HUBUNGAN STATUS ZAT GlZl MlKRO DENGAN

advertisement
PGM 2010, 33(1): 14-22
Hubunqan status gizi mikm denqan status gizi anak remaja SLTP
Yuniar R, dkk
HUBUNGAN STATUS ZAT GlZl MlKRO DENGAN STATUS GlZl
PADA ANAK REMAJA SLTP
(THE CORRELATION OF MICRONUTRIENT AND NUTRITIONAL STATUS
AMONG JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS)
Yuniar Rosrnalina 'dan Fitrah Ernawati
'
ABSTRACT
Rational: Good Nutritional status is the basic building block of human capital. To improve the
quality of human resources, some attention must be given to the micronutrient and the
nutritional status of our human resource. Junior high school students provide the pool of
human capital for the future. According to a survey, the micronutrient and nutritional status of
these children are still under the satisfactory level. Objectives: To find out the correlation
between micronutient status and nutrirional status among junior high school students.
Methods: Study design is a cross-sectional. The samples are junior high school at grade
one-two and healthy. They were not menstruating and willing to parcipate in this study.
Results: This study find out 27.6 % of junior high school were stunted, 6.7% were severely
stunted. and 14.7% were underwight. We also find around 37% anemic. 30% were vitamin A
deficient, and 41% had zinc deficiency. The average intake of iron, vitamin A and zinc were
40% 50% and 40% respectively, while the average of energy and protein intake were 60% of
RDA. Conclucions: There is no correlation between micronutrient status and nutritional
status among the students (height by agelage standart) [Penel Gizi Makan 2010, 33(1):
14-22]
Keywords: micronutrient status, nutritional status, zinc status, junior high school
PENDAHULUAN
A
nak sekolah merupakan sumber daya
manusia (SDM) di masa depan
sebagai generasi penerus bangsa
yang potensinya dan kualitasnya masih
perlu ditingkatkan. Untuk mempersiapkan
SDM yang tangguh, sehat dan produktif
perlu perhatian sedini mungkin. Untuk
mewujudkan harapan seperti itu masih
banyak kendala yang harus diatasi.
Beberapa hasil penelitian mengungkapkan
sebagian anak sekolah masih mengalami
berbagai gangguan gizi.
Hasil
RISKESDAS
2008
menunjukkan prevalensi status gizi anak
sekolah (&I4 tahun) secara nasional
dengan kategori kurus dan sangat kurus
menurut indeks IMT menurut umur pada
laki-laki sebesar 13,3% dan perempuan
10,9%.' Status gizi berdasarkan indeks
IMT rnenurut umur menggambarkan
kekurangan gizi pada saat ini
Gangguan gizi selain disebabkan
karena kekurangan zat gizi makro (energi
dan protein), dapat juga disebabkan kurang
I
Puslitbang Gizi dan Makanan, Badan Litbang Kesehatan. Kemenkes RI
zat gizi mikro (zat besi,vitamin A dan seng)
atau kombinasi dari ketiganya.
Saat
ini
status
gizi
secara
antropometri lebih dikaitkan dengan
asupan zat gizi makro (karbohidrat, kalori,
protein dan lemak). Padahal peranan zat
gizi makro tidak akan optimal tanpa
kehadiran zat gizi mikro. Rata-rata
konsumsi orang dewasa yang dianjurkan
sebesar 2100 kalori per hari merupakan
patokan global dengan asumsi di dalamnya
tersedia zat gizi mikro yang memadai.
Pada kenyataannya masih ditemukan
kekurangan zat gizi mikro sepefti zat besi
dan vitamin A di rnasyarakat. Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2001)
melaporkan prevalensi anemia pada anak
sekolah dan remaja masih sebesar 3 6 , 5 ~ . ~
Dampak anemia pada kalangan pelajar
sangat merugikan karena membuat lesu.
lemah, semangat belajar menurun, rentan
terhadap penyakit sehingga berakibat
prestasi belajar menurun.
PGM 2010.33(1): 14-22
Hubungan status gizimikro dengan status gizi anak remaja SLTP
~ e k u r a n ~ aseng
n
yang terjadi pada usia
sekolah dapat
berakibat gangguan
pertumbuhan fisik dan perkembangan sel
otak.
