4.4. G. TAMBORA, Nusatenggara Barat

advertisement
4.4. G. TAMBORA, Nusatenggara Barat
Gunungapi Tambora (sumber PVMBG)
KETERANGAN UMUM
Nama Lain
: Tamboro
Nama Kawah
: Doro Api Toi (dalam kaldera) dan nama Kaldera : Tambora
Nama
: Doro Kadindingnae, Doro Peti, Doro Mboha, Doro Canga, Doro
Kerucut
Mbete, Doro Tabeh/Kembar, Donggo Tabbetoi, Donggo Tabbenai,
Parasit
Nangamira, Gubu Panda dan Satonda.
Lokasi
a. Geografis
b. Administratif
Ketinggian
Kota Terdekat
: 08°15,00’ Lintang Selatan dan 118°00,00 Bujur Timur
: Kab. Dompu dan Bima, Nusa Tenggara Barat
: 2851 m dpl
: Dompu dan Bima
Tipe Gunungapi
Pos Pengamatan
: A (Strato) dengan kaldera
: Kp. Doropeti, Desa Pekat, Kec. Kempo, Kab. Dompu NTB
Posisi Geografis : 08° 20’ 46” LS dan 117° 49’ 27” BT (57 m dpl)
PENDAHULUAN
Pencapaian Puncak
Puncak G. Tambora dapat di tempuh melalui 3 jalur pendakian, mulai dari Desa
Doropeti ( yg memakan waktu ± 1 jam),
dari Kp. Doro Canga (selatan-tenggara G.
Tambora). Melalui perkebunan jambu mente, mengikuti jalan rintisan/perkebunan dengan
kendaraan sampai pada ketinggian 1150 m dml, lalu dilanjutkan dengan berjalan kaki
selama kurang lebih 4 jam perjalanan hingga di lereng atas bagian selatan Kaldera
Tambora pada ketinggian 1950 m dml (posisi ini sangat baik untuk base camp). Dari posisi
ini untuk mencapai dinding kaldera bagian selatan diperlukan waktu sekitar 1 jam
perjalanan.
Jalur lainnya adalah dari Kp. Pancasila (barat-baratlaut G. Tambora) dengan
berjalan kaki hingga di tebing Kaldera Tambora bagian barat-baratlaut diperlukan waktu
sekitar 2 hari perjalanan.
Demografi
Konsentrasi pemukiman penduduk berada di sektor timur (Desa Sanggar),
baratdaya (Kp. Doro Peti dan Pasanggrahan), barat (Desa Calabai). Sedangkan
pemukiman penduduk di sektor baratlaut, utara, timurlaut, selatan dan tenggara relatif
jarang. Mata pencaharian penduduk umumnya adalah petani, pekebun, dan petani
peladang yang memanfaatkan lahan kering di lereng-lereng gunung atau bukit.
Inventarisasi Sumberdaya Mineral
a.
Batuan Beku
Cadangan batuan beku cukup berlimpah, berupa lava berkomposisi andesit-
basaltik dan basalt. Umumnya dimanfaatkan untuk keperluan bahan bangunan serta
pengerasan jalan antar desa dan pembuatan jembatan di sekitar G. Tambora.
b.
Pumis Hitam (black pumice)
Cadangan pumis hitam (black pumice) di sekitar G. Tambora sangat berlimpah,
terutama tersebar di bagian timurlaut, timur dan tenggara. Merupakan komponen yuvenil
yang terdapat pada endapan aliran piroklastik produk letusan tahun 1815. Biasanya
dipergunakan untuk bahan bangunan penduduk sekitar dan sebagian dipergunakan untuk
bahan pengerasan jalan lintas antar desa di sekitar G. Tambora.
Wisata Gunungapi
Tujuan wisata gunungapi terdapat di sekitar puncak G. Tambora, yakni di Kaldera
Tambora yang mempunyai diameter 6x7 km. Untuk objek camping yang cukup
representatif, dapat dilakukan di lereng atas bagian selatan atau di dalam kaldera
Tambora. Sayangnya untuk mencapai lokasi dasar kaldera sangat sulit, diperlukan waktu
sekitar 8 jam perjalanan turun melalui alur jalan yang tidak begitu ramah, dalam artian
harus dilakukan dengan cara merintis jalan terlebih dahulu. Sehingga diperlukan peralatan
dan perlengkapan pendakian yang cukup lengkap dan memadai.
