BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parahnya

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Parahnya kondisi krisis keuangan global yang diikuti dengan runtuhnya
Lehman Brothers1 pada September 2008 menyebabkan pemerintah dan bank sentral di
seluruh dunia melakukan berbagai langkah untuk menstabilkan kondisi keuangan dan
mendukung permintaan agregat. Di Amerika Serikat (AS), sebuah kebijakan
pelonggaran moneter yang signifikan dilakukan baik dengan menggunakan langkah
konvensional maupun nonkonvensional. Pada 16 Desember 2008, Komite Pasar
Terbuka Federal (FOMC), dalam upaya untuk memperbaiki kondisi resesi yang disebut
sebagai yang terburuk sejak resesi tahun 1937-38, mengurangi suku bunga federal
funds hampir mendekati nol. Sejak saat itu, dengan telah menggunakan semua
kebijakan konvensional yang standar, The Federal Reserve (The Fed) mulai melakukan
kebijakan nonkonvesional yang disebut dengan quantitative easing (QE).
Secara sederhana, QE merujuk pada perubahan komposisi dan/atau ukuran
neraca bank sentral yang dirancang untuk meningkatkan kondisi likuiditas dan/atau
kredit. QE dilakukan dengan cara pembelian dalam jumlah besar surat berharga jangka
panjang, termasuk surat utang pemerintah (treasuries), agency bonds 2 , dan agency
1
Kebangkrutan perusahaan jasa keuangan Lehman Brothers merupakan kebangkrutan terbesar dalam
sejarah AS, dengan Lehman memegang aset lebih dari 600 miliar dolar AS (Marketwatch, 2008).
2
Sebuah obligasi yang diterbitkan oleh suatu badan pemerintah namun tidak dijamin sepenuhnya seperti
surat utang pemerintah AS dan surat utang daerah. Badan atau lembaga yang termasuk di dalamnya
antara lain seperti Fannie Mae, Freddie Mac, Sallie Mae dan Federal Home Loan Banks (The Securities
Industry and Financial Markets Association, 2013).
1
mortgage backed securities3. Sebagian besar masyarakat berpendapat bahwa instrumen
kebijakan konvensional bank sentral seperti suku bunga overnight akan lebih baik dan
dapat diandalkan daripada QE. Lalu mengapa gubernur bank sentral secara rasional
memilih untuk melakukan QE? Jawabannya adalah karena dalam kondisi yang sangat
buruk, bank sentral dapat memangkas suku bunga nominal sampai tingkat nol persen,
namun masih belum dapat merangsang kondisi perekonomian. Situasi di mana suku
bunga nominal telah menyentuh tingkat nol persen disebut dengan perangkap likuiditas
(liquidity trap) (Krugman, 1998).
Ketika suku bunga tidak dapat ditekan di bawah nol dan ketika suku bunga bank
sentral mendekati nol maka pengaruh kebijakan moneter dalam perekonomian menjadi
tidak signifikan. Meskipun suku bunga mendekati nol, masih ada cara lain untuk
mempengaruhi harga uang, yaitu melalui QE. Tujuannya adalah untuk menurunkan
suku bunga yang dihadapi oleh perusahaan dan rumah tangga serta menciptakan uang
baru untuk digunakan dalam perekonomian. Dengan demikian, bank sentral dapat
menggunakan uang baru tersebut untuk membeli surat berharga seperti obligasi
pemerintah, obligasi korporasi, saham dan bentuk aset lainnya. Kondisi ini kemudian
akan menyebabkan harga aset mengalami penaikan dan imbal hasil atau suku bunga
mengalami penurunan. Dengan pinjaman yang lebih murah maka harapannya bank
sentral dapat kembali mendorong permintaan ke dalam perekonomian dan menariknya
keluar dari resesi.
3
Salah satu produk sekuritisasi di mana sekuritas dijamin dengan hipotek (mortgage). Hipotek dijual
kepada sekelompok individu (instansi pemerintah atau bank investasi) yang kemudian melakukan
sekuritisasi hipotek bersama-sama dengan surat utang yang lain menjadi suatu produk sekuritas yang
dapat dijual kepada investor (The Securities Industry and Financial Markets Association, 2013).
