8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar/ Umum

advertisement
BAB 2
LANDAS AN TEORI
2.1
Teori Dasar/ Umum
2.1.1
Konsep Komunikasi
Komunikasi umumnya di artikan sebagai hubungan atau kegiatan – kegiatan
yang berkaitan dengan masalah hubungan, atau diartikan pula sebagai saling tukar
menukar pendapat. Komunikasi dapat juga di artikan kontak antara manusia baik
individu maupun kelompok .
2.1.1.1 Definisi Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dalam bentuk lambang bermakna
sebagai paduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan,
imbauan, dan sebagainya, yang dilakukan seseorang kepada orang lain, baik langsung
secara tatap muka maupun tak langsung melalui media, dengan tujuan mengubah sikap,
pandangan atau perilaku . Komunikasi berasal dari bahasa latin “communicatio” yang
berarti “pergaulan”, “persatuan”, “peran serta”, “kerjasama”, bersumber dari istilah
“communis” yang berarti “sama makna” (Effendy, 1989: 60).
8
9
Berikut ini adalah beberapa definisi tentang ilmu komunikasi yang dikemukakan
oleh para ahli sebagai berikut: weaver komunikasi adalah seluruh prosedur melalui
mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya. Gode komunikasi
adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari semula yang dimiliki oleh seseorang
(monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih.
Definisi di atas memberi penekanan pada proses penularan pemilikan, yaitu dari
yang semula (sebelum komunikasi) hanya dimiliki oleh satu orang kemudian setelah
komunikasi menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih.
M enurut William F.Glueck (management) dalam buku Widjaja (2000: 14):
a) Komunikasi interpersonal
Proses pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antara dua orang
atau lebih di dalam kelompok kecil manusia.
b) Organisasi komunikasi
Di mana pembicara secara
sistematis
memberikan
informasi dan
memindahkan pengertian kepada orang banyak di dalam organisasi dan
kepada pribadi – pribadi dan lembaga - lembaga yang berhubungan.
2.1.1.2 Unsur – unsur dan Model Komunikasi
Jika proses komunikasi dikonstruksikan kedalam sebuah model, maka model
komunikasi menurut Philip Kotler seperti dikutip Effendy (2000: 17-18) sebagai berikut:
Penegasan tentang unsur – unsur dalam proses komunikasi itu adalah sebagai berikut:
1
Pengirim pesan
: komunikator
seseorang atau sejumlah orang
yang menyampaikan
pesan
kepada
10
2
Encoding
: penyandian, yakni proses pengalihan pikiran kedalam
bentuk lambang.
3
Pesan
: pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna
yang disampaikan oleh komunikator.
4.
M edia
: saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari
komunikator kepada komunikan.
5 . Decoding
: pengawas sandian, yakni proses dimana komunikan
menetapkan makna pada lambang yang disampaikan.
6. Penerima pesan
: komunikan yang menerima pesan komunikator.
7. Respon
: tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah
diterpa pesan merupakan penerimaan komunikan akan penyerapan informasi
yang telah disampaikan sender secara non verbal.
8. Timbal balik
: umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila
tersampaikan atau disampaikan pesan kepada komunikator.
9. Gangguan
: gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses
komunkasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang
berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
11
Pengirim
Encoding
Pesan
Decoding
Penerima
M edia
Gangguan
Umpan
Balik
Respon
Gambar 2.1 Unsur-unsur dalam proses komunikasi
Sumber : Kotler dan Amstrong, 2008: 122
M odel komunikasi diatas menegaskan faktor – faktor kunci dalam komunikasi
efektif. Komunikasi memahami khalayak mana yang akan dijadikan sebagai sasaran
serta tanggapan apa yang diinginkannya. Dimana komunikator juga harus terampil
dalam menjadi pesan dengan memperhitungkan bagaimana komunikan sasaran biasanya
mengawas sandi pesan. Komunikator harus mengirimkan pesan melalui media yang
tepat dalam mencapai komunikan sasaran (Effendy, 2000: 19).
12
2.1.1.3 Tujuan Komunikasi
M enurut pendapat Widjaja (2000:66), komunikasi mempunyai beberapa tujuan
antara lain :
1
Supaya yang kita sampaikan dapat mengerti, sebagai komunikator kita harus
menjelaskan kepada komunikan (penerima) sehingga mereka dapat mengerti
dan mengikuti apa yang kita maksudkan.
2
M emahami orang lain. Kita sebagai komunikator harus mengerti pendapat
dan masukan dari customer, seperti bagian pembelian rumah sakit dan dokter
yang menjadi pemakai produk kita.
3
Supaya gagasan dapat diterima orang lain. Kita harus berusaha agar gagasan
kita dapat diterima orang lain dengan pendekatan yang persuasif bukan
memaksakan kehendak. Terlebih lagi apabila kita menghadapi dokter yang
mempunyai jam praktek yang sibuk, kita harus bisa mengambil situasi yang
tepat dalam memasarkan produk kita.
4
M enggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu. M enggerakkan sesuatu
itu dapat bermacam – macam, mungkin berupa kegiatan.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa komunikasi itu bertujuan .
