PLJP
dilakukan setelah Bank Indonesia selesai melakukan
proses penilaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53.
(4)
Tambahan
plafon
PLJP
yang
disetujui
akan
diakumulasikan dengan plafon PLJP sebelumnya.
(5)
Penandatanganan terhadap akta perubahan perjanjian
pemberian PLJP dan akta perubahan pengikatan agunan
PLJP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) oleh Bank
Indonesia bersama Bank diwakili oleh pihak Bank yang
berwenang melakukan penandatanganan akta perubahan
perjanjian
pemberian
PLJP
dan
akta
perubahan
pengikatan agunan PLJP.
(6)
Pengikatan agunan PLJP sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 55
(1)
Dalam hal setelah penandatanganan akta perubahan
perjanjian
pemberian
PLJP
dan
akta
perubahan
pengikatan agunan PLJP sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 54 ayat (1), diketahui dokumen Aset Kredit dan/atau
Aset Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
ayat
(5)
tidak
lengkap,
Bank
Indonesia
tidak
memperhitungkan Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan
dimaksud sebagai agunan PLJP.
(2)
Dalam hal kondisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyebabkan nilai agunan secara keseluruhan tidak
mencukupi plafon yang telah disetujui, Bank Indonesia
akan melakukan pembatasan pencairan sejak tanggal
aktivasi penambahan plafon PLJP atau selama periode
PLJP.
(3)
Dalam hal Bank telah melengkapi kekurangan dokumen
Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Aset Kredit dan/atau Aset
Pembiayaan
dimaksud akan
diperhitungkan kembali
51
sebagai agunan PLJP dan pencairan PLJP dilakukan
sesuai dengan kecukupan nilai agunan.
Pasal 56
Persetujuan
atas permohonan
penambahan
plafon
PLJP
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1) dibatalkan oleh
Bank Indonesia apabila:
a.
Bank tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 51 ayat (3);
b.
berdasarkan verifikasi dan/atau penilaian Bank Indonesia
nilai tambahan agunan tidak mencukupi penambahan
plafon PLJP dan Bank tidak menyediakan sumber dana
lain untuk menutup kekurangan likuiditas yang tidak
dapat diperoleh dari PLJP; dan/atau
c.
diketahui bahwa Bank tidak lagi memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2).
Pasal 57
(1)
Bank Indonesia menyampaikan surat pemberitahuan
aktivasi penambahan plafon PLJP kepada Bank paling
lambat 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal aktivasi yang
memuat tanggal aktivasi penambahan plafon PLJP dan
jumlah PLJP yang dapat dicairkan, serta informasi lain
yang terkait dengan pencairan PLJP.
(2)
Bank
dapat
mengajukan
permohonan
pencairan
tambahan plafon PLJP sejak tanggal aktivasi penambahan
plafon PLJP.
(3)
Pencairan tambahan plafon PLJP sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) menggunakan mekanisme sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 dan Pasal 31.
Pasal 58
Dalam hal permohonan Bank untuk penambahan plafon PLJP
telah disetujui namun belum dilakukan aktivasi, Bank dapat
mengajukan permohonan perpanjangan jangka waktu PLJP
untuk periode berikutnya dengan plafon PLJP sebagaimana
tercantum dalam surat persetujuan Bank Indonesia sesuai
52
dengan ketentuan Peraturan Anggota Dewan Gubernur Bank
Indonesia ini.
Bagian Ketiga
Permohonan Penurunan Plafon PLJP
Pasal 59
(1)
Bank dapat mengajukan permohonan penurunan plafon
PLJP kepada Bank Indonesia.
(2)
Permohonan
penurunan
disampaikan
plafon
bersamaan
PLJP
hanya
dengan
dapat
permohonan
perpanjangan jangka waktu PLJP sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 40 ayat (7).
(3)
Permohonan penurunan plafon PLJP didasarkan pada
kebutuhan
likuiditas
Bank
sampai
dengan
Bank
memenuhi GWM sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia
yang mengatur mengenai giro wajib minimum, yang
didukung dengan proyeksi arus kas.
(4)
Permohonan
penurunan
plafon
PLJP
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disampaikan melalui surat dengan
contoh sebagaimana tercantum dalam Lampiran XX yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Anggota Dewan Gubernur ini.
(5)
Surat permohonan penurunan plafon PLJP sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditandatangani oleh direksi Bank
dan
diketahui
oleh
dewan
komisaris
Bank
yang
berwenang.
(6)
Permohonan
penurunan
plafon
PLJP
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan dokumen yang
dipersyaratkan Bank Indonesia.
(7)
Permohonan penurunan plafon PLJP diajukan kepada
Bank
Indonesia
c.q.
Departemen
Surveilans
Sistem
Keuangan, Jalan M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350
dengan
tembusan
kepada
OJK
c.q.
Departemen
Pengawasan Bank, Kantor Regional OJK, atau Kantor OJK
yang terkait.
53
(8)
Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kerja
Kantor Pusat Bank Indonesia, permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) ditembuskan kepada Kantor
Perwakilan Bank Indonesia setempat.
(9)
Bank Indonesia akan memproses permohonan penurunan
plafon PLJP setelah dokumen permohonan penurunan
plafon PLJP diterima secara lengkap.
Pasal 60
(1)
Proses penurunan plafon PLJP dilakukan sesuai dengan
proses perpanjangan jangka waktu PLJP sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 40 sampai dengan Pasal 47.
(2)
Dalam proses penurunan
melakukan
penarikan
plafon PLJP Bank dapat
agunan
sepanjang
memenuhi
ketentuan mengenai agunan dan kecukupan nilai agunan.
BAB IX
PELUNASAN PLJP
Bagian Kesatu
Pelunasan Sebagian atau Keseluruhan Baki Debet PLJP
Selama Periode PLJP
Pasal 61
(1)
Bank Indonesia melakukan pendebitan rekening giro Bank
dalam rupiah di Bank Indonesia apabila saldo rekening
giro Bank tersebut pada periode PLJP jumlahnya melebihi
kewajiban GWM ditambah 10% (sepuluh persen) dari
kewajiban GWM sebagai pelunasan
sebagian atau
keseluruhan baki debet PLJP.
(2)
Pendebitan
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
dilakukan paling tinggi sebesar nilai terendah antara baki
debet PLJP dan kelebihan saldo rekening giro Bank dalam
rupiah dari kewajiban GWM ditambah 10% (sepuluh
persen) dari kewajiban GWM.
54
(3)
Pendebitan
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
dilakukan pada saat Sistem BI-RTGS dibuka pada hari
berikutnya.
Bagian Kedua
Pelunasan Sebelum PLJP Jatuh Waktu
Pasal 62
(1)
Bank dapat mengajukan permohonan pelunasan PLJP
sebelum PLJP jatuh waktu.
(2)
Pelunasan
sebelum PLJP jatuh
waktu
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mendebit
rekening giro Bank dalam rupiah di Bank Indonesia
sebesar kewajiban PLJP.
(3)
Permohonan
pelunasan
sebelum
PLJP
jatuh
waktu
diajukan oleh Bank paling lambat 2 (dua) hari kerja
sebelum rencana pelunasan.
(4)
Permohonan
pelunasan
sebelum
PLJP
jatuh
waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan melalui
surat dengan contoh sebagaimana tercantum dalam
Lampiran XXI yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini.
(5)
Permohonan
pelunasan
sebelum
PLJP
jatuh
waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diajukan kepada
Bank
Indonesia
c.q.
Departemen
Surveilans
Sistem
Keuangan, Jalan M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350
dengan
tembusan
kepada
OJK
c.q.
Departemen
Pengawasan Bank, Kantor Regional OJK, atau Kantor OJK
yang terkait.