2
Sejak tahun 2007, The Fed telah melakukan kebijakan moneter yang ekspansif
dalam upaya untuk merangsang pertumbuhan ekonomi. Penurunan target suku bunga
federal fund dari 5,25 persen hingga secara efektif nol persen adalah kebijakan
pelonggaran yang luar biasa cepat (Grafik 1.1). Salah satu bagian penting dari upaya
ini adalah dengan membeli surat utang pemerintah jangka pendek melalui operasi pasar
terbukanya. Melalui pembelian aset tersebut, The Fed menyuntikkan lebih banyak uang
ke dalam perekonomian. Pembelian tersebut, dengan kata lain, seharusnya dapat
meningkatkan kegiatan ekonomi karena terdapat penambahan cadangan ke sistem
perbankan komersial, sehingga memungkinkan bank untuk meminjamkan lebih
banyak uang. Namun, karena tidak efektifnya operasi pasar terbuka ini dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi, The Fed menerapkan beberapa putaran pembelian
sekuritas yang dikenal sebagai QE. Di bawah kebijakan QE, the Fed membeli surat
berharga jangka panjang dalam upaya untuk menurunkan suku bunga jangka panjang
dan pada akhirnya lebih merangsang pinjaman.
Persen (%)
6
5
4
3
2
1
Jan 07
Mar 07
Mei 07
Jul 07
Sep 07
Nov 07
Jan 08
Mar 08
Mei 08
Jul 08
Sep 08
Nov 08
Jan 09
Mar 09
Mei 09
Jul 09
Sep 09
Nov 09
Jan 10
Mar 10
Mei 10
Jul 10
Sep 10
Nov 10
Jan 11
Mar 11
Mei 11
Jul 11
Sep 11
Nov 11
Jan 12
Mar 12
Mei 12
Jul 12
Sep 12
Nov 12
Jan 13
Mar 13
Mei 13
Jul 13
Sep 13
Nov 13
Jan 14
Mar 14
Mei 14
Jul 14
Sep 14
0
Grafik 1.1 Suku Bunga Federal Fund, Jan 2007 - Sep 2014
Sumber: US Federal Reserve (www.federalreserve.gov)
3
Kebijakan QE tidak hanya mempengaruhi indikator perekonomian AS tetapi
juga indikator perekonomian negara lain, terlebih dengan kondisi pasar yang makin
terintegrasi. Kini perekonomian suatu negara telah sangat terbuka, sehingga kebijakan
maupun perubahan yang berasal dari luar negeri dapat mempengaruhi kondisi
perekonomian domestik. Kebijakan QE dan dampak yang disebabkan telah menjadi
diskusi dan perdebatan yang hangat diantara para pembuat kebijakan dan akademisi
terkait dengan kondisi perekonomian pasca-krisis. Ada kontroversi mengenai
efektivitas dan kemungkinan adanya global spillover atas langkah kebijakan moneter
nonkonvensional seperti QE (Barroso, et al., 2013). Diskusi mengenai apakah ekspansi
moneter AS menyebabkan resesi atau booming di negara-negara lain serta apakah
ekspansi moneter meningkatkan atau memperburuk neraca perdagangan telah lama
didiskusikan, namun tetap menjadi suatu hal yang kontroversial.
Penelitian ini akan menganalisis pengaruh stimulus moneter AS paska krisis
tahun 2008 terhadap fluktuasi perekonomian Indonesia (Grafik 1.2) serta mekanisme
transmisi kejutan kebijakan moneter tersebut dalam rezim nilai tukar yang fleksibel.
Kebangkrutan Lehman Brother pada September 2008 telah mengakibatkan penurunan
yang sangat dalam pada PDB riil AS berikut fluktuasi perekonomiannya. Sebelum
memasuki krisis global tahun 2008, fluktuasi perekonomian AS bernilai positif, hal ini
berarti nilai aktual output (PDB) lebih besar daripada nilai potensialnya dan
perekonomian beroperasi pada tingkat yang lebih tinggi daripada kapasitasnya dalam
jangka panjang; meskipun demikian kondisi tersebut tidak bertahan lama dan fluktuasi
mengarah pada penurunan yang sangat drastik dan mencapai posisi terendah pada
kuartal II 2009 yakni -3 persen deviasi dari tingkat potensialnya (nilai negatif
4
menunjukkan bahwa perekonomian beroperasi di bawah kapasitasnya dalam jangka
panjang). Selain itu, perekonomian Indonesia juga menerima imbas dari kejadian
tersebut. Walaupun nilai PDB secara agregat mengalami penaikan, nilai fluktuasi
perekonomian mengalami nilai negatif yang berarti nilai aktual output (PDB) lebih
kecil daripada nilai potensialnya.
