BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data

advertisement
3
BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1
Sumber Data
Data-data untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari sumber
sebagai berikut:
- Pencarian data literatur melalui buku, artikel, dan website yang berhubungan
dengan pembahasan materi
- Wawancara dengan narasumber dari pihak terkait
- Questionare kepada target audience
Adapun sumber data yang Penulis gunakan untuk isi buku adalah:
Gambar 2.1
Judul
Penulis
Penerbit
Distributor
2.1.1
: Wajah Cantik nan Misterius Borobudur dan Prambanan
Cetakan Pertama, September 2010
: Rusdi
: Flashbooks
Sampangan Gg. Perkutut No.325-B
Jl. Wonosarti, Baturetno
Banguntapan Jogjakarta
: Buku Kita
Jl. Kelapa Hijau No.22 RT. 006 / 03
Jagakarsa, Jakarta Selatan 12620
Daftar Isi
Kata Pengantar
Petunjuk Augmented Reality
Pendahuluan
Cikal Bakal Borobudur
3
4
Pengertian Kata Candi
BAB 1 Sejarah Candi Borobudur
1.1
Berdirinya Candi Borobudur
1.2
Penemuan dan Pemugaran
BAB 2 Struktur dan Filosofi
2.1
Struktur Bangunan
2.2
Patung Budha
2.3
Relief
2.4
Stupa Candi
2.5
Augmented Reality
2.5.1 Candi Borobudur
2.5.2 Patung Buddha
2.5.3 Relief Jataka
2.5.4 Stupa Teras
2.5.6 Film Candi Borobudur
BAB 3 Sejarah Dinasti Syailendra
3.1
Asal Usul Dinasti Syailendra
3.2
Syailendra dan Kerajaan Mataram Kuno
BAB 4 Sejarah Samaratungga
4.1
Kisah Raja Samaratungga
2.1.2
Sinopsis Buku
Kebesaran dari Kerajaan Mataram Kuno yang berpusat di Jawa
Tengah ini tidak terlepas dari keterlibatan dua, wangsa (keluarga) yang
sama-sama pernah memerintah di dalamnya. Kedua wangsa tersebut tidak
lain adalah Wangsa Sanjaya dan Wangsa Syailendra. Dua dinasti inilah
yang telah banyak menorehkan catatan sejarah berikut dengan bukti
peradabannya yang sampai saat ini masih bisa disaksikan oleh
masyarakat. Wangsa Sanjaya merupakan wangsa yang melatarbelakangi
berdirinya Candi Pram¬banan yang anggun. Sementara Wangsa
Syailendra merupa kan sebuah dinasti yang melahirkan kemegahan
bangunan Candi Borobudur.
Indonesia termasuk negara yang memiliki banyak sekali koleksi
candi-candi yang tersebar hampir di seluruh pulau Jawa. Namun, dari
sekian banyak candi itu, tampaknya Candi Borobudurlah yang merupakan
candi terbesar di antara beberapa candi-candi lainnya. Candi yang terletak
di Kota Magelang, Jawa Tengah ini, selain dijadikan objek wisata yang
ramai dikunjungi oleh para wisatawan, baik domestik maupun asing, juga
menjadi pusat ibadah bagi penganut agama Buddha di Indonesia,
khususnya pada setiap perayaan Waisak.
Meskipun sudah banyak kalangan yang mencoba menggali data-data
sejarah mengenai Candi Borobudur, namun keberadaan candi itu masih
tetap menyisakan misteri yang belum berhasil diungkap dengan jelas.
Salah satu misteri Candi Borobudur yang masih tersisa di antaranya
5
adalah mengenai susunan batu, cara mengangkut batu dari daerah asal
sampai ke tempat tujuan, apakah batu-batu itu sudah dalam ukuran yang
dikehendaki atau masih berupa bentuk asli batu gunung, berapa lama
proses pemotongan batu-batu itu sampai pada ukuran yang dikehendaki,
bagaimana cara menaikkan batu-batu itu dari dasar halaman candi sampai
ke puncak, alas derek apakah yang digunakan untuk melakukan itu semua
dan masih banyak lagi misteri lain yang belum terpecahkan.