13
2.1.1.4 Fungsi Komunikasi
M enurut Effendy (2004: 8), komunikasi memiliki fungsi sebagai berikut :
1
M enyampaikan informasi (to inform)
Komunikasi merupakan alat untuk menyampaikan informasi yang berupa ide,
fakta, opini, dan pendapat untuk menentukan tujuan.
2
M endidik (to educate)
Pengalihan
ilmu
pengetahuan,
sehingga,
mendorong
perkembangan
intelektual, pembentukan karakter watak, dan pendidikan ketrampilan, serta
kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.
3
M enghibur (to entertain)
Penyebarluasan sinyal, symbol, suara, dan citra (image) dari drama, tari,
kesenian, kesusasteraan, musik, komedi, olahraga, permainan dan sebagainya
untuk rekreasi, kesenangan kelompok dan individu. Dalam hal ini kami
membawa dokter ke tempat makan agar bisa menghibur mereka dan
berdiskusi dengan baik tentang pemakaian produk – produk yang kita
pasarkan.
4
M empengaruhi (to influence)
Komunkasi merupakan alat untuk mempengaruhi sikap, perilaku, opini dan
pendapat publik (publik internal dan eksternal) sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Dengan cara memberikan pelayanan konsumen dengan baik.
14
2.1.1.5 Bentuk Komunikasi
Effendy (2004: 7) membagi komunikasi atas empat bentuk, yakni:
1
Komunikasi Personal (Personal Communication)
Proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap
muka.
2
Komunikasi Kelompok (Group Communication)
proses komunkiasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap
muka, dimana anggota – anggotanya saling berinteraksi satu sama lainnya,
seperti: ceramah, diskusi, symposium, forum, seminar, curahsaran, public
speaking dan lain – lain.
3
Komunikasi M assa (Mass Communication)
Suatu proses komunikasi dimana pesan – pesan disampaikan oleh pembicara
dalam situasi tatap muka di depan khalayak yang lebih besar, seperti: pers,
surat kabar, radio, televisi, film, dan lain – lain.
4
Komunikasi M edio (Medio Communication)
Proses komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber
yang melembaga kepada khalayak sifatnya misal melalui alat – alat yang
bersifat mekanis seperti surat, telepon, pamphlet, poster, spanduk, kaset dan
audio dan lain – lain.
15
Berdasarkan bentuk komunikasi yang telah dipaparkan diatas, peran Public
Relations dalam meningkatkan brand awareness, PT Health Wealth International
memakai bentuk komunikasi personal (personal communication) karena Public
Relations harus bisa meyakinkan masing – masing pemakai, meyakinkan mereka akan
kualitas produk kita.
2.2.1
Public Relations
2.2.1.1 Definisi Public Relations
M enurut British Institute of Public Relations, Public Relations adalah
keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam
rangka memelihara niat baik (goodwill) dan saling pengertian antara suatu organisasi
dengan segenap khalayaknya (Jeffkins, 2003: 9).
International Public Relations Associations (IPRA) mendefinisikan Public
Relations adalah fungsi managemen dari ciri yang terencana dan berkelanjutan melalui
organisasi dan lembaga swasta atau publik (umum) untuk memperoleh pengertian,
simpati dan dukungan dari mereka yang terkait atau mungkin ada hubungannya dengan
penelitian opini publik diantara mereka. Untuk mengaitkannya sedapat mungkin
kebijaksanaan dan prosedur yang mereka pakai unutk melakukan hal itu direncanakan
dan disebarkanlah informasi yang lebih produktif dan pemenuhan keinginan bersama
yang lebih efisien (Soemirat dan Ardianto, 2003: 14).
Jadi dapat disimpulkan bahwa ciri khas dari Public Relations, yaitu suatu
kegiatan timbal balik antara lembaga dengan publiknya. Tidak saja melakukan kegiatan
kepada publik yang ada diluar lembaga, tetapi jugaa pihak publiknya melakukan
16
kegiatan terhadap lembaga itu, sehingga terjadilah suatu pengertian bersama dalam
meraih kepentingan bersama. Dalam hal ini, proses komunikasi Public Relations tidak
hanya menyampaikan informasi, tetapi juga menerima informasi dari publiknya.
2.2.1.2 Fungsi Public Relations
Onong Uchjana Effendy (Ruslan, 2002: 9) mengemukakan bahwa lima fungsi
dari Public Relations, ialah:
1. M enunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi.
2. M embina hubungan harmonis antara organisasi dengan publik.
3. M enciptakan komunikasi dua arah timbal balik dengan menyebarkan
informasi dari organisasi kepada publik dan menyalurkan opini publik
kepada organisasi.
4. M elayani publik dan menasihati pimpinan organisasi demi kepentingan
umum.
5. Operasionalisasi dan organisasi Public Relations adalah bagaimana membina
hubungan harmonis antara organisasi dengan publiknya, untuk mencegah
terjadinya rintangan psikologis, baik yang ditimbulkan dari pihak organisasi
maupun pihak publiknya.