(6)
Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kerja
Kantor Pusat Bank Indonesia, permohonan pelunasan
sebelum PLJP jatuh waktu sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) ditembuskan kepada Kantor Perwakilan Bank
Indonesia setempat.
(7)
Bank Indonesia menginformasikan kepada Bank jumlah
kewajiban PLJP yang meliputi baki debet (outstanding),
bunga PLJP, dan biaya terkait dengan pemberian PLJP
55
paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal
pelunasan.
(8)
Bank Indonesia akan mendebit rekening giro Bank dalam
rupiah di Bank Indonesia pada saat Sistem BI-RTGS
dibuka pada tanggal pelunasan yang ditetapkan dengan
urutan
pendebitan
bunga,
kemudian
baki
debet
(outstanding) PLJP, dan terakhir biaya terkait dengan
pemberian PLJP.
(9)
Dalam hal pada tanggal pelunasan yang direncanakan
saldo rekening giro Bank dalam rupiah di Bank Indonesia
tidak mencukupi untuk pembayaran kewajiban PLJP
maka pelunasan PLJP dilakukan pada saat jatuh waktu.
Bagian Ketiga
Pelunasan PLJP Pada Saat Jatuh Waktu
Pasal 63
(1)
Bank wajib melunasi seluruh kewajiban PLJP pada tanggal
jatuh waktu PLJP.
(2)
Bank Indonesia akan menginformasikan kepada Bank
pada 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal jatuh waktu PLJP
mengenai jumlah kewajiban PLJP yang meliputi pokok dan
bunga termasuk dalam hal terdapat biaya terkait dengan
pemberian PLJP yang harus dibayar Bank.
(3)
Bank Indonesia mendebit rekening giro Bank dalam
rupiah di Bank Indonesia untuk pembayaran kewajiban
PLJP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pada tanggal
jatuh waktu PLJP.
(4)
Bank Indonesia dapat mendebit rekening giro Bank dalam
rupiah di Bank Indonesia dalam hal terdapat biaya lain
terkait
dengan
pemberian
PLJP
yang
timbul
atau
ditagihkan oleh pihak lain setelah Bank melunasi PLJP.
(5)
Dalam hal jatuh waktu PLJP bertepatan pada hari Sabtu,
hari Minggu, hari libur, atau pada hari kerja yang
kemudian ditetapkan sebagai hari libur maka pendebitan
saldo rekening giro Bank dalam rupiah di Bank Indonesia
56
dilakukan
pada
hari
kerja
berikutnya
tanpa
memperhitungkan bunga PLJP pada hari tersebut.
(6)
Dalam hal Bank Indonesia beroperasi secara terbatas pada
hari libur atau cuti bersama, dimana Bank Indonesia
mengoperasikan Sistem BI-RTGS dan Sistem Kliring
Nasional Bank Indonesia (SKNBI) maka hari tersebut
termasuk sebagai hari kerja.
(7)
Bank Indonesia melakukan pendebitan
sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) pada saat buka Sistem BI-RTGS.
Pasal 64
Dalam hal pelunasan kewajiban PLJP pada tanggal jatuh waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 telah dilakukan, Bank
Indonesia
menyampaikan
surat
kepada
Bank
yang
menginformasikan bahwa kewajiban PLJP telah dilunasi Bank
dengan tembusan kepada OJK c.q. Departemen Pengawasan
Bank, Kantor Regional OJK, atau Kantor OJK yang terkait.
Pasal 65
(1)
Bank Indonesia mengembalikan agunan PLJP kepada
Bank setelah kewajiban PLJP dilunasi.
(2)
Mekanisme pengembalian agunan PLJP kepada Bank
diatur sebagai berikut:
a.
untuk agunan berupa SBI, SBIS, SDBI, dan SBN
dilakukan
dengan
mekanisme
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 huruf c angka 1;
b.
untuk agunan berupa Obligasi Korporasi dan/atau
Sukuk
Korporasi
dilakukan
dengan
mekanisme
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf c angka
2; dan
c.
untuk agunan berupa Aset Kredit dan/atau Aset
Pembiayaan dilakukan dengan mekanisme sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan,
setelah tanggal surat pemberitahuan lunas dari Bank
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64.
57
Bagian Keempat
Pelunasan PLJP Setelah Tanggal Jatuh Waktu
Pasal 66
(1)
Dalam hal saldo rekening giro Bank dalam rupiah di Bank
Indonesia tidak mencukupi untuk membayar pokok dan
bunga PLJP pada saat jatuh waktu, Bank Indonesia
melakukan tindakan sebagai berikut:
a.
pada tanggal jatuh waktu:
1.
pendebitan rekening giro Bank dalam rupiah di
Bank Indonesia yang dilakukan pada saat
Sistem BI-RTGS dibuka sebesar kewajiban PLJP
yang belum lunas termasuk dalam hal terdapat
biaya terkait dengan pemberian PLJP;
2.
pembatasan transaksi outgoing rekening giro
Bank dalam valuta asing serta rekening giro UUS
dalam rupiah dan valuta asing, sejak Sistem BIRTGS dibuka pada tanggal jatuh waktu PLJP;
dan
3.
penihilan rekening giro Bank di Bank Indonesia
baik rupiah maupun valuta asing termasuk
saldo rekening giro dalam rupiah dan valuta
asing milik UUS dari Bank yang dilakukan pada
periode pre cut-off Sistem BI-RTGS;
b.
setelah tanggal jatuh waktu:
1.
pendebitan rekening giro rupiah dan valuta asing
Bank serta rekening giro rupiah dan valuta asing
milik UUS, di Bank Indonesia, yang dilakukan
pada saat Sistem BI-RTGS dibuka sebesar
kewajiban PLJP yang belum lunas termasuk
dalam
hal
terdapat
biaya
terkait
dengan
pemberian PLJP; dan
2.
penihilan rekening giro Bank di Bank Indonesia
baik rupiah maupun valuta asing termasuk
saldo giro UUS dari Bank yang dilakukan pada
periode pre cut-off Sistem BI-RTGS.
58
(2)
Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dilakukan Bank Indonesia sampai dengan kewajiban PLJP
dapat dilunasi Bank.
(3)
Kurs yang digunakan dalam pendebitan rekening giro
Bank dalam valuta asing adalah kurs beli dari kurs
transaksi Bank Indonesia.
(4)
Bank Indonesia tetap menghitung bunga PLJP sampai
dengan pokok PLJP dilunasi.
(5)
Bank yang belum melakukan pelunasan PLJP pada saat
jatuh waktu tidak dapat menggunakan surat berharga
sebagai pemenuhan prefund debit sejak tanggal jatuh
waktu sampai dengan kewajiban PLJP lunas.
Bagian Kelima
Pelaksanaan Eksekusi Agunan PLJP
Pasal 67
(1)
Dalam hal kewajiban PLJP tidak dapat dilunasi setelah
dilakukan tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
66 ayat (1) huruf a, Bank Indonesia akan melakukan
eksekusi agunan PLJP dalam rangka pelunasan kewajiban
PLJP Bank.
(2)
Dalam rangka pelaksanaan eksekusi
agunan, Bank
Indonesia menyampaikan surat kepada Bank dengan
tembusan kepada OJK c.q. Departemen Pengawasan
Bank, Kantor Regional OJK, atau Kantor OJK terkait yang
menginformasikan:
a.
Bank tidak dapat melunasi kewajiban PLJP pada saat
jatuh waktu;
b.
jumlah kewajiban PLJP yang belum dilunasi; dan
c.
Bank Indonesia akan
melakukan
tindak lanjut
berupa eksekusi agunan,
paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah tanggal jatuh
waktu PLJP.