Panorama alam yang cukup memukau, terdapat di sektor tenggara Doro Tabeh,
yaitu di sekitar pantai Hoddo dan di sektor baratdaya, selatan-baratdaya, baratlaut serta
timurlaut G. Tambora. Daerah-daerah ini terutama mampu menyajikan keindahan
pantainya. Selain dari sajian keindahan pantainya, khusus di daerah pesisir pantai Doro
MBoha dan Doro Peti sanggup menyajikan informasi geologi yang cukup menarik dan
unik, yakni dengan sajian endapan preatik dengan akresional lapilinya dan aliran
piroklastik yang mempunyai struktur dalam yang sangat indah, mulai dari struktur silang
(cross-structure), pembebanan (load cast structure) hingga paralel (paralel lamination)
yang silih berganti. Sajian akresional lapili dan ragam struktur dalam tersebut terdapat
pada endapan aliran piroklastik produk letusan Tambora 1815 dan produk letusan insitu
Doro Peti.
Tidak kalah menariknya, yakni mengenai tujuan wisata yang terdapat di P. Satonda
yang berposisi di bagian baratlaut G. Tambora. Daerah ini merupakan produk erupsi
preatik di luar tubuh G. Tambora yang dipisahkan oleh selat. Untuk mencapainya dapat
dilakukan dengan menggunakan perahu motor (umumnya dilakukan dengan cara
mencarter) dari Labuan Kananga.
SEJARAH ERUPSI
Kegiatan gunungapi Tambora yang tercatat dalam sejarah, yakni sejak tahun 1812
hingga tahun 1913, perinciannya adalah sebagai berikut:
Letusan G. Tambora 1815
Letusan paroksimal Tambora tahun 1815, diawali dengan peristiwa gemuruh yang
menggelegar, diikuti dengan lontaran hujan abu pada
tanggal 5 April 1815. Letusan
paroksimal terjadi pada tanggal 10 April 1815 dan berakhir pada tanggal 12 April 1815.
Letusan ini diiringi halilintar sambung menyambung bagaikan ledakan bom atom,
terdengar hingga ratusan kilometer jauhnya bahkan terdengar sampai di P. Bangka dan
Bengkulu. Gempa bumi yang diakibatkan oleh letusan ini dapat dirasakan oleh peduduk
yang berada di Surabaya. Di Besuki gelombang pasang sampe mencapai 6 Kaki, asap
sangat tebal hingga seluruh P. Madura gelap selama 3 hari.
Volume material letusan yang dilontarkan ke udara mencapai 100-150 km3 dengan
tinggi payung letusannya diperkirakan mencapai 30-40 km di atas gunungapinya,
sedangkan energi letusan mencapai 1,44 x 10 27 Erg atau setara dengan 171.428,60
kekuatan bom atom.
GEOLOGI
Morfologi
Didasarkan
atas
perbedaan
morfografi, morfogenesis
dan
morfokronologi,
dipisahkan menjadi: Morfologi Vulkanik Tua, terdapat di sekitar G. Labumbum, dicirikan
dengan tingkat erosi sedang-kuat, batuan pembentuk berupa lava dan endapan aliran
piroklastik yang sudah mengalami pelapukan tingkat lanjut; Morfologi Perbukitan Sedimen,
terdapat di sebelah utara G. Tambora, dicirikan dengan pola aliran sungai relatif paralel
dengan tingkat erosi sedang-kuat,
batuan penutup berupa batugamping; Morfologi
Tambora, menempati bagian tengah daerah penelitin, memperlihatkan bentuk kerucut
terpancung. Pada bagian puncaknya terdapat kaldera berdiameter 6x7 km dengan tinggi
kaldera sekitar 900-960 m. Dasar kaldera merupakan daerah datar yang terkadang
digenangi air dan di bagian selatan tenggaranya terdapat kerucut kecil Doro Api Toi.
Morfologi Kerucut Luar (Kerucut Sinder dan Kerucut Lava), tersebar hampir di sekeliling
tubuh G. Tambora, umumnya berdimensi kecil berstruktur kawah di bagian puncaknya
dengan tingkat erosi rendah-sedang, batuan pembentuk berupa lava, endapan jatuhan
piroklastik (preatik dan preatomagmatik).