17
M enurut Rumanti (2009: 32) pada dasarnya fungsi Public Relations adalah
sebagai berikut:
1. Kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh goodwill, kepercayaan, saling
adanya pengertian dan citra yang baik dari publik.
2. M emiliki sasaran untuk menciptakan opini publik yang bisa diterima dan
menguntungkan semua pihak.
3. Unsur penting dalam manajemen guna mencapai tujuan yang spesifik, sesuai
harapan publik, tetapi merupakan kekhasan organisasi atau perusahaan.
Sangat penting bagaimana organisasi memiliki warna, budaya, citra, dan
suasana yang kondusif, peningkatan kinerja dan produktivitas bisa dicapai
secara optimal.
4. Upaya menciptakan hubungan yang harmonis antara organisasi atau
perusahaan dengan publiknya, internal atau eksternal melalui proses timbal
balik, sekaligus menciptakan opini publik sebagai efeknya, yang sangat
berguna sebagai input bagi organisasi yang bersangkutan.
18
2.2.1.3 Tujuan Public Relations
Tujuan program kerja dan berbagai aktivitas Public Relations di lapangan adalah
cara menciptakan hubungan harmonis antara organisasi/perusahaan yang diwakilinya
dengan publiknya atau stakeholder-sasaran khalayak yang terkait. Hasil yang diharapkan
ialah terciptanya citra positif (good image), kemauan baik (goodwill), saling menghargai
(mutual appreciation), saling timbul pengertian (mutual understanding), toleransi
(tolerance) antara kedua belah pihak (Ruslan, 2005: 139).
Definisi diatas dapat menggambarkan bahwa pada intinya tujuan Public
Relations adalah tentang citra yang mencakup pembentukan, pemeliharaan, peningkatan,
hingga
perbaikan
sampai
mencapai
citra
positif
yang
diinginkan
oleh
perusahaan/organisasi.
2.2.1.4 Model Peran Public Relations
Peran Public Relations mengalami perkembangan, menurut James E. Grunig
(1992) Public Relations mengalami perkembangan dalam melaksanakan propaganda
maupun kampanye, berikut ini empat model peran Public Relations:
1. Press Agentry (M odel Propaganda)
Pada tahap model ini, Public Relations dalam melakukan propaganda atau
kampanye melalui proses komunikasi searah untuk tujuan publisitas yang
menguntungkan dan khususnya dalam menghadapi media massa, yaitu
dengan mengabaikan kebenaran informasi dan sebagai upaya memanipulasi
19
(untuk menutup-nutup) unsur-unsur negatif dari organisasi atau lembaga
yang diwakilinya.
Persuasive
Source
Organization
Receiver
Public
Propaganda
One Way
Gambar 2.2 Model Press Agentry (Model Propaganda)
Sumber : Ruslan, 2008: 103-105
2. Public Information (Informasi Publik)
Dalam hal ini Public Relations/humas bertindak seolah-olah “Journalist in
residence”, artinya bertindak sebagai wartawan dalam menyebarluaskan
publisitas atau informasinya kepada publik dan khususnya mampu
mengendalikan berita kepada media massa. Unsur kebenaran dan objektivitas
pesan atau informasi selalu diperhatikan oleh pihak narasumber.
Objective
Source
Organization
Receiver
Public
Thruthful
One Way
Communication
Gambar 2.3 Model Public Information (Informasi Publik)
Sumber : Ruslan, 2008: 103-105
20
3. Two Ways Assimmetrical Model (Asimetris Dua Arah)
Pada model asimetris ini, pihak Public Relations atau humas dalam
kampanye melalui komunikasi dua arah dan penyampaian pesannya
berdasarkan hasil riset dan strategi persuasive ilmiah (scientific persuasive)
dan bahwa unsur kebenaran diperhatikan yang berupaya untuk membujuk
publik agar mau bekerja sama, bersikap terbuka serta berpikir sesuai dengan
harapan organisasi. Dalam hal ini masalah “feedback dan feedforward” dari
publiknya selalu diperhatikan.
Source
Organization
Communication with
Persuasive aim
Receiver
Public
Feedback from or
Feedforward about public
Gambar 2.4 Model Two Ways Assimmetrical Model (Asimetris Dua Arah)
Sumber : Ruslan, 2008: 103-105
21
4. Two Ways Symmetrical Model (Simetris Dua Arah)
M odel komunikasi simetris dua arah, yang menggambarkan bahwa
propaganda atau kampanye melalui komunikasi dua arah timbal balik yang
berimbang. M odel ini dapat memecahkan suatu konflik terjadi dan mampu
memperbaiki pemahaman publik secara strategik (Grunig, 1992: 18), yang
dapat diterima dan dianggap lebih etis dalam penyampaian pesan suatu
informasi melalui teknik komunikasi yang membujuk untuk membangun
saling pengertian, mendukung, mempercayai dan saling menguntungkan bagi
kedua belah pihak.
