Bab IV. Pembahasan G09sba

advertisement
Gambar 6 Struktur kloroplas tanaman padi hasil mikroskop transmisi elektron dengan perbesaran
3000x. Kloroplas sel mesofil tanaman kontrol (a), kloroplas sel mesofil tanaman yang
mengalami cekaman kekeringan (b), dan kloroplas sel seludang pembuluh tanaman
kontrol (c). Kloroplas (K), mitokondria (Mt), pati (P), sel epidermis (Se), dan dinding
sel (ds).
PEMBAHASAN
Respon Pertumbuhan dan Fisiologi
Tanaman C3 dan C4 terhadap Perlakuan
Cekaman Kekeringan
Cekaman merupakan segala bentuk
perubahan
kondisi
lingkungan
yang
mengakibatkan tanggapan tumbuhan menjadi
lebih rendah daripada tanggapan optimum
(Salisbury & Ross 1992). Salah satu jenis
cekaman tersebut adalah cekaman kekeringan
yang berkaitan dengan ketersediaan air yang
merupakan salah satu faktor pembatas bagi
fungsi normal tanaman (Passarakli 2002).
Pada kondisi lingkungan tertentu, tanaman
dapat mengalami defisit air. Defisit air berarti
terjadi penurunan gradien potensial air antara
tanah, akar, daun, dan atmosfer sehingga laju
transpor air dan hara menurun (Taiz & Zeiger
2002).
Air memegang peranan penting bagi
tanaman. Kandungan air pada tanaman akan
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, dan salah
satunya ialah kandungan air tanah itu sendiri
(Taiz & Zeiger 2002). Secara umum,
perlakuan
cekaman
kekeringan nyata
menurunkan nilai KAM ketiga tanaman
(Gambar 1). Besarnya tingkat penurunan nilai
KAM berbeda antara ketiga tanaman. Hal
tersebut mungkin terjadi karena secara ekologi
habitat ketiga tanaman tersebut berbeda.
Tanaman padi yang secara ekologi memang
beradaptasi baik pada lingkungan yang basah.
Menurut
Hamim
(2003),
tanaman
Echinochloa merupakan gulma padi sawah
yang secara ekologi lingkungan tumbuhnya
sama dengan padi. Walaupun demikian
tanaman Echinochloa memiliki kemampuan
untuk bertahan hidup dalam lingkungan yang
kering. Tanaman alang-alang justru memiliki
habitat yang berbeda dengan tanaman
Echinochloa dan padi. Tanaman alang-alang
hidup di daerah yang biasa terpapar sinar
matahari dan lahannya kering (Kostermans et
al. 1987), sehingga tanaman alang-alang lebih
dapat beradaptasi dan tahan terhadap cekaman
kekeringan. Hamim (2005) mengatakan
bahwa cekaman kekeringan menyebabkan
kelayuan pada semua tanaman dan penurunan
KAM pada gandum, kale, dan Amaranthus
caudatus hingga mencapai 20 hingga 25%,
sedangkan KAM pada Echinochloa masih
40%.
Terdapat perbedaan respon pertumbuhan
antara ketiga tanaman terhadap perlakuan
cekaman kekeringan. Perbedaan respon
tersebut tampak pada perbedaan besaranya
persentase penurunan laju pertumbuhan. Hasil
analisis pada tabel 1, menunjukkan bahwa
perlakuan cekaman kekeringan menyebabkan
penurunan dan terhentinya laju pertumbuhan
ketiga tanaman. Penurunan laju pertumbuhan
tersebut lebih jelas terlihat pada tanaman
alang-alang, dimana tanaman tersebut
memiliki persen penurunan paling tinggi
diantara ketiga tanaman baik tinggi tanaman,
jumlah daun maupun anakan. Menurut Taiz
dan Zeiger (2002), cekaman kekeringan dapat
menghambat pertumbuhan tanaman. Pada
kondisi lingkungan defisit air, terjadi
penurunan gradien potensial air antara tanah,
akar, daun, dan atmosfer sehingga laju
transpor air dan hara menurun. Penurunan ini
akan
mengakibatkan
gangguan
pada
pertumbuhan tanaman, terutama pada jaringan
yang sedang tumbuh (Kramer & Boyer 1995).
