acara i simulasi pengenalan beberapa unsur

advertisement
ACARA I
SIMULASI PENGENALAN BEBERAPA UNSUR
INTERPRETASI
Oleh:
Nama Mahasiswa
: Titin Lichwatin
NIM
: 140722601700
Mata Kuliah
: Praktikum Penginderaan Jauh
Dosen Pengampu
: Alfi Nur Rusydi, S.Si., M.Sc
UNIVERITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDY ILMU GEOGRAFI
2014
ACARA I
SIMULASI PENGENALAN BEBERAPA UNSUR INTERPRETASI
I. Tujuan
1. Memperkenalkan beberapa unsur intepretasi melalui simulasi, terutama
warna/rona, tekstur, dan pola.
II. Alat dan Bahan
Bahan:
1. Perlengkapan simulasi
2. Tabel isian
3. Alat tulis
III. Dasar Teori
Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk mendapatkan data/informasi
dari objek atau fenomena tanpa melakukan kontak langsung dengan objek
tersebut. Dalam sistem penginderaan jauh (inderaja) terdapat 4 komponen
utama yaitu: (1) sumber energi, (2) interaksi energi dengan atmosfer, (3)
sensor sebagai alat mendeteksi informasi dan (4) objek yang menjadi sasaran
pengamatan.
A. Komponen Penginderaan Jauh
1. Sumber Tenaga
Sumber tenaga dalam proses inderaja terdiri atas :
1) Sistem pasif adalah sistem yang menggunakan sinar matahari
2) Sistem aktif adalah sistem yang menggunakan tenaga buatan
seperti
gelombang mikro
Jumlah tenaga yang diterima oleh obyek di setiap tempat berbeda-beda,
hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
1) Waktu penyinaran
Jumlah energi yang diterima oleh objek pada saat matahari tegak
lurus (siang hari) lebih besar daripada saat posisi miring (sore
hari). Makin banyak energi yang diterima objek, makin cerah
warna obyek tersebut.
2) Bentuk permukaan bumi
Permukaan bumi yang bertopografi halus dan memiliki warna
cerah pada permukaannya lebih banyak memantulkan sinar
matahari dibandingkan permukaan yang bertopografi kasar dan
berwarna gelap. Sehingga daerah bertopografi halus dan cerah
terlihat lebih terang dan jelas.
3) Keadaan cuaca
Kondisi cuaca pada saat pemotretan mempengaruhi kemampuan
sumber tenaga dalam memancarkan dan memantulkan. Atmosfer
2. Interaksi antara tenaga dan objek
Interaksi antara tenaga dan obyek dapat dilihat dari rona yang
dihasilkan oleh foto udara. Tiap-tiap obyek memiliki karakterisitik
yang berbeda dalam memantulkan atau memancarkan tenaga ke
sensor.
3. Sensor dan Wahana
1) Sensor
Merupakan alat pemantau yang dipasang pada wahana, baik
pesawat maupun satelit. Sensor dapat dibedakan menjadi dua :
a. Sensor fotografik, merekam obyek melalui proses kimiawi.
Sensor ini menghasilkan foto. Sensor yang dipasang pada
pesawat menghasilkan citra foto (foto udara), sensor yang
dipasang pada satelit menghasilkan citra satelit (foto
satelit)
b. Sensor elektronik, bekerja secara elektrik dalam bentuk
sinyal. Sinyal elektrik ini direkam dalam pada pita
magnetik yang kemudian dapat diproses menjadi data
visual atau data digital dengan menggunakan komputer.
Kemudian lebih dikenal dengan sebutan citra.
2) Wahana
Adalah kendaraan/media yang digunakan untuk membawa sensor
guna mendapatkan inderaja. Berdasarkan ketinggian persedaran
dan tempat pemantauannya di angkasa, wahana dapat dibedakan
menjadi tiga kelompok:
a. Pesawat terbang rendah sampai menengah yang ketinggian
peredarannya antara 1.000 – 9.000 meter di atas
permukaan bumi
b. Pesawat terbang tinggi, yaitu pesawat yang ketinggian
peredarannya lebih dari 18.000 meter di atas permukaan
bumi
c. Satelit, wahana yang peredarannya antara 400 km – 900
km di luar atmosfer bumi.