Balanced
Source
Organization
Communicatio n
Receiver
Public
Flow
Gambar 2.5 Model Two Ways Symmetrical Model (Simetris Dua Arah)
Sumber : Ruslan, 2008: 103-105
Teori empat model Praktik Peran Public Relations diatas merupakan gambaran
umum yang dijalankan oleh praktisi Public Relations. M elalui teori tersebut diatas
peneliti hendak mengetahui model peran yang manakah yang dijalankan oleh Public
Relations PT Health Wealth International dalam meningkatkan brand awareness.
22
2.3.1
Marketing Public Relations (MPR)
2.3.1.1 Definisi Marketing Public Relations
M enurut Wilcox dalam bukunya Public Relations Strategies and Tactics,
Marketing Public Relations adalah (1995: 365):
“The process of planning, executing, and evaluating programs that encourage purchase
and consumer satisfaction through credible communications interests of consumers.”
Artinya : “sebagai sesuatu proses perencanaan dan pelaksanaan dan evaluasi
program yang mendorong proses pembelian dan kepuasan para pelanggan melalui
komunikasi yang credible tentang informasi dan kesan yang mengidentifikasi
perusahaan dan produknya dengan kebutuhan, keinginan, perhatian dan hal yang disukai
oleh pelanggan.”
M enurut (Ruslan, 2005: 43) Marketing Public Relations adalah
“Suatu keseluruhan, semua perluasan, kesadaran masyarakat dan program
informasi/kampanye yang ditujukan kepada massa/publik tertentu untuk mempengaruhi
peningkatan penjualan/penggunaan produk/jasa suatu organisasi”
2.3.1.2 Peran Marketing Public Relations
M enurut Kotler peranan Marketing Public Relations dalam upaya mencapai
tujuan utama organisasi atau perusahaan dalam kompetisi, secara garis besarnya yaitu
(Ruslan, 2005: 248):
1. M enumbuh kembangkan kesadaran konsumennya terhadap produk yang
telah diluncurkan itu.
2. M embangun kepercayaan konsumen terhadap citra perusahaan atau manfaat
(benefit) atas produk maupun jasa yang ditawarkan atau digunakan.
3. M endorong antusiasme (sales force) melalui suatu artikel sponsor
(advertorial) tentang kegunaan dan manfaat suatu produk.
23
4. M elakukan promosi iklan komersial, baik di media elektronik maupun media
cetak dan sebagainya demi tercapainya efisiensi.
5. Komitmen untuk meningkatkan pelayanan kepada konsumen termasuk upaya
mengatasi keluhan-keluhan (complain handling) dan lain sebagainya demi
tercapainya kepuasan pihak pelanggan.
6. M embantu mengkampanyekan peluncuran produk-produk baru dan sekaligus
merencanakan perubahan posisi produk yang lama.
7. M engkomunikasikan terus menerus melalui media Public Relations (House
PR Journal) tentang aktivitas dan program kerja yang berkaitan dengan
kepedulian social dan lingkungan hidup, agar tercapai publikasi yang positif
dimata masyarakat atau publik.
8. M embina dan mempertahankan citra perusahaan/produk, barang/jasa, baik
segi kuantitas
maupun
kualitas
pelayanan yang diberikan
kepada
konsumennya.
9. Berupaya secara proaktif dalam menghadapi suatu kejadian negatif yang
mungkin akan muncul dimasa mendatang, misalnya terjadinya krisis
kepercayaan, menurunnya citra perusahaan, sehingga resiko terjadinya krisis
manajemen, krisis moneter, krisis multidimensional dan lain sebagainya.
24
2.4.1
Brand Awareness
Brand Awareness terkait dengan seberapa jauh konsumen dapat mengenal dan
mengingat suatu merek. Aspek – aspek yang terkait dengan peningkatan brand
awareness menjadi sangat penting. M isalnya, seberapa jauh mudah dikenal dan diingat,
jenis cues dan reminders yang digunakan, seberapa jauh merek tersebut mudah
diucapkan.
M embangun brand awareness berarti membuat pelanggan mengerti kategori
produk/layanan dimana brand tersebut bersaing. Pada tingkatan yang lebih luas,
keberhasilan membangun brand awareness sangat tergantung pada seberapa jauh
pelanggan mengerti bahwa merek tersebut dirancang untuk memenuhi kebutuhan
mereka.
Brand awareness dikatakan tinggal di benak konsumen jika konsumen dapat
mengingat merek, baik sebelum proses pembelian, ketika dalam proses pembelian,
maupun ketika konsumen mengkonsumsi produk pesaing.
25
2.4.1.1 Indikator Brand Awareness
Untuk mengevaluasi seberapa jauh konsumen aware terhadap sebuah merek,
Keller (2000) menyarankan penggunaan empat indikator (Soehadi, 2005: 10), sebagai
berikut:
1. Recal, yaitu seberapa jauh konsumen dapat mengingat ketika ditanya apa saja
yang mereka ingat. Top of mind adalah salah satu cara yang sering digunakan
oleh praktisi pemasaran untuk mengukur brand recall.
2. Recognition, yaitu seberapa jauh konsumen dapat mengenali merek tersebut
dalam satu kategori tertentu.