Grafik 1.2 Hubungan Fluktuasi AS dan Indonesia, Jan 2007- Jun 2014
Catatan : PDB riil asa (E(PDB)) dihitung menggunakan trend Hodrick-Prescott Filter
Sumber : CEIC database, 2014, diolah
5
Berbeda dengan fluktuasi di AS, fluktuasi di Indonesia membentuk
kecenderungan musiman (seasonal). Nilai output yang cenderung rendah di kuartal IV
menjadi makin rendah akibat resesi ekonomi di AS dan mencapai posisi terendah pada
kuartal IV 2009 yakni -2,8 persen deviasi dari tingkat potensialnya. Kondisi tersebut
juga memberi informasi penting lain mengenai transmisi krisis ekonomi global ke
Indonesia yang mengalami kelambanan (lag) selama kurang lebih dua kuartal. Setelah
The Fed melakukan QE dalam tiga periode, kondisi perekonomian AS beranjak
membaik, dan mulai kuartal III 2012, nilai fluktuasi adalah positif dan terakhir
mencapai 2,13 persen pada kuartal II 2014. Begitu pula dengan fluktuasi perekonomian
Indonesia yang memberikan arah penaikan walaupun dalam kecenderungan musiman.
Fluktuasi perekonomian, transmisi kejutan kebijakan moneter, serta QE menjadi pokok
pembahasan dalam penulisan skripsi ini dan akan dibahas secara lebih lanjut dalam
bagian pembahasan.
1.2
Permasalahan Penelitian
Kebijakan QE tidak hanya mempengaruhi indikator perekonomian AS tetapi
juga indikator perekonomian negara lain. Hal tersebut kemudian memunculkan
perdebatan apakah ekspansi moneter AS menyebabkan resesi atau ekspansi di negaranegara lain. Para pembuat kebijakan di negara-negara emerging market menunjukkan
adanya kemungkinan spillover yang negatif dari QE, salah satunya yang berasal modal
masuk dalam bentuk carry-trade4. Kondisi tersebut pada gilirannya memicu volatilitas
4
Carry-trade berarti pinjaman pada suku bunga rendah dan diinvestasikan dalam aset yang memberikan
imbal hasil yang lebih tinggi.
6
yang berlebihan dalam arus modal dan harga komoditas domestik. Meskipun demikian,
pembuat kebijakan di negara maju berpendapat bahwa kebijakan pelonggaran moneter
seperti QE ditujukan untuk mempertahankan pertumbuhan dan menghindari peristiwa
negatif lainnya yang lebih ekstrim, sehingga juga mampu mendukung pertumbuhan di
pasar negara-negara berkembang.
Dalam ranah teori, terdapat dua sumber ambiguitas terkait efek ekspansi
moneter. Ambiguitas yang pertama adalah hasil prediksi dari masing-masing model.
Model Mundell-Flemming-Dornbusch (MFD) tradisional memiliki prediksi ambigu
terkait efek yang ditimbulkan oleh ekspansi moneter. Ambiguitas dalam mekanisme
transmisi moneter internasional juga muncul dari beberapa pengembangan kerangka
kerja baru. Aplikasi model intertemporal (dengan harga atau upah tetap) untuk
mekanisme transmisi moneter internasional, yaitu Svensson dan Van Wijnbergen
(1989) dan Obstfeld dan Rogoff (1995), memberikan perspektif yang berbeda. Selain
itu, ketika kedua kerangka menyarankan prediksi serupa, mekanisme transmisi yang
rinci dapat berbeda di beberapa kasus. Celah empiris yang ada memunculkan
pertanyaan, yaitu “apakah kebijakan QE menghasilkan efek spillover yang positif atau
negatif ke negara berkembang seperti Indonesia? Lalu, melalui jalur transmisi manakah
pengaruh QE tersebut hingga akhirnya mempengaruhi tingkat output di Indonesia?