Unsur-unsur intepretasi dalam Penginderaan Jauh anatara lain:
1. Rona (tone)
: kecerahan relative obyek pada citra
2. Warna (color) : merah, hijau, biru, coklat, kekuningan
3. Bentuk (shape) : konfigurasi atau geris besar wujud obyek secara individual
4. Pola (pattern) : susunan keruangan obyek/pengulangan bentuk umum
suatu atau sekelompok obyek pada ruang.
5. Bayangan
: menegaskan bentuk obyek pada citra
6. Tekstur: ukuran frekuensi perubahan rona pada gambar obyek
7. Situs (site)
: penjelasan tentang lokasi obyek relative terhadap obyek
atau kenampakan lain yang mudah untuk dikenali dan
mudah dipandang dapat di jadikan dasar untuk mengenali
obyek yang dikaji.
IV. Cara Kerja
1. Latihan pengamatan rona dan warna, diberikan dua macam contoh warna
(versi 1 dan versi 2). Pada versi 1, terdapat gradasi warna hitam dari 3%,
10%, 20%, 30%, 100%. Pada baris berikutnya warna merah dengan
gradasi intensitas yang sama. Selang satu baris terlihat gradasi hijau
dengan intensitas yang sama pula; sedangkan di antara merah dan hijau
lihat kombinasi keduanya, yang membentuk warna kuning. Perhatikan
seterusnya dengan teks penjelasan di sebelah kanan.
2. Pada versi 2, lihat kombinasi warna yang berbeda, di mana setiap
kelompok matriks warna dibentuk oleh tiga macam hue yaitu intensitas
tertentu untuk merah (misalnya 0%).
3. Melakukan estimasi (memberikan perkiraan), berapa persen intesitas
warna merah, hijau, biru yang membentuk warna-warna itu.
4. Tentukan persentase merah, hijau, dan biru yang membentuk warna kotak
ke-13 pada setiap matriks
5. Melakukan hal yang sama pada setiap himpunan warna versi 5, di mana
kotak ke-13 pada setiap matriks memuat warna kemerahan.
6. Memberi kesimpulan dari hasil praktikum
V. Hasil Praktikum
5.1. Table 1
Gradasi warna; Estimasi persentase
No
Sampel Warna
Merah
Hijau
Biru
1.
0%
40%
60%
2.
90%
60%
0
3.
0%
0%
0%
4.
100%
90%
0%
5.
60%
60%
60%
6.
0%
40%
90%
7.
80%
0%
90%
8.
0%
0%
0%
9.
60%
80%
0%
10.
90%
0%
80%
11.
0%
0%
0%
12.
0%
60%
80%
13.
60%
60%
40%
14.
60%
0%
0%
5.2. Table II
Estimasi Persentase dengan Latar Belakang Versi 4
No.
Rona
Keterangan
1.
Gelap
2.
Agak Gelap
3.
Agak Terang
4.
Gelap
5.
Agak Terang
6.
Terang
5.3. Table III
Estimasi Persentase dengan Latar Belakang Versi V
No.
Rona
Keterangan
1.
Sangat Gelap
2.
Gelap
3.
Gelap
4.
Sangat Gelap
5.
Sangat Gelap
6.
Gelap
Estimasi persentase Warna
Gambar No.
Merah
Hijau
Biru
1
80%
0%
0%
2
100%
40%
40%
3
90 %
0%
60 %
4
90 %
0%
0%
5
100 %
40 %
0%
6
100 %
40 %
40 %
5.4. Table IV
Pengamatan Tekstur
No.
Tekstur
Keterangan
1.
Agak Halus
2.
Sedang
3.
Agak Halus
4.
Agak Halus
5.
Agak halus
6.
Kasar
7.
Kasar
8.
Kasar
9.
Sedang
10.