3. Purchase, yaitu seberapa jauh konsumen akan memasukkan suatu merek ke
dalam alternatif pilihan ketika mereka akan membeli produk/layanan.
Indikator ini menunjukkan, jika merek tersebut tidak termasuk dalam
alternatif pilihan, terutama merek baru, maka aktifitas below the line menjadi
sangat penting.
4. Consumption, yaitu seberapa jauh konsumen masih mengingat suatu merek
ketika mereka sedang menggunakan produk/layanan pesaing.
26
2.4.1.2 Elemen Brand Awareness
Tiga elemen pokok yang harus dikelola dengan baik untuk membangun brand
awareness adalah: (Soehadi, 2005: 31)
1. Brand element, terdiri dari nama, logo, symbol, karakter, dan jingle. Elemen
yang digunakan untuk mengukur brand element adalah kemudahan untuk
diingat, mempunyai arti, mudah ditransfer ke produk kategori atau daerah
yang berbeda, tidak mudah using, dan dapat diproteksi secara legal.
2. Program pemasaran, yang meliputi choosing the value, yang harus dilakukan
adalah menentukan value proposition melalui aktivitas segmenting, targeting,
dan positioning, lalu dikomunikasikan melalui above the line dan below the
line.
3. Secondary association dan dapat digunakan untuk melipat gandakan merek
agar lebih mudah diingat dan dimengerti oleh target pasarnya. Contohnya
bisa dengan nama perusahaan atau parent brand, asal Negara, saluran
distribusi, merek lain, endorser, atau event tertentu.
27
2.5.1
Produk dan Jasa
2.5.1.1 Definisi Produk
M enurut Kotler dan Armstrong (2003: 337) produk adalah semua yang dapat
ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi yang
dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan pemakainya.
M enurut Amir (2005: 139) produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan
kepada pasar untuk memuaskan kebutuhan dan keinginannya. Ia bisa berbentuk fisik dan
kasat mata, bisa juga sesuatu yang tidak kelihatan (intangible).
M enurut M c. Carty yang dikutip oleh Hurriyati (2005: 139) memberikan definisi
yang sederhana mengenai produk, yaitu
“Suatu tawaran dari sebuah perusahaan yang memuaskan atau memenuhi kebutuhan.
bauran pemasaran dan loyalitas konsumen.”
Dapat disimpulkan bahwa produk adalah suatu benda berwujud yang dapat
dikonsumsi untuk memuaskan kebutuhan dan keinginannya, yang ditawarkan oleh
seseorang kepada orang lain.
2.5.1.2 Klasifikasi Produk
M enurut Amir (2005: 142), Produk dapat di klasifikasikan berdasarkan macammacam karakteristik produk, yaitu:
1. Klasifikasi Berdasarkan Daya Tahan dan Wujud:
a. Barang yang terpakai habis (nondurable goods): barang yang terpakai
habis adalah barang berwujud yang biasanya dikonsumsi dalam suatu
28
atau beberapa kali penggunaan . Contohnya adalah sabun, shampoo, pasta
gigi.
b. Barang tahan lama (durable goods): barang tahan lama adalah barang
berwujud yang biasanya dapat digunakan banyak kali. Contohnya adalah
mesin cuci, komputer, kompor gas.
c. Jasa (service): jasa bersifat tidak berwujud, tidak dapat dipisahkan dan
mudah habis. Akibatnya, jasa biasanya memerlukan banyak pengendalian
kualitas, kredibilitas pemasok dan kemampuan penyesuaian . Contohnya
adalah klinik kecantikan dan salon.
2. Klasifikasi Berdasarkan Penggunaan
a. Klasifikasi barang konsumsi:
1. Barang kebutuhan primer (Convenience Goods) yaitu barang-barang yang
biasanya sering dibeli konsumen berulang kali terjadi secara spontan,
harga barangnya relatif murah dan tersedia di banyak saluran. Contohnya:
rokok, beras, sabun dll.
2. Barang kebutuhan sekunder (Shopping Goods) yaitu barang-barang
“belanjaan” ini berharga lebih mahal daripada barang convenience. Oleh
karena itu, dalam proses pembeliannya kita tidak begitu spontan. Kita
membutuhkan
waktu
untuk
membanding-bandingkan,
apakah
membandingkan merek, kualitas, harga model/gaya, atau tempat
29
penjualannya. Contohnya: baju, furniture, perlengkapan rumah tangga,
dll.
3. Barang kebutuhan tersier (Speciality Goods) yaitu barang-barang yang
memiliki karakter khusus dan unik. Bukan saja barangnya yang khusus,
tetapi dalam banyak hal pembeliannya (tidak semua orang bisa membeli
barang ini), penggunaannya (yang bisa membeli belum tentu mampu
menggunakannya, harganya relatif mahal, sampai dengan tempat
distribusi dan media komunikasi yang digunakannya pun khusus. Kita
yang membeli biasanya harus mengidentifikasi dulu, yang sesuai untuk
kita biasanya orang jarang ingin mengganti merek yang sudah menjadi
pilihannya. Contohnya: M assimo Dutti, M ount Blanc, Hermes, Louis
Vuitton.