59
Pasal 68
(1)
Bank Indonesia akan melakukan proses eksekusi agunan
berupa surat berharga mulai hari kerja ke-1 setelah
tanggal jatuh waktu PLJP.
(2)
Eksekusi agunan berupa SBI, SBIS, dan/atau SDBI
dilakukan dengan cara mencairkan SBI, SBIS, dan/atau
SDBI
sebelum
jatuh
waktu
(early
redemption)
menggunakan nilai surat berharga pada posisi tanggal
jatuh waktu PLJP.
(3)
Eksekusi
agunan
berupa
SBN,
Obligasi
Korporasi,
dan/atau Sukuk Korporasi dilakukan melalui penjualan
agunan oleh pialang, dengan pengaturan sebagai berikut:
a.
calon
pembeli
agunan
dapat
merupakan
bank
dan/atau pihak lain;
b.
window time penjualan SBN, Obligasi Korporasi,
dan/atau Sukuk Korporasi dapat dilakukan antara
pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB;
c.
Bank Indonesia c.q. Departemen Pengelolaan Moneter
akan
mengumumkan
rencana
penjualan
SBN,
Obligasi Korporasi dan/atau Sukuk Korporasi kepada
pialang;
d.
transaksi
dilakukan
melalui
sarana
Reuters
Monitoring Dealing System (RMDS) atau sarana
lainnya;
e.
Bank Indonesia c.q. Departemen Pengelolaan Moneter
akan mengumumkan pemenang kepada Pialang dan
melakukan
konfirmasi
kepada
Pialang
yang
penawarannya dimenangkan;
f.
pialang
yang
menginformasikan
penawarannya
kepada
Bank
dimenangkan
Indonesia
c.q.
Departemen Pengelolaan Moneter antara lain hal-hal
sebagai berikut:
1.
sub-registry bagi calon pembeli agunan selain
bank
yang
penawarannya
diterima
untuk
pelaksanaan setelmen SBN;
2.
lembaga kustodian untuk calon pembeli agunan
yang penawarannya diterima untuk pelaksanaan
60
setelmen Obligasi Korporasi dan/atau Sukuk
Korporasi; dan
3.
bank pembayar bagi calon pembeli agunan selain
bank
yang
penawarannya
diterima
untuk
pelaksanaan setelmen dana.
g.
calon pembeli yang penawarannya diterima yang
merupakan bank dan bank pembayar yang ditunjuk
wajib menyediakan dana di rekening giro Bank di
Bank Indonesia;
h.
Bank Indonesia melakukan setelmen paling lambat
pada 5 (lima) hari kerja (T+5) setelah pengumuman
dengan mendebit rekening giro bank atau bank
pembayar yang ditunjuk bagi calon pembeli agunan
selain bank;
i.
Bank Indonesia melakukan setelmen surat berharga
setelah pendebitan saldo rekening giro bank atau
bank pembayar yang ditunjuk bagi calon pembeli
agunan selain bank sebagaimana dimaksud pada
huruf h berhasil dilaksanakan;
j.
dalam hal surat berharga berupa Obligasi Korporasi
dan/atau
melakukan
Sukuk
Korporasi,
Bank
Indonesia
pemindahbukuan
surat
berharga
tersebut ke rekening efek yang ditunjuk oleh pembeli
surat berharga di KSEI;
k.
dalam hal agunan berupa SBN tidak terjual dan saldo
rekening giro Bank dalam rupiah di Bank Indonesia
tidak mencukupi kewajiban PLJP sampai dengan
berakhirnya jangka waktu pengikatan agunan SBN,
Bank
Indonesia
memperpanjang
jangka
waktu
pengikatan pengagunan SBN sampai dengan Bank
dapat melunasi pokok PLJP ditambah bunga PLJP
dan biaya terkait dengan pemberian PLJP;
l.
dalam hal terdapat pembayaran kupon dari Obligasi
Korporasi
dan/atau
Indonesia
meneruskan
Sukuk
Korporasi,
pembayaran
Bank
tersebut
rekening giro Bank yang ada di Bank Indonesia.
ke
61
Pasal 69
(1)
Bank Indonesia akan melakukan proses eksekusi agunan
berupa Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan mulai hari
kerja ke-15 setelah tanggal jatuh waktu PLJP.
(2)
Bank dapat meminta kepada Bank Indonesia agar proses
eksekusi agunan berupa Aset Kredit dan/atau Aset
Pembiayaan
dipercepat
sebelum
hari
kerja
ke-15
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3)
Permintaan
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(2)
disampaikan Bank melalui surat kepada Bank Indonesia
c.q. Departemen Surveilans Sistem Keuangan dengan
tembusan kepada OJK c.q. Departemen Pengawasan
Bank, Kantor Regional OJK, atau Kantor OJK terkait pada
hari kerja dengan contoh sebagaimana tercantum dalam
Lampiran XXII yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini.
(4)
Bank
Indonesia
akan
menyampaikan
surat
pemberitahuan dan/atau peringatan sebelum proses
eksekusi agunan berupa Aset Kredit dan/atau Aset
Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 70
(1)
Eksekusi agunan berupa Aset Kredit dan/atau Aset
Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat
(1) dilakukan dengan cara:
a.
menjual hak tagih atas dasar Sertifikat Jaminan
Fidusia melalui fiat eksekusi pengadilan;
b.
menjual hak tagih atas kekuasaan penerima fidusia
sendiri melalui pelelangan umum; atau
c.
menjual
di
bawah
tangan
yang
dilakukan
berdasarkan kesepakatan pemberi dan penerima
fidusia.
(2)
Dalam
rangka
dimaksud
eksekusi
dalam
Pasal
agunan
69
PLJP
Bank
sebagaimana
Indonesia
dapat
menugaskan pihak lain untuk melakukan penilaian
dan/atau penjualan terhadap agunan berupa Aset Kredit
dan/atau Aset Pembiayaan.
62
(3)
Bank
Indonesia
c.q.
Departemen
Surveilans
Sistem
Keuangan menyampaikan surat pemberitahuan mengenai
pelaksanaan eksekusi agunan PLJP berupa Aset Kredit
dan/atau
Aset
Pembiayaan
kepada
Bank,
dengan
tembusan kepada OJK c.q. Departemen Pengawasan
Bank, Kantor Regional OJK, atau Kantor OJK yang terkait.
(4)
Dalam rangka pelaksanaan eksekusi agunan berupa Aset
Kredit
dan/atau
Aset
Pembiayaan
Bank
harus
menginformasikan pengalihan tagihan kredit dan/atau
pembiayaan kepada masing-masing debitur atau nasabah.
(5)
Dalam hal eksekusi agunan PLJP berupa Aset Kredit
dan/atau Aset Pembiayaan dilakukan melalui penjualan
di bawah tangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf
c
dilakukan
oleh
Bank
maka
Bank
harus
menyampaikan rencana pelaksanaan eksekusi agunan
PLJP berupa hak tagih atas Aset Kredit dan/atau Aset
Pembiayaan tersebut serta melaporkan realisasi eksekusi
agunan dimaksud melalui surat kepada Bank Indonesia
c.q. Departemen Surveilans Sistem Keuangan, Jalan M.H.
Thamrin No.2 Jakarta 10350.
(6)
Rencana pelaksanaan eksekusi agunan PLJP sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) harus mendapat persetujuan
Bank Indonesia.
(7)
Hasil eksekusi agunan PLJP disetorkan ke rekening yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Pasal 71
(1)
Hasil eksekusi agunan diperhitungkan sebagai pelunasan
terhadap kewajiban PLJP yang meliputi nilai pokok PLJP
ditambah dengan akumulasi bunga PLJP, biaya eksekusi
agunan, dan biaya lainnya terkait dengan pemberian
PLJP.