Kasar
11.
Kasar
12.
Kasar
5.5. Table V
Pola versi 1
No.
1.
Pola
Keterangan
Teratur, bergaris horizontal, putusputus
2.
Teratur, berbentuk seperti bata,
bergaris horizontal
3.
Teratur, berbentuk seperti papan
catur, rapat bergaris horizontal
4.
Teratur, bergelombang, bergaris
horizontal
5.
Tidak teratur, garis titik-titik tidak
beraturan
6.
Teratur, berbentuk bintik-bintik
seperti bola, rapat diagonal
7.
Teratur, bergaris diagonal
8.
Teratur, bergaris tipis membentuk
persegi panjang miring diagonal
9.
Teratur, berbentuk papan catur
diagonal
5.6. Table VI
Pola versi 3
No.
Pola
Keterangan
1.
Teratur
2.
Teratur
3.
Sangat Teratur
4.
Tidak Teratur
5.
Kurang Teratur
6.
Sangat Tidak Teratur
5.7. Table VII
Identifikasi Rona, Tekstur, dan Pola
No.
1.
Foto
Rona/Warna
Agak Cerah, Hijau
Kekuningan
Tekstur
Pola
Kasar
Tidak Teratur
2.
Gelap, merah
kehitaman
3.
Gelap, Merah
kehitaman
4.
Kasar
Tidak Teratur
Agak Halus
Tidak Teratur
Sangat Kasar
Tidak Teratur
Kasar
Tidak Teratur
Agak Halus
Tidak Teratur
Kasar
Tidak Teratur
Agak Halus
Tidak Teratur
Halus
Teratur
Halus
Teratur
Agak Halus
Teratur
Kasar
Tidak Teratur
Halus
Teratur
Agak Cerah,
merah, putih
kehitaman
5.
Gelap, merah
kehitaman
6.
Agak Gelap,
merah, kuning
kehitaman
7.
Agak Gelap, hijau,
kuning, putih
kehitaman
8.
Sangat Gelap,
hitam, kemerahan
9.
10.
Terang, merah
Sangat Gelap,
Hitam kebiruan
11.
Terang, biru
keputihan
12.
Cerah, hijau, putih
kekunungan
13.
Gelap, biru
kehitaman
VI. Pembahasan
6.1. Tabel 5.1 Gradasi Warna; Estimasi Persentase
Dalam percobaan gradasi warna berdasarkan estimasi
persentasi dapat dilihat bahwa dalam penginderaan jauh warna erat
kaitannya dengan rona suatu objek atau benda yang di intepretasi.
Warna merupakan wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan
spektrum sempit. Warna yang biasa di gunakan dalam penginderaan
jauh secara umum menggunakan warna RGB (Red, Green, Blue)
dengan komposisi prosentase 0%, 40%, 60%, 80%, 90%, dan 100%.
Setiap hue warna mempunyai 3 intensitas warna yaitu merah, hijau dan
biru
yang setiap warnanya mempumyai persentasi.
Dari percobaan gradasi warna pada table 5.1 dapat di ketahui
bahwa di dalam setiap pengkombinasian warna akan mengahasilkan
warna tertentu. Misalnya pada warna merah mempunyai intensitas
warna 0%, hijau 40% dan biru 60% maka akan mengahasilkan warna
biru yang agak cerah. Artinya dalam percobaan gradasi warna ini setiap
kombinasi warna yang muncul itu tergantung pada setiap persentase
warna penyusunnya.
6.2. Table 5.2 dan 5.3 Estimasi persentase dengan latar belakang Versi 4
dan Versi 5
Pada tebel hasil praktikum 5.2 dilakukan percobaan
identifikasi rona. Dimana kategori rona terdiri atas rona: agak cerah,
cerah, sangat cerah, agak gelap, gelap, dan sangat gelap. Dari
pengamatan percobaan rona ini dapat di simpulkan bahwa rona suatu
objek atau benda yang di intepretasi itu tergantung dari daerah yang ada
di sekitar objek tersebut. Misalnya warna yang terlihat itu hijau yang
sangat gelap bisa jadi sebenarnya warna hijau itu gelap. Dikarenakan
warna hijau dikatakan sangat gelap Karena warna yang ada di sekitar
hijau yang sangat gelap itu juga warna yang gelap. Jadi, dalam penentuan
rona suatu objek yang di intepretasi itu harus melihat daerah yang ada di
sekitarnya.