Kekurangan seng yang terjadi pada
usia sekolah dapat berakibat gangguan
pertumbuhan fisik dan perkembangan sel
otak. Menurut Groff. 1998 defisiensi seng
dapat m e n u ~ n k a nkemampuan ekspresi
gen dalam proses replikasi sel dan
pertumbuhan t u ~ a n ~ . ~
Selain anemia dan defisiensi Zn
ternyata pada anak sekolah ditemukan
juga masalah defisiensi vitamin A. Menurut
Wiryatmaji B. Kadar serum vitamin A <2!
ugldl pada anak sekolah sebesar 24%.
Menurut WHO bila prevalensi defisiensi
vitamin A ( ~ 2 0ugldl) lebih dari 15
termasuk masalah kesehatan masyarakat.
Tulisan ini akan menyajikan hasil penelitian
mutakhir mengenai profil status zat gizi
mikro dan status gizi antropometri dan
bagaimana hubungan status gizi keduanya
pada anak remaja SLTP.
BAHANDANCARA
Desain dan lokasi
Desain
penelitian
adalah
"
Crossectional". Penelitian dilakukan di
wilayah kabupaten Bogor dari bulan Juni
sampai Agustus 2009.
Sampel penelitian
Sampel penelitian adalah Murid SMP
kelas I dan II laki-laki dan perempuan yang
memenuhi kriteria inklusi yaitu umur 11 15 tahun, sehat fisik dan klinis, tidak
sedang
menstruasi
dan
bersedia
berpartisipasi dalam penelitian
Besar sampel
Besar sampel (N) dihitung dengan
rumus Lemeshow ( 2 0 0 0 ) . b e n g a n
perkiraan prevalensi gizi kurang (stunting)
sebesar 16% maka untuk memperoleh
gambaran prevalensi diperlukan N sebesar
300 anak.
Jenis data dan cara pengumpulan data
Data yang dikumpulkan meliputi:
sampel
identitas
dan
karakteristik
Yuniar R, dkk
menggunakan kuesioner. Data klinis
dikumpulkan dengan cara anamnesa dan
pemeriksaan klinis oleh dokter. Berat
badan menggunakan timbangan digital
merk Seca dengan ketelitian 0,l kg.
Sedangkan tinggi badan diukur dengan
menggunakan "Microtois" dengan ketelitian
0.1 cm. lndikator status Gizi berdasarkan
Tinggi Badan menurut Umur dan lndeks
Massa Tubuh dihitung dari rasio Berat
badan dengan Tinggi badan dikurang
seratus kuadrat. lndikator dianalisis
menggunakan standard WHO 2005.
Analisis biokimia ( Hb) menggunakan
metoda
Cyanmethemoglobin. Analisa
Vitamin A dengan HPLC dan analisis Zink
menggunakan
Atomic
Absorbtion
Spectrofotometer (AAS) dan konsumsi
makanan dengan metoda recall 2x24
jam.'@
Manajemen dan analisis data
Manajemen data meliputi kegiatan
editing, entri dan cleaning data sebelum
dilakukan analisis. Editing mulai dilakukan
oleh pewawacara semenjak data diperoleh
dari jawaban responden.
Analisis data ditujukan untuk mencapai
tujuan penelitian. Data disajikan dalam
bentuk rata-rata, simpang baku, sebaran,
uji statistik yang digunakan adalah uji Chisquare.
Karakteristik Responden
Tabel 1 memperlihatkan karakteristik
responden.
Jumlah
sampel
terpilih
keseluruhan 300 orang, sebagian besar
(63,3%) adalah murid perempuan dengan
rata-rata umur 13.0 i 0,3 tahun, sedangkan
murid laki-laki 13,l 0,4 tahun.
Hampir 80% ibu dari sampel adalah ibu
Rumah Tangga dan urutan kedua adalah
PNS, sebesar 6,0%. Sementara sebagian
besar (27,1%) bapak bekerja sebagai
buruh bangunan dan urutan kedua terbesar
(254%) adalah pedaganglwiraswasta.
+
PGM 2010,33(1): 14-22
Hubungan status gizimikm dengan status gizi anak remaja SLTP
Yuniar R, dkk
Tabel 1
Karakteristik Responden
Variabel
N
%
Jenis Kelamin
Laki- laki
Perempuan
Pekerjaan ibu
PNS,TNI,POLRI
Pegawai swasta
Buruh bangunan
Dagang
Tidak kerja/lRT
Lainnya
Pekerjaan Bapak
Tidak kej a
PNS,TNI,POLRI
Pegawai Swasta
Buruh bangunan
Daganglwiraswasta
Petani
PenjahiVsopir.ojek
Lainnva
Tabel 2 memperlihatkan hasil
penimbangan berat badan, pengukuran
tinggi badan dan perhitungan lndeks Massa
Tubuh (IMT). Terlihat pada tabel di bawah
rata-rata tinggi badan dan berat badan
murid laki-laki sedikit lebih tinggi dari murid
perempuan. Baik murid laki-laki maupun
perempuan mempunyai rata-rata nilai IMT
normal berdasarkan standar WHO (2005),
yaitu masing-masing 17,l untuk laki-laki
dan 18.4 untuk perempuan.