(2)
Dalam hal hasil eksekusi agunan lebih besar dari
kewajiban
PLJP
maka
Bank
Indonesia
mengkredit
rekening giro Bank dalam rupiah di Bank Indonesia
sebesar kelebihan hasil eksekusi agunan dari kewajiban
PLJP.
63
(3)
Dalam hal hasil eksekusi agunan lebih kecil daripada
kewajiban PLJP maka Bank wajib menyetor tambahan
dana untuk membayar kekurangan pelunasan kewajiban
PLJP kepada Bank Indonesia termasuk dari agunan lain
apabila tersedia.
Pasal 72
Bank Indonesia dapat bekerja sama dengan OJK maupun
pihak lainnya untuk pelaksanaan dan/atau pemantauan
eksekusi agunan.
Bagian Keenam
Biaya PLJP
Pasal 73
Biaya yang timbul sehubungan dengan pemberian PLJP
menjadi beban Bank yang menerima PLJP yang meliputi:
a.
biaya penggunaan kantor akuntan publik dalam kegiatan
verifikasi dan/atau penilaian Aset Kredit dan/atau Aset
Pembiayaan;
b.
biaya notaris untuk pembuatan akta perjanjian pemberian
PLJP dan akta pengikatan agunan PLJP, termasuk
perubahannya;
c.
biaya dalam rangka eksekusi agunan;
d.
biaya transaksi, biaya kustodian, dan biaya lainnya yang
timbul atas pengagunan Obligasi Korporasi dan/atau
Sukuk Korporasi;
e.
biaya penyimpanan dokumen Aset Kredit dan/atau Aset
Pembiayaan dengan menggunakan pihak ketiga; dan
f.
biaya lain terkait PLJP.
BAB X
PELAPORAN
Pasal 74
Selama periode PLJP Bank wajib menyampaikan laporan
sebagai berikut:
64
a.
laporan harian yang terdiri atas:
1.
laporan
penggunaan
PLJP
dengan
format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran XXIII yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Anggota Dewan Gubernur ini; dan
2.
laporan
kondisi
likuiditas Bank
dengan
format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran XXIV yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Anggota Dewan Gubernur ini;
b.
laporan terkait agunan yang disampaikan dalam hal
terdapat:
1.
Obligasi Korporasi atau Sukuk Korporasi yang tidak
memenuhi persyaratan peringkat yang ditetapkan
Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7 ayat (1) huruf a;
2.
pelunasan kredit atau pembiayaan yang menjadi
agunan PLJP oleh debitur atau nasabah Bank;
dan/atau
3.
Aset
Kredit
atau
Aset
Pembiayaan
yang
tidak
memenuhi persyaratan kolektibilitas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 huruf a,
yang memuat daftar agunan yang memenuhi kondisi
sebagaimana dimaksud pada angka 1, angka 2, dan/atau
angka 3 dengan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran XXV yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini;
c.
laporan perhitungan rasio KPMM;
d.
laporan rencana tindak perbaikan (remedial action plan)
untuk mengatasi Kesulitan Likuiditas Jangka Pendek; dan
e.
laporan lainnya yang diminta oleh Bank Indonesia.
Pasal 75
(1)
Laporan harian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74
huruf a disampaikan setiap hari kerja paling lambat pukul
12.00 WIB untuk posisi 1 (satu) hari kerja sebelumnya.
65
(2)
Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 huruf c
disampaikan
dalam
hal
terdapat
peristiwa
yang
mengakibatkan penurunan rasio KPMM Bank.
(3)
Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 huruf d
disampaikan paling lama 5 (lima) hari kerja setelah
pencairan PLJP yang pertama kali.
(4)
Laporan
sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
74
disampaikan kepada Bank Indonesia c.q. Departemen
Surveilans Sistem Keuangan, Jalan M.H. Thamrin No. 2
Jakarta 10350 dengan
tembusan
kepada OJK
c.q.
Departemen Pengawasan Bank, Kantor Regional OJK,
atau Kantor OJK yang terkait.
BAB XI
PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN
Pasal 76
(1)
Pengawasan
dilakukan
terhadap
oleh
Bank
OJK
yang
menerima
PLJP
dengan
Bank
berkoordinasi
Indonesia.
(2)
Pengawasan
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
dilakukan untuk memantau dan memastikan penggunaan
dana
PLJP
sesuai
dengan
peruntukannya
dan
pelaksanaan rencana pembayaran kembali PLJP sesuai
dengan perjanjian pemberian PLJP.
(3)
Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga
dimaksudkan
pemenuhan
untuk
memantau
persyaratan
PLJP
dan
selama
memastikan
periode
PLJP
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2).
Pasal 77
(1)
Bank Indonesia dapat melakukan pemeriksaan terhadap
Bank yang menerima PLJP.
(2)
Pemeriksaan
sebagaimana
dimaksud
pada
dilakukan setelah berkoordinasi dengan OJK.
ayat
(1)
66
BAB XII
LARANGAN DAN PEMBATASAN KEGIATAN BAGI BANK YANG
MENERIMA PLJP
Pasal 78
(1)
Selama periode pemberian PLJP atau selama Bank belum
melunasi kewajiban PLJP, Bank dilarang:
a.
melakukan penempatan dana;
b.
menyalurkan
kepada
kredit dan/atau pembiayaan baru
pihak
pemenuhan
terkait
komitmen
Bank,
yang
kecuali
telah
untuk
diperjanjikan
sebelumnya;
c.
merealisasikan penarikan dana oleh pihak terkait
Bank; dan
d.
(2)
melakukan pembagian dividen.
Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
meniadakan larangan lain yang telah dikeluarkan oleh
OJK.
Pasal 79
Selama periode pemberian PLJP Bank hanya dapat mengikuti
operasi moneter Bank Indonesia yang bersifat ekspansi.
BAB XIII
PENATAUSAHAAN DOKUMEN PLJP
Pasal 80
(1)
Bank Indonesia menatausahakan dokumen terkait PLJP
berupa
akta
perjanjian
pemberian
PLJP
dan
akta
pengikatan agunan PLJP, termasuk perubahannya serta
dokumen yang terkait dengan agunan.
(2)
Dalam rangka penatausahaan dokumen yang terkait
dengan
agunan
dimaksud
pada
oleh
ayat
Bank
(1),
Indonesia
Bank
sebagaimana
Indonesia
dapat
menugaskan pihak lain untuk melakukan penyimpanan
dokumen.
67
(3)
Dalam hal dokumen disimpan oleh pihak lain yang
ditunjuk oleh Bank Indonesia, maka pihak lain tersebut
harus memelihara kelengkapan dan keamanan dokumen.
BAB XIV
SANKSI
Pasal 81
(1)
Bank yang melanggar ketentuan mengenai kebenaran data
dan dokumen yang disampaikan kepada Bank Indonesia,
larangan
kegiatan
selama
periode
PLJP,
dan/atau
kewajiban penyampaian laporan selama periode PLJP
dikenakan sanksi berupa:
a.
teguran tertulis;
b.
PLJP tidak dapat diperpanjang; dan/atau
c.
tidak dapat mengajukan permohonan PLJP dalam
jangka waktu tertentu.
(2)
Bank yang tidak dapat melakukan pelunasan PLJP pada
tanggal jatuh waktu PLJP dikenakan sanksi berupa:
a.
teguran tertulis;
b.
tidak dapat mengajukan permohonan PLJP dalam
jangka waktu tertentu; dan
c.
penghentian sementara dari kepesertaan operasi
moneter,
termasuk
penghentian
sementara
dari
kepesertaan operasi moneter syariah bagi UUS.