Penghambatan pertumbuhan ini di antaranya,
yaitu tidak bertambahnya tinggi tanaman,
jumlah daun, dan anakan dari ketiga tanaman
tersebut.
Cekaman kekeringan dapat menyebabkan
terjadinya penurunan laju pertumbuhan
tanaman karena adanya penurunan laju
fotosintesis, rendahnya potensial air, dan
menurunnya tekanan turgor (Niyogi 1999).
Perlakuan cekaman kekeringan yang terjadi
pada fase vegetatif juga berpengaruh negatif
terhadap indeks luas daun, perkembangan
tunas baru, dan nisbah tajuk-akar (Kramer
1983). Sebagai bahan perbandingan, cekaman
kekeringan yang diberikan pada fase vegetatif
tanaman kedelai nyata menurunkan tinggi
tanaman pada saat berbunga (Riduan et al.
2005).
Penurunan KAM akibat perlakuan
cekaman kekeringan menyebabkan penurunan
KAR pada daun tanaman (Gambar 2). Hasil
analisis statistik menunjukkan bahwa ada
perbedaan respon antara ketiga tanaman
akibat perlakuan cekaman kekeringan. Hal
tersebut mungkin disebabkan perbedaan
tingkat ketahanan tanaman terhadap cekaman
kekeringan. Dalam hal ini tanaman padi yang
merupakan tanaman C3 memiliki nilai KAR
daun paling rendah daripada tanaman
Echinochloa (Hamim 2005) dan alang-alang
(Edwards & Walker 1983) yang merupakan
tanaman C4 (Gambar 2).
Dalam keadaan cekaman kekeringan,
spesies C3 umumnya memiliki KAR daun
yang lebih rendah daripada tumbuhan C4. Hal
ini mungkin terkait dengan karakteristik
tumbuhan C4 yang cukup efisien dalam
pemanfaatan air. Penurunan KAR daun ini
diikuti oleh kehilangan turgor daun dan
akhirnya terjadi kelayuan, penutupan stomata,
penurunan fotosintesis, dan mempengaruhi
proses metabolisme dasar lainnya (Kramer &
Boyer 1995).
Nilai KAR daun ketiga tanaman
mengalami peningkatan kembali pada hari ke9 setelah tanaman disiram kembali
(rewatering). Menururt Violita (2007),
rewatering dapat meningkatakan KAR daun
sampai pada tingkat yang sama dengan KAR
daun tanaman kontrol setelah dua hari
recovery. Peningkatan KAR daun ini
diperlukan untuk perbaikan tanaman dari
kerusakan
akibat
perlakuan
cekaman
kekeringan.
Perlakuan
cekaman
kekeringan
berpengaruh
pula
terhadap
nilai-nilai
parameter fotosintesis diantaranya yaitu nilai
maksimum efisiensi fotosintesis (Fv/Fm) dan
photochemical quenching (qP).
Nilai Fv/Fm merupakan parameter yang
menggambarkan tingkat efisiensi fotosintesis
maksimum tumbuhan. Penurunan Fv/Fm
menggambarkan bahwa tumbuhan mengalami
kerusakan piranti fotosintesis. Menurut
Medrano et al. (2002), peningkatan penutupan
stomata terjadi sejalan dengan semakin
lamanya kekeringan yang diikuti secara
paralel oleh penurunan laju fotosintesis.
Ketika penutupan stomata terjadi, dengan
sendirinya CO2 yang masuk melalui stomata
akan menurun. Telah diketahui bahwa CO2
dibutuhkan dalam reaksi karbon fotosintesis
(siklus kalvin), sehingga penurunan CO2 ini
tentunya akan menurunkan laju fotositesis.
Proses selanjutnya NADPH yang digunakan
pada reaksi karbon fotosintesis akan
menumpuk akibat penurunan konsetrasi CO2.