Stratigrafi
Dipisahkan menjadi 4 kelompok produk vulkanik utama, 1 kelompok batuan
sedimen dan 1 kelompok endapan sekunder. Masing-masing kelompok terdiri dari satu
atau lebih satuan peta. Secara umum keenam kelompok produk tersebut dapat dipisahkan
menjadi: Batuan Sedimen Tersier, Produk Vulkanik Tua Labumbum, Produk Kaldera
Kawindana Toi, Produk Tambora Tua, Produksi Tambora Muda dan endapan sekunder.
Batuan Sedimen Tersier berupa batugamping terumbu, dianggap sebagai batuan yang
mendasari (basement rock) tubuh G. Tambora dan sekitar, tersingkap di sekitar pesisir
pantai barat dan baratlaut G. Tambora. Rincian lebih detil mengenai informasi dari
keenam kelompok produk G. Tambora dapat dilihat pada Peta Geologi Tambora dan
Sekitar, Kabupaten Dompu dan Bima, Skala 1:100.000.
Struktur Geologi
Yang berkembang di G. Tambora dan sekitar, yakni berupa struktur sesar,
kelurusan vulkanik, struktur kaldera dan struktur kawah. Struktur sesar berjenis sesar
normal (sesar normal Tambora), ditemukan di sekitar puncak G. Tambora, berarah utara
timurlaut-selatan baratdaya, mempengaruhi kemasifan morfologi punggungan di bagian
selatan-baratdaya G.Tambora; Sesar Bili, berarah barat-timur, mempengaruhi kemasifan
morfologi punggungan tenggara kaldera Kawindana Toi; Kelurusan Vuklanik Kadinding
Nae-Nangamire-Sotonda, termanifestasikan oleh adanya pemunculan tiga buah kerucut
(Kadinding Nae, Nangamire dan Satonda) yang berada pada satu garis lurus berarah
hampir utara-selatan; Kelurusan Gubu Panda, berarah baratlaut-tenggara, diprediksi erat
kaitannya dengan pemunculan kerucut Gubu Panda dan bentuk morfologi lereng Tambora
bagian utara, terutama pada daerah batas dengan morfologi tua Kawindana Toi; Struktur
kaldera (Kaldera Tambora berdiemeter 6x7 km dan Kaldera Kawindana Toi berarah
bukaan ke timurlaut, berbentuk tapal kuda); Struktur kawah, umumnya terdapat pada
kerurut luar berdimensi kecil yang tersebar hampir di seluruh lereng bawah dan kaki
G.Tambora, di antaranya adalah: Kawah Kadinding Nae, Nangamire, Satonda, Gubu
Panda, Doro Peti, Doro MBoha, Doro Ncanga, Doro MBente dan Doro Tabeh/Doro
Kembar.
Evolusi Gunungapi G. Tambora dan sekitar
Dimulai dengan pembentukkan Vulkanik Tua Labumbum di bagian tenggara, lalu
diikuti dengan pembentukkan G. Kawindana Toi di bagian timurlaut (menghasilkan
Kaldera Kawinda Toi yang terbuka ke arah timurlaut). Setelah aktivitas di bagian timurlaut
berakhir, baru terbentuk G. Tambora di bagian tengah (menghasilkan Kaldera Tambora
berdiameter 6x7 km). Pembentukkan kaldera Tambora terjadi 2 kali merupakan produk
letusan katastropik sebelum tahun 1815 dan produk letusan katastropik tahun 1815.
Pembentukkan endapan sekunder yang dimanifestasikan dengan endapan lahar dan
kolovial, merupakan endapan yang masih terus berlangsung hingga kini. Pembentukkan
kolovium, terutama terjadi di bagian dasar dinding Kaldera Tambora. Aktivitas terakhir
yang masih terus berlangsung hingga kini,
yakni berupa hembusan solfatara dan
fumarola berintensitas sedang di bagian dasar dinding kaldera dan di sekitar Doro Api Toi
yang berada di bagian tengah dasar Kaldera Tambora.