2.1.3
Pengertian Candi
Candi adalah istilah dalam Bahasa Indonesia yang merujuk
kepada sebuah bangunan tempat ibadah dari peninggalan masa lampau
yang berasal dari peradaban Hindu-Buddha. Digunakan sebagai tempat
pemujaan dewa-dewa ataupun memuliakan buddha. Akan tetapi, istilah
'candi' tidak hanya digunakan oleh masyarakat untuk menyebut tempat
ibadah saja, banyak situs-situs purbakala non-religius dari masa HinduBuddha atau klasik Indonesia, baik sebagai istana (kraton), pemandian
(petirtaan), gapura, dan sebagainya, juga disebut dengan istilah candi.
"Antara abad ke-7 dan ke-15 masehi, ratusan bangunan
keagamaan dibangun dari bahan bata merah atau batu andesit di pulau
Jawa, Sumatera, dan Bali. Bangunan ini disebut candi. Istilah ini juga
merujuk kepada berbagai bangunan pra-Islam termasuk gerbang, dan
bahkan pemandian, akan tetapi manifestasi utamanya tetap adalah
bangunan suci keagamaan." (Soekmono, R. "Candi : Symbol of the
Universe")
Selain itu candi pula berfungsi sebagai:
• Candi Stupa: didirikan sebagai lambang Budha, contoh: candi
Borobudur
• Candi Pintu Gerbang: didirikan sebagai gapura atau pintu masuk,
contoh: candi Bajang Ratu
• Candi Balai Kambang / Tirta: didirikan didekat / di tengah kolam,
contoh: candi Belahan dan candi Tikus
• Candi Pertapaan: didirikan di lereng – lereng tempat Raja bertapa,
contoh: candi Jalatunda
• Candi Wihara: didirikan untuk tempat para pendeta bersemedhi,
contoh: candi Sari dan Plaosan
Struktur bangunan candi terdiri dari 3 bagian:
• Kaki candi adalah bagian dasar sekaligus membentuk denahnya
(berbentuk segi empat, ujur sangkar atau segi 20)
• Tubuh candi. Terdapat kamar–kamar tempat arca atau patung
• Atap candi: berbentuk limasan, bermahkota stupa, lingga, ratna atau
wajra
6
Ada dua system dalam pengelempokan atau tata letak kompleks candi,
yaitu:
• Sistem Konsentris (hasil pengaruh dari India) yaitu posisi candi
induk berada di tengah–tengah anak–anak candi (candi perwara),
contohnya kelompok candi Prambanan
• System Berurutan (hasil kreasi asli Indonesia) yaitu posisi candi
induk berada di belakang anak–anak candi, contohnya candi
Penataran
Suatu candi di masa lampau biasanya berfungsi dan digunakan
masyarakat dari latar belakang agamanya, yaitu Hindu-Saiwa, Budha
Mahayana, Siwa Buddha dan Rsi.
Bangunan candi terbagi menjadi:
1.
Candi Kerajaan, yaitu yang digunakan oleh seluruh warga
kerajaan. Contoh: C.Borobudur, C.Prambanan, C.Sewu, C.Plaosan
(Jawa Tengah), C.Panataran di Jawa Timur.
2.
Candi Wanua/watak,yaitu candi yang digunakan oleh seluruh
masyarakat pada daerah tertentu pada suatu kerajaan. Contoh:candi
yang berasal dari masa Majapahit,C.Sanggrahandi (Tulung Agung,
Jawa Tengah), C.Gebang (Yogya),C.Pringapus (tulung Agung,
Jawa Tengah).
3.