Hubungan status gizi mikm dengan status gizi anak remaja SLTP
PGM 2010,33(1):14-22
Yuniar R. dkk
Tabel 2
Hasil Pengukuran Antropometri
Laki-laki
(n =110)
Perempuan
(n =190)
Total
149,6 f 9,2
148,8 f 5,8
149,l f 7,05
17,l + 2,3
18.4 + 2,6
17,8 + 2,55
Variabel
Berat badan
(kg)
Tinggi badan
(cm)
lndeks Masa Tubuh (IMT)(KgI m2)
Status Gizi
Status gizi ditentukan berdasarkan
tinggi badan menurut umr (TBIU) dan
lndeks Masa Tubuh menurut Umur dan
jenis kelamin (IMTIU). Menurut WHO 2005,
anak dikatakan sangat pendek bila ratarata TBIU kurang dari -3
Standard deviasi (SD) dan pendek bila <-2
SD dan normal -lSD sampai + I SD. Anak
dikatakan sangat kurus bila IMTlU c -3 SD.
kurus bila IMTIU c -2SD dan normal >=2SD sampai + 1 SD.
Gambaran status gizi anak berdasarkan
WHO, 2005 disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3
Penyebaran Status Gizi menurut TBIU dan IMTIU
TBlUJenis
kelamin
Sangat
pendek
n f%l
Pendek
n ("h)
Normal
n ("h)
Total
n ("A)
Perempuan
12 ( 6 3 )
47 (24,7)
131 (68,9)
190 (100,O)
Total
20 (6.7)
83 (27,6)
197 (65.7)
300 (100,O)
Jenis
Keiamin
Sangat
Kurus
Kurus
Normal
Gemuk
Total
n (Oh)
n (Oh)
n (Oh)
n ("h)
n (%)
19 (17.2)
90 (81,8)
1 (09)
I 1 0 (100.0)
Laki-laki
Perempuan
1 (03)
25 (13,8)
163 (85,8)
1 (03)
190 (100,O)
Total
1 (03)
44 (14,7)
253 (84,3)
2 (0,7)
300 (100.0)
Dari Tabel 3, teriihat bahwa
prosentase anak SLTP dengan kategori
pendek dan sangat pendek untuk anak
laki-laki sebesar 32,7% dan 7,2%,
sedangkan pada anak perempuan sebesar
24.7% dan 6,3%. lndikator lain untuk
melihat status gizi anak remaja adalah
indeks masa tubuh menurut umur dan jenis
kelamin (IMTIU). Dengan indicator tersebut
ternyata persentase anak dengan kategori
kurus dan pada anak laki-laki sebesar
17,2% dan anak perempuan sebesar
13.8%. Dibandingkan dengan angka
nasional Riskesdas tahun 2008, hasil
penelitian ini sedikit lebih tinggi.
Konsumsi Zat Gizi
Gambar
1
memperlihatkan
persentase konsumsi zat gizi terhadap
angka kecukupan gizi (% AKG) menurut
jenis kelamin.
.
..-I
'
,
,..\
PGM 2010. 33(1): 14-22
Hubuogan status gizi mikm dengan status gizi anak remaja SLTP
Yuniar R, dkk
Gambar 1
Konsumsi Zat Gizi (% AKG) menurut Jenis Kelamin
vitamin A dibawah 50% dan konsumsi seng
hanya 30%.
Gambar 1 menunjukkan bahwa
konsumsi zat gizi makro khususnya energi
dan protein masih cukup rendah. Konsumsi
energi maupun protein anak laki-laki
maupun perempuan hanya mencapai
sekitar 60%. Sedangkan konsumsi zat gizi
mikro masih jauh dari angka kecukupan.
Konsumsi zat besi masih dibawah 30%.