Serta apakah kejutan kebijakan moneter AS memberikan pengaruh pada fluktuasi,
yakni berupa resesi atau ekspansi, bagi perekonomian Indonesia?”
7
1.3
Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai pengaruh kebijakan moneter terhadap perekonomian
bukanlah hal baru. Bernanke, Boivin dan Eliasz (2005) melakukan penelitian dan
berusaha
mengukur
pengaruh
kebijakan
moneter
terhadap
perekonomian
menggunakan metode Factor-Augmented Vector Autoregressive (FAVAR). Selain itu,
Mumtaz dan Surico (2009) berusaha melakukan penelitian mengenai pengaruh kejutan
eksternal terutama kebijakan moneter AS terhadap fluktuasi makroekonomi di negaranegara emerging market dengan menggunakan pendekatan Structural Vector
Autoregressive (SVAR). Tabel 1.1 menyajikan beberapa penelitian serupa mengenai
pengaruh kebijakan moneter terhadap perekonomian.
8
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No.
1.
2.
Judul Penelitian
Peneliti
Measuring the Effects of
Ben S. Bernanke,
Monetary Policy: A
Jean Boivin dan
Factor-Augmented Vector Piotr Eliasz (2005)
Autoregressive
(FAVAR) Approach
The Relationship between
Exchange Rate and Stock
Prices during the
Quantitative Easing
Policy in Japan
Yutaka Kurihara
(2006)
Variabel
Suku bunga federal fund,
tingkat produksi industri,
indeks harga konsumen,
surat utang pemerintah
jangka pendek (T-bill)
dengan tenor 3 bulan,
surat utang pemerintah
jangka menengah (T-note)
dengan tenor 5 tahun,
basis moneter (M0), M2,
nilai tukar JPY/USD,
penggunaan kapasitas
(capacity utilization),
konsumsi produk tahan
lama (durable
consumption), konsumsi
produk tidak tahan lama
(nondurable
consumption), tingkat
pengangguran, rata-rata
pendapatan per jam,
jumlah konstruksi rumah
baru (housing starts),
imbal hasil dividen S&P,
ekspektasi konsumen
Indeks saham Jepang,
indeks saham AS, nilai
tukar JPY/USD, call
interest rate Jepang, dan
suku bunga federal fund
Alat
Analisis/Pendekatan
Factor-Augmented
VAR Approach
Vector
Autoregressive (VAR)
Temuan Penting
Metode FAVAR
menghasilkan informasi yang
sesuai dan signifikan untuk
mengidentifikasi mekanisme
transmisi moneter. Secara
keseluruhan, hasil yang
diperoleh memberikan
gambaran yang komprehensif
dan koheren atas efek
kebijakan moneter pada
perekonomian.
Tingkat perubahan nilai tukar
adalah positif dan signifikan
terhadap harga saham.
Sedangkan suku bunga tidak
mempengaruhi harga saham.
Suku bunga federal fund
memiliki pengaruh negatif
dan signifikan terhadap harga
saham. Dengan melakukan
tes Kausalitas Granger, hasil
menunjukkan bahwa
Persamaan dan
Perbedaan
Persamaan:
Kerangka penelitian
yang bertujuan
menganalisis efek
kebijakan moneter
serta mekanisme
transmisinya.
Perbedaan: Alat
analisis, lokasi
penelitian, periode
penelitian, dan faktor
kejutan kebijakan
moneter yang
digunakan.
Persamaan:
Kerangka penelitian
yang bertujuan
menganalisis pengaruh
QE.
Perbedaan:
Lokasi penelitian,
periode penelitian, alat
analisis yang
digunakan, dan
9
3.
4.
External Shocks, US
Monetary Policy and
Macroeconomic
Fluctuations in Emerging
Markets
The Transmission of
Bartosz
Mackowiak
(2007)
Haroon Mumtaz
Suku bunga, nilai tukar,
tingkat harga, output riil
Aktivitas riil
Structural VAR
Factor-Augmented
hipotesis harga saham AS
tidak mempengaruhi harga
saham Jepang ditolak. Di sisi
lain, suku bunga AS juga
berpengaruh secara
signifikan terhadap harga
saham Jepang. Dengan
menggunakan impulse
response function, hasilnya
jelas bahwa QE telah
mempengaruhi harga saham
Jepang.