(3)
Bank yang tidak melakukan pelunasan PLJP setelah
eksekusi agunan dilakukan, dikenakan sanksi berupa:
a.
teguran tertulis;
b.
tidak dapat mengajukan permohonan PLJP dalam
jangka waktu tertentu;
c.
penghentian sementara dari kepesertaan operasi
moneter,
termasuk
penghentian
sementara
dari
kepesertaan operasi moneter syariah bagi UUS;
d.
penurunan status kepesertaan SKNBI, termasuk
penurunan status kepesertaan SKNBI bagi UUS;
68
e.
penurunan status kepesertaan BI-RTGS, termasuk
penurunan status kepesertaan BI-RTGS bagi UUS;
dan/atau
f.
penurunan status kepesertaan BI-SSSS, termasuk
penurunan status kepesertaan BI-SSSS bagi UUS.
Pasal 82
Bank
Indonesia
menginformasikan
pengenaan
sanksi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81 kepada Bank dengan
tembusan kepada OJK.
BAB XV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 83
Pada saat Peraturan Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia
ini mulai berlaku, Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
15/11/DPNP tanggal 8 April 2013 perihal Fasilitas Pendanaan
Jangka Pendek Bagi Bank Umum dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
Pasal 84
(1)
Ketentuan
mengenai
persyaratan
pencantuman
Aset
Kredit dan/atau Aset Pembiayaan dalam laporan daftar
Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan terkini yang
disampaikan secara berkala kepada Bank Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf k mulai
berlaku untuk permohonan PLJP yang diajukan setelah
tanggal 15 Juli 2017.
(2)
Ketentuan mengenai persyaratan bahwa agunan berupa
Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan harus telah
menjadi objek atau sampel pemeriksaan atau audit oleh
kantor akuntan publik terhadap Bank paling lama 1 (satu)
tahun terakhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
huruf i mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2018.
69
Pasal 85
Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini mulai berlaku pada
tanggal ditetapkan.
Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengumuman Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 31 Mei 2017
ANGGOTA DEWAN GUBERNUR,
ERWIN RIJANTO
-1
-
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR
NOMOR 19/6/PADG/2017
TENTANG
PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL
I.
UMUM
Untuk mengatasi Kesulitan Likuiditas Jangka Pendek yang dapat
dialami oleh perbankan, Bank Indonesia menyediakan PLJP kepada Bank.
Terkait dengan hal tersebut, Bank Indonesia telah menerbitkan Peraturan
Bank Indonesia Nomor 19/3/PBI/2017 tentang Pinjaman Likuiditas
Jangka Pendek Bagi Bank Umum Konvensional pada tanggal 13 April 2017.
Sehubungan dengan hal di atas, perlu menetapkan Peraturan Anggota
Dewan Gubernur tentang Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek Bagi Bank
Umum Konvensional yang mengatur mengenai mekanisme dan hal teknis
pelaksanaan penyediaan PLJP.
II.
PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Contoh dari pemenuhan persyaratan Bank tergolong sebagai
Bank solven:
2
Bank mengajukan permohonan PLJP pada tanggal 6 Juni
2017.
Dalam hal rasio KPMM bulan terkini yang memadai yang
tersedia sesuai penilaian OJK yaitu posisi April 2017 maka
rasio KPMM menggunakan posisi April 2017.
Angka 1
Cukup jelas.
Angka 2
Peristiwa setelah periode pelaporan (subsequent
events) yang dapat mempengaruhi rasio KPMM
Bank yaitu subsequent events yang didukung
dengan bukti objektif, contohnya:
a.
hasil pemeriksaan kantor akuntan publik atau
otoritas yang menyesuaikan pengakuan biaya
atau pendapatan tertentu; dan
b.
terdapat
putusan
pengadilan
yang
telah
berkekuatan hukum tetap untuk membayar
sejumlah tertentu oleh Bank kepada pihak
lain.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “mampu untuk mengembalikan
PLJP”
adalah
Bank
memiliki
sumber
dana
untuk
mengembalikan PLJP yang tercermin antara lain dari:
1.
proyeksi arus kas Bank yang mencerminkan adanya
dana masuk yang mencukupi untuk digunakan sebagai
pelunasan PLJP;
2.
dokumen
pendukung
lainnya yang
mencerminkan
adanya sumber dana untuk melunasi PLJP.
Pasal 3
Cukup jelas.
3
Pasal 4
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Yang dimaksud dengan “akad mudharabah” adalah akad
kerja sama suatu usaha antara pihak pertama (malik,
shahibul mal, atau Bank) yang menyediakan seluruh modal
dan pihak kedua (‘amil, mudharib, atau nasabah) yang
bertindak
keuntungan
selaku
usaha
pengelola
sesuai
dana
dengan
dengan
membagi
kesepakatan
yang
dituangkan dalam akad, sedangkan kerugian ditanggung
sepenuhnya oleh Bank kecuali jika pihak kedua melakukan
kesalahan yang disengaja, lalai, atau menyalahi perjanjian.
Yang dimaksud dengan “akad musyarakah” adalah akad
kerja sama di antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu yang masing-masing pihak memberikan porsi
dana dengan ketentuan bahwa keuntungan akan dibagi
sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung
sesuai dengan porsi dana masing-masing.
Yang dimaksud dengan “akad ijarah nonjasa” adalah akad
penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna
atau manfaat dari suatu barang berdasarkan transaksi sewa,
tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu
sendiri atau dengan opsi pemindahan kepemilikan barang.
Ayat (2)
Cukup jelas.
4
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “1 (satu) tahun terakhir” adalah 1
(satu) tahun sebelum tanggal pengajuan permohonan PLJP.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “30 (tiga puluh) hari kalender
terakhir” adalah 30 (tiga puluh) hari kalender sampai dengan
1 (satu) hari sebelum tanggal pengajuan permohonan PLJP.
Contoh:
Dalam hal Bank mengajukan PLJP pada tanggal 25 Juli
2017, perhitungan 30 (tiga puluh) hari kalender terakhir
Obligasi
Korporasi
dan/atau
Sukuk
Korporasi
aktif
diperdagangkan yaitu sejak tanggal 25 Juni 2017 sampai
dengan 24 Juli 2017.
Yang
dimaksud
dengan
“diperdagangkan”
adalah
diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia atau di luar bursa
(over the counter).
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
5
Pasal 8
Dalam hal terdapat perbedaaan informasi mengenai hal yang menjadi
persyaratan Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan yang disampaikan
oleh Bank dengan informasi yang dimiliki Bank Indonesia, maka yang
digunakan adalah informasi yang dimiliki Bank Indonesia.
Huruf a
Yang dimaksud dengan “kolektibilitas tergolong lancar”
adalah kualitas tergolong lancar sebagaimana dimaksud
dalam ketentuan yang mengatur mengenai penilaian kualitas
aset bank umum atau ketentuan yang mengatur mengenai
penilaian kualitas aset bank umum syariah dan unit usaha
syariah.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Nilai agunan yang digunakan yaitu nilai pasar berdasarkan
hasil penilai independen paling lama 2 (dua) tahun terakhir
sebelum tanggal permohonan PLJP.
Huruf d
Yang dimaksud dengan "pihak terkait" adalah pihak terkait
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan yang mengatur
mengenai batas maksimum pemberian kredit bank umum
atau batas maksimum penyaluran dana yang berlaku bagi
bank umum syariah dan unit usaha syariah.
Huruf e
Yang
dimaksud
dengan
“restrukturisasi”
adalah
restrukturisasi sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
yang mengatur mengenai penilaian kualitas aset bank umum
atau ketentuan yang mengatur mengenai penilaian kualitas
aset bank umum syariah dan unit usaha syariah.
Jangka waktu 3 (tiga) tahun terakhir dihitung sampai
dengan 1 (satu) hari sebelum tanggal permohonan PLJP.
Huruf f
Cukup jelas.