Konsekuensi dari menumpuknya NADPH
akan mengakibatkan terjadinya kelebihan
energi yang jika tidak dilepaskan secara aman
bisa membahayakan fotosistem II (PS II)
karena reduksi berlebih dari pusat reaksi
(Demming-Adams & Adams 1992; Tezara et
al. 1999). Tanaman padi memiliki nilai Fv/Fm
terendah daripada tanaman Echinochloa dan
alang-alang (Gambar 3). Hal ini membuktikan
bahwa laju fotosintesis tanaman padi dalam
hal ini tanaman C3 memiliki laju fotosintesis
yang lebih rendah daripada tanaman
Echinochloa dan alang-alang (tanaman C4).
Selama
kekeringan
akan
terjadi
penurunan laju fotosintesis pada tanaman C3
segera
setelah
perlakuan
kekeringan
sementara pada tanaman C4 penurunan laju
fotosintesis
terjadi
setelah
tanaman
mengalami stres air sedang (Hamim 2005).
Pada percobaan tanaman lain diperoleh bahwa
kekeringan yang diberikan selama 8-10 hari
dapat menginduksi regulasi tanaman terhadap
kehilangan air dan pengambilan air untuk
mempertahankan kandungan air relatif (KAR)
dalam batas dimana kapasitas fotosintesis
menunjukkan tidak ada atau sedikit perubahan
(Ganakin 2008). Selama cekaman kekeringan
ringan tidak berpengaruh terhadap reaksi
fotokimia PSII, tetapi selama cekaman
kekeringan
berat
dapat
menyebabkan
terjadinya kerusakan pada kedua fotosistem
(Genty et al. 1987).
Nilai qP merupakan parameter yang
menunjukkan banyaknya energi matahari
yang dapat dimanfaatkan dalam reaksi
fotosintesis.
Rendahnya
nilai
qP
menyebabkan rendahnya pemanfaatan energi.
Hal tersebut tampak seperti pada Gambar 5,
dimana semakin lama perlakuan cekaman
kekeringan yang diberikan semakin rendah
nilai qP ketiga tanaman (Echinochloa, alangalang, dan padi). Stres kekeringan dapat
menyebabkan penurunan nilai qP pada
tanaman tomat (Haupt-herting & Fock 2000).
Pengaruh Perlakuan Cekaman Kekeringan
terhadap Anatomi Daun Tanaman C3 dan
C4
Pengamatan anatomi daun dilakukan
menggunakan
mikroskop
cahaya
dan
mikroskop transmisi elektron (TEM).
Pengamatan menggunakan mikroskop cahaya
dilakukan untuk mengamati anatomi daun
secara keseluruhan. Sedangkan pengamatan
menggunakan mikroskop elektron transmisi
dilakukan untuk mengamati pada tingkat
selular. Pengamatan menggunakan mikroskop
cahaya dilakukan pada tanaman Echinochloa,
alang-alang, dan padi. Sedangkan pengamatan
menggunakan TEM dilakukan hanya pada
tanaman Echinochloa dan padi.
Dari hasil pengamatan menggunakan
mikroskop cahaya, perlakuan cekaman
kekeringan tidak berpengaruh nyata terhadap
tebal daun di daerah tulang utama, tebal daun
daerah sel buliform, tebal daun di daerah anak
tulang daun, diameter xilem tulang utama,
diameter xilem anak tulang daun, jumlah da
tinggi sel buliform ketiga tanaman (Tabel 2, 3,
dan 4). Hal tersebut mungkin karena stres
yang diberikan selama 6 hari belum
memberikan dampak yang signifikan bagi
tanaman, sehingga belum terlihat adanya
perubahan yang nyata secara anatomi baik
secara kuantitatif (Tabel 2, 3, dan 4) maupun
kualitatif (Lampiran 6). Hal tersebut sama
seperti yang telah dilakukan oleh Poejiastuti
(1994), perlakuan cekaman kekeringan yang
diberikan selama 7 hari masih bersifat ringan
pada tanaman kedelai. Dalam habitat
kekurangan air, tanaman akan membentuk
sifat khusus untuk melindunginya dari
kehilangan air dalam jumlah yang berlebih
dengan cara yang berbeda-beda. Beberapa
sifat tersebut diantaranya berkurangnya luas
permukaan luar diiringi oleh mengecilnya
ukuran sel, bertambah tebal dinding selnya,
bertambah rapat sistem jaringan pembuluh
dan stomata, bertambahnya jumlah jaringan
tiang, tebal kutikula, dan berkurangnya jumlah
jaringan spons (bunga karang)
(Hidayat
1995).