Estimasi SVAR yang
dilakukan menunjukkan
bahwa kejutan eksternal
merupakan faktor penting
bagi fluktuasi ekonomi
makro di pasar negara
berkembang relatif terhadap
kejutan kebijakan moneter
AS. Kejutan eksternal kurang
lebih mempengaruhi satu
setengah variasi dalam nilai
tukar dan tingkat harga.
Sedangkan, kejutan kebijakan
moneter AS hanya
mempengaruhi 0,1 fluktuasi
makroekonomi. Kejutan
kebijakan moneter AS
memberi efek spillover yang
cukup besar. Kejutan
kebijakan moneter AS hanya
menjelaskan sebagian kecil
variasi tingkat harga dan
output riil di AS. Namun,
kejutan tersebut menjelaskan
bagian yang lebih besar atas
variasi tingkat harga dan
output riil di negara emerging
market.
Efek dinamis pada
variabel yang diamati.
Persamaan:
Menganalisis fluktuasi
ekonomi makro di
negara berkembang
akibat kejutan
eksternal dan kejutan
kebijakan moneter AS.
Perbedaan:
Lokasi penelitian,
periode penelitian, dan
alat analisis yang
digunakan.
Persamaan:
10
International Shocks:
A Factor-Augmented
VAR Approach
5.
The Effects of
Quantitative Easing on
Interest Rates:
Channels and
Implications for Policy
dan
Paolo Surico
(2009)
Arvind
Krishnamurthy
dan
Annette VissingJorgensen (2011)
(pertumbuhan output,
kesempatan kerja,
konsumsi,
dan investasi), inflasi,
jumlah uang beredar, dan
suku bunga.
.
Imbal hasil obligasi dan
harga produk derivatif
(federal funds futures
contracts, CDS swap
rates, inflation swap rates,
dan implied volatility pada
opsi suku bunga)
VAR Approach
Difference-indifference approach
perekonomian UK atas
penurunan suku bunga jangka
pendek di seluruh dunia yang
tak terduga adalah: inflasi
harga rumah riil, investasi,
PDB dan pertumbuhan
konsumsi mencapai
puncaknya setelah satu tahun;
upah mencapai
puncaknya setelah dua tahun,
dan Indeks Harga Konsumen
(IHK) dan PDB deflator
mencapai puncaknya pada
tahun ketiga. Nilai tukar
nominal yang mencapai
puncaknya setelah satu tahun
menunjukkan bukti adanya
“overshooting” yang
tertunda. Kejutan penawaran
internasional yang positif
membuat distribusi sektoral
pada deflator konsumsi UK
miring secara negatif
(negatively skewed). Kejutan
kebijakan moneter dalam
negeri (UK) tidak banyak
mempengaruhi nilai tukar
dan likuiditas; lebih jauh lagi,
forward discount dan
anomali harga minim terjadi,
dan jika terjadi hanya dalam
waktu yang singkat.
Pembelian surat utang
pemerintah jangka panjang
dan surat utang jangka
panjang lainnya secara
signifikan menurunkan suku
bunga nominal pada surat
utang pemerintah, agency
bonds, obligasi korporasi,
dan mortgage-backed
Kerangka penelitian
yang bertujuan
menganalisis efek
kejutan internasional
serta mekanisme
transmisinya.
Perbedaan:
Lokasi penelitian,
periode penelitian, dan
faktor kejutan yang
digunakan.
Persamaan:
Kerangka penelitian
yang bertujuan
menganalisis efek QE
serta mekanisme
transmisinya.
Perbedaan:
Lokasi penelitian,
11
6.