6
Huruf g
Batas maksimum pemberian kredit atau penyaluran dana
mengacu pada ketentuan yang mengatur mengenai batas
maksimum pemberian kredit.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Yang dimaksud dengan ”kantor akuntan publik” adalah
kantor akuntan publik yang telah tercantum dalam daftar
kantor akuntan publik yang diakui oleh OJK.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
7
Huruf d
Untuk saat ini, lembaga yang melakukan penilaian harga
efek yang diakui OJK yaitu Penilai Harga Efek Indonesia
(Indonesia Bond Pricing Agency).
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Penyampaian tembusan laporan daftar Aset Kredit dan/atau Aset
Pembiayaan kepada OJK dilakukan sesuai dengan mekanisme
yang ditetapkan Bank Indonesia dan OJK.
Ayat (4)
Apabila tanggal batas waktu penerimaan laporan daftar Aset
Kredit dan/atau Aset Pembiayaan jatuh pada hari Sabtu, hari
Minggu, atau hari libur maka batas waktu penyampaian yaitu
hari kerja berikutnya.
Koreksi laporan dilakukan dengan menyampaikan laporan daftar
Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan yang telah dikoreksi
secara keseluruhan.
Ayat (5)
Contoh:
Bank tidak menyampaikan laporan berkala daftar Aset Kredit
dan/atau Aset Pembiayaan posisi Juni 2017 sampai melewati
batas waktu pelaporan tanggal 15 Juli 2017.
Dalam hal ini, Bank tidak dapat mengajukan permohonan PLJP
dengan agunan berupa Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan
sampai dengan tanggal 15 Januari 2018. Namun demikian, Bank
8
tetap dapat mengajukan PLJP dengan agunan berupa surat
berharga yang memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam
Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini.
Ayat (6)
Apabila tanggal batas waktu penerimaan laporan daftar Aset
Kredit dan/atau Aset Pembiayaan jatuh pada hari Sabtu, hari
Minggu, atau hari libur maka batas waktu penyampaian yaitu
hari kerja berikutnya.
Bank yang tidak menyampaikan laporan berkala daftar Aset
Kredit dan/atau Aset Pembiayaan maka tidak dapat melakukan
pembaruan laporan untuk posisi laporan yang tidak disampaikan
dimaksud.
Pasal 15
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Untuk keamanan penyampaian laporan, Bank memastikan
antara lain bahwa laporan dilakukan oleh petugas Bank yang
berwenang dan data yang disampaikan bebas dari virus.
Ayat (3)
Lampiran dalam bentuk softcopy dapat disampaikan melalui
media perekam data elektronik antara lain compact disk atau
flash disk.
Surat yang disampaikan Bank antara lain memuat penjelasan
mengenai alasan Bank tidak berhasil melakukan pengiriman
laporan daftar Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan melalui
sarana yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Format laporan daftar Aset Kredit dan/atau Aset Pembiayaan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III diunduh dari situs
web Bank Indonesia.
Ayat (6)
Cukup jelas.
9
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Yang dimaksud dengan “dokumen pendukung” antara lain perjanjian
kredit dan/atau akad pembiayaan antara Bank dengan debitur atau
nasabah, bukti pengikatan agunan, bukti kepemilikan atas aset yang
menjadi agunan kredit dan/atau pembiayaan Bank, laporan keuangan
debitur atau nasabah Bank, dan dokumen pendukung lainnya.
Pasal 18
Ayat (1)
Dalam hal terdapat aset berupa SBIS, SBSN, dan/atau Sukuk
Korporasi yang dicatat dalam pembukuan UUS dari Bank yang
akan digunakan sebagai agunan PLJP maka Bank menambahkan
keterangan dalam surat permohonan PLJP mengenai penggunaan
aset tersebut untuk kepentingan PLJP dari Bank.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “yang berwenang” adalah direksi dan
dewan komisaris yang berwenang sesuai dengan anggaran dasar
atau anggaran rumah tangga Bank.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 19
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
10
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Surat persetujuan disampaikan apabila diatur dalam anggaran
dasar atau anggaran rumah tangga Bank dan/atau ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Bukti kepemilikan antara lain berupa print out rekening surat
berharga di BI-SSSS di Bank Indonesia dan/atau the central
depository and book entry settlement system (C-BEST) di KSEI.
Huruf h
Cukup jelas.
Pasal 20
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Tanggal aktivasi pemberian PLJP akan disampaikan oleh Bank
Indonesia
melalui
surat
yang
merupakan
bagian
tidak
terpisahkan dari perjanjian pemberian PLJP.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 21
Ayat (1)
Koordinasi antara Bank Indonesia dan OJK dilakukan dalam
rangka melaksanakan ketentuan yang diatur dalam UndangUndang yang mengatur mengenai pencegahan dan penanganan
krisis sistem keuangan.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Dalam melaksanakan penilaian bersama mengenai
pemenuhan persyaratan agunan, Bank Indonesia dan
11
OJK dapat melakukan pemeriksaan terhadap Bank
antara lain terhadap sistem informasi terkait.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 22
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Dokumen
yang
terkait
dengan
agunan
PLJP
yang
disampaikan Bank hanya untuk agunan PLJP sebagaimana
tercantum dalam surat persetujuan Bank Indonesia.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Cukup jelas.
Ayat (10)
Cukup jelas.
12
Pasal 23
Huruf a
Pengagunan
surat
berharga
milik
Bank
yang
sedang
ditransaksikan dengan pihak lain dilakukan segera setelah
transaksi dengan pihak lain tersebut jatuh waktu.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Pasal 24
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “pihak ketiga” antara lain kantor akuntan
publik yang tercantum dalam daftar kantor akuntan publik yang
diakui oleh OJK.
Perjanjian
atau
kontrak
penunjukan
pihak
ketiga
yang
ditandatangani oleh Bank dan pihak ketiga memuat klausul
bahwa pekerjaan pihak ketiga dilakukan untuk kepentingan
Bank Indonesia dan hasil pekerjaan diserahkan kepada Bank
Indonesia.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
13
Ayat (3)
Penyampaian
tambahan
agunan
memperhatikan
prioritas
agunan PLJP berupa surat berharga yang memenuhi syarat
untuk diagunkan terlebih dahulu sebelum Aset Kredit dan/atau
Aset Pembiayaan.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Dokumen pendukung lainnya dapat berupa perjanjian pinjam
meminjam jika dana berstatus dana pinjaman.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Cukup jelas.
Pasal 27
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pihak Bank yang berwenang yaitu direksi dan/atau dewan
komisaris Bank yang memiliki kewenangan mewakili Bank sesuai
anggaran dasar atau anggaran rumah tangga Bank.
Ayat (3)
Dalam hal pengikatan agunan lain dilakukan tidak bersamaan
dengan pengikatan agunan PLJP maka Bank menyampaikan
surat pernyataan atau surat kuasa untuk melakukan pengikatan
agunan lain dari pemilik agunan lain.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
14
Pasal 29
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Informasi bahwa Bank tidak lagi memenuhi persyaratan antara
lain diperoleh dari OJK dan/atau hasil verifikasi dan/atau
penilaian bersama oleh Bank Indonesia dan OJK terhadap
agunan PLJP.
Pasal 30
Ayat (1)
Tanggal
aktivasi
pemberian
PLJP
menunjukkan
tanggal
dimulainya periode PLJP.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “surat sanggup bayar (promissory
note)” adalah surat yang memuat kesanggupan dari Bank
untuk membayar kepada Bank Indonesia atas pencairan
dana PLJP. Surat sanggup bayar tersebut tidak dapat
diperdagangkan di pasar uang.
Huruf b
Informasi dalam dokumen proyeksi arus kas termasuk
rencana penggunaan PLJP.