Candi pribadi, yaitu candi yang digunakan untuk mendharmakan
seorang tokoh. Contoh: C.Kidal (pendharmaan Anusapati,raja
Singhasari), C.Jajaghu (Pendharmaan Wisnuwardhana,raja
Singhasari), C.Ngrimbi (pendharmaan Tribuanatunggadewi, ibu
Hayam Wuruk),C. Tegawangi (pendharmaan Bhre Matahun), dan
C. Surawana (pendharmaan Bhre Wengker).
2.1.4
Candi Borobudur
Gambar 2.2
Candi Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak
di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi adalah kurang lebih
100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut
Yogyakarta. Candi ini didirikan oleh para penganut agama Buddha
7
Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa
Syailendra.
Banyak teori yang berusaha menjelaskan nama candi ini. Salah
satunya menyatakan bahwa nama ini kemungkinan berasal dari kata
Sambharabhudhara, yaitu artinya "gunung" (bhudara) di mana di lerenglerengnya terletak teras-teras. Selain itu terdapat beberapa etimologi
rakyat lainnya. Misalkan kata borobudur berasal dari ucapan "para
Buddha" yang karena pergeseran bunyi menjadi borobudur. Penjelasan
lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara" dan "beduhur".
Kata bara konon berasal dari kata vihara, sementara ada pula penjelasan
lain di mana bara berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya kompleks
candi atau biara dan beduhur artinya ialah "tinggi", atau mengingatkan
dalam bahasa Bali yang berarti "di atas". Jadi maksudnya ialah sebuah
biara atau asrama yang berada di tanah tinggi.
Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya untuk
mendapatkan gelar doktor pada 1950 berpendapat bahwa Borobudur
adalah tempat pemujaan. Berdasarkan prasasti Karangtengah dan
Kahulunan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur adalah raja
Mataram dari wangsa Syailendra bernama Samaratungga, yang
melakukan pembangunan sekitar tahun 824 M. Bangunan raksasa itu baru
dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani.
Pembangunan Borobudur diperkirakan memakan waktu setengah abad.
Dalam prasasti Karangtengah pula disebutkan mengenai penganugerahan
tanah sima (tanah bebas pajak) oleh Çr
ī Kahulunan (Pramudawardhani)
untuk memelihara Kamūlān yang disebut Bhūmisambhāra. Istilah
Kamūlān sendiri berasal dari kata mula yang berarti tempat asal muasal,
bangunan suci untuk memuliakan leluhur, kemungkinan leluhur dari
wangsa Sailendra. Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi Sambhāra
Bhudhāra dalam bahasa sansekerta yang berarti "Bukit himpunan
kebajikan sepuluh tingkatan boddhisattwa", adalah nama asli Borobudur.
2.1.4.1
Struktur Candi Borobudur
Candi Borobudur memiliki struktur dasar punden
berundak, dengan enam pelataran berbentuk bujur sangkar, tiga
pelataran berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama
sebagai puncaknya. Selain itu tersebar di semua pelatarannya
beberapa stupa. Sepuluh pelataran yang dimiliki Borobudur
menggambarkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana.
Bagaikan sebuah kitab, Borobudur menggambarkan sepuluh
tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai
kesempurnaan menjadi Buddha.
Bagian kaki Borobudur melambangkan Kamadhatu, yaitu
dunia yang masih dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah".
Bagian ini sebagian besar tertutup tumpukan batu yang diduga
8
dibuat untuk memperkuat konstruksi candi. Pada bagian yang
tertutup struktur tambahan ini terdapat 120 panel cerita
Kammawibhangga. Sebagian kecil struktur tambahan itu
disisihkan sehingga orang dapat melihat relief pada bagian ini.
Empat lantai dengan dinding berelief di atasnya oleh para
ahli dinamakan Rupadhatu. Lantainya berbentuk persegi.