GEOFISIKA
Seismik
Hasilnya didominasi oleh gempa-gempa tektonik yang bersumber dari daerah
pantai utara dan selatan P. Sumbawa. Selama ini kegiatan di dalam Kaldera Tambora
tidak menunjukkan kegiatan yang mencolok dan hampir tidak ada catatan tentang
kenaikan kegiatan. Kegiatannya hanya terbatas di dasar dinding kaldera berupa tembusan
solfatara dan fumarola dengan intensitas sedang. Untuk sementara ini kegiatan G.
Tambora dinyatakan sebagai gunungapi aktif normal tanpa mengganggu aktivitas
penduduk di sekitar dan penerbangan yang melintasinya.
DEFORMASI
Metode deformasi di gunakan dalam pemantauan gunungapi, untuk mengetahui
perubahan tinggi pada suatu bidang permukaan gunungapi dengan tujuan untuk
mengetahui aktivitas gunungapi tersebut, pengukuran GPS (Global Positioning System)
merupakan salah satu metode deformasi yang digunakan dalam rangka Pemantauan
aktivitas G. tambora. Pelaksanaan pengukuran GPS dilakukan secara kontinyu pada
sejumlah titik tetap, yang dikonsentrasikan di kaki bagian selatan dan Baratdaya serta
puncak G. Tambora.
Hasil Pemantauan dengan GPS yang dilakukan pada periode 2004 - 2006, sebagai
data pendukung data kegempaan tidak menunjukan perubahan yang mengarah kepada
peningkatan aktifitas G. Tambora.
GEOKIMIA
Petrografi
Aliran lava produk G. Tambora, dapat dibagi menjadi dua kelompok utama, yakni:
aliran lava berkomposisi basaltik (merupakan produk pembentukan perisai G. Tambora)
dan andesit-basaltik (pembentukan kerucut G. Tambora).
Aliran lava basaltik, umumnya berwarna abu-abu tua kehitaman, bertekstur porfiroapanitik dengan fenokris dominan labradorit (An 70An30), klinopiroksen dan sedikit
kandungan olivin, mineral opak dan klorit, tertanam pada masadasar berbutir halus.
Aliran lava andesit-basaltik, umumnya berwarna abu-abu tua, bertekstur porfiritik dengan
fenokris dominan plagioklas (diameter maks. 1 mm) dan piroksen (diameter maks. 3mm) ,
tertanam pada masadasar berbutir sedang.
Geokimia
Lava-lava G. Tambora dan kerucut-kerucut luar di sekitarnya mempunyai kisaran
silika antara (47,88-56,38)%; kisaran K2O antara (1,83-5,81)%. Tidak ditemukan lava-lava
yang kaya akan MgO (kisaran umumnya antara 1,65-4,82%) dan hanya beberapa contoh
saja yang kandungan MgO lebih besar dari 5%, hal ini disebabkan karena proses
pembentukkan mineral olivin relatif kurang. Kandungan TiO 2 umumnya kurang dari 1%,
merupakan khas untuk lava yang berada di busur kepulauan (island arc), tergabung dalam
over saturated rocks. Hal ini ditandai dengan munculnya normatif kuarsa seperti hipersten,
diopsid dan kuarsa. Besarnya normatif kuarsa mempunyai kecenderungan yang
sebanding dengan kandungan SiO2.
Analisis Air
Hasil analisis kimia air dasar Kaldera Tambora, menunjukkan bahwa kadar SO4
(432,1-762,9 ppm) dan pH nya menunjukkan harga yang tinggi (8,6-9,1). Derajat
keasaman air (pH) dasar kaldera ini tampaknya sudah melebihi nilai ambang batas (NAB)
yang diperkenankan untuk dikonsumsi serta dipakai untuk keperluan perikanan dan
pertanian dengan kisaran antara 6,50 dan 8,20.
Hasil Analisis Air Dasar Kaldera Tambora
MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI
Sistem Pemantauan
Pemantauan kegiatan G. Tambora, dilakukan dengan sistem pengamatan visual
dan seismik dari Pos Pengamatan Gunungapi Tambora yang terletak di kampung Doro
Peti, Desa Doro Peti, Kecamatan Kempo, Kabupaten Dompu.
Visual
Pengamatan visual berupa pengamatan permukaan kawah, berupa tinggi, warna,
tekana serta hembusan asap. Pengamatan langsung di dalam kaldera (solfatara dan
fumarola berikut suhunya) dilakukan secara berkala.