15
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "repurchase agreement rate" atau repo rate
adalah tingkat suku bunga lending facility sebagaimana dimaksud
dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai
operasi moneter.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Ayat (1)
Penggantian agunan PLJP dimaksudkan agar nilai aset agunan
PLJP secara keseluruhan dapat mencukupi plafon PLJP dengan
memperhatikan ketentuan perhitungan nilai agunan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Contoh permohonan pencairan pada saat Bank Indonesia memproses
penggantian agunan PLJP:
16
Plafon awal PLJP sebesar Rp500.000.000.000,00 (lima ratus miliar
rupiah).
Pada periode PLJP terdapat sejumlah agunan berupa Aset Kredit yang
mengalami
penurunan
kolektibilitas
sehingga
tidak
memenuhi
persyaratan sebagai agunan PLJP yang mengakibatkan nilai agunan
secara keseluruhan turun sehingga nilai agunan hanya mencukupi
untuk plafon PLJP sebesar Rp450.000.000.000,00 (empat ratus lima
puluh miliar rupiah).
Mengingat
nilai
agunan
tidak
lagi
mencukupi
plafon,
Bank
mengajukan penggantian agunan kepada Bank Indonesia agar agunan
dapat kembali mencukupi plafon.
Posisi baki debet PLJP saat ini sebesar Rp250.000.000.000,00 (dua
ratus lima puluh miliar rupiah).
Dengan baki debet tersebut maka masih terdapat sisa plafon sebesar
Rp450.000.000.000,00
–
Rp250.000.000.000,00
=
Rp200.000.000.000,00.
Oleh karena itu, selama Bank Indonesia memproses permintaan
penggantian agunan, Bank tetap dapat mengajukan pencairan PLJP
paling
banyak
sampai
dengan
baki
debet
PLJP
mencapai
Rp450.000.000.000,00 (empat ratus lima puluh miliar rupiah).
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “pembatasan pencairan” adalah Bank
hanya dapat mencairkan PLJP paling banyak sebesar kelonggaran
tarik yang didukung dengan kecukupan agunan.
Contoh pembatasan pencairan:
Contoh 1
Plafon awal PLJP sebesar Rp500.000.000.000,00 (lima ratus
miliar rupiah).
Nilai agunan secara keseluruhan turun sehingga nilai agunan
hanya
mencukupi
untuk
plafon
PLJP
sebesar
Rp450.000.000.000,00 (empat ratus lima puluh miliar rupiah).
17
Posisi baki debet PLJP saat ini sebesar Rp250.000.000.000,00
(dua ratus lima puluh miliar rupiah).
Dengan baki debet tersebut maka masih terdapat kelonggaran
tarik sebesar Rp450.000.000.000,00 – Rp250.000.000.000,00 =
Rp200.000.000.000,00.
Berdasarkan
kondisi
tersebut
maka
nilai
agunan
masih
mencukupi baki debet PLJP dan masih memiliki kelonggaran
tarik. Oleh karena itu, Bank Indonesia melakukan pembatasan
pencairan
PLJP
paling
banyak
sampai
dengan
Rp450.000.000.000,00 (empat ratus lima puluh miliar rupiah).
Contoh 2:
Plafon awal PLJP sebesar Rp500.000.000.000,00 (lima ratus
miliar rupiah).
Nilai agunan secara keseluruhan turun sehingga nilai agunan
hanya
mencukupi
untuk
plafon
PLJP
sebesar
Rp450.000.000.000,00 (empat ratus lima puluh miliar rupiah).
Posisi baki debet PLJP saat ini sebesar Rp475.000.000.000,00.
Berdasarkan kondisi tersebut maka nilai agunan saat ini sudah
tidak lagi mencukupi baki debet PLJP sehingga Bank tidak lagi
memiliki kelonggaran tarik. Oleh karena itu, Bank Indonesia tidak
dapat lagi melakukan pencairan PLJP.
Ayat (2)
Penggantian agunan PLJP dimaksudkan agar nilai aset agunan
PLJP secara keseluruhan dapat mencukupi plafon PLJP dengan
memperhatikan ketentuan perhitungan nilai agunan.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
18
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “yang berwenang” adalah direksi dan
dewan komisaris yang berwenang sesuai dengan anggaran dasar
atau anggaran rumah tangga Bank.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Bukti kepemilikan antara lain berupa print out rekening surat
berharga di BI-SSSS di Bank Indonesia dan/atau C-BEST di
KSEI.
Huruf e
Cukup jelas.
Pasal 41
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Contoh:
Bank A menandatangani perjanjian PLJP pada tanggal 3 Juli 2017
dengan periode PLJP 14 (empat belas) hari kalender. Aktivasi PLJP
19
dilakukan pada tanggal 10 Juli 2017 dan jatuh waktu pada
tanggal 24 Juli 2017.
Bank A mengajukan permohonan perpanjangan jangka waktu
PLJP selama 14 (empat belas) hari dari tanggal 24 Juli 2017
sampai dengan jatuh waktu tanggal 7 Agustus 2017. Akta
perubahan perjanjian pemberian PLJP ditandatangani pada
tanggal 24 Juli 2017.
Sehubungan terdapat agunan PLJP periode sebelumnya yang
tidak lagi memenuhi persyaratan, maka Bank mengajukan
tambahan agunan surat berharga berupa SBI, SUN, dan Obligasi
Korporasi dengan rincian sebagai berikut:
No Jenis Agunan
1
SBI,
Sisa Jangka
Persyaratan Sisa
Waktu
Jangka Waktu
(hari
Paling Singkat
kalender)
(hari kalender)
Status
SBIS, 120 hari
110-22 = 88 hari
Diterima
SDBI
2
SUN
100 hari
110-22 = 88 hari
Diterima
3
Obligasi
150 hari
180-22 = 158 hari
Tidak
Korporasi
atau
diterima
Sukuk
Korporasi
Keterangan:
Jangka
waktu mulai dari penandatanganan akta perjanjian
pemberian PLJP sampai dengan jatuh waktu PLJP berjalan = 22 hari
(dari 3 Juli 2017 sampai dengan 24 Juli 2017).
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 42
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
20
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Pelunasan bunga dilakukan mulai awal pembukaan Sistem
BI-RTGS sampai dengan awal periode pre-cut off Sistem BIRTGS.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Cukup jelas.
Ayat (10)
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
21
Pasal 45
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pihak Bank yang berwenang yaitu direksi dan/atau dewan
komisaris Bank yang memiliki kewenangan mewakili Bank sesuai
anggaran dasar atau anggaran rumah tangga Bank.
Ayat (3)
Dalam hal pengikatan agunan lain dilakukan tidak bersamaan
dengan pengikatan agunan PLJP maka Bank menyampaikan
surat pernyataan atau surat kuasa untuk melakukan pengikatan
agunan lain dari pemilik agunan lain.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Informasi bahwa Bank tidak lagi memenuhi persyaratan
antara lain diperoleh dari OJK dan/atau hasil verifikasi
dan/atau penilaian bersama oleh Bank Indonesia dan OJK
terhadap agunan PLJP.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 48
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
22
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan “yang berwenang” adalah direksi dan
dewan komisaris yang berwenang sesuai dengan anggaran dasar
atau anggaran rumah tangga Bank.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Contoh:
Bank A menandatangani perjanjian PLJP pada tanggal 3 Juli
2017 dengan periode PLJP 14 (empat belas) hari kalender.
Aktivasi PLJP dilakukan pada tanggal 10 Juli 2017 dan jatuh
waktu pada tanggal 24 Juli 2017.
Kemudian Bank A mengajukan permohonan perpanjangan
jangka waktu PLJP selama 14 (empat belas) hari dari tanggal
24 Juli 2017 sampai dengan jatuh waktu tanggal 7 Agustus
2017.