The Financial Market
Effects of the Federal
Reserve’s Large-Scale
Asset Purchases
Joseph Gagnon,
Matthew Raskin,
Julie Remache,
dan Brian Sack
(2011)
Unemployment gap, core
CPI inflation, long-run
inflation disagreement,
six-month realized daily
volatility of the on-the-run
the year Treasury yield,
surat utang pemerintah
yang dipegang oleh
Event-study approach
dan ordinary least
squares regression
securities, namun dengan
besaran yang berbeda antar
jenis obligasi dan jatuh
tempo. Untuk QE1 dan QE2
peneliti menemukan bukti
yang signifikan untuk: (1)
jalur transmisi signaling yang
menurunkan imbal hasil
semua obligasi (dengan efek
yang lebih besar pada
obligasi jangka menengah
daripada jangka panjang), (2)
jalur tranasmisi keamanan
(safety channel) yang
menurunkan imbal hasil
untuk obligasi bebas risiko
jangka menengah dan jangka
panjang karena karakter
pembelian yang unik untuk
aset bebas risiko dan
pembelian The Fed
mengurangi pasokan aset
tersebut dan karenanya
meningkatkan ekuilibrium
safety-premium, dan (3) jalur
transmisi inflasi dengan bukti
dari tingkat inflation swap
dan TIPS yang menunjukkan
bahwa ekspektasi inflasi yang
meningkat menyiratkan
penurunan yang lebih besar
pada suku bunga riil daripada
suku bunga nominal.
Terdapat bukti bahwa
pembelian aset dalam jumlah
besar menyebabkan
penurunan suku bunga jangka
panjang atas berbagai surat
berharga, bunga, termasuk
surat berharga yang tidak
termasuk dalam program
periode penelitian, dan
alat analisis yang
digunakan.
Persamaan:
Menganalisis
mekanisme QE dan
pengaruhnya terhadap
perekonomian.
Perbedaan:
Lokasi penelitian,
12
publik, surat utang
pemerintah yang dipegang
oleh Federal Reserve, debt
securities AS
7.
Quantitative Easing,
Portfolio Choice and
International Capital
Flows
Marcel Fratzscher,
Marco Lo Duca,
dan Roland Straub
(2012)
Arus masuk portofolio
saham, arus masuk
portofolio obligasi, indeks
harga saham, perubahan
pada imbal hasil obligasi,
nilai tukar, dummy
variable pengumuman
QE1, dummy variable
pengumuman QE2,
likuiditas, surat utang
pemerintah, mortgagebacked securities, imbal
hasil surat utang
pemerintah dengan tenor
10 tahun, imbal hasil surat
utang pemerintah jangka
pendek (T-bill) dengan
tenor 3 bulan, indeks
harga saham S&P 500,
Perubahan pada G10
Economic Surprise Index,
Perubahan pada Economic
Surprise Index negara
emerging market
Benchmark
regression model
pembelian. Penurunan suku
bunga ini secara umum
mencerminkan premi risiko
yang lebih rendah, termasuk
term premium, ketimbang
ekspektasi yang lebih rendah
atas suku bunga jangka
pendek di masa depan.
Mengungkapkan bukti kuat
bahwa kebijakan moneter
nonkonvensional AS telah
meningkatkan secara
keseluruhan keputusan
portofolio dan harga aset, dan
efek ini cukup besar secara
absolut. Operasi kebijakan
QE memberikan efek yang
jauh lebih besar pada
keputusan portofolio dan
harga aset daripada
pengumuman The Fed atas
kebijakan ini. Hal ini penting
karena sebagian besar
literatur sampai saat ini
berfokus pada dampak pasar
pengumuman, sementara
hasil yang ditemukan
menekankan bahwa operasi
The Fed sebenarnya relatif
lebih penting untuk
memahami keputusan
portofolio dan risiko di
tingkat global. Selain itu,
ditemukan bahwa pengaruh
QE berlangsung terutama
melalui jalur transmisi neraca
portofolio di beberapa
negara. Kebijakan ini
meningkatkan pro-cyclicality
arus masuk modal ke negaranegara emerging market.
periode penelitian, dan
alat analisis yang
digunakan.
Persamaan:
Menganalisis jalur
transmisi kebijakan
moneter
nonkonvensional dan
pengaruhnya terhadap
kondisi perekonomian
negara emerging
market.
Perbedaan:
Lokasi penelitian,
periode penelitian, dan
alat analisis yang
digunakan.
13
8.
Quantitative Easing and
Related Capital Flows
into Brazil:
Measuring Its Effects and
Transmission Channels
Through a
Rigorous Counterfactual
Evaluation
João Barata R. B.