4. Barang kebutuhan tertentu (Unsought Goods) merupakan jenis barangbarang yang tidak populer di masyarakat. Ketidakpopuleran ini biasa
karena memang masyarakat tidak mengetahui keberadaan barang
tersebut, bisa karena tidak memahami manfaatnya. Produk-produk seperti
ini harus mengandalkan tenaga penjualan yang agresif dan komunikasi
pemasaran yang persuasif. Dalam kata lain, Unsought goods adalah
barang-barang yang tidak diharapkan, dan jarang penggunaannya oleh
konsumen. Contohnya: peti mati.
30
3. Klasifikasi Barang Industri:
a. Bahan baku dan suku cadang. Semua bahan baku yang digunakan dalam
proses produksi (misalnya karet untuk produksi ban). Begitu pula dengan
suku cadang yang diperlukan untuk memproduksi sebuah produk.
b. Barang-barang modal. Barang-barang yang menjadi aset tetap, dan
berusia panjang, umumnya merupakan barang industri. Barang-barang ini
biasanya digunakan sebagai peralatan utama dalam pengolahan bahan
baku menjadi barang jadi., misalnya: instalasi produk, kantor, gudang.
c. Supplies dan jasa-jasa. Ini kelompok barang-barang dan jasa yang
mendukung proses atau pengolahan barang jadi. Biasanya barang-barang
ini penggunaannya dalam jangka pendek, misalnya untuk operasi pabrik
perlu pelumas, bearing, tali kipas, juga kertas, dan alat tulis (barang
jangka pendek yang mendukung proses atau pengelolaan barang jadi).
Dalam hal jasa, kita melihat jasa pembersihan (cleaning service), atau
biro jasa pengurusan dokumen hukum, biro iklan yang juga kita anggap
produk industrial.
2.5.1.3 Definisi Jasa
Jasa merupakan pemberian suatu kinerja atau tindakan tak kasat mata dari satu
pihak kepada pihak lain. Pada umumnya jasa diproduksi dan dikonsumsi secara
bersamaan, di mana interaksi antara pemberi jasa dan penerima jasa mempengaruhi hasil
jasa tersebut (Freddy Rangkuti, 2006: 26).
31
Segala aktivitas atau manfaat yang ditawarkan untuk dijual oleh suatu pihak yang
secara esensial tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan atas apa pun.
(Kotler dan Armstrong, 2003: 8)
Dapat disimpulkan bahwa Jasa adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan
tidak kasat mata yang dilakukan antara dua orang atau lebih, dimana antara pemberi dan
penerima jasa akan mempengaruhi nilai jasa tersebut.
2.5.1.4 Karakteristik Jasa
M enurut Tjiptono (2006: 18) berbagai riset dan literatur pemasaran jasa
mengungkap bahwa jasa memiliki sejumlah karakteristik unik yang membedakannya
dari barang dan berdampak pada cara memasarkannya. Secara garis besar, karakteristik
tersebut terdiri atas:
1. Tidak berwujud (Intangibility)
Jasa berbeda dengan barang. Bila barang merupakan suatu objek, alat,
atau benda, maka jasa adalah suatu perbuatan, tindakan, pengalaman,
proses, kinerja (performance), atau usaha. Oleh sebab itu, jasa tidak dapat
dilihat, dirasa, dicium, didengar, atau diraba sebelum dibeli dan
dikonsumsi.
2. Tidak dapat dipisahkan (Inseparability)
Barang biasanya di produksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi.
Sedangkan jasa umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian
diproduksi dan dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama.
32
3. Terdapat banyak variable (Variability/heterogenitas/inconsistency)
Jasa bersifat sangat variable karena merupakan non-standardized output,
artinya banyak variasi bentuk, kualitas, dan jenis, tergantung kepada
siapa, kapan, dan dimana jasa tersebut diproduksi. Ini terjadi karena jasa
melibatkan unsur manusia dalam proses produksi dan konsumsinya.
Berbeda dengan mesin, orang biasanya tidak bisa diprediksi dan
cenderung tidak konsisten dalam hal sikap dan perilakunya.
4. Tidak bertahan lama (Perishability)
Perishability berarti jasa tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Kursi
pesawat yang kosong, kamar hotel yang tidak dihuni, atau kapasitas jalur
telepon yang tidak dimanfaatkan akan berlalu atau hilang begitu saja
karena tidak bisa disimpan. Bila permintaan bersifat konstan, kondisi ini
tidak menjadi masalah, karena staf dan kapasitas penyedia jasa bisa
direncanakan untuk memenuhi permintaan.
5. Kurangnya rasa kepemilikan (Lack of ownership)
Lack of ownership merupakan perbedaan dasar antara barang dan jasa.