Dan setiap warna yang terbentuk dari rona tersebut di
persentasikan ke dalam komposisi 3 warna pembentuk yaitu merah,
kuning dan hijau. Sehingga dapat di ketahui nanti dari rona tersebut
warna penyusun dari rona tersebut terdiri dari komposisi warna apa saja.
6.3. Table 5.4 Pengamatan Tekstur Versi 2
Dalam percobaan hasil praktikum pada table 5.4 menentukan
tekstur suatu benda atau objek yang di intepretasi. Tekstur merupakan
sebuah frekuensi perubahan rona pada citra atau biasa di sebut sebagai
pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk di bedakan
secara individual. Pada hasil praktikum table 5.4 dapat di ketahui bahwa
tekstur dapat di katagorikan menjadi tekstur: kasar, halus, sedang, dan
agak halus. Penentuan tgekstur dalam penginderaan jauh itu tergantung
pada obyek atau benda yang di intepretasi. Dan hal itu tidak terlepas juga
dari rona atau warna dan juga bentuk dari obyeknya. Sehingga ketika
melakukan intepretasi kita dapat menentukan tekstur dari obyek tersebut.
6.4. Table 5.5 dan 5.6 Pengamatan Pola Versi 1 dan Versi 3
Pada percobaan hasil praktikum table 5.5 dan 5.6 yaitu
identifikasi pola suatu obyek intepretasi dikelompokkan menjadi dua
bagian yaitu pola yang tergolong tersier dan pola berdasarkan susunan
keruangan. Pada table hasil praktikum 5.5 merupakan gambaran pola
tersier. Dimana dalam pola tersier ini yang harus diidentifikasikan bukan
hanya pola saja, tetapi juga bentuk, ukuran dan juga tekstur yang
tebentuk dari obyek yang di intepretasi tersebut. Seperti pada gambar
berikut ini
pada gambar disamping dapat di identifikasikan
bahwa pola yang tebentuk adalah: Teratur,
bergaris tipis membentuk persegi panjang miring
diagonal.
Sedangkan pada table hasil praktikum 5.6 adalah identifikasi
pola berdasarkan susunan keruangan. Dimana dalam identifikasi ini, pola
di kelompokkan menjadi: teratur, agak teratur, sangat teratur, tidak
teratur, dan sangat tidak teratur. Artinya dalam pola ini menggambarkan
ciri obyek bentukan manusia dan beberapa obyek alamiah. Seperti
perumahan, perkebunan, dll. Sehingga dari bentukan yang di bentuk itu
nanti dapat diketahui pola apa yang terbentuk. Teratur atau kurang teratur
dan sebagainya.
Jadi, dalam percobaan pengamatan pola ini dapat di
simpulkan bahwa untuk menentukan pola suatu obyek yang akan di
intepretasi dapat menggunakan dua pola. Yaitu pola tersier dan pola
berdasarkan susunan keruangan. Tergantung dari kenampakan obyek
atau benda yang akan di intepretasi.
6.5. Table 5.7 Identifikasi Rona, Tekstur, dan Pola
Pada hasil praktikum table 5,7 disajikan potongan citra atau foto udara.
Di mana dalam percobaan mengidentifikaasikan semua unsur intepretasi
yang terbentuk dari potongan foto udara atau citra tersebut. Yaitu
rona/warna, pola, dan juga tekstur. Dalam percobaan ini suatu citra atau
foto udara dapat diintepretasi secara baik jika memenuhi unsur-unsur
intepretasi. Sehingga nanti akan dapat di ketahui obyek apa yang
diintepretasikan.