Kegempaan
Pengamatan seismik dilakukan untuk memantau kegiatan gempa vulkanik dan
tektonik dengan menggunakan alat seismograf seismik model PS-2 Kinemetrics dengan
sistem telemetri.
Lokasi Seismometer berada pada jarak ± 6,5 km, di sebelah barat puncak G.
Tambora pada posisi geografis : 08o 16’ 23” LS dan 117o 53’ 18” BT dengan ketinggian
1015 m dpl, data yang diperoleh selanjutnya dipancarkan ke Pos Pengamatan Gunungapi
Tambora (Telemetry System) yang terletak di kampung Doropeti, Desa Pekat, Perwakilan
Kecamatan Kempo, Kabupaten Dompu.
Lokasi stasiun seismik dan pos pengamatan (sumber PVMBG)
Kawasan Rawan Bencana Gunungapi
Kawasan Rawan Bencana Gunungapi adalah kawasan yang pernah terlanda atau
diidentifikasikan berpotensi terancam bahaya erupsi gunungapi baik secara langsung
maupun tidak langsung. Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi adalah peta petunjuk
tingkat kerawanan yang berpotensi menimbulkan
bencana di suatu kawasan apabila
terjadi erupsi gunungapi. Peta ini menjelaskan tentang jenis dan sifat bahaya gunungapi,
daerah rawan bencana, arah/jalur penyelamatan diri, lokasi pengungsian dan Pos
Penanggulangan Bencana. Peta ini disusun berdasarkan geomorfologi, geologi, sejarah
kegiatan, dan penyelidikan lapangan.
Peta Kawasan Rawan Bencana G. Tambora dibagi dalam tiga tingkat kerawanan
dari tinggi ke rendah yaitu Kawasan Rawan Bencana III, Kawasan Rawan Bencana II dan
Kawasan Rawan Bencana I.
Peta Kawasan Rawan Bencana G. Tambora
DAFTAR PUSTAKA
Adnawidjaja, M.I., dan Chatib, M., 1951, Laporan Kawah G. Tambora (Jazirah Utara
P. Sumbawa) April-Mei-Juni; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
Alzwar, M., Barberi, F., Bizouard, H., Boriani, A., Cavalin, A., Eva, C., Gelmini, R.,
Georgei, F., Laccarino, S., Innocenti, F., Marinelli, G. and Sudradjat, A., 1981,
A Structural Discontinuity with Associated Potassic Volcanism uin the
Indonesia Island Arc: First Results of the CNRS-VSI Mission to the Island of
Indonesia; Rend. Soc. Geol. t.4 (1981): 275-288.
Chaniago, R., Effendi, W., Suhadi, D., Yuhan, Budianto, A. dan Kusdaryanto, 1995,
Laporan Interpretasi Fotret Udara G. Tambora dan Sekitarnya, Kabupaten
Dompu dan Bima, Nusa Tenggara Barat; Bandung: Direkt. Vulkanologi.
Dahlan, S., 2007 Laporan pemantauan kegiatan Gunungapi Tambora, NTB. Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
Erfan, R.D., 1990, Berita Berkala Vulkanologi, Edisi Khusus: G. Tambora; Bandung:
Direkt. Vulkanologi.
Erfan, R.D., 1986, Endapan Hasil Letusan Dahsyat G. Tambora 1815; Bandung:
Direkt. Vulkanologi.
Hamidi, S., 1969, Laporan Lapangan Sementara Penelitian dan Pemetaan Daerah
Bahaya G.Tambora; Bandung: Direkt. Vulkanologi.
Hamidi, S., 1969, G. Tambora dan Daerah Bahayanya; Bandung: Direkt.
Vulkanologi.
Hamilton, W., 1979, Tectonics of the Indonesia Region; Washington: USA Govern.
Print. Off.
Haraldur, S., Steven, C., and Erfan, R.D., 1986, The Deposits from the 1815
Tambora Eruption: A Preliminary; USA-VSI: Univ. Rhode Island Kingstone.
Haraldur, S. and Steven, C., 1988, The Second Tambora Expedition; Kingston.
Kingston, USA: Volcanol Report. Grad. School of Oceano Univ. of Rhode
Island.