Status Gizi Mikro
Hasil pemeriksaan biokimia seperti
kadar Hb, vitamin A (retinol) dan zinc
disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4
Rata-rata Kadar Hemoglobin, Retinol dan Zinc
Mikronutrien
Hb
(gldl)
N
Laki-laki
Rata-rata +
SD
Perempuan
-
N
Rata-rata +
SD
P
110
12.8 + 1,5
190
12,4 + 1 3
0.026
Retinol (ugldi)
69
25,O + 6.8
125
26.1 + 7 3
0.276
Zinc
65
0.68 + a 1 5
134
0.76+ OJ4
0.000
(ug1L)
Pada Tabel 4 terlihat rata-rata kadar
Hb murid murid laki-laki lebih tinggi secara
bermakna (p= c0.05) dibandingkan dengan
murid perempuan, sebaliknya kadar serum
retinol dan zinc lebih tinggi dibandingkan
dengan murid laki-laki, namun hasil analisis
menunjukkan hanya kadar zinc yang
menunjukkan perbedaan yang berkna (p
~0.05) pgldl, dengan nilai kisaran 10,l
pgldl sampai 48.2 pgldl. Sebaran status zat
gizi mikro (status Hb, retinol dan Zinc
dalam serum) menurut jenis kelamin
disajikan pada Tabel 5.
Hubunganstatus gizi mikm dengan status gizi anak remaja SLTP
PGM 2010.33(1): 14-22
Yuniar R, dkk
Tabel 5
Penyebaran Murid SLTP menurut Status Zat Gizi Mikro dan Jenis Kelamin
Variabel
Laki-laki
n
Perempuan
Oh
N
Oh
Total
N %
Status HB
Anemia (Hb < 12 gldl)
39
35,5
75
395
114 38,O
71
645
115
603
186 62,O
Rendah ( < 20 pgldl)
20
29,O
36
28.8
56 28,9
Normal ( ~ 2 pgldl)
0
49
71 .O
89
71.2
139 71,l
Rendah ( c 0.70pglL)
45
52,9
40
29,9
85 38,8
Normal ( ,0,70 pgIL)
40
47,l
94
70,l
134 61.2
Tidak anemia (Hb
> 12 gldl)
Status Vitamin A
Status Zinc
Menurut WHO seorang anak remaja
(umur 13 - 15 tahun) dikatakan anemia bila
kadar Hb el2 gldl. Berdasarkan kriteria
tersebut, terlihat pada Tabel 5 persentase
anemia sebesar 38.0%. bila dipisah murid
laki-laki dan perempuan masing-masng
sebesar 35.5% dan 39,5%. secara statistik
tidak berbeda bermakna.
Status vitamin A dalam serum
dikatakan rendah, bila kadar retinol serum
c20 pgldl (WHO). Pada Tabel 5 , terlihat
bahwa persentase kurang vitamin A
(retinol) sebesar 28.9%, bila dipisah antara
murid laki-laki dan perempuan, masingmasing sebesar 29,0% dan 28.8%. secara
statistik tidak berbeda bermakna.
Menurut
Gibson,
status
zink
dikatakan rendah bila kadar zink dalam
serum <0,70pglL. Berdasarkan nilai batas
tersebut, maka persentase murid dengan
status zink rendah sebesar 38,8%. Bila
dipisah antara laki-laki dan perempuan.
masing-masing sebesar 52,9% dan 29.9%.
secara
statstik
berbeda
bermakna
(P = 0.05)
Hubungan status zat gizi mikro dan
status gizi (TBIU)
Tabel 6 memperlihatkan rata-rata
kadar Hb, retinol dan zink menurut status
gizi dengan indicator TBIU. Hubungan
dengan indikator IMTIU tidak dianalisis
karena proporsi murid yang menderita
hanya 14,7%.
Tabel 6
Rata-rata Kadar Haemoglobin, Retinol dan Zinc Murid menurut Status Gizi
Variabel
Status
Pendek dan sgt pendek
Gizi(TB1U)
Normal
N
Rata-rata f SD
N
102
12,4i1,34
197
Retinol (pgldl)
71
24.7k 6.08
122
Zinc
79
0,68k 0.16
139
Hb
(gldl)
(ua/L)
P
Rata-rataf SD
*
26.4 * 7,61
0.74* 0,14
12.7 1.35
0,059
0,107
0.042*
PGM 2010,33(1): 14-Zi
Hubungan sf&
gizimikm dengan stahls gizi anak remaja SLTP
Tampak pada Tabel 6 rata-rata kadar
Hb, retinol dan zink anak SLTP dengan
status gizi kurang (pendek dan sangat
pendek) hampir sama dengan anak
berstatus gizi normal. Akan tetapi murid
dengan status gizi kurang mempunyai
kadar zinc yang lebih rendah secara
bermakna (p ~ 0 . 0 5 ) dari pada murid
Yuniar R, dkk
dengan status gizi normal, masing-masing
sebesar 0.68 f 0,161 pg/L dan 0.74 k
0.143 pglL.