Pada pembelian barang, konsumen memiliki hak penuh atas penggunaan
dan manfaat produk yang dibelinya. M ereka bisa mengkonsumsi,
menyimpan, atau menjualnya. (misalnya kamar hotel, bioskop, jasa
penerbangan dan pendidikan)
33
2.5.1.5 Perbedaan antara Barang dan Jasa
Barang
Jasa
1. Nyata
1. Tidak nyata
2. Homogen
2. Heterogen
3.Produksi, distribusi, dan konsumsinya 3.Produksi, distribusi dan konsumsinya
merupakan proses yang terpisah
merupakan proses yang simultan
4. Berupa barang
4. Berupa proses atau aktivitas
5. Nilai intinya di produksi di pabrik
5. Nilai intinya di produksi pada saat
interaksi antara pembeli dan penjual
6.Konsumen
(biasanya)
tidak 6.
berpartisipasi dalam proses produksi
Konsumen
berpartisipasi
dalam
proses produksi
7. Dapat disimpan
7. Tidak dapat disimpan
8. Ada perpindahan kepemilikan
8. Tidak ada perpindahan kepemilikan
Tabel 2.1
Sumber: Arief 2006:19
34
2.6.1
Kualitas
2.6.1.1 Definisi Kualitas
Pendekatan penilaian kualitas pelayanan (servqual) yang dikembangkan oleh
Zeithaml dan kawan-kawannya, memfokuskan diri pada pengukuran dan pemahaman
atas harapan dan persepsi pelanggan mengenai kualitas pelayanan yang dikutip oleh
Antonius Autosokhi Gea, Wulandari (2005: 347-349).
M enurut David A. Aaker yang dikutip oleh (Durianto 2004:14):
“Persepsi kualitas merupakan persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas
atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan yang sama dengan maksud yang
diharapkannya.”
Persepsi kualitas mempunyai atribut penting yang dapat diaplikasikan dalam
berbagai hal, seperti:
a. Kualitas aktual atau obyektif (actual or objective quality). Perluasan ke
suatu bagian dari produk /jasa yang memberikan pelayanan lebih baik.
b. Kualitas isi produk (product-based quality). Karakteristik dan kuantitas
unsur, bagian atau pelayanan yang disertakan.
c. Kualitas proses manufaktur (manufacturing quality). Kesesuaian dengan
spesifikasi, hasil akhir yang “tanpa cacat” (zero defect).
Dapat disimpulkan persepsi kualitas adalah suatu tingkatan yang digunakan
dalam mengukur suatu kepuasan atau kualitas suatu produk atau jasa yang diterima oleh
konsumen.
35
2.7.1
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Harapan konsumen
M enurut Purnama (2006: 33), Harapan konsumen terhadap kualitas layanan
sangat dipengaruhi oleh informasi yang mereka peroleh. Dari sudut pandang konsumen,
sumber informasi bisa berasal dari internal maupun eksternal. Sumber informasi internal
misalnya pengalaman pembelian masa lalu, pengamatan atau percobaan pembelian.
Sumber informasi eksternal merupakan informasi dari luar konsumen, misalnya dari
konsumen lain melalui informasi getok tular (dari mulut ke mulut ) atau informasi dari
pemasar melalui promosi yang disampaikan dengan media tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi harapan pelanggan adalah:
1. Komunikasi dari mulut ke mulut. Harapan yang timbul di hati orang akan
kualitas pelayanan tertentu dapat disebabkan oleh apa yang dia dengar
dari teman-teman atau tetangganya. Seiring orang mau mengunjungi
tempat tertentu, belanja atau makan di tempat tertentu, terdorong oleh
berita yang mereka dapatkan dari orang-orang yang mereka kenal, yang
merekomendasikan mereka untuk datang berbelanja atau makan di
tempat tertentu itu. Semakin banyak orang menyampaikan hal yang sama,
seseorang akan semakin percaya, sehingga dengan harapan tertentu dia
akan menanggapi berita itu dengan berkunjung atau berbelanja disana.
2. Kebutuhan pribadi. Harapan seseorang juga bisa timbul dari spesifikasi
kebutuhan pribadinya.Disini harapan dari orang ke orang bisa berbedabeda, tergantung dari berbagai kondisi yang menyertainya, yang akhirnya
menumbuhkan kebutuhannya yang khas.
36
3. Pengalaman masa lalu. Ini berkaitan dengan pengalaman masa lalu
dalam hal menerima pelayanan. Pengalaman kurang memuaskan yang
pernal dialami dari pelayan yang kurang berpengalaman di sebuah toko
atau tempat belanja, yang akan menumbuhkan harapan yang rendah di
dalam hati orang, yang akhirnya akan mengurungkan niatnya untuk
datang kembali ketempat itu untuk mengalami hal yang sama.
Sebaliknya, pengalaman akan pelayanan baik dan menyenangkan, akan
menumbuhkan harapan akan mendapatkan pelayanan yang sama,
sehingga tetap memiliki dorongan untuk mau datang ke tempat itu lagi.
4. Komunikasi eksternal. Ini berkaitan dengan apa-apa yang disampaikan ke
luar oleh pihak perusahaan mengenai kualitas produk atau pelayanan lain
yang mereka sediakan. Komunikasi ini bisa secara langsung dan bisa juga
secara tidak langsung, melalui berbagai media komunikasi seperti
seminar, open house, iklan, radio, televisi, brosur, surat kabar, majalah,
spanduk, dna sarana-sarana komunikasi lainnya. Komunikasi eksternal ini
bisa dikemas dalam berbagai cara dan bentuk yang menarik, serta mampu
menjangkau lebih banyak orang dari berbagai lapisan dan golongan.