Barroso,
Luiz A. Pereira da
Silva, dan
Adriana Soares
Sales (2013)
Headline inflation, activity
index, arus masuk modal,
policy rate, nilai tukar
BRL/USD, nonearmarked credit (%
PDB), kredit bank swasta
(% PDB), suku bunga,
nilai kapitalisasi pasar
saham (% PDB)
QE memiliki dampak
Counterfactual
evaluation dan Vector spillover yang kuat pada
Autoregressive (VAR) perekonomian Brasil. Efek
tersebut meliputi arus masuk
modal yang berlebihan
(excessive), apresiasi nilai
tukar, kenaikan harga saham
dan credit boom (kredit baru
sebagian besar diberikan
untuk rumah tangga, yang
mendorong tingkat penjualan
ritel, penjualan mobil dan
aktivitas ekonomi secara
umum). Arus masuk modal
ditemukan menjadi jalur
transmisi yang paling
dominan dari
QE.
Persamaan:
Menganalisis dampak
spillover QE serta
jalur transmisinya
terhadap
perekonomian.
Perbedaan:
Lokasi penelitian,
periode penelitian, dan
alat analisis yang
digunakan.
14
1.4
Tujuan Penelitian
1.
Menganalisis efek spillover QE ke negara berkembang seperti Indonesia.
2.
Menganalisis jalur transmisi QE yang lebih dominan dan implikasinya terhadap
tingkat output di Indonesia.
3.
Menganalisis pengaruh kejutan kebijakan moneter AS terhadap fluktuasi
perekonomian Indonesia.
1.5
Manfaat Penelitian
Berdasarkan persamaan dan perbedaan antara penelitian yang satu dengan yang
lainnya (lihat Tabel 1.1), terdapat dua kontribusi utama dalam penelitian ini. Pertama,
penelitian ini secara spesifik ingin menjelaskan bagaimana pengaruh kebijakan
moneter QE terhadap fluktuasi perekonomian Indonesia. Kedua, metode Structural
Vector Error Correction (SVEC) yang digunakan dalam penelitian ini juga dapat
melihat pengaruh QE dan memberikan informasi yang sesuai dan signifikan untuk
mengidentifikasi mekanisme transmisi QE.
I.6
Alat Analisis
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Structural Vector
Error Correction (SVEC) yang bertujuan untuk melihat pengaruh kejutan kebijakan
moneter dan mengidentifikasi mekanisme transmisi kebijakan tersebut. SVEC
merupakan suatu sistem model ekonometrika dengan persamaan yang dinamis, yang
dalam penelitian ini akan menganalisis keterkaitan antara berbagai variabel
makroekonomi seperti suku bunga, nilai tukar, konsumsi, investasi, ekspor, impor dan
15
lain sebagainya terhadap output gap. Kerangka kerja SVEC berkaitan erat dengan
metode Structural Vector Autoregressive (SVAR). Karakteristik dari pendekatan
struktural adalah adanya hubungan antarvariabel makroekonomi yang tidak sematamata merupakan hasil dari uji statistik, tetapi sudah memasukkan adjustment
berdasarkan kerangka teori ekonomi. Karakteristik dari pendekatan SVAR sering
dikutip oleh para kritikus sebagai metode yang fokus pada guncangan kebijakan yang
non-sistematis, ketimbang yang sistematis. Sebaliknya model SVEC cocok untuk
analisis komponen sistematis dari kebijakan moneter jika satu atau lebih vektor
kointegrasi dapat diidentifikasi. Selain itu, metode SVEC dapat menyesuaikan dengan
kondisi akar unit, di mana data runtun waktu yang digunakan stasioner pada tingkat
diferensi. Sebaliknya, penggunaan SVAR mensyaratkan kondisi data yang stasioner
pada derajat aras karena penggunaan data dalam bentuk diferensi akan menghilangkan
informasi yang sangat berkaitan dengan kemungkinan pergerakan data yang searah.
1.7
Sistematika Penelitian
Skripsi ini terdiri dari empat bab yaitu Bab I Pendahuluan, Bab II Tinjauan
Pustaka, Alat Analisis dan Kerangka Kerja Penelitian, Bab III Analisis Data dan Bab
4 Kesimpulan. Bab I berisi uraian latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, alat analisis dan sistematika penulisan. Bab II berisi landasan teori,
tinjauan empiris, alat analisis yang digunakan, kerangka kerja penelitian, dan model
penelitian. Bab III berisi analisis data dan Bab IV merupakan kesimpulan dari hasil
penelitian.
16
Download