Rupadhatu adalah dunia yang sudah dapat membebaskan diri
dari nafsu, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk. Tingkatan
ini melambangkan alam antara yakni, antara alam bawah dan
alam atas. Pada bagian Rupadhatu ini patung-patung Buddha
terdapat pada ceruk-ceruk dinding di ballustrade atau selasar.
Mulai lantai kelima hingga ketujuh dindingnya tidak
berelief. Tingkatan ini dinamakan Arupadhatu (yang berarti
tidak berupa atau tidak berwujud). Denah lantai berbentuk
lingkaran. Tingkatan ini melambangkan alam atas, di mana
manusia sudah bebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk
dan rupa, namun belum mencapai nirwana. Patung-patung
Buddha ditempatkan di dalam stupa yang ditutup berlubanglubang seperti dalam kurungan. Dari luar patung-patung itu
masih tampak samar-samar.
Tingkatan tertinggi yang menggambarkan ketiadaan wujud
dilambangkan berupa stupa yang terbesar dan tertinggi. Stupa
digambarkan polos tanpa lubang-lubang. Di dalam stupa
terbesar ini pernah ditemukan patung Buddha yang tidak
sempurna atau disebut juga unfinished Buddha, yang
disalahsangkakan sebagai patung Adibuddha, padahal melalui
penelitian lebih lanjut tidak pernah ada patung pada stupa
utama, patung yang tidak selesai itu merupakan kesalahan
pemahatnya pada zaman dahulu. menurut kepercayaan patung
yang salah dalam proses pembuatannya memang tidak boleh
dirusak. Penggalian arkeologi yang dilakukan di halaman candi
ini menemukan banyak patung seperti ini.
Di masa lalu, beberapa patung Buddha bersama dengan 30
batu dengan relief, dua patung singa, beberapa batu berbentuk
kala, tangga dan gerbang dikirimkan kepada Raja Thailand,
Chulalongkorn yang mengunjungi Hindia Belanda (kini
Indonesia) pada tahun 1896 sebagai hadiah dari pemerintah
Hindia Belanda ketika itu.
Borobudur tidak memiliki ruang-ruang pemujaan seperti
candi-candi lain. Yang ada ialah lorong-lorong panjang yang
merupakan jalan sempit. Lorong-lorong dibatasi dinding
mengelilingi candi tingkat demi tingkat. Di lorong-lorong inilah
umat Buddha diperkirakan melakukan upacara berjalan kaki
mengelilingi candi ke arah kanan. Bentuk bangunan tanpa
ruangan dan struktur bertingkat-tingkat ini diduga merupakan
9
perkembangan dari bentuk punden berundak, yang merupakan
bentuk arsitektur asli dari masa prasejarah Indonesia.
Struktur Borobudur bila dilihat dari atas membentuk
struktur Mandala. Struktur Borobudur tidak memakai semen
sama sekali, melainkan sistem interlock yaitu seperti balokbalok Lego yang bisa menempel tanpa lem.
2.1.4.2
Relief Candi Borobudur
Di setiap tingkatan dipahat relief-relief pada dinding
candi. Relief tersebut dibaca sesuai arah jarum jam atau disebut
mapradaksina dalam bahasa Jawa Kuna yang berasal dari
bahasa Sansekerta daksina yang artinya ialah timur. Isi cerita
relief tersebut bermacam-macam,mengenai cerita jātaka.
Pembacaan cerita-cerita relief ini senantiasa dimulai, dan
berakhir pada pintu gerbang sisi timur di setiap tingkatnya,
mulainya di sebelah kiri dan berakhir di sebelah kanan pintu
gerbang itu. Maka secara nyata bahwa sebelah timur adalah
tangga naik yang sesungguhnya (utama) dan menuju puncak
candi, artinya bahwa candi menghadap ke timur walau sisi-sisi
serupa lainnya benar.
2.1.4.3
Arca Buddha
Selain wujud buddha dalam kosmologi buddhis yang
terukir di dinding, di Borobudur terdapat banyak arca buddha
duduk bersila dalam posisi lotus serta menampilkan mudra atau
sikap tangan simbolis tertentu.