Untuk mengetahui adanya hubungan
antara status anemia, vitamin A (retinol)
dan zinc dengan status gizi dilakukan uji
bivariat. Hasil uji statistic disajikan pada
Tabel 7.
Tabel 7
Status Anemia, Vitamin A (Retinol) dan Zinc menurut Status Gizi
Variabel
P
Status Gizi (TBIU)
Kurang
Normal
n
N
Anemia (Hb c 12 gldl)
44
69
Tidak anemi (Hb >12 gldl)
58
128
Rendah ( c 20 pgldl)
21
34
Normal ( 5 2 0 pgldl)
50
88
Rendah ( c 0,70 pglL)
36
49
Normal ( 50,70 glL)
43
90
Haemoglobin
0,107
Retinol
0,462
Zinc
Terlihat pada Tabel 7, bahwa tidak ada
hubungan antara status anemia, status
vitamin A dan zinc dengan status gizi.
BAHASAN
Dari Tabel 1, terlihat bahwa sebagian
besar sampel berasal dari keiuarga
menengah
kebawah
dengan
mata
pencaharian sebagian besar orang tua
adalah buruh bangunan dan pedagang.
Dengan mata pencaharian demikian
diperkirakan mempunyai pendapatan yang
relatif rendah
Persentase remaja SLTP dengan
kategori pendek dan sangat pendek
ternyata cukup tinggi (27,7%). Sedangkan
persentase anak remaja dengan kategori
kurus menurut IMTIU untuk laki-laki
sebesar 17,7% dan perempuan 10.9%
Data
ini
menggambarkan
bahwa
kekurangan gizi pada anak remaja sudah
berlangsung lama (kronis). Menurut Basuni
.A (2002) mengatakan bahwa status gizi
anak sekolah sangat dipengaruhi status
gizi saat balita. Angka prevalensi status gizi
0.088
kurus menurut IMTlU pada anak remaja ini
sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan
angka nasional (Riskesdas.2008).
Gambaran status zat gizi mikro untuk
remaia SLTP
menuniukkan bahwa
p r e ~ & ? n ~anemia
i
pads remaja SLTP
masih cukup tinggi sebesar 393%.
Dibandingkan dengan an ka SKRT (2004)
belum banyak berubah? Demikian juga
anak dengan kekurangan vitamin A masih
cukup tinggi sebesar 29,9%. Menurut
WHO, bila kekurangan vitamin A (c20
ugldl) lebih dari 15% termasuk masalah
kesehatan masyarakat.
Prevalensi kurang zinc banyak terjadi
pada anak laki-laki dibandingkan anak
perempuan,
masing-masing
sebesar
59.9% dan 29,9%. Nampaknya kekurangan
zinc juga sudah berlangsung lama,
mungkin sejak balita. Menurut hasil
penelitian Herman.S (2005) menunjukkan
bahwa kekurangan zink pada anak balita
cukup tinggi sebesar 40,0%.'~
Bila dikaitkan dengan dengan
konsumsi zat gizi (Gambar I),
khususnya
PGM 2010,33(1): 14-22
konsumsi zinc terlihat bahwa konsumsi
zinc dari makan sehari-hari untuk anak lakilaki maupun perempuan masih jauh dari
kecukupan hanya 30,1%. Konsumsi energi
dan protein yang hanya sekitar 60% dari
Angka Kecukupan juga
mempunyai
kontribusi terhadap rendahnya asupan zat
gizi mikro
KESIMPULAN
Dari data yang dikumpulkan dapat
disimpulkan sebagai berikut :
4.
5.
6.
7.
8.
Yuniar R. dkk
Hubungan sfatus gizi mikm dengan status gizi anak remaja SLTP
Persentase anak remaja SLTP
dengan kategori pendek dan sangat
pendek masing-masing sebesar
27.6% dan 6,7%.
Persentase anak remaja SLTP
dengan kategori kurus dan sangat
kurus masing-masing sebesar 14,7%
dan 0,3%.