Terdapat perbedaan jumlah dan struktur
kloroplas mesofil antara tanaman Echinochloa
dan padi yang diberi perlakuan cekaman
kekeringan (Gambar 5b dan 6b). Kloroplas
pada tanaman Echinochloa terdapat pada sel
mesofil dan sel seludang pembuluh (Gambar
5), sedangkan pada tanaman padi kloroplas
hanya terdapat pada sel mesofil saja (Gambar
6). Sel seludang pembuluh tanaman padi tidak
mengandung kloroplas (Gambar 6c). Hal ini
terkait dengan perbedaan antara tanaman C3
dan C4 secara anatomi, dimana tanaman C4
memiliki sel seludang pembuluh dengan
dinding lebih tebal, jumlah kloroplas lebih
banyak, sejumlah besar organel terutama
mitokondria dan peroksisom, vakuola pusat
yang lebih kecil, kloroplasnya besar dan
berwarna hijau tua, biasanya lebih besar
daripada kloroplas sel mesofil. Sedangkan
tanaman C3 sering memiliki sel seludang
pembuluh yang lebih tersamar, sel seludang
pembuluh mengandung organel sedikit dan
kloroplas agak kecil, sehingga dengan
mikroskop cahaya tampak seperti kosong.
(Salisbury & Ross 1992; Hidayat 1995).
Menurut Dickison (2000), efisiensi yang
tinggi dari sistem fotosintesis C4 berkorelasi
dengan struktur ”Kranz Anatomi” dan
membutuhkan kerja sama metabolik antara
mesofil daun dan sel seludang pembuluh.
Secara
umum,
konsentrasi
organel
(mitokondria dan peroksisom) pada sel
seludang pembuluh tanaman C4 dan C3-C4
lebih besar dari tanaman C3.
Kloroplas
sel
mesofil
tanaman
Echinochloa dan padi yang diberi perlakuan
cekaman kekeringan memiliki jumlah pati
yang lebih banyak dari tanaman kontrol
(Gambar 5b dan 6b). Terakumulasinya pati
akibat cekaman kekeringan menunjukkan
bahwa terjadi kendala translokasi asimilat
akibat cekaman kekeringan. Jumlah pati pada
kloroplas sel seludang pembuluh tanaman
Echinochloa yang diberi perlakuan cekaman
kekeringan lebih banyak dari kloroplas sel
mesofil (Gambar 5b dan 6d). Jumlah pati
dalam kloroplas sel seludang pembuluh
tanaman Echinochloa baik yang stres maupun
kontrol lebih banyak dibandingkan dengan
jumlah pati pada kloroplas sel mesofil (Tabel
6 & Gambar 5). Menurut Edwards dan Walker
(1983), kloroplas sel mesofil dan sel seludang
pembuluh tanaman C4 dapat menyimpan pati,
tetapi kloroplas sel seludang pembuluh
merupakan tempat penyimpan utama.
Pati merupakan karbohidrat yang paling
melimpah pada tanaman. Selama fotosintesis,
pati dibentuk di dalam kloroplas (Esau 1977).
Menurut Fahn (1991), kloroplas sel seludang
pembuluh
mengumpulkan
pati
dan
mempunyai ultrastruktur yang berlainan
dengan kloroplas mesofil.
SIMPULAN
Perlakuan
cekaman
kekeringan
memberikan pengaruh yang berbeda-beda
terhadap tanaman Echinochloa, alang-alang,
dan padi. Secara umum ketiga tanaman
memberikan respon yang berbeda, baik respon
secara fisiologis maupun anaotomi. Perbedaan
respon tersebut membuktikan bahwa ketiga
Download