VII. Kesimpulan
1. Penginderaan jauh merupakan
data/informasi dari
ilmu dan seni untuk mendapatkan
objek atau fenomena tanpa melakukan kontak
langsung dengan objek tersebut.
2. Dalam melakukan Interpretasi Citra di butuhkan unsur-unsur interpretasi.
Seperti: rona/warna, bentuk, ukuran, tekstur, pola, bayangan, situs, dan
asosiasi.
3. Pada percobaan hasil praktikum pengamatan rona atau warna dapat di
simpulkan
bahwa
dalam
setiap
pengkombinasian
warna
akan
mengahasilkan warna tertentu. Misalnya pada warna merah mempunyai
intensitas warna 0%, hijau 40% dan biru 60% maka akan mengahasilkan
warna biru yang agak cerah. Artinya dalam percobaan gradasi warna ini
setiap kombinasi warna yang muncul itu tergantung pada setiap
persentase warna penyusunnya.
4. Penentuan tekstur dalam penginderaan jauh itu tergantung pada obyek
atau benda yang di intepretasi. Dan hal itu tidak terlepas juga dari rona
atau warna dan juga bentuk dari obyeknya.
5. Untuk menentukan pola suatu obyek yang akan di interpretasi dapat
menggunakan dua pola. Yaitu pola tersier dan pola berdasarkan susunan
keruangan. Tergantung dari kenampakan obyek atau benda yang akan di
intepretasi.
VIII. Tugas
A. Soal
1. Jelaskan perbedaan citra foto dan citra non-foto!
2. Apa yang di maksud dengan jendela Atmosfer?
3. Gambarakan pola Pantulan spektrum ada air, vegetasi dan tanah.
Jelaskan !
4. Sebutkan minimal 3 contoh citra PJ (beroperasi di panjang
gelombang berapa)
B. Jawaban
1. Citra foto (photographic image) adalah gambaran suatu objek yang
dibuat
dari
pesawat
udara,
dengan
menggunakan
kamera udara sebagai alat pemotret. Hasilnya dikenal dengan istilah
foto udara. Sedangkan Citra non-foto (non photographic image) adalah
gambaran suatu objek yang diambil dari satelit dengan menggunakan
sensor yang biasanya hasilnya dikenal dengan istilah foto satelit.
Perbedaan citra foto dan non foto antara lain :
1) Sensor yang digunakan : Citra foto menggunakan sensor kamera
sedangkan citra non foto menggunakan sensor Non kamera,
mendasarkan atas penyiaman (scanning) kamera yang detektornya
bukan film.
2) Detektor : Citra foto menggunakan detektor film sedangkan citra
non foto menggunakan Pita magnetik, termistor foto konduktif,
foto voltaik, dsb.
3) Proses perekaman : citra foto menggunakan Fotografi/kimiawi
sedangkan citra non foto menggunakan Elektronik
4) Mekanisme perekaman : citra foto serentak dan citra non foto
parsial
5) Spektrum elektromagnetik : citra foto Spektrum tampak dan
perluasannya sedangkan citra non foto Spektra tampak dan
perluasannya thermal, dan gelombang mikro.
2. Jendela Atmosfer adalah yaitu bagian spektrum elektromagnetik yang
dapat mencapai bumi dimana keadaan di atmosfer dapat menjadi
penghalang pancaran sumber tenaga yang mencapai ke permukaan
bumi. Sehingga kondisi cuaca yang berawan menyebabkan sumber
tenaga tidak dapat mencapai permukaan bumi.
Gambaran jendela Atmosfer dapat dilihat di lampiran.