Akta
perubahan
perjanjian
pemberian
PLJP
ditandatangani pada tanggal 24 Juli 2017.
Sehubungan terdapat agunan PLJP periode sebelumnya
yang
tidak
lagi
memenuhi
persyaratan,
maka
Bank
mengajukan tambahan agunan surat berharga berupa SBI,
SUN, dan Obligasi Korporasi dengan rincian sebagai berikut:
23
Jenis
No
1
Agunan
SBI,
Sisa Jangka
Waktu (hari
kalender)
Persyaratan Sisa
Jangka Waktu
Paling Singkat
Status
(hari kalender)
SBIS, 120 hari
110-22 = 88 hari Diterima
SDBI
2
SUN
100 hari
110-22 = 88 hari Diterima
3
Obligasi
150 hari
180-22
Korporasi
hari
=
158 Tidak
diterima
atau Sukuk
Korporasi
Keterangan:
Jangka waktu mulai dari penandatanganan akta perjanjian pemberian
PLJP sampai dengan jatuh waktu PLJP berjalan = 22 hari (dari 3 Juli
2017 sampai dengan 24 Juli 2017).
Pasal 49
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Bukti kepemilikan antara lain berupa print out rekening surat
berharga pada BI-SSSS di Bank Indonesia dan/atau C-BEST di
KSEI.
Huruf e
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
24
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Pihak Bank yang berwenang yaitu direksi dan/atau dewan
komisaris Bank yang memiliki kewenangan mewakili Bank sesuai
anggaran dasar atau anggaran rumah tangga Bank.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Informasi bahwa Bank tidak lagi memenuhi persyaratan antara
lain diperoleh dari OJK dan/atau hasil verifikasi dan/atau
penilaian bersama oleh Bank Indonesia dan OJK terhadap
agunan PLJP.
25
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan “yang berwenang” adalah direksi dan
dewan komisaris yang berwenang sesuai dengan anggaran dasar
atau anggaran rumah tangga Bank.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Ayat (1)
Cukup jelas.
26
Ayat (2)
Contoh 1
Saldo giro Bank di akhir hari: Rp1.200.000.000,00 (satu miliar
dua ratus juta rupiah).
Kewajiban GWM: Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Kewajiban
GWM
+
10%
dari
kewajiban
GWM:
Rp1.100.000.000,00.
Posisi baki debet PLJP: Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
Kelebihan saldo di atas kewajiban GWM + 10% dari kewajiban
GWM:
Rp1.200.000.000,00
–
Rp1.100.000.000,00
=
Rp100.000.000,00.
Mengingat jumlah kelebihan saldo giro nilainya lebih rendah dari
posisi baki debet PLJP maka Bank Indonesia mendebit rekening
giro Bank paling tinggi sebesar posisi kelebihan saldo rekening
giro Bank yaitu Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Dengan pendebitan rekening giro tersebut maka posisi baki debet
PLJP
terkini:
Rp500.000.000,00
–
Rp100.000.000,00
=
Rp400.000.000,00.
Contoh 2
Saldo giro Bank di akhir hari: Rp1.800.000.000,00 (satu miliar
delapan ratus juta rupiah).
Kewajiban GWM: Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Kewajiban
GWM
+
10%
dari
kewajiban
GWM:
Rp1.100.000.000,00.
Posisi baki debet PLJP: Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
Kelebihan saldo di atas kewajiban GWM + 10% dari kewajiban
GWM:
Rp1.800.000.000,00
–
Rp1.100.000.000,00
=
Rp700.000.000,00.
Mengingat posisi baki debet PLJP nilainya lebih rendah dari
jumlah kelebihan saldo giro, maka Bank Indonesia mendebit
rekening giro Bank paling tinggi sebesar baki debet PLJP yaitu
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Dengan pendebitan rekening giro Bank tersebut maka posisi baki
debet PLJP terkini: Rp500.000.000,00 – Rp500.000.000,00 =
Rp0,00.
27
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 62
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Termasuk dalam biaya lain yaitu perkiraan atas biaya yang belum
timbul atau belum ditagihkan oleh pihak lain kepada Bank
Indonesia.
Contoh: biaya terkait dengan penatausahaan Obligasi Korporasi
dan Sukuk Korporasi di KSEI sebagai agunan PLJP.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Cukup jelas.
Pasal 63
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Pendebitan rekening giro Bank dalam rupiah di Bank Indonesia
dilakukan
dengan
mendahulukan
pelunasan
bunga
PLJP,
kemudian pembayaran pokok PLJP, dan selanjutnya biaya yang
harus dibayar Bank apabila ada.
28
Biaya yang harus dibayar Bank yaitu biaya yang timbul
sehubungan dengan proses PLJP yang belum dibayar atau
dilunasi oleh Bank.
Pelunasan kewajiban PLJP merupakan transaksi high priority
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang
mengatur mengenai penyelenggaraan setelmen dana seketika
melalui
Sistem
BI-RTGS,
dan
penyelesaiannya
dilakukan
mendahului penyelesaian transaksi lainnya.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Ayat (1)
Pelunasan kewajiban PLJP merupakan transaksi high priority
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang
mengatur mengenai penyelenggaraan setelmen dana seketika
melalui
Sistem
BI-RTGS,
dan
penyelesaiannya
dilakukan
mendahului penyelesaian transaksi lainnya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “kurs transaksi Bank Indonesia” adalah
kurs transaksi yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia.
Kurs yang digunakan yaitu kurs yang tersedia pada saat
transaksi.
29
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Pengumuman kepada pialang dilakukan melalui sarana
dealing system atau sarana lainnya.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Cukup jelas.
30
Huruf l
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “pihak lain” antara lain konsultan
keuangan dan kantor jasa penilai publik.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Persetujuan Bank Indonesia disertai dengan informasi rekening
yang ditetapkan untuk menerima hasil eksekusi agunan PLJP di
Bank Indonesia.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 71
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Bank Indonesia menginformasikan kelebihan hasil eksekusi
agunan yang telah dikreditkan ke rekening giro Bank dalam
rupiah di Bank Indonesia kepada Bank.
Ayat (3)
Bank
Indonesia
menginformasikan
kewajiban PLJP kepada Bank.
kekurangan
pelunasan
31
Pasal 72
Cukup jelas.
Pasal 73
Cukup jelas.
Pasal 74
Cukup jelas.
Pasal 75
Cukup jelas.
Pasal 76
Ayat (1)
Pengawasan dilakukan dalam rangka melaksanakan ketentuan
yang dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai
pencegahan dan penanganan krisis sistem keuangan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 77
Cukup jelas.
Pasal 78
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “kewajiban PLJP” adalah pokok atau baki
debet (outstanding) PLJP, bunga PLJP, dan biaya lainnya terkait
PLJP.
Larangan bagi Bank berlaku juga bagi UUS dari Bank penerima
PLJP.
Huruf a
Yang dimaksud dengan “penempatan dana” antara lain
penempatan dana pada pasar uang antar bank (PUAB),
pasar uang antar bank berdasarkan prinsip syariah
(PUAS), dan pembelian surat berharga.
32
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 79
Operasi moneter Bank Indonesia yang bersifat ekspansi antara lain
transaksi repurchase agreement (repo) dalam rangka operasi pasar
terbuka dan transaksi lending facility dalam rangka standing facilities.
Pembatasan keikutsertaan bagi Bank hanya dalam operasi moneter
Bank Indonesia yang bersifat ekspansi berlaku juga bagi UUS dari
Bank dalam operasi moneter syariah.
Pasal 80
Cukup jelas.
Pasal 81
Cukup jelas.
Pasal 82
Cukup jelas.
Pasal 83
Cukup jelas.
Pasal 84
Cukup jelas.
Pasal 85
Cukup jelas.
Download