Kartadinata, M.N., 1997, Endapan Aliran Piroklastik Hasil Letusan Gunungapi
Tambora Tahun 1815: Penyebaran dan Karakteristik Endapannya; Bandung:
Direkt. Vulkanologi, tidak dipublikasikan.
11
Kusumadinata, K., Hadian, R., Hamidi, S., dan Reksowirogo, L.D., 1979, Data Dasar
Gunungapi Indonesia; Bandung: Direkt. Vulkanologi.
Matsumoto, A., and Takada, A., 2000, K-Ar Age Determination of Lava Around
Tambora Volcano. Indonesia; Kasumigasi, Chiyodaku, Tokyo: Internat. Res.
and Develop. Coorp. Div., Agency of Indust. Sci. and Techno.
Mulyadi, D., 2006, Laporan Peringatan Dini Bahaya Gunungapi Tambora, Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
Neeb, C.A., 1941, De Verspreiding van den Tambora asch op den zee bodem;
Koninkl. Nederl. Aardrijksk, Genoot, Tijdsch. (vol. 58): 1053-1054.
Neumann van Padang, M., Fryer, R.J., and Titulaer, C., 1972, Mount Tambora.
Pannekock van Rheden, J.J., 1918, Geologische noticen uber die halbinsel Sanggar
insel Sumbawa; Vulkanol. Zeitchr (vol. 4): 85-192.
Petroesschevsky, W.A., 1949, A Contribution to the knowledge of the Gunung
Tambora (Sumbawa); Koninkl, Nederl., Aardrijksk, Genoot. Tijschr. (vol. 66):
688-703.
Rohi, W.E., 1983, Laporan Pemeriksaan Puncak G. Tambora Mei 1983; Bandung:
Direkt. Vulkanologi.
Self. S., Hadisantono. R.D., dan Santoso. M.S., 1979, A Volcanological Investigation
of Three Important Recent Eruption in Indonesia, Krakatau 1883, Tambora
1815, And Agung 1963.
Self, S. and Decker, R.W., 1980, A Volcanological Investigation of Three Important
Recent Eruptions in Indonesia: Tambora 1815, Krakatau 1883, And Agung
1963.
Sigurdsson, H., Carey, S., and Erfan, R.D., 1986, The Deposits from the 1815
Tambora Eruption: Preliminary.
Sudradjat, A., 1975, Peta Geologi Tinjau Nusa Tenggara Barat; Bandung: Direkt.
Vulkanologi.
Takada, A., Yamamoto, T., Kartadinata, M.N., Budianto, A., Munandar, A.,
Matsumoto, A., Suto, S., and Venuti, M.C., 2000, Eruptive History and Magma
Plumbing System of Tambora Volcano, Indonesia; Kasumigasi, Chiyodaku,
Tokyo: Internat. Res. and Develop. Coorp. Div., Agency of Indust. Sci. and
Techno.
12
Takada, A., Sinulingga, I.K., Surmayadi, M., and Urai, M., 2000, Comparison
Volcano Complexes with a Caldera and without a Caldera, Est Java
(Preliminary Report); Kasumigasi, Chiyodaku, Tokyo: Internat. Res. and
Develop. Coorp. Div., Agency of Indust. Sci. and Techno.
Tulus, Muarif, Sugiarto, Dan Sumintapur, A., 1999, Laporan Pengamatan G.
Tambora Agustus-September 1999; Bandung: Direkt. Vulkanologi.
Urai, M., 2000, Geologic Interpretation of JERS-1 SAR Imagery at Tambora Volcano,
Sumbawa Island, Indonesia; Kasumigasi, Chiyodaku, Tokyo: Internat. Res.
and Develop. Coorp. Div., Agency of Indust. Sci. and Techno.
Yamamoto, T., Takada, A., Munandar, A., Kartadinata, M.N., and Budianto, A., 2000,
Stratigraphy of the 1815 Deposits of Tambora Volcano, Indonesia;
Kasumigasi, Chiyodaku, Tokyo: Internat. Res. and Develop. Coorp. Div.,
Agency of Indust. Sci. and Techno.
Zollinger, H., 1815, Besteigung des Vulkans Tambora auf des Inset Sumbawa und
Schilderung des Eruption desselben in Jahre 1815; Winterthur.
Van Bemmelen, R.W., 1949, The Geology of Indonesia (Vol. IA): 201. 502-504.
13
Download