3. Gambaran pola Pantulan spektrum ada air, vegetasi dan tanah
(terlampir)
4. Secara umum citra penderaan jauh dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Citra Foto
a. Berdasarkan spectrum elektromagnetik
a) Foto ultra violet yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan
spektrum ultra violet dekat dengan panjang gelombang 0,29
mikrometer.
b) Foto ortokromatik yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan
spektrum tampak dari saluran biru hingga sebagian hijau (0,4 0,56 mikrometer).
c) Foto pankromatik yaitu foto yang dengan menggunakan
spektrum tampak mata.
d) Foto infra merah yang terdiri dari foto warna asli (true infrared
photo) yang dibuat dengan menggunakan spektrum infra
merah dekat sampai panjang gelombang 0,9 mikrometer
hingga 1,2 mikrometer dan infra merah modifikasi (infra
merah dekat) dengan sebagian spektrum tampak pada saluran
merah dan saluran hijau.
b. Berdasarkan sumbu kamera
Foto vertikal atau foto tegak (orto photograph), yaitu foto yang
a)
dibuat dengan sumbu kamera tegak lurus terhadap permukaan
bumi.
b)
Foto condong atau foto miring (oblique photograph), yaitu foto
yang dibuat dengan sumbu kamera menyudut terhadap garis
tegak lurus ke permukaan bumi. Sudut ini pada umumnya
sebesar 10 derajat atau lebih besar. Tapi apabila sudut
condongnya masih berkisar antara 1 - 4 derajat, foto yang
dihasilkan masih digolongkan sebagai foto vertikal.
5. Berdasarkan jenis kamera
a)
Foto tunggal, yaitu citra foto yang dihasilkan dari kamera
tunggal
b)
Foto jamak yaitu citra foto yang dibuat pada waktu yang sama
dan meliput daerah yang sama pula
6. Berdasarkan jenis wahana
a)
Foto udara, dibuat dari pesawat udara atau balon
b)
Foto satelit/orbital, dibuat dari satelit
b. Cintra Non-Foto
a. Spektrum gelombang elektromagnetik
a)
Citra infra merah thermal, yaitu citra yang dibuat dengan
spektrum infra merah thermal. Penginderaan pada spektrum
ini mendasarkan atas beda suhu objek dan daya pancarnya
pada citra tercermin dengan beda rona atau beda warnanya.
b)
Citra radar, yaitu citra yang dibuat dengan spektrum
gelombang mikro. Citra radar merupakan hasil penginderaan
dengan sistem aktif yaitu dengan sumber tenaga buatan.
c)
Citra gelombang mikro yaitu citra yang dihasilkan dengan
sistim pasif yaitu dengan menggunakan sumber tenaga
alamiah.
b. Jenis sensor
a) Citra tunggal, yakni citra yang dibuat dengan sensor tunggal,
yang salurannya lebar.
b) Citra multispektral, yakni citra yang dibuat dengan sensor
jamak, tetapi salurannya sempit, yang terdiri dari:

Citra RBV (Return Beam Vidicon), sensornya berupa
kamera yang hasilnya tidak dalam bentuk foto karena
detektornya bukan film dan prosesnya non fotografik.

Citra MSS (Multi Spektral Scanner), sensornya dapat
menggunakan spektrum tampak maupun spektrum
infra merah thermal. Citra ini dapat dibuat dari
pesawat udara.
c. Jenis wahana
a) Citra Dirgantara (Airborne Image), yaitu citra yang dibuat
dengan wahana yang beroperasi di udara (dirgantara).
Contoh: Citra infra merah thermal, citra radar dan citra MSS.
Citra dirgantara ini jarang digunakan.
b) Citra Satelit (Satellite/Spaceborne Image), yaitu citra yang
dibuat dari antariksa atau angkasa luar.
IX. Daftar Pustaka
Sutanto.1986.penginderaan jauh. Universitas Gadjah Mada Press:
Yogyakarta.
https://agnazgeograph.wordpress.com/2012/12/06/perbedaan-citra-foto dannon-foto-inderaja/
http://geographeducation.blogspot.com/2011/05/jendela-atmosfer_02.html
http://erikadwic.blogspot.com/2013/04/unsur-interpretasi.html
http://jurnal-geologi.blogspot.com/2010/01/unsur-interpretasi-citra.html
Perbedaan Citra Foto dengan Citra non Foto http://geodik.com/perbedaancitra-foto-dengan-citra-non-foto/#ixzz3PL9z7ts6
X. Lampiran
Download