37
2.2
Teori- teori Khusus yang Berhubungan dengan Topik yang Dibahas
2.2.1
Peran Public Relations dalam Meningkatkan Brand Awareness pada
Produk Chlorofil Mint Powder
M enurut Cutlip (2006: 46-47), Public Relations berperan sebagai:
1. Teknisi Komunikasi
Teknisi komunikasi disewa untuk menulis dan mengedit news letter
karyawan, menulis news release dan feature, mengembangkan isi web
dan menangani kontak media.
2. Expert Prescriber
Expert Prescriber bertugas mendefinisikan problem, mengembangkan
program dan bertanggung jawab penuh atas implementasinya.
3. Fasilitator Pemecah M asalah
Peran fasilitator masalah berkolaborasi dengan manajer lain untuk
mendefinisikan dan memecahkan masalah.
4. Fasilitator Komunikasi
Fasilitator komunikasi adalah bertindak sebagai sumber informasi dan
agen kontak resmi antara organisasi dan publik. Selain itu juga menyusun
agenda diskusi, meringkas dan menyatakan ulang suatu pandangan,
meminta tanggapan, dan membantu mendiagnosis dan memperbaiki
kondisi – kondisi yang menganggu hubungan komunikasi diantara kedua
38
belah pihak. Fasilitator komunikasi menempati peran ditengah – tengah
dan berfungsi sebagai penghubung antara organisasi dan publik.
Brand Awareness terkait dengan seberapa jauh konsumen dapat mengenal dan
mengingat suatu merek. Aspek – aspek yang terkait dengan peningkatan brand
awareness menjadi sangat penting. M isalnya, seberapa jauh mudah dikenal dan diingat,
jenis cues dan reminders yang digunakan, seberapa jauh merek tersebut mudah
diucapkan.
Seperti yang telah dikemukakan oleh Cutlip (2006: 46-47) mengenai peran
Public Relations serta pembahasan mengenai brand awareness, menunjukkan peran
Public Relations sangat membantu dalam meningkatkan brand awareness pada suatu
produk. Peran Public Relations yang sangat mendukung dalam meningkatkan brand
awareness ialah sebagai Fasilitator Komunikasi (Communication Fasilitator). M elalui
komunikasi terdapat tujuan yang akan disampaikan, seperti pendapat Widjaja (2000:66),
komunikasi mempunyai beberapa tujuan antara lain :
1
Supaya yang kita sampaikan dapat mengerti, sebagai komunikator kita
harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) sehingga mereka dapat
mengerti dan mengikuti apa yang kita maksudkan.
2
M emahami orang lain. Kita sebagai komunikator harus mengerti
pendapat dan masukan dari customer, seperti bagian pembelian rumah
sakit dan dokter yang menjadi pemakai produk kita.
39
3
Supaya gagasan dapat diterima orang lain. Kita harus berusaha agar
gagasan kita dapat diterima orang lain dengan pendekatan yang persuasif
bukan memaksakan kehendak. Terlebih lagi apabila kita menghadapi
dokter yang mempunyai jam praktek yang sibuk, kita harus bisa
mengambil situasi yang tepat dalam memasarkan produk kita.
4
M enggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu. M enggerakkan
sesuatu itu dapat bermacam – macam, mungkin berupa kegiatan.
Berdasarkan pembahasan diatas, sebagai fasilitator komunikasi dari peran Public
Relations memiliki tujuan komunikasi agar masyarakat mengetahui serta mengingat
merek dari produk Chlorofil Mint Powder.
40
2.3
Kerangka Pikir
Peran Public Relations dalam meningkatkan brand awareness pada produk
Chlorofil Mint Powder dengan menggunakan analisis POAC.
Seperti yang disebutkan dalam analisis POAC, menunjukkan bahwa peran Public
Relations dalam meningkatkan brand awareness pada produk Chlorofil Mint Powder
dalam PT Health Wealth International berhasil dengan baik, terbukti dengan dikenalnya
produk tersebut oleh masyarakat luas, seperti yang akan saya lampirkan pada lampiran
wawancara.
Produk Chlorofil Mint
Powder (Y)
Peran Public Relations
(X)
Media Cetak
Media Online
Brosur, Poster, Banner
Website
Workshop
Seminar Kesehatan, Training
Produk
Publikasi
Iklan Pada Media Massa
Promosi
Promo Pembelanjaan Produk
Mengadakan Event
Kegiatan Sosial
ANALISIS
POAC
Gambar 2.6 Kerangka Pikir
41
Dalam meningkatkan kesadaran merek pada Chlorofil Mint Powder, Public
Relations telah membuat berbagai macam program. M aka dari itu saya menggunakan
analisis POAC untuk melihat apa peran Public Relations pada PT Health Wealth
international dapat meningkatkan kesadaran merek pada produk khususnya pada
Chlorofil Mint Powder.
Download