Persentase anak SMP dengan kadar
Hb
rendah ( 4 2 g/DL) sebesar
-37.5%
Persentase anak dengan status
vitamin A rendah(c20 ugldl) sebesar
28,9%
Persentase anak dengan status zinc
rendah (<70 ug/L) sebesar 41,4%.
Konsumsi energi dan protein masih
rendah (dibawah angka kecukupan
gizi yang dianjurkan) yaitu 60%.
Konsumsi zat besi, vitamin A dan
zink dari rnakanan sangat rendah
masing-masing berkisar 24-29%
AKG. 3946% AKG dan 29-30%
AKG.
Tidak ada hubungan antara status
status zat gizi mikro dengan status
Gizi
SARAN
Mengingat persentase murid SMP
yang termasuk kategori kurus, anemia dan
kurang zinc anak SMP masih cukup tinggi
perlu dilakukan suplementasi zat gizi
makro maupun mikro secara terpadu.
Sebaiknya program PMT AS perlu
digalakkan kembali sebagai salah satu
muatan dalam program UKS.
berpartisipasi sebagai sampel pada
penelitian. Rasa terima kasih yang sama
juga kami sampaikan kepada pihak
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Departemen Pendidikan Nasional atas
pembiayaan penelitian ini. Kepada Bapak
Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Dramaga,
Kabupaten Bogor dan lbu Kepala Sekolah
SMP Negeri 6 Kota Bogor dan Bapak
Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah
(MTs) Fathusa'adah Kecamatan Cimahpar
Kabupaten Bogor, tidak lupa kami ucapkan
terima kasih atas izin yang diberikan
kepada kami untuk melakukan penelitian
di ketiga sekolah tersebut. Khusus kepada
Bapak-Bapak dan lbu-lbu guru yang telah
memberikan bantuan yang sangat berarti
selama pelaksanaan penelitian di sekolah,
kami ucapkan terima kasih. kami ucapkan
rasa terima kasih yang mendalam. Mudahmudahan hasil penelitian yang diperoleh
dapat memberikan rnanfaat khususnya
bagi dunia pendidikan.
Rasa terirna kasih .
vana sama iuaa
kami sampaikan kepada pihak ~irekiorat
Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen
Pendidikan Nasional atas pembiayaan
penelitian ini.
-
RUJUKAN
1.
2.
3.
4.
5.
Badan Litbang Kesehatan, DepKes
RI.
Laporan
Nasional
Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
2007-2008.
Jakarta:
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan
Kesehatan Depkes RI, 2008.
Survai Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT). Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan,
Depkes RI, 2001.
Groff. J.L. and Sareen.S. Gropper.
Advanced Nutrition and Human
Metabolism. Third Ed. Wadsworth.
1998
Wiryatmadji dkk.
Laporan Survai
WFP'S
Nutrition
Rehabilitation.
Programme in Madura, Lombok and
West Timor. Jakarta WFP'S, 2007.
Alfred Sommer and Frances R.
Davidson. Assessment and Control
of Vitamin A Deficiency: The Annecy
Accord. Proceeding of the XX
International Vitamin A Consultative
Group Meeting. American Society for
Nutritional Sciences, 2002.
~
UCAPAN TERIMA KASlH
Ucapan terima kasih seluruh siswa
SMP Negeri 1 Drarnaga Kabupaten Bogor,
SMP Negeri 6 Kota Bogor dan Madrasah
Tsanawiyah Fathusa'adah Kecamatan
Cimahpar Kabupaten Bogor yang telah ikut
~
PGM 2010,33(1): 14-22
6.
7.
Hubungan status gin'mikm dengan status gizi anak remaja SLTP
Lemeshow et.al.
Besar Sampel
Dalam
Penelitian
Kesehatan.
Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2000.
WHO.
Technical Report Series.
Physical Status:
The Use and
~nter~retation of Anthrophometri.
Report of a WHO Expert Committee.
Geneva: WHO, 1995.
8.
9.
10.
Yuniar R, dkk
Gibson, RS. Priciple of Nutrition
Assessment. New York: New York
University Press, 1990.
S u ~ a iKesehatan Rumah Tangga
(SKRT). Jakarta: Badan Litbang
Kesehatan D e ~ k e sRI. 2004.
Herman.Susilowati. Studi Masalah
Gizi Mikro di Indonesia: Perhatian
Khusus ~ a d a Kurana Vitamin A
(KVA. ~ i e m i a ,dan geng). 6og;r:
Puslitbang Gizi dan Makanan. 2009.
Download