Patung buddha dalam relung-relung di tingkat Rupadhatu,
diatur berdasarkan barisan di sisi luar pagar langkan. Jumlahnya
semakin berkurang pada sisi atasnya. Barisan pagar langkan
pertama terdiri dari 104 relung, baris kedua 104 relung, baris
ketiga 88 relung , baris keempat 72 relung, dan baris kelima 64
relung. Jumlah total terdapat 432 arca Buddha di tingkat
Rupadhatu. Pada bagian Arupadhatu (tiga pelataran melingkar),
arca Buddha diletakkan di dalam stupa-stupa berterawang
(berlubang). Pada pelataran melingkar pertama terdapat 32
stupa, pelataran kedua 24 stupa, dan pelataran ketiga terdapat 16
stupa, semuanya total 72 stupa. Dari jumlah asli sebanyak 504
arca Buddha, lebih dari 300 telah rusak (kebanyakan tanpa
kepala) dan 43 hilang (sejak penemuan monumen ini, kepala
buddha sering dicuri sebagai barang koleksi, kebanyakan oleh
museum luar negeri).
Secara sepintas semua arca buddha ini terlihat serupa,
akan tetapi terdapat perbedaan halus diantaranya, yaitu pada
mudra atau posisi sikap tangan. Terdapat lima golongan mudra:
Utara, Timur, Selatan, Barat, dan Tengah, kesemuanya
10
berdasarkan lima arah utama kompas menurut ajaran Mahayana.
Keempat pagar langkan memiliki empat mudra: Utara, Timur,
Selatan, dan Barat, dimana masing-masing arca buddha yang
menghadap arah tersebut menampilkan mudra yang khas. Arca
Buddha pada pagar langkan kelima dan arca buddha di dalam
72 stupa berterawang di pelataran atas menampilkan mudra:
Tengah atau Pusat. Masing-masing mudra melambangkan lima
Dhyani Buddha; masing-masing dengan makna simbolisnya
tersendiri.
2.1.5 Tahap Pembangunan Candi Borobudur
1. Tahap pertama
Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui pasti (diperkirakan antara
750 dan 850 M). Pada awalnya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya
dirancang sebagai piramida berundak. tetapi kemudian diubah. Sebagai
bukti ada tata susun yang dibongkar.
2. Tahap kedua
Pondasi Borobudur diperlebar, ditambah dengan dua undak persegi dan
satu undak lingkaran yang langsung diberikan stupa induk besar.
3. Tahap ketiga
Undak atas lingkaran dengan stupa induk besar dibongkar dan dihilangkan
dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa dibangun pada puncak
undak-undak ini dengan satu stupa besar di tengahnya.
4. Tahap keempat
Ada perubahan kecil seperti pembuatan relief perubahan tangga dan
lengkung atas pintu.
2.2
PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Rawa Boko
PT Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan, Ratu Boko adalah badan
yang dipercayakan untuk perawatan Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko.
Situs ini bertujuan untuk menjadi sumber daya berguna bagi mereka yang ingin
mencari tahu tentang situs tersebut, dan juga untuk menghargai budaya lokal
Jawa Tengah.
Kantor Pusat
Jalan Raya Jogya - Solo Km 16 Prambanan
Sleman, Yogyakarta 55571, Indonesia
Phone +62 274 496 402
Fax +62 274 496 404
[email protected]
11
Kantor Perwakilan
Menara Batavia 25th Floor,
Jl. K.H. Mas Mansyur Kav 126
Jakarta 10220, Indonesia
Phone : +62 21 5793 0331
Fax : +62 21 5793 0330
Email : [email protected]
2.3
Kompetitor
Gambar 2.3
2.3.1
Kompetitor Langsung
Kompetitor langsung dianalisa berdasarkan bidang buku yang
serupa yaitu mengenai Sejarah dan Budaya dan biasanya diletakkan
bersebelahan langsung dengan buku ini, yaitu buku berjudul Ramayana,
Airlangga, Diponegoro, Gajah Mada, Lawang Sewu, Bali, Ajisaka, Dan
Torch Mar, Borobudur Golden Tales of The Buddhas, Klenteng Klenteng
Kuno di Indonesia.
2.3.1
Kompetitor Tidak Langsung
Kompetitor tidak langsung dianalsia berdasarkan bidang dan yang
memiliki target market serupa. Yang tergolong kompetitor tidak langsung
adalah buku-buku yang dijual di toko buku yang sama, walaupun bidang
12
bahasannya berbeda hal ini tentunya dapat mempengaruhi konsumen
untuk tidak membeli buku ini. Seperti misalnya majalah serta buku lain
yang tampak lebih menarik.
Selain itu e-book juga menjadi salah satu kompetitor tidak
langsung, karena kebanyakan orang sekarang ini lebih memilih sesuatu
yang praktis dan baru, ketimbang repot membawa banyak buku akan
lebih efektif dan praktis bila membawanya dalam bentuk data. Dan ebook ini pun sudah banyak yang diperjual belikan lewat website tertentu,
dan tentunya dengan hal tersebut orang-orang cukup mengaksesnya lewat
internet tanpa perlu pergi ke toko buku. Padahal di lain sisi, buku ini
hanya ada di toko buku dan tidak menggunakan promosi.
2.4
Target Konsumen
Gambar 2.4
2.4.1
Target Primer
Demografi
- Pria
- Cakupan umur 22-27 tahun
- Status ekonomi sosial B hingga A
- Penghasilan 5-10 juta rupiah per bulan
Geografi
- Tinggal di daerah perkotaan
Psikografi
a. Personality
- Mandiri
- Mengutamakan logika
13
-
Cenderung memilih yang serba cepat
Menyukai hal-hal baru
Tidak nyaman dengan aturan yang mengekang
b. Behaviour
- Bergaya hidup instan, praktis, serba cepat
- Suka bepergian ke tempat wisata
- Lebih memilih makanan cepat saji
- Memperhatikan perkembangan teknologi gadget
- Menggunakan internet sebagai salah satu alat komunikasinya
c. Lifestyle
- Suka menonton acara televisi Indonesia
- Memilih motor trendy seperti Honda Vario atau city car Honda
Jazz
- Membeli buku di Gramedia atau Times
- Berolahraga di gym
2.4.2
Target Sekunder
Demografi
- Pria dan wanita
- Cakupan umur 27 - 35 tahun
- Status ekonomi sosial B hingga A
- Penghasilan 5-15 juta rupiah per bulan
Geografi
- Tinggal di daerah perkotaan/ perumahan di mana akses ke segala area
mudah
Psikografi
a. Personality
- Suka bersosialisasi
- Tertarik terhadap perkembangan teknologi
- Tidak suka menyia-nyiakan waktu
b. Behaviour
- membicarakan hal-hal umum
- menyukai sejarah dan budaya
- suka berkumpul dengan kerabat atau teman
- Menggunakan internet sebagai salah satu alat komunikasinya
c. Lifestyle
- Suka menonton acara televisi Indonesia
- Memilih mobil keluarga seperti Toyota Avanza atau Innova
- Menyukai sesuatu yang khas
14
2.5
Analisa Buku Interaktif Candi Borobudur
2.5.1
Strenght
- Tema tentang Candi Borobudur sudah cukup familiar di masyarakat
2.5.2
Weakness
- Terlalu banyak informasi yang ingin dimasukkan dalam bentuk teks
- Belum menggunakan layout dan sistem grid yang baik
2.5.3
Opportunities
- Belum ada buku sejenis yang interaktif, biasanya hanya berupa text
book saja
2.5.3
Threats
- Pandangan orang-orang bahwa membaca buku sejarah dan budaya itu
membosankan
Download